chronic kidney desease
Post on 14-Jun-2015
1.246 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
LATAR BELAKANG
1.1 Latar Belakang
Gagal ginjal kronik adalah suatu sindroma klinis yang disebabkan oleh
adanya kerusakan ginjal atau adanya penurunan fungsi ginjal selama tiga bulan
atau lebih. Pada keadaan ini, ginjal kehilangan kemampuannya untuk
mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan
diet normal (Wilson, 1995). Pada stadium lanjut ini ditandai dengan kelemahan,
ketidakberdayaan dan dapat menyebabkan kematian. Sedangkan pengobatan
yang diberikan hanya bersifat menghilangkan gejala dan meningkatkan kualitas
hidup dari pasien (Ernawati, 2004).
Di Amerika Serikat, 2 dari 1000 penduduk menderita gagal ginjal, dan
sekitar 284.000 orang mendapat transplantasi ginjal pada tahun 1996.
Berdasarkan data dari United States Renal Data Systems (USRDs), pada tahun
1996, rata-rata pasien gagal ginjal tahap akhir berusia 61 tahun dengan 46%
adalah wanita. Berdasarkan diagnosa diketahui bahwa penyebab gagal ginjal
tahap akhir tersering adalah diabetes melitus (42%), hipertensi (22%), dan lain-
lain. Di Indonesia, diperkirakan setiap satu juta penduduk, 20 diantaranya
mengalami gagal ginjal pertahun. Peningkatan jumlah pasien gagal ginjal ini
akan meningkatkan jumlah pasien yang harus di hemodialis (Suhardjono, 2001).
Hemodialisis (HD) adalah salah satu terapi gagal ginjal yang berfungsi untuk
mengganti fungsi ginjal yang telah terganggu. Namun hemodialisis hanyalah
suatu proses yang mengunakan mesin buatan manusia yang tidak dapat
menggantikan sepenuhnya fungsi ginjal (Rahardjo, 2001).
1.1 Rumusan Masalah
1. Bagaimana dasar diagnosis dari CKD?
2. Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan pada penatalaksanaan CKD?
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui dasar diagnosis dari CKD.
2. Untuk mengetahui hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan pada
penatalaksanaan CKD.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan
penurunan fungsi ginjal yang irreversibel, pada suatu derajat yang memerlukan
terapi pengganti ginjal yang tetap yaitu berupa dialisis atau transplantasi ginjal.
Sedangkan kriteria untuk gagal ginjal kronik adalah sebagai berikut :
1. Kerusakan ginjal >3 bulan, yaitu kelainan struktur atau fungsi ginjal, dengan
atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus, dengan manifestasi:
- Kelainan patologi
- Terdapat tanda kelainan ginjal termasuk kelainan dalam tes
pencitraan
2. Laju filtrasi glomerulus kurang dari 60 ml/menit/1,73 m3 selama >3 bulan
dengan atau tanpa kerusakan ginjal.
2.2 Klasifikasi
Klasifikasi gagal ginjal kronik didasarkan atas 2 hal, yaitu derajat penyakit
( stage ) dan etiologi. Klasifikasi berdasarkan derajatnya dibuat berdasarkan
GFR ( Glomerular Filtration Rate ), yang dihitung berdasarkan rumus Cockroft –
Gault :
GFR = (140-umur) x BB *
72 x kreatinin plasma
* wanita dikalikan 0.85
Classification of Chronic Kidney Disease (CKD)
Stage GFR, mL/min per 1.73 m2
0 >90a
1 90b
2 60–89
3 30–59
4 15–29
5 <15
a dengan faktor resiko
b terdapat kerusakan ginjal ( persistent proteinuria, abnormal sediment urine,
abnormal kimia darah dan urine, abnormal pencitraan ).
