laporan kasus pbl katarak
Post on 07-Mar-2016
50 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
-
LAPORAN KASUS PBL
KATARAK
KELOMPOK IX
SEMESTER V
PRODI SI ILMU KEPERAWATAN
STIKES BETHESDA YAKKUM YOGYAKARTA
2015 / 2016
A. KONSEP MEDIS
-
1. DEFINISI
; Katarak merupakan kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, sehinggamenyebabkan penurunan/gangguan penglihatan (Admin,2009).
; Katarak menyebabkan penglihatan menjadi berkabut/buram. Katarakmerupakan keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasicairan lensa atau denaturasi protein lensa, sehingga pandangan seperti tertutup airterjun atau kabut merupakan penurunan progresif kejernihan lensa, sehinggaketajaman penglihatan berkurang (Corwin, 2000).
; Katarak adalah suatu keadaan patologik lensa di mana lensa rnenjadi keruhakibat hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein lensa. Kekeruhan ini terjadiakibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usiatertentu (Iwan,2009).
2. ANATOMI FISIOLOGI
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular tak berwarna dan transparan.
Tebal sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Dibelakang iris lensa digantung oleh
zonula ( zonula Zinnii) yang menghubungkannya dengan korpus siliare. Di sebelah
anterior lensa terdapat humor aquaeus dan
disebelah posterior terdapat viterus.
-
Kapsul lensa adalah suatu membran
semipermeabel yang dapat dilewati air dan elektrolit.
Disebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular.
Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Sesuai
dengan bertambahnya usia, serat-serat lamelar subepitel
terus diproduksi, sehingga lensa lama-kelamaan menjadi
kurang elastik.
Lensa terdiri dari enam puluh lima persen air, 35%
protein, dan sedikit sekali mineral yang biasa ada di
jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada di
kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk
teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah atau pun saraf
di lensa.
Fisiologi Lensa
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk
memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi, menegangkan
serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukurannya yang
terkecil, daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya paralel atau terfokus
ke retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi
sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa yang elastik kemudian
mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh peningkatan daya biasnya.
Kerjasama fisiologik tersebut antara korpus siliaris, zonula, dan lensa untuk
memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi. Seiring dengan
pertambahan usia, kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan berkurang.
Selain itu juga terdapat fungsi refraksi, yang mana sebagai bagian optik bola
mata untuk memfokuskan sinar ke bintik kuning, lensa menyumbang +18.0- Dioptri.
-
Metabolisme Lensa Normal
Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation (sodium
dan kalium). Kedua kation berasal dari humour aqueous dan vitreous. Kadar kalium
di bagian anterior lensa lebih tinggi di bandingkan posterior. Dan kadar natrium di
bagian posterior lebih besar. Ion K bergerak ke bagian posterior dan keluar ke
aqueous humour, dari luar Ion Na masuk secara difusi dan bergerak ke bagian
anterior untuk menggantikan ion K dan keluar melalui pompa aktif Na-K ATPase,
sedangkan kadar kalsium tetap dipertahankan di dalam oleh Ca-ATPase
Metabolisme lensa melalui glikolsis anaerob (95%) dan HMP-shunt (5%).
Jalur HMP shunt menghasilkan NADPH untuk biosintesis asam lemak dan ribose,
juga untuk aktivitas glutation reduktase dan aldose reduktase. Aldose reduktse adalah
enzim yang merubah glukosa menjadi sorbitol, dan sorbitol dirubah menjadi fructose
oleh enzim sorbitol dehidrogenase.
3. EPIDEMIOLOGI
Katarak yang terjadi akibat usia lanjut bertanggung jawab atas 48% kebutaan
yang terjadi di dunia, yang mewakili 18 juta jiwa, menurut WHO. Kelayakan bedah
katarak di beberapa negara belum memadahi sehingga katarak tetap menjadi
penyebab utama kebutaan. Bahkan di mana ada layanan bedah yang tersedia,
penglihatan rendah yang terkait dengan katarak masih dapat dijumpai, sebagai hasil
dari lamanya menunggu untuk operasi dan hambatan untuk dioperasi, seperti biaya,
kurangnya informasi dan masalah transportasi
Di Amerika Serikat, katarak yang terjadi akibat usia lanjut dilaporkan mencapai
42% dari orang-orang antara usia 52 sampai 64, 60% dari orang-orang antara usia 65
dan 74, dan 91% dari mereka antara usia 75 dan 85.
