fakultas tariyah dan ilmu keguruan (ftik) program...
Post on 22-Oct-2020
3 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
POLA ASUH DAN EKSPEKTASI PENDIDIKAN ISLAM PADA ANAK
(STUDI KASUS KELUARGA BURUH PABRIK DI DESA MERBUH
KECAMATAN SINGOROJO KABUPATEN KENDAL TAHUN 2018/ 2019)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Disusun Oleh:
Nurul Isti’adah
23010-15-0010
FAKULTAS TARIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2019
-
i
-
ii
POLA ASUH DAN EKSPEKTASI PENDIDIKAN ISLAM PADA ANAK
(STUDI KASUS KELUARGA BURUH PABRIK DI DESA MERBUH
KECAMATAN SINGOROJO KABUPATEN KENDAL TAHUN 2018/ 2019)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Disusun Oleh:
Nurul Isti’adah
23010-15-0010
FAKULTAS TARIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2019
-
iii
NOTA PEMBIMBING
Dr. Muna Erawati, M.Si
Dosen IAIN Salatiga
Persetujuan Pembimbing
Lamp : 4 Eksemplar
Hal : Naskah Skripsi
Kepada
Yth. Dekan IAIN Salatiga
Di Salatiga
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan, dan koreksi, maka naskah skripsi
mahasiswa:
Nama : Nurul Isti’adah
NM : 23010-15-0010
Jurusan : S1- Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Judul : Pola Asuh dan Ekspektasi Pendidikan Islam pada Anak (Studi Kasus
Keluarga Buruh Pabrik di Desa Merbuh Kecamatan Singorojo Kabupaten
Kendal)
Dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga untuk diajukan
dalam sidang monaqosyah. Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian
dan digunakan sebagaimana mestinya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Salatiga, 15 Maret 2019
Pembimbing,
-
iv
-
v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Nurul Isti’adah
N M : 23010- 15- 0010
Fakultas : Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar- benar merupakan hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari hasil karya tulis orang lain. Pendapat dan temuan orang lain
yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 19 Maret 2019
Penulis
Nurul Isti’adah
NM. 23010150010
-
vi
MOTTO
“ Dengan ilmu kita akan terjaga, dengan harta kita yang menjaga”
(Life is a choice)
PERSEMBAHAN
Bismillahirrahmanirrahim. Pujii syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah- Nya dalam menyelesaikan karya ini.
Kupersembahkan karya ini kepada:
1. Kedua orang tuaku tercinta (Bp. Asro’i dan Ibu Rowiyah). Terimakasih atas kasih
sayang, cinta, dorongan, kepercayaan, kesabaran, jerih payah serta pengorbanan tanpa
pamrih.
2. Saudara-saudara kandungku (M. Faiz Mufthi dan Naila Nurul Kholisoh) yang telah
memberikan semangat.
3. Bapak dan ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan berbagai ilmu kepada
saya.
4. Ibu Dr. Muna Erawati, M.Si selaku Dosen pembimbing yang selalu memberikan
motivasi, dorongan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Kepada ibu Miratul Munawwaroh dan abah Muhsoni. Alm selaku pengasuh pondok
pesantren Bina Insani dan umi Kamalah Ishom dan pak Budhi Raharjo selaku
pengasuh pondok Al- Hasan, yang telah memberikan doa terbaik dan bimbingannya.
-
vii
6. Sahabat-sahabatku (Dani Hasanah, Nur Alifah, Maudyna Sismawanti. A, Naimatun
Binti. M, Ummu Athika. R) yang telah banyak membantu dan memberikan suport
dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Untuk mb Munadhiroh, mb Azizah, mb Esa yang telah memberi suport.
8. Untuk kawan seperjuangan pondok Al- Hasan (Rizki Noor. A, Maulina Fitria. U,
Qieqie Khalidatul. Jazil) yang telah berjalan bersama di bangku perkuliahan ini.
9. Untuk pondok atas adik- adikku (Eni, Thia, Lia, Siti, Muthia, Nindy, hany, Inka,
Dian, Anna) terimakasih telah menjadi adek yang baik.
10. Seluruh santri pondok pesantren Al-Hasan yang telah banyak membantu saya.
11. Seluruh sahabat- sahabat alumni Bina Insani yang telah memberi suport terhadap
saya.
12. Semua teman-teman seperjuangan prodi PAI angkatan 2015 khususnya kelas A.
13. Semua teman-teman PPL di SMA Islam Sudirman Ambarawa dan teman- teman
KKN desa Bangkok Karanggede yang saya banggakan.
-
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran llahi Rabbi, Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan nikmat- Nya yang tidak terhitung banyaknya. Shalawat dan salam
semoga tetap tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, yang telah menuntun
manusia kepada jalan yang lurus untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat selesai berkat motivasi, bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd, ketua Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN
Salatiga.
3. Ibu Hj. Siti Rukhayati M. Ag selaku ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
(PAI).
4. Dosen pembimbing ibu Dr. Muna Erawati, M. Si yang telah memberikan
bimbingan, arahan dan motivasi serta pengorbanan waktunya dalam upaya
membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Dosen pembimbing Akademik bapak Guntur Cahyono, M.Pd yang telah
membantu penulis selama menuntut ilmu di IAIN Salatiga.
6. Kepada bapak dan ibu Dosen yang telah memberikan ilmu dan pengalaman
dengan penuh kesabaran.
-
ix
7. Karyawan-karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan layanan serta bantuan.
Semoga amal baik dari beliau mendapatkan pahala dari Allahh SWT dan
mendapatkan Ridho Allah SWT. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis dan pembacanya.
Salatiga, 15 Maret 2019
Penulis
-
x
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL LUAR .......................................................................... i
LEMBAR BERLOGO IAIN.............................................................................ii
HALAMAN SAMPUL DALAM .................................................................. iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... iv
PENGESAHAN KELULUSAN ....................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ................................................. vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................vii
KATA PENGANTAR .................................................................................. viii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xv
ABSTRAK ..................................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Fokus Penelitian .............................................................................. 7
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 7
D. Manfaat Penelitian .......................................................... .............. 8
1. Manfaat Teoritis ........................................................................ 8
2. Manfaat Praktis ......................................................................... 8
E. Penegasan Istilah ............................................................................. 9
F. Sistematika Penulisan ................................................................... 14
-
xi
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Kajian Tentang Ekspektasi orang Tua ................................... 16
a. Pengetian Orang Tua ....................................................... 16
b. Pengertian Ekspektasi...................................................... 16
c. Harapan Orang Tua ......................................................... 17
2. Kajian Upaya Orang Tua ..................................................... 23
a. Peran Orang Tua ............................................................ 23
b. Metode Mendidik Anak ................................................. 24
c. Upaya Orang Tua .......................................................... 29
3. Pola Asuh Orang Tua.
a. Pengertia Pola Asuh ..................................................... 34
b. Macam-Macam Pola Asuh ............................................ 38
B. Kajian Pustaka ............................................................................. 45
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ................................................ 48
B. Kehadiran Peneliti ...................................................................... 49
C. Lokasi Penelitian ........................................................................ 49
D. Sumber Data............................................................................... 50
E. Prosedur Pengumpulan Data ...................................................... 50
F. Analisis Data .............................................................................. 52
G. Pengecekan Keabsahan Data ..................................................... 53
H. Tahap-Tahap Penelitian ............................................................... 5
BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA
A. Paparan Data
-
xii
1. Profil Desa Merbuh
a. Sejarah Singkat Desa .................................................... 56
b. VISI Dan Misi .............................................................. 56
c. Letak Georgrafis .......................................................... 56
2. Profil Informan
a. Profil Keluarga PJ ...................................................... 61
b. Profil Keluarga SO ..................................................... 62
c. Profil Keluarga BJ ...................................................... 63
d. Profil Keluarga IS ........................................................ 64
e. Profil Keluarga MO ..................................................... 65
f. Profil Keluarga SR ...................................................... 65
g. Profil Keluarga NI ....................................................... 66
h. Profil Keluarga EN ...................................................... 67
B. Analisis Data
1. Harapan Orang Tua Terhadap Pendidikan Islam Pada Anak..67
2. Upaya Orang Tua dalam Meningkatkan Pendidikan Islam.....77
3. Pola Asuh Orang Tua Terhadap Anak......................................83
BAB V PENUTUP
A. Simpulan .................................................................................... 89
B. Saran .......................................................................................... 91
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
-
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia....................................58
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan..............................58
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan....................................59
Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Lapangan Usaha..................................60
-
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1 Foto
2. Lampiran 2 Pedoman Wawancara
3. Lampiran 3 Verbatim Wawancara
4. Lampiran 4 Surat Tugas Pembimbing
5. Lampiran 5 Lembar Konsultasi
6. Lampiran 6 Surat Keterangan Penelitian
7. Lampiran 7 Surat Balasan Penelitian
8. Lampiran 8 Daftar Nilai SKK
9. Lampiran 9 Daftar Riwayat Hidup
10. Lampiran 10 Surat Tugas Pembimbing Skripsi
-
xv
ABSTRAK
Isti’adah, Nurul. 2019. Pola Asuh dan Ekspektasi Pendidikan Islam Pada Anak (Studi Kasus
Keluarga Buruh Pabrik di Desa Merbuh Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal).
Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam.
Institut Agama islam Negri Salatiga. Pembimbing: Dr. Muna Erawati, M. Si.
Kata Kunci: Ekspektasi, Upaya, Pola Asuh, Keluarga Buruh Pabrik.
Keluarga berperan penting dalam memberikan pendidikan bagi anak. Pola asuh dalam
keluarga mempengaruhi keberhasilan anak. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini
adalah untuk mengetahui bagaimana ekspektasi, upaya dan pola asuh dalam pendidikan Islam
pada anak dalam keluarga buruh pabrik di Desa Merbuh Kecamatan Singorojo Kabupaten
Kendal.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan
jenis penelitian deskriptif. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dan
dokumentasi. Keterlibatan peneliti secara langsung dan aktif dengan informan dan
narasumber dan sumber data lainnya disini diperlukan karakteristik informan yang diteliti
yaitu orang tua baik ayah maupun ibu yang bekerja sebagai buruh pabrik. Usia putra- putri
bekisar antara 6-12 tahun, dan mereka tinggal di Desa Merbuh Kecamatan Singorojo
Kabupaten Kendal. Informan yang terlibat dalam penelitian ini berjumlah 16 orang yang
terdiri dari orang tua dan anak yang terdiri dari delapan keluarga yang bekerja buruh pabrik.
Hasil penelitian mengenai pola asuh dan ekspektasi dalam pendidikan Islam anak
dapat diklasifikasikan menjadi 3 yaitu ekspektasi, upaya yang dilakukan, dan pola asuh.
