isi makalah kwn
Post on 17-Jan-2016
16 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Globalisasi yang semakin berkembang memicu semakin meningkatnya tindak
kejahatan yang terjadi di masyarakat. Hal ini terjadi karena berbagai informasi dan
kebudayaan luar masuk ke Indonesia yang tidak mengalami pengawasan. Saah satu
contoh kasus tindak kejahatan yang saat ini sedang berkembang di Indonesia adalah
human trafficking atau perdagangan manusia. Human trafficking merupakan tindak
kejahatan berupa perdangangan manusia, dalam hal ini yang paling sering terjadi
menimpa anak-anak dan para wanita. Anak-anak dan wanita tersebut menghadapi
sebuah perekrutan, baik sengaja maupun tidak sengaja, yang kemudian dipekerjakan.
Pekerjaan tersebut sangat beragam, mulai dari pembantu rumah tangga, pegawai biasa
hingga wanita penghibur.
Kasus human trafficking di Indonesia merupakan tindak kejahatan yang cukup
serius. Migrant Care Indonesia memperkirakan sebanyak 43 persen atau sekitar 3 juta
dari total buruh migran Indonesia adalah korban human trafficking. Data ini tidak hanya
mencakup pekerja migran yang bekerja secara illegal namun juga mereka yang secara
resmi mengikuti mekanisme pemerintah alias pekerja migran legal. Korban
perdagangan manusia sangat rawan terhadap eksploitasi, baik secara seksual maupun
kerja paksa. Sementara itu, secara umum Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) mencatat, sepanjang tahun 2010 hingga 1
November, kasus penganiayaan yang menimpa TKI kita cukup tinggi. Yakni sebanyak
3.835 di 18 negara tujuan pengiriman. Ini yang berhasil didata. Kasus di lapangan
dipastikan jauh lebih besar.
Data yang lebih mencengangkan tentang kasus human trafficking di Indonesia
dirilis oleh Departemen Luar Negeri Amerika Serikat pada 2010 yang menyebutkan
bahwa Indonesia merupakan negara sumber utama human trafficking, negara tujuan dan
transit bagi perempuan, anak-anak dan orang-orang yang menjadi sasaran human
trafficking, khususnya prostitusi dan kerja paksa. Ini terjadi karena migrasi yang
berlangsung di Indonesia adalah migrasi yang tidak aman, sehingga trafficking seakan
menjadi bagian integral dalam proses migrasi itu sendiri. Mulai dari pemalsuan
1
dokumen, pemalsuan identitas, umur, kemudian akses informasi yang tidak sampai ke
basis calon buruh migran sampai minimnya perlindungan hukum dari negara.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai apa itu perdagangan manusia
khususnya perempuan dan anak, bagaimana bentuk, tujuan dan pola perdagangan serta
upaya penanggulangannya. Untuk mengetahui lebih lanjut berbagai hal mengenai
human trafficking akan dibahas pada bab selanjutnya.
1.2 Permasalahan
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Apa faktor-faktor yang memicu terjadinya human trafficking?
2. Apa saja bentuk-bentuk human trafficking?
3. Siapa saja yang menjadi sasaran dari human trafficking?
4. Bagaimana kondisi kasus human trafficking yang terjadi saat ini?
5. Bagaimana pemeran pemerintah dan peraturan yang ada terkait dengan semakin
maraknya kasus human trafficking?
6. Bagaimana upaya pencegahan yang dapat dilakukan terhadap kasus human
trafficking?
7. Apakah faktor penghambat upaya pencegahan kasus human trafficking?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang diharapkan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang memicu terjadinya human trafficking.
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk human trafficking.
3. Untuk mengetahui sasaran dari human trafficking.
4. Untuk mengetahui kondisi kasus human trafficking yang terjadi saat ini.
5. Untuk mengetahui peran pemerintah dan peraturan yang ada terkait dengan
semakin maraknya kasus human trafficking.
6. Untuk mengetahui upaya pencegahan yang dapat dilakukan terhadap kasus
human trafficking.
2
7. Untuk mengetahui faktor penghambat upaya pencegahan kasus human
trafficking.
1.4 Manfaat
Manfaat yang akan didapat dari penulisan makalah ini antara lain:
1. Mampu mengetahui berbagai informasi mengenai kasus human trafficking.
2. Sebagai informasi kepada masyarakat mengenai kasus human trafficking
sehingga masyarakat dapat berhati-hati agar tidak menjadi korban tindakan
human trafficking.
