beton prategang
Post on 03-Feb-2016
109 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2015) 1-6
1
Abstrak – Gedung Favehotel Surabaya terdiri
dari 13 lantai dengan tinggi total 43 m, dibangun di
kota Surabaya dengan jenis tanah lunak yang mana
menurut SNI 1726-2012 termasuk dalam kategori
desain seismik D. Bangunan gedung yang termasuk
dalam kategori desain seismik D dapat menggunakan
sistem ganda dengan SRPMM dan dinding geser
khusus dengan tinggi tidak lebih dari 48 m.
Perencanaan struktur gedung ini meliputi plat, balok,
kolom, shearwall dan tangga mengikuti peraturan
beton bertulang (SNI 2847-2013) dan perhitungan
pembebanan mengikuti peraturan SNI 1727-2013.
Beban gempa dihitung dengan metode beban gempa
dinamis respons spectrum yang dikontrol dengan
metode beban gempa statik ekivalen, kemudian
dianalisis dengan menggunakan program bantu
komputer SAP2000. Gedung Favehotel ini
dimodifikasi memiliki ruangan bebas kolom pada
lantai 12 sehingga direncanakan menggunakan balok
prategang pada lantai atapnya. Balok prategang pada
gedung bertingkat memiliki kendala dari sifat beton
prategang yang getas. Oleh karena itu perlu
perencanaan khusus dalam desain balok prategang
agar dapat bersifat daktail yang cukup untuk menahan
beban gempa. Cara memenuhi syarat daktilitas tersebut
yaitu menggunakan balok prategang parsial.
Perencanaan balok beton prategang pada gedung
Favehotel Surabaya ini menggunakan sistem
pascatarik yang dicor monolit pada kolom. Dimensi
balok prategang dengan bentang 13,2 meter ini
didapatkan 50/70 dengan PPR 61,4 % yang terdiri dari
1 tendon dengan 24 strand. Struktur bangunan bawah
direncanakan dengan pondasi dalam yaitu tiang
pancang.
Kata kunci : beton prategang parsial, pascatarik,
sistem ganda, respons spectrum, pondasi dalam
I. PENDAHULUAN
emakaian struktur beton prategang di Indonesia
dalam dasawarsa terakhir sudah berkembang
dengan pesat dan banyak diterapkan pada prasarana
transportasi berupa jembatan dan jalan layang. Di sisi
lain kebutuhan gedung akan ruang yang luas semakin
meningkat pula karena mempunyai nilai investasi dan
fungsi yang baik seperti ruang pertemuan atau ruang
serbaguna. Oleh karena itu teknologi beton prategang
mulai diterapkan pada struktur gedung bertingkat seperti
hotel, apartemen dan gedung lainnya. Pada tugas akhir
ini akan dilakukan perencanaan ulang pada struktur
gedung Favehotel Surabaya pada lantai atap dengan
balok beton prategang yang dimodifikasi memiliki
sebuah ruangan convention hall pada lantai atas.
Convention Hall ini membutuhkan ruangan yang luas
tanpa ada kolom di bagian tengah ruangan sehingga
diperlukan struktur balok yang dapat menjangkau
bentang panjang dengan dimensi yang relatif kecil
namun kuat. Lokasi dari pembangunan gedung ini
berada di Surabaya yang mana kita tahu berada pada zona
gempa menengah.
Untuk gedung yang menggunakan balok
prategang, terdapat sebuah kendala dimana balok
prategang biasanya memiliki sifat yang getas. Oleh
karena itu diperlukan sebuah perencanaan khusus dalam
mendesain balok prategang agar mencapai daktilitas
yang memadai serta andal dalam menahan beban gempa.
Cara untuk memenuhi syarat daktilitas itu adalah dengan
menggunakan balok prategang parsial (Pangaribuan,
2012)
Berikut gambar modifikasi pada lantai atap. :
Gambar 1.1 Potongan Melintang Gedung modifikasi.
MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG
FAVEHOTEL SURABAYA MENGGUNAKAN SISTEM
GANDA DAN BALOK PRATEGANG PADA LANTAI
ATAP
Candra Nur Arifin dan I Gusti Putu Raka, Pujo Aji.