2.2 Etiologi
Etiologi dari gagal ginjal kronik penting untuk diketahui karena sangat
memegang peranan dalam memperkirakan perjalanan klinis dan terhadap
penatalaksanaannya. Penyebabnya antara lain :
- Diabetes mellitus tipe 1 atau 2
- Tekanan darah tinggi
- Kadar koleterol tinggi
- Penyakit jantung
- Penyakit liver
- Penyakit ginjal lainnya
- Amyloidosis
- SLE
- Penyakit vascular, seperti vaskulitis atau displasia fibromuskular
- Refluks vesicoureter
- Keturunan
2.3 Patofisiologi
Patofisiologi gagal ginjal kronik meliputi 2 mekanisme kerusakan, yaitu :
1. Mekanisme yang terkait dengan penyebab dasarnya, seperti imun kompleks
dan mediator inflamasi pada beberapa tipe glomerulonefritis atau paparan
toksin pada kelainan di tubulus maupun interstitial.
2. Mekanisme progresif, yaitu hiperfiltrasi dan hipertrofi nefron, yang merupakan
sesuatu yang biasa terjadi ketika ada pengurangan massa ginjal dalam waktu
lama disertai faktor – faktor penyerta. Pengurangan jumlah nefron
diperantarai oleh hormone – hormone vasoaktif, sitokin, growth factors.
Sebenarnya adaptasi singkat berupa hipertrofi dan hiperfiltrasi ini akan
menjadi maladaptasi bila terjadi peningkatan tekanan dan aliran akibat
sclerosis dan kerusakan nefron. Peningkatan aktifitas RAA ( renin –
angiotensin – aldosteron ) intrarenal juga berperan dalam proses hiperfiltrasi,
hipertrofi, dan sclerosis. RAA ini distimulasi oleh growth factor. Proses ini
menjelaskan mengapa pengurangan massa ginjal dapat menimbulkan
penurunan fungsi ginjal.
2.4 Manifestasi Klinis
1. Sistem gastrointestinal.
a. Gangguan metabolisme protein dalam usus, terbentuknya zat toksik akibat
metabolisme oleh bakteri usus seperti ammonia dan metil guanin, serta
sembabnya mukosa usus.
b. Uremia disebabkan oleh ureum yang berlebihan pada air liur diubah oleh
bakteri di mulut menjadi ammonia, sehingga nafas berbau ammonia. Akibat
lain terjadi stomatitis dan parotitis. Adanya ammonia dalam mulut juga
menyebabkan rasa tidak enak dalam mulut.
2. Kulit.
a. Kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning-kuningan akibat
penimbunan urokrom.
b. Gatal-gatal dengan ekskoriasi akibat toksin uremia dan pengendapan
kalsium di pori-pori kulit.
c. Ekimosis akibat gangguan hematologi
3. Sistem hematologi.
a. Anemia normokrom normositer dapat disebabkan oleh berbagai faktor,
antara lain:
- Berkurangnya fungsi eritropoitin, sehingga rangsangan eritropoises
pada sumsum tulang menurun
- Hemolisis, akibat berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana
uremia toksik
- Defisiensi besi, asam folat, nafsu makan menurun
- Perdarahan pada saluran cerna dan kulit.
b. Gangguan fungsi trombosit dan trombositopeni:
- Masa perdarahan memanjang
- Perdarahan akibat agregasi dan adesi trombosit yang berkurang serta
menurunnya faktor trombosit III dan ADP ( adenosine difosfat)
c. Ganguan fungsi leukosit:
- Hipersegmentasi leukosit
- Fagositosis dan kemotaksis berkurang, hingga menimbulkan
mudahnya terjadi infeksi
4. Sistem syaraf otot.
a. Restless leg syndrome, pasien merasa pegal di daerah tungkai bawah dan
selalu menggerakkan kakinya
b. Burning feet syndrome, rasa kesemutan seperti terbakar, terutama di
telapak kaki
c. Ensefalopati metabolik:
- lemah, tak bisa tidur, gangguan konsentrasi
- tremor, kejang-kejang
5. Sistem kardiovaskuler.
a. Hipertensi akibat penimbunan cairan dan garam atau peningkatan
aktivitas renin-angiotensin-aldosteron
b. Nyeri dada dan sesak nafas akibat perikarditis, efusi perikardial, penyakit
jantung koroner akibat aterosklerosis yang timbul dini, dan gagal jantung
akibat penimbunan cairan dan hipertensi
c. Edema akibat penimbunan cairan
6. Sistem endokrin.
a. Gangguan seksual: libido, fertilitas dan ereksi menurun pada laki-laki
akibat produksi testosteron dan spermatogenesis yang menurun, juga
dihubungkan dengan metabolit tertentu (zink, hormone paratiroid ). Pada
wanita timbul gangguan menstruasi, gangguan ovulasi sampai amenorea
b. Gangguan toleransi glukosa
c. Gangguan metabolisme lemak
2.5 Gambaran Laboratorium
Gambaran laboratorium penyakit ginjal kronik meliputi :
a. Sesuai dengan penyakit yang mendasarinya
b. Penurunan fungsi ginjal berupa peningkatan kadar ureum dan kreatinin
serum, serta penurunan GFR
c. Kelainan biokimiawi darah meliputi penurunan kadar hemoglobin,
peningkatan kadar asam urat, hiper atau hipokalemia, hiponatremia, hiper
atau hipokloremia, hiperfosfatemia, hipokalsemia, asidosi metabolic
d. Kelainan urinalisis meliputi proteinuria, hematuria, leukosituria, dan cast
2.6 Gambaran Radiologis
Pemeriksaan radiologis meliputi :
a. Foto polos abdomen, bisa tampak batu radioopak
b. Pielografi intravena, jarang dikerjakan karena kontras sering tidak bisa
melewati filter glomerulus
c. Pielografi antegrad atau retrograde, dilakukan dengan inidikasi
d. Ultrasonografi ginjal bisa memperlihatkan ukuran ginjal yang mengecil,
korteks yang menipis, adanya hidronefrosis atau batu ginjal, kista, massa,
kalsifikasi
e. Renografi, dilakukan bila ada indikasi
2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien dengan gagal ginjal kronik meliputi :
1. Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya
2. Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid
3. Memperlambat perburukan fungsi ginjal
4. Pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskular
5. Pencegahan dan terapi terhadap komplikasi
6. Terapi pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal
Penatalaksanaan penyakit gagal ginjal kronik berdasarkan derajatnya :
Derajat GFR Rencana Tatalaksana
1 >90 Terapi penyakit dasar, kondisi
komorbid, evaluasi perburukan
fungsi ginjal, memperkecil
resiko kardiovaskular
2 60 – 89 Menghambat perburukan fungsi
ginjal
3 30 – 59 Evaluasi dan terapi komplikasi
4 15 – 29 Persiapan untuk terapi
pengganti ginjal
5 <15 Terapi pengganti ginjal
2.8 Komplikasi
Kompilkasi yang dapat timbul sesuai dengan derajatnya, yaitu :
Derajat Penjelasan GFR Komplikasi
1 Kerusakan ginjal dengan
GFR normal
>90 -
2 Kerusakan ginjal dengan
penurunan GFR ringan
60 – 89 Tekanan darah mulai
tinggi
3 Penurunan GFR sedang 30 – 59 Hiperfosfatemia,
hipokalemia, anemia,
hiperparatiroid,
hipertensi,
hiperhomositeinemia
4 Penurunan GFR berat 15 – 29 Malnutrisi, asidosis
metabolik, hiperkalemia,
dislipidemia
5 Gagal ginjal <15 Gagal jantung, uremia
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn Hari Subinarto
Umur : 47 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Alamat : Jl. S. Supriadi IIB/2, Malang
Pekerjaan : Pensiunan
Pendidikan : SMP
Status : Kawin
Suku : Jawa
Agama : Islam
MRS : 8 Juni 2009
No Register : 914703
AUTOANAMNESA
Keluhan Utama: Sesak Nafas
Pesien mengeluh sesak nafas sejak 1 tahun sebelum MRS dan dirasakan
semakin memberat sejak 3 hari sebelum MRS. Sesak dirasakan hilang timbul,
terutama pada waktu aktivitas berat, kadang sesak dirasakan lebih berat pada
malam hari sehingga pasien tidak bisa tidur. Selain itu pasien juga mengeluh
bengkak pada wajahnya, tangan dan kaki sejak 3 bulan sebelum MRS.
