laporan praktikum mekanika fluida
DESCRIPTION
Laporan Praktikum Mekanika FluidaTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
(Hydraulic Gradient)
Oleh :
Nama : Muhammad Rizky Ramanda
NPM : 240110130064
Hari, Tanggal Praktikum : Senin, 25 Mei 2014
Asisten Dosen : 1. Dhanti Hanifa M.
2. Billy Hagantha S.
LABORATORIUM SUMBER DAYA AIR
JURUSAN TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2014
DAFTAR ISI
I Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Tujuan Praktikum................................................................................1
II Tinjauan Pustaka 2
2.1 Hukum Bernoulli.............................................................................. 2
2.1.1 Aliran Tak Termampatkan.................................................................2
2.1.2 Aliran Termampatkan........................................................................3
2.2 Prinsip Bernoulli................................................................................3
2.3 Debit Air............................................................................................3
2.4 Aliran Fluida......................................................................................4
2.5 Tekanan Fluida..................................................................................5
2.6 Kecepatan Fluida...............................................................................6
2.7 Hydraulic Head.................................................................................6
III Metode Praktikum .................................................................................7
3.1 Alat.....................................................................................................7
3.2 Bahan................................................................................................. 7
3.3 Prosedur Pelaksanaan.........................................................................7
IV Hasil dan Pembahasan 9
4.1 Hasil.....................................................................................................9
4.2 Pembahasan......................................................................................... 15
V Kesimpulan 16
DAFTAR PUSTAKA 17
LAMPIRAN 18
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Zat yang terus menerus mengalir dan mengikuti bentuk medium atau wadah
yang ditempatinya karena memiliki sifat tidak menolak terhadap perubahan
bentuk atau ketidakmampuan mengadakan tegangan geser dan kemampuan untuk
mengalir disebut dengan fluida. Fluida sendiri bentuknya dapat berupa cairan
ataupun gas. Perbedaan antara cairan dan gas adalah cairan membentuk
permukaan bebas (yaitu, permukaan yang tidak diciptakan oleh bentuk
wadahnya), sedangkan gas tidak.
Diperlukan sebuah cara agar fluida mengalir, yaitu menggunakan pipa atau
selang yang merupakan media untuk mengalirkan fluida hingga tempat yang
dituju. Setiap pipa atau selang tersebut pasti memiliki debit. Debit tersebut
dipengaruhi oleh panjang dan diameter pipa, sehingga berpengaruh pada volume,
waktu alir dan tekanan fluida dalam pipa tersebut.
Pada praktikum kali ini membahas tentang hubungan sistem jaringan aliran
fluida berupa air yang dapat diketahui melalui debit air yang mengalir melewati
sebuah pipa dari persamaan hukum Bernoulli. Disebutkan pula dalam prinsip
bernoulli yang menyatakan bahwa pada suatu aliran fluida, peningkatan pada
kecepatan fluida akan menimbulkan penurunan tekanan pada aliran tersebut.
Mempelajari karakterisitik fluida akan sangat membantu dalam pemecahan
masalah yang berhubungan dengan aliran fluida melalui pipa atau selang.
1.2 Tujuan
Tujuan praktikum hydraulic gradient kali ini adalah :
1. Mampu memahami konsep aliran fluida dalam pipa.
2. Mampu mengukur debit, tekanan dan kecepatan suatu aliran fluida dalam pipa,
serta mampu mengukur ketinggian elevasi pipa.
3. Mampu memahami aspek tekanan dan kecepatan suatu fluida dalam suatu
sistem sirkulasi aliran dalam pipa.
4. Mampu mengetahui dan memahami prinsip dan hukum Bernoulli II.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hukum Bernoulli
Asas Bernoulliberbunyi pada pipa mendatar (horizontal), tekanan fluida
paling besar adalah pada bagian yang kelajuan alirnya paling kecil, dan tekanan
paling kecil adalah pada bagian yang kelajuannya paling besar.
