guru, generasi z, dan pembelajaran abad 21 · tuntutan capaian kemampuan berfikir siswa yang lebih...
Post on 02-Mar-2019
229 Views
Preview:
TRANSCRIPT
GURU, GENERASI Z, DAN PEMBELAJARAN ABAD 21
Dr. H. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum
Ishaq, S.Pd., M.Pd.
A. KOMPETENSI GURU
1. Tantangan Guru
Abad ke-21 adalah abad yang sangat berbeda dengan abad-abad sebelumnya.
Perkembangan ilmu pengetahuan yang luar biasa disegala bidang.pada abad
ini, terutama bidang Information and Communication Technology (ICT) yang
serba canggih (sophisticated) membuat dunia ini semakin sempit, karena
kecanggihan teknologi ICT ini beragam informasi dari berbagai sudut
dunia mampu diakses dengan instant dan cepat oleh siapapun dan dari
manapun, komunikasi antar personal dapat dilakukan dengan mudah, murah
kapan saja dan di mana saja.
Perubahan-perubahan tersebut semakin terasa, termasuk didalamnya pada
dunia pendidikan. Guru saat ini menghadapi tantangan yang jauh lebih besar dari
era sebelumnya. Guru menghadapi klien yang jauh lebih beragam, materi
pelajaran yang lebih kompleks dan sulit, standard proses pembelajaran dan juga
tuntutan capaian kemampuan berfikir siswa yang lebih tinggi , untuk itu
dibutuhkan guru yang mampu bersaing bukan lagi kepandaian tetapi kreativitas
dan kecerdasan bertindak (hard skills- soft skills).
Menurut Susanto (2010), terdapat 7 tantangan guru di abad 21, yaitu :
1. Teaching in multicultural society, mengajar di masyarakat yang memiliki
beragam budaya dengan kompetensi multi bahasa.
2. Teaching for the construction of meaning, mengajar untuk mengkonstruksi
makna (konsep).
3. Teaching for active learning, mengajar untuk pembelajaran aktif.
4. Teaching and technology, mengajar dan teknologi.
5. Teaching with new view about abilities, mengajar dengan pandangan baru
mengenai kemampuan.
6. Teaching and choice, mengajar dan pilihan.
7. Teaching and accountability, mengajar dan akuntabilitas.
Untuk memecahkan masalah tersebut di atas, guru dituntut mampu untuk
membaca setiap tantangan yang ada pada masa kini. guru harus mampu untuk
mencari sendiri pemecahan masalah yang timbul dari dampak kemajuan zaman
karena tidak semua kemajuan zaman berdampak baik, dampak negatif juga harus
diperhitungkan.
2. Kompetensi Guru
Guru yang mampu menghadapi tantangan tersebut adalah guru yang profesional
yang memiliki kualifikasi akademik dan memiliki kompetensi-kompetensi antara
lain kompetensi profesional, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, dan
kompetensi sosial yang kualifaid.
