lp askep dm handry
Post on 22-Oct-2015
78 Views
Preview:
TRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
1). Menurut (1001 tentang diabetes, seluk beluk dan penanggulangannya, Nexx
Media,inc., Jakarta, 2005).
Diabetes mellitus adalah penyakit dimana penderita tidak bisa
mengontrol kadar gula dalam tubuhnya. Tubuh akan selalu kekurangan ataupun
kelebihan gula sehingga mengganggu system kerja tubuh secara keseluruhan.
Tubuh membutuhkan zat gula sebagai sumber energi. Diabetes terjadi karena
adanya masalah dengan produksi hormone insulin oleh pancreas, baik hormone
itu tidak diproduksi dalam jumlah yang benar, maupun tubuh tidak bisa
menggunakan hormone insulin dengan benar. Diabetes tipe I disebabkan oleh
rusaknya sel beta yang terletak di pancreas sehingga tubuh tidak lagi
memproduksi hormone insulin. Kerusakan ini bias disebabkan oleh keturunan
maupun kesalahan tubuh dalam membangun kekebalan. System kekebalan
tubuh menyerang daerah dalam pancreas yang bernama pulau-pulau langerhans
sehingga sel beta mengalami kerusakan (insulin dependent). Diabetes tipe II
diakibatkan karena sel-sel tubuh tidak mampu merespon kerja insulin
sebagaimana mestinya. Hal ini lebih mudah ditangani karena sebenarnya tubuh
masih memproduksi insulin, sehingga dalam tahap tertentu, tubuh tidak
memerlukan pasokan insulin dari luar (non insulin dependent).
2). Menurut Morrison, 2003:181)
Ulkus diabetikum adalah suatu komplikasi yang umum terjadi pada
pasien dengan diabetes mellitus.
3). Menurut (Marwalli, 1998 :280)
Ulkus diabetik merupakan luka yang menembus epidermis sampai
korium, biasanya disertai dengan nekrosis jaringan, bervariasi dalam bentuk
serta dalam luka sebagai akibat dari peningkatan kadar glukosa dalam darah /
Penyakit diabetes Mellitus.
B. Etiologi
Menurut Haznam (1991:68) ulkus diabetic dapat disebabkan karena :
a) Primer karena distribusi tekanan (pressure distribution)
b) Sekunder karena neuropatic diabetic, ditambah lagi berkurangnya aliran darah
karena penyakit vascular dan infeksi.
Oleh karena itu ulkus berubah menjadi gangrene. Neuropati sensori
menyebabkan hilangnya perasaan nyeri dan sensibilitas tekanan, sedangkan neuropati
autonom menimbulkan peningkatan kekeringan dan pembentukan fisura pada kulit.
C. Patofisiologi
1). Menurut (1001 tentang diabetes, seluk beluk dan penanggulangannya,
NexxMedia,inc., Jakarta, 2005).
Pada saat tubuh mengkonsumsi makanan/minuman yang mengandung
banyak gula, mak darah akan dibanjiri oleh glukosa. Sel beta dalam pankreas
kemudian akan terangsang untuk memproduksi insulin. Apabila kadar gula
dalam darah telah mencapai titik dimana jumlahnya tidak lagi bisa ditangani
oleh insulin, maka akan terjadi kelebihan kadar gula dalam tubuh. Jika insulin
tidak ada atau tidak berfungsi, maka gula akan terus berada didalam darah.
Jumlah gula dalam darah yang tidak dapat lagi diserap oleh ginjal akan keluar
bersama urin. Oleh sebab itu urin seorang penderita diabetes akan mengandung
zat gula, sehingga sering juga disebut kencing manis.
2). Menurut Haznam (1991: 80)
Akibat dari gula yang tidak masuk kedalam sel untuk digunakan sebagai
energi maka tubuh akan terasa lemah. Kadar glukosa yang tinggi akan
mengakibatkan neuropati sensori sehingga menyebabkan hilangnya sensasi
nyeri, dan sensitivitas tekanan. Rangkaian kejadian yang khas dalam proses
timbulnya Luka diabetic pada kaki dimulai dari jaringan atau daerah yang
kering atau pembentukan serabut halus. Kesembuhan luka pun lama karena
sirkulasi eksternal bawah menurun akibat gangguan pada vascular perifer.
