blok 17 tutorial skenario 1
Post on 02-Jan-2016
154 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
SKENARIO I
UNPLEASANT WHITE DISCHARGE
Tutor : dr. Ketut Suarayasa, M.Kes
Ketua : I Putu Eka Ariyasa
Sekertaris1 : Erdiansyah T. Tuweno
Sekertaris2 : Trianti Juliani
STEP I
1. Leucorrhea : keputihan atau flour albuse
2. Infertility : ketidakmampuan pasangan suami istri untuk menghasilkan keturunan setelah
satu tahun kawin dengan atau tanpa kontrasepsi dan hubungan yang teratur.
3. Sexual : berhubungan sex atau koitus
4. Abortion : pengeluaran hasil konsepsi secara premature dari uterus sampai embrio atau
fetus yang belum dapat hidup.
STEP II
1. Penyebab nyeri panggul recurrent
2. Antibiotic apa saja yang dapat dipakai untuk leucorrhea
3. Proses terjadinya leuchorea dan apa saja penyebabnya
4. Faktor resiko infertility
5. Pemeriksaan lengkap infertilitas dan manajemen penanganannya
6. Bagaimana hubungan antara aborsi illegal dengan terjadinya infertilitas
7. Penyebab infertilitas pada wanita
8. Discenario, leuchorrea bersifat patologis atau tidak dan apakah ada hubungannya dengan
infertilitas
9. Derajat-derajat leuchorrea
10. Analisis sperma apa saja yang diidentifikasi
11. Hubungan sex dini dengan infertilitas dan leuchorrea
STEP III & IV
1. LO
2. LO
3. LO
4. LO
5. LO
6. Aborsi illegal menggunakan alat-alat yang tidak lengkap dan tidak steril, sehingga terjadi
perforasi dan akan menyebabkan infeksi.
7. Secara umum
Lokasi:
Cervicus
Tuba (gagal ovulasi sampai vagina)
Kelainan anatomy
Radang vagina
Etiology:
Faktor hormonal
Obstruksi
Infeksi
Congenital
Metabolisme
Immunologi
8. LO
9. LO
10. Analisis sperma
Volume sperma (20 ml)
Motalitas sperma (aslenospermia)
Jumlah sperma (50% bagus)
Viscositas sperma (kekentalan)
Bau
Morfologi sperma
11. LO
STEP V
1. Heffner, LJ., Schust, DJ., 2008, At a Glance Sistem Reproduksi Edisi Kedua, Erlangga
Medical Series, Jakarta.
2. Mansjoer, et al., 2001, Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1, Media
Aesculapius, Jakarta.
3. Norwitz, Errol, R., et al, 2007, Oxford American Handbook of Obstetrics and
Gynecology, Oxford University Press, United States of America.
4. Schorge, dkk, 2008, William’s Gynecology, Mcgraw-Hills Companies, USA.
5. Staf Pengajar Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI, 2007, Farmakologi Dan
Terapi Edisi 5, Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI, Jakarta.
6. Wiknjosastro, H., Saifuddin, B., Rachimhadi, T., 2009, Ilmu Kandungan, Yayasan Bina
Pustaka, Sarwono Prawirodihardjo, Jakarta.
7. Wiknjosastro, H., Saifuddin, B., Rachimhadi, T., 1999, Radang Dan Beberapa Penyakit
Lain Pada Alat Genital Wanita Dan Ilmu Kandungan Edisi kedua Cetakan Ketiga,
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirodihardjo, Jakarta.
STEP VI
1. Penyebab nyeri panggul recurrent
Nyeri panggul disebabkan karena terjadinya infeksi pada genitalia interna, yang
disebabkan oleh berbagai mikroorganisme, dimana dapat menyerang endometrium, tuba,
ovarium, parametrium, dan peritonium panggul.
Pada skenario, pasien mengatakan bahwa dia telah mengalami nyeri panggul
yang berulang setelah melakukan aborsi secara ilegal. Pasien pada skenario mengalami
penyakit radang panggul rekurens yang disebakan karena infeksi pada traktus genitalia
pasca abortus. Sesudah partus atau abortus, kemungkinan infeksi dan meluasnya infeksi
lebih besar karena terdapat luka besar di uterus dibekas tempat plasenta, serta luka-luka
kecil pada serviks uteri, vagina, dan vulva, yang mana merupakan tempat pembiakan
baik untuk kuman-kuman. Aborsi yang tidak lengkap, sebagian atau seluruh produk
pembuahan masih tertahan dalam rahim, merupakan tempat pembiakan bagi
mikroorganisme. Komplikasi dari penyakit radang panggul rekurens adalah infertilitas.
