interaksi edukatif pendidik dalam upaya pembentukan … · pendidikan agama islam, yang dengan...
Post on 03-Nov-2020
8 Views
Preview:
TRANSCRIPT
INTERAKSI EDUKATIF PENDIDIK DALAM UPAYA PEMBENTUKAN AKHLAK PESERTA DIDIK DI SD NEGERI CENDRAWASIH 1
KOTA MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan ( S. Pd. ) Pada Program Studi
Pendidikan Agama Islam Universitas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar
JUMRIAH 10519189213
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1441 H / 2020 M
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkah
rahmat dan hidayah-Nya, yang senantiasa dilimpahkan kepada
penulis sehingga bisa menyelesaiakan skripsi dengan “ Interaksi
Edukati Pendidik Dalam Upaya Pembentukan Akhlak Peserta Didik di
SD Negeri Cendrawasih 1 Kota Makassar”. Peneliti skripsi ini
dimaksudkan sebagai berbagai hambatan dan tantangan, dikarenakan
waktu, biaya, tenaga serta kemampuan peneliti yang sangat terbatas
persyaratan dalam penyelesaian studi pada Prodi Pendidikan Agama
Islam Fakultas Agama Islam Uversitas Muhammadiyah Makassar.
Dalam menyusun skripsi ini banyak hambatan serta
rintangan yang penulis hadapi namun pada akhirnya dapat dilalui
berkat adanya bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan
terimakasih kepada:
1. Teristimewa kepada orang tua Ibunda Nursiah serta keluarga
yang telah memberikan bimbingan, kasih sayang, doa,
sumbangan moril dan materil. Semoga tercatat sebagai Ibadah di
sisi Allah SWT.
2. Prof. Dr. H. Abdul Rahman Rahim, SE., MM., selaku Rektor
Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Drs. H .Mawardi Pewangi, M.Pd.I. selaku Dekan Fakultas Agama
Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Dr. Amirah Mawardi, S.Ag., M.Si. selaku Ketua Prodi Pendidikan
Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.
5. Nurhidayah Muktar, S.Pd., M. Pd.I. selaku Seketaris Prodi
Pendidikan Agama Islam, yang dengan penuh perhatian
memberikan bimbingan dan memfasilitasi peneliti selama proses
perkuliahan.
6. Dr. Hj. Maryam., M.T.h.I dan Ahmad Nasir , S.Pd.,I., M,Pd.I
selaku pembimbing I dan pembimbing II yang telah banyak
meluangkan waktu dan tenaga, dalam memberikan arahan,
saran dan motivasi kepada peneliti sejak penyusunan proposal
sampai pada penyelesaian skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen Prodi Pendidikan Agama Islam yang
tidak sempat peneliti ucapkan satu persatu yang telah
mendidik, membekali peneliti dengan ilmu pengetahuan dan
pemahaman yang tak ternilai selama di bangku kuliah. Hanya
ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan doa yang
setulus-tulusnya yang dapat peneliti berikan. Semoga Allah
SWT memberikan pahala yang berlipat ganda atas segala
kebaikan bapak dan ibu.
8. Kepala Sekolah SD Negeri Cendrawasih 1 Kota Makassar
Kecamatan Mamajang Kabupaten Kota Makassar yang telah
memberikan izin penelitian
9. Seluruh teman-teman Prodi Pendidikan Agama Islam
Khususnya angkatan 2013 kelas D yang tidak sempat saya
sebutkan satu-persatu, motivasi dan kebersamaannya.
10. Staf Fakultas Agama Islam yang telah memberkan motivasi
saya mengucapkan banyak –banyak terimakasih dan tak
sempat pula menyebutkan namanya satu –persatu
11. Kepada semua pihak yang tidak sempat saya sebutkan
namanya, namun telah membantu peneliti dalam penyelesaian
studi ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat sebagai bahan
masukan dan informasi bagi pembaca, dan semoga kebaikan
dan keikhlkasan serta bantuan dari semua pihak bernilai ibadah
di sisi Allah SWT. Amin.
Makassar, Februari 2020
Peneliti
Jumriah
ABSTRAK
Jumriah. (10519189213) Interaksi Edukatif Pendidik Dalam Upaya Pembentukan Akhlak Peserta Didik di SD Negeri Cendrawasih 1 Kota Makassar di bimbing oleh Maryam.,M dan Ahmad Nasir .
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui permasalahan yang diangkat dalam penulisan Skripsi ini adalah: (1) Bagaimana interaksi edukatif yang berlangsung di sekolah (2) Sejauh manakah pentingnya interaksi edukatif terhadap pembentukan akhlak peserta didik di sekolah. Dari sekian mata pelajaran yang di ajarkan di sekolah peneliti hanya membatasi pada mata pelajaran akhlak.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui bagaimana interaksi edukatif yang berlangsung di sekolah SD Negeri Cendrawasih 1 Kota Makassar, dan (2) Untuk mengerahui sejauh manakah interaksi edukatif pendidik dalam upaya pembentukan akhlak peserta didik di sekolah SD Negeri Cendrawasih 1 Kota Makassar
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, lokasi dan penelitian yang digunakan bertempat di SD Negeri Cendrawasih 1 Kota Makassar Kecamatan Mamajang kabupaten Kota Makassar dan objek penelitian peserta didik dan pendidik. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan yakni meliputi observasi, wawancara, teknik analisis data deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi edukatif pendidik dalam upaya pembentukan akhlak peserta didik di sekolah SD Negeri Cendrawasih 1 Kota Makassar berlangsung dengan sangat baik antara pendidik dengan peserta didik maupun peserta didik dengan peserta didik yang lain. Karena pendidik senantiasa menggunakan keterampilan dalam setip proses belajar mengajarnya. Sehingga interaksi edukatif dapat mempengaruhi akhlak peserta didik baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
ABSTRACT
Jumriah. (10519189213) Educative Interaction of Educators in Efforts to Form the Morals of Students in SD Negeri Cendrawasih 1 Makassar City guided by Maryam., M and Ahmad Nasir.
This study aims to determine the issues raised in the writing of this Thesis are: (1) How educative interactions take place at school (2) The extent to which the importance of educational interactions on the formation of students' morals in schools. Of all the subjects taught at school researchers only limited to moral subjects.
The objectives of this study are: (1) To find out how the educational interactions that take place at Cendrawasih 1 Primary School in Makassar City, and (2) To know the extent of educative educator interaction in the effort to establish the morals of students at Cendrawasih 1 Primary School in Kota 1 Kota Makassar
This type of research used in this research is descriptive qualitative, location and research used are located at SD Negeri Cendrawasih 1 Makassar City, Mamajang District, Makassar City Regency and the object of research is students and educators. The data collection techniques used include observation, interviews, qualitative descriptive data analysis techniques.
The results showed that the educative interaction of educators in an effort to shape the morals of students in Cendrawasih 1 Elementary School in Makassar took place very well between educators and students as well as students with other students. Because educators always use skills in every teaching and learning process. So that educational interactions can affect the morals of students both in the classroom and outside the classroom.
i
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ..............................................................................................i
HALAMAN JUDUL ...............................................................................................ii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................................iii
PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................................................iv
BERITA ACARA MUNAQASYAH ........................................................................v
PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................................vi
KATA PENGANTAR ..............................................................................................vii
ABSTRAK ..............................................................................................................ix
DAFTAR ISI ...........................................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ............................................................................................1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................3
C. Tujuan Penelitian ..........................................................................................3
D. Manfaat Penelitian ........................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Interaksi Edukatif pada peserta didik ............................................................6
1. Pengertian Interaksi Edukatif ....................................................................6
2. Interaksi Belajar Mengajar Sebagai Interaksi Edukatif .............................10
3. Konsep Belajar Akhlak sebagai Wujud Interaksi Edukatif ........................19
4. Ciri-ciri Interaksi Edukatif……………………………………………………..29
B. Pembentukan Akhlak Peserta Didik ............................................................32
1. Pengertian Akhlak ....................................................................................32
2. Proses Pembentukan Peserta Didik Berakhlak Mulia...............................41
3. Fakto-faktor Yang Mempengaruhi Akhlak Peserta Didik ..........................43
ii
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ............................................................................................47
B. Lokasi Dan Objek penelitian ........................................................................47
C. Fokus Penelitian ..........................................................................................48
D. Deskripsi Fokus Penelitian ..........................................................................48
E. Instrument Penelitian ...................................................................................50
F. Teknik Pengumpulan Data ..........................................................................51
G. Teknik Analisis Data ....................................................................................52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Obyektif dan Lokasi Penelitian ......................................................53
1. Sejarah Singikat Lokasi Penelitian .........................................................53
2. Visi dan Misi SD Negeri Cendrawasih 1 Kota Makassar .......................54
B. Interaksi Edukatif Pendidik dalam Pembentukan Akhlak
Peserta Didik di SD Negeri Cendrawasih 1 Kota Makassar .........................58
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Interaksi Edukatif Pendidik
dalam Pembentukan Akhlak Peserta Dididk di SD Negeri Cendrawasih
1 Kota Makassar…. ......................................................................................66
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................70
B. saran ..........................................................................................................71
DAFTAR PUSTAKA……………….…………………………………………………….73
LAMPIRAN……………….……………………………………………………………..
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk individu dan sosial. Dalam hubunganya
dengan manuasia sebagai makhluk sosial, terkandung suatu maksud
bahwa manusia bagai manapun juga tidak dapat terlepas dari individu
yang lain. Secara kodrati manusia akan selalu hidup bersama. Hidup
bersama antar manusia akan berlangsung dalam berbagai bentuk
komunikasi dan situasi. Dalam hidup semacam inilah terjadi interaksi.
Dengan demikian hidup manusia akan selalu dibarengi dengan proses
interaksi atau komunikasi, baik interaksi dengan alam lingkungan, interaksi
dengan sesamanya, maupun interaksi dengan Tuhannya, baik itu
disengaja maupun tidak disengaja.
Berbagai bentuk interaksi, khususnya mengenai interaksi yang
disengaja maupun tidak disengaja, ada istilah interaksi edukatif. Interaksi
edukatif adalah interaksi yang berlangsung dalam suatu ikatan untuk
tujuan pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu interaksi edukatif perlu
dibedakan dari bentuk interaksi yang lain.
“Arti yang lebih spesifik pada bidang pengajaran, di kenal adanya
istialh interaksi belajar-mengajar. Dengan katalain apa yang
2
dinamakaninteraksi edukatif, secara khusus adalah sebagi interaksi
belajar-mengajar” 1
Peserta didik adalah: anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur
pendidikan baik pendidikan formal, pendidikan formal maupun pendidikan
non formal pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu segala
kegiatan pembelajaran yang berlangsung sepanjang zaman dalam segala
situasi kegiatan kehidupan.
Interaksi belajar-mengajar mengandung suatu arti adanya kegiatan
interaksi dari tenaga pendidik yang melaksanakan tugas mengajar di
suatu pihak, dengan (peserta didik), yang sedang melaksanakan kegiatan
belajar.
Di pihak lain pendidik dan peseta didik memang dua figur manusia
yang selalu hangat di perbincangkan dan tidak akan pernah absen dari
agenda pembicaraan masyarakat. Pendidik tidak hanya disanjung dengan
keteladanannya, tetapi ia juga dicaci-maki dengan sinis hanya kealpaanya
berbuat kebaiakan, meski kesalan itu bak setitik noda semata. Keburukan
perilaku peserta didik cenderung diarahkan pada pendidik membimbing
dan membina peserta didiknya. Pada hal warna perilaku didik yang buruk,
itu dapat terkomunikasih dari multi sumber/berbagai faktor. Pendidik dan
peserta didik frase yang serasi, seimbang dan harmonis. Hubungan
1 Sadirman, Interaksi dan Motivasi belajar mengajar, (Cet.VII, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada,2000),h.1
3
keduanya berada dalam relasi kewajiban yang saling membutuhkan.
“Dalam perpisahan raga, jiwa mereka bersatu sebagi dwitunggal, pendidik
mengajar dan peserta didik belajar dalam proses interaksi edukatif yang
menyatuhkan langakah mereka kesatu tujuan yaitu kebaikan”. Dengan
demikian kemuliannya pendidik dapat meluruskan pribadi peserta didik
yang dinamis agar tidak membelok dari kebaiakan.2
B. Rumusan Masalah
1. Bagamana Gambaran interksi edukatif dengan pendidik dalam
upaya pembentukan akhlak peserta didik di SD Negeri
Cendrawasih 1 Kota Makassar?
2. Apakah faktor pendukung dan penghambat interaksi edukatif
pembentukan akhlak peserta didik di SD Negeri Cendrawasih 1
Kota Makassar?
C. Tujuan Penelitian
Berpijak pada rumusan masalah diatas, penulis dapat
menyusun tujaun penelitian seperti di bawa ini:
1. Untuk mengetahui interaksi edukatif pendidik dalam upaya
pembentukan akhlak peserta didik di SD Negeri Cendrawasih 1
Kota Makassar
2 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak didik dalam interaksi edukatif, (Cet.I,
Jakarta: PT. Rineka Cipta,2000),h.2
4
2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat interaksi
edukatif pendidik dalam upaya pembentukan akhlak peserta didik
di SD Negeri Cendrawasih 1 Kota Makassar
D. Manfaat Penelitian
Selain penelitian ini memiliki tujuan, maka diharapkan dapat
memberi manfaat sebagai berikut:
1. Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara
teoritis, sekurang-kurangnya dapat berguna sebagai sumbangan
pemikiran bagi dunia pendidikan.
2. Praktis
a. Bagi Peneliti
Untuk memperoleh pengetahuan baru sehingga dapat menambah
khasanah serta wawan berpikir.
b. Bagi SD Negeri Cenderawasih 1 Kota Makassar
Hasil dari penelitian ini di harapkan menjadi masukan dalam rangka
meningkatkan mutu prestasi peserta didik dan mutu mengajar pendidik.
c. Bagi Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)
Hasil dari penelitian ini di harapkan dapat digunakan sebagai bahan
literatur untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan interaksi
5
edukatif pendidik dalam upaya pembentukan akhlak peserta didik di SD
Negeri Cendrawasih 1 Kota Makassar.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Interaksi Edukatif pada Peserta Didik
1. Pengertian Interaksi Edukatif
Interaksi akan selalu berkaitan dengan istilah komunikasi atau
hubungan. Dalam proses komunikasi di kenal adanya unsur komunikan
dan komunikator. Hubungan antara komunikator dan dengan komunikan
biasanya karena mengintegrasikan sesuatu, yang di kenal dengan istilah
pesan (mesagge). Kemudian untuk menyampaikan atau mengontakkan
pesan itu di perlukan adanya media atau salauran (chanel). Jadi unsur-
unsur yang terbit dalam komunikasi itu adalah: komunikator, komunikan,
pesan dan saluran atau media. Begitu juga hubungan anatara manusia
yang satu dengan yang lainnya, empat unsur untuk terjadinya proses
komunikasi itu akan slalu ada. 1
Di lihat dari istilah, komunikasi yang berpangkal pada perkataan
communicare berarti “berpartisipasi”, “memberitahukan”, “menjadi milik
bersama”. Dengan demikian secara konseptual arti komunikasi itu sendiri
sudah mengandung pengertian-pengertian memberitahukan
(menyebarkan) berita, pengetahuan, pemikiran-
pemikiran, nilai-nilai dengan maksud untuk menggugah partisipasi
agar hal-hal yang di beritahukan itu menjadi milik bersama.
