laporan kristalografi dan mineralogi
Post on 29-May-2017
666 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MNERALOGI
1.1 PENDAHULUAN1.1.1 Latar Belakang
Bumi tertutupi oleh daratan dan lautan dimana bagian dari lautan lebih
besar daripada bagian daratan.Tetapi karena daratan adalah bagian dari
kulit bumi yang dapat kita amati langsung dengan dekat maka banyak hal-
hal yang dapat pula kita ketahui dengan cepat dan jelas. Salah satu
diantaranya adalah kenyataan bahwa daratan tersusun oleh beberapa jenis
batuan yang berbeda satu sama lain. Dari jenisnya batuan-batuan tersebut
dapat digolongkan menjadi 3 jenis golongan. Mereka adalah : batuan beku
(igneous rocks), batuan sediment (sedimentary rocks), dan batuan
metamorfosa/malihan (metamorphic rocks). Batuan-batuan tersebut
berbeda-beda materi penyusunnya dan berbeda pula proses terbentuknya.
Kita tahu bahwa batuan adalah gabungan dari dua atau lebih mineral.
Mineral adalah senyawa alami yang terbentuk melalui proses geologis.
Istilah mineral dapat mempunyai bermacam-macam makna; sukar untuk
mendefinisikan mineral dan oleh karena itu kebanyakan orang
mengatakan, bahwa mineral ialah satu frase yang terdapat dalam alam.
Demikian pula suatu mineral memiliki bentuk kristalnya masing-masing
sesuai dengan proses terbentuknya dan komposisinya.
Pengetahuan tentang “mineral” merupakan syarat mutlak untuk dapat
mempelajari bagian yang padat dari Bumi ini, yang terdiri dari
batuan.Untuk mempelajari strukruktur batuan sebaiknya harus mengenal
lebih dahulu kristal dan mineral pembentuk batuan tersebut, oleh kerena
beberapa hal penting di atas maka praktikum kristalografi dan dilakukan
unutuk mengenal lebih jauh atau memperdalam ilmu pengetahuan
mengenai kristal, sistem kristal, penentuan kelas simetri, bidang simetri,
dan mengenal sistem kristal dan perawakan kristal pada mineral.
Praktikum kristalografi juga di lakukan sebagai salah satu prasarat dalam
mata kuliah kristalografi dan mineralogi. Semoga kita semua juga
memperoleh nilai tambah dari penulisan laporan ini.
1
1.1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud diadakannya prakikum kristalografi dan mineralogi
adalah:
a. Memahami kristalografi
b. Menentukan sistem kristal dari bermacam bentuk kristal atas dasar
panjang, posisi dan jumlah sumbu kristal yang ada pada setiap bentuk
kristal.
c. Menentukan klas simetri atas dasar jumlah unsur simetri setiap kristal.
d. Menggambarkan semua bentuk kristal atas dasar parameter dan
parameter rasio, jumlah dan posisi sumbu kristal dan bidang kristal
yang dimiliki semua bentuk kristal baik dalam bentuk proyeksi
orthogonal maupun proyeksi stereografis.
e. Menyelidiki secara fisik dari mineral.
f. Mengetahui sifat-sifat fisik dari mineral.
1.1.3 Manfaat
Adapun manfaat praktikum ini adalah untuk memahami bahwa
Kristalografi mendukung Mineralogi Deskriptif, Kimia Kristal, dan
Taksonomi Mineralogy,dimana ketiganya merupakan pendukung
Meneralogi.
Mineralogi selanjutnya menjadi pendukung utama Mata Kuliah
Petrologi. Mineralogi sendiri didukung oleh Kimia Anorganik,
Termokimia, dan Geokimia.
Laporan Kristalografi dan Mineralogi ini, sangat bermanfaat bagi kita
sebagai mahasiswa jurusan Teknik Pertambangan agar dapat mengetahui
lebih dalam mengenai Kristal dan Mineral sebagai dasar ilmu bagi
mahasiswa teknik pertambangan.
1.2 RUANG LINGKUP
Ruang lingkup dari kegiatan pelaksanaan praktikum kristalografi dan
mineralogi adalah :
1. Pembahasan tentang definisi.
2. Istilah terkait.
3. Metode analisis.
2
4. Mineralogi fisik dan kimia.
5. Kristalisasi.
6. Sifat bentuk dan klasifikasi kristal.
7. Genesa.
8. Determinasi.
9. Sistematika pengelompokan dan terapan mineral dalam batuan.
1.3 ALAT YANG DIGUNAKAN
a. Dalam praktikum kristalografi, peralatan yang digunakan adalah :
a. Alat tulis.
b. Busur derajat.
c. Penggaris 30 cm.
d. Penggaris segitiga (1 set).
e. Pensil warna.
f. Lembar sementara.
g. Drawing pen no. 0.2.
b. Dalam praktikum mineralogi, peralatan yang digunakan adalah :
a. Skala kekerasan Mohs.
b. Keping porselin.
c. Loupe.
d. Magnet.
3
BAB II
KRISTALOGRAFI
2.1. DASAR TEORI
Batuan adalah kumpulan satu atau lebih mineral, sedangkan
Mineral adalah bahan Anorganik, padat, terbentuk secara alamiah,
seragam dengan komposisi kimia yang tetappada batas volumenya dan
mempunyai kristal karakteristik yang tercermin dalam bentuk fisiknya.
Dalam Geologi Kristalografi adalah salah satu ilmu dasar yang harus
dikuasai untuk selanjutnya bisa menguasai Mineralogi. Jadi untuk
mengamati proses Geologi dan sebagai unit terkecil dalam Geologi adalah
dengan mempelajari KRISTAL.
2.1.1 Kristal
Suatu kristal dapat didefinisikan sebagai padatan yang secara
esensial mempunyai pola difraksi tertentu (Senechal, 1995 dalam Hibbard,
2002). Jadi, suatu kristal adalah suatu padatan dengan susunan atom
yang berulang secara tiga dimensional yang dapat mendifraksi sinar X.
Kristal secara sederhana dapat didefinisikan sebagai zat padat yang
mempunyai susunan atom atau molekul yang teratur. Keteraturannya
tercermin dalam permukaan kristal yang berupa bidang-bidang datar dan
rata yang mengikuti pola-pola tertentu. Bidang-bidang datar ini disebut
sebagai bidang muka kristal. Sudut antara bidang-bidang muka kristal
yang saling berpotongan besarnya selalutetap pada suatu kristal. Bidang
muka kristal itu baik letak maupun arahnya ditentukan oleh
perpotongannya dengan sumbu-sumbu kristal. Dalamsebuah kristal, sumbu
kristal berupa garis bayangan yang lurus yang menembus kristal melalui
pusat kristal. Sumbu kristal tersebut mempunyai satuan panjang yang
disebut sebagai parameter.
Kristal secara sederhana dapat didefinisikan sebagai bahan padat
homogen, biasanya anisotrop dan tembus air serta menuruti hukum-hukum
ilmu pasti, sehingga susunan bidang-bidangnya mengikuti hukum
geometri, jumlah dan kedudukan dari bidangnya tertentu dan teratur.
