bab iv hasil penelitian dan pembahasan a.eprints.uny.ac.id/44675/4/bab iv.pdf · bab iv hasil...
Post on 04-Feb-2018
220 Views
Preview:
TRANSCRIPT
76
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian pengembangan.
Produk yang dikembangkan adalah perangkat pembelajaran berupa LKS berbasis
pendekatan saintifik pada materi program linier untuk SMK kelas X. Model
pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model ADDIE, yang
terdiri dari lima tahap yaitu analysis (analisis), design (perancangan), development
(pengembangan), implementation (implementasi), dan evaluation (evaluasi).
Penjelasan pada tahap-tahap pengembangan adalah sebagai berikut.
1. Analisis (Analysis)
Tahap analisis bertujuan untuk menganalisis perlunya suatu pengembangan
dan kelayakan syarat-syarat pengembangan. Analisis yang dilakukan meliputi
analisis kebutuhan, analisis kurikulum, dan analisis karakteristik peserta didik.
Penjelasan dari tahap analisis adalah sebagai berikut.
a. Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan dilakukan di salah satu SMK di Kabupaten Sleman yaitu
SMK Muhammadiyah 1 Sleman. Selama observasi kegiatan pembelajaran
matematika, pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered) dan belum
menekankan pada aktivitas peserta didik. Pembelajaran dimulai dengan
pembukaan, presensi kehadiran, pemaparan materi dari guru, siswa mencatat dan
mengerjakan soal yang diberikan, serta diakhiri dengan penutup. Di awal
77
pembelajaran guru tidak melakukan apersepsi untuk mempersiapkan peserta didik
mempelajari materi yang akan diajarkan. Selain itu, Guru menggunakan metode
ceramah sementara peserta didik hanya mendengarkan, memperhatikan, mencatat,
mengerjakan soal dan menjawab apabila diberi pertanyaan.
Dalam pembelajaran matematika, guru menggunakan satu buku cetak
matematika dari sekolah dan satu LKS dari penerbit. Buku cetak matematika berisi
contoh soal dan pembahasan serta kumpulan soal, sedangkan LKS dari penerbit
hanya menyajikan rumus-rumus dan latihan soal bagi peserta didik. Selain itu,
peserta didik selama ini hanya menghafalkan langkah-langkah dan rumus untuk
menyelesaikan permasalahan yang disajikan. Dengan kondisi seperti ini, peserta
didik tidak mampu mengkonstruksi sendiri pengetahuannya akan materi yang
dipelajari.
Berdasarkan wawancara dengan peserta didik diperoleh bahwa, peserta
didik sering lupa akan rumus yang dihafalkan dan terkadang bingung untuk
menerapkan rumus tersebut pada soal yang ditemui. Mereka juga mengatakan
bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang sulit untuk dipelajari dan
beberapa peserta didik belum memahami materi yang diajarkan.
Oleh karena itu, peneliti berupaya untuk mengembangkan perangkat
pembelajaran berupa LKS untuk membantu peserta didik memahami materi yang
diajarkan. Peneliti menggunakan pendekatan saintifik sebagai acuan dalam
pengembangan LKS dengan harapan peserta didik dapat aktif dalam
mengkonstruksi sendiri pengetahuannya selama pembelajaran. Peneliti memilih
78
materi program linier berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika di
SMK Muhammadiyah 1 Sleman yang menyatakan bahwa, materi program linier
berisi langkah-langkah penyeleseian yang tidak sedikit. Peneliti berharap, LKS
berbasis pendekatan saintifik ini dapat memfasilitasi peserta didik untuk berperan
aktif selama proses pembelajaran dan mengkonstruksi sendiri pengetahuannya
dalam memecahkan permasalahan program linier.
b. Analisis Kurikulum
Pada tahap ini, diperoleh hasil berupa analisis kurikulum matematika
kelompok wajib pada materi program linier untuk SMK kelas X yang mengacu
pada kurikulum KTSP. Analisis yang dilakukan meliputi identifikasi standar
kompetensi, kompetensi dasar, indikator, standar kompetensi lulusan (SKL),
silabus, kegiatan pembelajaran, penilaian, dan sumber belajar yang digunakan.
Analisis kurikulum dilakukan dengan menetapkan standar kompetensi dan
kompetensi dasar terkait materi program linier yang tertuang dalam lampiran
Permendiknas nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Kurikulum KTSP.
Standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi arah dan landasan untuk
mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian
kompetensi untuk penilaian. Dalam merancang kegiatan pembelajaran dan
penilaian memperhatikan standar proses dan standar penilaian.
Selain mengidentifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar, peneliti
juga mengidentifikasi silabus yang dibuat oleh guru matematika SMK
Muhammadiyah 1 Sleman untuk merumuskan indikator-indikator pencapaian hasil
79
belajar dengan memperhatikan karakteristik peserta didik dan hasil analisis
kebutuhan. Hasil analisis kurikulum dapat dilihat pada Lampiran A.2.
c. Analisis Karakteristik Peserta Didik
Analisis karakteristik peserta didik dilakukan di kelas X TKR 2 SMK
Muhammadiyah 1 Sleman sebagai pengguna LKS yang akan dikembangkan.
Analisis karakteristik pesera didik dilakukan dengan cara observasi selama proses
pembelajaran dan wawancara dengan guru matematika maupun peserta didik
secara langsung.
Peserta didik SMK berada pada kisaran umur 15 – 18 tahun yang pada
umumnya bertepatan dengan fase perkembangan manusia masa remaja. Pada fase
ini, merupakan fase transisi atau peralihan kehidupan dari anak-anak menjadi
dewasa. Berdasarkan teori perkembangan kognitif menurut Piaget, peserta didik
SMK berada pada tahap operasional formal. Peserta didik telah mampu untuk
berfikir abstrak. Peserta didik juga dapat melakukan perumusan teori, membuat
dan menguji hipotesis. Peserta didik juga mampu untuk mengambil kesimpulan
dari sebuah pertanyaan atau berfikir secara deduktif dan induktif, serta mampu
berargumentasi menggunakan implikasi.
Selama observasi pembelajaran dan wawancara dengan guru matematika
maupun pesera didik diperoleh analisis peserta didik SMK Muhammadiyah 1
Sleman kelas X sebagai berikut.
1) Peserta didik terbiasa dengan pola pengajaran “dijelaskan-contoh soal-
mencatat-latihan soal”. Hal ini menyebabkan siswa cenderung kurang aktif dan
80
jika diberi soal lain yang konteksnya berbeda siswa akan mengalami
kebingungan dalam mengerjakannya dan mudah lupa akan materi yang
dipelajarinya.
2) Sebagian besar peserta didik SMK tidak menyukai istilah matematika yang
rumit ataupun rumus-rumus yang membingungkan. Peserta didik lebih
menyukai hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari dan hal-hal
yang ada di sekelilingnya atau berhubungan dengan kompetensi kejuruannya.
3) Selama ini peserta didik hanya menghafalkan rumus-rumus tanpa disertai
pemahaman konsep mengenai materi yang dipelajari.
4) Peserta didik belum terbiasa dan merasa bingung dalam mengerjakan soal,
terutama soal cerita dengan langkah-langkah pemecahan masalah yang banyak.
5) Peserta didik lebih suka melakukan aktivitas secara berkelompok dalam
menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi.
6) Peserta didik sebenarnya aktif, kreatif, dan berani dalam pembelajaran apabila
diberikan kesempatan.
2. Perancangan (Design)
Tahap perancangan bertujuan untuk merancang LKS berupa rancangan
awal sesuai hasil analisis yang dilakukan sebelumnya. Instrumen penilaian LKS
juga disusun pada tahap ini. Instrumen yang disusun berupa lembar penilaian LKS,
angket respon, lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran, dan tes hasil
belajar. Penjelasan dari tahap perencanaan adalah sebagai berikut.
81
a. Penyusunan Rancangan LKS
LKS dirancang berdasarkan pada langkah-langkah pengembangan LKS
yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Berikut merupakan uraian hasil pada
langkah-langkah yang telah dilaksanakan pada tahap perancangan.
1) Analisis Kurikulum
Hasil analisis kurikulum ini telah dilakukan pada tahap analisis yang dapat dilihat
pada Lampiran A.2.
2) Menyusun Peta Kebutuhan LKS
Peta kebutuhan LKS memuat materi-materi yang akan dipelajari dalam
LKS berdasarkan indikator yang telah dijabarkan dari Kompetensi Dasar (KD).
Peta Kebutuhan LKS dapat dilihat pada Lampiran A.3.
