laporan salep mata
Post on 10-Dec-2015
273 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salep mata adalah salep steril untuk pengobatan mata dengan menggunakan dasar
salep yang cocok. Salep mata berbeda dengan salep dermatologi, salep mata harus steril.
Apakah dibuat dari bahan-bahan yang sudah steril dalam keadaan bebas hama
sepenuhnya atau disterilkan sesudah pembuatan. Salep mata harus memenuhi uji sterilitas
sebagaimana tertera pada kompedia resmi. Sterilitas merupakan syarat yang paling
penting. Larutan mata yang dibuat dapat membawa banyak mikroorganisme, yang paling
berbahaya adalah Pseudomonas aeruginosa. Infeksi mata dari organisme ini dapat
menyebabkan kebutaan, ini khususnya berbahaya untuk penggunaan produk-produk
nonsteril pada mata saat kornea terkena. Bahan partikulat dapat mengiritasi mata
menghasilkan ketidaknyamanan pada pasien. Salep mata memberikan arti lain dimana
obat dapat mempertahankan kontak dengan mata dan jaringan di sekelilingnya tanpa
tercuci oleh cairan air mata. Salep mata memberikan keuntungan dimana waktu
kontaknya lebih lama dan bioavaibilitasnya dan letal obat lebih besar meski dengan onset
yang lebih lambat dan waktu untuk mencapai absorbsi lebih lama. Ssatu kekurangan dari
penggunaan salep mata adalah salep akan mengganggu pandangan kecuali digunakan
selama waktu tidur.
B. Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah formulasi ini adalah untuk memperoleh sediaan salep
mata yang memiliki formulasi terbaik dibandingkan dengan formula lainnya.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Salep Mata
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai
obat luar. Bahan obatnya harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang
cocok (Anief, 2000).
Salep mata adalah salep yang digunakan pada mata. Pada pembuatan salep mata
harus diberikan perhatian khusus. Sediaan dibuat dari bahan yang sudah disterilkan
dengan perlakuan aseptik yang ketat serta memenuhi syarat uji sterilitas (Anonim, 1995).
Bila bahan tertentu yang digunakan dalam formulasi salap mata tidak dapat disterilkan
dengan cara biasa, maka dapat digunakan bahan yang memenuhi syarat uji sterilitas
dengan pembuatan secara aseptik. Salap mata mengandung bahan atau campuran bahan
yang sesuai untuk mecegah pertumbuhan atau memusnahkan mikroba yang mungkin
masuk secara tidak sengaja bila wadah dibuka pada waktu aplikasi penggunaan, kecuali
dinyatakan lain dalam monografi, atau formulanya sendiri sudah bersifat bakteriostatik
(Goeswin, ).
Obat biasanya dipakai untuk mata untuk maksud efek lokal pada pengobatan
bagian permukaan mata atau pada bagian dalamnya. Yang paling sering digunakan adalah
larutan dalam air, tapi bisa juga dalam bentuk suspensi, cairan bukan air dan salep mata.
Berbeda dengan salep dermatologi, syarat salep mata yang baik yaitu :
Steril
Bebas hama/bakteri
Tidak mengiritasi mata
Difusi bahan obat ke seluruh mata yang dibasahi karena sekresi cairan mata.
Dasar salep harus mempunyai titik lebur/titik leleh mendekati suhu tubuh
(Ansel,1989).
B. Karakteristik Sediaan Salep Mata
1. Kejernihan
2
Larutan mata adalah larutan bebas dari partikel asing dan jernih secara normal
diperoleh dengan filtrasi. Tentunya, pentingnya peralatan filtrasi agar jernih dan tercuci
baik sehingga bahan-bahan partikulat tidak dikontribusikan untuk larutan dengan desain
peralatan untuk menghilangkannya. Pengerjaan penampilan untuk larutan dalam
lingkungan yang bersih, penggunaan LAF dan harus tidak tertumpah memberikan
kebersihan untuk penyiapan larutan jernih bebas dari partikel asing. Dalam beberapa
permasalahan, kejernihan dan sterilisasi dilakukan dalam langkah filtrasi yang sama. Ini
penting untuk menyadari bahwa larutan jernih sama fungsinya untuk pembersihan wadah
dan tutup. Keduanya, wadah dan tutup harus bersih, steril dan tak tertumpahkan. Wadah
atau tutup tidak membawa partikel dalam larutan selama kontak lama dalam
penyimpanan. Normalnya dilakukan tes sterilisasi
2. Stabilitas
Stabilitas obat dalam larutan seperti produk mata tergantung sifat kimia bahan
obat, pH produk, metode penyiapan (khususnya penggunaan suhu), zat tambahan larutan
dan tipe pengemasan. Obat seperti pilokarpin dan fisostigmin aktif dan cocok pada mata
pada pH 6,8. Namun demikian pH stabilitas kimia (atau ketidakstabilan) dapat diukur
dalam beberapa hari atau bulan. Dengan obat ini, bahan kehilangan stabilitas kimia
kurang dari 1 tahun. Sebaliknya pada pH 5 kedua obat stabil dalam beberapa tahun.
3. Buffer dan pH
Idealnya, sediaan mata sebaiknya diformulasi pada pH yang ekuivalen dengan
cairan air mata yaitu 7,4. dan prkteknya jarang dicapai. Mayoritas bahan aktif dalam
optalmology adalah garam basa lemah dan paling stabil pada pH asam. Ini umumnya
dapat dibuat dalam suspensi kortikosteroid tidak larut. Suspensi biasanya paling stabil
pada pH asam pH optimum umumnya menginginkan kompromi pada formulator. pH
diseleksi jadi optimum untuk stabil. Sistem dapar diseleksi agar mempunyai kapasitas
adekuat untuk memperoleh pH dengan range stabilitas untuk durasi umur produk.
