laporan mekanika fluida
Post on 07-Aug-2015
419 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
1
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
UJI TEROWONGAN ANGIN
Disusun oleh : Kelompok 1
Kelas 1-AE
Program Studi : D3 Teknik Aeronautika
Jurusan : Teknik Mesin
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2012
9`
Judul Praktikum : Uji Terowongan Angin
Mata Kuliah : Mekanika Fluida
Tujuan Praktikum : - Dapat membuktikan hubungan kecepatan dan tekanan
berdasarkan asas Bernoulli
- Dapat mengetahui nilai debit suatu fluida dengan
hukum kontinuitas
- Dapat mengetahui kecepatan dan tekanan fluida pada
kecepatan putar 700 dan 800 rpm dengan
menggunakan venturimeter, pitot tube, dan
orificemeter.
- Dapat membuktikan distribusi kecepatan aliran fluida.
Hari/tanggal Praktikum :
- Menggunakan venturimeter dan pitot tube : Jum’at, 4 Mei 2012
- Menggunakan orifice : Jum’at, 11 Mei 2012
- Menghitung distribusi kecepatan : Jum’at, 25 Mei 2012
Dosen Pembimbing : Sugiyanto,
Kelompok : 1
Anggota : - Ahmad Adrian 111221001
- Ardi Hutri 111221002
- Asrizal Tri Winaryo 111221003
- Erict Ilyas 111221004
- Fahmi Risandi Dwi Putra 111221005
- Faisyal M Sholeh 111221006
- Fathi Rahma S 111221007
- Febriyan Rosa 111221008
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3
I. LATAR BELAKANG ..................................................................................... 4
II. DASAR TEORI ........................................................................................... 5
VENTURIMETER .............................................................................................. 5
III. KALKULASI DATA ................................................................................. 10
1. Kalkulasi Data Venturimeter dan Pitot Tube ............................................. 10
2. Kalkulasi Data Orifice dan Pitot tube. ........................................................... 13
3. Kalkulasi Data Percobaan Distribusi Kecepatan ........................................... 16
IV. ANALISIS ................................................................................................. 30
Analisa Praktikum 1 .......................................................................................... 30
Analisa Praktikum 2 .......................................................................................... 31
Analisa Praktikum 3 .......................................................................................... 32
V. DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 33
9`
I. LATAR BELAKANG
Asas Bernoulli dikemukakan pertama kali oleh Daniel Bernoulli (1700 –
1782). Dalam kertas kerjanya yang berjudul "Hydrodynamica", Bernoulli
menunjukkan bahwa begitu kecepatan aliran fluida meningkat maka tekanannya justru
menurun.
Asas Bernoulli adalah tekanan fluida di tempat yang kecepatannya tinggi lebih
kecil daripada di tempat yang kecepatannya lebih rendah . Jadi semakin besar
kecepatan fluida dalam suatu pipa maka tekanannya makin kecil dan sebaliknya makin
kecil kecepatan fluida dalam suatu pipa maka semakin besar tekanannya.
Debit adalah besaran yang menyatakan banyaknya fluida yang mengalir
selama 1 detik yang melewati suatu penampang luas. Maka, dapat dikatakan pula debit
sebagai hasil kali kecepatan dan luas penampang. Debit yang masuk pada suatu
penampang luasan sama dengan debit yang keluar pada luasan yang lain meskipun
luas penampangnya berbeda. Hal ini disebut persamaan kontinuitas.
Penerapan prinsip ini dilakukan dalam pengujian terowongan angin. Dengan
prinsip ini dapat menghitung kecepatan (V) dan debit fluida (Q) yang mengalir
didalam terowongan angin. Kecepatan dan debit yang dimiliki oleh fluida yang
mengalir dapat dicari dengan menggunakan venturimeter dan pitot tube. Dalam
percobaan yang kami lakukan di labolatorium terowongan angin kami mencoba
dengan kecepatan 700 rpm dan 800 rpm, dimana didapat perubahan ketinggian fluida
(cair) sebagai. Dari perubahan ketinggian ( ) fluida tersebut dapat dicari berapa debit
dan kecepatan fluida dengan menggunakan persamaan Bernoulli, persamaan
kontinuitas dan perhitungan yang didapat dari venturimeter dan pitot tube.
