memfasilitasi konsultasi publik

191
Memfasilitasi KONSULTASI PUBLIK KONSULTASI PUBLIK Refleksi Pengalaman Penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (RPP- T2CP2EPRPD) MEMFASILITASI KONSULTASI PUBLIK RPP- T2CP2EPRPD Memfasilitasi KONSULTASI PUBLIK KONSULTASI PUBLIK Mekanisme Konsultasi Publik (KP) adalah cara yang dapat dilakukan pemerintah untuk melibatkan warganegara dalam merumuskan sebuah kebijakan, program atau peraturan. Melalui proses KP,terjadi hubungan dua arah antara pemerintah dan warganegara. Meski demikian, KP bukanlah tingkatan yang paling deliberatif atau partisipatif dalam pelibatan warga karena pengambilan keputusan tetap dilakukan oleh pihak eksekutif selaku lembaga pemegang kewenangan. Namun dalam proses KP,warga dan pemerintah dapat menyepakati hal-hal penting atau strategis yang perlu masuk dalam suatu kebijakan atau peraturan. Apabila ada kesepakatan yang tidak diakomodir dalam rumusan kebijakan atau peraturan yang kemudian ditetapkan pemerintah, warga akan kecewa dan enggan berpartisipasi lagi. KP dapat dilakukan melalui pertemuan atau musyawarah tatap muka, bisa juga melalui forum on-line, serta melalui penyampaian masukan tertulis. KP yang ”bermakna” secara ideal harus memenuhi sejumlah kriteria yaitu terbuka (transparan), berdasar musyawarah (deliberatif ), melibatkan berbagai pemangku kepentingan (partisipatif ), dan memihak kelompok rentan/miskin Tentunya tidak mungkin lebih dari 200 juta penduduk Indonesia dan tersebar di ribuan pulau, menyampaikan masukan untuk suatu penyusunan kebijakan, program, atau peraturan yang dikeluarkan pemerintah pusat. Dalam menyelenggarakan KP, perlu dipilih kegiatan, mekanisme, alat dan teknologi yang disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dan kebutuhan masukan yang diharapkan oleh lembaga eksekutif penyelenggara KP. (public involvement) (pro-poor). FORUM PENGEMBANGAN PARTISIPASI MASYARAKAT (FPPM) Perumahan Cikutra Baru, Jl. Cikutra Baru X No. 20 Bandung 40124 Phone: 022-7217084 Fax: 022-70796745 Email: [email protected], [email protected] Website: www.fppm.org

Upload: pustaka-virtual-tata-ruang-dan-pertanahan-pusvir-trp

Post on 08-Feb-2016

568 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Refleksi Pengalaman penyusunan rancangan Peraturan pemerintah tentang tahapan tata cara penyusunan, pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah diterbitkan oleh USAID, drsp, Kemendagri, FPPM, BIGSTahun 2007PenyuntingDan Satriana dan Rianingsih Djohani- Bandung,Forum Pengembangan Partisipasi Masyarakat (FPPM), 2007 xxii+168 hal; 15x23 cmTim Penulis:Yuna Farhan (OC FPPM/Fitra Seknas); Maya Rostanty (Pattiro);Sugeng Bahagijo (Prakarsa); Suhirman (OC FPPM); Susmanto (Letmindo);Rinusu (CIBA); Firsty Husbani (DRSP-USAID)Penyunting Isi:Rianingsih Djohani (Studio Driya Media)Dan Satriana (KalyANamandira)Penyunting Bahasa:Wagiyo (Sekretariat FPPM)Cover dan Tataletak:Prawoto Setra (Sekretariat FPPM)Ilustrator: Taufan Hidayatullah (BIGS)Tim Pendukung:Team Leader – Yuna Farhan (OC Bidang Advokasi FPPM)Project Officer – Suhud Darmawan (BIGS/ Lead Agency FPPM)Dokumentasi – Alvani S, Wagiyo (Sekretariat FPPM)Staf Jaringan FPPM (di Kantor Bangda) – KomarDraft Pertama, Juni 2007 © FPPMKerjasama:United State Agency for International Development -Democratic Reform Support Programme (USAID-DRSP) danDirektorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah Departemen Dalam Negeri(Dirjen Bina Bangda Depdagri)

TRANSCRIPT

Page 1: Memfasilitasi Konsultasi Publik

Memfasilitasi

KONSULTASIPUBLIKKONSULTASIPUBLIKRefleksi Pengalaman PenyusunanRancangan Peraturan Pemerintahtentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,Pengendalian, dan Evaluasi PelaksanaanRencana Pembangunan Daerah(RPP- T2CP2EPRPD)

MEM

FASILITA

SIK

ON

SULTA

SIP

UB

LIKR

PP

-T2

CP2EP

RP

D

Memfasilitasi

KONSULTASIPUBLIKKONSULTASIPUBLIK

Mekanisme Konsultasi Publik (KP) adalah cara yang dapatdilakukan pemerintah untuk melibatkan warganegara dalammerumuskan sebuah kebijakan, program atau peraturan.Melalui proses KP, terjadi hubungan dua arah antara pemerintahdan warganegara. Meski demikian, KP bukanlah tingkatan yangpaling deliberatif atau partisipatif dalam pelibatan warga

karena pengambilan keputusan tetap dilakukanoleh pihak eksekutif selaku lembaga pemegang kewenangan.Namun dalam proses KP, warga dan pemerintah dapatmenyepakati hal-hal penting atau strategis yang perlu masukdalam suatu kebijakan atau peraturan. Apabila ada kesepakatanyang tidak diakomodir dalam rumusan kebijakan atauperaturan yang kemudian ditetapkan pemerintah, warga akankecewa dan enggan berpartisipasi lagi.

KP dapat dilakukan melalui pertemuan atau musyawarah tatapmuka, bisa juga melalui forum on-line, serta melaluipenyampaian masukan tertulis. KP yang ”bermakna” secara idealharus memenuhi sejumlah kriteria yaitu terbuka (transparan),berdasar musyawarah (deliberatif ), melibatkan berbagaipemangku kepentingan (partisipatif ), dan memihak kelompokrentan/miskin Tentunya tidak mungkin lebih dari 200juta penduduk Indonesia dan tersebar di ribuan pulau,menyampaikan masukan untuk suatu penyusunan kebijakan,program, atau peraturan yang dikeluarkan pemerintah pusat.Dalam menyelenggarakan KP, perlu dipilih kegiatan, mekanisme,alat dan teknologi yang disesuaikan dengan tujuan yang ingindicapai dan kebutuhan masukan yang diharapkan olehlembaga eksekutif penyelenggara KP.

(public

involvement)

(pro-poor).

FORUM PENGEMBANGAN PARTISIPASI MASYARAKAT (FPPM)

Perumahan Cikutra Baru, Jl. Cikutra Baru X No. 20 Bandung 40124Phone: 022-7217084 Fax: 022-70796745Email: [email protected], [email protected]: www.fppm.org

Page 2: Memfasilitasi Konsultasi Publik

BAGIAN-1MEMFASILITASI

KONSULTASI PUBLIKRefleksi Pengalaman Penyusunan

Rancangan Peraturan Pemerintah tentangTahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan

Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah(RPP - T2CP2EPRPD)

Tahun 2007

Page 3: Memfasilitasi Konsultasi Publik

MEMFASILITASI KONSULTASI PUBLIKRefleksi Pengalaman Penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintahtentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi

Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (RPP - T2CP2EPRPD)____________________________________________________

Penyunting Dan Satriana dan Rianingsih Djohani - Bandung,Forum Pengembangan Partisipasi Masyarakat (FPPM), 2007

xxii+168 hal; 15x23 cm

ISBN : xxxxxxxxxxxxxxxx

Tim Penulis: Yuna Farhan (OC FPPM/Fitra Seknas); Maya Rostanty (Pattiro);Sugeng Bahagijo (Prakarsa); Suhirman (OC FPPM); Susmanto (Letmindo);

Rinusu (CIBA); Firsty Husbani (DRSP-USAID)

Pembahas (reviewer): Tim Direktorat Bina Bangda DepdagriDR. Afriadi Syahbana Hasibuan, MPA.,M.Com.; Drs. Fazli Siregar, MPIA.;

Drs. Dindin Wahidin; M.Si.; Ir. Dadang Sumantri Muchtar; Drs. Moch. Hanafi Alfro;Drs. Agus Suksestioso

Penyunting Isi: Rianingsih Djohani (Studio Driya Media)Dan Satriana (KalyANamandira)

Penyunting Bahasa: Wagiyo (Sekretariat FPPM)

Cover dan Tataletak: Prawoto Setra (Sekretariat FPPM)

Ilustrator: Taufan Hidayatullah (BIGS)

Tim Pendukung:Team Leader – Yuna Farhan (OC Bidang Advokasi FPPM)

Project Officer – Suhud Darmawan (BIGS/Lead Agency FPPM)Dokumentasi – Alvani S, Wagiyo (Sekretariat FPPM)

Staf Jaringan FPPM (di Kantor Bangda) – Komar

Draft Pertama, Juni 2007 © FPPM

Kerjasama: United State Agency for International Development -Democratic Reform Support Programme (USAID-DRSP) dan

Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah Departemen Dalam Negeri(Dirjen Bina Bangda Depdagri)

Page 4: Memfasilitasi Konsultasi Publik

iii

MEMFASILITASI KONSULTASI PUBLIK

Kata Pengantar

Sistem pemerintahan daerah mengalami perubahan daripendekatan berdasarkan sentralisasi ke pendekatanberdasarkan desentralisasi, termasuk proses penyusunan

berbagai kebijakan baik dalam pengambilan keputusan, perencanaanpembangunan maupun pelayanan publik. Tujuan desentralisasi adalahuntuk mewujudkan kebutuhan dan keinginan masyarakat agar tercapaikesejahteraan rakyat sesuai amanat pembukaan UUD 1945.

Pada pendekatan desentralisasi ini, pelayanan kepada masyarakatdiefektifkan dengan mendorong pemberdayaan agar masyarakatberperan aktif dalam setiap perumusan kebijakan publik. Keterlibatanmasyarakat dalam penyusunan kebijakan menuntut adanya suatuketerampilan dan teknik dalam merangkum berbagai aspirasi yangberkembang di masyarakat, yang dituangkan ke dalam sebuah kebijakanpublik. Salah satu keterlibatan masyarakat dalam penyusunan kebijakanpublik adalah dengan mekanisme Konsultasi Publik (KP). Oleh karenaitu, mekanisme KP merupakan salah satu cara pelibatan masyarakatdalam menampung aspirasi atau pendapat yang akan menerima manfaat(benefit) maupun yang terkena dampak (impact) langsung dari sebuahkebijakan publik yang disusun dan ditetapkan.

Selanjutnya, KP lebih sering terkait dengan proses yang dilakukanoleh eksekutif. Untuk itu, konsultasi publik sebagai jejaring aspirasi telahdilaksanakan dengan serangkaian kegiatan di berbagai wilayah (region)dan di tingkat nasional dalam menyusun Rancangan PeraturanPemerintah (RPP) tentang Tahapan, Tata Cara penyusunan, Pengendaliandan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Kegiatan KPtersebut merupakan bukti nyata betapa pentingnya pelibatan masyarakatdalam penyusunan suatu kebijakan publik. Suatu ide yang baik dari Forum

DEPARTEMEN DALAM NEGERI

REPUBLIK INDONESIA

Page 5: Memfasilitasi Konsultasi Publik

iv

MEMFASILITASI KONSULTASI PUBLIK

Pengembangan Partisipasi Masyarakat (FPPM), Bandung Institute forGovernance Studies (BIGS), dan Democratic Reform Support Programme(DRSP) – USAID, untuk menyusun buku ini sebagai refleksi pengalamanyang dapat disebarluaskan kepada masyarakat.

Saya menyambut baik dan mendukung sepenuhnya atastersusunnya buku refleksi pengalaman menfasilitasi penyelenggaraankonsultasi publik ini, yang merupakan rekaman peristiwa mulai daripersiapan, pelaksanaan, sampai pada mengkompilasi masukan hasil KP.Hasil KP tersebut telah tersusun ke dalam sebuah kebijakan pemerintahberupa RPP. Buku ini merupakan refleksi pengalaman yang memadukanserta merangkum semua proses KP baik secara teori maupun praktek dilapangan. Buku ini juga memaparkan apa dan bagaimana KP digunakansebagai salah satu dari metode-metode partisipatif dalam merancangdan memutuskan sebuah kebijakan bersama pemerintah.

Meskipun buku ini masih memiliki banyak kekurangan dankelemahan, saya berharap bisa memelopori suatu wacana, pemikiran danpraktek mengenai bagaimana membangun demokrasi deliberatif yangditandai oleh adanya partisipasi masyarakat. Partisipasi masyarakat inimemerlukan forum, metode, teknik atau alat yang mampu dikelolasebagai suatu wahana dialog dan berunding antara pemerintah denganwarga masyarakat mengenai isu yang menjadi kepentingan publikdengan membangkitkan praktek kehidupan berdemokrasi sehari-hari.

Saya berharap buku ini dapat dijadikan sebagai panduan dalammenyelenggarakan proses konsultasi publik pada waktu penyusunankebijakan pemerintah agar proses kebijakan dimaksud dapat lebih baikdi masa datang. Selain itu, buku ini diharapkan dapat juga bermanfaatsebagai acuan atau pedoman bagi Pemda, Lembaga Swadaya Masyarakat(LSM), serta pemangku kepentingan lain.

Jakarta, 21 Juni 2007

Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah

H. Syamsul Arief Rivai, MS

Page 6: Memfasilitasi Konsultasi Publik

v

MEMFASILITASI KONSULTASI PUBLIK

Konsultasi Publik (Public Consultation) dan Dengar PendapatUmum (Public Hearing) adalah dua istilah yang menjadipopular dengan berkembangnya proses-proses partisipatif

dalam penentuan kebijakan (policy formulation and policy decision) danperumusan/penyusunan peraturan perundang-undangan yangtentunya akan berdampak bagi warganegara. Konsultasi publikmerupakan istilah yang lebih sering terkait dengan proses yangdilakukan oleh eksekutif, sedangkan dengar pendapat umum lebih seringterkait dengan proses yang dilakukan di gedung atau kantor dewan olehkalangan legislatif. Meskipun sebenarnya legislatif juga dapat melakukankonsultasi publik di daerah-daerah untuk memperoleh masukan mengenaisuatu rancangan peraturan perundang-undangan yang sedangdisusunnya.

Panduan ini memaparkan apa dan bagaimana konsultasi publikdigunakan sebagai salah satu dari metode-metode partisipatif dalammerancang dan memutuskan sebuah kebijakan bersama eksekutif.Konsultasi publik tidak lain adalah musyawarah antara warganegara danpemerintah untuk mencari cara terbaik atau untuk memecahkan suatupersoalan. Melalui KP, relasi antara warga negara dan pemerintahdikembangkan menjadi hubungan yang lebih erat, sejajar dan salingmemerlukan satu sama lain. Pemerintah (eksekutif ) akan tampil sebagaipemimpin yang reformis dan aspiratif. Sementara, warganegara akanmemiliki forum alternatif yang lebih konstruktif ketimbang unjuk rasa dandemonstrasi dalam menyampaikan aspirasinya dan gagasannya.

Karena itu buku panduan ini diharapkan dapat bermanfaat bagikalangan masyarakat (active citizen) mengenai cara memanfatkan peluangdan akses keterlibatan dalam perumusan kebijakan/peraturan melalui

Kata Pengantar

Page 7: Memfasilitasi Konsultasi Publik

vi

MEMFASILITASI KONSULTASI PUBLIK

proses KP. Sedangkan untuk kalangan pemerintah (eksekutif), diharapkanbuku ini dapat menjadi salah satu sumber mengenai bagaimanapengelolaan dan pelaksanaan KP yang lebih partisipatif.

Terlepas dari berbagai kekurangan yang ada, melalui buku ini FPPMberharap dapat ikut memelopori terbangunnya wacana, pemikiran danpraktek demokrasi deliberatif di Indonesia yang ditandai oleh adanyapartisispasi warganegara dalam pengambilan keputusan publik.

Kami berharap, inisiatif ini akan terus bergulir dan memunculkanberbagai alternatif lainnya dalam membangun berbagai metode danteknik yang bisa mengoperasionalikan konsep partisipasi warga dalamtata pemerintahan yang demokratis. Sehingga, bisa membangkitkanpraktek kehidupan berdemokrasi kita sehari-hari.

Dr. Pradjarta Dirdjosanjoto, S.H., M.A.

Ketua Dewan Pengarah FPPM

Page 8: Memfasilitasi Konsultasi Publik

vii

MEMFASILITASI KONSULTASI PUBLIK

Daftar Singkatan dan Istilah

APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

BAKD Bina Administrasi Keuangan Daerah

Bappeda Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

BIGS Bandung Institute of Governance Studies

BPS Biro Pusat Statistik

BLT Bantuan Langsung Tunai

CIBA Civic Education and Budget Advocacy

CIDA Canadian International Development Agency

CSO Civil Society Organization

Depdagri Departemen Dalam Negeri

DIPA Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran

Dit PPD Direktorat Perencanaan Pembangunan Daerah

Ditjen Bina Bangda Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah

Ditjen Otda Direktorat Jenderal Otonomi Daerah

Ditjen PUM Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum

DRSP -USAID Democratic Reform Support Programme –United State Agency for InternationalDevelopment

FGD Focus Group Discussion

FITRA-Seknas Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran-Sekretariat Nasional

FPPM Forum Pengembangan Partisipasi Masyarakat

Gakin Keluarga Miskin

IPM Indeks Pembangunan Manusia

Jaring Asmara Jaring Aspirasi Masyarakat

KKN Korupsi Kolusi dan Nepotisme

LETMINDO Lembaga Transparansi Masyarakat Indonesia

LGSP Local Governance Support Programme

LSM Lembaga Swadaya Masyarakat

Page 9: Memfasilitasi Konsultasi Publik

viii

MEMFASILITASI KONSULTASI PUBLIK

MTEF Medium Term Expenditure Framework

Menko Kesra Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat

Musrenbang Musyawarah Perencanaan Pembangunan

Ornop Organisasi Non-Pemerintah

Otda Otonomi Daerah

PATTIRO Pusat Telaah dan Informasi Regional

P5D Pedoman Penyusunan Perencanaan danPengendalian Pembangunan di Daerah

Pemda Pemerintah Daerah

Pemkot Pemerintah Kota

PKL Pedagang Kaki Lima

PPA Participatory Poverty Assessement

RDPU Rapat Dengar Pendapat Umum

RAPBD Rancangan Anggaran Pendapatan dan BelanjaDaerah

RKPD Rencana Kerja Pembangunan Daerah

RPJMD Rencana Pembangunan Jangka MenengahDaerah

RPJPD Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

RPP Rancangan Peraturan Pemerintah

RPP - T2CP2EPRPD Rancangan Peraturan Pemerintah tentangTahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian,dan Evaluasi Pelaksanaan RencanaPembangunan Daerah

SDM Sumber Daya Manusia

SEB Surat Edaran Bersama

SKPD Satuan Kerja Perangkat Daerah

SNPK Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan

SPM Standar Pelayanan Minimal

UU Undang-undang

Page 10: Memfasilitasi Konsultasi Publik

ix

MEMFASILITASI KONSULTASI PUBLIK

Daftar Isi

Kata Pengantar iiiDirektur Jenderal Bina Pembangunan DaerahDepartemen Dalam Negeri

Kata Pengantar vDewan Pengarah Forum Pengembangan Partisipasi Masyarakat

Daftar Singkatan dan Istilah vii

Daftar Isi ix

Daftar Tabel dan Skema xi

PROLOG xiii“Prospek Membuka Ruang Publikdalam Penyusunan Kebijakan Pemerintah;Sebuah Catatan Bekerjasama dengan FPPM”(Dr. Afriadi S. Hasibuan, MPA, MCom)

PENDAHULUAN xix

BAGIAN-1 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HUKUM KP

Bab-1 Konsep Konsultasi Publik 3

Bab-2 Gagasan Konsultasi Publik yang Bermakna 17

Bab-3 Payung Hukum KP dalam Proses Penyusunan RPP 25

BAGIAN-2 PERSIAPAN DAN RENCANA KP

Bab-4 Membangun Kesepahaman Awal 35

Bab-5 Merancang Kerangka Kerja KP 47

BAGIAN-3 PELAKSANAAN KP

Bab-6 Mengelola Pelaksanaan KP Regional 59

Bab-7 Mengelola Pelaksanaan KP Lintas-Sektor 71

Page 11: Memfasilitasi Konsultasi Publik

x

MEMFASILITASI KONSULTASI PUBLIK

BAGIAN-4 TINDAK LANJUT KP

Bab-8 Merumuskan Masukan KP Regional dan Lintas-Sektor 81

BAGIAN-5 PENGEMBANGAN SISTEM DUKUNGAN KP

Bab-9 Monitoring dan Evaluasi Proses dan Hasil KP 93

Bab-10 Pengembangan Kerjasama dan Jejaring 103

BAGIAN-6 KETERAMPILAN MEMFASILITASI KP

Bab-11 Teknik Fasilitasi Partisipatif KP 119

Bab-12 Teknik Komunikasi dan Konsultasi 129

EPILOG

“Pelembagaan Konsultasi Publik dalam Penyusunan KebijakanPemerintah” (Drs. Fazli Siregar, MPIA) 141

DAFTAR PUSTAKA 144

LAMPIRANLAMPIRAN-1: FORMAT EVALUASI HASIL KP 149(TABULASI USULAN DITERIMA DAN DITOLAK PADA PERUMUSANMASUKAN KP LINTAS-SEKTOR)LAMPIRAN-2: FORMAT EVALUASI HASIL KP 159(PENELUSURAN CAPAIAN ISU DALAM RPP-T2CP2EPRPD)

Page 12: Memfasilitasi Konsultasi Publik

xi

MEMFASILITASI KONSULTASI PUBLIK

Daftar Tabel dan Skema

TABEL

Tabel-1.1 Empat Tingkat Keterlibatan Warga 6

Tabel-1.2 Contoh-contoh Forum/Metode/Teknik Pelibatan Warga 8

Tabel-2.1 Operasionalisasi Empat Kriteria KP Bermakna 23

Tabel-4.1 Pemetaan Isu dalam Draft RPP 42

Tabel-5.1 Pemetaan Aktor 49

Tabel-5.2 Rangkaian Proses KP Regional dan Lintas-Sektor 51

Tabel-5.3 Jadwal KP Regional 52

Tabel-5.4 Dukungan Pendanaan Penyelenggaraan KP 56

Tabel-6.1 Komposisi Peserta KP Regional 62

Tabel-6.2 Agenda KP Regional 64

Tabel-7.1 Format Elaborasi Masukan Konsultasi Publik 73

Tabel-7.2 Agenda Kegiatan KP Lintas-Sektor 74

Tabel-7.3 Contoh Elaborasi Masukan KP Lintas-Sektor 77

Tabel-8.1 Contoh Perubahan Redaksional 83

Tabel-8.2 Contoh Penambahan Pasal/Ayat Baru 83

Tabel-8.3 Contoh Penghapusan Pasal/Ayat 84

Tabel-8.5 Contoh Pola Akomodasi Masukan yang Ditolak 85

Tabel-8.6 Contoh Pola Akomodasi Masukan yang Diterima 86

Tabel-8.7 Contoh Matriks Perbandingan Draf RPP 87

Tabel-9.1 Format Monitoring dan Evaluasi Proses KP 94

Tabel-9.2 Format Monitoring dan Evaluasi Hasil KP 96

SKEMA

Skema-2.1 Rentang Peningkatan Interaksi dalam KP 21

Skema-2.2 Proses Konsultasi Publik 22

Skema-2.3 Pilihan Kegiatan Teknik dan Mekanisme KP 22

Page 13: Memfasilitasi Konsultasi Publik

xii

MEMFASILITASI KONSULTASI PUBLIK

Page 14: Memfasilitasi Konsultasi Publik

xiii

MEMFASILITASI KONSULTASI PUBLIK

Prolog:Prospek Membuka Ruang Publikdalam Penyusunan KebijakanPemerintah: Sebuah CatatanBekerjasama dengan FPPM

(Dr. Afriadi S. Hasibuan, MPA, MCom)

Konsep Partisipasi dalam PenyusunanKebijakan Publik

Partisipasi dalam penyusunan kebijakan publik adalah keikutsertaan para stakeholders - seperti FPPM dan BIGS -memberikan berbagai ide dan pendapat, tanggapan kontrukstif,

serta saran penyempurnaan sehingga draft kebijakan yang dipersiapkandapat semakin operasional di lapangan. Para stakeholders yang terlibatmempunyai hak dan kewajiban yang sama serta mempunyai tanggungjawab bersama sehingga satu sama lain merasa saling memiliki dalamproses penyusunan kebijakan publik.

Hal tersebut sejalan dengan rumusan dari Bank Dunia (1996) yangmendefinisikan partisipasi sebagai suatu “proses dimana semua pihak yangmemegang andil dalam proses pembangunan ikut mengarahkan danmengatur proses pengembangan, serta keputusan-keputusan dan sumberdaya yang mempengaruhinya.” Oleh karena itu, pendekatan-pendekatanpartisipatif semakin dipandang sebagai satu-satunya cara yang palingefektif untuk menyelaraskan pelayanan dan program pemerintah dengankebutuhan, aspirasi, kondisi dan kemampuan masyarakat, sehingga dapatmenciptakan suatu dinamika pembangunan yang berkesinambungandan berkelanjutan.

Dalam rangka peningkatan pelayanan publik dengan mendorongstruktur pemerintahan yang lebih terdesentralisasi serta pendekatan yanglebih partisipatif, maka desentralisasi dan partisipasi dipandang salingmelengkapi. Desentralisasi yang meletakkan proses pengambilankeputusan lebih dekat dengan kelompok sasaran, sementara partisipasi

Page 15: Memfasilitasi Konsultasi Publik

xiv

MEMFASILITASI KONSULTASI PUBLIK

memberikan suara masyarakat di dalam proses pengambilan keputusan.Pengembangan kebijakan yang disusun dengan cara berkonsultasi publikdalam memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat lebih tepatdilakukan, karena sekaligus menanamkan perasaan memiliki di dalammasyarakat. Hal ini menunjang semangat masyarakat dan menciptakandinamika penyusunan kebijakan publik yang lebih efisien, transparan dandengan hasil yang berkelanjutan.

Untuk itu, dalam mendorong partisipasi yang efektif dapat dilakukandengan memberikan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukankepada masyarakat agar dapat mengaktualisasikan pendekatan-pendekatan partisipatif dalam melaksanakan tugas. Selanjutnya,berkonsultasi publik dengan cara “belajar melalui kerja (learning by doing)”dengan memfasilitasi proses partisipatif di dalam tubuh organisasi danforum-forum pemerintah, yang secara langsung melibatkan stakeholdersdalam penyusunan kebijakan publik.

Sebaliknya, partisipasi yang keliru adalah melibatkan masyarakatdalam berkonsultasi publik hanya untuk didengar suaranya tanpa betul-betul memberi peluang bagi mereka untuk diakomodir masukannyadalam pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan yang partisipatifdiarahkan untuk selalu harmonis, namun seringkali ada banyak prioritasdan kepentingan yang harus dipilih. Oleh sebab itu, mekanisme konflikkepentingan tersebut harus tangani oleh pemerintah guna mengelolaketidaksepakatan. Dengan demikian, supaya efektivitas konsultasi publikdapat tercapai dengan baik seyogianya para pelaku mempunyaikemampuan dan pemikiran yang konstrukstif agar mampu untukmendengarkan, memahami, mendampingi, dan melakukan tindakan yangdiperlukan untuk melayani kepentingan masyarakat. Pelaku konsultasipublik juga harus mampu mempertanggungjawabkan kebijakan dantindakannya yang mempengaruhi kehidupan masyarakat.

Bentuk-Bentuk Partisipasi Publikyang Ada Selama Ini

Konsultasi publik ibarat pemberdayaan dengan pengertian dari tidakberdaya menjadi berdaya. Tidak berdaya karena ketidakmampuanbersuara (voicelessness) dan ketidakberdayaan itu sendiri (powerlessness)dalam hubungannya dengan pengambilan kebijakan publik. Sedangkanpartisipasi berfokus pada bagaimana mereka diberdayakan dan peran apa

Page 16: Memfasilitasi Konsultasi Publik

xv

MEMFASILITASI KONSULTASI PUBLIK

yang dimainkan setelah mereka menjadi bagian dari kelompok yangdiberdayakan dengan tersedianya ruang partisipasi masyarakat dalamkonsultasi publik. Ada berbagai bentuk partisipasi yang dapat dilaksanakandalam konsultasi publik, yaitu:

• Secara langsung menghadirkan masyarakat dalam forum;

• Dengan perwakilan, yaitu memilih wakil dari kelompok-kelompokmasyarakat;

• Secara politis, yaitu melalui pemilihan terhadap mereka yangmencalonkan diri untuk mewakili mereka;

• Berbasis informasi, yaitu dengan data yang diolah dan dilaporkankepada pengambil keputusan melalui website atau internet;

• Berbasis mekanisme pasar yang kompetitif, misalnya denganmelakukan pembayaran terhadap jasa yang diterima.

Konsultasi publik yang dilakukan dalam proses penyusunan RPPadalah mengadakan pertemuan langsung dengan masyarakat maupundengan mekanisme perwakilan masyarakat serta melalui electronicwebsite . Bentuk dari partisipasi tersebut dengan harapan dapatmemberikan penyempurnaan terhadap draft kebijakan publik dimaksud.

Pengertian Konsultasi Publik

Konsultasi publik merupakan metode dan cara baru dalam proses-proses perumusan dan penentuan kebijakan (policy formulation andpolicy decision). Dikatakan cara atau metode baru karena menggunakanmetode-metode terbuka dan partisipatif dalam merancang danmemutuskan sebuah kebijakan.

Dalam ungkapan lama yang masih relevan, konsultasi publik adalahmusyawarah antara warganegara dan pemerintah untuk mencari caraterbaik atau untuk memecahkan suatu persoalan. Jika di masa lalu,pemerintah tertutup dan tidak partisipatif/eksklusif, kini pemerintahbersedia dan bersikap terbuka dan partisipatif dengan mengajak berbagaipihak dan pemangku kepentingan duduk bersama dan membahaskebijakan bersama.

Sedangkan dalam pengertian sempit, konsultasi publik diartikansekadar sebagai “pemerintah meminta input dan tanggapan atas kebijakanatau peraturan”. Sedangkan pengertian luas, konsultasi publik dapat berarti

Page 17: Memfasilitasi Konsultasi Publik

xvi

MEMFASILITASI KONSULTASI PUBLIK

“pemerintah melibatkan warganegara dalam merumuskan sebuahkebijakan atau peraturan”.

Konsultasi Publik dalam PeraturanPerundangan-undangan

Dalam kerangka hukum di Indonesia, pelibatan publik dalamperaturan perundang-undangan diatur dalam UU No.10 Tahun 2004tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan pada Pasal 53.UU tersebut menyatakan bahwa, “.... Masyarakat berhak memberikanmasukan secara lisan atau tertulis dalam rangka penyiapan ataupembahasan rancangan undang-undang dan rancangan peraturandaerah…”. Namun UU ini tidak merinci metode apa yang akan digunakanuntuk menampung masukan dari masyarakat. Dengan demikian, dalamproses pembuatan peraturan perundang-undangan, metode untukpartisipasi masyarakat ditentukan oleh praktek dan inovasi yang dilakukan.

Konsep konsultasi publik secara eksplisit dapat dilihat misalnya dalamUU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air yang menegaskan bahwa“… masyarakat mempunyai kesempatan yang sama untuk berperandalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan terhadappengelolaan sumber daya air...”. Mekanisme yang ditawarkan oleh UU No.7 Tahun 2004 untuk peran serta masyarakat adalah “konsultasi publik”.Menurut UU ini yang dimaksud konsultasi publik adalah “upaya menyerapaspirasi masyarakat melalui dialog dan musyawarah dengan semua pihakyang berkepentingan”.

Meskipun UU No. 7 Tahun 2004 mengatur mekanisme konsultasipublik pada sektor pengelolaan sumberdaya air, metode ini tampaknyadapat juga diterapkan dalam pembuatan kebijakan yang lain dan lebihluas seperti pembuatan peraturan pemerintah di bidang perencanaanpembangunan daerah.

Perspektif Pemerintah tentang KeterlibatanMasyarakat Sipil dalam Penyusunan RancanganPeraturan Pemerintah

Berdasarkan pengalaman Direktorat Perencanaan PembangunanDaerah, Ditjen Bina Pembangunan Daerah - Departemen Dalam Negeridalam menyelenggarakan konsultasi publik di berbagai wilayah terkait

Page 18: Memfasilitasi Konsultasi Publik

xvii

MEMFASILITASI KONSULTASI PUBLIK

dengan penyusunan RPP tentang Tahapan, Tata Cara PenyusunanPengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah,maka dapat dikatakan sangat positif, oleh karena dapat berdialog secaralangsung kepada pemangku kepentingan (stakeholders) dalam bidangperencanaan. Dalam dialog tersebut antara lain :

• Masyarakat secara kritis menanggapi/mengomentari RPP yang disusun;

• Masyarakat bersedia memberikan masukan pada pasal-pasal yangkrusial sesuai dengan kepentingan mereka;

• Dapat interaktif dalam penyempurnaan RPP, sehingga tidak terkesanRPP ini produk pemerintah secara sepihak;

• Konsultasi publik berusaha untuk melibatkan berbagai elemenmasyarakat yang luas, tidak terbatas hanya mereka yang dipandangahli atau berasal dari kalangan akademik.

Alasan Ditjen Bina Bangda Bekerja Sama denganLembaga Donor dan LSM dalam Penyusunan RPP

Ditjen Bina Bangda merupakan lembaga publik yangmemungkinkan untuk bekerja sama dengan lembaga manapuntermasuk lembaga donor dan LSM sesuai dengan Inmendagri No. 7Tahun 2005 tentang Tugas Penyelesaian Penyusunan PeraturanPelaksanaan Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah. Menurut Inmendagri tersebut, Ditjen BinaBangda mendapat tugas untuk menyusun 3 buah peraturanpemerintah, salah satunya adalah RPP tentang Tahapan, Tata CaraPenyusunan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan RencanaPembangunan Daerah sebagaimana diatur dalam UU No. 32 Tahun2004 Pasal 154.

Untuk mempercepat proses penyusunannya, maka Ditjen BinaBangda memberikan kesempatan untuk bekerja sama denganelemen masyarakat, seperti LSM dan DRSP-USAID. Hal ini disebabkankewenangan penyusunan peraturan pemerintah berada pada pihakeksekutif. Namun demikian, berbagai kalangan menyadari bahwasuatu peraturan akan lebih baik jika disusun sesuai dengankebutuhan aktual masyarakat dan praktisi di lapangan.

Bahwa LSM dan lembaga donor berpengalaman dalampendampingan di berbagai kalangan masyarakat, baik pemerintah

Page 19: Memfasilitasi Konsultasi Publik

xviii

MEMFASILITASI KONSULTASI PUBLIK

maupun stakeholders (pemangku kepentingan) lainnya dapatdijadikan rujukan dalam penyusunan peraturan perundang-undangan.

Adanya suatu program yang didanai oleh USAID dalam proyekDRSP yang fokus kegiatannya dalam penyusunan peraturanperundang-undangan dan kelembagaan yang dianggap secaraesensial akan memberikan kontribusi pada kesinambunganpembangunan dan pengawalan demokrasi di Indonesia.

Sesuai dengan misinya, program tersebut membuka peluang bagiDirektorat Perencanaan Pembangunan Daerah untuk menjalinkerjasama dalam penyusunan RPP sebagaimana perintah InmendagriNo. 7 Tahun 2005. Peluang tersebut disambut dengan baik olehkedua belah pihak yang dilanjutkan dengan penandatangan MOUyang merupakankesepakatan kedua belah pihak.

Penilaian Ditjen Bina Bangda terhadap KonsultasiPublik yang Melibatkan LSM dan Lembaga Donor

Pelaksanaan Konsultasi Publik hasil kerjasama dengan pihak donor(DRSP-USAID) dan LSM lainnya, yang tergabung dalam ForumPengembangan Partisipasi Masyarakat (FPPM) telah membuahkan hasil.Konsultasi publik di beberapa wilayah tersebut juga terlaksana denganbaik, sehingga RPP telah disusun dengan baik melalui berbagai tahapandan proses konsultasi publik di beberapa wilayah. Atas jalinan kerjasamayang baik selama ini, Ditjen Bina Bangda sangat menghargai danmemberikan penilaian positif terhadap kinerja yang sudah terlaksana. Halini merupakan langkah positif dan konstruktif untuk menjalankankerjasama lebih lanjut di bidang tugas lainnya.

Page 20: Memfasilitasi Konsultasi Publik

xix

MEMFASILITASI KONSULTASI PUBLIK

Pendahuluan

Hak masyarakat untuk memberikan masukan dalampembentukan peraturan perundang-undangan telahdijamin dalam UU No. 10 Tahun 2004, tetapi mekanisme dan

teknik memberikan masukan dan mengakomodasi masukan masyarakatmasih belum diketahui secara luas.

Keterlibatan masyarakat dalam penyusunan kebijakan di wilayaheksekutif jarang terjadi. Pihak eksekutif umumnya jarang memberikanruang bagi publik untuk terlibat dalam perumusan kebijakan. Bisa jadihal ini disebabkan keterbatasan pemahaman dan teknik mengelolamasukan dari masyarakat, baik di kalangan eksekutif maupun legislatif.Kondisi ini dipersulit oleh beberapa peraturan perundang-undangansektoral yang juga membuka ruang bagi masyarakat untuk memberimasukan tetapi dengan kelembagaan dan prosedur yang berbeda.

Berangkat dari pemikiran ini , dipandang penting untukmendokumentasikan praktek-praktek pelaksanaan konsultasi publiksebagai sebuah metode partisipatif dalam penyusunan kebijakan eksekutifdan legislatif. Buku ini memaparkan pengalaman mengelola proseskonsultasi publik dalam penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintahtentang Tahapan dan Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan EvaluasiPelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.

TUJUAN PENYUSUNAN BUKU

Buku ini diharapkan dapat menjadi acuanbagi kalangan masyarakat sipil yang ingin terlibatdalam pembentukan peraturan perundang-undangan. Buku ini dapat juga dipergunakanoleh kalangan eksekutif dan legislatif yangberkepentingan untuk membuka ruangpartisipasi dan mengakomodasi kepentinganmasyarakat dalam pembentukan peraturan

Page 21: Memfasilitasi Konsultasi Publik

xx

MEMFASILITASI KONSULTASI PUBLIK

perundang-undangan. Meskipun buku ini berdasarkan pengalaman KPyang diterapkan dalam proses penyusunan RPP, namun pengalamannyadapat juga dipergunakan dalam proses penyusunan peraturanperundang-undangan lainnya.

Sebagai sebuah pengalaman, apa yang dipaparkan di dalam bukuini tentunya perlu direfleksi dan dikritisi untuk disempurnakanmetodenya sehingga tercipta sebuah format KP yang benar-benardeliberatif dan inklusif. Tentunya penerapan-penerapan selanjutnyadiharapkan dapat membuahkan panduan KP versi Indonesia seperti yangtelah dimiliki negara-negara demokrasi lainnya.

SIAPA PENGGUNA BUKU

Buku ini dapat digunakan oleh berbagaikalangan yang berkepentingan dan terlibatdalam praktek penyusunan suatu kebijakan,peraturan, atau program pemerintah, baik darikalangan masyarakat, akademisi, LembagaSwadaya Masyarakat (LSM), eksekutif, legislatif,dunia usaha, serta siapa pun yang berminat.

CARA MENGGUNAKAN BUKU

Buku ini bisa dipergunakan untukkepentingan pengembangan proses dan praktekKP partisipatif, mulai dari pemahaman tentangnilai penting (urjensi) KP, unsur, kriteria, danpersyaratannya, sampai bagaimana proses KPdijalankan. Buku ini sebaiknya dibandingkandengan praktek-praktek KP dari sumber lainnya–baik yang bersumber dari pengalaman-

pengalaman di Indonesia maupun di negara-negara lain- untuk bisamengkritisi dan mengembangkan gagasan penyempurnaan metode KP.

