kementerianditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/lakin/lakin bun 2016.pdf · produksi tebu mencapai...
Post on 17-Nov-2020
4 Views
Preview:
TRANSCRIPT
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
KATA PENGANTAR
Serangkaian proses restrukturisasi program dan kegiatan pembangunan perkebunan tahun 2015-2019 diawali dari penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Perkebunan, yang selanjutnya dijabarkan dalam Rencana Kinerja Tahunan, Perjanjian Kinerja dan diakhiri dengan penyusunan Laporan Kinerja (LAKIN). Laporan Kinerja merupakan pertanggungjawaban kinerja suatu instansi/organisasi dalam mencapai tujuan atau sasaran strategis instansi. Beberapa aturan yang mendasari Laporan Kinerja yaitu Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Instansi Pemerintah, Peraturan Menteri Pertanian Republik
Indonesia Nomor 50 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pertanian dan Peraturan MenPAN & RB Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Hasil pengukuran kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 dibandingkan dengan target Perjanjian Kinerja Tahun 2016 adalah: 1) terhadap rata-rata pertumbuhan produksi tanaman tebu, mengalami penurunan sebesar (-11,01%) dari target sebesar 10,03% atau baru mencapai 88,99% (2,222 juta ton dari target 2,749 juta ton GKP) ; 2) terhadap rata-rata pertumbuhan produksi tanaman perkebunan unggulan lainnya, mencapai 1,36% dari target 2,45%. Hasil pengukuran kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 dibandingkan dengan beberapa Tahun sebelumnya adalah: 1) terhadap Kinerja Tahun 2014 rata-rata pertumbuhan produksi tebu mencapai 80,00% dan rata-rata peningkatan produksi tanaman perkebunan unggulan lainnya mencapai 94,75%; 2) terhadap kinerja Tahun 2015, rata-rata pertumbuhan produksi tebu mencapai 89,58% dan rata-rata peningkatan produksi tanaman perkebunan unggulan lainnya mencapai 99,25%. Hasil pengukuran kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 dibandingkan dengan target Renstra Ditjen Perkebunan Tahun 2015-2019 adalah: 1) produksi tebu mencapai 61,63% dan 2) produksi tanaman perkebunan unggulan lainnya mencapai 76,14%. Berdasarkan hasil pengukuran kinerja realisasi penyerapan anggaran pelaksanaan Program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Perkebunan Berkelanjutan pada tahun 2016 sebesar Rp.1.042.696.281.803,- atau mencapai 87,44% dari total pagu anggaran sebesar Rp.1. 192.418.283.000,- atau 90,00% jika dibandingkan dengan pagu setelah self-bloking Rp. 1.086.118283.000,- dengan realisasi fisik 97,73%. Pelaksanaan Pembangunan perkebunan tidak terlepas dari permasalahan, hambatan dan kendala, namun dengan upaya percepatan dan penanganan serta langkah-langkah strategis permasalahan tersebut dapat diminimalisir dampaknya bagi pembangunan perkebunan. Dokumen Laporan Kinerja (LAKIN) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 ini tersusun berkat dukungan dan kerjasama yang sinergis dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak, semoga dokumen ini menjadi pertanggungjawaban kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan.
i Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
IKHTISAR EKSEKUTIF
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 ini dibuat
dalam rangka perwujudan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas
pokok dan fungsi sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan
Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor: 43 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian bahwa Direktorat
Jenderal Perkebunan adalah unsur pelaksana pada Kementerian
Pertanian yang dipimpin oleh Direktur Jenderal dan bertanggung jawab
kepada Menteri Pertanian.
Laporan ini disusun sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun
2014, tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan
dalam penyusunannya mengacu pada Peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Per Men-PAN
& RB) Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian
Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja
Instansi Pemerintah.
Tantangan yang akan dihadapi pembangunan perkebunan ke depan
dalam ruang lingkup sub sektor perkebunan terutama berkaitan dengan
kondisi perkebunan secara khusus dari aspek hulu dan hilir dapat
diklasifikasikan yaitu:
1. Ketersediaan benih dan sarana produksi
2. Keterbatasan, penurunan kualitas, status kepemilikan, persaingan
pemanfaatan, degradasi dan konversi/ alih fungsi lahan
ii
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
3. Pemberdayaan pekebun (implikasi peningkatan kemampuan
pekebun dalam usaha agribisnis perkebunan)
4. Kondisi pertanaman perkebunan (implikasi banyaknya tanaman tua
dan tanaman dengan produktivitas rendah)
5. Tuntutan penerapan konsep pembangunan perkebunan
berkelanjutan yang berwawasan
6. Tuntutan pengaturan perizinan usaha perkebunan (implikasi
reformasi birokrasi perizinan dalam era otonomi daerah)
7. Konflik dan gangguan usaha perkebunan (implikasi keamanan,
kenyamanan berusaha serta penciptaan minat dan iklim investasi)
Perumusan agenda prioritas NAWACITA yang menjadi tugas dan fungsi
Direktorat Jenderal Perkebunan adalah mewujudkan kemandirian
ekonomi dengan menggerakkan sektor strategis ekonomi domestik
melalui peningkatan kedaulatan pangan dengan sasaran produksi gula
Tahun 2019 mencapai 3,8 juta ton. Selain itu agenda prioritas terkait
akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional melalui peningkatan
agroindustri berbasis komoditas perkebunan dengan sasaran produksi
Tahun 2019 untuk komoditas kelapa sawit sebesar 36,42 juta ton CPO;
komoditas karet sebesar 3,81 juta ton karet kering; komoditas kakao
sebesar 961 ribu ton biji kering; komoditas teh sebesar 162,7 ribu ton
daun kering; komoditas kopi sebesar 778 ribu ton kopi berasan; dan
komoditas kelapa sebesar 3,49 juta ton setara kopra.
Sesuai hasil analisis terhadap potensi, permasalahan, peluang dan
tantangan pembangunan perkebunan ditetapkan bahwa program
pembangunan perkebunan Tahun 2015-2019 yang menjadi tanggung
jawab Direktorat Jenderal Perkebunan adalah "peningkatan produksi
iii
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
dan produktivitas tanaman perkebunan berkelanjutan". Adapun
proyeksi Indikator Kinerja Program Ditjen. Perkebunan Tahun 2015-
2019, disajikan sebagaiu berikut:
2015 2016 2017 2018 2019
1. Laju peningkatan produksi tanaman tebu (%) 12,91 10,03 7,03 4,57 4,37 7,78
2. Laju peningkatan produksi tanaman unggulan perkebunan lainnya (%) 16,35 2,45 2,9 2,89 2,86 5,49
Target IKP per tahunNo. Indikator Rata- rata
Capaian kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan terhadap indikator
makro, selama lima tahun terakhir (2011-2015) mengalami peningkatan
pada semua indikaor khususnya PDB berdasarkan harga berlaku
mencapai 11,27% dan berdasarkan harga konstan Tahun 2011 juga
menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik, Keterlibatan tenaga kerja
di sektor perkebunan yang diperkirakan untuk Tahun 2016 berjumlah
23,38 juta orang mengalami peningkatan sebesar 3,24%. Neraca
perdagangan untuk komoditi perkebunan Tahun 2016 mencapai US$
20,72 milyar, mengalami penurunan rata-rata sebesar 1,59% sejak
Tahun 2011. Pada Tahun 2011-2015 hasil ekspor perkebunan mengalami
penurunan rata-rata sebesar 0,51% setiap tahun, sedangkan Nilai Tukar
Petani (NTP) Perkebunan Rakyat yang merupakan salah satu indikator
kesejahteraan petani pada bulan Januari 2016 sebesar 104,41 dan pada
bulan September 2016 mencapai 107,85 dan mengalami kenaikan
sebesar 3,57% dibandingkan dengan Tahun 2013 sebesar 104,13.
Pada umumnya produksi komoditas utama perkebunan selama 6 tahun
(2011–2016) mengalami kenaikan dengan laju pertumbuhan produksi
rata-rata sebesar 3,51% per tahun, secara berurutan yaitu sagu
(42,37%), cengkeh (14,75%), pala (9,26%), kelapa sawit (7,58%), jambu
iv
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
mete (2,71%), karet (1,15%), tembakau (0,83%) dan kopi (0,11%).
Namun sebaliknya beberapa komoditas mengalami penurunan produksi
yang cukup serius yaitu kemiri sunan (-20,00%), kapas (-14,47%), nilam
(-7,03%), kelapa (-1,84%), lada (-1,08%), kakao (-1,10%), teh (-0,58%)
dan tebu (-0,07%). Kenaikan produksi tersebut tidak terlepas dari
keberhasilan dalam memilih kegiatan-kegiatan prioritas yang dapat
menstimulasi peningkatan produksi tanaman melalui penerapan IPTEK
dan 4-ASI (intensifikasi, rehabilitasi, ekstensifikasi dan diversifikasi),
yang didukung dengan sistem penyuluhan, pengawalan, pendampingan
yang intensif dan keterkaitan antara seluruh aspek budidaya dan
penyiapan benih, perlindungan tanaman, pasca panen, pengolahan dan
pemasaran hasil perkebunan serta aspek penelitian dan pengembangan
sehingga teknologi mudah diakses. Sedangkan terjadi penurunan
produksi secara umum disebabkan oleh anomali iklim dan terjadinya
penurunan luas areal tanaman. Khusus untuk kemiri sunan produksi
sangat minim karena sebagian besar tidak dipanen akibat belum
tersedianya unit pengolahan hasil (UPH) dan tidak ada pembelinya.
Hasil pengukuran kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
dibandingkan dengan target Perjanjian Kinerja Tahun 2016 adalah: 1)
terhadap rata-rata pertumbuhan produksi tanaman tebu, mencapai
88,99% atau (-11,01% dari target 10,03%; 2) terhadap rata pertumbuhan
produksi tanaman perkebunan unggulan lainnya, mencapai 1,36% dari
target 2,45%.
Hasil pengukuran kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
dibandingkan dengan beberapa Tahun sebelumnya adalah: 1) terhadap
Kinerja Tahun 2014 rata-rata pertumbuhan produksi tebu mencapai 80%
v
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
dan rata-rata peningkatan produksi tanaman perkebunan unggulan
lainnya mencapai 98,84%; 2) terhadap kinerja Tahun 2015, rata-rata
pertumbuhan produksi tebu mencapai 89,58% dan rata-rata peningkatan
produksi tanaman perkebunan unggulan lainnya mencapai 103,54%.
Hasil pengukuran kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
dibandingkan dengan target Renstra Ditjen Perkebunan Tahun 2015-
2019 adalah: 1) produksi tebu mencapai 61,63% dan 2) produksi
tanaman perkebunan unggulan lainnya mencapai 76,14%.
Berdasarkan hasil pengukuran kinerja realisasi penyerapan anggaran
pelaksanaan Program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman
Perkebunan Berkelanjutan pada tahun 2016 sebesar
Rp.1.042.696.281.803,- atau mencapai 87,44% dari total pagu anggaran
sebesar Rp.1. 192.418.283.000,- atau 90,00% jika dibandingkan dengan
pagu setelah self-bloking Rp. 1.086.118283.000,- dengan realisasi fisik
97,73%.
Pelaksanaan Pembangunan perkebunan tidak terlepas dari
permasalahan, hambatan dan kendala, namun dengan upaya
percepatan dan penanganan serta langkah-langkah strategis
permasalahan tersebut dapat diminimalisir dampaknya bagi
pembangunan perkebunan.
vi
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR ....................................................... i IKHTISAR EKSEKUTIF...................................................... ii DAFTAR ISI ................................................................. vii DAFTAR TABEL ............................................................ x DAFTAR LAMPIRAN ....................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ................................................ 1 1.1. Latar Belakang .......................................... 1 1.2. Organisasi ................................................ 4 1.3. Aspek Strategis Organisasi.............................. 16
1.3.1. Tantangan Pembangunan Perkebunan Dalam Ruang Lingkup Global ................. 17 1.3.2. Tantangan Pembangunan Perkebunan Dalam Ruang Lingkup Sektor Pertanian ..... 18 1.3.3. Tantangan Pembangunan Perkebunan Dalam Ruang Lingkup Sub Sektor Perke- bunan ............................................ 19
BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA .................. 21 2.1. Perencanaan Strategis Direktorat Jenderal
Perkebunan Tahun 2015 – 2019 ....................... 21 2.1.1. Visi Direktorat Jenderal Perkebunan
Tahun 2015-2019 ............................... 24 2.1.2. Misi Direktorat Jenderal Perkebunan
Tahun 2015-2019 ............................... 24 2.1.3. Tujuan Direktorat Jenderal Perkebunan
Tahun 2015-2019 ............................... 25 2.1.4. Arah Kebijakan Direktorat Jenderal Perke-
bunan Tahun 2015-2019 ....................... 28 2.1.5. Sasaran Strategis Direktorat Jenderal Perke-
Bunan ........................................... 30 2.1.6. Program Direktorat Jenderal Perkebunan
Tahun 2015-2019 ............................... 34
vii Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
2.1.7. Agenda Prioritas NAWACITA Tahun 2015- 2019 .............................................. 37
2.1.8. Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019 ............................... 40
2.1.9. Kaitan Kegiatan Dengan Fokus Kegiatan Pembangunan Perkebunan Tahun 2015- 2019 .............................................. 41
2.2. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2016 ....... 48 2.2.1. Sasaran Kegiatan Direktorat Jenderal Per-
kebunan Tahun 2016 ........................... 48 2.3. Perjanjian Kinerja ...................................... 53
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ..................................... 57
3.1. Pengukuran Kinerja .................................... 57 3.2. Kriteria Ukuran Keberhasilan ......................... 57 3.3. Pencapaian Kinerja .................................... 59
3.3.1. Pencapaian Kinerja Capaian Sasaran Program (Outcomes) ........................... 59 3.3.1.1. Pencapaian Kinerja terhadap
Sasaran Program Tahun Ini ....... 61 3.3.1.2. Pencapaian Kinerja terhadap
Pencapaian Kinerja Beberapa Tahun Terakhir ............................. 87
3.3.1.3. Pencapaian Kinerja terhadap sasaran Renstra .............................. 90
3.3.2. Capaian Kinerja Lainnya ...................... 91 3.3.2.1. Pencapaian Kinerja Indikator
Makro ................................ 91 3.3.2.2. Pencapaian Indikator Mikro ....... 93 3.3.2.3. Produksi ............................. 93 3.3.2.4. Produktivitas ........................ 94 3.3.2.5. Luas .................................. 95
3.4. Serapan Anggaran Program Direktorat Jenderal Perkebunan ............................................. 96
viii Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
3.4.1 Serapan Anggaran Berdasarkan Kegiatan Utama ............................................ 98
3.4.2. Penyerapan Anggaran Berdasarkan Jenis Belanja .......................................... 99
3.4.3 Penyerapan Anggaran Berdasarkan Output Kegiatan Ditjen Perkebunan ................. 100 3.4.3.1. Pengembangan Tanaman Rempah
dan Penyegar ...................... 101 3.4.3.2. Pengembangan Tanaman Semusim ....................................... 101 3.4.3.3. Pengembangan Tanaman Tahunan
dan Penyegar ...................... 101 3.4.3.4. Penanganan Pasca Panen dan
Pengembangan Usaha ............. 102 3.4.3.5. Dukungan Perlindungan Perkebunan
........................................ 103 3.4.3.6. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya ........ 103 3.4.3.7. Dukungan Pengujian dan
Pengawasan Mutu Benih Serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan ............. 104
3.4.3.8. Pengembangan Tanaman Semusim dan Rempah ............ 105 3.4.3.9. Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan .... 106 3.4.3.10. Dukungan Perbenihan Tanaman Perkebunan ......................... 106
3.4.4. Penyerapan Anggaran Berdasarkan Satker Lingkup Ditjen Perkebunan .................... 106
3.4.4.1. Permasalahan Umum dan Isu Strategis Tahun 2016 .............. 110
BAB IV PENUTUP ....................................................... 114
4.1. Kesimpulan............................................... 114 4.2. Saran Rekomendasi ..................................... 120
ix Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
DAFTAR TABEL Tabel 1 : Indikator Kinerja Program (IKP) Peningkatan Produk-
si dan Produktivitas Tanaman Perkebunan Berkelan-
jutan Tahun 2015-2019 .................................... 36
Tabel 2 : Perjanjian Kinerja (PK) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 ................................... 55
Tabel 3 : Pencapaian Kinerja Tahun 2016 terhadap Perjanjian Kinerja Tahun 2016 Dilihat Dari Rata-rata Pertumbuhan Produksi ..................................... 61
Tabel 4 : Analisis Pencapaian Kinerja Sasaran Program Komoditas Strategis Ditjen Perkebunan Tahun 2016… 62
Tabel 5 : Rekomendasi Solusi Akar Permasalahan Produksi Gula Tebu ................................................... 66
Tabel 6 : Kegiatan Dukungan Pencapaian Target Peningkatan Produksi Gula APBN Ditjen Perkebunan Tahun 2016. ................................................................ 68
Tabel 7 : Rekomendasi Akar Permasalahan Komoitas Perkebunan Unggulan Lainnya ............................ 73
Tabel 8 : Kegiatan Pengembangan Tanaman Kakao Tahun 2016... ....................................................... 74
Tabel 9 : Kegiatan Pengembangan Teh Tahun 2016... ........... 72
Tabel 10 : Kegiatan Pengembangan Kelapa Sawit Tahun 2016… . 74
Tabel 11 : Rekomendasi Akar Permasalahan Komoditas Perkebunan Unggulan Lainnya ........................... 77
Tabel 12 : Kegiatan Pengembangan Karet Tahun 2016 ............ 78
Tabel 13 : Kegiatan Pengembangan Kelapa Tahun 2016 ........... 79
Tabel 14 : Pengembangan Tanaman Kopi Tahun 2016 ............. 80
x Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Tabel 15 : Pengembangan Tanaman Jambu Mete Tahun 2016 .... 81
Tabel 16 : Pengembangan Tanaman Kapas Tahun 2016 ........... 81
Tabel 17 : Pengembangan Tanaman Nilam Tahun 2016 ........... 82
Tabel 18 : Pengembangan Tanaman Tembakau Tahun 2016……… 83 Tabel 19 : Pengembangan Tanaman Lada Tahun 2016 ............. 84 Tabel 20 : Pengembangan Tanaman Pala Tahun 2016 ............. 85 Tabel 21 : Pengembangan Tanaman Cengkeh Tahun 2016 ........ 86 Tabel 22 : Pengembangan Tanaman Kemiri Sunan Tahun 2016 ... 87 Tabel 23 : Pencapaian Kinerja Tahun 2016 Dibandingkan
Terhadap Pencapaian Kinerja Tahun 2014 dan Tahun 2015 .......................................................... 87
Tabel 24 : Pencapaian Kinerja Tahun 2016 terhadap Tahun
2015 Dan Tahun 2014 per Komoditas .................... 89 Tabel 25 : Pencapaian Kinerja Tahun 2016 terhadap Sasaran
Renstra Tahun 2015-2019 Per Komoditas ............... 90 Tabel 26 : Capaian Kinerja Makro Pembangunan Perkebunan
Tahun 2011-2015 ........................................... 92 Tabel 27 : Perkembangan Produksi Komoditas Perkebunan
Tahun 2010 – 2015 .......................................... 94
Tabel 28 : Perkembangan Produktivitas Perkebunan Tahun 2011-2016 ................................................... 95
Tabel 29 : Perkembangan Luas Areal Komoditas Perkebunan Tahun 2011 – 2016 ........................................ 96
xi Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Tabel 30 : Serapan dan Capaian Fisik Kegiatan Ditjen Perkebunan Tahun 2016 Berdasarkan Kegiatan Utama ........................................................ 98
Tabel 31 : Serapan dan Capaian Fisik Kegiatan Ditjen Perkebunan Tahun 2016 Berdasarkan Jenis Belanja .. 100
Tabel 32 : Daftar Capaian Efisiensi Satker Provinsi Dari Yang Tertinggi Sampai Dengan Yang Terendah Tahun 2016 ………………………………………………………………………. 108
Tabel 33 : Daftar Capaian Efisiensi Satker Kabupaten Dari Yang Tertinggi Sampai Dengan Yang Terendah Tahun 2016 .................................................. 109
Tabel 34 : Capaian Efisiensi Satker Ditjen Perkebunan dan Satker UPT Pusat Yang Capaian Serapan Keuangan Mulai Dari Yang Tertinggi Sampai dengan Yang Terendah Tahun 2016 ..................................... 110
xii Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Perjanjian Kinerja Tahun 2016 .................... 121
Lampiran 2 : Realisasi Peroutput Kegiatan Ditjen Perkebunan Tahun 2016 ............................ 127
Lampiran 3 : Realisasi Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Ditjen Perkebunan Tahun 2016 .................. 129
Lampiran 4 : Analisis Permasalahan Indikator Kinerja Program (IKP) Ditjen Perkebunan Tahun 2016 . 130
Lampiran 5 : Analisis Permasalahan Program/Kegiatan Pembangunan Perkebunan Tahun 2016 .......... 132
xiii Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan perkebunan sebagai bagian integral dari pembangunan
pertanian dan pembangunan nasional merupakan salah satu potensi
strategis dalam meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.
Oleh karenanya pengelolaannya harus diselaraskan dengan upaya
pengelolaan sumber daya alam dan pemeliharaan daya dukungnya agar
bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan rakyat dari generasi ke-gen
erasi. Pada Tahun 2015-2019, sub sektor perkebunan masih menjadi sub
sektor penting dalam peningkatan perekonomian nasional. Peran
strategis sub sektor perkebunan baik secara ekonomis, ekologis maupun
sosial budaya ini digambarkan melalui kontribusinya dalam penyumbang
PDB; nilai investasi yang tinggi dalam membangun perekonomian
nasional; berkontribusi dalam menyeimbangkan neraca perdagangan
komoditas pertanian nasional; sumber devisa negara dari komoditas
ekspor; berkontribusi dalam peningkatan penerimaan negara dari cukai,
pajak ekspor dan bea keluar; penyediaan bahan pangan dan bahan baku
industri; penyerap tenaga kerja; sumber utama pendapatan masyarakat
pedesaan, daerah perbatasan dan daerah tertinggal; pengentasan
kemiskinan; penyedia bahan bakar nabati dan bioenergy yang bersifat
terbarukan, berperan dalam upaya penurunan emisi gas rumah kaca
serta berkontribusi dalam pelestarian sumber daya alam dan lingkungan
hidup dengan mengikuti kaidah-kaidah konservasi. Sejalan dengan 1
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
berbagai kontribusi sub sektor perkebunan tersebut maka segala bentuk
usaha budidaya perkebunan harus mengedepankan keseimbangan
pengelolaan sumber daya alam, sumber daya manusia dan alat/sarana
prasarana input produksi melalui kegiatan penyelenggaraan perkebunan
yang memenuhi kaidah pelestarian lingkungan hidup. Hal tersebut
dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 tentang
Perkebunan.
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014, juga menyatakan bahwa
perkebunan adalah segala kegiatan pengelolaan sumber daya alam,
sumber daya manusia, sarana produksi, alat dan mesin, budidaya,
panen, pengolahan dan pemasaran terkait tanaman perkebunan.
Dengan pengertian yang luas tersebut, penyelenggaraan perkebunan
mengemban amanat yang berat dalam mendukung pembangunan
nasional. Amanat tersebut mengharuskan penyelenggaraan perkebunan
ditujukan untuk (1) meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran
rakyat; (2) meningkatkan sumber devisa negara; (3) menyediakan
lapangan kerja dan kesempatan berusaha; (4) meningkatkan produksi,
produktivitas, kualitas, nilai tambah, daya saing dan pangsa pasar; (5)
meningkatkan dan memenuhi kebutuhan konsumsi serta bahan baku
industri dalam negeri; (6) memberikan perlindungan pada pelaku usaha
perkebunan dan masyarakat; (7) mengelola dan mengembangkan
sumber daya perkebunan secara optimal, bertanggung jawab dan
lestari, dan (8) meningkatkan pemanfaatan jasa perkebunan.
2 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Dalam era otonomi daerah dan desentralisasi fiskal perencanaan dan
penganggaran diamanatkan mengikuti pembagian kewenangan pusat
dan daerah sesuai UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah. Pemerintah pusat dan daerah memiliki kewenangan dan
tanggung jawab masing-masing dalam pembangunan.
Undang-undang tersebut memasukkan bidang-bidang terkait sub sektor
perkebunan yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah seperti
tenaga kerja, statistik, pemberdayaan masyarakat dan desa, pangan,
lingkungan hidup dan pertanahan sebagai urusan wajib yang tidak
terkait pelayanan. lmplikasi penetapan urusan pertanian sebagai urusan
pemerintah bersifat pilihan khususnya sub sektor perkebunan yang
memiliki kekhasan komoditas sesuai potensi unggulan daerah adalah
akan membuka peluang negosiasi antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah untuk menentukan pembagian kewenangan sub
sektor perkebunan yang tepat dan disesuaikan dengan kebijakan
program, anggaran dan regulasi yang efektif dan efisien.
Pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi serta pengelolaan
sumberdaya, kebijakan dan program bagi instansi pemerintah,
diwujudkan melalui Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(SAKIP) yang memadai. SAKIP yang memadai harus mengandung unsur
Perencanaan Kinerja (Renstra, RKT, PK), Pengukuran Kinerja, Laporan
Kinerja dan Evaluasi Pemanfaatan Informasi Kinerja. Hal ini tertuang di
dalam Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014, tentang Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP).
3 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Laporan Kinerja (LAKIN) sebagai salah satu unsur penting dalam SAKIP
disusun berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi (MENPAN & RB) Nomor 53 Tahun 2014
tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata
Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah dengan Format
yang terdiri dari: 1) Ikhtisar Eksekutif; 2) Bab I Pendahuluan; 3) Bab II
Perencanaan Kinerja; 4) Bab III Akuntabilitas Kinerja yang meliputi: (a)
Capaian Kinerja Organisasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja
organisasi dengan melakukan analisis capaian kinerja; (b) Realisasi
Anggaran yang digunakan dan telah digunakan sesuai dengan dokumen
Perjanjian Kinerja; 5) Bab IV Penutup dan Lampiran. Didalam Bab III
diwajibkan membahas 1) capaian terhadap target tahun ini; 2) capaian
kinerja dibandingkan dengan tahun lalu/beberapa tahun sebelumnya; 3)
capaian kinerja terhadap Rentra dan PK; 4) membandingkan capaian
kinerja dengan standar Nasional; 5) analisis keberhasilan dan penyebab
kegagalan; analisis atas efesiensi penggunaan sumberdaya; 7) analisis
program/kegiatan yang menunjang keberhasilan pencapaian kinerja.
1.2. Organisasi
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor:
43/Permentan/OT.010/8/2015 tanggal 3 Agustus 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kemeterian Pertanian terkait nomenklatur
organisasi Direktorat Jenderal Perkebunan, dalam melaksanakan
tugasnya, Direktorat Jenderal Perkebunan mempunyai tugas
4 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
“perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan produksi
dan produktivitas tebu dan tanaman perkebunan standarisasi teknis di
bidang perkebunan”. Untuk pelaksanaan tugas tersebut, Direktorat
Jenderal Perkebunan menyelenggarakan fungsi:
1) Perumusan kebijakan di bidang perbenihan, budidaya,
perlindungan, dan pascapanen perkebunan, pengolahan,
pemasaran hasil, pengembangan bahan baku bio energi, pembinaan
usaha perkebunan berkelanjutan, serta pengendalian hama
penyakit dan perlindungan perkebunan;
2) Pelaksanaan kebijakan di bidang perbenihan, budidaya,
perlindungan, dan pascapanen perkebunan, pengolahan,
pemasaran hasil, pengembangan bahan baku bio energi, pembinaan
usaha perkebunan berkelanjutan, serta pengendalian hama
penyakit dan perlindungan perkebunan;
3) Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, di bidang
perbenihan, budidaya, perlindungan, dan pascapanen perkebunan,
pengolahan, pemasaran hasil, pengembangan bahan baku bio
energi, pembinaan usaha perkebunan berkelanjutan, serta
pengendalian hama penyakit dan perlindungan perkebunan;
4) Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perbenihan,
budidaya, perlindungan, dan pascapanen perkebunan, pengolahan,
pemasaran hasil, pengembangan bahan baku bio energi, pembinaan
usaha perkebunan berkelanjutan, serta pengendalian hama
penyakit dan perlindungan perkebunan;
5 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
5) Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Perkebunan;
6) Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri
Susunan Organisasi Direktorat Jenderal Perkebunan terdiri dari
Sekretariat Direktorat Jenderal, Direktorat Perbenihan, Direktorat
Tanaman Semusim dan Rempah, Direktorat Tanaman Tahunan dan
Penyegar, Direktorat Perlindungan Perkebunan dan Direktorat
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian tersebut maka tugas dan
fungsi dari masing-masing unit kerja adalah sebagai berikut:
1) Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan, mempunyai tugas
memberikan pelayanan teknis dan administrasi kepada seluruh unit
organisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Perkebunan. Dalam
melaksanakan tugas tersebut, Sekretariat Direktorat Jenderal
Perkebunan menyelenggarakan fungsi:
a. Koordinasi, penyusunan rencana dan program, anggaran, serta
kerjasama di bidang perkebunan;
b. Pengelolaan urusan keuangan dan perlengkapan;
c. Evaluasi dan penyempurnaan organisasi, tata laksana,
pengelolaan urusan kepegawaian, dan penyusunan rancangan
peraturan perundang-undangan, dan pelaksanaan hubungan
masyarakat serta informasi publik;
d. Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan serta pemberian
layanan rekomendasi di bidang perkebunan;
6 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
e. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Direktur Jenderal
Perkebunan.
2) Direktorat Perbenihan Perkebunan mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang
peningkatan penyediaan benih tebu dan tanaman perkebunan lain.
Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Perbenihan Perkebunan
menyelenggarakan fungsi:
a) Penyiapan perumusan kebijakan di bidang penilaian varietas dan
pengawasan mutu benih, peningkatan penyediaan benih
tanaman semusim dan rempah, tanaman tahunan dan penyegar
serta penguatan kelembagaan benih;
b) Pelaksanaan kebijakan di bidang penilaian varietas dan
pengawasan mutu benih, peningkatan penyediaan benih
tanaman semusim dan rempah, tanaman tahunan dan penyegar,
serta penguatan lembaga benih;
c) Menyusun norma, standar, prosedur, dan kreteria di bidang
penilaian varietas dan pengawasan mutu benih, peningkatan
penyediaan benih tanaman semusim dan rempah, tanaman
tahunan dan penyegar, serta penguatan lembaga benih;
d) Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang penilaian
varietas dan pengawasan mutu benih, peningkatan penyediaan
benih tanaman semusim dan rempah, tanaman tahunan dan
penyegar, serta penguatan lembaga benih;
e) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang penilaian
varietas dan pengawasan mutu benih, peningkatan penyediaan
7 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
benih tanaman semusim dan rempah, tanaman tahunan dan
penyegar, serta penguatan lembaga benih;
f) Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Perbenihan
Perkebunan.
3) Direktorat Tanaman Semusim dan rempah, mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan
dibidang peningkatan produksi tanaman tebu, semusim dan rempah
lain. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Tanaman
Semusim menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang peningkatan produksi,
tanaman tebu dan pemanis lainnya, serat dan atsiri, lada, pala
dan cengkeh, serta rempah dan semusim lainnya;
b. Pelaksanan kebijakan di bidang peningkatan produksi, tanaman
tebu dan pemanis lainnya, serat dan atsiri, lada, pala dan
cengkeh, serta rempah dan semusim lainnya;
c. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, di bidang
peningkatan produksi, tanaman tebu dan pemanis lainnya, serat
dan atsiri, lada, pala dan cengkeh, serta rempah dan semusim
lainnya;
d. Pengembangan bahan baku bio energi tanaman tebu;
e. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang peningkatan
produksi, tanaman tebu dan pemanis lainnya, serat dan atsiri,
lada, pala dan cengkeh, serta rempah dan semusim lainnya;
8 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
f. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang
peningkatan produksi, tanaman tebu dan pemanis lainnya, serat
dan atsiri, lada, pala dan cengkeh, serta rempah dan semusim
lainnya; dan
g. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Tanaman Semusim dan
rempah.
4) Direktorat Tanaman Tahunan dan Penyegar, mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di
bidang peningkatan produksi tanaman tahunan dan penyegar.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Tanaman Tahunan
dan Penyegar menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang peningkatan produksi
tanaman karet dan tanaman tahunan lain, tanaman kelapa
sawit, tanaman kelapa dan palma lain, serta tanaman penyegar;
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan produksi tanaman
karet dan tanaman tahunan lain, tanaman kelapa sawit,
tanaman kelapa dan palma lain, serta tanaman penyegar;
c. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, di bidang
peningkatan produksi tanaman karet dan tanaman tahunan lain,
tanaman kelapa sawit, tanaman kelapa dan palma lain, serta
tanaman penyegar;
d. Pengembangan bahan baku bio energi kelapa sawit;
e. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang peningkatan
produksi tanaman karet dan tanaman tahunan lain, tanaman
9 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
kelapa sawit, tanaman kelapa dan palma lain, serta tanaman
penyegar;
f. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Tanaman Tahunan dan
Penyegar.
5) Direktorat Perlindungan Perkebunan, mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di
bidang pengendalian hama penyakit dan perlindungan perkebunan.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Perlindungan
Perkebunan menyelenggarakan fungsi :
a. Pengelolaan data dan informasi organisme pengganggu
tumbuhan;
b. Peningkatan kapasitas kelembagaan pengendalian organisme
pengganggu tumbuhan;
c. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pengendalian
organisme pengganggu tumbuhan tanaman semusim dan rempah,
tanaman tahunan dan penyegar, serta penanggulangan gangguan
usaha, dampak perubahan iklim dan pencegahan kebakaran;
d. Pelaksanan kebijakan di bidang pengendalian organisme
pengganggu tumbuhan tanaman semusim dan rempah, tanaman
tahunan dan penyegar, serta penanggulangan gangguan usaha,
dampak perubahan iklim dan pencegahan kebakaran;
e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, di bidang
pengendalian organisme pengganggu tumbuhan tanaman
semusim dan rempah, tanaman tahunan dan penyegar, serta
10 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
penanggulangan gangguan usaha, dampak perubahan iklim dan
pencegahan kebakaran;
f. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengendalian
organisme pengganggu tumbuhan tanaman semusim dan rempah,
tanaman tahunan dan penyegar, serta penanggulangan gangguan
usaha, dampak perubahan iklim dan pencegahan kebakaran;
g. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan dibidang
pengendalian organisme pengganggu tumbuhan tanaman
semusim dan rempah, tanaman tahunan dan penyegar, serta
penanggulangan gangguan usaha, dampak perubahan iklim dan
pencegahan kebakaran;
h. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Perlindungan
Perkebunan.
6) Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan,
mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan pasca panen,
pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan. Dalam melaksanakan
tugas tersebut, Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Perkebunan menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang peningkatan pasca
panen, pengolahan, standardisasi, penerapan standar mutu, dan
pembinaan usaha, serta pemasaran hasil perkebunan;
11 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
b. Pelaksanan kebijakan di bidang peningkatan pasca panen,
pengolahan, standardisasi, penerapan standar mutu, dan
pembinaan usaha, serta pemasaran hasil perkebunan;
c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
peningkatan pasca panen, pengolahan, standardisasi, penerapan
standar mutu, dan pembinaan usaha, serta pemasaran hasil
perkebunan;
d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang peningkatan
pasca panen, pengolahan, standardisasi, penerapan standar
mutu, dan pembinaan usaha, serta pemasaran hasil perkebunan;
e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang
peningkatan pasca panen, pengolahan, standardisasi, penerapan
standar mutu, dan pembinaan usaha, serta pemasaran hasil
perkebunan;
f. Koordinasi perumusan dan harmonisasi standar, serta penerapan
standar mutu di bidang perkebunan; dan
g. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Perkebunan.
7) UPT Pusat yang berada di daerah sebanyak 4 UPT sesuai dengan
Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 08,09,10,11/Permentan
/OT.140/2/2008, tanggal 9 Pebruari 2008 yaitu: BBPPTP Surabaya,
BBPPTP Medan, dan BBPPTP Ambon. yang statusnya setara Eselon
II.b dan BPTP Pontianak statusnya setara Eselon III.a.
12 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Kedudukan dari Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman
Perkebunan (BBPPTP) adalah sebagai unit pelaksana teknis
Direktorat Jenderal Perkebunan berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Direktur Jenderal Perkebunan, pembinaan teknis
bidang perbenihan dilaksanakan oleh Direktur Tanaman Semusim
dan rempah, Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar, dan bidang
proteksi dilaksanakan oleh Direktur Perlindungan Perkebunan.
Sedangkan untuk Balai Proteksi Tanaman Perkebunan (BPTP) adalah
sebagai unit pelaksana teknis Direktorat Jenderal Perkebunan
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal
Perkebunan, pembinaan teknis dilaksanakan oleh Direktur
Perlindungan Perkebunan.
Tugas pokok BBPPTP Surabaya, Medan, dan Ambon adalah
melaksanakan pengawasan, pengembangan pengujian mutu benih,
dan analisis teknis dan pengembangan proteksi tanaman
perkebunan, serta pemberian bimbingan teknis penerapan sistem
manajemen mutu dan laboratorium. Sedangkan BPTP Pontianak
mempunyai tugas pokok melaksanakan analisis teknis dan
pengembangan proteksi tanaman perkebunan.
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana tersebut diatas,
BBPPTP Surabaya, Medan, dan Ambon menyelenggarakan fungsi
sebagai berikut:
a. Pengawasan pelestarian plasma nutfah tingkat nasional;
13 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
b. Pelaksanaan pengujian mutu benih perkebunan introduksi, eks
impor, dan yang akan di ekspor, serta rekayasa genetika;
c. Pelaksanaan pengujian adaptasi (observasi) benih perkebunan
dalam rangka pelepasan varietas;
d. Pelaksanaan penilaian pengujian manfaat dan kelayakan benih
perkebunan dalam rangka penarikan varietas;
e. Pelaksanaan pengujian mutu dan sertifikasi benih perkebunan
dalam rangka pemberian sertifikat layak edar;
f. Pelaksanaan pemantauan benih perkebunan yang beredar
lintas provinsi;
g. Pelaksanaan pengembangan teknik dan metode pengujian mutu
benih perkebunan dan uji acuan (referee fest);
h. Pelaksanaan identifikasi organisme pengganggu tumbuhan
(OPT) perkebunan;
i. Pelaksanaan analisis data serangan dan perkembangan situasi
OPT serta faktor yang mempengaruhi;
j. Pelaksanaan analisis data gangguan usaha perkebunan dan
dampak anomali iklim serta faktor yang mempengaruhi;
k. Pengembangan teknik surveillance OPT penting;
l. Pelaksanaan pengembangan metode pengamatan, model
peramalan taksasi kehilangan hasil, dan teknik pengendalian
OPT perkebunan;
m. Pelaksanaan eksplorasi dan iventarisasi musuh alami OPT
perkebunan;
14 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
n. Pelaksanaan pengembangan teknologi perbanyakan , penilaian
kualitas, dan pelepasan agens hayati OPT perkebunan;
o. Pelaksanaan pengawasan dan evaluasi agens hayati OPT
perkebunan;
p. Pelaksanaan pengembangan teknologi proteksi perkebunan
yang berorientasi pada implementasi pengendalian hama
terpadu;
q. Pelaksanaan pengujian dan analisis residu pestisida;
r. Pemberian pelayanan teknik kegiatan perbenihan dan proteksi
tanaman perkebunan;
s. Pengelolaan data dan informasi kegiatan perbenihan dan
proteksi tanaman perkebunan;
t. Pemberian bimbingan teknis penerapan sistem manajemen
mutu dan manajemen laboratorium perbenihan dan proteksi
tanaman perkebunan;
u. Pelaksanaan pengembangan jaringan dan kerjasama
laboratorium perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan;
v. Pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha dan
rumah tangga Balai Besar.
Sedangkan BPTP Pontianak dalam melaksanakan tugasnya,
menyelenggarakan fungsi:
a. Pelaksanaan identifikasi organisme pengganggu tumbuhan
(OPT) perkebunan;
b. Pelaksanaan analisis data serangan dan perkembangan situasi
OPT serta faktor yang mempengaruhi;
15 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
c. Pelaksanaan analisis data gangguan usaha perkebunan dan
dampak anomali iklim serta faktor yang mempengaruhi;
d. Pelaksanaan pengembangan teknologi perbanyakan dan
pelepasan agens hayati OPT perkebunan;
e. Pelaksanaan pengembangan metode pengamatan, model
peramalan taksasi kehilangan hasil, dan teknik pengendalian
OPT perkebunan;
f. Pelaksanaan eksplorasi dan iventarisasi musuh alami OPT
perkebunan;
g. Pelaksanaan pengembangan teknologi perbanyakan, penilaian
kualitas, dan pelepasan agens hayati OPT perkebunan;
h. Pelaksanaan pengembangan teknologi proteksi perkebunan
yang berorientasi pada implementasi pengendalian hama
terpadu;
i. Pelaksanaan pengujian dan pemanfaatan pestisida nabati;
j. Pemberian pelayanan teknik kegiatan analisis teknis dan
pengembangan proteksi tanaman perkebunan;
k. Pengelolaan data dan informasi kegiatan analisis teknis dan
pengembangan proteksi tanaman perkebunan;
l. Pelaksanaan pengembangan jaringan dan kerjasama
laboratorium perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan;
m. Pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha dan
rumah tangga Balai.
1.3. Aspek Strategis Organisasi
Mencermati isu-isu strategis sebagaimana diungkapkan dalam
Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 yang meliputi bidang 16
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
ekonomi, sumber daya alam dan lingkungan hidup, kesejahteraan
rakyat, kewilayahan dan kedaerahan serta bidang politik, hukum,
pertahanan dan keamanan, maka tantangan ke depan yang akan
dihadapi dalam membangun perkebunan secara garis besar
dikelompokkan menjadi 1) tantangan pembangunan perkebunan dalam
ruang lingkup global; 2) tantangan pembangunan perkebunan dalam
ruang lingkup sektor pertanian dan 3) tantangan pembangunan
perkebunan dalam ruang lingkup sub sektor perkebunan.
1.3.1. Tantangan Pembangunan Perkebunan dalam Ruang Lingkup
Global
Tantangan yang akan dihadapi pembangunan perkebunan ke depan
dalam ruang lingkup global terutama berkaitan dengan liberalisasi pasar
global yang dapat diklasifikasikan yaitu:
1. Liberalisasi perdagangan global (implikasi pertemuan WTO, APEC,
G20 dan kerjasama bilateral/multilateral/regional lainnya);
2. Kondisi perekonomian global yang menimbulkan gejolak harga
dunia (implikasi negatif era pasar bebas ASEAN/AEC 2015);
3. Tuntutan terhadap atribut mutu/kualitas produk (implikasi dari
tuntutan daya saing komoditas);
4. Perubahan iklim akibat pemanasan global (implikasi terhadap
munculnya bencana alam dan peningkatan serangan 0PT);
5. Dukungan terhadap optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam dan
lingkungan hidup (implikasi terhadap pembangunan perkebunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan); 17
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
6. Tingginya tingkat permintaan akibat ledakan jumlah penduduk dan
urbanisasi (implikasi terhadap ketersediaan bahan baku);
7. Aspek distribusi/pengangkutan dan pemasaran (implikasi dari
globalisasi produksi dan pasar)
1.3.2. Tantangan Pembangunan Perkebunan dalam Ruang Lingkup
Sektor Pertanian
Tantangan yang akan dihadapi pembangunan perkebunan ke depan
dalam ruang lingkup sektor pertanian terutama berkaitan dengan
kondisi pertanian secara umum dapat diklasifikasikan yaitu:
1. Kondisi keberlangsungan kelembagaan petani/pekebun (implikasi
lemahnya posisi tawar lembaga petani/pekebun);
2. Penurunan minat generasi muda terhadap budidaya pertanian/
perkebunan (implikasi terbatasnya sumber daya insani (SOl)
pertanian/perkebunan);
3. Kondisi permodalan dan akses kredit usaha (implikasi
pengembangan usaha agribisnis pertanian/ perkebunan);
4. Dukungan ketersediaan infrastruktur dan sarana prasarana
pertanian/ perkebunan (implikasi terhadap daya dukung usaha
agribisnis pertanian/ perkebunan);
5. Penurunan kehilangan hasil (implikasi penanganan pascapanen
yang baik);
6. Kecukupan pangan bergantung impor (implikasi kebijakan
ketahanan dan kedaulatan pangan);
18 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
7. Desentralisasi pengembangan pertanian/ perkebunan (implikasi dari
pemusatan pembangunan pertanian/ perkebunan di Pulau Jawa);
8. Tuntutan atas penerapan otonomi daerah (implikasi terhadap
pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah pusat,
pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah
kabupaten/kota);
9. Ketidaksinambungan kebijakan/ regulasi serta koordinasi lintas
sektoral dan daerah (implikasi tumpang tindih kebijakan/ regulasi
lintas sektor).
1.3.3. Tantangan Pembangunan Perkebunan dalam Ruang Lingkup
Sub Sektor Perkebunan
Tantangan yang akan dihadapi pembangunan perkebunan ke depan
dalam ruang lingkup sub sektor perkebunan terutama berkaitan dengan
kondisi perkebunan secara khusus dari aspek hulu dan hilir dapat
diklasifikasikan yaitu:
1. Ketersediaan benih dan sarana produksi (implikasi peningkatan
produksi dan produktivitas tanaman perkebunan berkelanjutan);
2. Keterbatasan, penurunan kualitas, status kepemilikan, persaingan
pemanfaatan, degradasi dan konversi/ alih fungsi lahan (implikasi
permasalahan umum sumber daya lahan berkelanjutan);
3. Pemberdayaan pekebun (implikasi peningkatan kemampuan
pekebun dalam usaha agribisnis perkebunan);
4. Kondisi pertanaman perkebunan (implikasi banyaknya tanaman tua
dan tanaman dengan produktivitas rendah); 19
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
5. Tuntutan penerapan konsep pembangunan perkebunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan (implikasi dari
pemberlakuan ISPO);
6. Tuntutan pengaturan perizinan usaha perkebunan (implikasi
reformasi birokrasi perizinan dalam era otonomi daerah);
7. Konflik dan gangguan usaha perkebunan (implikasi keamanan,
kenyamanan berusaha serta penciptaan minat dan iklim investasi).
20 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
BAB II
PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
2.1. Perencanaan Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan
Tahun 2015-2019
Rencana Strategis (Renstra) Ditjen. Perkebunan Tahun 2015-2019
disusun dengan mengacu pada arah dan kebijakan pembangunan
nasional sebagaimana tercantum dalam RPJMN 2015-2019 sesuai
amanat Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019. Arah
kebijakan umum pembangunan nasional Tahun 2015-2019 adalah 1)
meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan;
2) meningkatkan pengelolaan dan nilai tambah sumber daya alam yang
berkelanjutan; 3) mempercepat pembangunan infrastruktur untuk
pertumbuhan dan pemerataan; 4) meningkatkan kualitas lingkungan
hidup, mitigasi bencana alam dan penanganan perubahan iklim; 5)
penyiapan landasan pembangunan yang kokoh; 6) meningkatkan
kualitas sumber daya manusia dan kesejahteraan rakyat yang
berkeadilan; dan 7) mengembangkan dan memeratakan pembangunan
daerah. Untuk mewujudkan hal tersebut, pemerintah menetapkan 9
Agenda Prioritas NAWACITA sebagai jalan perubahan menuju Indonesia
yang berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi dan
berkepribadian dalam kebudayaan.
Amanat pembangunan nasional dalam 9 Agenda Prioritas NAWACITA
yang wajib dilaksanakan Ditjen. Perkebunan dalam pengembangan
21 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
perkebunan Tahun 2015-2019 sebagaimana tercantum dalam RPJMN
2015-2019 mencakup 2 agenda prioritas diantaranya 1) meningkatkan
produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional dengan sub
agenda prioritas akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional melalui
peningkatan agroindustri berbasis komoditas perkebunan; dan 2)
mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor
strategis ekonomi domestik dengan sub agenda peningkatan kedaulatan
pangan. Selain itu agenda prioritas terkait membangun Indonesia dari
pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah (perbatasan, daerah
tertinggal dan daerah kawasan timur Indonesia) dan desa dalam
kerangka negara kesatuan menjadi salah satu arah kebijakan yang akan
diprioritaskan Ditjen. Perkebunan melalui kegiatan sistematik.
Sasaran pokok sub agenda prioritas peningkatan agroindustry adalah
peningkatan produksi komoditas andalan dan prospektif ekspor
perkebunan seperti kelapa sawit, karet, kakao, teh, kopi dan kelapa
serta mendorong berkembangnya agroindustri di perdesaan. Sedangkan
sasaran pokok sub agenda prioritas peningkatan kedaulatan pangan
adalah tercapainya peningkatan ketersediaan pangan dari tebu yang
bersumber dari produksi dalam negeri untuk memenuhi konsumsi gula
rumah tangga dan industri rumah tangga.
Secara umum pengembangan komoditas perkebunan difokuskan pada 16
komoditas unggulan yaitu Tebu, Kelapa Sawit, Karet, Kelapa, Kakao,
Kopi, Lada, Teh, Pala, Cengkeh, Jambu Mete, Sagu, Kemiri Sunan,
Kapas, Tembakau dan Nilam. Penentuan komoditas tersebut sesuai
dengan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 511/Kpts/PD.310/9/2006 22
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
tentang jenis komoditas tanaman binaan Direktorat Jenderal
Perkebunan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Direktorat
Jenderal Hortikultura serta Keputusan Menteri Pertanian Nomor
3399/Kpts/PD.310/10/2009 tentang perubahan lampiran I dari
Keputusan Menteri Pertanian Nomor 511/Kpts/PD.310/9/2006. Arah
pengembangan komoditas-komoditas tersebut dicapai melalui program
peningkatan produksi dan produktivitas dengan implementasi kegiatan
seperti rehabilitasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi yang
didukung oleh penyediaan benih bermutu, pemberdayaan pekebun dan
penguatan kelembagaan, pembangunan dan pemeliharaan kebun
sumber benih, penanganan pascapanen, pembinaan usaha, pengolahan
produksi, pemasaran produksi dan perlindungan perkebunan serta
pemberian pelayanan berkualitas di bidang manajemen dan
kesekretariatan. Komoditas-komoditas unggulan perkebunan yang masih
dalam tahap inisiasi tetap dikembangkan dan difasilitasi Ditjen.
Perkebunan yang diarahkan untuk pemenuhan standar pelayanan
minimum (SPM) yang meliputi penyediaan benih/ varietas unggul,
pembangunan/ pemeliharaan kebun sumber benih (demplot, kebun
induk, kebun entres dan lain-lain), pengendalian OPT, pasca panen,
pengolahan dan pemasaran, pemberdayaan pekebun, peningkatan
kapasitas sumber daya insani (SDI) dan penguatan kelembagaan.
Sasaran strategis Ditjen. Perkebunan Tahun 2015-2019 yang selaras
dengan kebijakan Kementerian Pertanian sebagaimana tertuang dalam
Renstra Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019 adalah mendukung: 1)
peningkatan produksi gula; 2) pengembangan komoditas bernilai
23 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
tambah; 3) penyediaan bahan baku bioindustri dan bio energi; 4)
peningkatan sumberdaya insani; 5) peningkatan kualitas aparatur dan
layanan kelembagaan pertanian; 6) peningkatan akuntabilitas kinerja
Kementerian Pertanian; 7) peningkatan pendapatan petani.
2.1.1. Visi Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019
Dalam rangka mendukung Visi Pembangunan Nasional Tahun 2015- 2019
yaitu "Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan
Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong" dan Visi Kementerian
Pertanian Tahun 2015-2019 yaitu terwujudnya kedaulatan pangan dan
kesejahteraan petani maka Direktorat Jenderal Perkebunan
menetapkan Visi Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019 yaitu
"Menjadi Direktorat Jenderal yang profesional dalam mewujudkan
peningkatan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan secara
optimal, berdaya saing dan bernilai tambah tinggi untuk kesejahteraan
pekebun”.
2.1.2. Misi Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019
Mengacu pada misi pembangunan nasional dan Kementerian Pertanian
maka misi pembangunan perkebunan ditetapkan sebagai berikut:
1) Mewujudkan peningkatan produksi tanaman perkebunan secara
berkelanjutan.
2) Mewujudkan pelayanan prima dan berkualitas dibidang manajemen
dan kesekretariatan.
24 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
3) Mewujudkan peningkatan penyediaan teknologi dan penerapan pasca
panen dan pengolahan hasil perkebunan secara berkelanjutan.
4) Menyediakan fasilitas pembinaan dan penanganan usaha perkebunan
berkelanjutan serta penanganan gangguan usaha dan konflik
perkebunan.
5) Mewujudkan sistem perlindungan perkebunan dan penanganan
dampak perubahan iklim yang terpadu, terintegrasi dan
berkelanjutan.
6) Mewujudkan integrasi antar pelaku usaha budidaya tanaman
perkebunan dengan pendekatan kawasan.
7) Mendorong upaya pemberdayaan petani dan penumbuhan
kelembagaan petani.
8) Mendorong upaya penerapan budidaya tanaman perkebunan
dengan baik dan berwawasan lingkungan.
9) Mewujudkan sistem pertanian bio-industry berbasis pengembangan
komoditas perkebunan.
10)Mendorong pengembangan produk perkebunan di tataran domestik
dan internasional yang berkualitas dan berdaya saing.
2.1.3. Tujuan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019
Mengacu pada sasaran utama serta analisis yang hendak dicapai serta
mempertimbangkan lingkungan strategis dan tantangan-tantangan yang
akan dihadapi bangsa Indonesia kedepan, maka tujuan pembangunan
nasional diimplementasikan ke dalam arah kebijakan umum untuk
mendukung pencapaian tujuan pembangunan nasional dan
25 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
pembangunan pertanian pada periode jangka menengah Tahun 2015-
2019, maka Direktorat Jenderal Perkebunan menetapkan tujuan
Direktorat Jenderal Perkebunan dalam pembangunan perkebunan
Tahun 2015-2019 yang akan dicapai sesuai dengan penetapan Visi, Misi
serta tugas dan fungsi organisasi sebagai berikut :
1) Meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan
melalui rehabilitasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi
yang didukung oleh penyediaan benih unggul, bermutu dan
bersertifikat, sarana produksi dan alat mesin
pertanian/pengolahan/pascapanen serta pembangunan kebun
sumber benih tanaman perkebunan.
2) Memberikan pelayanan perencanaan, program, anggaran, kerjasama
teknis, administrasi keuangan, aset, umum, organisasi, tata laksana,
kepegawaian, hukum, humas, administrasi perkantoran, evaluasi
pelaksanaan kegiatan dan penyediaan data serta informasi yang
berkualitas.
3) Memfasilitasi penyediaan/ pengadaan alat pascapanen dan alat
pengolahan tanaman semusim dan rempah, serta tanaman tahunan
dan penyegar yang spesifik lokasi dan fungsi yang didukung
penyediaan teknologi berkualitas dan aplikatif bagi pekebun.
4) Melakukan upaya strategis dalam mempfasilitasi penerapan
pembinaan usaha perkebunan berkelanjutan, perizinan, usaha
perkebunan, penilaian usaha perkebunan serta inventarisasi,
identifikasi dan penanganan kasus gangguan usaha dan konflik
perkebunan. 26
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
5) Memfasilitasi ketersediaan teknologi perlindungan pekebunan,
pengamatan, Pemantauan dan pengendalian organisme pengangu
tanaman (OPT), pencegahan kebakaran lahan/kebun dan
penanganan dampak perubahan iklim.
6) Melakukan pengembangan komoditas unggulan perkebunan pada
lahan-lahan eksisting dan lahan bukaan baru sesuai potensi kearifan
lokal, kebutuhan pengembangan kawasan dan kesiapan daerah
pengembangan melalui pendekatan kawasan yang terintegrasi antar
sektor dan memperhatikan kelayakan ekonomi, agroekosistem,
sosial, pasar dan pengembangan/ potensi berkelanjutan.
7) Memberikan fasilitasi kegiatan pemberdayaan pekebun dan
penguatan kelembagaan kelompok petani tanaman semusim dan
rempah, tanaman tahunan dan penyegar melalui pelatihan
penumbuhan kebersamaan/dinamika kelompok, pelatihan penguatan
kelembagaan, penyuluhan dan pendampingan, pengembangan sistem
dan sarana prasarana budidaya, dukungan penyediaan fasilitasi
pembiayaan dan permodalan serta kemudahan akses ilmu
pengetahuan dan teknologi informasi.
8) Melakukan pembinaan, bimbingan teknis dan pendampingan kepada
pekebun dalam mendorong usaha agribisnis perkebunan
dibudidayakan melalui sistem budidaya perkebunan yang baik,
berkelanjutan dan memperhatikan isu-isu lingkungan terutama
dalam penggunaan benih dan sarana produksi (pupuk dan pestisida).
9) Melakukan upaya pengembangan komoditas perkebunan sumber bio-
energy, sistem pertanian polikultur serta penerapan integrasi
27 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
tanaman perkebunan dalam mendukung pengembangan sistem
pertanian bio-industry melalui pendekatan zero waste management.
10)Melakukan upaya dalam memfasilitasi pengembangan pemasaran
produk unggulan perkebunan yang meliputi bidang informasi,
pemantauan dan stabilisasi harga, sarana dan kelembagaan pasar,
jaringan pemasaran, analisis dan pengembangan ekspor, pemasaran
bilateral/regional/multilateral dan kerjasama komoditas.
2.1.4. Arah Kebijakan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-
2019
Arah kebijakan Pembangunan Perkebunan ditetapkan Dalam rangka
mendukung arah kebijakan Pembangunan Nasional Tahun 2015-2019
dan kebijakan Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019. Arah kebijakan
Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019 sebagai dasar
pelaksanaan strategi, program dan kegiatan Direktorat Jenderal
Perkebunan Tahun 2015-2019 ditetapkan menjadi Arah Kebijakan
Umum dan Arah Kebijakan Khusus.
Arah kebijakan umum ditetapkan dalam rangka mendukung program
Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019 yaitu peningkatan
produksi dan produktivitas tanaman perkebunan berkelanjutan, Arah
kebijakan umum Pembangunan Perkebunan Tahun 2015-2019 yaitu:
1. Pengembangan komoditas perkebunan strategis
a. Kebijakan pengembangan komoditas unggulan perkebunan
berdasarkan fungsi
b. Kebijakan penerapan budidaya yang abaik (GAP)
28 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
c. Kebijakan perkaretan Internasional (ITRC)
d. Kebijakan sinergitas BPDP kelapa sawit dan peremajaan kelapa
sawit rakyat
e. Kebijakan moratorium Alih Fungsi Hutan Alam dikonversi
menjadi lahan perkenbunan kelapa sawit
f. Kebijakan penanganan standarisasi mutu dan pembinaan usaha
perkebunan.
2. Pengembangan kawasan berbasis komoditas perkebunan
Arah kebijakan ini dimaksudkan sebagai implementasi dari
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 50/OT.140/8/2012 tentang
Pedoman Pengembangan Kawasan Pertanian yang mengamatkan
penetapan kawasan pertanian nasional termasuk kawasan
perkebunan.
Arah kebijakan khusus adalah arah kebijakan pembangunan
perkebunan Tahun 2015-2019 yang ditetapkan dalam rangka mendukung
pencapaian sasaran strategis Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019
yaitu:
1. Pemenuhan penyediaan bahan baku tebu dalam rangka peningkatan
produksi gula nasional.
2. Peningkatan komoditas perkebunan bernilai tambah dan
berorientasi ekspor dalam mewujudkan daya saing sub sektor
perkebunan.
3. Pemenuhan penyediaan bahan baku bio-energy dan pengembangan
fondasi sistem pertanian bio-industry.
4. Pengembangan sumber daya insani (SDI) perkebunan.
29 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
5. Penguatan kelembagaan pekebun dan kemitraan usaha perkebunan.
6. Akuntabilitas kinerja aparatur pemerintahan yang baik.
7. Peningkatan pendapatan keluarga pekebun.
2.1.5. Sasaran Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan
Dalam RPJMN Tahun 2015-2019 ditetapkan 9 agenda prioritas
NAWACITA yang menunjukkan sasaran prioritas pembangunan nasional
dalam mewujudkan jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat
secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi dan berkepribadian
dalam kebudayaan. Perumusan agenda prioritas NAWACITA yang
menjadi tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Perkebunan adalah
mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor
strategis ekonomi domestik melalui peningkatan kedaulatan pangan
dengan sasaran produksi gula Tahun 2019 mencapai 3,8 juta ton. Selain
itu agenda prioritas terkait akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional
melalui peningkatan agroindustri berbasis komoditas perkebunan
dengan sasaran produksi Tahun 2019 untuk komoditas kelapa sawit
sebesar 36,42 juta ton CPO; komoditas karet sebesar 3,81 juta ton
karet kering; komoditas kakao sebesar 961 ribu ton biji kering;
komoditas teh sebesar 162,7 ribu ton daun kering; komoditas kopi
sebesar 778 ribu ton kopi berasan; dan komoditas kelapa sebesar 3,49
juta ton setara kopra.
Untuk mendukung pencapaian sasaran strategis nasional dan sasaran
strategis Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019, sesuai tugas dan
fungsinya, Direktorat Jenderal Perkebunan menetapkan sasaran 30
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
strategisnya untuk periode 2015-2019 yang difokuskan pada
peningkatan produksi dan produktivitas 16 komoditas strategis
yang menjadi unggulan nasional perkebunan. Implementasi dukungan
Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019 dalam pencapaian 7
sasaran strategis Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019 yaitu:
a. Sasaran Startegis Utama meliputi: 1) pemenuhan penyediaan bahan
baku Tebu dalam rangka peningkatan produksi gula nasional; 2)
peningkatan komoditas perkebunan bernilai tambah dan
berorientasi ekspor dalam mewujudkan daya saing sub sektor
perkebunan yang difokuskan pada pengembangan produk segar dan
olahan dari 16 komoditas unggulan perkebunan; 3) pemenuhan
penyediaan bahan baku bio-energy dan pengembangan fondasi
sistem pertanian bio-industry dengan fokus
pengembangankomoditas kelapa sawit baik melalui kegiatan
budidaya dalam rangka peningkatan produksi dan produktivitas
maupun kegiatan integrasi tanaman perkebunan dengan ternak dan
tumpangsari dengan komoditas pertanian lainnya serta penyediaan
benih kemiri sunan.
b. Sasaran Strategis pendukung meliputi: 1) peningkatan kualitas
sumberdaya insani perkebunan; 2) penguatan kelembagaan pekebun
dan kemitraan usaha perkebunan; 3) Akuntabilitas kinerja aparatur
pemerintah yang bauk dengan menerapkan prinsip keterbukaan,
akuntabiitas, efektifitas, efisiensi, supremasi hukum, keadilan,
integrasi/komitmen kejujuran, konsistensi dan bebas KKN
dilingkungan organisasi Ditjen Perkebunan; 4) peningkatan
31 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
pendapatan keluarga pekebun yang merupakan resultan dari
pencapaian sasaran strategis.
Strategi pelaksanaan program dan kegiatan terhadap pencapaian arah
dan kebijakan pembangunan perkebunan Tahun 2015-2019 yang
ditetapkan Direktorat Jenderal Perkebunan. Strategi pembangunan
perkebunan 5 tahun mendatang dapat dibagi menjadi Strategi Umum
dan Strategi Khusus.
8. Strategi umum dirumuskan dalam rangka mendukung program
Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019 yaitu peningkatan
produksi dan produktivitas tanaman perkebunan berkelanjutan,
sedangkan strategi khusus adalah strategi pembangunan perkebunan
Tahun 2015-2019 yang dirumuskan dalam rangka mendukung
pencapaian 6 sasaran strategis Kementerian Pertanian tahun 2015-
2019. Strategi Ditjen. Perkebunan Tahun 2015-2019 dalam
pencapaian 7 sasaran strategis Kementerian Pertanian Tahun 2015-
2019 diantaranya meliputi: 1) strategi pemenuhan penyediaan
bahan baku Tebu dalam rangka peningkatan produksi gula nasional;
2) strategi Peningkatan komoditas perkebunan bernilai tambah dan
berorientasi ekspor dalam mewujudkan daya saing sub sektor
perkebunan; 3) Strategi pemenuhan penyediaan bahan baku bio-
energy dan pengembangan fondasi sistem pertanian bio-industry; 4)
Strategi pengembangan sumber daya insani (SDI) perkebunan; 5)
Strategi penguatan kelembagaan pekebun dan kemitraan usaha
perkebunan; 6) Strategi akuntabilitas kinerja aparatur
32 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
pemerintahan yang baik; 7) Strategi peningkatan pendapatan
keluarga pekebun.
Strategi umum pembangunan perkebunan 5 tahun mendatang adalah:
1) Strategi pengembangan komoditas perkebunan strategis;
2) Strategi pengembangan kawasan berbasis komoditas perkebunan
unggulan nasional;
3) Strategi pengembangan dann penguatan sistem pembiayaan
perkebunan;
4) Strategi pengembangan sarana prasarana dan infrastruktur
pendukung usaha perkebunan;
5) Strategi perlindungan, pelestarian, pemanfaatan dan pengelolaan
lingkungan hidup;
6) Strategi peningkatan upaya adaptasi, mitigasi bencana, perubahan
iklim dan perlindungan perkebunan;
7) Strategi peningkatan penerapan dan penanganan pascapanen,
pengolahan dan fasilitasi pemasaran komoditas perkebunan
8) Strategi dukungan pengelolaan dan pelaksanaan program tematik
pembangunan perkebunan;
9) Strategi penguatan tata ketota kepemerintahan yang baik dan
reformasi birokrasi sebagai dasar petayanan prima;
Strategi khusus pembangunan perkebunan 5 tahun mendatang adalah:
1) Strategi pemenuhan penyediaan bahan baku Tebu dalam rangka
peningkatan produksi gula nasional;
33 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
2) Strategi peningkatan komoditas perkebunan bernilai tambah dan
berorientasi ekspor dalam mewujudkan daya saing komoditas
perkebunan;
3) Strategi pemenuhan penyediaan bahan baku bio-energy dan
pengembangan fondasi sistem pertanian bio-industry;
4) Strategi pengembangan sumberdaya insani pekebunan (SDI);
5) Strategi penguatan kelembagaan pekebun dan kemitraan usaha
perkebunan;
6) Strategi akuntabilitas kinerja aparatur pemerintah yang baik;
7) Strategi peningkatan pendapatan keluarga pekebun.
2.1.6. Program Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019
Pembangunan perkebunan saat ini dan di masa yang akan datang
menghadapi tantangan yang cukup berat baik dalam tataran liberalisasi
perdagangan global maupun lingkup regional. terutama memasuki era
AEC (Asean Economic Community) Tahun 2015. Tuntutan pembangunan
perkebunan di era AEC adalah bagaimana strategi pengembangan
komoditas perkebunan yang berkelanjutan, berdaya saing baik
kuantitas maupun kualitas dan ramah lingkungan serta mampu
memecahkan masalah kesenjangan ekonomi (kemiskinan dan
pengangguran). Selain itu bagaimana masalah pemerataan
pembangunan perkebunan dan kesejahteraan pekebun perlu benar-
benar menjadi prioritas program dan kegiatan Direktorat Jenderal
Perkebunan Tahun 2015-2019. Keberhasilan pembangunan perkebunan
di era AEC yang penuh persaingan ini tidak hanya memerlukan
"keterpaduan" seluruh potensi sumber daya (SDI dan SDA) yang ada
34 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
untuk mencapai tujuan dan sasaran yang diharapkan tetapi yang justru
lebih penting adalah bagaimana "kebersamaan dan keterbukaan" dari
para stakeholder Pusat-Daerah dan masyarakat pekebun dalam menjaga
"kedaulatan dan kemandirian" NKRI di tengah serbuan investasi asing
dan produk-produk negara lain sehingga diperlukan pengamanan pasar
domestik yang "berefisiensi keadilan" dan berbasis "kearifan lokal"
untuk meningkatkan daya saing dan penguatan ekspor komoditas
perkebunan agar mampu mencapai tujuan "kebermanfatan dan
keberlanjutan" bagi perekonomian nasional dan "kelestarian
lingkungan hidup".
Berdasarkan hasil restrukturisasi program dan kegiatan sesuai surat
edaran bersama Menteri Keuangan Nomor SE-1848/MK/2009 dan
Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Nomor
0142/M.PPN/06/2009 tanggal 19 Juni 2009, setiap unit Eselon I
mempunyai satu program yang mencerminkan nama Eselon I yang
bersangkutan dan setiap unit Eselon II hanya mempunyai dan tanggung
jawab terhadap pelaksanaan kegiatan. Dengan demikian indikator
kinerja unit Eselon I adalah outcome dan indikator kinerja unit Eselon II
adalah output.
Sesuai hasil analisis terhadap potensi, permasalahan, peluang dan
tantangan pembangunan perkebunan ditetapkan bahwa program
pembangunan perkebunan Tahun 2015-2019 yang menjadi tanggung
jawab Direktorat Jenderal Perkebunan adalah "peningkatan produksi
dan produktivitas tanaman perkebunan berkelanjutan" dengan 2
Indikator Kinerja Program (IKP) yaitu 1) laju peningkatan produksi 35
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
tanaman tebu dan 2) laju peningkatan produksi tanaman unggulan
perkebunan lainnya. Adapun proyeksi Indikator Kinerja Program Ditjen.
Perkebunan Tahun 2015-2019, disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Indikator Kinerja Program (IKP) Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Perkebunan Berkelanjutan tahun 2015-2019
2015 2016 2017 2018 2019
1. Laju peningkatan produksi tanaman tebu (%) 12,91 10,03 7,03 4,57 4,37 7,78
2. Laju peningkatan produksi tanaman unggulan perkebunan lainnya (%) 16,35 2,45 2,9 2,89 2,86 5,49
Target IKP per tahunNo. Indikator Rata- rata
Sumber: Ditjen. Perkebunan, 2016.
