fakultas keguruan dan ilmu pendidikan …... · siswa. pada dasarnya, penerapan metode mengajar ......
Post on 05-Feb-2018
222 Views
Preview:
TRANSCRIPT
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF Team Assisted
Individualization (TAI) YANG DISERTAI PENYUSUNAN
PETA KONSEP PADA PROSES PEMBELAJARAN
BIOTEKNOLOGI TERHADAP HASIL
BELAJAR BIOLOGI SISWA
SKRIPSI
Disusun Oleh:
LATIF PURWANINGRUM
K4302024
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah sebuah konsep kurikulum yang
menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan tugas-tugas dengan
standar perfomansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh siswa, berupa
penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu (Nurhadi, 2004: 18). Dalam
KBK lebih ditekankan pada adanya pencapaian kompetensi atau kemampuan
ketrampilan yang diperoleh siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Pendidikan
tidak hanya ditekankan pada penguasaan materi, tetapi juga ditekankan pada
penguasaan ketrampilan. Siswa juga harus memiliki kemampuan untuk berbuat
sesuatu dengan menggunakan proses dan prinsip keilmuan yang telah dikuasai,
dan Learning to Know (pembelajaran untuk tahu) dan Learning to Do
(pembelajaran untuk berbuat) harus dicapai dalam KBM. Dalam pengajaran KBK,
rangkaian pengajaran yang mencakup prinsip dan ketrampilan merupakan hal-hal
yang diharapkan sebagai hasil belajar, yang telah dirumuskan sebagai hasil belajar
mengajar. Alat-alat dan pendekatan rancangan sistem pengajaran menuntut para
guru agar pengajaran menyediakan suatu kondisi belajar bagi siswa yang
kondusif, jadi prinsip-prinsip belajar merupakan petunjuk bagi guru dalam menata
kondisi belajar yang efektif.
Berpijak pada data empirik di SMA Negeri 2 Karanganyar menunjukkan
bahwa hasil belajar siswa dalam pemahaman konsep pada mata pelajaran Biologi
belum memuaskan dalam artian hasil belajar rata-rata yang diperoleh masih
berkisar pada nilai batas tuntas yaitu 60. Hal ini disebabkan konsep tersebut sulit
untuk dipahami. Akibat yang dirasakan adalah tingkat pemahaman dan
penguasaan konsep siswa tidak optimal. Nilai batas tuntas hanyalah batasan
minimal yang berarti pencapaian terendah dengan kata lain pengusaan atau
pemahaman masih rendah pula. Pembelajaran baru dapat dikatakan berhasil jika
mampu melampaui batasan terendah secara signifikan. Upaya untuk mencapai
target hasil belajar yang optimal itu dapat diupayakan melalui inovasi
pembelajaran yang mampu memberikan penguatan konsep yang maksimal kepada
siswa.
Pada dasarnya, penerapan metode mengajar yang bervariasi berupaya
untuk meningkatkan keberhasilan siswa dalam belajar dan sekaligus sebagai salah
satu indikator peningkatan kualitas pendidikan. Namun perlu diketahui bahwa
tingkat keberhasilan siswa dalam menangkap pelajaran dipengaruhi oteh banyak
faktor, baik faktor dari luar maupun faktor dari dalam siswa itu sendiri. Metode
pengajaran yang baik hendaknya disesuaikan dengan karakteristik materi pokok
yang akan disampaikan. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan suatu metode
pembelajaran yang diharapkan dapat digunakan sebagai sarana untuk
menyampaikan ilmu pengetahuan untuk siswa secara efektif. Penerapan metode-
metode mengajar yang bervariasi akan dapat mengurangi kejenuhan siswa dalam
menerima pelajaran. Berkaitan dengan semakin perlunya reformasi model
pembelajaran dan mengingat pentingnya interaksi kooperatif tersebut, maka
pembelajaran strategi pembelajaran koopeatif dalam pendidikan sangat penting.
Pembelajaran koopeatif mempunyai syarat-syarat untuk mencapai hasil yang
maksimal yaitu, adanya perbedaan etnik/ras, bersifat heterogen, adanya rasa
tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota dan evaluasi
proses kelompok. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan dari salah satu anggota,
maka salah seorang anggota tersebut harus membantu kelompoknya dengan
melakukan apa saja yang dapat membantu kelompok itu berhasil (Slavin,1995: 5),
Maka perlu adanya pembelajaran yang berpusat pada siswa sehingga siswa aktif
dalam kegiatan belajar mengajar. Hal tersebut dapat dilakukan dengan beberapa
cara antara lain : diskusi, presentasi, debat pendapat dan sebagainya sehingga
KBM yang berlangsung aktif dan siswa tidak cepat mengalami kebosanan.
Pembelajaran kooperatif adalah aktifitas belajar kelompok yang diatur
sehingga pembelajaran pada struktur sosial pertukaran informasi antar anggota
dalam kelompok dan tiap anggota bertanggung jawab untuk kelompok dan dirinya
sendiri dan dimotivasi untuk meningkatkan pembelajaran lainnya. Adapun
beberapa metode pembelajaran kooperatif, antara lain : Student Teams
Achievement Division (STAD), Teams Games Tournament (TGT), Jigsaw,
Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dan Teams Assisted
Individualization (TAI).
Salah satu metode yang digunakan peneliti adalah metode Teams Assisted
Individualization (TAI).. Metode TAI merupakan metode pengajaran secara
kelompok di mana terdapat seorang siswa yang lebih mampu berperan sebagai
asisten yang bertugas membantu secara individual siswa lain yang kurang mampu
dalam suatu kelompok. Dalam hal ini pendidik hanya berperan sebagai fasilitator
dan mediator dalam proses belajar mengajar. Pendidik cukup menciptakan kondisi
lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta didiknya. Pada pengajaran TAI.
akan memotivasi siswa saling membantu anggota kelompoknya sehingga tercipta
semangat dalam sistem kompetensi dengan lebih mengutamakan peran individu
tanpa mengorbankan aspek kooperatif.
Metode pengajaran Teams Assisted Individualization (TAI).dapat
diterapkan untuk materi yang ada kegiatan praktikumnya. Kesulitan pemahaman
konsep-konsep awal yang berkaitan dengan materi dapat dipecahkan secara
bersama-sama karena keberhasilan dari tiap individu ditentukan oleh kebehasilan
kelompok. Pengajaran dengan metode TAI. dapat menghemat waktu presentasi
guru sehingga waktu pembelajaran lebih efektif dan dititikberatkan pada keaktifan
siswa. Metode TAI. sendiri dapat disertai dengan penyusunan peta konsep untuk
pemahaman konsep bagi siswa.
Peta konsep digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna
antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi. Proposisi-proposisi
merupakan dua atau lebih konsep-konsep yang dihubungkan oleh kata-kata dalam
satu unit. Dalam bentuknya yang paling sederhana, suatu peta konsep hanya
terdiri dari dua konsep yang dihubungkan oleh satu kata penghubung untuk
membentuk suatu proposisi. Sejumah konsep yang sama dapat tersusun dengan
hierarki. Setiap peta konsep memperlihatkan kaitan-kaitan konsep yang bermakna
bagi orang yang menyusunnya.
Bertitik tolak dari latar belakang masalah di atas maka dilakukan
penelitian dengan judul: " EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Team Assisted Individualization (TAI) YANG DISERTAI PENYUSUNAN
PETA KONSEP PADA PROSES PEMBELAJARAN BIOTEKNOLOGI
TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA”
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasikan masalah
sebagai berikut:
1. Proses pembelajaran di SMP N 2 Karanganyar masih menggunakan metode
konvensional yang selama ini dinilai kurang sesuai maka perlu digunakan
metode pembelajaran lain.
2. Guru kurang mengoptimalkan sarana dan prasarana dalam proses kegiatan
belajar mengajar karena hanya berorientasi pada aspek kognitif.
3. Pemahaman konsep siswa terhadap mata pelajaran biologi masih rendah
dilihat dari nilai rata-rata siswa yang masih berkisar pada nilai batas tuntas.
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini tidak menyimpang dari tujuan yang ingin dicapai dan
agar tepat sasaran, serta adanya keterbatasan pada penelitian ini maka tidak
memungkinkan semua masalah diteliti. Berdasarkan pada latar belakang masalah
dan identifikasi masalah, maka pengkajian dan pembatasan masalah
dititikberatkan pada :
1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian dibatasi pada siswa kelas X SMA N 2 Karanganyar
semester genap tahun 2006/2007.
2. Obyek Penelitian.
a. Materi Pokok
Materi yang dipelajari adalah pokok bahasan Bioteknologi.
b. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran TAI . Metode TAI adalah metode pengajaran secara
kelompok di mana terdapat seorang siswa yang lebih mampu beperan sebagai
asisten yang bertugas menbantu secara individual siswa lain yang kurang
mampu dalam suatu kelompok. Dalam pembelajaran ini juga disertai
penyusunan peta konsep oleh siswa dan guru. Peta konsep memiliki
pengertian menyatakan hubungan-hubungan yang bermakna antara konsep-
konsep dalam bentuk proposisi-proposisi. Bentuk penyusunan peta konsep
adalah pohon jaringan. Metode pembandingnya adalah metode konvensional.
c. Hasil Belajar Biologi.
Hasil belajar biologi yang dibatasi pada materi pokok bahasan Bioteknologi
adalah penilaian hasil belajar ranah kognitif yang meliputi C1 sampai C6
(pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi).
Penilaian ranah afektif meliputi A1 sampai A5 (memperhatikan, merespon,
menghayati nilai, mengorganisasi, dan perangkat nilai) disusun dalam bentuk
angket Sumarsih (2007). Penilaian ranah psikomotor meliputi P1 sampai P6
(persepsi, set, respon terbimbing, respon mekanistik, dan respon kompleks)
disusun dalam bentuk lembar observasi Anita Wulandari (2007)
D. Perumusan Masalah
Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Apakah ada perbedaan penggunaan metode TAI yang disertai penyusunan peta
konsep dan metode konvensional terhadap hasil belajar Biologi materi
Bioteknologi siswa kelas X semester genap SMA Negeri 2 Karanganyar
Tahun Pelajaran 2006/2007 ?
2. Apakah metode TAI yang disertai penyusunan peta konsep efektif digunakan
dalam pembelajaran Biologi materi Bioteknologi siswa kelas X semester
genap SMA Negeri 2 Karanganyar Tahun Pelajaran 2006/2007?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui adanya pengaruh model pembelajaran Team Assisted
Individualization (TAI) yang disertai penyusunan peta konsep terhadap hasil
belajar biologi siswa kelas X SMA Negeri 2 Karanganyar semester genap
tahun ajaran 2006/2007.
2. Mengetahui model pembelajaran yang paling efektif antara model
pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) yang disertai penyusunan
peta konsep dan metode konvensional terhadap hasil belajar biologi siswa
kelas X SMA Negeri 2 Karanganyar semester genap tahun ajaran 2006/2007.
F. Manfaat Penelitian
Dan hasil penelitian ini maka diharapkan mampu memberikan manfaat
sebagai berikut:
1. Bagi Guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam menentukan strategi belajar mengajar.
2. Bagi Calon Guru
Hasil penelitian ini bermanfaat dalam mempersiapkan diri untuk memilih
metode pembelajaran yang tepat.
3. Bagi Siswa
Untuk memotivasi belajar memecahkan permasalahan secara kooperatif
dan sikap menghargai sesama teman.
4. Dinas Terkait
Sebagai bahan pertimbangan upaya perbaikan KBM sehingga mata
pelajaran biologi meningkat.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Model Pembelajaran Kooperatif
Model adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman
dalam melakukan suatu kegiatan (Sobry Sutikno M, 2004 : 15). Menurut Dahlan
dalam Sobry Sutikno M. (2004:15), model pembelajaran adalah suatu rencana
atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran,
dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas dalam setting pengajaran atau
setting lainnya.
Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) adalah pendekatan
penbelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja
sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu sistem yang di dalamnya terdapat
elemen-elemen yang saling terkait.
Dalam pembelajaran kooperatif, kerja sama merupakan hal yang sangat
penting. Model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar
kelompok. Ada unsur-unsur yang membedakan antara pembelajaran kooperatif
dengan belajar kelompok yang biasa dilakukan di sekolah-sekolah.
Roger dan David Johnson dalam Anita Lie (2004: 31) mengatakan bahwa
tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai
hasil yang maksimal, ada 5 unsur yang harus diterapkan dalam pembelajaran
kooperatif, yaitu:
a. Saling ketergantungan positif (positive dependence)
Tiap anggota kelompok harus ikut serta dalam kegiatan kelompoknya untuk
mencapai tujuan kelompok. Keberhasilan suatu kelompok sangat tergantung
pada usaha setiap anggotanya.
b. Tanggung jawab perseorangan (individual accountability)
Setiap anggota dalam kelompok bertanggung jawab untuk melakukan yang
terbaik. Setiap anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya
sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.
c. Interaksi tatap muka antar siswa (face to face interaction)
Setiap anggota kelompok dalam kelompoknya harus diberikan kesempatan
untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan ini akan menguntungkan baik
bagi anggota maupun kelompoknya. Hasil pemikiran beberapa orang akan
lebih baik daripada hasil pemikiran satu orang saja.
d. Ketrampilan berinteraksi antar individu dengan kelompok (interpersonal and
group skill)
Keberhasilan suatu kelompok sangat tergantung pada kesediaan para
anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk
mengutarakan pendapat mereka.
e. Evaluasi proses kelompok (group processing)
Evaluasi proses kelompok dalam pembelajaran kooperatif diadakan oleh guru
agar siswa selanjutnya bisa bekerjasama dengan lebih baik.
Urutan langkah-langkah kegiatan guru menurut metode pembelajaran
kooperatif yang diuraikan oleh Arends (1997:113) adalah sebagaimana terlihat
pada tabel berikut.
Tabel 1. Sintaks Pembelajaran Kooperatif
Fase Kegiatan Guru
Fase 1. Menjelaskan tujuan-tujuan
dan menetapkan materi.
Guru menjelaskan tujuan-tujuan
pelajaran dan menetapkan materi belajar.
Fase 2. Menyajikan materi. Guru menyajikan materi kepada siswa
baik lisan maupun teks.
Fase 3. Mengorganisasi siswa ke
dalam kelompok belajar.
Guru menjelaskan kepada siswa
bagaimana membentuk kelompok belajar
dan membantu kelompok membuat
perubahan yang efisien
Fase 4. Mendampingi kelompok
bekerja dan belajar.
Guru mendampingi kelompok belajar
mengerjakan pekerjaanya
Fase 5. Tes dengan soal-soal Guru mengetes pengetahuan soal-soal
pelajaran atau kelompok menyajikan
hasil kerjanya.
