2019 - ppkl.menlhk.go.id · sebesar 214.092.521.000,- (dua ratus empat belas milyar sembilan puluh...

160
Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA 2019

Upload: others

Post on 15-Feb-2020

35 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemarandan Kerusakan Lingkungan

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANANREPUBLIK INDONESIA

LAPORAN KINERJA2019

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

2 2014 - 2019 | Laporan Kinerja

012015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga Laporan Kinerja (LKj) Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (Ditjen PPKL) Tahun 2019 selesai disusun. Laporan ini disusun dengan tujuan: 1) sebagai bahan evaluasi perencanaan dan kinerja program, 2) sebagai media dokumentasi pelaporan pelaksanaan kegiatan, 3) sebagai salah satu wujud transparansi dan pertanggungjawaban publik terhadap pelaksanaan program dan anggaran.

Laporan ini menampilkan capaian untuk setiap Sasaran Kegiatan Ditjen PPKL yang terdiri dari 6 (enam) program dan 10 (sepuluh) Indikator Kinerja Kegiatan. Tahun 2019 merupakan tahun kelima dari pelaksanaan RPJMN 2015-2019 dan Rencana Strategis Ditjen PPKL 2015-2019. Kegiatan-kegiatan penyusunan Norma, Standar, Prosedur, Kriteria (NSPK), Pedoman/Panduan, Peraturan Menteri dan Kebijakan terkait Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan terus dilakukan agar terjadi peningkatan kinerja baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah daerah dan stakeholder lainnya.

Kegiatan fasilitasi untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan telah dilakukan dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang meliputi: PROPER; penurunan beban pencemaran air dalam rangka pengelolaan DAS; pengendalian pencemaran pesisir dan laut; penurunan beban pencemaran udara; pembangunan alat pemantau kualitas air (ONLIMO), kualitas udara (AQMS) dan tinggi muka air tanah gambut (SiMATAG-0,4), Pemantauan Kualitas Air Limbah Secara Terus Menerus Dan Dalam Jaringan Bagi Usaha dan/Atau Kegiatan (SPARING), Pengembangan Sistem Pemantauan Emisi Industri Secara Otomatis, Kontinyu dan Terintegrasi (SISPEK); pemulihan lahan akses terbuka; pemulihan ekosistem lahan gambut; pemulihan kerusakan kawasan pesisir dan laut; serta pembinaan, pengawasan dan kemitraan. Kegiatan pendukung lainnya yang terus dikembangkan antara lain pengembangan Sistem Informasi Pelaporan Elektronik Lingkungan Hidup (SIMPEL) dan Sistem Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Berbasis Elektronik (E-Monev) untuk meningkatkan kinerja pelaksanaan kegiatan, penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) serta pelaksanaan Reformasi Birokrasi di Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan.

Penyusunan laporan kinerja merupakan bagian dari Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang meliputi perencanaan, perjanjian kinerja, pengukuran kinerja, pengelolaan data kinerja, pelaporan kinerja, reviu dan evaluasi kinerja, sesuai amanat Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan ini disusun sebagai bentuk akuntabilitas yang dipercayakan atas penggunaan anggaran tahun 2019. Analisis atas capaian kinerja terhadap target kinerja ini akan digunakan sebagai umpan balik perbaikan dan peningkatan kinerja Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan. Semoga Laporan Kinerja ini dapat dimanfaatkan oleh semua pihak yang membutuhkan.

Jakarta, Januari 2020Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

M.R. Karliansyah

KATA PENGANTAR

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

02 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

RINGKASAN EKSEKUTIF

Laporan Kinerja (LKj) disusun sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan terhadap pelaksanaan program dan anggaran. Pelaporan kinerja adalah rangkaian dari sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (SAKIP) sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2014. Laporan kinerja disusun berdasarkan Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Tahun 2019.

“SASARANMeningkatnya Kualitas Air

SASARANMeningkatnya Kualitas Tutupan Lahan

SASARANMenurunnya beban pencemaran dan tingkat kerusakan wilayah pesisir dan laut

SASARANMeningkatnya kualitas pengelolaan lahan gambut

SASARANMeningkatnya Kualitas Udara

Selain itu terkait dengan sistem tatakelola pemerintahan yang baik, memiliki Sasaran Program terwujudnya reformasi tata kelola kepemerintahan yang baik di lingkungan Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan.

Sasaran Program Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan mendukung Sasaran Strategis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam meningkatnya kualitas lingkungan hidup yang tercermin dalam Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) sebesar 66,5- 68,5 pada tahun 2019. Sasaran Strategis ini juga merupakan Indikator Kinerja Utama (IKU1) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Dalam meningkatkan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup, Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan mempunyai peran dalam meningkatkan kualitas udara, air, dan tutupan lahan. Sasaran Program Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan juga mendukung Sasaran Strategis untuk pelestarian keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati serta keberadaan sumberdaya alam sebagai sistem penyangga kehidupan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan.

Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan terdiri dari 5 (lima) Sasaran Program yang harus dicapai pada tahun 2019, yaitu:

032015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Indeks Kualitas Air

Indeks Tutupan Lahan

SAKIP Ditjen PPKL dengan nilai minimal 78,00 (A) di tahun 2019

Indeks Kualitas Udara

Persentase penurunan beban pencemaran dan tingkat kerusakan wilayah pesisir dan laut,

TARGET

17,5%Nilai Minimal

78

Luas lahan gambut terdegredasi yang dipulihkan pada areal penggunanya,

TARGET

1.500Hektar

TARGET5555Minimal TARGET62

62MinimalTARGET84Minimal

84

Sasaran Program Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan memiliki Indikator Kinerja Program sebagai Indikator Kinerja Utama dan target yang harus dicapai, yaitu:

Anggaran DIPA Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan tahun 2018 sebesar 214.092.521.000,- (dua ratus empat belas milyar sembilan puluh dua juta lima ratus dua puluh satu ribu rupiah) setelah dilakukan revisi anggaran menjadi Rp. 212.454.757.000,- (dua ratus dua belas milyar empat ratus lima puluh empat juta tujuh ratus lima puluh tujuh ribu rupiah). dengan realisasi sebesar Rp. 204.332.128.246,- (dua ratus empat milyar tiga ratus tiga puluh dua juta seratus dua puluh delapan ribu dua ratus empat puluh enam rupiah).

Capaian kinerja Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan pada tahun 2019 mencapai 125,56%. Capaian penyerapan anggaran sebesar 97,81% dan efisiensi sebesar 1,28 serta efektivitas sebesar 1,16. Analisis atas capaian kinerja sasaran program dikaitkan dengan indikator kinerjanya dapat diuraikan sebagai berikut:

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

04 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

Target Indikator Kinerja Program untuk sasaran meningkatnya kualitas udara pada tahun 2019 ini adalah Indeks Kualitas Udara (IKU) sebesar 84 sedangkan hasil penghitungan IKU nasional sebesar 86,56, sehingga capaian kinerjanya sebesar 103,05%. Bila dibandingkan dengan IKU tahun 2018 sebesar 84,74, maka terjadi peningkatan sebesar 1,82 poin.

Capaian penyerapan anggarannya sebesar 99,92% dengan efisiensi sebesar 1,03 dan efektifitas sebesar 1,01. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas udara, antara lain:

Target Indikator Kinerja Program untuk sasaran meningkatnya kualitas air pada tahun 2019 ini adalah Indeks Kualitas Air (IKA) sebesar 55,00, sedangkan hasil penghitungan IKA nasional sebesar 52,62, sehingga capaian kinerjanya sebesar 95,67%. Bila dibandingkan dengan IKU tahun 2018 sebesar 51,01, maka terjadi peningkatan sebesar 1,61 poin. Capaian penyerapan anggarannya sebesar 97,49% dengan efisiensi sebesar 0,98 dan efektivitas sebesar 1,01. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas air, antara lain :

Target Indikator Kinerja Program untuk sasaran meningkatnya kualitas tutupan lahan pada tahun 2019 ini adalah Indeks Kualitas Tutupan Lahan (IKTL) sebesar 62,00, sedangkan hasil penghitungan IKTL nasional sebesar 62,00, sehingga capaian kinerjanya sebesar 100,00%. Bila dibandingkan dengan IKTL tahun 2018 sebesar 61,03, maka terjadi kenaikan sebesar 0,97 poin. Capaian penyerapan anggarannya sebesar 97,70% dengan efisiensi sebesar 1,02 dan efektivitas sebesar 1,00. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas tutupan lahan, antara lain:

Meningkatnya Kualitas Udara

Meningkatnya Kualitas Air

Meningkatnya Kualitas Tutupan Lahan 01 02 03

SASARAN SASARAN SASARAN

Evaluasi kinerja pengendalian pencemaran air dari sector industry

yang mencapai 85% atau 1.708 industri yang memenuhi baku mutu air limbah.

Kegiatan pendukung lainnya antara lain pengembangan pemantauan kualitas air limbah secara terus menerus dan dalam jaringan bagi usaha dan/atau kegiatan (SPARING) dan pelaksanaan

izin pembuangan air limbah dengan cara injeksi;

Pemantauan kualitas air sebanyak 537 titik pada 78 sungai di 34 Provinsi dan

membangun Onlimo sebanyak 7 titik di DAS Citarum (4 titik), DAS Kapuas (1 titik)

dan DAS Brantas (2 titik)

Melakukan kajian untuk penetapan Daya Tampung Beban Pencemaran pada DAS Limboto, Musi, Jeneberang dan Moyo;

Instalasi Plasma Nanobubble di Tukad Badung, Denpasar, Bali dan Situ Gintung,

Tangerang Selatan, Banten;

Pembangunan IPAL Domestik sebanyak 72 unit di 53 Kabupaten/Kota pada 8 DAS prioritas dan IPAL Usaha Skala Kecil (USK) sebanyak 161 unit di 42 Kabupaten/Kota

pada 11 DAS prioritas;

Pengelolaan DAS Citarum dengan membangun Ekoriparian di 2 lokasi,

pembangunan IPAL Domestik, Biodigester kotoran ternak dan pembangunan kolam

retensi.

Evaluasi kinerja pengendalian pencemaran udara dari sektor industry

yang mencapai 91,15% atau 1.834 industri yang memenuhi baku mutu emisi. Kegiatan pendukung lainnya

antara lain: intervensi kebijakan dan pengembangan system pemantauan

emisi industry secara otomatis, kontinyu dan terintegrasi (SISPEK);

Pemantauan kualitas udara perkotaan pada 419 kabupaten/kota dan

pembangunan AQMS di 13 kota yaitu Kota Medan, Kota Bengkulu, Kota

Bandar Lampung, Kota Bandung, Kota Bekasi, Kota Depok, Kota Semarang,

Kota Yogyakarta, Kota Surabaya, Kota Malang, Kota Denpasar, Kota Kupang,

Kota Jayapura.

Pemulihan lahan bekas tambang rakyat dilakukan di 5 (lima) lokasi, dengan luas total pemulihan sebesar 40,18 Ha. yaitu

Desa Batu Butok (Paser, Kalimantan Timur) 1,175 Ha, Desa Kancinaa (Buton,

Sulawesi Tenggara 0,98Ha, Desa Bambang (Kabupaten Malang, Jawa Timur) 22 Ha, Desa Cisantana (Kabupaten Kuningan, Jawa Barat) 7,63 Ha dan Desa Jangkar

Asam (Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka Belitung) 8,4 Ha,

Kegiatan pendukung lainnya, antara lain melaksanakan studi kelayakan di 2 (dua)

lokasi, yaitu Kabupaten Bengkayang Landak, Kalimantan Barat 8,77 Ha dan

Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau 9,487 Ha dengan luas total rencana pemulihan

sebesar 18,257Ha;

Evaluasi kinerja pemulihan lahan dari sector industry pada 37 industri.

052015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Target Indikator Kinerja Program untuk sasaran menurunnya beban pencemaran dan tingkat kerusakan wilayah pesisir dan laut pada tahun 2019 ini sebesar 17,5%, sedangkan hasil capaian indikator kinerja sebesar 39,30% sehingga persentase capaian kinerjanya sebesar 224,57%. Capaian penyerapan anggarannya sebesar 99,42% dengan efisiensi sebesar 2,26 dan efektifitas sebesar 1,79. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk menurunkan beban pencemaran dan kerusakan pesisir dan laut, antara lain :

Target Indikator Kinerja Program untuk sasaran Terwujudnya reformasi tata kelola kepemerintahan yang baik di lingkungan Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan LH pada tahun 2019 ini adalah SAKIP dengan nilai 78. Evaluasi SAKIP pada saat penyusunaan laporan kinerja ini belum dilaksanakan sehingga capaian kinerja, efisiensi dan efektivitas belum dapat diukur, sedangkan hasil evaluasi SAKIP tahun 2018 sebesar 77,14 mengalami kenaikan dari tahun 2016 (69,01) dan 2017 (74,49) dan capaian sampai tahun 2019 sebesar 98,90% dengan target 78 poin. Capaian penyerapan anggarannya sebesar 99,35%.

Target Indikator Kinerja Program untuk sasaran meningkatnya kualitas pengelolaan lahan gambut pada tahun 2019 adalah sebesar 1.500Ha, sedangkan hasil capaian indikator kinerja sebesar 1.568Ha sehingga persentase capaian kinerjanya sebesar 104,53%. Capaian penyerapan anggarannya sebesar 93,36% dengan efisiensi sebesar 1,12 dan efektivitas sebesar 0,99. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pengelolaan lahan gambut,antara lain:

Menurunnya beban pencemaran dan tingkat kerusakan wilayah pesisir dan laut

Terwujudnya reformasi tata kelola kepemerintahan yang baik di lingkungan Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup

Meningkatnya kualitas pengelolaan lahan gambut

04 0605SASARAN SASARANSASARAN

Pemulihan ekosistem terumbu karang di 3 (tiga) lokasi, yaitu: Kepulauan

Karimunjawa, Jepara, Jawa Tengah, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa

Tenggara Barat dan Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara;

Penanganan tumpahan minyak di perairan Batam dan Bintan, Kepulauan

Riau serta di perairan Pesisir Utara Jawa Barat;

Evaluasi kinerja pengelolaan lingkungan hidup di 10 (sepuluh) kawasan pelabuhan;

Pemantauan kualitas air laut yang mewakili 34 Provinsi;

Pemantauan sampah laut di 24 Kabupaten/Kota yang berada pada 22

Provinsi dan 10 (sepuluh) lokasi kegiatan bersih pantai;

Pelaksanaan Izin Pembuangan Air Limbah ke Laut sebanyak 41 permohonan baru

dan 74 penerbitan IPLC.

Pemulihan ekosistem gambut seluas 1.568 Ha dengan sekat kanal yang

dibangun sebanyak 84 unit;

Pemantauan lahan gambut di lahan konsesi Hutan Tanaman Industri dan Perkebunan, sebanyak 280 industri

sampai tahun 2019;

Pelaksanaan inventarisasi Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG) di 71 KHG

prioritas sampai tahun 2019.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan Penyelenggaraan SAKIP, antara lain:- Meningkatkan kualitas perencanaan,

monitoring dan evaluasi serta pelaporan pelaksanaan program dan anggaran;

- Mengembangkan E-Monev; - Meningkatkan penyelenggaraan SPIP

dan Reformasi Birokrasi;- Meningkatkan tata kelola keuangan

dan layanan intenal;- Meningkatkan layanan data dan

kehumasan;- Penyusunan kebijakan dan peraturan- Meningkatkan pengelolaan

kepegawaian dan ortala

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

06 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

Ringkasan Capaian Kinerja Sasaran Program Ditjen PPKL

SASARAN IIICapaian kinerja sebesar : 100%Target 2019 : 62,00Capaian IKTL : 62,00Capaian penyerapan anggaran : 97,70%Efisiensi : 1,02Efektifitas : 1,00

SASARAN VCapaian kinerja sebesar : 104,53%Target 2019 : 1.500 HaCapaian : 1.568 HaCapaian penyerapan anggaran : 93,36%Efisiensi : 1,12Efektifitas : 0,99

SASARAN IICapaian kinerja sebesar : 95,67%Target 2019 : 52,62Capaian Indeks Kualitas Air (IKA) : 55,00Capaian penyerapan anggaran : 97,49%Efisiensi : 0,98Efektifitas : 1,01

SASARAN IVCapaian kinerja sebesar : 224,57%Target 2019 : 17,50%Capaian : 39,30%Capaian penyerapan anggaran : 99,4%Efisiensi : 2,26Efektifitas : 1,79

SASARAN VITarget SAKIP 2019 : 78Capaian Tahun 2018 : 77,14 poinCapaian penyerapan anggaran : 99,35%

SASARAN ICapaian kinerja sebesar : 103,05%Target 2019 : 84,00Capaian Indeks Kualitas Udara (IKU): 86,56Capaian penyerapan anggaran : 99,92%Efisiensi : 1,03Efektifitas : 1,01

072015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL

KATA PENGANTAR 01

RINGKASAN EKSEKUTIF 02

DAFTAR ISI 07

DAFTAR TABEL 07

DAFTAR GAMBAR 09

BAB I. PENDAHULUAN 12

1.1 Tugas dan Fungsi 15

1.2 Struktur Organisasi 18

1.3 Sumber Daya Manusia 19

1.4 Keuangan 19

BAB II. PERENCANAAN KINERJA 21

2.1 Rencana Strategis 2015-2019 21

2.2 Rencana Kerja Tahun 2019 25

2.3 Perjanjian Kinerja 27

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA 28

3.1 Metode Pengukuran 28

3.2 Capaian Kinerja Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

28

Terwujudnya Reformasi Tata Kelola Kepemerintahan yang Baik di Lingkungan Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

31

Meningkatnya Kualitas Udara 59

Meningkatnya Kualitas Air 78

Meningkatnya Kualitas Tutupan Lahan 105

Meningkatnya Kualitas Pengelolaan Lahan Gambut 118

Menurunnya Beban Pencemaran dan Tingkat Kerusakan Wilayah Pesisir Laut

132

Pertemuan dan Forum Internasional 146

3.3 Perhitungan Capaian Kinerja 150

3.4 Realisasi Anggaran 151

3.5 Efisiensi dan Efektifitas 152

BAB IV. PENUTUP 153

4.1 Kesimpulan 153

4.2 Kendala 155

4.3 Tindaklanjut 155

LAMPIRAN 156

Tabel 1.1 Sumber Daya Manusia Ditjen PPKKL Berdasarkan Jenjang Pendidikan per Desember 2019

19

Tabel 1.2 Anggaran Ditjen PPKL Tahun 2019 19

Tabel 2.1 Penjabaran Muatan Intensi Kementerian dalam Intensi Strategis Direktorat Jenderal Pengedalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

22

Tabel 2.2 Indikator Kinerja Program Ditjen PPKL Tahun 2019

26

Tabel 2.3 Indikator Kinerja Kegiatan Ditjen PPKL Tahun 2019

26

Tabel 2.4 Perjanjian Kinerja Ditjen PPKL Tahun 2019 27

Tabel 3.1 Capaian Kinerja Indikator Kinerja Utama/Perjanjian Kinerja (PK) Ditjen PPKL

29

Tabel 3.2 Capaian Kinerja Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Ditjen PPKL

30

Tabel 3.3 Capaian Kinerja Indikator Kinerja Kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis LainnYA Tahun 2019

32

Tabel 3.4 Perbandingan Hasil Evaluasi SAKIP Tahun 2015-2018

32

Tabel 3.5 Rekapitulasi Pelaksanaan Pemulihan Ekosistem Gambut pada Lahan APL (Area Penggunaan Lain) Triwulan II-IV (B06-B12) Tahun 2019

35

Tabel 3.6 Rencana Aksi Bela Negara Tahun 2019 35

Tabel 3.7 Advetorial Ditjen PPKL Tahun 2019 38

Tabel 3.8 Daftar Video Kegiatan Ditjen PPKL Tahun 2019

39

Tabel 3.9 Penilaian Reformasi Birokrasi Ditjen PPKL Tahun 2019

43

Tabel 3.10 Hasil Survei Internal KLHK untuk Survei Integritas Organisasi

43

Tabel 3.11 Daftar SOP Lingkup Ditjen PPKL 43

Tabel 3.12 Daftar Peraturan Menteri 48

Tabel 3.13 Daftar Rancangan Keputusan Menteri LHK 49

Tabel 3.14 Daftar Keputusan Menteri LHK 50

Tabel 3.15 Daftar Jenis Industri Pengelolaan Izin Pembuangan Air Limbah ke Laut dan Injeksi Tahun 2015 – 2019

52

Tabel 3.16 Daftar Penyusunan Rancangan Peraturan Perundang-undangan

54

Tabel 3.17 Rekapitulasi Pengaduan yang Ditindaklanjuti 54

Tabel 3.18 Daftar Kerja Sama Dalam Negeri 55

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

08 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

Tabel 3.19 Capaian Kinerja Indikator Kinerja utama Indeks Kualitas Udara Tahun 2019

60

Tabel 3.20 Capaian Kinerja Indikator Kinerja Kegiatan Pengendalian Pencemaran Udara Tahun 2019

62

Tabel 3.21 Capaian Kinerja Pengendalian Pencemaran Udara per Sektor Periode 2015 – 2016, 2016 – 2017, 2017 – 2018 dam 2018 – 2019

63

Tabel 3.22 Angka Baku Mutu Emisi Industri Tepung Terigu

64

Tabel 3.23 Angka Baku Mutu Emisi Genset 64

Tabel 3.24 Kategori Nilai Rentang ISPU 65

Tabel 3.25 Konversi Nilai Konsentrasi Parameter ISPU 65

Tabel 3.26 Penjelasan Nilai ISPU 65

Tabel 3.27 Capaian Pembangunan AQMS 2016 – 2019 69

Tabel 3.28 Jaringan Pemantauan Kualitas Udara Otomatis dan Kontinyu (AQMS) yang Telah Terintegrasi dengan KLHK

73

Tabel 3.29 Rata-rata Hasil Pemantauan Kualitas Udara Jalan Raya di 22 Kota Tahun 2019

75

Tabel 3.30 Kinerja Lalu Lintas pada 20 Kota Tahun 2019 77

Tabel 3.31 Capaian Kinerja Sasaran Program Meningkatnya Kualitas Air Tahun 2019

79

Tabel 3.32 Capaian Kinerja 2019 untuk Meningkatnya Kualitas Air

80

Tabel 3.33 Pembangunan ONLIMO Tahun 2015-2019 81

Tabel 3.34 Perhitungan dan Penetapan DTBP Tahun 2015-2019

83

Tabel 3.35 Beban Pencemaran masing-masing Kabupaten di DAS Jeneberang

83

Tabel 3.36 Beban Pencemaran masing-masing Kecamatan di DAS Moyo

84

Tabel 3.37 Beban Pencemar BOD tiap Segmen di DAS Bone Bolango

85

Tabel 3.38 Beban Pencemaran masing-masing Kecamatan di DAS Moyo

85

Tabel 3.39 Beban Pencemaran masing-masingKabupaten/Kota wilayah Provinsi Sumatera Selatan di DAS Musi

86

Tabel 3.40 Persentase Tingkat Penaatan Industri Terhadap Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah

88

Tabel 3.41 Status Pengajuan Izin Pembuangan Air Limbah Dengan Cara Injeksi

90

Tabel 3.42 Penurunan Beban Pencemaran Air Limbah Domestik Tahun 2015-2019

90

Tabel 3.43 Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) kegiatan USK Tahun 2019

95

Tabel 3.44 Penurunan Beban Pencemaran Limbah Tahu, Estimasi Manfaat Ekonomi dan Penurunan Emisi GRK Tahun tahun 2015 – 2019

96

Tabel 3.45 Penurunan Beban Pencemaran Limbah Ternak, Estimasi Manfaat Ekonomi dan Penurunan Emisi GRK Tahun 2015 – 2019

98

Tabel 3.46 Parameter Jenis Penutupan Lahan yang digunakan untuk menghitung IKTL

105

Tabel 3.47 Capaian Kinerja Indikator Sasaran Program Meningkatnya Kualitas Tutupan Lahan Tahun 2019

106

Tabel 3.48 Capaian IKK Pemulihan Kerusakan Lahan Akses Terbuka Tahun 2019

108

Tabel 3.49 Lokasi-lokasi LAT yang Teridentifikasi Kondisi Kerusakan dan Sosialnya

109

Tabel 3.50 Hasil Studi Kelayakan di Desa Monterado, Kecamatan Monterado, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat

109

Tabel 3.51 Hasil Studi Kelayakan di Desa Tembeling Tanjung, Kecamatan Teluk Bintan,Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau

110

Tabel 3.52 Pemulihan Lahan Akses Terbuka Tahun 2015-2019

111

Tabel 3.53 Capaian Kinerja Indikator Kinerja Kegiatan Pengendalian Kerusakan Gambut

119

Tabel 3.54 Pembangunan Sekat Kanal Tahun 2015-2019 120

Tabel 3.55 Program Kemandirian Masyarakat Tahun 2016-2019

125

Tabel 3.56 Pemulihan Ekosistem Gambut pada HTI dan Perkebunan Tahun 2015-2019

128

Tabel 3.57 Hasil Inventarisasi KHG 2015–2019 129

Tabel 3.58 Sebaran Indikatif Fungsi KHG Prioritas 2019 131

Tabel 3.59 Perhitungan Penurunan Beban Pencemaran di Teluk Jakarta

132

Tabel 3.60 Capaian Perjanjian Kinerja Menurunnya Beban Pencemaran dan Tingkat Kerusakan Wilayah Pesisir dan Laut Tahun 2019

133

Tabel 3.61 Capaian Indikator Kinerja Kegiatan Direktorat PPKPL Tahun 2019

133

Tabel 3.62 Pemulihan Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2015 – 2019

134

Tabel 3.63 Prosentase kemunculan kerusakan terumbu karang di Karimun Jawa

135

Tabel 3.64 Luasan Ekosistem Mangrove dan Lamun yang Terdampak

139

Tabel 3.65 Data Series Sampah Laut Indonesia 142

Tabel 3.66 Kegiatan Bersih-Bersih Pantai Tahun 2019 144

092015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Gambar 1.1 Nilai IKA, IKU dan IKTL Tahun 2015-2019 14

Gambar 1.2 Capaian Evaluasi SAKIP 2015-2018 14

Gambar 1.3 Penghargaan Top 45 Inovasi Pelayanan Publik 2019

14

Gambar 1.4 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

18

Gambar 1.5 Grafik Perbandingan Pagu Anggaran per Direktorat Tahun 2015–2019 (dalam rupiah)

20

Gambar 1.6 Grafik Perbandingan Pagu Anggaran Ditjen PPKL Tahun 2015– 2019 (dalam rupiah)

20

Gambar 3.1 Nilai Evaluasi SAKIP Tahun 2015-2018 31

Gambar 3.2 Rakernis Ditjen PPKL, 26 Februari – 1 Maret 2019

34

Gambar 3.3 Grafik Evaluasi E-Monev Ditjen PPKL Tahun 2019

36

Gambar 3.4 Capaian Output dan Anggaran Ditjen PPKL Tahun 2019

36

Gambar 3.5 Pengembangan E-Monev berbasis Android 37

Gambar 3.6 Menteri LHK meninjau IPAL Wetland Biocord di Desa Sukaluyu, Kecamatan Telukjambe Timur, Kab. Karawang

37

Gambar 3.7 Kegiatan CCU bersama Menteri LHK di Pantai Pelabuhan Cirebon, Jawa Barat

37

Gambar 3.8 Pertemuan The Coordinating Body on The Seas of East Asia (COBSEA)

38

Gambar 3.9 Pertemuan The 24th Intergovermental Meeting of the COBSEA Working Group on Marine Litter

38

Gambar 3.10 Wakil Presiden RI didampingi Menteri LHK membuka PLHK dengan Tema: “Biru Langitku, Hijau Bumiku”

38

Gambar 3.11 Kegiatan Pertikawan 2019 38

Gambar 3.12 Contoh Layout Kegiatan Publikasi Advetorial di Media Massa

39

DAFTAR GAMBAR

Tabel 3.67 itungan Capaian Kinerja Ditjen PPKL Tahun 2019

150

Tabel 3.68 Capaian Penyerapan Anggaran Ditjen PPKL Tahun 2019

151

Tabel 3.69 Efisiensi Pelaksanaan Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

152

Gambar 3.13 Buku Statistik Kualitas Air, Udara, dan Tutupan Lahan

40

Gambar 3.14 Penambahan Muatan Materi Peraturan Perundangan

41

Gambar 3.15 Peta Sebaran Jabatan Fungsional PEDAL Tahun 2019

42

Gambar 3.16 Rapat Penyusunan LK Triwulan III dan LK Tahun 2019

46

Gambar 3.17 Pembinaan Pengelolaan Keuangan lingkup Ditjen PPKL

47

Gambar 3.18 Kegiatan Pembinaan Ketatausahaan 47

Gambar 3.19 Pemberian Penghargaan PROPER 2019 57

Gambar 3.20 Grafik Peringkat PROPER Tahun 2019 58

Gambar 3.21 Kinerja Efisiensi Pemanfaatan Sumber daya

58

Gambar 3.22 Grafik Indeks Kualitas Udara per Provinsi Tahun 2019

61

Gambar 3.23 Peta Indeks Kualitas Udara Tahun 2019 61

Gambar 3.24 Grafik Indeks Kualitas Udara Tahun 2015 - 2019

62

Gambar 3.25 Display Status Integrasi 67

Gambar 3.26 Peralatan dan Pemasangan Alat Passive Sampler

68

Gambar 3.27 Peta Sebaran Kabupaten Kota yang Dipantau Kualitas Udaranya Menggunakan Metode Passive Sampler Tahun 2019

68

Gambar 3.28 SPKUA Kota Surabaya 69

Gambar 3.29 SPKUA Kota ndar Lampung 69

Gambar 3.30 SPKUA Kota Semarang 69

Gambar 3.31 SPKUA Kota Yogyakarta 69

Gambar 3.32 SPKUA Kota Yogyakarta 69

Gambar 3.33 SPKUA Kota Bengkulu 69

Gambar 3.34 SPKUA Kota Bekasi 70

Gambar 3.35 SPKUA Kota Jayapura 70

Gambar 3.36 SPKUA Kota Bandung 70

Gambar 3.37 SPKUA Kota Depok 70

Gambar 3.38 SPKUA Kota Medan 70

Gambar 3.39 SPKUA Kota Denpasar 70

Gambar 3.40 Grafik ISPU Jumlah Hari Baik Stasiun KLHK Tahun 2017

70

Gambar 3.41 Web Jejaring Pemantauan Kualitas Udara Ambien Nasional

72

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

10 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

Gambar 3.42 Ecodriving Rally Tahun 2019 73

Gambar 3.43 Persentase Tingkat Ketaatan Ambang Batas Uji Emisi Kendaraan Bensin 2019

74

Gambar 3.44 Persentase Nasional Tingkat Ketaatan Ambang Batas Uji Emisi Kendaraan Bensin 2019

74

Gambar 3.45 Konsentrasi Masing-masing Parameter Kualitas Udara Tepi Jalan

76

Gambar 3.46 Grafik Indeks kualitas Nasional per provinsi

79

Gambar 3.47 Grafik Indeks Kualitas Air Tahun 2019 79

Gambar 3.48 Pembangunan ONLIMO di Intake PDAM Kota Pontianak

82

Gambar 3.49 Tren Status Mutu Air Sungai 82

Gambar 3.50 Sumber Pencemar Utama di DAS Jeneberang

84

Gambar 3.51 Sumber Pencemar Utama di DAS Moyo 84

Gambar 3.52 Sumber Pencemar Utama di DAS Alo 85

Gambar 3.53 Sumber Pencemar Utama di DAS Bone Bolango

85

Gambar 3.54 Sumber Pencemar Utama di DAS Sumber Pencemar Utama wilayah Sumatera Selatan di DAS Musi

86

Gambar 3.55 Beban Pencemaran Per Kabupaten/Kota di DAS Musi

86

Gambar 3.56 Instalasi Plasma Nanobubble di Situ Gintung

87

Gambar 3.57 Instalasi Plasma Nanobubble di Tukad Badung

87

Gambar 3.58 Bimbingan Teknis Bagi Pelaku Usaha dan Atau Kegiatan Industri Di Provinsi Kepulauan Riau

88

Gambar 3.59 Infrastruktur Sistem SPARING 89

Gambar 3.60 Grafik Penurunan Beban Pencemaran BOD Tahun 2015 - 2019

94

Gambar 3.61 IPAL Domestik yang dibangun di beberapa Lokasi

94

Gambar 3.62 Biodigester dan Pemanfaatan Gas Metan di Beberapa Lokasi yang dibangun Tahun 2019

101

Gambar 3.63 Ekoriparian Desa Margamulya, Kecamatan Pengalengan, Kabupaten Bandung

102

Gambar 3.64 Ekoriparian Perumahan Bumi Teluk Jambe, Kabupaten Karawang

103

Gambar 3.65 IPAL Domestik di Teras Cikapundung, Kecamatan Cidadap, Kabupaten Bandung

103

Gambar 3.66 Digester Kotoran Ternak di Cisanti dan Pemanfaatan Gas Metan

103

Gambar 3.67 Base- camp KW dilihat dari udara. 104

Gambar 3.68 Kolam retensi 104

Gambar 3.69 PAL Domestik di Desa Cihawuk, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung

104

Gambar 3.70 Indeks Kualitas Tutupan Lahan Tahun 2015-2019

106

Gambar 3.71 Indeks Kualitas Tutupan Lahan Tiap Provinsi Tahun 2019

106

Gambar 3.72 Grafik Perubahan Luasan Kawasan Hutan Tahun 2016-2019

107

Gambar 3.73 Peta Sebaran Lokasi DED Pemulihan Tahun 2015-2019

111

Gambar 3.74 Kondisi lahan bekas tambang pasir Desa Bambang, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang sebelum di Lakukan Pemulihan

112

Gambar 3.75 Obyek wisata agro di Desa Bambang, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang setelah dilakukan pemulihan

113

Gambar 3.76 Kondisi lahan bekas tambang pasir Desa Kancina, Kecamatan Pasarwajo Kabupaten Buton sebelum di Lakukan Pemulihan

113

Gambar 3.77 Taman Kota Pasarwajo di Desa Kancinaa, Kecamatan Pasarwajo,Kabupaten Buton setelah dilakukan pemulihan

113

Gambar 3.78 Kondisi lahan bekas tambang pasirdi Desa Batu Butok, Kecamatan Muara Komam, Kabupaten Paser sebelum dilakukan pemulihan

114

Gambar 3.79 Agroforestry Desa Batu Butok, Kecamatan Muara Komam, Kabupaten Paser setelah dilakukan pemulihan

114

Gambar 3.80 Kondisi lahan bekas tambang timah di Desa Jangkar Asam, Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur sebelum dilakukan pemulihan

115

Gambar 3.81 Wisata pemancingan di Desa Jangkar Asam, Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur, Kepulauan Bangka Belitung setelah dilakukan pemulihan

115

Gambar 3.82 Kondisi lahan bekas tambang batu dan pasirDesa Cisantana, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan sebelum dilakukan pemulihan

116

Gambar 3.83 Kawasan Wisata Lawang Gege di Cisantana, Kecamatan Ciguru, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat setelah dilakukan pemulihan

116

112015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Gambar 3.84 Data Luas Lahan Terganggu dan Reklamasi dan Revegetasi Per Periode 2018-2019

117

Gambar 3.85 Grafik Prosentase Luasan Status Kerusakan Ekosistem Gambut Nasional (Per Provinsi)

118

Gambar 3.86 Sekat kanal di Kabupaten Nagan aya, Provinsi Aceh

124

Gambar 3.87 Sekat kanal di Kabupaten Aceh Barat Provinsi Aceh

124

Gambar 3.88 Sekat kanal di Kabupaten Aceh Jaya, Provinsi Aceh

124

Gambar 3.89 Sekat kanal di Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatra Utara

124

Gambar 3.90 Sekat kanal di Kabupaten Labuhan Batu Utara, Provinsi Sumatra Utara

124

Gambar 3.91 Sekat kanal di Kabupaten Labuhan Batu Selatan, Provinsi Sumatra Utara

124

Gambar 3.92 Pelaksanaan Supervisi dan Pendampingan Pembangunan Sekat di Lahan Masyarakat

127

Gambar 3.93 Pelaksanaan Konsultasi Perusahaan Dalam Membuat Dokumen Pemulihan

127

Gambar 3.94 Perbandingan Beban Pencemaran di Teluk Jakarta Tahun 2015 dan 2019

132

Gambar 3.95 Peta Lokasi Pemulihan Terumbu Karang Terpilih di Kepualan Karimun jawa

135

Gambar 3.96 Transplantasi Karang di P. Menjangan Kecil dan Tanjung Gelam

136

Gambar 3.97 Fragmentasi dan Transplantasi Karang di Tlogo I dan Tlogo II

136

Gambar 3.98 Monitoring dan Perawatan di Tlogo, Kemujan

136

Gambar 3.99 Lokasi Pemulihan Terumbu Karang di Teluk Bumbang

136

Gambar 3.100

Proses Pemasangan Substrat dan Penanaman Bibit Karang

137

Gambar 3.101

Pemantauan Pertumbuhan Terumbu Karang

137

Gambar 3.102

Peta Bathimetri Lokasi Sombu 137

Gambar 3.103

Pemulihan Terumbu Karang di Kabupaten Wakatobi

137

Gambar 3.104

Tumpahan minyak di Lagoi Bintan pada April 2019

138

Gambar 3.105

Pengumpulan dan Pengangkutan Limbah Minyak

138

Gambar 3.106

Tarball di perairan P Kelor 139

Gambar 3.107

Tarball yang mendarat di mangrove P Rambut

139

Gambar 3.108

Hasil Pemantauan Sampah Laut Berdasarkan Berat Tahun 2019

141

Gambar 3.109

Hasil Pemantauan Sampah Laut Berdasarkan Komposisi Tahun 2019

141

Gambar 3.110

Hasil Pemantauan Sampah Laut erdasarkan Kepadatan Tahun 2019

141

Gambar 3.111

Kegiatan Pemantauan Sampah Laut di Berbagai Daerah

143

Gambar 3.112

Pelaksanaan CCU Pandeglang, Provinsi Banten

144

Gambar 3.113

Pelaksanaan CCU Kab. Pesawaran, Provinsi Lampung

144

Gambar 3.114

Pelaksanaan CCU Kota Cirebon, Provinsi Jawa Barat

145

Gambar 3.115

Pelaksanaan CCU Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah

145

Gambar 3.116

Grafik Capaian Kinerja Ditjen PPKL Tahun 2019

150

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

12 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

BAB 1PENDAHULUAN

Lingkungan hidup yang baik dan sehat adalah hak asasi setiap warga negara Indonesia sesuai dengan amanat Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Amanat ini diatur dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan dan penegakan hukum. Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup menjadi salah satu Prioritas Nasional (PN) dalam Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2019 dalam PN Pemantapan Ketahanan Energi, Pangan dan Sumber Daya Air. Salah satu Sasaran pada Prioritas Nasional ini adalah meningkatnya kualitas lingkungan hidup dengan indikator Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) yang ditargetkan meningkat setiap tahun dan mencapai 66,5-68,5 pada tahun 2019.

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup terdapat dalam Visi dan Misi Pembangunan Nasional Tahun 2015-2019 yaitu terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian berlandaskan gotong royong. Visi Pembangunan Nasional tahun 2015-2019 diwujudkan dengan Misi Pembangunan Nasional yaitu: 1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu

menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan;

2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan dan demokratis berlandaskan negara hukum;

3. Mewujudkan politik luar negeri bebas aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim;

4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera;

5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing;6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang

mandiri, maju, kuat dan berbasiskan kepentingan nasional; dan

7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.

1.1 LATAR BELAKANG

132015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Berdasarkan tujuan ini maka Sasaran Program Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan adalah:

Meningkatnya kualitas udara;

Meningkatnya kualitas air;

Meningkatnya kualitas tutupan lahan;

Meningkatnya kualitas pengelolaan lahan gambut;

Menurunnya beban pencemaran dan tingkat kerusakan wilayah pesisir dan laut; dan

Terwujudnya reformasi tata kelola kepemerintahan yang baik di lingkungan Direktorat Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Berdasarkan Visi Misi Pembangunan Nasional 2015-2019, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menetapkan tujuan pembangunan tahun 2015-2019 yaitu memastikan kondisi lingkungan berada pada toleransi yang dibutuhkan untuk kehidupan manusia dan sumberdaya berada pada rentang populasi yang aman, serta secara paralel meningkatkan kemampuan sumberdaya alam untuk memberikan sumbangan bagi perekonomian nasional (Renstra KLHK 2015-2019). Peran Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada Pembangunan Nasional tahun 2015-2019 adalah:

1. Menjaga kualitas lingkungan hidup yang memberikan daya dukung, pengendalian pencemaran, pengelolaan daerah aliran sungai, keanekaragaman hayati serta pengendalian perubahan iklim;

2. Menjaga luasan dan fungsi hutan untuk menopang kehidupan, menyediakan hutan untuk kegiatan sosial, ekonomi rakyat, dan menjaga jumlah dan jenis flora dan fauna serta endangered species; dan

3. Memelihara kualitas lingkungan hidup, menjaga hutan dan merawat keseimbangan ekosistem dan keberadaan sumber daya.

Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (Ditjen PPKL) yang memiliki tugas untuk menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan, menetapkan tujuan yaitu pemeliharaan dan peningkatan kualitas lingkungan hidup melalui pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup yang komprehensif (Renstra Ditjen PPKL 2015-2019).

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

14 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

Permasalahan utama yang dihadapi pada tahun 2019 terkait dengan isu lingkungan hidup adalah tingkat pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup masih tinggi dan banyaknya kasus-kasus lingkungan hidup. Hal ini salah satunya dapat dilihat dari fluktuasi nilai Indeks Kualitas Air (IKA), Indeks Kualitas Udara (IKU), Indeks Kualitas Tutupan Lahan (IKTL) yang merupakan komponen perhitungan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) selama 5 tahun terakhir dari tahun 2015 – 2019 (Gambar 1.1).

Gambar 1.1 Nilai IKA, IKU dan IKTL Tahun 2015-2019Sumber: Setditjen PPKL, 2019

Selain itu, pencapaian nilai SAKIP (Sistem Akuntabilitas Kinerja Pemerintah) juga menjadi Indikator Kinerja Utama Ditjen PPKL. Nilai SAKIP menunjukkan tingkat akuntabilitas dalam perencanaan dan pelaporan serta pencapaian kinerja, termasuk juga dalam pengelolaan Sumber Daya Manusia dan pengelolaan manajemen layanan di Ditjen PPKL.

Penurunan capaian nilai SAKIP disebabkan antara lain terdapat beberapa kegiatan yang tidak mencapai target dan capaiannya lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Namun nilai SAKIP beranjak naik seiring dengan perbaikan-perbaikan yang dilakukan berdasarkan reviu yang dilakukan oleh Inspektorat Jenderal (Gambar 1.2).

2015 2016 2017 2018 2019

IKTLTarget IKU Target IKA Target IKTL

IKA

52.0050.20

53.20

51.0152.62

IKU

53.10 52.50

53.00

54.0055.0059.00

59.50 60.00 61.0062.00

58.55 58.42 60.3161.03

62.00

81.0081.50

82.00 83.0084.00

84.9681.78

87.0384.74

86.57

Gambar 1.3 Penghargaan Top 45 Inovasi Pelayanan Publik 2019Sumber: Humas KLHK, 2019

Salah satu capaian terbaik yang telah diraih Ditjen PPKL pada tahun 2019 adalah inovasi yang dilakukan secara terus menerus pada kegiatan PROPER sehingga membuahkan penghargaan Top 45 Inovasi Pelayanan Publik 2019 yang diberikan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negera dan Reformasi Birokrasi Nomor 78 Tahun 2019 tentang Top Inovasi Pelayanan Publik Tahun 2019.

Penghargaan ini diserahkan langsung oleh Wakil Presiden Republik Indonesia kepada Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Istana Wakil Presiden Republik Indonesia. (Gambar 1.3) Inovasi dan perbaikan terus menerus dilakukan, antara lain pengembangan aplikasi Sistem Pelaporan Elektronik (SIMPEL). Sistem ini memudahkan perusahaan membuat pelaporan, mengurangi biaya cetak dan antar laporan, dan memudahkan manajemen dokumen bagi perusahaan dan pemerintah.

2015

80.68

71

2016

69.01

2017

75

2018

77.1477

Gambar 1.2. Capaian Evaluasi SAKIP 2015-2018Sumber: Setditjen PPKL, 2019

73

74.49TargetCapaian

152015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

1.2 TUGAS DAN FUNGSI

Tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.18/MenLHK-II/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan.

Fungsi Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan adalah:

1. Perumusan kebijakan di bidang penyelenggaraan pencegahan, penanggulangan, dan pemulihan pencemaran dan/atau kerusakan gambut, wilayah pesisir dan laut, media air dan udara, dan lahan akses terbuka;

2. Pelaksanaan kebijakan di bidang penyelenggaraan pencegahan, penanggulangan, dan pemulihan pencemaran dan/atau kerusakan gambut, wilayah pesisir dan laut, media air dan udara, dan lahan akses terbuka;

3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang penyelenggaraan pencegahan, penanggulangan, dan pemulihan pencemaran dan/atau kerusakan gambut, wilayah pesisir dan laut, media air dan udara, dan lahan akses terbuka;

4. Koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan pencegahan, penanggulangan, dan pemulihan pencemaran dan/ atau kerusakan gambut, wilayah pesisir dan laut, media air dan udara, dan lahan akses terbuka;

5. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan penyelenggaraan pencegahan, penanggulangan, dan pemulihan pencemaran dan/ atau kerusakan gambut, wilayah pesisir dan laut, media air dan udara, dan lahan akses terbuka;

6. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan penyelenggaraan pencegahan, penanggulangan, dan pemulihan pencemaran dan/atau kerusakan gambut, wilayah pesisir dan laut, media air dan udara, dan lahan akses terbuka; dan

7. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

Untuk melaksanakan tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan mempunyai 6 (enam) unit Eselon II yaitu:

1. Sekretariat Direktorat Jenderal

Sekretariat Direktorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Direktorat Jenderal.Sekretariat Direktorat Jenderal menyelenggarakan fungsi:a. Koordinasi dan penyusunan rencana, program,

dan kerja sama teknik, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan kinerja di bidang konservasi sumber daya alam dan ekosistem;

b. Koordinasi dan pelaksanaan pengumpulan, pengolahan data, dan pengelolaan sistem informasi di bidang konservasi sumberdaya alam dan ekosistem;

c. Pelaksanaan urusan kepegawaian, organisasi dan tata laksana di bidang konservasi sumber daya alam dan ekosistem;

d. Koordinasi dan penyiapan rancangan peraturan perundang-undangan dan telaah peraturan perundang-undangan, serta pemberian pertimbangan dan bantuan hukum di bidang konservasi sumber daya alam dan ekosistem;

e. Pelaksanaan urusan tata usaha, rumah tangga dan perlengkapan di lingkungan Direktorat Jenderal;

f. Pelaksanaan supervisi atas pelaksanaan urusan pengendalian kerusakan ekosistem gambut, meliputi pencegahan dan penanggulangan kerusakan serta pemulihan fungsi ekosistem gambut di daerah; dan

g. Pelaksanaan administrasi Direktorat.

2. Direktorat Pengendalian Kerusakan Gambut

Direktorat Pengendalian Kerusakan Gambut mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, bimbingan teknis, dan evaluasi bimbingan teknis di bidang pengendalian kerusakan ekosistem gambut, meliputi perlindungan dan pengelolaan ekosistem gambut, mencakup inventarisasi dan pemetaan, penetapan fungsi, penyusunan dan penetapan rencana perlindungan dan pengelolaan, pencegahan dan pemeliharaan, penanggulangan

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

16 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

dan pemulihan pencemaran dan kerusakan, serta pemantauan pencemaran dan kerusakan ekosistem gambut.

Direktorat Pengendalian Kerusakan Gambut menyelenggarakan fungsi:a. perumusan kebijakan di bidang pengendalian

kerusakan ekosistem gambut, meliputi pencegahan dan penanggulangan kerusakan serta pemulihan fungsi ekosistem gambut;

b. pelaksanaan kebijakan di bidang pengendalian kerusakan ekosistem gambut, meliputi pencegahan dan penanggulangan kerusakan serta pemulihan fungsi ekosistem gambut;

c. koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang pengendalian kerusakan ekosistem gambut, meliputi pencegahan dan penanggulangan kerusakan serta pemulihan fungsi ekosistem gambut;

d. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengendalian kerusakan ekosistem gambut, meliputi pencegahan dan penanggulangan kerusakan serta pemulihan fungsi ekosistem gambut;

e. pemberian bimbingan teknis dan evaluasi pelaksanaan bimbingan teknis di bidang pengendalian kerusakan ekosistem gambut, meliputi pencegahan dan penanggulangan kerusakan serta pemulihan fungsi ekosistem gambut;

f. pelaksanaan supervisi atas pelaksanaan urusan pengendalian kerusakan ekosistem gambut, meliputi pencegahan dan penanggulangan kerusakan serta pemulihan fungsi ekosistem gambut di daerah; dan

g. pelaksanaan administrasi Direktorat.

3. Direktorat Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Pesisir dan Laut

Direktorat Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Pesisir dan Laut mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, bimbingan teknis dan evaluasi bimbingan teknis di bidang pengendalian pencemaran dan kerusakan pesisir dan laut.

Direktorat Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Pesisir dan Laut menyelenggarakan fungsi: a. perumusan kebijakan dibidang pengendalian

pencemaran dan kerusakan pesisir dan laut;b. pelaksanaan kebijakan dibidang pengendalian

pencemaran dan kerusakan pesisir dan laut; c. koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang

pengendalian pencemaran dan kerusakan pesisir dan laut;

d. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria dibidang pengendalian pencemaran dan kerusakan pesisir dan laut;

e. pemberian bimbingan teknis dan evaluasi pelaksanaan bimbingan teknis di bidang pengendalian pencemaran dan kerusakan pesisir dan laut;

f. pelaksanaan supervisi atas pelaksanaan urusan pengendalian pencemaran dan kerusakan pesisir dan laut; dan

g. pelaksanaan administrasi Direktorat.

4. Direktorat Pengendalian Pencemaran Air

Direktorat Pengendalian Pencemaran Air mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, bimbingan teknis dan evaluasi bimbingan teknis di bidang pengelolaan dan pengendalian pencemaran dan kerusakan air.

Direktorat Pengendalian Pencemaran Air menyelenggarakan fungsi: a. perumusan kebijakan di bidang pengelolaan dan

pengendalian pencemaran air;b. pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan dan

pengendalian pencemaran air;c. koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang

pengelolaan dan pengendalian pencemaran air;d. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di

bidang pengendalian pengelolaan dan pengendalian pencemaran air;

e. pemberian bimbingan teknis dan evaluasi pelaksanaan bimbingan teknis di bidang pengelolaan dan pengendalian pencemaran air;

f. pelaksanaan supervisi atas pelaksanaan pengelolaan dan pengendalian pencemaran air; dan

g. pelaksanaan administrasi Direktorat.

172015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

5. Direktorat Pengendalian Pencemaran Udara

Direktorat Pengendalian Pencemaran Udara mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan, bimbingan teknis dan evaluasi bimbingan teknis di bidang pengelolaan dan pengendalian pencemaran udara.

Direktorat Pengendalian Pencemaran Udara menyelenggarakan fungsi: a. perumusan kebijakan di bidang pengelolaan dan

pengendalian pencemaran udara sumber bergerak, sumber tidak bergerak, ambien dan gangguan;

b. pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan dan pengendalian pencemaran udara sumber bergerak, sumber tidak bergerak, ambien dan gangguan;

c. koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang pengelolaan dan pengendalian pencemaran udara sumber bergerak, sumber tidak bergerak, ambien dan gangguan;

d. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengelolaan dan pengendalian pencemaran udara sumber bergerak, sumber tidak bergerak, ambien dan gangguan;

e. pemberian bimbingan teknis dan evaluasi pelaksanaan bimbingan teknis di bidang pengelolaan dan pengendalian pencemaran udara sumber bergerak, sumber tidak bergerak, ambien dan gangguan;

f. pelaksanaan supervisi atas pelaksanaan pengelolaan dan pengendalian pencemaran udara sumber bergerak, sumber tidak bergerak, ambien dan gangguan;dan

g. pengelolaan administrasi Direktorat.

6. Direktorat Pemulihan Kerusakan Lahan Akses Terbuka

Direktorat Pemulihan Kerusakan Lahan Akses Terbuka mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, bimbingan teknis dan evaluasi bimbingan teknis di bidang pemulihan kerusakan lahan akses terbuka.

Direktorat Pemulihan Kerusakan Lahan Akses Terbuka menyelenggarakan fungsi: a. perumusan kebijakan di bidang pemulihan

kerusakan lahan akses terbuka;b. pelaksanaan kebijakan di bidang pemulihan

kerusakan lahan akses terbuka; c. koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang

pemulihan kerusakan lahan akses terbuka;d. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria

di bidang pemulihan kerusakan lahan akses terbuka;e. pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

pelaksanaan bimbingan teknis di bidang pemulihan kerusakan lahan akses terbuka;

f. pelaksanaan supervisi atas pelaksanaan pemulihan kerusakan lahan akses terbuka; dan

g. pelaksanaan administrasi Direktorat.

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

18 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

Gambar 1.4 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan LingkunganSumber: Renstra Ditjen PPKL 2015-2019

1.3 STRUKTUR ORGANISASI

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P. 18/MenLHK-II/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, menyebutkan bahwa Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan terdiri dari:

Sekretariat Direktorat Jenderal Direktorat Pengendalian Pencemaran Air

Direktorat Pengendalian Kerusakan Gambut

Direktorat Pengendalian Pencemaran Udara

Direktorat Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Pesisir dan Laut

Direktorat Pemulihan Kerusakan Lahan Akses Terbuka

Direktorat Pengendalian Kerusakan Gambut

Direktorat Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Pesisir Laut

Direktorat Pengendalian Pencemaran Air

Direktorat Pengendalian Pencemaran Udara

Direktorat Pemulihan Kerusakan Lahan Akses

Terbuka

Subdirektorat Pemulihan Kerusakan Lahan Akses

Terbuka

Subdirektorat Pengendalian Pencemaran

dan Kerusakan Wilayah I

Subdirektorat Pengendalian Pencemaran Industri

Subdirektorat Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Bergerak

Subdirektorat Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak

BergerakSubdirektorat Pengendalian Pencemaran

dan Kerusakan Wilayah II

Subdirektorat Pengendalian Pencemaran Limbah Domestik

Subdirektorat Pengendalian Pencemaran Limbah Usaha Kecil

dan Non InstitusiSubdirektorat Pemantauan Kualitas

Udara dan Pengendalian Pencemaran Non Institusi

Subdirektorat Perencanaan Pengendalian Pencemaran dan

Kerusakan

Subdirektorat Perencanaan Pengendalian Pencemaran Air

Subdirektorat Perencanaan Pengendalian Pencemaran Udara Subdirektorat

Perencanaan

Subdirektorat Inventarisasi dan Status Mutu

Subdirektorat Inventarisasi dan Alokasi Beban Pencemaran

Subdirektorat Inventarisasi dan Pengelolaan Kualitas Udara Subdirektorat Inventarisasi

dan Pelembagaan

Subdirektorat Inventarisasi dan Penetapan

Subdirektorat Perencanaan Pengendalian Kerusakan

Gambut

Subdirektorat Pengendalian Kerusakan

Gambut

Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Bagian Program dan Evaluasi

Bagian Kepegawaian,Organisasi dan Tata Laksana

Bagian Keuangan

dan Umum

Bagian Hukum dan

Kerja Sama Teknik

Sekretariat Ditjen

Secara lengkap struktur organisasi Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan, dapat dilihat pada Gambar 1.4 berikut ini.

192015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

1.4 SUMBER DAYA MANUSIASumber daya manusia di Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan berjumlah total sebanyak 252 pegawai, yang mencakup berbagai disiplin ilmu. Secara rinci sumber daya manusia yang ada seperti yang terlihat pada Tabel 1.1 berikut ini.

