landasan filosofis
Post on 22-Oct-2015
21 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
MAKALAH DASAR PENGEMBANGAN KURIKULUM
(Landasan Filosofis dan Psikologis Pengembangan Kurikulum)
Disusun oleh :
Dika Pratiwi Budianto (1213023019)
Ujang Sufidin (1213023075)
Nova Dwipantara (1213023048)
Venny Ferli (1213023077)
Wenny Sagita W (1213023079)
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN KIMIA
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
TAHUN AJARAN 2013/2014
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Landasan Filosofis dan Psikologis
Pengembangan Kurikulum.
Makalah ini disusun untuk melengkapi salah satu tugas mata kuliah Dasar
Pengembangan Kurikulum. Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa
nantinya dapat menjadi pengajar yang bertanggung jawab dalam menghadapi
peserta didiknya serta memahami makna kurikulum dengan sebaiknya sehingga
mampu mencetak generasi masa depan yang berguna bagi bangsa dan negara.
Akhirnya semoga makalah ini bermanfaat bagi kami dan bagi para pembacanya,
mohon maaf apabila terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini.
Bandar Lampung, 27 September 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan
Masalah........................................................................................2
1.3 Tujuan
Penulisan..........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Landasan
Filosofis.......................................................................................5
2.1.1 Dasar-dasar Filsafat Dewey................................................................6
2.1.2 Teori Pendidikan Dewey.....................................................................7
2.2 Landasan
Psikologis...................................................................................12
2.2.1 Psikologis Perkembangan...............................................................13
a. Metode dalam Psikologi Perkembangan..................................16
b. Teori Perkembangan.................................................................20
2.2.2 Psikologi Belajar............................................................................25
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................3
2
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam keseluruhan aspek
kehidupan manusia. Hal itu disebabkan pendidikan berpengaruh langsung
terhadap perkembangan manusia, perkembangan seluruh aspek kepribadian
manusia. Kalau bidang-bidang lain seperti ekonomi, pertanian, arsitektur, dan
sebagainya berperan menciptakan sarana dan prasarana bagi kepentingan
manusia, pendidikan berkaitan langsung dengan pembentukan manusia.
Pendidikan menentukan model manusia yang akan dihasilkan.
Landasan pengembangan kurikulum dapat menjadi titik tolak sekaligus titik
sampai. Titik tolak berarti pengembangan kurikulum dapat didorong oleh
pembaharuan tertentu seperti penemuan teori belajar yang baru dan
perubahan tuntutan masyarakat terhadap fungsi sekolah. Titik sampai berarti
kurikulum harus dikembangkan sedemikian rupa sehingga dapat merealisasi
perkembangan tertentu, seperti dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi tuntutan-tuntutan sejarah masa lalu, perbedaan latar belakang
murid, nilai-nilai masyarakat, dan tuntutan kultur tertentu.
Landasan psikologis pengembangan kurikulum menuntut kurikulum untuk
memperhatikan dan mempertimbangkan aspek peserta didik dalam
pelaksanaan kurikulum sehingga nantinya pada saat pelaksanaan kurikulum
1
apa yang menjadi tujuan kurikulum akan tercapai secara optimal. Sehingga
unsur psikologis dalam pengembangan kurikulum mutlak perlu diperhatikan.
Dalam proses pengembangan sebuah kurikulum banyak hal yang perlu
diperhatikan, diantaranya landasan dalam pengembangannya. Landasan
pengembangan kurikulum diantaranya, landasan fisiologis, landasan
psikologis, landasan sosial dan budaya, maupunperkembangan ilmu dan
teknologi. Dari sekian landasan tadi, akan dibahas landasan fisiologis,
landasan psikologis dari pengembangan kurikulum
I.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Jelaskan Pengertian dari Landasan Filosofis ?
2. Apa perbedaan pendekatan antara ilmu dengan filsafat dalam mengkaji
atau memahami alam semesta ?
3. Jelaskan tiga cabang filsafat dalam landasan filosofis ?
4. Jelaskan dasar-dasar filsafat menurut dewey ?
5. Apakah pendidikan menurut dewey ?
6. Apa yang dimaksud dengan kondisi psikologis?
7. Jelaskan tentang Psikologi perkembangan ?
8. Jelaskan metode-metode pendidikan dalam psikologi perkembangan ?
9. Jelaskan teori perkembangan dalam psikologi perkembangan ?
10. Jelaskan tentang psikologi belajar ?
I.3. Tujuan
1. Untuk menjelaskan Pengertian dari Landasan Filosofis
2. Untuk memahami perbedaan pendekatan antara ilmu dengan filsafat
dalam mengkaji atau memahami alam semesta
3. Untuk menjelaskan tiga cabang filsafat dalam landasan filosofis
4. Untuk menjelaskan dasar-dasar filsafat menurut dewey
2
5. Untuk mengetahui pengertian pendidikan menurut dewey
6. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan kondisi psikologis
7. Untuk menjelaskan tentang Psikologi perkembangan
8. Untuk menjelaskan metode-metode pendidikan dalam psikologi
perkembangan
9. Untuk menjelaskan teori perkembangan dalam psikologi perkembangan
10. Untuk menjelaskan tentang psikologi belajar
3
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam sebuah sistem pendidikan mempunyai peranan penting untuk keseluruhan
aspek kehidupan manusia. Karena dalam pendidikan itu sendiri mempunyai
pengaruh langsung terhadap perkembangan seluruh aspek kepribadian manusia.
Di dalam sebuah pendidikanpun dibuthkan sebagai rancangan pendidikan yang
punya kedudukan yang mencakup sentral dalam kegiatan pendidikan, diantaranya
menentukan proses pelaksanaan dan hasil pendidikan.
Karena kurikulum punya peranan yang sangat penting dalam prosesn berjalannya
proses pendidikan, sehingga pembuatan kurikulum tidak bisa dibuat secara
sembarangan. Dalam penyusunan kurikulum itu sendiri, dibutuhkan landasan-
landasan yang kuat, yang didasarkan atas hasil-hasil pemikiran dan penelitian
yang mendalam. Jika dianalogikan seperti sebuah bangunan yang dalam
pembuatannya, harus mempunyai pondasi yang kuat, jika pondasinya sendiri tidak
kuat maka sebuah bangunan itu akan ambruk. Begitupun yang terjadi pada
landasan pendidikan khususnya pada kurikulum yang merupakan pondasi
pendidikan. Dalam pembuatannya harus kuat dan kokoh, karena jika
kurikulumnya lemah maka akan ambruk manusianya.
Landasan utama dalam pembuatan dan pengembangan kurikulum harus
berlandaskan diantaranya landasan filosofis, landasan psikologis, landasan sosial
budaya dan landasan ilmu dan teknologi. Namun dalam pembahasan makalah ini
lebih menekankan kepada landasan filosofis dan landasan psikologis.
4
2.1 Landasan Filosofi
Jika pada pembahasan awal sudah dibahs bahwa pendidikan merupakan
interaksi antar manusia, antar pendidik dan terdidik untuk mencapai tujuan
pendidikan. Di dalam interaksi itu sendiri berisikan isi yang diinteraksikan
dan proses bagaimana interaksi berlangsung. Secara harafiah, filosofi: “cinta
dan kebijakan”. Orang yang belajar filsafat lebih menekankan kepada agar
orang mengerti dan berbuat secara bijak. Dan agar mengerti kehidupan dan
berbuat secara bijak harus tahu atau berpengetahuan. Pengetahuan diperoleh
dari proses berfikir, yaitu berfikir secara sistematis, logis dan mendalam. Bila
dalam filsafat, pemikiran yang seperti ini disebut pemikiranm radikal dimana
berfikir sampai dasar.