a. Kompetensi profesional
Kompetensi profesioanal sekurang-kurangnya meliputi :
1. Menguasai subtansi bidang studi dan metodologi keilmuannya
2. Menguasai struktur dan materi kurikulum bidang studi
3. Menguasai dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam
pembelajaran
4. Mengorganisasikan materi kurikulum bidang studi
5. Meningkatkan kualitas pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas
b. Kompetensi pedagogik
Kompetensi pedagogik sekurang-kurangnya meliputi:
1. Memahami karakteristik peserta didik dari aspek fisik, sosial, kultural,
emosional, dan intelektual
2. Memahami latar belakang keluarga dan masyarakat peserta didik dan
kebutuhan belajar dalam konteks kebhinekaan budaya
3. Memahami gaya belajar dan kesulitan belajar peserta didik
4. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik
5. Menguasai teori dan prinsip belajar serta pembelajaranYang mendidik
6. Mengembangkan kurikulum yang mendorong keterlibatan peserta didik
dalam pembelajaran
7. Merancang pembelajaran yang mendidik
8. Melaksanakan pembelajaran yang mendidik
9. Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran
c. Kompetensi kepribadian
Kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya meliputi:
1. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan
berwibawa
2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang berakhlak mulia dan sebagai
teladan bagi peserta didik dan masyarakat
3. Memiliki sikap, perilaku, etika, tata cara berpakaian, dan bertutur bahasa
yang baik
4. Mengevaluasi kinerja sendiri
5. Mengembangkan diri secara berkelanjutan
d. Kompetensi sosial
Kompetensi sosial sekurang-kurangnya meliputi:
1. Berkomunikasi secara efektif dan empatik dengan peserta didik, orang tua
peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan dan masyarakat
2. Berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di sekolah dan
masyarakat
3. Berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di tingkat lokal,
regional, nasional dan global
4. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) untuk
berkomunikasi dan mengembangkan diri
5. Memiliki sikap, perilaku, etika, tata cara berpakaian dan bertutur bahasa
yang baik
3. Orientasi Guru Abad 21
Tuntutan dunia internasional terhadap tugas guru memasuki abad ke-21
tidaklah ringan. Guru diharapkan mampu dan dapat menyelenggarakan proses
pembelajaran yang bertumpu dan melaksanakan empat pilar belajar yang
dianjurkan oleh Komisi Internasional UNESCO untuk Pendidikan, hal ini didasari
bahwa Pendidikan merupakan komunikasi terorganisasi dan berkelanjutan yang
dirancang untuk menumbuhkan kegiatan belajar pada diri peserta didik (education
as organized and sustained communication designed to bring about Learning).
UNESCO merekomendasikan empat pilar dalam bidang pendidikan, yaitu:
1. Learning to know (belajar untuk mengetahui)
Learning to know, yaitu proses belajar untuk mengetahui, memahami, dan
menghayati cara-cara pemerolehan pengetahuan dan pendidikan yang
memberikan kepada peserta didik bekal-bekal ilmu pengetahuan. Proses
pembelajaran ini memungkinkan peserta didik mampu mengetahui,
memahami, dan menerapkan, serta mencari informasi dan/atau
menemukan ilmu pengetahuan.
2. Learning to do (belajar melakukan atau mengerjakan)
Learning to do, yaitu proses belajar melakukan atau mengerjakan sesuatu.
Belajar berbuat dan melakukan (Learning by doing) sesuatu secara aktif ini
bermakna pendidikan seharusnya memberikan bekal-bekal kemampuan
atau keterampilan. Peserta didik dalam proses pembelajarannya mampu
menggunakan berbagai konsep, prinsip, atau hukum untuk
memecahkan masalah yang konkrit.
3. Learning to live together (belajar untuk hidup bersama)
Learning to live together, yaitu pendidikan seharusnya memberikan bekal
kemampuan untuk dapat hidup bersama dalam masyarakat yang
majemuk sehingga tercipta kedamaian hidup dan sikap toleransi antar
sesama manusia.
4. Learning to be (belajar untuk menjadi/mengembangkan diri sendiri).
Learning to be, yaitu pendidikan seharusnya memberikan bekal
kemampuan untuk mengembangkan diri. Proses belajar memungkinkan
terciptanya peserta didik yang mandiri, memiliki rasa percaya diri,
mampu mengenal dirinya, pemahaman diri, aktualisasi diri atau
pengarahan diri, memiliki kemampuan emosional dan intelektual yang
konsisten, serta mencapai tingkatan kepribadian yang mantap dan mandiri
4. Uji Kompetensi Guru
a. Standar Kelulusan UKG
UKG (Ujian Kompetensi Guru) merupakan sebuah kegiatan berupa ujian yang
berfungsi untuk mengukur kompetensi dasar mengenai bidang studi atau subject
matter dan juga pedagogik dalam domain seorang pengajar, dalam hal ini guru
sekolah.