Buku ini masih dalam tahap menawarkan gagasan pengembanganKP, sedangkan pengayaan alat dan media yang dapat digunakan, masihperlu terus dikembangkan agar sesuai dengan kapasitas dan tantanganzaman. Penggunaan teknologi dijital dan pengembangan e-government

Page 22: Memfasilitasi Konsultasi Publik

xxi

MEMFASILITASI KONSULTASI PUBLIK

tentunya bukan hanya sekadar membutuhkan peralatan dan kapasitaspengelolaan teknologi belaka, melainkan membutuhkan suatu prosesperubahan budaya komunikasi dari lembaga pemerintah dan masyarakat.Bagaimanapun kemajuan teknologi komunikasi membutuhkan kesiapanuntuk mengelola arus pertukaran informasi. Butuh konsep yang jelas danpersiapan yang seksama untuk menggunakan teknologi dalam prosesKP di masa depan.

ISI DAN STRUKTUR BUKU

Buku ini disusun berdasarkan proses KP yang terjadi saat menyusunRancangan Peraturan Pemerintah tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah(RPP-T2CP2EPRPD) . Proses KP tentunya tidak dapat disusun secara linearkarena selalu terjadi proses yang adaptif dengan apa yang berkembang.Agar lebih mudah dibaca, naskah buku ini disusun oleh tim editorberdasarkan suatu kerangka proses sebagai berikut: tahap persiapan danrencana; tahap pelaksanaan; dan tahap tindaklanjut KP (lihat SkemaKerangka Kerja Proses Konsultasi Publik RPP-T2CP2EPRPD).

Secara garis besar buku ini dibagi ke dalam 6 bagian, yaitu:

• Bagian-1 Kerangka Konseptual dan Hukum KP. Bagianini terdiri atas 3 bab dan menjadi dasar bagi pelaksanaanKP, yaitu Bab-1 Konsep Konsultasi Publik; Bab-2 GagasanKonsultasi Publik yang Bermakna; dan Bab-3 PayungHukum KP dalam Proses Penyusunan RPP.

• Bagian-2 Persiapan dan Rencana KP. Bagian tediri atas2 bab, yaitu Bab-4 Membangun Kesepahaman Awal;dan Bab-5 Merancang Kerangka Kerja KP.

• Bagian-3 Pelaksanaan KP. Bagian ini terdiri atas 2 bab,yaitu Bab-6 Mengelola Pelaksanaan KP Regional; Bab-7Mengelola Pelaksanaan KP Lintas-Sektor.

Page 23: Memfasilitasi Konsultasi Publik

xxii

MEMFASILITASI KONSULTASI PUBLIK

• Bagian-4 Tindak Lanjut KP. Bagian ini hanya berisi satubab, yaitu Bab-8 Merumuskan Masukan KP Regional danLintas-Sektor.

• Bagian-5 Pengembangan Sistem Dukungan KP. Babini terdiri atas dua bab, yaitu Bab-9 Monitoring danEvaluasi Proses dan Hasil KP; dan Bab-10 PengembanganKerjasama dan Jaringan.

• Bagian-6 Keterampilan Memfasilitasi KP. Bab ini terdiriatas dua bab , yaitu Bab-11 Teknik Fasilitasi PartisipatifKP; dan Bab-12 Teknik Komunikasi dan Konsultasi.

Bagian-2, Bagian-3, Bagian-4 dan Bagian-5 dapat dilihat sebagaisebuah alur proses KP di dalam Skema tentang Kerangka Kerja Proses KPRPP-T2CP2EPRPD. Dua bab yang terdapat di Bagian-5 merupakankegiatan yang bergulir di sepanjang proses KP (yang dipaparkan dalamBagian-2, Bagian-3, dan Bagian-4). Sementara Bagian-1 merupakan konsepdan roh dari keseluruhan alur proses KP. Sedangkan Bagian-5 adalahketerampilan yang perlu dikuasai untuk mengelola KP.

Skema Kerangka Kerja ProsesKonsultasi Publik RPP-T2CP2EPRPD

Page 24: Memfasilitasi Konsultasi Publik

1

BAB-1. KONSEP KONSULTASI PUBLIK

BAGIAN-1KERANGKA

KONSEPTUAL DAN HUKUMKONSULTASI PUBLIK

Page 25: Memfasilitasi Konsultasi Publik

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

Page 26: Memfasilitasi Konsultasi Publik

3

BAB-1. KONSEP KONSULTASI PUBLIK

BAB-1KonsepKonsultasi Publik

• Konsultasi Publik dan Demokrasi DeliberatifApa Demokrasi Deliberatif itu?Empat Tingkat Keterlibatan WargaAlat Pelibatan Warga

• Apa Konsultasi Publik itu?Pengertian KPCiri-ciri KPElemen-elemen KPUnsur-unsur KPPersyaratan KP yang Ideal/efektif

• Manfaat KP: Bagi Pemerintah dan Warga

• Beda KP dengan Sosialisasi/Penyuluhan

Page 27: Memfasilitasi Konsultasi Publik

4

KONSEP KONSULTASI PUBLIK

KP DAN DEMOKRASI DELIBERATIF

Apa Demokrasi Deliberatif itu?

Demokrasi deliberatif mengutamakan penggunaantata cara pengambilan keputusan yang menekankanmusyawarah dan penggalian masalah melalui dialog dan

tukar pengalaman di antara para pihak dan warganegara. Tujuannyauntuk mencapai musyawarah dan mufakat berdasarkan hasil-hasildiskusi dengan mempertimbangkan berbagai kriteria. Keterlibatanwarga (citizen engagement) merupakan inti dari demokrasi deliberatif.

Demokrasi deliberatif berbeda dengan demokrasi perwakilan,yang menekankan keterwakilan (representation), prosedur pemilihanperwakilan yang ketat, dan mengenal istilah mayoritas dan minoritas.Demokrasi deliberatif mengutamakan kerjasama antar-ide dan antar-pihak, sedangkan kata kunci demokrasi perwakilan adalah kompetisiantar-ide dan antar-kelompok.

Jika demokrasi perwakilan ditandai oleh kompetisi politik,kemenangan, dan kekalahan satu pihak, maka demokrasi deliberatifatau demokrasi musyawarah lebih menonjolkan argumentasi, dialog,saling menghormati, dan berupaya mencapai titik temu dan mufakat.Demokrasi langsung mengandalkan Pemilu, sistem keterwakilan(delegasi wewenang dan kekuasaan), dan elite-elite politik,sedangkan demokrasi deliberatif lebih menekankan partisipasi danketerlibatan langsung warganegara.

Menurut Sutoro Eko (2006), ciri khas demokrasi deliberatifditandai dengan adanya proses pemilihan pemimpin danpembuatan keputusan yang dilakukan melalui proses partisipasiwarga secara langsung, bukan melalui voting atau perwakilan,melainkan melalui dialog, musyawarah dan pengambilankesepakatan.

Kelebihan dari demokrasi deliberatif adalah:

(i) Memungkinkan partisipasi secara luas dan menghindari terjadinyaoligarki elit dalam pengambilan keputusan;

(ii) Menghindari kompetisi individual memperebutkan posisipemimpin dalam proses pemilihan (voting) langsung;

(iii) Mengurangi praktik-praktik intimidasi, kekerasan, ‘politik uang’(money politics), dan KKN.

Page 28: Memfasilitasi Konsultasi Publik

5

BAB-1. KONSEP KONSULTASI PUBLIK

LATAR BELAKANG PERKEMBANGANDEMOKRASI DELIBERATIF

Demokrasi deliberatif muncul sebagai kritik dan upaya untuk memperbaiki demokrasi

perwakilan yang selama ini berjalan di hampir semua negara demokratis, baik di negara maju

maupun berkembang, dan menjadi mekanisme utama dalam pengambilan keputusan.

Kelemahan demokrasi perwakilan sudah banyak didokumentasikan oleh para ahli dan

lembaga. Salah satu kelemahan demokrasi perwakilan adalah terjadinya apa yang disebut

sebagai “krisis legitimasi” (legitimation crisis) oleh Jurgen Habermas, sebagai akibat dari tidak

adanya partisipasi warganegara dalam sejumlah kebijakan penting. Akibatnya, banyak

keputusan tentang kebijakan, peraturan, dan program publik yang tidak didukung, bahkan

ditolak oleh warganegara. Para pemikir politik, mulai dari Rosseau, Mill, Habermas, Cohen,

hingga Pateman, telah mengamati berbagai kelemahan-kelemahan demokrasi perwakilan.

Menurut Cohen dan Fung (2004), sekurangnya ada tiga dimensi tujuan yang hendak dicapai

oleh demokrasi perwakilan, tetapi gagal dicapai, yaitu:

• Tanggungjawab (responsibility), yakni sejauh mana para pemegang kuasa betul-betul

melaksanakan tanggungjawab politiknya sesuai dengan aspirasi warga negara;

• Kesetaraan (equality), yakni sejauh mana tiap warganegara memiliki kesempatan yang

sama untuk secara bersama ikut memutuskan suatu kebijakan; di dalam masyarakat

modern, ketimpangan sosial ekonomi yang ada telah menghalangi terwujudnya

kesetaraan kesempatan dan ikut serta memutuskan kebijakan;

• Kemandirian politik warganegara (political autonomy), yakni sejauh mana warganegara

betul-betul mampu hidup mandiri dengan keputusan-keputusan politik yang telah ikut

disusunnya.

Bagaimana memandang dua hal ini? Apakah keduanya merupakan metode yang

terpisah dan dikotomis, ataukah keduanya bersifat melengkapi dan saling mendukung?

Dalam negara dan masyarakat modern yang jumlah penduduknya besar serta memliki

kompleksitas masalah dan tantangan, dua jenis model itu sebaiknya dipakai bersama.

Dengan adanya teknologi IT, berbagai bentuk konsultasi publik secara maya dapat

dijalankan (e-government, e-democracy). Pada dasarnya, demokrasi deliberatif

menganjurkan berbagai cara dan metode yang akan menyempurnakan mekanisme

demokrasi perwakilan. Tujuannya untuk memperkuat dan mewujudkan tanggungjawab,

kesetaraan, dan kemandirian politik warganegara. Secara singkat, demokrasi deliberatif

bermaksud memberi daya kepada mereka yang tak berdaya, menyertakan mereka yang

selama ini tersingkir, dan menciptakan kesempatan bagi pelaksanakaan hak-hak warga yang

selama ini tidak tersedia.

Page 29: Memfasilitasi Konsultasi Publik

6

KONSEP KONSULTASI PUBLIK

Empat Tingkat Keterlibatan Warga

Bagaimana cara memperluas inklusi, deliberasi, dan pengaruhwarganegara dalam proses-proses penyusunan kebijakan? Adabeberapa tingkat keterlibatan warga (public involvement) dan KPbukanlah tingkatan yang paling deliberatif atau partisipatif. Walaudemikian, KP menjadi suatu proses atau alat yang tepat untuk suatutujuan atau kebutuhan tertentu. Dalam Tabel-1.1 tergambar empattingkat keterlibatan warga, tujuan, strategi komunikasi, dan forum/metode/teknik/alat yang bisa digunakan untuk mengembangkanketerlibatan warga di dalam proses penyusunan kebijakan1.

Alat Pelibatan Warga

Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, inti dari prosesdemokrasi deliberatif adalah komunikasi dan dialog yangmengandung aspek pendidikan politik bagi warga. Tabel-1.2menampilkan beberapa contoh alat (forum, metode/teknik, media)untuk melakukan komunikasi dan dialog antara pemerintah danwarga.

APA KONSULTASI PUBLIK (KP) ITU?

Pengertian KP

KP sebagai forum demokrasi deliberatif

KP adalah upaya yang dilakukanpemerintah untuk melibatkanwarganegara dalam merumuskansebuah kebijakan atau peraturan.Melalui KP, terjadi hubungan duaarah antara pemerintah danwarganegara. Di sini, peran pentingwarganegara dan para pemangkukepentingan (stakeholders) laindiakui oleh pemerintah.

___________________________________________

1 Sumber: OECD (2003) dan “Public Deliberation: A Manager’s Guide to CitizenEngagement”, Carolyn J. Lukensmeyer dan Lars Hasselblad Torres, IBM Centerfor The Businesss of Government, Tahun 2006.

Page 30: Memfasilitasi Konsultasi Publik

7

BAB-1. KONSEP KONSULTASI PUBLIK

TINGKAT PENJELASAN TUJUAN STRATEGI

KOMUNIKASI METODE/

TEKNIK/ALAT

Pertukaran informasi (information exchange): warga menyampaikan informasi dan memperoleh informasi

Pertukaran informasi untuk mengkondi-sikan partisipasi warga

Penyadaran warga

Mengumpulkan opini publik

Membangun momentum bagi penyusunan kebijakan

Komunikasi tertulis

Komunikasi elektronik

Komunikasi lisan

Komunikasi visual

Opinion poll/ survey

Komentar publik

Dengar pendapat umum

Poster dan media kampanye

Konsultasi (consultation): Warga dimintai masukannya dalam menganalisis, menyusun alternatif dan mengambil keputusan

Penggunaan alat-alat untuk memproses informasi

Adanya forum/lembaga yang memproses input

Pendidikan warga Mendorong debat publik

Menjabarkan nilai-nilai

Memperluas penyediaan informasi

Memperbaiki keputusan

Pertemuan tatap muka dengan warga

“Pertemuan” on-line dengan warga

Pertemuan warga (public meeting)

Konsultasi on-line (E-consultation)

Pelibatan (engagement): Pemerintah bekerja dengan warga di dalam keseluruhan proses penyusunan kebijakan agar aspirasi warga selalu dipertimbangkan

Penggunaan alat-alat untuk memproses informasi

Kadang-kadang pengambilan keputusan bersama

Melibatkan warga dalam penyelesaian masalah

Melibatkan warga dalam pengambilan keputusan

Mengembangkan kapasitas dalam melaksanakan kebijakan

Memperbaiki hasil pelaksanaan

Pertemuan tatap muka dengan warga

“Pertemuan” on-line dengan warga

Pendelegasian kewenangan

Musyawarah warga (public deliberation)

Musyawarah on-line (online deliberation)

Kolaborasi (collaboration) Pemerintah dan warga menjadi mitra (partner) dalam proses penyusunan kebijakan

Proses penguatan kapasitas untuk membangun kerjasama berkelanjutan di antara berbagai kelompok kepentingan dan pelaksanaan kebijakan

Mewakili berbagai pemangku kepentingan

Melibatkan pakar Mengurangi konflik kepentingan

Memperbaiki kebijakan

Mengembangkan kapasitsa dalam pelaksanaannya

Membangun Komite Penasihat

Merancang proses

Pengambilan keputusan bersama (share decision making)

Perundingan multipihak

Proses konsensus kebijakan

TTTTTabel-1abel-1abel-1abel-1abel-1.....1 Empat T1 Empat T1 Empat T1 Empat T1 Empat T ingkingkingkingkingkat Kat Kat Kat Kat Keeeeettttterlibaterlibaterlibaterlibaterlibatan Wan Wan Wan Wan Wararararargagagagaga

Page 31: Memfasilitasi Konsultasi Publik

8

KONSEP KONSULTASI PUBLIK

TTTTTabel-1abel-1abel-1abel-1abel-1.2 Cont.2 Cont.2 Cont.2 Cont.2 Contoh-contoh-contoh-contoh-contoh-contoh Forum/Meoh Forum/Meoh Forum/Meoh Forum/Meoh Forum/Metttttode/Tode/Tode/Tode/Tode/Teknik Peknik Peknik Peknik Peknik Pelibatelibatelibatelibatelibatan Wan Wan Wan Wan WararararargagagagagaNAMA PENJELASAN

Konsultasi Publik

Yaitu pelibatan warganegara --selain pemerintah dan para ahli-- dalam pembahasan dan penyusunan kebijakan. Melalui KP, sebuah kebijakan akan memperoleh tanggapan dari kelompok masyarakat yang memiliki keahlian teknis dan dari kelompok masyarakat yang terkena dampak kebijakan. Dalam KP, yang dicari adalah kekayaan dan ragam informasi, data, pandangan, serta pendapat, dan bukan sekadar keterwakilan kehadiran masyarakat. Negosiasi dan unjuk kepentingan tidak menjadi prioritas utama, melainkan argumentasi dan pertimbangan-pertimbangan. Kalah menang bukan menjadi tujuan, yang diupayakan adalah titik temu dan kata mufakat.

Public Hearings

Yakni forum yang bersifat testimonial, para stakeholder hanya diminta tanggapan dan usulan tanpa mengetahui sejauh mana masukan dan usulan itu akan benar-benar menjadi pertimbangan dan menjadi keputusan akhir. Teknik ini, tidak interaktif dan dialogis. Dengan sifatnya yang demikian, maka forum ini memiliki manfaat yang terbatas.

Deliberatif Poll

Yakni jajak pendapat yang berbeda dengan jajak pendapat biasa. Jajak pendapat deliberatif memasukkan elemen: (i) informasi tentang isu-isu yang menjadi bahan pertanyaan dan pilihan-pilihan solusi yang menjadi bahan informasi warga; (ii) steering committe untuk memandu proses; dan (iii) pertemuan-pertemuan yang dihadiri sekitar 300-500 warga yang terpilih secara acak. Pada pertemuan ini para warganegara berhak menentukan alokasi anggaran kota dengan mengajukan berbagai kebutuhan dan usulan proyek pembangunan.

Public Surveys Yakni mencari pendapat publik dengan beberapa pertanyaan kunci yang sudah disiapkan, yang secara statistik dapat dipercaya.

Citizen Committee

Yakni forum perwakilan warga yang didirikan untuk berbagai isu dan kebijakan. Para anggota dipilih atau diangkat sesuai dengan kualifikasi dan keterkaitannya dengan isu-isu tersebut. Forum semacam ini biasanya memiliki wewenang penasehat (advisory) dan tidak memiliki wewenang memutuskan (decision making). Akan tetapi, forum ini lebih memungkinkan isu-isu dan permasalahan dibahas dengan mendalam, pilihan-pilihan ditimbang dengan lebih seksama dan teliti dibanding public hearings.

Town Meeting

Yakni forum warga kota yang membahas isu-isu penting dan membuat keputusan. Isu penting itu misalnya menyangkut soal sekolah, peredaran minuman keras, dan soal pajak lokal. Setiap pemilih yang terdaftar berhak mengikuti pertemuan. Dalam pertemuan, para warga kota berargumen dan mempertimbangkan usulan dan pandangan peserta lainnya sebelum membuat keputusan bersama. Keputusan bersama dari pertemuan kota ini bersifat mengikat dan menjadi hukum bagi kota dan pemerintah kota.

Forum Kolaboratif

Yakni forum-forum yang lebih interaktif dibanding public hearings, pesertanya lebih beragam dibandingkan Komite Warga. Forum ini biasanya digunakan untuk membahas persoalan tata kota dan pencarian visi kota di masa depan. Ini dilakukan oleh berbagai pemerintah daerah di AS. Forum ini memang dirancang untuk lebih menciptakan dialog dan pendalaman masalah dibanding mencari keterwakilan peserta.

Page 32: Memfasilitasi Konsultasi Publik

9

BAB-1. KONSEP KONSULTASI PUBLIK

NAMA PENJELASAN

Stakeholder Meetings

Yakni pertemuan atau konsultasi lebih khusus dengan para pihak atau pemangku kepentingan.

Public Meetings

Yakni pertemuan-pertemuan yang luas dan terbuka untuk semua pihak dan warganegara.

Web Forums Yakni menjaring masukan, saran dan kritik lewat website atas naskah kebijakan yang telah disiapkan dan dipasang dalam website.

Tim Bersama

Tim ini dibentuk secara bersama-sama oleh pemerintah dan stakeholder di luar pemerintah untuk merancang dan merumuskan suatu dokumen kebijakan. Stakeholder diartikan sebagai mereka yang mampu dan memiliki informasi serta analisa, tetapi tidak melibatkan warganegara secara langsung. Misalnya, anggota Tim Bersama berasal dari kalangan ornop, akademisi, lembaga-lembaga pemerintah di luar dinas/departemen yang bertugas menyusun dokumen, serta kalangan pengusaha dan perwakilan organisasi sosial dan keagamaan. Contoh tim bersama ini adalah tim penyusun dokumen Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan (SNPK), yang bertugas menyusun dokumen penanggulangan kemiskinan di bawah koordinasi Menko Kesra dan Bappenas selama tahun 2003-2005.

Musrenbang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan)

Forum ini berniat untuk melaksanakan pendekatan bottom-up, dalam rangka memperoleh informasi dan preferensi kebutuhan pembangunan (anggaran dan jenis proyek pembangunan) di tingkat lokal desa dan antar-desa. Melalui pertemuan warga di tingkat desa dan tingkat kecamatan, Musrenbang secara teori akan menghasilkan informasi dan pilihan-pilihan yang lebih tanggap dan kontekstual sesuai kebutuhan lokal dan masyarakat. Dalam pertemuan di tingkat desa, warga desa diharapkan memiliki kesempatan untuk mengusulkan dan mendesak kebutuhannya agar bisa diakomodasi dalam rencana kerja satuan kerja perangkat daerah, kementerian, dan lembaga.

Forum Asmara (Jaring Aspirasi Masyarakat)

Forum ini dibentuk oleh DPRD di tingkat kabupaten/kota untuk menjaring aspirasi masyarakat mengenai pembangunan. Forum ini digelar pada saat reses dan ditujukan untuk menjalin komunikasi dengan konstituen.

Dewan Kabupaten/ Kota

Contohnya adalah Dewan Pendidikan Kabupaten/Kota. Forum ini anggotanya diseleksi secara terbuka dan dipilih oleh forum pertemuan orang tua murid/wali murid. Sementara itu, di DKI Jakarta terdapat Dewan Transportasi Kota, yang anggotanya berasal dari kalangan umum di luar pemerintah dan DPRD. Kedua forum ini serupa dengan Citizen Committee di Amerika.

Forum Penganggaran Partisipatif

Dalam forum ini, warga di tingkat akar rumput bermusyawarah, berdiskusi, serta mengajukan sejumlah usulan proyek dan mengutus dua orang wakilnya. Usulan itu akan dibawa wakilnya ke tingkat kota. Mereka kemudian melakukan dialog, diskusi, dan pembahasan dengan pihak pemerintah untuk menghasilkan usulan akhir. Semua warga dari semua wilayah kota, ikut serta menentukan alokasi anggaran sesuai dengan kebutuhan lingkungannya. Dalam proses ini, warganegara juga belajar dan memahami laporan kerja pemerintah kota dan penggunaan anggarannya.

Page 33: Memfasilitasi Konsultasi Publik

10

KONSEP KONSULTASI PUBLIK

Apabila KP ditetapkan pemerintah sebagai suatu proses ataumekanisme dalam menyusun kebijakan dan program, maka KP akanmenjadi forum pertemuan antara warga dan pemerintah. Melaluiforum ini, perencanaan dan penyusunan kebijakan publik tidak hanyamelibatkan para ahli dan birokrasi, tetapi juga melibatkan parapemangku kepentingan lain yang akan menerima manfaat ataudipengaruhi oleh kebijakan tersebut. Pemerintah memiliki wadahuntuk mencari suara dan pendapat publik, di luar para ahli dan stafbirokrasi. Sebaliknya warganegara mempunyai wadah untukmenyampaikan aspirasi dan umpan balik kepada pemerintah.

KP sebagai proses demokrasi deliberatif

KP merupakan cara baru dalam perumusan dan penentuankebijakan (policy formulation and policy decision). Di masa lalu,pemerintah tertutup dan tidak partisipatif/ekslusif. Komunikasi yangdilakukan pemerintah kepada masyarakat biasanya searah. Kinipemerintah bersedia dan bersikap terbuka dan partisipatif, mengajakberbagai pihak dan pemangku kepentingan duduk bersama danmemberikan masukan dalam merancang kebijakannya.

Komunikasi yang bersifat dialogis dengan warga danmengutamakan musyawarah, merupakan inti dari proses demokrasideliberatif. KP perlu dirancang sebagai bagian dari proses ini. ProsesKP dengan sendirinya harus bersifat komunikasi dialogis, bukansearah.

KP sebagai metode/teknik/alat demokrasi deliberatif

Demokrasi tidak akan menjadi realita kehidupan apabila tidakdisertai keterampilan menjalankannya. Keterampilan berdemokrasiharus dimiliki para pelaku politik (warganegara, pemerintah, eksekutifmaupun legislatif ). Salah satu keterampilan berdemokrasi adalahpenguasaan metode/teknik sebagai sarana untuk menjalankandemokrasi itu.

KP bisa juga diartikan sebagai metode atau teknik partisipatifdalam merancang dan menyusun sebuah kebijakan. KP sebagaimetode, serumpun dan satu keluarga dengan gagasan-gagasanpartisipasi dalam pengambilan keputusan kebijakan publik. KP

Page 34: Memfasilitasi Konsultasi Publik

11

BAB-1. KONSEP KONSULTASI PUBLIK

merupakan proses dan kegiatan untuk lebih mendekatkan diridengan aspirasi publik melalui pelibatan langsung warganegara.

Ciri-ciri KP

Ada dua hal yang menjadi ciri KP:

(a) Menyangkut sebuah isu publik atau suatu urusan yang akanberdampak dan berakibat pada warganegara secara luas. Misalnyakebijakan kesehatan, pendidikan, atau penganggaran.

(b) Menyangkut relasi antara pemerintah yang akan melaksanakansuatu kebijakan atau aturan dengan warganegara yang akanterkena atau diatur oleh kebijakan atau aturan itu.

Elemen-elemen KP

Elemen-elemen yang terlibat dalam sebuah KP sekurang-kurangnya terdiri atas:

(i) Pelaku atau subyek: pemerintah – warganegara;

(ii) Bahan konsultasi: informasi, ide, rancangan kebijakan, data-datadan lainnya;

(iii) Proses-proses: terbuka, deliberatif (berdasar musyawarah),partisipatif, komunikasi dialogis;

(iv) Sifat relasi antar-pelaku: setara dan kooperatif;

(v) Hasil-hasil: umpan balik, koreksi, perbaikan, perubahan-perubahan,dan kesepakatan bersama.

Unsur-unsur KP

Partisipasi dalam konteks relasi antara pemerintah danwarganegara (governance), hendak menempatkan masyarakat padaposisi yang sebenarnya.

• Pertama, warganegara atau masyarakat bukanlah sebagai hamba(client) melainkan sebagai warga (citizen).

• Kedua, warganegara atau masyarakat bukan dalam posisi yangdiperintah tetapi sebagai teman sejajar (partner) pemerintah dalammengelola pemerintahan dan pembangunan.

Page 35: Memfasilitasi Konsultasi Publik

12

KONSEP KONSULTASI PUBLIK

• Ketiga, partisipasi bukanlah pemberian pemerintah tetapi sebagaihak warganegara.

• Keempat, warganegara atau masyarakat bukan sekadar obyek pasifpenerima manfaat kebijakan pemerintah, tetapi sebagai aktor atausubyek yang aktif menentukan kebijakan.

Mengacu pada konsep (partisipasi) tersebut, maka KPmengandung unsur-unsur sebagai berikut:

(i) Kedudukan yang setara. Pemerintah tidak menganggap pihaklain lebih rendah dan sebaliknya pihak lain juga memiliki respekatas peran dan kewajiban pemerintah;

(ii) Informasi yang setara dan keterlibatan sejak awal;

(iii) Penentuan subtansi dan proses secara bersama-sama.

Persyaratan KP yang Ideal/Efektif

KP yang ideal/efektif memerlukan tiga dimensi persyaratan:

(a) Pengaruh (influence), yakni sejauh mana para pelaku khususnyawarganegara dan kelompok masyarakat memiliki kapasitas untukmempengaruhi sebuah kebijakan;

(b) Inklusi (keterlibatan yang bermakna), yakni sejauh manawarganegara dari berbagai lapisan masyarakat--dengan beragamminat dan kebutuhan serta cara pandang--memiliki jalur dan“pintu” untuk secara aktif terlibat memberikan pendapat danusulan;

(c) Deliberasi (musyawarah), yakni sejauh mana dialog yang terbuka,jujur, saling menghormati dan berkehendak untuk mufakat.

MANFAAT KP

Melalui proses KP, diharapkan penyusunan kebijakan, programatau peraturan akan lebih baik dan mencerminkan kebutuhan semuapelaku, termasuk warganegara yang rentan (kaum miskin,perempuan dan anak-anak). Tidak heran apabila di berbagai negaramaju, KP dalam berbagai bentuknya merupakan praktek yang lazimdan dilaksanakan oleh semua departemen atau badan-badan

Page 36: Memfasilitasi Konsultasi Publik

13

BAB-1. KONSEP KONSULTASI PUBLIK

pemerintah. Bahkan beberapa negara telah membuat pedomanataupun panduan tentang KP.

Jika dijalankan dengan sungguh-sungguh dan nyata, tidaksekadar mencari pembenaran atas kebijakan yang sudah dipatok,maka KP akan membuahkan manfaat, baik bagi pemerintah maupunbagi warganegara.

Bagi pemerintah, KP bermanfaat untuk:

• Memperoleh data dan informasi sebagai dasar penyusunan danpenetapan suatu kebijakan dan peraturan;

• Menyusun strategi dan pilihan-pilihan yang diputuskanberdasarkan informasi, pengetahuan, dan pendapat yang lebihkaya;

• Memperbaiki komunikasi di antara kelompok-kelompokkepentingan;

• Meningkatkan mutu perdebatan, saling mendidik, dan memahamimasalah-masalah kelompok;

• Menangani dan memecahkan masalah;

• Membuktikan bahwa pemerintah telah berubah dan lebihtransparan, tanggap, dan akuntabel;

• Meningkatkan dukungan publik terhadap kebijakan yang sedangdirencanakan.

Bagi warganegara dan kelompok-kelompok masyarakat, KPbermanfaat untuk:

• Memperjelas kedudukannya di dalam sistem kenegaraan karenamereka memiliki data, informasi dan preferensi;

• Mendesakkan kebutuhan, suara, dan kepentingannya kepada parapengambil kebijakan;

• Menyampaikan keluhan, usulan, dan masukan-masukan tentangberbagai kebijakan dan pelayanan publik yang mempengaruhikehidupan mereka.

Page 37: Memfasilitasi Konsultasi Publik

14

KONSEP KONSULTASI PUBLIK

PERBEDAAN KP DENGAN SOSIALISASI/PENYULUHAN

KP yang dipaparkan pada bagian awal sebaiknya jangan diartikansecara sempit. Dalam pengertian sempit, KP sekadar dimaknai sebagaiproses yang dilakukan pemerintah untuk meminta input dantanggapan atas kebijakan atau peraturan. Sementara itu, informasidiartikan sebagai hubungan satu arah, dari pemerintah kewarganegara Contohnya adalah penyediaan informasi dalam website.

Untuk memudahkan perbedaannya, maka KP dalam pengertianlama dapat disamakan dengan penyuluhan atau sosialisasi. Sosialisasiatau penyuluhan lebih merupakan gerak satu arah dari pemerintahke warganegara, sedangkan KP lebih merupakan proses yanginteraktif (dialogis). Penyuluhan atau sosialisasi lebih memandangpemerintah sebagai agen dan pelaku utama, sementara KPmengandalkan dua pihak (pemerintah dan warga), sebagai pelakuutama.

Tabel-1.3 menggambarkan perbedaan antara KP dalam artisempit (penyuluhan atau sosialisasi) dengan KP dalam arti luas.Sedangkan Tabel-1.4 menggambar pergeseran cara pandangwarganegara terhadap KP.

TTTTTabel-1abel-1abel-1abel-1abel-1.3 P.3 P.3 P.3 P.3 Penenenenenyuluhan vyuluhan vyuluhan vyuluhan vyuluhan vs Ks Ks Ks Ks Konsultonsultonsultonsultonsultasi Publikasi Publikasi Publikasi Publikasi Publik

ELEMEN/DIMENSI PENYULUHAN/SOSIALISASI KONSULTASI PUBLIK

Subyek Pemerintah sebagai aktor utama Pemerintah dan warga sebagai aktor bersama

Sumber informasi Kaum ahli Kaum ahli dan warga negara

Kualitas informasi Informasi dan pilihan kebijakan dimiliki oleh pemerintah dan ahli

Informasi dan pilihan kebijakan dibagi dan disebar ke warganegara

Relasi Pemerintah dominan Pemerintah setara dengan pihak lain

Proses Satu arah dari pemerintah ke warganegara

Dua arah dan interaktif/dialogis

Ukuran capaian Jumlah pertemuan dan peserta Penggalian masalah, forum belajar bersama, kesepakatan

Hasil utama Informasi tersebar Musyawarah, deliberasi dan mufakat

Page 38: Memfasilitasi Konsultasi Publik

15

BAB-1. KONSEP KONSULTASI PUBLIK

MANFAAT KP DI INDONESIADalam konteks Indonesia, penyelenggaraan KP akan menghasilkan

manfaat-manfaat sebagai berikut :

• Mendorong adanya pembentukan kesepakatan dan penyelesaian konflik.Perbedaan pendapat di Indonesia sering berakhir dengan kekerasan danpermusuhan, bukan permufakatan dan persaudaraan. KP mungkin bisamenjadi salah satu cara untuk mencegah konflik dan kekerasan di antarakelompok warga dan berguna untuk memupuk ikatan kebersamaan dankohesi sosial.

• Memperbesar adanya “rasa memiliki” dari warganegara dan stakeholdersatas sebuah kebijakan atau peraturan. Di Indonesia, apatisme danketidakpedulian atau kefrustasian warganegara dapat melemahkan danmenghancurkan modal sosial masyarakat dan kewargaan. KP mungkinmenjadi cara yang baik untuk menumbuhkan sikap peduli dan kewargaanyang aktif.

• Menemukan solusi yang lebih berdasarkan pada kenyataan lokal dandapat diterima ketimbang solusi umum yang seragam dan dipaksakandari atas. Berbagai masalah seringkali bersifat lokal dan memerlukan solusilokal. Kepandaian dan keterampilan menemukan solusi atas masalah-masalah lokal dapat memberikan sumbangan yang signifikan bagi upaya-upaya pemerintah dan masyarakat dalam memperbaiki berbagaikeadaan di sekitarnya.

• Memperbesar dampak redistributif dari kebijakan yang diambil. Setiapkebijakan selalu menyangkut “siapa memperoleh apa”. Dengan metode-metode yang partisipatif, termasuk KP, maka dampak redistributif dapatdicapai. Misalnya, lebih memprioritaskan pengangkatan tenaga guru atautenaga kesehatan, dibanding pembangunan gedung mewah ataupembelian mobil mewah untuk pejabat.

KP (ARTI SEMPIT)) KP (ARTI LUAS)

Warganegara sebagai sasaran/obyek Warganegara sebagai subyek/pelaku

Warganegara penerima manfaat Warganegara pemegang hak dan kewajiban

Warganegara sebagai pelaksana Warganegara sebagai perancang dan pelaksana

Warganegara tidak ahli dan tidak memiliki informasi/preferensi

Warganegara sebagai sumber informasi dan preferensi penyusunan kebijakan publik

Warganegara apatis Warganegara aktif dan terlibat kebijakan publik

TTTTTabel-1abel-1abel-1abel-1abel-1.4 P.4 P.4 P.4 P.4 Pererererergesergesergesergesergeseran Caran Caran Caran Caran Cara Pa Pa Pa Pa Pandang Wandang Wandang Wandang Wandang Warararararganegarganegarganegarganegarganegara dalam KPa dalam KPa dalam KPa dalam KPa dalam KP

Page 39: Memfasilitasi Konsultasi Publik

16

KONSEP KONSULTASI PUBLIK

Page 40: Memfasilitasi Konsultasi Publik

17

BAB-2. GAGASAN KONSULTASI PUBLIK YANG BERMAKNA

BAB-2Gagasan Konsultasi Publikyang Bermakna

• Kriteria KP yang Bermakna (Meaningful)Kriteria KP yang Bermakna (Meaningful)Kriteria KP yang Bermakna (Meaningful)Kriteria KP yang Bermakna (Meaningful)Kriteria KP yang Bermakna (Meaningful)

Transparan (Terbuka)

Deliberatif (Berdasar Musyawarah)

Partisipatif (Melibatkan Para Pemangku Kepentingan)

Pro-poor (Memihak Kelompok Rentan)

• Membangun KP yang BermaknaMembangun KP yang BermaknaMembangun KP yang BermaknaMembangun KP yang BermaknaMembangun KP yang Bermakna

• FFFFFase KPase KPase KPase KPase KP: S: S: S: S: Sebelum, Pebelum, Pebelum, Pebelum, Pebelum, Pelaksanaan, Pelaksanaan, Pelaksanaan, Pelaksanaan, Pelaksanaan, Pascascascascasca Pa Pa Pa Pa Pelaksanaanelaksanaanelaksanaanelaksanaanelaksanaan

Skema Proses KP

Skema Pilihan Kegiatan, Mekanisme, Teknik KP

• Memeriksa Apakah KP BermaknaMemeriksa Apakah KP BermaknaMemeriksa Apakah KP BermaknaMemeriksa Apakah KP BermaknaMemeriksa Apakah KP Bermakna

Page 41: Memfasilitasi Konsultasi Publik

18

BAB-2. GAGASAN KONSULTASI PUBLIK YANG BERMAKNA

KRITERIA KP YANG BERMAKNA

Meskipun sudah melalui kegiatan KP, sebuah prosespenyusunan program, kebijakan, atau peraturan belumbisa dikatakan sudah partisipatif. Jika dalam KP itu

masyarakat hanya menjadi pendengar dan menyampaikanaspirasinya secara artifisial, dan KP hanya sekadar menjadi ’forumstempel’ belaka, maka ketika kebijakan atau peraturan itu ditetapkandan dilaksanakan, masyarakat akan tetap merasa tidak terwakili.

KP yang diselenggarakan berdasarkan urjensi dan manfaatproses-proses demokrasi, baik bagi pemerintah maupun warganegarasecara umum, haruslah bermakna (meaningful). KP yang “bermakna”secara ideal harus memenuhi sejumlah kriteria yaitu terbuka,deliberatif, partisipatif, dan memihak kelompok miskin (pro-poor).

Transparan (Terbuka)

KP berusaha membuka diri dalam dua hal:

(i) Pilihan informasi dan data disediakan serta disebarluaskan kesemua kalangan yang berminat dan/atau terpengaruh olehkebijakan/peraturan yang sedang dibahas, termasuk kalanganakademisi, media massa, serta pemerintah daerah, agar merekamemiliki pemahaman yang setara dan memadai.

(ii) Informasi tentang seluruh tahapan proses KP, termasuk informasimengenai hasil akhir dan pemanfaatan hasil KP harus disampaikansecara terbuka melalui berbagai media (misalnya dikirimkanlangsung ke peserta, dipasang di website atau pengumuman dikoran).

Deliberatif (Berdasar Musyawarah)

Kelompok-kelompok yang nantinya dianggap menjadipengguna atau terkena dampak perlu diberi kesempatan untukmengajukan berbagai pertimbangan dan berbagai usulan. Untuk ituKP perlu memberi waktu yang cukup dan memungkinkan munculnyaberbagai pertimbangan dan pembahasan. Hal itu perlu didukungkecukupan informasi dan analisa yang disediakan oleh pemerintahsebagai perancang kebijakan. Jika informasi dan data awal yang

Page 42: Memfasilitasi Konsultasi Publik

19

BAB-2. GAGASAN KONSULTASI PUBLIK YANG BERMAKNA

disediakan terlalu miskin dan tidak lengkap, maka dapat dipastikantidak terjadi deliberasi.

Isu-isu yang kontroversial perlu dibuka sejak awal dan disertaiberbagai data memadai dan pilihan kebijakan yang tersedia. Setiappilihan perlu disertai dengan argumen dan data-data akurat. Dengandemikian, semua pihak dapat belajar tentang berbagai pendapat danpilihan kebijakan yang mungkin diambil.

Untuk itu, panitia penyelenggara KP bertugas menyediakaan datadan informasi selengkap-lengkapnya. Panitia perlu memastikan agarsemua stakeholders dan peserta musyawarah/deliberasi memilikibekal informasi yang cukup dan setara.

Partisipatif (Melibatkan Para Pemangku Kepentingan)

KP berusaha untuk melibatkan berbagai elemen masyarakat secaraluas, tidak terbatas hanya mereka yang dipandang ahli atau berasaldari kalangan akademik. Oleh karena itu KP perlu memperluasstakeholders yang terlibat, termasuk kaum perempuan. Penting jugauntuk berusaha melibatkan pihak atau lembaga yang dianggapmemiliki pandangan berbeda dalam KP. Salah satu contoh kegiatanyang dapat ditempuh misalnya dengan meminta input langsung darimasyarakat dengan berbagai cara. Misalnya dengan mengadakanlomba menulis sebagai bahan membuat masukan teknis dari sudutpandang yang beragam tentang subyek KP.