3
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Human Trafficking
Trafficking adalah tindakan perekrutan, pengiriman, penampungan, pemindahan
atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan,
penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi
rentan, penjeratan utang atau memberi manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari
orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan didalam
negara maupun antar negara untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang
tereksploitasi. Human trafficking juga dapat dikatakan sebagai tindakan perdagangan
manusia.
2.2 HAM
Berdasar UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Bab I
Ketentuan Umum Pasal 1, Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat
pada hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakan anugrah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh
Negara, hokum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan
harkat dan martabat manusia.
4
BAB III
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini, akan dibahas berbagai informasi yang terkait dengan kasus human
trafficking atau tindakan perdagangan manusia.
3.1 Faktor-faktor yang Memicu Terjadinya Human Trafficking
1. Kurangnya Kesadaran
Banyak orang yang bermigrasi untuk mencari kerja baik di Indonesia ataupun di
luar negeri tidak mengetahui adanya bahaya trafficking dan tidak mengetahui
cara-cara yang dipakai untuk menipu atau menjebak mereka dalam pekerjaan
yang disewenang-wenangkan atau pekerjaan yang mirip perbudakan.
2. Kemiskinan
Kemiskinan telah memaksa banyak keluarga untuk merencakanan strategi
penopang kehidupan mereka termasuk bermigrasi untuk bekerja dan bekerja
karena jeratan hutang, yaitu pekerjaan yang dilakukan seseorang guna
membayar hutang atau pinjaman.
3. Keinginan Cepat Kaya
Keinginan untuk memiliki materi dan standar hidup yang lebih tinggi memicu
terjadinya migrasi dan membuat orang-orang yang bermigrasi rentan terhadap
trafficking.
4. Faktor Budaya
Faktor-faktor budaya berikut memberikan kontribusi terhadap terjadinya
trafficking
a. Peran Perempuan dalam Keluarga
Meskipun norma-norma budaya menekankan bahwa tempat perempuan
adalah di rumah sebagai istri dan ibu, juga diakui bahwa perempuan
seringkali menjadi pencari nafkah tambahan/pelengkap buat kebutuhan
keluarga. Rasa tanggung jawab dan kewajiban membuat banyak wanita
bermigrasi untuk bekerja agar dapat membantu keluarga mereka.
b. Peran Anak dalam Keluarga
5
Kepatuhan terhadap orang tua dan kewajiban untuk membantu keluarga
membuat anak-anak rentan terhadap trafficking. Buruh/pekerja anak,
anak bermigrasi untuk bekerja, dan buruh anak karena jeratan hutang
dianggap sebagai strategi-strategi keuangan keluarga yang dapat diterima
untuk dapat menopang kehidupan keuangan keluarga.
c. Perkawinan Dini
Perkawinan dini mempunyai implikasi yang serius bagi para anak
perempuan termasuk bahaya kesehatan, putus sekolah, kesempatan
ekonomi yang terbatas, gangguan perkembangan pribadi, dan seringkali,
juga perceraian dini. Anak-anak perempuan yang sudah bercerai secara
sah dianggap sebagai orang dewasa dan rentan terhadap trafficking
disebabkan oleh kerapuhan ekonomi mereka.
d. Sejarah Pekerjaan karena Jeratan Hutang
Praktek menyewakan tenaga anggota keluarga untuk melunasi pinjaman
merupakan strategi penopang kehidupan keluarga yang dapat diterima
oleh masyarakat. Orang yang ditempatkan sebagai buruh karena jeratan
hutang khususnya, rentan terhadap kondisi-kondisi yang sewenang-
wenang dan kondisi yang mirip dengan perbudakan.
5. Kurangnya Pencatatan Kelahiran
Orang tanpa pengenal yang memadai lebih mudah menjadi mangsa trafficking
karena usia dan kewarganegaraan mereka tidak terdokumentasi. Anak-anak yang
ditrafik, misalnya, lebih mudah diwalikan ke orang dewasa manapun yang
memintanya.
6. Kurangnya Pendidikan
Orang dengan pendidikan yang terbatas memiliki lebih sedikit keahlian/skill dan
kesempatan kerja dan mereka lebih mudah ditrafik karena mereka bermigrasi
mencari pekerjaan yang tidak membutuhkan keahlian.
