keefektifan model pembelajaran kooperatif …lib.unnes.ac.id/22182/1/3301411014-s.pdf · teman pkn...
Post on 07-Feb-2018
229 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE JIGSAW DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KELAS VIII DI SMP
NEGERI 19 SEMARANG
SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Sutiyono
NIM 3301411014
JURUSAN POLITIK DAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
ii
iii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil
karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip
atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, Juni 2015
Sutiyono
NIM. 3301411014
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
“Maka Sesungguhnya Sesudah Kesulitan Itu Ada Kemudahan” (Al-Insyiraah,
Ayat 5)
“Manusia Yang Terbaik Adalah Yang Bermanfaat Bagi Orang Lain”
(Rosullullah)
“Satu-satunya Kebaikan Adalah Pengetahuan Dan Satu-satunya Kejahatan
Adalah Kebodohan” (Socrates)
“Jika Kalian Tidak Mau Belajar Dengan Keras Mulai Saat Ini, Maka Bersiap-
siaplah Menikmati Kebodohan Dimasa Tua Kalian”(Aristoteles)
Persembahan
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
1. Bunda Rusmiati dan Ayahanda Sujatmiko
2. Nenekku tersayang, yang selalu mendoakanku
3. Muh.Galuh Jatmiko Adik baruku, semoga kita
mampu mikul dhuwur mendhem jero
4. Yosi Purnama Sari, partner pramuka, semoga
kita dapat terus mengabdi untuk anak-anak
Indonesia.
5. Dzihnatun Nabilah teman diskusi, semoga kita
bisa selalu bersilaturohmi dengan baik.
6. Sahabat Ska.Wan Bording House dan teman-
teman PKn yang menjadi pemicu semangatku.
7. Almamaterku Universitas Negeri Semarang
kampus konservasi.
v
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam Meningkatkan
Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Kelas VIII di SMP Negeri 19
Semarang”.
Penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini tidak terlepas dari
bimbingan, bantuan, dan sumbang saran dari segala pihak, oleh karena itu dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, selaku Rektor Universitas Negeri
Semarang.
2. Dr. Subagyo, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Semarang.
3. Drs. Slamet Sumarto, M.Pd., Ketua Jurusan Politik dan Kewarganegaraan
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.
4. Drs. Tijan, M.Si., Dosen Wali Pembimbing utama yang telah memberikan
bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
5. Segenap Dosen Jurusan Politik dan Kewarganegaraan yang telah memberikan
ilmu dan keteladanan laku kepada penulis.
6. Seluruh Staf dan Karyawan Jurusan PKn, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas
Negeri Semarang.
7. Dra. Cicilia Sri Maryuni, MM., Kepala SMP Negeri 19 Semarang yang telah
memberikan ijin penelitian.
vi
8. MBC. U. Sugianingsih, S.Pd, guru PKn SMP Negeri 19 Semarang yang telah
membantu dalam proses penelitian untuk penulisan skripsi ini.
9. Segenap guru dan karyawan SMP Negeri 19 Semarang atas segala bantuan
yang diberikan.
10. Orang tua yang melecut gairahku untuk lekas merampungkan skripsi dengan
senantiasa menanyakan, “Wisuda kapan, Le?”.
11. Teman-teman yang bersedia membantu dalam dokumentasi penelitian ini,
Andi, Cholid, Anam, Jefri, Oksa, Agus Prasetyo, Agus Misbahudin, Dendy
Aditya Pradana, thanks awfully.
12. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dalam peningkatan mutu pendidikan
di Indonesia pada umumnya dan bermanfaat bagi para pembaca pada khususnya.
Semarang, Juni 2015
Penulis
vii
SARI
Sutiyono. 2015. Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Kelas VIII Di SMP
Negeri 19 Semarang. Skripsi, Jurusan Politik dan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu
Sosial, Universitas Negeri Semarang. Drs. Tijan, M.Si., dan Drs. Slamet Sumarto,
M.Pd.
Kata Kunci: Keefektifan, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw, Hasil
Belajar
Keefektifan pembelajaran tidak terlepas dari aktivitas yang berkualitas
dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang dilakukan oleh guru. Salah satu
peran guru adalah memilih model pembelajaran efektif. Model pembelajaran yang
mengacu pada keaktifan siswa adalah model cooperative learning. Tujuan
penelitian ini adalah: 1) untuk mengetahui aktivitas belajar siswa dalam
pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas VIII SMP Negeri 19
Semarang, dan 2) untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Pendidikan
Kewarganegaraan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan
metode ceramah bervariasi kelas VIII di SMP Negeri 19 Semarang.
Penelitian ini adalah quasi-experimental dengan menggunakan
nonequivalent control group design yang memiliki populasi seluruh siswa kelas
VIII di SMP Negeri 19 Semarang. Pengambilan sampel menggunakan teknik
cluster random sampling, terpilih kelas VIII F sebagai kelas eksperimen
memperoleh model kooperatif tipe jigsaw dan kelas VIII G sebagai kelas kontrol
memperoleh pembelajaran ceramah bervariasi. Metode pengumpulan data yang
digunakan adalah tes, observasi dan dokumentasi. Analisis data penelitian
menggunakan bantuan SPSS 20.
Hasil yang diperoleh dari analisis data lembar observasi aktivitas siswa
adalah 84,37%. Skor ini menunjukkan data hasil penelitian aktivitas siswa
menggunakan model kooperatif tipe jigsaw dalam kategori sangat baik. Hasil uji-t
Uji Independent sample t tes rata-rata hasil belajar posttes kedua kelas berbeda,
model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw memberikan pengaruh terhadap hasil
belajar sebesar 20%, dan memperoleh rata-rata 81.82, artinya melebihi (KKM ≥75
). Data yang diperoleh adalah (thitung = 3.364 > 1.166) pada taraf signifikan 0.05,
artinya (thitung > ttabel), maka Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi kedua rata-rata sampel
memiliki hasil belajar berbeda. Simpulan yang diperoleh adalah penggunaan model
kooperatif tipe jigsaw terbukti efektif dalam meningkatkan hasil belajar pendidikan
kewarganegaraan untuk materi hubungan antarlembaga negara Republik Indonesia.
Berdasarkan simpulan tersebut, saran yang diajukan yaitu (1) penggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada tahap pembagian kelompok harus
memperhatikan waktu pembelajaran agar berjalan efektif, (2) perlu adanya
kesepakatan peraturan agar dalam melakukan pertukan kelompok tidak gaduh, (3)
perlu perluasan ruang kelas, sehingga memudahkan pembelajaran kelompok, (4)
direkomendasikan untuk penelitian lanjut pada ranah afektif dan psikomotorik.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................................... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ..................................................................... iii
PERNYATAAN............................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... v
PRAKATA ....................................................................................................... vi
SARI................................................................................................................. viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 6
E. Batasan Istilah ................................................................................. 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Efektivitas......................................................................... 9
B. Tinjauan Tentang Konsep Pembelajaran ......................................... 11
C. Hasil Belajar .................................................................................... 22
D. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ................................ 27
E. Model Pembelajaran Kooperatif...................................................... 31
F. Model Pembelajaran Ceramah Bervariasi ....................................... 46
G. Perbandingan Pembelajaran Kooperatif dan Ceramah Bervariasi .. 49
H. Kerangka Berpikir ........................................................................... 50
I. Hipotesis .......................................................................................... 52
ix
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ................................................................................ 54
B. Populasi ........................................................................................... 55
C. Sampel ............................................................................................. 56
D. Variabel Penelitian .......................................................................... 56
E. Prosedur Penelitian .......................................................................... 57
F. Metode Pengumpulan Data ............................................................. 60
G. Analisis Instrumen ........................................................................... 62
H. Metode Analisis Data ...................................................................... 68
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian................................................................................ 74
1. Gambaran Umum Pelaksanaan Pembelajaran…. ...................... 74
a. Pelaksanaan Pembelajaran dengan Model Kooperatif Tipe
Jigsaw…. ............................................................................. 74
b. Pelaksanaan Pembelajaran dengan Metode Ceramah Bervariasi
…. ........................................................................................ 79
2. Aktivitas Belajar Siswa dalam Pembelajaran Menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw…................................... 81
3. Perbedaan Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan
Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan
Ceramah Bervariasi …. ............................................................. 82
B. Pembahasan ..................................................................................... 85
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ......................................................................................... 95
B. Saran ................................................................................................ 96
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 97
LAMPIRAN ..................................................................................................... 100
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbandingan Pembelajaran Kooperatif dan Ceramah Bervariasi ... 49
Tabel 2.2 Kerangka Berpikir Komparasi/Perbandingan Metode yang
dikembangkan dalam penelitian....................................................................... 52
Tabel 3.1 Desain Penelitian.............................................................................. 54
Tabel 3.2 Hasil Output Validitas Soal Uji Coba ............................................. 63
Tabel 3.3 Rekap Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba .................... 66
Tabel 3.4 Rekap Perhitungan Daya Pembeda Soal Uji Coba .......................... 68
Tabel 4.1 Aspek Aktivitas Belajar Siswa Yang Diamati ................................. 81
Tabel 4.2 Hasil Belajar Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol ..................... 83
Tabel 4.3 Hasil Output Uji Independent Sample t test Hasil Belajar Posttest Kelas
Eksperimen dan Kontrol .................................................................................. 83
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Ilustrasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ................ 43
Gambar 4.1 Guru Mendampingi Siswa Dalam Diskusi Kelompok Ahli ......... 76
Gambar 4.2 Aktivitas Siswa dalam Tanya Jawab ............................................ 77
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Panduan Wawancara Kebutuhan
Lampiran 2. Data Siswa Kelas 8 SMP Negeri 19 Semarang
Lampiran 3. Soal Uji Coba
Lampiran 4. Soal Pretest dan Posttest
Lampiran 5. Data Siswa Kelas Eksperimen
Lampiran 6. Data Siswa Kelas Kontrol
Lampiran 7. Uji Homogenitas
Lampiran 8. Uji Validitas Soal Uji Coba
Lampiran 9. Reliabilitas Soal Uji Coba
Lampiran 10. Perhitungan Tingkat Kesukaran
Lampiran 11. Perhitungan Daya Pembeda
Lampiran 12. Pedoman Aktivitas Belajar Siswa
Lampiran 13. Uji Paired Sample t test Hasil Belajar
Lampiran 14. Uji Idenpendent Sample t test
Lampiran 15. Kisi-kisi Soal
Lampiran 16. Lembar Jawab Siswa
Lampiran 17. Silabus Pembelajaran
Lampiran 18 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol
Lampiran 19. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen
Lampiran 20. Ringkasan Materi Pembelajaran
Lampiran 21. Lembar Kerja Siswa
Lampiran 22. Jadwal Penelitian
Lampiran 23. Surat Keterangan Telah Penelitian
Lampiran 24. Data Aktivitas Belajar Siswa
Lampiran 25. Hasil Belajar Kelas Eksperimen
Lampiran 26. Hasil Belajar Kelas Kontrol
Lampiran 27. Dokumentasi Pembelajaran
Lampiran 28. Surat Izin Penelitian
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan
sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Pembelajaran yang efektif adalah proses belajar mengajar
yang bukan saja terfokus pada hasil yang dicapai peserta didik, melainkan
bagaimana proses pembelajaran yang efektif mampu memberikan
pemahaman yang baik, kecerdasan, ketekunan, kesempatan, dan mutu serta
dapat memberikan perubahan perilaku yang aplikatif dalam kehidupan.
Proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan supaya diselenggarakan
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi, peserta
didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (Pasal 19, PP No.19 Th
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan). Jadi kegiatan atau aktivitas
dalam belajar sangat diperlukan untuk menciptakan pengalaman belajar
tersebut. Pengalaman tersebut akan dijadikan dasar bagi peserta didik dalam
kehidupan bermasyarakat.
Kegiatan belajar siswa dapat terjadi dalam pembelajaran. Pembelajaran
pada hakekatnya merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik
1
2
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran adalah
proses untuk membantu peserta didik agar belajar dengan baik, sehingga
dapat dikatakan bahwa pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang
melibatkan aktivitas belajar peserta didik secara aktif dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
Proses pembelajaran selalu berkaitan dengan aktivitas peserta didik.
Aktivitas adalah tingkah laku atau kegiatan yang dilakukan seseorang.
Aktivitas yang dilakukan oleh peserta didik dalam proses pembelajaran
disebut aktivitas belajar. Aktivitas belajar peserta didik berupa
keterlibatannya dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian dalam pembelajaran
guna mencapai keberhasilan belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari
kegiatan tersebut. Jadi aktivitas belajar adalah segala kegiatan peserta didik
dalam pembelajaran atau interaksi peserta didik dengan lingkungan
belajarnya dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Semakin tinggi
aktivitas belajar peserta didik maka menunjukkan belajar secara aktif. Oleh
karena itu, aktivitas atau interaksi menjadi faktor yang sangat penting dalam
mencapai tujuan pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran harus mempunyai tujuan yang ingin dicapai
dan tersusun pada tujuan instruksional yang sesuai dengan tingkat
kemampuan peserta didik. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu adanya
model pembelajaran yang tepat sehingga tujuan tersebut dapat tercapai
dengan sukses. Untuk itu, guru harus mampu memilih model pembelajaran
sesuai dengan yang diharapkan. Namun, dalam pelaksanaannya
3
pembelajaran masih berpusat pada guru. Padahal, dalam Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan pembelajaran lebih menekankan pada pembelajaran
siswa aktif, tetapi masih banyak guru yang belum melaksanakan
pembelajaran tersebut. Model yang mereka gunakan masih konvensional,
padahal model pembelajaran yang interaktif banyak pilihannya yang dapat
digunakan oleh guru.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Sugianingsih, salah satu guru
Pendidikan Kewarganegaraan di SMP Negeri 19 Semarang ternyata kondisi
pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan masih
menggunakan metode ceramah bervariasi yaitu perpaduan antara ceramah
dan tanya jawab. Hal ini dikarenakan materi pelajaran yang sangat banyak.
Sementara aktivitas peserta didik menjadi rendah karena peserta didik hanya
duduk dan mendengarkan penjelasan dari guru. Akibatnya, peserta didik
menjadi pasif dalam proses pembelajaran. Selain itu, minat peserta didik
pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menjadi rendah dan
dampaknya hasil belajar akan rendah pula. Hal ini menyebabkan siswa pasif
dalam pembelajaran hanya duduk, mendengar, dan mencatat saja, sehingga
dapat mempengaruhi hasil belajar siswa menjadi rendah. Upaya yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik adalah perlunya
penerapan suatu model pembelajaran yang inovatif. Hasil wawancara studi
pendahuluan dapat dilihat di lampiran 1.
Pembelajaran yang berpusat pada siswa atau student center approach
menjadi salah satu alternatif dalam pendidikan saat ini karena pembelajaran
4
dengan model konvensional dirasa kurang tepat. Hal tersebut disebabkan
pembelajaran dengan model konvensional hanya berpusat pada guru tanpa
memperhatikan aktivitas belajar peserta didik. Seiring dengan
perkembangan kehidupan masyarakat dan tuntutan kurikulum memaksa
adanya pembaharuan dalam dunia pendidikan. Salah satunya adalah
menggunakan model pembelajaran agar pembelajaran berorientasi pada
peserta didik. Aktivitas belajar atau interaksi belajar antarpeserta didik
sangat diperlukan untuk mengembangkan kemampuannya sebagai makhluk
sosial, dimana hal ini akan menjadikan bekal baik untuk belajar dan
bersosial di masyarakat. Salah satu model pembelajaran yang mengacu pada
keaktifan peserta didik adalah model pembelajaran cooperative learning.
Model pembelajaran cooperative learning merupakan model pembelajaran
yang sesuai untuk mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
Pada dasarnya cooperative learning mengandung pengertian sebagai
suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara
sesama dalam dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok,
dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap
anggota kelompok itu sendiri. Pembelajaran Cooperative Learning lebih
memusatkan pembelajaran pada peserta didik secara bersama-sama untuk
mengembangkan pemahaman dan sikap sesuai dengan kehidupan nyata di
masyarakat, sehingga dengan bekerja secara bersama-sama di antara sesama
anggota kelompok akan meningkatkan aktivitas, motivasi, produktivitas, dan
perolehan belajar. Kesuksesan kelompok menjadi tujuan dari model
5
pembelajaran Kooperatif. Hal yang spesial dalam pembentukan kelompok
Kooperatif dilaksanakan secara heterogen, baik dalam kemampuan
akademis, jenis kelamin, ras, etnik, dan sebagainya. Model pembelajaran
Kooperatif memiliki beberapa jenis tipe. Pada penelitian ini digunakan
model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw.
Penelitian sebelumnya yang berjudul Upaya Meningkatkan Aktivitas
Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Tegal pada Mata Pelajaran PKn
melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw menunjukkan bahwa
aktivitas belajar peserta didik meningkat mulai dari 72,5% menjadi 87,5%
(Rodiati, 2008). Penelitian ini terbukti efektif dalam meningkatkan aktivitas
belajar siswa. Hal ini akan berpengaruh pada perolehan hasil belajar peserta
didik pula.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan penelitian yang
berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Kelas VIII di
SMP Negeri 19 Semarang”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat disusun rumusan masalah
sebagai berikut.
1. Bagaimana aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran yang
menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw pada mata
6
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas VIII SMP Negeri 19
Semarang?
2. Apakah ada perbedaan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan
menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dan metode
ceramah bervariasi kelas VIII di SMP Negeri 19 Semarang?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan judul dan rumusan masalah tersebut, penelitian ini
bertujuan sebagai berikut.
1. Mengetahui aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran yang
menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw pada mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas VIII SMP Negeri 19
Semarang.
2. Mengetahui perbedaan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan
menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dan metode
ceramah bervariasi kelas VIII di SMP Negeri 19 Semarang.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan pada
bidang pendidikan mengenai pentingnya peningkatan hasil belajar
Pendidikan Kewarganegaraan dengan menggunakan model
pembelajaran yang tepat.
7
2. Manfaat Praktis
a. Bagi sekolah, memberikan masukan sebagai pedoman pengambilan
kebijakan penggunaan model pembelajaran secara tepat.
b. Bagi guru, hasil penelitian ini berguna untuk memberikan masukan
kepada guru dalam memilih model pembelajaran.
E. Batasan Istilah
Dalam penelitian ini perlu dijelaskan istilah yang berkaitan dengan
judul penelitian agar tidak terjadi salah penafsiran, maka penulis merasa
perlu memberikan batasan yang memberikan penegasan istilah yang
digunakan tersebut, yaitu:
1. Keefektifan Pembelajaran
Pembelajaran dikatakan efektif apabila mencapai sasaran yang
diinginkan, baik dari segi tujuan pembelajaran dan hasil belajar siswa
yang maksimal. Efektivitas dalam penelitian ini berupa peningkatan
hasil belajar kognitif siswa dalam menjawab soal-soal sesuai dengan
materi ajar dan melebihi KKM ≥ 75.
2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw adalah pembelajaran
kerjasama yang dimulai dengan intruksi kepada peserta didik
membentuk beberapa kelompok kecil. Peserta didik kemudian dengan
kelompok lainnya untuk memaksimalkan kelompoknya dan masing-
masing dalam memahami bahan ajar. Dalam pembelajaran Kooperatif
8
ini ada suasana saling ketergantungan yang positif antar siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran Kooperatif tipe
Jigsaw dalam bekerja kelompok selama dua kali, yakni dalam kelompok
mereka asal dan dalam kelompok ahli.
3. Hasil Belajar Belajar
Hasil belajar adalah perubahan hasil yang diperoleh individu dalam
suatu studi. Hasil yang diperoleh tersebut dapat berasal dari dalam dan
diri individu sendiri ataupun dari pihak lain luar individu melalui
pengukuran tes. Pengukuran menggunakan tes bertujuan untuk
mengetahui tingkat pemahaman dan pengusaan peserta didik dalam
belajarnya.
Terkait dengan penelitian ini, hasil belajar yang dimaksud adalah
hasil belajar pada ranah kognitif. Pada ranah afektif, dan ranah
psikomotorik dipadukan dalam lembar aktivitas belajar peserta didik.
Ranah kognitif yaitu mulai dari pengetahuan hafalan, dan pemahaman
atau komprehensif, sampai pada analisis, dan sintesis.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Efektivitas
Menurut Cameron (dalam Sutomo, 2009:24) efektivitas merupakan
fenomena yang mengandung banyak segi, sedikit sekali orang yang dapat
memaksimalkan keefektivan sesuai dengan efektivitas itu sendiri. Efektivitas
menunjukkan ketercapaian sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan.
Efektivitas dapat diartikan adanya kesesuaian antara orang yang melaksanakan
tugas dengan sasaran yang dituju. Efektivitas adalah bagaimana suatu
organisasi berhasil mendapatkan dan memanfaatkan sumber daya dalam usaha
mewujudkan tujuan operasional yang telah ditetapkan.
Efektivitas dapat juga diartikan sebagai pengukuran keberhasilan dalam
pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Misalnya jika suatu pekerjaan
dapat selesai dengan pemilihan cara-cara yang sudah ditentukan, maka cara
tersebut adalah benar dan efektif.
Eggen dan Kauchak (dalam Warsita, 2008:289) mengemukakan
pembelajaran yang efektif mempunyai beberapa indikator meliputi:
1. peserta didik menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya melalui
mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan
perbedaan-perbedaan dan membentuk konsep dan generalisasi berdasarkan
kesamaan-kesamaan yang ditemukan,
9
10
2. guru menyediakan materi sebagai fokus berfikir dan berinteraksi dalam
pelajaran,
3. aktivitas-aktivitas peserta didik sepenuhnya didasarkan pada pengkajian,
4. guru secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan tuntunan kepada
peserta didik dalam menganalisis informasi,
5. orientasi pembelajaran penguasaan isi pembelajaran dan pengembangan
keterampilan berpikir, serta
6. guru menggunakan teknik pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan
tujuan dan gaya pembelajaran guru.
Suatu kegiatan dikatakan efektif bila kegiatan itu dapat diselesaikan pada
waktu yang tepat dan mencapai tujuan yang diinginkan. Efektivitas
menekankan pada perbandingan antara rencana dengan tujuan yang dicapai.
Oleh karena itu, efektivitas pembelajaran sering kali diukur dengan tercapainya
tujuan pembelajaran, atau dapat pula diartikan sebagai ketepatan dalam
mengelola suatu situasi (Warsita, 2008:287).
Efektivitas tersebut dapat disimpulkan bahwa sesuatu dapat dikatakan
berjalan efektif apabila peserta didik mengalami aktivitas belajar secara aktif
dan tujuan dapat dicapai atau berhasil dengan suatu tindakan atau usaha.
Efektivitas yang dimaksud adalah efektivitas model pembelajaran yang
merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan proses
pembelajaran.
Efektivitas dalam penelitian ini adalah keberhasilan dalam penerapan
model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw, dikatakan efektif apabila hasil
11
belajar peserta didik mengalami peningkatan yaitu dari sebelum dan sesudah
pembelajaran menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dan
respon siswa terhadap pembelajaran. Selain itu, rata-rata hasil belajar akan
dikomparasikan dan diukur manakah yang lebih efektif antara model
pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dan metode ceramah bervariasi dalam
meningkatkan hasil belajar.
B. Tinjauan Tentang Konsep Pembelajaran
1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran
Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku setiap orang
dan belajar itu mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan oleh
seseorang. Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan,
kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi
seseorang. Oleh karena itu mempelajari konsep dasar tentang belajar, seorang
mampu memahami aktivitas belajar.
Menurut Hilgard dan Brower (dalam Hamalik, 2010:45) belajar
mengandung pengertian terjadinya perubahan dari persepsi dan perilaku,
termasuk juga perbaikan perilaku. Belajar adalah perubahan dalam perbuatan
melalui aktivitas, praktek, dan pengalaman. Belajar ialah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya (Slameto, 2003:2).
12
Menurut Gage (dalam Hardini, 2011:4) belajar adalah proses dimana
suatu organisme berubah perilakunya akibat dari pengalaman. Belajar juga
dipahami sebagai suatu perilaku, pada saat orang belajar, maka responnya
menjadi lebih baik. Sebaliknya, jika ia tidak belajar responnya menurun.
Dengan demikian, belajar diartikan sebagai suatu perubahan dalam
kemungkinan atau peluang terjadinya respon. Robert M Gagne (dalam
Hardini, 2011:4) juga menambahkan belajar adalah suatu proses yang
kompleks dan hasil belajar berupa kapabilitas, timbulnya kapabilitas
disebabkan stimulasi yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang
dilakukan oleh pelajar.
Belajar merupakan aktivitas interaksi aktif individu terhadap
lingkungan sehingga terjadi perubahan tingkah laku. Sementara itu,
pembelajaran adalah penyediaan kondisi yang mengakibatkan terjadinya
proses belajar pada diri peserta didik (Sani, 2013:40). Penyediaan kondisi
dapat dilakukan dengan bantuan pendidik atau ditemukan sendiri oleh
individu.
Morgan et.al (dalam Rifa‟i, 2010:82), menyatakan bahwa belajar
merupakan perubahan relatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktik
atau pengalaman. Sejalan dengan Morgan et.al, Slavin juga mengungkapkan
bahwa belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh
pengalaman.
Belajar secara umum dapat diartikan sebagai prosedur perubahan
perilaku akibat interaksi individu dengan lingkungan. Proses perubahan
13
perilaku ini tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi ada yang sengaja
direncanakan dan ada yang dengan sendirinya terjadi karena proses
kematangan. Proses yang sengaja direncanakan agar terjadi perubahan
perilaku ini disebut dengan proses belajar. Proses ini merupakan suatu
aktivitas psikis/mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan yang relatif konstan dan
berbekas (Solihatin, 2012:5).
Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu
perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata
dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar juga dapat diartikan
sebagai suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat
maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri
seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Kalau tangan seorang
anak menjadi bengkok karena patah tertabrak mobil, perubahan seperti itu
tidak dapat diartikan perubahan dalam arti belajar. Demikian pula perubahan
tingkah laku seseorang dalam keadaan mabuk, perubahan yang terjadi dalam
aspek-aspek kematangan, pertumbuhan, dan perkembangan tidak termasuk
perubahan dalam pengertian belajar.
14
Berdasarkan beberapa definisi belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa
belajar pada dasarnya berbicara tentang tingkah laku seseorang berubah
sebagai akibat pengalaman yang berasal dari lingkungan. Dari pengertian
tersebut tersirat bahwa agar terjadi proses belajar atau terjadinya perubahan
tingkah laku sebelum kegiatan belajar mengajar di kelas, seorang guru perlu
menyiapkan atau merencanakan berbagai pengalaman belajar yang akan
diberikan pada peserta didik dan pengalaman belajar tersebut harus sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai.
Proses belajar itu terjadi secara internal dan bersifat pribadi dalam diri
peserta didik, agar proses belajar tersebut mengarah pada tercapainya tujuan
dalam kurikulum, maka pengajar atau guru harus merencanakan dengan
saksama dan sistematis berbagai pengalaman belajar yang memungkinkan
perubahan tingkah laku peserta didik sesuai dengan apa yang diharapkan.
Apabila terjadi proses belajar, bersama itu pula terjadi proses mengajar.
Hal ini kiranya mudah dipahami karena jika ada yang belajar sudah tentu ada
yang megajar dan begitu juga sebaliknya. Dalam proses belajar mengajar,
guru sebagai pengajar dan peserta didik sebagai subjek belajar, dituntut
adanya profil kualifikasi tertentu dalam hal pengetahuan, kemampuan, sikap,
dan tata nilai, serta sifat-sifat pribadi, agar proses itu dapat berlangsung
dengan efektif dan efisien.
Dalam dunia pendidikan, peserta didik yang melakukan proses belajar,
tidak melakukan secara individu, tetapi ada beberapa komponen yang terlibat,
15
seperti pendidik atau guru, media dan strategi pembelajaran, kurikulum, dan
sumber belajar. Dari kata belajar itulah kemudian lahir kata pembelajaran.
Pembelajaran dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional
Nomor 20 Tahun 2003, Bab 1 Pasal 1 Ayat 20 adalah proses interaksi peserta
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Menurut Gagne (dalam Khanifatul, 2012:14), intruction atau pemebelajaran
adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa,
yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa
untuk memengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang
bersifat internal.
Terlepas dari perbedaan redaksi atas pendefinisian kata pembelajaran
tersebut, diantara kesemuanya tetap ada titik kesamaan definisi. Titik
kesamaan tersebut yaitu pembelajaran adalah usaha sadar yang dilakukan
oleh guru atau pendidik untuk membuat siswa atau peserta didik belajar
(mengubah tingkah laku untuk mendapatkan kemampuan baru) yang berisi
suatu sistem atau rancangan untuk mencapai suatu tujuan.
2. Pembelajaran Efektif
Menurut Miarso (dalam Warsito, 2008:287) pembelajaran efektif
adalah belajar yang bermanfaat dan bertujuan bagi peserta didik, melalui
pemakaian prosedur yang tepat. Pengertian ini mengandung dua indikator,
yaitu terjadinya belajar pada peserta didik dan apa yang dilakukan guru. Oleh
karena itu, prosedur pembelajaran yang dipakai oleh guru dan terbukti peserta
16
didik belajar akan dijadikan fokus dalam usaha untuk meningkatkan
pembelajaran.
Menurut Dick (dalam Warsito 2008:287) pembelajaran efektif adalah
suatu pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk belajar
keterampilan spesifik, ilmu pengetahuan, dan sikap serta yang membuat
peserta didik senang. Pembelajaran efektif memudahkan peserta didik untuk
belajar sesuatu yang bermanfaat, seperti: fakta, keterampilan, nilai, konsep,
cara hidup serasi dengan sesama, atau sesuatu hasil belajar yang diinginkan.
Pembelajaran efektif adalah proses belajar mengajar yang bukan saja
terfokus pada hasil yang dicapai peserta didik, melainkan proses
pembelajaran yang mampu memberikan pemahaman yang baik, kecerdasan,
ketekunan, kesempatan, dan mutu serta dapat memberikan perubahan
perilaku yang diaplikasikan dalam kehidupan.
Pembelajaran atau kegiatan belajar mengajar disebut sukses jika terjadi
perubahan perilaku pada anak didik baik perubahan yang menyangkut aspek
kognitif, afektif, maupun psikomotorik (Sukardi, 2013:12). Dalam ketiga
aspek ini perubahan dalam perilaku anak didik mencakup lima kompetensi
atau kapabilitas penting, yakni kemampuan informasi verbal (menyatakan,
menceritakan, atau menggambarkan informasi yang telah disimpan
sebelumnya), keterampilan intelektual (menerapkan konsep-konsep dan
aturan-aturan yang dapat digeneralisasikan untuk menyelesaikan masalah),
strategi kognitif (mengelola proses berpikir dan belajar pada diri anak itu
sendiri), sikap-sikap memilih wacana aksi pribadi dan keterampilan gerak
17
(mengeluarkan tindakan fisik secara tepat dan pada waktu yang pas) (Gagne
dan Medsker dalam Sukardi, 2013:12).
Pembelajaran juga dinyatakan seperangkat peristiwa (events) yang
mempengaruhi peserta didik sedemikian rupa sehingga peserta didik itu
memperoleh kemudahan (Briggs dalam Rifa‟i, 2010:190). Seperangkat
peristiwa itu membangun suatu pembelajaran yang bersifat internal jika
peserta didik melakukan self intruction dan di sisi lain kemungkinan juga
bersifat eksternal, yaitu jika bersumber antara lain dari pendidik. Jadi
teaching itu hanya sebagian dari intruction, sebagai salah satu bentuk
pembelajaran. Unsur utama dari pembelajaran adalah pengalaman anak
sebagai seperangkat event sehingga terjadi proses belajar. Pembelajaran
dikatakan efektif jika mampu memberikan pengalaman baru, membentuk
kompetensi peserta didik, serta mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin
dicapai secara optimal (Hardini, 2012:84). Dengan demikian belajar dan
pembelajaran mempunyai hubungan konseptual yang tidak berbeda.
Berdasarkan hal pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
efektif menuntut keterlibatan peserta didik secara aktif, karena mereka
merupakan pusat kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi.
3. Komponen-komponen Pembelajaran
Komponen-komponen dalam pemebalajarn yaitu meliputi tujuan,
subyek belajar, materi pelajaran, strategi, media, evaluasi, dan penunjang.
a) Tujuan yang secara eksplisit diupayakan pencapaiannya melalui kegiatan
pembelajaran adalah intructional effect biasanya itu berupa pengetahuan
18
dan keterampilan atau sikap yang dirumuskan secara eksplisit dan
operasional.
b) Subyek belajar merupakan komponen utama karena berperan sebagai
subyek sekaligus obyek. Sebagai subyek karena peserta didik adalah
individu yang melakukan proses belajar mengajar. Sebagai obyek karena
kegiatan pembelajaran diharapkan dapat mencapai perubahan perilaku
pada diri subyek belajar.
c) Materi pelajaran merupakan komponen utama dalam proses pembelajaran,
karena materi pelajaran akan memberi warna dan bentuk dari kegiatan
pembelajaran.
d) Strategi belajar merupakan pola umum mewujudkan proses pembelajaran
yang diyakini efektivitasnya untuk mencapai tujuan pembelajaran.
e) Media pembelajaran adalah alat atau wahana yang digunakan pendidik
dalam proses pembelajaran untuk membantu penyampaian pesan
pembelajaran.
f) Penunjang yang dimaksud dalam sistem pembelajaran adalah fasilitas
belajar, buku sumber, alat pelajaran, bahan pelajaran dan semacamnya.
Komponen penunjang berfungsi memperlancar, melengkapi dan
mempermudah terjadinya proses pembelajaran (Rifai‟i, 2010:194).
Kegiatan belajar mengajar mengandung sejumlah komponen yang
meliputi tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar mengajar, metode, alat dan
sumber, serta evaluasi. Penjelasan dari setiap komponen tersebut adalah
sebagai berikut.
19
a) Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan
pembelajaran yang diharapkan setelah peserta didik mempelajari bahan
pelajaran yang diajarkan oleh guru.
b) Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam peroses
belajar mengajar.
c) Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan. Segala
sesuatu yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses belajar
mengajar.
d) Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
e) Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai
tujuan pengajaran.
f) Sumber pelajaran bukanlah berproses dalam kehampaan, tetapi berproses
dalam kemaknaan, di dalamnya ada sejumlah nilai yang disampaikan
kepada peserta didik. Yang dimaksud dengan sumber-sumber bahan dan
belajar adalah sebagai sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat
dimana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk belajar sesorang.
g) Evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai
dari sesuatu. (Djamarah, 2006:41-50)
Sesuai dengan beberapa uraian tentang komponen pembelajaran di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran terdapat beberapa
komponen yang meliputi; tujuan pembelajaran, subjek pembelajaran, materi
20
atau sumber pembelajaran, metode atau pengalaman belajar dan evaluasi
pembelajaran.
4. Tujuan Pembelajaran
Pembelajaran dapat ditinjau dari segi internal dan eksternal makna teori
pembelajaran atau intruksional adalah penerapan prinsip-prinsip teori belajar,
teori tingkah laku, dan prinsip pengajaran dalam usaha mencapai tujuan
belajar dengan penekanan pada prosedur yang telah terbukti berhasil secara
konsisten (Sukamto dalam Rifa‟i, 2010:197). Dengan demikian tujuan
daripada pembelajaran erat kaitannya dengan implementasi akan berintegrasi
menjadi prinsip-prinsip pembelajaran.
Menurut Mandigers (dalam Rifai‟i, 2010:200), tujuan pembelajaran
dapat membuat peserta didik dengan mudah dan berhasil dalam belajar, untuk
itu pendidik perlu memperhatikan:
a) prinsip aktivitas mental, belajar adalah aktivitas mental, oleh karena itu
pembelajaran hendaknya dapat menimbulkan aktivitas mental,
b) prinsip menarik perhatian, bila dalam belajar mengajar peserta didik penuh
perhatian kepada bahan yang dipelajari, maka hasil belajar akan lebih
meningkat sebab dengan perhatian ada konsentrasi, pada gilirannya hasil
belajar itu akan lebih berhasil dan tidak lekas lupa,
c) prinsip penyesuaian perkembangan murid, anak atau peserta didik lebih
tertarik apabila bahan pelajaran disesuaikan dengan perkembangan subyek
belajar,
21
d) prinsip appersepsi, memberikan petunjuk bahwa kalau mengajar pendidik
hendaknya mengkaitkan materi yang akan dipelajari dengan apa yang
sudah diketahui,
e) prinsip peragaan, memberikan pedoman bahwa dalam mengajar
hendaknya digunakan alat peraga,
f) prinsip aktivitas motorik, mengajar hendakya dapat menimbulkan aktivitas
motorik peserta didik, dan
g) prinsip motivasi ialah dorongan yang ada dalam diri seseorang untuk
melakukan sesuatu dalam rangka memenuhi kebutuhannya.
Dalam mengaplikasikan prinsip ini pendidik dapat melakukan dengan
memilih model dan metode pembelajaran mana yang tepat. Hal ini dapat
dijelaskan bahwa belajar yang berhasil adalah bila anak atau peserta didik
melakukan belajar langsung yang intensif dan optimal, sehingga
menimbulkan perubahan tingkah laku yang lebih bersifat permanen.
Selain itu juga dijelaskan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
pembelajaran meliputi faktor internal (faktor dari dalam diri siswa) yaitu
kondisi keadaan jasmani dan rohani siswa (Sukardi, 2013:12-13). Faktor
internal ini juga terdapat faktor kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap, dan
bakat.
Selanjutnya dalam pembelajaran juga dipengaruhi oleh faktor yang
berasal dari luar atau eksternal seperti lingkungan sosial sekolah. Lingkungan
ini adalah guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memperngaruhi
proses belajar seorang siswa (Sukardi, 2013:21).
22
Berdasarkan beberapa penjelasan, dapat disimpulkan bahwa tujuan
pembelajaran adalah tercapainya perubahan perilaku atau kompetensi pada
siswa atau peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Salah satu
faktor keberhasilan dalam pembelajaran adalah kefektifan model
pembelajaran yang digunakan akan sangat berpengaruh pada lingkungan
belajarnya, sehingga menarik dan menjadikan peserta didik lebih aktif dalam
pembelajaran. Apabila dalam diri peserta didik sudah termotivasi untuk
belajar, maka ini akan mempengaruhi indikator penilaian dalam pembelajaran
dari peserta didik.
C. Hasil Belajar
Hasil Belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang
membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (product)
menunjukkan pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau
proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Hasil
produksi adalah perolehan yang didapatkan karena adanya kegiatan mengubah
bahan (raw materials) menjadi barang/hasilnya (finished goods) (Purwanto,
2014: 44).
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik
setelah mengalami belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut
tergantung pada apa yang dipelajari oleh peserta didik. Perubahan perilaku
yang harus tercapai setelah siswa melakukan kegiatan belajar disusun dalam
23
tujuan pembelajaran. Tujuan tersebut merupakan gambaran dari perubahan
perilaku yang diinginkan dalam kegiatan pembelajaran (Rifa‟i et al, 2010:85).
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-
pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne
(dalm Suprijono, 2013: 5-6), hasil belajar berupa:
1. informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam
bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespons secara
spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak
memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan
aturan,
2. keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan
lambang. Kemampuan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi,
kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-
prinsip keilmuan. Kemampuan intelektual merupakan kemampuan
melakukan aktivitas kognitif bersifat khas,
3. strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas
kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan
kaidah dalam memcahkan masalah,
4. keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkain gerak
jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak
jasmani, dan
5. sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan
penilain terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan
24
menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan
kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.
Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik
(Bloom dalam Suprijono, 2013:6-7). Ranah kognitif berkaitan dengan hasil
berupa pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual. Ranah afektif
berkaitan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai. Ranah psikomotorik
berkaitan dengan kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf,
manipulasi objek, dan koordinasi syaraf. Ketiga ranah tersebut dibagi menjadi
kategori-kategori, sebagai berikut.
1. Ranah kognitif
a) Pengetahuan (knowledge) didefinisikan sebagai perilaku mengingat atau
mengenali informasi yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan ini
meliputi pengingatan kembali tentang rentangan materi yang luas, mulai
dari fakta spesifik sampai teori yang kompleks.
b) Pemahaman (comprehension) didefinisikan sebagai kemampuan
memperoleh makna dari materi yang telah dipelajari.
c) Penerapan (application) mengacu pada kemampuan menggunakan materi
yang telah dipelajari di dalam situasi baru dan konkret. Hal ini mencakup
penerapan hal-hal seperti aturan, metode, konsep, prinsip-prinsip, dalil dan
teori.
d) Analisis (analysis) mengacu pada kemampuan memecahkan material ke
dalam bagian-bagian sehingga dapat dipahami struktur organisasinya. Hal
25
ini mencakup identifikasi bagian-bagian, analisis hubungan antar bagian
dan mengenali prinsip-prinsip pengorganisasian.
e) Sintesis (synthesis) mengacu pada kemampuan menggabungkan bagian-
bagian dalam rangka membentuk struktur yang baru.
Menurut Anderson dalam (Yanti, 2011:252-253) hasil belajar ranah
kognitif mencakup: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, dan harus
dievalusi.
2. Ranah afektif
a) Penerimaan (receiving) mengacu pada keinginan peserta didik untuk
menghadirkan rangsangan atau fenomena tertentu (aktivitas kelas, buku
teks, musik dan sebagainya).
b) Penganggapan (responding) mengacu pada partisipasi aktif pada diri
peserta didik. Siswa diusahakan untuk merespoon fenomena tertentu
dengan berbagai cara.
c) Penilaian (valuing) berkaitan dengan harga atau nilai yang melekat pada
objek, fenomena atau perilaku tertentu pada diri siswa.
d) Pengoganisasian (organization) berkaitan dengan perangkaian nilai-nilai
yang berbeda, memecahkan kembali konflik-konflik antar nilai, dan mulai
menciptakan sistem nilai yang konsisten secara internal.
e) Pembentukan pola hidup (organization by a value complex) mengacu pada
individu peserta didik memiliki sistem nilai yang telah mengendalikan
perilakunya dalam waktu cukup lama sehingga mampu
mengembangkannya menjadi karakteristik gaya hidupnya.
26
3. Ranah Psikomotorik
a) Persepsi (perception) berkaitan dengan penggunaan organ penginderaan
untuk memperoleh petunjuk yang memandu kegiatan motorik.
b) Kesiapan (set) mengacu pada pengambilan tipe kegiatan tertentu. Kategori
ini mencakup kesiapan mental dan jasmani.
c) Gerakan terbimbing (guided resonse) berkaitan dengan tahap-tahap awal
di dalam belajar keterampilan kompleks. Hal ini meliputi peniruan dan
mencoba-coba dengan menggunakan pendekatan gerakan ganda.
d) Gerakan terbiasa (mechanism) berkaitan dengan tindakan kinerja dimana
gerakan yang telah dipelajari itu telah menjadi biasa dan gerakan dapat
dilakukan dengan sangat meyakinkan dan mahir.
e) Gerakan kompleks (complex overt response) berkaitan dengan kemahiran
kinerja dari tindakan motorik yang mencakup pola-pola gerakan yang
kompleks. Kecakapan ditunjukkan melalui kecepatan, kehalusan,
keakuratan, dan yang memerlukan energi minmum.
f) Penyesuaian (adaptation) berkaitan dengan keterampilan yang
dikembangkan sangat baik sehingga indinvidu partisipan dapat
memodifikasi pola-pola gerakan sesuai dengan persyaratan baru atau
menemui situasi masalah baru.
g) Kreativitas (originally) mengacu pada penciptaan pola-pola gerakan baru
untuk disesuaikan dengan situasi tertentu atau masalah-masalah tertentu
(Rifa‟i, 2010:86-90).
27
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar siswa meliputi tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Hasil belajar kognitif lebih menekankan pada aspek pengetahuan. Ranah
afektif lebih menakankan pada sikap peserta didik dan ranah psikomotorik
berkenaan dengan respon dan kesiapan dalam pembelajaran.
Dalam penelitian ini hasil belajar siswa adalah ranah kognitif yaitu hasil
akhir proses belajar mengajar yang ditunjukkan oleh angka-angka atau nilai
tertulis dalam kertas evaluasi dari pendidik.
D. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
1. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education)
Berdasarkan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006,
Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang ingin membentuk
warga negara ideal yaitu warga negara yang memiliki keimanan dan
ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, menguasai kemampuan,
keterampilan, dan nilai-nilai sesuai dengan konsep dan prinsip-prinsip
kewarganegaraan.
Pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta
didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air
(UU No. 20 Tahun 2003). Melalui mata pelajaran PKn peserta didik
diharapkan untuk mempunyai pengetahuan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI), memiliki sikap menghormati, menghargai dan memiliki
tanggung jawab akan dirinya sendiri, bangsa dan negara serta memiliki
28
keterampilan untuk menjalin hubungan dalam negeri ataupun luar negeri
sesuai dengan norma dan nilai yang ada.
Pendidikan kewarganegaraan juga merupakan media pengajaran yang
akan meng-Indonesiakan para siswa secara sadar, cerdas, dan penuh tanggung
jawab. Melalui mata pelajaran PKn diharapkan peserta didik memiliki
komitmen yang kuat dan konsisten untuk mempertahankan NKRI.
Berdasarkan uraian di atas, pendidikan kewarganegaraan merupakan
salah satu mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukkan warga
negara atau peserta didik yang memiliki pengetahuan kewarganegaraan,
keterampilan kewarganegaraan dan nilai-nilai kewarganegaraan agar
memiliki rasa cinta tanah air.
2. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education)
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan pendidikan yang
dilaksanakan disemua lembaga pendidikan atau sekolah dalam sistem
pendidikan nasional. Kedudukannya sangat strategis sebab bukan hanya
sekedar proses pengajaran, tetapi adalah penanaman sikap untuk membentuk
watak dan kepribadian berdasarkan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.
Secara terperinci tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah agar
peserta didik mempunyai kemampuan sebagai berikut.
a) Berpikir kritis, rasioanal, dan kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan.
29
b) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara
cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta anti
korupsi.
c) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup
bersama dengan bangsa-bangsa lain.
d) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara
langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi
dan komunikasi (Per.Men Pendidikan Nasional RI, Nomor 24 Tahun
2006).
Berdasarkan tujuan pendidikan di atas, dapat disimpulkan bahwa
pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang mempunyai misi
khusus yaitu membentuk peserta didik agar menjadi warga negara yang baik
dan bertanggung jawab.
3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi
delapan aspek, yaitu persatuan dan kesatuan bangsa, norma hukum dan
peraturan, hak asasi manusia, kebutuhan warga negara, konstitusi negara,
kesatuan dan politik, Pancasila, dan Globalisasi. Rincian delapan aspek ini
sebagai berikut.
a) Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi hidup rukun dalam perbedaan,
cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa indonesia, sumpah pemuda,
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam
30
pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik
Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan.
b) Norma, hukum dan peraturan, meliputi tertib dalam kehidupan keluarga,
sekolah, di masyarakat, peraturan-peraturan daerah, dan norma-norma
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, sistem hukum
dan peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional.
c) Hak asasi manusia, meliputi hak-hak yang dimiliki oleh setiap pribadi, dan
kewajiban dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
d) Kebutuhan warga negara, meliputi hidup gotong royong, harga diri sebagai
warga masyarakat, kebebasan organisasi, mengeluarkan pendapat,
menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warga
negara.
e) Konstitusi negara, meliputi proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang
pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia, dan
hubungan dasar negara dengan konstitusi.
f) Kekuasaan dan politik, meliputi pemerintahan desa dan kecamatan,
pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan
sistem politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat
madani, sistem pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi.
g) Pancasila, meliputi kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan
pedoman dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,
pengamalan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari dan Pancasila sebagai
ideologi yang terbuka.
31
h) Globalisasi, meliputi globalisasi dilingkungannya, politik luar negeri
Indonesia, dampak globalisasi, hubungan internasional Indonesia, dan
mengevaluasi globalisasi (Per.Men. Pendidikan Nasional 24 Tahun 2006).
E. Model Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran adalah bentuk atau tipe kegiatan pembelajaran
yang digunakan untuk menyampaikan bahan ajar oleh guru kepada siswa.
Metode atau teknik pembelajaran adalah cara-cara yang dilakukan oleh guru
untuk menyampaikan bahan ajar kepada siswa atau peserta didik. Metode
pembelajaran juga didefinisikan sebagai cara-cara untuk melakukan aktivitas
yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta
didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga
proses belajar berjalan dengan baik dalam arti tujuan pengajaran tercapai.
Metode pembelajaran adalah prosedur atau cara yang bersifat teknis. Strategi
pembelajaran adalah prosedur atau langkah-langkah teknis yang harus
ditempuh untuk menerapkan metode pembelajaran tertentu di kelas. Adapun
pendekatan pembelajaran adalah cara-cara yang ditempuh oleh guru untuk
menghampiri siswa agar lebih memahami bahan yang diajarkan oleh guru.
Kadang-kadang pendekatan pembelajaran (sinonim) dengan model
pembelajaran (Sukardi, 2013:30).
Seperti disebutkan di atas, model pembelajaran adalah bentuk atau tipe
kegiatan pembelajaran yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan bahan
32
ajar kepada siswa. Dalam model pembelajaran terdapat unsur: (1) filosofis
atau teori yang menjadi landasan atau ruh dari rumusan teoritis dan praktis
sebuah metode pembelajaran; (2) rumusan teoritis metode pembelajaran; (3)
prosedur teknis penerapan metode pembelajaran. Sehingga dapat dikatakan
bahwa strategi adalah bagian dari metode, dan metode adalah bagian dari
model pembelajaran. Jadi dapat ditarik benang merahnya bahwa model
pembelajaran adalah tipe kegiatan pembelajaran yang mengandung konsep-
konsep teoritis tentang metode dan strategi pembelajaran.
Model pembelajaran yang efektif adalah model yang mengeksplorasi
pengalaman belajar efektif, yaitu pengalaman belajar yang memungkinkan
siswa mengalami atau berbuat secara langsung dan aktif dalam sebuah
lingkungan belajarnya. Peserta didik diberi kesempatan yang luas untuk
melihat, memegang, merasakan dan mengaktifkan lebih banyak indera yang
dimilikinya. Peserta didik didorong untuk mengekspresikan diri dalam rangka
membangun pemahaman pengetahuan, perilaku dan keterampilannya. Oleh
karena itu, guru atau pendidik bertugas mengkondisikan situasi pengalaman
belajar yang dapat menstimulasi atau merangsang indera dan keingintahuan
peserta didik. Model adalah bentuk representatif akurat sebagai proses aktual
yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak
berdasarkan model itu (Mills dalam Suprijono, 2009:45).
Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil
penuturan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang
berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada
33
tingkat operasional di kelas. Model pembelajaran ialah pola yang digunakan
sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun
tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan
termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, lingkungan pembelajaran,
dan pengelolaan kelas (Arends dalam Suprijono, 2009:46). Fungsi model
adalah “each model guides us as we design instruction to help students
achieve various objective” (Joyce dalam Suprijono, 2009:46).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan model
pembelajaran adalah pola atau bentuk kegiatan dengan tipe kegiatan
pembelajaran tertentu yang telah dirancang dan digunakan dalam
penyampaian bahan ajar oleh guru kepada peserta didik untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Salah satu model pembelajaran yang dapat membuat peserta didik aktif
dan dapat dijadikan acuan pengajaran keterampilan di kelas adalah model
pembelaran Kooperatif. Model pembelajaran Kooperatif adalah model yang
sering digunakan dalam kegiatan pembelajaran, karena selain hemat waktu,
juga efektif, apalagi jika metode yang diterapkan sangat memadai untuk
perkembangan siswa.
Definisi model pembelajaran Kooperatif (cooperative learning) secara
umum adalah suatu model pembelajaran yang mendorong siswa untuk aktif
bertukar pikiran sesamanya dalam memahami suatu materi pelajaran, siswa
belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang anggotanya terdiri
dari 4-6 orang struktur heterogen (tinggi, sedang, dan rendah, bahkan bila
34
memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, dan jenis
kelamin yang berbeda).
Model pembelajaran Kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan
cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi
konsep, menyelesaikan persoalan. Menurut teori dan pengalaman agar
kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4-
5 orang, siswa heterogen (kemampuan, gender, karakter), ada kontrol dan
fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau
presentasi (Ngalimun, 2012:161-162).
Model cooperative learning merupakan suatu model pembelajaran yang
membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai
dengan kehidupan nyata di masyarakat, sehingga dengan bekerja secara
bersama-sama di antara sesama anggota kelompok akan meningkatkan
motivasi, produktivitas dan perolehan belajar. Cooperative learning is more
effective in increasing motive and performance students (Michaels dalam
Solihatin, 2012:103)
Definisi lain yang sama dengan di atas menyatakan bahwa
pembelajaran Kooperatif adalah seperangkat instruksi yang menggunakan
kelompok kecil, sehingga siswa dapat menjalin kerjasama untuk
memaksimalkan kelompoknya dan masing-masing melakukan pembelajaran
(Sukardi, 2013: 139). Sederhananya bahwa cooperative learning adalah kerja
bersama untuk mencapai tujuan yang terbagi dalam tujuan masing-masing
(Nggermanto dalam Sukardi, 2013:140). Pembelajaran Kooperatif adalah
35
pembelajaran yang secara sadar menciptakan yang silih asah sehingga sumber
belajar siswa bukan hanya guru dan buku ajar, tetapi juga sesama siswa
(Wena dalam Hardini, 2011:144).
Elemen-elemen pembelajaran Kooperatif terdiri dari; saling
ketergantungan positif, interaksi tatap muka, akuntabilitas individual, dan
keterampilan menjalin hubungan antar pribadi (Lie dalam Hardini, 2011:144).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran Kooperatif adalah proses pembelajaran yang menekankan pada
kerja sama antarpeserta didik, saling membantu dan berdiskusi dalam
penyelesaian tugas-tugas yang diberikan. Sistem pembelajaran Kooperatif
lebih dititik beratkan pada kelompok daripada individu.
2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
a) Hasil Belajar Akademik
Model pembelajaran Kooperatif mempunyai tujuan dalam
memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas selain tujuan sosialnya. Model
pembelajaran ini menurut para ahli, cukup unggul dalam membantu siswa
memahami konsep-konsep yang sulit. Model struktur penghargaan
Kooperatif, kata para penganjur model pembelajaran Kooperatif telah dapat
meningkatkan nilai siswa pada pembelajaran akademik dan perubahan
norma yang berhubungan dengan hasil belajar (Sukardi, 2013: 140). Selain
mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran
Kooperatif dapat memberi keunggulan baik pada siswa kelompok bawah
36
maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas
akademik.
b) Penerimaan terhadap Perbedaan Individu
Model pembelajaran Kooperatif juga memiliki tujuan lain yang
bersifat sosiologis, yaitu agar siswa memiliki sikap menerima perbedaan
dalam sebuah komunitas dengan beragam latar belakang (ras, budaya, kelas
sosial, kemamampuan). Dalam pembelajaran Kooperatif siswa dari berbagai
latar belakang dan kondisi didorong untuk bekerja dengan saling bergantung
pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan Kooperatif
akan belajar salong menghargai satu sama lain.
c) Pengembangan Keterampilan Sosial
Pembelajaran Kooperatif juga bertujuan mengajarkan pada siswa
keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Siswa perlu memiliki
keterampilan-keterampilan sosial karena saat ini banyak anak muda masih
kurang dalam keterampilan sosial (Ibrahim dalam Sukardi, 2013: 140).
3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
a) Pengertian Model Pemebelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Jigsaw learning atau pembelajaran tipe Jigsaw merupakan sebuah
teknik yang dipakai secara luas yang memiliki kesamaan dengan teknik
“pertukaran dari kelompok ke kelompok” (group-to-group exchange)
dengan suatu perbedaan penting yaitu setiap peserta didik mengajarkan
sesuatu. Dalam teknik ini peserta didik belajar dengan sebuah kelompoknya,
dimana dalam kelompok tersebut terdapat satu orang ahli yang membahas
37
materi tertentu (Silberman, 2002: 168). Jigsaw pertama kali dikembangkan
dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas
Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas
John Hopkins. Metode Jigsaw merupakan bagian daripada pembelajaran
Kooperatif yang menekankan pada belajar kelompok heterogen.
Model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw menitik beratkan kepada
kerja kelompok dalam bentuk kelompok kecil. Metode atau tipe Jigsaw
merupakan metode belajar Kooperatif dengan cara siswa belajar dalam
kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai dengan enam orang secara
heterogen. Siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan
bertanggung jawab secara mandiri. Dalam pembelajaran ini, siswa juga
memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan dapat
meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Anggota kelompok
bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian
materi yang dipelajari dan dapat menyampaikan kepada kelompoknya
(Rusman dalam Shoimin, 2014:90)
Pembelajaran dengan metode Jigsaw diawali dengan pengenalan topik
yang akan dibahas oleh guru. Guru bisa menulis topik pembelajaran pada
papan tulis, white board, penayangan power point, dan sebagainya.
Kemudian aktivitas belajar siswa lebih banyak didapatkan dalam kelompok
yang sudah dibagi oleh guru. Dimana dalam satu kelompok itu dihitung
sesuat nomor 1-5, kemudian proses belajar dilanjutkan dengan berkelompok
pada nomor urut yang sama. Apabila sudah didapatkan informasi, maka
38
kelompok yang bekerja sama sesuai persamaan nomor urut tersebut disebut
kelompok ahli. Kelompok yang kumpul pertama merupakan kelompok asal
atau home teams (Suprijono, 2009:89).
Model pembelajaran kooperati tipe Jigsaw sama halnya siswa bekerja
kelompok selama dua kali, yakni dalam kelompok mereka sendiri dan dalam
“kelompok ahli” (Huda, 2014:121).
Model pembelajaran ini termasuk pembelajaran Kooperatif dengan
sintaks seperti berikut ini. Pengarahan, informasi bahan ajar, buat kelompok
heterogen, berikan bahan ajar (LKS) yang terdiri dari beberapa bagian
sesuai dengan banyak siswa dalam kelompok, tiap anggota kelompok
bertugas membahas bagian tertentu, tiap kelompok bahan ajar sama, buat
kelompok ahli sesuai dengan bahan ajar yang sama sehingga terjadi kerja
sama dan diskusi, kembali ke kelompok asal, pelaksanaan tutorial pada
kelompok asal oleh anggota kelompok ahli, penyimpulan dan evaluasi,
refleksi (Ngalimun, 2012:169).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran Jigsaw merupakan model pembelajaran pertukaran kelompok
dengan kelompok atau dapat dikatakan siswa mengajarkan sesuatu pada
siswa lainnya yang di dalamnya terdapat kelompok asal dan kelompok ahli.
b) Langkah-langkah Pelaksanaan Model Pemebelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw
Model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw diperkenalkan oleh
Areson, Blaney, Stephen, Sikes, dan Snap pada tahun 1978. Pada model ini
39
siswa lebih berperan dalam pembelajaran. Berikut ini adalah langkah-
langkahnya:
1) Siswa dikelompokkan ke dalam 4 anggota tim.
2) Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda.
3) Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan.
4) Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/subbab
yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk
berdiskusi.
5) Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke
kelompok asal dan bergantian mengajarkan pada teman lainnya secara
bergantian.
6) Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.
7) Guru memberikan evaluasi sebagai penutup (Aqib, 2014:21).
Pendapat lain tentang prosedur pembelajaran tipe Jigsaw terbagi
dalam 5 langkah adalah sebagai berikut.
1) Memilih materi belajar yang dapat dipisahkan menjadi bagian-bagian.
Sebuah bagian dapat disingkat seperti sebuah kalimat atau beberapa
halaman.
2) Menghitung jumlah bagian belajar dan jumlah peserta didik. Dengan satu
cara yang pantas, bagian tugas yang berbeda kepada kelompok peserta
yang berbeda.
3) Bentuklah kelompok “Jigsaw learning”. Setiap kelompok mempunyai
setiap wakil dari masing-masing kelompok dalam kelas.
40
4) Meminta kelompok Jigsaw untuk mengajarkan materi yang telah
dipelajari kepada yang lain.
5) Pengumpulan kembali peserta didik ke kelas besar untuk memberi ulasan
dan sisakan pertanyaan guna memastikan pemahaman yang tepat
(Silberman, 2002:168).
Sintak metode Jigsaw dapat dilihat dalam langkah-langkah adalah
sebagai berikut.
1) Guru membagi topik pelajaran menjadi bagian-bagian subtopik.
2) Sebelum subtopik-subtopik itu diberikan, guru memberikan pengenalan
mengenai topik yang akan dibahas pada pertemuan hari itu.
3) Siswa dibagi dalam kelompok berempat.
4) Bagian/subtopik pertama dibagikan pada siswa/anggota pertama, dan
yang kedua seterusnya.
5) Kemudian, siswa diminta membaca/mengerjakan bagian yang telah
diberikan.
6) Setelah selesai mengerjakan/diskusi dengan kelompoknya, siswa kembali
untuk mendiskusikan dalam kelompok yang utama (Huda, 2014:204).
Pendapat lain tentang juga menyampaikan bahwa langkah-langkah
Jigsaw learning sebagai berikut.
1) Pilih materi pelajaran yang dapat dibagi menjadi beberapa segmen
(bagian).
2) Bagi peserta didik menjadi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah
segmen yang ada.
41
3) Setiap kelompok mendapat tugas membaca dan memahami materi kuliah
yang berbeda-beda.
4) Setiap kelompok mengirimkan anggotanya ke kelompok lain untuk
menyampaikan apa yang telah mereka pelajari di kelompok.
5) Kembalikan suasana kelas seperti semula kemudian tanyakan sekiranya
ada persoalan-persoalan yang tidak terpecahkan dalam kelompok.
6) Beri peserta didik beberapa pertanyaan untuk mengecek pemahaman
mereka terhadap materi (Zaini, 2008:56-57).
Pendapat yang sama disampaikan bahwa pembelajaran tipe Jigsaw
memiliki beberapa langkah-langkah sebagai berikut.
1) Pembelajaran Jigsaw diawali dengan pengenalan topik yang akan
dibahas oleh guru. Guru dapat menjelaskan melalui penayangan power
point, papan tulis, dan sebagainya.
2) Guru menanyakan topik tersebut pada siswa, hal ini dilakukan untuk
mengaktifkan skemata atau struktur kognitif peserta didik agar lebih siap
menghadapi kegiatan pelajaran yang baru.
3) Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok lebih kecil. Jumlah
kelompok bergantung pada topik yang dipelajari. Kelompok awal ini
disebut sebagai home teams (kelompok asal).
4) Guru membagikan materi tekstual pada tiap-tiap kelompok tersebut.
Setiap orang dalam keompok tersebut bertanggung jawab mempelajari
materi tekstual yang diberikan oleh guru.
42
5) Sesi berikutnya, membentuk expert teams (kelompok ahli). Kelompok
ahli ini terdiri dari bagian kelompok asal masing-masing kelompok.
6) Setelah terbentuk kelompok ahli, berikan kesempatan untuk berdiskusi.
Melalui diskusi ini kelompok ahli diharapkan memahami topik
pembelajaran.
7) Setelah diskusi mereka kembali ke kelompok asal. Artinya anggota-
anggota yang berasal dari kelompok asal pertamanya.
8) Setelah mereka kembali kepada kelompoknya diberikan waktu untuk
berdikusi. Kegiatan ini merupakan refleksi terhadap pengetahuan yang
telah mereka dapatkan dari hasil berdiskusi di kelompok ahli. Bila perlu
setiap kelompok diberikan kesempatan untuk mempresentasikan di
depan.
9) Diakhir pembelajaran guru memberikan review terhadap topik yang
dipelajari (Suprijono, 2009:89-91).
Langkah-langkah model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dalam
(Shoimin, 2014:91-93) terdapat delapan langkah (1) guru merencanakan
pembelajaran yang akan menghubungkan beberapa konsep dalam satu
rentang waktu secara bersamaan, (2) menyiapkan handout materi pelajaran
untuk masing-masing kelompok, (3) guru menyiapkan tugas untuk masing-
masing kelompok, (4) bagilah kelas menjadi beberapa kelompok dan guru
menyampaikan pengantar diskusi secara singkat, (5) setiap kelompok
mendalami materi pada handout/materi yang menjadi pegangan, (6)
pengelompokkan kelompok ahli, (7) setelah selesai diskusi dengan
43
kelompok ahli, siswa kembali ke kelompok asalnya, (8) guru mengukur
hasil belajar dengan tes atau kuis.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan
langkah-langkah dalam pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dimulai dari
guru membagi siswa ke dalam kelompok kecil terdiri dari 4-5 siswa,
pemberian materi kepada siswa dalam bentuk teks, dan setiap siswa dalam
kelompok bertanggung jawab untuk mempelajari satu bagian materi.
Anggota kelompok yang berbeda dan memiliki materi yang sama
berkumpul membentuk kelompok yang disebut sebagai kelompok ahli.
Setelah mereka berdiskusi dalam kelompok ahli, kemudian mereka kembali
ke kelompok awal yaitu kelompok asal mereka dan menjelaskan semua
yang telah mereka diskusikan atau pelajari dengan kelompok ahli. Berikut
ilustrasi model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw.
Gambar 2.1 Ilustrasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
(Sumber : Silberman, 2014:182)
44
c. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw
Hamdayana (2014: 89-90) menyatakan bahwa bila dibandingkan
dengan metode pembelajaran tradisional, model pembelajaran Kooperatif
tipe Jigsaw memiliki beberapa kelebihan diantaranya sebagai berikut.
1) Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar, karena sudah ada
kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya.
2) Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih
singkat.
3) Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam
berbicara dan berpendapat.
Beberapa hal yang bisa menjadi kelemahan aplikasi model
pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dilapangan adalah sebagai berikut.
1) Prinsip utama pembelajaran ini adalah ‘peer teaching’, pembelajaran
oleh teman sendiri, ini akan menjadi kendala karena perbedaan persepsi
dalam memahami konsep yang akan didiskusikan bersama siswa lain.
2) Apabila siswa tidak memiliki rasa percaya diri dalam berdiskusi
menyampaikan materi pada teman.
3) Butuh waktu yang cukup dan persiapan yang matang sebelum model ini
bisa berjalan dengan baik.
4) Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi dan cenderung
mengontrol jalannya diskusi.
45
5) Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berpikir rendah akan
mengalami kesulitan untuk menjelaska materi apabila ditunjuk sebagai
tanaga ahli.
6) Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan.
7) Pembagian kelompok yang tidak heterogen, dimungkinkan kelompok
yang anggotanya lemah semua.
8) Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti
proses pembelajaran (Roy Killen dalam Hamdayama, 2014:89-90).
Menurut Shoimin (2014:93) kelebihan model pembelajaran
Kooperatif tipe Jigsaw juga dijelaskan dalam sebagai berikut.
1) Memungkinkan murid dapat mengembangkan kreativitas, kemampuan,
dan daya pemecahan masalah menurut kehendaknya sendiri.
2) Hubungan antara guru dan murid berjalan secara seimbang dan
memungkinkan suasana belajar menjadi sangat akrab sehingga
memungkinkan harmonis.
3) Memotivasi guru untuk bekerja lebih aktif dan kreatif.
4) Mampu memadukan berbagai pendekatan belajar, yaitu pendekatan
kelas, kelompok, dan individual.
Sedangkan kelemahan metode atau tipe Jigsaw dijelaskan sebagai
berikut.
1) Jika guru tidak mengingatkan siswa selalu menggunakan keterampilan-
keterampilan Kooperatif dala kelompok masing-masing, dikhawatirkan
kelompok akan macet dalam pelaksanaan diskusi.
46
2) Jika anggota kelompoknya kurang akan menimbulkan masalah.
3) Membutuhkan waktu yang lebih lama, apalagi bila penataan ruang belum
terkondisi dengan baik sehingga perlu waktu untuk mengubah posisi
yang dapat menimbulkan kegaduhan (Shoimin, 2014:93-94).
F. Model Pembelajaran Ceramah Bervariasi
1. Pengertian Metode Ceramah
Menurut Sagala (dalam Hardini, 2011:14) metode ceramah adalah
sebuah bentuk interaksi melalui penerangan dan penuturan lisan dari guru
kepada peserta didik. Metode ceramah merupakan cara belajar atau mengajar
yang menekankan pemberitahuan satu arah dari pengajar kepada pelajar.
Metode ini dapat dikatakan metode yang satu-satunya metode yang paling
ekonomis untuk menyampaikan informasi, dan paling efektif dalam
mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan
daya beli dan paham siswa.
Metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode
tradisonal, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat
komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar
mengajar (Djamarah, 2013:97). Meski merode ini lebih banyak menuntut
keaktifan guru daripada anak peserta didik, tetapi metode ini tetap tidak bisa
ditinggalkan begitu saja dalam kegiatan pengajaran.
Ceramah adalah penuturan atau penerangan secara lisan oleh guru
terhadap kelas. Alat iteraksi yang terutama dalam hal ini adalah “berbicara”.
47
Dalam ceramah guru menyelipkan pertanyaan-pertanyaan, tetapi kegiatan
belajar siswa terutama mendengarkan dengan teliti dan mencatat pokok-
pokok penting, yang dikemukakan oleh guru, bukan menjawab pertanyaan-
pertanyaan siswa (Hamdayama, 2014:167).
Metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode
tradisional karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat
komunikasi lisan antara guru dan anak didik dalam interaksi edukatif (Sri
Anita dalam Hamyama, 2014:168)
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan metode
ceramah merupakan suatu cara penyajian bahan pelajaran secara lisan dari
guru, mulai pemberian informasi, klarifikasi, ilustrasi, dan menyimpulkan.
2. Kelebihan dan Kelemahan Metode Ceramah
Metode ceramah ini mempunyai beberapa kelebihan dan
kekurangannya sebagai berikut.
a) Kelebihan Metode Ceramah
1) Guru mudah menguasai kelas.
2) Mudah mengorganisasikan tempat duduk/kelas.
3) Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar.
4) Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya.
5) Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik.
b) Kelemahan metode ceramah
1) Mudah menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).
48
2) Yang visual menjadi rugi yang auditif (mendengarkan) yang besar
menerimanya.
3) Bila selalu digunakan dan terlalu lama, membosankan.
4) Guru menyimpulkan bahwa siswa mengerti dan tertarik pada
ceramahnya, ini sukar sekali.
5) Menyebabkan siswa menjadi pasif (Djamarah, 2013:97-98).
Menurut Hamdayama kelebihan metode cermah dijelaskan sebagai
berikut.
1) Guru mudah menguasai kelas karena guru menyampaikan informasi
dan materi secara langsung dengan tatap muka langsung dengan peserta
didik.
2) Metode dianggap paling ekonomis waktu dan biaya karena waktu dan
materi dapat diatur oleh guru secara langsung, materi dan waktu
pelajaran sangat ditentukan oleh sistem nilai yang dimiliki oleh guru
yang bersangkutan.
3) Mudah dilaksanakan.
4) Dapat diikuti anak didik dalam jumlah yang besar.
5) Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar.
Setiap metode memiliki keterbatasan dalam penerapan proses
pembelajaran. Begitupun dalam metode tradisonal ceramah, kelemahan-
kelemahan metode tradisional ceramah dijelaskan sebagai berikut.
1) Bila terlalu lama membosankan.
2) Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme.
49
3) Anak didik yang lebih tanggap dari sisi visual akan menjadi rugi dan
anak didik yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar
menerimanya.
4) Sukar mengontrol sejauhmana pemerolehan belajar anak didik.
5) Menyebabkan anak didik pasif (Hamdayama, 2014:169)
G. Perbandingan Pembelajaran Kooperatif dan Pembelajaran Ceramah
Bervariasi
Tabel 2.1 Perbandingan Pembelajaran Kooperatif dan Ceramah Bervariasi
Pembalajaran Kooperatif Pembelajaran Ceramah Bervariasi
Interpedensi positif dengan
prosedur-prosedur terstruktur jelas
(positive interpedence with
structured)
Tidak ada interpedensi positif (no
positive interpedence)
Akuntailitas individu atas
pembagian kerja kelompok (a clear
accountability their individual’s
share of the group work)
Tidak ada akuntabilitas atas
pembagian kerja kelompok (no
accountability for individual share
of the group’s work)
Relative menekankan kelompok
yang terdiri dari siswa-siswa denga
level kemampuan yang berbeda
(heterogeneous ability grouping)
Cenderung menekankan kelompok
terdiri dari siswa-siswa dengan
level kemampuan setara
(homogeneous ability grouping)
Saling berbagi peran
kepemimpinan (sharing of
leardership roles)
Jarak menunjuk pemimpin
kelompok (few being appointed or
put in charge of the group)
Masing-masing anggota saling
menshare tugas pembelajaran
dengan anggota yang lain (shareing
of the appointed learning task)
Masing-masing anggota jarang
yang membantu anggotanya yang
lain untuk belajar (each seldom
responsible for other’learnig)
Bertujuan memaksimalkan
pembelajaran setiap anggota
kelompok (aiming to develop each
member’s learning to the
Fokus hanya untuk menyelesaikan
tugas (focusing only on
accomplishing the assigments)
50
maximum)
Menjaga relasi kerja sama yang
baik (maintaining of good working
rekationships)
Acap kali mengabaikan relasi kerja
sama yang baik (frequent neglect of
good working relationship)
Mengajarkan keterampilan bekerja
sama yang efektif (teaching of
collaborate skills)
Menganggap semua siswa bisa
bekerja sama dengan baik
(assuming that students already
have the requires skills)
Observasi guru pada kualitas
teamwork siswa (teachers
observastion og students teamwork)
Jarang ada observasi dari guru
(little teacher observation)
Merancang prosedur-prosedur yang
jelas dan mengalokasikan waktu
yang mewadai untuk pemrosesan
kelompok (structuring of the
procedures and time for the
processing)
Jarang merancang prosedur dan
mengalokasikan waktu untuk
pemrosesan kelompok (rare
structuring of procedures and time
for the processing)
(Sumber: Huda, 2014:82-83)
H. Kerangka Berpikir
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memiliki
banyak materi yang berupa konsep-konsep dan terkadang membuat peserta
didik menjadi kurang termotivasi dikarenakan penggunaan model
pembelajaran, guru lebih mendominasi daripada peserta didik. Guru cenderung
lebih aktif, sedangkan peserta didik atau siswa hanya duduk, mendengarkan
dan mencatat penjelasan dari guru. Banyak model pembelajaran yang
bervariasi dan efektif untuk diberlakukan pada saat pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan. Pembelajaran yang dapat memotivasi dalam pembelajaran
dan meningkatkan aktivitas dalam belajar yaitu pembelajaran yang terpusat
pada keterlibatan peserta didik sendiri. Pembelajaran tersebut adalah model
51
pembelajaran Kooperatif. Pembelajaran ini lebih menekankan pada
pembelajaran antar siswa dalam mempermudah pemahaman bahan ajar yang
harus dikuasi siswa dalam pembelajaran.
Permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan siswa kelas VIII SMP Negeri 19 Semarang adalah guru
belum menerapkan model pembelajaran yang berpusat pada siswa. Model
pembelajaran masih cenderung memakai metode ceramah bervariasi (tanya
jawab) dan kurang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini
menjadikan siswa kurang tertarik dan mengalami kesulitan dalam memahami
materi, sehingga menyebabkan hasil belajar kurang maksimal. Model
pembelajaran Kooperatif menjadi suatu alternatif pembelajaran untuk
menerapkan strategi pembelajaran yang tepat pada mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan. Model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw merupakan
pembelajaran yang menekankan terhadap pembelajaran kelompok dan
menuntut siswa untuk saling membantu dalam hal pemahaman materi ajar
Pendidikan Kewarganegaraan karena di dalam kelompok tersebut terdapat
kelompok ahli dan kelompok asal. Sehingga diharapkan siswa dengan mudah
dapat memahami materi yang dipelajari dibandingkan dengan metode ceramah
bervariasi. Metode ceramah memiliki kelebihan yang terpusat pada guru, yaitu
guru mudah mengasai kelas, mudah mengorganisasikan tempat duduk/kelas,
mudah mempersiapkan dan melaksanakannya, serta mudah menerangkan
pelajaran dengan baik.
52
Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen dengan desain
penelitian quasi-eksperimental design yang menggunakan kelas eksperimen
dan kelas kontrol sebagai pembanding. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui tingkat efektivitas penggunaan model pembelajaran Kooperatif
tipe Jigsaw dan metode ceramah bervariasi terhadap peningkatan hasil belajar
peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Kelas
VIII Semester 2. Kemudian akan diuji model manakah yang lebih efektif dalam
meningkatkan hasil belajar siswa.