9
II. DASAR TEORI
VENTURIMETER
Venturimeter adalah sebuah alat yang bernama pipa venturi. Pipa venturi
merupakan sebuah pipa yang memiliki penampang bagian tengahnya lebih sempit dan
diletakkan mendatar dengan dilengkapi dengan pipa pengendali untuk mengetahui
permukaan air yang ada sehingga besarnya tekanan dapat diperhitungkan. Dalam pipa
venturi ini luas penampang pipa bagian tepi memiliki penampang yang lebih luas
daripada bagian tengahnya atau diameter pipa bagian tepi lebih besar daripada bagian
tengahnya. Fluida dialirkan melalui pipa yang penampangnya lebih besar lalu akan
mengalir melalui pipa yang memiliki penampang yang lebi sempit, dengan demikian,
maka akan terjadi perubahan kecepatan.
Alat ini dapat dipakai untuk mengukur laju aliran fluida. Venturimeter
digunakan sebagai pengukur volume fluida misalkan udara yang mengalir tiap detik.
Venturimeter dapat dibagi 4 bagian utama yaitu :
a. Bagian Inlet : Bagian yang berbentuk lurus dengan diameter yang sama
seperti diameter pipa atau cerobong aliran. Lubang tekanan
awal ditempatkan pada bagian ini.
b. Inlet Cone : Bagian yang berbentuk seperti kerucut, yang berfungsi untuk
menaikkan tekanan fluida.
c. Throat (leher) : Bagian tempat pengambilan beda tekanan akhir bagian ini
berbentuk bulat datar. Hal ini dimaksudkan agar tidak
mengurangi atau menambah kecepatan dari aliran yang
keluar dari inlet cone.
Pada venturimeter, fluida masuk melalui bagian inlet dan diteruskan ke bagian
outlet cone. Pada bagian inlet ini ditempatkan titik pengambilan tekanan awal. Pada
bagian inlet cone fluida akan mengalami penurunan tekanan yang disebabkan oleh
bagian inlet cone yang berbentuk kerucut atau semakin mengecil kebagian throat.
Kemudian fluida masuk kebagian throat inilah tempat-tempat pengambilan tekanan
akhir dimana throat ini berbentuk bulat datar. Lalu fluida akan melewati bagian akhir
dari venturi meter yaitu outlet cone. Outlet cone ini berbentuk kerucut dimana bagian
kecil berada pada throat, dan pada Outlet cone ini tekanan kembali normal.
Jika aliran melalui venturi meter itu benar-benar tanpa gesekan, maka tekanan
fluida yang meninggalkan meter tentulah sama persis dengan fluida yang memasuki
meteran dan keberadaan meteran dalam jalur tersebut tidak akan menyebabkan
kehilangan tekanan yang bersifat permanen dalam tekanan.
9`
Penurunan tekanan pada inlet cone akan dipulihkan dengan sempurna pada
outlet cone. Gesekan tidak dapat ditiadakan dan juga kehilangan tekanan yang
permanen dalam sebuah meteran yang dirancangan dengan tepat
Ada dua jenis venturimeter yaitu venturimeter tanpa manometer dan
venturimeter menggunakan manometer yang berisi zat cair lain. Yang akan digunakan
disini adalah venturimeter menggunakan manometer yang berisi zat cair lain.
Untuk menentukan kelajuan aliran v1 dinyatakan dalam besaran-besaran luas
penampang A1 dan A2 serta perbedaan ketinggian zat cair pada tabung U yang berisi
raksa (h).
TABUNG PITOT
Alat ukur yang dapat Anda gunakan untuk mengukur kelajuan gas adalah tabung
pitot. Gas (misalnya udara) mengalir melalui lubanglubang di titik a. Lubang-lubang
ini sejajar dengan arah aliran dan dibuat cukup jauh di belakang sehingga kelajuan dan
tekanan gas di luar lubang-lubang tersebut mempunyai nilai seperti halnya dengan
aliran bebas. Jadi, va = v (kelajuan gas) dan tekanan pada kaki kiri manometer tabung
pilot sama dengan tekanan aliran gas (Pa).
