laporan praktik pengalaman lapangan ...blog.iain-tulungagung.ac.id/labfebi/wp-content/uploads/...iv...
Post on 27-Nov-2020
7 Views
Preview:
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
ANALISIS KONSTRIBUSI KSPPS BMT PETA TERHADAP
PENGEMBNGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
PADA BUDIDAYA IKAN GURAMI BAPAK AHMAD CHOIRI DI
DESA SOBONTORO KECAMATAN BOYOLANGU
KABUPATEN TULUNGAGUNG
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir
Praktik Pengalaman Lapangan Jurusan Perbankan Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Tulungagung
Oleh
HABIB MUSA AMIN
NIM. 12401173419
Dosen Pembimbing Lapangan
ELOK FITRIANI RAFIKASARI, M.Si
NIP. 198909212018012001
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
IAIN TULUNGAGUNG
2020
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN
Laporan Akhir Praktik Pengalaman Lapangan Perbankan Syariah Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Tulungagung ini telah disetujui dan disahkan pada:
Hari : Kamis
Tanggal : 05 November 2020
Di : Tulungagung
Judul Laporan : Analisis Kontribusi KSPPS BMT PETA Terhadap
Pengembangan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Pada
Budidaya Ikan Gurami Bapak Ahmad Choiri Di Desa
Sobontoro Kecamatan Boyolangu Kabupaten Tulungagung
MENYETUJUI
DOSEN PEMBIMBING LAPANGAN
Elok Fitriani Rafikasari, M.Si
NIP. 198909212018012001
iii
MENGESAHKAN
a.n DEKAN
KEPALA LABORATORIUM FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
Siswahyudianto, M.M. NIDN. 2015068402
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Jurusan Perbankan Syariah yang
dilaksanakan di UMKM Buidaya Ikan Gurami Bapak Amad Chiri desa Sobontoro
dengan judul “Analisis Konstribusi KSPPS BMT PETA Terhadap
Pengembngan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Pada Budidaya Ikan
Gurami Bapak Ahmad Choiri Di Desa Sobontoro Kecamatan Boyolangu
Kabupaten Tulungagung”.
Sholawat serta salam semoga selalu teriring untuk baginda Rasul Muhammad
SAW, dengan selalu mengikuti dan menjalankan ajaran beliau, semoga kita
termasuk umatnya yang kelak mendapatkan syafa’atul ‘udzma fi yaum al
makhsyar.
Penyusunan laporan akhir ini, tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak,
oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1) Bapak Prof. Dr. Maftuhin, M.Ag., selaku Rektor IAIN Tulungagung.
2) Bapak Dr. H. Dede Nurrohman, M.Ag., Selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Islam IAIN Tulungagung.
3) Muhammad Aqim Adlan, S.Ag., S,Pd., M.E.I., selaku Ketua Jurusan
Perbankan Syariah
4) Siswahyudianto, M.M., selaku Kepala Laboratorium Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam.
5) Ibu Elok Fitriani Rafikasari, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Lapangan
(PPL) IAIN Tulungagung yang telah memberikan pengarahan dan koreksi
sehingga penulisan laporan ini dapat selesai.
6) Bapak Ahmad Choiri, selaku pemilik UMKM budidaya Ikan Gurami di desa
Sobontoro.
7) Seluruh pihak yang terkait dalam proses pelaksanaan Praktik Pengalaman
v
Lapangan Baik pihak Lembaga kampus maupun lembaga UMKM tersebut.
8) Teman-teman yang ikut serta dalam menyumbangkan pemikiran dan
penyemangat akan terselesaikannya laporan ini.
Penulis berharap semoga Laporan Praktik Pengalaman Lapangan ini dapat
berguna dan bermanfaat baik bagi penulis maupun bagi semua pihak yang
membutuhkannya untuk pengembangan di masa-masa yang akan datang. Penulis
menyadari bahwa Laporan Praktik Pengalaman Lapangan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh Karena itu kritik dan saran diharapkan demi sempurnanya
Laporan Praktik Pengalaman Lapangan ini.
Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.
Tulungagung, 05 November 2020
Penulis
HABIB MUSA AMIN
NIM. 12401173419
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN/PENGESAHAN ................................................................. ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................................... iv
DAFTAR ISI .......................................................................................................................... v
BAB 1 PENDAHULUAN ...............................................................................................
A. Dasar Pemikiran .................................................................................................... 1
B. Tujuan dan Kegunaan ........................................................................................... 2
C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan ........................................................................... 4
BAB II PELAKSANAAN PRAKTIK ...........................................................................
A. Profil Lembaga ...................................................................................................... 5
B. Pelaksanaan Praktik .............................................................................................. 7
C. Permasalahan di Lapangan .................................................................................... 8
D. Tanggapan dari Pihak Lembaga Tempat Praktik .................................................. 9
BAB III PEMBAHASAN ...............................................................................................
A. Kajian Teori .......................................................................................................... 10
B. Analisa Temuan Studi ........................................................................................... 18
C. Solusi ............................................................................................................................... 19
BAB IV PENUTUP .........................................................................................................
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 20
B. Saran ...................................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 22
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Dasar Pemikiran
Kekurangan modal selalu menjadi masalah klasik bagi sebagian besar pelaku
usaha, termasuk pembudidya ikan lele. Sementara itu, masih banyak potensi dana di
perbankan yang belum banyak dimanfaatkan untuk sektor UMKM. Karakteristik sektor
usaha pembudidayaan seperti ini yang kiranya berisiko tinggi dan dipandang rendah
diduga kuat menjadi penyebab rendahnya minat lembaga pembiayaan untuk mendanai
sektor ini. pngusaha umumnya tidak dapat mengakses lembaga pembiayaan komersial
yang menyediakan bunga rendah, seperti BRI Unit Desa, Bank Perkreditan Rakyat, dan
koperasi. Hal ini dikarenakan mereka tidak memiliki agunan sertifikat tanah dan
pengembalian kredit bulanan sehingga tidak sesuai dengan pola penerimaan usaha
mereka dan prosedur pengajuan kredit yang rumit. Pengusaha juga sulit mengakses
Koperasi Unit Desa karena kinerjanya lemah, putaran uang lambat, dan modal sulit
berkembang.1 Sektor usaha seperti ini menurut saya yang merupakan basis
pertumbuhan ekonomi pedesaan, sangat strategis dalam meningkatkan pendapatan
masyrkat pedesaan dan mengurangi kemiskinan. Akan tetapi, sampai saat ini para
pelaku usaha masih dihadapkan pada kesulitan pembiayaan untuk pengembangan
usahanya.
