makalah farmakalogi (tetrasiklin & kloramfenikol)
Post on 27-Oct-2015
764 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Disusun Oleh :1. Agung Tri Wibowo2. Arlika Rahayu3. Fitriana Puspitasari4. Khalimah Patriaseta5. Noviasrini Kemala
6. Novi Rachmayanti7. Sudarman Yulianto8. Yayu Setyaningsih9. Yusnia Gulfa Maharani
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2009
TETRASIKLIN
1. Asal dan Kimia
Tetrasiklin pertama kali ditemukan oleh Lloyd Conover. Berita tentang Tetrasiklin yang
dipatenkan pertama kali tahun 1955. Tetrasiklin merupakan antibiotika yang memberi
harapan dan sudah terbukti menjadi salah satu penemuan antibiotika penting. Antibiotika
golongan tetrasiklin yang pertama ditemukan adalah Klortetrasiklin yang dihasilkan oleh
Streptomyces aureofaciens. Kemudian ditemukan Oksitetrasiklin dari Streptomyces rimosus.
Tetrasiklin sendiri dibuat secara semisintetik dari Klortetrasiklin, tetapi juga dapat diperoleh
dari spesies Streptomyces lain. Tetapi setelah 1960, zat induk tetrasiklin mulai dibuat secara
sintetis seluruhnya, yang kemudian disusul oleh derivate –oksi dan –klor serta senyawa long
acting doksisiklin dan minosiklin. Khasiatnya bersifat bakteriostatik., hanya melalui injeksi
intravena dapat dicapai kadar plasma yang bakterisid lemah. Mekanisme kerjanya
berdasarkan diganggunya sintesa protein kuman. Spektrum kerjanya luas dan meliputi
banyak cicci Gram positif dan Gram negative serta kebanyakan bacilli, kecuali
Pseudomonas dan Proteus. Begitu pula aktif terhadap mikroba khusus seperti Chlamydia
trachomatis (penyebab penyakit mata trachoma dan penyakit kelamin PID), Rickettsiae
(scrubtyphus), spirokheta (sifilis, framboesia), leptospirae (penyakit Weil), Actinomyces, dan
beberapa protozoa (amuba).
Tetrasiklin merupakan basa yang sukar larut dalam air, tetapi bentuk garam natrium atau
garam HCL-nya mudah larut. Dalam keadaan kering, bentuk basa dan garam HCL
tetrasiklin bersifat relative stabil. Dalam larutan, kebanyakan tetrasiklin sangat stabil
sehingga cepat berkurang potensinya. Tigesiklin adalah suatu antibiotika dari golongan baru
yaitu glisilsiklin.
2. Mekanisme Kerja Tetrasiklin
Golongan Tetrasiklin termasuk antibiotika yang bersifat bakteriostatik dan bekerja
dengan jalan menghambat sintesis protein kuman. Golongan Tetrasiklin menghambat
sintesis protein bakteri pada ribosomnya. Paling sedikit terjadi 2 proses dalam masuknya
antibiotika Tetrasiklin ke dalam ribosom bakteri gram negatif; pertama yang disebut difusi
pasif melalui kanal hidrofilik, kedua ialah sistem transportasi aktif. Setelah antibiotika
Tetrasiklin masuk ke dalam ribosom bakteri, maka antibiotika Tetrasiklin berikatan dengan
ribosom 30s dan menghalangi masuknya komplek tRNA-asam amino pada lokasi asam
amino, sehingga bakteri tidak dapat berkembang biak. Pada umumnya efek antimikroba
golongan Tetrasiklin sama (sebab mekanisme kerjanya sama), namun terdapat perbedaan
kuantitatif dari aktivitas masing-masing derivat terhadap kuman tertentu. Hanya mikroba
yang cepat membelah yang dipengaruhi antibiotika Tetrasiklin.
(http://www.medicastore.com/apotik_online/antibiotika/tetrasiklin.htm).
