kajian sterilisasi media tumbuh jamur tiram putih
Post on 16-Oct-2021
5 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem
Vol. 3 No. 3, Oktober 2015, 303-314
303
Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih Menggunakan Steamer Baglog – Sujoko, dkk
– Satu Dkk
Kajian Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram
Putih(Pleurotus Ostreatus (L) Fries) Menggunakan
Steamer Baglog
Ahmad Sujoko1*, Musthofa Lutfi1, Dwi Purnomo2
1Jurusan Keteknikan Pertanian – Fakultas Teknologi Pertanian – Universitas Brawijaya
Jalan Veteran, Malang 65145 2Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian – Bedali Lawang -Malang
*Penulis Korespondensi, Email: ahmadsujoko90@gmail.com
ABSTRAK
Jamur tiram (Pleurotus ostreatus (L) Fries) merupakan sumber makanan alternatif setara dengan daging
dan bergizi tinggi. Komposisi dan kandungan nutrisi jamur tiram per 100 gram adalah: Protein 10,5% -
30,4%, karbohidrat 56,60%, lemak 1,7% - 2,2%, dan serat 7,5% - 8,7%. Selain memiliki kandungan gizi
yang tinggi jamur tiram cukup mudah untuk dibudidayakan. Dalam proses budidaya media tumbuh
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhannya. Media tumbuh jamur harus memiliki
kandungan nutrisi yang cukup dan bebas dari pengaruh mikroorganisme penggangu.Maka, harus ada
sterilisasi agar media benar-benar dapat mencukupi kebutuhan nutrisi jamur.Penelitian ini menggunakan
metode deskriptif kuantitatif dengan membandingkan kebutuhan gas, efisiensi energi dan hasil sterilisasi
menggunakan steamer baglog dengan drum. Dari hasil penelitian diperoleh laju kebutuhan energi 45.816,8
kcal/hari, massa gas yang terpakai selama 8 jam 2,5 kg, efisiensi panas kompos 51,91% dan persentase
pertumbuhan baglog yang di sterilisasi sebesar 100%.
Kata kunci: jamur tiram, media tumbuh jamur, sterilisasi, steamer baglog
Study Sterilization White Oyster Mushroom Growing Media
(Pleurotus ostreatus (L) Fries) Using Steamer Baglog
ABSTRACT
Oyster mushroom (Pleurotus ostreatus (L) Fries) is an alternative food source on par with meat and high
in nutrients. Composition and nutritional content per 100 grams oyster mushrooms are: Protein 10.5% -
30.4%, 56.60% carbohydrate, fat 1.7% - 2.2%, and 7.5% fiber - 8.7%, In addition to having high nutrient
content of oyster mushrooms is quite easy to be cultivated. In the process of growing medium cultivation is
one of the factors that affect growth. Mushroom growing medium should have sufficient nutrition and free
from the influence of microorganisms intruder. Thus, there should be a medium sterilization that can truly
meet the nutritional needs of the fungus. This research uses descriptive quantitative method by comparing
the needs of gas, energy efficiency and the results of sterilization using a steamer baglog the drum. From
the results obtained by the rate of energy needs 45816.8 kcal / day, the mass of the gas used for 8 hours 2,5
kg, thermal efficiency compost 51.91% and the percentage growth in the sterilization baglog of 100%.
Keywords: oyster mushroom, mushroomgrowingmedia, sterilization, steamerbaglog
PENDAHULUAN
Jamur tiram putih (Pleurotus Ostreatus (L) Fries) merupakan salah satu makanan alternatif
pengganti daging bergizi tinggi. Komposisi dan kandungan nutrisi jamur Tiram per 100 gram
adalah: Protein 10,5% - 30,4%, karbohidrat 56,60%, lemak 1,7% - 2,2%, dan serat 7,5% - 8,7%
(Istuti dan Siti, 2006). Jamur tiram juga mengandung vitamin penting, terutama vitamin B, C, dan
D. Vitamin B1 (tiamin), B2 (riboflavin), niasin, dan provitamin D2 (ergosterol), dalam jamur
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem
Vol. 3 No. 3, Oktober 2015, 303-314
304
Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih Menggunakan Steamer Baglog – Sujoko, dkk
– Satu Dkk
tiram cukup tinggi. Mineral utama tertinggi adalah Zn, Fe, Mn, Mo, Co, Pb. Konsentrasi K, P,
Na, Ca, dan Me mencapai 56% - 70% dari total abu dengan kadar K mencapai 45%. Mineral
mikroelemen yang bersifat logam dalam jamur tiram kandungannya rendah, sehingga jamur ini
aman dikonsumsi setiap hari (Widyastuti, 2002).
Jamur tiram termasuk golongan jamur kayu yang hidup sebagai sporafit dan tumbuh secara
luas pada limbah hasil hutan dan pertanian, seperti hampir semua kayu keras, produk samping
kayu (gergajian, kertas), tongkol jangung, ampas batang tebu, limbah kopi, pelepah pisang,
limbah biji kapas, dan semua jerami serealia (Achmad, 2009). Sehingga cukup mudah untuk di
budidayakan.Meskipun mudah untuk beradaptasi dan di budidayakan, jamur tiram memiliki
beberapa syarat yang harus dipenuhi. Sebagai salah satu faktor yang harus di perhatikan adalah
media tumbuh jamur (baglog). Jamur Tirammemerlukan kondisi lingkungan yang sesuai agar
dapat tumbuh optimal. Kondisi tersebut antara lain: suhu yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
miselium 20ºC-30ºCdengan kelembaban 80%-85%., cahaya, derajat keasaman, serta konsentrasi
karbondioksida (CO2) dan oksigen (O2) (Imtiaj et al, 2008) Nutrisi yang dibutuhkan harus
terpenuhi dan sebelum proses pemasukan bibit bakteri pengganggu yang dapat meng hambat
pertumbuhan jamur harus di sterilisasi.
