konsep dasar profesi keguruan sopian22
Post on 29-Nov-2015
95 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
onsep Dasar Profesi Keguruan
1. A. Pengertian Profesi
Profesi adalah pekerjaan atau jabatan khusus yang dilakukan untuk melayani masyarakat. Istilah-istilah yang
sering digunakan dan berkaitan dengan profesi, yaitu profesional, profesionalisme, dan profesionalisasi. Kata
profesional merujuk pada dua hal. Pertama yaitu orang yang memangku suatu profesi melakukan pekerjaan secara
otonom dan mengabdi diri pada pengguna jasa profesinya dengan penuh tanggung jawab. Kedua yaitu kinerja
profesi dalam melakukan pekerjaan sesuai dengan profesinya. Profesionalisme berarti bersifat profesional yaitu
para pemangku profesi memiliki sikap yang berbeda dengan orang yang tidak profesional meskipun melakukan
pekerjaan yang sama dan/atau pada tempat yang sama. Sedang profesionalisasi merupakan proses peningkatan
kualifikasi atau kemampuan para pemangku profesi untuk mencapai kriteria standar ideal dari penampilan atau
perbuatan yang diinginkan oleh profesinya itu.
1. B. Syarat-syarat Profesi Keguruan
Syarat-syarat profesi keguruan yaitu:
1. Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual
2. Jabatan yang meliputi batang tubuh ilmu yang khusus
3. Jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang lama
4. Jabatan yang memerlukan ‘latihan dalam jabatan’ yang bersinambungan
5. Jabatan yang menjanjukan karir hidup dan keanggotaan yang permanen
6. Jabatan yang menentukan baku (standarnya) sendiri
7. Jabatan yang lebih mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi
8. Jabatan yang mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat
1. C. Sejarah perkembangan profesi keguruan
Pada awalnya, orang-orang yang diangkat menjadi guru belum berpendidikan khusus keguruan, dan secara
perlahan-lahan tenaga guru ditambah dengan mengangkat dari lulusan Sekolah Guru (Kweekschool) yang pertama
kali didirikan di Solo pada tahun 1852. Kemudian sejalan dengan pendirian sekolah-sekolah yang lebih tinggi
tingkatannya dari sekolah umum seperti Hollans Inlandse School (HIS), Meer Uitgebreid Lagere
Onderwijs (MULO), Hogere Burge School(HBS), dan Algemene Middlebare School (AMS), secara berangsur-angsur
didirikan pula lembaga pendidikan guru atau kursus-kursus penyiapan guru, seperti: Hogere Kweeks School (HKS)
untuk guru HIS dan kursus Hoofdacte (HA) untuk calon kepala sekolah.
Keadaan demikian berlanjut sampai zaman pendudukan Jepang dan awal kemerdekaan. Secara perlahan namun
pasti, pendidikan guru meningkatkan jenjang kualifikasi dan mutunya. Saat ini, lembaga tunggal untuk pendidikan
guru, yakni Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK).
1. D. Kode Etik Profesi Keguruan
Setiap profesi harus mempunyai kode etik, termasuk profesi guru mempunyai kode etik yang disebut Kode
Etik Guru Indonesia. Adapun isi Kode Etik Guru Indonesia sebagaimana yang dirumuskan pertama pada Kongres XIII
Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)—organisasi profesi guru—tahun 1973 di Jakarta dan disempurnakan
dalam Kongres XIV PGRI tahun 1989 di Jakarta. Guru Indonesia menyadari pendidikan adalah bidang pengabdian
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, bangsa, dan negara, serta kemanusiaan pada umumnya. Guru Indonesia berjiwa
Pancasila dan setia pada UUD 1945 turut bertanggung jawab atas terwujudnya cita-cita Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia 17 Agustus 1945.
1. E. Pengembangan Profesi Keguruan
2. 1. Kompetensi Profesional Keguruan
Kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki oleh guru dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu kompetensi
profeional, kompetensi personal, dan kompetensi sosial. Dalam sudut pembelajaran, guru yang profesional adalah
mereka yang mampu merencanakan, melaksanakan, menilai, dan membimbing pembelajaran.
1. 2. Pendidikan Profesional Keguruan
Pada umumnya, pendidikan yang dilakukan untuk mengembangkan profesi guru terdiri dari dua jenis, yaitu
pendidikan prajabatan (pre-service education) dan pendidikan dalam jabatan (in-service education). Dua jenis
pendidikan itu berbeda esensi dan sistem pengelolaannya meskipun diarahkan pada tujuan yang sama, yaitu
meningkatkan mutu layanan atau kinerja guru.
Soal:
1. Apakah pengertian profesi?
2. Sebutkan kategori tingkat kemampuan profesional guru menurut Semiawan!
3. Apakah yang harus disadari seorang guru terhadap arti pendidikan?
4. Sebutkan syarat-syarat profesi keguruan menurut National Education Association minimal tiga!
1. Sebutkan dua jenis pendidikan untuk mengembangkan profesi guru!
Jawab:
1. Profesi adalah pekerjaan atau jabatan khusus yang dilakukan untuk melayani masyarakat.
2. Untuk melakukan tugas pelayanan dibutuhkan bidang ilmu, keterampilan, hasil penelitian, aplikasi teori, dan
latihan khusus. Pekerjaan itu dilaksanankan secara otonom, bertanggung jawab, berkomitmen, dan diatur oleh
suatu kode etik serta diwadahi oleh organisasi atau asosiasi profesi sehingga mendapat pengakuan dan
kepercaan diri masyarakat.
3. Guru di Indonesia menyadari bahwa pendidikan adalah bidang pengabdian terhadap Tuhan Yang Mahaesa,
bangsa, dan negara, serta kemanusiaan pada umumnya. Guru Indonesia yang berjiwa Pancasila dan setia pada
Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, turut bertanggung jawab atas terwujudnya cita-cita Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.
4. Syarat-syarat profesi keguruan itu ialah: a)Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual; b) Kegiatan yang
menggeluti batang tubuh ilmu yang khusus; dan c) Jabatan yang memerlukan persiapan professional yang lama.
1. Pada umumnya, pendidikan yang dilakukan untuk mengembangkan profesi guru terdiri dari dua jenis, yaitu
pendidikan prajabatan (pre-service education) dan pendidikan dalam jabatan (in-service education).
MATERI II: Esensi dan Ranah Profesi Keguruan
1. A. Ranah Profesi Kependidikan
Profesi kependidikan terdiri dari dua ranah yang saling berkaitan satu sama lain. Ranah tersebut yaitu profesi
pendidik dan profesi tenaga kependidikan. Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan
diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan yang di dalamnya termasuk pendidik. Pendidik
adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor,
instruktur, fasilitato, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan. Secara lebih luas, tenaga kependidikan yang dimaksud di sini adalah sebagaimana
termaktub UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, yaitu sebagai berikut:
1. Tenaga kependidikan terdiri atas tenaga pendidik, pengelola satuan pendidikan, penilik, pengawas, penilit, dan
pengembangan di bidang pendidikan,pustakawan, laboran, teknisis sumber belajar, dan penguji.
2. Tenaga pendidik terdiri atas pembimbing, pengajar, dan pelatih.
3. Pengelola satuan pendidikan terdiri dari kepala sekolah, direktur, ketua, rektor, dan pimpinan satuan pendidikan
luar sekolah.
1. B. Guru dan Tenaga Kependidikan Profesional
Secara definisi kata “guru” bermakna sebagai pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal. Guru
mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Kedudukan guru bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan
pendidikan nasional. Untuk memenuhi kriteria profesional itu, guru harus menjalani profesionalisasi atau proses
menuju derajat profesional yang sesungguhnya secara terus-menerus, termasuk kompetensi mengelola kelas. Guru
yang hebat adalah guru yang kompeten secara metodologi pembelajaran dan keilmuan.