Diketemukan bahwasa setiap keluarga memiliki ekspektasi yang positif tentang pendidikan
Islam bagi anaknya, harapannya antara lain: Putra putrinya menjadi anak yang sholih dan
sholihah dan memiliki masa depan yang lebih baik dari kedua orang tuanya. Upaya yang
dilakukan berbagai macam, dan pola asuh yang diterapkan mayoritas adalah pola asuh
demokratis. Berdasarkan penelitian, diketahui bahwa setiap keluarga buruh pabrik di Desa
Merbuh memiliki upaya dan pola asuh yang berbeda dalam pendidikan Islam pada anak,
bahkan setiap orang tua memiliki ekspektasi yang baik unt uk anaknya.
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan di dalam rumah merupakan pendidikan awal dan utama
yang diterima oleh anak sejak lahir, karena anak mulai belajar berbagai
macam hal terutama nilai-nilai, keyakinan, akhlaq, dan bersosialisasi.
Anak belajar dari kedua orang tuanya, dan mereka menirukan seperti apa
yang dilakukan orang tuanya (Helmawati, 2014:48). Jadi, pendidikan di
dalam rumah bertujuan untuk membentuk karakter dalam diri anak, karena
perilaku anak dapat terbentuk oleh perilaku yang diajarkan. Pendidikan
didalam keluarga juga memberikan pengaruh yang besar terhadap
keberhasilan pendidikan anak disekolah. Orang tua memiliki peran yang
sangat besar dalam memberikan pendidikan bagi anaknya, karena dari
proses pendidikan orang tua, seorang anak dapat tertanam sebuah perilaku
dan mendapatkan pendidikan serta ajaran yang berasal dari orang tuanya.
Selain itu, sudah menjadi tanggung jawab bagi orang tua, baik bapak
maupun ibu untuk memberikan pendidikan bagi anaknya demi proses
pendewasan sang anak.
Dengan memberikan pola asuh yang baik dan positif kepada anak,
akan memunculkan konsep diri yang positif bagi anak dalam menilai
dirinya. Dimulai dari masyarakat yang tidak membatasi pergaulan anak
namun tetap membimbing, agar anak dapat bersikap obyektif, dan
-
2
menghargai diri sendiri, dengan mencoba bergaul dengan teman yang
lebih banyak (Hidayah,2009:16).
Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pola asuh
adalah bagaimana cara orang tua berinteraksi dengan anak dan
memberikan perhatian kepada anak dan memberikan pengarahan agar
anak mampu mencapai hal yang diinginkannya.
Orang tua yang sadar akan pentingnya pendidikan di dalam rumah,
dapat memberikan pengaruh yang positif bagi anak terhadap
berlangsungnya pendidikan di sekolah sehingga anak memiliki semangat
yang lebih, dalam melaksanakan pendidikan di sekolah dibandingkan
dengan orang tua yang tidak sadar akan pentingnya pendidikan di dalam
rumah, maka akan menghambat berlangsungnya pendidikan anak di
sekolah dan anak merasa tidak peduli akan pentingnya pendidikan. Orang
tua yang tidak sadar akan pentingnya pendidikan di dalam rumah biasanya
beranggapan bahwa pendidikan merupakan hanya urusan guru di sekolah,
jadi hanya guru yang bertanggung jawab penuh dalam mendidik anaknya
kepada para guru (Helmawati, 2014:50).
Ada beberapa masalah yang dialami oleh seorang anak yang tidak
mendapatkan pendidikan secara penuh di dalam rumah karena kondisi
orang tua yang memiliki kesibukan, terutama dipengaruhi oleh pekerjaan
atau profesi dari orang tua dan pola asuh orang tua yang tidak sesuai
dengan kebutuhan anak, sehingga melibatkan anak mnjadi merasa bahwa
pendidikan tidak penting.
-
3
Tujuan pendidikan pada umumnya ialah menyediakan lingkungan
yang memungkinkan anak didik untuk mengembangkan bakat dan
kemampuannya secara optimal, sehingga ia dapat mewujudkan dirinya dan
berfungsi sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pribadinya dan kebutuhan
masyarakat. Dalam membantu anak meningkatkan prestasi belajar,
pendidik terutama orang tua menciptakan iklim yang merangsang
pemikiran dan ketrampilan kreatif anak, serta menyediakan sarana dan
prasarana. Tetapi ini tidak cukup, disamping perhatian, dorongan, dan
pelatihan dari lingkungan, perlu adanya motivasi intrinsik pada anak.
Minat anak untuk melakukan sesuatu harus tumbuh dari dalam dirinya
sendiri, atas keinginannya sendiri (Desy, 2013:2).
Orang tua secara kodrati memiliki tanggung jawab sebagai seorang
pendidik, alasannya karena orang tua merupakan guru madrasah yang
pertama bagi anak. Jadi ketika orang tua mampu mendidik anak dengan
baik maka anak akan mengikuti apa yang telah kita contohkan. Banyak
konflik yang terjadi di akhir zaman ini, bahwasannya banyak remaja yang
tidak faham betul akan pendidikan, itu di karenakan pergaulan bebas yang
di sebabkan karena kurangnya pengontrolan orang tua terhadap anak. Di
sini penulis akan membahas terkait pola asuh dan ekspektasi orang tua
buruh pabrik terkait dengan mengarahkan anak dalam ranah pendidikan
Islam.
Istilah buruh babrik dalam KBBI adalah orang yang bekerja untuk
orang lain dengan mendapat upah atau sama dengan pekerja. Mengenai
-
4
buruh itu di dalam KBBI lebih lanjut di bedakan adanya tiga klasifikasi
buruh, yaitu pertama buruh kasar yang berarti buruh yang menggunakan
fisiknya karena tidak mempunyai keahlian dibidang tertentu. Kedua buruh
trampil, yaitu buruh yang memiliki ketrampilan dibidang tertentu, dan
ketiga buruh terlatih, yaitu buruh yang sudah terlatih untuk ketrampilan
tertentu. Kata pekerja sendiri dalam KBBI tersebut memiliki dua
pengertian. Pengertian pertama adalah or ang yang bekerja dan yang ke
dua orang yang menerima upah atas hasil kerjanya; buruh; karyawan.
Dengan begitu orang tua yang memiliki profesi sebagai buruh pabrik
hanya memiliki waktu yang singkat di rumah, dan hanya dapat memantau
perkembangan beberapa saat saja, itupun jika fisik tidak lelah. Jika lelah
mungkin tidak ada waktu untuk bercengkrama dengan baik. Sehingga
kedekatan orang tua dan anak tidak stabil, sehingga yang banyak terjadi
adalah banyak anak yang haus akan perhatian dan kasih sayang orang tua.
Apabila seorang anak merasa cukup akan perhatian dan kasih sayang,
maka anak akan mudah terbentuk karakter yang baik. Pengarahan dan
perkataan orang tua akan diikuti. Apalagi di akhir zaman ini banyak anak
yang berfikir bahwa pendidikan itu tidak penting, yang ada dalam benak
mereka adalah mereka ketika nanti besar dapat mencari uang dengan
tenaga mereka, karena uang bisa di cari tanpa harus bersusah payah
dengan sekolah. Seperti halnya orang tuanya yang berprofesi sebagai
buruh pabrik. Padahal ekspektasi orang tua yang baik, ia akan berfikir dan
berkeinginan supaya anaknya mampu mencapai pendidikan yang lebih
-
5
tinggi dibandingkan orang tuanya. Namun disini perlu kita ketahui akan
pola asuh yang dilakukan orang tua dalam membimbing anak untuk
memahami akan pentingnya sebuah pendidikan.
Kehidupan warga di Desa Merbuh ini sebagian besar bekerja sebagai
buruh pabrik/ industri. Aktivitas keseharian mereka lakukan untuk bekerja
di industri atau pabrik dan pekerjaan ini dilakukan oleh kalangan laki-laki
guna memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sedangkan untuk kalangan
perempuan pada umumnya mereka yang masih remaja melaksanakan
pendidikan tingkat SMA, sedangkan yang sudah bersuami mereka
melakukan tugasnya sebagai seorang istri dengan cara merawat keluarga
dan mendidik anaknya. Karena kurangnya pemahaman tentang pendidikan
Islam dan kurangnya perekonomian yang tidak mencukupi maka para
perempuan baik ibu-ibu ataupun para remaja lebih memilih bekerja
sebagai buruh pabrik daripada harus melanjutkan pendidikannya ditingkat
Perguruan Tinggi Islam, pondok pesantren, ataupun mengembangkan
bakatnya melalui kewirausahaan. Karena dalam benak masyarakat bahwa
pendidikan Islam hanya digunakan untuk menggugurkan kewajiban saja,
seperti yang penting sholat, puasa , zakat yang penting melakukannya
tanpa berfikir apakah apa yang dilakukan itu telah sesuai dengan syariat
agama atau tidak, dan tidak perlu lagi mendalami lebih dalam lagi akan
wawasan keislaman.
Sehingga dengan pemahaman keislaman yang sempit menjadikan lupa
akan kodrat atau kewajibannya. Banyak anak yang terlahir dari golongan
-
6
pekerja buruh pabrik yang mengalami kurangnya kasih sayang, perhatian,
pengawasan, terkadang anak dititipkan dengan nenek atau kakeknya
sehingga mereka bebas tanpa pengawasan. Dengan demikian menjadikan
anak merasa bahwa pendidikan tidak penting baginya. Sehingga pergaulan
bebas yang menjadikan moral anak-anak menjadi teracuni akibat
kurangnya pengawasan oarang tua terhadap anaknya.
Ketika orang tua hanya memberikan materi yang cukup bahkan lebih,
akan tetapi haus akan pengasuhan, kasih sayang, perhatian, menjadikan
anak menjadi nakal. Akan tetapi tidak semua orang tua yang bekerja
sebagai buruh pabrik atau industri bersiakap acuh terhadap anaknya,
terkadang ada orang tua yang memiliki harapan terhadap anaknya kelak
mampu mendapatkan pendidikan yang layak dan tidak bekerja seperti
orang tuanya yang bekerja sebagai buruh pabrik. Orang tua berharap
anaknya kelak menjadi anak yang shaleh, dan berguna bagi, bangsa,
agama, dan lebih tinggi lagi derajadnya dibandingkan dengan orang
tuanya.
Atas dasar pemaparan di atas melihat kehidupan keluarga buruh
pabrik/industri di Desa Merbuh, peneliti tertarik untuk menyusun skripsi
dengan judul “ Pola Asuh dan Ekspektasi Pendidikan Islam pada Anak
(Studi Kasus Keluarga Buruh Pabrik di Desa Merbuh Kecamatan
Singorojo Kabupaten Kendal Tahun 2018/2019)”.