Prinsip dari pitot tube : Energi kinetik dikonversikan menjadi static pressure
head.
9
Cara kerja pitot tube :
Pipa yang mengukur tekanan statis terletak secara radial pada batang yang
dihubungkan ke manometer (pstat)
Tekanan pada ujung pipa di mana fluida masuk merupakan tekanan stagnasi(p0)
Kedua pengukuran tekanan tersebut dimasukkan dalam persamaan Bernoulli untuk
mengetahui kecepatan alirannya
Sulit untuk mendapat hasil pengukuran tekanan stagnasi secara nyata karena adanya
friksi pada pipa. Hasil pengukuran selalu lebih kecil dari kenyataan akibat faktor C
(friksi empirik)
( )
√ ( )
√ ( )
P0 = stagnation pressure
Pstat = static pressure
ORIFICEMETER
Orifice adalah plat berlubang yang disisipkan pada laluan aliran fluida yang
diukur, juga merupakan alat primer yang berfungsi untuk mendapatkan beda tekanan
antara aliran pada up stream dan down stream dari orifice itu sendiri. Orifice
merupakan salah satu alat ukur yang digunakan di lapangan geothermal dan umumnya
orifice diletakkan sebelum separator. Prinsip kerja dari orifice meter adalah:
Fluida yang diukur alirannya dialirkan melalui plat orifice. Perbedaan atau
selisih tekanan fluida yang melalui orifice antara up stream dan down stream dicatat.
Suhu dan tekanan fluida pada up stream dicatat untuk mengetahui densitasnya.
Adapun perangkat alat ukur orifice flow meter terdiri dari:
- Plat Orifice
Plat orifice merupakan bagian dari alat orifice meter yang berfungsi
mengalirkan fluida yang aan diukur harga mass flownya. Plat orifice hanya dapat
dipakai untuk menentukan aliran fluida dalam pipa berdiameter tidak kurang dari
satu inchi. Plat orifice ada 3 jenis sesuai dengan fungsinya, yaitu:
Square edge: untuk menakar aliran uap atau air.
Conical Entrance: untuk mengukur fluida kental (minyak).
Quarter Circle: untuk mengukur fluida kental.
9`
ALIRAN FLUIDA
Aliran fluida dapat diaktegorikan:
1. Aliran laminar
Aliran dengan fluida yang bergerak dalam lapisan – lapisan, atau lamina –
lamina dengan satu lapisan meluncur secara lancar . Dalam aliran laminar ini,
viskositas berfungsi untuk meredam kecendrungan terjadinya gerakan relative
antara lapisan.
2. Aliran turbulen
Aliran dimana pergerakan dari partikel – partikel fluida sangat tidak menentu
karena mengalami percampuran serta putaran partikel antar lapisan, yang
mengakibatkan saling tukar momentum dari satu bagian fluida kebagian fluida
yang lain dalam skala yang besar. Dalam keadaan aliran turbulen maka turbulensi
yang terjadi membangkitkan tegangan geser yang merata diseluruh fluida sehingga
menghasilkan kerugian – kerugian aliran.
3. Aliran transisi
Aliran transisi merupakan aliran peralihan dari aliran laminar ke aliran
turbulen.
BILANGAN REYNOLDS
Bilangan Reynolds merupakan bilangan tak berdimensi yang dapat
membedakan suatu aliran itu dinamakan laminar, transisi atau turbulen.
Dimana : V adalah kecepatan (rata-rata) fluida yang mengalir (m/s)
D adalah diameter dalam pipa (m)
ρ adalah masa jenis fluida (kg/m3)
μ adalah viskositas dinamik fluida (kg/m.s) atau (N. det/ m2)
Dilihat dari kecepatan aliran, menurut (Mr. Reynolds)
diasumsikan/dikategorikan laminar bila aliran tersebut mempunyai bilangan Re
kurang dari 2300, Untuk aliran transisi berada pada pada bilangan Re 2300 dan 4000
biasa juga disebut sebagai bilangan Reynolds kritis, sedangkan aliran turbulen
mempunyai bilangan Re lebih dari 4000.