Pada Tabel 1 dapat dijelaskan bahwa rata-rata proyeksi IKP laju
peningkatan produksi tanaman tebu diproyeksikan selama Tahun 2015-
2019 sebesar 7,78%, sedangkan rata-rata proyeksi IKP laju peningkatan
produksi tanaman unggulan perkebunan lainnya diproyeksikan selama
Tahun 2015-2019 sebesar 5,49%. Untuk mencapai proyeksi tersebut,
program Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019 lebih
diprioritaskan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman
unggulan perkebunan melalui intensifikasi, rehabilitasi, ekstensifikasi
dan diversifikasi yang didukung oleh penyediaan benih bermutu,
pemberdayaan petani dan penguatan kelembagaan, pembangunan/
pemeliharaan kebun sumber benih, penanganan pascapanen,
pembinaan usaha dan perlindungan perkebunan serta pemberian
pelayanan berkualitas.
Fasilitasi dan pembinaan baik dukungan kegiatan, pembinaan/
pengawalan/pendampingan, regulasi dan pendanaan di daerah perlu
36 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
didukung oleh Pemerintah Daerah setempat melalui SKPD yang
membidangi perkebunan di provinsi dan kabupaten/kota terhadap
komoditas spesifik dan potensial di wilayahnya masing masing selain
dukungan terhadap pengembangan 16 komoditas unggulan perkebunan
yang ditetapkan dalam Renstra ini yaitu Karet, Kelapa Sawit, Kelapa,
Kakao, Kopi, Lada, Teh, Pala, Tebu dan Cengkeh, Jambu Mete, Sagu,
Kemiri Sunan, Kapas, Tembakau dan Nilam.
2.1.7. Agenda Prioritas NAWACITA Tahun 2015-2019
NAWACITA sebagaimana tercantum dalam RPJMN 2015-2019
mengamanatkan Kementerian Pertanian untuk berkewajiban dan
bertanggungjawab terhadap pencapaian sasaran pokok sub agenda
prioritas peningkatan kedaulatan pangan dan peningkatan agroindustri
Tahun 2015-2019.
Dari Agenda Prioritas NAWACITA sebagaimana diketahui yang dijabarkan
lebih lanjut kedalam kegiatan prioritas dimana Ditjen. Perkebunan
mendapat amanat untuk melaksanakan kegiatan prioritas Tahun 2015-
2019 sebagai berikut:
1) Pengembangan 150 desa pertanian organik berbasis komoditas
perkebunan
Sasaran kegiatan prioritas ini adalah tercapainya 150 desa pertanian
pertanian organik berbasis komoditas perkebunan yang berhasil
tersertifikasi sampai dengan Tahun 2019 oleh Lembaga Sertifikasi
Organik yang terakreditasi. Berdasarkan hal tersebut, mulai Tahun
2016, Ditjen. Perkebunan memprioritaskan kegiatan desa organik ini 37
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
pada tahap awal dengan melakukan pembinaan pada kelompok tani
tentang bagaimana melakukan budidaya tanaman perkebunan organik
sampai dengan fasilitasi sertifikasi organik berbasis kelompok tani pada
lahan perkebunan tertentu.
2) Perluasan areal perkebunan 150.000 hektar di lahan kering
Perluasan areal perkebunan di lahan kering bertujuan untuk
mengembangkan komoditas perkebunan di lahan-lahan bukaan baru
yang sesuai dengan agroekosistemnya dan dilahan-lahan sub optimal.
Komoditas perkebunan yang diproyeksikan sampai dengan tahun 2019
seluas 150.000 hektar adalah komoditas cengkeh, kakao, kopi, lada,
pala, tebu, jambu mete, karet, kelapa, kelapa sawit dan kemiri sunan.
3) Pengembangan food estate
Pengembangan food estate bertujuan untuk menciptakan pusat-pusat
pertumbuhan/sentra pangan berbasis komoditas pertanian dalam
rangka mewujudkan kedaulatan pangan, agar Indonesia sebagai bangsa
dapat mengatur dan memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya secara
berdaulat. Pengembangan food estate dilaksanakan di daerah yang
belum dapat dikategorikan sebagai daerah lumbung-lumbung pangan
dan belum secara mandiri memenuhi pangan masyarakatnya.
Pelaksanaan food estate bersamaan dalam mendukung kegiatan
pengembangan 1 juta hektar kawasan pangan Merauke dan
pengembangan rice estate dengan di Provinsi Kalimantan Barat (8
Kabupaten/Kota) seluas 120.000 hektar; Provinsi Kalimantan Tengah
(14 Kabupaten/Kota) seluas 180.000 hektar; Provinsi Kalimantan Utara
38 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
(Kabupaten Bulungan) seluas 10.000 hektar dan Provinsi Maluku (Kab.
Kepulauan Aru) seluas 190.000 hektar.
4) Pengembangan kelapa sawit di wilayah perbatasan
Sasaran kegiatan ini adalah pengembangan perkebunan kelapa sawit
rakyat pada areal eksisting dan perluasan areal perkebunan kelapa
sawit seluas 1 juta hektar di perbatasan negara terutama di Provinsi
Kalimantan Barat, Kalimantan Utara dan Kalimantan Timur melalui pola
PIR (perkebunan inti rakyat). Diharapkan melalui kegiatan ini dapat
menarik investor untuk membangun industri hilir kelapa sawit di daerah
perbatasan.
5) Pengembangan tebu dan inisiasi pembangunan pabrik gula baru
Pengembangan tebu dimaksudkan dalam mendukung pemenuhan bahan
baku tebu untuk peningkatan produksi gula nasional 3,82 juta ton pada
Tahun 2019 (pemenuhan gula Kristal putih/ GKP) melalui perluasan
areal tebu 500.000 hektar di Provinsi Sulawesi Tenggara, sedangkan
kegiatan inisiasi pembangunan pabrik gula baru dilakukan dengan
merekomendasikan Kementerian/Lembaga terkait (BUMN, Kementerian
Perindustrian dan Kementerian Perdagangan) dalam hal pemanfaatan
lahan pengembangan tebu yang belum dilengkapi pabrik gula dengan
target membangun/rehabilitasi 14 PG baru di Jawa & Luar Jawa.
6) lntegrasi tanaman perkebunan dengan ternak sapi di lahan
perkebunan kelapa sawit dan integrasi tanaman pangan di lahan
perkebunan kelapa sawit
39 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
2.1.8. Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019
Sebagai penjabaran dari program, masing-masing unit eselon II lingkup
Direktorat Jenderal Perkebunan mempunyai 1 (satu) kegiatan. Dengan
demikian di lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan terdapat 9
(sembilan) kegiatan pembangunan perkebunan sesuai Peraturan Menteri
Pertanian Nomor : 43/Permentan/OT.010/8/2015 tanggal 3 Agustus
2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian yaitu:
(1) Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah dengan kegiatan pengembangan tanaman semusim dan rempah;
(2) Direktorat Tanaman Tahunan dan Penyegar dengan kegiatan pengembangan tanaman tahunan dan penyegar;
(3) Direktorat Perbenihan Perkebunan dengan kegiatan dukungan perbenihan tanaman perkebunan;
(4) Direktorat Pengolahan dan Pemasaran hasil Perkebunan dengan kegiatan dukungan pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan;
(5) Direktorat Perlindungan Perkebunan dengan kegiatan dukungan perlindungan perkebunan;
(6) Sekretariat Ditjen. Perkebunan dengan kegiatan dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya;
(7) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Medan dengan kegiatan dukungan pengujian dan pengawasan mutu benih serta penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan;
(8) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya dukungan pengujian dan pengawasan mutu benih serta penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan;
(9) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Ambon dukungan pengujian dan pengawasan mutu benih serta penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan.
40 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
2.1.9. Kaitan Kegiatan Dengan Fokus Kegiatan Pembangunan
Perkebunan Tahun 2015-2019
Kaitan antara kegiatan pembangunan perkebunan yang menjadi
tanggung jawab masing-masing Eselon II lingkup Direktorat Jenderal
Perkebunan dengan fokus kegiatan yang ditetapkan tercantum dalam
Renstra Eselon II Lingkup Ditjen Perkebunan sebagai berikut:
A. Pengembangan Tanaman Semusim dan Rempah
Prioritas pengembangan tanaman semusim dan rempah difokuskan pada
7 komoditas unggulan perkebunan yaitu Tebu, Lada, Pala, Cengkeh,
Kapas, Tembakau dan Nilam. Selain itu difasilitasi pengembangan
komoditas spesifik lokal seperti tanaman pemanis lain, tanaman serat,
tanaman atsiri, tanaman rempah dan semusim lainnya. Sasaran
peningkatan produksi tanaman semusim dan rempah adalah
terlaksananya pengembangan tanaman semusim dan rempah dengan
fokus kegiatan pengembangan Tahun 2015-2019 adalah:
1) Pengembangan areal produktif tanaman tebu, yang menjadi tugas
pokok dan fungsi dari Sub Direktorat Tanaman Tebu dan Pemanis
Lain;
2) Pengembangan areal produktif tanaman rempah (Lada, Pala,
Cengkeh, tanaman rempah dan tanaman atsiri lainnya), yang
menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Tanaman Lada, Pala
dan Cengkeh; Sub Direktorat Tanaman Rempah dan Semusim Lain;
dan Sub Direktorat Tanaman Serat dan Atsiri.
41 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
3) Pengembangan areal produktif tanaman semusim lainnya (kapas,
tembakau, nilam, tanaman pemanis lain, tanaman serat dan
semusim lain); yang menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat
Tanaman Tebu dan Pemanis Lain; Sub Direktorat Tanaman Rempah
dan Semusim Lain; dan Sub Direktorat Tanaman Serat dan Atsiri.
4) Perluasan tanaman semusim dan rempah di lahan kering; yang
menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Tanaman Tebu dan
Pemanis Lain; Sub Direktorat Tanaman Rempah dan Semusim Lain;
Sub Direktorat Tanaman Lada, Pala dan Cengkeh; dan Sub
Direktorat Tanaman Serat dan Atsiri.
5) Fasilitasi teknis pengembangan tanaman semusim dan rempah, yang
menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Tanaman Tebu dan
Pemanis Lain; Sub Direktorat Tanaman Rempah dan Semusim Lain;
Sub Direktorat Tanaman Lada, Pala dan Cengkeh; Sub Direktorat
Tanaman Serat dan Atsiri; dan Sub Bagian Tata Usaha serta
kelompok jabatan fungsional.
B. Pengembangan Tanaman Tahunan dan Penyegar
Prioritas pengembangan tanaman tahunan dan penyegar difokuskan
pada 9 komoditas unggulan perkebunan yaitu kelapa sawit, karet,
kelapa, jambu mete, kemiri sunan, sagu, kakao, kopi dan teh. Selain itu
difasilitasi pengembangan komoditas spesifik lokal seperti tanaman
palma lain, tanaman penyegar lain dan tanaman tahunan lainnya.
Sasaran peningkatan produksi tanaman tahunan dan penyegar adalah
42 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
terlaksananya pengembangan tanaman tahunan penyegar dengan
fokus kegiatan pengembangan Tahun 2015-2019 adalah:
1) Pengembangan areal produktif tanaman kakao; yang menjadi tugas
dan fungsi dari Sub Direktorat Tanaman Penyegar.
2) Pengembangan areal produktif tanaman tahunan (Kelapa Sawit,
Karet, Kelapa, Jambu Mete, Kemiri sunan dan Sagu); yang menjadi
tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Tanaman Karet dan Tanaman
Tahunan lainnya; Sub Direktorat Tanaman Kelapa Sawit; dan Sub
Direktorat Tanaman Kelapa dan Palma lain.
3) Pengembangan areal produktif tanaman penyegar lainnya (Kopi dan
Teh); yang menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Tanaman
Penyegar.
4) Perluasan tanaman tahunan dan penyegar di lahan kering; yang
menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Tanaman Karet dan
Tanaman Tahunan lainnya; Sub Direktorat Tanaman Kelapa Sawit;
Sub Direktorat Tanaman Penyegar dan Sub Direktorat Tanaman
Kelapa dan Palma lain.
5) Fasilitasi teknis pengembangan tanaman tahunan dan penyegar,
yang menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Tanaman Karet
dan Tanaman Tahunan lainnya; Sub Direktorat Tanaman Kelapa
Sawit; Sub Direktorat Tanaman Penyegar; Sub Direktorat Tanaman
Kelapa dan Palma lain; Sub Bagian Tata Usaha dan Kelompok
Jabatan Fungsional.
43 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
C. Dukungan Perbenihan Tanaman Perkebunan
Sasaran kegiatan dukungan perbenihan tanaman perkebunan adalah
terlaksananya penyediaan benih unggul tanaman perkebunan dengan
fokus kegiatan pengembangan Tahun 2015-2019 adalah;
1) Pengembangan sumber benih unggul tanaman perkebunan, yang
menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Benih Tanaman
Semusim dan Rempah; dan Sub Direktorat Benih Tanaman Tahunan
dan Penyegar.
2) Pengawasan mutu benih tanaman perkebunan, yang menjadi tugas
dan fungsi dari Sub Direktorat Penilaian Varietas dan Pengawasan
Mutu Benih.
3) Pengembangan Kelembagaan Perbenihan Tanaman Perkebunan,
yang menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Kelembagaan
Benih.
4) Fasilitasi Teknis Penyediaan Benih Tanaman Perkebunan, yang
menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Benih Tanaman
Semusim dan Rempah; Sub Direktorat Benih Tanaman Tahunan dan
Penyegar; Sub Direktorat Penilaian Varietas dan Pengawasan Mutu
Benih; Sub Direktorat Kelembagaan Benih, Sub Bagian Tata Usaha
dan Kelompok Jabatan Fungsional.
D. Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan
Sasaran kegiatan dukungan pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan
adalah terlaksananya pengembangan pengolahan dan pemasaran
44 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
hasil perkebunan dengan fokus kegiatan pengembangan Tahun 2015-
2019 adalah:
1) Pengembangan Pascapanen Komoditas Perkebunan, yang menjadi
tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Pascapanen.
2) Pengembangan Pengolahan Hasil Perkebunan, yang menjadi tugas
dan fungsi dari Sub Direktorat Pengolahan.
3) Pembinaan usaha perkebunan, yang menjadi tugas pokok dan fungsi
dari Sub Direktorat Standarisasi, Mutu dan Pembinaan Usaha.
4) Pembinaan penerapan standar dan sistem jaminan mutu keamanan
pangan bagi pelaku usaha perkebunan, yang menjadi tugas dan
fungsi dari Sub Direktorat Standarisasi, Mutu dan Pembinaan Usaha.
5) Pengembangan pemasaran hasil perkebunan, yang menjadi tugas
pokok dan fungsi dari Sub Direktorat Pemasaran Hasil.
6) Fasilitasi Teknis Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Perkebunan, yang menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat
Pascapanen; Sub Direktorat Pengolahan; Sub Direktorat
Standarisasi, Mutu dan Pembinaan Usaha; Sub Direktorat Pemasaran
Hasil; Sub Bagian Tata Usaha dan kelompok jabatan fungsional.
E. Dukungan Perlindungan Perkebunan
Sasaran kegiatan dukungan perlindungan perkebunan adalah
Menurunnya Luas Areal yang Terserang OPT dan Terfasilitasinya
Pencegahan Kebakaran Lahan dan Kebun, Bencana Alam, Dampak
Perubahan Iklim dan Gangguan/ Konflik Usaha Perkebunan dengan
fokus kegiatan pengembangan Tahun 2015-2019 adalah:
45 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
1) Penanganan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) perkebunan;
yang menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Pengendalian OPT
Tanaman Semusim dan Rempah; dan Sub Direktorat Pengendalian
OPT Tanaman Tahunan dan Penyegar.
2) Pemberdayaan perangkat perlindungan perkebunan; yang menjadi
tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Data dan Kelembagaan
Pengendalian OPT.
3) Antisipasi dampak perubahan iklim; yang menjadi tugas dan fungsi
dari Sub Direktorat Gangguan Usaha, Dampak Perubahan Iklim dan
Pencegahan Kebakaran.
4) Kesiapsiagaan pencegahan kebakaran lahan dan kebun, yang
menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Gangguan Usaha,
Dampak Perubahan Iklim dan Pencegahan Kebakaran.
5) SL-PHT tanaman perkebunan; yang menjadi tugas dan fungsi dari
Sub Direktorat Data dan Kelembagaan Pengendalian OPT.
6) Pembinaan dan sertifikasi desa pertanian organik berbasis
komoditas perkebunan; yang menjadi tugas dan fungsi dari Sub
Direktorat Data dan Kelembagaan Pengendalian OPT.
7) Penanganan Gangguan Usaha dan Konflik Perkebunan, yang menjadi
tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Gangguan Usaha, Dampak
Perubahan Iklim dan Pencegahan Kebakaran.
8) Fasilitasi Teknis Dukungan Perlindungan Perkebunan, yang menjadi
tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Data dan Kelembagaan
Pengendalian OPT; Sub Direktorat Pengendalian OPT Tanaman
Semusim dan Rempah; Sub Direktorat Pengendalian OPT Tanaman
46 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Tahunan dan Penyegar; Sub Direktorat Gangguan Usaha, Dampak
Perubahan Iklim dan Pencegahan Kebakaran; Sub bagian Tata Usaha
dan kelompok jabatan fungsional.
F. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya
Sasaran kegiatan dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya
adalah Terlaksananya Pelayanan Teknis dan Administrasi Seluruh
Unit Organisasi di Lingkungan Direktorat Jenderal Perkebunan
dengan fokus kegiatan pengembangan Tahun 2015-2019 adalah:
1) Jumlah Dokumen Perencanaan, Keuangan dan Perlengkapan, Umum,
serta Evaluasi dan Layanan Rekomendasi, yang menjadi tugas dan
fungsi dari Bagian Perencanaan; Bagian Keuangan dan Perlengkapan;
Bagian Evaluasi dan Layanan Rekomendasi; dan Bagian Umum.
2) Dukungan kegiatan manajemen dan teknis lainnya, yang menjadi
tugas dan fungsi dari Bagian Perencanaan; Bagian Keuangan dan
Perlengkapan; Bagian Evaluasi dan Layanan Rekomendasi; dan
Bagian Umum.
G. Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih serta
Penyiapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan (BBP2TP)
Medan, Surabaya dan Ambon
Sasaran kegiatan dukungan pengujian dan pengawasan mutu benih serta
penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan (BBP2TP) Medan,
Surabaya dan Ambon adalah terlaksananya pengawasan dan pengujian
mutu benih tanaman perkebunan dan penyiapan teknologi proteksi
tanaman perkebunan dengan fokus kegiatan pengembangan Tahun
2015-2019 adalah:
47 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
1) Sertifikasi dan pengujian mutu benih tanaman perkebunan;
2) Pembangunan kebun contoh, uji dempot dan uji koleksi tanaman
perkebunan;
3) Rakitan teknologi spesifik lokasi proteksi tanaman perkebunan;
4) Eksplorasi, pemanfaatan, pengembangan, pengujian agensia
pengendali hayati tanaman perkebunan;
5) Fasilitasi teknis dukungan pengawasan dan pengujian mutu benih
dan teknologi proteksi tanaman perkebunan.
Sedangkan sasaran kegiatan dukungan penyiapan teknologi proteksi
tanaman perkebunan (BPTP) Pontianak adalah terlaksananya
penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan dengan fokus
kegiatan pengembangan Tahun 2015-2019 adalah 1) rakitan teknologi
spesifik lokasi proteksi tanaman perkebunan; dan 2) eksplorasi,
pemanfaatan, pengembangan, pengujian agensia pengendali hayati
tanaman perkebunan.
2.2. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2016
Program Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 merupakan bagian
dari program Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019 yaitu:
“Peningkatan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan
berkelanjutan”.
2.2.1. Sasaran Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
Sasaran Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 adalah
Terwujudnya peningkatan produksi dan produktivitas tanaman 48
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
perkebunan secara optimal serta pengembangan sistem pertanian
bioindustry berkelanjutan. Dalam mengukur kinerja Ditjen Perkebunan
ada 2 (dua) indikator yang dipergunakan yaitu: (1) Laju peningkatan
produksi tanaman tebu sebesar 10,03%; (2) Laju peningkatan produksi
tanaman unggulan perkebunan lainnya sebesar 2,45%.
Sedangkan sasaran kegiatan pada unit kerja Eselon II lingkup Direktorat
Jenderal Perkebunan Tahun 2016 ditetapkan sesuai dengan Renstra
Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019 yang diterbitkan
bulan Oktober 2016 adalah:
1) Sasaran peningkatan produksi dan produktivitas tanaman semusim
dan rempah adalah terlaksananya pengembangan tanaman
semusim dan rempah dengan fokus kegiatan pengembangan dan
indikator kinerja kegiatan (IKK) adalah:
a) Pengembangan areal produktif tanaman tebu seluas 31.161 ha;
b) Pengembangan areal produktif tanaman rempah seluas 5.935 ha;
c) Pengembangan areal produktif tanaman semusim lainnya seluas
2.451 ha;
d) Perluasan tanaman semusim dan rempah di lahan kering seluas
6.825 ha;
e) Fasilitasi teknis pengembangan tanaman semusim dan rempah
selama 12 bulan.
2) Sasaran peningkatan produksi dan produktivitas tanaman tahunan
dan penyegar adalah terlaksananya pengembangan tanaman
49 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
tahunan dan penyegar dengan fokus kegiatan pengembangan dan
indikator kinerja kegiatan (IKK) adalah:
a) Pengembangan areal produktif tanaman kakao seluas 81.970 ha;
b) Pengembangan areal produktif tanaman tahunan seluas 16.434
ha;
c) Pengembangan areal produktif tanaman penyegar lainnya seluas
15.475 ha;
d) Perluasan tanaman tahunan dan penyegar di lahan kering seluas
11.009 ha;
e) Fasilitasi teknis pengembangan tanaman tahunan dan penyegar
selama 12 bulan.
3) Sasaran Dukungan Perbenihan Tanaman Perkebunan adalah
terlaksananya pengembangan tanaman tahunan dengan fokus
kegiatan pengembangan dan indikator kinerja kegiatan (IKK) adalah:
a) Pengembangan sumber benih unggul tanaman perkebunan seluas
2.489 ha;
b) Fasilitasi teknis dukungan perlindungan perkebunan selama 12
bulan.
4) Sasaran kegiatan dukungan pengolahan dan pemasaran hasil
perkebunan adalah meningkatnya penerapan pascapanen dan
pembinaan usaha dengan fokus kegiatan pengembangan dan
indikator kinerja kegiatan (IKK) adalah:
a) Pengembangan pascapanen komoditas perkebunan sebanyak 190
KT;
50 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
b) Pengembangan pengolahan hasil perkebunan sebanyak 56 Unit;
c) Pembinaan usaha perkebunan sebanyak 32 provinsi;
d) Pembinaan penerapan standar dan sistem jaminan mutu
keamanan pangan bagi pelaku usaha perkebunan sebanyak 53
kegiatan;
e) Pengembangan pemasaran hasil perkebunan sebanyak 197
provinsi;
f) Fasilitasi teknis dukungan pengolahan dan pemasaran hasil
perkebunan selama 12 bulan.
5) Sasaran kegiatan dukungan perlindungan perkebunan adalah
menurunkan luas areal yang terserang OPT dan terfasilitasinya
pencegahan kebakaran lahan dan kebun, bencana alam serta
dampak perubahan iklim dengan fokus kegiatan pengembangan dan
indikator kinerja kegiatan (IKK) adalah:
a) Penanganan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Perkebunan
seluas 11.459 ha;
b) Pemberdayaan perangkat perlindungan perkebunan sebanyak 77
Unit;
c) Antisipasi dampak perubahan iklim sebanyak 94 KT;
d) Kesiapsiagaan pencegahan kebakaran lahan dan kebun sebanyak
26 Dokumen;
e) SL-PHT Perkebunan sebanyak 93 KT;
f) Penanganan gangguan usaha dan konflik perkebunan 42 kasus;
g) Pembinaan dan sertifikasi desa pertanian organik berbasis
komoditas perkebunan sebanyak 150 desa;
51 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
h) Fasilitasi teknis dukungan perlindungan perkebunan selama 12
bulan.
6) Sasaran dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya adalah
terlaksananya pelayanan teknis dan administrasi seluruh unit
organisasi dilingkungan Direktorat Jenderal Perkebunan dengan
fokus kegiatan pengembangan dan indikator kinerja kegiatan (IKK)
adalah:
a) Jumlah Dokumen Perencanaan, Keuangan dan Perlengkapan,
Umum, serta Evaluasi dan dan Layanan Rekomendasi sebanyak 12
Dokumen.
b) Dukungan kegiatan manajemen dan teknis lainnya selama 12
Bulan.
7) Sasaran kegiatan dukungan pengujian dan pengawasan mutu benih
serta penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan (BBPPTP)
Medan, Surabaya dan Ambon adalah terlaksananya pengawasan dan
pengujian mutu benih tanaman perkebunan dan penyiapan
teknologi proteksi tanaman perkebunan dengan fokus kegiatan
pengembangan dan indikator kinerja kegiatan adalah:
a) Sertifikasi dan pengujian mutu benih sebanyak 147,74 Juta
batang;
b) Pembangunan kebun contoh, uji demplot dan uji koleksi sebanyak
16 Unit;
c) Rakitan teknologi spesifik lokasi proteksi tanaman perkebunan
sebanyak 27 Paket Teknologi;
52 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
d) Eksplorasi pemanfaatan, pengembangan, pengujian agensia
pengendali hayati sebanyak 13 Jenis;
e) Koordinasi pembinaan dan monev perbenihan dan proteksi
tanaman perkebunan sebanyak 12 Dokumen.
Sedangkan sasaran kegiatan dukungan penyiapan teknologi proteksi
tanaman perkebunan (BPTP) Pontianak adalah terlaksananya
penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan dengan fokus
kegiatan pengembangan dan indikator kinerja kegiatan adalah:
a) Rakitan teknologi spesifik lokasi proteksi tanaman perkebunan
sebanyak 45 Paket Teknologi;
b) Pembangunan kebun contoh, uji demplot dan uji koleksi sebanyak
7 Unit;
c) Fasilitasi teknis penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan
selama 12 bulan.
2.3. Perjanjian Kinerja
Dokumen Perjanjian Kinerja (PK) merupakan suatu dokumen
pernyataan kinerja/kesepakatan kinerja/penetapan kinerja antara
atasan dengan bawahan dalam mewujudkan suatu capaian kinerja
pembangunan dari sumber daya alam yang tersedia melalui target
kinerja serta indikator kinerja yang menggambarkan keberhasilan
pencapaiannya yang berupa hasil (outcomes) maupun keluaran
(output).
Perjanjian Kinerja (PK) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
berdasarkan Rencana Kerja Tahunan (RKT) Tahun 2016 disusun setelah
53 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
DIPA Direktorat Jenderal Perkebunan diterima pada bulan Januari 2016
dan telah mengikuti Pedoman Permen-PAN dan RB Nomor 53 Tahun
2014. PK Direktorat Jenderal Perkebunan ditandatangani oleh Direktur
Jenderal Perkebunan dan Menteri Pertanian pada bulan Januari 2016.
PK tersebut berupa outcomes yang dimanifestasikan dalam dimensi
produksi tanaman perkebunan.
Pada Tahun 2016 Direktorat Jenderal Perkebunan mendapat alokasi
dana yang tertuang dalam DIPA/POK dengan total anggaran awal (Maret
2016) sebesar Rp. 1.917.993.750.000,- mengalami refokusing pada
bulan April, sehingga menjadi Rp. 1.759.314.989.000,-. Kemudian pada
bulan Agustus 2016 sesuai kebijakan Pemerintah sehingga terjadi
penghematan sehingga anggaran Ditjen Perkebunan menjadi
1.192.418.283.000,-. Kemudian pada bulan November sesuai kebijakan
Pemerintah dilakukan selfbloking sebesar Rp. 106.300.000.000,-,
sehingga anggaran Ditjen Perkebunan menjadi Rp. 1.086.118.283,-.
Self-Bloking adalah salah satu upaya membatasi terealisasinya anggaran
melalui pemblokiran sendiri sehingga secara pelaporan keuangan masih
harus dipertanggungjawabkan. Dengan adanya penghematan anggaran
maka terjadi perubahan pada target outputs kegiatan yang harus
dipertanggungjawabkan dalam perjanjian kinerja, sehingga kinerja
(capaian fisik) yang dipertangungjawabkan adalah penggunaan anggaran
dalam PK setelah self-bloking.
Anggaran tersebut terdiri dari dana Dekonsentrasi, dana Tugas
Pembantuan (TP) Provinsi dan Tugas Pembantuan (TP) Kabupaten untuk
melaksanakan kegiatan utama pembangunan perkebunan yang tersebar 54
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
di 84 satker yang meliputi 1 satker pusat, 4 satker UPT pusat, 33 satker
Provinsi dan 46 satker Kabupaten/Kota.
Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja serta target yang telah disusun
dalam Format Perjanjian Kinerja (PK) Direktorat Jenderal Perkebunan
Tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Perjanjian Kinerja (PK) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
Sasaran program dan kegiatan pembangunan perkebunan Tahun 2016
yang ditetapkan dalam DIPA/POK dan selanjutnya menjadi Perjanjian
Kinerja (PK) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 untuk
55 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
melaksanakan 7 (tujuh) kegiatan utama dengan total anggaran sebesar
Rp. 1.192.418.283,- dengan rincian sebagai berikut:
(1) Kegiatan pengembangan tanaman semusim dan Rempah dengan
alokasi anggaran sebesar Rp. 120.187.650.000,-
(2) Kegiatan pengembangan tanaman tahunan dan penyegar dengan
alokasi anggaran sebesar Rp. 606.753.828.000,-
(3) Kegiatan dukungan perbenihan tanaman perkebunan dengan
alokasi anggaran sebesar Rp. 31.788.397.000,-
(4) Kegiatan dukungan pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan
dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 84.474.114.000,-
(5) Kegiatan dukungan perlindungan perkebunan dengan alokasi
anggaran sebesar Rp. 110.231.426.000,-
(6) Kegiatan dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya
dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 151.802.940.000,-
(7) Kegiatan dukungan pengujian dan pengawasan mutu benih serta
penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan dengan
alokasi anggaran sebesar Rp. 87.179.928.000,-
56 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
3.1. Pengukuran Kinerja
Salah satu fondasi utama dalam menerapkan manajemen kinerja adalah
pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja dilakukan dalam rangka
menjamin adanya peningkatan dalam pelayanan publik dan
meningkatkan akuntabilitas dengan melakukan klarifikasi output dan
outcome yang akan dan seharusnya dicapai untuk memudahkan
terwujudnya organisasi yang akuntabel. Setiap akhir Tahun Anggaran
dan berakhirnya kegiatan, instansi harus melakukan Pengukuran Kinerja
untuk mengetahui pencapaian target kinerja yang ditetapkan dalam
dokumen Perjanjian Kinerja. Hal ini sesuai yang diamanatkan dalam
permen-PAN dan RB Nomor 53 Tahun 2014.
3.2. Kriteria Ukuran Keberhasilan
Secara nasional ukuran Keberhasilan unit instansi Pemerintah bisa
diukur dengan mengunakan kriteria keberhasilan Sub Sektor tertentu.
Ditjen perkebunan dalam hal ini menggunakan indikator makro dan
indikator mikro. Tingkat kinerja ini, tidak bisa di klaim sebagai
keberhasilan secara substantif karena banyak pihak yang turut berperan
dalam pencapaiannya. Namun demikian Ditjen Perkebunan memiliki
peran yang sangat besar dalam pencapaian indikator tersebut
khususnya sub sektor perkebunan.
57 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Sesuai tugas dan fungsinya, Kriteria ukuran keberhasilan Ditjen
perkebunan ditentukan oleh pencapaian terhadap target indikator
kinerja Program yang diukur terhadap Perjanjian Kinerja (PK),
dibandingkan dengan beberapa tahun terakhir dan dibandingkan dengan
target yang tertuang dalam Renstra Ditjen Perkebunan. Pengukuran
kinerja tersebut akan mengacu pada sasaran program (outcomes)
sebagai berikut:
1. Indikator kinerja rata-rata pertumbuhan produksi tebu Tahun 2016
sebasar 10,03%.
2. Indikator kinerja rata-rata pertumbuhan produksi tanaman
perkebunan unggulan lainnya Tahun 2016 sebasar 2,45.
Pengukuran kinerja tersebut disertai analisis penyebab
keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/penurunan kinerja; efesiensi
penggunaan sumberdaya dan analisis program/kegiatan yang
menunjang keberhasilan/kegagalan.
Untuk mengukur efisiensi (E) di gunakan formula berdasarkan PMK 249
Tahun 2011, sebagai berikut:
Sedangkan untuk mengukur nilai efisiensi (NE) digunakan formula
berikut :
58 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Dari formula tersebut berarti suatu kegiatan di katakan efisien jika
memiliki nilai efisiensi lebih besar sama dengan 50% dan jika lebih besar
dari 100% dikatakan efisien tetapi perlu penjelasan lebih lanjut karena
dianggap anomali.
3.3. Pencapaian Kinerja
3.3.1. Pencapaian Kinerja Capaian Sasaran Program (Outcomes)
Sasaran program (Outcomes) diwujudkan dalam bentuk produksi
tanaman perkebunan. Hal tersebut sampai dengan saat ini masih
menjadi perdebatan simpul kritis sebagai berikut: (1) Mengingat
tanaman perkebunan pada umumnya bersifat tahunan sehingga produksi
tanaman baru dapat dihitung minimal 4 (empat) tahun ke depan; (2)
Sebagaimana diketahui bahwa biaya investasi pengembangan
perkebunan yang dibiayai dengan APBN jumlahnya sangat kecil sekitar
2% per tahun. Apabila yang dihitung hanya kegiatan yang dibiayai
dengan APBN, maka pengaruhnya terhadap produksi tingkat nasional
sangat kecil sekali, padahal Direktorat Jenderal Perkebunan telah
membina seluruh perkebunan yang ada di Indonesia, baik perkebunan
rakyat maupun perkebunan besar melalui pembinaan, pengawalan, dan
pendampingan, serta kebijakan maupun dukungan manajemen dan
adminsitrasi.
Pendekatan pertama, apabila tanaman yang ditanam pada tahun
berjalan sesuai berlakunya APBN, maka tidak dapat dihitung
produksinya pada tahun yang sama, dengan demikian apabila sesuai
59 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
ketentuan yang berlaku maka produksinya (outcomes) adalah nol (tidak
ada produksi). Pendekatan lainnya, jika yang dihitung produksi tahun
berjalan, maka yang dihitung merupakan produksi dari tanaman yang
tahun tanamnya minimal 4 (empat) tahun yang lalu. Berkenaan dengan
kedua pendekatan dimaksud, meskipun tidak sepenuhnya benar,
Direktorat Jenderal Perkebunan menyepakati produksi dan
produktivitas pada tahun berjalan ditetapkan sebagai outcomes dengan
menggunakan target dari Rencana Strategis (Renstra) Direktorat
Jenderal Perkebunan dalam pembangunan perkebunan Tahun 2015-2019
sebagai acuannya.
