laporan revisi 2.doc
Post on 25-Dec-2015
62 Views
Preview:
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
DI BALAI PENELITIAN TERNAK CIAWI
BOGOR
Oleh,
Andina Pratiwi
NIS 09. 55.06373
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri
Sekolah Menengah Kejuruan – SMAK Bogor
Bogor
2013
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI DI BALAI
PENELITIAN TERNAK CIAWI
Sebagai Syarat untuk Mengikuti Ujian Akhir Sekolah Menengah Analis Kimia
Bogor
Tahun Ajaran 2012/2013
Oleh
Andina Pratiwi
095506373
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri
Sekolah Menengah Kejuruan – SMAK Bogor
Bogor
2013
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN
Disetujui dan disahkan oleh:
Disetujui oleh:
Pembimbing I,
Dr. Elizabeth Wina, M.Sc
NIP. 19600619 198303 2 001
Pembimbing II,
Dwika Riandari, M.Si
NIP. 19660726 200212 2 001
Disahkan oleh:
Kepala Sekolah Menengah Kejuruan-SMAK Bogor,
Dra. Hadiati Agustine
NIP 19570817 198103 2 002
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT atas berkat,
rahmat serta hidayah-Nya, pembuatan laporan yang merupakan salah satu
syarat untuk mengikuti ujian akhir pada semester VIII Sekolah Menengah Analis
Kimia Bogor tahun 2012/2013 dapat berjalan dengan lancar. Laporan ini disusun
sebagai bukti pertanggungjawaban penyusun selama melakukan Praktek Kerja
Industri di Balai Penelitian Ternak dari tanggal 12 november 2012 – 4 maret
2013.
Selama melakukan Praktek Kerja Industri, penyusun mendapatkan
banyak sekali pengalaman kerja. Laporan ini menekankan pada “Analisis
Kreatinin Dan Allantoin dalam Urin Sapi Perah Betina Pada Waktu Pengambilan
Yang Berbeda ”
Secara garis besar, laporan ini terdiri dari pendahuluan, institusi tempat
Praktik Kerja Industri, kegiatan di laboratorium, hasil dan pembahasan, serta
simpulan dan saran.
Tidak lupa penyusun mengucapkan terima kasih atas dukungan dan
bimbingan yang telah diberikan kepada :
1. Ibu Dra. Hadiati Agustine, selaku Kepala Sekolah Menengah Analis Kimia
Bogor
2. Bapak Helmi Hamid, Selaku Kepala Lab Pakan yang telah memberikan
pengarahan dan fasilitas selama penulis melaksanakan prakerin.
3. Bu Dr. Elizabeth Wina, M.Sc. selaku pembimbing institusi yang telah
memberikan arahan dan bimbingan selama penulis melaksanakan
prakerin
4. Bu Ema,Bu Nila, dan Teh Eka selaku analis laboratorium di perusahaan
yang senantiasa membimbing dalam pelaksanaannya serta memberikan
pendidikan dan perhatiannya yang begitu berguna selama penulis
melaksanakan prakerin.
iv
5. Ibu Amilia Sari Ghani, S.S. beserta seluruh staf kerjasama.
6. Ibu Dwika Riandari, M.Si. selaku pembimbing di Sekolah Menengah
Analis Kimia Bogor.
7. Segenap staf karyawan dan Guru-guru Sekolah Menengah Kejuruan –
SMAK Bogor yang telah memberikan bekal pelajaran yang sangat
berguna dalam melaksanakan Prakerin.
8. Tak lupa kepada yang tersayang Bapak,Ibu dan Mas Aldy, dan seluruh
keluarga atas perhatian, doa, dan dukungan.
9. Rekan seperjuangan Shendiane Rimandani untuk dukungan yang
diberikan selama prakerin berlangsung.
10. Galih Cahya Putra atas perhatian,dukungan, dan semangat yang selalu
diberikan.
11. Windu ( Rima, Ayu, Didil, Kiki) dan sahabat yang tidak bisa disebutkan
satu persatu, Terima kasih atas dukungan yang selalu diberikan.
12. Semua teman-teman Fosgena Survivor atas dukungan dan perhatiannya
selama ini.
13. Serta para senior yang senantiasa membagi pengalamannya.
14. Semua pihak yang telah membantu penyusunan laporan ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih sangat jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar
lebih baik lagi di masa yang akan datang. Akhir kata, penulis mengharapkan agar
semua tugas yang penyusun laksanakan selama ini mendapat pahala dari Allah
SWT dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Bogor, 28 Februari 2013
Penulis,
v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................iv
DAFTAR ISI...............................................................................................vi
DAFTAR TABEL.......................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................viii
DAFTAR GRAFIK...................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Tujuan Praktik Kerja Industri.........................................................................1
C. Tujuan Pembuatan Laporan Prakerin...........................................................1
BAB II INSTITUSI TEMPAT PRAKERIN...................................................3
A. Sejarah Berdirinya.........................................................................................3
C. Tugas dan Fungsi.........................................................................................5
D. Program Penelitian........................................................................................5
F. Fasilitas Pendukung Penelitian...................................................................12
G. Kepegawaian..............................................................................................12
I. Publikasi Terbitan BALITNAK.....................................................................13
BAB III TINJAUAN PUSTAKA DAN KEGIATAN DI LABORATORIUM. 14
A. Latar Belakang............................................................................................14
C. Allantoin......................................................................................................17
D. Instrumentasi...............................................................................................18
BAB IV METODE.....................................................................................26
A. Metode Pengambilan Contoh.....................................................................26
B. Metode Analisis...........................................................................................26
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................32
A. Hasil............................................................................................................32
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN............................................................37
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................39
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kandungan Zat Dalam Urin Sapi............................................................16
Tabel 2. Kadar Kreatinin Hari Pertama Pengambilan Contoh..............................32
Tabel 3. Kadar Kreatinin pada Hari Kedua Pengambilan Contoh........................33
Tabel 4. Hasil Kadar Allantoin pada Hari Pertama Pengambilan.........................34
Tabel 5. Hasil Kadar Allantoin pada Hari kedua Pengambilan Contoh................34
Tabel 6. Deret Standar Kreatinin..........................................................................42
Tabel 7. Deret Standar Allantoin..........................................................................43
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Contoh Sapi Perah Jenis Friesian Holstein........................................15
Gambar 2. Struktur Kreatinin................................................................................16
Gambar 3. Struktur Allantoin................................................................................17
Gambar 4. Intensitas Cahaya antar Media...........................................................19
Gambar 5. Diagram Sistem Monokromator Prisma.............................................22
Gambar 6 Diagram Sistem Monokromator Grating..............................................22
Gambar 7. Bagan ALat Spektrofotometer Sinar Tunggal....................................24
Gambar 8. Bagan Spektrofotometer Sinar Ganda...............................................24
viii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. Kadar Kreatinin Pada 12 Sapi yang Berbeda........................................33
Grafik 2. Kadar Allantoin pada 12 Sapi yang Berbeda.........................................35
Grafik 3. Grafik Deret Standar Kreatinin...............................................................42
Grafik 4. Grafik Deret Standar Allantoin...............................................................43
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Struktur Organisasi Balai Penelitian Ternak.....................................41
Lampiran 2 Standar Kreatinin dan Allantoin.........................................................41
Lampiran 3 Data Analisis.....................................................................................44
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Praktik Kerja Industri (Prakerin) merupakan salah satu program kurikulum
Sekolah Menengah Kejuruan – SMAK Bogor untuk menciptakan tenaga
analis kimia siap pakai. Pelaksanaan Prakerin dibantu sepenuhnya oleh
balai atau lembaga pemerintah dan perusahaan-perusahaan industri yang
berhubungan dengan bidang kimia.
Dalam program ini penyusun mendapatkan kesempatan melaksanakan
kegiatan Prakerin selama tiga bulan, yaitu mulai tanggal 12 November 2012
sampai tanggal 3 Maret 2013 di Balai Penelitian Ternak Ciawi.
B. Tujuan Praktik Kerja Industri
Tujuan dari Praktik Kerja Industri (Prakerin) ialah
a. Meningkatkan kemampuan, memperluas dan memantapkan
keterampilan kerja siswa sebagai bekal untuk memasuki lapangan
kerja yang sesuai dengan program studi kimia analisis.
b. Meningkatkan, memperluas, dan memantapkan proses penyerapan
teknologi baru dari lapangan kerja ke sekolah dan sebaliknya.
c. Memperoleh masukan dan umpan balik guna memperbaiki dan
mengembangkan pendidikan di Sekolah Menegah Analis Kimia.
d. Memberikan peluang untuk penempatan lulusan dan kerjasama.
C. Tujuan Pembuatan Laporan Prakerin
a. Memantapkan siswa dalam mengembangkan ilmu yang didapat di
sekolah dan diterapkan di tempat Prakerin.
b. Siswa mampu mencari alternatif lain dalam pemecahan masalah
analisis kimia lebih rinci dan mendalam (seperti apa yang terungkap
dalam laporan Prakerin yang dibuatnya).
c. Dapat mengumpulkan informasi-informasi yang berguna bagi
kepentingan sekolah dan siswa sendiri (penulis).
1
d. Dapat menambah koleksi perpustakaan sekolah dan siswa sendiri,
sehingga dapat meningkatkan pengetahuan bagi siswa dan peminat
lainnya.
e. Siswa dapat membuat laporan kerja dan
mempertanggungjawabkannya.
2
BAB II
INSTITUSI TEMPAT PRAKERIN
A. Sejarah Berdirinya
Balai Penelitian Ternak dengan akronim (BALITNAK) adalah instansi
pemerintah dengan mandate nasional merupakan hasil gabungan dua Unit
Kerja dibidang Peternakan yaitu Lembaga Penelitian Peternakan (LPP) di
Bogor dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak (P3T) di Ciawi pada
tahun 1981.