Kapasitas buffer adalah kunci utama situasi ini
4. Tonisitas
Tonisitas berarti tekanan osmotik yang diberikan oleh garam-garam dalam larutan
berair. Larutan mata adalah isotonik dengan larutan lain ketikamagnitude sifat koligatif
larutan adfalah sama. Larutan mata dipertimbangkan isotonik ketika tonisitasnya sama
3
dengan 0,9 % larutan NaCl Sebenarnya mata lebih toleran terhadap variasi tonisitas dari
suatu waktu yang diusulkan. Mata biasanya dapat mentoleransi larutan sama untuk range
0,5 % – 1,8 % NaCl intraokuler. Namun demikian ini tidak dibutuhkan ketika stabilitas
produk dipertimbangkan
5. Viskositas
USP mengizinkan penggunaan peningkat viskositas untuk memperpanjang waktu
kontak dalam mata dan untuk absorpsi obat dan aktivitasnya. Bahan-bahan seperti metil
selulose, polivinil alkohol dan hidroksil metil selulose ditambahkan secara berkala untuk
meningkatkan viskositas. Investigator telah mempelajari efek peningkatan viskositas
pada waktu kontak dalam mata. Umumnya viskositas meningkat dari 25 – 50 cps range
signifikan meningkatkan lama kontak dalam mata.
6. Bahan Tambahan
Penggunaan bahan tambahan dalam larutan mata dibolehkan, namun
pemilihannya dalam jumlah tertentu. Antioksidan, khususnya natrium bisulfit atau
metasulfit, digunakan dalam konsentrasi sampai 0,3 %, khususnya dalam larutan yang
mengandung garam epinefrin. Antioksidan lain seperti asam askobat atau asetilsistein
dapat digunakan. Antioksidan ini berefek sebagai penstabil untuk meminimalkan oksidasi
epinefrin. Penggunaan surfaktan dalam sediaan mata dibatasi hal yang sama. Surfaktan
nonionik, keluar toksis kecil seperti bahan campuran digunakan dalam konsentrasi
rendahkhususnya suspensi steroid dan berhubungan dengan kejernihan larutan. Surfaktan
jarang digunakan sebagai kosolven untuk meningkatkan kelarutan. Penggunaan
surfaktan, khususnya beberapa konsentrasi signifikan, sebaiknya dengan karakteristik
bahan-bahan. Surfaktan nonionik, khususnya dapat bereaksi dengan adsorpsi dengan
komponen pengawet antimikroba dan inaktif sistem pengawet. Benzalkonium klorida
dalam range 0,01 – 0,02 % dengan toksisitas faktor pembatas konsentrasi, sebagai
pengawet digunakan dalam jumlah besar larutan dengan suspensi sediaan mata.
C. Syarat Syarat Salep Mata
Salep mata dibuat dari bahan yang disterilkan dibawah kondisi yang benar-benar
aseptik dan memenuhi persyaratan dari tes sterilisasi resmi. Sterilisasi terminal dari salep
4
akhir dalam tube disempurnakan dengan menggunakan dosis yang sesuai dengan radiasi
gamma.
Salep mata harus mengandung bahan yang sesuai atau campuran bahan untuk
mencegah pertumbuhan atau menghancurkan mikroorganisme yang berbahaya ketika wadah
terbuka selama penggunaan. Bahan antimikroba yang biasa digunakan adalah klorbutanol,
paraben atau merkuri organik.
Salep akhir harus bebas dari partikel besar. Basis yang digunakan tidak mengiritasi
mata, membiarkan difusi obat melalui pencucian sekresi mata dan mempertahankan aktivitas
obat pada jangka waktu tertentu pada kondisi penyimpanan yang sesuai. Vaselin merupakan
dasar salep mata yang banyak digunakan. Beberapa bahan dasar salep yang dapat menyerap,
bahan dasar yang mudah dicuci dengan air dan bahan dasar larut dalam air dapat digunakan
untuk obat yang larut dalam air. Bahan dasar salep seperti ini memungkinkan dispersi obat
larut air yang lebih baik tetapi tidak boleh menyebabkan iritasi pada mata.
Sterilitas merupakan syarat yang paling penting, tidak layak membuat sediaan larutan
mata yang mengandung banyak mikroorganisme yang paling berbahaya adalah Pseudomonas
aeruginosa. Infeksi mata dari organisme ini dapat menyebabkan kebutaan, bahaya yang
paling utama adalah memasukkan produk nonsteril ke mata saat kornea digosok.
Bahan partikulat yang dapat mengiritasi mata menghasilkan ketidaknyamanan pada
pasien. Jika suatu anggapan batasan mekanisme pertahanan mata menjelaskan dengan
sendirinya bahwa sediaan mata harus steril. Air mata tidak seperti darah tidak mengandung
antibodi atau mekanisme untuk memproduksinya. Mekanisme utama untuk pertahanan
melawan infeksi mata adalah aksi sederhana pencucian dengan air mata dan suatu enzim
yang ditemukan dalam air mata (lizosim) yang mempunyai kemampuan menghidrolisa
selubung polisakarida dari beberapa mikroorganisme, satu dari mikroorganisme yang tidak
dipengaruhi oleh lizosim yakni yang paling mampu menyebabkan kerusakan mata yaitu
Pseudomonas aeruginosa (Bacilllus pyocyamis). Infeksi serius yang disebabkan
mikroorganisme ini ditunjukka dengan suatu pengujian literatur klinis yang penuh dengan
istilah-istilah seperti enukleasi mata dan transplantasi kornea. Penting untuk dicatat bahwa ini
bukan mikroorganisme yang jarang, namun juga ditemukan disaluran intestinal, dikulit
normal manusia dan dapat menjadi kontaminan yang ada diudara.
5
D. Bahan Pembuatan Salep Mata
Bahan tambahan yang ditambahkan ke dalam dasar salap mata berbentuk
larutan atau serbuk halus. Salep mata harus bebas dari partikel kasar dan harus
memenuhi syarat kebocoran dan partikel logam pada uji salep mata.
Wadah untuk salep mata harus dalam keadaan steril pada waktu pengisian dan
penutupan serta harus tertutup rapat dan disegel untuk menjamin sterilitas pada
penggunaan pertama obat. Dasar salap mata yang dipilih tidak boleh mengiritasi mata,
memungkinkan difusi obat dalam caitan mata, dan tetap dapat memperthankan aktivitas
obat dalam jangka waktu tertentu pada kondisi penyimpanan yang tepat (usia) guna.