Fase 6. Memberi penghargaan Guru menemukan jalan untuk
menghargai secara individu dan
kelompok atas usaha dan prestasinya
Menurut Robert E. Slavin (1995 : 2-3), keberhasilan dari proses belajar
kooperatif adalah karena ada 5 prinsip, yaitu:
a. Adanya sumbangan dari ketua kelompok
Tugas dari seorang ketua kelompok adalah memberi sumbangan
pengetahuannya untuk anggota kelompoknya, karena ketua kelompoknya
adalah seseorang yang dinilai berkemampuan lebih dibandingkan dengan
anggota yang lainnya. Dalam hal ini anggota kelompok diharapkan dapat
memperhatikan, mempelajari informasi atau penjelasan yang diberikan oleh
ketua kelompok jika ada anggota kelompok yang marasa belum jelas,
walaupun tugas ini juga bisa dilakukan oleh anggota kelompok lain.
b. Keheterogenan kelompok
Kelompok belajar yang efektif adalah yang mempunyai anggota
kelompok yang heterogen, baik dalam jenis kelamin, latar belakahg sosial,
ataupun tingkat kecerdasannya.
c. Ketergantungan pribadi yang positif
Setiap anggota kelompok, belajar untuk berkembang dan bekerja sama
satu sama lain. Ketergantungan pribadi ini bisa memberikan motivasi bagi
setiap individu karena pada awalnya mereka harus bisa membangun
pengetahuannya sendiri terlebih dahulu sebelum mereka bekerja sama dengan
temannya.
d. Ketrampilan bekerja sama
Dalam proses bekerja sama perlu adanya ketrampilan khusus sehingga
kelompok tersebut dapat berhasil membawa nama kelompoknya. Proses yang
dibutuhkan tersebut adalah adanya komunikasi yang baik antar anggota
kelompoknya.
e. Otonomi kelompok
Setiap kelompok mempunyai tujuan agar bisa membawa nama
kelompoknya untuk menjadi yang terbaik. Jika mereka mengalami kesulitan
dalam proses pemecahan masalah setelah melewati tahap kegiatan kelompok
maka mereka. akan bertanya kepada gurunya bukan kepada kelompok yang
lain.
Di dalam metode belajar kooperatif diharapkan siswa bekerja sama satu
sama lainnya, berdiskusi dan berdebat, menilai kemampuan pengetahuan dan
mengisi kekurangan anggota lainnya. Bila diorganisasikan dengan tepat, siswa
dapat bekerja sama dengan yang lainnya untuk memastikan bahwa setiap siswa
dalam kelompok tersebut telah menguasai konsep yang telah diajarkan. Hal ini
akan menumbuhkan realisasi bahwa siswa membutuhkan belajar dan berfikir
untuk memecahkan masalah dan mengaplikasikan pengetahuan dan ketrampilan.
Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha unluk menciptakan
kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk
berlangsungnya poses belajar mengajar. Kalau belajat dikatakan milik siswa maka
mengajar merupakan kegiatan yang dimiliki oleh guru. Pengertian mengajar
semula adalah menyampaikan pengetahuan pada anak didik. Namun dengan
definisi di atas kegiatan belajar mengajar jadi bersifat teacher centered. Untuk
menyikapi fenomena itu kemudian dibuat definisi mengajar yang lebih luas yaitu
sebagai suatu aktivitas mengorganisasikan atau mengatur lingkungan sebaik-
baiknya dan menghubungkannya dengan anak, sehingga terjadi proses belajar.
Mengajar merupakan kegiatan memgorganisasikan proses belajar. Seorang
guru harus mampu menjadi organisator yang'baik. Secara makro guru dituntut
untuk dapat mengorganisasikan komponen-konponen yang terlibat dalam proses
belajar mengajar, sehingga diharapkan terjadi proses pengajaran yang
optimal.(Sardiman, 1994: 50).
Metode kerja kelompok sebenarnya bukanlah hal yang baru dalam dunia
pendidikan. Kerja kelompok telah banyak diterapkan oleh guru dalam proses
belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan. Akhir-
akhir ini metode kerja kelompok mengalami kemajuan yang sangat pesat
berhubungan dengan ditemukannya inovasi-inovasi baru dalam metode kerja
kelompok. Slavin (1995:5) memperkenalkan 5 macam metode mengajar yang
menggunakan metode kerja kelompok:
a. Student Team Achievement Division (STAD)
b. Team Game Tournament (TGT)
c. Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC)
d. Team Assisted Individualization (TAI)
e. Jigsaw 2
a. Metode Team Assisted Individualization (TAI)
Metode pengajaran TAI adalah suatu metode pengajaran yang
dikemukakan oleh Slavin (1995). "Team Assisted Individualization" dapat
diterjemahkan sebagai kelompok yang dibantu secara individual atau kelompok di
mana ada seorang asisten yang membantu secara individual. Metode pengajaran
TAI ini merupakan teori belajar konstruktivisme dan teori belajar kognitif. Jadi,
metode TAI merupakan metode pengajaran secara kelompok di mana terdapat
seorang siswa yang lebih mampu beperan sebagai asisten yang bertugas menbantu
secara individual siswa lain yang kurang mampu dalam suatu kelompok. Dalam
hal ini pendidik hanya berperan sebagai fasilitator dan mediator dalam proses
belajar mengajar. Pendidik cukup menciptakan kondisi lingkungan belajar yang
kondusif bagi peserta didiknya.
Pada pengajaran TAI akan memotivasi siswa saling membantu anggota
kelompoknya sehingga tercipta semangat dalam sistem kompetensi dengan lebih
mengutamakan peran individu tanpa mengorbankan aspek kooperatif. Secara
umum TAI terdiri dari delapan komponen utama, yaitu:
1) Kelompok / Tim
Peserta didik dalam pengajaran TAI terdiri dari 4 sampai 5 siswa yang
mewakili bagiannya dari kelas dalam menjalankan aktivitas akademik. Jenis
kelamin, dan suku atau etnik. Fungsi utama dari tim adalah membentuk semua tim
agar mengingat materi yang telah diberikan dan lebih memahami yang telah
diajarkan yang nantinya digunakan dalam persiapan mengerjakan lembar kerja
sehingga bisa mengerjakan dengan baik. Dalam hal ini biasanya siswa
menggunakan cara pembelajaran diskusi tentang masalah-masalah yang ada,
membandingkan soal yang ada, dan mengoreksi beberapa miskonsepsi jika dalam
tim mengalami kesalahan. Semuanya tersebut dilakukan setelah presentasi awal
dari guru dan pemberian lembar kerja. Anggota kelompok yang mengalami
kesulitan dapat bertanya kepada anggota yang telah ditunjuk sebagai ketua atau
anggota yang telah ditunjuk sebagai ketua anggota lain yang lebih tahu.
2) Tes Pengelompokan
Siswa-siswa diberi tes awal program pengajaran. Hasil dari tes awal
digunakan untuk membuat kelompok berdasarkan point yang mereka peroleh.
3) Materi Kurikulum
Pada proses pengajaran harus disesuaikari dengan materi yang terdapat
pada kurikulum yang berlaku dengan menerapkan teknik dan strategi pemecahan
masalah untuk penguasaan materi.
4) Kelompok Belajar
Berdasarkan tes pengelompokan maka dibentuk kelompok belajar. Siswa
dalam kelompoknya mendengarkan presentasi dari guru dan mengerjakan lembar
kerja. Jika ada siswa yang belum paham tentang materi dapat bertanya pada
anggota lainnya atau ketua yang telah ditunjuk, kalau belum paham juga baru
meminta penjelasan dari guru.
5) Penilaian dan Pengakuan Tim
Setelah diberikan tes, kemudian tes tersebut dikoreksi dan dinilai
berdasarkan kriteria tertentu. Tim akan mendapatkan sertifikat/penghargaan
tertentu atau sejenisnya jika dapat melampaui kriteria yang telah ditentukan.
6) Mengajar Kelompok
Materi yang belum dipahami oleh suatu kelompok dapat ditanyakan
kepada guru dan guru menjelaskan materi pada kelompok tersebut. Pada saat guru
mengajar, siswa dapat sambil memahami materi baik secara individual maupun
secara kelompok dengan kebebasan tetapi bertanggung jawab. Keaktifan siswa
sangat diutamakan pada pembelajaran TAI.
7) Lembar Kerja
Pada setiap materi pokok diberikan lembar kerja secara individual untuk
memahami pemahaman individu, bahan atau materi dapat berupa ringkasan materi
yang dipelajari di rumah kemudian pertemuan selanjutnya dikerjakan.
8) Mengajar Seluruh Kelas
Setelah akhir pengajaran tentang materi pokok suatu materi, guru
menghentikan program pengelombokan dan menjelaskan konsep-konsep yang
belum dipahami dengan strategi pemecahan masalah yang relevan. pada akhir
pengajaran diberikan kesimpulan dari materi (Slavin, 1995 : 102-104).
Dalam model pembelajaran kooperatif tipe TAl, dalam pelaksanaannya
terbagi dalam:
1) Pengelompokan
Sebelum pengajaran TAI dilaksanakan suatu tes awal (tes kemampuan
awal) yang menyangkut tentang konsep-konsep yang akan diajarkan. Tes awal ini
berguna untuk pembentukan kelompok agar penyebaran siswa berdasarkan point
yang didapat pada tes awal tersebar secara homogen. Selain itu dalam tes awal ini
dapat digunakan untuk menunjuk ketua atau asisten yang memimpin suatu
kelompok. Dalam proses pengelompokan juga didasarkan pada prestasi belajar
sebelumnya, dalam hal ihi nilai ulangan harian materi pokok sebelumnya.
2) Tahap Penyajian Materi Pelajaran
Pada tahap ini bahan-bahan atau materi pelajaran diperkenalkan melalui
penyajian kelas. Pada penyajian materi ini dilakukan melalui:
a) Pengajaran kelompok
Jika terdapat materi pelajaran yang kurang dipahami dalam suatu
kelompok maka kelompok tersebut dapat meminta guru menjelaskan materi yang
belum dipahami tersebut, sedangkan kelompok yang lain yang sudah paham dapat
melanjutkan pekerjaannya.
b) Pengajaran Seluruh Kelas
Pengajaran ini dilakukan pada akhir proses pembelajaran. Guru
menyimpulkan penekanan materi yang dianggap penting. Dalam pembelajaran,
keaktifan siswa sangat diharapkan melalui latihan pengajaran.
c) Kegiatan Kelompok
Setelah terbagi dalam kelompok-kelompok, masing-masing individu
mengerjakan tugas yang diberikan guru melalui lembar kerja pada guru mereka.
Meraka bekerja satu tim, jika terdapat kesulitan dipecahkan secara bersama-sama
dengan kelompoknya. Setelah selesai mengerjakan secara mandiri kemudian
saling mencocokkan dengan teman sekelompoknya. Paket soal yang terdapat di
LKS diberikan menurut tingkat kesukaran soal, diurutkan dari soal yang mudah
dilanjutkan ke soal yang sukar dan juga sesuai dengan urutan materi, dari materi
yang mudah dilanjutkan ke materi yang sulit. Setelah paket soal selesai dikerjakan
maka dicocokkan dengan kelompok lain untuk mengukur keberhasilan dari
kelompok untuk kemudian diberikan nilai oleh guru.
Slavin (1995: 101-102) menyatakan bahwa pembelajaran koperatif tipe
TAI mempunyai kelebihan-kelebihan sebagai berikut:
1) Guru akan terlibat secara minimal dalam pengaturan dan pengecekan rutin
2) Guru akan menggunakan paling sedikit separuh waktunya mengajar dalam
kelompok-kelompok kecil.
3) Pelaksanan program baik untuk guru atau siswa cukup sederhana
4) Siswa akan termotivasi pada hasil secara teliti dan cepat
5) Para siswa dapat mengecek pekerjaan satu sama lain
6) Mengurangi perilaku yang mengganggu
7) Mengurangi konflik antar pribadi
8) Program ini sangat membentu siswa yang lemah.
9) Menimbulkan sikap positif siswa.
Di samping kelebihan tersebut, pembelajaran kooperatif tipe TAI juga
terdapat kekurangan-kekurangan antara lain, dibutuhkan biaya yang besar dan
waktu yang lama untuk pembuatan dan pengembangan perangkat pembelajaran.
Apabila siswa dalam kelas cukup besar, maka guru akan mengalami kesulitan
dalam membimbing siswa yang membutuhkan bimbingan, sehingga diperlukan
beberapa guru dalam pelaksanan pembelajaran tersebut.
b. Peta Konsep
1) Pengertian Peta Konsep
Menurut Oemar Hamalik (2003: 162)” Suatu konsep adalah suatu kelas
atau kategori stimuli yang memiliki ciri-ciri umum.Konsep-konsep tidak terlalu
kongruen dengan pengalaman pribadi kita tetapi menyajikan usaha-usaha manusia
untuk mengklasifikasikan pengalaman kita. Konsep adalah suatu yang sangat
luas”. Konsep bersifat abstrak dan universal. Menurut Arends (1997: 288), konsep
merupakan sarana seseorang dalam mengklasifikasikan suatu objek dan jaringan
pemikiran (ide) untuk menentukan prinsip dan aturan, dan semua itu merupakan
pondasi dari bagaimana jaringan pemikiran atau ide dapat tersusun, guna
menuntun seseorang dalam berpikir.
Konsep dibedakan atas konsep konkret dan konsep yang didefinisikan.
Konsep konkret adalah pengertian yang menunjuk pada aneka objek dalam
lingkungan fisik. Sedangkan konsep yang didefinisikan adalah konsep yang
mewakili realitas hidup, tetapi tidak langsung menunjuk pada realitas dalam
lingkungan hidup fisik, karena realitas itu tidak berbeda ( W.S. Winkel, 2005:
113). Pengetahuan seseorang mengungkapkan suatu pengertian atau kesadaran
akan objek, kejadian, dan ide. Pemikiran yang ada dalam otak perlu diungkapkan
dalam skema pemikiran ataupun kerangka pemikiran seseorang akan sesuatu hal,
salah satu cara adalah dengan menuliskan skema pemikirannya dalam suatu peta
konsep (concept mapping).
Ausebel dalam bukunya yang berjudul Educational Phsycologi A Cognitif
View menyatakan bahwa “The most important single factor influencing learning is
what the learner already knows. Ascertainthis and teach him accordingly”.
Pernyataan tersebut kurang lebih bermakna : faktor paling penting yang
mempengaruhi belajar adalah apa yang telah diketahui siswa. Yakinilah ini
dajarilah ia demikian (Ratna Wilis Dahar, 1989: 117). Bertolak dari kenyataan
Ausebel tersebut, Novak (1985) dalam bukunya Learning How To Learn dalam
Ratna Wilis Dahar (1989: 122) mengemukakan suatu gagasan yang dapat
membantu guru untuk mengetahui apa yang telah diketahui siswa dengan
pertolongan peta konsep atau pemetaan konsep.