Balitnak merupakan Unit Pelaksana Teknis dibawah koordinasi dan
binaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan yang bernaung
dibawah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen
Pertanian. Didirikan di areal seluas 22 ha di Desa Banjarwaru, Kecamatan
Ciawi, Kabupaten Bogor ±13 km Selatan kota Bogor ke arah Bandung pada
ketinggian tempat ±500 m di atas permukaan laut dengan curah hujan antara
3.500-4.000 mm/tahun.
Sejalan dengan perkembangannya, sejak didirikan hingga saat ini telah
beberapa kali mengalami perubahan nama yaitu :
1. Lembaga Penelitian Peternakan (LPP) di Bogor:
a. 1950, Awal didirikannya bernama Balai Peternakan Umum (BPU)
b. 1952, Balai Penyelidikan Peternakan (BPP)
c. 1956, Pusat Balai Penyelidikan Peternakan (PBPP)
d. 1961, Lembaga Penelitian Peternakan (LPP)
e. 1966, Lembaga Peternakan (LP)
f. 1967-1980, Lembaga Penelitian Peternakan (LPP)
1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak (P3T) di Ciawi
a. 1974, Awal didirikannya bernama Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peternakan (P4) merupakan Proyek Kerjasama
dibidang Peternaan antara Pemerintah Indonesia dan Australia yang
3
ditandatangani pada tanggal 4 Desember 1974 untuk jangka waktu 10
tahun.
b. 1978, Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak (P3T) yag
diresmikan penggunaannya oleh Presiden Soeharto pada tanggal 13
Novembe 1978 dan dihadiri oleh Perdana Mentri Australia serta
pejabat tinggi kedua Negara.
c. 1981, Penggabungan LPP dan P3T secara resmi menjadi Balai
Penelitian Ternak (BPT) dan sekaligus pelimpahan kedudukan BPT
yang semula di baah Direktorat Jenderal Peernakan menjadi di bawah
Badan Litbang Pertanian.
d. 1984-hingga saat ini, Balai Penelitian Ternak (BALITNAK).
B. Visi dan Misi
Balai Penelitian Ternak memiliki visi, yaitu pada tahun 2014 menjadi
lembaga penelitian peternakan berkelas dunia dalam menghasilkan inovasi
teknologi peternakan mendukung terwujudnya sistem pertanian industrial.
Adapun misi Balitnak, yaitu:
1. Menghasilkan inovasi teknologi peternakan yang berdaya saing dan
berwawasan lingkungan sesuai dengan kebutuhan pengguna dan
mendukung program strategis Kementrian Pertanian.
2. Meningkatkan pemanfaatan sumberdaya yang berkaitan dengan sistem
produksi peternakan.
3. Mendiseminasikan hasil-hasil inovasi teknologi peternakan.
4. Membangun jaringan kerjasama dan pertukaran informasi teknologi
peternakan, dan
5. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, sarana, dan prasarana
penunjang kegiatan penelitian peternakan.
4
C. Tugas dan Fungsi
Berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 71/KPts/OT.210/1/2002 tentang
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Unit-Unit Pelaksana Teknis Badan
Litbang Pertanian, Balai Penelitian Ternak adalah unit pelaksana teknis
dibidang penelitian dan pengembangan yang berada dibawah dan
bertanggung jawab langsung kepada Kepala Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peternakan. Balai Penelitian Ternak dipimpin oleh seorang
Kepala Balai.Balai Penelitian Ternak mempunyai tugas melaksanakan
Penelitian Ternak Unggas, sapi, perah dan dwiguna, kerbau, domba,
kambing perah serta aneka ternak.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas Balai
Penelitian Ternak menyelenggarakan fungsi :
1. Pelaksanaan penelitian eksplorasi, Identifikasi, karakterisasi, evaluasi,
serta Pemanfaatan Plasma nutfah ternak dan hijauan pakan ternak;
2. Pelaksanaan penelitian pemuliaaan, reproduksi, dan nutrisi pada ternak
unggas, sapi perah dan dwiguna, kerbau, domba, kambing perah serta
aneka ternak;
3. Pelaksanaan Penelitian bioteknologi ternak, agrostologi dan fisiologi hasil
ternak;
4. Pelaksanaan Penelitian komponen teknologi sistem dan usaha agribisnis
ternak;
5. Pemberian Pelayanan teknik kegiatan penelitian Ternak;
6. Penyiapan kerja sama, informasi dan dokumentasi serta penyebarluasan
dan pendayagunaan hasil penelitian Ternak;
7. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga
..
D. Program Penelitian
A. Program Intensif Peningkatan Kemampuan Penelitian dan Perekayasa
a. Penggunaan Pakan Berbasis Produk Samping Industri Sawit pada
Sistem Perbibitan Sapi Model Grati dengan Tingkat Kebuntingan
65%. (Pengawalan Teknologi). (Lanjutan)
5
b. Peningkatan Performans Kerbau Penghasil Susu melalui IB dengan
Semen Beku berkualitas, dengan pakan berbasis kelapa sawit.
(Lanjutan)
c. Pemanfaatan Silase Kulit Buah Kakao untuk Meningkatkan
Produktivitas Kambing pada Sistem Integrasi Kakao-Kambing.
(Lanjutan)
d. Peningkatan nilai Gizi Bungkil Inti Sawit untuk Menggantikan
Bungkil Kedelai Dalam Ransum Ayam Broiler. (Lanjutan)
B. Rencana Penelitian Tingkat Peneliti (RPTP) dengan Kegiatan yang
dilaksanakan adalah sebagai berikut:
a. PSDS
Analisis, Implementasi dan Pengawalan Teknologi Peternakan
mendukung PSDS/K tahun 2014
b. Konsorsium Sapi Perah
Penyediaan Sapi Perah Pengganti (Replacement Stock) dengan
Produktivitas 30% diatas Rataan
Pengawalan Teknologi Pemisahan Spermatozoa X dan Y untuk
Meningkatkan Anak Kelahiran Betina di Atas 30%.
Teknologi pakan dan pengendalian penyakit untuk menghasilkan
calon induk BB > 300 kg umur 18 bulan dan peningkatan efisiensi
produksi induk > 20%.
Penelitian Tanaman Pakan Ternak Dalam Mendukung Usaha Sapi
Perah di Indonesia
Penanganan Diversifikasi Produk Sapi Perah dan Pemantapan
Kelembagaan Mendukung Pendapatan Peternak Berkelanjutan
(Lanjutan)
6
c. UPBS
Pemanfaatan bibit sumber ayam lokal unggul Balitnak
Pemanfaatan Bibit Unggul Itik Alabio dan Mojosari Terseleksi
untuk Menghasilkan Itik Master (Persilangan Itik Mojosari Jantan
dengan Alabio Betina).
Pemanfaatan bibit unggul ternak Domba Komposit Sumatera.
d. Plasma Nutfah
Pengelolaan Sumberdaya Genetik Domba.
e. Kambing Perah
Evaluasi Persilangan Kambing Anglo Nubian dengan Peranakan
Etawah dan Pembandingnya.
Keragaan Reproduksi Ternak Kambing Peranakan Etawah dan
Anglo Nubian.
f. Kerbau
Implementasi Model Pengembangan Unit Usaha Ternak Kerbau
melalui perbaikan management pemberian pakan di Propinsi
Banten.
Peningkatan Efisiensi IB melalui Perbaikan Kualitas Semen Beku
dan Pengembangan Sinkronisasi dengan Teknik Spray Hormon
pada Kerbau Lumpur
g. Hijauan Pakan Ternak
Efektivitas Penambahan N2 Secara Hayati Leguminosa
Pakan Indigofera SPP
Teknologi Produksi dan Pasca Panen Benih Calopogonium
Mucunoidesuntuk meningkatkan produktivitas sebesar 15%
7
Evaluasi agronomi dan teknologi persilangan beberapa kultivar
rumput Panicum maximum
Koleksi, Uji Adaptasi 6 Jenis Leguminosa Herb dan Rumput pada
Lahan Kering Beriklim Kering untuk Meningkatkan Produktivitas
Tanaman Pakan Ternak.
Teknologi Mikropropagasi Leucaena KX2 untuk penyediaan bibit
tanaman pakan ternak.
h. Domba
Analisis lanjutan Pemantapan Bibit Domba Komposit
Analisis Uji Adaptasi 3 Rumpun Domba Komposit Pada Kondisi
Peternakan Rakyat (Agroekosistem Lahan Kering Dataran
Tinggi/LKDT)
Peningkatan produktivitas domba induk komposit Garut melalui
perbaikan kualitas pakan.
i. Imbuhan-Bioproses
Optimasi Penggunaan Bungkil Inti Sawit sebagai bahan pakan
sumber protein untuk ruminansia.
Penggunaan kulit buah coklat (cocoa pod) fermentasi sebagai
bahan baku pada pakan konsentrat domba.
Pemanfaatan Nano-karoten sebagai pakan imbuhan pada sapi
laktasi untuk meningkatkan produksi susu 20%, kesehatan induk
serta fertilitas.
Pengaruh Pemberian Pakan Aditif sumber Antioksidan terhadap
Pertumbuhan Kambing Jantan PE yang diberi Pakan Limbah
Jagung.
Evaluasi pemanfaatan mikroba rumen untuk sumber inokulan
fermentasi tongkol jagung.
8
Pengembangan teknologi ”Complate rumen modifier” (CRM)
dalam bentuk sediaan komersial.
j. Itik
Seleksi Bibit Induk Itik Pedaging PMp Generasi ke-5.
Analisis keterkaitan penanda molekuler mikrosatelit dan gen
prolaktin dengan sifat ranggas pada Itik.
Kebutuhan Gizi itik Persilangan Pekin Jantan dengan Mojosari
Betina Putih (PMp) Fase Layer.