Keteraturannya tercermin dalam permukaan kristal yang berupa bidang-
bidang datar dan rata yang mengikuti pola-pola tertentu. Bidang-bidang 4
datar ini disebut sebagai bidang muka kristal. Sudut antara bidang-bidang
muka kristal yang saling berpotongan besarnya selalu tetap pada suatu
kristal. Bidang muka kristal itu baik letak maupun arahnya ditentukan oleh
perpotongannya dengan sumbu-sumbu kristal. Dalam sebuah kristal,
sumbu kristal berupa garis bayangan yang lurus yang menembus kristal
melalui pusat kristal. Sumbu kristal tersebut mempunyai satuan panjang
yang disebut sebagai parameter.
Bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan tembus air,
mengandung pengertian:
c. Tidak termasuk di dalam cair dan gas.
d. Tidak dapat diuraikan menjadi senyawa lain yang lebih sederhana
oleh proses-proses fisika.
Menuruti hukum-hukum pasti sehingga susunan bidangnya
mengikuti hukum geometri, mengandung pengertian:
a. Jumlah bidang dari suatu bentuk kristal tetap.
b. Macam bentuk dari bidang kristal tetap.
c. Sifat keteraturannya tercermin pada bentuk luar dari kristal yang
tetap.
Sifat fisis kristal sangat tergantung pada struktur (susunan atom-
atomnya). Besar kecilnya kristal tidak mempengaruhi, yang penting
bentuk yang dibatasi oleh bidang-bidang kristal, sehingga akan dikenal 2
zat yaitu kristalin dan non kristalin.
2.1.2 Sumbu Dan Sudut Kristalografi
Sumbu kristalografi adalah suatu garis lurus yang dibuat melalui
pusat kristal. Kristal mempunyai bentuk tiga dimensi yaitu panjang, lebar
dan tebal atau tinggi. Tetapi dalam penggambarannya dibuat dua dimensi
sehingga digunakan proyeksi orthogonal.
Sudut kristalografi adalah sudut yang dibentuk oleh perpotongan
sumbu-sumbu kristalografi pada pusat kristal.
5
Gambar 2.1 Sumbu dan sudut kristalografi.
Keterangan gambar :
1. Sumbu a : sumbu yang tegak lurus pada bidang kertas.
2. Sumbu b : sumbu yang horizontal pada bidang kertas.
3. Sumbu c : sumbu yang vertical pada bidang kertas.
4. α merupakan sudut yang dibentuk antara sumbu b dan sumbu c.
5. β merupakan sudut yang dibentuk antara sumbu a dan sumbu c.
6. γ merupakan sudut yang dibentuk antara sumbu a dan sumbu b.
2.1.3 Sumbu Simetri
Sumbu simetri adalah garis bayangan yang dibuat menembus pusat
kristal, dan bila kristal diputar dengan poros sumbu tersebut sejauh satu
putaran penuh (3600) akan didapatkan beberapa kali kenampakan yang
sama. Sumbu simetri dibedakan menjadi empat, yaitu: gyre, gyre polair,
gyroide, dan sumbu inversi putar. Keempatnya dibedakan berdasarkan
cara mendapatkan nilai simetrinya.
Gyre, atau sumbu simetri biasa, cara mendapatkan nilai simetrinya
adalah dengan memutar kristal pada porosnya dalam satu putaran penuh.
Bila terdapat dua kali kenampakan yang sama dinamakan digyre, bila tiga
trigyre, bila empat tetragyre, bila enam heksagyre dan seterusnya.
Sumbu simetri dikatakan gyre polair, apabila kenampakan satu
sama lain pada kedua belah pihak atau kedua ujung sumbu tidak sama.
Gyroide adalah sumbu simetri yang cara mendapatkan nilai
simetrinya dengan memutar kristal pada porosnya dan
6
C-
C+
a+
b+αβa-
b-
γ
memproyeksikannya pada bidang horisontal. Dalam gambar, nilai simetri
gyroide disingkat tetragiroide (S4) dan heksagiroide(S6).
Sumbu inversi putar adalah sumbu simetri yang cara mendapatkan
nilai simetrinya dengan memutar kristal pada porosnya dan
mencerminkannya melalui pusat kristal. Penulisan nilai simetrinya dengan
cara menambahkan bar pada angka simetri itu.
2.1.4 Bidang Simetri
Bidang simetri adalah bidang bayangan yang dapat membelah
kristal menjadi dua bagian yang sama, dimana bagian yang satu
merupakan pencerminan dari yang lain. Bidang simetri ini dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Bidang simetri aksial. Dikatakan Bidang simetri aksial bila bidang
tersebut membagi kristal melalui dua sumbu utama (sumbu kristal).
Bidang simetri aksial ini dibedakan menjadi dua, yaitu bidang
simetri vertikal , yang melalui sumbu vertikal (biasanya
dinotasikan dengan v), dan bidang simetri horisontal, yang berada
tegak lurus terhadap sumbu c (dinotasikan dengan h).
b. Bidang simetri menengah adalah bidang simetri yang hanya
melalui satu sumbu kristal. Bidang simetri ini sering pula dikatakan
sebagai bidang siemetri diagonal.
2.1.5 Pusat Simetri
Suatu kristal dikatakan mempunyai pusat simetri bila kita dapat
membuat garis bayangan tiap-tiap titik pada permukaan kristal menembus
pusat kristal dan akan menjumpai titik yang lain pada permukaan di sisi
yang lain dengan jarak yang sama terhadap pusat kristal pada garis
bayangan tersebut. Atau dengan kata lain, kristal mempunyai pusat simetri
bila tiap bidang muka kristal tersebut mempunyai pasangan dengan
kriteria bahwa bidang yang berpasangan tersebut berjarak sama dari pusat
kristal, dan bidang yang satu merupakan hasil inversi melalui pusat kristal
dari bidang pasangannya.
Pusat simetri selalu berhimpit dengan pusat kristal, tetapi pusat
kristal belum tentu merupakan pusat simetri.
7
okl
2.1.6 Sudut Kristalografi
Sudut kristalografi adalah sudut yang di bentuk oleh perpotongan
sumbu- sumbu kristalografi pada titik potong (pusat kristal).
Tujuh prinsip letak bidang kristal terhadap susunan salib sumbu kristal:
Gambar 2.2 Tujuh prinsip letak bidang kristal terhadap susunan salib sumbu
Kristal
2.1.7 Kristalografi
8
α : sudut yang dibentuk antara sumbu b dan sumbu c
β : sudut yang dibentuk antara sumbu c dan sumbu a
hkoo
hol
hkl
(010)
(001)
(100)
Kata "kristalografi" berasal dari kata bahasa Yunani yaitu crystallon
yang berarti tetesan dingin/beku, dengan makna meluas kepada semua
padatan transparan pada derajat tertentu, dan graphein yang berarti
menulis.
Kristalografi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari sifat-
sifat geometri dari kristal terutama tentang perkembangan, pertumbuhan,
kenampakan bentuk luar (morfological), struktur dalam (internal), dan
sifat-sifat fisisnya. Atau pelajaran mengenai penjabaran kristal-kristal.