Tabel 2.2 Kerangka berpikir komparasi/perbandingan metode yang
dikembangkan dalam penelitian
Pembanding Metode Jigsaw Metode cermah bervariasi
(Tanya jawab)
Pendekatan Student Center Approach Teacher Center Approach
Aktivitas
Belajar
Siswa Aktif, dalam
memecahkan persoalan
yang diberikan dengan
teman-temannya
Siswa mendengarkan materi
dari Guru dan menanyakan
materi yang belum
dipahami
Tugas Utama Siswa mempelajarai materi
dalam “kelompok ahli”
kemudian membantu
anggota “kelompok asal”
mempelajari materi ajar
Siswa mempelajari materi
dengan menanyakan kepada
guru mengenai materi yang
belum bisa dipahami, dan
sedikit berinteraksi dengan
temannya
I. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran dirumuskan hipotesis penelitian sebagai
berikut.
Ho : Tidak ada perbedaan hasil belajar antara penggunaan model pembelajaran
Kooperatif tipe Jigsaw dan metode ceramah bervariasi pada mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan kelas VIII SMP Negeri 19 Semarang.
53
Ha : Ada perbedaan hasil belajar antara penggunaan model pembelajaran
Kooperatif tipe Jigsaw dan metode ceramah bervariasi pada mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan kelas VIII SMP Negeri 19 Semarang.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang dipilih termasuk ke dalam jenis penelitian eksperimen
karena sengaja diadakan treatment kemudian diteliti akibatnya. Penelitian
eksperimen bertujuan untuk menyelidiki hubungan sebab-akibat (cause and
effect relationship), dengan cara menggunakan kelompok eksperimen yang
hasilnya dibandingkan dengan kelompok kontrol yang dikenai perlakuan lain.
Penelitian eksperimen ini termasuk Quasi-Experimental Design dengan
menggunakan Nonequivalent Control Group Design. Jenis penelitian baik
kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen menggunakan kelas yang
ada, yang kira-kira homogen kondisi kelasya (Zuriah, 2005:65). Pelaksanaan
diawali dengan menentukan kelompok secara acak dengan kelas yang ada,
menguji homogenitas, memberikan pre-test kepada kedua kelompok, memilih
satu kelas menjadi kelas eksperimen dan satu kelas menjadi kelas kontrol,
memberikan treatment atau perlakuan pada kelompok eksperimen, dan
kelompok kontrol serta dilakukan pengukuran akhir (post-test). Desain ini
dapat digambarkan sebagai berikut.
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Grup Pretes Perlakuan Postes
Eksperimen
Kontrol
Y1
Y1
X1
X2
Y2
Y2
54
55
Keterangan:
Y1: Hasil Pre-Test (Kelompok Eksperimen dan Kontrol)
Y2: Hasil Post-Test (Kelompok Eksperimen dan Kontrol)
X1: Perlakuan (menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw)
X2: Perlakuan (menggunakan ceramah bervariasi) (Sukardi, 2005:186)
B. Populasi
Menurut Hadjar (dalam Purwanto, 2012:220) populasi adalah kelompok
besar individu yang mempunyai karakteristik umum yang sama. Populasi
penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 19 Semarang yang
berjumlah 266 siswa. Terbagi menjadi 8 kelas yaitu kelas VIII A berjumlah 33
siswa, VIII B berjumlah 34 siswa, VIII C berjumlah 33 siswa, VIII D berjumlah
34 siswa, VIII E berjumlah 33 siswa, VIII F berjumlah 33 siswa, VIII G
berjumlah 34 siswa, dan VIII H berjumlah 33 siswa. Data selengkapnya dapat
dilihat di lampiran 2.
C. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiyono, 2010:118). Pengambilan sampel menggunakan teknik
cluster random sampling. Cluster random sampling adalah teknik memilih
sampel dari kelompok yang sudah ada atau tersedia. Teknik ini biasanya
dilakukan karena populasi yang hampir sama baik segi kuantitas dan hasil
belajar. Teknik cluster digunakan untuk memilih dua kelompok dari delapan
56
kelas dan dua kelas terpilih, diundi secara acak (rundom) untuk menentukan
satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol. Hal ini dilakukan atas beberapa
pertimbangan sebagai berikut.
1. Peserta didik mendapatkan materi berdasarkan kurikulum yang sama.
2. Peserta didik menjadi obyek penelitian duduk pada tingkat kelas yang sama.
3. Pembagian kelas tidak berdasarkan ranking.
4. Peserta didik diampu guru yang sama.
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah kelas VIII F berjumalah
33 siswa, sebagai kelas eksperimen yang diberi perlakuan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw dan kelas VIII G berjumlah 33 siswa, sebagai kelas
kontrol yang diberi pembelajaran cemarah bervariasi.
D. Variabel Penelitian
Variabel diartikan sebagai segala sesuatu yang menjadi objek
pengamatan peneliti (Rachman, 2011:83). Variabel penelitian ini ada dua yaitu,
variabel bebas dan variabel terikat.
1. Variabel bebas (X)
Variabel bebas (independent variable) adalah variabel yang
mempengaruhi atau menyebabkan timbulnya variabel terikat (Sugiyono,
2012:39). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan metode ceramah bervariasi.
57
2. Variabel terikat (Y)
Variabel terikat (dependent variable) adalah variabel yang dipengaruhi
atau yang menjadi akibat dari variabel bebas (Sugiyono, 2010:61).
Variabel terikat penelitian ini adalah hasil belajar siswa berupa
kemampuan menjawab soal secara tepat sesuai materi yang diajarkan di
kelas VIII SMP Negeri 19 Semarang.
E. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini dibagi menjadi dua tahap sebagai berikut.
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan dilakukan dalam beberapa hal untuk persiapan penelitian,
antara lain melakukan observasi di sekolah dengan mengumpulkan data-data
yang diperlukan seperti daftar nama siswa dan data mengenai nilai
Pendidikan Kewargangeraan siswa pada nilai ulangan sebelumnya. Nilai
ulangan yang didapatkan dijadikan sebagai acuan dalam pembagian
kelompok kooperatif menjadi heterogen. Kemudian membuat instrument tes
serta mengkonsultasikan instrument tes kepada dosen pembimbing dan guru
mata pelajaran yang bersangkutan. Sebelum melaksanakan tes terhadap siswa
yang diteliti, dilakukan uji instrumen di kelas lain untuk mengetahui validitas
soal. Soal uji coba dapat dilihat di lampiran 3.
Soal yang telah diuji validitasnya dijadikan sebagai pre-test dan post-test
di kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Soal pre-test dan post-test
dapat dilihat dilampiran 4. Nilai hasil pre-test yang menjadi nilai awal akan
58
diuji homogenitas untuk mengetahui data awal siswa di kelas eksperimen dan
kontrol. Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh asumsi bahwa sampel
penelitian berasal dari kondisi yang sama atau homogen yaitu dengan
menyelidiki apakah kelompok kontrol dan kelompok eksperimen mempunyai
varian yang sama atau tidak.
Data awal yang digunakan adalah nilai pretest dari kedua obyek penelitian
yaitu peseta didik pada kelas VIII F dan VIII G di SMP Negeri 19 Semarang
tahun 2014/2015 dapat dilihat di lampiran 5 dan 6. Analisis yang dilakukan
pada data awal yaitu dengan uji homogenitas. Pengujian homogenitas kedua
kelompok digunakan dengan bantuan SPSS 20 memakai aplikasi Independent
Sample t test. Independent Sample t test digunakan untuk mencari apakah
kedua varian identik (Equal Variance Assumed). Data hasil output
Independent Sample t test dapat dilihat di lampiran 7. Langkah-langkah
Independent Sample t test sebagai berikut.
a) Memasukkan data hasil belajar pretest kelas eksperimen dan kontrol pada
data view.
b) Klik Analyze – Compare Means – Independent Sample t test – grouping
variable – Define Grouping.
c) Klik continue dan ok
Hipotesis yang digunakan sebagai berikut.
Jika sig Fhitung > 0.05 maka Ho diterima
Jika sig Fhitung < 0.05 maka Ho ditolak
Hipotesis (dugaan) untuk uji sig F test dalam kasus ini
59
Ho : Kedua Varian identic (equal Variances assumed)
Ha : Kedua Varians tidak identic (equal Varians not assumed (Sujarweni,
2014: 98)
Kriteria pengujian: jika Sig Fhitung lebih besar (>) daripada 0.05 maka Ho
diterima dengan kata lain kedua sample adalah identik (homogen), sehingga
dimungkinkan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut. Berdasarkan hasil
belajar pretest diperoleh sig Fhitung = 0.550. Dengan demikian, sig Fhitung >
0.05, maka Ho diterima kedua varian identik (equal variance assumed). Selain
itu juga dipersiapkan perangkat lain yang dibutuhkan dalam penelitian seperti
Silabus, RPP, lembar kerja siswa (LKS), serta lembar observasi aktivitas
siswa.
2. Tahap Pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan pada dua kelas yaitu satu kelas yang dijadikan
sebagai kelas eksperimen dan satu kelas sebagai kelas kontrolnya. Kemudian,
memberikan perlakuan atau treatment kepada kelas eksperimen dengan
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, sedangkan kelas kontrol tidak
dikenai perlakuan atau masih sama dengan pembelajaran sebelumnya yaitu
dikenai perlakuan dengan metode ceramah bervariasi. Nilai siswa yang
diperoleh setelah proses pembelajaran kemudian dianalisis untuk mengetahui
perbedaan rata-rata hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol, sehingga
dapat diketahui efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam
meningkatkan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan kelas VIII di SMP
Negeri 19 Semarang.
60
F. Metode Pengumpulan Data
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2010:148). Bentuk
instrumen yang digunakan adalah lembar observasi untuk menilai aktivitas
siswa dan soal tes untuk pre-test dan post-test.
Dalam instrumen terdapat kriteria-kriteria penelitian dari variabel agar
data yang diperoleh lebih akurat, maka setiap instrumen harus menggunakan
skala. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert. Skala
liket digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial. Fenomena sosial ini ditentukan
oleh peneliti sendiri dan akan menjadi variabel. Variabel tersebut diajabarkan
menjadi indikator dan indikator dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun
item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan (Sugiyono,
2010:134-135)
Metode atau teknik pengumpulan data berkenaan dengan ketepatan
cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Teknik yang digunakan
untuk mengumpulkan data penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Tes
Tes ialah seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan kepada
seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban yang dapat dijadikan
dasar bagi penetapan skor angka (Rachman, 2011:108). Fungsi tes digunkan
untuk mengukur kemampuan dasar dan pencapaian atau prestasi (Arikunto,
2013:266). Metode ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar Pendidikan
61
Kewarganegaraan siswa yaitu berupa soal pilihan ganda dengan alternatif
jawaban emapat terdiri dari pilihan a, b, c, dan d yang diberikan pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
2. Observasi
Sutrisno Hadi (dalam Sugiyono, 2010:203) mengemukakan bahwa,
observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun
dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantaranya yang terpenting
adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Observasi merupakan teknik
pengumpulan data yang menggunakan pengamatan terhadap obyek
penelitian. Lembar observasi yang digunakan untuk memantau dan menilai
aktivitas belajar siswa yang dilaksanakan tiap pertemuan dengan
menggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan cara yang digunakan dalam penelitian
untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan,
transkrip, buku, dan dokumen lainnya (Arikunto, 2013:274). Teknik
dokumentasi diberi nama teknik dokumenter yaitu cara pengumpulan data
dengan pengumpulan arsip tertulis, termasuk juga buku tentang teori,
pendapat, dalil atau hukum, dan lain-lain (Zuriah, 2005: 191).
Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data
tentang nama-nama dan banyak peserta didik yang menjadi objek penelitian,
dan data nilai ulangan harian peserta didik yang digunakan sebagai data awal.
62
Selain itu juga digunakan untuk mengumpulkan data-data pendukung selama
penelitian.
G. Analisis Instrumen
Instrument tes yang telah diujikan pada siswa, selanjutnya dianalisis
untuk menentukan validitas dari sosal-soal yang telah diberikan. Langkah-
langkah yang digunakan untuk menganalisis instrument hasil tes uji coba
sebagai berikut.
1. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran kesahihan atau kevalidan suatu
instrumen yang akan digunakan. Validitas tes berhubungan dengan
ketepatan terhadap apa yang mesti diukur oleh tes dan seberapa cermat tes
melakukan pengukurannya. Atau dengan kata lain validitas tes berhubungan
dengan ketepatan tes terhadap konsep yang akan diukur, sehingga betul-
betul bisa mengukur apa yang seharusnya diukur (Uno, 2013:151-152). Uji
validitas digunakan untuk mengetahui kelayalakan butir-butir dalam suatu
daftar pertanyaan dalam mendefinisian suatu variabel (Sujarweni,
2014:199). Daftar pertanyaan ini pada umumnya mendukung suatu
kelompok variabel tertentu. Langkah-langkah menggunakan SPSS 20
sebagai berikut.
a. Pemasukan data ke SPSS.
b. Mengisi data dalam data view.
c. Menyimpan data ke SPSS.
63
d. Mengoah data dengan cara klik Analyze – Scale – Reliability Analysis
dan fokus pada tabel corrected Item Total Correlation.
e. Klik statistics dengan memberikan tanda pada scale if item deleted
f. Klik continue dan ok.
Hasil uji validitas dengan menggunakan jumlah responden sebanyak
31 siswa, maka nilai r tabel dapat diperoleh melalui tabel r product moment
person dengan df (defree of freedom) = n-2, jadi df= 31-2 = 29, maka r tabel
= 0.306. Butir pertanyaan dikatakan valid jika nilai r hitung > r tabel, dapat
dilihat dari bantuan SPSS 20 dengan menggunakan Corrected Item Total
Correlation, analisis output dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.
Tabel 3.2
Hasil Output Validitas Soal Uji Coba
Variabel r hitung r tabel Keterangan
Pertanyaan 1 0.388 0.306 Valid
Pertanyaan 2 0.676 0.306 Valid Pertanyaan 3 0.318 0.306 Valid Pertanyaan 4 0.590 0.306 Valid Pertanyaan 5 0.353 0.306 Valid Pertanyaan 6 0.444 0.306 Valid Pertanyaan 7 0.333 0.306 Valid Pertanyaan 8 0.542 0.306 Valid Pertanyaan 9 0.404 0.306 Valid
Pertanyaan 10 0.595 0.306 Valid Pertanyaan 11 0.414 0.306 Valid Pertanyaan 12 0.431 0.306 Valid Pertanyaan 13 0.344 0.306 Valid Pertanyaan 14 0.421 0.306 Valid Pertanyaan 15 0.331 0.306 Valid Pertanyaan 16 0.400 0.306 Valid
Pertanyaan 17 0.374 0.306 Valid Pertanyaan 18 0.490 0.306 Valid Pertanyaan 19 0.352 0.306 Valid Pertanyaan 20 0.391 0.306 Valid
(Sumber: Data diolah 2015)
64
Berdasarkan hasil analisis data instrumen uji coba menunjukkan
bahwa r tabel sebesar 0,306 dengan N = 31 dan alpha 5%. Soal uji coba
adalah 20 butir soal dan dari hasil uji coba semua soal dalam kategori valid.
Berdasarkan tabel 3.2 diketahui bahwa soal yang valid ada 20 soal
atau semua soal valid. Soal yang valid dapat digunakan untuk pretes dan
postes. Data hasil output perhitungan validitas selengkapnya dapat dilihat
pada lampiran 8.
2. Reliabilitas soal
Reliabilitas berhubungan dengan kepercayaan. Instrumen tes
dikatakan reliabel apabila jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang
tetap. Jadi reabilitas adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada
subjek yang sama. Untuk mengetahui ketetapan ini pada dasarnya dilihat
kesejajarannya (Arikunto, 2012:100). Reabilitas (keandalan) merupakan
suatu ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab
hal yang berkaitan dengan kontruk-kontruk pertanyaan yang merupakan
dimensi suatu variabel dan disusun dalam suatu bentuk instrumen
(Sujarweni, 2014:198-199). Langkah-langkah reliabilitas dalam SPSS 20
sebagai berikut.
a. Pemasukan data ke SPSS.
b. Mengisi data dalam data view.
c. Menyimpan data ke SPSS.
d. Mengoah data dengan cara klik Analyze – Scale – Reliability Analysis.
e. Klik statistic dengan memberikan tanda pada scale if item deleted.
65
f. Klik continue dan ok.
Untuk mengetahui reliabel atau tidak, hasil perhitungan r
dibandingkan dengan r tabel. Uji reliabilitas dapat dilakukan secara
bersama-sama terhadap seluruh butir pertanyaan. Jika Alpha > 0.60 maka
reliabel. Uji reliabilitas dapat dilihat pada nilai Cronbach’s Alpha, jika nilai
Alpa > 0.60 maka kontruk pertanyaan yang merupakan dimensi variabel
adalah reliabel. Nilai Cronbach’s Alpha adalah 0.841 jadi di atas 0.60 maka
reliabel. Analisis hasil perhitungan reabilitas soal uji coba dengan bantuan
SPSS 20 dapat dilihat pada lampiran 9.
3. Taraf Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu
sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa dalam memecahkan
soal. Sementara soal yang terlalu susah akan membuat siswa putus asa.
Rumus yang digunakan untuk menghitung indeks kesukaran adalah sebagai
berikut.
P= 𝑩
𝑱𝑺
Keterangan:
P : Indeks kesukaran
B : Banyaknya peserta didik yang menjawab soal dengan betul
JS : Jumlah peserta didik tes
Kriteria tingkat kesukaran soal pilihan ganda adalah sebagai berikut.
Soal dengan P 0,01 – 0,30 adalah sukar
Soal dengan P 0,30 – 0,70 adalah sedang
66
Soal dengan P 0,70 – 1,00 adalah mudah
(Arikunto, 2012:222-223)
Hasil perhitungan tingkat kesukaran soal dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 3.3
Rekap Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba
Kriteria Soal No Soal Jumlah
Sukar 17, 1
Sedang 3, 4, 5, 6, 7, 8, 11,12, 13 14, 18, 19 12
Mudah 1, 2, 9, 10, 15, 16, 20 7
(Sumber: Data diolah 2014)
Berdasarkan tabel 3.2 dapat dijelaskan bahwa soal uji coba yang
mempunyai kriteria soal sukar terdapat 1 soal, kriteria soal sedang ada 12
soal, dan kriteria soal mudah ada 7 soal. Perlu diketahui bahwa soal-soal
yang terlalu mudah atau terlalu sukar, lalu tidak berarti tidak boleh
digunakan, hal ini tergantung penggunaannya (Arikunto, 2012:225).
Perhitungan tingkat kesukaran setiap butir soal dapat dilihat selengkapnya
pada lampiran 10.
4. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk
membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi (pandai) dengan
siswa yang berkemampuan rendah (bodoh) (Arikunto, 2012:226). Soal yang
dijawab benar oleh siswa pintar ataupun siswa bodoh, maka soal itu tidak
67
baik karena tidak mempunyai daya pembeda. Soal yang baik adalah soal
yang dijawab benar oleh siswa yang pandai saja.
Langkah-langkah yang dilakukan adalah:
a. seluruh peserta tes diurutkan dari nilai tertinggi sampai terbawah,
b. seluruh peserta tes dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok atas
dan kelompok bawah berdasarkan nilai mereka,
c. menghitung daya pembeda (indeks diskriminasi) soal dengan rumus
sebagai berikut:
DP = 𝑋 𝐾𝐴 − 𝑋� �
𝑆� 𝑜� 𝑀� � � � � 𝑢� 𝑆𝑜� �
Keterangan :
DP : Daya Pembeda
X kA : rata-rata kelompok atas
X kb : rata-rata kelompok bawah
Kriteria daya pembeda soal menurut (Arikunto, 2012:232) adalah:
D : 0.70 - 1.00 : baik sekali
D : 0.41 - 0.70 : baik
D : 0.21 - 0.40 : cukup
D : 0.00 - 0.20 : jelek
D : negatif (-), semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang
mempunyai D negatif sebaiknya dibuang saja.
Dari hasil perhitungan daya pembeda soal, 20 soal yang diujicobakan
diperoleh daya pembeda sebagai berikut.
68
Tabel 3.4
Rekap Perhitungan Daya Pembeda Soal Uji Coba
Kriteria Soal No Soal Jumlah
Sangat jelek - 0
Jelek - 0
Cukup 1, 3, 5, 9, 10, 13, 15, 17, 18, 19 10
Baik 2, 4, 6, 7, 8, 11, 12, 14, 16, 20 10
Baik Sekali - 0
(Sumber: Data diolah 2015)
Berdasarkan tabel 3.4 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan daya
pembeda soal uji coba yang termasuk dalam kriteria sangat jelek ada tidak
ada, kriteria soal jelek tidak ada, kriteria soal cukup ada 10 soal, kriteria soal
baik ada 10 soal, dan kriteria baik sekali tidak ada. Untuk lebih jelasnya
mengenai hasil perhitungan daya pembeda soal uji coba dapat dilihat pada
lampiran 11.
H. Metode Analisis Data
Dalam analisis data yang diperoleh dari penelitian ini dengan
memanfaatkan aplikasi SPSS tipe 20. Hal ini digunakan untuk mempermudah
dalam pengolahan data penelitian yang diperoleh dari lapangan sebagai
berikut.
1. Analisis Deskriptif Aktivitas Belajar Siswa
Untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini mengenai
seberapa besar aktivitas siswa dalam model pembelajaran kooperatif tipe
69
jigsaw adalah dengan analisis dengan indikator yang telah ditentukan
sebelumnya. Rumus yang digunakan untuk menganalisis deskriptif
presentase aktivitas belajar siswa sebagai berikut.
Angka presentase : � um l ah � k o r jaw aban respo nden
𝑥
100 � kor total
Keterangan:
Skor yang diberikan:
1= kurang aktif, jika banyak peserta didik yang melakukan aktivitas ≤ 25%
2= cukup aktif, jika banyak peserta didik yang melakukan aktivitas ≤ 50%
3= kurang aktif, jika banyak peserta didik yang melakukan aktivitas ≤ 75%
4= kurang aktif, jika banyak peserta didik yang melakukan aktivitas ≤ 75%
Kriteria penilaian:
Presentase keaktifan = x
25% ≤ x < 43,75% : aktivitas peserta didik tidak baik
43,75% ≤ x < 62,5% : aktivitas peserta didik cukup baik
62,5% ≤ x < 81,25% : aktivitas peserta didik baik
x ≥ 81,25% : aktivitas peserta didik sangat baik (Sugiyono, 2010:137)
Data pedoman penilaian aktivitas siswa dapat dilihat di lampiran 12.
2. Analisis Hasil Belajar Siswa
Analisis belajar siswa dengan cara membandingkan nilai hasil belajar
kognitif pre test dan post test kedua kelas. Analisis hasil belajar ini akan
menggunakan bantuan dari aplikasi SPSS 20 dengan aplikasi Paired sample
T Test. Paired T Test adalah dua pengukuran pada subjek yang sama
terhadap suatu pengaruh atau perlakuan tertentu. Ukuran sebelum dan
70
sesudah mengalami perlakuan tertentu diukur. Dasar pemikirannya
sederhana, apabila suatu perlakuan tidak memberi pengaruh maka
perbedaan rata-ratanya adalah nol. (Trihendradi, 2013:97).
Untuk membuktikan signifikansi perbedaan hasil belajar antara pre
test dan post test dalam pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe
jigsaw maka perlu diuji secara statistik dengan bantuan SPSS 20 dengan Uji
Paired-Sample T Test. Paired-sample T Test adalah dua pengukuran pada
subjek yang sama terhadap suatu pengaruh atau perlakuan tertentu. Ukuran
sebelum dan sesudah mengalami perlakuan tertentu diukur. Uji Paired-
Sample T Test ini digunakan untuk melihat efektivitas model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw terhadap hasil belajar siswa atau dengan kata lain
melihat perbedaan hasil belajar sebelum dan sesudah diberi perlakuan,
selengkapnya dapat dilihat di lampiran 13. Langkah-langkah uji paired
sample t test ini sebagai berikut.
1) Masukkan data pretes dan posttes pada variabel dalam menu data view.
2) Berilah nama “sebelum” dan “sesudah” pada kolom nama variabel
view.
3) Klik tombol Analyze, kemudian compare means, klik Paired-sample T
Test, maka akan muncul tabel paired-sample t tes.
4) Aktifkan variabel sebelum dan variabel sesudah sehingga variabel
tersebut terblok, kemudian pindahkan pada kotak paired variabel (s)
dengan melakukan klik tombol panah.
71
5) Klik options sehingga muncul kotak dialog paired T Tes: Options.
Tetapkan confidence Interval dan Missing Values. Secara default
Convidence Interval 95% dan Missing Values terpilih Exlude cases
analysis by analysis yang berarti hanya data yang valid yang akan
digunakan dalam analisis
6) Klik continue dan ok
Hipotesis yang digunakan sebagai berikut.
Ho: Tidak ada perbedaan hasil belajar sebelum dan sesudah pembelajaran
menggunakan model pembelajaran tipe jigsaw.
Ha: Ada perbedaan hasil belajar sebelum dan sesudah pembelajaran
menggunakan model pembelajaran tipe jigsaw.
(Trihendradi, 2013:97-98)
3. Analisis Perbedaan Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kontrol
Untuk kepentingan pengujian hipotesis maka hipotesis diubah ke
dalam hipotesis statistik sebagai berikut.