-
7
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis dapat
merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apa ekspektasi orang tua yang bekerja sebagai buruh pabrik terhadap
pendidikan Islam pada anak di Desa Merbuh, kecamatam Singorojo,
kabupaten Kendal?
2. Bagaimana upaya orang tua yang bekerja sebagai buruh pabrik dalam
meningkatkan pendidikan Islam pada anak di Desa Merbuh,
kecamatan Singorojo, kabupaten Kendal?
3. Bagaimana pola asuh yang diterapkan orang tua yang bekerja sebagai
buruh pabrik dalam mendidik anak di Desa Merbuh, kecamatan
Singorojo, kabupaten Kendal?
C. Tujuan Penelitian
Agar dapat memberikan gambaran konkrit serta arahan yang jelas
dalam pelaksanaan penelitian ini maka perlu dirumuskan tujuan yang ingin
di capai yaitu:
1. Untuk mengetahui ekspektasi orang tua yang bekerja sebagai buruh
pabrik terhadap pendidikan Islam pada anak di Desa Merbuh,
kecamatam Singorojo, kabupaten Kendal.
2. Untuk mengetahui upaya orang tua yang bekerja sebagai buruh pabrik
dalam meningkatkan pendidikan Islam pada anak di Desa Merbuh,
kecamatan Singorojo, kabupaten Kendal.
-
8
3. Untuk mengetahui pola asuh yang diterapkan orang tua yang bekerja
sebagai buruh pabrik dalam mendidik anak di Desa Merbuh,
kecamatan Singorojo, kabupaten Kendal.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat nantinya, adapun
manfaat yang di harapkan dalam penulisan ini sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan memberi sumbangan ilmu pendidikan
agama Islam kelangsungan dalam sebab pendidikan informal.
2. Manfaat Praktis
Untuk dapat memberikan gambaran, pemahaman keluarga dan
masukan bagi orang tua dalam mengasuh anak sesuai dengan anjuran
dalam melaksanakan pendampingan pendidikan agama islam
dilakukan dalam keluarga dengan karakteristik dan kebutuhan anak
serta dapat meningkatkan pengajaran dan pendidikan bagi anak.
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalah pahaman dalam penafsiran judul di atas,
maka perlu adanya pembatasan permasalahan yang akan penulis teliti.
Dengan begitu penulis akan paparkan terkait dengan beberapa istilah yang
berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan. Berikut pemaparan
terkait dengan penegasan istilah:
-
9
1. Pola Asuh
Pola asuh terdiri dari kata pola dan asuh. Pola artinya sistem atau
cara kerja (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2005:271).
Sedangkan asuh artinya menjaga atau merawat dan mendidik anak
kecil (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahas, 2005:73). Jadi dapat
disimpulkan bahwa dari pola asuh adalah sistem atau cara kerja
dalam menjaga dan mendidik anak.
Menurut Helmawati yang mengutip dari Olds and
Feldam(2014), pembentukan anak bermula atau berawal dari
keluarga. Pola asuh orang tua terhadap anak-anaknya sangan
menentukan dan memengaruhi kepribadian (sifat) serta perilaku
anak. Anak menjadi baik atau buruk semua tergantung dari pola
asuh orang tua dalam keluarga.
2. Orang tua
Orang tua dapat diartikan sebagai orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan
(Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2005:802).
Menurut penulis sendiri, orang tua adalah orang yang
bertanggung jawab atas perkembangan anak dan memiliki tugas
untuk memberikan pendidikan yang layak terhadap anak, sehingga
anak mampu mencapai keinginan dan cita-cita, sehingga anak
mampu menjadi penerus bangsa dan agama di masa depannya
kelak.
-
10
3. Ekspektasi
Ekspektasi adalah harapan besar yang dibebankan pada
sesutu yang di anggap akan mampu membawa dampak yang baik
atau lebih baik (KBBI). Harapan yang dibebeankan pada penelitian
ini adalah siswa atau anak yang orang tuanya sebagai buruh pabrik.
Disini penulis pun berharap, akan menumbuhkan semangat yang
tinggi kepada anak terhadap pendidikan, dan semangat orang tua
dalam mendidik anaknya untuk mencapai apa yang diinginkan dan
dicita-citakan.
4. Buruh Pabrik
Dapat kita fahami, bahwasannya istilah buruh babrik dalam
KBBI adalah orang yang bekerja untuk untuk orang lain dengan
mendapat upah atau sama dengan pekerja. Mengenai buruh itu
didalam KBBI lebih lanjut dibedakan adanya tiga klasifikasi buruh,
yaitu pertama buruh kasar yang berarti buruh yang menggunakan
fisiknya karena tidak mempunyai keahlian dibidang tertentu.
Kedua buruh trampil, yaitu buruh yang memiliki ketrampilan
dibidang tertentu, dan ketiga buruh terlatih, yaitu buruh yang sudah
terlatih untuk ketrampilan tertentu. Kata pekerja sendiri dalam
KBBI tersebut memiliki dua pengertian. Pengertian pertama adalah
orang yang bekerja dan yang ke dua orang yang menerima upah
atas hasil kerjanya; buruh; katyawan. Jadi buruh pabrik merupakan
orang yang bekerja untuk orang lain untuk mendapatkan gaji.
-
11
5. Pendidikan Anak
Pendidikan dalam arti luas adalah usaha manusia untuk
meningkatkan kesejahteraan hidupnya, yang berlangsung
sepanjang hayat. Sedangkan dalam arti khusus, pendidikan itu
sendiri dapat di pahami bahwa hanya dibatasi sebagai usaha orang
dewasa dalam membimbing anak yang belum dewasa untuk
mencapai kedewasaannya.
Menurut George F. Kneller yang dikutip oleh Wiji Suwarno
(2009: 69) Kneller menyatakan bahwa pendidikan memiliki arti
luas dan sempit. Dalam arti luas, pendidikan diartikan sebagai
tindakan atau pengalaman yang memengaruhi perkembangan jiwa,
watak, ataupun kemampuan fisik individu. Dalam arti sempit,
pendidikan adalah suatu proses mentrasformasikan pengetahuan,
nilai-nilai, dan ketrampilan dari generasi ke generasi, yang
dilakukan oleh masyarakat melalui lembaga- lembaga pendidikan
seperti sekolah, pendidikan tinggi atau lembaga lainnya.
Pendidikana merupakan investasi dalam pengembanagan
sumber daya manusia, dengan alasan bahwa dengan pendidikan
tersebut manusia dapat meningkatkan kemampuan dan ketrampilan
yang dimiliki. Selain itu, pendidikan merupakan usaha sadar dan
terencana untuk mempersiapkan anak melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, atau latihan bagi perannya untuk masa mendatang
(Ngatini: 2010: 61).
-
12
Pendidikan anak merupakan tanggung jawab dari orang tua,
masyarakat, dan pemerintah yang semaksimal mungkin untuk
menciptakan pendidikan yang baik untuk anak. Dengan hal itu
maka pendidikan merupakan keharusan, karena dengan adanya
pendidikan manusia akan memiliki kepribadian yang mampu
berkembang dengan baik, dan menjadikannya seseorang yang
bermanfaat.
6. Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama merupakan kata majemuk yang terdiri dari
kata “pendidikan” dan “agama” (Syafaat, 2008: 11). Pendidikan
dalam arti luas terbatas adalah segala usaha sadar yang dilakukan
oleh keluarga, sekolah, masyarakat, dan pemerintah melalui
kegiatan bimbingan pengajaran dan pelatihan yang
diselenggarakan di lembaga pedidikan formal, non-formal, dan
Informal serta dilaksanakan sepanjang hayat, dalam rangka
mempersiapkan peserta didik agar berperan dalam berbagai
kehidupan (Mufron, 2013: 12-11). Berpijak dari istilah diatas,
pendidikan dapat diartikan sebagai usaha yang dilakukan oleh
orang dewasa dalam pergaulanya dengan anak-anak untuk
membimbing/memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke
arah kedewasaan (Syafaat, 2008: 12). Menurut John Dewey
memandang sebuah pendidikan sebagai sebuah rekonstruksi atau
reorganisasi pengalaman agar lebih bermakna, sehingga
-
13
pengalaman tersebut dapat mengarahkan pengalaman yang akan
didapat berikutnya ( Suwarno, 2006:20).
Sementara itu dalam bahasa Indonesia kata agama identik
dengan kata din (Arab). Secara bahasa kata agama berasal dari
bahawa sansekerta yang berarti tidak pergi, tetap ditempat, turun
menurun. Adapun kata din mengandung arti menguasai,
menundukkan, patuh, balasan dan kebiasaan. Pengertian agama
menurut Frezer yaitu: menyembah atau menghormati kekuatan
yang lebih agung dari manusia yang dianggap mengatur dan
menguasai jalannya alam semesta dan jalannya kehidupan manusia
(Syafaat, 2008: 13).
Islam adalah agama samawi (langit) yang dirurunkan oleh
Allah melalui Nabi Muhammad SAW, yang memiliki arti
kedamaian dan keamanan. Konsep yang dijamin kebenarannya
adalah konsep yang dibuat oleh Zat Yang Maha Mengetahui, yang
ilmunya meliputi segal yng ada di langit dan di bumi, yang
kelihatan maupun yang tidak kelihatan, yang awal dan yang akhir
(Jasiman, 2011: 272).
Pedidikan agama Islam merupakan usaha berupa bimbingan
dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai
pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama
Islam serta menjadikannya sebagai pandanga hidup (way of life).
( Muliawan, 2005: 86 )
-
14
F. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis bagi menjadi beberapa bagian.
Dengan harapan agar pembahasan dalam skripsi ini dapat tersusun dengan
baik dan dapat memenuhi standar penulisan karya ilmiah. Adapun
sistematika pembagian bab adalah sebagai berikut:
1. Bab I Pendahuluan
Bab pendahuluan menjelaskan secara umum tentang arah dan
maksud penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai pola asuh
dan ekspektasi orang tua buruh pabrik terhadap pendidikan anak
sehingga pembaca dapat mengetahui mengenai latar belakang
masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,
penegasan istilah, dan sistematika penulisan.
2. Bab II Kajian Pustaka
Dalam bab kajian pustaka menjelaskan mengenai teori-teori yang
relevan dan sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan di lapangan
mengenai pola asuh dan ekspektasi pendidikan Islam pada anak (studi
kasus keluarga buruh pabrik di Desa Merbuh Kecamatan Singorojo
Kabupaten Kendal).
3. Bab III Metode Penelitian
Metode penelitian yang berisi tentang pendekatan dan jenis
penelitian, lokasi penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data,
analisis data, pengecekan keabsahan data, dan tahap-tahap penelitian.