Kristalografi adalah suatu cabang dari mineralogi yang mempelajari
system sistem kristal.
a. Sifat Geometri
Memberikan pengertian tentang letak, panjang dan jumlah sumbu
klristal yang menyusun suatu bentuk kristal tertentu dan jumlah serta
bentuk bidang luar yang membatasinya.
b. Perkembangan dan pertumbuhan kenampakkan bentuk luar
Bahwa disamping mempelajari bentuk-bentuk dasar yaitu suatu
bidang pada situasi permukaan, juga mempelajari kombinasi antara
suatu bentuk kristal dengan bentuk kristal lainnya yang masih dalam
satu sistem kristalografi, ataupun dalam arti kembaran dari kristal yang
terbentuk kemudian.
c. Struktur dalam
Membericarakan susunan dan jumlah sumbu-sumbu kristal juga
menghitung parameter dan parameter rasio.
d. Sifat fisik kristal
Sangat tergantung pada struktur (susunan atom-atomnya). Besar
kecilnya kristal tidak mempengaruhi, yang penting bentuk yang
dibatasi oleh bidang-bidang kristal, sehingga akan dikenal dua zat
yaitu kristalin dan non kristalin.
2.1.8 Proyeksi Kristalografi
Dalam penggambaran kristalografi digunakan matode proyekdi
orthogonal. Proyeksi Orthogonal adalag salah satu metode proyeksi yang
digunakan untuk mempermudah penggambaran. Proyeksi orthogonal
dapat diaplikasikan hampir pada semua penggambaran yang berdasarkan
9
hukum-hukum geometri. Cara pengambaran pada proyeksi orthogonal
adalah dengan menggambarkan atau membuat persilangan sumbu. Yaitu
dengan menggambar sumbu a,b,c dan seterusnya dengan menggunakan
sudut-sudut persilangan atau perpotongan tertentu. Dan pada akhirnya
akan membentuk gambar tiga dimensi dari garis-garis sumbu tersebut dan
membentuk bidang-bidang muka kristal.
2.2. CARA KERJA
Pada wujudnya sebuah kristal itu seluruhnya telah dapat di
tentukan secara ilmu ukur, dengan mengetahui sudut-sudut bidangnya.
Untuk dapat membayangkan kristal hal ini dapat dilakukan dengan
menetapkan kedudukan bidang-bidang tersebut dengan pertolongan
sistem-sistem koordinat. Dalam ilmu kristalografi, geometri dipakai
dengan tujuh jenis sistem sumbu. Sistem kristalografi dibagi menjadi 7
sistem yang didasarkan pada:
a. Perbandingan panjang sumbu kristalografi.
b. Letak atau posisi sumbu kristalografi.
c. Jumlah sumbu kristalografi.
d. Nilai sumbu c atau sumbu vertikal.
Ada tujuh buah unit sel yang mungkin untuk semua jenis kristal, yaitu:
1. Cubic system
2. Tetragonal system
3. Hexagonal system
4. Rhombohedral system
5. Orthorhombic system
6. Monoclinic system
7. Triclinic system
2.2.1 Sistem Reguler (cubic, isometric, tesseral, tessuler)
Sumbu-sumbu kristalografi dalam sistem ini memiliki tiga buah
sumbu yang sama panjangnya dan membentuk sudut 900 atau saling tegak
lurus yang satu dengan yang lainnya. Sumbu-sumbu tersebut sering di beri
nama a1, a2, dan a3. Sistem kubik ini memiliki 3 buah kelas dimana setiap
10
kelas memiliki memiliki unsur-unsur simetri yang berbeda-beda, sudut =
= = 90. Karena Sb a = Sb b = Sb c, maka disebut juga Sb a.
Penggambarannya: a+ / b- = 300. Dengan perbandingan a : b : c = 1 : 3 : 3
Gambar 2.3 Isometrik
Mineral dengan system kristal isometric antara lain Almandine
(Fe3Al2(SiO4)3), Aluminium (Al), Bornite (Cu5FeS4), Chromite (FeCr2O4),
Chromium (Cr), Cobalt (Co), Copper (Cu), Galena (Pbs), Sodalite
(Na4Al3(SiO4)3Cl), Halite (NaCl), Iron-Nickel (Fe-Ni), Leucite (KAlSi2O6),
Magnetite (Fe3O4), Manganese (Mn), Platinum (Pt), Pyrite (FeS2), Pyrope
(Mg3Al2(SiO4)3), Silicone (Si), native Silver (Ag), Sphalerite ((Zn, Fe)S),
Spinel (MgAl2O4, Magnesium Aluminium Oxide), Uraninite (UO2, Uranium
Oxide)
2.2.2 Sistem Tetragonal (quadratic)
Sama dengan sistem isometrik, sistem ini mempunyai 3 sumbu kristal
yang masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan
panjang yang sama. Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau
lebih pendek (umumnya lebih panjang). Kelas simetri yang dibangun oleh
elemen-elemen dalam kelas holohedral, terdiri dari 3 buah sumbu: a, b, dan
c; Sb c sumbu a = b; = = = c =90; Karena Sb a = Sb b disebut juga
Sb a. Sb c bisa lebih panjang atau lebih pendek dari Sb a atau Sb b. Bila Sb c
lebih panjang dari Sb a dan Sb b disebut bentuk Columnar. Bila Sb c lebih
pendek dari Sb a dan Sb b disebut bentuk Stout. penggambarannya: a+ / b- =
30o ; perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Contoh mineralnya :
Chalcopyrite (CuFeS2), Rutile (TiO2) dan Scheelite.
11
C+
a+
b+αβ30o
Gambar 2.4 Tetragonal
2.2.3 Sistem Sumbu Orthorhombic (prismatic, rhombic, trimetric)
Sumbu-sumbu kristalografi dari sistem ortorombik memiliki 3
sumbu, dimana ketiga sumbu tersebut memiliki sudut 900 atau saling tegak
lurus dengan lainnya. Sumbu a adalah sumbu terpendek, sumbu b adalah
sumbu menengah, dan sumbu c adalah sumbu terpanjang. Penamaan dari
kristal juga di tentukan oleh bentuk melintang dari sumbu-sumbu tersebut,
dan di letakan sebagai awalan seperti makro atau brachia sebagai contoh
makro pinacoid. Penggambarannya: a+ / b- = 30o; Dengan perbandingan
sumbu a : b : c = 1 : 4 : 6. Contoh mineral : Aragonite (CaCO3), Sulfur (S),
Barite (BaSO4).
Gambar 2.5 Orthorombic
12
C+
a+
b+
γ
αβ30o
C+
γ
αβ
a+
b+30o
2.2.4 Sistem Sumbu Heksagonal
Sumbu-sumbu kristalografi dalam sistem ini memiliki 3 sumbu
horisontal yang di beri nama a1, a2, a3. sudut yang di bentuk dari positif
sampai ke positif adalah 1200 dan memiliki sudut yang sama besar. Sumbu
vertikal di sebut sumbu c dan tegak lurus terhadap sumbu-sumbu horisontal.
sudut 1= 2 = 3 = 90o; sudut 1=2 = 3 = 120o . Sb a, b dan d sama
panjang, disebut juga Sb a. Sb a, b dan d terletak dalam bidang horisontal dan
membentuk 60° Sumbu c dapat lebih panjang atau lebih pendek dari sumbu
a. Penggambarannya: a+ / b- = 17o ; a+ / d- = 39o. Perbandingan sumbunya
adalah b : d : c = 3 : 1 : 6. Posisi dan satuan panjang Sb a dibuat dengan
memperhatikan Sb b dan Sb d. Contoh mineral : Apatite, Calcite, Titanium.
