judul e-book : teori evolusi & al-quran penulis : julian ...€¦ · teori evolusi: lalat-lalat...
Post on 22-Nov-2020
25 Views
Preview:
TRANSCRIPT
JUDUL E-BOOK : TEORI EVOLUSI & AL-QURAN
PENULIS : JULIAN SYAHPUTRA
APA ITU EVOLUSI?
Sebagian orang berargumen bahwa; “Evolusi hanyalah teori, bukan fakta!”. Sayangnya,
argumen tersebut justru menjadikan kita semakin terlihat bodoh. Mungkin yang ada pada
pemikiran ini, Teori adalah sesuatu yang belum tentu benar, sedangkan ketika sebuah teori telah
mencapai taraf Hukum (Fisika), barulah hal tersebut dapat dianggap sebagai sebuah kebenaran
mutlak. Sayangnya, ini pemahaman yang salah.
Hipotesis merupakan dugaan-dugaan, terlepas dari kuat atau lemahnya sebuah hipotesis
tersebut. Teori adalah kelanjutan dari hipotesis-hipotesis yang telah mengalami penelitian dan
observasi ilmiah. Sedangkan Hukum Fisika berkerja pada ranah perhitungan, yang suatu saat bisa
saja dilanggar oleh penemuan-penemuan baru. Ketika sebuah Hukum Fisika dilanggar, maka
hukum tersebut harus dimodifikasi dan disesuaikan sedemikian rupa, oleh sebab terdapat
perhitungan yang miss terhadap hukum tersebut. Sebuah teori, bisa jadi tidak memiliki Hukum,
seperti halnya Teori Evolusi, ataupun Teori Big Bang. Tapi bukan berarti kita layak menyatakan
bahwa, “Big Bang hanyalah sebuah teori yang bukan fakta”.
Hukum Gravitasi – Sir Issac Newton Hukum Relativitas – Albert Einstein
Teori Gravitasi: Benda-benda yang jatuh ke Bumi, merupakan bukti pengamatan terhadap
adanya gaya tarik menarik antara benda dan Bumi.
Teori Evolusi: Lalat-lalat buah yang mengalami perubahan bentuk dari setiap generasinya,
merupakan bukti pengamatan terhadap adanya perubahan organisme dari waktu ke waktu
(generasi ke generasi).
Teori Gravitasi: Daya tarik yang terjadi antara satu benda dengan yang lainnya, disebut
sebagai Gravitasi.
Teori Evolusi: Perubahan organisme dari satu bentuk ke bentuk lainnya, disebut sebagai
Evolusi.
Tidak sedikit yang masih bertahan dengan argumen “Teori Evolusi bukan Fakta Evolusi!”.
Padahal secara definisi dan etimologi, Fakta dan Teori memiliki wilayah yang berbeda. Fakta
menjelaskan kebenaran dan keabsahan, sedangkan teori menjabarkan tentang alasan-alasan ilmiah.
Kita telah mengamati perubahan makhluk hidup dari waktu ke waktu. Bahkan seorang anak
cenderung terlahir dengan genetik yang lebih modern sebagai hasil dari evolusi kedua orang-
tuanya. Adanya perubahan-perubahan sifat dan mutasi genetik terhadap kebanyakan spesies,
merupakan fakta mengenai evolusi. Akan tetapi penjelasan ilmiah terhadap hasil observasi dan
penelitian, kita kenal dengan istilah “Teori”.
Sebagian orang berkata; “Sejak kapan sebuah Teori menjadi Fakta?” sama saja dengan
pernyataan “Sejak kapan sebuah rasa makanan bisa menjadi resep?”, itu adalah pertanyaan yang
membingungkan untuk dijawab. Sebab, mereka yang berujar tidak memahami definisi Hipotesis,
Teori, Hukum, dan Fakta, seperti seseorang yang tidak memahami definisi Resep dan Rasa. Fakta
bukanlah teori, akan tetapi sebuah teori, hipotesis, ataupun hukum bisa jadi merupakan sebuah
fakta.
Para ilmuwan boleh jadi menggunakan istilah “Fakta” untuk menyatakan sesuatu yang telah
teruji berkali-kali dan terus-menerus, sedangkan tidak terdapat alasan yang melemahkan penelitian
tersebut. Seperti halnya perubahan-perubahan yang terdapat pada keturunan-keturunan, telah
terbukti sangat kokoh dan solid dalam ilmu genetika dan biologi. Maka terjadinya evolusi
merupakan sebuah fakta. Teori-teori dan Hukum yang ada merupakan fakta sejauh bukti-bukti
yang terdapat, dan selalu memiliki celah untuk mengalami perbaikan dari waktu ke waktu.
Teori Evolusi juga memiliki penjabaran detail dari sudut prediksi. Seperti penemuan fosil-
fosil hewan amfibi yang memiliki leher, telinga dan empat kaki di medan bebatuan yang berusia
kurang dari 365 juta tahun. Sedangkan pada observasi yang lebih tua, di bebatuan yang berusia
lebih dari 385 juta tahun, tidak ditemukan jenis amfibi melainkan hanya spesies ikan. Dari
penemuan ini, diprediksikan bahwa haruslah terdapat kedua spesies tersebut (ikan dan amfibi)
dalam kurun waktu antara 365 juta sampai dengan 385 juta tahun yang lalu. Terang saja,
ditemukan fosil yang berumur 375 juta tahun di bebatuan Arktik Kanada pada ekspedisi yang
dilakukan di tahun 2004. Fosil spesies tersebut dikenal dengan nama Tiktaalik.
Tiktaalik
Bukti-bukti ilmiah mengenai evolusi telah meliputi dari banyak aspek. Teori ini bukan lagi
milik Charles Darwin, sebab teori ini tidak lagi sebatas hipotesis. Fosil, Homologi struktur, dan
persamaan molekuler DNA antar spesies, telah menjadi fakta dalam bidang Biologi. Penemuan
spesies Tiktaalik merupakan salah satu bukti terhadap adanya proses macro-evolution, yaitu
perubahan spesies menjadi spesies baru. Sebagaimana Tiktaalik mengindikasikan fakta perubahan
spesies ikan menjadi amfibi.
Memang kehidupan awal diduga berasal dari perairan bukan daratan. Bila kita kembali
mengingat kelas Biologi, tentu kita mempelajari Cell (Sel) sebagai unit penyusun seluruh makhluk
hidup. Semua sel dibatasi oleh membran yang bernama plasma, dan bagian dalam sel dinamakan
Sitoplasma yang terdiri dari 70% hingga 90% air. Sebut saja Ikan, merupakan spesies yang kita
kenal hidup dalam air. Tentu saja spesies ikan merupakan spesies yang berumur jauh lebih tua
daripada spesies mamalia termasuk manusia. Akan tetapi ubur-ubur purba ditemukan dengan
umur yang juga jauh lebih tua daripada spesies Ikan, yaitu sekitar 505 juta tahun yang lalu.
Ubur-ubur Mesodinium Chamaeleon
Sekilas kita melihat ubur-ubur merupakan hewan yang memiliki struktur unik. Bentuknya
serupa dengan Lentinula Edodes atau spesies tumbuhan yang sering kita sebut sebagai Mushroom
(Jamur). Dengan kata lain, ubur-ubur merupakan hewan yang berbentuk mirip dengan tumbuhan.