Tingkat Kecernaan Bahan Pakan Itik Pedaging Persilangan Entog
Jantan dengan Hasil Silangan Itik Peking dengan Mojosari Putih
(EPMp) umur 12 Minggu.
Peningkatan daya tetas telur itik EPMp.
k. Kelinci
Pembentukan Rumpun elinci Pedaging FZ-3 melalui Seleksi.
Peningkatan produktivitas-reproduktivitas induk dan anak kelinci
melalui perbaikan nutrisi
Uji coba model integrasi kelinci-sayuran pada pola ”Kampoeng
Industri Kelinci”
l. Ayam Lokal
Seleksi ayam Sentul generasi ke-2.
Identifikasi gen Mx pada ayam KUB sebagai penciri resistensi
avian influenza.
Evaluasi produktivitas ayam Gaok sebagai calon ”Male Line” ayam
lokal.
Pemberian pre-starter formula lokal pada 2 tipe ayam lokal selama
pertumbuhan 0 – 12 minggu.
9
Cross Breeding Pada Ayam Gaok dengan KUB dan Resipokalnya
untuk Ayam Pedaging Pada Umur 12 Minggu.
m. Plasma Nutfah
Konservasi Lima Jenis Ayam Lokal Melalui
Kriopreservasi Primordial Germ Cells (PGC) dan Pembentukan
Chimera Ayam Lokal.
Koleksi, Karakterisasi, dan Evaluasi Potensi Sumber Daya Genetik
Ayam Lokal dan Itik Sebagai Bahan Pemuliaan.
Evaluasi kandungan prostaglandin pada sperma kambing.
C. RIPP
a. Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan
D. RPTPa. Farmer Empowerment Through Agricultural Technology And
Information (FEATI).
D. Sarana Penelitian
Keberhasilan Balitnak dibidang penelitian peternakan selama ini tidak
lepas dari tersedianya sarana penelitian peternakan yang cukup memadai
diantaranya:
1. Sarana Bangunan
Sampai saat ini Balitnak telah memiliki tidak kurang dari 60 bangunan
yang terdiri dari: bangunan Administrasi; Laboratorium dan Perpustakaan;
Perbengkelan; Kandang Ternak; Gudang bahan dan pakan ternak; dll.
2. Sarana Penelitian
a. Laboratorium (Ciawi dan Bogor) meliputi: Lab. Pelayanan analisis kimia,
Lab. Kesehatan ternak, Lab. Hijauan pakan ternak, Lab. Teknologi Pakan,
Lab. Fisiologi dan in vitro ruminasia, Laboratorium Reproduksi
ruminansia, serta Lab Reproduksi unggas
10
a. Kebun Percobaan
Saat ini Balitnak memanfaatkan tidak kurang dari 20 ha lahan yang
tersebar di enam lokasi di Ciawi, Bogor dan sekitarnya (Kaum Pandak;
Cicadas; untuk tanaman rumput dan hijauan.
b. Kandang Percobaan
Kandang Percobaan yang telah dbangun meliputi:
- Kandang Sapi dan Kerbau berkapasitas s.d 140 ekor.
- Kandang Domba dan Kambing (Ciawi, Bogor dan Cilebut)
berkapasitas 600 ekor (Ciawi), 500 ekor (Bogor)
- Kandang ayam kampung berkapasitas s.d 3000 ekor (Ciawi),
kandang ayam ras berkapasitas 100 ekor (petelur) and 200 ekor
(ayam broiler)
- Kandang Kelinci untuk induk dan pembesaran kapasitas 1.200 ekor
(Ciawi).
c. Bengkel Peralatan
Dalam pelaksanaan kegiatannya dikategorikan dalam 4 unit kerja yaitu:
- Generator House: Tenaga Listrik cadangan bilamana terjadi
pemadaman/ gangguan listrik ole PLN.
- Mekanik: Melayani perbaikan dan pemeliharaan peralatan mekanik.
- Elektronik: Melayani pemeliharaan dan pemasangan instalasi arus
lemak.
- Pertukangan kayu: Melayani pembuatan, perbaikan dan pemeliharaan
peralatan perkayuan.
Selain keempat unit kerja diatas, bengkel peralatan juga mengelola
fasilitas pengolahan kotoran ternak.
11
E. Fasilitas Pendukung Penelitian
Guna mendukung sarana penelitian yang telah diuraikan, Balitnak juga
dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung penelitian, seperti:
Gudang (bahan dan pakan ternak dan peralatan-peralatan penelitian);
Mesin-mesin (penggiling,pencampur,pengering,pembuat pellet, pemotong
rumput, mesin tetas listrik); Ruang pendingin; Perpustakaan; Kandang
metabolisme bagi semua komoditas ternak; Ruang pemotongan ternak;
Auditorium berkapastias 120 tempat duduk, Ruang sidang dan kantin yang
cukup besar.
F. Kepegawaian
Sampai dengan tahun 2013, Balitnak memiliki jumLah pegawai sebanyak
369 orang yang terdiri dari 291 orang Pegawai Negri Sipil dan 48 orang
pegawai Honorarium. Berdasarkan tingkat pendidikan: S3: 32 orang; S2: 23
orang; S1: 26 orang;Diploma: 13 orang serta SLTA ke Bawah: 197 orang.
G. Sumber dan Penelitian
Pada dasarnya sumber dana penelitian Balitnak berasal dari dua sumber,
yaitu:
1. Dana APBN yang diperoleh dari anggaran rutin pemerintah guna
membiayai prioritas utama penelitian,
2. Non- APBN yang diperoleh melalui Kerjasama Penelitian dengan pihak
luar (instansi pemerintah; Organisasi Profesi; Universitas dan lainlain)
baik dalam maupun luar negri. Kerjasama penelitian yang pernah
dilaksanakan yaitu dengan CSIRO dan ACIAR (Australia); SRCRSP
(USA); FAO; ARMP (Word Bank); SRUPNA, ILRI (CANADA); Direktorat
Jenderal Peternakan beserta jajarannya; Balai-balai penelitian lingkup
Badan Litbang Pertanian, BPPT dan lain-lain.
H. Publikasi Terbitan BALITNAK
Sejak didirikannya hingga saat ini, Balitnak telah menerbitkan berbagai
publikasi hasil-hasil penelitian dalam bentuk yang beragam, antara lain:
12
Laporan Tahunan
Bulletin LPP tahun 1981 s.d. tahun 1994
Prosiding seminar dan Lokakarya
Buku Petunjuk Teknis dan Brosur Teknis Peternakan
Edisi khusus untuk komoditas ternak Ruminansia dan Non-Ruminansia
13
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA DAN KEGIATAN DI LABORATORIUM
A. Latar Belakang
Sapi perah adalah hewan ternak terpenting sebagai sumber kebutuhan
susu yang menghasilkan sekitar 95% kebutuhan susu di dunia. Ternak sapi
perah pertama di Indonesia adalah jenis Hissar, yang di datangkan ke
daerah Sumatra Timur oleh peternak sapi yang berasal dari India. Walaupun
produksinya sangat rendah, peternakan sapi yang sudah ada dapat
mencukupi kebutuhan lokal. Dalam perkembangannya, kebutuhan susu sapi
terus meningkat sesuai dengan jumLah orang eropa yang datang ke
Indonesia. Dalam upaya peningkatan kualitas susu sapi di Indonesia,
Belanda mengutuskan untuk mendatangkan sapi jantan jenis Friesian
Holstein, yang kemudian menjadi jenis sapi perah yang umum yang
dikembangkan di Indonesia.
Sapi perah termasuk kedalam famili Bovidae, sub famili Bovinae, genus
Bos. Sapi perah bangsa Friesian Hosltein (FH) berasal dari propinsi
Friesland negeri Belanda. Bangsa sapi ini adalah bangsa sapi perah yang
tertua, terkenal dan tersebar hampir di seluruh dunia.Bangsa sapi FH murni
memiliki warna bulu Black and White (hitam dan putih) atau merah dan putih
(Red Holstein) dengan batas-batas warna yang jelas seperti pada dahi
umumnya terdapat warna putih berbentuk segitiga dan bulu kipas ekor,
bagian perut serta kaki dari teracak sampai lutut (knee atau hock) berwarna
putih. Selain itu, sapi FH memiliki tanduk yang pendek dan mengarah
kedepan. Sifat-sifatnya adalah jinak, tidak tahan panas, tetapi sapi ini mudah
menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan dan lambat dewasa. Menurut
Blakely dan Bade (1991), Karakteristik sapi FH adalah memiliki berat induk
675kg, warna bulu hitam dan putih, temperamen tenang, kemampuan
merumputnya sedang, masak kelamin lambat, kadar lemak susu 3.5-3.7 %,
dengan warna lemak kuning membentuk butiran-butiran (glubola) sehingga
14
aman untuk konsumsi susu segar, bahan kering tanpa lemak 8.5 %, rata-rata
produksi susu per tahun 5750-6250 kg dan berat lahir anak 42 kg.
Seperti halnya makhluk hidup, sapi perah pun melakukan sistem eskresi,
yaitu proses pengeluaran sisa zat metabolisme tubuh,atau dapat juga
diartikan proses pembuangan sisa metabolisme yang ada pada semua
bentuk kehidupan. Zat sisa tersebut salah satunya adalah NH3 yang bahaya
bagi hewan apabila tertimbun di dalam tubuh hewan tersebut, maka amonia
yang ada di ubah menjadi urea dan asam urat, urea mudah larut dalam air
dan diekskresikan dalam cairan yang disebut urine. Urin sapi ini dikeluarkan
dari dalam tubuh sapi melalui proses urinasi. Tujuan dari urinasi ini adalah
untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal
dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Adapun komposisi zat yang
terkandung dalam urin:
15
Gambar 1. Contoh Sapi Perah Jenis Friesian Holstein
Tabel 1. Kandungan Zat Dalam Urin Sapi
Nama
Ternak
Nitrogen
(%)
Fosfor
(%)
Kalium
(%)Air (%)
Kuda 1,40 0,02 1,60 90
Kerbau 1,00 0,15 1,50 92
Sapi 1,00 0,50 1,50 92
Kambing 1,50 0,13 1,80 85
Domba 1,35 0,05 2,10 85
Jika dilihat dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa belum di dapatkan
kadar zat lain dalam urin sapi perah tersebut. Maka dilakukan analisis
kreatinin dan allantoin dengan pengaruh waktu pengambilan contoh.