Sesuai Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014, perjanjian kinerja antara
Direktur Jenderal Perkebunan dan Menteri Pertanian berupa outcomes
yang dimanifestasikan dalam produksi. Dan berdasarkan Peraturan
Presiden (Perpres) Nomor 45 Tahun 2015 dengan Rencana Strategis
(Renstra) Kementerian Pertanian dan Renstra Direktorat Jenderal
Perkebunan bahwa Indikator Kinerja Program (IKP) yaitu: (1) laju
peningkatan produksi tanaman tebu; dan (2) laju peningkatan produksi
tanaman unggulan perkebunan lainnya. Adapun proyeksi IKP Ditjen
Perkebunan Tahun 2016 adalah 1) laju peningkatan produksi tanaman
tebu yang ditargetkan sebesar 10,03% dan 2) laju peningkatan
produksi tanaman unggulan perkebunan lainnya dengan target
sebesar 2,45%.
60 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Dalam upaya terwujudnya laju peningkatan produksi tanaman tebu dan
tanaman unggulan perkebunan lainnya tersebut, pada Tahun 2016
diakukan melalui pengembangan tanaman semusim dan rempah,
tanaman tahunan dan penyegar dengan dukungan penanganan
pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan, penyediaan benih unggul
bermutu tanaman perkebunan, perlindungan perkebunan serta
dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya. Adapun indikator
yang digunakan adalah meningkatnya produksi dan produktivitas 16
komoditas unggulan nasional perkebunan yang meliputi tebu, kapas,
tembakau, nilam, karet, kelapa sawit, kelapa, kopi, kakao, jambu
mete, lada, cengkeh, teh, pala, sagu dan kemiri sunan.
3.3.1.1. Pencapaian Kinerja terhadap Sasaran Program Tahun Ini
Capaian kinerja Direktorat Jenderal Perkebuan pada Tahun 2016 jika
dihitung berdasarkan sasaran program Tahun 2016 sesuai dengan
perjanjian kinerja Dirjen Perkebunan dengan Menteri Pertanian seperti
pada tabel 3 dan 4.
Tabel 3. Pencapaian Kinerja Tahun 2016 terhadap Perjanjian Kinerja Tahun 2016 Dilihat Dari Rata-rata Pertumbuhan Produksi
Indikator Kinerja Program Target PK Realisasi 2016
Rata-rata Pertumbuhan Produksi Tanaman Tebu (%)
10,03 (-11.01)
Rata-rata Pertumbuhan Produksi Tanaman Perkebunan Unggulan Lainnya (%)
2,45 1,36
Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan, 2017 (Diolah)
61 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Tabel 4 diperoleh dari analisis pencapaian target PK yang dikonversikan
ke dalam produksi 16 komoditas strategis Direktorat Jenderal
Perkebunan pada Tabel 4.
Tabel 4. Analisis Pencapaian Kinerja Sasaran Program Komoditas Strategis Ditjen Perkebunan Tahun 2016
2015 2016 % Pertbhn (%) Produksi (Ton)1 2 3 4 4:3x100% 5 6 7A Komoditas Tebu 88,99 10,03 80,88
1 Tebu 2.497.997 2.222.971 88,99 10,03 2.748.546,10 80,88
B Komoditas Perkebunan Unggulan Lainya
101,36 2,45 98,94
2 Kakao 593.331 656.817 110,70 2,45 607.867,61 108,05 3 Teh 132.615 144.015 108,60 2,45 135.864,07 106,00 4 Kelapa Sawit 31.070.015 33.229.381 106,95 2,45 31.831.230,37 104,39 5 Sagu 423.946 440.516 103,91 2,45 434.332,68 101,42 6 Pala 33.711 34.408 102,07 2,45 34.536,92 99,63 7 Tembakau 193.790 196.154 101,22 2,45 198.537,86 98,80 8 Lada 81.501 82.167 100,82 2,45 83.497,77 98,41 9 Karet 3.145.398 3.157.780 100,39 2,45 3.222.460,25 97,99
10 Kopi 639.412 639.305 99,98 2,45 655.077,59 97,59 11 Cengkeh 139.641 139.522 99,91 2,45 143.062,20 97,53 12 Kemiri Sunan 1.135 1.132 99,74 2,45 1.162,81 97,35 13 Kelapa 2.920.665 2.890.735 98,98 2,45 2.992.221,29 96,61 14 Nilam 1.986 1.954 98,39 2,45 2.034,66 96,04 15 Jambu Mete 137.580 130.072 94,54 2,45 140.950,71 92,28 16 Kapas 759 715 94,20 2,45 777,60 91,95
No KomoditasProduksi (Ton) Target PK Capaian
Kinerja (%)
Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan, 2017 (Diolah)
Berdasarkan Tabel 3 dan 4 dapat dijelaslan sebagai berikut:
A. Rata-rata Pertumbuhan Produksi Tanaman Tebu (GKP)
Dibanding dengan target Tahun 2016 capaian pertumbuhan produksi
tebu mencapai 80,88% atau mengalami penurunan sebesar (-11,01%)
dari target yang diharapkan dalam PK sebesar 10,03%. Capaian ini
berarti dengan target rata-rata pertumbuhan produksi tebu sebesar
10,01% (250.549 ton GKP) atau 2,749 juta ton GKP pada Tahun 2016
baru mencapai 88,99% (2,222 juta ton GKP), produktivitas rata-rata
sebesar 5,004 ton/ha hablur (gula) dengan luas areal sebesar 445.510
ha.
62 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Akar permasalahan tidak tercapainya produksi gula tebu dikelompokkan
ke dalam 10 (sepuluh) domain permasalahan, yaitu perubahan iklim
atau anomali ilkim, Inovasi teknologi budidaya terbarukan belum
optimal, terbatasnya varietas unggul baru yang adatif di lahan kering,
dukungan pengolahan belum optimal, petani meragukan transparansi
rendemen, dukungan Kebijakan dan regulasi belum tepat, distabilitas
Harga petani, minimnya kuantitas dan kualitas SDM pertebuan, Sumber
Daya Alam (SDA) terbatas untuk tebu, Minimnya investasi terhadap
industri gula berbasis tebu.
1. Perubahan iklim atau anomali ilkim, menyebabkan petani tidak
memiliki pola tanam yang tetap berakibat pada masa tanam,
pemeliharaan dan panen tidak sesuai standar teknis, pertumbuhan
tebu stagnan dan kering. Hal ini terjadi karena usaha tani tebu
mayoritas (90%) di lahan kering sulit pengairan sehingga waktu
tanam, pemeliharaan dan panen tidak sesuai dengan pola tanam
yang direkomendasikan.
2. Inovasi teknologi budidaya tebu terbarukan belum optimal,
menyebabkan sebagian besar petani masih menggunakan teknologi
yang belum tepatguna (rendemen dan produktivitas masih rendah),
akibatnya penerapan inovasi teknologi budidaya tebu belum
optimal, pengelolaan lahan tebu sempit dan terpencar, dan
modernisasi melalui mekanisasi pertanian belum diterapkan secara
optimal.
63 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
3. Terbatasnya varietas unggul baru yang adatif di lahan kering,
menyebabkan produktivitas tebu dan rendemen rendah. Akibatnya
petani menanam tebu dengan varietas asalan atau varietas unggul
yang tidak sesuai spesifikasi lokasi.
4. Dukungan Pengolahan belum Optimal, menyebabkan sistem pasar
belum berjalan dengan baik, kehilangan produksi karena rendahnya
efisiensi industri pengolahan, persaingan industri kurang sehat dan
lain-lain. Hal ini disebabkan kondisi PG di Indonesia rata-rata sudah
berumur tua, dengan kapasitas giling kecil di bawah 3.000 TCD,
sehingga berdampak pada kinerja PG untuk menghasilkan
rendemen gula tidak optimal.
5. Petani meragukan transparansi rendemen, menyebabkan minat
petani untuk meningkatkan rendemen lebih kecil dan lebih besar
kemungkinan berminat meningkatkan berat tebu, hal ini berakibat
pada sistem budidaya yang kurang spesifik meningkatkan
produktivitas.
6. Dukungan Kebijakan dan regulasi belum tepat, menyebabkan alih
fungsi lahan tebu ke lahan marginal/lahan kering, tanpa dukungan
kebijakan lanjutan khusus tebu, kebijakan harga masih belum
menguntungkan petani, stakeholders gula tebu sangat heterogen.
7. Distabilitas Harga petani disebabkan sistem pasar gula misalnya
dengan beredarnya gula kristal putih impor, distorsi gula rafinasi di
pasaran, harga Patokan Petani (HPP) yang ditentukan oleh
64 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Kementerian Perdagangan masih di bawah Biaya Pokok Produksi
(BPP) yang ditentukan Kementerian Pertanian. Hal ini
menyebabkan kurang menariknya pengembangan tebu, sehingga
existing tanaman tebu tidak bertambah bahkan sebaliknya. Jika hal
ini dibiarkan maka luasan areal tebu akan semakin berkurang.
8. Minimnya kuantitas dan kualitas SDM pertebuan, menyebabkan
sulitnya memperoleh tenaga kerja baik petani/pengusaha tebu,
penyuluh/pembina pertebuan dan SDM lainnya yang menangani
langsung gula berbasis tebu di Indonesia hal ini tercermin dari
pengelolaan pertanian di daerah dilakukan secara desentralisasi,
banyak petugas teknis pertanian yang ditugaskan tidak sesuai
dengan bidang teknis keahliannya dan kurangnya jumlah petugas
penyuluh tanaman tebu, sehingga menyebabkan budidaya tebu
tidak sesuai standar teknis.
9. Sumber Daya Alam (SDA) terbatas untuk tebu, karena tebu sangat
cocok di daerah berpengairan yang cukup maka alam yang sesuai
adalah iklim yang stabil, daerah cukup air dan atau daerah
berpengairan modern. Hal ini sulit di temukan jika dilakukan oleh
petani secara spot-spot dan harus di lahan hamparan yang sudah
sulit ditemukan di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh persaingan
komoditas, ketersediaan lahan dan minat petani/pengusaha itu
sendiri.
10. Minimnya investasi terhadap industri gula berbasis tebu,
menyebabkan pengembangan tebu tidak konsisten. Hal ini 65
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
tercermin dari banyaknya rencana pengembangan industri gula
berbasis tebu oleh investor yang mengalami kesulitan bahkan
mengakhiri niatnya tanpa hasil, padahal kunci pengembangan tebu
adalah tersedianya pabrik Gula (PG). Hal ini disebabkan investasi di
industri gula berbasis tebu relatif besar sementara dukungan
regulasi, sarana infrastruktur dan sosial ekonomi kemasyarakatan
masih sangat kurang.
Permasalahan tersebut di atas sangat berpengaruh besar terhadap
eksistabilitas pergulaan nasional. Oleh karena solusi dan
rekomendasinya adalah terselesaikannya permasalahan yang sangat
komplek tersebut.
Berdasarkan analisis akar permasalahan yang telah dilakukan terkait
permasalahan tidak tercapainya produksi gula tebu, maka rekomendasi
solusi perbaikan kinerja yang diberikan berdasarkan akar permasalahan
tersebut secara ringkas disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Rekomendasi Solusi Akar Permasalahan Produksi Gula Tebu No Akar masalah Rekomendasi solusi 1 Pengembangan Tebu
90% di lahan Kering/marginal
1. Penyediaan sumur dalam, embung, sumur dangkal, permukaan
2 Sistem Budidaya belum Optimal
2. Meningkatkan pembinaan, pendampingan dan penyuluhan 3. Rehabilitasi Tanaman melalui bongkar ratoon dan rawat
ratoon 4. Adopsi inovasi terbarukan dari studi banding, penelitian
dan percontohan atau demplot. 3 Sulitnya memperoleh
benih unggul 5. Koordinasi dan kerjasama dengan lembaga penelitian dan
sumber benih 6. Pembangunan benih unggul secara berjenjang dan
terencana 4 Rendemen tidak
Optimal 7. Revitalisasi PG 8. Mengggunakan varietas unggul 9. Sistem budidaya sesuai rekomendasi teknis
66 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
No Akar masalah Rekomendasi solusi 5 Transparansi rendemen 10. Fasilitasi pengawas rendemen
11. Membentuk Tim Transparansi Rendemen 12. Pengawalan rendemen melibatkan petani, dinas terkait,
Perguruan tinggi dan PG 13. Pengukuran rendemen individu menggunakan Core
Sampler 14. melakukan managemen tebang muat angkut yang benar
6 Sulit melakukan perluasan areal tebu
15. Meningkatkan Koordinasi dengan K/L terkait dengan pembebasan lahan
16. Melatih petani baru 17. Perluasan di lahan pengembangan
7 Lahan sempit dan terpencar
18. Melakukan regrouping lahan minimal 10 ha, bekerja sama dengan pemda dan BPN
8 Transparansi rendemen 19. Pengawalan rendemen melibatkan petani, dinas terkait, Perguruan tinggi dan PG
9 Harga Gula tidak Stabil 20. Menekan biaya produksi dengan full mekanisasi, regrouping lahan, manajemen tebang muat angkut, subsidi pupuk, insentif produksi gula tebu dan profesionalitas petani tebu
21. Membentuk Tim pengawasan pasar gula 22. Penguatan lembaga pemasaran bentukkan petani/klp tani
tebu 10 Minimnya kuantitas dan
kualitas SDM pertebuan 23. Melatih tenaga kerja pertebuan 24. Meningkatan kapabilitas SDM petugas teknis dan penyuluh
dan petani tebu melalui pelatihan/traning
25. Profesionalisasi kelembagaan petani melalui pelatihan dan training
26. Asosiasi tebu Indonesia di optimalkan 11 Terbatasnya SDA 27. Optimalisasi lahan
28. Optimalisasi penggunaan sumber daya air 29. Memanfaatkan iklim sebagai sumberdaya yang efisien 30. Menggunakan sarana dan prasarana yang mendukung
12 Dukungan lembaga riset pengembangan tebu kurang
31. Pemberdayaan lembaga riset tebu yang sudah ada secara optimal
13 Minimnya investasi 32. Sosialisasi dan koordinasi dengan investor 33. Meningkatkan koordinasi sinergi dengan pihak-pihak terkait 34. Memfasilitasi investor baik secara administrasi maupun
insfrastruktur Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan, 2017 (Diolah)
Secara keseluruhan terdapat 10 akar masalah yang perlu diselesaikan
secara sinergisitas baik lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan, lingkup
Kementerian Pertanian dan Kementerian/Lembaga terkait. Hal ini
disebabkan produksi gula tebu sangat terkait dengan stakeholders
67 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
pergulaan secara luas. Masing-masing akar permasalahan telah
dirumuskan rekomendasi solusi yang sesuai dan relevan dengan konteks
akar masalah yang dihadapi, dimana dihasilkan 34 rekomendasi solusi
tindak lanjut upaya perbaikan kinerja ke depan.
Dalam upaya pencapaian target kinerja, Direktorat Jenderal
Perkebunan melakukan kegiatan pembinaan, koordinasi dan
pengembangan tanaman tebu yang tersentral di 9 provinsi yaitu Jawa
Barat, D.I. Yogyakarta, Jawa Tengah,Jawa Timur, Sumatera Utara,
Sumatera Selatan, Lampung, Sulawesi Selatan dan Gorontalo.
Sedangkan rencana pengembangan ada di provinsi Aceh, Jambi,
Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat dan Papua.
Pada Tahun 2016, untuk mendukung kinerja pencapaian target PK
Ditjen Perkebunan dilakukan kegiatan utama peningkatan produksi dan
produktivitas tanaman semusin dan rempah melalui kegiatan
pengembangan tebu seperti pada Tabel 6.
Tabel 6. Kegiatan Dukungan Pencapaian Target Peningkatan Produksi Gula APBN Ditjen Perkebunan Tahun 2016
VOLUME SAT VOLUME SAT % 1 Bongkar Ratoon 755.888 100 Ha 722.949 95,64 100 Ha 100,00 60,89 3 Prov. 3 Kab.2 Rawat Ratoon 20.493.573 6.499 Ha 19.425.531 94,79 6.471 Ha 99,57 62,00 9 Prov. 18 Kab.3 Perluasan tebu dilahan kering 9.672.763 770 Ha 9.472.275 97,93 750 Ha 97,40 48,65 5 Prov. 5 Kab.4 Pembangunan KBD 10.059.100 370 Ha 9.307.424 92,53 310 Ha 83,84 24,10 5 Prov. 5 Kab.
5Operasional Tenaga Kontrak Pendamping (TKP) dan Petugas Lapangan Pembantu TKP (PLP-TKP)
18.708.387 556 Org 16.718.478 89,36 556 Org 100,00 76,59 15 Provinsi
6 Pengembangan Database Tebu Sistem Online
1.121.124 9 Keg 677.356 60,42 9 Keg 100,00 148,96 9 Provinsi
7 Fasilitasi Tim Pengawas Taksasi dan Rendemen tebu
1.584.088 6 Keg 1.331.286 84,04 6 Keg 100,00 89,90 6 Provinsi
8 Penguatan Kelembagaan Petani 1.447.259 660 Org 1.438.339 99,38 660 Pkt 100,00 51,54 10 Provinsi
9 Monev Tebu dan Pengawalan di daerah 4.427.162 14 Keg 3.674.368 83,00 14 Keg 100,00 92,51 14 Provinsi
10 Bantuan Peralatan 8.286.429 155 Unit 7.747.425 93,50 150 Unit 96,77 54,51 15 Provinsi Pompa Air 2.157.540 108 Unit 2.157.539 100,00 108 Unit 100,00 50,00 4 Provinsi Fertilizer Aplikator 3.337.025 44 Unit 2.802.025 83,97 39 Unit 88,64 63,17 3 Provinsi Grab Loader 2.791.864 3 Unit 2.787.861 99,86 3 Unit 100,00 50,36 15 Provinsi
11 Pemberian Penghargaan Petani/Klp Tani Berprestasi
396.945 11 Keg 396.900 93,24 11 Unit 100,00 50,03 1 Provinsi
12 Pengendalian OPT Tebu 1.863.215 1.199 Ha 1.811.169 97,21 1.199 Ha 100,00 56,98 9 Provinsi
13 Fasilitasi, pembinaan dan pengawalan kegiatan di Pusat
1.717.968 8 Keg 1.709.771 99,52 8 Prov 93,99 51,19 15 Provinsi
TOTAL/RATA-RATA 80.533.901 74.433.271 92,42 66,76
KETERANGANKEUANGAN Rp.(000)
FISIK KEUANGAN Rp.(000) (%) FISIK
NILAI EFISIENSI
(%) NO KEGIATAN
TARGET REALISASI
Sumber: Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah, 2017
68 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Jika mengacu pada PMK 249 Tahun 2011, dari analisis pencapaian
kinerja kegiatan pengembangan tebu Tahun 2016 di atas, dapat
dijelaskan nilai efisiensi per kegiatan diperoleh nilai efisiensi sebesar
66,76%, dengan rincian pencapaian kegiatan sebagai berikut:
1. Kegiatan bongkar ratoon seluas 100 ha (100%) dengan penyerapan
anggaran sebesar 95,64% dari pagu anggaran, dengan nilai efisiensi
sebesar 60,89% (efisien).
2. Kegiatan rawat ratoon seluas 6.471 ha (99,57%) dengan penyerapan
anggaran sebesar 94,79% dari pagu anggaran, dengan nilai efisiensi
sebesar 48,65% (kurang efisien), ini berarti serapan anggaran lebih
tinggi dari realisasi fisik disebabkan adanya self-bloking anggaran.
3. Kegiatan perluasan tebu di lahan kering seluas 750 ha (94,40%)
dengan penyerapan anggaran sebesar 97,93% dari pagu anggaran,
dengan nilai efisiensi sebesar 24,10% (kurang efisien), ini berarti
serapan anggaran lebih tinggi dari realisasi fisik disebabkan adanya
self-bloking anggaran.
4. Kegiatan pembangunan Kebun Bibit Datar (KBD) seluas 310 ha
(83,84% dengan penyerapan anggaran sebesar 92,53% dari pagu
anggaran, dengan nilai efisiensi sebesar 24,10% (kurang efisien), ini
berarti serapan anggaran lebih tinggi dari realisasi fisik disebabkan
adanya self-bloking anggaran.
5. Operasional TKP dan PL-TKP sebanyak 556 Orang (100%) dengan
penyerapan anggaran sebesar 89,36% dari pagu anggaran dengan
nilai efisiensi sebesar 76,59% (efisien).
69 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
6. Kegiatan pengembangan data base tebu system on line 9 Kegiatan
(100%) dengan penyerapan anggaran sebesar 60,42% dari pagu
anggaran. dengan nilai efisiensi sebesar 148,96% (efisien tetapi
anomali). Hal ini berarti dengan serapan anggaran lebih kecil dari
80% dapat mencapai target fisik 100%. Hal ini disebabkan adanya
self-bloking anggaran dalam target satuan fisik yang sama.
7. Fasilitasi Tim Pengawas Taksasi dan Rendemen Tebu 6 Kegiatan
(100%) dengan penyerapan sebesar 84% dari pagu anggaran dengan
nilai efisiensi sebesar 89,90% (efisien).
8. Penguatan kelembagaan petani 660 Orang petani (100%) dengan
penyerapan anggaran sebesar 99,38% dari pagu anggaran dengan
nilai efisiensi sebesar 51,54% (efisien).
9. Monev tebu dan pengawalan di daerah 14 kegiatan (100%) dengan
penyerapan anggaran sebesar 83,00% dari pagu anggaran dengan
nilai efisiensi sebesar 92,51% (efisien).
10. Bantuan peralatan 150 unit (96,77%) dengan penyerapan anggaran
sebesar 93,50% dari pagu anggaran dengan nilai efisiensi sebesar
54,51% (efisien).
11. Pemberian penghargaan petani 100 kegiatan (100%) dengan
penyerapan anggaran sebesar 93,24% dari pagu anggaran dengan
nilai efisiensi sebesar 50,03% (efisien).
12. Pengendalian OPT tebu 1.199 ha (100%) dengan penyerapan
anggaran sebesar 97,21% dari pagu anggaran dengan nilai efisiensi
sebesar 56,98% (efisien).
70 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
13. Fasilitasi, pembinaan, pengawalan kegiatan pengembangan tebu di
pusat 8 keg (100%) dengan penggunaan anggaran sebesar 93,99%
dari pagu anggaran dengan nilai efisiensi sebesar 51,19% (efisien).
Permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan pengembangan tebu tahun
2016, adalah sebagai berikut:
1. Keragunan dalam pelaksanaan kontrak karena isu revisi dan
pemotongan anggaran menyebabkan pelaksanaan kegiatan
terlambat.
2. Perubahan pola tanam menyesuaikan anomali iklim, menyebabkan
pelaksanaan kegiatan harus dilakukan secara hati-hati karena di
khawatirkan gagal tanam.
3. Perubahan CP/CL yang disebabkan minat petani menurun sehingga
untuk menanan tebu berkurang.
4. Terlambatnya penerbitan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk
teknis sehingga mengganggu proses pengadaan barang jasa.
5. Keterlambatan penyediaan benih, pupuk dan peralatan sehingga
kegiatan pengembangan tebu tertunda.
6. Keterbatasan penyedia parasitoid untuk kegiatan demfarm
pengendalian OPT tebu menyebabkan pelaksaanaan kegiatan
tertunda.
7. Harga gula yang kurang stabil menyebabkan minat petani di areal
pengembangan baru kurang antusias dalam mengembangkan tebu.
B. Rata-rata Pertumbuhan Produksi Tanaman Perkebunan Unggulan
Lainnya
71 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Beberapa komoditas unggulan perkebunan lainnya yaitu Nilam,
tembakau, kapas, kakao, kopi cengkeh, teh, karet, kelapa sawit,
kelapa, pala, lada, jambu mete, sagu dan kemiri sunan.
Rata-rata pertumbuhan produksi tanaman perkebunan unggulan lainnya
mencapai sebesar 1,36% atau 98,94% jika dibandingkan target PK Tahun
2016 sebesar 2,45%. Komoditas perkebunan unggulan lainnya yang
mengalami peningkatan, khususnya komoditas strategis Kementerian
Pertanian (kakao, teh, kelapa sawit, karet dan kopi). Pencapaian
terbesar adalah komoditas kakao sebesar 108,05%, diikuti oleh
komoditas teh (106%), kelapa sawit (104,39%) dan sagu (101,42%).
Sedangkan capaian kinerja komoditas lainnya antara 91,95 % sampai
99,63%. Beberapa Permasalahan yang dihadapi komoditas perkebunan
unggulan lainnya yaitu:
a. Anomali iklim sebagai permasalahan umum terhadap tumbuh
kembangnya tanaman perkebunaan unggulan dan khususnya sulitnya
tanaman untuk menyesuaikan dengan perubahan alam.
b. Dukungan teknologi belum optimal khususnya komoditas yang
dikembangkan di daerah tertentu.
c. Harga kurang stabil misalnya karena tidak adanya jaminan
pemasaran, sistem pemasaran yang rumit dan lain-lain.
d. Minimnya dukungan Industri hilir misalnya tidak ada pabrik
pengolahan, industri peningkatan nilai tambah belum optimal.
e. Minimnya dukungan industri hulu misalnya pupuk relatif mahal,
ketersediaan mekanisasi kurang mendukung pengembangan
komoditas strategis;
72 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Berdasarkan analisis akar permasalahan yang telah dilakukan terkait
permasalahan tidak tercapainya target pertumbuhan komoditas
perkebunan unggulan lainnya, maka rekomendasi solusi perbaikan
kinerja yang diberikan berdasarkan akar permasalahan tersebut secara
ringkas disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Rekomendasi Akar Permasalahan Komoitas Perkebunan Unggulan Lainnya
Sumber: Ditjen Perkebunan, 2016
No Akar masalah Rekomendasi solusi
1
Menurunnya produktivitas
1. Penerapan teknologi budidaya (Intensifikasi, Rehabilitasi dan pemanenan)
2. Perbaikan pasca panen 3. Menanam benih unggul yang adaptif terhadap perubahan iklim 4. Intensifitas penanganan OPT
2 Harga yang tidak stabil
1. Menciptakan kepastian pasar 2. Perbaikan sistem pemasaran 3. Menciptakan peluang dengan menfasilitasi industri pengolahan di
Indonesia 4. Membatasi impor produk turunan 5. Memperkuat kelmbagaan petani untuk pemasaran 6. Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait untuk pengturan
sistem pemasaran 7. Memanfaatkan peluang ekspor dengan penguatan kelembagaan
petani 3 Industri
pengolahan masih kurang
1. Melatih petani untuk meningkatkan nilai tambah melalui pasca panen dan pengolahan produk teh
4 SDM masih lemah 1. Pembinaan dan Pelatihan petugas lapangan 2. Pembinaan dan Pelatihan petani 3. Koordinasi dan konsultasi terkait pengembangan teh dengan
perusahaan 5 Lemahnya inovasi
teknologi 1. Pembinaan dan pelatihan terhadap tenaga teknis dilapangan dan
petani untuk memperbaiki pola budidaya, pasca panen dan pemasaran
2. Penyediaan benih unggul yang adaptif 6 Minimnya industri
pengolahan produk kakao
1. Pembinaan, pelatihan, Studi banding kepada kelompok tani 2. Mengundang investor untuk pengolahan produk kakao di
Indonesia 7 Lemahnya Modal
Petani 1. Pembinaan, pengawalan suvervisi dan sosialisasi pemanfaatan
bantuan pemerintah 2. Memanfaakan fasilitas kredit yang di sediakan oleh perbankan
dan lembaga lain 3. Mendorong perbankan dan lembaga keuangan lain untuk
memberikan fasilias kredit kepada petani
73 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Dalam upaya mendukung pertumbuhan produksi tanaman perkebunan
unggulan lainnya dilakukan kegiatan Pengembangan Tanaman unggulan
perkebunan lainnya melalui alokasi APBN Tahun 2016, Kegiatan Ditjen
Perkebunan yang mendukung upaya meningkatkan produksi tanaman
unggulan perkebunan lainnya tersebut sebagaimana dijelaskan pada
kegiatan pendukung pengembangan komoditas perkebunan berikut ini.
1. Kegiatan Pengembangan Kakao
Kegiatan Pengembangan Kakao dilaksanakan di 22 provinsi dan
lebih dari 100 kabupaten yang tersebar di seluruh Indonesia.
Kegiatan yang dilakukan antara lain intensifikasi kakao seluas
62.945 ha di 17 provinsi dan 66 kabupaten, peremajaan kakao
seluas 7.350 ha di 8 provinsi dan 24 kabupaten, perluasan kakao
seluas 1.420 ha di 7 provinsi, Pembangunan kebun induk dan entres
seluas 43 ha dan 11 kabupaten dan kegiatan dukungan lainnya
dengan menggunakan angaran sebesar 40,328 milyar. Pelaksanaan
kegiatan pengembangan kakao tersebut seperti pada Tabel 8.
Tabel 8. Kegiatan Pengembangan Kakao Tahun 2016 VOLUME SAT VOLUME SAT %
1 Intensifikasi Tanaman Kakao 236.336.000 62.470 Ha 235.090.000 99,47 62.470 Ha 100,00 51,32 2 Peremajaan Tanaman Kakao 62.079.171 7.350 Ha 61.107.925 98,44 7.350 Ha 100,00 53,91 3 Perluasan Tanaman Kakao 16.578.247 1.520 Ha 11.731.389 70,76 1.420 Ha 93,42 110,63 4 Pembanguan Kebun Induk dan
Entres1.359.267 43 Ha 1.299.828 95,63 43 Ha 100,00 60,93
5 Kegiatan Pendukung Lainnya (Satuan)
41.765.608 40.646.941 97,32 56,79
Pengawalan dan pendampingan tananan kako
13.421.920 101 Paket 12.955.727 96,53 101 Paket 100,00 58,68
TKP dan PL-TKP 10.084.490 500 Org 9.936.390 98,53 500 Org 100,00 53,67 Penaggungjawab pelaksanaan kegiatan kakao
584.840 1.557 565.937 96,77 1.507 OB 96,79 50,05
Pengembangan desa kakao 787.514 1 Keg 785.174 99,70 1 Keg 100,00 50,74 Integrasi tanaman kakao-ternak 3.992.470 8 KT 3.987.572 99,88 8 KT 100,00 50,31 Pengawalan dan pendampingan integrasi tanaman kakao-ternak
307.910 4 Keg 276.921 89,94 4 Keg 100,00 75,16
Operasional Substantion 1.283.032 4 Keg 1.178.374 91,84 4 Keg 100,00 70,39 Pelatihan penumbuhan kebersamaan petani kakao
1.656.304 1.374 Org 1.605.784 96,95 1.374 Org 100,00 57,63
Pelatihan penguatan kelembagaan petani kakao
399.555 90 Org 388.447 97,22 90 Org 100,00 56,95
Pelatihan penguatan kelembagaan lanjutan petani kakao
9.044.273 1.410 Org 8.763.342 96,89 1.410 Org 100,00 57,77
Pengawalan dan pendampingan kelembagaan petani
44.200 1 Keg 44.173 99,94 1 Keg 100,00 50,15
Peningkatan mutu kakao 159.100 1 Keg 159.100 100,00 1 Keg 100,00 50,00 6 Pengendalian OPT Kakao 5.784.455 2.610 Ha 5.685.749 98,29 2.610 Ha 100,00 54,27 7 SL-PHT Tan. Perkebunan (Kakao) 4.819.078 87 KT 4.309.329 89,42 87 KT 100,00 76,44
8 Fasilitasi, pembinaan dan pengawalan kegiatan Kopi, Teh, Kakao di Pusat
387.760.691 55 Keg 375.197.624 96,76 55 Keg 100,00 58,10
TOTAL 755.123.250 733.768.957 97,17 65,30
NO KEGIATANTARGET REALISASI
KEUANGAN Rp.(000)
FISIK KEUANGAN Rp.(000) (%) FISIK
NILAI EFISIENSI
(%)
Sumber: Direktorat Tanaman Tahunan dan Penyegar, 2017 74
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Jika mengacu pada PMK 249 Tahun 2011, dari analisis pencapaian
kinerja kegiatan di atas, dapat dijelaskan nilai efisiensi (0%-100%)
bahwa kegiatan pengembangan kakao mencapai nilai efisiensi
sebesar 65,30% (efisien). Kegiatan yang anomali adalah kegiatan
perluasan tanaman kakao (nilai efisiensi 110,63%) dengan serapan
sebesar 70,76% dan realisasi fisik sebesar 93,42%.
2. Kegiatan Pengembangan Teh
Kegiatan Pengembangan teh dilaksanakan di 4 provinsi dan 6
kabupaten. Kegiatan yang dilakukan yaitu intensifikasi teh seluas
2.245 ha, rehabilitasi tanaman teh seluas 650 ha dan kegiatan
dukungan lainnya. Pelaksanaan kegiatan pengembangan tanaman
teh pada Tahun 2016 tersebut seperti pada Tabel 9.
Tabel 9. Kegiatan Pengembangan Tanaman Teh Tahun 2016
VOLUME SAT VOLUME SAT % 1 Intensifikasi Tanaman Teh 3.792.800 1.845 Ha 3.035.387 80,03 1.845 Ha 100,00 99,92 4 Prov. 6 Kab.2 Rehabilitasi Tanaman Teh 10.227.761 650 Ha 10.127.750 99,02 650 Ha 100,00 52,44 4 Prov. 6 Kab.3 Kegiatan Pendukung Lainnya (Satuan) 1.908.632 1.541.751 80,78 95,32
Pengawalan dan pendampingan tananan teh 1.482.632 15 Paket 1.184.540 79,89 15 Paket 100,00 100,26 1 Prov. 1 KabOperasional Pendamping Teh 426.000 2 OB 357.211 83,85 2 OB 100,00 90,37 1 Prov. 2 Kab
TOTAL 15.929.193 14.704.888 92,31 82,56
NO KEGIATANTARGET REALISASI
KETERANGANKEUANGAN Rp.(000)
FISIK KEUANGAN Rp.(000) (%)
FISIK NILAI EFISIENSI (%)
Sumber: Direktorat Tanaman Tahunan dan Penyegar, 2017
Jika mengacu pada PMK 249 Tahun 2011, dari analisis pencapaian
kinerja kegiatan di atas, dapat dijelaskan nilai efisiensi (0%-100%),
nilai efesiensi kegiatan pengembangan teh adalah 82,56% (efisien).
Terjadi anomali pada kegiatan pengawalan dan pendampingan
dengan nilai efisiensi sebesar 100,26% disebabkan realisasi
75 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
anggaran sangat rendah (79,89%) sedangkan realisasi fisik 100%
dikarenakan adanya self-bloking pada item pekerjaan dalam satuan
volume yang sama.