Secara akademik filsafat diganakan untuk menggambarkan dan menyatakan
suatu pandangan yang sistematis dan komperehensif tentang alam semesta
dan kedudukan manusia di dalamnya. Di dalam berfilsafat menangkap sinopsi
peristiwa-peristiwa yang simpang siur dalam pengalaman manusia. Suatu
cabang ilmu pengetahuan mengkaji suatu bidang pengetahuan manusia, dan
daerah cakupannya terbatas.
Dalam filsafat itu sendiri, mencakup keseluruhan pengetahuan manusia, yaitu
berusaha melihat segala yang ada sebagai satu kesatuan yang menyeluruh dan
mencoba mengetahui kedudukan manusia di dalamnya. Jadi, sering dikatakan
filsafat sebagai ibu dari segala ilmu. Ada perbedaan antara ilmu dengan ilmu
filsafat dalam mengkaji atau memahami alam semesta ini. Pada ilmu
menggunakan pendekatan analitik, yaitu menguraikan keseluruhan dalam
bagian-bagian yang kecil dan lebih kecil., sedangkan pada filsafat
merangkum atau mengintegrasikan bagian-bagian ke dalam satu kesatuan
yang menyelurh dan bermakna. Dalam filsafat terbagi atas metafisika,
epistomologi, dan aksilogi. Filsafat membahas permasalahan yang dihadapi
5
oleh manusia termasuk masalah-masalah pendidikan. Inilah yang disebut
sebagai filsafat pendidikan.
Hubungan erat antara filsafat dan filsafat pendidikan menurut Donald Butler.
Sedangkan, menurut Dewey hubungan antara filsafat dan filsafat pendidikan
adalah sama. Dan di bawah ini akan dijelaskan secara rinci mengenai filsafat
pendidikan menurut Dewey.
2.1.1 Dasar-dasar Filsafat Dewey
Pada dasarnya, dalam filsafat Dewey mempunyai konsepsi yang
bersifat selalu mengalir, berubah, atauon going-ness. Dalam prinsip
Teori Dewey ini lebih kepada sebuah konsekuensi yang cukup jauh,
bahwa tidak ada yang menetap dan abadi semuanya, artinya selalu
mengalami perubahan. Yang merupakan ciri khas dari filsafat Dewey
ini bersifat anti dualistik. Yang pandangan terhadap dunia adalah
monolistik dan hanya sekedar hipotesis.
Filsafat Dewey lebih berkenanaan dengan epistomologi dan tekanannya
kepada proses berfikir. Baginya proses berfikir merupakan satu dengan
pemecahan yang bersifat tentatif, antara ide dengan fakta, antara
hipotesis dengan hasil. Di dalam proses berfikir terdapat proses
pengecekan dengan kejadian-kejadian nyata. Dalam filsafat Dewey
kebenaran itu terletak dalam perbuatan yaitu adanya penyesuaian antara
hipotesis dengan kenyataan.
Bagi Dewey sendiri pun, sangat menghargai peranan dari pengalaman,
karena menurutnya pengalaman merupakan dasar bagi pengetahuan dan
kebijakan. Dari pengalaman itu mencakup segala aspek kegiatan
manusia, baik yang berbentuk aktif maupun pasif. Dimana adalah
6
omong kosong, bila sebuah pengetahuan tidak didasari oleh
pengalaman dengan kata lain mengalaminya. Dewey sendiripun sangat
menolak segala susuatu yang bersifat spekulatif.
Terdapat perbedaan pengertian antara kaum empiris dengan pengalamn
Dewey. Di mana Dewey mengartikan pengalaman sebagai proses
melalui pengindraan. Menurut Dewey rohani itu adalah interelasi yang
kreatif antara organisme dengan lingkungannya, yaitu antara waktu dan
tempat.
Dalam pengalaman itu sendiri, selain merupakan sumber dari
pengetahuan, juga sumber dari nilai. Karena dalam pengalaman terus
mengalami perubahan maka mempengaruhi nilai yang juga mengalami
perubahan. Nila-nilai adalah relatif, subjektif dan hanya dapat dirasakan
oelh manusia. Sesuatu itu bernilai karena diberi nilai oleh manusia,
sesuatu dibutuhkan karena manusia membutuhkannya, selalu dalam
hubungannya dengan pengalaman. Nilai-nilai itu tidak dapat diukur dan
tida ada ketetapan dalam nilai itu sendiri.
Dalam perkembangan manusia menurut Dewey mempunyai tujuan
yaitu self realization. Dalam pengertian Dewey sendiri Self merupakan
sesuatu yang konkret bersifat empiris dan tidak dapat dipisahkan dari
pengalaman dan lingkungan. Dalam self ralization hanya dapat
diperoleh melalui pengalaman dan interaksi dengan yang lainnya.
2.1.2 Teori Pendidikan Dewey
Pendidikan menurut Dewey diibaratkan suatu kehidupan yaitu dari
perkembangan sejak lahir hingga menuju kematian. Berdasarkan
pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa proses pendidikan berasal
dari pendidikan tersebut bukan dari luar. Proses pendidikan sendiri
7
bersifat kontinu, yaitu reorganisasi, rekontruksi, dan pengubahan
pengalaman hidup.
Hubungan antar sifat kontinu tersebut bahwa pendidikan merupakan
reorganisasi dan rekontruksi yang konstan dari suatu pengalaman. Pada
setiap waktu, tentu ada tujuan dan perbuatan pendidikan agar tujuan
tersebut tercapai. Setiap fase perkembangan hidup yaitu masa kanak-
kanak, masa pemuda, dan dewasa merupakan bagian dari fase
pendidikan dimana semua hal yang dipelajari pada masa itu merupakan
suatu pengalaman. Pengalaman yang baik tentu membutuhkan waktu
yang akan melengkapi atau memperbaiki
Pendidikan merupakan suatu lembaga yang konstruktif untuk
memperbaiki masyarakat yang realisasinya dalam bentuk
perkembangan masyarakat secara keseluruhan bukan hanya
direalisasikan saja pada perkembangan anak-anak dan perkembangan
pemuda saja. Tujuan pendidikan terletak pada proses pendidikan yang
membentuk pengertian-pengertian tentang benda, hubungan-hubungan
dan segala sesuatu sendiri dimana tujuannya adalah untuk mencapai
suatu kehidupan yang demokratis, yaitu sebagai cara hidup bersama,
pengalaman bersama, dan komunikasi bersama. Sedangkan menurut
John Dewey, pendidikan tidak memiliki tujuan, melainkan hanya
orangtua, guru, dan masyarakatlah yang memilikinya.
Pendidikan dapat pula diartikan sebagai suatu pertumbuhan. Adapun
syarat pertumbuhan adalah adanya kebelumdewasaan (kemampuannya
akan berkembang). Kebelumdewasaan sendiri bukan berarti negatif
melainkan positif, kemampuan, kecakapan, dan kekuatan untuk tumbuh
sehingga dapat diartikan suatu anak memiliki semangat untuk berbuat
dengan melakukannya sendiri bukan dengan apa yang diberikan oleh
orang lain.
