makalah kimia analitik, argentometri.docx
Post on 29-Nov-2015
627 Views
Preview:
TRANSCRIPT
TUGAS MAKALAH KIMIA ANALITIK
TITRASI ARGENTOMETRI
OLEH
KELOMPOK 2
DEWI JULIANTI (1201473)
WIDYA ASTUTI (1201474)
YUSMITA(1201480)
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2013
~ 1 ~
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb,
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya.
Berkat rahmat dan hidayah-Nya jualah penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat
beriring salam penulis persembahkan pada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa umatnya dari alam kejahiliahan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Didorong oleh semua itulah penulis dapat menyelesaikanmakalah ini yang berjudul “Titrasi
Argentometri”.
Dalam penulisan makalah ini penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan dan arahan
dari berbagai pihak. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Akhirnya dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya
membangun untuk kesempurnaan dimasa yang akan datang. Selanjutnya penulis berharap
makalah ini bermanfaat bagi pembaca umumnya dan penulis khususnya. Amin.
Padang, Oktober 2013
Penulis
~ 2 ~
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………….. 2
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………… 3
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………………
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………..
C. Tujuan Penulisan…………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………
A. Pengertian Argentometri…………………………………………………………
B. Prinsip Argentometri……………………………………………………………..
C. Kurva Argentometri…………………………………………………………….
D. Indikator yang digunakan dalam Titrasi Argentometri…………………………
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………....
A. Kesimpulan ……………………………………………………………………...
B. Saran ……………………………………………………………………………
4
4
4
4
5
5
5
6
9
14
14
15
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………… 16
BAB I
PENDAHULUAN
~ 3 ~
A. Latar Belakang Masalah
Analisa titrimetri atau analisa volumetri adalah analisis kuantitatif dengan mereaksikan
suatu zat yang dianalisis dengan larutan baku (standar) yang telah diketahui konsentrasinya
secara teliti, dan reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan standar tersebut berlangsung secara
kuantitatif.
Dalam percobaan di laboratorium kita sebagai mahasiswa kimia sering dipertemukan
dengan titrasi. Titrasi sendiri merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan
berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalamnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan titrasi Argentometri?
2. Apa prinsip dari titrasi Argentometri?
3. Bagaimana bentuk kurva titrasi Argentometri?
4. Bagaimana kerja Indikator dalam titrasi Argentometri?
C. Tujuan Penulisan
1. Agar dapat mengetahui pengertian dari Argentometri
2. Agar dapat mengetahui prinsip-prinsip dari Argentometri
3. Agar dapat memahami kurva dalam Argentometri
4. Agar dapat memahami cara kerja indikator-indikator dalam Argentometri
BAB II
PEMBAHASAN
~ 4 ~
A. Pengertian Argentometri
Titrimetri adalah kelompok metode analisis yang didasarkan pada penentuan kuantitas
dari reagen (yang konsentrasinya diketahui) yang dibutuhkan untuk bereaksi sepenuhnya dengan
analit.
Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya diketahui dengan pasti yang
digunakan dalam analisis titrimetri . Sedangkan titrasi adalah proses di mana larutan standar
ditambahkan ke suatu larutan analit sampai analit bereaksi sempurna dengan larutan standar .
Dalam titrimetri dikenal istilah Titrasi pengendapan, yaitu titrasi yang melibatkan pembentukan
endapan dari garam yang tidak mudah larut antara titran dan analit.
Salah satu jenis titrasi pengendapan yang sudah lama dikenal adalah melibatkan reaksi
pengendapan antara ion halida (Cl-, I-, Br-) dengan ion perak Ag+. Titrasi ini biasanya disebut
sebagai Argentometri (latin, argentum : perak) yaitu titrasi penentuan analit yang berupa ion
halida (pada umumnya) dengan menggunakan larutan standar perak nitrat AgNO3. Titrasi
argentometri tidak hanya dapat digunakan untuk menentukan ion halide akan tetapi juga dapat
dipakai untuk menentukan merkaptan (thioalkohol), asam lemak, dan beberapa anion divalent
seperti ion fosfat PO43- dan ion arsenat AsO4
3- .
B. Prinsip Argentometri
Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah larut antara
titran dengan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi penentuan NaCl dimana
ion Ag+ dari titran akan bereaksi dengan ion Cl- dari analit membentuk garam yang tidak mudah
larut AgCl.
