hubungan antara kontak antarkelompok agama …repository.usd.ac.id/35635/2/129114069_full.pdf ·...
Post on 03-Feb-2021
10 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
HUBUNGAN ANTARA KONTAK ANTARKELOMPOK
AGAMA DENGAN PRASANGKA ANTARKELOMPOK
AGAMA PADA MAHASISWA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh:
Priskila Dayu Eldiana
129114069
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
iv
HALAMAN MOTTO
“... kelahiranmu adalah untuk belajar
bertumbuh menuju kesadaran sempurna.
Untuk itulah kau Kuhadirkan di dunia ini.
Untuk menyadari dirimu sendiri
sebagai diri semestaKu.”
“Aku membekalimu dengan suka
agar kau menikmati kehidupan ini
sebagai sesuatu yang berharga untuk
dijalani sebagai pilihanmu. Sebaliknya, Aku
juga membekalimu dengan duka dan lara agar
kau tidak mudah melekat pada kehidupan ini hanya
karena perasaan suka yang kau alami. Terakhir,
Aku membekalimu dengan satu kepastian akan
hadirnya kematian, agar kau mengerti
bahwa kehidupan duniawimu ini akan
berujung pada kematian.”
“Maka jangan takut pada kehancuran semesta
karena Aku akan menciptakannya kembali.
Jangan sedih pada kehilangan karena
Aku akan mempertemukannya kembali.
Gembiralah pada setiap penciptaan,
pemeliharaan dan bahkan pada kehancuran.
Karena tak pernah ada yang hilang,
tak pernah ada yang hancur.
Yang ada hanya pembebasan dari
keterikatan satu sama lain.”
(Saat Semesta Bicara, Wayan Mustika)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan bagi seluruh
pihak yang secara langsung maupun tidak langung
terlibat dalam pembuatan skripsi ini
dan
kupersembahkan juga kepada
orang-orang yang mengorbankan nyawa dan hidupnya
untuk terciptanya perdamaian di dunia ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 26 Juni 2019
Penulis,
Priskila Dayu Eldiana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
vii
HUBUNGAN ANTARA KONTAK ANTARKELOMPOK AGAMA
DENGAN PRASANGKA ANTARKELOMPOK AGAMA PADA
MAHASISWA
Priskila Dayu Eldiana
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kontak
antarkelompok agama dengan prasangka terhadap kelompok agama lain pada
mahasiswa. Hipotesis yang diajukkan dalam penelitian ini yaitu ada hubungan negatif
antara kontak antarkelompok agama dengan prasangka terhadap kelompok agama lain
pada mahasiswa. Subjek dalam penelitian sebanyak 225 orang yang merupakan
mahasiswa, berusia 18-25 tahun, dan mengidentifikasikan diri dengan kelompok agama
atau kepercayaan tertentu. Instrumen pengukuran dalam penelitian ini menggunakan
skala kontak antarkelompok agama dan skala prasangka terhadap kelompok agama lain
yang disusun dengan model penskalaan Jenjang, Likert, dan Perbedaan Semantik.
Teknik analisis yang digunakan merupakan analisis korelasi Product Moment Pearson
dengan program SPSS 17.0. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan
negatif yang rendah antara kontak antarkelompok agama dengan prasangka terhadap
kelompok agama lain pada mahasiswa (r = -0.372, p = 0.000).
Kata kunci : kontak antarkelompok agama, prasangka, mahasiswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
viii
THE RELATIONSHIP BETWEEN THE INTERRELIGIOUS
CONTACT AND INTERRELIGIOUS PREJUDICE IN UNIVERSITY
STUDENTS
Priskila Dayu Eldiana
ABSTRACT
This study aims to determine whether there is a relationship between intergroup
religious contacts and prejudice against other religious groups in university students.
The hypothesis proposed in this study is that there is a negative relationship between
contacts between religious groups and prejudice towards other religious groups in
university students. Subjects in the study were 225 people who were college students,
aged 18-25 years, and identified themselves with certain religious groups or beliefs.
The measurement instruments in this study used a scale of intergroup religious contacts
and prejudice scales against other religious groups compiled with a Level scaling
model, Likert scaling model, and Semantic Differential. The analysis technique used is
the Pearson Product Moment correlation analysis with the SPSS 17.0 program. The
results of this study indicate that there is a low negative correlation between contacts
between religious groups and prejudice towards other religious groups in university
students (r = -0.372, p = 0.000).
Keywords : interreligious contact, prejudice, university student
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
ix
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Priskila Dayu Eldiana
NIM : 129114069
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya, yang berjudul:
HUBUNGAN ANTARA KONTAK ANTARKELOMPOK AGAMA
DENGAN PRASANGKA ANTARKELOMPOK AGAMA PADA
MAHASISWA
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan
dalam bentuk media lain, mengelolaya di internet atau di media lain untuk kepentingan
akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Dengan demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Yogyakarta
Pada tanggal : 26 Juni 2019
Yang menyatakan,
Priskila Dayu Eldiana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
x
KATA PENGANTAR
Penulis mengucap syukur kepada Sang Pencipta dan Sang Pemelihara kehidupan
yang selalu melimpahkan kasih-Nya dalam hidup penulis melalui segala hal yang terjadi
di hidup penulis khususnya selama proses pengerjaan skripsi ini, baik suka maupun
yang sering dianggap sebagai duka. Suka dan duka yang melengkapi satu sama lain
sehingga memampukan penulis untuk berproses menemukan makna dari perjalanan
hidup yang telah dijalani hingga saat ini.
Kasih Sang Pencipta dan Sang Pemelihara kehidupan salah satunya terwujud
dalam kehadiran orang-orang yang terkasih dalam hidup penulis yang mana ucapan
terima kasih pun tidak cukup untuk membalas kebaikan mereka. Orang-orang terkasih
tersebut di antaranya keluarga, teman-teman, dosen pembimbing skripsi, teman-teman
yang bersedia menjadi subjek penelitian, serta teman-teman yang bersedia membantu
penyelesaian penelitian ini dari hal yang paling sederhana hingga yang cukup menguras
pikiran dan tenaga.
Penulis menyadari ada banyak kelemahan dan kekurangan dalam skripsi ini.
Oleh karena itu, penulis terbuka terhadap kritik dan saran yang dapat membuat skripsi
ini menjadi lebih baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ...................................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................................... vii
ABSTRACT ................................................................................................................... viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .................................... ix
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. xvi
BAB I ................................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian ................................................................................................... 9
1. Manfaat Teoritis................................................................................................. 10
2. Manfaat Praktis .................................................................................................. 11
BAB II ............................................................................................................................. 12
A. Kontak Antarkelompok ......................................................................................... 12
1. Pengertian Kontak Antarkelompok................................................................... 12
2. Aspek Kontak Antarkelompok ........................................................................ 14
3. Dampak Kontak Antarkelompok ...................................................................... 15
B. Prasangka ............................................................................................................... 16
1. Pengertian Prasangka ........................................................................................ 16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xii
2. Komponen Prasangka ....................................................................................... 18
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prasangka.................................................. 19
4. Dampak Prasangka............................................................................................ 24
C. Kategori Sosial Agama .......................................................................................... 26
D. Pluralisme .............................................................................................................. 28
E. Mahasiswa ............................................................................................................. 30
1. Pengertian Mahasiswa ..................................................................................... 30
2. Karakteristik dan Peran Mahasiswa................................................................. 30
F. Hubungan Antara Kontak Antarkelompok Agama Dengan Prasangka Terhadap
Kelompok Agama Lain.......................................................................................... 32
G. Hipotesis ................................................................................................................ 39
BAB III ........................................................................................................................... 40
A. Jenis Penelitian ...................................................................................................... 40
B. Variabel Penelitian................................................................................................. 40
1. Variabel Bebas .................................................................................................. 41
2. Variabel Tergantung ......................................................................................... 41
C. Definisi Operasional .............................................................................................. 41
1. Kontak Antarkelompok Agama ........................................................................ 41
2. Prasangka Terhadap Kelompok Agama Lain ................................................... 42
D. Subjek Penelitian ................................................................................................... 42
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ..................................................................... 44
F. Validitas dan Reliabilitas ....................................................................................... 50
1. Validitas Skala .................................................................................................. 50
2. Reliabilitas Skala .............................................................................................. 50
G. Metode Analisis Data ............................................................................................ 51
1. Uji Asumsi ........................................................................................................ 52
2. Uji Hipotesis ..................................................................................................... 53
BAB IV ........................................................................................................................... 55
A. Persiapan Penelitian ............................................................................................... 55
B. Proses Penelitian .................................................................................................... 55
C. Hasil Penelitian ...................................................................................................... 56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xiii
1. Uji Normalitas .................................................................................................. 56
2. Uji Linearitas .................................................................................................... 57
3. Hasil Uji Hipotesis ............................................................................................ 58
4. Hasil Uji Tambahan .......................................................................................... 58
D. Pembahasan ........................................................................................................... 59
E. Keterbatasan Penelitian ......................................................................................... 65
BAB V ............................................................................................................................. 66
A. Kesimpulan ................................................................................................... 66
B. Saran .............................................................................................................. 66
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 69
LAMPIRAN .................................................................................................................... 83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Cetak Biru Skala Kontak Antarkelompok Sebelum Seleksi Aitem ................... 45 Tabel 2 Cetak Biru Skala Prasangka Sebelum Seleksi Aitem ........................................ 46
Tabel 3 Sistem Skoring Skala Pengukuran Model Jenjang ............................................ 47
Tabel 4 Sistem Skoring Skala Pengukuran Model Likert ............................................... 48
Tabel 5 Sistem Skoring Skala Pengukuran Model Perbedaan Semantik ........................ 49
Tabel 6 Cetak Biru Skala Kontak Antarkelompok Sebelum dan Setelah Seleksi Aitem
......................................................................................................................................... 51
Tabel 7 Cetak Biru Skala Prasangka Sebelum dan Setelah Seleksi Aitem .................... 52
Tabel 8 Deskripsi Jenis Kelamin Subjek ....................................................................... 56
Tabel 9 Hasil Uji Statistik Non-Parametrik Kolmogorov Smirnov ............................... 57
Tabel 10 Ringkasan Hasil Uji Linearitas ....................................................................... 57
Tabel 11 Hasil Uji Korelasi Product Moment Pearson antara Kontak Antarkelompok
dengan Prasangka ........................................................................................................... 58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xv
DAFTAR GAMBAR
Skema 1 Kaitan antar Variabel ....................................................................................... 38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Skala Penelitian .......................................................................................... 84
Lampiran 2. Reliabilitas .................................................................................................. 92
Lampiran 3. Hasil Analisis Tambahan .......................................................................... 101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
“Rwaneka dhatu winuwus wara Buddha Wiswa, bhineki rakwa ring apan
kena parwanosen, mangkang Jinatwa kalawan Siwatatwa tunggal, bhineka
tunggal ika tan hana dharmma mangrwa”.
