lp hipospadia
Post on 26-Dec-2015
113 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
REPAIR HIPOSPADIAREPAIR HIPOSPADIA
A.A. DEFINISIDEFINISI
HIPOSPADIAHIPOSPADIA adalah adalah merupakan salah satu kelainan kongenital saluran kemih.merupakan salah satu kelainan kongenital saluran kemih.
Pada hipospadia terdapat gangguan perkembangan uretra yang mana meatusPada hipospadia terdapat gangguan perkembangan uretra yang mana meatus
uretra eksternus terletak di permukaan ventral penis dan lebih ke proksimal dariuretra eksternus terletak di permukaan ventral penis dan lebih ke proksimal dari
tempatnya yang normal pada ujung penisPada hipospadia didapatkan tigatempatnya yang normal pada ujung penisPada hipospadia didapatkan tiga
kelainan anatomi dari penis yaitu meatus uretra terletak di ventral, terdapat korde,kelainan anatomi dari penis yaitu meatus uretra terletak di ventral, terdapat korde,
dan distribusi kulit penis di ventral lebih sedikit dibanding di distal.dan distribusi kulit penis di ventral lebih sedikit dibanding di distal.
B.B. Insidensi Insidensi
Hipospadia terjadi kurang lebih pada 1 dari 250 kelahiran bayi laki-laki diHipospadia terjadi kurang lebih pada 1 dari 250 kelahiran bayi laki-laki di
Amerika Serikat. Pada beberapa negara insidensi hipospadia semakin meningkat.Amerika Serikat. Pada beberapa negara insidensi hipospadia semakin meningkat.
Laporan saat ini, terdapat peningkatan kejadian hipospadia pada bayi laki-lakiLaporan saat ini, terdapat peningkatan kejadian hipospadia pada bayi laki-laki
yang lahir premature, kecil untuk usia kehamilan, dan bayi dengan berat badanyang lahir premature, kecil untuk usia kehamilan, dan bayi dengan berat badan
rendah. Hipospadia lebih sering terjadi pada kulit hitam daripada kulit putih, danrendah. Hipospadia lebih sering terjadi pada kulit hitam daripada kulit putih, dan
pada keturunan Yahudi dan Italiapada keturunan Yahudi dan Italia
C.C. ETIOPATOGENESIS ETIOPATOGENESIS
Pembesaran tuberkulum kelamin dan perkembangan selanjutnya dari penisPembesaran tuberkulum kelamin dan perkembangan selanjutnya dari penis
dan uretra tergantung pada tingkat testosteron selama embriogenesis. Jika testisdan uretra tergantung pada tingkat testosteron selama embriogenesis. Jika testis
gagal untuk menghasilkan jumlah yang cukup dari testosteron atau jika sel-selgagal untuk menghasilkan jumlah yang cukup dari testosteron atau jika sel-sel
struktur genital kekurangan reseptor androgen yang memadai yaitu enzimstruktur genital kekurangan reseptor androgen yang memadai yaitu enzim
konversi androgen-5 alpha-reductase dapat menyebabkan hipospadia. Genetik dankonversi androgen-5 alpha-reductase dapat menyebabkan hipospadia. Genetik dan
faktor nongenetik terlibat dalam penyebab hipospadia dimana faktor nongenetik terlibat dalam penyebab hipospadia dimana angka kejadianangka kejadian
keluarga dari hipospadia ditemukan pada sekitar 28% pasien.keluarga dari hipospadia ditemukan pada sekitar 28% pasien.
Mekanisme genetik yang tepat mungkin rumit dan variabel. Penelitian
lain adalah turunan autosomal resesif dengan manifestasi tidak lengkap. Kelainan
kromosom ditemukan secara sporadis pada pasien dengan hipospadia. Faktor
nongenetik utama yang terkait dengan hipospadia adalah pemberian hormon seks.
Peningkatan insiden hipospadia ditemukan di antara bayi yang lahir dari ibu
dengan terapi estrogen selama kehamilan. Prematuritas juga lebih sering dikaitkan
dengan hipospadia.
