etika kedokteran 22 de
Post on 10-Feb-2018
256 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
7/22/2019 Etika Kedokteran 22 dewwwwwwwsssd
1/26
LAPORAN TUTORIAL
BLOK VIII
BIOETHIC and MEDICAL LAW
KAIDAH DASAR BIOETIKA KEDOKTERAN DAN BIOETIKA
KEDOKTERAN ISLAM
OLEH
Nama : Dewi Soraya
Nim : J500080051
Kelompok : 3
Nama tutor : dr. Fikar
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2009
-
7/22/2019 Etika Kedokteran 22 dewwwwwwwsssd
2/26
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kaidah dasar (prinsip) Etika / Bioetik adalah aksioma yang mempermudah
penalaran etik. Prinsip-prinsip itu harus spesifik. Macam kaidah dasar bioetik
kedokteran modern ada kaidah benefince, kaidah otonomy, kaidah Non-
Malaficence dan kaidah justice. Pada praktiknya, satu prinsip dapat dibersamakan
dengan prinsip yang lain. Tetapi pada beberapa kasus, karena kondisi (ilatnya)
berbeda, satu prinsip menjadi lebih penting dan sah untuk digunakan dengan
mengorbankan prinsip yang lain. Keadaan terakhir disebut dengan prima facie,
dimana digunakan untuk menentukan kaidah dasar mana yang dipilih ketika
berada di dalam konteks atau kondisi tertentu untuk mendapatkan hasil yang
efisien dan tidak merugikan pasien.
Namun sebagai dokter islam kita juga memerhatikan kaidah dasar bioetik
islam antaralain, kaidah niatan, kaidah Al-Yaqiin, Kaidah Al-Dhahrar (kerugian),
kaidah Al-Masyaqqat ( kesulitan) dan kaidah AlUrf (kebiasaan). Yang jadi
masalah penggunaan kaidah dasar bioetik kedokteran islam ini membuat ilatnya
berubah. Seorang dokter harus mampu menentukan kaidah yang sesuai dengan
masalah yang sedang dihadapi, karena kadang-kadang kebutusan dokter tidak
sesuai atau bertentangan dengan kebijakan rumah sakit atau etika rumah sakit.
Namun kadang-kadang pengambilan keputusan menjadikan dilema etik di
masyarakat. Etika rumah sakit adalah pengembangan dari etika biomedika
(bioetika). Karena masalah-masalah atau dilema etik yang baru muncul sebagai
dampak atau akibat dari penerapan kemajuan pesat ilmu dan tekhnology
biomedis, justru terjadi di rumah sakit.
-
7/22/2019 Etika Kedokteran 22 dewwwwwwwsssd
3/26
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja kaidah dasar bioetika kedokteran dan bioetika kedokteran islam?
2. Bagaimana penerapan dari kaidah dasar bioetika kedokteran dan bioetika
kedokteraan islam?
3. Mengapa semua pasien berhak mendapatkan pelayanan asuhan yang adil?
4. Bagaimana keputusan medis harus dibuat terhadap pasien yang tidak mampu
menentukan sendiri?
5. Bagaimana tanggung jawab hak dan kewajiban dokter terhadap masyarakat
dan kesehatan global?
6. Mengapa dokter menggunakan kaidah dasar bioetika Non Maleficence
terhadap pasiennya?
7. Mengapa pihak rumah sakit menggunakan kaidah dasar bioetika justice
terhadap pasien?
8. Mengapa prosedur pemeriksaan sensitivitas dalam islam menggunakan
penerapan kaidah Al-Urf?
9. Mengapa pemilihan antibiotik Imipenem yang berdasarkan hasil tes
sensitivitas termasuk memenuhi kaidah Al-yaqiin?
10. Mengapa terjadi perubahan ilat dalam penggunaan askeskin?
C. Tujuan
1. Mampu menjelaskan kaidah dasar bioetika kedokteran
2. Mampu menjelaskan kaidah dasar bioetika kedokteran islam
3. Mampu menjelaskan etika yang mendasari hubungan dokter dengan pasien
4. Mampu menjelaskan etika yang mendasari hubungan dokter dengan teman
sejawatnya
-
7/22/2019 Etika Kedokteran 22 dewwwwwwwsssd
4/26
5. Mampu menjelaskan etika yang mendasari hubungan dokter dan masyarakat
6. Mampu menjelaskan tanggung jawab, hak dan kewajiban dokter terhadap
masyarakat dan kesehatan global
7. Mampu menjelaskan pertentangan antara kewajiban dokter terhadap pasien
dan terhadap masyarakat dan alasan yang mendasarinya
D. Manfaat
1. Mahasiswa mampu dan mengenal dasar dasar kaidah
dasar bioetika kedokteran
2. Mahasiswa mampu menggali potensi dalam pemahaman pada etika
hubungan antara dokter dengan pasien
3. Mahasiswa mampu dalam etika hubungan antara dokter dan
masyarakat
4. Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip kedokteran islam yang
modern
5. Menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca
6. Menunjang wawasan tentang kaidah dasar bioetika kedokteran dan
kedokteran islam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
-
7/22/2019 Etika Kedokteran 22 dewwwwwwwsssd
5/26
A. Bioetika
Bioetika adalah studi interdisipliner tentang problem-problem yang
ditimbulkan oleh perkembangan di bidang biologi dan ilmu kedokteran, baik
pada skala mikro maupun skala makro, termasuk dampaknya terhadap
masyarakat luas serta sistem nilainya, kini dan masa mendatang. Di dalam
uraian mengenai bioetika dibedakannya etika dalam 3 pengertian yaitu,
a. Etika sebagai nilai-nilai dan azas-azas moral yang dipakai seseorang
atau suatu kelompok sebagai pegangan bagi tingkah lakunya.