Vaselin merupakan dasar salap mata yang banyak digunakan. Beberapa bahan
dasar salap dapat menyerap air, bahan dasar yang mudah dicuci dengan air, dan bahan
seperti ini memungkinkan dispersi obat larut secara lebih baik, tetapi tidak boleh
menyebabkan iritasi pada mata. Zat obat yang ditambahkan ke dalam dasar salep, apakah
dalam bentuk larutan atau dalam bentuk serbuk yang dibuat halus sekali sampai ukuran
mikron. Lalu obat dicampur sampai sempurna dengan dasar salap biasanya memakai
penggiling. Setelah pembuatan saeap mata ini diisikan ke dalam tube yang terbuat dari
plastik atau timah dimana sebelumnya telah dibuat steril.
Tube yang isinya kurang lebih 3,5 gram salap dan dikocokkan dengan ujungnya
berliku sempit yang memungkinkan lompatan segumpal kecil salep. Hal ini sesuai
untuk menempatkan salap pada garis tepi kelopak mata. Suatu tempat yang biasa
dalam pemakaian obat. Hal ini harus dikerjakan tanpa menyentuh mata (Ansel, ).
E. Kualitas Basis Salep
1. Stabil, selama masih dipakai dalam masa pengobatan. Maka salep harus bebas dari
inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar dan kelembaban yang ada dalam kamar.
2. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak dan
homogen, sebab salep digunakan untuk kulit yang teriritasi, inflamasi dan ekskoriasi.
6
3. Mudah dipakai, umumnya salep tipe emulsi adalah yang palintg mudah dipakai dan
dihilangkan dari kulit.
4. Dasar salep yang cocok adalah dasar salep yang kompatibel secara fisika dan kimia
dengan obat yang dikandungnya.
5. Terdistribusi secara merata, obat harus terdistribusi merata melalui dasar salep padat
atau cair pada pengobatan.
F. Penggolongan Basis Salep
1. Dasar salep berminyak. Contohnya : Vaselin, parafin, minyak tumbuh-tumbuhan dan
silikon.
2. Dasar salep absorpsi
Golongan dasar salep absorpsi meliputi minyak hidrofil yaitu adeps lanae,
Hydrophylic petrolatum dan dasar salep yang baru seperti polysorb. Dasar salep
absorpsi ada dua tipe :
Dasar salep anhidrous yang mampu menyerap air dan membentuk tipe emulsi
A/M seperti adeps lanae dan Hydrophilic petrolatum.
Dasar salep hidrus dan merupakan tipe emulsi A/M tetapi masih mampu
menyerap air yang ditambahkan seperti cold cream dan lanolin.Sifat lain dasar
salep absorpsi adalah tidak mudah dicuci, karena fase kontinyu adalah minyak.
3. Dasar salep tercuci
Dasar salep tercuci adalah anhidrous, larut dalam air dan mudah dicuci dengan air.
Hanya bagian kecil dari cairan dapat didukung oleh dasar salep tanpa perubahan
viskositas. Contohnya : Polietilenglikol.
4. Dasar salep emulsi
Ada dua macam yaitu :
Dasar salep emulsi tipe A/M seperti lanolin dan cold cream.
Dasar salep emulsi tipe M/A seperti hydrophilic oinment dan Vanishing cream
Pemilihan dasar salep disesuaikan dengan kebutuhan atau sifat salep yang diinginkan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah:
Laju penglepasan bahan obat dari basis salep;
Peningkatan absorpsi perkutan oleh basis salep dari bahan obat;
7
Kelayakan melindungi kelembaban kulit oleh basis salep;
Jangka waktu obat stabil dalam basis salep; dan
Pengaruh obat terhadap kekentalan atau hal lainnya dari basis salep.
G. Cara - Cara Sterilisasi Menurut Farmakope Indonesia edisi IV
1. Sterilisasi Uap
Adalah proses sterilisasi thermal yang menggunakan uap jenuh dibawah tekanan
selama 15 menit pada suhu 121o. Kecuali dinyatakan lain, berlangsung di suatu bejana
yang disebut otoklaf, dan mungkin merupakan proses sterilisasi paling banyak dilakukan.
Alat:
Disebut otoklaf, yaitu suatu panci logam yang kuat dengan tutup yang berat,
mempunyai lubang tempat mengeluarkan uap air beserta krannya, termometer,
pengatur tekanan udara, klep pengaman.
Cara bekerja :
Otoklaf dipanaskan, ventilasi dibuka untuk membiarkan udara keluar. Pengusiran
udara pada otoklaf berdinding dua, uap air masuk dari bagian atas dan udara keluar
dari bagian bawah yang dapat ditunjukkan pada gelembung yang keluar dari ujung
pipa karet dalam air.
Setelah udara bersih, bahan yang akan disterilkan dimasukkan sebelum air
mendidih, tutup otoklaf dan dikunci, ventilasi ditutup dan suhu serta tekanan akan naik
sesuai dengan yang dikehendaki. Atur klep pengaman supaya tekanan stabil.
Setelah sterilisasi selesai, otoklaf dibiarkan dingin hingga tekanannya sama
dengan tekanan atmosfir. Cara sterilisasi ini lebih efektif dibanding dengan pemanasan
basah yang lain, karena suhunya lebih tinggi.
Bahan / alat yang dapat disterilkan :
Alat pembalut, kertas saring, alat gelas ( buret, labu ukur ) dan banyak obat-obat
tertentu.
2. Sterilisasi Panas Kering
Sterilisasi cara ini menggunakan suatu siklus Oven modern yang dilengkapi udara
yang dipanaskan dan disaring. Rentang suhu khas yang dapat diterima di dalam bejana
8
sterilisasi kosong adalah lebih kurang 15o, jika alat sterilisasi beroperasi pada suhu tidak
kurang dari 250⁰C.
Alat :
Oven yaitu lemari pengering dengan dinding ganda, dilengkapi dengan termometer
dan lubang tempat keluar masuknya udara, dipanaskan dari bawah dengan gas atau
listrik.
Bahan / alat yang dapat disterilkan dengan cara kering
Alat-alat dari gelas (gelas kimia, gelas ukur, pipet ukur, erlemeyer, botol-botol,
corong), bahan obat yang tahan pemanasan tinggi (minyak lemak, vaselin).
Ciri-ciri pemanasan kering :
- Yang dipanaskan adalah udara kering.
- Proses pembunuhan mikroba berdasarkan oksidasi O2 udara.
- Suhu yang digunakan lebih tinggi, kira-kira 150⁰. Satu gram udara pada suhu 100⁰,
jika didinginkan menjadi 99⁰ hanya membebaskan 0,237 kalori.
