kasus sulit katarak

30
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA (UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA) Jl. Terusan Arjuna No.6 Kebon Jeruk – Jakarta Barat KEPANITERAAN KLINIK STATUS ILMU PENYAKIT MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA Hari/Tanggal Ujian/Presentasi Kasus: Sabtu 9 Februari 2013 SMF ILMU PENYAKIT MATA RUMAH SAKIT : Mata “Dr. Yap” Nama : Wenny Fonda L NIM : 11-2011-181 Dr. Pembimbing : dr. Enni Cahyani P., SpM, Mkes I. IDENTITAS Nama : Tn.M Umur : 51 Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam Pekerjaan : PNS Alamat : Porak Jombang II. ANAMNESIS 1

Upload: wenny-fonda-l

Post on 29-Oct-2015

65 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kasus Sulit Katarak

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)

Jl. Terusan Arjuna No.6 Kebon Jeruk – Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIK

STATUS ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

Hari/Tanggal Ujian/Presentasi Kasus: Sabtu 9 Februari 2013

SMF ILMU PENYAKIT MATA

RUMAH SAKIT : Mata “Dr. Yap”

Nama : Wenny Fonda L

NIM : 11-2011-181

Dr. Pembimbing : dr. Enni Cahyani P., SpM, Mkes

I. IDENTITAS

Nama : Tn.M

Umur : 51 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pekerjaan : PNS

Alamat : Porak Jombang

II. ANAMNESIS

Dilakukan Autoanamnesis pada tanggal 8 Februari 2013 Pukul 11.00 WIB

1

Page 2: Kasus Sulit Katarak

Keluhan Utama:

Mata kanan pasien kabur kurang lebih 1 tahun.

Keluhan Tambahan:

silau jika melihat cahaya terang

Riwayat Penyakit Sekarang:

Kurang lebih sejak 1 tahun yang lalu pasien mulai merasakan penglihatan mata

kanan pasien kabur. Penglihatan pada mata kanan pasien dirasakan mulai turun secara

berlahan semakin lama semakin berkurang. Dan mulai dirasakan semakin memberat

beberapa bulan terakhir. Pasien mengaku selama ini mata pasien tidak pernah merah.

Pasien sering merasakan silau jika melihat cahaya terang. Sedangkan mata kiri pasien

dirasakan masih dapat berfungsi dengan baik.

Karena penglihatannya semakin kabur pasien memeriksakan diri ke dokter di

Surabaya. Dan didiagnosis katarak pada mata kanan pasien. Kemudian pasien d//irujuk

ke RS mata dr. YAP untuk dilakukan operasi katarak.

Keluhan nyeri pada mata, mata berair, riwayat trauma pada mata juga tidak ada.

Keluhan sakit kepala hingga mual muntah juga tidak ada. Tidak ada riwayat penggunaan

obat kortikosteroid sebelumnya.

Riwayat Penyakit Dahulu:

Sebelumnya pasien menggunakan kacamata + namun pasien tidak membawa

kacamatanya. Pasien tidak mempunyai riwayat diabetes melitus, hipertensi, dan asma.

Pasien ada riwayat gastritis.

Riwayat Penyakit Keluarga:

Di keluarga tidak ada yang menderita katarak atau keluhan yang sama.

2

Page 3: Kasus Sulit Katarak

III. PEMERIKSAAN FISIK

A. STATUS GENERALIS

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda Vital : Tekanan Darah: 140/90 mmHg

Nadi : 88x/menit

Respirasi : 16x/menit

Suhu : 36°C

Kepala : normocephali

THT : tidak ada deviasi septum nasi, MAE lapang, T1-T1 tenang tidak

Hiperemis

Thoraks :suara nafas vesikuler, ronchi (-), wheezing (-), BJ I-II reguler,

murmur (-), gallop (-)

Abdomen : supel, datar, bising usus (+) normal

Ekstremitas : akral hangat, edema (-)

KGB : tidak teraba pembesaran KGB

B. STATUS OFTALMOLOGIKUS

KETERANGAN OKULO DEXTRA (OD) OKULO SINISTRA (OS)

