executive summary - bappeda.banyuwangikab.go.id · penataan ruang wilayah kabupaten, pemerintah...
Post on 08-Jun-2019
217 Views
Preview:
TRANSCRIPT
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS
TUMPANG PITU KECAMATAN PESANGGARAN
EXECUTIVE SUMMARY
BAPPEDA KABUPATEN BANYUWANGI Jl. Jendral Ahmad Yani No. 100
Kabupaten Banyuwangi
TAHUN 2014
E X E C U T I V E S U M M A R Y
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS TUMPANG PITU K e c a m a t a n P e s a n g g a r a n 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penataan ruang merupakan salah satu instrumen yang bernilai strategis untuk
mewadahi proses pembangunan, karena didalamnya terdapat upaya-upaya penanganan
lingkungan, pembangunan ekonomi, pemerataan, dan peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Penataan ruang sebagai sebuah konsep pemikiran atau gagasan, mencakup
penataan semua kegiatan beserta karakteristiknya yang berkaitan dengan ruang.
Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang menetapkan bahwa
lingkup kegiatan pelaksanaan penataan ruang meliputi tiga tahapan, yaitu tahap
perencanaan tata ruang, tahap pemanfaatan ruang, dan tahap pengendalian pemanfataan
ruang. Ketiga tahapan tersebut selayaknya berjalan secara kontinyu tanpa putus dengan
keterkaitan yang utuh dalam suatu kegiatan penataan ruang. Dalam penyelenggaraan
penataan ruang wilayah kabupaten, pemerintah kabupaten mempunyai wewenang dalam
hal perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang
wilayah kabupaten.
Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang pasal 147 dan 148 dijelaskan bahwa pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang
diselenggarakan untuk menjamin terwujudnya tata ruang sesuai dengan rencana tata
ruang. Pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang dilaksanakan melalui pengaturan
zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, dan pengenaan sanksi.
Penyusunan Peraturan Zonasi didasarkan pada RTR KSK kabupaten/kota dan RTR
kawasan strategis kabupaten/kota serta berdasarkan rencana rinci tata ruang untuk setiap
zona pemanfaatan ruang. Peraturan Zonasi berisi ketentuan yang harus/boleh, dan tidak
boleh dilaksanakan pada zona pemanfaatan ruang, ketentuan amplop ruang (KDRH, KDB,
KLB, GSB), ketentuan penyediaan sarana dan prasarana, serta ketentuan lain yang
dibutuhkan untuk mewujudkan ruang yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan.
Peraturan zonasi merupakan ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan
ruang dan ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk setiap blok/zona peruntukan
yang penetapan zonanya ditentukan dalam rencana rinci tata ruang.
Kawasan Tumpang Pitu merupakan kawasan pertambangan yang berada di
Kecamatan Pesanggaran. Kecamatan Pesanggaran berada pada Wilayah Pengembangan
(WP) Banyuwangi Selatan dengan pusat Pengembangan berada di Kota Bangorejo dan
wilayah belakangnya meliputi Kecamatan Siliragung, Purwoharjo, Pesanggaran dan
Tegaldlimo. Fungsi kawasan pada Kecamatan Pesanggaran yaitu sebagai Kawasan
pertanian, Kawasan perikanan, Kawasan peternakan, Kawasan perkebunan, Kawasan
pertambangan, Kawasan pariwisata, Kawasan industri kecil, dan Kawasan lindung.
E X E C U T I V E S U M M A R Y
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS TUMPANG PITU K e c a m a t a n P e s a n g g a r a n 2
Berdasarkan Peraturan daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 8 Tahun 2012
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2012-2032 Pasal 75
dijelaskan bahwa Kawasan Strategis Kepentingan Pendayagunaan Sumberdaya Alam di
Kabupaten Banyuwangi meliputi Kawasan pertanian, kawasan perikanan dan kawasan
pertambangan. Kawasan pertambangan mineral logam berupa tambang emas, perak dan
tembaga berada di Kecamatan Pesanggaran dan Kecamatan Siliragung. Eksisting
kawasan pertambangan emas yang terdapat pada Kawasan Strategis Tumpang Pitu
berada pada kawasan hutan lindung. Kawasan hutan Lindung di Kabupaten Banyuwangi
seluas 57.079 (lima puluh tujuh ribu tujuh puluh sembilan) hektar yang tersebar di wiliayah
Kecamatan Wogosrejo, Kalipuro, Licin, Songgon, Sempu, Glenmore, Kalibaru,
Pesanggaran, Siliragung, Bangorejo, Purwoharjo dan Tegaldlimo.
Untuk memantapkan dan mengoptimalkan fungsi kawasan hutan dalam mendukung
pembangunan nasional dan daerah bagi kemakmuran rakyat, diperlukan perubahan fungsi
penggunaan kawasan hutan atas kawasan hutan lindung menjadi kawasan hutan produksi
tetap pada kawasan strategis Tumpang Pitu. Perubahan fungsi penggunaan kawasan
hutan tersebut Sebagaimana surat Menteri Kehutanan Tanggal 23 Oktober 2013 Nomor
S.618/Menhut-VII/2013 Perihal Persetujuan Prinsip Perubahan Fungsi Sebagian Kawasan
Hutan Lindung Menjadi Hutan Produksi Tetap di BKPH Sukamade, Kecamatan
Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur dan mengacu pada Keputusan
Menteri Kehutanan Republik Indonesia nomor SK.826/Menhut-I/2013 tentang Perubahan
fungsi Antar Fungsi Pokok Kawasan Hutan dari Kawasan Hutan Lindung menjadi Kawasan
Hutan Produksi Tetap yang Terletak di Bagian Kesatuan Pemangku Hutan Sukamade,
Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur Seluas ± 1.942
(Seribu Sembilan Ratus Empat Puluh Dua) Hektar.
Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Tumpang Pitu Kecamatan
Pesanggaran merupakan usulan rencana tata ruang yang nantinya sebagai pedoman
dalam pelaksanaan kebijakan, rencana atau program di lingkup permerintahan Kabupaten
Banyuwangi. Substansi kebijakan, rencana, program yang terdapat di dalam Penyusunan
Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Tumpang Pitu Kecamatan Pesanggaran harus
memperhatikan prinsip keberlanjutan guna meningkatkan kualitas dari produk tata ruang
tersebut. Guna mencapai harapan dari kualitas rencana tata ruang yang berwawasan
lingkungan, maka diperlukan adanya kajian terhadap muatan substansi yang dikaitkan
dengan prinsip pembangunan yang berkelanjutan.
E X E C U T I V E S U M M A R Y
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS TUMPANG PITU K e c a m a t a n P e s a n g g a r a n 3
TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG
Tujuan
Tujuan penataan ruang Kawasan Strategis Tumpang Pitu adalah Mewujudkan
Kawasan Strategis Tumpang Pitu Banyuwangi sebagai kawasan perdesaaan
berkelanjutan berbasis pada pengembangan pariwisata, perikanan, pertanian,
kehutanan dan pertambangan dengan menjaga keseimbangan ekosistem kawasan
dalam rangka pemanfaatan sumber daya alam yang aman dan terkendali.
Kebijakan dan Strategi
a. Pelestarian Kawasan Lindung
Meliputi kebijakan dan strategi pemantapan kawasan hutan lindung, kawasan
rawan bencana tsunami, kawasan rawan tanah longsor dan kawasan sempadan
sungai.
1) Kawasan Hutan Lindung
Kebijakan:
Pemantapan hutan lindung sebagai sebagai perlindungan sistem penyangga
kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi,
dan memelihara kesuburan tanah.
Strategi:
Menyediakan batas-batas hutan lindung yang jelas, sehingga dapat
diketahui masyarakat umum.
Mengawasi dan mencegah kegiatan yang berpotensi merusak hutan
lindung.
2) Kawasan Rawan tsunami dan Sempadan Pantai
Kebijakan:
Penetapan kawasan rawan bencana tsunami dengan areal pengamanan
sama dengan sempadan pantai (100 meter).
Strategi:
Menyiapkan jalur evakuasi lewat Jalan Lokal Pancer-Sumberagung
menuju ke daerah perbukitan yang lokasinya lebih tinggi.
Menyiapkan kawasan perbukitan di utara pantai pulau merah sebagai
titik evakuasi.
Membatasi dengan ketat kegiatan yang dilakukan pada sempadan
pantai.
Melakukan konservasi vegetasi di kawasan sempadan pantai.
E X E C U T I V E S U M M A R Y
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS TUMPANG PITU K e c a m a t a n P e s a n g g a r a n 4
3) Kawasan Rawan Longsor
Kebijakan:
Pengawasan dan pencegahan kegiatan yang dilakukan pada kawasan
rawan longsor.
Strategi:
Membatasi pengembangan kawasan dengan kemiringan lereng lebih dari
40% ditetapkan
4) Kawasan Sempadan Sungai
Kebijakan:
Pengawasan dan pencegahan kegiatan yang dilakukan pada kawasan
sempadan sungai.
Strategi:
Membatasi dengan ketat kegiatan yang dilakukan pada sempadan
sungai.
Melakukan konservasi vegetasi di kawasan sempadan sungai
b. Pengembangan Kawasan Budidaya
Meliputi kebijakan dan strategi pengembangan kawasan pariwisata, kawasan
pertambangan, hutan produksi, fasilitas umum, perumahan, komersial, RTH.
1) Pengembangan Kawasan Pariwisata
Kebijakan:
Pengembangan kawasan pariwisata di kawasan pantai pulau merah, pantai
mustika dan pantai pancer secara terintegrasi.
Strategi:
Mengadakan kegiatan yang menarik sebagai upaya menarik turis
datang secara berkesinambungan.
Menyediakan prasarana dan sarana pariwisata.
Menyediakan transportasi bagi turis yang tidak membawa kendaraan
sendiri.
2) Pengembangan Kawasan Pertambangan
Kebijakan:
Pengembangan Kawasan Pertambangan yang berwawasan lingkungan dan
berkelanjutan.
Strategi:
Menyediakan zona buffer yang membatasi kawasan pertambangan
dengan kawasan wisata.
E X E C U T I V E S U M M A R Y
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS TUMPANG PITU K e c a m a t a n P e s a n g g a r a n 5
Menyediakan hunian tempat tinggal bagi pekerja pertambangan.
Menyediakan jalur transportasi yang terpisah dengan jalur
transportasi umum.
3) Pengembangan Perumahan Perdesaan.
Kebijakan:
Pengembangan perumahan perdesaan di pusat-pusat pertumbuhan yang
potensial dikembangkan sebagai perumahan.
Strategi:
Menyediakan/membangun perumahan kepadatan rendah,
perumahan kepadatan sedang dan perumahan kepadatan tinggi oleh
pengembang dan melalui swadaya masyarakat.
Menyediakan RTH dalam tiap kavling rumah agar tercipta lingkungan
perumahan yang asri.
4) Pengembangan Kawasan Peruntukan Perikanan.
Kebijakan:
Pengembangan kawasan peruntukan perikanan di kawasan pantai pancer.
Strategi:
Meningkatkan kualitas PPI Pancer dengan menyediakan infrastruktur
pendukung yang lebih memadai.
Menjadikan PPI Pancer dan permukiman nelayan sebagai paket
wisata pesisir yang terintegrasi dengan Daya Tarik Wisata lainnya di
pesisir Pancer.
5) Pengembangan kawasan hutan produksi.
Kebijakan:
pemanfaatan kawasan hutan produksi secara berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan.
Stategi:
Mengawasi dan mencegah kegiatan yang berpotensi merusak hutan
produksi.
Memanfaatkan hutan produksi secara berkelanjutan dan tidak
berlebihan.
6) Pengembangan kawasan pertanian dan agropolitan.
Kebijakan:
Intensifikasi kawasan pertanian untuk mendukung pengembangan Kawasan
Agropolitan Pesanggaran.
Strategi:
E X E C U T I V E S U M M A R Y
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS TUMPANG PITU K e c a m a t a n P e s a n g g a r a n 6
Mengoptimalkan lahan pertanian pangan berkelanjutan (LP2B) di
wilayah perencanaan.
Menyediakan jaringan irigasi bagi seluruh lahan pertanian tanaman
pangan.
Mempertahankan dengan tidak mengalihfungsikan lahan pertanian
yang sudah ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan
berkelanjutan
7) Pembangunan sistem jaringan prasarana dan sarana wilayah
Kebijakan:
Penyediaan jaringan prasarana dan sarana secara terpadu dan
berkelanjutan untuk mendukung kegiatan sosial-ekonomi masyarakat dan
pelayanan publik
Strategi:
Mengembangkan jalan kolektor primer dan jalan lokal primer untuk
mendorong perkembangan pembangunan fisik, sosial dan ekonomi
di wilayah perencanaan. Jaringan jalan tersebut terkoneksi ke
permukiman, kawasan wisata dan kawasan pertambangan.
Membangun prasarana energi dan sistem jaringan distribusi untuk
meningkatkan kapasitas, jangkauan dan kualitas layanan energi
listrik secara berkelanjutan di Kawasan Strategis Tumpang Pitu
Banyuwangi;
Membangun sistem prasarana pengolahan air bersih dan sistem
jaringan distribusi untuk meningkatkan kapasitas sediaan, jangkauan,
dan kualitas layanan air bersih secara berkelanjutan di Kawasan
Strategis Tumpang Pitu Banyuwangi;
Membangun dan meningkatkan sistem jaringan telekomunikasi dan
informasi di Kawasan Strategis Tumpang Pitu Banyuwangi untuk
meningkatkan akses informasi bagi masyarakat.
Menyediakan jalur evakuasi, tempat evakuasi dan sistem peringatan
dini pada kawasan pantai pulau merah sebagai antisipasi bencana
tsunami.
Membatasi pengembangan permukiman pada wilayah dengan
kelerengan curam untuk menghindari bencana longsor.
E X E C U T I V E S U M M A R Y
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS TUMPANG PITU K e c a m a t a n P e s a n g g a r a n 7
RENCANA
Rencana Kependudukan
Tabel 5.1 Proyeksi Penduduk di Wilayah Perencanaan Tahun 2015-2035
Tahun Proyeksi
Penduduk
KK
(1) (2) (3)
2015 19.288 4.822
2016 19.362 4.840
2017 19.436 4.859
2018 19.511 4.878
2019 19.585 4.896
2020 19.660 4.915
2021 19.734 4.934
2022 19.809 4.952
2023 19.883 4.971
2024 19.958 4.989
2025 20.032 5.008
2026 20.106 5.027
2027 20.181 5.045
2028 20.255 5.064
2029 20.330 5.082
2030 20.404 5.101
2031 20.479 5.120
2032 20.553 5.138
2033 20.628 5.157
2034 20.702 5.176
2035 20.777 5.194
Sumber : Tim Perencana; 2014
5.1.2 Distribusi Penduduk dan Kepadatan Penduduk
Tabel 5.2 Proyeksi Penduduk Per Blok tahun 2015-2035
Tahun Blok 1 Blok 2
(1) (2) (3)
2015 5.480 13.808
2016 5.507 13.855
E X E C U T I V E S U M M A R Y
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS TUMPANG PITU K e c a m a t a n P e s a n g g a r a n 8
Tahun Blok 1 Blok 2
(1) (2) (3)
2017 5.534 13.902
2018 5.562 13.949
2019 5.589 13.996
2020 5.617 14.043
2021 5.644 14.090
2022 5.672 14.137
2023 5.699 14.184
2024 5.727 14.231
2025 5.754 14.278
2026 5.781 14.325
2027 5.809 14.372
2028 5.836 14.419
2029 5.864 14.466
2030 5.891 14.513
2031 5.919 14.560
2032 5.946 14.607
2033 5.974 14.654
2034 6.001 14.701
2035 6.029 14.748
Sumber : Tim Perencana; 2014
5.2. Rencana Struktur Ruang
Rencana struktur ruang terdiri dari analisa sistem perwilayahan, Rencana
pembagian blok dan pusat pelayanan, analis fungsi wilayah.