Dalam bentuknya yang sudah disederhanakan, secara umum terdapat dua
bentuk persamaan Bernoulli; yang pertama berlaku untuk aliran tak termampatkan
(incompressible flow), dan yang lain adalah untuk fluida termampatkan
(compressible flow). (Anonim, 2014)
2.1.1 Aliran Tak Termampatkan
Aliran tak-termampatkan adalah aliran fluida yang dicirikan dengan tidak
berubahnya besaran kerapatan massa (densitas) dari fluida di sepanjang aliran
tersebut. Contoh fluida tak-termampatkan adalah: air, berbagai jenis minyak,
emulsi, dll. Bentuk Persamaan Bernoulli untuk aliran tak-termampatkan adalah
sebagai berikut:
P + ρgh + 12
𝜌v2 = konstan
Dimana:
P : Tekanan fluida (kPa)𝜌 : densitas fluida (kg/m3)g : percepatan gravitasi (9,81 m/s2)
h : ketinggian relatif terhadap suatu referensi (m)
v : kecepatan fluida (m/s)
Persamaan di atas berlaku untuk aliran tak termampatkan dengan asumsi asumsi
sebagai berikut :
- Aliran bersifat tunak (steady state)
- Tidak terdapat gesekan (inviscid)
-
Dalam bentuk lain, persamaan Bernoulli dapat ditulisakan sebagai berikut :
P + ρgh + 12
𝜌v12 = P + ρgh +
12
𝜌v22
2.1.2 Aliran TermampatkanAliran termampatkan adalah aliran fluida yang dicirikan dengan
berubahnya besaran kerapatan massa (densitas) dari fluida di sepanjang aliran
tersebut. Contoh fluida termampatkan adalah: udara, gas alam, dll. Persamaan
Bernoulli untuk aliran termampatkan adalah sebagai berikut:
v2
2 + ∅ + w = konstan
Dimana:
∅ : energi potensial gravitasi per satuan massa; jika gravitasi konstan,
maka ∅ = gh.
w : entalpi fluida per satuan massa.
Catatan : w = ϵ + Pρ
;
Dimana ϵ adalah energi termodinamika per satuan massa, juga disebut sebagai
energi internal spesifik.
2.2 Prinsip Bernoulli
Prinsip Bernoulli adalah sebuah istilah yang menyatakan bahwa pada
suatu aliran fluida, peningkatan pada kecepatan fluida akan menyebabkan
penurunan tekanan pada aliran tersebut. Prinsip ini ssbenarnya merupakan
penyederhanaan dari persamaan Bernoulli yang menyatakan bahwa jumlah energi
pada suatu aliran tertutup sama besarnya dengan jumlah energi di tiitk lain pada
jalur aliran yang sama. (Anonim, 2014)
2.3. Debit Air
Debit aliran adalah jumlah volume fluida yang mengalir per satuan waktu
pada suatu penampang, debit aliran kemudian dinyatakan dengan Q dalam [L3/T].
(Bambang Aris Sistanto, 2003)
Debit air merupakan ukuran banyaknya volume air yang dapat mengalir
atau dapat ditampung dalam suatu tempat tiap satuan waktu. Satuan debit
dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik (m3/s). Debit air dapat dirumuskan
menjadi,
Q = v
∆ t atau Q = A × v
Dimana :
Q = debit air (m3/s atau l/s)
V = volume air (m3 atau liter)
∆t = waktu (s)
A = luas penampang (m2)
v = kecepatan fluida (m/s)
Aliran air dikatakan memiliki sifat ideal apabila air tersebut tidak dapat
dimanfaatkan dan berpindah tanpa mengalami gesekan, hal ini berarti pada
gerakan air tersebut memiliki kecepatan yang tetap pada masing-masing titik
dalam pipa dan gerakannya beraturan akibat pengaruh gravitasi.
2.4 Aliran Fluida
Aliran fluida adalah pergerakkan massa atau partikel-partikel fluida.
Persoalan aliran fluida sesungguhnya sangat kompleks, sehingga tidak selalu
dapat diselesaikan dengan persamaan yang eksak, maka dari itu perlu dilakukan
percobaan untuk mendapatkan rumus empirik.
