emosi dalam perspektif al-qur'an

Post on 20-Jan-2016

240 Views

Category:

Documents

0 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

Setiap kali mendengar kata emosi, orang cenderung memaknai terbatas pada sikap dan perilaku marah. Padahal, cakupan emosi itu amatlah luas, tidak hanya terbatas pada sikap dan perilaku marah. Orang yang takjub saja termasuk ekspresi dari emosi.

TRANSCRIPT

EMOSI DALAM PERSPEKTIF

AL-QUR’AN Emosional: Pengertian, Sebab-Sebab dan Akibatnya Abdul Syakur Mughni Universitas Islam As-Syafi’iyah Jakarta has.d2n@gmail.com

1

Emosional: Pengertian, Sebab-Sebab dan Akibatnya EMOSI DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

Oleh : Abdul Syakur Mughni

A. Pendahuluan

Setiap kali mendengar kata emosi, orang cenderung memaknai terbatas

pada sikap dan perilaku marah. Padahal, cakupan emosi itu amatlah luas, tidak

hanya terbatas pada sikap dan perilaku marah. Orang yang takjub saja termasuk

ekspresi dari emosi. Untuk memahami emosi lebih jauh, sebelum melilhatnya dari

prespektif Al-Qur’an, maka pembahasan ini didahului dengan pembahasan awal

mengenai emosi.

Bersama dengan dua aspek lainnya yakni kognitif (daya pikir) dan konatif

(psikomotorik), sudah lama diketahui pula bahwa emosi merupakan salah satu

aspek berpengaruh besar terhadap sikap manusia. Emosi atau yang sering dikenal

dengan afektif merupakann salah satu penentu sikap, salah satu predisposisi

perilaku manusia.

Daniel Goleman mengangkat aspek emosi dalam bukunya. Namun,

sebelum Daniel Goleman, di tahun 1920, E.L. Thorndike sudah mengungkapkan

social intelligence, yaitu kemampuan mengelola hubungan antar pribadi baik

pada pria maupun wanita. Thorndike percaya bahwa kecerdasan social merupakan

syarat penting bagi keberhasilan seseorang di berbagai aspek kehidupannya.

Emosi berasal dari bahasa Latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak

menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan

hal mutlak dalam emosi. Menurut Daniel Goleman emosi merujuk pada suatu

perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan

serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya

adalah dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap

rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira

mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat

tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) emosi adalah luapan

perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu singkat atau keadaan dan

reaksi psikologis dan fisiologis seperti kegembiraan, kesedihan, keharuan,

kecintaan dan keberanian yg bersifat subjektif. Salah satu definisi akurat tentang

pengertian emosi diungkap Prezz, seorang EQ organizational consultant dan

pengajar senior di Potcherfstroom University, Afrika Selatan, secara tegas

mengatakan emosi adalah suatu reaksi tubuh menghadapi situas tertentu. Sifat dan

intensitas emosi biasanya terkait erat dengan aktivitas kognitif (berpikir) manusia

sebagai hasil persepsi terhadap situasi. Emosi adalah hasil reaksi kognitif terhadap

situasi spesifik.

2

Jung menyatakan bahwa emosi bukan suatu aktivitas organism. Emosi

adalah sesuatu yang terjadi secara nyata dan tampaknya sudah menjalar. Anak-

anak belajar banyak tentang emosi dari reaksi emosional para orang tua (perawat)

mereka. Chaplin merumuskan emosi sebagai sutau keadaan yang terangsang dari

organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam

sifatnya, dan perubahan perilaku. Perilaku tersebut pada umumnya disertai adanya

ekspresi kejasmanian sehingga orang lain dapat mengetahui bahwa seseorang

sedang mengalami emosi. Misalnya, jika seseorang mengalami ketakutan

mukanya menjadi pucat, jatungnya berdebar-debar. Jadi adanya perubahan-

perubahan kejasmanian sebagai rangkaian dari emosi yang dialami oleh individu

yang bersangkutan.

Dari penjelasan di atas, emosi yang dialami manusia cakupannya sangat

luas, sehingga Daniel Goleman mengambarkan kosa kata yang kita miliki tidak

mampu menyebutkan secara persis keseluruhan emosi yang kita rasakan. Dari itu,

maka terdapat banyak perbedaan pendapat mengenai macam-macam emosi.

Seperti menurut Descrates, emosi terbagi atas: Desire (hasrat), hate (benci),

sorrow (sedih/duka), wonder (heran), love (cinta), dan joy (kegembiraan).