B. Kreatinin
Kreatinin adalah produk endogenous akhir dari metabolisme kreatin fosfat
yang terjadi di dalam otot dan dilepaskan dari otot dengan kecepatan yang
hampir konstan serta diekskresi dalam urin dengan kecepatan yng sama
(Guyton & Hall 1997). Shaffer dalam Peters 1946 menjelaskan bahwa
ekskresi kreatinin pada setiap individu terkait erat dengan ukuran maupun
perkembangan jaringan otot. Zat ini dijumpai dalam jumLah yang besar di otot
dan hadir di darah dan urin dalam jumLah yang sangat kecil pada kondisi
normal.
16
Gambar 2. Struktur Kreatinin
Kreatinin mudah diperfusi ke seluruh cairan tubuh dan diekskresikan
melalui urin (Raphael 1987). Keberadaan kreatinin dalam jumLah yang tinggi
maupun rendah berbahaya bagi suatu individu.
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menentukan kadar
kreatinin dalam urin, diantaranya yaitu:
a. Jaffe reaction
Dasar dari metode ini adalah kreatinin dalam suasana alkalis dengan
asam pikrat membentuk senyawa kuning jingga. Menggunakan alat
spektrophotometer.
b. Kinetik
Dasar metode ini relatif sama dengan metode jaffe reaction,yaitu kreatinin
dalam suasana alkalis dengan asam pikrat membentuk senyawa kuning
jingga, hanya dalam pengukuran dibutuhkan sekali pembacaan. Alat yang
digunakan autoanalyzer.
c. Enzimatik Darah
Dasar metode ini adalah adanya substrat dalam sampel bereaksi dengan
enzim membentuk senyawa substrat menggunakan alat spectrophotometer.
C. Allantoin
Purin adalah asam amino bersifat basa yang terdapat di dalam inti sel
mikroba di dalam digesta yang masuk kedalam usus halus. Purin yang masuk
kedalam usus halus ini sebagian besar berasal dari mikroba. Purin tersebut
17
Gambar 3. Struktur Allantoin
dimetabolisa oleh tubuh ruminansia selanjutnya dikeluarkan bersama urin
berupa derivat purin.( Chen 1992) derivat purin adalah allantoin,uric acids,
xanthine, dan hypoxanthine (Tillman et al., 1998).
Allantoin yang merupakan salah satu derivat purin memiliki presentase
tertinggi daripada derivat purin lainnya, dan berasal dari asam nukleat
mikroba rumen yang merupakan hasil dari pencernaan pakan dirumen
( Antoniewicz et al., 1979).
D. Instrumentasi
1. Spektrofotometri
Spektrofotometri merupakan suatu cara analisis kimia yang berdasarkan
pengukuran sintesis cahaya yang diserap oleh media, besarnya akan
sebanding dengan tebal kepekatan zat, sehingga setiap zat akan memberikan
intensitas yang berbeda-beda. Masing-masing media akan emberikan panjang
gelombang tertentu tergantung pada senyawaan dan kepekaan dari zat
tersebut. Intensitas cahaya yang dipancarkan akan dideteksi oleh detektor
dan direkam oleh suatu detektor yang saat ini telah dibuat dalam bentuk
digital sehingga hasilnya dapat langsung diketahui, biasanya berupa transmisi
(%T) atau absorbansi (A). Hukum yang mendasari spektrofotometer adalah:
a. Lambert
Hukum Lambert menyatakan hubungan antara sintesis cahaya mula-mula
(I0) dan cahaya yang dipancarkan dengan tebal media, dan memberikan suatu
hukum yang berbunyi: “Bila suatu cahaya monokromatis melalui suatu media
yang transparan maka bertambah turunnya intensitas cahaya yang
dipancarkan sebanding dengan bertambahnya tebal media (t).”.
b. Beer
Beer menyelidiki hubungan antara It dan I0 terhadap kepekatan media yang
memberikan hukum: “Bila suatu cahaya monokromatis melewati media yang
18
Ia ItIo
Ir
Ir
transparan maka bertambah turunnya intensitas cahaya yang dipancarkan
sebanding dengan bertambahnya kepekatan media (C).”.
c. Gabungan Lambert-Beer
Hukum Lambert-Beer menyatakan: “Bila suatu cahaya monokromats
melewati media yang transparan maka bertambah turunnya intensitas cahaya
sebanding dengan bertambah tebalnya kepekatan media.”
Jalannya cahaya dalam larutan adalah sebagai berikut:
Keterangan:
I0 = intensitas cahaya mula-mula
Ia = intensitas cahaya yang diserap
Ir = intensitas cahaya yang dipantulkan
It = intensitas cahaya yang dipancarkan
Dengan menggunakan persamaan, maka didapatkan rumus:
Keterangan:
I0 = intensitas cahaya mula-mula
19
Gambar 4. Intensitas Cahaya antar Media
It = intensitas cahaya yang dipancarkan
ε = tetapan
c = kepekatan
t = tebal media
Bila menetapkan suatu senyawa (sampel deret standar) serta memakai
panjang geombang yang sama, maka harga ε sama (tetap). Dengan
demikian,harga ε.t adalah persamaan tetap,sehingga persamaan Lambert-
Beer analog dengan persamaan linier y = a.x,dimana sumbu y = A, a = ε.t
(tetapan), x = c. Digunakan untuk mengukur serapan suatu larutan. Maka
didapatkan persamaan:
Persamaan Lambert-Beer: A=ε.c.t
Beberapa syarat dalam analisis spektrofotometri:
a. Sinar yang digunakan monokromatik.
b. Bebas dari unsur-unsur pengganggu.
c. Sinar UV digunakan larutan yang tidak berwarna,dan sinar Vis
digunakan untuk larutan yang berwarna.
Berdasarkan sumber cahaya yang digunakan, spektrofotometer dapat
dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Spektrofotometer Infra Merah (IR) dengan λ 2-5μm.
b. Spektrofotometer Ultraviolet (UV) dengan λ 200-380μm.
c. Spektrofotometer Visible (Vis) dengan λ 380-750μm.
Spektrofotometer UV-Vis dengan λ 200-700μm ini menggunakan lampu
Uvdan Visible, sehingga dapat digunakan untuk mengukur larutan yang
berwarna dan tidak berwarna. Bagian-bagian dari spektrofotometr ini
adalah:
20
a. Sumber Cahaya
Sumber energi yang baik untuk pengukuran serapan harus memancarkan
spektrum dan berintensitas tinggi, jugamerata di daerahpanjang gellombang
yang dikehendaki dan sumber sahaya yang dipakai harus benar-benar stabil.
Sebagai sumber cahaya yang dipakai pada spektrofotometer UV-Vis adalah
lampu-lampu Deutrium (Hidrogen) untuk daerah ultra violet pada λ di bawah
375 (160-375 nm), dan lampu Wolfram untuk daerah visible (sinar tampak)
pada λ di atas 375 (375-2500 nm). Sinar yang dipancarkan difokuskan pada
sebuah cermin datar yang kemudian diteruskan melalui monokromator
b. Monokromator
Monokromator pada spektrofotometer adalah alat yang berfungsi untuk
menguraikan cahaya yang polikromatis menjadi beberapa komponen
panjang gelombang yang berbeda (dispersi), sehingga dapat dipilih panjang
gelombang tertentu yang sesuai dan dapat terpisah menjadi komponen-
komponen yang monokromatis dan juga dilewatkan melalui celah yang
sempit (slit). Kegunaan digunakan slit adalah:
1) Memungkinkan pemisahan pita-pita panjang gelombang yang berdekatan.
2) Memenuhi hukum Lambert-Beer yaitu panjang gelombang yang akan
diserap akan diukur.
Monokromator yang biasa digunakan untuk spektrofotometer yaitu prisma
atau grating (kisi difraksi). Bila seberkas cahaya polikromatik melalui sebuah
prisma maka akan terjadi penguraian atau dispersi cahaya. Monokromator
berfungsi untuk memisahkan dan menyeleksi sinar polikromatik menjadi
sinar monokromatik dengan panjang gelombang yang dipakai pada saat
pengukuran.
21
c. Kuvet
Kuvet untuk spektrofotometer adalah tempat contoh atau cuplikan yang
akan dianalisis. Tempat contoh umumnya terbuat dari jenis bahan yang
transparan sehingga tidak menyerap inar yang melewati ada saat
pengukuran, misalnya yang terbuat dari kaca kuarsa. Kuvet harus memenuhi
persyaratan, diantaranya:
1) Harus tahan terhadap bahan-bahan kimia, basa, asam, dan pelarut
organik.
2) Mempunyai bentuk yang sederhana.
3) Permukaan secara optik harus sejajar.
4) Tidak berwarna sehingga dapat mentransmisikan semua cahaya yang
melaluinya.
22
Gambar 5. Diagram Sistem Monokromator Prisma
Gambar 6 Diagram Sistem Monokromator Grating
5) Tidak boleh rapuh.
Bahan gelas yang biasa dipakai dalam pembuatan kuvet adalah
plexiglass atau kuarsa yang tahan terhadap pelarut organk, asam maupun
basa kuat yang pekat serta mentransmisikan sinar UV maupun tampak.