Modal merupakan salah satu kunci penting dalam melakukan kegiatan bisnis,
tanpa adanya modal yang cukup, maka bisnis tidak dapat berjalan dengan baik. Bahkan
terkadang kecukupan modal merupakan syarat mutlak bagi sebuah bisnis, baik bisnis
besar maupun kecil agar dapat memperoleh hasil seperti yang diinginkan. Demikian
halnya dengan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk dapat membangun,
menjalankan, dan mengembangkan usahanya, UMKM memerlukan modal tertentu.
1 Ade Supriatna, “Pola Pelayanan Pembiayaan Sistem Kredit Mikro Usaha Tani di Tingkat Pedesaan”,
dalam Jurnal Litbang Pertanian (28 Februari 2009), hlm.111.
2
Masalah permodalan memang merupakan masalah klasik bagi UMKM, tetapi
masalah ini kerapkali muncul bahkan menjadi salah satu penyebab kegagalan usaha
yang dilakukan. pada kenyatannya permasalahan utama yang dihadapi oleh sektor
UMKM adalah masalah permodalan. Sektor UMKM mengalami kesulitan dalam
memperoleh modal dari pemerintah mapun dari bank. Salah satu penyebabnya adalah
tingkat suku bunga kredit yang tinggi dan diharuskan adanya jaminan kebendaan
(collateral minded) dalam memperoleh kredit yang sulit dipenuhi. melihat ruang
lingkup kegiatan usahanya dapat dinyatakan bahwa produk KSPPS BMT PETA lebih
variatif dibandingkan dengan produk bank konvensional. Hal ini memungkinkan
produk Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) memberi peluang yang lebih luas dalam
rangka memenuhi kebutuhan nasabah deposan maupun debitur sesuai dengan
kebutuhan nyata mereka. Oleh karena itu peneliti ingin melakukan penelitian dengan
judul “Analisis Konstribusi KSPPS BMT PETA Terhadap Pengembngan Usaha Mikro
Kecil Dan Menengah Pada Budidaya Ikan Gurami Bapak Ahmad Choiri Di Desa
Sobontoro Kecamatan Boyolangu Kabupaten Tulungagung”. Untuk sementara ini data
diambil melalui wawancara dengan Bapak Ahmad Choiri selaku pemilik UMKM Di
Desa Sobontoro Kecamatan Boyolangu Kabupaten Tulungagung.
B. Tujuan dan Kegunaan
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penyusunan laporan penelitian ini yang berjudul “Analisis
Konstribusi KSPPS BMT PETA Terhadap Pengembangan Usaha Mikro Kecil Dan
Menengah desa Sobontoro” yaitu, untuk mengetahui bagaimana peran pembiyaan dari
desa serta konstribusi prbankan syariah terhadap pengembangan Usaha Mikro Kecil
dan Menengaah di desa Sobontoro.
2. Kegunaan Penelitian
a. Kegunaan Teoritis
Laporan hasil Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) ini diharapkan dapat
dijadikan salah satu sumber pengetahuan bagi para pelajar maupun mahasiswa
dalam memahami bagaimana peran KSPPS BMT PETA terhaap pengembangan
UMKM. Dan dapat menambah literatur atau referensi dan menambah wawasan
bagi para pembaca.
3
b. Kegunaan Praktis
1) Bagi Mahasiswa
Diharapkan menambah wawasan keilmuan dan dapat dijadikan sumber
referensi untuk tulisan-tulisan selanjutnya, dan yang pasti dapat menambah
pengalaman khususnya bagi penulis. Diharapkan mahasiswa tidak hanya
memahami secara teori saja, namun juga mengetahui secara langsung secara
praktik. Sebagai sarana untuk mengetahui secara langsung tentang lembaga
keuangan syariah terutama BMT ketika menerapkan rangkap jabatan dalam
peningkatan kinerja karyawan, serta mengetahui cara kerja profesional
untuk bekal ketika terjun langsung ke dalam dunia kerja yang
sesungguhnya.
2) Bagi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Bagi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran, pengetahuan dan penilaian terhadap manajemen
pemeliharaan harta yang sesuai dengan fakta dilapangan. Selain itu
diharapkan dapat menambah literatur di lingkungan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam IAIN Tulungagung, khususnya pada jurusan Perbankan
Syariah. Selain itu, sebagai salah satu media penyerapan informasi yang
bermanfaat untuk penyelarasan kurikulum dengan perkembangan
kebutuhan di lapangan dan sebagai media sosialisasi untuk penyebarluasan
informasi kepada masyarakat.
3) Bagi BMT KSPPS PETA Cabang Bandung Tulungagung
Sebagai masukan dan pertimbangan untuk memperbaiki dan
meningkatkan pemasaran produk simpanan pinjam guna mencapai
kesejahteraan semua anggota
4) Untuk Mahasiswa
Menambah wawasan keilmuan dan tidak hanya memahmi secara teori
4
saja, namun juga mengetahui secara langsung bagaimana praktek yang
diterapkan lembaga keuangan terutama KSPPS BMT PETA dalam
membantu membangan Usaha Mikro Kecil dan Menengaah, serta
mengetahui cara kerja professional untuk bekal ketika terjun langsung ke
dalam dunia kerja yang sesungguhnya.
C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
1. Waktu Pelaksanaan
Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Jurusan Perbankan Syariah Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam Jurusan IAIN Tulungagung gelombang III ini di
dilaksanakan pada hari Senin, 05 Oktober 2020 sampai dengan Kamis, 05
November 2020. Kegiatan PPL berlangsung setiap hari Senin s/d Minggu.
2. Tempat Pelaksanaan
Tempat atau lokasi pelasanaan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) ini di
Kantor KSPPS BMT PETA Cabang Tulungagung
5
BAB II
PELAKSANAAN PRAKTIK
A. Profil Lembaga
1. Sejarah Berdirinya KSPPS BMT PETA Tulungagung
Di zaman sekarang ini pengembangan usaha jasa keuangan sudah samakin
maju, tidak terkecuali dengan perkembangan Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), BMT
kian maju terus menerus dengan bertambah jumlahnya, khususnya didaerah jawa
timur yang hampir tidak terhitung jumlahnya. Hal ini membuktikan bahwa nasabah
sudah mulai mengenal tentang keberadaan BMT, Dimana bahwa kita banyak
ketahui bahwa sebagian masyarakat hanya mengenal dan tau bahwa Bank lah yang
dapat melayani mereka didalam melakukan transaksi keuangan baik menyimpan
atau pembiayaan. Kegiatan operasional Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) yaitu
menghimpun dana dari masyarakat, kemudian kemudian menyalurkannya kembali
kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan.