1. VISUS

Tajam Penglihatan 1/300 6/9

Koreksi - -

Addisi - -

Distansia Pupil Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan

Kacamata Lama

2. KEDUDUKAN BOLA MATA

Eksoftalmos - -

Enoftalmos - -

Deviasi - -

3

Page 4: Kasus Sulit Katarak

Gerakan Bola Mata Baik ke semua arah Baik ke semua arah

3. SUPERSILIA

Warna Hitam Hitam

Simetris Simetris Simetris

4. PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR

Edema - -

Nyeri tekan - -

Ektropion - -

Entropion - -

Blefarospasme + -

Trikiasis - -

Sikatriks - -

Fissura palpebra - -

Ptosis - -

Hordeolum - -

Kalazion - -

5. KONJUNGTIVA TARSALIS SUPERIOR DAN INFERIOR

Hiperemis - -

Folikel - -

Papil - -

Sikatriks - -

Anemis - -

Kemosis - -

6. KONJUNGTIVA BULBI

Sekret - -

Injeksi Konjungtiva - -

4

Page 5: Kasus Sulit Katarak

Injeksi Siliar - -

Injeksi

Subkonjungtiva

- -

Pterigium - -

Pinguekula - -

Nevus Pigmentosus - -

Kista Dermoid - -

7. SISTEM LAKRIMALIS

Punctum Lakrimalis Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Tes Anel Tidak dilakukan Tidak dilakukan

8. SKLERA

Warna Putih Putih

Ikterik - -

Nyeri Tekan - -

9. KORNEA

Kejernihan Jernih Jernih

Permukaan Licin Licin

Ukuran 12mm 12mm

Sensibilitas Baik Baik

Infiltrat - -

Keratik Presipitat - -

Sikatriks - -

Ulkus - -

5

Page 6: Kasus Sulit Katarak

Laserasi Sulit dinilai -

Arkus Senilis Sulit dinilai -

Edema - -

Tes Placido Tidak dilakukan Tidak dilakukan

10. BILIK MATA DEPAN

Kedalaman Normal Normal

Kejernihan Jernih Jernih

Hifema - -

Hipopion - -

Efek Tyndall - -

11. IRIS

Warna Coklat kehitaman Coklat kehitaman

Kripte Jelas Jelas

Sinekia - -

Koloboma - -

12. PUPIL

Letak Di tengah Di tengah

Bentuk Bulat Bulat

Ukuran 4 mm 4 mm

Refleks Cahaya

Langsung

+ +

6

Page 7: Kasus Sulit Katarak

Refleks Cahaya Tak

Langsung

+ +

13. LENSA

Kejernihan Keruh Jernih

Letak Ditengah Di tengah

Shadow Test + -

14. BADAN KACA

Kejernihan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

15. FUNDUS OKULI

Batas Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Warna Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Ekskavasio Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Rasio Arteri:Vena Tidak dilakukan Tidak dilakukan

C/D Ratio Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Makula Lutea Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Retina Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Eksudat Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Perdarahan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Sikatriks Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Ablasio Tidak dilakukan Tidak dilakukan

16. PALPASI

Nyeri Tekan - -

Massa Tumor - -

7

Page 8: Kasus Sulit Katarak

Tonometri Schiotz 16 18

17. KAMPUS VISI

Tes Konfrontasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

IV. RESUME

Kurang lebih sejak 1 tahun yang lalu pasien mulai merasakan penglihatan mata kanan

pasien kabur. Penglihatan pada mata kanan pasien dirasakan mulai turun secara berlahan

semakin lama semakin berkurang. Dan mulai dirasakan semakin memberat beberapa bulan

terakhir. Pasien mengaku selama ini mata pasien tidak pernah merah. Pasien sering

merasakan silau jika melihat cahaya terang. Dan di diagnosis katarak pada mata kanan

pasien. Kemudian pasien d//irujuk ke RS mata dr. YAP untuk dilakukan operasi katarak.

nyeri pada mata (-), mata berair (-) riwayat trauma (-). Keluhan sakit kepala hingga mual

muntah juga (-). Tidak ada riwayat penggunaan obat kortikosteroid sebelumnya.