Kuvet dapat berbentuk bulat atau bujur sangkar yang lebarnya 1 cm dengan
volume sekitar 5mL.
d. Detektor
Detektor berfungsi untuk mengubah energi cahaya yang diteruskan
menjadi sinyal-sinyal yang bisa dibaca oleh rekorder. Detektor yang sering
digunakan dalam daerah UV adalah phototube/ photosel dan untuk detetor
dalam daerah sinar tampak adalah photomultilplier karena sifatnya lebih
sensitif untuk daerah sinar tampak, yang keduanya berfungsi mengubah
cahaya menjadi energ listrik (photosensitive detector). Energi listrik tersebut
dapat direkam oleh suatu rekorder sehingga didapatkan % transmisi atau
absorbansi dari sampel tersebut.
Jenis spektrofotometer yang biasa digunakan dibagi atas:
a) Spektrofotometer Sinar Tunggal (Single Beam Spectrophotometer)
Pada spektrofotometer sinar tunggal, pengukuran cuplikan dilakukan
setelah pengukuran blanko secara bergantian. Pengukuran balanko
dilakukan untuk menghindari kesalahan pengukuran yang disebabkan oleh
adanya matriks lain dalam cuplikan selain analat yang akan diukur.
Spektrofotometer sinar tunggal adalah alat untuk mengukur transmitan
dalam % T atau absorbansi (A) suatu contoh sebagai fungsi panjang
gelombang. Dengan alat tersebut dapat juga dilakukan pengukuran
absorbansi untuk lebih dari satu panjang gelombang tertentu.
Spektrofotometer sinar tunggal hanya memiliki satu berkas cahaya dari
sumber yang melalui monokromator. Padaperalatan ini setalah melakukan
pengukuran blanko, kuvet diambil dan diganti dengan kuvet yang berisi
larutan contoh untuk mengukur contoh.
23
b) Spektrofotometer Sinar Ganda (double beam sectrophotometer)
Spektrofotometer sinar ganda dirancang untuk memudahkan dala
pengoperasian. Dalam alat ini,pengukuran larutan blanko dan larutan contoh
dapat dilakukn dalam waktu yang bersamaan sinarmonokromatis
darimonokromator akan melewatisel blanko dan sel contoh secara
bergantian. Pada akhirnya sinar yang masuk ke detektor adalah sinar dari
larutan contoh yngtela dikoreksi terhadap blanko.
Pada spektrofotometer sinar ganda ini berkas sinar setelah melewati
monokromator akan dipisahkan menjadi dua berkas,satu untuk contoh dan
yamg lainnya untuk blanko. Berkas sinar pertama disebut berkas acuan
(reference beam), dan berkas yang mula-mula terpisah ini kemudian
disatukan kembali dan diteruskan ke detektor.
24
Gambar 7. Bagan ALat Spektrofotometer Sinar Tunggal
Gambar 8. Bagan Spektrofotometer Sinar Ganda
Kesalahan analisis secara spektrofotometri berasal dari penyimpangan
persamaan Lambert-Beer. Sumber-sumber kesalahan analisis secara
spektrofotmetri adalah penyimpangan kimia dan penyimpangan instrumen.
Penyimpangan kimia terjadi apabila ada perubahan-perubahan akibat proses
kimia sepertisenyawaan yang dianalisis bereaksi dengan senyawa lain atau
pelarut yang digunakannya. Sedangkan penyimpangan instrumen dapat
diakibatkan oleh kemungkinan adanya sinar polikromatik. Hal ini sukar
dipenuhi karena monokromator kurang mampu mengisolasi panjang
gelombang yang benar-benar monokromatik.
25
BAB IV
METODE
A. Metode Pengambilan Contoh
Pengambilan contoh urin dilakukan dengan interval waktu 4 jam yaitu pada
pagi hari (04.00-08.00), siang hari (08.00-12.00) sore hari (12.00-16.00) dan
malam hari (16.00-20.00), pada 12 ekor sapi perah yang berbeda yang
diambil secara acak.
B. Metode Analisis
Analisa yang dilakukan terhadap sampel ini meliput analisa kuantitatif,d
engan menggunakan metode spektrofotometri.
1. Analisis Kreatinin dalam Urin
Prinsip : Prosedur ini diadaptasi dari metode Folin Wu dan dijelaskan
dalam Hawk, Oser & Summerson. Praktis Fisiologis Kimia (Edisi 12). Metode
ini didasarkan pada reaksi Jaffe. Kreatinin bereaksi dengan ion pikrat
terbentuk dalam suasana alkali untuk mengembangkan warna merah-oranye.
Warna yang dihasilkan dari sampel tersebut kemudian dibaca absorbansinya
pada λ = 505 nm, lalu dibandingkan dengan standar kreatinin pada kondisi
dan perlakuan yang sama.
Alat – alat yang digunakan:
1. Tabung reaksi 15mL.
2. Rak tabung reaksi.
3. Piala Gelas 400mL dan 800mL.
4. Pipet 10mL
5. Labu Ukur 50mL dan 100mL.
6. Spektrofotometer.
26
Bahan – bahan yang digunakan :
1. Standar kreatinin.
Ditimbang 0,1gr dalam labu ukur 100mL. Lalu dibuat deret standar
dengan konsentrasi 20,40,60,80,100,dan 120 ppm (dipipet masing-masing
0,2;0,4;0,6;0,8;1,0;1,2mL dalam labu ukur 10mL)
2. Asam Pikrat.
Ditimbang sebanyak 0,8gr asam pikrat lalu dimasukkan kedalam labu
ukur 50mL, dilarutkan air suling.
3. NaOH 0,05M.
Ditimbang 3,65 gr NaOH lalu dilarutkan dalam 200mL air suling.
4. Aquades.
5. Alkalin pikrat, yang dibuat tepat sebelum pengerjaan dilakukan.
Dicampurkan1 bagian asam pikrat dengan 1 bagian NaOH 0,5M.
Cara Kerja :
1. Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Dipipet masing-masing 0,5mL sampel,deret standar dan blanko. Lalu
dimasukan kedalam tabung reaksi 10mL.
3. Ditambahkan 6mL air suling kedalam masing-masing tabung.
4. Ditambahkan 1mL alkalin pikrat ke dalam masing-masing tabung.
5. Dikocok dengan vortex selama 10 detik.
6. Ditunggu selama 20 menit.
7. Dibaca absorbansi pada λ = 505nm.
27
Perhitungan :
Persamaan linear (dari kurva standar)
Y=a+bx
Y=Absorbans
a=Intercept
b=Derajat kemiringan/slope: Δx/Δy
Sehingga konsentrasi kreatinin yang didapat adalah:
2. Analisis Allantoin dalam Urin.
Prinsip : Dalam prosedur ini, allantoin dihidrolisis terlebih dahulu pada
suasana basa lemah dengan suhu 100˚C. Asam allantoat selanjutnya
didegradasi menjadi urea dan asam glioksilat dalam larutan asam lemah.
Kemudian asam glioksilat yang dihasilkan bereaksi dengan fenil hidrazin
hidroklorida untuk menghasilkan hidrazin fenil dari asam. Produk yang
dhasilkan didapat dari sebuah kromosfer dengan kalium ferri sianida dengan
warna merah muda yang kemudian dibaca pada λ = 522nm dan
dibandingkan dengan standar allantoin pada kondisi dan perlakuan yang
sama.
Alat - alat yang digunakan:
1. Tabung reaksi 10 mL,tidak menggunakan tutup.
2. Rak tabung reaksi.
3. Piala gelas 400mL dan 800mL.
4. Penangas air suhu 100˚c.
5. Pipet 10mL.
6. Neraca analitik.
28
7. Labu ukur 50mL dan 25mL.
Bahan - bahan yang digunakan:
1. Standar Allantoin.
Ditimbang 0,005 gr dalam labu ukur 50mL. Lalu dibuat deret standar
dengan konsentrasi 10,20,30,40,50,dan 60 ppm (dipipet masing-masing
0,5;1,0;1,5;2,0;2,5;3,0 mL dalam air suling 5 mL)
2. NaOH 0,05M.
Ditimbang 3,65 gr NaOH lalu dilarutkan dalam 200mL air suling.
3. NaOH 0,01M.
Diencerkan 0,75mL NaOH 0,5M dalam 149,25mL air suling.
4. HCl 0,5M.
Diencerkan 8mL HCl pekat dalam 192mL air suling.
5. Fenil hidrazin hidroklorida 0,023M, yang dibuat tepat sebelum
pengerjaan
Ditimbang 0,1663gr Fenil Hidrazin Hidroklorida lalu dilarutkan dalam
labu ukur 50mL dengan air suling.
6. Kalium feri sianida 0,05M, yang dibuat tepat sebelum pengerjaan.
Ditimbang 0,835gr Kalium Feri Sianida lalu dilarutkan dalam labu ukur
50mL dengan air suling.
7. Asam klorida pekat yang didinginkan pada suhu -20˚C minimal 20 menit
sebelum pengerjaan dimulai.
8. Es balok untuk mendinginkan sampel
Cara Kerja:
29
1. Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Dipipet masing-masing 1mL sampel,deret standar dan blanko. Lalu
dimasukan kedalam tabung reaksi 15mL.
3. Ditambahkan 5mL air suling ke dalam masing-masing tabung reaksi.
4. Ditambahkan 1mL NaOH 0,5M ke dalam masing-masing tabung reaksi.
5. Dikocok dengan vortex selama 10 detik.
6. Dimasukkan ke dalam air mendidih selama 7 menit.
7. Dimasukkan ke dalam baskom berisi air dingin yang ditambahkan es.
8. Ditambahkan 1mL HCl 0,5M ke dalam masing-masing tabung reaksi,lalu
diatur pH. pH harus berada di 2-3. Dilakukan cek pH dengan alat pH-
meter.
9. Ditambahkan 1mL Fenil Hidrazin Hidroklorida kedalam masing-masing
tabung reaksi, lalu dikocok kembali menggunakan vortex selama 10
detik.