b. Etika sebagai kumpulan azas dan nilai yang berkenaan dengan
moralitas ( apa yang dianggap baik atau buruk). Misalnya kode etik
kedokteran, kode etik rumah sakit.
c. Etika sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dari sudt-
sudut norma dan nilai-nilai moral. (J. Guwandi, 1991)
Ada sekurangnya tiga cara melihat bioetika:
a. Bioetika deskriptif ialah pengamatan dan penafsiran deskriptif cara
orang memandang kehidupan, interaksi moral dan tanggungjawab dengan
organisme hidup dalam kehidupan mereka.
b. Bioetika preskriptif memberitahu atau berusaha mengatakan pada
orang lain apa yang baik atau jelek secara etika, dan apa prinsip-pinsip
yang paling penting dalam membuat keputusan-keputusan seperti itu. Ini
dapat juga dikatakan bahwa seseorang atau sesuatu mempunyai hak, dan
orang lain mempunyai kewajiban terhadap hak ini.
c. Bioetika interaktif ialah diskusi dan debat mengenai butir 1 dan 2 di
atas antara orang, kelompok dalam masyarakat, dan komunitas
-
7/22/2019 Etika Kedokteran 22 dewwwwwwwsssd
6/26
( Gunawan, 1992 )
B. Kaidah-kaidah dasar bioetika kedokteran
Kaidah dasar (prinsip) Etika / Bioetik adalah aksioma yang
mempermudah penalaran etik. Prinsip-prinsip itu harus spesifik. Pada
praktiknya, satu prinsip dapat dibersamakan dengan prinsip yang lain. Tetapi
pada beberapa kasus, karena kondisi berbeda, satu prinsip menjadi lebih
penting dan sah untuk digunakan dengan mengorbankan prinsip yang lain.
Keadaan terakhir disebut dengan prima facie. Konsil Kedokteran Indonesia,
dengan mengadopsi prinsip etika kedokteran barat, menetapkan bahwa,
praktik kedokteran Indonesia mengacu kepada 4 kaidah dasar moral (sering
disebut kaidah dasar etika kedokteran atau bioetika) antara lain :
1. Menghormati martabat manusia (respect for person/autonomy)
Menghormati martabat manusia. Pertama, setiap individu (pasien)
harus diperlakukan sebagai manusia yang memiliki otonomi (hak
untuk menentukan nasib diri sendiri), dan kedua, setiap manusia yang
otonominya berkurang atau hilang perlu mendapatkan perlindungan.
Menurut pandangan Kant yaitu otonomi kehendak sama
dengan otonomi moral yakni kebebasan bertindak, memutuskan
(memilih) dan menentukan diri sendiri sesuai dengan kesadaran
terbaik bagi dirinya yang ditentukan sendiri tanpa hambatan, paksaan
atau campur-tangan pihak luar (heteronomi), suatu motivasi dari dalam
berdasar prinsip rasional atau self-legislation dari manusia. Sedangkan
pandangan J. Stuart Mill, otonomi tindakan/pemikiran sama dengan
otonomi individu, yakni kemampuan melakukan pemikiran dan
-
7/22/2019 Etika Kedokteran 22 dewwwwwwwsssd
7/26
tindakan (merealisasikan keputusan dan kemampuan
melaksanakannya), hak penentuan diri dari sisi pandang pribadi.
Menghendaki, menyetujui, membenarkan, mendukung, membela,
membiarkan pasien demi dirinya sendiri (sebagai mahluk
bermartabat). Hal ini erat terkait dengan doktrin informed-consent,
kompetensi (termasuk untuk kepentingan peradilan), penggunaan
teknologi baru, dampak yang dimaksudkan (intended). (Shahid, 2001)
2. Berbuat baik (beneficence)
Selain menghormati martabat manusia, dokter juga harus
mengusahakan agar pasien yang dirawatnya terjaga keadaan
kesehatannya. Pengertian berbuat baik diartikan bersikap ramah atau
menolong, lebih dari sekedar memenuhi kewajiban.Tindakan berbuat
baik (beneficence). Ciri-ciri dari kaidah benefince antaralain,
alturisme, memandang sesuatu seseorang tak hanya sejauh
menguntungkan dokter, manfaat lebih besar dari pada kerugian dan
menggunakan prinsip Golden rule principle.
a. General beneficence, melindungi & mempertahankan hak yang
lain, mencegah terjadi kerugian pada yang lain, dan menghilangkan
kondisi penyebab kerugian pada yang lain.
b. Specific beneficence, menolong orang cacat, menyelamatkan
orang dari bahaya. Mengutamakan kepentingan pasien, memandangpasien/keluarga/sesuatu tak hanya sejauh menguntungkan
dokter/rumah sakit/pihak lain, dan maksimalisasi akibat baik.