Pada Pemeriksaan Fisik TIO OD 18 OS 16, Pseudo Test OD (+)

V. DIAGNOSIS KERJA

OD afakia dekompesasi kornea.

OS katarak senilis imatur

VI. PEMERIKSAAN ANJURAN

Funduskopi

Gonioskopi

USG biometri

VII. PENATALAKSANAAN

Medikamentosa :

IVFD RL 20 tpm

8

Page 9: Kasus Sulit Katarak

Midriatikum : Larpin 1 X OS

LFX 4x1 ODS

Xitrol 4 X OS

Non Medikamentosa :

OS Phaco IOL 10D

VIII. PROGNOSIS

OKULO DEXTRA (OD) OKULO SINISTRA (OS)

Ad Vitam : dubia ad bonam ad bonam

Ad Fungsionam : dubia ad malam ad bonam

Ad Sanationam : dubia ad bonam ad bonam

9

Page 10: Kasus Sulit Katarak

TINJAUAN PUSTAKA

KATARAK SENILIS

Pendahuluan

Saat ini, katarak merupakan penyebab utama kebutaan di dunia dimana hampir setengah

dari 45 juta orang mengalami kebutaan dan hampir 90% berasal dari daerah Asia dan Afrika.

Sementara itu, sepertiga dari seluruh kasus kebutaan terjadi di daerah Asia Tenggara dan

diperkirakan setiap menitnya 12 orang mengalami kebutaan di dunia dan 4 orang diantaranya

berasal dari Asia Tengara.1

Katarak juga merupakan penyebab utama hilangnya penglihatan di Indonesia. Katarak

memiliki derajat kepadatan yang bervariasi dan dapat disebabkan oleh berbagai hal, tetapi

biasanya berkaitan dengan penuaan.2 Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut,

namun dapat juga merupakan kelainan kongenital, atau penyulit penyakit mata lokal menahun.

Bermacam-macam penyakit mata dapat mengakibatkan katarak seperti glaukoma, , ablasi,

uveitis, dan retinitis pigmentosa. Selain itu, katarak dapat berhubungan dengan proses penyakit

intraokular lainnya.3

Saat ini, seluruh dunia sedang menghadapi krisis katarak dimana jumlah kebutaan akibat

katarak mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan karena semakin tingginya usia harapan

hidup sehingga diperkirakan untuk mengeliminasi kebutaan akibat katarak dibutuhkan lebih dari

30 juta operasi katarak hingga tahun 2020.4

Definisi

Katarak berasal dari Yunani Katarrhakies, Inggris Cataract, dan Latin Cataracta yang

berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti tertutup air

terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat

terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat

kedua-duanya.3

10

Page 11: Kasus Sulit Katarak

Lensa katarak memiliki ciri berupa edema lensa, perubahan protein, peningkatan

proliferasi, dan kerusakan kontinuitas normal serat-serat lensa. Secara umum, edema lensa

bervariasi sesuai stadium perkembangan katarak.2

Gambar 1. Katarak Matur

( Dikutip dari kepustakaan No.5 )

Epidemiologi

Katarak merupakan penyebab kebutaan di dunia saat ini yaitu setengah dari 45 juta

kebutaan yang ada. 90% dari penderita katarak berada di negara berkembang seperti Indonesia,

India dan lainnya. Katarak juga merupakan penyebab utama kebutaan di Indonesia, yaitu 50%

dari seluruh kasus yang berhubungan dengan penglihatan.6

Survei tahun 1982 menunjukkan angka kebutaan di Indonesia mencapai 1,2% dari

seluruh populasi dan 0,76% disebabkan oleh katarak. Sedangkan pada survei tahun 1994-1997

yang diadakan oleh Departemen Kesehatan bekerjasama dengan Perhimpunan Dokter Spesialis

Mata Indonesia menunjukkan adanya peningkatan angka kebutaan yaitu mencapai 1,47% dan

1,02% diakibatkan oleh katarak.1

Klasifikasi

Berdasarkan usia katarak dapat diklasifikasikan dalam: 3

1. Katarak kongenital, katarak yang sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun

2. Katarak juvenil, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun

3. Katarak senil, katarak setelah usia 50 tahun

Pada katarak kongenital, kelainan utama terjadi di nukleus lensa atau nukleus embrional,

bergantung pada waktu stimulus kataraktogenik. Katarak juvenil adalah katarak yang terdapat

pada usia muda yang mulai terbentuk pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan.