5.2.1. Rencana Sistem Perwilayahan
5.2.1.1 Rencana Pusat Kawasan Strategis Tumpang Pitu
Arahan
a. Mengembangkan sub pusat pertumbuhan di Desa Kandangan sesuai potensi yang
dimiliki agar efek pertumbuhan di Desa Sumberagung dapat dirasakan masyarakat
Desa Kandangan.
b. Pusat Pelayanan Kawasan Strategis Tumpang Pitu ditempatkan di pusat perdesaan
Desa Sumberagung.
E X E C U T I V E S U M M A R Y
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS TUMPANG PITU K e c a m a t a n P e s a n g g a r a n 9
pengembangan kegiatan yang menggambarkan fungsi masing-masing bagian wilayah
perencanaan ditunjukkan pada Gambar 4.31.
5.2.1.2 Rencana Pembagian Blok dan Pusat Pelayanan
Arahan
a. Pembagian blok :
Wilayah perencanaan dibagi menjadi 2 blok, yaitu Blok 1 dan Blok 2.
a. Pembagian sub blok :
(1) Blok 1 dibagi menjadi dua Sub Blok, yaitu Sub Blok 1-1 dan Sub Blok 1-2.
(2) Blok 2 dibagi menjadi tiga Sub Blok, yaitu Sub Blok 2-1, Sub Blok 2-2, Sub Blok
2-3 dan Sub Blok 2-4.
c. Pusat pelayanan :
(1) Pusat pelayanan wilayah perencanaan yang merupakan Pusat Pelayanan
Kawasan (PPK) ditempatkan pada Blok 2, yaitu pada permukiman di Desa
Sumberagung yang mulai menunjukkan pengaruh perkotaan.
(2) Pusat pelayanan Blok 1 yang merupakan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)
yang ditempatkan pada aglomerasi fasilitas umum.
(3) Pusat pelayanan Blok 2 Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) ditempatkan pada
lokasi fasilitas umum.
pembagian blok berdasarkan Rencana Penataan Kawasan Strategis Tumpang Pitu 2015-
2035 ditunjukkan pada Gambar 5.3. dan Gambar 5.4.
Gambar 5.1 Konsep pengembangan kegiatan yang menggambarkan fungsi masing-masing bagian blok perencanaan
Sumber : Tim Perencana; 2014
E X E C U T I V E S U M M A R Y
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS TUMPANG PITU K e c a m a t a n P e s a n g g a r a n 10
Gambar 5.2 Arahan Pembagian Blok di Wilayah Perencanaan
E X E C U T I V E S U M M A R Y
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS TUMPANG PITU K e c a m a t a n P e s a n g g a r a n 11
Gambar 5.3 Arahan Pusat Kegiatan di Wilayah Perencanaan
E X E C U T I V E S U M M A R Y
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS TUMPANG PITU K e c a m a t a n P e s a n g g a r a n 12
5.2.1.3 Rencana Fungsi Kegiatan
Arahan
a. Pusat pelayanan Kawasan Strategis Tumpang Pitu ditempatkan di Sumberagung
dengan fungsi utama industri dan perdagangan dan jasa dan pusat pelayanan
umum.
b. Fungsi kegiatan pada masing-masing blok adalah sebagai berikut :
(1) Blok-1 : pertanian, perumahan, perdagangan & jasa.
(2) Blok-2 : pertanian, perikanan, perkebunan, kehutanan, pariwisata,
pertambangan, perumahan, perdagangan & jasa.
Tabel 5.3 Fungsi Kegiatan Pada Masing-masing Blok
No Blok Fungsi Berdasarkan
Kondisi Empiris
Fungsi Berdasarkan
Arahan Rencana Tata Ruang
Pembahasan Fungsi Kegiatan yang Potensial
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Blok-1 Pertanian, Peternakan, Perikanan, Pelabuhan, Perumahan, Fasilitas umum, Perdagangan
dan Jasa.
Pertanian Perikanan Peternakan Perkebunan Pertambangan Pariwisata Industri kecil Lindung
Arahan rencana tata ruang yang sesuai dengan kondisi empiris adalah fungsi untuk pelabuhan, perumahan, pertanian, perikanan, peternakan, perdagangan dan jasa dan fasilitas umum. Fungsi untuk pertanian
tanaman pangan amat dominan terutama pada lahan di sepanjang sungai.
Fungsi peternakan berkembang sejalan dengan berkembangnya kegiatan pertanian oleh para petani di Desa Kandangan.
Fungsi perikanan tetap dipertahankan karena terdapat Pangkalan Pendaratan Ikan, lebih lanjut berpotensi berkembang kawasan peruntukan perikanan tangkap.
Fungsi pelabuhan tetap dipertahankan selama ini pelabuhan Pendaratan Ikan Pancer merupakan salah satu pelabuhan perikanan tangkap yang ramai.
Fungsi Perkebunan yang saat ini ada yaitu Perkebunan Sungai Lembu dipertahankan karena diperkirakan masih akan berproduksi dalam waktu yang lama.
Fungsi untuk perumahan mulai tumbuh seiring berkembangnya kawasan perdesaan.
Pelabuhan, Perumahan, Fasilitas umum, Pertanian, Perikanan, Peternakan, Perdagangan
dan Jasa
E X E C U T I V E S U M M A R Y
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS TUMPANG PITU K e c a m a t a n P e s a n g g a r a n 13
No Blok Fungsi Berdasarkan
Kondisi Empiris
Fungsi Berdasarkan
Arahan Rencana Tata Ruang
Pembahasan Fungsi Kegiatan yang Potensial
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
2 Blok-2 Pertanian, Peternakan, Perikanan, Pariwisata Pertambangan Perumahan, Fasilitas umum, Perdagangan
dan Jasa.
Pertanian Perikanan Peternakan Perkebunan Pertambangan Pariwisata Industri kecil Lindung
Arahan rencana tata ruang yang sesuai dengan kondisi empiris adalah Pertanian, Peternakan, Perikanan, Pariwisata, Pertambangan, Perumahan, Fasilitas umum, Perdagangan dan Jasa. Pertanian yang terdapat di Blok 2 secara bertahap akan beralih fungsi menjadi kawasan terbangun. Fungsi yang potensial pariwisata dan pertambangan beserta fasilitas pendukungnya (fasilitas umum, perdagangan dan jasa).
Pertanian, Peternakan, Perikanan, Pariwisata Pertambangan Perumahan, Fasilitas umum, Perdagangan
dan Jasa.
Sumber : Tim Perencana; 2014
5.2.2. Rencana Sarana Prasarana
5.2.2.1 Rencana Penyediaan Perumahan
Arahan
Perkiraan kebutuhan rumah pada tahun 2035 adalah sebagai berikut :
a. Blok 1 : kebutuhan luas lahan 222.302 m2.
(1) Rumah Kaveling Besar : 452 unit (luas lahan 361.711 m2)
(2) Rumah Kaveling Sedang : 754 unit (luas lahan 406.925 m2)
(3) Rumah Kaveling kecil : 301 unit (luas lahan 120.570 m2)
b. Blok 2 : kebutuhan luas lahan 543.833 m2
(4) Rumah Kaveling Besar : 1.106 unit (luas lahan 884.880 m2)
(5) Rumah Kaveling Sedang : 1.844 unit (luas lahan 995.490 m2)
(6) Rumah Kaveling kecil : 737 unit (luas lahan 294.960 m2)
Kebutuhan lahan untuk perumahan seluruhnya berjumlah 766.134 m2 atau 76,6 Ha.
E X E C U T I V E S U M M A R Y
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS TUMPANG PITU K e c a m a t a n P e s a n g g a r a n 14
Tabel 5.4 Prakiraan Kabutuhan Sarana Pendidikan Tahun 2015-2035
JML.
SARANA
KEBUTUHAN
LAHAN (m2)
JML.
SARANA
KEBUTUHAN
LAHAN (m2)
JML.
SARANA
KEBUTUHAN
LAHAN (m2)
JML.
SARANA
KEBUTUHAN
LAHAN (m2)
JML.
SARANA
KEBUTUHAN
LAHAN (m2)
-1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 -8 -9 -10 -11 -12 -13
1 TK 1.250 500 4 2.192 4 2.247 5 2.302 5 2.357 5 2.411
2 SD/MI 1.600 2.000 3 6.849 4 7.021 4 7.193 4 7.364 4 7.536
3 SMP 4.800 9.000 1 10.274 1 10.531 1 10.789 1 11.046 1 11.303
4 SMU/MA 4.800 12.500 1 14.270 1 14.627 1 14.984 1 15.342 1 15.699
1 TK 1.250 500 11 5.523 11 5.617 11 5.711 11 5.711 12 5.899
2 SD/MI 2.000 2.000 7 13.855 7 14.043 7 14.278 7 14.278 7 14.748
3 SMP 9.000 9.000 2 13.902 2 14.043 2 14.278 2 14.278 2 14.748
4 SMU/MA 4.800 12.500 3 36.326 3 36.570 3 37.182 3 37.182 3 38.406
2030 2035
BLOK 1
BLOK 2
Standar
Luas (m2)No
Jenis
Sarana
Standar
Penduduk
2015 2020 2025
E X E C U T I V E S U M M A R Y
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS TUMPANG PITU K e c a m a t a n P e s a n g g a r a n 15
Tabel 5.5 Prakiraan Kebutuhan Sarana Kesehatan Tahun 2015-2035
JML.
SARANA
KEBUTUHAN
LAHAN (m2)
JML.
SARANA
KEBUTUHAN
LAHAN (m2)
JML.
SARANA
KEBUTUHAN
LAHAN (m2)
JML.
SARANA
KEBUTUHAN
LAHAN (m2)
JML.
SARANA
KEBUTUHAN
LAHAN (m2)
-1 -2 -3 -3 -4 -5 -6 -7 -8 -9 -10 -11 -12 -13
1 POSYANDU 1.250 60 4 263 4 270 5 276 5 283 5 300
2 BALAI PENGOBATAN 2.500 300 2 658 2 674 2 690 2 707 2 600
3 BKIA 30.000 3.000 - - - - - - - - - -
4 PUSKESMAS
PEMBANTU DAN
BALAI PENGOBATAN
30.000 300 - - - - - - - - - -
5 PUSKESMAS DAN
BALAI PENGOBATAN
120.000 1.000 - - - - - - - - - -
6 TEMPAT PRAKTEK
DOKTER
5.000 1 - 1 - 1 - 1 - 1 -
7 APOTIK 30.000 250 - - - - - - - - - -
1 POSYANDU 1.250 60 11 663 11 674 11 685 12 697 12 720
2 BALAI PENGOBATAN 2.500 300 6 1.657 6 1.685 6 1.713 6 1.742 6 1.800
3 BKIA 30.000 3.000 - - - - - - - - - -
4 PUSKESMAS
PEMBANTU DAN
BALAI PENGOBATAN
30.000 300 - - - - - - - - - -
5 PUSKESMAS DAN
BALAI PENGOBATAN
120.000 1.000 - - - - - - - - - -
6 TEMPAT PRAKTEK
DOKTER
5.000 3 - 3 - 3 - 3 - 3 -
7 APOTIK 30.000 250 - - - - - - - - - -
BLOK 1
BLOK 2
STANDAR
PENDUDUK
2015 2020 2025 2030 2035
NO JENIS SARANASTANDAR
(m2)
E X E C U T I V E S U M M A R Y
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS TUMPANG PITU K e c a m a t a n P e s a n g g a r a n 16
Tabel 5.6 Prakiraan Kebutuhan RTH Tahun 2015-2035
JML.
SARANA
KEBUTUH
AN
LAHAN
(m2)
JML.
SARANA
KEBUTUH
AN
LAHAN
(m2)
JML.
SARANA
KEBUTUH
AN
LAHAN
(m2)
JML.
SARANA
KEBUTUH
AN
LAHAN
(m2)
JML.
SARANA
KEBUTUH
AN
LAHAN
(m2)
-1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 -8 -9 -10 -11 -12 -13
1 TAMAN, TEMPAT BERMAIN;
TINGKAT RT
250 250 22 5.480 22 5.617 23 5.754 24 5.891 24 6.029
2 TAMAN, TEMPAT BERMAIN
TINGKAT RW
2.500 1.250 2 2.740 2 2.808 2 2.877 2 2.946 2 3.014
3 TAMAN DAN LAPANGAN OR;
TINGKAT DESA
30.000 9.000 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
4 MAKAM 120.000 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
JUMLAH 24 8.219 25 8.425 26 8.631 26 8.837 27 9.043
1 TAMAN, TEMPAT BERMAIN;
TINGKAT RT
250 250 55 13.808 56 14.043 57 14.278 58 14.513 59 14.748
2 TAMAN, TEMPAT BERMAIN
TINGKAT RW
2.500 1.250 6 6.928 6 7.022 6 7.139 6 7.257 6 7.374
3 TAMAN DAN LAPANGAN OR;
TINGKAT DESA
30.000 9.000 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
4 MAKAM 120.000 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
JUMLAH 61 20.736 62 21.065 63 21.417 64 21.770 66 22.122
2035
BLOK 1
BLOK 2
STANDAR
(m2)
STANDAR
PENDUDUKNO JENSI SARANA
2015 2020 2025 2030
E X E C U T I V E S U M M A R Y
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS TUMPANG PITU K e c a m a t a n P e s a n g g a r a n 17
5.2.2.6 Rencana Penyediaan Sarana Kebudayaan dan Rekreasi
Tabel 5.7 Prakiraan Kebutuhan Sarana Kebudayaan dan Rekreasi Tahun 2015-2035
JML.
SARANA
KEBUTU
HAN
LAHAN
(m2)
JML.
SARANA
KEBUTU
HAN
LAHAN
(m2)
JML.
SARANA
KEBUTU
HAN
LAHAN
(m2)
JML.
SARANA
KEBUTU
HAN
LAHAN
(m2)
JML.
SARANA
KEBUTU
HAN
LAHAN
(m2)
-1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 -8 -9 -10 -11 -12 -13
1 BALAI RW 2.500 300 2 658 2 674 2 690 2 707 2 723
2 BALAI KARANG TARUNA 30.000 500 - - - - - - - - - -
3 GEDUNG SERBA GUNA 120.000 3.000 - - - - - - - - - -
4 GEDUNG BIOSKOP/
PERTUNJUKAN
120.000 2.000 - - - - - - - - - -
1 BALAI RW 2.500 300 6 1.657 6 1.685 6 1.713 6 1.742 6 1.770
2 BALAI KARANG TARUNA 30.000 500 - - - - - - - - - -
3 GEDUNG SERBA GUNA 120.000 3.000 - - - - - - - - - -
4 GEDUNG BIOSKOP/
PERTUNJUKAN
120.000 2.000 - - - - - - - - - -
BLOK 2
NO JENSI SARANASTANDAR
(m2)
2015 2020 2025
STANDAR
PENDUDUK
2030 2035
BLOK 1
E X E C U T I V E S U M M A R Y
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS TUMPANG PITU K e c a m a t a n P e s a n g g a r a n 18
5.2.2.7 Rencana Penyediaan Sarana Perdagangan dan Jasa
Tabel 5.8 Prakiraan Kebutuhan Sarana Perdagangan dan Jasa Tahun 2015-2035
JML.