Kutipan tersebut merupakan kutipan yang berasal dari kitab Sutasoma
karangan Mpu Tantular yang menjelaskan perbedaan antara Buddha dan Siwa.
Kutipan itu memiliki arti walaupun keduanya berbeda, namun pada hakikatnya
tetap sama, karena keduanya adalah kebenaran (Tunggal, 2017). Kitab Sutasoma
menggambarkan situasi sosial yang terjadi pada masa Kerajaan Majapahit, yaitu
toleransi antara umat Hindu dan Buddha (Pertiwi, 2011). Bhinneka Tunggal Ika
kemudian digunakan sebagai semboyan bangsa Indonesia, yang memiliki arti
bahwa perbedaan merupakan hal yang bisa dipersatukan. Semboyan Bhinekka
Tunggal Ika menggambarkan Indonesia sebagai negara multikultur. Seperti yang
dikemukakan oleh Kusumohamidjojo (2000) bahwa Indonesia tersusun dari
banyak kelompok etnis, budaya, agama, dan lain-lain yang beraneka ragam
(dalam Lestari, 2016).
Perbedaan ini dapat menjadi sebuah kekayaan, di mana individu bisa saling
belajar satu sama lain. Konsep mengenai perbedaan yang mendukung
antarkelompok untuk memahami satu sama lain yaitu pluralisme. Pluralisme lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
2
cenderung mengajarkan untuk menerima perbedaan anggota kelompok lain dan
menekankan pada keunikan dari kelompok tersebut (Kewuel, 2017). Pluralisme
menerima semua budaya dan agama dan mendorong semua budaya berpartisipasi
dalam masyarakat dengan caranya masing-masing (“From diversity to pluralism”,
tanpa tahun).
Di sisi lain, keberagaman yang dimiliki oleh Indonesia bisa menjadi sebuah
ancaman dengan adanya konflik. Menurut Tsai-Wei (2010) konflik secara
horizontal atau vertikal merupakan sesuatu yang permanen terjadi di semua
masyarakat majemuk. Konflik-konflik horizontal yang sering terjadi di
masyarakat Indonesia merupakan konflik yang berkaitan dengan isu suku, agama,
ras, dan antargolongan (SARA). Survei yang dilakukan oleh Pew Research (2014)
menunjukkan bahwa kebencian agama dan etnis merupakan ancaman terbesar
yang dirasakan masyarakat Indonesia dibandingkan dengan ancaman-ancaman
lain, yakni sebesar 26 % dari 1000 orang yang disurvei.
Penelitian yang dilakukan oleh Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika
mengemukakan bahwa kasus kekerasan di Indonesia yang terjadi sejak masa
reformasi hingga akhir tahun kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono paling
banyak bersumber dari masalah agama (Fakhrana, 2014). Dari 2.393 kasus
kekerasan yang terjadi sebanyak 65 persen atau 1.554 kasus merupakan kasus
yang dilatarbelakangi isu agama. Kemudian, isu yang dilatarbelakangi perbedaan
etnis sebagai alasan terjadinya tindak kekerasan terbanyak kedua setelah isu
agama, yakni sebanyak 478 kasus atau 20 persen, dan sisanya merupakan
kekerasan terhadap perempuan. Hal serupa juga dikemukakan oleh SETARA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
3
Institute (Gabrillin, 2016) yang mencatat 197 peristiwa pelanggaran kebebasan
beragama atau berkeyakinan dengan 263 bentuk tindakan selama tahun 2015.
SETARA Institute mencatat adanya peningkatan jumlah yang cukup berarti dari
tahun 2014. Pada tahun 2014, SETARA Institute mencatat 134 peristiwa dengan
177 tindakan. Wilayah dengan peristiwa tertinggi diduduki oleh Jawa Barat
dengan 44 peristiwa, Aceh 34 peristiwa, Jawa Timur 22 peristiwa, DKI Jakarta 22
peristiwa, dan Yogyakarta 10 peristiwa.
Isu agama menjadi isu yang tertinggi yang mudah menyulut tindakan
kekerasan di Indonesia bukanlah hal yang mengherankan karena agama memiliki
peran penting bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Pew Research (2015)
menyebutkan bahwa 95% dari 1000 orang Indonesia yang menjadi subyek survei
menganggap agama sangat penting dalam kehidupan mereka. Sejak pertama kali
masuk ke Indonesia, agama besar dunia berakomodasi dan berakulturasi dengan
budaya bangsa Indonesia (Bauto, 2014) sehingga norma-norma dan nilai-nilai
agama berkaitan erat dengan budaya masyarakat Indonesia. Kehidupan dalam
masyarakat mulai dipengaruhi dan diatur oleh agama dan saat ini agama menjadi
salah satu identitas sosial masyarakat (Xie, 2013).
Geertz (1965) menyatakan bahwa sifat dasar agama sebagai sebuah sistem
simbol akan membentuk pandangan hidup penganutnya (dalam Mujani, 2007).
Pemaknaan seseorang terhadap agamanya disebut sebagai orientasi keagamaan.
Allport & Ross (1967) menyebutkan bahwa terdapat dua jenis orientasi agama
yang dimiliki oleh seseorang, yaitu ekstrinsik dan instrinsik. Seseorang dengan
orientasi ekstrinsik menggunakan agama sebagai penunjang kebutuhan akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
4
status, rasa aman atau harga diri. Barret et al., (2004) orientasi intrinsik
merupakan seseorang yang mampu menciptakan keselarasan antara keyakinan
agama dengan konteks lingkungannya (dalam Wibisono, 2012). Orientasi
keagamaan dapat mendorong seseorang memiliki kecenderungan untuk bersikap
inklusif dan menghormati keyakinan lain atau bersikap eksklusif dan radikal.
Kedua sikap tersebut dapat mempengaruhi seseorang berperilaku dalam
kehidupan sehari-hari termasuk dalam interaksi dengan orang lain, baik dari
agama yang sama maupun berbeda (Aryani, 2012). Dengan demikian,
keberagaman agama di masyarakat Indonesia dapat membuat jurang pemisah
antar pemeluk agama akibat perbedaan cara pandang dan nilai-nilai semakin lebar.
Di tahun 2000 masyarakat Indonesia digemparkan dengan pemberitaan
seseorang yang bernama Lia Eden, yang mengaku sebagai utusan nabi dan
berakhir dengan dipenjara pada tahun 2006 dan 2009 karena dianggap menistakan
agama (“Begini perjalanan metamorfosa Lia Eden”, 2015). Masih di tahun 2000,
terdapat serangkaian serangan bom yang menargetkan gereja pada malam natal
(“Sejumlah bom meledak serentak di malam natal”, 2000). Penyerangan terhadap
tempat ibadah masih berlanjut, pada tahun 2015 terjadi pembakaran masjid di
Tolikara dan pembakaran vihara di Tanjung balai di tahun 2016 (“Amuk massa di
Tanjung Balai, vihara dan kelenteng dibakar”, 2016; Halidin, 2015). Pada tahun
2017 mantan gubernur DKI, yang sedang mengikuti bursa calon gubernur DKI,
dinyatakan bersalah atas tuduhan penistaan agama, di mana sebelum keputusan
hakim sah, ada gerakan massa yang cukup masif yang menuntut agar Basuki
Tjahaja Purnama divonis bersalah (Ayuningtyas, 2018). Pada tahun 2018 akibat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
5
banyaknya kasus terorisme yang menyeret kelompok wanita yang menggunakan
cadar, terjadi diskriminasi terhadap wanita yang menggunakan cadar di
masyarakat ("Kisah perempuan bercadar: Diteriaki maling, dilempar botol, hingga
ditawari pekerjaan", 2018). Kemudian pada tahun 2018 masyarakat kota Manado
menolak kehadiran ulama di kotanya (Gunadha, 2018). Semua hal ini bersumber
dari persepsi ancaman yang mengancam agama dan kepercayaan yang dilakukan
individu atau kelompok penganut agama dan kepercayaan lain, sehingga sosok
yang dinilai mengancam perlu diberi hukuman dengan cara dipenjara atau dijauhi.
Salah satu sikap negatif yang dapat ditimbulkan oleh persepsi ancaman yaitu
prasangka. Prasangka merupakan sebuah sikap tidak suka terhadap kelompok lain
yang muncul karena kesimpulan yang salah atau tidak fleksibel (Hafiz et al.,
2018). Prasangka merupakan hal normal yang akan dilakukan oleh siapapun.
Prasangka dapat ditujukan langsung terhadap sebuah kelompok sebagai
keseluruhan atau ditujukan terhadap seseorang karena keanggotaan kelompok
(Brown, 2005).
Prasangka memiliki pengaruh terhadap relasi antarkelompok. Prasangka dapat
menyebabkan munculnya sikap maupun perilaku permusuhan antarkelompok.
