laporan osmoregulasi
Post on 25-Jun-2015
2.318 Views
Preview:
TRANSCRIPT
LAPORANFISIOLOGI HEWAN AIR
PRAKTIKUM I
OSMOREGULASI
NAMA : ALFIAN PALALLO
NIM : L 111 08 295
KELOMPOK : II (DUA)
ASISTEN : ILHAM
KONSENTRASI KONSERVASI SUMBERDAYA HAYATI LAUTLABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN AIR
JURUSAN ILMU KELAUTANFAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR
2010
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fisiologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari fungsi,
mekanisme dan cara kerja dari organ, jaringan dan sel-sel organisme. Fisiologi
menerangkan faktor-faktor fisik dan kimia yang bertanggung jawab akan asal,
perkembangan, dan gerak maju kehidupan. Fisiologi ikan mencakup proses
osmoregulasi, sistem sirkulasi, sistem respirasi, bioenergetik dan metabolisme,
pencernaan, organ-organ sensor, sistem saraf, sistem endokrin dan reproduksi
(Fujaya,1999).
Pengaturan terhadap tekanan osmotik cairan tubuh yang relatif konstan
adalah hal yang dibutuhkan ikan agar proses fisiologi di dalam tubuhnya berjalan
normal. Pengaturan tersebut disebut dengan osmoregulasi (Purwakusuma, 2010)
Osmoregulasi adalah upaya pada hewan air, seperti ikan untuk
mengontrol keseimbangan air dan ion antara tubuh dan lingkungannya, atau
suatu proses pengaturan tekanan osmose (Fujaya, 2004).
Setiap organisme pada saat beraktivitas masing – masing melakukan
adaptasi untuk dapat tetap bertahan hidup dalam lingkungannya. Bentuk
adaptasi yang dilakukan organismepun berbeda, ada beberapa organisme yang
bentuk adaptasinya dapat dilihat secara morfologi dan adapula yang beradaptasi
secara fisiologi. Misalnya saja organisme perairan, organisme yang hidup
diperairan tawar tentu memiliki bentuk adaptasi yang berbeda dan beberapa
organ khusus yang digunakan dnegan berbagai cara. (Burhanuddin, 2008).
Mengingat arti pentingnya pengaruh perbedaan salinitas yang berbeda –
beda pada ikan air tawar, air payau dan iar laut maka diadakanlah praktikum
osmoregulasi ini.
B. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dilakukan percobaan osmoregulasi ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan salinitas yang berbeda (0 ppt, 15
ppt, dan 30 ppt) terhadap tingkah laku ikan air tawar, ikan air laut, dan
ikan air payau.
2. Membandingkan adaptasi ikan terhadap perubahan salinitas.
Kegunaan dari praktikum osmoregulasi ini adalah agar mahasiswa dapat
mengetahui dan membandingkan teori yang didapat dari kuliah dengan hasil
yang diperoleh dari praktikum, mengetahui metodologi atau cara osmoregulasi
yang dilakukan ikan serta memperoleh gambaran mengenai hubungan faktor
biotik dan abiotik terhadap proses osmoregulasi.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Pengaturan terhadap tekanan osmotik cairan tubuh yang relatif konstan
adalah hal yang dibutuhkan ikan agar proses fisiologi di dalam tubuhnya berjalan
normal. Pengaturan tersebut disebut dengan osmoregulasi. Organ yang
berperan dalam proses osmoregulasi adalah ginjal, insang, kulit, membran mulut
dan beberapa organ khusus yang digunakan dengan berbagai cara
(Burhanuddin, 2008).
Osmoregulasi adalah pengontrolan kadar air dan garam mineral di dalam
darah. Ini merupakan mekanisme homeostatik. Ditambahkan oleh Fujaya (1999)
bahwa osmoregulasi adalah upaya mengontrol keseimbangan air dan ion – ion
antara tubuh dan lingkungannya atau suatu proses pengaturan tekanan
osmose.hal ini penting dilakukan, terutama oleh organisme perairan karena; (1)
harus terjadi keseimbangan antara substansi tubuh dan lingkungan; (2) membran
sel yang permeabel merupakan tempat lewatnya beberapa substansi yang
bergerak cepat; (3) perbedaan tekanan osmose antara cairan tubuh dan
lingkungan. Tanpa osmoregulasi maka ikan akan mati, ini karena osmoregulasi
dapat mengontrol konsentrasi cairan dalam tubuh. Jika ikan tidak bisa mengatur
proses osmosis dalam tubuhnya maka ikan akan mati, karena osmoregulasi
sangat berfungsi dalam aspek kesehatan ikan (Fujaya,1999).