Untuk itu, rancangan proses KP dapat disusun secara partisipatifpula sehingga mengurangi kemungkinan pengabaian keterlibatanberbagai pihak yang berkepentingan lain. Satu kegiatan yang dapatdilakukan untuk memastikan KP yang partisipatif adalah denganmembentuk Tim Bersama atau semacam steering committe yang luas.Tim ini beranggotakan kalangan pemerintah dan non-pemerintahyang akan bertugas merancang proses KP yang terbuka, deliberatifdan partisipatif, mulai tahap perencanaan, perumusan, hinggamenjelang pengesahannya.

Pro-poor (Memihak Kelompok Miskin)

KP yang terbuka, deliberatif dan partisipatif, kiranya tidak bolehmenjadi forum terbatas bagi mereka yang terdidik, muda, kaya, dan

Page 43: Memfasilitasi Konsultasi Publik

20

BAB-2. GAGASAN KONSULTASI PUBLIK YANG BERMAKNA

laki-laki. KP perlu menjadi forum yang melibatkan kelompokmasyarakat miskin, termasuk kelompok rentan dan perempuan.Seringkali berbagai forum, pertemuan, dan kegiatan konsultasi hanyadiikuti kelompok laki-laki, kelompok kaya, dan kelompok terdidik.Sementara kaum perempuan, anak-anak, dan kelompok miskin tidakberpartisipasi.

Persoalan yang sering muncul adalah ketika menentukan“kelompok rentan” (vulnerable groups) secara lebih akurat. Memangtidak selalu mudah dalam menetapkan atau merinci “kelompokrentan”. Terlebih dahulu harus dikaji subyek KP dan kaitannya denganberbagai kelompok rentan.

Misalnya saja ketika kita melakukan KP perumusan kebijakan tatakota dan standar gedung-gedung publik dan swasta di perkotaan.Dalam konteks ini, ketersediaan ruang khusus bagi para ibu untukmemberikan ASI perlu menjadi perhatian. Begitu juga dengankehadiran dan hak-hak warga negara usia lanjut (senior citizen) danmereka yang memiliki kemampuan yang berbeda (diffable).

Kehadiran kelompok rentan dalam forum akan memberikanpertimbangan dan patokan dalam perumusan kebijakan pemerintah.Misalnya, bagaimana membuat akses ke dalam gedung danperkantoran yang mudah dan bersahabat (accessible) bagipengguna kursi roda dan penyandang tuna netra. Begitu puladengan sarana penyeberangan jalan, trotoar untuk pejalan kaki(pedestrian), dan angkutan umum.

MEMBANGUN KP YANG BERMAKNA

Bagaimana membangun proses KP yang benar-benar partisipatifdan merupakan suatu proses pengambilan keputusan yang inklusif?KP sebagai suatu metode/teknik komunikasi dialogis, dapat dilakukandengan berbagai tingkat interaksi berbeda. Interaksi dinilai beradadalam level terendah apabila pemerintah hanya mendengarkanmasukan atau aspirasi. Interaksi dinilai berada dalam level tertinggiapabila pemerintah mengajak warga menyepakati alternatif jalankeluar dari isu yang dibahas. (Lihat Skema-2.1)

KP yang bermakna sebaiknya meliputi semua tingkat interaksitersebut, tetapi ini membutuhkan penguatan kapasitas dan kesiapan

Page 44: Memfasilitasi Konsultasi Publik

21

BAB-2. GAGASAN KONSULTASI PUBLIK YANG BERMAKNA

menjalankannya. Rancangan KP terutama harus disesuaikan dengankarakteristik lembaga pemerintah yang menjadi penyelenggaranya:apakah karakteristiknya masih hanya mendengarkan dan berdialog,ataukah sudah siap untuk saling mempertahankan argumentasi(berdebat) dan mencari jalan keluar terbaik. Secara bertahap, prosesKP ini perlu ditingkatkan menjadi lebih baik.

FASE KP

Proses umum KP akan memuat 3 fase utama: sebelum KP,pelaksanaan KP, dan pasca pelaksanaan KP. Keseluruhan fase KPtergambar dalam Skema-2.2.

Pada Skema-2.2, yang merupakan inti dari kegiatan KP adalahkotak pengelolaan proses pelaksanaan KP. Pada langkah ini, prosesKP harus dirancang dengan baik agar bisa menggerakkan dialog,mencari berbagai sudut pandang, mengembangkan argumentasidan bahan pertimbangan, memunculkan perundingan, lalu akhirnyamengerucut menjadi pilihan-pilihan keputusan yang berpihak padakepentingan warga.

Agar terjadi rancangan proses demikian, perlu dipilih kegiatan,teknik dan mekanisme yang disesuaikan dengan tujuan yang ingin

Konsultasi adalah sebuah rentang peningkatan interaksi antara

pemerintah dan warga, mulai dari tahap mendengarkan, berdialog, berdebat, menganalisis, sampai

menyepakati jalan keluar bersama. Konsultasi bisa merupakan salah

satu dari tahap ini, bisa juga keseluruhan tahap.

(2) BERDIALOG

(3) BERDEBAT

(1) MENDENGARKAN

(4) MENGANALISIS

(5) MENYEPAKATI

ALTERNATIF JALAN KELUAR

SkSkSkSkSkema-2.ema-2.ema-2.ema-2.ema-2.1 1 1 1 1 RRRRRentententententang Pang Pang Pang Pang Peningkeningkeningkeningkeningkatatatatatan Intan Intan Intan Intan Interererereraksi dalam KPaksi dalam KPaksi dalam KPaksi dalam KPaksi dalam KP

Page 45: Memfasilitasi Konsultasi Publik

22

BAB-2. GAGASAN KONSULTASI PUBLIK YANG BERMAKNA

dicapai, karakteristik pemangku kepentingan, waktu yang tersedia,teknologi yang dimiliki, dan sebagainya. Pada Skema-2.3 terdapatbeberapa contoh pilihan kegiatan, teknik, dan mekanisme yang bisadigunakan dalam pelaksanaan KP.

Keterangan:Keterangan:Keterangan:Keterangan:Keterangan:

• FGD = Focus Groups Discussion • PPA = Participatory Poverty Assessment

SkSkSkSkSkema-2.3 Pilihan Kema-2.3 Pilihan Kema-2.3 Pilihan Kema-2.3 Pilihan Kema-2.3 Pilihan Kegiategiategiategiategiat an Tan Tan Tan Tan Teknik dan Mekeknik dan Mekeknik dan Mekeknik dan Mekeknik dan Mekanisme KPanisme KPanisme KPanisme KPanisme KP

Page 46: Memfasilitasi Konsultasi Publik

23

BAB-2. GAGASAN KONSULTASI PUBLIK YANG BERMAKNA

Dimensi Pertanyaan Kunci Contoh Alat/Kegiatan

Terbuka Sejauh mana tersedia informasi publik tentang

proses-proses sebelum dan sesudah KP?

Bagaimana hasil KP akan digunakan?

Pengumuman di koran dan website

Penyiapan data-data dan informasi secara lebih lengkap

Partisipasi

Siapa saja yang harus terlibat?

Apa saja pembagian tugas yang dilakukan?

Sejauh mana proses-proses yang dilaksanakan?

Apakah bentuk-bentuk kegiatannya cukup beragam dan sesuai dengan parapihak (stakeholders) yang hendak dijangkau?

Apakah para stakeholders telah mendapat penjelasan mengenai proses, tahapan, serta waktu yang cukup untuk berpartisipasi aktif?

Analisa stakeholders

Tim Bersama

Dewan Penganggaran seperti di Porto Alegre

Forum-forum konsultasi tematik seperti Forum Kesehatan, Forum Pendidikan dan sebagainya

Deliberasi

Apakah perumusan masalah jelas dan mudah dipahami semua pihak?

Apakah semua informasi yang relevan sudah ditampilkan?

Apakah ada data dan informasi yang masih perlu digali/diteliti?

Apakah pilihan-pilihan kebijakan dan jalan keluar sudah dipertimbangkan dengan masak?

Apakah tersedia waktu yang cukup untuk bermusyawarah dan berunding?

Apakah bentuk penampilan/format laporannya mudah dibaca ataukah membosankan/teknikal?

Focus Group Discussion (FGD) di wilayah miskin

Pertemuan forum warga

Musbangdes/musbangda Waktu yang cukup

Penyiapan kriteria teknis dalam pembuatan prioritas dan alokasi (data kesehatan, infrastruktur, alokasi anggaran, dll.)

Pro poor

Sejauh mana suara dan keadaan dan aspirasi kelompok rentan menjadi masukan dan input?

Bagaimana kelompok perempuan dan anak-anak terlibat aktif?

Citizen survey

Kajian Kemiskinan Partisipatif/ Participatory Poverty Assessement (PPA)

Focus Group Discussion (FGD) di wilayah miskin

TTTTTabel-2.abel-2.abel-2.abel-2.abel-2.1 Oper1 Oper1 Oper1 Oper1 Operasionalisasi Empat Kritasionalisasi Empat Kritasionalisasi Empat Kritasionalisasi Empat Kritasionalisasi Empat Kriteria KP Bermaknaeria KP Bermaknaeria KP Bermaknaeria KP Bermaknaeria KP Bermakna

Page 47: Memfasilitasi Konsultasi Publik

24

BAB-2. GAGASAN KONSULTASI PUBLIK YANG BERMAKNA

Page 48: Memfasilitasi Konsultasi Publik

25

BAB-3. PAYUNG HUKUM KONSULTASI PUBLIK DALAM PROSES PENYUSUNAN RPP

BAB-3Payung HukumKonsultasi Publik dalamProses Penyusunan RPP

• Partisipasi Masyarakat dalam Penyusunan Kebijakan danPartisipasi Masyarakat dalam Penyusunan Kebijakan danPartisipasi Masyarakat dalam Penyusunan Kebijakan danPartisipasi Masyarakat dalam Penyusunan Kebijakan danPartisipasi Masyarakat dalam Penyusunan Kebijakan danPeraturan Perundang-undanganPeraturan Perundang-undanganPeraturan Perundang-undanganPeraturan Perundang-undanganPeraturan Perundang-undangan

Payung Hukum: UU No.10 Tahun 2004 tentang PembentukanPeraturan Perundang-undangan

Partisipasi Masyarakat dalam Proses Legislasi (Legislatif danEksekutif )

• Partisipasi Masyarakat dalam Penyusunan KebijakanPartisipasi Masyarakat dalam Penyusunan KebijakanPartisipasi Masyarakat dalam Penyusunan KebijakanPartisipasi Masyarakat dalam Penyusunan KebijakanPartisipasi Masyarakat dalam Penyusunan KebijakanEksekutifEksekutifEksekutifEksekutifEksekutif

Urjensi Partisipasi Masyarakat dalam Penyusunan KebijakanEksekutif

Mengapa KP sebagai Alat Partisipasi di Kalangan Eksekutif?

KP menurut UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air:

• PPPPPeluang dan Teluang dan Teluang dan Teluang dan Teluang dan Tantangan Pantangan Pantangan Pantangan Pantangan Pengembangan KP dalamengembangan KP dalamengembangan KP dalamengembangan KP dalamengembangan KP dalamPenyusunan RPPPenyusunan RPPPenyusunan RPPPenyusunan RPPPenyusunan RPP

Page 49: Memfasilitasi Konsultasi Publik

26

BAB-3. PAYUNG HUKUM KONSULTASI PUBLIK DALAM PROSES PENYUSUNAN RPP

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAMPENYUSUNAN KEBIJAKAN DAN PERATURANPERUNDANGAN

Payung Hukum: UU No. 10 Tahun 2004

Dalam kerangka hukum di Indonesia, pelibatan publikdalam pembentukan peraturan perundang-undangandiatur dalam Pasal 53 UU No. 10 Tahun 2004 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. UU tersebutmenyatakan bahwa “...Masyarakat berhak memberikan masukan secaralisan atau tertulis dalam rangka penyiapan atau pernbahasanrancangan undang-undang dan rancangan peraturan daerah…”. UUNo. 10 Tahun 2004 tidak merinci kegiatan, mekanisme atau alat apayang bisa digunakan untuk menampung masukan dari masyarakatbaik secara tertulis maupun lisan. Artinya, pemerintah (legislatifmaupun eksekutif ) berkewajiban untuk menyediakan sarana,prasarana, dan alat untuk pelibatan masyarakat dalam proses legislasi.

Dengan demikian, dalam proses pembuatan peraturanperundang-undangan dan kebijakan, alat partisipasi masyarakat perludikembangkan melalui praktek dan inovasi yang dilakukan terus-menerus, baik oleh legislatif maupun eksekutif.

Partisipasi Masyarakat dalam Proses Legislasi(Legislatif dan Eksekutif )

UU No. 10 Tahun 2004 mewajibkan Dewan Perwakilan Rakyat(DPR) untuk mempromosikan, menghormati, melindungi, danmemenuhi hak partisipasi masyarakat dalam proses legislasi dan itukemudian segera diturunkan ke dalam Peraturan Tata Tertib DPR-RITahun 2004-2005.

Di dalam tatib itu disebutkan beberapa mekanisme atau alat yangbisa dipergunakan masyarakat untuk memberikan masukan dalamproses penyusunan produk hukum yang dilakukan DPR. Pada saatpenyiapan RUU, mekanisme, dan alat itu diwujudkan dalampertemuan-pertemuan. Pertemuan itu antara lain rapat dengarpendapat umum (hearings), pertemuan dengan pimpinan alatkelengkapan DPR, dan pertemuan dengan tim penyiapan RUU.Sedangkan untuk penyebarluasan draft RUU dan UU, dilakukan

Page 50: Memfasilitasi Konsultasi Publik

27

BAB-3. PAYUNG HUKUM KONSULTASI PUBLIK DALAM PROSES PENYUSUNAN RPP

dengan menggunakan berbagai media, antara lain media elektronikseperti televisi, radio, dan internet, serta media cetak seperti surat kabarda majalah.

Hambatan partisipasi masih terjadi karena belum berkembangnyainovasi metode dan media masih belum berkembang, baik untukpenyampaian informasi, proses memberikan masukan, maupunberdialog. Yang digunakan masih terbatas pada metode yang‘tradisional’ seperti hearings, seminar, dan pertemuan di ruangan DPR.Sementara itu, alternatif lain masih belum diterima atau terbiasa,misalnya FGD, lokakarya, dan pemanfaatan media elektronik.

Saat ini sedang berkembang apa yang disebut dengan e-government dengan semakin majunya teknologi komunikasi-informasi dijital. Jadi, mekanisme komunikasi antara pemerintah danwarga (publik) tidak harus selalui melalui media tatap muka. E-government diharapkan bisa menjangkau khalayak lebih luas danjuga mengurangi faktor hambatan geografis di Indonesia yang terdiriatas ribuan pulau. Berbagai pilihan cara dan mekanisme penyampaianaspirasi masyarakat perlu terus dikembangkan dengan memanfaatkanberbagai metode, alat, media, dan saluran komunikasi yang ada.

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROSESPENYUSUNAN KEBIJAKAN OLEH EKSEKUTIF

Urjensi Partisipasi Masyarakat dalam PenyusunanKebijakan Eksekutif

Pasal 53 UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan PeraturanPerundang-undangan memandatkan dilakukannya partisipasi publikdalam penyusunan peraturan perundang-undangan level Undang-undang (UU) dan Peraturan Daerah (Perda) baik tingkat propinsi,kabupaten, sampai desa). Sedangkan jenis peraturan lain (termasukPeraturan Pemerintah), tidak disebutkan dalam Pasal 53. Dalampandangan legal formal, Ini berarti peraturan lain dalam hierarkiperaturan perundang-undangan bisa tidak melalui mekanismepartisipasi publik.

Lalu, mengapa partisipasi masyarakat dan penggunaan konsultasipublik dalam penyusunan kebijakan, program, dan peraturan

Page 51: Memfasilitasi Konsultasi Publik

28

BAB-3. PAYUNG HUKUM KONSULTASI PUBLIK DALAM PROSES PENYUSUNAN RPP

eksekutif menjadi penting untuk dilakukan? Berbagai argumentasiberkembang mengenai hal ini, termasuk konsepsi hak masyarakat(warga) selaku pihak yang akan terkena dampak kebijakanpemerintah. Juga terdapat sudut pandang lain yang lebih realistis,yang melihat bahwa kompleksitas masalah pembangunan tidakmungkin bisa ditangani sendiri oleh pemerintah tanpa keterlibatanmasyarakat dan swasta. Kalau demikian, kebijakan dan programpemerintah pun perlu disusun dengan melibatkan pemangkukepentingan agar dalam implementasinya mendapatkan dukungan.Jadi, partisipasi masyarakat bukanlah peluang atau kemauan baikpemerintah saja, melainkan suatu keharusan atau kebutuhan bagiberjalannya pemerintah yang didukung komponen pemerintahanlainnya (masyarakat dan swasta).

Berbagai kalangan juga telah menyadari bahwa suatupenyusunan peraturan akan lebih baik jika didasarkan padakebutuhan dan perkembangan yang terjadi. Di sisi lain, pada era initelah berkembang gagasan bahwa sebaik-baiknya pencapaian tujuanimplementasi kebijakan memerlukan penerimaan yang wajar daripublik. Keterlibatan masyarakat rupanya berkaitan dan dipengaruhioleh tingkat pendidikan warga. Semakin tinggi tingkat pendidikanwarga, mereka akan semakin menuntut keterlibatan dalam proseskeputusan yang berdampak bagi kehidupannya.

Pada akhirnya, berbagai wacana tadi mengindikasikan perlunyaketerlibatan publik dalam proses penyusunan kebijakan publik.

Mengapa KP sebagai Alat Partisipasi di KalanganEksekutif?

Pengembangan mekanisme dan alat partisipasi masyarakat dalamproses penyusunan kebijakan dan produk hukum di kalanganeksekutif, tersebar dalam berbagai peraturan perundangan sektoral.Namun seringkali pemaknaan partisipasi masyarakat, proses, dancaranya, berbeda di antara sektor-sektor itu.

Mekanisme hearings lebih banyak dikaitkan dengan pemberianmasukan dalam penyusunan RUU oleh DPR dan Raperda oleh DPRD.Sedangkan istilah konsultasi publik lebih banyak digunakan danterkait dengan proses partisipasi dalam penyusunan kebijakan danprogram di kalangan eksekutif.

Page 52: Memfasilitasi Konsultasi Publik

29

BAB-3. PAYUNG HUKUM KONSULTASI PUBLIK DALAM PROSES PENYUSUNAN RPP

Secara luas, KP dapat diartikan sebagai semua kegiatan,mekanisme dan alat menghimpun atau mengakomodasi masukan/aspirasi masyarakat yang diperoleh melalui pertemuan/forum tatapmuka, pernyataan tertulis, media massa (elektronik dan cetak), danmedia on-line (internet, email, web- forum). Sedangkan secara sempit,KP bisa juga diartikan sebagai sebuah alat dengan teknik/cara tertentuyang disusun berdasar panduan tertentu. Panduan itu biasanyaditerbitkan oleh departemen/sektor untuk menyelenggarakan KPtentang penyusunan kebijakan dan program di masing-masingdepartemen/sektor.

Sebagai alat partisipasi masyarakat yang digunakan eksekutif, KPmemiliki kelebihan, di antaranya:

1) KP sangat strategis digunakan untuk perumusan kebijakan publikyang bersifat kompleks dan agak abstrak; dan

2) KP diperlukan terutama untuk isu-isu pembangunan dalam skalabesar yang berpengaruh terhadap publik secara luas sepertipembangunan dam, sistem irigasi, dan jalan regional.

KP menurut UU No. 7 Tahun 2004

PengertianPengertianPengertianPengertianPengertian

Konsep KP secara eksplisit dinyatakan dalam UU No. 7 Tahun 2004tentang Sumber Daya Air, yang menegaskan bahwa “…masyarakatmempunyai kesempatan yang sama untuk berperan dalam prosesperencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pengelolaansumber daya air....” Mekanisme yang ditawarkan oleh UU No. 7 Tahun2004 untuk peran serta masyarakat adalah “konsultasi publik”.

Menurut UU No. 7 Tahun 2004, yang dimaksud dengan KP adalah“.. .upaya menyerap aspirasi masyarakat melalui dialog danmusyawarah dengan semua pihak yang berkepentingan....” “…KPbertujuan mencegah dan meminimalkan dampak sosial yang mungkintimbul serta untuk mendorong terlaksananya transparansi danpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang lebih adil…..”2

Konsultasi publik dilakukan baik dalam tahap penyusunan polapengelolaan sumberdaya air (perencanaan) maupun dalam tahappelaksanaan pengembangan sumberdaya air. Selain masyarakat, UU

______________________2 UU No. 7 Tahun 2004 Pasal 34 dan penjelasannya

Page 53: Memfasilitasi Konsultasi Publik

30

BAB-3. PAYUNG HUKUM KONSULTASI PUBLIK DALAM PROSES PENYUSUNAN RPP

No. 7 Tahun 2004 juga membuka peluang bagi dunia usaha untukterlibat dalam penyusunan pola pengelolaan sumberdaya air.3

MekanismeMekanismeMekanismeMekanismeMekanisme

UU No. 7 Tahun 2004 mengatur secara detail mengenai tahapanyang perlu dilakukan untuk melakukan KP. Namun, ketentuan yangtertuang dalam UU No. 7 tahun 2004 ini kurang membangun posesmencari alternatif solusi secara dialogis dan musyawarah, melainkanhanya bersifat komunikasi linear. UU No. 7 Tahun 2004 memberikanhak kepada masyarakat untuk :

• Memperoleh informasi yang berkaitan dengan pengelolaansumberdaya air;

• Memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yangdialaminya sebagai akibat pelaksanaan pengelolaan sumberdaya air;

______________________3 Pasal-pasal yang membuka dunia usaha untuk terlibat baik dalamperencanaan maupun dalam pengelolaan sumber daya air telah memicu“protes” keras dari kalangan LSM di Indonesia. Menurut koalisi LSM penentangpasal ini, keterlibatan dunia usaha dalam pasal-pasal ini adalah bentuk bentuknyata dari kebijakan pemerintah yang akan melakukan “privatisasi air”

Page 54: Memfasilitasi Konsultasi Publik

31

BAB-3. PAYUNG HUKUM KONSULTASI PUBLIK DALAM PROSES PENYUSUNAN RPP

• Memperoleh manfaat atas pengelolaan sumberdaya air;

• Menyatakan keberatan terhadap rencana pengelolaansumberdaya air yang sudah diumumkan dalam jangka waktutertentu sesuai dengan kondisi setempat;

• Mengajukan laporan dan pengaduan kepada pihak yangberwenang atas kerugian yang menimpa dirinya berkaitandengan penyelenggaraan pengelolaan sumberdaya air; dan/atau

• Mengajukan gugatan kepada pengadilan terhadap berbagaimasalah sumberdaya air yang merugikan kehidupannya.4

Jika diamati secara seksama, hak-hak masyarakat yang dimuatdalam UU No. 7 Tahun2004 dapat ditempatkan untuk memperluasarti dari KP. Dalam UU ini, KP diartikan sebagai hak masyarakatmemperoleh informasi, membuat laporan, pengaduan, dan gugatankepada pihak pengadilan mengenai masalah pengelolaansumberdaya air yang dapat merugikan kehidupan warga. Berbagaiketentuan dalam UU No. 7 Tahun2004 juga memberikan peluangbagi pengembangan model perluasan partisipasi warga dalammembahas kebijakan publik mengenai sumberdaya air. Mekanismedan tatacara KP itu bisa diterbitkan dalam panduan yang lebih bisamembangun proses partisipasi masyarakat seperti yang dimaksudkandalam Bab-1 dan 2.

PELUANG DAN TANTANGAN PENGEMBANGANKP DI DALAM PENYUSUNAN RPP

Meskipun UU No. 7 Tahun 2004 mengatur mekanisme KP padasektor pengelolaan sumberdaya air, metode ini sebenarnya dapatjuga diterapkan dalam pembuatan kebijakan lain yang lebih luasseperti pembuatan peraturan pemerintah di bidang perencanaandan penganggaran. Dengan demikian, KP dapat ditempatkansebagai preseden dari salah satu mekanisme yang dapat ditempuh

___________________________________________

4 UU No. 7 Tahun 2004 Pasal 82.

Page 55: Memfasilitasi Konsultasi Publik

32

BAB-3. PAYUNG HUKUM KONSULTASI PUBLIK DALAM PROSES PENYUSUNAN RPP

untuk menyerap aspirasi publik dalam pembuatan kebijakan,peraturan perundang-undangan, dan program pemerintah. Dalamkonteks ini maka pemerintah seharusnya bersifat aktif, yaitu sebagaipenyelenggara dari kegiatan konsultasi tersebut.

Hal-hal yang dapat didorong untuk pengembangan KP di masadepan, terutama adalah:

• Bagaimana mempersiapkan KP.

• Bagaimana menyelenggarakan KP yang efektif dan efisien.

• Bagaimana mengolah hasil KP, sehingga masukan yang strategisdapat diakomodasi dengan baik.

Penyelenggaraan KP dalam pembuatan RPP yang dipaparkandalam buku ini, diharapkan dapat menjadi preseden yang dapatmemperkaya ketiga proses KP tadi.

Page 56: Memfasilitasi Konsultasi Publik

33

BAB-4. MEMBANGUN KESEPAHAMAN AWAL

BAGIAN-2PERSIAPAN DAN RENCANA

KONSULTASI PUBLIK

Page 57: Memfasilitasi Konsultasi Publik

34

BAB-4. MEMBANGUN KESEPAHAMAN AWAL

Page 58: Memfasilitasi Konsultasi Publik

35

BAB-4. MEMBANGUN KESEPAHAMAN AWAL

BAB-4MembangunKesepahaman Awal

• Awal Mula KerjasamaAwal Mula KerjasamaAwal Mula KerjasamaAwal Mula KerjasamaAwal Mula Kerjasama

• Mengkaji Draft RPPMengkaji Draft RPPMengkaji Draft RPPMengkaji Draft RPPMengkaji Draft RPP

Membaca Draft Naskah RPP

Memetakan Masalah RPP

Menetapkan Isu-isu Strategis

• PPPPPembahasan Dembahasan Dembahasan Dembahasan Dembahasan Drrrrraft RPP oleh Taft RPP oleh Taft RPP oleh Taft RPP oleh Taft RPP oleh Tim Bersamaim Bersamaim Bersamaim Bersamaim Bersama

Bahan yang Dipersiapkan Tim CSO/FPPM

Proses dan Hasil Pembahasan Draft RPP

Menawarkan Gagasan Rancangan KP

• Memperkuat Kepercayaan Lembaga KunciMemperkuat Kepercayaan Lembaga KunciMemperkuat Kepercayaan Lembaga KunciMemperkuat Kepercayaan Lembaga KunciMemperkuat Kepercayaan Lembaga Kunci

• Menetapkan Peran dalam MoUMenetapkan Peran dalam MoUMenetapkan Peran dalam MoUMenetapkan Peran dalam MoUMenetapkan Peran dalam MoU

Page 59: Memfasilitasi Konsultasi Publik

36

BAB-4. MEMBANGUN KESEPAHAMAN AWAL

AWAL MULA KERJASAMA

Inisiatif Konsultasi Publik (KP) seharusnya berasal daripemerintah sebagai pihak yang berwenang menyusun danmenetapkan peraturan perundang-undangan. Namun inisiatif

atau usulan ini justru seringkali muncul dari kelompok masyarakat,maupun pihak lain di luar pemerintah. Dalam kondisi seperti ini,terdapat kelompok masyarakat yang mengusulkan dan melakukanpendekatan kepada pihak pemerintah agar mereka dapat menerimagagasan pelibatan masyarakat dalam penyusunan suatu peraturanperundang-undangan.

Kelompok masyarakat yang sering disebut sebagai Civil SocietyOrganization (CSO), bukan hanya memberi masukan terhadapsubstansi kebijakan yang sedang disusun, melainkan juga padarancangan proses KP. Melalui keterlibatan CSO, diharapkan substansidan proses penyusunan peraturan perundang-undanganmempunyai kesesuaian dengan dinamika dan kebutuhan yangberkembang di masyarakat.

Selain mengkaji/menguasai substansi rancangan peraturan,proses penting lain yang dilakukan CSO adalah mengembangkandialog dengan instansi pemerintah yang menyusun rancanganperaturan tersebut. Dialog ini bertujuan untuk menawarkan gagasandan menyamakan persepsi tentang proses penyusunan peraturanyang lebih partisipatif dan melibatkan masyarakat di dalamnya.

Tahap ini sebaiknya diawali dengan perumusan naskah akademiksebagai latarbelakang dirumuskannya suatu peraturan perundang-undangan. Dalam naskah akademik ini setidaknya tercantum ruanglingkup permasalahan dan hal-hal yang akan diatur dalam suatukebijakan.

Perumusan naskah akademik sebaiknya didasarkan data yangdapat diperoleh melalui survey atau pengkajian (assessment). Datadapat memberikan gambaran tentang hal-hal yang terkait denganlingkup isu yang akan diatur. Berdasarkan naskah akademik inilah, baiktim pemerintah maupun tim warga, dapat merumuskan sistematikadraft peraturan perundang-undangan.

Page 60: Memfasilitasi Konsultasi Publik

37

BAB-4. MEMBANGUN KESEPAHAMAN AWAL

Untuk menjamin proses yang deliberatif dalam perumusankebijakan, maka diperlukan metode assessment yang partisipatif.Contoh kasus, penyusunan Strategi Nasional PemberantasanKemiskinan (SNPK) yang diawali dengan Poverty ParticipatoryAssessment (PPA).

Meski demikian, keterlibatan FPPM dalam penyusunan RPP-T2CP2EPRPD melalui proses yang berbeda. FPPM baru terlibat dalamproses penyusunan RPP ketika Tim Penyusun RPP dari BangdaDepdagri telah menghasilkan Draft IV RPP. Rencananya, RPP itu akandisempurnakan kembali sebelum dijadikan bahan KP di daerah.FPPM diharapkan dapat menjadi bagian dari tim penyusun danbersama-sama melakukan pembahasan serta memberikan masukandalam penyusunan Draft V.

Berdasarkan kebutuhan itu, FPPM kemudian menyusun Tim FPPMyang anggotanya berasal dari unsur CSO yang tergabung dalamjaringan FPPM. Lembaga-lembaga tersebut dipilih berdasarkanpertimbangan kapasitas, pengalaman, maupun ragam isu yang terkaitdengan RPP yang akan dirumuskan. Selanjutnya tim ini disebut TimCSO/FPPM.

Berdasarkan pertimbangan pengalaman dan minat terhadap isuyang sama dengan materi RPP-T2CP2EPRPD, maka dilibatkanlembaga-lembaga:

• Civic Education and Budget Advocacy (CIBA)

• Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA-Seknas)

• Lembaga Transparansi Masyarakat Indonesia (LETMINDO)

• Pusat Telaah Informasi Regional (PATTIRO)

MENGKAJI DRAFT RPP

Sebagai langkah awal, Tim CSO/FPPM memulai dengan mengkajidraft rancangan peraturan yang telah disusun. Melalui kajian inidiperoleh gambaran dan analisa mengenai:

• Hubungan antara rancangan peraturan yang sedang dibahasdengan instrumen hukum yang lain;

• Cakupan masalah yang akan diatur;

Page 61: Memfasilitasi Konsultasi Publik

38

BAB-4. MEMBANGUN KESEPAHAMAN AWAL

• Isu-isu strategis yang perlu diperjuangkan; dan

• Pihak-pihak berkepentingan (stakeholders) yang perlu dilibatkandalam pembahasan peraturan bersangkutan.

Kajian draft rancangan peraturan pemerintah membutuhkanpemahaman mengenai logika dan kerangka dasar tentang teknikpenyusunan perundang-undangan. Aspek utama dalam menelaahsebuah kebijakan adalah memahami tujuan dan proses penyusunanrancangan peraturan tersebut. Pemahaman aspek utama dijadikandasar untuk mengkritisi latarbelakang sebuah perundang-undanganatau peraturan pemerintah.

Membaca Draft RPP

Hal yang penting untuk diperhatikan dalam membaca draft RPPadalah landasan hukum penyusunan RPP itu. Dalam hal ini yang perludicermati adalah bagian menimbang dan mengingat. Setelah itu,yang perlu diperhatikan adalah bagian ketentuan umum. Telaah iniakan menuntun pembaca untuk memahami istilah-istilah dansubtansi dari keseluruhan isi draft RPP yang tertuang dalam setiapbab maupun pasal-pasal.

Secara umum teknik membaca draft, memberikan masukan, danperbaikan pasal-pasal dalam draft RPP meliputi:

• Kaji ulang (review) UU yang bersentuhan langsung denganpenyusunan RPP. Review dapat dimulai pada perundangan yangtercantum pada bagian awal draft RPP yang menjadi landasanhukum penyusunan RPP bersangkutan.

• Menelusuri pasal-pasal dalam draft RPP yang berindikasibertentangan dengan peraturan perundang-undangan yangberlaku;

• Mencatat pasal-pasal draft RPP yang redaksionalnya bertentangandengan UU;

• Mengelaborasi usulan/masukan dalam bentuk kalimat pasal sesuaisubtansi yang diharapkan.

Page 62: Memfasilitasi Konsultasi Publik

39

BAB-4. MEMBANGUN KESEPAHAMAN AWAL

Memetakan Masalah RPP

Pemetaaan masalah dilakukan untuk mengidentifikasi masalahkrusial dalam penyusunan RPP. Hal ini dilakukan dengan mengkajiketerkaitan antara peraturan perundang-undangan yang berlakudengan RRP yang sedang disusun. Termasuk, pembahasan mengenairancangan peraturan sejenis yang sedang disusun oleh instansi ataulembaga lain 5.

Identifikasi dilakukan dengan menggunakan teknik pencarianmasalah dalam pasal-pasal, cara merumuskan masalah, danmemberikan alternatif solusi untuk pemecahan masalah. Selain itu,perlu juga diidentifikasi keterkaitan isu-isu utama dengan rancanganperaturan tersebut. Misalnya mengidentifikasi urgensi rancanganperaturan tersebut dengan kepentingan publik dan berbagai pihakyang akan terpengaruh oleh peraturan tersebut. Hal ini bergunasebagai masukan terhadap materi rancangan peraturan agar sesuaidengan kepentingan publik.

Berbagai masalah krusial yang ditemukan dalam draft selanjutnyadipetakan untuk memudahkan proses masukan dan perbaikan draftRPP. Pemetaan masalah ini disajikan dalam bentuk matriks yang berisiusulan perbaikan yang diperoleh selama KP berlangsung.

Secara garis besar, langkah Tim CSO/FPPM dalam memetakanmasalah terkait RPP-T2CP2EPRPD adalah sebagai berikut:

• Memetakan redaksional pasal-pasal naskah RPP yangbertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku;

• Memetakan pasal/ayat baru yang menjadi tambahan dalam RPP;

• Memberi alasan mengapa ada pasal yang dihapus;

• Menyusun secara umum masukan yang menjadi dasarrekomendasi dari pergantian atau penambahan redaksional pasaldari RPP.

___________________________________________

5 Pada saat yang bersamaan dengan penyusunan RPP-T2CP2EPRPD olehBangda Depdagri, sedang dikembangkan RPP tentang Tata Cara PenyusunanRencana Pembangunan Nasional oleh Bappenas yang di dalamnya jugamengatur daerah. Untuk itu, tim sepakat untuk melakukan komunikasi danmengembangkan isu strategis untuk didiskusikan bersama Bappenas.

Page 63: Memfasilitasi Konsultasi Publik

40

BAB-4. MEMBANGUN KESEPAHAMAN AWAL

Menetapkan Isu Strategis

Sebelum mendiskusikan dengan pihak pemerintah, Tim CSO/FPPM menetapkan sejumlah isu strategis yang menjadi landasanprinsipil keterlibatan dan usulan Tim CSO/FPPM dalam penyusunandraft RPP. Isu strategis itu dihasilkan dari diskusi internal yang dilakukanFPPM berdasarkan gagasan dan pengalaman dari CSO yangtergabung di dalamnya

Disepakati 9 isu strategis yang dianggap perlu diperjuangkanuntuk masuk dalam subtansi RPP. Isu strategis tersebut adalah:

1. Administrasi publik menyangkut transparansi, partisipasi, danakuntabilitas;

2. Konsistensi spasial dan program;

3. Pembangunan berkelanjutan (sustainable development);

4. Affirmative action;

5. Konsistensi dalam perencanaan dan penganggaran (planning danbudgeting);

6. Efisiensi proses dan dokumen, serta kualitas program perencanaanterutama dalam hal mengawal Standar Pelayanan Minimal (SPM);

7. Integrasi pendekatan perencanaan sektor, dalam hal ini SKPD,dengan pendekatan perencanaan wilayah;

8. Hubungan Departemen Dalam Negeri, dalam hal ini Bangda danBAKD, dengan Bappenas dan Departemen Keuangan;

9. Keleluasaan yang diberikan kepada daerah dalam bentuk Perda.

Berdasarkan pengalaman FPPM, proses diskusi dan penetapanisu-isu strategis tersebut dilakukan dengan mengunakan teknik yangsederhana yaitu:

1. Setiap lembaga yang menjadi anggota tim penyusunan RPP inimengusulkan isu strategis yang hendak dimasukkan dalam draftRPP;

2. Setiap pihak menjelaskan alasan memasukkan isu tersebut ke dalamRPP;

3. Menetapkan isu dan menyepakatinya agar tim kemudianmemperjuangkannya menjadi masukan dalam penyusunan RPP;

Page 64: Memfasilitasi Konsultasi Publik

41

BAB-4. MEMBANGUN KESEPAHAMAN AWAL

4. Pembagian tugas anggota tim untuk menjelaskan isu strategistersebut kepada tim penyusun naskah draf RPP, melalui pertemuandan diskusi.

Isu strategis ini juga menjadi panduan untuk menyepakati targetcapaian minimal yang diakomodasi pada peraturan perundang-undangan yang dirumuskan. Kesepakatan isu-isu strategis yang akandiadvokasi dalam RPP menjadi kerangka kerja (framework) bagi TimCSO/FPPM untuk terlibat dalam pembahasan proses KP.

PEMBAHASAN DRAFT RPP OLEH TIM BERSAMA

Bahan yang Dipersiapkan Tim CSO/FPPM

Sebelum melakukan diskusi gagasan dengan tim dari BangdaDepdagri, Tim CSO/FPPM sebagai kelompok masyarakat terlebihdahulu melakukan pemetaan isu-isu strategis dalam tiga hal, yaitu:

• Di mana posisi isu strategis tersebut dalam draft kebijakan yangsedang disusun?

• Bagaimana caranya agar isu strategis tersebut masuk dalam draftkebijakan?

• Apa argumen yang mendukung agar isu tersebut perlu ada didraft kebijakan?

Posisi isu strategis dalam draft kebijakan yang sedang disusundiperoleh dengan membaca dan menelaah secara mendalam draftRPP yang sudah ada. Untuk memudahkan pemetaan, hasil telaahtersebut dikemas dalam tabel yang menjelaskan batang tubuh pasal,penjelasan pasal, usulan, dan komentar terhadap pasal bersangkutan.Contoh format yang digunakan FPPM dapat dilihat dalam Tabel-4.16.

Proses dan Hasil Pembahasan Draft RPP

Pembahasan draft dilakukan dalam kegiatan pertemuan TimBersama yang terdiri atas Tim Bangda Depdagri dan Tim CSO/FPPMuntuk menyepakati draft RPP yang akan dibahas dalam pelaksanaanKP regional.

___________________________________________

6 Sumber: Draft IV RPP-T2CP2EPRPD

Page 65: Memfasilitasi Konsultasi Publik

42

BAB-4. MEMBANGUN KESEPAHAMAN AWAL

Pada tahap ini hasil telaah dan usulan dari Tim CSO/FPPMdipresentasikan dan dibahas bersama dengan Tim Bangda Depdagri.Dokumen yang disiapkan Tim CSO/FPPM selanjutnya menjadipanduan bagi Tim CSO/FPPM dalam mengikuti diskusi-diskusiselanjutnya. Pada saat diskusi pembahasan pasal-pasal yangsebelumnya telah mendapat catatan, Tim CSO/FPPM berupaya agargagasan dan isu strategis bisa diakomodasi dalam draft kebijakan.