(Gunawan, 1992)
3. Tidak berbuat yang merugikan (Non-Maleficence)
Praktik Kedokteran haruslah memilih pengobatan yang paling
kecil risikonya dan paling besar manfaatnya. Sisi komplementer
-
7/22/2019 Etika Kedokteran 22 dewwwwwwwsssd
8/26
beneficence dari sudut pandang pasien, seperti tidak boleh berbuat
jahat (evil) atau membuat derita (harm) pasien, minimalisasi akibat
buruk kewajiban dokter untuk menganut ini berdasarkan hal-hal :
a. Pasien dalam keadaan amat berbahaya atau berisiko hilangnya sesuatu
yang penting
b. Dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan tersebut
c. Tindakan kedokteran tadi terbukti efektif
d. Manfaat bagi pasien lebih besar daripada kerugian dokter (hanya
mengalami risiko minimal).
4. Keadilan (justice)
Perbedaan kedudukan sosial, tingkat ekonomi, pandangan politik,
agama dan faham kepercayaan, kebangsaan dan kewarganegaraan,
status perkawinan, serta perbedaan jender tidak boleh dan tidak dapat
mengubah sikap dokter terhadap pasiennya. Tidak ada pertimbangan
lain selain kesehatan pasien yang menjadi perhatian utama dokter.
Ciri-ciri kaidah justice yaitu memberlakukan secara universal,
menghargai hak setiap pasien dan tidak membedakan pelayanan
kesehatan yang diberikan
Jenis keadilan ada 4 yaitu, komparatif, distributive, social dan hukum :
a. Komparatif (perbandingan antar kebutuhan penerima)
b. Distributif (membagi sumber) : kebajikan membagikan sumber-
sumber kenikmatan dan beban bersama, dengan cara rata/merata,
sesuai keselarasan sifat dan tingkat perbedaan jasmani-rohani,
secara material kepada seetiap orang dengan andil yang sama, setiap
orang sesuai dengan kebutuhannya, setiap orang sesuai upayanya,
setiap orang sesuai kontribusinya, dan setiap orang sesuai jasanya.
-
7/22/2019 Etika Kedokteran 22 dewwwwwwwsssd
9/26
c. Sosial : kebajikan melaksanakan dan memberikan kemakmuran
dan kesejahteraan bersama yaitu utilitarian dengan memaksimalkan
kemanfaatan publik dengan strategi menekankan efisiensi social
dan memaksimalkan nikmat/keuntungan bagi pasien. Libertarian
dengan menekankan hak kemerdekaan social dan ekonomi
(mementingkan prosedur adil lebih besar daripada hasil
substantif/materiil). Komunitarian dengan mementingkan tradisi
komunitas tertentu. Egalitarian dengan kesamaan akses terhadap
nikmat dalam hidup yang dianggap bernilai oleh setiap individu
rasional (sering menerapkan kriteria material kebutuhan dan
kesamaan).
d. Hukum (umum) Tukar menukar : kebajikan memberikan /
mengembalikan hak-hak kepada yang berhak.pembagian sesuai
dengan hukum (pengaturan untuk kedamaian hidup bersama)
mencapai kesejahteraan umum. (Purwadianto, 2007)
C. Kaidah-kaidah dasar bioetika kedkteran islam
1. Prinsip niat
Dalam prinsip niat ini maksud kaidah terdiri dari beberapa bagian
prinsip. Bagian kaidah setiap tindakan dilandasi dengan tujuan di belakang
itu untuk mengajak dokter menggunakan kesadaran jiwanya dan meyakini
tindakan-tindakannya, terlihat atau tak terlihat, berdasarkan pada tujuan
yang baik. Prinsip ini meminta dokter untuk berkonsultasi dengan hati
-
7/22/2019 Etika Kedokteran 22 dewwwwwwwsssd
10/26
nuraninya. Bagian prinsip apakah maksud materi dan tidak tertulis dalam
hukum menolak menggunakan data untuk membenarkan kesalahan atau
asusila. Bagian prinsip yang menilai dengan kriteria sama yang berarti
bahwa pengobatan tidak bermanfaat dengan menggunakan metode asusila.
2. Kaidah kepastian ( qaidat al-yaqiin)
Diagnosa medis tidak bisa mencapai kepastian (yaqiin).
Keputusan pengobatan yang baik dengan keseimbangan probabilitas.
Setiap diagnosa pengobatan sebagai diagnosa yang berubah dan
diambil sebagai informasi baru yang nampak. Ini memberikan
kestabilan dan situasi quasi-certainty tanpa menggunakan prosedur
praktis yang lambat dan efisien. Adanya tuntutan kemampuan yang
harus berlaku sampai ada bukti yang memaksa mereka. Penetapan
prosedur medis dan tata cara diperlakukan sebagai kebiasaan atau
preseden. Apa yang telah diterima sebagai kebiasaan melalui waktu
yang lama tidak dianggap berbahaya kecuali ada bukti penyimpangan.