1. C. Profesi dan Prinsip-Prinsip Profesionalitas
Howar M Vollmer dan Donald L. Mills (1966) mengatakan bahwa profesi adalah sebuah jabatan yang
memerlukan kemampuan intelektual khusus, yang diperoleh melalui kegiatan belajar dan pelatihan yang bertujuan
untuk menguasai keterampilan atau keahlian dalam melayani orang lain, dengan memerolah upah atau gaji dalam
jumlah tertentu. Sehubungan dengan itu, Moh. Uzer Usman (1991) mengatakan bahwa guru merupakan suatu
profesi yang artinya suatu jabatan atau pekerjaan yang membutuhkan keahlian khusus sebagai guru. jadi, unsur
terpenting dalam profesi guru adalah penguasaan sejumlah kompetensi sebagai keterampilan atau keahlian
khusus, yang diperlukan untuk melaksanakan tugas mendidik dan mengajar secara efektif dan efisien.
Soal:
1. Sebutkan ranah profesi kependidikan?
2. Apakah yang dimaksud tenaga kependidikan?
3. Apakah yang dimaksud dengan pendidik?
4. Apa hubungan antara guru dengan tenaga kependidikan profesional?
1. Apakah unsur terpenting dalam profesi guru?
Jawab:
1. Profesi kependidikan terdiri dari dua ranah yaitu profesi pendidikan dan profesi tenaga kependidikan.
2. Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang
penyelenggaraan pendidikan yang di dalamnya termasuk pendidik.
3. Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar,
widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitato, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi
dalam menyelenggarakan pendidikan.
4. Hubungannya ialah guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Kedudukan guru bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Untuk memenuhi kriteria profesional itu, guru harus menjalani
profesionalisasi.
1. Unsur terpenting dalam profesi guru adalah penguasaan sejumlah kompetensi sebagai keterampilan atau
keahlian khusus, yang diperlukan untuk melaksanakan tugas mendidik dan mengajar secara efektif dan efisien.
MATERI III: Ranah Pengembangan Keprofesian Guru
Ada empat ranah (taxonomy) yang tersedia untuk mewujudkan guru yang benar-benar profesional.
Keempat ranah yang dimaksud, yaitu: 1) penyediaan guru berbasis perguruan tinggi; 2) Induksi guru pemula
berbasis sekolah; 3) profesionalisasi guru berbasis prakarsa institusi; 4: profesionalisasi guru berbasis individu.
Untuk menjadi guru yang profesional, perlu perjalanan panjang. Diawali dengan penyiapan calon guru, rekrutmen,
penempatan, penugasan,, pengembangan profesi dan karir, hingga menjadi guru profesional sungguhan, yang
menjalani profesionalisasi secara terus-menerus.
Merujuk pada referensi berpikir di atas, guru profesional sesungguhnya adalah guru yang yang di dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya bersifat otonom, menguasai kompetensi secara komperhensif, dan daya
intelektual tinggi. Selain itu, mereka memiliki kemandirian tinggi ketika berhadapan dengan birokrasi pendidikan
dan pusat-pusat kekuasaan lainnya. Ciri-ciri umum guru profesional yaitu: melakukan profesionalisasi diri;
memotivasi diri; memiliki disiplin diri; mengevaluasi diri; memiliki kesadaran diri; melakukan pengembangan diri;
menjadi pembelajar; melakukan hubungan efektif; berempati tinggi; dan taat asas pada kode etik.
Soal:
1. Apa yang dimaksud dengan pengembangan profesi?
2. Sebutkan empat ranah untuk mewujudkan guru yang profesional?
3. Apa yang dimaksud Program Induksi Guru Pemula Berbasis Sekolah/Madrasah?
4. Siapa sajakah program peserta program induksi?
1. Mengapa perlu dilakukan penilaian kinerja guru?
Jawab:
1. Pengembangan profesi adalah kegiatan guru dalam rangka pengamalan ilmu dan pengetahuan, teknologi dan
ketrampilan untuk meningkatkan mutu, baik bagi proses belajar mengajar dan profesionalisme tenaga
kependidikan lainnya.
2. Keempat ranah yang dimaksud, yaitu: 1) penyediaan guru berbasis perguruan tinggi; 2) Induksi guru pemula
berbasis sekolah; 3) profesionalisasi guru berbasis prakarsa institusi; 4: profesionalisasi guru berbasis individu.
3. Program Induksi Guru Pemula Berbasis Sekolah/Madrasah adalah kegiatan orientasi, pelatihan di tempat kerja,
pengembangan, dan praktik pemecahan berbagai permasalahan dalam proses pembelajaran bagi guru pemula
pada satuan pendidikan di tempat tugasnya.
4. Peserta program induksi adalah guru pemula berstatus calon pegawai negeri sipil (CPNS) yang ditugaskan pada
satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, atau calon guru tetap bukan
Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang ditugaskan pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat.
1. Karena Penilaian kinerja guru (teacher performance appraisal) merupakan salah satu langkah untuk
merumuskan program peningkatan kompetensi guru secara efektif dan efisien. Hal ini sesuai dengan amanat
yang tertuang pada Permenneg PAN dan RB No. 16 Tahun 2009. Penilaian kinerja dimaksudkan untuk
mengetahui kemampuan guru yang sebenarnya dalam melaksanakan pembelajaran.
MATERI IV: Peran dan Tugas Guru
Guru bermakna sebagai pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendididkan formal. Selain itu, Mujtahid
(2010) mengemukakan bahwa guru berperam sebagai perancang, penggerak, evaluator, dan motivator. Selain itu,
ke depannya guru diharapkan mampu memainkan peran: 1) sebagai penasihat; 2) sebagai subjek yang
memproduksi; 3) sebagai perencana; 4) sebagai inovator; 5) sebagai motivator; 6) sebagai pribadi yang memiliki
kemampuan; 7) sebagai pengembang; 8) sebagai penghubung; 9) dan sebagai pemelihara. Sehubungan dengan
itu, Menurut PP No. 74 Tahun 2008, jabatan guru yang “murni guru” terdiri dari tiga jenis, yaitu guru kelas, guru
bidang studi, dan guru mata pelajaran. Tigas jenis jabatan itu memiliki tugas masing-masing.
Soal:
1. Tuliskan peran guru menurut Mujtahid?
2. Sebutkan tiga jenis jabatan guru?
3. Peran apa yang harus dimainkan guru di masa sekarang?
4. Tuliskan tiga strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa.?
1. Sebutkan tiga tugas guru kelas?
Jawab:
1. Mujtahid (2010) mengemukakan bahwa guru berperan sebagai perancang, penggerak, evaluator, dan motivator.
2. Jabatan guru yang “murni guru” terdiri dari tiga jenis, yaitu guru kelas, guru bidang studi, dan guru mata
pelajaran.
3. Guru di masa sekarang harus memainkan peran sebagai penasehat, sebagai subjek yang memproduksi, sebagai
perencana, sebagai inavator, sebagai motivator, sebagai pribadi yang mampu seseorang yang memiliki
kecakapan, sebagai pengembang, sebagai penghubung, dan sebagai pemelihara.
4. 1) Menjelaskan tujuan belajar kepada siswa; 2) Memberikan hadiah untuk siswa yang berprestasi; dan 3)
Mendorong usaha persaingan diantara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya.
1. 1) Menyusun kurikulum pembelajaran pada satuan pendidikan; 2) Menyusun silabus pembelajaran; dan 3)
Melaksanakan kegiatan pembelajaran.