No Unit Kerja S3 S2 S1 D3 Sederajat

SLTA Sederajat SLTP SD Jumlah

1 Dirjen PPKL - 1 - - - - - 1

2 Sekretariat Direktorat Jenderal PPKL 1 4 29 8 17 3 3 65

3 Direktorat Pengendalian Kerusakan Gambut - 8 14 1 1 - - 24

4 Direktorat Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Pesisir dan Laut

- 6 27 1 7 - - 41

5 Direktorat Pengendalian Pencemaran Air 1 6 29 2 5 1 1 45

6 Direktorat Pengendalian Pencemaran Udara - 14 27 2 2 - - 45

7 Direktorat Pemulihan Kerusakan Lahan Akses Terbuka - 5 19 2 2 - 1 29

8 Dipekerjakan - 2 - - - - - 2

Jumlah 2 46 145 16 34 4 5 252

Sumber : Setditjen PPKL, 2019

1.5 KEUANGAN

Tabel 1.2 Anggaran Ditjen PPKL Tahun 2019

No. Satuan Kerja Pagu Angaran (Rp) Pagu Revisi (Rp)

1 Pengendalian Pencemaran Udara 27.014.000.000 27.014.000.000

2 Pengendalian Pencemaran Air 89.804.000.000 96.304.000.000

3 Pemulihan Kerusakan Lahan Akses Terbuka 28.500.000.000 28.500.000.000

4 Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Pesisir dan Laut 15.700.000,000 18.200.000.000

5 Pengendalian Kerusakan Gambut 12.000.000.000 32.940.537.000

6 Sekretariat Direktorat Jenderal PPKL 57.558.059.000 61.033.428.000

Jumlah Total 230.576.059.000 263.991.965.000

Sumber: Setditjen PPKL, 2019

Tabel 1.1 Sumber Daya Manusia Ditjen PPKL KLHK Berdasarkan Jenjang Pendidikan Per Desember 2019

Anggaran DIPA Ditjen PPKL Tahun 2019 sebesar Rp. 263.991.965.000 (dua ratus enam puluh tiga milyar sembilan ratus sembilan puluh satu juta sembilan ratus enam puluh lima ribu rupiah)dengan rincian alokasi anggaran tiap direktorat sebagaimana dicantumkan pada Tabel 1.2 berikut ini. Selama penyelenggaraan kegiatan tahun 2019, dilaksanakan beberapa kali revisi anggaran baik penambahan maupun pengurangan yang mempengaruhi jumlah pagu akhir.

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

20 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

Gambar 1.5 Grafik Perbandingan Pagu Anggaran per Direktorat Tahun 2015–2019 (dalam rupiah)Sumber: Setditjen PPKL, 2019

Gambar 1.6 Grafik Perbandingan Pagu Anggaran Ditjen PPKL Tahun 2015– 2019 (dalam rupiah)Sumber: Setditjen PPKL, 2019

Perbandingan pagu anggaran masing2 direktorat dari tahun 2015-2019 dapat dilihat pada grafik Gambar 1.5 dan peningkatan pagu anggaran Ditjen PPKL dari tahun 2015-2019 dapat dilihat pada Gambar 1.6

2015 2016 2017 2018 2019

110.080.111.000 101.862.028.000 114.979.785.000 212.454.757.000 263.991.965.000

8%

74%

4%

21%

15%

11%

46%

20%

setditjen PPU PPA PKLAT PPKPL PKG

2015 10.446.733.000 22.867.606.000 22.997.434.000 13.134.524.000 18.068.302.000 22.571.512.000

2016 39.511.580.000 16.664.848.000 14.036.131.000 9.701.490.000 10.533.489.000 12.434.490.000

2017 40.955.485.000 17.122.600.000 26.965.000.000 8.063.800.000 12.469.700.000 9.403.200.000

2018 52.123.757.000 22.800.000.000 94.201.000.000 9.300.000.000 20.380.0000.000 13.650.000.000

2019 61.033.428.000 27.014.000.000 96.304.000.000 28.500.000.000 18.200.000.000 32.940.537.000

-46%

9%25%

16%

-64% -32%

-25%13%

67%

-72%

16%

39%-12%

-82%

-32%31%

59%48%

71%

2%

8%

212015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

BAB 2PERENCANAAN KINERJA

2.1 RENCANA STRATEGIS TAHUN 2019Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan adalah Dokumen Perencanaan yang memuat tujuan, sasaran strategis, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi eselon I yang disusun dengan berpedoman pada RPJM Nasional dan Renstra Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Muatan Pokok Renstra Ditjen PPKL Tahun 2015-2019 dalam kerangka logis hirarki kebijakan, mengacu pada PERPRES Nomor 2 Tahun 2014, tentang RPJMN Tahun 2015-2019 dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.39/MENLHK-Setjen/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2015-2019. Pola pikir penjabaran muatan intensi strategis pembangunan nasional yang dijabarkan dalam intensi strategis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (Tabel 2.1)

Berdasarkan Sasaran Strategis yang tercantum dalam Renstra KLHK tahun 2015-2019, Sasaran Strategis Pembangunan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2015-2019 adalah: (1) menjaga kualitas lingkungan hidup untuk meningkatkan daya dukung lingkungan, ketahanan air dan kesehatan masyarakat, dengan indikator kinerja Indeks Kualitas Lingkungan Hidup berada pada kisarana 66,5-68,6, angka pada tahun 2014

sebesar 63,42; (2) memanfaatkan potensi sumberdaya hutan dan lingkungan hidup secara lestari untuk meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan dengan indikator kinerja peningkatan kontribusi SDH dan LH terhadap devisa dan PNBP; dan (3) melestarikan keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati serta keberadaan SDA sebagai sistem penyangga kehidupan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan dengan indikator kinerja derajat keberfungsian ekosistem meningkat setiap tahun.

Sejak tahun 2009 telah dikembangkan indikator kualitas lingkungan yang disebut dengan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH). IKLH adalah indikator pembangunan bidang lingkungan hidup yang menjadi acuan bersama bagi semua pihak dalam mengukur kinerja perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Penghitungan IKLH terdiri dari tiga komponen yaitu: a) Indeks Kualitas Air (IKA); b) Indeks Kualitas Udara (IKU); dan c) Indeks Kualitas Tutupan Lahan (IKTL).Indeks Kualitas Lingkungan Hidup diharapkan dapat mempertajam prioritas program dan kegiatan peningkatan kualitas lingkungan hidup. Dengan mengetahui media lingkungan hidup yang masih kurang baik, sumberdaya yang ada dapat dialokasikan secara lebih akurat sehingga akan lebih efektif dan efisien.

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

22 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

Tabel 2.1 Penjabaran Muatan Intensi Kementerian dalam Intensi Strategis Direktorat Jenderal Pengedalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

TUJUANDIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN

PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN TAHUN 2015 - 2019

INDIKATOR TUJUAN

“ “Pemeliharaan dan

Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup melalui Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup yang Komprehensif

Tercapainya kualitas udara yang sehat;

Tercapainya peningkatan kualitas air;

Tercapainya pengelolaan wilayah pesisir dan laut yang ramah lingkungan;

Tercapainya pemulihan ekosistem lahan gambut;

Tercapainya pemulihan lahan akses terbuka; dan

Terlaksananya reformasi birokrasi.

232015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

SASARAN PROGRAM

FUNGSI DITJEN PPKL1. Perumusan kebijakan di bidang penyelenggaraan

pencegahan, penanggulangan, dan pemulihan pencemaran dan/atau kerusakan gambut, wilayah pesisir dan laut, media air dan udara,dan lahan akses terbuka;

2. Pelaksanaan kebijakan di bidang penyelenggaraan pencegahan, penanggulangan, dan pemulihan pencemaran dan/atau kerusakan gambut, wilayah pesisir dan laut,media air dan udara, dan lahan akses terbuka;

3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang penyelenggaraan pencegahan, penanggulangan, dan pemulihan pencemaran dan/atau kerusakan gambut, wilayah pesisir dan laut, media air dan udara, dan lahan akses terbuka;

4. Koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan pencegahan, penanggulangan, dan pemulihan pencemaran dan/atau kerusakan gambut, wilayah pesisir dan laut, media air dan udara, dan lahan akses terbuka;

5. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan penyelenggaraan pencegahan, penanggulangan, dan pemulihan pencemaran dan/atau kerusakan gambut, wilayah pesisir dan laut, media air dan udara, dan lahan akses terbuka;

6. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan penyelenggaraan pencegahan, penanggulangan, dan pemulihan pencemaran dan/atau kerusakan gambut, wilayah pesisir dan laut, media air dan udara, dan lahan akses terbuka;

7. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan; dan

8. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

TUGAS DITJEN PPKLMenyelenggarakan Perumusan dan Pelaksanaan

Kebijakan Dibidang Pengendalian Pencemaran Dan Kerusakan Lingkungan

Meningkatnya Kualitas Udara

Meningkatnya Kualitas Air

Menurunnya beban pencemaran dan tingkat kerusakan wilayah pesisir dan laut

Meningkatnya kualitas pengelolaan lahan gambut

Meningkatnya Kualitas Tutupan Lahan

Terwujudnya reformasi tata kelola kepemerintahan yang baik dilingkungan Direktorat Jenderal Pengen dalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan.

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

24 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

Sasaran KegiatanUDARA AIR PESISIR LAUT GAMBUT LAHAN AKSES TERBUKA DUKUNGAN

MANAJEMEN

1. Efektivitas perencanaan pengendalian pencemaran udara dalam upaya pencapaian menurunnya beban emisi pencemaran udara.

2. Efektivitas pelaksanaan inventarisasi emisi sumber pencemar dan pengelolan kualitas udara.

3. Meningkatkan efektifitas pengendalian pencemaran udara sumber bergerak.

4. Meningkatkan efektivitas pengendalian pencemaran udara sumber tidak bergerak.

5. Meningkatnya efektivitas sistem pemantauan kualitas udara ambien secara kontinu di 45 kota dan pengendalian pencemaran non institusi.

1. Efektivitas perencanaan pengendalian pencemaran air dalam upaya pencapaian menurunnya beban pencemaran dan perbaikan kualitas air.

1. Efektivitas inventarisasi dan alokasi beban pencemaran dalam upaya pencapaian penurunan beban pencemaran dan perbaikan kualitas air.

2. Efektivitas pengendalian pencemaran air limbah industri dalam upaya pencapaian penurunan beban pencemaran dan perbaikan kualitas air.

3. Efektivitas pengendalian pencemaran air limbah domestik dalam upaya pencapaian penurunan beban pencemaran dan perbaikan kualitas air.

4. Efektivitas pengendalian pencemaran air limbah Unit Skala Kecil (USK) dan non institusi dalam upaya pencapaian penurunan beban pencemaran dan perbaikan kualitas air.

1. Efektivitas perencanaan pengendalian pencemaran dan kerusakan pesisir dan laut.

2. Tersedianya data dan informasi tentang beban pencemaran dan tingkat kerusakan wilayah pesisir dan laut sebesar 20% dari basis data 2015.

3. Efektivitas pengendalian pencemaran dan kerusakan pesisir dan laut Wilayah I.

4. Efektivitas pengendalian pencemaran dan kerusakan pesisir dan laut Wilayah II.

1. Tersedianya data dan informasi inventarisasi dan penetapan ekosistem gambut.

2. Efektivitas perencanaan pengendalian kerusakan gambut dalam upaya pencapaian meningkatnya luasan lahan gambut yang terpulihkan.

3. Efektivitas pengendalian kerusakan gambut.

1. Efektivitas perencanaan pemulihan kerusakan lahan akses terbuka dalam upaya pencapaian sasaran meningkatnya luas lahan terlantar yang terpulihkan.

2. Tersedianya data dan informasi hasil inventarisasi lahan akses terbuka serta skema pelembagaan yang melibatkan pemangku kepentingan utama.

3. Efektivitas pemulihan kerusakan lahan akses terbuka melalui peran serta hasil pelembagaan pemangku kepentingan.

1. Efektivitas perencanaan program dan evaluasi dalam mencapai tujuan dan sasaran Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan.

2. Efektivitas layanan kepegawaian dan penataan organisasi tata laksana.

3. Efektivitas pelayanan umum dan akuntabilitas pengelolaan keuangan.

4. Efektivitas pembinaan hukum dan koordinasi administrasi kerjasama teknik dalam negeri dan luar negeri

Sumber: Setditjen PPKL, 2019

252015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Memasuki tahun ketiga pelaksanaan RPJMN 2015–2019, pemerintah melalui Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) melakukan perubahan dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP), dari yang semula Money Follow Function menjadi Money Follow Program Prioritas sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2016 Tentang Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2017.

Penyusunan RKP Tahun 2017 dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan holistik-tematik, integratif dan spasial artinya hanya program yang benar-benar bermanfaat yang dialokasikan dan bukan sekedar karena tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga yang bersangkutan.

Hal ini mengisyaratkan bahwa pencapaian prioritas pembangunan nasional memerlukan adanya koordinasi dari seluruh pemangku kepentingan, melalui pengintegrasian prioritas nasional/program prioritas/kegiatan prioritas yang dilaksanakan dengan berbasis kewilayahan. Penyusunan RKP merupakan upaya menjaga kesinambungan pembangunan terencana dan sistematis yang dilaksanakan terutama oleh Pemerintah, dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang tersedia secara optimal, efisien, efektif, transparan, dan akuntabel untuk mewujudkan visi misi Presiden Republik Indonesia.

Dokumen RKP 2019 ditetapkan dengan Perpres Nomor 72 Tahun 2018 dengan tema “Pemerataan Pembangunan untuk Pertumbuhan Berkualitas”. Dengan adanya Perpres tersebut maka penyusunan rencana kerja Ditjen PPKL dalam sisa kurun waktu RPJMN 2015 – 2019 harus mengacu kepada Perpres tersebut. Hal ini tentu saja akan merubah Rencana Strategis dan Rencana Kerja Ditjen PPKL berdasarkan hasil kesepakatan trilateral antara Bappenas-Kementerian Keuangan dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

2.2 RENCANA KERJA TAHUN 2019Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan yang menjadi penanggung jawab program pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mempunyai tugas yang perlu diimplementasikan dalam 5 tahun ke depan dan mendukung terhadap Sasaran Strategis 1 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam meningkatnya kualitas lingkungan hidup yang tercermin dalam Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) sebesar 66,50 - 68,60 pada tahun 2019 yang didukung oleh sistem data informasi lingkungan hidup dan neraca sumber daya alam dan lingkungan hidup yang handal.

Dalam meningkatkan IKLH, Ditjen PPKL mempunyai peran dalam meningkatkan kualitas udara, air, dan tutupan lahan. Program Ditjen PPKL juga mendukung Sasaran Strategis 3 untuk pelestarian keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati serta keberadaan sumber daya alam sebagai sistem penyangga kehidupan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan.

Pada tahun 2016, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah menetapkan 7 (tujuh) Indikator Kinerja Utama (IKU) melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor: 78/Menlhk/Setjen/Set.1/9/2016 tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama (IKU).

Dalam penetapan IKU tersebut, tugas dan fungsi Ditjen PPKL lebih utama mendukung tercapainya Indikator Kinerja Utama nomor 1 yaitu Indeks Kualitas Lingkungan Hidup pada Tahun 2019 berada pada rentang 66,50 - 68,60. Target untuk Indikator Kinerja Utama nomor 1 dapat dicapai dengan pelaksanaan kegiatan yang menjadi Indikator Kinerja Utama dan Indikator Kinerja Program Ditjen PPKL tahun 2019 dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut ini.

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

26 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

Pada tahun 2019 Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan memiliki 6 (enam) Kegiatan yang terdiri dari 10 (sepuluh) Indikator

Tabel 2.3 Indikator Kinerja Kegiatan Ditjen PPKL Tahun 2019

Kinerja Kegiatan dan 10 (sepuluh) Output Kegiatan. Adapun target untuk Indikator Kinerja Kegiatan Ditjen PPKL dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut ini

No. Kegiatan Indikator Kinerja Kegiatan Output Kegiatan Target 2019

1 Pengendalian Pencemaran Udara 1 Proporsi jumlah industri yang memenuhi baku mutu emisi sebesar 75% dari 2000 industri

Peningkatan proporsi jumlah industri yang memenuhi baku mutu emisi

1.500 industri

2 Terlaksananya pemantauan kualitas udara untuk perhitungan IKU

Terlaksananya pemantauan kualitas udara untuk perhitungan IKU

400 Kab/Kota

2 Pengendalian Pencemaran Air 3 Tersedianya informasi data kualitas air

Tersedianya informasi data kualitas air

3 DAS

4 Membaiknya kualitas air satu kelas Pengelolaan DAS Citarum (PROKASIH)

1 DAS

3 Pemulihan Lahan Akses Terbuka 5 Luas lahan bekas tambang rakyat yang difasilitasi pemulihannya

Peningkatan luasan lahan terlantar bekas Pertambangan Rakyat yang terpulihkan

30,2 Ha

6 Proporsi jumlah industri yang meningkat ketaatannya untuk melakukan rehabilitasi pasca tambang

Peningkatan proporsi jumlah industri yang meningkat ketaatannya untuk melakukan rehabilitasi pasca tambang

37 industri

SASARANMeningkatnya Kualitas Air

TARGET

55

SASARANMeningkatnya Kualitas Tutupan Lahan

TARGET

62

SASARANMenurunnya beban pencemaran dan tingkat kerusakan wilayah pesisir dan laut

TARGET

17,5%

SASARANTerwujudnya reformasi tata kelola kepemerintahan yang baik di lingkungan Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan LH

TARGET

78

SASARANMeningkatnya kualitas pengelolaan lahan gambut

TARGET

1.500Hektar

SASARANMeningkatnya Kualitas Udara

TARGET

84

Tabel 2.2 Indikator Kinerja Program Ditjen PPKL Tahun 2019

272015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

2.3 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2019Perjanjian Kinerja adalah lembar/dokumen yang berisikan penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja (lampiran 1). Perjanjian kinerja disusun berdasarkan Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 53 Tahun 2014. Perjanjian Kinerja Ditjen PPKL Tahun 2019 dapat dilihat pada Tabel 2.4 berikut ini

Tabel 2.4 Perjanjian Kinerja Ditjen PPKL Tahun 2019

SASARANMeningkatnya Kualitas Air

INDIKATOR KINERJAIndeks Kualitas Air Meningkat

TARGET

55

SASARANMeningkatnya Kualitas Tutupan Lahan

INDIKATOR KINERJAIndeks Tutupan Lahan Meningkat

TARGET

62

SASARANMenurunnya beban pencemaran dan tingkat kerusakan wilayah pesisir dan laut

INDIKATOR KINERJAPersentase penurunan beban pencemaran dan tingkat kerusakan wilayah pesisir dan laut

TARGET

17,5%

SASARANTerwujudnya reformasi tata kelola kepemerintahan yang baik di lingkungan Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan LH

INDIKATOR KINERJASAKIP Ditjen PPKL dengan nilai minimal 78,00 (A) di tahun 2019

TARGET

78

SASARANMeningkatnya kualitas pengelolaan lahan gambut

INDIKATOR KINERJALuas lahan gambut terdegradasi yang dipulihkan pada areal penggunaan lainnya

TARGET

1.500Hektar

SASARANMeningkatnya Kualitas Udara

INDIKATOR KINERJAIndeks Kualitas Udara Meningkat

TARGET

84

No. Kegiatan Indikator Kinerja Kegiatan Output Kegiatan Target 2019

4 Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Pesisir dan Laut

7 Jumlah lokasi yang dilakukan pemulihan kerusakan ekosistem pesisir dan laut

Jumlah lokasi ekosistem pesisir laut yang dipulihkan fungsinya

3 lokasi

8 Jumlah lokasi pesisir dan laut yang dilakukan pengendalian pencemaran dari tumpahan minyak dan sumber pencemar lainnya

Meningkatnya pengendalian pencemaran pesisir dan laut dari tumpahan minyak dan sumber pencemar lainnya

2 lokasi

5 Pengendalian Kerusakan Gambut 9 Pemulihan lahan gambut terdegradasi yang dipulihkan di areal penggunaan lainnya

Pemulihan lahan gambut yang terdegradasi

1.500 industri

6 Terwujudnya reformasi tata kelola kepemerintahan yang baik di lingkungan Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

10 SAKIP Ditjen PPKL dengan nilai minimal 78,00 (A) di tahun 2019

SAKIP Ditjen PPKL dengan nilai minimal 78,00 (A) di tahun 2019

78

Sumber: Setditjen PPKL, 2019

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

28 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

BAB 3AKUNTABILITAS KINERJA

3.1 METODE PENGUKURAN

3.2 CAPAIAN KINERJA

Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan memiliki 6 (enam) sasaran Program yang harus dicapai sesuai dengan Perjanjian Kinerja yang telah ditetapkan pada tahun 2019. Pengukuran capaian kinerja dilakukan dengan cara membandingkan antara realisasi kinerja dengan target pencapaian kinerja. Capaian kinerja Ditjen PPKL pada tahun 2019 mencapai 125,56%.

Capaian kinerja tahun 2019 ini lebih tinggi dibandingkan capaian kinerja tahun 2018 (105,54%), tahun 2017 (102,34%) dan tahun 2016 (99,33%). Hal ini disebabkan beberapa indikator kinerja tidak tercapai pada tahun 2016, sedangkan pada tahun 2015 (159,02%) terdapat kegiatan yang mencapai lebih dari target yang ditetapkan. Capaian kinerja pada tahun 2019 mengalami kenaikan sebesar 20,02% dibandingkan capaian tahun 2018.Secara rinci capaian kinerja untuk masing-masing sasaran program dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini.

1. Pengukuran Kinerja

3. Efektivitas dan Efisiensi

2. Capaian Penyerapan Anggaran

Capaian Kinerja = Efektivitas =

Capaian Penyerapan

Anggaran

Efisiensi

Realisasi Kegiatan

Rencana Target

Capaian Kinerja 2019 (%)

Capaian Kinerja 2018 (%)

Realisasi Anggaran

Rencana Pagu

Capaian Kinerja 2019 (%)

Capaian Penyerapan Anggaran 2019 (%)

×100 ×100

×100

×100

=

=

292015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Tabel 3.1 Capaian Kinerja Indikator Kinerja Utama/Perjanjian Kinerja (PK) Ditjen PPKL

Sasaran Program Indikator Kinerja Program/Indikator Kinerja Utama

Meningkatnya Kualitas Udara Indeks Kualitas Udara minimal 84

Meningkatnya Kualitas Air Indeks Kualitas Air minimal 55

Meningkatnya Kualitas Tutupan Lahan Indeks Kualitas Tutupan Lahan minimal 62

Meningkatnya kualitas pengelolaan lahan gambut

Luas lahan gambut terdegradasi yang dipulihkan pada areal penggunaan lainnya

Menurunnya beban pencemaran dan tingkat kerusakan wilayah pesisir dan laut

Persentase penurunan beban pencemaran dan tingkat kerusakan wilayah pesisir dan laut

Terwujudnya reformasi tata kelola kepemerintahan yang baik di lingkungan Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan LH

SAKIP Ditjen PPKL dengan nilai minimal 78,00 (A) di tahun 2019

84

55

62

1500 Ha

17,5%

78

86,56

52,62

62,00

1568 Ha

39,3%

Belum dievaluasi

103,05%

100%

104,53%

224,57%

-

95,67%

Target Realisasi

“ “Capaian kinerja tahun 2019 (125,56%) lebih tinggi dibandingkan capaian kinerja tahun 2018 (105,54%),

tahun 2017 (102,34%) dan tahun 2016 (99,33%)

Sumber: Setditjen PPKL, 2019

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

30 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

Tabel 3.2 Capaian Kinerja Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Ditjen PPKL

No Indikator Kinerja Kegiatan Output Kegiatan Target Realisasi Capaian Kinerja (%)

1 Tersedianya Informasi Data Kualitas Air

Tersedianya Informasi Data Kualitas AIr

3 DAS 3 DAS (Citarum, Kapuas dan Brantas)

100

2 Membaiknya Kualitas Air Satu Kelas

Pengelolaan DAS Citarum (PROKASIH)

1 DAS 1 DAS 100

3 Proporsi Jumlah Industri yang Memenuhi Baku Mutu Emisi Sebesar 75% dari 2000 Industri

Peningkatan Proporsi Jumlah Industri yang Memenuhi Baku Mutu Emisi

1.500 industri 1.834 122,27

4 Terlaksananya Pemantauan Kualitas Udara Untuk Perhitungan IKU

Terlaksananya Pemantauan Kualitas Udara untuk Perhitungan IKU

400 Kab/Kota 419 104,75

5 Luas Lahan Bekas Tambang Rakyat yang Difasilitasi Pemulihannya

Peningkatan luasan lahan terlantar bekas Pertambangan Rakyat yang Terpulihkan

30,2 HaKab. Kuningan

(7,63 Ha),Kab. Malang (21 Ha),Kab. Belitung Timur

(8,4Ha)Kab. Paser (1,174

Ha) danKab Buton (0,98 Ha)

40,18Kab. Kuningan (7,63

Ha),Kab. Malang (22 Ha),Kab. Belitung Timur

(8,4Ha)Kab. Paser (1,17 Ha)

danKab Buton (0,98 Ha)

133,05

6 Proporsi JumlahIndustri yang Meningkat Ketaatannya untuk Melakukan Rehabilitasi Pasca Tambang

Peningkatan Proporsi Jumlah Industri yang Meningkat Ketaatannya untuk Melakukan Rehabilitasi Pasca Tambang

37 industri 37 100

7 Jumlah Lokasi yang Dilakukan Pemulihan Kerusakan Ekosistem Pesisir dan Laut

Jumlah Lokasi Ekosistem Pesisir Laut yang Dipulihkan Fungsinya

3 Lokasi 3 lokasi (Kabupaten Wakatobi & Lombok

Tengah, Karimun Jawa)

100

8 Jumlah Lokasi Pesisir dan Laut yang Dilakukan Pengendalian Pencemaran dari Tumpahan Minyak dan Sumber Pencemar lainnya

Meningkatnya Pengendalian Pencemaran Pesisir dan Laut dari Tumpahan Minyak dan Sumber Pencemar Lainnya

2 Lokasi 3 lokasi 150

9 Pemulihan Lahan Gambut Terdegradasi yang Dipulihkan di Areal Penggunaan Lainnya

Pemulihan Lahan Gambut yang Terdegradasi

1.500 industri 1.568 104,53

10 Terwujudnya reformasi tata kelola kepemerintahan yang baik di lingkungan Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan LH

SAKIP Ditjen PPKL dengan nilai minimal 78,00 (A) di tahun 2019

78 Belum dievaluasi -

Sasaran Program Ditjen PPKL dapat terlaksana didukung dengan 6 (enam) kegiatan dan 10 (sepuluh) indikator kinerja kegiatan yang dilakukan, seperti yang tercantum dalam Tabel 3.2 Uraian dan analisa capaian indikator kinerja kegiatan dapat dijelaskan pada sub bagian selanjutnya.

Sumber: Setditjen PPKL, 2019

312015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

A. TERWUJUDNYA REFORMASI TATA KELOLA KEPEMERINTAHAN YANG BAIK DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN

Kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Ditjen PPKL mempunyai sasaran terwujudnya reformasi tata kelola kepemerintahan yang baik di lingkungan Ditjen PPKL. Kegiatan ini memiliki indikator pencapaian nilai SAKIP sebesar 71 poin pada tahun 2015, 73 poin pada tahun 2016, 75 poin pada tahun 2017, 77 poin pada tahun 2018, dan 78 poin pada tahun 2019. Capaian nilai SAKIP sebagai indikator dari kegiatan ini dapat dilihat pada Gambar 3.1 Nilai SAKIP pada evaluasi 2018 mencapai sebesar 77,14 poin atau 100,18% dari target 77,00 poin.

Hal ini dapat terwujud apabila perencanaan program dan anggaran dilakukan secara cermat dan mengikuti perencanaan yang telah ditetapkan pemerintah dan organisasi, serta melakukan reviu secara berkala atas Renja dan Indikator Kinerja Utama/Kegiatan (IKU/IKK). Selain itu, evaluasi dan pelaporan terhadap pelaksanaan program dan anggaran dilakukan secara terus menerus dan menggunakan sistem yang berbasis teknologi (e-monev) serta dapat dimonitoring pimpinan setiap saat menggunakan aplikasi android sehingga capaian kinerja dapat diketahui secara cepat dan tepat.

Gambar 3.1 Nilai Evaluasi SAKIP Tahun 2015-2018 (%)Sumber: Setditjen PPKL, 2019

Pengelolaan SDM juga merupakan faktor yang sangat penting untuk mendukung tercapainya reformasi tata kelola kepemerintahan yang baik. Hal ini tidak terlepas dari perencanaan peningkatan kapasitas SDM dan pembinaan pegawai yang ada di Ditjen PPKL. Pada periode RPJMN 2020-2024 mendatang SDM unggul merupakan target nasional pemerintah, maka peningkatan kapasitas SDM Ditjen PPKL juga harus berbenah dan meningkatkan diri agar mampu bersaing dan memiliki inovasi dalam pelayanan kepada masyarakat. Ditjen PPKL merupakan Pembina Jabatan Fungsional Pengendali Dampak Lingkungan (Pedal). Jumlah SDM pada Jafung Pedal ini semakin meningkat dari tahun ke tahun dan tantangan yang dihadapi juga semakin kompleks. Untuk meningkatkan kompetensi SDM Jafung Pedal maka pengembangan perangkat penilaian dan pembinaan terus menerus dilakukan.

Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan pelaksanaan Reformasi Birokrasi Lingkup Ditjen PPKL tahun 2019 juga salah satu faktor pedukung agar manajemen kinerja yang baik dapat terlaksana. Hasil review maturitas SPIP Tahun 2018 lingkup Ditjen PPKL telah mencapai 3,037 poin atau masuk kategori terdefinisi yang berarti telah melaksanakan praktik pengendalian intern dan terdokumentasi dengan baik. Namun evaluasi atas pengendalian intern dilakukan tanpa dokumentasi yang memadai. Hasil evaluasi mandiri maturitas SPIP Tahun 2019 mencapai sebesar 3,85 poin. Nilai ini masih harus di validasi berdasarkan bukti dukung oleh Tim BPKP. Penyelenggaraan SPIP lingkup Ditjen PPKL telah dilaksanakan pada semua Satker/Unit Eselon II. Semua satker membentuk Satgas SPIP dan menyusun Desain SPIP serta melakukan kegiatan monev dan pelaporan.

Pada Tabel 3.3 dapat dilihat realisasi target indikator sasaran terwujudnya reformasi tata kelola kepemerintahan yang baik di lingkungan Ditjen PPKL tahun 2018 sebesar 77,14 dengan kategori BB (>70-80). Pencapaian ini melebihi target yang ditetapkan sebesar 77 poin dengan capaian kinerja sebesar 100,18%.

2015

71.00

2016

2017

2018

Target Realisasi Capaian

80.68

113.63

69.0194.53

73.00

75.00

77.00

74.49

77.14

99.32

100.18

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

32 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

Tabel 3.3 Capaian Kinerja Kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Tahun 2019

Indikator Kinerja

Realisasi 2015

Realisasi 2016

Realisasi 2017

Realisasi 2018

Target Renja 2019

Target Renstra

2019

Realisasi 2019

Capaian Kinerja

2019 (%)

Capaian Renstra

2019 (%)

Sasaran : Terwujudnya reformasi tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Ditjen PPKL

SAKIP Ditjen PPKL dengan nilai minimal 78,00 (A) di tahun 2019

80,68 69,01 74,49 77,14 78 78 Belum dievaluasi - 98,90

Sumber: Setditjen PPKL, 2019* belum di evaluasi

Hasil evaluasi penyelenggaraan SAKIP tahun 2018 secara rinci terdapat pada Tabel 3.4 berikut ini

Tabel 3.4 Perbandingan Hasil Evaluasi SAKIP Tahun 2015-2018

No Komponen yang dinilai Bobot (%)Nilai

2015 2016 2017 2018

1 Perencanaan Kinerja 30 23,68 22,52 25,26 24,92

2 Pengukuran Kinerja 25 22,66 19,14 19,02 16,51

3 Pelaporan Kinerja 15 12,84 13,10 12,79 12,36

4 Evaluasi Kinerja 10 10,00 9,25 8,80 7,67

5 Pencapaian Kinerja/Sasaran Organisasi 20 11,50 5,00 8,67 15,68

Nilai Hasil Evaluasi 100 80,68 69,01 74,49 77,14

Tingkat Akuntabilitas Kinerja A (Memuaskan)

B (Baik)

BBSangat Baik)

BB(Sangat Baik)

Berdasarkan hasil evaluasi tersebut beberapa kekurangan dalam penyelenggaraan SAKIP Ditjen PPKL tahun 2018, antara lain:1. Perencanaan Kinerja: rencana aksi tidak

menguraikan secara rinci mengenai target periodik (pada tiap bulanan), penanggungjawab/pelaksana, dan rencana anggaran biaya. Rencana aksi juga tidak dimonitor secara berkala dan belum dijadikan acuan dalam memonitor/mengevaluasi pelaksanaan kegiatan;

2. Pengukuran Kinerja: IKP belum sepenuhnya dapat dijadikan alat ukur tercapaian outcome atau hasil-hasil program yang ditetapkan dalam dokumen anggaran (RKA-KL);

3. Pelaporan Kinerja: Informasi capaian kinerja yang disajikan belum sepenuhnya dimanfaatkan dalam perbaikan, antara lain pada Direktorat PKLAT;

4. Evaluasi Kinerja: tidak ada umpan balik (feedback) yang diberikan oleh pimpinan manajemen dalam sistem e-monitoring; dan

5. Pencapaian Sasaran/Kinerja Organisasi: terdapat target Direktorat PKLAT tidak dapat dicapai 100%, yaitu kegiatan Direktorat PKLAT yang realisasi fisiknya mencapai hanya sekitar 60%.

Sumber: Setditjen PPKL, 2019

332015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Pencapaian target indikator kinerja tahun berikutnya diupayakan dengan melakukan perbaikan perencanaan, pemantauan dan evaluasi, pengukuran dan pelaporan kinerja serta pencapaian sasaran/kinerja organisasi.Pengelolaan manajemen sekretariat merupakan hal penting untuk menjalankan tugas dan fungsi organisasi agar dapat berjalan dengan tertib sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Berbagai inovasi manajemen organisasi perlu selalu dikembangkan sehingga capaian kinerja dapat lebih maksimal.

Kegiatan yang dilakukan untuk pengembangan program dilaksanakan melalui penyelenggaraan Rapat Kerja Teknis (Rakernis) lingkup Ditjen PPKL.

Tema Rakernis 2019 yaitu “Satukan Tekad: Bersinergi Menuju Kualitas Lingkungan Hidup yang Lebih Baik”.Rakernis ini dilaksanakan untuk mensinergikan kegiatan yang akan dilaksanakan tahun 2019 dan penyampaian

Revisi Rencana Strategis 2015-

2019 Eselon I dan II;

Dokumen RKAKL 2019;Rencana Kerja

Eselon I dan II;Rencana Aksi

2019; dan

Perjanjian Kinerja Eselon I, II, III dan IV;

Keputusan Dirjen PPKL Nomor:

SK.21/PPKL/SET/REN.0/2/2019

tentang Penetapan

Indikator Kinerja Utama Ditjen

PPKL Tahun 2019

01 0402 0503 06

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mencapai sasaran terwujudnya reformasi tata kelola kepemerintahan yang baik di lingkungan Ditjen PPKL diuraikan berikut ini.

1. Penyusunan dokumen perencanaan

Berdasarkan hasil evaluasi penyelenggaraan SAKIP tahun 2018, perbaikan-perbaikan manajemen kinerja dilakukan selama tahun 2019. Revisi Peraturan Dirjen Nomor: P.3/PPKL/SET/DTN.1/11/2016 tentang Prosedur Penyelenggaraan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Lingkup dilakukan untuk mengembangkan pedoman penyusunan rencana dan laporan lingkup Ditjen PPKL. Pada pedoman yang baru akan ditambahkan kewajiban unit kegiatan dalam menyusun dokumen perencanaan dan pelaporan serta tata waktunya dan ruang lingkup dokumen perencanaan dan laporan.

Penyusunan dokumen perencanaan dilaksanakan melalui kegiatan rapat dengan Direktorat lingkup Ditjen PPKL beserta stakeholder terkait seperti Direktorat Jenderal Anggaran (DJA) Kementerian Keuangan, Bappenas, Komisi IV dan VII DPR RI serta reviu Itjen. Dokumen perencanaan yang disusun tahun 2019, antara lain

Gambar 3.2 Rakernis Ditjen PPKL, 26 Februari – 1 Maret 2019

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

34 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

Laporan kinerja disusun sesuai dengan periode pelaporannya. Laporan mingguan disusun setiap minggu yang memuat progress capaian kegiatan dan capaian anggaran berdasarkan perjanjian kinerja eselon II. Melalui laporan mingguan ini Dirjen PPKL melaksanakan rapat pimpinan yang diadakan setiap minggu. Laporan mingguan disampaikan oleh masing-masing direktorat setiap hari Jumat atau Senin dan dikeluarkan melalui Nota Dinas setiap minggu.

Laporan Triwulanan disusun setiap triwulan yang menampilkan capaian kinerja dan anggaran berdasarkan Perjanjian Kinerja Eselon II, III dan IV. Selain itu menampilkan partisipasi setiap eselon IV dalam pelaporan menggunakan E-Monev Ditjen PPKL. Laporan Triwulan disusun sekaligus untuk melakukan evaluasi terhadap kinerja para pejabat dan mengeluarkan rekomendasi tindak lanjut apabila ada kendala yang terjadi.

Laporan Kinerja Eselon I dan II disusun setiap tahun sekali. Laporan Kinerja menampilkan capaian kinerja sesuai dengan target yang terdapat dalam Perjanjian Kinerja Eselon I-IV selama satu tahun. Laporan Kinerja digunakan untuk evaluasi penyelenggaraan SAKIP, Maturitas SPIP dan Reformasi Birokrasi.

Laporan Tematik disusun setiap triwulanan yang menampilkan capaian kinerja sesuai dengan target triwulanan yang ditetapkan dalam rencana aksi. Laporan Tematik terutama untuk kegiatan yang termasuk dalam Prioritas Nasional. Laporan tematik disusun dan disampaikan kepada Birocan KLHK untuk diupload ke dalam aplikasi KSP. Laporan tematik dipantau untuk memastikan pelaksanaan Program Prioritas mencapai target yang ditetapkan.

2. Penyusunan dokumen pelaporan

Laporan Kinerja (LKj) Eselon I dan II

Laporan Kinerja Triwulan I-IV

Laporan Mingguan; dan

01 03

02 04

Laporan Tematik: Rencana Aksi Bela Negara, Rencana Aksi pantauan Kantor Staf

Presiden

arah kebijakan Ditjen PPKL 2020-2024, termasuk mencari kesepakatan kegiatan dalam mencapai kualitas lingkungan hidup yang lebih baik.

Sebanyak sekitar 18 topik yang dibahas dalam Rakernis ini. Tujuan rakernis ini adalah tercapainya kolaborasi antara pemerintah pusat dan daerah dalam pengendalian. Rapat teknis ini dihadir sekitar 490 orang yang berasal dari 32 Provinsi, 87 Kabupaten/Kota. (Gambar 3.2)

352015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Kegiatan Ditjen PPKL yang dipantau oleh Kantor Staf Presiden (KSP) adalah Pemulihan Ekosistem Gambut. Pemantauan KSP dilaksanakan setiap triwulan.Pada tahun 2019, pemantauan KSP untuk pemulihan ekosistem gambut dilaksanakan pada Triwulan II (B-06), Triwulan III (B-09) dan Triwulan IV (B-12) dapat dilihat pada Tabel 3.5 berikut ini.

Tabel 3.5 Rekapitulasi Pelaksanaan Pemulihan Ekosistem Gambut di Lahan MasyarakatTriwulan II-IV (B06-B12) Tahun 2019

Periode Jumlah Rencana

Sekat

Jumlah Realisasi Sekat

Luasan Rencana (Ha)

Luasan Realisasi (Ha)

Capaian Target Triwulanan

Capaian Target Tahun 2019

B-06 - - 368 225 61,1% 15,00%

B-09 - 38 1.284 722 56,2% 48,13%

B-12 - 75 1.500 1.568 93,5% 104,53%

Sumber : Direktorat PKG, 2019

Kegiatan Ditjen PPKL yang dipantau melalui Rencana Aksi Bela Negara berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2018 tentang Rencana Aksi Nasional Bela Negara Tahun 2018 – 2019 adalah Pengelolaan DAS Citarum dan Pemantauan Kualitas Udara untuk Perhitungan Indeks Kualitas Udara. Pada tahun 2019, pemantauan Rencana Aksi Bela Negara untuk dilaksanakan pada Triwulan I (B-04), Triwulan II (B-06), Triwulan III (B-09) dan Triwulan IV (B-12) dapat dilihat pada Tabel 3.6 berikut ini.

Tabel 3.6 Rencana Aksi Bela Negara Tahun 2019

PERIODE TARGET CAPAIAN

Pengelolaan DAS Citarum

B-04 1. Survey Lokasi Ekoriparian dan persiapan masyarakat 2. Reviu DED IPAL Domestik dan Kolam retensi Non Institusi

100%

B-06 1. Penyusunan DED dan pengadaan Ekoriparian 2. Proses pengadaan barang/jasa pembangunan IPAL Domestik dan Kolam Retensi Non Institusi

75%

B-09 a. Pelaksanaan pembangunan Sarana Ekoriparian (10%)b. Pelaksanaan pembangunan IPAL Domestik (20%)c. Pelaksanaan pembangunan Kolam Retensi Non Institusi (20%)

155%

B-12 1. Pelaksanaan pembangunan Ekoriparian (100%)2. Pelaksanaan pembangunanIPAL Domestik (100%)3. Pelaksanaan pembangunan Kolam Retensi (100%)

100%

Pemantauan Kualitas Udara untuk Perhitungan Indeks Kualitas Udara

B-04 1. Persiapan dan perencanaan kegiatan pemantauan kualitas udara di 34 Provinsi dengan metode passive sampler

2. Penetapan Pelaksanaan Pengadaan Alat dan Analisis Sampel Kualitas Udara

100%

B-06 1. Pembinaan teknis di 34 provinsi 2. Pemantauan Kualitas Udara tahap I pada 34 provinsi

100%

B-09 Pemantauan Kualitas Udara tahap II pada 34 provinsi 100%

B-12 Terbitnya nilai Indeks Kualitas Udara 2019 pada 34 Provinsi 100%

Sumber: Direktorat PPA dan Direktorat PPU, 2019

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

36 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

Aplikasi E-Monev yang harus diinput pelaporannya setiap bulan antara lain E-Monev Ditjen PPKL, E-Monev SMART DJA dan E-Monev Bappenas. E-Monev Ditjen PPKL dilaporkan dan dievaluasi berdasarkan Rencana Aksi yang disusun masing-masing direktorat. Rencana Aksi diinput setiap awal tahun dan pelaporan serta evaluasi dilaksanakan setiap bulan. Hasil evaluasi pelaksanaan rencana aksi pada tahun 2019 dapat dilihat pada Gambar 3.3 berikut ini.

Capaian penyerapan anggaran dan output Ditjen PPKL per Triwulan tahun 2019 berdasarkan E-Monev SMART DJA dapat dilihat pada Gambar 3.4

Gambar 3.3 Grafik EvaluasiE-Monev Ditjen PPKL Tahun 2019Sumber: Setditjen PPKL, 2019

Gambar 3.4 Capaian Output dan Anggaran Ditjen PPKL Tahun 2019 (%)

(Sumber : E-Monev DJA, 2019)

4 Pengembangan Aplikasi E-Monev Ditjen PPKL

Aplikasi E-Monev Ditjen PPKL merupakan perangkat lunak yang digunakan untuk memonitor pelaksanaan kegiatan lingkup Ditjen PPKL. Aplikasi E-Monev Ditjen PPKL dikembangkan sejak tahun 2016 dengan tujuan pemantauan pelaksanaan kegiatan pada tingkat direktorat. Pada tahun 2017, pengembangan aplikasi E-Monev Ditjen PPKL difokuskan pada pemantauan penerapan Rencana Aksi pada tingkat Sub Komponen RKA-KL.

Pengembangan aplikasi E-monev tahun 2018 antara lain menambahkan tampilan dashboard untuk pimpinan sehingga dapat dipantau setiap saat progress capaian kinerja dan capaian anggaran serta kendala yang dihadapi. Selain itu aplikasi versi 2018 dapat menghitung progress capaian output IKP/IKU secara otomatis serta menambahkan menu pelaporan dan progress pelaksanaan pengadaan barang dan jasa. Pada tahun 2019, E-monev dikembangkan versi Android sehingga dapat dipantau setiap saat oleh pimpinan secara otomatis (Gambar 3.5).

Setdit PPKl

Dit. PPU

Dit. PPA

Dit.PPKl

Dit. PKLT

Dit.PKG

92%

100%

89%

37%

77%

100%

8%

0%

11%

63%

23%

0%

% Rencana Aksi Terlaksana % Rencana Aksi Tidak Terlaksana

Capaian Anggaran Capaian Output

Aplikasi E-Monev Ditjen PPKL dikembangkan sejak tahun 2016 dengan tujuan pemantauan pelaksanaan kegiatan pada tingkat direktorat.

TW I

14.15

12.79

TW II

40.57

27.24

TW III

49.84

56.67

TW IV

95.83

107.76

3. Pelaporan dan Monev Kegiatan menggunakan aplikasi E-Monev

E-Monev Bappenas memiliki 4 (empat) level pemantauan pelaksanaan rencana pembangunan yaitu level satker/komponen, level output, level IOK dan level IKK. Sampai dengan Triwulan IV Tahun 2019, status kelengkapan data pada 4 (empat) level pemantauan tersebut sudah terisi lengkap untuk semua Satker lingkup Ditjen PPKL.

372015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Gambar 3.5 Pengembangan E-Monev berbasis Android(Sumber : E-Monev Ditjen PPKL, 2019)

5. Layanan Kehumasan

Kegiatan layanan kehumasan yang dilaksanakan pada tahun 2019 terdiri dari peliputan sebanyak 26 berita dan publikasi di berbagai media.Beberapa peliputan yang dilaksanakan dapat dilihat pada Gambar 3.6 sampai Gambar 3.11.berikut ini.

Gambar 3.6 Menteri LHK meninjau IPAL Wetland Biocord di Desa Sukaluyu, Kecamatan Telukjambe Timur, Kab. Karawang

Sumber: Setditjen PPKL, 2019

Gambar 3.7 Kegiatan CCU bersama Menteri LHK di Pantai Pelabuhan Cirebon, Jawa Barat

Sumber: Setditjen PPKL, 2019

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

38 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

Gambar 3.10 Wakil Presiden RI didampingi Menteri LHK membuka PLHK

Sumber: Setditjen PPKL, 2019

Gambar 3.9 Pertemuan The 24th Intergovermental Meeting of the COBSEA Working Group on Marine Litter

Sumber: Setditjen PPKL, 2019

Gambar 3.11 Kegiatan Pertikawan 2019Sumber: Setditjen PPKL, 2019

Gambar 3.8 Pertemuan The Coordinating Body on The Seas of East Asia (COBSEA)

Pada tahun 2019 telah dilaksanakan kegiatan pencitraan di media cetak (advetorial) 13 (tiga belas) kali di media cetak, online, dan elektronik (TV).Daftar advetorial dapat dilihat pada Tabel 3.7 dan contoh layout advetorial dapat dilihat pada Gambar 3.12

Tabel 3.7 Advetorial Ditjen PPKL Tahun 2019

No Judul Waktu Penayangan Media

1 Refleksi Kinerja Ditjen PPKL KLHK Tahun 2018 dan Penghargaan PROPER Januari 2019 Majalah Ekonomi Hijau

2 Refleksi Kinerja Ditjen PPKL KLHK Tahun 2018 dan Penghargaan PROPER Februari 2019 Majalah Portonews

3 Bebersih Sungai Ciliwung Juni 2019 Metro TV

4 COBSEA, RC3S, dan Bebersih Ciliwung Juni 2019 Online di 14 media

5 Bebersih Ciliwung Juni 2019 Media Indonesia

6 Hari Lingkungan Hidup Tahun 2019 Juli 2019 Majalah Ekonomi Hijau

7 Pameran Pekan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2019 dan Kegiatan Pojok Milenial

Juli 2019 Online di 17 media

8 Konferensi Pers Pengendalian Pencemaran Udara Juli 2019 Online di 17 media

Sumber: Setditjen PPKL, 2019

392015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Sumber: Setditjen PPKL, 2019

No Judul Waktu Penayangan Media

9 Cover Story Program PROPER September 2019 Majalah Trust

10 Penghargaan Inovasi KLHK (PROPER) oleh KemenpanRB Tahun 2019 Oktober 2019 Online di 16 media

11 “Outlook Indonesia 2020: Ekonomi, Lingkungan & Energi” Desember 2019 Majalah Portonews

12 Kesuksesan Ditjen PPKL dalam 10 Sukses Siti Memimpin Kementerian LHK Desember 2019 Majalah Tropis

13 Kinerja DItjen PPKL Desember 2019 Media Indonesia

Gambar 3.12 Contoh Layout Kegiatan Publikasi Advetorial di Media MassaSumber: Setditjen PPKL, 2019

Salah satu cara penyebaran informasi kepada masyarakat yaitu melalui media massa dalam bentuk video, sehingga memudahkan masyarakat dalam memahami kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan Ditjen PPKL. Pada tahun 2019, Ditjen PPKL membuat 13 (tiga belas) paket video yang rinciannya dapat dilihat pada Tabel 3.8 berikut ini.

Tabel 3.8 Daftar Video Kegiatan Ditjen PPKL Tahun 2019

No Judul Video Ringkasan Unit Kerja

1. Coastal Clean-Up Pantai Pelabuhan, Cirebon

MenLHK Siti Nurbaya Bakar, memimpin sekitar 1000 peserta CCU yang berasal dari kalangan pelajar, Pemerintah Daerah, komunitas, masyarakat umum, dan pelaku dunia usaha.

PPKPL

2. Peresmian IPAL Teluk-jambe, Karawang

MenLHK meresmikan IPAL Wetland Biocord yang dibangun oleh Ditjen PPKL di Desa Sukaluyu, Kecamatan Telukjambe Timur, Kabupaten Karawang, yang berkapasitas 2.200 KK.

PPA

3. IPAL Wetland di Danau Toba

Ditjen PPKL membangun IPAL Wetland Biocord pada dua titik di Danau Toba, yang kualitas airnya semakin memburuk karena pencemaran oleh limbah domestik.

PPA

4. Rapat Kerja Teknis Ditjen PPKL

Rakernis Ditjen PPKL yang berlangsung pada 26 Februari hingga 1 Maret 2019 dihadiri oleh jajaran tinggi KLHK, Instansi Lingkungan Hidup Provinsi dan Kab./Kota, serta Perguruan Tinggi, dan kominitas lingkungan.

Setditjen

5. Bebersih Ciliwung 2019 Ditjen PPKL menyelenggarakan aksi bersih-bersih pada DAS Ciliwung dari hulu hingga hilir, melibatkan hampir 10.000 peserta, dan berhasil mencetak Rekor MURI membersihkan sungai dengan rentang terpanjang yaitu 69,3 Km. Ditjen PPKL berhasil mengumpulkan pelaku usaha, pihak swasta, pemerintah daerah, komunitas, warga sekitar dan masyarakat umum, untuk ter-libat dalam kegiatan ini.

PPA

6. #PatriotCiliwung – Kang Dayat

Profil pegiat lingkungan Sungai Ciliwung, Ketua Yayasan Sahabat Ciliwung PPA

7. #PatriotCiliwung – Haji Royani

Profil pegiat lingkungan Sungai Ciliwung, Ketua Gema Bersuci (Gerakan Masyarakat Bersih Sungai Ciliwung)

PPA

8. #PatriotCiliwung – Sarmili

Profil pegiat lingkungan Sungai Ciliwung, Ketua Komunitas Peduli Ciliwung Lenteng Agung PPA

9. #PatriotCiliwung – Us-man Firdaus

Profil pegiat lingkungan Sungai Ciliwung, Ketua Mat Peci (Masyarakat Pecinta Ciliwung) PPA

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

40 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

No Judul Video Ringkasan Unit Kerja

10. #PatriotCiliwung – Peni Susanti

Profil pegiat lingkungan Sungai Ciliwung, Ketua GCB (Gerakan Ciliwung Bersih) PPA

11. #PatriotCiliwung – Tina Bule

Profil pegiat lingkungan Sungai Ciliwung, anggota Pasukan Oranye dari luar negeri PPA

12. #PatriotCiliwung – Va-nia Herlambang

Profil Putri Indonesia Lingkungan 2018 PPA

13. #PatriotCiliwung – Rena Dafrina

Profil Lurah Sempur-Bogor dan aktivis lingkungan PPA

6. Tersedianya Layanan Data dan Informasi

Layanan data dan informasi yang dilakukan berupawebsite/laman informasi tentang program Ditjen PPKL dan penyusunan buku Statistik Kualitas Air, Udara dan Tutupan Lahan Tahun 2018. (Gambar 3.13).

Data yang disajikan dalam Buku Statistik Kualitas Air, Udara dan Tutupan Lahan berupa kompilasi data sejak tahun 2013 - 2018, namun ada kegiatan yang pelaksanaannya belum selama 5 (lima) tahun sehingga data yang disajikan dimulai sejak kegiatan dilaksanakan. Data yang disajikan antara lain:

Gambar 3.13 Buku Statistik Kualitas Air, Udara, dan Tutupan LahanTahun 2018

1. Status Mutu Air Sungai Indonesia (2014 – 2018);2. Kualitas Air Sungai per Provinsi (2018);3. Kualitas Air Sungai pada DAS Prioritas (2018);4. Indeks Kualitas Air (IKA) (2014 – 2018);5. Evaluasi Kualitas Udara Perkotaan (2014 – 2018);6. Tingkat Ketaatan Terhadap Baku Mutu Emisi (2014 –

2018);7. Indeks Kualitas Udara (IKU) (2014 – 2018);8. Inventarisasi Lahan Akses Terbuka (2018);

9. Indeks Kualitas Tutupan Lahan (IKTL) (2014 – 2018);10. Status Mutu Kualitas Air Laut (2018);11. Pemantauan Sampah Pesisir dan Laut (2017 – 2018);

dan12. Pemulihan Kerusakan Kawasan Ekosistem Pesisir

dan Laut (2017 – 2018);

Pada tahun 2019 pengembangan website menambahkan muatan materi peraturan perundangan yang terdiri dari Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan/Instruksi Presiden, Peraturan Menteri, Keputusan Menteri, Peraturan Direktorat Jenderal, Keputusan Direktorat Jenderal, Peraturan Daerah, Izin Pembuangan Air Limbah/Izin Injeksi, dan CErdas PAhami PeraTuran (CEPAT) (Gambar 3.14).

Di dalam muatan materi peraturan perundangan tersebut juga terdapat ringkasan isi peraturan dan status peraturan. Pada fitur CErdas PAhami PeraTuran terdapat video animasi yang bertujuan untuk memudahkan pemahaman peraturan perundangan. Sedangkan pada fitur Izin Pembuangan Air Limbah/Izin Injeksi berisi daftar izin yang telah dikeluarkan.

Sumber: Setditjen PPKL, 2019

412015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Gambar 3.14 Penambahan Muatan Materi Peraturan Perundangan(Sumber: Website Ditjen PPKL, 2019)

Pengendali Dampak Lingkungan adalah Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan instansi terkait lainnya baik di Pusat maupun Daerah yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan pencegahan dan penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan serta pemulihan kualitas lingkungan. Jabatan Fungsional Pengendali Dampak Lingkungan (Pedal) terdiri dari Pengendali Dampak Lingkungan

Tingkat Keterampilan dan Pengendali Dampak Lingkungan Tingkat Keahlian. Instansi pusat Pejabat Fungsional Pedal terdapat di Kemenetrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,Kementerian Perhubungan, Kementerian Kesehatan dan beberapa kementerian/lembaga lainnya. Sedangkan di instansi daerah terdapat di Badan Lingkungan Hidup Provinsi atau Kota, Dinas Kesehatan dan lain-lain. Adapun data Peta sebaran Jabatan Fungsional PEDAL pada tahun 2019 sejumlah 228 orang dapat dilihat pada Gambar 3.15 berikut ini

7. Jabatan Fungsional Pengendali Dampak Lingkungan

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

42 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

Gambar 3.15 Peta Sebaran Jabatan Fungsional PEDAL Tahun 2019Sumber: Setditjen PPKL, 2019

432015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Tabel 3.9 Penilaian Reformasi Birokrasi Ditjen PPKL Tahun 2019

No. Komponen / Sub Komponen yang dinilai Bobot (%) Nilai

1 Komponen Pengungkit 60 19,60

a. Manajemen perubahan 5 2,31

b. Penataan peraturan perundang-undangan 5 0,63

c. Penataan dan penguatan organisasi 6 1,50

d. Penataan tatalaksana 5 1,36

e. Penataan sistem manajemen SDM 15 2,82

f. Penguatan Akuntabilitas 6 2,55

g. Penguatan pengawasan 12 4,91

h. Peningkatan kualitas pelayanan publik 6 3,52

Sementara untuk tahun 2018 lalu, hasil survei internal KLHK untuk Survei Integritas Organisasi dapat dilihat pada Tabel 3.10 berikut ini.