3) Menentukan Judul-Judul LKS
LKS yang dikembangkan memiliki judul “Lembar Kerja Siswa Materi
Program Linier dengan Pendekatan Saintifik untuk SMK Kelas X”. Penyusunan
judul LKS berdasarkan pada peta kebutuhan LKS. LKS Program Linier yang
dikembangkan disusun menjadi lima judul LKS yaitu sebagai berikut.
a) Pertidaksamaan Linier
(1) Pertidaksamaan Linier Satu Variabel
(2) Pertidaksamaan Linier Dua Variabel
b) Sistem Pertidaksamaan Linier
(1) Sistem Pertidaksamaan Linier Dua Variabel
(2) Daerah Penyelesaian Sistem Pertidaksamaan Linier Dua Variabel
82
c) Model Matematika
d) Nilai Optimum: Titik Pojok
e) Nilai Optimum: Garis Selidik
Selain itu, disusun juga judul-judul aktivitas kelas berdasarkan pada hasil analisis
kurikulum. Berikut adalah materi dan aktivitas kelas pada LKS tersebut.
Materi: Program Linier
LKS 1 Pertidaksamaan Linier
Aktivitas Kelas 1.1 & 1.2 Pertidaksamaan Linier Satu Variabel
Aktivitas Kelas 1.3 Pertidaksamaan Linier Dua Variabel
LKS 2 Sistem Pertidaksamaan Linier
Aktivitas Kelas 2.1 Sistem Pertidaksamaan Linier Dua Variabel
LKS 3 Model Matematika
Aktivitas Kelas 3.1 – 3.4 Model Matematika
LKS 4 Nilai Optimum
Aktivitas Kelas 4.1 – 4.4 Nilai Optimum
LKS 5 Garis Selidik
Aktivitas Kelas 5.1 Garis Selidik
4) Penulisan LKS
LKS ditulis berdasarkan pada langkah-langkah penyusunan LKS yang telah
dijelaskan pada bab sebelumnya. Berikut merupakan uraian hasil pada langkah-
langkah yang telah dilaksanakan pada tahap penulisan rancangan awal LKS.
83
a) Perumusan Kompetensi Dasar
Kompetensi Dasar yang akan digunakan telah tercantum di hasil analisis
kurikulum pada Lampiran A.2.
b) Menentukan Alat Penilaian
Penilaian dilakukan terhadap hasil kerja peserta didik. Alat penilaian ini
yang akan digunakan untuk mengukur keefektivan LKS berdasarkan hasil tes
belajar peserta didik. Jenis tes hasil belajar peserta didik yang digunakan adalah
tes uraian.
c) Menyusun Materi
Materi LKS disusun berdasarkan kompetensi dasar yang akan dicapai.
Materi yang disusun telah tercantum dalam bagian kajian teori materi program
linier. Dalam penyusunan materi, penulis juga mengumpulkan referensi-referensi
sumber belajar terkait materi dan penyusunan LKS. Referensi-referensi yang
digunakan dalam penyusunan materi program linier adalah sebagai berikut.
(1) Heryadi, Dedi. (2007). Modul MATEMATIKA untuk SMK Kelas X. Jakarta:
Yudhistira.
(2) Herynugroho, dkk. (2009). BILINGUAL MATHEMATICS For Senior High
School Year XII Science Program. Jakarta: Yudhistira
(3) Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2014). Matematika untuk
SMA/MA/SMK/MAK Kelas X Semester I. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan.
(4) Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2014). Matematika untuk
SMA/MA/SMK/MAK Kelas XI Semester I. Jakarta: Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan.
(5) Kuntarti, Sulistiyo, S. Kurnianingsih. (2007). Matematika SMA dan MA untuk
Kelas XII Semester 1 Program IPA. Jakarta: Penerbit Erlangga.
84
(6) Sukino. (2007). MATEMATIKA Jilid 3A untuk SMK Kelas XII. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
(7) Wirodikromo, Sartono. (2002). MATEMATIKA JILID 5 Untuk SMA Kelas XII
SEMESTER 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.
d) Struktur LKS
LKS yang dikembangkan terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian isi,
dan bagian akhir. Secara lengkap komponen-komponen LKS diuraikan sebagai
berikut.
(1) Bagian awal, terdiri atas:
a) sampul LKS
b) halaman judul
c) halaman penulis
d) fitur LKS
e) kata pengantar
f) daftar isi
g) peta konsep.