2. Antibiotic apa saja yang dapat dipakai untuk leucorrhea
Pemilihan awal menggunakan antibiotik spektrum luas seperti tetrasiklik atau
kloramfenikol. Jika keadaan pasien membaik maka dapat diteruskan terapinya, jika tidak
dapat dilakukan kultur, untuk masing-masing mikroba, dimana jenis-jenis antimikroba
antara lain:
Uretritis
N. Gonorrhoeae (bukan penghasil penisilinase) dapat diberikan obat
antimikroba antara lain ampisilin / amoksisilin / penisilin G + probenesid,
seftriakson, tetrasiklin.
N. Gonorrhoeae (penghasil penisilinase) dapat diberikan obat antimikroba
antara lain seftriakson, fluorokuinolon
C. Trachomatis dapat diberikan obat antimikroba antara lain doksisiklin /
tetrasiklin, eritromosin
Ureaplasma urealyticum diberikan obat antimikroba antara lain doksisiklin /
tetrasiklin
Herpes genital
Virus herpes simpleks diberikan obat antimikroba antara lain asiklovir
Sifilis
T. Pallidum diberikan obat antimikroba antara lain penisilin G prokain,
seftriakson, tetrasiklin
Ulkus mole
H. Ducreyi diberikan obat antimikroba antara lain kotrimoksazol, eritromisin,
seftriakson, tetrasiklin.
3. Proses terjadinya leuchorea dan apa saja penyebabnya
Leukorrhea (lekore) atau fluor albus atau keputihan ialah cairan yang keluar dari
saluran genitalia wanita yang bersifat berlebihan dan bukan merupakan darah. Menurut
kamus kedokteran Dorland leukorrhea adalah sekret putih yang kental keluar dari vagina
maupun rongga uterus.
Proses terjadinya:
Vagina merupakan organ reproduksi wanita yang sangat rentan terhadap infeksi.
Hal ini disebabkan batas antara uretra dengan anus sangat dekat, sehingga kuman
penyakit seperti jamur, bakteri, parasit, maupun virus mudah masuk ke liang vagina.
Infeksi juga terjadi karena terganggunya keseimbangan ekosistem di vagina. Ekosistem
vagina merupakan lingkaran kehidupan yang dipengaruhi oleh dua unsur utama, yaitu
estrogen dan bakteri Lactobacillus atau bakteri baik. Di sini estrogen berperan dalam
menentukan kadar zat gula sebagai simpanan energi dalam sel tubuh (glikogen).
Glikogen merupakan nutrisi dari Lactobacillus, yang akan dimetabolisme untuk
pertumbuhannya. Sisa metabolisme kemudian menghasilkan asam laktat, yang
menentukan suasana asam di dalam vagina, dengan pH di kisaran 3,8-4,2. Dengan
tingkat keasaman ini, Lactobacillus akan subur dan bakteri patogen akan mati.
Di dalam vagina terdapat berbagai macam bakteri, 95% Lactobacillus, 5%
patogen. Dalam kondisi ekosistem vagina seimbang, bakteri patogen tidak akan
mengganggu. Bila keseimbangan itu terganggu, misalnya tingkat keasaman menurun,
pertahanan alamiah akan turun, dan rentan mengalami infeksi. Ketidakseimbangan
ekosistem vagina disebabkan banyak faktor. Di antaranya kontrasepsi oral, penyakit
diabetes melitus, antibiotika, darah haid, cairan sperma, penyemprotan cairan ke dalam
vagina (douching), dan gangguan hormon seperti saat pubertas, kehamilan, atau
menopause.
Ketidakseimbangan ini mengakibatkan tumbuhnya jamur dan kuman-kuman yang
lain. Padahal adanya flora normal dibutuhkan untuk menekan tumbuhan yang lain itu
untuk tidak tumbuh subur. Kalau keasaman dalam vagina berubah maka kuman-kuman
lain dengan mudah akan tumbuh sehingga akibatnya bisa terjadi infeksi yang akhirnya
menyebabkan fluor albus, yang berbau, gatal, dan menimbulkan ketidaknyamanan.