Sterilisasi merupakan proses untuk membunuh mikroorganisme pengganggu yang dapat
menghambat pertumbuhan jamur. Perebusan bukanlah proses sterilisasi. Sterilisasi biasanya
menggunakan autoclaf untuk yang menggunakan panas yang bertekanan tinggi.Cara yang sering
digunakan saat ini adalah sterilisasi basah, biasanya digunakan untuk produk-produk yang tidak
tahan panas (Desna, 2010). Pada umumnya sterilisasi baglog menggunakan drum dan
membutuhkan bahan bakar yang besar. Sehingga membutuhkan alat untuk menggantikan fungsi
drum sebagai alat sterilisasi. Steamer Baglog merupakan alat sterilisasi sebagai pengganti drum.
Sehingga harus di uji untuk mengetahui kelayakannya sebagai alat produksi.Tujuan penelitian ini
yaitu untuk mengetahui kebutuhan gas untuk setiap produksi, efisiensi panas kompor dan hasil
sterilisasi menggunakan Steamer Baglog.
METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: Bibit Jamur Tiram Putih dari Sekolah
Tinggi Penyuluhan Pertanian, serbuk gergaji, dedak padi, kapur, jagung, air dan gas LPG. Adapun
alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu: Steamer Baglog, plastik poliprophile, skop,
thermometer, gunting kompor dan karet.
Metode
Metode penelitian yang digunakan adalah deskripstif kuantitatif, yaitu dengan
membandingkan hasil sterilisasi menggunakan Steamer Baglog dengan menggunakan Drum.
Langkah-langkah pengambilan data sebagai berikut:
Pengukuran dimensi dan uji performance alat
Pengukuran dimensi dan uji performance merupakan langkah awal untuk mengetahui
diameter, tinggi dan volume alat.Setelah dilakukan pengukuran uji performance dilakukan untuk
mengetahui kebutuhan gas, peningkatan suhu dan kebocoran alat.
Pembuatan Media
Pembuatan media memiliki beberapa tahapan yaitu sebagai berikut:
a. Pencampuran dan Pengomposan.
Pencampuran dilakukan dengan mencampur beberapa bahan yaitu, serbuk gergaji, dedak
padi, kapur dan jagung. Setelah itu dicampur hingga homogeny dan diberi air hingga kadar
RH sekitar 60%-70%. Setelah dicampur langkah selanjutnya di kompos atau pemeraman.
Pemeraman dilakukan selama 1 malam. Tanda-tanda dari proses pengomposan berhasil
adalah suhu campuran media meningkat dan siap untuk di kemas.
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem
Vol. 3 No. 3, Oktober 2015, 303-314
305
Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih Menggunakan Steamer Baglog – Sujoko, dkk
– Satu Dkk
b. Pengemasan
Pengemasa merupakan langkah lanjutan setelah di kompos atau pemeraman selama 1
malam. Pengemasan dilakukan dengan kepadatan tertentu dan pemberian ring pada ujung
plastik, serta media yang sudah berbentuk botol diberi lubang pada tengahnya.
Sterilisasi Sterilisasi merupakan proses untuk menghilangkan atau membunuh mikroorganisme
pengganggu seperti virus, dan kapang. Sterilisasi dilakukan dengan menggunakan Steamer
Baglog selama 8 jam. Pada saat sterilisasi dilakukan beberapa pengukuran antara lain:
a. Mengukur volume air
b. Peningkatan suhu selama 8 jam
c. Kebutuhan gas selama 8 jam
Perhitungan Efisiensi Panas Kompor Dari sebuah proses pembakaran bahan bakar atau komponen limbah utama yaitu karbon
dan hidrogen dapat menghasilkan pelepasan kalor, perhitungan efisiensi energi bertujuan untuk
menghitung kebutuhan energi untuk proses sterilisasi selama 8 jam. Dalam penelitian ini hanya
menghitung efisiensi kompor dimana perlu adanya pengukuran kebutuhan energi untuk memasak
dengan menggunakan persamaan sebagai berikut (Desna,2010) :
𝑄𝑛 =𝑀𝑎 .𝑐.∆𝑇
𝑡1+
𝑀𝑢.𝐾𝑈
𝑡2 ..................................................................................................... (1)
Keterangan:
Qn = Laju energi yang dibutuhkan (kcal/jam)
Ma = Massa air awal (Kg)
Mu = Massa air yang menguap (Kg)
C = kalor jenis air (kcal/KgºC)
∆T = perubahan suhu (ºC)
t1,t2 = waktu pemasakan (jam)
KU = kalor uap (kcal/Kg)
Pemasukan energi yang mengacu pada jumlah energi yang dibutuhkan, adalah
bahan bakar, energi yang di masukkan ke dalam kompor. Hal ini dapat dihitung dengan
persamaan berikut (Belonio 1985, Irzaman 2008, Rifki 2008):
𝐹𝐶𝑅 = 𝑄𝑛
𝐻𝑉𝐹.𝜉𝑔 ................................................................................................................. (2)
Keterangan:
FCR = (Fuel Consumtion Rate) Laju bahan bakar yang digunakan (Kg/jam)
Qn = laju energi yang dibutuhkan (kcal/jam)
HVF = (Heat Value Fuel) energi yang terkandung dalam bahan bakar (kcal/Kg)
ξg = efisiensi kompor (%)
Dari rumus perhitungan FCR diatas, efisiensi kompor dihitung dengan
mrnggunakan persamaan berikut:
𝜉𝑔 = 𝑄𝑛
𝐹𝐶𝑅 𝑥 𝐻𝑉𝐹 𝑥100% .................................................................................................. (3)
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem
Vol. 3 No. 3, Oktober 2015, 303-314
306
Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih Menggunakan Steamer Baglog – Sujoko, dkk
– Satu Dkk
Penyutsutan Alat Perhitungan nilai penyusutan alat merupakan pertimbangan penting untuk investasi
terhadap alat.Maka perlu adanya perhitungan penyusutan setiap tahunnya. Perhitungan
penyusutan ada beberapa metode, pada percobaan ini menggunakan perhitungan penyusutan