Sedangkan JB Watson mengemukakan tiga macam emosi, yaitu: fear (ketakutan),

rage (kemarahan), love (cinta). Daniel Goleman mengemukakan bebarapa macam

emosi yang tidak berbeda jauh dengan kedua tokoh di atas, yakni amarah,

kesedihan, rasa takut, kenikmatan, cinta, terkejut, jengkel, dan malu.

Dari ke delapan emosi tersebut, Daiel Goleman merinci masing-masing

emosi yakni: (1). Amarah: beringas, mengamuk, benci, marah besar, jengkel,

terganggu, berang, tersinggung, bermusuhan tindak kekerasan, dan kebencian

pathologis. (2). Kesedihan: pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi

diri sendiri, kesepian, ditolak, putus asa dan kalau menjadi pathologis depresi

berat. (3). Rasa Takut: cemas, takut, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut

sekali, waspada, tidak senang, ngeri, kecut, sebagai patologis fobia dan panic. (4).

Kenikmatan: gembira, bahagia, ringan, puas, riang, senang, terhibur, bangga,

kenikmatan inderawi, takjub, rasa terpesona, rasa terpenuhi, kegirangan luar baisa,

senang sekali, dan batas ujungnya adalah mania. (5). Cinta: penerimaan,

persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bukti, hormat, kasmaran dan

kasih. (6). Terkejut: terkesiap, takjub, dan terpana. (7). Jengkel: hina, jijik, muak,

benci, tidak suka, mau muntah. (8). Malu: rasa salah, malu hati, kesal hati, sesal,

hina, aib, dan hati hancur lebur.

Di samping pembagian emosi di atas, para ahli mencoba mengklaisifikasi

emosi menjadi dua kelompok besar: emosi dasar (primer emotion) dan emosi

campuran (mixed emotion). Ada enam emosi dasar yakni: emosi senang/bahagia

(joy, االثزبج), marah (anger, انغضت), sedih (sadness, انجض), takut (fear, انخف), benci

(disgust, االشزضاص), dan heran/kaget (surprise, انفبجأح). Para ahli menyimpulkan

bahwa keenam emosi ini yang diidentifikasi dirasakan oleh semua manusia

didunia. Emosi-emosi tersebut adakalanya bercampur antara satu dan yang lain,

misalnya antara marah dan benci, heran dan takkut, benci dan rindu, dan

sebagainya. percampuran itu bisa terjadi sangat variatif sehingga sulit dipilah dan

3

diberi nama. Contoh konkritnya, emosi senang (joy) yang berkombinasi dengan

penerimaan (acceptance) akan melahirkan emosi cinta (love), emosi sedih

(sadness) yang berkombinasi dengan kejutan (surprise) akan melahirkan

kekecewaan yang mendalam (disappointmen). Bisa pula terjadi kombinasi antara

dua emosi tidak sejenis, semacam cinta (love) dengan marah (anger) yang

melahirkan rasa cemburu (jealousy).

Proses kemunculan emosi melibatkan faktor psikologis maupun faktor

fisiologis. Kebangkitan emosi pertama kali muncul akibat adanya stimulus atau

sebuah peristiwa, yang bisa netral, positif, ataupun negative. Stimulus tersebut

kemudian ditangkap oleh reseptor, lalu melalui otak. Otak menginterpretasikan

kejadian tersebut sesuai dengan kondisi pengalaman dan kebiasaan dalam

mempersepsikan sebuah kejadian. Interpretasi yang dibuat kemudian

memunculkan perubahan secara internal dalam tubuh. Perubahan tersebut

misalnya napas tersengal, mata memerah, keluar air mata, dada menjadi sesak,

perubahan raut wajah, intonasi suara, cara menatap, dan perubahan tekanan darah.

Para ahli mengemukakan beberapa teori dalam upaya menjelaskan

timbulnya gejala emosi. Beberapa teori tersebut antara lain:

1. Teori Emosi Dua Faktor Schachter-Singer. Teori ini dikenal sebagai teori yang

paling klasik yang berorientasi pada rangsangan. Reaksi fisiologik dapat saja

seperti hati berdebar, tekanan darah nai, nafas bertambah cepat, adrenalin

dialirkan dalam darah. Jika rangsangan menyenangkan seperti diterima di

perguruan tinggi idaman, emosi yang timbul dinamakan senang, sebalinya jika

rangsangannya membahayakan misalnya melihat ular berbisa emosi yang

timbul dinamakan takut.