9
KOEFISIEN GESEK
Koefisien gesek dipengaruhi oleh kecepatan, karena distribusi kecepatan pada
aliran laminar dan aliran turbulen berbeda, maka koefisien gesek erbeda pula untuk
masing –masing jenis aliran .
9`
III. KALKULASI DATA
A. Kalkulasi Data Venturimeter dan Pitot Tube
Pitot tube
Pada 700 rpm
Diketahui : H = 7,5 - 7
= 0,5 mm
= 0,0005 m
ρfluida = 0,8 Kg/m3
ρair = 1 Kg/m3
Dpipa kecil = 12,5 cm
= 0,125 m
Apipa kecil =
( )
=
= 0,0123 m2
Dpipa besar = 52,5 cm
= 0,52m
Apipa besar =
( )
( )
= 0,21
maka, √
√
0,0886 m/s
Jadi,
( )
= 0.21
= 0,0186
Q(2) 700 rpm = A x V
= 0,0123 x 0,0886
= 1,0898 x 10-3
m3
9
Pada 800 rpm
Diketahui : H = 7,4 - 7
= 0,4 mm
= 0,0004 m
ρfluida = 0,8 Kg/m3
ρair = 1 Kg/m3
Dpipa kecil = 12,5 cm
= 0,125 m
Apipa kecil =
( )
=
= 0,0123 m2
Dpipa besar = 52,52 cm
= 0,52m
Apipa besar =
( )
=
( )
= 0,21
maka, √
√
0,0792 m/s
Jadi,
( )
= 0.21
= 0,0166
Q(2) 800 rpm = A x V
= 0,0123 x 0,0792
= 9,742 x 10-4
m3/s
Venturimeter
Pada 700 rpm
Diketahui : H = 36 – 16
= 20 mm
= 0,002 m
9`
ρfluida = 0,8 Kg/m3
ρair = 1 Kg/m3
Dpipa kecil = 12,5 cm
= 0,125 m
Apipa kecil =
( )
=
= 0,0123 m2
Dpipa besar = 52,52 cm
= 0,52m
Apipa besar =
( )
=
( )
= 0,21
maka, √
√
0,177 m/s
Jadi, Q(3) 700 rpm = A x V
= 0,0123 x 0,177
= 2,177 x 10-3
( ) A
=
= 0,037
Pada 800 rpm
Diketahui : H = 35,5 – 16
= 19,5 mm
= 0,00195 m
ρfluida = 0,8 Kg/m3
ρair = 1 Kg/m3
Dpipa kecil = 12,5 cm
= 0,125 m
9
Apipa kecil =
( )
=
= 0,0123 m2
Dpipa besar = 52,52cm
= 0,52m
Apipa besar =
( )
=
( )