3. Farmakokinetik
Absorbsi kira-kira 30-80% tetrasiklin diserap lewat saluran cerna. Doksisiklin dan
minosiklin diserap lebih dari 90%. Absorbsi ini sebagian besar berlangsung di lambung dan
usus halus bagian atas. Berbagai factor dapat menghambat penyerapan tetrasiklin seperti
adanya makanan dalam lambung (kecuali minosiklin dan doksisiklin), pH tinggi,
pembentukan alat (kompleks tetrasiklin dengan zat lain yang sukar diserap seperti kation Ca,
Mg, Fe, Al, yang terdapat dalam susu dan antasid). Oleh sebab itu sebaiknya tetrasiklin
diberikan sebelum atau 2 jam setelah makan. PP paling tinggi adalah pada doksisiklin (ca
90%) lalu minosiklin (75%) disusul oksitetrasiklin (35%). Daya penetrasi ke dalam jaringan
agak baik berkat sifat lipofilnya dengan afinitas khusus tulang, gigi, kulit meradang, mata
dan prostat. Difusinya ke dalam CCS buruk, kecuali mungkin minosiklin. Ekskresi
tetrasiklin terutama secara utuh melalui ginjal, maka kadarnya dalam kemih tinggi.
Doksisiklin dan minosiklin terutama diekskresi melalui empedu dan tinja. Berkat siklus
enterohepatis ini, kadarnya dalam empedu tinggi sekali. Antibiotika golongan tetrasiklin
yang diberi per oral dibagi menjadi 3 golongan berdasarkan sifat farmakokinetiknya:
1.Tetrasiklin, Klortetrasiklin, Oksitetrasiklin. Absorbsi kelompok tetrasiklin ini tidak
lengkap dengan masa paruh 6-12 jam, 2. Demotilklortetrasiklin. Absorbsinya lebih baik dan
masa paruhnya kira0kira 16 jam sehingga cukup diberikan 150 mg per oral tiap 6 jam, 3.
Doksisiklin dan minosiklin. Absorbsinya baik sekali dan masa paruhnya 17-20 jam.
Tetrasiklin golongan ini cukup diberika 1 atau 2 kali 100 mg sehari.
4. Penggunaan
Berhubung kegiatan antibakterinya yang luas tetrasiklin lama sekali merupakan obat
terpilih untuk banyak infeksi dari bermacam-macam kuman, terutama infeksi campuran.
Akan tetapi, karena perkembangan resistensi dan efek sampingnya pada penggunaan selama
kehamilan dan pada anak kecil, maka dewasa ini hanya dicadangkan untuk infeksi tertentu
dan bila terdapat intoleransi bagi antibiotika pilihan pertama. Antara lain digunakan pada
infeksi saluran napas dan paru-paru, saluran kemih, kulit, dan mata. Penggunaannya pada
acne hebat adalah berdasarkan daya menghambatnya terhadap aktivitas lipase dari kuman
yang memegang peranan penting pada acne (Propionibacter acnes). Pada bronchitis kronis
adakalanya tetrasiklin digunakan sebagai profilakse serangan akut.
a. Tetrasikin
Tetrasiklin terutama digunakan untuk pengobatan acne vulgaris dan rosacea. Tetrasikin
juga dapat digunakan untuk pengobatan infeksi pada saluran pernafasan, sinus, telinga
bagian tengah, saluran kemih, usus dua belas jari dan juga Gonore.
b. Doksisiklin
Kegunaan Doksisiklin selain seperti Tetrasiklin juga digunakan untuk pencegahan pada
infeksi Antraks. Dan digunakan untuk pengobatan dan pencegahan Malaria, serta
perawatan infeksi Kaki Gajah.
c. Oksitetrasiklin
Oksitetrasiklin berguna dalam pengobatan infeksi karena Ricketsia dan Klamidia, pada
saluran nafas, saluran cerna, kulit dan jaringan lunak dan infeksi karena hubungan
kelamin.
d. Minosiklin
Minosiklin digunakan untuk mengobati infeksi bakteri seperti Pneumonia dan infeksi
saluran nafas lain, jerawat dan infeksi kulit, kelamin dan saluran kemih. Minosiklin juga
dapat membunuh bakteri dari hidung dan tenggorokan anda yang dapat menyebabkan
meningitis.
5. Efek Samping
Pada penggunaan oral sering terjadi gangguan lambung-usus (mual, muntah, diare, dan
sebagainya). Penyebabnya adalah rangsangan kimiawi terhadap mukosa lambung dan/atau
perubahan flora-usus oleh bagian obat yang tak diserap, terutama pada tetrasiklin. Hal
terakhir dapat menimbulkan pula supra-infeksi oleh antara lain jamur Candida albicans
(dengan gejala mulut dan tenggorokkan nyeri, gatal sekitar anus, diare dan sebagainya).