Pasien mengeluh mual dan muntah yang hilang timbul sejak 3 bulan
terakhir ini, sehingga membuat nafsu makannya menurun. Muntah sebanyak 2-3
x/ hari yang didahului rasa mual. Volume setip kali muntah sebanyak + ½ - 1
gelas, berisi makanan yang dimakan sebelumnya.
Pasien mengeluh kesulitan kencing sejak 3 bulan sebelum MRS. Pasien
mengatakan bahwa kencingnya semakin sedikit dan semakin jarang. Pasien
hanya kencing 2-3 x/ hari dengan volume setiap kali kencing hanya ½ gelas.
Rasa nyeri saat kencing tidak ada, warna kencing normal (tidak berwarna).
Pasien mengeluh lemah badan sejak 1 tahun sebelum MRS. Keluhan
dirasakan memberat terutama dalam 2minggu terakhir.
Pasien mengaku 6 bulan yang lalu pernah mengalami keluhan yang
sama, dan dinyatakan sakit ginjal kemudian pernah cuci darah 2x dan berobat ke
poli, tetapi tidak rutin kontrol.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pasien mempunyai riwayat tekanan darah tinggi sejak 5 tahun sebelum
MRS. Pasien tidak rutin kontrol dan tidak minum obat secara teratur. Pasien
minum obat hanya apabila merasa pusing, karena rasa pusing dianggap
penderita sebagai tanda bahwa tekanan darahnya meningkat. Obat yang
biasanya di minum oleh pasien adalah Captopril.
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
No Keluarga Usia Keterangan Riw. Pribadi
1 Ayah Meninggal -
2 Ibu Meninggal -
3 Adik 49 tahun Hidup -
4 Adik 45 tahun hidup -
5 Anak 18 tahun hidup -
Status Present
Tanggal Pemeriksaan : 12 Juni 2009
Anamnesa Umum ( Review of System )
UMUM
Lelah : -
Penurunan BB: -
Demam : -
Menggigil : -
Berkeringat : -
KULIT
Rash : -
Gatal : -
Luka : -
Tremor : -
KEPALA LEHER
Sakit kepala : -
Nyeri : -
Kaku leher : -
Trauma : -
MATA
Kaca mata : -
Gatal : -
Ikterus : -
Merah : -
Nyeri : -
Diplopi : -
Visus : normal
TELINGA
Pendengaran : normal
Infeksi : -
Nyeri : -
Tinitus : -
Vertigo : -
HIDUNG
Secret : -
Kering : -
Berdarah : -
Nyeri : -
Buntu : -
Berbau : -
Halusinasi : -
Bersin-bersin : -
MULUT dan TENGGOROKAN
Nyeri : -
Kering : -
Suara serak : -
Menelan : -
Sakit menelan : -
Gigi : -
Gusi : -
Oral thrush : -
PERNAFASAN
Batuk : -
Riak : -
Nyeri : -
Mengi : -
Sesak nafas : +
Hemoptosis : -
Pneumonia : -
Nyeri pleuritik : -
Tuberculosis : -
PAYUDARA
Secret : -
Nyeri : -
Benjolan : -
Perdarahan : -
Infeksi : -
JANTUNG
Angina : -
Sesak nafas : +
Ortopnea : -
PND : -
Edema : -
Murmur : -
Palpitasi : -
Infark : -
Hipetensi : -
VASKULER
Klaudikasio : -
Flebitis : -
Ulkus : -
Arteritis : -
Vena verikose : -
ABDOMEN
Nafsu makan : menurun
Anoreksia : -
Mual : +
