laporan dan rekomendasi temu nasional pengelola pengadaan tahun 2015
Post on 16-Apr-2017
13.314 Views
Preview:
TRANSCRIPT
LAPORAN DAN REKOMENDASI TEMU NASIONAL PENGELOLA PENGADAAN TAHUN 2015
“Panik Anggaran VS Panik Pengadaan”
Formulasi Solusi Percepatan Penyerapan Anggaran
Melalui Perbaikan Ekosistem Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah
Hotel Santika Premiere
Jakarta, 29-30 Oktober 2015
1
LAPORAN PELAKSANAAN
2
A. LATAR BELAKANG
Menteri Keuangan Bambang Brojonegoro mengungkapkan bahwa
banyak pejabat di daerah takut dikriminalisasi terjerat korupsi karena
banyak aturan yang tak jelas. Akibatnya, uang Rp 255 triliun
mengendap di daerah dan tak dipergunakan seperti selayaknya
(Menkeu Kompas.com senin 13/07/2015 “Pemerintah Bakal Buat
Peraturan agar Dana Rp 255 Triliun Tak Menganggur”) ketakutan para
pejabat ini membuat anggaran yang sudah diproyeksikan untuk
pembangunan justru terbengkalai atau tidak terpakai. Yang paling
dirugikan adalah Rakyat dan daerah yang harusnya maju
pembangunannya, semakin tertinggal akibat sejumlah pembangunan
infrastruktur di daerah menjadi mandek. Tentunya hal ini tidak sejalan
dengan keinginan pemerintah pusat yang menginginkan percepatan
pembangunan infrastruktur demi percepatan pertumbuhan ekonomi.
Selain itu tidak terserapnya anggaran ini juga berimplikasi pada jatuhnya
sanksi kepada daerah yang lamban dalam menyerap anggaran. Hal
tersebut telah ditegaskan oleh Menteri Keuangan pada 06/08/15
(Republika online 07/08/15 “Pemda Lamban Serap Anggaran Kena
Sanksi”)
Pemerintah saat ini tengah berupaya agar anggaran dapat terserap
dengan baik di daerah, demi mendukung kebijakan percepatan
pembangunan infrastruktur yang telah dicanangkan oleh pemerintah.
Berbagai kebijakan yang bertujuan untuk mempercepat pembangunan
dan daya serap anggaran, namun tidak menjadi sebuah jebakan
kriminalisasi terhadap pengelolanya, merupakan salah satu terobosan yang
dibuat oleh pemerintah pusat. Tujuannya untuk menciptakan rasa aman
kepada Para pengelola pengadaan dari tindak kriminalisasi karena
menggunakan dana percepatan pembangunan di daerah.
Bukan cuma dana dari pusat yang tersendat penyerapannya. Anggaran
daerah juga tidak terserap secara maksimal. Data Kementerian Dalam
Negeri menunjukkan realisasi belanja APBD hingga 31 Juli 2015 rata-
rata cuma 36,5%, dengan perincian APBD Provinsi 39,2% dan
kabupaten/kota 24,29%. Padahal, dana sebesar itu akan menjadi amunisi
3
yang sangat hebat bagi bertumbuhnya perekonomian nasional yang
sedang dilanda kelesuan, bila bisa dipercepat penyerapannya.
Penerbitan berbagai aturan ini demi untuk mempertegas jaminan
pelaksanaan percepatan pembangunan infrastruktur di daerah. Kebijakan
ini adalah terobosan penting bagi keberlangsungan proyek kebijakan
pembangunan infrastruktur pemerintah dan kepastian hukum di
Indonesia. Kebijakan ini akan membuat proyek percepatan pembangunan
merata dan pejabat pemerintah tak perlu takut lagi menjalankan proyek
pembangunan infrastruktur. Kebijakan ini juga bisa menutup peluang
oknum penegak hukum untuk bermain-main kasus atau digunakan
sebagai alat menjatuhkan jabatan yang dengan adanya berbagai kebijakan
ini diharapkan pejabat tidak ragu dan takut lagi untuk melaksanakan
pembangunan dan para penegak hukum juga tidak boleh gegabah dalam
menangani dugaan korupsi. Apalagi Wakil Presiden Republik Indonesia
Jusuf Kalla telah menegaskan mengenai pentingnya perlindungan terhadap
pejabat dan kepala daerah dalam melaksanakan proyek-proyek
pemerintah.