Peran ini menegaskan arti penting prinsip-prinsip syariah dalam kehidupan
ekonomi masyarakat, sebagai lembaga keuangan syariah yang bersentuhan
langsung dengan kehidupan masyarakat kecil yang serba cukup ilmu pengetahuan
ataupun materi maka BMT mempunyai tugas penting dalam mengembangkan misi
keislaman dalam segala aspek kehidupan masyarakat.
Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) terdiri dari dua istilah yaitu baitul maal dan
baitul tamwil. Baitul Maal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan
penyaluran dana no-profit, seperti : zakat, infaq, shadaqoh. Sedangkan Baitul
Tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial. Usaha-usaha
tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari BMT sebagai lembaga
pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil dengan berlandaskan syariah.
Lahirnya produk simpanan di KSPPS BMT PETA karena kurang terkontrolnya
masyarakat dalam menggunakan keuangan dan mengingat pesaing yang semakin
banyak, maka dari itu KSPPS BMT PETA juga menciptakan produk-produk baru,
dengan tujuan ingin memberikan pelayanan pelayanan yang bisa menarik nasabah,
6
dan bermanfaat sesuai dengan kebutuhan. KSPPS BMT PETA memberikan
ketentuan bagi anggota penyimpan, yaitu :
a. Dana simpanan anda aman dan terpelihara di KSPPS BMT PETA, karena
tidak dibebani biaya tambahan dan dikelola secara amanah.
b. Memberikan ketenangan lahir batin bagi anda karena dikelola dengan
prinsip bagi hasil yang sesuai syari’at islam.
c. Terhindar praktek ribawi.
d. Disalurkan untuk mendukung berbagai kegiatan usaha produktif yang halal
dari jamaah PETA dan masyarakat sekitar KSPPS BMT PETA yang
terpercaya. Didirikannya KSPPS BMT PETA ini, kita bisa memperkuat
Ukhuwah Islamiyah menggunakan hukum syariat dengan benar dan
menghindarkan umat islam dari riba. KSPPS BMT PETA merupakan
sebuah lembaga keuangan Mikro Syariah yang dioperasikan dengan sistem
yang sesuai dengan syariat islam. Pengembangan produk simpanan di
KSPPS BMT PETA Tulungagung terus mengalami pengembangan setiap
tahunnya, dari anggota (nasabah) dan masyarakat. Dalam menghimpun dana
mempunyai berbagai macam produk simpanan yaitu Simpanan Tabaruk
(Simpanan Umum), Simpanan Taburi (Simpanan Idul Fitri), Simpanan
Tafakur (Simpanan Qurban), Simpanan Tadabur (Simpanan Berlibur), dan
Simpanan Tahajud (Simpanan Haji dan Umrah Terwujud).
Penyaluran dana mempunyai macam pembiayaan yaitu murabahah, ijarah, dan qordul
hasan. Pembiayaan yang dilakukan di KSPPS BMT PETA Tulungagung antara lain yaitu:
a. Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan atas jual beli, dimana penetapan harga jual didasarkan pada
harga perolehan barang yang diketahui bersama ditambahi keuntungan
untuk BMT. Keuntungan ini adalah selisih harga jual barang dengan harga
perolehanyang disepakati bersama.
b. Pembiayaan Ijarah
Pembiayaan sistem jual beli yang pembayarannya dilakukan secara
angsuran. Kewajiban dalam sistem pembayaran jasa sebesar jumlah harga
barang dan keuntungan yang telah disepakati.
7
c. Pembiayaan Qordul Hasan
Pembiayaan berupa pinjaman hanya dibebani biaya administrasi, bagi kaum
dhuafa yang ingin memulaiusaha kecil-kecilan. Anggota hanya diwajibkan
mengembalikan pinjaman pokoknya saja pada kesepakan waktu yang telah
disepakati sebelumnya. Syarat dan ketentuannya itu semua boleh
mengajukan asal masuk survey yang diutamakan adalah anggota KSPPS
BMT PETA Tulungagung. Persyaratannya seperti Foto Copy KTP, Kartu
Keluarga, Buku Nikah, STNK dalam rangka jaminan. Didalam KSPPS
BMT PETA memiliki batasannya seperti jaminan yang sudah lama itu
maksimal 70 % sedangkan kalau masih baru 30%.
2. Visi dan Misi KSPPS BMT PETA Tulungagung
a. Visi KSPPS BMT PETA
Menjadikan Koperasi Syariah terbaik yang bermanfaat bagi kesejahteraan
anggota dan masyarakat islami yang berekonomi mandiri.
b. Misi KSPPS BMT PETA
1) Mengembangkan Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Baitul
Maal Wa Tamwil Perekonomian Tasyrikah Agung (KSPPS BMT PETA)
sebagai wadah gerakan pemberdayaan anggota.
2) Menjadikan Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Baitul Maal
Wa Tamwil Perekonomian Tasyrikah Agung (KSPPS BMT PETA) sebagai
pusat transaksi bagi seluru anggota.
3) Menjadikan koperasi yang sehat dan mendapatkan kepercayaan anggota dan
masyarakat sekitar.
4) Mempunyai asset yang terus meningkat dengan cabang-cabang baru untuk
memperluas pelayanan pada anggota.
B. Pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan di UMKM budidaya ikan gurami
milik bapak Ahmad Choiri
Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Gelombang III yang diselenggarakan
IAIN Tulungagung untuk Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam berlangsung mulai hari
Senin, tanggal 05 Oktober 2020 sampai tanggal 05 November 2020. Praktik
Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan seluruh kegiatan yang harus dilakukan oleh
mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Tulungagung. Dengan sebuah Institusi atau
8
lembaga sebagai sarana pembelajaran bagi mahasiswa dimana mahasiswa dituntut
mempunyai kemampuan dasar yaitu empat kemampuan dasar yang harus dimiliki
adalah pengetahuan, ketrampilan, kreatifitas, dan sikap.
Namun pada masa pandemic seperti ini kegiatan PPL kali ini berbeda dengan
tahun tahun sebelumnya, PPL dilaksanakan di desa masing-masing jadi sangat jauh
berbeda dengan apa yang diangan angankan sebelumnya untuk itu saya memutuskan
untuk menjalankan PPL ini disalah satu Usaha Mikro Kecil dan Menengah di desa
kesemen yaitu budidaya ikan gurami.
Usaha Miko Kecil dan Menengah milik bapak Ahmad Choiri ini merupakan
salah satu usaha yang cukup berkembang di desa saya. Banyak warga yang mendirikan
usaha serupa tetapi selang beberapa waktu gulung tikar. Berbeda dengan usaha bapak
Ahmad Choiri yang mulai merintis usahanya sejak tahun 2016 sampai dengan sekarang
ini masih berkembang dengan modal awal meminjam dana dari bank dan dana pribadi
bapak Ahmad Choiri mulai merintis usahanya.