Kebelumdewasaan sendiri dapat dibagi menjadi dua,yaitu
kebergantungan dan plastisitas. Kebergantungan diartikan sebagai suatu
8
kemampuan untuk menyatakan hubungan sosial yang nantinya akan
menyebabkan individu tersebut matang dalam hubungan sosial. Selain
itu akan tumbuh kemampuan interpedensi atau saling kebergantungan
antar anggota masyarakat satu dengan lainnya. Sedangkan plastisitas
adalah kemampuan untuk berubah dimana memiliki kecakapan
menggunakan keadaan lingkungan sebagai alat untuk mencapai tujuan
dan bersifat aktif mengubah lingkungan.
Menurut John Dewey, pendidikan merupakan pertumbuhan dimana
dimulai sejak lahir dan berakhir pada saat kematian. Sama halnya
dengan proses belajar. Pendidikan menurutnya adalah pengalaman
dimana merupakan suatu proses yang berlangsung terus-menerus.
Pengalaman dibagi menjadi dua, yaitu aktif dan pasif. Pengalaman yang
aktif terjadi jika seorang tersebut berbuat, berusaha, mencoba dan
mengubah sehingga orang tersebut mengalami sesuatu. Sedangkan
pengalaman yang pasif, yaitu jika seorang hanya menerima dan
mengikuti sehingga hanya menerima akibat dan hasil dari hal tersebut.
Belajar dari pengalaman sendiri dapat membawa pada kemajuan atau
kemunduran dimana tinggal nantinya orang tersebut akan merasa
senang atau menderita sebagai akibat dari pengalaman yang diikutinya.
Pengalaman yang efektif adalah pengalaman yang reflektif. Ada lima
langkah berpikir reflektif menurut John Dewey, yaitu:
1. Merasakan adanya keraguan, kebingungan yang menimbulkan
masalah
2. Mengadakan interpretasi tentative (merumuskan hipotesis)
3. Mengadakan penelitian atau pengumpulan data yang cermat
4. Memperoleh hasil dari pengujian hipotesis tentative
5. Hasil pembuktian sebagai sesuatu yang dijadikan dasar untuk
berbuat
9
Adapun langkah-langkah ini digunakan sebagai metode belajar dalam
pendekatan pendidikan yang merupakan proyek dari John Dewey.
Belajar menurut metode ini sama halnya seperti pendidikan, yaitu
proses pertumbuhan, belajar, dan berfikir yang dijadikan satu.
Dalam penyusunan bahan pengajaran bukan semata-mata diambil dari
buku kemudian diklasifikasikan begitu saja, tetapi anak-anak yang aktif,
anak-anak yang bekerja, dan anak-anak yang bereksperimen. Menurut
Dewey sendiri, dalam penyusunan bahan pengajaran haruslah
memertahikan syarat-syarat sebagai berikut :
1. Bahan ajaran hendaknya konkret, dipilih yang benar-benar berguna
dan dibutuhkan, dipersiapkan secara sistematis, dan mendetail
2. Pengetahuan yang telah diperoleh sebagai hasil belajar, hendaknya
ditempatkan dalam kedudukan yang berarti, yang memungkinkan
dilaksanakannya kegiatan baru, dan kegiatan yang lebih
menyeluruh
Peran guru yaitu harus menempatkan diri dalam seluruh interaksi
dengan kebutuhan, kemampuan, dan kegiatan siswa. Metode mengajar
yang digunakanpun harus fleksibel dan menimbulkan sikap inisiatif
bagi siswa.
Sekolah sendiri merupakan suatu lingkungan yang memiliki peranan
dan fungsi khusus. Adapun fungsi-fungsi khusus dari sekolah tersebut
adalah
1. Menyediakan lingkungan yang disederhanakan, karena siswa tidak
akan mampu memahami seluruh masyarakat yang sangat kompleks
2. Membentuk masyarakat yang akan datang menjadi lebih baik
dimana siswa tidak belajar dari masa lampau, tetapi belajar dari
masa sekarang untuk memperbaiki masa datang
3. Mencari keseimbangan dari bermacam-macam unsur yang ada
dalam lingkungan.
10
Sekolah memberikan pengarahan sosial, dengan cara mendorong
kegiatan-kegiatan yang berdifat instrinsik, dalam suatu arah yang sesuai
dengan kebutuhan masyarakat (Sukmadinata, 1997 : 41—44).
Dalam sekolah progresif, yang sekolahnya berpatokan pada metode
John Dewey. Pandangan progresivisme mengenai konsep belajar
bertumpu pada anak didik. Disini anak didik dipandang sebagai
makhluk yang mempunyai kelebihan, dibandingkan makhluk lain, yaitu
akal dan kecerdasan. Dan dalam proses pendidikanlah peserta didik
dibina untuk meningkatkan keduanya. Menurut progresivisme, proses
pendidikan mempunyai dua segi, yaitu psikologis dan sosiologis. Dari
segi sosiologis, pendidik harus dapat mengetahui tenaga-tenaga atau
daya-daya yang ada pada anak didik yang akan dikembangkan (Tantri,
2012).
Sumber dari control sosial pada pendidikan terletak pada sifat
kegiatannya yang berisi kan kerjasama sosial. Di dalam kerja sosial ini,
siswa mempunyai kesempatan untuk memberikan sumbangan dan
untuk memikul tanggung jawab. Didalam kelas,terbentuk pula
organisasi sosial dimana siswa mempunyai kesempatan untuk
memberikan partisipasi yang merupakan control sosial. Kontrol sosial
sendiri tidakada peraturan umum, karena hal tersebut tidak berasal dari
luar melainkan timbuk dari kegiatannya sendiri.
Tugas guru adalah memberikan bimbingan dan mengusahakan
kerjasama secara individual dimana para siswa dibagi-bagi menjadi
kelompok-kelompok dan bekerjasama dalam kelompok tersebut serta
guru diusahakan menjadi anggota kelompok tersebut pula. Hal ini
karena guru bukanlah dictator, melainkan pemimpin dalam kegiatan
kelompok tersebut (Sukmadinata, 1997 : 45).
11
2.2 Landasan Psikologis
Psikologi merupakan salah satu landasan dalam pengembangan kurikulum
yang harus dipertimbangkan oleh para pengembang. Hal ini dikarenakan
posisi kurikulum dalam proses pendidikan memegang peranan yang penting.
Dalam proses pendidikan terjadi interaksi antar manusia, yaitu antara anak
didik dengan pendidik, dan juga antara anak didik dengan manusia-manusia
lainnya. Manusia berbeda dengan makhluk lainnya karena kondisi
psikologisnya.
kondisi psikologis adalah kondisi karakteristik psikofisik manusia sebagai
individu, yang dinyatakan dalam berbagai bentuk perilaku dalam interaksinya
dengan lingkungan. Perilaku-perilaku tersebut merupakan manifestasi dari
ciri-ciri kehidupannya, baik yang nampak maupun yang tidak nampak; baik
perilaku kognitif, afektif maupun psikomotor. Interaksi yang tercipta didalam
situasi pendidikan harus sesuai dengan kondisi psikologis dari anak didik dan
pendidik. Interaksi pendidikan di rumah berbeda dengan di sekolah. Interaksi
antara anak dengan guru pada tingkat sekolah dasar berbeda dengan pada
tingkat sekolah menengah pertama dan atas.