Bila kita mundur lebih jauh lagi, maka kita menemukan istilah Protozoa yang berasal dari bahasa
Yunani ‘Protos’ yang berarti ‘pertama’ atau ‘satu’, dan ‘Zoo’ yang berarti ‘Hewan’. Secara
singkat, Protozoa merupakan hewan bersel satu, seperti Amoeba, Paramecium, Actinopharys,
Arcella, Volvox, Paranema, Euglena, dan lain sebagainya. Protozoa hidup di air atau paling tidak
di tempat yang basah. Bahkan terdapat jenis Protozoa yang menjadi transisi antara hewan dan
tumbuhan.
Mesodinium Chamaeleon ditemukan di perairan Skandinavia dan Amerika Utara oleh
Ojvind Moestup bersama timnya dari University of Copenhagen. Mesodinium Chamaeleon
merupakan Ciliates yang tergolong Protozoa. Akan tetapi organisme ini merupakan Vegetabilia
sekaligus Animalia yang menjadikannya sulit untuk diklasifikasikan sebagai hewan ataupun
sebagai tumbuhan.
Hampir seluruh scientist sepakat bahwa kehidupan bermula dari adanya air. Oleh karena itu
ilmuan Astobiologi terus melakukan pengamatan dan pemantauan terhadap adanya air pada
planet-planet lain di luar Bumi, yang mengindikasikan adanya kehidupan. Para peneliti
mengasumsikan spesies makhluk hidup pertama sekaligus makhluk hidup tertua yang terdapat di
Bumi adalah Cyanobacteria yang berumur kurang lebih 3,8 miliar tahun. Cyanobacteria mampu
hidup di perairan manapun baik tawar maupun asin, dan tentu saja tidak terlihat dengan mata
telanjang. Dan anggapan terkuat yang diimani oleh para ilmuwan hingga detik ini adalah, seluruh
spesies makhluk hidup berasal dari satu spesies yang sama. Sedangkan air merupakan asal mula
seluruh kehidupan.
NASA pernah dan mungkin saja masih saja melakukan pemantauan adanya kehidupan
terhadap planet-planet lain di luar Bumi. Salah seorang ilmuwan astrobiologi menuturkan adanya
kehidupan haruslah ditopang oleh eksistensi air.
“Apa yang kami cari adalah sesuatu dengan bantuan mikroskop yang mengindikasikan
kehidupan. Kehidupan membutuhkan air, maka kami sangat antusias mencari sumber air
pada planet-planet lain.”
--Dr. Mary Voytex (Senior Scientist of Astrobiology)
“Tidakkah orang-orang yang ingkar itu mengetahui bahwa angkasa dan bumi pernah
menjadi satu padu, kemudian Kami memisahkannya. Dan dari air Kami jadikan
segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tidak juga beriman?”
(Quran Surrah Al-Anbiya 21:30)
Wallahu (and Allah) khalaqa (created) kulla (every) dabbatin (moving creature) min
(from) ma-in (water) faminhum (of them) man (who) yamshee (walks) AAala (on)
batnihi (its belly) waminhum (and of them) man (who) yamshee (walks) AAala (on)
rijlayni (two legs) waminhum (and of them) man (who) yamshee (walks) AAala (on)
arbaAAin (four) yakhluqu Allahu (Allah creates) ma (what) yashao (He wills) inna
(indeed) Allaha (Allah) AAala (on) kulli (every) shay-in (thing) qadeer (all powerfull)
“Dan Allah telah menciptakan semua jenis makhluk hidup dari air, maka sebagian
dari itu ada yang berjalan di atas perutnya, dan sebagian berjalan dengan dua kaki,
dan sebagian berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-
Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
(Quran Surrah An-Nur 24:45)
THEISTIC EVOLUTION
Acap kali kalangan mainstream beranggapan, “Bila kita mempercayai Teori Evolusi, maka
kita telah terjebak dalam filsafat materialis dan berujung meniadakan Tuhan”. Padahal, Teori
Evolusi bukanlah sebuah teori yang menjabarkan tentang asal usul kehidupan, melainkan asal usul
keberagaman spesies. Charles Darwin menuliskan ide-ide pemikirannya dengan tajuk ‘The origins
of spesies’ bukan ‘The origins of life’. Teori Evolusi tidak berkerja pada wilayah asal usul
kehidupan. Sedangkan teori-teori yang mengulas domain tersebut adalah teori Kosmozoa, teori
Abiogenesis, teori Biogenesis, teori Generatio Spontanea, teori Panspermia, teori Transendental,
dan lain sebagainya.
Pada ranah asal-usul kehidupan, Neo-Abiogenesis menyuguhkan hipotesis RNA yang
menyatakan bahwa kehidupan mudah untuk muncul. Hipotesis ini memproklamirkan RNA yang
sudah lebih dulu ada daripada DNA, dan mampu mensintesis protein tanpa bantuan DNA.
Sayangnya, RNA sangat sulit disintesis, meskipun dalam medan yang dirancang sedemikian rupa
pada sebuah laboratorium, terlebih lagi pada kondisi Bumi Purba yang jauh lebih natural dan
sederhana. Meskipun RNA berhasil disintesis, ia hanya mampu bereplikasi dengan rangsangan
kimiawi tertentu. Umpama teori ini benar adanya, seharusnya proses kemunculan makhluk hidup
tidak membutuhkan rekayasa kimiawi yang rumit.
Masalah terbesar dalam Abiogenesis adalah senyawa Adenosine Triphosphate (ATP) yang
dibutuhkan untuk sebagai bahan pembuat Enzim, sedangkan Enzim pun dibutuhkan pula untuk
membuat Adenosine Triphosphate (ATP). Lantas diantara sepasang senyawa tersebut, senyawa
mana yang lebih dulu muncul?
Subhana (glory be) allathee (the One who) khalaqa (created) al-azwaja (in pairs)
kullaha (all) mimma (of what) tunbitu (grows) al-ardu (earth) wamin (and of)
anfusihim (themselves) wamimma (and of what) la (not) yaAAlamoon (they know)
“Maha suci Dia yang telah menciptakan segala sesuatu berpasangan. Baik dari apa
yang ditumbuhkan oleh bumi ataupun dari diri mereka sendiri maupun apa-apa yang
tidak mereka ketahui.”
(Quran Surrah Ya-Sin 36:36)
Ketika kita merujuk ke wilayah penciptaan, hal ini bermula dari mineral yang berkembang
secara bertahap dan teratur hingga menjadi tumbuhan ataupun hewan. Secara singkat, tahapan
terakhir dari setiap kelompok telah siap menjadi tahap pertama dalam penggolongan kelompok
baru. Tahapan akhir dari mineral, berhubungan dengan tahapan pertama pada tumbuh-tumbuhan.
Tahapan akhir dari tumbuhan yang merambat pun berhubungan dengan hewan-hewan yang
bergerak pasif. Dalam dunia hewan, spesies mengalami perluasan variasi yang kita kenal dengan
spesiasi ataupun macro-evolution. Sampai pada titik evolusi yang paling sempurna, adalah
manusia, yang telah mampu berpikir dan merenung hingga menjadi sosok yang lebih bijaksana.