Karena itu, kita perlu mengapresiasi seluruh upaya yang dilakukan
untuk memotong mata rantai kelambanan penyerapan anggaran. Kita
juga mengapresiasi daerah-daerah yang mampu menyerap anggaran lebih
dari 50% hingga kini.
Kepanikan penyerapan anggaran yang terjadi secara masif ini
kemudian bermuara juga pada proses pengadaan Barang/Jasa. Salah satu
ketakutan Pengguna Anggaran dalam membelanjakan anggaran adalah
tidak amannya proses pengadaan barang/jasa dari tindakan kriminalisasi.
Ketakutan ini tak urung menimbulkan kepanikan dalam sistem pengadaan
barang/jasa yang sekarang ini dinaungi oleh Perpres 54 Tahun 2010 dan
perubahannya.
Salah satu langkah defensive yang diciptakan pemerintah adalah
dengan dibentuknya Tim Pengawalan Pengamanan Pemerintahan dan
Pembangunan (TP4) oleh Kejaksaan Agung RI untuk mendampingi
penggunaan anggaran di daerah yang diharapkan bisa menghapus alasan
ketakutan untuk dikriminalisasi.
4
Pertanyaan mendasarnya adalah apakah benar pengadaan barang/jasa
pemerintah yang ada sekarang ini menghambat penyerapan anggaran?
Sejurus dengan itu Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah yang baru, Agus Prabowo, dalam berbagai
kesempatan mengungkapkan bahwa perbaikan pengadaan tidak akan
terlepas dari kondisi ekosistem pengadaan. Percepatan Pengadaan
barang/jasa pemerintah tidak bisa berdiri sendiri harus juga didukung oleh
ekosistem lain diwilayah perencanaan, penganggaran, perbendaharaan,
perpajakan, dunia usaha, pemeriksaan, pengawasan bahkan hukum.
Paradigma percepatan ini menunjukkan kepanikan sistem
penganggaran yang ujungnya berdampak pada kepanikan proses
pengadaan barang/jasa. Tema inilah yang kemudian diangkat dalam kajian
Pusat Pengkajian Pengadaan Indonesia (P3I).
Tema kajian ini pula yang coba diangkat ketataran nasional sebagai
salah satu upaya memberikan masukan solusi konstruktif dalam mengatasi
kepanikan, bahkan mungkin bisa lebih jauh yaitu memberikan solusi
jangka panjang dalam kerangka percepatan pembangunan dan
pertumbuhan perekonomian Indonesia.
B. MAKSUD DAN TUJUAN
1. Mensosialisasikan Kebijakan Pemerintah Dalam Percepatan Pembangunan dan Daya Serap Anggaran.
2. Mensosialisasikan Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa terhadap Isu Percepatan Pembangunan dan Daya Serap Anggaran.
3. Mengidentifikasi Titik Kritis dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dikaitkan dengan upaya percepatan.
4. Menangkap pandangan para pemangku kepentingan terhadap paradigma percepatan daya serap anggaran dan pengadaan.
5. Mengupas aspek penanganan hukum pada wilayah pengadaan barang/jasa.
5
C. TARGET KEGIATAN
1. Memahami kebijakan pemerintah berkaitan dengan percepatan
pembangunan, daya serap anggaran dan pengadaan barang/jasa.
2. Memahami aspek-aspek kritis dalam pengadaan barang dan jasa
pemerintah.