Gambar 2.6 Heksagonal
2.2.5 Sistem Rombohedral (trigonal)
Sumbu-sumbu kristalografi dalam sistem ini memiliki 3 sumbu
horisontal yang sama panjangnya dan membentuk sudut tidak saling tegak
lurus atau 900. sebuah sumbu tegak yang di sebut sumbu c yang berbeda
panjangnya.
Sudut 1= 2 = 3 = 90o; sudut 1=2 = 3 = 120o;
penggambarannya: ketentuan dan cara melukis sama dengan heksagonal,
perbedaannya pada sistem heksagonal sumbu c bernilai 6, sedangkan pada
sistem trigonal sumbu c bernilai 3. Penarikan Sb a sama dengan sistem
hexagonal. Contoh mineral : Kuarsa (SiO2), Corundum (Al2O3), Calcite
(CaCO3).
13
C+
a+
b+
d+
17o 39o
Gambar 2.7 Trigonal
2.2.6 Sistem Monoklin (obliq, monosymetric, clinorhombic, hemiprismatic,
monoclinohedral)
Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga
sumbu yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu b; b tegak lurus
terhadap c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu
tersebut tidak sama panjang. Sumbu a di sebut sumbu clino; sumbu b di sebut
sumbu ortho; sumbu c di sebut basal. Penggambarannya: a+ / b- = 45o;
Perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 4 : 6. Sb c adalah sumbu terpanjang; sumbu
a adalah sumbu terpendek. Contoh mineral : Hornblende, Orthoclase
(KAlSi3O8), Argentiite (Ag2S).
14
C+
a+b+
d+
17o 39o
Gambar 2.8 Monoklin
2.2.7 Sistem Triklin (anorthic, asymmetric, clinorhombohedral)
Sistem ini mempunyai 3 sumbu yang satu dengan lainnya tidak saling
tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama.
Sumbu a di sebut brachy; sumbu b di sebut macro; sumbu c di sebut basal..
Penggambarannya: a+ / c- = 45o; b+ / c- = 80o. Perbandingan sumbu: a : b :
c = 1 : 4 : 6. Contoh mineral : Microclin (KAlSi3O8), Rodokrosit, Albite
(NaAlSi3O8).
Gambar 2.9 Triklin
2.3. DESKRIPSI KRISTAL
2.3.1 Penentuan Kelas Simetri
15
C+
a+
b+
45o
80o
C+
a+
b+
γ
αβ45o
Dari ke-7 sistem kristal tersebut, dapat dikelompokkan menjadi 32
kelas kristal. Pengelompokkan ini berdasarkan pada jumlah unsur simetri
yang dimiliki oleh kristal tersebut. Sistem isometrik terdiri dari lima kelas,
sistem tetragonal mempunyai tujuh kelas, rombis memiliki tiga kelas,
heksagonal mempunyai tujuh kelas dan trigonal lima kelas. Selanjutnya
sistem monoklin mempunyai tiga kelas. Tiap kelas kristal mempunyai
singkatan yang disebut simbol. Ada dua macam cara simbolisasi yang
sering digunakan, yaitu simbolisasi Schoenflies dan Herman Mauguin
(simbolisasi internasional).
2.3.1.1 Menurut Herman Mauguin
1. Sistem Reguler
1. Bagian I : menerangkan nilai sumbu a (Sb a, b, c), mungkin
bernilai 4 atau 2 dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus
sumbu a tersebut.
Bagian ini dinotasikan dengan : , 4, 4 , , 2
Angka menunjukan nilai sumbu dan hutuf ’ m’ menunjukan adanya
bidang simetri yang tegak lurus sumbu a tersebut.
2. Bagian II : menerangkan sumbu simetri bernilai 3. apakah sumbu
simetri yang bernilai 3 itu, juga bernilai 6 atau hanya bernilai 3
saja.
Maka bagian II selalu di tulis: 3 atau 3
3. Bagian III : menerangkan ada tidaknya sumbu simetri intermediet
(diagonal) bernilai 2 dan ada tidaknya bidang simetri diagonal
yang tegak lurus terhadap sumbu diagonal tersebut.
Bagian ini di notasikan: , 2, m atau tidak ada.
2. Sistem Tetragonal
Bagian I : menerngkan nila sumbu c, mungkin bernilai 4 atau tidak
bernilai dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus sumbu c.
Bagian ini di notasikan: , 4 , 4, m
Bagian II: menerangkan ada tidaknya sumbu lateral dan ada tidaknya
bidang simetri yang tegak lurus yterhadap sumbu lateral tersebut.
Bagian ini di notasikan: , 2, m atau tidak ada.
16
Bagian III: menerangkan ada tidaknya sumbu simetri intermediet dan
ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus terhadap sumbu
inetrmediet tersebut.
Bagian ini di notasikan: , 2 , m atau tidak ada.
3. Sistem Hexagonal dan Trigonal
Bagian I: menerangkan nilai sumbu c (mungkin , 6, 6, 3, 3) dan ada
tidaknya bidang simetri horisontal yang tegak lurus sumbu c
tersebut.
Bagian ini di notasikan : , 6, 6, 3, 3
Bagian II: menerangkan sumbu lateral (sumbu a, b, d) dan ada tidaknya
bidang simetri vertikal yang tegak lurus.
Bagian ini di notasikan: , 2 , m atau tidak ada.
Bagian III: menerangkan ada tiaknya sumbu simetri intarmediet dan ada
tidaknya bidang simetri yang tegak lurus terhadap sumbu
intermediet tersebut.
Bagian ini di notasikan: , 2, m atau tidak ada.
4. Sistem Orthorombic
Bagian I: menerangkan nilai sumbu a dan ada tiaknya bidang yang tegak
lurus terhadap sumbu a tersebut
Dinotasikan: , 2 , m
Bagian II: menerangkan ada tidaknya nilai sumbu b dan ada tidaknya
bidang simetri yang tegak lurus terhadap sumbu b tersebut.
Bagian ini di notasikan: , 2, m
Bagian III: menerangkan nilai sumbu c dan ada tidaknya bidang simetri
yang tegak lurus terhadap sumbu tersebut.
Di notasikan: , 2, m
17
5. Sistem Monoklin
Hanya ada satu bagian, yaitu menerangkan nilai sumbu b dan ada tidaknya
bidang simetri yang tegak lurus sumbu b tersebut.
6. Sistem Trinklin
Sistem ini hanya ada 2 klas simetri, yaitu:
- Mempunyai titik simetri klas pinacoidal 1
- Tidak mempunyai unsur simetri klas assymetric 1
2.3.1.2 Menurut Schoenflish
1. Sistem Reguler
Bagian I : Menerangkan nilai c. Untuk itu ada 2 kemungkinan yaitu sumbu
c bernilai 4 atau bernilai 2.
o Kalau sumbu c bernilai 4 dinotasikan dengan huruf O
(octaeder).
o Kalau sumbu c bernilai 2 dinotasikan denga huruf T (tetraeder).