Laqad (indeed) khalaqna (We created) al-insana (human) fee (in) ahsani (the best)
taqweem (mould)
Sungguh Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang paling baik
(Quran Surrah At-Tin 95:4)
400 tahun sebelum Darwin, seorang ilmuwan Muslim bernama Ibnu Khaldun telah
menelurkan karyanya yang berjudul “The Muqaddimah”. Bahkan telah berlalu ilmuwan-ilmuwan
yang memiliki pencapaian konklusi setaraf Ibnu Khaldun, seperti Ismail Ibnu Kathir (1301-1373),
Nasir Al-Din Tusi (1201-1274), Abu Rayhan Al-Biruni (973-1048), Hasan Ibnu Al-Haitham (965-
1040), Ibnu Miskawayh (932-1030), dan tentu saja sang pelopor Theistic Evolution yang berasal
dari kalangan Muslim, yaitu Al-Jahiz (776-869), dalam karyanya yang berjudul “Kitab Al-
Hayawan”.
Al-Jahiz yang merupakan seorang filsuf berkebangsaan Arab dan berasal dari suku Kinanah
ini, telah memperkenalkan Teori Evolusi dan Natural Selection (Seleksi Alam) lebih dari 1.000
tahun sebelum Charles Darwin. Beliau menguasai banyak bidang ilmu seperti Biologi, Sejarah,
Sastra, Psikologi, Leksikografi, Retorik, Zoologi, dan tentu saja Teologi. Pada kelas Retorik,
memang Al-Jahiz sangat terpengaruh oleh Aristoteles yang kita kenal telah mencetuskan sebuah
karya tua tentang Retorika dengan judul “Grullos”. Telah menjadi kebiasaan bagi Al-Jahiz untuk
menggali ilmu bersama di Masjid utama Kota Basra, tempat ia dilahirkan. Pada masa kekhilafahan
saat itu, buku-buku tentang ilmu pengetahuan dan pendidikan sangat mudah ditemukan, yang
tentu saja mempermudah masyarakat untuk mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. Meskipun
hanya berjualan ikan, kesulitan finansial tidak pernah membendung niat Al-Jahiz untuk mengais
pengetahuan.
Telah terdapat ilmuwan-ilmuwan Muslim yang mendeklarasikan Teori Evolusi dengan dasar
“Theistic Evolution” dan hal ini tidaklah layak dianggap sebagai pseudo-sains. Sebab jauh
sebelum nama-nama seperti Pierre Maupertuis, Erasmus Darwin, Claude de Buffon, Jean Baptiste
Lamarck, Alfred Russel Wallace, bahkan Charles Darwin, para ilmuan Muslim telah
mengungkapkan pemikiran ini. Ilmuwan barat menyebut pemikiran mereka sebagai
‘Mohammedan Theory’.
Tidak satu pun diantara mereka (ilmuwan Muslim) yang mengklaim Teori Evolusi untuk
diri mereka sendiri melainkan untuk perkembangan pemikiran manusia. Seperti seorang Nikola
Tesla yang telah menemukan listrik demi manfaat hidup bagi manusia, namun sayangnya Thomas
Alfa Edison dengan keuntungan pribadinyalah yang diakui oleh kebanyakan masyarakat.
Ilmuwan barat pada masa itu menyandangkan atribut evolusi kepada seorang ummi (buta
huruf) yang hidup pada sekitar 1.400 tahun yang lalu, dengan landasan buku yang beliau miliki
bernama “Al-Quran”. John William Draper menyatakan dalam bukunya yang bertajuk “History
of the Conflict between Religion & Science / halaman 188”, bahwa pada sebuah pemahaman
terkait teori evolusi dari golongan Islam yang bernama Mohammedan Theory, menyatakan secara
gamblang terhadap adanya evolusi manusia yang berawal dari primata, dan mengalami
pengembangan secara bertahap dan sangat teratur dalam jangka waktu yang panjang, sehingga
mencapai bentuk sempurna seperti kondisi saat ini.
Pada awalnya, Teori Evolusi telah dipelajari di sekolah-sekolah Islam, universitas, bahkan di
sebagian Masjid. Akan tetapi otoritas politik memanipulasi fakta, akibat pembantaian massal yang
dilakukan oleh salah satu sekte agama terhadap pemeluk Islam, banyak sekali masyarakat Muslim
yang harus menyerahkan nyawanya. Serta tak cukup sampai disitu, buku-buku pelajaran pun
mengalami pemusnahan besar-besaran. Hingga kepemimpinan jatuh di tangan Kreasionis Kristen.
Ironisnya, Pada saat ini kalangan Kreasionis (yang menolak Teori Evolusi) tidak hanya berasal
dari kalangan Kristen melainkan Yahudi dan Muslim. Padahal seharusnya Muslim berdiri kokoh
dengan Al-Quran yang selalu sejalan dengan sains. Akan tetapi sikap skeptis menuntun para
Muslim untuk ikut menentang teori evolusi.
Walan (and never) tarda (will be pleased) AAanka (with you) alyahoodu (the Jews)
wala (and not) annasara (and the Christian) hatta (until) tattabiAA (you follow)
amillatahum (their religion) qul (say) inna (indeed) huda (the guidance) Allahi (of
Allah) huwa (it) alhuda (is the guidance) wala-ini (and if) ittabaAAta (you follow)
ahwaahum (their desires) baAAda (after) allathee (what) jaaka (has come to you)
mina (of) alAAilmi (the knowledge) ma (not) laka (for you) mina (from) Allahi
(Allah) min (any) waliyyin (protector) wala (and not) naseer (any helper)
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu
mengikuti pemahaman mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah
petunjuk yang benar.” Dan sungguh jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah
pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan
penolong bagimu.
(Quran Surrah Al-Baqarah 2:120)
“Kelak kalian akan mengikuti kebiasaan orang-orang sebelum kalian,
sejengkal demi sejengkal, dan sehasta demi sehasta.
Sampai-sampai jika mereka masuk ke lubang biawak sekalipun, kalian akan mengikutinya.”
Para sahabat nabi berkata, “Wahai Rasulullah,
apakah mereka yang kau maksud adalah Yahudi & Nasrani?”
Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?”
(Hadits Riwayat Bukhari & Muslim)
Jika para ateis masih berpikiran bahwa Islam telah memutar balikkan ajaran atau sekedar
melakukan retorika picisan demi mendukung keselarasan ajarannya dengan fakta sains, maka
mereka belum benar-benar membaca dengan baik. Bahkan sejak sains belum menerima teori
evolusi sebagai fakta, para filsuf dan ilmuwan Muslim 1300 tahun lalu telah memahami hal ini.
Maka sekali lagi, Islamic Theory of Evolution bukanlah pseudo-sains atau cocoklogi (ilmu cocok-
cocokan. Sebab dalam khitah ajaran Islam, tidak terdapat kontradiksi antara fakta ilmiah dan
agama. Mohammedan Theory tentu saja tidak menyisakan sedikitpun celah bagi atheists untuk
mengklaim Teori Evolusi sebagai milik mereka seorang.
SUNATULLAH & SISTEM PENCIPTAAN TUHAN
Berbicara mengenai Teori Evolusi, dewasa ini memang mayoritas Muslim lebih memahami
proses penciptaan manusia seperti penjelasan yang tercantum dalam Alkitab. Bahwa Adam
diturunkan langsung ke Bumi dengan wujud manusia dewasa. Sayangnya, justru pemahaman ini
tidak didukung penuh oleh Al-Quran. Kenyataannya, proses penciptaan yang dilakukan oleh
Tuhan memiliki tahapan yang tidak tiba-tiba. Sebelum manusia mampu berjalan, ia harus
merangkak. Sebelum seekor kupu-kupu bisa terbang dengan indah, ia pernah menjadi seekor ulat.