SARANA
KEBUTUH
AN
LAHAN
(m2)
JML.
SARANA
KEBUTUH
AN
LAHAN
(m2)
JML.
SARANA
KEBUTUH
AN
LAHAN
(m2)
JML.
SARANA
KEBUTUH
AN
LAHAN
(m2)
JML.
SARANA
KEBUTUH
AN
LAHAN
(m2)
-1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 -8 -9 -10 -11 -12 -13
1 TOKO/WARUNG 250 100 22 2.192 22 2.247 23 2.302 24 2.357 24 2.411
2 PERTOKOAN 6.000 3.000 1 2.740 1 2.808 1 2.877 1 2.946 1 3.014
3 PUSAT PERTOKOAN DAN
PASAR LINGKUNGAN
30.000 10.000 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
4 PUSAT PERBELANJAAN
DAN NIAGA KECAMATAN
120.000 36.000 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
1 TOKO/WARUNG 250 100 55 5.523 56 5.617 57 5.711 58 5.805 59 5.899
2 PERTOKOAN 6.000 3.000 2 6.904 2 7.022 2 7.139 2 7.257 2 7.374
3 PUSAT PERTOKOAN DAN
PASAR LINGKUNGAN
30.000 10.000 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
4 PUSAT PERBELANJAAN
DAN NIAGA KECAMATAN
120.000 36.000 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
BLOK 2
NO JENIS SARANASTANDAR
(m2)
2015 2020 2025
STANDAR
PENDUDUK
2030 2035
BLOK 1
E X E C U T I V E S U M M A R Y
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS TUMPANG PITU K e c a m a t a n P e s a n g g a r a n 19
5.2.2.8 Rencana Penyediaan Sarana Pemerintahan dan Bangunan Umum
Tabel 5.9 Prakiraan Kebutuhan Sarana Pemerintahan dan Bangunan Umum Tahun 2015-2035
JML.
SARANA
KEBUTU
HAN
LAHAN
(m2)
JML.
SARANA
KEBUTU
HAN
LAHAN
(m2)
JML.
SARANA
KEBUTU
HAN
LAHAN
(m2)
JML.
SARANA
KEBUTU
HAN
LAHAN
(m2)
JML.
SARANA
KEBUTU
HAN
LAHAN
(m2)
-1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 -8 -9 -10 -11 -12 -13
1 BALAI PERTEMUAN 2.500 300 2 658 2 674 2 690 2 707 2 723
2 POS HANSIP 2.500 12 2 26 2 27 2 28 2 28 2 29
3 GARDU LISTRIK 2.500 30 2 66 2 67 2 69 2 71 2 72
4 TELEPON UMUM 2.500 30 2 66 2 67 2 69 2 71 2 72
5 PARKIR UMUM 2.500 100 2 219 2 225 2 230 2 236 2 241
6 KANTOR
PEMERINTAHAN
30.000 1.000 0 183 0 187 0 192 0 196 0 201
1 BALAI PERTEMUAN 2.500 300 6 1.657 6 1.685 6 1.713 6 1.742 6 1.770
2 POS HANSIP 2.500 12 6 66 6 67 6 69 6 70 6 71
3 GARDU LISTRIK 2.500 30 6 166 6 169 6 171 6 174 6 177
4 TELEPON UMUM 2.500 30 6 166 6 169 6 171 6 174 6 177
5 PARKIR UMUM 2.500 100 6 552 6 562 6 571 6 581 6 590
6 KANTOR
PEMERINTAHAN
30.000 1.000 0 460 0 468 0 476 0 484 0 492
BLOK 2
NO JENIS SARANASTANDAR
PENDUDUK
2015 2020 2025
STANDAR
(m2)
2030 2035
BLOK 1
E X E C U T I V E S U M M A R Y
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS TUMPANG PITU K e c a m a t a n P e s a n g g a r a n 20
5.3. Rencana Jaringan Prasarana
5.3.1. Rencana Sistem Jaringan Pergerakan
Gambar 5.4 Rencana geometrik Jalan Lingkungan – Permukiman Pesisir Pancer
Sumber : Tim Perencana; 2014
Gambar 5.5 Rencana geometrik Jalan Lingkungan - Kandangan Sumber : Tim Perencana; 2014
Gambar 5.6 Rencana geometrik Jalan Lingkungan – Sumber Agung Sumber : Tim Perencana; 2014
E X E C U T I V E S U M M A R Y
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS TUMPANG PITU K e c a m a t a n P e s a n g g a r a n 21
Gambar 5.7 Rencana geometrik Jalan lokal ke Pulau Merah Sumber : Tim Perencana; 2014
Gambar 5.8 Rencana geometrik Jalan lokal – Peisir Pancer Sumber : Tim Perencana; 2014
E X E C U T I V E S U M M A R Y
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS TUMPANG PITU K e c a m a t a n P e s a n g g a r a n 22
Gambar 5.10 Arahan Potongan Melintang Jalan di Wilayah Perencanaan
Gambar 5.9 Rencana geometrik Jalan utama - Kolektor Sumber : Tim Perencana; 2014
E X E C U T I V E S U M M A R Y
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS TUMPANG PITU K e c a m a t a n P e s a n g g a r a n 23
Gambar 5.11 Rencana Fungsi Jaringan Jalan di Wilayah Perencanaan
E X E C U T I V E S U M M A R Y
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS TUMPANG PITU K e c a m a t a n P e s a n g g a r a n 24
1. Trayek Angkutan
a. Trayek Angkutan Umum
Arahan
(a) Menginisiasi angkutan umum untuk mengakomodasi perkembangan terutama
pada kawasan pertambangan dan pariwisata di selatan wilayah perencanaan.
(b) Memperluas trayek angkutan perdesaan.
2. Sarana Pendukung Transportasi
Sarana pendukung transportasi dimaksudkan untuk menjamin agar jalan dapat
berfungsi secara maksimal sebagaimana mestinya, terutama di jalan arteri primer. Sarana
pendukung transportasi meliputi drainase dikiri-kanan jalan, trotoar, median, tempat parkir,
lampu jalan dan lampu pengatur lalu lintas.
a. Drainase Tepi Jalan
Saluran drainase sebagai pendukung jalan di wilayah perencanaan belum semuanya
tersedia. Hal ini mengakibatkan kawasan tertentu masih tergenang air pada badan
jalan. Pengadaan saluran drainase dikiri-kanan jalan harus ditunjang dengan
pembenahan saluran primer dan sekunder . Selain pembenahan sistem drainase juga
perlu dijaga agar saluran drainase tidak tersumbat agar aliran air tidak terhambat.
a. Trotoar
Trotoar berfungsi sebagai sarana untuk sirkulasi pejalan kaki dalam melakukan
pergerakan dengan aman dan juga sebagai pemisah antara pejalan kaki dengan
pemakai kendaraan. Di wilayah perencanaan belum seluruhnya tersedia trotoar
sebagai sarana penunjang transportasi, sehingga terjadi percampuran antara pemakai
jalan yang memakai kendaraan dengan pejalan kaki. Trotoar sebagai sarana
penunjang transportasi sangat diperlukan terutama untuk jalan-jalan utama di wilayah
perencanaan. Lebar trotoar untuk setiap fungsi/kelas, pada umumnya adalah :
b. Untuk jalan-jalan di daerah perdagangan 2,5 - 4 meter pada tepi jalan
c. Untuk jalan-jalan penting yang lain, lebar minimum 1,5 meter
c. Median Jalan
Fungsi dari median jalan adalah untuk pemisah arus kendaraan dari arah yang
berlawanan. Mengingat kondisi wilayah perencanaan, maka sebaiknya menggunakan
median. Fungsi median selain sebagai pemisah jalur jalan, juga sebagai peneduh dan
mengurangi polusi udara yang disebabkan oleh asap kendaraan yang melalui jalan
tersebut, dengan cara menanami median dengan pohon peneduh.
d. Parkir
Pemanfaatan badan jalan sebagai tempat parkir akan mengurangi kapasitas jalan, di
samping itu akan menimbulkan kemacetan lalu lintas.
E X E C U T I V E S U M M A R Y
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS TUMPANG PITU K e c a m a t a n P e s a n g g a r a n 25
Berdasarkan posisinya terhadap badan jalan, dikenal parkir di jalan (on street parking)
dan diluar jalan (off street parking).
(1) Sistem Parkir di Jalan (On Street Parking System)
Idealnya parkir di badan jalan harus dihindarkan karena mengurangi lebar efektif
jalan yang seharusnya hanya digunakan lalu lintas kendaraan. Parkir pada badan
jalan ditentukan oleh lebar jalan. Pada jalan dengan lebar kurang dari 5 m, tak
mungkin kendaraan diparkir tanpa menimbulkan banyak hambatan lalu-lintas,
bahkan mungkin lalu-lintas menjadi macet sama sekali. Pada jalan dengan lebar
kurang dari 7,5 m, kendaraan hanya mungkin diparkir dengan sudut 0o (sejajar sisi
jalan).
(2) Sistem Parkir di Luar Jalan (Off Steet Parking Sistem)
Parkir di luar jalan mengambil tempat di pelataran parkir. Kaveling yang terletak di
tepi jalan arteri primer diwajibkan menyediakan tempat parkir di dalam
kavelingnya masing-masing, antara lain berupa pelataran parkir dengan cara
memundurkan GSB, membuat semi basement atau basement, atau membangun
gedung parkir.
e. Lampu Jalan
Lampu jalan berfungsi sebagai penerangan pada malam hari bagi pemakai jalan untuk
menentukan orientasi serta bermanfaat juga dari segi keamanan bagi pemakai jalan
bersangkutan. Pada jalan-jalan utama lampu jalan disediakan oleh Pemerintah Daerah,
sedangkan pada jalan lingkungan umumnya disediakan oleh masyarakat sendiri.
Lampu penerangan jalan (PJU) dapat ditempatkan pada median atau tepi jalan.
f. Lampu Pengatur Lalu Lintas
Lampu pengatur lalu lintas mempunyai fungsi sebagai pengatur kelancaran lalu lintas
pada persimpangan jalan. Di wilayah perencanaan saat ini belum terdapat lampu
pengatur lalu lintas. Seiring dengan semakin tingginya arus lalu lintas yang melewati
wilayah perencanaan, diusulkan penyediaan lampu pengatur lalu lintas pada spot
persimpangan antara jalan kolektor primer desa dan jalan lokal primer desa ke arah
pulau merah.
E X E C U T I V E S U M M A R Y
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS TUMPANG PITU K e c a m a t a n P e s a n g g a r a n 26
5.3.2. Rencana Sistem Jaringan Utilitas
5.3.2.1. Rencana Jaringan Air Bersih
Tabel 5.10 Prakiraan Kebutuhan Air Bersih Tahun 2015-2035
JMLH
PEND
KEBUTUHAN
(lt/hr)
JMLH
PEND
KEBUTUHAN
(lt/hr)
JMLH
PEND
KEBUTUHAN
(lt/hr)
JMLH
PEND
KEBUTUHAN
(lt/hr)
JMLH
PEND
KEBUTUHAN
(lt/hr)
-1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 -8 -9 -10 -11 -12 -13
1 Perumahan 100 5.480 547.955,13 5.617 561.679,24 5.754 575.403,36 5.891 589.127,48 6.029 602.851,60
2 Non Perumahan 54.795,51 56.167,92 57.540,34 58.912,75 60.285,16
3 Kran Umum 30 50 1500 50 1500 50 1500 50 1500 50 1500
JUMLAH 604.250,64 619.347,17 634.443,70 649.540,23 664.636,76
LOSSES 25% 151.062,66 154.836,79 158.610,92 162.385,06 166.159,19
JUMLAH TOTAL 755.313,30 774.183,96 793.054,62 811.925,28 830.795,95
1 Perumahan 100 13.808 1.380.800,00 14.043 1.404.300,00 14.278 1.427.800,00 14.513 1.451.300,00 14.748 1.474.800,00
2 Non Perumahan 138.080,00 140.430,00 142.780,00 145.130,00 147.480,00
3 Kran Umum 30 50 1500 50 1500 50 1500 50 1500 50 1500
JUMLAH TOTAL 1.520.380,00 1.546.230,00 1.572.080,00 1.597.930,00 1.623.780,00
LOSSES 25% 380.095,00 386.557,50 393.020,00 399.482,50 405.945,00
JUMLAH 1.900.475,00 1.932.787,50 1.965.100,00 1.997.412,50 2.029.725,00
KEBUTUHAN TOTAL 2.860.520,95
2030 2035
BLOK 1
BLOK 2
NO JENIS KEGIATANSTANDAR
(lt/or/hr)
2015 2020 2025
E X E C U T I V E S U M M A R Y
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS TUMPANG PITU K e c a m a t a n P e s a n g g a r a n 27
Gambar 5.12 Arahan Rencana Jaringan Air Bersih di Wilayah Perencanaan
E X E C U T I V E S U M M A R Y
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS TUMPANG PITU K e c a m a t a n P e s a n g g a r a n 28
JMLH
RUMAH
KEBUTUHA
N (Watt)
JMLH
RUMAH
KEBUTUHA
N (Watt)
JMLH
RUMAH
KEBUTUHA
N (Watt)
JMLH
RUMAH
KEBUTUHA
N (Watt)
JMLH
RUMAH
KEBUTUHA
N (Watt)
-1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 -8 -9 -10 -11 -12 -13
1 Rmh Kav Besar (30%) 1.300 411 534.256 421 547.637 432 561.018 442 574.399 452 587.780
2 Rmh Kav Sdang (50%) 900 685 616.450 702 631.889 719 647.329 736 662.768 754 678.208
3 Rmh Kav Kecil (20%) 450 274 123.290 281 126.378 288 129.466 295 132.554 301 135.642
Perumahan 1.273.996 1.305.904 1.337.813 1.369.721 1.401.630
Non Perumahan (40% perumahan) 509.598 522.362 535.125 547.889 560.652
Lampu Jalan (10% perumahan) 127.400 130.590 133.781 136.972 140.163
JUMLAH 1.910.994 1.958.856 2.006.719 2.054.582 2.102.445
LOSSES 11% 210.209 215.474 220.739 226.004 231.269
JUMLAH TOTAL 2.121.203 2.174.331 2.227.458 2.280.586 2.333.714
1 Rmh Kav Besar (30%) 1.300 1.036 1.346.280 1.053 1.369.193 1.071 1.392.105 1.088 1.415.018 1.106 1.437.930
2 Rmh Kav Sdang (50%) 900 1.726 1.553.400 1.755 1.579.838 1.785 1.606.275 1.814 1.632.713 1.844 1.659.150
3 Rmh Kav Kecil (20%) 450 690 310.680 702 315.968 714 321.255 726 326.543 737 331.830
Perumahan 3.210.360 3.264.998 3.319.635 3.374.273 3.428.910
Non Perumahan (40% perumahan) 1.284.144 1.305.999 1.327.854 1.349.709 1.371.564
Lampu Jalan (10% perumahan) 321.036 326.500 331.964 337.427 342.891
JUMLAH 4.815.540 4.897.496 4.979.453 5.061.409 5.143.365
LOSSES 11% 529.709 538.725 547.740 556.755 565.770
JUMLAH TOTAL 5.345.249 5.436.221 5.527.192 5.618.164 5.709.135
2030 2035
BLOK 1
BLOK 2
NO JENIS KEGIATANSTANDAR
(Watt)
2015 2020 2025
5.3.2.2. Rencana Jaringan Energi Listrik
Tabel 5.11 Prakiraan Kebutuhan Energi Listrik Tahun 2015-2035
E X E C U T I V E S U M M A R Y
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS TUMPANG PITU K e c a m a t a n P e s a n g g a r a n 29
5.3.2.3. Rencana Jaringan Drainase
Arahan
(1) Saluran drainase digunakan untuk mengalirkan air hujan dan air buangan rumah
tangga. Untuk meminimalkan pencemaran pada badan air, dibuat saringan atau bak
penangkap lemak yang ditempatkan pada bak kontrol sebelum air dibuang ke saluran
drainase.