Menurut Martinis Yamin (2006: 118) “Peta konsep adalah menyatakan
hubungan-hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk
proposisi-proposisi”. Proposisi-proposisi merupakan dua atau lebih konsep-
konsep yang dihubungkan oleh kata-kata dalam suatu unit semantic. Dalam kata
yang kita buat terdiri dari satu kata yang dapat dihubungkan antara satu dengan
yang lainnya sehingga membentuk proposisi. Menurut Novak dan Gowin (Paul
Suparno,1997: 56) “ Peta konsep adalah suatu bagan skematis untuk
menggambarkan suatu rangkaian pernyataan”.
Pada peta konsep, konsep yang lebih inklusif diletakkan di atas konsep
yang kurang inklusif kemudian dihubungkan dengan kata penghubung. Konsep
yang lebih khusus ditempatkan dibawahnya dan dihubungkan lagi dengan kata
penghubung. Konsep yang inklusif dapat dihubungkan dengan beberapa konsep
yang kurang inklusif. Konsep yang paling inklusif diletakkan pada puncak pohon
konsep (Rusmansyah, 2003).
Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa
yang mereka lihat, dengar, rasakan, dan alami. Belajar bermakna terjadi bila siswa
bila siswa menghubungkan fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan
mereka. Ini terjadi melalui konsep, perubahan konsep yang telah ada, yang akan
mengakibatkan pertumbuhan dan perubahan struktur konsep yang telah dipunyai
siswa yang akan tertuang dalam peta konsep.
2) Ciri-ciri Peta Konsep
Menurut Martinis Yamin (2006: 125) ciri-ciri peta konsep adalah a) Peta
konsep adalah bentuk dari konsep-konsep atau proposisi-proposisi suatu bidang
studi agar lebih jelas dan bermakna. b) Peta konsep merupakan suatu gambar yang
berbentuk dua dimensi dari suatu bidang studi, atau bagian dari bidang studi yang
memperlihatkan tata hubungan antara konsep-konsep. Di samping itu juga
memperlihatkan bentuk belajar kebermaknaan dibanding dari cara belajar bentuk
lain dengan tidak memperlihatkan hubungan-hubungan konsep. Peta konsep
memperlihatkan hubungan konsep satu dengan yang lain. c) Setiap konsep
memiliki bobot yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, dapat berbentuk
aliran, air, cabang pohon, urutan-urutan kronologis dan lain sebagainya. d) Peta
konsep berbentuk hirarkis, manakala suatu konsep di bawahnya terdapat beberapa
konsep, maka konsep itu akan lebih terurai secara jelas sehingga apapun yang
berkaitan dengan konsep tersebut akan timbul seperti; fungsi, bentuk, contoh,
tempat dan sebagainya.
3) Cara Membuat Peta Konsep
Pembuatan peta konsep dilakukan dengan menbuat suatu sajian visual atau
suatu diagram tentang bagaimana ide-ide penting atau suatu topik tertentu
dihubungkan satu sama lain (Trianto 2007: 160). Untuk membuat suatu peta
konsep, siswa dilatih untuk mengidentifikasikan ide-ide kunci yang berhubungan
dengan suatu topik dan menyusun ide-ide tersebut dalam suatu pola logis.
Menurut Trianto (2007: 160), langkah-langkah dalam membuat peta konsep
sebagai berikut : memilih suatu bahan bacaan, menentukan konsep-konsep yang
relevan, mengurutkan konsep-konsep dari yang inklusif ke yang kurang inklusif,
menyusun konsep-konsep tersebut dalalm bagan, konsep yang inklusif diletakkan
di bagian atas atau puncak peta lalu dihubungkan dengan kata penghubung.
Dalam proses belajar dengan strategi peta konsep dilaksanakan diskusi
kelompok, sehingga ide-ide yang terkumpul dalam diskusi dapat dituangkan
dalam peta konsep. Belajar dengan diskusi kelompok adalah metode mengajar
dengan mengkondisikan peserta didik dalam suatu group/ kelompok sebagai satu
kesatuan dan diberikan tugas untuk dibahas dalam kelompok tersebut. Menurut
Moedjiono dalam Mulyani Sumantri dan Johar Permana (2001), “Metode kerja
kelompok adalah format belajar mengajar yang menitikberatkan kepada interaksi
antara anggota yang lain dalam suatu kelompok guna menyelesaikan tugas-tugas
belajar secara bersama-sama”.
Peta konsep menggambarkan jalinan antarkonsep yag dibahas dalam bab
yang bersangkutan yaitu materi bioteknologi. Konsep dinyatakan dalam bentuk
istilah atau label konsep. Konsep-konsep dijalin secara bermakna dengan kata-
kata penghubung sehingga dapat membentuk proposisi. Satu proposisi
mengandung dua konsep dan kata penghubung. Konsep yang satu mempunyai
cakupan yang lebih luas daripada konsep yang lain. Dengan kata lain konsep yang
satu lebih inklusif daripada konsep yang lain.
Pada peta konsep, konsep yang lebih inklusif diletakkan diatas konsep
yang kurang inklusif kemudian dihubungkan dengan kata penghubung. Konsep
yang lebih khusus ditempatkan dibawahnya dan dihubungkan lagi dengan kata
penghubung. konsep yang paling inklusif diletakkan pada puncak pohon konsep.
Konsep ini disebut kunci konsep. Konsep pada jalur yang satu dapat dihubungkan
dengan konsep pada jalur yang lain dengan kata penghubung. Hubungan ini
disebut dengan ikatan silang. Ikatan silang menunjukkan keterpaduan antarjalur
pengembangan konsep dalam satu bahasan yang disebut penyesuaian integratif.
4) Macam-macam Peta Konsep
Menurut Nur (2000) dalam Trianto (2007 : 161-165), peta konsep ada
empat macam yaitu :
a) Pohon Jaringan
Ide-ide pokok dibuat dalam persegi empat, sedangkan beberapa kata yang
lain pada garis-garis penghubung. Kata–kata pada garis penghubung memberikan
hubungan antara konsep-konsep. Cabangkan konsep-konsep yang berkaitan itu
dari konsep utama dan berikan hubungannya pada garis-garis itu.
b) Rantai Kejadian
Peta konsep rantai kejadian dapat digunakan untuk memberikan suatu
urutan kejadian, langkah-langkah dalam suatu prosedur, atau tahap-tahap dalam
suatu proses. Dalam membuat rantai kejadian, pertama-tama temukan satu
kejadian yang mengawali rantai itu. Kejadian ini disebut kejadian awal, kemudian
temukan kejadian berikutnyadalam rantai itu dan lanjutkan sampai mencapai
hasil.
c) Peta Konsep Siklus
Rangkaian kejadian tidak menghasilkan hasil final. Kejadian terakhir pada
rantai itu menghubungkan kembali ke kejadian awal. Karena tidak ada hasil dan
kejadian terakhir itu menghubungkan kembali ke kejadian awal, siklus itu
berulang dengan sendirinya.
d) Peta Konsep Laba-Laba
Peta konsep laba-laba dapat digunakan untuk curah pendapat. Melakukan
curah pendapat ide-ide berangkat dari suatu ide sentral, sehingga dapat
memperoleh sejumlah besar ide yang bercampur aduk. Banyak ide-ide ini yang
berkaitan dengan ide sentral namun belum tentu jelas hubungannya satu sama
lain.
5) Manfaat Peta Konsep
(Gawith,1998; Bruce,et al,1993; Sia. A.P,1995) yang dikutip dalam
Rusmansyah (2007). Dalam pembelajaran, penggunaan peta konsep dapat
memberikan manfaat yaitu :
1) Bagi guru
a) Membantu untuk mengerjakan apa yang telah diketahui dalam bentuk
yang lebih sederhana, merencanakan dan memulai suatu topik
pembelajaran, serta mengolah kata kunci yang akan digunakan dalam
pembelajaran
b) Membantu untuk mengingat kembali dan merevisi konsep pembelajaran,
membuat pola catatan kerja dan belajar yang sangat baik untuk keperluan
presentasi
c) Membantu untuk mendiagnosa apa yang telah diketahui para siswa dalam
bentuk struktur yang mereka bangun dalam bentuk kata-kata
d) Membantu untuk mengetahui adanya miskonsepsi dari para siswa,
contohnya dari ujian akan tergambar kemampuan siswa mengolah idenya
dalam bentuk grafik ataupun penggunaan visual yang representatif
e) Membantu untuk mengecek pemahaman siswa akan konsep yang akan
dipelajari, dimana peta konsep yang dibuat siswa benar atau masih salah
f) Membantu untuk memperbaiki kesalahan konsep yang diterima siswa
sebagai dasar untuk pembelajaran selanjutnya sehingga akhirnya efektif
untuk merubah kesalahan konsep yang diterima siswa
g) Membantu untuk merencanakan instruksional pembelajaran dan
evaluasinya ataupun untuk mengukur keberhasilan tujuan instruksional
pembelajaran
2) Bagi siswa
a) Membantu untuk mengidentifikasi kunci konsep,
menaksir/memperkirakan hubungan pemahaman dan membantu dalam
pembelajaran lebih lanjut
b) Membantu membuat susunan konsep pelajaran menjadi lebih baik
sehingga mudah untuk keperluan ujian
c) Membantu menyediakan sebuah pemikiran untuk menghubungkan konsep
pembelajaran
d) Membantu untuk berpikir lebih dalam dengan ide siswa dan menjadikan
para siswa mengerti benar akan pengetahuan yang diperolehnya
e) Mengklarifikasi ide yang telah diperoleh siswa tentang sesuatu dalam
bentuk kata-kata
f) Membuat suatu struktur pemahaman dari bagaimana semua fakta-fakta
(fakta baru dan eksis) dihubungkan dengan pengetahuan berikutnya
g) Belajar bagaimana mengorganisasi sesuatu mulai dari informasi, fakta, dan
konsep ke dalam suatu konteks pemahaman, sehingga terbentuk
pemahaman yang baik dan menuliskannya dengan benar.
Dengan menggunakan peta konsep dalam pembelajaran maka dapat
diperkirakan kedalaman dan keluasan konsep yang perlu diajarkan kepada siswa.
Kaitan konsep yang satu dengan yang lain bagi siswa merupakan hal yang
terpenting dalam belajar, sehingga apa yang dipelajari oleh siswa akan lebih
bermakna, lebih mudah diingat dan lebih mudah dipahami, diolah serta
dikeluarkan kembali bila diperlukan.
c. Metode Konvensional atau Ceramah
Metode konvensional merupakan suatu teknik pengajaran yang biasa
digunakan oleh suatu sekolah. Tiap-tiap sekolah mempunyai karakteristik metode
pengajaran tersendiri dalam penyampaian materi. Hal ini dipengaruhi oleh
berbagai hal, baik dari pengajar, siswa ataupun lingkungan dari sekolah. Metode
ini sejak dulu sering dipakai dan paling banyak digunakan guru dalam proses
belajar mengajar. Sejak dulu metode ini telah digunakan sebagai alat komunikasi
antara guru dan anak didik dalam interaksi edukatif. Metode konvensional ini di
sekolah yang masih banyak digunakan adalah ceramah.
Berdasarkan Kamus Bahasa Indonesia dinyatakan bahwa kata
konvensional mempunyai arti sama dengan tradisional. Menurut Syaiful Bahri
Jamarah (2006: 97) bahwa metode ceramah adalah cara penyajian yang dilakukan
guru dengan penuturan atau penjelaan lisan secara langsung kepada siswa.
Roestiyah N.K (1991: 137) berpendapat bahwa “metode ceramah adalah
suatu cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan keterangan informasi
atau uraian tentang persoalan serta masalah secara lisan. Metode ceramah ini
berbentuk penjelasan konsep, prinsip, dan fakta. Pada akhir tatap muka dilakukan
tanya jawab.
Margono (1998) menyatakan: "Pengajaran klasikal atau pembelajaran
tradisional adalah pengajaran yang kita kenal sehari-hari di mana guru mengajar
sejumlah siswa dalam suatu ruangan dan mempunyai tingkat kemampuan
tertentu." Dalam hal ini kelas disusun berdasarkan asumsi bahwa siswa
mempunyai kesamaan dalam minat, kepentingan, kecakapan dan kecepatan
belajarnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode konvensional atau
ceramah merupakan metode di mana guru mengajar dengan jalan memberikan
informasi dan pengetahuan secara lisan berupa penjelasan, konsep, prinsip dan
fakta kepada peserta didik yang umumnya pasif untuk mencapai tujuan
pengajaran.
Banyak pendapat mengatakan bahwa metode ceramah atau metode
konvensional merupakan metode klasik, namun masih banyak digunakan hingga
sekarang bahkan metode ini paling banyak digunakan. Hal ini dapat dimaklumi
karena ceramah paling mudah dilakukan oleh guru, apalagi karena guru sudah
terbiasa dan umumnya belum merasa puas serta belum merasa mengajar apabila
belum banyak berceramah. Demikian pula siswa, karena telah terbiasa belajar
dengan mendengarkan penjelasan guru atau ceramah, maka merasa tidak puas dan
terasa belum belajar kalau belum ada ceramah dari guru.
Metode ceramah ini juga mempunyai keterbatasan yang dapat menjadi
kendala dalam proses pembelajaran, antara lain:
a. Keberhasilan siswa tidak terukur
b. Perhatian dan motivasi siswa sulit diukur
c. Peran siswa dalam pembelajaran rendah
d. Materi kurang terfokus
e. Pembicaraan sering melantur
Dalam pelaksanannya, metode ceramah mempunyai beberapa kelebihan
dan kekurangan yang diungkapkan oleh Syaiful bahri Jamarah (2006: 97) sebagai
berikut:
a. Kelebihan metode ceramah
1) Guru mudah menguasai kelas
2) Mudah mengorganisasikan kelas/ tempat duduk
3) Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar
4) Mudah mempersiapkan dan melaksanakan
5) Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik.
b. Kekurangan metode ceramah
1) Mudah menjadi verbalisme (pengertian kata-kata)
2) Anak didik yang lebih tanggap dari sisi visual akan menjadi rugi dan anak
didik yang lebih tanggap dari sisi auditnya dapat lebih besar
menerimanya.
3) Bila selalu digunakan dan terlalu, akan membosankan
4) Sukar mengontrol sejauh mana pemerolehan belajar anak didik
5) Meenyebabkan anak didik menjadi pasif.
2. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan hasil akhir yang dicapai oleh anak didik dalam
mengikuti seluruh program studi yang telah direncanakan dalam rangkaian
kegiatan belajar, biasa dinyatakan dengan nilai-nilai yang diperoleh melalui tes
formatif. Tes formatif diperoleh melalui ujian formatif yang memuat sebagaian
bahan pelajaran untuk mencapai sebagaian hasil belajar. Bidang hasil belajar
dalam penilaian tes formatif itu misalnya adalah ulangan harian, tes sisipan 1, tes
sisipan 2, yang isinya merupakan sebagaian dari bahan pelajaran.(Masidjo. 1995:
25).