D.D. KLASIFIKASIKLASIFIKASI
Barcat (1973) Barcat (1973) ANTERIOR 65 % – 70 %ANTERIOR 65 % – 70 %
* Glandular* Glandular
* Coronal* Coronal
* Anterior Penil* Anterior Penil
- MIDDLE HYPOSPADIAS- MIDDLE HYPOSPADIAS
* 10 %* 10 %
* Middle Penile* Middle Penile
- POSTERIOR HYPOSPADIAS- POSTERIOR HYPOSPADIAS
* 20 %* 20 %
* Posterior Penil* Posterior Penil
* Penoscrotal* Penoscrotal
* Perineal* Perineal
E.E. TERAP TERAPI Dan PENATALAKSANAANI Dan PENATALAKSANAAN
1.1. Tujuan : Tujuan : ( ( AnatomAnatomi, i, FungsiFungsi))
2.2. Yang perlu di pertimbangkan dalam repair hipospadiYang perlu di pertimbangkan dalam repair hipospadiaa
A̶A̶ UsiaUsia
A̶A̶ Tipe HipospadiaTipe Hipospadia
A̶A̶ Ukuran PenisUkuran Penis
A̶A̶ Chordee +/-Chordee +/-
3.3. Pengalaman dan kepercayaan operator sangat menentukan tahapan danPengalaman dan kepercayaan operator sangat menentukan tahapan dan
keberhasilan operasi keberhasilan operasi
2 hal pokok dalam repair hipospadia2 hal pokok dalam repair hipospadia
A̶A̶ Release chordeeRelease chordee
A̶A̶ UrethroplastyUrethroplasty
Waktu idealWaktu ideal ( ( 6 bulan6 bulan 18 bulan18 bulan dan dan sebaiknya sebelum sekolahsebaiknya sebelum sekolah))
Cangkok kulit pertama pada uretroplasti ditemukan oleh Nove-Joserand.
Teknik ini terdiri dalam penggunaan split-thickness graft untuk mengisi saluran
di penis untuk membangun uretra.2 Dimana teknik ini membutuhkan stenting
selama berbulan-bulan karena kontraktur melekat pada graft split-thickness.
Multiple stenosis berganda dan striktur dapat terjadi dengan teknik ini, dan sudah
ditinggalkan. Itu kemudian dipopulerkan oleh McIndoe, yang merekomendasikan
stent yang dibiarkan di tempat selama 6 sampai 12 bulan untuk mengatasi
kecenderungan untuk kontraktur. Teknik ini memiliki banyak komplikasi dan
tidak digunakan untuk kasus-kasus rutin.
Thiersche dan Duplay memberikan hasil yang memuaskan untuk
perbaikan hipospadia pertama yang berhasil yang diikuti oleh orang lain.
Meskipun JP Mettauer dari Virginia melaporkan perbaikan pertama yang berhasil
hipospadia dan pembebasan dari jaringan menyebabkan chordae.2 Ia tidak
memiliki penggunaan kateter untuk diversi urin dan tekniknya tidak diikuti oleh
orang lain. Thiersche dan Duplay melakukan perbaikan dua tahap di mana mereka
pertama reseksi jaringan yang menyebabkan chordae dan meluruskan penis. kulit
penis ditutup, dan bulan kemudian urethra dibangun dengan membuat insisi
longitudinal bawah permukaan ventral saluran penis ke uretra, merusak kulit flaps
lateral dan menutupi salurannya.2 Kekurangan dari operasi ini adalah tidak
adekuat memperpanjang uretra ke ujung dari glans penis.
Suatu teknik untuk perbaikan hipospadia diperkenalkan oleh Cecil selama
pertengahan tahun 1940, yang dianggap sebagai fakta bahwa kulit penis yang
cukup sulit untuk didapatkan dalam kasus-kasus.2 Oleh karena itu setelah cordae
dirilis dan meluruskan penis, pada tahap kedua (6 bulan kemudian) uretra itu
dibuat dari kulit saluran ventral penis dengan membuat sayatan memanjang
paralel. sayatan kemudian dibuat di skrotum, dan penis itu dijahit ke dasar
skrotum, penjahitan kulit skrotum untuk tutupi penis lateral. Penis ditinggalkan di
posisi ini selama 6 sampai 8 minggu selama uretra yang baru terbentuk
dijahit.2,6 Pada tahap ketiga skrotum dibebaskan dari penis, meninggalkan normal
vaskularisasi dari kulit skrotum pada permukaan ventral penis untuk menutup
neurouretra.
Tujuan repair hipospadia yaitu untuk memperbaiki kelainan anatomi baik
bentuk penis yang bengkok karena pengaruh adanya chordae maupun letak
osteum uretra eksterna. Sehingga dua hal pokok dalam repair hipospadia yaitu :6
± Chordectomi, melepaskan chordae sehingga penis bisa lurus kedepan saat
ereksi.
± Urethroplasty, membuat osteum uretra eksterna diujung glans penis
sehingga pancaran urin dan semen bisa lurus ke depan
Apabila chordectomi dan urethroplasty dilakukan dalam satu waktu
operasi yang sama disebut satu tahap, bila dilakukan dalam waktu berbeda disebut
dua tahap. Hal yang harus diperhatikan dalam operasi hipospadia yaitu usia, tipe
hipospadia, besarnya penis dan ada tidaknya cordae.6 Pada semua teknik operasi
tersebut tahap pertama adalah dilakukannya eksisi chordae. Penutupan luka
operasi dilakukan dengan menggunakan prepusium bagian dorsal dari kulit
penis.4Tahap pertama ini dilakukan pada usia 1,5 tahun – 2 tahun bila ukuran
penis sesuai untuk usianya. Setelah eksisi cordae maka penis akan menjadi lurus,
tapi meatus masih pada tempat yang abnormal. Pada tahap kedua dilakukan
uretroplasti yang dikerjakan 6 bulan setelah tahap pertama.