- Waktu yang diperlukan lebih lama, antara 1 jam sampai 2 jam, kecuali pemijaran.
- Digunakan untuk sterilisasi bahan obat / alat yang tahan pemanasan tinggi.
3. Sterilisasi gas
Bahan aktif yang digunakan adalah gas etilen oksida yang dinetralkan dengan gas
inert, tetapi keburukan gas etilen oksida ini adalah sangat mudah terbakar, bersifat
mutagenik, kemungkinan meninggalkan residu toksik di dalam bahan yang disterilkan,
terutama yang mengandung ion klorida. Pemilihan untuk menggunakan sterilisasi gas ini
sebagai alternatif dari sterilisasi termal, jika bahan yang akan disterilkan tidak tahan
terhadap suhu tinggi pada sterilisasi uap atau panas kering. Proses sterilisasinya
berlangsung di dalam bejana bertekanan yang didesain seperti pada otoklaf dengan
modifikasi tertentu. Salah satu keterbatasan utama dari proses sterilisasi dengan gas etilen
oksida adalah terbatasnya kemampuan gas tersebut untuk berdifusi sampai ke daerah
yang paling dalam dari produk yang disterilkan.
4. Sterilisasi dengan radiasi ion
9
Ada 2 jenis radiasi ion yang digunakan yaitu disintegrasi radioaktif dari
radioisotop (radiasi gamma) dan radiasi berkas elektron. Digunakan isotop radio aktif,
misalnya Cobalt 60. Pada kedua jenis ini, dosis yang menghasilkan derajat jaminan
sterilitas yang diperlukan harus ditetapkan sedemikian rupa hingga dalam rentang satuan
dosis minimum dan maksimum, sifat bahan yang disterilkan dapat diterima. Walaupun
berdasarkan pengalaman dipilih dosis 2,5 megarad (Mrad) radiasi yang diserap, tetapi
dalam beberapa hal, diinginkan dan dapat diterima penggunaan dosis yang lebih rendah
untuk peralatan, bahan obat dan bentuk sediaan akhir. Cara ini dilakukan jika bahan yang
disterilkan tidak tahan terhadap sterilisasi panas dan khawatir tentang keamanan etilen
oksida. Keunggulan sterilisasi ini adalah reaktivitas kimia rendah, residu rendah yang
dapat diukur serta variabel yang dikendalikan lebih sedikit.
5. Sterilisasi dengan penyaringan
Sterilisasi larutan yang labil terhadap panas sering dilakukan dengan penyaringan
menggunakan bahan yang dapat menahan mikroba, hingga mikroba yang dikandungnya
dapat dipisahkan secara fisika. Perangkat penyaring umumnya terdiri dari suatu matriks
berpori bertutup kedap atau dirangkaikan pada wadah yang tidak permeable. Efektivitas
penyaring media atau penyaring subtrat tergantung pada ukuran pori matriks, daya
adsorpsi bakteri dari matriks dan mekanisme pengayakan. Penyaring yang melepas serat,
terutama yang mengandung asbes harus dihindari penggunaannya kecuali tidak ada
penyaringan alternatif lain yang mungkin bisa digunakan. Ukuran porositas minimal
membran matriks tersebut berkisar 0,2 mm – 0,45 mm tergantung pada bakteri apa yang
hendak disaring. Penyaring yang tersedia saat ini adalah selulosa asetat, selulosa nitrat,
flourokarbonat, polimer akrilik, polikarbonat, poliester, polivinil klorida, vinil nilon,
potef dan juga membran logam. Larutan disaring melalui penyaring bakteri steril,
diisikan ke dalam wadah steril, kemudian ditutup kedap menurut teknik aseptik .
Keuntungan cara ini :
- Digunakan untuk bahan obat yang tidak tahan pemanasan tetapi larut dalam air.
- Dapat dilakukan dengan cepat, terutama untuk pembuatan kecil-kecilan.
- Semua mikroba hidup atau mati dapat disaring dari larutan, virus jumlahnya
dikurangi.
- Penyaring dapat bersifat adsorpsi, sebagian besar virus dapat diadsorpsi
10
Kerugian cara ini :
- Masih diperlukan zat bakterisida.
- Hanya dapat digunakan untuk pembawa berair, tidak dapat digunakan untuk
pembawa minyak.
- Beberapa jenis penyaring dapat mengadsorpsi bahan obat, terutama kalau kadarnya
kecil.
- Beberapa penyaring sukar dicuci : porselin, Keiselguhr.
- Beberapa penyaring bersifat alkalis (Seitz filter) dan penyaring dari asbes
melepaskan asbes ke dalam larutan.
- Filtrat yang diperoleh belum bebas dari virus.
Cara-cara menyaring. Ada 2 cara untuk menyaring , yaitu :
- Dengan tekanan positip : larutan dalam penyaring ditekan dengan tekanan yang lebih
besar dari udara luar.
- Dengan tekanan negatip : larutan dalam penyaring diisap (penampung di vakumkan).
Udara yang dipakai untuk itu harus udara bersih, biasanya digunakan gas nitrogen
(N2) yang dialirkan melalui kapas berlemak dalam tabung gelas atau platina yang
dipanaskan.
Pembersihan penyaring bakteri :
- Dengan menyedot air bersih berlawanan dengan cara penyaringan atau larutan HCl
panas lalu dibilas.
- Memasak dalam larutan Na-karbonat 2 % lalu dibilas (protein akan hancur , karena
pH 8,5).
- Penyaring bakteri disterilkan dengan cara pemanasan kering, pemijaran, otoklaf atau
secara kimiawi..
6. Sterilisasi dengan cara aseptic
Proses ini untuk mencegah masuknya mikroba hidup ke dalam komponen steril
atau komponen yang melewati proses antara yang mengakibatkan produk setengah jadi
atau produk ruahan atau komponennya bebas dari mikroba hidup.
Cara sterilisasi dengan menggunakan teknik yang dapat memperkecil
kemungkinan terjadi cemaran/ kontaminasi dengan mikroba hingga seminimal mungkin.
11
Digunakan untuk bahan obat yang tidak dapat disterilkan dengan cara pemanasan atau
dengan cara penyaringan.
Caranya :
- Bahan obat: memenuhi syarat p.i , tidak disterilkan.