Menurut Suharsimi Arikunto (1995:36), dewasa ini dikenal tiga ranah
perilaku yang dapat dijadikan acuan untuk mengembangkan instrument penilaian.
Tiga ranah perilaku tersebut adalah ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah
psikomotor.
a. Ranah Kognitif (Pengetahuan / Pemahaman)
Ranah ini menitikberatkan pada proses intelektual. Bloom (1956) dalam
Pophan (2003: 63) menyatakan tingkatan-tingkatan dalam ranah ini adalah:
1) Pengetahuan,
Pengetahuan mencakup ingatan tentang hal-hal khusus, atau hal-hal yang
umum tentang metode-metode dan proses-proses. Harus diperhatikan bahwa
ciri pokok ranah ini adalah ingatan.
2) Pemahaman
Taraf ini mencakup bentuk pengertian yang paling rendah. Taraf ini
berhubungan dengan sejenis pemahaman yang menunjukkan bahwa siswa
mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan.
3) Penerapan (Aplikasi)
Aplikasi mencakup digunakannya abstraksi dalam situasi yang khusus
dan kongkret. Abstraksi yang digunakan dapat prosedur, gagasan umum, atau
metode yang digeneralisasikan.
4) Analisis (Pengkajian)
Analisis mencakup penguraian suatu ide-ide ke dalam unsur-unsur
pokoknya, sedemikian hierarki menjadi jelas.
5) Sintesis
Sintesis mencakup kemampuan menyatukan unsur-unsur dan bagian-
bagian sehingga merupakan suatu keseluruhan.
6) Evaluasi.
Menyangkut penilaian bahan dan metode untuk mencapai tujuan tertentu.
b. Ranah Afektif
Menurut Oemar Hamalik (2002: 81.) ranah afektif adalah sikap, perasaan,
dan karakteristik moral yang merupakan aspek-aspek penting dalam
perkembangan siswa. Menurut Pophan (2003: 63) ranah ini dibagi daiam lima
tingkatan, yaitu:
1) Memperhatikan
Memperhatikan ini mengenai kepekaan terhadap fenomena-fenomena
dan perangsang-perangsang tertentu, yaitu menyangkut kesediaan siswa untuk
menerima atau memperhatikan.
2) Merespons
Siswa sudah memiliki motivasi yang cukup sehingga ia bukan saja "mau
memperhatikan", melainkan sudah memberikan respon.
3) Menghayati nilai
Dalam tingkatan ini tampak bahwa siswa sudah menghayati nilai tertentu.
4) Mengorganisasikan
Dalam mempelajari nilai-nilai, siswa-siswa menghadapi situasi yang
berhubungan lebih dari satu nilai. Karena itu siswa perlu mengorganisasikan
nilai-nilai menjadi suatu sistem.
5) Memperhatikan atau perangkat nilai
Pada taksonomi afektif tertinggi ini siswa telah mendarahdagingkan
nilai-nilai sedemikian rupa sehingga dalam prakteknya ia sudah dapat
digolongkan sebagai orang yang memegang nilai atau perangkat nilai tersebut.
c. Ranah Psikomotorik
Ringkasan sistem taksonomi untuk segi psikomotorik dikemukakan oleh
Simpson dalam Pophan (2003: 32) sebagai berikut:
1) Persepsi
Langkah pertama dalam melakukan kegiatan yang bersifat motoris ialah
menyadari obyek. Sifat atau hubungan-hubungan melalui indra.
2) Set
Kesiapan untuk melakukan suatu tindakan atau untuk bereaksi tehadap
suatu kejadian menurut cara tertentu. Ada tiga aspek, yaitu:
a) Aspek intelektual
b) Aspek fisis
c) Aspek emosional
3) Respon terbimbing
Respon inilah tingkat permulaan dalam mengembangkan ketrampilan
motoris. Yang ditekankan adalah kemampuan-kemampuan yang merupakan
bagian dari ketrampilan yang lebih kompleks.
4) Respon mekanistik.
Pada taraf ini siswa sudah yakin akan kemampuannya dan sedikit banyak
terampil melakukan suatu perbuatan.
5) Respon kompleks.
Pada taraf ini individu dapat melakukan perbuatan motoris yang boleh
dianggap kompleks, karena pola gerakan yang dituntut sudah kompleks
(Pophan et all, 2003: 64).
a. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Faktor-faktor yang mempengauhi hasil belajar banyak sekali, secara garis
besar dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Menurut
Ngalim Purwanto (1990: 101) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi berhasil tidaknya belajar adalah:
Faktor kematangan, kecerdasan, latihan, keadaan rumah tangga, guru dan
cara atau metode yang digunakan dalam mengajar, alat-alat yang digunakan,
lingkungan dan motivasi sosial. Faktor tersebut perlu dikondisikan dengan benar
agar siswa dapat memberikan prestasi belajar yang baik. Seorang guru harus
mampu membangkitkan semangat siswa untuk mengerahkan seluruh
kemampuannya pada saat proses belajar sedang berlangsung. Jika faktor ini
diperhatikan dengan baik maka besar kemungkinan harapan bahwa siswa dapat
menunjukkan prestasi belajar yang baik dan menggembirakan.
b. Fungsi Penilaian Belajar.
Hasil penilaian proses belajar akan memperlihatkan sejauh mana prestasi
belajar siswa. Menurut Muhibin Syah (2004; 142) Evaluasi belajar mempunyai
fungsi-fungsi sebagai berikut:
a. Fungsi administratif untuk penyusunan daftar nilai dan pengisian buku
rapor;
b. Fungsi promosi untuk menetapkan kenaikan atau kelulusan;
c. Fungsi diagnostik untuk mengidentifikasi kesulitan belajar siswa dan
merencanakan program remedial teaching atau pengajaran perbaikan;
d. Sumber daya BP untuk memasok data siswa tertentu yang memerlukan
bimbingan dan penyuluhan;
e. Bahan pertimbangan dan pengembangan pada masa yang akan datang
yang meliputi pengembangan kurikulum, metode dan alat-alat belajar
mengajar.
Sementara itu Cronbach dalam Oemar Hamalik (2002: 204) menyatakan
bahwa:
Fungsi penilaian bukan hanya untuk menentukan kemajuan belajar siswa,
tetapi sangat luas, diantaranya adalah:
1. Membantu siswa untuk merealisasikan dirinya untuk mengubah
perilakunya;
2. Membantu siswa mendapatkan kepuasan terhadap apa yang
dilakukannya;
3. Membantu guru untuk mengetahui apakah metode yang digunakan
sudah tepat;
4. Membantu guru untuk membuat pertimbangan administrasi.
Beberapa fungsi penilaian di atas mampu memberikan gambaran kepada
siswa dan guru maupun orang tua mengenai hasil belajar yang telah dicapai siswa.
Oleh karena itu siswa diharapkan mampu meningkatkan aktivitas belajar di rumah
maupun di sekolah, sedangkan bagi guru dan orang tua agar lebih mengarahkan
anaknya untuk belajar lebih banyak melalui motivasi dan bimbingannya.
c. Pengukuran Hasil Belajar
Dalam pengukuran hasil belajar atau evaluasi, dibutuhkan suatu alat
pengukur hasil tersebut. Menurut Slameto (2003:29) ada dua teknik penilaian
yaitu:
1) Tes
Tes sudah ada distandarisasikan atau sudah dibakukan, artinya mengalami
proses kesahihan atau validitas dan keandalan atau reliabilitas untuk suatu tujuan.
Menurut Sumadi Suryabrata (1997: 327):
Suatu tes adalah reliable apabila tes itu mempunyai keajegan hasil atau
konsistensi. Artinya tes itu sama dengan dirinya sendiri. Jika suatu tes itu
diberikan pada sekelompok subyek yang sama atau hampir sama, maka tes
tersebut mempunyai rcliabilitas yang tinggi. Jenis tes terdiri dari tiga bentuk yaitu:
a). Tes lisan
b). Tes tulis
c). Tes tindakan
Jenis tes tersebut biasanya digunakan untuk menilai isi proses belajar
mengajar, misalnya aspek pengetahuan, kecakapan, ketrampilan, dan pemahaman
terhadap pelajaran yang telah diberikan oleh guru.
2) Non Tes
Menurut Slameto (2003: 30) alat-alat khusus untuk melaksanakan teknik
non tes ini dapat dilakukan melalui pengamatan, wawancara, angket, hasil
karya/laporan, karangan dan skala sikap. Menurut Muhibin Syah (1995: 54),
mengukur keberhasilan siswa dengan berdimensi kognitif atau ranah cipta dapat
dilakukan dengan berbagai cara, baik dengan cara tes tertulis maupun tes lisan dan
perbuatan. Sedangkan dalam penyusunan instrument tes prestasi siswa yang
berdimensi afektif atau ranah rasa, jenis-jenis prestasi internalisasi dan
karakterisasi harus mendapat perhatian yang khusus. Alasannya, karena kedua
jenis prestasi ranah rasa itulah yang lebih banyak dalam mengendalikan sikap dan
perbuatan siswa.
Dalam ranah rasa yang dicari bukan benar atau salah, melainkan sikap atau
kecenderungan untuk setuju atau tidak setuju. Jadi tidak sama dengan evaluasi
ranah cipta yang secara prinsip bertujuan mengungkapkan kemampuan akal
dengan salah dan benar. Alat penilaian afektif ini berbentuk non tes. Ada dua hal
yang penting untuk diukur dalam ranah afektif, yang pertama yaitu kompetensi
afektif dan yang kedua adalah sikap serta minat terhadap suatu pelajaran.
Sedangkan untuk ranah psikomotor dapat dilakukan dengan cara observasi
tentang ketrampilan siswa dan gerak gerik siswa dalam mengikuti pelajaran serta
kemampuan siswa dalam menerapkan keahliannya. Dalam aspek psikomotorik ini
dapat dilihat dari kegiatan siswa seperti memilih, menirukan, meragakan,
menyusun, merangkai, menggunakan, memperbaiki dan kemampuan lain yang
berhubungan dengan keahlian yang dimiliki siswa.
3. Hakikat Bioteknologi
Bioteknologi merupakan salah satu materi pokok dalam bidang studi Biologi,
dimana berdasarkan pada kurikulum 2004 telah diajarkan pada siswa kelas X SMA
pada semester genap, Standar kompetensi yang harus dicapai siswa pada materi
pokok ini adalah : siswa mampu menjelaskan Bioteknologi, prinsip-prinsip, peran,
dan implikasinya bagi teknologi dan sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
Pada materi pokok Bioteknologi ini menyangkut beberapa subpokok bahasan
diantaranya adalah 1. Pengertian Bioteknologi, 2. Peran Bioteknologi dalam
kehidupan, 3. Implikasi dan dampak dari Bioteknologi.
a. Pengertian Bioteknologj.
Bioteknologi merupakan teknologi yang memanfaatkan mikroorganisme atau
agen hayati atau bagian organisme untuk menghasilkan barang dan jasa dalam skala
industri untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Bioteknologi modern memanfaatkan agen hayati atau bagian dari organisme
yang telah direkayasa secara invitro untuk menghasilkan barang dan jasa dalam skala
industri. Penerapan bioteknologi biasanya mencakup produksi sel atau biomasa dan
perubahan atau transformasi kimia yang diharapkan meliputi: pembentukan produk
akhir yang diharapkan (enzim, antibiotik, asam organik dll.) dan penguraian bahan
baku (buangan air limbah, buangan industri, tumpahan minyak). Teknik yang
digunakan dalam Bioteknologi:
1) Fermentasi yaitu dengan memanfaatkan mikroorganisme misalnya jamur
dll. Yang digunakan secara anaerob atau tanpa menggunakan oksigen.
2) DNA rekombinan
3) Kultur jarinagan yaitu memanfaatkan sebagaian dari organ tertentu dari
organisme untuk dibiakkan pada media khusus.
4) Kloning
5) Transfer embrio
6) Hibridoma
b. Peran Bioteknologi bagi kehidupan.
Bioteknologi dikembangkan untuk meningkatkan nilai bahan mentah dengan
memanfaatkan kemampuan mikroorganisme atau bagian-bagiannya. Bioteknologi
berperan sangat besar bagi sains, karena menambah konsep baru dalam bidang
biologi. Sedang bagi teknologi adalah munculnya teknik baru dalam memanfaatkan
bahan organik dari makhluk hidup. Bioteknologi bagi lingkungan dapat
memanfaatkan bahan organik yang tidak terpakai menjadi bahan yang berguna dan
membersihkan lingkungan.
Untuk pemanfaatan produk Bioteknologi dapat dilihat pada tabel di
bawah:
Tabel 2. Manfaat Bioteknologi.
Produk Keterangan
Yogurt, keju Bahan dasar berupa susu yang difermentasikan oleh
Streptococcus termopilus, Lactobaccilus bulgaricus
Mentega Bahan dasar berupa susu yang difermentasikan oleh Streptococcus lactis.
Kecap Fermentasi kedelai yang dilakukan oleh Aspergilus soyae atau
Aspergillus orizae
PTS Protein yang dihasilkan oleh organisme bersel tunggal
seperti spirulina, chlorella, protein sel tunggal
Interferon Untuk pengobatan berbagai penyakit yang diderita pasien, juga untuk
mengobati jenis kanker tertentu
Anti bodi
monoklonal
Untuk mendiagnosis jenis penyakit, juga untuk meningkatkan daya
tahan tubuh terhadap kanker dan penyakit lainnya
Hormon
pertumbuhan
Untuk mengobati kekerdilan atau (Dwarfisme ) digunakan pula untuk
meningkatkan produk susu daging hewan ternak
Antibiotik Untuk mengobati penyakit yang dihasilkan melalui teknik peleburan
atau fusi sel
c. Implikasi dan dampak Bioteknologi
Dengan ditemukan rekayasa genetika ternyata ada masalah-masalah
bahaya baru yang berasal dari proses dan produk rekayasa genetika itu sendiri,
yang berdampak terhadap lingkungan sosial, ekonomi, etika, dan perkembangan
dan falsafah biologi itu sendiri.
1) Dampak tehadap etika
Terutama etika lingkungan, etika sosial, etika agama. Contoh:
pemindahan gen dari spesies satu ke spesies lain, pemindahan gen hewan ke
manusia.
2) Dampak tehadap kesehatan
Gen yang masuk ke dalam tubuh hewan dapat mempengaruhi gen yang
lain, sehingga menimbulkan racun, alergi, sakit dan bahkan kematian.
3) Dampak sosial ekonomi
Menaiknya produk susu sapi melalui hasil RG hingga 20 %
menyebabkan petani tradisional tergusur, sehingga kesenjangan ekonomi
semakin besar.
4) Dampak tehadap lingkungan
Pelepasan Genetic Engineerin Organisms (GEO) menyebabkan polusi
biologi.