-
15
4. Bab IV Paparan Data dan Analisis Data
Bab ini menjelaskan tentang uraian data dan temuan yang
diperoleh dari hasil dalam penelitian yang dilakukan di lapangan
melalui observasi, wawancara atau interview, dan dokumentasi berupa
gambar mengenai pola asuh dan ekspektasi pendidikan Islam pada
anak (studi kasus keluarga buruh pabrik di Desa Merbuh Kecamatan
Singorojo Kabupaten Kendal).
Jadi dipembahasan ini penulis akan mengupas terkait pola asuh
yang di lakukan orang tua buruh pabrik dalam mendidik anaknya,
untuk mencapai ekspektasi.
5. Bab V Penutup, memuat tentang kesimpulan dan saran
Dalam pembahasan bab terakhir ini, adalah membahas tentang
kesimpulan penelitian yang telah dilakukan dan saran-saran yang di
harapkan dapat memberikan manfaat dalam pendidikan keluarga, dan
penutup sebagai kesimpulan hasil akhir dari penelitian.
-
16
BAB II
KAJIAN LANDASAN TEORI
A. Ekspektasi Orang tua Terhadap Pendidikan Islam Anak
1. Pengertian Orang Tua
Orang tua adalah ayah dan ibu kandung, orang yang dianggap tua
(cerdik, pandai,ahli), orang yang dihormati dan disegani di kampung
(KBBI). Orang tua memegang peran yang penting dan amat
berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya. Sejak seorang anak lahir,
ibunyalah yang ada di sampingnya, anak akan meniru perangai ibunya
dan biasanya, seorang anak lebih cinta kepada ibunya, apabila seorang
ibu tersebut menjalankan tugasnya dengan baik.
2. Pengertian Ekspektasi
Ekspektasi merujuk pada harapan realistis yang dapat dicapai anak
dalam bidang akademik. Ekspektasi orang tua pada pendidikan anak
mengarah pada dua hal yaitu kebelangsungan pendidikan anak dan
prestasi akademik siswa.
Ekspektasi berperan sebagai mediator antara variabel keyakinan
dengan dukungan akademik orang tua bagi siswa. Artinya, ekspektasi
yang tinggi memediasi pengaruh faktor keyakinan terhadap dukungan
akademik orang tua bagi siswa (Spera, 2006: 457).
Menurut Park &Kim 2006 (Erawati, 2015: 115) Memberikan
pendidikan formal merupakan bagian dari tugas orang tua. Alasannya
-
17
berbeda dapat muncul dari setiap orang tua, mengapa mereka
menyekolahkan anaknya hingga ke jenjang tertentu. Orang tua di
Korea (Korea Selatan) menginginkan anaknya agarr minimal
menyandang gelar sarjana. Ekspektasi orang tua dalam
menyekolahkan anak antara lain memudahkan akses pekerjaan yang
diharapkan (37%), menanamkan karakter moral (35%)
mengembangkan akat dan minat (14%), meningkatkkat kesempatan
mendapatkan menantu yang baik (9%) dan mengkompensasikan
pendidikan mereka sendiri yang rendah (6%). Meskipun struktur
keluarga mengalami perubahan nilai yang selalu dipegang kuat oleh
orang tua Korea adalah pengorbanan (sacrifice), dedikasi (devotion),
dan asirasi pendidikan. Tiga pilar pendidikan keluarga tersebut
menanamkan perasaan hutang budi, rasa hormat, dan ikatan emosional
pada anak-anak, serta tanggung jawab atas tingginya aspirasi
akademik dan prestasi.
3. Harapan Orang Tua
Helmawati (2014: 25) menyatakan bahwa keluarga memiliki
fungsi agama. Fungsi ini dilakukan melalui penanaman nila-nila
keyakinan berupa keimanan dan ketakwaan. Fungsi ini dalam istilah
lain disebut fungsi religius berhubungan dengan perintah untuk
senantiasa menjalankan perintah Tuhan yang Maha Esa dan menjauhi
larangannya melalui pembiasaan diri secara optimal (Safrudin, 2015:
21 ). Sehingga ketika didalam pendidikan sekolah anak menerima
-
18
materi yang disampaikan oleh guru, maka di rumah anak mampu
mengapikasikan di dalam kehidupan sehari-hari dengan pengawasan
dan bimbingan orangtua. Jadi disini orang tua tidak hanya menuntut
prestasi pada anak. Kasih sayang dan perhatian terhadap anak akan
menumbuhkan semangat dan rasa tanggung jawab kepada anak.
Namun, dalam konsep Islam, pembentukan anak shalih dan shalihah
harus dimulai dari perilaku orang tua sejak dini, bukan saja dalam
proses mengandung. Islam memandang bahwa perilaku anak dimasa
depan adalah cerminan dari orang tuanya dan pola pendidikan yang
diterapkan di dalam keluarga. Keluarga sebagai lingkungan
pendidikan yang pertama sangat penting membentuk pola kepribadian
anak, karena di dalam keluarga anak pertama kali berkenalan dengan
nilai dan norma. Dari penelitian Diana Baumrind (1997: 226)
“menyatakan bahwa, Intelegensi seorang anak tidak mempengaruhi
perkembangan anak. Akan tetapi faktor lingkungan yang lebih
berperan banyak terkait dengan perkembangan anak. Seperti halnya
dalam penelitian Diana Baumrind, antara anak kulit hitam dan kulit
putih, memiliki perangai yang berbeda berdasarkan lingkungan
mereka. Jika si kulit hitam lebih dominan mandiri, namun susah
bersosialisasi. Sedangkan si kulit putih ia lebih dominan manja,
namun mudah bersosialisasi”, sehingga kepribadian seorang anak
dapat terpengaruhi dari beberapa faktor. Dengan demikian dapat kita
-
19
fahami bahwasannya dari berbagai macam faktor memiliki
kekurangan dan kelebihan tersendiri.
Ilmu pengetahuan hanya dapat mengisi dan mengembangkan
pikiran. Untuk mengisi perasaan diperlukan pengamalan dan
pendidikan yang diterima sejak kecil, yang akan dapat menjadikan
perasaan dan pikiran sejalan. Pendidikan agama dan spiritual bagi
anak-anak adalah termasuk bidang-bidang yang harus mendapat
perhatian penuh oleh keluarga (Ahid, 2010: 140). Sehingga
pendidikan Islam yang diajarkan orang tua kepada anak-anaknya
sangatlah diperlukan didalam suatu keluarga dalam mencetak generasi
yang berkualitas.
Tujuan pendidikan Islam adalah membentuk pribadi muslim sejati,
memiliki kedalam keilmuan, ketajaman berfikir, keluasan pandangan,
kekuatan iman yang sempurna dan takwalah sampai pada derajat
ma’rifatullah (khalifatullah fil Ardi). Keluaraga merupakan
lingkungan pertama bagi anak dan ia merupakan pendidikan tertua
yang bersifat kodrati, maka tugas keluarga adalah meletakkan dasar-
dasar perkembangan anak, agar anak dapat berkembang secara baik.
Setiap keluarga (orang tua) hendaknya menjadi cermin yang baik bagi
kehidupan anak-anaknya, karena dari situlah awal pembentukan
pribadi anak untuk masa dewasa.
Harapan dari orang tua yaitu agar terlindungi dari api neraka yang
telah difirmankan oleh Allah Swt, yaitu dengan mendidik anaknya
-
20
menjadi anak yang berguna bagi keluarga, agama, Negara sehingga
mampu menjadi penerus bangsa yang akan bermanfaat bagi sesama
manusia. Seperti yang dijelaskan oleh Safrudin (2015: 12) terkait
dengan beberapa harapan orang tua kepada anak diantaranya:
a. Orang tua mampu Melandasi pengetahuan aqliyah dengan jiwa
agama, dalam arti anak dibiasakan untuk menggunakan
kemampuan akalnya semaksimal mungkin sebagai upaya ijtihad
dan bila ternyata akal belum mampu memberikan solusi tentang
suatu masalah, maka hendaknya dikembalikan kepada wahyu.
b. Berusaha mencetak anak untuk menjadi generasi yang ulul albab,
yakni seorang muslim yang berpredikat cendekiawan dan
intelektual dengan cara melatih daya intelektual, daya pikir dan
daya nalar serta memiliki keterikatan moral.
c. Harapannya seorang anak mampu memiliki komitmen sosial dan
melaksanakan sesuatu dengan cara yang baik.
d. Apabila orang tua mampu mendidik anaknya dengan baik maka
ada kemungkinan besar harapan dan hasil dari usaha mendidik
anak sebagai generasi baru akan terwujud. Ketika sikap disiplin dan
tanggung jawab tertanam dalam diri seorang anak, maka karakter
yang baik akan menumbuhkan perilaku yang baik. Tanggung jawab
orang tua dalam membangun dan mengembangkan karakter seluruh
anak-anaknya dapat dilakukan dengan membekali pendidikan Islam
secara berkualitas agar jiwa setiap anak dapat bangkit serta
-
21
mengakui kebesaran dan keagungan Tuhan. Sehingga selain
menjadi anak yang secara cerdas secara intelektual, tentunya juga
diharapkan shalih secara emosional maupun spiritual.
Perihal tersebut dikuatkan oleh M. Sahlan Syafei (Safrudin: 2015,
143-144), bahwa agar anak memiliki karakter yang baik terhadap
Tuhan maka sebaiknya diberikanpendidikan secara tepat agar anak
mampu:
1) Percaya kepada Tuhan serta menyembahNya sesuai dengan ajaran
agama yang benar.
2) Selalu berdzikir dan bersyukur kepada Tuhan atas segala
nikmatNya.
3) Dapat bersikap sabar dan tawakal atas setiap cobaan hidup yang
di berikan Tuhan.
4) Tidak meminta pertolongan kecuali kepada Tuhan YME sesuai
dengan tuntunan agama yang benar.
5) Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME sehingga ia mampu
dan mau menjalankan segala perintah Tuhan dan menjauhi segala
apa yang dilarangNya (Safrudin: 2015, 143-144).
Masa depan adalah impian setiap anak dalam menjalani kehidupan.
Ketika masih dalam usia sekolah, anak memiliki cita-cita besar untuk
menjadi seseorang yang berguna bagi dirinya sendiri dan orang lain.
Impian untuk mencapai masa depan adalah sebuah keniscayaan bagi
setiap anak muda (Mohammad: 2013, 106-107). Sebagai penerus
-
22
bangsa, generaasi muda memiliki tugas dan tanggung jawab dalam
membangun peradaban dunia dengan gemilang sekaligus berupaya
meningkatkan kecakapan dan potensi diri yang berkembang.