-
4. ETIOLOGI
Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain (Corwin,2000):
Usia lanjut dan proses penuaan Congenital atau bisa diturunkan. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok atau
bahan beracun lainnya. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik (misalnya
diabetes) dan obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid).
Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti: Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata. Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti:
penyakit/gangguan metabolisme, proses peradangan pada mata, atau diabetesmelitus.
Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang, seperti
kortikosteroid dan obat penurun kolesterol. Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik (Admin,2009).
5. MANIFESTASI KLINIS
Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain:
Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau sertagangguan fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan.
Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari
Gejala objektif biasanya meliputi:
-
Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akantampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akandipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayanganterfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan menjadi kabur atau redup.
Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih. Pengelihatanseakan-akan melihat asap dan pupil mata seakan akan bertambah putih.
Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-benarputih ,sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negatif.
Gejala umum gangguan katarak meliputi:
Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
Gangguan penglihatan bisa berupa:
Peka terhadap sinar atau cahaya. Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia). Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu. Kesulitan melihat pada malam hari Melihat lingkaran di sekeliling cahaya atau cahaya terasa menyilaukan mata Penurunan ketajaman penglihatan ( bahkan pada siang hari )
Gejala lainya adalah :
Sering berganti kaca mata Penglihatan sering pada salah satu mata. Kadang katarak menyebabkan pembengkakan lensa dan peningkatan tekanan
di dalam mata ( glukoma ) yang bisa menimbulkan rasa nyeri.
-
6. KLASIFIKASI
Katarak dapat diklasifikasikan menurut umur penderita:
a. Katarak Kongenital
Sejak sebelum berumur 1 tahun sudah terlihat disebabkan oleh infeksi
virus yang dialami ibu pada saat usia kehamilan masih dini (Farmacia, 2009).
Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera
setelah lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital
merupakan penyebab kebutaan pada bayi yang cukup berarti terutama akibat
penanganannya yang kurang tepat.
Katarak kongenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-
ibu yang menderita penyakit rubela, galaktosemia, homosisteinuri,
toksoplasmosis, inklusi sitomegalik,dan histoplasmosis, penyakit lain yang
menyertai katarak kongenital biasanya berupa penyakit-penyakt herediter seperti
mikroftlmus, aniridia, koloboma iris, keratokonus, iris heterokromia, lensa
ektopik, displasia retina, dan megalo kornea.
Untuk mengetahui penyebab katarak kongenital diperlukan pemeriksaan
riwayat prenatal infeksi ibu seperti rubela pada kehamilan trimester pertama dan
pemakainan obat selama kehamilan. Kadang-kadang terdapat riwayat kejang,
tetani, ikterus, atau hepatosplenomegali pada ibu hamil. Bila katarak disertai uji
reduksi pada urine yang positif, mungkin katarak ini terjadi akibat galaktosemia.
Sering katarak kongenital ditemukan pada bayi prematur dan gangguan sistem
saraf seperti retardasi mental.
Pemeriksaan darah pada katarak kongenital perlu dilakukan karena ada
hubungan katarak kongenital dengan diabetes melitus, fosfor, dan kalsium.
Hampir 50 % katarak kongenital adalah sporadik dan tidak diketahui
-
penyebabnya. Pada pupil bayi yang menderita katarak kongenital akan terlihat
bercak putih atau suatu leukokoria.
b. Katarak Juvenil
Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang mulai
terbentuknya pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak
juvenil biasanya merupakan kelanjutan katarak kongenital. Katarak juvenil
biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metabolik dan penyakit
lainnya
c. Katarak Senil
Setelah usia 50 tahun akibat penuaan. Katarak senile biasanya
berkembang lambat selama beberapa tahun, Kekeruhan lensa dengan nucleus
yang mengeras akibat usia lanjut yang biasanya mulai terjadi pada usia lebih dari
60 tahun. (Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit Mata, ed. 3).
7. KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi dari penyakit katarak, yaitu : nistagmus dan strabismus dan
bila katarak dibiarkan maka akan mengganggu penglihatan dan akan menimbulkan
komplikasi penyakit berupa glaukoma dan uveitis.
-
8. PATOFISIOLOGI (Pathway)
-
9. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Kartu mata snellen/mesin telebinokular (test ketajaman penglihatan dan sentralpenglihatan)
Lapang penglihatan Pengukuran tonografi Test provokatif Pemeriksaanoftalmoskopi Darah lengkap, laju sedimentasi (LED) Test toleransi glaukosa/ FBS
10. PENATALAKSANAAN
Gejala-gejala yang timbul pada katarak yang masih ringan dapat dibantu dengan
menggunakan kacamata, lensa pembesar, cahaya yang lebih terang, atau kacamata
yang dapat meredamkan cahaya. Pada tahap ini tidak diperlukan tindakan operasi.