B. Kerangka Berpikir
Proses pengajaran yang telah dilakukan sebelum adanya kurikulum KBK
pengajaran hanya terpusat pada guru saja, sedangkan siswa hanya sebagai
pendengar. Hal ini menyebabkan kemampuan siswa kurang berkembang, karena
siswa menjadi tidak aktif dan cenderung menerima begitu saja apa yang
disampaikan oleh guru. Keadaan semacam ini harus diubah, agar siswa dapat
terlibat secara langsung dalam proses mengajar, dengan tujuan dapat mengubah
pola pikir mereka dari sekedar memahami materi melalui mendengar menjadi
memahami konsep dan prinsip keilmuan yang harus dikuasai oleh setiap siswa.
Untuk itu perlu adanya pengembangan dalam proses belajar mengajar itu sendiri.
Yang termasuk di dalamnya adalah pengubahan metode mengajar atau perubahan
cara mengajar yang seluruhnya harus dimulai dari setiap komponen dari
pendidikan yang meliputi guru, siswa dan metode mengajar.
Metode mengajar mempunyai peran yang sangat penting dalam berhasil
tidaknya siswa memperoleh/menyerap informasi pelajaran yang diterimanya.
Karena baik tidaknya suatu metode mengajar dipengaruhi oleh beberapa faktor,
misalnya siswa, tujuan, fasilitas, dan pengajar, maka perpaduan dari pengaruh
faktor-faktor itulah yang menjadi pertimbangan utama untuk menentukan model
mana yang paling baik untuk secara optimal berpengaruh terhadap faktor-faktor
tersebut. Metode mengajar berperan dalam menentukan keberhasilan siswa dalam
belajar. Penggunaan metode mengajar yang sesuai materi, maka minat siswa
untuk memperhatikan pelajaran lebih besar dan akan lebih mudah memahami
materi yang disampaikan.
Proses pencapaian kompetensi itu dapat dikembangkan melalui pemilihan
strategi belajar yang baik yang meliputi pembelajaran dengan tatap muka dan
pengalaman belajar siswa. Pengalaman belajar merupakan kegiatan yang
melibatkan fisik dan mental yang dilakukan oleh siswa dalam berintcraksi dengan
lingkungannya serta dengan bahan ajarnya. Pengalaman belajar didapat siswa saat
siswa berusaha untuk menguasai kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Untuk
dapat menguasai pengalaman belajar yang lebih baik maka perlu adanya metode
pengajaran yang lebih bervariasi.
Metode pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) merupakan
salah satu metode yang dikembangkan oleh beberapa ahli. Metode TAI adalah
metode pengajaran secara berkelompok di mana terdapat seorang siswa yang lebih
mampu berperan sebagai asisten yang bertugas membantu secara individual siswa
lain yang kurang mampu dalam suatu kelompok. Pada metode pengajaran ini guru
hanya sebagai fasilitator dan mediator. Metode pengajaran TAI ini diharapkan
dapat memotivasi siswa saling membantu anggota kelompoknya sehingga tercipta
semangat dalam sistem kompetensi dengan lebih mengutamakan peran individu
tanpa meninggalkan aspek koopertif. Sedangkan peta konsep digunakan untuk
menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk
proposisi-proposisi. Konsep-konsep ini dihubungkan oleh kata-kata sehingga
membentuk suatu unit. Dalam bentuk sederhana peta konsep terdiri dua konsep
yang dihubungkan oleh kata penghubung sehingga memperlihatkan kaitan-kaitan
konsep yang bermakna bagi orang yang menyusunnya.
Dari kerangka berpikir di atas dapat diduga bahwa ada perbedaan
pencapaian hasil belajar siswa pada pembelajaran Biologi dengan menggunakan
metode TAI yang disertai penyusunan peta konsep dan konvensional.
Gambar 1. Paradigma Penelitian
Keterangan:
X : Metode pembelajaran
XI : Metode TAI yang disertai penyusunan peta konsep
X2 : Metode konvensional
Yl : Hasil belajar dengan metode TAI yang disertai penyusunan peta
konsep
Y2 : Hasil belajar dengan metode konvensional
C. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran di atas dapat diajukan
hipotesis sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan penggunaan metode pembelajaran TAI yang disertai
penyusunan peta konsep dan pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar
biologi siswa kelas X Semester II SMA Negeri 2 Karanganyar Tahun
Pelajaran 2006/2007.
2. Metode TAI yang disertai penyusunan peta konsep efektif digunakan dalam
pembelajaran Biologi siswa kelas X Semester II SMA Negeri 2 Karanganyar
Tahun Pelajaran 2006/2007.
X
X1 Y1
X2 Y2
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penclitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Karanganyar
Tahun pelajaran 2006/2007.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan secara bertahap yang secara garis besar dapat di bagi menjadi tiga
tahap, yaitu tahap persiapan, tahap penelitian, dan tahap penyelesaian.
a. Tahap persiapan
Tahap persiapan meliputi pengajuan judul skripsi, permohonan izin survai, dan
konsultasi instrumen penelitian pada pembimbing. Tahap ini dimulai pada bulan April 2007.
b. Tahap penelitian
Tahap penelitian meliputi kegiatan yang berlangsung di lapangan, yaitu uji coba
instrumen dan pengambilan data. Tahap ini dilaksanakan pada bulan Mei 2007.
c. Tahap Penyelesaian
Tahap penyelesaian meliputi analisis data dan penyusunan laporan. Tahap ini
dilaksanakan pada bulan Juni 2007 - selesai.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen semu (Quasi experimental research),
karena tidak mungkin mengontrol semua variabel yang relevan. Sumadi Suryabrata (1997 : 33)
menyatakan bahwa tujuan penelitian eksperimental semu adalah untuk memperoleh informasi
yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang
sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol atau memanipulasi
semua variabel yang relevan."
Eksperimen ini berupa pengajaran dengan menggunakan metode TAI yang disertai
penyusunan peta konsep dan konvensional (ceramah), Pada penelitian ini menggunakan dua
kelas, satu sebagai kelompok kontrol dan yang satu sebagai kelas eksperimen. Dari penelitian ini
siswa yang diperlakukan sebagai kelompok kontrol adalah kelompok siswa yang dikenai metode
ceramah. Sedangkan kelompok eksperimen adalah kelompok siswa yang dikenai metode TAI
yang disertai penyusunan peta konsep. Pada akhir eksperimen kedua kelompok tersebut diukur
hasil belajarnya dengan menggunakan alat ukur yang sama, yaitu tes bentuk obyektif. Kedua
kelompok diasumsikan sama dalam semua segi dan hanya berbeda dalam pemberian metode
pembelajaran.
Sebelum memulai perlakuan, terlebih dahulu mengecek kemampuan awal dari kedua
kelompok, untuk memperoleh siswa yang seimbang kemampuan awalnya. Data yang digunakan
untuk menguji keseimbangan adalah nilai Ujian akhir Semester (UAS) semester gasal bidang
studi IPA Biologi.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Randomized control-groups only design
(Nasir, 1999:281). Pada akhir eksperimen kedua kelompok diberikan tes, hasilnya kemudian
dibandingkan, dengan rancangan penelitian sebagai berikut:
Tabel 3. Pola Penelitian
Pretest Perlakuan Pcsttest
Kel. Percobaan - X1 Tl
Kel. Kontrol - X2 T2
Keterangan:
XI : Perlakuan dengan menggunakan metode pembelajaran TAI yang disertai
penyusunan peta konsep.
X2 : Perlakuan dengan menggunakan metode (ceramah).
Tl : Hasil post test dengan metode pembelajaran TAI yang di disertai penyusunan peta
konsep.
T2 : Hasil post test kelompok kontrol dengan metode konvensional (ceramah).
Pada akhir eksperimen semua kelompok tersebut diukur dengan menggunakn alat ukur
yang sama, yaitu soal-soal tes pencapaian hasil belajar Biologi. Hasil pengukuran dianalisis dan
dibandingkan dengan uji statistik yang digunakan.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Sumanto (1995: 39) berpendapat bahwa “yang dimaksud dengan populasi adalah
kelompok dimana seorang peneliti akan memperoleh hasil penelitian yang disamaratakan
digeneralisasikan). Suatu populasi mempunyai sekurang-kurangnya satu karakteristik yang
membedakan populasi itu dengan kelompok-kelompok yang lain”.
Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2006: 130) menyatakan bahwa “populasi adalah
keseluruhan subjek penelitian”.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMAN 2 Karanganyar
semester genap tahun pelajaran 2006/2007.
2. Sampel Penelitian
Suharsimi Arikunto (2006: 131) menyatakan bahwa “sampel adalah sebagian atau wakil
populasi yang diteliti”. Sedangkan menurut M. Iqbal (2001: 84) “sampel adalah bagian dari
populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas
dan lengkap yang dianggap dapat mewakili populasi.”
Sesuai pendapat tersebut maka sampel dalam penelitian ini adalah dua kelas dari delapan
kelas yang ada dalam populasi. Pembagian kedua tersebut antara lain sebagai berikut:
a. Kelas eksperimen (pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI) yang
disertai penyusunan peta konsep)
b. Kelas kontrol (pembelajaran Konvensional (ceramah))
3. Teknik Pengambilan Sampel
Dalam pengambilan sampel, penulis berpedoman pada pernyataan Suharsimi Arikunto
(2006: 134) “untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik
diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi, jika jumlah
subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih”.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sistem Cluster
Random Sampling, sebagaimana dijelaskan oleh Sumanto (1995:44) bahwa pemilihan sampel
“cluster random sampling adalah pemilihan sampel di mana yang dipilih secara random bukan
individual, tetapi kelompok-kelompok”. Dari delapan kelas yang menjadi populasi kemudian
diacak dan diambil dua kelas sebagai sampel, yaitu X.2 sebagai kelas eksperimen dan X.4
sebagai kelas control.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang menjadi sumber obyek pengamatan dan sebagai faktor yang
berperan dalam peristiwa yang diteliti.
Variabel dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
a. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang dipilih untuk dicari pengaruhnya terhadap variabel
terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini meliputi:
1) Pembelajaran dengan menggunakan metode TAI yang disertai penyusunan peta konsep.
2) Pembelajatan dengan metode Konvensional.
b. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang kehadirannya dipengaruhi oleh variabel yang lain,
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah belajar biologi ranah kognitif, ranah afektif, dan
ranah psikomotorik.
2. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk pengumpulan data ada dua macam,
yaitu metode tes dan metode dokumentasi.
a. Teknik Dokumentasi
Suharsimi Arikunto (2002 : 206) menjelaskan bahwa Dokumentasi adalah mencari data
mengenai hal - hal atau berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen,
legger, agenda dan sebagainya.
Teknik dokumentasi lebih mudah digunakan dibanding teknik lain karena apabila ada
kekeliruan sumber datanya belum berubah. Pada metode dokumentasi yang diamati bukan benda
hidup tapi benda mati.
Dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan nilai ulangan
terakhir (UAS) semester satu mata pelajaran biologi yang digunakan untuk menguji
keseimbangan kemampuan awal antara kelompok penelitian dan kelompok kontrol.
b. Teknik Tes
Suharsimi Arikunto (2002:198) menyatakan bahwa Tes adalah serentetan pertanyaan atau
latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan
atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Data yang diperoleh digunakan untuk
mengukur hasil belajar siswa ranah kognitif, sebelum diujikan kepada siswa soal tersebut
diujicobakan kepada kelompok ujicoba. Hasil ujicoba digunakan untuk analisis item.
c. Teknik Angket
Bentuk angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk ceklist yaitu bentuk
angket dimana pengisi angket tinggal memberi tanda cek (V) pada kolom yang telah disediakan.
Angket digunakan untuk mengambil data tentang prestasi belajar pada siswa yang ditinjau dari
hasil belajar pada ranah afektif (Sumarsih, 2007).
d. Teknik Observasi
Teknik ini digunakan untuk memperoleh data tentang prestasi belajar psikomotorik siswa
selama proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru (Anita Wulandari, 2006)
3. Instrumen Penelitian
a. Instrumen Tes
Tes digunakan untuk mengukur pencapaian hasil belajar siswa aspek kognitif. Tes yang
digunakan dalam penelitian ini adalah buatan guru. Langkah-langkah penyusunan instrument tes
:
1) Proses spesifikasi data
Ditekankan pada penyusunan konsep yang menjadi pusat perhatian, kemudian dapat
diukur dan menentukan indikator.
2) Penyusunan kisi-kisi tes
Dari variable dan indikator yang telah dirumuskan dapat dibuat kisi-kisi tes. Kisi-kisi tes
dapat diperoleh pedoman penyusunan item pertanyaan maupun pernyataan beserta
jumlahnya, sehingga keseluruhan aspek dapat tercakup.
3) Penyusunan item tes
Dari kisi-kisi tes yang telah dibuat, disusun item soal / tes
4) Perbaikan soal tes
Instrumen tes yang baik adalah instrument yang telah diujicobakan kepada kelas lain
kemudian baru diterapkan pada kelas kelas eksperimen dan control. Instrument tes yang baik
dapat diketahui dengan terlebih dahulu mencari taraf kesukaran, daya pembeda, validitas dan
reliabilitasnya.
1) Uji Validitas
Validitas adalah kesesuaian suatu hal yang diukur dengan alat ukurnya, Suatu instrumen
yang valid akan mempunyai validitas tinggi.
Uji Validitasnya dengan menggunakan rumus Korelasi Product Moment, dari Karl
Pearson. Sebuah instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan
dapat mengungkapkan data yang diteliti dengan tepat. Untuk mengukur ketepatan data tersebut
menurut Suharsimi Arikunto (2006 : 170) digunakan teknik uji validitas yang dikemukakan Karl
Pearson dengan rumus :
2222xy)y(yN)x(xN
)y)(x(xyNR
Keterangan:
R xy : koefisien korelasi antar variabel x dan variabel y
X : jumlah skor masing-masing item soal
Y : jumlah skor masing-masing siswa
∑ xy : Jumlah perkalian x dan y
∑x2
: Jumlah kuadrat x
∑y2 : Jumlah kuadrat y
N : Jumlah subyek
Taraf signifikan yang dipakai dalam penelitian ini adalah 5%
Klasifikasi validitas soal ditunjukkan oleh Tabel 4.
Tabel 4. Klasifikasi Validitas
Koefisien Korelasi Kualifikasi
0,91 - 1,00
0,71 - 0,90
0,41 - 0,70
0,21 - 0,40
Negatif - 0,20
Sangat tinggi
Tinggi
Cukup
Rendah
Sangat rendah
Sumber ( Masidjo, 1995 : 141)
Kreteria item dinyatakan valid apabila rxy > rtabel. Sedang criteria item dinyatakan tidak
valid (drop) apabila rxy < rtabel.
Dari data try out item soal, hasil uji validitas instrument tes kognitif diperoleh 5 dari 40
soal invalid dan di drop atau tidak dipakai.
2) Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat
dipercayakan untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah
baik.
Uji reliabilitas yang digunakan adalah rumus Kuder-Richardson (K-R 20) dari Suharsimi
Arikunto (2006 : 188).