Setelah semua ion klorida dalam analit habis maka kelebihan ion perak akan bereaksi
dengan indikator. Indikator yang dipakai biasanya adalah ion kromat CrO42- dimana dengan
indikator ini ion perak akan membentuk endapan berwarna coklat kemerahan sehingga titik akhir
titrasi dapat diamati
C. Kurva Argentometri
Kurva titrasi pengendapan yang melibatkan ion perak
~ 5 ~
Metode yang paling umum untuk menentukan konsentrasi ion halida dalam suatu larutan
adalah titrasi dengan larutan standar perak nitrat. Hasil reaksinya adalah padatan perak halida.
Kurva titrasi untuk metode ini biasanya terdiri dari PAg versus volume perak nitrat yang
ditambahkan. Untuk membuat kurva titrasi, ada tiga jenis perhitungan yang diperlukan, yang
masing-masing sesuai dengan tahapan yang berbeda dalam reaksi: (I) sebelum titik ekuivalen,
(2) titik ekuivalen. dan (3) setelah titik ekuivalen.
Contoh:
Tunjukkan perhitungan yang diperlukan untuk menperoleh kurva titrasi 50,00 mL NaCI 0,0500
M dengan 0,1000 M AgN03 (untuk AgCI, Ksp = 1.82 X 10 - 10).
dengan reaksi:
Ag + (aq) + CI-(aq) AgCI (s)
(1) Data titik praekuivalen
konsentrasi alatis molar CNaCl. Misalnya, setelah ditambahkan 10,00 mL AgN03,
CNaCl= jumla h mmol NaCl awal− jumlah mol AgNO 3awalvolume total larutan
Tapi
mmol NaCI awal=50,00 mL x0,05mmol NaCl
mL=2,500
mmol NaCI ditambahkan=10,00 mL X 0,100mmol Ag NO3
ml=1,00
jumlah mmol NaCl sisa = 1,500
CNaCl=1,500 mmol NaCl l(50,00+10,00 ) ml
=0,02500mmol NaCl
mL=0,02500 M
[Cl-] = 0,02500 M
[Ag+] = Ksp /[Cl-] = 1,82 x 10−10
0,02500=7,28 ×10−9 M
pAg = - log (7,28 x 10-19) 8,1
~ 6 ~
penjelasan penambahan daerah titik praekuivalen diperoleh dengan cara yang sama. Hasil
perhitungan jenis ini dapat dilihat pada kolom kedua table 1.
(2) titik ekuivalen pAg
Dimana,
[Ag+] = [Cl-] dan [Ag+][Cl- ]= 1.82 X 10- 10 = [Ag+]2
[Ag+] = 1.349 X 10- 5 M dan pAg = -log (1.349 X 10- 5 ) = 4.87
(3) Data setelah titik ekuivalen
Pada penambahan 26.00 mL AgNO 3, Ag+ berlebih , maka
Ag+=CAgNO3= 26,00 x 0,1000−50,00 x 0,0500
50,00−26,00= 1,316 x 10-3 M
pAg = -log (1.316 X 10- 3 ) = 2.88
data penambahan titik setelah ekuivalen diperoleh dengan cara yang sama dan diperlihatkan
dalam table 1.
Table 1.
Perubahan pAg dalam titrasi Cl- dangan larutan standar AgNO3
Volume
AgNO3
pAg
50,00 ml NaCl 0,05
M dengan 0,1 M
AgNO3
50,00 ml NaCl 0,005
M dengan 0,01 M
AgNO3
10,00 8,14 7,14
20,00 7,59 6,59
24,00 6,87 5,87
25,00 4,87 4,87
26,00 2,88 3,88
30,00 2,20 3,20
40,00 1,78 2,78
Faktor yang mempengaruhi kurva titrasi
~ 7 ~
1. Pengaruh konsentrasi terhadap kurva titrasi
Pengaruh konsentrasi reagen dan analit pada kurva titrasi ditunjukkan oleh
dua kelompok data pada Tabel 1 dan kedua kurva titrasi pada Gambar 1. dengan
0,1 M AgN0 3 (kurva A), mengalami perubahan pAg yang besar di daerah titik ekuivalen.
Dengan 0,01 M reagen, perubahan itu jauh lebih sedikit tapi masih terlihat.