dengan metode garis lurus dengan rumus sebagai berikut (Putro,2010):
𝐷𝑒𝑝𝑟𝑒𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 =𝐶𝑜𝑠𝑡−𝑅𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢𝑎𝑙 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒
𝑢𝑠𝑒𝑓𝑢𝑙𝑙 𝑙𝑖𝑓𝑒,𝑡ℎ............................................................................................................(4)
Keterangan:
DP : biaya penyusutan (Rp/thn)
Cost : harga awal mesin (RP)
Residual Value : harga akhir mesin (Rp)
Usefull life,th : Perkiraan Umur Ekonomis (tahun)
Dari perhitungan penyusutan alat untuk menghitung keuntungan, break event point,
dan tingkat pengembalian modal dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
𝐁𝐢𝐚𝐲𝐚 𝐓𝐞𝐭𝐚𝐩 𝐏𝐞𝐫𝐡𝐚𝐫𝐢 =Depreasi Per Tahun
365 hari ...............................................................(5)
𝐁𝐢𝐚𝐲𝐚 𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐏𝐞𝐫𝐡𝐚𝐫𝐢 = Biaya Tetap + Biaya Variabel .........................................(6)
𝐏𝐞𝐧𝐞𝐫𝐢𝐦𝐚𝐚𝐧 = Harga Jual x Jumlah Produksi ........................................................(7)
𝐊𝐞𝐮𝐧𝐭𝐮𝐧𝐠𝐚𝐧 = Penerimaan − Biaya Total .............................................................(8)
BEP = 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝 𝑝𝑒𝑟ℎ𝑎𝑟𝑖
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝐽𝑢𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑟𝑏𝑎𝑔𝑙𝑜𝑔−𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑝𝑒𝑟𝑏𝑎𝑔𝑙𝑜𝑔 ....................................................(9)
𝐏𝐞𝐧𝐠𝐞𝐦𝐛𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧 𝐌𝐨𝐝𝐚𝐥 𝐏𝐞𝐫𝐭𝐚𝐡𝐮𝐧(%) =Keuntungan Bersih Pertahun
Modal Awal x 100...................................................................................(10)
Pengamatan hasil sterilisasi Pengamatan hasil sterilisasi ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan steamer baglog
untuk digunakan sebagai alat produksi.Parameter yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan
sterilisasi adalah banyaknya media yang tumbuh dengan baik.Kemudian hasil pengukuran yang
diperoleh dari sterilisasi menggunakan steamer baglog, dibandingkan dengan hasil yang
diperoleh dari sterilisasi menggunakan drum.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian alat Steamer Baglog dilakukan di bengkel dan rumah kubung jamur Sekolah
Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Malang.Pengujian alat meliputi pengukuran dimensi alat,
pengukuran waktu untuk membuat uap dengan suhu 90ºC. Selanjutnya dilakukan pembuatan
media, dan di sterilisasi menggunakan Steamer Baglog selama 8 jam.
Pengukuran Dimensi dan Uji Performansi Steamer Baglog
Steamer Baglog yang digunakan dalam penelitian ini memiliki 2 bagian yaitu boiler untuk
membuat uap dan steamer untuk menempatkan baglog.Namun, pada percobaan ini hanya
menggunakan alat boiler, karena dimensi boiler menyerupai drum. Ukuran diameter boiler
yaitu77 cm, dan tinggi 122 cm. Boiler yang digunakan disebut steamer baglog, karena untuk
pembuatan uap dan pengaliran uap menjadi satu. Steamer Baglog belum pernah digunakan
sebelumnya, sehingga memerlukan pengujian performance.Uji performance dilakukan untuk
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem
Vol. 3 No. 3, Oktober 2015, 303-314
307
Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih Menggunakan Steamer Baglog – Sujoko, dkk
– Satu Dkk
mengetahui kesiapan sebelum digunakan untuk pengujian selama 8 jam. Hasil uji performance
selama 2 jam dapat dilihat pada Tabel 1 berikut :
Tabel 1. Performance Awal Steamer Baglog
Waktu (Menit) Suhu (ºC)
0 30
30 50
60 65
90 90
120 110
Berdasarkan Tabel 1 diatas, terjadi peningkatan suhu yang cepat dan waktu untuk mencapai
suhu sterilisasi relatif singkat. Hal ini terjadi karena uap panas yang dihasilkan tidak terpakai
untuk meningkatkan suhu media.Sehingga panas yang dihasilkan bertambah dan memenuhi
steamer baglog. Selama 2 jam pengujian awal steamer baglog kebutuhan massa gas sebesar 0,6
kg. Untuk kebutuhan energi setiap menit sebesar 0,005 kg. Nilai kalor yang dihasilkan semakin
bertambah sebanding dengan lama penguapan, sedangkan massa yang terdapat dalam steamer
baglog kosong. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar nilai massa maka semakin lama waktu
yang dibutuhkan, dan nilai kalor yang dibutuhkan berbanding lurus dengan peningkatan suhu
massa. Karena waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suhu sterilisasi relatif singkat, sehingga
kebutuhan massa gas yang terpakai juga sedikit. Gambar steamer baglog yang digunakan pada
penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Steamer Baglog
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa dalam sterilisasi media jamur tekanan tidak
dipertimbangkan. Selama ini sterilisasi media jamur sering menggunakan drum, sedangkan untuk
menahan uap panas hanya menggunakan sebuah plastik dengan ketebalan 0,5 – 0,7 mm. Sterilisasi
menggunakan Steamer Baglog memiliki tekanan sebesar 0,125 bar. Tekanan tersebut dapat diatur
dengan menggunakan safety valve, sehingga tekanan uap didalam ruang sterilisasi konstan.