7. Korupsi dan Lemahnya Penegakan Hukum
Pejabat penegak hukum dan imigrasi yang korup dapat disuap oleh pelaku
trafiking untuk tidak mempedulikan kegiatan-kegiatan yangbersifat kriminal.
Para pejabat pemerintah dapat juga disuap agar memberikan informasi yang
tidak benar pada kartu tanda pengenal (KTP), akte kelahiran, dan paspor yang
6
membuat buruh migran lebih rentan terhadap trafficking karena migrasi ilegal.
Kurangnya anggaran dana negara untuk menanggulangi usaha-usaha trafficking
menghalangi kemampuan para penegak hukum untuk secara efektif menjerakan
dan menuntut pelaku trafficking.
3.2 Bentuk-bentuk Human Trafficking
Bentuk-bentuk kasus human trafficking yang terjadi saat ini adalah:
1. Kerja paksa seks dan eksploitasi seks
2. Pembantu Rumah Tangga (PRT)
3. Bentuk lain dari kerja migran
4. Penari, penghibur dan pertukaran budaya. Kasus human trafficking ini terutama
terjadi di luar negeri.
5. Pengantin pesanan. Kasus human trafficking ini terutama terjadi di luar negeri.
6. Buruh atau pekerja anak.
7. Penjualan bayi melalui perkawinan palsu. Kasus human trafficking ini terutama
terjadi di luar negeri.
3.3 Sasaran Human Trafficking
Human trafficking atau sering disebut dengan perdagangan manusia tentu saja
menjadikan manusia sebagai target operasinya. Sasaran human trafficking yang paling
sering menjadi korban adalah:
1. Anak-anak jalanan
2. Orang yang sedang mencari pekerjaan dan tidak mempunyai pengetahuan
informasi yang benar mengenai pekerjaan yang akan dipilih
3. Perempuan dan anak di daerah konflik dan yang menjadi pengungsi
4. Perempuan dan anak miskin di kota atau pedesaan
5. Perempuan dan anak yang berada di wilayah perbatasan anatar Negara
6. Perempuan dan anak yang keluarganya terjerat hutang
7. Perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga, korban pemerkosaan
7
3.4 Kasus Human Trafficking yang Terjadi Saat Ini
Kasus human trafficking sedang berkembang. Berbagai kasus perdagangan
manusia, khususnya wanita dan anak-anak telah meresahkan masyarakat. Beberapa
kondisi di masyarakat yang menunjukkan berkembanganya tindakan kejahatan
perdagangan manusia adalah sebagai berikut:
1. Bareskrim Mabes Polri mencatat tahun 1999 hingga Desember 2007 terdapat
514 kasus Human Trafficking:
o orang dewasa (81%)
o 238 anak (19%)
2. Berdasar perhitungan Elizabeth Dunlap, Manajer program IOM Indonesia,
korban perdagangan manusia mulai Maret 2005 – Januari 2008 mencapai 3.042
orang:
o 5 bayi perempuan
o 651 anak perempuan
o 134 anak laki-laki
o perempuan dewasa
o 206 pria dewasa
3. Departemen Luar Negeri AS menyebutkan bahwa Malaysia dan Singapura
adalah turis terbesar dalam bidang pelayanan seks
4. Kisah sedih korban perdagangan manusia sudah sering diungkap. UU Nomor 21
Tahun 2007 mengenai Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang pun
telah disahkan, tetapi perdagangan manusia tidak juga bisa diberantas.
Trafficking banyak yang tidak terlaporkan karena tergolong kasus kriminal,
ilegal, tersembunyi, terorganisasi dengan rapi sehingga sangat sulit mendapatkan
data yang benar-benar valid.
Secara empiris, sebagian besar korban memang perempuan. Laki-laki yang
menjadi korban perdagangan manusia umumnya adalah remaja laki-laki. Mereka
dipekerjakan di jermal atau korban kaum pedofilia. Dalam budaya masyarakat yang
patriarki, masih terdapat diskriminasi jender. Perempuan dan anak perempuan seolah
hanya jadi pelengkap seksualitas dan dianggap rendah.
Budaya yang sudah mengakar sejak dulu itu, sulit sekali diubah. Kondisi ini
diperparah dengan banyaknya kemiskinan, pengangguran, kawin usia dini, serta budaya
8
masyarakat yang hanya mencari kerja bukan menciptakan kerja. Masyarakat, khususnya
perempuan, yang berada dalam kondisi terjepit secara ekonomi dan sosial itu mudah
sekali diiming-imingi dan dibujuk oleh para calo. Mereka dijanjikan bekerja di kota atau
di luar negeri dengan janji upah yang tinggi. Namun, sesungguhnya yang terjadi adalah
penipuan.