(2) Sistem saluran drainase memanfaatkan sungai dan saluran yang sudah ada, dengan
klasifikasi saluran makro dan saluran mikro yang terdiri dari saluran primer, sekunder
dan tersier.
5.3.2.4. Rencana Sistem Persampahan
Arahan
a. Sarana Persampahan
Pada tahun 2035 wilayah perencanaan diperkirakan menghasilkan timbulan sampah
sebesar 75.054 liter/hari atau 75,05 m3/hari. Rinciannya adalah :
(1) Blok 1 menghasilkan timbulan sampah sebesar 16,88 m3/hari.
(2) Blok 2 menghasilkan sampah sebesar 58,17 m3/hari.
Sarana yang dibutuhkan terdiri dari :
(1) Blok 1 : 17 unit gerobak sampah kapasitas 1 m3 dan 3 kontainer kapasitas 6 m3.
(2) Blok 2 : 41 unit gerobak sampah kapasitas 1 m3 dan 7 kontainer kapasitas 6 m3.
b. Pengangkutan Sampah
Sampah dari TPS yang berasal dari perumahan, perdagangan, jasa, fasilitas umum,
kantor, jalan; pengangkutan dan pembuangannya ke TPA dilakukan oleh Dinas
Kebersihan Kabupaten Banyuwangi.
Kegiatan pariwisata, pertambangan dan fasilitas pendukungnya menyediakan TPS
sendiri di dalam tapaknya dan mengangkut sendiri sampahnya ke TPA Bulusan.
5.3.2.5. Rencana Jaringan Telekomunikasi
Arahan
a. Berdasarkan pada layanan menara telekomunikasi eksisting, maka diarahkan
penyediaan menara telekomunikasi baru dengan titik-titik lokasi sebagai berikut:
Longitude Lattitude
114.122 -8.61096
114.124 -8.56765
113.952 -8.55737
E X E C U T I V E S U M M A R Y
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS TUMPANG PITU K e c a m a t a n P e s a n g g a r a n 30
Longitude Lattitude
114.111 -8.55456
113.987 -8.50504
114.002 -8.58743
114.081 -8.55771
114.031 -8.54044
b. Pembangunan menara baru hanya dapat diperbolehkan pada zona Masterplan yang
sudah di tetapkan, yaitu pada :
zona Masterplan menara baru.
zona Masterplan menara eksisting ketika tower-tower eksisting sudah
dipergunakan secara bersama sama oleh minimal 2 (dua) penyelenggara
telekomunikasi.
zona Masterplan menara eksisting ketika tower-tower eksisting tidak bisa
memenuhi kebutuhan teknis berupa kecukupan ketinggian dari menara baru
yang hendak dibangun.
5.3.2.6. Rencana Penanganan Air Limbah Rumah Tangga
Arahan
a. Sistem pembuangan limbah rumah tangga menggunakan on site system.
b. Saluran pembuangan yang berasal dari KM, dapur, tempat cuci, dan washtafel, harus
dimasukkan bak penangkap lemak terlebih dahulu sebelum dibuang ke saluran
drainase kota.
5.3.2.7. Rencana Penanggulangan Kebakaran
Arahan
Di kawasan pertambangan perlu disediakan satu Pos PMK yang ditempatkan pada lokasi
yang dekat terhadap areal pelayanannya. Lokasi yang potensial adalah berdekatan
dengan sungai dan tapak yang digunakan untuk kegiatan pertambangan. Wujudnya
berupa garasi terbuka yang digunakan untuk menampung satu mobil pemadam api dan
satu mobil tangki air untuk pemadaman api.
E X E C U T I V E S U M M A R Y
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS TUMPANG PITU K e c a m a t a n P e s a n g g a r a n 31
Gambar 5.13 Arahan Rencana Jaringan Listrik di Wilayah Perencanaan
E X E C U T I V E S U M M A R Y
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS TUMPANG PITU K e c a m a t a n P e s a n g g a r a n 32
Gambar 5.14 Arahan Rencana Saluran Drainase di Wilayah Perencanaan
E X E C U T I V E S U M M A R Y
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS TUMPANG PITU K e c a m a t a n P e s a n g g a r a n 33
Gambar 5.15 Arahan Rencana Penyediaan Jaringan Persampahan di Wilayah Perencanaan
E X E C U T I V E S U M M A R Y
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS TUMPANG PITU K e c a m a t a n P e s a n g g a r a n 34
Gambar 5.16 Arahan Rencana Jaringan Telekomunikasi di Wilayah Perencanaan
E X E C U T I V E S U M M A R Y
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS TUMPANG PITU K e c a m a t a n P e s a n g g a r a n 35
5.4. Rencana Pola Ruang
5.4.1. Rencana Pemantapan Kawasan Lindung
Tabel 5.12 Arahan Pola Ruang pada Kawasan Lindung
Jenis Penggunaan
Kondisi lapangan RTRW Kabupaten Banyuwangi 2012-2032
Pembahasan Arahan
(1) (2) (3) (4) (5)
Kawasan Hutan Lindung
Kondisi faktual menunjukkan bahwa kawasan hutan lindung terletak berdampingan dengan hutan produksi
Menurut RTRW Kabupaten Banyuwangi 2012-2032, tanah dengan kelerengan 25-40% atau kelerengan tingkat IV (curam), jika pertumbuhan atau perkembangan tanaman keras dipermukaan tanah kurang, maka akan lebih mudah terjadi erosi/tanah longsor. Hal ini yang menjadi pertimbangan untuk memantapkan fungsi Kawasan Hutan Lindung sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah
Berdasarkan kebijakan dari Kementrian Kehutanan dan Perhutni, sebagaian besar wilayah Hutan Lindung telah mengalami perubahan status menjadi hutan produksi. Menurut rencana tata ruang, lahan dengan
kemiringan lereng >40% tidak layak dikembangkan untuk kawasan terbangun dan layak dipertahankan sebagai kawasan dengan fungsi lindung karena rawan longsor.
Kawasan perbukitan direncanakan untuk hutan produksi dan hutan lindung yang tidak dapat dialihfungsikan.
Kawasan lereng perbukitan di beberapa bagian wilayah perencanaan dengan kemiringan lereng lebih dari 40%.ditetapkan sebagai Kawasan Hutan Lindung.
Kawasan Sempadan Pantai
Jarak bangunan dengan tepi pantai hampir seluruhnya kurang dari 100 meter
Membuat jalan inspeksi untuk melindungi sempadan pantai dengan jarak 100 m dari titik pasang tertinggi. Jalan inspeksi dibuat sepanjang pantai.
Merencanakan sempadan pantai 100 meter dari tepi pantai kecuali pada kawasan pelabuhan.
Hampir semua bangunan di kawasan pantai berjarak kurang dari 100 meter dari tepi pantai. Oleh karena itu : Sempadan pantai hanya dapat diterapkan
pada lahan tepi pantai yang masih belum terbangun, yaitu di sebelah Selatan dermaga LCM. Pada lahan terbangun, penerapan sempadan pantai 100 meter dari tepi pantai sulit direalisasikan.
Pada lahan dimana terdapat bangunan-bangunan yang jaraknya kurang dari 100 meter dari tepi pantai direncanakan penyediaan jalan inspeksi dengan lebar sekurangnya 5 meter.
Sempadan pantai 100 meter dari tepi pantai, diterapkan pada lahan tepi pantai yang masih belum terbangun, yaitu di sebelah Selatan dermaga LCM.
Pada lahan dimana terdapat bangunan-bangunan yang jaraknya kurang dari 100 meter dari tepi pantai direncanakan penyediaan jalan inspeksi dengan lebar sekurangnya 5 meter.
E X E C U T I V E S U M M A R Y
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS TUMPANG PITU K e c a m a t a n P e s a n g g a r a n 36
Jenis Penggunaan
Kondisi lapangan RTRW Kabupaten Banyuwangi 2012-2032
Pembahasan Arahan
(1) (2) (3) (4) (5)
Kawasan Sempadan Sungai
Jarak bangunan dengan tepi sungai hamper seluruhnya kurang dari 10 meter.
Merencanakan sempadan sungai dengan lebar 10 meter dari tepi sungai.
Kecuali pada lahan belum terbangun, hampir semua bagunan di sepanjang kiri kanan sungai berjarak kurang dari 10 meter dari tepi sungai. Oleh karena itu : Sempadan sungai 10 meter hanya dapat
diterapkan pada lahan belum terbangun. Pada lahan terbangun padat bangunan,
ketentuan ini sulit diterapkan. Karena itu diusulkan penyediaan jalan inspeksi dengan lebar sekurangnya 3 meter.
Sempadan sungai 10 meter diterapkan pada lahan belum terbangun.
Pada lahan terbangun padat bangunan, diusulkan penyediaan jalan inspeksi dengan lebar sekurangnya 3 meter.
Kawasan Rawan bencana Tsunami
Bangunan-bangunan di sepanjang pantai Tumpang Pitu hamper semuanya berjarak kurang dari 100 meter dari tepai pantai.
Merencanakan areal pengamanan sejauh 100 meter dihitung dari titik tertinggi ke arah darat (sama dengan lebar sempadan pantai).
Menyediakan jalur evakuasi.
Rencana tata ruang menyatakan kawasan sepanjang pantai Tumpang Pitu rawan tsunami. Langkah yang ditempuh adalah : Menyediakan areal pengamanan sejauh 100
meter dari garis pantai ke arah darat. Menyediakan jalur evakuasi menuju ke
tempat yang lebih tinggi, yaitu ke kawasan perbukitan di sebelah Barat, melalui Jalan Lingkar Barat yang selanjutnya didistribusikan lewat jalan pembagi.
Menyediakan areal pengamanan sejauh 100 meter dari garis pantai ke arah darat.
Menyediakan jalur evakuasi menuju ke tempat yang lebih tinggi, yaitu ke kawasan perbukitan di sebelah Barat, melalui Jalan Lingkar Barat .
Kawasan Rawan Bencana Tanah Longsor
Di bagian Barat Laut wilayah perencanaan terdapat perbukitan dengan lereng lebih dari 40%. Secara faktual sebagian dari lahan yang terletak pada lereng perbukitan tersebut mulai dikembangkan untuk kawasan terbangun (perumahan).
Lahan dengan kemiringan >40% tidak layak dikembangkan untuk bangunan gedung. Lahan dengan kemiringan lereng >40% dipertahankan sebagai kawasan lindung.
Rencana tata ruang merencanakan kawasan tersebut untuk hutan produksi yang tidak dapat dialihfungsikan.
Menurut rencana tata ruang, lahan dengan kemiringan lereng >40% tidak layak dikembangkan untuk kawasan terbangun dan layak dipertahankan sebagai kawasan dengan fungsi lindung karena rawan longsor. Kenyataannya kawasan tersebut mulai dikembangkan untuk bangunan gedung (perumahan). Kondisi ini harus dihentikan karena rawan terjadi bencana tanah longsor.
Dalam rencana tata ruang, kawasan perbukitan direncanakan untuk hutan produksi yang tidak dapat dialihfungsikan.
Kawasan perbukitan khususnya yang mempunyai kemiringan lereng >40% dipertahankan sebagai kawasan rawan tanah longsor, dengan fungsi sebagai hutan produksi.
Sumber : Tim Perencana; 2014
E X E C U T I V E S U M M A R Y
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS TUMPANG PITU K e c a m a t a n P e s a n g g a r a n 37
Gambar 5.17 Konsep Pemanfaatan Ruang Pada Kawasan Lindung
Sumber : Tim Perencana; 2014
E X E C U T I V E S U M M A R Y
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS TUMPANG PITU K e c a m a t a n P e s a n g g a r a n 38
5.4.2. Rencana Pengembangan Kawasan Budidaya
Gambar 5.18 Konsep Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan Tumpang Pitu
Sumber : Tim Perencana; 2014
E X E C U T I V E S U M M A R Y
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS TUMPANG PITU K e c a m a t a n P e s a n g g a r a n 39
Tabel 5.13 Arahan Pola Ruang pada Kawasan Budidaya
Jenis Penggunaan
Kondisi lapangan RTRW Kabupaten Banyuwangi 2012-2032 dan Hasil Studi
Pembahasan Arahan
(1) (2) (3) (4) (5)
Kawasan Hutan Produksi
Kawasan hutan produksi terdapat di bagian selatan dari wilayah perencanaan.
Kawasan hutan produksi merupakan kawasan hutan yang dikelola untuk peningkatan kesejahteraan penduduk, dalam arti keberadaan hutan produksi dapat difungsikan sebagai lahan produktif dengan tidak mengganggu tegakan dan yang diambil hanya hasil dari tanaman tersebut.
Kawasan hutan produksi terdapat di wilayah Desa Sumberagung.
Dalam pengembangan selanjutnya kawasan hutan ini akan dikembangkan sebagai kawasan permukiman, perkebunan, hutan rakyat dan pertambangan. Pengembangan pertambangan menggunakan skema pinjam pakai yang harus melalui mekanisme pemulihan kawasan pertambangan.
Sesuai arahan RTRW Kabupaten Banyuwangi 2012-2032, kawasan hutan produksi dikembangkan menjadi permukiman, perkebunan, pertambangan dan hutan rakyat.
Dalam kaitannya dengan wilayah perencanaan, hutan produksi berada pada kawasan dengan lereng perbukitan yang mempunyai kemiringan tajam. Kawasan perbukitan yang mempunyai lereng tajam (25-40%) merupakan kawasan yang dibatasi pengembangannya namun dapat dikembangkan sesuai kondisi di masa mendatang sesuai kaidah dan etika kehutanan.
Kawasan hutan produksi menjadi kawasan permukiman, perkebunan, pertambangan dan hutan rakyat.
Perbukitan yang mempunyai lereng tajam (25-40%) dibatasi pengembangannya namun dapat dikembangkan sesuai kondisi di masa mendatang sesuai kaidah dan etika kehutanan.