Tabel 3.10 Hasil Survei Internal KLHK untuk Survei Integritas Organisasi

No Komponen Indeks 2018

1 Budaya Organisasi dan Sistem Anti Korupsi 3,51

2 Integritas terkait pengelolaan SDM 3,54

3 Integritas terkait pengelolaan anggaran 3,51

4 Integritas kesesuaian perintah atasan dengan aturan dan norma

3,47

Indeks Integritas Organisasi 3,51

Untuk mendukung pelaksanaan reformasi birokrasi, Ditjen PPKL telah menerbitkan Surat Keputusan Dirjen PPKL Nomor: SK.109/PPKL/SET/OTL.2/9/2019 tentang Standar Operasional Prosedur Lingkup Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan tanggal 27 September 2019 dengan jumlah sebanyak 141 SOP lingkup Ditjen PPKL (Tabel 3.11).

Tabel 3.11 Daftar SOP Lingkup Ditjen PPKL

NO JUDUL SOP

SOP DIREKTORAT PENGENDALIAN KERUSAKAN GAMBUT

1 SOP Proses Penetapan Titik Pemantauan Lahan Gambut

2 SOP Pelaksanaan Kegiatan SMPEI untuk Komponen 1 dan Komponen 2

3 SOP Pelaksanaan Kegiatan SMPEI untuk Komponen 3

4 SOP Kesepakatan Dokumen Rencana Pemulihan Ekosistem Gambut Bagi Penanggungjawab Usaha-Kegiatan

5 SOP Pengelolaan Barang Persediaan

6 SOP Pengelolaan Barang Milik Negara

7 SOP Pengelolaan Surat Masuk Langsung

8 SOP Pengelolaan Surat Masuk Penerus

9 SOP Penyusunan Laporan Keuangan - SAIBA

10 SOP Laporan SIMAK BMN

SOP DIREKTORAT PENGENDALIAN PENCEMARAN KERUSAKAN PESISIR DAN LAUT

11 SOP Penyusunan Laporan Kinerja

12 SOP Penyusunan Dokumen Desain Penyelenggaraan SPIP

13 SOP Pemantauan Penyelenggaraan SPIP

14 SOP Penyusunan Laporan Tahunan

15 SOP Penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah

8. Pelaksanaan Reformasi Birokrasi

Hasil penilaian mandiri Ditjen PPKL terhadap pelaksanaan Reformasi Birokrasi sebesar 19,60. Nilai tersebut merupakan jumlah dari komponen pengungkit yang dapat dilihat pada Tabel 3.9 berikut:

Sumber: Setditjen PPKL, 2019

Sumber: Setditjen PPKL, 2019

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

44 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

SOP DIREKTORAT PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA

37 Analisis Data Kualitas Udara

38 Kedaruratan Pencemaran Udara

39 Pemantauan Kualitas Udara

40 Penetapan Lokasi AQMS

41 Penyampaian Data ISPU

42 Pengendalian Pencemaran Non Institusi

43 Bimbingan Teknis Penyusunan Baku Mutu Udara di Daerah

44 Pelaksanaan Bintek Penyusunan Baku Mutu Udara di Daerah (Pemda)

45 Pelaksanaan Supervisi Penyusunan Baku Mutu Udara di Daerah (Pemda)

46 Pelaporan Bintek Penyusunan Baku Mutu Udara di Daerah (Pemda)

47 Pelaporan Supervisi Penyusunan Baku Mutu Udara di Daerah (Pemda)

48 Persiapan Bintek Penyusunan Baku Mutu Udara di Daerah (Pemda)

49 Persiapan Supervisi Penyusunan Baku Mutu Udara di Daerah (Pemda)

50 Supervisi Penyusunan Baku Mutu Udara di Daerah (Pemda)

51 Penyusunan Renstra Direktorat PPU

52 Penyusunan RPKU

53 Penyusunan KAK dan RKAKL Direktorat PPU

54 Penyusunan Rencana Kerja Direktorat PPU

55 Pengisian Aplikasi KRISNA

56 Pengisian Aplikasi RUP

57 Persiapan kerjasama PPU

58 Pelaksanaan dan pelaporan kerjasama PPU

59 Pembentukan Tim Penyusun Laporan

60 Penyusunan Laporan Tahunan dan LKJ Direktorat PPU

61 Pengisian Laporan bulanan dan Tahunan Aplikasi SMART

62 Pengisian Laporan Triwulan dan Tahunan Aplikasi BAPPENAS

63 Pembentukan Tim Monev Dit. PPU

64 Pelaksanaan Monev di Direktorat PPU

65 Pembentukan Tim Pemantau dan Penyusun Laporan SPIP

66 Penyusunan Disain SPIP Satker Direktorat PPU

67 Pemantauan Pelaksanaan SPIP Direktorat PPU

68 Pemantauan dan Penyusunan Laporan SPIP Direktorat PPU

69 SOP Pengolahan Data Sumber Bergerak

70 Penyusunan Ketentuan Teknis Pengendalian Emisi Transportasi Darat

71 Pemantauan Kualitas Udara Perkotaan

72 Pelaksanaan Pemantauan Kualitas Udara

73 Pelaksanaan Bimbingan Teknis Pemantauan Kualitas Udara Perkotaan

74 SOP Pemantauan Emisi Sumber Bergerak

75 Pemantauan pengendalian pencemaran udara sumber bergerak (udara, laut, dan alat berat)

76 Pembinaan pengendalian pencemaran udara sumber bergerak (udara, laut, dan alat berat)

77 Penerapan Green Transportation di Perkotaan

78 SOP Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Bergerak

79 SOP Pengolahan Data Sumber Bergerak

80 Penyusunan muatan teknis rancangan peraturan menteri tentang baku mutu emisi sumber bergerak

SOP DIREKTORAT PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

16 SOP Pengajuan Cuti Pegawai

17 SOP Penyusunan Peraturan Perundang-undangan Pengendalian Pencemaran Air

18 SOP Penyusunan RPKU

19 SOP Pengajuan Surat Ijin/Tidak Hadir/Datang Terlambat/Pulang Lebih Awal Pegawai

20 SOP Penyusunan Peraturan Perundang-undangan Pengendalian Pencemaran Air

21 SOP Pengelolaan Barang Persediaan

22 SOP Penyusunan Rencana Kerja Direktorat PPA

23 SOP Pengelolaan Anggaran PPU

24 SOP Pembentukan Tim Monev PPKL Dit. PPA

25 SOP Pengelolaan Barang Milik Negara

26 SOP Pengelolaan Barang Milik Negara AQMS

27 SOP Pengelolaan Naskah Dinas Keluar

28 SOP Pengelolaan Naskah Dinas Masuk Langsung

29 SOP Penyusunan Disain SPIP Satker Direktorat PPA

30 SOP Pengelolaan Naskah Dinas Masuk Penerus

31 SOP Pemantauan Pelaksanaan SPIP Direktorat PPA

32 SOP Penyusunan Laporan Keuangan - SAIBA

33 SOP Penyusunan Laporan SIMAK BMN

34 SOP Penetapan Baku Mutu Air Limbah Usaha Kegiatan Jasa

35 SOP Rekomendasi Pemanfaatan Air Limbah (Industri dan Prasarana Jasa)

36 SOP Sistem Pelaporan On-line Pengendalian Pencemaran Air

452015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

81 Supervisi Penerapan Green Transportation di Perkotaan

82 Tata Cara Bimbingan Teknis kegiatan Pengendalian Emisi Transportasi Darat

83 Koordinasi Tim Verifikasi Lapangan dengan Pihak Terkat Industri Manufaktur, Prasarana dan Jasa

84 Pelaksanaan Pemantauan Tidak Langsung Industri Energi, Migas dan Pertambangan

85 Pelaksanaan Pemantauan Industri Energi, Migas dan Pertambangan

86 Koordinasi Tim Verifikasi Lapangan dengan Pihak Terkait

87 Penyusunan Status Penataan Industri Manufaktur, Prasarana dan Jasa

88 Penyusunan Rencana Verifikasi Lapangan PROPER Industri Manufaktur, Prasarana dan Jasa

89 Usulan Peserta PROPER Prioritas PPU Industri Manufaktur, Prasarana dan Jasa

90 Pengajuan Cuti Pegawai

91 Pengajuan Surat Ijin/Tidak Hadir/Datang Terlambat/Pulang Lebih Awal Pegawai

92 Pengelolaan Barang Persediaan

93 Pengelolaan Anggaran PPU

94 Pengelolaan Barang Milik Negara

95 Pengelolaan Barang Milik Negara AQMS

96 Pengelolaan Naskah Dinas Keluar

97 Pengelolaan Naskah Dinas Masuk Langsung

98 Pengelolaan Naskah Dinas Masuk Penerus

99 Penyusunan Laporan Keuangan - SAIBA

100 Laporan SIMAK BMN

SOP DIREKTORAT PENGENDALIAN KERUSAKAN LAHAN AKSES TERBUKA

101 SOP Penyusunan Standar/Penyusunan Peraturan

102 SOP Penyusunan DED Pemulihan

103 SOP Penyusunan Kerjasama

104 SOP Pencegahan dan Pemantauan Pemulihan Lahan Akses Terbuka

105 SOP Pengelolaan Barang Persediaan

106 SOP Pengelolaan Anggaran PKLAT

107 SOP Laporan SIMAK BMN

108 SOP Penyusunan Laporan Keuangan - SAIBA

109 SOP Pengelolaan Surat Masuk Penerus

110 SOP Pengelolaan Surat Masuk Langsung

111 SOP Pengelolaan Barang Milik Negara

112 SOP Pengajuan Cuti Pegawai

113 SOP Pengajuan Surat Ijin/Tidak Hadir/Datang Terlambat/Pulang Lebih Awal Pegawai

114 SOP Pengelolaan Naskah Dinas Ke Luar

SOP SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PPKL

115 SOP Pelayanan Cuti Pegawai

116 SOP Persetujuan Usul Kenaikan Pangkat

117 SOP Usul Kenaikan Pangkat

118 SOP Persetujuan Tanda Kehormatan

119 SOP Usul Tanda Kehormatan

120 SOP Pemberitahuan Akan Mencapai Batas Usia Pensiun

121 SOP Usul Pensiun

122 SOP Pemeriksaan Disiplin Pegawai

123 SOP BA dan Laporan Pemeriksaan Disiplin Pegawai

124 SOP Usul Penjatuhan Hukuman Disiplin Pegawai

125 SOP Permohonan Perceraian

126 SOP Berita Acara dan Laporan Pemeriksan Izin Perceraian

SOP PROPER

127 SOP Usulan Penentuan Peserta Awal

128 SOP Penjaringan Usulan Peserta PROPER Dari ke Direktorat dan Provinsi

129 SOP Usulan Penentuan Peserta

130 SOP Penetapan SK Peserta PROPER

131 SOP Sosialisasi Mekanisme dan Kriteria PROPER

132 SOP Verifikasi Lapangan PROPER

133 SOP Verifikasi Lapangan PROPER KLHK

134 SOP Supervisi Rapor Sementara PROPER Provinsi

135 SOP Sanggahan PROPER

136 SOP Supervisi Rapor Final PROPER Provinsi

137 SOP Pengumuman Calon Kandidat Hijau

138 SOP Pengumpulan Dokumen Hijau

139 SOP Evaluasi Dokumen Ringkasan Pengelolaan Lingkungan

140 SOP Pemeringkatan Emas

141 SOP Pengumuman Peringkat

Sumber: Setditjen PPKL, 2019

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

46 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

9. Layanan Umum dan Keuangan

a. Penyusunan Laporan KeuanganPenyusunan Laporan Keuangan (LK) Tingkat Eselon I Ditjen PPKL dilakukan dengan menggabungkan antara unit pengelola keuangan dan unit pengelola BMN serta Persediaan dengan cara proses rekonsiliasi antara SIMAK BMN dan Persediaan. Laporan keuangan ini adalah hasil dari akumulasi seluruh satuan kerja yang ada di lingkup Ditjen PPKL yaitu meliputi Satuan Kerja di Pusat (terdiri dari 7 Satker) dan Satuan Kerja Dekonsentrasi (terdiri dari 7 satker Daerah).

LK Tingkat Eselon I yang saat ini telah tersusun sebanyak 3 (tiga) laporan, yaitu: LK Tahunan Audited Tahun 2018, LK Semester I Tahun 2019, LK Triwulan III/pseudo Tahun 2019.Penyusunan LK juga merupakan kewajiban bagi setiap satker. Satker Setditjen PPKL telah menyusun LK tingkat satker (tingkat UAKPA) sesuai dengan PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah. LK Tingkat UAKPA yang sudah tersusun sebanyak 3 (tiga) laporan, meliputi: LK Tahunan Audited Tahun 2018, LK Semester I Tahun 2019, LK Triwulan III/pseudo Tahun 2019 (Gambar 3.16). Selain Penyusunan Laporan Keuangan Tingkat Satuan Kerja dan Laporan Keuangan Tingkat Eselon I, telah juga dilakukan Rekonsiliasi antara Satuan Kerja dengan KPPN secara online. Laporan Rekonsiliasi dimaksud berupa Berita Acara Rekonsiliasi (BAR) antara Satuan Kerja dan KPPN yang telah ditandatangani secara elektronik. BAR yang telah tersedia sampai saat ini adalah BAR dari bulan Desember 2018 – November 2019.

b. Penyusunan Laporan BMNPenatausahaan BMN terdiri dari pembukun (kegiatan pendaftaran dan pencatatan BMN ke dalam Daftar Barang), inventarisasi (terdiri atas kegiatan pendataan, pencatatan, dan pelaporan hasil pendataan BMN), dan pelaporan BMN (terdiri atas kegiatan penyusunan dan penyampaian data dan informasi BMN secara semesteran dan tahunan).

Pemutakhiran hasil penatausahaan BMN dilaporkan dalam bentuk Arsip Data Komputer (ADK) yang terkoneksi internet berupa Aplikasi Sistem Informasi Menajemen Aset Negara (SIMAN) yang bersumber dari Sistem Informasi Manajemen Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK BMN), dan akan digunakan dalam pelaksanaan rekonsiliasi BMN secara mandiri. Penatausahaan BMN yang telah dilakukan meliputi: Penatausahaan BMN Tingkat Satker periode Semester I Tahun 2019 dan Penatausahaan BMN Tingkat Eselon I periode Semester I Tahun 2019.

c. Tingkat Kepatuhan Penyajian Administrasi dan Pelaporan Keuangan

Target dokumen anggaran tahun 2019 untuk Satuan Kerja Sekretariat Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan sebanyak 650 dokumen (SP2D dan dokumen pendukung yang sah). Dalam rangka mendukung tercapainya penyajian administrasi, pencairan anggaran dan pelaporan keuangan yang sesuai dengan perundang-undangan dilakukan beberapa kegiatan sebagai berikut:1. Sosialisasi penggunaan kartu kredit pemerintah

lingkup Dirjen PPKL;2. Rapat evaluasi pengelolaan anggaran;3. Rapat pendampingan inventarisasi penatausahaan

pertanggungjawaban anggaran;4. Rapat koordinasi dan optimalisasi pengelolaan

perbendaharaan;5. Sosialisasi Peraturan Sekretaris Jenderal tentang

Tata Cara Pembayaran dan Pertanggungjawaban Pemberian Tunjangan Kinerja;

6. Rapat pembahasan rekonsiliasi dan persiapan penyusunan Laporan Keuangan;

7. Pembinaan dan penyusunan laporan keuangan (Gambar 3.17).Gambar 3.16 Rapat Penyusunan LK Triwulan III dan LK Tahun 2019

Sumber: Setditjen PPKL, 2019

472015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

d. Terlaksananya Tata Naskah Dinas ElektronikPada tahun 2019, Biro Umum KLHK telah menyempurnakan Tata Naskah Dinas Elektronik dalam versi 5 atau dikenal dengan Sistem Informasi Kearsipan Versi 5 (SIKv5) merupakan sistem pengagendaan surat masuk dan penomoran naskah dinas elektronik yang terintegrasi seluruh KLHK. Ditjen PPKL telah melaksanakan dan melakukan evaluasi pelaksanaan SIKv5.

Pengelolaan surat masuk dari bulan Januari-Desember 2019 yang diterima oleh Dirjen PPKL sebanyak 2.302 surat dan Setditjen PPKL sebanyak 2.057 surat, telah didistribusikan sesuai petunjuk pimpinan, sedangkan jumlah surat keluar dari bulan Januari-Desember 2019 yang telah ditandangani oleh Dirjen PPKL sebanyak 1.074 naskah dinas dan oleh Setditjen PPKL sebanyak 2.317 naskah dinas.

e. Pembinaan Ketatausahaan dan Pelayanan Rumah TanggaDalam rangka pembinaan ketatausahaan ada 3 (tiga) jenis kegiatan yang dilakukan yaitu pembinaan tata kearsipan, rekonstruksi arsip dan pembinaan tata persuratan. Sedangkan untuk pelayanan rumah tangga, kegiatan yang dilakukan antara lain: penyediaan minum pejabat dan karyawan, penyediaan jamuan rapat, penyediaan fasilitas yang dibutuhkan serta menjaga kebersihan ruang kerja. Selain itu, pada tahun anggaran 2019 telah dilakukan pembayaran honorarium sebagai kompensasi kerja pegawai non PNS sebanyak 66 orang (Gambar 3.18).

Gambar 3.17 Pembinaan Pengelolaan Keuangan lingkup Ditjen PPKLSumber: Setditjen PPKL, 2019

Gambar 3.18 Kegiatan Pembinaan KetatausahaanSumber: Setditjen PPKL, 2019

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

48 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

Pemrosesan rancangan peraturan perundang-undangan di bidang pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan merupakan kegiatan pelayanan kepada unit dan direktorat yang ada di lingkup Ditjen PPKL. Kegiatan ini untuk membantu penelaahan dan evaluasi terhadap pengajuan rancangan peraturan perundang-undnagan yang berkaitan dengan pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan.

Jumlah rancangan peraturan dan rekapitulasi status layanan peraturan di bidang pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan yang ditargetkan pada tahun 2019 adalah 40 (empat puluh) rancangan. Capaian kinerja yang dinilai dan diakui adalah rancangan peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan dan/ataudiundangkan.

Capaian kinerja pada kegiatan ini secara rinci diuraikan sebagai berikut:a. Penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah

(RPP) tentang Perlindungan dan Pengelolaan Air dan Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pengelolaan Kualitas Udara. Status terakhir dari masing-masing RPP tersebut sebagai berikut:

1) RPP Perlindungan dan Pengelolaan Kualitas Air telah ditetapkan Panitia Antar Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Kementerian Penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah

tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air melalui Keputusan Menteri LHK Nomor: SK.630/Menlhk/Setjen/Kum.1/12/2018 dan telah dilakukan rapat Panitia Antar Kementerian yang akan ditindaklanjuti dengan rapat koordinasi lintas kementerian terkait yaitu Kementerian LHK, Kementerian ESDM, Kementerian Hukum dan HAM, dan Kementerian PUPR

2) RPP Pengelolaan Kualitas Udara sampai dengan Desember 2019 sudah memasuki proses tahapan penetapan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor: SK.567/Menlhk/Setjen/PKL.3/8/2019 tentang ditetapkan Panitia Antar Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Kementerian Penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pengelolaan Kualitas Udara.

Status kedua RPP tersebut, saat ini sudah kembali

diajukan oleh Biro Hukum, Kementerian LHK kepada Badan Pembina Hukum Nasional untuk masuk kedalam Program Penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah tahun 2020.

b. Penyusunan Rancangan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Rapermen LHK). Ada sebanyak 7 (tujuh) RapermenLHK yang diproses dan telah diundangkan di tahun 2019 sebagaimana dapat dilihat dalam Tabel 3.12 berikut ini.

Tabel 3.12 Daftar Peraturan Menteri

No Nama Peraturan Menteri Unit Pengusul Status

1. Penugasan Sebagian Urusan Pemerintahan Bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk Kegiatan Restorasi Tahun Anggaran 2019 kepada Gubernur Riau, Gubernur Jambi, Gubernur Sumatera Selatan, Gubernur Kalimantan Barat, Gubernur Kalimantan Tengah,Gubernur Kalimantan Selatan dan Gubernur Papua

BRG P.6/Menlhk/Setjen/Kum.1/2/2019 diundangkan tanggal 26 Februari 2019

2. Penentuan, Penetapan, dan Pengelolaan Puncak Kubah Gambut Berbasis Kesatuan Hidrologis Gambut

PKG P.10/Menlhk/Setjen/Kum.1/3/2019 diundangkan tanggal 2 April 2019

3. Baku Mutu Emisi Usaha dan/atau Kegiatan Pembangkit Listrik Termal PPU P.15/Menlhk/Setjen/Kum.1/4/2019 diundangkan tanggal 23 April 2019

4. Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah

PPA P.16/Menlhk/Setjen/Kum.1/4/2019 diundangkan tanggal 16 April 2019

10. Hukum dan Kerjasama Teknika) Pemrosesan Rancangan Peraturan Peraturan-Undangan di Bidang

Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

492015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Sumber: Setditjen PPKL, 2019

No Nama Peraturan Menteri Unit Pengusul Status

5. Baku Mutu Emisi Usaha dan/atau Industri Amonium Nitrat PPU P.17/Menlhk/Setjen/Kum.1/4/2019 diundangkan tanggal 16 April 2019

6. Baku Mutu Kebisingan Kendaraan Bermotor Tipe Baru dan Kendaraan Bermotor yang Sedang Diproduksi Kategori M, Kategori N, dan Kategori L

PPU P.56/Menlhk/Setjen/Kum.1/10/2019 diundangkan tanggal 23 Oktober 2019

7. Tata Cara Penyusunan, Penetapan, dan Perubahan Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut

PKG P.60/Menlhk/Setjen/Kum.1/10/201 diundangkan tanggal 29 Oktober 2019

c. Pengurusan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KepmenLHK).

Rancangan Kepmen LHK yang diproses sebanyak 7 (tujuh) rancangan KepmenLHK dan sebanyak 45 (empat puluh lima) Keputusan atas nama Menteri LHK sebagai tindak lanjut Peraturan Menteri LHK Nomor: P.10/Menlhk/Setjen/Kum.1/3/2019 tentang Penentuan, Penetapan, dan Pengelolaan Puncak Kubah Gambut Berbasis Kesatuan Hidrologis Gambut seperti tertera dalam Tabel 3.13 dan Tabel 3.14 berikut.

Tabel 3.13 Daftar Rancangan Keputusan Menteri LHK

No Nama Keputusan Menteri Unit Pengusul Status

1 Penetapan Daya Tampung Beban Pencemaran Air dan Alokasi Beban Pencemaran Air Sungai Asahan

PPA SK.529/Menlhk/Setjen/PKL.2/8/2019 ditetapkan tanggal 7 Agustus 2019

2 Pentapan Daya Tampung Beban Pencemaran Air dan Alokasi Beban Pencemaran Air Sungai Sekampung

PPA SK.530/Menlhk/Setjen/PKL.2/8/2019 ditetapkan tanggal 7 Agustus 2019

3 Panitia Antar Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Kementerian Penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pengelolaan Kualitas Udara

PPU SK.567/Menlhk/Setjen/PKL.3/8/2019 ditetapkan tanggal 14 Agustus 2019

4 Susunan Keanggotaan Serta Tugas Dewan Pertimbangan PROPER dan Tim Teknis PROPER

Setditjen SK.862/Menlhk/Setjen/Kum.1/10/2019 ditetapkan tanggal 18 Oktober 2019

5 Peningkatan Kapasitas Regional Pengelolaan Ekosistem Laut (Regional Capacity Center for Clean Seas)

PPKPL SK.748/Menlhk/Setjen/Kum.1/9/2019 ditetapkan tanggal 27 September 2019

6 Fungsi Ekosistem Gambut pada Kesatuan Hidrologis Gambut Krueng Meureubo - Krueng Matee, Kesatuan Hidrologis Gambut Krueng Wonki - Kreung Gubon, Kesatuan Hidrologis Gambut Aek Musi - Aek Upang, dan Kesatuan Hidrologis Gambut Sungai Dadau - Sungai Sikan

PKG SK.938/Menlhk/Setjen/Kum.1/10/2019 ditetapkan tanggal 18 Oktober 2019

7 Hasil Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup Tahun 2018 - 2019

Setditjen SK.1049/Menlhk/Setjen/PKL.4/12/2019 ditetapkan tanggal 16 Desember 2019

Sumber: Setditjen PPKL, 2019

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

50 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

Tabel 3.14 Daftar Keputusan Menteri LHK

No Nama Keputusan Atas Nama Menteri Unit Pengusul Status

1. Penetapan Peta FEG skala 1:250.000 Terkoreksi dan Puncak Kubah Gambut CV. Alam Lestari

PKG SK.5336/MENLHK-PPKL/PKG/SET.0/5/2019 ditetapkan tanggal 31 Mei 2019

2. Penetapan Peta FEG skala 1:250.000 Terkoreksi dan Puncak Kubah Gambut PT Suntara Gajapati

PKG SK.5337/MENLHK-PPKL/PKG/SET.0/5/2019 ditetapkan tanggal 31 Mei 2019

3. Penetapan Peta FEG skala 1:250.000 Terkoreksi dan Puncak Kubah Gambut PT Mitra Hutani Jaya

PKG SK.5338/MENLHK-PPKL/PKG/SET.0/5/2019 ditetapkan tanggal 31 Mei 2019

4. Penetapan Peta FEG skala 1:250.000 Terkoreksi dan Puncak Kubah Gambut PT Rimba Mandau Lestari

PKG SK.5339/MENLHK-PPKL/PKG/SET.1/5/2019 ditetapkan tanggal 31 Mei 2019

5. Penetapan Peta FEG skala 1:250.000 Terkoreksi dan Puncak Kubah Gambut PT Satria Perkasa Agung unit Serpaung

PKG SK.5340/MENLHK-PPKL/PKG/SET.1/5/2019 ditetapkan tanggal 31 Mei 2019

6. Penetapan Peta FEG skala 1:250.000 Terkoreksi dan Puncak Kubah Gambut PT Bumi Andalas Permai

PKG SK.5341/MENLHK-PPKL/PKG/SET.1/5/2019 ditetapkan tanggal 31 Mei 2019

7. Penetapan Peta FEG skala 1:250.000 Terkoreksi dan Puncak Kubah Gambut PT Bumi Mekar Hijau

PKG SK.5342/MENLHK-PPKL/PKG/SET.1/5/2019 ditetapkan tanggal 31 Mei 2019

8. Penetapan Peta FEG skala 1:250.000 Terkoreksi dan Puncak Kubah Gambut PT Sumber Hijau Permai

PKG SK.5343/MENLHK-PPKL/PKG/SET.1/5/2019 ditetapkan tanggal 31 Mei 2019

9. Penetapan Peta FEG skala 1:250.000 Terkoreksi dan Puncak Kubah Gambut CV Tuah Negeri

PKG SK.5344/MENLHK-PPKL/PKG/SET.1/5/2019 ditetapkan tanggal 31 Mei 2019

10. Penetapan Peta FEG skala 1:250.000 Terkoreksi dan Puncak Kubah Gambut PT SBA Wood Industries

PKG SK.5345/MENLHK-PPKL/PKG/SET.1/5/2019 ditetapkan tanggal 31 Mei 2019

11. Penetapan Peta FEG skala 1:250.000 Terkoreksi dan Puncak Kubah Gambut PT Sumatera Riang Lestari

PKG SK.5346/MENLHK-PPKL/PKG/SET.1/5/2019 ditetapkan tanggal 31 Mei 2019

12. Penetapan Peta FEG skala 1:250.000 Terkoreksi dan Puncak Kubah Gambut PT Arara Abadi

PKG SK.5347/MENLHK-PPKL/PKG/SET.1/5/2019 ditetapkan tanggal 31 Mei 2019

13. Penetapan Peta FEG skala 1:250.000 Terkoreksi dan Puncak Kubah Gambut PT Bina Daya Bintara

PKG SK.5348/MENLHK-PPKL/PKG/SET.1/5/2019 ditetapkan tanggal 31 Mei 2019

14. Penetapan Peta FEG skala 1:250.000 Terkoreksi dan Puncak Kubah Gambut PT Satria Perkasa Agung KTH Sinar Merawang

PKG SK.5349/MENLHK-PPKL/PKG/SET.1/5/2019 ditetapkan tanggal 31 Mei 2019

15. Penetapan Peta FEG skala 1:250.000 Terkoreksi dan Puncak Kubah Gambut PT Tri Pupajaya

PKG SK.5350/MENLHK-PPKL/PKG/SET.1/5/2019 ditetapkan tanggal 31 Mei 2019

16. Penetapan Peta FEG skala 1:250.000 Terkoreksi dan Puncak Kubah Gambut PT Rimba Hutani Mas

PKG SK.5351/MENLHK-PPKL/PKG/SET.1/5/2019 ditetapkan tanggal 31 Mei 2019

17. Penetapan Peta FEG skala 1:250.000 Terkoreksi dan Puncak Kubah Gambut PT Sekato Pratama Makmur

PKG SK.5352/MENLHK-PPKL/PKG/SET.1/5/2019 ditetapkan tanggal 31 Mei 2019

18. Penetapan Peta FEG skala 1:250.000 Terkoreksi dan Puncak Kubah Gambut PT Ruas Utama Jaya

PKG SK.5371/MENLHK-PPKL/PKG/SET.1/5/2019 ditetapkan tanggal 31 Mei 2019

19. Penetapan Peta FEG skala 1:250.000 Terkoreksi dan Puncak Kubah Gambut PT Wana Subur Lestari

PKG SK.5372/MENLHK-PPKL/PKG/SET.1/5/2019 ditetapkan tanggal 31 Mei 2019

20. Penetapan Peta FEG skala 1:250.000 Terkoreksi dan Puncak Kubah Gambut PT Seraya Sumber Lestari

PKG SK.5373/MENLHK-PPKL/PKG/SET.1/5/2019 ditetapkan tanggal 31 Mei 2019

21. Penetapan Peta FEG skala 1:250.000 Terkoreksi dan Puncak Kubah Gambut PT Bina Duta Laksana

PKG SK.5374/MENLHK-PPKL/PKG/SET.1/5/2019 ditetapkan tanggal 31 Mei 2019

22. Penetapan Peta FEG skala 1:250.000 Terkoreksi dan Puncak Kubah Gambut PT Peranap Timber

PKG SK.5375/MENLHK-PPKL/PKG/SET.1/5/2019 ditetapkan tanggal 31 Mei 2019

512015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

No Nama Keputusan Atas Nama Menteri Unit Pengusul Status

23. Penetapan Peta FEG skala 1:250.000 Terkoreksi dan Puncak Kubah Gambut PT Selaras Abadi Utama

PKG SK.5384/MENLHK-PPKL/PKG/SET.1/5/2019 ditetapkan tanggal 31 Mei 2019

24. Penetapan Peta FEG skala 1:250.000 Terkoreksi dan Puncak Kubah Gambut PT Ekawana Lestaridharma

PKG SK.5398/MENLHK-PPKL/PKG/PKL.0/6/2019 ditetapkan tanggal 14 Juni 2019

25. Penetapan Peta FEG skala 1:250.000 Terkoreksi dan Puncak Kubah GambutPT Riau Andalan Pulp and Paper

PKG SK.5399/MENLHK-PPKL/PKG/PKL.0/6/2019 ditetapkan tanggal 14 Juni 2019

26. Penetapan Peta FEG skala 1:250.000 Terkoreksi dan Puncak Kubah Gambut CV Bhakti Praja Mulia

PKG SK.5400/MENLHK-PPKL/PKG/PKL.0/6/2019 ditetapkan tanggal 14 Juni 2019

27. Penetapan Peta FEG skala 1:250.000 Terkoreksi dan Puncak Kubah Gambut PT Madukoro Lestari

PKG SK.5401/MENLHK-PPKL/PKG/PKL.0/6/2019 ditetapkan tanggal 14 Juni 2019

28. Penetapan Peta FEG skala 1:250.000 Terkoreksi dan Puncak Kubah Gambut PT Essa Indah Timber

PKG SK.5402/MENLHK-PPKL/PKG/PKL.0/6/2019 ditetapkan tanggal 14 Juni 2019

29. Penetapan Peta FEG skala 1:250.000 Terkoreksi dan Puncak Kubah Gambut PT Harapan Jaya Makmur

PKG SK.5403/MENLHK-PPKL/PKG/PKL.0/6/2019 ditetapkan tanggal 14 Juni 2019

30. Penetapan Peta FEG skala 1:250.000 Terkoreksi dan Puncak Kubah Gambut PT Asia Tani Persada

PKG SK.5404/MENLHK-PPKL/PKG/PKL.0/6/2019 ditetapkan tanggal 14 Juni 2019

31. Penetapan Peta FEG skala 1:250.000 Terkoreksi dan Puncak Kubah Gambut PT Riau Abadi Lestari

PKG SK.5405/MENLHK-PPKL/PKG/PKL.0/6/2019 ditetapkan tanggal 14 Juni 2019

32. Penetapan Peta FEG skala 1:250.000 Terkoreksi dan Puncak Kubah Gambut PT Riau Indo Agropalma

PKG SK.5406/MENLHK-PPKL/PKG/PKL.0/6/2019 ditetapkan tanggal 14 Juni 2019

33. Penetapan Peta FEG skala 1:250.000 Terkoreksi dan Puncak Kubah Gambut PT Satria Perkasa Agung

PKG SK.5407/MENLHK-PPKL/PKG/PKL.0/6/2019 ditetapkan tanggal 14 Juni 2019

34. Penetapan Peta FEG skala 1:250.000 Terkoreksi dan Puncak Kubah Gambut PT Kalimantan Subur Permai

PKG SK.5408/MENLHK-PPKL/PKG/PKL.0/6/2019 ditetapkan tanggal 14 Juni 2019

35. Penetapan Peta FEG skala 1:250.000 Terkoreksi dan Puncak Kubah Gambut PT Mitra Taninusa Sejati

PKG SK.5419/MENLHK-PPKL/PKG/PKL.0/6/2019 ditetapkan tanggal 14 Juni 2019

36. Penetapan Peta FEG skala 1:250.000 Terkoreksi dan Puncak Kubah Gambut PT Rimba Mutiara Permai

PKG SK.5420/MENLHK-PPKL/PKG/PKL.0/6/2019 ditetapkan tanggal 14 Juni 2019

37. Penetapan Peta FEG skala 1:250.000 Terkoreksi dan Puncak Kubah Gambut PT Bina Daya Bentala

PKG SK.5421/MENLHK-PPKL/PKG/PKL.0/6/2019 ditetapkan tanggal 14 Juni 2019

38. Penetapan Peta FEG skala 1:250.000 Terkoreksi dan Puncak Kubah Gambut PT Balai Kayang Mandiri

PKG SK.5422/MENLHK-PPKL/PKG/PKL.0/6/2019 ditetapkan tanggal 14 Juni 2019

39. Penetapan Peta FEG skala 1:250.000 Terkoreksi dan Puncak Kubah Gambut PT Bukit Batu Hutani Alam

PKG SK.5423/MENLHK-PPKL/PKG/PKL.0/6/2019 ditetapkan tanggal 14 Juni 2019

40. Penetapan Peta FEG skala 1:250.000 Terkoreksi dan Puncak Kubah Gambut PT Daya Tani Kalbar

PKG SK.5424/MENLHK-PPKL/PKG/PKL.0/6/2019 ditetapkan tanggal 14 Juni 2019

41. Penetapan Peta FEG skala 1:250.000 Terkoreksi dan Puncak Kubah Gambut PT Wira Karya Sakti

PKG SK.5425/MENLHK-PPKL/PKG/PKL.0/6/2019 ditetapkan tanggal 14 Juni 2019

42. Penetapan Peta FEG skala 1:250.000 Terkoreksi dan Puncak Kubah Gambut CV Mutiara Lestari

PKG SK.5426/MENLHK-PPKL/PKG/PKL.0/6/2019 ditetapkan tanggal 14 Juni 2019

43. Penetapan Peta FEG skala 1:250.000 Terkoreksi dan Puncak Kubah Gambut PT Muara Sungai Landak

PKG SK.6817/MENLHK-PPKL/PKG/PKL.0/8/2019 ditetapkan tanggal 15 Agustus 2019

44. Penetapan Peta FEG skala 1:250.000 Terkoreksi dan Puncak Kubah Gambut PT Adindo Hutani Lestari

PKG SK.6818/MENLHK-PPKL/PKG/PKL.0/8/2019 ditetapkan tanggal 15 Agustus 2019

45. Penetapan Peta FEG skala 1:250.000 Terkoreksi dan Puncak Kubah Gambut PT Bina Silva Nusa

PKG SK.8023/MENLHK-PPKL/PKG/PKL.0/8/2019 ditetapkan tanggal 15 Agustus 2019

Sumber: Setditjen PPKL, 2019

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

52 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

d. Pengurusan KepmenLHK tentang Izin Pembuangan Limbah Cair ke Laut dan Izin Injeksi.

Jumlah proses pengelolaan permohonan Kepmen LHK tentang Izin Pembuangan Limbah Cair ke Laut dan Izin Injeksi yang berhasil diselesaikan sebanyak 74 (tujuh puluh empat) izin sebagaimana tercantum dalam Tabel 3.15

Tabel 3.15 Daftar Jenis Industri Pengelolaan Izin Pembuangan Air Limbah ke Laut dan Injeksi Tahun 2015 – 2019

JENIS INDUSTRIT TAHUN TERBIT

2015 2016 2017 2018 2019 TOTAL

Bahan Kimia 1 1

Chlor Alkali, Ethylene Dichloride-Vinyl Chloride Monomer (EDC-VCM) dan Poly Vinyl Chloride (PVC).

1 1

Distribusi Migas 6 1 12 2 17 37

Eksplorasi dan Produksi Minyak dan Gas 16 7 13 1 10 47

Galvanis(Industri Baja Lapis Seng) 1 1

Industri Gula Rafinasi 1 1 2

Industri Kaca 1 1

Industri Karet Sintetis 1 1

Industri Kimia 1 3 4 2 10

Industri Kimia Dasar Organik 1 1

Industri Makanan 1 1

Industri Pabrikasi 1 1

Industri Peleburan Alumunium 1 1

Industri Pembuatan Polyethylene terephthalate Film 1 1

Industri Pengolahan Gas Bumi 1 1

Industri Pengolahan Ikan dan Tepung Ikan 2 2

Industri Pengolahan Sawit 1 1

Industri petrokimia Hulu (Pembutan Polystyrene dan Synthetic Latex) 1 2 3

Industri Pupuk 1 1

Industri Semen 1 1

Industri Tepung Terigu dan Pati, Makanan Ternak, Dedak Gandum, Tepung Pollard dan Macaroni (pasta)

1 1

Jasa Pelabuhan 1 1

Jasa Pendukung Kegiatan Pertambangan Migas 1 1

Jasa Perbaikan, Pembuatan, dan Perawatan Kapal 1 2

Jasa Perhotelan 1 1

Karet Buatan/ Synthetic Rubber 1 1

Kawasan Industri 1 2

Kayu Lapis 1 1

Keteknikan Peralatan 1 1

Kimia Dasar 1 1 2

532015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

JENIS INDUSTRIT TAHUN TERBIT

2015 2016 2017 2018 2019 TOTAL

Minyak dan Gas Bumi 1 1

Oleochemical 1 1

Pabrik Semen 1 1

Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit 1 1

Peleburan dan Pemurnian Tembaga 1 1

Pembangkit Listrik 7 8 20 3 12 50

Pembekuan Udang 1 1

Pengelola Kawasan Industri 1 1

Pengelolaan Terminal dan Fasilitas Pelabuhan 1 1

Pengolahan Kayu 1 1 2

Pengolahan Limbah B3 dan Izin Pengoperasian Alat Pengolahan Limbah B3 1 1

Pengolahan Minyak Bumi 1 1

Pengolahan Minyak Bumi dan Petrokimia 1 1

Pengolahan Mmyak Nabati, Tangki Timbun dan Gudang 1 1

Pengolahan, Pengangkutan, Penyimpanan, Niaga LNG 1 1

Pertambangan Mineral 1 1

Pertambangan Nikel 1 1 2

Pertambangan Nikel dan Fasilitas Pendukungnya 1 1

Pertambungan Batubara 1 1 1

Plywood, Block Board, Sawn Timber, Moulding 1 1

Produksi Semen 1 1

Pupuk Urea dan Amonia 1 1

Purified Terephthalic Acid (PTA) 1 1

Semen 1 1

Tenaga Listrik 4 4

Tepung Terigu 1 1

Terminal Umum Batu Bara 1 1 2

Pengolahan Minyak Kepala Sawit, Lemak, Nabati, dam Produk Turunannya 1 5 7 2 1 16

Pengelolahan Ikan dan Hasil Perikanan 6 4 10

TOTAL KESELURUHAN 37 31 79 16 74 236Sumber: Setditjen PPKL, 2019

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

54 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

Peraturan dan Keputusan Dirjen PPKL yang sudah terbit sebanyak 130 (sembilan puluh satu), dan rinciannya dapat dilihat pada Tabel 3.16 berikut ini.

Tabel 3.16 Daftar Penyusunan Rancangan Peraturan Perundang-undangan

Sumber: Setditjen PPKL, 2019

b) Sosialisasi Peraturan Perundang-undangan

1. Sosialisasi Peraturan Perundang-undangan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan yang mengusung tema “Penguatan Kapasitas Sumber Daya Manusia Dalam Pengendalian Pencemaran Lingkungan Menuju Pembangkit Ramah Lingkungan”. Sosialisasi ini dihadiri oleh 78 peserta yang berasal dari Kementerian ESDM selaku Kementerian Teknis pembina perusahaan pembangkit listrik, perwakilan dinas lingkungan hidup provinsi dan/atau Kabupaten/Kota yang di daerahnya berlokasi usaha dan/atau kegiatan pembangkit, peserta dari perusahan pembangkit listrik dan asosiasi perusahaan pembangkit listrik.

2. Focus Group Discussion (FGD) pertama mengangkat tajuk“Analisis dan Evaluasi Peraturan Perundang-undangan Terkait Indeks Standar Pencemar Udara”. Kegiatan ini dihadiri oleh BMKG, Pakar, Perwakilan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten serta Kabupaten/Kota di ketiga provinsi tersebut, Perwakilan P3E Jawa, dan P3KLL.

Jumlah peserta yang hadir sebanyak 63 orang. FGD ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengevaluasi dan mendapatkan masukan terkait pelaksanaan peraturan perundang-undnagan yang mengatur tentang indeks standar pencemar udara yang masih berlaku, serta menyusun langkah tidak lanjut untuk menyusun perbaikan yang diperlukan. Selain itu, FGD ini juga sekaligus menanggapi kondisi teraktual terkait kondisi kualitas udara yang ada di Indonesia, khususnya DKI Jakarta.

3. Focus Group Discussion (FGD) kedua mengangkat tajuk “Penyusunan Rancangan Peraturan Menteri Terkait Pemantauan Emisi Partikulat”. Kegiatan ini dihadiri oleh Pusat Standardisasi Lingkungan dan Kehutanan, P3KLL, Pakar, Perwakilan beberapa Laboratorium Lingkungan, Perwakilan Dinas Lingkungan Hidup, dan Industri. Jumlah peserta yang hadir sebanyak 40 orang. FGD ini dilaksanakan untuk menginventarisasi masukan terkait kebijakan pemantauan emisi partikulat bagi usaha dan/atau kegiatan.

c) Penanganan Pengaduan Masyarakat

Pada tahun 2019, Ditjen PPKL telah melaksanakan verifikasi lapangan dan tindak lanjut pengaduan masyarakat sebanyak 39 (tiga puluh sembilan) pengaduan dengan rincian sebagaimana tercantum dalam Tabel 3.17.

Tabel 3.17 Rekapitulasi Pengaduan yang Ditindaklanjuti

Jenis Penanganan Jumlah

Pengendalian Pencemaran Air 20

Pengendalian Pencemaran Udara 13

Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Pesisir Laut 6

Total 39

Sumber: Setditjen PPKL, 2019

e. Penyusunan Peraturan dan Keputusan Dirjen PPKL

Surat Keputusan Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkunganyang telah ditetapkan

Peraturan Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan yang telah ditetapkan

141 16

552015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

d) Perjanjian Kerjasama Dalam Negeri dan Luar Negeri

Jumlah perjanjian kerjasama teknik dan rekapitulasi layanan kerjasama dalam dan luar negeri yang ditargetkan pada tahun 2019 sebesar 13 (tiga belas) pengajuan. Capaian kinerja pada kegiatan ini sebanyak 22 (dua puluh dua) perjanjian kerja sama dalam negeri yang berasal dari komitmen bersama pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan serta pengembangan infrastruktur pemantauan kualitas lingkungan. Daftar perjanjian kerja sama disajikan pada Tabel 3.18.

Tabel 3.18 Daftar Kerja Sama Dalam Negeri

No Satker Pelaksana Mitra Kerjasama

Ruang Lingkup Kerjasama Nomor Periode Jenis Lokasi

1 Direktorat Pengendalian Pencemaran Udara

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara

Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

PKS.1/PPKL/PPU/PKL.3/2/2019

1 Tahun MoU Kerja Sama Teknik

Sumatera Utara

2 Direktorat Pengendalian Pencemaran Udara

Pemerintah Provinsi Lampung

Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

PKS.2/PPKL/PPU/PKL.3/2/2019

1 Tahun MoU Kerja Sama Teknik

Lampung

3 Direktorat Pengendalian Pencemaran Udara

Pemerintah DIY

Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

PKS.3/PPKL/PPU/PKL.3/2/2019

1 Tahun MoU Kerja Sama Teknik

DIY Yogyakarta

4 Direktorat Pengendalian Pencemaran Udara

Pemerintah Provinsi Jawa Barat

Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

PKS.4/PPKL/PPU/PKL.3/2/2019

1 Tahun MoU Kerja Sama Teknik

Jawa Barat

5 Direktorat Pengendalian Pencemaran Udara

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah

Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

PKS.5/PPKL/PPU/PKL.3/2/2019

1 Tahun MoU Kerja Sama Teknik

Jawa Tengah

6 Direktorat Pengendalian Pencemaran Udara

Pemerintah Provinsi Jawa Timur

Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

PKS.6/PPKL/PPU/PKL.3/2/2019

1 Tahun MoU Kerja Sama Teknik

Jawa Timur

7 Direktorat Pengendalian Pencemaran Udara

Pemerintah Provinsi NTT

Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

PKS.7/PPKL/PPU/PKL.3/2/2019

1 Tahun MoU Kerja Sama Teknik

NTT

8 Direktorat Pengendalian Pencemaran Udara

Pemerintah Provinsi Bali

Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

PKS.8/PPKL/PPU/PKL.3/2/2019

1 Tahun MoU Kerja Sama Teknik

Bali

9 Direktorat Pengendalian Pencemaran Udara

Pemerintah Provinsi Papua

Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

PKS.9/PPKL/PPU/PKL.3/2/2019

1 Tahun MoU Kerja Sama Teknik

Papua

10 Direktorat Pengendalian Pencemaran Udara

DLH Provinsi Sumut dan Kota Medan

Pembangunan dan Pengoperasian Jaringan Peralatan dan Sistem Pemantauan Kualitas Udara Ambien Otomatis

PKS.1/PPU/P3U/PKL.3/2/2019

5 Tahun Perjanjian Kerja Sama

Medan

11 Direktorat Pengendalian Pencemaran Udara

DLH Provinsi Bengkulu dan Kota Bengkulu

Pembangunan dan Pengoperasian Jaringan Peralatan dan Sistem Pemantauan Kualitas Udara Ambien Otomatis

PKS.2/PPU/P3U/PKL.3/2/2019

5 Tahun Perjanjian Kerja Sama

Bengkulu

12 Direktorat Pengendalian Pencemaran Udara

DLH Provinsi Lampung dan Kota Bandar Lampung

Pembangunan dan Pengoperasian Jaringan Peralatan dan Sistem Pemantauan Kualitas Udara Ambien Otomatis

PKS.3/PPU/P3U/PKL.3/2/2019

5 Tahun Perjanjian Kerja Sama

Bandar Lampung

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

56 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

No Satker Pelaksana Mitra Kerjasama

Ruang Lingkup Kerjasama Nomor Periode Jenis Lokasi

13 Direktorat Pengendalian Pencemaran Udara

DLH Provinsi Jawa Tengah dan Kota Semarang

Pembangunan dan Pengoperasian Jaringan Peralatan dan Sistem Pemantauan Kualitas Udara Ambien Otomatis

PKS.5/PPU/P3U/PKL.3/2/2019

5 Tahun Perjanjian Kerja Sama

Semarang

14 Direktorat Pengendalian Pencemaran Udara

DLH Provinsi Jawa Timur dan Kota Malang

Pembangunan dan Pengoperasian Jaringan Peralatan dan Sistem Pemantauan Kualitas Udara Ambien Otomatis

PKS.6/PPU/P3U/PKL.3/2/2019

5 Tahun Perjanjian Kerja Sama

Malang

15 Direktorat Pengendalian Pencemaran Udara

DLH Provinsi Bali dan Kota Denpasar

Pembangunan dan Pengoperasian Jaringan Peralatan dan Sistem Pemantauan Kualitas Udara Ambien Otomatis

PKS.7/PPU/P3U/PKL.3/2/2019

5 Tahun Perjanjian Kerja Sama

Denpasar

16 Direktorat Pengendalian Pencemaran Udara

DLH Provinsi NTT dan Kota Kupang

Pembangunan dan Pengoperasian Jaringan Peralatan dan Sistem Pemantauan Kualitas Udara Ambien Otomatis

PKS.8/PPU/P3U/PKL.3/2/2019

5 Tahun Perjanjian Kerja Sama

Kupang

17 Direktorat Pengendalian Pencemaran Udara

DLH Provinsi DIY dan Kota Yogyakarta

Pembangunan dan Pengoperasian Jaringan Peralatan dan Sistem Pemantauan Kualitas Udara Ambien Otomatis

PKS.9/PPU/P3U/PKL.3/2/2019

5 Tahun Perjanjian Kerja Sama

Yogyakarta

18 Direktorat Pengendalian Pencemaran Udara

DLH Provinsi Papua dan Kota Jayapura

Pembangunan dan Pengoperasian Jaringan Peralatan dan Sistem Pemantauan Kualitas Udara Ambien Otomatis

PKS.10/PPU/P3U/PKL.3/2/2019

5 Tahun Perjanjian Kerja Sama

Jayapura

19 Direktorat Pengendalian Pencemaran Udara

DLH Kota Bekasi

Pembangunan dan Pengoperasian Jaringan Peralatan dan Sistem Pemantauan Kualitas Udara Ambien Otomatis

PKS.11/PPU/P3U/PKL.3/2/2019

5 Tahun Perjanjian Kerja Sama

Bekasi

20 Direktorat Pengendalian Pencemaran Udara

DLH Kota Surabaya

Pembangunan dan Pengoperasian Jaringan Peralatan dan Sistem Pemantauan Kualitas Udara Ambien Otomatis

PKS.14/PPU/P3U/PKL.3/2/2019

5 Tahun Perjanjian Kerja Sama

Surabaya

21 Direktorat Pengendalian Pencemaran Udara

DLH Provinsi Jawa Barat dan Kota Bandung

Pembangunan dan Pengoperasian Jaringan Peralatan dan Sistem Pemantauan Kualitas Udara Ambien Otomatis

PKS.16/PPU/P3U/PKL.3/4/2019

5 Tahun Perjanjian Kerja Sama

Bandung

22 Direktorat Pengendalian Pencemaran Udara

DLH Provinsi Jawa Barat dan Kota Depok

Pembangunan dan Pengoperasian Jaringan Peralatan dan Sistem Pemantauan Kualitas Udara Ambien Otomatis

PKS.17/PPU/P3U/PKL.3/4/2019

5 Tahun Perjanjian Kerja Sama

Depok

Sumber: Setditjen PPKL, 2019

572015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

e) Terselenggaranya Kesekretariatan PROPER

Target kegiatan ini sebanyak 2000 perusahaan dan tercapai sebanyak 2.045 perusahaan, yang terdiri dari: (a) agroindustri sebanyak 961 perusahaan; (b) sektor manufaktur, prasarana dan jasa sebanyak 597 perusahaan; serta (c) pertambangan, energi dan migas sebanyak 487 perusahaan. Berdasarkan hasil evaluasi terhadap 2.045 perusahaan, maka ditetapkan peringkat kinerja perusahaan pada PROPER periode 2018-2019 adalah sebagai berikut:

Gambar 3.19 Pemberian Penghargaan PROPER 2019(Sumber: Setditjen PPKL, 2020)

Sebanyak 33 perusahaan tidak diumumkan peringkatnya karena sedang diarahkan ke penegakan hukum sebanyak 13 perusahaan, serta 20 perusahaan tidak beroperasi lagi. Pengumuman dan penghargaan PROPER dilaksanakan oleh Wakil Presiden dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Istana Wakil Presiden Jakarta (Gambar 3.19).

26 174 1.507 303 2Perusahaan

Peringkat EmasPerusahaan

Peringkat HijauPerusahaan

Peringkat BiruPerusahaan

Peringkat MerahPerusahaan

Peringkat Hitam

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

58 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

Berdasarkan laporan PROPER 2019, tingkat ketaatan perusahaan terhadap peraturan lingkungan hidup mencapai 85% atau sebanyak 1.708 perusahaan (Gambar 3.20).

Selain itu, Pada tahun 2019 ini tercatat 794 inovasi yang meningkat 46% dari tahun sebelumnya dan terjadi peningkatan rata-rata 52% per tahun sejak tahun 2015.

Gambar 3.20 Grafik Peringkat PROPER Tahun 2019Sumber: Setditjen PPKL, 2019

Gambar 3.21 Kinerja Efisiensi Pemanfaatan Sumber dayaSumber: Setditjen PPKL, 2019

Selain mendorong inovasi, PROPER juga berhasil mendorong perusahaan melakukan program pemberdayaan masyarakat seperti pemberdayaan suku Anak Dalam, pengembangan ekowisata yang melibatkan masyarakat setempat untuk mengelola konservasi hutan manggrove, pembinaan kelompok disabilitas menjadi percaya diri dan mandiri secara ekonomi bahkan sampai upaya rehabilitasi penderita HIV/AIDS.

Dana yang bergulir di masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat ini mencapai Rp. 22.874.561.149.814,-. Kinerja efisiensi pemanfaatan sumberdaya dapat dilihat pada Gambar 3.21.

2Perusahaan

1.507Perusahaan

303Perusahaan

26Perusahaan

174Perusahaan

73,69%

8,51%

1,27%

14,82%

0,10%

13Perusahaan

20Perusahaan

0,64% 0,98%

PENEGAKAN HUKUM TIDAK BEROPERASI

Efisiensi Energi

Penurunan Emisi GRK

Penurunan Emisi Konvensional

3R Limbah B3

3R Limbah Non B3 Efisiensi Air

663.903.297 GJ

93.828.026 Ton CO2e

459.899.904 m3

1.911.617 Ton17.756.918 Ton

9.925.613 Ton

Penurunan Beban Pencemaran

50.598.378 Ton

592015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

B. MENINGKATNYA KUALITAS UDARA

Kualitas udara menjadi faktor yang penting untuk kesehatan manusia. Pertambahan penduduk menjadi faktor utama penurunan kualitas udara. Selain lokasi, kualitas udara dipengaruhi oleh sumber pencemar, polutan, serta meteorologi dan topografi. Pencemaran udara dapat disebabkan oleh emisi dari berbagai sumber, baik dari proses alam diantaranya letusan gunung berapi dan kebakaran hutan ataupun akibat aktivitas manusia yang menghasilkan polutan seperti transportasi yang menggunakan bahan bakar fosil, industri, pembangkit listrik, timbunan sampah dan penebangan liar. Untuk melihat kondisi kualitas udara di Indonesia salah satunya dengan menghitung Indeks Kualitas Udara (IKU) yang telah dikembangkan sejak tahun 2009.

Indeks Kualitas Udara merupakan gambaran atau nilai hasil transformasi parameter-parameter (indikator) individual pencemar udara yang berhubungan menjadi suatu nilai sehingga mudah dimengerti oleh masyarakat umum. Pada RPJMN 2015-2019 capaian indikator kinerja utama untuk sasaran program meningkatnya kualitas udara adalah tercapainya target Indeks Kualitas Udara (IKU) Nasional pada tahun 2015 sebesar 81 poin, tahun 2016 sebesar 81,5 poin, tahun 2017 sebesar 82 poin, tahun 2018 sebesar 83 poin dan tahun 2019 sebesar 84 poin.