1 Sadirman, Interaksi dan Motivasi Belajar, (Cet,VII, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada,2007), h.7
7
Kalau di hubungkan dengan istilah interaksi edukatif, sebenarnya komunikasi timbal-balik antara pihak yang satu dengan pihak yang lain, sudah mengandung maksud-maksud tertentu, yakni untuk mencapai pengertian bersama yang kemudian untuk mencapai tujuan (dalam kegiatan belajar berarti untuk mencapai tujuan belajar). Memang dalam berbagai bentuk komunikasi yang “sekedarnya”, mungkin tidak di rencana, sehingga tidak satu arah atau tujuan. Hal inilah kadang-kadang sulit di katakan sebagai interaksi edukatif, dan ini banyak terjadi dalam kehidupan manusia.2
Dengan demikian interaksi yang di katakan sebagai interaksi
edukatif apa bila secara sadar meletakkan tujuan untuk mengubah
tingkah laku dan perbuatan seseorang. Interaksi yang bernilai pendidikan
ini dalam dunia pendidikan disebut sebagai “interaksi edukatif”3
Dengan konsep diatas, memunculkan istilah pendidik di suatu
pihak dan peserta didik di pihak lain. Keduanya berada dalam
interaksi edukatif dengan posisi, tugas, dan tanggung jawab yang
berbeda, namun bersama – sama mencapai tujuan.
Pendidik bertanggung jawab untuk mengantarkan peserta
kearah ke dewasaan susila yang cakap dengan memberikan sejumlah
ilmu pengetahuan dan membimbingnya. Sedangkan peserta didik
berusaha untuk mencapai tujuan itu dengan bantuan dan pembinaan dari
pendidik.
Interaksi edukatif harus menggambarkan hubungan aktif dua arah
dengan sejumlah pengetahuan sebagai mediumnya, sehingga interaksi
2 Ibid, h.8 3 Syaiful bahri djamarah, Pendidik dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Cet
I, Jakarta: PT. Rineka Cipta,2000), h,11
8
itu merupakan hubungan yang bermakna dan kreatif. Semua unsur
interaksi harus berproses pada ikatan dan tujuan pendidikan.4
Proses interaksi edukatif adalah suatu proses yang mengandung
sejumlah norma dan semua norma itu lah yang harus pendidik transfer
kepada peserta didik. Karena itu, wajarlah interaksi edukatif tidak
berproses dalam kehampaan, tetapi dalam penuh makna. Interaksi
edukatif sebagai jembatan yang menghidupkan persenyawaan antara
pengetahuan dan perbuatan, yang mengantarkan kepada tingkah laku
sesuai dengan pengetahuan yang di terima oleh peserta didik.
Interaksi edukatif adalah interaksi yang berlangsung dalam suatu
ikatan untuk tujuan pendidikan dan pengajaran. Dalam arti yang lebih
spesifik pada bidang pengajaran di kenal dengan istilah interaksi belajar
mengajar. Interaksi belajar mengajar mengandung suatu arti adanya
kegiatan interaksi dari pengajar yang melaksanakan tugas mengajar di
suatu pihak warga belajar (peserta didik), yang sedang melaksanakan
kegiatan belajar di pihak lain. Dengan demikian dapat di pahami bahwa
interaksi edukatif adalah hubungan dua arah antara pendidik dan peserta
didikdengan sejumlah norma sebagai mediumnya untuk mencapai tujuan
pendidikan.5
4 Abu Ahmadi dan Syuhadi, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,1985),
hal. 47 5 Ibid
9
Selain interaksi antara individu dengan invidu yang lain, yang
terjadi dalam pembelajaran dan pembelajaran juga adanya interaksi
dengan hal-hal yang bersifat benda, seperti media, alat dan lain-lain.
Karena pengajaran yang merupakan suatu system, artinya suatu
keseluruhan yang terdiri dari komponen-komponen yang berinteraksi dan
berinteraksi antara yang satu dengan yang lainnya dan dengan
keseluruhan itu sendiri untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah di
tetapkan sebelumnya.
1) Tujuan pendidikan dan pengajaran
2) Peserta didik atau siswa
3) Tenaga kependidikan khususnya pendidik
4) Perencanaan pengajaran sebagai suatu segmen kurikulum
5) Strategi pembelajaran
6) Media pembelajaran, dan
7) Evaluasi pengajaran
Proses pengajaran di tandai adanya interaksi anatara komponen.
Misalnya, komponen peserta didik berinteraksi dengan komponen-
komponen pendidik, metode/media, perlengkapan atau peralatan, dan
lingkungan kelas yang terarah dan pencapaian tujuan pembelajaran dan
pengajaran. Demikian seterusnya, semua komponen dalam system
pengajaran salaing berhubungan dan saling mempengaruhi untuk
mencapai tujuan pengajaran.
10
Pada dasarnya proses pengajaran dan pembelajaran dapat
terselenggara secara lancar, efesien dan efektif berkat adanya interaksi
edukatif yang positif, konstruktif, dan produktif antara berbagai komponen
yang terkandung dalam sistim pengajaran tersebut.6
2. Interaksi Belajar – Mengajar sebagai interaksi edukatif
Dalam interaksi edukatif unsur pendidik dan peserta didik harus aktif, tidak mungkin terjadi proses interaksi edukatif bila hanya satu unsur yang aktif. Aktif dalam arti sikap, mental, perbuatan. Antara pendidik dan peserta didik masing-masinga mempunyai kewajiban termasuk di dalamnya etika-etika yang harus menjadi pedoman mereka dalam melaksanakan proses kegiatan belajar-mengajar.7
Belajar mengajar adalah sebuah interaksi yang bernilai normatif.
Belajar mengajara sebagai pedoman kearah mana akan di bawa proses
belajar-mengajar. Proses belajar-mengajar akan berhasil bila hasilnya
mampu membawa perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, dan
nilai-sikap dalam diri peserta didik.8
Dalam interaksi edukatif unsur pendidik dan peserta didik harus
aktif, tidak mungkin terjadi proses interaksi edukatif bila hanya satu unsur
yang aktif. Aktif dalam arti sikap, mental, perbuatan. Antara pendidik dan
peserta didik masing-masinga mempunyai kewajiban termasuk di
dalamnya etika-etika yang harus menjadi pedoman mereka dalam
melaksanakan proses kegiatan belajar-mengajar.
6 Oemar Hamali, Proses Belajar Mengajar,(Cet,XIV, Jakarta: PT. Bumi
Aksara,2012), h.77-78 7 Muhammad Athiyah Al-Abrasyi, Beberapa Pemikiran Islam, (Cet,I, Jakarta:
Titian ilahi Press,1996), h.72 8 Ibid ., h.72
11
Di antara kewajiban-kewajiban yang harus di laksanakan yang
harus di laksanakan setiap peserta didik senantiasa menjadikannya
sebagai dasar pandangannya adalah sebagai berikut.
1) Sebelum belajar, seorang pesrta didik hendaknya memulai
dengan mensucikan hatinya dari sifat-sifat kehinaan, sebab proses
belajar -mengajar termasuk ibadah, dan keabsahan ibadah harus
disertai kesucian hati, di samping berakhlak mulia seperti: jujur,
ikhlas, takwa, rendah hati, zuhud, ridha, serta menjauhi sifat -sifat
yang tercela seperti: dengki, hasad, penipu dan sombong.9
Menerima ilmu dari orang-orang yang ahli, kapabel, yang kokoh
ilmunya, teguh pendiriannya, yang bertalwa dan yang shaleh serta
mengambil setiap disiplin ilmu orang-orang yang mempunyai spesialisasi
dan ahli di bidangnya.10
Dalam memilih pendidik, hendaklah mengambil yang alim, waro‟
dan juga lebih tua usianya.11
2) Seorang peserta didik harus menghormati pendidik, termasuk menghormati pendidik, yaitu jangan berjalan di depannya, duduk di tempatnya, memulai mengajak bicara kecuali atas perkenan darinya, berbicara macam-macam di depannya, dan menanyakan hal – hal yang membosankannya. Tegtapi hendaklah menghemat waktu, jagan sampai mengetuk pintunya, cukuplah dengan sabar menanti diluar hingga ia sendiri yang keluar dari rumah. Pada intinya adalah melakukan hal-hal membantunya rela, menjauhkan
9 Ibid,.h.73 10 Muhammad Khair Fatimah, Etika Muslim Sehari – hari, (Cet.I, Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar, 2002), h.4 11 Aiy As‟ad, Terjemah Ta‟limul Muta’alim Bimbingan bagi Penuntut ilmu
Pengetahuan, (Kudus: Menara Kudus,t.t, 2007), h.16
12
amarahnya dan menjunjung tinggi perintahnya yang tidak bertentangan dengan Agama.12
3) Seorang pelajar agar betul-betul menahan diri dari bantahan pendidiknya secara tidak pada tempatnya. Seorang pelajar harus mensyukuri keutamaan maupun kekurangan pendidiknya, menganggap hal-hal yang kurang dalam diri pendidik sebenarnya mengandung hikmah dari allah yang di berikan. Sebab barang kali lebih sesuai untuk kebaikan sang pendidik.13
4) Seorang pelajar agar betul-betul menahan diri dari bantahan pendidiknya secara tidak pada tempatnya. Seorang pelajar harus mensyukuri keutamaan maupun kekurangan pendidiknya mengganggap hal-hal yang kurang dalam diri pendidiknya sebenarnya mengandung hikmah dari Allah yang di berikan. Sebab barangkali lebih sesuai untuk kebaikan sang pendidik.14 Selain peserta didik, pendidik pun mempunyai kewajiban-kewajiban
yang harus dilaksanakannya dalam kegiatan belajar-mengajar,
diantaranya sebagai berikut:
1) Seorang pendidik hendaknya memiliki rasa kasih sayang, mau
memberi nasehat serta jangan berbuat dengki. Karena dengki itu
tidak akan bermanfaat, justru itu membahayakan diri sendiri.15
2) Pendidik jangan melarang peserta didiknya yang berperilaku
yang tidak baik dengan cara kasar, sebisa diuasahakan dengan
cara yang halus, dan bahkan dengan cara kasih sayang dan
bukan dengan cara mencelanya.
3) Pendidik hendaknya memperhatikan tingkat kemampuan
peserta didik, dan mengajarkan sesuai dengan kemampuan
12 Aiy As‟ad, Terjemah Ta‟limul Muta’alim Bimbingan bagi Penuntut ilmu
Pengetahuan, (Kudus: Menara Kudus,t.t, 2007), h.16 13 Abi Abdullah Muhammad Sa‟id bin silan, Etika Belajnar, (Cet.I, Solo: CV.
Pustaka Mantiq, 1997), h.125 14 Aliy As‟ad,Ta‟limul Muta’alimin,(Kudus: Menara Kudus,t.t,1978) h.38
15 Ibid,.h.66
13
mereka, jangan mengajarkan materi pelajaran diluar kemampuan
mereka, yang bisa menjadikan mereka lari dari belajar dan
kesulitan dalam memahaminya.
4) Pendidik hendaknya mengamalkan ilmunya dan jangan
membohongi perkataan dan perbuatannya, sesuai dengan
firman Allah: QS= 61: 2-3
Terjemahanya:
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu
mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan” 16 “Amat besar
kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang
tidak kamu kerjakan”. 17
5) Hendaknya seorang pendidik berpenampilan tenang, penyabar,
dan pemaaf, serta memiliki wibawa.
Kesesuaian antara pendidik dan peserta didik, kenyataannya
memang sangat mempengaruhi seorang peserta didik dalam menyenangi
suatu pelajaran. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi motivasi
peserta didik dalam belajar. Karena itu, pendidik yang baik tentunya
akan selalu berusaha untuk menerapkan metode pengajar yang
16 Muhammad Athiyah Al-Abrasyi, Op., Cit, h.78 17 Mahdy saeed Reziq Krezem, Adab Islam dalam Kehidupan Sehari-hari,
(Cet.I, Jakarta: Media Da‟wah, 2001),h.77
14
benar-benar sesuai dengan kemampuan peserta didiknya.
Sebaliknya, sorang peserta didik yang baik pun akan selalu
berusaha untuk menyesuaikan diri dengan pendidiknya, yang
tentu saja sebagai manusia juga memiliki kekurangan dalam
banyak hal, termasuk dalam kemampuan menngajar 18
Dalam sistem pengajaran dengan pendekatan keterampilan,
proses, peserta didik harus lebih aktif dari pada pendidik. Pendidik hanya
bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator.
Selain itu, ada pula bentuk -bentuk interaksi belajar mengajar yang
dikemukakan oleh Roestyah N.K, sebagai berikut:
1. Pengajaran adalah transef pengetahuan kepada peserta didik
dalam bentuk ini pendidik mengajar di sekolah hanya menyuapi
makanan kepada anak. Hubungan pendidik dan peserta didik
disini hanya berlangsung sepihak, ialah pihak pendidik.
2. Pengajaran ialah mengajar peserta didik bagai mana caranya
belajar dalam bentuk ini pendidik hanya merupakan salah satu
sumber belajar. Ada hubungan timbal-balik antara pendidik
dan peserta didik.
3. Pengajaran adalah hubungan interaktif antara pendidik dan
peserta didik. Dalam hal ini pendidik menciptakan situasi dan
kondisi, agar tiap individu dapat aktif belajar.
18 Tuhursan Hakim, Belajar Efektif, (Cet.II, Jakarta: Puspaswara Anggota
IKAPI Pustaka, 2001), h.8
15
4. Mengajar adalah proses proses interaksi peserta didik dengan
peserta didik dan konsultasi pendidik. Dalam proses ini peserta
didik memperoleh pengalaman dari teman-temannya sendiri,
kemudian pengalaman tersebut dikonsultasikan kepada pendidik.19
Pola hubungan-murid menurut al-Gazali adalah pola hubungan yang bersifat kemitraan yang didasarkan pada nilai-nilai demokratis, keterbukaan, kemanusiaan dan saling pengertian. Dalam pola hubungan tersebut eksistensi pendidik-peserta didik sama-sama diakui dan dihargai. Dalam proses belajar mengajar, peseta didik diperlakukan secara manusiawi,diberikan hak untuk mengemukakan pendapat, bertanya, mengkritik, dan diperlakukan sesuai dengan bakat, potensi dan kecendrungannya.20
Situasi pembelajaran atau prosesinterasik belajar-mengajar yang
baik dapat dilakukan dengan menjalin hubungan dengan orang lain.