Sterilisasi Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai peningkatan suhu awal pada steamer baglog
lebih kecil dibandingkan menggunakan drum. Karena massa yang disterilisasi dengan steamer
baglog lebih besar dibanding menggunakan drum, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem
Vol. 3 No. 3, Oktober 2015, 303-314
308
Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih Menggunakan Steamer Baglog – Sujoko, dkk
– Satu Dkk
meningkatkan suhu semakin lama. Hal ini membutktikan bahwa semakain besar nilai massa yang
disterilisasi maka semakin lama waktu untuk meningkatkan suhunya.
Pada saat volume air sebesar 29,87 liter, waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suhu
sterilisasi 90ºC adalah 180 menit. Sedangkan pada drum volume airnya sebesar 29,67 liter, dan
waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suhu sterilisasi yang sama adalah 90 menit. Terlihat
bahwa semakin besar volume air yang diuapkan, maka semakin lama waktu yang dibutuhkan
untuk mencapai suhu sterilisasi yang sama. Perbandingan peningkatan suhu antara steamer
baglog dengan drum setiap 30 menit ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Data Peningkatan Suhu Sterilisasi
Berdasarkan Tabel 2 tersebut sterilisasi menggunakan steamer baglog untuk mencapai
suhu 90ºC membutuhkan waktu 180 menit, sedangkan dengan menggunakan drum untuk
mencapai suhu 90ºC hanya membutuhkan waktu 90 menit. Perbedaan ini terjadi karena massa
yang digunakan untuk steamer baglog lebih besar, sehingga untuk mencapai suhu sterilisasi 90ºC
membutuhkan waktu yang lama.
Sterilisasi dengan menggunakan steamer baglog peningkatan suhu berhenti pada
100ºC.Karena pada steamer baglog dilengkapi dengan safety valve.Safety valve akan membuang
uap panas saat suhu didalam steamer baglog melebihi 100ºC. Dengan demikian untuk
meningkatkan suhu media menjadi 95ºC membutuhkan waktu yang singkat, dan kalor yang
dihasilkan termanfaatkan dengan baik.Sehingga sterilisasi menggunakan steamer baglog lebih
efisien. Sedangkan sterilisasi menggunakan drum peningkatan suhunya tidak konstan. Karena
setelah suhu mencapai 100ºC, penigkatan tidak sebesar pada awal sterilisasi.Suhu terus meningkat
dan menurun setiap 30 menit, sehingga untuk meningkatkan suhu media menjadi 95ºC
membutuhkan waktu yang lama.Perbedaan peningkatan suhu membuktikan bahwa terjadi
perbedaan kalor yang dihasilkan oleh kompor. Terjadinya penurunan kalor disebabkan oleh
pengecilan api pada kompor, sehingga uap panas didalam plastik berkurang, dan untuk
meningkatkan suhu membutuhkan waktu yang lama.
Fenomena tersebut menyebabkan perbedaan penigkatan suhu pada saat pembuatan uap
dengan saat sterilisasi .Terjadinya peningkatan suhu yang besar pada awal sterilisasi, disebabkan
oleh kalor yang dihasilkan kompor besar.Dengan demikian diketahui bahwa semakin besar kalor
waktu (menit) Suhu (°C)
Steamer Baglog Drum (Desna,2010)
0 30 27
30 45 76
60 60 87
90 75 92
120 80 100
150 85 100
180 90 102
210 90 101
240 95 104
270 95 100
300 95 103
330 100 102
360 100 103
390 100 103
420 100 103
450 95 102
480 95 102
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem
Vol. 3 No. 3, Oktober 2015, 303-314
309
Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih Menggunakan Steamer Baglog – Sujoko, dkk
– Satu Dkk
yang dihasilkan, maka semakin kecil waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suhu sterilisasi
(100ºC).Setelah suhu mencapai 100ºC, terjadi perubahan peningkatan suhu yaitu sebesar 1ºC -
4ºC. Peningkatan suhu yang kecil disebabkan oleh pengecilan api pada kompor, sehingga terjadi
penurunan kalor yang dihasilkan kompor.