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
E-mail: arifincandra90@yahoo.com, raka@ce.its.ac.id, pujoaji.its@gmail.com
P
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2015) 1-6
2
II. METODOLOGI
A. Umum
Langkah-langkah pengerjaan tugas akhir ini
dilakukan seperti diagram alir berikut :
Mulai
Pengumpulan Data
Kontrol Service
Ability
Tidak
Preliminary Design
Perhitungan Struktur Primer
(Balok, Kolom, Shearwall)
Selesai
Gambar Output Autocad
Penetapan Kriteria Desain
Perhitungan Struktur
Sekunder
Output gaya dalam
Pemodelan struktur
Pembebanan
YA
Desain Balok prategang APerhitungan Struktur bawah
(pondasi)
Pemilihan Jenis Beton Prategang
Gaya Prategang
Perhitungan Jumlah Strand
Kontrol
Tegangan
Selesai
A
Desain penampang & Mutu beton
Kontrol Tegangan, kontrol
Lendutan, Momen retak,
Momen Batas, PPR
Penetapan Jumlah dan
Tata Letak Kabel
Perhitungan Kehilangan Tegangan
Perhitungan Tulangan Lunak
Perhitungan Angkur Ujung
Gambar 3.1 Diagram alir Metode perencanaan
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
B. Data Bangunan Eksisting
Direncanakan sebuah bangunan gedung dengan
dimensi bangunan dengan data-data sebagai berikut :
Fungsi bangunan : Gedung Hotel
Lokasi bangunan : Surabaya
Tipe Tanah : Tanah Lunak (SE)
Struktur Utama : struktur beton bertulang pada
lantai 1-12, pada lantai atap
dimodifikasi menggunakan balok
beton prategang.
Panjang bangunan : 29,85 m
Lebar bangunan : 13.2 m
Tinggi bangunan : 43 m
Lantai 1-11 : 3 m
Lantai 12 : 4 m
Sistem struktur : Sistem Ganda (SG)
Struktur Pondasi : Pondasi dalam
C. Kombinasi Pembebanan
Kombinasi pembebanan yang diterapkan pada
bangunan ini dibuat berdasarkan kombinasi dasar pada
SNI 1726-2012 pasal 2.3.2.
U = 1,4D (Kombinasi 1)
U = 1,2D + 1,6L + 0,5(Lr atau R) (Kombinasi 2)
U = 1,2D + 1,0E + L (Kombinasi 3)
U = 0,9D + 1,0E (Kombinasi 4)
SNI 1726-2012 memiliki ketentuan khusus
untuk mendefinisikan beban gempa, E. Besarnya nilai E
adalah :
DSQE DSE 2,0
EQ merupakan pengaruh beban gempa horisontal (Eh),
sementara DSDS2,0 adalah pengaruh beban gempa
vertikal (Ev). Berdasarkan pasal 7.3.4.2 pada perhitungan
pengaruh beban gempa horisontal digunakan faktor
rendundansi, ρ, sebesar 1,3 (Kategori Desain Seismik D)
dan SDS = 0,674. Sehingga :
Pengaruh beban gempa untuk penggunaan dalam
kombinasi 3
DQE E 135,03,1
Pengaruh beban gempa untuk penggunaan dalam
kombinasi 4
DQE E 135,03,1
D. Pemodelan dan Analisis Struktur
Analisa struktur dilakukan dengan progam bantu
SAP2000 dengan permodelan 3 dimensi (space frame)
sebagai Sistem Ganda, yaitu suatu struktur gedung yang
memiliki rangka ruang pemikul beban gravitasi secara
lengkap. Beban lateral dipikul dinding geser dan rangka
pemikul momen dimana yang tersebut terakhir ini harus
secara tersendiri sanggup memikul sedikitnya 25 % dari
beban dasar geser nominal. Pemodelan struktur ini dapat
dilihat pada gambar 3.2
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2015) 1-6
3
Gambar 3.2 Pemodelan modifikasi struktur gedung
Favehotel Surabaya
Struktur sekunder yang dihitung adalah pelat,
tangga, balok anak dan balok lift. Sedangkan struktur
utama yang dihitung adalah balok induk, kolom, dan
shearwall. Dan untuk struktur bawah yang dihitung
adalah pile, pile cap dan sloof.
E. Desain Balok Prategang
Pada perencanaan ini dipilih beton prategang parsial
pascatarik (posttension) dimaksudkan agar dapat
dilaksanakan pengecoran langsung dilapangan dan dapat
mengontrol gaya jacking. Beton prategang parsial sangat
tergantung pada besarnya Partial Prestressing Ratio
(PPR). Apabila PPR terlalu kecil maka balok beton
berperilaku seperti balok beton bertulang, yaitu kekuatan
rendah tetapi bersifat daktail sehingga menyebabkan retak
permanen dan memungkinkan strand prategang berkarat.
