binus library · web viewpuluh juta rupiah) 5 % ( lima persen) di atas rp 50.000.000,00 (lima puluh...
Post on 05-Mar-2021
5 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Teori-Teori Dasar/Umum
Pada sub-bab ini akan dijelaskan teori-teori dasar/umum yang digunakan, yaitu:
2.1.1 Sistem Informasi
2.1.1.1 Pengertian Sistem
Considine, Parkes, Olesen, Blount, dan Speer (2012 :
10) mendefinisikan bahwa, “Sistem sebagai sesuatu yang
memerlukan input, menggunakan seperangkat aturan atau
proses untuk input dan menghasilkan output.”
Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : 6) mengatakan
bahwa, “Sistem adalah suatu kumpulan dari komponen-
komponen yang saling berhubungan yang berfungsi bersama-
sama untuk mencapai suatu hasil.”
Jadi, dapat disimpulkan bahwa sistem adalah suatu
kumpulan komponen-komponen yang saling berhubungan,
yang memerlukan aturan dan input untuk menghasilkan suatu
hasil atau output.
2.1.1.2 Pengertian Informasi
Rainer, Prince, dan Cegielski (2015 : 12)
mengungkapkan bahwa, “Informasi mengacu pada data yang
telah disusun sehingga data-data tersebut dapat memiliki
makna dan nilai bagi penerimanya.”
Dull, Gelinas, danWheeler (2012 : 17) menyatakan
bahwa, “Informasi adalah data yang disajikan dalam suatu
9
10
bentuk yang bermanfaat dalam aktivitas pengambilan
keputusan.”
Jadi, dapat disimpulkan bahwa informasi adalah data
yang telah disusun dan disajikan dalam bentuk yang
bermanfaat sehingga dapat memiliki makna bagi penerimanya
dalam aktivitas pengambilan keputusan.
2.1.1.3 Kualitas Informasi
Menurut Dull, Gelinas, dan Wheeler (2012 : 17) untuk
memberikan output yang bermanfaat untuk membantu
manajer dan pengguna informasi yang lainnya, sebuah sistem
informasi harus mengumpulkan data dan mengubahnya
menjadi informasi yang memiliki kualitas yang penting.
Kualitas dari informasi diantaranya adalah:
Understandability
Memungkinkan pengguna untuk melihat pentingnya
informasi. Dinilai dari sudut pandang pengguna,
informasi yang dimengerti disajikan dalam bentuk yang
memungkinkan penerapannya oleh pengguna dalam
situasi pengambilan keputusan yang dihadapi.
Relevance
Informasi memiliki relevansi jika mampu membuat
perbedaan dalam situasi pengambilan keputusan dengan
mengurangi ketidakpastian atau meningkatkan
pengetahuan untuk keputusan tertentu.
Timeliness
Informasi yang tersedia untuk pembuat keputusan
sebelum kehilangan kapasitasnya untuk mempengaruhi
keputusan. Kurangnya ketepatan waktu dapat membuat
informasi yang tidak relevan.
Predictive value and feedback value
11
Meningkatkan kapasitas pembuat keputusan untuk
memprediksi, memastikan, atau memperbaiki harapan
sebelumnya. Informasi dapat memiliki kedua jenis nilai
karena pengetahuan tentang hasil dari tindakan telah
diambil umumnya akan meningkatkan kemampuan
pembuat keputusan untuk memprediksi hasil dari
tindakan masa depan yang serupa.
Verifiability
Jika ada kesepakatan tingkat tinggi tentang informasi di
antara pengukur independen dengan menggunakan
metode pengukuran yang sama, maka informasi dapat
diverifikasi.
Neutrality
Informasi yang dihasilkan tidak berat sebelah atau
memihak.
Comparability
Merupakan kualitas dari informasi yang
memnungkinkan pengguna untuk mengindentifikasi
persamaan dan perbedaan dalam dua bagian informasi.
Validity
Informasi mengenai kejadian dan objek yang aktual.
Accuracy
Korespondensi atau kesepakatan antara informasi dan
peristiwa aktual atau benda yang mewakili informasi.
Completeness
Sejauh mana informasi yang mencakup data tentang
setiap objek yang relevan atau peristiwa yang
diperlukan untuk membuat keputusan.
2.1.1.4 Pengertian Sistem Informasi
Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : 7) mengatakan
bahwa, “Sistem Informasi adalah suatu kumpulan dari
komponen-komponen yang saling terhubung yang
12
mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan memberikan
hasil berupa informasi yang diperlukan untuk melengkapi
tugas bisnis.”
Considine, Parkes, Olesen, Blount, dan Speer (2012 :
230) menyatakan bahwa, “Sistem Informasi merupakan
kumpulan dari data, proses, penyimpanan, dan penghasil
output, yang didukung oleh orang, proses, teknologi,
perangkat keras, dan perangkat lunak, yang mendukung proses
bisnis.”
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Sistem Informasi adalah
suatu kumpulan komponen-komponen yang terdiri dari data,
proses, penyimpanan, teknologi, perangkat lunak, dan orang
yang saling terhubung sehingga mengasilkan output berupa
informasi yang diperlukan untuk mendukung proses bisnis.
2.1.2 Sistem Informasi Akuntansi
2.1.2.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi
Considine, Parkes, Olesen, Blount, dan Speer (2012 :
12) mengatakan bahwa, “Sistem Informasi Akuntansi adalah
penerapan teknologi untuk menangkap, memverifikasi,
menyimpan, memilah, dan melaporkan data terkait aktivitas
perusahaan.”
Bodnar dan Hopwood (2010 : 1) menyatakan bahwa,
“Sistem Informasi Akuntansi adalah suatu kumpulan dari
sumberdaya, seperti orang dan peralatan, yang dirancang
untuk mengubah hal-hal yang berhubungan dengan keuangan
dan data lain menjadi informasi.”
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Sistem Informasi
Akuntansi adalah suatu kumpulan sumberdaya dan penerapan
teknologi, yang dirancang untuk menangkap, memverifikasi,
menyimpan, memilah, dan melaporkan data-data terkait
aktivitas perusahaan.
13
2.1.2.2 Komponen-Komponen Studi Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Dull, Gelinas, dan Wheeler (2012 : 7), terdapat
10 elemen dalam studi sistem informasi akuntansi (SIA),
diantaranya adalah:
1) Technology
Teknologi memberikan landasan dimana SIA dan
operasi bisnis, serta pengetahuan teknologi sangat
penting untuk pemahaman lengkap tentang disiplin SIA.
2) Databases
Untuk melakukan analisis, mempersiapkan informasi
untuk pengambilan keputusan manajemen, dan untuk
melakukan audit laporan keuangan perusahaan, seorang
akuntan harus dapat mengakses dan menggunakan data
dari database private dan database public.
3) Reporting
Untuk merancang laporan yang dihasilkan oleh sistem
informasi, akuntan harus tahu output apa yang
dibutuhkan atau diinginkan.
4) Control
Mempertimbangkan seberapa banyak kesulitan untuk
mengendalikan proses bisnis modern yang kompleks,
Anda harus mengembangkan pemahaman tentang
kendali yang yang khusus untuk situasi yang sedang
dihadapi, namun dapat disesuaikan untuk masa depan.
