cr gad meta dan resti
Post on 01-Feb-2016
223 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
LAPORAN KASUS
Generalized Anxiety Disorder
Disusun oleh :
Meta Sakina 1018011076
Resti Lhutvia Andani 1018011126
Dokter Pembimbing :
dr. Cahyaningsih Fibri Rokhmani, Sp.KJ
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN JIWA
RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI LAMPUNG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
1
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan case report ini tepat
pada waktunya.
Keberhasilan dalam pembuatan case report ini juga tak lepas dari
bantuan dan bimbingan dari bebagai pihak,untuk itu kami ucapkan terima
kasih kepada dosen pembimbing dan juga teman-teman semua yang telah
ikut berperan serta dalam pembuatan case report ini.
Disini penulis berharap semoga dengan adanya case report ini dapat
berguna bagi orang-orang yang membacanya.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan case report ini belum
lah sempurna,untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari para pembaca.
Bandar Lampung, 8 Agustus 2015
Penulis
2
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Ny. W, 48 tahun, Perempuan, Islam, Jawa, tamatan SD, pembuat gula aren,
status sudah menikah, tinggal di Kelurahan Mataram, Gading Rejo, datang ke
poliklinik Rumah Sakit Jiwa Daerah Lampung pada tanggal 5 Agustus 2015.
II. PEMERIKSAAN PSIKIATRI
Anamnesis psikiatri dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 5 Agustus
2015.
III. RIWAYAT PSIKIATRI
A. Keluhan Utama
Cemas
B. Keluhan tambahan
Sulit tidur, sakit kepala, dada berdebar, nyeri ulu hati
C. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien datang ke Poli Rumah Sakit Jiwa dengan keluhan merasa cemas
sejak 2 bulan yang lalu, pasien mengira cemas dikarenakan pasien sulit
tidur sejak 2 bulan yang lalu. Pasien merasa sulit untuk memulai tidur
dan baru bisa tidur pada pukul 02.00 pagi. Pasien juga sulit untuk
bertahan tidur, pasien sering terbangun di tengah malam secara tiba-tiba
dan sulit untuk kembali tidur, menyebabkan kualitas tidurnya menjadi
terganggu dan tidak puas, karena sulit tidur ini pasien merasa sering sakit
kepala sakit kepala, dada berdebar dan nyeri ulu hati. Pasien mengatakan
pernah memiliki lama tidur 8 jam tetapi sejak 2 bulan terakhir, pasien
hanya bisa tidur selama total 4 jam saja setiap malamnya.
Menurut pasien, pasien sering memikirkan anak bungsunya yang belum
menikah dan suami pasien yang bekerja di luar kota namun saat ini suami
pasien sudah kembali ke rumah dan bekerja sebagai pembuat gula aren.
3
Selain itu anak kedua pasien ingin memiliki rumah sendiri, namun pasien
tidak mampu membantu secara keuangan, pasien juga merasa tidak
pernah diberitahu tentang keadaan keluarga anaknya, pasien lebih sering
mendengar berita dari orang lain. Karena keadaannya tersebut, pasien
sering merasa sedih, dan tidak berguna.
Pasien memiliki riwayat berobat ke pengobatan alternatif, namun tidak
mengalami perubahan. Karena itu, pasien memutuskan berobat ke poli
RS. Jiwa.
D. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Riwayat Gangguan Jiwa Sebelumnya
Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien memiliki riwayat gastritis. Pasien menyangkal memiliki
riwayat penyakit hipertensi, diabetes mellitus, hipertiroid, riwayat
trauma kepala sebelumnya, riwayat kejang saat kecil, maupun alergi
obat.
3. Riwayat Penggunaan Zat Adiktif
Pasien tidak pernah mengkonsumsi rokok, narkoba, minuman keras
dan sebagainya.
