farmakologi ampisilin
Post on 31-Dec-2015
406 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
2. Amphisilin
Ampisilin adalah antibiotika golongan penisilin semi sintetik, dipakai secara per oral dan
parenteral, aktif terhadap bakteri gram positif dan negatif dengan spektrum antibakteri. Absorpsi
ampisislin pada pemberian per oral umumnya berlangsung selama kira-kira 2 jam, tetapi jumlah
ampisilin yang diabsorpsi bervariasi antara 20 - 70%. Absorpsi ampisilin yang tidak sempurna
ini disebabkan oleh sifat-sifat amfoternya serta keterbatasan kelarutan dalam air dan kecepatan
disolusinya.
Absorpsi diperlambat dengan adanya makanan, tetapi tidak mempengaruhi jumlah tital
ampisislin yang diabsorpsi. Oleh karena absorpsi ampisilin pada pemberian per oral tidak
sempurna dan sangat bervariasi, maka perlu diteliti bioavailabilitasnya.
Deskripsi obat
- Nama & Struktur
Kimia :
Asam (2S,5R,6R)-6-[(R)-2-amino-2-fenilacetamido]-3-3-dimetil-7-
okso- 4-tia-1-azabisiklo[3,2,0]-heptana-2-karboksilat [69-53-4]
(Trihidrat [7177-48-2]). C16H19N3O4S
- Sifat Fisikokimia
:
Ampisilin berbentuk anhidrat atau trihidrat mengandung tidak kurang
dari 900 µg tiap milligram C16H19N3O4S dihitung terhadap zat
anhidrat. Secara komersial, sediaan ampisilin tersedia dalam bentuk
trihidrat untuk sediaan oral dan garam natrium untuk sediaan injeksi.
Potensi ampisilin trihidrat dan natrium penisilin dihitung berdasarkan
basis anhidrous. Ampisilin trihidrat berwarna putih, praktis tidak berbau
, serbuk kristal, dan larut dalam air. Ampisilin trihidrat mempunyai
kelarutan dalam air sekitar 6 mg/mL pada suhu 200C dan 10 mg/mL
pada suhu 40 0C. Ampisilin sodium berwarna hampir putih, praktis
tidak berbau, serbuk kristal, serbuk hidroskopis, sangat larut dalam air,
mengandung 0.9% natrium klorida. Pelarutan natrium ampicilin dengan
larutan yang sesuai, maka 10 mg ampicilin per mL memiliki pH 8-10.
Jika dilarutkan secara langsung ampisillin trihidrat oral suspensi
memiliki pH antara 5-7.5
- Keterangan : Ampisilin adalah aminopenisilin. Perbedaan struktur ampisilin dengan
penicillin G hanya terletak pada posis gugus amino pada alpha cincin
benzena yang terletak pada R dalam inti penisilin.
Golongan/Kelas Terapi
Anti Infeksi
Nama Dagang
- Actesin inj - Ambripen - Amcillin - Ampi
- Arcocillin - Bannsipen - Bimapen - Binotal
- Biopenam - Broadapen - Cinam - Corsacillin
- Dancillin - Decapen - Erphacillin - Etabiotic
- Etrapen - Hufam - Kalpicillin - Kemocil
- Lactapen - Medipen - Megapen - Metacillin
- Mycill - Opicillin - Pampicillin - Parpicillin
- Penbiotic - Penbritin - Pincyn - Polypen
- Primacillin - Ronexol - Sanpicillin - Standacillin
- Unasyn - Varicillin - Viccillin - Xepacillin
- Akrotalin
Indikasi
Pengobatan infeksi yang peka (non-betalaktamase-producting organisme); bakteri yang
peka yang disebabkan oleh streptococci, pneumococci nonpenicillinase-producting
staphilocochi, listeria, meningococci; turunan H.Influenzae, salmonella, Shigella, E.coli,
Enterobacter, dan Klebsiella .
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Dosis anak:
Infeksi ringan – sedang: I.M., I.V.: 100 -150 mg/kg/hari dalam dosis terbagi setiap 6 jam.