3. Kegiatan Pengembangan Kelapa Sawit
Kegiatan Pengembangan kelapa sawit dilaksanakan di 24 provinsi
dan 82 kabupaten. Kegiatan yang dilakukan yaitu perluasan
tanaman kelapa sawit seluas 820 ha dan kegiatan pendukung
lainnya. Pelaksanaan kegiatan pengembangan kelapa sawit
tersebut seperti pada tabel 10.
Tabel 10. Kegiatan Pengembangan Kelapa Sawit Tahun 2016
VOLUME SAT VOLUME SAT % 1 Perluasan Tanaman Kelapa Sawit 11.912.956 820 Ha 11.757.751 98,70 820 Ha 100,00 53,26 3 Prov. 4 Kab.2 Kegiatan Pendukung Lainnya
(Satuan)10.729.252 8.980.159 83,70 84,13
Operasinal TKP dan PL-TKP untuk K. sawit, Kakao dan Karet
7.631.560 343 Ha 6.675.255 87,47 343 Ha 100,00 81,33 24 Provinsi
Pembinaan dan Pengawalan program revitalisasi perkebunan (K. sawit, Kakao dan Karet)
1.407.660 75 Keg 1.146.818 81,47 75 Keg 100,00 96,33 24 Prov. 82 K.
Penilaian Kebun Revitalisasi Perkebunan
955.727 13 Keg 538.837 56,38 10 Keg 76,92 116,77 11 Provinsi
Pengawalan Perluasan Kelapa Sawit 526.305 7 Keg 412.247 78,33 7 Keg 100,00 104,18 3 Prov. 7 Kab.
Pengembangan Kelembagaan dan Usaha Petani Kelapa Sawit
208.000 175 Org 207.000 99,52 175 Pkt 100,00 51,20 1 Prov. 1 Kab.
Fasilitasi Pertemuan dan Koordinasi Penetapan Harga TBS
523.100 14 Keg 512.677 98,01 14 Keg 100,00 54,98 14 Prov. 14 k.
3 Fasilitasi, pembinaan dan pengawalan kegiatan di Pusat
925.965 5 Keg 925.965 100,00 5 keg 100,00 50,00 Pusat
TOTAL 23.568.173 21.663.875 91,92 62,46
KETERANGANKEUANGAN Rp.(000)
FISIK KEUANGAN Rp.(000)
(%) FISIK NILAI
EFISIENSI (%)
NO KEGIATANTARGET REALISASI
Sumber: Direktorat Tanaman Tahunan dan Penyegar, 2017
Jika mengacu pada PMK 249 Tahun 2011, dari analisis pencapaian
kinerja kegiatan di atas, dapat dijelaskan nilai efisiensi (0%-100%),
nilai efisiensi kegiatan pengembangan kelapa sawit adalah 62,46%
(efisien) kegiatan yang anomali antara lain penilaian kebun
revitalisasi 116,77% dan pengawalan perluasan kelapa sawit
76 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
104,18%. Hal ini disebabkan realisasi penggunaan anggaran jauh
lebih kecil dari realisasi fisik dikarenakan adanya pengurangan
biaya terhadap item pekerjaan dalam satuan volume yang sama.
4. Kegiatan Pengembangan Tanaman Sagu
Kegiatan Pengembangan tanaman sagu dilaksanakan di 3 provinsi
dan 12 kabupaten. Kegiatan yang dilakukan yaitu perluasan
tanaman sagu seluas 300 ha, penataan tanaman sagu seluas 1.410
ha, pembangunan kebun sumber benih sagu dan kegiatan
pendukung lainnya. Pelaksanaan kegiatan pengembangan sagu
tersebut seperti pada Tabel 11.
Tabel 11. Kegiatan Pengembangan Sagu Tahun 2016
VOLUME SAT VOLUME SAT % 1 Perluasan Tanaman Sagu 2.892.000 300 Ha 2.729.337 94 300 Ha 100,00 64,06 1 Provinsi2 Penataan Tanaman Sagu 6.856.448 1.410 Ha 6.861.608 100 1.410 Ha 100,00 49,81 3 Prov. 9 Kab.3 Pembangunan Kebun Suber Benih
sagu237.140 5 Ha 205.366 87 5 Ha 100,00 83,50 3 Prov. 9 Kab.
4 Kegiatan Pendukung Lainnya (Satuan)
1.989.250 1.915.512 96 60,77
Pengawalan perluasan tanaman sagu 141.500 2 Keg 135.350 96 2 Keg 100,00 60,87 1 Prov. 2 KabPengawalan penataan varietas sagu 788.450 12 Keg 720.862 91 12 Keg 100,00 71,43 3 Prov. 12 KabPelatihaan penumbuhan kebersamaan petani sagu
1.059.300 900 Org 1.059.300 100 900 Keg 100,00 50,00 4 Prov. 4 Kab
TOTAL 11.974.838 11.711.823 98 64,53
NO KEGIATANTARGET REALISASI
KETERANGANKEUANGAN Rp.(000)
FISIK KEUANGAN Rp.(000) (%) FISIK
NILAI EFISIENSI
(%)
Sumber: Direktorat Tanaman Tahunan dan Penyegar, 2017
Jika mengacu pada PMK 249 tahun 2011, dari analisis pencapaian
kinerja kegiatan pada Tabel 11, dapat dijelaskan bahwa nilai
efisiensi kegiatan pengembangan sagu adalah sebesar 64,53%
(efisien).
77 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
5. Kegiatan Pengembangan Tanaman Karet
Kegiatan Pengembangan tanaman karet dilaksanakan di 10 provinsi
dan 18 kabupaten. Kegiatan yang dilakukan yaitu peremajaan
tanaman karet seluas 3.469 ha, perluasan tanaman karet seluas
450 ha, pembangunan sumber benih karet seluas 21 ha dan
kegiatan pendukung lainnya. Pelaksanaan kegiatan pengembangan
karet tersebut seperti pada Tabel 12.
Tabel 12. Kegiatan Pengembangan Karet Tahun 2016
VOLUME SAT VOLUME SAT % 1 Peremajaan Tanaman Karet 25.939.090 3.469 Ha 25.286.409 97,48 3.469 Ha 100,00 56,29 10 Prov.18 Kab2 Perluasan Tanaman Karet 5.822.000 450 Ha 5.793.862 99,52 450 Ha 100,00 51,21 3 Prov 3 Kab3 Pembangunan Sumber Benih Karet 3.598.187 24 Ha 3.008.056 83,60 21 Ha 87,50 61,15 10 Prov.18 Kab4 Kegiatan Pendukung Lainnya
(Satuan)3.864.734 3.402.393 88,04 71,03
Pengawalan peremajaan karet 2.234.644 28 Keg 1.859.196 83,20 28 Keg 100,00 92,00 10 Prov18 KabPengawalan perluasan karet 393.600 5 Keg 356.718 90,63 5 Keg 100,00 73,43 5 Prov 5 KabPelatihan penumbuhan kebersamaan petani karet
818.700 657 Org 792.021 96,74 657 Paket 100,00 58,15 6 Prov. 7 Kab
Pengembangan kelembagaan dan usahatani karet
233.000 30 Org 233.000 100,00 30 Org 100,00 50,00 1 Prov. 1 Kab
Pembinaan dan pengawalan pemberdayaan kelembagaan petani
184.790 6 Keg 161.458 87,37 6 Keg 100,00 81,57 6 Prov 6 Kab
5 Fasilitasi, pembinaan dan pengawalan kegiatan (Karet, Kelapa dll) di Pusat
799.716 3 Keg 776.655 97,12 3 keg 100,00 57,21 Pusat
TOTAL 40.023.727 38.267.375 95,61 59,38
KETERANGANKEUANGAN Rp.(000)
FISIK KEUANGAN Rp.(000) (%) FISIK
NILAI EFISIENSI
(%) NO KEGIATAN
TARGET REALISASI
Sumber: Direktorat Tanaman Tahunan dan Penyegar, 2017
Jika mengacu pada PMK 249 Tahun 2011, dari analisis pencapaian
kinerja kegiatan pengembangan karet, dapat dijelaskan bahwa
nilai efesiensi kegiatan pengembangan karet adalah sebesar 59,38%
(efisien).
6. Kegiatan Pengembangan Tanaman Kelapa
Kegiatan Pengembangan tanaman kelapa dilaksanakan di 15
provinsi dan 61 kabupaten. Kegiatan yang dilakukan yaitu
peremajaan tanaman kelapa seluas 9.630 ha, perluasan tanaman
78 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
kelapa seluas 3.750 ha, pembangunan kebun benih kelapa seluas
232 ha dan kegiatan pendukung lainnya. Pelaksanaan kegiatan
pengembangan karet tersebut seperti pada Tabel 13.
Tabel 13. Kegiatan Pengembangan Kelapa Tahun 2016
VOLUME SAT VOLUME SAT % 1 Peremajaan Tanaman Kelapa 34.468.876 9.630 Ha 32.259.864 94 9.630 Ha 100,00 66,02 12 Prov. 39 Kab.2 Perluasan Tanaman Kelapa 13.321.302 3.750 Ha 12.759.484 96 3.750 Ha 100,00 60,54 7 Prov. 19 Kab.3 Pembangunan Kebun Sumber
Benih Kelapa3.028.246 232 Ha 2.514.574 83 232 Ha 100,00 92,41 7 Prov. 19 Kab.
4 Kegiatan Pendukung Lainnya (Satuan)
7.931.502 7.265.107 92 74,91
Pengawalan peremajaan tanaman karet
3.426.225 61 Keg 2.902.245 85 61 Keg 100,00 88,23 15 Prov. 61 Kab
Pelatihan penumbuhan keberhasilan kebersamaan petani kelapa
581.090 626 Org 562.042 97 626 Org 100,00 58,19 15 Prov. 61 Kab
Pembinaan dan pengawalan pemberdayaan kelembagaan petani kelapa
188.500 4 Keg 152.813 81 4 Keg 100,00 97,33 4 Prov. 4 Kab
Pengawalan perluasan kelapa 3.735.687 24 Keg 3.648.007 98 24 Keg 100,00 55,87 7 Prov. 19 Kab.TOTAL 58.749.926 54.799.029 93 73,47
NO KEGIATANTARGET REALISASI
KETERANGANKEUANGAN Rp.(000)
FISIK KEUANGAN Rp.(000) (%) FISIK
NILAI EFISIENSI
(%)
Sumber: Direktorat Tanaman Tahunan dan Penyegar, 2017
Jika mengacu pada PMK 249 Tahun 2011, dari analisis pencapaian
kinerja kegiatan pengembangan kelapa, dapat dijelaskan bahwa
nilai efisiensi kegiatan pengembangan kelapa adalah sebesar
73,47% (efisien).
7. Kegiatan Pengembangan Tanaman Kopi
Kegiatan Pengembangan tanaman kopi dilaksanakan di 4 provinsi
dan 6 kabupaten. Kegiatan yang dilakukan yaitu intensifikasi kopi
arabika seluas 4.650 ha dan intensifikasi tanaman kopi robusta
seluas 2.300 ha, perluasan Tanaman kopi seluas 80 ha,
pembangunan kebun induk kopi dan kegiatan pendukung lainnya.
Pelaksanaan kegiatan pengembangan tanaman kopi tersebut
seperti pada Tabel 14.
79 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Tabel 14. Pengembangan Tanaman Kopi Tahun 2016
VOLUME SAT VOLUME SAT % 1 Intensifikasi Tanaman Kopi arabika 10.174.376 4.400 Ha 10.140.616 99,67 4.400 Ha 100,00 50,83 7 Prov. 15 Kab.2 Intensifikasi Tanaman Kopi robusta 10.868.119 2.100 Ha 10.837.231 99,72 2.100 Ha 100,00 50,71 8 Prov. 11 Kab.3 Perluasan Tanaman Kopi 820.000 100 Ha 615.623 75,08 80 Ha 80,00 65,39 1 Prov. 1 Kab4 Peembangunan Kebun Induk Kopi 542.605 21 Ha 502.897 92,68 19 Ha 90,48 43,91 8 Prov. 11 Kab.5 Kegiatan Pendukung Lainnya
(Satuan)9.096.878 6.958.601 76,49 99,64
Pengawalan dan pendampingan tananan kopi
3.113.106 36 Paket 2.642.615 84,89 36 Paket 100,00 87,78 12 Pro. 17 Kab
Penaggungjawab pelaksanaan kegiatan kopi
181.800 504 173.100 95,21 504 OB 100,00 61,96 9 Pro. 15 Kab
Pelatihan penumbuhan kebersamaan petani kopi
3.677.050 2.494 Org 2.533.480 68,90 2.494 Org 100,00 127,75 1 Pro. 3 Kab
Pelatihan penguatan kelembagaan petani kopi
1.853.500 300 Org 1.403.050 75,70 300 Org 100,00 110,76 1 Pro. 2 Kab
IG Tanaman kopi 271.422 5 Org 206.356 76,03 5 Org 100,00 109,93 3 Prov. 5 kabTOTAL 31.501.978 29.054.968 92,23 62,09
NO KEGIATANTARGET REALISASI
KETERANGANKEUANGAN Rp.(000)
FISIK KEUANGAN Rp.(000) (%) FISIK
NILAI EFISIENSI
(%)
Sumber: Direktorat Tanaman Tahunan dan Penyegar, 2017
Jika mengacu pada PMK 249 Tahun 2011, dari analisis pencapaian
kinerja kegiatan pengembangan kopi, dapat dijelaskan bahwa nilai
efisiensi kegiatan pengembangan kopi adalah sebesar 62,09%
(efisien).
8. Kegiatan Pengembangan Tanaman Jambu Mete
Kegiatan Pengembangan tanaman jambu mete dilaksanakan di 3
provinsi dan 14 Kabupaten. Kegiatan yang dilakukan yaitu
perluasan tanaman jambu mete seluas 2.325 ha, pembangunan
kebun benih jambu mete seluas 26 ha dan kegiatan pendukung
lainnya. Pelaksanaan kegiatan pengembangan jambu mete tersebut
seperti pada tabel 15.
80 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Tabel 15. Pengembangan Tanaman Jambu Mete Tahun 2016
VOLUME SAT VOLUME SAT % 1 Perluasan Tanaman Jambu
Mete13.537.495 2.325 Ha 13.214.591 97,61 2.325 Ha 100,00 55,96 3 Prov 11 Kab
2 Pembangunan Kebun Sumber Benih Jambu Mete
677.746 26 Ha 498.818 73,60 26 Ha 100,00 116,00 3 Prov 11 Kab
3 Kegiatan Pendukung Lainnya (Satuan)
953.128 14 Keg 890.443 93,42 66,44
Pengawalan perluasan tanaman jambu mete
953.128 14 Keg 890.443 93,42 14 Keg 100,00 66,44 3 Prov 14 Kab
TOTAL/RATA-RATA 15.168.369 14.603.852 96,28 79,47
NO KEGIATANTARGET REALISASI
KETERANGANKEUANGAN Rp.(000)
FISIK KEUANGAN Rp.(000) (%) FISIK
NILAI EFISIENSI
(%)
Sumber: Direktorat Tanaman Tahunan dan Penyegar, 2017
Jika mengacu pada PMK 249 Tahun 2011, dari analisis pencapaian
kinerja kegiatan pengembangan jambu mete, dapat dijelaskan
bahwa nilai efisiensi kegiatan pengembangan jambu mete adalah
sebesar 79,47% (efisien).
9. Kegiatan Pengembangan Tanaman Kapas
Kegiatan Pengembangan tanaman kapas dilaksanakan di 4 provinsi
dan 20 kabupaten. Kegiatan yang dilakukan yaitu penanaman
tanaman kapas seluas 450 ha dan kegiatan pendukung lainnya.
Pelaksanaan kegiatan pengembangan kapas tersebut seperti dalam
Tabel 16.
Tabel 16. Pengembangan Tanaman Kapas Tahun 2016
VOLUME SAT VOLUME SAT % 1 Penanaman Kapas 968.400 450 Ha 949.518 98,05 450 Ha 100,00 54,87
2 Kegiatan Pendukung Lainnya (Satuan)
3.421.277 3.132.652 91,56 50,98
Pemberdayaan petani kapas 225.760 420 Org 221.350 98,05 340 Ha 80,95 (2,79)
Monitoring Evaluasi dan Pelaporan 437.697 20 Keg 375.327 85,75 20 Org 100,00 85,62
TKP dan PLP-TKP Kapas 2.757.820 89 Keg 2.535.975 91,96 89 Keg 100,00 70,11
TOTAL/RATA-RATA 4.389.677 4.082.170 92,99 52,93
NO KEGIATANTARGET REALISASI
KEUANGAN Rp.(000)
FISIK KEUANGAN Rp.(000) (%) FISIK
NILAI EFISIENSI
(%)
81 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Sumber: Direktorat Tanaman Tahunan dan Penyegar, 2017
Jika mengacu pada PMK 249 Tahun 2011, dari analisis pencapaian
kinerja kegiatan pengembangan kapas, dapat dijelaskan bahwa
nilai efisiensi kegiatan pengembangan kapas adalah sebesar 52,93%
(efisien).
10. Kegiatan Pengembangan Tanaman Nilam
Kegiatan Pengembangan tanaman nilam dilaksanakan di 9 provinsi
dan 22 kabupaten. Kegiatan yang dilakukan yaitu penanaman nilam
seluas 25 ha, pembangunan kebun benih sebar nilam seluas 20 ha
dan kegiatan pendukung lainnya. Pelaksanaan kegiatan
pengembangan nilam tersebut seperti pada Tabel 17.
Tabel 17. Pengembangan Tanaman Nilam Tahun 2016
VOLUME SAT VOLUME SAT % 1 Penanaman Nilam 583.640 106 Ha 569.890 97,64 86 Ha 81,13 (0,88) 9 Prov. 22 Kab.
2 Pembangunan Kebun Benih Sebar Nilam
1.675.126 22 Ha 1.401.962 83,69 20 Ha 90,91 69,84 9 Prov. 22 Kab.
3 Kegiatan Pendukung Lainnya (Satuan)
598.609 538.427 89,95 20,58
Pemberdayaan Petani Nilam 304.480 480 Org 303.032 99,52 450 Ha 93,75 34,60 6 Prov. 14 Kab.
Monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan
294.129 22 Keg 235.395 80,03 15 Org 68,18 6,55 8 Prov. 16 Kab.
TOTAL/RATA-RATA 2.857.375 2.510.279 87,85 29,85
NO KEGIATANTARGET REALISASI
KETERANGANKEUANGAN Rp.(000)
FISIK KEUANGAN Rp.(000) (%)
FISIK NILAI
EFISIENSI (%)
Sumber: Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah, 2017
Jika mengacu pada PMK 249 Tahun 2011, dari analisis pencapaian
kinerja kegiatan pengembangan nilam, dapat dijelaskan bahwa
nilai efisiensi kegiatan pengembangan nilam adalah sebesar 29,85%
(efisien).
82 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
11. Kegiatan Pengembangan Tanaman Tembakau
Kegiatan Pengembangan tanaman tembakau dilaksanakan di 8
provinsi dan 16 kabupaten. Kegiatan yang dilakukan yaitu
penanaman tembakau seluas 195 ha dan kegiatan pendukung
lainnya. Pelaksanaan kegiatan pengembangan tembakau tersebut
seperti pada Tabel 18.
Tabel 18. Pengembangan Tanaman Tembakau Tahun 2016
VOLUME SAT VOLUME SAT % 1 Penanaman Tembakau 1.103.490 195 Ha 1.005.308 91,10 195 Ha 100,00 72,24 7 Prov. 11 Kab.2 Kegiatan Pendukung Lainnya
(Satuan)397.009 261.290 65,81 62,41
Pemberdayaan pekebun dan penguatan kelembagaan
46.410 100 Org 43.699 94,16 100 Org 100,00 64,60 3 Provinsi
Monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan
350.599 17 Keg 217.591 62,06 11 Keg 64,71 60,21 8 Prov. 16 Kab.
TOTAL/RATA-RATA 1.500.499 1.266.598 84,41 67,33
NO KEGIATANTARGET REALISASI
KETERANGANKEUANGAN Rp.(000)
FISIK KEUANGAN Rp.(000) (%) FISIK
NILAI EFISIENSI
(%)
Sumber: Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah, 2017
Jika mengacu pada PMK 249 Tahun 2011, dari analisis pencapaian
kinerja kegiatan pengembangan tembakau, dapat dijelaskan bahwa
nilai efisiensi kegiatan pengembangan tembakau adalah sebesar
67,33 (efisien). Keadaan anomali terjadi pada kegiatan monitoring
dan pelaporan kegiatan disebabkan karena terjadi self-bloking
pada satuan volume kegiatan yang sama.
12. Kegiatan Pengembangan Tanaman Lada
Kegiatan Pengembangan tanaman lada dilaksanakan di 4 provinsi
dan 13 kabupaten. Kegiatan yang dilakukan yaitu intensifikasi
tanaman lada seluas 1.845 ha, pembangunan kebun induk tanaman
83 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
lada seluas 11 ha dan kegiatan pendukung lainnya. Pelaksanaan
kegiatan pengembangan lada tersebut seperti pada Tabel 19.
Tabel 19. Pengembangan Tanaman Lada Tahun 2016
VOLUME SAT VOLUME SAT % 1 Intensifikasi Tanaman Lada 2.974.405 1.850 Ha 2.855.675 96,01 1.845 Ha 99,73 59,33 4 Prov. 9 Kab.2 Pembangunan Kebun Induk
Lada735.167 14 697.936 94,94 13 Ha 92,86 44,40 4 Prov. 9 Kab.
3 Kegiatan Pendukung Lainnya (Satuan)
1.034.900 940.976 90,92 127,09
Perencanaan 46.400 1 Paket 21.000 45,26 1 Paket 100,00 186,85 1 Provinsi
Monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan
b l d
988.500 13 Keg 919.976 93,07 13 Keg 100,00 67,33 4 Prov. 13 Kab.
TOTAL/RATA-RATA 4.744.472 4.494.587 94,73 76,94
NO KEGIATANTARGET REALISASI NILAI
EFISIENSI (%)
KETERANGANKEUANGAN Rp.(000)
FISIK KEUANGAN Rp.(000) (%) FISIK
Sumber: Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah, 2017
Jika mengacu pada PMK 249 Tahun 2011, dari analisis pencapaian
kinerja kegiatan diatas, dapat dijelaskan bahwa nilai efisiensi
kegiatan pengembangan lada adalah sebesar 76,94% (efisien).
Terjadi anomali pada kegiatan perencanaan pengembangan
tanaman lada karena terjadi self-bloking pada paket kegiatan.
13. Kegiatan Pengembangan Tamanan Pala
Kegiatan Pengembangan tanaman pada dilaksanakan di 5 provinsi
dan 12 kabupaten. Kegiatan yang dilakukan yaitu intensifikasi
tanaman pala seluas 1.170 ha, rehabilitasi tanaman pala seluas 200
ha, perluasan tanaman pala di lahan kering seluas 700 ha,
Pemeliharaan kebun induk pala seluas 6 ha dan kegiatan
pendukung lainnya. Pelaksanaan kegiatan pengembangan pala
tersebut seperti pada Tabel 20.
84 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Tabel 20. Pengembangan Tanaman Pala Tahun 2016
VOLUME SAT VOLUME SAT % 1 Intensifikasi Tanaman Pala 5.815.018 1.220 Ha 5.461.196 93,92 1.170 Ha 95,90 55,18 4 Prov. 6 Kab.2 Rehabilitasi Tanaman Pala 1.281.000 200 Ha 1.281.000 100,00 200 Ha 100,00 50,00 1 Prov. 1 Kab3 Perluasan Pala di Lahan Kering 2.870.000 700 Ha 2.849.000 99,27 700 Ha 100,00 51,83 1 Prov. 1 Kab4 Pemeliharaan Kebun Induk Pala 44.720 6 Ha 41.720 93,29 6 Ha 100,00 66,77 1 Prov. 1 Kab5 Kegiatan Pendukung Lainnya
(Satuan)1.221.548 871.570 71,35 77,36
Penilaian BlokPenghasil Tinggi Pala 48.500 1 Paket 48.000 98,97 1 Paket 100,00 52,58 1 Prov. 1 Kab
Indikasi Geografis Tanaman Pala 225.000 2 Paket 225.000 100,00 2 Paket 100,00 50,00 1 Prov. 1 Kab
Monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan pengembangan lada
948.048 12 Keg 646.570 68,20 12 Keg 100,00 129,50 5 Prov 12 Kab
TOTAL/RATA-RATA 11.232.286 10.504.486 93,52 60,23
NO KEGIATANTARGET REALISASI
KETERANGANKEUANGAN Rp.(000)
FISIK KEUANGAN Rp.(000) (%) FISIK
NILAI EFISIENSI
(%)
Sumber: Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah, 2017
Jika mengacu pada PMK 249 Tahun 2011, dari analisis pencapaian
kinerja kegiatan diatas, dapat dijelaskan bahwa nilai efisiensi
kegiatan pengembangan pala adalah sebesar 60,23% (efisien).
14. Kegiatan Pengembangan Tanaman Cengkeh
Kegiatan Pengembangan tanaman cengkeh dilaksanakan di 6
provinsi dan 16 kabupaten. Kegiatan yang dilakukan yaitu
rehabilitasi tanaman cengkeh seluas 1.665 ha, perluasan tanaman
cengkeh dilahan kering seluas 200 ha, intensifikasi tanaman
cengkeh seluas 1.000 ha, pemeliharaan kebun induk cengkeh seluas
8 ha dan kegiatan pendukung lainnya. Pelaksanaan kegiatan
pengembangan tanaman cengkeh tersebut seperti pada Tabel 21.
85 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Tabel 21. Pengembangan Tanaman Cengkeh Tahun 2016
VOLUME SAT VOLUME SAT % 1 Rehabilitasi Tanaman Cengkeh 3.334.607 1.665 Ha 2.272.544 68,15 1.665 Ha 100,00 129,62 4 Prov. 5 Kab2 Perluasan Cengkeh di Lahan
Kering601.000 200 Ha 538.792 89,65 200 Ha 100,00 75,88 1 Prov. 1 Kab
3 Intensifikasi Cengkeh 5.078.000 1.000 Ha 5.043.421 99,32 1.000 Ha 100,00 51,70 2 Prov. 4 Kab4 Pemeliharaan Kebun Induk
Cengkeh88.830 8 Ha 82.765 8 Ha 100,00 67,07 2 Prov. 4 Kab
5 Kegiatan Pendukung Lainnya (Satuan)
1.501.006 1.055.234 70,30 93,57
Penilaian Blok Penghasil Tinggi Cengkeh
80.220 3 Paket 77.260 96,31 3 Paket 100,00 59,22 2 Prov. 4 Kab
Monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan pengembangan lada
1.420.786 16 Keg 977.974 68,83 16 Keg 100,00 127,92 6 Prov 15 Kab
TOTAL/RATA-RATA 10.603.443 8.992.756 84,81 83,57
NO KEGIATANTARGET REALISASI
KETERANGANKEUANGAN Rp.(000)
FISIK KEUANGAN Rp.(000) (%) FISIK
NILAI EFISIENSI
(%)
Sumber: Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah, 2017
Jika mengacu pada PMK 249 Tahun 2011, dari analisis pencapaian
kinerja kegiatan diatas, dapat dijelaskan bahwa nilai efIsiensi
kegiatan pengembangan tanaman cengkeh adalah sebesar 83,57%
(efisien). Terjadi anomali terhadap kegiatan rehabilitasi tanaman
cengkeh dengan nilai efisiensi sebesar 129,62% disebabkan ada
self-bloking beberapa spesifikasi kegiatan dalam paket kegiatan
yang sama. Sedangkan terjadi anomali pada kegiatan monitoring,
evaluasi dan pelaporan pengembangan lada (127,92%) disebabkan
adanya self-bloking pada kegiatan tersebut namun target fisik
tetap sama.
15. Kegiatan Pengembangan Kemiri Sunan
Kegiatan Pengembangan tanaman kemiri sunan dilaksanakan di 3
provinsi dan 3 kabupaten. Kegiatan yang dilakukan yaitu
pengembangan tanaman kemiri sunan seluas 15 ha, pemeliharaan
kebun induk kemiri sunan seluas 5 ha dan kegiatan pendukung
86 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
lainnya. Pelaksanaan kegiatan pengembangan kemiri sunan
tersebut seperti pada Tabel 22.
Tabel 22. Pengembangan Tanaman Kemiri Sunan Tahun 2016
VOLUME SAT VOLUME SAT % 1 Pengembangan Tanaman
Kemiri Sunan833.720 150 Ha 768.009 92,12 150 Ha 100,00 69,70 3 Prov 3 Kab
2 Pemeliharaan Kebun Sumber Benih Kemiri Sunan
40.217 5 Ha 40.217 100,00 5 Ha 100,00 50,00 3 Prov 3 Kab
3 Kegiatan Pendukung Lainnya (Satuan)
160.850 1 Keg 118.750 73,83 1 Keg 100,00 115,43
Pengawalan pengembangan tanaman keniri sunan
160.850 3 Keg 118.750 73,83 3 Keg 100,00 115,43 2 Prov 2 Kab
TOTAL/RATA-RATA 1.034.787 926.976 89,58 78,38
KETERANGANKEUANGAN Rp.(000)
FISIK KEUANGAN Rp.(000) (%) FISIK
NILAI EFISIENSI
(%) NO KEGIATAN
TARGET REALISASI
Sumber: Statistik Ditjen Perkebunan, 2017 (diolah)
Jika mengacu pada PMK 249 Tahun 2011, dari analisis pencapaian
kinerja kegiatan diatas, dapat dijelaskan bahwa nilai efisiensi
kegiatan pengembangan kemiri sunan adalah sebesar 78,38%
(efisien).
3.3.1.2. Pencapaian Kinerja terhadap Pencapaian Kinerja Beberapa Tahun Terakhir
Pencapaian kinerja Tahun 2016 jika dibandingkan terhadap pencapaian
kinerja Tahun 2014 dan Tahun 2015 ditunjukkan pada Tabel 23.
Tabel 23. Pencapaian Kinerja Tahun 2016 Dibandingkan Terhadap Pencapaian Kinerja Tahun 2014 dan Tahun 2015
Target Realisasi % Target Realisasi % Target Realisasi %
Rata-rata Pertumbuhanproduksi tanaman tebu(%)
100,00 101,10 101,10 112,91 101,94 90,28 110,03 88,99 80,88 80,00 89,58
Rata-rata Pertumbuhanproduksi tanamanperkebunan unggulanlainnya (%)
100,00 104,32 104,32 105,89 105,45 99,58 102,45 101,36 98,84 94,75 99,25
Indikator Kinerja Program Capaian Kinerja 2014 (%) Capaian Kinerja 2015 (5) Capaian Kinerja 2016 (%) 2016 dibanding 2014 (%)
2016 dibanding 2015 (%)
Sumber: Statistik Ditjen Perkebunan, 2017 (diolah)
87 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Berdasarkan Tabel 23 di atas dapat dijelaskan bahwa:
1. Rata-rata pertumbuhan produksi tanaman tebu Tahun 2016
dibanding rata-rata pertumbuhan produksi Tahun 2015 dan Tahun
2014 sebagai berikut:
a. Kinerja Tahun 2016 adalah sebesar 80,88% atau turun sebesar
(-20,00%) atau 80,00% jika dibandingkan dengan kinerja Tahun
2014 sebesar 101,10%.
b. Kinerja Tahun 2016 adalah 80,88% atau turun sebesar (-10,42%)
atau 89,58% jika dibandingkan dengan kinerja Tahun 2015
sebesar 90,28%.
2. Rata-rata pertumbuhan produksi tanaman perkebunan unggulan
lainnya Tahun 2016 dibanding rata-rata pertumbuhan produksi
Tahun 2015 dan Tahun 2014 sebagai berikut:
a. Kinerja Tahun 2016 adalah sebesar 98,84% atau turun sebesar
(-5,25%) atau 94,75% jika dibandingkan dengan kinerja Tahun
2014 sebesar 104,32%.
b. Kinerja Tahun 2016 adalah 98,84% atau turun sebesar (-0,75)%
atau 99,25% jika dibandingkan dengan kinerja Tahun 2015
sebesar 99,58%.
Perbandingan kinerja Tahun 2016 dan kinerja Tahun 2015 dan
kinerja Tahun 2014 per komoditas perkebunan unggulan lainnya
dapat disajikan pada Tabel 24.
88 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Tabel 24. Pencapaian Kinerja Tahun 2016 terhadap Tahun 2015 Dan Tahun 2014 per Komoditas
2014
Kinerja (%) Target (%) Kinerja (%) Target (%) Kinerja (%)
1 Kakao 101,05 116,35 70,01 102,45 108,05 106,93 154,34 2 Teh 106,12 116,35 73,84 102,45 106,00 99,88 143,56 3 Kelapa Sawit 105,39 116,35 91,21 102,45 104,39 99,06 114,46 4 Sagu 200,34 116,35 117,29 102,45 101,42 50,62 86,47 5 Pala 116,20 116,35 88,53 102,45 99,63 85,74 112,54 6 Tembakau 120,59 116,35 83,99 102,45 98,80 81,93 117,63 7 Lada 96,06 116,35 80,10 102,45 98,41 102,45 122,85 8 Karet 97,40 116,35 85,74 102,45 97,99 100,61 114,30 9 Kopi 95,26 116,35 85,35 102,45 97,59 102,45 114,34
10 Cengkeh 111,34 116,35 98,27 102,45 97,53 87,59 99,24 11 Kemiri Sunan 300,00 116,35 325,17 102,45 97,35 32,45 29,94
12 Kelapa 98,50 116,35 83,51 102,45 96,61 98,08 115,68
13 Nilam 101,01 116,35 81,17 102,45 96,04 95,08 118,32
14 Jambu Mete 113,08 116,35 90,06 102,45 92,28 81,61 102,47
15 Kapas 40,67 116,35 85,72 102,45 91,95 226,07 107,27
KINERJA (%)KINERJA 2016 DIBANDING
2014
KINERJA 2016 DIBANDING
2015
2015 2016NO KOMODITAS
Sumber: Statistik Ditjen Perkebunan, 2017 (diolah)
Berdasar Tabel 24 di atas dapat dijelaskan bahwa:
1. Pencapaian kinerja Tahun 2016 jika dibandingkan dengan Tahun
2015 secara umum mengalami kenaikan sebesar 3,54%. Jika di lihat
per komoditas kinerja tertinggi secara berurutan yaitu kakao
(154%), teh (143%), lada (122%), nilam (118%), tembakau (117%),
kelapa (116%), kelapa sawit (114%), kopi (114%), karet (114%), pala
(112%), kapas (107%) dan jambu mete (102%). Sedangkan kinerja
yang mengalami penurunan yaitu cengkeh (99%), sagu (86%) dan
kemiri sunan 29%.
2. Pencapaian kinerja Tahun 2016 jika dibandingkan dengan Tahun
2014 secara umum mengalami penurunan sebesar 1,16%. Jika di
89 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
lihat per komoditas kinerja tertinggi secara berurutan yaitu kapas
(226%) kakao (107%), lada (103%), kopi (103%), karet 101% dan teh
100%. Sedangkan beberapa komoditas perkebunan unggulan
mengalami penurunan antara 32% komoditas kemiri sunan dan 99%
komoditas kelapa sawit.