Dengan demikian, indikator yang memberi tanda pembentukan Ag+ dengan kisaran pAg 4,0-6,0
memiliki kesalahan yang lebih kecil untuk larutan yang lebih pekat. Untuk larutan klorida yang
lebih encer, perubahan pAg di daerah titik ekuivalen terlalu kecil untuk dideteksi secara tepat
dengan indikator visual
2. Pengaruh reaksi yang tidak sempurna terhadap kurva titrasi
Gambar 2 mengilustrasikan pengaruh kelarutan hasil reaksi pada ketajaman titik akhir
titrasi dengan 0,1 M perak nitrat. Perubahan pAg di titik ekuivalen menjadi lebih besar dengan
penurunan nilai kelarutan, dan kesempurnaan reaksi antara analit dan perak nitrat.
Pemilihan indikator yang sesuai untuk titrasi ion klorida dapat meminimalisir kesalah dalam
titrasi. Jika kelaritan hasil reaksi lebih besar dari 10 -10 maka pembentukan endapan pada titik
akhir titrasi kurang sempurna.
~ 8 ~
Gambar1. kurva titrasi untuk (A), 50,00
mL 0,0500 M NaCl dengan 0. 1 000 M
AgN0 3, dan (B), 50,00 mL 0,00500 M
~ 9 ~
Gambar2. Pengaruh reaksi
sempurna pada kurva titrasi
pengendapan. Untuk setiap kurva
50.00 mL larutan 0,0500 M dari
anion dititrasi dengan 0,1000 M
AgN0 3, Perhatikan bahwa nilai-
nilai yang lebih kecil dari KSP
memberikan keringanan yang lebih
tajam pada titik akhir.
D. Indikator dalam Argentometri
Berdasarkan cara penentuan titik akhirnya ada beberapa metode titrasi pengendapan
yaitu, metode Mohr (pembentukkan endapan berdasarkan pada titik akhir), metode Fajans
(adsorbsi indikator pada endapan) dan metode Volhard (terbentuknya kompleks warna yang
larut pada titik akhir
Argentometri termasuk salah satu cara analisis kuantitatif dengan sistem pengendapan.
Cara analisis ini biasanya dipergunakan untuk menentukan ion-ion halogen, ion perak, ion
tiosianat serta ion-ion lainnya yang dapat diendapkan oleh larutan standardnya. Titrasi
argentometri terbagi menjadi beberapa metode penetapan disesuaikan dengan indicator yang
diperlukan dalam penetapan kadar yaitu :
1. Metode Mohr
Atau nama lainnya metode dengan pembentukan endapan berwarna. Dalam cara ini,
ke dalam larutan yang dititrasi ditambahkan sedikit larutan kalium kromat (K2CrO4) sebagai
indikator. Pada akhir titrasi, ion kromat akan bereaksi dengan kelebihan ion perak membentuk
endapan berwarna merah dari perak kromat, dengan reaksi :
CrO42- + 2Ag+ Ag2CrO4
Contoh Hasil titrasi menggunakan metode Mohr
Konsentrasi ion klorida dalam suatu larutan dapat ditentukan dengan cara titrasi dengan
larutan standart perak nitrat. Endapan putih perak klorida akan terbentuk selama proses titrasi
berlangsung dan digunakan indicator larutan kalium kromat encer. Setelah semua ion klorida
mengendap maka kelebihan ion Ag+ pada saat titik akhir titrasi dicapai akan bereaksi dengan
indicator membentuk endapan coklat kemerahan Ag2CrO4 (lihat gambar). Prosedur ini disebut
sebagai titrasi argentometri dengan metode Mohr.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
Ag+(aq) + Cl-(aq) → AgCl(s) (endapan putih)
Ag+(aq) + CrO42-(aq) → Ag2CrO4(s) (coklat kemerahan)
Keterbatasan-keterbatasan cara Mohr menyebaban pada umumnya cara Mohr tidak sebaik cara
Fajans dan Volhard, tetapi secara luas masih dipakai untuk titrasi ion-ion Cl- dan Br-.
~ 10 ~
2. Metode Volhard
Metode Volhard yaitu pembentukan zat warna yang mudah larut,menggunakan NH4SCN
atau KSCN sebagai titrat, dan larutn Fe3+ sebagai indicator. Sampai dengan titik ekivalen harus
terjadi reaksi antara titran dan Ag, membentuk endapan putih.
Ag+ + SCN- AgSCN (putih)
Sedikit kelebihan titran kemudian bereaksi dengan indicator, membentuk ion kompleks
yang sangat kuat warnanya (merah)
SCN- + Fe3+ FeSCN2+
Yang larut dan mewarnai larutan yang semula tida berwarna.