Anak didik merupakan individu yang sedang berada dalam proses
perkembangan. Tugas utama guru adalah membantu mengoptimalkan
perkembangan peserta didik tersebut. Oleh karena itu, melalui penerapan
landasan psikologi dalam pengembangan kurikulum, tiada lain agar upaya
pendidikan yang dilakukan dapat menyesuaikan dengan hakikat peserta didik.
Penyesuaian yang dimaksud berkaitan dengan segi materi atau bahan yang
harus disampaikan, penyesuaian dari segi proses penyampaian atau
pembelajarannya, dan penyesuaian dari unsur-unsur upaya pendidikan
lainnya.
Apa yang dididikan dan bagaimana cara mendidiknya perlu disesuaikan
dengan tingkat dan pola-pola perkembangan anak. Karakteristik perilaku pada
berbagai tingkat serta pola-pola perkembangan anak menjadi bagian dari
12
psikologi perkembangan. Sementara itu, model-model atau pendekatan
pembelajaran mana yang dapat memberikan yang optimal, dan bagaimana
proses pelaksanaannya memerlukan studi yang sistematik dan mendalam.
Studi yang demikian merupakan bidang pengkajian dari psikologi belajar.
Dengan demikian, paling tidak ada dua bidang psikologi yang harus
mendapat perhatian para pengembang kurikulum, yakni psikologi
perkembangan dan psikologi belajar. Keduanya sangat diperlukan terutama di
dalam proses pemilihan dan penyusunan isi pendidikan serta proses mendidik
atau mengajar. Hal ini dimaksudkan agar anak didik dapat dilayani secara
proporsional
2.2.1 Psikologis Pengembangan
Psikologi merupakan sebuah istilah yang berasal dari bahasa Inggris,
yaitu “psychology”. Istilah ini pada mulanya berasal dari kata dalam
bahasa Yunani yaitu “psyche”, berarti, jiwa atau daya hidup,
sedangkan “logos” berarti ilmu. Jadi secara harafiah,
“psychology” berarti ilmu yang memepelajari tentang kejiwaan atau
“Ilmu Jiwa “. Menurut para ahli psikologi, pengertian psikologi secara
istilah adalah sebagai berikut :
Merupakan ilmu tentang kesadaran manusia.
Merupakan ilmu yang mempelajari prilaku dan proses mental.
Merupakan ilmu tentang aktivitas-aktivitas individu ( meliputi
perilaku motorik, kognitif, dan emosi ).
Merupakan ilmu yang mempelajari tentang jiwa, dimana jiwa
termanifestasi dalam tingkah laku atau aktivitas- aktivitas baik
motorik, kognitif, maupun emosi.
Sedangkan pengertian perkembangan, Chaplin (2002) mengartikan
perkembangan sebagai:
13
a. Perubahan yang berkesinambungan dan progresif dalam
organisme, dari lahir hingga mati,
b. Pertumbuhan,
c. Perubahan dalam bentuk dan dalam integrasi dari bagian-bagian
jasmaniah ke bagian-bagian fungsional.,
d. Kedewasaan atau kemunculan pola-pola asasi dari tingkah laku
yang tidak dipelajari.
Sementara itu, Reni Akbar Hawadi (2001) menafsirkan,”Perkembangan
secara luas menunjuk pada keseluruhan proses perubahan dari potensi
yang dimiliki individu dan tampil dalam kausalitas kemampuan ,sifat
dan ciri-ciri yang baru. Dalam istilah perkembangan juga tercakup
konsep usia yang diawali saat pembuahan dan berakhir dengan
kematian”.
Perkembangan itu menunjukkan suatu proses tertentu, yaitu suatu
proses yang menunjukkan kedepan dan tidak dapat diulangi
kembali.dalam perkembangan manusia terjadi perubahan-perubahan
yang sedikit banyak bersifat tetap dan tidak dapat diulangi.
Perkembangan menunjukkan pada perubahan – perubahan dalam suatu
arah yang bersifat maju.
Psikologi perkembangan lebih mempersoalkan factor-faktor umum
yang memepengaruhi proses perkembangan yang terjadi di dalam diri
seseorang. Titik berat yang diberikan oleh para psikolog perkembangan
adalah relasi antara kepribadian dan perkembangan. Hal ini disebabkan
oleh pendapat sebagian besar para psikolog bahwa keseluruhan
kepribadian itulah yang berkembang meskipun beberapa komponen
dapat lebih menonjol perkembangan pada masa – masa tertentu
daripada komponen yang lain, misalnya fungsi indra dan fungsi motorik
menonjol pada tahun – tahun pertama. Dengan kata lain, psikologi
perkembangan lebih tertarik pada struktur yang berbeda – beda yang
tampak pada orang yang tengah berkembang itu. Ia tertarik antara
14
struktur- struktur itu. Berhubung dengan itulah kadang-kadang dipakai
istilah stadium yang berurutan, bila pembicaraan berkisar pada suatu
komponen tertentu, misalnya perkembangan intelegensi. Kadang –
kadang dipakai istilah fase bila pembicaraan berkisar pada hubunganya
antara komponen – komponen dalam periode perkembangan tertentu.
Dengan begitu orang bicara mengenai masa-masa penghidupan, yang
jelas dapat dibedakan antara masa anak-anak, masa remaja, masa
dewasa hingga masa lanjut usia. Masa pemuda atau masa remaja kurang
jelas batasnya dengan masa kanak-kanak maupun masa dewasa awal,
meskipun memang ada cirri-ciri yang khas yang membedakan masa
remaja dengan masa sebelumnya. Berhubung dengan sifat seseorang
yang khas serta jalan perkembanganya yang khas pula, maka psikologi
perkembangan juga dapat dipandang sebagai psikologi jalan hidup
seseorang.
Desmita dalam bukunya “Psikologi Perkembangan” menyimpulkan
bahwa Perkembangan itu tidak terbatas pada pengertian pertumbuhan
yang semakin memebesar melainkan didalamnya juga terkandung
serangkaian perubahanyang berlangsung secara terus menerus dan
bersifat tetap dari dari fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang
dimiliki individu menuju ke tahab kematangan melalui pertumbuhan,
pematangan, dan belajar. Perkembangan menghasilkan bentuk-bentuk
dan cirri-ciri kemampuan baru yang berlangsung dari tahab aktivitas
yang sederhana ke tahab yang lebih tinggi. Perkembangan itu bergerak
secara berangsur-angsur tetapi pasti, melalui suatu bentuk / tahap ke
bentuk / tahap berikutnya, yang kian hari bertambah maju, mulai dari
masa pembuahan hingga berakhir dengan kematian.
Ini menunjukkan sejak masa konsepsi sampai meninggal dunia,
individu tidak pernah statis, melainkan mengalami perubahan-
perubahan yang progresif dan berkesinambungan. Selama masa kanak-
15
kanak hingga menginjak remaja misalnya, ia mengalami perkembangan
dalam struktur fisik dan mental, jasmani dan rohani sebagai cirri-ciri
dalam memasuki jenjang kedewasaan. Demikian seterusnya,
perubahan-perubahan dalam diri individu itu terus berlangsung tanpa
henti, meskipun perkembangan semakin hari semakin pelan, setelah ia
mencapai titik puncaknya.