UKG memiliki tujuan untuk memperkuat peran guru dalam melaksanakan
pendidikan. Sehingga guru mampu memberikan dan juga meningkatkan mutu
pendidikan di Indonesia. UKG juga dapat digunakan untuk memetakan kondisi
objektif setiap guru sehingga dapat dijadikan sebagai informasi penting bagi
pemerintah ketika akan mengambil sebuah kebijakan yang terkait dengan materi
dan juga strategi dalam memberikan pembinaan yang dibutuhkan oleh guru.
UKG ( Ujian Kompetensi Guru ) kali pertama dilaksanakan pada tahun 2014 silam,
pada saat itu standar kelulusan untuk UKG hanya sekitar 4.7 saja. Hal ini sangatlah
wajar karena ini adalah kali pertama sistem ini dilaksanakan. Namun, seperti yang
sudah dijelaskan pada tujuan UKG tadi, tentunya setiap tahun standar kelulusan
untuk UKG selalu meningkat.
Tahun Standar Kelulusan
2014 4,7
2015 5,5 2016 6,0
2017 7,0
2018 7,5
2019 8,0
b. UKG Guru Bahasa Indonesia Peserta PLPG 2017
Universitas Muhammadiyah Makassar merupakan salah satu pelaksana PLGP
sejak tahun 2009 sampai 2017, untuk tahun 2017 peserta PLPG ditunjukkan
seperti tabel berikut ini
Tahun Standar Kelulusan
Guru Kelas 150
Bahasa Indonesia 19
Bahasa Inggris 52 Matematika 48
Bahasa Arab 8 PPKn 14
Budidaya Perikanan 17 Jumlah 308
Sedangkan hasil UKG berdasarkan mata pelajaran Bahasa Indonesia diperoleh
data berikut ini.
1. Umur Peserta PLPG 2017
Umur Jumlah
<30 2
30 - 35 11
35 - 40 5 40> 1
Jumlah 19
2. Kelulusan UKG
Kriteria Jumlah
Lulus 11 Tidak Lulus 8
Jumlah 19
3. Umur dan Nilai UKG
Umur Jumlah
<30 78.38 30 - 35 70.53
35 - 40 73.016 40> 73.41
Jumlah 72.16
B. GENERASI Z
1. Teori Generasi
Dalam teori generasi (Generation Theory) yang dikemukakan Graeme Codrington
& Sue Grant-Marshall, Penguin, (2004) dibedakan 5 generasi manusia berdasarkan
tahun kelahirannya, yaitu: (1) Generasi Baby Boomer, lahir 1946-1964; (2)
Generasi X, lahir 1965-1980; (3) Generasi Y, lahir 1981-1994, sering
disebut generasi millennial; (4) Generasi Z, lahir 1995-2010 (disebut
juga iGeneration, GenerasiNet, Generasi Internet). DAN (5) Generasi Alpha, lahir
2011-2025. Kelima generasi tersebut memiliki perbedaan pertumbuhkembangan
kepribadian.
1. Baby Boomer (lahir tahun 1946 – 1964)
Generasi yang lahir setelah Perang Dunia II ini memiliki banyak saudara,
akibat dari banyaknya pasangan yang berani untuk mempunyai banyak
keturunan. Generasi yang adaptif, mudah menerima dan menyesuaikan
diri. Dianggap sebagai orang lama yang mempunyai pengalaman hidup.
2. Generasi X (lahir tahun 1965-1980)
Tahun-tahun ketika generasi ini lahir merupakan awal dari penggunaan PC
(personal computer), video games, tv kabel, dan internet. Penyimpanan
data nya pun menggunakan floopy disk atau disket. MTV dan video games
sangat digemari masa ini. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh
Jane Deverson, sebagian dari generasi ini memiliki tingkah laku negatif
seperti tidak hormat pada orang tua, mulai mengenal musik punk, dan
mencoba menggunakan ganja.
3. Generasi Y (lahir tahun 1981-1994)
Dikenal dengan sebutan generasi millenial atau milenium. Ungkapan
generasi Y mulai dipakai pada editorial koran besar Amerika Serikat pada
Agustus 1993. Generasi ini banyak menggunakan teknologi komunikasi
instan seperti email, SMS, instan messaging dan media sosial seperti
facebook dan twitter. Mereka juga suka main game online.