= 0,21
maka, √
√
0,175 m/s
Jadi, Q(3) 800 rpm = A x V
= 0,0123 x 0,175
= 2,153 x 10-3
m3/s
( ) = A x V
B. Kalkulasi Data Orifice dan Pitot tube.
1. Orifice
Pada 700 rpm
Diketahui : H = 35 - 16
= 17 mm
= 0,017 m
ρfluida = 0,8 Kg/m3
ρair = 1 Kg/m3
Dpipa kecil = 12,5 cm
= 0,125 m
Apipa kecil =
( )
=
9`
= 0,0123 m2
Dpipa besar = 52,52 cm
= 0.52 m
Apipa besar =
( )
maka, √
√
0,51 m/s
Jadi, Q(2) 700 rpm = A x V
= 0,51 x 0,0886
= 0.045 m3/s
( ) = A
= 0,21 x 0,00886
= 0,0186 s
Pada 800 rpm
Diketahui : H = 34,5 - 16
= 18,5 mm
= 0,0185 m
ρfluida = 0,8 Kg/m3
ρair = 1 Kg/m3
Dpipa kecil = 12,5 cm
= 0,125 m
Apipa kecil =
( )
=
= 0,0123 m2
Dpipa besar = cm
= m
Apipa besar =
( )
=
( )
maka, √
9
√
0,602 m/s
Jadi, Q(2) 800 rpm = A x V
= 0,0123 x 0,602
=7,4 x m3/s
( ) = A
= 0,21 x 0,62
= 0,126 s
2. Pitot tube
Pada 700 rpm
Diketahui : H = 22,5 – 16,5
= 6 mm
= 0,006 m
ρfluida = 0,8 Kg/m3
ρair = 1 Kg/m3
Dpipa kecil = 12,5 cm
= 0,125 m
Apipa kecil =
( )
=
= 0,0123 m2
Dpipa besar = 52,52 cm
= 0.52 m
Apipa besar =
( )
maka, √
√
0,306 m/s
Jadi, Q(2) 700 rpm = A x V
= 0,52 x 0,306
= 0.159 m3/s
9`
( ) = A
= 0,21 x 0,306
= 0,06426 s
Pada 800 rpm
Diketahui : H = 22,7 – 16,5
= 6,2 mm
= 0,0062 m
ρfluida = 0,8 Kg/m3
ρair = 1 Kg/m3
Dpipa kecil = 12,5 cm
= 0,125 m
Apipa kecil =
( )
=
= 0,0123 m2
Dpipa besar = 52,52 cm
= 0.52 m
Apipa besar =
( )
maka, √
√
0,312 m/s
Jadi, Q(2) 800 rpm = A x V
= 0,52 x 0,312
= 0.16 m3/s
( ) = A
= 0,21 x 0,312
= 0,065 s
C. Kalkulasi Data Percobaan Distribusi Kecepatan
1. Pada : L = 0 cm
9
700 rpm
Diketahui : H = 14,25 – 14,2
= 0,05 mm
=
ρfluida = 0,8 Kg/m3
ρair = 1 Kg/m3
Dpipa besar = 30 cm
= 0,3 m
maka, √
√
0,028 m/s
Pada : L = 0 cm
800 rpm
Diketahui : H = 14,5 – 14,2
= 0,3 mm
=
ρfluida = 0,8 Kg/m3
ρair = 1 Kg/m3
Dpipa besar = 30 cm
= 0,3 m
maka, √
√
0,069 m/s
2. Pada : L = 1 cm
700 rpm
Diketahui : H = 14,3 – 14,2
= 0,1 mm
=
9`
ρfluida = 0,8 Kg/m3
ρair = 1 Kg/m3
Dpipa besar = 30 cm
= 0,3 m
maka, √
√
0,04 m/s
Pada : L = 1 cm
800 rpm
Diketahui : H = 14,5 – 14,2
= 0,3 mm
=
ρfluida = 0,8 Kg/m3
ρair = 1 Kg/m3
Dpipa besar = 30 cm
= 0,3 m
maka, √
√
0,069 m/s
3. Pada : L = 2 cm
700 rpm
Diketahui : H = 14,5 – 14,2
= 0,1 mm
=
ρfluida = 0,8 Kg/m3
ρair = 1 Kg/m3
Dpipa besar = 30 cm
= 0,3 m
maka, √
9
√
0,069 m/s
Pada : L = 2 cm
800 rpm
Diketahui : H = 14,6 – 14,2
= 0,4 mm
=
ρfluida = 0,8 Kg/m3
ρair = 1 Kg/m3
Dpipa besar = 30 cm