Salah satu dampak yang ditimbulkan oleh prasangka adalah diskriminasi terhadap
kelompok lain. Prasangka merupakan komponen penting dalam konflik, yang
menjadi masalah dunia yang serius (Pettigrew, 2008). Intervensi untuk
mengurangi prasangka merupakan hal penting untuk dilakukan. Intervensi
tersebut dilakukan untuk meningkatkan kesadaran tindakan-tindakan kolektif dan
keadilan sosial (Molina, Tropp, & Goode, 2016).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
6
Allport (dalam Gaertner & Dovidio, 2005) menduga kontak antarkelompok
dapat mempengaruhi sikap antarkelompok ke arah yang lebih positif. Kontak
antarkelompok dapat mempengaruhi sikap terhadap out-group (anggota kelompok
lain) dengan mengurangi persepsi ancaman yang dirasakan masing-masing
anggota kelompok. Kontak antarkelompok dapat mengurangi tingkat persepsi
ancaman simbolik maupun realistik yang dirasakan anggota kelompok (Tausch,
Hewstone, Kenworthy, Cairns, & Christ, 2007). Kontak antarkelompok dapat
mengurangi persepsi ancaman kelompok dengan memperlemah perhatian tentang
akses terhadap sumber-sumber yang berharga dan perbedaan pada norma dan
nilai, sehingga mengurangi sikap-sikap negatif terhadap anggota kelompok lain
(McLaren 2003; Schlueter & Scheepers 2010; Stephan et al., 2002).
Kontak dalam bentuk pertemanan antarkelompok (Levin, van Laar, &
Sidanius, 2003; Paolini, Hewstone, Cairns, & Voci, 2004; Pettigrew, 1997) atau
kontak terstruktur di bawah kondisi optimal yang dikemukakan oleh Allport
(Pettigrew & Tropp, 2006) secara khusus lebih banyak mengurangi prasangka
antarkelompok. Kondisi optimal yang harus dipenuhi menurut Allport (dalam
Pettigrew & Tropp, 2008) adalah persamaan status antarkelompok, kerjasama
antarkelompok, adanya tujuan bersama yang ingin dicapai, dan dukungan dari
pihak otoritas. Akan tetapi, Pettigrew & Tropp (2008) menjelaskan bahwa kondisi
optimal tersebut bukan sesuatu yang esensial untuk mengurangi prasangka.
Pettigrew dan Tropp (2008) menyebutkan pertemanan antarkelompok merupakan
situasi yang paling memungkinkan terjadinya kondisi optimal yang dikemukakan
oleh Allport. Pertemanan dapat menyediakan kontak yang lebih luas dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
7
berbagai konteks sosial dengan akses terhadap jaringan pertemanan
antarkelompok dan kesempatan-kesempatan untuk membuka diri. Pengurangan
prasangka berkaitan dengan pertemanan antarkelompok dapat digeneralisasikan
terhadap anggota kelompok lain yang tidak termasuk dalam situasi kontak
(Pettigrew, 1997; Van Laar et al., 2005).
Dalam lingkungan kampus, khususnya universitas yang memegang nilai
multikulturalisme, mahasiswa sudah tidak asing dengan mahasiswa lain yang
memiliki latar yang berbeda dari dirinya, termasuk latar belakang agama. Untuk
itu, kontak yang berupa pertemanan antarkelompok dengan mahasiswa lain yang
memiliki latar belakang berbeda dari dirinya merupakan hal yang tidak dapat
dihindari. Kontak antarkelompok yang terjadi di mahasiswa, berkaitan dengan
interaksi informal mahasiswa, yang merupakan salah satu jenis pengalaman
keberagaman di lingkungan perguruan tinggi (Gurin et al, 2004). Chickering dan
Reisser (1993) serta Erikson (1946, 1956) menyebutkan bahwa masa-masa di
perguruan tinggi merupakan masa penting bagi perkembangan identitas seorang
mahasiswa (dalam Laird, 2005). Tanpa pengalaman dengan keberagaman,
mahasiswa memiliki resiko untuk membuat komitmen dengan pikiran-pikiran,
kelompok-kelompok, atau karir tanpa mengeksplorasi berbagai pilihan-pilihan
lainnya. Pengalaman dengan keberagaman di masa perkuliahan menantang
mahasiswa untuk membentuk identitas mereka dari serangkaian pilihan-pilihan
yang beragam dan mendorong mereka untuk membuat komitmen-komitmen yang
lebih disadari terhadap identitas mereka dalam hal peran mereka dalam
masyarakat (Laird, 2005).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
8
Dari pengalaman keberagaman yang dialami oleh mahasiswa di lingkungan
kampus, mahasiswa memiliki peran penting untuk menjaga pluralisme
antarkelompok agama di masyarakat. Hal tersebut sesuai dengan pandangan
bahwa tugas mahasiswa sebagai agent of change dan agent of social control.
Agent of change memiliki pengertian mahasiswa sebagai pemuda yang memiliki
potensi kepekaan dan kritis yang tinggi terhadap kehidupan sosial, sehingga dapat
membuat sebuah perubahan menuju ke arah yang lebih baik di masyarakat. Tidak
terkecuali mengenai isu-isu yang terkait dengan relasi antarkelompok agama.
Relasi antarkelompok merupakan hal penting di masyarakat Indonesia, yang
merupakan masyarakat majemuk, khususnya relasi antarkelompok agama. Agama
yang masih menjadi pegangan hidup masyarakat Indonesia, terkadang
memunculkan persepsi ancaman antarpemeluk agama. Tingginya persepsi
ancaman yang dirasakan oleh masing-masing anggota pemeluk agama dapat
menimbulkan sikap negatif terhadap out-group yang berupa prasangka. Prasangka
memiliki peran penting dalam menentukan relasi yang terjalin diantara kelompok
agama. Prasangka memiliki kemungkinan menimbulkan permusuhan dan konflik
antarkelompok agama. Penelitan Allport (1954) memaparkan salah satu intervensi
yang bisa dilakukan untuk mengurangi sikap negatif terhadap out-group yang
berupa prasangka adalah kontak antarkelompok (dalam Pettigrew, 1998).
Kontak antarkelompok berkaitan dengan informasi baru mengenai kelompok
agama lain. Informasi baru dapat membentuk sebuah pengetahuan mengenai
kelompok lain dan menyebabkan keakraban (familiarity) di antara anggota
kelompok berbeda. Pengetahuan dan keakraban (familiarity) dapat mengubah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
9
pandangan negatif seseorang mengenai kelompok agama lain yang sebelumnya
sudah diyakini seseorang, misalnya persepsi ancaman yang dirasakan seseorang
mengenai anggota kelompok agama lain. Berubahnya pandangan negatif yang
dimiliki oleh seseorang mengenai anggota kelompok lain berkaitan dengan
prasangka. Oleh karena itu, kontak antarkelompok agama memiliki keterkaitan
dengan prasangka antarkelompok agama.
Selama ini penelitian mengenai kontak antarkelompok dan prasangka
cenderung berfokus pada kelompok ras dan etnik (Hewstone, Cairns, Voci,
Hamberger, & Niens, 2006; Paolini, Hewstone, Cairns, & Voci, 2004). Di
Indonesia penyebab konflik tertinggi adalah perbedaan agama, sehingga penelitian
yang dibutuhkan untuk ikut berkontribusi mengatasi konflik berkaitan dengan
hubungan antarkelompok agama. Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti
memiliki ketertarikan untuk meneliti hubungan kontak antarkelompok agama
dengan prasangka pada mahasiswa.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah secara empiris kontak
antarkelompok agama memiliki hubungan negatif dengan prasangka terhadap
kelompok agama lain pada mahasiswa?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan untuk melihat hubungan negatif kontak
antarkelompok agama dengan prasangka terhadap kelompok agama lain pada
mahasiswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
10
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman dan memberi
sumbangan pada pengembangan ilmu psikologi sosial, khususnya dalam
bidang hubungan antarkelompok.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Mahasiswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi
mahasiswa terkait kontak antarkelompok agama sebagai salah satu cara
yang dapat digunakan untuk mengurangi prasangka terhadap kelompok
agama lain, sehingga mahasiswa mau mencoba dan mempertahankan
kontak dengan teman yang berasal dari agama berbeda yang bertujuan
untuk menjadi pelopor toleransi antar umat beragama di lingkungan
kampus maupun di masyarakat.
b. Bagi Perancang Kurikulum Perguruan Tinggi / Pihak Universitas
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi bagi
perancang kurikulum perguruan tinggi dan pihak universitas terkait dengan
kontak antarkelompok sebagai sarana untuk mengurangi prasangka
terhadap kelompok agama lain, sehingga perancang kurikulum perguruan
tinggi dan pihak kampus dapat menyediakan kesempatan mahasiswa untuk
bertemu dan melakukan kontak dengan teman yang berasal dari agama
berbeda dalam kegiatan di universitas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
11
c. Bagi Pembuat Kebijakan Publik
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi bagi
pembuat kebijakan publik terkait dengan kontak antarkelompok, sehingga
dapat membuat kebijakan-kebijakan yang dapat meningkatkan toleransi
antarkelompok umat beragama di Indonesia dengan mempertimbangkan
kontak antarkelompok agama.
d. Bagi Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi bagi
LSM yang bergerak di bidang kerukunan umat beragama, sehingga
semakin banyak LSM yang memiliki program yang berfokus menjadikan
mahasiswa sebagai pelopor toleransi antarkelompok beragama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
12
BAB II
Landasan Teori
A. Kontak Antarkelompok Agama
1. Pengertian Kontak Antarkelompok Agama
Kontak antarkelompok merupakan salah satu intervensi sosial yang
digunakan untuk mengurangi prasangka antarkelompok dan meningkatkan
hubungan antarkelompok (Dovidio & Kawakami, 2003; Nell, 2017). Kontak
antarkelompok merupakan interaksi langsung dan tatap muka (face-to-face)
yang dilakukan anggota-anggota dari kelompok-kelompok yang berbeda
(Pettigrew & Tropp, 2013). Kontak antarkelompok memiliki definisi yang
sama dengan interaksi antarkelompok, yaitu interaksi sosial diantara anggota-
anggota dari kelompok yang berbeda. Akan tetapi, interaksi antarkelompok
biasanya ditemukan untuk memperburuk bias antarkelompok, mempertinggi
stress, kecemasan, dan group avoidance. Sementara itu, kontak
antarkelompok dapat mengurangi bias antarkelompok, diprediksi dapat
menurunkan intergroup anxiety dan mengurangi prasangka (MacInnis &
Page-Gould, 2015).