5) Business Operation
Perusahaan terlibat dalam kegiatan atau operasi, seperti
me rekrut karyawan, pembelian, persediaan, dan
mengumpulkan uang dari pelanggan. SIA beroperasi
sesuai dengan operasi bisnis tersebut. Banyak input SIA
disusun oleh departemen operasi dan banyak SIA ouput
yang digunakan untuk mengelola operasi ini. Oleh
14
karena itu, kita harus menganalisis dan mengelola SIA
sehubungan pekerjaan yang dilakukan oleh organisasi.
6) Events Processing
Ketika perusahaan melakukan operasi bisnis mereka,
kejadian seperti, penjualan dan pembelian terjadi. Data
mengenai kejadian-kejadian ini harus diperoleh dan
dicatat untuk mencerminkan dan memonitor operasi
bisnis. Kejadian tersebut memiliki aspek operasional
dan SIA. Untuk merancang dan menggunakan SIA,
seorang akuntan harus tahu data kejadian apa yang
diproses dan bagaimana mereka diproses.
7) Management Decision Making
Informasi yang digunakan untuk mengambil keputusan
harus disesuaikan dengan jenis keputusan yang
dipertimbangkan. Selain itu, informasi tersebut lebih
berguna jika mengakui gaya pribadi manajemen dan
preferensi pengambil keputusan.
8) Systems Development and Operation
Sistem informasi yang memproses kegiatan bisnis dan
memberikan informasi untuk pengambilan keputusan
manajemen harus dirancang, dilaksanakan, dan
dioperasikan secara efektif. Seorang akuntan sering
berpartisipasi dalam proyek-proyek pembangunan
sistem sebagai pengguna atau pemilik proses bisnis
yang berkontribusi dalam permintaan untuk fungsi
tertentu atau auditor meningkatkan kontrol untuk sistem
baru. Memilih data untuk laporan, merancang laporan
itu, dan mengkonfigurasi sistem perusahaan adalah
contoh dari tugas pengembangan sistem yang dapat
dilakukan oleh akuntan.
9) Communication
Untuk menyajikan hasil kerja keras mereka secara
efektif, akuntan harus memiliki keterampilan
komunikasi yang kuat secara lisan dan tertulis.
15
10) Accounting and Auditing Principles
Untuk merancang dan mengoperasikan sistem
akuntansi, seorang akuntan harus mengetahui prosedur
akuntansi yang tepat dan harus memahami audit dimana
informasi akuntansi akan menjadi sasaran.
Menurut Hall (2011 : 9), Sistem Informasi Akuntansi
terdiri dari tiga subsistem utama, yaitu:
a) Transaction Processing System (TPS)
Mendukung operasi bisnis sehari-hari dengan berbagai
laporan, dokumen, dan pesan untuk pengguna di dalam
perusahaan.
b) General Ledger/Financial Reporting System (GL/FRS)
Menghasilkan laporan keuangan biasa, seperti laporan
laba rugi, neraca, laporan arus kas, pengembalian pajak,
dan laporan lainnya yang diperlukan oleh hukum.
c) Management Reporting System (MRS)
Menyediakan manajemen internal dengan laporan
keuangan untuk tujuan khusus dan informasi yang
diperlukan untuk pengambilan keputusan seperti
anggaran, laporan varians, dan laporan tanggung jawab.
2.1.3 Pengendalian Internal
2.1.3.1 Definisi Pengendalian Internal
Menurut Boynton dan Johnson (2006 : 391), definisi
pengendalian internal berdasarkan COSO (Committee of
Sponsoring Organizations of the Tradeway Commission),
yaitu suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan direksi
perusahaan, manajemen, dan anggota lainnya, yang dirancang
untuk memberikan jaminan yang pantas mengenai pencapaian
tujuan dari kategori-kategori berikut ini:
- Keandalan dari pelaporan keuangan
16
- Kepatuhan terhadap hukum dan regulasi yang berlaku
- Efektivitas dan efisiensi dari operasi
Menurut Weygandt, Kimmel, dan Kieso (2011 : 300),
pengendalian internal adalah semua metode dan kegiatan yang
terkait, yang diadopsi dalam sebuah organisasi untuk menjaga
asetnya dan meningkatkan akurasi dan keandalan catatan
akuntansinya.
Jadi, berdasarkan kedua definisi pengendalian internal
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pengendalian internal
merupakan suatu metode dan proses yang dirancang oleh
perusahaan untuk menciptakan efektivitas dan efisiensi
kegiatan perusahaan, serta meningkatkan keakuratan dan
keandalan dalam laporan keuangan perusahaan.
2.1.3.2 Komponen-Komponen Pengendalian Internal
Menurut Boynton dan Johnson (2006 : 392), untuk
memberikan struktur dengan mempertimbangkan banyak
kontrol yang mungkin terkait dengan pencapaian tujuan
entitas, laporan COSO mengidentifikasi lima komponen yang
saling terkait pengendalian intern:
Control Environment
Menentukan suasana organisasi, mempengaruhi
kesadaran pengendalian orang-orangnya. Ini adalah
dasar untuk semua komponen lain dari pengendalian
intern, menyediakan disiplin dan struktur.
Risk-Assessment
Adalah identifikasi entitas dan analisis risiko yang
relevan dengan pencapaian tujuan, membentuk dasar
untuk menentukan bagaimana risiko harus dikelola.
Control Activities
17
Adalah kebijakan dan prosedur yang membantu
memastikan bahwa arahan manajemen dilaksanakan.
Information and Communication
Adalah identifikasi, pengambilan, dan pertukaran
informasi dalam bentuk dan kerangka waktu yang
memungkinkan orang untuk melaksanakan tanggung
jawab mereka.
Monitoring
Adalah sebuah proses yang menilai kualitas kinerja
pengendalian internal dari waktu ke waktu
2.1.3.3 Fraud (Kecurangan)
Menurut Dull, Gelinas, dan Wheeler (2012 : 228),
Fraud (kecurangan) merupakan suatu tindakan atau
kebohongan yang disengaja, yang dimaksudkan untuk
memperoleh keuntungan yang tidak sehat atau melanggar
hukum.
Menurut Hall (2011 : 117), Fraud (kecurangan)
merupakan sebuah representasi palsu tentang fakta material
yang dibuat oleh salah satu pihak ke pihak lain dengan maksud
untuk menipu dan mendorong pihak lain untuk dibenarkan
mengandalkan fakta yang merugikannya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa fraud merupakan suatu
tindakan yang secara sengaja memalsukan suatu fakta, dengan
maksud untuk menipu dan merugikan pihak lain.
2.1.3.4 Dokumen dan Catatan Umum Dalam Transaksi
Penggajian
18
Menurut Boynton dan Johnson (2006 : 774), dokumen
dan catatan berikut ini penting dalam melaksanakan dan
merekam transaksi penggajian:
1) Personnel authorization
Memo yang dikeluarkan oleh departemen personalia
yang menunjukkan mempekerjakan karyawan dan
setiap perubahan selanjutnya dalam status karyawan
untuk tujuan penggajian
2) Clock card
Bentuk yang digunakan oleh setiap karyawan untuk
mencatat jam kerja setiap hari selama periode
pembayaran. Hal ini digunakan dengan jam waktu itu
mencatat waktu pada kartu. Ini dan formulir berikut
dapat diganti dalam sistem modern dengan lencana
karyawan yang dimasukkan ke terminal untuk
menyebabkan catatan elektronik waktu yang akan
dibuat.