3. Memahami prosedur dan aspek penanganan hukum pada
wilayah pengadaan barang/jasa.
4. Mencari solusi obyektif percepatan pembangunan melalui perbaikan
manajemen pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
D. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN
Kamis – Jumat, 29 – 30 Oktober 2015
Bertempat di Hotel Santika Premiere, Jl. Hayam Wuruk, Jakarta
6
E. SUSUNAN ACARA:
HARI I (PERTAMA)
Keynote Speaker Menteri PPN/Kepala BAPPENAS (Diwakili oleh
Perencana Muda Aparatur Negara) Kebijakan Pemerintah dalam Percepatan Pembangunan dan Daya Serap Anggaran
Keynote Speaker Kepala LKPP RI : DR. IR. AGUS PRABOWO, M.ENG Peran LKPP dalam Percepatan Pembangunan dan Daya Serap Anggaran
Diskusi Panel
1. Direktur Kebijakan Umum LKPP (Titik Kritis dalam Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah)
2. Bupati Tapin (Pandangan Pemerintah Daerah terhadap Percepatan
Daya Serap Anggaran dan Pengadaan)
3. BPKP (Peranan BPKP dalam Proses Pendampingan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah)
4. Tim Pengawalan Pengamanan Pemerintahan dan Pembangunan (TP4)
Kejaksaan Agung (Peranan Kejaksaan dalam Proses Pendampingan
Percepatan Daya Serap Anggaran)
7
HARI II (KEDUA)
Diskusi Panel 1
1. Prof Dr. Krisna Harahap
SH,MH (hakum Agung
Tipikor) (Membedakan
Kesalahan Administrasi
dan Pidana dalam
pengadaan barang/jasa
Pemerintah)
2. Dr. Sabela Gayo (Ketua
Asosiasi Pengacara
Pengadaan Barang /Jasa
Pemerintah (APPBJI))
(Kapan memerlukan
pengacara dalam
pengadaan barang/jasa)
Diskusi Panel 2
1. Samsul Ramli (Pendiri P3I)
(Berselancar di balik aturan yang
berkaitan dengan Pengadaan
barang dan jasa)
2. Agus Kuncoro (Pendiri P3I –
Mantan Terpidana Tipikor)
(Sekilas Pesan dari Balik Terali
Besi)
3. Tama S. Langkun (ICW) (Peran
masyarakat dalam memonitoring
Pengadaan barang dan jasa)
4. Dr Ibrahim SH MH LLM (Komisi
Yudisial) (Prinsip Kecermatan
dalam Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah)
8
REKOMENDASI
9
Rekomendasi Temu Nasional Ahli Pengadaan Tahun 2015
Tema : Panik Anggaran versus Panik Pengadaan
Pembangunan bergerak diatas dua komponen yang terpadu dalam
rantai pasokan yang tidak terputus yaitu Pendapatan dan Belanja. Ujung
tombak serapan anggaran disisi belanja adalah pengadaan barang/jasa.
Sayangnya selama ini upaya perbaikan hanya ditujukan pada mengasah
ujung tombak tapi tidak melakukan re-engineering dan re-analysis
terhadap komponen lain yang mempengaruhi kinerja pengadaan dapat
mencapai tujuan pembangunan secara menyeluruh. Untuk itu merangkum
gelaran diskusi, debat, tanya jawab, usulan dan curahan hati lebih dari 300
pelaku pengadaan barang/jasa yang hadir pada even nasional ini, Pusat
Pengkajian Pengadaan Indonesia (P3I), menyampaikan hasil Temu
Nasional Ahli Pengadaan Tahun 2015 dalam bentuk rekomendasi sebagai
berikut:
Perbaikan serapan anggaran melalui perbaikan sistem pengadaan
barang/jasa tidak hanya dapat dicapai dengan memperbaiki peraturan
pengadaan barang/jasa saja namun perbaikan seluruh ekosistem yang
mempengaruhi pengadaan barang/jasa baik eksternal maupun internal.