10. Dimasukkan kembali kedalam air mendidih selama 7 menit.
11. Dimasukkan kedalam baskom berisi air dingin yang ditambahkan es.
12. Ditambahkan 3mL HCl pekat dingin,dan 1 mL kalium feri sianida lalu
dikocok kembali dengan vortex.
13. Ditunggu 20 menit,lalu dibaca absorbansi pada λ = 522nm.
Perhitungan :
Persamaan linear (dari kurva standar)
30
Y=a+bx
Y=Absorbans
a=Intercept
b=Derajat kemiringan/slope: Δx/Δy
Sehingga konsentrasi allantoin yang didapat adalah:
31
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Hasil analisis yang diperoleh pada analisis kadar kreatinin dan allantoin
dalam sampel urin sapi dapat dilihat pada data dibawah ini:
Hasil Kadar Kreatinin pada hari pertama pengambilan contoh
Tabel 2. Kadar Kreatinin Hari Pertama Pengambilan Contoh
Pagi Hari
Siang
Hari
Sore
Hari
Malam
Hari
Rata-rata dari 12 ekor Sapi
501,30 ±
294,01
497,67 ±
471,61
792,35 ±
899,75
636,28 ±
55,22
Pada hari pertama pengambilan contoh didapatkan rata-rata kadar
kreatinin yang paling besar yaitu pada Sore Hari, dengan nilai konsentrasi
sebesar 792,35 mg/0,5mL. Dan kadar kreatinin yang paling rendah pada
Siang Hari dengan nilai konsentrasi sebesar 497,67 mg/0,5mL. Dengan
persentasi variasi masing-masing yaitu: Pagi Hari 58,64% ; Siang Hari 94,76%
; Sore Hari 113,55% ; serta Malam Hari 55,22%.
Hasil Kadar Kreatinin pada hari kedua pengambilan contoh
32
Tabel 3. Kadar Kreatinin pada Hari Kedua Pengambilan Contoh
Pagi Hari
Siang
Hari
Sore
Hari
Malam
Hari
Rata-rata dari 12 ekor Sapi
677,03 ±
283,49
699,00 ±
337,92
388,33 ±
209,70
355,80 ±
301,77
Pada hari kedua pengambilan contoh didapatkan kadar paling besar Siang
Hari, dengan nilai konsentrasi sebesar 699,00mg/ 0,5mL. Dan kadar kreatinin
yang paling rendah pada malam hari dengan nilai konsentrasi sebesar
355,80mg/0,5mL. Dengan persentasi variasi masing-masing yaitu: Pagi Hari
41,87% ; Siang Hari 48,34% ; Sore Hari 54,00% ; serta Malam Hari 84,81%.
Variasi kadar kreatinin pada 12 sapi berbeda dapat dilihat pada pola grafik
dibawah ini.
Grafik 1. Kadar Kreatinin Pada 12 Sapi yang Berbeda
Hasil kadar allantoin pada hari pertama pengambilan contoh
33
Tabel 4. Hasil Kadar Allantoin pada Hari Pertama Pengambilan
Pagi Hari Siang HariSore
Hari
Malam
Hari
Rata-rata dari 12 ekor
Sapi
1319,75 ±
973,92
1075,27 ±
872,42
1917,00
± 816,75
2812,66 ±
1971,12
Pada hari pertama pengambilan contoh didapatkan kadar allantoin paling
besar pada Malam Hari dengan nilai konsentrasi 2812,66mg/L. Serta kadar
allantoin paling rendah pada Siang Hari dengan nilai konsentrasi
1075,27mg/L. Dengan persentasi variasi masing-masing yaitu: Pagi Hari
82,64% ; Siang Hari 81,13% ; Sore Hari 42,60% ; serta Malam Hari 70,08%.
Hasil kadar allantoin pada hari kedua pengambilan contoh
Tabel 5. Hasil Kadar Allantoin pada Hari kedua Pengambilan Contoh
Pagi Hari Siang Hari Sore HariMalam
Hari
Rata-rata dari 12 ekor
Sapi
1952,28 ±
673,48
1984,35 ±
774,00
1867,40 ±
1106,65
1239,66 ±
59,26
Pada hari kedua pengambilan contoh didapatkan kadar allantoin paling
besar pada Siang Hari dengan nilai konsentrasi 1984,35mg/L. Serta kadar
allantoin paling rendah pada Malam Hari dengan nilai konsentrasi
1239,66mg/L. Dengan persentasi variasi masing-masing yaitu: Pagi Hari
34,49% ; Siang Hari 39,00% ; Sore Hari 59,26% ; serta Malam Hari 56,39%.
34
Variasi kadar allantoin pada 12 sapi yang berbeda dapat dilihat pada pola
grafik dibawah ini.
Grafik 2. Kadar Allantoin pada 12 Sapi yang Berbeda
Dari data-data yang telah diperoleh, dapat dilihat adanya variasi pada
kadar kreatinin dan allantoin yang ditentukan, terhadap perbedaan sapi dan
perbedaan waktu pengambilan yang beragam namun variasi tersebut tidak
signifikan.
Asupan protein berbanding terbalik dengan kadar kreatinin pada urin sapi
(Butcher & Harris, 1956), hal ini menunjukan bahwa pada sapi yang berbeda
dapat dimungkinkan adanya asupan protein yang jumLahnya tidak sama.
Adanya peningkatan lemak pada produksi susu dan perbedaan kadar
kreatinin pada sapi dikarenakan proporsi serat dan konsentrat yang ada pada
pakan sapi (Gonda et al, 1996).
Baru-baru ini adanya laporan yang menunjukan bahwa tentang tidak ada
perbedaan yang konstan pada kadar kreatinin pada waktu pengambilan
35
sampel 24 jam dan waktu pengambilan sampel 12 jam, namun di deteksi
bahwa adanya penurunan kadar sebanyak 5% dalam interval pukul 5 pagi
hingga pukul 5 sore. Penurunan ini dikaitkan dengan kemungkinan kehilangan
urin pada proses pemerahan susu dipagi hari,ketika kateter disegel selama 1
jam (Valadares et al, 1999).
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi kadar kreatinin dalam
tubuh,diantaranya adalah:
1. Perubahan massa otot.
2. Mengkonsumsi pakan yang tinggi protein,sehinga dapat meningkatkan
kadar kreatinin hingga beberapa jam kedepan.
3. Aktifitas fisik yang berlebihan dapat meningkatkan kadar kreatinin dalam
darah.
4. Kenaikan sekresi tubulus dan dekstruksi kreatinin internal. ( Sukandar E,
1997 ).
Senyawa-senyawa yang dapat mengganggu pemeriksaan kadar kreatinin
darah hingga menyebabkan overestimasi nilai kreatinin sampai 20 persen
adalah : Aseton, Asam askorbat, Bilirubin, Asam urat, Asam aceto acetat,
Piruvat, Barbiturat, sefalosporin, metildopa. Senyawa-senyawa tersebut dapat
member ireaksi terhadap reagen kreatinin dengan membentuk warna yang
serupa kreatinin sehingga dapat menyebabkan kadar kreatinin tinggi palsu.
Akurasi atau tidaknya hasil pemeriksaan kadar kreatinin darah juga sangat
tergantung dari ketepatan perlakuan pada pengambilan sampel, ketepatan
reagen, ketepatan waktu dan suhu inkubasi, pencatatan hasil pemeriksaan
dan pelaporan hasil. ( Sodeman, 1995 ).
Kadar allantoin pun menunjukan adanya variasi antara ternak,dan
perbedaan waktu pengambilan, hal ini dimungkinkan karena aktifitas mikroba
didalam usus ternak. Namun kadar allantoin tidak dapat dipengaruhi oleh
adanya bahan tambah pakan pada ternak tersebut.
36
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Praktik Kerja Industri (Prakerin) merupakan refleksi kegiatan belajar yang
telah didapatkan. Dengan prakerin siswa dapat merasakan, mengetahui,
memahami, dan menyesusaikan serta menempatkan diri pada situasi dan
kondisi dalam dunia kerja serta engetahui bagaimana fungsi dan tanggung
jawab seorang analis kimia pada suatu perusahaan dan belajar bersosialisasi
dengan sunia industri. Selain itu,pelaksanaan Prakerin memberikan
pengalaman dan hal positif yang sangat berharga dan berguna.
Analisis yang dilakukan penyusun di Laboratroium Pakan, Balai Ternak
Ciawi meliputi analisis kreatinin serta analisis allantoin. Dari hasil
analisis,dapat diketahui adanya variasi kadar kreatinin dan allantoin terhadap
sapi yang berbeda serta waktu pengambilan yang berbeda. Hasil yang
didapat belum bisa dikatakan signifikan.
37
B. Saran
a. Waktu pengambilan contoh perlu dilakukan dalam jangka waktu 3-4 hari
untuk memastikan variasi yang terjadi pada kadar kreatinin dan allantoin.
b. Dalam melaksanakan analisis hendaknya setiap personil memperhatikan
kebersihan untuk menghindari terjadinya kontaminasi yang akan
mengakibatkan terjadinya kesalahan hasil analisis.
c. Sebaiknya K3 di Laboratorium perlu ditingkatkan karena kecelakaan kerja
setiap saat bisa terjadi, terutama untuk pekerjaan yang berhubungan
dengan zat kimia berbahaya.
d. Sebaiknya semua parameter analisis diajarkan secara menyeluruh, mulai
dari bahan yang digunakan, peralatan pendukung, hingga pada tekhnis
pelaksanaan. Jika perlu ditunjang dengan referensi-referensi yang ada.
e. Setiap melakukan analisis sebaiknya pendampingan terhadap peserta
perlu lebih diperhatikan, hal ini bertujuan untuk memperkecil kesalahan
yang mungkin terjadi.