Begitu seorang wanita melakukan hubungan seks, maka wanita tersebut terbuka sekali
terhadap kuman-kuman yang berasal dari luar. Karena itu fluor albus pun bisa didapat
dari kuman penyebab penyakit kelamin yang mungkin dibawa oleh pasangan seks wanita
tersebut.
Mekanisme terjadinya infeksi vagina:
Jika keseimbangan kompleks mikroorganisme berubah, maka organisme yang
berpotensi patogen, yang merupakan bagian flora normal misalnya C. albicans pada
kasus monilia serta G. vaginalis dan bakteri anaerob pada kasus vaginitis nonspesifik,
berproloferasi sampai suatu konsentrasi yang berhubungan dengan gejala. Pada
mekanisme infeksi lainnya, organisme yang ditularkan melalui hubungan seksual dan
bukan merupakan bagian flora normal seperti Trichomonas vaginalis dan Neisseria
gonorrhoeae dapat menimbulkan gejala. Gejala yang timbul bila hospes meningkatkan
respon peradangan terhadap organisme yang menginfeksi dengan menarik leukosit serta
melepas prostaglandin dan komponen respon peradangan lainnya. Gejala
ketidaknyamanan dan pruritus vagina berasal dari respon peradangan vagina lokal
terhadap infeksi T. vaginalis dan C. albicans. Organisme tertentu yang menarik leukosit
termasuk T. vaginalis, menghasilkan sekret purulen. Di antara wanita dengan vaginitis
nonspesifik, baunya disebabkan oleh terdapatnya amina yang dibentuk sebagai hasil
metabolisme bakteri anaerob. Amina tertentu, khususnya putresin dan kadaverin, sangat
berbau busuk. Lainnya seperti histamin dapat menimbulkan ketidaknyamanan oleh
karena efek vasodilatasi lokal. Produk metabolisme lain yang dihasilkan pada wanita
dengan non spesifik vaginitis seperti propionat dan butirat dapat merusak sel-sel epitel
dengan cara yang sama seperti infeksi ginggiva. Eksudat serviks purulenta tersering
disebabkan oleh N. Gonorrhoeae, C. Trachomatis atau Herpesvirus hominis, karena
organisme penginfeksi ini menarik leukosit. Adanya AKDR dapat menimbulkan
endometritis ringan dan atau servisitis, tempat leukosit dikeluarkan ke dalam vagina
melalui serviks.
Macam-macam penyebab leucorrhea :
A. Lekore Fisiologis
Biasanya jernih atau putih dan menjadi kekuningan bila kontak dengan udara
yang disebabkan oleh proses oksidasi, tidak gatal, tidak mewarnai pakaian dalam
dan tidak berbau. Secara mikroskopik terdiri dari dinding vagina, sekresi dari
endoserviks berupa mukus, sekresi dari saluran yang lebih atas dalam jumlah yang
bervariasi serta mengandung berbagai mikroorganisme terutama lactobacillus
doderlein. Memiliki pH < 4,5 yang terjadi karena produksi asam laktat oleh
lactobacillus dan metabolisme glikogen pada sel epitel vagina. Lekore fisiologis
berasal dari transudat vagian, lendir serviks dan lendir kelenjar bartholin dan skene
dan biasa ditemukan pada keadaan antara lain:
1. Bayi baru lahir terutama sampai usia 10 hari, hal ini disebabkan pengaruh
estrogen di plasenta terhadap uterus dan vagina bayi
2. Premenarche
3. Saat sebelum dan sesudah haid
4. Saat atau sekitar ovulasi
5. Kehamilan
6. Faktor psikis
7. Rangsangan seksual pada wanita dewasa
8. Gangguan kondisi tubuh seperti keadaan anemia, kekurangan gizi, kelelahan,
kegemukan, usia tua > 45 tahun.