Berbagai argumen tentu saja disiapkan. Hal itu diiringi olehkesiapan fisik dan mental. Untuk isu-isu krusial dan sensitif, biasanyaproses diskusi berlangsung lama. Dalam kondisi ini maka pendekataninformal menjadi penting. Pendekatan informal dilakukan agartercapai penyamaan persepsi tentang isu tertentu di kalangananggota Tim Bersama.

Terdapat dua pola untuk memasukkan isu strategis ke dalam draftkebijakan yang sedang disusun, yaitu:

• Penambahan redaksional jika pasal/ayat yang memuat isu strategissudah ada;

Draft RPP Batang tubuh Penjelasan

Usulan Alasan

Pasal 5 Pasal 5

Tahapan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dilaksanakan melalui:

a. Penetapan tujuan dan arah ke masa depan;

b. Rumusan proyeksi ke depan;

c. Penyiapan dan penyusunan rancangan awal;

d. Penyiapan rancangan Renstra SKPD;

e. Penyusunan Renstra SKPD;

f. Pelaksanaan Musrenbang RPJMD; dan

g. Penyusunan rancangan akhir.

Ayat (2) Cukup jelas

Di ayat 2 perlu ditambahkan mengenai penetapan indikator kinerja untuk mengkongkritkan ayat (2) bagian a, yaitu penetapan tujuan dan arah ke masa depan.

Dengan pencantuman indikator kinerja akan bisa diketahui apa yang ingin dicapai oleh kepala daerah selama masa kepemimpinananya.

Indikator dalam HDI, HPI dan GDI bisa digunakan. Misalnya : indikator angka partisipasi sekolah (ditargetkan berapa % meningkat dalam kurun 5 tahun)

TTTTTabel-4.abel-4.abel-4.abel-4.abel-4.1 P1 P1 P1 P1 Pemeemeemeemeemettttt aan Isu dalam Draan Isu dalam Draan Isu dalam Draan Isu dalam Draan Isu dalam Drafafafafaf t RPPt RPPt RPPt RPPt RPP

Page 66: Memfasilitasi Konsultasi Publik

43

BAB-4. MEMBANGUN KESEPAHAMAN AWAL

• Penambahan pasal/ayat baru jika isu strategis belum tercakupdalam draft kebijakan yang sedang disusun.

Tim Bersama perlu melakukan persandingan pasal per pasal. Halini perlu dilakukan karena ujung dari setiap diskusi dan perdebatanyang terjadi adalah modifikasi isi redaksional pasal/ayat yang tertuangdalam draft RPP.

Hasil akhir dari proses perumusan ini adalah draft yang siap untukdijadikan bahan KP. Indikator keberhasilan pengawalan di tahap iniadalah banyaknya usulan yang masuk. Kuantitas usulan yang masukke dalam draft awal merupakan indikator keberhasilan Tim CSO/FPPMdalam melewati ujian pertama, sebelum masuk di ujian berikutnyayaitu tahapan KP.

Menawarkan Gagasan Rancangan KP

Keberhasilan Tim CSO/FPPM mengembangkan hubungan baikdengan tim pemerintah, dipengaruhi oleh kemampuan menawarkangagasan inovatif dalam pembahasan RPP. Gagasan inovatif itumeliputi dua hal, yaitu proses dalam pembahasan RPP dan substansimasukannya (isu-isu strategis yang penting dibahas dalam proses KP).

Pemerintah diyakinkan bahwa KP ini selaras dengan peraturanperundang-undangan. Dalam hal ini disampaikan kutipan dariperaturan perundang-undangan yang mengatur partisipasimasyarakat dalam pembentukan peraturan perundang-undangan7.Untuk memperkuat argumen, disampaikan pula pengalaman instansipemerintah yang sudah melibatkan masyarakat dalam pembentukanperaturan perundang-undangan.

Disampaikan pula keuntungan pemerintah jika melaksanakankonsultasi publik. Misalnya, peraturan yang dikeluarkan relatif tidakakan mendapatkan resistensi dari publik. Konsultasi publik juga akanmemperkaya rancangan peraturan karena didasari pengetahuan danpengalaman konkrit dari berbagai pihak.

___________________________________________

7 Pasal yang dapat dikutip antara lain Pasal 53 UU No. 10 Tahun 2004 tentangPembentukan Peraturan Perundang-undangan. Disebutkan di dalamnya “...Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan atau tertulis dalamrangka penyiapan atau pernbahasan rancangan undang-undang danrancangan peraturan daerah….”.

Page 67: Memfasilitasi Konsultasi Publik

44

BAB-4. MEMBANGUN KESEPAHAMAN AWAL

Dalam proses penyusunan RPP-T2CP2EPRPD, FPPM juga telahmelakukan analisa penjajakan, baik terhadap unsur pemerintahterkait maupun masyarakat yang berkepentingan dengan rancanganperaturan tersebut. Analisa penjajakan bermanfaat untuk merancangproses KP yang diharapkan mampu mengakomodir berbagaikepentingan.

Tim CSO/FPPM menjadi pihak yang melakukan identifikasi danberkomunikasi dengan lembaga dan kelompok masyarakat. Terutamalembaga dan kelompok masyarakat yang menjadi jaringan FPPM.Sedangkan Tim Bangda Depdagri menjadi pihak yang melakukanidentifikasi stakeholders lintas-departemen. Tim Bangda Depdagripula yang berinisiatif mengundang pihak-pihak dari departemen lainuntuk terlibat dalam pertemuan dan diskusi tentang penyusunan RPPini.

Penjajakan bersama instansi pemerintah antara lain mencakupmekanisme pengambilan keputusan, tujuan penyelenggaraankonsultasi, serta pengalaman KP sebelumnya. Dari penjajakan inisetidaknya akan diperoleh gambaran mengenai:

1. Instansi pemerintah yang berkepentingan dengan rancanganperaturan terkait;

2. Tujuan dan prioritas instansi pemerintah menyelenggarakankonsultasi publik;

3. Berbagai jenis kegiatan lain yang melibatkan masyarakat dalamproses rancangan peraturan terkait;

4. Pihak-pihak yang berperan dalam pengambilan keputusanpenetapan rancangan peraturan terkait.

Sedangkan penjajakan bersama publik mencakup isu pentingyang terkait rancangan, serta pihak-pihak yang berkepentingandengan rancangan peraturan tersebut. Hasil dari penjajakan tersebutsetidaknya memberikan gambaran mengenai:

1. Isu-isu di masyarakat terkait rancangan peraturan yang sedangdisusun;

2. Pihak-pihak yang perlu dilibatkan dalam KP;

3. Kondisi di masyarakat yang mempengaruhi rancanganpenyelenggaraan KP.

Page 68: Memfasilitasi Konsultasi Publik

45

BAB-4. MEMBANGUN KESEPAHAMAN AWAL

MEMPERKUAT KEPERCAYAAN LEMBAGA-LEMBAGA KUNCI

Dalam kaitan penyusunan RPP-T2CP2EPRPD, FPPM bekerjasamadengan Direktorat Perencanaan Bangda Depdagri yang telahmembentuk tim penyusun RPP. Selain itu FPPM juga membangunkerjasama dengan berbagai pihak lain antara lain lembaga-lembagadonor yang berminat mendukung program dan sejumlah LembagaSwadaya Masyarakat (LSM) yang memiliki kompetensi terhadap RPPyang dibahas.

Kepercayaan dibangun lewat dua hal, yaitu komunikasi dankomitmen. FPPM perlu menjalin komunikasi yang intensif dengantim penyusun RPP dari pemerintah. Komunikasi ini penting karena

RPP

Proses pembahasan

Substansi minimal yang diperjuangkan

Konsultasi Publik Regional

Konsultasi Publik Nasional

Forum Pembahasan antar Departemen

Isu-isu yang akan diperjuangkan untuk masuk dalam substansi RPP: 1. Prinsip transparansi, partisipasi dan akuntabilitas. 2. Konsistensi spasial dan program. 3. Sustainable development. 4. Affirmative action. 5. Konsistensi planning and budgeting. 6. Efisiensi proses, dokumen dan kualitas program perencanaan, terutama dalam hal mengawal standar pelayanan minimal (SPM). 7.Integrasi pendekatan perencanaan sektor dan perencanaan wilayah. 8. Hubungan Depdagri, dalam hal ini Bangda dan BAKD, dengan Bappenas dan Departemen Keuangan. 9.Keleluasaan kepada daerah untuk membentuk Perda.

TTTTTawawawawawarararararan FPPM tan FPPM tan FPPM tan FPPM tan FPPM tententententent ang Prang Prang Prang Prang Proses KPoses KPoses KPoses KPoses KPdan Substansi Pembahasan RPPdan Substansi Pembahasan RPPdan Substansi Pembahasan RPPdan Substansi Pembahasan RPPdan Substansi Pembahasan RPP

Page 69: Memfasilitasi Konsultasi Publik

46

BAB-4. MEMBANGUN KESEPAHAMAN AWAL

selama ini kedua belah pihak bergaul dalam lingkungan yangberbeda dan konsep yang berbeda. Dalam proses komunikasi ini,baik pemerintah maupun aktivis CSO dapat saling menyesuaikan diridan beradaptasi. Mereka juga mulai bisa saling menghargai perandan fungsi masing-masing.

FPPM menyadari batas kemampuannya dalam melakukanpendampingan, baik dalam hal keahlian maupun sumber dana.Karena itu sejak awal FPPM menyatakan keterbatasannya. Penjelasanini penting untuk mencegah munculnya harapan yang berlebihandari pihak pemerintah sehingga dapat mengurangi tingkatkepercayaan.

MENETAPKAN PERAN DALAM MOU

Setelah komunikasi terjalin dan komitmen terbangun, selanjutnyadilakukan pembicaraan yang lebih detail mengenai pembagianperan di antara komponen Tim Bersama. Pembagian peran inipenting untuk meningkatkan legitimasi peran CSO dalam prosespendampingan dan menghindari terjadinya kesalahpahaman akibatketidakjelasan hak dan kewajiban dari para pihak.

Pada fase ini Tim CSO/FPPM meminta komitmen dari pemerintahuntuk bersikap terbuka dan dapat mengakselerasi kegiatanpendampingan yang dilakukan CSO. Di antaranya, FPPM memintaDitjen Bangda Depdagri untuk menyediakan sekretariat (ruang kantordan fasilitasnya) di Kantor Ditjen Bina Bangda untuk mendukungkegiatan Tim CSO/FPPM.

Pembagian peran, dituangkan dalam nota kesepakatan(Memorandum of Understanding/MOU) agar hak dan kewajiban parapihak tertuang dalam dokumen yang diakui secara hukum.

Page 70: Memfasilitasi Konsultasi Publik

47

BAB-5. MERENCANAKAN KONSULTASI PUBLIK

BAB-5MerencanakanKonsultasi Publik

• Pemetaan Aktor

Aktor-aktor Primer

Aktor-aktor Sekunder

• Merancang Proses (Rangkaian Kegiatan) KP

Proses Umum KP Regional dan Lintas-Sektor

Jadwal KP Regional dan Lintas-Sektor

• Menentukan Tim Kerja KP

Tim Pemerintah (Ditjen Bina Bangda)

Tim CSO/FPPM

Tim Bersama

Tim Fasilitator

Tim Sekretariat

• Skema Pendanaan KP

Page 71: Memfasilitasi Konsultasi Publik

48

BAB-5. MERENCANAKAN KONSULTASI PUBLIK

PEMETAAN AKTOR

Proses Konsultasi Publik (KP) yang inklusif sebagai bagiandemokrasi deliberatif memerlukan keterlibatan pemangkukepentingan dan warga masyarakat. Perencanaan KP tidak

saja difokuskan pada pencapaian tujuan, tetapi juga perlu membukapartisipasi peserta sehingga menghasilkan masukan secara memadai.Rangkaian tahapan KP, mulai dari pengembangan gagasan draftkebijakan sampai perumusan hasil KP, harus menempatkanmasyarakat sebagai pelaku (subyek) dan mitra pemerintah.

Sebelum melaksanakan proses KP, Tim Bersama terlebih dahulumelakukan pemetaan aktor atau analisis stakeholders yang akanterlibat dalam proses. Pemetaan aktor ini menentukan efektivitaspembagian peran dari masing-masing aktor yang terlibat dalam KP.Pemetaan aktor juga berpengaruh terhadap kualitas masukan daninformasi yang dibutuhkan dalam membentuk suatu peraturanperundang-undangan. Untuk itu, setiap anggota tim salingmengingatkan agar pemilihan tetap mengacu pada tujuan dan ruanglingkup KP.

Ada beberapa teknik yang digunakan dalam pemetaan aktor ini.Mengacu pada pengalaman pelaksanaan KP di berbagai tempat,identifikasi aktor antara lain dilakukan dengan memperhatikan:

• Keterwakilan sektor: berupa komposisi baik dari pihak pemerintah,lembaga masyarakat, perusahaan, maupun individual yangmempunyai kepentingan dan perhatian terhadap materiperaturan;

• Legitimasi: berupa kewenangan, mandat, dan representasi darikelompok terkait jaringan

• Sumberdaya: berupa potensi pengetahuan, informasi, danpengalaman yang dimiliki terkait materi peraturan;

• Kapasitas pengembangan kebijakan: berupa pengetahuan dankemampuan untuk mengembangkan strategi danmempengaruhi publik;

• Sebaran geografis: berupa keterwakilan sebaran daerah diberbagai tingkat komunitas dan wilayah.

Page 72: Memfasilitasi Konsultasi Publik

49

BAB-5. MERENCANAKAN KONSULTASI PUBLIK

Aktor-aktor yang terlibat dalam proses KP RPP-T2CP2EPRPD olehTim Bersama diidentifikasi sebagai primary actor dan secondary actor.Primary actor di antaranya mencakup pihak yang mempunyaikewenangan mengambil keputusan dalam KP. Sedangkan secondaryactor adalah pihak yang terpengaruh atau terkena dampak peraturanperundang-undangan yang akan dirumuskan dalam KP.

Pemetaan aktor dilakukan dengan mengidentif ikasi danmenganalisa aktor serta kepentingannya terhadap RPP ini. Inti daripemetaan aktor ini adalah untuk mengetahui kepentingan setiappihak (kepentingannya apa?) dan pembagian kerja (siapa akanmelakukan apa?) dalam perumusan RPP ini. Hasil dari pemetaan aktordan kepentingan ini dapat dijadikan strategi pelibatan setiap aktordalam proses KP.

Dari pemetaan tersebut diperoleh gambaran aktor seperti terteradalam Tabel-5.1.

Tabel-5.1 Pemetaan Aktor

Aktor Kepentingan Taraf

Kepentingan Peran Strategi

Primary Actor Direktur Perencanaan Daerah (Bangda)

- Tugas pokok dan fungsi berjalan

- Prestasi +++ Penanggung

Jawab Lobby

Tim Inti Bangda - Tugas terlaksana - Prestasi

++++ Pelaksana Technical assistance

Tim CSO (FPPM)

- Isu-isu good governance dan keberpihakan diakomodasi

++++ Tim Technical Assistance

Kerjasama advokasi

Secondary Actor Lembaga Donor (GTZ, CIDA, DRSP, LGSP)

- Program berjalan - Citra/pengaruh

++ Lobby Pendanaan Input teknis

Bappenas; BAKD; Depkeu

- Sinkronisasi + Sinkronisasi Aturan

Koordinasi

Bappeda - Pengguna kebijakan - Aturan aplikatif - Tidak intervensi

++ Pengguna, Input Pelibatan (Konsultasi Publik)

CSO Lokal - Aturan berpihak ++ Pengguna, Input Pelibatan (Konsultasi Publik)

Pers - Berita + Penyediaan informasi Diseminasi

Page 73: Memfasilitasi Konsultasi Publik

50

BAB-5. MERENCANAKAN KONSULTASI PUBLIK

Selain berbagai pertimbangantersebut, Tim CSO/FPPM jugamempunyai kepentingan untukmerekomendasikan peserta dari LSMmaupun akademisi yang potensialsebagai pembicara (spokes person)untuk menyuarakan isu-isu strategis.Terutama karena dalam prosespenyusunan RPP masih ada beberapaisu strategis yang belum cukupterakomodasi, yaitu isu pro-poor danisu gender.

Kehadiran mereka diharapkan akan memunculkan isu-isutersebut dan tercatat sebagai masukan peserta KP. Hal ini pentingdilakukan karena pembahasan selanjutnya selalu didasarkan padapasal-pasal yang diberi masukan saja.

MERANCANG PROSES (RANGKAIAN KEGIATAN)KONSULTASI PUBLIK

Adalah penting bagi tim penyusun RPP untuk menyepakatirangkaian proses KP yang akan dilaksanakan. Setiap anggota timperlu memahami pembagian tugas dan tahapan waktu kegiatan.Salah satu masukan dari CSO yang terlibat dalam tim penyusun RPPadalah menjaga agar tahapan dan proses KP dirancang semaksimalmungkin untuk melibatkan berbagai kelompok masyarakat yangberkepentingan.

Melalui satu pertemuan, Tim Bersama akhirnya menyepakatibahwa pelaksanaan KP regional berlangsung di empat kota. Keempatkota itu adalah Surabaya, Medan, Makasar, dan Denpasar. Surabayamenjadi tuan rumah KP untuk wilayah Jawa. Medan menjadi tuanrumah KP untuk wilayah Sumatera. Makasar mejadi tuan rumah KPuntuk wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua. Sedangkan Denpasarmenjadi tuan rumah KP untuk wilayah Bali, Nusa Tenggara, danKalimantan. Setelah KP regional selesai, diselenggarakanlah KP lintas-sektor di Jakarta.

Page 74: Memfasilitasi Konsultasi Publik

51

BAB-5. MERENCANAKAN KONSULTASI PUBLIK

Secara garis besar Tim Bersama menyepakati rangkaian proses KPseperti tergambar dalam Tabel-5.2.

Tabel-5.2 Rangkaian Proses KP Regional dan Lintas-Sektor

Dalam diskusi diperhatikan juga penjadwalan untuk menjaminagar proses KP mengakomodasi agenda tim. Misalnya, menyesuaikanjadwal kegiatan dengan agenda kerja instansi pemerintah terkait.Meski demikian, keterlibatan publik secara luas juga menjadipertimbangan dalam penyepakatan jadwal proses KP.

Dalam diskusi di bulan Juni 2006, pihak Bangda mengungkapkankeinginannya agar proses KP bisa berakhir pada Agustus 2006. NamunTim CSO/FPPM kemudian memberikan masukan agar jadwal kerjajuga memperhatikan keterlibatan stakeholders untuk menghasilkanoutput yang optimal. Sedangkan, proses KP yang melibatkan

Target Group No. Tahapan Langkah-langkah Metode

Jumlah Unsur

Penyusunan naskah akademis

Assessment, survey 30 - 40

Pengambil kebijakan, masyarakat sipil, lembaga donor, masyarakat yang terkena dampak langsung kebijakan.

Kritisi draft awal dan identifikasi isu

Pemaparan draft, diskusi kelompok terfokus, diskusi pleno

30-40 Pengambil kebijakan, tim kerja, akademisi, donor

1. Perumusan draft

Elaborasi masukan draft awal

Konsinyering pembahasan pasal per pasal

20 Tim inti dan pengambil kebijakan

Konsultasi regional/spasial

Pemaparan draft, diskusi kelompok terfokus, diskusi pleno

40-50 Pengambil kebijakan, tim kerja, akademisi, donor, Pemda, LSM

2. Konsultasi Publik

Konsultasi lintas- sektor

Pemaparan draft, diskusi kelompok terfokus, diskusi pleno

40-50 Pengambil kebijakan, tim kerja, akademisi, donor , Pemda, LSM

Elaborasi input spasial

Diskusi pasal per pasal

20 Tim inti dan pengambil kebijakan

3 Elaborasi masukan KP Elaborasi input

sektoral Diskusi pasal per pasal 20

Tim inti dan pengambil kebijakan

Page 75: Memfasilitasi Konsultasi Publik

52

BAB-5. MERENCANAKAN KONSULTASI PUBLIK

stakeholders secara masif memerlukan waktu yang relatif lama.Akhirnya, meskipun Tim Bersama menyepakati target maksimalagenda perumusan RPP sampai dengan Agustus 2006, tidak tertutupkemungkinan untuk diundur sesuai dengan proses yangberkembang.

Jadwal kegiatan KP regional yang disepakati Tim Bersama dapatdilihat dalam Tabel-5.3.

Tabel-5.3 Jadwal KP Regional

Setiap KP regional direncanakan berlangsung selama tiga hari.Dalam pertemuan pertemuan tersebut agenda pembahasan terdiriatas penjelasan umum mengenai RPP, diskusi kelompok, danperumusan hasil diskusi. Diharapkan setiap pertemuan dihadiri olehmaksimun 40 peserta, termasuk anggota Tim Bersama. Sedangkanuntuk undangan, perbandingan antara pemerintah dan NGO adalah70 berbanding 30. Sedangkan KP lintas-sektor disepakati untukdilaksanakan di Jakarta dengan mengundang berbagai pihak daridepartemen dan lembaga negara lainnya yang terkait dengan materiRPP-T2CP2EPRPD.

Realisasi seluruh proses ini pada akhirnya memerlukan waktuselama 5 bulan. RPP-T2CP2EPRPD baru selesai dirumuskan pada bulanOktober 2006. Kemunduran jadwal ini disebabkan lamanya proseselaborasi hasil rapat konsinyering yang melakukan rekonstruksiterhadap pasal per pasal yang sebelumnya telah dirumuskan olehTim Bangda.

Region Cakupan Lokasi Waktu

Jawa Jawa Surabaya 25 – 28 Juli

Sumatera Sumatera Medan 2 – 5 Agustus

Sulawesi Sulawesi, Maluku, Papua Makasar 2 – 5 Agustus

Bali Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan Denpasar 8 – 11 Agustus

Page 76: Memfasilitasi Konsultasi Publik

53

BAB-5. MERENCANAKAN KONSULTASI PUBLIK

MENENTUKAN TIM KERJA KP

Seperti yang diungkapkan sebelumnya, KP yang dirancang untukproses penyusunan RPP-T2CP2EPRPD bukanlah merupakan satukegiatan (event) melainkan proses atau rangkaian kegiatan publicdeliberation perumusan kebijakan. KP merupakan proses, mulai daripersiapan, pelaksanaan forum musyawarah di daerah dan pusat,sampai pengambilan keputusan perumusan suatu peraturanperundang-undangan. Oleh karenanya, keterlibatan warga adalahsebagai subyek dari pembentukan peraturan perundang-undangan.

Tim yang bertugas memfasilitasi proses KP idealnya merupakantim bersama yang mewakili unsur pemerintah sebagai inisiator/penanggungjawab dan tim CSO yang mewakili unsur non-pemerintah dengan kriteria tertentu8 . Keterlibatan unsur CSOsebagai tim fasilitator ditujukan untuk menjamin agar kebijakan yangdirumuskan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi nyata di lapangan.

Anggota tim dari unsur pemerintah adalah unit kerja yangmemiliki tugas dan fungsi yang terkait dengan isu yang akandirumuskan dalam peraturan perundang-undangan. Namun apabilakebijakan yang akan dirumuskan mencakup isu yang lebih luas ataudi luar tugas dan fungsi unit kerja, maka anggota tim dari unsurpemerintah haruslah terdiri atas perwakilan unit-unit kerja yang lain,baik dari intra maupun inter-departemen. Tujuannya agar kebijakanyang dirumuskan dapat konsisten dan sinkron dengan peraturanperundang-undangan lain yang berlaku.

Dalam kasus perumusan RPP-T2CP2EPRPD, Tim Bersama yangberasal dari unsur pemerintah hanya berasal dari unsur DirektoratJenderal (Ditjen) Bina Pembangunan Daerah di bawah koordinasiDirektur Perencanaan Pembangunan Daerah. Padahal RPP ini terkaitdengan direktorat jenderal lain seperti Bina Administasi KeuanganDaerah (BAKD), Pemerintahan Umum (PUM), dan Otonomi Daerah(Otda). Bahkan terkait pula dengan instansi dan departemen lain di

___________________________________________

8 Dalam kasus perumusan naskah undang-undang dan peraturan daerah, TimBersama dapat ditambah dari unsur legislatif.

Page 77: Memfasilitasi Konsultasi Publik

54

BAB-5. MERENCANAKAN KONSULTASI PUBLIK

luar lingkungan Depdagri, seperti Badan Perencanaan PembangunanNasional (Bappenas) dan Departemen Keuangan9 .

Meski demikian ketidakterlibatan instansi lain sebagai timbersama unsur pemerintah kemudian disiasati. Mereka dilibatkandalam KP lintas-sektor dan proses harmonisasi peraturan perundang-undangan di Departemen Hukum dan HAM (Depkumham).

Keterlibatan Tim CSO sebagai unsur yang mewakili masyarakatsipil setidaknya perlu memiliki kriteria tertentu yang disepakati danbersifat kontekstual. Beberapa kriteria antara lain: memilikipengetahuan atau wawasan terhadap tema kebijakan yang akandirumuskan, berpengalaman di tataran lapangan terkait terhadapisu yang dibahas, memiliki jaringan dengan perhatian yang sama,serta berpihak pada kebutuhan rakyat.

Selama penyusunan RPP-T2CP2EPRPD, selain terdapat seorangKoordinator Tim Bersama, di dalam masing-masing tim, baik timpemerintah dan maupun Tim CSO/FPPM, terdapat juga seorangkoordinator.

Koodinator tim dari unsur pemerintah ditentukan secara internaldan ditetapkan dengan Surat Keputusan (SK) dari pimpinan instansi.Surat keputusan ini merupakan bentuk akuntabilitas administrasi dananggaran. Kriteria koordinator tim dari unsur pemerintah didasarkanpada kualif ikasi dan kompetensi yang berlaku di instansibersangkutan.

Sedangkan koordinator Tim CSO/FPPM ditentukan ataskesepakatan anggota Tim CSO/FPPM. Mereka mendelegasikan agarkoordinator tim berperan dalam memfasilitasi penyusunan substansiyang perlu disepakati dan melakukan pengorganisasian teknis prosesKP.

Selain terlibat secara penuh pada setiap tahapan perumusankebijakan, disepakati pula bahwa tim fasilitator bertugas memfasilitasidiskusi pada setiap pembahasan kebijakan. Agar tidak ada jarak di

___________________________________________

9 Perlunya keterlibatan direktorat maupun departemen lain di luar Depdagri,mengingat perumusan RPP-T2CP2EPRPD akan terkait dengan prosespenganggaran daerah yang merupakan tanggung jawab Dirjen BAKD, danStandar Pelayanan Minimal yang menjadi tenggung jawab Dirjen Otda.Keterlibatan Bappenas menjadi penting dalam penyusunan RPP ini untukmenjamin sinkronisasi kebijakan perencanaan nasional.

Page 78: Memfasilitasi Konsultasi Publik

55

BAB-5. MERENCANAKAN KONSULTASI PUBLIK

antara peserta, fasilitator dipilih dari unsur non-pemerintah.Sedangkan pimpinan tim untuk konsultasi regional disepakati berasaldari Bangda Depdagri. Penjelasan tentang mandat, kewenangan,kriteria, dan peran fasilitator KP dapat dilihat di Bab-11 buku ini.

Dukungan sekretariat yang memadai juga menjadi penentuketerlibatan masyarakat sipil dalam proses KP. Terlebih padakenyataan sekretariat dikelola oleh kalangan CSO dan didukung olehjaringan masyarakat sipil yang luas. Sekretariat juga berperan dalammenjalin komunikasi antara Tim CSO/FPPM dan Tim BangdaDepdagri. Sedangkan keberadaan sekretariat di lingkungan kantorBangda Depdagri membantu proses birokrasi administrasi yangterkait dengan RPP tersebut. Selain itu, keberadaannya juga berperandalam memantau dinamika internal yang terjadi di pemerintahan.

Di sisi lain, sekretariat bukan sekadar mendukung dari segiadministrasi, tetapi juga terlibat aktif dalam pendokumentasian prosesdan kegiatan. Sekretariat juga melakukan pencatatan prosesmengenai keterlibatan masyarakat sipil dan substansi yang dibahaspada perumusan kebijakan. Dokumentasi ini merupakan salah satubentuk akuntabilitas. Di dalamnya tercakup hal-hal yang terkaitdengan upaya-upaya yang telah dilakukan, hambatan yang dihadapi,dan isu-isu yang diakomodasi dalam kebijakan tersebut.

SKEMA PENDANAAN KP

Pada tahap perencanaan, sebagai tindak lanjut dari membangunkesepahaman yang tertuang dalam Memorandum of Understanding(MoU), Tim CSO/FPPM dan Tim Bina Bangda perlu menyepakatisumber pendanaan penyelenggaraan KP. Kesepakatan skemapendanaan terutama dilakukan untuk menjawab pertanyaan kunci,"Siapa akan mendanai apa?".

Akuntabilitas dari skema pendanaan diperlukan untuk menjagaagar tidak terjadi tumpang tindih pendanaan untuk membiayaisebuah kegiatan yang sama. Hal ini mengingat departemen yangmenjadi penanggungjawab perumusan RPP telah memiliki RencanaKerja dan Anggaran (RKA-KL) tersendiri yang dibiayai oleh APBN.

Untuk mendukung penyelenggaraan KP, dalam pertemuan timmuncul dukungan lain dari sejumlah lembaga donor dalam bentuk

Page 79: Memfasilitasi Konsultasi Publik

56

BAB-5. MERENCANAKAN KONSULTASI PUBLIK

pembiayaan pelaksanaan KP regional dan lintas-sektor. Lembagadonor yang menyatakan komitmennya adalah CIDA, LGSP, dan GTZ.Dengan demikian pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut akandidanai bersama-sama oleh DRSP, CIDA, LGSP, dan GTZ. Sedangkanbesaran partisipasi masing-masing lembaga donor bervariasi.Dukungan pendanaan keseluruhan proses KP penyusunan RPPT2CP2EPRPD, tergambar dalam Tabel-5.4.

Tabel-5.4 Dukungan Pendanaan Penyelenggaraan KP

Region Cakupan Lokasi Kontribusi

Transportasi Kontribusi Akomodasi

Jawa Jawa Surabaya

CIDA DRSP LGSP PEMDA USAID

FPPM

Sumatera Sumatera Medan

CIDA DRSP LGSP PEMDA USAID

FPPM

Sulawesi Sulawesi Maluku Papua

Makasar

CIDA DRSP LGSP PEMDA USAID

CIDA

Bali Bali Nusa Tenggara Kalimantan

Denpasar

CIDA DRSP GTZ LGSP PEMDA USAID

CIDA

Lintas-Sektor Jakarta PEMDA CIDA

Page 80: Memfasilitasi Konsultasi Publik

57

BAB-6. PELAKSANAAN KONSULTASI PUBLIK REGIONAL

BAGIAN-3PELAKSANAAN

KONSULTASI PUBLIK

Page 81: Memfasilitasi Konsultasi Publik

58

BAB-6. PELAKSANAAN KONSULTASI PUBLIK REGIONAL

Page 82: Memfasilitasi Konsultasi Publik

59

BAB-6. PELAKSANAAN KONSULTASI PUBLIK REGIONAL

BAB-6Pelaksanaan KonsultasiPublik Regional

• Persiapan Pelaksanaan KP Regional

Penyamaan Pandangan Tim tentang Tujuan dan Proses

Penyiapan Materi, Alat, dan Bahan

Komunikasi dan Koordinasi dengan “Tuan Rumah“

• Peserta KP Regional

• Pelaksanaan KP Regional

Agenda KP Regional

Proses Pelaksanan KP Regional

• Mendokumentasikan Proses dan Hasil KP Regional

• Merumuskan Hasil KP Regional

Page 83: Memfasilitasi Konsultasi Publik

60

BAB-6. PELAKSANAAN KONSULTASI PUBLIK REGIONAL

PERSIAPAN PELAKSANAAN KP REGIONAL

Konsultasi Publik (KP) regional merupakan tahap utamadalam proses KP RPP-T2CP2EPRPD. Tahapan in imelibatkan warga lebih luas, khususnya pengguna

kebijakan dan warga yang menjadi kelompok sasaran darikebijakan tersebut. Tahap ini dilakukan untuk mengetahuikesesuaian draft kebijakan yang dirumuskan dengan kebutuhanwarga dengan mempertimbangkan berbagai aspirasi yangberkembang di masyarakat.

KP regional atau spasial dimaksudkan untuk mengkaji rencanapenerapan kebijakan dan disesuaikan dengan kondisi di berbagaidaerah yang berbeda-beda. Untuk itu KP spasial perlumempertimbangkan keterwakilan karakteristik daerah di wilayahIndonesia.

Salah satu hal menarik dari proses penyusunan RPP-T2CP2EPRPDadalah masukan-masukan terhadap urutan kegiatan KP regional dansektoral. Para peserta KP regional dari 4 wilayah menghendaki agarKP sektoral pemerintah pusat dilakukan terlebih dahulu sebelum KPdi daerah. Mereka berharap sebelum pelaksanaan KP di daerah,elemen-elemen pemerintahan yang ada di pusat telah mempunyaipersamaan persepsi mengenai regulasi yang sedang disusun.Dengan demikian, tidak ada penyusunan regulasi yang tumpangtindih atau bertentangan dengan yang lainnya.

Harapan ini muncul karena ternyata terdapat beberapa substansiperaturan perundangan-undangan yang tidak sinkron di antara satuperaturan dengan yang lainnya. Misalnya, peraturan yang berkaitandengan RPJMD. Di satu sisi, berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004disebutkan bahwa RPJMD ditetapkan dengan peraturan daerah.Sedangkan berdasarkan UU No. 25 Tahun 2004 disebutkan RPJMDditetapkan dengan peraturan kepala daerah. Perbedaan ini membuatbingung pengimplementasian di tingkat pemerintah daerah.

Namun kenyataannya, pemerintah pusat (Bangda Depdagriselaku lembaga penyusun RPP) berpendapat sebaliknya. KP regionaldilakukan sebelum konsultasi lintas sektoral. Menurut pihak BangdaDepdagri, gagasan dan masukan dari daerah justru diperlukansebagai dasar argumen dalam KP lintas-sektor.

Page 84: Memfasilitasi Konsultasi Publik

61

BAB-6. PELAKSANAAN KONSULTASI PUBLIK REGIONAL

Terlepas dari semua wacana tersebut, ada pemahaman yang samayaitu bagaimana menghasilkan sebuah peraturan perundang-undangan yang operasional dan sinkron dengan peraturanperundang-undangan yang ada. Selain itu, ada keinginan kuat daripemerintah pusat untuk mendengarkan suara daerah sehinggaproses penyusunan kebijakan menjadi lebih partisipatif.

Dalam konteks itu, persiapan menjelang kegiatan KP regionalmenjadi penting. Sebelum disampaikan kepada peserta KP regional,Tim Bersama mencermati dan memperbaiki kembali draft RPP-T2CP2EPRPD. Perbaikan tidak saja pada materi RPP, tetapi jugadilakukan penyuntingan kata atau kalimat yang dinilai kurang pas.Semua perbaikan ditujukan agar pasal-pasal yang ada di dalamnyabisa lebih tajam dan lebih operasional. Penajaman juga dilakukanagar pertautan antar-pasal menjadi lebih kuat dan saling melengkapi.

Persiapan tentu saja tidak hanya dilakukan pada materi peraturanyang akan dibawa dalam KP. Anggota tim juga melakukan persiapanlainnya, misalnya berkoordinasi dengan berbagai pihak, terutamadengan jaringan instansi pemerintah dan lembaga di daerah yangmenjadi lokasi pelaksanaan KP regional.

Dalam persiapan, diidentifikasi pula beberapa hal yang akanmempengaruhi proses KP. Hal yang diperhatikan agar rencana bisaterealisasikan di antaranya adalah aspek pendukung menyangkutkonfirmasi waktu, bahan-bahan presentasi atau dokumen terkait, alattulis, dan ketersediaan perlengkapan pertemuan. Tim jugamengembangkan hubungan, terutama hubungan personal, denganjaringan yang ada di daerah, baik dengan unsur pemerintah, CSO,maupun donor yang terlibat. Dari hubungan ini diperoleh masukanberharga mengenai karakteristik peserta dan hal-hal lain terkaitkondisi yang khas di setiap daerah.

PESERTA KP REGIONAL

KP regional RPP-T2CP2EPRPD dilakukan dengan memperhatikanrepresentasi wilayah dan peserta. Hal itu bisa terlihat dari rencanaketerlibatan peserta yang tertera dalam Tabel-6.1

Page 85: Memfasilitasi Konsultasi Publik

62

BAB-6. PELAKSANAAN KONSULTASI PUBLIK REGIONAL

Tabel-6.1 Komposisi Peserta KP Regional

Penentuan lokasi KP dilakukan oleh Tim Bersama denganmemperhatikan faktor jarak dan letak. Lokasi ditetapkan berada ditempat yang strategis dan mudah terjangkau oleh peserta. Dalam halini diperhatikan pula ketersediaan sarana dan prasarana transportasi,serta kemudahan akses dari tempat asal peserta.

Pemilihan peserta yang diikutsertakan dalam KP regionalditentukan berdasarkan representasi dari masing-masing unsur danwilayah. Pertimbangan lain dalam pemilihan peserta juga didasarkanpada kriteria dari daerah yang diikutsertakan. Pelibatan pemerintahankabupaten/kota dalam KP regional didasarkan pada inovasi dankapasitas dari masing-masing daerah dalam aspek perencanaanpembangunan. Sedangkan pelibatan LSM sebagai pesertadidasarkan pada tingkat perhatian mereka terhadap isu kebijakanyang dirumuskan.

Sesuai dengan kesepakatan sebelumnya, komposisi peserta dimasing-masing KP regional mempergunakan proporsi 70:30. Proporsiuntuk unsur pemerintahan daerah lebih besar, yaitu 70 persen.Sedangkan kelompok masyarakat sipil memperoleh kuota 30 persendari jumlah peserta. Komposisi ini ditetapkan berdasarkan asumsibahwa pengguna utama dari kebijakan ini adalah pemerintah daerah.

Region Cakupan Lokasi Komposisi Peserta

Jawa Jawa Surabaya 6 Pemerintah Provinsi

9 NGO/akademisi

15 Pemkab/Pemkot

Sumatera Sumatera Medan 10 Pemerintah Provinsi

11 Pemkab/Pemkot

9 NGO/akademisi

Sulawesi Sulawesi

Maluku

Papua

Makasar 10 Pemerintah Provinsi

11 Pemkab/Pemkot

9 NGO/akademisi

Bali Bali

Nusa Tenggara

Kalimantan

Denpasar, 7 Pemeritah Povinsi

14 Pemkab/Pemkot

9 NGO

Page 86: Memfasilitasi Konsultasi Publik

63

BAB-6. PELAKSANAAN KONSULTASI PUBLIK REGIONAL

Pengiriman delegasi untuk terlibat dalam proses KP regional initernyata merupakan pengalaman baru bagi beberapa daerah.Mereka kemudian berharap agar usulan masing-masing bisadiakomodasi dalam penyusunan draft RPP ini.

PELAKSANAAN KP REGIONAL

Agenda KP Regional

Ketersediaan waktu menjadi pertimbangan lain dalampenyelenggaraan KP regional. Waktu yang kurang memadai akanmengakibatkan proses KP ini menjadi sekadar justifikasi, karenaproses dan keterlibatan peserta menjadi tidak optimal. Dalampenyusunan jadwal, hal itu sangat diperhatikan karena berpengaruhpada tingkat kehadiran dan tingkat keaktifan peserta dalam forumdiskusi.

Agenda kegiatan disusun sedemikian rupa dengan tetapmempertimbangkan kebutuhan peserta, misalnya saja kebutuhanuntuk beristirahat. Pihak penyelenggara memberikan jangka waktuantara batas kehadiran peserta ke lokasi kegiatan dengan waktudimulainya kegiatan tersebut. Hal ini dimaksudkan agar pesertamemiliki waktu yang cukup untuk istirahat dan memastikan kehadiranpeserta yang lain. Waktu luang ini dipergunakan untuk mencairkansuasana melalui perkenalan informal.

Penyusunan jadwal yang ramah terhadap peserta ini memberikankontribusi yang lebih konstruktif terhadap proses KP. Meski demikian,perumusan jadwal tetap memperhatikan efektivitas dan efisiensiwaktu sehingga tujuan KP dapat dicapai. Penyusunan jadwal tersebutbisa dilihat dalam Tabel-6.2.

PROSES PELAKSANAAN KP

Dalam pelaksanaannya, proses KP RPP-T2CP2EPRPD diawalidengan presentasi tema-tema penting yang tertuang dalam RPP.Setelah diskusi dan tanya jawab, peserta kemudian dibagi dalamkelompok berdasarkan tema-tema besar yang terdapat di dalam draftRPP ini.