3) Time ticket
Formulir yang digunakan untuk merekam waktu
bekerja oleh karyawan pada pekerjaan tertentu.
4) Payroll register
Laporan yang menunjukkan nama masing-masing
karyawan, pendapatan kotor, pemotongan gaji, dan gaji
bersih untuk periode pembayaran. memberikan dasar
untuk membayar karyawan dan merekam gaji.
5) Imprest payroll bank account
Rekening dimana setoran sama dengan total gaji bersih
yang dibuat setiap periode pembayaran, dan yang
memeriksa gaji dan upah bagi karyawan yang diambil.
6) Payroll check
Urutan ditarik pada bank untuk membayar karyawan.
Hal ini disertai dengan memo dilepas yang
menunjukkan pendapatan kotor dan pemotongan gaji.
7) Labor cost distribution summary
19
Laporan yang menunjukkan klasifikasi akun untuk
penghasilan bruto pabrik untuk setiap periode
membayar
8) Payroll tax returns
Formulir yang ditentukan oleh otoritas pajak untuk
mengisi dengan pembayaran pajak yang dipotong dari
karyawan, dan pajak gaji pemberi kerja untuk
keamanan sosial dan pengangguran federal dan negara
9) Employee personnel file
Menyimpan data ketenagakerjaan yang bersangkutan
untuk setiap karyawan dan berisi semua otorisasi
petugas yang diterbitkan untuk karyawan, evaluasi
kerja, dan tindakan disiplin, jika ada.
10) Personnel data master file
File komputer yang berisi data saat ini pada karyawan
yang diperlukan untuk menghitung gaji seperti
klasifikasi pekerjaan, tingkat upah, dan pemotongan.
11) Employee earnings master file
File komputer yang berisi pendapatan kotor setiap
karyawan, pemotongan gaji, dan gaji bersih untuk
tahun saat ini sampai dengan periode pembayaran.
2.1.3.5 Pengendalian Internal Penggajian
Menurut Weygandt, Kimmel, dan Kieso (2011 : D1), tujuan
dari pengendalian internal penggajian adalah:
1) Untuk menjaga aset perusahaan terhadap pembayaran
gaji yang tidak sah.
2) Untuk memastikan keakuratan dan keandalan catatan
akuntansi yang berkaitan dengan penggajian.
2.1.3.6 Hubungan Antara Fraud Dengan Penggajian
20
Menurut Dull, Gelinas, dan Wheeler (2012 : 531),
penggajian mirip dengan pengeluaran kas, dimana merupakan
bagian yang sangat beresiko dengan potensi kecurangan.
Berikut merupakan beberapa jenis kecurangan penggajian
yang dapat terjadi:
Ghost employees
Karyawan yang saat ini tidak bekerja untuk perusahaan
tetapi menerima gaji. Ini mungkin mantan karyawan atau
benar-benar fiktif. Dari waktu ke waktu, kerugian yang
terkait dengan “ghost employee” dapat relatif besar karena
seluruh jumlah pembayaran adalah palsu.
Falsified hours and salary
Karyawan mencatat lebih banyak waktu daripada waktu
bekerja yang sebenarnya atau dapat meningkatkan gaji di
data karyawan mereka. Kerugian ini biasanya lebih sedikit
dibandingkan kerugian yang disebabkan oleh “ghost
employee” karena jumlah di atas jumlah bekerja
sebenarnya adalah jumlah palsu.
Commision schemes
Karyawan melebih-lebihkan penjualan karena komisi
didasarkan pada penjualan atau meningkatkan tingkat
komisi di data karyawan mereka.
False workers’ compensasion claims
Karyawan berpura-pura memiliki cedera untuk
memperoleh tunjangan kesehatan. Asuransi kompensasi
perusahaan biasanya meningkat berdasarkan klaim
terhadap kebijakan; kecurangan ini berdampak kepada
perusahaan asuransi dan perusahaan.
2.2 Teori-Teori Khusus yang Berhubungan dengan Topik yang Dibahas
2.2.1 Gaji
21
Menurut Warren, Reeve, dan Duchac (2014 : 495) menyatakan
bahwa, “Gaji biasanya mengacu pada pembayaran untuk layanan
manajerial dan administratif. Gaji biasanya dinyatakan dalam satu
bulan atau satu tahun.”
Menurut Weygandt, Kimmel, dan Kieso (2011 : D1),
menyatakan bahwa, “Istilah gaji berkaitan dengan gaji dan upah.
Tenaga manajerial, administratif, dan penjualan umumnya dibayar
dengan gaji. Gaji sering dinyatakan dalam hal jumlah tertentu per
bulan atau per tahun daripada tarif per jam. Pegawai toko, karyawan
pabrik, dan pekerja kasar biasanya dibayar dengan upah. Upah
berdasarkan tarif per jam atau secara borongan (seperti per unit
produk).”
Jadi, berdasarkan kedua pernyataan tersebut mengenai gaji,
dapat disimpulkan bahwa gaji mengacu pada pembayaran untuk
tenaga manajerial atau administratif yang dibayarkan per bulan atau
per tahun.
2.2.2 Proses Penggajian
Menurut Dull, Gelinas, dan Wheeler (2012 : 512), proses
penggajian adalah suatu struktur yang saling berinteraksi antara
orang, peralatan, kegiatan, dan kontrol yang menciptakan arus
informasi untuk mendukung rutinitas pekerjaan berulang-ulang dari
departemen penggajian
2.2.3 Slip Gaji
Menurut Considine, Parkes, Olesen, Blount, dan Speer (2012 :
544), slip gaji merupakan suatu petunjuk untuk seorang karyawan
yang berisi rincian dari jumlah gaji dan upah kotor yang dibayarkan,
setiap pemotongan dibuat atas nama mereka, dan jumlah bersih yang
dihasilkan akan disetorkan ke rekening bank yang ditunjuk
karyawan.
22
2.2.4 Lembur
Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Republik Indonesia nomor KEP.102/MEN/VI/2004
tentang waktu kerja lembur dan upah kerja lembur, waktu kerja
lembur adalah waktu kerja yang melebihi 7 (tujuh) jam sehari dan 40
(empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1
(satu) minggu atau 8 (delapan) jam sehari, dan 40 (empat puluh) jam
1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau
waktu kerja pada hari istirahat mingguan dan atau pada hari libur
resmi yang ditetapkan Pemerintah.
2.2.5 Pajak Penghasilan Pasal 21
Menurut Resmi (2013: 169), PPh Pasal 21 merupakan pajak
atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apa pun
sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang
dilakukan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri.
2.2.5.1 Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 21
Menurut Resmi (2013 : 172), pemotong PPh Pasal 21
adalah setiap orang pribadi atau badan yang diwajibkan oleh
UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
sebagaimana telah diubah dengan UU No. 17 Tahun 2000
dan terakhir UU No. 36 Tahun 2008 untuk memotong PPh
Pasal 21. Termasuk pemotong PPh Pasal 21 dalam Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 252/KMK.03/2008 adalah:
1) Pemberi kerja yang terdiri atas:
a. Orang pribadi dan badan,
b. Cabang, perwakilan, atau unit dalam hal yang
melakukan sebagian atau seluruh administrasi
yang terkait dengan pembayaran gaji, upah,
23
honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain
adalah cabang, perwakilan, dan unit tersebut.