Kawasan Pertambangan
Kegiatan pertambangan yang dikembangkan di Kawasan Tumpang Pitu adalah pertambangan mineral logam. Lokasinya berada di selatan kawasan perencanaan, berdekatan dengan kawasan pariwisata dan permukiman penduduk. Saat ini kegiatan pertambangan masih pada proses eksplorasi dan perizinan.
Menurut RTRW Kabupaten Banyuwangi Tahun 2012-2032, kawasan pertambangan dengan jenis bahan galian emas, perak dan tembaga dan diarahkan untuk dikembangkan di Kecamatan Pesanggaran.
Kondisi faktual lapangan menunjukkan kegiatan pariwisata dan kawasan permukiman di selatan kawasan Tumpang Pitu letaknya amat dekat dengan kawasan pertambangan yang akan dikembangkan di kawasan tersebut. Untuk meminimalkan kebisingan, debu dan lontaran material dari kawasan pertambangan, perlu disediakan zona penyangga yang memisahkan kawasan pertambangan dengan kawasan pariwisata dan permukiman
Kondisi faktual lapangan jaringan jalan di Desa Sumberagung yang berdekatan dengan kawasan pertambangan memiliki fungsi jalan lokal. Dengan fungsi tersebut, mobilisasi kendaraan tambang berpotensi mengganggu
Untuk meminimalkan kebisingan, debu dan lontaran material dari kawasan pertambangan, perlu disediakan zona penyangga yang memisahkan kawasan pertambangan dengan kawasan pariwisata dan permukiman. Zona buffer ini direncanakan melingkupi keliling kawasan tambang yang berbatasan dengan kawasan pariwisata dan permukiman
E X E C U T I V E S U M M A R Y
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS TUMPANG PITU K e c a m a t a n P e s a n g g a r a n 40
Jenis Penggunaan
Kondisi lapangan RTRW Kabupaten Banyuwangi 2012-2032 dan Hasil Studi
Pembahasan Arahan
(1) (2) (3) (4) (5)
pergerakan lokal sepanjang jalan menuju Pancer. Dalam musim wisata, kunjungan wisata akan lebih ramai, hal ini tentu akan mengganggu kenyamanan berkendara. Untuk mengatasinya maka pergerakan kendaraan tambang perlu diatur mobilitasnya agar efisien dan tidak mengganggu sirkulasi penduduk lokal maupun wisatawan.
Kondisi faktual perumahan untuk pekerja tambang belum disediakan, sehingga pengelola tambang harus menyediakannya. Kawasan tambang yang terletak di kawasan hutan produksi menyebabkan keterbatasan lahan akibat pengelolaan hutan produksi di luar kawasan pertambangan dan berada di bawah wewenang Perhutani, sehingga perlu disediakan hunian vertikal untuk memenuhi kebutuhan hunian pekerja tambang secaara efisien.
Mobilisasi hasil tambang dilakukan lewat pelabuhan yang disediakan pengelola pertambangan. Pelabuhan ini dapat direncanakan di kawasan pesisir Kawasan Tumpang Pitu. Penyediaan pelabuhan memperhatikan karakteristik pantai yang berbatu, berombak dan dangkal.
Kawasan pertambangan membutuhkan suplai air bersih dan listrik dan pengelolaan sampah yang tidak diperhitungkan dalam rencana pengembangan kawasan, sehingga penyediaannya harus dikoordinasikan antara pengelola kawasan tambang dengan instansi teknis yang berwenang.
Kawasan Pertambangan dalam proses penambangannya menghasilkan limbah. Limbah ini harus dikelola dengan baik dengan
Pergerakan kendaraan tambang perlu diatur mobilitasnya agar efisien dan tidak mengganggu sirkulasi penduduk lokal maupun wisatawan. Hal ini dilakukan dengan mengantisipasi waktu-waktu terjadinya puncak pergerakan penduduk dan wisatawan yang menuju Pulau Merah.
Perlu disediakan hunian vertikal untuk memenuhi kebutuhan hunian pekerja tambang secara efisien. Hunian tetap memperhatikan aturan-aturan teknis intensitas pemanfaatan ruang dalam lingkup Kawasan Strategis Tumpang Pitu.
Penyediaan pelabuhan memperhatikan karakteristik pantai yang berbatu, berombak dan dangkal.
Penyediaannya jaringan air bersih, listrik dan persampahan harus dikoordinasikan antara pengelola kawasan tambang dengan instansi teknis yang berwenang.
Pengelolaan limbah dilakukan dengan
E X E C U T I V E S U M M A R Y
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS TUMPANG PITU K e c a m a t a n P e s a n g g a r a n 41
Jenis Penggunaan
Kondisi lapangan RTRW Kabupaten Banyuwangi 2012-2032 dan Hasil Studi
Pembahasan Arahan
(1) (2) (3) (4) (5)
menyediakan instalasi pengolahan limbah. Limbah hasil pertambangan tidak dibuang ke laut, tidak mencemari lingkungan dan diawasi secara berkala untuk kemudian dikemas dan diserahkan kepada pengelola limbah regional.
menyediakan instalasi pengolahan limbah. diawasi secara berkala untuk kemudian dikemas dan diserahkan kepada pengelola limbah regional.
Kawasan Fasilitas Umum
Fasilitas umum yang terdapat di wilayah perencanaan bukan merupakan kawasan, tetapi berupa spot-spot yang lokasinya tersebar. Antara lain adalah sekolah, masjid, musholla, kantor desa, posyandu, makam.
Fasilitas umum (sekolah, masjid, musholla, kantor desa, posyandu, makam) yang ada saat ini tetap dipertahankan, sedangkan penambahan baru harus disesuaikan dengan kebutuhan.
Sesuai dengan arahan rencana tata ruang, kebijakan pengembangan fasilitas umum adalah mempertahankan fasilitas umum yang sudah ada. Penambahan harus disesuaikan dengan kebutuhan.
Penyediaan fasilitas umum harus disesuaikan dengan hirarki permukiman yang ada. Yaitu penyediaan pada tingkat RT, RW, kelurahan, kecamatan dan kota.
Lokasi fasilitas umum tersebar pada spot-spot yang sudah ada. Sedangkan penambahan fasilitas umum ditempatkan pada lokasi yang sentris terhadap areal pelayanannya.
Mempertahankan fasilitas di lokasi yang sudah ada.
Penambahan fasilitas umum harus disesuaikan dengan kebutuhan dan ditempatkan sesuai hirarki permukiman yang sentris terhadap areal pelayanannya.
Kawasan Pariwisata
Kegiatan Pariwisata yang dominan adalah di sepanjang pantai yang dekat dengan Objek Wisata Pulau Merah. Kurang lebih 4 km sebelah barat Pantai pulau Merah terdapat Pantai Mustika yang berada pada garis pantai yang sama dengan Pantai Pulau Merah. Lebih lanjut ke barat terdapat Pantai Pancer yang memiliki kekhasan
Menurut RTRW Kabupaten Banyuwangi 2012-2032, kawasan pariwisata dikembangkan di Pantai Pulau Merah dan Pantai Pancer.
Kondisi faktual lapangan menunjukkan kawasan wisata pulau merah masih belum tertata. Lahan parkir belum terkelola dengan baik sehingga kendaraan wisatawan setelah masuk ke dalam kawasan pantai pulau merah parkir pada tempat-tempat yang mereka anggap nyaman dan paling dekat dengan pantai.
Kondisi faktual lapangan menunjukkan masih kurangnya kualitas manajemen persampahan. Jumlah tempat sampah yang belum banyak dan kesadaran wisatawan dalam membuang sampah pada tempatnya mengakibatkan sering dijumpai sampah yang dibuang di sembarang
Penyediaan tempat parkir yang nyaman dan tidak mengganggu kegiatan wisata dii dalam kawasan;
Perlu dikembangkan sistem manajemen persampahan seperti penyediaan tempat pembuangan sementara dan pengangkutan menuju tempat pembuangan akhir.
Untuk mengakomodasi perkembangan pada
E X E C U T I V E S U M M A R Y
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS TUMPANG PITU K e c a m a t a n P e s a n g g a r a n 42
Jenis Penggunaan
Kondisi lapangan RTRW Kabupaten Banyuwangi 2012-2032 dan Hasil Studi
Pembahasan Arahan
(1) (2) (3) (4) (5)
aktivitas nelayan dan tempat bersandar perahu-perahu nelayan.
tempat. Perlu dikembangkan sistem manajemen persampahan seperti penyediaan tempat pembuangan sementara dan pengangkutan menuju tempat pembuangan akhir.
Kondisi faktual di lapangan menunjukkan mulai beralih-fungsinya rumah-rumah penduduk menjadi guest house yang disewakan kepada wisatawan yang ingin datang menginap di kawasan Pulau Merah. Pada masa mendatang diperkirakan jumlah wisatawan akan semakin bertambah, sehingga jumlah penginapan dan hotel di kawasan pariwisata diperkirakan juga akan bertambah. Hal ini perlu diakomodasi dalam perencanaan skala lingkungan dalam satu koridor pariwisata mulai Pantai Pulau Merah hingga Pantai Pancer.
Adanya beberapa tujuan wisata di Kawasan Tumpang Pitu belum dikelola sebagai Paket Wisata yang utuh, sehingga wisatawan saat ini hanya terkonsentrasi di kawasan Pulau Merah saja, padahal sepanjang pesisir Kawasan Tumpang Pitu terdapat beberapa objek wisata, namun objek yang lain masih sepi pengunjung.
masa mendatang ketika jumlah wisatawan, jumlah penginapan dan hotel di kawasan pariwisata diperkirakan juga akan bertambah, maka perlu dilakukan perencanaan skala lingkungan dalam satu koridor pariwisata mulai Pantai Pulau Merah hingga Pantai Pancer.
Kawasan Perumahan
Kawasan perumahan yang terdapat di wilayah perencanaan adalah perumahan yang dibangun perorangan. Perumahan perorangan ini lokasinya tersebar di sepanjang jalan kolektor Sumberagung-Sukamade
Kawasan perumahan dikembangkan sebagai bagian dari Perdesaan di Kawasan Tumpang Pitu.
Bentuk rumah yang dikembangkan terdiri dari rumah tunggal, rumah kopel, rumah deret, rumah kampung, rumah campuran.
Kondisi faktual wilayah perencanaan masih didominasi lahan belum terbangun berupa sawah, tegalan dan kebun. Karena dikembangkan menjadi kawasan permukiman maka secara bertahap lahan belum terbangun akan beralih fungsi menjadi lahan terbangun. Salah satunya adalah untuk pengembangan perumahan yang dapat dilakukan oleh pengembang dan perorangan. Hal ini dapat dilakukan
Perumahan di wilayah perencanaan dikembangkan sebagai bagian dari Kawasan Perdesaan Pesanggaran melalui alih fungsi lahan belum terbangun menjadi lahan terbangun.
E X E C U T I V E S U M M A R Y
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS TUMPANG PITU K e c a m a t a n P e s a n g g a r a n 43
Jenis Penggunaan
Kondisi lapangan RTRW Kabupaten Banyuwangi 2012-2032 dan Hasil Studi
Pembahasan Arahan
(1) (2) (3) (4) (5)
dan Sumberagung-Pancer.
pada lahan pertanian di wilayah perencanaan yang bukan merupakan LP2B.
Untuk mengantisipasi terjadinya tanah longsor, pada bagian wilayah perencanaan yang yang kelerengannya curam, harus dicegah untuk pengembangan bangunan gedung termasuk perumahan. Lereng perbukitan harus dipertahankan untuk kawasan lindung rawan bencana longsor.
Perbukitan berlereng curam dilarang dikembangkan untuk perumahan, tetapi harus dipertahankan untuk kawasan lindung rawan bencana tanah longsor.
Jenis dan bentuk rumah yang akan dikembangkan disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan permintaan pasar perumahan di wilayah bersangkutan.
Kawasan Komersial
Kondisi faktual lapangan menunjukkan bahwa aglomerasi kegiatan perdagangan dan jasa di wilayah perencanaan membentuk pita di perkotaan Sumberagung. Pada umumnya berupa warung, depot, hotel, toko barang palen dan kelontong.
Kawasan komersial perdagangan dan jasa, merupakan kawasan yang didominasi pemanfaatan ruangnya untuk kegiatan komersial perdagangan dan jasa pelayanan. Pengembangan kawasan komersial/perdagangan dan jasa dilakukan dalam rangka mewujudkan kawasan sekitar Perkotaan Sumberagung sebagai pusat pelayanan. Tujuan penetapan kawasan komersial tersebut adalah
Menyediakan lahan untuk menampung tenaga kerja, pertokoan, jasa, rekreasi, dan pelayanan masyarakat;
Menyediakan peraturan-peraturan yang jelas pada kawasan Perdagangan dan Jasa, meliputi: dimensi, intensitas, dan desain dalam merefleksikan berbagai macam pola pengembangan yang diinginkan masyarakat.
Arahan lokasi perdagangan dan jasa berdasarkan rencana tata ruang sudah sesuai dengan kondisi lapangan. Perdagangan dan jasa yang terletak pada Perkotaan Sumberagung-Pancer adalah perdagangan dan jasa yang fungsinya mendukung kebutuhan penduduk lokal dan wisatawan. Antara lain restoran, hotel, warung, kios, depot dan toko yang menjual barang kebutuhan sehari-hari.
Perdagangan dan jasa yang terletak di sepanjang periferi Jalan Pulau Merah-Pancer mendukung tempat wisata dan rekreasi pantai Pulau Merah, Pantai Mustika dan Pantai Pancer. Antara lain restoran, tempat penjualan makanan khas dan cinderamata, depot.
Jenis perdagangan dan jasa perlu disesuaikan dengan karakteristik lokasinya, yaitu lokasi sekitar tempat wisata bahari, dan sekitar permukiman.
Perdagangan dan jasa yang terletak pada Perkotaan Sumberagung-Pancer diarahkan mendukung kebutuhan penduduk lokal dan wisatawan. Antara lain restoran, hotel, warung, kios, depot dan toko yang menjual barang kebutuhan sehari-hari.
Perdagangan dan jasa yang terletak di sepanjang periferi Jalan Pulau Merah-Pancer diarahkan untuk mendukung tempat wisata dan rekreasi pantai Pulau Merah, Pantai Mustika dan Pantai Pancer. Antara
E X E C U T I V E S U M M A R Y
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS TUMPANG PITU K e c a m a t a n P e s a n g g a r a n 44
Jenis Penggunaan
Kondisi lapangan RTRW Kabupaten Banyuwangi 2012-2032 dan Hasil Studi
Pembahasan Arahan
(1) (2) (3) (4) (5)
lain restoran, tempat penjualan makanan khas dan cinderamata, depot.
Pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa harus disesuaikan dengan skala pelayanannya. Perdagangan dan jasa di wilayah perencanaan mempunyai skala pelayanan lokal sampai pelayanan kota.
Kawasan Ruang Terbuka Hijau
Ruang Terbuka Hijau di wilayah perencanaan bukan merupakan kawasan tetapi spot yang lokasinya tersebar. Ruang Terbuka Hijau di wilayah perencanaan terdiri dari taman, tempat bermain anak-anak dan makam, lokasinya tersebar di wilayah perencanaan.
Pengelompokan RTH dibedakan berdasarkan fungsi ekologis, sosial-budaya, estetika, dan ekonomi.