11

Page 12: Kasus Sulit Katarak

Katarak juvenil biasanya merupakan kelanjutan katarak kongenital. Katarak juvenil biasanya

merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metaolik dan penyakit lainnya seperti katarak

metabolik, katarak akibat kelainan otot pada distrofi miotonik, katarak traumatik, dan katarak

komplikata.2,3

Katarak senil adalah kekeruhan lensa dengan nukleus yang mengeras akibat usia lanjut

yang biasanya mulai terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. Katarak senil secara klinik dibedakan

dalam 4 stadium yaitu insipien, imatur, matur dan hipermatur. Perbedaan stadium katarak senil

dapat dilihat pada tabel di bawah ini: 3

Insipien Imatur Matur Hipermatur

Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif

Cairan lensa Normal Bertambah Normal Berkurang

Iris Normal Terdorong Normal Tremulans

Bilik mata depan Normal Dangkal Normal Dalam

Sudut bilik mata Normal Sempit Normal Terbuka

Shadow test (-) (+) (+) +/-

Visus (+) < << <<<

Penyulit (-) Glaukoma (-) Uveitis+glaukoma

Tabel 1. Perbedaan Stadium Katarak Senil 3

Diagnosis

Gejala pada katarak senilis berupa distorsi penglihatan dan penglihatan yang semakin

kabur. Pada stadium insipien, pembentukan katarak penderita mengeluh penglihatan jauh yang

kabur dan penglihatan dekat mungkin sedikit membaik, sehingga pasien dapat membaca lebih

baik tanpa kacamata (“second sight”). Terjadinya miopia ini disebabkan oleh peningkatan indeks

refraksi lensa pada stadium insipient.11 Sebagian besar katarak tidak dapat dilihat oleh pemeriksa

awam sampai menjadi cukup padat (matur atau hipermatur) dan menimbulkan kebutaan. Katarak 12

Page 13: Kasus Sulit Katarak

pada stadium dini, dapat diketahui melalui pupil yang dilatasi maksimum dengan oftalmoskop,

kaca pembesar atau slit lamp. 7

Gambar 2. Katarak pada mata yang dilihat dengan slit lamp

Fundus okuli menjadi semakin sulit dilihat seiring dengan semakin padatnya kekeruhan

lensa, hingga reaksi fundus hilang. Derajat klinis pembentukan katarak dinilai terutama dengan

uji ketajaman penglihatan Snellen. 7

Terapi

Operasi

Katarak senilis penanganannya harus dilakukan pembedahan atau operasi. Tindakan

bedah ini dilakukan bila telah ada indikasi bedah pada katarak senil, seperti katarak telah

mengganggu pekerjaan sehari-hari walapun katarak belum matur, katarak matur, karena apabila

telah menjadi hipermatur akan menimbulkan penyulit (uveitis atau glaukoma) dan katarak telah

telah menimbulkan penyulit seperti katarak intumesen yang menimbulkan glaukoma.3,7

Ada beberapa jenis operasi yang dapat dilakukan, yaitu: 3

- ICCE ( Intra Capsular Cataract Extraction)

Metode yang mengangkat seluruh lensa bersama kapsulnya melalui insisilimbus

superior 140-160 derajat. Metode ini sekarang sudah jarang digunakan.Masih dapat

dilakukan pada zonula Zinn yang telah rapuh atau berdegenerasi ataumudah putus.