Para pelaku perdagangan manusia semakin cerdik. Mereka menciptakan
berbagai modus operandi agar calon korban terbujuk dan jejak kejahatan mereka tidak
terlacak. Selain dijanjikan bekerja di luar negeri, banyak juga gadis yang dijanjikan
menikah dengan orang asing. Pada akhirnya, mereka dipaksa bekerja sebagai pelacur
atau pekerja paksa. Buruh migran juga rawan menjadi korban perdagangan manusia.
Sedikitnya 20 persen buruh migran terjebak dalam perdagangan manusia. Banyak dari
mereka yang terpaksa lari karena tidak tahan disiksa.
3.5 Peran pemerintah dan Peraturan Terkait dengan Semakin Maraknya Kasus
Human Trafficking
Semakin maraknya kasus human trafficking tentu saja meresahkan masyarakat.
Setiap orang tentunya memiliki peluang untuk terkena kasus human trafficking. Untuk
itulah diperlukan upaya pemerintah dan masyarakat untuk mencegah dan mengurangi
tindakan kejahatan human trafficking tersebut. Berikut adalah upaya pemerintah sebagai
usaha untuk melakukan pencegahan dan mengatasi human trafficking:
1. Berpedoman pada UU No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Perdagangan Orang (PTPPO)
2. Memperluas sosialisasi UU No. 21 Tahun 2007 tentang PTPPO
3. Perlindungan anak (UU No. 23 Tahun 2003)
4. Pembentukkan Pusat Pelayanan Terpadu (PP No. 9 Tahun 2008 tentang tata cara
dan mekanisme pelayanan terpadu bagi saksi atau korban TPPO)
5. Pemerintah telah menyusun Rencana Aksi Nasional Penghapusan Perdagangan
Anak (Kepres No. 88/2002)
6. Pembentukkan Gugus Tugas PTPPO terdiri dari berbagai elemen pemerintah
dan masyarakat (PERPRES No. 69 Tahun 2008 tentang Gugus Tugas
Pencegahan dan Penanganan TPPO)
7. Penyusunan draft Perda Trafficking
9
8. Pembentukan Komnas HAM dan Pengadilan HAM
Peran pemerintah yang paling menonjol dalam usaha memberantas human
trafficking adalah dengan membuat peraturan tertulis tentang hukum pidana yang akan
dikenakan kepada setiap pelaku human trafficking dan jaminan keamanan yang
ditujukan kepada korban human trafficking. Berikut ini adalah beberapa peraturan
perundang-undangan terkait dengan kasus human trafficking:
1. Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), Pasal 285, 287-298; Pasal 506.
2. UU RI no 7 tahun 1984 (ratifkasi konvensi Penghapusan Segala Bentuk
diskriminasi terhadap Perempuan/CEDAW; pasal 2,6,9,11,12,14,15,16).
3. UU RI no 20/1999 (ratifikasi konvensi ILO no. 138 tentang Usia minimum
yang diperbolehkan bekerja),
4. UU RI no. 1/2000 (ratifikasi konvensi ILO no 182 tentang Bentuk-bentuk
Pekerjaan Terburuk untuk Anak),
5. UU RI no. 29/1999 (ratifkasi Konvensi untuk Mengeliminasi Diskriminasi
Rasial)
6. Keppres No 36/1990 ( ratifikasi Konvensi Hak Anak).
3.6 Upaya Pencegahan terhadap Kasus Human Trafficking
Semakin berkembangnya kasus human trafficking di tengah masyarakat haruslah
segera dicari solusi penyelesainnya. Untuk itulah agar kasus human trafficking tidak
semakin meluas dan berkembang, diperlukan usaha untuk mencegahnya. Berikut adalah
upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah semakin berkembangnya kasus human
trafficking:
1. Penyadaran masyarakat untuk mencegah trafficking melalui sosialisasi kepada
berbagai kalangan (Camat, Kepala Desa/Lurah,Guru, Anak Sekolah)
2. Memperluas peluang kerja melalui pelatihan keterampilan kewirausahaan,
pemberdayaan ekonomi dan lain-lain
3. Peningkatan partisipasi pendidikan anak-anak baik formal maupun informal
4. Kerjasama lintas kabupaten/provinsi dalam rangka pencegahan dan penanganan
trafficking.