Karena titrannya SCN- dan reaksinya berlangsung dengan Ag+, maka dengan cara
Volhard, titrasi langsung hanya dapat digunakan untuk penentuan Ag+ atau SCN-, sedangan
untuk anion –anion lain harus ditempuh dengan cara titrasi kembali: pada lautan X-ditambah Ag+
berlebih yang diketahui pasti jumlah seluruhnya, lalu dititrasi untuk menentuan kelebihan Ag+.
Maka titran selain bereaksi dengan Ag+ tersebut, mungkin bereaksi pula dengan endapan AgX.:
Ag+ (berlebih) + X- AgX
Ag+(berlebih) +SCN-(titran) AgSCN
SCN- + AgX(s) X-+ AgSCN
Bila hal ini terjadi, tentu saja terdapat kelebihan titran yang bereaksi dan juga titik
akhirnya melemah (warna berkurang), reaksi tersebut makin mengarah ke kanan bila kelarutan
AgSCN, sebab kesetimbangan di atas mempunyai konstan kesetimbangan.
3. Metode Fajans
Metode Fajans yaitu dengan indikator adsorbsi. Indicator adsorbs adalah zat yang dapat
diserap pada permukaan endapan (diadsorbsi) dan menyebabkan timbulnya warna. Penyerapan
ini dapat diatur agar terjadi pada titik ekivalen, antara lain dengan memilih jenis indikator yang
dipakai pada pH.
~ 11 ~
Cara kerja indikator adsorbs ialah sebagai berikut: indicator ini ialah asam lemah atau
basa lemah organik yang dapat membentuk endapan dengan ion perak. Misalnya Fluoresein yang
digunakan dalam titrasi ion klorida. Dalam larutan, Fluoresein akan mengion (untuk mudahnya
ditulis HFI)
HFI H+ + FI-
Ion FI inilah yang diserap oleh endapan berwarna merah muda. Arena penyerapannya
terjadi pada permuakaan, dalam titrasi ini diusahakan agar permukaan endapan itu seluas
mungkin supaya perubahan warna juga tampak sejelas mungkin, maka endapan harus berukuran
koloid. Penyerapan terjadi apabila endapan yang koloid itu bermuatan positif, dengan perkataan
lain setelah sedikit kelebihan titran (ion Ag+).
Pada tahap-tahap pertama dalam titrasi, endapan terdapat dalam lingkungan dimana
masih ada kelebihan ion X- sehingga butiran-butirab koloid menjadi bermuatan negative. Karena
muatan FI- juga negative, maka FI- tida dapat ditari atau diserap oleh butiran-butiran koloid
tersebut. Main lanjut titrasi dilakukan, makin bekrurang kelebihan ion X -; menjelang titik
ekivalen , ion X- yang terserap oleh endapan akan lepas kembali karena bereaksi dengan titran
yang ditambahkan saat itu, sehingga muatan koloid makin berurang kenegatifannya.
Pada titik ekivalen tidak ada kelebihan X- maupun Ag+; jadi koloid menjadi netral.
Setetes titran kemudian mentyebabkan kelebihan Ag+. Ion-ion Ag+ini diserap olehkoloid yang
menjadi positif dan selanjutnya dapat menarik ion FI- dan menyebabkan warna endapan berubah
dengan mendadak menjadi merah muda. Pada waktu bersamaan sering juga terjadi
penggumpalan koloid, maka larutan yang tadinya elihatan keruh juga menjadi jernih atau lebih
jernih.
Fluoresein sendiri dalam larutan berwarna hijau kuning, sehingga titik akhir dalam titrasi
ini diketahui berdasarkan etiga perubahan diatas, yakni:
Endapan yang semula putih menjadi merah muda dan endapan kelihatan menggumpal
Larutan yang semula eruh menjadi lebih jernih
Larutan yang semula kunng hijau hamper-hampir tidak berwarna lagi.
Ikhtisar cara Mohr , volhard, dan Fajans
~ 12 ~
Metode Mohr Metode volhard Metode fajans
Pinsip dasar titrasi larutan ion Cl- oleh
larutan baku AgNO3,
indicator K2CrO4
Larutan sampel Cl-,
Br-, I-/SCN-
diperlakuan dengan
larutan baku AgNO3
berlebih. Kelebihan
dititrasi kembali
dengan KSCN
Larutan sampel Cl-,
Br-, I-/SCN dititrasai
dengan larutan baku
AgNO3
Indicator Larutan K2CrO4, (titran ialah
AgNO3)
larutan Fe3+/larutan
Fe(II), (titran ialah
KSCN atau NH4SCN)
Indicator adsorbs
seperti cosin
fluorosein,
difluorosein
Persamaan
reaksi
Ag++ Cl- AgCl
Ag+ + CrO4- Ag2CrO4
(coklat kemerahan)
Ag++ X- AgX
Ag+ + SCN-
Ag2SCN (putih)
Fe3+ + SCN-
Fe(SCN)2+ merah
darah
Ag++ X- AgX
AgX//Ag+ + cosin,
AgX/Ag-cosinat (biru
kemerahan).