2. Teori Emosi James-Lange. Teori ini menjelaskan bahwa emosi adalah hasil

persepsi seseorang terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh

sebagai respon terhadap berbagai rangsangan yang datang dari luar. Misalnya,

jika seseorang melihat harimau, reaksinya adalah peredaran darah makin cepat

karena denyut jantung makin cepat, paru-paru lebih cepat memompa udara.

Respons tubuh ini kemudian dipersepsian dan timbullah rasa takut. Rasa takut

timbul oleh hasil pengalaman dan proses belajar. Orang bersangkutan dari

hasil pengalamannya telah mengetahui bahwa harimau adalah makhluk yang

berbahaya, karena itu debaran jantung dipersepsikan sebagai rasa takut.

3. Teori Emosi “Emergency” Cannon. Teori ini menyatakan emosi timbul

bersama-sama dengan reaksi fisiologik. Teori ini mengatakan pula bahwa

emosi adalah reaksi yang diberikan oleh organisme dalam situasi darurat atau

emergency. Teori ini didasarkan pada pendapat bahwa ada antagonism antara

saraf-saraf simpatis dengan cabang-cabang cranial dan sacral dari pada

susunan saraf otonom. Jadi, kalau saraf-saraf simpatif aktif, saraf otonom

nonaktif, dan begitu sebaliknya.

Dari penjelasan sebab timbulnya emosi tersebut, tentu ada pula akibat dari

emosi itu sendiri. Di mana emosi merupakan perangkat dahsyat yang dikarunia

buat manusia. Tanpa adanya emosi, manusia buka lagi manusia, tidak ada

dinamika, dramatisasi, canda-tawa, dia akan menjadi robot tak berperasaan yang

4

hanya memandang hidup secara sempit, hitam putih, benar salah. Tanpa adanya

emosi, walau hanya sebagian saja, manusia bisa lebih kejam dari binatang yang

paling kejam sekali pun.

Jika diperhatikan secara sepintas, mungkin macam-macam emosi yang

dimiliki oleh manusia merupakan hal yang wajar apabila diluapkan. Akan tetapi,

batas kesabaran manusia juga terkadang bisa luput dari berbagai hal sehingga

terkadang manusia bisa saja tergelincir karena emosi yang terlalu meluap-luap

tersebut. Inilah sebabnya, dibutuhkan manajemen hati agar manusia senantiasa

berada pada jalur yang tidak berlebihan, terutama hal mengeloah emosi di dalam

diri manusia.

Kebanyakan emosi yang tidak bisa dibendung oleh manusia adalah berupa

kesedihan dan kemarahan. Kedua jenis emosi itu adalah berupa kesedihan dan

kemarahan. Kedua jenis emosi tersebut sepertinya mampu menguasai akal sehat

manusia sehingga pada saat sedih atau marah, seseorang tidak lagi bisa berpikir

dengan kepala dingin dan mengontrol perilaku yang diperbuatnya. Misalnya,

seseorang yang sedang marah bisa saja melakukan hal destruktif yang justru akan

membuatnya semakin terpuruk. Atau seseorang yang sedang sedih dan putus asa

akan membuat sebuah keputusan hidup yang salah hanya karena dirinya terlalu

dikuasai oleh perasaan sedihnya tersebut.

B. Emosi dalam Perspektif Al-Qur’an

Bila kita melihat kamus Munawwir, kata emosi memiliki padanan kata

dengan خهجخ (penderitaan, perasaan, sentiment), افؼبل (nafsu, kegirangan), جذا

(perasaan, emosi, suara hati), ػبطفخ (sentiment, perasaan, emosi, kasih sayang,

penderitaan), dan شؼس (perabaan, sensasi, perasaan, kesadaran, persepsi,

kesanggupan, sensitive, sentiment, kasih sayang, emosi).

Sedangkan, kosakata yang berdenotasi emosi tidak dijumpai secara

spesifik di dalam al-Qur’an, tetapi bertebaran ayat yang berbicara atau berkaitan

dengan perilaku emosi yang ditampilkan manusia dalam berbagai peristiwa

kehidupan. Ungkapan Al-Qur’an tentang emosi digambarkan langsung bersama

peristiwa yang sedang terjadi. Berbagai peristiwa emosional dijelaskan oleh Al-

Qur’an meskipun topic utamanya (main topic) bukan masalah emosi. Muhammad

Ustman Najati mengatkan, “Dalam Al-Qur’an dikemukakan gambaran yang

cermat tentang berbagai emosi yang dirasakan manusia, seperti takut, marah,

cinta, senang, antipati, benci, cemburu, hasud, sesal, malu, dan benci.