(maksimal:2-4 mg/hari). Oral: 50-100 mg/kg/hari dalam dosis terbagi setiap 6 jam (maksimal:
2-4 g/hari)
Infeksi berat/mengitis: I.M.,I,V: 200-400 mg/kg/hari dalam dosis terbagi setiap 6 jam
(maksimal; 6-12 g/hari).
Endocarditis profilaxis: Gigi, mulut, saluran pernafasan atau esophagus: 50 mg/kg
digunakan 30 menit sebelum penerapan protokol, Saluran kemih, GI: pasien resiko tinggi: 50
mg/kg (maksimal 2 g) digunakan 30 menit sebelum penerapan protokol. Pasien risiko tinggi: 50
mg/kg digunakan 30 menit sebelum prosedur operasi.
Dosis Dewasa
Dosis lazim:
Oral : 250 – 500 mg tiap 6 jam.IM.IV: 50-100 mg/kg/hari setiap 6 jam.
Sepsis/meningitis: IM.IV: 150-250 mg/kg/24 jam dosis terbagi setiap 3-4 jam (rentang:6-
12g/hari).
Penyesuaian dosis
ClCr >50 mL/menit: diberikan tiap 6 jam. ClCr 10-50 mL/menit diberikan setiap 6-12
jam. ClCr <10 mL/menit diberikan setiap 12-24 jam.
Lama pemberian:
Lama pemberian ampicillin tergantung pada tipe dan tingkat kegawatan serta tergantung
juga pada respon klinis dan bakteri penginfeksinya. Seperti contoh umum jika ampisillin
digunakan untuk penanganan infeksi gonore maka ampicillin diberikan tidak kurang dari 48 –
72 jam setelah pasien mengalami gejala infeksi maupun sesuai temuan hasil uji laboratorium.
Untuk infeksi persisten, kemungkinan diberikan untuk beberapa minggu.
CARA PEMBERIAN:
Disesuaikan dengan jeda waktu yang telah ditetapkan untuk mempertahankan kadar obat
dalam plasma. Diberikan dalam keadaan perut kosong untuk memaksimalkan absorpsi (1 jam
sebelum makan dan 2 jam setelah makan).
Farmakologi
Absorbsi: oral: 50%.
Distribusi: empedu, dan plasma jaringan; menembus ke cairan serebrospinal terjadi hanya
ketika terjadi inflamasi meningitis.
Ikatan protein: 15 – 25%
T½ eliminasi:
Anak – anak dan dewasa: 1-1.8 jam.
Anuria/ARF:7-20 jam.
T max: Oral: 1-2 jam
Eksresi: urin (90% bentuk utuh) dalam 24 jam.
Dialisis: Moderat diálisis melalui Hemo atau peritonial dialisis: 20-50%
Stabilitas Penyimpanan
Ampisilin kapsul, serbuk oral suspensi disimpan pada wadah kedap dengan suhu antara
15-30°C, setelah mengalami pencampuran, ampisilin trihidrat disimpan dalam lemari pendingin
dengan suhu antara 2-8°C dan akan bertahan selama 14 hari, tapi jika disimpan dalam suhu
ruangan maka akan bertahan selama 7 hari. Ampisilin injeksi, setelah mengalami pelarutan
sebaiknaya digunakan kurang dari 1 jam setelah pencampuran. Stabilitas ampisilin injeksi
setelah dilarutkan tergantung kenaikan konsentrasinya, ampisillin peka sekali dengan cairan
yang mengandung dextrose, karena akan mengakibatkan efek katalitik dan menghidrolisis obat.
Kontraindikasi
Kontraindikasi untuk pasien yang hipersensitif terhadap amoksisilin, penisilin, atau
komponen lain dalam sediaan.
Efek Samping
SSP : Demam, penisilin encephalitis, kejang.
Kulit : Erythema multifom, rash, urticaria.
GI : Lidah hitam berambut, diare, enterochollitis, glossitis, mual, pseudomembranouscollitis,
sakit mulut dan lidah, stomatitis, muntah.