38
DAFTAR PUSTAKA
Allantoin. Http://en.wikipedia.org/wiki/Allantoin [28 Juni 2008]
Anonim. 2013 http://duniasapi.com/id/produk-sapi/1674-pupuk-urine-sapi.htmL [5
Maret 2013].
Antoniewicz, M. A., W. W. Heinemann and E. M. Hanks. 1979. Factors affecting
allantoin excretion in sheep urine. Ann. Rech. Vet. 10: 300-302.
Blakely, J. dan D.H. Bade. 1998. Ilmu Peternakan. Edisi 4, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh B. Srigandono).
C. Pearce, Evelyn. 2002. Anatomi Fisiologi untuk Paramedis, Jakarta: Gramedia.
Chen, X. B., Y. K. Chen, E. R. Orskov and W. J. Sand. 1992. The effect of feed
intake and body weight on purine derivative excretion and microbial
protein supply in sheep. J. Anim. Sci. 70:1534.
Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku Suku Patafisiologi (hands book of
pathophysiologi) Jakarta: EGC.
Gonda, H.L., Emanuelson, M., Murphy, M., 1996. The effect of roughage to
concentrate ratio in the diet on nitrogen and purine metabolism in dairy
cows. Anim. Feed Sci. Technol. 64, 27–42.
Guyton, Arthur C. & John E. Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 9,
Editor: Irawati Setiawan. Jakarta :EGC.
Harper, H. A., V. W. Rodwell, and P. A. Mayes. 1979. Biokimia (Review
of physiological chemistry). Alih bahasa: M. Muliawan. Lange
Medical Publications. Los Altos, California.
Ismail, Krisnandi dan Zaenal Arifin. 2011. Spektrofotometri. Sekolah Menengah
Analis Kimia Bogor, Bogor.
Jaffe, M. (1886), Hoppe-Seyler,s Z. Physical. Chem 10,391-400
Raphael, Stanley S. 1987. Lynch’s Medical Laboratory Technology. Ed ke-4.
London: W.B. Saunders Company.
39
SMAKBo. 2011. Panduan Praktik Kerja Industri SMAKBo. Bogor : Pusdiklat
Industri.
Sodeman, W.A dan Sodeman T.M. (1995). Sodeman Patofisiologi. Edisi 7. Jilid
II. Penerjemah: Andry Hartono. Jakarta: Hipokrates.
Sukandar E. 1997. Tinjauan Umum Nefropati Diabetik in Nefropati Klinik. Edisi
ke-2. Bandung : Penerbit ITB.
Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprojo, S. Prawirokusumo dan S.
Lebdosoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Edisi ke-5. Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
Valadares, R.F.D., Broderick, G.A., Valadares Filho, S.C., Clayton, M.K., 1999.
Effect of replacing alfalfa silage with high moisture corn on ruminal protein
synthesis estimated from excretion of total purine derivatives. J. Dairy Sci.
82, 2686–2696.
40
Lampiran 1 Struktur Organisasi Balai Penelitian Ternak
41
Kepala
Balai Penelitian Ternak
Sub BagianTata Usaha
Seksi Jasa Penelitian
Kelompok Jabatan Penelitian
Seksi Pelayanan Teknis
Kerjasama
Komunikasi
Perpustakaan
Perencanaan
Laporan
Sarana laboratorium dan lapangan
Lampiran 2 Standar Kreatinin dan Allantoin
Tabel pembacaan deret standar untuk pembacaan analisis kadar kreatinin.
Dengan konsentrasi dalam mg/L atau ppm, serta regresi 0,9979 dan korelasi
kuat secara positif.
Tabel 6. Deret Standar Kreatinin
Standar Kreatinin
Konsentrasi Absorbansi
0 0
20 0,04
40 0,073
60 0,114
80 0,15
100 0,189
120 0,215
Grafik 3. Grafik Deret Standar Kreatinin
42
Tabel pembacaan deret standar pada analasis kadar allantoin dengan
konsentrasi mg/L atau ppm, dengan regresi 0,9935, serta korelasi kuat secara
positif.
Tabel 7. Deret Standar Allantoin
Standar Allantoin
Konsentrasi Absorbansi
0 0
10 0,097
20 0,1975
30 0,281
40 0,4115
50 0,5675
60 0,632
100 0,997
Grafik 4. Grafik Deret Standar Allantoin
43
Lampiran 3 Data Analisis
Perhitungan Kadar Kreatinin Berdasarkan Rumus :
Y = 0,0018X + 0,0023
Perhitungan Kadar Kreatinin pada Hari pertama
Tabel 8. Pengambilan Pagi HariPengambilan Pagi Hari
Sampel No.
Simplo
Duplo
Rata-Rata
X Faktor Pengencera
n
Kadar Creatinine
(mg/L)B-4 0,091 0,096 0,0935 50,66 10 506,66753 0,126 0,124 0,125 68,16 1 68,166
A-7(2) 0,116 0,113 0,1145 62,33 10 623,332522 0,191 0,177 0,184 100,94 10 1009,442641 0,114 0,119 0,1165 63,44 5 317,22B10 0,09 0,096 0,093 50,38 10 503,88B6 0,088 0,089 0,0885 47,88 10 478,88760 0,194 0,202 0,198 108,72 10 1087,22752 0,126 0,111 0,1185 64,55 5 322,77B-3 0,103 0,107 0,105 57,05 5 285,27B-5 0,093 0,09 0,0915 49,55 10 495,55A2 0,114 0,119 0,1165 63,44 5 317,22
Tabel 9. Pengambilan Siang HariPengambilan Pada Siang Hari
Sampel No.
Simplo
Duplo
Rata-Rata
X Faktor Pengencera
n
Kadar Creatinine(mg/L)
B-4 0,102 0,112 0,107 58,16 30 1745753 0,098 0,099 0,0985 53,44 3 160,33
A-7(2) 0,136 0,136 0,136 74,27 10 742,772522 0,1 0,102 0,101 54,83 10 548,332641 0,16 0,161 0,1605 87,88 1 87,88B10 0.144 0,161 0,161 88,16 5 440,83B6 0,085 0,087 0,086 46,5 10 465760 0,127 0,127 0,127 69,27 10 692,77752 0,125 0,127 0,126 68,72 10 687,22B-3 0,081 0,082 0,0815 44 8 352B-5 0,055 0,05 0,0525 27,88 1 27,88A2 0,044 0,04 0,042 22,05 1 22,05
Tabel 10. Pengambilan Sore HariPengambilan Pada Sore Hari
44
Sampel No.
Simplo
Duplo
Rata-Rata
X Faktor Pengenceran
Kadar Creatinine(mg/L
)B-4 0,193 0,203 0,198 108,72 10 1087,22753 0,155 0,156 0,1555 85,11 10 851,11
A-7(2) 0,133 0,135 0,134 73,16 10 731,672522 0,119 0,121 0,12 65,38 10 653,892641 0,043 0,045 0,044 23,166 1 23,167B10 0,079 0,078 0,0785 42,33 5 211,67B6 0,106 0,113 0,1095 59,55 10 595,55760 0,163 0,158 0,1605 87,88 10 878,89752 0,207 0,212 0,2095 115,11 30 3453,33B-3 0,099 0,106 0,1025 55,66 10 556,67B-5 0,143 0,147 0,145 79,277 5 396,39A2 0,131 0,121 0,126 68,722 1 68,72
Tabel 11. Pengambilan Malam HariPengambilan pada Malam Hari
Sampel No.
Simplo Duplo Rata-Rata
X Faktor Pengenceran
Kadar Creatinine
(mg/L)B-4 0,199 0,2 0,1995 109,56 10 1095,56753 0,105 0,097 0,101 54,83 10 548,33
A-7(2) 0,208 0,203 0,2055 112,89 5 564,442522 0,105 0,109 0,107 58,16 10 581,662641 0,09 0,087 0,0885 47,89 5 239,44B10 0.087 0,08 0,08 43,17 10 431,66B6 0,088 0,094 0,091 49,27 10 492,77760 0,172 0,184 0,178 97,61 10 976,11752 0,152 0,161 0,1565 85,67 10 856,66B-3 0,219 0,241 0,23 126,5 10 1265B-5 0,096 0,1 0,098 53,16 10 531,66A2 0,094 0,098 0,096 52,05 1 52,05
45
Perhitungan Kadar Kreatinin Hari Kedua
Tabel 12. Pengambilan Pagi HariPengambilan Pagi Hari
Sampel No.
Simplo Duplo Rata-Rata
X Faktor Pengenceran
Kadar Creatinine
(mg/L)B-4 0,19 0,185 0,1875 102,88 10 1028,89753 0,142 0,143 0,1425 77,88 10 778,89
A-7(2) 0,112 0,102 0,107 58,16 10 581,672522 0,194 0,176 0,185 101,5 10 10152641 0,09 0,087 0,0885 47,89 10 478, 89B10 0,087 0,08 0,0835 45,11 10 451,11B6 0,088 0,094 0,091 49,27 10 492,78760 0,1 0,103 0,1015 55,11 20 1102,22752 0,134 0,139 0,1365 74,56 10 745,56B-3 0,161 0,15 0,1555 85,11 10 851,11B-5 0,103 0,101 0,102 55,38 5 276,94A2 0,119 0,117 0,118 64,27 5 321,38
Tabel 13. Pengambilan pada Siang HariPengambilan Pada Siang Hari
Sampel No.
Simplo
Duplo
Rata-Rata
X Faktor Pengenceran
Kadar Creatinine
(mg/L)B-4 0,129 0,116 0,1225 66,78 20 1335,56753 0,139 0,137 0,138 75,39 10 753,89
A-7(2) 0,105 0,111 0,108 58,72 10 587,222522 0,165 0,147 0,156 85,39 10 853,892641 0,085 0,09 0,0875 47,3 5 236,67B10 0,082 0,086 0,084 45,39 10 453,89B6 0,162 0,159 0,1605 87,89 10 878,89760 0,109 0,106 0,1075 58,44 20 1168,89752 0,127 0,125 0,126 68,72 10 687,22B-3 0,138 0,139 0,1385 75,66 10 756,66B-5 0,084 0,092 0,088 47,611 5 238,05A2 0,08 0,082 0,081 43,72 10 437,22
46
Tabel 14. Pengambilan Sore HariPengambilan Pada Sore Hari
Sampel No.