2) Bendahara atau pemegang kas pemerintah termasuk
bendahara atau pemegang kas kepada Pemerintah Pusat
termasuk institusi TNI/POLRI, Pemerintah Daerah,
instansi atau lembaga pemerintah, lembaga-lembag
negara lainnya, dan Kedutaan Besar Republik Indonesia
di luar negeri, yang membayarkan gaji, upah,
honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan
nama dan dalam bentuk apa pun sehubungan dengan
pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan;
3) Dana pensiun, badan penyelenggara jaminan sosial
tenaga kerja, dan badan-badan lain yang membayar
uang pensiun dan tunjangan hari tua atau jaminan hari
tua;
4) Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas serta badan yang membayar:
a. Honorarium, komisi, fee, atau pembayaran lain
sebagai imbalan sehubungan dengan jasa
dan/atau kegiatan yang dilakukan oleh orang
pribadi dengan status Subjek Pajak dalam
negeri, termasuk jasa tenaga ahli yang
melakukan pekerjaan bebas dan bertindak untuk
dan atas namanya sendiri, dan bukan untuk dan
atas nama persekutuannya.
b. Honorarium, komisi, fee, atau pembayaran lain
sebagai imbalan sehubungan dengan kegiatan
dan jasa yang dilakukan oleh orang pribadi
dengan status Subjek Pajak luar negeri.
c. Honorarium, komisi, fee, atau imbalan lain
kepada peserta pendidikan, pelatihan, dan
pegawai magang.
5) Penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah,
organisasi yang bersifat nasional dan internasional,
24
perkumpulan, orang pribadi serta lembaga lainnya yang
menyelenggarakan kegiatan, yang membayar
honorarium, hadiah, atau penghargaan dalam bentuk
apa pun kepada Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri
berkenaan dengan suatu kegiatan.
Tidak termasuk sebagai pemberi kerja yang mempunyai
kewajiban untuk melakukan pemotongan pajak adalah:
1) Kantor perwakilan negara asing;
2) Organisasi-organisasi internasional sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf c Undang-
Undang Pajak Penghasilan, yang telah ditetapkan oleh
Menteri Keuangan;
3) Pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang semata-mata
mempekerjakan orang pribadi untuk melakukan
pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan bukan dalam
rangka melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas;
4) Dalam hal organisasi internasional tidak memenuhi
ketentuan tersebut, organisasi internasional yang
dimaksud merupakan pemberi kerja yang berkewajiban
melakukan pemtongan pajak.
2.2.5.2 Penerima Penghasilan (Wajib Pajak PPh Pasal 21)
Menurut Resmi (2013 : 174), penerima penghasilan
yang dipotong PPh Pasal 21 adalah orang pribadi yang
merupakan:
1) Pegawai;
2) Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat
pensiun, tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua,
termasuk ahli warisnya;
25
3) Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh
penghasilan sehubungan dengan pemberian jasa,
meliputi:
a. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas,
yang terdiri dari pengacara, akuntan, arsitek,
dokter, konsultan, notaris, penilai, dan
aktuaris;
b. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi,
pelawak, bintang film, bintang sinetron,
bintang iklan, sutradara, kru film, foto model,
peragawan/peragawati, pemain drama, penari,
pemahat, pelukis, dan seniman lainnya;
c. Olahragawan;
d. Penasihat, penagajar, pelatih, penceramah,
penyuluh, dan moderator;
e. Pengarang, peneliti, dan penerjemah;
f. Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk
teknik komputer dan sistem aplikasinya,
telekomunikasi, elektronika, fotografi,
ekonomi, dan sosial serta pemberi jasa kepada
suatu kepanitiaan;
g. Agen iklan;
h. Pengawas atau pengelola proyek;
i. Pembawa pesanan atau yang menemukan
langganan atau yang menjadi perantara;
j. Petugas penjaja barang dagangan;
k. Petugas dinas luar asuransi;
l. Distributor perusahaan multilevel marketing
atau direct selling dan kegiatan sejenis
lainnya;
4) Anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang
tidak merangkap sebagai pegawai tetap pada
perusahaan yang sama;
5) Mantan pegawai;
26
6) Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh
penghasilan sehubungan dengan keikutsertaannya
dalam suatu kegiatan, antara lain meliputi:
a. Peserta perlombaan dalam segala bidang,
antara lain perlombaan olahraga, seni,
ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan
perlombaan lainnya;
b. Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan,
atau kunjungan kerja;
c. Peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan
sebagai penyelenggara kegiatan tertentu;
d. Peserta pendidikan dan pelatihan;
e. Peserta kegiatan lainnya.
2.2.5.3 Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21 (Objek PPh
Pasal 21)
Menurut Resmi (2013 : 177), penghasilan yang
dipotong PPh Pasal 21 adalah:
1) Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai
tetap, baik berupa penghasilan yang bersifat teratur
maupun tidak teratur;
2) Penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima
pensiun secara teratur berupa uang pensiun atau
penghasilan sejenisnya;
3) Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja
lepas, berupa upah harian, upah mingguan, upah
satuan, upah borongan atau upah yang dibayarkan
secara bulanan;
4) Imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa
honorarium, komisi, fee, dan imbalan sehubungan
dengan pekerjaan, jasa,dan kegiatan yang dilakukan;
5) Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa
uang saku, uang representasi, uang rapat, honorarium,
hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam
27
bentuk apa pun, dan imbalan sejenis dengan nama apa
pun;
6) Penghasilan berupa uang pesangon, uang manfaat
pensiun, tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua
yang dibayarkan sekaligus, yang pembayarannya
melewati jangka waktu 2 tahun sejak pegawai
berhenti bekerja;
7) Penghasilan berupa honorariun atau imbalan yang
bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh
anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang
tidak merangkap sebagai pegawai tetap pada
perusahaan yang sama;
8) Penghasilan berupa jasa produksi, tantiem ,
gratifikasi, bonus, atau imbalan lain yang bersifat
tidak teratur yang diterima atau diperoleh mantan
pegawai;
9) Penghasilan berupa penarikan dana pensiun oleh
peserta program pensiun yang masih berstatus sebagai
pegawai, dari dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan;
10) Semua jenis penghasilan no. 1 s.d. 9 yang diterima
dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan lainnya
dengan nama dan dalam bentuk apapun yang
diberikan oleh:
a. Wajib pajak yang dikenakan PPh yang bersifat
final; atau
b. Wajib pajak yang dikenakan PPh berdasarkan
norma penghitungan khusus (deemed profit).