Bahkan para nabi diturunkan satu persatu dengan saling melengkapi ajaran nabi-nabi sebelumnya.
Begitupun kitab suci yang tidak terlepas dari tahapan demi tahapan, sampai dengan Al-Quran pun
turun secara berangsur-angsur selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. Harusnya kita mampu memahami
pola mekanisme ini, bahwa Tuhan ingin memberi pelajaran yang sangat luar biasa bagi manusia.
Evolusi makhluk hidup merupakan salah satu dari mekanisme dari sistem Tuhan yang
mengatur proses terciptanya kehidupan super kompleks. Sayangnya, sebagian ilmuwan bertindak
sebelah pihak dengan menafikan ilmuwan Muslim terhadap kontribusi penting perihal penemuan
Teori Evolusi, serta menyimpangkan konsep fundamental teori ini sebagai filsafat Ateisme. Secara
tidak sadar, Charles Darwin telah mengikuti petunjuk Al-Quran dalam surrah 29:20.
Qul (say) seeroo (travel) fee (in) al-ardi (the Earth) fanthurookayfa (and see how)
badaa (He originated) alkhalqa (the creation) thumma (then) Allahu (Allah) yunshi-o
(will produce) annash-ata al-akhirata (the final creation) inna (indeed) Allaha (Allah)
AAala (on) kulli (every) shay-in (thing) qadeer (is all powerfull)
Katakanlah: “Menjelajahlah di muka bumi, dan perhatikanlah bagaimana Allah
memulai penciptaan manusia, kemudian Allah menjadikan kesudahannya.
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
(Quran Surrah Al-Ankabut 29:20)
Sebuah buku karya Dr. Shanavas yang berjudul “Islamic Theory of Evolution” benar-benar
menerangkan sudut pandang yang komprehensif baik dalam wilayah ilmiah ataupun teologis.
Beliau menjelaskan kesalahan-pahaman orang-orang yang berpikir bahwa Charles Darwin
merupakan pencetus ide Evolusi. Padahal, sang kakek pun, Erasmus Darwin, telah ter-influence
oleh karya-karya ilmuwan Muslim. Ironisnya, ketika jaman keemasan Muslim mulai runtuh,
pemikiran rasional dan metodologi Al-Quran yang sangat ilmiah semakin ditinggalkan. Mayoritas
Muslim beralih memahami Al-Quran dengan cara yang dogmatik disertai cerita-cerita fiksi yang
terdengar ajaib. Masa-masa kejayaan Islam dalam bidang ilmu pengetahuan telah beralih menjadi
primitif dan fanatik.
Tidak sedikit Muslim yang mengutip ungkapan gereja Katolik, bahwa “Agama dan Logika
tidak dapat disatukan”. Dengan pemahaman tersebut, otak kita telah terprogram untuk mau
menerima pemahaman agama yang bertentangan dengan logika dan akal sehat. Segala sesuatu
terjawab oleh Iman, sebab iman tidak boleh dipertanyakan. Bukankah Muhammad Rasulullah
mewajibkan setiap Muslim untuk menuntut ilmu sejak dibuaian hingga ke liang lahat? Afalaa
ta’qilun (apakah mereka tidak menggunakan akal)? Afalaa tatafakkaruun (Apakah mereka tidak
berpikir)?
Bila kita mengingat masa-masa kemunculan ilmuwan-ilmuwan Muslim, Ali Ibni Sina yang
lebih dikenal dengan Avicenna, dan Abu Bakar Muhammad bin Zakaria Al-Razi, telah
menelurkan buku kedokteran yang menjadi rujukan universitas-universitas di Eropa selama
berabad-abad. Buku-buku karya Avicenna dianggap sebagai ensiklopedia ilmu pengetahuan dan
menjadi rujukan penting di Montpelier dan Universitas Louvain hingga pertengahan abad ke-17.
Begitupun Abu Bakar bin Tufail (Abubacer) dan seorang filsuf bernama Abu Al-Walid
Muhammad ibnu Rusyd (Averroes).
7 Abad setelah Al-Jahiz, dunia dihadirkan lagi oleh seorang ilmuwan dan filsuf Muslim
yang bernama Ibnu Khaldun. Beliau menjabarkan asal-usul spesies manusia dalam bukunya yang
berjudul “Muqaddimah”. Gagasan seperti ini pun didukung oleh banyak ilmuwan dan filsuf-filsuf
Muslim di masa lalu, seperti Al-Biruni, Muhammad Al-Haytham (Alhazen), Ibnu Arabi, dan juga
Jalaluddin Rumi. Beliau memberikan pernyataan secara tegas terhadap sikap deterministik Allah
dalam kreasi-Nya: “Anda tidak akan pernah menemukan perubahan dalam mekanisme
penciptaan Allah.”
Mengutip ulang ucapan Ibnu Khaldun, bahwa tidak ada perubahan dari mekanisme Allah.
Begitupun terhadap tatanan alam semesta, hukum alam ataupun hukum fisika yang sudah menjadi
tradisi Allah dalam mengatur keteraturan universe/multiverse. Seluruh Ulama Muslim
mengetahui, mekanisme Allah ini dikenal dengan sebutan Sunatullah. Adanya keteraturan dari
complexity universe inilah yang menjadi bukti kuat terhadap adanya sang pengatur.
Faaqim (so set) wajhaka (your face) liddeeni (to the truth) haneefan (upright) fitrata
Allahi (nature made by Allah) allatee (which) fatara (He has created) annasa
(mankind) AAalayha (on it) la (no) tabdeela (changes) likhalqi Allahi (in the creation
of Allah) thalikaaddeenu (that is the religion) alqayyimu (the correct) walakinna (but)
akthara (most) annasi (men) la yaAAlamoon (do not know).
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lururs kepada jalan kebenaran; tetaplah atas
fitrah Allah. Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah tersebut. Tidak ada
perubahan pada fitrah itu. Itulah agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui.
(Quran Surrah Ar-Rum 30:30)
Inna (indeed) fee (in) khalqi (the creation) assamawati (the heavens) wal-ardi (and the
Earth) wakhtilafi (and in the alternation) allayli (the night) wannahari (and the day)
laayatin (surely signs) li-olee (for men) al-albab (understanding). Allatheena (those
who) yathkuroona (remember) Allaha (Allah) qiyaman (standing) waquAAoodan
(and sitting) waAAala (and on) junoobihim (their sides) wayatafakkaroona (and they
reflect) fee (on) khalqi (the creation) assamawati (the heavens) wal-ardi (and the
Earth) rabbana (our Lord) ma (not) khalaqta (You have created) hatha (this) batilan
(in vein) subhanaka (glory be to You) faqina (so save us) AAathaba (from the
punishment) annar (of fire).
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang
mengingat Allah ketika berdiri atau duduk atau pun dalam keadan berbaring dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi: "Ya Tuhan kami, tiadalah
Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami
dari hukuman-Mu, api neraka.
(Quran Surrah Ali Imran 3:190-191)
Ilustrasi Ibnu Khaldun
Sayangnya politik menjatuhkan era kejayaan pemikiran Muslim menjadi masa kebodohan.