Selain itu hiperglikemia akan menurunkan resistensi terhadap infeksi tertentu
akibat kemampuan leukosit penghancur bakteri terganggu.
3). Menurut Suriadi (2004:65)
Penyakit neuropati dan vascular adalah factor utama yang
mengkontribusi terjadinaya luka. Masalah luka yang terjadi pada pasien diabetic
terkait dengan adanya pengaruh pada saraf yang terdapat pada kaki dan
biasanya dikenal sebagai neuropati perifer. Pada pasien dengan diabetic sering
kali mangalami gangguan pada sirkulasi. Gangguan sirkulasi ini adalah yang
berhubungan dengan „peripheral vascular deseases“. Efek sirkulasi inilah yang
menyebabkan kerusakan pada saraf. Hal ini terkait dengan diabetik neuropati
yang berdampak sistem saraf autonom, yang mengontrol fungsi otot-otot halus,
kelenjar dan organ viseral. Dengan adanya gangguan pada saraf autonom
pengaruhnya adalah terjadi perubahan tonus otot yang menyebabkan
abnormalnya aliran darah. Dengan demikian kebutuhan akan nutrisi dan oksigen
maupun pemberian antibiotik tidak mencukupi atau yidak dapat mencapai
jaringan perifer atau untuk kebutuhan metabolisme pada lokasi tersebut. Efek
pada autonom neuropati ini akan menimbulkan kulit menjadi kering, anhidrosis;
yang menyebabakan kulit mnejadi rusak dan luka yang sukar sembuh dan dapat
menimbulkan infeksi dan mengkontribusi untuk terjadinya gangren. Dampak
lain adalah karena adanya neuropati perifer yang mempengaruhi pada saraf
sensori dan sitem motor yang menyebabkan hilangnya sensasi rasa nyeri,
tekanan dan perubahan temperatur.
D. Manifestasi klinik (Moya Ju Morison 2003:181)
a) Terjadinya pembentukan fisura antara jari-jari kaki atau daerah kulit yang kering.
Gangguan saraf autonom mengakibatkan hilangnya sekresi kulit, sehingga kulit
kering dan mudah mengalami luka yang sukar sembuh.
b) Terjadinya pembentukan kalus, dikarenakan beban yang diterima pada setiap inci
persegi pada telapak kaki kira-kira puluhan kilogram akan merangsang
pembentukan kalus. Paralisis otot kaki menyebabkan perubahan keseimbangan
disendi kaki, perubahan berjalan dan akan menimbulkan titik tekan baru pada
telapak kaki sehingga terjadi kalus ditempat itu.
c) Cidera tidak dirasakan oleh pasien karena kepekaan kakinya sudah menghilang,
ganguan motorik menyebabkan mati rasa setempat dan hilangnya perlindungan
terhadap trauma sehingga penderita mengalami cedera tanpa di sadari. Akibatnya
kalus akan berubah menjadi ulkus yang bila disertai infeksi berkembang menjadi
selulitis dan berakhir dengan gangren.
d) Pembengkakan, kemerahan akibat selulitis biasanya teraba pulsasi arteri dibagian
distal yang menunujukkan adanya ulkus diabetic pada telapak kaki.
e) Pengeluaran nanah.
f) Terdapat jaringan nekrotik yang diakibatkan oleh tiga factor yaitu :
Angiopati arteriol yang menyebabkan perfusi jaringan kaki kurang baik
sehingga mekanisme radang jadi tidak efektif.
Lingkungan gula darah yang subur untuk perkembangan bakteri pathogen.
Karena terjadi pintas arteri-vena di subkutis yang terbuka, aliran nutrien akan
melampaui tempat infeksi kulit.