Perbedaan yang terjadi antara steamer baglog dengan drum disebabkan oleh 2 faktor, yaitu:
perbedaan jumlah baglog yang ditampung, dan volume air. Jumlah baglog yang mampu
disterilisasi menggunakan steamer baglog sebanyak 80 – 105 baglog, sedangkan sterilisasi
menggunakan drum hanya sebesar 75 – 80 baglog. Berdasarkan uraian tersebut diketahui bahwa
semakin besar massa yang disterilisasi maka semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai suhu sterilisasi. Pada penelitian ini steamer baglog memiliki volume total 567,82 liter,
untuk proses sterilisasi volume air yang digunakan sebesar 29,87 liter. Berbeda dengan drum yang
memiliki volume total 282,6 liter, dan volume untuk sterilisasi sebesar 29,67 liter. Dari perbedaan
volume air membuktikan bahwa semakin besar volume air yang di didihkan semakin lama waktu
untuk mencapai suhu sterilisasi.
Berdasarkan penjelasan tersebut perbedaan waktu untuk mencapai suhu sterilisasi antara
steamer baglog dengan drum dipengaruhi oleh massa baglog dan volume air yang di didihkan.
Grafik suhu sterilisasi steamer baglog dan drum ditunjukkan pada Gambar 2.
Gambar 2. Grafik Suhu Sterilisasi
Sterilisasi yang baik untuk media tumbuh jamur tiram menggunakan suhu antara
90ºC - 121ºC, dengan waktu selama 8 jam.Pada penelitian ini sterilisasi menggunakan
steamer baglog yang dilengkapi dengan safety valve untuk menjaga suhu dan tekanan
supaya konstan. Sehingga suhu dan uap panas yang terdapat dalam steamer baglog tidak
terbuang, selama tekanan tidak melebihi 0,125 bar. Dalam beberapa literatur
menyebutkan bahwa sterilisasi selama 8 jam adalah waktu yang memiliki efisiensi tinggi. Setelah dilakukan proses sterilisasi, kemudian baglog didinginkan agar suhu mencapai
30ºC-35ºC atau sesuai dengan suhu ruangan. Media yang sudah dingin, kemudian diinokulasi
yaitu kegiatan memasukkan bibit kedalam media.Langkah ini dilakukan pada ruangan tertutup,
dengan suhu antara 22 ºC-28 ºC. Pengadukan bibit dilakukan didekat api, hal ini dimaksudkan
agar bibit jamur tidak terkontaminasi. Saat akan melakukan sterilisasi tangan dan alat untuk
mengaduk bibit juga harus di sterilisasi. Langkah selanjutnya di diamkan pada suhu kamar yang
tertutup agar misellium tumbuh dengan baik.
Pengamatan Hasil Sterilisasi
Pengamatan hasil sterilisasi dilakukan untuk mengetahui tingkat pertumbuhan jamur pada
media, semakin banyak jumlah baglog yang berhasil tumbuh maka hasil sterilisasi semakin
baik.Sehingga dari hasil tersebut diketahui kelayakan steamer baglog untuk dijadikan sebagai alat
0
20
40
60
80
100
120
0 200 400 600
Su
hu
(ºC
)
Waktu (menit)
Steamer
Drum
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem
Vol. 3 No. 3, Oktober 2015, 303-314
310
Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih Menggunakan Steamer Baglog – Sujoko, dkk
– Satu Dkk
produksi. Berikut ini adalah hasil sterilisasi selama 8 jam dengan menggunakan steamer baglog
dan drum seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Pengamatan Hasil Sterilisasi
Jenis Alat Jumlah Baglog
Hasil (%) Disterilisasi Tumbuh
Steamer Baglog 80 80 100
Drum 75 71 94.7
Berdasarkan Tabel 3, sterilisasi menggunakan steamer baglog dari 80 baglog yang
disterilisasi sebanyak 80 baglog tumbuh dengan baik. Sedangkan sterilisasi menggunakan
drum dari 75 baglog yang disterilisasi yang tumbuh dengan baik sebanyak 71 baglog.
Perbedaan hasil pertumbuhan yang diperoleh membuktikan bahwa sterilisasi
menggunakan steamer baglog lebih baik.Karena antara jumlah yang disterilisasi dengan
jumlah yang tumbuh dengan baik terjadi keseimbangan.
Berdasarkan hasil diatas dapat dipastikan bahwa sterilisasi dengan menggunakan
steamer baglog memiliki efisiensi yang besar yaitu 100%. Karena jumlah yang dihasilkan
sama dengan jumlah yang disterilisasi. Hal ini membuktikan bahwa kalor yang dihasilkan
oleh kompor pada proses sterilisasi termanfaatkan dengan baik, sehingga uap panas yang
dihasilkan pada proses sterilisasi mampu membunuh mikroorganisme pengganggu yang
terkandung dalam media.
Perhitungan Efisiensi Panas Kompor
Laju kebutuhan bahan bakar (Qn) diperoleh sebesar 45.816,8 kcal/hari pada steamer
baglog, dan 62.831,07 kcal/hari pada drum. Nilai efisiensi kompordiperoleh sebesar
51,91% steamer baglog, dan 59,33% pada drum. Berdasarkan hasil perhitungan laju
kebutuhan bahan bakar dan efisiensi kompor menunjukkan keadaan yang berbanding
terbalik.Karena semakin kecil kebutuhan energi maka efisiensi panas kompor juga
semakin tinggi.Hal ini menunjukkan bahwa terjadi kehilangan kalor pada kompor yang
digunakan steamer baglog, sehingga panas yang dihasilkan banyak yang terbuang.