Kebanyakan ilmuwan Muslim tertuduh sebagai bid’ah, sesat, bahkan murtad. Padahal kebanyakan
kita telah melawan ilmu pengetahuan dengan senjata yang salah. Perlu diketahui, untuk
menafsirkan Al-Quran dalam ranah sciences, maka sang penafsir haruslah memahami seluk beluk
perkembangan sciences, agar tidak terjerambab ke dalam pemahaman primitif seperti sebagaian
ulama akhir-akhir ini yang justru meyakini konsep Geosentris sebagai fakta. Ironisnya, Charles
Darwin mengadopsi pemahaman Teori Evolusi menurut Al-Quran, sedangkan Syaikh Bin Baz
justru mengadopsi pemahaman Geosentris menurut Injil Kristen.
Memang tidak semua spesies berevolusi, akan tetapi keragaman spesies memang berasal
dari evolusi. Meskipun kesombongan manusia telah menyepakati gagasan, bahwa manusia
merupakan tahap akhir evolusi yang jutaan tahun lagi pun tidak akan berubah menjadi Superman.
Sebagian kaum agamais menganggap Evolusi sebagai gagasan peniadaan Tuhan. Ketahuilah, saya
pernah berdiskusi dengan beberapa ateis, dan mereka terkejut dengan pemahaman saya yang
mengamini Teori Evolusi. Alhasil, mereka pun tidak memiliki argumen untuk menyerang konsep
ketuhanan yang saya pahami. Bahkan seorang sahabat Ateis berinisial L mengungkapkan kepada
saya :
“Sejauh yang aku pelajari dari anda tentang Islam, aku memiliki dua point. Yang
pertama, kebanyakan mayoritas salah persepsi terhadap pemahaman Islam yang
sejati. Atau yang kedua, anda memahami Islam versi 2.0 yang berbeda dari
pemahaman mayoritas Islam primitif. Jika aku harus membenarkan sebuah agama,
maka Islam versi 2.0 yang anda terangkan ini tentu akan memberantas seluruh
agama-agama yang ada, jika Islam 2.0 memang selalu sejalan dengan fakta ilmiah
dan kebenaran.”
—(Nama disamarkan)
Sedikit menjelaskan pernyataan sahabat saya tersebut, tidak pernah ada Islam 2.0; melainkan
sebatas kesalahpahaman sebagian besar orang terhadap Islam yang sebenarnya. Tolak ukur
kebenaran tidak berdasarkan pada kwantitas pemahaman, melainkan kualitasnya. Sebuah hadits
memberikan kita pesan yang sangat kuat: “Tetaplah berdiri pada kebenaran meskipun seorang
diri.”
Wa-in (and if) tutiAA (you obey) akthara (most) man fee al-ardi (those upon the
earth) yudillooka (they will mislead you) AAan (from) sabeeli (the way of) Allahi
(Allah) in (not) yattabiAAoona (they follow) illa (except) aththanna (the assumption)
wa-in (and not) hum (they do) illa (except) yakhrusoon (guess).
Dan jika kamu mengikuti kebanyakan orang-orang yang ada di muka bumi, niscaya
mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti
persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah memutarbalikkan.
(Quran Surrah Al-An’am 6:116)
Haruskah saya bangga terhadap pujian seorang ateis? Sepertinya tidak ada salahnya. Sebab
decak kagum seorang ateis akan sebuah agama, merupakan indikasi kemajuan berpikir dengan
alur yang benar. Sebagian ilmuwan terlalu alergi untuk memperhitungkan Tuhan di dalam
mekanisme kehidupan yang sangat rumit dan teratur ini. Sebagian kalangan religius justru anti-
evolusi dan mengabaikan berbagai bukti-bukti mengenai fosil dan lain sebagainya. Tidakkah
sepatutnya kedua fakta ini bertemu menjadi serangkaian konklusi yang mencerahkan pemikiran
manusia? Sebagian manusia terlalu sombong dan merasa terhina bila mereka dikelompokkan
dengan golongan spesies yang lebih rendah. Padahal kita semua berasal dari setetes air mani yang
menjijikkan dan berakhir menjadi bangkai yang bau.
Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah?
Padahal Dia benar-benar telah menciptakan kamu secara bertahap.
(Quran Surrah Nuh 71:13-14)
ADAM & EVOLUSI
Al-Quran menjelaskan sistem penciptaan Allah dengan proses bertahap. Adapun sebagian
kecil dari sistem-Nya merupakan proses yang instant, seperti mukjizat nabi Musa perihal tongkat
menjadi ular, ataupun penciptaan non duniawi (non fisik) yang ada di surga, ruh-ruh, bidadari, dan
lain sebagainya.
Inna (indeed) ansha/nahunna (We have produced them) inshaa (into a creation).
Sesungguhnya Kami menciptakan mereka dengan langsung.
(Quran Surrah Al-Waqi’ah 56:35)
Singkatnya, ruh-ruh manusia (termasuk Adam sebagai ruh manusia pertama), diciptakan
oleh Allah secara langsung. Ruh ibarat sebuah software atau sistem operasi, sedangkan Jasad
ibarat hardware atau device nya. Device dibatasi oleh spesifikasi, kecepatan prosesor, ram, dan
lain sebagainya. Manusia serba memiliki keterbatasan semasa hidup di Bumi. Sebab manusia
dibatasi oleh spesifikasi Jasad/Tubuh yang dimilikinya, berupa tinggi badan, IQ, kekuatan fisik,
dan lain sebagainya. Memang sebagian hardware bisa saja di upgrade dengan melakukan olahraga
dan lain sebagainya, akan tetapi kita tidak akan mampu mengubah total dengan menyalahi aturan
pabriknya.
Sebuah hadits mengatakan bahwa manusia telah berkompromi dengan Allah dalam
menentukan takdirnya sebelum ia terlahir ke Bumi. Bahkan sebagian ulama mengatakan bahwa
manusia sendirilah yang meminta takdirnya. Hal ini terkonfirmasi oleh sebuah ayat di dalam Al-
Quran yang menyatakan bahwa kita (manusia) lah yang menyanggupi amanah Tuhan untuk
menjadi penanggungjawab isi Bumi, sampai pada hari kebangkitan nanti dimana pertanggung-
jawaban kita digugat. Dengan kata lain, bentuk rupa, daerah kelahiran, agama, serta keterbatasan
apapun yang kita miliki, adalah pilihan diri kita sendiri.
Inna (indeed) AAaradna (We offered) al-amanata (the trust) AAala (to) assamawati
wal-ardi (the heavens and the earth) waljibali (and the mountains) faabayna (but they
refused) an (to) yahmilnaha (bear it) waashfaqna (and they feared) minha (from it)
wahamalaha (but bore it) al-insanuinnahu (indeed the man) kana (was) thalooman
(unjust) jahoola (ignorant), LiyuAAaththiba Allahu (so that Allah may punish)
almunafiqeenawalmunafiqati (the hypocrite men and hypocrite woman)
walmushrikeena walmushrikati (and the men and women who associate others with
Him) wayatooba Allahu (and Allah will turn) AAala (to) almu/mineena walmu/minati
(the believing men and the believing women) wakana Allahu (and Allah is) ghafooran
(oft-forgiving) raheema (most merciful).