5. Masyarakat berperan serta membantu upaya pencegahan dan penanganan korban
tindak pidana perdagangan orang dengan memberikan informasi/laporan adanya
10
tindak pidana perdagangan orang kepada pihak berwajib. Dan dalam melakukan
hal tersebut masyarakat berhak memperoleh perlindungan hukum.
Usaha pencegahan terhadap kasus human trafficking akan maksimal apabila
dilakukan oleh berbagai kalangan, terutama oleh masyakat sebagai elemen utama dalam
kasus tersebut. Peran serta masyarakat dalam pencegahan semakin berkembanganya
kasus human trafficking sangat diperlukan. Upaya yang dapat dilakukan oleh
masyarakat sebagai upaya untuk turut serta dalam usaha pencegahan terhadap kasus
human trafficking adalah dengan meminta dukungan ILO, Yayasan Kesejahteraan Anak
Indonesia (YKAI) melakukan Program Prevention of Child Trafficking for Labor and
Sexual Exploitation, yang bertujuan:
1. Memperbaiki kualitas pendidikan dari tingkat Sekolah Dasar sampai Sekolah
Menegah Atas untuk memperluas angka partisipasi anak laki-laki dan anak
perempuan di dua kecamatan.
2. Mendukung keberlanjutan pendidikan dasar untuk anak perempuan setelah lulus
sekolah dasar.
3. Menyediakan pelatihan keterampilan dasar untuk memfasilitasi kenaikan
penghasilan.
4. Menyediakan pelatihan kewirausahaan dan akses ke kredit keuangan untuk
memfasilitasi usaha sendiri.
5. Merubah sikap dan pola fikir keluarga dan masyarakat terhadap trafficking anak.
3.7 Hambatan terhadap Pencegahan terhadap Kasus Human Trafficking
Dalam upaya pencegahan terhadap semakin maraknya kasus human trafficking
yang terjadi di tengah masyarakat tentu saja mengalami berbagai macam hambatan.
Hambatan-hambatan yang menghambat upaya pencegahan terhadap semakin
berkembangnya kasus human trafficking adalah sebagai berikut:
1. Budaya masyarakat (culture)
Anggapan bahwa jangan terlibat dengan masalah orang lain terutama yang
berhubungan dengan polisi karena akan merugikan diri sendiri, anggapan tidak
usah melaporkan masalah yang dialami, dan lain sebagainya. Stereotipe yang
ada di masyarkat tersebut masih mempengaruhi cara berpikir masyarakat dalam
11
melihat persoalan kekerasan perempuan khususnya kekerasan yang dialami
korban perdagangan perempuan dan anak.
2. Kebijakan pemerintah khususnya peraturan perundang-undangan (legal
substance)
Belum adanya regulasi yang khusus (UU anti trafficking) mengenai perdagangan
perempuan dan anak selain dari Keppres No. 88 Tahun 2002 mengenai RAN
penghapusan perdagangan perempuan dan anak. Ditambah lagi dengan masih
kurangnya pemahaman tentang perdagangan itu sendiri dan kurangnya
sosialisasi RAN anti trafficking tersebut.
3. Aparat penegak hukum (legal structure)
Keterbatasan peraturan yang ada (KUHP) dalam menindak pelaku perdagangan
perempuan dan anak berdampak pada penegakan hukum bagi korban
Penyelesaian beberapa kasus mengalami kesulitan karena seluruh proses
perdagangan dari perekrutan hingga korban bekerja dilihat sebagai proses yang
kriminalisasi biasa.
12
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah tentang implementasi HAM, study kasus: human
trafficking adalah sebagai berikut:
1. Faktor-faktor yang memicu terjadinya kasus human trafficking adalah kurangnya
kesadaran, kemiskinan, keinginan cepat kaya, faktor budaya, kurangnya
pencatatan kelahiran, korupsi dan lemahnya penegakan hukum dan kurangnya
pendidikan.
2. Bentuk-bentuk kasus human trafficking yang terjadi saat ini adalah kerja paksa
seks dan eksploitasi seks, pembantu Rumah Tangga (PRT), bentuk lain dari
kerja migran, penari, penghibur dan pertukaran budaya, pengantin pesanan,
buruh atau pekerja anak, hingga penjualan bayi melalui perkawinan palsu.