E. Riwayat Kehidupan Pribadi
a. Riwayat prenatal dan perinatal
Pasien tidak mengetahui dengan pasti, menurut pasien lahir normal,
berat badan lahir tidak tahu, dibantu dukun, tidak ada kecacatan
waktu lahir.
b. Masa kanak awal (0-3 tahun)
Pasien tidak mengetahui dengan pasti
c. Masa kanak pertengahan (3-11 tahun)
4
Seingat pasien, ia merupakan anak yang biasa saja dan tidak
didapatkan gangguan pertumbuhan maupun perkembangan.
d. Masa kanak akhir dan remaja
Pasien tidak tamat SD alasan kedua orang tua tidak mampu untuk
membiayai sekolahnya. Sejak saat itu pasien bekerja membantu
orang tua sebagai petani. Saat kecil pasien memiliki cukup teman
dan berhubungan baik dengan teman-temannya.
e. Riwayat Masa dewasa
Riwayat pendidikan
Pasien pernah mengenyam pendidikan SD namun tidak tamat,
karena masalah ekonomi. Namun pasien bisa membaca, menulis dan
berhitung.
Riwayat perkawinan dan hubungan keluarga
Pasien sudah menikah selama 30 tahun. Menikah dengan orang
pilihannya, memiliki tiga orang anak, anak pertama perempuan (30
tahun), anak kedua perempuan (28 tahun), anak ketiga laki-laki (26
tahun) dan seorang cucu.
Riwayat pekerjaan
Sebelum menikah bekerja membantu kedua orang tua bertani.
Setelah menikah bekerja membantu suami membuat gula aren dan
mengurus pekerjaan rumah tangga.
Aktivitas sosial
Pasien memiliki hubungan yang cukup baik dengan lingkungan
tempat tinggalnya.
Riwayat Sosial Ekonomi
Kebutuhan sehari-hari dipenuhi oleh suami sebagai pembuat gula
aren dan anak keduanya sebagai pedagang sayuran di pasar.
Riwayat Agama
5
Pasien beragama islam dan sholat dijalankan 5 waktu. Pasien
mengikuti kegiatan pengajian di masjid dekat rumahnya 1x
seminggu di hari minggu pagi.
Riwayat Hukum
Tidak pernah terlibat dalam pelanggaran hukum.
Riwayat Militer
Pasien belum pernah melihat suatu peperangan maupun mengikuti
kemiliteran
F. Riwayat Psikoseksual
Pasien tidak memiliki kelainan dalam riwayat psikoseksual. Pasien
menyukai lawan jenis, tidak pernah mendapatkan pelecehan seksual.
G. Situasi Kehidupan Sekarang
Pasien tinggal satu rumah bersama suami dengan anak kedua dan ketiga,
serta menantu dari anak keduanya. Pasien mengerjakan pekerjaan rumah
tangga dibantu anak keduanya, dan kebutuhan sehari-hari dipenuhi oleh
suami yang bekerja sebagai pembuat gula aren. Anak pertama pasien
sudah menikah dan tinggal bersama suami dan anaknya di daerah Metro
dan bekerja sebagai penjaga toko pakaian, anak kedua pasien sudah
menikah dan tinggal bersama suami serumah dengan pasien bekerja
sebagai pedagang di pasar. Anak ketiga pasien belum menikah dan bekerja
sebagai pembuat aren. Pasien mengatakan hubungan pasien dengan suami
dan anak-anak harmonis.
H. Riwayat Kehidupan Keluarga
Pasien merupakan anak ke enam dari enam bersaudara. Sejak lahir
tinggal bersama orangtua dan saudaranya. Pasien hidup dalam keluarga
dengan status ekonomi yang kurang, kedua orang tuanya bekerja sebagai
petani. Pasien memiliki hubungan yang baik dengan kedua orang tua, dan
6
kelima saudaranya. Kedua orang tua memberikan perhatian yang sama
kepada setiap anaknya. Ayah pasien meninggal pada tahun 1998.
Pasien mempunyai tiga orang anak, anak pertama laki-laki berusia 30
tahun, anak kedua perempuan berusia 28 tahun, anak ketiga perempuan
berusia 26 tahun. Menurut anak ketiganya pasien memberikan perhatian
yang sama kepada ketiga anaknya.
Pasien mempunyai satu orang cucu, dari anak pertama satu orang cucu,
laki-laki usia 11 tahun.
Menurut pasien, Situasi dalam keluarga saat ini kurang baik karena
kurangnya komunikasi. Dukungan dari keluarga selama pasien sakit juga
kurang.
PEDIGREE:
Ny. W
Ny. W
keterangan :
pasien
laki-laki
laki-laki meninggaldunia
perempuan dalam 1 rumah
7
I. Riwayat Penyakit keluarga
Keluarga tidak ada yang mengalami hal yang sama, riwayat DM,
hipertensi dan penyakit berat lainnya disangkal.