Kegiatan yang kami kerjakan selama PPL di UMKM budidaya ikan lele ini
kami lakukan dengan obervasi dan wawancara. Untuk PPL era pandemic ini berbeda
dengan PPL tahu tahun seelumnya yang setiap hari mengabdi pada lembaga diPPL kali
ini kami diberi kesempatan minimal melakukan empat kali observasi ke lembaga. Data
data lainnya bisa dilakukan melalui wawancara online via watshapp ataupun telefon.
C. Permasalahan di Lapangan
Permasalah yang ditemukan dan dihadapi selama kegiatan Praktik Pekerjaan
Lapangan (PPL) berlangsung, khususnya dalam kegiatan di lapangan untuk mencari
modal bagi UMKM guna mengembangkan usahanya. Pihak lembaga sangat
mempunyai niat besar untuk mengembangkan usahanya apalagi usha milik bapak
Ahmad Choiri ini, beliau tidak hanya mempunyai usaha budidaya ikan gurami saja
melainkan istrinya juga pelaku usaha telur asin.selain itu usaha lain yang mulai di rintis
beliau yakni budidaya bebek petelur.
Potensi untuk berkembangnya UMKM milik bapak Ahmad Choiri ini
sebenarnya sangat besar unntk membantu memajukan perekonomian daerah setempat.
Namun dari pihak lembaga mengalami kesulitan dalam perolehan modal untuk
mengembangkan usahanya tersebut. permasalahan utama yang dihadapi oleh sektor
UMKM milik bapak Ahmad Choiri ini masalah permodalan. Sektor UMKM
mengalami kesulitan dalam memperoleh modal dari pemerintah mapun dari bank. Salah
9
satu penyebabnya adalah tingkat suku bunga kredit yang tinggi oleh bank dan
diharuskan adanya jaminan kebendaan (collateral minded) dalam memperoleh kredit
yang sulit dipenuhi sehingga beliau tidak berani mengabil keputusan untuk meminjam
dana lagi di bank guna mengembangkan usahanya walaupn unuk pinjaman di awal
modal berdirinya UMKM selain dari dana pribadi beliau juga meminjam dana dari
bank.
D. Tanggapan dari Pihak Lembaga Tempat Praktik
Tanggapan dari tempat praktik pengalaman lapangan sangat terbuka dengan
kami yang ingin mengetahui mengenai bagaiana cara menjalankan usahanya apasaja
kesulitan yang dialami dalam menjalankan usahanya dan banyak sekali ilmu yang saya
dapat dari pemilik lembaga walaupun pelaksanaan PPL masa pandemic ini sangat jauh
dari ekspektasi atau angan angan saya di semester semester sebelumnya. dari awal
melakukan kegiatan pemilik lembaga menyambut dengan baik meskipun beliau tidak
punya banyak waktu untuk diwawancarai nmun sealu menyemptkan karena memang
bnyak pekerjaan yang harus dlakukan beliau. Mengenai permasalahan yang ada pihak
UMKM memang menyadari permasalahan tersebut memang benar adanya. Dan
mahasiswapun juga diberi penjelasan sedetail mungkin mengenai permasalahan
tersebut.
10
BAB III
PEMBAHASAN
A. Kajian Teori
1. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
a. Pengertian Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
Di Indonesia, definisi dari Usaha Mmikro Kecil dan Menengah (UMKM) diatur
dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2008 tentang UMKM.
Dalam Pasal 1 dari UU terebut, dinyatakan bahwa Usaha mikro adalah usaha
produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memiliki
kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam UU tersebut. Usaha kecil adalah
usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang
perorangan atau badan usaha yang buka merupakan anak perusahan atau bukan
anak cabang yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian, baik langsung maupun
tidak langsung, dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria
usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam UU tersebut.2
Sedangkan usaha mikro adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri
yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung, dari usaha mikro, usah kecil atau
usaha besar yangmemenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana dimaksud dalam UU
tersebut.3
UMKM adalah unit usaha produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh
orang perorangan atau badan usaha di semua sektor ekonomi. Usaha ini merupakan
sebuah istilah yang mengacu ke jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih
paling banyak Rp200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dan
usaha yang berdiri sendiri.
2 Tulus T.H. Tambunan, UMKM di Indonesia, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2009), hlm.16 3 Ibid, hlm.17
11
b. Peran UMKM dalam Perekonomian
Banyak diakui bahwa Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) mempunyai
peran penting di dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di
negara-negara sedang berkembang, tetapi juga di negara-negara maju. Di negara
maju, UMKM sangat penting, tidak hanya kelompok usaha tersebut menyerap
paling banyak tenaga kerja dibandingkan usaha besar, seperti halnya di negara
sedang berkembang, tetapi juga kontribusinya terhadap pembentukan atau
pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) paling besar dibandingkan kontribusi
dari usaha besar.
Peranan pemerintah sangat penting untuk mengeluarkan kebijakan mendorong
pengembangan UMKM di Indonesia.. Tujuan Usaha Mikro Kecil dan Menegah
(UMKM), yaitu :
a. Memberdayakan masyarakat tingkat menengah kebawah supaya kehidupan
perekonomian mereka meningkat.
b. Untuk menumbuhkan dan mengembangkan usaha dalam membangun
perekonomian nasional yang berdasarkan demokrasi ekonomi berkeadilan.
c. Menciptakan struktur ekonomi nasional yang seimbang, berkeadilan dan
berkembang.
d. Mengembangkan dan menumbuhkan kemampuan UMKM menjadi suatu
usaha yang kuat dan mandiri
e. Meningkatkan peranan UMKM untuk pembangunan daerah, pertumbuhan
perekonomian dan penuntasan rakyat dari kemiskinan.4
c. Masalah Pendanaan Sektor Perekonomian UMKM
Terwujudnya kesejahteraan masyarakat dan kuatnya perekonomian di
Indonesia, bukan hanya ditentukan karena strategi pembangunan perekonomian
yang dianut dan dilaksanakan oleh pemerintah, dan juga ditentukan karena
berperannya pelaku usaha atau pengusaha yang tangguh, ulet, kreatif dan dinamis.
Supaya perekonomian UMKM tetap berjalan dan berkembang tentunya harus
didukung terutama dengan tersedianya sistem keuangan dan perbankan yang dapat
memenuhi kepentingan para pelaku usaha. Oleh karena itu, perlu mengulas
masalah mendasar dari sistem perekonomian rakyat UMKM yaitu yang paling
utama pendanaan atau dalam hal permodalan. Dalam hal pendanaan atau
4 Marsuki, Strategi Memberdayakan Sektor Ekonomi UMKM di Indonesia, (Jakarta: Edisi Asli, 2006), hlm. 118
12
permodalan ada kaitanya dengan peranan lembaga keuangan atau perbankan.5.
2. Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)
a. Pengetian Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)
Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) adalah lembaga keuangan yang
kegiatannya utamanya menghimpun dana masyarakat dalam bentuk tabungan
(simpanan) maupun deposito dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat
dalam bentuk pembiayaan berdasarkan prinsip syariah melalui mekanisme yang
lazim dalam dunia perbankan.6 Pendapat lain mengatakan bahwa BMT adalah
lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil (syariah),
menumbuh kembangkan bisnis usaha mikro kecil dalam rangka mengangkat
derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir miskin. Secara
konseptual BMT memiliki dua dua fungsi yaitu baitul tamwil (bait = ‘rumah’,
at tamwil = ‘pengembangan harta’) yang artinya melakukan kegiatan
pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan
kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil terutama dalam mendorong
kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya. Baitul
maal (bait = ‘rumah’, maal = ‘harta’) yaitu menerima titipan dana zakat,
infak, shadaqah serta mengoptimalkan distribusinya sesuai dengan peraturan
dan amanahnya.7
Baitul Maal Wat Tamwil (BTM) terdiri dari dua istilah, yaitu baitul maal
dan baitut tamwil. Baitul maal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan
dan penyaluran dana yang non-profit, seperti zaka, infaq, dan shodaqoh (ZIS).
Sedangkan baitut tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana
komersial. Usaha-usaha tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
BMT sebagai lembaga pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil dengan
berlandaskan syariah yaitu berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan Al-
Quran dan Sunnah Rasul-Nya. Karena berorientasi sosial agama, maka tidak
dapat dimanipulasi untuk kepentingan bisnis atau mencari laba (profit). Secara
kelembagaan BMT didampingi atau dilindungi pusat inkubasi bisnis usaha kecil
(PINBUK). PINBUK sebagai lembaga primer karena mengemban misi yang
5 Marsuki,Strategi Memberdayakan Sektor Ekonomi UMKM di Indonesia,…hlm.120 6 Makhalul Ilmi SM, Teori dan Praktik Mikro Keuangan Syariah, (Yogyakarta: UII Press, 2002), hal. 67 7 Muhammad Sholahuddin, Lembaga Keuangan dan Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Ombak (Anggota IKAPI,
2014), hal. 143
13
lebih luas, yakni menetaskan usaha kecil. Dalam prakteknya, PINBUK
menetaskan BMT dan pada gilirannya BMT menetaskan usaha kecil.
Keberadaan BMT merupakan reperesentasi dari kehidupan masyarakat di mana
BMT itu berada, dengan jalan ini BMT mampu mengakomodir kepentingan
ekonomi masyarakat.8
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Baitul Maal adalah
lembaga ekonomi berorientasikan sosial keagamaan yang kegiatan utamanya
menampung harta masyarakat dari berbagai sumber termasuk (terutama) zakat,
dan menyalurkannya untuk tujuan mewujudkan kemaslahatan umat dan bangsa
dalam arti seluas-luasnya. Adapan Baitul Maal BMT adalah jenis lain dari
Baitul Maal kontemporer yang memiliki cakupan keiatan yang lebih sempit,
yakni sebatas menghimpun dana zakat, infaq dan shadaqah yang dimungkinkan
dalam kerangka manajemen BMT.
3. Landasan Hukum Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)
Menurut keputusan Nomor 90/Kep/M. KuKm/IX/2004, pengertian koperasi,
KJKS, dan UJKS adalah sebagai berikut: koperasi adalah badan usaha yang
beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan
kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi
rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. Koperasi Jasa Keuangan Syariah
(KJKS) adalah koperasi yang kegiatan usahanya bergerak di bidang pembiayaan,
investasi dan simpanan sesuai pola bagi hasil (syariah).
Unit Jasa Keuangan Syariah (UJKS) adalah unit koperasi yang bergerak
dibidang usaha pembiayaan investasi dan simpanan dengan pola bagi hasil (syariah)
sebagai bagian dari kegiatan koperasi yang bersangkutan.9
8 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Ekonosia, 2007),
hal. 107 9 Fitri Nurhartati dan Ika Saniyati Rahmaniyah, Koperasi Syariah, (Surakarta: PT Era Adicitra Intermedia,
2012), hal. 58
14
Kebersamaan
atau ukhuwah
Islamiah
Prinsip BMT
Dari, untuk,
dan kepada
anggota
Mandiri,
swadaya dan
musyawarah
4. Prinsip dan Produk Pembiayaan Syariah
Skema Prinsip BMT
Sumber: Muhammad Sholahuddin, Lembaga Keuangan dan Ekonomi Islam,
(Yogyakarta: Ombak (Anggota IKAPI, 2014)
Manusia bisa melakukan aktivitas produksi seperti pertanian, perkebunan,
peternakan, pengolahan makanan dan minuman. Ia juga dapat melakukan aktivitas
distribusi seperti perdagangan atau dalam bidang jasa seperti transportasi dan
kesehatan.10 Peran institusi keuangan dalam hal ini menjadi sangat penting, karena
dapat menyediakan modal bagi orang yang ingin berusaha. Dalam Islam, hubungan
pinjam meminjam tidak dilarang, bahkan dianjurkan agar terjadi hubungan saling
menguntungkan, yang pada gilirannya berakibat kepada hubungan persaudaraan.
Hal yang perlu diperhatikan adalah apabila hubungan itu tidak mengikuti aturan
yang diajarkan oleh Islam. Karena itu, pihak-pihak yang berhubungan harus
mengikuti etika yang digariskan oleh Islam.
Prinsip pembiayaan syariah yang mendasar adalah keadilan, pembiayaan saling
menguntungkan baik pihak yang menggunakan dana maupun pihak yang
menyediakan dana, dan kepercayaan. Hal ini merupakan landasan dalam
menentukan persetujuan pembiayaan maupun dalam menghitung margin
10 Ibid,.Antonio, Bank Syariah, hlm. 169.
Semangat jihad,
istiqomah dan
profesional
Menjiwai
muamalat
Islamiah
15
keuntungan maupun bagi hasil yang menyertai pembiayaan tersebut. Perbankan
Syariah atau Perbankan Islam adalah suatu sistem perbankan yang dikembangkan
berdasarkan syariah Islam. Usaha pembentukan sistem ini didasarkan pada larangan
dalam Islam untuk memungut maupun meminjam dengan bunga atau yang disebut
dengan riba. Serta larangan investasi untuk usaha-usaha yang dikategorikan haram
seperti usaha yang berkaitan dengan produksi makanan dan minuman haram, serta
usaha media yang tidak Islami, di mana hal ini tidak dapat dijamin oleh sistem
perbankan konvensional.