Osmoconformer adalah sebutan bagi hewan yang mampu memelihara
keseimbangan antara cairan tubuh dengan keadaan lingkungan sekitar.
Kebanyakan invertebrata laut adalah osmoconformer, dimana cairan tubuh
mereka isotonik dari keadaan lingkungannya. Meskipun konsentrasi relatif dari
garam dan cairan tubuh mereka berubah – ubah dibandingkan air laut, dalam
kasus ini hewan juga harus mengatur tingkat ion internal (Djawad, dkk, 2007).
Difusi adalah perpindahan suatu substansi dari tempat yang konsentrasinya
tinggi ke tempat yang konsentrasinya rendah. Osmosis adalah proses difusi air
dari tempat yang konsentrasinya tinggi ke konsentrasinya rendah yang melewati
sebuah membran permeable (Djawad,dkk,2007).
Menurut Fujaya (2004), Osmoregulasi penting dilakukan terutama oleh
organisme perairan karena :
1) Harus terjadi keseimbangan antara substansi tubuh dan lingkungan;
2) Membran sel yang permeabel merupakan tempat lewatnya beberapa
substansi yang bergerak cepat;
3) Adanya perbedaan tekanan osmose antara cairan tubuh dan lingkungan.
Osmosis adalah kasus khusus dari transpor pasif, dimana molekul air
berdifusi melewati membran yang bersifat selektif permeabel. Dalam sistem
osmosis, dikenal larutan hipertonik (larutan yang mempunyai konsentrasi terlarut
tinggi), larutan hipotonik (larutan dengan konsentrasi terlarut rendah), dan larutan
isotonik (dua larutan yang mempunyai konsentrasi terlarut sama) (Wikipedia,
2010).
Dalam proses osmosis, pada larutan hipertonik, sebagian besar molekul
air terikat (tertarik) ke molekul gula (terlarut), sehingga hanya sedikit molekul air
yang bebas dan bisa melewati membran. Sedangkan pada larutan hipotonik,
memiliki lebih banyak molekul air yang bebas (tidak terikat oleh molekul terlarut),
sehingga lebih banyak molekul air yang melewati membran. Oleh sebab itu,
dalam osmosis aliran molekul air adalah dari larutan hipotonik ke hipertonik.
Organisme yang hidup pada air tawar tidak melakukan osmoregulasi akibat
perbedaan tekanan osmose, sedangkan pada ikan estuari yang memiliki cairan
tubuh menyerupai garam air garam laut hanya melakukan sedikit upaya untuk
mengontrol tekanan osmose dalam tubuhnya. Hal ini menyebabkan perbedaan
laju metabolisme dasar karena upaya menahan garam – garam internal dan
kelarutan material yang lain membutuhkan konsumsi oksigen yang berbeda
tergantung besarnya perbedaan konsentrasi cairan tubuh dan lingkungannya
(Fujaya, 1999).
Insang ikan bersifat permeabel terhadap air dan garam. Di dalam laut
salinitasnya lebih besar daripada dalam cairan tubuhnya. Pada lingkungan air
keluar, tetapi garam berdifusi ke dalam. Hal ini karena kadar garam di dalam
tubuh ikan (mendekati 0.5%) yang lebih tinggi daripada konsentrasi air di mana
ikan tersebut hidup. Karena tubuh ikan akan berusaha agar proses difusi antara
air kedalam tubuh ikan tetap berlangsung, sejumlah besar air dikeluarkan oleh
ginjal. Sebagai hasilnya bahwa konsentrasi garam pada urine sangat rendah
( Fujaya,1999).
Pada semua ikan yang hidup di air tawar memiliki cairan tubuh yang
tekanan osmotiknya lebih besar (hipersomatik) daripada lingkungannya.