B. Lekore Patologis
Lekore dikatakan patologis jika terjadi peningkatan volume (khususnya jika
membasahai pakaian), terdapat bau yang khas, perubahan konsistensi maupun
perubahan warna. Lekore patologis dapat disebabkan oleh:
Infeksi
Merupakan penyebab utama dari lekorea patologis, dapat berupa infeksi
vagina (vaginitis) dan serviks (servisitis). Penyebab terbesar dari infeksi adalah
hubungan seksual. Lekorea karena PMS bersfat abnormal dalam warna, bau atau
jumlahnya, dapat disertai gatal pembengkakan disuria, nyeri perut atau pinggang.
Sebab lain masuknya kuman bisa pada waktu pemeriksaan dalam, pertolongan
persalinan atau abortus, pemasangan AKDR. Perubah flora dapat terjadi karena
pencucian vagina yang kurang pada tempatnya, pengobatan yang berlebihan. Pada
anak-anak sering karena higienis yang kurang baik.
Berdasarkan penyebabnya, infeksi-infeksi tersebut adalah:
a) Infeksi bakteri
Neisseria gonorrhoeae: Gonorrhoe
Chlamydia trachomatis: infeksi Chlamydial
Gardnerella vaginalis: vaginosis
Mycoplasma hominis dan Ureaplasma urealyticum: Mycoplasmosis
b) Infeksi virus
Herpes virus (H. Simplex, H. Zoster, Varicella)
Poxvirus: Moluscum contagiosum
Papovavirus: Condyloma
c) Infeksi jamur
Candida albicans : Kandidiasis
d) Infeksi protozoa
Trichomonas vaginalis: Trikomoniasis
Entamoeba histolytica: Amoebiasis vaginae
e) Infeksi cacing
Enterobius vermicularis
4. Faktor resiko infertilitas
Faktor resiko infertilitas sebagian besar bersifat imunologis. beberapa wanita
membuat antibody terhadap fosfolipid bermuatan negatif yang ditemukan dalam
membran sel . antibodi antifosfolipid ini dapat menyebabkan trombosis pada pembuluh
darah kecil yang kemudian menyebabkan iskemia dan infark lokal. walaupun antibody
antifosfolipid lebih sering menyebabkan keguguran secaran berulang pada awal
kehamilan, beberapa wanita mengalami keguguran sangat dini bahkan sebelum mereka
tahu bahwa mereka hamil, ini biasanya disebut sindrom antifosfolipid yang pada awalnya
akan bermanifestasi klinis sebagai infertilitas.
5. Pemeriksaan infertilitas dan manajemen penanganannya
Faktor Servix
Tes Post Coital (PCT), dikenal sebagai Tes Sims-Huhner, menilai jumlah
spermatozoa dan motilitasnya dalam mucus serviks selama periode preovulasi. Tes ini
sudah tidak dilakukan secara rutin karena memiliki potensial diagnostic terbatas dan nilai
prediksi buruk. Penggunaannya dihubungkan dengan peningkatan tes tanpa
perkembangan dalam jarak kehamilan.
Faktor Uterus
Banyak defek yang dapat terdeteksi selama pemeriksaan pelvis. Seperti defek
vagina dan uterus, septum vagina dan adanya fibroid. Deteksi ini dapat digunakan HSG,
USG Pelvis, Hysterosonogram dan MRI. Prosedur operatif seperti laparoskopi dan
histeroskopi sering diperlukan untuk konfirmasi diagnosis terakhir.
Hysterosalpingogram
Paling sering digunakan sebagai alat diagnostic untuk menilai cavitas
endometrium. HSG memberikan hasil tidak langsung adanya adhesi pelvis dan
uterus, ovarium atau massa adnexa.
HSG dilakukan pada awal fase folikuler. Pada saat itu endometrium tipis dan
HSG member delineasi defek minor.
Servix dibersihkan dengan Betadine untuk mencegah transfer bakteri ke kavitas
endometrium selama prosedur dilakukan.
Ultrasonography
Pada 1980-an, USG Pelvis menjadi alat evaluasi penting untuk monitoring
pasien infertile, khususnya selama induksi ovulasi. USG Pelvis menjadi bagian
evaluasi ginekologi rutin karena member evaluasi presisi tentang posisi uterus
dalam pelvis serta informasi ukuran dan iregularitasnya. Membantu mendeteksi
fibroid uterus, polip endometrial, kista ovarium, masa adnexa dan
endometrioma.