Proporsi RTH 30% dari luas kawasan perkotaan, teridir dari 20% RTH public dan 10% RTH privat.
Pengelomokkan RTH berdasarkan kepemilikan, meliputi: (1) Ruang Terbuka Hijau (RTH) publik yaitu taman kota, taman pemakaman umum, dan jalur hijau sepanjang jalan, sungai, dan pantai; serta (2) Ruang Terbuka Hijau (RTH) privat yaitu kebun atau halaman rumah/gedung milik masyarakat dan/atau swasta dan/atau pemerintah yang ditanami tumbuhan.
Penyediaan RTH berdasarkan fungsi harus disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik lokasi. 1. RTH yang mempunyai fungsi ekologis
adalah sempadan pantai, RTH alamiah pada lereng bukit, lapangan olah raga dan jalur jalan.
a. Hutan mangrove di sepanjang pesisir yang tidak digunakan untuk pelabuhan mempunyai fungsi ekologis sebagai penyeimbang tata air kawasan pesisir, mencegah abrasi, dan meredam gelombang.
b. RTH alamiah pada lereng bukit mempunyai fungsi ekologis sebagai penahan longsor dan penahan air.
a. RTH di sekeliling lapangan olah raga dan sepanjang jalur jalan berupa tanaman dengan mahkota lebar dan permukaan daun yang luas, mempunyai fungsi ekologis sebagai pengatur iklim mikro yang mampu menurunkan suhu lingkungan.
Penyediaan RTH berdasarkan fungsi : 1. Berdasarkan fungsi
ekologis : adalah sempadan pantai, RTH pada lereng bukit, RTH di sekeliling lapangan dan jalur jalan yang menggunakan tanaman pohon bermahkota lebar dan permukaan daun yang luas.
2. Berdasarkan fungsi sosial budaya : adalah taman kota, alun-alun.
3. Berdasarkan fungsi estetika : adalah RTH yang menggunakan vegetasi berbungan indah dan bertajuk indah.
E X E C U T I V E S U M M A R Y
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS TUMPANG PITU K e c a m a t a n P e s a n g g a r a n 45
Jenis Penggunaan
Kondisi lapangan RTRW Kabupaten Banyuwangi 2012-2032 dan Hasil Studi
Pembahasan Arahan
(1) (2) (3) (4) (5)
1. RTH yang mempunyai fungsi sosial budaya adalah taman kota dan alun-alun yang merupakan tempat berkumpulnya warga masyarakat untuk bersosialisasi.
2. RTH yang mempunyai fungsi estetika adalah semua jenis RTH yang menggunakan vegetasi berbunga indah, bentuk tajuknya indah.
3. RTH yang mempunyai fungsi ekonomi adalah RTH yang dapat dimanfaatkan untuk urban farming dengan cara menanami RTH dengan tanaman produktif yang menghasilkan uang.
Penyediaan RTH dengan proporsi RTH publik 20% dan RTH privat 10% masih layak direalisasikan, karena wilayah perencanaan masih didominasi lahan belum terbangun.
4. Berdasarkan ekonomi adalah RTH yang
ditanami tanaman produktif yang dapat dijual.
Penyediaan RTH pada unit permukiman didasarkan pada hirarki pelayanannya, yaitu tingkat RT, RW, kelurahan, kecamatan, kota.
Penyediaan RTH publik sebesar 20% dilakukan oleh pemerintah melalui rencana tata ruang. Penyediaan RTH privat dilakukan melalui pengendalian KDH minimal 10%.
Sumber : Tim Perencana; 2014
E X E C U T I V E S U M M A R Y
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS TUMPANG PITU K e c a m a t a n P e s a n g g a r a n 46
Gambar 5.19 Konsep Pemanfaatan Ruang Pada Kawasan Budidaya
Sumber : Tim Perencana; 2014
E X E C U T I V E S U M M A R Y
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS TUMPANG PITU K e c a m a t a n P e s a n g g a r a n 47
Gambar 5.20 Arahan Rencana Pola Ruang Kawasan Tumpang Pitu
Sumber : Tim Perencana; 2014
E X E C U T I V E S U M M A R Y
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS TUMPANG PITU K e c a m a t a n P e s a n g g a r a n 48
5.5. Rencana Intensitas Pemanfaatan Ruang
5.5.1. Rencana Pengaturan Perpetakan Lahan
1. Perpetakan Lahan Pada Wilayah Terbangun
Arahan
Ukuran kaveling mengikuti ukuran yang sudah ada di lapangan. Tetapi
pengembangan fisik bangunan di dalam kaveling harus dikendalikan dengan cara
memperlakukan kumpulan kaveling tersebut sebagai blok pengembangan untuk
mendapatkan kesatuan dan keselarasan secara sekuensial (lihat Gambar 5.26).
2. Perpetakan Lahan Pada Wilayah Belum Terbangun
Arahan
Ukuran kaveling yang digunakan adalah :
(1) Kaveling perumahan :
(a) Ukuran : 6x10 meter
(b) Ukuran : 6x12 meter
(c) Ukuran : 6x15 meter
(d) Ukuran : 6x16 meter
(e) Ukuran : 7x10 meter
(f) Ukuran : 7x12 meter
(g) Ukuran : 8x12 meter
(h) Ukuran : 8x15 meter
(i) Ukuran : 9x15 meter
(j) Ukuran : 10x15 meter
(2) Kaveling hotel
(a) Ukuran : 50x50 meter
(3) Kaveling sarana pelayanan umum :
Ukuran kaveling untuk pembangunan baru sarana pendidikan, kesehatan,
kantor pemerintah dan pelayanan umum, peribadahan, merujuk pada SNI 03-
1773-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di
Perkotaan
Tabel 5.14 Standar Luas Kaveling Sarana Pendidikan, Kesehatan, Tempat Peribadahan, Kantor Pemerintah
NO SARANA LUAS (m2)
(1) (2) (3)
I Pendidikan
1 Taman Kanak-kanak 500
2 Sekolah Dasar 2.000
3 Sekolah Mennegah Pertama 9.000
E X E C U T I V E S U M M A R Y
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS TUMPANG PITU K e c a m a t a n P e s a n g g a r a n 49
NO SARANA LUAS (m2)
(1) (2) (3)
4 Sekolah Menengah Umum 12.500
II Kesehatan
1 Posyandu 60
2 Balai Pengobatan 300
3 BKIA 3.000
4 Puskesmas 1.000
5 Apotik 250
III Peribadahan
1 Langgar 100
2 Masjid 300-5.400
3 Tempat Peribadahan Agama Lain 5.400
IV Kantor Pemerintahan dan Pelayanan Umum
1 Kantor Kelurahan 1.000
2 Kantor Kecamatan 2.500
3 Kantor Polisi 1.000
4 Kantor Pos Pembantu 500
5 STO 1.000
6 KUA 750
7 Pos PMK 1.000
8 Balai Pertemuan 300
Sumber : SNI 03-1733-2004
5.5.2. Rencana Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
Tabel 5.15 Arahan Koefisien Dasar Bangunan
No
Ukuran Kaveling
Jenis Penggunaan
KDB (%) Usulan Kondisi
faktual RTRW
Kabupaten Banyuwangi 2012-2032
Simulasi
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
I Perumahan Lama
1 Panjang kaveling 10 meter
41-60 60-70 60-70 Ada 2 alternatif : 1. KDB : 60% 2. KDB : 70% Dipilih alternatif 1 (KDB 60%) berdasarkan pertimbangan : Ketersediaan ruang terbuka pada
alternatif 1 lebih besar dibanding alternatif 2 (tidak ada halaman belakang).
Mempertahankan karakteristik permukiman lama
2 Panjang kaveling 12 meter
41-60 60-70 60-70 idem
3 Panjang kaveling 15 meter
41-60 60-70 60-70 idem
4 Panjang kaveling 20 meter
41-60 60-70 50-60 KDB 60% untuk penyediaan ruang terbuka di dalam kaveling.
II Perumahan Baru
1 Panjang kaveling 10 meter
61-80 60-70 60-70 KDB 70% berdasarkan pertimbangan keterbatasan lahan dan mahalnya harga lahan.
2 Panjang kaveling 12 meter
61-80 60-70 60-70 idem
E X E C U T I V E S U M M A R Y
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS TUMPANG PITU K e c a m a t a n P e s a n g g a r a n 50
No
Ukuran Kaveling
Jenis Penggunaan
KDB (%) Usulan Kondisi
faktual RTRW
Kabupaten Banyuwangi 2012-2032
Simulasi
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
3 Panjang kaveling 15 meter
61-80 60-70 60-70 idem
4 Panjang kaveling 20 meter
61-80 60-70 50-60 KDB 60% untuk penyediaan ruang terbuka dalam kaveling
III Perdagangan dan Jasa
1 Panjang kaveling 10 meter
61-80 60-70 60-70 KDB 70% untuk penyediaan tempat sepeda motor sekurangnya 3 meter.
2 Panjang kaveling 12 meter
61-80 70-80 60-70 idem
3 Panjang kaveling 15 meter
61-80 70-80 60-70 idem
4 Panjang kaveling 20 meter
61-80 70-80 50-60 KDB 60% : tersedia ruang untuk tempat parkir mobil min lebar 5 meter.
5 Panjang kaveling 50 meter; lebar 50 meter
41-60 60-70 60 KDB 60% untuk tempat parkir dan manuver kendaraan di dalam kaveling
IV Fasilitas Umum
1 Panjang kaveling 15 meter
41-60 60-70 60-70 KDB 60% berdasarkan pertimbangan keterbatasan lahan dan penyediaan ruang terbuka di dalam kaveling.
2 Panjang kaveling 20 meter
41-60 60-70 50-60 KDB 50% untuk penyediaan ruang terbuka dan tempat parkir dalam kaveling.
V Makam
Makam <40 - - KDB 20%; di dalam lokasi makam hanya diizinkan ada bangunan untuk keperluan pemakaman.
VI RTH
1 Green belt, - 0 - KDB greenbelt 0%;
2 Lapangan olah raga, taman
- 0 - KDB lapangan olah raga dan taman maksimum 20%.
VII Hutan produksi
Hutan rakyat, perkebunan
- 0 - KDB 0%
VIII Pertambangan
Kawasan Pertambangan
- <20 KDB <20%; di dalam lokasi Kawasan Tambang hanya diizinkan ada bangunan untuk keperluan pertambangan.
IX Pariwisata
Kawasan Pariwisata - <20 KDB <20%; di dalam Kawasan Pariwisata hanya diizinkan ada bangunan untuk penunjang pariwisata.
Sumber : Tim Perencana; 2014
E X E C U T I V E S U M M A R Y
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS TUMPANG PITU K e c a m a t a n P e s a n g g a r a n 51
5.5.3. Rencana Koefisien Lantai Bangunan (KLB)
Tabel 5.16 Arahan Koefisien Lantai Bangunan
No Ukuran Kaveling/ Jenis Penggunaan
KDB Rencana
(%)
Jumlah Lantai
Skenaio (lantai)
KLB usulan
(%)
Penjelasan
(1) (2) (3) (4) (5) (7)
I Perumahan Lama
1 Panjang kaveling 10 meter
60 1-2 60-120 KLB 60-120% Pertimbangan :
Sudah mencukupi kebutuhan ruang untuk rumah tinggal.
2 Panjang kaveling 12 meter
60 1-2 60-120 KLB 60-120% Pertimbangan : idem di atas
3 Panjang kaveling 15 meter
60 1-2 60-120 KLB 60-120% Pertimbangan : idem di atas
4 Panjang kaveling 20 meter
60 1-2 60-120 KLB 60-120% Pertimbangan : idem di atas
II Perumahan Baru
1 Panjang kaveling 10 meter
70 1-2 70-140 KLB 70-140% Pertimbangan :
Sudah mencukupi kebutuhan ruang untuk rumah tinggal.
2 Panjang kaveling 12 meter
70 1-2 70-140 KLB 70-140% Pertimbangan : idem di atas
3 Panjang kaveling 15 meter
70 1-2 70-140 KLB 70-140% Pertimbangan : idem di atas
4 Panjang kaveling 20 meter
60 1-2 60-120 KLB 60-120% Pertimbangan : idem di atas.
III Perdagangan dan jasa
1 Panjang kaveling 10 meter
70 1-2 70-140 KLB 70-140% Pertimbangan : Ketinggian optimal yang masih bisa
dibangun tanpa lift.
2 Panjang kaveling 12 meter
70 1-2 70-140 KLB 70-140% Pertimbangan : idem di atas
3 Panjang kaveling 15 meter
70 1-2 70-140 KLB 70-140% Pertimbangan : idem di atas
4 Panjang kaveling 20 meter
60 1-2 60-120 KLB 60-120% Pertimbangan : idem di atas
5 Panjang kaveling 50 meter; lebar 50 meter
60 1-2 60-120 KLB 50-100% Pertimbangan : idem di atas
IV Fasilitas Umum
1 Panjang kaveling 15 meter
60 1-2 60-120 KLB 60-120% Pertimbangan : Ketinggian optimal tanpa
menggunakan lift.
2 Panjang kaveling 20 meter
50 1-2 60-120 KLB 60-120% Pertimbangan : idem di atas
V Makam
Makam 20 1 20 20% Pertimbangan : Hanya diizinkan untuk bangunan
pendukung kegiatan makam. VI RTH
E X E C U T I V E S U M M A R Y
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS TUMPANG PITU K e c a m a t a n P e s a n g g a r a n 52
No Ukuran Kaveling/ Jenis Penggunaan
KDB Rencana
(%)
Jumlah Lantai
Skenaio (lantai)
KLB usulan
(%)
Penjelasan
(1) (2) (3) (4) (5) (7)
1 Green belt 0 - 0 KLB 0% Tidak diizinkan terdapat bangunan apapun.
2 Lapangan olah raga, taman
20 1 20 KLB 20% Diizinkan terdapat bangunan pendukung lapangan olah raga/taman dengan tinggi maksimum 1 lantai.
VII Hutan Produksi
Hutan rakyat dan perkebunan
0 - 0 KLB 0% Tidak diizinkan terdapat bangunan di dalam hutan produksi
VIII Pertambangan
Kawasan Pertambangan 20 1 20 20% Pertimbangan : Hanya diizinkan untuk bangunan
pendukung kegiatan pertambangan.
IX Pariwisata
Kawasan Pariwisata 20 1 20 20% Pertimbangan : Hanya diizinkan untuk bangunan
pendukung kegiatan pariwisata. Sumber : Tim Perencana; 2014
5.5.4. Rencana Koefisien Dasar Hijau (KDH)
Besaran KDH dengan menggunakan rumus KDH = 100%-(KDB + 20%) adalah :
(1) Untuk KDB 20% : KDH = 100 - (20 + 20% x 20) = 76%.
(2) Untuk KDB 40% : KDH = 100 - (40 + 20% x 40) = 52%
(3) Untuk KDB 50% : KDH = 100 - (50 + 20% x 50) = 40%
(4) Untuk KDB 60% : KDH = 100 - (60 + 20% x 60) = 28%
(5) Untuk KDB 70% : KDH = 100 - (70 + 20% x 70) = 16%
Analisis KDH dapat dilihat pada Tabel 5.28.