2.2.5.4 Penghasilan yang Tidak Dipotong PPh Pasal 21
Menurut Resmi (2013 : 179), yang tidak termasuk
penghasilan yang dipotong PPh pasal 21 (bukan Objek PPh
Pasal 21) adalah:
28
1) Pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari
perusahaan sehubungan dengan asuransi kesehatan,
asuran kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna,
dan asuransi beasiswa;
2) Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan
dalam bentuk apa pun diberikan oleh Wajib Pajak
atau pemerintah (termasuk Pajak Penghasilan yang
ditanggung oleh pemberi kerja, maupun yang
ditanggung oleh pemerintah), kecuali penghasilan
yang diterima atau diperoleh penerima pensiun secara
teratur berupa uang pensiun atau penghasilan
sejenisnya;
3) Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun
yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan, iuran tunjangan hari tua atau iuran jaminan
hari tua kepada badan penyelenggara tunjangan hari
tua atau badan penyelenggara jaminan sosial tenaga
kerja yang dibayar oleh pemberi kerja;
4) Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak
dari badan atau lembaga amal zakat yang dibentuk
dan disahkan oleh pemerintah, atau sumbangan
keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama
yang diakui di Indonesia yang diterima oleh orang
pribadi yang berhak dari lembaga keagamaan yang
dibentuk atau disahkan oleh pemerintah;
5) Beasiswa yang diperoleh atau diterima oleh Warga
Negara Indonesia dari Wajib Pajak pemberi beasiswa
dalam rangka mengikuti pendidikan di dalam negeri
pada tingkat pendidikan dasar, pendidikan menengah,
dan pendidikan tinggi, yang tidak mempunyai
hubungan istimewa dengan pemilik, komisaris,
direksi, dan pengurus dari Wajib Pajak pemberi
beasiswa. Komponen beasiswa terdiri atas biaya
pendidikan yang dibayarkan ke sekolah (tuition fee),
29
biaya ujian, biaya penelitian yang berkaitan dengan
bidang studi yang diambil, pembelian buku, dan biaya
hidup yang wajar sesuai dengan daerah lokasi tempat
belajar.
2.2.5.5 Penghasilan Tidak Kena Pajak
Besarnya PTKP sebagaimana ditetapkan dalam
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 122 /PMK.010/201,
mulai tahun pajak 2015, PTKP (penghasilan tidak kena pajak)
yang berlaku adalah sebagai berikut:
- Rp 36.000.000 (tiga puluh enam juta rupiah) untuk diri
Wajib Pajak orang pribadi.
- Rp 3.000.0000 (tiga juta rupiah) tambahan untuk Wajib
Pajak yang kawin.
- Rp 36.000.000 (tiga puluh enam juta rupiah) tambahan
untuk seorang isteri yang penghasilannya digabung
dengan penghasilan suami sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 ayat (1) UndangUndang Nomor 7 Tahun 1983
tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2008;
- Rp 3.000.000 (tiga juta rupiah) tambahan untuk setiap
anggota keluarga sedarah dan·keluarga semenda dalam
garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi
tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang
untuk setiap keluarga.
Berikut ini besarnya PTKP sesuai dengan status
perkawinan WP :
- TK/0 = Rp 36.000.000
- K/0 = Rp 39.000.000
- K/1 = Rp 42.000.000
- K/2 = Rp 45.000.000
30
- K/3 = Rp 48.000.000
2.2.6 Tarif Pajak Penghasilan Pasal 17
Menurut Resmi (2013 : 187), Ketentuan tarif Pasal 17
ayat (1) huruf a Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang
PPh, adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Tarif Pajak Penghasilan Pasal 17
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif
Pajak
Rp. 0 sampai dengan Rp 50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah)
5 % ( lima
persen)
Di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan Rp 250.000.000,00 (dua
ratus lima puluh juta rupiah)
15 % (lima
belas
persen)
Di atas Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima
puluh juta rupiah) sampai dengan Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
25 % (dua
puluh lima
persen)
Di atas Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah)
30 % ( tiga
puluh
persen)
31
2.2.5.7 Biaya Jabatan
Menurut Mardiasmo (2011 : 187), Biaya Jabatan
adalah biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan yang dapat dikurangkan dari penghasilan setiap
orang yang bekerja sebagai pegawai tetap tanpa memandang
mempunyai jabatan atau tidak. Biaya jabatan yang dikenakan
adalah sebesar 5% dari gaji bruto. Besarnya biaya jabatan
adalah maksimal Rp. 6.000.000 setahun atau Rp. 500.000
sebulan.
2.2.5.8 Tahapan Penghitungan PPh Pasal 21
Menurut Resmi (2013 : 189), tahapan penghitungan PPh
Pasal 21 atas penghasilan teratur berupa gaji teratur secara
bulanan, harian, dan mingguan adalah sebagai berikut:
a) Untuk menghitung PPh Pasal 21 atas penghasilan
pegawai tetap, terlebih dahulu dihitung penghasilan bruto
yang diterima atau diperoleh selama sebulan, yang
meliputi seluruh gaji, segala jenis tunjamgan, dan
pembayaran teratur lainnya, termasuk uang lembur (over-
time) dan pembayaran sejenisnya.
b) Untuk perusahaan yang masuk program Jamsostek, Premi
Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Premi Jaminan
Kematian (JK), dan Premi Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan (JPK) yang dibayar oleh pemberi kerja
merupakan penghasilan bagi pegawai. Ketentuan yang
sama diberlakukan juga bagi premi asuransi kesehatan,
asuransi kecelakaan kerja, asuransi jiwa, asuransi dwi
guna, dan asuransi beasiswa yang dibayarkan oleh
32
pemberi kerja untuk pegawai kepada perusahaan asuransi
lainnya. Dalam menghitung PPh Pasal 21, premi asuransi
tersebut digabungkan dengan penghasilan bruto yang
dibayarkan oleh pemberi kerja kepada pegawai.
c) Selanjutnya dihitung jumlah penghasilan neto sebulan
yang diperoleh dengan cara mengurangi penghasilan
bruto sebulan dengan biaya jabatan, serta iuran pensiun,
iuran Jaminan Hari Tua, dan / atau iuran Tunjangan Hari
Tua yang dibayar sendiri oleh pegawai yang bersangkutan
melalui pemberi kerja kepada Dana Pensiun yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan atau
Badan Penyelenggara Program Jamsostek.
d) Selanjutnya dihitung penghasilan neto setahun, yaitu
jumlah penghasilan neto sebulan dikalikan 12.
e) Dalam hal seorang pegawai tetap dengan kewajiban pajak
subjektif sebagai Wajib Pajak dalam negeri sudah ada
sejak awal tahun, tetapi mulai bekerja setelah bulan
Januari, maka penghasilan neto setahun dihitung dengan
mengalikan penghasilan neto sebulan dengan banyaknya
bulan sejak pegawai yang bersangkutan mulai bekerja
sampai dengan bulan Desember.
f) Selanjutnya dihitung Penghasilan Kena Pajak sebagai
dasar penerapan Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh,
yaitu sebesar Penghasilan neto setahun pada huruf d) atau
e) diatas, dikurangi dengan PTKP.
g) Setelah diperoleh PPh terutang dengan menerapkan tarif
Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh terhadap Penhasilan
Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada huruf f),
selanjutnya dihitung PPh Pasal 21 sebulan, yang harus
dipotong dan / atau disetor ke kas negara yaitu sebesar:
1) Jumlah PPh Pasal 21 setahun atas penghasilan
sebagaimana dimaksud huruf d) dibagi dengan 12;
atau
33
2) Jumlah PPh Pasal 21 setahun atas penghasilan
sebagaimana dimaksud pada huruf e) dibagi
dengan 12.
h) Apabila pajak yang terutang oleh pemberi kerja tidak
didasarkan atas masa gaji sebulan, maka untuk
perhitungan PPh Pasal 21, jumlah penghasilan tersebut
terlebih dahulu dijadikan penghasilan bulanan dengan
mempergunakan faktor perkalian sebagai berikut:
1) Gaji untuk masa seminggu dikalikan dengan 4;
2) Gaji untuk masa sehari dikalikan dengan 26
i) Selanjutnya dilakukan perhitungan PPh Pasal 21 sebulan
dengan cara seperti dalam huruf d) sampai dengan g).
j) PPh Pasal 21 atas penghasilan seminggu dihitung
berdasarkan PPh Pasal 21 sebulan dalam huruf i) dibagi
26.