Keuntungannya adalah tidak akan terjadi katarak sekunder. Meskipun demikian,

terdapat beberapa kerugian dan komplikasi postoperasi yang mengancam dengan

teknik ICCE. Insisi limbus superior yang lebih besar 160-180º dihubungkan dengan

13

Page 14: Kasus Sulit Katarak

penyembuhan yang lebih lambat, rehabilitasitajam penglihatan yang lebih lambat,

angka kejadian astigmatisma yang lebihtinggi, inkarserata iris, dan lepasnya luka

operasi. Edema kornea juga dapat terjadis ebagai komplikasi intraoperatif

dan komplikasi dini.

- ECCE (Ekstra Capsular Cataract Extraction) yang terdiri dari ECCE konvensional,

Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa

dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan

kortek lensa dapat keluar melalui robekan.

Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan

endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra ocular posterior,

perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular, kemungkinan akan dilakukan

bedah glukoma, mata dengan prediposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca, mata

sebelahnya telah mengalami prolap badan kaca, sebelumnya mata mengalami ablasi

retina, mata dengan sitoid macular edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah

penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca.

Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak

sekunder.

- SICS (Small Incision Cataract Surgery), fekoemulsifikasi (Phaco Emulsification)

Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang merupakan teknik

pembedahan kecil.teknik ini dipandang lebih menguntungkan karena lebih cepat

sembuh dan murah ³. Apabila lensa mata penderita katarak telah diangkat maka

penderita memerlukan lensa penggant untuk memfokuskan penglihatannya dengan

cara sebagai berikut: kacamata afakia yang tebal lensanya ,lensa kontak

lensa intra okular, yaitu lensa permanen yang ditanamkan di dalam mata pada saat

pembedahan untuk mengganti lensa mata asli yang telah diangkat

14

Page 15: Kasus Sulit Katarak

Gambar 4. Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular (ECCE)

Fekoemulsifikasi merupakan bentuk ECCE yang terbaru dimana menggunakan getaran

ultrasonik untuk menghancurkan nukleus sehingga material nukleus dan kortek dapat diaspirasi

melalui insisi ± 3 mm. 7

Gambar 5. Fekoemulsifikasi Dengan Energi Ultrasonik

( Dikutip dari kepustakaan No. 10)

Fekoemulsifikasi merupakan teknik ekstraksi katarak terbaik yang pernah ada saat ini.

Teknik ini di tangan operator yang berpengalaman menghasilkan rehabilitasi tajam penglihatan

yang lebih cepat, kurang menginduksi astigmatisme, memberikan prediksi refraksi pasca operasi

yang lebih tepat, rehabilitasi yang lebih cepat dan tingkat komplikasi yang rendah.11

Meskipun demikian, Manual Small Incision Cataract Surgery ( MSICS) yang adalah

modifikasi dari ekstraksi katarak ekstrakapsular merupakan salah satu teknik pilihan yang

dipakai dalam operasi katarak dengan penanaman lensa intraokuler. Teknik ini lebih menjanjikan

dengan insisi konvensional karena penyembuhan luka yang lebih cepat, astigmatisme yang

rendah, dan tajam penglihatan tanpa koreksi yang lebih baik.13

Komplikasi dari pembedahan katarak antara lain: 3,12

15

Page 16: Kasus Sulit Katarak

- Ruptur kapsul posterior

- Glaukoma

- Uveitis

- Endoftalmitis

- Perdarahan suprakoroidal

- Prolap iris

Lensa Intraokuler

Lensa intraokuler adalah lensa buatan yang ditanamkan ke dalam mata pasien untuk

mengganti lensa mata yang rusak dan sebagai salah satu cara terbaik untuk rehabilitasi pasien

katarak.13

Sebelum ditemukannya Intra Ocular Lens (IOL), rehabilitasi pasien pasca operasi

katarak dilakukan dengan pemasangan kacamata positif tebal maupun Contact lens (kontak

lensa) sehingga seringkali timbul keluhan-keluhan dari pasien seperti bayangan yang dilihat

lebih besar dan tinggi, penafsiran jarak atau kedalaman yang keliru, lapang pandang yang

terbatas dan tidak ada kemungkinan menggunakan lensa binokuler bila mata lainnya fakik.2

IOL terdapat dalam berbagai ukuran dan variasi sehingga diperlukan pengukuran yang

tepat untuk mendapatkan ketajaman penglihatan pasca operasi yang maksimal. Prediktabilitas

dalam bedah katarak dapat diartikan sebagai presentase perkiraan target refraksi yang

direncanakan dapat tercapai dan hal ini dipengaruhi oleh ketepatan biometri dan pemilihan

formula lensa intraokuler yang sesuai untuk menentukan kekuatan (power) lensa intraokuler.