Masa depan adalah pilihan kita sendiri bukan berasal dari orang
lain. Dalam merencanakan masa depan anak setiap orang tua perlu
menanamkan prinsip menciptakan dan merencanakan apa yang terbaik
bagi kehidupan anak. Sebagai orang tua, tidak bisa mengabaikan cita-
cita dan impian anak. Ketika berangan-angan ingin menjadi manusia
terbaik dan berguna bagi diri sendiri dan masyarakat sekitar.
Pandangan Albert Schweitzer, “Tragedi dalam kehidupan bukanlah
kematian kita, melainkan hal-hal yang mati”. Artinya, kalau anda
hidup tidak memiliki impian dan tidak memelihara impian tersebut,
itulah yang mati dalam kehidupan. Anda harus memiliki target ideal
untuk memasuki the world of mine, dunia alam cipta, dunia imajinasi
yang tak terbatas atau dunia impian. Demikian pula dengan generasi
muda harus memiliki keberanian dalam menetapkan suatu impian
hidup sehingga mampu menciptakan masa depan tanpa halangan
(Mohammad, 2013: 107). Gambaran masa depan dapat di gambarkan
kepada seorang anak, supaya anak mampu melangkah menuju masa
depan yang gemilang dan mampu berguna bagi orang lain.
-
23
B. Upaya Orang Tua dalam Meningkatkan Pendidikan Islam pada Anak
1. Peran Orang Tua
Melihat peran penting keluarga dalam membangun generasi masa
depan maka dipandang perlu untuk memahami makna dan nilai
keluarga sejahtera sebagai bagian dan generasi cerdas dan penerus
estafet kepemimpinan bangsa dimasa depan. Generasi cerdas adalah
generasi yang mampu mencurahkan segala pikirannya untuk
memperjuangkan kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, dan bangsa
(Mohammad, 2013: 84). Melalui perjuangan yang keras dan pantang
menyerah, diharapkan orang tua mampu membagun sebuah tatanan
keluarga sejahtera dan ideal sesuai dengan impian para orang tua.
Pada dasarnya tidak ada keinginan orang tua yang tidak baik
terhadap anaknya, pastinya harapan semua orang tua untuk anaknya
menjadi lebih baik darinya dan berguna bagi agama maupun negara.
Kendala yang di hadapi orang tua pada umumnya karna kurangnya
pemahaman akan ilmu dan wawasan yang menyebabkan kurang
tepatnya pola asuh dalam keluarga.
Orang tua yang sebagai pemimpin dalam keluarganya harus
bertanggung jawab dalam kepemimpinannya. Dikarenakan setiap
manusia adalah makhluk yang mempunyai tanggung jawab dan
kewibawaan. Setiap manusia mempunyai tanggung jawab terhadap
yang lain, terutama terhadap orang-orang yang berada di bawah
kekuasannya (Sadulloh, 2014: 175), dengan demikian orang tua
-
24
bertanggung jawab atas kehidupan anaknya, yaitu bahagia dunia
akhirat. Rasa tanggung jawab orang tua pada anaknya dengan
memberikan ilmu pendidikan yang baik, sehingga anak akan memiliki
bekal untuk menjadi generasi penerus bangsa yang baik.
2. Metode Mendidik Anak
Peran pendidik atau orang tua menjadi titik sentral. Orang tua
hendaknya menggunakan ilmu pendidikan, khususnya metode
pendidikan. Dalam membentuk karakter anak diperlukan berbagai
macam metode karena ada banyak karakter yang perlu dimiliki oleh
anak dalam mengarungi kehidupannya sehingga akan selamat dunia dan
akhirat. Adapun beberapa metode yang dapat di terapkan dalam
mendidik anak menurut Helmawati:
a. Metode Keteladanan
Keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang paling
berpengaruh bagi anak. Anak pertamakali melihat, mendengar, dan
bersosialisasi dengan orang tuanya. Ini berarti bahwa ucapan dan
perbuatan orang tua akan dicontoh oleh anaknya. Dalam hal ini
pendidik menjadi contoh terbaik dalam pandangan anak. Apa yang
menjadi perilaku orang tua akan ditirunya.
b. Metode Percontohan
Mudah untuk mengatakan kata-kata perintah pada anak, tapi
akankah anak melaksanakan apa yang diperintahkan apalagi yang
belum diketahuinya jika tidak diberi contoh terlebih dahulu.
-
25
Bagaimana anak akan melakukan sholat jika orang tuanya saja
tidak memberi contoh bagaimana sholat itu. Bahkan banyak orang
tua yang memerintahkan sholat kepada anknya sedangkan ia
sendiri tidak melaksanakannya. Metode memberi contoh merukana
salah satu metode dalam membentuk karakter anak yang
hendaknya dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Metode Pembiasaan
Pembiasaan merupakan suatu keadaan dimana seseorang
mengaplikasikan perilaku-perilaku yang belum pernah atau jarang
dilaksanakan menjadi sering dilaksanakan sehingga pada akhirnya
menjadi kebiasaan pula bagi anak. Dengan pembiasaan beribadah
dalam keluarga, anak akan rajin menjalankan ibadah sholat,
mengaji, juga puasa. Orang tua yang terbiasa mengucapkan salam
dan membiasakan pada anaknya tentu akan membentuk anak
menjadi terbiasa mengucapkan salam. Kebiasaan para orang tua
yang tidak sholat maka tidak salah jika seorang anakpun akan
menirunya. Bigitulah anak-anak akan melihat bahwa orang tua
merupakan figur ideal bagi mereka. Maka segala kebiasaan mulai
dari ucapan, tindakan atau tingkah laku orang tua selalu akan ditiru
dan menjadi kebiasaan anak pula.
d. Metode Pengulangan
Pengulangan adalah suatu kegiatan yang berkali-kali dilakukan
sehingga menjadi faham, hafal atau terbiasa. Metode pengulangan
-
26
dapat diaplikasikan pada tataran kognitif, afektif, maupun
psikomotor anak. Contoh pengulangan ranak kognitif yaitu hafalan
Al-Quran maupun bacaan-bacaan do’a ataupun pelajaran di
sekolah. Sementara contoh untuk pengulangan afektif yaitu rajin
memberi sedekah, penanaman rasa kasih sayang. Contoh
pengulanagan secara psikomotor adalah prngulangan yang
dilakukan dengan anggota tubuh seperti tatacara sholat, atau
keterampilan tangan yang jika diulang terus akan menghasilkan
kreatifitas anak.
e. Metode pelatihan
Latihan adalah mempraktikkan teori yang telah dipelajari. Segala
sesuatu jika dilatih akan menghasilkan karakter tangguh dan
pantang menyerah pada anak. Contoh pelatiahan (baik ranah
kognitif, afektif, maupun psikomotorik) yang dapat dilakukan
dalam membentuk karakter anak diantaranya adalah pelatihan
membaca, menulis, berhitung, latihan fisik, dan pelatihan
ketrampilan. Dalam pelatihan akan ada pengulangan. Dengan
demikian, semakin anak berlatih giat, ia akan mengulang banyak
hal yang akan berguna bagi dirinya maupun orang lain.
f. Metode Motivasi
Manusia memiliki semangat yang terkadang naik turun, sehingga
pada saat manusia dalam kondisi semangatnya turun ia perlu
dimotivasi. Manusia memiliki potensi yang apabila dimotivasi ia
-
27
akan menunjukkan kinerjanya yang lebih. Motivasi memberikan
dampak yang sangat baik dan positif bagi perkembangan kejiwaan
manusia terutama perkembangan pendidikan anak. Orang tua
sebagai pendidik yang pertama dan utama bagi anak-anaknya
hendaknya memotivasi anak-anaknya agar berkembang seluruh
potensi yang dimilikinya.
Upaya yang dapat dilakukan orang tua dalam menciptakan
kebersamaan dengan anak-anak dalam merealisasikan nila-nilai moral
secara esensial adalah dengan menciptakan aturan-aturan bersama oleh
anggota keluarga untuk ditaati bersama. Dalam pembuatan aturan ini
juga dapat diciptakan bantuan diri, khususnya bagi anak maupun
anggota yang lain. Tujuannya adalah terciptanya aturan-aturan umum
yang ditaati bersama dan aturan-aturan khusus yang dapat dijadikan
pedoman diri bagi masing-masing anggota keluarga. (Shochib, 2014:
127). Dengan demikian berarti orang tua atau pendidik menciptakan
situasi dan kondisi yang mendorong serta merangsang anak untuk
senantiasa berperilaku yang sesuai dengan aturan atau nilai-nilai moral.
Sedangkan, konsep pola asuh dalam Islam lebih berorientasi pada
praktik pengasuhan, bukan pada gaya pola asuh dalam sebuah keluarga.
Dalam konsep pola asuh yang telah diteliti oleh Nashih Ulwan, yakni
mendeskripsikan pengasuhan yang lebih mengarah kepada metode
pendidikan yang berpengaruh terhadap anak. Adapun metode-metode
tersebut adalah sebagai berikut:
-
28
1) Pola asuh yang bersifat keteladanan.
2) Pola asuh yang bersifat nasihat yang didalamnya mengandung
ajakan, cerita yang disertai perumpamaan, dan gabungan antara
metode wasiat dan nasihat.
3) Pola asuh dengan perhatian atau pengawasan yang meliputi
perhatian dalam pendidikan sosialnya, terutama praktik dalam
pembelajaran, pendidikan spiritual, moral, dan konsep pendidikan
yang berdasarkan Reward and punishment terhadap anak.
Anak yang telah terbiasa dengan penataan nilai-nilai moral
subtansinya telah memiliki perilaku yang disiplin. Oleh sebab itu orang
tua perlu menatanya dengan penataan lingkungan fisik, sosial,
pendidikan, sosial budaya, dan psikologi. Pelibatan mereka dalam
penata lingkungan fisik tersebut adalah wahana untuk saling menerima,
menautkan diri, dan menghadirkan diri. Dengan demikian mereka
merasakan apa yang telah ditata dan aturan-aturan untuk menjaga
kerapian secara bersaman itu sebagai panggilan (Shochib, 2014: 128).
Penataan lingkungan sosial dapat mengemas makna kebersamaan
diantara anggota keluarga melalui komunikasi yang dapat saling
menghadirkan diri dan menautkan diri bagi mereka yang terlibat dalam
komunikasi yang mengemas pesan makna kebersamaan (Shochib,
2014: 129). Hal itu akan menumbuhkan sikap mereka untuk terdorong
dan terangsang untuk merealisasikan nila-nilai moral secara bersama-
sama. Dalam keluarga pada saat pembuatan aturan-aturan dan
-
29
melibatkan anak maka secara tidak langsung orang tua melatih sikap
sosial bagaimana untuk menghargai pendapat dan hidup dalam
perbedan juga bersikap konsisten. Ketika sikap tersebut telah tertanam
oleh orang tua dan secara otomatis anak akan mengikuti perilaku orang
tua dan akan menerapkannya di dalam kehidupan di luar keluarga.