(2) Bagian isi, terdiri atas:
a) judul LKS
b) kompetensi dasar
c) tujuan pembelajaran
d) petunjuk pembelajaran
e) materi
f) indikator
g) masalah
85
h) aktivitas kelas yang berupa penjabaran dari langkah-langkah penyelesaian
masalah, yaitu: Mengamati, Menanya, Mencoba, Mengasosiasi,
Mengkomunikasikan
i) ingat kembali
j) catatan
k) latihan soal
l) ringkasan
m) uji kompetensi.
(3) Bagian akhir, terdiri atas daftar pustaka.
b. Penyusunan Instrumen Penilaian LKS
Instrumen penilaian LKS yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran, angket penilaian LKS oleh ahli
materi, ahli media dan guru matematika, angket repon guru dan siswa, dan tes hasil
belajar. Instrumen ini digunakan untuk mendapatkan data terkait nilai kevalidan,
kepraktisan, dan keefektivan LKS yang dikembangkan. Hasil penyusunan
instrumen penilaian LKS adalah sebagai berikut.
1) Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran
Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran disesuaikan dengan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan pendekatan pembelajaran yang
digunakan dalam penelitian yaitu pendekatan saintifik. Lembar observasi
keterlaksanaan pembelajaran dapat dilihat pada Lampiran B.1.
86
2) Angket penilaian LKS oleh Ahli Materi
Angket penilaian LKS ini yang nantinya akan digunakan oleh dosen sebagai
ahli materi. Manfaat dari instrumen ini adalah untuk mengetahui kualitas kevalidan
LKS yang dikembangkan. Kevalidan LKS dinilai dari kesesuaian LKS dengan
pendekatan saintifik, kualitas isi materi program linier dalam LKS dan kesesuaian
LKS dengan syarat didaktif. Angket penilaian LKS ini disusun dengan skala Likert
lima alternatif jawaban yaitu Sangat Baik (5), Baik (4), Cukup Baik (3), Tidak Baik
(2), dan Sangat Tidak Baik (1). Angket penilaian LKS oleh Ahli Materi berupa
kisi-kisi, deskripsi dan lembar penilaian yang dapat dilihat pada Lampiran B.2 –
B.4.
3) Angket penilaian LKS oleh Ahli Media
Angket penilaian LKS ini yang nantinya akan digunakan oleh dosen sebagai
ahli media. Manfaat dari instrumen ini adalah untuk mengetahui kualitas
kevalidan LKS yang dikembangkan. Kevalidan LKS dinilai dari kesesuaian LKS
dengan syarat konstruksi dan kesesuaian LKS dengan syarat teknis. Angket
penilaian LKS ini disusun dengan skala Likert lima alternatif jawaban yaitu
Sangat Baik (5), Baik (4), Cukup Baik (3), Tidak Baik (2), dan Sangat Tidak Baik
(1). Angket penilaian LKS oleh Ahli Materi berupa kisi-kisi, deskripsi dan lembar
penilaian dapat dilihat pada Lampiran B.5 – B.7.
4) Angket Penilaian LKS oleh Guru Matematika
Angket penilaian LKS ini yang nantinya akan digunakan oleh guru
matematika. Manfaat dari instrumen ini adalah untuk mengetahui kualitas
kevalidan LKS yang dikembangkan. Kevalidan LKS dinilai dari kesesuaian LKS
87
dengan pendekatan saintifik, kualitas isi materi program linier dalam LKS dan
kesesuaian LKS dengan syarat didaktif. Angket penilaian LKS ini disusun dengan
skala Likert lima alternatif jawaban yaitu Sangat Baik (5), Baik (4), Cukup Baik
(3), Tidak Baik (2), dan Sangat Tidak Baik (1). Angket penilaian LKS oleh Guru
Matematika berupa kisi-kisi, deskripsi dan lembar penilaian dapat dilihat pada
Lampiran B.8 – B.10.
5) Angket Respon Guru
Angket respon guru diberikan kepada guru matematika pada akhir
pembelajaran. Instrumen ini bertujuan untuk mengetahui kualitas kepraktisan
berdasarkan respond an tanggapan guru terhadap kebermanfaatan dan kemudahan
pembelajaran menggunakan LKS yang telah dikembangkan. Angket respon guru
ini disusun dengan skala Likert empat alternatif jawaban yaitu Sangat Setuju (SS),
Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Angket respon guru
berupa kisi-kisi dan lembar angket respon guru yang dapat dilihat pada Lampiran
B.12 – B.13.