Cairan yang mengalir dalam pipa umumnya tidak mempunyai permukaan
bebas (aliran penuh) dan cairan tersebut berada di bawah tekanan. Bila aliran tidak
penuh, misalnya gorong-gorong, persoalan semacam ini dapat diselesaikan
dengan prinsip-prinsip saluran terbuka. (Bambang Aris Sistanto, 2003)
Tipe aliran :
Aliran Tetap (steady)
Aliran dimana pada suatu titik tertentu besarnya tekanan dan kecepatan tidak
berubah dengan waktu.
dPdt
=0dvdt
=0
Aliran Tidak Tetap (unsteady)
Aliran dimana pada suatu titik tertentu dan kecepatan tertentu berubah setiap
saat.
dPdt
≠ 0dvdt
≠ 0
Aliran Seragam (uniform)
Aliran dimana kecepatan pada arah tertentu dari titik adalah konstan.
Aliran Tidak Seragam (non uniform)
Aliran dimana sifat aliran berubah dari titik ke titik sepanjang lintasan.
Aliran Laminer (laminar)
Aliran dimana setiap partikel menempuh jalan tertentu yang tidak berpotongan
satu sama lain.
Aliran Turbulen (turbulen)
Aliran dimana lintasan partikel tidak mempunyai lintasan tertentu tau dengan
lintasan yang saling berpotongan.
Aliran Mampu Mampat (compressible flow)
Aliran yang kerapatannya berubah-ubah sepanjang aliran.
Aliran Tak Mampu Mampat (incompressible flow)
Aliran yang kerapatannya tetap sepanjang aliran.
2.5 Tekanan Fluida
Tekanan didefinisikan sebagai gaya normal (tegak lurus) yang bekerja
pada suatu bidang dibagi dengan luas bidang tersebut. Tekanan dalam fluida juga
dinyatakan demikian dengan satuan (kN/m2) atau Pascal (Pa). Bila suatu
permukaan fluida seluas A ditekan dengan gaya F, maka tekanan dan gaya dapat
dirumuskan sebagai berikut
P = FA
dan F = h.A. γ
Tekanan juga dipengaruhi tinggi. Tinggi tekanan (h) pada suatu titik dalam
cairan adalah tinggi cairan di atas titik tersebut. Jadi tekanan pada suatu bidang
adalah
P = FA
P = h A γ
A P = h . γ
Tekanan juga biasanya dipengaruhi oleh tekanan atmosfer pada suatu
tempat dan tekanan absolut. Tekanan atmosfer (Pa) pada suatu bidang adalah
berat kolom udara yang berada di atas per satuan luas. Sedangkan tekanan absolut
adalah tekanan yang bekerja pada suatu titik ditambah tekanan udara, disebut juga
tekanan total. (http://atophysics.wordpress.com)
2.6 Kecepatan Fluida
Kecepatan merupakan suatu besaran yang memiliki arah yang menunjukan
seberapa cepat benda berpindah. Besar dari kecepatan yang memiliki arah ini
dinyatakan dalam satuan meter per detik (m/s) dan dirumuskan menjadi,
v = st
Kecepatan suatu fluida dalam pipa dapat ditentukan dan dicari dengan
prinsip Hukum Bernoulli. Untuk kecepatan suatu fluida dalam pipa dapat
dirumuskan sebagai berikut
v2
2 g=h v2=2 g h v=√2g h
(Siti Nurma Nugraha, 2007)
2.7 Hydraulic Head
Hydraulic head biasanya diukur sebagai elevasi permukaan cairan,
dinyatakan dalam satuan panjang, di pintu masuk (atau bawah) dari piezometer.
Hydraulic head dapat diukur dalam kolom air menggunakan piezometer pipa
tegak dengan mengukur ketinggian permukaan air dalam tabung relatif terhadap
datum umum. Hydraulic head dapat digunakan untuk menentukan hydraulic
gradient antara dua atau lebih poin. (Anonim, 2014)
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
1. Jaringan pipa yang dihubungkan dengan manometer air.
2. Bak : Sebagai constant head (berwarna biru).
3. Bak limpasan : sebagai tempat pembuangan air.
4. Bak Sirkulasi : sebagai penghubung anatar bak limpasan dan pompa.
5. Pompa air 200 watt : sebagai pengalir air.
6. Instrumen : Sebagai alat ukur.
7. Kalkulator : Sebagai alat bantu hitung.
8. Mistar 60 cm : sebagai alat bantu ukur tekanan dan kecepatan.
9. Gelas ukur 1000 ml : sebagai alat bantu mengukur debit.
10. Stopwatch : sebagai alat bantu menghitung waktu.
11. Meteran panjang 3 meter : untuk mengukur panjang dan tinggi elevasi.
12. Alat tulis dan mistar : untuk menulis.
13. Bak sirkulasi air : untuk menampung air.
3.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut.