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-
gunung, namun semuanya enggan untuk memikul beban itu dan takut akan
mengkhianatinya. Dan manusialah yang memikulnya, sedangkan ia tidak adil dan
bodoh, sehingga Allah mengazab orang-orang munafik baik laki-laki dan perempuan
dan orang-orang musyrikin baik laki-laki dan perempuan; dan sehingga Allah
menerima taubat orang-orang beriman baik laki-laki dan perempuan. Dan adalah
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(Quran Surrah Al-Ahzab 33:72)
Dari ayat di atas, kita dapat memetik pelajaran yang sangat berharga. Bahwa kita semua
yang sedang menjalani hidup di Bumi, pernah merasa sangat yakin untuk mampu mengemban
amanah Tuhan menjadi sang pengelola Bumi dan seisinya. Mungkin kita telah berjanji untuk
mampu mengadakan perbaikan-perbaikan di Bumi, dengan meminta bekal kecerdasan dan
kemampuan berpikir yang baik. Alhasil, kita justru menjadi sombong dan menghapuskan
eksistensi Tuhan dalam filsafat hidup kita.
Ini masih berupa dugaan sementara, setidaknya dugaan ini tidak melenceng dari bunyi ayat
di atas. Dugaan pertama, kita telah mutlak ditentukan kadar fisik dan kehidupan di Bumi oleh
Allah dan kita menyetujuinya. Dugaan kedua, kita telah bernegosiasi dan membuat kesepakatan
dengan Allah. Sedangkan dugaan yang paling saya yakini hingga detik ini, adalah kita telah
diberikan kebebasan memilih oleh Allah. Akan tetapi, kita harus benar-benar berkomitmen untuk
mengemban tugas di Bumi dengan sebaik-baiknya. Sayangnya kebanyakan manusia lalai, terlalu
buta untuk melihat, dan terlalu tuli untuk mendengar.
Namun, hari dimana kita mempertanggungjawabkan every-detail perbuatan kita, pasti akan
tiba. Semakin tinggi pilihan kita terhadap kualitas fisik yang akan disinggahi oleh ruh kita, maka
semakin besar pula beban pertanggungjawaban kita. Oleh karena itu, sebagian kecil manusia lebih
memilih untuk terlahir cacat, dikarenakan rasa takut yang lebih tinggi untuk berspekulasi. Sebab
Allah tidak akan meminta pertanggungjawaban bagi seorang manusia pun, melainkan dari apa-apa
yang telah Allah bebankan kepada mereka (lihat: Quran Surrah Al-Baqarah 2:286).
“Manusia itu asalnya dari tanah, memakan hasil tanah,
menjalani kehidupan di atas tanah, dan ketika mati pun akan kembali ke tanah. Namun kenapa
masih bersifat langit?”
--Prof. Dr. Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Buya Hamka)
Begitulah sepintas kutipan dari seorang ulama tersohor di tanah air kita, Indonesia. Beliau
merupakan salah satu tokoh yang saya kagumi. Memang, tokoh-tokoh yang saya kagumi bukan
berasal dari kalangan selebritis, melainkan para cendikiawan yang telah banyak memberikan
pencerahan bagi peradaban akal. Contohnya dari ucapan beliau, Buya Hamka, manusia berasal
dari tanah. Dimana sudah menjadi pengetahuan umum bagi umat Muslim, bahwa manusia berasal
dari tanah. Namun itu merupakan proses yang sangat panjang.
Kita tidak menyalahkan statement bahwa ‘manusia berasal dari tanah’. Namun selayaknya
kita mengetahui, bahwa antara tanah dan manusia memiliki rentang proses yang tidak singkat.
Sama seperti pernyataan bahwa ‘sebuah baju berasal dari pohon’. Kita tau bahwa Kapas
dihasilkan oleh sebuah pohon, hingga di proses menjadi benang, dan benang pun di tenun hingga
menjadi kain, barulah kain dijahit menjadi sebuah baju. Begitupun antara tanah dan manusia.
Terdapat proses kimiawi yang diperantarai oleh mekanisme alam, dengan aturan dan ketetapan
yang sudah ditetapkan oleh Allah sebagai mekanisme penciptaan-Nya (Sunatullah).
Wa-ith (and when) qala rabbuka (your Lord said) lilmala-ikati (to the angels) innee
(indeed I) khaliqun (will create) basharan (a human being) min (of) salsalin (clay) min
(from) hama-in (black mud) masnoon (altered). Fa-itha (so when) sawwaytuhu (I
have proportioned him) wanafakhtu (and I breathed) feehi (into him) min (of) roohee
(my spirit) faqaAAoo (then fall down) lahu (to him) sajideen (prostrating).
Dan ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku akan
menciptakan seorang manusia dari tanah salsal dari lumpur hama’in yang diubah.
Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan
kedalamnya ruh-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.
(Quran Surrah Al-Hijr 15:28-29)
Konteks pada ayat di atas, tidak mengindikasikan penciptaan instan. Kata “Fa-itha
sawwaytuhu” menjelaskan adanya proses yang cukup panjang terhadap penciptaan manusia.
Selama manusia belum terbentuk sempurna secara tahapan evolusi, maka ruh yang telah Allah
ciptakan secara khusus pun tidak akan pernah menghinggapi jasad makhluk-makhluk yang belum
sempurna tersebut. Sampai pada tahapan Allah telah menciptakan manusia dengan bentuk yang
sebaik-baiknya, maka saat itu pula ruh Adam singgah ke hardwarenya. Bahkan “Tanah” yang
menjadi bahan dasar penciptaan manusia pun tidak berasal satu jenis tanah saja, melainkan juga
berproses dengan senyawa-senyawa lain termasuk air (lihat: Quran Surrah Al-Anbiya 21:30).
Ma (what) lakum (is for you) la (not) tarjoona (you attribute) lillahi (to Allah) waqara
(grandeur). Waqad (and indeed) khalaqakum (He created you) atwara (in stages).
Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah? Padahal Dia benar-benar telah
menciptakan kamu secara bertahap.
(Quran Surrah Nuh 71:13-14)
… ketika Dia menjadikan kamu dari tanah ardh…
(Quran Surrah An-Najm53:32)
… dan Dia memulai penciptaan manusia dari tanah thiyn …
(Quran Surrah As-Sajdah 32:7)
Dia menciptakan manusia dari tanah salsal seperti tembikar fakhkhaar
(Quran Surrah Ar-Rahman 55:14)
Dialah yang menciptakan kamu dari tanah turaab …
(Quran Surrah Ghafir 40:67)
… Sesungguhnya Kami telah menciptakan mereka dari tanah thiynillaazib
(Quran Surrah As-Saffat 37:11)
Dari kutipan ayat-ayat di atas, tersirat makna bahwa manusia memang diciptakan dari
berbagai unsur yang berproses, seperti ardh, salsal, fakhkhaar, turaab, dan thiyn ataupun
thiynillaazib, sesuai dengan kata “Fa-itha sawwaytuhu” yang berarti “ketika aku telah
menyempurnakan tahapan kejadiannya”. Maha besar Allah yang telah menciptakan manusia
secara bertahap, sebagaimana yang tercantum dalam surrah Nuh 71:14.
Wallahu (and Allah) anbatakum (has caused you to grow) mina (from) al-ardi (the
earth) nabata (as a phyto)
Dan Allah yang menumbuhkan kamu dari tanah seperti nabati (tumbuhan).