Kehilangan panas yang terjadi dipengaruhi beberapa faktor, yaitu: jenis kompor yang
digunakan, jarak antara api dengan permukaan steamer baglog yang dipanaskan, dan
volume steamer baglog.
Jenis kompor yang digunakan pada penelitian ini adalah kompor jos, dimana api
yang dihasilkan kompor diarahkan oleh besi. Sehingga panas yang dihasilkan ikut hilang
bersama pemanasan besi pengarah api (Gambar 4). Jarak antara api dengan permukaan
steamer baglog cukup tinggi, sehingga panas yang dihasilkan kompor ikut hilang besrama
aliran angin. Hal ini menyebabkan suhu pada ruangan untuk sterilisasi meningkat.
Sebelum dilakukan sterilisasi suhu ruangan sebesar 28ºC, saat proses sterilisasi
berlangsung suhu ruangan meningkat menjadi 35º. Fenomena yang terjadi menunjukkan
bahwa ada kalor yang hilang bersama aliran angin. Berdasarkan volumenya steamer
baglog lebih besar jika dibandingkan dengan drum, sehingga kalor yang dihasilkan oleh
kompor harus meningkatkan massa yang besar pada steamer baglog.
Laju konsumsi bahan bakar (FCR) pada sterilisasi media menggunakan steamer
baglog sebesar 7,5 kg/hari, dan 9 kg/hari pada sterilisasi menggunakan drum. Hal ini
menunjukkan keadaan yang berbanding terbalik dengan efisiensi kompor dan
peningkatan suhu yang dihasilkan.Karena semakin kecil kebutuhan energi maka semakin
efisien kalor kompor yang digunakan.Konsumsi bahan bakar yang besar disebabkan oleh
perbedaan laju kebutuhan bahan bakar pada awal sterilisasi. Sterilisasi dengan
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem
Vol. 3 No. 3, Oktober 2015, 303-314
311
Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih Menggunakan Steamer Baglog – Sujoko, dkk
– Satu Dkk
menggunakan drum untuk pembuatan waktu yang dibutuhkan relative singkat, karena
terjadi pembesaran laju kebutuhan gas pada kompor. Sehingga kalor yang dihasilkan oleh
kompor besar, hal ini yang menyebabkan suhu pada awal sterilisasi naik dengan cepat.
Gambar 4. Kompor Steamer Baglog
Dari perbandingan diatas diketahui bahwa antara steamer baglog dengan drum sama-sama
memiliki kelebihan dan kekurangan. Pada steamer baglog laju kebutuhan energy (Qn) perhari
lebih lambat, tetapi untuk efisiensi kalor kompor yang dihasilkan kecil. Sedangkan pada drum
laju kebutuhan energy (Qn) perhari cepat, dan efisiensi kalor kompor yang dihasilkan besar. Dari
perbedaan laju kebutuhan energy (Qn) perhari, terlihat bahwa konsumsi bahan bakar dengan
menggunakan drum lebih besar. Menurut Rahmadani (2013), Efisiensi kalor bahan bakar sangat
dipengaruhi oleh besarnya nilai laju energi yang dibutuhkan, energi yang terkandung dalam
bahan bakar dan nilai laju bahan bakar yang dibutuhkan
Besarnya konsumsi bahan bakar (FCR) pada drum disebabkan oleh kebutuhan kalor yang
besar untuk mencapai suhu 100ºC. Setelah suhu mencapai suhu 100ºC konsumsi bahan bakar
relatif kecil. Hal ini membuktikan bahwa semakin tinggi kalor yang dihasilkan maka konsumsi
bahan bakar yang digunakan juga besar, dan efisiensi kompor yang digunakan semakin
tinggi.sehingga waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suhu pembuatan uap cukup singkat.
Menurut Jamilatun (2008), nilai kalor mempengaruhi efisiensi dan kebutuhan bahan bakar.
Gambar 5. Grafik Kebutuhan Gas
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
0 100 200 300 400 500 600
Ma
ssa
Ga
s(K
g)
Waktu (Menit)
Steamer Baglog
Drum
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem
Vol. 3 No. 3, Oktober 2015, 303-314
312
Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih Menggunakan Steamer Baglog – Sujoko, dkk
– Satu Dkk
Pada Gambar 5 menunjukkan kebutuhan bahan bakar masing-masing alat. Pada steamer
baglog kebutuhan gas selama proses sterilisasi tidak mengalami perubahan laju pembakaran,
sehingga grafik yang ditunjukkan bergerak linier. Konsumsi bahan bakar yang dibuthkan
berbanding lurus dengan waktunya. Sedangkan pada drum kebutuhan gas selama proses sterilisasi
berbeda, sehingga grafik pada awal naik dan linier setelah mencapai suhu optimum. Karena terjadi
perbedaan konsumsi bahan bakar pada awal sterilisasi, maka pada drum laju kebutuhan bahan
bakar selama sterilisasi lebih besar.
Penyusutan Steamer Baglog dan Drum
Steamer Baglog merupakan sebuah alat produksi.Setiap alat memiliki umur atau jangka
waktu untuk pemakaian.Maka untuk mengetahui kelayakan alat untuk digunakan sebagai alat
produksi, perlu adanya perhitungan nilai penyusutan alat. Sehingga dapat digunakan
pertimbangan investasi dalam suatu proses produksi. Menurut Putro (2010), Depresiasi adalah
penyusutan nilai fisik “decrease in value” barang dengan berlalunya waktu dan penggunaan
berdasarkan umur ekonomis actual asset sampai umur rencana tertentu (useful life) dengan
mempunyai nilai buku (book value/ salvage value). Penurunan atau penyusutan nilai pasar,
penurunan nilai pakai/ kegunaan, penurunan alokasi cost fungsi waktu, kegunaan, umur.