Semua prosedur medis diperbolehkan kecuali ada fakta yang
melarang. Pengecualian aturan ini berhubungan dengan fungsi seksual
dan reproduksi. Semua materi yang berhubungan dengan fungsi
seksual dianggap terlarang kecuali terdapat fakta yang
mempebolehkannya. (Rosyadi, 2008)
3. Kaidah bahaya (qaida al-dharar )
Tindakan medis dibenarkan atas dasar prinsip kerugian, jika ini terjadi,
maka menjadi bebas. Kerugian tidak terlepas dengan prosedur medis yang
membawa kepada kerugian yang sama sebagai efek samping. Dalam suatu
usulan intervensi medis mempunyai efek samping., kita mengikuti kaidah
pencegahan bahaya diproritaskan daripada mengambil manfaat yang
sama. Jika manfaat pertolongan jauh lebih penting dan berharga daripada
bahaya, maka mengambil manfaatnya diprioritaskan. Seorang dokter
kadang-kadang dihadapkan dengan intervensi medis yang terbingkai
-
7/22/2019 Etika Kedokteran 22 dewwwwwwwsssd
11/26
akibat kedua pengaruh yang terlarang dan dibolehkan. Tuntunan hukum
memprioritaskan mencegah dari manfaat bila terjadi bersamaan dan
pilihan harus dibuat.
Bila dihadapkan dengan dua situasi medis dimana keduanya berbahaya
dan tidak ada cara memilih salah satu dari keduanya, maka bahaya yang
terkecil dipilih. Bahaya yang terkecil dipilih disamping untuk mencegah
bahaya yang lebih besar. Disaat yang sama intervensi medis berkaitan
dengan kepentingan umum didahulukan daripada kepentingan individu.
Individu harus menopang bahaya untuk melindungi kepentingan public.
Wabah penyakit menular dapat menyerang, keadaan tidak bisa melanggar
hak umum kecuali terdapat pertolongan umum mengatasinya.
4. Kaidah kesulitan (qaidat al-masyaqqat)
Tindakan medis disamping sebagai tindakan terlarang mungkin
menjadi boleh di bawah kaedah kesulitan., bila dalam keadaan
terpaksa. Keadaan terpaksa memperbolehkan hal-hal yang terlarang.
Dalam keadaan pengobatan yang sulit dijelaskan seperti semua kondisi
serius yang melemahkan fisik dan kesehatan mental jika tidak segera
diobati. Kesulitan memperingan aturan dan kewajiban syariah.Melakukan tindakan terlarang seharusnya tidak diperluas diluar
batasan kebutuhan untuk memelihara kebutuhan hukum yang menjadi
dasar pembolehan. Bagaimanapun keadaan terpaksa tidak untuk
selamanya membatalkan hak pasien yang harus dikembalikan atau dib
alas tepat waktunya., keadaan terpaksa hanya melegalkan pelanggaran
kebenaran sementara. Pembenaran larangan sementara tindakan medis
berakhir dengan terpaksa yang dibenarkan pada keadaan pertama. Ini
dapat menjadi cara alternative bila halangan berakhir, adanya larang
berlaku lagi atau tidak benar lepas dari sulit dengan mendelegasikan
orang lain untuk mengerjakan tindakan berbahaya.
5. Kaidah kebiasaan (qaida al-urf)
Standar perawatan medis didefinisikan sebagai kebiasaan. Prinsip
dasar kebiasaan atau preseden yang mempunyai kekuatan sah. Apa
yang dianggap kebiasaan adalah apa yang biasa gunakan dan
-
7/22/2019 Etika Kedokteran 22 dewwwwwwwsssd
12/26
berkembang luas., serta keumuman. Kebiasaan juga harus lama dan
bukan fenomena baru hukum medis yang dibentuk. (Kasule, 2007)
D. Hak dan Kewajiban Dokter dan Pasien
Menurut UU praktek kedokteran RI no 29 tahun 2004 mengatur hak dan
kewajiban dokter dan pasien. Sesuai Pasal 51 UU no 29 tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran, maka kewajiban dokter adalah sebagai berikut :
1. Kewajiban Dokter
a.Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standart profesi dan
standart prosedure operasional
b. Merujuk pasien kedokter yang mempunyai keahlian atau
kemampuan lebih baik apabila tidak mampu melakukan
pemeriksaan atau pengobatan
c.Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien,
bahkan setelah pasien meninggal dunia
d. Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan,
kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu
melaksanakannya dan
e.Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmukedokteran
2. Hak Dokter
Sesuai Pasal 50 UU no 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran,
maka hak dokter adalah sebagai berikut,
-
7/22/2019 Etika Kedokteran 22 dewwwwwwwsssd
13/26
a. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas
sesuai dengan standart profesi dan standar prosedur operasional
b. Memberikan pelayanan medis menurut standart profesi dan
standart prosedur operasional
c. Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien dan
keluarganya
d. Menjadi anggota himpunan profesi
e. Menerima imbalan jasa.
3. Kewajiban Pasien
Kewajiban-kewajiban pasien pada garis besarnya adalah sebagai
berikut :
a. Memeriksakan sedini mungkin pada dokter
b. Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah
kesehatannya
c. Mematuhi nasehat dan petunjuk dokter
d. Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan
e. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima
4. Hak Pasien
Dalam KODEKI terdapat pasal-pasal tentang kewajiban dokter
terhadap pasien yang merupakan hak-hak pasien yang perlu
diperhatikan. Pada dasarnya hak-hak pasien adalah sebagai berikut :
a. Hak untuk hidup, hak atas tubuhnya sendiri dan hak untuk mati
secara wajar.