3.3.1.3. Pencapaian Kinerja terhadap sasaran Renstra
Pencapaian kinerja Tahun 2016 jika dibandingkan terhadap sasaran
Renstra Ditjen Perkebunan Tahun 2015-2019 ditunjukkan pada Tabel
25.
Tabel 25. Pencapaian Kinerja Tahun 2016 terhadap Sasaran Renstra Tahun 2015-2019 Per Komoditas
2015 2016 2017 2018 20191 Rata-rata Pertumbuhan Produksi
Tanaman Tebu12,91 10,03 7,03 4,57 4,37 7,78 -
2 Rata-rata Pertumbuhan Produksi Tanaman Perkebunan Unggulan Lainnya
16,35 2,45 2,9 2,89 2,86 5,49 -
1 Rata-rata Pertumbuhan Produksi Tanaman Tebu
112,91 124,23 132,97 139,05 145,12 - 145,12
2 Rata-rata Pertumbuhan Produksi Tanaman Perkebunan Unggulan Lainnya
116,35 119,20 122,66 126,20 129,81 - 129,81
1 Rata-rata Pertumbuhan Produksi Tanaman Tebu
89,30 80,00 - - 61,63 - 61,63
2 Rata-rata Pertumbuhan Produksi Tanaman Perkebunan Unggulan Lainnya
95,46 98,84 - - 76,14 - 76,14
REALISASI IKP SAMPAI DENGAN TAHUN INI
TARGET IKP PER TAHUNNO INDIKATOR RATA-RATA AKUMULASI S.D 2019
TARGET IKP SAMPAI DENGAN TAHUN INI
Sumber: Renstra Direktorat Jenderal Perkebunan 2015-2018, 2015
Target sasaran program (outcomes) sesuai Renstra Ditjen Perkebunan
Tahun 2015-2019 merupakan target jangka menengah yang ditunjukkan
oleh capaian produksi pada Tahun 2019. Oleh karena itu sesuai dengan
target IKP Per Tahun dan di konversi menjadi target IKP sampai dengan
tahun ini sedangkan pengukurannya ditentukan oleh tahun dasar dalam
90 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
penentuan target IKP yaitu capaian produksi Tahun 2014. Berdasarkan
analisis ini diperoleh capaian kinerja Tahun 2016 dibandingkan sasaran
Renstra (target IKP sampai dengan Tahun 2019) sebagai berikut:
1. Pencapaian kinerja Tahun 2016, Rata-rata pertumbuhan produksi
tebu sebesar 80,88% dibanding Tahun 2014 sebesar 80,00%, kinerja
ini jika dibanding dengan sasaran Renstra Tahun 2019 mencapai
61,63%. Ini berarti dengan waktu 3 tahun yang tersisa Ditjen
perkebunan masih memiliki tanggung jawab 38,37% untuk
mencapai target Renstra.
2. Pencapaian kinerja Tahun 2016, Rata-rata pertumbuhan produksi
tanaman perkebunan unggulan lainnya 103,11%, dibanding Tahun
2014 sebesar 98,84%, kinerja ini jik= dibanding dengan sasaran
Renstra Tahun 2019 mencapai 76,14%. Ini berarti dengan waktu 3
tahun yang tersisa Ditjen perkebunan masih memiliki tanggung
jawab 23,86% untuk mencapai target Renstra.
3.3.2. Capaian Kinerja Lainnya
3.3.2.1. Pencapaian Kinerja Indikator Makro
Komoditas perkebunan merupakan sumber devisa Negara karena banyak
komoditasnya yang diekspor keluar negeri dan sebagai indikator
pendapatan pemerintah pada sektor pertanian termasuk sub sektor
perkebunan. Capaian kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan terhadap
indikator makro, selama lima tahun terakhir (2011-2015) mengalami
peningkatan pada semua indikaor khususnya PDB berdasarkan harga
berlaku mencapai 11,27% dan berdasarkan harga konstan Tahun 2011 91
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
juga menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik, Keterlibatan tenaga
kerja di sektor perkebunan yang diperkirakan untuk Tahun 2016
berjumlah 23,38 juta orang mengalami peningkatan sebesar 3,24%.
Neraca perdagangan untuk komoditi perkebunan Tahun 2016 mencapai
US$ 20,72 milyar, mengalami penurunan rata-rata sebesar 1,59% sejak
Tahun 2011. Pada Tahun 2011-2015 hasil ekspor perkebunan mengalami
penurunan rata-rata sebesar 0,51% setiap tahun, sedangkan Nilai Tukar
Petani (NTP) Perkebunan Rakyat yang merupakan salah satu indikator
kesejahteraan petani pada bulan Januari 2016 sebesar 104,41 dan pada
bulan September 2016 mencapai 107,85 dan mengalami kenaikan
sebesar 3,57% dibandingkan dengan Tahun 2013 sebesar 104,13.
Perkembanganan capaian Indikator makro Tahun 2011 sampai dengan
Tahun 2015, dapat dilihat pada Tabel 26.
Tabel 26. Capaian Kinerja Makro Pembangunan Perkebunan Tahun 2011-2015
Laju Pertumbuhan
1 Pertumbuhan PDB
- harga berlaku (Rp milyar) 303.403 323.362 358.172 398.261 411.863 7,99
- harga konstan 2010 (Rp milyar) 281465 301.020 319.533 338.502 350.490 5,64
2Keterlibatan tenaga kerja (juta orang) 20,94 21,12 22,51 22,16 22,43 1,78
3Neraca Perdagangan Perkebunan (US$ milyar) 29,36 25,77 22,63 22,84 20,72 (8,19)
4 Ekspor perkebunan (US$ milyar) 32,22 29,96 26,77 26,78 23,93 (7,07)5 NTP Perkebunan Rakyat 109,58 108,34 106,38 100,86 97,03 (2,98)
Th 2011-2016 (%)
NO. INDIKATOR CAPAIAN
2011 2012 2013 2014 2015
Sumber : BPS, 2016 Keterangan : Di luar perikanan dan kehutanan
92 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
3.3.2.2. Pencapaian Kinerja Indikator Mikro
Sesuai dengan tugas dan fungsinya Ditjen Perkebunan mempunyai tugas
meningkatkan produksi dan produktivitas perkebunan. Pencapaian
kinerja ini digambarkan melalui capaian produksi dan produktivitas
secara nasional 16 komoditas unggulan Direktorat Jenderal Perkebunan.
3.1.3.1. Produksi
Pada umumnya produksi komoditas utama perkebunan selama 6 tahun
(2011–2016) mengalami kenaikan dengan laju pertumbuhan produksi
rata-rata sebesar 3,51% per tahun.
Beberapa komoditas unggulan utama selama 6 tahun terakhir
mengalami peningkatan produksi per tahun yaitu sagu (42,37%),
cengkeh (14,75%), pala (9,26%), kelapa sawit (7,58%), jambu mete
(2,71%), karet (1,15%), tembakau (0,83%) dan kopi (0,11%). Namun
sebaliknya beberapa komoditas mengalami penurunan produksi yang
cukup serius yaitu kemiri sunan (-20,00%), kapas (-14,47%), nilam
(-7,03%), kelapa (-1,84%), lada (-1,08%), kakao (-1,10%), teh (-0,58%)
dan tebu (-0,07%). Kenaikan produksi tersebut tidak terlepas dari
keberhasilan dalam memilih kegiatan-kegiatan prioritas yang dapat
menstimulasi peningkatan produksi tanaman melalui penerapan IPTEK
dan 4-ASI (intensifikasi, rehabilitasi, ekstensifikasi dan diversifikasi),
yang didukung dengan sistem penyuluhan, pengawalan, pendampingan
yang intensif dan keterkaitan antara seluruh aspek budidaya dan
penyiapan benih, perlindungan tanaman, pasca panen, pengolahan dan
pemasaran hasil perkebunan serta aspek penelitian dan pengembangan
93 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
sehingga teknologi mudah diakses. Sedangkan terjadi penurunan
produksi secara umum disebabkan oleh anomali iklim dan terjadinya
penurunan luas areal tanaman. Khusus untuk kemiri sunan produksi
sangat minim karena sebagain besar tidak dipanen akibat belum
tersedianya unit pengolahan hasil (UPH) dan tidak ada pembelinya.
Rincian produksi per komoditas dapat dilihat pada Tabel 27.
Tabel 27. Perkembangan Produksi Komoditas Perkebunan Tahun 2010 – 2015
2011 2012 2013 2014 2015 2016*)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
I. TANAMAN SEMUSIM
1. Tebu (Hablur) 2.267.887 2.591.687 2.551.026 2.579.173 2.497.997 2.222.971 -0,072. Kapas (Serat Kering) 2.275 2.948 1.871 761 759 715 -14,473. Tembakau (Daun Kering) 214.524 260.818 164.448 198.301 193.790 196.154 0,834. Nilam (Daun Kering) **) 2.866 2.648 2.082 2.103 1.986 1.954 -7,03
II. TANAMAN TAHUNAN
5. Karet (Karet Kering) 2.990.184 3.012.254 3.237.433 3.153.186 3.145.398 3.157.780 1,156. Kelapa Sawit (CPO) 23.096.541 26.015.518 27.782.004 29.278.189 31.070.015 33.229.381 7,587. Kelapa (Kopra) 3.174.379 3.189.897 3.051.585 3.005.916 2.920.665 2.890.735 -1,848. Kopi (Kopi Berasan) 638.647 691.163 675.881 643.857 639.412 639.305 0,119. Kakao (Biji Kering) 712.231 740.513 720.862 728.414 593.331 656.817 -1,10
10. Jambu Mete (Gldg Kering) 114.789 116.915 116.113 131.302 137.580 130.072 2,7111. Lada (Lada Kering) 87.089 91.039 91.039 87.448 81.501 82.167 -1,0812. Cengkeh (Bunga Kering) 72.207 99.890 109.694 122.134 139.641 139.522 14,7513. Teh (Daun Kering) 150.776 145.575 145.460 154.369 132.615 144.015 -0,5814. Pala (Biji Kering) 22.252 25.321 28.167 32.729 33.711 34.408 9,2615. Sagu (Tepung Sagu) 85.960 132.309 155.061 310.656 423.946 440.516 42,3716. Kemiri Sunan (Biji Kering) 1 0 0 3 6 0
33.632.608 37.118.495 38.832.726 40.428.541 42.012.353 43.966.512 3,51
No. Komoditas PerkebunanRealisasi Produksi Perkebunan ( T o n )
Jumlah I dan II
Laju Pertumbuhan
(%)
Catatan : *) Angka Sementara **) Produksi 1 kg daun kering Nilam setara dengan 0,02% minyak nilam/atsiri Sumber: Data Statistik Perkebunan, 2016
3.1.3.2. Produktivitas
Produktivitas komoditas utama perkebunan selama 6 tahun terakhir
(2011–2016) cenderung mengalami peningkatan dengan laju rata-rata
sebesar 2,56% per tahun. Laju peningkatan produktivitas tertinggi
94 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
adalah komoditas sagu sebesar 19,61%, cengkeh 12,98%, nilam 4,82%,
pala 4,77%, jambu mete 2,67%, teh 2,22%, lada 1,64%, kelapa sawit
1,37%, tembakau 0,93%, tebu 0,26%, kopi 0,16%. Sedangkan yang
mengalami penurunan adalah komoditas kapas (-8,14%), kelapa
(-0,96%), kemiri sunan (-0,14%), kakao (-0,80%) dan karet (-0,48%).
Rincian produktivitas per komoditas dapat dilihat pada Tabel 28.
Tabel 28. Perkembangan Produktivitas Perkebunan Tahun 2011-2016
2011 2012 2013 2014 2015 2016*)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
II. TANAMAN SEMUSIM
13. Tebu (Hablur) 5.030 5.770 5.467 5.406 5.605 5.004 0,2614. Kapas (Serat Kering) 303 333 288 220 151 178 -8,1415. Tembakau (Daun Kering) 950 1.009 928 947 946 989 0,9316. Nilam (Daun Kering) 132 110 120 149 162 160 4,82
I. TANAMAN TAHUNAN
1. Karet (Karet Kering) 1.071 1.073 1.083 1.053 1.036 1.045 -0,482. Kelapa Sawit (CPO) 3.526 3.722 3.536 3.601 3.625 3.763 1,373. Kelapa (Kopra) 1.158 1.157 1.130 1.136 1.110 1.103 -0,964. Kopi (Kopi Berasan) 702 745 739 716 707 706 0,165. Kakao (Biji Kering) 821 850 880 803 775 784 -0,806. Jambu Mete (Gldg Kering) 367 364 359 416 430 414 2,677. Lada (Lada Kering) 784 771 776 921 828 833 1,648. Cengkeh (Bunga Kering) 238 325 350 390 441 424 12,989. Teh (Daun Kering) 1.477 1.467 1.465 1.683 1.495 1.618 2,22
10. Pala (Biji Kering) 387 466 469 484 479 482 4,7711. Sagu (Tepung Sagu) 1.854 1.921 2.174 4.198 3.656 3.696 19,6112. Kemiri Sunan (Biji Kering) 0 0 0 222 186 190 -0,14
18.800 20.083 19.764 22.345 21.632 21.389 2,56
No. Komoditas Perkebunan
Capaian Produktivitas (Kg/Ha)Laju
Pertumbuhan
(%)
Jumlah I dan II Catatan : *) Angka Sementara Sumber: Data Statistik Perkebunan, 2016
3.1.3.3. Luas
Perkembangan luas areal komoditas perkebunan selama 6 tahun
terakhir (Tahun 2011-2016) cenderung mengalami peningkatan rata-
rata sebesar 1,27%. Peningkatan tertinggi adalah komoditas sagu
16,80%, kelapa sawit 5,81%, pala 6,79%, kemiri sunan 3,74%, cengkeh
2,26%, dan karet 1,04%. Sedangkan komoditas yang mengalami 95
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
penurunan luas areal yaitu nilam (-7,51%), kapas (-1,95%), kelapa
(-1,09%), teh (-1,08%), lada (-1,04%), tembakau (-0,60%) kakao
(-0,35%), tebu (-0,23%) dan kopi (-0,08%). Peningkatan luas areal
disebabkan antara lain oleh meningkatnya minat perluasan karena
faktor harga dan teknologi yang mendukung. Sedangkan penurunan
disebabkan oleh semakin lemahnya minat karena anomali iklim,
dukungan pasar dan kurangnya dukungan teknologi untuk
mengantisipasinya.
Tabel 29. Perkembangan Luas Areal Komoditas Perkebunan Tahun 2011 – 2016
2011 2012 2013 2014 2015 2016*)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
I. TANAMAN SEMUSIM
1. Tebu (Sugar cane) 451.788 451.255 469.227 478.108 454.171 445.520 -0,232. Kapas (Cotton) 10.238 9.565 8.738 3.670 6.118 5.919 -1,953. Tembakau (Tobacco) 228.770 270.290 192.809 215.865 209.095 206.337 -0,604. Nilam (Patchouli ) 28.615 31.155 28.226 20.714 18.626 18.562 -7,51
II. TANAMAN TAHUNAN
5. Karet (Rubber) 3.456.128 3.506.201 3.555.946 3.606.245 3.621.103 3.639.000 1,046. Kelapa sawit (Oil Palm) 8.992.824 9.572.715 10.465.020 10.754.801 11.260.277 11.914.499 5,817. Kelapa (Coconut) 3.767.704 3.781.649 3.654.478 3.609.812 3.585.599 3.566.103 -1,098. Kopi (Coffee) 1.233.698 1.235.290 1.241.712 1.230.495 1.230.001 1.228.512 -0,089. Kakao (Cocoa) 1.732.641 1.774.464 1.740.612 1.727.437 1.709.284 1.701.351 -0,35
10. Jambu mete (Cashewnut) 575.841 575.920 554.510 531.154 522.863 515.348 -2,1811. Lada (Pepper) 177.490 177.787 171.920 162.751 167.590 168.080 -1,0412. Cengkeh (Clove) 485.191 493.887 501.378 510.174 535.694 542.281 2,2613. Teh (Tea) 123.938 122.206 122.035 118.899 114.891 117.268 -1,0814. Pala (Nutmeg ) 122.396 134.709 140.424 158.326 168.904 169.285 6,7915. Sagu (Sago ) 102.601 127.157 128.106 135.484 196.415 213.280 16,8016. Kemiri Sunan 944 995 1.057 1.062 1.135 1.132 3,74
21.490.807 22.265.245 22.976.198 23.264.997 23.801.766 24.452.477 1,27
No. Komoditas Perkebunan
Luas Areal Perkebunan (Hektar)
Jumlah I dan II
Laju Pertumbuhan
(%)
Catatan: *) angka sementara Sumber: Data Statistik Perkebunan, 2016
3.4. Serapan Anggaran Program Direktorat Jenderal Perkebunan
Pada Tahun 2016 Direktorat Jenderal Perkebunan mendapat alokasi
dana yang tertuang dalam DIPA/POK dengan total anggaran awal (Maret
2016) sebesar Rp. 1.917.993.750.000,- mengalami refokusing pada
bulan April sehingga menjadi Rp. 1.759.314.989.000,-. Kemudian pada
96 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
bulan Agustus 2016 sesuai kebijakan Pemerintah sehingga terjadi
penghematan sehingga anggaran Ditjen Perkebunan menjadi
1.192.418.283.000,-. Kemudian pada bulan November sesuai kebijakan
Pemerintah dilakukan self-bloking sebesar Rp. 106.300.000.000,-,
sehingga anggaran Ditjen Perkebunan menjadi Rp. 1.086.118.283,-.
Self-bloking adalah salah satu upaya membatasi terealisasinya anggaran
melalui pemblokiran sendiri sehingga secara pelaporan keuangan masih
harus dipertanggungjawabkan. Dengan adanya penghematan anggaran
maka terjadi perubahan pada target outputs kegiatan yang harus
dipertanggungjawabkan dalam perjanjian kinerja, sehingga kinerja
(capaian fisik) yang dipertangungjawabkan adalah penggunaan anggaran
dalam PK setelah self-bloking.
Serapan anggaran program/kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan
pada Tahun 2016 adalah sebesar 87,44% dibanding pagu anggaran Rp.
1.192.418.283.000,- atau 96,00% dibandingkan dengan pagu setelah
self-bloking sebesar Rp. 1.086.118.283,-dengan capaian fisik sebesar
99,74%. (selanjutnya yang digunakan adalah serapan setelah self-
bloking, hal ini disebabkan pembahasan akan terkait dengan capaian
fisik kegiatan). Serapan anggaran ini dapat dilihat berdasarkan kegiatan
Utama dan Kegiatan (output) Eselon II lingkup Ditjen Perkebunan,
berdasarkan jenis belanja, berdasarkan kewenangan dan berdasarkan
satker lingkup Ditjen Perkebunan.
97 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
3.4.1. Serapan Anggaran Berdasarkan Kegiatan Utama
Serapan anggaran berdasarkan kegiatan utama Direktorat Jenderal
Perkebunan dapat dilihat pada Tabel 30.
Tabel 30. Serapan dan Capaian Fisik Kegiatan Ditjen Perkebunan Tahun 2016 Berdasarkan Kegiatan Utama
RP % PAGU % Blokir % Fisik
Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Perkebunan Berkelanjutan
1.192.418.283.000 106.300.000.000 1.086.118.283.000 1.042.696.281.803 87,44 96,00 97,73
1 Pengembangan Tanaman Rempah dan Penyegar 64.095.132.000 9.822.196.000 54.272.936.000 51.495.128.540 80,34 94,88 96,61 2 Pengembangan Tanaman Semusim 807.172.000 215.000 806.957.000 805.933.700 99,85 99,87 99,99 3 Pengembangan Tanaman Tahunan dan Penyegar 544.048.691.000 42.138.435.000 501.910.256.000 488.395.224.925 89,77 97,31 98,67 4 Penanganan Pasca Panen dan Pengembangan Usaha 1.814.777.000 1.286.000 1.813.491.000 1.768.361.972 97,44 97,51 97,86 5 Dukungan Perlindungan Perkebunan 110.231.426.000 7.325.375.000 102.906.051.000 99.927.422.194 90,65 97,11 98,80 6 Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen
Perkebunan151.802.940.000 12.029.094.000 139.773.846.000 130.625.335.711 86,05 93,45 95,19
7 Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan
87.179.928.000 2.471.534.000 84.708.394.000 79.086.034.470 90,72 93,36 96,08
8 Pengembangan Tanaman Semusim dan Rempah 119.380.478.000 19.360.702.000 100.019.776.000 97.145.461.611 81,37 97,13 99,23 9 Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan 82.244.542.000 9.482.034.000 72.762.508.000 68.153.495.858 82,87 93,67 95,37
10 Dukungan Perbenihan Tanaman Perkebunan 30.813.197.000 3.669.129.000 27.144.068.000 25.293.882.822 82,09 93,18 97,54
NoNama Kegiatan / Output Pagu Block Amount Pagu setelah Blokir
Realisasi
Sumber: SMART Kemenkeu, 2017 (diolah)
Berdasarkan Tabel 30 dapat dijelaskan bahwa capaian serapan Ditjen
Perkebunan dikelompokkan berdasarkan kegiatan utama adalah sebagai
berikut:
1. Pengembangan Tanaman Rempah dan Penyegar dengan penyerapan
anggaran sebesar 94,88% dan capaian fisik sebesar 96,61%.
2. Pengembangan Tanaman semusim dengan penyerapan anggaran
sebesar 99,87% dan capaian fisik sebesar 99,99%.
3. Pengembangan Tanaman Tahunan dan Penyegar dengan penyerapan
anggaran sebesar 97,31% dan capaian fisik sebesar 98,67%.
98 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
4. Peengembangan Pasca Panen dan Pengembangan Usaha dengan
penyerapan anggaran sebesar 97,51% dan capaian fisik sebesar
97,86%.
5. Dukungan Perlindungan Perkebunan dengan penyerapan anggaran
sebesar 97,11% dan capaian fisik sebesar 98,80%.
6. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya dengan
penyerapan sebesar 93,45% dan capaian fisik sebesar 95,19%.
7. Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta Penerapan
Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan dengan serapan anggaran
sebesar 93,36% dan capaian fisik sebesar 96,08%.
8. Pengembangan Tanaman Semusim dan Rempah dengan serapan
anggaran sebesar 97,13% dan capaian fisik sebesar 99,23%.
9. Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan dengan
serapan angaran sebesar 93,67% dan capaian fisik sebesar 95,37%
10. Dukungan Perbenihan Tanaman Perkebunan dengan serapan
anggaran sebesar 93,18 dan capaian fisik sebesar 97,54%.
3.4.2. Penyerapan Anggaran Berdasarkan Jenis Belanja
Penyerapan anggaran berdasarkan jenis belanja dapat dikelompokkan
menjadi 3 yaitu belanja pegawai, belanja barang dan belanja modal.
Realisasi keuangan dan fisik kegiatan berdasarkan jenis belanja dapat
dilihat pada tabel 31.
99 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Tabel 31. Serapan dan Capaian Fisik Kegiatan Ditjen Perkebunan Tahun 2016 Berdasarkan Jenis Belanja
RP % PAGU % SETELAH SELFBLOKING
% FISIK
DITJEN. PERKEBUNAN 1.192.418.283.000 106.300.000.000 1.086.118.283.000 1.042.696.281.803 87,44 96,00 97,73 51 BELANJA PEGAWAI 82.285.609.000 3.247.324.000 79.038.285.000 75.435.525.686 91,68 95,44 96,77 52 BELANJA BARANG 1.098.053.853.000 102.838.671.000 995.215.182.000 955.839.463.968 87,05 96,04 97,80 53 BELANJA MODAL 12.078.821.000 214.005.000 11.864.816.000 11.421.292.149 94,56 96,26 97,81
UNIT KERJA/JENIS BELANJA
PAGU SELFBLOKING PAGU SETELAH SELFBLOKING
REALISASI
Sumber: SMART Kemenkeu, 2017 (diolah)
Capaian serapan berdasarkan jenis belanja dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Belanja Pegawai terealisasi sebesar 95,44% dengan capaian fisik
sebesar 96,77%.
2. Belanja Barang terealisasi sebesar 96,04% dengan capaian fisik
sebesar 97,80%.
3. Belanja Modal terealisasi sebesar 96,26% dengan capaian fisik
sebesar 97,81%.
3.4.3. Penyerapan Anggaran Berdasarkan Output Kegiatan Ditjen Perkebunan
Penyerapan Anggaran berdasarkan output kegiatan mencerminkan
Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) yang biasanya menjadi kegiatan yang
masuk dalam perjanjian Kinerja (PK) Eselon II Lingkup Ditjen
Perkebunan. Penyerapan berdasarkan Output Kegiatan secara terinci
dijelaskan pada Lampiran 3. Secara umum capaian output kegiatan
Ditjen Perkebunan adalah sebagai berikut:
100 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
3.4.3.1. Pengembangan Tanaman Rempah dan Penyegar
Serapan dan capaian fisik kegiatan pengembangan Tanaman Rempah
dan Penyegar yaitu:
1. Pengembangan tanaman rempah dengan serapan sebesar 100% dan
capaian fisik 100%.
2. Pengembangan tanaman penyegar dengan serapan sebesar 94,78%
dan capaian fisik 97,74%.
3. Penyediaan benih unggul tanaman perkebunan dengan penyerapan
sebesar 100% dan capaian fisik sebesar 100%.
4. Fasilitasi teknis pengembangan tanaman rempah dan penyegar
dengan serapan sebesar 99,34% dan capaian fisik sebesar 99,97%.
5. Layanan Perkantoran dengan serapan anggaran sebesar 92,18% dan
capaian fisik sebesar 94,61%.
3.4.3.2. Pengembangan Tanaman semusim
Serapan dan capaian fisik kegiatan pengembangan Tanaman Semusim
antara lain yaitu:
1. Pengembangan Tanaman Semusim dengan serapan sebesar 99,82%
dan capaian fisik 99,99%.
2. Fasilitasi Teknis Pengembangan Tanaman Semusim dengan serapan
sebesar 99,91% dan capaian fisik 100%.
3. Layanan Perkantoran dengan serapan sebesar 99,84% dan capaian
fisik 99,99%.
3.4.3.3. Pengembangan Tanaman Tahunan dan Penyegar
101 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Serapan dan capaian fisik kegiatan pengembangan Tanaman Tahunan
dan Penyegar yaitu:
1. Pengembangan tanaman tahunan dengan serapan sebesar 96,65%
dan capaian fisik 97,83%.
2. Penyediaan Benih Unggul Tanaman Perkebunan dengan serapan
sebesar 99,99% dan capaian fisik 100%.
3. Fasilitasi Teknis Pengembangan Tanaman Tahunan dan Penyegar
Perkebunan dengan serapan sebesar 95,03% dan capaian fisik
95,75%.
4. Pengembangan Tanaman Penyegar dengan serapan sebesar 98,28%
dan capaian fisik 99,91%.
5. Perluasan Tanaman Tahunan dan Penyegar di Lahan Kering dengan
serapan sebesar 93,84% dan capaian fisik 93,99%.
6. Layanan Perkantoran dengan serapan sebesar 99,25% dan capaian
fisik 99,96%.
3.4.3.4. Penanganan Pasca Panen dan Pengembangan Usaha
Serapan dan capaian fisik kegiatan Penanganan Pasca Panen dan
Pengembangan Usaha yaitu:
1. Pengembangan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan
dengan serapan sebesar 100% dan capaian fisik 100%.
2. Fasilitasi Teknis Penanganan dan Gangguan Usaha dengan serapan
sebesar 93,81% dan capaian fisik 94,69%.
3. Layanan Perkantoran dengan serapan sebesar 100% dan capaian
fisik 100%.
102 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
3.4.3.5. Dukungan Perlindungan Perkebunan
Serapan dan capaian fisik kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan
yaitu:
1. Penanganan OPT Tanaman Perkebunan dengan serapan sebesar
98,08% dan capaian fisik 98,90%.
2. Penanganan Dampak Perubahan Iklim dan Pencegahan Kebakaran
Lahan/Kebun dengan serapan sebesar 95,16% dan capaian fisik
96,76%.
3. Pengembangan Desa Pertanian Organik Berbasis Komoditas
Perkebunan dengan serapan sebesar 97,28% dan capaian fisik
99,86%.
4. SL-PHT Perkebunan dengan serapan sebesar 97,57% dan capaian
fisik 99,88%.
5. Fasilitasi Teknis Dukungan Perlindungan Perkebunan dengan
serapan sebesar 96,84% dan capaian fisik 97,84%.
6. Penanganan Gangguan dan Konflik Usaha Perkebunan sebesar
92,77% dan capaian fisik 94,64%.
7. Layanan Perkantoran dengan serapan sebesar 96,37% dan capaian
fisik 99,82%.
3.4.3.6. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya
Serapan dan capaian fisik kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan
Teknsi Lainnya yaitu:
1. Pelayanan dan Pembinaan Umum dengan serapan sebesar 88,99%
dan capaian fisik 89,45%.
103 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
2. Pelayanan dan Pembinaan Perencanaan dengan serapan sebesar
95,44% dan capaian fisik 97,77%.
3. Pelayanan dan Pembinaan Keuangan dan Perlengkapan dengan
serapan sebesar 92,78% dan capaian fisik 94,64%.
4. Pelayanan dan Pembinaan Evaluasi dan Layanan Rekomendasi
dengan serapan sebesar 91,63% dan capaian fisik 94,58%.
5. Pelayanan dan Pembinaan Manajemen dan Teknis Lainnya dengan
serapan sebesar 94,80% dan capaian fisik 96,74%.
6. Layanan Perkantoran dengan serapan sebesar 92,81% dan capaian
fisik 94,64%.
7. Peralatan dan Fasilitas Perkantoran dengan serapan sebesar
96,35% dan capaian fisik 98,82%.
3.4.3.7. Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta
Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan
Serapan dan capaian fisik kegiatan Pengujian dan Pengawasan Mutu
Benih Serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan yaitu:
1. Pengawasan dan Pengujian Mutu Benih Tanaman Perkebunan
dengan serapan sebesar 84,64% dan capaian fisik 89,23%.
2. Pengembangan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan dengan
serapan sebesar 90,82% dan capaian fisik 94,54%.
3. Fasilitasi Teknologi Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan
dengan serapan sebesar 84,04% dan capaian fisik 89,20%.
4. Layanan Perkantoran dengan serapan sebesar 95,70% dan capaian
fisik 97,79%.
104 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
5. Kendaraan Bermotor dengan serapan sebesar 99,73% dan capaian
fisik 99,99%
6. Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi dengan serapan sebesar
94,26% dan capaian fisik 96,71%.
7. Peralatan dan Fasilitas Perkantoran dengan serapan sebesar
92,25% dan capaian fisik 99,61%.
8. Gedung/Bangunan dengan serapan sebesar 99,18% dan capaian
fisik 99,96%.
3.4.3.8. Pengembangan Tanaman Semusim dan Rempah
Serapan dan capaian fisik kegiatan Pengembangan Tanaman Semusim
dan Rempah yaitu:
1. Pengembangan Tanaman Semusim dengan serapan sebesar 97,18%
dan capaian fisik 99,86%.
2. Pengembangan Tanaman Rempah dengan serapan sebesar 97,96%
dan capaian fisik 99,90%.
3. Perluasan Tanaman Semusim dan Rempah di Lahan Kering dengan
serapan sebesar 99,32% dan capaian fisik 99,97%.
4. Fasilitasi Teknis Dukungan Pengembangan Tanaman Semusim dan
Rempah dengan serapan sebesar 93,74% dan capaian fisik 94,69%.
5. Layanan Perkantoran dengan serapan sebesar 93,85% dan capaian
fisik 99,69%.
105 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
3.4.3.9. Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan
Serapan dan capaian fisik kegiatan Dukungan Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Perkebunan yaitu:
1. Pengembangan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan
dengan serapan sebesar 96,24% dan capaian fisik 97,81%.
2. Fasilitasi Teknis Dukungan Pengembangan Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Perkebunan dengan serapan sebesar 89,33% dan
capaian fisik 91,47%.
3. Layanan Perkantoran dengan serapan sebesar 91,01% dan capaian
fisik 94,55%.
3.4.3.10. Dukungan Perbenihan Tanaman Perkebunan
Serapan dan capaian fisik kegiatan Dukungan Perbenihan Tanaman
Perkebunan yaitu:
1. Penyediaan Benih Unggul Tanaman Perkebunan dengan serapan
sebesar 93,24% dan capaian fisik 97,66%
2. Fasilitasi Teknis Penyediaan Benih Tanaman Perkebunan dengan
serapan sebesar 93,77% dan capaian fisik 97,69%.
3. Layanan Perkantoran dengan serapan sebesar 89,02% dan capaian
fisik 92,45%.
3.4.4. Penyerapan Anggaran Berdasarkan Satker Lingkup Ditjen
Perkebunan
Sebagaimana diketahui bahwa jumlah kabupaten dan kota di seluruh
Indonesia sebanyak 511 yang tersebar di 34 provinsi. Dengan
keterbatasan APBN, untuk memenuhi rasa keadilan dan 106
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
ketidakberpihakan kepada kebupaten/kota yang ingin melaksanakan
pembangunan perkebunan, maka ditetapkan kriteria untuk penetapan
satker mandiri (otonom) sebagai berikut: (a) Kinerja satker dua tahun
terakhir (2013 dan 2014); (b) Nomenklatur Dinas. Urutan prioritas
pengalokasian anggaran terkait dengan nomenklatur dinas secara
berurutan: apabila Dinas Perkebunan berdiri sendiri akan memperoleh
prioritas utama, Dinas Gabungan namun masih tersurat kata
"Perkebunan", seperti Dinas Kehutanan dan Perkebunan menjadi
prioritas kedua, dan Dinas Gabungan tanpa kata "Perkebunan" akan
menjadi prioritas terakhir; (c) Alokasi anggaran yang dikelola minimal
Rp 1 milyar. Bila anggaran yang dikelola di bawah Rp 1 milyar, maka
dana tersebut dialokasikan dan dikelola oleh Provinsi sebagai Tugas
Pembantuan (TP) Provinsi; dan (d) Besar-kecilnya kontribusi terhadap
sasaran produksi dan luas areal secara nasional sebagaimana tertuang
dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Pembangunan Perkebunan Tahun
2015-2019.
Berdasarkan kriteria tersebut, pada Tahun 2016 pembangunan
perkebunan dilaksanakan oleh satuan kerja (satker) lingkup Direktorat
Jenderal Perkebunan yang berjumlah 84 satker yang terdiri atas Satker
Direktorat Jenderal Perkebunan (Pusat), Satker UPT Pusat (4 satker),
Satker Dinas Provinsi (33 satker) dan Satker Dinas Kabupaten/kota (46
satker).
Bila diurut berdasarkan efisiensi satker provinsi yang dihitung dengan
cara membandingkan capaian fisik dan serapan anggaran yang
107 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
digunakan maka diperoleh secara berurutan sebagaimana pada Tabel
32.