Penghitungan PPh Pasal 21 bagi pegawai tetap atas
penghasilan yang bersifat tetap secara umum dapat
dirumuskan sebagai berikut:
34
Gambar 2.1 Tahapan Penghitungan PPh 21
Sumber: Resmi (2013 :190)
.
2.3 Teori-Teori dalam Analisa dan Perancangan Sistem Informasi
2.3.1 Object-Oriented Approach
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : 60), object-
oriented apprroach atau pendekatan berorientasi objek merupakan
suatu pendekatan pengembangan sistem yang memandang sebuah
sistem informasi sebagai suatu kumpulan dari interaksi objek yang
bekerja bersama untuk menyelesaikan pekerjaan.
2.3.2 Object-Oriented Analysis
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : 60), object-
oriented analysis (OOA) atau analisis berorientasi objek,
mendefinisikan objek yang melakukan pekerjaan dan menentukan
interaksi pengguna (use case) apa yang diperlukan untuk
menyelesaikan tugas-tugas.
2.3.3 Object-Oriented Design
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : 60), object-
oriented design (OOD) atau perancangan berorientasi objek,
mendefinisikan seluruh jenis tambahan dari objek yang diperlukan
untuk berkomunikasi dengan orang-orang dan perangkat-perangkat
di dalam sistem, serta menunjukkan bagaimana objek berinteraksi
untuk menyelesaikan tugas, dan menyempurnakan definisi dari
masing-masing jenis objek, sehingga objek tersebut dapat
diimplementasikan dengan bahasa atau lingkungan yang spesifik.
35
2.3.4 Unified Process
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : 28), Unified
Process merupakan metodologi pengembangan sistem yang
dikembangkan oleh Grady Booch, James Rumbaugh, dan Ivar
Jacobson. Unified Process mendefinisikan fase – fase suatu proyek
dari awal sampai akhir, dan setiap fase membutuhkan satu atau lebih
siklus, atau perulangan dari pengembangan kerja yang menlengkapi
bagian dari sistem informasi.
Tabel 2.2 Fase – fase Unified Process
UP Phase Tujuan
Inception Mengembangkan visi dari sistem, membuat business
case, mendefinisikan ruang lingkup dan
menghasilkan estimasi dari biaya dan waktu.
Elaboration Memperbaiki visi dari sistem, mengidentifikasikan
dan menggambarkan semua kebutuhan sistem,
menyelesaikan ruang lingkup, desain dan
implementasi dari arsitektur dan fungsi inti dari
sistem, menyelesaikan risiko yang tinggi dan
membuat perkiraan realistis dari biaya dan waktu.
Construction Implementasi risiko yang lebih rendah, memprediksi
elemen yang lebih sederhana, dan mempersiapkan
untuk penyebaran dari sistem.
Transition Menyelesaikan versi beta dan penyebaran dari
sistem, sehingga pemakai dapat menggunakan sistem
tersebut dan sistem tersebut siap mendatangkan
keuntungan sesuai yang diperkirakan.
36
UP Discipline dapat dibagi dalam 2 kategori utama, yaitu:
system development activities dan project management activities.
Enam bagian utama dalam UP development discipline adalah:
a. Business Modelling
b. Requirements
c. Design
d. Implementation
e. Testing
f. Deployment
Sedangkan, tiga bagian tambahan support discipline yang
diperlukan untuk perencanaan dan mengontrol proyek, adalah:
a. Configuration and change management
b. Project management
c. Environment
2.3.5 Unified Modeling Language
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : 48), Unified
Modeling Language (UML) merupakan suatu kesatuan standar
model konstruksi dan notasi yang dikembangkan secara khusus
untuk pengembangan berorientasi objek.
2.3.6 Acitivity Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, and Burd (2005 : 144), activity
diagram menggambarkan beragam aktivitas pengguna atau sistem,
orang yang melakukan setiap aktivitas, dan urutan alur dari aktivitas-
aktivitas tersebut.
Tabel 2.3 Notasi Activity Diagram
Simbol Fungsi
37
Swimlane. Menggambarkan
area persegi panjang pada
activity diagram yang
mewakili kegiatan yang
dilakukan oleh agen tunggal.
Starting activity (Pseudo).
Menggambarkan awal dari
suatu proses bisnis.
Transition arrow.
Menunjukkan hubungan antar
aktivitas pada proses bisnis.
Activity. Menggambarkan
aktivitas yang dilakukan
dalam proses bisnis.
Ending activity (Pseudo).
Menggambarkan akhir dari
alur aktivitas dalam proses
bisnis.
Synchronization bar. Simbol
yang digunakan dalam ctivity
diagram untuk mengontrol
pemisahan atau penyatuan
jalur yang berurutan.
38
Decision activity.
Menggambarkan dua kondisi
dan keputusan yang berbeda
pada aktivitas proses bisnis.
Gambar 2.2 Activity Diagram
Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : 146)
2.3.7 Event Table
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : 174), event
table adalah suatu katalog dari use case yang berisi kumpulan –
kumpulan kejadian dalam baris dan bagian kunci dari informasi
tentang masing-masing kejadian dalam kolom.
39
Komponen-komponen kunci yang terdapat dalam event table,
diantaranya adalah:
a) Event: suatu kejadian yang menyebabkan sistem untuk
melakukan sesuatu.
b) Trigger: suatu tanda yang memberitahu sistem bahwa suatu
kejadian telah terjadi, baik kedatangan data memerlukan
proses ataupun titik waktu.
c) Source: agen eksternal yang menyediakan data untuk sistem.
d) Use case: aktivitas yang dilakukan oleh sistem ketika suatu
kejadian terjadi.
e) Response: hasil yang dihasilkan oleh sistem, yang menuju
pada suatu tujuan.
f) Destination: agen eksternal yang menerima data dari sistem.
Gambar 2.3 Event Table
Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : 175)
2.3.8 Use Case Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : 213), use case
diagram adalah suatu diagram yang menunjukkan berbagai sistem
dan cara pengguna sistem tersebut berinteraksi dengan sistem. Notasi
yang digunakan pada use case diagram dapat dilihat pada Tabel 2.4.
40
Tabel 2.4 Notasi Use Case Diagram
Notasi Fungsi
Actor. Menggambarkan
orang yang berhubungan
dengan sistem dan diberikan
nama berdasarkan perannya.
Use Case. Menggambarkan
aktivitas yang dilakukan
oleh sistem, berdasarkan
respon dari pengguna
(actor).