Sebaliknya bila PPR terlalu besar maka balok beton
berperilaku seperti balok beton prategang penuh, yaitu
kekuatan tinggi tetapi bersifat getas. Artiningsih (2008)
menyebutkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pada
batas PPR 40% - 70% balok mempunyai kekuatan yang
tinggi tetapi masih bersifat daktail. prategang parsial
ratio (PPR) didefinisikan dengan :
n
np
M
MPPR
Keterangan :
Mnp = kapasitas momen nominal dari beton
prategang.
Mn = Total kapasitas momen nominal.
Dengan,
2
adfAM ppspsnp
22
adfA
adfAM ysppspsn
Keterangan : Aps = luas tulangan prategang di zona penegangan,
(mm2);
As = luas tulangan nonprestressed, (mm2);
b = lebar elemen, (mm);
d = jarak dari serat tekan paling jauh ke centroid
dari nonprestressed, (mm);
dp = jarak dari serat tekan paling jauh ke centroid
tulangan prategang, (mm);
f'c = kuat tekan beton, (MPa);
fps = tegangan nominal prategang, (MPa)
fy = tegangan leleh tulangan nonprestressed
Kuat ultimate dari balok prategang, yaitu jumlah
total baja tulangan non-prategang dan baja prategang
harus cukup untuk dapat menghasilkan beban terfaktor
paling sedikit 1,2 beban retak yang terjadi berdasarkan
nilai modulus retak (𝑓𝑟 ), sehingga didapat φMu ≥ 1,2 Mcr
dengan nilai φ = 0,9.
Dimana :
Mcr =
bb
be
b
e
y
Ifr
y
I
I
yeF
y
I
A
F
Keterangan :
Fe = Gaya prategang efektif setelah kehilangan
I = Inertia balok
e = Eksentrisitas dari cgc
A = Luas penampang balok
y = Garis netral balok
fr = Modulus keruntuhan = fc62,0
III. KONTROL HASIL ANALISIS STRUKTUR
A. Kontrol Nilai Akhir Respon Spektrum
Nilai akhir Vdinamik harus lebih besar sama dengan
85% V statik [3]. Maka persyaratan tersebut dapat
dinyatakan sebagai berikut :
𝑉𝑑𝑖𝑛𝑎𝑚𝑖𝑘 ≥ 0.85𝑉𝑠𝑡𝑎𝑡𝑖𝑘
Tabel 4.1 Kontrol nilai respon spektrum
Fx Fy
V dinamik 1898.741
0.85 V statik 4776.435
V dinamik 1662.382
0.85 V statik 4776.4352.8732
Faktor SkalaFx(kN) Fy(kN)
2.5156
B. Kontrol Nilai Partisipasi Massa
Partisipasi massa harus menghasilkan sekurang-
kurangnya 90 % respon total dari perhitungan respon
dinamik [3]. Mode 11 telah memenuhi ketentuan tersebut
dengan rasio pada Tabel 4.2
Tabel 4.2 Rasio partisipasi massa
Mode sum UX sum UY
11 0.931 0.930
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2015) 1-6
4
C. Kontrol Simpangan (Drift)
Kontrol drift dan syarat drift harus ditentukan Rumus
4.1 [3].
𝛿𝑥 = (𝐶𝑑𝛿𝑥𝑒)/𝐼 Rumus 4. 1
Dimana :
𝛿𝑥 = Defleksi pada lantai ke-x
𝐶𝑑 = Faktor pembesaran defleksi, (5)
𝐼 = Faktor keutamaan gempa, (1)
Tabel 4.3 menunjukan kontrol simpangan pada
struktur yang telah dianalisis.