- Zat pembawa: disterilkan tersendiri dahulu.
- Zat pembantu: disterilkan tersendiri.
- Alat-alat: disterilkan dengan cara yang cocok.
- Ruang kerja: bersih, bebas debu, dan angin, disterilkan dengan sinar u.v atau cara
lain yang sesuai.
Kemudian bahan obat, zat pembawa, zat pembantu disimpan secara aseptic dalam
ruang aseptic hingga terbentuk obat / larutan injeksi dan dimasukkan ke dalam wadah
secara aseptic.
Pemilihan cara sterilisasi harus mempertimbangkan beberapa hal seperti berikut:
Stabilitas : sifat kimia, sifat fisika, khasiat, serat, struktur bahan obat tidak boleh
mengalami perubahan setelah proses sterilisasi.
Efektivitas : cara sterilisasi yang dipilih akan memberikan hasil maksimal dengan proses
yang sederhana, cepat dan biaya murah.
Waktu : lamanya penyeterilan ditentukan oleh bentuk zat, jenis zat, sifat zat dan kecepatan
tercapainya suhu penyeterilan yang merata.
H. Pengujian Salep Mata
1. Uji Kebocoran Salep Mata
Pilih 10 tube salep mata, dengan segel khusus jika disebutkan. Bersihkan dan
keringkan baik-baik permukaan luar tiap tube dengan kain penyerap. Letakkan tube pada
posisi horizontal di atas lembaran kertas penyerap, dalam oven dengan suhu yang diatur
pada 60 + 3 0C selama 8 jam. Tidak boleh terjadi kebocoran yang berarti selama atau
setelah pengujian selesai (abaikan bekas salep yang diperkirakan berasal dari bagian luar
dimana terdapat lipatan dari tube atau bagian luar dari ulir tutup tube). Jika terdapat
kebocoran pada satu tube tapi tidak lebih dari satu; ulangi pekerjaan dengan tambahan 20
tube salep. Persyaratan ini memenuhi jika tidak ada satupun dari 10 tube uji pertama dan
kebocoran yang diamati tidak lebih dari satu dari 30 tube yang diuji.
12
2. Uji Partikulat
Keluarkan isi dari 10 tube salep. Pertama-tama lebur dalam cawan Petri datar dan
kemudian biarkan memadat lalu diamati di bawah mikroskop tenaga rendah yang
dilengkapi dengan micrometer lensa mata untuk partikel yang berukuran 50 μm atau lebih
besar dalam beberapa dimensi. Syarat-syaratnya diterima jika jumlah total dari partikel
logam dalam seluruh 10 tube tidak lebih dari 50 dan jika tidka lebih dari satu tube
ditemukan mengandung delapan partikel yang sama.
3. Uji Sterilisasi
Uji untuk sterilisasi produk seperti salep mata telah dipermudah dengan
penggunaan steril membran bacteria-retaining (yang mempunyai porositas 0,45 atau 0,22
μm yang umumnya digunakan). Untuk salep yang larut dalam isopropyl miristat (pelarut
yang digunakan tes official untuk sterilisasi), sampel dilarutkan dalam pelarut tes steril.
Untuk salep yang tidak larut dalam isopropyl miristat disuspensikan dalam pembawa
cairan yang cocok yang mengandung bahan pendispersi dan uji dengan Prosedur Umum
Konvensional.
4. Konsistensi , dengan penetrometer
Mudah tidak nya sediaan dikeluarkan dari tube dan mudah dioleskan.Konsistensi/
rheology itu harus dilakukan pada keadaan identic.
5. PH
Menguji PH sediaan agar mendekati PH kulit yaitu 6-7 , menggunakan kertas indicator PH
, dengan melihat warna pada kertas indicator.
I. Keuntungan dan Kelemahan Sediaan Salep Mata
Keuntungan utama suatu salep mata terhadap larutan untuk mata adalah
penambah waktu hubungan anatara obat dengan obat dengan mata, dua sampai empat kali
lebih besar apabila dipakai salep dibandingkan jika dipakai larutan garam. Satu
kekurangan bagi pengggunaan salep mata adalah kaburnya pandangan yang terjadi
begitu dasar salep meleleh dan menyebar melalui lensa kontak (Ansel, ).
Sediaan mata umumnya dapat memberikan bioavailabilitas lebih besar daripada
sediaan larutan dalam air yang ekuivalen. Hal ini disebabkan karena waktu kontak yang
lebih lama sehingga jumlah obat yang diabsorbsi lebih tinggi. Salep mata dapat mengganggu
13
penglihatan, kecuali jika digunakan saat akan tidur (Remington Pharmaceutical
Science, ).
14
BAB III
PEMBAHASAN
A. PERUMUSAN KARAKTER SEDIAAN
A. NAMA PRODUK : CHLORAMPFINEXB. JENIS SEDIAAN : Salep mata Chloramphenicol
Syarat Sediaan Jadi
NO. PARAMETER SATUANSPESIFIKASI SEDIAAN YANG
AKAN DIBUATSYARAT FARMAKOPE SYARAT LAIN
1
2
3
4
5
Kadar Bahan Aktif
Berat/ volume per unit
Pemerian Warna
Bau
Rasa
Memenuhi syarat sesuai
dengan FI
Gram
1% Chloramphenicol dalam 5 gram basis
5 gram
Putih hingga putih kelabu/ putih kekuningan
Tidak berbau
Salep mata Chloramphenicol mengandung chloramphenicol C12H12C12N2O5, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 130,0 % dari jumlah yang tertera pada etiket.
Putih hingga putih kelabu / putih kekuning- kuningan Tidak berbau
Pahit
15
6 Karakteristik lain
Kelarutan- pH- Viskositas- Kemampua
n Pengawet- Homogenit
as- Sterilitas
Pembuatan- Wadah- Kemasan
Efektif
Larut/terdispersi dalam basis
5,5- Efekti
HomogenSteril
TubeIndikasi, Kontraindikasi , aturan pakai , interaksi obat, efek samping
Sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, dalam propilenglikol dalam aseton dan dalam etil asetat
Antara 4,5 dan 7,5-Uji efektifitas
HomogenUji sterilitas
TubeIndikasi, kontraindikasi,aturan pakai, interaksi obat , efek samping No. reg , No. Batch , Exp.