= 0,3 m
maka, √
√
0,079 m/s
4. Pada : L = 3 cm
700 rpm
Diketahui : H = 14,5 – 14,2
= 0,1 mm
=
ρfluida = 0,8 Kg/m3
ρair = 1 Kg/m3
Dpipa besar = 30 cm
= 0,3 m
maka, √
√
0,069 m/s
Pada : L = 3 cm
800 rpm
Diketahui : H = 14,6 – 14,2
= 0,4 mm
=
9`
ρfluida = 0,8 Kg/m3
ρair = 1 Kg/m3
Dpipa besar = 30 cm
= 0,3 m
maka, √
√
0,079 m/s
5. Pada : L = 4 cm
700 rpm
Diketahui : H = 14,5 – 14,2
= 0,1 mm
=
ρfluida = 0,8 Kg/m3
ρair = 1 Kg/m3
Dpipa besar = 30 cm
= 0,3 m
maka, √
√
0,069 m/s
Pada : L = 4 cm
800 rpm
Diketahui : H = 14,7 – 14,2
= 0,5 mm
=
ρfluida = 0,8 Kg/m3
ρair = 1 Kg/m3
Dpipa besar = 30 cm
= 0,3 m
maka, √
9
√
0,088 m/s
6. Pada : L = 5 cm
700 rpm
Diketahui : H = 14,6 – 14,2
= 0,4 mm
=
ρfluida = 0,8 Kg/m3
ρair = 1 Kg/m3
Dpipa besar = 30 cm
= 0,3 m
maka, √
√
0,079 m/s
Pada : L = 5 cm
800 rpm
Diketahui : H = 14,7 – 14,2
= 0,5 mm
=
ρfluida = 0,8 Kg/m3
ρair = 1 Kg/m3
Dpipa besar = 30 cm
= 0,3 m
maka, √
√
0,088 m/s
7. Pada : L = 6 cm
700 rpm
Diketahui : H = 14,6 – 14,2
= 0,4 mm
9`
=
ρfluida = 0,8 Kg/m3
ρair = 1 Kg/m3
Dpipa besar = 30 cm
= 0,3 m
maka, √
√
0,079 m/s
Pada : L = 6 cm
800 rpm
Diketahui : H = 14,7 – 14,2
= 0,5 mm
=
ρfluida = 0,8 Kg/m3
ρair = 1 Kg/m3
Dpipa besar = 30 cm
= 0,3 m
maka, √
√
0,088 m/s
8. Pada : L = 7 cm
700 rpm
Diketahui : H = 14,6 – 14,2
= 0,4 mm
=
ρfluida = 0,8 Kg/m3
ρair = 1 Kg/m3
Dpipa besar = 30 cm
= 0,3 m
maka, √
9
√
0,079 m/s
Pada : L = 7 cm
800 rpm
Diketahui : H = 14,75 – 14,2
= 0,55 mm
=
ρfluida = 0,8 Kg/m3
ρair = 1 Kg/m3
Dpipa besar = 30 cm
= 0,3 m
maka, √
√
0,093 m/s
9. Pada : L = 8 cm
700 rpm
Diketahui : H = 14,7 – 14,2
= 0,5 mm
=
ρfluida = 0,8 Kg/m3
ρair = 1 Kg/m3
Dpipa besar = 30 cm
= 0,3 m
maka, √
√
0,088 m/s
Pada : L = 8 cm
800 rpm
Diketahui : H = 14,75 – 14,2
= 0,55 mm
9`
=
ρfluida = 0,8 Kg/m3
ρair = 1 Kg/m3
Dpipa besar = 30 cm
= 0,3 m
maka, √
√
0,093 m/s
10. Pada : L = 9 cm
700 rpm
Diketahui : H = 14,6 – 14,2
= 0,4 mm
=
ρfluida = 0,8 Kg/m3
ρair = 1 Kg/m3
Dpipa besar = 30 cm
= 0,3 m
maka, √
√
0,079 m/s
Pada : L = 9 cm
800 rpm
Diketahui : H = 14,8 – 14,2
= 0,6 mm
=
ρfluida = 0,8 Kg/m3
ρair = 1 Kg/m3
Dpipa besar = 30 cm
= 0,3 m
maka, √
9
√
0,097 m/s
11. Pada : L = 10 cm
700 rpm
Diketahui : H = 14,75 – 14,2
= 0,55 mm
=
ρfluida = 0,8 Kg/m3
ρair = 1 Kg/m3
Dpipa besar = 30 cm
= 0,3 m
maka, √
√
0,093 m/s
Pada : L = 10 cm
800 rpm
Diketahui : H = 14,8 – 14,2
= 0,6 mm
=
ρfluida = 0,8 Kg/m3