Karena interaksi membutuhkan orang lain belajar yang sukses jika ada
hubungan/kerjasama dengan orang lain, perasaan saling memiliki ini
memungkinkan peserta didik untuk menghadapi tantangan,ketika
mereka belajar bersama teman, bukannya sendirian, mereka mendapat
dukungan emosional dan intelektual yang memungkinkan mereka
melampaui ambang pengetahuan dan keterampilan mereka sekarang.21
Cara menjadikan peserta didik aktif sejak awal ini menjadi sangat
penting untuk di perhatikan oleh pendidik agar terjadi interaksi edukatif
dalam proses belajar-mengajar di kelas.
19 Roestiyah, Masalah Pengajaran Sebagai Suatu Sistem, (Cet,III, Jakarta: PT. Rineka Cipta 1994), h. 41-44
20 Abudin Nata, Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Pendidik-Peserta didik, (Cet.I, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), h. 113
21 Melvin L. Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Peserta didik Aktif,
(Allyn and Bacon , Boston, 1996) h.30
16
Bagian ini isi pembukaan percakapan dan aktivitas pembuka lain
untuk segala bentuk pembelajaran. Tehnik-tehniknya di rancang untuk
mengerjakan salah satu atau beberapa dari yang berikut ini:
1. Pembentukan tim: membantu peserta didik menjadi lebih
mengenal satusama lain atau menciptakan semangat kerjasama
dan kesalingtergantungan.
2. Penilaian serentak: mempelajari tentang sikap, pengetahuan,
dan pengalaman peserta didik.
3. Pelibatab belajar peserta didik secara langsung: menciptakan
minat awal terhadap pelajaran.
Selain peserta didik yang aktif, hal ini yang saling mendukung tercapainya tujuan pembelajaran dan untuk membangun kepribadian peserta didik secara mendalam adalah motivasi yang di berikan oleh pendidik, di mana pendidik sebagai motivator adalah hal yang di lakukan oleh pendidik.Woodwort (1995) mengatakan: “A motive is set predisproses the individual of centain activites and for seeking certain gols”22
Suatu motif adalah suatu set yang dapat membuat
individu melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan.
Dengan demikian, perilaku atas tindakan yang di tunjukkan
seseorang dalam upaya mencapai tujuan sangat tergantung dari motive
yang di milikinya. Motif dan motifasi merupakan dua hal yang tidak dapat
di pisahkan. Motivasi merupakan penjelmaan motif yang dapat di lihat dari
perilaku yang di tunjukkan seseorang. Hilgrad mengatakan bahwa
motivasi adalah suatu keadaan yang terdapat dalam diri seseorang
22 Ibid., h.13
17
yang menyebabkan seseorang melakukan kegiatan tertentu untuk
mencapai tujuan tertentu Jadi dengan demikian, motivasi muncul dari
dalam diri seseorang.23
Untuk memperoleh hasil yang belajar obtimal pendidik di tuntut
kreatif membangkitkan motivasi belajar peserta didiknya. Di bawah ini di
kemukakan beberapa petunjuk adalah sebagai berikut:
a. Memperjelas Tujuan yang Ingin Di capai
Tujuan yang jelas dapat membuat peserta didik paham kearah
mana ia akan di bawa. Pemahaman peserta didik tentang tujuan
pembrlajaran dapat menumbuhkan minat peserta didik untuk belajar, yang
pada gilirannya dapat meningkatkan motivasi belajar mereka.
b. Membangkitkan Minat Peserta Dididk
Peserta didik akan terdorong untuk belajar, manakala mereka
memiliki minat untuk belajar. Oleh sebab itu mengembangkan minat
belajar peserta didik merupakan salah satu tehnik dalam mengembangkan
motivasi belajar.
1) Hubungan bahan pelajaran yang akan diajarkan dengan kebutuhan
peserta didik.
23 Yudi Munadhi., Media Pembelajaran,(Cet,I.Jakarta:PT.Gaung Persada Press,
2010),h.19
18
2) Sesuai materi pelajaran dengan pengamalan dan kemampuan
peserta didik
3) Gunakan berbagai model dan strategi pembelajaran secara
variatif.24
c. Ciptakan Suasana yang Menyenangkan dalam Belajar
Peserta didik hanya mungkin belajar dengan baik, manakala ada
dalam suasana yang menyenangkan, merasa aman bebas dari rasa
takut. Usahakan agar kelas selamanya dalam suasana hidup dan segera
terbebas dari rasa tegang. Untuk itu pendidik sekali-kali dapat melakukan
hal-hal yang lucu.
d. Berilah Pujian yang Wajar Terhadap Keberhasilan peserta didik
Motivasi akan tumbuh manakala peserta didik merasa dihargai,
memberikan pujian yang wajar merupakan salah satu cara yang dapat
dilakukan untuk memberikan penghargaan.
e. Berikan Penilaian
Banyak peserta didik yang belajar karena ingin memperoleh nilai
yang bagus untuk itu mereka belajar dengan giat. Bagi sebagian peserta
didik nilai dapat menjadi motivasi yang kuat untuk belajar. Oleh karena itu
penilaian harus segera di lakukan dengan segera, agar peserta didik
secepat mungkin mengetahui hasil kerjanya.
24 Ibid., h.10
19
f. Berilah Komentar terhadap Hasil Pekerjaan Peserta didik
Peserta didik juga butuh penghargaan berupa komentar yang
positif, sebaiknya pendidik memberikan komenter secepatnya misalnya
dengan memberikan tulisan “bagus”, atau “teruskan pekerjaanmu” dan
lain sebgainya.
g. Ciptakan Persaingan dan Kerja sama
Persaingan yang sehat dapat memberikan pengaruh yang baik
untuk keberhasilan dan proses pembelajaran peserta didik. Melalui
persaingan peserta didik dimungkinkan berusaha dengan sungguh-
sungguh untuk memperoleh hasil yang terbaik
h. Ciptakan Persaingan dan Kerja sama
Persaingan yang sehat dapat memberikan pengaruh yang baik
untuk keberhasilan dan proses pembelajaran peserta didik. Melalui
persaingan peserta didik dimungkinkan berusaha dengan sungguh-
sungguh untuk memperoleh hasil yang terbaik.
3.Konsep Belajar Akhlak Sebagai wujud Interaksi Edukartif
Sistem pengajaran di kelas telah menundukkan pendidik pada
suatu tempat yang sangat penting, karena pendidik yang memulai
mengakhiri setiap interaksi belajar mengajar yang telah di ciptakannya.
Berbagai peranan pendidik, dibutuhkan keterampilan dalam
pelaksanaannya. Mengajar merupakan usaha yang sangat kompleks,
20
sehingga sulit menentukan tentang bagaimanakah mengajar yang
baik itu. Pelaksanaan interaksi belajar mengajar yang baik dapat
menjadi petunjuk tentang pengetahuan seorang pendidik dalam
mengakumulsi dan mengplikasikan segala pengetauan dan kependidinya.
Itu lah sebebnya maka dalam melksanakan interaksi belajar
mengajar perlu adanya beberapa keterampilan mengajar.25
Beberapa keterampilan mengajar yang harus dikuasai dan
dilaksanakan oleh pendidik antara lain adalah:
1. Keterampilan Membuka Pelajaran
Yang dimaksud dengan membuka pembelajaran adalah
seberapa jauh kemampuan pendidik dalam memulai interaksi
belajar mengajar untuk satu jam pembelajaran tertentu. Adapun
keterampilan dalam membuka pembelajaran antara lain adalah
sebagai berikut:
a. Mengkondisikan Peserta didik
Tujuan kegiatan ini untuk mengarahkan pendidik pada pokok
permasalahan agar peserta didik siap baik secara mental, emosional,
maupun fisik. Kegiatan ini antara lain berupa:
1) Pengulasan langsung pengalaman yang pernah dialami oleh
peserta didik ataupun pendidik.
25 Sadirman A.M., Interaksi Edukatif dan Motivasi Belajar Mengajar, (Cet.X,
Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada, 2003), h.194
21
2) Pengulasan bahan pengajaran yang pernah dipelajari pada waktu
sebelumnya.
3) Kegiatan-kegiatan yang mengguhah dan mengarahkan perhatian
peserta didik antara lain meminta pendapat/saran peserta didik,
menunjukkan gambar, slide power point, film atau benda lain.26
b. Menarik Minat dan Perhatian Peserta Dididk
Perhatian lebih bersifat sementara dan ada hubungannya
dengan minat. Perbedaannya adalah minat sifatnya menetap
sedangkan perhatian sifatnya sementara,adakalanya menghilang. Jadi
perhatian ini sebentar hilang,sebentar timbul kembali, sedangkan minat
selalu tetap ada.27
Anak-anak yang selesai bermain, pada waktu masuk kembali
ke dalam kelas untuk menerima pembelajaran sering kita dengar masih
membicarakan permainannya. Oleh sebab itu pada waktu pendidik
hendak menyampaikan pelajaran baru, sebaiknya diusahakan untuk
menyatukan alam pikiran peserta didik dengan jalan
menghilangkan kenangan atas peristiwa yang barusaja mereka
alami.
26 B. Suryosubroto, Tata laksana kurukulum, (Cet.I, Jakarta: Rineka Cipta ,
1990), h.81
27 Mo Uzer Usman, Menjadi Pendidik Profesionasl, (Cet. XIX, Bandung: PT. Remaja RosdaKarya, 2006), edisi ke-2 h. 28
22
Jenis usaha lain adalah memberikan pertanyaan bahasan
sebelumnya yang berhubungan denga topic baru, atau sering pula
dengan memberikan presentase untuk mengetahui seberapa jauh
peserta didik sudah memiliki pengetahuan tentang bahan yang
akan mereka pelajari.
c. Membangkitkan Motivasi Peserta Didik
Tugas pendidik adalah membangkitkan motivasi peserta didik sehingga ia mau melakukan belajar. Ada dua macam motivasi: pertama, motivasi intristik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri individu sendiri, tanpa ada paksaan atau dorongan dari orang lain, tetapi atas kemauan sendiri. Kedua,motovasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul akibat pengaruh dari luar individu,apakah karena ajakan,suruhan,paksaan orang lain sehingga ia melakukan belajar.
Motivasi instrintik dapat menguak jika anak menganggap tugas
sebagai sesuatau yang menarik, relevan secara personal, bermakna dan
pada level sesuai dengan kemampuan anak, sehingga mereka
beranggapan dapat berhasil dalam menyelesaikan tugas itu.28
Berikut ini ada beberapa hal yang dapat di lakukan pendidik
membangkitkan motivasi peserta didik.
1). Kompetisi (perasingan): pendidik berusaha menciptakan
persaingan diantara peserta didiknya untuk meningkatkan prestasi
belajar.
28 John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, (Cet.I,Jakarta: Kencana, 2007),
h.486
23
2). Pace making (membuat tujuan sementara atau dekat): pada awal
pembelajaran, hendaknya pendidik menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan di capainya.
3). Tujuan yang jelas: semaki jelas tujuan, semakin jelas pula motivasi
dalam melakukan sesuatu.
4). Kesempurnaan untuk sukses: pendidik hendaknya banyak
memberikan kesempatan pada peserta didik untuk meraih sukses
dengann usaha sendiri, tentu saja dengan bimbingan pendidik.
5). Mengadakan penilaian atau tes: pada umumnya semua peserta
didik mau belajar dengan tujuan memperoleh nilai yang baik jadi,
angka menjadimotivasi yang kuat bagi peserta didik.29
Apabila pendidik menumbuhkan kebutuhan belajar peserta didik,
maka peserta didik akan aktif mengalami, mencari dan menemukjan
berbagai pengetahuan yang dibutuhkannya dengan bimbingan
pendidik. Usaha-usaha untuk menyediakan kondisi-kondosi sehingga
anak mau atau ingin melakukan sesuatu atau disebut motivasi.
d. Mengadakan Test Pendahuluan (Pre-test)
Fungsi Pre-test adalah untuk menilai sampai dimana peserta didik
telah menguasai kemampuan atau keterampilan yang tercantum dalam
indikator hasil belajar, sebelum mereka mengikuti program pengajaran
yang telah disampaikan.
29 Moh. Uzer Usman, Menjadi Pendidik Profesional, (Cet. XIX, Bandung: PT.
Remaja RosdaKarya, 2006),edisi ke-2,h.29-30
24
2. Keterampilan dalam Memproses Kegiatan Inti Pembelajaran
Kegiatan inti pembelajaran merupakan proses pembentukan
kompetensi pada peserta didik, dan merealisasikan tujuan-tujuan
pembelajaran. Proses pembentukan kompetensi dikatakan efektif
apabilaseluruh peserta didik terlibat aktif baik mental, fisik maupun
sosialnya.30
a. Penguasaan materi pembelajaran
Penguasaan materi bagi pendidik merupakan hal yang sangat
menentukan, khususnya dalam proses belajar mengajar yang melibatkan
pendidik mata pelajaran. Ada beberapa hal dalam upaya meningkatkan
penguasaan materi bagi pendidik, antara lain: melalui musyawarah
pendidik, atau kelompok kerja pendidik, melalui buku sumber yang
tersedia atau kegiatan mandiri, melalui pendalaman materi dengan
mengikuti seminar/penelitian.
b. Keterampilan menggunakan metode
Penggunaan metode belajar dipengaruhi oleh beberapa factor seperti: metode mengajar harus sesuai dengantujuan, metode mengajar harus sesuai dengan peserta didk, harus serasi dengan lingkungan dan pelajaran terkoordinasi dengan baik. Selain beberapa factor tersebut, dipersyaratkan pula kepada setiap pendidik untuk mengetahui dan menguasai metode yang akan digunakannya.31
30 E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat satuan pendidikan,(Cet.V,Bandung: PT.
Remaja RosdaKarya, 2008), h. 256 31 Syafruddin Nurdin dan Basyiruddin Usman, guru profesional dan
implementasi
25
c. Keterampilan Memberi Penguatan
Penguatan merupakan respon terhadap suatu perilaku yang
dapat meningkatkan kemungkinan terulangnya kembali perilaku
tersebut. Keterampilan memberikan penguatan merupakan
keterampilan yang arahnya untuk memberikan dorongan, tanggapan
atau hadiah bagi peserta didik agar dalam mengikuti pembelajaran
merasa dihormati dan diperhatikan.32
d. Menggunakan Waktu
Yang dimaksud menggunakan waktu dalam hal ini adalah
ketepatan pendidik dalam mengalokasikan (mengatur) waktu yang
tersedia dalam suatu interaksi belajar mengajar, kesulitan yang
dialami pendidik dalam kegiatan interaksi adalah: dalam hal
penggunaan waktu yang tersedia dari membuka perjalanan sampai
menutup perjalanan.
e. Keterampilan Bertanya
Beratnya merupakan stimulus yang efektif yang mendorong
kemampuan berfikir.33
Keterampilan bertanya sangat perlu untuk dikuasai oleh
seorang pendidik untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan
menyenangkan, karena hampir dalam setiasp tahap pembelajaran
32 Hamzah B.Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran,
(Cet.I,Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006),h.168 33 Hamzah B.Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran
(Cet.I,Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006),h.170
26
pendidik dituntut mengajukan pertanyaan, dan kualitas pertanyaan
yang diajukan pendidik akan menentukan kualitas jawaban peserta
didik.
f. Keterampilan Mengadakan Variasi
Mengadakan variasi merupakan keterampilan yang harus dikuasai
pendidik yang bertujuan untuk meningkatkan perhatian peserta didik
terhadap materi standar yang relevan, memberikan kesempatan bagi
perkembangan bakat peserta didik terhadap berbagai hal baru dalam
pembelajaran, memupuk perilaku positif peserta didik dalam
pembelajaran, serta memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
belajar sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuannya.