Ho : µ1 = µ2 tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar (nilai hasil belajar
kognitif) antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol
Ha : µ1 ≠ µ2 ada perbedaan rata-rata hasil belajar (nilai hasil belajar kognitif)
antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol
Selanjutnya untuk membuktikan signifikansi perbedaan hasil belajar
antara post test dalam pembelajaran PKn menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan ceramah bervariasi, maka perlu
diuji secara statistik dengan t-test, sebagai berikut.
72
S 2
t’=
X 1 X 2
S 1 n1
1 n2
dengan
(n 1)s 2 (n 1)s
2
s 2 1 1 2 2
n1 n2 2
Keterangan :
X 1 = Nilai rata- rata (post test/nilai kognitif) kelompok eksperimen
X 2 = Nilai rata- rata (post test/nilai kognitif) kelompok kontrol
S 2
1 = Varians kelompok eksperimen
2 = Varians kelompok kontrol
n1 = Banyaknya anggota kelompok eksperimen
n2 = Banyaknya anggota kelompok kontrol
S2 = varians gabungan (Sugiyono, 2012:138)
Selanjutnya untuk membuktikan signifikansi perbedaan rata-rata
hasil belajar antara kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw dan kontrol dengan ceramah bervariasi dalam
pembelajaran PKn dan, maka perlu diuji secara statistik dengan bantuan
SPSS 20 yaitu dengan aplikasi Uji Independent Sample T Test. Uji
Independent Sample T-Test atau biasa disebut uji t sampel bebas digunakan
untuk menguji signifikansi beda rata-rata dua kelompok (Trihendradi,
2013:92). Hal ini dimaksudkan untuk melihat apakah ada perbedaan hasil
belajar kelas kontrol dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw dan kelas kontrol menggunkan ceramah bervariasi. Kriteria
pengambilan keputusan adalah jika Sig thitung > 0.05 maka Ho diterima, dan
73
apabila Sig thitung < 0.05 maka H0 ditolak. Langkah-langkah pengujian
sebagai berikut.
1) Masukkan data nilai posttes pada kelas kontrol dan eksperimen dalam
variabel 1 dalam menu data view.
2) Berilah nama “Posttes” pada kolom nama variabel view.
3) Pastikan pada kolom Values dengan keterangan 1”Kelas Eksperimen”
dan 2”Kelas Kontrol” maka pada kelas akan terlihat keterangan nilai
kelas eksperimen dan kontrol.
4) Klik tombol Analyze, kemudian compare means, klik Independent
Sample T-Test maka muncul dialog Independent-Sample T Test
5) Aktifkan data Pretes_Posttes dalam Tes Variable(s) dan Kelas pada
Grouping Variable.
6) Klik define groups, lalu masukkan nilai variable terikat pada kotak
group 1 dan 2.
7) Klik continue sehingga kembali ke kotak dialog Independent-Sample T
Tes.
8) Klik options sehingga muncul kotak Independent-Sample T Test
options. Tetapkan confidence interval dan missing Values. Secara
default, confidence 95% dan missing values exclude cases analysis by
analysis yang berarti hanya data valid yang digunkan dalam analisis.
9) Klik continue dan ok (Trihendradi, 2013:93-95)
Perhitungan Uji Independent Sample T Test dapat dilihat di lampiran 14.
95
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian efektivitas model pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw dalam meningkatkan hasil belajar pendidikan kewarganegaraan
kelas VIII di SMP Negeri 19 Semarang yang dilakukan oleh peneliti dan
pembahasan yang disajikan , maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan aktivitas
belajar siswa pada materi pokok hubungan antarlembaga negara Republik
Indonesia. Hal ini dibuktikan dari data yang diperoleh skor aktivitas siswa
adalah 84,37%. Skor ini menunjukkan bahwa data hasil penilaian aktivitas
siswa termasuk dalam kategori sangat baik.
2. Terdapat perbedaan hasil belajar pendidikan kewarganegaraan pada materi
pokok hubungan antarlembaga negara Republik Indonesia pada kelas
eksperimen dan kontrol. Data yang diperoleh adalah (thitung = 3.364 >
1.166) pada taraf signifikan 0.05, artinya (thitung > ttabel), maka Ho ditolak
dan Ha diterima. Jadi kedua rata-rata sampel memiliki hasil belajar tidak
sama dan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw memberikan
pengaruh terhadap hasil belajar sebesar 20%, dan memperoleh rata-rata
81.82, artinya melebihi (KKM ≥75 ).
95
96
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian efektivitas model pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw dalam meningkatkan hasil belajar pendidikan kewarganegaraan
kelas VIII di SMP Negeri 19 Semarang yang dilakukan dan pembahasan yang
disajikan, maka peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut.
1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada tahap
pembagian kelompok harus memperhatikan waktu pembelajaran, agar
waktu pembelajaran berjalan efektif.
2. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sebelum
pembagian kelompok harus disepakati peraturan dalam menjalankan
diskusi dan pertukaran kelompok, sehingga tidak terjadi kegaduhan dan
waktu yang terbuang.
3. Sekolah perlu memperluas ruang kelas, sehingga memudahkan
pembelajaran khususnya pembelajaran kelompok.
4. Direkomendasikan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut, yaitu ke tahap
penelitian yang memfokuskan pada ranah afektif dan psikomotorik dengan
menggunakan sampel yang lebih luas.
96
97
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta:
Bumi Aksara
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Peneltian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta
Aqib, Zainal. 2014. Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual
(inovatif). Bandung: Yrama Widya
Djamarah, Syaiful Bahri., dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta
-----. 2013. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Huda, Miftahul. 2014. Model-model Pengajaran Dana Pembelajaran.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
-----. 2014. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur Dan Model
Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Hamalik, Oemar. 2001. Psikologi Belajar & Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo
Hamdayama, Jumanta. 2014. Model Dan Metode Pembelajaran Kreatif Dan
Berkarakter. Bogor Ghalia Indonesia
Hardini, Isriani, dan Dewi Puspitasari. 2011. Strategi Pembelajaran Terpadu.
Pekalongan: Familia
Khanifatul. 2012. Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Ngalimun. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Pressindo
Purwanto. 2012. Instrumen Penelitian Sosial Dan Pendidikan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
-----. 2014. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Rachman, Maman. 2011. Metode Penelitian Moral Dalam Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, Campuran, Tindakan, dan Pengembangan.
Semarang: Unnes Press
Rifa‟i, Achmad, dan Catharina Tri Anni. 2010. Psikologi Pendidikan. Semarang:
Pusat Pengembangan MKU/MKDK-LP3 Universitas Negeri Semarang
98
Rodiati. 2008. „Upaya Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Kelas X SMA
Negeri 1 Tegal Pada Mata Pelajaran PKn Melalui Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw‟. Skripsi. Semarang: Fakultas Ilmu Sosial
Sani, R. Abdullah. 2013. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.
Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA
Silberman, Melvin L. 2002. Active Learning 101 Stategi Pembelajarn Aktif.
Yogyakarta: YAPPENDIS
-----. 2014. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nuansa
Cendekia
Slameto. 2003. Belajar Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka
Cipta
Solihatin, Etin. 2012. Strategi Pembelajaran PPKN. Jakarta: Bumi Aksara
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta
-----. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
-----. 2012. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: ALFABETA
Sujarweni, V. Wiratna. 2014. SPSS Untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru
Press
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Bumi Aksara
Sukardi, Ismail. 2013. Model-model Pembelajaran Moderen. Palembang: Tunas
Gemilang Press
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sutomo, dkk. 2009. Manajemen Sekolah. Semarang: Pusat Pengembangan
MKU/MKDK-LP3
Uno, Hamzah B., dan Satria Koni. 2013. Assessment Pembelajaran. Jakarta: Bumi
Aksara
Trihendradi. 2013. Langkah Mudah Menguasai SPSS 21. Yogyakarta: ANDI
Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran Landasan & Aplikasinya.
Jakarta: Rineka Cipta
99
Yanti, A. Wida. 2011. Learning Mathematics To Grow Metacognitive Ability In
Understanding And Mathematic Problems Solving On Limit Dalam
Proceeding Department Of Mathematics Education, State University Of
Malang. Hal:252-253
Zaini, Hisyam., Bermawy Munthe, dan Sekar A. Aryani. 2008. Strategi
Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Center for Teaching Staff Development
Zuriah, Nurul. 2005. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta:
PT.Bumi Aksara
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun
2006 tentang Standar Isi
Lampiran 1
PEDOMAN WAWANCARA ANALISIS KEBUTUHAN METODE
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMP
NEGERI 19 SEMARANG
Wawancara adalah salah satu cara yang digunakan peneliti untuk
memperoleh informasi di lapangan. Pedoman wawancara ini berisi pertanyaan
wawancara yang nantinya dapat menjawab pertanyaan peneliti di lapangan.
A. Lokasi Penelitian
SMP Negeri 19 Semarang
B. Identitas Informan
1. Nama Guru PKn : MBC.U.Sugianingsih, S.Pd
2. Mata Pelajaran : PKn
C. Pelaksanaan Wawancara
1. Hari/Tanggal : Selasa, 20 Januari 2015
2. Jam : 10.30 WIB
3. Tempat : Ruang Guru PKn SMP Negeri 19 Semarang
D. Daftar Pertanyaan
1. Metode pembelajaran seperti apakah yang telah diterapkan dalam
pembelajaran PKn kelas VIII?
2. Bagaimana aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran PKn
menggunakan metode tersebut?
3. Menurut Ibu, faktor apa saja yang membuat siswa tertarik dan berminat
belajar PKn?
4. Metode pembelajaran apa sajakah yang sering digunakan dalam
kegiatan belajar mengajar PKn?
5. Menurut Ibu, bagaimana peran atau manfaat metode pembelajaran
dalam menarik minat siswa?
6. Apakah metode pembelajaran yang telah digunakan efektif dalam
meningkatkan hasil belajar siswa?
7. Apakah sudah pernah diterapkan metode pembelajaran yang
mengarahkan siswa untuk berdiskusi?
8. Menurut Ibu, apakah pembelajaran diskusi dapat menarik aktifitas
belajar dan hasil belajar siswa?
9. Apakah Ibu sudah mengetahui metode pembelajaran jigsaw?
10. Menurut Ibu, perlukah metode pembelajaran jigsaw diterapkan dalam
pembelajaran dalam meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa?
JAWABAN/TANGGAPAN GURU PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN
No Jawaban/Tanggapan
1. Selama ini, metode yang saya terapkan dalam pembelajaran yaitu ceramah,
tepatnya ceramah bervariasi dengan adanya Tanya jawab dengan siswa
setelah saya penjelasan materi.
2. Selama ini, siswa masih sama seperti kemarin-kemarin, masih saja tetap
kurang aktif dalam pembelajaran.
3. Menurut saya, penggunaan model pembelajaran yang dapat mempengaruhi
pembelajaran dalam aktivitas peserta didik dan minat peserta didik dalam
pembelajaran.
4. Metode yang pernah saya terapkan seperti ceramah bervariasi, kemudian
ada yang memakai metode teka-teki silang dalam pembelajaran.
5. Saya kira, metode sangat berpengaruh ya, karena metode itu penting dalam
menarik aktivitas dan minat peserta didik dalam pembelajaran.
6. Saya kira masih sangat kurang penggunaan metode ini, dibuktikan dengan
masih banya siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM 75.
7. Pada saat diberlakukan kurikulum 2013 saya menerapkan metode yang ada
diskusinya, namun setelah itu, saya tidak menggunakan lagi.
8. Menurut saya, metode pembelajaran sangat berpengaruh terhadap aktivitas
belajar peserta didik, dan apabila aktivtitas ini sudah berjalan dengan
efektif maka mungkin saja hasil belajar juga akan mengalami peningkatan.
9. Metode pembelajaran jigsaw? Saya pernah dengar, tapu saya masih kurang
paham dengan metode jigsaw. Metode ini belum saya terapkan di kelas
VIII.
10 Menurut saya, perlu juga diuji cobakan, metode pembelajaran jigsaw itu
dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan.
Semarang, 20 Januari 2015
Guru PKn Peneliti
SMP Negeri 19 Semarang Universitas Negeri Semarang
MBC.U.Sugianingsih, S.Pd Sutiyono
NIP.1995507181986032002 NIM.3301411014
Kelas 8 B
No Nama
1
ALI MURDANI
2 ANADYA DIVA PRASETIYORINI
3 ARABEL NAUFAL ARIF
4 ARDHITO RHEZA PRATAMA
5
ARYA PUTRA AGUNG ADI SUSILO
6 BAMBANG SETYAWAN
7 BAYU KRISNA HERZEL PUTRA
8 BELINDA PUTRI ASTIAWAN
9 DAVID ARIABEEMA JATMIKO
10 DEVIA FITRIYANTI
11 DIMAS ANGGARA
12 FAJAR ARIB AMANULLOH
13 FERDIE AGUNG TOMBOKAN
14 GILANG ADI BIMANTARA
15
HEIDAR RANDHIKA SAPUTRA
16 IQBAL NUR FAUZAN
17 IQBAL PUTRO WIBOWO
18 IQLIMA RANILA RAMADHANI
19 LUTHFYANA AYU NINGRUM
20 MARSHA ASFIANDRA MAULANY
21 MUH MAULANA YUSRON
22
MUHAMMAD FAJAR RIZQI WIDYO UTOMO
23
NADILA MAY WIDYAPANGESTIKA
24 NAGITA KUSUMA RAMADHANI
25 PUTRI REZA ANISAWATI
26
RIFKA NUR HAMIDAH
27 RINA NUR HETI
28
RIZKI APRILIA
29
RIZKIKA EKSAROVIA FAUZIAH
30 SEKAR AYU KINANTI
31 SETIANA ADISTY
Lampiran 2
DATA PESERTA DIDIK KELAS VIII DI SMP NEGERI 19 SEMARANG
Kelas 8 A
No Nama
1
AISYAH FEBRINA WIDYANINGTYAS
2 ALDITO RAFINANDA ARDANI
3 ARDITO MAHESTRA PUTRA
4 AZARYA PASKA SAPUTRA
5
BAGUS SATRIA KUSUMA
6 CHOIRUR ROFIQ AFRIZAL
7 DANDI AKBAR MAHATMA
8 DEO ALVA ELSADO
9 DEVI AMAYLIA
10 DHYAS AYUNING FEBRIANA KD
11 DIVA BAYU DWI IRAWAN
12 DONNA YULINDA PUTRI
13 DWI SEKAR AFIANTI
14 EKA SETYORINI
15
ELVIRA AGNES HANNA SOINDEMI
16 FITRI BESTARI
17 HESTI SEKAR WATI
18 IMA DIANA FEBRIANI
19 JENNIFER GRAND PATRICIA R
20 KEVININDO JORDAN ALDIOLA
21 MUHAMMAD HAEDAR AFIF
22
NABELLA NUR FITRIA
23
NAMIRA SALSABILA PUTRI ARDHA A
24 NOVIKA RAHAYU NINGTYAS
25 RYAN WIDIATMA
26
STEVEN THEO CHANDRA WIJAYA
27 TAUFAN IHZA MAHENDRA
28
VIVANNI FRIPRILKA TRISTIANTO
29
YAHYA APRIAN YOGA PERDANA
30 YAHYA HUMAAM
31 YUSUF KURNIAWAN
32 VANIDA PUTRI DEWAYANI
33 YAKNI DHARMA MULIA
Kelas 8 D
No Nama
1 A.ARFANTYA KRISNA NUGRAHA
2
ACHMAD MAULANA FIRMANSYAH
3 ADISTA KHABIB ARDIANATA
4 ANASTASIA RIZKY SETIO PUTRI
5 APRILIA WIDYAWATI
6 BIMA ARIF WICAKSANA
7 DEO BUDHI ANGGITLISTIO
8 DEVI ANGGRAENI KUASTUTIK
9 ELISABET DELA MARCELA
10 EVITA RIZKI MANDA SARI
11 FEBRI ANISA HERMITA PUTRI
12
FEBRIAN RESTU ANANDA
13
HANNA SHIMA SULISTIYANINGRUM
14 IBNU SIENA EL SHIFA'
15 KUSMAWATI
16
LULU KHAITSUMA KUNTA ITAQILLAH
17 LULUK KURNIA WATI
18 LUSIANA FIRDIA ULINIKMAH
19 LUTHFIA NABILA
20 MAYA DAMAYANTI
21
MOHAMMAD ADIFA ATAMIMI
22
MUHAMAD ALFIN TAUFIQURROCHMAN
23
MUHAMMAD RISQI
24
NAUFAL QORI'SYAH
25
NUR OKTA VIANTO
26
PEREGRINA PRIMA HENING KRISTIANI
27 PUSPITA OKTAVIANA
28 ROHIBA HOLILIR RAHMANSYAH
29 RONAL SUGIOPRANOTO
32 ZULVANYA ANISSA FITRI
Kelas 8 C
No Nama
1 AGUS SETIOWATI
2
ALIFIA RISTA AYU PUTRI
3 ANNISA AMALIA
4 ANNISA DHAIFA SALSABILLA
5 AUFAR TAUFAN ISLAMI
6 BAGAS FAIZAL MUHAMMAD
7 BAGUS ADI NUR ALFATH
8 BAGUS PRATAMA
9 BREZINKA AYU PERDANA
10 CLARISSA RAFA RAMADHANI
11 DEWI MARUNTA
12
DHIO KRISNANDA RAIHAN AGUNG
13
DIMAS ALEXANDER
14 FANDYA DWI SAKSHITA SARI
15 HANI FADHILA RAIHAN
16
HARUN ARROSYID
17 ILHAM MEGANTORO
18 IMAS IDZNI MEYUAN'GASARI
19 INDAH KUSUMA NINGRUM
20 KRISNA ALBINTAR DITAMA
21
LUTHFI ABI NAUFAL FEBRIANTO
22
MOCHAMMAD PRAHEKSA PUTRA PAMBUDI
23
MUHAMMAD AFANDI BAGUS SAJIWO
24
MUHAMMAD SALMAN SETIAWAN
25
NANDAKA IMAN AL QALBI KHAIRI
26
NOVI WIDYAWATI
27 RANI WIDYANTI
28 RIOCEVIN HERDA CAHYONO
29 SAIFUL ARDIANSAH
30 SILVIA FATRIANA
31 TAFSA GHONIYYU QUEEN
32 TRIO ALLMAN ADINANTA
33 WINDA AULIA RAHMA
Kelas 8 F
No Nama
1 ADIB NAFISUDIN
2 ALIF PRASETYA JATI
3 ALVIN ADITIA
4
AMEILYA SETIANINGRUM
5 ANANG ZHAHFRAN BUDI R
6 AVIA JOLANDA ROSA ADI
7 DIAN PERMATA SARI
8
FAHNIDA KIFTIYA
9
FARRA ANASYA PUJA RISMAWANA
10 GIGIH RESTU HANANTO
11 HILMI DARY ALWAN
12 INDAH AYU WULANDARI
13 KURNIA ADI NUGROHO
14 MARINI NUR HAYATI
15
MOHAMAD FAJAR BUDIMAN
16 MUHAMMAD ADI PRAKOSO
17
MUHAMMAD RAAFI FEBRIAN TARA
18
NINDYA HANDARU VIADUTA KUSUMANINGRUM
19
NISRINA QURRATU AINI
20
NOVENDOSARI PUTRA SOEDJENDRO
21 RAHMATULLAH YASIN MUBAROK
22 RAUL ARYA SYAHPUTRA
23
REVINA PUTRI DWI ANGGRAENI
24 RIZKA AYUNING LESTARI
25 SARAS FITRIA
26 SEVA ARYA PRATAMA
27
TITANIA ARESTANTO
30 SALMA JULINDA RIZMA R.
31 SHABRINA FILDZA ARDILLA
32 SHOFI AULIA NISA
33 SYIFA FADILA FIRDIYAWATI
Kelas 8 E
No Nama
1 AGUNG ISA TRIYOGA
2 ALVINTA RAHMAWATI
3 ANITA NIKMAL MAULA
4
ANUGRAH FARHAN YULADYANTO
5 ARDHIA REGITA CAHYANI
6 ARDILA DWI APRILIANI
7 ARSY FEBRIANTO SASMITA
8
AULIA RIZKYA RAHAYUNINGTYAS
9
CINTALIA PUTRI RESTU KUMALA
10 DEWI ERNAWATI
11 DINDA SYAHRANI
12 ERLANGGA IVAN SADEWA
13 FAHMI TRI RAMADHANI
14 FENDY SHOLIKHUL AKBAR
15
GUNAWAN AGUNG PRASETIYO
16 ILHAM LAREZA
17
MELINDHA ADHYANA
18
MERRY CLARISSA DWI AGUSTIN
19
MUHAMMAD FAHRI INDRAWANTO
20
MUHAMMAD NURCHOLIS
21 MUHAMMAD ZIDAN
22 NAYANTAKA
23
OSYA ASMARALAYA TUNGGA DEWA
24 PUTRI ALIFIA
25 PUTRI PANCA PUSPITA
26 RISMA YUDIANDINI
27
SALMA RAHMAWATI PUTRI PRIHAPSARI
28 WIDIHANDOKO DWI WIDODO
29 WILDAN PUTRA ADITYA
30 YUAN VIRNA
31
ZAHRAH NADA SALSABILA
32 ZIGRO TAQWAGIE
33 ZULFA NADIA LUTHFIA RAHMI
Kelas 8 H
No Nama
1 ADITIYA SURYA WISESA
2 ADRIAN LUTFI RAFLIANSYAH
3 AFFIF PUTRA PAMUNGKAS
4 ANGGORO AJIE PUTRANTO
5 ANIS SETYA NUR DIANA
6
ANISYA OKTAVIANA PUTRI
7 ARI YUDHA BASKARA
8
AYU PUJI HANDAYANI
9 AYU WULAN SUCIATI
10
BAGAS PRAKOSO PRIYO PAMBUDI LUHUR
11 DESY PUSPITASARI
12 DEWI AMALIA PERTIWI
13 ELSA SALAVINA
14 EVA SUKMA DEWI
15
FERNANDA YUANITA EKA SAPUTRI
16 FERY KURNIAWAN
17 FIQI NUR SAMSU AHMAD
18 HADURA ALMAS ALWANIS
19 LATHIFA INAYAH SARI
20 LUCKMAN ARYANTO AJIE
21 LUDFI DWI IRAWAN
22 M. NURHUDA
23 MUHAMMAD MIRZA RIVALDI
24
NANDA BELLA VANEZA
25 NUR ROHMAH
26 OKTAVIA SHINTA PRAMUDITA
27 PUTRI SEKAR SARI
28 RASYID IQBAL PURNANTO
28 SUSMITA EKA MUKTI
29 VELLA SABILA ARLIEZA
30 WISNU ADHA HIDAYAT
31
WYNONA SHAMEYRA MARSHAKINASIH
32 YUSRIL SIDHIQ
Kelas 8 G
No Nama
1 AJI ROHMAN SUBEKTI
2 AKBAR SADJARI SYAHDJUDAN
3 ALIVIA DEFA ANANDA
4 APRILIAN SATYA PRATAMA
5 ARIF SURYO WIBOWO
6
AULIA' VALENTINA ABSHARINA
7 BENING GITA PRAMESTI
8
CHOIRUNNISA ADLEA AYUNINGTYAS
9 DAFFA ARYA DEWANGGA
10
DEA AYU KARTIKA PUTRI
11 DESI PUDWI HANDAYANI
12 DWI NOVIA SARI
13 ESA DANY RIZALDI
14 FANY PRADITA WULAN
15
FARIZ SYAHROYO TEGAR AURI
16 GITUNG PONCO KUSUMO
17 HILMY AFRIAN
18 KAMAL RIJAL SADEWO
19 LAKSMI KINANTHI
20 MEGA AYU PUSPITASARI
21 MUTIA KARINA PERTIWI
22 NUR ALIYUDIN ACHMAD
23 OCTA DEVARA
24
PUTRA ERLANGGA FEBRIYANTO
25 RAVELINO ARYA SALVADO
26 REZA DWI KURNIAWAN
27 RISMA RISKIYANI
28 RIZKI SEKARINGTYAS
ROVINO AJI PRATAMA
30 SABRINA NUR YUSRINA
31 SARTIKA ANNISA DEWI
32
VANESSA BERLIANA DYSTA AMALIA
33 VICKI MAHARANI
29 RISTA NANDA DESITA SARI
30 RYAN RIZKI RAMADAN
31 SULTHON SYAIFULLAH
32
TONY ANDREAS SAPUTRA
29
Lampiran 3
SOAL UJI COBA
Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Jumlah soal : 20
Waktu : 20 menit
Pilihlah jawaban yang tepat dengan memberi tanda silang (X)!
1. Hubungan antara Dewan Perwakilan Rakyat dengan Presiden dapat dilihat di
bawah ini, kecuali ....
a. Mengajukan pertanyaan tertulis kepada Presiden
b. Mengajukan usul menteri-menteri pada Presiden
c. Ikut serta menetapkan undang-undang APBN
d. Meminta keterangan kepada Pemerintah
2. Dalam memberikan amnesti dan abolisi Presiden memperhatikan
pertimbangan ….
a. Dewan Perwakilan Rakyat sebagai wakil rakyat
b. Dewan Perwakilan Daerah sebagai pembawa kepentingan daerah
c. Mahkamah Agung sebagai Kekuasaan Kehakiman
d. Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai lembaga anti korupsi
3. Hubungan antara Majelis Permusyawaratan Rakyat dengan Presiden dapat
terlihat dari pernyataan berikut, kecuali ….
a. Melantik Presiden terpilih
b. Memberhentikan Presiden menurut UUD
c. Menyelenggarakan rapat paripurna untuk memutus Pemberhentian
Presiden
d. Mengajukan usul para menteri kepada presiden
4. Perhatikan beberapa pertanyaan di bawah ini.
1) Menyatakan perang dan damai.