Page 87: Memfasilitasi Konsultasi Publik

64

BAB-6. PELAKSANAAN KONSULTASI PUBLIK REGIONAL

WAKTU AGENDA

Hari ke 1, Rabu 26 Juli 2006

13.00-14.00 Peserta chek-in di hotel

14.00-17.00 Diskusi Persiapan Tim ( Fasilitator : Bangda, CIDA, GTZ,LGSP,DRSP )

19.30-21.00 Makan Malam Bersama, Perkenalan, dan Pejelasan Alur Proses Acara

Hari ke 2, Kamis 27Juli 2006

08.00 – 08.30 Registrasi Peserta

8.30. – 10.00. Presentasi Tema -Tema Penting RPP

Fasilitator: DR. Apriadi S. Hasibuan,MPA.M.Com ( Ec ) Bangda, Depdagri

10.00 – 11.00 Presentasi Subtansi Pasal-pasal RPP

Fasilitator: Tim Bangda

11.00 – 12.00 Tanya Jawab

Fasilitator: Tim Bangda

12.00 – 13.00 ISHOMA

13.00 - 15.30 Diskusi Kelompok Berdasarkan Tema dan Usulan Perbaikan Pasal-pasal RPP

Fasilitator: Tim Bangda

15.30 - 16.30 Pleno Pembahasan RPP

Fasilitator Tim Bangda

16.30 – 17.00 Kesimpulan & Penutup

Hari ke 3, Jum’at 28 Juli 2006

08.30 – 10.00 Penyempurnaan RPP dan Elaborasi Masukan

10.00 – 11.00 Evaluasi dan Penutupan

11.30 -12.00 Check out Peserta

Tabel-6.2 A genda KP Regional

Page 88: Memfasilitasi Konsultasi Publik

65

BAB-6. PELAKSANAAN KONSULTASI PUBLIK REGIONAL

Pembagian kelompok ini dilakukan dengan memperhatikanrepresentasi dari unsur peserta yang dilibatkan, termasuk spesifikasiatau kapasitas peserta terhadap isu yang didiskusikan. Tim Bersamaberperan sebagai sumber informasi, terutama berkaitan dengan hal-hal yang belum jelas dalam draft RPP.

Setiap kelompok diminta untuk memilih pimpinan kelompokyang bertugas memfasilitasi diskusi, dan seorang sekretaris sebagaipencatat proses. Hal ini dilakukan untuk menimbulkan rasa memilikidari peserta terhadap draft kebijakan yang disusun. Namun demikian,Tim Bersama yang ikut mengawal RPP ini juga turut mencatat hasildiskusi untuk menjamin pendokumentasian hasil diskusi.

Hasil pembahasan diskusi kelompok, dipresentasikan olehmasing-masing kelompok untuk memperoleh tanggapan darikelompok lain dan bertujuan untuk mempertajam hasil diskusi. Padaakhir proses fasilitasi ini, disepakati rencana tindak lanjut dari hasildiskusi untuk dielaborasi dan langkah-langkah selanjutnya yang perludilakukan.

10 AGUSTUS 2006 KONSULTASI PUBLIK DI BALI09.00-09.30 PembukaanAcara pembukaan dilakukan dengan kata sambutan dariKepala Bappeda Bali dan dilanjutkan dengan pengantartentang RPP oleh Pak Fasli Siregar selaku Direktur Bangda.

09.30 - 12. 00 Presentasi RPP dan Tanya JawabPresentasi dan diskusi. Presentasi tema-tema penting RPPdilakukan oleh Pak Afriadi dan dibantu oleh Pak Dindin.Setelah dilakukan presentasi RPP kemudian dilanjutkandengan presentasi tentang anggaran dan prakiraan maju(MTEF) oleh Pak Dixon. Hasil presentasi kemudian dilanjutkandengan tanggapan (pertanyaan) oleh peserta.Diskusi kelompok. Selesai melakukan sesi tanya jawab, pesertalangsung dibagi untuk masuk kedalam kelompok-kelompok.Pembagian kelompok dilakukan oleh panitia berdasarkandaftar hadir.....

Contoh Format Dokumentasi Proses KP

Page 89: Memfasilitasi Konsultasi Publik

66

BAB-6. PELAKSANAAN KONSULTASI PUBLIK REGIONAL

LAPORAN (REPORTASE) KP RPP"Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan

Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah"9 - 11 Agustus 2006, Hotel Jatra, Kuta - Bali

_____________________________________________________________

9 Agustus 2006. Jam 21.00 WitaMenurut jadual acara, seharusnya acara sudah dimulai pada pukul16.00 Wita yaitu rapat panitia dan dilanjutkan dengan makanmalam. Setelah makan malam ada kegiatan lagi yaitu perkenalanantara peserta dan panitia dan dilanjutkan dengan presentasi alurproses konsultasi publik. Akan tetapi, acara yang dilaksanakan tidaksesuai dengan jadual acara tersebut. Hal ini dikarenakankedatangan panitia yang terlambat yaitu baru datang semuanyapada pukul 20.00 Wita dan langsung makan malam. Setelah makanmalam selesai barulah dilaksanakan kegiatan.

Kegiatan dilaksanakan pada pukul 21.00 Wita dengan pembahasantentang MTEF yang di presentasikan oleh Pak Geoffreg Lewis Dixondari CIDA GRS II sebagai narasumber. Acara ini sendiri dibuka olehPak Fasli Siregar.

Adapun yang hadir pada sesi ini berjumlah 26 orang yang terdiridari: Bangda16 orang; Pemda 2 orang; LSM 4 orang; Donor 4 orang.

....

Contoh Format Dokumentasi Proses KP

MENDOKUMENTASIKAN PROSES DAN HASIL KP

Seperti diungkapkan pada bagian sebelumnya, dokumentasimerupakan media untuk mendorong akuntabilitas proses KP.Setidaknya, terdapat 3 jenis pendokumentasian yang diperlukandalam proses KP, yakni dokumentasi proses, dokumentasi sebagaireportase, dan dokumentasi hasil.

Dokumentasi proses merupakan transkrip dari seluruh proseskegiatan. Diperlukan alat perekam seperti tape recorder atau voicerecorder, alat tulis, dan buku atau notebook. Dokumentasi proses dapatdijadikan alat verifikasi suatu masukan terhadap rancangan peraturanperundang-undangan yang disusun.

Melalui dokumentasi ini dapat diketahui proses diskusi sebagailatar belakang suatu masukan. Selanjutnya dokumen bisa menjadipenjelasan tentang suatu klausul atau maksud perubahan/penyempurnaan suatu pasal.

Page 90: Memfasilitasi Konsultasi Publik

67

BAB-6. PELAKSANAAN KONSULTASI PUBLIK REGIONAL

Dokumentasi sebagai bentuk reportase diperlukan sebagai alatpublikasi sekaligus akuntabilitas mengenai perkembangan aktualdalam pembahasan kebijakan. Oleh karenanya dokumentasi yangdilakukan dalam bentuk reportase diperlukan untuk menekankan isu-isu yang mencuat dalam suatu proses pembahasan.

Sementara itu, pendokumentasian hasil diskusi dimaksudkanuntuk mempercepat elaborasi masukan pasal-per pasal dalamperumusan kebijakan. Dokumentasi ini hanya mencatat hasil-hasilperubahan pasal yang telah disepakati. Sedangkan isu-isu yangterkait dengan perubahan suatu pasal dapat dilihat pada dokumentasiproses.

Batang Tubuh Penjelasan Usulan Perubahan

Pasal 8 Pasal 8

Badan Perencanaan Daerah bersama pemangku kepentingan lainnya menyusun Rancangan Awal RPJMD dengan berpedoman pada RPJPD dan memperhatikan RPJM Nasional, kondisi lingkungan strategis di daerah, serta hasil evaluasi terhadap pelaksanaan RPJMD periode yang lalu.

Ayat (1) Cukup jelas

Surabaya Kata “Badan Perencanaan Daerah” ditambahkan menjadi “Badan atau Lembaga Perencanaan Daerah...” Makasar Setelah kata” RPJMD” tambah kata “bagi Provinsi” Medan Kata “bersama” diganti dengan melibatkan, tambah kata “dalam” menjadi:

Badan Perencanaan Daerah melibatkan pemangku kepentingan lainnya dalam menyusun Rancangan Awal RPJMD..... Bali Tambahan penjelasan

Khususnya untuk Rancangan awal RPJMD Kabupaten/Kota, selain berpedoman pada RPJM Nasional juga mengacu pada RPJM Provinsi.

Contoh Format Dokumentasi Hasil KP

Page 91: Memfasilitasi Konsultasi Publik

68

BAB-6. PELAKSANAAN KONSULTASI PUBLIK REGIONAL

MERUMUSKAN HASIL KP REGIONAL

Setelah melakukan KP regional, tahapan selanjutnya adalahmengelobarasi masukan-masukan ke dalam draft kebijakan yangsedang disusun. Dapat dikatakan proses elaborasi masukan inimerupakan inti dari KP yang partisipatif dan deliberatif. Tahapanelaborasi terdiri atas penyiapan bahan dan diskusi pembahasanmasukan KP.

Usulan dan masukan diolah dan ditulis dalam format tabel. Dalamformat tabel, masukan KP akan mudah dibaca. Tabel terdiri atasbeberapa kolom yang masing-masing berisi pasal (asli), penjelasanpasal (asli), dan usulan perubahan disertai nama wilayah pengusul.

Page 92: Memfasilitasi Konsultasi Publik

69

BAB-6. PELAKSANAAN KONSULTASI PUBLIK REGIONAL

Contoh Perumusan Hasil KP

Batang Tubuh Penjelasan Usulan Perubahan

Pasal 3 Pasal 3

(1) Tahapan penyusunan perencanaan pembangunan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disebut Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), dan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD).

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan proses perencanaan daerah dengan pendekatan waktu yang dimaksud pada ayat (1) diatas dengan mengahasilkan sebutan rencana pembangunan jangka panjang (RPJP), rencana pembangunan angka menengah (RPJM), dan rencana pembangunan jangka tahunan (RKPD).

Surabaya

Bagian penjelasan dihapus, karena sudah dijelaskan pada bagian ketentuan umum

Bali

Usul istilah RKPD:

Rencana Kerja Pemerintah/ Pembangunan Daerah.

Pasal 5 Pasal 5

(1) Badan Perencanaan Daerah bersama pemangku kepentingan lainnya menyusun Rancangan Awal RPJPD

Ayat (1) Cukup jelas

Surabaya

Kata “Badan Perencanaan daerah” ditambahkan menjadi “ Badan atau Lembaga Perencanaan Daerah...”

Medan Dihapus, diganti dengan:

Badan Perencanaan Daerah melibatkan pemangku kepentingan lainnya dalam menyusun Rancangan Awal RPJPD

(3) Rancangan Awal RPJPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2), memuat visi, misi, dan arah pembangunan daerah dengan berpedoman pada RPJP Nasional.

Ayat (3) Cukup Jelas

Makasar Tambahan bagian penjelasan:

Yang dimaksud dengan memuat visi, misi dan arah pembangunan daerah masih berupa rancangan yang akan dirumuskan dalam Musrenbang RPJPD

Bali Tambahan bagian penjelasan:

Yang dimaksud dengan RPJPD mengacu pada pada RPJP Nasional berlaku untuk RPJPD Kab/Kota dan Provinsi, sementara khusus untuk RPJPD Kab/Kota juga berpedoman pada RPJP Provinsi

... dan seterusnya

Page 93: Memfasilitasi Konsultasi Publik

70

BAB-6. PELAKSANAAN KONSULTASI PUBLIK REGIONAL

Page 94: Memfasilitasi Konsultasi Publik

71

BAB-7. PELAKSANAAN KONSULTASI PUBLIK LINTAS-SEKTORAL

BAB-7Pelaksanaan KonsultasiPublik Lintas-Sektor

Menyiapkan Bahan KP Lintas-sektor: Elaborasi Masukan KP Regional

Agenda Pelaksanaan KP Lintas-sektor

Peserta KP Lintas-sektor

Jadwal KP Lintas-sektor

Elaborasi Masukan KP Lintas-sektor

Tahapan Elaborasi

Proses Diskusi KP Lintas-sektor

Mendokumentasikan Proses dan Hasil KP Lintas-sektor

Dokumentasi Proses KP Lintas-sektor

Dokumentasi Hasil KP Lintas-sektor

Page 95: Memfasilitasi Konsultasi Publik

72

BAB-7. PELAKSANAAN KONSULTASI PUBLIK LINTAS-SEKTORAL

MENYIAPKAN BAHAN KP LINTAS-SEKTOR

Setelah semua kegiatan KP regional selesai, Tim Bersamaberkumpul kembali untuk konsolidasi. Tim melakukan kajiulang (review) seusai kegiatan di daerah, sebagai bahan

untuk pengayaan hasil rancangan. Tim terus berkolaborasi danmempersiapkan KP lintas-sektor. Penyelenggaraan KP ditujukan untukmemperoleh masukan dari departemen lain, termasuk Bappenas.

Dalam KP lintas-sektor, tentu saja peran Ditjen Bina BangdaDepdagri sangat signifikan. Koordinasi penyelenggaraan KP lintas-sektor lebih banyak dilakukan oleh Bina Bangda. Peserta KP lintas-sektor adalah pihak-pihak dari lintas-departemen dan unit-unit kerjalain di luar unit kerja pengambil kebijakan. Keterlibatan unit kerja laindiharapkan dapat memberikan informasi mengenai kaitan kebijakanyang disusun dengan kebijakan yang telah diterbitkan oleh unit kerjalain.

Bahan utama dari pertemuan KP lintas-sektor ini adalah elaborasimasukan dari KP regional. Tim Bersama (Tim Bangda dan Tim CSO/FPPM) melakukan pertemuan beberapa kali dan berbagi tugas untukmengelaborasikan masukan-masukan dan menyusunnya ke dalamformat tabel agar mudah dibaca. Contoh hasil elaborasi KP regionaldapat dilihat dalam Tabel-7.1.

AGENDA PELAKSANAAN KP LINTAS-SEKTOR

Berbeda dengan KP regional, KP lintas-sektor tidak memerlukanwaktu terlalu panjang. Tujuan utama KP lintas-sektor bukanlahmenampung masukan sebanyak-banyaknya. Dalam KP lintas-sektoryang lebih diutamakan adalah klarifikasi kepada berbagai pihak untukmenjamin sinergisitas dengan kebijakan lain.

Seperti KP regional, KP lintas-sektor juga perlu melibatkanketerwakilan pemerintah daerah dan kelompok masyarakat sipil yangpunya perhatian terhadap isu ini dan pernah terlibat dalam KPregional. Tujuan keterlibatan mereka adalah untuk mengawal agardraft kebijakan yang dirumuskan sudah benar-benar mengakomodasimasukan KP regional.

Pembahasan difokuskan pada bagian RPP yang mendapatmasukan pada saat pelaksanaan KP regional. Dalam diskusi ini, seluruh

Page 96: Memfasilitasi Konsultasi Publik

73

BAB-7. PELAKSANAAN KONSULTASI PUBLIK LINTAS-SEKTORAL

Tabel-7.1 Format Elaborasi Masukan Konsultasi Publik

Batang Tubuh Penjelasan Usulan Perubahan Elaborasi

Pasal 8 Pasal 8

Badan Perencanaan Daerah bersama pemangku kepentingan lainnya menyusun Rancangan Awal RPJMD dengan berpedoman pada RPJPD dan memperhatikan RPJM Nasional, kondisi lingkungan strategis di daerah, serta hasil evaluasi terhadap pelaksanaan RPJMD periode yang lalu.

Ayat (1)

Cukup jelas

Surabaya Kata “Badan Perencanaan Daerah” ditambahkan menjadi “Badan atau Lembaga Perencanaan Daerah”

Makasar Setelah kata” RPJMD” tambah kata “bagi Provinsi”

Medan Kata “bersama” diganti dengan melibatkan, tambah kata “dalam” menjadi: Badan Perencanaan Daerah melibatkan pemangku kepentingan lainnya dalam menyusun Rancangan Awal RPJMD....

Denpasar

Tambahan penjelasan Khususnya untuk Rancangan awal RPJMD Kabupaten/Kota, selain berpedoman pada RPJM Nasional juga mengacu pada RPJM Provinsi.

Badan atau Lembaga Perencanaan Daerah melibatkan pemangku kepentingan lainnya dalam menyusun Rancangan Awal RPJMD dengan berpedoman pada RPJPD dan memperhatikan RPJM Nasional, kondisi lingkungan strategis di daerah, serta hasil evaluasi terhadap pelaksanaan RPJMD periode yang lalu.

Penjelasan Khususnya untuk Rancangan awal RPJMD Kabupaten/Kota, selain berpedoman pada RPJM Nasional juga mengacu pada RPJM Provinsi.

Page 97: Memfasilitasi Konsultasi Publik

74

BAB-7. PELAKSANAAN KONSULTASI PUBLIK LINTAS-SEKTORAL

masukan dan argumen dibahas oleh Tim Bersama dan stakeholdersyang terlibat dalam KP lintas-sektor. Pembahasan dilakukajnberdasarkan agenda kegiatan yang telah ditetapkan seperti terteradalam Tabel-7.2.

Tabel-7.2 A genda Kegiatan KP Lintas-Sektor

ELABORASI MASUKAN KP LINTAS-SEKTOR

Pada dasarnya, proses yang dilakukan dalam elaborasi hasil KPlintas-sektor tidak berbeda dengan proses elaborasi hasil KP regional.Proses elaborasi dilakukan melalui dua tahap, yaitu penyiapan bahandan diskusi pembahasan pasal-pasal yang mendapat masukan.

Proses yang dilakukan sama seperti yang dilakukan dalam diskusipembahasan masukan KP regional. Pasal-pasal yang mendapatmasukan kemudian dibahas secara mendalam untuk kemudiandisepakati apakah akan diterima atau ditolak.

Proses pembahasan diawali dengan pembacaan draft. Pimpinanrapat (fasilitator) mengawali diskusi dengan membacakan draftkebijakan dan masukan KP pasal per pasal. Fasilitator kemudianmemberi kesempatan kepada forum untuk berpendapat, baikmenerima maupun menolak masukan tersebut. Diskusi berjalandinamis karena seringkali terdapat perbedaan pendapat. Masing-masing pihak, baik yang setuju atau menolak, mengajukan

WAKTU AGENDA

08.00 – 09.00 Registrasi Peserta

09.00 – 09.45 Pembukaan Oleh: Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah

09.45 – 10.00 Coffee Break

10.00 – 12.00 Presentasi Tema-Tema Penting dan Substansi Pasal-pasal RPP Fasilitator: Tim Bangda

12.00 – 13.00 ISHOMA

13.00 – 15.30 Diskusi kelompok berdasarkan Tema dan Usulan Perbaikan Pasal-pasal RPP Fasilitator: Tim Bangda

15.30 – 15.45 Coffee Break

15.45 – 17.45 Pleno Pembahasan RPP, Kesimpulan & Penutup

Page 98: Memfasilitasi Konsultasi Publik

75

BAB-7. PELAKSANAAN KONSULTASI PUBLIK LINTAS-SEKTORAL

argumentasinya. Tak jarangsilang pendapat berlangsungalot dan forum terancam‘deadlock’.

Dalam kondisi seperti inifasilitator berperan pentingdalam “mengendalikan”forum, bertindak sebagaipengatur dinamika diskusi,dan mencegah kebuntuandiskusi. Jika pembicaraanmulai menyimpang, fasilitatormeluruskan kembali jalannyaforum sehingga diskusi tetapberkualitas dan waktu tidak terbuang sia-sia.

Fasilitator perlu menekankan bahwa diskusi ini bertujuan untukmendapatkan hasil yang terbaik. Hasil itu hanya akan diperoleh jikasemua pihak tetap berpikir dengan kepala dingin dan tidakmemaksakan pendapat. Sedapat mungkin keputusan diambil secaramusyawarah mufakat.

Pada akhir pembahasan, fasilitator membuat catatan-catatanpenting sebagai bahan pengambilan kesimpulan. Catatan itukemudian dikonfirmasikan kepada forum untuk penyepakatan.

MENDOKUMENTASIKAN PROSES DAN HASILKP LINTAS-SEKTOR

Seperti halnya KP regional, dokumentasi KP lintas-sektor jugamelakukan rekam proses dan mencatat hasil pertemuan.Dokumentasi proses berisi transkrip alur diskusi. Proses diskusi dicatatsecara lengkap berdasarkan waktu kegiatan. Termasuk di dalamnyaadalah materi tanya jawab.

Sedangkan catatan hasil merupakan catatan dalam bentuk hasilusulan dan masukan dalam KP lintas-sektor. Dalam perumusannya hasiltersebut diolah dan dimasukkan dalam substansi kebijakan. Hasil akhirdari elaborasi masukan KP lintas-sektor adalah final draft berdasarkanhasil KP. Draft itu kemudian akan melalui tahap sinkronisasi untuk

Page 99: Memfasilitasi Konsultasi Publik

76

BAB-7. PELAKSANAAN KONSULTASI PUBLIK LINTAS-SEKTORAL

menghindari tumpang tindih dengan peraturan perundang-undangan yang lain. Contoh elaborasi masukan KP lintas-sektordalam dilihat dalam Tabel-7.3.

Resume Notulensi Konsultasi Publik NasionalGrand Melia Jakarta, 7 September 2006

Pukul 09.21 WIB. Pembukaan oleh Direktur PerencanaanPembangunan Daerah Ditjen Bina Bangda Depdagri,Drs. Fazli Siregar

Pertemuan ini merupakan pembahasan hasil pertemuanKonsultasi Publik 4 wilayah di 4 kota: Surabaya, Medan, Makasar,dan Denpasar.Masukan tentang RPP ini seharusnya selesai sejak tahun lalu.Urutan Dokumen Perencanaan:1. RPJP 20 tahun. RPJP RPJP yang disusun pusat belum jadi.

Sementara sebagian daerah ada yang sudah menyusun danada yang belum.

2. RPJM, sudah disusun termasuk di daerah yang sudahmelaksanakan Pilkada.

3. Renstra SKPD4. Renja SKPD5. RKP/RKPDPerbedaan yang selama ini terjadi adalah dalam hal wewenangdan departemen di pusat lebih banyak. Sedangkan di daerah,strukturnya lebih sederhana.

....

Contoh Dokumentasi Proses KP Lintas-Sektor

Page 100: Memfasilitasi Konsultasi Publik

77

BAB-7. PELAKSANAAN KONSULTASI PUBLIK LINTAS-SEKTORAL

Tabel-7.3 Contoh Elaborasi Masukan KP Lintas-Sektor

Batang Tubuh Penjelasan Usulan Perubahan Elaborasi

Pasal 2 Pasal 2

(1) Perencanaan pembangunan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dirumuskan berdasarkan indikator kinerja didukung dengan data dan informasi yang akurat, realistis, dan faktual, dengan menggunakan prinsip yang responsif, efisien, efektif, transparan, akuntabel, partisipatif, berkeadilan dan berkelanjutan.

Ayat (5)

Yang dimaksud dengan prinsip:

Efisien, adalah pencapaian keluaran tertentu dengan masukan terendah atau masukan terendah dengan keluaran maksimal.

Efektif, Kemampuan mencapai target dengan sumber daya yang dimiliki dengan cara atau proses yang paling optimal.

Transparan, keterbukaan yang memberikan ruang masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan akses seluas-luasnya berkaitan dengan perencanaan pembangunan daerah.

Bagian penjelasan: kesetaraan jender diganti dengan kata pengarustamaan jender

Responsif, adalah tanggap terhadap kebutuhan masyarakat, dengan memperhatikan pengarusutamaan jender, kesenjangan antar wilayah, dan kesenjangan antar pendapatan.

Tetap

Akuntabel, perwujudan kewajiban untuk bertanggungjawab terhadap rencana pembangunan daerah.

Partisipatif, merupakan hak masyarakat untuk terlibat dalam setiap proses tahapan perencanaan pembangunan daerah dan bersifat inklusif terhadap kelompok yang termarginalkan.

Berkeadilan, perencanaan menganut prinsip keadilan antar jender, antar sektor, antar pendapatan, antar wilayah dan antar usia

Page 101: Memfasilitasi Konsultasi Publik

78

BAB-7. PELAKSANAAN KONSULTASI PUBLIK LINTAS-SEKTORAL

Batang Tubuh Penjelasan Usulan Perubahan Elaborasi

Pasal 10 Pasal 10

Musrenbang RPJMD diselenggarakan dengan rangkaian kegiatan pembahasan rancangan awal RPJMD, penjaringan aspirasi masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya.

Ayat (2)

Cukup Jelas

Tambahan penjelasan:

Penjaringan aspirasi masyarakat ditujukan untuk mengakomodasi aspirasi kelompok masyarakat rentan.

Tetap

Pasal 37 Pasal 37

(2) Koordinasi penyusunan rancangan RPJPD, RPJMD dan RKPD antar -Kabupaten/ Kota dilakukan oleh Gubernur.

Ayat (3)

Cukup Jelas

Gubernur ganti oleh Bappeda provinsi

tetap

(2) Koordinasi penyusunan rancangan RPJPD, RPJMD dan RKPD antar Provinsi dilakukan oleh Menteri

Ayat (4)

Cukup Jelas

Oleh Menteri dalam Negeri, Bappenas dan Menkeu

tetap

Page 102: Memfasilitasi Konsultasi Publik

79

BAB-8. MERUMUSKAN HASIL KP REGIONAL DAN LINTAS-SEKTOR

BAGIAN-4TINDAK LAJUT

KONSULTASI PUBLIK

Page 103: Memfasilitasi Konsultasi Publik

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

Page 104: Memfasilitasi Konsultasi Publik

81

BAB-8. MERUMUSKAN HASIL KP REGIONAL DAN LINTAS-SEKTOR

BAB-8Merumuskan Hasil KPRegional dan Lintas-Sektor

Menyiapkan Bahan Elaborasi Masukan

Mengkaji Seluruh Masukan dari KP Regional dan Lintas-sektor

Pola Masukan dari KP Regional dan Lintas-sektor

Melaksanakan Elaborasi Masukan

Pertemuan Tim Perumus Masukan

Pola Akomodasi Masukan

Mempersiapkan Bahan ke Depkumham

Sinkronisasi dan Harmonisasi RPP

Mekanisme dan Prosedur di Internal Eksekutif

Kegiatan Pasca KP oleh Tim CSO/FPPM

Page 105: Memfasilitasi Konsultasi Publik

82

BAB-8. MERUMUSKAN HASIL KP REGIONAL DAN LINTAS-SEKTOR

MENYIAPKAN BAHAN ELABORASI MASUKAN

Mengkaji Seluruh masukan dari KP Regional danLintas-sektor

Setelah proses Konsultasi Publik (KP) regional dan lintas-sektor terlaksana, Tim Bersama melakukan beberapa kalirapat atau diskusi di Kantor Bangda untuk mengkaji seluruh

masukan. Rapat atau pertemuan dilakukan oleh Tim Bersama yangkomposisinya berasal dari Tim Bangda dan Tim CSO/FPPM. Durasiwaktu pertemuan biasanya antara 2-3 jam.

Tim ini terlebih dahulumelakukan kategorisasimasukan berdasarkan lokasipenyelenggaraan KP. Untukmempermudah pekerjaan,dilakukan persandinganantara draft kebijakandengan usulan masukansetiap daerah. Dengandemikian dapat terlihatmasukan dari KP regional dan KP lintas-sektor yang diakomodasidalam rumusan kebijakan. Tahapan ini sekaligus menunjukkankomitmen untuk terus mengusung masukan-masukan KP regionalsampai draft final.

Hasil masukan KP regional merupakan bahan utama penyusunandraft final dari sebuah kebijakan. KP lintas-sektor lebih bersifatklarifikasi terhadap peraturan perundang-undangan yang ada untukmenjamin sinergisitas RPP dengan kebijakan lain. Artinya, masukanKP lintas-sektor tidak bisa menghilangkan hasil masukan dari KPregional.

Pola Masukan dari KP Regional dan KP Lintas-Sektor

Berdasarkan penelusuran terhadap masukan KP regional dan KPlintas-sektor pada proses penyusunan RPP-T2CP2EPRPD, maka adabeberapa pola yang sering muncul, yaitu: perubahan redaksional,penambahan pasal/ayat, dan penghapusan pasal/ayat. Contoh polaperubahan dapat dilihat Tabel-8.1, Tabel-8.2, dan Tabel-8.3.

Page 106: Memfasilitasi Konsultasi Publik

83

BAB-8. MERUMUSKAN HASIL KP REGIONAL DAN LINTAS-SEKTOR

Tabel-8.1 Contoh Perubahan Redaksional 10

Tabel-8.2 Contoh Penambahan Pasal/Ayat Baru11

___________________________________________

10 Draft V RPP11 Draft V RPP

Batang tubuh Penjelasan Usulan perubahan

Pasal 8 Pasal 8 (1) Badan Perencanaan Daerah bersama pemangku kepentingan lainnya menyusun Rancangan Awal RPJMD dengan berpedoman pada RPJPD dan memperhatikan RPJM Nasional, kondisi lingkungan strategis di daerah, serta hasil evaluasi terhadap pelaksanaan RPJMD periode yang lalu.

Ayat (1) Cukup jelas

Surabaya Kata “Badan Perencanaan Daerah” ditambahkan menjadi “ Badan atau Lembaga Perencanaan Daerah...” Makasar Setelah kata” RPJMD” tambah kata “bagi Provinsi” Medan. Badan Perencanaan Daerah melibatkan pemangku kepentingan lainnya dalam menyusun Rancangan Awal RPJMD..... Denpasar tambahan penjelasan Khususnya untuk Rancangan awal RPJMD Kabupaten/Kota, selain berpedoman pada RPJM Nasional juga mengacu pada RPJM Provinsi.

Batang Tubuh Penjelasan Usulan Perubahan Pasal 8 Pasal 8 (1) Badan Perencanaan Daerah bersama pemangku kepentingan lainnya menyusun Rancangan Awal RPJMD dengan berpedoman pada RPJPD dan memperhatikan RPJM Nasional, kondisi lingkungan strategis di daerah, serta hasil evaluasi terhadap pelaksanaan RPJMD periode yang lalu.

Ayat (1) Cukup jelas

Makasar Tambahan ayat (2) Badan Perencanaan Daerah bersama pemangku kepentingan lainnya menyusun Rancangan Awal RPJMD bagi kabupaten/kota dengan berpedoman pada RPJPD dan memperhatikan RPJM Provinsi dan Nasional, kondisi lingkungan strategis di daerah, serta hasil evaluasi terhadap pelaksanaan RPJMD periode yang lalu.

Page 107: Memfasilitasi Konsultasi Publik

84

BAB-8. MERUMUSKAN HASIL KP REGIONAL DAN LINTAS-SEKTOR

Tabel-8.3 Contoh Penghapusan Pasal/Ayat12

MELAKSANAKAN ELABORASI MASUKAN

Pertemuan Tim Perumus Masukan

Tahap elaborasi masukan KP regional dan lintas-sektor merupakantahap terakhir dari penyusunan RPP. Pada tahap ini diupayakan bahwahasil-hasil KP dapat diakomodir dalam penyiapan naskah final RPP.Tahap ini merupakan sebuah proses diskusi yang cukup intensif didalam rapat atau diskusi yang dihadiri sekitar 25–30 orang undanganbaik dari kalangan pemerintah pusat, CSO, maupun lembaga donorpendukung. Proses ini dilaksanakan dalam dua kali pertemuan,masing-masing sehari penuh. Seluruh masukan hasil KP regional danKP lintas-sektor digunakan untuk menyempurnakan naskah RPPdengan diakomodasi ke dalam pasal-pasal yang mendapatkanmasukan.

Tim CSO/FPPM dan Tim Bangda memiliki peran yangberbeda.Tim Bangda mengawal agar elaborasi tidak menyimpangdari maksud dan tujuan pembentukan RPP-T2CP2EPRPD. SedangkanTim CSO/FPPM berperan mengawal masukan-masukan KP sehinggadapat diakomodasi dalam perumusan kebijakan. Dengan demikiandiperoleh rumusan naskah yang final RPP yang lebih baik.

Pola Akomodasi Masukan

Pola akomodasi yang muncul terhadap masukan hasil KP adalahmasukan ditolak, diterima, atau diterima sebagian. Untuk mengetahuistatus masukan KP regional dan lintas-sektor, Tim Bersama membuatcatatan mengenai pasal-pasal yang mendapat masukan dalam KP

Batang Tubuh Penjelasan Usulan Perubahan Pasal 10 Pasal 10 (1) Rancangan Akhir RPJMD disusun oleh Badan Perencanaan Daerah berdasarkan hasil Musrenbang RPJMD.

Ayat (1) Cukup jelas

Medan Ayat ini dihapus

___________________________________________

12 Draft V RPP

Page 108: Memfasilitasi Konsultasi Publik

85

BAB-8. MERUMUSKAN HASIL KP REGIONAL DAN LINTAS-SEKTOR

tersebut. Beberapa contoh akomodasi masukan tersebut dapat dilihatdalam Tabel-8.4, Tabel-8.5 dan Tabel-8.6.

Tabel-8.4 Contoh Pola Akomodasi Masukan yang Ditolak

Tabel-8.5 Contoh Pola Akomodasi Masukanyang Diterima Secara Penuh

Batang Tubuh Penjelasan Usulan Perubahan

Akomodasi

Pasal 1 Pasal 1

Rencana kerja adalah dokumen rencana yang memuat program dan kegiatan yang diperlukan untuk mencapai sasaran pembangunan, dalam bentuk kerangka regulasi dan kerangka anggaran. Setiap rencana kerja menjadi landasan dalam pelaksanaan koordinasi dan monitoring pelaksanaan rencana untuk mencapai setiap sasaran pembangunan daerah;

Butir (3) Cukup Jelas

Surabaya Tambahan penjelasan butir 3 Yang dimaksud dengan kerangka regulasi adalah pengaturan, menstimulasi, memfasilitasi, mendinamisir dan memotivasi. Sedangkan Kerangka anggaran adalah untuk membiayai barang dan jasa publik

OK Tambahan penjelasan butir 3 Yang dimaksud dengan kerangka regulasi adalah kerangka pengaturan untuk menstimulasi, memfasilitasi, mendinamisasi dan memotivasi. Sedangkan kerangka anggaran adalah untuk membiayai barang dan jasa publik

Batang Tubuh Penjelasan Usulan Perubahan

Akomodasi

Pasal 10 Pasal 10 (2) Musrenbang RPJMD diselenggarakan dengan rangkaian kegiatan pembahasan rancangan awal RPJMD, penjaringan aspirasi masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya.

Ayat (2) Cukup Jelas

Tambahan penjelasan: Penjaringan aspirasi masyarakat ditujukan untuk mengakomodasi aspirasi kelompok masyarakat rentan.

Tetap

Page 109: Memfasilitasi Konsultasi Publik

86

BAB-8. MERUMUSKAN HASIL KP REGIONAL DAN LINTAS-SEKTOR

Tabel-8.6 Contoh Pola Akomodasi Masukanyang Diterima Sebagian

Pola akomodasi dapat digunakan untuk mengukur tingkatkeberhasilan pendampingan yang dilakukan Tim CSO/FPPM dalammemasukkan isu-isu strategis dalam RPP. Perbandingan draftmengindikasikan komitmen pemerintah dalam mengakomodirusulan yang masuk. Secara lengkap hal itu bisa dilihat dalam Tabel8.7.

Salah satu contohnya bisa diamati dalam draft final. Pada bagianpengendalian dan evaluasi perencanaan pembangunan daerahtercantum pasal yang menetapkan kewajiban pemeritahmenindaklanjuti laporan masyarakat mengenai implementasiprogram dan anggarannya. Pasal ini menjamin hak-hak masyarakat

Batang Tubuh Penjelasan Usulan Perubahan Akomodasi Pasal 8 Pasal 8 (2) Badan Perencanaan Daerah bersama pemangku kepentingan lainnya menyusun Rancangan Awal RPJMD dengan berpedoman pada RPJPD dan memperhatikan RPJM Nasional, kondisi lingkungan strategis di daerah, serta hasil evaluasi terhadap pelaksanaan RPJMD periode yang lalu.

Ayat (1) Cukup jelas

Surabaya Kata “Badan Perencanaan Daerah” ditambahkan menjadi “ Badan atau Lembaga Perencanaan Daerah...” Makasar Setelah kata” RPJMD” tambah kata “bagi Provinsi” Medan Badan Perencanaan Daerah melibatkan pemangku kepentingan lainnya dalam menyusun Rancangan Awal RPJMD..... Denpasar Tambahan penjelasan Khususnya untuk Rancangan awal RPJMD Kabupaten/Kota, selain berpedoman pada RPJM Nasional juga mengacu pada RPJM Provinsi.

Bappeda OK Tambahan penjelasan: Yang dimaksud RPJMD memperhatikan RPJM Nasional adalah RPJMD Provinsi memperhatikan RPJMN Nasional dan RPJMD Kab/Kota memperhatikan RPJMD Priovinsi

Page 110: Memfasilitasi Konsultasi Publik

87

BAB-8. MERUMUSKAN HASIL KP REGIONAL DAN LINTAS-SEKTOR

dalam mengakses informasi dan mengawasi proyek-proyekpembangunan pemerintah di daerah.

Jika pasal tersebut bisa dijalankan secara konsisten, makaperaturan yang dibuat pemerintahan daerah dan DPRD harusmelibatkan masyarakat sipil, termasuk keterlibatan perguruan tinggidalam penyusunan naskah akademik.

Tabel-8.7 Contoh Matriks Perbandingan Draf RPPBagian Bab

perlu diperhatikan

Draf IV 14 Juni 2006

Draf V 14 Agustus 2006

Draf VII 8 September 2006-Final

Bab. 5 Pengendalian dan Evaluasi Perencanaan Pembangunan Daerah

Pasal 65 di sebutkan bahwa: “Pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah dilakukan melalui mekanisme pembinaan dan pengawasan serta pemberian informasi dan pemantauan” Pada pasal 68 di sebutkan bahwa Pemerintah kabupaten/kota berkewajiban memberikan informasi mengenai perencanaan, pelaksanaan, serta hasil pemantauan dan evaluasi pelaksanaan rencana, program dan kegiatan pembangunan daerah kepada masyarakat.

Pasal 42 ayat (1) disebutkan bahwa: ”masyarakat berhak melaporkan kegiatan dan atau program yang dianggap tidak sesuai dengan rencana yang telah di tetapkan, ayat (2). Pemerintah wajib menindak lanjuti dari laporan masyarakat yang di sertai dengan data dan informasi yang akurat, ayat (3). Mekanisme penyampaian dan tindak lanjut dari laporan masyarakat di atur dalam peraturan daerah (Perda)”.

Pasal 44 ayat (1) disebutkan bahwa: “masyarakat dan pemangku kepentingan berhak melaporkan program dan kegiatan dan yang dianggap tidak sesuai dengan rencana yang telah di tetapkan, ayat (2). Pemerintah wajib menindaklanjuti laporan dari masyarakat dan pemangku kepentingan yang di sertai dengan data dan informasi yang akurat, ayat (3). Mekanisme penyampaian dan tindaklanjut dari laporan masyarakat dan pemangku kepentingan di atur dalam peraturan daerah (Perda)”.

Page 111: Memfasilitasi Konsultasi Publik

88

BAB-8. MERUMUSKAN HASIL KP REGIONAL DAN LINTAS-SEKTOR

MEMPERSIAPKAN BAHAN KE DEPKUMHAM

Setelah proses diskusi intensif selesai, maka draft kebijakan yangdihasilkan perlu diperiksa kembali secara keseluruhan untukmenjamin adanya konsistensi. Pemeriksaan dilakukan olehDepartemen Hukum dan HAM. Sebelum masuk ke Depkumham, TimBangda melakukan pembahasan interdep dan pemaparan di hadapanMenteri Dalam Negeri (Mendagri), yang hasilnya kemudian diolahTim Bangda dengan melibatkan Tim CSO/FPPM. Kemudian, sekali lagidilakukan pembahasan interdep dan masukan-masukannya diolahTim Bangda dengan kembali melibatkan Tim CSO/FPPM.

Untuk mempertajam RPP, dilakukan pembahasan oleh TimBersama dengan mengundang berbagai departemen terkait dalamsebuah pertemuan yang disebut rapat konsinyering selama dua hari.Setelah pertemuan ini, dirumuskan draft RPP untuk dilaporkankepada Mendagri, sekaligus meminta surat pengantar, untukkemudian diserahkan kepada Depkumham.