Komponen keterampilan mengadakan variasi dibagi menjadi 3
kelompok sebagai berikut:
1. Variasi dalam gaya mengajar yang meliputi variasi suara,
pemusatan pelatihan, kesenyapan, pergantian posisi pendidik,
kotak pandang serta gerakan badan dan mimik.
2. Variasi pola inter
3. aksi dan kegiatan.
4. Variasi pengguanaan alat bantu pengajaran yang meliputi
alat/bahan yang dapat didengar, dilihat dan dimanipulasi.
Dalam mengadakan variasi pendidik perlu mengingat-ngingat
prinsip-prinsip penggunaanya yang meliputi kesesuaian, kewajara,
27
kelancaran, dan kesinambungan serta perencanaan bagi alat/bahan yang
memerlukan penataan khusus.
g. Keterampilan Menjelaskan
Menjelaskan adalah mendeskripsikan secara lisan tentang
sesuatu benda, keadaan, fakta dan data sesuai dengan waktu dan
hukum-hukum keterampilan menjelaskan sangat penting bagi pendidik
karena sebagian besar percakapan pendidik yang mempunyai
pengaruh terhadap pemahaman peserta didik adalah berupa
penjelasan.
Komponen keterampilan menjelaskan dibagi menjadi 2 kelompok,
yaitu:
1. Merencanakan materi penjelasan
2. Menyajikan penjelasan
Penjelasan dapat di berikan pada awal, tengah dan akhir
pembelajaran, dengan selalu memperhatikan karakteristik peserta didik
yang di beri penjelasan serta materi/masalah yang di jelaskan.
3. Keterampilan Menutup Pembelajaran
Untuk memperoleh gambaran secara utuh pada waktu akhir
kegiatan ada beberapa cara yang dapat dilakukan pendidik dalam
menutup pembelajaran yakni:
1. Meninjau kembali dengan cara merangkum inti pelajaran dan
membuat ringkasan
28
2. Mengevaluasi dengan berbagai bentuk evaluasi, misalnya
mendemonstrasikan keterampilan, meminta peserta didik
mengaplikasikan ide baru, dalam situasi lain, mengekspresikan
pendapat peserta didik dan memberikan soal tertulis.
Dari apa yang telah diuraikan diatas terbukti bahwa membuka
dan menutup pembelajaran bukanlah urutan yang bersifat rutin (dari
itu ke saja), melainkan merupakan suatu perbuatan pendidik yang
perlu direncanakan secara sistematris dan rasional.
Penutup dalam hal ini yang di maksudkan sebagai cara pendidik
dalam mengakhiri penjelasan atau pembahasan suatu pokok
pembahasan. Penutup yang lengkap merupakan ringkasan, kesimpulan
dan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat menguji tentang pencapaian
tujuan instruksional. Apa bila dalam pengujian tersebut ternyata beberapa
tujuan belum tercapai maka pendidik wajib menjelaskan kembali secara
singkat sehingga tugas-tugasnya benar-benar di rasa tuntas.
Belajar dapat dikatakan suatu proses yang tidak pernah
berhenti karena merupakan suatu proses yan berkelanjutan menuju
kearah kesempurnaan. Setiap kali berakhir dari satu interaksi edukatif
antara pendidik dengan peserta didik, itu adalah merupakan suatu
terminal saja untuk kemudian berjarak ke interaksi selanjutnya pada hari
atau pertemuan berikutnya.
29
Jadi akhir pembelajaran bukan berarti seluruh proses belajar
mengajar atau interaksi edukatif selesai sama sekali. Oleh karena
itu kesan perpisahan yang baik pada akhir pelajaran sangat
diperlukan agar pertemuan pada kesempatan yang lain dapat diterima
dan interaksi edukatif antara pendidik dan peserta didik dapat
berlangsung dengan baik.
4. Ciri-ciri interaksi edukatif
Sebagai interaksi yang bernilai normatif, maka interaksi edukatif
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Interaksi edukatif mempunyai tujuan.
Tujuan dalam interaksi edukatif adalah untuk membantu peserta
didik dalam suatu perkembangan tertentu. Ini lah yang di maksud interaksi
edukatif sadar akan tujuan, dengan menempatkan peserta didik sebagai
pusat perhatian sedangkan unsur lainnya sebagai pengantar dan
pendukung.
b. Interaksi edukatif ditandai dengan penggarapan materi khusus.
Dalam hal ini materi harus didesain sedemikian rupa dan disiapkan
sebelum berlangsungnya interaksi edukatif sehingga cocok untuk
mencapai tujuan. Dalam hal ini perlu memperhatikan komponen-
komponen pengajaran yang lain.
30
c. Ditandai dengan aktivitas peserta didik.
Sebagai konsekuensi, bahwa peserta didik merupakan sentral,
maka aktivitas peserta didik merupakan syarat mutlak bagi
berlansungnya interaksi edukatif. Aktivitas peserta didik dalam hal
ini baik secara fisik maupun mental aktif. Inilah yang sesuai dengan
konsep CBSA.34 dan sekarang dikenal dengan istilah Activ lesrning,
dimana seorang pendidik menggunakan strategi pembelajaran untuk
mengkondisikan pesertra didik agar dapat aktif di kelas.
d. Pendidik berperan sebagai pembimbing
Pendidik berperan sebagai pembimbing dalam belajar, pendidik
diharapkan mampu untuk mengenal dan memahami setiap peserta didik
baik secara individu maupun kelompok, memberikan penerangan kepada
peserta didik mengenai hal-hal yang diperlukan dalam proses belajar,
memberikan kesempatan yang memadai agar setiap peserta didik dapat
belajar sesuai dengan kemampuan pribadinya, membantu peserta didik
dalam mengatasi masalah-masalah pribadi yang dihadapinya, menilai
keberhasilan setiap langkah kegiatan yang telah dilakukannya.35
Dalam penerapannya sebagai pembimbing, pendidik harus
berusaha menghidupkan dan memberikan motivasi agar terjadi proses
34 Edi Suardi, Pedagogik, (Cet,I,Bandung: Angkasa, 1980), h. 15-16 35 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, (Cet.III, Jakarta: PT.
Rineka Cipta 19950),h.100
31
interaksi edukatif yang kondusif. Pendidik harus siap sebagai mediator
dalam sebagai situasi proses interaksi edukatif, sehingga pendidik
merupakan tokoh yang akan dilihat dan ditiru tingkah lakunya oleh
peserta didik.
e. Mempunyai batas waktu
Untuk mencapai tujun pembelajaran tertentu dalam sistem
berkelas (kelompok peserta didik), batas waktu menjadi salah satu ciri
yang tidak bisa ditinggalkan. Setiap tujuan akan diberikan waktu
tertentu, kapan tujuan harus sudah tercapai.
f. Menggunakan metode
Metode mengajar adalah system penggunaan teknik-teknik didalam
interaksi antara pendidik dan peserta didik dalam program belajar-
mengajar sebagai proses pendidikan. Teknik yang dapat digunakan
dalam interaksi dan komunikasi itu antara lain: bermain, tanya jawab,
ceramah, diskusi, peragaan eksperimen, kerja kelompok, sosio drama,
karya wisata, dan modul.
Sayangnya pendidik dapat mengenal berbagai teknik, agar dapat
menerangkannya secara tepat, sesuai keadaan.36
g. Diakhiri dengan evaluasi
Sebagai alat penilaian hasil pencapaian tujuan dalam pengajaran,
evaluasi harus dilakukan secara rerus menerus. Evaluasi tidak hanya
36 Zakariyah Darajat, pendidikan Islam dalam Keluarga dan sekolah, (Cet.II,
Jakarta: CV. Ruhama, 1995), h. 97
32
sekedar menentukan angka keberhasilan belajar, tetapi yang lebih penting
adalah sebagai dasar untuk umpan balik (feed back) dari proses
interaksi edukatif yang dilaksanakan.37
B. Pembentukan Akhlak Peserta Didik
1. Pengertian Akhlak
Di lihat dari sudut bahasa (etimologi), perkataan akhlak adalah
bentuk jamak dari khulk di dalam kamus Al-munjid berarti budi pekerti,
tingkah laku, atau tabi‟at.38
Menurut Khalil al-Musawi “bahwa kata akhlak berasal dari akar khalaqa yang berarti lembut, halus, dan lurus, dari kata khalaqa yangberarti bergaul dengan akhlak yang juga dari kata takhallaq yang berarti berwatak”.39
Di dalam Dairatul Ma‟arif dikutip oleh Asmaran AS, kata akhlak diartikan sebagai berikut:
Terjemahanya:
Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, Maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam
37 Muhammad Ali, Pendidik dalam Proses Belajar Mengajar, (Cet,VII, Bandung:
Sinar Baru 1992), h. 113 38 Luis Ma‟luf , Kamus Al-Munjid, (Beirut: Al-Maktabah Al-katulikiyah t.t), h. 194 39 Khalil Al-Musawi, Bagaimana Menjadi Orang Bijaksana,Terjemah Ahmad
Subandi,(Cet.VIII, Jakarta : Lentera ,1994), h. 1
33
mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai. Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa akhlak ialah sifat-
sifat yang dibawa sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu
ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik yang disebut
dengan akhlak mulia, atau perbuatan buruk yang disebut akhlak tercela
sesuai dengan pembinaanya.
Adapun pengertian akhlak secara terminologi adalah sebagai
berikut:
Di dalam Ensiklopedi interaksi Pendidikan dikatakan bahwa akhlak
ialah budi pekerti,watak,kesusilaan (kesadaran etik dan moral) yaitu
kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap
khaliknya dan terhadap sesama manusia.40
Defenisi lain mengatakan bahwa akhlak adalah suatu daya yang
telah bersemi dalam jiwa seseorang sehingga dapat menimbulkan
perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa dipikir dan direnungkan lagi.41
Menurut para ahli, akhlak dapat diartikan sebagai berikut:
a. Ahmad amin mengemukakan bahwa akhlak iyalah “ilmu untuk menetapkan segala perbuatan manusia, yang baik atau yang buruk, yang benar atau yang salah, yang hak atau yang batil”.42
40 Soegarda Poerbakawatja, Ensiklopedi Pendidikan , (Jakarta: Gunung Agung,
1976), h. 9 41 M. Sukarda Sadili, Bimbingan Akhlak Yang Mulia , (Cet.I, Tasik Malaya: Widya
Graha, 1996), h. 5 42 Soegarda Poerbakawatja, Ensiklopedi Pendidikan , (Jakarta: Gunung Agung,
1976), h.9
34
b. Imam Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumudin berpendapat bahwa akhlak adalah: “ Khuluq (jamaknya akhlak) ialah ibarat (keterangan) tentang keadaan dalam jiwa yang menetap di dalamnya dari padanyalah terbit perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pada pemikiran dan penelitian. Kalau keadaan itu, di mana terbit padanya pebuatan-perbuatan yang baik dan terpuji menurut akal dan syara‟, keadaan itu dinamai akhlak yang abaik. Dan kalau yang terbit itu perbuatan-perbuatan yang jelek, keadaan yang menerbitkanya dinamai akhlak yang buruk”.43
c. Ibn Miskawasih secara singkat mengatakan, bahwa akhlak adalaah: “Khuluq ialah keadaan jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.44
d. Dalam Mu‟jam al-Wasith, Ibrahim anis mengatakan bahwa akhlah adalah: “sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan”.45
e. Menurut Abdullah Darraz “akhlak adalah suatu keinginan (iraddah) yang kuat yang telah meresap kedalam jiwa dan menimbulkan suatu perbuatan bebas kearah yang baik dan benar (bila akhlak itu terpuji), atau kearah yang buruk dan jahat ( bila akhlak itu tercela )
f. Menurut Moh. Ardani Akhlak adalah: suatu keadaan yang tertanam dalam jiwa berupa keinginan kuat yang melahirkan perbuatan secara langsung dan berturut-turut tanpa memerlukan pemikiran-pemikiran.46
Pada hakikatnya akhlak ialah suatu kondisi atau sifat yang
telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian sehingga dari situ
timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah
tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran. Apabila dari
kondisi tersebut timbul kelakuan yang baik dan terpuji menurut
pandangan syari‟at dan akal pikiran, maka ia dinamakan akhlak terpuji
43 Imam al-Gazali, Ihya Ulumudin, (Jilid III, Beirut: Dar al-fikri,1996), h. 56 44 Ibn Miskawasih, Tahzib al-Akhlak wa Tathhir al-A,raqi , (Cet.I, Mesir: al-
Mathba‟ah al-Mishiriyah, 1934), h. 40 45 Ibrahim Anis, Al-Mu’jam al-wasith , (Mesir Dar al-Ma‟arif, 1972), h. 88 46 Moh. Ardani , Alqur’an dan Sufisme Mangkunegara IV, Studi Serat-Serat
Piwulang, (Yogyakarta : PT, Dana Bhakti Wakaf, 1995), h. 271
35
dan sebaliknya apabila yang lahir kelakuan buruk, maka disebutlah
akhlak yang tercela.
Tentang akhlak terpuji ada empat sendi yang cukup mendasar
dan menjadi induk seluruh akhlak. Induk-induk akhlak yang baik itu
seperti disebut al-Ghazali, adalah sebagai berikut:
a. Kekuatan ilmu wujudnya adalah hikmah (kebijaksanaan), yaitu
keadaan jiwa yang bisa menemukan hal-hal yang benar
diantaranya yang salah dalam urusan ikhtiariah (perbuatan yang
dilasanakan dengan pilihan dan kemauan sendiri).
b. Kekuatan marah wujudnya Syaja‟ah (berani), yaitu keadaan
marah yang tunduk kepada akal pada waktu dilahirkan atau
dikekang.
c. Kekuatan nafsu syahwat wujudnya adalah „iffah (perwira), yaitu
keadaan syahwat yang terdidik oleh akal dan syari‟at agama.
d. Kekuatan keseimbangan diantara kekuatan yang tiga diatas
wujudnya adalah adil, yaitu jiwa yang dapat menuntun amarah
dan syahwat sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh
hikmah.