Bagian II : Menerangkan kandungan bidang simetrinya, apabila kristal
tersebut mempunyai :
- Bidang simetri horisontal (h)
- Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan h
- Bidang simetri diagonal (d)
Kalau mempunyai:
a. Bidang simetri horisontal (h)
b. Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan h
Kalau mempunyai :
a. Bidang simetri diagonal (d)
b. Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan v
Kalau mempunyai :
Bidang simetri diagonal (d) inotasikan dengan d
2. Sistem Tetragonal, Kexagonal, Trigonal, Orthorombic, Monoklin,
Dan Trinklin
18
Bagian I :Menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus sumbu c, yaitu
sumbu lateral (sumbu a, b, d) atau sumbu intermediet, ada 2
kemungkinan:
a) Kalau sumbu tersebut bernilai 2 di notasikan dengan D
(diedrish).
b) Kalau sumbu tersebut tidak bernilai dinotasikan dengan c
(cyklich).
Bagian II : Menerangkan nilai sumbu c. Nilai sumbu c ini di tuliskan di
sebelah kanan agak bawah dari notasi d atau c.
Bagian III : Menerangkan kandungan bidang simetrinya.
a. Bidang simetri horisontal (h)
b. Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan h
c. Bidang simetri diagonal (d)
Kalau mempunyai:
a. Bidang simetri horisontal (h)
b. Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan h
Kalau mempunyai :
a. Bidang simetri diagonal (d)
b. Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan v
Kalau mempunyai :
Bidang simetri diagonal (d) Dinotasikan dengan d
2.4 KLASIFIKASI KRISTAL
Terdapat 32 klas kristal yang terbagi dalam beberapa kelompok sistem
kristal. Pengelompokan ini berdasarkan pada jumlah unsur simetri yang dimiliki
oleh kristal tersebut.
a. Sistem Reguler/Isometrik terdiri dari lima kelas yaitu:
tritetrahedral, didodecahedral, hexatetrahedral,
trioctahedral, hexoctahedral.
b. Sistem Tetragonal terdiri dari tujuh kelas yaitu tetragonal
pyramidal, tetragonal trapezohedral, tetragonal
bipyramidal, ditetragonal pyramidal, ditetragonal
19
bipyramidal, tetragonal tetrahedral, tetragonal
scalenohedral.
c. Sistem Ortorombik memiliki tiga kelas yaitu: orthorombik
dipiramidal, orthorombik dispnhenoidal, orthorombik
pyramidal.
d. Sistem Heksagonal mempunyai tujuh kelas yaitu: trigonal
bipyramidal, ditrigonal bipyramidal, hexagonal pyramidal,
hexagonal trapezohedral, hexagonal bipyramidal,
dihexagonal pyramidal, dihaxagonal bipyramidal.
e. Sistem Trigonal mempunya lima kelas yaitu: trigonal
pyramidal, trigonal trapezohedral, ditrigonal pyramidal,
rhombohedral, ditrigonal scalenohedral.
f. Sistem Monoklin mempunyai tiga kelas yaitu: sphenoidal,
domatic, prismatic.
g. Sistem Triklin mempunyai dua kelas yaitu: pinacoidal,
pedial.
20
Berikut Adalah Gambar dan Deskripsi Dari Beberapa Kristal
Dari Praktikum Kristalografi Pada Laboratorium Krismin
21
BAB III
MINERALOGI
3.1. DASAR TEORI
3.1.1 Pengertian MineralogiMineralogi merupakan ilmu bumi yang berfokus pada sifat kimia, struktur
kristal, dan fisika (termasuk optik) dari mineral. Studi ini juga mencakup proses
pembentukan dan perubahan mineral,sifat-sifat fisik, sifat-sifat kimia,
keterdapatannya, cara terjadinya, dan kegunaannya.
Defenisi mineral menurut beberapa ahli:
1. L. G. Berry dan B. Mason, 1959
“Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam
dan terbentuk secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada
batas-batas tertentu dan mempunyai atom-atom yang tersusun secara
teratur”.
2.D. G. A. Whitten dan J. R. V. Brooks, 1972
“Mineral adalah suatu bahan padat yang secara struktural homogen
mempunyai komposisi kimia tertentu, dibentuk oleh proses alam
anorganik”.
3.A. W. R. Potter dan H. Robinson, 1977
Mineral adalah suatu zat atau bahan yang homogen mempunyai
komposisi kimia tertentu atau dalam batas-batas tertentu dan
mempunyai sifat-sifat tetap, dibentuk di alam dan bukan hasil suatu
kehidupan.
Setiap jenis mineral tidak saja terdiri dari unsur-unsur tertentu, tetapi
juga mempunyai bentuk tertentu yang di sebut bentuk kristal.
Batasan - batasan Defenisi Mineral:
a) Suatu bahan alam,
Artinya terbentuk secara alamiah, bukan dibuat oleh manusia.
22
b) Mempunyai sifat fisik dan sifat kimia yang tetap. Dimana sifat
fisik ini mencakup: warna, kekerasan, belahan, perawakan,
pecahan, dan lain sebagainya. Sedangkan sifat kimia mencakup:
nyata api terhadap api oksidasi atau api reduksi, dan lain
sebagainya.
c) Berupa unsur tunggal atau persenyawaan yang tetap. Beberapa
contoh unsur tunggal antara lain: diamond(c), native silver(Ag),
dan lain-lain. Sedangkan unsur senyawa diantaranya berupa:
Barit(BaSO4), magnetit(Fe3O4), zircon(ZrSiO4), dan lain-lain.
d) Umumnya bersifat anorganik, dimana mineral bukan hasil dari
suatu kehidupan.
e) Homogen, artinya mineral tidak dapat diuraikan menjadi senyawa
lain yang lebih sederhana.
f) Berupa padat, cair, dan gas.
3.2. CARA PEMERIAN NAMA MINERAL
3.2.1 Sifat-Sifat Fisik Yang DiselidikiPenentuan nama mineral dapat dilakukan dengan membandingkan
sifat-sifat fisik mineral antara mineral yang satu dengan mineral yang
lainnya. Sifat fisik suatu mineral ini sangat diperlukan di dalam
mendeterminasi atau mengenal mineral secara megaskopis atau tanpa
menggunakan mikroskop. Dengan cara ini seseorang dapat
mendeterminasi mineral lebih cepat dan biasanya langsung di lapangan
tempat di man sampel tersebut ditemukan. Sifat-sifat mineral tersebut
meliputi:
3.2.1.1 Warna (Color)
Warna adalah kesan mineral jika terkena cahaya. Bila suatu
permukaan mineral dikenai suatu cahaya, maka cahaya yang mengenai
permukaan mineral tersebut sebagian akan diserap dan sebagian
dipantulkan. Warna mineral dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Idiokromatik; Yaitu warna mineral yang selalu tetap. Umumnya
dijumpai pada mineral-mineral yang tidak tembus cahaya (opak),
seperti galena, magnetit,pirit, dan lain sebagainya.
23
2. Alokromatik; Yaitu warna mineral yang tidak tetap, tergantung dari
material pengotornya. Umumnya terdapat pada mineral-mineral yang
tembus cahaya, seperti kuarsa, kalsit,dan lain sebagainya.
Tapi ada pula warna yang ditentukan oleh kehadiran sekelompok ion
asing yang dapat memberikan warna tertantu pada mineral, yang
disebut dengan nama chomophores. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi warna antara lain:
1. Komposisi mineral
2. Struktur kristal dan ikatan ion
3. Pengotor dari mineral
3.2.1.2 Perawakan Kristal
Perawakan kristal merupakan bentuk khas mineral yang
ditentukan oleh bidang yang membangunnya, termasuk bentuk dan
ukuran relatif bidang-bidang tersebut.