F.F. PATHWAYSPATHWAYS
Repair hipospadiaRepair hipospadia
•• Usia Usia Tehnik operasiTehnik operasi
•• Tipe hipospadiaTipe hipospadia
•• Chorde Chorde // HasilHasil
•• Ukuran penisUkuran penis Satu tahapSatu tahap
Dua tahap
Malformasi congenital
Hipospadia
grandular distal penile penile penoskrotal scrotal perineal
Pengelolaan
Pembedahan Kombinasi
Eksisi chordee Pembedahan
Urethroplasty Radio diagnosis
Proses pembedahan Efek anestesi Pemasangan kateter
inwhelling
Kecemasan Nyeri Hipersalivasi
entry
Gangguan Penumpukan
rasa nyaman Sekret gangguan aktivitas
Resiko
Obstruksi Tinggi
Jalan nafas Infeksi
Inefektif bersihan jalan nafas
G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang timbul paska repair hipospadia sangat dipengaruhi oleh
banyak faktor antara lain faktor usia pasien, tipe hipospadia, tahapan operasi,
ketelitian teknik operasi, serta perawatan pasca repair hipospadia.2,3,4 Macam
komplikasi yang terjadi, yaitu :
A̶ Perdarahan
A̶ Infeksi
A̶ Fistel urethrokutan
A̶ Striktur uretra, stenosis uretra
A̶ Divertikel uretra
Komplikasi paling sering dari reparasi hipospadia adalah fistula,
divertikulum, penyempitan uretral, dan stenosis meatus.5,6 Penyebab paling sering
dari fistula adalah nekrosis dari flap yang disebabkan oleh terkumpulnya darah
dibawah flap. Fistula itu dapat dibiarkan sembuh spontan dengan reparasi
sekunder 6 bulan sesudahnya.6 Untuk itu kateter harus dipakai selama 2 minggu
setelah fistulanya sembuh, dengan harapan tepi-tepinya akan menyatu kembali,
sedangkan kegunaannya untuk terus diversi lebih lama dari dua minggu.
Penyempitan uretra adalah suatu masalah. Bila penyempitan ini padat,
maka dilatasi uretra akan efektif. Pada penyempitan yang hebat, operasi sekunder
diperlukan. Urethrotomy internal akan memadai untuk penyempitan yang pendek.
Sedang untuk penyempitan yang panjang uretra harus dibuka disepanjang daerah
penyempitan dan ketebalan penug dari graft kulit yang dipakaiuntuk menyusun
kembali ukuran uretra. Suatu kateter dapat dipakai untuk mendukung skin graft.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HIPOSPAGIA
DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
PRA OPERASI
Kecemasan/ansietas
b/d kurangnya
pengetahuan
mengenai
kondisi,prognosis,
dan kebutuhan
pengobatan
Kecemasan/ansietas
hilang/berkurang
satelah dilakukan
asuhan
keperawatan
dalam1X20 menit,
dengan criteria
hasi, klien akan ::
a. mengutarakan
proses
penyakit/proses
preoperasi dan
harapan pasca
operasi
b. melakukan
prosedur yang
diperlukan
untuk
menjelaskan
alasan dari
suatu tindakan
c. memulai
perubahan gaya
hidup yang
dperlukan dan
ikut serta dalam
regimen
Kaji tingkat
pemahaman
pasien
Gunakan sumber-
sumber
pengajaran, sesuai
keadaan
Melaksanakan
program
pengajaran pra
operasi individual
Informasikan
pasien/orang
terdekat mengenai
rencana
perjalanan,
komunikasi
dokter/orang
terdekat
Berikan fasilitas
perencanaan program
pengajaran
Media khusus akan
dapat memenuhi
kebutuhan pasian
untuk belajar
Meningkatkan
pemahaman atau
kontrol pasien dan
memungkinkan
partisipasi dalam
perawatan pasca
operasi
Informasi logistik
mengenai jadwal dan
kamar operasi,
mencegah keraguan
dan kebingungan
akan kesehatan
pasian, dan prosedur
yang akan dilakukan
INTRA OPERASI
Resiko tinggi
terhadap perubahan
suhu tubuh b/d
penggunaan
obat/zat anerstesi
PASCA OPERASI
Tidak efektif pola
nafas b/d
neuromuscular,
ketidakseimbangan
perceptual/kognitif
perawatan
Suhu tubuh dalam