Efek yang lebih serius adalah sifat penyerapannya pada jaringan tulang dan gigi yang sedang
tumbuh pada janin dan anak-anak. Pembentukan kompleks tetrasiklin-kalsiumfosfat dapat
menimbulkan gangguan pada struktur Kristal dari gigi serta pewarnaan dengan titik-titik
kuning-coklat yang lebih mudah berlubang (caries). Efek samping lain adalah fotosensitasi,
yaitu kulit menjadi peka terhadap cahaya, menjadi kemerah-merahan, gatal-gatal, dan
sebagainya. Maka selama terapi dengan tetrasiklin, hendaknya jangan terkena sinar matahari
yang kuat.
6. Ekskresi
Golongan tetrasiklin diekskresi melalui urin berdasarkan filtrasi glomerulus. Pada
pemberian per oral kira-kira 20-55% golongan tetrasiklin dieksresi melalui urin. Golongan
tetrasiklin yang dieksresi oleh hati ke dalam empedu mencapai kadar 10 kali kadar serum.
Sebagian besar obat yang dieksresi ke dalam lumen usus ini mengalami sirkulasi
enterohepatik; maka obat ini masih dalam darah untuk waktu lama setelah terapi dihentikan.
Bila terjadi obstruksi pada saluran empedu atau gangguan faal hati obat ini akan mengalami
kumulasi dalam darah. Obat yang tidak diserap dieksresi melalui tinja.
7. Kehamilan
Karena penghambatan pembentukan tulang yang mengakibatkan tulang menjadi lebih
rapuh dan klasifikasi gigi terpengaruh secara buruk, semua tetrasiklin tidak boleh diberikan
setelah bulan keempat dari kehamilan dan pada anak-anak sampai usia 8 tahun.
8. Interaksi
Tetrasiklin membentuk kompleks tak larut dengan sediaan besi, alumunium, magnesium,
dan kalsium, hingga resorpsinya dari usus gagal. Oleh karena itu, tetrasiklin tidak boleh
diminum bersamaan dengan makanan (khususnya susu) atau antasida. Resistensi semakin
sering terjadi melalui R-Plasmid (ekstrakromosomal). Banyak stafilokok dan streptokok
sudah menjadi resisten, begitu pula kebanyakan kuman Gram negative (Pseudomonas,
Proteus, Klebsiella, Enterobacter, Serratia). Antara masing-masing tetrasiklin terdapat
resistensi-silang, kecuali minosiklin terhadap Staphylococcus aureus.
2. Sediaan Antibiotika Tetrasiklin di Pasaran
a. Tetrasikin
Tetrasiklin dipasaran dalam bentuk kapsul dengan kandungan 250 mg dan 500 mg.
Juga ada yang dalam bentuk buffer untuk mengurangi efek sampingnya mengritasi
lambung.
b. Doksisiklin
Doksisiklin di pasaran tersedia dalam bentuk sediaan tablet da kapsul dengan
kanduungan 50 mg dan 100 mg.
c. Oksitetrasiklin
Oksitetrasiklin di pasaran tersedia dalam bentuk sediaan kapsul 500 mg dan vial 50
mg/ml untuk injeksi.
d. Minosiklin
Minosiklin dipasaran dalam bentuk kapsul dengan kandungan 50 mg dan 100 mg.
KLORAMFENIKOL
1. Asal dan Kimia
Kloramfenikol merupakan Kristal putih yang sukar larut dalam air (1:400) dan rasanya
sangat pahit. Semula diperoleh dari sejenis Streptomyces (1947), tetapi kemudian dibuat
secara sintetis. Antibiotikum broadspectrum ini berkhasiat terhadap hamper semua kuman
Gram-Positif dan sejumlah kuman Gram-negatif, juga terhadap spirokhaeta, Chlamydia
trachomatis dan Mycoplasma. Tidak aktif terhadapkebanyakan suku Pseudomonas, Proteus,
dan Enterobacter. Khasiatnya bersifat bakteriostatik terhadap Enterobacter dan Staph.
aureus berdasarkan perintangan sintesa polipeptida kukman. Kloramfenikol bekerja
bakterisid terhadap Str. Pneumonia, Neiss. Meningitides, dan H. influenzae.