Karena antara mereka telah mampu beridentifikasi diri, hal itu
memudahkan orang tua atau pendidik untuk memperdalam makna
suasana kebersamaan dengan menata suasana psikologis pada
kehidupan keluarga. Suasana ini dapat ditata oleh mereka, terutama
orang tua atau pendidik, melalui dialog-dialog yang benuansa
persahabatan (Shochib, 2014: 130). Dengan demikian, jika anak lupa
dalam merealisasikan nilai-nilai moral, orang tua mudah untuk
menyentuh emosionalnya sehingga anak melakukannya dengan suka
rela (kebersamaan dalam merealisasikan nilai-nilai moral).
3. Upaya Orang Tua
Kebersamaan keluarga semakin kukuh jika orang tua atau pendidik
mampu menerjemahkan nilai-nilai menjadi pola kehidupan semua
anggota keluarga. Misalnya, setiap seminggu sekali secara bersama
diadakan kerja bakti untuk membersihkan ruangan dan menata kembali
ruangan rumah untuk memecahkan masalah-masalah terutama yang
berhubungan dengan nilai-nilai moral untuk dipecahkan bersama oleh
semua anggota keluarga.
-
30
Daniel Goleman (1997) mengemukakan bahwa kecerdasan yang
diperlukan dalam menjalin hubungan dengan orang lain, meliputi
kemampuan memahami orang lain, motivasi dan mempengaruhi
tindakan mereka, dan bagaimana membangun kepercayaan dan kerja
sama terhadap mereka adalah kecerdasan emosi. Setiap hubungan
antara orang tua dan anak pasti tidak lepas dari ikatan emosional yang
mesti diperkuat demi membangun kepercayaan anak terhadap orang tua
mereka. Kecerdasan emosional merupakan salah satu kecerdasan ruhani
yang mempengaruhi sikap dan tindakan karena berkaitan langsung
bagaimana mengendalikan diri dari suatu tindakan yang bersikap
agresif dan reaktif (Mohammad, 2013: 146). Orang tua berkewajiban
memberikan bimbingan atau pola asuh yang mengarah pada
pembentukan kecerdasan pada anak-anaknya. Karena nantinya in
merupakan salah satu ketrampilan yang mempunyai peran signifikan
dalam meraih kesuksesan hidup mereka.
Sementara satu hal yang menentukan apakah anak itu nantinya
mampu mengembangkan potensi kecerdasan emosinya adalah pola asuh
yang diterapkan oleh orang tua. Dari berbagai pola asuh yang ada pada
tinjauan diatas, tampaknya sebagai orang tua harus mampu memilih
mana pola asuh yang harus dan tepat diterapkan bagi anak-anaknya.
Adapun upaya orang tua dalam memberikan pola asuh yang tepat bagi
anak menurut Mohammad Takdir llahi yaitu:
-
31
a. Merawat anak dengan pelukan kasih sayang
Hubungan orang tua dengan anak harus dilandasi oleh rasa kasih
sayang yang mendalam. Kasih sayang orang tua tidak mampu
terbayarkan dengan apapun. Walaupun dengan harta sekalipun.
Biasanya anak yang tumbuh dengan mendapatkan kasih sayang
dari orang tua dengan sepenuh hati tanpa adanya tekanan, akan
senantiasa tumbuh dengan perasaan benar dalam diri mereka
(Mohammad, 2013: 148). Kehangatan orang tua jelas berpengaruh
pada hubungan anak selanjutnya ketika sudah menginjak usia
dewasa. Perhatian anak sejak usia dini sangat menentukan terhadap
perkembangan jiwa dan karakter anak dalam menentukan masa
depan.
b. Memberikan nutrisi sehat pada anak
Membina hubungan yang baik adalah langkah pertama untuk
mempertahankan anak-anak agar tetap sehat dan menyembuhkan
ketika sakit. Inilah beberapa pola ketrampilan orang tua yang
mempunyai hubungan yang baik, bisa memberikan konstibusi pada
kesehatan anak. Dalam masa pertumbuhan, anak memerlukan
asupan berbagai nutrisi yang tepat. Nutrisi ini tidak hanya berguna
untuk perkembangan tubuhnya, tetapi juga otaknya. Para orang tua
disarankan untuk memeperhatikan pilihan makanan yang sebaiknya
kaya akan nutrisi dan energi (Mohammad, 2013: 152).
-
32
c. Membina hubungan baik
Dalam pandangan psikologi, hubungan baik biasanya dibentuk
dengan nilai kasih sayang yang menimbulkan empati dan ikatan
batin secara mendalam. Paraa peneliti banyak menemukan bahwa
anak-anak yang terkait dengan kasih sayang cenderung menikmati
keromantisan yang berkualitas tinggi. Hubungan yang baik secara
tidak langsung memberikan kesempatan kepada orang tua dan anak
untuk membina kasih sayang yang telah dibangun sejak lama
(Mohamma, 2013: 166-167). Model hubungan internal dalam
keluarga, memungkinkan orang tua lebih dekat dengan anak karena
mempunyai waktu khusus untuk berbagi pengalaman dan
mencurahkan segenap perasaanyang menjadi kegelisahan.
d. Membesarkan anak dengan tanggung jawab
Kewajiban orang tua dalam mengajarkan tangung jawab tidak
sekedar berkaitan dengan tugas-tugas sekolah yang lazim diberikan
oleh guru mereka, tetapi juga berkaitan dengan tanggung jawab
orang tua yang bersifat spiritual, semisal kewajiban melaksanakan
perintah agama (Mohammad, 2013: 174). Orang tua di tuntut untuk
mengawasi setiap aktivitas dan kegiatan anak agar tidak
menyimpang dari tanggung jawab yang telah menjadi kewajiban
mereka. Ketika anak sudah dewasa, mereka akan terbiasa
melaksanakan setiap kewajiban yang menjadi tanggung jawabnya
-
33
secara pribadi secara pribadi karena menyangkut hubungan
manusia dengan Tuhan.
e. Menanamkan moral pada anak
Peran keluarga dalam menanamkan nilai-nilai moralitas sangat
penting untuk mendorongvanak menjadi pribadi yang berperilaku
sesuai dengan norma hukum di masyarakat. Keluarga adalah
sebuah miniatur dari masyarakat, yang mana anak-anak belajar
menghargai otoritas dan menjadi warga negara yang bermoral
(Mohammad, 2013: 180-181). Ketika seorang anak hidup dalam
suatu pedoman yang kuat di dalam rumah, kemungkinan akan
menjadikan nilai-nilai orang tua sebagai bagian dari mereka
sendiri. Mereka kemudian membawa serta sistem pedoman ini
untuk berinteraksi dengan orang lain.
f. Meningkatkan rasa percaya diri pada anak
Dalam setiap masalah yang dihadapi, anak perlu dorongan batin
yang membangkitkanikatan emosi mereka agar semakin teguh
dalam menjalani hidup (Mohammad, 2013: 185). Ini karena
masing-masing anak membutuhkan dukungan dari orang-orang
yang ia sayangi, yang dari dukungan tersebut memberikan sinyal
positif baginya, dan akan menumbuhkan sikap percaya diri.
g. Mengajarkan kebaikan dan sopan santun
Pada dasarnya sopan santun yang baik akan keluar secara alami
jika orang tua mengajarkan kepada anak alasan mengapa mereka
-
34
harus bersopan santun. Menurut Letita Baldrige (1997), sopan
santun yang baik benar-benar merupakan hubungan manusia yang
baik pula. Dia menyebutkan sopan santun sebagai tindakan yang
baik sebagai tindakan yang baik kepada orang lain (Mohammad,
2013: 187). Jadi setidaknya orang tua mulai menanamkan sikap
sopan santun dari anak masih kecil, sehingga sikap sopan santun
akan tertanam sampai dewasa.
h. Menumbuhkan perilaku spiritual pada anak
Menurut Mimi Doe dan Marsha Walch (2001), pengalaman
spiritual anak sangat beragam dan cenderung individual. Ketika
anak-anak melihat tuhan sebagai sumber cinta dan menjadikan doa
sebagai cara berhubungan dengan sumber itu, secara tidak langsung
mereka telah menemukan saran kedamaian seumur hidup
(Mohammad, 2013: 198). Sebagai orang tua harus menciptakan dan
menerapkan kebiasaan spiritual dalam kehidupan sehari-hari.
Kebiasaan ini sebaiknya dijadikan praktik rutin yang dengan
otomatis mampu menghubungkan seseorang kepada Tuhan.
Dari keterangan diatas, dapat kita ambil pengertian bahwa pada
dasarnya keluarga (orang tua ) berkewajiban memberi pengarahan dan
bimbingan kepada anak-anaknya untuk hidup mandiri, menumbuhkan
sikap yang terpuji, menumbuhkan nilai-nilai moralitas, berperilaku yang
baik, dan menanamk an nilai-nilai sepiritual serta nilai-nilai individual
dan sosial.
-
35
C. Pola Asuh Orang Tua Terhadap Anak
1. Pengertian Pola Asuh
Setiap orang tua menginginkan anaknya menjadi orang
berkepribadian baik, dan akhlaq yang terpuji. Orang tua adalah sebagai
pembentuk pribadi yang pertama dan utama dalam kehidupan anak,
dan harus menjadi suri tauladan yang baik bagi anak-anaknya. Pola
asuh pada dasarnya merupakan parental control, yakni bagaimana
orangtua mengontrol, membimbing, dan mendampingi anak-anaknya
untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangannya menuju pada
proses pendewasaan. Dalam mendidik anak, orang tua memiliki
berbagai macam bentuk pola asuh yang bisa dipilih dan diterapkan.
Tetapi sebelum membahas tentang macam-macam pola asuh orang tua.
Terlebih dahulu akan di kemukakan pengertian pola asuh itu sendiri.
Istilah pola dan model sama-sama merupakan kerangka/ bentuk
awal yang bersifat umum kemudian diberi sentuhan personal menuju
bentuk yang sempurna yang bersifat unik, pola lebih bersifat umum/
dasar/ kaku, sedangkan model lebih bersifat subjektif. Kata pola asuh
mempunyai arti mendidik, mengajar, dan merawat anak dari awal
kehadirannya sampai batas waktu tertentu, sesuai posisi anak sebagai
makhluk (Ngatini, 2010: 1-2). Dari uraian di atas, dapat disimpulkan
bahwa yang disebut model pola asuh dalam keluarga adalah cara yang
digunakan untuk mengasuh anak yang bersifat spesifik, dengan tujuan
membentuk anak yang diimpikan dan diterapkan dalam kehidupan
-
36
keluarga. Dalam hal ini, pelaku dari pengasuhan, ayah, ibu, saudara,
akan turut mempengaruhi pengalaman sosial anak dan juga pola
perilakunya. Dorothy Law Notle (Save M Dagun, 1990: 42)
mengungkapkan pentingnya peran keluarga bagi pembentukan
kepribadian anak.