Perawakan mineral dapat dibagi menjadi 3 golongan (Richard
Peart, 1975), yaitu:
3.2.1.2.1 Elongated habits (meniang/berserabut); yang terbagi
atas:
1. Meniang (Columnar)
2. Menyerat (Fibrous)
3. Menjarum (Acicular)
4. Menjaring (Reticulate)
5. Membenang (filliform)
6. Merambut (Cappilery)
7. Mondok (Stout, Stubby, Equant)
8. Membintang (Stellated)
9. Menjari (Radiated)
3.2.1.2.2 Flattened habits (lembaran tipis); yang terbagi atas:
1. Membilah (Bladed)
2. Memapan (Tabular)
3. Membata (Blocky)
4. Mendaun (Foliated)
5. Memencar (Divergent)
24
6. Membulu (Plumose)
3.2.1.2.3 Rounded habits (membutir); yang terbagi atas:
1. Mendada (Mamillary)
2. Membulat (Colloform)
3. Membulat jari (Colloform Radial)
4. Membutir (Granular)
5. Memisolit (Pisolitic)
6. Stalaktit (Stalactic)
7. Mengginjal (Retiform)
Gambar 3.1 Contoh beberapa perawakan mineral dan asal mulanya (Klein &
Hurlbut, 1993)
3.2.1.3 Kilap (Luster)
Kilap adalah kesan mineral akibat pantulan cahaya yang
dikenakan padanya. Kilap dibedakan menjadi 2, yaitu kilap logam
(metallic luster) dan kilap bukan logam (non metallic luster). Kilap
logam memberikan kesan seperti logam bila terkena cahaya. Kilap
ini biasanya dijumpai pada mineral-mineral bijih, seperti emas,
galena, pirit, dan kalkopirit. Sedangkan kilap bukan logam tidak
memberikan kesan logam jika terkena cahaya. Selain itu, adapula
25
kilap sub-metalik (sub-metallic luster), yang terdapat pada mineral-
mineral yang mempunyai indeks bias antara 2,6-3.
Kilap bukan logam dapat dibedakan menjadi:
1. Kilap Kaca(Vitreous Luster); Memberikan kesan seperti kaca
atau gelas bila terkena cahaya. Contohnya: kalsit, kuarsa, dan
halit.
2. Kilap Intan (adamantine Luster); Memberikan kesan cemerlang
seperti intan.
3. Kilap Sutera (Silky Luster); Memberikan kesan seperti sutera.
Umumnya terdapat pada mineral yang mempunyai struktur serat.
Seperti asbes, aktinolit, dan gipsum.
4. Kilap Lilin (Waxy Luster); Merupakan kilap seperti lilin yang
khas.
5. Kilap Mutiara (Pearly Luster); Memberikan kesan seperti mutiara
atau seperti bagian dalam dari kulit kerang. Kilap ini ditimbulkan
oleh mineral transparan yang berbentuk lembaran. Contohnya
talk, dolomit, muskovit, dan tremolit.
6. Kilap Lemak (Greasy Luster); Menyerupai lemak atau sabun. Hal
ini ditimbulkan oleh pengaruh tekanan udara dan alterasi.
Contohnya talk dan serpentin.
7. Kilap Tanah (Earthy Luster); Kenampakannya buram seperti
tanah. Misalnya kaolin, limonit,dan bentonit.
3.2.1.4 Kekerasan (Hardness)
Kekerasan adalah ketahanan mineral terhadap suatu
goresan. Penentuan kekerasan relatif mineral ialah dengan jalan
menggoreskan permukaan mineral yang rata pada mineral standar
dari skala Mohs yang sudah diketahui kekerasannya, yang dimulai
dari skala 1 yang paling lunak hingga skala 10 untuk mineral yang
paling keras.
1. Talc Mg3Si4O10(OH)2
2. Gypsum CaSO4·2H2O
3. Calcite CaCO3
4. Fluorite CaF2
26
5. Apatite Ca5(PO4)3(OH,Cl,F)
6. Orthoclase KAlSi3O8
7. Quartz SiO2
8. Topaz Al2SiO4(OH,F)2
9. Corundum Al2O3
10. Diamond
Misalnya suatu mineral di gores dengan kalsi (H=3) ternyata
mineral itu tidak tergores, tetapi dapat tergores oleh fluorite (H=4),
maka mineral tesebut mempunyai kekerasan antara 3 dan 4. Dapat pula
penentuan kekerasan mineral dengan memepergunakan alat-alat yang
sederhana misalnya:
1. Kuku jari manusia H = 2,5
2. Kawat tembaga H = 3
3. Pecahan kaca H = 5,5
4. Pisau baja H = 5,5
5. Kikir baja H = 6,5
6. Lempeng baja H = 7
Bila mana suatu mineral tidak tergores oleh kuku manusia tetapi oleh
kawat tembaga, maka mineral tersebut mempunyai kekerasan antara
2,5 dan 3.
3.2.1.5 Gores (Streak)
Gores atau cerat adalah warna mineral dalam bentuk bubuk. Cerat
dapat sama atau berbeda dengan warna mineral. Umumnya warna
cerat tetap. Gores ini di pertanggungjawabkan karena stabil dan
penting untuk membedakan 2 mineral yang warnanya sama tetapi
goresnya berbeda. Gores ini di peroleh dengan cara mengoreskan
mineral pada permukaan keeping porselin, tetapi apabila mineral
mempunyai kekerasan lebih dari 6, maka dapat di cari mineral yang
berwarna terang biasanya mempunyai gores berwarna putih. Mineral
bukan logam dan berwarna gelap akan memberikan gores yang lebih
terang dari pada warna mineralnya sendiri. Mineral yang mempunyai
kilap metallic kadang-kadang mempunyai warna gpres yang lebih
27
gelap dari warna mineralnya sendiri. Ada beberapa mineral warna
dan gores sering menunjukan warna yang sama.
3.2.1.6 Belahan (Cleavage)
Belahan adalah kenampakan mineral berdasarkan
kemampuannya membelah melalui bidang-bidang belahan yang
rata dan licin. Bidang belahan umumnya sejajar dengan bidang
tertentu dari mineral tersebut. Belahan dapat di bedakan menjadi:
1. Sempurna (perfect)
Yaitu apabila mineral mudah terbelah melalui arah belahannya
yang merupakan bidang yang rata dan sukar pecah selain
melalui bidang belahannya.
2. Baik (good)
Yaitu apabila mineral muidah terbelah melalui bidang
belahannya yang rata, tetapi dapat juga terbelah tidak melalui
bidang belahannya.
3. Jelas (distinct)
Yaitu apabila bidang belahan mineral dapat terlihat jelas, tetapi
mineral tersebut sukar membelah melalui bidang belahannya
dan tidak rata.
4. Tidak jelas (indistinct)
Yaitu apabila arah belahannya masih terlihat, tetapi
kemungkinan untuk membentuk belahan dan pecahan sama
besar.
5. Tidak sempurna (imperfect)
Yaitu apabila mineral sudah tidak terlihat arah belahannya, dan
mineral akan pecah dengan permukaan yang tidak rata.