6) Angket Respon Siswa
Angket respon siswa diberikan kepada peserta didik pada akhir
pembelajaran. Instrumen ini bertujuan untuk mengetahui kualitas kepraktisan
berdasarkan respon dan tanggapan peserta didik terhadap aspek kemudahan dan
keterbantuan LKS yang telah dikembangkan. Angket respon siswa disusun dengan
skala Likert empat alternatif jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak
88
Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS). Angket respon guru berupa kisi-kisi
dan lembar angket respon siswa yangdapat dilihat pada Lampiran B.14 – B.15.
7) Tes hasil belajar
Tes hasil belajar bertujuan untuk mengukur pencapaian peserta didik setelah
mempelajari materi program linier menggunakan LKS yang telah dikembangkan.
Tes hasil belajar ini digunakan untuk mengetahui kualitas keefektivan penggunaan
LKS dalam pembelajaran matematika. Jenis tes yang digunakan pada tes hasil
belajar adalah tes uraian. Soal tes disusun berdasarkan indikator ketercapaian
kompetensi dalam pembelajaran. Tes hasil belajar berupa kisi-kisi, lembar soal tes,
kunci jawaban, dan lembar validasi instrumen tes hasil belajar dapat dilihat pada
Lampiran B.16 – B.19.
3. Pengembangan (Development)
Tahap pengembangan bertujuan untuk merealisasikan LKS yang
merupakan subjek penelitian. Pengembangan LKS sesuai dengan rancangan awal
pada tahap sebelumnya kemudian dikonsultasikan kepada dosen pembimbing.
Hasil pengembangan LKS selanjutnya akan divalidasi oleh ahli materi, ahli media
dan guru matematika guna mendapatkan kevalidan LKS. Validator diminta
memberikan penilaian terhadap LKS yang dikembangkan berdasarkan butir
lembar penilaian LKS serta memberikan saran dan komentar yang berkaitan. Hasil
validasi dianalisis dan ditindaklanjuti dengan merevisi LKS sesuai saran dan
komentar validator. Validasi dilakukan hingga pada akhirnya LKS dinyatakan
89
valid sehingga layak untuk diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran.
Penjelasan dari tahap pengembangan adalah sebagai berikut.
a. Pengembangan LKS
LKS dikembangkan dengan memperhatikan kriteria kesesuaian dengan
pendekatan saintifik, kesesuaian isi materi, kesesuaian dengan syarat didaktik,
konstruksi, dan teknis. Pendekatan saintifik terlihat pada berbagai permasalahan
yang disajikan dan kegiatan yang dilakukan dengan memperhatikan langkah-
langkah kegiatan pembelajaran pendekatan saintifik. Tahap mengamati terdapat
pada masalah yang disajikan disetiap awal lembar kegiatan dimana peserta didik
diberikan suatu permasalahan untuk dikaitkan dan diselesaikan menggunakan
konsep yang akan dipelajari. Tahap menanya terdapat pada langkah selanjutnya
dalam LKS yaitu peserta didik dapat bertanya secara langsung dalam kelas dengan
teman sekelompoknya, teman sekelasnya serta juga pada guru. Dalam LKS juga
telah disediakan kolom untuk mencatat pertanyaan apa saja yang muncul setelah
peserta didik mengamati permasalahan yang disediakan. Tahap mencoba dapat
dilihat dari aktivitas peserta didik menyelesaikan permasalahan yang disajikan.
Aktivitas kegiatan ini memfasilitasi peserta didik untuk membangun konsep dan
menemukan konsep program linier melalui kegiatan diskusi kelompok dengan
mengikuti langkah-langkah dalam LKS secara rinci. Tahap mengasosiasi dapat
dilihat dari aktivitas peserta didik mengaitkan konsep yang sudah mereka kuasai
sebelumnya dengan konsep yang baru saja mereka pelajari. Tahap
mengkomunikasikan dapat dilihat dalam LKS yaitu peserta didik dapat
menyimpulkan hasil diskusi dan kegiatan yang berkaitan dengan materi yang
90
dipelajari. Berikut merupakan penjelasan hasil kegiatan yang dilakukan pada tahap
pengembangan LKS.
1) Bagian awal, terdiri atas sampul LKS, halaman judul, halaman penulis, fitur
LKS, kata pengantar, daftar isi, dan peta konsep. Penjelasan dari masing-
masing bagian adalah sebagai berikut.
a) Sampul LKS
Sampul terdiri atas judul LKS, pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan
saintifik, sasaran, ilustrasi pendukung, dan identitas pemilik LKS. Berikut ini
adalah tampilan sampul LKS.