Dari pengertian di atas dapat diambil pengertian tenteng pola asuh,
jadi pola asuh adalah suatu keseluruhan interaksi antara orang tua
dengan anak, dimana orang tua bermaksud mengadakan interaksi
dengan baik dengan anaknya agar dapat menjadi anak yang mandiri,
tumbuh dan berkembeng dengan sehat dan optimal serta berakhlakkul
karimah.
Untuk mencapai keseimbangan pola asuh antara orang tua dan
anak, diperlukan “pola asuh yang halus (tidak mengekang) merasa
diberi dukungan dan penerimaan”, kontrol yang kuat, dan dari kontrol
psikologinya (Smetana, 1995: 276). Dengan adanya keseimbangan
antara tiga aspek diatas kemungkinan akan memunculkan pengaruh
pola asuh yang baik. Terutama pola asuh yang digunakan pada anak
yang sedang mengenyam pendidikan di sekolah dasar. Karena masa
kanak- kanak merupakan masa dimana anak akan dengan mudah
diarahkan, sehingga kepribadian yang baik untuk seorang anak baik
untuk dibentuk pada masa kanak-kanak.
Menurut Isabel Martinez dan Jose Fernando Garcia (2007: 144)
menyatakan bahwa, Tuntutan mengacu besar pada orang tua yang
-
37
menunjukan kontrol, pengawasan, dan tuntutan yang dewasa pada
proses pola asuhnya : kemampuan reaksi menunjuk besar pada orang
tua yang menunjukkan pada anak mereka kehangatan sikap, dan
penerimaan, memberi mereka dukungan, dan berkomunikai dengan
mereka. Sehingga pola asuh yang diberikan orang tua akan
memberikan pengaruh terhadap anak dalam pembentukan
kepribadiannya. Sebuah tuntutan yang diberikan orang tua terhadap
anak jika tidak diimbangi dengan kontrol dan dorongan/ kasih sayang
maka akan menumbuhkan pola asuh yang sulit diterima oleh anak.
Menurut pendapat Abdul Aziz El- Qussy, setiap anak memiliki
kebutuhan pokok yang meliputi:
a. Kebutuhan akan rasa aman.
b. Kebutuhan akan rasa kasih sayang
c. Kebutuhan akan rasa penghargaan
d. kebutuhan akan rasa kebebasan
e. Kebutuhan akan rasa sukses
f. Kebutuhan akan suatu kekuatan pembimbing atau pengendalian
Berkembangnya berbagai kebutuhan secara wajar dalam diri anak
akan besar pengaruhnya bagi perkembangan anak. Pada masa pertama,
pemenuhan kebutuhan diatas banyak bergantung dari bantuan orang
tua. Oleh sebab itu, anak merasa tergantung dan membutuhkan sekali
kepada kedua orang tuanya, lebih-lebih kepada ibu sebagai orang yang
terdekat ( Ahid, 2010: 114-115).
-
38
2. Macam- Macam Pola Asuh
Berbagai macam pola asuh orang tua dalam mendidik anaknya.
Dalam pola asuh terdapat dua persepektif, yaitu Islam dan para ahli,
hal itu akan dipaparkan sebagai berikut:
a. Pola asuh anak dalam persepektif islam
Dalam syariat islam sudah diajarkan bagi seorang muslim
karena anak merupakan amanat yang harus dipertanggung
jawabkan oleh orang tua, hal ini dipertegas dalam firman Allah
Swt:
قُْىُدهَب نَبًرا َواَْهلِْيُكمْ اَْنفَُسُكمْ قُْىآ آَمنُْىا يَآيٌّهَبالَِّذْينَ َملَئَِكة َعلَْيهَب َواْلٍحَجبَرةُ النَّبسُ وَّ
َ ِشَداد الَّيَْعُصْىنَ ِغالَظ َمبيُْؤَمُزْونَ نَ َويَْفَعلُىْ َمآاََمَزهُمْ ّللاَّ
Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia
dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras,
yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan”. (QS. At-Ta hrim 66 ).
Maksud dari ayat tersebut orang tua wajib menjaga
keluarganya dari api neraka dengan cara mengarahkan, mendidik,
dan mengajarkan anak agar terhindar dari siksa api neraka. Hal ini
juga memberikan arahan bagaimana orang tua harus mampu
menerapkan pendidikan yang bisa membuat anak memiliki prinsip
untuk memnjalankan ajaran islam dengan benar, sehingga mampu
membentuk mereka menjadi anak yang mempunyai akhlaq yang
baik, dan menunjukkan kepada mereka hal-hal yang bermanfaat.
Sehingga mereka mampu melakukan segala kewajiban dan
-
39
menjauhi segala larangan Allah, dan mampu membentuk karakter
atau anak memiliki kepribadian yang baik sesuai dengan syariat
agama.
Secara umum, pola asuh dalam Islam adalah mempersiapkan
generasi muda yang memiliki moral yang mengacu dalam norma-
norma Islam dan membentuk generasi shalih dan shalihah (Muallifah,
2009: 61-63), oleh karena itu, hal ini bisa dilakukan ketika anak sejak
dalam kandungan bukan saja ketika anak lahir. Adapun pola asuh
anak dalam persepektif para ahli:
(1) Pendeskripsian pola asuh menurut Nasih Ulwah
(a) Pola asuh yang bersifat keteladanan
(b) Pola asuh yang bersifat nasihat
(c) Pola asuh dengan perhatian dan pengawasan
(2)Menurut Hurlock yang dikutip oleh Chabib Toha (Muallifah,2009:
63) ada 3 macam pola asuh yaitu:
(a) pola asuh otoriter
Pola asuh otoriter adalah pola asuh yang ditandai dengan
cara mengasuh anak-anaknya dengan aturan-aturan yang
ketat.
(b) Pola asuh demokratis
Pola asuh yang ditandai dengan pengakuan orang tua
terhadap kemampuan anak-anaknya dan kemudian diberi
kesempatan untuk tidak selalu bergantung kepada orang tua.
-
40
(c) Pola asuh laisses fire
Pola asuh ini dengan cara orang tua mendidik anak
secara bebas, bebas melakukan apa saja yang dikehendakinya.
Kontrol orang tua terhadap anak sangat lemah, juga tidak
memberikan bimbingan pada anaknya. Semua apa yang
dilakukan oleh anak adalah benar dan tidak perlu mendapat
teguran, arahan, atau bimbingan (Mansur, 2005: 354-356).
Dari berbagai macam pola asuh yang telah dikemukakan
diatas, penulis hanya akan mengemukakakn tiga macam pola
asuh saja, yaitu pola asuh otoriter, demokratis, dan permisif. Hal
ini di jelaskan sebagai berikut:
1. Pola asuh otoriter
Pola asuh otoriter adalah cara mengasuh anak yang
dilakukan orang tua dengan menentukan sendiri aturan-aturan
dan batasan-batasan yang mutlak harus ditaati oleh anak
tanpa memperhatikan keinginan dan pendapat serta melihat
keadaan anak. Orang tua yang berkuasa menentukan segala
sesuatu untuk anak, dan anak hanya sebagai objek pelaksana
saja. Jika ank menentang atau membantah, maka orang tua
tidak akan segan-segan memberei hukuman. Jadi, dalam hal
ini kebebasan anak sangatlah dibatasi. Apa saja yang
dilakukan anak haruslah sesuai dengan keinginan orang tua.
Ciri-ciri pola asuh otoriter:
-
41
a) Umumnya dianut oleh masyarakat kelas bawah/ pekerja
b) Menuntut kepatuhan semata
c) Bersifat kaku dan kasar
d) Terlalu banyak aturan
e)Orang tua bersikap mengharuskan anak melakukan sesuatu
tanpa kompromi(Ngatini, 2010: 6).
Kelebihan dari model ini adalah sebagai berikut:
1) Anak menjadi disiplin dan teratur.
2) Akan menguntungkan jika orang tua dan pondasi agama
yang kuat.
Tipe anak yang di hasilkan adalah sebagai berikut:
1) Mudah tersinggung
2) Penakut
3) Mudah terpengaruh
4) Anak agresif dan keras
5) Anak pemalu, kurang pergaulan, dan tertekan (Ngatini,
200: 8-9)
Setiap pola asuh orang tua pasti mempunyai dampak
yang berbeda- beda, baik itu positif maupun negatif. Menurut
Dariyo (2004: 98) dari segi positifnya, anak yang dididik
dalam pola asuh otoriter ini, cenderung akan menjadi disiplin
yakni menaati peraturan. Sedangkan dari sisi negatifnya anak
cenderung memiliki ketaatan dan kedisiplinan yang semu,
-
42
karena anak hanya mau menunjukkan kedisiplinan dan
kepatuhan dihadapan orang tua saja.
2. Pola asuh demokratis
Menurut Diana Baumrind adalah kedudukan antara
orang tua dan anak sejajar, suatu keputusan di ambil bersama
dengan mempertimbangkan kedua belah pihak (Dariyo,
2004:98). Jadi pola asuh ini memberikan kebebasan kepada
anak untuk mengemukakan pendapat, melakukan apa yang ia
inginkan, tetapi dengan tidak melewati batasan-batasan atau
aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh orang tua. Orang tua
juga memberikan bimbingan dan arahan dengan penuh
pengertian terhadap anak, mana yang boleh dilakukan dan
mana yang tidak boleh dilakukan.
Menurut Diana Baumrind (Lestari, 2010: 8-9) pola
asuh demokratis ini mempunyai beberapa ciri-ciri, antara lain:
a) Umumnya memprioritaskan pengembengan IQ dan EQ
b )Hukuman lebih codong kepada hukuman psikologis
c) Sikap acceptance dan kontrol seimbang
d) Respon terhadap anak
e) Mendorong anak untuk menyatakan pendapatnya
f) Segala sesuatu coba dijelaskan
-
43
Kelebihan dari pola asuh demokratis adalah:
a. Pendapat anak menjadi tertampung
b. Anak belajar menghargai perbedaan
c. Pikiran anak menjadi optimal
d. Pola hidup anak menjadi dinamis
Kelemahan dari pola asuh demokratis adalah:
a. Lebih kompleks sehingga, sehingga rawan konflik
b. Jika tidak terkontrol, anak bisa menyalah artikan pola
demokratis untuk hal-hal yang kurang tepat (Lestari, 2010:
8-9).