Hematologi : Agranulositosis, anemia, hemolitik anemia, eosinophilia, leukopenia,
trombocytopenia purpura.
Hepatik : AST meningkat.
Renal : Interstisisal nephritin (jarang)
Respiratory : Laringuela stidor
Miscellaneous : Anaphilaxis.
Interaksi
Dengan Obat Lain :
Meningkatkan efek toksik:
1. Disulfiran dan probenezid kemungkinan meningkatkan kadar ampisilin.
2. Warfarin kemungkinan dapat meningkatkan kadar ampisilin
3. Secara teori, jika diberikan dengan allopurinol dapat meningkatkan efek ruam.
Menurunkan efek:
Dicurigai ampisilin juga dapat menurunkan efek obat kontrasepsi oral.
Dengan Makanan : Makanan dapat menurunkan tingkat absorbsi ampisillin, sehingga
kemungkinan akan menurunkan kadar ampisillin.
Pengaruh
Terhadap Kehamilan : Data keamanan penggunaan pada ibu hamil belum ada sehingga CDC
(center for disease controle and prevention) memasukannya pada Kelas faktor risiko B.
Terhadap Ibu Menyususi : CDC mengklasikasikan keamananya kategori B Karena amoksisilin
terdistribusi kedalam ASI (air susu ibu) maka dikhawatirkan amoksisilin dapat menyebabkan
respon hipersensitif untuk bayi, sehingga monitoring perlu dilakukan selama menggunakan obat
ini pada ibu menyusui.
Terhadap Anak-anak : Data tentang keamanan masih establish
Terhadap Hasil Laboratorium : Berpengaruh terhadap hasil pengukuran : Hematologi dan
hepar.
Parameter Monitoring
Pengamatan rutin terhadap : Fungsi ginjal (ClCr), Fungsi Hepar (SGPT, SGOT),
Hematologi. (Hb), Indikator infeksi.(Suhu badan, kultur ).
Bentuk Sediaan
Kapsul, Serbuk Kering Suspensi Oral, Serbuk Injeksi
Peringatan
Pada pasien yang mengalami gagal ginjal, perlu penyesuaian dosis. Tingkat kejadian
ruam akibat penggunaan ampisilin pada anak – anak sebanyak 5 – 10% kebanyakan muncul
pada 7-14 hari setelah penggunaan obat.
Informasi Pasien
Untuk menghindari timbulnya resistensi, maka sebaiknya amoksisilin digunakan dalam
dosis dan rentang waktu yang telah ditetapkan. Obat digunakan dalam keadaan perut kosong (1
jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan). Amati jika ada timbul gejala ESO obat, seperti
mual, diare atau respon hipersensitivitas. Jika masih belum memahami tentang penggunaan
obat, harap menghubungi apoteker. Jika keadaan klinis belum ada perubahan setelah
menggunakan obat, maka harap menghubungi dokter.
Mekanisme Aksi
Menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan mengikat satu atau lebih pada ikatan
penisilin-protein (PBPs – Protein binding penisilin’s), sehingga menyebabkan penghambatan
pada tahapan akhir transpeptidase sintesis peptidoglikan dalam dinding sel bakteri, akibatnya
biosintesis dinding sel terhambat dan sel bakteri menjadi pecah (lisis).
Monitoring Penggunaan Obat
Lamanya penggunaan obat : Menilai kondisi pasien sejak awal hingga akhir penggunaan
obat. Mengamati kemungkinan adanya efek anafilaksis pada pemberian dosis awal.
3. Contrimoxazole
Cotrimoxazole adalah bakterisid yang merupakan kombinasi sulfametoksazol dan
trimetoprim dengan perbandingan 5 : 1. Kombinasi tersebut mempunyai aktivitas bakterisid
yang besar karena menghambat pada dua tahap biosintesa asam nukleat dan protein yang sangat
esensial untuk mikroorganisme. Cotrimoxazole mempunyai spektrum aktivitas luas dan efektif
terhadap bakteri gram-positif dan gram-negatif, misalnya Streptococci, Staphylococci,
Pneumococci, Neisseria, Bordetella. Klebsiella, Shigella dan Vibrio cholerae. Cotrimoxazole
juga efektif terhadap bakteri yang resisten terhadap antibakteri lain seperti H. influenzae, E.
coli. P. mirabilis, P. vulgaris dan berbagai strain Staphylococcus.