J. Persepsi Pasien tentang diri dan Kehidupannya
Pasien merasa dirinya tidak berguna. Pasien cemas penyakitnya semakin
parah dan akan semakin mengganggu kehidupannya.
IV. STATUS MENTAL
1. Deskripsi Umum
a. Penampilan
Seorang perempuan terlihat sesuai usianya memakai jilbab bewarna
coklat, baju bewarna coklat dan celana berwarna hitam, kurus, kulit
sawo matang, kuku pendek dan bersih, kebersihan dan kerapihan
cukup.
b. Kesadaran : jernih ( compos mentis )
c. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Saat wawancara pasien tampak hiperaktif, kontak mata baik,
gerakan involunter tidak ada.
d. Pembicaraan : spontan, lancar, volume cukup, intonasi sedang,
kualitas cukup, kuantitas lebih, artikulasi jelas.
e. Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif
2. Keadaan Afektif
a. Mood : disforia
b. Afek : luas
c. Keserasian : appropriate
3. Fungsi Intelektual (Kognitif)
a. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan : sesuai
dengan taraf pendidikan pasien
b. Daya konsentrasi : cukup
c. Orientasi (waktu, tempat, dan orang) : baik
8
d. Daya ingat : jangka segera, jangka pendek, baik dan jangka
panjang kurang.
e. Pikiran abstrak : baik
4. Gangguan Persepsi :
a. Halusinasi : tidak ada
b. Ilusi : tidak ada
c. Depersonalisasi : tidak ada
d. Derealisasi : tidak ada
5. Pikiran :
a. Bentuk pikir : Realistik
b. Arus pikir : koheren
1. Produktivitas : baik
2. Kontinuitas : baik
3. Relevansi : relevan
4. Hendaya berbahasa : tidak ditemukan
c. Isi pikir : rasa bersalah, rasa rendah diri
6. Daya Nilai
a. Norma sosial : baik
b. Uji daya nilai : baik
c. Penilaian realitas : baik
7. Tilikan
Tilikan derajat 4 : pemahaman bahwa dirinya sakit tetapi tidak mengetahui
penyebabnya.
8. Taraf dapat dipercaya : dapat dipercaya
9
V. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Tanda-tanda vital:
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Nadi : 78x/menit
Pernapasan : 18x/menit
Suhu : afebris
b. Pemeriksaan Fisik
Mata : tidak ditemukan kelainan
Hidung : tidak ditemukan kelainan
Telinga : tidak ditemukan kelainan
Paru : tidak ditemukan kelainan
Jantung : tidak ditemukan kelainan
Abdomen : tidak ditemukan kelainan
c. Status Neurologis
Sistem sensorik : dalam batas normal
Sistem motorik : dalam batas normal
Fungsi luhur : dalam batas normal
d. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 5 Agustus 2015
SGOT : 24 (dalam batas normal)
SGPT : 14 (dalam batas normal)
VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Ny. W, 48 tahun, Perempuan, Islam, Jawa, tamatan SD, pembuat gula aren,
tinggal di Kelurahan Mataram, Gading Rejo, datang ke poliklinik Rumah
Sakit Jiwa Daerah Lampung pada tanggal 5 Agustus 2015.
.
10
Pasien berpenampilan sesuai dengan usianya, cara berpakaian santai dan
kerapian cukup. Pasien datang seorang diri ke Poli Rumah Sakit Jiwa
dengan keluhan merasa cemas sejak 2 bulan yang lalu, pasien mengira
cemas dikarenakan pasien sulit tidur sejak 2 bulan yang lalu. Pasien
merasa sulit untuk memulai tidur dan baru bisa tidur pada pukul 02.00
pagi. Pasien juga sulit untuk bertahan tidur, pasien sering terbangun di
tengah malam secara tiba-tiba dan sulit untuk kembali tidur,
menyebabkan kualitas tidurnya menjadi terganggu dan tidak puas, karena
sulit tidur ini pasien merasa sering sakit kepala sakit kepala, dada
berdebar dan nyeri ulu hati. Pasien mengatakan pernah memiliki lama
tidur 8 jam tetapi sejak 2 bulan terakhir, pasien hanya bisa tidur selama
total 4 jam saja setiap malamnya.