Tabel 32. Daftar Capaian Efisiensi Satker Provinsi Dari Yang Tertinggi Sampai Dengan Yang Terendah Tahun 2016
RP % PAGU %
SELFBLOKING
% FISIK% FISIK/
%SERAPAN1 DINAS PERTANIAN, KEHUTANAN DAN KET. PANGAN PROv KALTARA 919.306.000 150.270.000 769.036.000 350.205.500 38,09 45,54 65,00 142,74 2 DINAS PERTANIAN, KEHUTANAN, DAN PETERNAKAN PROV. KEPRI 943.795.000 127.360.000 816.435.000 723.512.200 76,66 88,62 99,08 111,81 3 DINAS PERKEBUNAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 4.901.260.000 819.374.000 4.081.886.000 3.184.688.375 64,98 78,02 82,36 105,56 4 DINAS PERKEBUNAN PROVINSI SUMATERA SELATAN 14.026.464.000 838.928.000 13.187.536.000 12.511.617.325 89,20 94,87 100,00 105,40 5 DINAS PERKEBUNAN & HORTIKULTURA PROP. SULAWESI TENGGARA 80.331.005.000 10.317.564.000 70.013.441.000 65.688.128.375 81,77 93,82 98,89 105,40 6 DINAS PERKEBUNAN PROV SUMATERA UTARA 21.963.365.000 4.281.468.000 17.681.897.000 15.673.941.080 71,36 88,64 93,14 105,07 7 DINAS PERKEBUNAN PROP.KALIMANTAN SELATAN 6.848.556.000 737.473.000 6.111.083.000 5.324.821.614 77,75 87,13 91,24 104,71 8 DINAS PERKEBUNAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH 7.760.987.000 534.150.000 7.226.837.000 6.959.347.689 89,67 96,30 100,00 103,84 9 DINAS PERKEBUNAN PROV. NUSA TENGGARA BARAT 33.351.228.000 5.996.320.000 27.354.908.000 26.295.583.700 78,84 96,13 99,09 103,08
10 DINAS PERKEBUNAN PROVINSI PAPUA 27.090.369.000 323.812.000 26.766.557.000 24.839.217.205 91,69 92,80 95,62 103,04 11 DINAS PERKEBUNAN PROVINSI ACEH 12.838.774.000 1.749.254.000 11.089.520.000 10.768.737.890 83,88 97,11 100,00 102,98 12 DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA BARAT 25.339.984.000 6.689.789.000 18.650.195.000 18.127.101.040 71,54 97,20 100,00 102,89 13 DINAS PERKEBUNAN PROPINSI JAMBI 17.524.539.000 1.084.258.000 16.440.281.000 15.204.760.548 86,76 92,48 95,00 102,72 14 DINAS PERKEBUNAN PROVINSI BALI 15.713.706.000 1.398.366.000 14.315.340.000 13.937.140.192 88,69 97,36 100,00 102,71 15 DINAS PERKEBUNAN PROV SUMATERA BARAT 13.724.924.000 2.702.008.000 11.022.916.000 9.884.076.350 72,02 89,67 91,90 102,49 16 DINAS PERKEBUNAN PROPINSI JAWA TENGAH 22.250.172.000 6.260.895.000 15.989.277.000 15.053.856.708 67,66 94,15 95,92 101,88 17 DINAS PERKEBUNAN PROVINSI PAPUA BARAT 20.531.931.000 415.717.000 20.116.214.000 19.532.430.500 95,13 97,10 98,89 101,85 18 DINAS PERKEBUNAN PROVINSI RIAU 7.542.228.000 372.055.000 7.170.173.000 7.063.204.615 93,65 98,51 100,00 101,51 19 DINAS PERKEBUNAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT 12.264.311.000 635.803.000 11.628.508.000 11.112.293.950 90,61 95,56 97,00 101,51 20 DINAS PERKEBUNAN PROPINSI SULAWESI UTARA 24.230.383.000 531.680.000 23.698.703.000 23.364.829.575 96,43 98,59 99,99 101,42 21 DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA TIMUR 32.405.139.000 2.253.624.000 30.151.515.000 29.105.307.370 89,82 96,53 97,85 101,37 22 DINAS PERKEBUNAN PROPINSI SULAWESI SELATAN 20.118.070.000 6.700.861.000 13.417.209.000 12.687.129.995 63,06 94,56 95,73 101,24 23 DINAS PERTANIAN PROVINSI MALUKU UTARA 46.814.522.000 805.575.000 46.008.947.000 45.446.815.000 97,08 98,78 100,00 101,24 24 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN PROV D.I.YOGYAKARTA 9.500.099.000 683.141.000 8.816.958.000 8.742.162.314 92,02 99,15 100,00 100,86 25 DINAS PERTANIAN PROVINSI MALUKU 12.343.999.000 326.000.000 12.017.999.000 11.832.759.050 95,86 98,46 99,15 100,70
REALISASI` KODE/NAMA SATKER PAGU (RP) SELFBLOKING
PAGU SELFBLOKING (RP)
RP % PAGU %
SELFBLOKING
% FISIK% FISIK/
%SERAPAN26 DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN PROV. BABEL 6.376.557.000 238.420.000 6.138.137.000 6.087.524.015 95,47 99,18 99,84 100,67 27 DINAS PERKEBUNAN PROVINSI LAMPUNG 22.376.475.000 1.209.562.000 21.166.913.000 21.051.267.542 94,08 99,45 100,00 100,55 28 DINAS PERTANIAN DAN PERKEBUNAN PROV. NUSA TENGGARA TIMUR 39.580.667.000 838.671.000 38.741.996.000 36.754.079.436 92,86 94,87 95,33 100,49 29 DINAS PERKEBUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH 74.055.827.000 3.446.375.000 70.609.452.000 69.230.993.550 93,48 98,05 98,43 100,39 30 DINAS PERKEBUNAN PROVINSI BENGKULU 8.020.329.000 453.372.000 7.566.957.000 7.517.369.100 93,73 99,34 99,72 100,38 31 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN PROP. BANTEN 4.213.835.000 220.984.000 3.992.851.000 3.950.523.213 93,75 98,94 99,06 100,12 32 DINAS PETERNAKAN DAN PERKEBUNAN PROVINSI GORONTALO 20.422.818.000 433.451.000 19.989.367.000 19.909.807.955 97,49 99,60 99,65 100,05 33 DINAS PERKEBUNAN PROVINSI SULAWESI BARAT 20.778.053.000 1.044.778.000 19.733.275.000 19.573.087.200 94,20 99,19 99,20 100,01
TOTAL/RATA-RATA 666.325.624.000 106.300.000.000 602.749.044.000 577.915.232.971 86,73 95,88 96,58 103,66
NO KODE/NAMA SATKER PAGU (RP) SELFBLOKING PAGU SELFBLOKING
(RP)
REALISASI
Sumber: SMART Kemenkeu, 2017 (diolah)
Sedangkan bila diurut berdasarkan efisiensi satker kabupaten yang
dihitung dengan cara membandingkan capaian fisik dan serapan
anggaran yang digunakan maka diperoleh secara berurutan
sebagaimana Tabel 33.
108 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Tabel 33. Daftar Capaian Efisiensi Satker Kabupaten Dari Yang Tertinggi Sampai Dengan Yang Terendah Tahun 2016
RP % PAGU %
SELFBLOKING % FISIK
%Fisik/ %Serapan
1 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB TASIKMALAYA 4.266.250.000 175.110.000 4.091.140.000 3.609.540.600 84,61 88,23 93,44 105,91 2 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB. LUWU UTARA 11.752.480.000 11.100.000.000 652.480.000 577.100.000 4,91 88,45 92,00 104,02 3 DINAS PERKEBUNAN KABUPATEN ALOR 8.684.222.000 - 8.684.222.000 7.940.015.504 91,43 91,43 95,00 103,90 4 DINAS PERKEBUNAN KABUPATEN GARUT 8.101.595.000 563.146.000 7.538.449.000 7.197.914.300 88,85 95,48 99,09 103,78 5 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB ACEH TIMUR 1.089.080.000 - 1.089.080.000 1.052.609.000 96,65 96,65 100,00 103,46 6 DINAS PERKEBUNAN KAB. PASAMAN BARAT 14.338.500.000 7.091.750.000 7.246.750.000 7.005.739.800 48,86 96,67 100,00 103,44 7 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB BENER MERIAH 566.100.000 - 566.100.000 527.150.200 93,12 93,12 96,00 103,09 8 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB. SINTANG 1.159.560.000 33.530.000 1.126.030.000 1.098.680.600 94,75 97,57 100,00 102,49 9 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB PIDIE 2.864.088.000 45.800.000 2.818.288.000 2.606.048.893 90,99 92,47 94,38 102,07
10 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN PANDEGLANG 1.345.020.000 30.450.000 1.314.570.000 1.263.532.000 93,94 96,12 98,00 101,96 11 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN TABALONG 1.532.200.000 - 1.532.200.000 1.467.042.027 95,75 95,75 97,60 101,93 12 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB. BULUKUMBA 7.605.350.000 300.000.000 7.305.350.000 6.813.297.069 89,59 93,26 95,00 101,86 13 DINAS PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KAB. KAPUAS HULU 1.314.542.000 - 1.314.542.000 1.201.808.200 91,42 91,42 93,00 101,72 14 DINAS PERKEBUNAN KAB. TOLI-TOLI 5.849.000.000 369.000.000 5.480.000.000 5.378.750.000 91,96 98,15 99,37 101,24 15 DINAS PERKEBUNAN KAB. OGAN KOMERING ILIR 7.602.314.000 1.556.662.000 6.045.652.000 5.912.414.200 77,77 97,80 99,00 101,23 16 DINAS PERKEBUNAN KABUPATEN MUARA ENIM 875.434.000 114.974.000 760.460.000 698.802.816 79,82 91,89 93,00 101,21 17 DINAS PERTANIAN KAB KONAWE 11.617.567.000 - 11.617.567.000 11.364.960.000 97,83 97,83 99,00 101,20 18 DINAS PERKEBUNAN KAB MUSI RAWAS 5.050.778.000 399.330.000 4.651.448.000 4.607.859.062 91,23 99,06 100,00 100,95 19 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN MOROWALI 21.721.990.000 417.719.000 21.304.271.000 20.894.000.500 96,19 98,07 99,00 100,94 20 DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KET.PANGAN KAB. POHUWATO 6.621.825.000 265.985.000 6.355.840.000 6.265.227.400 94,61 98,57 99,50 100,94 21 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB. CIANJUR 3.127.975.000 1.626.700.000 1.501.275.000 1.487.600.000 47,56 99,09 100,00 100,92 22 DINAS PERKEBUNAN KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT 1.769.135.000 36.375.000 1.732.760.000 1.718.332.910 97,13 99,17 100,00 100,84 23 DINAS PERTANIAN KAB. HALMAHERA UTARA 1.163.181.000 - 1.163.181.000 1.154.381.000 99,24 99,24 100,00 100,76 24 DINAS PERKEBUNAN KAB. HALMAHERA TENGAH 3.000.430.000 - 3.000.430.000 2.978.530.157 99,27 99,27 100,00 100,74 25 DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN KABUPATEN SIKKA 3.549.180.000 - 3.549.180.000 3.515.129.800 99,04 99,04 99,54 100,50 26 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB. HULU SUNGAI TENGAH 3.115.154.000 - 3.115.154.000 3.096.761.245 99,41 99,41 99,81 100,40 27 DINAS PERTANIAN, KEHUTANAN DAN KELAUTAN KOTA PALU 3.002.931.000 - 3.002.931.000 2.953.927.802 98,37 98,37 98,70 100,34 28 DINAS PERKEBUNAN KABUPATEN KOTABARU 852.837.000 5.662.000 847.175.000 842.415.200 98,78 99,44 99,77 100,33 29 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB. ACEH UTARA 851.432.000 - 851.432.000 818.904.800 96,18 96,18 96,46 100,29 30 DINAS PERTANIAN KABUPATEN HALMAHERA BARAT 3.239.031.000 154.930.000 3.084.101.000 3.075.171.000 94,94 99,71 100,00 100,29
NO NAMA SATKER PAGU (RP) SELFBLOKING PAGU SELFBLOKING (RP) REALISASI
RP % PAGU %
SELFBLOKING % FISIK
%Fisik/ %Serapan
31 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB MAMUJU 33.179.890.000 - 33.179.890.000 33.092.103.000 99,74 99,74 100,00 100,27 32 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB.SOPPENG 4.812.436.000 268.354.000 4.544.082.000 4.527.079.603 94,07 99,63 99,85 100,23 33 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB. LEBAK 2.561.472.000 328.800.000 2.232.672.000 2.228.146.300 86,99 99,80 100,00 100,20 34 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB. MERANTI 4.833.609.000 357.776.000 4.475.833.000 4.462.270.520 92,32 99,70 99,89 100,19 35 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB BONDOWOSO 3.491.800.000 527.216.000 2.964.584.000 2.918.251.310 83,57 98,44 98,57 100,13 36 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB. NAGAN RAYA 2.553.000.000 - 2.553.000.000 2.544.769.000 99,68 99,68 99,80 100,12 37 DINAS PERTANIAN KABUPATEN TAKALAR 3.923.025.000 191.250.000 3.731.775.000 3.725.323.500 94,96 99,83 99,87 100,04 38 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB SIGI 9.145.171.000 185.000 9.144.986.000 9.139.510.750 99,94 99,94 99,98 100,04 39 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB. BENGKAYANG 948.000.000 148.000.000 800.000.000 791.975.000 83,54 99,00 99,00 100,00 40 DINAS PERKEBUNAN KAB. MINAHASA SELATAN 2.727.848.000 - 2.727.848.000 2.717.125.000 99,61 99,61 99,61 100,00 41 DINAS PERKEBUNAN KABUPATEN KOLAKA 11.593.868.000 - 11.593.868.000 11.367.480.000 98,05 98,05 98,05 100,00 42 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN MAJENE 19.755.863.000 222.290.000 19.533.573.000 19.460.887.389 98,51 99,63 99,63 100,00 43 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB. SANGGAU 2.232.186.000 207.122.000 2.025.064.000 2.025.033.925 90,72 100,00 100,00 100,00 44 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN POLEWALI MANDAR 32.265.790.000 - 32.265.790.000 32.265.418.625 100,00 100,00 100,00 100,00 45 DINAS PERKEBUNAN DAN HORTIKULTURA KAB. KONAWE SELATAN 4.379.905.000 - 4.379.905.000 4.241.895.400 96,85 96,85 96,85 100,00 46 DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN HORTIKULTURA KAB MAMASA 5.272.512.000 1.594.000 5.270.918.000 5.270.909.000 99,97 100,00 100,00 100,00
TOTAL/RATA-RATA 291.305.556.000 26.539.710.000 264.765.846.000 259.901.824.407 89,22 98,16 98,43 100,27
NO NAMA SATKER PAGU (RP) SELFBLOKING PAGU SELFBLOKING (RP) REALISASI
Sumber: SMART Kemenkeu, 2017 (diolah)
109 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Untuk Satker UPT Pusat dan Satker Ditjen Perkebunan dengan capaian
efisiensi tertinggi sampai dengan yang terendah dapat diurutkan
sebagaimana Tabel 34.
Tabel 34. Capaian Efesiensi Satker Ditjen Perkebunan dan Satker UPT Pusat Yang Capaian Serapan Keuangan Mulai Dari Yang Tertinggi Sampai dengan Yang Terendah, Tahun 2016
RP % PAGU % SELFBLOKIN
% FISIK
1 BALAI PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN PONTIANAK 14.537.045.000 182.900.000 14.354.145.000 12.702.613.419 87,38 88,49 93,37 2 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN 118.071.072.000 12.571.398.000 105.499.674.000 97.867.129.572 82,89 92,77 97,14 3 BALAI BESAR PERBENIHAN & PROTEKSI TAN.BUN (BBP2TP) SURABAYA 26.290.336.000 172.812.000 26.117.524.000 24.421.299.263 92,89 93,51 97,64 4 BALAI BESAR PERBENIHAN & PROTEKSI TANBUN (BBP2TP) AMBON 23.319.311.000 800.000.000 22.519.311.000 21.843.057.181 93,67 97,00 99,68 5 BALAI BESAR PERBENIHAN &PROTEKSI TANBUN (BBP2TP) MEDAN 31.791.286.000 1.411.822.000 30.379.464.000 28.472.037.790 89,56 93,72 94,48
TOTAL/RATA-RATA 214.009.050.000 106.300.000.000 198.870.118.000 185.306.137.225 86,59 93,18 99,74
NO KODE/NAMA SATKER PAGU (RP) SELFBLOKING PAGU SELFBLOKING
(RP)
REALISASI
Sumber: SMART Kemenkeu, 2017 (diolah)
3.4.4.1. Permasalahan Umum dan Isu Strategis Tahun 2016
Dalam mendukung keberhasilan pembangunan perkebunan ke depan
diperlukan Analisis Permasalahan dan mengidentifikasi isue strategis
dalam pelaksanaan pembangunan perkebunan.
Permasalahan secara umum pelaksanaan program dan kegiatan
pembangunan perkebunan yang sudah menjadi isu strategis adalah
sebagai berikut:
1. Tahun fiskal yang tidak sinkron dengan kalender tanam;
2. Dampak perubahan iklim menyebabkan anomali iklim yang
berakibat pada kurang dipahaminya pola budidaya yang baik oleh
pekebun;
3. Permodalan petani yang masih belum memadai, sehingga pekebun
swadaya murni sulit ditemukan;
110 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
4. Jaringan irigasi dan prasarana terutama jalan, jembatan,
pelabuhan yang belum memadai;
5. Keraguan pelaksanaan kegiatan di satker karena adanya isu revisi
POK/DIPA dan pemotongan anggaran;
6. Keterbatasan dan perubahan SDM di Satker;
7. Belum adanya sinergi yang baik antara Dinas dengan Unit Layanan
Pengadaan (ULP) dan antara pusat dengan pelaksana di Satker
daerah/antara Dinas Provinsi dengan Dinas Kabupaten atau Kota
(khususnya TP Provinsi);
8. Pelelangan yang terpusat di ULP Pemprov/Pemkab/Pemkot masih
memprioritaskan kegiatan bersumber dari APBD dan infrastruktur
sehingga pelaksanaan kegiatan Dinas yang membidangi
perkebunan mengantri dalam waktu yang lama;
9. Pelaksana kegiatan atau penggunaan anggaran yang tidak
mengikuti ROPAK;
10. Terjadinya reorganisasi dalam tubuh dinas yang membidangi
perkebunan Provinsi/Kabupaten/Kota, yang berdampak pada
kurang optimalnya manajemen pelaksanaan kegiatan;
11. Sebagian besar kegiatan pengembangan perkebunan tergantung
pada musim tanam/iklim. Perubahan iklim global mengakibatkan
ketidakjelasan rencana penanaman (menunggu musim);
12. Penentuan kegiatan dalam usulan proposal belum sepenuhnya
memperhatikan arus bawah secara berjenjang dan koordinasi
dalam penentuan kegiatan kurang optimal;
111 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
13. Unit cost yang terlalu kecil dan terlalu besar untuk daerah-daerah
tertentu;
14. Pimpinan, penanggungjawab dan petugas/pelaksana kegiatan
belum sepenuhnya memahami Pedoman Teknis dan Pedoman-
Pedoman lainnya;
15. Masih terbatasnya investasi yang dapat menciptakan lapangan
kerja;
16. Rencana kegiatan belum didukung oleh kebun induk sebagai
sumber bahan untuk benih sebar/siap tanam;
17. Rencana Revitalisasi Pabrik Gula khususnya milik BUMN belum
sinergis dengan rencana pengembangan tebu secara keseluruhan,
karena ditangani oleh Instansi yang berbeda;
18. Penyelesaian masalah tumpang tindih lahan dan RTRWP/RTRWK
yang belum selesai;
19. Persyaratan bank dan syarat-syarat sebagai avalis yang
menyulitkan perusahaan mitra;
20. Minimnya SDM Penyuluh Perkebunan padahal sangat dibutuhkan
pekebun dalam pengembangan dan proses budidaya;
21. Sistem Informasi dan Dokumentasi belum baik;
22. Terjadinya alih fungsi pemanfaatan lahan;
23. Lembaga Penjaminan Kredit Petani belum memadai;
24. Kurangnya pendampingan pada petani yang telah mendapatkan
pelatihan Pemberdayaan;
25. Implementasi Teknologi belum sepenuhnya diterapkan dan belum
tersosialisasi dengan baik;
112 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
26. Pengetahuan dan keterampilan sebagian besar petani belum
memadai;
27. Tim SPI belum optimal dalam melakukan pengawasan dan
pengendalian terhadap kegiatan-kegiatan pembangunan
perkebunan;
113 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 yang
disusun merupakan salah satu pertanggungjawaban penyelenggaraan
tugas dan fungsi yang dilaksanakan pada tahun ke-2 (kedua) pada
periode Pembangunan Perkebunan Tahun 2015-2019. Kesemuanya itu
merupakan penjabaran dari penyelenggaraan program kerja
Kementerian Pertanian yang dituangkan dalam Rencana Strategis
(Renstra) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015-2019 dalam
Pembangunan Perkebunan yang dilaksanakan pada Tahun 2016.
Program Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015–2019 yang
menjadi tanggung jawab adalah: “Peningkatan produksi,
produktivitas tanaman perkebunan berkelanjutan”. Program ini
dimaksudkan untuk lebih meningkatkan produksi dan produktivitas
tanaman perkebunan melalui peremajaan, perluasan, rehabilitasi,
intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi yang didukung oleh
dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya.
Program tersebut dilaksanakan dalam kegiatan peningkatan produksi
dan produktivitas tanaman semusim dan rempah, tanaman tahunan dan
penyegar, perlindungan perkebunan, pengolahan dan pemasaran hasil
perkebunan, perbenihan perkebunan, dukungan manajemen dan
dukungan teknis lainnya Ditjen Perkebunan, serta dukungan pengujian
114 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
dan pengawasan mutu benih serta penerapan teknologi proteksi
tanaman.
Pada Tahun 2016 Direktorat Jenderal Perkebunan mendapat alokasi
dana yang tertuang dalam DIPA/POK dengan total anggaran awal (Maret
2016) sebesar Rp. 1.917.993.750.000,- mengalami refokusing pada
bulan April sehingga menjadi Rp. 1.759.314.989.000,-. Kemudian pada
bulan Agustus 2016 sesuai kebijakan Pemerintah terjadi penghematan,
sehingga anggaran Ditjen Perkebunan menjadi Rp. 1.192.418.283.000,-.
Kemudian pada bulan November sesuai kebijakan Pemerintah dilakukan
self-bloking sebesar Rp. 106.300.000.000,-, sehingga anggaran Ditjen
Perkebunan menjadi Rp. 1.086.118.283,-. Selp-Bloking adalah salah
satu upaya membatasi terealisasinya anggaran melalui pemblokiran
sendiri sehingga secara pelaporan keuangan masih harus
dipertanggungjawabkan. Dengan adanya penghematan anggaran maka
terjadi perubahan pada target outputs kegiatan yang harus
dipertanggungjawabkan dalam perjanjian kinerja, sehingga kinerja
(capaian fisik) yang dipertangungjawabkan adalah penggunaan anggaran
dalam PK setelah self-bloking.
Serapan anggaran program/kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan
pada Tahun 2016 adalah sebesar 87,44% dibanding pagu anggaran Rp.
1.192.418.283.000,- atau 96,00% dibandingkan dengan pagu setelah
selfbloking sebesar Rp. 1.086.118.283,-dengan capaian fisik sebesar
97,73%. Anggaran tersebut digunakan untuk melaksanakan 7 (tujuh)
kegiatan utama pembangunan perkebunan yang dilaksanakan di 84
satker terdiri dari 1 satker Pusat, 4 satker UPT pusat, 33 satker provinsi 115
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
dan 46 satker kabupaten. Capaian kinerja fisik dan keuangan Tahun
2016 untuk 7 kegiatan utama Ditjen Perkebunan sebagai berikut:
1. Peningkatan produksi dan produktivitas tanaman semusim dan
rempah mencapai 99,22% dengan serapan keuangan sebesar Rp.
98.256.865.611,- atau 97,16% dari pagu setelah self-bloking;
2. Peningkatan produksi dan produktivitas tanaman tahunan dan
penyegar mencapai 98,45% dengan serapan keuangan sebesar Rp.
539.505.153.465 atau 98,34% dari pagu anggaran setelah self-
bloking;
3. Dukungan perlindungan perkebunan mencapai 98,80% dengan
serapan anggaran sebesar Rp. 99.927.422.194,- atau 97,11% dari
pagu anggaran setelah self-bloking;
4. Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan mencapai
95,37% dengan serapan anggaran sebesar Rp. 69.921.857.830 atau
93,67% dari pagu anggaran setelah self-bloking.
5. Dukungan Perbenihan Perkebunan mencapai 97,54% dengan
serapan anggaran sebesar Rp. 25.373.612.822,- atau 93,20% dari
pagu anggaran setelah self-bloking.
6. Dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya mencapai
95,19% dengan serapan anggaran sebesar Rp. 130.625.335.711,-
atau 93,45% dari pagu anggaran setelah self-bloking.
7. Dukungan pengujian dan pengawasan mutu benih serta penerapan
teknologi proteksi tanaman perkebunan mencapai sebesar 96,08%
dengan serapan anggaran sebesar RP. 79.086.034.470,- atau
93,36% dari pagu anggaran setelah self-bloking.
116 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Pencapaian kinerja program Ditjen Perkebunan tahun 2016 yang di
tunjukkan melalui capaian kinerja indikator program dalam perjanjian
kinerja Dirjen perkebunan dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Dibanding dengan target Tahun 2016 capaian pertumbuhan
produksi tebu (GKP) mencapai 80,88% atau mengalami penurunan
sebesar (-11,01%) dari target meningkat sebesar 10,03% (110,03%).
Capaian ini berarti dengan target produksi tebu meningkat 10,01%
(250.549 ton GKP) atau 2,749 juta ton GKP pada Tahun 2016 baru
mencapai 88,99% (2,222 juta ton). Beberapa permasalahan tidak
tercapainya sasaran program sebagai berikut:
a. Anomali iklim yang belum dikenali pekebunan secara benar
menyebabkan pola tanam dan pola panen tidak sesuai dengan
kebutuhan PG, Standar teknis yang sulit diikuti dan kekeringan
lahan.
b. Pemanfaatan teknologi belum optimal antara lain: inovasi
teknologi budidaya belum diterapkan secara optimal,
terbatasnya varietas unggul baru yang adaptif terhadap lahan
kering, pengelolaan lahan tebu masih terpencar, pemanfaatan
mekanisasi belum optimal dan teknologi pasca panen yang
belum optimal.
c. Dukungan PG belum Optimal antara lain beberapa PG kurang
efisien karena sudah tua, kapasitas PG masih kecil dan kurang
dukungan ketersediaan PG di areal pengembangan.
d. Alih fungsi lahan tebu di beberapa daerah seperti berganti
dengan komoditas lain yang dianggap memiliki nilai ekonomis
117 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
tinggi, berubah menjadi lahan perumahan dan bergesernya
lahan tebu dari lahan sawah ke lahan kering.
e. Sumberdaya manusia yang menangani pertebuan sangat
terbatas antara lain: Sulit memperoleh tenaga kerja pertebuan
karena kecilnya minat petani maupun TK upahan
mengakibatkan mahalnya ongkos produksi, kurangnya jumlah
penyuluh perkebunan khususnya tebu, tenaga kerja tebu
umumnya pemain lama dan sulit menumbuhkan SDM baru.
f. Harga Patokan Petani (HPP) tebu ditentukan oleh Kementerian
Perdagangan masih di bawah Biaya Pokok Produksi (BPP) yang
ditentukan Kementerian pertanian.
2. Rata-rata pertumbuhan produksi tanaman perkebunan unggulan
lainnya mencapai sebesar 1,36% atau dibawah target sebesar
2,45%. Beberapa Permasalahan yang dihadapi komoditas
perkebunan unggulan lainnya yaitu:
a. Anomali iklim sebagai permasalahan umum terhadap tumbuh
kembangnya tanaman perkebunaan unggulan dan khususnya
sulitnya tanaman untuk menyesuaikan dengan perubahan
alam.
b. Dukungan teknologi belum optimal khususnya komoditas yang
dikembangkan di daerah tertentu.
c. Harga kurang stabil misalnya karena tidak adanya jaminan
pemasaran, sistem pemasaran yang rumit dan lain-lain.
d. Minimnya dukungan Industri hilir misalnya tidak ada pabrik
pengolahan, industri peningkatan nilai tambah belum optimal
118 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
e. Minimnya dukungan industri hulu misalnya pupuk relatif
mahal, ketersediaan mekanisasi kurang mendukung
pengembangan komoditas strategis.
4.2. Saran Rekomendasi
Laporan ini merupakan sistem yang sangat aspiratif dalam mendukung
penilaian kinerja suatu unit kerja seperti Direktorat Jenderal
Perkebunan. Berdasarkan pengalaman penyusunan laporan yang telah
dibuat, perlu dilakukan beberapa perbaikan dalam proses penilaian
mulai dari penyusunan perencanaan, monitoring penyelenggaraan
kegiatan, sampai dengan kompilasi pelaporan penyelenggaraan maupun
cara penilaiannya. Berdasarkan permasalahan dan target yang
ditetapkan, maka direkomendasikan sebagai berikut:
1. Pemenuhan penyediaan bahan baku tebu untuk produksi gula,
perlu disiapkan secara cermat dengan penyediaan benih unggul
bermutu melalui pembangunan Kebun Benih Induk (KBI) dan Kebun
Benih Datar (KBD) menggunakan teknik kultur jaringan, bantuan
alat dan mesin pertanian, bongkar ratoon, rawat ratoon dan
perluasan areal pada daerah potensial pengembangan tebu;
2. Selain permasalah teknis penyediaan bahan baku sangat diperlukan
ketersediaan dukungan pasca panen dan perlakuan pasca panen
(tebang, muat angkut) secara intensif, dukungan pabrik gula (PG),
harga yang seimbang, kelembagaan dan peningkatan koordinasi
dengan pihak-pihak terkait.
3. Pengembangan komoditas perkebunan unggulan lainnya perlu
mendapat perhatian yang memadai terutama dibidang peningkatan
119 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
produktivitas dan mutu produk serta nilai tambah. Peningkatan
produktivitas dapat melalui perbaikan sistem budidaya, pasca
panen dan pengolahan hasil. Sedangkan mutu dan nilai tambah
dapat memfasilitasi pasca panen, pengolahan dan pemasaran hasil
baik produk pokok maupun produk turunannya.
4. Komoditas yang ditujukan untuk pengembangan ekspor perlu
dicermati fluktuasi harga di tingkat petani yang cenderung
merugikan petani, sehingga dapat lebih menggairahkan petani
dalam melaksanakan usahataninya;
5. Kinerja Tim SPI baik pusat maupun satker daerah perlu
dioptimalkan dalam melakukan pengawasan dan pengendalian
terhadap pelaksanaan kegiatan-kegiatan pembangunan
perkebunan;
6. Laporan ini sangat berguna sebagai acuan dalam penyusunan
laporan kinerja pada tahun-tahun berikutnya.
7. Revisi, refokusing, penghematan maupun selfbloking menunjukkan
kelemahan dalam perencanaan. Oleh karena itu revisi hendaknya
diminimalisir sehingga kepastian pelaksanaan kegiatan yang
direncanakan progresnya dapat dipastikan positif.