Magnetic resonance imaging
Histeroskopi
Faktor Tuba dan Peritoneal
Laparoskopi
Manajemen Faktor Serviks
Radang serviks kronik dapat ditangani oleh antibiotic. Menurunkan sekresi mucus
serviks karena detruksi kelenjar endoservikal oleh conisasi serviks sebelumnya,
pembekuan atau penguapan laser merespon buruk pada terapi estrogen dosis rendah.
Penanganan termudah dan paling berhasil adalah inseminasi intrauterine (IUI).
Faktor Uterus
Anomali uterus dapat diperbaiki melalui histeroskopi opertaif. Dilakukan pada
fase folikuler awal dan dengan pengamatan melalui laparoskopi untuk menurunkan
resiko perforasi uterus.
Faktor Tuba dan Peritoneal
Melalui microsurgery dan laparoskopi operatif untuk melakukan rekontruksi tuba.
6. Hubungan aborsi dengan infertilitas sekunder
Adanya pelaksanaan aborsi yang illegal identik dengan nama aborsi septik,
merupakan pelaksanaan aborsi yang dilakukan tanpa memperhatikan prosedur aseptic.
Hal ini merupakan salah satu resiko yang dapat menyebabkan adanya infeksi
ginekologik. Salah satu penyakit yang dapat muncul dan juga identik dengan infeksi
ginekologik adalah PID (pelvic inflammatory disease). Riwayat pelvic inflammatory
disease (PID) merupakan suspek untuk kerusakan pada tuba fallopii atau adanya adhesi
pelvic. Dimana infertilitas tuba tercatat pada 12 persen, 23 persen, dan 54 persen pada
berturut-turut satu, dua dan tiga kali terkena PID. Infertilitas ini diakibatkan oleh
terjadinya penyumbatan pada tuba akibat terbentuknya jaringan parut pada tuba.
7. Penyebab infertilitas pada wanita
a) Masalah vagina
Infeksi vagina seperti vaginitis, trikomonas vaginalis yang hebat akan menyebabkan
infeksi lanjut pada portio, serviks, endometrium bahkan sampai ke tuba yang dapat
menyebabkan gangguan pergerakan dan penyumbatan pada tuba sebagai organ
reproduksi vital untuk terjadinya konsepsi. Disfungsi seksual yang mencegah
penetrasi penis, atau lingkungan vagina yang sangat asam, yang secara nyata dapat
mengurangi daya hidup sperma.
b) Masalah serviks
Gangguan pada setiap perubahan fisiologis yang secara normal terjadi selama
periode praovulatori dan ovulatori yang membuat lingkungan serviks kondusif bagi
daya hidup sperma misalnya peningkatan alkalinitas dan peningkatan sekresi.
c) Masalah uterus
Nidasi ovum yang telah dibuahi terjadi di endometrium. Kejadian ini tidak dapat
berlangsung apabila ada patologi di uterus. Patologi tersebut antara lain polip
endometrium, adenomiosis, mioma uterus atau leiomioma,bekas kuretase dan
abortus septik. Kelainan-kelainan tersebut dapat mengganggu implantasi,
pertumbuhan,nutrisi serta oksigenisasi janin.
d) Masalah tuba
Saluran telur mempunyai fungsi yang sangat vital dalam proses kehamilan. Apabila
terjadi masalah dalam saluran reproduksi wanita tersebut, maka dapat menghambat
pergerakan ovum ke uterus, mencegah masuknya sperma atau menghambat
implantasi ovum yang telah dibuahi. Sumbatan di tuba fallopi merupakan salah satu
dari banyak penyebab infertilitas. Sumbatan tersebut dapat terjadi akibat infeksi,
pembedahan tuba atau adhesi yang disebabkan oleh endometriosis atau inflamasi
(Hall et all. 1974 ). Infertilitas yang berhubungan dengan masalah tuba ini yang
paling menonjol adalah adanya peningkatan insiden penyakit radang panggul
( pelvic inflammatory disease –PID). PID ini menyebabkan jaringan parut yang
memblok kedua tuba fallopi.
e) Masalah ovarium
Wanita perlu memiliki siklus ovulasi yang teratur untuk menjadi hamil, ovumnya
harus normal dan tidak boleh ada hambatan dalam jalur lintasan sperma atau
implantasi ovum yang telah dibuahi. Dalam hal ini masalah ovarium yang dapat
mempengaruhi infertilitas yaitu kista atau tumor ovarium, penyakit ovarium
polikistik, endometriosis, atau riwayat pembedahan yang mengganggu siklus
ovarium. Dari perspektif psikologis, terdapat juga suatu korelasi antara
hyperprolaktinemia dan tingginya tingkat stress diantara pasangan yang
mempengaruhi fungsi hormone.