Keadaan ini menyebabkan mereka terancam dua hal utama yaitu kehilangan
garam dan pemasukan air yang berlebihan. Bila hal ini tidak terkendali atau
terimbangi, difusi akan mendorong keluarnya garam-garam tubuh dan terjadi
pengenceran cairan tubuh sehingga fungsi-fungsi fisiologis tubuh tidak berjalan
normal. Sisik tebal dan sejumlah jaringan pengikat dalam kulit pada ikan
membantu dalam mencegah difusi (Burhanuddin, 2008).
Pada ikan air laut hidup pada lingkungan hipersomatik terhadap jaringan
dan cairan tubuhnya, sehingga ikan laut cenderung kehilangan air melalui kulit
dan insang serta kemasukkan garam-garam. Untuk mengatasi kehilangan air,
ikan “minum” air laut, yang kemudian diserap melalui saluran pencernaan.
Akibatnya adalah meningkatnya kandungan garam dalam cairan tubuh
(Burhanuddin, 2008).
III. METODE PRAKTIK
A. Waktu dan Tempat
Praktikum Fisiologi Hewan Air dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 13
Maret 2008, pukul 09.00-12.00 WITA, bertempat di Laboratorium Fisiologi
Hewan Air, Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,
Universitas Hasanuddin, Makassar.
B. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum osmoregulasi adalah toples 9
buah sebagai wadah diletakannya ikan, stopwatch 3 buah sebagai alat pengukur
waktu, salinometer 1 buah sebagai alat pengukur salinitas, dan lap kasar 1 buah
sebagai alat untuk membersihkan alat-alat lain yang telah digunakan.
Sedangkan bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu ikan
mas (Cyprinus carpio) 3 ekor, Ikan Giru (Amphiprion spp.) 3 ekor dan ikan mujair
(Oreochromis mosambicus) 3 ekor sebagai sampel yang diamati, air tawar 0 ppt,
air payau 15 ppt, air laut 30 ppt sebagai medium ikan, serta tissue roll sebagai
bahan pengering alat-alat yang telah dibersihkan.
C. Prosedur Kerja
Prosedur kerja dari praktikum osmoregulasi, yaitu:
1. Menyediakan peralatan dan bahan yang akan digunakan.
2. Menyiapkan medium air dengan konsentrasi 0 ppt dan 30 ppt.
3. Melakukan pengenceran terhadap air laut, sehingga diperoleh air payau
dengan konsentrasi 15 ppt.
4. Menyiapkan 9 wadah atau toples.
5. Memasukkan media air pada setiap toples yang berbeda diaman 3 toples
untuk air dengan salinitas 0 ppt (air tawar), 3 toples untuk air dengan
salinitas 15 ppt (air payau), dan 3 toples untuk air salinitas 30 ppt (air
laut).
6. Memasukkan masing-masing 1 ikan mujair pada salinitas 0 ppt, 15 ppt,
30 ppt, masing-masing 1 ikan giru juga dimasukkan ke salinitas 0 ppt, 15
ppt, dan 30 ppt, serta masing-masing 1 ikan mas pada toples dengan
salinitas 0 ppt, 15 ppt, dan 30 ppt.
7. Mengamati perubahan tingkah laku selama 3 x 15 menit dan mencatat
setiap perubahan yang terjadi pada lembar praktikum.
D. Analisis Data Pengenceran
Rumus yang dipergunakan dalam percobaan osmoregulasi ialah rumus
pengenceran, dimana:
V1 x M1 = V2 x M2
Keterangan :
V1 = Volume awal
V2 = Volume akhir
M1 = Konsentrasi awal
M2 = Konsentrasi akhir
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil praktikum fisiologi hewan air tentang pengujian
osmoregulasi ikan, didapatkan data sebagai berikut :