Dari penjelasan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa psikologi
perkembangan adalah:
1. Ilmu yang lebih mempersoalkan factor-faktor umum yang
mempengaruhi proses perkembangan ( perubahan )dalam diri
seseorang yang menitikberatkan pada relasi antara kepribadian dan
perkembangan (Pendapat Prof. Dr. F.J. Monks, Prof. Dr. A.M.P
dan Prof. Dr. Siti Rahayu dalam bukunya “Psikologi
Perkembangan”).
2. Ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia yang mulai periode
masa bayi, remaja, dewasa hingga lanjut usia (Pendapat Kartini
Kartono dalam bukunya “Psikologi Anak”).
a Metode dalam Psikologi Pengembangan
Pengetahuan mengenai perkembangan individu yang didapatkan
melalui studi yang bersifat longitudinal, cross
sectional,psikoanalitik, sosiologik, atau studi kasus.
Studi longitudinal menghimpun informasi tentang perkembangan
individu melalui pengamatan dan pengkajian perkembangan
sepanjang masa perkembangan , dari saat lahir sampai dengan
dewasa. Dengan pendekatan ini diteliti beberapa aspek tingkah
laku pada satu atau dua orang yang sama dalam waktu beberapa
tahun. Dengan begitu akan diperoleh gambaran aspek
perkembangan secara menyeluruh. Hal ini seperti yang pernah
dilakukan oleh williard C. Olson. Pendekatan ini pun mempunyai
16
kelebihan dan kelemahan. Diantara kelebihan pendekatan ini
adalah :
Sampel lebih sedikit, sehingga memungkinkan untuk
melakukan analisa terhadap pertumbuhan dan perkembangan
setiap individu.
Memungkinkan mengetahui gangguan-gangguan dalam
perkembangan, baik secara pribadi maupu dalam kelompok.
Memungkinkan melakukan analisa terhadap hubungan antara
proses pertumbuhan, baik aspek kematangan maupun
pengalaman, karena data yang diperoleh berasal dari anak yang
sama.
Memberikan kesempatan untuk menganalisa efek lingkungan
terhadap perubahan tingkah laku dan kepribadian.
Sedangkan kelemahan dari pendekatan ini adalah :
Membutuhkan waktu yang yang lama dan biaya yang besar.
Memerlukan banyak peneliti yang kemungkinan memiliki
pengalaman yang berbeda-beda.
Kemungkinan terjadinya gangguan dalam selang waktu
penelitian yang sedang dilakukan, misalnya bila orang pindah
tempat atau meninggal.
Metode cross sectional pernah dilakukan oleh arnold Gessel.ia
mempelajari beribu-ribu anak dengan tingkatan usia yang beragam,
mencatat ciri-ciri fisik dan mentalnya,pola-pola perkembangan
pada masing-masing anak serta kemampuannya, dan sifat mereka.
kemudian pada studi psikoanalitik yang dilakukan oleh sigmund
freud beserta para pengikutnya. Psikoanalitik adalah sebuah model
perkembangan kepribadian, filsafat tentang sifat manusia, dan
metode terapinya. Studi ini lebih banyak diarahkan untuk
mempelajari perkembangan anak pada masa-masa sebelumna,
terutama pada masa kanak-kanak (balita). Menurut mereka,
17
pengalaman yang di alami pada masa balita ini akan dapat
mempengaruhi pada masa-masa berikutnya.
Sumbangan dari teori psikoanalitik tentang pandangan manusia
yaitu:
1. Kehidupan mental individu menjadi bisa dipahami dan
pemahaman tentang sifat manusia pada peredaran
penderitaan manusia.
2. Tingkah laku sering ditentukan oleh faktor-faktor tak sadar.
3. Perkembangan masa dini kanak-kanak berpengaruh kuat
terhadap kepribadian masa dewasa.
4. Teori psikoanalitik menyediakan kerangka kerja untuk
memahami cara yang digunakan individu dalam mengatasi
kecemasan dengan mengandaikan adanya mekanisme
untuk menghindari kecemasan.
5. Pendekatan psikoanalitik memberikan cara mencari
keterangan dari ketaksadaran melalui analisis atas mimpi,
resistensi, dan transferensi.
Kelebihan Dan Kekurangan Terapi Psikoanalisis
Kelebihan
Terapi ini memiliki dasar teori yang kuat.
Dengan terapi ini terapis bisa lebih mengetahui masalah pada
diri klien, karena prosesnya dimulai dari mencari tahu
pengalaman-pengalaman masa lalu pada diri klien.
Terapi ini bisa membuat klien mengetahui masalah apa yang
selama ini tidak disadarinya.
Kekurangan
Waktu yang dibutuhkan dalam terapi terlalu panjang
Memakan banyak biaya bagi klien
18
Karena waktunya lama, bisa membuat klien menjadi jenuh
Diperlukan terapis yang benar-benar terlatih untuk melakukan
terapi
Metode sosiologik digunakan oleh robert havighurst. Ia
mempelajari perkembangan anak yang dilihat dari tuntutan
terhadap tugas-tugas yang harus dihadapi dan dilakukan dalam
masyarakat. Tuntutan akan tugas-tugas kehidupan masyarakat ini
yang dilakukan oleh havighurst disebjt sebagai tugas-tugas
perkembangan (developmental tasks). Ada serakayan tugas-tugas
tentang perkembangan yang harus dikuasai individu dalam setiap
tahap perkembangan.
Kemudian pada metode lainnya yang sering digunakn untuk
membahas tentang perkembangan anak adalah studi kasus. Dengan
mempelajari kasus/masalah tertentu, para ahli psikologi
perkembangan menarik beberapa kesimpulan tentang pola-pola
perkembangan anak. Digunakan untuk memperoleh gambaran rinci
tentang aspek-aspek psikologi siswa atau sekelompok siswa. Studi
ini biasanya diikuti oleh studi lain yang berskala lebih besar untuk
mencapai generalisasi hasil tes. Mengapa demikian? Kesimpulan
hasil studi kasus dihasilkan dari penelitian terhadap sejumlah kecil
subjek yang tentu saja akan sulit untuk dijadikan sampel dari
sebuah populasi yang besar. Lazimnya, fenomena yang diselidiki
dengan metode ini diikuti terus-menerus dalam kurun waktu
tertentu. Bahkan, tak jarang diperlukan waktu bertahun-tahun untuk
menghimpun data.Studi demikian pernah dilakukan oleh jean
piaget tentang perkembangan kognitif anak.
Kemudian anak ataupun orang yang telah dewas merupakan
kesatuan jasmani dan rohani yang tidak dapat dipih-pisahkan dan
menuntujaka ciri-ciri yang khas . lalu devidisi dari individu
19
manusia adalah sesuatu yang kompleks tetapi unik. Ia mempunyai
banyak aspek seperti aspek jasmani, intelektual, sosial, emosional,
moral, tetapi keseluruhannya membentuk satu kesatuan yang khas.