-
7/22/2019 Etika Kedokteran 22 dewwwwwwwsssd
14/26
b. Memperoleh pelayanan kedokteran yang manusiawi sesuai profesi
kedokteran.
c. Memperoleh penjelasan tentang diagnosis dan terapi dari dokter
yang mengobatinya.
d. Menolak prosedur diagnose dan terapi yang direncanakan, bahkan
dapat menarik diri dari kontrak terapeutik.
e. Memperoleh penjelasan tentang riset kedokteran yang akan
diikutinya.
f. Menolak atau menerima keikutsertaannya dalam riset kedokteran.
g. Dirujuk kepada dokter spesialis kalau diperlukan dan
dikembalikan kepada dokter yang merujuknya setelah selesai
konsultasi atau pengobatan untuk memperoleh perawatan atau
tindak lanjut.
h. mendapatkan isi rekam medis.(Hanafiah, 1999)
E. Hubungan Dokter dengan pasien, teman sejawat dan masyarakat
1. Hubungan dokter dengan pasien
Hubungan dokter dan pasien secara yuridis dapat dimasukkanke dalam golongan kontrak. Dimana suatu kontrak adalah
pertemuan pikiran ( meeting of minds ) pasien memiliki dua dari
dua orang mengenai suatu hal ( solis ). Sifat hubungan dokter dan
pasien mempunyai dua ciri yaitu :
a. Adanya suatu persetujuan ( consensual,
agreement), atas dasar saling menyetujui dari pihak
-
7/22/2019 Etika Kedokteran 22 dewwwwwwwsssd
15/26
dokter dan pasien tentang pemberian pelayanan
pengobatan.
b. Adanya suatu kepercayaan ( fiduciary ), karena
hubungan kontrak tersebut berdasarkan saling
percaya mempercayai satu sama lain.
Bentuk hubungan kontrak dokter dan pasien ada dua yaitu :
a. Kontrak yang nyata ( expressed contract ), Dalam bentuk ini
sifat atau luas jangjkauan pemberian pelayanan pengobatan sudah
ditawarkan oleh sang dokter yang dilakukan secara nyata dan
jelas, baik secara tertulis maupun lisan.
b. Kontrak yang tersirat ( implied contract ), Dalam bentuk ini
adanya kontrak disimpulkan dari tindakan-tindakan para pihak.
Timbulnya bukan karena suatu pesetujuan, tetapi dianggap ada
oleh hukum berdasarkan akal sehat dan keadilan. ( Kasule, 2007 )
Dalam sumpah Hippokrates yang berkaitan dengan hubungan
dokter dan pasien dinyatakan demikian, nasihat atau obat-obat
yang akan saya berikan kepada penderita menurut kepandaian
saya, menurut pertimbangan saya ialah untuk kesehatan mereka,
tidak sekali-kali untuk merugikan mereka atau untuk berbuat buruk
terhadap mereka, saya tidak akan sekali-kali memberikan racun
yang dapat mematikan kepda mereka yang memintanya dan
menasehatkan untuk memakainya dan saya tidak akan memberikanseseorang perempuan menimbulkan keguguran kandungan.
( Gunawan, 1992 )
2. Hubungan Dokter dengan teman sejawat
Para dokter seluruh dunia mempunyai kewajiban yang sama.
Mereka adalah kawan-kawan seperjuangan yang merupakan
-
7/22/2019 Etika Kedokteran 22 dewwwwwwwsssd
16/26
kesatuan aksi di bawah panji perikemanusiaan untuk memerangi
penyakit yang merupakan salah satu pengganggu keselamatan dan
kebahagiaan umat manusia. Etika kedokteran mengharuskan
kepada setiap dokter untuk memelihara hubungan baik dengan
teman sejawat sesuai dengan makna untuk memelihara hubungan
baik dengan teman sejawat sesuai dengan makna suatu kalimat
dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia pasal 15 : saya akan
memberlakukan teman sejawat saya, sebagaimana saya sendiri
ingin diperlakukan.
Untuk menjalin dan mempererat hubungan baik antara para
teman sejawat, maka wajiblah, setiap dokter menjadi anggota IDI
yang setia dan aktif dengan menghadiri pertemuan-pertemuan yang
diselenggarakan, setiap dokter mengunjungi pertemuan klinik bila
ada kesempatan, dan hendaknya dokter yang baru menetap di suatu
tempat , mengunjungi tewan sejawatnya yang telah berada di situ,
tapi hal tersebut tidak perlu dilakukan di kta-kota besar, dimana
banyak dokter yang berpraktik, tetapi cukup dengan
pemberitahuan tentang pembukaan praktik itu kepada teman
sejawat yang tinggal berdekatan.
( Kasule, 2007 )
3. Hubungan Dokter dengan diri sendiri
Seorang dokter mempunyai kewajiban untuk memelihara
kesehatan diri. Seperti melakukan pemeriksaan kesehatan berkala
sekali setahun, terutama yang telah berusia 40 tahun atau lebih.
Juga dalam menghadapi suatu wabah haruslah bersikap hati-hati.