Setelah pemeriksaan oleh Depkumham, proses akan berlanjut keSekretariat Negara. Hasil akhirnya adalah penandatanganan RPP olehPresiden Republik Indonesia sebagai bentuk pengesahan RPPmenjadi PP yang kemudian akan dikembalikan ke Setneg untukdiproses secara administratif. Setneg akan menyerahkan dokumenPP kepada Mendagri, dan selanjutnya kembali kepada Ditjen Bangdauntuk proses sosialisasi kepada publik.

Apabila diperlukan, pihak Depkumham atau Setneg akanmelakukan pertemuan interdep untuk proses harmonisasi danpemeriksaaan konsistensi RPP. Pemeriksaan konsistensi yangdilakukan oleh Depkumham adalah:

Konsistensi substansi yang terdapat dalam pasal-pasal kebijakanyang disusun;

Konsistensi istilah yang digunakan;

Konsistensi antara regulasi yang sedang dibuat dengan yangsudah diundangkan terlebih dahulu.

Pemeriksaan ini penting dilakukan untuk memastikan tidakterjadi inkonsistensi dalam kebijakan yang tengah disusun.Perbedaan arti RKPD dalam UU No. 25 Tahun 2004 dan UU No. 32

Page 112: Memfasilitasi Konsultasi Publik

89

BAB-8. MERUMUSKAN HASIL KP REGIONAL DAN LINTAS-SEKTOR

Tahun 2004 memberikan pelajaran tentang pentingnya pemeriksaankonsistensi. UU No 25 Tahun 2004 menyebutkan bahwa yangdimaksud dengan RKPD adalah Rencana Kerja Pemerintah Daerah,sedangkan dalam UU No 32 Tahun 2004 RKPD diartikan sebagaiRencana Kerja Pembangunan Daerah.

Perbedaan istilah itu membingungkan dan menimbulkanmultitafsir dalam pengimplementasian kebijakan di daerah.Sedangkan contoh inkonsistensi substansi terjadi dalam prosespengesahan RPJMD. UU No. 25 Tahun 2004 menyebutkan bahwaRPJMD ditetapkan melalui peraturan kepala daerah, sedangkan UUNo. 32 Tahun 2004 mengatur bahwa RPJMD dikukuhkan denganperaturan daerah. Kasus inkonsistensi semacam ini tentu sajadiharapkan tidak terulang di masa mendatang.

KEGIATAN PASCA KP OLEH TIM CSO/FPPM

Sebagian besar proses penyusunan RPP pasca-KP, tidak dapatdiikuti CSO secara langsung karena terjadi di dalam mekanisme danprosedur lembaga eksekutif. Namun, Tim Bangda ternyata masihmelibatkan Tim CSO/FPPM dalam mengolah hasil-hasil pembahasaninterdep dan masukan Mendagri. Selama proses terjadi di dalaminternal lembaga eksekutif, hal yang dapat dilakukan Tim CSO/FPPMadalah berupaya secara terus-menerus memiliki informasi mengenaiperkembangan status RPP tersebut. Dalam kondisi seperti ini, FPPMmelakukan beberapa strategi memperbaharui informasi danmengawal proses dari “luar”.

Lobby ke pengambil keputusan

Pada saat proses tidak bisa diikuti secara langsung, maka lobbymenjadi satu pilihan strategi yang bisa dilakukan. Lobby dilakukankepada aktor-aktor strategis yang memiliki posisi kunci sebagaipengambil keputusan.

Pemahaman mengenai peta politik

Proses pembuatan kebijakan tidak terlepas dari proses politik.Untuk itu, pemahaman atas peta politik yang ada perlu dilakukan.Satu hal yang perlu dihindari, jangan sampai proses politik dan

Page 113: Memfasilitasi Konsultasi Publik

90

BAB-8. MERUMUSKAN HASIL KP REGIONAL DAN LINTAS-SEKTOR

kehendak politik mengabaikan proses penyusunan kebijakan yangtelah berjalan secara partisipatif.

Mengembangkan opini publik

Menggalang opini publik, baik melalui mailing list maupun mediamassa adalah satu strategi yang bisa dilakukan. Opini yangdisampaikan secara terus-menerus akan menyadarkan publik bahwaproses penyusunan kebijakan belum selesai dan perlu terus menerusdimonitor. Secara umum RPP sudah mengakomodir beberapa isu yangdimasukkan oleh kalangan masyarakat sipil. Namun saat RPP ini belumdisahkan menjadi PP, maka perlu tetap dipantau apakah masukantersebut akan diakomodir atau malah kemudian menjadi hilang.

Page 114: Memfasilitasi Konsultasi Publik

91

BAB-9 MONITORING DAN EVALUASI KONSULTASI PUBLIK

BAGIAN-5PENGEMBANGAN

SISTEM DUKUNGANKONSULTASI PUBLIK

Page 115: Memfasilitasi Konsultasi Publik

92

BAB-9 MONITORING DAN EVALUASI KONSULTASI PUBLIK

Page 116: Memfasilitasi Konsultasi Publik

93

BAB-9 MONITORING DAN EVALUASI KONSULTASI PUBLIK

BAB-9Monitoring dan EvaluasiKonsultasi Publik

• Monitoring dan Evaluasi Proses KPPanduan dan pertanyaan kunci monitoring proses KPTemuan dalam proses KP RPP- T2CP2EPRPD

• Monitoring dan Evaluasi Hasil KPIndikator dan tolok ukur monitoring dan evaluasi substansiPertanyaan kunci monitoring dan evaluasi substansi

• Monitoring dan Evaluasi Faktor PendukungFaktor pendukungFaktor pembatas

• Konsep Monitoring dan Evaluasi PartisipatifMonev berdasarkan usulan yang diterima dan ditolakMonev berdasarkan isu/gagasan yang diterima dan ditolak

Page 117: Memfasilitasi Konsultasi Publik

94

BAB-9 MONITORING DAN EVALUASI KONSULTASI PUBLIK

MONITORING DAN EVALUASI PROSES KP

Salah satu kegiatan penting dalam rangkaian KonsultasiPublik (KP) adalah monitoring dan evaluasi. Dalampenyusunan RPP-T2CP2EPRPD, monitoring dan evaluasi

yang dilakukan Tim CSO/FPPM dilakukan dalam dua tahap. Pertama,selama berlangsungnya rangkaian proses konsultasi publik. Kedua,setelah KP selesai.

Tujuan utama dari pengawalan KP ini adalah untuk menjagaproses KP yang partisipatif dan memastikan isu-isu strategisdiakomodir dalam penyusunan kebijakan. Karena itu, kegiatanmonitoring dilakukan secara simultan dan paralel dengan tahapanKP. Pada setiap tahap kegiatan, Tim Bersama mengadakan pertemuaninternal untuk melakukan evaluasi sekaligus merefleksikan kegiatan.

Monitoring dan evaluasi dilakukan berdasarkan panduanpertanyaan kunci dan dikembangkan sebagai bahan perbaikanfasilitasi kegiatan KP berikutnya. Beberapa pertanyaan kunci yangdapat diajukan sebagai evaluasi adalah, "Apakah proses KP telahpartisipatif? Apa indikasinya?". Selain itu evaluasi juga digunakan untukmengidentifikasi kelemahan proses, solusi perbaikan proses, sertapeluang-peluang di tahapan KP selanjutnya.

Pertanyaan-pertanyaan kunci itu kemudian disusun dalam formattabel, seperti yang tertera dalam Tabel 9.1.

Pertanyaan Kunci Ya Tidak Keterangan

A. PROSES

Apakah peserta yang hadir representatif?

Apakah semua peserta diberi kesempatan yang sama untuk berbicara?

Apakah ada peserta yang terlihat dominan?

Bagaimana pengambilan keputusan dilakukan?

Apa pembelajaran dari tahapan ini?

Tabel-9.1 Format Monitoring dan Evaluasi Proses KP

Page 118: Memfasilitasi Konsultasi Publik

95

BAB-9 MONITORING DAN EVALUASI KONSULTASI PUBLIK

Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi disimpulkan bahwasecara umum proses KP termasuk dalam kategori cukup partisipatif.Hal itu bisa terindikasi dari:

• Representasi peserta: peserta mewakili berbagai unsur yangterkena dampak dari penyusunan regulasi, baik yang terkenadampak negatif maupun dampak positif.

• Peluang keterlibatan peserta: peserta diberi kesempatan yangsama untuk menyampaikan aspirasi dan pendapatnya.

• Proses pengambilan keputusan: para pemangku kepentingansecara bersama-sama ikut terlibat dalam pengambilan keputusan.

Faktor penting yang mendorong terciptanya proses partisipatifadalah keterbukaan Bangda Depdagri sebagai pemrakarsa RPP ini.Keterbukaan ini ditandai oleh kesediaan Bangda Depdagri untukmelibatkan Tim CSO/FPPM untuk terlibat aktif dalam prosespenyusunan RPP. Selain itu, Bangda Depdagri juga berkomitmenuntuk melibatkan para pemangku kepentingan.

Meski demikian, harus diakui bahwa tingkat partisipasi masyarakatdalam pelaksanaan KP RPP-T2CP2EPRPD masih bersifat elitis. Pesertayang terlibat dalam KP ini masih sebatas pada calon penggunakebijakan, CSO, dan akademisi. Pilihan-pilihan metode yangmemungkinkan masyarakat memberikan masukan atas draft RPP,semisal memasang draft RPP di surat kabar untuk mendapatkan feedback dari masyarakat luas tidak dilakukan.

MONITORING DAN EVALUASI HASIL KP

Pengawalan terhadap substansi RPP dilakukan untuk memastikanisu-isu strategis masuk dalam kebijakan yang sedang disusun. Isu-isustrategis yang telah diakomodasi dalam draft kebijakan harus terusdikawal agar tidak hilang pada penyusunan draft berikutnya. Inidilakukan mengingat terdapat beberapa tahapan KP yang krusial danberpotensi "menghilangkan" isu strategis yang diperjuangkan,terutama pada tahap finalisasi masukan.

Selain terhadap proses, monitoring dan evaluasi juga dilakukanterhadap substansi KP. Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk

Page 119: Memfasilitasi Konsultasi Publik

96

BAB-9 MONITORING DAN EVALUASI KONSULTASI PUBLIK

menelaah setiap masukan dari peserta untuk kemudian dilakukanpenyepakatan, apakah diterima atau ditolak.

Tim CSO/FPPM juga memantau perkembangan diskusi isu-isustrategis dalam proses penyusunan RPP ini. Indikator keberhasilandicirikan dari jumlah isu strategis yang diterima dalam setiap tahappenyusunan RPP. Sedangkan pada tahap perumusan, indikatorkeberhasilannya adalah jumlah usulan Tim CSO/FPPM yangdiakomodir dalam draft RPP.

Pada tahap KP regional dan lintas-sektor, indikator keberhasilanantara lain ditunjukkan oleh keberadaan masukan dari peserta yangmemunculkan kembali isu strategis yang belum terakomodasi padatahap sebelumnya. Monitoring ini juga berfungsi bagi tim CSO/FPPMsebagai pengawalan agar isu-isu strategis yang belum terakomodasidalam draft semaksimal mungkin dapat terakomodasi dalam draftfinal.

Beberapa pertanyaan kunci yang dilontarkan dalam monitoringdan evaluasi hasil KP dapat dilihat dalam Tabel-9.2.

Dari monitoring dan evaluasi tercatat isu-isu yang sulit diakomodirdalam RPP. Isu pro-poor dan gender adalah dua isu yang mendapatpertentangan keras. Kedua isu tersebut sangat krusial dan menjadipersoalan bagi kelompok rentan. Karena itu, Tim CSO/FPPMberpendapat bahwa dalam konteks memenuhi hak-hak dasarwarganegara, pemerintah juga harus memperhatikan kelompok

Pertanyaan Kunci Ya Tidak Keterangan

B. SUBSTANSI

Apakah isu-isu strategis bisa diakomodasi dalam draft kebijakan?

Jika ada isu strategis yang tidak terakomodasi, apa penyebabnya?

Apakah strategi yang dijalankan cukup efektif untuk memperjuangkan isu strategis?

Apa strategi yang bisa dilakukan untuk tahapan selanjutnya?

Apa pembelajaran dari tahapan ini?

Tabel-9.2 Format Monitoring dan Evaluasi Hasil KP

Page 120: Memfasilitasi Konsultasi Publik

97

BAB-9 MONITORING DAN EVALUASI KONSULTASI PUBLIK

rentan. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah denganmenyisipkan isu pro-poor dan pro-gender ke dalam peraturanperundang-undangan sebagai bentuk keberpihak pemerintahterhadap kelompok rentan. Sementara itu Tim Bangda Depdagriberanggapan bahwa pemerintah harus berada dalam posisi netral.Pemerintah tidak memihak kelompok masyarakat manapun. Karenaitu peraturan yang dikeluarkan pemerintah tidak perlu menyatakansecara eksplisit memihak kelompok mana.

MONITORING DAN EVALUASI FAKTORPENDUKUNG

Monitoring dan evaluasi terhadap pendukung pelaksanaan KPmeliputi beberapa aspek, antara lain tim pendukung, perlengkapandan sarana, serta kesiapan tim memanfaatkan KP. Secara khusus daripengalaman penyusunan RPP-T2CP2EPRPD, Tim CSO/FPPMmelakukan pemetaan faktor pendukung dan penghambat yangmeliputi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dimaknaisebagai faktor-faktor pendukung dari Tim CSO/FPPM. Sedangkanfaktor eksternal adalah faktor-faktor penunjang yang berasal dari luarTim CSO/FPPM. Berbagai faktor internal dan eksternal salingberkaitan, dan konsekuensi adalah tidak semua isu strategis bisaterakomodasi dalam RPP.

Selama memfasilitasi proses KP, Tim CSO/FPPM mendapatkansejumlah dukungan yang bermanfaat dalam membantupenyelenggaraan proses KP. Dukungan tersebut antara lain berupa:

1. Pengkompilasi yang andal.

Pengkompilasi adalah aktor penting dalam proses KP. Tanpakehadirannya perkembangan draft kebijakan dari draft pertama,kedua, ketiga dan seterusnya tidak akan terekam dengan baik.Pada setiap diskusi (apa pun tahapannya), pengkompilasi akanmenyarikan inti diskusi dan memasukkannya ke dalam draftkebijakan yang sedang disusun.

Sepintas, pekerjaan seorang pengkompilasi bersifat teknis semata.Namun sesungguhnya pekerjaannya meliputi aspek teknis dansubstantif. Pengkompilasi harus bisa memahami substansi draft

Page 121: Memfasilitasi Konsultasi Publik

98

BAB-9 MONITORING DAN EVALUASI KONSULTASI PUBLIK

kebijakan yang sedang disusun dengan baik. Dia harus jelimemilah mana yang penting dan mana yang tidak penting untukdijadikan inti sari dari setiap diskusi.

2. Komite penyelenggara (organizing committee) yang handal.

Keberadaan komite penyelenggara yang andal teryatamempengaruhi keberhasilan penyelenggaraan KP regional danlintas-sektor. Rangkaian kegiatan, dari mulai dari persiapan sampaipelaksanaan KP, dikelola dengan baik oleh komite ini.

3. Sarana dan prasarana.

Sarana dan prasarana ini mendukung kesuksesan proses KP.Misalnya, dalam hal penggunaan LCD. Dengan bantuan LCD,semua perhatian dari peserta terfokus dan terkonsentrasi padaapa yang ditampilkan oleh alat ini. Kondisi ini bertolak belakangketika pada bagian tertentu tim tidak dapat mempergunakan alatini.

4. Kesiapan Tim CSO/FPPM.

Kesiapan Tim CSO/FPPM ditandai dengan terbentuknya tim yangsolid dan mampu merumuskan tujuan yang hendak dicapaimelalui keterlibatannya dalam proses penyiapan kebijakan.Kesiapan tim CSO/FPPM merupakan respon positif atas peluangyang sudah dibuka oleh pemerintah.

5. Spesialisasi yang berbeda dari masing-masing anggota TimCSO.

Anggota tim CSO/FPPM berasal dari lembaga yang berbedadengan spesialisasi isu yang berbeda pula. Kondisi ini cukupmenguntungkan karena di antara mereka bisa saling melengkapi.Sehingga setiap anggota tim yang kompeten dengan isu yangsedang dibahas bisa melakukan pembahasan lebih mendalam,dan didukung oleh anggota tim yang lain.

Selain memetakan faktor pendukung, tim warga/CSO jugamenyadari ada beberapa keterbatasan yang terjadi selama proses KPRPP ini. Keterbatasan tersebut dipicu oleh faktor internal daneksternal, seperti:

Page 122: Memfasilitasi Konsultasi Publik

99

BAB-9 MONITORING DAN EVALUASI KONSULTASI PUBLIK

1. Tim CSO/FPPM masuk di tengah proses penyusunan draft.

Undangan bagi Tim CSO/FPPM untuk terlibat dalam prosespenyusunan RPP datang ketika draft RPP sudah sampai di Draft IV.Oleh karena itu, upaya mewarnai RPP dengan isu-isu startegis lebihbersifat reaktif terhadap draft yang sudah ada. Kondisi akanberbeda jika Tim CSO/FPPM mengikuti proses dari awal.Kesempatan untuk mewarnai draft kebijakan dengan isu strategistentunya akan lebih luas.

2. Keterbatasan kehadiran anggota Tim CSO/FPPM.

Padatnya jadwal penyusunan RPP mengakibatkan tidak semuakegiatan bisa dihadiri oleh seluruh anggota Tim CSO/FPPM. Halini disebabkan aktivitas masing-masing anggota Tim CSO/FPPMyang relatif padat. Terlebih, pada kenyataan ada beberapa prosesKP yang dilakukan secara simultan.

3. Persiapan yang tidak optimal dalam menghadapi KP.

Harus diakui bahwa proses konsolidasi dan transfer informasi antaratim CSO/FPPM dengan peserta KP belum berjalan optimal.Indikasinya bisa dilihat dari masukan yang ada. Tidak semua wilayahmemberikan masukan untuk isu-isu strategis yang ingindimunculkan.

Pelajaran yang bisa diambil dari proses penyusunan RPP adalahbelum optimalnya persiapan Tim CSO/FPPM dalam menghadapitahapan KP. Hal itu disebabkan terbatasnya waktu persiapan kegiatan,termasuk tidak memberikan draft RPP sebelum hari pelaksanaan KP.

Selain itu, upaya untuk mencari spokes person dan berbagiinformasi juga tidak berjalan optimal. Akibatnya tidak semua daerahmemunculkan isu-isu strategis. Jika saja semua daerah menyuarakanhal yang sama, hal tersebut akan memudahkan Tim CSO/FPPM untukmemperjuangkan isu tersebut dalam tahapan selanjutnya.

Page 123: Memfasilitasi Konsultasi Publik

100

BAB-9 MONITORING DAN EVALUASI KONSULTASI PUBLIK

KONSEP MONITORING DANEVALUASI PARTISIPATIF

Para peserta memberikan masukan dan saran terhadappenyelenggaraan KP. Hal ini dilakukan sebagai bagian dari evaluasiKP. Evaluasi oleh peserta dilakukan dengan mengisi lembar evaluasiyang memuat beberapa pertanyaan yang terkait dengan aspek teknisdan substanstif dari proses KP.

Pada umumnya peserta menganggap KP ini bermanfaat bagimereka. KP dapat menjadi salah satu media untuk menyampaikanusulan atau permasalahan yang ada di daerah kepada PemerintahPusat. Namun beberapa peserta menilai bahwa pembicara dariPemerintah Pusat terkesan mendominasi perdebatan atau"memaksakan" keinginannya daripada mendengarkan aspirasimasyarakat di daerah.

Beberapa catatan dari peserta yang cukup penting untukdiperhatikan adalah perlunya representasi peserta dan penyebarandokumen sebelum pelaksanaan KP. Peserta mengusulkan agarperwakilan kelompok masyarakat yang dilibatkan lebih lebih banyakdan mewakili berbagai kelompok. Misalnya dengan melibatkanmedia massa. Peserta juga mengharapkan agar bahan-bahan KPdisebarkan beberapa hari sebelum KP dilaksanakan.

Monitoring dan EvaluasiBerdasarkan Usulan yang Diterima dan Ditolak

Monitoring dan evaluasi tidak berhenti pada pemantauan aspekproses dan substansi pelaksanaan KP. Monitoring dan evaluasi jugadilakukan pada aspek efesiensi, dampak, dan pencapaian tujuan KPsecara keseluruhan.

Dalam kasus, perumusan RPP-T2CP2EPRPD evaluasi hasil dariproses KP belum dapat dilakukan secara keseluruhan. Evaluasi yangdilakukan adalah mengidentifikasi secara kuantitas jumlah masukanyang diterima atau ditolak dalam KP lintas-sektor. Tahap ini menjadipenting karena draft naskah kebijakan yang dirumuskan melalui KPlintas-sektor dapat dikatakan sebagai draft naskah final sebelumdiselesaikan berjenjang melalui birokrasi pemerintahan.

Page 124: Memfasilitasi Konsultasi Publik

101

BAB-9 MONITORING DAN EVALUASI KONSULTASI PUBLIK

Teknik untuk menghitung jumlah masukan yang diterima danditolak dituliskan dalam bentuk tabel. Hasil lengkap tabulasi usulanyang diterima dan ditolak pada perumusan KP lintas-sektor dapatdilihat pada Tabel Tabulasi Usulan Diterima dan Ditolak padaPerumusan Masukan Konsultasi Publik Lintas Departemen yangterlampir pada buku ini.

Monitoring dan Evaluasi

Berdasarkan Isu/Gagasan yang Diterima dan Ditolak

Penelusuran capaian juga dilakukan dengan caramengidentifikasi target isu-isu yang disepakati pada pasal-pasaldalam kebijakan yang dirumuskan. Seperti diungkapkan sebelumnya,dalam keterlibatannya pada perumusan RPP-T2CP2EPRPD, Tim CSO/FPPM memiliki target minimal. Perlu ditekankan bahwa jumlah pasalyang mengakomodasi isu-isu yang disepakati, bukan jaminan bahwaRPP yang dirumuskan telah sesuai dengan target yang dikehendaki,jika isu-isu tersebut tidak sesuai dengan penempatannya.

Dari penelusuran terhadap hasil KP ini, diketahui bahwa secarakuantitas terdapat 47 bagian dari RPP memuat isu-isu strategis yangtelah ditetapkan Tim CSO/FPPM. Meski demikian angka itu tidakmenunjukkan tingkat keberhasilan Tim CSO/FPPM dalammengadvokasi isu-isu. Karena yang lebih diutamakan adalahketetapatan penempatan isu secara substansial dalam suatu kebijakan.Hasil lengkap dari penelusuran capaian isu dalam RPP-T2CP2EPRPDdapat dilihat dalam Tabel Penelusuran Capaian Isu dalam RPP-T2CP2EPRPD yang terdapat dalam lampiran buku ini.

Dari gambaran tabulasi tersebut diketahui bahwa lebih banyakmasukan yang ditolak daripada yang diterima. Terdapat beberapaalasan mengapa suatu masukan ditolak. Alasannya yaitu masukanbersifat redaksional atau tidak substansi, masukan tidak berkualitas,dan Tim Bangda Depdagri sebagai pengambil kebijakan tidakmenyetujui masukan tersebut.

Page 125: Memfasilitasi Konsultasi Publik

102

BAB-9 MONITORING DAN EVALUASI KONSULTASI PUBLIK

CONTOH METODE DAN FORMATEVALUASI CAPAIAN KONSULTASI PUBLIK

(KASUS PENYUSUNAN RPP T2CP2EPRPD)

ASPEK-ASPEK EVALUASIMengidentifikasi capaian kerja dengan rencana merupakan teknik sederhana dalammelakukan evaluasi atau penilaian suatu kegiatan. Dalam kasus perumusanperaturan perundang-undangan, identifikasi capaian dengan rencana dapatdilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Dalam hal, keterlibatan warga dalamperumusan kebijakan, evaluasi mencakup aspek relevansi, efektivitas, efisiensi,dampak dan keberlanjutan (sustainability).Berikut adalah pertanyaan kunci yang dipergunakan dalam mengevaluasiketerlibatan warga dalam perumusan kebijakan:

1. Aspek Relevansi- Bagaimana perumusan desain konsultasi publik?- Apakah masalah yang akan diselesaikan oleh kebijakan?- Apakah tujuan dan hasil konsultasi publik?- Bagaimana persiapannya?- Bagaimana kualitas pelaksanaannya?- Bagaimana ketersediaan input?

2. Aspek Efektivitas- Apakah tujuan dari konsultasi publik bisa dicapai?

- Apa hasil yang sudah dicapai dari konsultasi publik kebijakan?- Apa hasil yang tidak direncanakan dari konsultasi publik?

- Apakah manfaat dari kebijakan sudah dirasakan kelompok target?- Apakah seimbang pembagian peran antara pembuat kebijakan dan warga?

3. Aspek Efisiensi- Bagaimana penggunaan sumberdaya dalam pembuatan produk kebijakan?- Bagaimana manajemen proses perumusan kebijakan?- Bagaimana manajemen tenaga (Tim inti dan sekretariat), informasi, fasilitas,

dana, dan resiko?- Bagaimana alur konstribusi dari para mitra yang terlibat?

4. Aspek Dampak- Seberapa jauh tujuan dari konsultasi publik dicapai?- Bagaimana dampak sosial dan politik dari kebijakan?- Apakah ada manfaat selain rencana penyelenggaraan konsultasi publik?- Bagaimana penerimaan kelompok target terhadap kebijakan yang dihasilkan?

5. Aspek Keberlanjutan- Apakah proses konsultasi publik berlanjut untuk perumusan kebijakan lainnya?- Bagaimana rasa memiliki kelompok target terhadap kebijakan yang dihasilkan?- Bagaimana komitmen pengambil kebijakan terhadap penggunaan metode

konsultasi publik dalam perumusan kebijakan?- Bagaimana pendanaan konsultasi publik untuk perumusan kebijakan lainnya?

Page 126: Memfasilitasi Konsultasi Publik

103

BAB-10. PENGEMBANGAN KERJASAMA DAN JEJARING

BAB-10PengembanganKerjasama dan Jejaring

• Kerjasama untuk Membangun Ruang PublikKerjasama untuk Membangun Ruang PublikKerjasama untuk Membangun Ruang PublikKerjasama untuk Membangun Ruang PublikKerjasama untuk Membangun Ruang Publik

Mengapa Pemerintah dan CSO Membangun Kerjasama

Bagaimana Proses Membangun Kerjasama

• Kerjasama di Lingkup Masyarakat SipilKerjasama di Lingkup Masyarakat SipilKerjasama di Lingkup Masyarakat SipilKerjasama di Lingkup Masyarakat SipilKerjasama di Lingkup Masyarakat Sipil

Jejaring di Kalangan Ornop

Jejaring dengan Kelompok Masyarakat Basis

Jejaring dengan Kalangan Akademisi

• Kerjasama di Lingkup Eksekutif Daerah dan PusatKerjasama di Lingkup Eksekutif Daerah dan PusatKerjasama di Lingkup Eksekutif Daerah dan PusatKerjasama di Lingkup Eksekutif Daerah dan PusatKerjasama di Lingkup Eksekutif Daerah dan Pusat

• Kerjasama di Lingkup Lembaga-lembaga Internasional/DonorKerjasama di Lingkup Lembaga-lembaga Internasional/DonorKerjasama di Lingkup Lembaga-lembaga Internasional/DonorKerjasama di Lingkup Lembaga-lembaga Internasional/DonorKerjasama di Lingkup Lembaga-lembaga Internasional/Donor

• TTTTTantangan kantangan kantangan kantangan kantangan ke De De De De Depanepanepanepanepan

Memperkuat Jejaring dengan Kelompok Masyarakat Basis

Memperluas Jejaring dengan Menembus Batasan Geografis

Page 127: Memfasilitasi Konsultasi Publik

104

BAB-10. PENGEMBANGAN KERJASAMA DAN JEJARING

KERJASAMA UNTUK MEMBUKA RUANG PUBLIK

Sebagian kalangan beranggapan, kunci utama pelibatanpublik dalam proses penyusunan RPP-T2CP2EPRPD adalahadanya kehendak politik (political will) dari pemerintah

sebagai pemegang kewenangan. Pandangan ini merujuk padakerangka kebijakan pembentukan peraturan perundang-undangandi Indonesia yang menempatkan proses penyusunan RPP sebagaikewenangan eksekutif13. Kehendak politik untuk membuka diri sepertiini merupakan peluang sekaligus tantangan, tidak saja bagi eksekutifmelainkan juga bagi pihak-pihak lainnya, terutama kalangan CSO.

Sementara itu, kalangan lain beranggapan bahwa partisipasimasyarakat dalam proses pembentukan peraturan perundang-undangan menjadi suatu “keharusan” dalam penyelenggaraanpemerintahan. Di sisi lain, konstitusi mengamanatkan perubahanpendekatan sistem pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi.Pemerintah kemudian dituntut untuk mengembangkan kebijakan,perencanaan pembangunan, dan pelayanan publik yang sesuaidengan aspirasi masyarakat.

Mengapa Pemerintah dan CSO Membangun Kerjasama

Faktor kunci yang memungkinkan terjadinya kerjasama antara CSOdan pemerintah dalam penyelenggaraan Konsultasi Publik (KP)penyusunan RPP-T2CP2EPRPD adalah karena Ditjen Bina BangdaDepdagri bersedia membuka keran dialog dengan masyarakat. Faktorkunci lainnya adalah bertemunya kepentingan dari para pihak yangterlibat dalam penyusunan RPP ini, meskipun masing-masing pihakmemiliki kepentingan terhadap muatan maupun proses penyusunanRPP ini. Ada satu titik yang ternyata mampu mempertemukanberbagai kepentingan itu dan menjadi perekat kerjasama di antarakedua belah pihak.

Melalui kerjasama ini, eksekutif berpeluang untuk meningkatkankualitas substansi RPP. Diharapkan kelak dalam penerapannya, regulasi

___________________________________________

13 Lihat Pasal 53 UU No. 10/2004 tentang Tata Cara Penyusunan PeraturanPerundang-undangan.

Page 128: Memfasilitasi Konsultasi Publik

105

BAB-10. PENGEMBANGAN KERJASAMA DAN JEJARING

ini mendapat dukungan penuh dari berbagai stakeholders .Sedangkan bagi kalangan CSO ini merupakan peluang untukmenyampaikan aspirasi dan sejumlah masukan. Diharapkan masukan-masukan itu bisa diakomodir dalam penyusunan kebijakan.

Kesempatan ini dipergunakan pula oleh kalangan CSO untukmeyakinkan pemerintah bahwa penyediaan ruang publik akanmenjadi suatu mekanisme yang lebih positif. Kesempatan inisekaligus juga merupakan ajang pembuktian kemampuan CSO dalammemberikan alternatif solusi dan masukan-masukan yang konstruktif.

Bagaimana Proses Membangun Kerjasama

Tantangan terbesar bagi kedua belah pihak (pemerintah dankalangan masyarakat sipil) dalam membangun kerjasama adalahkemampuan untuk menumbuhkan rasa saling percaya (trust). Tidakdapat dipungkiri bahwa relasi antara eksekutif dengan kalangan CSOmasih belum terlalu baik. Satu sama lain masih menyimpankecurigaan sehingga berkembanglah persepsi-persepsi yang negatif.

Dengan latar belakang relasi seperti itu, tidak mengherankan jikanuansa saling curiga sempat terasa pada awal proses. Namun rupanyakehendak untuk saling bekerja sama relatif lebih kuat, sehingga padaakhirnya muncul rasa saling percaya.

Keseluruhan proses —mulai dari adanya kehendak hinggatumbuh rasa percaya dan kerjasama-- tidak lepas dari peran Tim CSO/FPPM dalam memfasilitasi komunikasi dan hubungan dengan

Page 129: Memfasilitasi Konsultasi Publik

106

BAB-10. PENGEMBANGAN KERJASAMA DAN JEJARING

berbagai pihak yang terlibat. Dengan berlandaskan kemampuankomunikasi, hubungan-hubungan itu bisa difasilitasi dengan baik .

Dalam proses penyusunan kebijakan, kalangan eksekutifseringkali mengundang keterlibatan pakar (baik pakar yang memilikilatar belakang akademis maupun CSO) untuk menjadi anggota timpenyusunan kebijakan di lembaganya. Hal terjadi pula ketika pihakDitjen Bina Bangda Depdagri mengundang keterlibatan Tim CSO/FPPM dalam proses penyusunan RPP-T2CP2EPRPD. Kerjasama ini tidaktidak terlepas dari pengalaman kerjasama sebelumnya antara FPPMdan Bangda Depdagri dalam penyusunan SEB Musrenbang di tahun200514.

Pada saat penyiapan naskah draft SEB tersebut, ada tim kecil dariFPPM yang ikut dalam diskusi-diskusi tim bersama. Proses menjaringmasukan dari publik pun difasilitasi oleh FPPM melaluipenyelenggaraan 4 pertemuan regional dan 1 pertemuan nasional.Dalam setiap pertemuan regional, diundang stakeholders yangmerupakan perwakilan dari pihak Pemda, akademisi daerah, dankalangan CSO.

Pada saat terlibat dalam proses penyusunan SEB ini, FPPM juga“berhasil” menggalang dukungan dari berbagai lembaga donor/internasional seperti Perform Project-USAID, GTZ, TIFA, dan FordFoundation. Lembaga-lembaga internasional tersebut memberikandukungan dana dan tenaga ahli kepada Tim CSO/FPPM yang saat

___________________________________________

14 SEB 2004 yang berlaku untuk proses Musrenbang tahun 2005. PengalamanFPPM dalam mendukung proses penyusunan SEB telah dimuat dalambeberapa terbitan, baik terbitan FPPM maupun pihak lain.

Page 130: Memfasilitasi Konsultasi Publik

107

BAB-10. PENGEMBANGAN KERJASAMA DAN JEJARING

itu terlibat. Dukungan tersebut ternyata telah memperkaya diskusi-diskusi yang terjadi, antara lain dengan perbandingan praktek-praktek serupa dari negara-negara lain.

Dari kronologis tersebut, dapat disimpulkan bahwa faktor utamaketerlibatan Tim CSO/FPPM dalam penyusunan RPP adalah karenaadanya track record kerjasama sebelumnya. Rupanya pihakpemerintah (Bangda) melihat kerjasama tersebut sebagai hal positifkarena fasilitasi yang dilakukan Tim CSO/FPPM dapat memberikankontribusi ide dan saran-saran terhadap naskah draft SEB. Secarasubstansial dapat dikatakan bahwa naskah SEB yang dihasilkandianggap cukup baik.

KERJASAMA DI LINGKUP MASYARAKAT SIPIL

Jejaring di Kalangan Ornop

Dari sekian banyak kalangan Ornop, akademisi, atau pakar yangdiundang dalam suatu proses penyusunan kebijakan, harus diakuitidak semuanya memiliki kemampuan atau kehendak untukmelibatkan publik secara lebih luas dalam proses penyusunankebijakan. Perlu ada sikap tulus, legowo, serta keberanianmenanggung konsekuensi ketika membuka informasi sekaligusmengundang keterlibatan publik yang lebih luas.

Ada beberapa jaringan atau koalisi Ornop yang berantakankarena tidak ada sikap legowo dan tulus ikhlas dalam bekerjasama.Alih-alih bersatu menyusun kekuatan dalam mengusungkepentingan publik, yang terjadi malah sikap saling menonjolkan diridan keinginan publikasi eksistensi diri. Tentu saja hal ini hanyamenjadi kontraproduktif bagi proses membuka ruang publik dalamkerangka demokratisasi.

Setelah adanya kemauan itu, barulah perlu mengembangkankemampuan untuk memungkinkan terjadinya keterlibatan publikdalam arti luas, yaitu di tingkat daerah dan nasional. Karena kitasedang membangun proses deliberasi untuk suatu penyusunankebijakan tingkat pusat, maka jejaring aspirasi di pusat dan daerahperlu dikembangkan agar benar-benar memenuhi kriteria terbuka,partisipatif, deliberatif, dan pro-poor.

Page 131: Memfasilitasi Konsultasi Publik

108

BAB-10. PENGEMBANGAN KERJASAMA DAN JEJARING

Dalam proses penyusunan RPP ini, Tim CSO/FPPM mengundangketerlibatan banyak pihak secara lebih luas. Tim CSO/FPPM jugamenawarkan proses KP untuk membuka penggalangan aspirasipublik yang lebih luas di tingkat pusat maupun daerah. Apalagi TimCSO/FPPM juga merupakan jaringan nasional yang memiliki banyakmitra di tingkat daerah dan organisasi masyarakat, sehingga gagasanini bukan merupakan hal yang sulit untuk dilaksanakan.

Kesadaran tentang pentingnya memperluas ruang publiktersebut mendorong keinginan FPPM untuk mempertemukankonsep yang telah dibuat oleh pemerintah pusat denganpengalaman di tingkat lapangan dan daerah. Dari titik inilahkemudian Ornop lokal dilibatkan baik secara langsung maupun tidaklangsung dalam proses penyusunan RPP. Proses melibatkan peserta/jaringan yang lebih luas dilakukan secara bertahap.

Langkah awal yang dilakukan adalah menentukan daerahpelaksanaan KP sebagai forum yang diharapkan lebih dekat denganpemangku kepentingan karena RPP ini akan diterapkan di daerah.Pada saat penentuan wilayah, perdebatan memang terjadi. Diskusipada akhirnya menyepakati beberapa daerah (regional) sebagaitempat KP. Pemilihan lokasi dilakukan dengan pertimbangan-pertimbangan:

• Ada inisiatif yang sedang berkembang di tempat tersebut yangsejalan dengan kebijakan yang akan disusun, sehinggaharapannya, inisiatif tersebut akan memperkaya proses dansubstansi RPP;

• Ada dukungan yang kuat dari kalangan Ornop di tempat tersebutsehingga kalangan Ornop di tingkat lokal pun mengetahui prosesini dan bahkan terlibat dalam proses ini;

• Pertimbangan teknis ekonomis, seperti lokasi wilayah yang mudahdijangkau dan efisien dari sisi pembiayaan (terutamatransportasinya).

Berdasarkan pertimbangan tersebut disepakati lokasipenyelenggaraan KP, yaitu di Surabaya mewakili wilayah Jawa,Makassar mewakili wilayah Sulawesi-Maluku-Papua, Medan mewakiliwilayah Sumatera, serta Denpasar mewakili wilayah Bali-NusaTenggara-Kalimantan.

Page 132: Memfasilitasi Konsultasi Publik

109

BAB-10. PENGEMBANGAN KERJASAMA DAN JEJARING

Jejaring dengan Kelompok Masyarakat Basis

Pertanyaannya yang penting dalam merancang proses KPpenyusunan RPP adalah: “Bagaimana pelibatan warga masyarakatdalam proses konsultasi publik yang benar-benar terbuka, deliberatif,partisipatif dan pro-poor? Bagaimana caranya agar publik yangdimaksudkan tidak bersifat elitis hanya di kalangan pakar, akademisi,dan tokoh-tokoh Ornop dan organisasi yang tidak berakar dimasyarakat?”. Pertanyaan ini memiliki banyak aspek: kemauan,kemampuan (termasuk penguasaan metode dan teknologipendukung), serta beberapa kondisi obyektif yang tak dapatdihindari.

Salah satu kondisi yang menjadi tantangan yang cukup besardalam membangun jejaring aspirasi masyarakat dalam penyusunankebijakan pemerintah pusat adalah jumlah penduduk yang besardan sebagian besar berada di perdesaan serta keluasan wilayahIndonesia yang berupa negara kepulauan.

Keberuntungan berpihak kepada FPPM selaku jaringan yangbersifat nasional dan memiliki beratus organisasi lokal yang menjadianggotanya. Organisasi lokal ini seringkali berbagi informasi danpengalaman keterlibatan mereka dalam pendampinganimplementasi suatu kebijakan. Informasi-informasi seperti inilah yangmenjadi bekal berharga untuk proses penyusunan RPP. Pengalaman-pengalaman tersebut menjadi masukan yang berharga dalamsubstansi naskah RPP.

Setelah lokasi penyelenggaraan KP ditetapkan, barulah disepakatiproses rekruitmen peserta KP daerah (regional). Di setiap lokasi KPinilah direncanakan agar terjadi perluasan jejaring aspirasi masyarakat.Dalam setiap KP di daerah dikembangkan kerjasama dengan Ornoplokal yang berperan sebagai panitia lokal dan bertanggung jawabmengundang representasi pemangku kepentingan di wilayahtersebut sebagai peserta KP.