1. Ekosistem Eksternal Pengadaan Barang/Jasa yang perlu dilakukan
perubahan dalam rangka mendukung perbaikan pengadaan barang/jasa
adalah:
a. Sistem Perencanaan Pembangunan. Dibutuhkan Sistem
Perencanaan Pembangunan yang berbasiskan pengadaan
barang/jasa yaitu menempatkan proses perencanaan umum
pengadaan barang/jasa secara tegas dan jelas dalam tata urutan
Pelaksanaan Teknis Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004
Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Dengan
demikian Rencana Kerja Anggaran (RKA) sebagai output
Perencanaan Pembangunan telah mencakup pembiayaan atas
keseluruhan biaya perolehan pengadaan barang/jasa (Total Cost of
Ownership).
10
b. Sistem Penganggaran Pembangunan. Dibutuhkan sistem
penganggaran yang lebih fleksibel mengikuti pola belanja yang
semakin berkembang. Pola penganggaran tidak boleh mengikat pola
belanja. Jika semangatnya adalah Anggaran berbasis kinerja maka
kinerja yang memimpin anggaran. Kinerja adalah belanja dan
belanja adalah pengadaan barang/jasa. Untuk itu fleksibilitas
anggaran untuk mengakomodir belanja-belanja strategis
pembangunan perlu dituangkan dalam regulasi yang jelas dan tegas.
Fleksibilitas tersebut utamanya mengakomodir hal-hal sebagai
berikut:
i. Fleksibilitas ijin belanja multiyear untuk karakteristik
pengadaan barang/jasa yang bersifat rutin, kritikal strategik,
khusus dan/atau keadaan tertentu.
ii. Fleksibilitas penggunaan Sisa Anggaran dalam rangka
optimalisasi pencapaian target pembangunan.
c. Sistem Pembayaran. Dibutuhkan sistem pembayaran yang update
dan fleksibel untuk mendorong dunia usaha yang sehat bersedia
mendekati sistem pengadaan barang/jasa pemerintah. Untuk itu
sistem pembayaran belanja pemerintah sebagaimana tertuang dalam
Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara,
harus mengakomodir fleksibilitas pola pembayaran sebagai berikut:
i. Pola Pembayaran Mendahului Progres Fisik Pekerjaan seperti
pembayaran Kontrak Sewa dan pembelian barang/jasa secara
elektronik.
ii. Memperluas jangkauan Jaminan Pembayaran hingga melewati
tahun anggaran tanpa mengurangi prinsip akuntabilitas
pengadaan barang/jasa misal untuk memfasilitasi pelaksanaan
pekerjaan tahun tunggal di akhir tahun.
iii. Menyederhanakan dan mempertegas administrasi pembayaran
hanya sebatas unsur administratif pekerjaan. Sedangkan unsur
teknis dan kualitas pekerjaan diserahkan kepada pelaksana
pengadaan barang/jasa.
11
d. Sistem Perpajakan. Kewajiban perpajakan yang dibebankan dalam
proses pengadaan barang/jasa tidak memberikan nilai tambah bagi
percepatan proses pengadaan barang/jasa bahkan cenderung
menghambat. Disisi lain peranan sektor belanja dalam upaya disiplin
perpajakan hanya meringankan risiko dan beban kerja sektor
pendapatan dalam hal ini perpajakan. Kondisi beban kerja
perpajakan di pengadaan barang/jasa ini berbanding terbalik dengan
reward yang didapatkan jika dibandingkan dengan sektor
perpajakan. Untuk itu kewajiban pemungutan PPN dan PPh
direkomendasikan untuk dilakukan langsung kepada penyedia
barang/jasa dan tidak membebani proses pengadaan barang/jasa.
e. Sistem Pengawasan dan Pemeriksaan Keuangan Pemerintah.