Tetapi walaupun individu merupakan saru kesatuan yang tidak
dapat dipisah-pisahkan, untuk memepermudah dalam penlitian,
biasanya pembahasan dilakukan per aspek perkembangan. Berarti
hal ini aspek tertentulah yang mendapatkan sorotan utama, yang
menjadi fokus pengkajian, tetapi tidak berarti aspek-aspek lainnya
akan diabaikan. Lalu perkembangan yang dialami suatu anak
merupakan perkembangan yang emncakup seluruh aspek
kepribadian, akan tetapi tempo dan irama pada perkembangan
masing-masing anak pada setiap aspek tidak selalu akan sama satu
dengan yang lainnya. Seorang nak mungkin akan lebih cepat
perkembangannya pada tahap tertentu , tetapi lambat pada tahap
lainnya, atau perkembangan aspek tertentu lebih cepat bila
dibandigkan dengan aspek lainnya. Para ahli psikologi
perkembangan tidak selalu mempunyai pendapat yang sama
tentang perkembangan , baik secara menyeluruh maupun peraspek
perkembangan. Hal itu didasari oleh perbedaan pendapat titik
tolaknya, atau perbedaan pendapat yang mereka pakai, populasi
yang digunakan,atau aspek perkembangan yang menjadi fokusnya.
Adanya perbedaan-perbadaan tersebut sering menimbulkan
kwbingungan pada para guru, tetapi justru akan memperkaya dan
memeprluas penegtahuan para pemaki teori-teori perkembangan
anak.
b Teori Perkembangan
Pada perkembangannya, dikenal ada tiga teori atau pendekatan
tentang perkembangan individu yaitu pendekatan pentahapan (stage
20
approach), pendekatan diferensial (differential approach) dan
pendekatan ipsatif (ipsative approach).
Pertama yaitu pendekatan pentahapan. Menurut pendekatan
pentahapan, perkembangan individu berjalan melalui TAHAPAN-
TAHAPAN PERKEMBANGAN. Dan pada setiap tahap
perkembangan memiliki karakteristik masing-masing yang berbeda
dengan tahap yang lainnya.
Dalam pendekatan pentahapan, dikenal adanya dua variasi.
Pertama, pendekatan yang bersifat menyeluruh mencakup segala
segi perkembangan, seperti perkembangan fisik dan gerakan
motorik, social, intelektual, moral, emosional, religi dan
sebagainya. Kedua, pendekatan yang bersifat khusus
mendeskripsikan salah satu segi atau aspek perkembangan saja.
Pendekatan ini lebih banyak dianut oleh para ahli Psikologi, karena
lebih jelas menggambarkan proses atau urutan perkembangan dan
kemajuan individu.
Kedua yaitu pendekatan diferensial. Pendekatan diferensial melihat
bahwa setiap individu memiliki persamaan dan perbedaan. Atas
dasar persamaan dan perbedaan itulah, individu dikategorikan atas
kelompok-kelompok berbeda. Seperti kelompok individu
berdasarkan jenis kelamin, ras, agama, dan sebagainya.
Selanjutnya yaitu pendekatan isaptif. Pendekatan isaptif merupakan
pendekatan yang berusaha melihat karakteristik pada masing-
masing individu.
Tahapn-tahapan perkembangan menurut para ahli.
21
Jean Jacques Rousseau. Rousseau membagi masa perkembangan
anak atas empat tahap perkembangan. Masa bayi (infancy), usia 0-2
tahun merupakan tahap perkembangan fisik. Masa anak
(childhood), usia 2-12 tahun, masa perkembangan sebagai manusia
primitive. Masa remaja awal (pubescance), usia 12-15 tahun, masa
bertualang yang ditandai dengan perkembangan intelektual dan
kemampuan nalar yang pesat. Masa remaja (adolescence), usia 15-
25 tahun, masa hidup sebagai manusia yang beradab, masa
pertumbuhan seksual, social, moraldan kata hati.
Stanley Hall. Hall menerapkan teori rekapitulasi, salah stu konsep
dalam teori evolusi pada perkembangan anak. Menurut teori ini
perkembangan individu merupakan rekapitulasi dari perkembangan
spesiesnya. Hall membaginya dalam empat tahap. Masa kanak-
kanak (infancy), usia 0-4 tahun. Masa anak (childhood), usia 4-8
tahun, masa manusia pemburu. Masa puer (youth), usia 8-12 tahun,
masa manusia belum beradab. Masa remaja (adolescence) usia
12/13 tahun sampai dewasa, merupakan manusia beradab.
Robert J. Havighurst. Beliau menyusun fase-fase perkembangan
atas dasar problema-problema yang harus dipecahkan dalam setiap
fase. Tuntutanakan kemampuan memecahkan problema dalam
setiap fase perkembangan disebutnya sebagai tugas-tugas
perkembangan.
Ada sepuluh kelompok tugas perkembangan yang harus dikuasai
anak pada setiap fase yang membentuk pola, yaitu pola:
1. kebergantungan- keberdirisendirian,
2. memberi-menerima kasih saying,
3. hubungan social,
4. perkembangan kata hati,
5. peran bio-sosio dan psikologis,
6. penyesuaian dengan perubahan badan,
22
7. penguasaan perubahan badan dan motorik,
8. belajar memahami dan mengontrol lingkungan fisik,
9. pengembangan kemampuan konseptual dan system symbol,
10. kemampuan melihat hubungan dengan alam semesta.
Jean Piaget. Piaget mengemukakan tahap tahap perkembangan dari
kemampuan kognitif anak. Yanga terpentiang adalah penguasaan
dan kategori konsep-konsep, sehingga anak dapat mengenal
lingkungan dan memecahkan problema yang dihadapi.
Ada empat tahap kognitif menurut Piaget,
1. sensorimotor, usia 0-2 tahun;
2. praopersional, usia 2-4 tahun;
3. konkret operasional, usia 7-11 tahun;
4. formal operasional, usia 11-15 tahun.
Lawrence Kohlberg. Lawrence Kohlberg mengembangkan teori
tentang perkembangan moral kognitif dengan mengacu pada teori
piaget. Kohlberg menemukan ada tiga tahap perkembangan moral
kognitif.
Tahap I Preconventional moral reasoning.
Tingkat 1.obedience and punishment orientations
Tingkat 2 Naively egoistic orientation
Tahap II Conventional moral reasoning
Tingkat 3 Good boy orientation
Tingkat 4 Authority and social order maintenance
orientation
Tahap III Postconventional moral reasoning
Tingkat 5 Contractual legalistic orientation
Tingkat 6 Conscien or principle orientation.
23
Pada tahap pertama, pertimbangan moral seseorang mengacu
kepada objek-objek dan peristiwa yang konkret dan bersifat fisik.
Mereka belum mampu memberi pertimbangan moral atas dasar
standar-standar sosial. Acuan pembuatan adalah kekuasaan dan
kekuatan. Mereka patuh karena takut dihukum, segala
perbuatannya dikontrol oleh kekuasaan yang dating dari luar.
Tahap kedua adalah pertimbangan moral konvensional. Pada tahap
ini perilaku dinilai atas harapan orang lain atau orang banyak.
Suatu perbuatan dipandang baik bila sesuai dengan harapan orang
banyakatau masyarakat.
Tahap ketiga yaitu pertimbangan moral pasca konvensional. Pada
tahap ini pertimbangan moral didasarkan atas pandangan yang
bersifat relative, unsure-unsur subjektif dari aturan sosial. Aturan-
aturan sosial bukan satu-satunya yang yang benar, tetapi juga ada
kebenaran-kebenaran lain.