Dari empat sendi akhlak yang terpuji itu, akan lahirlah perbuatan-
perbuatan baik seprti: jujur, suka memberi pada
sesama,tawadhu,tabah,tinggi cita-cita, pemaaf, kasih sayang sesama,
berani dalam kebenaran, menghormati orang lain, sabar, malu, pemurah,
memelihara rahasia, qonaah, dan sebagainya.
36
Berakhlak baik pada diri sendiri dapat diartikan menghargai diri
sendiri, menghormati, menyayangi, dan menjaga diri sendiri dengan
sebaik-baiknya, karena sadar bahwa dirinya itu sebagai ciptaan dan
amanah Allah yang harus dijaga dan dipertanggung jawabkan
sebaik-baiknya.47
Sedangkan akhlak kepada sesama manusia adalah sebagaimana
antara manusia yang satu memperlakukan manusia yang lainnya
dengan baik.
Berkenaan dengan akhlak sesama manusia, al-Qur‟an banyak
memberikan rincian mengenai hal itu. Petunjuk mengenai hal itu tidak
hanya dalam bentuk larangan melakukan hal negatif seperti membunuh,
mencuri dan lain sebagainya tetapi juga samapi kepada penyakit hati
dengan cara menciptakan aib seseorang dibelakangnya dan juga terkait
dengan memaafkan kesalahan orang lain.
Terjemahnya:
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu surtauela dan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
47 Moh Adani , Nilai-Nilai Akhlak dan Budi Pekerti dalam Ibadah, (Cet,I, Jakarta:
CV. Karya Mulia, 2000), h.46
37
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.
Selain di atas termasuk juga akhlak kepada orang lain adalah
akhlak kepada pendidik. Pendidik adalah orang yang sangat berjasa
dalam memberikan ilmu pengetahuan kepada peserta didiknya, oleh
karena itu seorang peserta didik wajib menghormati dan menjaga
wibawa pendidik, dan berperilaku sopan di depan pendidik.
Imam ghazali adalah seorang tokoh akhlak yang sangat menghargai pendidik, dalam kitabnya Bidayatul Hidayah sebagai mana yang telah dikutip oleh Zainudin, ia memberikan contoh bagaimana cara berakhlak kepada pendidik, yaitu: kepada pendidik harus menghormati dan memberikan salam terlebih dahulu, jangan banyak bicara kepada pendidik, jagan berbicara sambil tertawa, hendaklah menundukkan kepala jika duduk dihadapan pendidik, jika ingin bertanya memintalah ijin dahulu dan lain sebagainya.48
Hubungan pendidik dan peserta didik amat dekat, tapi jalinan
tersebut tidak boleh meniadakan jarak, dan rasa hormat peserta didik
terhadap pendidik, wibawa harus senantiasa ditegakkan namun,
keakraban juga harus terjalin. Inilah seni hubungan yang harus diciptakan
dalam situasi pendidikan.49
Jika hal tersbut di atas dilaksanakan sebaik-biknya, maka akan
terwujud nilai yang positif yang akan mempengaruhi keberhasilan
dalam proses pendidikan dan pengajaran antara lain:
48 Zainudin dkk, Seluk-beluk Pendidikan Al-Ghazali, (Jakarta: Bumi Aksara,
1991), h. 70
49 Zakiyah Darajat , dkk , Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam (Cet I, Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 273
38
1. Mempertahankan kemaluan,kehormatan dan kewibawaan pendidik
sehingga hubungan antara pendidik dan peserta didik dapat
berjalan secara harmonis.
2. Memperhatikan konsentrasi dan suasana belajar di dalam kelas.
3. Sopan santun dan tata krama dalam pergaulan sehari-hari.
Tentang akhlak terpuji ada empat sendi yang cukup mendasar
dan menjadi induk seluruh akhlak. Induk-induk akhlak yang baik itu seperti
disebut al-Ghazali, adalah sebagai berikut:
a. Kekuatan ilmu wujudnya adalah hikmah (kebijaksanaan), yaitu
keadaan jiwa yang bisa menemukan hal-hal yang benar
diantaranya yang salah dalam urusan ikhtiariah (perbuatan yang
dilasanakan dengan pilihan dan kemauan sendiri).
b. Kekuatan marah wujudnya Syaja‟ah (berani), yaitu keadaan marah
yang tunduk kepada akal pada waktu dilahirkan atau dikekang.
c. Kekuatan nafsu syahwat wujudnya adalah „iffah (perwira), yaitu
keadaan syahwat yang terdidik oleh akal dan syari‟at agama.
d. Kekuatan keseimbangan diantara kekuatan yang tiga diatas
wujudnya adalah adil, yaitu jiwa yang dapat menuntun amarah
dan syahwat sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh hikmah
Dari empat sandi akhlak yang terpuji itu,akan lahirlah perbuatan-
perbuatan baik seprti: jujur, suka memberi pada sesama,tawadhu, tabah,
tinggi cita-cita, pemaaf, kasih sayang sesama, berani dalam kebenaran,
39
menghormati orang lain, sabar, malu, pemurah, memelihara rahasia,
qonaah, dan sebagainya.
Pembahasan selanjutnya adalah akhlak tercela. Untuk ini pun
ada sendi-sendi yang patut diketahui,yang menjadi sumber timbulnya
perbuatan-perbuatan yang tidak baik. Sendi-sendi akhlak tercela
tersebut merupakan kebalikan dari sendi-sendi akhlak terpuji, yaitu:
a. Khubtsan wa jarbazah (keji dan pintar), dan balhan (bodoh) yaitu
keadaan jiwa yang terlalu pintar atau tidak bisa menentukan
yang benar diantara yang salah karena bodohnya, di dalam
urusan ikhtiaroh.
b. Tahawur (berani tetapi semberono), jubun (penakut) dan khauran
(lemah, tidak bertenaga), yaitu kekuatan amarah yang tidak bisa
dikekang atau tidak pernah dilahirkan, sekalipun sesuai dengan
yang dikehendaki akal.
c. Syarhan (rakus) dan jumud (beku), yaitu keadaan syahwat yang
tidak terdidik oleh akal dan syari‟at agama, tetapi ia bisa
berkelebihan atau sama sekali tidak berfungsi.
d. Zalim,yaitu kekuatan syahwat dan amarah yang tidak tebimbing
oleh hikmah.
Keempat sendi-sendi akhlak tercela ini akan melahirkan berbagai
perbuatan buruk yang dikendalikan hawa nafsu: congkak, riya,
mencaci maki, khianat, dusta, dengki, keji, seraka, „ujub, pemarah,
malas,membukakan rahasia, kikir, dan sebagainya dan kesemuanya
akan mendatangkan mudharat dan kerugian bagi individu dan
masyarakat.
40
Akhlak yang baik akan selalu mendapat pujian dari orang yang
ada disekitarnya,sedangkan akhlak buruk akan menimbulkan sebuah
permasalahan dalam kehidupan seseorang. walau terkadang kebaikan
seseorang seringkali diartikan sebagai sesuatu yang tidak
mengenakkan bagi oranag yang memiliki akhlak yang kurang baik,
namun sesuatu yang baik pasti akan menghasilakan sesuatu yang
baik pula. Sebagai mana terdapat dalam firman Allah SWT: QS= 23: 1
Terjemahnya:
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman” 50
Ayat ini menjelaskan bahwa apabila manusia itu berbuat baik
atau berbuat kebajiakan maka kebajikannya itu akan dirasakannya, baik
di dunia maupun di akhirat. Tetapi apabila mereka berbuat jahat, yaitu
melakuakan perbuiatan yang bertentangan dengan bimbingan wahyu,
serta bertentangan dengan fitrah kejadian mereka sendiri, sehingga
mereka berani menentang kebenaran dan menentang norma-norma
dalam kata kehidupan mereka sendiri, maka akibat dari perbuatan
mereka itu adalah kemurkaan Allah SWT.
Jelaslah bahwa jika manusia dapat membawa dirinya pada
sebuah pergaulan yang baik, maka akan mendapat perlakuan yang
50 UII , Alqur’an dan Tafsirnya, (Jilid. V Jogyakarta: PT. Dana Bhakti wakaf,
1995), ,h.529-530
41
baik pula,akan tetapi hal tersebut tidak bermaksud
menjadikannya/mendidiknya menjadi orang munafik.
Karenanya agar terhindar dari julukan yang seperti itu, maka
manusia haruslah menentukan sebuah sikap dan sifat yang sesuai
dengan akhlakul karimah, yang tidak bertentangan apa yang dimiliki
dalam hati nurani serta hidayah yang telah dianugerahi oleh Allah
pada tiap-tiap makhluknya.
Dengan demikian akhlak adalah kelakuan antar manusia dengan
Tuhan, dan manusia dengan manusia, manusia dengan dirinya
sendiri, dan anatara manusia dengan makhluk lainnya.
2. Proses Pembentukan Peserta Didik Berakhlak Mulia
Peserta didik merupakan salah satu unsur dunia dalam
pendidiikan. Dan tujuan utama yang akan dicapai dari pendidikan
adalah: hendak menciptakan produk-produk yang bermutu baik,
cakap (lahir batin) dalam berbagai aspek. Dalam hal ini peserta didik
diharapkan berakhlak mulia. Karena karena pembentukan akhlak mulia
adalah jiwa pendidikan islam.51
Selain itu peserta didik akan berhasil dalam belajar dan
pendidikan, kalau tanpa petunjuk, bimbingan dan nasehat dari
seorang pendidik kiranya tepat apa yang dikatakan oleh Ali bin Abi
51 A.Mujab Mahalli, Adab dan Pendidikan dalam Syari’at Agama Islam ,
(Jogyakarta: Liberty , 1984), h.39
42
Thalib, bahwa syarat keberhasilan peserta didik dalam belajar dalah
petunjuk dari seorang pendidik. Karena biar bagaimanapun juga
pendidik sangat besar peranannya dalam proses pendidikan. Proses
pendidikan dan belajar akan berhasil serta membentuk akhlak mulia,
jika memenuhi syarat-syarat sebagi berikut: belajar, pelatihan, motivasi,
pembiasaan dan keteladanan seorang figure agar dapat dijadikan
teladan dalam pembentukan peseta didik yang berakhlak mulia dalam
pembentukan peseta didik yang berakhlak mulia memerlukan proses
dan dalam proses tersebut membutuhkan metode atau cara dalam
merealisasikan pembentukan akhlak. Ada beberapa cara dan pendekatan
yaitu: peniruan, dan pembiasaan, motivasi dan keteladanan. Namun
demikian, masih banyak cara dan metode yang ditawarkan para pakar,
namun dalam penelitian ini hanya dibatasi oleh beberapa cara,
diantaranya sebagai berikut:
1. Menanamkan rasa cinta kepada Allah swt pada diri peserta didik.
2. Memelihara jiwa ketulusan dan kemuliaan.
3. Selalu memperteguh nilai-nilai cinta antar sesama.
4. Meluruskan kesalahan pribadi pada peserta didik melalui:
a) Dengan tindakan langsung
Pengarahan seorang pendidik dalam meluruskan kesalahan
peserta didik dengan cara islami/benar adalah hal yang sangat
penting, tentunya dengan tidak merendahkan peserta didiknya.
43
b). Tindakan secara tidak langsung
Yaitu teladan yang baik seorang pendidik yang berakhlak baik
dalam bergaul sehari-hari dengan para peserta didik, karena tindakan
ini adalah tujuan yang sangat sangat penting dalam agama.
5. Membentuk akhlak yang baik melalui kisah-kisah orang yang
alaim.
Demikianlah beberapa pendekatan yang sedikit banyaknya ikut
mendukung para pendidik dalam bentuk peserta didik yang berakhlak
mulia. Tapi semua itu tidak akan tercapai dan menjadi bukti nyata bila
tidak ada pembiasaan, motivasi, dan keteladanan yang baik dari para
pendidik.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak
Peserta didik
Agar pembentukan akhlak dapat berjalan dengan efektif ada
beberapa factor lain yang perlu diperhatikan dalam proses pembentukan
akhlak yaitu:
a. Faktor Internal
Adapun faktor internal yang mempengaruhi pembentukan akhlak
meliputi:
1) Faktor kepercayaan (agama)
Agama bukan saja kepercayaan yang harus dimiliki oleh setiap
manusia, tetapi ia harus berfungsi dalam dirinya untuk menentukan
44
segala aspek kehidupannya, misalnya berfungsi sebagai suatu sistem
kepercayaan, system ibadah dan kemasyarakatan, yang terkait dengan
nilai akhlak. Di sinilah agama menjadi faktor mendasar bagi perubahan
perilaku. 52
2) Faktor Pembawaan Naluriah
Sebagai makhluk biologis, ada factor pembawaan sejak lahir yang
menjadi pendorong perbuatan setiap manusia. Faktor ini disebut dengan
naluri atau tabiat menurut J.J.Rosseau. Naluri itu dapat merusak diri
dan dapat pula memberi manfaat, hal ini tergantung kepada cara
penyalurannya. Kecenderungan naluriah dapat dikendalikan oleh akal
atau tuntunan agama, sehingga manusia dapat mempertimbangkan
kecenderungannya, apakah itu baik atau buruk.53
Dengan demikian akal dan naluri dalam Islam keduanya perlu
dimanfaatkan dan disalurkan dengan sebaik-baiknya dengan bimbingan
dan pengarahan yang ditetapkan Al-Quran dan As-sunnah.
3) Faktor sifat-sifat keturunan
Ahmad Amin mengatakan: “bahwa perpindahan sifat-sifat tertentu dari orang tua kepada keturunanya disebut Al-Warasah (warisan sifat-sifat)”54
52 Mahjuddin, Konsep Dasar Pendidikan Akhlak , (Cet.I, Jakarta: Kalam mulia ,
2000) h. 25 53 Ibid, h.25 54 Ibid, h.25
45
setiap manusia, ada juga faktor lingkungan yang mempengaruhinya,
misalnya pendidikan dan tuntutan agama.
b. Faktor Ektertenal
Yang dimaksud dengan faktor eksternal disini adalah
lingkungan sekitar peserta didik, salah satunya adalah lingkungan
sekolah, lingkungan sekolah merupakan salah satu faktor lingkungan
yang turut mempengaruhi pembentukan akhlak peserta didik, corak
hubungan antara pendidik dengan peserta didik atau antara peserta
didik dengan peserta didik lainnya akan banyak mempengaruhi aspek-
aspek kepribadian, termasuk nilai-nilai moral yang masih mengalami
perubahan.