2
2
111 St
PiqiSt
N
Nr
Keterangan
r11 :indeks reliabilitas instrumen.
p : proposi subyek yang menjawab item dengan benar.
q : proposi subyek yang menjawab item dengan salah (q-l-p)
pq : jumlah hasil perkalian antara p dan q
N : cacah butir instrumen
St2 : Variansi total
Klasifikasi koefisien reliabilitas:
0,80 ≤ r11 < 1,00 : Sangat tinggi (ST)
0,60 ≤ r11 < 0,80 : Tinggi (T)
0,40 ≤ r11 < 0,60 : Cukup (C)
0,20 ≤ r11 0,40 : Rendah (R)
0,00 ≤ r11 < 0,20 : sangat rendah
Dari data try out item soal, hasil uji reliabilitas instrument tes kognitif diperoleh 5 dari 45
soal invalid dan di drop atau tidak dipakai.
3) Tingkat Kesukaran
Taraf kesukaran suatu soal ditujukan dengan indeks kesukaran. Indeks kesukaran adalah
bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal.
Pengujian tingkat kesukaran soal dipergunakan rumus soal dari Masidjo (1995:189-192)
sebagai berikut :
IK= maksimalskorN
B
Keterangan :
IK : Indeks kesukaran
B : Jumlah jawaban yang benar
N : Jumlah siswa
Skor maksimal : Besarnya skor yang dituntut oleh suatu jawaban Benar dari suatu item.
Kualifikasi indeks kesukaran sebagai berikut :
0,81 - 1,00 : Mudah sekali
0,61 - 0,80 : Mudah
0,41 - 0,60 : Sedang/cukup
0,21-0,40 : Sukar
0,00 - 0,20 : Sukar sekali
Sumber ( Masidjo, 1995 : 192)
4) Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan antara siswa yang
pandai dengan siswa yang kurang pandai. Menurut Marsidjo ( 1995 : 198 - 201 ), daya pembeda
soal disebut juga indeks diskrimiriasi yang dapat dicari dengan rumus sebagai berikut:
ID = maksimalskorNKBatauKAN
KA
Keterangan :
ID : Indeks diskriminasi
KA : Jumlah jawaban yang benar diperoleh dari siswa yang tergolong
kelompok atas.
KB : Jumlah jawaban yang benar diperoleh dari siswa yang tergolong
kelompok bawah
NKA atau N : Jumlah siswa yang tergolong kelompok atas dan bawah
Kualifikasi daya pembeda adalah sebagai berikut :
0,80 - 1,00 : Sangat berbeda
0,60 - 0,79 : Lebih membedakan
0,40 - 0,59 : Cukup membedakan
0,20 - 0,39 : Kurang membedakan
Negatif - 0,19 : Sangat kurang membedakan.
Sumber (Masidjo, 1995 : 201)
b. Instrumen Angket
Angket digunakan untuk mengambil data tentang hasil belajar ranah afektif. Data yang
diperoleh dari ujicoba angket digunakan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas angket.
Angket yang telah tersusun ini kemudian digunakan untuk mengukur tingkat sikap ilmiah siswa
terhadap pelajaran biologi.
Bentuk angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk ceklist yaitu bentuk
angket dimana pengisi angket tinggal memberi tanda cek (V) pada kolom yang telah disediakan.
Alternative jawaban tiap item ada lima.
Untuk item positif skor yang diberikan mulai dari 4 sampai 0. Keterangan
penyekorannya adalah sebagai berikut :
1) Untuk jawaban selalu (SL) diberikan skor 4 yang menunjukkan sikap dan minat yang
paling tinggi.
2) Untuk jawaban sering (SR) diberikan skor 3 yang menunjukkan sikap dan minat
yang tinggi.
3) Untuk jawaban kadang (KD) diberikan skor 2 yang menunjukkan sikap dan minat
sedang.
4) Untuk jawaban jarang (J) diberikan skor 1 yang menunjukkan sikap dan minat
rendah.
5) Untuk jawaban tidak pernah (TP) diberikan skor 0 yang menunjukkan sikap dan
minat yang paling rendah.
Untuk item negatif skor yang diberikan kebalikan dari item positif. Keterangan
penyekorannya adalah sebagai berikut :
1) Untuk jawaban selalu (SL) diberikan skor 0 yang menunjukkan sikap dan minat yang
paling rendah.
2) Untuk jawaban sering (SR) diberikan skor 1 yang menunjukkan sikap dan minat
rendah.
3) Untuk jawaban kadang (KD) diberikan skor 2 yang menunjukkan sikap dan minat
sedang.
4) Untuk jawaban jarang (J) diberikan skor 3 yang menunjukkan sikap dan minat tinggi.
5) Untuk jawaban tidak pernah (TP) diberikan skor 4 yang menunjukkan sikap dan
minat yang paling tinggi.
Instrument angket perlu diuji untuk mengetahui validitas dan reliabilitas angket.
1) Validitas
Untuk menguji validitas instrument angket aktivitas belajar siswa sama dengan
menguji validitas instrument tes dengan menggunakan korelasi produk-moment.
2) Reliabilitas
Untuk menguji reliabilitas angket menurut Suharsimi Arikunto (2006 :196)
digunakan rumus alpha
2
2
11σt
σb1
1k
kr
Keterangan:
r11 : indeks reliabilitas instrumen
σb2
: jumlah varian butir
k : cacah butir instrumen
σt2
: variansi total
c. Instrument observasi
Instrument penilaian psikomotor berupa lembar penilaian observasi kinerja (Performance
assessment). Bentuk instrument ini digunakan untuk kompetensi yang berhubungan dengan
praktek. Perangkat tes ini diisi oleh guru atau asisten laboratorium sesuai dengan kriteria skor
untuk tiap-tiap aspek yang dinilai.
E. Teknik Analisis Data
1. Uji Kesamaan Kcmampuan Awal Siswa
Uji kesamaan kemampuan awal dilakukan untuk mengetahui apakah ada kesamaan
kemampuan awal antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebelum diberi perlakuan,
yaitu dengan menganalisa data dokumentasi yang berupa nilai ujian akhir semester 1 mata
pelajaran biologi yang melipuiti aspek kognitif.
Adapun rumus yang digunakan adalah uji Z sesuai dengan teknik dari Budiyono (2004:
149), dengan langkah - langkahnya adalah sebagai berikut:
a. Hipotesis
Ho : 1 = 2 (kedua kelompok sampel memiliki kemampuan awal sama)
H1 : 1 2 (kedua kelompok sampel memiliki kemampuan awal berbeda)
b. Taraf Signifikasi (a) = 0,05
c. Statistik Uji yang digunakan :
2
2
2
1
2
1
21
nn
)xx(Z
N (0,1)
222
n
X
n
X
Keterangan :
1X = mean dari sampel kelompok eksperimen TAI yang disertai penyusunan peta konsep
2X = mean dari sampel kelompok kontrol
2
1 = variasi dari kelompok eksperimen TAI yang disertai penyusunan peta konsep
2
2 = variasi dari kelompok kontrol
n1 = ukuran sampel kelompok eksperimen TAI yang disertai penyusunan peta konsep
n2 = ukuran sampel kelompok kontrol
Menentukan daerah kritik (DK): 2
Z|Z|Z
d. Keputusan Uji
Tolak Ho jika Zhitung terletak di daerah kritik.
e. Kesimpulan
1) Kedua kelompok sampel memiliki kemampuan awal sama jika Ho diterima.
2) Kedua kelompok sampel memiliki kemampuan awal berbeda jika Ho ditolak.
2. UJi Prasarat Analisis
a. Uji Normalitas
Tujuan dari uji normalitas ini adalah untuk mengetahui apakah sampel penelitian ini
berasal populasi yang normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan
metode Liliefors menurut Sudjana (2002: 263). Adapun prosedur uji normalis populasi dengan
menggunakan metode Liliefors adalah sebagai berikut:
1) Menentukan hipotesis
Ho : Sampel berasal dari populasi yang terdistribusi normal.
Hi : Sampel tidak berasal dari populasi yang teristribusi normal.
2) SatistikUji
Lo : Maks F(zi) - S (zi)
Dimana:
F(zi) : P(Z > Zi) Z N(0,1)
S (zi) : Proposi cacah Z Zi
Zi : Skor standar
S
XXZ
i
1
3) Daerah kritik
DK = { Lo/La > La, n}
Lo > L a, n yang didapat dari Liljefors pada tingkat signifikasi dan derajat kebebasan n
(ukuran sampel)
4) Keputusan Uji
Ho ditolak jika L € DK atau diterima jika € DK
5) Menentukan Kriteria Pengujian
Terima Ho, jika 2
hitung < 2
tabel dengan DK = 3 = 0,05 berarti sampel berasal dari populasi
yang terdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Uji ini dipakai untuk mengetahui apakah dua kelompok: sampel dalam penelitian
memiliki varaian yang homogen. Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji Bartlett
sesuai dengan uji dari Sudjana (2002:263) dengan langkah - langakah sebagai berikut:
Menentukan hipotesis not (Ho)
Ho : Kelompok data nilai siswa eksperimen dan kelas kontrol homogen
Hi : Kelompok data nilai siswa eksperimen dan kelas kontrol tidak homogen.
Menghitung variasi gabungan dari semua sampel dengan rumus :
)1n(
S)1n(S
1
2
12
Menghitung harga satuan B, dengan rumus :
2
= (In 10) (B- (ni – l)log Si2), dk = k – 1
Kriteria uji
Terima Ho jika 2
hitung < 2
tabel yang berarti sampel homogen.
3. Uji Hipotesis
Dalam penelitian ini untuk menguji hipotesis yang ada dilakukan dengan menggunakan
uji t-test atau uji t pihak kanan dari Sudjana (2002: 239), dengan langkah - langkah sebagai
berikut:
Hipotesis
Ho : i = 2 : rata - rata hasil belajar siswa kelas eksperimen sama dengan rata - rata hasil belajar
kelas kontrol.
Hi : i > 2 : rata - rata hasil belajar siswa kelas eksperimen tidak sama dengan rata - rata hasil
belajar kelas kontrol
Kriteria : jika thitung < ttabel maka Ho diterima, dan
jika thitung > ttabel maka Ho ditolak
tingkat signifikansi: = 0,05
statistik uji:
T =
21
21
n
1
n
1S
XX
S = 2nn
S)1n(S)1n(
21
2
22
2
1
Keterangan:
1X = nilai rata-rata metode TAI yang disertai penyusunan peta konsep
2X = nilai rata-rata metode ceramah
n1 = jumlah siswa kelompok kontrol
S2 = variasi kelompok eksperimen
S = veriasi gabungan
Dk = {t Z < –
2Z atau Z <
2Z }
Keputusan uji Ho ditolak jika Z € DK
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Berkaitan dengan hipotesis yang telah dikemukakan pada bab II maka diperlukan adanya
data-data yang perlu dianalisa untuk mengetahui terbukti atau tidaknya hipotesis. Data ini berupa
nilai prestasi belajar siswa pada materi pokok Bioteknologi. Nilai prestasi belajar ini meliputi
nilai kognitif, afektif dan psikomotor. Data-data tersebut diambil dari kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Data diambil dari siswa kelas X SMU N 2 Karanganyar tahun pelajaran
2006/2007 sebanyak 2 kelas, dengan jumlah sampel sebanyak 92 siswa. Untuk lebih jelasnya
deskripsinya data penelitian akan diulas dari masing-masing variabel.