Automation boundary.
Untuk menandakan batasan
antara lingkungan dimana
aktor berada dan komponen
internal dari sistem
komputer.
Connecting line.
Menunjukkan aktor mana
yang ambil bagian dalam
use case.
41
Gambar 2.4 Use Case Diagram
Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : 216)
2.3.9 Use Case Description
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : 220), ada 3
jenis use case description yaitu, brief description, intermediate
description, dan fully developed description. Fully developed
description merupakan metode paling formal dalam
mendokumentasikan use case. Dalam fully developed description
berisi komponen-komponen sebagai berikut:
1. Use case name: untuk menuliskan nama dari suatu use
case.
2. Scenario: untuk menuliskan aktivitas dalam use case.
3. Triggering event: untuk mengidentifikasikan pemicu yang
memulai suatu use case.
4. Brief description: untuk menuliskan deskripsi dari suatu
use case / skenario.
5. Actors: untuk mengidentifikasi aktor yang berhubungan
langsung dengan use case.
6. Related use case: untuk mengidentifikasi use case lain
dan cara use case lain tersebut berhubungan dengan suatu
use case.
42
7. Stakeholders: untuk mengidentifikasi kelompok / aktor
yang menggunakan hasil dari use case.
8. Precondition: untuk mengidentifikasi suatu tindakan yang
harus dilakukan sebelum use case dimulai, termasuk objek
yang sudah harus ada sebelum dimulainya suatu use case.
9. Postcondition: untuk mengidentifikasi suatu tindakan yang
terjadi setelah selesainya suatu use case.
10. Flow of Events: digambarkan dalam 2 kolom, yaitu kolom
aktor dan kolom sistem. Kolom aktor untuk
mengidentifikasi tindakan – tindakan yang dilakukan oleh
aktor secara berurutan, sedangkan kolom sistem
mengidentifikasi respons yang dilakukan oleh sistem.
11. Exception conditions: untuk mengidentifikasi kondisi yang
menjadi pengecualian terjadinya suatu tindakan dalam use
case.
43
Gambar 2.5 Fully Developed Description
Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : 223)
2.3.10 Domain Model Class Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : 184), domain
model class diagram adalah suatu UML diagram yang menampilkan
hal-hal yang penting dalam pekerjaan pengguna: problem domain
classes, hubungan-hubungan antar kelas, dan atribut-atributnya.
44
Gambar 2.6 Domain Model Class Diagram
Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : 310)
2.3.11 Sequence Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : 213), system
sequence diagram merupakan sebuah diagram yang menampilkan
urutan dari message antara aktor eksternal dan sistem selama
skenario atau use case. System sequence diagram digunakan untuk
mendeskripsikan alur informasi ke dalam dan ke luar dari sistem yang
terotomatisasi.
45
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : 316),
menjelaskan bahwa, dalam merancang domain layer, diperlukan
sebuah objek baru yang berlabel handler sebagai objek pengendali.
Objek pengendali ini berfungsi sebagai pusat dalam mengumpulkan
semua pesan input untuk use case.
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : .320),
menyatakan bahwa view layer merupakan interaksi antara manusia
atau dalam hal ini pengguna dengan komputer dan memerlukan desain
rancangan tampilan antar muka untuk setiap use case. Dalam view
layer, digambarkan suatu objek baru yaitu objek boundary yang
berperan sebagai user interface objek dan objek boundary ini
ditempatkan diantara actor dan domain object.
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : 322), data
access layer menunjukkan prinsip pemisahan tanggung jawab dalam
penggambaran sequence diagram. Dalam data access layer,
digambarkan suatu objek baru yaitu, objek DA / Data Access yang
berperan untuk mengakses database.
Tabel 2.5 Notasi Sequence Diagram
Notasi Kegunaan
Actor. Menunjukkan
pengguna yang berperan
dalam interksi dengan sistem,
melalui pertukaran informasi
Notasi Kegunaan
46
Lifeline / Object Lifeline.
Menampilkan urutan
informasi dari awal hingga
akhir.
Input message.
Menggambarkan pesan /
perintah yang dikirimkan
oleh actor ke sistem.
Output message.
Menggambarkan respons
balik dari sistem ke actor.
Boundary Object
menggambarkan objek yang
berfungsi sebagai pembatas
suatu sistem dan juga sebagai
tampilan antar muka dari
object dalam suatu sistem.
ControllerObject / object
handler menggamnbarkan
objek pengendali dalam suatu
sistem.
47
Notasi Kegunaan
Domain Object merupakan
suatu objek utama yang
berpengaruh dalam sistem.
Data Access Object
menggambarkan objek
database yang dimiliki oleh
suatu object dalam suatu
sistem.
Gambar 2.7 System Sequence Diagram
Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : 229)
48
2.3.12 First-Cut Design Class Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : 309), first cut
design class diagram dikembangkan dengan memperluas domain
model class diagram dalam pembuatannya. Dalam perancangan first
cut design class diagram, membutuhkan dua langkah, yaitu:
1. Menguraikan atribut dengan jenis dan informasi nilai awal
2. Menambahkan panah visibilitas navigasi
Gambar 2.8 First-cut Design Class Diagram
Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : 311)
49
2.3.13 Updated Design Class Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : 337), dalam
merancang class diagram saat ini dapat dikembangkan untuk setiap
layer yang ada. Pada view layer dan data access layer, beberapa kelas
baru harus ditetapkan. Pada domain layer ada beberapa kelas baru
yang juga ditambahkan untuk pengendali use case.
Gambar 2.9 Updated Design Class Diagram
Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : 340)
2.3.14 Package Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : 342), package
diagram digunakan sebagai diagram yang menunjukkan hubungan
antar komponen – komponen dan ketergantungannya. Pada umumnya,
package diagram digunakan untuk menghubungkan kelas – kelas atau
komponen sistem lain.
50
Gambar 2.10 Package Diagram
Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : 341)
2.3.15 Persistent Object
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : 66), persistent
object merupakan objek yang diingat oleh sistem dan tersedia untuk
digunakan secara terus – menerus.
2.3.16 User Interface
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd. (2005 : 442), user
interface (UI) merupakan bagian dari sistem informasi yang
membutuhkan interaksi sistem dengan pengguna untuk menghasilkan
input dan output.
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : 453)
menyatakan bahwa terdapat banyak pedoman yang dipublikasikan
untuk membuat rancangan interface, salah satunya adalah Eight
51
Golden Rules yang diajukan oleh Ben Shneiderman, diantaranya
adalah:
1) Berusaha Untuk Konsisten (Strive For Consistency)
Merancang tampilan yang konsisten yang berfungsi
secara konsisten merupakan salah satu tujuan desain yang
paling penting. Cara informasi tersebut disusun dalam
form, nama dan susunan menu item, ukuran dan bentuk
ikon, serta urutan untuk melakukan tugas. Hal tersebut
dilakukan karena manusia adalah makhluk dengan
kebiasaan.
2) Memungkinkan Pengguna Untuk Menggunakan Shortcut
(Enable Frequent Users to Use Shortcuts)
Pengguna yang bekerja dengan satu aplikasi sepanjang
hari bersedia menginvestasikan waktu untuk belajar cara
pintas. Mereka dengan cepat kehilangan kesabaran dengan
urutan menu panjang dan beberapa kotak dialog ketika
mereka tahu persis apa yang ingin mereka lakukan. Oleh
karena itu, desainer memberikan tombol shortcut yang
mengurangi jumlah interaksi untuk tugas yang diberikan.