Erick Hamburger Erikson. Merupakan tokoh psikologi analisis. Ia
memusatkan studinya terhadap perkembangan psikososial. Ada
delapan tahap perkembangan psikososial menurut erikson.
Perkembangan Psikososial
Tahap Usia Krisis Psikososial Kemampuan Perkembangan Psikoseksual
freud
I 0-1 Trust-Mistrust To get-to give in return
Oral respiratory
II 2-3 Autonomy-Shame, Doubt
To hold on
To let go
Anal-Urethral
III 3-6 Initiative-Guilt To make-“to make like”
Infantile-Genital
24
(playing
IV 7-12 Industry-Inferiority To make thing
To make thing together
Latency
V 12-18 Identity & Repudation
Identity diffusion
To be one self
To share being on self
Puberty and Adolescence
VI 20-an Intimacy & solidarity
Isolation
To lose and find one self
Nature
Genitality
VII 20-an Generativity- Self Absorption
To make be, to take care of
_
VIII 50- Integrity-Dispair have been, To
To be, through face not being
_
2.2.2 Psikologi Belajar
Psikologi belajar merupakan suatu studi tentang bagaimana individu
belajar. Banyak sekali definisi tentang belajar . Secara sederhana belajar
dapat diberi definisi sebagai aktivitas yang dilakukan individu secara
sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari apa yang telah dipelajari
dan sebagai hasil dari interaksinya dengan lingkungan sekitarnya.
Aktivitas disini dipahami sebagai serangkaian kegiatan jiwa raga,
psikofisik, menuju ke perkembangan pribadi individu seutuhnya, yang
menyangkut unsure cipta (kognitif), rasa (afektif), dan karsa
(psikomotor).
Menurut definisi Morris L. Bigge dan Maurice P. Hunt ada tiga
keluarga atau rumpun teori belajar, yaitu teori disiplin mental,
behaviorisme, dan cognitive gestalt field.
25
Pertama yaitu Kelompok Teori Disiplin Mental Menurut kelompok
teori disiplin mental dari kelahirannya , anak telah memiliki potensi-
potensi tertentu.Belajar merupakan upaya untuk mengembangkan
potensi-potensi tersebut. Ada beberapa teori yang termasuk kelompok
teori disiplin mental yaitu : disiplin mental theistik, disiplin mental
humanistik, naturalisme, dan apersepsi.
Disiplin mental theistik berasal dari Psikologi Daya, menurut teori ini
anak telah memiliki sejumlahdaya mental seperti daya mengamati,
menganggap, mengingat, dan sebagainya. Disiplin mental humanistik,
bersumber kepada psikologi humanisme klasik dari Plato danAristoteles
yang lebih menekankan keseluruhan, keutuhan. Teori naturalisme (self
actualization), berpangkal dari Psikologi Naturalisme Romantik,
tokohutamanya J.J. Rousseau. Kelebihan dari teori ini adalah mereka
berasumsi bahwa individu bukan hanya memiliki potensi atau
kemampuan untuk berbuat berbagai tugas, tetapi juga memiliki
kemampuan serta kemauan untuk berkembang dan belajar sendiri. Teori
apersepsi bersumber pada psikologi strukturalisme, tokohnya Herbart.
Menurut teori ini anakmempunyai kemampuan untuk mempelajari
sesuatu yang akan membentuk massa apersepsi, (sukmadinata, 2012 :
53-54).
Kedua yaitu kelompok terori Behaviorisme atau Behavioristik Teori
belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan
Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang
berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan
dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini
menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil
belajar.
26
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya,
mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon
atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau
pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila
diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan
perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting
adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.
Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pebelajar,
sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap
stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara
stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat
diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan
respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa
yang diterima oleh pebelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur.
Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan
suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah
laku tersebut.
Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah
faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan
(positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula
bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka
respon juga semakin kuat, (anonim, 2013).
Rumpun teori ini disebut behavoristik atau behaviorisme karena sangat
menekankan perilaku atau tingkah laku yang dapat diamati atau diukur.
Teori-teori dalam rumpun ini bersifat molekular, karena memandang
kehidupan individu terdiri atas unsur-unsur seperti halnya molekul-
molekul. Beberapa ciri dari rumpun teori ini, yaitu:
27
a. Mengutamakan unsur-unsur atau bagian-bagian kecil
b. Bersifat mekanistis
c. Menekankan peranan lingkungan
d. Mementingkan pembentukan reaksi atau respons
e. Menekankan pentingnya latihan
Pada rumpun behaviorisme atau behavioristik ini ada beberapa teori
belajar yang termasuk pada, antara lain:
1. Teori Koneksionisme
Menurut teori belajar ini, belajar pada hewan dan pada manusia
pada dasarnya berlangsung menurut prinsip-prinsip yang sama.
Selanjutnya, dalam teori koneksionisme dikemukakan hukum-
hukum belajar sebagai berikut:
a) Hukum Kesiapan (Law of Readiness)
Dimana hubungan antara stimulus dan respons akan mudah
terbentuk manakala ada kesiapan dalam diri individu. Implikasi
praktis dari hukum ini adalah, bahwa keberhasilan belajar
seseorang sangat tergantung dari ada atau tidak adanya kesiapan.
b) Hukum Latihan (Law of Exercise)
Hukum ini menjelaskan kemungkinan kuat dan lemahnya
hubungan stimulus dan respons. Implikasi dari hukum ini adalah
makin sering suatu pelajaran diulang, maka akan semakin
dikuasainya pelajaran itu.
c) Hukum Akibat (Law of Effect)
Hukum ini menunjuk kepada kuat atau lemahnya hubungan
stimulus dan respons tergantung kepada akibat yang
ditimbulkannya. Implikasi dari hukum ini adalah apabila
mengharapkan agar seseorang dapat mengulangi respons yang
sama, maka harus diupayakan agar menyenangkan dirinya.
Penerapan teori belajar koneksionisme yaitu :
a. Guru dalam proses pembelajaran harus tahu apa yang
diberikan pada siswa
28
b. Dalam proses pembelajaran, tujuan yang akan dicapai harus
dirumuskan dengan jelas, masih dalam jangkauan kemampuan
siswa
c. Motivasi dalam belajar tidak begitu penting, yang penting
adalah adanya respon-respon yang benar terhadap stimuli
d. Ulangan yang teratur perlu sebagai umpan balik bagi guru,
apakah proses pembelajaran sudah sesuai dengan tyujuan yang
ingin dicapai atau belum
e. Siswa yang sudah belajar dengan baik segera diarahkan
f. Situasi belajar dibuat dengan kehidupan nyata, sehingga terjadi
transfer dari kelas kelingkungan luar
g. Materi pembelajaran yang telah diberikan harus dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
h. Tugas yang melebihi kemampuan peserta didik tidak akan
meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan
permasalahannya.
2. Teori Pengkondisian (Conditioning)
Teori pengkondisian (conditioning) merupakan pengembangan
lebih lanjut dari teori koneksionisme. Tokoh teori ini adalah Ivan
Pavlov (1849-1936). Ia adalah ahli psikologi-refleksologi dari
Rusia.