Tindakan operasi katarak merupakan cara yang efektif untuk memperbaiki lensa
mata, tetapi tidak semua kasus katarak memerlukan tindakan operasi. Operasi
katarak perlu dilakukan jika kekeruhan lensa menyebabkan penurunan tajam
pengelihatan sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari. Operasi
katarak dapat dipertimbangkan untuk dilakukan jika katarak terjadi berbarengan
dengan penyakit mata lainnya, seperti uveitis yakni adalah peradangan pada uvea.
Operasi katarak akan dilakukan bila berbarengan dengan glaukoma, dan
retinopati diabetikum. Selain itu jika hasil yang didapat setelah operasi jauh lebih
menguntungkan dibandingkan dengan risiko operasi yang mungkin terjadi.
Pembedahan lensa dengan katarak dilakukan bila mengganggu kehidupan social atau
atas indikasi medis lainnya.( Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit Mata, ed. 3)
Indikasi dilakukannya operasi katarak :
-
Indikasi sosial: jika pasien mengeluh adanya gangguan penglihatan dalammelakukan rutinitas pekerjaan
Indikasi medis: bila ada komplikasi seperti glaucoma Indikasi optik: jika dari hasil pemeriksaan visus dengan hitung jari dari jarak 3
m didapatkan hasil visus 3/60.
Ada beberapa jenis operasi yang dapat dilakukan, yaitu:
a; ICCE ( Intra Capsular Cataract Extraction)
Yaitu dengan mengangkat semua lensa termasuk kapsulnya. Sampai
akhir tahun 1960 hanya itulah teknik operasi yg tersedia.
b; ECCE (Ekstra Capsular Cataract Extraction) terdiri dari 2 macam yakni
Standar ECCE atau planned ECCE dilakukan dengan mengeluarkan
lensa secara manual setelah membuka kapsul lensa. Tentu saja dibutuhkan
sayatan yang lebar sehingga penyembuhan lebih lama.
Fekoemulsifikasi (Phaco Emulsification). Bentuk ECCE yang terbaru
dimana menggunakan getaran ultrasonic untuk menghancurkan nucleus
sehingga material nucleus dan kortek dapat diaspirasi melalui insisi 3 mm.
Operasi katarak ini dijalankan dengan cukup dengan bius lokal atau
menggunakan tetes mata anti nyeri pada kornea (selaput bening mata), dan
bahkan tanpa menjalani rawat inap. Sayatan sangat minimal, sekitar 2,7 mm.
Lensa mata yang keruh dihancurkan (Emulsifikasi) kemudian disedot (fakum)
dan diganti dengan lensa buatan yang telah diukur kekuatan lensanya dan
ditanam secara permanen. Teknik bedah katarak dengan sayatan kecil ini hanya
memerlukan waktu 10 menit disertai waktu pemulihan yang lebih cepat.
Pascaoperasi pasien diberikan tetes mata steroid dan antibiotik jangka pendek.
Kacamata baru dapat diresepkan setelah beberapa minggu, ketika bekas insisi telah
-
sembuh. Rehabilitasi visual dan peresepan kacamata baru dapat dilakukan lebih cepat
dengan metode fakoemulsifikasi. Karena pasien tidak dapat berakomodasi maka
pasien akan membutuhkan kacamata untuk pekerjaan jarak dekat meski tidak
dibutuhkan kacamata untuk jarak jauh. Saat ini digunakan lensa intraokular
multifokal. Lensa intraokular yang dapat berakomodasi sedang dalam tahap
pengembangan
Apabila tidak terjadi gangguan pada kornea, retina, saraf mata atau masalah
mata lainnya, tingkat keberhasilan dari operasi katarak cukup tinggi, yaitu mencapai
95%, dan kasus komplikasi saat maupun pasca operasi juga sangat jarang terjadi.
Kapsul/selaput dimana lensa intra okular terpasang pada mata orang yang pernah
menjalani operasi katarak dapat menjadi keruh. Untuk itu perlu terapi laser untuk
membuka kapsul yang keruh tersebut agar penglihatan dapat kembali menjadi jelas.
11. PENCEGAHAN
Mengontrol penyakit yang berhubungan dengan katarak dan menghindari faktorfaktor yang mempercepat terbentuknya katarak.