3. Sasaran yang menjadi korban human trafficking adalah:
a. Anak-anak jalanan
b. Orang yang sedang mencari pekerjaan dan tidak mempunyai
pengetahuan informasi yang benar mengenai pekerjaan yang akan dipilih
c. Perempuan dan anak di daerah konflik dan yang menjadi pengungsi
d. Perempuan dan anak miskin di kota atau pedesaan
e. Perempuan dan anak yang berada di wilayah perbatasan anatar Negara
f. Perempuan dan anak yang keluarganya terjerat hutang
g. Perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga, korban pemerkosaan
4. Kasus human trafficking semakin berkembang saat ini. Yang menjadi sasaran
utama korban human trafficking adalah parra wanita dan anak-anak. Kurangnya
informasi dan latar belakang kehidupan yang kurang baik yang menjadi pemicu
utama para korban tersebut terkena kasus human trafficking.
5. Semakin maraknya kasus human trafficking tentu saja meresahkan masyarakat.
Setiap orang tentunya memiliki peluang untuk terkena kasus human trafficking.
Untuk itulah diperlukan upaya pemerintah dan masyarakat untuk mencegah dan
mengurangi tindakan kejahatan human trafficking tersebut. Upaya pemerintah
yang paling menonjol dalam usaha pencegahan human trafficking adalah dengan
13
mengadakan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan human
trafficking.
6. Berikut adalah upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah semakin
berkembangnya kasus human trafficking:
a. Penyadaran masyarakat untuk mencegah trafficking melalui sosialisasi
kepada berbagai kalangan.
b. Memperluas peluang kerja melalui pelatihan keterampilan
kewirausahaan, pemberdayaan ekonomi dan lain-lain.
c. Peningkatan partisipasi pendidikan anak-anak baik formal maupun
informal.
d. Kerjasama lintas kabupaten/provinsi dalam rangka pencegahan dan
penanganan trafficking.
e. Masyarakat berperan serta membantu upaya pencegahan dan penanganan
korban tindak pidana perdagangan orang dengan memberikan
informasi/laporan adanya tindak pidana perdagangan orang kepada pihak
berwajib
7. Hambatan-hambatan yang menghambat upaya pencegahan terhadap semakin
berkembangnya kasus human trafficking adalah kebijakan pemerintah
khususnya peraturan perundang-undangan (legal substance), budaya masyarakat
(culture) dan aparat penegak hukum (legal structure)
4.2 Saran
Dalam kegiatan pembuatan makalah yang bertema implementasi HAM dengan
study kasus Human Trafficking diperlukan kecermatan dalam pengumpulan data.
Pengumpulan data diperlukan untuk menjawab rumusan masalah yang telah dibuat
berdasarkan study kasus. Selain itu, penentuan rumusan masalah juga harus
disesuaikan dengan study kasus yang ditentukan agar terjadi kesesuaian dalam
menganalisis permasalahan.
14
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Peran Pemerintah dalam Menanggulangi Human Trafficking. www.bppkb.sultengprov.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=55:peranan-pemerintah-dalam-mengantisipasi-bahaya-human-trafficking&catid=40:berita-terkini diakses pada 1 Mei 2012
Anonim. 2012. Komnas HAM. www.wikipedia.org/wiki/Komisi_Nasional_Hak_Asasi_Manusia diakses pada 1 Mei 2012
Anonim. 2012. Komnas HAM. www.komnasham.go.id diakses pada 2 Mei 2012
Anonim. 2012. Human Trafficking. www.humantraffickingnews.blogspot.com diakses pada 2 Mei 2012
Anonim. 1999. Buku Undang-Undang Tentang Hak Asasi Manusia Tahun 1999. Jakarta: Penerbit.
Anonim. 2000. Buku Undang-Undang Tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia Tahun 2000. Jakarta: Penerbit.
Anonim. 2012. Kompasiana-Human Trafficking Masih Menjadi Ancaman yang Serius. http://sosbud.kompasiana.com/2012/04/15/human-trafficking-masih-menjadi-ancaman-serius/ diakses pada 30 Mei 2012
15
LAMPIRAN
1. Artikel tentang Human Trafficking
Perdagangan Manusia di Indonesia Meningkat, 88,6% Korban adalah PerempuanBerdasarkan data dari International Organization for Migration (IOM), hingga April 2006 kasus perdagangan manusia di Indonesia mencapai 1.022 kasus, dengan 88,6 persen korbannya adalah perempuan. Kasus human trafficking pun semakin meningkat dan beragam.