E. Komplikasi
Menurut Haznam ada komplikasi yang turut mengakibatkan terjadinya infeksi
kaki. Yaitu :
1) Neuropati
Neuropati sensoris menyebabkan hilangnya perasaan nyeri dan sensitibilitas
tekanan sedangkan neuropati autonom menimbulkan peningkatan kekeringan dan
pembentukan fisura pada kulit.
2) Penyakit vasculer perifer
Situasi ektremitas bawah yang buruk akan turut menyebabkan lamanya
kesembuhan luka dan terjadi gangrene.
3) Penurunan daya imunitas
Hiperglikemia akan mengganggu kemampuan leukosit khusus yang berfungsi
sebagai penghancur bakteri. Dengan demikian, pada pasien diabetes yang tidak
terkontrol akan terjadinya penurunan resistensi terhadap infeksi tertentu.
F. Pemerikasaan Penunjang
Beberapa tes diagnostik pada klien dengan ulkus diabetikum :
a) Glukosa dalam darah meningkat 200 mg/dl atau lebih.
b) Haemoglobia ; hematokrit meningkat, leukosit meningkat, hemokonsentrasi
meningkat merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
c) Kultur dan sensitivitas ; kemungkinan adanya infeksi pada luka.
G. Penatalaksanaan medis
1). Penatalaksanaan jangka Pendek :
Debridement lokal : radikal jaringan sehat.
Terapi antibiotic sistemik untuk memerangi infeksi, di ikuti tes sensitivitas
antibiotik.
Control diabetes untuk meningkatkan efisiensi system imun.
Posisi tanpa bobot badan untuk ulkus plantaris
2). Penatalaksanaan Jangka Panjang.
Apabila ulkus meluas kedalam dermis atau jaringan yang lebih dalam maka
pertimbangan penggunaan preparat enzimatik, misalnya : Varidase untuk
mengencerkan pus dan menghancurkan krusta yang berlebihan ; atau balutan
butiran yang mengandung povidon, misalnya : salep debrison. Balutan arang
aktif misalnya actisorb plus atau pasta gula yang sangat bermanfaat untuk luka
yang sangat bau.
Apabila luka terbuka superficial : jika luka sangat terkontaminasi/pasien sangat
lemah, pertimbangkan penggunaan agens anti mikroba topical yang dimasukkan
kedalam balutan yang tidak menempel misal : inadine/krut plamazine.
H. Manajemen Keperawatan
a). Pengkajian
1). Menurut (Doengoes, 1999 : 2017-2018)
a. Aktivitas / Istirahat
Gejala : lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot
menurun.
Tanda : penurunan kekuatan otot.
b. Sirkulasi
Gejala : ulkkus pada kaki, penyembuhan lama, kesemutan/kebas
pada ekstremitas.
Tanda : kulit panas, kering dan kemerahan.
c. Integritas Ego
Gejala : tergantung pada orang lain.
Tanda : ansietas, peka rangsang.
d. Eleminasi
Gejala : perubahan pola berkemih (poliuria), nakturia
Tanda : urine encer, pucat kering, poliurine.
e. Makanan/cairan
Gejala : hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak mengikuti diet,
penurunan berat badan.
Tanda : kulit kering/bersisik, turgor jelek.
f. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : nyeri pada luka ulkus
Tanda : wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat hati-hati.
g. Keamanan
Gejala : kulit kering, gatal, ulkus kulit.
Tanda : demam, diaforesis, kulit rusak, lesi/ulserasi
h. Penyuluhan / pembelajaran
Gejala : faktor risiko keluarga DM, penyakit jantung, stroke,
hipertensi, penyembuhan yang lamba. Penggunaan
obatseperti steroid, diuretik (tiazid) : diantin dan
fenobarbital (dapat meningkatkan kadar glukosa darah).
2). Pengkajian Ulkus, Moya Ju Morison (2003)
Kulit sekitas ulkus : biasanya pergelangan kaki mengkilat,
pigmentasi kulit sekitas ulkus ektema statis, kulit memucat karena
atropi.