2) Mengangkat duta dan konsul.
3) Memberi grasi dan rehabilitasi.
4) Memberi amnesti dan abolisi.
Dari pernyataan di atas, yang termasuk hubungan Presiden dengan DPR
adalah ….
a. 1, 2, dan 3 c. 1, 3, dan 4
b. 1, 2, dan 4 d. 2, 3, dan 4
5. Perhatikan beberapa pernyataan di bawah ini.
1) Membuat undang-undang dan menetapkan APBN.
2) Dewan Perwakilan Rakyat merupakan bagian anggota MPR.
3) Memberhentikan presiden dan/atau wakil presiden menurut UUD.
Dari pernyataan di atas, yang termasuk hubungan antara MPR dan DPR
adalah ….
a. 1 dan 3 c. Tidak ada yang benar
b. 1, 2 dan 3 d. 2 dan 3
6. Berikut ini merupakan hubungan antara Mahkamah Konstitusi dan DPR
adalah ….
a. Memutus pembubaran partai politik
b. Memutus perselisihan hasil pemilu
c. Mengadili suatu perkara tingkat kasasi
d. Memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden
7. Putusan Mahkamah konstitusi atas usul pemberhentian presiden dan/atau
wakil presiden apabila terbukti melakukan pelanggaran hukum, maka
selanjutnya pemberhentian presiden dan/atau wakil presiden diambil dalam
….
a. Rapat paripurna Majelis Premusyawaratan Rakyat
b. Presiden paripurna Dewan Perwakilan Rakyat
c. Presiden paripurna Dewan Perwakilan Daerah
d. Presiden paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
8. Berikut ini yang bukan merupakan hubungan DPR dengan Presiden adalah
….
a. Menetapkan Anggaran Pendapatan Belanja Negara
b. Menerima duta dari negara lain
c. Memberi pertimbangan presiden dalam mengangkat menteri
d. Membentuk undang-undang bersama Presiden
9. Dalam Pasal 7C UUD 1945 menegaskan hubungan antara Presiden dengan
DPR yang berbunyi ….
a. Presiden dapat membekukan dan atau membubarkan DPR
b. Presdien tidak dapat membekukan dan atau membubarkan DPR
c. Presiden mengajukan RUU kepada DPR
d. Presiden menerima duta dari negara lain dengan pertimbangan DPR
10. Hubungan antara DPR dengan Presiden tercermin dalam hak pengawasan
yang artinya ….
a. Mengawasi pelaksanaan undang-undang dan APBN
b. Mengawasi pelaksanaan pemilu Presiden
c. Mengawasi pengangkatan menteri negara oleh Presiden
d. Mengawasi pemberhentian menteri negara oleh Presiden
11. MPR dapat memberhentikan Presiden dan/atau wakil presiden dalam masa
jabatannya atas usul DPR apabila ….
a. Presiden dan/atau wakil presiden diduga melakukan korupsi
b. Presiden dan/atau wakil presiden diduga melakukan penyuapan
c. Presiden dan/atau wakil presiden telah terbukti melakukan pengkhianatan
terhadap negara
d. Presiden dan/atau wakil presiden diduga melakukan tindak pidana berat
12. Dalam membuat perjanjian internasional, Presiden mendapat persetujuan dari
….
a. Mahkamah Konstitusi sebagai kekuasaan kehakiman
b. Mahkamah Agung sebagai kekuasaan kehakiman
c. Badan Pemeriksa Keuangan
d. Dewan Perwakilan Rakyat
13. Dalam memberikan amnesti dan abolisi, Presiden memperhatikan
pertimbangan ….
a. Dewan Perwakilan Daerah sebagai wakil rakyat di daerah
b. Dewan Perwakilan Rakyata sebagai unsur wakil rakyat
c. Mahkamah Agung sebagai lembaga kehakiman di bawah UU
d. Mahkamah Konstitusi sebagai lembaga kehakiman di bawah UUD
14. Dibawah ini yang termasuk hubungan presiden dengan Mahkamah Agung
adalah …..
a. Presiden dalam membuat perjanjian internasional memperhatikan
pertimbangan MA
b. Presiden dalam memberikan grasi dan rehabilitasi memperhatikan
pertimbangan MA
c. Presiden dalam memberikan amnesti dan abolisi memperhatikan
pertimbangan MA
d. Presiden dalam menerima duta dan konsul memperhatikan pertimbangan
MA
15. MK memiliki kewajiban memberikan putusan mengenai dugaan pelanggaran
presiden dan/atau wakil presiden apabila diusulkan terlebih dahulu DPR
karena ….
a. Mahkamah konstitusi berwenang mengadili perkara dibawah UUD 1945
b. Mahkamah konstitusi berwenang mengadili perkara dibawah peradilan
umum
c. Mahkamah konstitusi berwenang mengadili perkara dibawah UU
d. Mahkamah konstitusi berwenang mengadili semua perkara.
16. Berikut merupakan hubungan antara BPK dengan lembaga lain pada hasil
pemeriksaan keuangan negara yang dilakukan oleh BPK selanjutnya
diserahkan kepada ….
a. DPD c. KPU
b. Presiden d. MK
17. Anggota Komisi Yudisial diangkat dan diberhentikan ….
a. Presiden dengan persetujuan DPR
b. Presiden dengan persetujuan MA
c. Ketua MA dengan persetujuan DPR
d. Ketua MPR dengan persetujuan DPR
18. Hubungan antara Komisi Yudisial dengan DPR dapat terlihat pada pemilihan
dan pengangkatan Mahkamah Agung, yang selanjutnya diresmikan oleh ….
a. Presiden
b. Mahkamah Konstitusi sebagai Lembaga Peradilan di bawah UUD.
c. DPR sebagai lembaga perwakilan rakyat
d. Mahkamah Agung sebagai lembaga kehakiman
19. Berdasarkan pasal 24 ayat 3 UUD 1945, lembaga-lembaga negara yang
mengajukan masing-masing tiga orang hakim konstitusi adalah ….
a. MA, DPR, dan Presiden c. Presiden, DPR, dan
MPR
b. KY, MPR, dan Presiden d. MA, MPR, dan
Presiden
20. Hubungan antara Dewan Perwakilan Daerah dengan Dewan Perwakilan
Rakyat dapat terlihat pada ….
a. Pembahasan mengenai perjanjian internasional
b. Pembahasan tentang Anggaran Pendapatan Belanja Nasional
c. Pembahasan mengenai Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
d. Pembahasan mengenai pengakatan duta dan konsul
Lampiran 4
SOAL PRETES-POST TEST
Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Jumlah soal : 20
Waktu : 20 menit
Pilihlah jawaban yang tepat dengan memberi tanda silang (X)!
1. Hubungan antara Dewan Perwakilan Rakyat dengan Presiden dapat dilihat di
bawah ini, kecuali ....
a. Mengajukan pertanyaan tertulis kepada Presiden
b. Mengajukan usul menteri-menteri pada Presiden
c. Ikut serta menetapkan undang-undang APBN
d. Meminta keterangan kepada Pemerintah
2. Dalam memberikan amnesti dan abolisi Presiden memperhatikan
pertimbangan ….
a. Dewan Perwakilan Rakyat sebagai wakil rakyat
b. Dewan Perwakilan Daerah sebagai pembawa kepentingan daerah
c. Mahkamah Agung sebagai Kekuasaan Kehakiman
d. Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai lembaga anti korupsi
3. Hubungan antara Majelis Permusyawaratan Rakyat dengan Presiden dapat
terlihat dari pernyataan berikut, kecuali ….
a. Melantik Presiden terpilih
b. Memberhentikan Presiden menurut UUD
c. Menyelenggarakan rapat paripurna untuk memutus Pemberhentian
Presiden
d. Mengajukan usul para menteri kepada presiden
4. Perhatikan beberapa pertanyaan di bawah ini.
1) Menyatakan perang dan damai.
2) Mengangkat duta dan konsul.
3) Memberi grasi dan rehabilitasi.
4) Memberi amnesti dan abolisi.
Dari pernyataan di atas, yang termasuk hubungan Presiden dengan DPR adalah
….
a. 1, 2, dan 3 c. 1, 3, dan 4
b. 1, 2, dan 4 d. 2, 3, dan 4
5. Perhatikan beberapa pernyataan di bawah ini.
1) Membuat undang-undang dan menetapkan APBN.
2) Dewan Perwakilan Rakyat merupakan bagian anggota MPR.
3) Memberhentikan presiden dan/atau wakil presiden menurut UUD.
Dari pernyataan di atas, yang termasuk hubungan antara MPR dan DPR adalah
….
a. 1 dan 3 c. Tidak ada yang benar
b. 1, 2 dan 3 d. 2 dan 3
6. Berikut ini merupakan hubungan antara Mahkamah Konstitusi dan DPR adalah
….
a. Memutus pembubaran partai politik
b. Memutus perselisihan hasil pemilu
c. Mengadili suatu perkara tingkat kasasi
d. Memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden
7. Putusan Mahkamah konstitusi atas usul pemberhentian presiden dan/atau wakil
presiden apabila terbukti melakukan pelanggaran hukum, maka selanjutnya
pemberhentian presiden dan/atau wakil presiden diambil dalam ….
a. Rapat paripurna Majelis Premusyawaratan Rakyat
b. Presiden paripurna Dewan Perwakilan Rakyat
c. Presiden paripurna Dewan Perwakilan Daerah
d. Presiden paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
8. Berikut ini yang bukan merupakan hubungan DPR dengan Presiden adalah ….
a. Menetapkan Anggaran Pendapatan Belanja Negara
b. Menerima duta dari negara lain
c. Memberi pertimbangan presiden dalam mengangkat menteri
d. Membentuk undang-undang bersama Presiden
9. Dalam Pasal 7C UUD 1945 menegaskan hubungan antara Presiden dengan
DPR yang berbunyi ….
a. Presiden dapat membekukan dan atau membubarkan DPR
b. Presdien tidak dapat membekukan dan atau membubarkan DPR
c. Presiden mengajukan RUU kepada DPR
d. Presiden menerima duta dari negara lain dengan pertimbangan DPR
10. Hubungan antara DPR dengan Presiden tercermin dalam hak pengawasan yang
artinya ….
a. Mengawasi pelaksanaan undang-undang dan APBN
b. Mengawasi pelaksanaan pemilu Presiden
c. Mengawasi pengangkatan menteri negara oleh Presiden
d. Mengawasi pemberhentian menteri negara oleh Presiden
11. MPR dapat memberhentikan Presiden dan/atau wakil presiden dalam masa
jabatannya atas usul DPR apabila ….
a. Presiden dan/atau wakil presiden diduga melakukan korupsi
b. Presiden dan/atau wakil presiden diduga melakukan penyuapan
c. Presiden dan/atau wakil presiden telah terbukti melakukan pengkhianatan
terhadap negara
d. Presiden dan/atau wakil presiden diduga melakukan tindak pidana berat
12. Dalam membuat perjanjian internasional, Presiden mendapat persetujuan dari
….
a. Mahkamah Konstitusi sebagai kekuasaan kehakiman b.
Mahkamah Agung sebagai kekuasaan kehakiman
c. Badan Pemeriksa Keuangan d.
Dewan Perwakilan Rakyat
13. Dalam memberikan amnesti dan abolisi, Presiden memperhatikan
pertimbangan…
a. Dewan Perwakilan Daerah sebagai wakil rakyat di daerah
b. Dewan Perwakilan Rakyata sebagai unsur wakil rakyat
c. Mahkamah Agung sebagai lembaga kehakiman di bawah UU
d. Mahkamah Konstitusi sebagai lembaga kehakiman di bawah UUD
14. Dibawah ini yang termasuk hubungan presiden dengan Mahkamah Agung
adalah …..
a. Presiden dalam membuat perjanjian internasional memperhatikan
pertimbangan MA
b. Presiden dalam memberikan grasi dan rehabilitasi memperhatikan
pertimbangan MA
c. Presiden dalam memberikan amnesti dan abolisi memperhatikan
pertimbangan MA
d. Presiden dalam menerima duta dan konsul memperhatikan pertimbangan
MA
15. MK memiliki kewajiban memberikan putusan mengenai dugaan pelanggaran
presiden dan/atau wakil presiden apabila diusulkan terlebih dahulu DPR karena
….
a. Mahkamah konstitusi berwenang mengadili perkara dibawah UUD 1945
b. Mahkamah konstitusi berwenang mengadili perkara dibawah peradilan
umum
c. Mahkamah konstitusi berwenang mengadili perkara dibawah UU
d. Mahkamah konstitusi berwenang mengadili semua perkara.
16. Berikut merupakan hubungan antara BPK dengan lembaga lain pada hasil
pemeriksaan keuangan negara yang dilakukan oleh BPK selanjutnya
diserahkan kepada ….
a. DPD c. KPU
b. Presiden d. MK
17. Anggota Komisi Yudisial diangkat dan diberhentikan ….
a. Presiden dengan persetujuan DPR
b. Presiden dengan persetujuan MA
c. Ketua MA dengan persetujuan DPR
d. Ketua MPR dengan persetujuan DPR
18. Hubungan antara Komisi Yudisial dengan DPR dapat terlihat pada pemilihan
dan pengangkatan Mahkamah Agung, yang selanjutnya diresmikan oleh ….
a. Presiden
b. Mahkamah Konstitusi sebagai Lembaga Peradilan di bawah UUD.
c. DPR sebagai lembaga perwakilan rakyat
d. Mahkamah Agung sebagai lembaga kehakiman
19. Berdasarkan pasal 24 ayat 3 UUD 1945, lembaga-lembaga negara yang
mengajukan masing-masing tiga orang hakim konstitusi adalah ….
a. MA, DPR, dan Presiden c. Presiden, DPR, dan MPR
b. KY, MPR, dan Presiden d. MA, MPR, dan Presiden
20. Hubungan antara Dewan Perwakilan Daerah dengan Dewan Perwakilan
Rakyat dapat terlihat pada ….
a. Pembahasan mengenai perjanjian internasional
b. Pembahasan tentang Anggaran Pendapatan Belanja Nasional
c. Pembahasan mengenai Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
d. Pembahasan mengenai pengakatan duta dan konsul
Lampiran 5
DAFTAR NAMA SISWA KELAS VIII KELAS EKSPERIMEN
Kelas 8 F
No Nama
1 ADIB NAFISUDIN
2 ALIF PRASETYA JATI
3 ALVIN ADITIA
4 AMEILYA SETIANINGRUM
5 ANANG ZHAHFRAN BUDI R
6 AVIA JOLANDA ROSA ADI
7 DIAN PERMATA SARI
8 FAHNIDA KIFTIYA
9 FARRA ANASYA PUJA RISMAWANA
10 GIGIH RESTU HANANTO
11 HILMI DARY ALWAN
12 INDAH AYU WULANDARI
13 KURNIA ADI NUGROHO
14 MARINI NUR HAYATI
15 MOHAMAD FAJAR BUDIMAN
16 MUHAMMAD ADI PRAKOSO
17 MUHAMMAD RAAFI FEBRIAN TARA
18 NINDYA HANDARU VIADUTA KUSUMANINGRUM
19 NISRINA QURRATU AINI
20 NOVENDOSARI PUTRA SOEDJENDRO
21 RAHMATULLAH YASIN MUBAROK
22 RAUL ARYA SYAHPUTRA
23 REVINA PUTRI DWI ANGGRAENI
24 RIZKA AYUNING LESTARI
25 SARAS FITRIA
26 SEVA ARYA PRATAMA
27 TITANIA ARESTANTO
28 WIDIHANDOKO DWI WIDODO
29 WILDAN PUTRA ADITYA
30 YUAN VIRNA
31 ZAHRAH NADA SALSABILA
32 ZIGRO TAQWAGIE
33 ZULFA NADIA LUTHFIA RAHMI
Lampiran 6
DAFTAR NAMA SISWA KELAS VIII KELAS KONTROL
Kelas 8 G
No Nama
1 AJI ROHMAN SUBEKTI
2 AKBAR SADJARI SYAHDJUDAN
3 ALIVIA DEFA ANANDA
4 APRILIAN SATYA PRATAMA
5 ARIF SURYO WIBOWO
6 AULIA' VALENTINA ABSHARINA
7 BENING GITA PRAMESTI
8 CHOIRUNNISA ADLEA AYUNINGTYAS
9 DAFFA ARYA DEWANGGA
10 DEA AYU KARTIKA PUTRI
11 DESI PUDWI HANDAYANI
12 DWI NOVIA SARI
13 ESA DANY RIZALDI
14 FANY PRADITA WULAN
15 FARIZ SYAHROYO TEGAR AURI
16 GITUNG PONCO KUSUMO
17 HILMY AFRIAN
18 KAMAL RIJAL SADEWO
19 LAKSMI KINANTHI
20 MEGA AYU PUSPITASARI
21 MUTIA KARINA PERTIWI
22 NUR ALIYUDIN ACHMAD
23 OCTA DEVARA
24 PUTRA ERLANGGA FEBRIYANTO
25 RAVELINO ARYA SALVADO
26 REZA DWI KURNIAWAN
27 RISMA RISKIYANI
28 RIZKI SEKARINGTYAS
29 ROVINO AJI PRATAMA
30 SABRINA NUR YUSRINA
31 SARTIKA ANNISA DEWI
32 VANESSA BERLIANA DYSTA AMALIA
33 VICKI MAHARANI
Lampiran 7
Pre_Test
Equal
variances
assumed
Equal
variances not
assumed
Levene's Test for Equality of F
Variances Sig.
t df
Sig. (2-tailed)
Mean Difference t-test for Equality of Means
Std. Error Difference
95% Confidence Lower
Interval of the Upper
Difference
.361
.550
-.097
-.097
64
63.900
.923
.923
-.303
-.303
3.109
3.109
-6.514
-6.514
5.908
5.908
PERHITUNGAN HOMOGENITAS DAN UJI INDEPENDENT SAMPLE T
TEST RATA-RATA HASIL BELAJAR KELAS EKSPERIMEN DAN
KONTROL
Uji Homogenitas
Hipotesis (dugaan) untuk uji F test yaitu:
Ho : Kedua varian sampel identik/Homogen (Equal Variance Assumed)
Ha : Kedua varian sampel tidak identik/Homogen (Equal Variance Not Assumed)
Pengambilan keputusan/Pengujian
Jika sig Fhitung > 0.05 maka Ho diterima
Jika sig Fhitung < 0.05 maka Ho ditolak
Klik Analysis – Compare Means – Independent Sample t test – define group (isi
group 1 dengan 1, dan grouping 2 dengan 2) – continue – ok
Output hasil Independent Sample t test sebagai berikut.
Independent Samples Test
Keputusan
Terlihat bahwa sig F untuk hasil belajar kelas 8F dan 8G Equal adalah 0.550, jadi
sig Fhitung > 0.05, maka Ho diterima kedua varian identik (Equal Variance
Assumed) atau Homogen.
Lampiran 8
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
P9
P10
P11
P12
P13
P14
P15
P16
P17
P18
P19
P20
10.94
11.00
11.19
11.23
11.23
11.35
11.19
11.39
11.03
10.97
11.45
11.23
11.48
11.42
11.03
11.10
11.52
11.16
11.35
11.06
20.796
19.533
20.428
19.247
20.247
19.837
20.361
19.445
20.366
19.966
20.056
19.914
20.391
19.985
20.632
20.224
20.325
19.740
20.237
20.329
.381
.676
.318
.590
.353
.444
.333
.542
.404
.595
.414
.431
.344
.421
.332
.400
.374
.490
.352
.391
.840
.829
.843
.831
.842
.837
.843
.833
.839
.833
.839
.838
.842
.838
.842
.839
.840
.835
.842
.840
VALIDITAS SOAL UJI COBA
Uji Validitas Soal Uji Coba menggunakan bantuan SPSS 20, dengan
langkah-langkah sebagai berikut. Dengan menggunakan jumlah responden
sebanyak 31 maka nilai r tabel dapat diperoleh melalui tabel r product moment
person dengan df (defree of freedom) = n-2, jadi df= 31-2 = 29, maka r tabel =
0.306. Butir pertanyaan dikatakan valid jika nilai r hitung > r tabel, dapat dilihat
dari Corrected Item Total Correlation. Analisis output bisa dilihat di bawah ini:
Item-Total Statistics
Hasil dari perhitungan menggunakan aplikasi SPSS 20 Corrected Item Total
Correlation, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh soal yang diuji cobakan
memiliki kriteria yang valid.
Variabel r hitung r tabel Keterangan
Pertanyaan 1 0.388 0.306 Valid
Pertanyaan 2 0.676 0.306 Valid
Pertanyaan 3 0.318 0.306 Valid
Pertanyaan 4 0.590 0.306 Valid
Pertanyaan 5 0.353 0.306 Valid
Pertanyaan 6 0.444 0.306 Valid
Pertanyaan 7 0.333 0.306 Valid
Pertanyaan 8 0.542 0.306 Valid
Pertanyaan 9 0.404 0.306 Valid
Pertanyaan 10 0.595 0.306 Valid
Pertanyaan 11 0.414 0.306 Valid
Pertanyaan 12 0.431 0.306 Valid
Pertanyaan 13 0.344 0.306 Valid
Pertanyaan 14 0.421 0.306 Valid
Pertanyaan 15 0.331 0.306 Valid
Pertanyaan 16 0.400 0.306 Valid
Pertanyaan 17 0.374 0.306 Valid
Pertanyaan 18 0.490 0.306 Valid
Pertanyaan 19 0.352 0.306 Valid
Pertanyaan 20 0.391 0.306 Valid
Cronbach's Alpha
N of Items
.845
20
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
P9
P10
P11
P12
P13
P14
P15
P16
P17
P18
P19
P20
10.94
11.00
11.19
11.23
11.23
11.35
11.19
11.39
11.03
10.97
11.45
11.23
11.48
11.42
11.03
11.10
11.52
11.16
11.35
11.06
20.796
19.533
20.428
19.247
20.247
19.837
20.361
19.445
20.366
19.966
20.056
19.914
20.391
19.985
20.632
20.224
20.325
19.740
20.237
20.329
.381
.676
.318
.590
.353
.444
.333
.542
.404
.595
.414
.431
.344
.421
.332
.400
.374
.490
.352
.391
.840
.829
.843
.831
.842
.837
.843
.833
.839
.833
.839
.838
.842
.838
.842
.839
.840
.835
.842
.840
Lampiran 9
PERHITUNGAN RELIABILITAS SOAL UJI COBA
Uji reliabilitas dapat dilakukan secara bersama-sama terhadap seluruh butir
pertanyaan. Jika Alpha > 0.60 maka reliabel. Dari hasil analisis reliabilitas
menggunakan SPSS 20, dengan Cronbach’s Alpha dapat dilihat sebagai berikut.
Reliability Statistics
Item-Total Statistics
Hasil dari perhitungan menggunakan aplikasi SPSS 20 Uji reliabilitas dapat
dilihat pada nilai Cronbach’s Alpha, jika nilai Alpa > 0.60 maka kontruk pertanyaan
yang merupakan dimensi variabel adalah reliabel. Nilai Cronbach’s Alpha adalah
0.845 jadi diatas 0.60, maka soal reliabel.
Lampiran 10
PERHITUNGAN TINGKAT KESUKARAN SOAL UJI COBA
Menggunakan Bantuan Exel
No
Kode Item Soal Total
14
UC-14 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19
10
UC-10 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18
11
UC-11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 18
15
UC-15 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 18
18
UC-18 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18
7
UC-07 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 17
28
UC-28 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 16
9
UC-09 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 15
29
UC-29 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 15
3
UC-03 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 14
5
UC-05 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 14
6
UC-06 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 14
17
UC-17 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 14
19
UC-19 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 14
2
UC-02 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 13
8
UC-08 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 13
22
UC-22 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 12
23
UC-23 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 12
24
UC-24 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 11
20
UC-20 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 10
13
UC-13 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 9
25
UC-25 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 9
31
UC-31 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 9
1
UC-01 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 8
4
UC-04 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 7
12
UC-12 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 7
16
UC-16 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 5
21
UC-21 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 4
27
UC-27 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 5
30
UC-30 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 5
26
UC-26 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 3
27 25 19 18 18 14 19 13 24 26 11 18 10 12 24 22 9 20 14 23
Rumus yang digunakan untuk menghitung indeks kesukaran adalah sebagai berikut.
P = 𝑩
𝑱𝑺
Keterangan:
P : Indeks kesukaran
B : Banyaknya peserta didik yang menjawab soal dengan betul
JS : Jumlah peserta didik tes
Soal Nomor 1
P = = � 𝟕 � �
Kriteria
Soal dengan P 0,01 – 0,30 adalah sukar
Soal dengan P 0,31 – 0,70 adalah sedang
Soal dengan P 0,71 – 1,00 adalah mudah
Berdasarkan kriteria, maka soal nomor 1 mempunyai tingkat kesukaran yang Mudah
Lampiran 11
PERHITUNGAN DAYA BEDA SOAL UJI COBA
Menggunakan Bantuan Exel
No
Kode Item Soal Total
14
UC-14 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19
10
UC-10 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18
11
UC-11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 18
15
UC-15 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 18
18
UC-18 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18
7
UC-07 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 17
28
UC-28 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 16
9
UC-09 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 15
29
UC-29 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 15
3
UC-03 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 14
5
UC-05 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 14
6
UC-06 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 14
17
UC-17 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 14
19
UC-19 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 14
2
UC-02 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 13
8
UC-08 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 13
22
UC-22 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 12
23
UC-23 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 12
24
UC-24 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 11
20
UC-20 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 10
13
UC-13 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 9
25
UC-25 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 9
31
UC-31 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 9
1
UC-01 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 8
4
UC-04 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 7
12
UC-12 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 7
16
UC-16 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 5
21
UC-21 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 4
27
UC-27 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 5
30
UC-30 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 5
26
UC-26 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 3
Rumus
DP = 𝑋 𝐾𝐴 − 𝑋� �
𝑆� 𝑜� 𝑀� � � 𝑖� 𝑢� 𝑆𝑜� �
Keterangan : DP : Daya Pembeda
X kA : rata-rata kelompok atas
X kb : rata-rata kelompok bawah
Perhitungan Soal nomor 1
DP = 1 − 0.733
= 0.266 1
Kriteria daya pembeda soal:
D : 0.70 - 1.00 : baik sekali
D : 0.41 - 0.70 : baik
D : 0.21 - 0.40 : cukup
D : 0.00 - 0.20 : jelek
D : negatif (-), sebaiknya dibuang saja.