2. Farmakodinamik
Kloramfenikol bekerja dengan menghambat sintesis protein kuman. Obat ini terikat pada
ribosom subunit 50s dan menghambat enziim peptidil transferase sehingga ikatan peptide
tidak terbentuk pada proses sintesis protein kuman. Efek toksis Kloramfenikol pada sel
mamalia terutama terlihat pada sistem hemopoetik/darah dan diduga berhubungan dengan
mekanisme kerja Kloramfenikol. Kloramfenikol umumnya bersifat bakteriostatik. Pada
konsentrasi tinggi kloramfenikol kadang-kadang bersifat bakterisid terhadap kuman-kuman
tertentu. Spektrum antibakteri kloramfenikol meliputi D. pneumonae, S. pyogenes, S.
viridians, Neisseria, Haemophilus, Bacillus spp, Listeria, Bartonella, Brucella, P.
multocida, C. diphtheria, Chlamydia, Mycoplasma, Rickettsia, Treponema, dan kebanyakan
kuman anaerob.
3. Farmakokinetik
Setelah pemberian oral, kloramfenikol diserap dengan cepat. Kadarpuncak dalam darah
tercapai dalam 2 jam. Untuk anak biasanya diberikan bentuk ester kloramfenikol palmitat
atau stearat yang rasanya tidak pahit. Bentuk ester ini akan mengalami hidrolisis dalam usus
dan membebaskan kloramfenikol. Untuk pemberian secara parenteral digunakan
kloramfenikol suksinat yang akan dihidrolisis dalam jaringan dan membebaskan
kloramfenikol. Masa paruh eliminasinya pada orang dewasa kurang lebih 3 jam, pada bayi
berumur kurang dari 2 minggu sekitar 24 jam, Kira-kira 50% kloramfenikol dalm darah
terika5t dengan albumin. Obat ini didistribusikan secara baik ke berbagai jaringan tubuh,
termasuk jaringan otak, cairan serebrospinal dan mata.
Di dalam hati kloramfenikol mengalami konjugasi dengan asam glukuronat oleh enzim
glukuronil transferase. Oleh karena itu waktu paruh kloramfenikol memanjang pada pasien
gangguan faal hati. Dalam waktu 24 jam , 80-90% kloramfenikol yang diberikan oral telah
diekskresi melalui ginjal. Dari seluruh kliramfenikol yang diekskresi melalui urin, hanya 5-
10% dalam bentuk aktif. Sisanya terdapat dalam bentuk glukuronat atau hidrosilat lain yang
tidak aktif. Bentuk aktif kloramfenikol diekskresi terutama melalui filtrate glomerulus
sedangkan metabolitnya dengan sekresi tubulus. Pada gagal ginjal, masa paruh
kloramfenikol bentuk aktif tidak banyak berubah sehingga tidak diperlukan pengurangan
dosis. Dosis perlu dikurangi bila terdapat gangguan fungsi hepar.
4. Penggunaannya
Berhubung risiko anemia aplastis fatal, kloramfenikol di Negara barat sejak tahun 1970-
an jarang digunakan lagi per oral untuk terapi manusia. Dewasa ini hanya dianjurkan pada
beberapa infeksi bila tidak ada kemungkinan lain, yaitu pada infeksi tifus (Salmonella typhi)
dan meningitis (khusus akibat H. influenzae), juga pada infeksi anerob yang sukar dicapai
obat, khususnya abces otak oleh B. fragilis. Untuk infeksi tersebut juga tersedia antibiotika
lain yang lebih aman dengan efektifitas sama.
5. Efek Samping
Efek samping umum berupa antara lain gangguan lambung-usus, neuropati optis dan
perifer, radang lidah dan mukosa mulut. Tetapi, yang sangat berbahaya adalah depresi
sumsum tulang (myelodepresi) yang dapat tampak dalam dua bentuk anemia, yaitu sebagai :
a. Penghambatan pembentukan sel-sel darah (eritrosit, trombosit, dan granulosit) yang
timbul dalam waktu 5 hari sesudah dimulainya terapi. Gangguan ini tergantung dari
dosis serta lamanya terapi dan bersifat reversible.
b. Anemia aplastis, yang dapat timbul sesudah beberapa minggu sampai beberapa bulan
pada penggunan oral, parenteral, dan okuler, maka pada tetes mata tidak boleh
digunakan lebih alama dari 10 hari !