3) Memberikan Umpan Balik yang Informatif (Offer
Informative Feedback)
Setiap tindakan yang diambil pengguna harus
menghasilkan beberapa jenis umpan balik dari komputer
sehingga pengguna mengetahui bahwa tindakan tersebut
diakui. Bahkan, bunyi klik keyboard dapat membantu
pengguna, jadi sebuah bunyi klik pada elektronik sengaja
disertakan oleh sistem operasi. Jika pengguna mengklik
tombol, tombol harus mengubah visualnya dan mungkin
dapat membuat suara.
4) Merancang Dialog Untuk Menghasilkan Penutupan
(Design diaLogs to Yield Closure)
Setiap dialog dengan sistem harus diorganisasikan dengan
urutan yang jelas, dari awal, tengah, dan akhir. Pengguna
52
sering terfokus pada suatu tugas, sehingga ketika
dinyatakan tugas tersebut sudah selesai, maka pengguna
dapat mempersiapkan dirinya untuk fokus ke tugas
berikutnya.
5) Memberikan Penanganan Masalah yang Sederhana (Offer
Simple Error Handling)
Jika terjadi sebuah kesalahan, sistem perlu melakukan
mekanisme untuk menanganinya. Ketika sistem
menemukan kesalahan, pesan kesalahan harus menyatakan
secara spesifik apa yang salah dan menjelaskan bagaimana
cara untuk memperbaikinya. Pesan kesalahan juga tidak
boleh menyalahkan pengguna.
6) Memungkinkan Untuk Kembali ke Tindakan Sebelumnya
Dengan Mudah (Permit Easy Reversal of Actions)
Pengguna perlu merasa bahwa mereka dapat
mengeksplorasi pilihan dan mengambil tindakan yang
dapat dibatalkan atau kembali ke tindakan sebelumnya
tanpa kesulitan.
7) Mendukung Tempat Pengendalian Internal (Support
Internal Locus of Control)
Pengguna yang berpengalaman ingin merasa bahwa
mereka memiliki kuasa atas sistem dan bahwa sistem
menanggapi perintah mereka. Mereka tidak boleh dipaksa
untuk melakukan sesuatu atau dibuat untuk merasa seolah-
olah sistem yang mengendalikan mereka. Sistem harus
membuat pengguna merasa bahwa mereka memutuskan
apa yang harus dilakukan.
8) Mengurangi Muatan Memori Jangka Pendek (Reduce
Short-Term Memory Load)
Orang-orang memiliki banyak keterbatasan, dan memori
jangka pendek adalah salah satu yang terbesar. Orang
hanya dapat mengingat sekitar tujuh potongan informasi
pada satu waktu. Perancang tampilan tidak dapat
berasumsi bahwa pengguna akan mengingat seluruhnya,
53
dari form ke form, atau dari dialog box ke dialog box
selama berinteraksi dengan sistem.
Dengan mengingat eight golden rules ini, seorang perancang
tampilan dapat membantu memastikan bahwa interaksi pengguna
efisien dan efektif.
2.3.17 Story Board
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : 460),
storyboard merupakan suatu teknik yang digunakan untuk
mendokumentasikan dialog rancangan dengan menampilkan urutan
gambar dari tampilan layar.
2.3.18 Deployment Environment
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005 : 270),
deployment environment terdiri dari perangkat keras, sistem
perangkat lunak, dan lingkungan jaringan, dimana sistem akan
beroperasi.
2.3.18.1 Single-Computer dan Multitier Architecture
1) Single-computer architecture adalah arsitektur yang
menggunakan sebuah sistem komputer tunggal yang
mengeksekusi seluruh aplikasi perangkat lunak terkait.
Kelebihan utama dari single-computer architecture
adalah kesederhanaannya. Sistem informasi yang
digunakan pada sistem komputer tunggal relative
mudah untuk dirancang, dibangun, dioperasikan, dan
dipelihara. Keterbatasan kapasitas pada komputer
tunggal mungkin membuat single-computer
architecture tidak praktis atau tidak dapat digunakan
untuk sistem informasi besar.
2) Multitier architecture adalah arsitektur yang
mendistribusikan aplikasi perangkat lunak terkait atau
beban pengolahan di beberapa sistem komputer.
Multitier architecture dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
54
Clustered architecture
Adalah kumpulan komputer dengan jenis yang
sama yang membagi beban pengolahan dan
bertindak sebagai sebuah sistem komputer besar.
Multicomputer architecture
Adalah kumpulan dari jenis komputer yang
berbeda jenis yang membagi beban pengolahan
melalui fungsi spesialisasi.
Gambar 2.11 Single-Computer Architecture
Gambar 2.12 Clustered Architecture
55
Gambar 2.13 Multicomputer Architecture
2.3.18.2 Centralized and Distributed Architecture
1) Centralized architecture adalah arsitektur yang
menempatkan seluruh sumberdaya komputasi pada
lokasi pusat. Centralized architecture umumnya
digunakan untuk proses aplikasi berskala besar,
termasuk aplikasi batch dan real-time.
2) Distributed architecture adalah arsitektur yang
menempatkan sumberdaya komputasi di beberapa
tempat yang dihubungkan oleh jaringan komputer.
2.3.19 Software Architecture
1) Client/server architecture memisahkan software ke dalam
dua jenis: client dan server. Sebuah server mengelola satu
atau lebih banyak sumber daya sistem informasi atau
menyediakan layanan yang didefinisikan dengan baik.
Sebuah client berkomunikasi dengan server untuk meminta
sumber daya atau layanan, dan server merespon permintaan
mereka.
Arsitektur client / server merupakan model umum organisasi
perangkat lunak dan perilaku yang dapat diimplementasikan
dalam berbagai cara. Ketika merancang software client /
server, masalah arsitektur berikut harus ditujukan:
Menguraikan aplikasi ke dalam program client dan
server, modul, atau benda
Menentukan klien dan server yang akan berjalan pada
beberapa sistem komputer
Menggambarkan protokol komunikasi dan jaringan
yang menghubungkan klien dan server
56
Gambar 2.14 Arsitektur Client/Server dengan Database
2) Three-layer client/server architecture
Adalah membagi aplikasi perangkat lunak ke dalam satu set
klien dan server melakukan proses independen dari perangkat
keras atau lokasi. Semua lapisan mungkin berada pada satu
prosesor, atau tiga atau lebih lapisan mungkin didistribusikan
di banyak prosesor. Dengan kata lain, lapisan mungkin
berada pada satu atau lebih tingkatan. Hal paling umum dari
seperangkat lapisan meliputi:
• Lapisan data, yang mengelola data yang disimpan,
biasanya dalam satu atau lebih database
• Lapisan logika bisnis, yang mengimplementasikan aturan
dan prosedur pengolahan bisnis
• Lapisan pandangan, yang menerima input pengguna dan
format dan menampilkan hasil pengolahan
Gambar 2.15 Three-layer Architecture
2.3.20 Kerangka Berpikir
57
Gambar 2.16 Kerangka Berpikir
top related