Menurut pasien, pasien sering memikirkan anak bungsunya yang belum
menikah dan suami nya yang bekerja d luar kota namun saat ini suami
pasien sudah kembali. Selain itu anak kedua pasien ingin memiliki rumah
sendiri, namun pasien tidak mampu membantu secara keuangan, pasien
juga merasa tidak pernah diberitahu tentang keadaan keluarga anaknya,
pasien lebih sering mendengar berita dari orang lain. Karena keadaannya
tersebut, pasien sering merasa sedih, dan tidak berguna.Riwayat
pengobatan sebelumnya pasien berobat ke pengobatan alternatif dan
tidak merasakan perubahan.
Riwayat prenatal dan perinatal dan riwayat masa kanak awal tidak
diketahui. Pasien menempuh pendidikan SD selama lima tahun dan tidak
melanjutkan ke jenjang berikutnya karena masalah ekonomi.
Dari status mental, kesadaran pasien compos mentis, sikap pasien selama
wawancara kooperatif. Selama wawancara pasien hiperaktif. Kontak
mata dengan pemeriksa baik. Pasien berbicara spontan,lancar, intonasi
sedang, volume cukup, kualitas cukup, artikulasi jelas, kuantitas banyak.
Mood pasien disforia dengan afek luas dan serasi. Bentuk pikiran
realistik, arus pikir koheren, produktivitas baik, dengan kontinuitas baik,
11
dan tidak didapatkan hendaya berbahasa. Pada isi pikir terdapat ide
bersalah dan rasa rendah diri. Pada penilaian fungsi kognitif, daya
konsentrasi baik, orientasi waktu,tempat dan orang baik, daya ingat
jangka panjang kurang, jangka pendek, dan jangka segera juga baik.
Penilaian pasien dalam norma sosial, uji daya nilai tidak terganggu.
Pasien merasa dirinya sakit namun tidak diketahui penyebabnya dan
secara keseluruhan pernyataan pasien dapat dipercaya. Dari pemeriksaan
fisik tidak ditemukan adanya kelainan. Belum ada pemeriksaan
laboratorium lengkap, fungsi hati tidak ditemukan adanya kelainan.
VII. FORMULASI DIAGNOSIS
Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan cemas atau anxiety yang
bermakna serta menimbulkan suatu distress (penderitaan) dan disability
(hendaya) dalam pekerjaan dan kehidupan sosial pasien, sehingga dapat
disimpulkan bahwa pasien ini mengalami gangguan jiwa.
Aksis I :
Berdasarkan autoanamnesis dan pemeriksaan status mental didapatkan
gejala anxietas berupa kecemasan karena sulit tidur, ketegangan motorik
berupa kegelisahan dan sakit kepala, overaktivitas otonomik berupa
jantung berdebar-debar, dan nyeri ulu hati. Gejala – gejala tersebut hampir
tiap hari sampai 2 bulan yang tidak terbatas dan menonjol pada keadaan
tertentu (free floating atau mengambang) di malam hari sebelum pasien
tidur. maka berdasarkan PPDGJ III, pasien ini digolongkan sebagai
Gangguan Cemas Menyeluruh (F41.1) .
Aksis II :
Tidak dilakukan pemeriksaan terhadap adanya gangguan kepribadian.
(F.60). Tidak didapatkan gangguan tumbuh kembang, menyelesaikan
pendidikan SD dengan baik dan tidak dilanjutkan karena masalah
ekonomi. Hal ini menyingkirkan diagnosis retardasi mental (F.70).
Sementara disimpulkan belum ada diagnosis
12
Aksis III :
Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik tidak ditemukan riwayat penyakit
fisik. Sehingga sementara disimpulkan belum ada diagnosis
Aksis IV :
Pada anamnesis ditemukan kecemasan pasien didasari oleh masalah yang
tidak jelas.
Aksis V :
Penilaian terhadap kemampuan pasien untuk berfungsi dalam
kehidupannya menggunakan skala GAF (Global Assessment of
Functioning). Pada saat dilakukan wawancara, skor GAF 70-61 berupa
gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan, secara umum masih baik
VIII. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I : Gangguan Cemas Menyeluruh (F41.1).