6. Kehamilan dan Laktasi
Penggunaannya tidak dianjurkan, khususnya selama minggu-minggu terakhir dari
kehamilan, karena dapat menimbulkan cyanosis dan hypothermia pada neonati (“grey baby
syndrome”). Berhubung melintasi plasenta dan mencapi air susu ibu, maka tidak boleh
diberikan selama laktasi.
7. Resistensi
Mekanisme resistensi terhadap kloramfenikol terjadi melalui inaktivasi obat oleh asetil
transferase yang diperantarai oleh factor-R. Resistensi terhadap P. aeruginosa, Proteus, dan
Klebseilla terjadi karena perubahan permeabilitas membrane yang mengurangi masuknya
obat ke dalam sel bakteri. Beberapa strain D.pneumoniae, H. influenza dan N. meningitides
bersifat resisten; S. aureus umumnya sensitive, sedang Enterobactericeae banyak yang
telaah resisten. Obat ini juga efektif terhadap kebanyakan strain E. coli, K. pneumonia, dan
P. mirabilis, kebanyakan strain Serratia, Providencia dan Proteus rettgerii resisten, juga
kebanyakan strain P. aeruginosa dan strain tertentu S. typhi.
8. Interaksi
Dalam dosis terapi, kloramfenikol menghambat biotransfortasi tolbutamid, fenitoin,
dikumarol, dan obat lain yang dimetabolisme oleh enzim mikrosom hepar. Dengan demikian
toksisitas obat-obat ini lebih tinggi diberikan bersama kloramfenikol. Interaksi obat dengan
fenobarbital dan rifampisin akan memperpendek waktu paruh dari kloramfenikol sehingga
kadar obat ini dalam darah menjadi subterapeutik.
9. Sediaan
a. Kloramfenikol
Terbagi dalam bentuk sediaan :
1. Kapsul 250 mg,
Dengan cara pakai untuk dewasa 50 mg/kg BB atau 1-2 kapsul 4 kali sehari.
Untuk infeksi berat dosis dapat ditingkatkan 2 x pada awal terapi sampai
didapatkan perbaikan klinis.
2. Salep mata 1 %
3. Obat tetes mata 0,5 %
4. Salep kulit 2 %
5. Obat tetes telinga 1-5 %
Keempat sediaan di atas dipakai beberapa kali sehari.
b. Kloramfenikol palmitat atau stearat
Biasanya berupa botol berisi 60 ml suspensi (tiap 5 l mengandung Kloramfenikol
palmitat atau stearat setara dengan 125 mg kloramfenikol). Dosis ditentukan oleh
dokter.
c. Kloramfenikol natrium suksinat
Vial berisi bubuk kloramfenikol natrium suksinat setara dengan 1 g kloramfenikol
yang harus dilarutkan dulu dengan 10 ml aquades steril atau dektrose 5 %
(mengandung 100 mg/ml).
d. Tiamfenikol
Terbagi dalam bentuk sediaan :
1. Kapsul 250 dan 500 mg.
2. Botol berisi pelarut 60 ml dan bubuk Ttiamfenikol 1.5 g yang setelah dilarutkan
mengandung 125 mg Tiamfenikol tiap 5 ml.
10. Dosis
Pada tifus permulaan 1-2 g (palmitat), lalu 4 dd 500-750 mg p.c. Neonati maksimum 25
mg/kg/hari dalam 4 dosis, anak-anak di atas 2 minggu 25-50 mg/kg/hari dalam 2-3 dosis.
Pada infeksi parah (meningitis, abces otak) i.v 4 dd 500-1500 mg (Nasuksinat).
DAFTAR PUSTAKA
Tjay, Tan dan Kirana Rahardja. 2002. Obat-obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan Efek-
efek Sampingnya. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Anonim. 2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta : Departemen Farmakologi dan Terapeutik
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
http://www.medicastore.com/apotik_online/antibiotika/tetrasiklin.htm
http://www.medicastore.com/apotik_online/antibiotika/kloramfenikol.htm
top related