Gambar 9. Tampilan sampul LKS
b) Halaman Judul
Halaman ini berisi informasi tentang judul LKS, pendekatan yang digunakan
yaitu pendekatan saintifik, sasaran, ilustrasi pendukung, standar kompetensi,
91
kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran. Berikut ini adalah tampilan
halaman judul LKS.
Gambar 10. Tampilan halaman judul LKS
c) Halaman Penulis
Bagian ini berisi judul LKS, kurikulum yang digunakan dalam penyusunan
LKS yaitu KTSP 2006, pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan
saintifik, sasaran, nama penulis, nama designer cover, nama pembimbing,
nama penilai LKS, ukuran LKS, dan software yang digunakan dalam
perancangan dan penyusunan LKS.
d) Fitur LKS
Fitur LKS memperkenalkan setiap bagian dalam LKS yang nantinya akan
ditjumpai peserta didik pada saat pembelajaran menggunakan LKS.
92
e) Kata Pengantar
Kata pengantar berisi informasi pengantar mengenai LKS yang dikembangkan
dan pentingnya penggunaan LKS berbasis pendekatan saintifik.
f) Daftar Isi
Daftar isi ditulis untuk memudahkan pembaca atau pengguna LKS dalam
mencari materi yang diinginkan.
Gambar 11. Tampilan daftar isi
g) Peta Konsep
Peta konsep merupakan bagan materi yang akan dipelajari dalam LKS yang
dikembangkan.
93
Gambar 12. Tampilan peta konsep
2) Bagian isi, terdiri atas judul LKS, kompetensi dasar, tujuan pembelajaran,
petunjuk pembelajaran, materi, indikator, masalah, aktivitas kelas, ingat
kembali, catatan, latihan soal, ringkasan, dan uji kompetensi. Penjelasan dari
masing-masing bagian adalah sebagai berikut.
a) Judul LKS
Judul LKS menandakan materi yang akan dipelajari.
Gambar 13. Tampilan judul LKS
b) Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar ditampilkan bertujuan agar peserta didik mengetahui
kompetensi apa saja yang harus dikuasai dengan mempelajari LKS tersebut.
94
Kompetensi dasar ditampilkan bersama dengan indikator, tujuan dan petunjuk
pembelajaran.
Gambar 14. Tampilan kompetensi dasar, indikator, tujuan dan petunjuk
pembelajaran.
c) Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran ditampilkan bertujuan agar peserta didik mengetahui
tujuan pembelajaran yang akan dilakukan.
d) Petunjuk Pembelajaran
Petunjuk pembelajaran ditampilkan pada setiap judul LKS. Hal ini bertujuan
agar peserta didik membaca petunjuk tersebut sehingga dapat mengikuti
proses pembelajaran menggunakan LKS dengan baik.
e) Materi
Materi berisi uraian singkat materi yang akan dipelajari berupa pengertian atau
definisi dan masalah.
95
Gambar 15. Tampilan materi LKS
f) Indikator
Indikator ditampilkan bertujuan agar peserta didik mengetahui indikator
pencapaian kompetensi dari pembelajaran yang dilaksanakan.
g) Masalah
Masalah-masalah tersebut digunakan sebagai sarana untuk memfasilitasi
peserta didik dalam proses menemukan konsep. Masalah ini menyajikan
masalah nyata dengan ilustrasi gambar dan tabel yang mendukung.
h) Aktivitas Kelas
Dalam kegiatan ini menuntun peserta didik agar dapat memahami
penyelesaian masalah yang disajikan dan mengkonstruksi sendiri
pengetahuannya melalui langkah-langkah yang runtut dan rinci. Aktivitas
96
kelas yang berupa penjabaran dari langkah-langkah pendekatan saintifik
adalah sebagai berikut.
(1) Mengamati
Peserta didik mengamati permasalahan yang disajikan dalam bentuk
gambar dan tabel yang disediakan. Hasil dari pengamatan yang dilakukan
selanjutnya di tuliskan pada kolom dan isian yang sudah disediakan.
Gambar 16. Tampilan aktivitas mengamati
(2) Menanya
Setelah mengamati permasalahan yang disajikan, peserta didik dapat
mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang
diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa
yang diamati. Pertanyaan dapat berupa langkah-langkah dan solusi atau
penyelesaian dari permasalahan yang disajikan.