Aksis II : Belum ada diagnosis aksis II
Aksis III : Belum ada diagnosis aksis III
Aksis IV : Masalah tidak jelas
Aksis V : GAF scale 70-61 (saat ini)
IX. DAFTAR PROBLEM
a. Organobiologik: tidak ditemukan adanya kelainan fisik yang bermakna,
tetapi diduga terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter.
b. Psikologik: ditemukan gangguan cemas menyeluruh berupa mood
disforia dan ide bersalah sehingga pasien membutuhkan psikoterapi.
X. PROGNOSIS
Faktor yang meringankan :
1. Motivasi yang kuat
2. Tidak ada riwayat keluarga
Faktor yang memperberat:
13
1. Sikap keluarga
2. Usia premenopause
a. Quo ad vitam : dubia ad bonam
b. Quo ad functionam : dubia ad bonam
c. Quo ad sanationam : dubia ad bonam
XI. RENCANA TERAPI
Farmakoterapi :
Golongan SSRI, Sertralin 1x 50 mg tab
Psikoterapi :
1. Terapi Perilaku Kognitif/ Cognitive-Behavioural Therapy.
2. Terapi suportif
3. Psikoterapi berorientasi tilikan/ insight-oriented therapy
XII. PEMBAHASAN
a. Apakah diagnosis sudah tepat?
Menurut kami diagnosis pada kasus ini sudah tepat karena:
Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan cemas atau anxiety yang
bermakna serta menimbulkan suatu distress (penderitaan) dan disability
(hendaya) dalam pekerjaan dan kehidupan sosial pasien, sehingga dapat
disimpulkan bahwa pasien ini mengalami gangguan jiwa.
Aksis I :
Berdasarkan data-data yang didapat memelalui anamnesis, pemeriksaan
fisik dan rekam medik, tidak ditemukan riwayat demam tinggi atau kejang
sebelumnya kelainan organik dan pemakaian zat psikoaktif. Pasien
menyangkal adanya bisikan-bisikan yang muncul terus menerus, tidak
terdapat penyimpangan dari pikiran dan persepsi dan tidak terdapat
kemunduran kognitif. Pasien menyangkal adanya perubahan suasana
perasaan, afek depresif dan kehilangan minat dan kegembiraan. Hal ini
dapat menjadi dasar untuk menyingkirkan diagnosis gangguan mental
14
organik (F.0), penggunaan zat psikoaktif (F.1), skizofrenia (F.2), dan
gangguan Suasana perasaan (Afek/Mood) (F.3). Dari pemeriksaan fisik,
tidak ada tanda-tanda disfungsi otak sehingga digolongkan sebagai
gangguan jiwa non-organik . Pasien tidak mengalami hendaya berat dalam
menilai realita sehingga digolongkan sebagai gangguan jiwa non-psikotik .
Maka berdasarkan PPDGJ III, gejala non-psikotik dan etiologi non organik
merupakan ciri khas kategori diagnosis (F.4) Gangguan neurotik, gangguan
somatoform dan gangguan stress.
Berdasarkan autoanamnesis dan pemeriksaan status mental didapatkan
gejala anxietas berupa kecemasan karena sulit tidur, ketegangan motorik
berupa sakit kepala, overaktivitas otonomik berupa jantung berdebar-debar,
dan nyeri ulu hati. Gejala – gejala tersebut hampir tiap hari sampai 2 bulan
yang tidak terbatas dan menonjol pada keadaan tertentu (free floating atau
mengambang) di malam hari sebelum pasien tidur. maka berdasarkan
PPDGJ III, pasien ini digolongkan sebagai Gangguan Cemas Menyeluruh
(F41.1) .
Aksis II :
Tidak dilakukan pemeriksaan terhadap adanya gangguan kepribadian.
(F.60). Tidak didapatkan gangguan tumbuh kembang, menyelesaikan
pendidikan SD dengan baik dan tidak dilanjutkan karena masalah
ekonomi. Hal ini menyingkirkan diagnosis retardasi mental (F.70).
Sementara disimpulkan belum ada diagnosis
Aksis III :
Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik tidak ditemukan riwayat penyakit
fisik. Sehingga sementara disimpulkan belum ada diagnosis
Aksis IV :
Pada anamnesis ditemukan kecemasan pasien didasari oleh masalah yang
tidak jelas.