Karakteristik ulkus adalah kedalaman dan bentuknya, biasanya
dangkal dengan pinggir rata, seringkali berbentuk bulat memanjang,
nyeri hanya bila sangat terinfeksi dan tanda oedema perifer yang
nyata.
b). Diagnosa Keperawatan (Doengoes, 1999:2021)
1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik,
kehilangan gastrik, berlebihan diare, mual, muntah, masukan dibatasi, kacau
mental.
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral : anoreksia, mual, lambung
penuh, nyeri abdomen, perubahan kesadaran : status hipermetabolisme,
pelepasan hormon stress.
3) Risiko tinggi terjadi penyebaran infeksi berhubungan dengan tidak
adekuatnya pertahanan perifer, perubahan sirkulasi, kadar gula darah yang
tinggi, prosedur invasif dan kerusakan kulit.
4) Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik,
perubahan kimia darah, insufisiensi insulin, peningkatan kebutuhan energi,
status hipermetabolisme/infeksi.
5) Kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan tekanan,
perubahan status metabolik, kerusakan sirkulasi dan penurunan sensasi
dibuktikan oleh terdapat luka / ulserasi, kelemahan, penurunan berat badan,
turgor kulit buruk, terdapat jaringan nekrotik.
6) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan salah interpretasi informasi / tidak mengenal sumber
informasi.
c). Intervensi Keperawatan (Doengoes, 1999)
a) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik,
kehilangan gastric, berlebihan (diare, muntah) masukan dibatasi (mual,
kacau mental).
Tujuan : Kondisi tubuh stabil, tanda-tanda vital, turgor kulit, normal.
Kriteria Hasil : - pasien menunjukan adanya perbaikan keseimbangan
cairan, dengan kriteria ; pengeluaran urine yang adekuat
(batas normal), tanda-tanda vital stabil, tekanan nadi
perifer jelas, turgor kulit baik, pengisian kapiler baik
dan membran mukosa lembab atau basah.
Intervensi / Implementasi :
1) Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan tekanan darah
ortestastik.
Rasional : Hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan
takikardia.
2) Kaji pola napas dan bau napas.
Rasional : Paru-paru mengeluarkan asam karbonat melalui
pernapasan yang menghasilkan kompensasi alkosis respiratoris
terhadap keadaan ketoasidosis.
3) Kaji suhu, warna dan kelembaban kulit.
Rasional : Demam, menggigil, dan diaferesis merupakan hal umum
terjadi pada proses infeksi. Demam dengan kulit yang kemerahan,
kering, mungkin gambaran dari dehidrasi.
4) Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran
mukosa.
Rasional : Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi atau volume
sirkulasi yang adekuat.
5) Pantau intake dan output. Catat berat jenis urine.
Rasional : memeberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti,
fungsi ginjal dan keefektifan dari terapi yang diberikan.
6) Ukur berat badan setiap hari.
Rasional : memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status
cairan yang sedang berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan
cairan pengganti.
7) Kolaborasi pemberian terapi cairan sesuai indikasi
Rasional : tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat
kekurangan cairan dan respon pasien secara individual.
b) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidak cukupan insulin, penurunan masukan oral : anoreksia, mual,
lambung penuh, nyeri abdomen, perubahan kesadaran : status
hipermetabolisme, pelepasan hormon stress.
Tujuan : berat badan dapat menigkat dengan nilai laboratorium normal
dan tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
Kriteria Hasil : - pasien mampu mengungkapkan pemahaman tentang
penyalahgunaan zat, penurunan jumlah intake ( diet
pada status nutrisi)
- mendemonstrasikan perilaku, perubahan gaya hidup
untuk meningkatkan dan mempertahankan berat
badan yang tepat.
Intervensi / Implementasi :
1) Timbang berat badan setiap hari sesuai indikasi
Rasional : Mengetahui pemasukan makan yang adekuat.
2) Tentukan program diet dan pola makanan pasien dibandingkan
dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien.
Rasional : Mengindentifikasi penyimpangan dari kebutuhan.
3) Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen/perut kembung,
mual,muntah, pertahankan puasa sesuai indikasi.