1. Air : fluida yang digunakan dalam sistem sirkulasi.
3.3 Prosedur Pelaksanaan
Hal-hal yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut.
1. Memeriksa Tangki Thorn dalam kondisi penuh dengan cara menyalakan
pompa, secara otomatis akan berhenti bila tangki thorn sudah penuh, karena
inlet ke Thorn menggunakan pelampung.
2. Memeriksa Bak Constant Head lalu menyiapkan gelas ukur 1000ml,
stopwatch, meteran 3 meter, alat tulis, dan mistar. Kemudian membuka kran
bak konstan, kemudian menghitung debit dengan banyaknya jumlah air yang
keluar dibagi waktu dalam tiga posisi bukaan yang berbeda.
3. Mencatat setiap debit dari tiga posisi bukaan yang berbeda tersebut.
4. Dalam keadaan awal, mengukur ketinggian awal pipa (h1 dan h2), lalu mencatat
ketinggiannya.
5. Memasang kembali selang pada keran lalu memperhatikan adanya pergerakan
air pada setiap masing-masing manometer tekanan (P1 dan P2) dan kecepatan
(v1 dan v2).
6. Mengubah elevasi pada pipa dan mengukur ketinggian kedua (h’1 dan h’2),
mencatat ketinggiannya lalu melakukan prosedur 5.
7. Mengubah elevasi pada pipa dan mengukur ketinggian kedua (h’’1 dan h’’2),
mencatat ketinggiannya lalu melakukan prosedur 5.
8. Memasukkan semua hasil pengukuran ke dalam tabel, lalu menghitung untuk
memperoleh setiap data yang diperlukan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1. Hasil Pengukuran
Tabel 1. Data Hasil Pengukuran
Q Posisi ke
Data Pengukuran (cm) Sudut (°)P₁ V₁ P₂ V₂ Alas Tinggi
Q₁h₁-h₂ 15 15,5 18 35 150 0 0h'₁-h'₂ 14,5 15 17,3 34 150 8 3,052882515
h''₁-h''₂ 13,5 14,5 16 34,5 150 18 6,842773413
Q₂h₁-h₂ 24,8 24,9 25 25 152 0 0
h'₁-h'₂ 23,5 23,4 23,7 23,8 152 10 3,76403486h''₁-h''₂ 22,5 22,5 23 23 152 16 6,009005957
Q₃h₁-h₂ 99 98 103 102 156 0 0
h'₁-h'₂ 89 88 93 91 156 8 3,012787504h''₁-h''₂ 86 86 90 89 156 14 5,2623954
Sumber Data : Hasil Praktikum di Lab. SDA FTIP (26 Mei 2014)
g=9,81m/ sγ=9,81 KN /m3
Q1 = 0,096 𝓁/detik
Q2 = 0,022 𝓁/detik
Q3 = 0,084 𝓁/detik
4.1.2 Hasil Perhitungan
a.Sudut
1. Arc tan0
150=0 2. Arc tan
8150
=3,052882515
3. Arc tan18
150=6,842773413
4. Arc tan0
150=0
5. Arc tan10
150=3,76403486
6. Arc tan16
150=6,009005957
7. Arc tan0
150=0
8. Arc tan8
150=3,012787504
9. Arc tan14150
=5,2623954
b.Tekanan ¿ γ xh
P ₁ ,₁=γ x h = 9,81 x 0,87 = 8,5347 kPa
P ₁ ,₂=γ x h = 9,81 x 0,95 = 9,3195 kPa
P ₁ ,₃=γ x h = 9,81 x 1,05 = 10,3005 kPa
P ₁ ,₄=γ x h = 9,81 x 0,88= 8,632 kPa
P ₁ ,₅=γ x h = 9,81 x 0,98 = 9,613 kPa