Corak hubungan pendidik dengan peserta didik itu terdapat
dalam proses belajar-mengajar yang berlangsung di lingkungan
sekolah. Belajar dapat dipandang sebagai hasil, dimana pendidik
terutama melihat bentuk terakhir dari berbagai pengalaman interaksi
edukatif.
Belajar juga dikatakan sebagai proses, di mana pendidik melihat
apa yang terjadi selama peserta didik menjalani pengalaman-
pengalaman edukatif untuk mencapai satu tujuan. Yang diperhatikan
adalah pola-pola perubahan tingkah laku selama pengalaman belajar itu
berlangsung.
Belajar juga bisa dikatakan sebagai fungsi. Dalam hal ini, perhatian
ditujukan pada aspek-aspek yang menentukan atau yang memungkinkan
terjadinya perubahan tingkah laku manusia di dalam pengalaman
edukatif.55
Pembentukan akhlak peserta didik, tidak akan lepas dari soal
penanaman nilai-nilai, transfer of values. Oleh karena itu pendidik tidak
55 Winarmo Sukhmad, Pengantar Interaksi Belajar-Mengajar Dasar-Dasar dan
Teknik Metodologi Pembelajaran, (Cet,V, Bandung: Tarsito, 1985), h.74-75
46
sekedar pengajar tapi betul-betul sebagai pendidik yang akan
memberikan nilai-nilai positif kepada peserta didiknya. Pendidik juga
harus berani memberi pujian. Pujian yang diberikan dengan tepat, dapat
mengakibatkan peserta didik mempunyai sikap sikap yang positif, dari
pada pendidk selalu mengkritik dan mencela. Pujian dapat menjadi
motivasi belajar peserta didik dengan positif.
Apabila usaha murid telah menghasilakan akhlak yang sesuai
dengan tujuan semula, proses belajar mengajar dapat dikatakan
mencapai titik akhir semantara. Akhlak tersebut terlihat pada perbuatan,
reaksi dan sikap peserta didik secara fisik maupun mental. Bersamaan
dengan hasil utama itu terjadi bermacam-macam proses mengiring yang
juga menghasilkan “tambahan” pebuatan akhlak , akhirnya terdapat satu-
kesatuan yang menyeluruh.
Dengan demikian lingkungan sekolah hendaknya lingkungan
sekolah hendaknya dipandang tidak hanya sebagi tempat untuk
menambah ilmu guna dipergunakan sebagai modal hidup di kemudian
hari, akan tetapi sebagi tempat pembinaan akhlak yang baik bagi
peserta didik.
Hidup bersama antar manusia berlangsung di dalam berbagai
bentuk hubungan dan berbagai jenis situasi. Tanpa adanya proses
interaksi di dalam hidup manusia, tidak mungkin mereka dapat hidup
bersama. Proses interaksi itu mungkin terjadi, Karena kenyataannya
bahwa manusia pada hakikatnya memiliki sifat sosial yang besar.
Dengan demikian, maka ada beberapa jenis interaksi yang memberi
kekhususan pada proses interaksi, misalnya interaksi belajar-mengajar
maupun interaksi edukatif. 56
56 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Cet,III, Jakarta: PT. Rineka Cipta,1995), h.96
47
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan jenis pendekatan kualitatif
karena penelitian ini berorientasi pada fenomena atau gejala yang bersifat
alami. Menurut Bryan dan Tylor pendekatan kuantitatif yaitu prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat di amati.1
Mengingat orientasinya demikian, maka sifatnya mendasar dan
naturalistis atau bersifat alamiah, serta tidak bisa dilakukan di
laboratorium, melainkan di lapangan. Data yang di hasilkan berupa data
deskriptif dalam bentuk pertanyaan atau kat-kata yang berasal dari
sumber data yang di amati atau diteliti agar mudah dipahami.2
B. Lokasi dan Objek Penelitian
1. Lokasi
Lokasi Tempat yang digunakan sebagai penelitian adalah di SD
Negeri Cendrawasih 1 Kota Makassar.
1 Lexi J Moloeng, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2000), h.3. 2 Mohammad Ali, Strategi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Angkasa, 1993),
h. 159
48
2. Objek Penelitian
Objek dalam pelaksanaan penelitian ini adalah peserta didik.
C. Fokus Penelitian
Intereraksi yang berlangsung dalam kehidupan di sekitar
manusia dapat diubah menjadi interaksi yang bernilai Edukatif.
Interaksi yang dapat disebut interaksi edukatif apabila secara sadar
mempunyai tujuan untuk mendidik dan untuk mengantarkan anak
didik kearah kedewasaannya. Dalam hal ini yang menjadi pokok
adalah maksud dan tujuan berlangsungnya interaksi tersebut, karena
kegiatan interaksi itu memang direncanakan atau di sengaja.
Kesadaran dan kesengajan melibatkan diri dalam proses
pembelajaran pada siswa dan guru akan dapat memunculkan
berbagai interaksi belajar.
D. Deskripsi Fokus Penelitian
Pembelajaran Interaksi Edukatif Pendidik dalam upaya
Pembentukan akhlak Peserta didik dalam kurikulum SD Negeri
Cendrawasih 1 Kota Makassar adalah salah satu bagian mata pelajaran
agama islam (PAI) yang di arahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk
mengenal, memahami, menghayati dan mengamalkan hukum islam, yang
kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya melalui kegiatan
49
bimbingan, pengajaran, latihan penggunaan, pengalaman, pembiasaan
dan keteladanan.3
Adapun defenisi operasional dari pembahasan ini ada beberapa hal
yaitu:
1. Interaksi edukatif pendidik dalam upaya pembentukan akhlak
peserta didik di SD Negeri Cendrawasih 1 Kota Makassar yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah hubungan saling
mempengaruhi yang terjadi antara pendidik Akhlak dengan peserta
didik SD Negeri Cendrawasih 1 Kota Makassar. Adapun yang
menjadi indikatornya adalah komunikasi yang dinamis, peran ganda
seorang pendidik mempengaruhi peserta didik dengan baik
sebagai sumber terpercaya, serta kepribadian pendidik yang
menarik untuk peserta didik tiru.
2. Interaksi edukatif belajar yang peneliti maksud ini adalah Interaksi
edukatif dalam mempelajari Akhlak peserta didik SD Negeri
Cendrawasih 1 Kota Makassar. Adapun yang menjadi Interaksi
edukatif belajar adalah perasaan senang dan tertarik yang
mendorong peserta didik untuk belajar, perhatian peserta didik
untuk konsentrasi, keterlibatan peserta didik secara aktif dan
motivasi ekstrinsik.
3 Suharsimi Arikunto, (2006), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Cet
XIII, Jakarta: Rineka Cipta), h.134.
50
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian atau biasa juga di sebut dengan alat
pengumpulan data. Instrumen penelitian adalah alat yang di gunakan
untuk mengumpulkan data penelitian. Karena alat atau instruen ini
menggambarkan juga cara pelaksanaannya, maka sering juga di sebut
dengan teknik penelitian.4 Adapun instumen yang di gunakan sebagai
berikut:
1. Pedoman Observasi
Nasution menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu
pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu
fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.
2. Pedoman Wawancara
Wawancara terstruktur di gunakan sebagai teknik pengumpulan
data, bila peneliti atau pengumpulan data mengetahui dengan pasti
tentang informasi apa yang akan di peroleh. Oleh karena itu, dalam
melakukan wawancara, pengumpulan data telah menyiapkan instrumen
penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif
jawabannya telah di siapkan. Dengan wawancara terstruktur ini, setiap
responden di beri pertanyaan yang sama dan pengumpulan data
mencatatnya.5
4 Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan (Jenis, Metode dan Prosedur), (Cet.I,
Jakarta: Kencana 2013), h, 247
5 Ibid., h.319
51
3. Pedoman Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan berupa peristiwa yang telah
berlalu. Dengan teknik komunikasi, peneliti memperoleh informasi dari
bermacam-macam sumber tertulis atau dokumentasi yang ada pada
informasi atau tempat, di mana informasi bertempat tinggal atau
melakukan kegiatan sehari-hari. Teknik dokumentasi merupakan
pelengkap dari penggunaan teknik obsevasi dan wawancara.
Dokumentasi merupakan sejumlah fakta dan data tersimpan dalam bahan
yang berbentuk dokumen. Sebagian besar data yang tersedia adalah
berbentuk surat-surat, catatan harian, cendramata, foto dan lain memberi
ruang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di
waktu silam.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif ini adalah
menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Sebab bagi
peneliti kualitatif, fenomena dapat di mengerti maknanya dengan baik.
Dalam pengumpulan data, secara garis besar peneliti akan menggunakan
beberapa tekhnik sebagi berikut:
1. Observasi, yaitu melakukan pengamatan secara langsung pada
objek penelitian dan mengumpulkan data yang di perlukan.
52
2. Wawancara, yaitu melakukan tanya jawab dengan Kepala Sekolah,
Pendidik untuk mendapatkan data yang di perlukan.
3. Dokumentasi, yaitu informasi yang di peroleh lewat fakta yang
tersimpan dalam surat, catatan harian, arsip, dan lain-lain.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang di peroleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,
dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam
kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit melakukan sintesa, menyusun
ke dalam pola, memiliki manfaat yang penting dan yang akan di pelajari,
dan membuat kesimpulan sehingga mudah di pahami oleh diri sendiri dan
orang lain.6
Data yang sudah terkumpul, sebelum di ananlisis terlebih dahulu di
lakukan pengelolaan data. Pengelolaan data melalui proses sebagai
berikut:
1. Metode induktif, yaitu teknik analisis data dengan bertitik tolak
dari suatu data yang bersifat khusus, kemudian dianalisis dan
disimpulkan dengan bersifat umum.
2. Metode deduktif, yaitu suatu teknik analisis data yang bertitik
tolak dari data yag bersifat umum kemudian dianalisis dan
diambil kesimpulan yang bersifat khusus.
6 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, h,206
53
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Obyektif dan Lokasi Penelitian
Pembahasan ini peneliti akan menguraikan tentang hasil
penelitian ini, terlebih dulu peneliti memberikan gambaran tentang
obyektif lokasi penelitian sebagai berikut:
1. Sejarah singkat lokasi penelitian
Sebagai langkah awal dalam pembahasan ini akan
dikemukakan sejarah singkat Sekolah Dasar Negeri Cendrawasih 1
Kota Makassar Kecamatan Mamajang Kota Makassar yang dijadikan
sebagai obyek penelitian. Sekolah Dasar Negeri Cendrawasih 1 Kota
Makassar Kecamatan Mamajang Kota Makassar merupakan salah
satu pendidikan formal yang terletak di Jalan Cenderawasih No. 368
A Kelurahan Tamparang Keke Kota Makassar yang didirikan pada
tanggal 06-01-1989.
Sejak berdirinya pada tahun 1989 sampai pada tahun 1989
sampai pada tahun ajaran 1994-2019 telah mengalami beberapakali
mengalami pergantian kepala sekolah pada tahun ajaran 1994-2019
yang menjabat sebagai kepala sekolah yang pertama adalah ibu Dra.
ST Rahmatia.W kemudian pada tahun ajaran 1994-1996 digantikan
lagi dengan ibu Fatimah Arsyad pada tahun ajaran 1996-2000 di
gantikan lagi dengan ibu Dra. Hj. Halimah pada tahun ajaran 2000-
54
2016 sekarang yang menjabat sebagai kepala sekolah adalah Bapak
Muhammad Bahri, S.Pd tahun ajaran 2016 – 2019 sampai sekarang ini.
2. Visi dan Misi SD Negeri Cendrawasih 1 Kota Makassar
a. Visi
Berupaya mencerdaskan siswa-siswi yang unggul serta
berprestasi, deibang IPTEK dan IMTAQ menuju Sekolah yang
berbasis lingkungan
b. Misi
1. Mengembangkan kurikulum terintegrasi pendidikan lingkungan
2. Mewujudkan prestadi di bidang akademik dan non akademik
yang berdasarkan IPTEK dan IMTAQ
3. Terciptanya generasi yang cerdas dan berprestasi serta
peduli terhadap lingkungan yang berkelanjutan
4. Ikut serta dalam pencegahan yang perlindungan dalam
pelestarian lingkungan
3. Keadaan Tenaga Pendidik
Dalam proes belajar mengajar pendidik mempunyai tugas
memberi motivasi, membimbing dan memberi fasilitas belajar anak
didik untuk mencapai tujuan pembelajaran, karena itu pendidik
mempunyai tanggung jawab terhadap proses perkembangan anak
didiknya. Dengan keahlian pendidik dalam mendidik tentu dia tahu
bagaimana perkembangan akhlak anak didiknya dan mengetahui
kesulitan – kesulitan belajar anak didiknya.
55
Mengenai keberadaan pendidik di SD Negeri Cendrawasih 1 Kota
Makassar Kecamatan Mamajang Kota Makassar
Tabel 4.1. Keadaan Pendidik SD Negeri Cendrawasih
1 Kota Makassar Kecamatan Mamajang Kota
No Nama Jabatan status
1. Muhammad Bahri, S.Pd Kepala Sekolah PNS
2. Syahrir Guru PNS
3. Rahmawati, S.Pd Guru PNS
4. Zuniarty, S.Pd Guru PNS
5. Yusmidayanti Yusuf, S.Pd Guru PNS
6. Hanifah Hadi, S.Pd Guru PNS
7. Agustin DN, S.Pak Guru PNS
8. Isramirawaty. R, S.Pd Guru Tenaga Kontrak
9. Riska Irmawanti, A.Ma Guru Tenaga Kontrak
10. Yusvita Sulhadri, S.Pd Guru Tenaga Kontrak
11. Asrullah, S.Pd Guru Tenaga Kontrak
12. Marwah Limpo, S.Pd Guru Tenaga Kontrak
13 Fitriani, S.Pd Guru Tenaga Kontrak
14. Ardi, S.Pd Guru Tenaga Kontrak
15. Anna Amalia.M, S.Pd Guru Tenaga Kontrak
16. Saddiah S.Ag Guru Tenaga Kontrak
Sumber data : Kantor SD Negeri Cendrawasih 1 Kota
Makassar1
4.Keadaan siswa SD Negeri Cendrawasih 1 Kota Makassar
Peserta didik merupakan bagian dari komponen yang tiak
dapat dipisahkan dari sekolah karena siswa merupakan objek
1 Sumber data: Kantor SD Negeri Cendrawasih 1 Kota Makassar
56
pendidikan dan tujuan untuk diberi pengajaran. Pendidikan tidak
mungkin terlaksana tanpa adanya siswa sebagai objek yang
menerima pendidikan.