Sebagai bagian dari perhitungan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH), IKU Nasional dihitung dari IKU masing masing provinsi di Indonesia setelah dikalikan dengan bobot proporsi kontribusi masing-masing provinsi berdasarkan jumlah penduduk dan luas wilayah. IKU Provinsi dihitung berdasarkan data konsentrasi rata-rata tahunan parameter pencemar udara berupa SO2 dan NO2 dari hasil pengukuran kualitas udara ambien Kabupaten/Kota. Pengukuran kualitas udara ambien di Kabupaten/Kota dilakukan pada 4 (empat) lokasi yang mewakili wilayah industri, pemukiman, transportasi, dan perkantoran.Metode yang digunakan metode otomatis kontinyu maupun manual aktif dan manual passive dengan persyaratan dan kriteria yang telah ditetapkan.

Metodologi perhitungan IKU mengadopsi Program European Union melalui European Regional Development Fund pada Regional Initiative Project, yaitu: "Common Information to European Air" (Citeair II) dengan Judul CAQI Air Quality Index: Comparing Urban Air Quality accros Borders-2012. Common Air Quality Index (CAQI) ini digunakan melalui www.airqualitynow.eu sejak 2006. Indeks ini dikalkulasi untuk data rata-rata perjam, harian dan tahunan.Adapun perhitungan indeksnya adalah membandingkan nilai rata-rata tahunan terhadap standar EU Directives. Apabila angkanya melebihi 1 berarti melebihi standar EU, begitu pula sebaliknya apabila sama dan dibawah 1 artinya memenuhi standar dan lebih baik. Perhitungan IKU provinsi dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut:

1. Menghitung rerata parameter SO2 dan NO2 dari tiap periode pemantauan untuk masing-masing lokasi (titik) sehingga didapat data rerata untuk area transportasi (A), Industri (B), area komersial (C), dan area pemukiman/perumahan (D).

2. Menghitung rerata parameter SO2 dan NO2 untuk masing-masing kota atau kabupaten yang merupakan perhitungan rerata dari ke empat titik pemantauan.

3. Menghitung rerata parameter SO2 dan NO2 untuk provinsi yang merupakan perhitungan rerata dari kota atau kabupaten.

4. Angka rerata SO2 dan NO2 provinsi dibandingkan dengan Referensi EU akan didapatkan Index Udara model EU (Ieu) atau indeks antara sebelum dinormalisasikan pada indeks udara IKLH.

5. Indeks Udara model EU (Ieu) dikonversikan menjadi indeks udara IKLH atau disebut Indeks Kualitas Udara (IKU), melalui persamaan sebagai berikut:

Indeks Udara IKLH = 100 -50

0.9x (leu - 0,1)

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

60 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

Tabel 3.19 Capaian Kinerja Indikator Kinerja Utama Indeks Kualitas Udara Tahun 2019

No Sasaran Program

Indikator Kinerja Utama

Capaian Tahun 2015

Capaian Tahun 2016

Capaian Tahun 2017

Capaian Tahun 2018

Target Renstra

2019

Target Renja 2019

PK 2019 Realisasi 2019

Capaian Kinerja

2019 (%)

1 Meningkatnya Kualitas Udara

Indeks Kualitas Udara minimal 84

84,96 81,78 87,03 84,74 84,00 84,00 84 86,56 103,05

Sumber: Direktorat PPU, 2019

Lingkup kegiatan perhitungan IKU pada tahun 2019 antara lain adalah rapat kerja teknis rencana kegiatan dengan 34 provinsi, bimbingan teknis dengan kabupaten/kota di 34 ibu kota provinsi, pengumpulan data dan informasi, rapat teknis evaluasi data dan kegiatan, verifikasi dan validasi data, entry data, serta pengolahan data untuk menghasilkan IKU provinsi dan IKU nasional.

Secara konsepsi perhitungan indeks termasuk Indeks Kualitas Udara (IKU) memiliki sifat komparatif yang berarti nilai IKU satu provinsi relative terhadap provinsi lainnya. Dalam persepektif IKLH, angka indeks ini bukan semata mata peringkat, namun lebih kepada dorongan upaya perbaikan kualitas lingkungan hidup. Dalam konteks ini para pihak di tingkat provinsi terutama pemerintah provinsi dapat menjadikan IKLH sebagai titik referensi untuk menuju angka ideal yaitu 100. Semakin jauh di bawah angka 100, mengindikasikan harus semakin besar upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan.

Selain komparatif terhadap provinsi lainnya, angka indeks kualitas lingkungan hidup (IKLH) nasional dapat menjadi acuan.Apabila angka IKLH suatu provinsi berada di bawahnya (lebih kecil) dari IKLH nasional artinya ada dalam ketegori upaya yang harus terakselerasi, sedangkan apabila di atasnya (lebih besar) dari nilai IKLH nasional artinya ada dalam kategori pemeliharaan. Untuk mendapatkan nilai IKLH nasional tersebut maka masing masing provinsi memberikan bobot proporsi kontribusi berdasarkan jumlah penduduk dan luas wilayahnya terhadap total jumlah penduduk dan luas wilayah Indonesia.

Tahun 2019 pengumpulan data untuk perhitungan IKU dilakukan melalui 3 (tiga) mekanisme yaitu: a)pengukuran kualitas udara ambien dengan metode manual passive sampler yang dilakukan dengan APBN melalui mekanisme Tugas Pembantuan kepada provinsi; b) pengukuran kualitas udara ambien dengan metode otomatis kontinyu dan atau manual aktif dan atau manual passive yang dilakukan oleh daerah dengan menggunakan APBD; dan c)pegukuran kualitas udara ambien dengan metode otomatis kontinyu dari peralatan Air Quality Monitoring System (AQMS) KLHK, dengan persyaratan dan kriteria data yang telah ditetapkan.

Hasil penghitungan IKU nasional tahun 2019 adalah 86,56 sedangkan target tahun 2019 ditetapkan sebesar 84,00 sehingga capaian kinerjanya mencapai 103,05%. Berdasarkan klasifikasi penjelasan kualitatif terhadap rentang nilai IKLH yang disusun oleh KLHK pada tahun 2014 (sumber: IKLH Indonesia 2014), bahwa nilai IKU 86,56 mengandung arti bahwa kualitas udara nasional berada dalam kategori “sangat baik” (82 < X ≤ 90).

Capaian Kinerja untuk sasaran program meningkatnya kualitas udara pada tahun 2019 dapat dilihat pada Tabel 3.19 berikut ini.

Data tersebut diperoleh dari hasil pengukuran kualitas udara ambien dengan metode manual passive sampler pada 419 kab/kota di 34 provinsi, ditambah dengan data hasil pengukuran udara ambien yang dilakukan oleh daerah baik dengan metode manual passive sampler maupun otomatis kontinyu AQMS serta data hasil pengukuran kualitas udara ambien dengan peralatan AQMS KLHK. Hasil pengolahan data dan hasil perhitungan IKU provinsi dan IKU nasional tahun 2019 dapat dilihat pada Gambar 3.22 dan Gambar 3.23 berikut ini

612015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Sumatra Utara 86.58Sumatra Selatan 87.13Sumatra Barat 89.45Sulawesi Utara 92.41Sulawesi Tenggara 90.01Sulawesi Tengah 92.98Sulawesi Selatan 89.60Sulawesi Barat 89.97Riau 90.20Papua Barat 92.64Papua 92.56Nusa Tenggara Timur 88.18Nusa Tenggara Barat 87.51Maluku Utara 92.38Maluku 88.72Lampung 86.62Kepulauan Riau 90.63

Gambar 3.22 Grafik Indeks Kualitas Udara per Provinsi Tahun 2019Sumber: Direktorat PPU, 2019

Kalimantan Utara 93.79Kalimantan Timur 90.02Kalimantan Tengah 88.82Kalimantan Selatan 88.78Kalimantan Barat 90.04Jawa Timur 83.06Jawa Tengah 84.81Jambi 87.25Jawa Barat 75.10Gorontalo 86.88DKI Jakarta 67.97DI Yogyakarta 85.19Bengkulu 92.69Banten 74.98Bali 89.85Kepulauan Bangka Belitung 91.94Nangroe Aceh Darussalam 90.71

Provinsi : AcehStatus : BaikNilai IKU : 90,71

Provinsi : Sumatera UtaraStatus : BaikNilai IKU : 86,58

Provinsi : DKI JakartaStatus : Kurang BaikNilai IKU : 67,97

Sangat Baik (IKU>91)

Baik (82-91)Cukup Baik

(72-81)Kurang Baik

(62-71)Sangat Kurang

Baik (52-61)Waspada (IKU<51)

Provinsi : RiauStatus : BaikNilai IKU : 90,20

Provinsi : BengkuluStatus : Sangat BaikNilai IKU : 92,69

Provinsi : Sumatera BaratStatus : BaikNilai IKU : 89,45

Provinsi : LampungStatus : BaikNilai IKU : 86,62

Provinsi : BantenStatus : Cukup BaikNilai IKU : 74,98

Provinsi : Jawa BaratStatus : Cukup BaikNilai IKU : 75,10

Provinsi : D.I. YogyakartaStatus : BaikNilai IKU : 85,19

Provinsi : Jawa TimurStatus : BaikNilai IKU : 83,06

Provinsi : BaliStatus : BaikNilai IKU : 89,85

Provinsi : NTBStatus : BaikNilai IKU : 87,51

Provinsi : Papua BaratStatus : Sangat BaikNilai IKU : 92,64

Provinsi : MalukuStatus : BaikNilai IKU : 88,72

Provinsi : Jawa TengahStatus : BaikNilai IKU : 88,41

Provinsi : Kalimantan BaratStatus : BaikNilai IKU : 90,04

Provinsi : Kalimantan SelatanStatus : BaikNilai IKU : 88,78

Provinsi : Kalimantan TengahStatus : BaikNilai IKU : 88,82

Provinsi : Sulawesi BaratStatus : BaikNilai IKU : 89,97

Provinsi : Sulawesi SelatanStatus : BaikNilai IKU : 89,60

Provinsi : Sulawesi TengahStatus : Sangat BaikNilai IKU : 92,98

Provinsi : Sulawesi TenggaraStatus : BaikNilai IKU : 90,01

Provinsi : GorontaloStatus : BaikNilai IKU : 86,88

Provinsi : JambiStatus : BaikNilai IKU : 87,25

Provinsi : Sumatera SelatanStatus : BaikNilai IKU : 89,60

Provinsi : Kep. RiauStatus : BaikNilai IKU : 90,52

Provinsi : Kep. BabelStatus : Sangat BaikNilai IKU : 91,94

Provinsi : Kalimantan TimurStatus : BaikNilai IKU : 90,02

Provinsi : Kalimantan UtaraStatus : Sangat BaikNilai IKU : 93,79

Provinsi : Sulawesi UtaraStatus : Sangat BaikNilai IKU : 92,41

Provinsi : PapuaStatus : Sangat BaikNilai IKU : 92,56

Provinsi : Maluku UtaraStatus : Sangat BaikNilai IKU : 92,38

Provinsi : NTTStatus : BaikNilai IKU : 88,18

Gambar 3.23 Peta Indeks Kualitas Udara Tahun 2019Sumber: Direktorat PPU, 2019

86.56Nilai IKU

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

62 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

Hasil pencapaian IKU tahun 2019 dibandingkan tahun-tahun sebelumnya dapat dilihat pada Gambar 3.24 berikut ini.

Kenaikan IKU tahun 2019 dibandingkan tahuan 2018 sebesar 1,82 point dan masih memenuhi target tahun 2019 sebesar 84. Kenaikan hasil penghitungan ini disebabkan antara lain penambahan data dari pemantauan kualitas udara metode passive sampler sehingga variasi data lebih banyak dan lebih mencerminkan kondisi kualitas udara serta penambahan data dari 13 alat pemantau kualitas udara otomatis (AQMS) yang terbangun tahun 2019. Selain itu, beberapa lokasi yang terkena dampak kebakaran hutan melakukan sampling tidak pada saat terjadinya kebakaran hutan.

Gambar 3.24 Grafik Indeks Kualitas Udara Tahun 2015 - 2019Sumber: Direktorat PPU, 2019

84.96

81.78

87.03

84.74

86.56

2015 2016 2017 2018 2019

Indeks kualitas udara dapat menjadi indikator keberhasilan dalam mencapai tujuan menurunkan beban emisi pencemaran udara melalui pengendalian pencemaran udara dari sumbernya. Keberhasilan mencapai target sampai 103,05% diperoleh melalui

No Indikator Kinerja Kegiatan

Sasaran Kegiatan

Capaian Tahun

2015

Capaian Tahun

2016

Capaian Tahun

2017

Capaian Tahun

2018

Target Renstra

2019

Target Renja 2019

Reali-sasi

Capaian Renja

(%)

Capaian Renstra

2019 (%)

1 Proporsi jumlah industri yang memenuhi baku mutu emisi sebesar 75% dari 2000 industri.

Meningkatnya proporsi jumlah industri yang memenuhi baku mutu emisi.

- - 188 indstri

1771 industri

1500 industri

1500 industri

1834industri

122,27 122,27

2 Jumlah kota yang memiliki sistem pemantauan kualitas udara ambienyang beroperasi mudah, sederhana, dan menjangkau 500 kab/kota (passive sampler).

Tersedianya status mutu udara perkotaan.

- 150Kab/kota

268 kab/kota

219 kab/kota

500 Kab/kota

400 Kab/kota

419 kab/kota

104,75 83,80

Tabel 3.20 Capaian Kinerja Indikator Kinerja Kegiatan Pengendalian Pencemaran Udara Tahun 2019

upaya pengendalian pencemaran udara dari sumber tidak bergerak, sumber bergerak, dan kegiatan pendukung lainnya. Pencapaian kinerja sasaran program meningkatnya kualitas udara didukung dengan 2 (dua)kegiatan seperti yang dapat dilihat pada Tabel 3.20 berikut.

Sumber: DirektoratPPU, 2019

632015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Berdasarkan Tabel 3.20 tersebut di atas, capaian kinerja IKK 1 sebesar 122,27% pada tahun 2019 dengan target total sebanyak 1500 industri. Capaian kinerja IKK 2 sebesar 83,80% dengan target total sebanyak 500 kabupaten/kota. Capaian kinerja masing-masing Indikator Kinerja Kegiatan dapat dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut:

a) Evaluasi Kinerja Pengendalian Pencemaran Udara dari Sektor Industri Evaluasi kinerja pengendalian pencemaran udara dari sektor industri dilakukan pada industri

Energi, Migas dan Pertambangan (EMP) serta industri Manufaktur, Prasarana dan Jasa (MPJ). Jumlah industri yang dievaluasi pada tahun 2019 sebanyak 2.058 industri. Sebanyak 24 industri dilakukan pembinaan lebih intensif melalui pengawasan langsung sedangkan selebihnya pengawasan tidak langsung KLHK yaitu1.364 industri melalui kunjungan langsung Provinsi dan 657 industri melalui Penilaian Mandiri (Self Assessment/SA).Jumlah industri yang diumumkan sebanyak 2045 industri, sedangkan 13 industri tidak diumumkan karena industri tersebut sedang dalam proses penegakan hukum, 10 industri tidak beroperasi atau tutup. Status penaatan periode penilaian PROPER 2018-2019 dibandingkan dengan status penaatan industri pada periode sebelumnya dapat dilihat pada perbandingan capaian kinerja pengendalian pencemaran udara Tabel 3.21 berikut ini.

Tabel 3.21 Capaian Kinerja Pengendalian Pencemaran Udara per Sektor Periode 2015 – 2016, 2016 – 2017, 2017 – 2018 dam 2018 – 2019

Sektor Industri

Tahun2015 - 2016

Tahun2016 - 2017

Tahun2017 - 2018

Tahun2018 – 2019

Tahun2015 - 2016

Tahun2016 – 2017

Tahun2017 – 2018

Tahun2018 – 2019

Efektivitas

Jumlah Industri

Jumlah Industri

JumlahIndustri

Jumlah Industri

Jumlah Ketaatan

Jumlah Ketaatan

Jumlah Ketaatan

Jumlah Ketaatan

PEM 433 422 439 475 416 412 423 458 108%

MPJ 836 521 556 590 726 487 511 527 103%

AGRO 886 821 911 947 795 793 837 849 101%

Jumlah 2155 1764 1872 2012 1937 1692 1771 1834 104%

% ketaatan 89,88% 97,75% 94,6% 91,15%

Sumber: Direktorat PPU, 2019

IKK 1Peningkatan Proporsi Jumlah Industri yang Memenuhi Baku Mutu Emisi (Industri)

Terjadinya peningkatan efektifitas jumlah industri yang dievaluasi karena jumlah industri peserta proper bertambah sekitar 7,5% atau 140 industri. Sedangkan penurunan ketaatan dari periode tahun 2017-2018 industri yang taat 94,6% (101 industri yang tidak taat) menjadi 91,15% (178 industri yang tidak taat).Hal ini dikarenakan ada beberapa industri yang baru pertama kali dievaluasi PROPER dan industri lama yang tidak melakukan pengendalian pencemaran udara dengan baik.

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

64 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

b. Ruang lingkup: Memberikan batasan Baku Mutu Emisi (BME) dan kewajiban melakukan pemantauan emisi, perhitungan dan

pelaporan hasil pemantauan emisi kepada penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan industri tepung terigu.

2. Penyusunan draft Peraturan Menteri LHK tentang Baku Mutu Emisi Genset Isi pengaturan di dalam draf ini adalah:a. Angka Baku Mutu (Tabel 3.23)

Tabel 3.23 Angka Baku Mutu Emisi Genset

a. Angka Baku Mutu (Tabel3.22)

Partikulat (PM)

Cleaning 100 mg/Nm3

SNI 17177/2009

Milling 100 mg/Nm3

Tabel 3.22 Angka Baku Mutu Emisi Industri Tepung Terigu

b) Intervensi Kebijakan Pengendalian Pencemaran UdaraIntervensi kebijakan dalam pengendalian Pencemaran Udara di tahun 2019:1. Penyusunan draft Peraturan Menteri LHK tentang Baku Mutu Emisi Industri Tepung Terigu. Isi pengaturan di dalam draft ini adalah:

1.400

1.200

1.200

50

50

450

300

300

160

150

400

320

320

50

50

500

250

250

150

150

BBM (mg/Nm3)

BBM (mg/Nm3)

BBM (mg/Nm3)

BBM (mg/Nm3)

BBM (mg/Nm3)

BBM (mg/Nm3)

BBM (mg/Nm3)

BBM (mg/Nm3)

BBM (mg/Nm3)

BBM (mg/Nm3)

Gas (mg/Nm3)

Gas (mg/Nm3)

Gas (mg/Nm3)

Gas (mg/Nm3)

Gas (mg/Nm3)

Gas (mg/Nm3)

Gas (mg/Nm3)

Gas (mg/Nm3)

Gas (mg/Nm3)

Gas (mg/Nm3)

101 – 500 kW

501 – 1.000 kW

> 1.000 kW

NOx

NOx

NOx

Total Partikulat

Total Partikulat

CO

CO

CO

SO2

SO2

Sumber: Direktorat PPU, 2019

652015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

b. Ruang lingkup:Peraturan Menteri ini bertujuan untuk mengatur:• Batasan Baku Mutu Emisi dan kewajiban melakukan pemantauan Emisi.• Waktu operasi dan besaran kapasitas kepada penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan yang

mengoperasikan Mesin Pembakaran Dalam atau Genset.• Kewajiban melakukan pengelolaan data dan informasi pemantauan Emisi bagi penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan.

3. Penyusunan draft Peraturan Menteri LHK tentang Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU)Isi pengaturan di dalam draf ini adalah:a. Kategori, Konversi Dan Penjelasan Nilai ISPU (Tabel3.24, Tabel 3.25 dan Tabel 3.26)

Tabel 3.24 Kategori Nilai Rentang ISPU

Baik

0 – 50Sedang

51 – 100Tidak Sehat

101 – 200Sangat Tidak Sehat

201 - 300Berbahaya

≥ 301

Tabel 3.25 Konversi Nilai Konsentrasi Parameter ISPU

ISPU 24 Jam PM10 µg/m3

24 Jam PM2.5 µg/m3

24 Jam SO2 µg/m3

8 Jam CO µg/m3

8 Jam O3 µg/m3

24 jam NO2 µg/m3

24 Jam HC µg/m3

0-50 50 15,5 52 4000 120 80 45

51-100 150 55,4 180 8000 235 200 100

101-200 350 150,4 400 15000 400 1130 215

201-300 420 250,4 800 30000 800 2260 432

> 300 500 500 1200 45000 1000 3000 648

Keterangan:• Data pengukuran selama 24 jam secara terus menerus.• Hasil perhitungan ISPU parameter PM2,5 disampaikan tiap jam selama 24 jam.

Tabel 3.26 Penjelasan Nilai ISPU

Kategori Keterangan Apa yang harus dilakukan

Baik Tingkat kualitas udara yang sangat baik, tidak memberikan efek negatif terhadap manusia, hewan, tumbuhan.

Sangat baik melakukan kegiatan di luar

Sedang Tingkatkualitasudaramasih dapat diterima pada kesehatanmanusia, hewandantumbuhan.

Kelompok sensitif:• Kurangi aktivitas fisik yang terlalu lama atau berat.• Setiap orang:• Masih dapat beraktivitas di luar

Sumber: Setditjen PPKL, 2019

Sumber: Setditjen PPKL, 2019

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

66 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

b. Ruang lingkup:• Tanggung jawab menteri, gubernur, bupati/wali kota dalam perhitungan ISPU melalui pemantauan dan

konversi konsentrasi parameter menjadi nilai ISPU;• Kerja sama/koordinasi dalam melaksanakan perhitungan ISPU antara menteri, gubernur, bupati/wali kota

dapat dengan instansi pemerintah, instansi pemerintah daerah, atau badan usaha yang memiliki SPKUA.

Untuk mendukung tersedianya data pemantauan emisi yang dihasilkan lebih akurat, transparan dan tepat waktu maka dibangun sistem pemantauan emisi secara kontinyu perusahaan yang terintegrasi dengan sistem KLHK. Sistem ini dapat memantau ketaatan pengendalian pencemaran udara industri secara real time, mengurangi potensi manipulasi/kesalahan input data, inventarisasi kinerja/performance peralatan CEMS dan dapat mengetahui beban emisi yang dibuang ke lingkungan.

Infrastruktur SISPEK meliputi Aplikasi SISPEK, yaitu aplikasi untuk menampilkan dan mengolah data CEMS; Display Status Integrasi CEMS (Gambar 3.25), menampilkan status integrasi (terintegrasi, terintegrasi

Kategori Keterangan Apa yang harus dilakukan

Tidak sehat Tingkat kualitas udara yang bersifat merugikan pada manusia, hewan dan tumbuhan.

Kelompok sensitif:• Boleh melakukan aktivitas di luar, tetapi mengambil rehat lebih sering dan

melakukan aktivitas ringan. Amati gejala berupa batuk atau nafas sesak.• Penderita asma harus mengikuti petunjuk kesehatan untuk asma dan

menyimpan obat asma.• Penderita penyakit jantung: • gejala seperti palpitasi/jantung berdetak lebih cepat, sesak nafas, atau

kelelahan yang tidak biasa mungkin mengindikasikan masalah serius.• Setiap orang:• Mengurangi aktivitas fisik yang terlalu lama di luar ruangan.

Sangat Tidak Sehat

Tingkat kualitas udara yang dapat meningkatkan resiko kesehatan pada sejumlah segmen populasi yang terpapar.

Kelompok sensitif:• Hindari semua aktivitas di luar. Perbanyak aktivitas di dalam ruangan atau

lakukan penjadwalan ulang pada waktu dengan kualitas udara yang baik.• Setiap orang:• Hindari aktivitas fisik yang terlalu lama di luar ruangan, pertimbangkan untuk

melakukan aktivitas di dalam ruangan.

Berbahaya Tingkat kualitas udara yang dapat merugikan kesehatan serius pada populasi dan perlu penanganan cepat.

Kelompok sensitif:• Tetap di dalam ruangan dan hanya melakukan sedikit aktivitas• Setiap orang:• Hindari semua aktivitas di luar

c) Pengembangan Sistem Pemantauan Emisi Industri Secara Otomatis, Kontinyu dan Terintegrasi (SISPEK)

sebagian, belum terintegrasi); CEMS Main Center, ruang untuk monitoring data real time perusahaan; sinkronisasi SIMPEL, master data dari akun SIMPEL PPU dan data otomatis dikirim ke SIMPEL PPU dan server, fasilitas penyimpanan data CEMS dengan fasilitas co-location. Sebanyak 4 industri telah terkoneksi dengan SISPEK sejak tahun 2018-2019

Tahun 2019 pengembangan aplikasi SISPEK bertujuan meningkatkan peran dan kinerja pemantauan emisi KLHK lebih transparan dan akuntabel. Pengembangan aplikasi untuk memenuhi kebutuhan berupa perbaikan tampilan, pelaporan, penambahan peringatan data tidak terkirim dan peringatan ketika data yang dikirim melebihi standar baku mutu.

Sumber: Setditjen PPKL, 2019

672015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Gambar 3.25 Display Status IntegrasiSumber : Direktorat PPU, 2019

lndonesia mempunyai 514 Kab/Kota sehingga diperlukan biaya tinggi apabila menggunakan metode alat kontinyu dan otomatis 24 jam.Oleh karena itu, diperlukan suatu metode pemantauan udara ambien yang sederhana, mudah dan murah agar dapat mengakomodir semua wilayah Kabupaten/Kota yang ada di lndonesia.Salah satu metode adalah passive sampler dengan parameter yang diukur adalah SO2 dan NO2. Metode ini menggunakan sistem

penyerapan gas secara difusi melalui media yang dipaparkan dalam waktu tertentu (14 hari Pemajangan) tanpa menggunakan pompa penghisap dan memanfaatkan sifat fisis gas yang berdifusi dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah.Passive sampler dapat dilihat pada Gambar 3.26 berikut ini.Data hasil pemantauan kualitas udara ambien dengan metode passive sampler ini digunakan sebagai dasar dalam penghitungan Indeks Kualitas Udara (IKU).

a) Pemantauan Kualitas Udara Ambien Metode Passive Sampler untuk Perhitungan Indeks Kualitas Udara

IKK 2Pemantauan Kualitas Udara untuk Perhitungan Indeks Kualitas Udara

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

68 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

Gambar 3.27 Peta Sebaran Kabupaten Kota yang Dipantau Kualitas Udaranya Menggunakan Metode Passive Sampler Tahun 2019

Sumber : Direktorat PPU, 2019

Gambar 3.26 Peralatan dan Pemasangan Alat Passive SamplerSumber: Direktorat PPU, 2019

Belum TerpantauTerpantau

Pencapaian Indikator kinerja Kegiatan Pemantauan Kualitas Udara Ambien dengan Metode Passive Sampler tahun 2019 dilaksanakan melalui kegiatan Pengumpulan dan Pengolahan Data. Kegiatan pengumpulan dan pengolahan data untuk mewujudkan tersedianya data kualitas udara rata-rata tahunan minimal di 419 kab/kota yang tersebar di 34 provinsi (Gambar 3.27).

Data-data tersebut selanjutnya digunakan sebagai data dalam penyusunan status mutu udara yang diterjemahkan menjadi Indeks Kualitas Udara (IKU).Dengan terlaksananya pengambilan sample udara ambien di 419 kab/kota dan dihasilkannya data kualitas udara ambien di 419 kab/kota dari target 400 kabupaten/kota maka kegiatan ini telah tercapai 104,75%.

Pembangunan AQMS untuk mengembangkan jaringan pemantauan kualitas udara ambien dengan menggunakan peralatan pemantauan otomatis yang beroperasi secara kontinyu dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah dan pihak swasta serta pemangku kepentingan lainnya. Parameter yang dipantau adalah PM10, PM2.5, SO2, NO2, O3, HC, dan CO. Data yang diterima dari stasiun pemantau kualitas udara, diolah menjadi data ISPU di ruang kendali AQMS KLHK (main center), kemudian data konsentrasi dan ISPU tersebut dikirimkan ke display indoor dan outdoor di masing-masing daerah.

b) Jumlah Kota yang Memiliki Sistem Pemantauan Kualitas Udara Ambien yang Beroperasi Kontinyu (AQMS)

692015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Tabel 3.27 Capaian Pembangunan AQMS 2016 – 2019

Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019

3 AQMS 4 AQMS 6 AQMS 13 AQMS

Kota Jambi, Kota Palembang, Kota Palangkaraya

Kota Pontianak, Kotas Pekanbaru, Kota Banjarmasin,

Kota Padang

Kota Banda Aceh, Kota Batam, Kota Jakarta Pusat, Kota

Menado, Kota Makassar, Kota Mataram

Kota Medan, Kota Bengkulu, Kota Bandar Lampung, Kota Bandung, Kota Bekasi, Kota

Depok, Kota Semarang, Kota Yogyakarta, Kota Surabaya,

Kota Malang, Kota Denpasar, Kota Kupang, Kota Jayapura

Mulai Operasi

Januari 2017 Jui 2017 Agustus 2018 kecuali Jakarta Pusat mulai Bulan Mei 2018 September 2019

Sumber: Direktorat PPU, 2019

Data konsentrasi dan ISPU tersebut digunakan sebagai informasi kondisi kualitas udara kepada masyarakat yang dapat dilihat secara langsung melalui papan tayang (public display outdoor) yang terpasang di pinggir jalan raya. Selain itu, data hasil pemantauan terintegrasi yang dikelola dengan baik dapat digunakan sebagai bahan pengembangan kebijakan dalam pelaksanaan pengendalian pencemaran udara di daerah. Pembangunan AQMS tahun 2019 dilaksanakan di 13 kota yaitu Kota Medan, Kota Bengkulu, Kota Bandar Lampung, Kota Bandung, Kota Bekasi, Kota Depok, Kota Semarang, Kota Yogyakarta, Kota Surabaya, Kota Malang, Kota Denpasar, Kota Kupang, Kota Jayapura seperti yang dapat dilihat pada Tabel 3.27 dan Gambar 3.28 sampai Gambar 3.39.

Gambar 3.29 SPKUA Kota Bandar Lampung

Gambar 3.32 SPKUA Kota Yogyakarta

Gambar 3.30 SPKUA Kota Semarang

Gambar 3.33 SPKUA Kota Bengkulu

Gambar 3.28 SPKUA Kota Surabaya

Gambar 3.31 SPKUA Kota Malang

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

70 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

Gambar 3.35 SPKUA Kota Jayapura

Gambar 3.38 SPKUA Kota Medan

Gambar 3.36 SPKUA Kota Bandung

Gambar 3.39 SPKUA Kota Denpasar

Gambar 3.34 SPKUA Kota Bekasi

Gambar 3.37 SPKUA Kota Depok

Sumber: Direktorat PPU, 2019

Adapun kompilasi data hasil pemantauan seluruh kota dapat dilihat pada grafik Gambar 3.40 berikut ini.

Tahun : 2017KATEGORI JAMBI PALEMBANG PALANGKARAYA PADANG PEKANBARU PONTIANAK BANJARMASIN

BAIK 257 291 336 179 179 165 179SEDANG 83 51 21 10TIDAK SEHAT 19 16 2 4SANGAT TIDAK SEHATBERBAHAYATIDAK ADA DATA 6 7 6

JUMLAH 365 365 365 179 179 179 179

257

291

336

179

179

165

179

83

51

21

10

19

16

2

4

6

7

6

0 50 100 150 200 250 300 350

JAMBI

PALEMBANG

PALANGKARAYA

PADANG

PEKANBARU

PONTIANAK

BANJARMASIN

JAMBI PALEMBANG PALANGKARAYA PADANG PEKANBARU PONTIANAK BANJARMASINBAIK 257 291 336 179 179 165 179SEDANG 83 51 21 10TIDAK SEHAT 19 16 2 4SANGAT TIDAK SEHATBERBAHAYATIDAK ADA DATA 6 7 6

Grafik ISPU Jumlah Hari BaikStasiun KLHKTahun 2017

BAIK SEDANG TIDAK SEHAT SANGAT TIDAK SEHAT BERBAHAYA TIDAK ADA DATA

712015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

301

128

268

278

311

270

194

147

131

60

193

27

6

145

11

52

21

26

47

68

78

145

4

9

1

2

22

6

1

15

2 2

54

83

85

33

7

69

21

15

16

76

22

28

0 50 100 150 200 250 300 350

PALEMBANG

PALANGKARAYA

PADANG

PEKANBARU

PONTIANAK

BANJARMASIN

ACEH

BATAM

MATARAM

MAKASSAR

MANADO

JAKARTA

PALEMBANG PALANGKARAYA PADANG PEKANBARU PONTIANAK BANJARMASIN ACEH BATAM MATARAM MAKASSAR MANADO JAKARTABAIK 301 128 268 278 311 270 194 147 131 60 193 27SEDANG 6 145 11 52 21 26 47 68 78 145TIDAK SEHAT 4 9 1 2 22 6 1 15SANGAT TIDAK SEHAT 2BERBAHAYA 2TIDAK ADA DATA 54 83 85 33 7 69 21 15 16 76 22 28

Grafik ISPU Jumlah Hari BaikStasiun KLHKTahun 2018

BAIK SEDANG TIDAK SEHAT SANGAT TIDAK SEHAT BERBAHAYA TIDAK ADA DATA

203206

250237

147190

217330

190292

230177

12932

3136

7113

3027

49109

1476

1339

10585

3416

8543

479

8536

11120

19719

7688

6370

5977

6717

8151

1370

2730

27

2821

423

346

1911

122

4215

102

351

9917

32

7

131

1

7

304

5

4

22

19

5

924

1296

7194

855

5121

10852

2033

112222

1811

92

98

11

0 50 100 150 200 250 300 350

JAMBIPALEMBANG

PALANGKARAYAPADANG

PEKANBARUPONTIANAK

BANJARMASINACEH

BATAMMATARAMMAKASSAR

MANADOJAKARTAMEDAN

BENGKULUBANDAR LAMPUNG

DEPOKBEKASI

BANDUNGSEMARANG

YOGYAKARTASURABAYA

MALANGDENPASAR

KUPANGJAYAPURA

JAMBI PALEMBANG PALANGKARAYA PADANG PEKANBARU PONTIANAK BANJARMASIN ACEH BATAM MATARAM MAKASSAR MANADO JAKARTA MEDAN BENGKULU BANDAR

LAMPUNG DEPOK BEKASI BANDUNG SEMARANG YOGYAKARTA SURABAYA MALANG DENPASAR KUPANG JAYAPURA

BAIK 203 206 250 237 147 190 217 330 190 292 230 177 129 32 31 36 71 13 30 27 49 109 14 76 13 39SEDANG 105 85 34 16 85 43 47 9 85 36 11 120 197 19 76 88 63 70 59 77 67 17 81 51 13 70TIDAK SEHAT 27 30 27 28 21 4 23 3 46 19 11 1 22 42 15 10 2 35 1 99 17SANGAT TIDAK SEHAT 3 2 7 13 1 1 7 30 4 5 4BERBAHAYA 2 2 19 5TIDAK ADA DATA 9 24 12 96 71 94 85 5 51 21 108 52 20 33 11 2 2 2 2 18 11 9 2 9 8 11

Grafik ISPU Jumlah Hari BaikStasiun KLHKTahun 2019

BAIK SEDANG TIDAK SEHAT SANGAT TIDAK SEHAT BERBAHAYA TIDAK ADA DATA

Gambar 3.40 Grafik Data ISPU Tahun 2017-2019Sumber: Direktorat PPU, 2019

Berdasarkan gambar grafik data ISPU tersebut, Kota yang memiliki jumlah hari dengan kondisi baik lebih dari 100 hari yaitu Manado, Mataram, Batam, Banda Aceh, Banjarmasin, Pontianak, Pekanbaru, Palangkaraya, Padang, Palembang dan Jambi. Sedangkan kota yang memiliki jumlah hari baik kurang dari 100 hari yaitu Jakarta Pusat dan Makassar. Hal ini disebabkan karena pencemaran udara di kota-kota besar diakibatkan dari kendaraan bermotor. Kota Pekanbaru Palangkaraya, Pelembang dan Jambi menunjukkan indeks berbahaya sebagai akibat dampak dari kebakaran hutan pada pertengahan tahun 2019. Keempat kota tersebut merupakan kota yang rawan terdampak kebakaran hutan.AQMS yang dipasang pada 13 kota di tahun 2019 menunjukkan data yang belum stabil karena masih dalam tahap uji coba.

Kegiatan lainnya yang dilakukan untuk mendukung terlaksananya pemantauan kualitas udara ambien otomatis yang terintegrasi adalah dengan menjalin kerjasama dengan pihak pemerintah daerah/instansi lain yang memiliki peralatan AQMS dan mengintegrasikan peralatan AQMS tersebut dengan jaringan pemantauan AQMS di KLHK. Pada tahun 2019 jaringan pemantauan AQMS yang telah terjalin dengan Kota Tangerang (Gambar 3.41). Jaringan pemantauan kualitas udara otomatis dan kontinyu dapat dilihat pada Tabel 3.28 berikut ini. Dengan diintegrasikannya peralatan-peralatan AQMS tersebut maka akan bertambah jumlah titik-titik pantau kualitas udara di Indonesia.Data hasil pemantauan AQMS dan jaringan yang dimiliki Ditjen PPKL dapat dilihat pada alamat website http://iku.menlhk.go.id/aqms/.

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

72 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

Tabel 3.28 Jaringan Pemantauan Kualitas Udara Otomatis dan Kontinyu (AQMS) yang Telah Terintegrasi dengan KLHK

Gambar 3.41 Web Jejaring Pemantauan Kualitas Udara Ambien NasionalSumber: Direktorat PPU, 2019

Salah satu fungsi ISPU adalah selain sebagai informasi kualitas udara juga dapat menjadi peringatan dini bagi masyarakat jika ISPU dinyatakan tidak sehat atau berbahaya. Data ISPU dapat juga menjadi dasar dalam menentukan kebijakan, seperti yang telah diterapkan di Kota Jambi, Palembang dan Pekanbaru. Kedua kota tersebut mengeluarkan beberapa kebijakan atas dasar data ISPU diantaranya untuk kebijakan meliburkan sekolah, rumah sakit menyiapkan kejadian luar biasa akibat penyakit ISPA, tidak melakukan pembakaran sampah dll.

20158 Stasiun

Sistem ManualChevron

201612 Stasiun

Sistem OtomatisBMKG

20161 Stasiun

Sistem OtomatisKalimantan Utara

20165 Stasiun

Sistem OtomatisPemerintah Provinsi DKI

Jakarta

20174 Stasiun

Sistem OtomatisKota Bandung

20173 Stasiun

Sistem OtomatisKota Surabaya

20171 Stasiun

Sistem OtomatisKota Karawang

20185 Stasiun

Sistem OtomatisProvinsi Banten

20181 Stasiun

Sistem OtomatisKota Sukabumi

20182 Stasiun

Sistem OtomatisKota Cilegon

20192 Stasiun

Sistem OtomatisKota Tangerang

Sumber: Direktorat PPU, 2019

732015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Salah satu kegiatan yang dilakukan Ditjen PPKL dalam upaya mengurangi pencemaran udara adalah mengadakan kampanye publik terkait teknik mengemudi yang aman, nyaman, efisien dan ramah lingkungan (Eco Driving), dalam bentuk Eco Driving Fun Rally (EDFR). Eco Driving merupakan implementasi Program Langit Biru yang terlaksana sejak tahun 1996 oleh Kementerian Lingkungan Hidup sebelum bergabung dengan Kementerian Kehutanan. Eco Driving membuat masyarakat berpartisipasi langsung dalam pengendalian pencemaran udara dan sekaligus memberikan manfaat ekonomi, sosial, keamanan (safety) dan lingkungan. (Gambar 3.42)

Kegiatan Eco Driving Workshop & Rally adalah suatu rangkaian kegiatan rutin dari Kementerian Lingkungan Hidup & Kehutanan Republik Indonesia. Acara ini adalah sub-event dari acara Pekan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia (PLHK) yang diselenggarakan di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan. Kegiatan Eco Driving tahun 2019 ini adalah penyelenggaraan yang ke-9 kalinya.

Data dari database pendaftaran menunjukkan alokasi 65 kendaraan yang terdaftar sebagai peserta rally; namun yang dapat dinilai valid secara persyaratan data hanyalah 48 kendaraan saja. Aktual kehadiran start/finish rally 44 kendaraan yang terbagi menjadi 3 kategori grup yaitu grup A (bensin dibawah/sama dengan 1290 cc), grup B (bensin 1290 cc keatas), dan grup C (solar all cc).

Guna lebih meningkatkan dan menyebarkan kesadaran akan Eco Driving di khalayak ramai, maka selain ketiga kategori diatas, terdapat kategori lainnya yaitu The Best Eco Driving Supporter Club bagi mereka yang membawa supporter terbanyak dari klub nya masing-masing, dan juga diberikan award khusus bagi mereka yang paling banyak menyebarkan berita dan foto/video mengenai Kegiatan Eco Driving Fun Rally di Media sosial seperti Instagram dan Facebook.

Pada tahun 2019 ini dilakukan Uji Emisi dalam rangka “Beat Air Pollution” dan juga sebagai tambahan data penjurian. Uji Emisi, selain dapat mengukur berapa besar polusi yang dihasilkan dari pembakaran BBM dari kendaraan, juga sebenarnya dapat diibaratkan sebagai salah satu proses “medical check up” dari kinerja mesin bakar.

c) Pelaksanaan Eco Driving

Gambar 3.42 Ecodriving Rally Tahun 2019Sumber: Direktorat PPU, 2019

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

74 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

Gambar 3.43 Persentase Tingkat Ketaatan Ambang Batas Uji Emisi Kendaraan Bensin 2019

Sumber: Direktorat PPU, 2019

Gambar 3.44 Persentase Nasional Tingkat Ketaatan Ambang Batas Uji Emisi

Kendaraan Bensin 2019Sumber: Direktorat PPU, 2019

LULUS EMISI TIDAK LULUS EMISI

8%

92%

Kota2019

Depok

Jakarta Barat

Jakarta Tim

ur

Balikpapan

Palembang

Kota Batam

Surakarta

Jakarta Pusa

t

Jakarta Utara

Cimahi

Semarang

Pontianak

Tangerang Selatan

Gorontalo

Jakarta Selatan

Makassar

Denpasar

Tangerang

Samarinda

Yogyakarta

Jambi

Sementara untuk hasil uji emisi random untuk kendaraan bermotor berbahan bakar diesel, tingkat kelulusannya tidak setinggi kendaraan bermotor berbahan bakar bensin. Hal ini disebabkan karena kualitas bahan bakar diesel masih kurang bagus, dengan kandungan sulfur mencapai 3500 ppm.

Untuk kegiatan evaluasi kualitas udara perkotaan, tahun 2019 ini hanya 22 kota yang melakukan kegiatan evaluasi ini. Dibanding tahun 2018, terjadi peningkatan jumlah kota, dari 18 kota menjadi 22 kota.Rata-rata hasil pemantauan kualitas udara jalan raya tahun 2019 dapat dilihat pada Tabel 3.29 Sedangkan konsentrasi parameter yang diukur dapat dilihat pada Gambar 3.45 Kinerja Lalu Lintas pada pada masing-masing kota dapat dilihat pada Tabel 3.30.

Kegiatan evaluasi penerapan baku mutu emisi untuk transportasi darat, dilakukan melalui uji emisi secara acak di 21 kota yang mewakili kategori metropolitan, besar, dan sedang. (Gambar 3.43 dan Gambar 3.44).

d. Pelaksanaan Evaluasi Kualitas Udara Perkotaan

Berdasarkan hasil studi, 70% pencemaran udara di perkotaan dan 23 % emisi GRK (gas rumah kaca) dari bahan bakar fosil bersumber dari sektor transportasi (KLH, 2012), dan 90 % dari emisi transportasi, berasal dari transportasi darat. Hal ini tidaklah mengherankan mengingat pertumbuhan kendaraan bermotor per tahun sebanyak 9 juta unit/tahun, termasuk sepeda motor 7,8 juta unit/tahun (Gaikindo dan AISI, 2014). Dampak pencemaran udara tersebut sangat mempengaruhi kesehatan manusia, antara lain fungsi organ otak, perut, mata, tenggorokan, paru-paru, jantung, bahkan sistem reproduksi.

Guna mengendalikan pencemaran udara dari sumber bergerak, Ditjen PPKL mendorong pemerintah daerah melakukan evaluasi kualitas udara perkotaan, dimana hasil dari evaluasi tersebut dapat digunakan sebagai bahan pengambilan keputusan/kebijakan dalam menyusun rencana aksi pengendalian pencemaran udara dari sumber bergerak di daerahnya. Kegiatan evaluasi kualitas udara perkotaan ini terdiri dari 3 kegiatan, yaitau evaluasi penerapan baku mutu emisi dari transportasi darat melalui kegiatan uji emisi, pemantauan kualitas udara ambient tepi jalan raya serta penghitungan kepadatan dan kecepatan kendaraan bermotor di jalan raya.

020

4060

80

100

752015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Tabel 3.29 Rata-rata Hasil Pemantauan Kualitas Udara Jalan Raya di 22 Kota Tahun 2019

No Kota Kategori Kota

Parameter CO Parameter HC Paremeter NO2 Parameter SO2 Parameter PM10

Hasil Baku Mutu (µg/

Nm3)

Hasil Baku Mutu (µg/

Nm3)

Hasil Baku Mutu (µg/

Nm3)

Hasil Baku Mutu (µg/

Nm3)

Hasil Baku Mutu (µg/

Nm3)

1 Depok Metropolitan 6.313 10.000 36 160 24 150 - - - -

2 Jakarta Barat

Metropolitan 5.468 10.000 11 160 86 150 43 365 18 150

3 Jakarta Pusat

Metropolitan 4.707 10.000 16 160 36 150 40 365 128 150

4 Jakarta Selatan

Metropolitan 4.533 10.000 15 160 34 150 38 365 80 150

5 Jakarta Timur

Metropolitan 629 10.000 6 160 29 150 38 365 22 150

6 Jakarta Utara

Metropolitan 3.053 10.000 17 160 45 150 48 365 72 150

7 Makassar Metropolitan 859 10.000 11 160 16 150 56 365 29 150

8 Semarang Metropolitan 3.970 10.000 7 160 66 150 31 365 62 150

9 Tangerang Metropolitan 3.666 10.000 84 160 41 150 38 365 64 150

10 Balikpa-pan

Besar 4.321 10.000 14 160 14 150 34 365 25 150

11 Banjarma-sin

Besar 458 10.000 - - 4 150 11 365 57 150

12 Denpasar Besar 4.642 10.000 46 160 33 150 40 365 102 150

13 Batam Besar 3.473 10.000 111 160 63 150 108 365 - -

14 Malang Besar 1.214 10.000 30 160 36 150 8 365 123 150

15 Pontianak Besar 2.978 10.000 10 160 13 150 53 365 90 150

16 Samarin-da

Besar 1.270 10.000 9 160 43 150 28 365 31 150

17 Surakarta Besar 4.711 10.000 19 160 34 150 41 365 68 150

18 Tangerang Selatan

Besar 2.826 10.000 96 160 41 150 35 365 49 150

19 Yogyakar-ta

Besar 113 10.000 - - 23 150 15 365 66 150

20 Cimahi Besar - - - - 11 150 29 365 - -

21 Gorontalo Sedang 4.533 10.000 46 160 31 150 37 365 59 150

22 Jambi Sedang 6.072 10.000 115 160 62 150 57 365 88 150

Sumber: Direktorat PPU, 2019

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

76 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

Gambar 3.45 Konsentrasi Masing-masing Parameter Kualitas Udara Tepi JalanSumber: Direktorat PPU, 2019

Rata-rata CO (Karbon Monoksida) 2019

Rata-rata HC (Hidrokarbon) 2019

Rata-rata NO2 (Nitrogen Dioksida) 2019

Rata-rata SO2 (Sulfur Dioksida) 2019

Rata-rata PM10 (Partikulat) 2019

2019

2019

2019

2019

2019

Baku Mutu

Baku Mutu

Baku Mutu

Baku Mutu

Baku Mutu

Kota

Kota

Kota

Kota

Kota

depo

k

jaw

a ba

rat

jaka

rta

pusa

t

jaka

rta

sela

tan

jaka

rat t

imur

jaka

rta

utar

a

mak

assa

r

sem

aran

g

tang

eran

g

balik

papa

n

banj

arm

asin

denp

asar

kota

bat

am

mal

ang

pont

iana

k

sam

arin

da

sura

kart

a

tang

eran

g se

lata

n

yogy

akar

ta

goro

ntal

o

jam

bi

depo

k

jaw

a ba

rat

jaka

rta

pusa

t

jaka

rta

sela

tan

jaka

rat t

imur

jaka

rta

utar

a

mak

assa

r

sem

aran

g

tang

eran

g

balik

papa

n

denp

asar

kota

bat

am

mal

ang

pont

iana

k

sam

arin

da

sura

kart

a

tang

eran

g se

lata

n

yogy

akar

ta

goro

ntal

o

jam

bi

depo

k

jaw

a ba

rat

jaka

rta

pusa

t

jaka

rta

sela

tan

jaka

rat t

imur

jaka

rta

utar

a

mak

assa

r

sem

aran

g

tang

eran

g

balik

papa

n

banj

arm

asin

cim

ahi

denp

asar

kota

bat

am

pont

iana

k

sam

arin

da

sura

kart

a

tang

eran

g se

lata

n

yogy

akar

ta

goro

ntal

o

jam

bi

depo

k

jaw

a ba

rat

jaka

rta

pusa

t

jaka

rta

sela

tan

jaka

rat t

imur

jaka

rta

utar

a

mak

assa

r

sem

aran

g

tang

eran

g

balik

papa

n

banj

arm

asin

cim

ahi

denp

asar

kota

bat

am

pont

iana

k

sam

arin

da

sura

kart

a

tang

eran

g se

lata

n

yogy

akar

ta

goro

ntal

o

jam

bi

depo

k

jaw

a ba

rat

jaka

rta

pusa

t

jaka

rta

sela

tan

jaka

rat t

imur

jaka

rta

utar

a

mak

assa

r

sem

aran

g

tang

eran

g

balik

papa

n

banj

arm

asin

cim

ahi

denp

asar

kota

bat

am

pont

iana

k

sam

arin

da

sura

kart

a

tang

eran

g se

lata

n

yogy

akar

ta

goro

ntal

o

jam

bi

CO

HC

PM10

NO2

SO2

772015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Tabel 3.30 Kinerja Lalu Lintas pada 20 Kota Tahun 2019

Berdasarkan hasil di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk kualitas udara ambien tepi jalan raya, masih memenuhi baku mutu yang ditetapkan oleh KLHK. Sementara untuk tingkat kepadatan kendaraan bermotor, menunjukkan bahwa sudah sangat perlu dilakukan manajemen lalu lintas dan penerapan transportasi yang berkelanjutan untuk beberapa kota.

Sumber: DIrektorat PPU, 2019

Depok Kota Metropolitan

Kejenuhan 0,46kecepatan rata-rata 26

Jakarta Barat Kota Metropolitan

Kejenuhan 0,71kecepatan rata-rata 21

Jakarta Pusat Kota Metropolitan

Kejenuhan 0,56kecepatan rata-rata 40

Jakarta Selatan Kota Metropolitan

Kejenuhan 0,41kecepatan rata-rata 32

Jakarta Timur Kota Metropolitan

Kejenuhan 0,54kecepatan rata-rata 37

Jakarta Utara Kota Metropolitan

Kejenuhan 0,34kecepatan rata-rata 29

Makassar Kota Metropolitan

Kejenuhan 0,76kecepatan rata-rata 12

Palembang Kota Metropolitan

Kejenuhan 0,24kecepatan rata-rata 32

Semarang Kota Metropolitan

Kejenuhan 0,54kecepatan rata-rata 38

Tangerang Kota Metropolitan

Kejenuhan 0,55kecepatan rata-rata 40

Balikpapan Kota Besar

Kejenuhan 0,45kecepatan rata-rata 31

Cimahi Kota Besar

Kejenuhan 0,35kecepatan rata-rata -

Denpasar Kota Besar

Kejenuhan 0,88kecepatan rata-rata -

Pontianak Kota Besar

Kejenuhan 0,41kecepatan rata-rata 14

Samarinda Kota Besar

Kejenuhan 0,42kecepatan rata-rata 21

Surakarta Kota Besar

Kejenuhan 0,41kecepatan rata-rata 34

Tangerang Selatan Kota Besar

Kejenuhan 0,48kecepatan rata-rata 36

Yogyakarta Kota Besar

Kejenuhan 0,74kecepatan rata-rata -

Pontianak Kota Sedang

Kejenuhan 0,19kecepatan rata-rata 19

Jambi Kota Sedang

Kejenuhan 0,49kecepatan rata-rata 21

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

78 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

C. MENINGKATNYA KUALITAS AIR

Kualitas air diukur dengan Indeks Kulitas Air (IKA) yaitu indikator yang menunjukkan tingkat kualitas air di suatu wilayah, sehingga mudah dimengerti oleh masyarakat. Indeks Kulitas Air dihitung berdasarkan penghitungan status mutu air dengan metode indeks pencemaran sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Status Mutu Air. Baku mutu air yang digunakan untuk penghitungan ini adalah baku mutu air kelas 2 sesuai dengan Lampiran Kriteria Mutu Air Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengendalian Pencemaran Air dan Pengelolaan Kualitas Air dengan 7 (tujuh) parameter yang dihitung yaitu BOD, COD, TSS, DO, fosfat, fecal coli, dan total coliform.

Langkah-langkah perhitungan IKA adalah sebagai berikut:1. Masing-masing titik pemantauan diasumsikan

sebagai 1 (satu) data dan akan memiliki status mutu air;

2. Konsentrasi parameter dibandingkan dengan baku mutu. Apabila nilai (Ci/Lij) hasil pengukuran lebih besar dari 1,0, maka digunakan nilai (Ci/Lij) baru;

3. Setelah didapat angka rata-rata dan maksimalnya dari suatu titik, kemudian diberikan status mutu air, sehingga setiap titik akan memiliki Indeks Pencemaran Air;

4. Indeks Pencemaran Air tersebut kemudian ditetapkan status mutu air berdasarkan kriteria berikut:- Memenuhi baku mutu atau kondisi baik jika 0

< Plj < 1,0.- Tercemar ringan jika 1,0 < Plj < 5,0.- Tercemar sedang jika 5,0 < Plj < 10,0.- Tercemar berat jika Plj > 10,0

5. Langkah 1 dan 2 dirangkum dalam satu tabel untuk setiap provinsi;

6. Jumlah titik sampel yang memenuhi baku mutu air dijumlahkan dan dibuat dalam persentase dengan membaginya terhadap seluruh jumlah sampel; dan

7. Masing-masing persentase pemenuhan mutu air kemudian dikalikan bobot indeks, yaitu untuk 70 untuk memenuhi, 50 untuk ringan, 30 untuk sedang, dan 10 untuk berat, akan didapat masing-masing nilai indeks per mutu air dan kemudian dijumlahkan menjadi indeks air untuk IKA provinsi. Adapun rumus penghitungan indeks kualitas air sebagai berikut:

Keterangan: PIj : indeks pencemaranbagi peruntukan j yang

merupakanfungsidariCi/LijCi : Konsentrasi parameter kualitas air iLij : Konsentrasi parameter kualitas air i yang dicantumkan

daam baku mutu peruntukan air j (Ci/LijM : nilai maksimum dari Ci/Lij(Ci/Lij)R: nilai rata-rata dariCi/Lij

PIJ2

2

2

M R(CI/ LIJ) (CI/ LIJ)=

Indeks Kualitas Air merupakan salah satu dari Perjanjian Kinerja Ditjen PPKL tahun 2019. Indeks kualitas air nasional dihitung dari indeks kualitas air masing-masing provinsi dari hasil pemantauan kualitas air kabupaten/kota yang mewakili wilayah industri, pemukiman, transportasi, dan komersial.

Hasil perhitungan IKA tahun 2019 di 34 Provinsi sebesar 52.62 sehingga capaian kinerja untuk sasaran meningkatnya kualitas air sebesar 95.67%dan meningkat 1.61 poin dari IKA tahun 2018 (51,01). Capaian kinerja sasaran meningkatnya kualitas air tahun 2019, dapat dilihat pada Tabel 3.31 berikut ini.