Interaksi antarkelompok merupakan bagian dari kontak antarkelompok.
Orang yang memiliki kontak antarkelompok berapapun tingkatnya (dari mulai
tidak pernah melakukan kontak sama sekali hingga yang melakukan kontak
setiap hari) dapat terlibat dalam sebuah interaksi antarkelompok, tetapi tidak
semua orang yang melakukan interaksi antarkelompok dapat dikatakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
13
memiliki kontak antarkelompok. Blascovich et al. (2001) dan Page-Gould et al.
(2008) menyebutkan setelah melewati jumlah kritis tertentu dari interaksi
antarkelompok yang baik yang disebut ambang kontak, maka interaksi antar
kelompok berikutnya cenderung positif dan Paolini (2006) menyebutkan lebih
banyak interaksi antarkelompok yang positif meningkatkan sikap
antarkelompok (dalam MacInnis & Page-Gould, 2015). Dengan kata lain,
terdapat “harga” yang harus dibayar dalam jangka pendek terhadap interaksi
antarkelompok (misalnya meningkatnya kecemasan) tetapi terdapat
keuntungan antarkelompok dalam jangka panjang (misalnya menurunnya
prasangka) (MacInnis & Page-Gould, 2015).
Teori yang terkenal yang berkaitan dengan kontak antarkelompok
adalah hipotesis kontak dikemukakan oleh Gordon Allport. Asumsi yang
mendasari hipotesis kontak yaitu jika anggota-anggota dari kelompok yang
berbeda dan sering tersegregasikan berkumpul bersama, maka hubungan
positif antarkelompok akan meningkat (Pettigrew & Tropp, 2008). Palluck
(2006) menyebutkan bahwa pemikiran asli dari hipotesis kontak adalah untuk
menyediakan kondisi optimal sehingga individu-individu dapat belajar
mengenai satu sama lain dan menargetkan pengetahuan yang faktual dari
kelompok lain sebagai salah satu cara untuk mengurangi bias. Chavous
(2005) juga menyatakan bahwa hipotesis kontak merupakan kontak yang
dilakukan kelompok-kelompok yang berbeda dapat memiliki efek positif
pada perilaku-perilaku terhadap satu sama lain (Zagefka, 2015), khususnya
jika memenuhi kondisi yang disyaratkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
14
Allport (1954) menyebutkan kondisi-kondisi optimal yang disyaratkan
yaitu pergaulan yang bermakna diantara anggota dari kelompok-kelompok
yang berbeda, kerjasama antar anggota kelompok dalam mencapai dan
mempertahankan tujuan-tujuan bersama, persamaan tingkat status sosial di
masyarakat, dukungan institusi terhadap interaksi positif antarkelompok
(dalam Chavous, 2005), dan Pettigrew (1998) menambahkan satu kondisi
yaitu kesempatan untuk mengembangkan ikatan-ikatan yang dekat secara
afektif, misalnya pertemanan antarkelompok.
Jadi kontak antarkelompok agama merupakan interaksi-interaksi yang
dilakukan oleh anggota-anggota antarkelompok agama berbeda. Kontak
antarkelompok agama bertujuan untuk mengurangi bias antarkelompok
agama sehingga dapat meningkatkan hubungan antarkelompok agama yang
membutuhkan beberapa kondisi mendukung, seperti pergaulan yang
bermakna diantara anggota dari kelompok-kelompok yang berbeda,
kerjasama antar anggota kelompok dalam mencapai dan mempertahankan
tujuan-tujuan bersama, persamaan status sosial di masyarakat, dukungan
institusi terhadap interaksi positif antarkelompok, dan adanya kesempatan
untuk mengembangkan ikatan-ikatan yang dekat secara afektif.
2. Aspek Kontak Antarkelompok
MacInnis dan Page-Gould (2015) menggunakan istilah kontak
antarkelompok untuk mendeskripsikan perbedaan seorang individu dengan
individu lainnya dalam sebuah kualitas dan kuantitas dari interaksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
15
antarkelompok. Hal senada diungkapkan oleh Pettigrew dan Tropp (2013)
serta Johnston dan Glasford (2017) yang menyatakan bahwa kontak
antarkelompok dapat dilihat melalui kuantitas dan kualitas kontak. Kuantitas
berkaitan dengan jumlah orang yang terlibat dalam kontak dan jumlah
frekuensi pertemuan langsung antarkelompok yang dilakukan seseorang
(Islam & Hewstone, 1993; Tausch, Tam, Hewstone, Kenworthy, Cairns,
2007). Frekuensi merupakan seberapa banyak kontak yang dilakukan dengan
out-group (Johnston & Glasford, 2017). Sementara itu, kualitas kontak
mencerminkan sejauh mana pertemuan langsung antarkelompok baik yang
dialami secara positif atau negatif (Islam & Hewstone, 1993). Kualitas kontak
juga meliputi suasana sosial yang melingkupi kontak. Kualitas kontak
merupakan valensi keseluruhan semua pengalaman. Hewstone dan Islam
(1993) menyebutkan terdapat empat hal untuk mendeskripsikan kualitas
kontak, yaitu perasaan memiliki kesamaan status dengan kelompok lain
dalam melakukan kontak, kesukarelaan dalam melakukan kontak,
kedalaman kontak, kontak yang dirasakan menyenangkan atau tidak,
dan kontak yang dirasakan sebagai kerjasama atau kompetisi.
3. Dampak Kontak Antarkelompok
Pettigrew (1998) menjelaskan bahwa kontak antarkelompok dapat
mempengaruhi sikap terhadap out-group. Melalui kontak, seseorang dapat
mempelajari informasi baru tentang out-group dan informasi baru ini dapat
merubah informasi negatif yang sebelumnya ada tentang out-group.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
16
Perubahan ini, selanjutnya, diikuti oleh perubahan sikap terhadap out-group.
Kedua, seringnya terjadi kontak dengan anggota out-group, secara ideal
dengan adanya kondisi yang difasilitasi, dapat memodifikasi perilaku melalui
meningkatnya keakraban (familiarity) dengan anggota dari out-group.
Modifikasi perilaku ini akan menghasilkan perubahan sikap positif. Ketiga,
kontak, khususnya kontak positif, mengurangi afek negatif dan menyediakan
banyak kesempatan untuk mengembangkan ikatan afektif seperti pertemanan.
Dalam jangka panjang, ikatan afektif menghasilkan emosi-emosi positif di
mana perubahan sikap dan perilaku terhadap out-group. Akhirnya, melalui
kontak seseorang belajar tentang adanya sudut pandang alternatif dan cara
pandang dari out-group di mana mungkin bisa berbeda dari seseorang yang
dihargai oleh in-group. Ini mendorong untuk menilai kembali cara hidup in-
group dan perspektif bersama, ini merupakan sebuah proses di mana
Pettigrew (1998) menyebutnya sebagai deprovincialization.
B. Prasangka
1. Pengertian Prasangka
Penelitian mengenai hubungan antarkelompok di dalam psikologi sosial
meliputi streotipe, prasangka, dan diskriminasi. Prasangka telah menjadi
pusat dalam penelitian yang berkaitan dengan hubungan antarkelompok
(Jones, 1997). Menurut Brown (2005) prasangka didefinisikan sebagai sikap,
emosi, atau perilaku apapun yang ditujukan kepada anggota kelompok, yang
secara langsung atau tidak langsung mengimplikasikan beberapa hal negatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
17
atau antipati terhadap kelompok itu. Akan tetapi, para peneliti cenderung
mendefinisikan prasangka sebagai sebuah sikap negatif (Myers, 2012).
Duckitt (2003) mendefinisikan prasangka sebagai sebuah sikap negatif
antarkelompok yang melibatkan kategorisasi sosial, struktur dan dimensi dari
sikap negatif antarkelompok. Sedangkan menurut Allport, prasangka terdiri
dari pemikiran-pemikiran negatif tentang anggota kelompok lain tanpa bukti
yang cukup (dalam Pettigrew, 2008). Prasangka juga diartikan sebagai sikap
bermusuhan atau sikap negatif terhadap kelompok yang dapat dibedakan
berdasarkan generalisasi yang berasal dari kesalahan atau ketidaklengkapan
informasi (Aronson, 2012).
Prasangka merupakan bias yang merendahkan orang karena
keanggotaan dari sebuah kelompok sosial yang dirasakan (Abrams, 2010).
Prasangka muncul ketika bias memiliki potensi bahaya dan memiliki dampak
karena prasangka mengurangi kedudukan atau nilai yang melekat pada
seseorang melalui keanggotaan kelompok mereka. Seseorang yang
berprasangka mungkin tidak menyukai orang yang berbeda dari dirinya dan
bersikap diskriminatif, percaya mereka bebal dan berbahaya (Myers &
Twenge, 2016). Penilaian negatif yang menandai prasangka biasanya
didukung oleh kepercayaan negatif, yang disebut stereotip.
Jadi prasangka merupakan sebuah sikap yang biasanya bersifat negatif
ditujukan bagi anggota kelompok lain didasari atas keanggotaan pada sebuah
kelompok tertentu berasal dari generalisasi yang berasal dari kesalahan dan
ketidaklengkapan informasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
18
2. Komponen Prasangka
Menurut Allport (1954) prasangka merupakan sebuah sikap keengganan
(aversion) dan permusuhan terhadap anggota sebuah kelompok karena
keanggotaannya dan oleh karena itu diduga memiliki kualitas yang pantas
dianggap berasal dari kelompok (dalam Zanden, 1989). Seperti sikap pada
umumnya, prasangka terdiri dari beberapa komponen (Kleg, 1993; Hafiz et
al., 2018), yaitu:
a. Komponen kognitif, yaitu gambaran mental yang kita miliki mengenai
orang lain. Komponen ini merupakan cara kita merasakan sebuah objek,
kejadian, atau situasi pemikiran (pikiran, keyakinan, dan gagasan)
mengenai sesuatu. Bentuk paling sederhana dari elemen kognitif adalah
kategori yang kita gunakan dalam berpikir. Ketika manusia merupakan
sebuah objek dari sikap, komponen kognitif biasnya sebuah stereotip,
yaitu gambaran mental yang kita miliki dari orang-orang tertentu.