3.2.1.7 Pecahan (Fracture)
Pecahan adalah kemampuan mineral untuk pecah melalui
bidang yang tidak rata dan tidak teratur. Pecahan dapat dibedakan
menjadi:
28
1. Pecahan konkoidal (Choncoidal): Pecahan yang
memperlihatkan gelombang yang melengkung di permukaan.
Bentuknya menyerupai pecahan botol atau kulit bawang.
2. Pecahan berserat/fibrus (Splintery): Pecahan mineral yang
menunjukkan kenampakan seperti serat, contohnya asbes,
augit;
3. Pecahan tidak rata (Uneven): Pecahan mineral yang
memperlihatkan permukaan bidang pecahnya tidak teratur
dan kasar, misalnya pada garnet;
4. Pecahan rata (Even): pecahan mineral yang permukaannya
rata dan cukup halus. Contohnya mineral lempung.
5. Pecahan Runcing (Hacly): Pecahan mineral yang
permukaannya tidak teratur, kasar, dan ujungnya runcing-
runcing. Contohnya mineral kelompok logam murni.
6. Pecahan tanah (Earthy), bila kenampakannya seperti tanah,
contohnya mineral lempung.
3.2.1.8 Daya Tahan Terhadap Pukulan (Tenacity)
Tenacity adalah suatu reksi atau daya tahan mineral
terhadap gaya yang mengenainya, seperti penekanan,
pemecahan, pembengkokan, pematahan, pemukulan,
penghancuran, dan pemotongan. Tenacity dapat dibagi
menjadi:
1. Brittle (Rapuh); apabila mineral mudah hancur menjadi
tepung halus.
2. Sectile (Dapat Diiris); apabila mineral mudah dipotong
dengan pisau dengan tidak berkurang menjadi tepung.
3. Ductile (Dapat Dipintal); dapat ditarik dan diulur seperti
kawat. Bila ditarik akan menjadi panjang, dan apabila
dilepaskan akan kembali seperti semula.
4. Malleable (Dapat Ditempa); apabila mineral ditempa dengan
palu akan menjadi pipih.
5. Elastis (Lentur); dapat merenggang bila ditarik, dan akan
kembali seperti semula bila dilepaskan.
29
6. Flexible; apabila mineral dapat dilengkungkan kemana-mana
dengan mudah.
3.2.1.9 Berat Jenis (Specific Grafity)
Berat jenis adalah angka perbandingan antara berat suatu
mineral dibandingkan dengan berat air pada volume yang sama.
Dalam penentuan berat jenis dipergunakan alat-alat seperti:
piknometer, timbangan analitik, dan gelas ukur.
Berat jenis dapat dirumuskan sebagai berikut:
3.2.1.10 Sifat Kemagnetan
Sifat kemagnetan yang perlu dicatat dalam praktikum mineral
fisik adalah sifat dari mineral yang diselidiki, apakah paramagnetit
ataukah diamagnetit.
1. Paramagnetit (magnetit): yaitu mineral tersebut mempunyai
daya tarik terhadap magnet.
2. Diamagnetit (non-magnetit): yaitu mineral tersebut mempunyai
daya tolak terhadap magnet.
3.2.1.11 Derajat Ketransparanan
Sifat Transparan dari suatu mineral tergantung pada
kemampuan mineral tersebut mentransmit sinar cahaya (berkas
sinar). Sesuai dengan hal ini, variasi mineral dibedakan atas:
1. Opaque mineral; yaitu mineral-mineral yang tidak tembus
cahaya meskipun dalam bentuk lembaran tipis. Mineral-mineral
ini permukaannya mempunyai kilauan metalik dan
meninggalkan berkas hitam atau gelap.
2. Transparant mineral; yaitu mineral-mineral yang tembus
pandang seperti kaca.
3. Translucent mineral; yaitu mineral-mineral yang tembus cahaya
tapi tidak tembus pandang.
4. Mineral-mineral yang tidak tembus pandang dalam bentuk
pecahan-pecahan tetapi tembus cahaya pada lapisan yang tipis.
30
3.3 DESKRIPSI MINERAL
Dalam laporan ini, meliputi deskripsi dari seluruh mineral dan
terutama mineral yang dimiliki nilai ekonomis saja. Mineral dalam
laporan ini hanya ada beberapa mineral saja. Deskripsi mineral-mineral
ini meliputi beberapa sifat fisik dan sifat optik, seperti:
Nama dan Rumus Kimia :Penamaan mineral yang telah di kenal
berikut rumus kimia
rumus kimia.
Sisitem kristal : Seperti Triklin
Belahan : Sempurna (010)
Kekerasan : Berdasarkan skala mohs, yaitu 1-10
Berat Jenis (BJ) : Dalam gram/cm2
Kilap : Seperti kilap logam
Warna : Warna asli mineral itu sendiri
Gores : Warna dalam bentuk serbuk halus
Optik : Sifat mineral di bawah mikroskop
Genesa/Asosiasi Mineral : Peristiwa yang menyebabkan terbentuknya
mineral tersebut.
Beberapa deskripsi mineral logam secara umum :
1. Emas (Au)
- Tempat ditemukan : Sulida, Sumatra Barat
- Sistem kristal : Isometrik
- Warna : Kuning – Emas
- Goresan : Kuning
- Kilap : Metalik
- Belahan dan pecahan : Tak ada; Hacly(pecahan bergerigi dengan
ujung tajam)
- Kekerasan : 2,5 – 3 Skala Mohs
- Berat jenis : 19,3 gr/cm3
- Genesis : kebanyakan emas terdapat dalam urat-
urat kuarsa yang terbentuk melalui proses
hidrotermal.
31
- Manfaat :untuk membuat perhiasan, lempeng
elektrode, pelapis gigi,
dan emas lantakan.
2. Sulfur (S)
- Tempat ditemukan : Kawah Papandayan, Jawa Barat
- Sistem kristal : Ortorombik.
- Warna : Kuning sampai coklat kekuningan
- Goresan : Putih
- Belahan dan pecahan : Tak ada ; Konkoidal sampai tidak rata
- Kekerasan : 1,5 – 2,5 Skala Mohs
- Berat jenis : 2,07 gr/cm3
- Genesis :Sulfur dapat terbentuk di daerah gunung
api aktif, di sekitar mata air panas, dan
hasil aktivitas bakteri yang memisahkan
sulfur dari sulfat. Dapat pula terbentuk
karena oksidasi sulfida-sulfida pada urat-
urat yang berasosiasi dengan sulfida-sulfida
metal.
- Manfaat :Digunakan untuk membuat senyawa-
senyawa sulfur, seperti asam sulfat
(H2SO4); dalam pembuatan insektisida,
pupuk buatan, vulkanisasi karet, dan sabun.
3. Kalsit (CaCO3)
- Tempat ditemukan : Kliripan, Yogyakarta
- Sistem kristal : Trigonal
- Warna : Tak-berwarna sampai putih
- Goresan : Putih sampai keabuan
- Belahan dan pecahan : {10 11} sempurna
- Kekerasan : 3 Skala Mohs
- Berat jenis : 2,71 gr/cm3
Genesis : Dapat terbentuk pada lingkungan batuan
beku, sedimen, metamorf dan melalui
proses hidrotermal
32
- Manfaat : merupakan sumber senyawa CaO.