P ₁ ,₆=γ x h = 9,81 x 1,04 = 10,202 kPa
P ₂ ,₁=γ x h = 9,81 x 0,915 = 8,976 kPa
P ₂ ,₂=γ x h = 9,81 x 0,995 = 9,76 kPa
P ₂ ,₃=γ x h = 9,81 x 1,055= 10,34 kPa
c.Kecepatan ¿√2x g x h
V ₁ ,₁=√2 x g x h = √2x 9,81 x0,87 = 4,13151304 m/s
V ₁ ,₂=√2 x g x h = √2x 9,81 x0,95 = 4,317290817 m/s
V ₁ ,₃=√2 x g x h = √2x 9,81 x1,05 = 4,5388324 m/s
V ₂ ,₁=√2 x g x h = √2x 9,81 x0,88 = 4,155189526 m/s
V ₂ ,₂=√2 x g x h = √2x 9,81 x0,98 = 4,384928734 m/s
V ₂ ,₃=√2 x g x h = √2x 9,81 x1,04 = 4,517167254 m/s
V ₃ ,₁=√2 x g x h = √2x 9,81 x0,915 = 4,237015459 m/s
V ₃ ,₂=√2 x g x h = √2x 9,81 x0,995 = 4,418359424 m/s
V ₃ ,₃=√2 x g x h = √2x 9,81 x1,055 = 4,549626358 m/s
4.1.3 Grafik
4.1 4.15 4.2 4.25 4.3 4.35 4.4 4.45 4.5 4.55 4.60
2
4
6
8
10
12
8.53479.3195
10.3005
f(x) = 4.33812304060499 x − 9.39575469649614R² = 0.999820112973157
Grafik 1. Perbandingan Tekanan (P₁) terhadap Kecepatan (V₁) debit pertama
V₁ (m/s)
P₁
(kP
a)
Sumber: Dok. Pribadi, 2014
4.1 4.15 4.2 4.25 4.3 4.35 4.4 4.45 4.5 4.557.5
8
8.5
9
9.5
10
10.5
8.632
9.613
10.202
f(x) = 4.32980283050852 x − 9.36282392575838R² = 0.999876589525874
Grafik 2. Perbandingan Tekanan (P₁) terhadap Kecepatan (V₁) debit kedua
V₁ (m/s)
P₁
(kP
a)
Sumber: Dok. Pribadi, 2014
4.2 4.25 4.3 4.35 4.4 4.45 4.5 4.55 4.68
8.5
9
9.5
10
10.5
8.976
9.76
10.34
f(x) = 4.36079609011867 x − 9.50277259392168R² = 0.999962933453245
Grafik 2. Perbandingan Tekanan (P₁) terhadap Kecepatan (V₁) debit ketiga
V₁ (m/s)
P₁
(kP
a)
Sumber: Dok. Pribadi, 2014
4.2 Pembahasan
Praktikum kali ini adalah memahami tentang hydraulic gradient. Fluida
yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah air yang dialirkan ke dalam
sistem sirkulasi dari bak thorn menuju bak konstan dan dialirkan lagi menuju
manometer air. Untuk mengetahui adanya tekanan dan kecepatan pada fluida
tersebut diawali dengan menggunakan pengukuran debit air.
Pada pengukuran praktikum ini, diperoleh pembuktian dari hukum Bernoulli
bahwa dari hasil perhitungan dapat terlihat kecepatan memiliki nilai lebih besar
jika tekanannya rendah. Dalam prinsip Bernoulli yang menyebutkan bahwa pada
suatu aliran fluida, peningkatan pada kecepatan fluida akan menyebabkan
penurunan tekanan pada aliran tersebut. Prinsip ini sebenarnya merupakan
penyederhanaan dari persamaan Bernoulli yang menyatakan bahwa jumlah energi
pada suatu titik di dalam suatu aliran tertutup sama besarnya dengan jumlah
energi di titik lain pada jalur aliran yang sama.