8. Discenario, leuchorrea bersifat patologis atau tidak dan apakah ada hubungannya dengan
infertilitas
Fluor albus fisiologik ditemukan pada:
Bayi baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari: disini sebabnya ialah pengaruh
estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin.
Waktu disekitar menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen. Leukorea disini
hilang sendiri akan tetapi dapat menimbulkan keresahan pada orang tuanya.
Wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu koitus, disebabkan
oleh pengeluaran transudasi dari dinding vagina.
Waktu disekitar ovulasi, dengan sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri menjadi
lebih encer.
Pengeluaran sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri juga bertambah pada wanita
dengan penyakit menahun, dengan neurosis, dan pada wanita dengan ektropion
porsionis uteri.
Sedang fluor albus abnormal (patologik) disebabkan oleh :
Infeksi :
Bakteri: Gardanerrella vaginalis, Chlamidia trachomatis, Neisseria gonorhoae,
dan Gonococcus
Jamur: Candida albicans
Protozoa: Trichomonas vaginalis
Virus: Virus Herpes dan human papilloma virus
Vaginosis bacterial Sekret vagina yang keruh, encer, putih abu-abu hingga
kekuning-kuningan dengan bau busuk atau amis. Bau semakin bertambah setelah
hubungan seksual.
Trikomoniasis Sekret vagina biasanya sangat banyak kuning kehijauan,
berbusa dan berbau amis.
Kandidiasis Sekret vagina menggumpal putih kental. Gatal dari sedang hingga
berat dan rasa terbakar kemerahan dan bengkak didaerah genital Tidak ada
komplikasi yang serius.
Infeksi klamidia. Biasanya tidak bergejala. Sekret vagina yang berwarna
kuning seperti pus. Sering kencing dan terdapat perdarahan vagina yang abnormal.
Trikomonas dan klamidia merupakan strain bakteri yang banyak menyebabkan
kerusakan dan infeksi pada area mukosa. Kedua bakteri ini akan merusak mukosa,
misalnya kerusakan mukosa pada tuba uterina akibat bakteri ini akan menyebabkan
cilia dan fungsi dari tuba uterina untuk perjalanan ovum dari ovarium hingga
bertemu dengan sperma lalu implantasi menjadi terganggu akibat rusaknya cilia
sehingga menyebabkan infertilitas.
Iritasi :
Sperma, pelicin, kondom
Sabun cuci dan pelembut pakaian
Deodorant dan sabun
Cairan antiseptic untuk mandi.
Pembersih vagina.
Celana yang ketat dan tidak menyerap keringat
Kertas tisu toilet yang berwarna.
Tumor atau jaringan abnormal lain
Fistula
Benda asing
Radiasi
Penyebab lain :
Psikologi : Volvovaginitis psikosomatik
Tidak diketahui : “ Desquamative inflammatory vaginitis”
9. Derajat-derajat leukorea
Dari beberapa sumber tidak menjelaskan secara detail tentang, tetapi beberapa
diantaranya ,mengklasifikasikan leuchorrea (keputihan menjadi dua):
1) Leukorea fisioligik
Leukorea fisiologik terdiri atas cairan yang kadang-kadang berupa mukus yang
mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang. Leukorea fisiologik
ditemukan pada:
Bayi yang baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari;disini sebabnya ialah
pengaruh estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin.
Waktu di sekitar menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen; leukorea di
sini hilang seniri, akan tetapi dapat menimbulkan keresahan pada orang tuanya.
Wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu koitus,
disebabkan oleh pengeluaran transudasi dari dinding vagina.
Waktu disekitar ovulasi; dengan sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri
menjadi lebih encer.
Pengeluaran sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri juga bertambah pada
wanita dengan penyakit menahun, dengan neurosis, dan pada wanita dengan
ektropion persionis uteri.