(Quran Surrah Nuh 71:17)
Dan Allah telah menciptakan semua jenis makhluk hidup dari air, maka sebagian dari
itu ada yang berjalan di atas perutnya, dan sebagian berjalan dengan dua kaki, dan
sebagian berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya,
sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
(Quran Surrah An-Nur 24:45)
Tidak sedikit ayat-ayat yang termaktub dalam kitab yang suci ini (Al-Quran) yang secara
langsung maupun tidak langsung membela keabsahan teori evolusi. Wajar saja, mayoritas
cendikiawan Muslim sama sekali tidak menentang teori ini. Bila kita menafikan teori evolusi,
justru Al-Quran terlihat sedikit membingungkan. Berbagai ayat yang menyatakan tentang proses
terbentuknya manusia, justru ditafsirkan dengan kacamata yang berbeda. Bagaimana mungkin
manusia diciptakan dengan cara yang instan, sementara pelestariannya harus melewati proses
kopulasi? Tuhan jadi terdengar inkonsisten terhadap deterministik penciptaan-Nya, meskipun Dia
Maha Berkehendak.
Setelah kemunculan Cyano-Bacteria sebagai makhluk hidup pertama pada Era Paleozoik,
tahap evolusi yang panjang pun berjalan dengan seharusnya. Seluruh makhluk hidup diduga
berasal dari satu spesies tunggal. Melalui tahap evolusi yang teratur, terpisahlah spesies tunggal
tersebut menjadi berpasang-pasangan.
Ya ayyuha annasu (O mankind) ittaqoo (fear) rabbakumu (your Lord) allathee (the
One who) khalaqakum (created you) min (from) nafsin wahidatin (single soul)
wakhalaqa (and created) minha (from it) zawjaha (its mate) wabaththa (and dispersed)
minhuma (from both of them) rijalan (men) katheeran (many) wanisaan (and women)
wattaqoo (and fear) Allaha (Allah) allathee (whom) tasaaloona (you ask) bihi (with it)
wal-arhama (and the wombs) inna (indeed) Allaha (Allah) kana (is) AAalaykum (over
you) raqeeb (ever-watchful).
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu
dari jiwa yang tunggal, dan dari padanya Allah menciptakan pasangannya; dan dari
pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.
Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta satu
sama lain, dan bersilaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi
kamu.
(Quran Surrah An-Nisa 4:1)
MANUSIA PURBA & MANUSIA MODERN
Sekitar 7 juta tahun yang lalu, sejarah menghinggapi masa Mesozoik dimana kehidupan
purba berlangsung. Saat ini telah ditemukan banyaknya peninggalan purba di seluruh belahan
Bumi, berupa fosil-fosil yang mengindikasikan eksistensi makhluk yang seperti manusia yang
sangat terkenal dengan istilah “Manusia Purba”. Di Indonesia, kita sangat mengenal nama
Meganthropus Paleojavanicus dan Pithecantropus Erectus yang sering diumbar di bangku
sekolahan. Baik dari bentuk fisiknya, manusia-manusia purba ini mengalami transisi dari waktu ke
waktu.
Hal (has) ata (come) AAala (upon) al-insani (man) heenun (a periods) mina (of)
addahri (time) lam (not) yakun (he was) shay-an (a thing) mathkoora (mention).
Bukankah telah datang atas manusia suatu masa ketika mereka belum menjadi
sesuatu yang dapat disebut?
(Quran Surrah An-Nisa 4:1)
Sahelanthropus Tchadensis (6.000.000 BC) Australopithecus Afarensis (4.000.000 BC)
Paranthropus Boisei (2.500.000 BC) Homo Habilis (2.800.000 – 1.500.000 BC)
Homo Habilis merupakan spesies yang sejenis (homo) dengan kita (manusia), dan
merupakan genus Homo pertama yang hidup sekitar 2,8 juta tahun yang lalu, dan hanya bertahan
hingga 1,5 juta tahun yang lalu. Menurut dugaan, spesies Homo Habilis adalah satu-satunya
penyebab kemunculan Homo Ergaster. Akan tetapi sebagian pendapat menolak anggapan ini,
dikarenakan Homo Ergaster hidup dalam periode waktu yang sama dengan Homo Habilis.
Sebagian dari spesies Homo Ergaster melakukan migrasi ke Asia dan dikenal dengan nama Homo
Erectus.
Homo Ergaster dan Homo Erectus hidup terpisah kurang lebih sekitar 2 juta tahun dan telah
berkembang menjadi spesies yang berbeda. Homo Ergaster di duga kuat telah melahirkan Homo
Rhodesiensis yang menjadi cikal bakal Homo Saphiens. Homo Saphiens pertama muncul di
kawasan afrika pada sekitar 250 ribu tahun yang lalu, dan sempat hidup berbaur dengan Homo
Neanderthal. Homo Heidelbergensis, Homo Neanderthal, Hominin Denisova, dan Homo Saphiens
sempat hidup dalam periode yang sama. Meskipun saat ini hanya tersisa satu spesies manusia yang
terdiri dari berbagai Ras, yaitu Homo Saphiens.
Homo Ergaster (1.900.000 – 1.400.000 BC) Homo Erectus (1.900.000 – 1.000.000 BC)
Homo Heidelbergensis (600.000 – 200.000 BC) Homo Rhodesiensis (300.000 – 125.000 BC)
Homo Neanderthal (500.000 – 30.000 BC) Homo Saphiens (200.000 BC until now)
Khalaqa (He created) assamawati (the heavens) wal-arda (and the earth) bilhaqqi
(with truth) wasawwarakum (and He formed you) faahsana (and made good)
suwarakum (your forms) wa-ilayhi (and to Him) almaseer (is the final return).
Dia menciptakan langit dan bumi dengan sebenar-benarnya. Dia membentuk rupamu
dan menyempurnakan rupamu itu; dan hanya kepada-Nya-lah tempat kembalimu.
(Quran Surrah At-Taghabun 64:3)
Para Malaikat, adalah makhluk yang tidak memiliki progresi sikap. Apapun sikap yang
dihasilkan oleh sang malaikat, adalah semata-mata karena perintah Tuhan. Ibarat sebuah komputer
yang selalu mengikuti perintah apapun yang diinstruksikan oleh sang user, begitu juga malaikat
yang selamanya akan selalu tetap manut kepada sang Tuhan semesta alam. Akan tetapi ketika
Tuhan ingin menjadikan manusia sebagai golongan Leader bagi Bumi dan seisinya, malaikat
kebingungan. Mengapa Allah mengangkat kepemimpinan dari sosok makhluk yang bejat? Lantas
apakah tolak ukur sang malaikat? Tentu saja sikap para manusia purba yang gemar bertikai.
Wa-ith (and when) qala (said) rabbuka (your Lord) lilmala-ikati (to the Angels) innee
(indeed I am) jaAAilun (going to place) fee (in) al-ardi (the earth) khaleefatan (a
vicegerent) qaloo (they said) atajAAalu (will You place) feeha (in it) man (who)
yufsidu (will spread corruption) feeha (in it) wayasfiku (and will shed) addimaa (the
bloods) wanahnu (while we) nusabbihu (glorify You) bihamdika (with Your praises)
wanuqaddisu (and we sanctify) laka (to You) qala (He said) innee (indeed) aAAlamu
(I know) ma (what) la (not) taAAlamoon (you know).
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Akankah
Engkau hendak menjadikan mereka yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang
tidak kamu ketahui".