ρair = 1 Kg/m3
Dpipa besar = 30 cm
= 0,3 m
maka, √
√
0,097 m/s
12. Pada : L = 11 cm
700 rpm
Diketahui : H = 14,7 – 14,2
= 0,5 mm
9`
=
ρfluida = 0,8 Kg/m3
ρair = 1 Kg/m3
Dpipa besar = 30 cm
= 0,3 m
maka, √
√
0,088 m/s
Pada : L = 11 cm
800 rpm
Diketahui : H = 14,8 – 14,2
= 0,6 mm
=
ρfluida = 0,8 Kg/m3
ρair = 1 Kg/m3
Dpipa besar = 30 cm
= 0,3 m
maka, √
√
0,097 m/s
13. Pada : L = 12 cm
700 rpm
Diketahui : H = 14,7 – 14,2
= 0,5 mm
=
ρfluida = 0,8 Kg/m3
ρair = 1 Kg/m3
Dpipa besar = 30 cm
= 0,3 m
maka, √
9
√
0,088 m/s
Pada : L = 12 cm
800 rpm
Diketahui : H = 14,8 – 14,2
= 0,6 mm
=
ρfluida = 0,8 Kg/m3
ρair = 1 Kg/m3
Dpipa besar = 30 cm
= 0,3 m
maka, √
√
0,097 m/s
14. Pada : L = 13 cm
700 rpm
Diketahui : H = 14,6 – 14,1
= 0,5 mm
=
ρfluida = 0,8 Kg/m3
ρair = 1 Kg/m3
Dpipa besar = 30 cm
= 0,3 m
maka, √
√
0,088 m/s
Pada : L = 13 cm
800 rpm
Diketahui : H = 14,7 – 14,1
= 0,6 mm
9`
=
ρfluida = 0,8 Kg/m3
ρair = 1 Kg/m3
Dpipa besar = 30 cm
= 0,3 m
maka, √
√
0,097 m/s
15. Pada : L = 14 cm
700 rpm
Diketahui : H = 14,3 – 14,2
= 0,1 mm
=
ρfluida = 0,8 Kg/m3
ρair = 1 Kg/m3
Dpipa besar = 30 cm
= 0,3 m
maka, √
√
0,04 m/s
Pada : L = 14 cm
800 rpm
Diketahui : H = 14,25 – 14,2
= 0,05 mm
=
ρfluida = 0,8 Kg/m3
ρair = 1 Kg/m3
Dpipa besar = 30 cm
= 0,3 m
9
maka, √
√
0,028 m/s
16. Pada : L = 15 cm
700 rpm
Diketahui : H = 14,15 – 14,1
= 0,05 mm
=
ρfluida = 0,8 Kg/m3
ρair = 1 Kg/m3
Dpipa besar = 30 cm
= 0,3 m
maka, √
√
0,028 m/s
Pada : L = 15 cm
800 rpm
Diketahui : H = 14,2 – 14,1
= 0,1 mm
=
ρfluida = 0,8 Kg/m3
ρair = 1 Kg/m3
Dpipa besar = 30 cm
= 0,3 m
maka, √
√
0,04 m/s
9`
IV. ANALISIS
Analisa Praktikum 1
Pada pitot tube, saat kecepatan putar ‘fan’ pada terowongan angin 700 rpm
kecepatan aliran udara 0,0886 m/s dan saat 800 rpm kecepatan aliran udaranya sebesar
0,0792 m/s. Pada venturimeter, saat kecepatan putar ‘fan’ pada terowongan angin 700
rpm kecepatan aliran udara 0,177 m/s dan saat 800 rpm kecepatan aliran udaranya
sebesar 0,175 m/s. Seharusnya semakin tinggi kecepatan putar ‘fan’ maka kecepatan
aliran udaranya semakin besar. Tetapi didapat sebaliknya. Semakin cepat aliran udara
maka tekanannya pun semakin kecil. Sesuai dengan asas Bernoulli bahwa tekanan
berbanding terbalik dengan kecepatan. Berdasarkan hasil percobaan nilai kecepatan
tidak sesuai dengan teori, hal itu disebabkan beberapa factor, baik factor manusia,
maupun kesalahan teknis.