Lippman (1922) menjelaskan tujuan dari memberikan stereotip adalah
untuk mengkonstruksi dunia yang beragam menjadi sebuah model yang
sederhana sebelum kita dapat mengaturnya (dalam Zanden, 1989).
Walaupun stereotip tepat, tetapi tidak selalu akurat. Stereotip merupakan
hal yang tidak ilmiah, sebab itu generalisasi yang kita buat tentang orang
lain, sebagai individu atau kelompok, tidak dapat dipercaya.
b. Komponen afektif, yaitu perasaan atau emosi yang ditimbulkan oleh
orang lain. terdiri dari perasaan atau emosi bahwa objek, peristiwa, atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
19
situasi yang sebenarnya atau representasi simbolisnya muncul dalam diri
seseorang. Takut, simpatik, kasihan, benci, marah, iri, cinta, dan jijik
merupakan emosi yang dibangkitkan oleh individu atau kelompok
tertentu. Walaupun level emosional berbeda dari kognitif, keduanya
mungkin muncul bersamaan (Zanden, 1989).
c. Komponen perilaku, yaitu kecenderungan atau predisposisi untuk
bertindak dengan cara tertentu terhadap orang tertentu (Kramer, 1949;
Mann, 1959). Komponen perilaku dari prasangka merupakan
kecenderungan atau disposisi untuk bertindak dengan cara tertentu
dengan mengacu pada beberapa objek, kejadian, atau situasi. Penekanan
dari komponen perilaku jatuh pada kecederungan untuk bertindak, bukan
pada tindakan itu sendiri. Beberapa orang mungkin lebih suka untuk
memberi batasan untuk kelompoknya, dan hal tersebut dapat mengarah
ke perilaku diskriminasi. Hanya karena orang ingin bertindak dengan
cara-cara tertentu tidak selalu berarti bahwa mereka sebenarnya bertindak
dengan cara-cara ini, mereka mungkin gagal menerjemahkan
kecenderungan mereka ke dalam tindakan nyata (Zanden, 1989).
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prasangka
Myers & Twenge (2016) menyebutkan ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi munculnya prasangka. Faktor-faktor yang mempengaruhi
munculnya prasangka, yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
20
a. Faktor sosial atau faktor yang berkaitan dengan hubungan dan interaksi
dengan orang lain. Prasangka dapat bersumber dari status yang tidak
setara dan dari sumber sosial yang lain, termasuk nilai-nilai dan sikap-
sikap yang kita dapatkan. Castelli et al., (2007) menjelaskan bahwa
pengaruh dari sosialisasi yang dilakukan oleh keluarga yang muncul
pada prasangka yang dimiliki anak-anak, biasanya mencerminkan
persepsi dari orangtua mereka (dalam Myers & Twenge, 2016).
Keluarga dan budaya kita membawa semua jenis informasi mulai dari
pemilihan pasangan hingga kepada siapa kita dapat percaya dan kita
sukai. Prasangka juga berkaitan dengan kepribadian otoriter. Orang
yang memiliki kepribadian otoriter cenderung lebih mudah memiliki
prasangka terhadap kelompok lain, terutama kelompok yang statusnya
dianggap lebih rendah. Apabila prasangka diterima secara sosial,
banyak orang akan mempertahankan prasangka itu agar diterima oleh
masyarakat, sehingga konformitas juga menjadi salah satu faktor
pembentuk prasangka. Orang yang otoriter cenderung tunduk terhadap
mereka yang memiliki kuasa atas mereka dan agresif atau bersikap
menghukum terhadap orang-orang yang dianggap memiliki status yang
lebih rendah dari mereka (Altemeyer, 1988; Altemeyer & Hunsberger,
1992).
b. Faktor motivasional atau faktor yang berkaitan dengan dorongan untuk
mempertahankan keberadaan diri. Kompetisi merupakan sumber
penting dari frustasi yang dapat memicu prasangka. Ketika dua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
21
kelompok berkompetisi untuk memperebutkan pekerjaan, lahan
perumahan, atau prestise sosial, tercapainya tujuan salah satu kelompok
dapat mengakibatkan frustasi bagi kelompok lainnya. Realistic group
conflict theory menjelaskan bahwa prasangka meningkat ketika
kelompok saling berkompetisi untuk memperebutkan sumber langka
atau terbatas (Maddux et al., 2008; Pereira et al., 2010; Sassenberg et
al., 2007). Selanjutnya, kita menyesuaikan diri terhadap norma
kelompok yang diakibatkan oleh identifikasi sosial. Crocker dan
Luhtanen (1990) dan Hinkle et al., (1992) menjelaskan semakin penting
identitas sosial bagi seseorang dan semakin merasa terikat dengan
sebuah kelompok, maka seseorang semakin bereaksi dalam bentuk
prasangka terhadap ancaman dari kelompok lain (dalam Myers &
Twenge, 2016). Teori manajemen teror menjelaskan bahwa seseorang
melindungi diri mereka dari ancaman kematian dengan merendahkan
pihak lain yang mengancam cara pandang mereka yang menyebabkan
kecemasan. Prasangka membantu memperkuat sistem kepercayaan
yang terancam, ketika seseorang sudah merasa rentan tentang kematian
mereka. Pemikiran tentang kematian dapat meningkatkan perasaan
kebersamaan, seperti identifikasi in-group, kebersamaan, dan altruisme
(McGregor et al., 2001; Sani et al., 2009).
c. Faktor kognitif atau faktor yang berkaitan dengan cara berpikir.
Prasangka juga merupakan hasil dari proses berpikir yang normal.
Stereotip cenderung lebih dibentuk oleh pikiran daripada perasan benci.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
22
Seperti ilusi persepsi, yang merupakan hasil sampingan dari
kemampuan kita untuk menafsirkan dunia, stereotip dapat menjadi hasil
sampingan dari bagaimana kita menyederhanakan dunia kita yang
kompleks. Salah satu cara kita untuk menyederhanakan lingkungan kita
adalah dengan mengategorikan, yaitu untuk mengorganisasikan dunia
dengan membuat kluster objek ke dalam sebuah kelompok (Macrae &
Bodenhausen, 2000, 2001). Kategorisasi bukanlah prasangka, tetapi
merupakan dasar bagi prasangka. Ada sebuah kecenderungan yang kuat
untuk melihat obyek dalam sebuah kelompok lebih beragam dari yang
sebenarnya. Kita menempatkan orang pada kelompok, kemudian
cenderung melebih-lebihkan kesamaan dalam kelompok dan perbedaan
di antara mereka (Taylor, 1981; Wilder & Allen, 1978). Kita
mengasumsikan bahwa kelompok lain lebih homogen daripada
kelompok kita. Pemisahan ke dalam kelompok dapat menciptakan
sebuah out-group homogenity effect, yaitu sebuah perasaan bahwa
“mereka” semua serupa dan berbeda dari “kami” dan kelompok kita
(Ostrom & Sedikides, 1992). Pada umumnya kita menyukai orang yang
dirasa memiliki persamaan dengan kita dan tidak menyukai orang yang
dirasa berbeda, dan hasilnya adalah bias in-group (Byrne & Wong,
1962; Rokeach & Mezei, 1966; Stein et al., 1965).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
23
Selain faktor-faktor yang telah disebutkan, Edwards, Marangio, Blaher-
Lucas, Moore, Ganino-Day (2014) menyatakan ada beberapa faktor yang
dapat mengurangi prasangka. Faktor-faktor tersebut, yaitu:
a. Pendidikan
Terbentuknya prasangka dapat dihambat melalui program pendidikan di
sekolah di mana anak-anak diajarkan mengenai toleransi, konsekuensi
dari prasangka, dan apa yang disebut sebagai diskriminasi.
b. Kontak Antarkelompok
Prasangka dapat dikurangi melalui kontak langsung antara sekelompok
orang yang memiliki sikap berprasangka satu sama lain. Akan tetapi,
terdapat faktor lain yang juga penting; yaitu kontak yang berkelanjutan,
interaksi kontak yang bersifat interpersonal, saling bergantung (mutual
interdependence), dimana kelompok terlibat dalam kegiatan-kegiatan
kooperatif persamaan status antarkelompok norma sosial yang
mendukung pengurangan prasangka.
c. Intervensi kognitif
Prasangka dapat diatasi dengan mengurangi stereotip melalui kognisi.
Sebagai contoh, membuat informasi tersedia bagi seseorang
mengurangi stereotipe dengan meminimalkan informasi yang tidak
relevan mengenai kelompok lain. Hal itu merupakan hal yang penting
untuk memastikan bahwa informasi tersebut diperhatikan, dan untuk
menyediakan waktu yang cukup bagi seseorang untuk memproses
informasi yang bertolakbelakang dengan sterotipe.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
24
d. Superordinate goals
Bekerja untuk sebuah tujuan yang sama dapat memfasilitasi
pengetahuan dan pemahaman antarkelompok. Akan tetapi, tujuan itu
harus dibagikan ke semua anggota kelompok dan hal itu membutuhkan
kontribusi dari kedua kelompok.
e. Pengalaman langsung
Mengalami langsung budaya atau gaya hidup lain dapat membantu
mengurangi prasangka. Pengalaman langsung terdiri dari belajar bahasa
lain, belajar mengenai budaya lain dan ikut berpartisipasi budaya lain.
Pengalaman langsung dapat menghasilkan pengetahuan dan
pemahaman yang lebih baik, dan dapat mengurangi ketidakpedulian.
4. Dampak Prasangka
Prasangka merupakan sikap yang kekal dan tidak dapat dihindari.