Usaha pembudidayaan yang penuh resiko membutuhkan pembiayaan yang
lebih fleksibel terutama dalam pembagian keuntungan atau kerugian dalam
berusaha. Selain sistem bagi hasil, lembaga keuangan syariah juga menawarkan
produk dengan sistem jual beli, sewa maupun gadai. Produk pembiayaan syariah
yang dapat diterapkan pada usaha ini antara lain mudharabah, musyârakah,
muzâra’ah, musaqoh, bai’ murâbahah, bai’ istishna, bai’ al-salâm, dan gadai
(rahn).11 Berdasarkan pembiayaan usaha pertanian yang sesuai dengan prinsip dasar
pembiayaan syariah antara lain bagi hasil (profit sharing), dan jual beli (sale and
payment sale).
5. Kekuatan dan Kelemahan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Untuk Usaha
Mikro Kecil dan Menengah
Adanya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 dan peraturan pendukungnya,
yang memberi peluang sangat besar bagi perkembangan Baitul Maal Wat Tamwil
(BMT) di Indonesia, kuatnya dukungan pemerintah dalam hal ini Bank Indonesia,
bagi pendirian Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), dan proses penyehatan industri
perbankan nasional merupakan momentum yang lebih baik bagi lahirnya generasi
kedua Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) di Indonesia. Agar lebih berhasil menjadi
pendorong terwujudnya perekonomian Indonesia yang kokoh, Baitul Maal Wat
Tamwil (BMT) harus menjadi perekat nasionalisme baru, berpihak pada ekonomi
kerakyatan, beroperasi secara transparan, berfungsi sebagai pendorong
peningkatan efisiensi mobilisasi dana masyarakat, dan menjadi contoh teladan bagi
praktik usaha berlandaskan moral dan etika Islam.12 Kehadiran Baitul Maal Wat
11 Ashari dan Saptana, “Prospek Pembiayaan Syariah Untuk Sektor Pertanian,” dalam
Forum Penelitian Agro Ekonomi, vol. XXIII, No. 2 (Desember 2005), hlm. 138. 12 Neuneung Ratna Hayati,“Perbankan Syariah Nasional: Peranan, Peluang, Permasalahan, Prospek serta
Strategi Pengembangannya”, dalam Jurnal Bisnis, Manajemen dan Ekonomi, vol. VII, No. 3 (Februari 2006),
hlm. 871.
16
Tamwil (BMT) sangat tepat untuk mengembangkan sektor bisnis atau usaha, baik
bank umum syari’ah maupun Bank Perkreditan Rakyat Syari’ah. Hal ini
dikarenakan, Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) menggunakan skema bagi hasil
(mudharabah, muzâra’ah, dan musyârakah), di samping skema lainnya seperti jual
beli salam dan murâbahah. Konsep bagi hasil sebenarnya bukan transaksi baru
dalam masyarakat Indonesia. Tradisi ini telah lama dikenal dalam berbagai kegiatan
ekonomi. Jika diidentifikasi ada beberapa permasalahan yang masih dihadapi dalam
proses pengembangan bank syariah saat ini, yakni:13
a. Pemahaman masyarakat yang belum tepat terhadap kegiatan operasional
bank syariah.
b. Peraturan Perbankan yang berlaku belum sepenuhnya mengakomodasi
operasional bank syariah.
c. Jaringan kantor bank syariah yang belum luas.
d. Sumber daya manusia yang memiliki keahlian bank syariah masih sedikit.
Pembiayaan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) telah tampak dalam sistem
keuangan syariah di Indonesia yang masih dalam tahap pertumbuhan (infant
industry) yang masih banyak memiliki kelemahan di berbagai hal antara lain:
kelemahan-kelemahan operasional, seperti masih rendahnya pembiayaan berbasis
bagi hasil (equity based), seperti mudharabah dan musyârakah (bagi hasil), dan
masih mendominasinya pembiayaan berbasis hutang (debt based), seperti
murâbahah (jual-beli), yang membuat Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) mirip
sifatnya dengan perbankan konvensional.14
6. Peluang dan Tantangan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) untuk Pembiayaan
Usaha Mikro Kecil dan Menengah
Tidak di pungkiri bahwa peranan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) untuk
pembiayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah akan menghadapi berapa tantangan
dalam implementasinya. Tantangan tersebut dapat bersifat intenal maupun
eksternal.Tantangan eksternalnya lebih banyak tekait dengan keberadaan lembaga
pembiayaan syariah, sumber daya manusia (SDM), serta sosialisasinya. Sebagai
lembaga yang relatif baru, pangsa dan volume Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)
belum begitu besar sehingga akan mempengaruhi kemampuan serta skala prioritas
13 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani,2001), hlm. 224-226. 14 Ascarya, “Peranan Perbankan Syariah dalam Transmisi Kebijakan Moneter Ganda,” dalam Jurnal Ekonomi
Islam Republika (26 Agustus 2010), hlm. 5.
17
dalam pembiayaan yang dilakukan.
Demikian juga dari sisi SDM, masih harus disiapkan SDM yang mumpuni
dalam bidang pembiayaan syariah sehingga tidak kesulitan pada taraf
implementasinya. Selain itu kurang gencarnya sosialisasi tentang lembaga
pembiayaan syariah terutama mengenai visi, misi, maupun produk yang ditawarkan
juga menjadi kendala yang dapat menghambat perkembangan model pembiayaan
ini. Salah satu tantangan yang cukup serius dan mempengaruhi operasional Baitul
Maal Wat Tamwil (BMT) dalam pembiayaan usaha adalah ketidaksesuaian antara
aturan syariah dengan aturan yang berlaku dengan hukum positif menimbulkan
kesan yang negatif dari kalangan masyarakat luas. Anggapan masyarakat bahwa
label- label Islam yang melekat dalam nama bank dan produk-produknya dianggap
sebagai suatu strategi untuk membangkitkan emosi keagamaan umat Islam yang
dalam realitas praktisnya tidak berbeda dari bank konvensional.15
Pada sisi lain, isu sentral yang sering didengar adalah bahwa pemahaman
masyarakat mengenai sistem, prinsip pelayanan dan produk perbankan yang
berdasarkan syariah Islam sebagian besar masih kurang tepat. Hal demikian bukan
hanya terdapat pada masyarakat awam, tetapi juga terjadi pada ulama, kiai dan
tokoh masyarakat lainnya.Meskipun sistem ekonomi Islam telah jelas dan mudah
dipahami, yaitu melarang menggandakan uang secara tidak produktif dan
konsentrasi kekayaan pada satu pihak dan secara tidak adil. Namun secara praktis
bentuk produk dan pelayanan jasa, prinsip prinsip dasar hubungan antara Baitul
Maal Wat Tamwil (BMT) dengan nasabah, serta cara-cara berusaha yang halal
dalam Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) masih terasa awam dan belum dipahami
secara benar.