Pada pitot tube, saat kecepatan putar ‘fan’ pada terowongan angin 700 rpm nilai
debit sebesar 1,0898 x 10-3
m3/s dan saat 800 rpm nilai debit fluida sebesar 0,974 x 10
-
3 m
3/s. Pada venturimeter, saat kecepatan putar ‘fan’ pada terowongan angin 700 rpm
nilai debit sebesar 2,177 x 10-3
m3/s dan saat 800 rpm nilai debit fluida sebesar 2,153 x
10-3
m3/s. Seharusnya semakin besar nilai rpm maka nilai debit semakin besar. Tetapi
didapat sebaliknya. Telah diketahui bahwa debit adalah jumlah volume fluida yang
mengalir per satuan waktu. Sehingga, jika kecepatan aliran semakin rendah maka nilai
debitnya pun semakin kecil. Dikarenakan nilai kecepatannya tidak sesuai dengan teori,
maka nilai debit pun tidak sesuai dengan teori yang ada.
9
Analisa Praktikum 2
Pada pitot tube, saat kecepatan putar ‘fan’ pada terowongan angin 700 rpm
kecepatan aliran udara 0,306 m/s dan saat 800 rpm kecepatan aliran udaranya sebesar
0,0792 m/s. Pada orifice, saat kecepatan putar ‘fan’ pada terowongan angin 700 rpm
kecepatan aliran udara 0,51 m/s dan saat 800 rpm kecepatan aliran udaranya sebesar
0,602 m/s. Semakin tinggi kecepatan putar ‘fan’ maka kecepatan aliran udaranya
semakin besar. Semakin cepat aliran udara maka tekanannya pun semakin kecil.
Sesuai dengan asas Bernoulli bahwa tekanan berbanding terbalik dengan kecepatan.
Pada pitot tube, saat kecepatan putar ‘fan’ pada terowongan angin 700 rpm nilai
debit sebesar 1,0898 x 10-3
m3/s dan saat 800 rpm nilai debit fluida sebesar 0,974 x 10
-
3 m
3/s. Pada venturimeter, saat kecepatan putar ‘fan’ pada terowongan angin 700 rpm
nilai debit sebesar 2,177 x 10-3
m3/s dan saat 800 rpm nilai debit fluida sebesar 2,153 x
10-3
m3/s. Semakin besar nilai rpm maka nilai debit semakin besar. Telah diketahui
bahwa debit adalah jumlah volume fluida yang mengalir per satuan waktu. Sehingga,
jika kecepatan aliran semakin rendah maka nilai debitnya pun semakin kecil.
9`
Analisa Praktikum 3
Berdasarkan hasil percobaan dan perhitungan dapart diketahui nilai distribusi
kecepatan pada pipa. Yang kami lakukan pada setengah pipa, karena dengan
menghitung distribusi kecepatan aliran angina pada setengah pipa pun dapat
mengetahui distribusi kecepatan keseluruhan.Berdasarkan teori didapat gambar seperti
gambar dibawah :
Namun pada hasil percobaan kami distribusi kecepatan tidak seteratur gambar
diatas. Dikarenakan ada human error dan pengaruh lingkungan.
0
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
0.06
0.07
0.08
0.09
0.1
0.11
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
V (
m/s
)
L (cm)
Grafik Distribusi Kecepatan Pada 800 rpm
V (800 rpm)
0
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
0.06
0.07
0.08
0.09
0.1
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
V (
m/s
)
L (m)
Grafik Distribusi Kecepatan Pada 700 rpm
V (700 rpm)
9
V. DAFTAR PUSTAKA
http://www.edukasi.net
http://baimrieski.blogspot.com
http://masteropik.blogspot.com
http://genius.smpn1.mgl.sch.idl
http://budisma.web.id
9`
top related