Peserta didik SD Negeri Cendrawasih 1 Kota Makassar
Kecamatan Mamajang Kota Makassar tahun pelajaran 2019/2020
berjumlah 389 siswa. Keseluruhan jumlah siswa untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Table 4.2. Keadaan siswa SD Negeri Cendrawasih 1 Kota
Makassar Kecamatan Mamajang Kota
Makassar tahun ajaran 2019/2020
No Siswa Jenis Kelamun
Laki-Laki perempuan Jumlah
1 Kelas 1a 18 14 32
2 Kelas 1b 14 18 32
3 Kelas 2a 16 15 31
4 Kelas 2b 15 16 31
5 Kelas 3a 17 12 29
6 Kelas 3b 15 11 26
7 Kelas 4a 19 14 33
8 Kelas 4b 16 19 35
9 Kelas 5a 13 19 32
57
10 Kelas 5b 20 13 33
11 Kelas 6a 19 19 38
12 Kelas 6b 22 16 38
Jumlah 204 186 390
Sumber data : Kantor SD Negeri Cendrawasih 1 Kota
Makassar2
5. Keadaan Sarana dan Prasarana
Untuk mengetahui sarana dan prasarana SD Negeri
Cendrawasih 1 Kota Makassar, berikut ini dicantumkan daftar sarana
prasarana yang peneliti susun dalam bentuk tabel.
Salah satu penunjang proses kegiatan belajar mengajar adalah
sarana dan prasarana. Sarana dan prasrana yang penting dalam
menunjang keberhasilan dalam proses belajar mengajar, akan tetapi
sangat berpengaruh juga dengan fasilitas atau sarana dan prasarana
yang dapat menunjang keefektifan belajar siswa selama proses
belajar mengajar berlangsung.
Untuk lebih jelasnya mengenai sarana dan prasarana yang
ada di SD Negeri Cendrawasih 1 Kota Makassar Kecamatan
Mamajang Kota Makassar dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.3. Sarana dan prasarana SD Negeri Cendrawasih 1
Kota Makassar Kecamatan Mamajang Kota Makassar
2 Sumber data: Kantor SD Negeri Cendrawasih 1 Kota Makassar
58
No. Sarana dan prasarana Jumlah Keterangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Ruang Kepala Sekolah
Ruang Guru (Kantor)
Ruang Kelas
Perpustakaan
Lapangan Olahraga
UKS
Kantin
Toilet Guru
Toilet Siswa
1
1
10
1
1
1
2
4
2
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Sumber data : Kantor SD Negeri Cendrawasih 1 Kota
Makassar3
Dari tabel keadaan sarana dan prasarana tersebut diahatas
maka, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa sarana dan
prasarana yang dimiliki oleh SD Negeri Cendrawasih 1 Kota Makassar
Kecamatan Mamajang Kota Makassar sudah cukup memadai dalam
mendukung proses belajar mengajar yang efektif. Dapat dilihat dalam
tabel diatas sarana pendukung yang cukup menunjang.
B. Interaksi Edukatif Pendidik Dalam Upaya Pembentukan Akhlak
Peserta Didik di SD Negeri Cendrawasih 1 Kota Makassar
Intraksi yang dimaksud adalah hubungan timbal balik antara
pendidik dan peserta didik yang berlangsung di sekolah. Untuk
3 Sumber data: Kantor SD Negeri Cendrawasih 1 Kota Makassar
59
mewujudkan peneliti dalam melakukan penelitian ini maka peneliti
lebih memfokuskan penelitian ini hanya pada salah satu bidang studi
yang terdapat di sekolah yang menjadi obyek penelitian peneliti ,
yaitu hanya pada bidang studi Akhlak. Dengan demikian berarti
pendidik yang dimaksud adalah pendidikan akhlak.
Interaksi edukatif dalam hal ini hanya terbatas dalam
lingkungan sekolah, yaitu interaksi antar pendidik dengan peserta
didik dalam proses belajar mengajar di kelas maupun diluar jam
belajar mengajar tapi masih di lingkungan sekolah. Proses interaksi
ini dilihat saat pembelajaran akhlak berlangsung, dan interaksi antara
pendidik dan peserta didik di sekolah, mana interaksi ini
mengandung niai edukatif (pendidikan) dari tenanga mengajar dalam
hal ini adalah pendidik akhlak yang melaksanakan tugasnya sebagai
seorang pendidik yang mendidik, membimbing, dan mengarahkan
peserta didik pada akhlak yang baik pada suatu pihak, dengan
warga belajar (peserta didik) yang sedang melaksanakan kegiatan
belajar mengajar di pihak lain.
Dengan demikian yang menjadi inti pembahasan dalam skripsi
ini adalah seputar masalah interaksi edukatif yang dilakukan oleh
pendidik akhlak dalam upaya pembentukan akhlak peserta didik
agar dapat berperilaku islami (berakhlakul karima). Sedangkan bidang
studi akhlak hanya ditunjukkan agar peneliti lebih focus dalam
melakukan penelitian.
60
Setiap pendidik akan mempunyai pengaruh terhadap peserta
didik, pengaruh tersebut ada yang terjadi melalui pendidikan dan
pengajaran yang dilakukan dengan sengaja dan ada pula yang terjadi
secara tidak sengaja, bahkan tidak disadari oleh pendidik, melalui sikap,
gaya mengajar dan kinerjanya dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Minat memainkan peran yang penting dalam kehidupan seseorang dan
mempunyai dampak yang besar atas perilaku dan sikap. Anak yang
berminat terhadap sesuatu akan berusaha lebih keras untuk belajar
dibandingkan dengan anak yang kurang berminat. Minat besar
pengaruhnya terhadap belajar, karena apabila ada pendidik yang
kinerjanya dalam mengajar tidak sesuai dengan apa yang diharapkan
oleh peserta didik maka akan menimbulkan minat belajar peserta didik
berkurang dan hal ini memungkinkan peserta didik yang bersangkutan
tidak belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya.
Pendidik yang kompeten dan profesional harus mampu
menciptakan kondisi-kondisi sedemikan rupa sehingga peserta didik
tertarik terhadap suatu mata pelajaran. Melalui interaksi edukatif tersebut
diharapkan pendidik dapat menumbuhkan minat belajar peserta didik
terhadap suatu pelajaran. Minat belajar yang tinggi akan mendukung
berlangsungnya proses belajar mengajar. Belajar dengan minat akan
mendorong peserta didik belajar lebih baik dari pada belajar tanpa
minat. Minat ini timbul apabila peserta didik tertarik akan sesuatu karena
61
sesuai dengan kebutuhannya atau merasa bahwa sesuatu yang akan
dipelajari dirasakan bermakna bagi dirinya .
Akhir-akhir ini banyak keluhan bahwa minat belajar terhadap mata
pelajaran Akhlak berkurang. Salah satu penyebabnya adalah faktor
pendidik yaitu kurang menguasai bahan ajar dan kurang cakap dalam
membimbing peserta didik dalam belajar. Perilaku dan sikap pendidik di
sekolah terutama dalam proses belajar mengajar sangat berpengaruh
pada peserta didik. Sikap pendidik yang menyenangkan dirasakan oleh
peserta didik sebagai kebahagiaan tersendiri.
Keadaan ini memungkinkan siswa lebih berminat dalam belajar.
Apabila siswa merasa bahwa kinerja guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran tidak sesuai dengan apa yang diharapkan siswa, maka
akan menimbulkan rasa malas dan bosan pada diri siswa. Siswa yang
berminat terhadap suatu mata pelajaran akan mempelajarinya dengan
sungguh-sungguh, karena ada daya tarik baginya. Seorang siswa
mempunyai minat yang besar terhadap suatu bidang studi ia akan
memusatkan perhatian lebih banyak dari temannya, kemudian karena
pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang
memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai
prestasi yang tinggi dalam bidang studi tersebut. Selain itu Pendidik juga
harus menjadi panutan yang dapat dicontoh oleh siswanya baik dalam
perkataan, perbuatan dan pergaulannya dalam kehidupan sehari-hari,
baik di sekolah maupun di lingkungan sekitar.
62
Seorang Pendidik dapat saja menyusun sistem pendidikan yang
lengkap dengan menggunakan seperangkat metode atau strategi sebagai
pedoman dan acuan dalam bertindak serta mencapai tujuan dalam
pendidikan. Namun keteladanan seorang Pendidik sangatlah penting
dalam interaksi dengan Peserta Didiknyanya. Karena pendidikan tidak
hanya sekedar menangkap atau memperoleh sesuatu dari ucapan
seorang Pendidik, akan tetapi justru melalui keseluruhan kepribadian yang
tergambar pada sikap dan tingkah laku seorang Pendidik.
Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Ardi, S. Pd. I
tentang interaksi edukatif pendidikan Akhlak peserta didik mengatakan
bahwa:
“ Iya menurut saya kalau cara untuk mengajarkan sopan santun, kemudian akhlak kepada siswa bagaimana mengajarkan tata karma,sopan terhadap gurunya, kemudian menghargai dia harus hormat apapun itu baik temannya, gurunya, orang tua ataupun masyarakat seperti itu”
Berdasarkan hasil wawancara diatas, bahwa peserta didik
bagaimana mengajarkan tata kramah, sopan terhadap pendidiknya,
kemudian menghargai temannya apapun disekelilingnya, dia harus
hormat apapun itu baik temannya, pendidiknya, orang tua ataupun
masyarakat seperti itu.
“ Iya kalau Akhlak Peserta Didik di SD Negeri Cendrawasih 1 ini Alhamdulillah mulai dari kelas 1 – 6 semua baik, karena memang kita disini mengajarkan bagaimana sopan santun yang harus dimiliki semua peserta didik”
63
Berdasarkan hasil wawancara diatas, Akhlak peserta didik SD
Negeri Cendrawasih 1 Kota Makassar Alhamdulillah mulai dari kelas 1-
6 semuanya diajarkan bagaimana sopan santun yang harus dimiliki
oleh semua peserta didik.
“ Iya metode yang saya pake disini adalah metode diskusi dan banyak lagi, metode – metode yang saya pake misalnya juga seperti: metode ceramah intinya ada beberapa metode yang seharusnya memang diterapkan kepada peserta didik.”
Berdasarkan hasil wawancara diatas, metode yang saya pake
adalah metode diskusi misalnya metode ceramah intinya ada beberapa
metode yang seharusnya memang diterapkan kepada peserta didik
yang lainnya.
“ Iya langkah-langkah pembentukan kepribadian peserta didik adalah: 1. Mengajarkan disiplin waktu
2 . mengajarkan tepat waktu, intinya datang kesekolah
3. kemudian disiplin dalam belajar, disiplin dalam segala hal, kalau waktunya keluarmain iya keluarmain, kalau waktunya belajar iya belajar”
Berdasarkan hasil wawancara diatas, langkah-langkah
kepribadian peserta didik, mengajarkan disiplin waktu kesekolah,
mengajarkan tepat waktu , agar tidak terlambat datang kesekolah intinya
datang kesekolah, dan disiplin dalam belajar, disiplin dalam segala hal,
waktunya keluarmain iya keluarmain dan kalau waktunya belajar iya
belajar
64
“ Iya pelaksanaan pendidikan Akhlak di SD Negeri Cendrawasih 1 ini sudah terlaksana dengan begitu baik karena begitu banyak yang mendukung di sekolah ini hotspot, sarana dan prasarana, kemudian banyak hal yang mendukung di sekolah ini baik faktor internal maupun faktor eksternal intinya semua mendukung.” 4
Berdasarkan hasil wawancara diatas, pendidikan Akhlah di SD
Negeri Cendrawasih 1 Kota Makassar terlaksana dengan baik begitu
banyak yang mendukung di sekolah hospot, sarana dan prasarana dan
banyak hal yang mendukung di sekolah ini baik faktor internal maupun
eksternal.
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Agustin dwi
nurtjahjanti, S. Pak tentang interaksi edukatif pendidikan Akhlak
peserta didik mengatakan bahwa:
“ Sangat bagus karena kami saling mendukung dalam setiap kegiatan keagamaan baik itu dari anak- anak , pihak sekolah, Guru dan orang tua.”
Berdasarkan hasil wawancara diatas, para guru dan orang tua
saling mendukung dalam setiap kegiatan keagamaan baik dari anak-anak
samapi guru dan orang tunya ikut hadir dalam kegiatan keagamaan
“ Yaitu karena pengaruh biasanya pengaruh dari sosmed, apa lagi kita sekarang lebih banyak melihat di sosmed pendapat – pendapat orang, jadi itu kadang yang membuat ada kesenjangan, antara pengaruh tidak baik yang sama – sama tinggi agamanya, tetapi sebagai ummat beragama kita mengambil yang positifnya, karena Negara di Indonesia ini kan pancasila, jadi disinilah persatuan dan kesatuan harus kita tegakkan saling menghormati, seperti yang ada di sila – sila pancasila yaitu merupakan dari kesadaran diri kita, kita jadikan dia panutan atau kita jadikan dia tuntunan
4 Ardi S.Pd.I guru PAI Wawancara tanggal 11 Desember 2019
65
untuk supaya Negara Indonesia ini cool lagi, damai, dan lebih indah dilihat perkembangannya.”5
Berdasarkan hasil wawancara diatas, biasanya pengaruh dari
sosmed, kita sekarang lebih banyak melihat dari sosmed pendapat-
pendapat seseorang, tapi sebagai ummat beragama kita mengambil dari
sisi positifnya, Negara Indonesia kan panca sila, disinilah persatuan dan
kesatuan yang harus ditegakkan dan saling menghormati satu samalain
Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Muhammad Bahri
selaku kepala sekolah tentang faktor pendukung dan penghambat
interaksi edukatif pembentukan akhlak peserta didik
“Yang menjadi faktor pendukung dalam meningakatkan prestasi disini banyak ada kegiatan ekstra kurikuler seperti pramuka, sholat dhukha berjama’ah, sholat dhuhur berjma’ah, kegiatankegiatan itu bisa menjadi faktor pendukung karena dengan siswa mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut pelajaran yang diperoleh tentang pelajaran akidah bisa diaplikasikan di kehidupan seharihari, karena pelajaran akidah akhlak tidak sekedar ranah penilaian dari luar tapi sampai dari dalam hati”6
Berdasarkan hasil wawancara diatas, Kami sebagai pendidik
tentunya menginginkan siswa saya berperilaku yang agamis,maka dari itu
kami bapak ibu guru ingin memberikan contoh-contoh nyata kepada siswa
agar bisa menjadi motivasi untuk siswa-siswa kami.