Prasangka juga melibatkan penilaian yang terbentuk sebelumnya, sehingga
prasangka mengarahkan perhatian dan ingatan kita. Setelah kita menilai
objek sebagai kepemilikan sebuah kategori atau kelompok, ingatan kita
mengenai hal itu kemudian kita akan mengasosiasikan atribut tersebut
dengan kategori atau kelompok itu (Myers & Twenge, 2018).
Prasangka juga menyebabkan subtyping dan subgrouping. Subtyping
yaitu melihat seseorang yang menjadi target prasangka namun tidak sesuai
dengan prasangka sebagai pengecualian. Sementara subgrouping yaitu
membentuk sebuah cabang stereotip, yang cenderung mengarah ke
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
25
perubahan sederhana dalam stereotip ketika stereotip menjadi lebih berbeda
(Richards & Hewstone, 2001). Sebuah cara yang berbeda untuk
mengakomodasi informasi yang tidak konsisten adalah dengan membentuk
sebuah stereotip baru bagi yang tidak cocok dengan stereotip yang lama.
Subtype adalah pengecualian terhadap kelompok, sedangkan subgroup
diakui sebagai bagian dari keseluruhan kelompok yang beragam (Myers &
Twenge, 2018).
Sikap yang bersamaan dengan hierarki sosial tidak hanya sebagai
sebuah rasionalisasi untuk itu tetapi juga menyebabkan diskriminasi bagi
korbannya. Allport menyebutkan 15 kemungkinan dampak dari
victimization. Reaksi dapat dikelompokkan menjadi dua tipe dasar, yaitu
menyalahkan diri sendiri, terdiri dari penarikan diri, membenci diri sendiri,
agresi terhadap kelompok seseorang, dan menyalahkan penyebab eksternal,
terdiri dari menyerang balik, kecurigaan, meningkatkan harga diri kelompok
(dalam Myers & Twenge, 2018). Allport (1958) mengatakan bahwa reputasi
seseorang tidak dapat dilekatkan tanpa melakukan sesuatu terhadap karakter
seseorang. Jika victimization memakan korban, misalnya meningkatkan
kasus kriminal, orang-orang akan menggunakan hasilnya sebagai
pembenaran diskriminasi (dalam Myers & Twenge, 2018).
Prasangka juga dapat menyebabkan fenomena ancaman stereotip, yaitu
sebuah ketakutan bahwa perilaku seseorang sebagai anggota sebuah
kelompok, akan membenarkan (self-confirming) stereotip negatif yang
sudah melekat pada kelompoknya (Steele, 2010; Steele et al., 2002).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
26
Ancaman dalam menghadapi sebuah stereotip negatif dapat menurunkan
kinerja dan disidentifikasi atau merasa identitas sebagai anggota kelompok
mengancam diri seseorang (Myers & Twenge, 2018).
C. Kategori Sosial Agama
Teori kategorisasi sosial menyatakan bahwa individu memiliki
kecenderungan untuk mengelompokkan diri dengan orang lain berdasarkan
kategori-kategori tertentu (Hafiz et al., 2018). Bodenhausen, Kang, dan Peery
(2012) menyebutkan bahwa fungsi dari kategorisasi sosial adalah
mengorganisasikan dan menstrukturkan pengetahuan individu mengenai
dunia (dalam Hafiz et al., 2018). Kategorisasi membuat individu
mendapatkan pengetahuan dasar tentang objek sosial yang dihadapi, cara
bersikap berperilaku pada saat tertentu, serta memprediksi perilaku objek
sosial di masa yang akan datang. Pengkategorian diri ini selanjutnya akan
meningkatkan persepsi bahwa lingkungan sosial seseorang terdiri dari suatu
in-group, yaitu kelompok di mana individu menjadi anggotanya dan berbagai
out-group, yaitu kelompok di mana individu bukan sebagai anggotanya
(Turner et al., 1987; Turner et al., 1994). Kategorisasi sosial dapat didasarkan
atas berbagai macam atribut, misalnya suku, ras, agama, pekerjaan, usia, jenis
kelamin.
Kategorisasi sosial merupakan dasar terbentuknya identitas sosial.
Identitas sosial merupakan cara anggota kelompok membentuk konsep diri
seseorang, dan bagaimana sense of self diperluas sebagai sebuah konsekuensi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
27
dari identifikasi dengan individu lainnya dan kelompok secara keseluruhan
(Brewer & Hewstone, 2004). Saat seseorang tergabung dalam sebuah
kelompok tertentu dan merasa bahwa keanggotaan tersebut penting bagi
konsep dirinya, maka seseorang akan berusaha menjaga kelompok tersebut
dinilai positif agar konsep dirinya juga positif. Hal tersebut dinamakan in-
group bias.
Bias merupakan pemikiran dan perilaku yang tidak netral. Tajfel dan
Wilkes (1963) menjelaskan bahwa individu cenderung melihat banyak
perbedaan daripada kesamaan antara dirinya dengan anggota kelompok lain
(dalam Hafiz et al., 2018). Selanjutnya, individu memperkuat penilaian
positif mengenai kelompok sendiri sehingga mengukuhkan identitas sosial
(Tajfel & Turner, 1979), atau menilai kesalahan kelompok sendiri lebih
sedikit daripada kelompok lain atau sebaliknya (Taylor, Fiske, Etcoff, dan
Ruderman, 1978).
Agama merupakan salah satu atribut kategori sosial yang sangat
berpengaruh. Agama didefinisikan sebagai kegiatan dan sebuah cara hidup.
Dykstra (1986) menjelaskan bahwa agama merupakan pembentukan emosi
yang unik, penciptaan kebiasaan, praktik, atau kebajikan yang khas,
pembentukan tujuan, keinginan, hasrat, dan komitmen yang khas, serta
keyakinan dan cara berpikir yang khas, bersama dengan sebuah cara hidup
bersama yang unik dan sebuah bahasa untuk mendiskusikan "apa yang
mereka lakukan dan mengapa". Agama tidak hanya berkaitan dengan hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
28
transenden yang melampaui apa yang tak terlihat tetapi juga berkaitan dengan
kehidupan jasmani, pengalaman sehari-hari, dan praktik kita.
Jadi kategorisasi sosial agama merupakan pengelompokkan individu
yang terbentuk dari sekumpulan individu yang mengkategorikan diri mereka
berdasarkan kesamaan cara hidup yang sama dalam memahami hal yang
bersifat transeden yang diterapkan dalam praktik dan pengalaman sehari-hari.
Pengkategorian diri tersebut menciptakan konsep in-group dan out-group
bagi setiap anggota kelompok.
D. Pluralisme
Bagi masyarakat majemuk konsep mengenai multikulturalisme dan
pluralisme merupakan suatu konsep yang tidak asing. Multikulturalisme dan
pluralisme merupakan konsep yang mengingatkan kepada keberagaman
sebagai kenyataan yang ada disekitar kita (Kewuel, 2017). Akan tetapi,
keduanya memiliki konsep yang berbeda mengenai keberagaman.
Multikulturalisme menekankan pada penerimaan kelompok yang memiliki
budaya dan susunan yang berbeda tanpa harus menyetujui budaya kelompok
lain dan menganggap kelompok lain tidak sebaik kelompoknya (Lubis, 2006).
Sementara itu, pluralisme merupakan kesediaan untuk menerima secara
terbuka etnis dan budaya lain dan menganggap budaya lain itu sama baiknya
dengan budayanya. Pluralisme yang terkait dengan budaya merupakan
kesediaan dan keterbukaan semua pihak terhadap keragaman budaya dan
mengusahakan supaya setiap etnis dan budaya bisa mengembangkan dirinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
29
Pluralisme berasal dari kata plural yang berarti jamak atau banyak dan
isme yang berarti paham atau aliran. Kamus Merriam-Webster (Pluralism,
n.d) mendefinisikan pluralisme sebagai sebuah keadaan masyarakat di mana
anggota kelompok etnis, ras, agama, atau kelompok sosial yang beragam
memelihara dan mengembangkan budaya tradisional atau minat khusus
mereka dalam batas-batas kebudayaan bersama. Menurut Alwi Shihab,
pluralisme berbeda dari kosmopolitanisme, yang hanya hidup berdampingan,
namun tidak ada keakraban yang terjalin di antara kelompok (dalam Talib,
2014). Pluralisme berbeda pula dengan relativisme yang tidak mengakui
kebenaran universal. Pluralisme juga berbeda dari sinkretisme yang
menciptakan sebuah agama baru dari penggabungan komponen-komponen
ajaran dari beberapa agama yang sudah ada (Talib, 2014).
Pluralisme merupakan salah satu konsep keberagaman yang
menekankan pemahaman perbedaan satu kelompok dengan yang lainnya.
Pluralisme tidak hanya fokus dengan toleransi tetapi juga melibatkan usaha
aktif untuk memahami perbedaan, sehingga dapat menjaga dan mewujudkan
kehidupan berbangsa ke arah manusia yang bermartabat. (Eck, 2006; Talib,
2014). Pluralisme digunakan untuk merawat keberagaman dengan mengubah
pemisahan menjadi sebuah cara positif bagi orang-orang yang berbeda untuk
berhubungan satu sama lain (Spickard, 2017). Pluralisme menekankan kita
untuk menerima perbedaan kelompok lain sebagaimana perbedaan itu ada
(Kewuel, 2017).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
30
E. Mahasiswa
1. Pengertian Mahasiswa
Mahasiswa didefinisikan dalam peraturan pemerintah RI No. 30 tahun
1990 merupakan peserta didik yang terdaftar dan belajar pada perguruan
tinggi tertentu. Perguruan tinggi berbentuk akademi, politeknik, sekolah
tinggi, institut dan universitas. Mahasiswa memiliki rentang usia 18 tahun
sampai 25 tahun (Hulukati & Djibran, 2018). Jadi mahasiswa merupakan
seseorang yang sedang menimba ilmu di perguruan tinggi memiliki rentang
usia 18 tahun sampai 25 tahun.