DATA PRAFORMULASI BAHAN AKTIFNama Bahan Aktif : Kloramfenikol
NO PARAMETER DATA
16
1 Pemerian Hablur halus berbentuk jarum lempeng memanjang, putih hingga putih kelabu atau kekuningan , tidak berbau , rasa sangat pahit. Larutan praktis netral terhadap lakmus, stabil dalam larutan netral atau larutan agak asam.
2 Kelarutan Sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, dalam propilen glikol, dalam aseton dan dalam etil asetat.
3 pH 4,5 – 7,5
4 OTT
5 Cara Sterilisasi
6 Indikasi Tifus, Paratifus, Injeksi berat disebabkan salmonella sp,H.Influenza, Rickttsia
7 Dosis Lazim Sekali (1xp) = sehari (1xhp) = 25 – 50 mg/kg BB
8 Cara Pemakaian
9 Sediaan Lazim dan Kadar
10 Wadah dan Penyimpanan
Dalam wadah tertutup baik
DATA PRAFORMULASI BAHAN TAMBAHANNama Bahan Tambahan : Setil Alkohol (C16H34O)
NO.
PARAMETER DATA
17
1 Pemerian Seperti lilin, serpihan putih, sedikit bau khas, rasa sedikit lunak.
2 Kelarutan Mudah larut dalam ethanol 95 % dan eter, kelarutan meningkat dengankenaikan suhu; praktis tidak larut dalam air. Bercampur ketika dilebur dengan lemak , paraffin padat dan liquid dan isopropyl miristat.
3 pH
4 OTT Dengan zat pengoksida kuat
5 Cara Sterilisasi
6 Indikasi Coating agent, emulsifying agent , stiffening agent.
7 Dosis Lazim Emollient 2-5 %, emulsifying agent 2-5 % , stiffening agent 2-10 % dan water absorption 5 %
8 Cara Pemakaian
9 Sediaan Lazim dan Kadar
10 Wadah dan Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik
DATA PRAFORMULASI BAHAN TAMBAHANNama Bahan Tambahan : Lemaak bulu domba
NO.
PARAMETER DATA
18
1 Pemerian Zat serupa lemak, liat lekal, kuning muda, atau kuning pucat, agak tembus cahaya, bau khas lemah dan has
2 Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol 95 % p, mudah larut dalam kloroform p dan eter p
3 pH
4 OTT
5 Cara Sterilisasi
6 Indikasi Sebagai basis salep
7 Dosis Lazim
8 Cara Pemakaian
9 Sediaan Lazim dan Kadar
10 Wadah dan Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik dan sebaiknya pada suhu kamar terkendali.
DATA PRAFORMULASI BAHAN TAMBAHANNama Bahan Tambahan : Paraffin cair
NO.
PARAMETER DATA
19
1 Pemerian Cairan kental , transparan , tidak berfluoresensi ; tidak berwarna ; hamper tidak berbau ; hamper tidak mempunyai rasa.
2 Kelarutan Praktis tidak larut dalam air dan etanol ( 95 %)p, larut dalam kloroform p dan dalam eter p.
3 pH
4 OTT Dengan kelompok oksidan kuat.
5 Cara Sterilisasi
6 Indikasi Basis salep hidrofilik
7 Dosis Lazim
8 Cara Pemakaian
9 Sediaan Lazim dan Kadar
10 Wadah dan Penyimpanan
Dalam wadah tertutup baik.
DATA PRAFORMULASI BAHAN TAMBAHANNama Bahan Tambahan : Vaselin kuning
NO PARAMETER DATA
20
.1 Pemerian Masa lemak , lengket, bening, kuning muda sampai kuning ; sifat ini tetap setelah zat dileburkan dan dibiarkan
hingga dingin tanda diaduk. Berfluoresensi lemah, juga jika dicairkan tidak berbau hamper tidak berasa.
2 Kelarutan Praktis tidak larut dalam air dan ethanol (95 %)p; larut dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam eter minyak tanah P.
3 pH
4 OTT
5 Cara Sterilisasi
6 Indikasi Sebagai basis hidrokarbon
7 Dosis Lazim
8 Cara Pemakaian
9 Sediaan Lazim dan Kadar
10 Wadah dan Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
FORMULIR PEMECAHAN MASALAH
NO RUMUSAN MASALAH ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH KEPUTUSAN
21
KOMPONEN PROSESPENGAWASAN
MUTU
1. Bahan Aktif : Terdapat dua macam bahan aktif
1. Kloramfenikol base 2. Kloramfenikol
palmitatUji Organoleptis
Digunakan kloramfenikol baseAlasan : Karena cocok untuk pemakaian topical, kalau palmitat untuk pemakaian oral.
2. Basis salep (Vaselin)1. Vaselin putih2. Vaselin Kuning
Vaselin KuningAlasan : Vaselin putih dalam pemucatannya menggunakan asam sulfat. Vaselin putih dapat menyebabkan iritasi mata.
KOMPONEN UMUM SEDIAAN
NONAMA BAHAN
FUNGSI(Untuk farmakologis/farmasetik)
PEMAKIAN LAZIM (%)
PENIMBANGAN BAHAN
UNIT BATCH
22
(10 gram) (30 gram)
1. Chloramphenicol Zat Aktif 1 % 1 g 3 g
2. Adeps Lanae Basis Salep (Oculentum simplex) 6 % 0,891 g 2,673 g
3. Paraffin Cair Basis salep ( Oculentum simplex) 40 % 5,94 g 17,82 g
4. Setil Alkohol Stispending agent 2,5 % 0,371 g 1,113 g
Vaselin Kuning Basis salep hidrokarbon Add 10 gram Add 10 gram Add 30 g
Penimbangan Bahan :
Kloramfenikol = 1 % x 10 gram = 1 gramBasis = 100 % - % zat aktif100 % - 1 %= 99% x 10 gram = 9,9 gram , untuk 30 gram : x 3 = 29,7 gram= 9,9 gram x 50 % = 4,95 gram
23
= 9,9 gram + 4,95 gram = 14,85 gram , untuk 30 gram : x3 = 44,55 gramSetil Alkohol = 2,5 % x 14,85 gram = 0,371 gram, untuk 30 gram : x 3 = 1,113 gramAdeps lanae = 6% x 14,85 gram = 0,891 gram , untuk 30 gram : x 3= 2,673 gramParaffin cair = 40 % x 14,85 gram = 5,94 gram , untuk 30 gram : x 3 = 17,82 gramVaselin album = 9,9 – (0,371 + 0,891 +5,94 ) gram= 10 gram – 7,202= 2,8 gram , untuk 30 gram : x 3 = 8,4 gram
PENGAWASAN MUTU SEDIAAN
A. In Prosess Control
NO PARAMETER YANG DI UJI SATUAN CARA PEMERIKSAAN
1. Uji ukuran partikel Meloloskan partikel pada mesh 100
2.