Komposisi:
Tiap 5 ml suspensi mengandung 40 mg trimetoprim dan 200 mg sulfametoksazol.
Informasi obat
- Nama & Struktur
Kimia :
4-amino-N-(5-methylisoxazol-3-yl)-benzenesulfonamide, 5-(3,4,5-
trimethoxybenzyl)pyrimidine-2,4-diamine,C10H11N3O3S,
C14H18N4O3
- Sifat Fisikokimia
:
SULFAMETOXAZOLE (disingkat SMX)Mengandung tidak kurang dari
99.0% dan tidak lebih dari 101.0% C10H11N3O3S dihitung terhadap zat
yang telah dikeringkan. Obat berbentuk serbuk hablur, putih sampai
putih, praktis tidak berbau. Kelarutan obat; praktis tidak larut dalam air
dalam eter dan dalam kloroform, mudah larut dalam asetone dan dalam
larutan natrium hidroksida encer; agak sukar larut dalam etanol.
TRIMETHOPRIM (disingkat TMP)Mengandung tidak kurang dari
98,5% dan tidak lebih dari 101,0% C14H18N4O3 dihitung terhadap zat
yang telah dikeringkan. Kelarutan obat : sangat sukar larut dalam air;
larut dalam benzilalkohol, agak sukar larut dalam kloroform dan dalam
metanol, sangat sukar larut dalam etanol dan dalam asetone, praktis tidak
larut dalam eter dan dalam karbon tetraklorida.
- Keterangan
:
Co-trimoksazol (disingkat SXT, TMP-SMX, or TMP-sulfa) adalah
antibiotik kombinasi antara trimethoprim dan sulfametoksazol, dalam
rasio perbandingan 1 banding 5.
Golongan/Kelas Terapi Anti Infeksi Nama Dagang
- Bactricid - Bactrim - Bactrizol - Cotrim
- Cotrimol - Dumotrim - Erphatrim - Fsiprim
- Hexaprim - Ikaprim - Infatrim - Licoprima
- Meditrim - Merotin - Moxalas - Nufaprim
- Ottoprim - Primadex - Primsulfon - Septrin
- Sulprim - Sultrimmix - Trimezol - Trimoxsul
- Trixzol - Ulfaprim - Wiatrim - Xepaprim
- Zoltrim - Zultrop - Bactoprim Combi
Indikasi
Untuk pengobatan infeksi saluran urin yang disebabkan E.coli, Klebsella dan Enterobacter
sp, M.morganii,P.mirabilis dan P.vulgaris; otitis media akut pada anak; eksaserbasi akut pada
bronchitis kronis pasien dewasa yang disebabkan oleh bakteri yang sensistif seperti
H.influenzae,atau S.pneumoniae; pencegahan dan pengobatan Pneumocitis carinii pneumoniae
(PCP); traveler diarrhea yang disebabkan oleh enterotoksigenik E.coli; pengobatan entritis yang
disebabkan oleh Shigella flexneri atau Shigella sonnei.
Untuk pengobatan infeksi severe atau komplikasi ketika penggunaan oral sudah tidak
mungkin dilakukan. Seperti yang terdokumentasikan digunakan untuk PCP, yaitu digunakan
pengobatan empiric PCP pada pasien immunocompromise; shigellosis; demam tifoid; infeksi
Nacardia asteroides .
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Dosis: dihitung berdasarkan perbandingan dasar obat, dengan komposis sulfametoxazole
800 mg dan trimethoprim 160 mg.
Anak >2 tahun , dengan panduan :
Infeksi ringan – berat: oral; 8-12 mg TMP/kg/hari dalam dosis terbagi setiap 12 jam.
Infeksi serius:
Oral: 20mg TMP/kg/hari dalam dosis terbagi setiap 6 jam.