Jika diperlukan imunisasi, dokter yang melakukannya terlebih
dahulu melakukannya untuk diri sendiri. Setiap dokter wajib
mengikuti semua procedure di dalam menjalankan pekerjaannya
demi keselamatan dan keamanan dirinya. Selain itu seorang dokter
-
7/22/2019 Etika Kedokteran 22 dewwwwwwwsssd
17/26
juga harus belajar terus untuk mengembangkan ilmu
pengetahuannya. Hal ini tercantum dalam pasal 18 kodeki bahwa
setiap dokter hendaknya senantiasa mengikuti perkembangan ilmu
npengetahuan dan tetap setia kepada cita-cita yang luhur.
Hal lain yang kadang diremehkan tetapi penting adalah
pengembangan kegemaran pribadi. Kadang-kadang ada dokter
yang mempunyai kegemaran tertentu. Hendaklah hal ini
dikembangkan, sebab banyak di antara dokter di dunia ini lebih
terkenal karena kegemarannya dari pada jabatannya, misalnya
sebagai penulis, ahli music, olahragawan dan sebagainya.
( Kasule, 2007)
-
7/22/2019 Etika Kedokteran 22 dewwwwwwwsssd
18/26
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam skenario 2 Berpihak pada Prosedur Tetap Rumah Sakit atau Kebijakan
Askeskin ini dikatakan bahwa Dokter Fulan seorang dokter rumah sakit daerah
kabupaten antah brantah. Dia mendapatkan pasien Anu, dari peserta Askeskin yang
menderita sepsis ( infeksi berat). Pasien Anu dari peserta askeskin yaitu peserta
Asuransi Kesehatan Keluarga Miskin. Adapun sembilan syarat keluarga miskin yaitu
luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari delapan meter persegi, jenis lantai
bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan, jenis dinding
tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah atau tembok tanpa
plester, tidak memiliki fasilitas buang air besar sendiri sehingga harus
menggunakannya bersama dengan rumah tangga lain, sumber penerangan rumah
tangga tidak menggunakan listrik, sumber air minum berasal dari sumur/mata air
tidak terlindung/sungai/air hujan, bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah
kayu bakar/arang/minyak tanah, hanya sanggup makan satu/dua kali dalam sehari dan
tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp 500ribu. Pasien Anu menderita sepsis atau infeksi berat dengan adanya mikroorganisme
patogen (bakteri) atau toksinnya di dalam darah atau jaringan lain. (Achadiat, 2007)
Setelah dilakukan sensitivitas test didapatkan antibiotik yang sensitive untuk
kondisi pasien Anu adalah Imipenem. Tes sensitivitas digunakan untuk mengetahui
probabilitas kondisional pada seseorang yang menderita infeksi dengan uji klinis
sehingga didapatkan suatu antibiotik yang cocok yaitu imipenem. Imipenem berharga
-
7/22/2019 Etika Kedokteran 22 dewwwwwwwsssd
19/26
sangat mahal dan tidak masuk plafon Askeskin. Imipenem adalah darah -lactam
antibiotik termasuk ke bagian jenis dari carbapenems yang berasal dari senyawa yang
disebut thienamycin, yang dihasilkan oleh bakteri Streptomyces cattleya. Imipenem
memiliki berbagai kegiatan terhadap aerobik dan anaerobic Gram positif maupun
Gram negatif bakteri. Hal ini penting terutama bagi aktivitas terhadap Pseudomonas
aeruginosa dan Enterococcus spesies. Hal ini tidak aktif terhadap methicillin-resistant
Staphylococcus aureus, namun. Imipenem dan obat-obatan lainnya di carbapenem
kelas biasanya dibatasi digunakan, untuk menghindari meluas bakteri perlawanan.
(Hanafiah, 1999)
Dokter Fulan mendiskusikan masalah yang dia hadapi dengan dokter Oon,
berpendapat bahwa menurut kaidah Non Maleficience, pasien ini harus segera
mendapatkan pertolongan. Kaidah Non Maleficience yaitu tidak berbuat yang
merugikan terhadap pasien dan mengutmakan pertolongan untuk keselamatan pasien.
Praktik Kedokteran haruslah memilih pengobatan yang paling kecil risikonya dan
paling besar manfaatnya. Dengan meminimalisasi akibat buruk yang akan terjadi.
Pasien dalam keadaan yang berbahaya atau berisiko hilangnya sesuatu yang penting,
dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan tersebut. Tindakan kedokteran tadi
terbukti efektif dengan banyaknya manfaat yang diperoleh daripada kerugian dokter
(hanya mengalami risiko minimal). (Purwadianto, 2007)
Sedangkan dalam rumah sakit, semua pasien harus mendapatkan perlakuan
yang sama (kaidah justice). Perbedaan kedudukan sosial, tingkat ekonomi, pandangan
politik, agama dan faham kepercayaan, kebangsaan dan kewarganegaraan, statusperkawinan, serta perbedaan jender tidak boleh dan tidak dapat mengubah sikap
dokter terhadap pasiennya. Tidak ada pertimbangan lain selain kesehatan pasien yang
menjadi perhatian utama dokter. Memberi perlakuan sama untuk setiap orang
(keadilan sebagai fairness) yaitu memberi sumbangan relatif sama terhadap
kebahagiaan diukur dari kebutuhan mereka (kesamaan sumbangan sesuai kebutuhan
pasien yang memerlukan/membahagiakannya) dan menuntut pengorbanan relatif
-
7/22/2019 Etika Kedokteran 22 dewwwwwwwsssd
20/26
sama, diukur dengan kemampuan mereka (kesamaan beban sesuai dengan
kemampuan pasien). Tujuannya adalah menjamin nilai tak berhingga setiap pasien
sebagai mahluk berakal budi (bermartabat), khususnya yang-hak dan yang-baik.