B. End Process Control
NO PARAMETER YANG DI UJI SATUAN CARA PEMERIKSAAN
1. Homogenitas -Jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok harus menunjukkan susunan yang homogen
24
2. Konsistensi ( dengan penetrometer) -Menggunakan penetrometer , bertujuan mudah dikeluarkan dari tube dan udah dioleskan
3. Baud an warna -Dengan melihat Warna dan bau dari sediaan yg telah dibuat , untuk melihat terjadinya perubahan fasa.
PROSEDUR TETAP PEMBUATAN SEDIAANSalep mata Kloramfenikol
Disusun Oleh :
1. I Gusti A.K.W. 12330098
2. Suradal Akuf 12330035
3. David Putrasila S. 12330105
4. Jemmi Supriyanto 10330065
Tanggal :
Diperiksa Oleh :
Tanggal :
Disetujui Oleh :
Tanggal :
Hal…. Dari…. Hal
No : / /
25
Penanggung Jawab PROSDUR TETAP
I. PERSIAPAN
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Ruangan, peralatan dan wadah dibersihkan
3. Semua alat disterilisasi dahulu sebelum digunakan
4. Lakukan sterilisasi sesuai cara sterilisasi masing – masing alat dan bahan.
II. KEGIATAN PRODUKSI
Penimbangan Bahan
Bahan Ditimbang Realita
Kloramfenikol
Setil Alkohol
Adeps lanae
Paraffin cair
Vaselin album
26
INTRUKSI KERJA
Disusun Oleh :
1. I Gusti A.K.W. 12330098
2. Suradal Akuf 12330035
3. David Putrasila S.
12330105
4. Jemmi Supriyanto
10330065
Tanggal :
Diperiksa Oleh :
Tanggal :
Disetujui Oleh :
Tanggal :
Hal…. Dari…. Hal
No : / /
INSTRUKSI KERJA OPERATOR SPV
TUJUAN :Memastikan bahwa sediaan Salep mata Kloramfenikol yang telah dihasilkan memenuhi kriteria dan syarat.
BAHAN :- Zat Aktif : - Kloramfenikol- Zat Tambahan :
Oculentu simplex terdiri dari : - Setil alcohol, Lemak bulu domba, Paraffin cair, Vaselin kuning.
27
Alat : - Mortar- Cawan penguap- Kaca arloji- Oven- Pinset- Timbangan- Kain kasa- Kertas perkamen
PROSEDUR:1. Menyiapkan alat dan bahan pada pembuatan salep mata kloramfenikol
2. Menimbang zat aktif ( Kloramfenikol),
3. Melapisi atas cawan penguap dengan 2 lembar kain kasa untuk menimbang
basis salep ( vaselin kuning , paraffin cair dan adeps lanae), di timbangan
analitycal balance.Setisp mengganti menimbang harus menara dahulu
timbangan analitycal balance.
4. Mensterilkan alat –alat praktikum kea lam oven dengan suhu oC selama 30
menit.
5. Mensterilkan basis dengan memasukkan basis kedalam oven selama suhu
28
oC selama 30 menit.
6. Mensterilkan Kloramfenikol (dispenasi dianggap steril).
7. Memasukkan alat – alat praktikum , zat aktif dan basis kedalam ruangan
white area
8. Memeras basis yang telah melebur yang telah dilapisi kain kasa.
9. Menimbang kembali basis.
10. Memasukkan basis kedalam lumping kemudian mengeras basis
11. Masukkan zat aktif gerus sampai homogeny
12. Masukkan sediaan salep pada tube
13. Memberi etiket.
EVALUASI SEDIAAN SALEP MATA KLORAMFENIKOL
Disusun Oleh :
A. I Gusti A.K.W. 12330098
B. Suradal Akuf 12330035
Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh : Hal…. Dari…. Hal
No : / /
29
C. David Putrasila S.
12330105
D. Jemmi Supriyanto
10330065
Tanggal : Tanggal :
INSTRUKSI KERJA OPERATOR SPV
TUJUAN :Memastikan bahwa sediaan Salep mata Kloramfenikol yang telah dihasilkan memenuhi kriteria dan syarat.
I. Uji OrganoleptisAlat : Panca inderaCara: ambil sampel secukupnya lakukan pengamatan
Parameter Syarat Hasil
Bau
Warna
II. Homogenitas ( FI III, Hal 33)
Jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok
harus menunjukkan susunan yang homogeny.
III. Konsistensi , dengan penetrometer
Mudah tidak nya sediaan dikeluarkan dari tube dan mudah
30
dioleskan.Konsistensi/ rheology dipengaruhi suhu. Sediaan non Newtonian
dipengaruhi oleh waktu istirahat, oleh karena itu harus dilakukan pada
keadaan identic.
IV. PH
Menguji PH sediaan agar mendekati PH kulit yaitu 6-7 , menggunakan
kertas indicator PH , dengan melihat warna pada kertas indicator.
31
C. Rancangan Formula Salep mata Kloramfnikol
Keuntungan utama suatu salep mata terhadap larutan untuk mata adalah penambah waktu
hubungan antara obat dan mata. Pengkajian telah dilakukan bahwa waktu kontak antara obat dan
mata, dua sampai empat kali lebih besar apabila dipakai salep dibandingkan jika dipakai larutan
garam. Satu kekurangan bagi pengguna salep mata adalah kaburnya pandangan yang terjadi begitu
dasar salep meleleh dan menyebar melalui lensa mata.1
Dasar salep pilihan untuk mata harus tidak mengiritasi mata dan memungkinkan difusi bahan
obat ke seluruh mata yang dibasahi karena sekresi cairan mata.1
Pada salep mata kloramfenikol ini digunakan basis salep hidrokarbon Dimana karakteristik dari
basis salep ini adalah : Mempunyai batas mengalir sampai 10 -50 N. M -2 ( 100 sampai 500 din.cm -2)
dan daerah meleburnya 32-33 C ( suhu dari kornea atau konjungtiva). Basis salep hidrokarbon
tersebut terdiri dari Vaselin flavum dan parafin cair. Diasarankan untuk menggunakan vaselin yang
mengandung kolesterol, yang dapat disterilkan dengan menggunakan udara panas tanpa
mengurangi kualitasnya.2
Digunakan basis salep hidrokarbon karena basis dapat bertahan lama pada mata, tidak tercuci
dengan air mata. Selain itu basis salep mata yang cocok untuk sediaan mata adalah hidrokarbon.