1. Prestasi belajar siswa pada materi pokok bioteknologi
Dari hasil penelitian dengan menggunakan metode belajar yang telah diterapkan maka
menunjukkan prestasi belajar siswa yang berbeda-beda. Sedangkan untuk deskripsi data
penelitian mengenai prestasi belajar dengan menggunakan metode kooperatif model Team
Assisted Individualization (TAI) yang disertai penyusunan peta konsep dan ceramah secara
ringkas disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 5. Rangkuman deskripsi data penelitian
Uraian TAI yang dsertai penyusunan
peta konsep Ceramah
Rerata nilai kognitif 74,5 67,4
Rerata nilai afektif 76,5 72,0
Rerata nilai psikomotorik 73,2 62,0
Data rata-rata nilai hasil penelitian ini dipaparkan dalam set distribusi frekuensi. Hal ini
dilakukan untuk mempermudah dalam pengamatan hasil penelitian. Set distribusi frekuensi
penelitian untuk lebih jelasnya akan dibahas sebagai berikut:
1. Nilai Kognitif Materi Pokok Bioteknologi
a. Distribusi Frekuensi Nilai Kognitif Siswa Kelas Eksperimen
Distribusi frekuensi nilai kognitif siswa kelas eksperimen pada materi pokok
Bioteknologi disajikan dalam tabel dan histogram sebagai berikut:
48
Tabel 6. Distribusi frekuensi nilai kognitif siswa kelas eksperimen
Interval Batas nyata Frekuensi
60 – 64
65 – 69
70 – 74
75 – 79
80 – 84
85 – 89
64,5
69,5
74,5
79,5
84,5
89,5
2
7
17
8
7
4
Gambar 2. Histogram nilai kognitif kelas eksperimen
b. Distribusi frekuensi nilai kognitif siswa kelas kontrol
Distribusi frekuensi nilai kognitif siswa kelas kontrol pada materi pokok Bioteknologi
disajikan dalam tabel dan histogram sebagai berikut:
Tabel 7. Distribusi frekuensi nilai kognitif siswa kelas kontrol
Interval Batas nyata Frekuensi
54 – 58
59 – 63
64 – 68
69 – 73
74 – 78
79 – 83
58,5
63,5
68,5
73,5
78,5
83,5
5
13
5
14
6
4
2
7
17
8 7
4
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
60,5 64,5 69,5 74,5 79,5 84,5 89,5
Fre
ku
en
si
Nilai Kognitif Kelas Eksperimen
60,5 64,5 69,5 74,5 79,5 84,5 89,5
Gambar 3. Histogram nilai kognitif kelas kontrol
2. Nilai Afekif pada Materi Pokok Bioteknologi
a. Distribusi Frekuensi Nilai Afektif Siswa Kelas Eksperimen
Distribusi frekuensi nilai Afektif siswa kelas eksperimen pada materi pokok
Bioteknologi disajikan dalam tabel dan histogram sebagai berikut:
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Nilai Afektif Siswa Kelas Eksperimen
Gambar 4. Histogram nilai Afektif kelas eksperimen
b. Distribusi frekuensi nilai Afektif siswa kelas kontrol
Distribusi frekuensi nilai Afektif siswa kelas kontrol pada materi pokok
Bioteknologi disajikan dalam tabel dan histogram sebagai berikut:
Tabel 9. Distribusi frekuensi nilai kognitif siswa kelas kontrol
5
13
5
14
6
4
0
2
4
6
8
10
12
14
16
54,5 58,5 63,5 68,5 73,5 78,5 83,5
Fre
ku
en
si
Nilai Kognitif Kelas Kontrol
2
5
9
14
9
6
0
2
4
6
8
10
12
14
16
60,5 64,5 69,5 74,5 79,5 84,5 89,5
Fre
ku
en
si
Nilai Afektif Kelas Eksperimen
Interval Batas nyata Frekuensi
60 – 64
65 – 69
70 – 74
75 – 79
80 – 84
85 – 89
64,5
69,5
74,5
79,5
84,5
89,5
2
5
9
14
9
6
54,5 58,5 63,5 68,5 73,5 78,5 83,5
60,5 64,5 69,5 74,5 79,5 84,5 89,5
1
4
8
12
14
8
0
2
4
6
8
10
12
14
16
54,5 58,5 63,5 68,5 73,5 78,5 83,5
Fre
ku
en
si
Nilai Afektif Kelas Kontrol
Interval Batas nyata Frekuensi
54 – 58
59 – 63
64 – 68
69 – 73
74 – 78
79 – 83
58,5
63,5
68,5
73,5
78,5
83,5
1
4
8
12
14
8
Gambar 5. Histogram Nilai Afektif Kelas Kontrol
3. Nilai Psikomotorik pada Materi Pokok Bioteknologi
a. Distribusi Frekuensi Nilai Psikomotorik Siswa Kelas Eksperimen
Distribusi frekuensi nilai Psikomotorik siswa kelas eksperimen pada materi pokok
Bioteknologi disajikan dalam tabel dan histogra sebagai berikut:
Tabel 10. Distribusi Frekuensi Nilai Psikomotorik Siswa Kelas Eksperimen
Interval Batas nyata Frekuensi
50 – 57
58 – 65
66 – 73
74 – 81
82 – 89
90 – 97
57,5
65,5
73,5
81,5
89,5
97,5
8
7
10
8
7
5
8 7
10
8 7
5
0
2
4
6
8
10
12
50,5 57,5 65,5 73,5 81,5 89,5 97,5
Fre
ku
en
si
Nilai Psikomotorik Kelas Eksperimen
50,5 57,5 65,5 73,5 81,5 89,5 97,5
54,5 58,5 63,5 68,5 73,5 78,5 83,5
Gambar 6. Histogram nilai Psikomotorik kelas eksperimen
b. Distribusi Frekuensi Nilai Psikomotorik Siswa Kelas Kontrol
Distribusi frekuensi nilai Psikomotorik siswa kelas kontrol pada materi pokok
Bioteknologi disajikan dalam tabel dan histogram sebagai berikut:
Tabel 11. Distribusi Frekuensi Nilai Psikomotorik Siswa Kelas Kontrol
Interval Batas nyata Frekuensi
40 – 47
48 – 55
56 – 63
64 – 71
72 – 79
80 – 87
47,5
55,5
63,5
71,5
79,5
87,5
5
6
9
21
5
1
Gambar 7. Histogram Nilai Psikomotorik Siswa Kelas Kontrol
B. Uji Prasyarat Analisis
Dalam penelitian ini uji prasyarat analisis yang digunakan adalah uji normalitas dan uji
homogenitas. Pada uji normalitas digunakan uji Liliefors, untuk hasil selengkapnya akan
dijelaskan sebagai berikut:
1. Uji Normalitas
Dalam pengujian normalitas ini digunakan Lillefors dengan menggunakan rumus seperti
yang telah ditulis dalam bab III. Hasil uji normalitas untuk selisih nilai kognitif, afektif dan
5 6 9
21
5
1
0
5
10
15
20
25
40,5 47,5 55,5 63,5 71,5 79,5 87,5
Fre
ku
en
si
Nilai Psikomotorik Kelas Kontrol
40,5 47,5 55,5 63,5 71,5 79,5 87,5
psikmotorik secara lengkap dapat dilihat dalam lampiran dan selanjutnya terangkum dalam tabel-
tabel berikut ini.
Tabel 12. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Kelas Kontrol dan kelas Eksperimen
No. Uji Normalitas Harga L Kesimpulan
Terdistribusi Hitung Tabel
1
2
3
4
5
6
Kognitif kelas eksperimen
Kognitif kelas kontrol
Afektif kelas eksperimen
Afektif kelas kontrol
Psikomotorik kelas eksperimen
Psikomotorik kelas control
0,1137
0,1087
0,0526
0,0013
0,1231
0,1095
0,1321
0,1292
0,1321
0,1321
0,1321
0,1292
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
2. Uji Homogenitas
Dalam penelitian ini, uji homogenitas yang digunakan adalah uji Barttlet. Hasil uji
homogenitas ini secara lengkap dijabarkan dalam tabel-tabel sebagai berikut:
Tabel 13. Ringkasan Hasil Uji homogenitas
No Uji Homogenitas 2 Hitung
2 Tabel Kesimpulan
1
2
3
Nilai kognitif
Nilai afektif
Nilai psikomotorik
0,050
0,0013
0,665
-
3,841
3,841
Homogen
Homogen
Homogen
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa harga 2
hitung kurang dari 2 tabel atau berada
di luar daerah kritis, yang berarti bahwa sampel berasal dari populasi yang homogen.
C. Pengujian Hipotesis
Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan uji statistik uji t satu pihak (uji t pihak
kanan). Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
Ho = Rata-rata prestasi belajar siswa kelas eksperimen (pengajaran dengan metode kooperatif
model TAI yang disertai penyusunan peta konsep) sama dengan rata-rata hasil belajar
siswa kelas kontrol (pengajaran dengan metode ceramah).
Hi = Rata-rata prestasi belajar siswa kelas eksperimen (pengajaran dengan metode kooperatif
model TAI yang disertai penyusunan peta konsep) lebih tinggi dari pada rata-rata hasil
belajar siswa kelas kontrol (pengajaran dengan metode ceramah).
Berdasarkan hasil perhitungan dalam analisis data dengan menggunakan uji t pihak kanan
didapatkan harga thitung yang dipaparkan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 14. Perbandingan antara thitung dan ttabel
Aspek thitung ttabel
Kognitif
Afektif
Psikmotorik
5,090
3,462
4,497
1,665
1,665
1,665
Hasil tersebut menunjukkan bahwa thitung > ttabel, sehingga Ho ditolak. Dengan ditolaknya
Ho berarti Hi diterima. Sehingga pengajaran biologi dengan menggunakan metode kooperatif
model TAI yang disertai penyusunan peta konsep pada pokok bahasa Bioteknologi memberikan
pengaruh yang berbeda bila dibandingkan dengan metode ceramah pada pokok bahasan yang
sama ditinjau dari hasil belajar siswa. Memiliki pengaruh berbeda di sini yaitu metode mengajar
TAI yang disertai penyusunan peta konsep baik bila dibandingkan dengan metode mengajar
ceramah, hal ini ditinjau dari jumlah rerata nilai kognitif, afektif dan psikomotorik, yang dapat
dilihat pada tabel 14 di atas.
D. Pembahasan Hasil Analisis Data
Pada penelitian ini bertujuan untuk membandingkan antara penggunaan metode
kooperatif model TAI yang disertai penyusunan peta konsep dan metode ceramah ditinjau dari
hasil belajar biologi siswa aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Adapun sampel yang
digunakan adalah siswa kelas X SMA N 2 Karanganyar sebanyak 2 kelas. Kelas yang dipakai
untuk penelitian adalah kelas X.2 untuk pembelajaran model kognitif model TAI yang disertai
penyusunan peta konsep, kelas X.4 untuk pembelajaran dengan model ceramah. Untuk
mengetahui apakah sampel yang diambil mempunyai kemampuan awal yang sama maka diuji
dengan menggunakan uji Z. Data yang digunakan untuk uji Z ini diambil dari nilai ulangan akhir
semester gasal. Hasil pengujian menunjukkan bahwa sampel yang digunakan mempunyai
kemampuan awal yang sama.
Dari data penelitian didapatkan nilai rata-rata untuk aspek kognitif kelas TAI yang
disertai penyusunan peta konsep adalah 74,5 dan kelas ceramah 67,4. Sedangkan nilai afektif
kelas TAI yang disertai penyusunan peta konsep adalah 76,5 dan ceramah 72. Untuk rata-rata
nilai psikomotorik kelas TAI yang disertai penyusunan peta konsep adalah 73,2 dan untuk kelas
ceramah adalah 62.
Setelah diadakan uji hipotesis dengan menggunakan uji t maka dapat diketahui bahwa
ada perbedaan pengaruh penggunaan metode yang berbeda, yaitu metode kooperatif model TAI
yang disertai penyusunan peta konsep dan metode ceramah terhadap hasil belajar kognitif,
afektif, dan psikmotorik siswa kelas X pada materi pokok Bioteknologi. Hal ini terbukti pada
pengujian uji t yang menunjukkan hasil thitung > ttabel. Rangkuman hasil uji dapat dilihat pada
tabel 14.
Dari hasil uji t untuk nilai kognitif siswa diperoleh hasil untuk t hitung > ttabel (5,090 >
1,665) yang menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan menggunakan metode
kooperatif TAI yang disertai penyusunan peta konsepdan metode ceramah terhadap hasil belajar
biologi. Sedangkan nilai aspek afektif diperoleh hasil untuk thitung > ttabel ( 3, 462 > 1,665)
yang menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan penggunaan metode kooperatif model
TAI yang disertai penyusunan peta konsep dan metode ceramah terhadap hasil belajar biologi
aspek afektif siswa. Untuk uji t nilai psikomotorik siswa diperoleh hail untuk thitung > ttabel (
4,467 > 1,665) yang menunjukkan bahwa ada perbedaan perbedaan yang signifikan penggunaan
metode kooperatif model TAI yang disertai penyusunan peta konsep dan metode ceramah
terhadap hasil belajar biologi aspek psikomotorik siswa.
Dari hal di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode kooperatif model TAI
yang disertai penyusunan peta konsep dan metode ceramah memiliki pengaruh berbeda
dibandingkan dengan metode ceramah ditinjau dari hasil belajar biologi siswa aspek kognitif,
afektif dan psikomotorik.
Hal ini dikarenakan metode pembelajaran kooperatif model TAI yang disertai penyusunan
peta konsep adalah suatu metode pembelajaran yang menuntut siswa untuk berperan aktif dalam
proses pembelajaran. Dalam pelaksanaanya pengajaran dengan metode ini guru harus
mempersiapkan siswa untuk dapat berinteraksi dengan guru dan dengan siswa yang lain selama
proses belajar mengajar berlangsung sehingga terjadi interaksi 2 arah yaitu dari siswa dan dari
guru.
Pembelajaran model TAI yang disertai penyusunan peta konsep selain setiap siswa
terlibat aktif dalam pembelajaran juga dapat mengembangkan sikap percaya diri sendiri pada diri
siswa tentang apa yang didapatkan pada proses pebelajaran. Konsep yang diperoleh dapat
bertahan lebih lama karena siswa memperoleh konsep sendiri. Metode pembelajaran ini juga
memiliki beberapa kelemahan antara lain adanya kemungkinan hanya beberapa siswa pandai saja
yang terlibat secara aktif dalarn proses belajar mengajar dan yang sebagian hanya pasif serta
menunggu partisipasi dari temannya. Kelemahan yang lain adalah banyaknya waktu yang
diperlukan untuk melakukan metode kooperatif model TAI yang disertai penyusunan peta konsep
sedangkan waktu di sekolah sudah disesuaikan dengan ketentuan yang ditetapkan oleh
kurikulum. Tidak mungkinnya siswa diberi kesempatan untuk membuktikan secara bebas yang
dipermasalahkan juga merupakan kelemahan dari metode kooperatif model TAI yang disertai
penyusunan peta konsep ini.
Pengajaran dengan metode kooperatif model TAI yang disertai penyusunan peta konsep
ini guru tidak memaksakan siswa belajar sesuai keinginan guru, akan tetapi siswa belajar sesuai
dangan minat dan kemampuan siswa. Keberhasilan metode kooperatif model TAI yang disertai
penyusunan peta konsep ini sangat dipengaruhi oleh keaktifan siswa dalam berpartisipasi selama
proses belajar mengajar berlangsung dan dipengaruhi juga kreatifitas dan kemampuan guru
untuk mengelola kelas sehingga kelas selalu dalam keadaan kondusif saat proses belajar
mengajar berlangsung.
Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa model pembelajaran TAI yang disertai
penyusunan peta konsep pada proses pembelajaran bioteknologi lebih efektif dari pada
pembelajaran dengan metode konvensional yaitu metode ceramah baik dari ranah kognitif,
afektif maupun psikomotor siswa. Perbedaan itu berdasarkan nilai rata-rata aspek kognitif 74,5 >
67,4, afektif 76,5 > 72, dan psikomotor 73,2 > 62. Hasil analisis dari nilai rata-rata ini di ubah
dalam bentuk persen sehingga didapat untuk ranah kognitif 52,50% > 47,50%, afektif 51,51% >
48,49% dan psikomotor 54,14% > 45,86%.
Dari uraian di atas dapat diketahui dan disimpulkan bahwa model pembelajaran TAI yang
disertai penyusunan peta konsep pada proses pembelajaran bioteknologi dan metode ceramah
memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa. Mengenai keefektifan dari kedua metode
tersebut pembelajaran TAI yang disertai penyusunan peta konsep pada proses pembelajaran
bioteknologi lebih efektif daripada pembelajaran dengan metode ceramah dilihat dari ketiga
ranah tersebut pada siswa kelas X.2 SMA N 2 Karanganyar, karena SMA ini merupakan SMA
berkembang yang masih dalam tahap menuju perguruan tinggi yang berkualitas.
Dalam kegiatan KBM belum begitu ada perkembangan yang sesuai dengan kurikulum
KBK, dimana pembelajaran masih berorientasi pada penguasaan materi semata dan masih teks
book. Sehingga metode ini dapat digunakan sebagai salah satu metode alternatif untuk
penyampaian materi bioteknologi. Selama proses pembelajaran yang telah dilakukan terlihat
kelompok eksperimen secara nyata lebih baik daripada kelompok kontrol karena keaktifan siswa
pada kelompok eksperimen lebih tinggi, di samping itu karena adanya kerja sama yang baik
antar siswa. Pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization menganut sistem
gotong royong yang dapat mencegah timbulnya agresivitas dalam sistem kompetisi dan
keterasingan dalam sistem individu tanpa mengorbankan aspek kognitif. Pembelajaran ini
mampu menciptakan norma-norma proakademik di kalangan siswa yang mempunyai dampak
terhadap hasil belajar siswa. Dengan adanya sistem gotong royong, bagi siswa yang merasa
mampu akan memberikan masukan yang berarti bagi teman kelompoknya pada saat melakukan
diskusi maupun mengemukakan pendapat hampir semua siswa berdiskusi dengan siswa lain
tentang materi yang dipelajari dan semua siswa telah ikut aktif dalam menentukan konsep
penting. Bila seorang siswa telah menguasai struktur dasar, maka mudah baginya untuk
mempelajari materi lain dari bidang studi yang sama, dan siswa akan mudah ingat akan bahan
baru.