(Quran Surrah Al-Baqarah 2:30)
Sekitar 200.000 tahun sebelum masehi, Homo Saphiens pertama ditemukan di bagian Timur
Afrika. Sebagian besar kaum teologis yang mendukung teori evolusi, berspekulasi bahwa Homo
Saphiens pertama ini adalah Adam. Peradaban modern pun muncul dari sini. Ketika karakteristik
Homo Saphiens memiliki tingkat kebijaksanaan dan kecerdasan yang jauh berada di atas Homo
Neanderthal, Homo Rhodesiensis, ataupun Homo Heidelbergensis, para malaikatpun mengakui
kesalahan penilaian mereka terhadap Adam. Ketika Ruh Adam Allah tempatkan kepada jasad
manusia, para malaikat telah meragukan hal ini sebelumnya, seperti yang telah tercantum dalam
kutipan surrah Al-Baqarah 2:30 di atas. Maka, pengetahuan Allah memang jauh melampaui
perkiraan para malaikat, sehingga para malaikat pun menghormati Adam.
Dan Dia memberitahukan kepada Adam tentang seluruh nama-nama, kemudian
mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku
nama benda-benda itu jika kalian memang termasuk orang-orang yang benar!”
Mereka menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa
yang telah Engkau beritahukan kepada kami; sesungguhnya Engkau yang Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. Allah berfirman: “Hai adam, beritahukanlah
kepada mereka tentang seluruh nama-nama.” Seusai Adam menyebutkan nama-nama
tersebut, Allah berfirman: “Bukankah sudah Ku-katakan kepada kalian, bahwa
sesunggunya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang
kalian tampakkan ataupun yang kalian sembunyikan?”
(Quran Surrah Al-Baqarah 2:31-33)
Ayat tersebut benar-benar menerangkan tentang pembeda Adam dengan genus homoid
lainnya (manusia purba) yang ada pada generasi sebelumnya. Adam mampu bertata bahasa,
mengenal nama-nama benda, dan tentu saja malaikat terbelalak heran. Allah pun menegaskan
kepada para malaikat, “Bukankah aku lebih mengetahui apa yang tidak kalian ketahui?”. Makhluk
cerdas pertama inilah yang menyandang gelar ‘Homo Saphiens’ yaitu manusia modern yang
cerdas lagi bijaksana.
Adam tidak diciptakan di Bumi, tetapi diturunkan dimuka Bumi dengan jasad yang terbuat
dari bagian Bumi (tanah). Adam bukan pula genus Homoid pertama, dan bukan pula beliau
merupakan manusia purba yang berpikiran dangkal. Adam ditunjuk sebagai seorang “Khalifah”
yang secara etimologi merupakan pemimpin, penerus, ataupun pengganti. Dengan kata lain,
memang sudah terdapat makhluk yang serupa manusia di muka Bumi ini. Bahkan Homo Saphiens
pertama adalah genus yang berhasil melalui fase evolusi dari genus Homidin (sejenis manusia)
sebelumnya. Dengan kesimpulan singkat, Adam merupakan makhluk bijaksana pertama yang
mendapat gelar sebagai “nabi” dan menuntun para manusia-manusia di sekitarnya untuk menjadi
lebih maju.
Warabbuka (and your Lord) alghaniyyu (the self sufficient) thoo (possessor)
arrahmati (mercy) in (if) yasha/ (He will) yuthhibkum (He can take you away)
wayastakhlif (and grant succession) min (from) baAAdikum (after you) mayashao (to
whom He wills) kama (as) anshaakum (He raised you) min (from) thurriyyati (the
descendants) qawmin (of people) akhareen (other).
Dan Tuhanmu Maha Kaya lagi mempunyai rahmat. Jika Dia menghendaki niscaya
Dia memusnahkan kamu dan menggantimu dengan siapa yang dikehendaki-Nya
setelah kamu punah, sebagaimana Dia telah menjadikan kamu dari keturunan orang-
orang lain.
(Quran Surrah Al-An’am 6:133)
Adam bukanlah satu-satunya Homo Saphiens, akan tetapi dugaan terkuat menyatakan bahwa
Adam merupakan Homo Saphiens pertama. Adapun yang beranggapan bahwa Adam hanya
sebatas nabi pertama. Saya lebih condong kepada pendapat pertama, meskipun pemikiran saya
bisa saja mengalami perubahan di kemudian hari.
Pola kehidupan berburu sepertinya masih digalakkan oleh Ras Adam pada zaman tua yang
telah lalu. Akan tetapi perburuan tersebut dilakukan dengan cara yang jauh lebih beradab dan lebih
cerdas. Homo Saphiens sempat tinggal bersama manusia-manusia purba yang lainnya.
Permusuhan di antara mereka mungkin saja bisa terjadi. Akan tetapi cukup sulit menelaah
kebenaran asumsi tersebut, sebab kita tidak berada pada masa yang sama.
Data-data arkeologi telah menerangkan kronologis kepunahan spesies manusia purba.
Sebagian kepunahan akibat bencana Toba di Indonesia, yang kisahnya cukup tersohor pada
kalangan ilmuwan. Sebagian lagi diakibatkan oleh iklim alam yang tidak kontributif terhadap
DNA mereka. Bumi kita sempat mengalami kedinginan yang sangat dahsyat, yang mengakibatkan
virus influenza merajalela. Lagi-lagi teori seleksi alam yang telah dicetuskan oleh Al-Jahiz
mendapat konfirmasi pada era modern, bahwa banyak spesies Homidin tersingkir dari kehidupan
di Bumi.
Berbeda dengan DNA Homo Saphiens yang lebih tahan terhadap virus influenza, sehingga
genus Homo Saphiens tidak menghadapi kepunahan seperti yang telah dialami oleh genus-genus
Homidin lainnya. Bahkan Homo Neanderthal yang meskipun memiliki sebagian DNA manusia
pun, tidak mampu bertahan dalam seleksi alam. Tentu saja segala macam proses, kejadian, dan
fenomena alam ini tidak berlangsung secara random ataupun kebetulan. Telah ada keteratuan dan
aturan yang telah di atur oleh sang Maha Pengatur.
Laqad (indeed) khalaqna (We created) al-insana (man) fee (in) ahsani (the best)
taqweem (mould).
Sungguh Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang paling baik.
(Quran Surrah At-Tin 95:4)
Walaqad (and certainly) karramna (We have honored) banee adama (the children of
Adam) wahamalnahum (and We carried them) fee (on) albarri (the land) walbahri
(and the sea) warazaqnahum (and We have provided them) mina (of) attayyibati (the
good things) wafaddalnahum (and We preferred them) AAala (over) katheerin (many)
mimman (of those whom) khalaqna (We have created) tafdeela (with preference).
Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkat mereka di
daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami
lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang
telah Kami ciptakan.
(Quran Surrah Al-Isra 17:70)
Manusia tidak berasal dari Monyet, ataupun Simpanse, ataupun Gorilla. Tetapi kita
berasal dari nenek moyang yang sama. Secara klasifikasi taksonomi, kita berada pada satu
familia. Sama halnya seperti Sapi, Kerbau, Kuda, Banteng, Gajah, dan lain sebagainya yang
berasal dari satu familia. Maka berhentilah mengatakan bahwa manusia berasal dari Monyet,
sebab kita hanya berkerabat. Para kaum relijius fanatik menjadikan ini sebagai bahan olok-‐
olokan bagi orang-‐orang yang mempercayai evolusi. Mereka merasa terhina untuk
berkerabat dengan Kera, sedangkan itu adalah buah dari kesombongan. Karena lebih jauh
lagi, kita berasal dari tanah dan akan kembali ke tanah. Lantas mengapa masih bersifat
langit?
-‐Julian Syahputra-‐
top related