Pada steamer baglog dengan harga awal alat Rp 5.000.000, harga akhir alat Rp. 200.000,
dan dengan perkiraan umur ekonomis selama 10 tahun (Gambar 6). Berdasarkan hasil perhitungan
nilai penyusutan alat pertahun adalah Rp. 480.000, dengan demikian untuk satu kali produksi nilai
penyusutan perhari sebesar Rp. 1.513,1.Dengan biaya variabel dalam 1 kali produksi Rp. 115.000.
Maka biaya total satu kali produksi dengan menggunakan steamer baglog sebesar Rp. 116.315,1.
Penerimaan perhari didapatkan dari harga jual perbaglog Rp 2.000 dikali dengan jumlah produksi
perhari yaitu 80 baglog, sehingga untuk penerimaan sebesar Rp 160.000/hari. Keuntungan setiap
produksi dihasilkan dari harga penerimaan Rp 160.000 dikurangi biaya total perhari Rp
116.315,1, maka keuntungan setiap produksi sebesar Rp 43.684,9. Break Even Point dalam satu
kali produksi yaitu sebanyak 3 buah. Tingkat pengembalian modal pertahun sebesar 37,56%,
sehingga untuk pengembalian modal sebesar 100% membutuhkan waktu ± 2,7 tahun.
Pada penelitian ini harga awal alat Rp. 500.000, harga akhir alat Rp. 30.000, dan asumsi
umur ekonomis alat 6 tahun. Berdasarkan hasil perhitungan nilai penyusutan alat setiap tahun
adalah Rp. 78.333, sehingga untuk penyusutan alat perhari yaitu Rp. 214,6. Biaya total setiap
produksi diperoleh dari penjumlahan antara biaya tetap perhari Rp 214,6 dengan biaya variabel
perhari Rp 115.000. Dari hasil penjumlahan tersebut diketahui biaya total perhari dengan
menggunakan drum sebesar Rp 115.214,6. Penerimaan perhari didapatkan dengan mengalikan
harga jual perbaglog yaitu Rp 2.000 dan jumlah produksi perhari sebesar 75 baglog, dari hasil
perhitungan diketahui penerimaan setiap produksi sebesar Rp 150.000. Besarnya keuntungan
setiap produksi adalah penerimaan Rp 150.000 dikurangi biaya total perhari Rp 115.214,6, maka
keuntungan perhari sebesar Rp 34.786.Break Event Point dalam satu kali produksi harus menjual
1 buah. Persentase untuk pengembalian modal pertahun sebesar 30,40%, sehingga untuk
mengembalikan modal 100% sterilisasi menggunakan drum membutuhkan waktu ± 3,3 tahun.
Berdasarkan penjelasan diatas terlihat bahwa pada steamer baglog biaya total dalam 1 kali
produksi lebih besar yaitu Rp. 116.315,1. Besarnya biaya total disebabkan oleh besarnya nilai
penyusutan alat yaitu Rp. 1.315,1/hari. Sedangkan pada drum biaya total yang dibutuhkan dalam
1 kali produksi hanya Rp. 115.214,5. Biaya total yang kecil disebabkan oleh kecilnya nilai
penyusutan alat yaitu Rp. 214,5. Tetapi, besarnya biaya total pada steamer baglog diimbangi
dengan besarnya kapasitas yang diproduksi, sehingga untuk penerimaan setiap produksijuga
besar. Dari perbandingan keuntungan masing-masing alat dalam setiap produksi, diketahui bahwa
pada steamer baglog keuntungannya yaitu sebesar Rp. 43.684,9, sedangkan pada drum hanya
memperoleh keuntungan sebesar Rp. 34.786.Besarnya keuntungan yang didapatkan dari produksi
menggunakan steamer baglog disebabkan oleh jumlah produksi yang besar.Sehingga penerimaan
yang diperoleh besar.Keadaan ini membuktikan bahwa semakin besar jumlah produksi yang
dihasilkan maka semakin besar penerimaan yang dihasilkan, dan keuntungan yang didapatkan
juga lebih banyak.
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem
Vol. 3 No. 3, Oktober 2015, 303-314
313
Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih Menggunakan Steamer Baglog – Sujoko, dkk
– Satu Dkk
Break event point pada steamer baglog yaitu 3 baglog, maka setiap hari agar tidak
mengalami kerugian harus menjual sebesar nilai break event point. Sedangkan break event point
pada drum adalah 1, dengan demikian setiap hari harus menjual sebesar nilai break event point
agar tidak menanggung kerugian. Dari perbandingan break event point diatas steamer baglog
lebih besar, karena biaya tetap pada steamer baglog lebih besar jika dibandingkan dengan drum.
Grafik penyusutan alat ditunjukkan pada Gambar 6.