A. Ikan air tawar : Ikan mas ((Cyprinus carpio).
Salinitas
(ppt)
Waktu
pengamatanTingkah laku
0
15 menit (1) Aktif dan mengeluarkan sedikit feses
15 menit (2) Aktif dan mengeluarkan sedikit feses
15 menit (3) Aktif jumlah feses tidak bertambah, media jernih
15
15 menit (1) Aktif dan berada di dasar
15 menit (2) Aktif dan berenang ke permukaan
15 menit (3) Gelisah, media keruh dan mengeluarkan feses
30
15 menit (1) Gelisah
15 menit (2) Kondisi kritis, jumlah feses terus bertambah dari
media keruh
15 menit (3) Mati
Berdasarkan pada tabel di atas maka dapat diketahui bahwa pada
pengamatan 0 ppt pada ikan ikan mas (Cyprinus carpio), tingkah laku ikan masih
terlihat bergerak normal dimana pada menit ke-15 hingga menit ke-45 kondisinya
cenderung sama yaitu aktif dan sedikit mengeluarkan feses.. hal ini dikarenakan
ikan berada pada lingkungan yang sesuai dengan lingkungan asalnya dimana
ikan ini bersifat hiperosmotik terhadap lingkungannya. Hal ini sesuai dengan
pendapat Fujaya (1999) yang menyatakan bahwa teleostei air tawar bersifat
hiprosmotik terhadap lingkungannya, menyebabkan air bergerak masuk ke dalam
tubuh dan ion-ion keluar ke lingkungan dengan cara difusi.
Pengamatan terhadap salinitas 15 ppt, tingkah laku ikan sama pada 15
menit I dan 15 menit II dimana ikan bergerak aktif, kadang berenang ke
permukaan dan kadang di dasar. Keadaan ini meperlihatkan bahwa tingkah laku
ikan masih dalam keadaan yang normal. Pada pengamatan 15 menit III terlihat
ikan mulai gelisah dan mengeluarkan feses, media/air menjadi keruh serta ikan
kebanyakan berada di permukaan. Ini menandakan bahwa ikan mulai melakukan
penyesuaian antara ion-ion yang ada pada lingkungan dengan ion-ion yang ada
dalam tubuh. Hal ini sesuai dengan pendapat Fujaya (1999) bahwa ikan air tawar
bersifat hiperosmotik terhadap lingkungannya, menyebabkan air bergerak masuk
ke dalam tubuh dan ion-ion keluar ke lingkungan dengan cara difusi. Untuk
mengimbangi kekurangan ion-ion dalam tubuh, maka ikan membutuhkan oksigen
dengan cara mengambil di udara agar pergerakan darah yang membawa ion-ion
dalam tubuh dapat berjalan lancar.
Pengamatan terhadap lingkungan yang bersalinitas 30 ppt
memperlihatkan bahwa pada pengamatan 15 menit I ikan langsung tampak
gelisah, tetapi pada 15 menit II ikan mulai lemas banyak mengeluarkan feses,
dan media menjadi keruh. Terjadinya perubahan pergerakan ini menandakan
bahwa ikan tidak mampu lagi menyesuaikan diri pada waktu yang lama, ini
dikarenakan jumlah ion - ion dalam tubuh semakin berkurang. Hal ini sesuai
dengan pendapat Fujaya (1999) yang menyatakan bahwa ikan air tawar akan
mengeluarkan ion-ion ke lingkungan secara difusi karena sifat ikan air tawar yang
hiperosmotik terhadap lingkungan. Pada pengamatan 15 menit ke III,
ketidakmampuan ikan dalam melakukan penyesuaian diri terhadap kisaran
salinitas yang tinggi dalam waktu yang lama semakin nyata, hal ini ditandai
dengan kematian ikan. Kematian ikan ini mungkin dikarenakan banyaknya ion-
ion dalam tubuh yang keluar ke perairan serta dehidrasi yang dialami oleh ikan
kerena sifat ikan air tawar yang hiperosmotik. Hal ini sesuai dengan pendapat
Fujaya (1999) yang menyatakan bahwa ikan air tawar bersifat hiperosmotik
dimana ikan akan mengeloarkan ion-ion ke lingkungan dengan cara difusi
sehingga ion-ion dalam tubuh akan berkurang dan untuk menjaga keseimbangan
cairan tubuhnya, maka ikan akan sedikit minum atau tidak minum sama sekali
dan akan memproduksi sejumlah urine sehingga dapat menyebabkan dehidrasi.