Gambar 17. Tampilan aktivitas menanya
97
(3) Mencoba
Mencoba merupakan aktivitas peserta didik dalam menyelesaikan
permasalahan yang disajikan. Aktivitas ini memfasilitasi peserta didik untuk
membangun dan menemukan konsep program linier melalui kegiatan diskusi
kelompok dengan mengikuti langkah-langkah dalam LKS secara rinci.
Gambar 18. Tampilan aktivitas mencoba
(4) Mengasosiasi
Mengasosiasi merupakan aktivitas peserta didik yang bertujuan untuk
mengaitkan konsep yang sudah dikuasai sebelumnya dengan konsep yang
baru saja dipelajari.
Gambar 19. Tampilan aktivitas mengasosiasi
98
(5) Mengkomunikasikan
Aktivitas mengkomunikasikan merupakan aktivitas peserta didik untuk
menuliskan atau menceritakan kesimpulan, hasil diskusi dan kegiatan yang
berkaitan dengan materi yang dipelajari. Hasil tersebut disampaikan di kelas
dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok
tersebut.
Gambar 20. Tampilan aktivitas mengkomunikasikan
i) Ingat Kembali
Ingat kembali merupakan salah satu fitur dalam LKS yang berfungsi sebagai
apersepsi yang membantu peserta didik untuk mengingat materi yang pernah
dipelajari.
Gambar 21. Tampilan ingat kembali
99
j) Catatan
Catatan merupakan salah satu fitur dalam LKS yang bertujuan untuk
membantu peserta didik untuk memahami materi yang dipelajari.
Gambar 22. Tampilan catatan
k) Latihan Soal
Latihan soal bertujuan untuk memberikan penguatan tentang materi yang
telah dipelajari serta menambah pemahaman peserta didik tentang materi
tersebut.
Gambar 23. Tampilan latihan soal
l) Ringkasan
Ringkasan berisi kesimpulan umum yang didapat setelah menyelesaikan
semua masalah yang disajikan pada LKS.
100
Gambar 24. Tampilan ringkasan
m) Uji Kompetensi
Uji kompetensi merupakan bagian yang berisi soal terkait kompetensi
pengetahuan materi yang telah dipelajari, hal ini berguna sebagai evaluasi
pembelajaran harian.
Gambar 25. Tampilan uji kompetensi
3) Bagian akhir, terdiri atas daftar pustaka.
Daftar pustaka diletakkan pada akhir LKS yang menunjukkan referensi dari
isi LKS.
101
Gambar 26. Tampilan daftar pustaka
b. Validasi LKS
Hasil pengembangan LKS yang dilakukan sesuai dengan rancangan
kemudian dikonsultasikan kepada dosen pembimbing untuk diperiksa dan diberi
saran perbaikan LKS. Setelah itu, LKS tersebut divalidasi oleh ahli materi, ahli
media dan guru matematika SMK Muhammadiyah 1 Sleman hingga dinyatakan
valid. Pada proses validasi, validator menggunakan instrumen yang sudah disusun
sebelumnya dan divalidasi oleh ahli instrumen. Validator diminta memberikan
penilaian terhadap LKS yang dikembangkan berdasarkan butir lembar penilaian
LKS serta memberikan saran dan komentar yang berkaitan. Validasi dilakukan
hingga pada akhirnya LKS dinyatakan layak untuk diimplementasikan dalam
kegiatan pembelajaran. Hasil rekapitulasi penilaian validasi LKS oleh ahli materi,
ahli media, dan guru matematika SMK Muhammadiyah 1 Sleman adalah sebagai
berikut.
102
Tabel 14. Rekapitulasi Penilaian Validasi LKS
Aspek yang Dinilai
Rata-Rata Tiap Aspek Skor
Rata-
Rata
Kategori Ahli Materi
dan
Ahli Media
Guru
Kesesuaian LKS
dengan pendekatan
saintifik
4 5 4,5 Sangat
Baik
Kualitas isi materi
Program Linier
dalam LKS
3,28 3,85 3,565 Baik
Kesesuaian LKS
dengan syarat
didaktik
4 4,4 4,2 Baik
Kesesuaian LKS
dengan syarat
konstruksi
4 4 Baik
Kesesuaian LKS
dengan syarat
teknis
4 4 Baik
Skor Rata-Rata 3.856 4,208 4,05 Baik
Hasil validasi kemudian dianalisis dan ditindaklanjuti sesuai komentar dan
saran ahli materi, ahli media dan guru matematika SMK Muhammadiyah 1 Sleman
sebelum dilakukannya uji coba di sekolah. Hasil validasi LKS dari validator
menunjukkan bahwa LKS yang dikembangkan valid dan layak diujicobakan di
lapangan dengan revisi yang sesuai saran dan komentar yang diberikan.
c. Revisi LKS
Hasil validasi LKS dari ahli materi maupun ahli media menunjukkan bahwa
LKS yang dikembangkan layak diujicobakan di lapangan dengan revisi sesuai
saran dan masukan yang diberikan. Revisi berdasarkan saran dan masukan oleh
ahli materi adalah sebagai berikut.