792015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Tabel 3.31 Capaian Kinerja Sasaran Program Meningkatnya Kualitas Air Tahun 2019

Sumber: Direktorat PPA, 2019

Perhitungan IKA dilakukan dengan menggabungkan hasil pemantauan kualitas air yang dilakukan KLHK dan Pemerintah Daerah. Data pemantauan merupakan hasil sampling kualitas air sungai sebanyak 537 titik pada 78 sungai di 34 Provinsi. Hasil evaluasi data pemantauan kualitas air sungai tersebut adalah status mutu air dan IKA per provinsi kemudian dihitung untuk IKA Nasional.Grafik IKA tiap Provinsi dapat dilihat pada Gambar 3.46

Gambar 3.46 Grafik Indeks Kualitas per provinsi Sumber: Direktorat PPA, 2019

Sumatra Utara 51.11Sumatra Selatan 64.45Sumatra Barat 53.19Sulawesi Utara 45.48Sulawesi Tenggara 50.55Sulawesi Tengah 62.59Sulawesi Selatan 58.40Sulawesi Barat 56.15Riau 53.55Papua Barat 53.89Papua 47.29Nusa Tenggara Timur 59.48Nusa Tenggara Barat 40.23Maluku Utara 53.61Maluku 57.56Lampung 55.74Kepulauan Riau 54.00

52.62Nilai IKA

Gambar 3.47 Grafik Indeks Kualitas Air Tahun 2015-2019Sumber: Direktorat PPU, 2019

53.10 53.20

52.62

50.2051.01

2015 2016 2017 2018 2019

Nilai IKA dipengaruhi oleh berbagai variabel antara lain: (a) penurunan beban pencemaran serta upaya pemulihan (restorasi) pada beberapa sumber air; (b) ketersedian dan fluktuasi debit air yang dipengaruhi oleh perubahan fungsi lahan serta faktor cuaca lokal, iklim regional dan global; (c) penggunaan air; dan (d) serta tingkat erosi dan sedimentasi. Sehingga dalam rangka meningkatkan Indeks Kualitas Air juga harus bersinergi dengan program dan kegiatan unit internal KLHK yang terkait, Kementerian terkait lainnya dan Pemerintah Daerah serta pelaku usaha.

Sasaran Program

Indikator Kinerja

Capaian Tahun 2015

Capaian Tahun 2016

Capaian Tahun2017

Capaian Tahun2018

Target Ren-

stra2015 -2019

Target renja 2019

TargetPK2019

Realisasi2019

Capaian Kinerja

(%)

Sasaran : Meningkatnya kualitas air

Indeks Kualitas Air Minimal 55

53,10 50,20 53,20 51,01 55,00 55,00 55,00 52.62 95,67

sedangkan grafik nilai IKA dari tahun ke tahun dapat dilihat pada Gambar 3.47 berikut ini.

Perhitungan IKA masih menggunakan data hasil pemantauan air secara manual dikarenakan parameter pemantauan kualitas air secara kontinyu (onlimo) belum bisa mengukur parameter total coliform dan fecal coliform.

Kalimantan Utara 52.22Kalimantan Timur 62.01Kalimantan Tengah 56.80Kalimantan Selatan 55.31Kalimantan Barat 50.00Jawa Timur 50.79Jawa Tengah 51.64Jambi 58.49Jawa Barat 45.59Gorontalo 57.20DKI Jakarta 41.94DI Yogyakarta 35.37Bengkulu 47.64Banten 43.11Bali 65.33Kep Bangka Belitung 69.29Nangroe Aceh Darussalam 60.56

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

80 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

Nilai IKA nasional saat ini sebesar 52,62,meningkat dibandingkan dengan IKA Nasional Tahun 2018 akan tetapi belum memenuhi target Renja 2019 sebesar 55. Faktor-faktor yang mempengaruhi memburuknya kualitas air adalah:1. Pertambahan beban pencemaran lebih tinggi

dibandingkan upaya penurunan beban pencemaran terutama terkait penurunan beban pencemaran dari kegiatan rumah tangga

2. Musim kemarau tahun 2019 cukup panjang, hal ini di tunjukkan dengan prakiraan musim hujan 2019-2020 dari BMKG yang menyimpulkan bahwa awal musim hujan 2019 - 2020 di 342 Zona Musim (ZOM) diperkirakan umumnya mulai bulan Oktober 2019 sebanyak 69 ZOM (20.2%), November 2019 sebanyak 161 ZOM (47.1% dan Desember 2019 sebanyak 79 ZOM (23.1%). Berdasarkan data tersebut musim

Tabel 3.32 Capaian Kinerja 2019 untuk Meningkatnya Kualitas Air

No Indikator Kinerja Kegiatan (IKK)

Capaian Tahun 2015

Capaian Tahun 2016

Capaian Tahun 2017

Capaian Tahun 2018

Target Renstra

2019

Target Renja 2019

Realisasi 2019

Capaian Renja

2019 (%)

Capaian Ren-stra 2015-2019 (%)

Kegiatan: Pengendalian Pencemaran Air

Sasaran Program: Meningkatnya Kualitas Air

Tersedianya informasi Data Kualitas Air

1 Sasaran: Terse-dianya Informasi Data Kualitas AIr(total target: 15 DAS)

2 DAS (Ciliwung, Citarum)

4 DAS (Ciliwung,

Serayu, Bengawan Solo, Cisa-

dane)

3 DAS (Asahan, Citarum, Sekam-pung)

3 DAS (Jen-

eberang, Musi,

Saddang

5 DAS 3 DAS 3 DAS (Citarum, Kapuas

dan Brantas)

100 80,00*

Membaiknya Kualitas Air Satu Kelas

2 Sasaran: Pengelolaan DAS Citarum (PROKASIH)

- - 3 lokasi (Ciliwung, Citarum, Asahan)

5 lokasi (Ciliwung, Citarum,

Danau Toba,

Danau Minanjau,

Danau Batur)

1 lokasi 5 lokasi 1 DAS 100 100

hujan tahun 2019 hanya selama 3 bulan sehingga 9 bulan sisanya adalah musim kemarau. Kondisi ini sangat berpengaruh debit sungai menjadi relatif lebih sedikit dan kualitas air sungai menjadi rendah.

3. Kewenangan pembangunan IPAL domestik skala perkotaan berada pada Ditjen Cipta Karya Kementerian PU-PR. Perbaikan koefisien rejim sungai (KRS) yaitu penurunan rasio maksimum/minimum debit air, penurunan tingkat erosi dan sedimentasi, penurunan koeffisien runoff menjadi kewenangan institusi yang lainnya, Kewenangan KLHK dalam pembangunan IPAL Usaha Skala Kecil (USK) dan domestik dalam bentuk pilot project.

Pencapaian target sasaran meningkatnya kualitas air ini didukung dengan capaian kinerja 2 (dua) Indikator Kinerja Kegiatan. Capaian kinerja setiap kegiatan dapat dilihat pada Tabel 3.32 berikut ini.

Sumber: Direktorat PPA, 2019Keterangan: *Target sampai dengan 2019 sebanyak 15 DAS

812015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Ketersediaan informasi kualitas air diperlukan untuk menentukan program prioritas dan kegiatan, selain sebagai informasi dini terhadap pencemaran yang terjadi di sumber air. Kualitas air diperoleh dengan melakukan pemantauan air sungai secara manual dan otomatis kontinu. Pemantauan kualitas air secara manual dapat dilakukan pada lebih banyak lokasi, sedangkan pemantauan menggunakan alat otomatis dapat dilakukan secara terus menerus, sesaat dan data yang diperoleh lebih banyak dalam satu titik pemantauan.

a) Pemantauan Kualitas Air Secara Kontinyu (Onlimo)Upaya untuk mengendalikan pencemaran air salah satunya adalah pemantauan kualitas air yang masuk ke sungai atau di lokasi aliran sungai. Pemantauan ini perlu dilakukan terus menerus dengan cara menganalisis kualitas air yang masuk atau yang berada pada aliran sungai secara periodik. Bila ada polutan yang masuk ke sungai atau kondisi sungai tercemar ekstrim dalam suatu waktu tertentu, pemerintah atau pihak yang berwenang dapat melakukan tindakan tanggap pencemaran untuk pengendalian pencemaran lingkungan. Data yang diperoleh sebagai dasar untuk menghitung adanya penurunan beban pencemaran adalah hal yang paling utama dibutuhkan. Data pemantauan dapat diperoleh dengan cara pemantauan manual maupun dengan cara kontinyu. Untuk mendukung hal tersebut, Ditjen PPKL sejak tahun 2015-2019 telah membangun sebanyak 26 unit alat monitoring kualitas air secara kontinu (Onlimo) pada 12 DAS prioritas (Tabel3.33). Contoh Onlimo yang dibangun pada Tahun 2019 dapat dilihat pada Gambar 3.48.

IKK 1Tersediannya Informasi Kualitas Air

Tabel 3.33 Pembangunan ONLIMO Tahun 2015-2019

No. Daerah Aliran Sungai (DAS) Jumlah Titik Lokasi Titik Tahun

1 Ciliwung 3 Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, DKI Jakarta 2015

Pintu Air Manggarai, Jakarta Selatan, DKI Jakarta 2015

Srengseng Sawah, Jakarta Selatan, DKI Jakarta 2016

2 Citarum 6 Majalaya, Kab. Bandung, Bandung, Jawa Barat 2015

Dayeuh Kolot, Kab. Bandung, Bandung, Jawa Barat 2017

PJT 2 Kabupaten Purwakarta 2019

Jembatan Alun2 Kabupaten Karawang 2019

Intake PDAM Kabupaten Bandung 2019

Intake PDAM Kota Bandung 2019

3 Cisadane 2 Kota Tangerang dan Kota Bogor, Jawa Barat 2016

4 Serayu 2 Kab. Wonosobo dan Kab. Banyumas, Jawa Tengah 2016

5 Bengawan Solo 2 Kab. Lamongan dan Kab. Sukoharjo, Jawa Tengah 2016

6 Way Sekampung 2 Bendung Jabung, Kab. Lampung, Lampung 2017

Bendung Agroguruh, Kab. Pesawaran, Lampung 2017

7 Danau Toba 3 Ajibata dan Marom, Kab. Toba Samosir, Sumatera Utara 2017

Bendung Siruar, Intake PLTA Inalum, Kab. Toba Samosir, Sumatera Utara 2017

8 Jeneberang 1 PDAM Tirta In Take Kota Makassar Kecamatan Mangasa, Kelurahan Tamalate Provinsi Sulawesi Selatan

2018

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

82 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

No. Daerah Aliran Sungai (DAS) Jumlah Titik Lokasi Titik Tahun

9 Sadang 1 PDAM Tana Toraja Kabupaten Tana Toraja Provinsi Sulawesi Selatan 2018

10 Musi 1 PDAM Tirta Musi In Take Ogan Kecamatan Pesanggarahan, Kab. Gandis Provinsi Sumatera Selatan

2018

11 Kapuas 1 Intake PDAM Kota Pontianak 2019

12 Brantas 2 Intake PDAM Tawangsari Kabupaten Sidoarjo 2019

Intake PDAM Kota Surabaya 2019

TOTAL 26

Gambar 3.48 Pembangunan ONLIMO di Intake PDAM Kota PontianakSumber: Direktorat PPA, 2019

Pelaksanaan pemantauan otomatis bertujuan untuk memberikan informasi kepada masyarakat berkaitan dengan perubahan kualitas air pada sumber air secara cepat, kontinu dan online serta sebagai instrumen peringatan dini (early warning). Sehingga masyarakat dapat memperoleh data kualitas air real time, kecenderungan kualitas air dalam jangka pendek dan status mutu air dalam waktu pendek (per jam atau harian). Data yang diperoleh dari pemantauan secara real time dari alat ini selanjutnya di entry dan dikelola dengan basis website dan android.

Pada saat pemasangan peralatan Onlimo, kendala yang dialami antara lain saat penentuan lokasi terutama terkait dengan status lahan dan keamanan. Dengan demikian peran pemerintah daerah sebagai penanggung jawab wilayah harus dilibatkan agar penetapan lokasi yang tepat dapat terpenuhi. Titik pemasangan saat ini dititipkan di PDAM setempat yang memanfaatkan air sungai sebagai bahan bakunya. Pembangunan Onlimo sampai dengan Tahun 2019 sudah dibangun di 15 DAS prioritas dengan rincian 26 unit Onlimo (di 12 DAS prioritas) sudah dibangun dengan menggunakan dana APBN dan 3 DAS yaitu DAS Siak. DAS Limboto, dan DAS Moyo dengan menggunakan Anggaran Dana Alokasi Khusus (DAK). Jumlah stasiun Onlimo yang dibangun tahun 2019 lebih banyak dibandingkan tahun 2018 dikarenakan ada penambahan anggaran pada pertengahan tahun 2019. Rencana pemasangan Onlimo Tahun 2020 sebanyak 71 titik. Pemilihan lokasi penempatan Onlimo berdasarkan sumber pencemar dominan dan intake baku air minum di 15 DAS prioritas. Status mutu air pada lokasi Onlimo yang telah dibangun sampai dengan Tahun 2019 dapat dilihat melalui website https://ppkl.menlhk.go.id/onlimo-2018. Tren status mutu air sungai dapat dilihat pada Gambar 3.49 berikut ini.

Gambar 3.49 Tren Status Mutu Air Sungai (%) Sumber: Direktorat PPA, 2019

Memenuhi Cemar Ringan Cemar Sedang Cemar Berat2015 0.7 4.10 15.63 74.492016 2.30 6.13 23.62 67.942017 2.01 6.52 18.23 73.242018 0.00 7.63 35.61 58.822019 5.1 10.51 31.09 53.28

Sumber: Direktorat PPA, 2019

832015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Untuk menurunkan beban pencemaran, maka harus diketahui terlebih dahulu beban pencemaran eksisting yang ada di sungai tersebut melalui inventarisasi dan identifikasi sumber pencemar. Selanjutnya harus ditetapkan Daya Tampung Beban Pencemaran (DTBP) apabila akan meningkatkan status atau kelas air di sungai tersebut. Daya tampung beban pencemaran dapat digunakan untuk menghitung alokasi beban

pencemaran yang diperbolehkan masuk ke sungai dari masing-masing sumber pencemar. Alokasi beban pencemaran tersebut akan dijadikan dasar oleh seluruh stakeholder untuk membuat program pengendalian pencemaran air. Dalam menentukan DTBP memerlukan data yang cukup banyak yaitu data sumber pencemar, kondisi hidrologis, peruntukan lahan, debit sungai, panjang dan lebar sungai. Pada Tabel 3.34 dapat dilihat jumlah DAS yang telah ditetapkan DTBPnya.

Tabel 3.34 Perhitungan dan Penetapan DTBP Tahun 2015-2019

No. DAS Tahun Perhitungan Keterangan

1 Ciliwung 2015 SK.298/Menlhk/Setjen/PKL.1/6/2017

2 Cisadane 2015 SK.299/Menlhk/Setjen/PKL.1/6/2017

3 Citarum 2015 SK 300/Menlhk/Setjen/PKL.1/6/2017

4 Bengawan Solo 2016 SK.315/Menlhk/Setjen/KUM.1/7/2018

5 Brantas 2016 SK.316/Menlhk/Setjen/KUM.1/7/2018

6 Kapuas 2016 SK.317/Menlhk/Setjen/KUM.1/7/2018

7 Siak 2017 SK.318/Menlhk/Setjen/KUM.1/7/2018

8 Sekampung 2017 SK.530/Menlhk/Setjen/KUM.1/7/2019

9 Asahan 2017 SK.529/Menlhk/Setjen/KUM.1/7/2019

10 Sadang 2018 SK.18/Menlhk/Setjen/KUM.1/1/2020

11 Serayu 2018 SK-17/Menlhk/Setjen/KUM.1/1/2020

12 Limboto 2019 Kajian DTB dan ABP Sungai Limboto

13 Musi 2019 Kajian DTB dan ABP Sungai Musi

14 Jeneberang 2019 Kajian DTB dan ABP Sungai Jeneberang

15 Moyo 2019 Kajian DTB dan ABP Sungai MoyoSumber: Direktorat PPA, 2019

b) Daya Tampung beban Pencemaran (DTBP)

Untuk menetapkan alokasi beban pencemaran di suatu sungai dibutuhkan data untuk mengetahui daya tampung dan alokasi beban pencemaran yang memiliki tahapan yaitu a) Analisis hasil pemantauan kualitas air; b) Inventarissi dan identifikasi sumber pencemar; c) Perhitungan beban pencemaran aktual; d) Perhitungan daya tampung beban pencemaran; e) Perhitungan alokasi beban pencemaran dan f) Penyusunan rekomendasi intervensi pemenuhan alokasi beban pencemar.

Target perhitungan Daya Tampung Beban Pencemaran dan Alokasi Beban Pencemaran tahun 2019 di 4 (empat) sungai, yaitu Sungai Jeneberang, Limboto, Musi dan Moyo. Perhitungan DTBP masing-masing sungai diuraikan berikut ini.

Tabel 3.35 Beban Pencemaran masing-masing Kabupaten di DAS Jeneberang

No Kabupaten Beban Pencemarankg/hari

Persentase (%)

1 Makassar 701,45 33,14

2 Takalar 31,42 1,48

3 Gowa 1348.59 65,39

Total 2117,45 100,00

Sumber: Direktorat PPA, 2019

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

84 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

1. Sungai Jeneberang

Daerah Aliran Sungai (DAS) Jeneberang memiliki luas 788,83 km2 yang meliputi 3 Kabupaten, yaitu Kabupaten Makassar (32,22 km2), Kabupaten Takalar (14,70 km2), dan Kabupaten Gowa (740,46 km2). Sumber pencemar yang mempengaruhi DAS Jeneberang dapat dilihat pada Gambar 3.50 Beban pencemaran eksisting (aktual) yang terdapat di Sungai Jeneberang sebesar 2117,45kg/hari,dengan rincian dapat dilihat pada Tabel 3.35 berikut ini.

Alokasi beban pencemaran Sungai Jeneberang sebesar 178.11 kg/hari, dari nilai DTBP sebesar 266,37 kg/hari dan beban pencemaran aktual sebesar 270,54 kg/hari sehingga beban pencemaran yang harus diturunkan sebesar 4,17 kg/hari.Penurunan beban pencemaran berdasarkan sektornya, yaitu rumah tangga harus menurunkan sekitar 1,66 kg/ hari, peternakan 0,82 kg/hari, pertanian 0,21 kg/hari, dan industry

Gambar 3.50 Sumber Pencemar Utama di DAS JeneberangSumber: Direktorat PPA, 2019

49%

28%

10%

2%2%Peternakan

8%

1%

Pertanian

Rumah Tangga

Sampah

Hotel

Rumah Sakit Industri

2. Sungai Moyo DAS Moyo memiliki luas 790.036 km2 yang meliputi 12 kecamatan Kecamatan Lantung,Lape, Lenangguar, Lopok,

Maronge, Moyo Utara, Moyohilir, Moyohulu, Plampang, Ropang, Sumbawa, dan Unter Iwes serta melintasi sebanyak 55 daerah administrasi desa. Sumber pencemar yang mempengaruhi DAS Moyo dapat dilihat pada Gambar 3.51 Beban pencemaran eksisting (aktual) yang terdapat di Sungai Moyo sebesar4,39kg/hari,dengan rincian dapat dilihat pada Tabel 3.36 berikut ini.

Tabel 3.36 Beban Pencemaran masing-masing Kecamatan di DAS Moyo

No Segmen Kecamatan Beban Pencemaran

kg/hari

Persentase (%)

1 Segmen 1 Moyohilir 1 0.96 21,87

Lopok 0.25 5,69

2 Segmen 2 Moyo Utara 1 1.19 27,11

3 Anak Sungai

Moyohilir 2 1.59 36,22

Moyo Utara 2 0.40 9,11

Total 4.39 100,00Gambar 3.51 Sumber Pencemar Utama di DAS Moyo

Sumber: Direktorat PPA, 2019

31%

42%

0%

0% 27%Peternakan

0%

0%

Pertanian

Rumah Tangga

Sampah

Hotel

Rumah SakitIndustri

Alokasi beban pencemaran Sungai Moyo sebesar 2,18 kg/hari, dari nilai DTBP sebesar 17,34 kg/hari dan beban pencemaran aktual sebesar 4,39 kg/hari yang artinya DTBP Sungai Moyo secara keseluruhan masih bisa menampung, kecuali segmen anak sungai. Penurunan beban pencemaran berdasarkan segmen, adalah Segmen anak sungai , di Kecamatan Moyohilir 2 sebesar 0,21 kg/ hari dan Kecamatan Moyo Utara 2 sebesar 0,05 kg/hari.

Sumber: Direktorat PPA, 2019

852015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

3. Sungai Limboto Daerah Aliran Sungai (DAS) Limboto memiliki luas 2746,9975 km2 yang

meliputi 2 Provinsi yaitu Provinsi Gorontalo dan Sulawesi Utara. DAS Limboto mencakup area beberapa kabupaten, diantaranya Kabupaten Gorontalo, Gorontalo Utara, Kota Gorontalo, Bone Bolango, serta Bolaang Mongondo Selatan. Perhitungan DTBP dilakukan untuk 2 sub DAS Limboto yaitu DAS Alo dan DAS Bone Bolango. Sumber pencemar yang mempengaruhi DAS Alo dapat dilihat pada Gambar 3.52 Sumber pencemar yang mempengaruhi DAS Bone Bolango dapat dilihat pada Gambar 3.53 Beban pencemaran eksisting (aktual) yang terdapat di DAS Alo sebesar 286.67 kg/hari (Tabel 3.38), sedangkan Beban pencemaran eksisting (aktual) yang terdapat di DAS Bone Balongo sebesar 60.98 kg/hari (Tabel 3.37).

Tabel 3.38 Beban Pencemaran masing-masing Kecamatan di DAS Alo

Segmen

Beban Pencema-

ran (kg/hari)

Persentase (%)

Segmen 1 16.24 5,66%

Segmen 2 45.36 15,82%

Segmen 3 30.92 10,79%

Segmen 4 3.08 1,07%

Segmen 5 68.59 23,93%

Segmen 6 13.72 4,79%

Segmen 7 33.92 11,83%

Segmen 8 48.51 16,92%

Segmen 9 26.34 9,19%

Total 286.67 100%

Sumber: Direktorat PPA, 2019

Segmen Beban Pencemaran (kg/hari)

Persentase (%)

Segmen 1 1.35 2,21%

Segmen 2 59.63 97,79%

Total 60.98 100%

Tabel 3.37 Beban Pencemar BOD tiap Segmen di DAS Bone Bolango

Sumber: Direktorat PPA, 2019

Gambar 3.52 Sumber Pencemar Utama di DAS AloSumber: Direktorat PPA, 2019

Poin Source

31%

10%

5% 6%Peternakan

Pertanian

Rumah Tangga

Gambar 3.53 Sumber Pencemar Utama di Bone BolangoSumber: Direktorat PPA, 2019

Poin Source2%

67%

25%

6%Peternakan

Pertanian

Rumah Tangga

Alokasi beban pencemaran Sungai Alo sebesar 1925,75 kg/hari, dari nilai DTBP sebesar 1050.42 kg/hari dan beban pencemaran aktual sebesar 286,67 kg/hari sehingga beban pencemaran yang harus diturunkan sebesar 4,17 kg/hari. Penurunan beban pencemaran berdasarkan sektornya, yaitu rumah tangga harus menurunkan sekitar 88.24 kg/ hari, peternakan 45.45 kg/hari, pertanian 629.16 kg/hari, dan point sources 49.47 kg/ hari.

Alokasi beban pencemaran Sungai Bone Bolango sebesar 1,81 kg/hari, dari nilai DTBP sebesar 1.76 kg/hari dan beban pencemaran aktual sebesar 2.59 kg/hari sehingga beban pencemaran yang harus diturunkan sebesar diturunkan sebesar 0,83 kg/hari.Penurunan beban pencemaran berdasarkan sektornya, yaitu rumah tangga harus menurunkan sekitar 0.56 kg/ hari, peternakan 0.05 kg/hari, pertanian 0.02 kg/hari, dan point sources 0.21 kg/ hari.

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

86 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

Tabel 3.39 Beban Pencemaran masing-masing Kabupaten/Kota wilayah Provinsi Sumatera Selatan di DAS Musi

No Kabupaten/Kota Beban Pencemarankg/hari

Persentase (%)

1 Rejang Lebong 3.319,23 2,132

2 Kabupaten Kepahiang

399,07 0,256

3 Empat Lawang 12.237,45 7,861

4 Kab. Musi Rawas 28.254,82 18,151

5 Kab. Musi Banyuasin

12.493,30 8,026

6 Kab. Banyuasin 50.236,11 32,272

7 Palembang 48.724,48 31,301

Total 158.983,69 100,00

Sumber: Direktorat PPA, 2019

4. Sungai Musi Daerah Aliran Sungai (DAS) Musi memiliki luas

5.844.4,5708 km2 yang meliputi 4 wilayah Provinsi yaitu Provinsi Sumatera Selatan, Bengkulu, Jambi dan Provinsi Lampung. DAS Musi di Provinsi Sumatera Selatan mencakup 4 (empat) kota dan 11 (sepuluh) kabupaten. DAS Musi di Provinsi Bengkulu mencakup dua kabupaten, yaitu Kabupaten Rejang Lebong dan Kapahiang, di Provinsi Jambi mencakup tiga kabupaten, yaitu Kabupaten Muaro Jambi, Sarolangun, dan Kabupaten Batanghari dan di Provinsi Lampung hanya mencakup satu kabupaten, yaitu Kabupaten Lampung Barat yang hanya sebagian kecil dari wilayah DAS Musi. Sumber pencemar di Wilayah Provinsi Sumatera Selatan yang mempengaruhi DAS Musi dapat dilihat pada Gambar 3.54 Beban pencemaran per Kabupaten/Kota wilayah Provinsi Sumatera Selatan di DAS Musi dapat dilihat pada Gambar 3.55 Beban pencemaran eksisting (aktual) yang terdapat di wilayah Provinsi Sumatera Selatan di DAS Musi sebesar 158.983,69 kg/hari, dengan rincian dapat dilihat pada Tabel 3.39 berikut ini.

Gambar 3.55 Beban Pencemaran Per Kabupaten/Kota di DAS Musi

Sumber: Direktorat PPA, 2019

2.13%Rejang lebong

0.26%Kabupaten Kepahiang

7.86%Empat lwawang

18.15%Kab. Musi Rawas

8.03%Kab. Musi Banyuasin

32.27%Kab. Banyuasin

31.30%Palembang

Gambar 3.54 Sumber Pencemar Utama wilayah Sumatera Selatan di DAS Musi

Sumber: Direktorat PPA, 2019

0.13%24.68%

7.69%

1.06%

0.03%

0.14%Hotel

63.39%2.88%

PertanianPerikanan

Rumah Sakit

Pertanian

Industri

Sampah

Domestik

Alokasi beban pencemaran Sungai Musi masih bisa menampung beban BOD sebesar 248.808 kg/hari, dari nilai DTBP sebesar 404.471 kg/hari dan beban pencemaran aktual sebesar 155.663 kg/hari.

872015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

c) Instalasi Plasma Nanobubble. Salah satu upaya yang dilakukan KLHK dalam

meningkatkan kualitas air sungai dengan cara membangun alat yang berfungsi untuk membantu penguraian dan meningkatkan kadar oksigen terlarut di dalam air, yaitu plasma nanobubble. Teknologi ini terdiri dari dua sub-sistem, yaitu: Plasma Generator dan Nano Bubble Generator. Nano bubble generator berfungsi untuk menambahkan oksigen terlarut dalam kolom air sebanyak 22 meter kubik per jam sehingga dapat mengaktifkan mikroorganisme pengurai yang hidup di kolom air maupun sedimen. Plasma Nanobubble sendiri membantu menguraikan bakteri penyebab bau, setelah itu bekerja untuk memberikan oksigen sehingga ekosistem dapat hidup kembali. Teknologi ini dapat menurunkan kadar Biochemical Oxygen Demand (BOD),[Chemical Oxygen Demand (COD), Total Suspended Solid (TSS), Nitrogen (N), Fosfor (P), bakteri coli, nutrient dan logam berat secara signifikan. Sedangkan untuk meningkatkan nilai DO dapat dilakukan aerasi atau nano buble yang menambah gelembung udara super halus sehingga mampu mengurangi bau air.

Pada tahun 2019 KLHK telah membangun Nanobubble pada 2 (dua) lokasi yaitu Tukad Badung dan Situ Gintung. Tukad Badung merupakan salah satu sungai besar dari tiga sungai yang melintas di wilayah Kota Denpasar. Daerah pengaliran Tukad Badung mulai dari hulu sampai muara memiliki luas DAS adalah 35,80 km2 dan panjang sungai utama adalah 22.17 km. Tukad Badung memiliki fungsi ganda yaitu sebagai sumber air irigasi dan juga sebagai saluran pembuangan. Sebagian besar alur sungainya merupakan daerah permukiman, sehingga sungai berfungsi sebagai saluran pembuangan, seperti pembuangan sampah, limbah rumah tangga dan limbah industri. Lokasi penerapan Plasma Nanobubblesystem untuk restorasi Tukad Badung di bawah Jembatan Jalan Gajahmada, di sebelah Pasar Badung (Gambar 3.56). Sumber pencemaran dominan di Situ Gintung berasal dari air limbah domestik dan banyaknya sampah di Situ Gintung mengakibatkan kualitas air menjadi tercemar hingga menimbulkan bau tidak sedap. Upaya peningkatan kualitas air Situ Gintung dilakukan dengan pemasangan teknologi alternatif yang digunakan untuk mengolah air permukaan yaitu menggunakan Lahan Basah (Wetland) Buatan atau teknologi Plasma Nanobubble tersebut. (Gambar 3.57)

Gambar 3.57 Instalasi Plasma Nanobubble di Situ GintungSumber: Direktorat PPA, 2019Gambar 3.56 Instalasi Plasma Nanobubble di Tukad Badung

Sumber: Direktorat PPA, 2019

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

88 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

Kegiatan ini dilaksanakan dengan melakukan evaluasi kinerja pengendalian pencemaran air untuk pemenuhan baku mutu 1.500 industri. Tahun 2019 jumlah peserta PROPER mencapai 2.045 industri dengan rincian 1.388 industri diawasi langsung oleh 32 Provinsi, 657 industri dilakukan verifikasi dan evaluasi oleh KLHK melalui mekanisme Penilaian Mandiri maupun kunjungan langsung ke industri.

Sebanyak 2.045 industri telah dilaksanakan evaluasi kinerja penaatan dengan hasil yaitu 1.708 memenuhi baku mutu air limbah dan yang tidak memenuhi baku mutu air limbah sebesar 305 industri. Jumlah industri yang dievaluasi kinerjanya pada tahun 2019 ditargetkan sebanyak 1.500 industri dengan capaian 85%, seperti dijelaskan dalam Tabel 3.40 berikut ini.

d) Peningkatan Proporsi Jumlah Industri yang Memenuhi Baku Mutu Air Limbah.

PROPER dapat mencapai keberhasilan dengan peningkatan presentase ketaatan rata-rata selama 4 tahun yaitu dari 2003 s/d 2007 sebesar 63%, kemudian 2009 s/d 2012 sebesar 72%, dan 2013 s/d 2016 sebesar 73%. Selama 5 tahun terakhir persentase ketaatan sebesar 84,2%.

Tabel 3.40 Persentase Tingkat Penaatan Industri Terhadap Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah

Tahun Jumlah Industri di Evaluasi

Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah

Taat Tidak Taat

2015 - 2016 1.895 1.549 89

2016 - 2017 1.786 1.524 85

2017 - 2018 1.888 1.705 183

2018 – 2019 2.045 1.708 305

Sumber : Direktorat PPA, 2019

Gambar 3.58 Bimbingan Teknis Bagi Pelaku Usaha dan Atau Kegiatan Industri Di Provinsi Kepulauan Riau

Sumber: Direktorat PPA, 2019

Keberhasilan industri dalam memenuhi baku mutu air limbah dengan memahami peraturan terkait pengelolaan air limbah sehingga dapat melakukan optimalisasi kinerja pengolahan air limbah di industrinya secara komprehensif Oleh sebab itu diperlukan sumber daya manusia yang kompeten, komitmen pimpinan industri dan ketersediaan anggaran untuk investasi pembangunan pengolahan air limbah yang layak dan memenuhi standar. Untuk meningkatkan sumber daya manusia yang kompeten dalam pengendalian pencemaran air telah dilakukan Bimbingan Teknis (Gambar 3.58) sebagai berikut :1. Bimbingan Teknis Peningkatan kinerja pengendalian

pencemaran air dari industri sawit dan pulp & paper 2. Peningkatan kapasitas bagi pemerintah daerah

dan pelaku usaha dan atau kegiatan dalam rangka percepatan kualitas air sungai Cileungsi, Sungai Cikeas dan Kali Bekasi.

3. Bimbingan Teknis bagipelaku usaha dan atau kegiatan Industri di Provinsi Kepulauan Riau, agar dapat meningkatkan kinerja pengendalian pencemaran air.

892015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.80/Menlhk/Setjen/Kum.1/10/2019 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.93/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2018 tentang Pemantauan Kualitas Air Limbah Secara Terus Menerus dan Dalam Jaringan Bagi Usaha dan / atau Kegiatan (SPARING) disebutkan bahwa, untuk memperoleh informasi yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup secara benar, akurat, terbuka dan tepat waktu serta

ketaatan mengenai baku mutu lingkungan hidup dan/atau baku kerusakan lingkungan hidup, perlu dilakukan pemantauan kualitas air limbah secara terus menerus dan dalam jaringan bagi usaha dan/atau kegiatan. Hasil uji konektivitas terdapat sejumlah 19 perusahaan yang mendaftar, 16 dinyatakan lulus suji konektivitas. Infrastuktur sistem SPARING dapat dilihat sebagaimana Gambar 3.59 Sistem Pemantauan Kualitas Air Limbah Secara Terus Menerus Dan Dalam Jaringan Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan (SPARING) dapat dilihat pada laman website yaitu http://sparing.ppkl.menlhk.go.id/cpanel.

e) Pemantauan Kualitas Air Limbah Secara Terus Menerus dan Dalam Jaringan Bagi Usaha dan/Atau Kegiatan (SPARING)

Gambar 3.59 Infrastruktur Sistem SPARING

f) Izin Pembuangan Air Limbah dengan Cara Injeksi.

Tahun 2019 terdapat 4 perusahaan yang mengajukan izin pembuangan air limbah dengan cara injeksi yaitu 1 (satu) industri mengajukan izin baru (Ophir Indonesia (Bangkanai) Limited) , 3 (tiga) industri mengajukan izin perpanjangan (PPT. Chevron Pacific Indonesia(4 sumur), PT. Chevron Pasific Indonesia(11 sumur) dan PT. Chevron Pasific Indonesia(26 sumur). Untuk Perusahaan Medco E&P Natuna,Ltd telah terbit perpanjangan ijinnya. Status pengajuan izin pembuangan air limbah dengan cara injeksi dapat dilihat pada Tabel 3.41 berikut.

Sumber: Direktorat PPA, 2019

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

90 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

Tabel 3.41 Status Pengajuan Izin Pembuangan Air Limbah Dengan Cara Injeksi

No Nama Industri Jenis Industri

Status

1 Medco E&P Natuna,Ltd Migas Terbit Izin No. SK. 876/MENLHK/ SETJEN/PLA.4/10/2019 tanggal 18 Oktober 2019

2 PT. Chevron Pacific Indonesia(4 sumur) Migas Telah dilakukan pembahasan teknis

3 PT. Chevron Pasific Indonesia(11 sumur) Migas Telah dilakukan pembahasan teknis

4 PT. Chevron Pasific Indonesia(26 sumur) Migas Telah dilakukan pembahasan teknis

5 Ophir Indonesia (Bangkanai) Limited Migas Perusahaan mengajukan permohonan ijin ke KLHK pada September 2019

g) Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).

1) Pembangunan IPAL Domestik Kegiatan tahun 2019 yang dilakukan untuk menurunkan beban pencemar air limbah domestik adalah

Pembangunan IPAL Domestik Komunal sebanyak 72 unit di 53 Kabupaten/Kota pada 8 DAS prioritas. Pembangunan IPAL Domestik tersebut dapat menurunkan beban pencemaran sekitar 80%. Total penurunan beban pencemaran air limbah domestik pada tahun 2015- 2019 dapat dilihat pada Tabel 3.42 berikut ini.

Sumber: Direktorat PPA, 2019

Lokasi Pembangunan Jumlah (unit) DAS Penurunan Beban PencemaranBOD (Ton/Tahun)

Tahun 2019

Kabupaten Bandung 1 1 Citarum 5.26

Kabupaten Bandung 2 1 Citarum 4.09

Kebun Ilmu, Kabupaten Purwakarta 1 Citarum 2.34

SMKN Tegalwaru kabupaten Purwakarta 1 Citarum 2.34

SD Muhammadioyah Bidara Cina, Jakarta Timur 1 Ciliwung 2.34

Wetland Situ Pladen, Kecamatan Beji, Kota Depok 1 Ciliwung 9.08

Ponpes Nurul Hikmah Al Jufri, Kab. Bogor 1 Cisadane 2.34

Ponpes Nurul Fatwa, Tenjolaya, Kab. Bogor 1 Cisadane 2.34

Ponpes Al Fallah, Desa Batu Dayung, Cibatok I. Kab. Bogor 1 Cisadane 2.34

Desa Rubak, Kec. Rumpin, Kab. Bogor 1 Cisadane 2.34

Universitas Islam Lamongan 1 Bengawan Solo 9.34

Ponpes Roudlotuth Tholibun Wathulab, Kab. Wonosobo 1 Serayu 2.34

Kabupaten Musi Rawas Utara, Provinsi Sumatera Selatan 1 Musi 2.34

Kabupaten Musi Rawas, Provinsi Sumatera Selatan 1 Musi 2.34

Kota Lubuk Linggau, Provinsi Sumater Selatan 1 Musi 2.34

Ponpes Itihadul Muslimin, Kabupaten Siak 1 Siak 2.34

SDN 10 Tolok, Kab. Landak 1 Kapuas 2.34

Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat 1 Kapuas 2.34

Kabupaten Kubu Raya, Provinsi Kalimantan Barat 1 Kapuas 2.34

Al Istiqomah, Kutoarjo, Kab. Purworejo 1 - 2.34

TPA Jatibarang, Kecamatan Mijen, Kab Semarang 1 - 2.34

Tabel 3.42 Penurunan Beban Pencemaran Air Limbah Domestik Tahun 2015-2019

912015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Lokasi Pembangunan Jumlah (unit) DAS Penurunan Beban PencemaranBOD (Ton/Tahun)

Kecamatan Bontang Utara, Kota Bontang 1 - 2.34

Pandeglang, Kabupaten Serang 1 - 2.34

Dusun Jiwan, Kab. Medari, Kec. Ngadirejo, Kab. Temanggung 1 - 2.34

Ponpes Darul Hijrah, Kabupaten Banjar 1 - 9.34

Kota Medan 1 - 2.34

Pesantren Darul Qur'an, Kabupaten Deli Serdang 1 - 2.34

SMP Teladan, Tebing Tinggi 1 - 2.34

Pesantren Al Hasymiah, Kabupaten Serdang Bedagai 1 - 2.34

YPI Irsyadul Mubtadin, Kabupaten Lebak 1 - 2.34

Yayasan Marhadatillah Almumtajah, Kabupaten Pandeglang 1 - 2.34

Rusunawa Kota Ternate 1 - 2.34

Asrama Polres Kabupaten Halmahera Selatan 1 - 2.34

Desa Amasing, Kota Barat, Kabupaten Halmahera Selatan 1 - 2.34

Gereja Distrik Ilaga, Kabupaten Puncak Jaya 1 - 2.34

SMK Amamapare, Kabupaten Mimika 1 - 2.34

Masjid Al Fitra, Kabupaten Mimika 1 - 2.34

Masjid Al Hag, Kabupaten Mimika 1 - 2.34

SMA St Thomas Aquinas, Kab. Bengkayang 1 - 2.34

SMA Negeri 1, Kota Singkawang 1 - 4.67

Bukit Rosowulan, Kec. Panggang, Gunung Kidul 1 - 2.34

Balai Desa Mardi Geni, Desa Gari, Kab. Gunung Kidul 1 - 2.34

Masjid Al Huda, Desa Gari, Kab. Gunung Kidul 1 - 2.34

Masjid Al Hidi, Desa Karangrecek, Kab. Gunung Kidul 1 - 2.34

Keluraan Sedayu, Kab. Gunung Kidul 1 - 2.34

SDN Telaga Pangeh, Kota Ambon 1 - 2.34

Masjid Jami Liang, Kab. Maluku Tengah 1 - 2.34

SD Kristen Waesamu, Kairatu Barat, Kab Seram Bagian Bagian Barat

1 - 2.34

Tual, Kab. Maluku Tenggara 1 - 2.34

Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur 1 - 4.67

Kabupaten Paser, Provinsi Kalimantan Timur 1 - 4.67

Universitas Pare-Pare, Kota Pare-Pare 1 - 2.34

Sekolah Tinggi Muhammadiyah, Bulukumba 1 - 2.34

Desa Sudirman Kab. Maros 1 - 2.34

Kabupaten Wajo 1 - 2.34

SMA Negeri 2 Atambua, Kab. Belu 1 - 2.34

SDN Katholik Nela, Kab. Belu 1 - 2.34

SDN Katholik Buitasik, Kab. Belu 1 - 2.34

SMK YAPPI Wonosasri, Gunung Kidul 1 - 2.34

Pondok Pesantren Al Anwar, Bantul 1 - 2.34

SMA Negeri Tiakur, Kec. Moa Lakor, Kab. Maluku Barat Daya 1 - 2.34

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

92 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

Lokasi Pembangunan Jumlah (unit) DAS Penurunan Beban PencemaranBOD (Ton/Tahun)

SMA Negeri Lemola, Kec. Leti, Kab. Maluku Barat Daya 1 - 2.34

Kabupaten Pangkajene Kepulauan, Provinsi Sulawesi Selatan 1 - 2.34

Kabupaten Sinjai, Provinsi Sulawesi Selatan 1 - 2.34

Kabupaten Soppeng, Provinsi Sulawesi Selatan 1 - 2.34

Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan 1 - 2.34

Pondok Pesantren Al-maunah, Kab. Kulonprogo, Provinsi DI Yogyakarta

1 - 2.34

Pondok Pesantren Al-Anwar Kab. Bantul, Provinsi DI Yogyakarta 1 - 2.34

Pondok Pesantren Al-Qodir, Kab. Sleman, Provinsi DI Yogyakarta 1 - 2.34

Kabupaten Way Kanan, Provinsi Lampung 1 - 2.34

Kabupaten Kepulauan Aru, Provinsi Maluku 1 - 2.34

Kabupaten Maluku Tenggara Barat 1 - 2.34

Jumlah 72 212.32

Tahun 2018

Kota Tangerang Selatan 1 Cisadane 2.34

Kabupaten Bogor 1 Cisadane 2.34

Kabupaten Bogor 1 1 Cisadane 2.34

Kabupaten Bogor 1 1 Cisadane 2.34

Kabupaten Bogor 1 1 Cisadane 4.09

Kabupaten Bogor 2 1 Cisadane 4.09

Kabupaten Bogor 2 1 Cisadane 3.74

Kota Jakarta Utara, SMK PGRI 17 1 Cliwung 2.92

Kota Jakarta Utara, Yayasan Ar Rosyidiyah, Koja, 1 Ciliwung 2.92

Kota Jakarta Barat, SMA Negeri 78 1 Ciliwung 2.92

Kota Jakarta Pusat, Kanal Plasa Masjid Istiqlal 1 Ciliwung 7.01

Kabupaten Lamongan, Pondok Pesantren Al Fattah 1 Bengawan Solo 4.38

Kabupaten Tuban, Pesantren Mansaul Huda 1 Bengawan Solo 2.34

Kabupaten Tuban, Pesantren Darul Ullum Khodijatul Kubro 1 Bengawan Solo 2.34

Kabupaten Bojonegoro 1 Bengawan Solo 2.34

Kota Makassar 1 Jeneberang 2.92

Kabupaten Wonosobo 1 Serayu 5.26

Kabupaten Bengkalis, Pondok Pesantren Pasiran Bantan, 1 Siak 4.38

Kabupaten Musi Banyuasin, Perumahan Vila Bukit Sejahtera, Sekayu,

1 Musi 3.85

Kabupaten Sumbawa 1 Moyo 2.34

Kabupaten MarosLapas Kelas II 1 - 3.50

Kabupaten Serang 1 - 3.50

Kabupaten Sambas 1 - 3.50

Kabupaten Soppeng 1 - 3.50

Kabupaten Bantaeng 1 - 3.50

Kota Singkawang 1 - 3.50

Kabupaten Sleman 1 - 3.50

932015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Lokasi Pembangunan Jumlah (unit) DAS Penurunan Beban PencemaranBOD (Ton/Tahun)

Provinsi NTT, Pulau Rinca 1 - 1.17

Kabupaten Jember, Pondok Pesantren As Syifa 1 - 7.01

Kabupaten Jember, Pondok Pesantren At Tanwir 1 - 2.69

Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan, Pondok Pesantren Darussalam

1 - 5.84

Kabupaten Bangka Tengah 1 - 4.09

Kota Cirebon 1 - 4.09

Kabupaten Sleman 1 - 4.09

Kabupaten Tegal 1 - 2.34

Kota Biak 1 - 3.50

Kota Pangkal Pinang 1 - 2.34

Kabupaten Bangka Barat 1 - 2.34

Kabupaten Bangka Timur 1 - 2.34

Kabupaten Bangka Induk 1 - 2.34

Kabupaten Wajo 1 - 2.34

Kabupaten Barru 1 - 2.34

Kabupaten Kulonprogo 1 - 2.34

Kabupaten Gunung Kidul 1 - 2.34

Kabupaten Sleman 1 - 2.34

Kabupaten Bantul 1 - 2.34

Kabupaten Jeneponto 1 - 3.50

Jumlah 47 8 153.36

Tahun 2017

Kabupaten Mandailing Natal, Pesantren 1 - 46.72

Kabupaten Bogor 2 Ciliwung 12.85

Kabupaten Sukoharjo 1 Bengawan Solo 2.16

JUMLAH 4 2 61.73

Tahun 2016

Kabupaten Mandailing Natal, Pesantren 1 - 4.67

Jumlah 1 - 4.67

Tahun 2015

Kabupaten Bandung 1 Citarum 3.50

Kabupaten Bogor 1 Ciliwung 3.50

Kabupaten Bogor 1 Cisadane 4.67

Kota Malang 1 Brantas 4.67

Jumlah 4 4 16.35

TOTAL 124 432,34

Sumber : Direktorat PPA, 2019

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

94 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

Pembangunan IPAL domestik komunal 72 unit mampu menurunkan beban pencemaran parameter BOD tahun 2019 sebesar 196,22 ton BOD/tahun, mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun 2015 sebesar 16,35 ton BOD/tahun; tahun 2016 sebesar 4,67 ton BOD/tahun dan tahun 2017 sebesar 61,73 on BOD/tahun dan tahun 2018 sebesar 153,36 ton/tahun. Total penurunan beban pencemaran air limbah domestik dari tahun 2015-2019 sebesar 432,34 ton BOD/tahun (Gambar 3.60).

Gambar 3.60 Grafik Penurunan Beban Pencemaran BOD (Ton/Tahun) Tahun 2015-2019

Sumber: Direktorat PPA, 2019

16.35 4.67

61.73

153.36

196.22

2015 2016 2017 2018 2019

Beberapa contoh IPAL Domestik yang dibangun tahun 2019 dapat dilihat pada Gambar 3.61 berikut ini.

IPAL Ponpes Modern Bengkalis dan pemanfaatannya sebagai biogas

Wetland Situ Pladen

Wetland Kota Bontang IPAL Dusun Sudirman Maros

Gambar 3.61 IPAL Domestik yang dibangun di beberapa lokasiSumber: Direktorat PPA, 2019

952015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

2) Pembangunan IPAL Usaha Skala Kecil (USK)

Kegiatan tahun 2019 yang dilakukan untuk menurunkan beban pencemar air limbah kegiatan Usaha Skala Kecil adalah pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) USK meliputi industri tahu, batik, pencucian jeans dan digester ternak. Pembangunan dilaksanakan di 42 kabupaten/kota dan beberapa IPAL tersebut berada di 11 DAS Prioritas. Jumlah IPAL yang dibangun sebanyak 139 unit digester ternak, 1 unit wetland kotoran ternak, 12 unit IPAL industri tahu, 7 unit produksi bersih tahu, IPAL industri batik 1 unit dan IPAL industri pencucian jeans 1 unit. Pembangunan IPAL USK Tahun 2019 secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3.43 berikut ini.

Tabel 3.43 Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) kegiatan USK Tahun 2019

No Lokasi Jenis IPAL (Unit) DAS

Digester Ternak

Pemanfaatan Kotoran Ternak Menjadi Pupuk

IPAL Tahu Produksi Bersih Tahu

Batik Pencucian Jeans

1 Kabupaten Takalar 4 - - - - - Jeneberang

2 Kabupaten Bantaeng 5 - - - - - -

3 Kabupaten Sidenreng Rappang 3 - - - - - -

4 Kabupaten Pangkajene Kepulauan

5 - - - - - -

5 Kabupaten Ogan Ilir 7 - - - - - Musi

6 Kabupaten Gorontalo 5 - 1 - - - Limboto

7 Kabupaten Pekalongan - - - - - 1 -

8 Kabupaten Batang - - 1 - - - -

9 Kabupaten Cianjur - - - 4 - - Citarum

10 Kota Bogor - - 1 3 - - Ciliwung

11 Kabupaten Bogor 2 - 1 - - - Citarum

12 Kota Tarakan 15 - - - - - -

13 Kabupaten Kutai Timur - - 1 - - - -

14 Kabupaten Kutai Kartanegara - - 1 - - - -

15 Kota Balikpapan 1 - - - - - -

16 Kabupaten Lombok Barat 5 - - - - - -

17 Kabupaten Lombok Timur 6 - - - - - -

18 Kabupaten Lombok Tengah 7 - - - - - -

19 Kota Manado 2 - - - - - -

20 Kabupaten Minahasa Utara 2 - - - - - -

21 Kabupaten Minahasa Selatan 3 - - - - - -

22 Kabupaten Minahasa 2 - - - - - -

23 Kabupaten Pringsewu 8 - - - - - -

24 Kabupaten Lampung Selatan 8 - - - - - -

25 Kabupaten Pesawaran 8 - - - - - -

26 Kota Metro - - 2 - - - Sekampung

27 Kabupaten Kampar 3 - - - - - Siak

28 Kabupaten Kubu Raya 5 - - - - - -

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

96 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

Sumber: Direktorat PPA, 2019

No Lokasi Jenis IPAL (Unit) DAS

Digester Ternak

Pemanfaatan Kotoran Ternak Menjadi Pupuk

IPAL Tahu Produksi Bersih Tahu

Batik Pencucian Jeans

29 Kabupaten Kayong Utara 5 - - - - - -

30 Kabupaten Malang 2 - 1 - - - Brantas

31 Kabupaten Gunung Kidul 1 - - - - - -

32 Kabupaten Bandung 1 - - - - - Citarum

33 Kabupaten Wonosobo - - - - 1 - -

34 Kabupaten Magelang - - 1 - - - -

35 Kabupaten Toraja Utara 3 - - - - - Saddang

36 Kabupaten Luwu Utara - - 1 - - - -

37 Kabupaten Lampung Timur 8 - - - - - Sekampung

38 Kabupaten Purbalingga 3 - - - - - Serayu

39 Kabupaten Garut 5 - - - - - -

40 Kota Blitar - - 1 - - - Brantas

41 Kabupaten Gresik 1 - - - - - B Solo

42 Kabupaten Bima 5 - - - - - -

TOTAL 139 1 12 7 1 1 11

Pembangunan IPAL USK diharapkan mampu menurunkan beban pencemaran BOD dan memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat. Pada Tabel 3.44 dapat dilihat estimasi penurunan beban pencemaran dan manfaat ekonomi yang diperoleh dari pembangunan IPAL USK Tahu dari tahun 2015-2019. Potensi penurunan beban pencemar BOD yang dapat dicapai dari

pembangunan IPAL USK Tahu dari tahun 2015-2019 sebesar adalah 233.235Ton/tahun, dan reduksi emisi gas rumah kaca sebesar 4.285.693,13Ton CO2/tahun. Sedangkan manfaat ekonomi bagi masyarakat sebesar Rp. 402.330.375,-/tahun melalui substitusi energi (LPG) sebesar 80,47 Ton/tahun.

Tabel 3.44 Penurunan Beban Pencemaran Limbah Tahu, Estimasi Manfaat Ekonomi dan Penurunan Emisi GRK Tahun tahun 2015 – 2019

NO TAHUN LOKASI JUMLAH (Unit)

KAPASITAS PRODUKSI

(Kg Kedelai/

Hr)

PENURUNAN BEBAN

PENCEMAR BOD (Kg/Hr)

EMISI GRK SETARA CO2

(Kg/Hr)

POTENSI MANFAATBIOGAS (m3/Hr)

SUBSTITUSI ENERGI

(LPG) Kg/Hr

EKONOMI (Rp/Hr)

JUMLAH KK

1 2016 Kab Gorontalo 1 500 20.00 367.50 15.00 6.90 34,500.00 8 2016 Jumlah 500 20.00 367.50 15.00 6.90 34,500.00 8

Jumlah/Tahun 1 500 7,300.00 134,137.50 5,475.00 2,518.50 12,592,500.002 2017 Kab Pemalang 1 300 12.00 220.50 9.00 4.14 20,700.00 5 3 2017 Kota Pekalongan 1 500 20.00 367.50 15.00 6.90 34,500.00 8

2017 Jumlah 2 800 32.00 588.00 24.00 11.04 55,200.00 12 Jumlah/Tahun 11,680.00 214,620.00 8,760.00 4,029.60 20,148,000.00

4 2018 Kab. Indramayu 1 400 16.00 294.00 12.00 5.52 27,600.00 6 5 2018 Kab. Jepara 4 1,350 54.00 992.25 40.50 18.63 93,150.00 20 6 2018 Kab. Garut 1 700 28.00 514.50 21.00 9.66 48,300.00 11 7 2018 Kota Padang

Sidempuan1 100 4.00 73.50 3.00 1.38 6,900.00 2

972015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

NO TAHUN LOKASI JUMLAH (Unit)

KAPASITAS PRODUKSI

(Kg Kedelai/

Hr)

PENURUNAN BEBAN

PENCEMAR BOD (Kg/Hr)

EMISI GRK SETARA CO2

(Kg/Hr)

POTENSI MANFAATBIOGAS (m3/Hr)

SUBSTITUSI ENERGI

(LPG) Kg/Hr

EKONOMI (Rp/Hr)

JUMLAH KK

8 2018 Kab Tapanuli Selatan 1 100 4.00 73.50 3.00 1.38 6,900.00 2 9 2018 Kab Pemalang 1 200 8.00 147.00 6.00 2.76 13,800.00 3

10 2018 Kab Batang 1 500 20.00 367.50 15.00 6.90 34,500.00 8 11 2018 Kab Penajam Passer

Utara1 150 6.00 110.25 4.50 2.07 10,350.00 2

12 2018 Kab Malang 2 600 24.00 441.00 18.00 8.28 41,400.00 9 13 2018 Kab Batu 1 300 12.00 220.50 9.00 4.14 20,700.00 5 14 2018 Kab Magelang 1 875 35.00 643.13 26.25 12.08 60,375.00 13 15 2018 Kab Wonosobo 1 400 16.00 294.00 12.00 5.52 27,600.00 6 16 2018 Kab Minahasa 1 200 8.00 147.00 6.00 2.76 13,800.00 3 17 2018 Kab Trenggalek 1 200 8.00 147.00 6.00 2.76 13,800.00 3 18 2018 Kab Cianjur 3 700 28.00 514.50 21.00 9.66 48,300.00 11 19 2018 Kota Bogor 1 150 6.00 110.25 4.50 2.07 10,350.00 2 20 2018 Kab Tuban 1 200 8.00 147.00 6.00 2.76 13,800.00 3 21 2018 Kab Lampung Timur 2 350 14.00 257.25 10.50 4.83 24,150.00 5 22 2018 Kab Kutai Timur 1 700 28.00 514.50 21.00 9.66 48,300.00 11 23 2018 Kab Lombok Tengah 1 250 10.00 183.75 7.50 3.45 17,250.00 4 24 2018 Kota Pekanbaru 1 500 20.00 367.50 15.00 6.90 34,500.00 8 25 2018 Kota Palembang 1 1,000 40.00 735.00 30.00 13.80 69,000.00 15 26 2018 Kab Purbalingga 1 450 18.00 330.75 13.50 6.21 31,050.00 7 27 2018 Kab Luwu Utara 1 200 8.00 147.00 6.00 2.76 13,800.00 3

2018 Jumlah 31 10575 423.00 7,772.63 317.25 145.94 729,675.00 159 Jumlah/Tahun 154,395.00 2,837,008.13 115,796.25 53,266.28 266,331,375.00

28 2019 Kabupaten Gorontalo 1 200 8.00 147.00 6.00 2.76 13,800.00 3 29 2019 Kabupaten Batang 1 100 4.00 73.50 3.00 1.38 6,900.00 2 30 2019 Kota Bogor 1 200 8.00 147.00 6.00 2.76 13,800.00 3 31 2019 Kabupaten Bogor 1 1,250 50.00 918.75 37.50 17.25 86,250.00 19 32 2019 Kabupaten Kutai

Timur1 150 6.00 110.25 4.50 2.07 10,350.00 2

33 2019 Kabupaten Kutai Kartanegara

1 300 12.00 220.50 9.00 4.14 20,700.00 5

34 2019 Kota Metro 2 150 6.00 110.25 4.50 2.07 10,350.00 2 35 2019 Kabupaten Malang 1 100 4.00 73.50 3.00 1.38 6,900.00 2 36 2019 Kabupaten Magelang 1 1,000 40.00 735.00 30.00 13.80 69,000.00 15 37 2019 Kabupaten Luwu

Utara1 200 8.00 147.00 6.00 2.76 13,800.00 3

38 2019 Kota Blitar 1 450 18.00 330.75 13.50 6.21 31,050.00 7 Jumlah 12 4,100 164.00 3,013.50 123.00 56.58 282,900.00 62 Jumlah/Tahun 59,860.00 1,099,927.50 44,895.00 20,651.70 103,258,500.00

Total 34 15,975 Total per Hari 639.00 11,741.63 479.25 220.46 1,102,275.00 232

Total per Tahun 233,235.00 4,285,693.13 174,926.25 80,466.08 402,330,375.00

Sumber: Direktorat PPA, 2019

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

98 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

Pada Tabel 3.45 dapat dilihat estimasi penurunan beban pencemaran dan manfaat ekonomi yang diperoleh dari pembangunan Digester Ternak dari tahun 2015-2019. Potensi penurunan beban pencemar tahun 2015-2019 parameter BOD yang dapat dicapai dari pembangunan digester ternak adalah 106.923,92 ton/tahun, dan reduksi emisi gas rumah kaca sebesar 3.672.958,50 ton CO2/tahun. Sedangkan manfaat ekonomi bagi masyarakat sebesar Rp. 1.501.831.920,-/tahun melalui substitusi energi (LPG) sebesar 300,37 ton/tahun.