MATERI V: Profesionalisasi Bidang Keadministrasian Pendidikan
1. A. Esensi Administrasi Pendidikan
Administrasi pendidikan adalah keseluruhan proses kerjasama dengan memanfaatkan semua sumber personil dan
materil yang tersedia dan sesuai untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan secara efektif dan
efesien. Djam’an Satori mengemukakan bahwa administrasi pendidikan adalah keseluruhan proses kerjasama
dengan memanfaatkan semua sumber personalia dan material yang tersedia untuk mencapai tujuan
1. B. Administrasi atau Menejemen Pendidikan
Kata menejemen awalnya hanya populer di dunia bisnis komersial. Di dunia pendidikan, awalnya lebih dikenal
administrasi. Karena itu di lingkungan institusi pendidikan sangat populer istilah administrasi pendidikan,
administrasi sekolah, administrasi kelas, administrasi perpustakaan sekolah, administrasi keuangan sekolah,
administrasi sarana dan prasarana sekolah, administrasi layanan khusus, dan sebagainya.jika ditilik dari prosesnya
kerja atau fungsi organiknya, administrasi dan manajemen itu boleh dikatakan sama meski para ahi yang
mengatakan bahwa menejemen merupakan inti dari kegiatan atau proses administrasi.
Menurut Krajewski titik tekan manajemen terletak pada dimensi-dimensi lebih teknis dari usaha untuk mencapai
tujuan sedangkan administrasi disamping menyangkut tugas-tugas manajemen bagi pencapaiannya juga
menekankan pada penciptaan unitas dari dimensi- dimensi keorganisasian dan sasaran-sasaran yang diinginkan.
Dengan demikian istilah administrasi umumnya digunakan manakalah merujuk pada proses kerja manajerial
tingkat puncak dilihat dari konteks keorganisasiannya sedangkan istilah manajemen merujuk pada proses kerja
manajerial pada tingkat yang lebih operasional. Misalnya manajemen kelas, manajemen sumber daya, manajemen
manufaktur, manajemen sumber daya material, manajemen sarana dan prasarana, dan sebagainya.
1. Dua Pendekatan
Melihat dari defenisis administrasi dan manajemen yang diurai di atas, dari sisi proses tidak ada perbedaan antara
kedua istilah tersebut. Dengan demikian proses administrasi sama dengan proses manajemen. Tugas-tugas yang
ditransformasikan melalui proses tersebut sama. Karenanya pendekatan dalam administrasi dapat dilihat dari dua
sisi yaitu pendekatan fungsional dan pendekatan substansial. Pendekatan fungsional merujuk pada proses kerja
administrasi sedangkan pendekatan substansial merujuk pada tugas-tugas adaministrasi.
Soal:
1. Apa yang dimaksud administrasi pendidikan?
2. Apa yang membedakan antara administrasi pendidikan dan manajemen pendidikan?
3. Tuliskan secara umum fungsi substansial administrasi pendidikan bidang garapan!
4. Sebutkan tiga bidang administrasi pendidikan menurut Thomas J. Sergiovani!
1. Tuliskan administrasi pendidikan dilihat dari sudut pandang pendekatan tugas!
Jawab:
1. Administrasi pendidikan adalah keseluruhan proses kerjasama dengan memanfaatkan semua sumber personil
dan materil yang tersedia dan sesuai untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan secara efektif dan
efesien.
2. Administrasi umumnya digunakan manakalah merujuk pada proses kerja manajerial tingkat puncak dilihat dari
konteks keorganisasiannya sedangkan istilah manajemen merujuk pada proses kerja manajerial pada tingkat
yang lebih operasional.
3. Secara umum fungsi substansial administrasi pendidikan bidang garapan yakni sumber daya manusia, sumber
belajar, dan sumber fasilitas dan dana.
4. 1) Administrasi pengajaran dan pengembangan kurikulum; 2) Administrasi kesiswaan; dan 3) Hubungan sekolah
dan masyarakat
5. Dilihat dari pendekatan tugas, administrasi sekolah mencakup tugas-tugas primer yang harus dilakukan di
sekolah. Substansi tugas ini akan optimal jika dilakukan dengan proses yang diorganisasikan secara efektif dan
efesian.
MATERI VI: Administrasi Pendidikan dalam Profesi Keguruan
1. A. Manajemen Komponen Sekolah
Ada khilaf di antara para ahli mengenai istilah administrasi dan manajemen. Administrasi umumnya digunakan
bilamana pada proses kerja manajerial tingkat puncak (top menegement) yang dilihat dari konteks keorganisasian.
Sedangkan majemen merujuk pada proses kerja manajerial pada tingkat yang lebih operasional. Manajemen atau
pengelolaan merupakan komponen integral dan tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan sekolah. Alasannya,
tanpa manjemen tidak mungkin tujuan pembelajaran di sekolah dapat diwujudkan secara optimal, efektif, dan
efisien. Sedangkan komponen-komponen sekolah itu adalah siswa, tenaga kependidikan (guru pegawai), kurikulum,
keuangan, sarana dan prasarana, hubungan sekolah dengan masyarakat, dan layanan khusus.
1. B. Manajemen Kurikulum dan Program Pengajaran
Manajemen kurikulum dan program pengajaran merupakan bagian integral dari manajemen berbasis
sekolah mencakup kegiatan perencanaan, pelaksaan, dan penilaian kurikulum.
1. C. Manajemen Tenaga Kependidikan
Keberhasilan Manajemen Berbasis Sekolah sangat ditentukan oleh keberhasilan pimpinannya dalam mengelolah
tenaga kependidikan yang tersedia di sekolah. Manajemen tenaga kependidikan (guru dan bukan guru), mencakup:
1) perencanaan pegawai; 2) penerimaan pegawai; 3) pembinaan dan pengembangan pegawai; 4) promosi dan
mutasi pegawai; 5) kompensasi; 6) penilaian pegawai; 7) pemberhentian/pemutusan hubungan kerja atau pensiun.
1. D. Manajemen Kesiswaan
Manajemen kesiswaan adalah penataan dan pengaturan kegiatan yang berhubungan dengan peserta didik, yakni
mulai masuk sampai keluarnya siswa tersebut dari suatu sekolah.
1. E. Manajemen Keuangan dan Pembiayaan
Komponen utama dalam kemanajemen keuangan meliputi: 1) prosedur anggaran; 2) prosedur akuntansi keuangan;
3) pembelanjaan, pergudangan, dan prosedur pendistribusian; 4) prosdur investasi; dan 5) prosedur pemeriksaan.
Adapun dimensi pengeluaran yaitu biaya rutin dan biaya pembangunan.
1. F. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan
Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses
pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat, dan media
pengajaran. Adapun yang dimaksud prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang
jalannya proses belajar mengajar seperti halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah, tetapi jika
dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar-mengajar, seperti taman sekolah untuk pengajaran biologi,
halaman sekolah sekaligus sebagai lapangan olahraga, komponen tersebut merupakan sarana pendidikan.
1. G. Manajemen Hubungan sekolah dengan Masyarakat
Hubungan sekolah dengan masyarakat pada dasarnya merupakan suatu sarana yang sangat berperan dalam
membina dan mengembangkan pertumbuhan pribadi peserta didik di sekolah. Dalam hal ini, sekolah sebagai
sistem sosial merupakan bagian integral dari sistem sosial yang lebih besar, yaitu masyarakat. Oleh karena itu,
begitu penting menjalin manajemen hubungan yang baik antara pihak sekolah dan pihak masyarakat.
1. H. Manajemen Layanan Khusus
Manajemen layanan khusus meliputi manajemen perpustakaan, kesehatan, dan keamanan sekolah.
Soal:
1. Apa yang dimaksud manajemen kurikulum dan program pengajaran?
2. Sebutkan ranah manajemen tenaga kependidikan!
3. Apa yang dimaksud manajemen kesiswaan?
4. Sebutkan komponen utama dalam manajemen keuangan!
1. Apa yang dimaksud sarana pendidikan?
Jawab:
1. Manajemen kurikulum dan program pengajaran merupakan bagian integral dari manajemen berbasis sekolah
mencakup kegiatan perencanaan, pelaksaan, dan penilaian kurikulum.
2. Manajemen tenaga kependidikan (guru dan bukan guru), mencakup: 1) perencanaan pegawai; 2) penerimaan
pegawai; 3) pembinaan dan pengembangan pegawai; 4) promosi dan mutasi pegawai; 5) kompensasi; 6)
penilaian pegawai; 7) pemberhentian/pemutusan hubungan kerja atau pensiun.