3. Teori Penguatan (Reinforcement)
Kalau pada teori pengkondisian (conditioning) yang diberi kondisi
adalah perangsangnya (stimulus), maka pada teori penguatan yang
dikondisi atau diperkuat adalah responsnya. Seorang anak yang
belajar dengan giat dan dia dapat menjawab semua pertanyaan
dalam ulangan atau ujian, maka guru memberikan penghargaan
pada anak itu dengan nilai yang tinggi, pujian, atau hadiah. Berkat
pemberian penghargaan ini, maka anak tersebut akan belajar lebih
rajin dan lebih bersemangat lagi. Hadiah itu me-reinforce
hubungan antara stimulus dan respons.
4. Teori Operant Conditioning
29
Psikologi penguatan atau “operant conditioning” merupakan
perkembangan lebih lanjut dari teori koneksionisme dan
“conditioning”. Tokoh utamanya adalah Skinner. Skinner adalah
seorang pakar teori belajar berdasarkan proses “conditioning” yang
pada prinsipnya memperkuat dugaan bahwa timbulnya tingkah laku
adalah karena adanya hubungan antara stimulus dengan respons.
Ketiga Teori Cognitive Gestalt-Filed merupakan Teori kognitif
dikembangkan oleh para ahli psikologi kognitif. Menurut teori ini,
bahwa yang utama pada kehidupan manusia adalah mengetahui
(knowing) dan bukan respons. Suatu konsep yang penting dalam
psikologi Gestalt adalah tentang “insight”, yaitu pengamatan dan
pemahaman mendadak terhadap hubungan-hubungan antar bagian-
bagian dalam suatu situasi permasalahan. Dalam perspektif
psikologi kognitif, belajar pada asasnya adalah peristiwa mental.
Rumpun psikologi Gestalt bersifat molar, yaitu menekankan
keseluruhan yang terpadu, alam kehidupan manusia dan perilaku
manusia selalu merupakan suatu keseluruhan, suatu keterpaduan.
Cognitive Gestalt Field, terdiri dari teori insight, teori goal insight,
teori cognitive field
Teori belajar pertama dari rumpun ini adalah teori insight. Aliran
ini bersumber dari psikology Gestalt Field menurut mereka belajar
adalah proses mengembangkan insight atau pemahaman baru atau
mengubah pemahaman lama. Pemahaman terjadi apabila individu
menemukan cara baru dalam menggunakan unsur-unsur yang ada
dalam lingkungan, termasuk struktur tubuhnya sendiri. Gestalt
Field melihat bahwa belajar itu merupakan perbuatan yang
bertujuan explorative, imajinative dan creative.
Teori belajar Goal Insight berkembang dari psikologi
configurationism. Menurut mereka, individu selalu berinteraksi
30
dengan lingkungan. Perbuatan individu selalu bertujuan, diarahkan
kepada pembentukan hubungan dengan lingkungan. Belajar
merupakan usaha untuk mengembangkan pemahaman tingkat
tinggi. Pemahaman yang bermutu tinggi (tingkat tinggi) adalah
pemahaman yang telah teruji, yang berisi kecakapan menggunakan
suatu objek, fakta, proses, ataupun ide dalam berbagai situasi,
pemahaman tingkat tinggi memungkinkan seseorang bertindak
inteligen, berwawasan luas, mampu memecahkan berbagai
masalah.
Teori belajar cognitive field bersumber pada psikologi lapangan
(field psikology), dengan tokoh utamanya Kurt Lewin. Individu
selalu beradadalam suatu lapangan psikologis yang oleh Lewin
disebut life space. Dalam lapangan ini selalu ada tujuan yang ingin
dicapai, ada motif yang mendorong pencapaian tujuan dan ada
hambatan-hambatan yang harus diatasi. Perbuatan individu selalu
terarah kepada pencapaian sesuatu tujuan, oleh karena itu sering
dikatakan perbuatan individu adalah purposive. Apabila ia telah
berhasil mencapai sesuatu tujuan maka timbul tujuan lain yang
ingin dicapai dan berada dalam life space baru. Setiap orang
berusaha mencapai tingkat perkembangan dan pemahaman yang
terbaik, di dalam lapangan psikologisnya masing-masing.
Lapangan psikologis terbentuk oleh interelasi yang simultan dari
orang-orang dan lingkungan psikologisnya di dalam suatu situasi.
Tingkah laku seseorang pada suatu saat merupakan fungsi dari
semua faktor yang ada yang saling bergantung pada yang lain.
31
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari makalah ini sebagai berikut:
1. Pengertian Filosofis ecara harafiah yaitu cinta dan kebijakan, yang di
dalamnya terdapat pengetahuan diperoleh dari proses berfikir, yaitu
berfikir secara sistematis, logis dan mendalam.
2. Perbedaan antara ilmu dengan ilmu filsafat yaitu pada ilmu menggunakan
pendekatan analitik, yaitu menguraikan keseluruhan dalam bagian-bagian
yang kecil dan lebih kecil., sedangkan pada filsafat merangkum atau
mengintegrasikan bagian-bagian ke dalam satu kesatuan yang menyelurh
dan bermakna.
3. Dalam filsafat terbagi atas tiga cabang yaitu metafisika, epistomologi, dan
aksilogi.
4. Pada dasarnya, filsafat Dewey empunyai konsepsi yang bersifat selalu
mengalir, berubah, atau on going-ness.
5. Pendidikan menurut Dewey diibaratkan suatu kehidupan yaitu dari
perkembangan sejak lahir hingga menuju kematian, dimana dalam proses
pendidikan sendiri bersifat kontinu, yaitu reorganisasi, rekontruksi, dan
pengubahan pengalaman hidup.
6. Kondisi psikologis adalah kondisi karakteristik psikofisik manusia sebagai
individu, yang dinyatakan dalam berbagai bentuk perilaku dalam
interaksinya dengan lingkungan.
32
7. Metode psikologi pengembangan merupakan pengetahuan mengenai
perkembangan individu yang didapatkan melalui studi yang bersifat
longitudinal, cross sectional,psikoanalitik, sosiologik, atau studi kasus.
8. Psikologi perkembangan adalah Ilmu yang lebih mempersoalkan factor-
faktor umum yang mempengaruhi proses perkembangan atau Ilmu yang
mempelajari tingkah laku manusia yang mulai periode masa bayi, remaja,
dewasa hingga lanjut usia
9. Pada perkembangannya, dikenal ada tiga teori atau pendekatan tentang
perkembangan individu yaitu pendekatan pentahapan (stage approach),
pendekatan diferensial (differential approach) dan pendekatan ipsatif
(ipsative approach).
10. Psikologi belajar merupakan suatu studi tentang bagaimana individu
belajar.
33
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Drs. Munawar Sholeh. 2005. Psikologi Perkembangan, Jakarta:
Rineka Cipta
Monks dkk. 1992. Psikologi Perkembangan Pengantar dalam berbagai
bagianya. Yogjakarta: Gajah Mada University Press
Mudyahardjo, Redja. 1998. Pengatar Pendidikan. Jakarta: PT.Raja Grafindo
Persada.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 1997. Pengembangan Kurikulum. Bandung:
PT.Remaja Rosdakarya
http://riscaputantri.blogspot.com/2012/10/teori-pendidikan-menurut-john-
dewey.html
http://solehanbahasahati.blogspot.com/2012/08/makalah-psikologi-
perkembangan.html
top related