2) Leuchorrea patologik
Leucorrhea patologik merupakan keputihan yg berupa cairan putih atau kuning
kehijauan yang keluar dari vagina secara berlebihan. Cirri-ciri Leuchorea patologik
adalah:
Banyak leukosit
Warnanya agak kekuning-kuningan sampai hijau, seringkali lebih kental dan
berbau, radang vulva, vagina, serviks dan kavum uteri dapat menyebabkan
leukorea patologik; pada adneksitis gejala tersebut dapat pula timbul.
Banyak ditemukan leukosit.
Warnanya agak kekuning-kuningan sampai hijau.
Lebih kental dan berbau.
Biasanya disebabkan karena infeksi. Leukorrea ini biasa disebabkan karena:
Infeksi dari
Radang vulva
Radang vagina
Radang serviks
Radang kavum uteri
Leukorea patologis dapat timbul secara bertahap dimana kelainan tersebut
disebabkan oleh 3 hal:
a) Pertama terjadi peradangan yang disebabkan oleh: trikomoniasis, kandidiasis,
gonore, vaginitis senilis, endoservitis akut atau kronis, vaginitis hemofilus
vaginalis.
b) Kemudian setelah radang terjadi kontaminasi benda asing yang dapat
disebabkan oleh iritasi khemis/ iritasi vagina (vaginal jelly), adanya benda asing
(tampon, pesarium atau IUD).
c) Kemudian pada keadaan akhir bias berujung. Tumor ini dapat berupa tumor
jinak, seperti polip, mioma uteri, kista atau dapat berupa tumor ganas (kanker
serviks).
10. Analisis sperma
Beberapa hal yang akan diperiksa saat analisis sperma di lakukan yaitu:
Hitungan sperma (sperm count). Angka yang normal untuk ini adalah 200 juta per
sentimeter kubik.
Kelincahan gerak (motilitas). Uji ini, yang diberi nilai dari buruk sampai istimewa,
menyatakan tingkat aktivitas sperma. Jika sperma tidak bergerak, mereka tidak dapat
sampai ke telur.
Morfologi. Ini memberi informasi tentang bentuk sperma. Bisa mikro (dalam hal ini
berarti terlalu kecil), bisa makro (dalam hal ini berarti terlalu besar). Ukuran yang
diharapkan adalah sedang.
pH. Semen harus bersifat agak basa -7,0 hingga 8,5.
Viskositas. Semen harus mudah dituang.
Volume. Yang normal dalam hal ini adalah dua hingga lima sentimeter kubik (kira-
kira 1/2 hingga 1 sendok teh).
11. Hubungan antara coitus di usia muda dengan terjadinya infertilitas dan leukorea
Kejadian infertilitas berbanding lurus dengan pertambahan usia wanita. Wanita
yang sudah berumur akan memiliki kualitas oosit yang tidak baik akibat adanya kelainan
kromosom pada oosit tersebut. Disamping itu wanita yang sudah berumur juga
cenderung memiliki gangguan fungsi kesehatan sehingga menurunkan pula fungsi
kesuburannya. Wanita dengan rentang usia 19-26 tahun memiliki kemungkinan hamil 2
kali lebih besar dari pada wanita dengan rentang usia antara 35-39 tahun secara
normalnya.
Pada kasus diskenario dimana wanita tersebut pernah melakukan hubungan
seksual di usia 19 tahun dan hamil, kemudian ia melakukan aborsi illegal. Kejadian
infertilitas mungkin dapat terjadi pada wanita tersebut akibat dari aborsi illegal yang
dilakukannya dimana memiliki resiko atau komplikasi yang berbahaya seperti
perdarahan yang terus menerus serta infeksi yang terjadi setelah tindakan aborsi.
Perdarahan disebabkan oleh aborsi yang tidak lengkap, atau cedera organ panggul atau
usus yang memiliki efek samping jangka panjang berupa sumbatan atau kerusakan
permanen tuba fallopi (saluran telur) yang menyebabkan kemandulan/infertile.
Kemudian sepsis yang disebabkan oleh aborsi yang tidak lengkap, sebagian atau seluruh
produk pembuahan masih tertahan dalam rahim. Jika infeksi ini tidak segera ditangani
akan terjadi infeksi yang menyeluruh sehingga menimbulkan aborsi septic yang akan
menyebabkan leukorea.
top related