3. Manajemen kesiswaan adalah penataan dan pengaturan kegiatan yang berhubungan dengan peserta didik, yakni
mulai masuk sampai keluarnya siswa tersebut dari suatu sekolah.
4. Komponen utama dalam kemanajemen keuangan meliputi: 1) prosedur anggaran; 2) prosedur akuntansi
keuangan; 3) pembelanjaan, pergudangan, dan prosedur pendistribusian; 4) prosdur investasi; dan 5) prosedur
pemeriksaan.
1. Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang
proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat,
dan media pengajaran.
MATERI VII: Profesi Supervisor dan Supervisi Pembelajaran
1. A. Definisi Supervisi
Supervisi adalah proses kerja supervisor dalam mendiagnosis, menentukan fokus, melakukan bimbingan
professional, dan menilai peningkatan profesionalitas guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, baik secara
individual maupun secara kolektif. Supervisi adalah proses bimbingan professional untuk meningkatkan derajat
profesionalitas guru bagi peningkatan mutu proses pendidikan dan pembelajaran, khususnya prestasi belajar siswa.
1. B. Supervisi bukan Inspeksi
Inspeksi diambil dari bahasa Belanda, yaitu inspectie. Istilah ini bermakna memeriksa, melihat, menilik, bahkan
menginterogasi untuk mencari kesalahan subjek yang diinspeksi. Subjek yang melakukan tindakan inspeksi atau
yang menginspeksi disebut inspektur. Kegiatan dominan yang dilakukan oleh inspektur antara lain pengarahan
(directing), pelatihan (coaching), berbicara-langsung (direct-telling), pemeriksaan (controlling), pengoreksian
(correcting), penimbangan (judging), pengarahan (directing), memimpin (leading), pendemonstraian
(demonstration).
Sedangkan, supervisi merupakan kegiatan yang tidak dimaksudkan untuk mencari-cari kesalahan, melainkan lebih
banyak mengandung unsur pembinaan, pengembangan profesi, dan sejenisnya agar kondisi guru yang sedang
disupervisi dapat diketahui kekurangannya. Langkah selanjutnya adalah melakukan perbaikan atas kinerja yang
lemah itu. Supervisi dilakukan untuk melihat pada bagian mana dari kegiatan guruyang masih lemah untuk
diupayakan menjadi positif, melihat bagaimana kegiatan guru yang sudah positif untuk ditingkatkan menjadi lebih
baik lagi dan yang terpenting adalah pembinaannya. Subjek yang melakukan supervisi disebut supervisor.
1. C. Tujuan Supervisi
Tujuan utama supervisi pembelajaran adalah meningkatkan mutu proses dan hasil belajar siswa. Tujuan umum
supervisi dilihat dari prosesnya adalah memberikan bantuan teknis dan bimbingan kepada guru agar mampu
meningkatkan kualitas kinerjanya dalam melaksanakan tugas dan menjalankan proses belajar mengajar. Secara
khusus tujuan supervisi pembelajaran adalah:
1. Meningkatkan mutu kinerja guru;
2. Meningkatkan keefektifan implementasi kurikulum secara efektif dan efisien bagi kemajuan siswa dan generasi
mendatang;
3. Meningkatkan keefektifan dan keefisienan sarana dan prasarana yang ada untuk dikelola dan dimanfaatkan
dengan baik sehingga mampu mengoptimalkan keberhasilan siswa;
4. Meningkatkan kualitas pengelolaan sekolah khususnya dalam mendukung terciptanya suasana kerja yang optimal
untuk kemudian siswa dapat mencapai prestasi belajar sebagaimana yang diharapkan;
5. Meningkatkan kualitas situasi umum sekolah sehingga tercipta situasi yang tenang dan tenteram serta kondusif
yang akan meningkatkan kualitas pembelajaran yang menunjukkan keberhasilan lulusan.
1. D. Fungsi Supervisi dan Supervisor
Supervisi pembelajaran bersifat multifungsi. Pertama, meningkatkan mutu proses (suasana pembelajaran yang
sehat, dinamis, produktif, kreatif, adaptif, ekonomis, menyenangkan, dan sebagainya) dan hasil pembelajaran (nilai
tambah capaian kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa). Kedua, mendorong dan mengoptimasi unsur yang terkait
dengan proses pembelajaran. Fokusnya lebih pada hal-hal yang bersifat teknis administrative dan fasilitatif bagi
terlaksananya proses pembelajaran yang baik dan bermutu. Ketiga, fungsi membina dan memimpin. Muaranya
adalah semua sumber daya yang tersedia di sekolah dapat secara konsisten dan taat asas bekerja pada koridornya.
Made Pidarta (2009) merumuskan fungsi supervisor seperti berikut:
1. Sebagai perantara dalam menyampaikan minat para siswa, orang tua, dan program sekolah kepada pemerintah
dan badan-badan kompeten lainnya.
2. Memantau penggunaan dan hasil-hasil sumber belajar.
3. Merencanakan program pendidikan untuk generasi selanjutnya.
4. Mengembangkan program baru untuk jabatan baru yang diperkirakan dapat muncul.
5. Mengintegrasikan program yang diajukan pemerintah, ekonomi, perdagangan, dan industri.
6. Menilai dan meningkatkan atas makna gaya hidup.
7. Memilih inovasi yang konsiten dengan masa depan.
1. E. Peranan Supervisor Pembelajaran
Menurut Oliva (1984), peran supervisor pembelajaran ada empat. Pertama, sebagai coordinator, yaitu
mengkoordinasikan program-program dan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk meningkatkan kinerja guru dalam
pembelajaran dan harus membuat laporan mengenai pelaksanaan programnya. Kedua, sebagai konsultan,
supervisor harus memiliki kemampuan sebagai spesialis dalam masalah kurikulum, metodologi pembelajaran, dan
pengembangan staf, sehingga supervisor dapat membantu guru baik secara individual maupun kelompok. Ketiga,
sebagai pemimpin kelompok, supervisor harus memiliki kemampuan memimpin, memahami dinamika kelompok,
dan menciptakan pelbagai bentuk kegiatan kelompok. Keempat, sebagai evaluator, supervisor harus dapat
memberikan bantuan pada guru untuk dapat mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran dan kurikulum, serta harus
mampu membantu mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi guru, membantu melakukan penelitian dan
pengembangan dalam pembelajaran dan sebagainya.
1. F. Tugas Pokok Supervisor Pembelajaran
Inti tugas pokok dan fungsi pengawa sekolah adalah menilai dan membina. Ada empat tugas utama pengawas
sekolah yaitu: (1) merencanakan penilaian yang dilengkapi dengan instrumennya; (2) melaksanakan penilaian
sesuai dengan kaidah-kaidah penilaian; (3) mengolah hasil penilaian dengan teknik-teknik pengolahan yang ilmiah;
dan (4) memanfaatkan hasil penilaian untuk perbagai keperluan. Pengawas sekolah haruslah memahami konsep
pembinaan, jenis-jenis pembinaan, strategi pembinaan, komunikasi dalam membina, hubungan antarpersonal
dalam membina, dan sebagainya. Pengawas sekolah juga harus piawai merencanakan pembinaan, melaksanakan
pembinaan, menilai hasil pembinaan, dan menindaklanjuti hasil pembinaan.
1. G. Kelengkapan Administrasi
No Indikator Operasional Kelengkapan Administrasi
1Melaksanakan pengawasan
terhadap 10 sampai dengan 15
sekolah dan membina 40 guru
hingga paling banyak 60 guru
1. Surat tugas dari dinas pendidikan yang dilampiri
dengan data sekolah dan jumlah guru.
2. Data pendidik dan tenaga kependidikan sekolah
binaan.