Suasana talkshow bertema tema “Dengan Memperingati Hari Perempuan Sedunia, Mari Bergerak Hapus Perdagangan Manusia” yang digelar Pusat Penelitian dan Pengembangan Gender dan Anak (P3GA) LPPM Unpad. “Kasus human trafficking bukannya semakin menurun, tetapi malah meningkat dan berubah bentuk, dengan tawaran yang menggiurkan dan macam-macam,” ungkap Ketua Pusat Penelitian dan Pengembangan Gender dan Anak (P3GA) LPPM Unpad, Dr. Nina Djustiana, drg. M.Kes.
Hal inilah yang menjadi perhatian P3GA dalam memperingati Hari Perempuan Sedunia ke-102 yang jatuh pada hari ini, Kamis, 8 Maret 2012. Bertempat di Ruang Sidang LPPM Unpad, Jln. Banda No.40 Bandung, P3GA menggelar Talkshow Hasil Riset P3GA LPPM Unpad dan Pemutaran Film Dokumenter. Acara ini mengangkat tema “Dengan Memperingati Hari Perempuan Sedunia, Mari Bergerak Hapus Perdagangan Manusia”.
P3GA Unpad sendiri memiliki misi penting dalam memberikan kontribusi langsung yang aplikatif dalam upaya-upaya meningkatkan peran perempuan dan kesetaraan gender, serta perlindungan anak. Selama ini, P3GA Unpad telah melakukan kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat terkait hal ini. Tahun lalu, bekerja sama dengan Kementerian Sosial, P3GA melakukan penelitian terkait Penanganan Tindak Kekerasan di 6 wilayah di Indonesia, yaitu Pekanbaru, Palembang, Jakarta Timur, Gorontalo, Lombok Timur, dan Probolinggo.
Hasil riset menunjukkan bahwa tindak kekerasan yang dilakukan di daerah-daerah tersebut, mayoritas berupa tindak perdagangan manusia. Perdagangan manusia bukan hanya melibatkan calo atau orang yang tidak
16
dikenal, tetapi bahkan melibatkan tetangga dan teman dekat. “Paling banyak korbannya perempuan, lebih banyak yang dijadikan PSK,” ujar Nina.
Pembicara lain, Binahayati Rusyidi, Ph.D. mengungkapkan beberapa capaian dan tantangan dalam kasus perdangan manusia. Ia mengungkapkan bahwa saat ini telah ada upaya yang signifikan dari pemerintah dalam melakukan upaya pencegahan human trafficking, walaupun belum sepenuhnya memenuhi standar. Salah satu capaian dalam kasus ini yaitu terbentuknya Undang-Undang Perdagangan Manusia tahun 2007, yang diantaranya merupakan hasil dari penelitian yang dilakukan sejak tahun 2002.
Sementara Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (BPPPAKB) Provinsi Jawa Barat Dr. Sri Asmawati Kusumawardani, SH, M.Hum mengungkapkan bahwa sangat sulit membuat para pelaku perdagangan manusia ini jera. Walaupun ditangkap, para pelaku biasanya tidak pernah sadar akan perbuatannya. Ia mengungkapkan bahwa hal ini harus menjadi perhatian dari berbagai pihak, termasuk masyarakat. Pemerintah pun harus menjadi the strong leadership dalam menangani kasus ini. Pencegahan tidak dapat berhenti hanya dengan menggelar seminar-seminar, tetapi langsung bertindak ke kantung-kantung rekrutmen.
Fenomena perdagangan manusia ini pun ibarat fenomena gunung es. Angka yang tersembunyi di bawah permukaan jauh lebih besar ketimbang yang terlihat di permukaan. Human Trafficking dapat terjadi pada siapa saja, termasuk kerabat dan orang-orang di sekitar kita. Dengan demikian perlu upaya pencegahan yang serius. “Mudah-mudahan dari diskusi ini ada rekomendasi yang dapat kita tindak lanjuti,” ujarnya.
Sri Asmawati berharap bahwa kedepannya BPPPAKB dapat bekerja sama dengan Unpad dalam membuat “Rumah Pintar” untuk perempuan. Disini, mereka dapat dilatih, dididik, dan diberi modal usaha agar tidak menjadi Tenaga Kerja Perempuan ke luar negeri atau menjadi korban trafficking.
Laporan oleh: Artanti Hendriyana
17
CV Penulis
1.
18
top related