Faktor-faktor biometri yang mempengaruhi prediktabilitas lensa intraokuler yang ditanam antara

lain panjang bola mata (Axial Length), kurvatura kornea (nilai keratometri) dan posisi lensa

intraokuler yang dihubungkan dengan kedalaman bilik mata depan pasca operasi. Prinsip alat

pengukuran biometri yang umum digunakan untuk mendapatkan data biometri yaitu dengan

ultrasonografi (USG) atau Partial Coherence Laser Interferometry (PCI).10

16

Page 17: Kasus Sulit Katarak

Gambar 7. Intra Ocular Lens

Pengukuran Kekuatan IOL

Formula untuk mengukur kekuatan IOL sudah banyak berkembang sejak 25 tahun yang

lalu. Saat ini telah ditemukan kurang lebih 12 formula berbeda yang dapat digunakan diantaranya

SRK II, SRK/T, Binkhorst, Hoffer Q, Holladay.14 Pada tahun 1980 formula SRK I dan II cukup

terkenal karena mudah digunakan akan tetapi karena seringnya ditemuka kesalahan pada hasil

pengukurannya akhirnya formula ini tidak lagi digunakan dan menjadi alasan kenapa IOL

sempat ditarik kemudian pada tahun 1990 formula baru yang lebih akurat mulai dikembangkan.

Dengan menggunakan persamaan Gaussian kekuatan IOL dapat diukur dengan rumus dibawah

ini:15

P = Kekuatan IOL (satuan dioptri)

K = Nilai kekuatan kornea sentral rata-rata

AL = Axial lenght (milimeter)

C = ELP, jarak anatara permukaan kornea anterior dengan permukaan IOL

(milimeter)

nV = Indeks refraksi dari vitreus

nA = Indeks refraksi dari humor aquos

Axial lenght adalah faktor yang paling penting dalam formula mengukur kekuatan IOL,

bila ditemukan kesalahan sebanyak 1mm dari pengukuran AL maka akan menghasilkan

kesalahan refraksi sebanyak 2,35 D pada pada mata dengan AL 23,5mm. Kesalaha refraksi akan

17

P = [ nV / ( AL – C ) ] – [ K / ( 1 – K x C / nA ) ]

Page 18: Kasus Sulit Katarak

turun samapai 1,75 D/mm pada mata dengan AL 30mm tetapi meningkat sampai 3,75 D/mm

pada mata dengan AL 20mm. Jadi dapat disimpulkan bahwa akurasi dalam pengukuran AL lebih

bermakna pada mata dengan AL pendek dibandingkan mata dengan AL panjang. 15

Kekuatan kornea sentral merupakan faktor kedua yang penting dalam formula

menghitung kekuatan IOL, dengan kesalahan 1,0 D akan menghasilkan kesalahan refraksi

postoperasi sebanyak 1,0 D. Kekuatan kornea sentral dapat diukur dengan menggunakan

keratometer atau topografi kornea yang dapat mengukur kekuatan kornea secara langsung. 15