Syarat [CrO4-] = 1.1 x 10-2 M
[CrO4-] > 1.1 x 10-2 M
Terjadi sebelum TE dan
sebaliknya. pH=6-8
Jika pH<6 [CrO4-]
berkurang.
2H+ + CrO4
- 2HCrO4-
Cr2O72- + H+. Jika pH
> 10 akan membentuk
AgOH / Ag2O
Dalam suasana asam
nitrat. khusus
penentuan I- indicator
baru diberikaan
setelah ion I-
mengendap semua,
karena I- dapat
dioksidasikan oleh
Fe3+
Adsorbs harus terjadi
sesudah TE. Tida ada
garam lain yang
menyebabkan
koagulasi. Dapat
digunaan pada pH=4.
Endapan berupa
koloidal.
Penggunaan Penentuan Cl- atau Br-, I- tak
dapat ditentukan karena I-
terabsorbsi kuat oleh
Penentuan Cl-, Br-, I-,
SCN-
Penentuan Cl-, Br-, I-,
SCN-
~ 13 ~
endapan, sama untuk SCN.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Salah satu jenis titrasi pengendapan yang sudah lama dikenal adalah melibatkan reaksi
pengendapan antara ion halida (Cl-, I-, Br-) dengan ion perak Ag+. Titrasi ini biasanya disebut
sebagai Argentometri (latin, argentum : perak) yaitu titrasi penentuan analit yang berupa ion
halida (pada umumnya) dengan menggunakan larutan standar perak nitrat AgNO3. Titrasi
argentometri tidak hanya dapat digunakan untuk menentukan ion halide akan tetapi juga dapat
dipakai untuk menentukan merkaptan (thioalkohol), asam lemak, dan beberapa anion divalent
seperti ion fosfat PO43- dan ion arsenat AsO4
3- .
Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah larut antara
titran dengan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi penentuan NaCl dimana
ion Ag+ dari titran akan bereaksi dengan ion Cl- dari analit membentuk garam yang tidak mudah
larut AgCl.
Setelah semua ion klorida dalam analit habis maka kelebihan ion perak akan bereaksi dengan
indikator.
Metode yang paling umum untuk menentukan konsentrasi ion halida dalam suatu larutan
adalah titrasi dengan larutan standar perak nitrat. Hasil reaksinya adalah padatan perak halida.
~ 14 ~
Kurva titrasi untuk metode ini biasanya terdiri dari PAg versus volume perak nitrat yang
ditambahkan. Untuk membuat kurva titrasi, ada tiga jenis perhitungan yang diperlukan, yang
masing-masing sesuai dengan tahapan yang berbeda dalam reaksi: (I) sebelum titik ekuivalen,
(2) titik ekuivalen. dan (3) setelah titik ekuivalen.
Faktor yang mempengaruhi kurva titrasi
1. Pengaruh konsentrasi terhadap kurva titrasi
2. Pengaruh reaksi yang tidak sempurna terhadap kurva titrasi
Berdasarkan cara penentuan titik akhirnya ada beberapa metode titrasi pengendapan
yaitu:
1. metode Mohr (pembentukkan endapan berdasarkan pada titik akhir),
2. metode Fajans (adsorbsi indikator pada endapan) dan
3. metode Volhard (terbentuknya kompleks warna yang larut pada titik akhir
B. Saran
Penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca, dan penulis
juga berharap agar makalah ini bisa menunjang kemampuan dan keahlian analis atau laboran
dalam praktikum kimia tentang argentometri khususnya.
~ 15 ~
DAFTAR PUSTAKA
Haryadi, W.1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Erlangga.
Ibnu sodiq, dkk. 2004. Common Textbook (edisi revisi) Kimia Analitik: UNM.
Skoog, Douglas. 2004. Fundamentals of Analytical Chemistry. USA: Book/ cole chengange
learning.
Underwood, Al.1998. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi keenam. New York: Prentice-Hall, inc.
~ 16 ~
top related