IV: 8-12 mg TMP/kg/hari dalam dosis terbagi setiap 6 jam.
Otitis media akut: oral: 8 mg TMP/kg/hari dalam dosis terbagi setiap 12 jam selama 10
hari.
Pneumocytis:
Pengobatan: oral, IV; 15-20 mg TMP/kg/hari dalam dosis terbagi setiap 6-8 jam.
Pencegahan: oral: 150 mg TMP/m2/hari dalam dosis terbagi setiap 12 jam untuk 3
hari/minggu. Jangan melebihi trimetoprime 320 mg dan sulfametoxazol 1600 mg/hari
Shigellosis:
Oral: 8 mg TMP/kg/hari dalam dosis terbagi setiap 12 jam selama 5 hari.
8-10 mg TMP/kg/hari dalam dosis terbagi setiap 6,8, atau 12 jam lebih dari 5 hari.
Infeksi saluran urin :
Oral: satu tablet (sulfametoxazole 800 mg dan trimethoprim 160 mg) setiap 12 jam.
Lamanya pengobatan:
tidak ada komplikasi: 3-5 hari;
dengan komplikasi: selama 7-10 hari.
Pyelopritis: 14 hari;
prostatitis: akut:2 minggu;
kronik;2-3 bulan.
8-10 mg TMP/kg/hari dalam dosis terbagi setiap 6,8 atau 12 jam selama 14 hari untuk infeksi
gawat.
Bronkitis kronis:
oral: 1 (satu) tablet setiap 12 jam selama 10-14 hari.
Shigellosis:
Oral: 1 tablet setiap 12 jam selama 5 hari.
8-10 mg TMP/kg/hari dalam dosis terbagi setiap 6,8 atau 12 jam selama 5 hari.
Diare traveler:
oral: 1 tablet setiap 12 jam selama 5 hari.
Sepsis: IV: 20 mg TMP/kg/hari dalam dosis terbagi setiap 6 jam.
Profilasis:
oral: 1 tablet sehari atau 3 kali/minggu.
Pengobatan: oral,IV: 15-20 mg TMP/kg/hari dalam 3-4 dosis terbagi.
Cyclospora:
oral,IV: 160 mg TMP dua kali sehari untuk 7-10 hari.
Infeksi kulit
: 5mg/kg/hari dalam 2 dosis terbagi.
Infeksi gawat (pulmonal/cerebral): 10-15 TMP/kg/hari dalam 2-3 dosis terbagi. Lamanya
pengobatan masih controversial, ada yang melaporkan selama 7 bulan penggunaan obat.
Farmakologi
Absorbsi: oral : hampir sempurna, 90-100%.
Ikatan protein: SMX; 68%; TMX;45%.
Metabolisme: SMX: N-asetilasi dan glukoronidasi.
TMX: menjadi metabolit oksidan hidroksilat.
T½ eliminasi:
SMX: 9 jam.
TMP: 6-17 jam, dan mengalami perpanjangan pada pasien gagal ginjal.
T. max, serum: antara 1-4 jam.
Eksresi obat: dieksresi melalui urin dalam bentuk metabolit dan dalam bentuk utuh.
efek: secara farmakologis keduanya bervariasi: peningkatan t ½ dan penurunan klirens
obat tergantung klirens kreatinin.
Stabilitas Penyimpanan
Simpan pada suhu ruangan (25°C), jangan disimpan pada refrigerator/pembeku, terlindung
dari cahaya.
Sediaan suspensi disimpan pada suhu ruangan dan terhindar dari cahaya langsung.
Sediaan larutan IV, cara pelarutannya dan pelarutnya harus sesuai dengan yang telah
diinformasikan; simpan pada suhu ruangan jangan disimpan dalam refrigerator dan terlindung
dari cahaya langsung.
5 mL/125 D5W stabil untuk 6 jam.
5 mL/100 D5W stabil untuk 4 jam.
5 mL/75 D5W stabil untuk 2 jam.