Sebelum lebih jauh membahas emosi dasar di atas, secara umum Al-

Qur’an pun mengindentifikasikan perubahan fisiologis yang tereskpresikan dalam

bentuk sikap atau tingkah laku. Seperti dalam table berikut ini:

No. Perubahan Fisologis (faali) Ayat QS

1 Degup Jantung جهذ قهثى Al-Anfal: 2, Al-

Hajj: 35

2 Reaksi Kulit رقشؼش جهد ي Az-Zumar: 23

3 Reaksi Pupil Mata رشخص ش في ٱلثص Ibrahim: 42,

5

Anbiya: 97

4 Reaksi Pernapasan صذس ضيقب Al-An’am: 125,

Al-Hijr: 97, Al-

Syu’ara: 13

5 Ekspresi wajah berseri-seri ج يئز سفشح ي ضبحكخ ، ي

سزجششح ي Abasa: 38-39

6 Wajah hitam pekat atau

merah padam

جۥ ا د يس -An-Nahl: 58, Al كظيى

zumar: 60, Al-

Zuhkhruf: 17

7 Pandangan tidak

konsentrasi (terpana)

ش صاغذ ٱلثص Al-Ahzab: 10,

Shad: 63, An-

Najm: 17

8 Menutup telinga karena

ketakutan

جؼى يجؼه أص ى ف ءارا ي

ػق د حزس ٱنص ٱن Al-Baqarah: 19

9 Menggigit ujung jari ا ٱلبيم ػهيكى ػض ٱنغيظ ي Ali Imran: 119

10 Reaksi kinestetis dengan

membolak-balik telapak

tangan karena menyesal

يقهت كفي Al-Kahfi: 42

Berikut ini akan dijelaskan emos-emosi dasar yang diisyaratkan Al-

Qur’an:

1. Takut

Emosi takut termausk emosi yang penting dalam kehidupan manusia.

Sebab, takut akan membantu manusia agar waspada terhadap segala bahaya yang

mengamcam. Hal itu akan membantu manusia dalam menjaga kelangsungan

hidupnya. Emosi takut manusia dalam Al-Qur’an mempunyai cakupan yang luas.

Bukan hanya gambaran ketakutan di dunia melainkan juga menyangkut ketakutan

di akhirat. Ketakutan di dunia ayatnya adalah:

كى نجه ء ثش ف ي ٱنجع ٱنخ قص ل ي ٱلفس ٱلي د ش ٱنث

ش ثش جشي ﴾٥١١﴿ ٱنص

Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan,

kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira

kepada orang-orang yang sabar, (QS. Al-Baqarah: 155).

Emosi takut mendorng orang mu’min ini untuk taat pada Allah SWT agar

selamat di akhirat :

جثى رزجبف ضبجغ ػ ٱن ى يذػ فب سث ؼب خ ط ب ي ى سصق

﴾٥١﴿ يفق

Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, mereka berdoa kepada

Tuhannya dengan rasa takut dan penuh harap, dan mereka menginfakkan

sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. (QS. As-Sajdah:; 16).

6

Dari ayat itu, takut kepada Allah dipandang sebagai salah satu pilar dalam

keimanan kepada-Nya dan sebagai fondasi yang penting dalam pementukan

kepribadian seorang mukmin.

قم أخبف إ و اة ػز سث ػصيذ إ ﴾٥١﴿ ػظيى ي

Katakanlah, "Sesungguhnya aku takut akan azab pada hari yang besar

jika aku durhaka kepada Tuhanku." (QS. Az-Zumar: 13).

Di samping takut kepada Allah, manusia pun takut kepada mati.

Diisyaratkan oleh Al-Qur’an:

قم د إ ٱنز ٱن رفش ۥ ي قيكى فإ ثى يه رشد هى إن ٱنغيت ػ

ذح ٱنش ب فيجئكى كزى ث ه ﴾٨﴿ رؼ

Katakanlah, "Sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, ia

pasti menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang

mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang

telah kamu kerjakan." (QS. Al-Jumu’ah: 8).