B. Ikan Air Laut : Ikan Giru (Amphiprion sp.)
Salinitas
(ppt)
Waktu
pengamatanTingkah laku
0
15 menit (1) Ikan bergerak aktif, berada di dasar dan
mengeluarkan feses
15 menit (2) Ikan mulai tidak banyak bergerak, kadang
berenang ke permukaan
15 menit (3) Ikan lemas, operculum mulai melambat, diam di
dasar toples
15
15 menit (1) Ikan kebanyakan berada di dasar, mengeluarkan
feses
15 menit (2) Ikan berada di dasar, bergerak lambat
15 menit (3) Ikan berada di dasar, tidak banyak bergerak
30
15 menit (1) Ikan bergerak aktif
15 menit (2) Ikan bergerak aktif, bergerak ke permukaan
15 menit (3) Ikan bergerak aktif, lebih banyak bergerak ke
permukaan
Pengamatan terhadap salinitas 0 ppt memperlihatkan bahwa tingkah laku
ikan mulai dari pengamatan 15 menit I hingga pengamatan 15 menit III
memperlihatkan bahwa pergerakan ikan semakin lama semakin lambat, di mana
pada 15 menit I ikan aktif bergerak, pada 15 menit II ikan mulai malas dan
pergerakan menjadi lambat, dan pada 15 menit III ikan lebih banyak
menghabiskan waktunya dengan berdiam di dasar toples ini menandakan bahwa
semakin lama ikan semakin tidak mampu melakukan adaptasi terhadap kisaran
salinitas yang rendah karena sifat ikan air laut yang hipoosmotik menyebabkan
ikan dapat mengalami dehidrasi, sekalipun ikan banyak minum tetapi tidak dapat
mencukupi kandungan garam-garam tubuh karena salinitas lingkungan yang
rendah yang tidak mencukupi garam yang dibutuhkan oleh tubuh sehingga
aktifitas atau proses metabolisme sel dari ikan akan terhambat yang
menyebabkan menjadi lemas. Hal ini sesuai dengan pendapat Fujaya (1999)
yang menyatakan bahwa karena tekanan osmose air laut lebih tinggi dari pada
cairan tubuh ikan maka air akan mengalir dari dalam tubuh ikan ke
lingkungannya di mana jika air dalam tubuh ikan terlalu banyak yang dikeluarkan
maka ikan akan mengalami dehidrasi, sekalipun ikan air laut banyak minum. Ikan
laut juga membutuhkan ion - ion berupa garam mineral untuk melakukan aktifitas
yang konsentarasi ion total dalam plasma sekitas sepertiga dari konsentrasi ion
perairan (lingkungan).
Pengamatan terhadap salinitas 15 ppt menunjukkan bahwa tingkah laku
ikan masih dalam keadaan yang normal, di mana pergerakanya aktif ke pinggir,
ke permukaan dan ke dasar perairan seperti halnya pada salinitas 30 ppt ini
dikarenakan ikan berada pada lingkungan yang hampir sama dengan lingkungan
asalnya. Hal ini berdasarkan pada pendapat Fujaya (1999) yang menyatakan
bahwa ikan air laut bersifat hipoosmotik terhadap lingkungannya.
Pada pengamatan tingkah laku ikan Giru (Amphiprion sp) pada salinitas
30 ppt, pada 15 menit I ikan aktif bergerak, pada 15 menit II ikan bergerak aktif
dan lebih sering di permukaan dan pada 15 menit III ikan lebih aktif berenang di
dasar dan kemudian ikan lebih banyak berenang ke permukaan. Dari keadaan di
atas menunjukkan bahwa tingkah laku ikan masih dalam keadaan normal ini
dikarenakan ikan berada pada lingkungan yang hampir sama dengan lingkungan
asalnya. Hal ini berdasarkan pendapat Nontji (1993) yang menyatakan bahwa
karena ikan Giru merupakan ikan karang, maka kisaran salinitas yang baik untuk
ikan Giru sama dengan kisaran salinitas untuk terumbu karang, yaitu 27 ‰ – 40
‰.
C. Ikan air payau : Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus)
Salinitas
(ppt)
Waktu
pengamatanTingkah laku
0
15 menit (1) Bergerak aktif
15 menit (2) Bergerak aktif dan sedikit mengeluarkan feses
15 menit (3) Bergerak aktif dan sedikit mengeluarkan feses
15
15 menit (1) Bergerak aktif
15 menit (2) Bergerak aktif dan mengeluarkan feses
15 menit (3) Diam di dasar
30
15 menit (1) Bergerak sangat aktif, mengeluarkan feses
15 menit (2) Bergerak aktif dan bergerak ke permukaan
15 menit (3) Banyak membuka mulut dan berada di dasar
serta mengeluarkan feses
Pada pengamatan 0 ppt terhadap ikan Mujair (Oreochromis
mossambicus) tingkah laku ikan dari pengamatan 15 menit I hingga pengamatan
15 menit III, ikan masih bergerak normal. Hal ini dikarenakan ikan berada pada
lingkungan yang sesuai dengan lingkungan asalnya, dimana ikan ini dapat
bersifat hiperosmotik terhadap lingkungannya. Hal ini sesuai dengan pendapat
Fujaya (1999) yang menyatakan bahwa teleostei air tawar bersifat hiperosmotik
terhadap lingkungannya, menyebabkan air bergerak masuk ke dalam tubuh dan
ion - on keluar ke lingkungan dengan cara difusi.