2. Karakteristik dan Peran Mahasiswa
Menurut psikologi perkembangan, usia mahasiswa termasuk dalam
kategori remaja akhir dan dewasa awal. Masa remaja dimulai dari usia 13
tahun sampai dengan usia 21 tahun. Masa remaja terbagi menjadi dua
kategori, yaitu masa remaja awal yang memiliki rentang usia 13-17 tahun dan
masa remaja akhir dengan rentang usia 17-21 tahun (Soesilowindradini,
1996). Setelah melewati masa remaja, seseorang akan memasuki masa
dewasa. Masa dewasa merupakan masa terpanjang di antara kategori masa
kehidupan manusia. Masa dewasa terbagi menjadi tiga fase, yaitu fase dewasa
awal dengan rentang usia 18 tahun sampai 40 tahun, dewasa pertengahan
dengan rentang usia 41 tahun – 65 tahun, dan dewasa akhir dengan usia diatas
66 tahun (Hewston, Fincham, & Foster, 2005).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
31
Larson et al., (2002) menyebutkan remaja memiliki tugas pokok yaitu
mempersiapkan diri untuk memasuki masa dewasa (dalam Santrock, 2007),
sehingga masa remaja adalah salah satu periode yang cukup penting.
Hoffman (1980) mengembangkan teori disekuilibrium kognitif yang
menyatakan bahwa masa remaja adalah sebuah periode penting bagi
perkembangan moral (dalam Santrock, 2007). Perkembangan moral
merupakan hal yang penting ketika seseorang mulai memasuki lingkungan
yang lebih heterogen dari yang sebelumnya homogen, seperti di sekolah
menengah atas dan kampus. Di lingkungan yang heterogen, individu
dihadapkan pada berbagai konsep-konsep moral yang berbeda dari konsep
yang diterima dan dialami sebelumnya. Di masa ini remaja mulai menemukan
berbagai keyakinan lain yang membuat mereka mengerti bahwa keyakinan
mereka bukanlah satu-satunya keyakinan yang ada. Sementara itu, Erikson
(1946, 1956) menyatakan dewasa awal merupakan masa kritis di mana
seseorang membentuk identitas sosial dan personalnya (dalam Bowman &
Brandenberger, 2012). Di masa setelah mengalami masa kanak-kanak dan
remaja, seorang individu akan mengalami masa di mana ia telah
menyelesaikan pertumbuhannya dan mengharuskan dirinya untuk
berkecimpung dengan masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya
(Jahja, 2017), sehingga seseorang akan semakin banyak menemui orang lain
yang berbeda dari dirinya, yang tentunya memiliki nilai yang berbeda dari
dirinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
32
Menurut Siswoyo (2007) mahasiswa dinilai cenderung memiliki sifat
yang melekat pada setiap individunya, yaitu tingkat intelektualitas yang
tinggi, dapat berpikir kritis, serta bertindak dengan cepat dan tepat (dalam
Hulukati & Djibran, 2018). Penilaian ini membuat mahasiswa diharapkan
dapat menjadi agen perubahan (agent of change) di masyarakat, yang
memiliki arti mahasiswa diharapkan mampu mencetuskan sebuah perubahan
di masyarakat. Selain itu, mahasiswa juga memiliki peran sebagai cadangan
masa depan (iron stock) sebuah bangsa (Kusumah, 2007). Hal tersebut berarti
mahasiswa merupakan calon pemimpin bangsa di masa depan, sehingga baik
atau buruknya sebuah bangsa tergantung pada baik-buruknya pemuda dan
mahasiswa.
F. Hubungan Kontak Antarkelompok Agama dengan Prasangka
Terhadap Kelompok Agama Lain Pada Mahasiswa
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang terdiri
dari berbagai kelompok agama. Hubungan antar anggota kelompok agama
tidak selalu harmonis. Konflik masih membayangi interaksi-interaksi yang
terjadi di antara anggota kelompok. Konflik dapat disebabkan dan dapat
menyebabkan prasangka.
Allport (1954) menyebutkan bahwa kontak antarkelompok merupakan
salah satu cara untuk mengurangi prasangka, yang merupakan salah satu
bentuk sikap negatif terhadap out-group (dalam Pettigrew, 2008). Christ et
al., (2014) memaparkan bahwa kontak memiliki peran penting dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
33
mengurangi prasangka yang artinya dapat meningkatkan hubungan
antarkelompok karena dapat mempengaruhi orang banyak secara serempak.
Kontak mengurangi prasangka tidak hanya di tingkat mikro atau melalui
pengalaman kontak seseorang secara langsung dengan anggota kelompok
lain. Kontak juga mengurangi prasangka pada tingkat makro, yaitu di mana
seseorang dipengaruhi oleh perilaku orang lain di lingkungan sosialnya
(Christ et al., 2014).
Uslaner (2011) menjelaskan bahwa semakin banyak kesempatan untuk
berinteraksi dengan orang yang berbeda dari diri kita, semakin kita memiliki
sikap positif terhadap mereka. Seseorang yang memiliki kontak dengan
anggota out-group akan memiliki informasi baru mengenai out-group.
Allport memaparkan bahwa interaksi intensif dengan out-group secara
personal dapat membantu untuk lebih mengenal anggota out-group tidak
hanya berdasar dari stereotip yang ada di masyarakat (dalam Dahesihsari,
Kartikawangi, Ajisuksmo, Sihotang, & Murniati, 2015). Dengan
bertambahnya keakraban (familiarity) dengan out-group maka akan
mengubah pandangan dan sikap negatif terhadap out-group. Kontak
antarkelompok yang lebih didasarkan pada hubungan jangka panjang, seperti
persahabatan antarkelompok dihubungkan dengan rendahnya tingkat
kecemasan antarkelompok, kemudian akan menyebabkan lebih banyak sikap
positif yang kuat terhadap out-group (Paolini et al., 2004;Vonofakou et al.,
2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
34
Sebagai mahasiswa, pengalaman dengan keberagaman semakin banyak
dialami. Lingkungan kampus merupakan sarana mempertemukan individu
dengan berbagai latar belakang. Pengalaman keberagaman, khususnya
interaksi dengan teman sebaya yang berbeda, menyediakan tantangan yang
dibutuhkan untuk perkembangan dari sense of self yang sehat dan struktur
kognitif yang lebih rumit. Hasilnya menyatakan bahwa pengalaman dengan
keberagaman merupakan pengaruh penting bagi perkembangan pembelajaran
mahasiswa dan hasil akhir yang berkaitan dengan perilaku demokratis (Laird,
2005). Gurin et al., (2002) menjelaskan bahwa melalui keterlibatan dengan
keberagaman, seseorang belajar mengenai perspektif, pengalaman, dan cara
hidup orang yang berbeda dari dirinya atau orang yang mereka pernah temui
sebelumnya. Keterlibatan ini membantu meningkatkan pengetahuan, yang
dapat mempengaruhi proses seseorang membentuk komitmen mereka
terhadap sikap, peran, dan hubungan, ketiganya merupakan proses
perkembangan identitas.
Prasangka merupakan penilaian, keyakinan, dan perasaan negatif
tentang seseorang yang disebabkan oleh keanggotaan di kelompok sosial
(Akrami, 2005). Allport (1954) menyebutkan prasangka antarkelompok
terdiri dari opini-opini negatif yang ditujukan terhadap out-group tanpa bukti
yang cukup (dalam Pettigrew, 2008). Prasangka terbentuk akibat proses
pemisahan antara in-group dan out-group yang berasal dari kategorisasi
sosial dan identitas sosial (Billig & Tajfel, 1973). Allport (1954) berpendapat
bahwa kategorisasi merupakan proses yang dibutuhkan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
35
menyederhanakan dunia yang rumit dan merupakan sebuah faktor penting
untuk menjawab pertanyaan mengenai alasan orang memiliki bias negatif
terhadap orang atau kelompok lain (dalam Akrami, 2005). Sementara itu,
identitas sosial tidak dapat lepas dari masing-masing individu karena identitas
sosial merupakan hasil dari keterlibatan individu dalam kelompok sosial
(Tajfel, 1982). Tajfel (1978) menjelaskan bahwa identitas sosial merupakan
bagian dari konsep diri seseorang yang berasal dari pengetahuan tentang
keanggotaan dari sebuah kelompok sosial bersama dengan nilai dan arti
emosional yang melekat pada keanggotaan tersebut (dalam Akrami, 2005).
Berdasarkan teori identitas sosial yang diperkenalkan oleh Tajfel,
pengategorian diri sebagai anggota sebuah kelompok merupakan cara untuk
meningkatkan harga diri mereka dengan menyukai in-group dan
mengorbankan out-group, sehingga individu cenderung memberikan evaluasi
positif terhadap kelompoknya atau disebut dengan in-group favoritism (dalam
Akrami, 2005; Mila & Yustisia, 2017). Motif yang mendasari untuk
meningkatkan harga diri membuat seseorang memberikan perhatian pada
perbedaan dan kualitas positif in-group mereka dan merendahkan out-group
(Nelson, 2009), sehingga kategorisasi dan identitas sosial akan menentukan
sikap terhadap anggota in-group dan out-group. Kemudian, adanya kompetisi
diantara kelompok akan memperbesar atau memicu munculnya sikap tersebut
(Billig & Tajfel, 1973).
Teori ancaman terintegrasi yang diperkenalkan oleh Stephan dan
Stephan (2000) menyatakan bahwa ancaman berkaitan dengan teori identitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
36
sosial, yang menjelaskan bahwa tindakan-tindakan yang dilakukan oleh out-
group sering kali memicu in-group merasa seolah-olah status kelompok
mereka diancam (Branscombe et al., 1999). Definisi identitas sosial tentang
ancaman status melingkupi sumber-sumber nyata dan harga diri sebuah
kelompok. Teori ancaman terintegrasi menyebut ancaman terhadap sumber-
sumber nyata disebut sebagai realistik, sedangkan ancaman terhadap harga
diri disebut simbolik. Kedua jenis ancaman ini dapat memicu munculnya
prasangka (Stephan & Stephan, 1996). Persepsi ancaman ini dapat
menyebabkan prasangka tanpa memperhatikan apakah ancaman tersebut
benar-benar nyata atau tidak (Stephan & Stephan, 1996).