Menggunakan kaca mata hitam ketika berada di luar ruangan pada siang haribisa mengurangi jumlah sinar ultraviolet yang masuk ke dalam mata.
Berhenti merokok bisa mengurangi resiko terjadinya katarak. Mengkonsumsi buah-buahan yang banyak mengandung vit C, vit A dan vit E
12. PROGNOSIS
Penderita katarak memiliki prognosis baik apabila dilakukan pembedahan dan
disiplin dalam mematuhi penatalaksanaan.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
-
1; Pengkajian1; Demografi: Bp. Suhardi usia 60 tahun2; Riwayat Kesehaan
a; Keluhan utama: gangguan pada mata/ penglihatan sejak 1 tahun yang lalub; Keluhan tambahan: gatal pada mata, sulit melihat, pandangan kabur, mata
berair, pandangan buram, pengelihatan kadang berbayang, pada keadaanterang mata silau.
c; Alasan masuk rumah sakit: d; Riwayat penyakit sekarang:e; Riwayat penyakit lain: tidak terkajif; Alergi: tidak terkaji
3; Kesehatan Keluarga 4; Pola Fungsi Kesehatan
a; Pola nutrisi metabolic : tidak terkajib; Pola eliminasi : tidak terkajic; Pola aktivitas-istirahat : aktivitas terganggu karena gangguan penglihatand; Pola kebersihan diri : tidak terkajie; Manajemen kesehatan : tidak terkajif; Reproduksi seksualitas : tidak terkajig; Pola kognitif sensoris : tidak terkajih; Pola konsep diri : cemasi; Pola koping : tidak terkajij; Pola peran-berhubungan : tidak terkajik; Pola nilai dan keyakinan : tidak terkaji
5; Pemeriksaan FisikInspeksi: mata terlihat putih, terjadi inflamasi pada mataShadow test ODS: negatif
6; Pemeriksaan Diagnostika; TIO OD 18,6 mmHgb; TIO OS 16mmHgc; Permukaan segmen anterior ODS: kekeruhan lensa totald; Permukaan segmen posterior ODS: tidak dapat dinilai
2; Diagnosis
-
1; Risiko infeksi dengan factor risiko prosedur infasif2; Risiko cedera dengan factor risiko internal disfungsi sensorik3; Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan
3; Rencana Keperwatan
Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Risiko infeksi dengan
faktor risiko prosedur
infasif
NOC :
; Immune Status
; Knowledge : Infection
control
; Risk control
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama
pasien tidak mengalami
infeksi dengan kriteria
hasil:
; Klien bebas dari tanda
dan gejala infeksi
; Menunjukkan
kemampuan untuk
mencegah timbulnya
infeksi
; Jumlah leukosit dalam
batas normal
; Menunjukkan perilaku
hidup sehat
; Status imun,
NIC :
Pertahankan teknik aseptif
Batasi pengunjung bila perlu
Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan
Gunakan baju, sarung tangan sebagai
alat pelindung
Ganti letak IV perifer dan dressing
sesuai dengan petunjuk umum
Gunakan kateter intermiten untuk
menurunkan infeksi kandung kencing
Tingkatkan intake nutrisi
Berikan terapi
antibiotik:.................................
Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal
Pertahankan teknik isolasi k/p
Inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase
Monitor adanya luka
-
gastrointestinal,
genitourinaria dalam
batas normal
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
gejala infeksi
Kaji suhu badan pada pasien neutropenia
setiap 4 jam
Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Risiko Injury dengan
faktor risiko internal
disfungsi sensorik
NOC :
Risk Kontrol
Immune status
Safety Behavior
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama.
Klien tidak mengalami
injury dengan kriterian
hasil:
; Klien terbebas dari cedera
; Klien mampu
menjelaskan cara/metode
untukmencegah
injury/cedera
; Klien mampu
menjelaskan factor risiko
dari lingkungan/perilaku
personal
; Mampumemodifikasi
NIC : Environment Management
(Manajemen lingkungan)
; Sediakan lingkungan yang aman untuk
pasien
; Identifikasi kebutuhan keamanan pasien,
sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi
kognitif pasien dan riwayat penyakit
terdahulu pasien
; Menghindarkan lingkungan yang
berbahaya (misalnya memindahkan
perabotan)
; Memasang side rail tempat tidur
; Menyediakan tempat tidur yang nyaman
dan bersih
; Menempatkan saklar lampu ditempat
yang mudah dijangkau pasien.