2 Menyusun program
pengawasan akademik dan
manajerial
1. Program tahunan pengawasan meliputi pengawasan
akademik dan manajerial, mencakup prioritas
pemantauan, pembinaan, dan penilaian (disusun oleh
kelompok pengawas sejenis tingkat kabupaten/kota)
2. Program semester pengawasan, berupa teknik
operasiaonal kegiatan individu; meliputi pengawasan
akademik dan manajerial yang memuat masalah
prioritas pembinaan, pemantauan, dan penilaian.
3Melaksanakan supervisi
akademik dalam menerapkan
standar isi, proses, penilaian,
dan SK
1. Dokumen hasil pemantauan kinerja sekolah dalam
menerapkan standar isi, proses, penilaian, dan standar
kompetensi lulusan (SKL), yang meliputi kegiatan
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian.
2. Format isian rekaman kegiatan supervisi akademik
yang keabsahannya ditandai dengan tanda tangan
pendidik yang disupervisi dan dikuatkan tanda tangan
kepala sekolah atau ketua penyelenggara kegiatan.
3. Bukti fisik pengolahan data dan laporan pemantauan,
pembinaan, dan penilaian kinerja dalam penerapan
standar isi, proses, penilaian, dan SKL meliputi
perencanaan, pelaksanaan, dan output.
4. Lembar hasil refleksi dan rekomendas tingkat lanjut
perbaikan mutu berkelanjutan.
4 Melaksanakan supervisi
manajerial dalam menerapkan
standar pengelolaan, pendidik
dan tenaga kependidikan,
sarana dan prasarana, serta
pembiayaan.
1. Dokumen hasil pemantauan kinerja sekolah dalam
menerapkan standar pengelolaan, pendidik, dan
tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, serta
pembiayaan yang meliputi kegiatan perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian.
2. Format isian rekaman kegiatan supervisi akademik
yang keabahannya ditandai dengan tanda tangan
personal yang disupervisi dan dikuatkan tanda tangan
kepala sekolah.
3. Bukti fisik pengolahan data dan laporan supervise
dalam penerapan standar pengelolaan, pendidik dan
tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, serta
pembiayaan meliputi kegiatan perencanaan,
pelaksanaan, dan output.
4. Lembar hasil refleksi dan rekomendasi tindak lanjut
perbaikan mutu berkelanjutan
5Melaksanakan penilaian kinerja
kepala sekolah dalam
melaksanakan tugas manajerial
dan akademik
1. Format isian bukti pelaksanaan penilaian
2. Instrumen penilaian
3. Data hasil penilaian
4. Lembar analisis dan rekomendasi tindak lanjut
perbaikan mutu berkelanjutan
6
Melaksanakan pembimbingan
dan pelatihan dalam rangka
meningkatkan mutu profesi
kepala sekolah, tenaga
pendidik, dan tenaga
kependidikan paling sedikit
melaksanakan tiga kali dalam
satu semester
1. Dokumen jadwal, tanggal, jam, tema, dan kompetensi
yang dikembangkan dalam bentuk workshop, seminar,
observasi, dan group conference, bimbingan teknis,
serta kunjungan sekolah melalui supervise manajerial
7 Menyusun laporan pelaksanaan
program pengawasan
1. Laporan tahunan pengawasan per sekolah yang
meliputi seluruh sekolah binaan yang ditekankan pada
pemetaan pencapaian tujuan pengawasan
2. Laporan semesteran pengawasan per sekolah yang
meliputi seluruh sekolah binaan yang ditekankan pada
pemetaanpencapaian tujuan pengawasan
8 Menyusun karya tulis laporan
hasil penelitian atau perbaikan
pelaksanaan tugas
1. Laporan penelitian tindakan kelas (PTK) atau laporan
penelitian tindakan sekolah (PTS)
1. H. Prinsip Penyusunan Program
Dalam naskah bahan pelatihan pengawas (Depdiknas, 2008) dikemukakan bahwa terdapat beberapa prinsip yang
perlu diperhatikan dalam penyusunan program pengawas sekolah. Prinsip-prinsip tersebut antara lain berkaitan
dengan kontinyuasi, relevansi, kondisi nyata, dan fleksibilitas implementasinya.
1. I. Prinsip-prinsip Supervisi
Secara lebih sederhana dan mudah dipahami, Tahelele dan Indrafachrudi (1975) merumuskan prinsip-prinsip
supervisi sebagai berikut: (a) dilaksanakan secara demokratis dan kooperatif, (b) kreatif dan konstruktif, (c) ilmiah
dan efektif, (d) dapat memberi perasaan aman pada guru-guru, (e) berdasarkan kenyataan, (f) memberi
kesempatan kepada supervisor dan guru-guru untuk mengadakan evaluasi diri.
Prinsip-prinsip itu hanya tercermin dalam konteks hubungan supervisor dengan guru, maupun di dalam proses
pelaksanaan supervisi secara keseluruhan. Prinsip-prinsip tersebut antara lain: objektif, transparan, akuntabel,
berkelanjutan, aplikatif, keyakinan, realisti, pendukungan, jejaring, kolaboratif, dan dapat diuji.
J. Tipe-tipe Supervisi Pembelajaran
Tip-tipe supervisi pembelajarana yaitu, sebagai berikut: 1) Supervisi sebagai Inspeksi. Supervisi yang
Laissers Faire; 2) Supervisi yang Coersive; 3) Supervisi yang Bertipe training dan Guidance; 4) Supervisi
Demokratis.
K. Teknik Supervisi
Supervisor profesional bekerja dengan kemampuan dan keterampilan teknis tingkat tinggi dalam melakssanakan
tugas-tugas supervisi. Supervisi pembelajaran dapat dilakukan dengan multipendekatan dan multimode.
Pelaksanaan supervisi pembelajaran dilakukan dengan langkah-langkah tertentu. Sudah menjadi pendapat umum
bahwa banyak guru yang mengalami masalah atau kesulotan dalam melaksanakan pembelajaran pada mata
pelajaran yang diampunya. Supervisi pembelajaran yang dilakukan pengawas sekolah kepada guru untuk
mengatasi masalah yang dialaminya dalam rangka memperbaiki kualitas pembelajaran, baik proses maupun
hasilnya.
L. Pendekatan Supervisi Pembelajaran
Dalam pelaksanaan supervisi, karakteristik guru yang dihadapi oleh supervisor pasti pasti berbeda-beda.
Perbedaan tersebut dapat dilihat dari sisi usia dan kematangan, pengalaman kerja, motivasi maupun kemampuan
guru. Karena itu, supervisor harus menerapkan pendekatan yang sesuai dengan karakteristik guru yang
dihadapinya. Apabila pendekatan yang diguinakan tidak sesuai, maka supervisi kemungkinan tidak akan berjalan
dengan efektif. Pendekatan supervisi pembelajaran yaitu supervisi alamiah; dan supervisi artistik
M. Perangkat Supervisi Pembelajaran
Otak manusia memilki keterbatasan. Karena itu, alat bantu menjadi penting untuk menutupi keterbatasan ini. Bagi
supervisor yang akan melaksanakan supervisi, perlu menyiapkan aneka instrumen yang dibutuhkan. Salah satu
perangkat yang digunakan dalam melaksanakan supervisi ialah instrumen observasi pembelajaran/check list
terutama untuk supervisi pembelajaran, termasuk supervisi klinis.
N. Implementasi Teknik Supervisi
1. Observasi Kelas. Observasi kelas merupakan salah satu cara paling baik memberikan supervisi pembelajaran.
Dengan observasi kelas, supervisor pembelajaran dapat melihat langsung kegiatan guru, murid dan masalah yang
timbul.
2. Saling Menguji. Kegiatan ini sangat bermanfaat, meski tidak terlalu mudah, terutama pada sekolah-sekolah yang
gurunya berbeban mengajar penuh.
3. Demonstrasi Mengajar. Demonstrasi mengajar harus dilakukan oleh supervisor yang benar-benar ahli di
bidangnya dan berkinerja baik.