(Shahid, 2001)
Tetapi dalam kasus pasien Anu, prima facie kaidah Non Maleficience terhadap
kaidah justice tidak bisa diterapkan. Jangan sampai kasus ini menjadi dilemma etik.
Pemilihan asas berdasarkan prima facie dalam kondisi atau konteks tertentu, seorang
dokter harus melakukan pemilihan 1 kaidah dasar etik ter-absah sesuai konteksnya
berdasarkan data atau situasi konkrit terabsah (dalam bahasa fiqh ilat yang sesuai).
Jadi dalam kasus ini sesuai dengan kaidah Non maleficience (tidak berbuat
merugikan) dokter sebaiknya bertindak segera menolong pasien emergensi, mencegah
pasien dari bahaya lebih lanjut sehingga dapat meminimalisir tindakan kerugian
namun karena kondisi ekonomi pasien Anu tidak mampu untuk membeli antibiotik
imipenem diluar askeskin sehingga penerapan kaidah Non Maleficience terhadap
kaidah justice dengan memberlakukan secara universal dan tidak membedakan
pelayanan kesehatan yang diberikan tidak bisa diterapkan. Namun apabila antibiotik
Imipenem tersebut termasuk obat life safety bagi pasien Anu maka dalam keadaan
darurat obat tersebut bisa diberikan meskipun tidak terdapat dalam plafon askeskin.
(Purwadianto, 2007)
Dokter Imawan, berpendapat, bahwa prosedur pemeriksaan sensitivitas, dalam
islam merupakan kaidah Al-urf. Kaidah Al-urf merupakan suatu kaidah kebiasaan
juga harus lama dan bukan fenomena baru hukum medis yang dibentuk Dalam
pemeriksaan sensitivitas merupakan hal yang sudah biasa dilakukan untuk
mengetahui daya tahan tubuh terhadap terjadinya alergi pada suatu obat, probabilitas
kondisional pada seseorang yang menderita infeksi dengan uji klinis agar tidak
menimbulkan alergi pada penderita. Standar perawatan medis didefinisikan sebagai
kebiasaan. Prinsip dasar kebiasaan atau preseden yang mempunyai kekuatan sah. Apa
yang dianggap kebiasaan adalah apa yang biasa digunakan dan berkembang luas serta
keumuman. (Kasule, 2007)
-
7/22/2019 Etika Kedokteran 22 dewwwwwwwsssd
21/26
Sedangkan pemilihan antibiotik Imipenem berdasarkan hasil sensitivitas tes
telah memenuhi kaidah Al-yaqiin. Pemilihan antibiotik Imipenem merupakan
keputusan pengobatan yang baik dengan keseimbangan probabilitas. Setiap diagnosa
pengobatan sebagai diagnosa yang berubah dan diambil sebagai informasi baru yang
nampak. Dalam kaidah Al-yaqiin dijelaskan bahwa tidak ada yang benar-benar pasti
(yaqiin) dalam ilmu kedokteran, artinya tingkat kepastian (yaqiin) dalam ilmu
kedokteran tidak mencapai standar yaqiin yang diminta oleh hukum. Diagnosa medis
tidak bisa mencapai kepastian (yaqiin). Meskipun demikian diharapkan dokter dalam
mengambil keputusan medis, mengambil keputusan dengan tingkat probabilitas
terbaik dari yang ada. Termasuk pula dalam hal diagnosis, perawatan medis
didasarkan dari diagnosis yang paling mungkin. (Usman, 1997)
Sedangkan kebijakan yang dijalankan Askeskin juga merupakan penerapan
kaidah Al-urf dan Al-yaqiin untuk membuat generalisasi aturan agar pembiayaan
efisien. Jadi dalam kaidah Al-urf kebijakan tersebut atau Asuransi Kesehatan
Keluarga Miskin sudah biasa diberikan kepada warga miskin yang tidak mampu
secara ekonomi dan dijalankan sesuai prosedur yang ada dalam plafon askeskin. Oleh
karena itu dalam keadaan darurat dengan kaidah Al-yaqiin bahwa seorang dokter
sudah yakin dalam menentukan diagnosa dan pemilihan obat antibiotik Imipenem
kepada pasien Anu sesuai dengan infeksi yang di derita. (Musbikin, 2001)
Yang jadi masalah ternyata ilat-nya berubah. Sehingga harus ada kaidah yang
dimenangkan mengatasi pertentangan kaidah tersebut. Apabila ilat atau sebab/ alas
an tertentu yang mengakibatkan kita mengambil suatu tindakan atau keputusan
tertentu sesuai keadaan. Sehingga menyebabkan perubahan dalam prima facie yang
mengharuskan seorang dokter memilih satu kaidah dasar bioetik yaitu Non
Maleficience terhadap kaidah justice dengan segera menolong pasien emergency,
mengobati pasien Anu dengan memberikan obat antibiotik Imipenem secara
proporsional dan mencegah pasien dari bahaya meskipun mengesampingkan kaidah
justice karena suatu keadaan yang darurat demi keselamatan hidup pasien.