Stephan, Diaz-Loving, & Duran, (2000) menjelaskan mengenai teori
ancaman terintegrasi, yaitu bahwa persepsi ancaman muncul karena
ketidakakraban (unfamiliarity) anggota antarkelompok, ketakutan, dan
persepsi sosial yang negatif (dalam Al Ramiah, 2013). Kurangnya kontak
antarkelompok atau tingkat kontak yang rendah dapat mempengaruhi orang
untuk merasakan out-group sebagai ancaman. Salah satu alasan bahwa
tingkat kontak yang rendah berkaitan dengan kurangnya pengetahuan
(knowledge) tentang out-group (Pettigrew & Tropp, 2008). Kurangnya
pengetahuan memiliki arti bahwa anggota in-group mungkin memiliki
pemahaman yang terbatas tentang kepercayaan dan nilai-nilai yang dimiliki
out-group. Pengabaian out-group juga mungkin menghasilkan ketidakpastian,
ketidakpercayaan (mistrust), dan kecurigaan. Kurangnya kontak
antarkelompok juga mengisyaratkan bahwa anggota in-group memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
37
kesempatan yang sedikit untuk belajar mengenai apa menjadi persamaan
mereka dengan anggota out-group. Oleh karena itu, kurangnya kontak, karena
dihubungkan dengan kurangnya pengetahuan tentang out-group, dapat
melebih-lebihkan ancaman seakan-akan benar-benar ada (Nelson, 2009).
Uslaner (2011) menjelaskan bahwa semakin banyak kesempatan untuk
berinteraksi dengan orang yang berbeda dari diri kita, semakin kita memiliki
sikap positif terhadap mereka. Seseorang yang memiliki kontak dengan
anggota out-group akan memiliki informasi baru mengenai out-group.
Dengan bertambahnya keakraban (familiarity) dengan out-group maka akan
mengubah pandangan dan sikap negatif terhadap out-group. Dengan
demikian, prasangka dapat menurun.
Menurut penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa yang
sering melakukan kontak dengan anggota kelompok agama lain akan semakin
mengenal. Saat tingkat kontak antarkelompok agama semakin tinggi maka
prasangka mahasiswa terhadap kelompok agama lain diprediksi akan semakin
rendah. Hal ini didukung oleh teori kontak antarkelompok yang menjelaskan
bahwa prasangka dapat dikurangi dengan interaksi antarkelompok yang
berbeda pada kondisi tertentu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
38
Skema 1
Kaitan antar Variabel
Kontak
Antarkelompok
Agama
Informasi baru
mengenai out-
group.
Pengetahuan
tentang out-group
dan keakraban
(familiarity).
Pandangan
negatif,
misalnya
pandangan out-
group
mengancam in-
group.
Prasangka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
39
G. Hipotesis
Hipotesis yang diajukkan dalam penelitian ini adalah "terdapat
hubungan negatif antara kontak antarkelompok agama dan prasangka terhadap
kelompok agama lain pada mahasiswa". Semakin tinggi kontak antarkelompok
agama yang dialami mahasiswa, maka akan semakin rendah tingkat prasangka
yang dirasakan mahasiswa. Semakin rendah kontak antarkelompok agama yang
dialami mahasiswa, maka akan semakin tinggi prasangka yang dirasakan
mahasiswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
40
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif dengan dengan jenis penelitian korelasional. Menurut Creswell (2009)
penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang menitikberatkan pada data
numerik dan bertujuan untuk menguji teori secara objektif (dalam Supratiknya,
2015; Bordens & Abbot, 2011). Penelitian korelasional merupakan penelitian
yang memiliki tujuan untuk menentukan dua variabel atau lebih saling
berhubungan atau tidak dan apabila memiliki hubungan dapat dilihat arah,
derajad, dan bentuk dari hubungan yang dapat diamati. Penelitian ini tidak bisa
manipulasi tapi mengamati variabel apa adanya. Desain penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian survei. Penelitian survei
merupakan penelitian yang menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan data
dengan sampel dari suatu populasi (Effendi & Tukiran, 2012).
B. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kontak antarkelompok agama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
41
2. Variabel Tergantung
Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah prasangka terhadap kelompok
agama lain.
C. Definisi Operasional
1. Kontak Antarkelompok Agama
Kontak antarkelompok agama pada mahasiswa merupakan interaksi
sosial yang dilakukan secara langsung oleh seorang mahasiswa dengan teman
yang memiliki agama berbeda. Kontak antarkelompok agama dapat
ditunjukkan melalui dua komponen kontak, yaitu kuantitas kontak dan
kualitas kontak. Kuantitas kontak yang berkaitan dengan seberapa sering
mahasiswa berinteraksi dengan teman yang memiliki agama lain dan jumlah
teman yang dimiliki dari anggota kelompok agama lain. Kualitas kontak
merupakan pengalaman kontak yang dirasakan mahasiswa dengan teman
yang berbeda agama.
Kontak antarkelompok agama dapat diukur dengan skala kontak
antarkelompok agama. Aitem-aitem yang yang terdapat dalam skala disusun
berdasarkan dua aspek kontak yang dilakukan, yakni kuantitas dan kualitas
kontak. Tingkat kontak dapat dilihat dari perolehan skor total pada skala
kontak antarkelompok agama. Semakin tinggi skor yang diperoleh
mengindikasikan tingkat kontak antarkelompok yang tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
42
2. Prasangka Terhadap Kelompok Agama Lain
Prasangka adalah respon yang diberikan mahasiswa berupa pemikiran,
perasaan, dan kecenderungan berperilaku yang sifatnya negatif terhadap
anggota kelompok agama lain. Prasangka dapat dilihat dari tiga komponen,
yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen behavioral.
Komponen kognitif merupakan stereotip atau label negatif yang diberikan
mahasiswa terhadap kelompok agama lain. Komponen afektif merupakan
perasaan atau emosi negatif yang dirasakan oleh mahasiswa mengenai
kelompok agama lain. Sementara komponen behavioral merupakan
kecenderungan mahasiswa untuk berperilaku negatif terhadap kelompok
agama lain.
Prasangka dapat diukur dengan skala prasangka. Aitem-aitem yang
yang terdapat dalam skala disusun berdasarkan tiga komponen prasangka,
yakni kognitif, afektif, dan behavioral. Tingkat prasangka dapat dilihat dari
perolehan skor total pada skala prasangka. Semakin tinggi skor yang
diperoleh mengindikasikan tingkat prasangka yang tinggi.
D. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini, subjek penelitian yang digunakan adalah subjek
yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Mahasiswa berusia 18-25 tahun
Alasan pemilihan subjek dengan rentang 18-25 tahun didasarkan pada
rentang usia mahasiswa (Hulukati & Djibran, 2018). Mahasiswa merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
43
sebuah kelompok masyarakat yang memiliki peran penting di masyarakat dan
bangsa, yaitu sebagai agen perubahan (agent of change) dan penerus bangsa
(iron stock) (Kusumah, 2007), sehingga baik atau buruknya suatu bangsa di
masa depan bergantung dengan baik atau buruknya mahasiswa dan pemuda
saat ini. Selain itu, Monk menyebutkan usia ini tergolong dalam masa remaja
akhir dan dewasa awal (dalam Gunawati et al., 2006). Di masa ini individu
mulai menemukan berbagai keyakinan lain yang membuat mereka mengerti
bahwa keyakinan mereka bukanlah satu-satunya keyakinan yang ada dan
mengharuskan dirinya untuk berkecimpung dengan masyarakat bersama
dengan orang dewasa lainnya (Jahja, 2017).
2. Mengidentifikasi diri dengan agama atau kepercayaan tertentu
Subjek mengidentifikasikan diri dengan agama atau kepercayaan
tertentu. Alasan pemilihan subjek dengan karakteristik tersebut didasarkan
pada definisi prasangka dalam konteks penelitian ini, yaitu sikap negatif yang
dimiliki anggota suatu kelompok agama atau kepercayaan terhadap anggota
kelompok agama lainnya. Individu yang mengidentifikasikan diri dengan
agama dimungkinkan akan lebih representatif dibandingkan dengan individu
yang tidak mengidentifikasikan diri dengan agama atau kepercayaan tertentu,
misalnya atheis.
Metode sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive
sampling. Purposive sampling adalah pengambilan sampel yang digunakan
ketika peneliti menginginkan sampel penelitian yang terdefinisikan secara
jelas (Clark-Carter & David, 2004). Alasan pemilihan metode sampling
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
44
dengan purposive sampling didasarkan pada pertimbangan karakteristik
subjek yang dipilih oleh peneliti.
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data
Metode yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah
dengan cara menyebarkan skala pengukuran penelitian kepada subjek yang telah
ditentukan untuk melakukan pengisian pada skala pengukuran. Alat yang
digunakan adalah skala kontak antarkelompok dan skala prasangka. Kedua skala
disusun sendiri oleh peneliti.
Skala kontak antarkelompok terdiri atas 32 aitem yang disusun
berdasarkan dua aspek kontak antarkelompok, yaitu kuantitas kontak dan kualitas
kontak. Aspek kuantitas kontak meliputi jumlah teman dari agama lain dan
seberapa sering individu berinteraksi dengan teman yang memiliki agama lain.
Aspek kualitas kontak meliputi baik atau buruknya kontak yang dirasakan
mahasiswa dengan teman yang berbeda agama, yang dilihat dari perasaan
memiliki kesamaan status dengan kelompok lain dalam melakukan kontak,
kesukarelaan kontak, kedalaman kontak, kontak yang dirasakan menyenangkan
atau tidak, dan kontak yang dirasakan sebagai kerjasama atau kompetisi. Skala
kontak antarkelompok memuat pernyataan-pernyataan yang bersifat favorable dan
unfavorable. Pernyataan yang bersifat favorable adalah pernyataan yang
top related