4. Generasi Z (lahir tahun 1995-2010)
Disebut juga iGeneration, generasi net atau generasi internet. Mereka
memiliki kesamaan dengan generasi Y, tapi mereka mampu
mengaplikasikan semua kegiatan dalam satu waktu seperti nge-tweet
menggunakan ponsel, browsing dengan PC, dan mendengarkan musik
menggunakan headset. Apapun yang dilakukan kebanyakan berhubungan
dengan dunia maya. Sejak kecil mereka sudah mengenal teknologi dan
akrab dengan gadget canggih yang secara tidak langsung berpengaruh
terhadap kepribadian mereka.
5. Generasi Alpha (lahir tahun 2011-2025)
Generasi yang lahir sesudah generasi Z, lahir dari generasi X akhir dan Y.
Generasi yang sangat terdidik karena masuk sekolah lebih awal dan banyak
belajar, rata-rata memiliki orang tua yang kaya.
2. Karakteristik Generasi Z
Generasi Z memiliki karakteristik yang berbeda dengan generasi-genarsi
sebelumnya, berikut ini karakteristik Generasi Z:
1. Fasih Teknologi , tech-savvy, web-savvy, appfriendly generation. Mereka
adalah “generasi digital” yang mahir dan gandrung akan teknologi
informasi dan berbagai aplikasi komputer. Mereka dapat mengakses
berbagai informasi yang mereka butuhkan secara mudah dan cepat, baik
untuk kepentingan pendidikan maupun kepentingan hidup kesehariannya.
2. Sosial. Mereka sangat intens berinteraksi melalui media sosial dengan
semua kalangan. Mereka sangat intens berkomunikasi dan berinteraksi
dengan semua kalangan, khususnya dengan teman sebaya melalui
berbagai situs jejaring, seperti: FaceBook, twitter, atau melalui SMS.
Melalui media ini, mereka bisa mengekspresikan apa yang dirasakan dan
dipikirkannya secara spontan.
3. Ekspresif. Mereka cenderung toleran dengan perbedaan kultur dan sangat
peduli dengan lingkungan
4. Multitasking. Mereka terbiasa dengan berbagai aktivitas dalam satu waktu
yang bersamaan. Mereka bisa membaca, berbicara, menonton, atau
mendengarkan musik dalam waktu yang bersamaan. Mereka
menginginkan segala sesuatunya dapat dilakukan dan berjalan serba
cepat. Mereka tidak menginginkan hal-hal yang bertele-tele dan berbelit-
belit.
5. Cepat berpindah dari satu pemikiran/pekerjaan ke pemikiran/pekerjaan
lain (fast switcher)
6. Senang berbagi
3. Statistik Generasi Z
Hasil riset yang dilakukan oleh tirto.id yang dilakukan 16 Juni 2017 dengan jumlah
responden 1.201 orang berusia antara 7 – 21 tahun, riset tentang bagaimana
generasi Z dalam kehidupan sehari-hari disajikan berikut ini:
1. Gadget yang digunakan Generasi Z untuk akses internet
Gadget Persen
Handphone/Smartphone 89,10% Laptop 5,20%
Tablet 3,20% PC 2,50%
2. Media yang digunakan mengakses informasi/berita:
Umur 7 – 21 tahun
Media Persen Media Sosial 35,20%
Browser 26,10%
Televisi 14,40%
Messenger 14,10% Youtube 8,20%
Lain-lain 2,00%
Anak SD lebih sering mengakses informasi/berita melalui media televisi
3. Alasan memilih jenis media
Alasan Persen
Kemudahan akses 41,30%
Tidak ada alasan 23,00%
Informasi lengkap 21,50%
Fitur yang menarik 8,10%
Lainnya 6,10%
4. Durasi menggunakan internet
Waktu Persen
3 – 5 jam 34,10%
< 2 jam 32,40% 6 – 8 jam 19,30%
> 12 Jam 7,30%
9 – 11 jam 6,90%
5. Situs atau aplikasi yang paling sering diakses (berdasarkan platform dari
situs tersebut)
Situs/Apps Persen Instagram 54,20%
Line 45,40%
Google 42,10%
Youtube 39,40%
Lainnya 36,70% Facebook 23,70%
BBM 14,20% Whatsapp 11,70%
6. Pilihan siaran televisi yang ditonton
Siaran Persen
Film kartun/Animasi 34,60%
Sinetron 34,10% Berita 13,50%
Musik 12,50% Lainnya 5,30%
Rata-rata Generasi Z menghabiskan waktunya untuk menonton televisi kurang
dari dua jam per hari. Anak SMP menghabiskan 3-5 jam per hari untuk menonton
televisi. Acara televisi kartun/animasi adalah acara yang paling sering ditonton.