4. Kalkopirit (CuFeS2)
- Tempat ditemukan : Pegunungan tengah, Irian Jaya
- Sistem kristal : Tetragonal
- Warna : kuning - kuningan
- Goresan : hitam kehijauan
- Belahan dan pecahan : {001} kadang-kadang jelas ; tak rata
- Kekerasan : 3,5 – 4 Skala Mohs
- Berat jenis : 4,1 – 4,3 gr/cm3
- Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal.
- Manfaat : mineral bijih sumber logam tembaga.
5. Gipsum (CaSO42H2O)
- Tempat ditemukan : Besuku, Jawa Timur
- Sistem kristal : Monoklin
- Warna : Tak-berwarna dan transparan
- Goresan : Putih
- Belahan dan pecahan : {010} sempurna ; {100} dengan
permukaan konkoidal,
dan {011} dengan pecahan yang fibrus.
- Kekerasan : 2 Skala Mohs
- Berat jenis : 2,32 gr/cm3
- Genesis :Terbentuk dalam lingkungan sedimen, dan
sering berselingan dengan batugamping,
serpih, batupasir, lempung dan garam
batuan. Dapat pula ditemukan dalam urat-
urat metalik sebagai mineral geng.
- Manfaat : Digunakan dalam industri konstruksi.
6. Kaolinit (Al4Si4O10(OH)8)
- Tempat ditentukan : Flores, NTT
- Sistem kristal : Triklin
33
- Warna : Putih, kadangkala berwarna coklat, atau
abu.
- Goresan : Putih
- Belahan dan pecahan : {001} sempurna
- Kekerasan : 2 Skala Mohs
- Berat jenis : 2,6 gr/gm3
- Genesis :Terbentuk sebagai hasil dekomposisi
aluminosilikat, khususnya feldspar, baik
oleh aktivitas pelapukan, atau
hidrotermal.Suatu deposit yang besar
dapat terbentuk dari alterasi hidrotermal
pada feldspar yang terdapat dalam granit,
atau pegmatit granit; atau oleh proses
erosi terhadap granit terkaolinisasi, yang
mengendapkan kaolinit.
- Manfaat : Digunakan dalam industri kertas, karet,
keramik, tembikar dan farmasi.
7. Grafit (C)
- Tempat ditentukan : Kepulauan Semrau, Sanggau, Kal-Bar
- Sistem kristal : Heksagonal
- Warna : Hitam
- Goresan : Hitam
- Belahan dan pecahan : Sempurna pada ( 0001 ) ; tak ada
- Kekerasan : 1 – 2 Skala Mohs
- Berat jenis : 2,09 – 2,23 gr/cm3
- Genesis : Terbentuk pada lingkungan batuan
metamorf, baik pada metamorf fisme
regional, atau kontak. Dapat dijumpai pada
batu gamping kristalin, genes, sekis,
kuarsit, dan lapisan batubara termetamorf.
- Manfaat : Digunakan dalam industri sebagai alat
pemotong kaca, pengasah, dipasang pada
mata bor untuk eksplorasi; dan dijadikan
batu permata.
34
3.4 KLASIFIKASI MINERAL
Mineral diklasifikasikan berdasarkan komposisi kimia
dengan grup anion. Berikut klasifikasinya menurut Dana :
1. Silicate Class, merupakan grup terbesar. silicates (sebagian besar
batuan adalah >95% silicates), yang terdiri dari silicon dan oxygen,
dan dengan ion tambahan seperti aluminium, magnesium, iron, dan
calcium. Contoh lain seperti feldspars, quartz, olivines, pyroxenes,
amphiboles, garnets, dan micas.
2. Carbonate Class, merupakan mineral yang terdiri dari anion (CO3)2-
dan termasuk calcite dan aragonite (keduanya merupakan calcium
carbonate), dolomite (magnesium/calcium carbonate) dan siderite
(iron carbonate). Carbonate terbentuk pada lingkungan laut oleh
endapan bangkai plankton. Carbonate juga terbentuk pada daerah
evaporitic dan pada daerah karst yang membentuk gua/caves,
stalactites dan stalagmites.Carbonate class juga termasuk mineral-
mineral nitrate dan borate.
3. Sulfate Class, Sulfat terdiri dari anion sulfat, SO42-. Biasanya
terbentuk di daerah evaporitic yang tinggi kadar airnya perlahan-
lahan menguap sehingga formasi sulfat dan halides berinteraksi.
Contoh sulfat; anhydrite (calcium sulfat), celestine (strontium
sulfat), barite (barium sulfat), dan gypsum (hydrated calcium
sulfat). Juga termasuk chromate, molybdate, selenate, sulfite,
tellurate, dan mineral tungstate.
4. Halide Class, halides adalah grup mineral yang membentuk garam
alami (salts) dan termasuk fluorite (calcium fluoride), halite
(sodium chloride), sylvite (potassium chloride), dan sal ammoniac
(ammonium chloride). Halides, seperti halnya sulfats, ditemukan
juga di daerah evaporitic settings seperti playa lakes dan
landlocked seas seperti Dead Sea dan Great Salt Lake. The halide
class termasuk juga fluoride, chloride, dan mineral-mineral iodide.
35
5. Oxide Class, Oxides sangatlah penting dalam dunia pertambangan
karena bijih (ores) terbentuk dari mineral-mineral dari kelas oxide.
Kelas mineral ini juga mempengaruhi perubahan Kutub Magnetic
Bumi. Biasanya terbentuk dekat dengan permukaan bumi,
teroksidasi dari hasil pelapukan mineral lain dan sebagai mineral
asesori pada batuan beku crust dan mantle. Contoh mineral Oxides;
hematite (iron oxide), magnetite (iron oxide), chromite (iron
chromium oxide), spinel (magnesium aluminium oxide – mineral
pembentuk mantle), ilmenite (iron titanium oxide), rutile (titanium
dioxide), dan ice (hydrogen oxide). Juga termasuk mineral-mineral
hydroxide.
6. Sulfide Class, hampir serupa dengan Kelas Oxide, pembentuk bijih
(ores). Contohnya termasuk pyrite (terkenal dengan sebutan emas
palsu ‘fools’ gold), chalcopyrite (copper iron sulfide), pentlandite
(nickel iron sulfide), dan galena (lead sulfide). Termasuk juga
selenides, tellurides, arsenides, antimonides, bismuthinides, dan
sulfosalts.
7. Phosphate Class, termasuk mineral dengan tetrahedral unit AO4, A
dapat berupa phosphorus, antimony, arsenic atau vanadium.
Phospate yang umum adalah apatite yang merupakan mineral
biologis yang ditemukan dalam gigi dan tulang hewan. Termasuk
juga mineral arsenate, vanadate, dan mineral-mineral antimonate.
8. Element Class, terdiri dari metal dan element intermetalic (emas,
perak dan tembaga), semi-metal dan non-metal (antimony,
bismuth, graphite, sulfur). Grup ini juga termasuk natural alloys,
seperti electrum, phosphides, silicides, nitrides dan carbides.
9. Organic Class, terdiri dari substansi biogenic; oxalates, mellitates,
citrates, cyanates, acetates, formates, hydrocarbons and other
miscellaneous species. Contoh lain juga; whewellite, moolooite,
mellite, fichtelite, carpathite, evenkite and abelsonite.
36
Berikut Adalah Gambar dan Deskripsi Dari Beberapa Mineral
Dari Praktikum Mineralogi Pada Laboratorium Krismin
37
top related