Simplo Duplo Rata-Rata
X Faktor Pengenceran
Kadar Creatinine
(mg/L)B-4 0,159 0,164 0,1615 88,44 10 884,44753 0,103 0,11 0,1065 57,89 2,5 144,72
A-7(2) 0,112 0,117 0,1145 62,33 5 311,662522 0,164 0,145 0,1545 84,56 5 422,77B10 0,09 0,081 0,0855 46,22 10 462,22760 0,111 0,139 0,125 68,17 5 340,83752 0,121 0,124 0,1225 66,78 5 333,89B-3 0,098 0,01 0,054 28,72 5 143,61B-5 0,122 0,132 0,127 69,28 5 346,39A2 0,087 0,095 0,091 49,28 10 492,77
Tabel 15. Pengambilan Pada Malam HariPengambilan pada Malam Hari
Sampel No.
Simplo
Duplo Rata-Rata
X Faktor Pengenceran
Kadar Creatinine
(mg/L)B-4 0,144 0,161 0,1525 83,44 10 834,44753 0,112 0,11 0,111 60,39 1 60,39
A-7(2) 0,1 0,101 0,1005 54,56 2 109,112522 0,08 0,083 0,0815 44 5 2202641 0,115 0,112 0,1135 61, 78 1 61,78B10 0,104 0,1 0,102 55,39 10 553,89B6 0,172 0,171 0,1715 94 10 940760 0,148 0,154 0,151 82,61 2,5 206,58752 0,103 0,109 0,106 57,61 10 576,11B-3 0,102 0,099 0,1005 54,56 2 109,11B-5 0,103 0,101 0,102 55,39 5 276,94A2 0,119 0,117 0,118 64,28 5 321,3
Perhitungan Kadar Allantoin Berdasarkan Rumus :
47
Y = 0,102X + 0,0019
Perhitungan Kadar Allantoin Hari Pertama
Tabel 16. Pengambilan Pagi Hari
Pengambilan Pagi HariSampel
No.Simplo Duplo Rata-
RataX Faktor
PengenceranKadar
Creatinine (mg/L)
B-4 0,147 0,157 0,152 14,71 1 14,71753 0,68 0,673 0,6765 66,13 10 661,37
A-7(2) 0,623 0,626 0,6245 61,03 50 3051,962522 0,148 0,15 0,149 14,42 1 14,422641 0,225 0,226 0,2255 21,92 50 1096,07B10 0,332 0,344 0,338 32,95 50 1647,54B6 0,26 0,267 0,2635 25,64 50 1282,35760 0,507 0,506 0,5065 49,47 50 2473,52752 0,425 0,411 0,418 40,79 50 2039,70B-3 0,441 0,444 0,4425 43,1 50 2159,80B-5 0,197 0,185 0,191 18,53 50 926,96A2 0,098 0,097 0,0975 9,37 50 468,62
Tabel 17. Pengambilan Siang HariPengambilan Pada Siang Hari
Sampel No.
Simplo Duplo Rata-Rata
X Faktor Pengenceran
Kadar Creatinine
(mg/L)B-4 0,328 0,324 0,326 31,77 1 31,77753 0,57 0,56 0,565 55,20 10 552,05
A-7(2) 0,32 0,337 0,328 32,01 1 32,012522 0,389 0,399 0,394 38,44 20 768,822641 0,13 0,122 0,126 12,16 50 608,33B10 0,293 0,307 0,3 29,22 50 1461,27B6 0,279 0,293 0,286 27,85 50 1392,64760 0,602 0,608 0,605 59,12 50 2956,37752 0,313 0,31 0,311 30,35 50 1517,64B-3 0,452 0,444 0,448 43,73 50 2186,76B-5 0,197 0,185 0,191 18,53 50 926,96A2 0,098 0,097 0,097 9,37 50 468,62
Tabel 18. Pengambilan Sore HariPengambilan Pada Sore Hari
48
Sampel No.
Simplo
Duplo Rata-Rata
X Faktor Pengenceran
Kadar Creatinine
(mg/L)B-4 0,623 0,622 0,6225 60,84 50 3042,15753 0,675 0,685 0,68 66,48 20 1329,60
A-7(2) 0,456 0,486 0,471 45,99 50 2299,502522 0,55 0,551 0,5505 53,78 50 2689,212641 0,13 0,129 0,1295 12,50 50 625,49B10 0,264 0,258 0,261 25,40 50 1270,09B6 0,369 0,455 0,412 40,20 50 2010,29760 0,326 0,328 0,327 31,87 50 1593,62752 0,166 0,256 0,211 20,50 50 1025B-3 0,289 0,299 0,294 28,63 50 1431,86B-5 0,555 0,554 0,5545 54,17 50 2708,82A2 0,599 0,62 0,6095 59,56 50 2978,43
Tabel 19. Pengambilan Malam HariPengambilan pada Malam Hari
Sampel No.
Simplo
Duplo Rata-Rata
X Faktor Pengenceran
Kadar Creatinine
(mg/L)B-4 0,707 0,7 0,7035 68,78 50 3439,21753 0,289 0,288 0,2885 28,09 50 1404,90
A-7(2) 0,651 0,653 0,652 63,73 50 3186,762522 0,457 0,458 0,4575 44,67 50 2233,332641 0,124 0,141 0,1325 12,80 50 640,19B10 0,661 0,631 0,646 63,14 50 3157,35B6 0,198 0,199 0,1985 19,27 50 963,72760 0,507 0,506 0,5065 49,47 50 2473,52752 0,525 0,524 0,5245 51,23 150 7685,29B-3 0,896 0,902 0,899 87,95 50 4397,54B-5 0,724 0,722 0,723 70,69 50 3534,80A2 0,131 0,132 0,1315 12,70 50 635,29
49
Perhitungan Kadar Allantoin Pada hari Kedua Pengambilan
Tabel 20.Pengambilan Pagi HariPengambilan Pagi Hari
Sampel No.
Simplo Duplo Rata-Rata
X Faktor Pengenceran
Kadar Creatinine
(mg/L)B-4 0,532 0,526 0,529 51,69 50 2583,82753 0,46 0,446 0,453 44,22 50 2211,27
A-7(2) 0,349 0,359 0,354 34,51 50 1725,982522 0,542 0,544 0,543 53,04 50 2652,452641 0,353 0,358 0,355 34,67 50 1733,33B10 0,415 0,396 0,405 39,56 50 1978,43B6 0,451 0,477 0,464 45,30 50 2265,19760 0,554 0,544 0,549 53,63 50 2681,86752 0,425 0,411 0,418 40,79 50 2039,70B-3 0,441 0,444 0,442 43,19 50 2159,80B-5 0,197 0,185 0,191 18,53 50 926,960A2 0,098 0,097 0,097 9,37 50 468,6274
Tabel 21. Pengambilan Siang HariPengambilan Pada Siang Hari
Sampel No.
Simplo Duplo Rata-Rata
X Faktor Pengenceran
Kadar Creatinine
(mg/L)B-4 0,404 0,409 0,406 39,66 50 1983,333333753 0,486 0,492 0,489 47,75 50 2387,74
A-7(2) 0,381 0,388 0,384 37,50 50 1875,492522 0,563 0,562 0,562 54,96 50 2748,032641 0,47 0,485 0,477 46,62 50 2331,37B10 0,292 0,329 0,310 30,25 50 1512,74B6 0,593 0,601 0,597 58,34 50 2917,15760 0,602 0,608 0,605 59,12 50 2956,37752 0,313 0,31 0,311 30,35 50 1517,64B-3 0,452 0,444 0,448 43,73 50 2186,76B-5 0,197 0,185 0,191 18,53 50 926,96A2 0,098 0,097 0,097 9,37 50 468,62
Tabel 22. Pengambilan Sore HariPengambilan Pada Sore Hari
Sampel No.
Simplo Duplo Rata-Rata
X Faktor Pengenceran
Kadar Creatinine
50
B-4 0,825 0,814 0,8195 80,15 50 4007,84753 0,095 0,098 0,0965 9,27 50 463,72
A-7(2) 0,376 0,389 0,3825 37,31 50 1865,682522 0,394 0,415 0,4045 39,47 50 1973,52B10 0,13 0,129 0,1295 12,50 50 625,49760 0,326 0,328 0,327 31,87 50 1593,62752 0,166 0,256 0,211 20,5 50 1025B-3 0,289 0,299 0,294 28,63 50 1431,86B-5 0,555 0,554 0,5545 54,17 50 2708,82A2 0,599 0,62 0,6095 59,56 50 2978,43
Tabel 23. Pengambilan Malam HariPengambilan Pada Malam hari
Sampel No.
Simplo
Duplo Rata-Rata
X Faktor Pengenceran
Kadar Creatinine
(mg/L)B-4 0,634 0,629 0,6315 61,72 50 3086,27753 0,208 0,21 0,209 20,30 50 1015,19
A-7(2) 0,296 0,401 0,3485 33,98 50 1699,012522 0,276 0,267 0,2715 26,43 50 1321,562641 0,151 0,152 0,1515 14,66 50 733,33B10 0,196 0,206 0,201 19,51 50 975,98B6 0,211 0,221 0,216 20,99 50 1049,50760 0,11 0,119 0,1145 11,03 50 551,96752 0,178 0,18 0,179 17,36 50 868,13B-3 0,158 0,155 0,1565 15,15 50 757,84B-5 0,182 0,206 0,194 18,83 50 941,67A2 0,385 0,384 0,3845 37,50 50 1875,49
51
top related