4. Kaji Tindak. Fokus utama kaji tindak adlah guru untuk meneliti dan terlibat dalam praktik penelitiannya sendiri
selama proses pembelajaran.
Soal:
1. Apa yang dimaksud supervisi?
2. Tuliskan tujuan utama supervisi!
3. Sebutkan fungsi supervisi!
4. Sebutkan empat peran supervisor menurut Olivia!
5. Sebutkan tugas utama pengawas sekolah!
Jawab:
1. Supervisi adalah proses kerja supervisor dalam mendiagnosis, menentukan fokus, melakukan bimbingan
professional, dan menilai peningkatan profesionalitas guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, baik
secara individual maupun secara kolektif.
2. Tujuan utama supervisi pembelajaran adalah meningkatkan mutu proses dan hasil belajar siswa.
3. Supervisi pembelajaran bersifat multifungsi. Pertama, meningkatkan mutu proses (suasana pembelajaran yang
sehat, dinamis, produktif, kreatif, adaptif, ekonomis, menyenangkan, dan sebagainya) dan hasil pembelajaran
(nilai tambah capaian kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa). Kedua, mendorong dan mengoptimasi unsur yang
terkait dengan proses pembelajaran.
4. Pertama, sebagai coordinator, yaitu mengkoordinasikan program-program dan bahan-bahan yang dibutuhkan
untuk meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran dan harus membuat laporan mengenai pelaksanaan
programnya. Kedua, sebagai konsultan, supervisor harus memiliki kemampuan sebagai spesialis dalam masalah
kurikulum, metodologi pembelajaran, dan pengembangan staf, sehingga supervisor dapat membantu guru baik
secara individual maupun kelompok. Ketiga, sebagai pemimpin kelompok, supervisor harus memiliki kemampuan
memimpin, memahami dinamika kelompok, dan menciptakan pelbagai bentuk kegiatan kelompok. Keempat,
sebagai evaluator, supervisor harus dapat memberikan bantuan pada guru untuk dapat mengevaluasi
pelaksanaan pembelajaran dan kurikulum, serta harus mampu membantu mengidentifikasi permasalahan yang
dihadapi guru, membantu melakukan penelitian dan pengembangan dalam pembelajaran dan sebagainya.
1. (1) merencanakan penilaian yang dilengkapi dengan instrumennya; (2) melaksanakan penilaian sesuai dengan
kaidah-kaidah penilaian; (3) mengolah hasil penilaian dengan teknik-teknik pengolahan yang ilmiah; dan (4)
memanfaatkan hasil penilaian untuk perbagai keperluan.
MATERI VIII: Profesi Supervisor Klinis untuk Perbaikan Pembelajaran
1. A. Supervisi Klinis
Seorang supervisi pembelajaran yang profesional mampu melakukan pendekatan klinis dalam pelaksanaan
tugasnya. Supervisi klinis di bidang pendidikan tidak hanya diilhami oleh prinsip-prinsip klinikal di bidang
kedokteran, melainkan juga beranjak dari ajaran psikologi. Mengikuti logika itu, pelaksanaan supervisi klinis untuk
meningkatkan kemampuan profesional guru dilakukan melalui tahapan-tahapan: a) praobservasi, b) observasi, c)
analisis permasalahan.
1. B. Definisi Supervisi Klinis
Supervisi klinis adalah bantuan profesioanl kesejawatan oleh supervisor kepada guru yang mengalami masalah
dalam pembelajaran agar yang bersangkutan dapat mengatasi masalahnya dengan menempuh langkah yang
sistematis, dimulai dari tahap perencanaan, pengamatan perilaku guru mengajar, analisis perilaku, dan tindak
lanjut.
1. C. Ciri-Ciri Supervisi Klinis
Pelaksanaan supervisi klinis yang baik memiliki ciri-ciri yaitu:
1. Bimbingan supervisi pengajaran kepada guru bersifat hubungan pembantuan, bukan perintah atau instruksi.
2. Kesepakatan antaar guru dan supervisor tentang apa yang dikaji dan jenis keterampilan yang paling penting
merupakan hasil diskusi bersama.
3. Instrumen supervisi klinis dikembangakan dan disepakati bersama antara guru dengan supervisor.
4. Guru melakuakn persiapan-persiapan dengan mengindentifikasi aspek-aspek kelemahan-kelemahannya yang
dipandang perlu diperbaiki.
5. Supervisi lebih banyak bertanya dan mendengarkan daripada memerintah atau mengarahkan.
6. D. Karakteristik Supervisi Klinis
1. Perbaikan proses pembelajaran mengharuskan guru mempelajari kemampuan intelektual dan keterampilan
teknis.
2. Fungsi utama supervisor adalah menginformasikan beberapa kemampuan dan keterampilan, seperti: a)
kemampuan dan keterampilan menganalisis proses pembelajaran berdasarkan hasil pengamatan, b)
kemampuan dan keterampilan mengembangkan kurikulum dalam proses pembelejaran, c) kemampuan dan
keterampilan guru melakukan evaluasi dan tindak lanjut.
3. Berfokus pada: a) perbaikan mutu proses dan hasil pemebelajaran, b) perbaikan kinerja guru-guru pada hal-hal
spesifik yang masih memerlukan penyempurnaan, dan c) upaya perbaikan didasari atas kesepakatan bersama
dan pengalaman masa lampau.
4. Hubungan pembantuan antara supervisor dengan yang disupervisi mengedepankan dimensi kolegalitas.
5. Tindakan supervisor menemukan kelemahan atau kekurangan guru semata-mata diperuntukkan bagi upaya
perbaikan, bukan untuk keperluan penilaian atas prestasi individual guru.
6. Urgensi Supervisi Klinis
1. Menghindarkan guru dari jebakan penurunan motivasi dan kinerja dalam melaksanakan proses pembelajaran.
2. Menghindarkan guru dari upaya menutupi kelemahannya sendiri melalui cara-cara dialog terbuka dengan
supervisiornya.
3. Menghindarkan ketiadaan respon dari supervisor atas praktik profesional yang telah memenuhi standar
kompetensi dan kode etik atau yang masih di bawah standar.
4. Mendorong guru untuk selalu adaptif terhadap kemajuan Iptek dalam proses pembelajaran.
5. Menjaga konsistensi guru agar tidak kehilangan identitas diri sebagai penyayang profesi yang terhormat dan
bermanfaat bagi kemajuan generasi.
6. Tujuan Supervisi Klinis
1. Menjaga konsistensi motivasi dan kinerja guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.
2. Mendorong keterbukaan guru kepada supervisor mengenai kelemahan-kelemahannya sendiri dalam
melaksanakan pembelajaran.
3. Menciptakan kondisi agar guru terus menjaga dan meningkatan mutu praktik profesional seseuai dengan
standar kompetensi dan kode etik yang telah ditetapkan dan disepakati.
4. Menciptakan kesadaran guru tentang tanggung jawabnya terhadap pelaksanaan pembelajaran yang
berkualitas, baik proses maupun hasilnya.
5. Membantu guru untuk senantiasa memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses pembelajaran dengan
jalan meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, wawasan umum, dan keterampilan khusus
yang diperlukan dalam proses pembelajaran.
6. Prinsip-prinsip Supervisi Klinis
1. Hubungan supervisor dengan guru didasari semangat kolegialitas yang taat asas.
1. Setiap kelemahan atau kesalahan guru semata-mata digunakan untuk tindakan perbaikan, tanpa secara
eksplisit melabeli guru belum profesional.
2. Menumbuhkembangkan posisi guru, mulai dari tidak profesioanal sampai profesional sungguhan.
3. Hubungan antara supervisor dengan guru dilakukan secara objektif, transparan, dan akuntabel.
4. Diskusi dan pengkajian atas umpan balik yang segera atau yang diketahui kemudian bersifat demokratis
dan didasarkan pada data hasil pengamatan.