(Gunawan, 1991)
-
7/22/2019 Etika Kedokteran 22 dewwwwwwwsssd
22/26
BAB IV
KESIMPULAN dan SARAN
A. Kesimpulan
1. 4 kaidah dasar bioetik kedokteran modern meliputi
respect for person (autonomy), benefince (kebaikan), Non-Melaficence dan
justice (keadilan)
-
7/22/2019 Etika Kedokteran 22 dewwwwwwwsssd
23/26
2. 5 kaidah dasar bioetik islam meliputi kaidah niatan,
kaidah Al-Yaqiin, kaidah Al-Dhahrar, kaidah Al-masyaaqqat dan kaidah Al-Urf
3. Salah satu kewajiban seorang dokter adalah
memberikan pelayanan medis sesuai dengan standart profesi dan standart
procedure operasional
4. Dalam pengambilan keputusan medis seorang dokter
islam harus melihat pada kaidah dasar bioetik kedokteran modern dan islam
5. Salah satu hak pasien adalah mendapatkan pelayanan
medis yang manusiawi sesuai prosedur kesehatan
6. Bila dalam keadaan darurat penggunaan askeskin tidak
berlaku, tapi yang berlaku adalah life safety (mengutamakan keselamatan) pasien
7. Prima facie digunakan untuk menentukan pemilihan 1
kaidah dasar etik ter-absah sesuai konteksnya berdasarkan data atau situasi
konkrit terabsah
8. Prosedur pemeriksaan sensitivitas dalam islam
merupakan kaidah Al-urf (kaidah kebiasaan) yang biasa digunakan dan
berkembang luas serta keumuman
9. Pemilihan antibiotik Imipenem berdasarkan hasil
sensitivitas tes telah memenuhi kaidah Al-yaqiin keputusan dengan tingkat
probabilitas terbaik dari yang ada
10. Hubungan dokter dengan pasien di dasarkan pada
adanya suatu persetujuan (agreement) dan suatu kepercayaan (fiduciary)
B. Saran
1. Sebaiknya seorang dokter tidak terikat pada suatu instansi tertentu (apotek,
laboratorium dll ) dalam memberikan rujukan pada pasien
2. Sebaiknya seorang dokter dapat menentukan keputusan kaidah mana yang akan
digunakan sesuai dengan kondisi dan konteks masalah yang dihadapi
3. Sebaiknya penentuan pemilihan kaidah atau keputusan jangan sampai
menimbulkan dilemma etik di kalangan masyarakat
-
7/22/2019 Etika Kedokteran 22 dewwwwwwwsssd
24/26
4. Sebaiknya pelayanan medis pada pasien yang menggunakan askeskin tidak
dibedakan dengan pasien-pasien lain
5. Sebaiknya seorang dokter dalam keadaan darurat lebih mementingkan
keselamatan pasien (life safety)
-
7/22/2019 Etika Kedokteran 22 dewwwwwwwsssd
25/26
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Achadiat, M.Chrisdiono. 2007.Dinamika Etika dan Hukum Kedokteran dalam
Tantangan Zaman. Jakarta : EGC
Gunawan, 1992.Memahami Etika Kedokteran. Yogyakarta : Kanisius
Hanafiah, Jusuf. 1999.Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Jakarta : EGC
J. Guwandi, 1991.Etika dan Hukum Kedokteran. Jakarta : Balai Penerbitan Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
Kasule, Omar Hasan. 2007. Kuliah Kedokteran Islam. Yogyakarta : Forum
Kedokteran Islam Indonesia
Musbikin, Imam . 2001. Qawaid al-Fiqhiyah. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Purwadianto, Agus. 2007. Segi Kontekstual Pemilihan Prima Facie Kasus Dilemma
Etik dan Penyelesaian Kasus Konkrit Etik, dalam bahan bacaan Program Non
Gelar. Jakarta : Blok II Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
-
7/22/2019 Etika Kedokteran 22 dewwwwwwwsssd
26/26
Rosyadi, Imron. 2008. Ber-islam: Menuju Keshalehan Individual dan Sosial.
Surakarta: LPID Universitas Muhammadiyah Surakarta
Shahid Athar, MD, 2001. SeriKedokteran Islam; Islam dan Etika Kedokteran.
Yogyakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Usman, Muhlish. 1997. Kaidah-Kaidah Ushuliyah dan Fiqhiyah. Jakarta: Raja
Grafindo Persada
http://www.nejm.nih.gov/medlineplus/healthtopics/medical-bioethics.html
http://www.medscape.org/resources/jurnal/medical-bioethics-and-law-healthy.pdf
http://www.pubmed.com/2009/01/.askeskin.html
http://www.cochrane.org/2009/05/medical-bio ethics.html
http://www.emedicine.com/2009/03/gov/pricipleof bioethic.html
http://www.cochrane.org/2009/05/medical-bioethics.htmhttp://www.cochrane.org/2009/05/medical-bioethics.htmhttp://www.cochrane.org/2009/05/medical-bioethics.htm
top related