Tabel 3.45 Penurunan Beban Pencemaran Limbah Ternak, Estimasi Manfaat Ekonomi dan Penurunan Emisi GRK Tahun 2015 – 2019

NO TAHUN LOKASI JUMLAH (Unit)

JUMLAH TERNAK

PENURUN-AN BEBAN

PENCEMAR BOD (Kg/Hr)

EMISI GRK SETARA CO2

(Kg/Hr)

POTENSI MANFAAT

BIOGAS (m3/Hr)

SUBSTITUSI ENERGI

(LPG) Kg/Hr

EKONOMI (Rp/Hr)

JUM-LAH KK

1 2015 Kab. Bandung 10 60 4.72 162.00 28.80 13.25 66,240.00 14

2 2015 Kota Depok 3 48 3.77 129.60 23.04 10.60 52,992.00 12

3 2015 Kab Boyolali 10 60 4.72 162.00 28.80 13.25 66,240.00 14

4 2015 Kab Sukoharjo 10 60 4.72 162.00 28.80 13.25 66,240.00 14

5 2015 Kab Sidoarjo 34 45 3.54 121.50 21.60 9.94 49,680.00 11

6 2015 Kab Tulungagung 10 60 4.72 162.00 28.80 13.25 66,240.00 14

7 2015 Kota Malang 10 60 4.72 162.00 28.80 13.25 66,240.00 14

2015 Jumlah 87 393 30.89 1,061.10 188.64 86.77 433,872.00 94

Jumlah/Tahun 11,274.78 387,301.50 68,853.60 31,672.66 158,363,280.00

8 2016 Kab Gorontalo 4 47 3.69 126.90 22.56 10.38 51,888.00 11

9 2016 Kab Blitar 10 46 3.62 124.20 22.08 10.16 50,784.00 11

10 2016 Kab Bandung 5 20 1.57 54.00 9.60 4.42 22,080.00 5

2016 Jumlah 19 113 8.88 305.10 54.24 24.95 124,752.00 27

Jumlah/Tahun 3,241.86 111,361.50 19,797.60 9,106.90 45,534,480.00

11 2017 Kab Bojonegoro 8 42 3.30 113.40 20.16 9.27 46,368.00 10

2017 Jumlah 8 42 3.30 113.40 20.16 9.27 46,368.00 10

Jumlah/Tahun 1,204.94 41,391.00 7,358.40 3,384.86 16,924,320.00

12 2018 Kab. Gresik 8 141 11.08 380.70 67.68 31.13 155,664.00 34

13 2018 Kab Garut 3 20 1.57 54.00 9.60 4.42 22,080.00 5

14 2018 Kab Sidoarjo 2 50 3.93 135.00 24.00 11.04 55,200.00 12

15 2018 Kab Boalemo 3 24 1.89 64.80 11.52 5.30 26,496.00 6

16 2018 Kota Samarinda 6 32 2.52 86.40 15.36 7.07 35,328.00 8

17 2018 Kab Malang 12 65 5.11 175.50 31.20 14.35 71,760.00 16

18 2018 Kota Batu 8 63 4.95 170.10 30.24 13.91 69,552.00 15

19 2018 Kab Wonosobo 2 44 3.46 118.80 21.12 9.72 48,576.00 11

20 2018 Kab. Bogor 24 131 10.30 353.70 62.88 28.92 144,624.00 31

21 2018 Kab Minahasa 2 8 0.63 21.60 3.84 1.77 8,832.00 2

22 2018 Kab Minahasa Utara

3 12 0.94 32.40 5.76 2.65 13,248.00 3

23 2018 Kab Minahasa Selatan

3 14 1.10 37.80 6.72 3.09 15,456.00 3

992015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

NO TAHUN LOKASI JUMLAH (Unit)

JUMLAH TERNAK

PENURUN-AN BEBAN

PENCEMAR BOD (Kg/Hr)

EMISI GRK SETARA CO2

(Kg/Hr)

POTENSI MANFAAT

BIOGAS (m3/Hr)

SUBSTITUSI ENERGI

(LPG) Kg/Hr

EKONOMI (Rp/Hr)

JUM-LAH KK

24 2018 Kab Mimika 8 46 3.62 124.20 22.08 10.16 50,784.00 11

25 2018 Kab Ponorogo 8 44 3.46 118.80 21.12 9.72 48,576.00 11

26 2018 Kab Ngawi 8 40 3.14 108.00 19.20 8.83 44,160.00 10

27 2018 Kab Magetan 1 24 1.89 64.80 11.52 5.30 26,496.00 6

28 2018 Kab Pacitan 3 24 1.89 64.80 11.52 5.30 26,496.00 6

29 2018 Kab Cianjur 1 6 0.47 16.20 2.88 1.32 6,624.00 1

30 2018 Kab Kutai Timur 2 160 12.58 432.00 76.80 35.33 176,640.00 38

31 2018 Kab Takalar 4 24 1.89 64.80 11.52 5.30 26,496.00 6

32 2018 Kab Jeneponto 3 24 1.89 64.80 11.52 5.30 26,496.00 6

33 2018 Kab Gowa 3 24 1.89 64.80 11.52 5.30 26,496.00 6

34 2018 Kab Tuban 11 75 5.90 202.50 36.00 16.56 82,800.00 18

35 2018 Kab Bojonegoro 9 47 3.69 126.90 22.56 10.38 51,888.00 11

36 2018 Kab Soppeng 2 30 2.36 81.00 14.40 6.62 33,120.00 7

37 2018 Kab Lombok Barat

1 4 0.31 10.80 1.92 0.88 4,416.00 1

38 2018 Kab Lombok Tengah

4 12 0.94 32.40 5.76 2.65 13,248.00 3

39 2018 Kab Lombok Timur

5 20 1.57 54.00 9.60 4.42 22,080.00 5

40 2018 Kab Tulang Bawang Barat

19 88 6.92 237.60 42.24 19.43 97,152.00 21

41 2018 Kab Penajam Passer Utara

3 45 3.54 121.50 21.60 9.94 49,680.00 11

42 2018 Kab Bulungan 34 136 10.69 367.20 65.28 30.03 150,144.00 33

43 2018 Kota Tanjungbalai 3 22 1.73 59.40 10.56 4.86 24,288.00 5

44 2018 Kab Toraja Utara 4 40 3.14 108.00 19.20 8.83 44,160.00 10

45 2018 Kab Sukoharjo 6 28 2.20 75.60 13.44 6.18 30,912.00 7

2018 Jumlah 218 1567 123.17 4,230.90 752.16 345.99 1,729,968.00 376

Jumlah/Tahun 44,955.66 1,544,278.50 274,538.40 126,287.66 631,438,320.00

46 2019 Kabupaten Takalar 4 19 1.49 51.30 9.12 4.20 20,976.00 5

47 2019 Kabupaten Ban-taeng

5 16 1.26 43.20 7.68 3.53 17,664.00 4

48 2019 Kabupaten Siden-reng Rappang

3 9 0.71 24.30 4.32 1.99 9,936.00 2

49 2019 Kabupaten Pang-kajene Kepulauan

5 19 1.49 51.30 9.12 4.20 20,976.00 5

50 2019 Kabupaten Ogan Ilir

7 347 27.27 936.90 166.56 76.62 383,088.00 83

51 2019 Kabupaten Gorontalo

5 58 4.56 156.60 27.84 12.81 64,032.00 14

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

100 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

NO TAHUN LOKASI JUMLAH (Unit)

JUMLAH TERNAK

PENURUN-AN BEBAN

PENCEMAR BOD (Kg/Hr)

EMISI GRK SETARA CO2

(Kg/Hr)

POTENSI MANFAAT

BIOGAS (m3/Hr)

SUBSTITUSI ENERGI

(LPG) Kg/Hr

EKONOMI (Rp/Hr)

JUM-LAH KK

52 2019 Kabupaten Bogor 2 60 4.72 162.00 28.80 13.25 66,240.00 14

53 2019 Kota Tarakan 15 105 8.25 283.50 50.40 23.18 115,920.00 25

54 2019 Kota Balikpapan 1 100 7.86 270.00 48.00 22.08 110,400.00 24

55 2019 Kabupaten Lom-bok Barat

5 24 1.89 64.80 11.52 5.30 26,496.00 6

56 2019 Kabupaten Lom-bok Timur

6 21 1.65 56.70 10.08 4.64 23,184.00 5

57 2019 Kabupaten Lom-bok Tengah

7 43 3.38 116.10 20.64 9.49 47,472.00 10

58 2019 Kota Manado 2 30 2.36 81.00 14.40 6.62 33,120.00 7

59 2019 Kabupaten Mina-hasa Utara

2 50 3.93 135.00 24.00 11.04 55,200.00 12

60 2019 Kabupaten Mina-hasa Selatan

3 22 1.73 59.40 10.56 4.86 24,288.00 5

61 2019 Kabupaten Mina-hasa

2 19 1.49 51.30 9.12 4.20 20,976.00 5

62 2019 Kabupaten Pringsewu

8 30 2.36 81.00 14.40 6.62 33,120.00 7

63 2019 Kabupaten Lam-pung Selatan

8 27 2.12 72.90 12.96 5.96 29,808.00 6

64 2019 Kabupaten Pe-sawaran

8 42 3.30 113.40 20.16 9.27 46,368.00 10

65 2019 Kabupaten Kampar

3 200 15.72 540.00 96.00 44.16 220,800.00 48

66 2019 Kabupaten Kubu Raya

5 15 1.18 40.50 7.20 3.31 16,560.00 4

67 2019 Kabupaten Kay-ong Utara

5 15 1.18 40.50 7.20 3.31 16,560.00 4

68 2019 Kabupaten Malang 2 19 1.49 51.30 9.12 4.20 20,976.00 5

69 2019 Kabupaten Gunung Kidul

1 15 1.18 40.50 7.20 3.31 16,560.00 4

70 2019 Kabupaten Toraja Utara

3 140 11.00 378.00 67.20 30.91 154,560.00 34

71 2019 Kabupaten Lam-pung Timur

8 30 2.36 81.00 14.40 6.62 33,120.00 7

72 2019 Kabupaten Purbal-ingga

3 54 4.24 145.80 25.92 11.92 59,616.00 13

73 2019 Kabupaten Garut 5 27 2.12 72.90 12.96 5.96 29,808.00 6

1012015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Sumber: Direktorat PPA, 2019

Potensi penurunan beban pencemar tahun 2015-2019 parameter BOD yang dapat dicapai dari pembangunan IPAL USK Tahu dan digester ternak adalah 340.158,95 Ton/tahun, dan reduksi emisi gas rumah kaca sebesar 7.958.651,63ton CO2/tahun. Sedangkan manfaat ekonomi bagi masyarakat sebesar Rp. 1.904.162.295,-/tahun melalui substitusi energi (LPG) sebesar 380.83 ton/tahun. Salah satu contoh biodigester yang dibangun tahun 2019 dapat dilihat pada Gambar 3.62 berikut ini.

Biodigester Kotoran Ternak di Kuburaya, Kalimantan Barat

Biodigester Kotoran Ternak di Minahasa Utara, Sulawesi Utara

Biodigester Kotoran Ternak di Purbalingga, Jawa TengahSumber: Direktorat PPA, 2019

Gambar 3.62 Biodigester dan Pemanfaatan Gas Metan di Beberapa Lokasi yang dibangun Tahun 2019Sumber: Direktorat PPA, 2019

NO TAHUN LOKASI JUMLAH (Unit)

JUMLAH TERNAK

PENURUN-AN BEBAN

PENCEMAR BOD (Kg/Hr)

EMISI GRK SETARA CO2

(Kg/Hr)

POTENSI MANFAAT

BIOGAS (m3/Hr)

SUBSTITUSI ENERGI

(LPG) Kg/Hr

EKONOMI (Rp/Hr)

JUM-LAH KK

74 2019 Kabupaten Gresik 1 40 3.14 108.00 19.20 8.83 44,160.00 10

75 2019 Kabupaten Bima 5 16 1.26 43.20 7.68 3.53 17,664.00 4

Jumlah 139 1612 126.70 4,352.40 773.76 355.93 1,779,648.00 387

Jumlah/Tahun 46,246.67 1,588,626.00 282,422.40 129,914.30 649,571,520.00

Total 471 3,727

Total per hari 292.94 10,062.90 1,788.96 822.92 4,114,608.00 894.480

Total per Tahun 106,923.90 3,672,958.50 652,970.40 300,366.38 1,501,831,920.00

Total Penurunan Tahu dan Ternak 340,158.90 7,958,651.63 827,896.65 380,832.46 1,904,162,295.00

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

102 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

Gambar 3.63 Ekoriparian Desa Margamulya, Kecamatan Pengalengan, Kabupaten Bandung

Sumber: Direktorat PPA, 2019

IKK 2Pengelolaan DAS Citarum (Prokasih (DAS Citarum)

Sungai Citarum yang berada dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum merupakan sungai yang melintasi 8 Kabupaten dan 2 kota di Provinsi Jawa Barat dengan panjang sekitar 300 Km. Sungai tersebut memiliki peran vital karena merupakan sumber air yang dipergunakan untuk pertanian, sumber energi listrik, sumber air baku untuk air minum, dan juga pendukung industri sebagai sarana tempat pembuangan air limbah terolah. Dianggap sebagai sungai paling tercemar di dunia, pemerintah telah mencanangkan Program Penanggulangan Pencemaran dan Kerusakan Daerah Aliran Sungai Citarum. Diharapkan dalam tujuh tahun pelaksanaan program tersebut akan dapat memperbaiki dan memulihkan kualitas Sungai Citarum. Program tersebut mendorong keterlibatan pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota termasuk masyarakat.

Kegiatan restorasi yang dilakukan adalah pengendalian pencemaran air dari sumbernya dan perbaikan kualitas air yang bertujuan untuk menjaga dan meningkatkan kualitas air sungai dan danau dengan mengurangi beban pencemaran yang masuk. Kegiatan restorasi yang dilakukan pada tahun 2019 ini dapat dijelaskan berikut ini.

a. Ekoriparian Ekoriparian merupakan kegiatan pemanfaatan

sempadan Sungai yang sebelumnya menjadi tempat pembuangan sampah dan puing-puing bangunan berubah menjadi pusat edukasi lingkungan yang dikelola oleh masyarakat. Selain berdampak terhadap perbaikan kualitas lingkungan, pembangunan pusat edukasi lingkungan ini juga meningkatkan pendapatan masyarakat setempat.

Pemulihan lahan tersebut dilakukan dengan cara pembangunan IPAL Wetland untuk pengolahan air limbah domestik (grey water) dengan teknologi Biocord, perbaikan dengan penanaman pohon dan sarana edukasi lingkungan.

KLHK telah membangun Ekoriparian di DAS Citarum sebanyak 2 (dua) lokasi yaitu:1) Desa Margamulya, Kecamatan Pengalengan,

Kabupaten Bandung IPAL Wetland ukuran 15x4 m2 dengan kapasitas

design untuk mengolah air limbah rumah tangga dari 2500 KK (Gambar3.63).

2) Perumahan Bumi TelukJambe, Kabupaten Karawang IPAL Wetland ukuran 15x4 m2 dengan kapasitas

design untuk mengolah air limbah rumah tangga dari 2000 KK (Gambar 3.64).

1032015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Gambar 3.64 Ekoriparian Perumahan Bumi Teluk Jambe, Kabupaten KarawangSumber: Direktorat PPA, 2019

b. IPAL Domestik di Teras Cikapundung, Kecamatan Cidadap, Kab. Bandung

IPAL ini mengolah air limbah grey water dari kegiatan rumah tangga. Desain bangunan IPAL dengan ukuran 7.7 x 4 m2 dengan kapasitas desain untuk engolah air limbah rumah tangga dari 200 KK. (Gambar 3.65)

Gambar 3.65 IPAL Domestik di Teras Cikapundung, Kecamatan Cidadap, Kabupaten Bandung

Sumber: Direktorat PPA, 2019

c. Bio Digester Ternak di Cisanti DAS Citarum Kabupaten Bandung

Biodigester ternak di Cisanti diberikan kepada komunitas peternak sapi di Kampung Babakan Ranca Desa Tarumajaya Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung, Jawa Barat (Gambar3.66). Jumlah penduduk di Kampung Babakan Ranca sejumlah 200 KK dan jumlah peternak sapi ada 13 orang. Mayoritas mata pencaharian penduduk adalah sebagai buruh harian teh dan petani bawang. Bio Digester yang dibangun sebanyak 8 (delapan) Unit, dengan kapasitas masing-masing 4m3 dan 6m3. Hasil pengalaman dilapangan menunjukan bahwa dengan menggunakan Biogas dapat menghemat konsumsi tabung gas ukuran 3 kg sebanyak 4 tabung per bulan dan para pengguna biogas hanya membeli 1 tabung gas ukuran 3 kg sebagai cadangan. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan biogas sangat efektif sebagai subsidi bahan bakar fosil untuk kompor. Agar biodigester

Gambar 3.66 Digester Kotoran Ternak di Cisanti dan Pemanfaatan Gas Metan

Sumber: Direktorat PPA, 2019

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

104 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

yang dibangun dapat berfungsi secara efektif, efesien dan berkesinambungan, dilakukan juga sosialisasi kepada warga cara pengoperasian dan perawatan Biodigester tersebut. Hasil olahan / lindi dari digester tersebut dimanfaatkan oleh warga untuk kompos dan pupuk cair dan dapat dijual ke petani dilingkungan desa tersebut.

d. Settling Pond di Empang Rusa Peningkatan penggunaan pestisida untuk kegiatan

agroindustri akan menghasilkan limbah Residu Pupuk dan Pestisida dari kegiatan tersebut. Salah satu wilayah kegiatan yang menjadi sasaran adalah bagian hulu dari Sungai Citarum yaitu kawasan konservasi TB. Masigit Kareumbi (Empang Rusa dan Kampung Cigumentong, Desa Sindulang, Kec. Cimanggung, Kab. Sumedang). Pembuatan settling pond untuk mengurangi dampak residu pupuk dan pestisida di area pertanian di sekitar lokasi Empang Rusa (Gambar 3.67 dan Gambar 3.68).

Gambar 3.67 Base- camp KW dilihat dari udara.

Gambar 3.68 Kolam retensiSumber: Direktorat PPA, 2019

e. IPAL Cihawuk Ditjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan

Lingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2019 melakukan kegiatan pembangunan 2 (dua) unit IPAL Domestik di Desa Cihawuk, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung (Gambar 3.69). Pembangunan IPAL tersebut bertujuan untuk mengurangi beban pencemar air limbah domestik yang masuk ke DAS Citarum.

Pembangunan IPAL domestik komunal sebanyak 2 unit kapasitas desain 350 KK dan 400 KK yang mampu menurunkan beban pencemaran parameter BOD sebesar 9,34 ton/tahun. Untuk rumah yang lokasinya tidak memungkinkan limbah domestiknya disalurkan ke IPAL maka KLHK juga membangun MCK sebanyak 3 unit.

Gambar 3.69 IPAL Domestik di Desa Cihawuk, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung

Sumber: Direktorat PPA, 2019

1052015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

D. MENINGKATNYA KUALITAS TUTUPAN LAHAN

Kualitas tutupan lahan (land cover) mendeskripsikan kondisi kenampakan permukaan lahan secara fisik, baik kenampakan alami berupa vegetasi maupun kenampakan buatan manusia. Kualitas tutupan lahan saat ini diukur berdasarkan keberadaan hutan sebagai salah satu komponen penting dalam ekosistem. Selain berfungsi sebagai penjaga tata air, hutan juga mempunyai fungsi mencegah terjadinya erosi tanah, mengatur iklim dan tempat tumbuhnya berbagai plasma nutfah yang sangat berharga bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam klasifikasi penutupan lahan yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan - KLHK, tutupan hutan meliputi hutan lahan kering primer, hutan lahan kering sekunder, hutan mangrove primer, hutan mangrove sekunder, hutan rawa primer, hutan rawa sekunder dan hutan tanaman.

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan mengamanatkan bahwa Daerah Aliran Sungai atau pulau memiliki penutupan hutan minimal 30%. Untuk keperluan perhitungan Indeks Kualitas Tutupan Lahan (IKTL), tutupan hutan di wilayah provinsi yang memiliki nilai 30% mendapat angka 50, sedangkan tutupan hutan yang ideal memiliki nilai 84,3% mendapat angka maksimal 100. Sebagai tutupan hutan dengan nilai ideal tersebut diambil dari tutupan hutan Papua pada tahun 1982 seluas 84,3%.

Untuk menghitung IKTL yang pertama kali dilakukan adalah menghitung tutupan hutan dengan menjumlahkan luas tutupan lahan yang diklasifikasikan sebagai hutan dibagi luas wilayah provinsi. Nilai tutupan hutan dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut:

Nilai IKTL dihitung dengan memasukkan nilai tutupan hutan masing-masing provinsi dalam rumus sebagai berikut:

Keterangan:TH = Tutupan HutanLTH = Luas Tutupan HutanLWP = Luas Wilayah Provinsi

Sumber: IKLH 2014, KLHK 2015

Keterangan:KTL= Indeks Kualitas Tutupan LahanTH= Tutupan HutanSumber: IKLH 2014, KLHK 2015

Perhitungan nilai IKTL nasional dilakukan dengan menjumlahkan nilai IKTL masing-masing provinsi setelah dikalikan angka proporsi kontribusi provinsi terhadap IKLH Nasional (sumber: IKLH 2014, KLHK 2015). Perhitungan IKTL sebagaimana diuraikan di atas diterapkan mulai tahun 2013, dengan sumber data tutupan lahan dari Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan. Adapun parameter jenis penutupan lahan yang digunakan untuk menghitung IKTL disajikan pada Tabel 3.46.

Tabel 3.46 Parameter Jenis Penutupan Lahan yang digunakan untuk menghitung IKTL

No Jenis Tutupan Lahan Sumber Data Keterangan

1 Hutan lahan kering primer

Ditjen Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan

2 Hutan lahan kering sekunder/bekas tebangan

3 Hutan Mangrove Primer

4 Hutan mangrove sekunder/bekas tebangan

5 Hutan Rawa Primer

6 Hutan Rawa Sekunder / bekas tebangan

7 Hutan tanaman

8 Semak belukar Berada dalam kawasan hutan, atau berada pada fungsi lindung (sempadan sungai, danau dan pantai, lereng >25% (0,6 dari tutupan hutan)

9 Semak belukar rawa

10 Ruang terbuka hijau Ditjen Cipta Karya/ Pemprov

RTH, kebun raya dan taman keanekaragaman hayati (0,6 dari tutupan hutan)

11 Kebun Raya LIPI

12 Taman Keanekaragaman Hayati

Ditjen KSDAE

Keterangan : Direktorat PKLAT, Sumber Data Tahun 2017

TH = LTHLWP

IKTL = 100 - ((84.3 - (TH x 100)) x )5054,3

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

106 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

Indeks kualitas tutupan lahan (IKTL) adalah salah satu dari Indikator Kinerja pada Perjanjian Kinerja Ditjen PPKL Tahun 2019. Nilai IKTL nasional tahun 2019 adalah 62,00 sesuai target yang ditetapkan dalam Indikator Kinerja Program yaitu 62,00, sehingga capaian kinerja sasaran meningkatnya kualitas tutupan lahan sebesar 100% (Tabel 3.47). Capaian kinerja tahun 2019 menunjukkan adanya penurunan dibandingkan capaian kinerja tahun 2018(100,05%), 2017 (100,52%), sedangkan dibandingkan dengan tahun 2016 (98,18%) dan 2015 (99,24%) menunjukkan adanya peningkatan sebagaimana disajikan pada Gambar 3.70.

Tabel 3.47 Capaian Kinerja Indikator Sasaran Program Meningkatnya Kualitas Tutupan Lahan Tahun 2019

Sebaran Nilai IKTL 2015-2019 masing-masing provinsi disajikan pada Gambar 3.71 Selama 5 tahun, perubahan nilai IKTL masing-masing provinsi memberikan gambaran upaya yang dilakukan oleh pemerintah

daerah dalam mengelola tutupan lahan. Sebaran nilai tersebut menunjukkan bahwa terdapat provinsi yang memiliki nilai IKTL di bawah nilai IKTL Nasional dan terdapat provinsi yang memiliki nilai di atas nilai IKTL Nasional.

59 59.560.31

58.55 58.42

6061

61.0362

62

2015 2016 2017 2018 2019

Target Renstra IKTL Nilai IKTL

Sum

atra

Uta

ra

Sum

atra

Sel

atan

Sum

atra

Bar

at

Sula

wes

i Uta

ra

Sula

wes

i Ten

ggar

a

Sula

wes

i Ten

gah

Sula

wes

i Sel

atan

Sula

wes

i Bar

at

Riau

Papu

a Ba

rat

Papu

a

Nus

a Te

ngga

ra T

imur

Nus

a Te

ngga

ra B

arat

Mal

uku

Uta

ra

Mal

uku

Lam

pung

Kepu

laua

n Ri

au

Kalim

anta

n U

tara

Kalim

anta

n Ti

mur

Kalim

anta

n Te

ngah

Kalim

anta

n Se

lata

n

Kalim

anta

n Ba

rat

Jaw

a Ti

mur

Jaw

a Te

ngah

Jam

bi

Jaw

a Ba

rat

Goro

ntal

o

DKI J

akar

ta

DI Yo

gyak

arta

Beng

kulu

Bant

en Bali

Kepu

laua

n Ba

ngka

Bel

itung

Nan

groe

Ace

h Da

russ

alam

52.9

5

39.8

4

67.1

6

59.4

5

74.6

7

83.8

9

58.0

6

70.4

8

48.1

5

100.

00

99.5

8

63.4

2

65.6

7

86.6

1

89.1

7

36.6

5

59.0

6

87.9

4

87.9

4

76.2

7

46.7

8

59.7

6

50.2

3

50.0

8

60.9

0

38.7

0

79.3

7

24.6

6

32.6

9

55.7

8

39.1

6

41.3

4

41.2

1

76.5

7

62IKTL Nasional

Direktorat PKLAT, 2019

No Sasaran Program

IKP/IKU Capaian Tahun 2015

Capaian Tahun 2016

Capaian Tahun 2017

Capaian Tahun 2018

Target Renstra 2019

Target Renja 2019

TargetPK2019

Realis-asi2019

Capaian Renja2019 (%)

Capaian Renstra 2019 (%)

1

Meningkat-nya Kualitas Tutupan Lahan

Indeks Kualitas Tutupan Lahan minimal 62

58,55 58,42 60,31 61,03 62,00 62,00 62,00 62,00 100,00 100%

Gambar 3.70 Indeks Kualitas Tutupan Lahan Tahun 2015-2019Sumber: Direktorat PKLAT, 2019

Gambar 3.71 Indeks Kualitas Tutupan Lahan Tiap Provinsi Tahun 2019Sumber: Direktorat PKLAT, 2019

1072015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Perubahan nilai IKTL dipengaruhi oleh perubahan luasan kawasan hutan yang disebabkan oleh kegiatan pembukaan lahan, kejadian kebakaran hutan/lahan, penebangan liar, kegiatan rehabilitasi hutan/lahan, rehabilitasi kawasan pesisir, kegiatan pemulihan lahan bekas tambang, dan pemulihan lahan terkontaminasi B3. Perubahan luasan kawasan hutan selama 2016-2019 disajikan pada Gambar 3.72

Gambar 3.72 Grafik Perubahan Luasan Kawasan Hutan Tahun 2016-2019 (Hektar)Sumber : Ditjen Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan KLHK, 2019

Untuk tahun 2017-2018, total perubahan tutupan lahan dari non hutan menjadi hutan sebesar 500.000 hektar, dan jauh berkurang dibanding tahun 2016-2017 sebesar 3 juta hektar, dengan rincian sebagai berikut:• Perubahan hutan menjadi nonhutan total perubahan

luasan 506.000 hektar selama kurun waktu 2017–2018. Perubahan paling besar dari hutan menjadi semak belukar (128.187 hektar), Perkebunan (106.818 hektar).

• Perubahan paling besar dari hutan menjadi semak belukar adalah Papua (20.000 hektar), Sulawesi Tenggara (14.000 hektar) dan Kalimantan Timur (12.000 hektar).

• Sedangkan perubahan dari hutan menjadi perkebunan paling besar terjadi di Provinsi Riau (27.979 hektar), Papua (26.585 hektar), dan Kalimantan Barat (19.468 hektar).

• Perubahan hutan menjadi lahan terbuka paling besar terjadi di Kalimantan Timur (15.370 hektar); Papua (10.193 hektar), dan Kalimantan Barat (9.913 hektar).

Informasi IKTL dapat dimanfaatkan antara lain untuk:1. Memberikan rambu-rambu bagi pemerintah daerah

terhadap kondisi tutupan lahan di wilayahnya dalam kerangka peningkatan tutupan lahan melalui kegiatan penanaman dan pemeliharaan;

2. Menjadi instrumen monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan dibidang pengendalian kerusakan lingkungan (kegiatan pembangunan yang menyebabkan terjadinya pembukaan tutupan lahan dan berdampak terhadap kerusakan lingkungan);

3. Menjadi nilai tawar pemerintah daerah dalam menarik sumber-sumber pendanaan lainnya.

Peningkatan tutupan lahan diantaranya dilaksanakan dengan melakukan pemulihan lahan bekas tambang dan mendorong pelaku usaha pertambangan untuk melaksanakan rehabilitasi pasca tambang. Kegiatan ini sesuai dengan indikator kinerja kegiatan yang tercantum dalam Renstra 2015-2019 Ditjen PPKL(Revisi II). Capaian kinerja masing-masing IKK untuk meningkatkan IKTL dapat dijelaskan pada Tabel 3.48.

95.256.25595.678.413

110.273.354

93.780.180

2016 2017 2018 2019

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

108 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

Tabel 3.48 Capaian IKK Pemulihan Kerusakan Lahan Akses Terbuka Tahun 2018

No. IKK Sasaran Kegiatan

Capaian Tahun 2015

Capaian Tahun 2016

Capaian Tahun 2017

Capaian Tahun 2018

Target Renstra

2018

Target Renstra

2019

Target Renja 2019

Realisasi Capaian Renja

(%)

Capaian Renstra

2019 (%)

1 Luasan lahan bekas tambang rakyat yang dipulihkan

Mening-katnya lu-asan lahan terlantar bekas per-tambangan rakyat yang dipulihkan

- 0,7 ha 8,014 ha 10,2 ha 8 ha 12 ha 30,2 ha 40,18 ha 133 123,12

2 Proporsi jumlah industri yang meningkat ketaatan-nya untuk melakukan rehabulitasi pasca tam-bang sebesar 75% dari 106 industri yang dinilai

Mening-katnya proporsi jumlah in-dustri yang meningkat ketaatan-nya untuk melakukan rehabili-tasi pasca tambang

- - 18 industri

18 industri

18 industri

29 industri

37 industri

37 industri

100 56,92**

Sumber: Direktorat PKLAT, 2019Keterangan : *Total Target 48 Ha; ** Total Target 65 industri

IKK 1Luas Lahan Bekas Tambang Rakyat yang Dipulihkan

Pelaksanaan pemulihan lahan bekas tambang rakyat didahului dengan kegiatan identifikasi kondisi kerusakan dan sosialnya. Selanjutnya dilaksanakan penyusunan desain teknis pemulihan, setelah itu dilaksanakan pemulihan lahan bekas tambang. Selama periode tahun 2015-2019 Ditjen PPKL telah melaksanakan identifikasi lahan rusak dan penyusunan studi kelayakan (Feasibility Study/FS) dan penyusunan desain teknis pemulihan (Detail Engineering Design). Pada Tahun 2019 telah dilaksanakan di 2 (dua) lokasi yaitu Kabupaten Bengkayang dan Kabupaten Bintan.

a. Jumlah FS yang telah disusun untuk Lokasi Lahan Terlantar Bekas Tambang.

Hasil kegiatan ini adalah informasi tentang kondisi lokasi tapak lahan terlantar bekas tambang ditinjau dari aspek teknis, hukum, lingkungan, sosial, ekonomi dan budaya, untuk digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan lokasi tapak lahan terlantar bekas tambang yang akan dipulihkan. Lokasi-lokasi yang diidentifikasi dapat dilihat pada Tabel 3.49.

1092015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

1) Kabupaten Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat.

Lokasi tapak pemulihan lahan akses terbuka bekas pertambangan emas masyarakat mencakup wilayah seluas 8,77 ha, berada di Desa Monterado, Kecamatan Monterado, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat.

Tabel 3.50 Hasil Studi Kelayakan di Desa Monterado, Kecamatan Monterado, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat

Model pemulihan yang direkomendasikan adalah Ruang Terbuka Hijau dalam bentuk Arboretum Tengkawang untuk menunjang pelestarian plasma nutfah tanaman lokal jenis Tengkawang dan meningkatkan perekonomian masyarakat setempat. Hasil studi kelayakan di Desa Monterado dapat dilihat pada Tabel 3.50.

No Aspek Kelayakan Kriteria Kelayakan

1. Hukum Status tanah lahan terlantar bekas tambang merupakan tanah milik pemerintah desa dengan Surat Sertifikat Tanah seluas 1,4 hektar dan Surat Keterangan Tanah seluas 7,3 hektar

2. Lingkungan • Teridentifikasi kondisi LAT yang sudah tidak memiliki topsoil dan tekstur tanahnya berupa pasir, tidak terdapat topsoil maka pengolahan tanah harus terlebih dahulu diberi tanah mineral dan bahan organik dan tanah ditanami LCC

• Hasil analisis lab terhadap kandungan merkuri dalam tanah dan air menunjukkan nilai 0,002 mg/L dibawah nilai ambang batas baku mutu <0,0004 mg/L

• pH tanah 5,9-6,8 (agak masam)

3. Ekonomi • kegiatan penambangan sudah tidak aktif• teridentifikasi adanya potensi ekonomi dari hasil pemulihan lahan

4. Sosial Dukungan masyarakat terhadap upaya pemulihan lahan bekas tambang

5. Manajemen • kesediaan Pemerintah Kabupaten, Kecamatan dan masyarakat san gat mendukung dan bersedia dalam merencanakan, mengelola, melaksanakan, dan mengawasi, pemulihan LAT

6. Teknis • Kemudahan akses menuju lokasi tapak • Sumber air tersedia dari lubang bekas galian

Tabel 3.49 Lokasi-lokasi LAT yang Teridentifikasi Kondisi Kerusakan dan Sosialnya

Sumber : Direktorat PKLAT, 2019

9,487 8,77Ha HaKabupaten Bintan, Kepulauan Riaulahan akses terbuka bekas pertambangan bauksit masyarakat

Model pemulihan : Taman Wisata

Kabupaten Bengkayang, Provinsi Kalimantan Baratlahan akses terbuka bekas pertambangan emas masyarakat

Model pemulihan : Taman Wisata Pasir Putih dengan obyek wisata utama Wisata Air dengan Pantai Putih

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

110 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

2) Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau.

Lokasi tapak pemulihan lahan akses terbuka bekas pertambangan bauksit masyarakat mencakup wilayah seluas 9,487 ha, berada di Desa Tembeling Tanjung, Kecamatan Teluk Bintan, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau. Model pemulihan yang direkomendasikan adalah Ruang Terbuka Hijau dalam bentuk Arboretum Hutan Tropis Dataran Rendah untuk meningkatkan tutupan lahan, mengurangi aliran air permukaan dan erosi serta meningkatkan perekonomian masyarakat setempat. Hasil studi kelayakan di Desa Tembeling dapat dilihat pada Tabel 3.51 berikut ini.

Hasil kegiatan ini adalah dokumen yang memuat gambar rencana teknis, rencana anggaran biaya, rencana kerja dan syarat-syarat kerja. Pada tahun 2019, penyusunan Rancangan Teknis Terinci (Detail Engineering Design/DED) telah dilaksanakan di 2 (dua) lokasi, yaitu:a. Kabupaten Bengkayang Landak Provinsi Kalimantan

Barat di desain dengan konsep Taman Wisata Tengkawang, menempati lahan bekas tambang emas seluas 8,77 ha;

b. Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau di desain dengan konsep Taman Wisata, menempati lahan bekas tambang bauksit seluas 9,487 Ha.

Hasil kinerja 2015-2019 diwujudkan dengan tersusunnya dokumen DED pemulihan lahan bekas tambang di 21 lokasi sebagaimana disajikan pada Gambar 3.73.

b. Jumlah Detail Engineering Design yang Disusun untuk Lokasi Lahan Terlantar Bekas Tambang.

Tabel 3.51 Hasil Studi Kelayakan di Desa Tembeling Tanjung, Kecamatan Teluk Bintan, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau

No Aspek Kelayakan Kriteria Kelayakan

1. Hukum • Status tanah lahan terlantar bekas tambang merupakan tanah milik pemerintah daerah Kabupaten dengan bukti berupa Berita Acara Serah Terima Kepemilikan Lahan dari PT. ANTAM kepada Bupati Bintan dan telah dicatat sebagai asset pemda dengan Kode Barang: 01.01.11.05.05 seluas 4,35 hektar

• Berada dalam kawasan hutan wilayah Unit IV – KPHP berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor SK. 452/MenLHK/ Setjen/PIA.0/6/2016 tanggal 17 Juni 2016 seluas 5,34

2. Lingkungan • Teridentifikasi kondisi LAT yang sudah tidak memiliki topsoil dan tekstur tanahnya liat, tidak terdapat topsoil maka pengolahan tanah harus terlebih dahulu diberi tanah mineral dan bahan organik dan tanah ditanami LCC

• pH tanah 5,3-5,4 (masam)

3. Ekonomi • kegiatan penambangan sudah tidak aktif• teridentifikasi adanya potensi ekonomi dari hasil pemulihan lahan

4. Sosial Dukungan masyarakat terhadap upaya pemulihan lahan bekas tambang

5. Manajemen • kesediaan Pemerintah Kabupaten, Kecamatan dan masyarakat sangat mendukung dan bersedia dalam mer-encanakan, mengelola, melaksanakan, dan mengawasi, pemulihan LAT

6. Teknis • Kemudahan akses menuju lokasi tapak• Sumber air tersedia dari lubang bekas galian

Sumber: Direktorat PKLAT, 2019

1112015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Gambar 3.73 Peta Sebaran Lokasi DED Pemulihan Tahun 2015-2019Sumber: Direktorat PKLAT, 2019

Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas tutupan lahan dilakukan dengan pemulihan pada lahan-lahan terlantar bekas pertambangan rakyat. Pemulihan yang dilakukan sejak 2015-2019 mencapai 58,126 Ha (Tabel 3.52). Pemulihan yang dilakukan pada tahun 2019 seluas 40,18 Ha, sehingga capaian kinerjanya sebesar 133% (target 30,2 Ha).

No. Nama Desa/Kecamatan

Nama Kabupaten/Provinsi

Jenis tambang Model Pemulihan Luasan (Ha) Penyerapan Tenaga Kerja

(Orang)

Keuntungan Ekonomi (Rp)

1. Gari/Wonosari Gunung Kidul/DIY batu gamping Pasar Ekologis 0,7 74 30-40 juta per minggu

2. Air Selumar/Sijuk Belitung/Bangka Belitung

timah AgroEduwisata 8,041 42 54,8 juta per periode panen

3. Durian Demang/Karang Tinggi

Bengkulu Tengah/Bengkulu

batu Taman Wisata 6,4 52 77 juta per periode panen

4. Nagari Tebing Tinggi/Pulau Punjung

Dharmasraya/Sumatera Barat

emas Edu Ecogreen 3,8 17 4 juta per kunjungan

wisata

5. Batu Butok/Muara Komam

Paser/Kalimantan Timur

emas Agroforestry 1,175

Tabel 3.52 Pemulihan Lahan Akses Terbuka Tahun 2015-2019

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

112 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

No. Nama Desa/Kecamatan

Nama Kabupaten/Provinsi

Jenis tambang Model Pemulihan Luasan (Ha) Penyerapan Tenaga Kerja

(Orang)

Keuntungan Ekonomi (Rp)

6. Kancinaa/Pasarwajo Buton/Sulawesi Tenggara

pasir Taman Kota 0,98

7. Bambang/Wajak Malang/Jawa Timur

pasir AgroEdutourism 21

8. Cisantana/Cigugur Kuningan/Jawa Barat

pasir dan batu Ruang Terbuka Hijau

7,63

9. Jangkar Asam/Gantung

Belitung Timur/Bangka Belitung

timah Wisata Pemancingan

8,4

TOTAL 58,126

Total lahan yang sudah dipulihkan sejak tahun 2015-2019 pada 9 lokasi tersebut sebesar 58,126 Ha. Berikut lokasi lahan terlantar bekas tambang yang dipulihkan Tahun 2019 yaitu:

1) Agro Edutourism di Desa Bambang, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang.

Terletak di kawasan agropolitan di kaki Gunung Semeru, lahan bekas tambang pasir seluas 21 hektar ini dipulihkan dengan konsep wisata agro dan edukasi. Hasil pemulihan diharapkan dapat menjadikan lokasi ini sebagai salah satu destinasi wisata dan memberikan manfaat secara ekonomi dan lingkungan bagi masyarakat. Manfaat lingkungan diperoleh dengan penanaman jenis tanaman loka Sedangkan manfaat secara ekonomi bagi masyarakat antara lain:

a. Peningkatkan nilai tambah dan produktifitas lahan terhadap lahan bekas tambang yang semula ditelantarkan menjadi lahan yang dimanfaatkan untuk kegiatan wisata

b. Menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat melalui pembentukan unit usaha pengelolaan kawasan wisata dibawah naungan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Tenaga kerja yang terserap dari jenis pekerjaan pengelola kawasan, petugas pemeliharaan tanaman, petugas kebersihan, petugas loket tiket masuk, pemandu wisata, pedagang (makanan, cindera mata), dan juru parkir.

c. Pertumbuhan ekonomi atau pendapatan finansial bagi masyarakat diperoleh dari penjualan tiket masuk, penyewaan kios, penyewaan alat safety wahana swafoto di tebing bukit.

Kondisi awal lahan bekas tambang yang dipulihkan di lokasi ini dapat dilihat pada Gambar 3.74 serta kondisi lahan bekas tambang yang sudah dipulihkan dapat dilihat pada Gambar 3.75.

Gambar 3.74 Kondisi lahan bekas tambang pasir Desa Bambang, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang sebelum dilakukan pemulihanSumber: Direktorat PKLAT, 2019

Sumber: Direktorat PKLAT, 2019

1132015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Gambar 3.75 Obyek wisata agro di Desa Bambang, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang setelah dilakukan pemulihanSumber: Direktorat PKLAT, 2019

2) Taman Kota di Desa Kancinaa, Kecamatan Pasarwajo, Kabupaten Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara.

Lahan bekas tambang pasir seluas 0,98 hektar ini dipulihkan dengan konsep Ruang Terbuka Hijau berupa Taman Kota Pasarwajo. Hasil pemulihan diharapkan dapat menjadikan lokasi ini sebagai salah satu destinasi wisata dan memberikan manfaat secara ekonomi dan lingkungan bagi masyarakat di Kepulauan Buton. Manfaat lingkungan diperoleh dalam bentuk pencegahan abrasi pantai dan intrusi air laut serta penyediaan ruang terbuka hijau yang bisa berfungsi sebagai pengatur kualitas udara. Sedangkan manfaat secara ekonomi bagi masyarakat antara lain:a. Menyediakan lapangan pekerjaan bagi

masyarakat melalui pembentukan unit usaha

Gambar 3.76 Kondisi lahan bekas tambang pasir Desa

Kancinaa, Kecamatan Pasarwajo, Kabupaten Buton sebelum

dilakukan pemulihanSumber: Direktorat PKLAT, 2019

Gambar 3.77 Taman Kota Pasarwajo di Desa Kancinaa, Kecamatan Pasarwajo, Kabupaten Buton setelah dilakukan pemulihan

Sumber: Direktorat PKLAT, 2019

pengelolaan kawasan wisata dibawah naungan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Jumlah tenaga kerja yang terserap diperkirakan jenis pekerjaan pengelola dari kawasan, petugas pemeliharaan tanaman, petugas kebersihan, petugas loket tiket masuk, pemandu wisata, pedagang (makanan, cindera mata), dan juru parkir.

b. Pertumbuhan ekonomi atau pendapatan finansial bagi masyarakat diperoleh dari penjualan tiket masuk, penyewaan kios, hasil panen tanaman produksi (kelapa hibrida dan jeruk lemon).

Kondisi awal lahan bekas tambang yang dipulihkan di lokasi ini dapat dilihat pada Gambar 3.76 serta kondisi lahan bekas tambang yang sudah dipulihkan dapat dilihat pada Gambar 3.77.

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

114 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

3) Agroforestry di Desa Batu Butok, Kecamatan Muara Komam, Kabupaten Paser, Provinsi Kalimantan Timur.

Lahan bekas tambang emas seluas 1,175 hektar dipulihan dengan konsep Agroforestry. Hasil pemulihan diharapkan dapat menjadikan lokasi ini sebagai areal perkebunan dan memberikan manfaat secara ekonomi dan lingkungan bagi masyarakat.Manfaat lingkungan diperoleh dalam bentuk peningkatan tutupan vegetasi melalui penanaman tanaman kehutanan jenis Gaharu sedangkan manfaat secara ekonomi bagi masyarakat antara lain:1. Menyediakan lapangan pekerjaan bagi

masyarakat melalui pembentukan unit usaha pengelolaan kawasan wisata dibawah naungan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Rakat Mufakat. Tenaga kerja yang terserap diperkirakan jenis pekerjaan dari pengelola kawasan, petugas pemeliharaan tanaman, petugas kebersihan.

2. Pertumbuhan ekonomi atau pendapatan finansial bagi masyarakat diperoleh dari hasil panen tanaman kehutanan (gaharu).

Kondisi awal lahan bekas tambang yang dipulihkan di lokasi ini dapat dilihat pada Gambar 3.78 serta kondisi lahan bekas tambang yang sudah dipulihkan dapat dilihat pada Gambar 3.79.

Gambar 3.78 Kondisi lahan bekas tambang pasirdi Desa Batu Butok, Kecamatan Muara Komam, Kabupaten Paser sebelum dilakukan

pemulihanSumber: Direktorat PKLAT, 2019

Gambar 3.79 Agroforestry di Desa Batu Butok, Kecamatan Muara Komam, Kabupaten Paser setelah dilakukan pemulihan

Sumber: Direktorat PKLAT, 2019

4) Wisata Pemancingan di Desa Jangkar Asam, Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Lahan bekas tambang timah seluas 8,4 hektar ini dipulihkan dengan konsep wisata pemancingan. Hasil pemulihan diharapkan dapat menjadikan lokasi ini sebagai salah satu destinasi wisata dan memberikan manfaat secara ekonomi dan lingkungan bagi masyarakat. Manfaat lingkungan diperoleh dalam bentuk peningkatkan tutupan vegetasi dan perbaikan kualitas tanah dengan penanaman cemara laut serta penataan lahan untuk mengurangi erosi. Sedangkan manfaat secara ekonomi bagi masyarakat antara lain:1. Menyediakan lapangan pekerjaan bagi

masyarakat melalui pembentukan unit usaha pengelolaan kawasan wisata dibawah naungan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Tenaga kerja yang terserap diperkirakan jenis pekerjaan dari pengelola kawasan, petugas pemeliharaan tanaman, petugas kebersihan, petugas loket tiket masuk, pemandu wisata, pedagang (makanan, cindera mata), dan juru parkir.

1152015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Gambar 3.80 Kondisi lahan bekas tambang timah di Desa Jangkar Asam, Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur sebelum

dilakukan pemulihanSumber: Direktorat PKLAT, 2019

Gambar 3.81 Wisata pemancingan di Desa Jangkar Asam, Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur, Kepulauan Bangka Belitung

setelah dilakukan pemulihanSumber: Direktorat PKLAT, 2019

5) Kawasan Wisata Lawang Geger di Desa Cisantana, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan, Propinsi Jawa Barat.

Lahan bekas tambang batu dan pasir seluas 7,63 hektar ini dipulihkan dengan konsep Ruang Terbuka Hijau.Hasil pemulihan diharapkan dapat menjadikan lokasi ini sebagai salah satu destinasi wisata dan memberikan manfaat secara ekonomi dan lingkungan bagi masyarakat. Manfaat lingkungan diperoleh dalam bentuk peningkatan tutupan vegetasi dan perbaikan kualitas tanah dengan penanaman cemara laut, pinus, pucuk merah dan trembesi dan tanaman buah durian. Sedangkan manfaat secara ekonomi bagi masyarakat antara lain:

1. Menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat melalui pembentukan unit usaha pengelolaan kawasan wisata dibawah naungan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Tenaga kerja yang terserap jenis pekerjaan dari pengelola kawasan, petugas pemeliharaan tanaman, petugas kebersihan, petugas loket tiket masuk, pemandu wisata, pedagang (makanan, cindera mata), dan juru parkir.

2. Pertumbuhan ekonomi atau pendapatan finansial bagi masyarakat diperoleh dari penjualan tiket masuk, penyewaan camping ground, dan parkir.

Kondisi awal lahan bekas tambang yang dipulihkan di lokasi ini dapat dilihat pada Gambar 3.82 serta kondisi lahan bekas tambang yang sudah dipulihkan dapat dilihat pada Gambar 3.83.

2. Pertumbuhan ekonomi atau pendapatan finansial bagi masyarakat diperoleh dari penjualan tiket masuk, parkir, penjualan pakan ikan dan hasil tangkapan ikan.

Kondisi awal lahan bekas tambang yang dipulihkan di lokasi ini dapat dilihat pada Gambar 3.80 serta kondisi lahan bekas tambang yang sudah dipulihkan dapat dilihat pada Gambar 3.81.

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

116 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

Gambar 3.82 Kondisi lahan bekas tambang batu dan pasirDesa Cisantana, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan sebelum dilakukan pemulihan

Sumber: Direktorat PKLAT, 2019

Gambar 3.83 Kawasan Wisata Lawang Gege di Cisantana, Kecamatan Ciguru, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat setelah dilakukan pemulihan

Sumber: Direktorat PKLAT, 2019

IKK 2Proporsi Jumlah Industri yang Meningkat Ketaatannya Untuk Melakukan Rehabilitasi Pasca Tambang Sebesar 75% dari 106 industri yang Dinilai

Kegiatan penilaian kinerja industri dalam rehabilitasi paska tambang telah berjalan sesuai dengan mekanisme yang berlaku. Evaluasi dilaksanakan terhadap aspek pengendalian kerusakan lahan melalui mekanisme verifikasi lapangan, evaluasi dokumen dengan sistem pelaporan elektronik (Simpel), supervisi penilaian provinsi, dan evaluasi sanggahan.

Penilaian kinerja industri dalam aspek pengendalian kerusakan lahan dilakukan terhadap 82 perusahaan dengan rincian 9 industri melalui pengawasan langsung, 9 industri melalui penilaian dengan Simpel, dan 64 industri melalui mekanisme supervisi Simpel provinsi.

Penilaian yang dilakukan meliputi kriteria kesesuaian dengan perencanaan, kesinambungan tahapan, stabilitas geoteknik, upaya pengelolaan batuan asam, sistem drainase, dan kebencanaan.

Dalam upaya pencapaian output kegiatan, telah dilakukan penghitungan statistik terhadap upaya perusahaan dalam peningkatan rehabilitasi dan paska tambang secara kumulatif pada periode tahun 2000 -2016, didapatkan data bahwa total luas lahan terganggu dari kegiatan pertambangan mencapai 59.955,76 hektar. Untuk perbaikan kualitas lingkungan, perusahaan secara berkesinambungan melakukan reklamasi dan

1172015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Gambar 3.84 Data Luas Lahan Terganggu dan Reklamasi dan Revegetasi Per Periode 2018-2019 (hektar)

Sumber: Direktorat PKG, 2019

Luas Lahan Terganggu Luas Revegetasi

2016 2017 2018 2019

Secara grafik Tahun 2019, kondisi itu tercermin pada peningkatan luas lahan terganggu yang cukup signifikan pada periode PROPER ini. Luas lahan terganggu pada periode ini mencapai 16.296,68 hektar dimana luasan tersebut bisa merupakan bukaan lahan baru, atau pembukaan kembali lahan yang sebelumnya telah ditambang, ditimbun, dan direklamasi, atau sering disebut dengan istilah redisturbed area.

revegetasi yang luasnya mencapai 21.423,24 hektar. Rasio antara reklamasi dan revegetasi dengan luas total lahan terganggu tersebut sekitar 35,73%.

Sedangkan rasio antara reklamasi dan revegetasi antara tahun 2017 - 2019 rata-rata 48,96% dengan kisaran nilai antara 45,49% hingga 52,96%. Data luas lahan terganggu,luas reklamasi dan revegatasi tersebut disajikan dalam Gambar 3.84 di bawah ini.

Secara prinsip konservasi sumber daya alam, proses penambangan kembali pada lahan yang sebelumnya telah ditambang merupakan hal yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah dalam prinsip tersebut. Namun demikian, dengan alasan tertentu, apabila perusahaan bersedia untuk mengganti area yang diganggu ulang dengan melakukan reklamasi ulang pula pada periode yang sama, maka hal tersebut tetap dapat dilakukan.

Meskipun lahan terganggu mengalami peningkatan, hal tersebut juga diimbangi dengan peningkatan luasan reklamasi pada periode yang sama. Pada periode ini, total luasan reklamasi mencapai 7.891,44 hektar atau bila kita bandingkan antara lahan terganggu dengan reklamasi sebesar 48,42%. Hal ini menunjukkan bahwa, rasio ini harus selalu ditingkatkan setiap tahunnya untuk pengendalian kerusakan lingkungan. Perusahaan pertambangan harus mempunyai perencanaan yang baik dalam melakukan pembukaan lahan karena semakin luas pembukaan lahan, semakin besar pula potensi kerusakan yang dihasilkan. Oleh karena itu, untuk mendorong peningkatan kinerja pengelolaan lingkungan yang baik khususnya aspek pengendalian kerusakan lahan, perusahaan tersebut harus melakukan kegiatan penambangan secara kontinyu dan menerapkan prinsip konservasi. Selain itu, perusahaan juga harus melakukan kegiatan progressive mining, yaitu melakukan kegiatan penambangan secara simultan dengan kegiatan reklamasi sehingga area terbuka yang digunakan untuk kegiatan pertambangan akan segera dilakukan backfilling dan reklamasi.

59,

955.

76

21,

423.

24

5,6

21.2

8

2,9

77.2

7 17,

303.

49

7,8

70.5

4

16,

296.