Responden dengan tingkat pendidikan SMA dan kuliah lebih memilih menonton
sinetron/serial film di televisi.
C. OREIENTASI PEMBELAJARAN ABAD 21
Pada abad 21 pendidikan telah mengalami pergeseran atau perubahan paradigma
pendidikan, yaitu:
1. dari belajar terminal ke belajar sepanjang hayat
2. dari belajar terfokus penguasaan pengetahuan ke belajar holistik
3. dari citra hubungan guru siswa yang konfrontatif ke citra hubungan
kemitraan
4. dari pengajar yang menekankan pengetahuan skolastik (akademik) ke
penekanan keseimbangan fokus pendidikan nilai,
5. dari kampanye melawan buta aksara ke kampanye melawan buat
teknologi, budaya, dan komputer,
6. dari penampilan guru yang terisolasi ke penampilan dalam tim kerja,
7. dari konsentrasi eksklusif pada kompetisi ke orientasi kerja sama.
Tiga konsep pendidikan abad 21 telah diadaptasi oleh Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia untuk mengembangkan kurikulum baru
untuk Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah
Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Ketiga konsep tersebut
adalah 21st Century Skills (Trilling dan Fadel, 2009), scientific approach (Dyer, et
al., 2009) dan authentic assesment (Wiggins dan McTighe, 2011); Ormiston, 2011;
Aitken dan Pungur, 1996; Costa dan Kallick, 1992).
Selanjutnya, tiga konsep tersebut diadaptasi untuk mengembangkan pendidikan
menuju Indonesia Kreatif tahun 2045. Adaptasi dilakukan untuk mencapai
kesesuaian konsep dengan kapasitas peserta didik dan kompetensi pendidik dan
tenaga kependidikannya.
1. Keterampilan dan Pengetahuan Abad 21 (21st Century Skills)
Skema ini menyajikan pandangan menyeluruh tentang keterampilan dan
pengetahuan peserta didik abad ke-21. Ada tiga subjek inti pendidikan abad 21,
yaitu: 1) Life and Career Skills, 2) Learning and innovations Skills – 4Cs, 3)
Information, Median and Technologi Skills.
a. Life and Career Skills
Life and Career skills (keterampilan hidup dan berkarir), meliputi:
1) Fleksibilitas dan adaptabilitas
Peserta didik memiliki kemampuan mengadaptasi perubahan dan fleksibel
dalam belajar dan berkegiatan dalam kelompok
2) Memiliki inisiatif dan dapat mengatur diri sendiri
Peserta didik memiliki kemampuan mengelola tujuan dan waktu, bekerja
secara independen dan menjadi peserta didik yang dapat mengatur diri
sendiri.
3) Interaksi sosial dan antar-budaya
Peserta didik memiliki kemampuan berinteraksi dan bekerja secara efektif
dengan kelompok yang beragam.
4) Produktivitas dan akuntabilitas
Peserta didik mampu mengelola projek dan menghasilkan produk.