5. Model-model Supervisi Klinis
1. Model Pengembangan
Konsepsi dasar supervisi klinis model pengembangan (developmental models of clinical supervision) adalah
keyakinan bahwa individu tumbuh secara kontinyu (concontinously growing), ketika dia melalui tindakan secara
benar, menjalankannya secara baik, dan menjalani pertumbuhan secara berpola.
1. Model Terpadu
Model terpadu ini sering juga disebut sebagai model diskriminasi (discrimination model). Model ini menekankan
pada tiga area fokus pengembangan keterampilan, yaitu proses, konseptualisasi, dan personalisasi.
1. Model Orientasi Spesifik
Pada konteks supervisi klinis, aplikasi model ini pada tahap awal menjelma sebagai suatu tahapan, dimana ketika
supervisor bertatap muka dengan yang disupervisi, mereka harus menunjukkan keahlian dan kelemahannya. Ini
berarti, keduanya bisa saling memengaruhi satu sama lain. Pada tahap selanjutnya, bukan tidak mungkin di antara
mereka muncul konflik, sikap bertahan, menghindar, bahkan menyerang. Pada tahap ini supervisor harus
menunjukkan peranya sebagai “pengendali” dalam kerangka supervisi. Pada tahap akhir, supervisor lebih banyak
diam dan mendorong subjek yang disupervisi untuk tumbuh mandiri dengan caranya sendiri.
1. Teknik Komunikasi dalam Supervisi Klinis
Dalam melaksanakan tugas-tugas profesionalnya, supervisor pembelajaran berkomunikasi dengan guru yang
disupervisi. Ahli komunikasi umumnya sependapat bahwa komunikasi dapat diartikan sebagai proses penyampaian
informasi dari pengirim kepada penerima pesan, dimana pesan itu disampaikan melalui media atau tanda-tanda
dengan menggunakan bahasa tertentu yang saling dimengerti untuk mencapai suatu tujuan.
1. Komunikasi Klinis
Ada dua sikap supervisor pembelajaran yang mempengaruhi proses berkomunikasi, yaitu sikap yang menghambat
dan sikap yang membantu. Dua sikap pengirim pesan yang menghambat dan membantu proses komunikasi
menurut Jack R. Gibb (1970) dalam “Journal of Communication” seperti berikut ini:
1. Evaluasi – Deskripsi
2. Penguasaan – Permasalahan
3. Manipulasi – Spontanitas
4. Tidak memperhatikan – Memperhatikan
5. Bersikap super – Menyamakan diri
6. Kaku – Luwes
7. Keputusan Berbasis Konsultasi
8. Pendekatan GATHER
Pendekatan GATHER sudah lama digunakan dalam konsultasi pelayanan keluarga berencana (KB) untuk
membentuk klien memilih metode kontrasepsi yang paling baik dan sesuai.
1. Pendekatan REDI
Pendekatan ini dikenal dengan 4 tahapan REDI yaitu:
Tahap 1: Rapport building (membina hubungan)
Tahap 2: Exploration (eksplorasi)
Tahap 3: Decision making (pengambilan keputusan)
Tahap 4: Implementing of decision (pelaksanaan keputusan)
Soal:
1. Apa yang dimaksud supervisi klinis?
2. Sebutkan minimal dua ciri-ciri supervisi klinis!
3. Tuliskan fungsi utama supervisor!
4. Sebutkan minimal dua tujuan supervisi klinis!
5. Apa konsepsi dasar supervisi klinis model pengembangan?
Jawab:
1. Supervisi klinis adalah bantuan profesioanl kesejawatan oleh supervisor kepada guru yang mengalami masalah
dalam pembelajaran agar yang bersangkutan dapat mengatasi masalahnya dengan menempuh langkah yang
sistematis, dimulai dari tahap perencanaan, pengamatan perilaku guru mengajar, analisis perilaku, dan tindak
lanjut.
2. 1) Bimbingan supervisi pengajaran kepada guru bersifat hubungan pembantuan, bukan perintah atau instruksi;
dan 2) Kesepakatan antaar guru dan supervisor tentang apa yang dikaji dan jenis keterampilan yang paling
penting merupakan hasil diskusi bersama.
3. Fungsi utama supervisor adalah menginformasikan beberapa kemampuan dan keterampilan, seperti: a)
kemampuan dan keterampilan menganalisis proses pembelajaran berdasarkan hasil pengamatan, b) kemampuan
dan keterampilan mengembangkan kurikulum dalam proses pembelejaran, c) kemampuan dan keterampilan guru
melakukan evaluasi dan tindak lanjut.
4. 1) Menjaga konsistensi motivasi dan kinerja guru dalam melaksanakan proses pembelajaran; dan 2) Mendorong
keterbukaan guru kepada supervisor mengenai kelemahan-kelemahannya sendiri dalam melaksanakan
pembelajaran.
5. Konsepsi dasar supervisi klinis model pengembangan (developmental models of clinical supervision) adalah
keyakinan bahwa individu tumbuh secara kontinyu (concontinously growing), ketika dia melalui tindakan secara
benar, menjalankannya secara baik, dan menjalani pertumbuhan secara berpola.
MATERI IX: Bimbingan dan Konseling Di Sekolah
1. A. Latar Belakang Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling merupakan salah satu bentuk pelayanan yang dilakukan oleh guru pembimbing
(konselor), guna membantu siswa dalam memenuhi kebutuannya di sekolah. Dalam memenuhi kebutuhan siswa,
terutama dalam proses belajar mengajar, guru pembimbing hendaknya bekerjasama dengan staf sekolah,
khususya dengan gurumata pelajaran.
1. B. Hakikat Bimbingan dan Konseling
1. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling merupakan terjemahan dari istilah “guidance” dan “conseling” dalam bahasa Inggris.
Guidance berasal dari akar kata “guide” yang berati mengarahkan, memandu, menyetir, dan mengelola. Jadi,
bimbingan dan konseling adalah upaya untuk membimbing dan mengarahkan suatu masalah yang dimiliki klien
sehingga masalah tersebut dapat teratasi. Proses pembimbingan dan konseling dilakukan oleh konselor.
1. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling
1. Bimbingan diberikan kepada individu yang sedang berada dalam proses berkembang.
2. Bimbingan diperuntukkan bagi semua siswa.
3. Bimbingan dilaksanakan dengan mempedulikan semua segi perkembangan siswa.
4. Bimbingan berdasarkan kepada kemampuan individu untuk menentukan pilihan.
5. Bimbingan adalah bagian terpadu dari proses pendidikan.
6. Bimbingan dimaksudkan untuk membantu siswa merealisasikan dirinya.
7. Asas Bimbingan dan Konseling
1. Asas kerahasiaan,
2. Asas kesukarelaan,
3. Asas keterbukaan,
4. Asas kegiatan,
5. Asas kemandirian,
6. Asas kekinian,
7. Asas kedinamisan,
8. Asas keterpaduan,
9. Asas kenormatifan,
10. Asas keahlian,
11. Asas ahli tangan,
12. Asas tut wuri handayani,
13. Orientasi dan Ruang Lingkup Bimbingan dan Konseling
1. Bimbingan merupakan suatu proses yang mengadung makna bahwa bimbingan itu merupakan kegiatan
yang berkesinambungan, berlangsung terus-menerus, bukan kegiatan seketika dan kebetulan.
2. Bimbingan merupakan “helping”, yang identik artinya dengan aiding, assisting, atau availing, yang artinya
adalah bantuan atau pertolongan.
3. Bantuan itu diberikan kepada individu.
4. Tujuan bimbingan adalah perkembangan optimal.
5. Bimbingan konseling merupakan salah satu jenis layanan bimbingan.
6. Ruang Lingkup Layanan dan Bimbingan Konseling
1. Keterkaitan antara bidang pelayanan bimbingan konseling dan bidang-bidang lainnya.
2. Tanggung jawab Guru Pembimbing/Konselor
3. Bidang jenis Layanan, Kegiatan Pendukung Bimbingan dan Konseling
4. Kode Etik
Pendapat Bimo Walgito (Sutjipto, 1994) tentang butir-butir rumusan kode etik bimbingan dan konseling sebagai
berikut:
1. Membimbing atau pejabat lain yang memegan jabatan dalam bidang bimbingan dan penyuluhan harus
memegang teguh prinsip-prinsip bimbingan dan konseling.