68

7,8

91.4

4

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

118 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

Gambar 3.85 Grafik Prosentase Luasan Status Kerusakan Ekosistem Gambut Nasional (Per Provinsi)

Sumber: Direktorat PKG, 2019

Tidak Rusak Rusak Ringan Rusak Sedang Rusak Berat Rusak Sangat Berat

aceh

beng

kulu

jam

bi

bang

ka b

elitu

ng

kepu

laua

n ria

u

lam

pung

sum

ater

a ba

rat

sum

ater

a se

lata

n

sum

ater

a ut

ara

kalim

anta

n ba

rat

kalim

anta

n se

lata

n

kalim

anta

n te

ngah

kalim

anta

n tim

ur

kalim

anta

n ut

ara

sula

wes

i bar

at

sula

wes

i ten

gah

papu

a

papu

a ba

rat

Selama dekade terakhir ini banyak areal lahan gambut yang telah dibuka untuk berbagai kepentingan. Lahan gambut merupakan lahan marginal untuk pertanian karena kesuburannya yang rendah, pH sangat masam, dan keadaan drainasenya yang jelek. Tetapi karena keterbatasan lahan bertanah mineral, ekstensifikasi pertanian ke lahan gambut tidak dapat dihindari utamanya untuk kegiatan pertanian dan perkebunan. Kegiatan pembukaan lahan tersebut karena adanya kepentingan ekonomi jangka pendek dan tidak mempertimbangkan lingkungan untuk kepentingan jangka panjang. Lahan gambut yang telah dimanfaatkan dengan pengelolaan yang salah, telah mengakibatkan kerusakan ekosistemnya.

Luas lahan gambut Indonesia mencapai 24.667.804 Ha. Pemanfaatannya yang tidak ramah lingkungan telah menimbulkan permasalahan khususnya degradasi lahan, kebakaran lahan dan kerusakan lahan gambut yang dapat mengancam keberadaannya. Kerusakan gambut pada kawasan fungsi lindung mencapai 12.069.707 Ha dan pada fungsi budidaya 12.066.962 Ha. Luasnya kerusakan lahan gambut ini harus segera dipulihkan untuk mengembalikan fungsi ekosistem gambut sebagaimana keadaan dan fungsi alaminya agar mampu menekan permasalahan seperti kebakaran lahan yang menjadi isu nasional.

Pemulihan fungsi ekosistem gambut dilakukan melalui beberapa tindakan seperti reweting dan revegetasi di lahan masyarakat dan di lahan konsesi (perkebunan dan hutan tanaman industri). Persentase luasan status kerusakan ekosistem gambut nasional dapat dilihat pada Gambar 3.85berikut ini.

E. MENINGKATNYA KUALITAS PENGELOLAAN LAHAN GAMBUT

Dampak yang ditimbulkan antara lain, hilangnya air di lahan gambut akibat pembuatan saluran/parit/kanal, sehingga gambut menjadi mudah terbakar atau mengalami subsiden (penurunan ketebalan gambut). Pembuatan sistem drainase juga mengakibatkan pemadatan dan mempercepat terjadinya oksidasi atau dekomposisi bahan organik yang akan melepaskan CO2 (emisi gas rumah kaca). Berdasarkan peta status kerusakan ekosistem gambut nasional, Ditjen PPKL melakukan pemulihan lahan gambut dan tiap kerusakan ekosistem gambut memiliki tingkat prioritas masing-masing tergantung tingkat kerusakannya.

1192015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Pengelolaan ekosistem gambut sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor: 41 Tahun 2014 jo PP Nomor 57 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2014 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut tersebut, dilakukan dengan pendekatan Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG) yaitu keberadaan ekosistem gambut yang letaknya diantara 2 (dua) sungai, di antara sungai dan laut, dan/atau pada rawa. Di Indonesia diperkirakan terdapat 865 KHG yang terdiri dari lahan gambut dan lahan non gambut.

Rencana pelaksanaan pemulihan dengan cara rehabilitasi vegetasi jenis adaptif tidak dapat sepenuhnya dilaksanakan karena kendala kemarau yang berkepanjangan (el nino) dan bencana kebakaran hutan di lahan gambut. Berdasarkan hal tersebut maka disepakati untuk memilih pemulihan ekosistem gambut dengan metode tata kelola air dan membangun penyekatan saluran/kanal (tabat).

Sekat kanal ini juga mampu menjadi media yang berguna bagi masyarakat setempat seperti sumber air bersih dan sumber air untuk mengatasi kebakaran. Pemanfaatan gambut sebagai sarana konservasi sumber keanekaragaman hayati, gambut merupakan

tempat tumbuh bagi vegetasi endemik lahan gambut seperti pohon ramin, kempas, pulai rawa, jelutung rawa, meranti, gelam, berbagai jenis pakis, pandan dan semak juga sebagai habitat satwa seperti burung, ikan rawa dan satwa mamalia lainya. Pemulihan fungsi ekosistem gambut juga berdampak pada iklim global, karena lahan gambut merupakan penyimpan karbon yang besar, lahan gambut yang basah akan sulit terbakar sehingga re-wetting sangat berperan dalam mengurangi emisi karbon.

Salah satu indikator kinerja pada perjanjian kinerja Ditjen PPKL tahun 2019 adalah Luas lahan gambut yang terpulihkan. Sasaran program meningkatnya kualitas pengelolaan lahan gambut memiliki satu indikator kinerja seperti yang dapat dilihat pada Tabel 3.53 Capaian kinerja untuk pemulihan Ekosistem Gambut pada tahun 2019 adalah sebesar 104,53% atau seluas 1.568 Ha dari target yang ditetapkan yaitu 1.500 Ha. Capaian kinerja pemulihan 2015-2019 sebesar 9.950 Ha dari total target 7.176 Ha (138,66%) sampai 2019. Hal ini menunjukan bahwa Strategi dalam rangka pencapaian target 2019 yang diselenggarakan telah berhasil dengan baik. Penentuan target luasan yang akan dipulihkan adalah dengan cara rehabilitasi vegetasi jenis adaptif dan metode tata kelola air dengan membangun sekat kanal (tabat).

No. Indikator KinerjaKegiatan

Sasaran Kegiatan

CapaianTahun 2015

CapaianTahun2016

CapaianTahun2017

CapaianTahun2018

TargetRPJMN

2019

TargetPK

2019

RealisasiTahun2019

CapaianTahun2019

1 Jumlah sekat kanal yang diban-gundi lahan gambut, luas ekosis-tem gambut yang terpuli-hkan

Terban-gunnya sarana untuk pemulihanla-han gambut (sekat kanal) (total target:

173 ha 2.870 ha 2.139 ha 3.200 ha 500 ha 1.500 ha 1.568 ha 104,53%

Tabel 3.53 Capaian Kinerja Indikator Kinerja Kegiatan Pengendalian Kerusakan Gambut

Sumber : Direktorat PKG,2019

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

120 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

Pembangunan sekat kanal ini disebar dan dibangun pada daerah berdasarkan peta kerusakan nasional yang diurut berdasarkan tingkat prioritas pemulihannya dan berada di lahan masyarakat. Sampai tahun 2019 lokasi sekat kanal berada di 8 Provinsi (Provinsi Aceh, Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Jambi, Provinsi Riau, Provinsi Kalimantan Barat, Provinsi Kalimantan Tengah dan Provinsi Kalimantan Timur)dengan jumlah sekat yang terbangun mencapai 627 unit (Tabel 3.54). Beberapa pembangunan sekat kanal dari tahun 2015-2019 dapat dilihat pada Gambar 3.86 sampai Gambar 3.91.

Tabel 3.54 Pembangunan Sekat Kanal Tahun 2015-2019

NO PROVINSI KABUPATEN KECAMATAN DESA KHGJUMLAH

REALISASI SEKAT

LUASAN REALISASI

(Ha)

TAHUN PEMBUATAN

1 ACEH Nagan Raya Darul Makmur Gampong Sumber Bhakti (Seunaam IV)

KHG Krueng Tripa - Krueng Seuneuam

10 140 2016

17 238 2017

Sumber Bakti KHG Krueng Tripa - Krueng Seuneuam

3 51 2018

Gampong Serba Jadi

KHG Krueng Tripa - Krueng Seuneuam

2 28 2016

2 28 2017

Sumber Mak-mur

KHG Krueng Tripa - Krueng Seuneuam

5 70 2017

Sumber Mak-mur

KHG Krueng Surin - Krueng Muling

7 119 2018

Tadu raya Aloe Siron KHG Krueng Tadu - Krueng Tripa

5 90 2019

Cot Mee KHG Krueng Teumiyee - Krueng Tadu

4 72 2019

Aceh Barat Daya

Kuala Batee Blang Makmur KHG Krueng Surin - Krueng Batee

5 70 2016

16 224 2017

Blang Makmur KHG Alue Getah - Krueng le Mirah

5 85 2018

Babahrot Ie Mirah KHG Alue Getah - Krueng le Mirah

5 70 2016

11 154 2017

le Mirah KHG Alue Getah - Krueng le Mirah

2 34 2018

Lhok Gayo KHG Alue Getah - Krueng le Mirah

4 68 2018

Aceh Jaya Teunom Seuneubok Padang

KHG Krueng Pango - Krueng On

5 75 2017

Seunebok Padang

KHG Krueng Pango - Krueng On

10 170 2018

Lueng Gayo KHG Krueng Pneunom - Krueng Lambalik

5 75 2017

Batee Roo KHG Krueng Pango – Krueng On

9 162 2019

Aceh Barat Bubon Seuneubok Trap

KHG Krueng Gubon - Krueng Meureubo

5 75 2017

Suak Pangkat KHG Krueng Gubon - Krueng Meureubo

5 75 2017

1212015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

NO PROVINSI KABUPATEN KECAMATAN DESA KHGJUMLAH

REALISASI SEKAT

LUASAN REALISASI

(Ha)

TAHUN PEMBUATAN

Woyla barat Blang Luah KHG Krueng Wonki - Krueng Gubon

7 119 2018

Napai KHG Krueng Gubon - Krueng Meureubo

5 85 2018

Kaway XVI Peunia KHG Sungai Krueng Gubon - Sungai Krueng Meureubo

5 90 2019

Simpang KHG Sungai Krueng Gubon - Sungai Kru-eng Meureubo

5 90 2019

Aceh Selatan Trumon Tengah

Lhok Raya KHG Krueng Trumon - Lae Tarap

11 165 2017

Kota Subu-lussalam

Rundeng Pasar Rundeng KHG Krueng Trumon - Lae Tarap

6 102 2018

Muara Batu - Batu

KHG Krueng Trumon - Lae Tarap

5 85 2018

Aceh Singkil Singkil Pemuka KHG Lae Sulampi - Lae Gosong

6 102 2018

Suka Damai KHG Lae Sulampi - Lae Gosong

6 102 2018

2 JAMBI Muaro Jambi Kumpeh Sungai Aur KHG Sungai Batanghari - Sungai Air Hitam Laut

28 392 2016

Tanjung Jabung Timur

Dendang Catur Rahayu KHG Sungai Mendahara - Sungai Batanghari

21 294 2016

3 RIAU INDRAGIRI HILIR

Tempuling Harapan Jaya KHG Sungai Gaung - Sungai Batangtuaka

11 154 2016

SIAK Siak Kampung Langkai

KHG Sungai Siak - Sungai Kampar

8 112 2016

Bengkalis Bukit Batu Kampung Jawa

3 14 2015

Ds. Sepa-hat-Tanjung Leban,

46 644 2016

Dumai Medang Kampai

Pelintung 2 49 2015

Pelalawan Pelalawan Pelalawan 13 182 2016

Mempawah Sungai Pinyuh Galang 10 140 2016

4 SUMATERA UTARA

Labuhan-batu

Panai Tengah Pasar Tiga KHG Sungai Barumun - Sungai Kubu

5 100 2017

Panai Hilir Sungai Lumut KHG Sungai Barumun - Sungai Kubu

3 60 2017

Bilah Hilir Sei Kasih KHG S Kualuh Bilah -S Barumun

5 70 2018

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

122 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

NO PROVINSI KABUPATEN KECAMATAN DESA KHGJUMLAH

REALISASI SEKAT

LUASAN REALISASI

(Ha)

TAHUN PEMBUATAN

Tanjung Hola-ban

KHG S Kuo - S Kualuh Bilah

5 70 2018

Sei Tampang KHG S Kualuh Bilah - S Barumun

4 76 2019

Sei Tarolat KHG S Kuo - S Kualuh Bilah

5 95 2019

Labuhan batu Utara

Kualuh Hilir Sei Sentang KHG Sungai Kuo - Sungai Kualuh Bilah

6 120 2017

Kampung Mesjid

KHG Sungai Kuo - Sungai Kualuh Bilah

2 40 2017

Kuala Hulu Sonomartani KHG S Leidong -S Kuala

5 70 2018

Kuala Hilir Teluk Binjai KHG S Leidong - S Kuala

5 70 2018

Kualuh Hulu Sukarame KHG S Asahan - S Leidong

5 95 2019

Sukarame Baru KHG S Leidong - S Kuala

5 95 2019

Asahan Sei Kepayang Bangun Baru KHG S Asahan - S Leidong

5 70 2018

Perbangunan KHG S Asahan - S Leidong

5 70 2018

Aek Kuasan Rawasari KHG S Asahan - S Leidong

10 190 2019

Labuhan batu Selatan

Kampung Rakyat

Teluk Panji IV KHG S Barumun - S Kubu

5 70 2018

Tanjung Mulia KHG S Barumun - S Kubu

5 70 2018

Teluk Panji KHG S Bilah - S Barumun

4 76 2019

Tanjung Selamat

KHG S Barumun - S Kubu

5 95 2019

Tapanuli Selatan

Muara Batang Toru

Muara Manompas

KHG Aek Na Birong - Aek Batang Toru

10 140 2018

Mandailing Natal

Muara Batang Gadis

Pasar I Singkuang

KHG Aek Siriam - Batang Singkuang

9 126 2018

5 SUMATERA BARAT

Agam Tanjung Mutiara

Tiku Utara KHG Bah Antokan - S Tiku

5 85 2018

Tiku Lima Jorong

KHG S Tabat -Batang Masangkiri

3 51 2018

Pesisir Selatan

Lunang Nagari Lunang Tiga

KHG Aek Lunang - Aek Sidang

2 34 2018

Silaut Sambungo KHG Aek Sialut - Aek Menjuto

6 102 2018

1232015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Sumber : Direktorat PKG, 2019

NO PROVINSI KABUPATEN KECAMATAN DESA KHGJUMLAH

REALISASI SEKAT

LUASAN REALISASI

(Ha)

TAHUN PEMBUATAN

Pasaman Barat

Kinali Katiagan Mandiangan

KHG S Tabat - Batang Masangkiri

5 85 2018

Kinali KHG Batang Ampu - Bah Mandiangin

5 85 2018

6 KALIMAN-TAN BARAT

Mempawah Sungai Pinyuh Sungai Rasau KHG Sungai Mempawah - Sungai Peniti

2 20 2015

Kubu Raya Rasau Jaya Rasau Jaya II KHG Sungai Pungurbesar - Sungai Kapuas

10 140 2016

Ketapang Ketapang Ketapang 14 196 2016

7 KALIMAN-TAN TIMUR

Kutai Kartanegara

Sabintulung Muara Kaman KHG Sungai Ke-dangyantu - Sungai Sabintulung

8 160 2017

Muara Muntai Perian KHG Sungai Jempang - Sungai Kedangpahu

8 160 2017

Muara Wis Sebemban KHG S Melintang - S Layah

9 162 2018

Muara Kaman Bunga Jadi KHG S Mahakam - S Sabintulung

5 95 2019

Sido Mukti KHG S Mahakam - S Sabintulung

4 76 2019

Sedulang KHG S Mahakam - S Sabintulung

8 112 2016

Kutai Timur Muara Bengkal Ngayau KHG Sungai Kelinjau - Sungai Kedangyantau

8 112 2016

8 160 2017

Senamba KHG S Kelinjau - S Kedangyantau

9 162 2018

Kutai Barat Jempang Perigiq KHG Sungai Jempang - Sungai Kedangpahu

8 160 2017

Bongan Penawai - 9 162 2018

Muara Pahu Gunung Bayan KHG Sungai Jempang - Sungai Kedangpahu

5 95 2019

Siluq Ngurai Tesibaq KHG Sungai Mahakam - Sungai Kedangpahu

4 76 2019

Berau Gunung Tabur Merancang Ilir - 9 162 2018

Paser Tanah Grogot Rantau Pan-jang

KHG S Pasir - S Kuaro 9 162 2018

8 KALIM-ANTAN TENGAH

Kapuas Mentangai Mentangai Hulu

3 50 2015

3 42 2016

Pulau Pisau Jabiren Raya Tumbang Nusa 2 40 2015

3 42 2016

JUMLAH 627 9950

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

124 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

Gambar 3.86 Sekat kanal di Kabupaten Nagan Raya, Provinsi Aceh

Gambar 3.87 Sekat kanal di Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh

Gambar 3.88 Sekat kanal di Kabupaten Aceh Jaya, Provinsi Aceh

Gambar 3.89 Sekat kanal di Kabupaten Asa-han, Provinsi Sumatera Utara

Gambar 3.90 Sekat kanal di Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera

Utara

Gambar 3.91 Sekat kanal di Kabupaten Labuhanbatu Selatan, Provinsi Sumatera

Utara Sumber: Direktorat PKG, 2019

Pemulihan ekosistem gambut di lahan masyarakat disertai dengan pembentukan kemandirian masyarakat. Lokasi pembangunan sekat kanal ditentukan oleh masyarakat setempat yang akan menerima manfaat langsung dan sekaligus dapat melakukan pemeliharaan. Hal ini bertujuan untuk memperkenalkan pengelolaan lahan gambut yang berkelanjutan dan mempunyai nilai tambah. Ruang lingkup kegiatan pemulihan di lahan masyarakat mencakup beberapa kegiatan pokok, yaitu:

1. Rekrutmen tenaga fasilitator masyarakat;2. Kerjasama dengan lembaga pendamping;3. Memberikan pelatihan peningkatan kapasitas

kepada Tim Fasilitator Masyarakat (TFM);

4. Koordinasi dan sosialisasi program dengan Pemerintah Daerah, Stakeholders terkait dan Lembaga;

5. Melakukan identifikasi masalah dan analisis situasi, dengan metoda partisipatif;

6. Membentuk Tim Kerja Masyarakat (TKM); dan7. Menyusun Rencana Aksi Masyarakat (RAM).

Pelaksanaan program RKM atau Rencana Kemandirian Masyarakat ini disesuaikan dengan daerah yang menjadi lokasi pembangunan sekat kanal. Hal ini sebagai salah satu upaya pemberdayaan masyarakat untuk turut berperan aktif dalam menjaga ekosistem gambut. Pelaksasanaan pendampingan masyarakat dapat dilihat pada Gambar 3.92 Sebaran Lokasi Program Kemandirian Masyarakat tahun 2016-2019 dapat dilihat pada Tabel 3.55.

1252015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Tabel 3.55 Program Kemandirian Masyarakat Tahun 2016-2019

Provinsi Kabupaten Kecamatan Desa Tahun

Aceh

Aceh Barat

Woyla BaratBlang Luah 2018

Napai 2018

BubonSeuneubok Trep 2017

Suak Pangkat 2017

Trumon Tengah Lhok Raya 2017

Kaway XVIPeunia 2019

Simpang 2019

Kota Subulussalam RundengMuara Batu-Batu 2018

Pasar Rundeng 2018

Aceh Singkil SingkilPemuka 2018

Suka Damai 2018

Aceh Jaya Teunom

Seuneubok Padang 2017

Lueng Gayo 2017

Batee Roo 2019

Aceh Selatan Trumon Timur Pinto Rimba 2017

Nagan Raya

Darul Makmur

Seuneam 3 (Sumber Makmur)

2016

Seuneam 4 (Sumber Bakti)

2016

Tadu RayaAloe Siron 2019

Cot Mee 2019

Aceh Barat DayaBabahrot Ie Mirah 2016

Kuala Batee Blang Makmur 2016

Sumatera Barat Agam Tanjung Mutiara Tiku Utara 2018

Tiku V Jorong 2018

Pasaman Barat Kinali Kinali 2018

Katiangan 2018

Pesisir Selatan Lunang Lunang Tiga 2018

Silaut Sambungo 2018

Sumatera Utara

AsahanSei Kepayang

Bangun Baru 2018

Perbangunan 2018

Aek Kuasan Rawasari 2019

Labuhanbatu

Bilah Hilir

Sei Kasih 2018

Tanjung Haloban 2018

Sei Tampang 2019

Sei Tarolat 2019

Panai Tengah Pasar Tiga 2017

Panai Hilir Sungai Lumut 2017

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

126 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

Provinsi Kabupaten Kecamatan Desa Tahun

Labuhanbatu Utara

Kualuh HilirSei Sentang 2017

Kampung Mesjid 2017

Kualuh HuluSukarame 2019

Sukarame Baru 2019

Labuhanbatu Selatan Kampung Rakyat

Tanjung Mulia 2018

Teluk Panji IV 2018

Teluk Panji 2019

Tanjung Selamat 2019

Kalimantan Timur Kutai Kartanegara Muara Muntai Perian 2017

Muara Muntai Ilir 2018

Muara Wis Sebemban 2018

Muara Kaman Bunga Jadi 2019

Sido Mukti 2019

Kutai Barat Jempang Pentat 2017

Penyinggahan Loa Deras 2018

Minta 2018

Muara Pahu Gunung Bayan 2019

Siluq Ngurai Tesibaq 2019

Paser Tanah Grogot Pulau Rantau 2018

Rantau Panjang 2018

Kutai Timur Muara Bengkal Ngayau 2016

Kukar Muara Kaman Sedulang 2016

Sabintulung 2016

Jambi Tanjabtim Dendang Catur Rahayu 2016

Jatimulyo 2016

Muaro Jambi Kumpeh Puding 2016

Pulau Mentaro 2016

Riau Indragiri Hilir (Inhil) Tempuling Harapan Jaya 2016

P. Burung Suka Jaya 2016

Siak Sungai Apit Rawa Mekar Jaya 2016

Lalang 2016

Kalimantan Barat Kubu Raya Rasau Jaya Rasau Jaya II 2016

Mempawah Sei Pinyuh Galang 2016

Sumber : Direktorat PKG,2019

1272015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Manfaat yang diharapkan dari terlaksananya Program Kemandirian Masyarakat, antara lain:

1. Mengembangkan organisasi kelembagaan di masyarakat yang dapat berperan secara partisipatif untuk mencegah kerusakan ekositem gambut yang berkepanjangan;

2. Untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam menyusun perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan yang dilakukan masyarakat secara partisipatif melalui pendampingan oleh fasilitator.

Gambar 3.92 Pelaksanaan Supervisi dan Pendampingan Pembangunan Sekat di Lahan MasyarakatSumber : Direktorat PKG, 2019

Pemulihan di lahan masyarakat juga melibatkan Pemerintah setempat. Oleh karena itu, Ditjen PPKL membuat dokumen yang dapat menjadi acuan untuk perlindungan dan pengelolaan gambut. Pembuatan Dokumen Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut (RPPEG) nantinya dijadikan pedoman bagi pemerintah pusat, pemerintah daerah

dan masyarakat yang berada di dalam kawasannya. Dokumen RPPEG Nasional saat ini masih dalam proses penyempurnaan agar segera dapat dimanfaatkan. Dokumen tersebut memuat upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi Ekosistem Gambut dan mencegah terjadinya kerusakan yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian,pemeliharaan, dan pengawasan.

Pemulihan lahan gambut, selain di lahan masyarkat, juga dilakukan di lahan yang berijin menggunakan

intervensi peraturan. Adanya kontrol dari pemerintah terhadap pemantauan kualitas gambut, mengacu pada Pedoman Pemantauan dan Evaluasi Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut(PPNomor71 Tahun 2014 jo PP Nomor 57 Tahun 2016). Pemantauan lahan gambut ini dilakukan di lahan konsesi perusahaan Hutan Tanaman Industri (HTI) dan Pekebunan. Perusahaan-

Gambar 3.93 Pelaksanaan Konsultasi Perusahaan Dalam Membuat Dokumen Pemulihan

Sumber: Direktorat PKG, 2019

perusahan tersebut diarahkan untuk konsultasi pelaksanaan pemulihan dengan membuat dokumen pemulihan di dalam konsesinya (Gambar 3.93). Dokumen rencana pemulihan ini nantinya mencakup hal- hal yang berkaitan dengan ketentuan batas muka air tanah (TMAT), rehabilitasi hingga pelaporan setiap bulannya.

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

128 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

Tabel 3.56 Pemulihan Ekosistem Gambut pada HTI dan Perkebunan Tahun 2015-2019

Kegiatan Pemulihan Hutan Tanaman Industri Perkebunan (HGU) Total

Jumlah perusahaan 68 212 280

Luas pemulihan 2.226.779,94 hektar 1.247.907,78 hektar 3.474.687,72 hektar

Titik penaatan TMAT 5.668 unit 5.022 unit 10.690 unit

Stasiun curah hujan 265 unit 527 unit 792 unit

Sekat kanal terbangun 8.180 unit 19.709 unit 27.889 unit

Rehabilitasi vegetasi 4.438,70 hektar - 4.438,70 hektar

Suksesi alami 306.112 hektar - 306.112 hektar

Sumber : Direktorat PKG, 2019

Pemulihan ekosistem gambut telah berhasil memberikan pengaruh positif terhadap pembasahan ekosistem gambut, sehingga memberikan dampak berupa manfaat ekologi atau lingkungan yaitu saat tiba musim kemarau tidak terjadi kebakaran lahan dan kematian tanaman pertanian masyarakat, sedangkan saat musim penghujan tidak terjadi banjir, baik diareal pertanian lahan gambut maupun pemukiman.

Manfaat ekonomi pemulihan lahan gambut yaitu dapat menekan angka kerugian finansial dan material, maupun ancaman kesehatan bahkan jiwa yang sebelumnya pernah dialami oleh masyarakat. Misalnya saat terjadi kebakaran lahan, masyarakat mengeluarkan biaya untuk pemadaman api secara mandiri, musnahnya investasi akibat terbakarnya tanaman pokok berikut fasilitas penunjangnya. Contoh lainnya adalah dampak yang diakibatkan oleh banjir saat musim penghujan, dapat menyebabkan kerugian berupa rusaknya fasilitas dan aset-aset publik dan privat, musnahnya tanaman pokok akibat terendam banjir dan keluarnya biaya-biaya yang dibutuhkan untuk penanggulangan banjir.

Disampingitu, penerapan teknik-teknik pemulihan ekosistem gambut relatif dapat menurunkan kerugian ekonomi akibat matinya tananam pokok karena kekeringan saat musim kemarau dan biaya yang dikeluarkan untuk merekayasa habitat dan cuaca.

Upaya menyelamatkan lahan gambut dapat memberikan hasil yang lebih luas dan berdampak nyata, apabila terjalin kerjasama dengan berbagai pihak secara terpadu dan terkoordinasi. Hasil kegiatannya juga perlu dipantau, dievaluasi dan dilaporkan untuk dapat dijadikan acuan dalam memperluas kegiatan tersebut ke berbagai lokasi lahan gambut di seluruh Indonesia.

Pelaksanaan pemulihan dan pengelolaan ekosistem gambut tidak hanya melihat panduan dokumen RPPEG saja tetapi juga harus berdasar pada hasil Inventarisasi Peta Fungsi KHG. Beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam Inventarisasi yaitu survei dan verifikasi Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG). Ditjen PPKL telah melakukan Inventarisasi Karakteristik Ekosistem Gambut pada level

Sampai dengan tahun 2019, ada sebanyak 280 perusahaan yang melakukan pembahasan dokumen pemulihan dan sedang melakukan pemulihan di dalam lahan konsesinya. Detail jumlah HTI dan Perkebunan yaitu 212 Perkebunan dan 68 HTI, sedangkan yang telah diterbitkan SK penetapan dokumen pemulihan kepada 202 perkebunan dan 66 HTI. Perusahaan-perusahaan tersebut wajib melaporkan hasil pelaksanaan dokumen rencana setiap bulan. Hal ini untuk melihat progres dan kemajuan pemulihan tiap bulannya, dengan parameter pemulihan yaitu tinggi muka air tanah (TMAT) kurang dari 0,4 meter.

Berdasarkan pada pembahasan dokumen pemulihan pada areal konsesi dan lahan masyarakat ini, Ditjen PPKL mampu memulihkan lahan gambut seluas 3.474.687,72Ha. Secara rinci luas areal pemulihan Ekosistem Gambut pada perkebunan seluas 1.247.907,78 Ha, luas areal pemulihan Ekosistem Gambut pada HTI seluas 2.226.779,94 Ha dan luas dilahan masyarakat mencapai 9.950 Ha. Luasnya lahan gambut yang terpulihkan ini berkaitan dengan penurunan emisi gas rumah kaca. Secara rinci luasan lahan gambut pada lahan konsesi dapat dilihat pada Tabel 3.56.

1292015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Tabel 3.57 Hasil Inventarisasi KHG 2015–2019

No. KHG Kabupaten/Kota, Provinsi Luas Total (Ha)

Tahun 2015

1 S. Kapuas – S. Terentang Kalimantan Barat 23.524

2 P. Bengkalis Riau 90.563

3 S. Kampar – S. Gaung Riau 526.083

4 S. Gaung – S. Batangtuaka Riau 315

5 P. Tebing Tinggi Riau 136.330

Tahun 2016

1 Krueng Surin-Krueng Muling Provinsi Aceh 22.142

2 Krueng Tripa-Krueng Seuneuam Kab. Naganraya, Aceh 16.099

3 S. Kuala-Sungai Kuo Kab. Labuhan Batu Utara, Sumatera Utara 20.762

4 S. Kanopan-S. Kuala Kab. Labuhan Batu Utara, Sumatera Utara 9.179

5 Aek Ubar-Aek Lunang Kab. Pesisir Selatan, Sumatera Barat 23.341

6 Aek Lunang-Aek Sidang Kab. Pesisir Selatan, Sumatera Barat 14.074

7 S. Kedangyantau– S. Kelinjau Kab. Kutai Timur dan Kab. Kutai Kartanegara Kalimantan Timur 31.279

8 S. Kedangyantau-S. Sabintulung Kab. Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur 37.930

Tahun 2017

1 KHG Krueng Matee – Krueng Tumiyee Kab. Nagan Raya, Aceh 4.244

2 KHG Batang Toru – Aek Maraitgadang Kab. Mandailing Natal, Sumatera Utara 2.039

3 KHG Aek Maraitgadang – Aek Sikapas Kab. Mandailing Natal, Sumatera Utara 2.358

4 KHG Batang Ampu – Bah Mandiangin Kab. Pasaman Barat, Sumatera Barat 5.472

Tahun 2018

1 KHG Aek Musi - Aek Upang Prov. Sumatera Selatan 26.244

2 KHG Aek Nabirong - Aek Batang Prov. Sumatera Utara 16.764

3 KHG Krueng Meureubo - Krueng Matee.. Prov. Aceh 5.026

4 KHG Krueng Wonki - Krueng Gubon.. Prov. Aceh 10.356

5 KHG Pulau Mendol Prov. Riau 30.802

6 KHG Sungai Indragiri - Sungai Belilas.. Prov. Riau 23.929

7 KHG Sungai Kualuh Bilah - Sungai Barumun.. Prov. Sumatera Utara 77.464

8 KHG Sungai Tabat - Sungai Masang Kiri.. Prov. Sumatera Barat 16.281

9 KHG Sungai Bila - Sungai Rasaw Prov. Kalimantan Tengah 24.279

10 KHG Sungai Dadau - Sungai Sikan Prov. Kalimantan Barat 14.012

11 KHG Sungai Kapuas - Sungai Mendawak Prov. Kalimantan Barat 70.253

12 KHG Sungai Sambih - Sungai Landak Prov. Kalimantan Barat 19.162

skala 1:50.000 di 71 KHG Prioritas pada 8 Provinsi sampai tahun 2019 dan luasan total sudah terinventarisasi seluas 2.049.407Ha.Provinsi tersebut meliputi Aceh, Sumatera Utara, Riau,Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Hasil Inventarisasi KHG tahun 2015-2019 dapat di lihat pada Tabel 3.57 berikut ini.

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

130 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

No. KHG Kabupaten/Kota, Provinsi Luas Total (Ha)

Tahun 2019

1 KHG Sungai Jelai - Sungai Bila Prov. Kalimantan Tengah 26.088

2 KHG Sungai Seruyan - Sungai Sembuluh Prov. Kalimantan Tengah 37.411

3 KHG Sungai Arut Prov. Kalimantan Tengah 13.645

4 KHG Sungai Rasaw - Sungai Lamandau Prov. Kalimantan Tengah 36.812

5 KHG Sungai Mentaya - Sungai Cempaga Prov. Kalimantan Tengah 23.729

6 KHG Sungai Kapuas - Sungai Mangkutup Prov. Kalimantan Tengah 63.885

7 KHG Sungai Kumai - Sungai Sekonyer Prov. Kalimantan Tengah 9.990

8 KHG Sungai Mentaya - Sungai Tualan Prov. Kalimantan Tengah 9.105

9 KHG Sungai Katingan - Sungai Klaru Prov. Kalimantan Tengah 19.810

10 KHG Sungai Sampang - Sungai Kala Prov. Kalimantan Tengah 25.997

11 KHG Sungai Batang - Sungai Keritang 1 Prov. Riau 39.731

12 KHG Sungai Indragiri - Sungai Batang Prov. Riau 69.808

13 KHG Sungai Indragiri - Sungai Enok Prov. Riau 56.010

14 KHG Sungai Indragiri - Sungai Tuana Prov. Riau 16.258

15 KHG Sungai Senama Kecil - Sungai Rajaelok Prov. Riau 12.370

16 KHG Sungai Batang - Sungai Keritang 2 Prov. Riau 14.944

17 KHG Sungai Nidir - Sungai Enok Prov. Riau 18.957

18 KHG Sungai Kanan - Sungai Buluh Prov. Riau 12.963

19 KHG Sungai Pergam - Sungai Pucuk Besar Prov. Riau 8.963

20 KHG Sungai Belutu - Sungai Leko Prov. Riau 8.481

21 KHG Sungai Bangko - Sungai Rokan Prov. Riau 35.446

22 KHG Sungai Kiyap - Sungai Kampar Kiri Prov. Riau 46.155

23 KHG Sungai Pelanduk - Sungai Tumu Prov. Riau 21.067

24 KHG Pulau Merbau Prov. Riau 21.453

25 KHG Pulau Labu Prov. Riau 534

26 KHG Pulau Menggung Prov. Riau 625

27 KHG Pulau Muda Prov. Riau 3.422

28 KHG Pulau Serapung Prov. Riau 2.785

29 KHG Pulau Topang Prov. Riau 2.846

30 KHG Sungai Boang - Sungai Basira Prov. Riau 8.017

31 KHG Sungai Bunut - Sungai Umban Prov. Riau 17.442

32 KHG Sungai Gasip - Sungai Siak Prov. Riau 7.867

33 KHG Sungai Indragiri Prov. Riau 1.938

34 KHG Sungai Indragiri - Sungai Ekok Prov. Riau 4.271

35 KHG S. Kampar Kiri - Sungai Lipai Prov. Riau 3.980

36 KHG S. Kampar Kiri – S. Segati Prov. Riau 20.210

37 KHG Sungai Lipai - Sungai Bunut Prov. Riau 4.628

38 KHG S. Mendawai - Sungai Gasip Prov. Riau 4.687

1312015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Sumber : Direktorat PKG, 2019

Hasil survei lahan gambut pada 16 KHG tersebut, telah diverifikasi oleh Ditjen PPKL untuk kebenaran kondisi di lapangan. Kondisi 16 KHG tersebut setelah dianalisis menunjukan bahwa banyak lahan gambut yang kedalamannya kurang dari 3 meter atau masuk dalam kriteria fungsi budidaya. Bahkan kondisi gambut yang ada pada KHG Sungai Indragiri-Sungai Belilas, Provinsi Riau sudah tidak ditemukan gambut dengan fungsi lindung (< 3 meter).Kondisi seperti ini sangat dipengaruhi oleh aktivitas manusia, seperti aktivitas

perkebunan dan tanah olahan lainnya. Jika hal ini terus berlangsung tanpa memperhatikan perlindungan dan pengelolaan yang berkelanjutan maka tanah gambut pada kawasan tersebut akan terus menipis bahkan hilang sama sekali. Berdasarkan hasil Inventarisasi Karakteristik Ekosistem Gambut pada 16 (enam belas) KHG Prioritas Tahun 2019 tersebut, dapat diketahui sebaran luasan Fungsi Lindung dan Fungsi Budidaya Ekosistem Gambut pada masing-masing KHG dapat dilihat pada Tabel 3.58 berikut.

Tabel 3.58 Sebaran Indikatif Fungsi KHG Prioritas 2019

Nama KHG Kabupaten ProvinsiFungsi Ekosistem Gambut Luas Total

(Ha)Fungsi Lindung Fungsi budidaya

KHG Krueng Matee – Krueng Tumiyee Naganraya Aceh 0 4.244 4.244

KHG Krueng Surin – Krueng Muling Naganraya Aceh 14.631 7.54 22.171

KHG Krueng Tripa – Krueng Seuneuam Naganraya Aceh 4.984 11.255 16.239

KHG Aek Maraitgadang – Aek Sikapas Labuhan Batu Utara Sumatera Utara 612 1.745 613.745

KHG Batang Toru – Aek Maraitgadang Labuhan Batu Utara Sumatera Utara 0 2.039 2.039

KHG Sungai Kanopan – Sungai Kuala Labuhan Batu Utara Sumatera Utara 0 9.173 9.173

KHG Sungai Kuala – Sungai Kuo Labuhan Batu Utara Sumatera Utara 7.918 12.832 20.75

KHG Aek Lunang – Aek Sidang Pesisir Selatan Sumatera Barat 3.680 10.404 14.084

KHG Aek Ubar – Aek Lunang Pesisir Selatan Sumatera Barat 2.529 20.722 23.251

KHG Batang Ampu – Bah Mandiangin Pesisir Selatan Sumatera Barat 139 5.333 144.333

KHG Sungai Kedangyantau – Sungai Sabintulung

Kutaikartanegara Kalimantan Timur 13.391 24.509 37.9

KHG Sungai Kelinjau – Sungai Kedangyantau Kutaikartanegara, Kutai Timur Kalimantan Timur 13.281 17.974 31.255

KHG Krueng Mereubo - Krueng Matee Total Aceh Barat, Naganraya Aceh 831 4,195 5,026

KHG Krueng Wonki - Krueng Gubon Total Aceh Barat Aceh 5,347 5,010 10,356

KHG Aek Musi - Aek Upang Total Banyuasin Sumatera Selatan 353 25,605 25,959

KHG Sungai Dadau - Sungai Sikan Total Sambas Kalimantan Barat 208 13,830 14,037

Sumber: Direktorat PKG, 2019

Sebaran Luasan fungsi ekosistem gambut ini bermanfaat dalam mengatur pengelolaan tata kelola air. Adanya peta fungsi ini mampu membantu dalam penentuan kubah gambut dalam satu KHG. Kubah gambut ini merupakan kawasan yang dilindungi dan dijaga

kestabilan volume airnya agar kandungan gambut dan ekosistem di wilayah tersebut tetap lestari dan terjaga.Jika sudah diketahui kubah gambut didalam suatu KHG maka nantinya kawasan tersebut akan bebas dari gangguan aktivitas manusia.

No. KHG Kabupaten/Kota, Provinsi Luas Total (Ha)

39 KHG Sungai Merusi - Sungai Belanak Prov. Riau 5.580

40 KHG S. Minas - Sungai Mandiangin Prov. Riau 5.122

41 KHG Sungai Rotoh - Sungai Bang Prov. Riau 5.123

42 KHG Sungai Tumu Prov. Riau 946

Total 2.049.407

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

132 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan panjang garis pantai sekitar 99.000 km (18.4%) dari garis pantai dunia. Berdasarkan data yang dirilis Coremap-CTI dan LIPI (2017), luasan terumbu karang (coral reef) Indonesia sekitar 2,5 juta Ha dan kawasan ekosistem padang lamun (seagrass bed) seluas 150.693,16 Ha. Berdasarkan data One Map Mangrove, luas ekosistem mangrove di Indonesia seluas 3,5 juta Ha yang terdiri dari 2,2 juta Ha dalam kawasan (hutan) dan 1,3 juta di luar kawasan (hutan). Konversi mangrove yang signifikan menyebabkan luasannya terus berkurang. Sumber lain mengatakan mangrove di Indonesia saat ini tersisa 2,5 juta Ha saja.

Permasalahan kerusakan lingkungan pesisir dan laut secara umum diakibatkan oleh 2 (dua) hal yaitu yang terjadi secara alami dan dampak dari kegiatan manusia (antropogenik), baik yang dilakukan di wilayah daratan maupun di laut. Kegiatan manusia yang dilakukan di wilayah daratan yang tidak memperhatikan aspek kelestarian lingkungan memberikan kontribusi besar terhadap degradasi lingkungan pesisir dan laut, misalnya penebangan hutan, pembukaan lahan (land clearing), pertambangan, perikanan darat, alih fungsi kawasan, pembuangan limbah domestik dan limbah industri dan lain-lain.

Sedangkan kegiatan manusia di laut yang menyebabkan turunnya kualitas lingkungan pesisir dan laut diantaranya disebabkan oleh kegiatan transportasi, perikanan, penambangan lepas pantai dan sebagainya. Sumber pencemaran lingkungan pesisir dan laut berasal dari sumber pencemar tertentu (point source), seperti industri dan sumber pencemar tak tentu (non point source), seperti pertanian, perkebunan, budidaya perikanan, dan domestik.

Perhitungan beban pencemaran di Teluk Jakarta sejak tahun 2015 berdasarkan hasil kajian beban pencemaran point source dari 18 industri yang masuk Teluk Jakarta. Hasil Perhitungan beban pencemaran di Teluk Jakarta

Tabel 3.59 Perhitungan Penurunan Beban Pencemaran di Teluk Jakarta

Bahan Pencemar

Beban Pencemar (ton/tahun)

Tahun 2015

Tahun 2016

Tahun 2017

Tahun 2018

Tahun 2019

Organik 4.91 5.16 6.1 5.32 3.76

Anorganik 3.15 2.35 1.1 1.22 1.13

Total 8.06 7.51 7.2 6.54 4.89

Sumber: Direktorat PPKPL, 2019

Grafik perbandingan antara baseline perhitungan beban pencemaran 18 industri yang masuk ke Teluk Jakarta pada tahun 2015 dengan kondisi hasil perhitungan tahun 2019, dapat dilihat pada Gambar 3.94 berikut ini.

Berdasarkan hasil perhitungan beban pencemaran 18 industri yang masuk ke Teluk Jakarta pada tahun 2015 sampai dengan tahun 2019 parameter organik (COD, BOD dan NH3) mengalami penurunan sebesar 23%, sedangkan untuk parameter anorganik (TSS) mengalami penurunan sampai 64%. Untuk parameter organik sempat mengalami kenaikan pada 3 (tiga) tahun berturut-turut hingga mencapai fluktuasi pada tahun 2017 dengan meningkat menjadi 24%. Sementara

Gambar 3.94 Perbandingan Beban Pencemaran (Ton/Tahun)di Teluk Jakarta Tahun 2015 dan 2019

Sumber: Dit. PPKPL, 2019

Organik Anorganik

4.91

3.15

5.16

2.35

6.1

1.1

5.32

1.223.76

1.13

20162016 2017 2018 2019

F. MENURUNNYA BEBAN PENCEMARAN DAN TINGKAT KERUSAKAN WILAYAH PESISIR DAN LAUT

dari sumber 18 industri yang membuang air limbahnya ke Teluk Jakarta (organik dan anorganik) dapat dilihat pada Tabel 3.59 berikut.

1332015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

untuk parameter anorganik perlahan mengalami penurunan secara signifikan. Namun perhitungan total beban pencemaran yang masuk ke Teluk Jakarta baik untuk parameter organik maupun untuk parameter anorganik mengalami penurunan setiap tahunnya. Penurunan ini disebabkan karena adanya efiesiensi dalam pengelolaan Instalasi Pengolahan Air Limbah di beberapa industri.

Total beban pencemaran tahun 2019 baik dari parameter organik maupun anorganik didapatkan hasil sebesar 4,89 ton/tahun. Jumlah ini menurun 39,30 dari baseline tahun 2015 sebesar 8,06 ton/tahun, sehingga capaian kinerja 2019 mencapai 224,57% dan 196,5% dari total target 20% sesuai target Renstra KLHK. Dapat disimpulkan bahwa kondisi tahun 2019 membaik dengan adanya penurunan beban untuk semua parameter.

Persentase penurunan beban pencemaran dan tingkat kerusakan pesisir dan laut merupakan salah satu indikator kinerja pada Perjanjian Kinerja Ditjen PPKL Tahun 2019. Capaian Kinerja Indikator Kinerja Utama/Program menurunnya beban pencemaran dan tingkat kerusakan wilayah pesisir dan laut dapat dilihat pada Tabel 3.60 berikut ini.

Tabel 3.60Capaian Perjanjian Kinerja Menurunnya Beban Pencemaran dan Tingkat Kerusakan Wilayah Pesisir dan Laut Tahun 2019

Sasaran Program

Indikator Kiner-ja Program/Indikator Kiner-ja Utama

Capaian Tahun 2015

Capaian Tahun 2016

Capaian Tahun 2017

Capaian Tahun 2018

Target Renstra

KLHK 2019

Target Renja 2019

Target PK 2019

Realisasi 2019

Capaian(%)

Menurun-nya beban pencema-ran dan tingkat kerusakan wilayah pesisir dan laut

Kualitas pesisir dan laut men-ingkat setiap tahun 0 – 20%

Baseline 6,67% 10,47 18,8% 20% 20% 17,5% 39,30% 224,57%

Sumber: Direktorat PPKPL, 2019

Untuk mencapai sasaran program menurunnya beban pencemaran dan tingkat kerusakan pesisir dan laut, terdapat 2 (dua) sasaran kegiatan yang memiliki 1 (satu) indikator kinerja kegiatan. Capaian kinerja masing-masing kegiatan dapat dilihat pada Tabel 3.61 berikut ini

Tabel 3.61 Capaian Indikator Kinerja Kegiatan Direktorat PPKPL Tahun 2019

No Indikator Kinerja Kegiatan Sasaran Kegiatan

Capaian Tahun 2015

Capaian Tahun 2016

Capaian Tahun 2017

Capaian Tahun 2018

Target Ren-stra2018

Target Renstra

2019

Target Renja 2019

RealisasiCapaian

Renja (%)

Capaian Renstra

2019 (%)

1 Jumlah kawasan yang dipulihkan ekosistemnya (pantai lamun, terumbu karang, dan vegetasi pantai)

Meningkatnya ekosis-tem padang lamun, terumbu karang dan vegetasi pantai pada kawasan pesisir dan laut (total target 85 kawasan)

10 12 2 5 5 59 3 3 100 37,85

2 Jumlah lokasi pesisir dan laut yang dilakukan clean up akibat tumpahan minyak

Clean up di lokasi pesisir dan laut yang tercemar tumpahan minyak (Total Target 18 lokasi)

- - 2 12 11 4 2 3 150 -

Sumber : Direktorat PPKPL, 2019

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

134 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

Berdasarkan Tabel 3.61 tersebut, capaian kinerja untuk IKK 1 dan IKK 2berturut-turut adalah mencapai 100% dan 150%. Capaian kinerja untuk IKK1 berdasarkan target Renstra sebesar 37,65% dari target 85 kawasan. Capaian kinerja masing-masing Indikator Kinerja Kegiatan dijelaskan lebih lanjut dalam uraian berikut ini.

Tabel 3.62 Pemulihan Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2015 – 2019

No Kabupaten/Kota Provinsi Luas Penanaman / Transplantasi Keterangan

Tahun 2015

1 Kota Sabang Aceh 7.500 m2 Transplantasi karang

2 Kab. Adm. Kepulauan Seribu DKI Jakarta 7.500 m2 Transplantasi karang diantara Pulau Harapan, Pulau Kelapa, dan Pulau Pamegaran

3 Kab. Probolinggo Jawa Timur 100 m2 Transplantasi karang

4 Kab. Situbondo Jawa Timur 100 m2 Transplantasi karang

5 Kota Ambon Maluku 60 m2 Transplantasi karang

6 Kab. Halmahera Maluku Utara 60 m2 / 40 Ha Transplantasi karang

7 Kab. Bintan Kepulauan Riau 2 Ha Rehabilitasi padang lamun

8 Kota Ambon Maluku 5 Ha Rehabilitasi padang lamun

9 Kab. Halmahera Selatan Maluku Utara 5 Ha Rehabilitasi padang lamun

10 Kota Banda Aceh Aceh 400 m2 / 2 Ha Rehabilitasi pesisir

Tahun 2016

1 Kab. Belitung Bangka Belitung 216 m2 Transplantasi karang

2 Kab. Bangka Bangka Belitung 216 m2 Transplantasi karang

3 Kab. Lombok Utara Nusa Tenggara Barat 200 m2 Transplantasi karang

4 Kab. Kepulauan Seribu DKI Jakarta 200 m2 Transplantasi karang

5 Kota Ambon Maluku 200 m2 Transplantasi karang

6 Kota Ternate Maluku Utara 200 m2 Transplantasi karang

7 Kota Palu Sulawesi Tengah 200 m2 Transplantasi karang

8 Kota Bitung Sulawesi Utara 200 m2 Transplantasi karang

9 Kota Ambon Maluku 200 m2 Transplantasi karang

10 Kab. Serang Banten 17.000 m2 Rehabilitasi Pesisir

11 Kab. Indramayu Jawa Barat 17.000 m2 Rehabilitasi Pesisir

12 Kota Serang Banten 17.000 m2 Rehabilitasi Pesisir

Tahun 2017

1 Lampung Lampung 100 m2 Transplantasi karang

2 Palu Sulawesi Tengah 400 m2 Transplantasi karang

Tahun 2018

1 Labuan Bajo Nusa Tenggara Timur 900 m2 Transplantasi karang

2 Makasar Sulawesi Selatran 1.300 m2 Transplantasi karang

3 Kab. Gorontalo Gorontalo 1.300 m2 Transplantasi karang

Pada tahun 2019, Pemulihan Ekosistem Terumbu Karang dilaksanakan di 3 (tiga) lokasi, yaitu : 1) Kepulauan Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah; 2) Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat; dan 3) Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara. Pada Tabel 3.62 di bawah ini dapat dilihat lokasi pemulihan kawasan yang telah dilakukan Ditjen PPKL tahun 2015 - 2019.

1352015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Sumber: Direktorat, PPKPL, 2019

Ekosistem terumbukarang di Karimunjawa tersebar di pulau-pulau kecil dengan jenis beragam. Tutupan karang bervariasi 7 – 69 % dengan tutupan rata rata karang keras. Taman Nasional Karimunjawa merupakan gugusan kepulauan yang berjumlah 22 pulau yang mempunyai luas 111.625 Ha serta perairan disekitar seluas 110.117,30 Ha. Tingkat kerusakan terumbukarang di luar kawasan Taman Nasional Karimun jawa lebih tinggi (90 -100 %) dibanding dengan terumbukarang di dalam kawasan (80 -90 %).Kerusakan fisik terumbu karang di Kep.Karimunjawa ditandai oleh adanya pecahan karang atau rubble (7-30%) sedangkan kerusakan lainya ditandai dengan terdapatnya Karang mati berkisar (5-20%). Persentase kerusakan terumbu karang di Karimunjawa dapat dilihat pada Tabel 3.63.

Kerusakan terumbu karang yang ditandai oleh terdapatnya pecahan karang terjadi secara konsisten disetiap tarikan (towing) dalam kisaran 200 meter pada monitoring metode Manta Tow, baik di sisi atas angin (windward) maupun sisi bawah angin (leeward). Kerusakan karang dan terlihat sebagai spot-spot pecahan karang dengan kisaran luasan 5-10 m pada rataan terumbu dangkal hingga tubir di kedalaman puluhan meter. Kerusakan ini diduga kemungkinan akibat pemanfaatan perikanan yang tidak ramah lingkungan pada sepuluh-dua puluh tahun terakhir. Faktor penyebab lainnya adalah adanya pemanfaatan wisata, melalui pembuangan jangkar, dan lain-lain.

Tabel 3.63 Prosentase kemunculan kerusakan terumbu karang di Karimun jawa 2018

No LokasiPersentase Kerusakan (%)

Baik Sedang Buruk

1 P. Cemara Besar (Atas Angin) 25 75 -

2 P. Cemara Besar (Bawah Angin) 20 80 -

3 P. Bengkoang (Atas Angin) 50 50 -

4 P. Bengkoang (Bawah Angin) 50 50 -

5 P. Seruni (Atas Angin) - 90 10

6 P. Seruni (Bawah Angin) 10 90 -

Lokasi pemulihan ekosistem terumbu karang dilakukan setelah Sosialisasi dengan masyarakat Kep. Karimunjawa dan berketetapan untuk melakukan pemasangan APR (Artificial Patch Reef) di wilayah P. Karimunjawa dan sekitarnya (Desa Karimunjawa) dan P, Kemujan (Desa Kemujan). Dengan luas terumbu karang yang dipulihkan sebesar 38,4 m2 yang tersebar di beberapa gugusan pulau, yaitu Pulau Menjangan Kecil dan Tanjung Gelam di Gugusan Pulau karimunjawa, dan Legon Bajak di Gugus Pulau Kemujan.Lokasi terpilih untuk penenggelaman substrat yaitu P. Menjangan Kecil dan Tanjung Gelam di P. Karimunjawa, Telogo I dan Telogo II berada di Legon Bajak, P. Kemujan (Gambar 3.95). Kondisi lokasi terpilih harus berpasir yang datar dan tidak miring dan lokasinya juga dekat dengan terumbu karang asli sehingga diharapkan fragmen karang yang ditransplan dapat tumbuh dengan baik sehingga pemulihan terumbu karang berhasil. Selain itu, diukur pula kualitas air parameter fisik perairan untuk mendukung kehidupan dan pertumbuhan fragmen karang. Proses transplantasi terumbu karang dan monitoring dapat dilihat pada Gambar 3.96, Gambar 3.97 dan Gambar 3.98.

a. Pemulihan Terumbu Karang di Kepulauan Karimunjawa, Jawa Tengah

Gambar 3.95 Peta Lokasi Pemulihan Terumbu Karang Terpilih di Kepualan Karimunjawa

Sumber: Direktorat PPKPL, 2019

Tahun 2019

1 Kep. Karimun jawa, Kab. Jepara Jawa Tengah 38,4 m2 Transplantasi karang

2 Kab. Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat 1,79Ha Transplantasi karang

3 Kab. Wakatobi Sulawesi Tenggara 1.480 m2 Transplantasi karang

Sumber: Direktorat PPKPL, 2019

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

136 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

Gambar 3.96 Transplantasi Karang di P. Menjangan Kecil dan Tanjung GelamSumber: Direktorat PPKPL, 2019

Gambar3.97 Fragmentasi dan Transplantasi Karang di Tlogo I dan Tlogo IISumber: Direktorat PPKPL, 2019

Gambar 3.98 Monitoring dan Perawatan di Tlogo, KemujanSumber: Direktorat PPKPL, 2019

b. Pemulihan Terumbu Karang di Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat

Kegiatan ini dilaksanakan di Perairan Teluk Bumbang yang bersebelahan langsung dengan KEK Mandalika (Gambar 3.99). Pemulihan ekosistem terumbu karang ini meliputi tahapan kegiatan survey titik lokasi, penentuan teknologi pemulihan, sosialisai, dan pelaksanaan pemulihan terumbu karang.

Gambar 3.99 Lokasi Pemulihan Terumbu Karang di Teluk Bumbang

1372015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Gambar 3.100 Proses Pemasangan Substrat dan Penanaman Bibit KarangSumber: Direktorat PPKPL, 2019

Lokasi pelaksanaan kegiatan ini berada di Desa Mertak yang masuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Pujut. Meskipun berbatasan langsung dengan KEK Mandalika, namun Desa Mertak masih belum mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah utamanya ekosistem terumbu karang di Perairan Teluk Bumbang. Luas area transplantasi terumbu karang di Kabupaten Lombok Tengah adalah seluas 1,79 hektar yang tersebar di Perairan Teluk Bumbang, Dusun Bumbang, Desa Merak. Kec. Pujut, Kab. Lombok Tengah.Luasan wilayah tanam yakni 1,79 Hektar dengan keliling 613 meter dan perkiraan jumlah substrat sebanyak 60 buah. Bibit karang diambil dari sekitar lokasi agar jenis yang ditanam sesuai dengan kondisi fisiologis dan habitatnya. Pelibatan masyakarat pada kegiatan ini untuk meningkatkan pengetahuan, dan kepedulian masyarakat terhadap ekosistem terumbu karang di perairan Teluk Bumbang. Jenis karang yang ditransplantasikan adalah Acropora nobilis, Acropora formosa, Acropora aspera, Acropora loripes, Sarcophyton, dan Sinularia. Proses transplantasi karang dan monitoring dapat dilihat pada Gambar 3.100 dan Gambar 3.101.