Tabel 4.3 Kontrol simpangan arah - X h δxe δx Drift (Δs) Syarat (Δs)
(m) (mm) (mm) (mm) (mm)
R.Lift 43 52.39 262.0 25.19 60 oke
Atap 40 47.36 236.8 25.34 80 oke
Lantai 12 36 42.29 211.4 19.64 60 oke
Lantai 11 33 38.36 191.8 20.35 60 oke
Lantai 10 30 34.29 171.4 20.88 60 oke
Lantai 9 27 30.11 150.6 21.16 60 oke
Lantai 8 24 25.88 129.4 21.13 60 oke
Lantai 7 21 21.65 108.3 20.73 60 oke
Lantai 6 18 17.51 87.5 19.92 60 oke
Lantai 5 15 13.52 67.6 18.61 60 oke
Lantai 4 12 9.80 49.0 17.14 60 oke
Lantai 3 9 6.37 31.9 14.07 60 oke
Lantai 2 6 3.56 17.8 11.32 60 oke
Mezzanin 3 1.29 6.5 6.47 60 oke
Lantai Ket
D. Kontrol Periode
Periode struktur fundamental, T, dalam arah yang
ditinjau harus diperoleh menggunakan properti struktur
dan karakteristik deformasi elemen penahan dalam
analisis yang teruji [9]. Periode fundamental struktur (T)
yang digunakan [9]:
Jika Tc > Cu x Ta maka digunakan T = Cu x Ta
Jika Ta < Tc < Cu x Ta maka digunakan T = Tc
Jika Tc < Ta maka digunakan T = Ta
Dimana :
𝑇𝑎 = Periode Fundamental pendekatan
𝐶𝑢 =Koefisien untuk batas atas
Didapatkan perioda batasan atas sebesar Cu𝑇a=1,1472 dt Dibawah ini adalah T hasil analisa struktur
Arah X → 𝑇𝑐𝑥 = 1,26 𝑑𝑡 > 𝑇
Arah Y → 𝑇𝑐𝑦 = 0,985 𝑑𝑡 < 𝑇
Maka, 𝑇𝑐𝑥 = 1,1472 𝑑𝑡
𝑇𝑐𝑦 = 0,985 𝑑𝑡
E. Kontrol Sistem Rangka Gedung
Sistem Ganda merupakan sistem struktur yang
beban lateral gempa bumi dipikul bersama oleh dinding
geser dan rangka secara proporsional berdasarkan
kekakuan relatif masing-masing tapi juga
memperhitungkan interaksi kedua sistem di semua
tingkat. Untuk pengamanan terhadap keruntuhan, sistem
rangka pemikul momen harus didesain secara tersendiri
mampu menahan sedikitnya 25% beban lateral.
Kemampuan dari dinding geser dalam menyerap beban
lateral akibat gempa dapat dilihat pada Tabel 4.5
Tabel 4.5 Kontrol Sistem Ganda
PORTAL SW PORTAL SW
1 0.9D+RSPX 29.7 70.3 29.6 70.4
2 0.9D-RSPX 29.7 70.3 29.6 70.4
3 0.9D+RSPY 29.4 70.6 29.3 70.7
4 0.9D-RSPY 29.4 70.6 29.3 70.7
5 1.2D+L+RSPX 29.8 70.6 29.7 70.3
6 1.2D+L+RSPY 29.8 70.2 29.7 70.3
7 1.2D+L-RSPX 29.5 70.5 29.7 70.3
8 1.2D+L-RSPY 29.5 70.5 29.7 70.3
NO KOMBINASI
REAKSI DALAM MENAHAN GEMPA (%)
FX FY
Dari Tabel diatas dapat disimpulkan bahwa gedung ini
Memenuhi syarat sistem ganda (Dual sistem).
IV. HASIL PERENCANAAN
A. Hasil Perencanaan
4.1 Perencanaan Struktur Sekunder
Peraturan yang digunakan sebagai acuan dalam
menentukan besar beban yang bekerja pada struktur
adalah peraturan ASCE 7 -05.
Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Perancangan Struktur Sekunder Dimensi
(mm)
Beton, f'c=25 MPa Ø 13 - 240 (Arah X)
Tulangan, fy= 240 MPa Ø 13 - 240 (Arah Y)
Ø 8 - 240 (Tul. Susut)
Beton, f'c=45 MPa Ø 13 - 200 (Arah X)
Tulangan, fy= 240 MPa Ø 13 - 200 (Arah Y)
Ø 8 - 200 (Tul. Susut)
b = 300 Beton, f'c= 25 MPa 5D16 (Tumpuan)
h = 500 Tulangan, fy= 420 MPa 3D16 (Lapangan)
Sengkang, fy= 240 MPa 2Ø10-100 (Sengkang)
b = 250 Beton, f'c= 25 MPa 3D16 (Tumpuan)
h = 400 Tulangan, fy= 420 MPa 4D10 (Lapangan)
Sengkang, fy= 240 MPa 2Ø10-100 (Sengkang)
Beton, f'c=25 MPa Ø 16 - 250 (Arah X)
Tulangan, fy= 240 MPa Ø 16 - 250 (Arah Y)
Ø 10 - 250 (Tul. Susut)
b = 250 Beton, f'c=25 MPa 2D16 (Tumpuan)
h = 400 Tulangan, fy= 240 MPa 2D13 (Lapangan)
2Ø10-150 (Sengkang)
Balok
Bordes
Element
Struktur
Plat Lantai t = 120
Plat Atap t = 120
Material Tulangan
Balok
Sekunder
Balok Lift
Plat Tangga t = 130
4.2 Perencanaan balok induk
BI-1
Dimensi Balok : 40/60 mm
Bentang Balok : 7400 mm
Selimut Beton : 40 mm
Dia. Tul. Utama (D) : 19, 25 mm
Dia. Tul. Sengkang (∅) : 10 mm
Gambar 4.1 Rencana penulangan balok induk
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2015) 1-6
5
4.3 Perencanaan balok prategang
Berdasarkan pembebanan yang telah dilakukan,
terdapat gaya dalam momen envelope pada balok
prategang sebesar : 901,757 kNm. Melalui proses trial-
error didesainlah balok prategang dengan spesifikasi
teknis :
Dimensi Balok : 50/70 mm
Bentang Balok : 13200 mm
Mutu Beton (𝑓𝑐′) : 45 MPa
Mutu Tendon
o Menggunakan data dari tabel prestresssing strand
– 7 wire, uncoated ASTM A416 untuk post
tensioning
o Nominal diameter : 12,7 mm
o Luas nominal area kawat : 100,1 mm2
o Minimal breaking load : 184 kN
Detail penulangan Balok Prategang :
Gambar 4.2 Rencana penulangan balok prategang
n
np
M
MPPR =
2911,418
1789,908 = 61,4 % < 70 % ….. (Oke)
Mn= 0,9×2911,418 > 1,2 Mcr
2681,416 kNm > 1475,7 kNm … (Oke)
Kehilangan ptrategang :
Tabel 4.2 Rekapitulasi Perhitungan kehilangan tegangan Level tegangan pada berbagai tahap Tegangan baja, MPa Persen
Sesudah penarikan (0,7 f pu ) 1286.713 100
Kehilangan akibat perpendekan elastis 0 0.00
Kehilangan akibat angker 0 0.00
Kehilangan akibat wobble effect 62.26 4.84
Kehilangan akibat kekangan kolom 58.31 4.53
Kehilangan akibat rangkak 95.66 7.43
Kehilangan akibat susut 20.98 1.63
Kehilangan akibat relaksasi baja 24.460 1.90
Pertambahan karena topping 35.88 2.79
Tegangan netto akhir fpe 1060.923 82.45
Persentase kehilangan total = 100-82.45 = 17.55%
Kontrol Lendutan :
Lendutan ijin : mmL
ijin 5,27480
13200
480
Lendutan total : meqOPOA llll
= -15,95 + 25,25 + 6,38 = 15,67 mm () < Lendutan ijin
= 15,67 mm < 27,5 mm ...............(Oke)
Keterangan :
POl Lendutan Akibat Tekanan Tendon
qOl Lendutan Akibat Beban kerja
mel Lendutan Akibat Eksentrisitas
4.4 Perencanaan kolom
K1
Tinggi kolom = 3 𝑚
Dimensi kolom = 700 x 700 𝑚𝑚
tul. Memanjang (D) = 12D25 𝑚𝑚
tul. Sengkang (∅) = 4D13-150 𝑚𝑚
Detail penulangan kolom
Gambar 4.3 Rencana penulangan kolom K1
4.5 Perencanaan dinding geser
Tinggi Dinding, (ℎ𝑤) : 39000 mm
Tebal Dinding, (ℎ) : 300 mm
Panjang Dinding, (𝑙𝑤) : 5800 mm
D tulangan Vertikal : D16-250 mm (Ulir)
D tulangan Horisontal : 2D13-150 mm (Ulir)
4.6 Perencanaan pondasi dalam tiang pancang.
Diameter tiang kolom : 500 mm
Class : A1
Alowable Axial : 185,3 ton
Bending Moment Crack : 10,5 tonm
Bending Moment Ultimate : 15,75 tonm
Diameter tiang shearwall : 600 mm
Gambar 4.4 Bentuk pilecap rencan
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2015) 1-6
6
Pondasi kolom direncanakan sampai kedalaman
34 m, dan 40 m untuk pondasi shearwall dengan
ketebalan pilecap 1 m.