Berdasarkan kriteria, maka soal nomor 1 mempunyai daya beda cukup
Lampiran 12
PEDOMAN LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS PESERTA DIDIK
Kelas yang di observasi: … Tahun Pelajaran : ...
Sekolah : ... Mata Pelajaran : . ..
Jumlah peserta didik : … Pertemuan : …
Berilah penilaian Anda dengan memberi cek () pada kolom yang sesuai.
No.
Aspek yang diamati
Skor
1 2 3 4
1. Keaktifan peserta didik dalam diskusi kelompok
2. Partisipasi peserta didik dalam menjawab pertanyaan dan mengungkapkan ide
3. Tanggungjawab peserta didik dalam kelompok
4. Partisipasi peserta didik dalam pemecahan masalah
kelompok
5. Tanggungjawab peserta didik dalam mengerjakan tugas atau lembar kerja siswa (LKS)
6. Keaktifan peserta didik dalam mencari tahu tentang hal- hal yang belum dimengerti
7. Keaktifan peserta didik dalam presentasi, bertanya, memberi tanggapan dan sanggahan
8. Sikap untuk menerima pendapat dan sanggahan dari orang lain
Keterangan:
Skor yang diberikan:
1 = kurang aktif, jika banyak peserta didik yang melakukan aktivitas 25%
2 = cukup aktif, jika banyak peserta didik yang melakukan aktivitas 26% - 50%
3 = aktif, jika banyak peserta didik yang melakukan aktivitas 51% - 75%
4 = sangat aktif, jika banyak peserta didik yang melakukan aktivitas 75%
Penilaian keaktifan kelas:
Presentase keaktifan peserta didik dalam pembelajaran = 𝑆� � � 𝑌𝑎� 𝑔 𝐷𝑖 𝑑𝑎� 𝑎�
× 100% 𝑆� � � 𝑀𝑎� � 𝑖� 𝑎�
= ….
Kriteria penilaian:
Presentase keaktifan = x
25% x < 43,75% : aktivitas peserta didik tidak baik
43,75% x < 62,5 % : aktivitas peserta didik cukup baik
62,5% x < 81,25% : aktivitas peserta didik baik
x 81,25% : aktivitas peserta didik sangat baik
Kesimpulan:
Observer
…………………..
NIM. ....................
Lampiran 13
Mean
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
Sebelum Pair 1
Sesudah
57.12
33
12.376
2.154
81.82
33
14.991
2.610
Mean
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
Sebelum Pair 1
Sesudah
57.42
33
12.877
2.242
68.03
33
18.155
3.160
UJI PAIRED SAMPLE T TEST HASIL BELAJAR KELAS EKSPERIMEN
Kelas Eksperimen
Hasil output Paired-Sample T Test data kelas eskperimen.
Paired Samples Statistics
Keterangan:
Tabel ini menyatakan nilai test sebelum perlakuan (baris atas) menunjukkan hasil
belajar rata-rata adalah 57.12 dan sesudah diberikan perlakuan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw didapat rata-rata hasil belajar adalah 81.82. Hal
ini menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw mengalami
peningkatkan hasil belajar sebesar 24.70.
Kelas Kontrol
Hasil output Paired-Sample T Test data kelas eskperimen.
Paired Samples Statistics
Keterangan:
Tabel ini menyatakan nilai test sebelum perlakuan (baris atas) menunjukkan hasil
belajar rata-rata adalah 57.42 dan sesudah diberikan perlakuan dengan metode
ceramah bervariasi didapat rata-rata hasil belajar adalah 68.03. Hal ini
menunjukkan bahwa penggunaan metode ceramah mengalami peningkatkan hasil
belajar sebesar 10.61.
Jadi peningkatan hasil belajar pada kelas eksperimen > hasil belajar kelas kontrol
Lampiran 14
Post_Test
Equal
variances
assumed
Equal
variances not
assumed
Levene's Test for Equality of F
Variances Sig.
t df
Sig. (2-tailed)
Mean Difference t-test for Equality of Means
Std. Error Difference
95% Confidence Lower
Interval of the Upper
Difference
2.039
.158
3.364
3.364
64
61.788
.001
.001
13.788
13.788
4.098
4.098
5.600
5.595
21.975
21.981
UJI INDEPENDENT SAMPLE T TEST RATA-RATA HASIL BELAJAR
POSTTEST KELAS EKSPERIMEN DAN KONTROL
Hasil output uji t menggunakan SPSS 20 rata-rata hasil belajar kelas eksperimen
dan kontrol sebagai berikut.
Group Statistics
Kelas N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Kelas Eksperimen
33
81.82
14.991
2.610 Post_Test Kelas Kontrol 33 68.03 18.155 3.160
Independent Samples Test
Hipotesis:
Ho : µ1 = µ2 tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar (nilai hasil belajar kognitif)
antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol
Ha : µ1 ≠ µ2 ada perbedaan rata-rata hasil belajar (nilai hasil belajar kognitif) antara
kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol
Dari tabel di atas diperoleh hasil sebagai berikut
thitung sebesar 3.364
ttabel pada taraf signifikan 0.05, (33+33 – 2) = 64 adalah 1.66
Keputusan: thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Lampiran 15
KISI-KISI SOAL
Nama Sekolah : SMP Negeri 19 Semarang
Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas / Semester : VIII / 2
Standar Kompetensi : 5. Memahami kedaulatan rakyat dan sistem
pemerinatahan di Indonesia
Kompetensi Dasar : 5.2 Mendiskripsikan Peran Lembaga Negara sebagai
Pelaksana Kedaulatan Rakyat dalam Sistem Pemerintahan
Indonesia
Jumlah soal : 20
Waktu : 20 menit
Bentuk soal : Pilihan Ganda
Indikator
Materi Hasil Belajar
Kognitif
No. soal
Siswa dapat
menjelaskan hubungan
MPR dengan Presiden
Hubungan MPR dengan Presiden
C4
C2
3
11
Siswa dapat menjelaskan hubungan
MPR dengan DPR
Hubungan MPR dengan DPR
C1
C1
C4
1
2
5
Siswa dapat menjelaskan hubungan
Presiden dengan DPR
Hubungan Presiden dengan
DPR
C4
C2
C2
C1
C2
C1
4
8
9
10
12
13
Siswa dapat menjelaskan hubungan
MK dengan DPR
Hubungan MK
dengan DPR C2
C4
C4
6
7
15
Siswa dapat menjelaskan hubungan
DPD dengan DPR
Hubungan DPD
dengan DPR C1 20
Siswa dapat menjelaskan hubungan
BPK dengan DPR
Hubungan BPK
dengan DPD C2 16
Siswa dapat menjelaskan hubungan
KY dengan DPR
Hubungan KY dengan DPR
C2
C4
17
18
Siswa dapat menjelaskan hubungan
MA dengan Presiden
Hubungan MA
dengan Presiden C4
C1
14
19
Keterangan:
C1 : pengetahuan
C2 : pemahaman
C4 : analisis
Peneliti/Yang Mengajar
Sutiyono
NIM. 3301411014
Lampiran 16
LEMBAR JAWAB
11.
A
B
C
D
12.
A
B
C
D
13.
A
B
C
D
14.
A
B
C
D
15.
A
B
C
D
16.
A
B
C
D
17.
A
B
C
D
18.
A
B
C
D
19.
A
B
C
D
20.
A
B
C
D
Nama :
No. Absen :
Kelas :
Silanglah (X) pilihan jawaban yang telah tersedia!
1.
A
B
C
B
2.
A
B
C
D
3.
A
B
C
D
4.
A
B
C
D
5.
A
B
C
D
6.
A
B
C
D
7.
A
B
C
D
8.
A
B
C
D
9.
A
B
C
D
10.
A
B
C
D
Kompetensi
Dasar
Materi
Pembelajaran
Kegiatan
Pembelajaran
Indikator
Pencapaian
Penilaian
Waktu
Sumber
Belajar Teknik
Penilaian Bentuk
Instrumen Contoh
Instrumen
5.2. Mendeskri
psikan
sistem
pemerinta
han
Indonesia
dan peran
lembaga
negara
sebagai
pelaksana
kedaulatan
rakyat
Pembagian
kekuasaan
menurut UUD
NRI 1945
Tugas
lembaga-
lembaga
pelaksana
kedaulatan
rakyat
Menelaah
materi tentang
peran lembaga
negara sebagai
pelaksana
kedaulatan
rakyat menurut
UUD NRI
1945, kemudian
mendiskusikan
nya
Menjelask
an
pembagian
kekuasaan
di
Indonesia
Menjelask
an tugas
lembaga-
lembaga
pelaksana
kedaulatan
rakyat
Tes
Tertulis Pilihan
ganda Hubungan
antara Dewan
Perwakilan
Rakyat dengan
Presiden dapat
dilihat di
bawah ini,
kecuali….
a. Mengajukan pertanyaan
tertulis
kepada
Presiden
b. Mengajukan
usul menteri-
menteri pada
Presiden
4 x 40‟ Buku teks,
LKS,
UUD 1945
NRI 1945
Lampiran 17
SILABUS PEMBELAJARAN
Nama Sekolah : SMP Negeri 19 Semarang
Kelas : VIII (Delapan)
Mata pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan Semester : 2 ( dua )
Standar Kompetensi : 5. Memahami kedaulatan rakyat dalam sistem pemerintahan di Indonesia
Kompetensi
Dasar
Materi
Pembelajaran
Kegiatan
Pembelajaran
Indikator
Pencapaian
Penilaian
Waktu
Sumber Belajar
Teknik Penilaian
Bentuk Instrumen
Contoh Instrumen
Pilihan
ganda
c. Ikut serta
menetapkan
undang-
undang
APBN
d. Meminta keterangan
kepada
Pemerintah
Karakter Building
Tanggung jawab
Kerjasama
Kewarganegaraan ( citizenship )
Mengetahui, Semarang, Februari 2015
Guru Mata Pelajaran Peneliti/Yang Mengajar
MBC.U.Sugianingsih, S.Pd Sutiyono
NIP. 1995507181986032002 NIM. 3301411014
Lampiran 18
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
KELAS KONTROL
Nama Sekolah : SMP Negeri 19 Semarang
Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas / Semester : VIII / 2
Standar Kompetensi : 5. Memahami kedaulatan rakyat dan sistem
pemerinatahan di Indonesia
Kompetensi Dasar : 5.2 Menjelaskan Hubungan Antarlembaga Negara sebagai
Pelaksana Kedaulatan Rakyat dalam Sistem Pemerintahan
Indonesia
Alokasi Waktu : 4 X 40 menit (2x pertemuan)
A. Indikator 1. Menjelaskan hubungan MPR dengan Presiden. 2. Menjelaskan hubungan MPR dengan DPR.
3. Menjelaskan hubungan Presiden dengan DPR.
4. Menjelaskan hubungan MK dengan DPR.
5. Menjelaskan hubungan DPD dengan DPR.
6. Menjelaskan hubungan BPK dengan DPD.
7. Menjelaskan hubungan KY dengan DPR.
8. Menjelaskan hubungan MA dengan Presiden.
B. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari KD ini diharapkan siswa dapat
1. Menjelaskan hubungan MPR dengan Presiden.
2. Menjelaskan hubungan MPR dengan DPR.
3. Menjelaskan hubungan Presiden dengan DPR.
4. Menjelaskan hubungan MK dengan DPR.
5. Menjelaskan hubungan DPD dengan DPR.
6. Menjelaskan hubungan BPK dengan DPD.
7. Menjelaskan hubungan KY dengan DPR.
8. Menjelaskan hubungan MA dengan Presiden.
C. Materi Ajar
Hubungan antarlembaga negara dalam melaksanakan kedaulatan rakyat meliputi:
1. Menjelaskan hubungan MPR dengan Presiden.
2. Menjelaskan hubungan MPR dengan DPR.
3. Menjelaskan hubungan Presiden dengan DPR.
4. Menjelaskan hubungan MK dengan DPR.
5. Menjelaskan hubungan DPD dengan DPR.
6. Menjelaskan hubungan BPK dengan DPD.
7. Menjelaskan hubungan KY dengan DPR.
8. Menjelaskan hubungan MA dengan Presiden.
D. Metode Pembelajaran 1. Ceramah bervariasi 2. Tanya jawab
E. Langkah-Langkah Kegiatan
Pertemuan 1
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Alokasi
Waktu
Pendahuluan 10 menit
Apersepsi
Mempersiapkan kelas dalam
pembelajaran (absensi,
kebersihan kelas, dan lain-
lain)
Memotivasi
Melakukan penjajakan
kesiapan belajar siswa.
Menginformasikan
kompetensi yang akan
dicapai.
Siswa menjawab salam,
menyiapkan diri untuk belajar
dan memberitahu kehadiran.
Siswa menyimak penjelasan
guru.
5 menit
5 menit
Kegiatan Inti 60 menit
Eksplorasi
Guru menjelaskan mengenai
macam-macam lembaga
negara ada di Indonesia
sesuai dengan UUD NRI
1945.
Guru menjelaskan tentang
hubungan MPR dengan
Presiden, hubungan MPR
dengan DPR, hubungan
presiden dengna DPR, dan
hubungan MK dengan DPR.
Guru membebaskan siswa
untuk aktif dalam
pembelajaran.
Elaborasi
Selanjutnya, guru membuka
sesi Tanya jawab bersama
siswa dengan tujuan siswa
aktif dalam pembelajaran.
Siswa menyimak penjelasan
guru.
Siswa menyimak penjelasan
guru.
Siswa bertanya terkait materi
pembelajaran kepada guru.
10 menit
20 menit
15 menit
Guru memberi kesempatan
untuk berpikir, menganalisis,
menyelesaikan masalah, dan
bertindak tanpa rasa takut;
Guru memberikan
penjelasan kembali megenai
lembaga negara dan
hubungan
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi
guru:
Memberikan umpan balik
positif dan penguatan dalam
bentuk lisan kepada peserta
didik terkait materi pokok
pembelajaran.
Memberikan konfirmasi
terhadap eksplorasi dan
elaborasi kepada peserta
didik.
Memfasilitasi peserta didik
untuk memperoleh
pengalaman yang bermakna
dalam mencapai KD.
Guru bertanya jawab tentang
hal-hal yang belum diketahui
peserta didik.
Guru bersama siswa
melakukan Tanya jawab
meluruskan kesalahan,
pemahaman, memberikan
penguatan dan penyimpulan.
Siswa menyimak penjelasan
guru.
Siswa menyimak penjelasan
guru.
Siswa menyimak penjelasan
guru.
Siswa bertanya tenatang
materi yang belum dipahamai
kepada guru.
15 menit
Kegiatan Penutup 10 menit
Dalam kegiatan penutup guru:
Bersama-sama peserta didik
dana/atau sendiri membuat
rangkuman simpulan
pelajaran.
Melakukan refleksi terhadap
kegiatan yang sudah
dilaksanakan secara
konsisten dan terprogram.
Siswa menyimpulkan
bersama guru tentang materi
yang telah diperlajari.
Siswa mengemukakan
pendapat dari pengalaman
belajarnya (refleksi).
5 menit
5 menit
1 menit
Memberikan umpan balik
terhadap proses dan hasil
pembelajaran.
Menyampaikan kegiatan
pembelajaran berikutnya.
Siswa memperhatikan
penjelasan dari guru
mengenai hikmah
pembelajaran.
Siswa memperhatikan arahan
dari guru.
Pertemuan 2
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Alokasi
Waktu
Pendahuluan 10 menit
Apersepsi
Mempersiapkan kelas dalam
pembelajaran (absensi,
kebersihan kelas, dan lain-
lain)
Memotivasi
Melakukan penjajakan
kesiapan belajar siswa.
Menginformasikan materi
kelanjutan dari pertemuan 1.
Siswa menjawab salam,
menyiapkan diri untuk belajar
dan memberitahu kehadiran.
Siswa menyimak penjelasan
guru.
5 menit
5 menit
Kegiatan Inti 60 menit
Eksplorasi
Guru menjelaskan tentang
hubungan DPD dengan DPR,
hubungan BPK dengan DPD,
hubungan KY dengan DPR,
hubungan MA dengan
Presiden.
Guru membebaskan siswa
untuk aktif dalam
pembelajaran.
Elaborasi
Selanjutnya, guru membuka
sesi tanya jawab bersama
siswa dengan tujuan siswa
aktif dalam pembelajaran.
Guru memberi kesempatan
untuk berpikir, menganalisis,
menyelesaikan masalah, dan
bertindak tanpa rasa takut;
Siswa menyimak penjelasan
guru.
Siswa bertanya terkait materi
pembelajaran kepada guru.
Siswa menyimak penjelasan
guru.
20 menit
10 menit
10 menit
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi
guru:
Memberikan soal-soal (post
test) guna tes secara
individual.
Siswa mengerjakan soal yang
telah diberikan oleh guru.
20 menit
Kegiatan Penutup 10 menit
Dalam kegiatan penutup guru:
Melakukan refleksi terhadap
kegiatan yang sudah
dilaksanakan secara
konsisten dan terprogram.
Memberikan penjelasan
singkat mengenai jawaban
soal posttest
Siswa mengemukakan
pendapat dari pengalaman
belajarnya (refleksi).
Siswa memperhatikan
penjelasan dari guru
mengenai hikmah
pembelajaran.
5 menit
5 menit
E. Sumber Pembelajaran - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Buku Siswa Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan, Kelas VIII. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan
- UUD Negara Republik Indonesia 1945
F. Penilaian Hasil Belajar 1. Teknik Penilaian: Tes Tertulis 2. Bentuk instrument: Tes Pilihan Ganda
Mengetahui, Semarang, Februari 2015
Guru Mata Pelajaran Peneliti/Yang Mengajar
MBC.U.Sugianingsih, S.Pd Sutiyono
NIP. 1995507181986032002 NIM. 3301411014
Lampiran 19
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
KELAS EKSPERIMEN
Nama Sekolah : SMP Negeri 19 Semarang
Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas / Semester : VIII / 2
Standar Kompetensi : 5. Memahami kedaulatan rakyat dan sistem
pemerinatahan di Indonesia
Kompetensi Dasar : 5.2 Menjelaskan Hubungan Antarlembaga Negara sebagai
Pelaksana Kedaulatan Rakyat dalam Sistem Pemerintahan
Indonesia
Alokasi Waktu : 4 X 40 menit (2x pertemuan)
A. Indikator 1. Menjelaskan hubungan MPR dengan Presiden. 2. Menjelaskan hubungan MPR dengan DPR.
3. Menjelaskan hubungan Presiden dengan DPR.
4. Menjelaskan hubungan MK dengan DPR.
5. Menjelaskan hubungan DPD dengan DPR.
6. Menjelaskan hubungan BPK dengan DPD.
7. Menjelaskan hubungan KY dengan DPR.
8. Menjelaskan hubungan MA dengan Presiden.
B. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari KD ini diharapkan siswa dapat
1. Menjelaskan hubungan MPR dengan Presiden.
2. Menjelaskan hubungan MPR dengan DPR.
3. Menjelaskan hubungan Presiden dengan DPR.
4. Menjelaskan hubungan MK dengan DPR.
5. Menjelaskan hubungan DPD dengan DPR.
6. Menjelaskan hubungan BPK dengan DPD.
7. Menjelaskan hubungan KY dengan DPR.
8. Menjelaskan hubungan MA dengan Presiden.
C. Materi Ajar
Hubungan antarlembaga negara dalam melaksanakan kedaulatan rakyat
meliputi:
1. Menjelaskan hubungan MPR dengan Presiden.
2. Menjelaskan hubungan MPR dengan DPR.
3. Menjelaskan hubungan Presiden dengan DPR.
4. Menjelaskan hubungan MK dengan DPR.
5. Menjelaskan hubungan DPD dengan DPR.
6. Menjelaskan hubungan BPK dengan DPD.
7. Menjelaskan hubungan KY dengan DPR.
8. Menjelaskan hubungan MA dengan Presiden.
D. Model dan Metode Pembelajaran 1. Model Pembelajaran : Kooperatif 2. Metode pembelajaran : Jigsaw
E. Langkah-Langkah Kegiatan
Pertemuan 1
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Alokasi
Waktu
Pendahuluan 10 menit
1. Mempersiapkan siswa
Guru memberikan salam dan
memeriksa kehadiran siswa.
Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran dan
memberikan apersepsi.
Guru menjelaskan metode
jigsaw yang akan digunakan.
Siswa menjawab salam,
menyiapkan diri untuk belajar
dan memberitahu kehadiran.
Siswa menyimak penjelasan
guru.
Siswa menyimak penjelasan
mengenai metode jigsaw guru.
1 menit
4 menit
5 menit
Kegiatan Inti 60 menit
Mengorganisasikan siswa
dalam kelompok
Guru menyuruh siswa untuk
berhitung mulai dari 1
sampai 8, guna untuk
membagi siswa ke dalam
kelompok. Kelompok terdiri
dari 8 siswa ini disebut
kelompok asal (home group)
dengan nomor urut yang
berbeda (1-8).
Selanjutnya, guru
membagikan lembar kerja
siswa (LKS) dengan tugas
yang berbeda-beda.
Guru menyuruh siswa untuk
membentuk kelompok ahli
untuk mengerjakan tugas
yang telah diberikan guru.
Kelompok ahli ini terdiri dari
Siswa membentuk kelompok
asal dengan cara berhitung
mulai 1 sampai 8 dan
kelompok asal ini terdiri dari 8
siswa dengan nomor urut yang
berbeda (1-8)
Siswa menerima lembar kerja
(LKS) siswa dari guru.
Siswa berbagi tugas menjadi
anggota kelompok ahli (expert
group) dari kelompoknya
masing-masing. Kelompok
ahli ini terdiri dari siswa yang
5 menit
siswa yang berkelompok
sesuai dengan nomor yang
sama yaitu siswa dengan
nomor urut 1 berkelompok
dengan nomor 1, siswa
nomor 2 dengan siswa
nomor 2, nomor 3 dengan
nomor 3, sampai pada nomor
8 dengan nomor 8 pula.
Sehingga kelompok ahli
terdiri dari masing-masing 4
sampai 5 siswa.
Membimbing dalam diskusi
kelompok
Guru membimbing dan
memantau diskusi siswa
dalam kelompok ahli. Siswa
dengan nomor urut yang
sama berkelompok
mendiskusikan topik
masing-masing di lembar
kerja siswa. Kelompok 1
membahas tentang hubungan
MPR dengan Presiden,
kelompok 2 membahas
mengenai hubungan MPR
dengan DPR, kelompok 3
membahas mengenai
hubungan presiden dengna
DPR, kelompok 4 membahas
hubungan MK dengan DPR,
kelopok 5 membahas DPD
dengan DPR, kelompok 6
membahas hubungan BPK
dengan DPD, kelompok 7
membahas hubungan KY
dengan DPR, kelompok 8
membahas hubungan MA
dengan Presiden.
Guru meminta para anggota
kelompok ahli (expert
group) untuk kembali ke
kelompok asal (home group)
untuk berdiskusi
membangun pengetahuan
yang diperolehnya dari
anggota-anggota kelompok
berkelompok sesuai dengan
nomor yang sama yaitu siswa
dengan nomor urut 1
berkelompok dengan nomor 1,
siswa nomor 2 dengan siswa
nomor 2, nomor 3 dengan
nomor 3, sampai pada nomor 8
dengan nomor 8 pula.
Sehingga kelompok ahli terdiri
dari masing-masing 4 sampai
5 siswa.
Siswa berdiskusi dengan
kelompok ahli masing-
masing. Kelompok 1
membahas tentang hubungan
MPR dengan Presiden,
kelompok 2 membahas
mengenai hubungan MPR
dengan DPR, kelompok 3
membahas mengenai
hubungan presiden dengna
DPR, kelompok 4 membahas
hubungan MK dengan DPR,
kelopok 5 membahas DPD
dengan DPR, kelompok 6
membahas hubungan BPK
dengan DPD, kelompok 7
membahas hubungan KY
dengan DPR, kelompok 8
membahas hubungan MA
dengan Presiden.
Para anggota kelompok ahli
(expert group) berdiskusi
untuk membangun
pengetahuan yang
diperolehnya kepada anggota-
anggota kelompok asal (home
group). Prosedur diskusi
dalam kelompok asal yaitu
20 menit
20 menit
yang berbeda. Prosedur diskusi dalam kelompok asal
yaitu setiap individu
menjelaskan materi yang
telah didapatkan dari
kelompok ahli, anggota yang
lain menanggapi, kemudian
seterusnya.
Diskusi Kelas
Guru meminta perwakilan
siswa dari anggota kelompok
asal mempresentasikan
jawaban di depan kelas,
sedangkan kelompok lain
memberikan tanggapannya.