Aksis V :
15
Penilaian terhadap kemampuan pasien untuk berfungsi dalam
kehidupannya menggunakan skala GAF (Global Assessment of
Functioning). Pada saat dilakukan wawancara, skor GAF 70-61 berupa
gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan, secara umum masih baik
b. Apakah rencana terapi sudah tepat?
Rencana terapi pada kasus ini sudah tepat. Berdasarkan British Associaton
for psychopharmacologies dan NICE guideline, psikofarmakoterapi pada
gangguan ansietas menyeluruh dapat dimulai dengan obat antidepresi
golongan SSRI (Selective Serotonoin Reuptake Inhibitors). Sertralin dipilih
karena obat ini memiliki efek kardiologik yang minimal dibandingkan obat
antidepresi golongan yang lain. Selain itu golongan SSRI juga memiliki
efek samping lain yang minimal, spektrum antidepresi yang luas, dengan
gejala putus obat sangat minimal, serta lethal dose yang tinggi (> 6.000 mg)
sehingga relatif aman untuk pasien ini yang berobat jalan.depresi adalah
dengan farmakoterapi serta psikoterapi untuk menurunkan banyaknya
stressor dalam hidup pasien. Pada pasien yang tidak toleran setelah
diberikan SSRI dapat diberikan Serotonin-norepinephrine reuptake
inhibitors (SNRIs) seperti paroxetine dan venlafaxine
Pada banyak kasus, terapi depresi efektif diberikan pada kasus ansietas.
Pemberian obat golongan Benzodiazepine efektif diberikan pada pasien
dengan gangguan cemas menyeluruh namun tidak diberikan kecuali pada
keadaan jangka pendek saja dan harus diikuti dengan psikoterapi yang
adekuat. Hal ini dikarenakan kerugian dari efek samping dan
ketergantungan obat golongan Benzodiazepine.
Pemberian obat golongan agonis parsial reseptor 5 HT, Buspiron tampaknya
efektif mengurangi gejala kognitif pada gangguan ansietas menyeluruh
dibandingkan gejala somatik. Perlu anamnesis riwayat pengobatan
sebelumnya pada pasien, dikarenakan kerugian Buspiron cenderung tidak
16
berespon pada pasien yang sudah pernah diberikan obat golongan
Benzodiazepin. Kerugian lainnya ialah efeknya memerlukan 2-3 minggu
untuk terlihat.
c. Apakah prognosis sudah tepat?
Ada beberapa pertimbangan yang memperngaruhi prognosis pasien:
Faktor yang meringankan :
Motivasi yang kuat (keinginan kuat untuk sembuh)
Tidak ada riwayat keluarga (keluarga pasien tidak ada yang mengalami
gangguan yang sama)
Faktor yang memperberat:
Sikap keluarga (acuh dengan keadaan pasien)
usia pre menopause
Faktor lain yang mempengaruhi prognosis :
pemeriksaan penunjang minimal
Dari data tersebut dapat terlihat bahwa daftar yang memperingan lebih
banyak sebanding yang memperberat sehingga prognosis pasien adalah
dubia ad bonam, selain pasien tidak mengalami gangguan psikosis yang
dapat memperberat prognosis.
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Kaplan dan Sadock Sinopsis Psikiatri Ilmu
Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis edisi 7 jilid 1. Jakarta: Binarupa
Aksara.2010.
2. Maslim, R. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III.
Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran jiwa FK Unika Atmajaya. 2007.
3. Amir, N. Buku Ajar Psikiatri Edisi 2. Jakarta. FKUI. 2013
4. Maslim, R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi
Ketiga. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran jiwa FK Unika Atmajaya. 2007.
5. Baldwin D, Et all. Evidence-based guidelines for thepharmacological
treatment of anxiety disorders:Recommendations from the British Association
for Psychopharmacology. Journal of psychopharmacology. 2005
6. Kendall T. Management of generalised anxiety disorder in adults: summary of
NICE guidance. British Medical Journal. 2011
7. Wang WW. Comprehensive Psychiatry Review. Cambridge University
Press.2011
8. Murray RM, Kendler KS.Essential Psychiatry.edisi keempat. Cambridge
University Press.2008
9. Mantja ZA. Simtomatologi Psikiatri. Bandar Lampung; FK UNIMAL. 2005
18
top related