5) Kepemimpinan dan tanggungjawab
Peserta didik mampu memimpin teman-temannya dan bertanggungjawab
kepada masyarakat luas.
b. Learning and Innovation Skills
Learning and innovation skills (keterampilan belajar dan berinovasi) meliputi:
1) Berpikir kritis dan mengatasi masalah
Peserta didik mampu mengunakan berbagai alasan (reason) seperti induktif
atau deduktif untuk berbagai situasi; menggunaan cara berpikir sistem;
membuat keputusan dan mengatasi masalah
2) Komunikasi dan kolaborasi
Peserta didik mampu berkomunikasi dengan jelas dan melakukan kolaborasi
dengan anggota kelompok lainnya.
3) Kreativitas dan inovasi
Peserta didik mampu berpikir kreatif, bekerja secara kreatif
c. Information Media and Technology Skills
keterampilan teknologi dan media informasi (Information media and technology
skills), meliputi:
1) Literasi informasi
Peserta didik mampu mengakses informasi secara efektif (sumber nformasi)
dan efisien (waktunya); mengevaluasi informasi yang akan digunakan secara
kritis dan kompeten; mengunakan dan mengelola informasi secara akurat
dan efektf untuk mengatasi masalah.
2) Literasi media
Peserta didik mampu memilih dan mengembangkan media yang digunakan
untuk berkomunikasi.
3) Literasi ICT
Peserta didik mampu menganalisis media informasi; dan menciptakan
media yang sesuai untuk melakukan komunikasi.
Pengembangan pendukung pencapaian konsep pendidikan abad 21 tersebut di
atas dikembangan framework seperti pada gambar 2.2. berikut ini.
Unsur-unsur atau sistem yang diperlukan untuk memastikan kekeberhasilan
penguasaan konsep pendidikan dan keterampilan pengetahuan abad 21, yaitu:
1) Standarisasi penilaian
Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil
belajar peserta didik.
2) Kurikulum,
Kurikulum pada dasarnya merupakan tujuan setiap program pendidikan
yang diberikan kepada anak didik, karena kurikulum merupakan alat antuk
mencapai tujuan, maka kurikulum harus dijabarkan dari tujuan umum
pendidikan.
3) Pengembangan profesionalisme pendidik
Pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) adalah untuk
meningkatkan kualitas layanan pendidikan di sekolah/madrasah dalam
rangka meningkatkan mutu pendidikan. Sedangkan secara khusus tujuan
pengembangan keprofesian berkelanjutan adalah sebagai berikut;
a) Meningkatkan kompetensi guru untuk mencapai standar kompetensi
yang ditetapkan dalam peraturan perundangan yang berlaku.
b) Memutakhirkan kompetensi guru untuk memenuhi kebutuhan guru
dalam perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni untuk
memfasilitasi proses pembelajaran peserta didik.
c) Meningkatkan komitmen guru dalam melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya sebagai tenaga profesional.
d) Menumbuhkan rasa cinta dan bangga sebagai penyandang profesi guru.
e) Meningkatkan citra, harkat, dan martabat profesi guru di masyarakat.
f) Menunjang pengembangan karir guru
4) Pembelajaran inovatif
Pembelajaran inovatif juga mengandung arti pembelajaran yang dikemas
oleh guru atau instruktur lainnya yang merupakan wujud gagasan atau
teknik yang dipandang baru agar mampu menfasilitasi siswa untuk
memperoleh kemajuan dalam proses dan hasil belajar. Pembelajaran
inovatif bisa mengadaptasi dari model pembelajaran yang menyenangkan.
“Learning is fun” merupakan kunci yang diterapkan dalam pembelajaran
inovatif. Jika siswa sudah menanamkan hal ini di pikirannya tidak akan ada
lagi siswa yang pasif di kelas, perasaan tertekan, kemungkinan kegagalan,
keterbatasan pilihan, dan tentu saja rasa bosan. Membangun metode
pembelajaran inovatif sendiri bisa dilakukan dengan cara diantaranya
mengakomodir setiap karakteristik diri. Artinya mengukur daya kemampuan
serap ilmu masing-masing orang. Pembelajaran inovatif adalah
pembelajaran yang lebih bersifat student centered. Artinya, pembelajaran
yang lebih memberikan peluang kepada siswa untuk mengkonstruksi
pengetahuan secara mandiri (self directed) dan dimediasi oleh teman
sebaya (peer mediated instruction). Pembelajaran inovatif mendasarkan diri
pada paradigma konstruktivistik.