Untuk mendapatkan IOL yang cocok dan sesuai dengan kebutuhan pasien diperlukan

suatu pengukuran yang akurat dan ini merupakan tanggung jawab ahli bedah untuk

mempertimbangkan kebutuhan pasien tentunya dengan melakukan beberapa pemeriksaan. Untuk

formula yang akan digunakan tergantung kepada ahli bedah akan tetapi pengukuran biometri

harus dilakukan seakurat mungkin. Jika pada hasil ditemukan suatu kecurigaan atau nilai diluar

batas normal maka pengukuran harus diulang kembali. Selain itu pemeriksaan sebaiknya

dilakukan pada kedua mata untuk memantau adanya perbedaan yang sangat besar antara kedua

mata. 15

Perawatan pasca bedah

Jika digunakan tehnik insisi kecil, maka penyembuhan pasca operasi biasanya lebih

pendek. Pasien dapat bebas rawat jalan pada hari itu juga, tetapi dianjurkan untuk bergerak

dengan hati-hati dan menghindari peregangan atau mengangkat benda berat selama sekitar satu

bulan, olahraga berat jangan dilakukan selama 2 bulan. Matanya dapat dibalut selama beberapa

hari pertama pasca operasi atau jika nyaman, balutan dapat dibuang pada hari pertama pasca

operasi dan matanya dilindungi pakai kacamata atau dengan pelindung seharian. Kacamata

sementara dapat digunakan beberapa hari setelah operasi, tetapi biasanya pasien dapat melihat

dengan baik melui lensa intraokuler sambil menantikan kacamata permanen ( Biasanya 6-8

minggu setelah operasi ).

Selain itu juga akan diberikan obat untuk :

- Mengurangi rasa sakit, karena operasi mata adalah tindakan yang menyayat maka diperlukan

obat untuk mengurangi rasa sakit yang mungkin timbul benerapa jam setelah hilangnya kerja

bius yang digunakan saat pembedahan.

18

Page 19: Kasus Sulit Katarak

- Antibiotik mencegah infeksi, pemberian antibiotik masih dianggap rutin dan perlu diberikan

atas dasar kemungkinan terjadinya infeksi karena kebersihan yang tidak sempurna.

- Obat tetes mata streroid. Obat yang mengandung steroid ini berguna untuk mengurangi reaksi

radang akibat tindakan bedah.

- Obat tetes yang mengandung antibiotik untuk mencegah infeksi pasca bedah.

Hal yang boleh dilakukan antara lain :

- Memakai dan meneteskan obat seperti yang dianjurkan

- Melakukan pekerjaan yang tidak berat

- Bila memakai sepatu jangan membungkuk tetapi dengan mengangkat kaki keatas.

Yang tidak boleh dilakukan antara lain :

- Jangan menggosok mata

- Jangan membungkuk terlalu dalam

- Jangan menggendong yang berat

- Jangan membaca yang berlebihan dari biasanya

- Jangan mengedan keras sewaktu buang air besar

- Jangan berbaring ke sisi mata yang baru dibedah

Komplikasi

1. Komplikasi Intra Operatif

Edema kornea, COA dangkal, ruptur kapsul posterior, pendarahan atau efusi suprakoroid,

pendarahan suprakoroid ekspulsif, disrupsi vitreus, incacerata kedalam luka serta retinal light

toxicity.2,16

2. Komplikasi dini pasca operatif

- COA dangkal karena kebocoran luka dan tidak seimbangnya antara cairan yang keluar dan

masuk, adanya pelepasan koroid, block pupil dan siliar, edema stroma dan epitel, hipotonus,

brown-McLean syndrome (edema kornea perifer dengan daerah sentral yang bersih paling

sering)

- Ruptur kapsul posterior, yang mengakibatkan prolaps vitreus

19

Page 20: Kasus Sulit Katarak

- Prolaps iris, umumnya disebabkan karena penjahitan luka insisi yang tidak adekuat yang dapat

menimbulkan komplikasi seperti penyembuhan luka yang tidak sempurna, astigmatismus, uveitis

anterior kronik dan endoftalmitis.

- Pendarahan, yang biasa terjadi bila iris robek saat melakukan insisi.

3. Komplikasi lambat pasca operatif

- Ablasio retina

- Endoftalmitis kronik yang timbul karena organissme dengan virulensi rendah yang

terperangkap dalam kantong kapsuler

- Post kapsul kapacity, yang terjadi karena kapsul posterior lemah Malformasi lensa intraokuler,

jarang terjadi

Afakia

Afakia secara literature berarti tidak adanya lensa dalam mata. Afakia akan

mengakibatkan Hipermetropia tinggi.