Keterlibatan Ornop lokal ternyata cukup efektif mengundangpartisipasi dari Ornop lokal lain dengan jumlah yang lebih banyak.Karena Ornop yang terlibat dalam proses ini terlibat dalampendampingan komunitas, maka keterlibatan mereka diharapkanmembuka akses keterlibatan bagi organisasi/kelompok berbasiskomunitas. Sebagai langkah atau pengalaman awal, kontribusi

Page 133: Memfasilitasi Konsultasi Publik

110

BAB-10. PENGEMBANGAN KERJASAMA DAN JEJARING

komunitas dalam proses KP RPP ini masih belum sempurna, namundiharapkan ke depan bisa ditemukan format yang lebih baik.

Jejaring dengan Kalangan Akademisi

Pola serupa diterapkan dalam merekrut partisipan dari kalanganakademisi. Berbekal konsep jejaring, maka kalangan akademisi yangterlibat pun menjadi beragam, tidak melulu akademisi yang memilikilatar belakang perencanaan (planning) —meskipun masihmendominasi— melainkan pula telah melibatkan akademisi bidanglain, seperti hukum dan kebijakan publik. Dengan beragamnya latarakademisi yang terlibat dalam diskusi, berbagai sudut pandangkeilmuan pun mempengaruhi jalannya diskusi. Pada akhirnya itujustru memperkaya substansi masukan.

Ternyata dengan konsep jejaring seperti ini, diskusi berjalandinamis. Bahkan banyak masukan-masukan dan saran-saran yangbetul-betul berdasarkan situasi di daerah serta merefleksikanperkembangan yang terjadi. Pada akhirnya, proses ini bisamemperkaya substansi naskah RPP yang sedang disempurnakan.

KERJASAMA DI LINGKUP EKSEKUTIF DAERAHDAN PUSAT

Kalangan Depdagri yang terlibat langsung dalam proses KPpenyusunan RPP di antaranya adalah Direktorat Jenderal BinaPembangunan Daerah (Ditjen Bina Bangda), Direktorat JenderalPemerintahan Umum (Ditjen PUM), dan Direktorat JenderalPemerintah Daerah (Ditjen Otda). Keberagaman komponen Depdagriyang terlibat dalam proses ini telah memberi banyak sudut pandangdan memperkaya substansi RPP. Instansi-instansi tersebutmemberikan informasi mengenai kebijakan-kebijakan mereka yangsekiranya relevan dengan naskah draft kebijakan yang sedangdisusun.

Meski demikian, keterlibatan kalangan eksekutif pusat belumsepenuhnya memenuhi harapan yang muncul di awal kegiatan.Sebenarnya ada keinginan agar proses ini melibatkan berbagailembaga dan instansi pemerintah pusat lainnya, seperti Bappenas,

Page 134: Memfasilitasi Konsultasi Publik

111

BAB-10. PENGEMBANGAN KERJASAMA DAN JEJARING

Departemen Keuangan, dan instansi sektoral lainnya. Itulah sebabnya,sejak pertemuan pertama telah dilibatkan beberapa instansipemerintah pusat lainnya, meskipun masih didominasi oleh kalanganDepdagri.

Dalam penyusunan RPP ini, pelibatan lembaga dan instansipemerintah, baik dari lingkup Depdagri maupun instansi pemerintahpusat lainnya, dipilih oleh pihak Bangda. Meskipun demikian, TimCSO/FPPM tetap memberi masukan mengenai instansi pemerintahyang dianggap perlu dan bisa dilibatkan dalam proses KP.

Diskusi keras sempat terjadi pada saat akan menentukan apakahKP lintas-sektor ini dilaksanakan sebelum atau sesudah KP regional.Pada akhirnya diputuskan bahwa KP lintas-sektor dilaksanakansesudah KP regional. Pertimbangan atas pilihan ini adalah bahwa apayang akan dibawa pada KP lintas-sektor telah melalui proses diskusidi daerah-daerah sehingga mengakomodasi suara daerah.

Dalam proses pembuatan suatu kebijakan biasanya ada satuproses yang dinamakan proses interdepartemen (interdep). Dalamproses ini naskah draft suatu peraturan dikirim ke semua departemen,terutama departemen terkait, untuk mendapatkan masukan dan saranperbaikan. Konsultasi lintas-sektor sebenarnya merupakan perluasandari mekanisme interdep. Apabila biasanya interdep hanyamelibatkan instansi pemerintah saja, maka pada konsultasi lintas-sektor ini stakeholders lain juga dilibatkan dalam proses diskusi.

Dalam proses penyusunan RPP ini terdapat hal yangmembedakan, terutama mengenai keterlibatan pemerintahan

Page 135: Memfasilitasi Konsultasi Publik

112

BAB-10. PENGEMBANGAN KERJASAMA DAN JEJARING

daerah. Rupanya sebelumnya, pemerintahan daerah jarang sekalidilibatkan dalam proses penyusunan kebijakan pemerintah pusat.Karena itu sejumlah delegasi dari daerah mengucapkan apresiasinyasecara positif atas undangan yang mereka peroleh untuk ikut dalamproses KP ini.

Keterlibatan pemerintahan daerah ini sangat penting untukmemperkaya substansi naskah RPP. Apalagi pada kenyataannyapemerintahan daerah yang kelak akan mengimplementasikanperaturan ini. Dapat dibayangkan lemahnya implementasi suatukebijakan pusat apabila instansi daerah tidak dilibatkan dalampenyusunannya. Sebaliknya, dengan keterlibatan pemerintahandaerah dalam proses penyusunan RPP, materi muatan kebijakan dapatmengakomodasi perkembangan-perkembangan yang terjadi didaerah.

Pemilihan instansi pemerintah daerah yang akan diundang punharus dilakukan secara hati-hati. Hal ini penting agar kapasitas orangyang diundang dapat memberikan kontribusi positif pada diskusi dansubstansi naskah RPP. Undangan untuk instansi daerah padaumumnya ditujukan kepada bupati/walikota. Tetapi padakenyataannya pihak yang terlibat mayoritas berasal dari Bappeda dandinas-dinas.

Undangan yang disampaikan kepada eksekutif daerah dikirimkanoleh Bangda. Ini dilakukan agar undangan tersebut dilihat sebagaisuatu undangan resmi dari pemerintah pusat, sehingga munculsemacam keharusan untuk hadir dan terlibat dalam proses KP. Pesertayang akan diundang dari instansi pemerintahan daerah diusulkanoleh Tim Bersama.

Tim CSO/FPPM mengusulkan kepada Bangda untukmengundang pemerintah daerah yang mempunyai perhatian dalamisu perencanaan pembangunan. Sedangkan pihak Bangda memilihpemerintah daerah yang sering meminta konsultasi Bangda dalamproses perencanaan daerah. Akhirnya, proses ini berhasil’mengkombinasikan’ berbagai kalangan pemerintah daerah.

Sebenarnya, untuk mencapai hasil yang maksimal, ada usulan dariinstansi daerah agar naskah RPP dibagikan sebelum pelaksanaan KP.Mereka berharap mempunyai kesempatan mendiskusikan naskah RPPtersebut dengan pejabat-pejabat lain di daerahnya masing-masing.

Page 136: Memfasilitasi Konsultasi Publik

113

BAB-10. PENGEMBANGAN KERJASAMA DAN JEJARING

Dengan demikian usulan yang disampaikan dalam KP merupakanusulan hasil diskusi pemerintahan daerah.

Untuk KP lintas-sektor, peserta dari pemerintah daerah berasaldari hasil seleksi peserta-peserta yang ikut dalam KP regional. Dengankata lain, KP regional juga merupakan kesempatan untuk mencaricalon peserta dari Pemda yang akan diundang dalam proses KPlintas-sektor.

KERJASAMA DI LINGKUP LEMBAGA-LEMBAGAINTERNASIONAL/DONOR

Keterlibatan lembaga-lembaga internasional/donor dalam prosespenyusunan RPP ini dapat dikatakan cukup positif. Bahkan, kelompoklembaga-lembaga internasional dapat saling mengisi. Pada awalproses KP RPP ini, lembaga-lembaga internasional/donor yangtergabung adalah lembaga-lembaga yang telah ikut dalam prosespenyusunan SEB Musrenbang sebelumnya. Rupanya kesamaan isutelah menjadi titik temu lembaga-lembaga internasional/donor untukterlibat/mendukung proses ini.

Page 137: Memfasilitasi Konsultasi Publik

114

BAB-10. PENGEMBANGAN KERJASAMA DAN JEJARING

Lembaga internasional/donor yang terlibat dalam prosespenyusunan RPP ini adalah lembaga-lembaga yang memang telahlama mendukung isu RPP, sehingga ada banyak tenaga-tenaga ahliyang juga ikut terlibat. Dalam penyusunan RPP ini kontribusi tenagaahli ini bisa jadi lebih penting daripada sekadar dukunganpendanaan saja. Secara tidak langsung dalam proses ini telah terjadipertukaran pengetahuan di antara berbagai pihak. Termasuk pulapertukaran pengetahuan dari para tenaga ahli dari lembaga-lembagainternasional/donor dengan pihak lainnya, terutama pihak eksekutifdan kelompok warga lainnya.

Di antara lembaga-lembaga internasional/donor, ada yangdisebut dengan istilah “donor coordination meeting”. Bentuknya mulaidari rapat koordinasi formal yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga donor bilateral dan multilateral, hingga pertemuan informal.Dalam pertemuan itu ada sekelompok lembaga internasional/donortertentu yang sepakat untuk saling menginformasikanperkembangan programnya. Lebih sering pula kesamaan programmenjadi pemicu munculnya diskusi-diskusi intensif lembaga-lembagainternasional/donor.

Hal seperti itulah yang terjadi ketika lembaga-lembagainternasional/donor terlibat dalam proses RPP ini. Ditambah denganpengalaman sebelumnya dalam proses SEB, maka dalam proses RPPini kelompok lembaga-lembaga internasional/donor yang sama ikutdiundang pula. Dalam perjalanannya kemudian, ternyata adaketerlibatan dari lembaga donor yang sebelumnya tidak terlibat.

Keterlibatan lembaga donor “baru” tidak lepas dari perkembanganprogram lembaga donor yang bersangkutan. Pada saat prosespenyusunan RPP ini kebetulan lembaga donor tersebut memilikikepentingan akan isu yang dibahas. Banyaknya dukungan darilembaga-lembaga internasional/donor menunjukan adanya suatutitik temu dari sekian banyak kepentingan lembaga-lembagainternasional/donor.

Page 138: Memfasilitasi Konsultasi Publik

115

BAB-10. PENGEMBANGAN KERJASAMA DAN JEJARING

TANTANGAN KE DEPAN

Memperkuat Jejaring dengan Organisasi Masyarakat

Tentunya tidak mungkin lebih dari 200 juta rakyat Indonesia yangtersebar di berbagai pulau, terlibat dalam proses KP yang menjadisaluran penyampaian masukan/aspirasi yang dibuka eksekutif.Karenanya, masyarakat (warga) bisa menyampaikan aspirasi dankepentingannya melalui berbagai kelompok, organisasi, jaringanyang mereka bangun dan benar-benar memperjuangkankepentingan anggotanya. Pertanyaan dan tantangannya adalah:“Kelompok, organisasi atau jaringan masyarakat manakah yang perludilibatkan dalam proses KP sebuah kebijakan? Apakah jaringanpetani, serikat buruh, organisasi profesi, asosiasi pengusaha, ataukahorganisasi yang berakar di basis secara tradisional (organisasikeagamaan, lembaga adat, dan sebagainya)? Apakah mereka memilikilegitimasi (dukungan masyarakat/anggotanya)?”.

Memperluas Jejaring dengan Menembus BatasanGeografis

Apakah konsultasi publikcukup dilakukan denganformat tatap muka ataukahperlu dilengkapi denganmekanisme penyampaianmasukan lain? Pertanyaantentang siapa yang perludilibatkan dan pilihankegiatan, metode, atau alat KP,penting dipertimbangkansejak awal.

Pilihan pada akhirnya tergantung pada tujuan KP, kebutuhanmasukan, dan kemampuan (penguasaan teknologi, biaya/anggaran,sumberdaya manusia) yang dirumuskan oleh lembagapenyelenggara. Ini merupa-kan tantangan dalam mengembangkaninovasi alat KP ke depan, terutama bagi perumusan kebijakan tingkatpusat yang tentunya mengharapkan dukungan dari berbagai daerahsecara memadai.

Page 139: Memfasilitasi Konsultasi Publik

116

BAB-10. PENGEMBANGAN KERJASAMA DAN JEJARING

Penggunaan alat komunikasi on-line akan memberi peluang bagipengembangan jejaring aspirasi yang lebih luas dalam penyusunansuatu kebijakan. Bagi daerah-daerah lain yang tidak menjadi lokasiKP dalam format pertemuan tatap muka, tersedia alternatif mekanismelain, antara lain masukan tertulis dengan jumlah peserta, format,mekanisme dan penjadwalan (tenggang waktu) yang ditetapkanoleh lembaga penyelenggara. Pengumuman bisa disampaikanmelalui, surat, media internet atau pun media massa elektronik dancetak. Membuka saluran on-line, ini juga masih menjadi tantanganbagi Indonesia karena belum meratanya infrastruktur dan teknologipendukung di semua daerah terutama di luar Pulau Jawa.

Page 140: Memfasilitasi Konsultasi Publik

117

BAB-11. TEKNIK FASILITASI PARTISIPATIF KONSULTASI PUBLIK

BAGIAN-6KETERAMPILAN FASILITASI

KONSULTASI PUBLIK

Page 141: Memfasilitasi Konsultasi Publik

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

Page 142: Memfasilitasi Konsultasi Publik

119

BAB-11. TEKNIK FASILITASI PARTISIPATIF KONSULTASI PUBLIK

BAB-11Teknik Fasilitasi PartisipatifKonsultasi Publik

• TTTTTekekekekeknik Fnik Fnik Fnik Fnik Fasilitasi Pasilitasi Pasilitasi Pasilitasi Pasilitasi Prrrrroses KPoses KPoses KPoses KPoses KP

• Materi dan Perlengkapan yang Perlu DiperhatikanMateri dan Perlengkapan yang Perlu DiperhatikanMateri dan Perlengkapan yang Perlu DiperhatikanMateri dan Perlengkapan yang Perlu DiperhatikanMateri dan Perlengkapan yang Perlu Diperhatikan

• TTTTTataletak (layataletak (layataletak (layataletak (layataletak (lay-----out) Ruangan Pout) Ruangan Pout) Ruangan Pout) Ruangan Pout) Ruangan Pererererertemuantemuantemuantemuantemuan

• Mengapa MembutuhkMengapa MembutuhkMengapa MembutuhkMengapa MembutuhkMengapa Membutuhkan Fan Fan Fan Fan Fasilitator KP?asilitator KP?asilitator KP?asilitator KP?asilitator KP?

Membangun Prinsip-prinsip Saling Menghormati

Membangun Budaya Komunikasi Dialogis

Memfasilitasi untuk Mencapai Hasil Lebih Baik

• Siapa FSiapa FSiapa FSiapa FSiapa Fasilitator KP?asilitator KP?asilitator KP?asilitator KP?asilitator KP?

Mandat dan Kewenangan Fasilitator KP

Kriteria Fasilitator yang Dibutuhkan

Page 143: Memfasilitasi Konsultasi Publik

120

BAB-11. TEKNIK FASILITASI PARTISIPATIF KONSULTASI PUBLIK

TEKNIK FASILITASI PROSES KP

Aktivitas fasilitasi dalam KP, pada dasarnya bertujuan untukmengelola proses KP agar menghasilkan masukan yangoptimal terhadap isu yang dibahas. Dalam fasilitasi, perlu

dipertimbangkan efektivitas penggunaan waktu. Agar kegiatan KPberjalan baik dan efektif, tentunya perlu persiapan yang baik. DalamKP tentang RPP-T2CP2EPRPD, fasilitasi dilakukan oleh Tim Bersama.Tim ini mempersiapkan dan mengelola pelaksanaan KP bersama-sama berdasarkan kewenangan dan tugas masing-masing.

Langkah-langkah berikut ini merupakan garis besar prosesfasilitasi pelaksanaan KP RPP-T2CP2EPRPD, baik regional maupunlintas sektoral.

Pada sesi pembuka dilakukan perkenalan seluruh peserta denganmenyebutkan nama dan asal instansi, termasuk tim penyelenggara.Perkenalan ini dilakukan untuk menciptakan suasana diskusi yangmenyenangkan dan terbuka di antara peserta.

Penyampaian maksud dan tujuan, alur proses, dan waktupelaksanaan KP yang direncanakan. Selain itu, disampaikanpenjelasan lain yang terkait dengan proses, seperti form-form isianyang perlu diisi peserta.

Pemaparan proses pembahasan kebijakan, latar belakang, dantujuan kebijakan. Secara ringkas, juga disampaikan substansi dantema-tema penting dalam kebijakan yang perlu didiskusikan lebihdalam. Hal ini dilakukan agar peserta memiliki pemahaman yangsama terhadap kebijakan yang dirancang.

Page 144: Memfasilitasi Konsultasi Publik

121

BAB-11. TEKNIK FASILITASI PARTISIPATIF KONSULTASI PUBLIK

Tanggapan peserta terhadap substansi rancangan kebijakan yangdirumuskan melalui teknik curah pendapat. Seluruh tanggapandan masukan peserta menjadi rekomendasi umum yang perludibahas lebih mendalam dalam sesi diskusi kelompok.

Tanya jawab, terutama berkaitan dengan substansi dan temapenting dari draft kebijakan yang dirumuskan.

Diskusi kelompok berdasarkan tema besar draft kebijakan. Contohpada KP regional dan lintas sektoral RPP-T2CP2EPRPD, jumlahpeserta setiap kelompok dibatasi maksimal 15 orang agar diskusikelompok berjalan efektif.

• Pembagian kelompok dalam KP regional perlu memperhatikanrepresentasi berdasarkan jenis kelamin, daerah, dan instansidalam setiap kelompok. Sedangkan dalam KP lintas sektoral, perludiperhatikan keterwakilan masyarakat sipil dan eksekutif dalamsatu kelompok.

• Kelompok diminta memilih pemandu dan pencatat prosesdiskusi. Setiap pemandu diskusi kelompok diminta untukmemprioritaskan substansi pasal-pasal kebijakan daripadaredaksional pasal atau ayat. Selama diskusi berlangsung, anggotaTim Bersama berada dalam setiap kelompok untuk menjaminpendokumentasian masukan kelompok.

• Menyiapkan format matrik draft kebijakan untuk mempermudahmasukan pasal-pasal dari kebijakan yang dirumuskan.

Diskusi pleno untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok.Setiap anggota kelompok diberi kesempatan untukmenambahkan pemaparan wakil kelompoknya. Kelompok lainpun diberi kesempatan untuk menanggapi presentasi setiapkelompok. Tanggapan diarahkan pada hal yang berkaitan denganalasan usulan perubahan yang diusulkan.

Penyimpulan hasil diskusi dan penyusunan rencana tindak lanjutberdasar masukan atau proses pembahasan draft kebijakanselanjutnya.

Perumusan hasil KP dan pengelompokan masukan didasarkanpada masukan yang bersifat umum, perbaikan redaksional,penambahan pasal atau ayat baru, penghapusan pasal atau ayat,

Page 145: Memfasilitasi Konsultasi Publik

122

BAB-11. TEKNIK FASILITASI PARTISIPATIF KONSULTASI PUBLIK

dan sistematika draft kebijakan. Proses pengelompokan masukanini dapat melibatkan peserta.

MATERI DAN PERLENGKAPAN

Seringkali dijumpai penyelenggaraan KP yang tersendat karenabahan dan alat-alat yang diperlukan tidak disiapkan secara matang.Untuk menghindari hal itu, langkah awal yang perlu dilakukan adalahmembuat daftar alat dan bahan yang dibutuhkan selamapenyelenggaraan KP. Alat dan bahan yang dibutuhkan antara lain:

Publikasi.Publikasi.Publikasi.Publikasi.Publikasi. Publikasi diperlukan untuk menyebarluaskan informasitentang pelaksanaan kegiatan KP. Selain sebagai salah satu bentukakuntabilitas penyelenggaraan kegiatan, publikasi merupakanmedia pemberitahuan kepada publik. Publikasi juga diharapkanmenstimulasi warga lain --yang tidak terlibat langsung dalam KP-- turut memberikan masukan terhadap rancangan kebijakan yangdisusun. Beberapa media publikasi yang biasa dipergunakan antaralain spanduk, leaflet/brosur, display, dan press release.

Page 146: Memfasilitasi Konsultasi Publik

123

BAB-11. TEKNIK FASILITASI PARTISIPATIF KONSULTASI PUBLIK

Dokumentasi .Dokumentasi .Dokumentasi .Dokumentasi .Dokumentasi . Dokumentasi proses penyelenggaraan KPmerupakan bentuk akuntabilitas publik dalam suatu perumusankebijakan sekaligus justifikasi suatu usulan. Contoh kasus, alasanatau latarbelakang suatu usulan dapat diverifikasi melaluidokumentasi proses, termasuk pencatatan proses dan hasil diskusikelompok. Keberadaan dokumentasi juga dapat menjadi alatpublikasi keterlibatan warga dalam perumusan peraturanperundang-undangan. Dalam proses KP peralatan dokumentasiyang diperlukan adalah tape recorder, kamera, handycam,komputer/laptop, block note dan alat tulis lain.

Peralatan tulis menulisPeralatan tulis menulisPeralatan tulis menulisPeralatan tulis menulisPeralatan tulis menulis..... Perlengkapan tulis-menulis diperlukanpada saat diskusi kelompok maupun pleno. Kertas planomerupakan peralatan yang paling efektif untuk mencatat point-point dalam diskusi kelompok, sehingga peserta dapat menyimakproses diskusi secara visual. LCD proyektor lebih efektif digunakanpada saat diskusi pleno dalam forum yang lebih besar. Beberapapelengkapan tulis-menulis yang sering digunakan adalah kertasplano, kartu metaplan, kertas transparansi, spidol transparansi,spidol, whiteboard, LCD proyektor, dan notebook.

Perlengkapan administrasi.Perlengkapan administrasi.Perlengkapan administrasi.Perlengkapan administrasi.Perlengkapan administrasi. Dalam KP diperlukan perlengkapanadministrasi seperti daftar hadir peserta, format biodata peserta,lembar evaluasi penyelenggaraan KP, dan lembar isian masukan.Lembar evaluasi bertujuan untuk mengetahui penilaian pesertaterhadap penyelenggaraan KP sehingga menjadi bahanperbaikan KP berikutnya. Format masukan disediakan untukmenampung masukan dan aspirasi peserta yang tidak dapatdisampaikan dalam diskusi karena keterbatasan waktu. Formatmasukan juga bisa digunakan untuk mengetahui sumber aspirasidan memantau akomodasi setiap aspirasi dalam suatu kebijakan.

Perlengkapan seminar.Perlengkapan seminar.Perlengkapan seminar.Perlengkapan seminar.Perlengkapan seminar. Penyelenggara perlu mempersiapkanperlengkapan seminar yang terdiri dari block note, alat tulis, IDcard, map, dan materi. Format-format masukan dan biodata pesertajuga dapat dimasukkan dalam perlengkapan seminar. Materi untuksetiap peserta merupakan perlengkapan peserta yang harus adadalam pelaksanaan KP. Untuk memperoleh masukan yang opti-mal, sebaiknya penyelenggara sudah mengirim materi KPsebelumnya (via kurir, pos atau email), biasanya bersamaan dengan

Page 147: Memfasilitasi Konsultasi Publik

124

BAB-11. TEKNIK FASILITASI PARTISIPATIF KONSULTASI PUBLIK

pengiriman undangan. Pihak penyelenggara juga perlumenyediakan materi lain untuk mendukung pelaksanaan KPsebagai referensi tim kerja. Materi yang diperlukan antara lain hasil-hasil penelitian dan peraturan perundang-undangan lain yangterkait dengan kebijakan yang disusun.

TATA LETAK RUANGAN

Tata letak (layout/setting) ruangan dalam proses diskusi KP perludiperhatikan agar memberikan kenyamanan bagi para pesertasehingga mereka bisa lebih terbuka ketika mengungkapkanpendapatnya. Setting ruangan berbentuk kelas atau teater dinilaikurang efektif untuk berdiskusi. Sementara setting tempat dudukberbentuk “U” lebih memberikan kenyamanan bagi peserta untukberdiskusi. Setting seperti ini lebih memberikan kesan setara(egaliter). Usahakan agar susunan tempat duduk hanyamempergunakan satu baris saja. (Contoh setting ruangan berbentuk“U” ditampilkan dalam gambar).

Pencahayaan ruangan yang memadai dan suhu ruangan juga akanmempengaruhi kenyamanan peserta diskusi. Pencahayaanruangan pada bagian display hendaknya tidak terlalu terang.Pencahayaan yang terlalu terang akan mempengaruhi kualitastampilan presentasi yang dihasilkan LCD proyektor.

ContContContContContoh Toh Toh Toh Toh Tatatatatatalealealealealetttttak Rak Rak Rak Rak Ruangan Puangan Puangan Puangan Puangan Pererererer tttttemuan KPemuan KPemuan KPemuan KPemuan KP

Page 148: Memfasilitasi Konsultasi Publik

125

BAB-11. TEKNIK FASILITASI PARTISIPATIF KONSULTASI PUBLIK

MENGAPA MEMBUTUHKAN FASILITATOR KP?

Membangun Prinsip-prinsip Saling Menghormati

Teknik fasilitasi KP merupakan kunci dalam mengelolamusyawarah atau pertemuan sehingga kegiatan itu bisa berlangsungsecara dialogis. Forum harus menempatkan peserta secara setarasehingga seluruh peserta dapat memberikan masukan secara terbuka.

Peran tim kerja dalam kegiatan KP tidak di-maksudkan untukmem-pertahankan draft peraturan perundang-undangan yang telahdirumuskan. Tim kerja berperan sebagai sumber informasi mengenailatar-belakang dan maksud suatu pasal. Selain itu, tim kerja berperansebagai penam-pung masukan dari peserta. Karena itu, sejak awalkegiatan perlu ditekankan bahwa seluruh peserta memiliki hakmemberikan masukan dankritik terhadap draft kebijakanyang telah disusun.

Fasilitator bertugasmenjaga agar suasanamusyawarah berlangsungsecara positif dan tumbuhsaling percaya. Fasilitatorbertugas merumuskanprinsip-prinsip yang perludijunjung para peserta, yangdipaparkan dan disepakatibersama di awal pertemuan.

Membangun BudayaKomunikasi Dialogis

Dalam merancang prosesKP, fasilitator harus mampumembangun budayakomunikasi di antara para peserta. Fasilitator harus memahami apakahpara peserta siap untuk bertukar informasi, berdialog, bahkanberdebat dan bertukar argumentasi untuk memperoleh kesamaanpandangan atau pemahaman yang lebih baik.

Page 149: Memfasilitasi Konsultasi Publik

126

BAB-11. TEKNIK FASILITASI PARTISIPATIF KONSULTASI PUBLIK

Dalam kasus pelaksanaan KP regional pembahasan RPP-T2CP2EPRPD, masih terlihat kesenjangan antara tim kerja dari instansipemerintah pusat dan peserta KP yang berasal dari pemerintahandaerah. Peserta dari unsur pemerintahan daerah terkesan masihmempunyai hambatan psikologis untuk memberikan masukan secaraterbuka. Faktor yang mempengaruhi adalah hubungan kerja yanghierarkis antara struktur pemerintahan pusat dengan pemerintahandaerah.

Dalam kondisi seperti ini fasilitator dan penyelenggara perlumembuat forum diskusi agar secair mungkin. Tim kerja pemerintahperlu disiapkan agar bersikap terbuka terhadap kritik dan masukandari peserta diskusi. Saran dan kritik peserta harus ditanggapi sebagaimasukan terhadap rancangan kebijakan. Penanggap tidak perlubersikap resisten terhadap masukan. Penolakan dari penanggapdapat menyebabkan peserta enggan memberikan masukan danterbuka selama diskusi.

Memfasilitasi untuk Mencapai Hasil Lebih Baik

Keberadaan tim fasilitator adalah mengelola proses musyawarahagar memperoleh pemahaman yang lebih baik, menghimpunmasukan-masukan yang berbobot, dan pada akhirnya bisa menjadimasukan yang lebih baik bagi penyusunan kebijakan atau peraturan.Dengan demikian, KP akan bermanfaat bagi pemerintah. Di sisi lainmasyarakat akan memperoleh kebijakan dan peraturan yang aspiratifdan berkeadilan.

SIAPA TIM FASILITATOR KP?

Mandat dan Kewenangan Fasilitator KP

Fasilitator KP adalah peran yang diperoleh seseorang ataukelompok dari sebuah lembaga penyelenggara karena dianggapmampu menjembatani posisinya selaku lembaga penyusun kebijakandan peraturan, dengan warga masyarakat. Sementara itu di tingkatbirokrasi, berkembang budaya komunikasi hierarkis, terutama antarapusat dan daerah.

Dalam kondisi seperti itu, fasilitator diskusi sebaiknya berasal dariunsur non-pemerintah agar bisa berada di tengah-tengah dan tidak

Page 150: Memfasilitasi Konsultasi Publik

127

BAB-11. TEKNIK FASILITASI PARTISIPATIF KONSULTASI PUBLIK

memiliki hambatan psikologis yang diakibatkan jabatan atau strukturjabatan. Sedangkan mandat dan kewenangan tim fasilitator perludirumuskan oleh lembaga penyelenggara sejak awal. Misalnya:

Fasilitator KP regional dan lintas sektoral berwenang hanya padatahap mengelola proses dan menyusun masukan yang disepakatiforum. Sedangkan narasumber yang bertugas untuk menjelaskandraft kebijakan berasal dari lembaga penyelenggara.

Fasilitator tim kerja (Tim Bersama) berwenang mengelola prosesdan memfasilitasi perubahan pasal-pasal pada draft peraturan yangsedang dibahas. Sedangkan keputusan mengenai diterima atautidak sebuah perubahan dilakukan oleh pimpinan pertemuan daripejabat lembaga yang berwenang.

Kriteria Fasilitator yang Dibutuhkan

Sebaiknya tim fasilitator adalah orang-orang yang bersediaterlibat secara penuh pada setiap tahapan perumusan kebijakan,meskipun terjadi pembagian tugas memfasilitasi pada seluruhkegiatan (event) yang akan dilaksanakan. Misalnya siapa memfasilitasiKP di wilayah A, B, C, dan lintas sektoral, serta siapa memfasilitasipertemuan Tim Bersama untuk menindaklanjuti hasil-hasil KP.

Page 151: Memfasilitasi Konsultasi Publik

128

BAB-11. TEKNIK FASILITASI PARTISIPATIF KONSULTASI PUBLIK

Page 152: Memfasilitasi Konsultasi Publik

129

BAB-12. TEKNIK KOMUNIKASI DAN KONSULTASI

BAB-12Teknik Komunikasidan Konsultasi

TTTTTekekekekeknik Lnik Lnik Lnik Lnik Lobbobbobbobbobby Py Py Py Py Personal dan Informalersonal dan Informalersonal dan Informalersonal dan Informalersonal dan InformalApa yang Perlu Disiapkan Pe-lobbyMenyusun Gagasan TertulisTTTTTekekekekeknik Pnik Pnik Pnik Pnik Penyenyenyenyenyampaian dan Aampaian dan Aampaian dan Aampaian dan Aampaian dan Arrrrrgumentasi Ggumentasi Ggumentasi Ggumentasi Ggumentasi GagasanagasanagasanagasanagasanTeknik Komunikasi LisanTeknik Komunikasi TertulisKomunikasi dan Konsultasi Melalui Media MilistAktor KAktor KAktor KAktor KAktor Kunci di Tunci di Tunci di Tunci di Tunci di Tingkingkingkingkingkat Pat Pat Pat Pat PemerintahanemerintahanemerintahanemerintahanemerintahanKonsultasi Publik di Tingkat PusatKonsultasi Publik di Tingkat DaerahModel Komunikasi yang Dibangun di Masa DepanModel Komunikasi yang Dibangun di Masa DepanModel Komunikasi yang Dibangun di Masa DepanModel Komunikasi yang Dibangun di Masa DepanModel Komunikasi yang Dibangun di Masa DepanDari Komunikasi Hirarkis ke Komunikasi DialogisPenggunaan Teknologi Komunikasi di Masa Mendatang

Page 153: Memfasilitasi Konsultasi Publik

130

BAB-12. TEKNIK KOMUNIKASI DAN KONSULTASI

TEKNIK LOBBY PERSONAL DAN INFORMAL

Apa yang Perlu Dipersiapkan Pelaku Lobby

Untuk menjalankan peran sebagai pelaku lobby dan pelakutechnical assistance pengembangan substansi RPP danproses KP partisipatif, Tim CSO perlu menguasai teknik

lobby personal dan informal serta teknik menyampaikan argumentasiatau gagasan. Di dalamnya mencakup kemampuan menggambarkanataupun menawarkan berbagai hal positif yang akan diperolehpemegang kebijakan demi tercapainya tujuan. Namun perlu disadaribahwa banyak faktor yang mempengaruhi diakomodirnya masukan-masukan oleh pemerintah.

Berdasarkan pengalaman Tim CSO/FPPM, ada beberapa hal yangperlu dipersiapkan dalam rangka melakukan lobi kepada pejabatpublik. Pertama, kesepakatan dan penetapan tujuan KP untukmemperjelas arah dan capaian komunikasi dan konsultasi. Kedua,mengenali para pemegang kebijakan yang menjadi aktor utama danaktor pendukung. Hal yang perlu dketahui adalah nama lengkap,jabatan, tugas dan fungsi (Tupoksi) serta peranan jabatan tersebut.

Sejak dini, informasi itu menjadi penting untuk diketahui. TimCSO/FPPM perlu mengenali kebijakan yang ada, dengan caramenemui pejabat di tingkat eselon tertentu. Tim juga perlumengenali alur pikir pejabat bersangkutan mengenai substansikebijakan yang akandirumuskan. Informasimengenai sifat-sifat, ke-biasaan, serta kesanpribadi seorang pejabatjuga penting diketahui.Pemahaman terhadapsemua itu akan men-dukung upaya untukm e m b a n g u nkomunikasi yang efektif.

Page 154: Memfasilitasi Konsultasi Publik

131

BAB-12. TEKNIK KOMUNIKASI DAN KONSULTASI

Menyusun Gagasan Tertulis

Selain informasi mengenai aktor pemegang kebijakan, salah satuyang dipersiapkan Tim CSO/FPPM adalah naskah tertulis tentanggagasan kerjasama dan substansi RPP yang dilengkapi denganargumentasinya. Naskah ini menjadi bahan dalam pertemuan dankomunikasi dengan pejabat yang akan menjadi mitra. Diharapkannaskah itu akan memberikan gambaran yang lebih jelas danmemudahkan pejabat dalam memahami dan menerima gagasankerjasama dan substansi kebijakan.

Beberapa hal yang diuraikan dalam gagasan itu tercermin dalamsubstansi RPP yang meliputi:

Informasi tentang kebijakan yang akan dilaksanakan;

Informasi tentang berbagai potensi dan masalah di daerah yangmenjadi sasaran kebijakan;

Pemikiran tentang hal-hal positif (dan negatif ) terhadaprancangan kebijakan;

Kehendak untuk mendukung sambil mengenalkan kapasitas,inovasi, hasil penelitian, tenaga ahli, dan pengalaman yang dimiliki;

Prinsip keberpihakan negara atas sasaran kesejahteraan rakyat;

Prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik;

Prinsip-prinsip pemaanfaatan daya dukung dan kelestarianlingkungan;

Cerminan konsistensi perencanaan dengan prosespenganggaran;

Informasi, saran, pertimbangan atau pendapat dalam penyusunanstrategi pelaksanaan kebijakan;

Peluang untuk bekerjasama dalam penelitian dan pengembangandan atau bantuan tenaga ahli;

Hal lain yang secara situasional dan kondisional diperlukan, baikatas pertanyaan atau permintaan pemegang kebijakan maupunberdasarkan hasil pengamatan.

Page 155: Memfasilitasi Konsultasi Publik

132

BAB-12. TEKNIK KOMUNIKASI DAN KONSULTASI

TEKNIK PENYAMPAIAN DAN ARGUMENTASIGAGASAN

Teknik Penyampaian Gagasan secara Lisan

Penyampaian gagasan oleh Tim CSO/FPPM kepada pemerintahdisampaikan baik secara tertulis maupun lisan. Penjelasan singkatnyadapat disampaikan secara lisan dengan menunjuk bagian-bagiantertentu dalam tulisan yang sudah tersedia. Namun akan lebih baikkalau penjelasan dapat disampaikan dengan menggunakan alatvisualisasi seperti flipcharts, OHP, atau LCD projektor sesuai dengankesepakatan dan kemungkinan yang ada.

Penyajian sebaiknya dilakukan oleh seseorang yang sudahdikenal baik oleh pemegang kebijakan terkait. Penyaji juga harusmenguasai materi (aspek-aspek argumentasi) yang disajikan denganpenjelasan yang mudah dipahami. Upayakan agar setiappembicaraan diakhiri dengan kesepakatan rencana tindak lanjut(RTL). Sedapat mungkin bahannya sudah diidentifikasi sebelumnya.

Teknik Penyampaian Gagasan secara Tertulis

Penggunaan bahasa tulisan dengan bahasa lisan atau bahasa tuturperlu dibedakan. Kalangan CSO perlu memahami perbedaan ini agarmasukan tertulis yang dibuatnya lebih mudah dipahami olehpembaca (terutama pejabat pemegang kebijakan). Sedapat mungkintulisan disesuaikan dengan alur pikir atau dan cara pandang yangberkembang di kalangan lembaga pembuat kebijakan.

Tentu hal itu tidak terlalu mudah karena harus didahului denganpengamatan yang cermat, dan juga bukan suatu keharusan. Apabilaterdapat masukan atau cara pandang yang berbeda, gunakanargumentasi yang logis, dengan penggunaan kata-kata dan susunankalimat yang tidak memojokkan atau menuduh pemerintah.

Hal-hal lain yang sebaiknya dihindari adalah:

Kata-kata ataupun kalimat yang berulang. Untuk maksud yang samapada kalimat lain upayakan menggunakan kata-kata lain yangmempunyai makna serupa.

Page 156: Memfasilitasi Konsultasi Publik

133

BAB-12. TEKNIK KOMUNIKASI DAN KONSULTASI

Penggunaan tanda ‘garis miring’. Garis miring mungkin dapatdiganti dengan kata ‘dan’ maupun ‘atau’, kecuali misalnya kata-kata‘kebupaten/kota’, ‘Menteri Negara PPN/Ketua Bappenas’ yangsudah lazim digunakan secara nasional. Pilihan lain dapat jugamenambahkan kata lain dalam tanda ‘kurung buka-kurung tutup’.

Kata-kata atau kalimat yang bersifat pribadi seperti ‘aku’, ‘kami’,‘menurut saya’. Dalam hal-hal tertentu yang perlu menunjukkantanggung jawab pribadi, dapat digunakan kata-kata ‘penulis’ yangsebaiknya dituliskan dalam tanda ‘kurung buka-kurang tutup’.Mungkin akan lebih baik kalau menggunakan kata-kata “adapendapat lain yang mengatakan ... dst”.

Penggunaan kata-kata dalam bahasa asing. Kekecualiannya,apabila bahasa asing itu diamati lebih mudah dipahami olehpembaca dibanding bahasa Indonesia. Alternatif lain adalahmenggunakan kedua bahasa tersebut, salah satu bahasa dituliskandalam tanda ‘kurung buka-kurung tutup).

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah mengikuti etikapenulisan yang lazim digunakan. Misalnya kalau mengutip pendapatorang, penulis lain, ataupun mungkin juga media atau penerbitan,maka harus menyebutkan sumbernya. Misalnya nama penulis ataupengarang, nama buku, dan tahun terbit.

Komunikasi dan Konsultasi melalui Media Mailist

Komunikasi juga bisa dilakukan dengan memanfaatkan teknologiinternet dan mailist. Hal ini seperti yang dilakukan di antara DitjenBina Bangda Depdagri dengan Tim CSO/FPPM. Selama proses KP,terjadi komunikasi via email antara Tim CSO/FPPM dengan Ditjen BinaBangda.