“Berbicara tentang faktor penghambat interaksi edukatif pembentukan akhlak peserta didik ada beberapa hal yang diungkapkan oleh guru. Ada yang dari luar juga ada yang dari
5 Agustin dwi nurtjahjanti, S. Pak guru Agama Kristen Wawancara tanggal 21 Desember
2019
6 Muhammad Bahri, S,Pd, I Wawancara tanggal 27 Desember 2019
66
dalam, Selain faktor pendukung pasti juga ada faktor penghambat atau faktor-faktor yang harus dihadapi oleh seorang guru dalam upaya meningkatkan prestasi siswa. Mengenai faktor penghambat peneliti berusa mencarai informasi tentang masalah penghambat tersebut dengan
wawancara yang diharapkan informasi itu bisa didapatkan. Berdasarkan hasil wawancara diatas, Seperti yang kita ketahui
bahwa alokasi waktu yang disediakan sekolah untuk mata pelajaran
akhlak hanya 2 jam pelajaran setiap minggunya, jadi apa yang bisa
mereka peroleh dalam materi yang diberikan guru Apalagi untuk
mengajarkan anak tentang bersikap baik dan menanamkan nyanilai-nilai,
waktu yang di butuh kan lebih dari 2 jam
C. Faktor Pendukung dan penghambat Interaksi Edukatif Pendidik
dalam pembentukan Akhlak peserta didik di SD Negeri
Cendrawasih 1 Kota Makassar
Dalam menciptakan iklim interaksi edukatif tentunya banyak hal
yang menjadi pendukung serta menghambat baik itu dari segi sekolah
maupun dari segi peserta didiknya. Di bawah ini akan di jabarkan
mengenai faktor pendukung serta penghambat interaksi edukatif
anatara pendidik dan pesetra didik pada mata pelajaran Akhlak.
1. Faktor Pendukung
a. Pendidik memiliki kedekatan emosional.
Sebagai seorang pendidik harus senantiasa mencurahkan
waktunya untuk peserta didiknya. Terlebih jika hal ini sebagai
profesionalitas seorang pendidik di sekolah. Karna kedekatan itulah
67
peserta didik merasa di perharkan oleh pendidik. Di sisilain dengan
kedekatan emosional pendidik akan mudah menyampaikan pesan baik
itu berupa nasihat, larangan serta materi – materi pelajan. Kedekatan
anatara pendidik dan peserta didik menjadikan peserta didik tidak
memiliki jarak secara emosi, hingga akhirnya terjadi komunikasi dan
interaksi yang baik antara keduanya.
b. Peserta didik memiliki sikap terbuka.
Peserta didik harus memiliki sikap terbuka terhadap pendidik
dalam kegiatan pembelajaran baik itu di dalam kelas maupun diluar
kelas. Peserta didik hendaknya tidak malu dan menutup diri jika ada hal
– hal yang kurang dipahami dari pelajaran yang di sampaikan.
c. Sikap hormat-menghormati antar sesama.
Sebagai mana di ketahui dari pembahasan sebelumnya, bahwa
interaksi yang di budayakan di SD Negeri Cendrawasih 1 Kota
Makassar adalah sikap saling menghormati. Hal ini berkaitan erat
dengan norma – norma sosial yang dibawa oleh masing – masing
peserta didik.
d. Program – program pendidik.
Yang dimaksud dari program – program pendidik adalah
kegiatan yang telah diagendakan oleh pendidik dalam mata pelajaran
akhlak program ini antara lain sholat berjamaah dan pelaksanaan
kegiatan hari besar islam. Di seriap kegiatan ini pendidik berusaha
68
menciptakan interaksi edukatif yang baik untuk mendukung proses
pembelajaran.
2. Faktor Penghambat
a. Kondisi kepribadian peserta didik yang berbeda.
Peserta didik pastinya memiliki kepribadian yang berbeda-beda,
karena peserta didik berasal dari berbagai daerah yang berbeda –
beda, pengalaman berinteraksi dengan lingkungan dimana mereka
tinggal juga berbeda. Daerah yang mereka tempati pasti memiliki adat
dan budaya yang berbeda – beda. Oleh karena itu dalam hal ini
pendidik harus pandai – pandai dalam mengatur komunikasih.
Memahami kondisi kepribadian menjadi tantangan tersendiri bagi
pendidik untuk menciptakan interaksi edukatif dalam pembelajaran.
b. Peserta didik yang bersikap tertutup
Adanya rasa tidak terbuka atau tertutup dari peserta didik itu
sendiri. Karena mungkin peserta didik malu dan belum berani
berbicara di kelas. Peserta didik yang mengalami kondisi ini pasti
akan memiliki hambatan dalam berinteraksi, baik dengan pendidik
maupun peserta didik yang lain. Hal ini akan sangat terlihat ketika
proses belajar mengajar berlangsung, dimana peserta didik yang
bersikap tertutup atau pendiam lebih pasif di banding peserta didik
yang memiliki sikap keterbukaan.
“ Iya kalau penghambat pastinya ada seperti faktor internal, yaitu faktor dari dalam yang mungkin misalnya sarana dan prasarana yang mendukung kalau misalnya, dan faktor eksternal atau faktor diluar iya mungkin
69
karena pendidikan dari orang tuanya sendiri mungkin seperti itu. Hingga kita harus mendekatkan anak itu supaya kita bias menghormati orang tuanya.”
Berdasarkan hasil wawancara diatas, mungkin karena pendidikan
dari orang tunya itu sendiri. Sehingga rasa tidak terbuka atau tertutup
pada peserta didik yang lain dimana peserta didik bersikap lebih pasif
dengan peserta didik yang memiliki sikap keterbukaan.
70
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpuan
Dari uraian - uraian yang penulis kemukakan pada bab
sebelumnya , maka dapat ditarik kesimpulsan sebagai berikut:
1. Berdasarkan data - data dari hasil penelitian di SD Negeri
Cedrawasih 1 Kota Makassar maka dapat diketahui bahwa
interaksi edukatif ( hubungan timbal balik pendidik dengan
peserta didik maupun peserta didik dengan peserta didik
yang lain dalam proses kegiatan belajar mengajar) yang
berlangsung di kelas maupun diluar kelas (di sekolah)
berjalan dengan sangat baik. “transfer of knowledge” tetapi
juga “transfer of values” dengan demikian peserta didik tidak
hanya mempunyai ilmu pengetahuan tetapi juga dapat
mengamalkan ilmu yang dimilikinya dalam kehidupan sehari -
hari.
2. Berdasarkan data – data yang diperoleh selama penelitian
maka dapat diketahui bahwa peserta didik di SD Negeri
Cendrasasih 1 Kota Makassar memiliki akhlak yang baik.
Mereka tidak hanya baik terhadapa pendidik mereka tetapi
juga kepada teman - teman. Dengan memperhatikan hal –
hal tersebut dapat dikatakan, terdapat pengaruh antara
71
interaksi edukatif yan g terjadi di SD Negeri Cendrawasih 1
Kota Makassar dengan pembentukan akhlak peserta didik di
sekolah. Hal ini terbukti dengan sikap peserta didik di
sekolah mereka membudayakan senyum, sapa dan salam.
Pergi kemesjid untuk menunaikan sholat tanpa diminta
pendidik. Karena pendidik dari awal sudah memberikan
contoh dan pemahaman bahwa beribadah dengan
kesadaran sendiri. Dan masih banyak lagi contoh – contoh
yang menunjukkan bahwa peserta didik di SD Negeri
Cendrawasih 1 Kota Makassar yang melakukan perilaku
terpiji.
B. Saran
Sebagai bagian akhir pembahasan skripsi ini, penulis akan
mengemukakan beberapa makna yang terkandung dalam penelitian
yaitu:
1. Pendidik harus memberikan pelayanan yang terbaik kepada
peserta didiknya dengan menyediakan lingkungan yang
menyenangkan. Dalam interaksi yang berlangsung telah
terjadi interaksi yang bertujuan. Interaksi yang bertujuan itu
disebabkan pendidiklah memaknainya dengan menciptakan
lingkungan yang bernilai eduktaf demi kepentingan peserta
didiknya dalam proses belajarnya.
72
2. Pendidik harus menjadi pembimbing dan figur yang baik
dengan peranan yang arif dan bijaksana, sehingga tercipta
hubungan dua arah yang harmonis antara pendidik dengan
peserta didik.
3. Ketika interaksi edukatif itu berproses, pendidik harus
dengan ikhlas dalam bersikap dan berbuat mau memahami
peserta didiknya.
4. Tugas pendidik adalah membentuk peserta didik yang
berakhlakul karimah, cakap dan terampil. Untuk membentuk
peserta didik seperti itu maka pendidik juga harus
berakhlakul karimah, cakap dan terampil. Pendidik jangan
hanya mengajar, tapi juga harus mendidik. Mengajar lebih
cenderung mendidik peserta didik menjadi orang yang
pandai tentang ilmu pengetahuan saja, tetapi jiwa dan watak
peserta didik juga harus dibina dan untuk itu maka
mendidiklah jawabannya, katena mendidik adalah “transfer of
value” memindahkan nilai – nilai pada peserta didik.
73
DAFTAR PUSTAKA
AL Qur’an dan Terjemah, Departemen Agama Republik Indonesia
Jakarta: CV. Toha Putra Semarang, 1989), h. 960
Al Ghazali, Imam. 1990. jilid 1, terj, Muhammad Zuhri. Semarang: Asy-
Syifa.
Ali Ja\maludin, Muhammad, 2001. Psikologi Anak Dan Remaja
Ali, Mohammad. 1993. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa.
Anwar Rosihon. 2008. Akidah Akhlak, Bandung: CV Pustaka Setia
Ardani, Moh.H. Nilai-nilai Akhlak/Budi Pekerti dalam Ibadah, Jakarta:
CV.Karya Mulia, 2001.
Arikunto,Suharsimi. Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
B.Hurlock, Elizabeth. Psikologi Perkembangan, Jakarta: Erlangga, 1980
Bahreisj,Hussein. Ajaran-ajaran Akhlak Imam Ghazali, Surabaya: Al-
Ikhlas, 1981
Dastaghib,Syahid. Menuju Kesempurnaan Diri: wacana seputar akhlak,
Terj. Dari al- Akhlaq al-Islamiyah, oleh Ali Yahya. Jakarta:
Lentera Basritama, 2003.
Departemen Agama RI. Al-Quran dan Terjemahannya, Jakarta: Yayasan
Penyelenggara/Penafsir Al-Quran, 1971.
Departemen Agama RI., 2009, Al-Qur’an dan Terjemah, Bandung: PT
Sygma
Halim Mahmud, Ali Abdul, Akhlak Mulia, Gema Insani Pres, Jakarta: Cet I.
2004
Heri Gunawan, Kurikulum dan pembelajaran PAI, Bandung: Alfabeta,
2012
Husniawati, Risti. “Pengertian Riya Aniaya dan Deskriminasi”. 14 Mei
2014.
M. Quraish Shihab, Wawawsan Al Qur’an, Bandung: Mizan, 1996
Mahrus, modul Akidah, Jakarta : 2012
Marzuki, Prinsip Dasar Akhlak Mulia, Yogyakarta: Wahana Press, 2009.
74
Masy'ari,Anwar H. Akhlak Al-Quran, Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1990.
Masyhur ,Kahar. Membina Moral dan Akhlak, Jakarta: Kalam Mulia, 1985
Miskawaih, Ibn 1994. Menuju Kesempurnaan Akhlak (Terj. Tahdzib al-
Akhlak oleh Helmi Hidayat) Bandung: Mizan
Moleong, Lexy., 2008, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja
Rosda Karya.
Muhammad Rabbi Muhammad Jauhari, Keistimewaan Akhlak Islami,
Bandung: Pustaka Setia, 2006
Muhammad, Al-Ghazali., 1993, Akhlak Seorang Muslim, Semarang:
Wicaksana.
Muslim. Jakarta: Pustaka Al Kautsar.
Nata, Abudin . Akhlak Tasawwuf, Jakarta: PT.Raja Grafindo, 2003.
Praktis. Jakarta: Bina Aksara.
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, Akhlak Tassawuf, (Jakrta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2003), Cet. Ke-2, h. 147
Prof. Dr. H. Moh. Ardani, Akhlak Tassawuf, (PT. Mitra Cahaya Utama,
2005) Cet. Ke-2, h. 49-57
S, Saputra, Thoyib. Wahyudin. 2008. PAI Akidah Akhlak kelas X
Madrasah Aliyah. Bandung : Toha Putra.
S. Nasution, Kurikulum Dan pengajaran, Jakarta: Bina Aksara, 1984
Toha Putra.
Umary Barnawie, Materi Akhlak. (Solo: CV Ramadhani, 1988) h. 2
Zahruddin. AR. Pengantar Ilmu Akhlak (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2004), Cet Ke-1, h.
Zainal Aqib, Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran, Surabaya: Insan
Cendikia, 2002
Zaki Mubarok Latif, dkk, Akidah Islam, Yogyakarta: UII Press, 2001
PEDOMAN WAWANCARA
Judul Skripsi :
Interaksi Edukatif Pendidik Dalam Upaya Pembentukan Akhlak Peserta Didik Di SD Negeri Cendrawasih 1 Kota Makassar
A. Identitas Responden
1. Nama : ………………………………………………………. 2. Jenis Kelamin : ………………………………………………………. 3. Pekerjaan : ……………………………………………………….
B. Pertanyaan
1. Bagaimana pendapat bapak mengenai perencanaan
pembentukan Akhlak Peserta Didik?
…………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
2. Bagaimana Akhlak Peserta Didik terhadap Guru?
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
3. Bagaimana pandangan ibu mengenai keagamaan akhlak di
Indonesia?
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
4. Bagaimana dengan toleransi akhlkak antar agama di sekitar
lingkungan ibu?
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
5. faktor pendukung dan penghambat interaksi edukatif
pembentukan akhlak peserta didik?
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
6. Bagaimana straregi bapak dalam menghadapi tantangan dan
hambatan tersebut selama menjadi kepala sekolah?
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
L
A
M
P
I
R
A
N
DOKUMENTASI
Tanggal/ Hari: 11 – 12 – 2019/ Rabu
Guru PAI
Ruang Guru
Tanggal/ Hari: 27 – 12 – 2019/ Jum’at
Kepala Sekolah
Ruang Guru
Tanggal/ Hari: 21 – 12 – 2019/ Sabtu
Guru Agama Kristen
Ruang Kelas
Murid - murid kelas 5 dan wali kelas
Murid - murid kelas 6 dan wali kelas
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
JUMRIAH. Lahir di Makassar, 08 Februari 1989.
Anak pertama Nursiah. Jenjang pendidikan pertama
SD Negri Cendrawasih 1 Kota Makassar selesai tahun
2002, kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Bajiminasa Makassar
selesai tahun 2005. Ditahun yang sama melanjutkan pendidikan di SMA
Bajiminasa Makassar, dan selesai tahun 2008. Dan pada tahun 2013
terdaftar sebagai mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Makassar
pada Fakultas Agama Islam Jurusan Pendidikan Agama Islam.
Organisasi
Peneliti Ikut dalam Struktural Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar
Muhammadiyah Makassar menjabat sebagai anggota bidang
keipmawatian, BEM FAI, HMJ FAI, IMM bidang Kadesisasi
top related