Tabel 5.17 Analisa Koefisien Dasar Hijau
No Ukuran Kaveling/ Jenis Penggunaan
KDB Rencana
(%)
KDH Berdasarkan Kepmen PU
(%)
Usulan
(1) (2) (3) (5) (6)
I Perumahan Lama
1 Panjang kaveling 10 meter
60 28 KDH 28% Pertimbangan : Masih dapat diterapkan pada kaveling
perumahan lama yang ada.
2 Panjang kaveling 12 meter
60 28 KDH 28% Pertimbangan: idem di atas
E X E C U T I V E S U M M A R Y
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS TUMPANG PITU K e c a m a t a n P e s a n g g a r a n 53
No Ukuran Kaveling/ Jenis Penggunaan
KDB Rencana
(%)
KDH Berdasarkan Kepmen PU
(%)
Usulan
(1) (2) (3) (5) (6)
3 Panjang kaveling 15 meter
60 28 KDH 28% Pertimbangan : idem di atas
4 Panjang kaveling 20 meter
60 28 KDH 28% Pertimbangan : idem di atas.
II Perumahan Baru
1 Panjang kaveling 10 meter
70 16 KDH 16% Pertimbangan : Lebih realistis diterapkan pada kaveling
perumahan baru , karena ukuran kavelingnya kecil.
2 Panjang kaveling 12 meter
70 16 KDH 16% Pertimbangan : Arahan RTRW terlalu tinggi.
3 Panjang kaveling 15 meter
70 16 KDH 16% Pertimbangan : Arahan RTRW terlalu tinggi.
4 Panjang kaveling 20 meter
60 28 KDH 28% Pertimbangan : Masih dapat diterapkan pada kaveling
perumahan yang panjangnya 20 meter. III Perdagangan dan
jasa
1 Panjang kaveling 10 meter
70 16 KDH 10% Pertimbangan : Di dalam kaveling pertokoan sulit menyediakan ruang terbuka alamiah sampai 16% (hampir seluruhnya diperkeras untuk tempat parkir), karena itu diusulkan proporsi minimal sebesar 10%.
2 Panjang kaveling 12 meter
70 16 KDH 10% Pertimbangan : idem di atas
3 Panjang kaveling 15 meter
70 16 KDH 10% Pertimbangan : idem di atas
4 Panjang kaveling 20 meter
60 28 KDH 10% Pertimbangan : idem di atas
5 Panjang kaveling 50 meter; lebar 50 meter
60 28 KDH 28% Pertimbangan : KDH 28% karena hotel lebih banyak menggunakan perkerasan paving untuk manuver kendaraan di dalam kaveling.
IV Fasilitas Umum
1 Panjang kaveling 15 meter
60 28 KDH 28% Pertimbangan : Fasilitas umum membutuhkan ruang terbuka lebih luas untuk tempat parkir, ruang terbuka formal, taman.
2 Panjang kaveling 20 meter
50 40 KDH 40% Pertimbangan : Fasilitas umum membutuhkan ruang terbuka lebih luas untuk tempat parkir, ruang terbuka formal, taman.
V Makam
Makam 20 76 KDH 76% Pertimbangan :
E X E C U T I V E S U M M A R Y
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS TUMPANG PITU K e c a m a t a n P e s a n g g a r a n 54
No Ukuran Kaveling/ Jenis Penggunaan
KDB Rencana
(%)
KDH Berdasarkan Kepmen PU
(%)
Usulan
(1) (2) (3) (5) (6)
KDH 76% telah sesuai dengan kondisi Makam pada umumnya yang sebagian besar digunakan sebagai pemakaman dan sisanya untuk prasarana penunjang..
VI RTH
1 Green belt 0 100 KDH 100% Di dalam areal green belt dilarang terdapat bangunan apapun.
2 Taman, lapangan olah raga
20 76 KDH 90% Pertimbangan : KDH 90% lebih sesuai untuk kondisi Tumpang Pitu, arena lapangan olah raga dan taman tidak banyak membutuhkan struktur fisik pendukung.
VII Hutan Produksi
Hutan rakyat dan perkebunan
0 100 KDH 100% Pertimbangan : Di dalam hutan produksi dilarang terdapat bangunan apapun. Hutan produksi harus dipertahankan dalam kondisi alamiah.
VIII Kawasan Pertambangan
Pertambangan 20 76 KDH 76% Pertimbangan : KDH 76% telah sesuai dengan kondisi Makam pada umumnya yang sebagian besar digunakan sebagai pertambangan dan sisanya untuk prasarana penunjang.
IX Kawasan Pariwisata
Wisata 20 76 KDH 76% Pertimbangan : KDH 76% telah sesuai dengan kondisi Makam pada umumnya yang sebagian besar digunakan untuk kegiatan/wahana wisata dan sisanya untuk prasarana penunjang.
Sumber : Tim Perencana; 2014
5.6. Rencana Tata Bangunan
5.6.1. Rencana Garis Sempadan Bangunan (GSB)
Tabel 5.18 Analisa Garis Sempadan Bangunan
No
Ukuran Kaveling
Jenis Penggunaan
GSB (meter) Usulan
Kondisi faktual
PP No. 34 Tahun 2006
Tentang Jalan
Simulasi
(1) (2) (3) (5) (6) (7)
KOLEKTOR
I Perumahan Lama
1 Panjang kaveling 10 meter
3-8 meter 10 3 GSB 3 meter Pertimbangan : GSB 3 meter dibutuhkan untuk kepentingan
keselamatan pengguna jalan dan penghuni
E X E C U T I V E S U M M A R Y
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS TUMPANG PITU K e c a m a t a n P e s a n g g a r a n 55
No
Ukuran Kaveling
Jenis Penggunaan
GSB (meter) Usulan
Kondisi faktual
PP No. 34 Tahun 2006
Tentang Jalan
Simulasi
(1) (2) (3) (5) (6) (7)
rumah agar tidak mudah terjadi kecelakaan di jalan lokal.
Bangunan yang mempunyai GSB <3 meter, secara bertahap disesuaikan melalui mekanisme perizinan.
2 Panjang kaveling 12 meter
3-8 meter 10 3 GSB 3 meter Pertimbangan : GSB 3 meter dibutuhkan untuk kepentingan
keselamatan pengguna jalan dan penghuni rumah agar tidak mudah terjadi kecelakaan di jalan lokal.
Bangunan yang mempunyai GSB <3 meter, secara bertahap disesuaikan melalui mekanisme perizinan.
3 Panjang kaveling 15 meter
3-8 meter 10 3 GSB 3 meter Pertimbangan : GSB 3 meter dibutuhkan untuk kepentingan
keselamatan pengguna jalan dan penghuni rumah agar tidak mudah terjadi kecelakaan di jalan lokal.
Bangunan yang mempunyai GSB <3 meter, secara bertahap disesuaikan melalui mekanisme perizinan.
4 Panjang kaveling 20 meter
3-8 meter 10 3 GSB 3 meter Pertimbangan : GSB 3 meter dibutuhkan untuk kepentingan
keselamatan pengguna jalan dan penghuni rumah agar tidak mudah terjadi kecelakaan di jalan lokal.
Bangunan yang mempunyai GSB <3 meter, secara bertahap disesuaikan melalui mekanisme perizinan.
II Perumahan Baru
1 Panjang kaveling 10 meter
GSB 3 meter 10 3 GSB 3 meter Pertimbangan : Sesuai dengan kondisi faktual dan simulasi.
2 Panjang kaveling 12 meter
GSB 3 meter 10 3 GSB 3 meter Pertimbangan : Sesuai dengan kondisi faktual dan simulasi.
3 Panjang kaveling 15 meter
GSB 3 meter 10 3 GSB 3 meter Pertimbangan :
Sesuai dengan kondisi faktual dan simulasi. III Perdagangan
dan jasa
1 Panjang kaveling 15 meter
3-10 10 3-6 GSB 6 meter Pertimbangan :
Memenuhi Simulasi.
Masih mencukupi untuk parkir mobil.
PP No. 34/2006 yang menetapkan GSB 9 meter sulit diterapkan.
E X E C U T I V E S U M M A R Y
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS TUMPANG PITU K e c a m a t a n P e s a n g g a r a n 56
No
Ukuran Kaveling
Jenis Penggunaan
GSB (meter) Usulan
Kondisi faktual
PP No. 34 Tahun 2006
Tentang Jalan
Simulasi
(1) (2) (3) (5) (6) (7)
Bangunan yang mempunyai pemunduran <6 meter, secara bertahap menyesuaikan melalui mekainsme perizinan.
2 Panjang kaveling 20 meter
3-10 10 3-6 GSB 6 meter Pertimbangan : idem di atas
3 Panjang kaveling > 20 meter
3-10 10 8 GSB 8 meter Pertimbangan :
Fasilitas komersial membutuhkan jalur sirkulasi untuk menurunkan penumpang dan tempat parkir mobil.
Bangunan yang mempunyai pemunduran <6 meter, secara bertahap menyesuaikan melalui mekainsme perizinan.
IV Fasilitas Umum
1 Panjang kaveling 15 meter
6-8 10 3-6 GSB 6 meter Pertimbangan : Tidak membongkar kondisi yang ada. PP No. 34/2006 yang menetapkan GSB 9
meter sulit diterapkan Fasilitas umum membutuhkan ruang terbuka
lebih luas untuk taman, tempat parkir, ruang terbuka formal.
2 Panjang kaveling 20 meter
6-8 10 3-6 GSB 6 meter Pertimbangan : idem di atas.
LOKAL
I Perdagangan dan jasa
1 Panjang kaveling 15 meter
3-8 7 3-6 GSB 6 meter Pertimbangan :
Masih mencukupi untuk parkir mobil.
GSB berdasarkan PP 34/2006 sulit diterapkan. Bangunan perdagangan jasa yang mempunyai GSB <6 meter disesuaikan secara bertahap melalui mekanisme perizinan.
2 Panjang kaveling 20 meter
3-8 7 3-6 GSB 6 meter Pertimbangan : idem di atas
3 Panjang kaveling > 20 meter
3-8 7 8 GSB 6 meter Pertimbangan :
Sesuai dengan simulasi,
GSB berdasarkan PP 34/2006 sulit diterapkan.
Mencukupi untuk parkir mobil. Bangunan perdagangan jasa yang mempunyai GSB <6 meter disesuaikan secara bertahap melalui mekanisme perizinan.
4 Panjang kaveling 50 meter; lebar 50 meter
10 7 10-15 GSB 10 meter : Untuk hotel melati atau pondok wisata.
GSB 15 meter : Untuk hotel bintang tiga.
Pertimbangan :
E X E C U T I V E S U M M A R Y
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS TUMPANG PITU K e c a m a t a n P e s a n g g a r a n 57
No
Ukuran Kaveling
Jenis Penggunaan
GSB (meter) Usulan
Kondisi faktual
PP No. 34 Tahun 2006
Tentang Jalan
Simulasi
(1) (2) (3) (5) (6) (7)
GSB 10-15 meter dibutuhkan untuk manuver kendaraan kaveling.
II Fasilitas Umum
1 Panjang kaveling 10 meter
6-8 7 3 GSB 3 meter Pertimbangan : Sesuai dengan simulasi Mencukupi untuk tempat parkir sepeda motor
2 Panjang kaveling 15 meter
6-8 7 6 GSB 6 meter Pertimbangan : Sesuai dengan simulasi. Tidak membongkar kondisi yang ada. PP No. 34/2006 yang menetapkan GSB 7 meter sulit diterapkan
3 Panjang kaveling 20 meter
6-8 7 6 GSB 6 meter Pertimbangan : idem di atas.
III Perumahan Lama
1 Panjang kaveling 10 meter
Perumahan Pinggir Kota :
3-8 meter
7 3 GSB 3 meter Pertimbangan : GSB 3 meter dibutuhkan untuk kepentingan
keselamatan pengguna jalan dan penghuni rumah agar tidak mudah terjadi kecelakaan di jalan lokal.
Bangunan yang mempunyai GSB <3 meter, secara bertahap disesuaikan melalui mekanisme perizinan.
2 Panjang kaveling 12 meter
Perumahan Pinggir kota :
3-8 meter
7 3 GSB 3 meter Pertimbangan : GSB 3 meter dibutuhkan untuk kepentingan
keselamatan pengguna jalan dan penghuni rumah agar tidak mudah terjadi kecelakaan di jalan lokal.
Bangunan yang mempunyai GSB <3 meter, secara bertahap disesuaikan melalui mekanisme perizinan.
3 Panjang kaveling 15 meter
Perumahan Pinggir kota :
3-8 meter
7 3 GSB 3 meter Pertimbangan : GSB 3 meter dibutuhkan untuk kepentingan
keselamatan pengguna jalan dan penghuni rumah agar tidak mudah terjadi kecelakaan di jalan lokal.
Bangunan yang mempunyai GSB <3 meter, secara bertahap disesuaikan melalui mekanisme perizinan.
4 Panjang kaveling 20 meter
Perumahan Pinggir Kota :
3-8 meter
3 GSB 3 meter Pertimbangan : GSB 3 meter dibutuhkan untuk kepentingan
keselamatan pengguna jalan dan penghuni rumah agar tidak mudah terjadi kecelakaan di jalan lokal.
Bangunan yang mempunyai GSB <3 meter, secara bertahap disesuaikan melalui mekanisme perizinan.
E X E C U T I V E S U M M A R Y
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS TUMPANG PITU K e c a m a t a n P e s a n g g a r a n 58
No
Ukuran Kaveling
Jenis Penggunaan
GSB (meter) Usulan
Kondisi faktual
PP No. 34 Tahun 2006
Tentang Jalan
Simulasi
(1) (2) (3) (5) (6) (7)
IV Perumahan Baru
1 Panjang kaveling 10 meter
GSB 3 meter 7 3 GSB 3 meter Pertimbangan : Sesuai dengan kondisi faktual, Rencana Tata
Ruang, dan simulasi.
2 Panjang kaveling 12 meter
GSB 3 meter 7 3 GSB 3 meter Pertimbangan : Sesuai dengan kondisi faktual, Rencana Tata Ruang, dan simulasi.
3 Panjang kaveling 15 meter
GSB 3 meter 7 3 GSB 3 meter Pertimbangan :
Sesuai dengan kondisi faktual, Rencana Tata Ruang, dan simulasi.
V Pertambangan
1 Panjang kaveling 3400 meter
- 7 7 GSB 30 meter Pertimbangan : GSB 30 meter dibutuhkan untuk kepentingan
keselamatan pengguna jalan dan penghuni rumah agar tidak mudah terjadi kecelakaan di jalan lokal.
VI Pariwisata
1 Panjang kaveling 10 meter
2-3 meter 7 3 GSB 3 meter Pertimbangan : GSB 3 meter dibutuhkan untuk kepentingan
keselamatan pengguna jalan dan penghuni rumah agar tidak mudah terjadi kecelakaan di jalan lokal.
Bangunan yang mempunyai GSB <3 meter, secara bertahap disesuaikan melalui mekanisme perizinan.
LINGKUNGAN I Perumahan
Lama
1 Panjang kaveling 10 meter
Perumahan Pinggir Kota :
3-8 meter
2 3 GSB 3 meter Pertimbangan : GSB 3 meter dibutuhkan untuk kepentingan
keselamatan pengguna jalan dan penghuni rumah agar tidak mudah terjadi kecelakaan di jalan lokal.