Rasional : mempengaruhi pilihan intervensi.
4) Observasi tanda-tanda hipoglikemia, seperti perubahan tingkat
kesadaran, dingin/lembab, denyut nadi cepat, lapar dan pusing.
Rasional : secara potensial dapat mengancam kehidupan, yang harus
dikali dan ditangani secara tepat.
5) Kolaborasi dalam pemberian insulin, pemeriksaan gula darah dan
diet.
Rasional : Sangat bermanfaat untuk mengendalikan kadar gula
darah.
c) Risiko tinggi terjadi penyebaran infeksi berhubungan dengan tidak
adekuatnya pertahanan perifer, perubahan sirkulasi, kadar gula darah yang
tinggi, prosedur invasif dan kerusakan kulit.
Tujuan : Infeksi tidak terjadi.
Kriteria Hasil : - mengindentifikasi faktor-faktor risiko individu dan
intervensi untuk mengurangi potensial infeksi.
- pertahankan lingkungan aseptik yang aman.
Intervensi / Implementasi
1) Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan seperti demam,
kemerahan, adanya pus pada luka , sputum purulen, urin warna
keruh dan berkabut.
Rasional : pasien masuk mungkin dengan infeksi yang biasanya
telah mencetus keadaan ketosidosis atau dapat mengalami infeksi
nosokomial.
2) Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang
baik, setiap kontak pada semua barang yang berhubungan dengan
pasien termasuk pasien nya sendiri.
Rasional : mencegah timbulnya infeksi nosokomial.
3) Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif (seperti pemasangan
infus, kateter folley, dsb).
Rasional : Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media
terbaik bagi pertumbuhan kuman.
4) Pasang kateter / lakukan perawatan perineal dengan baik.
Rasional : Mengurangi risiko terjadinya infeksi saluran kemih.
5) Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh. Masase
daerah tulang yang tertekan, jaga kulit tetap kering, linen kering
dantetap kencang (tidak berkerut).
Rasional : sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien
pada penigkatan risiko terjadinya kerusakan pada kulit / iritasi dan
infeksi.
6) Posisikan pasien pada posisi semi fowler.
Rasional : memberikan kemudahan bagi paru untuk berkembang,
menurunkan terjadinya risiko hipoventilasi.
7) Kolaborasi antibiotik sesuai indikasi.
Rasional : penenganan awal dapat membantu mencegah timbulnya
sepsis.
d) Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik,
perubahan kimia darah, insufisiensi insulin, peningkatan kebutuhan energi,
status hipermetabolisme/infeksi.
Tujuan : Rasa lelah berkurang / Penurunan rasa lelah
Kriteria Hasil : - menyatakan mapu untuk beristirahat dan peningkatan
tenaga.
- mampu menunjukan faktor yang berpengaruh terhadap
kelelahan.
- Menunjukan peningkatan kemampuan dan
berpartisipasi dalam aktivitas.
Intervensi / Implementasi :
1) Diskusikan dengan pasien kebutuhan aktivitas. Buat jadwal perencanaan
dengan pasien dan identifikasi aktivitas yang menimbulkan kelelahan.
Rasional : pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan
aktivitas meskipun pasien mungkin sangat lemah.
2) Berikan aktivitas alternatif denagn periode istirahat yang cukup / tanpa
terganggu.
Rasional : mencegah kelelahan yang berlebihan.
3) Pantau tanda-tanda vital sebelum atau sesudah melakukan aktivitas.
Rasional : mengidentifikasi tingkat aktivitas yang ditoleransi secara
fisiologi.
4) Diskusikan cara menghemat kalori selama mandi, berpindah tempat dan
sebagainya.
Rasional : dengan penghematan energi pasien dapat melakukan lebih
banyak kegiatan.
5) Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
sesuai kemampuan / toleransi pasien.
Rasional : meningkatkan kepercayaan diri / harga diri yang positif sesuai
tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi pasien.
e) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan salah interpretasi informasi / tidak mengenal sumber
informasi.