Sebagai sebuah Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) yang didasarkan kepada
syariah Islam, Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) dalam opersionalnya harus tunduk
kepada hukum yang berlaku. Bank Islam sebagai bank komersial yang merupakan
bagian integral dari sistem perbankan di Indonesia harus tunduk pada hukum atau
aturan-aturan yang ditetapkan oleh pemerintah dan Bank Indonesia.16
Pengetahuan dan persepsi yang positif dari pihak Baitul Maal Wat Tamwil
15 Muhammad, Lembaga Ekonomi Syariah (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), hlm. 31 16 Akhmad Mujahidin, “Penguatan Usaha Ekonomi Umat Melalui Perbankan
Syariah”, Makalah disampaikan pada Annual Conference on Islamic Studies (ACIS) Ke-10, Banjarmasin, 1-4
November 2010
18
(BMT) terhadap sektor UMKM akan mendorong Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)
untuk memberikan alokasi kredit yang memadai atau sebaliknya. Di sisi lain
pengetahuan dan persepsi pelaku usaha pertanian terhadap Baitul Maal Wat Tamwil
(BMT) akan menentukan perilaku para pelaku usaha. Ada beberapa dugaan sebab
kelambanan pertumbuhan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) saat ini, di antaranya
adalah penerapan aturan kehati-hatian (prudential) pada Baitul Maal Wat Tamwil
(BMT) yang sama dengan yang diterapkan pada perbankan konvensional. Padahal,
Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) pada prinsipnya harus bersedia menanggung
resiko pembiayaan yang tinggi karena mengandalkan akad bagi hasil. Dipaksa oleh
aturan kehati-hatian yang ketat, Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) pada praktiknya
lebih banyak menggunakan akad jual beli yang mirip dengan kredit konvensional.
Kemiripan ini menimbulkan masalah kedua di atas, di mana masyarakat yang peduli
syariah menjadi tidak peduli terhadap Baitul Maal Wat Tamwil (BMT).17
B. Analisis Temuan Studi
Usaha budidaya ikan gurami Bapak Ahmad Choiri dimulai sejak tahun 2016,
usaha ini dimulai Bapak Ahmad Choiri dengan meminjam modal di bank sebesar
Rp.10.000.000. Dengan meminjam modal dari bank dan modal pribadi Bapak
Ahmad Choiri memulai usahanya. Pinjman Bapak Ahmad Choiri kepada bank
dilunasi dalam tempo 1 tahun setelah itu beliau sudah tidak meminjm dana dari
bank lagi karena menurutnya tingkat suku bunga kredit yang tinggi dan diharuskan
adanya jaminan kebendaan (collateral minded) dalam memperoleh kredit bank sulit
dipenuhi. Maka dari itu meskipun beliau memliki niat dan tekad untuk
mengembangkan usahanya namun beliau tidak berminat atau tidak berinisiatif
meminjam dana dari bank. Meskipun beliau sebenarnya membutuhkan modal untuk
mengembangkan usahanya.
Selain hal itu faktor eksternal lain yang menyebabkan usahanya tidak kunjung
berkembang yaitu dukungan dari lingkungan sekitar misalnya dari desa tidak ada
pembiayaan sepeserpun yang beliau dapatkan dari desa, padahal dalam peraturan
dijelaskan Untuk mencukupi modal yang di butuhkan, pemerintah melalui program
kerjanya berupaya membantu dengan menetapkan berbagai kebijakan yang
berpihak pada UMKM. Kebijakan tersebut dibuat dengan tujuan memberi
kesempatan kepada UMKM untuk dapat bertahan dan mengembangkan usahanya.
17 Muhamad Said Fathurrohman. “Memacu Pertumbuhan Bank Syariah”, dalam http:// ekisopini.
blogspot.com/2009/12/memacu-pertumbuhan-bank-syariah.html diunduh padatanggal 26 Desember 2010.
19
Pemberian modal melalui pemerintah diberikan dalam bentuk pinjaman lunak bagi
UMKM. Pemerintah bekerja sama dengan seluruh instansi keuangan seperti
lembaga keuangan bank, Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), perusahaan BUMN,
lembaga swadaya masyarakat, dan koperasi membuka kesempatan bagi UMKM
untuk meminjam dengan bunga yang rendah. Program untuk membantu UMKM
dalam hal permodalan tidak hanya dilakukan oleh pemerintah tetapi juga oleh
lembaga swadaya masyarakat seperti Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), LSM
microfinance, dan sebagainya.
C. Solusi
Banyaknya lembaga yang memberikan pembiayaan kepada UMKM seharusnya
dapat menyelesaikan atau meminimalisir permasalahan UMKM seputar
permodalan atau pembiayaan. Tetapi, pembiayaan yang diperoleh dari lembaga
pembiayaan tersebut, belum tentu dapat dipergunakan secara optimal oleh UMKM
untuk menjalankan dan mengembangkan usahanya. Untuk itu tetap diperlukan
peranan lembaga pembiayaan selain sebagai sarana penyedia dana, juga sebagai
fasilitator usaha misalnya dalam bank manajemen, pasar, pemasaran, dan keuangan.
Peranan sebagai sarana penyedia dana, akan lebih mudah dijalankan bila
dibandingkan dengan peran sebagai fasilitator bagi UMKM. Untuk itu dapat kita
lihat bagaimana peran lembaga pembiayaan dalam mengembangkan UMKM.
Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) perlu untuk meningkatkan strategi yang
dijalankan Lembaga Syariah Non-Bank seharusnya dapat memberi manfaat yang
optimal bagi masyarakat dan tanggung jawab Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)
selaku lembaga keuangan Islam tidak hanya terbatas pada kebutuhan keuangan dari
berbagai pihak, tetapi yang paling penting adalah kepastian seluruh kegiatan yang
dijalankan oleh Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) sesuai dengan prinsip syariah,
dapat diketahui bahwa terdapat beberapa aspek yang membantu Lembaga Syariah
Non-Bank untuk berkembang dan mampu untuk menjadi penggerak ekonomi
nasional.
20
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) merupakan usaha dalam bidang
ekonomi yang memiliki peran penting sebagai dasar perekonomian nasional. Dengan
adanya UMKM ini menghasilkan beragam produksi hasil dari potensi berbagai wilayah
yang berbeda. Sumber Selain itu dengan adanya usaha ini, pemerintah dan lembaga
keuangan khususnya bank mapun non bank dapat berperan dalam kelangsungan usaha.