Sistem pengawasan dan pemeriksaan selama ini memandang proses
pengadaan hanya terkait kepatuhan pada tata cara administratif
namun tidak mempertimbangkan asas kinerja. Meski telah diatur
secara tegas dalam Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Keuangan Negara bahwa unsur penting adalah
Pemeriksaan Kinerja realisasinya jauh lebih dominan pemeriksaan
administratif keuangan. Untuk itu disampaikan beberapa
rekomendasi sebagai berikut :
i. Mempertegas ruang lingkup kewenangan pemeriksaan keuangan
pemerintah terkait kasus hukum pengadaan barang/jasa.
ii. Perlu dipertegas dari sisi aturan tentang mekanisme pemeriksaan
kinerja dalam pengadaan barang/jasa pemerintah.
iii. Merubah atau mempertegas aturan tentang indikator kinerja
pemeriksa/pemeriksaan atas dasar kuantitas temuan
pelanggaran kearah kualitas temuan pemeriksaan sehingga
temuan adanya prestasi dari terperiksa juga dapat dijadikan
indikator kinerja pemeriksa/pemeriksaan.
iv. Mendorong penyamaan persepsi pemeriksa/pengawas dengan
pelaksana pengadaan barang/jasa dalam kerangka pencegahan
dan penindakan.
v. Mendorong peningkatan kompetensi auditor dalam mendukung
kinerja pengadaan barang/jasa pemerintah pengadaan dengan
mewajibkan auditor minimal memiliki sertifikasi ahli pengadaan.
12
f. Sistem Hukum. Sistem penegakan hukum disisi pengadaan
barang/jasa selama ini menafikan kedudukan hukum proses
pengadaan barang/jasa berada diwilayah Hukum Administrasi dan
Hukum Perdata. Semua permasalahan pengadaan barang/jasa
dijustifikasi sebagai persoalan pidana. Kondisi ini menjadi hambatan
besar dalam percepatan proses pengadaan barang/jasa. Untuk itu
direkomendasikan agar :
i. Kedudukan Hukum Administrasi dan Hukum Perdata proses
pengadaan barang/jasa pemerintah ditegaskan dalam bentuk
peraturan.
1) Mempercepat terbitnya Peraturan Pelaksanaan Teknis
Undang-Undang 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan.
2) Mendorong percepatan penyusunan Undang-Undang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang menegaskan ruang
lingkup hukum proses pengadaan barang/jasa pemerintah.
ii. Mengaktifkan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dibidang
Pengadaan Barang/Jasa untuk menjamin penyidik kasus
pengadaan barang/jasa mengerti ruang lingkup hukum
pengadaan barang/jasa.
iii. Merubah indikator kinerja aparat penegak hukum dari atas dasar
kuantitas kejahatan (Kerugian Negara) kearah kualitas penegakan
hukum. Sehingga tidak dapat dibuktikannya kejahatan atas
laporan/pengaduan/ temuan kejahatan juga dapat dijadikan
indikator kinerja aparat penegak hukum.
iv. Mendorong penyamaan persepsi pemeriksa/pengawas, aparat
hukum dengan pelaksana pengadaan barang/jasa dalam kerangka
pencegahan dan penindakan.
v. Mendorong peningkatan kompetensi aparat hukum, khususnya
dalam mendukung kinerja pengadaan barang/jasa pemerintah
dengan mewajibkan APH yang memeriksa kasus pengadaan wajib
minimal memiliki sertifikasi ahli pengadaan.