Tujuan : pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur
dan proses pengobatan.
Kriteria Hasil : - melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan
alasan dari suatu tindakan.
- memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut
serta dalam regimen perawatan.
Intervensi / Implementasi :
1) Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
Rasional : megetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien
dan keluarga tentang penyakitnya.
2) Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya
sekarang.
Rasional : dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien
dan keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas.
3) Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanan nya.
Rasional : diet dan pola makan yang tepat membantu proses
penyembuhan.
4) Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah
diberikan.
Rasional : mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga
serta menilai keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.
f) Kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan tekanan,
perubahan status metabolik, kerusakan sirkulasi dan penurunan sensasi
dibuktikan oleh terdapat luka / ulserasi, kelemahan, penurunanberat badan,
turgor kulit buruk, terdapat jaringan nekrotik.
Tujuan : Mencapai Penyembuhan Luka
Kriteria Hasil : - pasien mampu mendemonstrasikan tingkah laku atau
tehnik meningkatkan kesembuhan dan untuk mencegah
komplikasi.
Intervensi / Implementasi :
1) Kaji kulit dan identifikasi pada tahap perkembangan ulkus.
Rasional : mengetahui sejauh mana perkembangan ulkus mempermudah
dalam melakukan tindakan yang tepat.
2) Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan ulkus.
Rasional : mengidentifikasi tingkat keparahan luka akan mempermudah
intervensi.
3) Pantau peningkatan suhu tubuh.
Rasional : suhu tubuh yang meningkat dapat diidentifikasikan sebagai
adanya proses peradangan.
4) Berikan perawatan luka dengan tehnik aseptik. Balut luka dengan kasa
kering dan steril, gunakan plester kertas.
Rasional : tehnik aseptik membantu mempercepat penyembuhan luka
dan mencegah terjadinya infeksi.
5) Jika pemulihan tidak terjadi persiapkan untuk debridement sesuai
pesanan.
Rasional : agar benda asing atau jaringan yang terinfeksi tidak menyebar
luas pada area kulit normal lainnya.
6) Seterlah debridement, ganti balutan sesuai pesanan.
Rasional : balutan dapat diganti satu atau dua kali tergantung kondisi
parah/ tidak nya luka, agar tidak terjadi infeksi.
7) Berikan antibiotik sesuai indikasi.
Rasional : antibiotik berguna untuk mematikan mikroorganisme
pathogen pada daerah yang berisiko terjadi infeksi.
d). Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan
lainnya. (Carpenito, 1999:28)
Tujuan Pemulangan pada ulkus diabetic adalah :
a.Homeostatis dapat dipertahankan.
b. Faktor-faktor penyebab / pencetus dapat dikontrol atau dikoreksi.
c.Komplikasikasi dapat dicegah / diminimalkan.
d. Proses penyakit / prognosis, kebutuhan akan perawatan diri dan pengobatan
dapat dipahami.
DAFTAR PUSTAKA
Lynda Juall carpernito, Rencana Asuhan keperawatan dan
dokumentasi keperawatan, Diagnosis Keperawatan dan
Masalah Kolaboratif, ed. 2, EGC, Jakarta, 1999.
Marilynn E. Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian pasien, ed.3, EGC,
Jakarta, 1999.
Moya Ju Morison, manajemen Luka, EGC, Jakarta, 2003.
Smeltzer G. Szanne, Keperawatan medikal Bedah, ed.2 vol.2, EGC,
Jakarta, 2001.
Suriadi, Perawatan Luka, ed. 1, Sagung Seto, Jakarta, 2004.
1001 tentang diabetes ; seluk beluk dan penanggulangannya, Nexx Media,inc.,
Jakarta, 2005.
Donna L. Wong, “Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik” Ed.4, EGC, Jakarta, 2003
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
DIABETES MELITUS
Dosen : Hendri Wahono, S. Kep., Ners
DISUSUN OLEH :
Handrilelu Saputra
NIM : 2011.C.03a.0174
YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI S1 KEPERAWATAN
2012
top related