Kontraindikasi
Hipersensitif pada obat golongan sulfa, trimethoprim atau komponen lain dalam obat;
profiria; anemia megaloblastik karena kekurangan asam folat; bayi dengan usia <2 bulan; adanya
tanda kerusakan pada hepar pasien; gagal ginjal parah; kehamilan
Efek Samping
Reaksi efek samping yang paling banyak adalah gangguan pencernaan (mual, muntah, anorexia),
reaksi dermatologi (rash atau urticaria);
efek samping yang jarang dan dapat hilang dengan sendirinya terkait dengan penggunaan
co-trimoxazole meliputi : reaksi dermatologi gawat dan hepatotoxic
Cardiovascular : Alergi myokarditis.
SSP : konfusi, depresi, halusinasi, kejang, peripheral neutritis, demam, ataxia, ikterus pada
janin.
Dermatologi : Rash, pruritus, urtikaria, fotosensitivitas; kejadian yang jarang termasuk erytema
multiform, sindrom stevens-johnson, toxic epidermal necrosis, dermatitis eksfoliatif, Henoch-
schonlein purpura.
Endokrin dan metabolit : miperkalemia (pada penggunaan dosis besar), hipoglikemik.
Gastrointestinal : Mual, muntah, anorexia, stomatitis, diare, pseudomembranous collitis,
pankreatitis.
Hematologi : Trombositopenia, anemia megaloblastik, granulositopenia, eosinophiia,
pansitopenia, anemia aplastic, methemoglobinemia, hemolisis (dengan G6PD defisiensi),
agranulositosis.
Hepatic : Hepatotoxic (hepatitis, kolestasis, necrosis hepatic), hiperbilirubinemia, peningkatan
enzim transaminase.
Neuromuskular dan skeletal : Atralgia, myalgia, rabdomilisis.
Renal : interstisial nephritis, kristaluria, gagal ginjal, neprotosis, diuresis.
Pernafasan : batuk, dispepsia, infiltrasi pulmonal.
Lain-lain: serum sicknes, angioedema, SLE (systemic lupus erytomatosus: jarang).
Interaksi
Dengan Obat Lain :
Efek sitokrom P450:
Sulfametoksazol : inhibitor CYP2C8/9 (moderat).
Trimethoprim: inhibitor CYP2C8/9 (moderat)
Meningkatkan efek toksik:
Meningkatkan efek toksis dari metotreksat
Meningkatkan kadar obat procainamide.
Penggunaan bersamaan dengan pyrimethamine (dengan dosis >25mg/minggu)
kemungkinan dapat meningkatkan resiko terjadinya anemia megaloblastik.
Kemungkinan meningkatkan kadar obat amiodaron, flueksetin, glimepirid, glipizid,
nateglinid, phenytoin, pioglitazone, rosiglitazon, sertalin, warfarin, dan substrat CYP2C8/9
lainya.
Peningkatan efek hiperkalemia pada penggunaan bersamaan obat ACE inhibitor, reseptor
antagonis angiotensin atau diuresis hemat kalium.
Peningkatan efek neprotosis dengan siklosporin.
Meningkatkan kadar obat dapson.
Menurunkan efek obat:
Kemungkinan kadar obat kotrimoxazole akan diturunkan oleh: karbamazepin,
fenobarbital, penitoin, rifampisin, rifapentine, secobarbital, dan inducer CYP2C8/9 lainya.
Pengaruh
Terhadap Kehamilan : Faktor risiko : C/D. Jangan digunakan pada saat term kehamilan untuk
menghindari terjadinya ikterus pada bayi; penggunaan selama proses kehamilan hanya jika
terjadi resiko obesitas pada janin.
Terhadap Ibu Menyusui : Tereksresi dalam air susu ibu; hati – hati jika diketahui ada kontra
indikasi pada bayi.
Terhadap Anak-anak : Kontraindikasi jika digunakan pada bayi dengan usia <2 bulan.
Terhadap Hasil Laboratorium : Kemungkinan dapat mempengaruhi hasil pengukuran fungsi
hati, ginjal, dan beberapa elektrolit.
top related