2. Pendekatan Saintifik (Scientific Approach)
Pendekatan saintifik diadaptasi dari konsep Inovator’s DNA (Dyer, et al., 2009).
Pendekatan saintifik yang digunakan dalam pembelajaran dikemas secara
berurutan, menjadi (1) mengamati (observing), (2) menanya (questioning), (3)
menalar (associating), (4) mencoba (experimenting) dan (5) membuat jejaring
(networking).
Tabel Pendekatan saintifik dalam sistem pembelajaran
LANGKAH PEMBELAJARAN
KEGIATAN BELAJAR KOMPETENSI YANG
DIKEMBANGKAN
Mengamati Membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat)
Melatih kesungguhan,
ketelitian, mencari informasi
Menanya Mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak
dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik)
Mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu,
kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat
Mengumpulkan informasi/
eksperimen
melakukan eksperimen membaca sumber lain selain
buku teks mengamati objek/ kejadian/aktivitas wawancara dengan nara sumber
Mengembangkan sikap teliti, jujur,sopan, menghargai
pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.
Mengasosiasikan/ mengolah
informasi
mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik
terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen
mau pun hasil dari kegiatan
Mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan,
kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan
kemampuan berpikir
LANGKAH PEMBELAJARAN
KEGIATAN BELAJAR KOMPETENSI YANG
DIKEMBANGKAN
mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi.
Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang
bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai
kepada pengolahan informasi yang bersifat
mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki
pendapat yang berbeda sampai kepada yang
bertentangan
induktif serta deduktif dalam menyimpulkan .
Mengkomunikas
ikan
Menyampaikan hasil
pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis
secara lisan, tertulis, atau media lainnya
Mengembangkan sikap jujur,
teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis,
mengungkapkan pendapat singkat dan jelas, dan
mengembangkan kemampuan berbahasa yang
baik dan benar.
3. Penilaian Autentik (Authentic Assesment)
Salah satu konsep pada kurikulum 2013 sebagai akibat perubahan kurikulum
tersebut adalah penilaian autentik (Authentic Assessment). Penilaian autentik
adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta
didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Istilah Assessment merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian,
atau evaluasi. Istilah autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau
reliabel. Secara konseptual penilaian autentik lebih bermakna secara signifikan
dibandingkan dengan tes pilihan ganda terstandar sekali pun.
Ketika menerapkan penilaian autentik untuk mengetahui hasil dan prestasi belajar
peserta didik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi
pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah.
Berikut ini jenis-jenis penilaian autentik:
1) Penilaian Kinerja
Penilaian autentik sebisa mungkin melibatkan partisipasi peserta didik,
khususnya dalam proses dan aspek-aspek yang akan dinilai. Guru dapat
melakukannya dengan meminta para peserta didik menyebutkan unsur-
unsur proyek/tugas yang akan mereka gunakan untuk menentukan kriteria
penyelesaiannya
2) Penilaian Proyek
Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian
terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut
periode/waktu tertentu. Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasi
yang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaan, pengumpulan
data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian data.
3) Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang
menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata.
Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil kerja peserta didik secara
perorangan atau diproduksi secara berkelompok, memerlukan refleksi
peserta didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa dimensi.
4) Penilaian Tertulis
Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu
mengingat, memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis,
mensintesis, mengevaluasi, dan sebagainya atas materi yang sudah
dipelajari. Tes tertulis berbentuk uraian sebisa mungkin bersifat
komprehensif, sehingga mampu menggambarkan ranah sikap,
pengetahuan, dan keterampilan peserta didik.
top related