Hukum Bernoulli II masih sama dengan hukum Bernoulli yang pertama,
bedanya adalah untuk hukum Bernoulli II membandingkan dua nilai ketinggian,
yaitu tinggi nilai kecepatan dan tinggi nilai tekanan yang diperoleh dari hasil
pengukuran. Pembandingan ini dilakukan untuk membuktikan kekonstanan antara
P1 dan v1 dengan P2 dan v2.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hydraulic gradient line adalah tekanan
yang tersedia dalam sistem arah aliran. Kemiringan pipa yang berubah-ubah
hingga pada bagian tertentu dapat menjadikan tekanan negatif. Kecepatan dan
debit juga mempengaruhi, karena jika tidak ada maka tekanan pun juga tidak akan
ada. Selanjutnya adalah panjang dari pipa tersebut sebagaimana diketahui pipa
adalah medium fluida dan berpengaruh terhadap jalannya aliran kecepatan dan
debit fluida tersebut.
Hasilnya setelah melihat percobaan dan aplikasinya dalam penghitungan
tersebut, ternyata praktikum ini menghasilkan hal diinginkan walaupun kurang
0,001 untuk mencapai konstan.
Sedikit persamaan yang dapat terlihat pada regresi grafik, dipengaruhi
kerjasama yang bagi dalam melakukan praktikum, stabilnya debit air walaupun
ada sedikit udara yang masuk ditengah-tengah air tersebut.
BAB V
KESIMPULAN
Dalam praktikum tentang hubungan antara tekanan (P), kecepatan (v), dan
elevasi (z) diperoleh kesimpulan, yaitu :
- Debit air dapat ditentukan dengan mengukur volume air tiap satuan waktu.
- Jika kecepatan fluida besar, maka tekanan fluida tersebut akan lebih kecil.
Sebaliknya, jika tekanan besar, maka kecepatan fluida akan lebih besar.
- Hukum Bernoulli menyatakan bahwa, jumlah energi di titik di dalam suatu
aliran tertutup sama besarnya dengan jumlah energi di titik lain pada jalur
aliran yang sama.
- Hukum Bernoulli II dapat menentukan perbandingan kedua nilai tinggi pada
setiap aliran secara konstan.
- Hydraulic Gradient Line dipengaruhi oleh kemiringan pipa, tekanan,
kecepatan, tekanan, debit, dan panjang pipa.
- Prinsip Bernoulli menyatakan bahwa, pada suatu aliran fluida, peningkatan
pada kecepatan fluida akan menimbulkan penurunan tekanan pada aliran
tersebut.
- Sudut dan ketinggian pipa mempengaruhi debit, tekanan, dan kecepatan laju
aliran fluida.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Mengukur Aliran fluida Menggunakan Perbedaan Tekanan. Terdapat pada http://elektronika-dasar.web.id/teori-elektronika/mengukur-aliran-fluida-menggunakan-perbedaan-tekanan/ (diakses pada 27 Mei 2014, 19.15 WIB)
Anonim. 2013. Fluida. Terdapat pada http://id.wikipedia.org/wiki/Fluida (diakses pada 27 Mei 2014, 19.00 WIB)
Anonim. 2013. Prinsip Bernoulli. Terdapat pada http://id.wikipedia.org/wiki/Prinsip_Bernoulli (diakses pada 27 Mei 2014, 19.10 WIB)
Anonim. 2013. Hydraulic Head. Terdapat pada http://en.wikipedia.org/wiki/Hydraulic_head (diakses pada 27 Mei 2014, 20.00 WIB)
Anonim. Fluida. Terdapat pada http://atophysics.wordpress.com (diakses pada 27 Mei 2014, 20.10 WIB)
Nurma, Siti. 2008. Intisari Fisika SMA/MA. Bekasi: Laskar Aksara.
Sistanto, Bambang Aris, Ir.,Dipl.IE. 2003. Mekanika Fluida. Bandung.
Sistanto, Bambang Aris, dkk. 2011. Penuntun Praktikum Mekanika Fluida. Bandung.
LAMPIRAN
Gambar 1. Bak Konstan (constant head)
Gambar 2. Manometer Air
Gambar 3 Bak Limpasan