Gambar 6. Grafik Penyusutan Alat
Berdasarkan Gambar 6 tersebut, penyusutan alat diketahui umur ekonomis steamer baglog
lebih panjang. Dengan umur ekonomis selama 10 tahun dan pengembalian modal untuk produksi
selama ± 2,7 tahun. Steamer baglog lebih menguntungkan untuk digunakkan sebagai alat
produksi. Karena memiliki sisa waktu ± 7,3 tahun yang digunakan untuk memaksimalkan
keuntungan. Grafik umur ekonomis untuk drum selama 6 tahun dan waktu untuk pengembalian
modal selama ± 3,3 tahun. Sehingga untuk digunakan sebagai alat produksi drum kurang
menguntungkan. Karena sisa waktu pengembalian modal hanya ± 2,7 tahun. Berdasarkan
perbandingan tersebut diketahui bahwa steamer baglog baik untuk digunakan sebagai alat
produksi.Karena dalam sebuah perusahaan biaya untuk pengadaan alat produksi cukup besar,
maka memerlukan pertimbangan umur ekonomis alat untuk investasi jangka panjang.
KESIMPULAN
Sterilisasi menggunakan steamer baglog kebutuhan bahan bakar selama 8 jam sebesar 2,5
kg. Sehingga kebutuhan gas perhari sebesar 7,5 kg, dengan laju kebutuhan energi sebesar 45.816,8
kcal/hari. Sedangkan sterilisasi menggunakan drum kebutuhan bahan bakar selama 8 jam sebesar
3 kg. Sehingga kebutuhan gas perhari sebesar 9 kg, dengan laju kebutuhan enegi sebesar
62.831,07 kcal/hari. Dari perhitungan efisiensi kompor, diperoleh hasil efisiensi kompor pada
sterilisasi dengan menggunakan steamer baglog sebesar 51,91%. Pada sterilisasi dengan
menggunakan drum diperoleh hasil sebesar 59,33%. Dari tingkat keberhasilan steamer baglog
sebesar 100% dari seluruh jumlah yang disterilisasi, sedangkan dengan menggunakan drum
tingkat keberhasilan hanya mencapai 94,7% dari jumlah total yang disterilisasi. Perhitungan nilai
ekonomis alat diperoleh hasil bahwa dengan menggunakan steamer baglog lebih
menguntungkan.Karena keuntungan pertahun menggunakan steamer baglog sebesar Rp.
15.872.390. Sedangkan keuntungan pertahun menggunakan drum hanya sebesar Rp.
12.775.912,5.
0
1000000
2000000
3000000
4000000
5000000
6000000
0 5 10 15
Pe
nyu
suya
t (R
p)
Tahun ke-
Steamer Baglog
Drum
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem
Vol. 3 No. 3, Oktober 2015, 303-314
314
Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih Menggunakan Steamer Baglog – Sujoko, dkk
– Satu Dkk
DAFTAR PUSTAKA
Achmad SA, Kadam JA, Mane VP, Patil SS, Baig MMV. 2009. Biological Efficienci And
Nutritional Contents Of Pleurotus florida (Mont) Singer Cultivation on Different Agro-
Wastes. Nature and Science: 7(1);1545-0740.
Astuti W, Nurbana S. 2006. Budidaya Jamur Tiram. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Jawa
Timur.
Desna.2010. Kajian Lamanya Proses Sterilisasi Media Jamur Tiram Putih Terhadap Mutu Bibit
Yang Dihasilkan.Skripsi.IPB. Bogor
Ibekwe VI, Azubuike PI, Ezeji EU, Chinakwe EC. 2008. Effect of Nutrient Sources and
Environmental Factors on the Cultivation and Yield of Oyster Mushroom (Pleurotus
ostreotus). Pakistan Journal of Nutrition: 7(2); 349-351.
Imtiaj A, Rahman SA. 2008. Short Note (Nota Corta) Economic Viability of Mushroom
Cultivation to Poverty reduction in Bangladesh. Tropical and Subtropical Agroecosystems:
8; 93-99
Irzaman, H. Darmasetiawan, H. Alatas, Irmansyah, A.D. Husin, M.N. Indro, H. Hardhienata,
K. Abdullah, T. Mandang, S. Tojo. 2009. Optimization of Thermal Efficiency of Cooking
Stove with Rice-Husk Fuel in Supporting the Proliferation of Alternative Energy in
Indonesia. Proceeding Symposium on Advanced Technological Development of Biomass
Utilization in Southeast Asia, page 40 – 43, Tokyo University of Agriculture and
Technology (TUAT), Japan.
Moore E, Landecker. 1996. Fundamenttals of the Fungi. Edisi IV, Prentice hall, Inc, New Jersey.
Nasim G, Malik SH, Bajwa R, Afzal M, Mian SW. 2001.Effect of three Different Culture Media
on Mycellial Growth of Oyster and Chinese Mushroom. Journal of Biologi Science:
1(12);1130-1133
Putro, Haryono.2010. Diktat Mata Kuliah Ekonomi Teknik.Universitas Gunadarma, Jawa Barat
Rifki M, Irzaman, H. Alatas. 2008. Optimasi Efisiensi Tungku Sekam dengan Ventilasi Lubang
Utama pada Badan Kompor.Prosiding Seminar Nasional Sains, FMIPA IPB, halaman 155
– 161.
Sumarmi. 2006. Botani dan Tinjauan Gizi Jamur Tiram Putih. Jurnal Inovasi Pertanian: vol. ; 2.
Susilawati, dan Budi.2010. Budidaya Jamur Tiram (Pleourotus ostreatus var florida) yang ramah
lingkungan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Sumatra Selatan
Widyastuti M. 2002. Kandungan Gizi dan Kegunaan Jamur Tiram. Pusat Pengkajian dan
Penerapan Teknologi Bio Industri. Jakarta
top related