batas normal dan
stabil setelah
dlakukan asuhan
keperawatan
selama 1X30 menit,
dengan criteria
hasil. klien akan :
mempertahankan
suhu tubuh dalam
jangkauan normal
Setelah dlakukan
tindakan
keperawatan 1X30
menit, polanafas
stabil efektif,
dengan KH, klien
Sediakan
pengukuran suhu
pada pasien
dengan elevasi
suhu operasi
Catat elevasi suhu
yang cepat/
demam tinggi
menetap dan obati
secara tepat per
protocol
Sediakan selimut
penghangat pada
saat saat darurat
untuk anestesi
Pertahankan jalan
udara klien
dengan
memiringkan
kepala,
hiperekstensi
Irigasi dan pemajana
permukaan kulit
keudara mungkin
dibutuhkan untuk
menurunkan suhu
Hipertermia
malignan harus
diobati dan dikenali
dengan tepat untuk
menghindari
komplikasi yang
serius
Anestesi inhalasi
akan menekan
hipotalamus, dan
mengakibatkan
regulasi suhu tubuh
Mencegah obstruksi
jalan nafas
Resiko tinggi
terhadap
kekurangan volume
cairan hilangnya
cairan tubuh secara
tidak
normal(perdarahan,
muntah, dll)
akan:
Menetapakn pola
napas yang
normal/efektif dan
bebas dari sianosis
atau tanda-tanda
hipoksia lainnya
Volume cairan
pasien dapat
dipertahankan
dalam batas normal
setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
1X24jam,dengan
KH klien akan:
mendemonstrsikan
keseinbangan
cairan yang
adekuat,
TTV stabil,
turgor kulit normal,
membran mukosa
lembab,
Pengeluaran urine
rahang, aliran
udara faringeal
oral
Lakukan latihan
gerak sesegera
mungkin pada
pasien yang
reaktif dan
lanjutkan pada
periode pasca
operasi
Berikan bantuan
pengukuran
berkemih sesuai
kebutuhan
Periksa pembalut,
alat drein pada
interval reguler
Pantau suhu
Fentilasi dalam yang
aktif membuka
alveolus,
mengeluarkan
sekresi,
meningkatkan
pengangkutan
oksigen, membuang
gas anestesi
Peningkatkan
relaksasi otot
perineal dan
memudahkan upaya
pengosongan.
Perdarahan yang
berlebihan dapat
mengacu kepada
hipovolemia atau
hemoragi.
Pembengkakan local
mungkin
mengindikasikan
formasi hematoma/p
erdarahan.
Kulit yang dingin
Gangguan rasa
nyaman,nyeri akut
b/d gangguan
integritas kulit
jaringan
yang sesuai
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 1x24 jam
nyeri akan
berkurang, dengan
KH, klien akan :
mengatakan bahwa
rasa sakit telah
terkontrol/
dihilangkan
Tampak santai
dapat
beristirahat/tidur
dan ikut serta
dalam aktiftas
sesuai kemampuan.
kulit,palpasi
denyut perifer
Evaluasi rasa
sakut secara
reguler, catat
karakteristik,
lokasi dan
intensitas.
Dorong
penggunaan tehnik
relaksasi
Lakukan reposisi
sesuai petunjuk
lembab, denyut yang
lemah
mengindikasikan
penurunan sirkulasi
perifer dan
dibutuhkan untuk
pemberian cairan
tambahan
Sediakan informasi
mengenai
kebutuhan/evektivita
s intervensi.
Lepaskan tegangan
emosional dan otot
Memungkinkan
mengurangi rsa sakit
dan meningkatka
serkulasi. Posisi
semi-fowler dapat
mengurangi tegangan
otot abdominal dan
otot punggung
arthritis, sedangkan
minring mengurangi
tekanan dorsal.
DAFTAR PUSTAKA
Barlow, Sheilla dan Weller, Barbara F.(1985) Pediatric Nursing. Jakarta : Engish Langue
Book Society
Carpenito, Linda Juall.(2001).Buku saku diagnosa keperawatan,Jakarta :EGC
Drice, Sylvia A dan Wilson, Lorraine M.(1995) Pathofisiologi Konsep Klinis Proses
Penyakit, Jakarta : EGC
Rekso Prodjo, Soelarto.(1995) Ilmu Bedah.Jakarta :FKUI
Suriadi dan Yuliani,Rita.(2001).Askep Pada Anak,edisi 1. Jakarta : Fajar Interpretama
Smelzer, Suzane. (2002). Keperawatan Medikal Bedak,edisi 8.Jakarta : EGC
www.medicastore.ko.org
top related