vi. Menyelenggarakan rapat koordinasi rutin pada tingkat nasional
anatara APH, LKPP, BPKP dan BPK untuk menyelaraskan
pencegahan dan penanganan kasus-kasus pengadaan barang.jasa
secara nasional
13
2. Ekosistem Internal Pengadaan Barang/Jasa yang perlu dilakukan
perubahan dalam rangka mendukung perbaikan pengadaan barang/jasa
adalah:
a. Memperkuat kedudukan hukum kelembagaan Lembaga Kebijakan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
b. Memperkuat kelembagaan Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah sebagai motor penggerak perbaikan pengadaan
barang/jasa, melalui penegasan bentuk kelembagaan baik tingkat
pusat maupun daerah salah satunya dengan merubah Peraturan
Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat
Daerah yang memberi ruang ULP menjadi permanen dan berdiri
sendiri.
c. Memperkuat organisasi pengadaan barang/jasa melalui pembagian
kewenangan yang jelas, tegas dan berimbang diantaranya dengan:
i. Membagi kewenangan yang sedemikian besar oleh PPK, dalam
lingkup pengambilan kebijakan kepada Pengguna Anggaran.
ii. Segera menyusun aturan yang menjamin karir, kesejahteraan dan
sallary yang memadai untuk fungsional pengadaan barang/jasa.
iii. Memberi ruang kesempatan dan kewajiban peningkatan
kompetensi kepada seluruh pelaksana pengadaan barang/jasa
baik disisi manajerial kegiatan hingga teknis pekerjaan.
iv. Memberikan reward yang sesuai dengan beban kerja dan risiko
terhadap seluruh pelaksana pengadaan barang/jasa pemerintah
melalui penetapan tunjangan dan remunerasi setara dengan
sektor pendapatan misal sektor perpajakan.
d. Revisi Peraturan Pengadaan Barang/Jasa ditingkat teknis yang secara
penuh mendukung langkah-langkah strategis percepatan pengadaan
barang/jasa seperti mendukung :
i. Konsolidasi pengadaan barang/jasa seperti Lelang Itemized,
Kontrak Bersama, Performance Base Contract untuk project
strategis, lelang cepat, dan e-Purchasing melalui katalog.
14
ii. Melepaskan larangan memecah paket pengadaan untuk 1 kode
rekening belanja atau menggabungkan paket pengadaan yang
terdiri dari beberapa rekening belanja bahkan lintas dokumen
anggaran.
iii. Melepaskan aturan pengadaan diatas 100 Milyar wajib
menggunakan prakualifikasi.
iv. Mempertegas tentang mekanisme perubahan kontrak pada jenis
kontrak lumpsum.
v. Sinkronisasi aturan pengadaan barang/jasa secara umum dengan
aturan pengadaan teknis jasa konstruksi.
e. Revisi peraturan terkait pengadaan barang/jasa agar membuka
ruang bagi banyak pihak untuk memberikan koreksi, kritisi, masukan
dan perbaikan sehingga peraturan yang diterbitkan benar-benar
menggambarkan kondisi riil dilapangan.
f. Memberikan kewenangan yang lebih besar kepada Kepala Daerah
dan Kementrian/Lembaga/Instansi untuk membuat aturan rinci
pengadaan barang/jasa yang konsisten dengan tujuan kinerja
pengadaan namun memenuhi kekhususan di masing-masing
daerah/kementrian/lembaga/ instansi.
Demikian Rekomendasi ini disampaikan untuk dapat dijadikan bahan
pertimbangan dalam kerangka perbaikan sistem pengadaan barang/jasa
yang pada akhirnya juga berujung pada peningkatan kesejahteraan
Masyarakat dan Bangsa. Atas perhatian kami ucapkan terimakasih.
________________
15
FOTO KEGIATAN
16
1-Suasana Ruangan
2-Suasana Ruangan
17
3-Menyanyikan lagu Indonesia Raya
4-Menyanyikan lagu Indonesia Raya
18
5-Sambutan Ketua Umum P3I
6-Sambutan Bappenas
19
7-Sambutan Kepala LKPP
8-Panel LKPP-Bupati Tapin- TP4 Kejaksaan Agung-BPKP
20
9-Panel Hakim Agung-APPBJI
10-Panel P3I-KY-ICW
top related