Isi komunikasi tadi mencakup pertukaran gagasan mengenaipengawalan dan pengaturan (dalam Permendagri) mengenai pro-poor budget (penganggaran yang berpihak pada orang miskin),program pengembangan wilayah terpadu (PPWT), dan keterpaduanperencanaan dan penganggaran pembangunan daerah, khususnyadari RKPD sampai APBD. Hasil komunikasi melalui email ini kemudiandidesiminasikan kepada sejumlah mitra jaringan FPPM sehinggamenjadi suatu proses komunikasi banyak pihak.

Page 157: Memfasilitasi Konsultasi Publik

134

BAB-12. TEKNIK KOMUNIKASI DAN KONSULTASI

Tentu saja pembahasan tatap muka tetap diperlukan, tetapikomunikasi dan konsultasi melalui mailist sebenarnya jauh lebihmempermudah dan mempercepat serta memperluas cakupan dansebaran pembahasan. Di sejumlah negara, proses pembuatanperaturan-perundang-undangan telah dilakukan secara on-line(menggunakan internet).

AKTOR KUNCI DI TINGKAT PEMERINTAHAN

KP di Tingkat Pusat

Dalam lingkup pemerintahan, dewasa ini makin banyak pejabatyang bersedia menjalin komunikasi dengan kalangan CSO. Pejabatdimaksud terutama adalah pejabat yang bertanggung jawab atastupoksi yang menjadi substansi kerjasama.

Di tingkat pusat, biasanya mereka adalah pejabat eselon II atausetingkat direktur atau kepala pusat, seperti direktur jenderal, kepalabadan, atau nama jabatan lain diatas eselon II. Setingkat direktur ataukepala pusat juga termasuk sekretaris direktorat jenderal, sekretarisbdan, atau nama jabatan lainnya yang sering diistilahkan sebagaiyang pertama di antara sesama eselon II (the first among the same).

KP di Tingkat Daerah

Khusus untuk tingkat kabupaten/kota, kunci keberhasilantercapainya penyelenggaraan KP sangat dipengaruhi oleh kebijakandan kepedulian Bupati/Walikota terhadap substansi dan perubahanyang ditawarkan. Oleh karena itu komunikasi dan konsultasi lebihdiutamakan pada bupati/walikota. Hal itu dapat dilakukan denganbantuan pejabat eselon II atau III, seperti ketua Bappeda, sekretarisdaerah atau kepala Bagian Hukum dan Perundang-Undangan,maupun kepala Bagian Pemerintahan.

Demikian juga komunikasi dengan DPRD. Komunikasi denganlegislatif akan lebih mudah/berhasil apabila melalui bupati/walikota.Namun perlu dicatat, keberhasilan itu terjadi apabila antara bupati/walikota dengan ketua DPRD telah terjalin hubungan baik. Apabilahubungan di antara keduanya tidak terjalin baik, komunikasi dankonsultasi dengan ketua DPRD dilakukan melalui ketua komisi terkait

Page 158: Memfasilitasi Konsultasi Publik

135

BAB-12. TEKNIK KOMUNIKASI DAN KONSULTASI

atau Sekwan (sekretaris dewan) baik secara langsung maupunmelalui fungsionaris di bawahnya.

MODEL KOMUNIKASI YANG DIBANGUN DIMASA DEPAN

Dari Komunikasi Hierarkis ke Komunikasi Dialogis

Masyarakat kita belum sepenuhnya terbiasa dan memilikikapasitas mengelola komunikasi dialogis. Padahal karakteristikkomunikasi ini akan mempengaruhi tujuan komunikasi yang akandicapai dalam proses KP. Apakah KP itu bertujuan untuk menerimamasukan, mensosialisasikan draft kebijakan, atau membangun dialoguntuk menyusun kesepakatan tentang hal-hal penting yang perludimasukkan ke dalam kebijakan tersebut? KP partisipatif tentunyamembutuhkan kesiapan semua pihak dalam hal memiliki kapasitasdan sumberdaya yang dibutuhkan.

Perlu kita sadari bahwa model komunikasi hierarkis atau searahbukan hanya ada di lembaga birokrasi saja, melainkan masih jugabanyak terjadi di kalangan organisasi masyarakat sipil dan organisasitradisional yang memiliki kepemimpinan paternalistik dankharismatik. Begitu juga dengan masyarakat Indonesia yang sebagianbesar berada di perdesaan, pada umumnya masih memiliki strukturdan budaya komunikasi tersentral, hirarkis, dan searah, dari pemimpinkepada warganya dan dari orang tua/tokoh kepada generasi muda.

Penggunaan Teknologi Komunikasi di MasaMendatang

Di masa mendatang, upaya membangun komunikasi antarapemerintah dan warga harus terus ditingkatkan melalui penguatankapasitas komunikasi, baik di tingkat pemerintahan maupun tingkatwarga. Peningkatan kapasitas komunikasi di antaranya adalah melaluipenguasaan teknologi komunikasi yang saat ini memasuki era dijital.Saat ini sudah mulau berkembang apa yang disebut e-government(electronic-government) yang salah satunya adalah penggunaanteknologi untuk mendukung penyediaan informasi publik olehlembaga publik, dan juga membangun komunikasi interaktif antarapemerintah dan warga dengan penggunaan media on-line.

Page 159: Memfasilitasi Konsultasi Publik

136

BAB-12. TEKNIK KOMUNIKASI DAN KONSULTASI

Selain mampu memperluas jangkauan dan cakupan komunikasidi negara yang luas dan merupakan negara kepulauan sepertiIndonesia, e-government bermanfaat untuk mengikis kesenjanganyang disebabkan budaya komunikasi hierarkis yang berkembang baikdi dalam lembaga maupun di masyarakat.

Dalam menawarkan rancangan proses KP partisipatif,keterbatasan kapasitas penguasaan teknologi komunikasi diIndonesia serta keterampilan komunikasi yang mendukung prosesdialogis, merupakan tantangan inovasi yang masih panjang.Menantang dan kita pasti bisa.

Page 160: Memfasilitasi Konsultasi Publik

137

BAB-12. TEKNIK KOMUNIKASI DAN KONSULTASI

Page 161: Memfasilitasi Konsultasi Publik

138

BAB-12. TEKNIK KOMUNIKASI DAN KONSULTASI

Page 162: Memfasilitasi Konsultasi Publik

139

E P I L O G

EPILOGPelembagaan Konsultasi

Publik dalam PenyusunanKebijakan Pemerintah

Page 163: Memfasilitasi Konsultasi Publik

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

Page 164: Memfasilitasi Konsultasi Publik

141

E P I L O G

Epilog:

Pelembagaan KonsultasiPublik dalam PenyusunanKebijakan PemerintahOleh: Drs. Fazli Siregar, MPIA

Melaksanakan proses “bottom-up and top-down planning”sudah sangat dikenal oleh hampir semua aparatpemerintah daerah pada semua tingkatan pemerintahan

sejak berlakunya Permendagri No. 9 Tahun 1982 tentang PedomanPenyusunan Perencanaan dan Pengendalian Pembangunan di Daerah(P5D). Namun dalam menyusun RPP tentang Sistem PerencanaanPembangunan Daerah terdapat dua hal yang agak berbeda.

Pertama, pemilihan kepala daerah secara langsung (Pilkada) dimanasetiap kepala daerah terpilih harus mampu memberikan gambaran“wajah” daerahnya lima tahun ke depan yang dinyatakan dalam visi danmisinya. Kedua, penggunaan metode Medium Term ExpenditureFramework (MTEF) dalam menyusun dokumen-dokumen mulai dariRencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) sampaidengan Rencana Kerja Satuan Kerja Pemerintahan Daerah (Renja SKPD)setiap tahunnya.

Konsekuensi dalam menetapkan visi misinya menunjukkan kepekaankepala daerah terpilih terhadap isu atau masalah yang harus ditekan ataubidang-bidang mana yang perlu ditingkatkan. Perkembangan dimasyarakat setelah kebebasan berekspresi di era reformasi adalahtanggapnya sikap masyarakat terhadap masalah atau kejanggalan yangterjadi di sekitarnya. Masalah-masalah tersebut bervariasi di setiap daerah,mulai dari korupsi, penyelewengan dana APBD, tingkat drop-out siswayang terlalu tinggi, kerusakan lingkungan dan berbagai hal yang dianggap“tidak biasa” oleh masyarakat setempat. Kelompok-kelompok masyarakatyang mempunyai perhatian terhadap suatu isu, berkumpul untuk

Page 165: Memfasilitasi Konsultasi Publik

142

E P I L O G

menyatukan gerak langkah dalam wadah LSM atau Civil SocietyOrganization (CSO).

Di luar cara-cara menarik pemilih yang agak emosional dan kurangjujur, umumnya visi misi yang dikembangkan dari dokumen “daerahdalam angka” dan isu yang dipikul oleh berbagai LSM yang ada adalahsejalan.

Hal selanjutnya yang perlu disepakati adalah penyusunanperencanaan program dan penganggarannya dalam kurun waktu limatahunan, baik dalam bentuk RPJMD-Renstra SKPD sampai denganpenyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)-Renja SKPDsetiap tahun sesuai dengan kemampuan pendanaannya.

Dalam menyusun RPP perencanaan ini kami sangat berharaptertampungnya semua substansi dan aspirasi yang tumbuh di masyarakatdi berbagai daerah. Karena itu konsultasi publik (KP) di empat kota(Surabaya, Medan, Makasar dan Denpasar) yang diikuti oleh semua aparatPemda dan CSO, telah berlangsung dengan hangat dan dinamis.

Melihat lahirnya berbagai lembaga CSO terutama pada era reformasiini dan isu-isu yang dipikulnya, keikutsertaan dalam menyusun kebijakanpemerintah, CSO seharusnya tidak menjadi halangan akan tetapi malahmemperluas dan mempertajam kebijakan. Keikutsertaan CSO selama initidak terbatas pada pembentukan payung hukum, namun lebihoperasional kepada proses pelaksanaan kebijakan karena lebih mengenallapangan dan masyarakat di dalamnya.

Bekerjasama dengan FPPM menjadi menarik karena tidak adanya isuspesifik yang dipikulnya, tetapi memberi rekomendasi keikutsertaanberbagai CSO dengan berbagai isu yang diperjuangkannya secara jujurdan proporsional. Isu yang diperjuangkan menjadi masukan yangmemperkaya bahasan dan substansi dalam menyusun RPP perencanaanini.

Proses KP yang melibatkan Forum Pengembangan PartisipasiMasyarakat (FPPM), Pemda dan CSO daerah dalam proses penyusunanRPP akan lebih hidup dan dinamis bila 2 hal perubahan utama yaituproses Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) dan berjalannya metoda MTEFserta segala konsekuensinya dipahami lebih dalam oleh semua peserta.

Page 166: Memfasilitasi Konsultasi Publik

143

E P I L O G

Pemahaman terhadap kebijakan tadi akan sangat membantu pesertadalam proses KP yang lancar dan dinamis. Namun dengan masihterbukanya kesempatan kepada setiap Pemda untuk menyusun kebijakandalam bentuk pengaturan di daerah yang lebih rinci dan disesuaikandengan kebutuhan daerah setempat, proses KP di daerah sangat baikuntuk dilaksanakan bersama CSO setempat.

Menurut hemat kami, keberlanjutan pola keterlibatan CSO dalamproses penyusunan kebijakan pemerintah sangat baik untuk diintensifkan;selama kualitas dan komitmen CSO masih sesuai dengan isu yangdipikulnya atau diperjuangkannya secara murni. Bila CSO mempunyaianggota-anggota dari kumpulan profesional sesuai dengan isu yangdiperjuangkannya maka itu akan lebih menaikkan posisi tawar CSOdimaksud.

Untuk pendanaan KP, seharusnya tertampung dalam Daftar IsianPelaksanaan Anggaran (DIPA) untuk menyusun kebijakan, sama sepertipembahasan undang-undang atau Perda dengan legislatif. Namunsebagai standar baku pembahasan suatu kebijakan, pendanaan untukpertemuan-pertemuan KP dengan CSO belum ‘lazim” dilakukan sedangkankonsultasi dengan Pemda yang berkepentingan biasanya dipikul secarabersama-sama.

Dengan membaiknya mutu kepala daerah terpilih, anggota legislatifyang lebih jeli serta CSO yang lebih kompeten, maka titik temu antaravisi misi –hasil jaring asmara- isu yang diperjuangkan untuk masyarakatdengan sumber dan lokasi yang sama akan lebih mudah untukterbentuknya kesamaan pandang. Masalahnya sepakat sama, solusinyamungkin berbeda-beda sesuai dengan jalur yang dijalani. Untuk itu KPantara stakeholders menjadi suatu kebutuhan bersama.

Amin.

Page 167: Memfasilitasi Konsultasi Publik

144

DAFTAR PUSTAKA

Daftar Pustaka

Bahagijo, Sugeng, Orde Partisipasi, Perkumpulan Prakarsa, Jakarta,2006.

Eko, Sutoro, “Memperdalam Demokrasi Desa”, dalam Orde Partisipasi,Perkumpulan Prakarsa, Jakarta, 2006.

Fishkin, James, “The Nation in a Room: Turning Public Opinion IntoPolicy” dalam Boston Review, March/April 2006.

Fung dan Williamson, “Public Deliberation: Where Are We and WhereCan We Go?” dalam National Civic Review, Vol. 93, No. 4 (Winter 2004).

Karp, Janette Hartz, “A Case Study in Deliberative Democracy: Dialoguewith The City”, dalam Journal of Public Deliberation, Vol. 1: No. 1,Article 6. 2005, http://services.bepress.com/jpd/vol1/iss1/art6).

Lukenmeyer, Carolyin J. and Lars Hasselblad Torres, Public Deliberation:A Manager Guide to Citizen Participation, IBM Center for The Bussinesof Government. 2006.

Zen, Patra M., dkk., Mencegah Penyingkiran Partisipasi Masyarakat,Seknas Koalisi Kebijakan Partisipatif, 2006.

Sterne, Peter with Sandra Zagon, “Public Consultation Guide:Changing Relationship Between Government and Canadians”, dalamManagement Practicess No 19.

Page 168: Memfasilitasi Konsultasi Publik

145

DAFTAR PUSTAKA

Bahan bacaan lain

Cabinet Office, UK Government, 2000, “Code of Practise on WrittenConsultation”.

“Radical Democracy” dalam Swiss Journal of Political Science, Vol. 10,No. 4 (Winter 2004).

States of Jersey, 2005, “Public Consultation”.

www.cabinet-office.gov.uk/regulation/consultation/code.htm

www.kesra.go.id

www.oecd.org/dataoecd/24/34/2384040.pdf

www.oecd.org/publications/e-book/4201131e.pdf.

Non-publikasi

Catatan Notulensi Proses KP Regional, Surabaya, 26-28 Juli 2006

Catatan Notulensi Proses KP Regional, Medan, 3-5 Agustus 2006

Catatan Notulensi Proses KP Regional, Makasar, 3-5 Agustus 2006

Catatan Notulensi Proses KP Regional, Denpasar, 9-11 Agustus 2006

Catatan Notulensi Proses KP Lintas-Sektor, Jakarta, 6-7 September 2006

Draft IV - VIII RPP-T2CP2EPRPD

Page 169: Memfasilitasi Konsultasi Publik

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

Page 170: Memfasilitasi Konsultasi Publik

147

LAMPIRAN

LAMPIRAN

Lampiran-1 Format Evaluasi Hasil KP

TABULASI USULAN DITERIMADAN DITOLAK PADA PERUMUSAN

MASUKAN KP LINTAS-SEKTOR

Lampiran-2 Format Evaluasi Hasil KP

HASIL PENELUSURAN CAPAIAN ISUDALAM RPP-T2CP2EPRPD

LAMPIRAN

Page 171: Memfasilitasi Konsultasi Publik

148

LAMPIRAN

Page 172: Memfasilitasi Konsultasi Publik

149

LAMPIRAN

Lampiran-1 Format Evaluasi Hasil KP

TABULASI USULAN DITERIMADAN DITOLAK PADA PERUMUSAN

MASUKAN KP LINTAS-SEKTOR

Keterangan No. Usulan

Diterima DitolakAlasan

1 Pasal 1 butir 2

Kata “rencana” bukan dokumen melainkan proses. Seharusnya dihilangkan saja, overlap dengan butir 1.

V Butir 1 telah memuat kata perencanaan sebagai proses

2 Pasal 1 butir 3.

Hapus mulai dari “setiap...”. Rencana kerja adalah dokumen rencana yang memuat program dan kegiatan yang diperlukan untuk mencapai sasaran pembangunan, dalam bentuk kerangka regulasi dan kerangka anggaran.

V Redaksional padat

3 Pasal 1 butir 26, redaksional.

“Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa satuan kerja sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program”. Kalimat selanjutnya dihapus.

V

Page 173: Memfasilitasi Konsultasi Publik

150

LAMPIRAN

Keterangan No. Usulan

Diterima DitolakAlasan

4 Pasal 1 butir 28, redaksional.

“Pengendalian adalah rangkaian kegiatan untuk mengupayakan agar proses perencanan dan pelaksanaan program dan kegiatan sesuai ketentuan, tujuan, sasaran dan rencana yang telah di tetapkan”.

V Usulan redaksional mengubah subtansi pasal

5 Pasal 1 butir 36, redaksional.

Kata “Kepala Daerah” dihapus.

“Koordinasi adalah upaya yang dilaksanakan guna mencapai keselarasan, keserasian dan keterpaduan, baik perencanaan maupun pelaksanaan tugas serta kegiatan semua instansi vertikal dengan dinas daerah agar tercapai hasil guna dan daya guna yang sebesar-besarnya”.

V Harus ada pelaku dari koordinasi

6 Pasal 1, tambahan butir.

Perlu ada definisi ketentuan umum masyarakat.

“Masyarakat adalah kelompok-kelompok sosial, tokoh-tokoh yang ada disuatu wilayah”.

V Definisi masyarakat telah digunakan umum

Page 174: Memfasilitasi Konsultasi Publik

151

LAMPIRAN

Keterangan No. Usulan

Diterima DitolakAlasan

7 Pasal 2 ayat 2. Kata masyarakat harus didefinisikan dalam ketentuan umum.

V

8 Pasal 2 ayat 2. Kata kesejahteraan rakyat ditaruh paling akhir.

V Sifat redaksional

9 Pasal 4 ayat 4. “Perencanaan pembangunan daerah dilaksanakan berdasarkan kondisi dan potensi yang dimiliki masing-masing daerah, sesuai dinamika perkembangan lokal, antar daerah, regional, nasional dan global agar mampu menciptakan daya saing dan lapangan kerja”.

V

10 Pasal 2 ayat 6, redaksional. Kata ditujukan ganti dengan diarahkan.

V Berbeda makna.

11 Pasal 3 diganti jadi Pasal 4. V Perubahan sistematika.

12 Pasal 3, tambahan penjelasan. Yang dimaksud Musrenbang Daerah merupakan upaya penjaringan aspirasi masyarakat yang antara lain ditujukan untuk mengakomodasi yang aspirasi kelompok masyarakat yang tidak memiliki akses dalam pengambilan kebijakan melalui jalur khusus.

V

Page 175: Memfasilitasi Konsultasi Publik

152

LAMPIRAN

Keterangan No. Usulan

Diterima DitolakAlasan

13 Pasal 4 diganti jadi Pasal 3. V Perubahan sistematika.

14 Pasal 4 ayat 2 dihapus. V 15 Pasal 5 ayat 1, tambahan

penjelasan. “Bappeda dan atau satuan kerja yang membidangi perencanaan pembangunan daerah”.

V Disepakati Bappeda.

16 Pasal 5 ayat 3 dihapus. V Redendunt 17 Pasal 6 ayat 1 dihapus.

Redendunt dengan ayat 5. V Dianggap

tidak redendunt.

18 Pasal 6 ayat 4 dihapus. Pasal sama dengan Pasal 7

V Dianggap tidak redendunt.

19 Pasal 6 ayat 5. Kata “oleh” diganti dalam “Tata cara dan tahapan Musrenbang RPJPD selanjutnya diatur dalam Peraturan Daerah”.

V Diatur dalam RPP.

20 Pasal 7 ayat 2. Kata “akhir” dihapus. “Rancangan RPJPD disusun paling lambat 1 (satu) tahun sebelum berakhirnya RPJPD yang sedang berjalan”.

V

21 Pasal 7, tambahan ayat. “Rancangan akhir RPJPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2), menjadi bahan penyusunan Rancangan Peraturan Daerah”.

V

Page 176: Memfasilitasi Konsultasi Publik

153

LAMPIRAN

Keterangan No. Usulan

Diterima DitolakAlasan

22 Pasal 7, tambahan ayat.

“Rancangan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud ayat (3) disosiolisasikan ke masyarakat”.

V

23 Pasal 7, tambahan ayat.

“Rancangan Perda RPJPD disampaikan ke DPRD 6 bulan sebelum berakhirnya RPJPD periode sebelumnya”.

V

24 Pasal 8 ayat 3.

Pindah ke ketentuan lain-lain dan tambah aturan mengenai tata cara.

V

25 Pasal 9 ayat 1.

“Bappeda dan atau satuan kerja yang membidangi perencanaan pembangunan daerah”.

V Disepakati Bappeda.

26 Pasal 10 ayat 2.

Tambahan penjelasan:

“Penjaringan aspirasi masyarakat ditujukan untuk mengakomodasi aspirasi kelompok masyarakat rentan.”

V Dianggap negara tidak boleh berpihak.

Page 177: Memfasilitasi Konsultasi Publik

154

LAMPIRAN

Keterangan No. Usulan

Diterima DitolakAlasan

27 Pasal 13 ayat 1.

“Renstra SKPD untuk jangka waktu 5 (lima) tahunan disusun oleh SKPD dengan melibatkan partisipasi masyarakat dan pemangku kepentingan lain, yang memuat visi, misi, tujuan dan sasaran, strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan, berdasarkan pagu indikatif.”

V

28 Pasal 15 ayat 1.

Kata “Bappeda” diganti.

“Bappeda dan atau satuan kerja yang membidangi perencanaan pembangunan daerah”.

V Disepakati Bappeda

29 Pasal 15 ayat 4.

“Rancangan Renja-SKPD memuat strategi, kebijakan, program, kegiatan yang dibedakan antara kegiatan yang sedang berjalan dan kegiatan alternatif atau baru serta indikator kinerja yang menjadi bahan utama RKPD dan menunjukkan prakiraan maju.”

V

30 Pasal 17 ayat 2, tambahan penjelasan.

“Penjaringan aspirasi masyarakat ditujukan untuk mengakomodasi aspirasi kelompok masyarakat rentan”.

V Dianggap negara tidak boleh berpihak.

Page 178: Memfasilitasi Konsultasi Publik

155

LAMPIRAN

Keterangan No. Usulan

Diterima DitolakAlasan

31 Pasal 17 ayat 5 dihapus. V

32 Pasal 20 ayat 1.

Kata “untuk” pada bagian penjelasan dihapus.

Kalimat, “Perlu juga ditegaskan....”, dihapus

V Tidak mengubah susbtansi.

33 Pasal 20 ayat 2.

Perlu tambahan penjelasan holistik dan komprehensif.

V Tidak perlu, dianggap kata umum.

34 Pasal 20 ayat 3.

Point e cukup memberatkan bagi provinsi terutama tentang sumber pendanaan.

V Perlu untuk penerapan MTEF.

35 Pasal 26 ayat 1.

Point e, ganti arah pembangunan daerah

Point b, perlu ada penjelasan mencakup apa saja, seperti kondisi lingkungan hidup, dan tata ruang.

V

36 Pasal 26 ayat 2.

Penjelasan butir k ganti j.

Point h, dalam RPJMD tidak ada pagu indikatif dalam program, melainkan target pencapaian kinerja setiap tahun.

V Perlu ada pagu indikatif untuk penerapan MTEF, keterpaduan.

Page 179: Memfasilitasi Konsultasi Publik

156

LAMPIRAN

Keterangan No. Usulan

Diterima DitolakAlasan

37 Pasal 26 Ayat 3.

Point e, tidak perlu ada indiaksi dana setiap program.

Penjelasan butir b atau d, hapus salah satu.

V Perlu ada pagu indikatif untuk penerapan MTEF, keterpaduan.

38 Pasal 26 ayat 5.

Perlu ada point baru antara b dan c, yang menyebutkan mengenai permasalahan daerah.

Point f, tambahan indikator pencapaian kinerja program dan kegiatan.

V

39 Pasal 27 ayat 1.

Perlu ada penjelasan, kapan periode tahun lalu.

V

40 Pasal 29 ayat 1 jadi Pasal 29 ayat 2.

Tambahan penjelasan:

“Perumusan masalah dilakukan untuk mengidentifikasi kebutuhan masyarakat melalui analisa komprehensif dan keterdesakan”.

V

41 Pasal 29 ayat 2, jadi Pasal 29 ayat 1.

V

42 Pasal 30 ayat 2.

“Perumusan rancangan kebijakan berisi prakiraan pencapaian sasaran kinerja dan arah kebijakan ke depan.”

V

Page 180: Memfasilitasi Konsultasi Publik

157

LAMPIRAN

Keterangan No. Usulan

Diterima DitolakAlasan

43 Pasal 37 ayat 3.

Perumusan rancangan kebijakan berisi prakiraan pencapaian sasaran kinerja dan arah kebijakan ke depan.

V

44 Pasal 37 ayat 4.

Oleh Menteri Dalam Negeri, Bappenas dan Menkeu.

V Merupakan Tupoksi Depdagri.

45 Pasal 38 ayat 1.

Bagian penjelasan menjadi penjelasan Pasal 37 ayat (3).

V

46 Pasal 41 ayat 2.

tambahan penjelasan:

Yang dimaksud Gubernur adalah melalui Bappeda dalam melakukan pengendalian dan evaluasi perencanaan pembangunan daerah.

Program dan kegiatan yang di kendalikan oleh Gubernur mencakup program dan kegiatan dekonsentrasi, tugas pembantuan dan program daerah yang didanai dari APBN.

V Sudah menjadi kepastia Gubernur melakukan pelimpahan ke Bappeda.

Page 181: Memfasilitasi Konsultasi Publik

158

LAMPIRAN

Keterangan No. Usulan

Diterima DitolakAlasan

47 Pasal 41 ayat 3.

Tambahan penjelasan:

Yang dimaksud bupati /walikota adalah melalui Bappeda dalam melakukan pengendalian dan evaluasi perencanaan pembangunan daerah.

V

48 Pasal 42 ayat 1, ditambah dengan:

“Kegiatan pemantauan, pengawasan, supervisi dan tindak lanjut”.

V Terlalu luas.

49 Pasal 42 ayat 2.

Bagian penjelasan:

“Yang mungkin dilakukan adalah pelaporan pelaksanaan program dan kegiatan. Tidak mungkin dilakukan evaluasi 3 bulanan untuk rencana tahunan.

V

Jumlah 16 33

Page 182: Memfasilitasi Konsultasi Publik

159

LAMPIRAN

No. Substansi Pasal Sistematika Isu Yang Diakomodasi

1 Bahwa untuk menjamin penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis, transparan, akuntabel, efisien dan efektif maka di bidang perencanaan pembangunan daerah diperlukan adanya penyelenggaraan tahapan, tata cara penyusunan, pengendalian dan evaluasi perencanaan daerah

Bagian penjelasan alinea 1

Transparan dan akuntabel

2 Tujuan Perencanaan Pembangunan Daerah:

• Meningkatkan transparansi dan partisipasi dalam proses perumusan kebijakan dan perencanaan program,

• Menyelaraskan perencanaan program dan penganggaran,

• Meningkatkan akuntabilitas pemanfaatan sumber daya dan keuangan publik

Bagian penjelasan umum alinea 2

Transparansi, partisipasi, akuntabilitas dan keberlanjutan

3 Proses perencanaan dilaksanakan dengan memasukkan prinsip pemberdayaan, pemerataan, demokratis, desentralistik, transparansi, akuntabel, responsif, dan partisipatif dengan melibatkan seluruh unsur lembaga negara, lembaga pemerintah, masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya

Bagian penjelasan umum alinea terakhir

Partisipasi, transparansi, akuntanbilitas

Lampiran-2 Format Evaluasi Hasil KP

HASIL PENELUSURAN CAPAIAN ISUDALAM RPP-T2CP2EPRPD

Page 183: Memfasilitasi Konsultasi Publik

160

LAMPIRAN

No. Substansi Pasal Sistematika Isu Yang

Diakomodasi

4 Perencanaan Pembangunan Daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan (stakeholders) di dalamnya, guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya yang ada dalam rangka meningkatkan kesejahteran sosial dalam suatu lingkungan wilayah/daerah dalam jangka waktu tertentu dengan memperhatikan keadilan dan keberlanjutan pembangunan daerah di masa depan.

Pasal 1 butir 8. Keberlanjutan pembangunan.

5 Perencanaan pembangunan daerah dilakukan oleh pemerintah daerah bersama masyarakat dan para pemangku kepentingan lainnya berdasarkan peran dan kewenangan masing-masing.

Pasal 2 ayat 2. Partisipasi.

6 Perencanaan pembangunan daerah bertujuan untuk mengintegrasikan perencanaan ruang, program dan kegiatan serta mengoptimalkan partisipasi masyarakat dengan memperhatikan keadilan dan keberlanjutan pembangunan di masa depan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Pasal 2 ayat 3. Partisipasi dan keberlanjutan pembangunan.

Page 184: Memfasilitasi Konsultasi Publik

161

LAMPIRAN

No. Substansi Pasal Sistematika Isu Yang

Diakomodasi

7 Perencanaan pembangunan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dirumuskan berdasarkan indikator kinerja didukung dengan data dan informasi yang akurat, realistis, dan faktual, dengan menggunakan prinsip yang responsif, efisien, efektif, transparan, akuntabel, partisipatif, berkeadilan dan berkelanjutan.

Partisipatif, merupakan hak masyarakat untuk terlibat dalam setiap proses tahapan perencanaan pembangunan daerah dan bersifat inklusif terhadap kelompok yang termarginalkan melalui jalur khusus komunikasi untuk mengakomodasi aspirasi kelompok masyarakat yang tidak memiliki akses dalam pengambilan kebijakan.

Berkeadilan, perencanaan menganut prinsip keadilan antar jender, antar sektor, antar pendapatan, antar wilayah dan antar usia.

Pasal 2 ayat 5 dan penjelasan.

Partisipasi dan keberpihakan.

8 Yang dimaksud dengan pemenuhan hak-hak dasar masyarakat baik laki-laki dan perempuan adalah yang berkaitan dengan pelayanan dasar kepada masyarakat seperti hak untuk memperoleh pekerjaan yang layak

Penjelasan Pasal 2 ayat 6.

Keberpihakan.

Page 185: Memfasilitasi Konsultasi Publik

162

LAMPIRAN

No. Substansi Pasal Sistematika Isu Yang

Diakomodasi

bagi masyarakat, memperoleh perlindungan hukum, memperoleh rasa aman, memperoleh akses atas kebutuhan hidup (sandang, pangan, dan papan) yang terjangkau, memperoleh akses dan mutu pendidikan, akses dan mutu kesehatan, memperoleh keadilan, berpartisipasi dalam politik dan perubahan, dan hak untuk berinovasi.

9 Butir (b)

Yang dimaksud Musrenbang Daerah merupakan upaya penjaringan aspirasi masyarakat yang antara lain ditujukan untuk mengakomodasi yang aspirasi kelompok masyarakat yang tidak memiliki akses dalam pengambilan kebijakan melalui jalur khusus komunikasi.

Penjelasan pasal 3 butir b.

Partisipasi, keberpihakan.

10 Musrenbang RPJPD diikuti oleh masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya.

Pasal 6 ayat 3. Partisipasi.

11 Tata cara dan tahapan Musrenbang RPJPD selanjutnya diatur oleh Peraturan Kepala Daerah.

Pasal 6 ayat 4. Keleluasaan daerah.

12 Rancangan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud ayat (3) disosiolisasikan ke masyarakat.

Pasal 7 ayat 4. Transparansi.

Page 186: Memfasilitasi Konsultasi Publik

163

LAMPIRAN

No. Substansi Pasal Sistematika Isu Yang

Diakomodasi

13 RPJPD merupakan dokumen publik dan wajib disebarluaskan kepada masyarakat.

Pasal 8 ayat 3. Transparansi.

14 program Kepala Daerah ke dalam kebijakan umum pembangunan daerah, arah kebijakan keuangan daerah dengan mempertimbangkan kerangka pendanaan, strategi pembangunan daerah dan program prioritas dengan pendekatan kerangka pengeluaran jangka menengah.

Pasal 9 ayat 2. Konsistensi perencanaan penganggaran.

15 Musrenbang RPJMD diselenggarakan dengan rangkaian kegiatan pembahasan rancangan awal RPJMD, penjaringan aspirasi masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya.

Pasal 10 ayat 2.

Partisipasi.

16 Tahapan dan tata cara Musrenbang dalam rangka menyusun RPJMD ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah.

Pasal 10 ayat 5.

Keleluasaan daerah.

17 Renstra SKPD untuk jangka waktu 5 (lima) tahunan disusun oleh SKPD dengan melibatkan partisipasi masyarakat dan pemangku kepentingan lain, yang memuat visi, misi, tujuan dan sasaran, strategi, kebijakan, program, kegiatan pembangunan, indikator kinerja dan kelompok sasaran, serta pagu indikatif.

Pasal 13 ayat 1.

Partisipasi dan konsistensi perencanaan penganggaran.

Page 187: Memfasilitasi Konsultasi Publik

164

LAMPIRAN

No. Substansi Pasal Sistematika Isu Yang

Diakomodasi

18 RPJMD merupakan dokumen publik dan wajib disebarluaskan kepada masyarakat.

Pasal 14 ayat 3.

Transparansi.

19 Rancangan Renja-SKPD memuat strategi, kebijakan, program, kegiatan yang dibedakan antara kegiatan yang sedang berjalan dan kegiatan alternatif atau baru, serta indikator kinerja dan kelompok sasaran yang menjadi bahan utama RKPD dan menunjukkan prakiraan maju.

Pasal 15 ayat 4.

Konsistensi perencanaan penganggaran.

20 Rancangan awal RKPD memuat rancangan kerangka ekonomi Daerah, program prioritas pembangunan Daerah, rencana kerja dan pendanaannya serta prakiraan maju dengan mempertimbangkan kerangka pendanaan dan pagu indikatif, baik yang bersumber dari APBD maupun sumber-sumber lain yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya.

Pasal 16 ayat 1.

Partisipasi

21 Penetapan skala prioritas beorientasi pada pemenuhan hak-hak dasar masyarakat dan pencapaian keadilan yang berkesinambungan dan berkelanjutan.

Pasal 16 ayat 3.

Keberpihakan.

Page 188: Memfasilitasi Konsultasi Publik

165

LAMPIRAN

No. Substansi Pasal Sistematika Isu Yang

Diakomodasi

22 Musrenbang RKPD merupakan wahana partisipasi dan tempat jaring pendapat yang diikuti oleh SKPD, masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya di tingkat daerah.

Pasal 17 ayat 1. Partisipasi.

23 Khusus untuk Musrenbang Kabupaten/Kota menghasilkan forum delegasi Musrenbang yang berperan mengawal proses penyusunan APBD.

Penjelasan pasal 17 ayat 2.

Partisipasi dan konsistensi perencanaan penganggaran.

24 Rancangan akhir RKPD dan pendanaannya disusun oleh Badan Perencanaan Daerah berdasarkan hasil Musrenbang RKPD dengan menunjukkan prakiraan maju.

Pasal 18 ayat 1. Konsistensi perencanaan penganggaran.

25 RKPD merupakan dokumen publik dan wajib disebarluaskan kepada masyarakat.

Pasal 19 ayat 3. Transparansi.

26 Untuk menjamin konsistensi RKPD sesuai dengan Rancangan Anggaran dan Pendapatan dan Belanja Daerah dibentuk Tim Terpadu perencanaan dan penganggaran.

Penjelasan Pasal 19 ayat 4.

Konsistensi perencanaan penganggaran.

27 Dokumen rencana pembangunan daerah disusun berdasarkan Data dan Informasi, Rencana Tata Ruang, dan Indikator kinerja.

Pasal 20 ayat 1. Integrasi perencanaan program-wilayah.

28 Dokumen rencana pembangunan daerah disusun melalui: Penyusunan Program, Kegiatan, Alokasi Dana Indikatif dan Sumber Pendanaan;

Pasal 20 ayat 3 point e.

Konsistensi perencanaan penganggaran

Page 189: Memfasilitasi Konsultasi Publik

166

LAMPIRAN

No. Substansi Pasal Sistematika Isu Yang

Diakomodasi

29 Masyarakat mempunyai hak untuk mendapatkan dokumen data dan informasi sebagaimana termuat dalam ayat (1).

Pasal 21 ayat 2.

Transparansi.

30 Rencana Tata Ruang merupakan syarat dan acuan utama penyusunan dokumen rencana pembangunan daerah, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 23 Integrasi perencanaan progran-wilayah

31 Indikator Kinerja serta pencapaian target kinerja minimal merujuk pada standar pelayanan minimum sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Penjelasan Pasal 24 ayat 3.

Pemenuhan SPM.

32 Sistematika penulisan RPJMD, sekurang-kurangnya mencakup: gambaran pengelolaan keuangan daerah serta penetapan kerangka pendanaan.

Pasal 26 ayat 2 point e.

Konsistensi perencanaan penganggaran.

33 Sistematika penulisan Renstra SKPD, sekurang-kurangnya mencakup: rencana program, kegiatan, indikator kinerja, kelompok sasaran dan pendanaan indikatif.

Pasal 26 ayat 3 point e.

Konsistensi perencanaan penganggaran.

34 Sistematika penulisan Renja SKPD, sekurang-kurangnya mencakup: Dana indikatif beserta sumbernya serta prakiraan maju berdasarkan pagu indikatif.

Pasal 26 ayat 4 point e.

Konsistensi perencanaan penganggaran.

Page 190: Memfasilitasi Konsultasi Publik

167

LAMPIRAN

No. Substansi Pasal Sistematika Isu Yang

Diakomodasi

35 Sistematika RKPD sekurang-kurangnya mencakup: matriks program pembangunan disertai kebutuhan pendanaan secara indikatif serta prakiraan maju.

Pasal 26 ayat 5 point g.

Konsistensi perencanaan penganggaran.

36 Yang dimaksud dengan masalah dan tantangan dapat merujuk pada dua dokumen nasional sebagai acuan yakni dokumen RPJM dan Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan (SNPK) sebagai upaya membuat koherensi dan konsistensi antara strategi pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Rumusan yang dapat dipertimbangkan dalam rangka pengurangan kemiskinan misalnya:

Perluasan kesempatan. Pemberdayaan kelembagaan

masyarakat. Peningkatan kapasitas. Perlindungan sosial.

Penjelasan Pasal 30 ayat 1.

Keberpihakan.

37 Program, kegiatan dan pendanaan disusun berdasarkan:

• pendekatan kinerja, kerangka pengeluaran jangka menengah serta perencanaan dan penganggaran terpadu;

• kerangka pendanaan dan pagu indikatif;

• skala prioritas urusan wajib dan urusan pilihan yang mengacu pada standar pelayanan minimal sesuai dengan kondisi nyata daerah dan kebutuhan masyarakat.

Pasal 30. Konsistensi perencanaan penganggaran.

Page 191: Memfasilitasi Konsultasi Publik

168

LAMPIRAN

No. Substansi Pasal Sistematika Isu Yang

Diakomodasi

38 Rancangan kebijakan terlebih dahulu disampaikan kepada masyarakat melalui forum konsultasi publik.

Pasal 33 ayat 1.

Partisipasi.

39 Masyarakat berhak melaporkan program dan kegiatan yang dianggap tidak sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

Pasal 45 ayat 1.

Partisipasi.

40 Mekanisme penyampaian dan tindak lanjut dari laporan dari masyarakat diatur dalam Peraturan Daerah.

Pasal 45 ayat 3.

Keleluasaan daerah.

41 Dalam rangka mengevaluasi kinerja pelaksanaan rencana pembangunan, Kepala SKPD dan atau Kepala Bappeda wajib mendapatkan dan mempertimbangkan masukan dari masyarakat dalam rangka perbaikan atau penyempurnaan rencana pembangunan daerah.

Pasal 46 ayat 3.

Partisipasi.

42 Pemerintah Daerah berkewajiban memberikan informasi mengenai perencanaan, pelaksanaan, serta hasil pemantauan dan evaluasi pelaksanaan rencana, program dan kegiatan pembangunan daerah kepada masyarakat.

Pasal 47. Transparansi.