Hal ini disebabkan karena siswa telah memperoleh kerangka pengetahuan yang bermakna
dalam bidang studi itu. Penggunaan pembelajaran TAI yang di sertai dengan penyusunan peta
konsep, siswa dapat melihat materi pelajarannya secara jelas dan dapat mempelajarinya dengan
lebih bermakna. Selain itu, siswa dapat menghubungkan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan informasi yang baru diterimanya sehingga siswa dapat dengan mudah memahami materi
yang diajarkan guru. Peta konsep dapat membantu siswa untuk mengorganisasikan konsep ke
dalam struktur yang berarti, memudahkan siswa untuk menyusun dan memahami isi pelajaran
serta meningkatkan memori atau ingatan.
Pada penelitian yang telah dilaksanakan para siswa terlihat sangat antusias dalam
mengikuti pembelajaran dengan metode TAI yang disertai penyusunan peta konsep. Pada proses
pembelajaran yang telah dilakukan terlihat hampir semua siswa berdiskusi dengan siswa lain
tentang materi yang dipelajari, anak yang telah ditunjuk sebagai asisten bekerja sesuai dengan
tugasnya membantu rekan satu kelompok yang kurang mampu dalam memahami materi yang
dipelajari. Anak –anak yang kurang aktif menjadi lebih aktif karena adanya rasa tanggung jawab
pada diri sendiri dan kelompoknya, misalnya tidak malu bertanya kepada temannya apabila
siswa tersebut belum bisa memahami materi. Sebelum adanya pemberian metode TAI yang
disertai penyusunan peta konsep siswa dalam memahami materi hanya dengan menghafal.
Hafalan tersebut tidak bertahan lama dalam ingatan siswa. Hal itu disebabkan kurangnya
pemahaman siswa, siswa hanya menerima materi dari guru. Dengan adanya metode TAI yang
disertai penyusunan peta konsep para siswa mebuat konsep-konsep materi yang dipetakan
dengan bimbingan asisten dan guru sehingga peta konsep yang dibuat bermakna bagi siswa
tersebut. Peta konsep dapat membantu meningkatkan pemahaman materi oleh siswa. Ingatan
siswa menjadi lebih kuat dan tahan lama. Hal ini dibuktikan dengan hasil post tes yang telah
dilakukan.
Bila seorang siswa telah menguasai struktur dasar, maka mudah baginya untuk
mempelajari materi lain dari bidang studi yang sama, dan siswa akan mudah ingat akan bahan
baru. Hal ini disebabkan karena siswa telah memperoleh kerangka pengetahuan yang bermakna
dalam bidang studi itu. Dengan peta konsep, siswa dapat melihat materi pelajarannya secara jelas
dan dapat mempelajarinya dengan lebih bermakna. Selain itu, siswa dapat menghubungkan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan informasi yang baru diterimanya sehingga siswa
dapat dengan mudah memahami materi yang diajarkan guru. Peta konsep dapat membantu siswa
untuk mengorganisasikan konsep ke dalam struktur yang berarti, memudahkan siswa untuk
menyusun dan memahami isi pelajaran serta meningkatkan memori atau ingatan.
Hal ini sejalan dengan penelitian Retna Kusumaningrum (2007 : 82) menunjukkan bahwa
ada pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI)
melalui pemanfaatan LKS terhadap hasil belajar kognitif matematika siswa kelasVIII SMP
Negeri II Semarang tahun Pelajaran 2006/2007 yang ditunjukkan dengan hasil uji t thitung (3,014)
> ttabel (1,66). Pada penelitian Jasti (2009) tentang penerapan peta konsep menunjukkan adanya
perbedaan hasil belajar biologi antara kelompok eksperimen dan kelompok control yang
ditunjukkan hasil uji t, thitung (49,42) > ttabel (1,98). Hal ini berarti bahwa hasil belajar biologi
kelompok eksperimen yang menerapkan peta konsep lebih baik daripadda hasil belajar kelompok
control.
Pembelajaran dengan metode ini memberikan banyak keuntungan, selain siswa terlibat
aktif dalam pembelajaran juga dapat mengembangkan sikap percaya diri. Pada pengajaran
kooperatif model TAI akan memotivasi siswa saling membantu anggota kelompoknya sehingga
tercipta semangat dalam sistem kompetensi dengan lebih mengutamakan peran individu tanpa
mengorbankan aspek kooperatif. Pembelajaran TAI dibentuk dalam berbagai kelompok atau
team dengan maksud membentuk semua anggota agar mengingat materi yang telah diajarkan dan
lebih memahami yang nantinya digunakan dalam mengerjakan lembar kerja. Anggota kelompok
yang mengalami kesulitan dapat bertanya kepada anggota yang telah ditunjuk sebagai ketua atau
anggota lain yang lebih tahu. Kelompok yang mengalami kesulitan dalam memahami suatu
materi dapat meminta guru menjelaskan materi yang belum dipahami tersebut, sedangkan
kelompok lain yang sudah paham dapat melanjutkan pekerjaannya. Metode pembelajaran ini
juga memiliki beberapa kelemahan antara lain adanya kemungkinan hanya beberapa terlibat
secara aktif dalam proses belajar mengajar dan yang sebagian hanya pasif serta menunggu
partisipasi dari temannya. Kelemahan yang lain antara lain banyaknya waktu yang diperlukan
untuk melakukan metode kooperatif model TAI sedangkan waktu di sekolah sudah disesuaikan
dengan ketentuan yang diteapkan oleh kurikulum.
Pada dasarnya siswa masih belajar dengan cara hapalan untuk memahami konsep-konsep
biologi yang ada. Cara hapalan ini mempunyai kelemahan karena informasi yang diterima tidak
dikaitkan dengan ilmu pengetahuan yang diperoleh sebelumnya sehingga konsep-konsep yang
diterima mudah lupa. Untuk meningkatkan pemahaman dalam proses belajar mengajar biologi
maka diusahakan peningkatan pembelajaran biologi dengan menggunakan peta konsep secara
bertahap, sehingga siswa bisa belajar lebih bermakna.
Dalam kelas kontrol metode yang digunakan adalah metode konvensional yaitu metode
ceramah. Dalam pembelajaran ini, siswa cenderung sebagai penerima sedangkan informasi
hanya berasal dari guru. Sehingga proses berjalan satu arah. Siswa kurang berpartisipasi dalam
pencarian konsep. Tugas siswa di dalam kelas adalah mencatat setiap informasi yang berasal dari
guru. Meskipun kadang guru juga menggunakan cara tanya jawab, tetapi ternyata hal itu belum
bisa memancing siswa untuk aktif terlibat dalam pembelajaran. Metode pengajaran ini
mempunyai beberapa kelemahan antara lain, kurang merangsang keingintahuan siswa karena
siswa hanya mengerjakan tugas dan petunjuk yang terdapat pada lembar kerja. Kelamahan yang
lain adalah informasi atau konsep yang diperoleh siswa tidak bertahan lama dalam ingatan siswa
karena siswa tidak menemukan konsep sendiri. Siswa juga tidak terlatih untuk berpikir selama
guru menyampaikan materi pelajaran, sehingga guru akan mendominasi kegiatan belajar
mengajar.
Berdasarkan hasil analisa yang telah diuraikan di atas, maka menggunakan metode
kooperatif model TAI yang disertai penyusunan peta konsep memperoleh hasil positif yaitu
metode kooperatif model TAI yang disertai penyusunan peta konsep menunjukkan hasil yang
lebih baik daripada metode konvensional terhadap hasil belajar siswa pokok bahasan
Bioteknologi pada siswa kelas X SMA N 2 Karanganyar.
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
1. Ada perbedaan yang signifikan pemberian metode pembelajaran kooperatif model TAI yang
disertai penyusunan peta konsep dan konvensional terhadap hasil belajar Biologi materi
pokok Bioteknologi siswa kelas X semester II SMA N 2 Karanganyar pada aspek kognitif,
afektif dan psikomotorik;
2. Metode pembelajaran kooperatif model TAI yang disertai penyusunan peta konsep efektif
digunakan dalam pembelajaran Biologi materi pokok Bioteknologi siswa kelas X semester II
SMA N 2 Karanganyar dilihat dari prosentase masing-masing aspek. Aspek kognitif 52,50%
> 47,50%, aspek afektif 51,51% > 48,49%, dan aspek psikomotorik 54,14% > 45,86%.
B. Implikasi
1. Implikasi Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi bagi sekolah yang
bersangkutan tentang pembelajaran kooperatif model TAI dan peta konsep sebagai informasi
bagi sekolah tentang pemilihan metode untuk digunakan dalam proses belajar mengajar agar
tercapai tujuan pembelajaran.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digeneralisasikan di sekolah yang siswanya memiliki
persamaan dengan sekolah yang digunakan dalam penelitian ini.
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan sehingga dapat digunakan
sebagai salah satu sumber informasi untuk penelitian selanjutnya.
2. Implikasi Praktis
Dari hasil penelitian di atas maka pembelajaran kooperatif model TAI yang disertai
penyusunan peta konsep dapat digunakan dan dikembangkan untuk meningkatkan partisipasi
siswa secara aktif dalam proses belajar. Sehingga dapat digunakan sebagai salah satu alternatif
pembelajaran yang dapat membantu menumbuhkan pemahaman terhadap materi yang diajarkan
dalam meraih hasil belajar yang lebih baik. 62
C. Saran-Saran
1. Guru
a. Guru hendaknya membantu siswa mengkonstruksi pengetahuan dari berbagai informasi yang
didapat dan mendorong keterlibatan aktif siswa dalam pembelajaran.
b. Guru hendaknya memotivasi siswa untuk berani mengemukakan pendapat, mendorong siswa
untuk memecahkan masalah berdasarkan kemampuannya sendiri
c. Guru hendaknya mampu menjadi fasilitator dan mediator dalam setiap kegiatan belajar
mengajar, mampu memberikan masukan-masukan dan membantu siswa yang mengalami
kesulitan.
d. Guru hendaknya mampu menerapkan metode yang tepat dalam mengajar yang mampu
memberikan dampak yang baik terhadap hasil belajar.
2. Siswa
a. Siswa hendaknya berpartisipasi aktif dalam setiap pembelajaran karena pembelajaran
kooperatif yang menggunakan model TAI yang disertai penyusunan peta konsep menuntut
adanya peran serta siswa dalam pelaksanannya sehingga siswa mampu menguasai konsep
yang diajarkan untuk pencapaian kompetensi tertentu.
b. Siswa hendaknya mengaplikasikan ilmu yang didapat dalam kehidupan sehari-hari.
c. Siswa hendaknya lebih kreatif dalam memanfaatkan media pembelajaran yang ada di sekolah
dan di luar sekolah.
d. Siswa diharapkan mampu menentukan cara belajar yang sesuai dengan kemampuannya.
3. Orang Tua
a. Orang tua sebagai pendidik di rumah hendaknya senantiasa memotivasi anak untuk giat
belajar dan memperhatikan siswa selama di rumah
b. Orang tua hendaknya selalu mengontrol dan mengingatkan siswa untuk mengerjakan setiap
tugas yang diberikan sekolah.
c. Orang tua hendaknya menyediakan fasilitas-fasilitas yang dapat digunakan untuk menunjang
kegiatan belajar siswa di rumah.
4. Dinas Terkait
a. Sekolah hendaknya menyediakan kelengkapan yang mendukung proses pembelajaran
b. Pengawas, pemantauan dan pengawasan kepada guru bidang studi terutama jalannya
pembelajaran yang merupakan salah satu hal yang menentukan keberhasilan kegiatan belajar
mengajar.
c. MGMP, membahas lebih dalam tentang pembelajaran yang sesuai dengan materi biologi
karena dengan pembelajaran yang tepat pengalaman belajar akan lebih bermakna.
5. Peneliti
a. Supaya diadakan penelitian dengan menambah materi dan waktu penelitian yang lama agar
mendapatkan data yang lebih baik
b. Bagi para peneliti perlu mengadakan penelitian sejenis yang melibatkan variabel lain yang
lebih berkaitan dengan hasil belajar, sehingga dapat diketahui faktor-faktor yang memiliki
hubungan dengan hasil belajar siswa.
c. Supaya diadakan penelitian dengan metode pembelajaran yang lebih baru dan inovatif.
DAFTAR PUSTAKA
Arends, R. I. 1998. Learning to Teach.4th
Edition. Singapore: Mc Grow-Hill
Budiyono. 2004. Statistika Untuk Penelitian. Surakarta: UNS Press.
Istamar Syamsuri. 2004. Biologi IB Untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga
Jasti. 2009. Pengaruh Peta Konsep Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIII SMP
Negeri 1 Siak Hulu Kabupaten Kampar Tahun Ajaran 2008 – 2009. Skripsi: Pekanbaru.
Margono. 1998. BPK. Strategi Belajar Mengajar. Surakarta: UNS Press.
Martinis Yamin. 2006. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada
Press.
Masidjo. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius.
Muhibin Syah. 2004. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Earn. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Mulyani Sumantri dan Johar Permana. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosda Karya.
Nana Sudjana. 2002. Caret Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru.
Nasir, 1999. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Ngalim Purwanto. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung. Remaja Rosdakarya.
Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Oemar Hamalik. 2002. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Paul Suparno, Paul. 1997. Filsafat Kontruktivitas dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.
Pophan, 2003. Teknik Mengajar Secara Sistematis. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Retna Kusumaningrum. 2007. Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team
Assisted Individualization) Melalui Pemanfaatan LKS (Lembar Kerja Siswa) Terhadap
Hasil Belajar Matematika Sub Pokok Bahasan Jajargenjang dan Belahketupat Pada
Siswa Kelas VII SMPN 11 Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007. Skripsi UNNES.
65
Roestiyah. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Rumansyah. 2001. http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/42/rumansyah.htm (Akses: 19-2-2007)
Sardiman A.M. 1994. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.
Slavin, R.E. 1995. Cooperative Learning Theory Research and Practice, Second Edition.
Boston: Allyn and Bacon.
Sobry Sutikno, M. 2004. Model Pembelajaran Interaksi Sosial Pembelajaran Efektif dan
Retorika. Mataram: NTP Press.
Sudjana. 2002. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Suharsimi Arikunto. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Sumarsih, 2007. Studi Komparasi Pembelajaran Biologi dengan Metode Inkuiri Terpimpin dan
Metode Ceramah disertai LKS pada Siswa VII SMP N 1 Polokarto. Skripsi : UNS.
Suryabrata, S. 1997.Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
W. James Pophan dan Eva L. Baker. 2002. Teknik Mengajar Secara Sistematis. Jakarta: Rineka
Cipta
Winkel. 2005. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.
Wulandari Anita, 2006. Studi Komparasi Antara Metode Group Investigation (GI) dan Metode
Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) serta Metode Konvensional
Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa. Skripsi : UNS.
top related