2. Pembimbing harus berusaha semaksimal mungkin untuk dapat mencapai hasil yang sebaik-baiknya, dengan
membatasi diri pada keahliannya atau wewenangnya. Karena itu pembimbing jangan sampai mencampuri
wewenang serta tanggung jawab.
3. C. Pengelolaan Layanan Bimbingan dan Konseling
1. Organisasi layanan Bimbingan dan Konseling.
2. Peran guru dalam layanan bimbingan dan konseling.
Soal:
1. Jelaskan yang dimaksud bimbingan dan konseling?
2. Sebutkan minimal tiga prinsip bimbingan dan konseling!
3. Tuliskan maksimal empat asas bimbingan dan konseling!
4. Tuliskan rumusan kode etik bimbingan dan konseling menurut Bimo Walgito!
1. Tuliskan ranah organisasi layanan bimbingan dan konseling!
Jawab:
1. Bimbingan dan konseling merupakan salah satu bentuk pelayanan yang dilakukan oleh guru pembimbing
(konselor), guna membantu siswa dalam memenuhi kebutuannya di sekolah. Proses pembimbingan dan konseling
dilakukan oleh konselor.
2. 1) Bimbingan diberikan kepada individu yang sedang berada dalam proses berkembang; 2) Bimbingan
diperuntukkan bagi semua siswa; dam 3) Bimbingan dilaksanakan dengan mempedulikan semua segi
perkembangan siswa.
3. 1) Asas kerahasiaan; 2) Asas kesukarelaan; 3) Asas keterbukaan; dan 4) Asas kegiatan.
4. 1) Membimbing atau pejabat lain yang memegan jabatan dalam bidang bimbingan dan penyuluhan harus
memegang teguh prinsip-prinsip bimbingan dan konseling; dan 2) Pembimbing harus berusaha semaksimal
mungkin untuk dapat mencapai hasil yang sebaik-baiknya, dengan membatasi diri pada keahliannya atau
wewenangnya.
1. 1) Organisasi pelayanan BK di SMU; 2) Personil pelaksana; dan 3) Program pelayanan.
MATERI X: Implementasi KTSP
1. A. Komponen KTSP
KTSP memiliki empat komponen, yaitu (1) tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, (2) struktur dan muatan
KTSP, (3) kalender pendidikan, dan (4) silabus dan Rencana Pelaksanaan Pengajaran (RPP).
1. B. Pengembangan Silabus
Istilah silabus dapat didefinisikan sebagai garis besar, ringkasan, ikhtisar, atau pokok-pokok isi atau materi
pelajaran (Salim, 1987: 98). Istilah silabus digunakan untuk menyebut suatu produk pengembangan kurikulum
berupa penjabaran lebih lanjut dari SK dan KD yang ingin dicapai, dan materi pokok serta uraian materi yang perlu
dipelajari peserta didik dalam rangka mencapai SK dan KD. Seperti diketahui, dalam pengembangan kurikulum dan
pembelajaran, terlebih dahulu perlu ditentukan SK yang berisikan kebulatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan
yang ingin dicapai, materi yang harus dipelajari, pengalaman belajar yang harus dilakukan, dan sistem evaluasi
untuk mengetahui pencapaian SK. Dengan kata lain, pengembangan kurikulum dan pembelajaran menjawab
pertanyaan (1) Apa yang akan diajarkan (SK, KD, dan Materi Pembelajaran); (2) Bagaimana cara melaksanakan
kegiatan pembelajaran, metode, media); (3) Bagaimana dapat diketahui bahwa SK dan KD telah tercapai (indikator
dan penilaian).
Kegiatan pembelajaran dalam silabus perlu dirancang sedemikian rupa sehingga peserta didik memiliki keleluasaan
untuk mengembangkan kemampuannya, bukan hanya kemampuan kognitif saja, melainkan juga dapat
mempertajam kemampuan afektif dan psikomotoriknya serta dapat secara optimal melatih kecakapan hidup (life
skill).
1. C. Unit Waktu dan Pengembangan Silabus
Silabus mata pelajaran disusun berdasarkan seluruh alokasi waktu yang disediakan untuk setiap mata pelajaran
selama penyelenggaraan pendidikan di tingkat satuan pendidikan. Penyusunan silabus suatu mata pelajaran
memperhatikan alokasi waktu yang disediakan per semester, per tahun, dan alokasi waktu mata pelajaran lain
yang sekelompok. Implementasi pembelajaran per semester menggunakan penggalan silabus sesuai dengan SK
dan KD untuk mata pelajaran dengan alokasi waktu yang tersedia pada struktur kurikulum.
Pengembangan silabus dilakukan oleh kelompok guru mata pelajaran sejenis pada satu sekolah atau beberapa
sekolah pada kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Silabus dapat disusun secara mandiri oleh
kelompok guru mata pelajaran sejenis pada setiap sekolah apabila guru-guru di sekolah yang bersangkutan mampu
mengenali karakteristik peserta didik, kondisi sekolah/ madrasah dan lingkungannya. Sekolah/madrasah yang
belum mampu mengembangkan silabus secara mandiri, sebaiknya bergabung dengan sekolah/madrasah lain
melalui forum MGMP untuk bersama-sama mengembangkan silabus yang akan digunakan oleh
sekolah-sekolah/madrasah-madrasah dalam lingkup MGMP setempat. Sekolah dapat pula mengadaptasi atau
mengadopsi contoh model yang dikeluarkan oleh BSNP.
1. D. Langkah-Langkah Pengembangan Silabus
1. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
2. Mengidentifikasi Materi Pembelajaran
3. Melakukan Pemetaan Kompetensi
4. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
5. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi
6. Penentuan Jenis Penilaian
7. Menentukan Alokasi Waktu.
8. Menentukan Sumber Belajar
9. E. Pelaksanaan Penyusunan KTSP
1. Analisis Konteks
2. Mekanisme Penyusunan
1. Tim Penyusun
2. Kegiatan
3. Pemberlakuan
Soal:
1. Tuliskan komponen KTSP!
2. Apa saja yang harus dilakukan dalam pengembangan kurikulum dan pembelajaran?
3. Apa saja prinsip-prinsip yang harus diperhatikan untuk memeroleh silabus yang baik?
4. Sebutkan minimal tiga langkah-langkah pengembangan silabus!
5. Tuliskan tim penyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan khusus (SDLB,SMPLB, dan SMALB)!
Jawab:
1. KTSP memiliki empat komponen, yaitu (1) tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, (2) struktur dan muatan
KTSP, (3) kalender pendidikan, dan (4) silabus dan Rencana Pelaksanaan Pengajaran (RPP).
2. Dalam pengembangan kurikulum dan pembelajaran, yang perlu diperhatikan yaitu terlebih dahulu perlu
ditentukan SK yang berisikan kebulatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang ingin dicapai, materi yang
harus dipelajari, pengalaman belajar yang harus dilakukan, dan sistem evaluasi untuk mengetahui pencapaian SK.
3. Prinsip-prinspi yang harus diperhatikan yaitu: 1) Ilmiah; 2) Relevan; 3) Sistematis; 4) Konsisten; 5) Memadai; 6)
Aktual dan Kontekstual; 7) Fleksibel; dan 8) Menyeluruh.
4. 1) Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar; 2) Mengidentifikasi Materi Pembelajaran; dan 3)
Melakukan Pemetaan Kompetensi.
5. Tim penyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan khusus (SDLB,SMPLB, dan SMALB) terdiri atas guru, konselor,
kepala sekolah sebagai ketua merangkap anggota.
top related