KESIMPULAN/RINGKASAN
Dari perhitungan-perhitungan yang telah
dijelaskan pada bab-bab sebelumnya didapatkan
kesimpulan sesuai tujuan penulisan tugas akhir ini yaitu
penulis dapat merencanakan modifikasi gedung
Favehotel Surabaya dengan menggunakan sistem ganda
dan balok prategang pada lantai atap dengan hasil analisis
sebagai berikut:
5.1 Kesimpulan
1. Dari hasil analisis beban gempa, struktur gedung
termasuk ke dalam kategori desain seismik D
dengan demikian konfigurasi sistem ganda yang
diterapakan adalah SRPMM dan SDSK karena
ketinggian gedung tidak lebih dari 48 m. Dari
program analisis struktur didapatkan kontrol nilai
akhir respon spektrum V dinamik arah x dan y
sebesar 4776.435 kN, kontrol partisipasi massa
memenuhi syarat yaitu pada mode 11, memenuhi
kontrol drift (simpangan) yaitu tidak boleh
melebihi 60 mm, dan kontrol waktu getar alami(T)
sebesar 1,1472 detik.
2. Penggunaan beton prategang pada gedung
bertingkat dengan sistem cor ditempat perlu
diperhatikan kemampuan dalam menerima beban
gempa yang terjadi pada struktur. Untuk membuat
balok prategang dapat menerima beban gempa
maka balok prategang didesain berperilaku daktail
dengan memberikan baja lunak dengan
perbandingan PPR sebesar 61,4 %. Baja lunak
ditujukan untuk mendisipasikan energi gempa
dengan cara meleleh. Baja prategang memberikan
ketahanan geser dari friksi yang ditimbulkan gaya
prategang.
3. Balok prategang yang menyatu dengan kolom
harus memperhitungan kehilangan tegangan
akibat kekangan kolom. Hal ini dikarenakan gaya
jacking ditahan sebagian oleh kolom dan akan
menghasilkan momen tambahan pada kolom
sebesar kehilangan tegangan pada balok
prategang.
4. Balok prategang direncanakan dengan sistem
pascatarik dengan satu buah tendon yang
didongkrak secara simultan sekaligus sehingga
kehilangan tegangan akibat perpendekan elastis
tidak terjadi. Berdasarkan perhitungan, kehilangan
tegangan secara langsung dan tidak langsung yang
terjadi pada balok prategang yaitu sebesar 17,55
%.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil perencanaan yang telah dilakukan,
maka disarankan :
1. Untuk menghasilkan dimensi struktur primer yang
efisien dan memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan, maka perlu dilakukan analisis secara
bertahap dengan menggunakan dimensi minimum
yang ditentukan sampai memperoleh dimensi
yang tepat. Dalam hal ini perlu dikontrol
diantaranya kontrol drift, partisipasi massa, dan
Vd ≥ 0,85 Vs.
2. Pendistribusian gaya jacking harus disesuaikan
dengan beban-beban yang bekerja pada balok
prategang. Apabila gaya jacking melebihi dari
beban yang ada, balok prategang mungkin bisa
pecah. Untuk itu, perlu adanya kontrol-kontrol
tegangan disetiap kondisi agar gaya jacking
memenuhi beban yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Lin T.Y., dan Ned H. Burns. 2000. Desain
Struktur Beton Prategang Ed. 3 Jil. 1,
Diterjemahkan oleh : Mediana. Jakarta :
Erlangga.
[2] Nawy, Edward G. 2001. Beton Prategang :
Suatu Pendekatan Mendasar Ed 3 Jil 1.
Diterjemahkan Oleh : Bambang Suryoatmono.
Jakarta : Erlangga.
[3] Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa
Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non
Gedung (SNI-1726-2012), Badan
Standardisasi Nasional, Jakarta 2012.
[4] Tata Cara Pembebanan Untuk Bangunan
Gedung (SNI-1727-2012), Badan
Standardisasi Nasional, Jakarta 2012.
[5] Persyaratan beton struktural untuk
bangunan gedung (SNI-2847-2013), Badan
Standardisasi Nasional, Jakarta 2013,
[6] Pangaribuan, Herri Mangara. (2012). Kajian
Keandalan Struktur Gedung Tahan Gempa
yang Menggunakan Balok Prategang.
[7] Imran, Yuliardi, Suhelda, dan Kristianto.
(2008). Aplicability Metoda Desain
Kapasitas pada Perancangan Struktur
Dinding Geser Beton Bertulang. Seminar
dan Pameran HAKI 2008 - Pengaruh Gempa
dan Angin terhadap Struktur.
top related