Takut miskin juga termasuk takut yang banyak menimpa manusia. Oleh

karena itu, manusia senantiasa berusaha dalam hidupnya mencari makan untuk

dirinya, istrinya, dan anak-anaknya. Sebelum Islam, bangsa Arab biasa

membunuh anak-anak mereka lantaran takut miskin. Kemudian Al-Qur’an

melarang kebiasan itu serta menjelaskan kepada mereka bahwa rizki mereka dan

rizki anak-anaknya ada dalam kekuasan Allah SWT:

ال ا ذكى رقزه ن ق خشيخ أ إيه إيبكى شصقى ح قزهى إ كجيشا خطـ ب كب

﴿١٥﴾

Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin.

Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu. Membunuh mereka

itu sungguh suatu dosa yang besar. (QS. Al-Isra’: 31).

Di antara takut yang kerap terjadi pada diri sesorang adalah takut kepada

orang lain karena kekuasaanya, kekejamannya, atau pengaruhnya. Al-Qur’an telah

menunjukkan bagaimana Nabi Musa as. takut kepada kekejaman Firaun:

ب قبال ب سث ػهيب يفشط أ خبف إ أ أ ﴾٥١﴿ يطغ

Keduanya berkata, "Ya Tuhan kami, sungguh, kami khawatir dia akan

segera menyiksa kami atau akan bertambah melampaui batas," (QS. Thoha: 45).

Orang mukmin yang mantap keimanannya tidak akan takut kepada

manusia. Sebab, ia tahu bahwa manusia tidak akan sanggup mencelakainya,

kecuali sesuai dengan ketentuan Allah SWT. Sesuai Hadits Nabi, Rasulullah

bersabda, “….ketahuilah, sekiranya umat bersatu-padu untuk memberikan

kemanfaatan, niscaya mereka tidak akan dapat memberimu kemanfaatan, kecuali

sesuatu yang telah ditetapkan Allah kepadamu. Juga sekiranya mereka bersatu-

7

padu untuk mencelakaimu, niscaya mereka tidak akan sanggup mencelakaimu,

kecuali sesuatu yang telah ditetapkan Allah kepadamu…. (H.R. Ahmad).

Dengan demikian, rasa takut yang sesungguhnya dirasakan orang mukmin

adalah takut kepada Allah SWT. Sebab, keimanannya tidak akan membuatnya

takut mati, takut miskin, takut kepada manusia, atau takut kepada apa pun yang

ada di alam ini.

2. Marah

DAFTAR PUSTAKA

Materi lengkapnya silahkan download di studiilmudakwah.blogspot.com

Administrator, Pengertian Emosi, (duniapsikologi.com/emosi/24 Mei 2013)

Goleman, Daniel,Kecerdasarn Emosonal, (terjemahan oleh T. Hermaya),

(Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2000)

KBBI offline 1.5.1.

Lynn Wilcox, Personality Psychotherapy Perbandingan dan Praktik Bimbingan

dan Konseling Psikoterapi Kepribadian Barat dan Sufi, (Jogjakarta:

IRCiSod, 2006), Cet. Ke-1

Repository.usu.ac.id/bitsream, 20 Juni 2013

Adm, Makalah: Emosi Menurut Al-Qur’an, (Jakarta: psq.or.id), 20 Juni 2013

www.anneahira.com/macam-macam-emosi.htm. Diakses: 24 Mei 2013

Muhammad Ustman Najati, Psikologi dalam Al-Qur’an Terapi Qurani dalam

Penyembuhan Gangguan Kejiwaan, (Bandung: CV Pustakan Setia, 2005),

Cet. Ke-1

Departemen Agama dalam Achmad Lutfi Fathullah, Al-Qur’an Al-Hadi –

Software, (Jakarta: Baitul Mughni, 2011)

Muhammad Al-Ghazali, Al-Janibil Athifi minal Islam, Bahtsun fil Khuluq Wa

suluki wa Tashawwuf, (Kairo: Kububil Hadits)

Muhammad Ali Taskhiri, At-Tawazun fil Islam, (Beirut: Ad-Darul Isalmiyah,

1979)

Ahmad bin Taimiyyah, Majmu’atul Fatawa, Juz X

Muhammad Djarot Sensa, Quranic Quotient Kecerdasan-Kecerdasan Bentukan

Al-Qur’an, (Jakarta; Hikmah, 2004)

Hamka, Tasawuf Moderen, (Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1987).

Ibnu Athoillah, Tajul Arus, terjemahan, (Jakarta: Zaman, 2013

top related