Guru mengkonfirmasi
mengenai materi
pembelajaran yang telah
diberikan.
setiap individu menjelaskan materi yang telah didapatkan
dari kelompok ahli, anggota
yang lain menanggapi,
kemudian seterusnya.
Perwakila siswa dari anggota
kelompok asal
mempresentasikan jawaban di
depan kelas, sedangkan
kelompok lain memberikan
tanggapannya.
Siswa memperhatikan
penjelasan dari guru dan
bertanya apabila ada yang
tidak dimengerti.
10 menit
5 menit
Kegiatan Penutup 10 menit
Evaluasi Kelompok
Guru meminta siswa
mengumpulkan tugas
laporan per-kelompok untuk
dikumpulkan.
Evaluasi Individual
Guru meminta siswa
mengemukakan pendapat
dari pengalaman belajarnya
(refleksi).
Guru memberikan
penjelasan mengenai hikmah
setelah mempelajari materi
tersebut dan sikap tanggung
jawab dari sebuah kerja
sama.
Guru meminta siswa
mempersiapkan kelompok
presentasi selanjutnya yaitu
kelompok 3, 4, 5, 6, 7, dan 8.
Siswa mengumpulkan laporan
hasil diskusi kelompoknya
kepada guru.
Siswa mengemukakan
pendapat dari pengalaman
belajarnya (refleksi).
Siswa memperhatikan
penjelasan dari guru mengenai
hikmah pembelajaran.
Siswa memperhatikan arahan
dari guru.
1 menit
5 menit
4 menit
Pertemuan 2
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Alokasi
Waktu
Pendahuluan 10 menit
1. Mempersiapkan siswa
Guru memberikan salam dan
mengabsen siswa.
Guru menanyakan materi
yang sebelumnya dan
meyampaikan tujuan
pembelajaran serta
memberikan apersepsi
Siswa menjawab salam,
menyiapkan diri untuk belajar
dan memberitahu kehadiran.
Siswa menyimak penjelasan
guru dan menjawab
pertanyaan mengenai materi
sebelumnya.
5 menit
5 menit
Kegiatan Inti 65 menit
2. Mengorganisasikan siswa
dalam kelompok
Guru memberikan lembar
kerja siswa (LKS) dan
mengarahkan untuk
berkelompok sesuai dengan
kelompok yang telah
dibentuk sebelumnya
(kelompok asal).
3. Membimbing dalam
diskusi kelompok
Guru meminta perwakilan
siswa dari anggota kelompok
asal (home group)
mempresentasikan jawaban
di depan kelas, sedangkan
kelompok lain memberikan
tanggapannya.
4. Evaluasi
Guru memberikan soal-soal
(post test) guna tes secara
individual.
Siswa menerima lembar kerja
siswa (LKS) dan
berkelompok sesuai dengan
kelompok yang telah dibentuk
(kelompok asal).
Perwakilan siswa dari anggota
kelompok asal
mempresentasikan jawaban di
depan kelas, sedangkan
kelompok lain memberikan
tanggapannya.
Siwa menjawab soal-soal
secara individual.
5 menit
40 menit
20 menit
Kegiatan Penutup 5 menit
Guru memberikan
penghargaan bagi kelompok
yang paling aktif dalam
pembelajaran baik bertanya
dan menjawab pertanyaan.
Siswa (home group) yang
paling aktif mendapat
penghargaan dari guru.
5 menit
G. Sumber Pembelajaran - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Buku Siswa Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan, Kelas VIII. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan
- Lembar Kerja Siswa (LKS)
- UUD Negara Republik Indonesia 1945
H. Penilaian Hasil Belajar
1. Teknik Penilaian: Tes Tertulis 2. Bentuk instrument: Tes Pilihan Ganda
Mengetahui, Semarang, Februari 2015
Guru Mata Pelajaran Peneliti/Yang Mengajar
MBC.U.Sugianingsih, S.Pd Sutiyono
NIP. 1995507181986032002 NIM. 3301411014
Lampiran 20
HUBUNGAN ANTARLEMBAGA NEGARA
Oleh: Bapak Sutiyono1
Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik2, menganut
sistem Pemerintahan Presidensiil dengan Pancasila sebagai ground norm atau nilai
dasar dalam berbangsa, dan bernegara. Sebelum amandemen Undang-undang
Dasar 1945, di Indonesia mengenal lembaga tertinggi yaitu MPR. Namun, setalah
mengalami perubahan UUD 1945, dinyatakan lembaga negara terdiri atas MPR,
DPR, DPD, Presiden, BPK, MA, dan KY tanpa mengenal istilah lembaga tertinggi
dalam hirarki kelembagaan negara. Demikian berarti baik legislatif, eksekutif, dan
yudikatif mempunyai kedudukan sama dalam sistem pemerintahan Indonesia.
Dalam rangka melaksanakan kedalaulatan rakyat terdapat ketergantungan antara
satu lembaga negara dengan lembaga negara yang lain. Berikut penjelasan
hubungan antarlembaga negara sebagai berikut.
1. Hubungan antara MPR dengan Presiden
Majelis permusyawaratan rakyat merupakan lembaga lesilatif yang terdiri
atas anggota DPR dan DPD, hal ini menunjukkan bahwa keanggotaannya dipilih
dalal pemilihan umum. Sesuai dengan UUD NRI 1945, hubungan antara MPR
dengan Presiden dapat dilihat dalam pasal 3 ayat 2 yaitu MPR melantik presiden
dan/atau wakil preside. Kemudian ayat 3 pasal 3 yaitu MPR dapat
memberhentikan Presiden dan/atau wakil presiden dalam masa jabatannya
menurut UUD. Selain itu, MPR juga dapat menyelenggarakan rapat paripurna
untuk memutuskan pemberhentikan Presiden dan/atau wakil presiden.
2. Hubungan antara MPR dengan DPR
Dalam hubungan dengan DPR, khusus mengenai penyelenggaraan sidang
MPR berkaitan dengan kewenangan untuk memberhentikan Presiden dan/atau
Wakil Presiden Presiden, proses tersebut hanya bisa dilakukan apabila didahului
1 Mahasiswa Universitas Negeri Semarang, peneliti di SMP Negeri 19 Semarang 2 Pasal 1 ayat 1 UUD NRI 1945
oleh pendapat DPR yang mengajukan kepada DPR. Selain itu DPR merupakan
bagian dari anggota MPR.
Untuk pemahaman lebih lanjut, kalian dapat melihat dalam UUD NRI 1945.
3. Hubungan antara Presiden dan DPR
Dalam rangka melaksanakan kedaulatan rakyat Presiden dan DPR saling
berhubungan dan saling mempengaruhi, hal ini dapat dilihat sebagai berikut.
a. Dalam pernyataan perang dan damai.
b. Mengangkat duta dan konsul.
c. Memberikan amnesti dan abolisi.
d. Membuat perjanjian internasional.
e. Pengajuan Rancangan undang-undang.
Untuk pemahaman lebih lanjut, kalian dapat melihat dalam UUD NRI 1945.
4. Hubungan antara MK dan DPR
Hubungan antara Mahkamah Konstitusi dengan Dewan Perwakilan Rakyat
dapat terlihat pada saat pemberhentian Presiden dan/ atau wakil Presiden. Selain
itu dalam proses pengangkatan Hakim Konstitusi terlihat terdapat campur tangan
oleh Dewan Perwakilan Rakyat.
Pada pasal 24C ayat (1) UUD NRI 1945 dapat dipahami bahwa salah satu
wewenang Mahkamah Konstitusi adalah untuk memutus sengketa kewenangan
lembaga negara yang kewenangannya diberikan UUD. Maka apabila terdapat
sengketa antarlembaga negara proses uji material diajukan kepada MK.
Selain hal di atas, kalian dapat memahami hubungan tersebut, dengan melihat
UUD NRI 1945 dan mencari sebuah kasus dari berbagai media informasi.
5. Hubungan antara DPD dan DPR
Dewan Perwakilan Daerah merupakan lembaga baru yang berdiri akibat
diberlakukannya otonomi daerah pada tahun 2004. DPD merupakan lembaga
legislatif sama dengan DPR, yang lebih memprioritaskan daerah perwakilan
masing-masing. Setiap daerah provinsi di Indonesia terdapat lembaga
perwakilan daerah yang terdiri dari empat perwakilan (DPD), sehingga bisa
dikatakan anggota DPD tidak melebihi 1/3 dari jumlah DPR dalam
kenggotaannya di MPR.
Mengenai hubungan antara DPD dan DPR dapat dilihat sebagai berikut.
a. DPD ikut serta membahas mengenai RUU yang terkait dengan otonomi
daerah atau kepentingan daerah.
b. Pemberian keterangan pertanggungjawaban atas pengawasan terhadap
pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah kepada Dewan
Perwakilan Rakyat.
c. Mengajukan RUU yang berkaitan dengan otonomi daerah atau APBD
kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
Selain hal di atas, kalian dapat memahami hubungan tersebut, dengan
melihat UUD NRI 1945 dan mencari sebuah kasus dari berbagai media
informasi.
6. Hubungan antara BPK dengan DPR
Berdasarkan ketentuan UUD NRI 1945, DPD menerima hasil pemeriksaan
BPR dan memberikan pertimbangan untuk pemilihan anggota BPK kepada
DPR. Ketentuan ini memberikan kewenangan kepada DPD untuk menjadikan
hasil laporan keuangan BPK sebagai bahan dalam rangka melaksanakan tugas
dan kewenangan pemilihan anggota BPK. Selain itu laporan BPK menjadi
pertimbangan untuk mengusulkan RUU berkaitan dengan APBN.
Sesuai dengan pasal 23 UUD NRI 1945 hasil pemeriksaan BPK dapat
diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD sesuai dengan kewenangannya.
Selain hal di atas, kalian dapat memahami hubungan tersebut, dengan
melihat UUD NRI 1945 dan mencari sebuah kasus dari berbagai media
informasi.
7. Hubungan antara KY dengan DPR
Komisi Yudisial merupakan lembaga negara baru sebagai hasil perubahan
ketiga UUD NRI Tahun 1945, yang bersifat mandiri dan dalam pelaksanaan
wewenangnya bebas dari campur tangan lembaga lain.Anggota KY berjumlah
7(tujuh) orang, yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dan DPR. Masa
jabatan Komisi Yudisial yaitu selama 5 tahun.
Selain hal di atas, kalian dapat memahami hubungan tersebut, dengan
melihat UUD NRI 1945 dan mencari sebuah kasus dari berbagai media
informasi.
8. Hubungan antara MA dengan Presiden
Hubungan antara MA dengan Presiden dapat dilihat dalam hal pemberian
grasi dan rehabilitasi dan pengajuan hakim konstitusi. Selain hal di atas, kalian
dapat memahami hubungan tersebut, dengan melihat UUD NRI 1945 dan
mencari sebuah kasus dari berbagai media informasi.
-Selamat Berdiskusi dan Bekerja Kelompok-
Lampiran 21
SMP Negeri 19 Semarang
Tahun Pelajaran 2014/2015
Lembar Kerja Siswa (LKS)
Hubungan Antarlembaga Negara
Negara Republik Indonesia
(Waktu 20 menit)
Nama Kelompok : …………………………………………………………………………..
Nama Siswa : 1.
2.
3.
4.
Kelas : …………………………………………………………………………..
A. Standar Kompetensi
5. Memahami Hubungan Antarlembaga Negara sebagai Pelaksana Kedaulatan Rakyat
dalam Sistem Pemerintahan Indonesia
B. Kompetensi Dasar
5.2 Menjelaskan Hubungan Antarlembaga Negara sebagai Pelaksana Kedaulatan Rakyat
dalam Sistem Pemerintahan Indonesia
C. Indikator
1. Menjelaskan hubungan MPR dengan Presiden.
2. Menjelaskan hubungan MPR dengan DPR.
3. Menjelaskan hubungan Presiden dengan DPR.
4. Menjelaskan hubungan MK dengan DPR.
5. Menjelaskan hubungan DPD dengan DPR.
6. Menjelaskan hubungan BPK dengan DPD.
7. Menjelaskan hubungan KY dengan DPR.
8. Menjelaskan hubungan MA dengan Presiden.
D. Langkah Pembelajaran
Carilah jawaban atas tugas yang diberikan oleh guru dengan kelompok ahli mengenai
hubungan antarlembaga negara dalam Buku Pendidikan Kewarganegaraan kelas VIII dan
UUD NRI 1945. Tulis jawabanmu pada lembar kerja siswa yang telah disediakan!
HUBUNGAN ANTARLEMBAGA NEGARA SEBAGAI PELAKSANA
KEDAULATAN RAKYAT DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA
Kelompok 1: Hubungan antara MPR dengan Presiden
Tuliskan hasil diskusi kalian tentang hubungan antarlembaga negara dan dasar hukumnya!
MPR Presiden
1. ………….....……………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
2.
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
HUBUNGAN ANTARLEMBAGA NEGARA SEBAGAI PELAKSANA
KEDAULATAN RAKYAT DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA
Kelompok 2: Hubungan antara MPR dengan DPR
Tuliskan hasil diskusi kalian tentang hubungan antarlembaga negara dan dasar hukumnya!
MPR DPR
1. ………….....……………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
2.
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
HUBUNGAN ANTARLEMBAGA NEGARA SEBAGAI PELAKSANA
KEDAULATAN RAKYAT DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA
Kelompok 3: Hubungan antara Presiden dengan DPR
Tuliskan hasil diskusi kalian tentang hubungan antarlembaga negara dan dasar hukumnya!
Presiden DPR
1. ………….....……………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
2.
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
HUBUNGAN ANTARLEMBAGA NEGARA SEBAGAI PELAKSANA
KEDAULATAN RAKYAT DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA
Kelompok 4: Hubungan antara MK dengan DPR
Tuliskan hasil diskusi kalian tentang hubungan antarlembaga negara dan dasar hukumnya!
MK DPR
1. ………….....……………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
2.
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
HUBUNGAN ANTARLEMBAGA NEGARA SEBAGAI PELAKSANA
KEDAULATAN RAKYAT DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA
Kelompok 5: Hubungan antara DPD dengan DPR
Tuliskan hasil diskusi kalian tentang hubungan antarlembaga negara dan dasar hukumnya!
DPD DPR
1. ………….....……………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
2.
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
HUBUNGAN ANTARLEMBAGA NEGARA SEBAGAI PELAKSANA
KEDAULATAN RAKYAT DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA
Kelompok 6: Hubungan antara BPK dengan DPR
Tuliskan hasil diskusi kalian tentang hubungan antarlembaga negara dan dasar hukumnya!
BPK DPD
1. ………….....……………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
2.
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
HUBUNGAN ANTARLEMBAGA NEGARA SEBAGAI PELAKSANA
KEDAULATAN RAKYAT DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA
Kelompok 7: Hubungan antara MK dengan DPR
Tuliskan hasil diskusi kalian tentang hubungan antarlembaga negara dan dasar hukumnya!
MK DPR
1. ………….....……………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
2.
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
HUBUNGAN ANTARLEMBAGA NEGARA SEBAGAI PELAKSANA
KEDAULATAN RAKYAT DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA
Kelompok 8: Hubungan antara MA dengan DPR
Tuliskan hasil diskusi kalian tentang hubungan antarlembaga negara dan dasar hukumnya!
MA Presiden
1. ………….....……………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
2.
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
…………….....…………………………………………………………………………………
Lampiran 22
Jadwal Pelaksanaan Penelitian di SMP Negeri 19 Semarang Tahun 2015
Jadwal pelaksanaan Penelitian
No Tanggal Kegiatan Penelitian
1. 11 Februari 2015 Uji coba soal penelitian/instrumen yang diberikan
kepada siswa kelas VIII H.
2. 12 – 14 Februari
2015
Olah data hasil uji coba soal penelitian untuk
dijadikan soal pretest dan postest
3. 18 Februari 2015 Pelaksanaan pretest dan pembelajaran pada materi
hubungan antarlembaga negara di kelas VIII G
dengan pembelajaran ceramah bervariasi
4. 20 Februari 2015 Pelaksanaan pretest dan pembelajaran pada materi
permasalahan hubungan antarlembaga negara di
kelas VIII F dengan pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw.
5. 25 Februari 2015 Pelaksanaan pembelajaran kedua pada materi
permasalahan hubungan antarlembaga negara di
kelas VIII G dengan pembelajaran ceramah
bervariasi dan diakhiri postest.
6. 27 Februari 2015 Pelaksanaan pembelajaran kedua pada materi
permasalahan hubungan antarlembaga negara di
kelas VIII F dengan pembelajaran model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan diakhiri
postest.
7. 28 Februari – 5
Maret 2015
Olah data akhir dan melengkapi administrasi
penelitian akhir.
(Sumber: Data Primer 2015)
Lampiran 23
SURAT KETERANGAN TELAH MELAKSANAKAN PENELITIAN
Lampiran 24
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS PESERTA DIDIK
Kelas yang di observasi: VIII F Tahun Pelajaran: 2014/2015
Sekolah: SMP Negeri 19 Semarang Mata Pelajaran: PKn
Jumlah peserta didik: 33 Pertemuan: 1
Berilah penilaian Anda dengan memberi cek () pada kolom yang sesuai.
No.
Aspek yang diamati Skor
1 2 3 4
1. Keaktifan peserta didik dalam diskusi kelompok
2. Partisipasi peserta didik dalam menjawab pertanyaan dan mengungkapkan ide
3. Tanggungjawab peserta didik dalam kelompok
4. Partisipasi peserta didik dalam pemecahan masalah
kelompok
5. Tanggungjawab peserta didik dalam mengerjakan tugas atau lembar kerja siswa (LKS)
6. Keaktifan peserta didik dalam mencari tahu tentang hal- hal yang belum dimengerti
7. Keaktifan peserta didik dalam presentasi, bertanya, memberi tanggapan dan sanggahan
8. Sikap untuk menerima pendapat dan sanggahan dari orang lain
Keterangan:
Skor yang diberikan:
1 = kurang aktif, jika banyak peserta didik yang melakukan aktivitas 25%
2 = cukup aktif, jika banyak peserta didik yang melakukan aktivitas 26% - 50%
3 = aktif, jika banyak peserta didik yang melakukan aktivitas 51% - 75%
4 = sangat aktif, jika banyak peserta didik yang melakukan aktivitas 75%
Penilaian keaktifan kelas:
Presentase keaktifan peserta didik dalam pembelajaran = 27
× 100% = 84,37% 32
Kriteria penilaian:
Presentase keaktifan = x
25% x < 43,75% : aktivitas peserta didik tidak baik
43,75% x < 62,5 % : aktivitas peserta didik cukup baik
62,5% x < 81,25% : aktivitas peserta didik baik
x 81,25% : aktivitas peserta didik sangat baik
Kesimpulan:
Jadi, persentase keaktifan peserta didik dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
adalah 84,37% dan memiliki sangat baik.
Observer 1
Oksa Slamet Riswanto
NIM. 6301411084
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS PESERTA DIDIK
Kelas yang di observasi: VIII F Tahun Pelajaran: 2014/2015
Sekolah: SMP Negeri 19 Semarang Mata Pelajaran: PKn
Jumlah peserta didik: 33 Pertemuan: 2
Berilah penilaian Anda dengan memberi cek () pada kolom yang sesuai.
No.
Aspek yang diamati Skor
1 2 3 4
1. Keaktifan peserta didik dalam diskusi kelompok
2. Partisipasi peserta didik dalam menjawab pertanyaan dan mengungkapkan ide
3. Tanggungjawab peserta didik dalam kelompok
4. Partisipasi peserta didik dalam pemecahan masalah
kelompok
5. Tanggungjawab peserta didik dalam mengerjakan tugas atau lembar kerja siswa (LKS)
6. Keaktifan peserta didik dalam mencari tahu tentang hal-
hal yang belum dimengerti
7. Keaktifan peserta didik dalam presentasi, bertanya, memberi tanggapan dan sanggahan
8. Sikap untuk menerima pendapat dan sanggahan dari
orang lain
Keterangan:
Skor yang diberikan:
1 = kurang aktif, jika banyak peserta didik yang melakukan aktivitas 25%
2 = cukup aktif, jika banyak peserta didik yang melakukan aktivitas 26% - 50%
3 = aktif, jika banyak peserta didik yang melakukan aktivitas 51% - 75%
4 = sangat aktif, jika banyak peserta didik yang melakukan aktivitas 75%
Penilaian keaktifan kelas:
Presentase keaktifan peserta didik dalam pembelajaran = 27
× 100% = 84,37% 32
Kriteria penilaian:
Presentase keaktifan = x
25% x < 43,75% : aktivitas peserta didik tidak baik
43,75% x < 62,5 % : aktivitas peserta didik cukup baik
62,5% x < 81,25% : aktivitas peserta didik baik
x 81,25% : aktivitas peserta didik sangat baik
Kesimpulan:
Jadi, persentase keaktifan peserta didik dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
adalah 84,37% dan memiliki sangat baik.
Observer 2
M. Jefri P
NIM. 2101411094
Lampiran 25
HASIL BELAJAR KELAS EKSPERIMEN
No. Nama Siswa Pretest Posttest Selisih
1 ADIB NAFISUDIN 35 100 65
2 ALIF PRASETYA JATI 60 100 40
3 ALVIN ADITIA 60 95 35
4 AMEILYA SETIANINGRUM 65 95 30
5 ANANG ZHAHFRAN BUDI R 60 75 15
6 AVIA JOLANDA ROSA ADI 45 65 20
7 DIAN PERMATA SARI 50 55 5
8 FAHNIDA KIFTIYA 40 100 60
9 FARRA ANASYA PUJA RISMAWANA 30 70 40
10 GIGIH RESTU HANANTO 70 85 15
11 HILMI DARY ALWAN 30 90 60
12 INDAH AYU WULANDARI 70 80 10
13 KURNIA ADI NUGROHO 65 95 30
14 MARINI NUR HAYATI 40 55 15
15 MOHAMAD FAJAR BUDIMAN 70 90 20
16 MUHAMMAD ADI PRAKOSO 45 50 5
17 MUHAMMAD RAAFI FEBRIAN TARA 70 90 20
18 NINDYA HANDARU VIADUTA K. 50 100 50
19 NISRINA QURRATU AINI 60 75 15
20 NOVENDOSARI PUTRA SOEDJENDRO 60 100 40
21 RAHMATULLAH YASIN MUBAROK 60 70 10
22 RAUL ARYA SYAHPUTRA 65 70 5
23 REVINA PUTRI DWI ANGGRAENI 60 90 30
24 RIZKA AYUNING LESTARI 70 90 20
25 SARAS FITRIA 60 80 20
26 SEVA ARYA PRATAMA 60 85 25
27 TITANIA ARESTANTO 70 95 25
28 WIDIHANDOKO DWI WIDODO 45 50 5
29 WILDAN PUTRA ADITYA 70 85 15
30 YUAN VIRNA 70 80 10
31 ZAHRAH NADA SALSABILA 70 90 20
32 ZIGRO TAQWAGIE 50 70 20
33 ZULFA NADIA LUTHFIA RAHMI 60 80 20
Rata-rata 57.12 81.82
Max 70 100
Min 30 50
Lampiran 26
HASIL BELAJAR KELAS KONTROL
No. Nama Siswa Nilai Nilai 2 Selisih
1 AJI ROHMAN SUBEKTI 40 45 5
2 AKBAR SADJARI SYAHDJUDAN 60 60 0
3 ALIVIA DEFA ANANDA 70 70 0
4 APRILIAN SATYA PRATAMA 65 95 30
5 ARIF SURYO WIBOWO 60 75 15
6 AULIA' VALENTINA ABSHARINA 45 65 20
7 BENING GITA PRAMESTI 50 65 15
8 CHOIRUNNISA ADLEA A. 40 50 10
9 DAFFA ARYA DEWANGGA 60 50 -10
10 DEA AYU KARTIKA PUTRI 70 75 5
11 DESI PUDWI HANDAYANI 40 40 0
12 DWI NOVIA SARI 70 90 20
13 ESA DANY RIZALDI 65 85 20
14 FANY PRADITA WULAN 40 85 45
15 FARIZ SYAHROYO TEGAR AURI 70 55 -15
16 GITUNG PONCO KUSUMO 45 60 15
17 HILMY AFRIAN 70 55 -15
18 KAMAL RIJAL SADEWO 50 50 0
19 LAKSMI KINANTHI 40 50 10
20 MEGA AYU PUSPITASARI 65 70 5
21 MUTIA KARINA PERTIWI 60 85 25
22 NUR ALIYUDIN ACHMAD 30 35 5
23 OCTA DEVARA 75 55 -20
24 PUTRA ERLANGGA FEBRIYANTO 40 40 0
25 RAVELINO ARYA SALVADO 60 85 25
26 REZA DWI KURNIAWAN 70 80 10
27 RISMA RISKIYANI 70 70 0
28 RIZKI SEKARINGTYAS 45 100 55
29 ROVINO AJI PRATAMA 60 60 0
30 SABRINA NUR YUSRINA 75 95 20
31 SARTIKA ANNISA DEWI 70 90 20
32 VANESSA BERLIANA DYSTA A. 60 70 10
33 VICKI MAHARANI 65 90 25
Rata-rata 57.42 68.03
Max 75 100
Min 30 35
Lampiran 27
DOKUMENTASI PENELITIAN
Gambar 1. Pembagian Soal Uji Coba Gambar 2. Siswa Mengerjakan Soal
Gambar 3. Pelaksanaan Pretest 8G Gambar 4. Pelaksanaan Pretest 8F
Gambar 5. Diskusi Kelompok Ahli Gambar 6. Diskusi Kelompok Asal
Gambar 7. Presentasi Perwakilan Kel.Ahli Gambar 8. Keaktifan Siswa
SURAT IZIN PENELITIAN
top related