120 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016
121
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
122 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
123 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
124
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
125
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
126
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Pagu (Rp.) Volume (Sat) Blokir (Rp) Pagu setelah Blokir (Rp) Rp. % Pagu % Blokir Vol % Vol % Fisik Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Perkebunan B k l j
1.192.418.283.000 106.300.000.000 1.086.118.283.000 1.042.696.281.803 87,44 96,00 97,73 1 Pengembangan Tanaman Rempah dan Penyegar 64.095.132.000 9.822.196.000 54.272.936.000 51.495.128.540 80,34 94,88 96,61
Pengembangan Tanaman Rempah 360.470.000 7 ha 55.000.000 305.470.000 305.470.000 84,74 100,00 7 100,00 100,00
Pengembangan Tanaman Penyegar 62.796.900.000 11.225 ha 9.761.316.000 53.035.584.000 50.269.697.200 80,05 94,78 11.225 100,00 97,74
Penyediaan Benih Unggul Tanaman Perkebunan 85.610.000 7 ha 5.880.000 79.730.000 79.730.000 93,13 100,00 7 100,00 100,00
Fasilitasi Teknis Pengembangan Tanaman Rempah dan Penyegar
764.178.000 12 bulan - 764.178.000 759.136.125 99,34 99,34 12 100,00 99,97
Layanan Perkantoran 87.974.000 12 bulan - 87.974.000 81.095.215 92,18 92,18 12 100,00 94,61
2 Pengembangan Tanaman Semusim 807.172.000 215.000 806.957.000 805.933.700 99,85 99,87 99,99
Pengembangan Tanaman Semusim 308.288.000 5 ha 215.000 308.073.000 307.532.300 99,75 99,82 5 100,00 99,99
Fasiitasi Teknis Pengembangan Tanaman Semusim 475.139.000 12 bulan - 475.139.000 474.693.250 99,91 99,91 12 100,00 100,00
Layanan Perkantoran 23.745.000 12 bulan - 23.745.000 23.708.150 99,84 99,84 12 100,00 99,99
3 Pengembangan Tanaman Tahunan dan Penyegar 544.048.691.000 42.138.435.000 501.910.256.000 488.395.224.925 89,77 97,31 98,67
Pengembangan Tanaman Tahunan 89.744.767.000 16.437 ha 2.869.392.000 86.875.375.000 83.963.590.137 93,56 96,65 16.437 100,00 97,83
Penyediaan Benih Unggul Tanaman Perkebunan 52.135.000 14 ha - 52.135.000 52.130.800 99,99 99,99 14 100,00 100,00
Fasilitasi Teknis Pengembangan Tanaman Tahunan dan Penyegar 15.196.861.000 12 bln 1.428.933.000 13.767.928.000 13.083.676.605 86,09 95,03 12 100,00 95,75
Pengembangan Tanaman Penyegar 369.178.241.000 86.246 ha 36.881.525.000 332.296.716.000 326.578.120.574 88,46 98,28 86.246 100,00 99,91
Perluasan Tanaman Tahunan dan Penyegar di Lahan Kering 68.918.787.000 11.009 ha 827.975.000 68.090.812.000 63.896.602.545 92,71 93,84 11.009 100,00 93,69
Layanan Perkantoran 957.900.000 12 bulan 130.610.000 827.290.000 821.104.264 85,72 99,25 12 100,00 99,96
4 Penanganan Pasca Panen dan Pengembangan Usaha 1.814.777.000 1.286.000 1.813.491.000 1.768.361.972 97,44 97,51 97,86
Pengembangan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan 1.024.034.000 13 KT 586.000 1.023.448.000 1.023.433.590 99,94 100,00 13 100,00 100,00
Fasilitasi Teknis Penanganan dan Gangguan Usaha 729.958.000 12 bln 700.000 729.258.000 684.145.482 93,72 93,81 12 100,00 94,69
Layanan Perkantoran 60.785.000 12 bln - 60.785.000 60.782.900 100,00 100,00 12 100,00 100,00
5 Dukungan Perlindungan Perkebunan 110.231.426.000 7.325.375.000 102.906.051.000 99.927.422.194 90,65 97,11 98,80
Penanganan OPT Tanaman Perkebunan 22.170.195.000 6.859 ha 2.028.302.000 20.141.893.000 19.755.713.048 89,11 98,08 6.859 100,00 98,90
Penanganan Dampak Perubahan Iklim dan Pencegahan Kebakaran Lahan/Kebun
7.910.653.000 29 KT 617.211.000 7.293.442.000 6.940.107.539 87,73 95,16 29 100,00 96,76
Pengembangan Desa Pertanian Organik Berbasis Komoditas Perkebunan
36.905.700.000 120 desa 2.555.677.000 34.350.023.000 33.415.233.377 90,54 97,28 120 100,00 99,86
SL-PHT Perkebunan 9.103.634.000 87 KT 36.537.000 9.067.097.000 8.846.425.075 97,17 97,57 87 100,00 99,88
Fasilitasi Teknis Dukungan Perlindungan Perkebunan 30.953.516.000 12 bln 1.631.713.000 29.321.803.000 28.393.870.356 91,73 96,84 12 100,00 97,84
Penanganan Gangguan dan Konflik Usaha Perkebunan 1.786.670.000 2 kasus 217.835.000 1.568.835.000 1.455.338.613 81,46 92,77 2 100,00 94,64
Layanan Perkantoran 1.401.058.000 12 bulan 238.100.000 1.162.958.000 1.120.734.186 79,99 96,37 12 100,00 99,82
No Nama Kegiatan / Output Target Realisasi
REALISASI PER OUTPUT KEGIATAN DITJEN PERKEBUNAN TAHUN 2016
127
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
Pagu (Rp.) Volume (Sat) Blokir (Rp) Pagu setelah Blokir (Rp) Rp. % Pagu % Blokir Vol % Vol Fisik
% Fisik Progres
6 Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perkebunan
151.802.940.000 12.029.094.000 139.773.846.000 130.625.335.711 86,05 93,45 100,00 95,19
Pelayanan dan Pembinaan Umum 17.237.814.000 3 dok 3.385.990.000 13.851.824.000 12.326.187.311 71,51 88,99 3 100,00 89,45
Pelayanan dan Pembinaan Perencanaan 6.135.368.000 3 dok 845.599.000 5.289.769.000 5.048.428.064 82,28 95,44 3 100,00 97,77
Pelayanan dan Pembinaan Keuangan dan Perlengkapan 9.895.057.000 3 dok 761.001.000 9.134.056.000 8.474.849.267 85,65 92,78 3 100,00 94,64
Pelayanan dan Pembinaan Evaluasi dan Layanan Rekomendasi 4.704.412.000 3 dok 581.972.000 4.122.440.000 3.777.463.355 80,30 91,63 3 100,00 94,58
Pelayanan dan Pembinaan Manajemen dan Teknis Lainnya 68.492.040.000 441 dok 4.822.027.000 63.670.013.000 60.361.751.890 88,13 94,80 441 100,00 96,74
Layanan Perkantoran 43.056.349.000 12 bulan 1.465.000.000 41.591.349.000 38.599.333.709 89,65 92,81 12 100,00 94,64
Peralatan dan Fasilitas Perkantoran 2.281.900.000 13 unit 167.505.000 2.114.395.000 2.037.322.115 89,28 96,35 13 100,00 98,82
7 Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan
87.179.928.000 2.471.534.000 84.708.394.000 79.086.034.470 90,72 93,36 96,08
Pengawasan dan Pengujian Mutu Benih Tanaman Perkebunan 3.685.012.000 147.736.350 batang 80.800.000 3.604.212.000 3.050.508.399 82,78 84,64 90,486,149 61,25 89,23
Pengembangan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan 6.963.495.000 73 pkt tek 94.300.000 6.869.195.000 6.238.699.248 89,59 90,82 73 100,00 94,54
Fasilitasi Teknologi Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan
10.828.520.000 12 bulan 68.860.000 10.759.660.000 9.042.288.193 83,50 84,04 12 100,00 89,20
Layanan Perkantoran 54.410.579.000 12 bulan 2.175.774.000 52.234.805.000 49.990.370.626 91,88 95,70 12 100,00 97,79
Kendaraan Bermotor 510.000.000 2 unit 18.000.000 492.000.000 490.675.000 96,21 99,73 2 100,00 99,99
Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi 440.560.000 39 unit - 440.560.000 406.434.055 92,25 92,25 39 100,00 94,61
Peralatan dan Fasilitas Perkantoran 7.268.562.000 271 unit 31.800.000 7.236.762.000 6.821.080.599 93,84 94,26 271 100,00 96,71
Gedung/Bangunan 3.073.200.000 785 m2 2.000.000 3.071.200.000 3.045.978.350 99,11 99,18 785 100,00 99,96
8 Pengembangan Tanaman Semusim dan Rempah 119.380.478.000 19.360.702.000 100.019.776.000 97.145.461.611 81,37 97,13 99,23
Pengembangan Tanaman Semusim 63.266.027.000 7.369 ha 10.137.805.000 53.128.222.000 51.630.550.345 81,61 97,18 7.321 99,35 99,86
Pengembangan Tanaman Rempah 22.308.064.000 5.635 ha 1.016.221.000 21.291.843.000 20.857.125.526 93,50 97,96 5.635 100,00 99,90
Perluasan Tanaman Semusim dan Rempah di Lahan Kering 18.398.248.000 1.579 ha 6.563.520.000 11.834.728.000 11.753.916.600 63,89 99,32 1.579 100,00 99,97
Fasilitasi Teknis Dukungan Pengembangan Tanaman Semusim dan Rempah
15.056.509.000 12 bulan 1.517.036.000 13.539.473.000 12.692.216.960 84,30 93,74 12 100,00 94,69
Layanan Perkantoran 351.630.000 12 bulan 126.120.000 225.510.000 211.652.180 60,19 93,85 12 100,00 99,69
9 Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan 82.244.542.000 9.482.034.000 72.762.508.000 68.153.495.858 82,87 93,67 95,37
Pengembangan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan 50.287.723.000 152 KT 4.779.754.000 45.507.969.000 43.797.290.363 87,09 96,24 152 100,00 97,81
Fasilitasi Teknis Dukungan Pengembangan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan
31.399.855.000 12 bulan 4.700.280.000 26.699.575.000 23.851.121.261 75,96 89,33 12 100,00 91,47
Layanan Perkantoran 556.964.000 12 bulan 2.000.000 554.964.000 505.084.234 90,69 91,01 12 100,00 94,55
10 Dukungan Perbenihan Tanaman Perkebunan 30.813.197.000 3.669.129.000 27.144.068.000 25.293.882.822 82,09 93,18 97,54
Penyediaan Benih Unggul Tanaman Perkebunan 26.446.478.000 569 ha 2.710.570.000 23.735.908.000 22.131.444.522 83,68 93,24 473 83,13 97,66
Fasilitasi Teknis Penyediaan Benih Tanaman Perkebunan 3.605.285.000 12 bulan 901.059.000 2.704.226.000 2.535.763.955 70,33 93,77 12 100,00 97,69
Layanan Perkantoran 761.434.000 12 bulan 57.500.000 703.934.000 626.674.345 82,30 89,02 12 100,00 92,45
No Nama Kegiatan / OutputTarget Realisasi
128
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
REALISASI INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK) DITJEN PERKEBUNAN TAHUN 2016 Sat Target Realisasi % Pagu Realisasi
Pengembangan areal produktif tanaman kakao ha 70.295 70.295 100,00 314.036.624.000 252.627.998.000 Pengembangan areal produktif tanaman penyegar lainnya ha 10.745 10.745 100,00 Pengembangan areal produktif tanaman tahunan ha 14.909 14.909 100,00 Perluasan tanaman tahunan dan penyegar di lahan kering ha 8.815 8.815 100,00 68.709.093.000 63.896.602.545 Fasilitasi teknis pengembangan tanaman tahunan dan penyegar bulan 12 12 100,00 14.665.450.000 13.083.676.605
Penanganan organisme penganggu tanaman perkebunan ha 11.459 6.859 59,86 22.170.195.000 19.755.713.048 Pemberdayaan perangkat perlindungan perkebunan unit 138 138 100,00 Antisipasi dampak perubahan iklim KT 33 29 87,88 Kesiapsiagaan pencegahan kebakaran lahan dan kebun Dok 26 12 46,15 SL-PHT tanaman perkebunan KT 93 87 93,55 9.103.634.000 8.846.425.075 Penanganan gangguan usaha dan konflik perkebunan Kasus 21 21 100,00 1.786.670.000 1.455.338.613 Pembinaan dan sertifikasi desa pertanian organik berbasis komoditas perkebunan Desa 150 120 80,00 Fasilitasi teknis dukungan perlindungan perkebunan bulan 12 12 100,00 30.953.516.000 28.393.870.356
Jumlah dokumen perencanaan, keuangan dan perlengkapan, umum serta evaluasi dan layanan rekome bulan 12 12 100,00 106.464.691.000 89.988.679.887
Dukungan kegiatan manajemen dan teknis lainnya bulan 12 12 100,00 45.338.249.000 40.636.655.824
Sertifikasi dan pengujian mutu benih tanaman perkebunan ha 147.736.350 147.736.350 61,25 3.763.512.000 3.050.508.399 Rakitan teknologi spesifik lokasi proteksi tanaman perkebunan Paket 38 38 100,00 6.983.995.000 6.238.699.248 Pembangunan kebun contoh, uji demplot dan uji koleksi tanaman perkebunan Unit 16 16 100,00 Eksplorasi, pemanfaatan, pengembangan, pengujian agensia pengendali hayati tanaman perkebunan Jenis 17 17 100,00 Fasilitasi teknis dukungan pengawasan dan pengujian benih dan teknologi proteksi tanaman perkebunabulan 12 12 100,00 10.729.520.000 9.042.288.193
Pengembangan areal produktif tanaman tebu ha 7.969 6.579 82,56 28.881.536 22.007.111 Pengambangan areal produktif tanaman semusim lainnya ha 741 731 98,65 Perluasan tanaman semusim dan rempah di lahan kering ha 1.579 1.670 105,76 18.284.713.000 11.753.916.600 Pengambangan areal produktif tanaman rempah ha 5.635 5.935 105,32 Fasilitasi teknis pengembangan tanaman semusim dan rempah bulan 12 12 100,00 15.056.509.000 12.692.216.960
Pengembangan pascapanen komoditas perkebunan KT 152 152 100,00 Pengembangan pengolahan hasil perkebunan Unit 45 45 100,00 Pembinaan usaha perkebunan Provinsi 30 30 100,00 Pengembangan pemasaran hasil perkebunan Keg 137 137 100,00 Pembinaan penerapan standar dan sistem manajemen mutu keamanan pangan bagi pelaku usaha perk Keg 45 45 100,00 Fasilitasi teknis dukungan pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan bulan 12 12 100,00 729.958.000 684.145.482
Pengembangan sumber benih unggul tanaman perkebunan ha 871 871 100,00 27.421.678.000 22.131.444.522 Fasilitasi teknis penyediaan benih tanaman perkebunan bulan 12 12 100,00 3.605.285.000 2.535.763.955
7 Terlaksananya Penyediaan Benih
4
Terlaksananya Pengawasan dan Pengujian Mutu Benih Tanaman Perkebunan dan
5Terlaksananya
Pengembangan Tanaman Semusim
dan Rempah
6
Terlaksananya Pengembangan Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Perkebunan
2
Menurunnya Luas Areal yang
Terserang OPT dan Terfasilitasinya
Pencegahan Kebakaran Lahan
dan Kebun, Bencana alam
3
y Pelayanan dan Administrasi Seluruh Unit Organisasi di
No Sasaran Kegiatan Volume keluaran Anggaran
1Terlaksananya
Pengembangan Tanaman Tahunan
dan Penyegar
Indikator Kinerja Kegiatan (IKK)
129
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
ANALISIS PERMASALAHAN INDIKATOR KINERJA PROGRAM (IKP) TAHUN 2016
No PERMASALAHAN PENYEBAB DAMPAK UPAYA YG DILAKUKAN SARAN REKOMENDASI PENANGGUNG JAWAB
A RATA-RATA PENINGKATAN PRODUKSI TEBU
1 Pengembangan tebu sebagaian besar dilahan kering
alih fungsi lahan dalam pemanfaatan lahan marginal untuk komoditi perkebunan
Produksi dan produktivitas dan rendemen rendah
pembinaan, fasilitasi dan pengawalan sistem budidaya dengan baik
Penyediaan sumur dalam, embung, sumur dangkal, irigasi air permukaan
Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah
2 Sulit melakukan perluasan areal tebu (1) Keterbatasan lahan, (2) ketergantungan dengan PG,
Luasan tebu giling tidak bertambah bahkan terjadi penurunan
fasilitasi pelaksanaan perluasan areal tebu di wilayah existing PG
Koordinasi dengan instansi terkait Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah
3 Lahan sempit dan terpencar pengembangan tebu oleh petani dgn luasan kecil, atau dengan sitem sewa
Pengelolaan kurang efektif pemetaan wilayah pengembangan tebu
Melakukan regrauping lahan (pemetaan daerah binaa)
Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah
4 Transparansi rendemen Sistem pengukuran rendemen belum menggunakan teknologi yang tepat
Ketidakpercayaan dan munculnya kecurigaan serta ketidakadilan rendemen
pengukuran rendemen individu Pengawalan rendemen melibatkan petani, Instansi terkait, Perguruan Tinggi dan PG, memperlakukan sistem budidaya dengan baik dan benar
Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah
5 Harga gula tidak stabil dan tidak menguntungkan petani
1) HPP ditentukan tidak sesuai BPP, 2) adanya penjualan dan konsumsi gula rafinasi
petani baru kurang antusias menanam tebu karena kurang menarik
Mengupayakan menahan adanya kebocoran gula rafinasi di pasaran dan mengawal HPP
meningkatkan skala usahatani tebu, memperbaiki sistem budidaya, melakukan sistem pengawalan HPP dan BPP
Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah
6 teknologi pengembangan tebu belum tersosialisasi tepat sasaran
Sistem komunkasi belum baik antara pengusaha/petani besar dengan petani pemula
Petani lebih percaya dengan cara budidaya secara turun temurun
Sosialisasi dan pembinaan oleh pihak terkait baik pemerintah, lembaga penelitian maupun PG
meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait
Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah
7 Sumber daya manusia kurag memadai 1) minimnya penyuluh; 2) minimnya biaya pelatihan; 3) petani tidak bertambah; 4) petugas tidak sesuai bidangnya
tenaga kerja tebu sulit didapatkan perekrutan, pembinaan dan pelatihan meningkatkan pembinaan dan pelatihan meningkatkan kapsisat penyuluh, dan tenaga kerja tebu
Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah
130 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
No PERMASALAHAN PENYEBAB DAMPAK UPAYA YG DILAKUKAN SARAN REKOMENDASI PENANGGUNG JAWAB
8 Kelembagaan petani masih lemah terbatasnya pembinaan terhadap kelompo tani terutama di wilayah luar jawa
Kelompok tani kurang solit dan mudah goyah oleh terpaan isu negatif pertebuan
Pembinaan dan fasilitasi kelembagaan petani
Meemperkuat kelembagaan petani dengan gapoktan atau Koperasi
Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah
9 Ketersediaan benih unggul yang sesuai lokasi dengan produktivitas tinggi
Penyedia benih masih kurang sulitnya memperoleh benih unggul yang inovatif
menfasilitasi berbenihan tebu baik kepada kelompok tani maupun PG
Perlu adanya pengembang teknologi yang inovatif sehingga diperoleh benih unggul yang memadai
Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah
10 Lemahnya jaringan pasca panen sulitnya mengfektifkan proses muat tenag angkut tebu
kehilangan rendemen cukup tinggi pola panen secara bergilir dan tepat waktu untuk mengefektofkan penggunaan TK dan alat pasca panen
bantuan alat pasca panen ditingkatkan
Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah
11 PG yang sudah tua dan PG baru sulit di bangun Besarnya investasi dan kurangnya minat investor di usaha pergulaan berbasis tebu
Petani merasa kurang adanya penjaminnan pemasaran hasil
rehabilitasi PG yang lama serta mengundang investor baru
Fasilitasi pembangunan PG baru di kaji ulang dan perlu adanya PG yang dibangun oleh Pemerintah
Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah
B RATA-RATA PENINGKATAN PRODUKSI TANAMAN PERKEBUNAN UNGGULAN LAINNYA
1 Perubahan Pola budidaya dan kurang siapnyapetani dalam menyesuaikan perubahan iklim
Anomali Iklim Keepastian musim tanam dan musim panen bergeser dimusim penghujan atau musim kering sehingga produktivitas menjadi turun
menyesuaikan perubahan iklim penyesuaian pola tanam dan pola panen serta penyesuaian benih unggul yang lebih adaptif
1). Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah; 2) Diraktorat Tanaman Tahunan dan Penyegar; 3)Direktorat Perbenihan Perkebunan
2 Dukungan teknologi belum optimal khususnyakomoditas yang dikembangkan di daerahtertentu.
Minimnya teknologi dan inovasi terbarukan
Alih Teknologi kurang menjadi daya tarik
Meningkatkan kerjasama dengan lembaga penelitian dan perguruan tinggi
Meningkatkan penelitian dan pengembangan teknologi secara tepat guna
1). Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah; 2) Diraktorat Tanaman Tahunan dan Penyegar; 3)Direktorat Perbenihan Perkebunan
3 Harga kurang stabil misalnya karena tidakadanya jaminan pemasaran, sistem pemasaranyang rumit dan lain-lain.
Sistem pemasaran yang rumit Harga tidak stabil Koordinasi, konsolidasi dan pengawalan harga komoditas perkebunan
Meningkatkan koordinasi dan konsulidasi dengan instansi terkait dengan pengolahan pemasaran dan harga komoditas perkebunan
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan
4 Minimnya dukungan Industri hilir misalnya tidakada pabrik pengolahan, industri peningkatan nilaitambah belum optimal
kurangnnya inovasi dan teknologi pendukung serta minimnya industri hilir
Petani hilang arah dan kurang antusias karena prospek komoditi yang dikembangkan kurang menarik
Fasilitasi industri pengolahan dan menarik investor untuk mendirikan pabrik pengolah atau industri lanjutan
Meningkatkan koordinasi dengan investor
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan
5 Minimnya dukungan industry hulu misalnyapupuk relatif mahal, ketersediaan mekanisasikurang mendukung pengembangan komoditasstrategis;
kurangnnya inovasi dan teknologi pendukung serta minimnya industri hulu
Ketersediaan saprodi kurang mendukung, biaya produksi tinggi
Koordinasi dengan penyedia saprodi Fasilitasi dan koordinasi dibidang sarana produksi dengan industri
1). Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah; 2) Diraktorat Tanaman Tahunan dan Penyegar; 3)Direktorat Perbenihan Perkebunan
131 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
ANALISIS PERMASALAHAN PELAKSANAAN PROGRAM / KEGIATAN PEMBANGUNAN PERKEBUNAN TAHUN 2016
1 Keraguan terhadap alokasi anggaran Penghematan anggaran dan isu pemotongan anggaran
Kegiatan tertunda/terlambat
Koordinasi pusat dan daerah secara efektif
- Segera terbitkan revisi DIPA terbaru dan isu pemotongan jangan berlarut-larut
Subdit Tanaman Lada, Pala dan Cengkeh; Dinas Perkebunan dan/atau Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota Yang Menangani Perkebunan
- Mengupayakan perangkat ULP terbentuk bulan Januari (awal tahun anggaran)
- Menyampaikan surat edaran dari Menteri Pertanian/Dirjen tentang Target/Kontrak Kinerja yang disepakati, yang mana target tersebut akan tercapai apabila didukung dengan Kinerja ULP yang baik
- Pemotongan anggaran perlu dikawal dengan memperhatikan seluruh aspek teknis dan non teknis secara komprehensif, dengan alokasi yang proporsional, seperti unit cost, harga pasar, lokasi dan luas areal, sehingga pengembangan tanaman rempah mencapai sasaran
- Segera menindaklanjuti usulan revisi DIPA dari daerah
- Mensinkronkan Program/Kegiatan pusat dan daerah dalam rapat koordinasi, rapat kerja dan/atau Focus Group Discussions (FGD) secara intensif dan berkala
- Pentingnya sinergitas antar stakeholder perkebunan pusat dan daerah dalam pengembangan industri kreatif yang berasal dari tanaman perkebunan sebagai sumber daya terbarukan (Renewable Resources)
Dinas Perkebunan dan/atau Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota Yang Menangani Perkebunan; Subdit Tanaman Lada, Pala dan Cengkeh
Mengawal dan koordinasi intensif satker dengan ULP dalam mempercepat proses pelelangan
4
2 Keterlambatan proses pelelangan Keterlambatan dalam penetapan Unit Layanan Pengadaan (ULP) dan adanya perubahan perangkat ULP
Kegiatan tertunda
Dampak
Koordinasi pusat dan daerah secara efektif
No. Permasalahan Penyebab Upaya Yang Dilakukan Saran Rekomendasi Penanggung Jawab
Pemerintah Daerah (Provinsi/Kabupaten/Kota) belum maskimal mendukung pengembangan tanaman lada, pala dan cengkeh pada tahun 2016 (melalui APBD)
Pendapatan asli daerah (PAD) beberapa tahun belakangan ini mengalami penurunan, yang mana sumber daya alam yang tidak dapat dapat diperbarui (Unrenewable Resources) yang selama ini menjadi andalan sudah berkurang dan bahkan habis, karena terus menerus die
Program dan kegiatan pengembangan rempah belum dapat sepenuhnya didukung oleh APBD
Mensosialisasikan ke Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota untuk mendukung Program/Kegiatan Pengembangan Rempah Nasional (yang tercantum dalam Rencana Strategis Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah) melalui APBD, jika tidak terakomodir di APBN tahun berjala
Dinas Perkebunan dan/atau Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota Yang Menangani Perkebunan
3 Pemotongan anggaran bantuan barang (fisik), padahal Surat Perjanjian Kerja (SPK) Pengadaan telah disepakati
Penghematan anggaran Belanja minus (melebihi pagu)
Dinas Perkebunan dan/atau Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota Yang Menangani Perkebunan; Bagian Perencanaan Ditjen Perkebunan; Subdit Tanaman Lada, Pala dan Cengkeh
132 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
- Petani belum mempunyai gudang penyimpanan
- Petani belum menerapkan resi gudang- Panjangnya rantai pasar/distribusi
- Posisi tawar petani yang masih lemah terhadap pedagang- Belum solidnya peran kelembagaan petani dalam menghadapi pedagang (pedagang pengepul dan pedagang besar)- Ketergantungan petani terhadap tengkulak- Kesulitan mengakses pinjaman (seperti Kredit Usaha Rakyat/KUR) melalui lembaga pembiayaan
- Usaha tani belum mencapai marjin keuntungan yang tinggi (High Profit Margin)
7 Keterbatasan ketersediaan benih unggul bermutu dan bersertifikat di beberapa wilayah pengembangan
produksi benih terbatas produksio dan produktivitas tidak mencapai sasaran
penyediaan benih berjenjang Penguatan kelembagaan petani, khususnya dari aspek modal melalui penguatan modal usaha kelompok (PMUK), pengembangan Lembaga Ekonomi Mandiri (LEM)
Subdit Tanaman Lada, Pala dan Cengkeh; Dinas Perkebunan dan/atau Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota Yang Menangani Perkebunan
8 Penyedia benih tembakau terbatas Keterlambatan dalam penetapan Unit
Kegiatan tertunda Mengawal dan koordinasi intensif
- Mengupayakan perangkat ULP terbentuk
Dinas Perkebunan dan/atau Dinas 9 Kegiatan pengembangan tembakau
tidak terlaksana di daerah-daerah sentra
- Menyampaikan surat edaran dari Menteri Pertanian/Dirjen tentang Target/Kontrak Kinerja yang disepakati, yang mana target tersebut akan tercapai apabila didukung dengan Kinerja ULP yang baik
Keuntungan petani belum optimal
Pembinaan, pengawalan, pengendalian dan pendampingan dalam menerapkan Good Agricultural Practices (GAP)
Pelatihan GAP, pemberdayaan (petani/kelompok tani), penguatan kelembagaan petani secara berkesinambungan, dan usulan penerapan resi gudang
Dinas Perkebunan dan/atau Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota Yang Menangani Perkebunan; Subdit Tanaman Lada, Pala dan Cengkeh
No. Penanggung Jawab
Dinas Perkebunan dan/atau Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota Yang Menangani Perkebunan; Subdit Tanaman Lada, Pala dan Cengkeh
5
6 Modal usaha yang dimiliki petani masih terbatas
Pelaksanaan kegiatan budidaya belum maksimal
Sosialisasi program KUR, sehingga petani dapat mengetahui prosedur dan ketentuan untuk memperoleh KUR
Penguatan kelembagaan petani, khususnya dari aspek modal melalui penguatan modal usaha kelompok (PMUK), pengembangan Lembaga Ekonomi Mandiri (LEM)
Harga jual lada, pala dan cengkeh berfluktuasi dan pada saat panen cenderung turun
Permasalahan Penyebab Dampak Upaya Yang Dilakukan Saran Rekomendasi
133 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
10 Mempermudah pengajuan benih lokal agar dapat disertifikasi menjadi benih unggul nasional
Penghematan anggaran Belanja minus (melebihi pagu)
Koordinasi pusat dan daerah secara efektif
- Pemotongan anggaran perlu dikawal dengan memperhatikan seluruh aspek teknis dan non teknis secara komprehensif, dengan alokasi yang proporsional, seperti unit cost, harga pasar, lokasi dan luas areal, sehingga pengembangan tanaman rempah mencapai sasaran
Dinas Perkebunan dan/atau Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota Yang Menangani Perkebunan; Bagian Perencanaan Ditjen Perkebunan; Subdit Tanaman Lada, Pala dan Cengkeh
11 Dukungan APBD masih lemah dan tidak sinergis
Pendapatan asli daerah (PAD) beberapa tahun belakangan ini mengalami penurunan, yang mana sumber daya alam yang tidak dapat dapat diperbarui (Unrenewable Resources) yang selama ini menjadi andalan sudah berkurang dan bahkan habis, karena terus menerus die
Program dan kegiatan pengembangan rempah belum dapat sepenuhnya didukung oleh APBD
Mensosialisasikan ke Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota untuk mendukung Program/Kegiatan Pengembangan Rempah Nasional (yang tercantum dalam Rencana Strategis Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah) melalui APBD, jika tidak terakomodir di APBN tahun berjala
- Mensinkronkan Program/Kegiatan pusat dan daerah dalam rapat koordinasi, rapat kerja dan/atau Focus Group Discussions (FGD) secara intensif dan berkala; Pentingnya sinergitas antar stakeholder perkebunan pusat dan daerah dalam pengembangan industri kreatif
Dinas Perkebunan dan/atau Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota Yang Menangani Perkebunan; Subdit Tanaman Lada, Pala dan Cengkeh
12 Petani sering mengalami kerugian - Petani belum mempunyai gudang penyimpanan
Keuntungan petani belum optimal
Pembinaan, pengawalan, pengendalian dan pendampingan dalam menerapkan Good Agricultural Practices (GAP)
Pelatihan GAP, pemberdayaan (petani/kelompok tani), penguatan kelembagaan petani secara berkesinambungan, dan usulan penerapan resi gudang
Dinas Perkebunan dan/atau Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota Yang Menangani Perkebunan; Subdit Tanaman Lada, Pala dan Cengkeh
13 Adanya penghematan anggaran, sementara dalam pelaksanaannya sudah pada tahap kontrak dan pembayaran uang muka
Penghematan anggaran tidak memperhatikan capaian fisik di masing-masing satker, tetapi melihat SPAN
Beberapa kegiatan mengalami keterlambatan, dan beberapa kegiatan tidak dapat dilaksanakan
Mengalokasikan kegiatan pada tahun berikutnya dan Mendorong Pemerintah daerah untuk mengalokasikan melalui APBD
- Kedepan penghematan anggaran dilakukan dengan mempertimbangkan capaian fisik di Satker.
Dinas Perkebunan setempat
14 Harga dan Kualitas tembakau di tingkat petani
Belum semua Petani ikut kemitraan dengan pabrik rokok
Posisi tawar produk petani lemah sehingga harga dan kualitas ditentukan oleh pedagang besar/pengumpul
Membangun kemitraan pabrik roko
Membangun kemitraan dengan pabrik rokok Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah
Penyebab Dampak Upaya Yang Dilakukan Saran Rekomendasi Penanggung JawabNo. Permasalahan
134 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
KKeemmeenntteerriiaann PPeerrttaanniiaann
15 Kegiatan Perluasan Kelapa Sawit di daerah banyak yang terlaksana pada akhir tahun
1. Terjadinya pemotongan/penghematan anggaran di tahun 2016 ;2. Penetapan SK CP/CL dilokasi lahan yang diusulkan sering terlambat; 3. seluruh kategori belanja barang yang pelaksanaannya harus melalui lelang/tender, keterbatasan ULP di daerah dan 4. Sebagi
Kegiatan perluasan tanaman kelapa sawit terhambat pelaksanaan pengadaannya karena sering menunggu hasil revisi POK
1.Menugaskan Tim ke lapangan dalam rangka mengidentifikasi masalah keterlambatan dan mencari upaya penyelesaiannnya;2.
- Penetapan CP/CL secara bertahap terhadap yang telah memenuhi syarat administrasi dan teknis; 2. Percepatan proses pengadaan barang/jasa;3. Saat menerima POK, perlu penelahaan, koordinasi serta sosialisasi baik untuk TP Propinsi maupun TP Kabupaten serta s
Dinas yang membidangi perkebunan baik di tingkat Propinsi maupun kabupaten
16 Mundurnys beberapa TKP karena telah menjadi PNS dan bekerja swasta
Adanya kesempatan bekerja di tempat lain
Bertambahnya lokasi jangkauan pembinaan bagi TKP yang ada
Mengefektifkan kinerja TKP dan mengupayakan penggantian TKP yang mengundurkan diri
- Mengevaluasi kinerja TKP dan mendorong TKP yang sudah menjadi PNS dapat bekerja di tempat semula
Dinas yang membidangi perkebunan baik di tingkat Propinsi maupun kabupaten
17 Koordinasi Dinas yang membidangi propinsi dengan kabupaten belum berjalan dengan baik
Pemahaman tentang manfaat pembinaan dan pengawalan belum sama
Beberapa petani yang tidak terbina
Sosialisasi kepada Dinas yang membidangi perkebunan baik propinsi maupun kabupaten
- Meningkatkan koordinasi kepada Dinas yang membidangi perkebunan propinsi dan kabupaten
Dinas yang membidangi perkebunan baik di tingkat Propinsi maupun kabupaten
18 1. Pengajuan penilaian fisik kebun terlambat bahkan tidak dilakukan;2. biaya penilaian fisik kebun di tingkat Pusat tidak memadai sehingga usulan yang masuk tidak semua dapat di laksanakan
1. Belum siapnya mitra usaha;2. Belum patuhnya mitra usaha; 3. Belum terinformasinya secara utuh mitra usaha
1. Standar Pembangunan kebun kelapa sawit tidak dapat diketahui;2. Pembagian hasil ke petani belum dapat diketahui
1. Menyurati mitra usaha agar segera mengajukan penilaian fisik kebun;2. Melakukan koordinasi bersama instansi terkait khususnya untuk mitra usaha yang belum pernah sama sekali mengajukan fisik kebun
- Meningkatkan koordinasi kepada Dinas yang membidangi perkebunan propinsi dan kabupaten
Dinas yang membidangi perkebunan baik di tingkat Propinsi maupun kabupaten
19 Kegiatan Pengembangan Kelembagaan dan Usaha Petani Kelapa Sawit di daerah yang terlaksana pada tri wulan III
1. Terjadinya pemotongan/penghematan anggaran di tahun 2016 ;2. Penetapan SK Petani Kelapa Sawit yang mengikuti pelatihan yang diusulkan sering terlambat; 3.seluruh kategori belanja barang yang pelaksanaannya harus melalui lelang/tender, keterbatasan ULP
Kegiatan pengembangan kelembagaan dan usaha tani kelapa sawit terhambat pelaksanaan karena sering menunggu hasil revisi POK
1.Menugaskan Tim ke lapangan dalam rangka mengidentifikasi masalah keterlambatan dan mencari upaya penyelesaiannnya;2.
- Penetapan CP/CL secara bertahap terhadap yang telah memenuhi syarat administrasi dan teknis; 2. Percepatan proses pengadaan barang/jasa;3. Saat menerima POK, perlu penelahaan, koordinasi serta sosialisasi baik untuk TP Propinsi maupun TP Kabupaten serta s
Dinas yang membidangi perkebunan baik di tingkat Propinsi maupun kabupaten
20 Keterbatasan kesediaan benih unggul bermutu di beberapa wilayah pengembangan
Produksi benih terbatas Kegiatan tidak dilaksanakan
Agar lebih cermat dalam perencanaan kegiatan
- Penetapan Blok Penghasil Tinggi (BPT) kelapa dan Pohon Induk Terpilih (PIT)
Dinas Perkebunan setempat
21 Adanya multitafsir/perbedaan pendapat dalam menginterpretasikan Permentan Nomor 50, yaitu Penetapan Blok Penghasil Tinggi (BPT) dan Pohon Induk Terpilih (PIT)
Kehati-hatian terhadap Permentan Nomor 50 Tahun 2015
Kegiatan tidak dilaksanakan
Telah dilakukan sosialisasi oleh Direktorat Perbenihan
- Revisi terhadap Permentan Nomor 50 Tahun 2015
Direktorat Perbenihan
22 Kebijakan pemerintah daerah penerima bantuan fisik ke petani harus berbadan hukum
Kelembagaan petani/kelompok tani di beberapa daerah ada yang belum berbadan hukum
Kegiatan tidak dilaksanakan
Menyurati Dinas Perkebunan Provinsi/Kabupaten/Kota untuk klarifikasi penerima bantuan fisik
- Agar cermat dalam perencanaan Dinas Perkebunan setempat
23 Adanya penghematan anggaran, sementara dalam pelaksanaannya sudah pada tahap kontrak dan pembayaran uang muka
Penghematan anggaran tidak memperhatikan capaian fisik di masing-masing satker, tetapi melihat SPAN
Beberapa kegiatan mengalami keterlambatan, dan beberapa kegiatan tidak dapat dilaksanakan
Mengalokasikan kegiatan pada tahun berikutnya dan Mendorong Pemerintah daerah untuk mengalokasikan melalui APBD
- Kedepan penghematan anggaran dilakukan dengan mempertimbangkan capaian fisik di Satker.
Dinas Perkebunan setempat
No. Permasalahan Penyebab Dampak Upaya Yang Dilakukan Saran Rekomendasi Penanggung Jawab
135 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016
top related