Muntah : +
Perdarahan : -
Melena : -
Nyeri : -
Diare : -
Konstipasi : -
BAB : normal
Hemoroid : -
Hernia : -
Hepatitis : -
GINJAL & SALURAN KENCING
Disuri : -
Hematuri : -
Inkontinensia : -
Nokturi : -
Frekuensi : -
Batu : -
Infeksi : -
HEMATOLOGI
Anemia : +
Perdarahan : -
ENDOKRIN/ METABOLIK
Diabetes : -
Penurunan BB: -
Goiter : -
Toleransi thd Temp: -
Asupan cairan : normal
MUSKULOSKELETAL
Trauma : -
Nyeri : -
Bengkak : -
Kaku leher : -
Lemah : +
Nyeri punggung : -
Kram : -
SISTEM SYARAF
Sinkop : -
Kejang : -
Tremor : -
Nyeri : -
Sensorik : normal
Tenaga : normal
Daya ingat : normal
Kecemasan : -
Tidur : normal
Depresi : -
Halusinasi : -
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Kesadaran : Compos mentis
Nampak sakit : sedang
Turgor : baik
Gizi : cukup
Berat badan : 60 kg
Tinggi badan : 160 m
BMI : 23,43 kg/m²
Tanda vital
Nadi : 86 x/menit
Tensi : 150/90 mmHg
Pernafasan : 32 x/menit
Suhu axiler : 37,0° C
KULIT
Inspeksi : kering
Palpasi : dBN
KEPALA & LEHER
Inspeksi : bentuk kepala bulat, simetris
Palpasi : tidak didapatkan pembesaran kelenjar limfe
Auskultasi : bruit -
Pemeriksaan : JVP tidak meningkat, tidak didapatkan kaku kuduk
TELINGA
Inspeksi : infeksi -, membrane timpani intak
Palpasi : massa -
HIDUNG
Inspeksi : secret -,perdarahan -. Polip -
Palpasi : nyeri -
RONGGA MULUT & TENGGOROKAN
Inspeksi : lekloplakia-, ulkus-, tumor-, faring hiperemi -
Palpasi : nyeri -, tumor -
MATA
Inspeksi : konjuctiva anemi (+), pupil isokor, diameter 3mm, reflek cahaya
+/+, ikterik -/-
Palpasi : tde
THORAKS
PULMO
Inspeksi : simetris, statis = dinamis→D=S
Palpasi : Stem fremitus D=S
Perkusi : S S
S S
S S
Auskultasi : v v Rh - - wh - -
v v - - - -
v v - - - -
JANTUNG
Inspeksi : iktus invisible
Palpasi : iktus palpable at ICS V, MCL (S)
Perkusi : RHM~ SL (D), LHM~ iktus
Auskultasi : S1S2 single, murmur (-)
ABDOMEN
Inspeksi : flat
Palpasi : soefl
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus normal
EKSTRIMITAS
Inspeksi : edema - -
- -
Palpasi : akral hangat
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Darah Lengkap
Leukosit : 8700 /μ
Hb : 6,6 g/dl
Hemotokrit : 19,40 %
Trombocyte : 328.000 /ul
MCV/MCH/ :76/24,4
Kimia darah ELEKTROLIT
SGOT : 38 mU/ml natrium : 136 mmol/l
SGPT : 16 Mu/ml kalium : 4,1 mmol/l
chlorida : 106 mmol/l
Ur/Cr : 62,0/2,03 mg/dl
URINALISIS.
SG/ BJ : 1.005 keton
PH : 7,5 urobilinogen : -
Leukosit : - bilirubin : -
Prot/ albumin : +1 erytrosit : +1
Glukosa : -
Mikroskop sediment : 10 x epitel : +
40 x eritrosit : 1-2 /lpb
leukosit : 2-5 /lpb
silinder : -
top related