3. Pola asuh permisif
Menurut Baumrind yakni segala aturan dan ketetapan
keluarga ditangan anak, apa yang dilakukan anak diperbolehkan
oleh orang tua, anak cenderung bertindak semena-mena (Dariyo,
2004: 98). Menurut Baumrind pola asuh permisif memiliki ciri-
ciri sebagai berikut:
1) Umumnya dianut oleh masyarakat tingkat menengah
keatas/sibuk
2) Biasanya melanda pada keluarga yang agamanya kurang
3) Identik dengan gaya hidup Barat yang tidak mengindahkan
nilai-nilai ketimuran.memberikan kebebasan kepada anak
untuk menyatakan dorongan atau keinginan.
-
44
Kelemahannya adalah sebagai berikut:
1) Akibat fatal adalah anak menjadi rusak akhlaqnya
2) Anak menjadi penentang dan tidak suka diatur
3) Anak menjadi sombong ( Ngatini,2004: 7-8)
Memperluas model dari parenting adalah diharapkan menjamin
dan membantu meningkatkan pengetahuan dari proses sosialisasi
parenting dan hubuungan sekolah dan keluarga (Spera, 2006: 247).
Sebaiknya orang tua mulai menanamkan sikap tanggung jawab, guna
membangun keluarga yang harmonis. Ketika kebutuhan keluarga
seperti kasih sayang, perhatian nilai-nilai spiritual dan sosial dan lain
sebagainya telah terpenuhi maka akan membentuk keluarga yang
berkualitas.
Pendidikan Islam pada anak mampu menumbuhkan karakter yang
baik. Alasannya ketika nilai-nilai spiritual yang tumbuh melalui
pendidikan Islam akan menciptakan sikap yang positif pada anak,
deengan catatan pola asuh orang tua yang diterapkan sesuai dengan
kebutuhan anak.
Setiap pola asuh yang diterapkan oleh orang tua memiliki
kelemahan dan kelebihan masing- masing. Sebab kebutuhan dari
masing- masing keluarga memiliki perbedaan. Menurut Baumrind,
Intelegensi seorang anak tidak mempengaruhi perkembangan anak.
Akan tetapi faktor lingkungan yang lebih berperan banyak terkait
dengan perkembangan anak. Seperti halnya dalam penelitian Diana
-
45
Baumrind, antara anak kulit hitam dan kulit putih, memiliki perangai
yang berbeda berdasarkan lingkungan mereka. Jika si kulit hitam lebih
dominan mandiri, namun susah bersosialisasi. Sedangkan si klit putih
ia lebih dominan manja, namun mudah bersosialisasi. Hal ini
menjelaskan bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan masing-
masing, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan
atau kepribadiannya.
B. Kajian Pustaka
Untuk mendukung penelaah peneliti yang lebih komprehensif,
maka peneliti berusaha melakukan kajian terhadap beberapa peneliti yang
mempunyai relevansi dengan topik yang akan diteliti. Hasil penelitian
terdahulu yang hampir memiliki kesamaan topik dengan penelitian yang
dilakukan peneliti diantaranya:
1. Penelitian dari Susi Rahayu jurusan Politik dan Kewarganegaraan
Fakultas lmu Sosial di Universitas Negri Semarang dengan judul “
Pola Pendidikan Anak Pada Keluarga Buruh Pabrik Damatex di
Salatiga”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keluarga buruh
pabrik dalam memberikan pendidikan di dalam lingkungan keluarga
adalah dengan mendidik anak-anaknya dari anak berusia dini dengan
melalui pembiasaan, teladan yang baik, melalui peraturan-peraturan
kemudian pola yang diterapkan di dalam keluarga. Pola yang
diterapkan orang tua bersifat fleksibel terkadang menggunakan pola
otoriter maupun demokratis sesuai dengan situasi dan kondisi.
-
46
Disesuaikan dengan permasalahan setiap keluarga. Adapun hambatan
yang dialami oleh orang tua buruh pabrik Damatex Salatiga adalah
dengan adanya faktor internal yaitu kesibukan oran g tua dalam
bekerja, dan kurangnya waktu berkumpul. Sedangkan faktor
eksternalnya yaitu pabrik itu sendiri, lingkungan sekitar dan kemajuan
teknologi, informasi dan komunikasi.
2. Penelitian dari Muhammad Abdur Rahman Jurusan Pendidikan
Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan di Institut Agama
Islam Negri Surakarta dengan judul “Pola Asuh Orang Tua Kepada
Anak Dalam Pendidikan Akhlaq Pada Keluarga Petani dan Buruh
Pabrik di Dusun Bancak 1 Desa Gebyong Kecamatan Mojogedang
Kabupaten Karanganyar”. Hasil penelitian ini menunjukkan
pendidikan akhlaq meliputi menghormati orang yang lebih tua, sopan
santun dalam berperilaku, serta menjalankan perintah Allah dan
menjauhi segala laranganNya. Pola asuh yang digunakan orang tua
dalam mendidik akhlaq anak meliputi authoritarian (menegur/
memarahi, memberi hukuman, jewer, menyiram air dan memukul),
indulgent (memenuhi segala keinginan anak seperti uang saku, hp dan
lain sebagainya agar anak mau mematuhi perintah orang tua),
authoritative (mengingatkan sholat, meredam emosi anak, menasehati
anak agar menyadari kesalahannya kemudian memotivasi agar
semangat dalam beribadah dan belajar), dan neglectful (orang tua
-
47
membiarkan tingkah laku anaknya karena sudah merasa tidak sanggup
dalam menghadapi tingkah laku anak).
Demikian beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya,
penulis menemukan dua penelitian dengan fokus yang sama yaitu pola
asuh orang tua dalam keluarga buruh pabrik. Adapun dua penelitian
lainnya memiliki persamaan dengan penelitian penulis yaitu terletak pada
obyek penelitian yang sama-sama mengkaji tentang pola asuh orang tua
yang berprofesi sebagai buruh pabrik. Berdasarkan penelitian tersebut
terdapat perbedaan dengan penelitian penulis yaitu terletak pada
pendekatan penelitian yang digunakan penulis adalah deskriptif kualitatif
serta obyek yang dikaji oleh penulis yaitu pola asuh dan ekspektasi
pendidikan Islam pada anak studi kasus keluarga buruh pabrik di desa
Merbuh, kecamatan Singorojo, kabupaten Kendal.
-
48
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan oleh peneliti ini adalah
pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif ini dilakukan secara
intensif, peneliti ikut berpartisipasi di lapangan, mencatat secara
hati-hati apa yang terjadi, melakukan analisis reflektif terhadap
berbagai dokumen yang ditemukan di lapangan, dan membuat
laporan penelitian secara terinci (Sugiyono, 2011:14). Penulis akan
mengambil penelitian lapangan yaitu dengan cara memperoleh data
melalui penyelidikan berdasarkan obyek lapangan, daerah atau
lokasi di Desa Merbuh Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal,
guna memperoleh data yang valid dan dapat dipertanggung
jawabkan.
Penelitian kualitatif dalam aktifitas pengamatan lokasi
tempat berbagai fakta, data, bukti, atau hal-hal lain yang berkaitan
dengan penelitian, dan hal-hal yang terjadi (Santana, 2010:5). Jadi,
penelitian juga dilakukan berdasarkan fakta dan bukti yang
berkaitan dengan hal-hal yang terjadi dalam pengamatan di
lapangan.
-
49
2. Kehadiran Peneliti
Peneliti kualitatif masuk ke lapangan untuk memunculkan
sekumpulan representasi, yang diperjelas dari catatan lapangan,
wawancara, pembicaraan, fotografi, rekaman, dan catatan pribadi
(Setana, 2010:5). Maka dari itu, dalam penelitian ini peneliti
bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpulan data dalam
upaya pengumpulan data-data di lapangan. Kehadiran peneliti
secara langsung di lapangan untuk penelitian kualitatif mutlak
diperlukan, sebagai tolak ukur keberhasilan untuk memehami
kasus yang diteliti, sehingga keterlibatan peneliti secara langsung
dan aktif dengan informan atau sumber data yang lainnya.
3. Lokasi Penelitian
Peneliti memilih lokasi penelitian di Desa Merbuh Kecamatan
Singorojo Kabupaten Kendal. Alasan peneliti memilih lokasi
tersebut karena lokasi tersebut memiliki jumlah masyarakat yang
mayoritas berprofesi sebagai buruh pabrik. Sehingga peneliti akan
melakukan penelitian tentang buruh pabrik yang berhubungan
dengan pola asuh dan ekspektasi buruh pabrik terhadap pendidikan
anak.
-
50
4. Sumber Data
Sumber data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini yaitu:
a. Data Primer
Sumber data primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-
kata yang diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau perilaku
yang di lakukan oleh subjek yang dapat di percaya (Arikunto,
2010: 22). Sumber data peneliti berasal dari orang tua yang
berprofesi sebagai buruh pabrik dan si anak.
b. Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang di peroleh dari
dokumen-dokumen grafis (tabel, catatan, notulen rapat, SMS,
dan lain-lain), foto-foto, film, rekaman video, dan benda-benda
yang dapat memperkaya data primer (Arikunto, 2010:22).
Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat dan
melengkapi informasi yang telah di kumpulkan melalui
wawancara. Adapun sumber data sekunder yang di gunakan
adalah data dari foto, data dari kelurahan, dan data dari
keluarga buruh pabrik.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data merupakan langkah yang
paling setrategis dalam penelitian, karena tujuan dari penelitian
adalah mendapatkan data. Tanpa adanya prosedur pengumpulan
data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang di inginkan.
-
51
Pengumpulan data melibatkan terutama melalui
pengamatan dan wawancara (Moleong, 2011:237). Oleh karena itu,
untuk mendapatkan data yang valid maka peneliti mengumpulkan
data melalui pengamatan dengan menggunakan metode sebagai
berikut:
a. Metode Interview atau Wawancara
Interview (wawancara) digunakan sebagai teknik
pengumpulan data yang mana peneliti ingin melakukan studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang akan
diteliti, atau bahkan juga untuk mengetahui hal-hal dari
responden yang lebih mendalam (Sugiyono,188:2016). Dengan
begitu penulis mampu mengetahui mengenai pola asuh dan
ekspektasi orang tua buruh pabrik terhadap pendidikan anak.
Pedoman wawancara dilakukan berdasarkan faktor-faktor yang
menentukan pola asuh orang tua.
b. Metode Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokuen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan
misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, ceritera, biografi,
peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar
misalnya, foto, gambar hidup, seketsa dan lain-lain. Dokumen
yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa
-
52
gambar, patung, film dan lain-lain. Studi dokumen merupakan
pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara
dalan penelitian kualitatif (Sugiyono, 326: 2016).
6. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data
ke dalam kategori, menjabarkan dalam unit-unit, melakukan
sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan
yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga medah
dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono,
2011:24
top related