Bangunan yang mempunyai GSB <3 meter, secara bertahap disesuaikan melalui mekanisme perizinan.
GSB menurut PP 34/2006 kurang mencukupi
2 Panjang kaveling 12 meter
Perumahan Pinggir kota :
3-8 meter
2 3 GSB 3 meter Pertimbangan : GSB 3 meter dibutuhkan untuk kepentingan
keselamatan pengguna jalan dan penghuni rumah agar tidak mudah terjadi kecelakaan di jalan lokal.
Bangunan yang mempunyai GSB <3 meter, secara bertahap disesuaikan melalui mekanisme perizinan.
GSB menurut PP 34/2006 kurang mencukupi
E X E C U T I V E S U M M A R Y
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS TUMPANG PITU K e c a m a t a n P e s a n g g a r a n 59
No
Ukuran Kaveling
Jenis Penggunaan
GSB (meter) Usulan
Kondisi faktual
PP No. 34 Tahun 2006
Tentang Jalan
Simulasi
(1) (2) (3) (5) (6) (7)
3 Panjang kaveling 15 meter
Perumahan Pinggir Kota :
3-8 meter
2 3 GSB 3 meter Pertimbangan : GSB 3 meter dibutuhkan untuk kepentingan
keselamatan pengguna jalan dan penghuni rumah agar tidak mudah terjadi kecelakaan di jalan lokal.
Bangunan yang mempunyai GSB <3 meter, secara bertahap disesuaikan melalui mekanisme perizinan.
GSB menurut PP 34/2006 kurang mencukupi
4 Panjang kaveling 20 meter
Perumahan Pinggir Kota :
3-8 meter
2 3 GSB 3 meter Pertimbangan : idem di atas
II Perumahan Baru
1 Panjang kaveling 10 meter
GSB 3 meter 2 3 GSB 3 meter Pertimbangan : Sesuai dengan kondisi faktual, Rencana Tata
Ruang, dan simulasi.
2 Panjang kaveling 12 meter
GSB 3 meter 2 3 GSB 3 meter Pertimbangan : Sesuai dengan kondisi faktual, Rencana Tata Ruang, dan simulasi.
3 Panjang kaveling 15 meter
GSB 3 meter 2 3 GSB 3 meter Pertimbangan : Sesuai dengan kondisi faktual, Rencana Tata
Ruang, dan simulasi. III Fasilitas
Umum
1 Panjang kaveling 10 meter
3-8 2 3 GSB 3 meter Pertimbangan : Sesuai dengan simulasi (untuk mendapatkan
KDB 60%) Pedoman RDTRK sulit diterapkan (untuk
mencapai KDB 60%)
1 Panjang kaveling 15 meter
3-8 2 3 GSB 3 meter Pertimbangan : Sesuai dengan simulasi; kondisi eksisting. GSB menurut PP 34/2006 sulit diterapkan
2 Panjang kaveling 20 meter
3-8 2 5 GSB 5 meter Pertimbangan : Masih sesuai dengan kondisi eksisting dan
simulasi. GSB menurut PP 34/2006 sulit diterapkan
3 Panjang kaveling 50 meter
3-8 2 5 GSB 5 meter Pertimbangan : idem di atas
IV Perdagangan dan Jasa
1 Panjang kaveling 10 meter
3-8 2 3 GSB 3 meter Pertimbangan : Sesuai dengan simulasi (untuk mendapatkan
KDB 60%); kondisi eksisting; dan Rencana TataRuang
PP 34/2006 sulit diterapkan
E X E C U T I V E S U M M A R Y
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS TUMPANG PITU K e c a m a t a n P e s a n g g a r a n 60
No
Ukuran Kaveling
Jenis Penggunaan
GSB (meter) Usulan
Kondisi faktual
PP No. 34 Tahun 2006
Tentang Jalan
Simulasi
(1) (2) (3) (5) (6) (7)
2 Panjang kaveling 15 meter
3-8 2 3 GSB 3 meter Pertimbangan : idem di atas
V Makam Makam GSB 3 meter dari batas pagar; digunakan untuk
jalur pejalan kaki di dalam kompleks makam. VI Pariwisata
1 Panjang kaveling 10 meter
2-3 meter 2 3 GSB 3 meter Pertimbangan : GSB 3 meter dibutuhkan untuk kepentingan
keselamatan pengguna jalan dan penghuni rumah agar tidak mudah terjadi kecelakaan di jalan lokal.
Bangunan yang mempunyai GSB <3 meter, secara bertahap disesuaikan melalui mekanisme perizinan.
Sumber : Tim Perencana; 2014
5.6.2. Rencana Pengaturan Jarak Bangunan
(1) Klasifikasi kaveling :
(a) Kaveling yang lebarnya ≤10 meter dizinkan tidak berjarak antara satu dengan
lainnya (diizinkan berdempetan).
(b) Kaveling yang lebarnya 10-≤20 meter disyaratkan berjarak antara satu
dengan lainnya.
(c) Kaveling yang lebarnya >20 meter, disyaratkan berjarak pada kedua sisinya.
(2) Jarak antar bangunan ditentukan dengan menggunakan :
(a) Rumus d = ½ (h1 + h2)
(b) Menggunakan standar ;
- Jarak antar bangunan tidak bertingkat 4 meter.
- Setiap penambahan satu lantai, jarak ditambah ½ meter.
KETENTUAN PEMANFAATAN RUANG
Sasaran yang hendak dicapai di dalam RTR Kawasan Strategis ini berdaya jangkau
20 tahun yang akan datang yaitu dari tahun 2015- 2035 yang terbagi ke dalam 5 tahunan
Adapun tahapannya adalah sebagai berikut :
1. Tahap Pertama, tahun 2015 – 2020, diprioritaskan pada upaya peningkatan berbagai
kondisi esksisting, pengembangan baru, peningkatan kapasitas dan kinerja pelayanan;
2. Tahap Kedua, tahun 2021 – 2025, diprioritaskan pada upaya peningkatan lebih lanjut,
serta peningkatan kapasitas dan kinerja pelayanan;
E X E C U T I V E S U M M A R Y
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS TUMPANG PITU K e c a m a t a n P e s a n g g a r a n 61
3. Tahap Ketiga, tahun 2026 – 2030, diprioritaskan pada upaya peningkatan lebih lanjut
kapasitas dan kinerja pelayanan, serta beberapa pemantapan; dan
4. Tahap Keempat, tahun 2031 – 2035, diprioritaskan pada upaya pemantapan.
E X E C U T I V E S U M M A R Y
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS TUMPANG PITU K e c a m a t a n P e s a n g g a r a n 62
Tabel 6.1 Indikasi Program Pemanfaatan Ruang Kawasan Strategis Tumpang Pitu
No Indikasi Program
Tahapan dan Tahun Pelaksanaan Program
Lokasi Pelaksana Sumber
Pendanaan
I II III IV
2015-2019 2020-2024 2025-2029 2030-2034
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
PROGRAM TERKAIT RENCANA STRUKTUR RUANG
Penetapan struktur ruang kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil
Bappeda Kab. Banyuwangi, Dinas Kelautan dan Perikanan
APBN; APBD Prop, APBD Kab.
Penetapan fungsi tiap zona di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil
Bappeda Kab. Banyuwangi
APBN; APBD Prop, APBD Kab.
Penetapan zona dan sub zona kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil
Bappeda Kab. Banyuwangi
APBN; APBD Prop, APBD Kab.
Penyediaan jaringan jalan baru
Pada sekitar rencana pengembangan kawasan campuran pendukung wisata Pulau Merah
Dinas Pekerjaan Umum
APBN; APBD Prop, APBD Kab.
Peningkatan kualitas jaringan jalan yang sudah ada
Jalan Sumberagung-Pancer, Jalan lingkungan di Desa Kandangan
Dinas Pekerjaan Umum
APBD Kab.; Swadaya
Penyediaan jaringan air bersih
PDAM Banyuwangi, Dinas Pekerjaan Umum
Korporasi
Penyediaan jaringan listrik PLN Banyuwangi Korporasi
E X E C U T I V E S U M M A R Y
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS TUMPANG PITU K e c a m a t a n P e s a n g g a r a n 63
No Indikasi Program
Tahapan dan Tahun Pelaksanaan Program
Lokasi Pelaksana Sumber
Pendanaan
I II III IV
2015-2019 2020-2024 2025-2029 2030-2034
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Penyediaan prasarana persampahan
Dinas Kebersihan dan Persampahan
APBD Kab.; Swadaya
Penyediaan menara telekomunikasi bersama
Swasta Korporasi
PROGRAM TERKAIT RENCANA POLA RUANG
KAWASAN LINDUNG
Penetapan Zona Hutan Lindung
Bappeda Kab. Banyuwangi, Dinas Kelautan dan Perikanan, dinas kehutanan
APBN; APBD Prop, APBD Kab.
Penetapan Zona Perlindungan Setempat sempadan sungai
Dinas Pengairan, Bappeda, Kantor Pelayanan Perijinan, Masyarakat
APBN; APBD Prop, APBD Kab., Masyarakat
Penetapan zona Perlindungan setempat sempadan pantai
Bappeda, Dinas Kelautan dan Perikanan, Kantor Pelayanan Perijinan, Masyarakat
APBN; APBD Prop, APBD Kab.
Penetapan zona perlindungan setempat daerah waspada lahar
Bappeda, Dinas pengairan, Dinas Perijinan, Masyarakat
APBN; APBD Prop, APBD Kab.
E X E C U T I V E S U M M A R Y
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS TUMPANG PITU K e c a m a t a n P e s a n g g a r a n 64
No Indikasi Program
Tahapan dan Tahun Pelaksanaan Program
Lokasi Pelaksana Sumber
Pendanaan
I II III IV
2015-2019 2020-2024 2025-2029 2030-2034
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Rehabilitasi & Konservasi kawasan pantai
Dinas Kelautan dan Perikanan, Bappeda, Kantor Pelayanan Perijinan, Masyarakat
APBN; APBD Prop, APBD Kab., Masyarakat
Konservasi / reboisasi Tanah kerentanan sedang
Dinas pertanian, hutbun & peternakan, departemen kehutanan
APBN; APBD Prop, APBD Kab., masyarakat
Penetapan zona rawan Tsunami
Bappeda, Dinas Kelautan dan Perikanan, Kantor Pelayanan Perijinan
APBN; APBD Prop, APBD Kab.
Penetapan zona evakuasi Bappeda, Dinas Kelautan dan Perikanan, Masyarakat
APBN; APBD Prop, APBD Kab.
Penetapan jalur evakuasi Bappeda, Dinas Kelautan dan Perikanan, Binamarga, Masyarakat
APBN; APBD Prop, APBD Kab.
KAWASAN BUDIDAYA
Pembangunan perumahan layak huni
Bappeda, PU, Kantor Pelayanan Perijinan
APBN; APBD Prop, APBD Kab.
E X E C U T I V E S U M M A R Y
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS TUMPANG PITU K e c a m a t a n P e s a n g g a r a n 65
No Indikasi Program
Tahapan dan Tahun Pelaksanaan Program
Lokasi Pelaksana Sumber
Pendanaan
I II III IV
2015-2019 2020-2024 2025-2029 2030-2034
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Pengembangan Zona perdagangan
Bappeda, PU Cipta Karya, Dinas pasar, Kantor Pelayanan Perijinan
APBN; APBD Prop, APBD Kab.
Pengembangan Zona Pertanian
Dinas Pertanian, Kantor Pelayanan Perijinan
APBN; APBD Prop, APBD Kab.
Pengembangan Zona Pelayanan Umum
Bappeda, PU Cipta Karya, Dinas pasar, Kantor Pelayanan Perijinan
APBN; APBD Prop, APBD Kab.
- Penyediaan Fasilitas Pendidikan
Dinas Pendidikan APBD Kab, Swasta
- Penyediaan Fasilitas Kesehatan
Dinas Kesehatan APBD Kab, Swasta
- Penyediaan Fasilitas Peribadatan
Masyarakat Swadaya
- Penyediaan Fasilitas Ruang Terbuka Hijau
Dinas Kebersihan, Masyarakat, Dinas PU
APBD Kab
- Penyediaan Sarana Rekreasi
Dinas Kebersihan, Masyarakat, Dinas PU
APBD Kab
- Penyediaan Sarana Perdagangan
Masyarakat, Swasta Individu, kelompok
- Penyediaan Sarana Perkantoran
Bappeda, masyarakat, swasta
APBN; APBD Prop, APBD Kab.; Swadaya; Korporasi
E X E C U T I V E S U M M A R Y
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS TUMPANG PITU K e c a m a t a n P e s a n g g a r a n 66
No Indikasi Program
Tahapan dan Tahun Pelaksanaan Program
Lokasi Pelaksana Sumber
Pendanaan
I II III IV
2015-2019 2020-2024 2025-2029 2030-2034
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Penetapan zona Pertahanan Dan Keamanan
basis latihan militer dan posal TNI AL Pancer
TNI, Departemen Kehutanan
APBN; APBD Prop, APBD Kab.
Penetapan Zona Pariwisata (Sub Kawasan Pariwisata Bahari)
Dinas Pariwisata, Bappeda, Dinas Kelautan dan Perikanan, Kantor Pelayanan Perijinan
APBN; APBD Prop, APBD Kab.
Pengembangan Kawasan Wisata Pantai yang berwawasan lingkungan
Dinas Pariwisata, Bappeda, Dinas PU
APBN; APBD Prop, APBD Kab.
Penetapan Zona Penangkapan Laut
Dinas Kelautan dan Perikanan, Masyarakat
APBN; APBD Prop, APBD Kab.
Penetapan zona Budiaya Perikanan Laut (KJA)
Dinas Kelautan dan Perikanan, Kantor Pelayanan Perijinan, Masyarakat
APBN; APBD Prop, APBD Kab.
Penetapan zona pertambangan emas, perak, tembaga
Dinas Pertambangan, Dinas Kehutanan, Perhutani, Swasta
APBN; APBD Prop, APBD Kab. ; Swasta
Penyediaan Zona buffer di antara kegiatan pariwisata dan pertambangan
Dinas Kehutanan, Perhutani, Swasta
Swasta
Reklamasi dan rehabilitasi kawasan tambang
Dinas Kehutanan, Perhutani, Swasta
Swasta
E X E C U T I V E S U M M A R Y
RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS TUMPANG PITU K e c a m a t a n P e s a n g g a r a n 67
No Indikasi Program
Tahapan dan Tahun Pelaksanaan Program
Lokasi Pelaksana Sumber
Pendanaan
I II III IV
2015-2019 2020-2024 2025-2029 2030-2034
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Pemanfaatan Hutan Produksi secara optimal dan berwawasan lingkungan
Dinas Kehutanan, Perhutani, Swasta
APBN; APBD Prop, APBD Kab. ; Swasta
Pengembangan Kawasan Agropolitan
Dinas Pertanian, Hutbun & Peternakan, dinas Perindustrian dan perdagangan, masyarakat
APBN; APBD Prop, APBD Kab.
Pengembangan Kawasan Minapolitan
Dinas Kelautan dan Perikanan, Bappeda, PU, Dinas Pendapatan Dan Pengelolahan Keuangan Daerah, Kantor Pelayanan Perijinan
APBN; APBD Prop, APBD Kab.
top related