; Membatasi pengunjung
; Memberikan penerangan yang cukup
; Menganjurkan keluarga untuk menemani
-
gaya hidup
untukmencegah injury
; Menggunakan fasilitas
kesehatan yang ada
; Mampu mengenali
perubahan status
kesehatan
pasien.
; Mengontrol lingkungan dari kebisingan
; Memindahkan barang-barang yang dapat
membahayakan
; Berikan penjelasan pada pasien dan
keluarga atau pengunjung adanya
perubahan status kesehatan dan penyebab
penyakit.
Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Ansietas berhubungan
dengan perubahan
status kesehatan
NOC :
- Kontrol kecemasan
- Koping
Setelah dilakukan asuhan
selama klien
kecemasan teratasi dgn
kriteria hasil:
; Klien mampu
mengidentifikasi dan
mengungkapkan gejala
cemas
; Mengidentifikasi,
mengungkapkan dan
menunjukkan tehnik
untuk mengontol cemas
; Vital sign dalam batas
NIC :
Anxiety Reduction (penurunan
kecemasan)
Gunakan pendekatan yang
menenangkan
Nyatakan dengan jelas harapan
terhadap pelaku pasien
Jelaskan semua prosedur dan apa yang
dirasakan selama prosedur
Temani pasien untuk memberikan
keamanan dan mengurangi takut
Berikan informasi faktual mengenai
diagnosis, tindakan prognosis
Libatkan keluarga untuk mendampingi
klien
-
normal
; Postur tubuh, ekspresi
wajah, bahasa tubuh
dan tingkat aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan
Instruksikan pada pasien untuk
menggunakan tehnik relaksasi
Dengarkan dengan penuh perhatian
Identifikasi tingkat kecemasan
Bantu pasien mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan
Dorong pasien untuk mengungkapkan
perasaan, ketakutan, persepsi
Kelola pemberian obat anti
cemas:........
C. PENDIDIKAN KESEHATAN
Satuan Acara Penyuluhan
(SAP)
Tema : Katarak
Subtema : Operasi ICCE dan ECCE Untuk Penderita Katarak
Sasaran : Pasien dan Keluarga
Tempat : Ruang Edelweiss (RS. Bethesda)
Hari/Tanggal : Jumat, 9 Oktober 2015
Waktu : 30 Menit
-
A. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan selam 30 menit, diharapkan pasien dan
keluarga dapat memahami Katarak.
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukakn penyuluhan selama 30 menit, diharapkan pasien dan
keluarga dapat memahami; Apa Itu Katarak ?, Penyebab Katarak ?, Operasi ICCE
dan ECCE Untuk Penderita Katarak ?.
C. Metode
Ceramah dan Tanya Jawab.
D. Materi
Seputar penyakit Katarak dan operasi ICCE dan ECCE.
E. Kegiatan Penyuluhan
No Kegiatan Penyuluh Peserta Waktu1. Pembukaan - Salam pembuka
- Memperkenalkan diri
dan menyamaikan
tujuan
- Menjawab
salam- Mendengarkan 5 Menit
2. Isi - Menjelaskan seluruh
materi yang telah
disiapkan
- Menyimak
15 Menit
3. Penutup - Menyimpulkan - Menyimak 10 menit
-
- Salam Penutup - Menyimak
F. Media
Leaflet dan Powerpoint
G. Sumber
H. Evaluasi
Formatif ; pasien dan keluarga dapat menjelaskan kembali materi yang telahdisiapkan
Legal Etik1; Otonomi: Individu mempunyai hak untuk menentukan diri sendiri.2; Non-malificience: Prinsip menghindari tindakan yang membahayakan.3; Beneficience: Prinsip harus melakukan kebaikan.4; Justice: Individu berhak diberlakukan setara.5; Veracity: Mengacu pada hal kebenaran. (Sumantri, 2009)
Advokasi1; Sebagai penghubung antara klien atau keluarga dengan tim kesehatan lainnya
dalam rangka pemenuhan kebutuhan.2; Membela kepentingan pasien.3; Sebagai narasumber dan fasilitator dalam pengambilan keputusan. (Sumantri,
2009)
-
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas. 2004 . Penuntun Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 3. Jakarta: EGC
Khaliluidah. 2010 . Patologi dan Pemeriksan Pada Katarak. Jakarta: EGC
Sudarth . 2006 . Keperawatan Medikal Bedah, Vol.3. Jakarta: EGC
Rahayu, Sri. 2005 . Ilmu Penyakit Mata, Edisi Kelima. Jakarta: FKUI
top related