Yang paling terpenting adalah pemberian modal kerja ini sehingga pelaku usaha dapat
memperluas dan mengembangkan usaha yang didirikan. Dengan berkembangnya
Usaha Mikro Kecil dan Menengah ini akan berkembang pula perekonomian yang ada
di desa dan juga akan berdampak baik terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.P
ada operasionalnya, masalah yang ditemukan adalah permodalan, penurunan minat, dan
pengelolaan keuangan. Sedangkan hal yang sangat berpengaruh dalam suatu usaha
yaitu kelangsung permodalan harus tetap stabil. Atau bisa dikatakan modal adalah salah
satu kunci berdirinya suatu usaha. Maka dari itu, pelaku usaha mikro kecil menengah
dapat memanfaatkan pembiayaan dari Baitul Maal Wat Tamwil (BMT). Kerjasama ini
akan saling menguntungkan kedua pihak baik penyedia pembiayaan mupun pelaku
usaha, sehingga akan dapat mengembangkan usahanya.
Sebenarnya prinsip dan jenis pembiayaan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)
banyak yang sesuai untuk mengatasi masalah pembiayaan Usaha Mikro Kecil dan
Menengah. Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) mempunyai peranan yang sangat penting
untuk mendukung pembangunan nasional, khususnya pada sektor UMKM. Saat ini
akses pembiayaan UMKM yang lebih banyak diperoleh dari bank umum dibandingkan
dengan lembaga pembiayaan seperti koperasi dan lembaga pembiayaan non bank.
Persaingan antar lembaga pembiayaan menjadikan lembaga pembiayaan non bank yang
kurang populer mengalami penurunan jumlah debitur. Meskipun demikian pangsa
UMKM bagi lembaga pembiayaan masih besar. Dalam hal ini sudah saatnya Baitul
Maal Wat Tamwil (BMT) menunjukkan atau memperkenalkan pembiayaan
pembiayaannya terhadap sektor UMKM karena tidak dapat dipunkiri lagi mengingat
banyaknya penduduk Indonesia yang kurang tau ataupun kurang memahami mengenai
Baitul Maal Wat Tamwil (BMT). Makadari itu peran Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)
21
sangat diharapkan agar bisa memajukan pereknomian di Indonesia melalui sektor
UMKM.
B. SARAN
1. Bagi Pihak Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Tulungagung / Pihak
Laboratorium Sebagai Pelaksana Praktik Pengalaman Lapangan.
a. Sebaiknya pihak fakultas atau pihak laboratorium lebih memperhatikan peserta PPL
dengan baik, sehingga pada saat kegiatan PPL berlangsung pihak fakultas
mengetahui apa saja yang dilakukan di tempat PPL.
b. Seharusnya pihak pelaksana PPL dapat menambah kerjasama dengan berbagai
instansi terkait dan memberikan kesempatan bagi peserta PPL untuk menempati
lembaga atau instansi yang diinginkan dengan memberikan fasilitas dengan sebaik
mungkin. Sehingga dengan kemudahan ini peserta PPL dapat berproses dengan
sebaik mungkin.
2. Bagi Pihak KSPPS BMT PETA Tulungagung
a. Perlu adanya pengembangan produk sehingga dapat meningkatkan minat
masyarakat untuk menabung atau mengajukan pembiayaan.
b. Membuat fitur-fitur berbasis teknologi, website lembaga agar bisa mempromosikan
produk-produk BMT ke masyarakat luas.
3. Bagi Mahasiswa Sebagai Peserta Praktik Pengalaman Lapangan
a. Untuk mahasiswa sebagai peserta praktik sebaiknya lebih banyak untuk
bersosialisasi dengan teman dan juga instansi atau lembaga agar memudahkan
dalam setiap pelaksanaan kegiatan PPL maupun kegiatan bekerja di lokasi PPL.
b. Untuk penelitian berikutnya, laporan ini diharapkan dapat dijadikan referensi dalam
proses penulisan laporan yang berkaitan dengan Peran BMT dalam UMKM.
22
DAFTAR PUSTAKA
Ade Supriatna, “Pola Pelayanan Pembiayaan Sistem Kredit Mikro Usaha
Tani di Tingkat Pedesaan”, dalam Jurnal Litbang Pertanian (28
Februari 2009)
Tulus T.H. Tambunan, UMKM di Indonesia, (Bogor : Ghalia Indonesia,
2009)
Marsuki. 2006. Strategi Memberdayakan Sektor Ekonomi UMKM
diIndonesia. Jakarta: Edisi Asli.
Hayati, Neuneung Ratna. “Perbankan Syariah Nasional: Peranan, Peluang
Permasalahan, Prospek Serta Strategi Pengembangannya,” dalam
Jurnal Bisnis, Manajemen dan Ekonomi, vol. VII, No. 3, Februari
2006.
Marsuki. 2006. Strategi Memberdayakan Sektor Ekonomi UMKM diIndonesia.
Jakarta: Edisi Asli.
Makhalul Ilmi SM, Teori dan Praktik Mikro Keuangan Syariah,
(Yogyakarta: UII Press, 2002)
Muhammad Sholahuddin, Lembaga Keuangan dan Ekonomi Islam,
(Yogyakarta: Ombak (Anggota IKAPI, 2014)
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta:
Ekonosia, 2007)
Fitri Nurhartati dan Ika Saniyati Rahmaniyah, Koperasi Syariah,
(Surakarta: PT Era Adicitra Intermedia, 2012)
Ashari dan Saptana, “Prospek Pembiayaan Syariah Untuk Sektor
Pertanian,” dalam Forum Penelitian Agro Ekonomi, vol. XXIII, No.
2 (Desember 2005)
Neuneung Ratna Hayati,“Perbankan Syariah Nasional: Peranan, Peluang,
Permasalahan, Prospek serta Strategi Pengembangannya”, dalam
Jurnal Bisnis, Manajemen dan Ekonomi, vol. VII, No. 3 (Februari
2006)
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta:
Gema Insani,2001)
Ascarya, “Peranan Perbankan Syariah dalam Transmisi Kebijakan
Moneter Ganda,” dalam Jurnal Ekonomi Islam Republika (26
Agustus 2010)
23
Muhammad, Lembaga Ekonomi Syariah (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007)
Akhmad Mujahidin, “Penguatan Usaha Ekonomi Umat Melalui
Perbankan Syariah”, Makalah disampaikan pada Annual
Conference on Islamic Studies (ACIS) Ke-10, Banjarmasin, 1-4
November 2010
Muhamad Said Fathurrohman. “Memacu Pertumbuhan Bank Syariah”,
dalam http:// ekisopini. blogspot.com/2009/12/memacu-
pertumbuhan-bank-syariah.html diunduh padatanggal 26 Desember
2010
top related