Gambar 3.101 Pemantauan Pertumbuhan Terumbu KarangSumber: Direktorat PPKPL, 2019

c. Pemulihan Terumbu Karang di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara

Lokasi kegiatan ini berada pada wilayah administrasi kecamatan Wangi- wangi dan Wangi-wangi Selatan yang letaknya berada di bagian utara dari Kabupaten Wakatobi (Gambar 3.102). Kecamatan Wangi-wangi terdiri atas 20 wilayah administrasi desa/kelurahan dengan ibukota kecamatan terletak di Kelurahan Wanci sedangkan Wangi-wangi Selatan terdiri atas 21 desa/kelurahan. Luas total keseluruhan transplantasi terumbu karang Kabupaten Wakatobi adalah sebanyak 370 struktur media tanam model spider dengan sebaran luas area 1.480 m2 (Gambar 3.103).

Gambar 3.102 Peta Bathimetri Lokasi SombuSumber: Direktorat PPKPL, 2019

Gambar 3.103 Pemulihan Terumbu Karang di Kabupaten WakatobiSumber: Direktorat PPKPL, 2019

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

138 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

a. Penanganan Tumpahan Minyak Batam dan Bintan Tahun 2019Penanganan tumpahan minyak di Pulau Batam dan Bintan merupakan kegiatan yang rutin dilakukan setiap tahun. Jumlah minyak yang berhasil dikumpulkan di perairan Bintan sebanyak 100 drum sekitar 20 ton dan di perairan Batam sebanyak 115 drum sekitar 23 ton. Tahun 2017 di perairan Bintan terkumpul sebanyak 150 drum (30 ton) dan tahun 2018 sebanyak 200 drum (40 ton). Tumpahan minyak yang terjadi di Batam dan Bintan dapat dilihat pada Gambar 3.104 dan Gambar 3.105.

Gambar 3.104 Tumpahan minyak di Lagoi Bintan pada April 2019Sumber: Direktorat PPKPL, 2019

IKK 2Jumlah Lokasi Pesisir dan Laut yang Dilakukan Clean Up Akibat Tumpahan Minyak

Gambar 3.105 Pengumpulan dan Pengangkutan Limbah MinyakSumber: Direktorat PPKPL, 2019

b. Penanggulangan Tumpahan Minyak di Pesisir Utara Jawa Barat (Penanganan Kasus Tumpahan Minyak PT. Pertamina (persero) PHE ONWJ

Tumpahan minyak berasal dari kebocoran sumur minyak di Pesisir Utara Jawa Barat (Gambar 3.106 dan Gambar 3.107). Wilayah terdampak meliputi Kepulauan Seribu, Kabupaten Bekasi, Kota Serang, Kabupaten Serang, Kabupaten Tangerang, Kabupaten Karawang dan Kabupaten Cilegon.

1392015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Gambar 3.106 Tarball di perairan P Kelor Gambar 3.107 Tarball yang mendarat di mangrove P Rambut

Sumber: Hasil survei Tim KLHK, PT. Pertamina, IPB dan KKP, Tahun 2019

Ekosistem yang tampak langsung terkena dampak meliputi ekosistem mangrove dan lamun. Ekosistem terumbu karang relatif tidak terdampak, meskipun beberapa tarball minyak tampak mengapung di sekitar Kep. Seribu. Data luasan ekosistem yang terkena dampak tumpahan minyak sesuai hasil survey sampai dapat dilihat pada Tabel 3.64 Berbagai upaya telah dilakukan oleh berbagai pihak untuk menanggulangi tumpahan minyak tersebut dan upaya selanjutnya untuk memulihkan ekosistem yang terdampak.

Tabel 3.64 Luasan Ekosistem Mangrove dan Lamun yang Terdampak

No Kabupaten Mangrove (Ha) Lamun (Ha) Terumbu Karang (Ha)

1. Bekasi 48,25 - -

2. Karawang 27,58 - -

3. Kepulauan Seribu 13,36 9,54 -

Total 89,19 9,54 -

Sumber : Hasil survei Tim KLHK, PT. Pertamina, IPB dan KKP, Tahun 2019

Evaluasi pengelolaan lingkungan di pelabuhan didasarkan pada kriteria evaluasi kinerja pengelolaan lingkungan di Kawasan pelabuhan yang disusun oleh tim Ditjen PPKL dan Ditjen PSLB3. Kriterianya mengacu pada Peraturan Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Nomor: P.11/Set/Was.1/8/2018 tentang Kriteria Evaluasi Kinerja

Evaluasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup di Kawasan Pelabuhan

Kegiatan lain yang dilakukan untuk mendukung penurunan beban pencemaran di wilayah pesisir dan laut dapat diuraikan berikut ini.

Pelabuhan Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup. Kriteria terbagi atas penilaian umum dan per jenis media atau pencemar yang dihasilkan oleh kegiatan kepelabuhanan. Untuk tahap ini, evaluasi kinerja pengelolaan lingkungan di Kawasan pelabuhan baru uji coba. Penilaian masih terbagi atas kategori biru, merah dan hitam, karena masih banyak pelabuhan yang belum

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

140 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

Pemantauan Kualitas Air Laut (Penyusunan Indeks Kualitas Air Laut-IKAL)

Pemantauan kualitas air laut pada tahun 2019 ini dilakukan untuk menentukan baseline nilai Indeks Kualitas Air Laut (IKAL) yang akan menjadi salah satu Indikator Kinerja Utama Ditjen PPKL pada periode 2020-2024. Pemantauan kualitas air laut dilakukan pada perairan seluruh Indonesia yang mewakili 34 Provinsi. Baseline IKAL ditentukan untuk masing-masing Provinsi dan Nasional. Berdasarkan hasil perhiungan IKAL maka baseline untuk IKAL Nasional sebesar 58,50 poin.

Pemantauan Sampah Laut dan Coastal Clean Up

Pada Tahun 2019 Ditjen PPKL melakukan kegiatan Bersih-bersih Pantai dan Laut (Coastal Clean Up) di 10 kabupaten/kota dan Pemantauan Sampah Laut sedikitnya di 24 lokasi kabupaten/kota pada 22 provinsi se-Indonesia. Sebanyak 18 lokasi berada di Wilayah I meliputi Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Nusa Tenggara sedangkan 6 lokasi lainnya berada di Wilayah II meliputi Sulawesi, Maluku, dan Papua. Adapun pemilihan lokasi disesuaikan dengan kriteria yang terdapat dalam Pedoman Pemantauan Sampah Laut.Ruang lingkup kegiatan ini meliputi survei, pelaksanaan pemantauan sampah pantai, perhitungan dan analisis data. Hasil pemantauan sampah laut dapat dilihat pada Gambar 3.108, Gambar 3.109 dan Gambar 3.110.

menaati peraturan tentang pengendalian pencemaran dan pengelolaan sampah, B3 serta limbah B3. Penilaian dikategorikan atas penaatan yang telah dicapai pelabuhan dan tindak lanjut yang harus dilakukan oleh pengelola pelabuhan.

Pelabuhan yang dievaluasi kinerja pengelolaan lingkungannya adalah pelabuhan utama dan kelas I. Pada tahun 2019 ini, terdapat 10 pelabuhan yang diujicobakan penilaian kinerja pengelolaan lingkungannya yaitu: Tanjung Priok, Jakarta; Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang; Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya; Pelabuhan Belawan, Medan; Pelabuhan Sekupang, Batam (2 pelabuhan); Pelabuhan Teluk Bayur, Padang; Pelabuhan Semayang, Balikpapan; Pelabuhan Makassar, Makassar dan Pelabuhan Bitung, Bitung.

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan ketaatan pengelola pelabuhan terhadap peraturan-peraturan pengendalian pencemaran lingkungan, terutama pencemaran laut, udara dan air, serta pengelolaan sampah, B3 dan limbah B3. Berdasarkan evaluasi kinerja pengelolaan lingkungan di sepuluh(10) pelabuhan dan dibandingkan dengan hasil evaluasi tahun 2018, dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Tidak ada pelabuhan yang masuk kategori taat

terhadap kinerja pengelolaan lingkungan, semuanya mendapat peringkat Merah (tidak taat);

b. Sudah ada peningkatan pada 1 (satu) pelabuhan pada aspek pengendalian pencemaran air yang mendapatkan peringkat biru, sedangkan yang lainnya masih peringkat merah;

c. Sudah ada peningkatan pada 1 (satu) pelabuhan pada aspek pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (LB3) yang mendapatkan peringkat biru, sedangkan yang lainnya masih peringkat merah, dan beberapa pelabuhan tidak ada kegiatan terkait pengelolaan limbah B3.

d. Sudah ada peningkatan pada 3 (tiga) pelabuhan pada aspek pengelolaan sampah yang mendapatkan peringkat biru, sedangkan yang lainnya masih peringkat merah.

1412015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Gambar 3.108 Hasil Pemantauan Sampah Laut Berdasarkan Berat Tahun 2019 (gr/m2)Sumber: Direktorat PPKPL, 2019

band

a ac

eh

kab.

Ser

dang

bed

agai

kab.

Bin

tan

kota

pad

ang

kab

pesa

war

an

kab

belit

ung

timur

kab.

Adm

inis

tras

i ke

pula

uan

serib

u

kab.

Tan

gera

ng 1

kab.

Tan

gera

ng 2

kab.

Suk

abum

i

kab.

Indr

amay

u

kab.

Jep

ara

kab.

Ban

tul

kab.

Ban

yuw

angi

kab.

Lom

bok

utar

a

kab.

Man

ggar

ai b

arat

kab.

Ber

au

kota

bal

ikpa

pan

kab.

Sin

gkaw

ang

kota

pal

u

kota

gor

onta

lo

kota

mak

assa

r

kota

man

ado

kota

am

bon

kota

man

okw

ari

275.

79

1.49

46.2

1

224.

29

65.4

8

35.3

1

87.4

2

181.

16

70.3

5

24.2

5

278.

26

39.3

1

21.6

28.6

8

14.2

2

39.5

3

51.4

7

268.

35

40.8

2

357.

64

49.2

8

379.

76

197.

18

127.

94

18.2

7

Gambar 3.109 Hasil Pemantauan Sampah Laut Berdasarkan Komposisi Tahun 2019

Sumber: Direktorat PPKPL, 2019

Gambar 3.110 Hasil Pemantauan Sampah Laut Berdasarkan Kepadatan Tahun 2019

Sumber: Direktorat PPKPL, 2019

Komposisi Sampah Laut Indonesia Tahun 2019

36%Plastik 42.01

35%Plastik 8.35

3%Busa Plastik 2.93 8%

Busa Plastik 1.933%Logam 3.83 3%

Logam 0.746%Kaca dan Keramik 7.44

21%Kaca dan Keramik

5.0213%Karet 15.39

3%Karet 0.84

1%Kertas dan

Kardus 0.93

3%Kertas dan

Kardus 0.637%

Kain 8.50

4%Kain 0.92

24%Kayu 28.15

9%Kayu 2.09

7%Bahan Lainnya

7.77

14%Bahan Lainnya

3.23

Kepadatan Sampah Laut Indonesia Tahun 2019

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

142 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

Berdasarkan pemantauan sampah laut diketahui bahwa total berat sampah Indonesia pada tahun 2019 sebesar 2.924,03 gr/m2 dengan rata-rata sebesar 116,96 gr/m2. Adapun lokasi dengan berat sampah terbesar berada di Kota Makassar sebesar 379,76 gr/m2 dan terendah di Kabupaten Serdang Bedagai sebesar 1,49 gr/m2. Sedangkan berdasarkan jumlahnya, sampah laut terbanyak ditemukan di Kota Gorontalo sebanyak 210,02 gr/m2 dan terendah di Kabupaten Serdang Bedagai sebanyak 2,34 gr/m2.

Berdasarkan jenis sampahnya, keseluruhan jenis bahan, plastik menduduki peringkat pertama dengan nilai berat sebesar 1.050,32 gr/m2 atau sebesar 35,92 % dari berat total sampah yang ditemukan dan nilai rata-rata 42,01

gr/m2. Posisi kedua ditempati oleh jenis Kayu dengan nilai berat sebesar 703,83 gr/m2 atau sebesar 24,07% dari berat total sampah yang ditemukan dan nilai rata-rata 28,15 gr/m2. Sedangkan berdasarkan jumlahnya, plastik masih menduduki peringkat pertama dengan total kepadatan sebesar 208,84 gr/m2 disusul dengan sampah jenis kaca dan keramik sebesar 125,54 gr/m2.

Kegiatan pemantauan sampah laut yang dilakukan Ditjen PPKL telah dimulai dari tahun 2017. Berikut ini merupakan perbandingan sampah laut di masing-masing lokasi berdasarkan berat/m2 dalam 3 tahun terakhir (Tabel 3.65). Kegiatan pemantauan sampah laut dapat dilihat pada Gambar 3.111.

Tabel3.65 Data Series Sampah Laut Indonesia

NO PROVINSI KOTA/KABUPATENGram/m2 Ket

2017 2018 2019

1 Aceh Kota Banda Aceh - - 275,79

2 Sumatera Utara Kab. Serdang Bedagai - - 1,49

3 Sumatera Barat Kota Padang 47,00 - 224,29 Meningkat

4 Kepulauan Riau Kab. Bintan 124,00 - 46,21 Menurun

5 Bangka Belitung Kota Pangkal Pinang 132,00 - -

Kab. Belitung Timur 46,00 - 35,31 Menurun

6 Lampung Kab. Pesawaran 47,00 - 65,48 Meningkat

7 Banten Kab. Pandeglang 46,00 121,38 - Meningkat

Kab. Tangerang *) - - 181,16 Menurun

- - 70,35

8 Jawa Barat Kab. Indramayu - - 278,26

Kab. Sukabumi - - 24,25

9 DKI Jakarta Kab. Adm. Kep. Seribu 109,00 - 87,42 Menurun

10 Jawa Tengah Kab. Jepara 50,00 - 39,31 Menurun

11 D.I Yogyakarta Kab. Bantul - - 21,60

12 Jawa Timur Kota Surabaya 66,00 - -

Kab. Banyuwangi - - 28,68

13 Bali Kab. Badung 37,00 30,22 - Menurun

14 Nusa Tenggara Barat Kab. Lombok Utara - - 14,22

15 Nusa Tenggara Timur Kab. Manggarai Barat 41,00 - 39,53 Menurun

16 Kalimantan Barat Kab. Singkawang - - 40,82

17 Kalimantan Timur Kota Balikpapan 26,00 - 268,35 Meningkat

Kab. Berau - - 51,47

1432015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Keterangan: *) dilaksanakan 2 kali dalam 1 tahun sebagai time seriesSumber : Pengolahan Data Dit. PPKPL, Tahun 2019

NO PROVINSI KOTA/KABUPATENGram/m2 Ket

2017 2018 2019

18 Kalimantan Utara Kota Tarakan 58,00 35,12 - Menurun

19 Sulawesi Utara Kota Manado 86,00 91,79 197,18 Meningkat

20 Gorontalo Kota Gorontalo - - 49,28

21 Sulawesi Tengah Kota Palu 23,00 - 357,64 Meningkat

Kab. Tojo Una-Una - 286,00 -

22 Sulawesi Selatan Kota Makassar 50,00 - 379,76 Meningkat

Kab. Selayar - 100,56 -

23 Maluku Kota Ambon 63,00 - 127,94 Meningkat

24 Papua Barat Kota Manokwari 69,00 - 18,27 Menurun

TOTAL 1.120,00 665,07 2.924,03

RATA-RATA 62,22 110,85 116,96 Meningkat

Gambar 3.111 Kegiatan Pemantauan Sampah Laut di Berbagai DaerahSumber: Direktorat PPKPL, 2019

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

144 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

Tabel 3.66 Kegiatan Bersih-Bersih Pantai Tahun 2019

No. Kota / Kabupaten Pantai Jumlah Peserta (orang)

Jumlah Sampah (kg) Anorganik Organik

1 Kota Cirebon Pantai Pelabuhan 1.500 6.275,00 n/a n/a

2 Badung Pantai Kuta 250 404,50 n/a n/a

3 Pemalang Pantai Widuri 450 2.198,00 n/a n/a

4 Pandeglang

Pantai Karang Tumpeng 510 512,00 n/a n/a

Pantai Labuan 350 417,00 n/a n/a

Pantai Penimbang 355 307,00 n/a n/a

5 Pesawaran Pantai Batu Menyan 352 2.969,00 n/a n/a

6 Gorontalo Pantai Leato Selatan 417 889,00 538,89 330,27

7 Palu Pantai Baiya 482 3.213,00 3092,00 121,00

8 Manado Pantai Karang Ria 300 1.033,10 1033,10 -

9 Bali Pantai Mertasari 1.221 572,43 274,32 298,11

10 Jakarta Taman Wisata Angke 152,10 152,10 -

TOTAL 6.187 18.942,13

Selain untuk mengendalikan pencemaran dan kerusakan kawasan pesisir dan laut, kegiatan CCU memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai berbagai sumber pencemar yang masuk ke laut, jumlah pencemar, tingkat bahayanya bagi kesehatan maupun lingkungan, dan lain-lain. Pelibatan masyarakat dapat menumbuhkan kesadaran dan kepedulian berbagai pihak akan pentingnya menjaga pantai dan laut. Banyaknya individu yang terlibat dapat menjadi agen untuk memperluas jaringan aksi tersebut ke berbagai tempat maupun komunitas. Pelaksanaan CCU selama pada tahun 2019 dapat dilihat pada Gambar 3.112 sampai Gambar 3.115. Gambar 3.112 Pelaksanaan CCU Pandeglang, Provinsi Banten

Sumber: Direktorat PPKPL, 2019

Sumber: Direktorat PPKPL, 2019

Kegiatan Bersih-Bersih Pantai atau Coastal Clean Up (CCU)Kegiatan bersih-bersih pantai atau Coastal Clean Up tahun 2019 dilaksanakan di 10 kabupaten/kota. Selama tahun 2019 ini, dapat diangkut sekitar 18.942,13 kg sampah dari pesisir dengan melibatkan lebih dari 6.187 peserta. Lokasi dan jumlah sampah yang berhasil diangkut dapat dilihat pada Tabel 3.66 berikut ini.

1452015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Gambar 3.113 Pelaksanaan CCU Kab. Pesawaran, Provinsi LampungSumber: Direktorat PPKPL, 2019

Gambar 3.114 Pelaksanaan CCU Kota Cirebon, Provinsi Jawa Barat

Sumber: Direktorat PPKPL, 2019

Gambar 3.115 Pelaksanaan CCU Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah

Sumber: Direktorat PPKPL, 2019

Izin Pembuangan Air Limbah ke Laut (IPLC)Kegiatan lain yang dilakukan untuk menurunkan beban pencemaran ke laut adalah pemantauan dan verifikasi izin pembuangan air limbah cair ke laut (IPLC). Permohonan izin pembuangan air limbah ke laut (IPLC) pada tahun 2019 sebanyak 41, dan izin pembuangan air limbah ke laut yang diterbitkan pada tahun 2019 adalah 74. IPLC yang terbit dalam bentuk SK Menteri LHK pada tahun 2019 sebagian besar permohonan IPLC tahun-tahun sebelumnya yang prosesnya tertunda karena terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor: 24 tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik atau terkenal dengan istilah Online Single Submission (OSS).

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

146 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

1. COBSEA National Consultation Meeting COBSEA National Consultation Meeting merupakan

pertemuan yang diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan Sekretariat COBSEA untuk secara khusus membahas inisiatif Indonesia mendirikan Regional Capacity Centre for Clean Seas (RC3S). Pertemuan yang dilaksanakan pada 8–9 April 2019 di Hotel JW Marriott Jakarta ini dihadiri oleh perwakilan dari seluruh negara anggota COBSEA untuk saling bertukar informasi dan pandangan mengenai substansi pendirian RC3S yang telah diformulasikan oleh Pemerintah Indonesia dalam suatu Kerangka Acuan. Substansi yang dimaksud diantaranya adalah tujuan, fungsi, tata organisasi, dan aspek finansial RC3S untuk dapat beroperasi secara maksimal, baik secara mandiri maupun sebagai Regional Activity Center (RAC) COBSEA.

2. COBSEA Working Group on Marine Litter Meeting Sebuah forum yang menghadirkan instansi yang

menangani isu sampah laut, COBSEA Working Group on Marine Litter Meeting dilaksanakan untuk bertukar informasi dan pengetahuan mengenai perkembangan regional dan global mengenai sampah laut, menunjukkan inisiatif-inisiatif yang dilakukan oleh setiap negara angora COBSEA, perkembangan program dan kegiatan COBSEA di kawasan Laut Asia Timur, serta pembahasan dokumen revisi RAP MALI untuk mendapatkan persetujuan dalam pertemuan IGM COBSEA Ke-24.

3. COBSEA Intergovernmental Meeting COBSEA Intergovernmental Meeting (IGM) merupakan

forum pengambilan kebijakan yang diselenggarakan oleh COBSEA untuk membahas dan memutuskan hal-hal yang membutuhkan pandangan dan persetujuan dari setiap negara anggota. IGM Ke-24 COBSEA diselenggarakan di Hotel Inaya Putri, Bali, Indonesia pada 19 – 20 Juni 2019. Pertemuan dua hari ini berhasil mengadopsi beberapa dokumen diantaranya adalah COBSEA Regional Action Plan on Marine Litter, Kerangka Acuan dari Working Group on Marine Litter, dokumen Panduan Pendirian dan Pelaksanaan COBSEA Regional Activity Centre, serta

PERTEMUAN DAN FORUM INTERNASIONAL

disepakati bahwa inisiatif Indonesia mendirikan RC3S merupakan kontribusi positif dan agenda untuk menjadikan RC3S sebagai Regional Activity Centre COBSEA akan lebih lanjut dibahas pada IGM Ke-25.

4. Training of Trainers on Monitoring and Assessment of Marine Plastic Litter and Microplastic

Pelatihan ini diselenggarakan oleh COBSEA, Global Partnership on Marine Litter (GPML) dan Global Programme of Action for the Protection of the Marine Environment from Land-based Activities (GPA), Indonesia melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan RC3S sebagai tuan rumah, serta diimplementasikan dengan bekerja sama dengan Universitas Udayana dan Open Universiteit, Belanda.

5. PEMSEA – Data and Information Management Regional Workshop

Data dan informasi merupakan komponen krusial dalam formulasi, penilaian, dan implementasi kebijakan, strategi, maupun intervensi. Oleh sebab itu, PEMSEA bekerja sama dengan Ditjen PPKL dan RC3S menyelenggarakan Data and Information Management Regional Workshop yang bertujuan untuk membagikan pembelajaran yang diperoleh dari LME: Learn Data and Information Management: Working Group Meeting and Training di Paris, 2 – 4 Juli 2019.Workshop yang diselenggarakan selama tiga hari di Kantor RC3S di Bali ini menghasilkan kesepakatan mengenai indikator yang relevan dan dapat dimplementasikan dalam penilaian program pengelolaan LME, serta pembelajaran mengenai beberapa alat atau sistem yang saat ini digunakan dalam pengelolaan data dan informasi di berbagai LME di Laut Asia Timur.

6. PEMSEA - Eleventh East Asian Seas Partnership Council Meeting, Surabaya

Pertemuan ini dilaksanakan di JW Marriott Hotel, Surabaya, Indonesia pada 24 – 26 Juli 2019 dan dihadiri oleh 9 perwakilan negara mitra PEMSEA, yakni Kamboja, Indonesia, Jepang, Laso, Filipina, Korea Selatan, Singapura, Timor Leste, dan Vietnam; serta 5 perwakilan dari mitra non-negara. Pertemuan ini berfokus pada beberapa isu utama,

1472015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

yakni: (a) Pemaparan hasil dari EAS Congress 2018 dan Forum Tingkat Menteri Ke-6; (2) Strategi dan Laporan PEMSEA paska 2020; (3) Pemilihan pejabat Partnership Council, dimana Staf Ahli Menteri LHK bidang energi Bapak Arief Yuwono terpilih menjadi Council Chair; dan (4) PEMSEA and the Decade of Ocean Science, dan lainnya.

7. PEMSEA – ATSEA (Arafura and Timor Seas Ecosystem Action Programme)

Ditjen PPKL lebih berperan sebagai National Focal Point dari PEMSEA dalam pelaksanaan proyek ini. Materi pelaksanaan proyek yang terkait dengan pengelolaan lingkungan hidup Kawasan pesisir dan laut, khususnya terkait pengendalian pencemaran dan penurunan aktivitas kerusakan ekosistem pesisir dan laut.

8. ISLME (Indonesian Seas Large Marine Ecosystem) ISLME atau Enabling Transboundary Cooperation

for Sustainable Management of the Indonesian Seas adalah program kerja sama antar pemerintah Indonesia dengan Timor Leste yang difasilitasi oleh GEF/FAO. Program ini bertujuan untuk memperkuat kerja sama regional dan mendukung pengelolaan Indonesia Seas LME yang efektif dan berkelanjutan. Untuk mencapai tujuan tersebut, program ISLME memiliki 3 komponen utama, yakni:1. Mengidentifikasi dan mengatasi ancaman

terhadap lingkungan pesisir dan laut termasuk aktivitas perikanan yang tidak berkelanjutan.

2. Memperkuat kapasitas kerjasama regional dan sub-regional dalam rangka pengelolaan sumber daya pesisir dan laut.

3. Koordinasi dengan jaringan informasi regional, pemantauan dampak dari program, dan diseminasi serta pertukaran informasi.

Ditjen PPKL bersama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan merupakan National Focal Points ISLME dan telah berkontribusi aktif dalam dinamika pengembangan strategi komunikasi program ISLME di Bogor pada 13 – 14 Agustus 2019. Workshop ini secara khusus bertujuan untuk mengembangkan pengelolaan sistem komunikasi dan informasi untuk program ISLME secara keseluruhan, termasuk mengidentifikasi metode/sistem yang digunakan, mekanisme persetujuan publikasi dan diseminasi data dan informasi, serta menghubungkan sistem yang dikembangkan ke platform global

9. BOBLME (Bays of Bengal Large Marine Ecosystem) Latar belakang pertemuan ini adalah Indonesia

menjadi salah satu stakeholder dalam mekanisme BOBLME (Bay of Bengal Large Marine Ecosystem Project) sebagai hasil pertemuan FAO dengan Staf Ahli Menteri LHK bidang Perindustrian dan Perdagangan Internasional. Selain itu, pertemuan ini juga merupakan tindak lanjut dari berakhirnya Seri Kegiatan BOBLME Phase 1 (2009-2014) yang berfokus pada konservasi, membangun kembali habitat, dan penghidupan serta perikanan berkelanjutan. Berakhirnya Phase 1 ditandai dengan kesepakatan negara-negara pihak mengenai Strategic Action Program yang berisi usulan Seri Kegiatan untuk phase berikutnya. Seri Kegiatan ini dirumuskan oleh FAO selama hampir 18 bulan dan berfokus pada perikanan dan lingkungan. Untuk menjalankan Seri Kegiatan ini, GEF (Global Environment Facility) mengalokasikan dana (GEF 6 Trust Fund) sebesar USD 10 Juta dengan terus mendorong kolaborasi pendanaan dengan negara-negara pihak.

BOBLME atau Bays of Bengal Large Marine Ecosystem Cooperation for Sustainable Management adalah program kerja sama antar pemerintah Indonesia dengan negara-negara pesisir dan laut sekitar Teluk Bengala, yaitu India, Srilanka, Myanmar, Pakistan, Thailand, Malaysia dan Indonesia. Kegiatan Inter Kawasan ini difasilitasi oleh GEF/FAO. Program ini bertujuan untuk memperkuat kerja sama regional dan mendukung pengelolaan Pesisir dan Laut Kawasan Teluk Bengala yang efektif dan berkelanjutan. Untuk mencapai tujuan tersebut, program BOBLME memiliki 3 komponen utama, yakni:1. Mengidentifikasi dan mengatasi ancaman

terhadap lingkungan pesisir dan laut termasuk aktivitas perikanan yang tidak berkelanjutan.

2. Memperkuat kapasitas kerjasama regional dan sub-regional dalam rangka pengelolaan sumber daya pesisir dan laut.

3. Koordinasi dengan jaringan informasi regional, pemantauan dampak dari program, dan diseminasi serta pertukaran informasi.

Ditjen PPKL bersama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan merupakan National Focal Points BOB-LME dan telah berkontribusi aktif dalam

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

148 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

dinamika pengembangan strategi komunikasi program BOBLME. Secara khusus bertujuan untuk mengembangkan pengelolaan sistem komunikasi dan informasi untuk program BOBLME secara keseluruhan, termasuk mengidentifikasi metode/sistem yang digunakan, mekanisme persetujuan publikasi dan diseminasi data dan informasi, serta menghubungkan sistem yang dikembangkan ke platform global, dan yang utama adalah penguatan peran Ditjen PPKL dalam rangka pengendalian pencemaran dan kerusakan pesisir dan laut inter-kawasan.

10. Peningkatan Kapasitas Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Pesisir dan Laut akibat Activitas di Daratan atau Regional Capacity Center for Clean Seas (RC3S)

Resolusi Majelis Lingkungan PBB (UNEA), termasuk resolusi 1/6, 2/10, 2/11, 3/7 dan 4 / L12 telah mengakui urgensi permasalahan polusi laut dan juga mengakui perlunya kerja sama regional untuk mengatasi masalah ini. Dengan semangat yang sama, Deklarasi Toyama G-7 mengakui ancaman sampah laut dan pentingnya Konvensi Laut Regional dan Rencana Aksi dalam mengatasi masalah tersebut. Selanjutnya G7 mengadopsi The Oceans Plastic Charter pada tahun 2018. Arah Strategis COBSEA 2018-2022 diadopsi pada bulan April 2018 yang mengidentifikasi prioritas dan kebutuhan bersama secara spesifik di antara negara-negara yang berpartisipasi. Sehubungan dengan mengatasi polusi laut berbasis daratan, dengan fokus pada nutrien, sedimen dan air limbah, serta sampah laut dan mikroplastik; aspek ini termasuk pertukaran informasi, berbagi hasil-hasil dan praktik terbaik dari upaya yang telah dilaksanakan, pelatihan teknis dan pengembangan kapasitas (Para. 23). Ini juga termasuk berbagi pengalaman dan kebijakan pengelolaan lingkungan laut menuju penguatan tata kelola regional.

Untuk memastikan komitmen Deklarasi Bali yang diadopsi di IGR-4 dan untuk secara tegas dan efektif menangani prioritas regional, Indonesia melaksanakan Pengembangan Kapasitas Regional dalam Pengelolaan Ekosistem Pesisir dan Laut (Pusat) atau Regional Center Capacity for Clean Seas (RCCCS) di Bali, Indonesia. Lembaga ini akan

berfungsi untuk mendorong kerjasama regional dalam pengelolaan ekosistem pesisir dan laut, platform lain, dan inisiatif internasional untuk perlindungan lingkungan laut dari kegiatan berbasis daratan, serta lebih jauh mengembangkan resolusi tentang Perlindungan Lingkungan Laut dari Kegiatan Berbasis Daratan yang diadopsi pada sesi Keempat dari UNEA (UNEP / EA.4 / L.12).

Tujuan kegiatan adalah untuk berkontribusi pada pengurangan dan mitigasi sumber polusi laut berbasis daratan, dengan fokus khusus pada nutrien, air limbah, sampah laut, dan mikroplastik. Dalam hal ini, kegiatan diarahkan pada pengembangan kapasitas, manajemen pengetahuan dan peningkatan kesadaran, mendukung para pembuat keputusan serta pemangku kepentingan lainnya di tingkat regional, nasional dan sub-nasional.

Beberapa kegiatan RC3S yang telah dilaksanakan Ditjen PPKL adalah sebagai berikut:1) Workshop Pengendalian Pencemaran dan

Kerusakan Pesisir dan Laut: Perspektif Akademisi dan Praktisi yang dilaksanakan pada 24 - 26 Juli 2019 di JW Marriott Hotel, Surabaya. Beberapa tujuan dari workshop ini adalah untuk (1) mengidentifikasi status dan progres pelaksanaan pengelolaan lingkungan pesisir dan laut terpadu di Indonesia, (2) mengidentifikasi beberapa problem dan pendekatan di dalam pengelolaan lingkungan pesisir dan laut terpadu di Indonesia, (3) kesenjangan dan berbagai permasalahan lingkungan pesisir dan laut di daerah kabupaten dan kota: kelembagaan, pendanaan, pendampingan dari pusat, (4) peningkatan peran perguruan tinggi dalam pendampingan keilmuan dan teknologi dalam pelaksanaan pengelolaan lingkungan pesisir dan laut terpadu di berbagai daerah.

2) Training of Trainers on Monitoring and Assessment of Marine Plastic Litter and Microplastics, kerja sama antara RC3S dengan UN dan COBSEA Secretariat pada 9 – 13 September 2019 di Bali. Peserta pelatihan ini datang dari 8 negara anggota COBSEA

3) Asian Regional Workshop on Data and Information Management Large Marine Ecosystems, kerja

1492015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

sama antara RC3S dengan PEMSEA Resource Facility yang dilaksanakan pada 3 – 5 Desember 2019 di Kantor RC3S di Bali.

4) Kegiatan Bersih Pantai kolaborasi antara RC3S dengan UN Information Center Indonesia dan Asia World Model United Nations (AWMUN III) yang dilaksanakan di Pantai Mertasari, Sanur, Bali pada 15 November 2019. Kegiatan ini melibatkan lebih dari 1200 delegasi AWMUN III yang berasal dari kawasan Asia dan belahan dunia lainnya.

5) Diskusi dan Kolaborasi untuk Memperkuat Inisiatif Pengendalian Pencemaran Pesisir dan Laut dari Aktivitas berbasis Daratan pada tingkat lokal, nasional maupun internasional. Pertemuan tingkat lokal dilaksanakan di Denpasar, Bali sementara pertemuan nasional dilaksanakan di Grand Mahakam Hotel pada 16 Oktober 2019. Pertemuan nasional ini dihadiri oleh manajemen puncak berbagai perusahaan di Indonesia yang memiliki aktivitas produksi berkaitan dengan potensi pencemaran pesisir dan laut, serta memiliki inisiatif untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran tersebut. Pada skala internasional, RC3S telah menjajaki potensi kerja sama dengan melakukan pertemuan bersama Japan International Cooperation Agency (JICA) dan Center for Southeast Asian Studies (CSEAS) Indonesia.

6) Workshop Peningkatan Kapasitas Inisiatif untuk Perlindungan Lingkungan Pesisir dan Laut dari Pencemaran berbasis Daratan. Workshop ini merupakan side event dari Archipelagic and Island States (AIS) Forum 2019 dan dilaksanakan pada 30 Oktober 2019. Tujuan dari workshop ini adalah untuk bertukar pengetahuan dan pengalaman terkait kapasitas inisiatif dalam rangka perlindungan ekosistem pesisir dan laut dari pencemaran, untuk meningkatkan kesadaran dan perhatian pengambil kebijakan/pemerintah, akademisi dan peneliti, serta sektor swasta dalam rangka perlindungan ekosistem pesisir dan laut dari pencemaran, serta meningkatkan kolaborasi antara RC3S dengan pihak-pihak terkait sesuai fungsinya untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran ekosistem pesisir dan laut.

7) Mempublikasikan inisiatif dan best practice pengendalian pencemaran dan kerusakan

pesisir dan laut yang dilakukan oleh berbagai stakeholder di Indonesia melalui Booklet Best Practices: Innovative Solutions to Combat Marine Litter.

8) Peningakatan Kapasitas Pemantauan Sampah Laut di Sumatera Barat, Sulawesi Utara, Maluku dan Papua Barat, disertai dengan pemantauan Sampah laut Kota Padang, Manado, Ambon dan Manokwari serta peningakatan kapasitas daerah dalam pemantauan sampah laut, kerjasama antara RC3S, Ditjen PPKL dan Dinas LH Provinsi

11. ASEAN Working Group on Coastal, Marine and Environmental (AWGCME)

AWGCME bertujuan untuk memastikan lingkungan pesisir dan laut ASEAN dikelola secara berkelanjutan; ekosistem yang representatif, daerah murni, dan spesies dilindungi; kegiatan ekonomi dikelola secara berkelanjutan; dan kesadaran masyarakat tentang lingkungan pesisir dan laut ditanamkan. AWGCME juga akan berfungsi sebagai forum konsultatif untuk mempromosikan koordinasi dan kolaborasi di antara berbagai ASEAN terkait dan inisiatif terkait kelautan regional lainnya untuk memastikan pendekatan yang terkoordinasi dan terintegrasi dengan baik untuk konservasi dan pengelolaan berkelanjutan lingkungan pesisir dan laut.

Indonesia mengusulkan pada pertemuan ini, agar pada Draft Bangkok Declaration juga memasukan hasil kegiatan The Fourth Intergovernmental Review (IGR-4) Meeting on the Implementation of the GPA for the Protection of the Marine Environment from Land Based Activities. Karena pada pertemuan IGR-4 tersebut juga dibahas Pengendalian Pencemaran Pesisir dan Laut akibat aktivitas di darat. Dimana dalam pertemuan IGR-4 ini bukan hanya sampah plastic di laut yang dibahas, namun juga dibahas pencemaran pesisir laut akibat nutrient, dan pengendalian pencemaran pesisir dan laut akibat sampah dan mikroplastik. Namun, usulan tersebut mendapat penolakan dari beberapa negara, termasuk tuan rumah Thailand. Karena Bali Declaration sendiri belum di-legatiminas oleh United Nations of Environment dan belum ditandatangani oleh perwakilan negera-negara anggota UN of Environment.

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

150 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

3.3 PERHITUNGAN CAPAIAN KINERJA

Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan memiliki 6 (enam) sasaran Program yang harus dicapai sesuai dengan Perjanjian Kinerja yang telah ditetapkan pada tahun 2019. Capaian kinerja untuk masing-masing sasaran program dapat dilihat pada Tabel 3.67 dan Gambar 3.116 berikut ini

Gambar 3.116 Grafik Capaian Kinerja Ditjen PPKL Tahun 2019 (%)Sumber : Setditjen PPKL, 2019

224.57

104.5395.67

103.05100

meningkatnya kualitas udara

meningkatnya kualitas Air

meningkatnya kualitas tutupan lahan

meningkatnya kualitas pengelolaan lahan gambut

menurunnya beban pencemaran dan tingkat kerusakan wilayah pesisir

dan laut

Tabel 3.67 Perhitungan Capaian Kinerja Ditjen PPKL Tahun 2019

No Sasaran Program Indikator Kinerja Program/Indikator Kinerja Utama Target Realisasi Capaian Kinerja (%)

1 Meningkatnya Kualitas Udara Indeks Kualitas Udara minimal 84 84 86,56 103,05

2 Meningkatnya Kualitas Air Indeks Kualitas Air minimal 55 55 52,62 95,67

3 Meningkatnya Kualitas Tutupan Lahan Indeks Kualitas Tutupan Lahan minimal 62 62 62,00 100

4 Meningkatnya kualitas pengelolaan lahan gambut

Luas lahan gambut terdegradasi yang dipulihkan pada areal penggunaan lainnya

1500 Ha 1568 Ha 104,53

5 Menurunnya beban pencemaran dan tingkat kerusakan wilayah pesisir dan laut

Persentase penurunan beban pencemaran dan tingkat kerusakan wilayah pesisir dan laut

17,5% 39,3% 224,57

6 Terwujudnya reformasi tata kelola kepemerintahan yang baik di lingkungan Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan LH

SAKIP Ditjen PPKL dengan nilai minimal 78,00 (A) di tahun 2019 78 Belum dievaluasi -

Sumber : Setditjen PPKL, 2019

1512015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Sasaran Indikator Kinerja Pagu Awal(Rp)

Pagu Revisi(Rp)

Realisasi(Rp)

Capaian Penyerapan

(%)

Meningkatnya Kualitas Udara Indeks Kualitas Udara minimal 84

27.014.000.000 27.014.000.000 26.991.544.032 99,92

Meningkatnya Kualitas Air Indeks Kualitas Air minimal 55 89.804.000.000 96.304.000.000 93.889.386.747 97,49

Meningkatnya Kualitas Tutupan Lahan

Indeks Kualitas Tutupan Lahan minimal 62

28.500.000.000 28.500.000.000 27.844.338.538 97,70

Meningkatnya Kualitas Pengelolaan Lahan Gambut

Luas lahan gambut terdegradasi yang dipulihkan pada areal penggunaan lainnya

12.000.000.000 32.940.537.000 30.753.926.017 93,36

Menurunnya Beban Pencemaran Dan Tingkat Kerusakan Wilayah Pesisir Dan Laut

Persentase penurunan beban pencemaran dan tingkat kerusakan wilayah pesisir dan laut

15.700.000,000 18.200.000.000 18.094.343.410 99,42

Terwujudnya reformasi tata kelola kepemerintahan yang baik di lingkungan Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan LH

SAKIP Ditjen PPKL dengan nilai minimal 78,00 (A) di tahun 2019

57.558.059.000 61.033.428.000 60.636.366.435 99,35

230.576.059.000 263.991.965.000 258.209.905.179 97,81

Tabel 3.68 Capaian Penyerapan Anggaran Ditjen PPKL Tahun 2019

3.4 REALISASI ANGGARAN

Ditjen PPKL memiliki 6 (enam) indikator kinerja yang masuk dalam Perjanjian Kinerja 2019 dan 6 (enam) kegiatan yang harus dicapai pada tahun 2019 ini.Alokasi Anggaran Belanja Ditjen PPKL tahun 2019 sesuai dengan Surat Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) petikan tahun anggaran 2019 Nomor: SP. DIPA-029.13.1.400212/2019 tanggal 5 Desember 2018 adalah sebesar Rp.230.576.059.000,- (dua ratus tiga puluh milyar lima ratus tujuh puluh enam juta lima puluh sembilan ribu rupiah). Pada Tahun 2019 telah dilakukan 4 (empat) kali revisi anggaran dimana terdapat penambahan dan pengurangan anggaran yaitu penambahan anggaran pada: (1) Direktorat Pengendalian Pencemaran Air sebesar Rp. 6.500.000.000,- untuk Penambahan Dana Insentif Pengadaan Peralatan ONLIMO; (2) Direktorat Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Pesisir dan Laut sebesar Rp. 2.500.000.000,- untuk Penambahan Dana Insentif Penyediaan Fasilitas Kantor Regional Capacity Center for Clean Seas (RC3S); (3) Sekretariat

Ditjen PPKL sebesar Rp. 4.500.000.000,- untuk Penambahan Alokasi Gaji dan Tunjangan; dan (4) pengurangan anggaran pada Direktorat Pengendalian Kerusakan Gambut sebesar Rp. 10.157.288.000,- sebagai pengurangan dana hibah. Dengan demikian, pagu anggaran akhir Ditjen PPKL Tahun 2019 menjadi menjadiRp. 263.991.965.000,- (dua ratus enam puluh tiga milyar sembilan ratus sembilan puluh satu juta sembilan ratus enam puluh lima ribu rupiah)

Penyerapan anggaran Ditjen PPKL setelah adanya pengembalian negara memiliki realisasi sebesar Rp. 258.209.905.179,-* (status per Januari 2019) (dua ratus lima puluh delapan milyar dua ratus sembilan juta sembilan ratus lima ribu seratus tujuh puluh sembilan rupiah) dengan capaian penyerapan anggaran Ditjen PPKL Tahun 2019 sebesar 97,81%.Secara rinci capaian penyerapan anggaran untuk masing-masing sasaran program dapat dilihat pada Tabel 3.68 di bawah ini.

Sumber : Setditjen PPKL, 2019

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

152 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

Pelaksanaan kegiatan Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan secara efektif berjalan pada bulan Januari 2019 setelah pengesahan DIPA.Tercapainya realisasi anggaran tersebut didukung antara lain: 1) perencanaan percepatan penyerapan

anggaran; 2) strategi pelaksanaan kegiatan; 3) pelaksanaan monitoring dan evaluasi; 4) percepatan pelaksanaan paket lelang dan pengadaan langsung; 5) meningkatkan kerjasama dengan instansi pemerintah, perguruan tinggi dan masyarakat.

Tabel 3.69 Efisiensi Pelaksanaan Perjanjian KinerjaDirektorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

3.5 EFISIENSI DAN EFEKTIFITAS

Efisiensi pada kegiatan untuk mencapai indikator kinerja pada Perjanjian Kinerja 2019 dengan membandingkan antara Capaian Kinerja sebesar 125,56% dengan Capaian Penyerapan Anggaran sebesar 97,81% mencapai 1,28 yang menunjukkan pelaksanaan kegiatan ini efisien sesuai dengan anggaran yang ada.Efisiensi pelaksanaan kegiatan untuk mencapai target masing-masing indikator kinerja dapat dilihat pada Tabel 3.69 di bawah ini.

Sasaran Indikator KinerjaCapaian Kinerja

2015 (%)

Capaian Kinerja

2016 (%)

Capaian Kinerja

2017 (%)

Capaian Kinerja

2018 (%)

Capaian Kinerja

2019 (%)

Capaian Penyerapan

Anggaran (%)Efisiensi Efektivitas

Meningkat-nya Kualitas Udara

Indeks Kualitas Udara minimal 84

104,89 100,34 106,13 102,10 103,05 99,92 1,03 1,01

Meningkatnya Kualitas Air

Indeks Kualitas Air minimal 55 102,12 95,62 100,38 94,46 95,67 97,49 0,98 1,01

Meningkatnya Kualitas Tutu-pan Lahan

Indeks Kualitas Tutupan Lahan minimal 62

99,23 98,18 100,52 100,05 100 97,70 1,02 1,00

Meningkat-nya kualitas pengelolaan lahan gambut

Luas lahan gam-but terdegradasi yang dipulihkan pada areal peng-gunaan lainnya

346 102,50 101,86 105,75 104,53 93,36 1,12 0,99

Menurun-nya beban pencemaran dan tingkat kerusakan wilayah pesi-sir dan laut

Persentase pe-nurunan beban pencemaran dan tingkat kerusa-kan wilayah pesisir dan laut

142,85 100 104,70 125,33 224,57 99,42 2,26 1,79

Terwujudnya reformasi tata kelola kepemerinta-han yang baik di lingkungan Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusa-kan LH

SAKIP Ditjen PPKL dengan nilai minimal 78,00 (A) di tahun 2019

113,63 94,66 99,32 98,90Belum

dievalu-asi

99,35 - -

Sumber : Setditjen PPKL, 2019

1532015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

BAB 4PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

1. Pencapaian target indikator kinerja pada dokumen Perjanjian Kinerja Ditjen PPKL tahun 2019 sebesar 125,56%.

2. Capaian Kinerja berdasarkan target setiap indikator kinerja hampir semua mencapai target yang ditetapkan kecuali Indeks Kualitas Air (IKA) yang mencapai 52,62 poin sedangkan targetnya sebesar 55 poin sehingga capaian kinerjanya sebesar 95,67%. Jumlah titik pantau untuk perhitungan IKA sebanyak sebanyak 537 titik pada 78 sungai di 34 Provinsi.Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan untuk meningkatkan IKA tahun 2019 adalah:a. Pembangunan Onlimo sebanyak 7 unit di 3 DAS

prioritas yaitu 4 unit di DAS Citarum, 2 unit di DAS Brantas dan 1 unit di DAS Kapuas. Jumlah onlimo yang telah dibangun dari tahun 2015-2019 sebanyak 26 unit pada 12 DAS prioritas.

b. Perhitungan Daya Tampung beban Pencemaran (DTBP) di 4 (empat) sungai, yaitu Sungai Jeneberang, Limboto, Musi dan Moyo.

c. Pembangunan instalasi Plasma Nanobubble pada 2 (dua) lokasi yaitu Tukad Badung dan Situ Gintung.

d. Peningkatan jumlah industri yang memenuhi baku mutu air limbah sebanyak 1.708 industri atau 85% dari jumlah industri yang dievaluasi.

e. Pengembangan pemantauan Kualitas Air Limbah Secara Terus Menerus Dan Dalam Jaringan Bagi Usaha dan/Atau Kegiatan (SPARING). Sudah ada 16 industri yang lulus uji konektivitas dari 19 yang mengajukan.

f. Memproses Izin Pembuangan Air Limbah dengan Cara Injeksi. Sebanyak 1 izin telah diterbitkan dan 4 permohonan izin masih dalam proses.

g. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) selama tahun 2019 dilakukan untuk menurunkan beban pencemar air limbah yaitu pembangunan IPAL Domestik Komunal sebanyak 68 Unit di 53 Kabupaten/Kota pada 8 DAS prioritas dan pembangunan IPAL USK sebanyak 161 unit di 42 Kabupaten/Kota pada 11 DAS prioritas

h. Pengelolaan DAS Citarum (Prokasih (DAS Citarum) dengan membangun Ekoriparian dan IPAL Wetland. KLHK telah membangun Ekoriparian di DAS Citarum sebanyak 2 (dua) lokasi yaitu Desa Margamulya, Pengalengan dan Perumahan Bumi Teluk Jambe, Karawang. Selain itu dibagun IPAL Domestik di di Teras Cikapundung, Kecamatan Cidadap, Biodigester ternak di Cisanti DAS Citarum Kabupaten Bandung, Settling Pond di Empang Rusa, serta IPAL Domestik di Cihauk.

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

154 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

3. Capaian Indeks Kualitas Udara (IKU) sebesar 86,56 dengan target 84,00 sehingga capaian kinerjanya sebesar 103,05%. Jumlah kabupaten/ kota yang dipantau kualitas udaranya sebanyak 419 Kabupaten/Kota. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan untuk meningkatkan IKU tahun 2019 adalah:a. Peningkatan jumlah industri yang memenuhi

baku mutu emisi sebanyak 1.834 industri atau 91,15% dari jumlah industri yang dievaluasi.

b. Intervensi Kebijakan Pengendalian Pencemaran Udara dengan menyusun draft Peraturan Menteri LHK tentang Baku Mutu Emisi Industri Tepung Terigu; Baku Mutu Emisi Genset; dan Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU).

c. Pengembangan Sistem Pemantauan Emisi Industri Secara Otomatis, Kontinyu dan Terintegrasi (SISPEK). Sebanyak 4 industri telah terkoneksi dengan SISPEK.

d. Pembangunan AQMS di 13 kota yaitu Kota Medan, Kota Bengkulu, Kota Bandar Lampung, Kota Bandung, Kota Bekasi, Kota Depok, Kota Semarang, Kota Yogyakarta, Kota Surabaya, Kota Malang, Kota Denpasar, Kota Kupang, Kota Jayapura. Total AQMS yang telah dibangun sejak 2015-2019 sebanyak 26 unit pada 26 kota

e. Kegiatan evaluasi penerapan baku mutu emisi untuk transportasi darat, dilakukan melalui uji emisi secara acak di 21 kota yang mewakili kategori metropolitan, besar, dan sedang.

4. Indeks Kualitas Tutupan Lahan (IKTL) sebesar 62,00 dengan target 62,00, sehingga capaian kinerjanya sebesar 100%. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan untuk meningkatkan IKTL tahun 2019 adalah:a. Pelaksanaan pemulihan lahan bekas tambang

rakyat di 5 lokasi yaitu Desa Batu Butok (Paser, Kalimantan Timur) 1,175 Ha, Desa Kancinaa (Buton, Sulawesi Tenggara 0,98Ha, Desa Bambang (Kabupaten Malang, Jawa Timur) 22 Ha, Desa Cisantana (Kabupaten Kuningan, Jawa Barat) 7,63 Ha dan Desa Jangkar Asam (Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka Belitung) 8,4 Ha. Total pemulihan yang telah dilaksanakan selama tahun 2015-2019 sebanyak 59,126 Ha.

b. Evaluasi kinerja pemulihan lahan dari sector industri pada 37 industri, .seluas 7.891,44 hektar atau 48,42% dari total luasan lahan terganggu seluas 16.296,68 hektar telah direklamasi.

5. Persentase penurunan beban pencemaran dan tingkat kerusakan pesisir dan laut sebesar 39,3% dari target 17,50% sehingga capaian kinerjanya sebesar 224,57%. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan untuk penurunan beban pencemaran dan tingkat kerusakan pesisir dan laut tahun 2019 adalah:a. Pemulihan kawasan pesisir dan laut di 3 (tiga)

lokasi yaitu Kepulauan Karimunjawa, Jawa Tengah; Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat; dan Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara.

b. Pembersihan tumpahan minyak di 3 (tiga) lokasi yaitu Batam dan Bintan, Kepulauan Riau serta Kabupaten Karawang.

c. Evaluasi kinerja pengelolaan lingkungan hidup di 10 kawasan pelabuhan.

d. Pemantauan sampah laut di 24 Kabupaten/Kota dan kegiatan bersih pantai di 10 Kabupaten/Kota. Kegiatan bersih pantai mengumpulkan sebanyak 18.942,13 kg sampah.

e. Pemrosesan permohonan Izin Pembuangan Air Limbah ke laut sebanyak 41 izin dan penerbitan sebanyak 74 izin.

6. Luas lahan gambut yang dipulihkan sebesar 1.568 Ha dari target sebesar 1.500 Ha sehingga capaian kinerjanya 104,53%. Luas lahan gambut yang telah dipulihkan selama tahun 2015-2019 sebesar 9.950 Ha dengan jumlah sekat kanal sebanyak 627 unit. Pemulihan ekosistem gambut di areal HTI dan perkebunan seluas 3,47 juta Ha dengan jumlah sekat kanal sebanyak 27.889 unit.

7. Capaian penyerapan anggaran untuk semua kegiatan dalam program Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan sebesar 97,81%, dapat menghasilkan capaian kinerja sebesar 125,56%, sehingga efisiensi kinerjanya sebesar 1,28. Nilai ini menunjukkan efisiensi kinerja Ditjen PPKL tahun 2019 dikategorikan efisien.

8. Capaian kinerja tahun 2018 mencapai sebesar 105,54% dan capaian kinerja tahun 2019 mencapai sebesar 125,62%, sehingga efektivitasnya menjadi 1,16. Hal ini menunjukkan kinerja Ditjen PPKL dikategorikan efektif.

9. Capaian kinerja SAKIP Ditjen PPKL Tahun 2018 mencapai sebesar 77,14 poin dengan target sebesar 77 poin.

1552015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

4.2 KENDALA 4.3 TINDAK LANJUT

1. Kesiapan pemerintah daerah dalam mendukung upaya pengendalian dan pengelolaan ekosistem gambut belum optimal, belum ada program dalam RPJMD dan alokasi anggaran untuk upaya tersebut.

2. Inisiatif daerah dalam mendorong program Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut (PPEG) yang seimbang dengan program pertumbuhan ekonomi daerah masih belum terintegrasi sehingga pasca terbitnya PP 71 tahun 2014, masih ditemukan tumpang tindih pemanfaatan dan kontraproduktif sehingga pendampingan, perumusan dan penyusunan program PPEG untuk pemda dan para pihak masih diperlukan.

3. Pelaksanaan kebijakan lintas sektor (EURO 4) berjalan lambat.

4. Penentuan lokasi pembangunan IPAL dan restorasi sungai mengalami kesulitan karena permasalahan status lahan serta proses serah terima barang kepada pemerintah daerah mengalami kesulitan.

5. Pemantauan kualitas air beberapa Kabupaten/ Kota mengalami kendala untuk menggunakan laboratorium yang terakreditasi.

1. Perlu skema percepatan agar pemerintah daerah melakukan PPEG dan menyusun RPPEG daerah.

2. Mendorong pemerintah daerah agar mengalokasikan program dan anggarannya untuk upaya pengendalian dan pengelolaan ekosistem gambut.

3. Memastikan mekanisme kerja antara KLHK dengan Pemerintah Provinsi karena anggaran pemantauan kualitas air dan udara ada di pusat.

4. Perlu dilakukan pemetaan untuk menetapkan lokasi pembangunan IPAL

5. Mengusulkan untuk melaksanakan pembinaan akreditasi laboratorium.

6. Penyusunan Juknis dan Juklak Pemantauan Sampah Laut dan Pemantauan Kualitas Air Laut

7. Perlu revitalisasi program-program yang bertujuan melakukan pembinaan kepada pemerintah daerah dalam pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan (Prokasih, Langit Biru, Pantai Lestari, Menuju Indonesia Hijau

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

156 2015 - 2019 | Laporan Kinerja

LAMPIRAN

1572015 - 2019 | Laporan Kinerja

Direktorat JenderalPengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Tlp/Fax : 021-8580105Website : http://ppkl.menlhk.go.id

Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran & Kerusakan LingkunganKementerian Lingkungan Hidup & Kehutanan

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANANREPUBLIK INDONESIA