Pengamatan tingkah laku ikan pada salinitas 15 ppt yaitu pada 15 menit I
ikan mulai bergerak aktif. Pada 15 menit II tingkah laku ikan masih sama yaitu
bergerak aktif dan mengeluarkan feses. Dari tingkah laku ikan yang bergerak
aktif dan normal dapat diketahui bahwa ikan dapat beradaptasi dengan
lingkungan. Hal ini sesuai dengan pendapat Nybakken (1992) yang menyatakan
bahwa kisaran salinitas yang dapat ditolelir adalah 0 - 30 ppt.
Pengamatan tingkah laku ikan pada salinitas 30 ppt yaitu pada 15 menit I
ikan mulai bergerak aktif dan mengeluarkan feses. Pada 15 menit II ikan
bergerak aktif dan banyak bergerak ke permukaan. Pada 15 menit III ikan lebih
banyak berada di dasar. Menurut Fujaya (1999) bahwa ikan-ikan eurihaline
merupakan ikan yang dapat hidup pada perairan dengan kisaran salinitas yang
luas dimana ikan ini dapat bersifat hiperosmotik terhadap air tawar dan
hipoosmotik terhadap air laut, sehingga pada salinitas 25 ppt ikan dapat
beradaptasi dengan normal.
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari praktikum osmoregulasi ini
yaitu:
1. Ikan mas (Cyprinus carpio) merupakan ikan air tawar yang tidak dapat
mentolerir kadar garam yang tinggi sehingga ia termasuk dalam
stenohaline karena ikan mas hidup pada kisaran salinitas rendah. Adapun
salinitas yang dapat ditolerir hanyaa sebatas 0-0,5 permil untuk itu ikan
tersebut membutuhkan energi yang besar untuk dapat mentolerir kondisi
salinitas yang sangat berbeda dari habitat biasanya. Ikan mas juga
bersifat hiperosmotik terhadap air tawar, menyebabkan air masuk
kedalam tubuh dan ion - ion keluar ke lingkungan dengan cara difusi dan
berosmoregulasi dengan cara minum sedikit dan mengeluarkan urine
yang banyak.
2. Ikan mujair (Oreochromis mosambicus)merupakan ikan yang hidup pada
estuaria sehingga ia termasuk dalam euryhaline karena kemampuannya
untuk mentolerir kisaran salinitas yang luas karena tubuhnya termasuk
osmoregulator.
3. Ikan giru (Amphiprion spp.) merupakan ikan air laut yang dapat hanya
dapat hidup pada salinitas >17 permil, oleh karena itu ia termasuk dalam
stenohaline yang dapat mentolerir kisaran salinitas yang sempit.
B. Saran
Sangat diharapkan jadwal praktikum tidak dijadwalkan terlalu berdekatan
dengan praktikum sebelumnya. Supaya jadwal praktikum dibuatkan jadwal yang
tetap.
DAFTAR PUSTAKA
Burhanuddin, A Iqbal. 2008. Ikhtiologi. Yayasan Citra Emulsi. Makassar
Djawad, M. I, Ambas, I, Yusri, K. 2007. Penuntun Praktikum Fisiologi Hewan Air. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Fujaya, Y. 1999. Fisiologi Ikan. Jurusan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. Rineka Cipta, Jakarta.
Purwakusuma,2010. Garam Ikan. http://www.O_Fish.com/Hama Penyakit/Garam Ikan.html. [Diakses tanggal 10 April 2010 jam 07:30 WITA]
Wikipedia. 2010. Anastesi. http:// www.id.wikipedia.org / anastesi . [Diakses tanggal 10 April 2010 jam 07:37 WITA]
top related