Penyebab:

1. Kongenital --- Suatu keadaan yang jarang dimana lensa tidak ada sejak lahir. 

2. Afakia paska operasi --- Terjadi setelah operasi ICCE ( Intra Capsular Cataract Extraction

), ECCE (Extra Capsular Cataract Extraction). 

3. Post Traumatik --- Diikuti oleh trauma tumpul atau tembus, yang mengakibatkan

subluksasi atau dislokasi dari lensa. 

4. Posterior dislokasi dari lensa ke vitreus akan menyebabkan optikal Afakia.

Optik Afakia dari mata : perubahan optik terjadi setelah keluarnya lensa.

1. Mata menjadi Hipermetropia tinggi 

2. Total 44D 60 D menjadi power mata berkurang dari  

3. Fokal poin anterior menjadi 23.2 mm didepan kornea 

20

Page 21: Kasus Sulit Katarak

4. Posterior fokal poin sekitar 31 mm dibelakang kornea atau sekitar 7 mm dibelakang mata

normal ( panjang bola mata anterior-posterior sekitar 24 mm )

Terapi: untuk mengkoreksi Afakia terdiri dari kacamata, kontak lensa, intraokular lensa

DAFTAR PUSTAKA

21

Page 22: Kasus Sulit Katarak

1. Manalu R. Mass Cataract Surgery Among Barabai Community At Damanhuri Hospital,

South Kalimantan. IOA The 11th Congress In Jakarta, 2006. 127-131

2. Vaughan DG, Asbury T, Riordan-Eva P. Oftalmologi umum. Jakarta: Widya Medika,

2000. 175-183

3. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2006. 200-211

4. Yorston D. Monitoring Cataract Surgical Outcomes: Computerised Systems. http://www.

Journal of Community Eye Health.com [diakses 20 September 2010]

5. Ocompo VVD. Cataract, Senile. http://www.e-medicine.com [diakses 20 September

2010]

6. Ariston E, Suhardjo. Risk Factors for Nuclear, Cortical and Posterior Subcapsular

Cataract in Adult Javanese Population at Yogyakarta territory. Ophthalmologica

Indonesiana 2005;321:59.

7. Shock JP, Harper RA. Lensa. Dalam: Oftalmologi Umum Ed 14. Alih Bahasa:

Tambajong J, Pendit BU. General Ophthalmology 14th Ed. Jakarta: Widya Medika;

2000.176-177.

8. Pararajasegaram R. Importance of Monitoring Cataract Surgical Outcomes. Journal of

Community Eye Health, International Centre for Eye Health, London.

http://www.Joc.Com [diakses 20 September 2010]

9. Anonim. Extracapsular Cataract Extraction. www.surgeryencyclopedia.com. [diakses 20

September 2010]

10. Anonim. Phacoemulsification. www. visitech.org. [diakses 20 September 2010]

11. Shidik A, Rahayu T. Predictability of Phacoemulsification in Cipto Mangunkusumo

Hospital 2005; A- Scan Biometry Performed by Resident. IOA the 11 th Congress In

Jakarta, 2006.99-106

12. Kanski JJ. Clinical Ophthalmology 3rd Ed. Oxford: Butterworth-Heinemann; 1994. 234-

248.

13. Jayanegara IWG. One Needle Technique for Non Phaco Small Incision Cataract Surgery.

IOA the 11th Congress In Jakarta, 2006. 168-171

14. Steinert RF. Cataract Surgery. Technique, Complications, Management. 1995. W.B.

Saunders Company. 22-6

22

Page 23: Kasus Sulit Katarak

15. Skuta GL, Cantor LB, Weiss JS, et all. Clinical Optics. Section 3. 2009-2010. American

Academy Opthamology.211-9

16. Murril A.C, Stanfield L.D, Vanbrocklin D.M, Bailey L.I, Denbeste P.B, Dilomo C.R, et

all. (2004). Optometric clinical practice guideline. American optometric association:

U.S.A

23