Digunakan setil alkohol sebagai suspending agent, karena setil alkohol ini tidak OTT dengan bahan
aktif, dan basis salep yang digunakan untuk membuat sediaan ini.
D. Proses Pembuatan salep mata Kloramfenikol
Metode pembuatan juga merupakan faktor utama yang harus diperhatikan untuk mendapatkan
sediaan salep yang baik. Metode yang paling baik dimana fase air, fase minyak, serta mortir dan
stemper yang berada pada kondisi suhu yang sama panas.
Pembuatan salep mata harus berlangsung pada kondisi aseptik untuk menjamin kemurniaan
mkrobiologis yang disyaratkan. Hal itu mensyaratkan bahwa basis salep yang digunakan pun sedapat
mungkin dapat disterilkan.
Dipilih metode pembuatan dengan Tehnik aseptik, dipilih metode tersebut karena bahan aktif
tidak tahan terhadap pemaasan. Dan bentuk sediaan steril yang dibuat adalah salep. Dimana salep 1
2
32
disterilisasi dengan tehnik aseptik. Dalam pembuatan salep mata kloramfenikol alat-alat yang
digunakan dalam proses pembuatan harus disterilisasi terlebih dahulu di autoklaf atau didalam oven
E. . Sediaan Salep mata kloramfenikol yang telah dihasilkan
Salep mata kloramfenikol yang dihasilkan bagus, tidak ada partikel padat yang tidak terdispersi
didalam basis cream.
F. Evaluasi sediaan emulsi
Uji Organoleptik
Yang diinginkan dalam sediaan Salep mata kloramfenikol yaitu mempunyai warna putih
kekuningan, tidak berbau dan tidak berasa. Sedangkan yang dihasilkan juga seperti yang
diinginkan sehingga dapat dikatakan bahwa rancangan formulasi sesuai dengan yang
diharapkan.
pH
pH sediaan Salep mata kloramfenikol yang didapat pada percobaan yaitu mempunyai pH 5,
hal ini berarti bahwa bahan tambahan yang digunakan seperti (pengawet) akan bekerja optimal
pada sediaan salep yang dibuat.
BAB IV
33
KESIMPULAN
Berdasarkan pada percobaan pembuatan Salep mata kloramfenikol yang telah dilakukan
dapat disimpulkan bahwa Salep mata kloramfenikol yang dibuat adalah bagus, dan telah Memenuhi
persyaratan yang ditetapkan oleh Farmakope Indonesia edisi IV yaitu Memenuhi syarat (MS) untuk,
Uji pH, Uji Sifat emulsi.
Didalam pengujian untuk Salep mata kloramfenikol ini tidak dilakukan pengujian
Homogenitas, Kandungan air, Termoresistensi, Konsistensi, Uji efektivitas pengawet, dan tipe
emulsi. Hal ini dikarenakan keterbatasan alat dan waktu yang ditentukan .
DAFTAR PUSTAKA
34
1. Anief, Prof.Drs. Moh.Apt. 1997. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : UGM press.
2. Ansel, C Howard. 1989.Pengantar bentuk sediaan farmasi. Jakarta : UI-press.
3. Formularium Nasional
LAMPIRAN
35
Kemasan
Brosur dan Etiket
36
KLORAMFINEX Salep Kloramfenikol Base
K Laboratories
Simpan pada suhu 15 c – 25 c Diproduksi Oleh :Hanya untuk pemakaian pada mataHARUS DENGAN RESEP DOKTERNo. Res. DKI0812634598B1 KARYA FARMA
Komposisi : Setiap gram salep mengandung 10 mg kloramfenikol base
INDIKASI, DOSIS DAN ATURAN PAKAI, PERINGATAN DAN PERHATIAN, KONTRAINDIKASI, EFEK SAMPING : Lihat leafletED : 10 JUN 2016
KLORAMFINEX Salep Kloramfenikol Base
K Laboratories
K
K
KLORAMFINEX
KLORAMFINEX
j
37
KLORAMFINEX Salep
Indikasi:Blepharitis, catarrhae, conjunctivitis bernanah, traumatic keratitis, trachoma, ulcerative keratitis dan sebagainya.
Kontra Indikasi:Penderita yang lewat peka terhadap Chloramphenicol.
Komposisi:Tiap gram salep mata KLORAMFINEX mengandung:10 mg Chloramphenicol base dalam basis salep mata yang sesuai.
Aksi dan Pemakaian:Chloramphenicol adalah antibiotika spektrum luas, bersefat bakteriostatika terhadap beberapa spesies dan pada keadaan tertentu bekerja sebagai bakterisida, dan oleh karena itu salep mata ERLAMYCETIN sangat ideal bagi pengobatan infeksi mata.Chloramphenicol base menghambat sintesa protein dengan cara mengganggu transfer asam amino yang yang diaktifkan yang terbukti pada bakteria.
Aturan Pakai:Oleskan pada mata yang sakit 3 – 4 kali sehari selama 10 sampai 15 hari. Atau menurut petunjuk dokter.
Cara Penyimpanan:Disimpan di tempat yang sejuk dan kering.
Kemasan:Dalam tube berisi 10 gram salep mata KLORAMFINEX
Jenis: Tube
Produsen: PT KARYA FARMA
KLORAMFINEX Salep Kloramfenikol Base
K Laboratories
Simpan pada suhu 15 c – 25 cDiproduksiOleh
Hanya untuk pemakaian pada mataHARUS DENGAN RESEP DOKTERNo. Res. DKI0812634598B1 KARYA FARMA ED : 10 JUN 2016
K
top related