103
1) Istilah program linier perlu ditambahkan dalam LKS.
Gambar 27. Istilah program linier sebelum ditambahkan dalam LKS
Gambar 28. Istilah program linier setelah ditambahkan dalam LKS
2) Penjelasan penggunaan model matematika pada masalah program linier.
Gambar 29. Penambahan penjelasan mengenai penggunakan model matematika
pada masalah program linier
104
3) Nilai optimum dari permasalahan program linier dapat diperoleh dengan 2
cara, yaitu metode titik pojok dan garis selidik perlu diperjelas.
Gambar 30. Nilai optimum dari permasalahan program linier menggunakan
metode titik pojok sebelum direvisi
Gambar 31. Nilai optimum dari permasalahan program linier menggunakan
metode titik pojok setelah direvisi
105
Gambar 32. Nilai optimum dari permasalahan program linier menggunakan
metode garis selidik sebelum direvisi
Gambar 33. Nilai optimum dari permasalahan program linier menggunakan
metode selidik setelah direvisi
Revisi berdasarkan saran dan masukan oleh ahli media adalah sebagai
berikut.
1) Font yang digunakan kurang proporsional
Gambar 34. Font kurang proporsional sebelum direvisi
11 Pt
16 Pt
106
Gambar 35. Font setelah direvisi
2) Penggunaan bentuk kolom tanpa lengkung
Gambar 36. Bentuk kolom sebelum direvisi
Gambar 37. Bentuk kolom setelah direvisi
12 Pt
107
4. Implementasi (Implementation)
Tahap implementasi meliputi uji coba LKS dan analisis data hasil uji coba
LKS yang dikembangkan. Uji coba LKS dilaksanakan secara terbatas pada 31
peserta didik kelas X TKR 2 di SMK Muhammadiyah 1 Sleman. Penjelasan dari
tahap impementasi adalah sebagai berikut.
a. Uji Coba LKS
Uji coba dilaksanakan pada tanggal 17 Februari 2016 sampai 14 April 2016
oleh guru matematika di SMK Muhammadiyah 1 Sleman dan peneliti sebagai
observer. Uji coba dilaksanakan secara terbatas pada 31 peserta didik di kelas X
TKR 2 yang dipilih secara acak. Uji coba berlangsung selama delapan kali
pertemuan. Jadwal pelaksanaan uji coba adalah sebagai berikut.
Tabel 15. Jadwal pelaksanaan uji coba LKS
Uji coba
ke- Hari, tanggal Jam ke- Materi
1 Rabu, 17 Februari
2016
07.00 – 08.30 WIB
(1-2)
Pertidaksamaan
Linier Satu Variabel
2 Senin, 22 Februari
2016
07.00 – 08.30 WIB
(1-2)
Pertidaksamaan
Linier Dua Variabel
3 Rabu, 24 Februari
2016
07.00 – 08.30 WIB
(1-2)
Sistem
Pertidaksamaan
Linier
4 Senin, 29 Februari
2016
07.00 – 08.30 WIB
(1-2) Model Matematika
5 Kamis, 3 Maret
2016
07.00 – 08.30 WIB
(1-2) Nilai Optimum
6 Kamis, 7 April
2016
07.00 – 08.30 WIB
(1-2) Nilai Optimum
7 Senin, 11 April
2016
07.00 – 08.30 WIB
(1-2) Garis Selidik
8 Kamis, 14 April
2016
07.00 – 08.30 WIB
(1-2) Tes Hasil Belajar
108
Secara umum proses pembelajaran diawali dengan kegiatan pendahuluan yaitu
guru membuka dan mempersiapkan peserta didik untuk memulai pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran diawali dengan salam, membaca doa bersama, dan
mengecek kehadiran peserta didik. Guru memberikan LKS yang akan diujicobakan,
memberikan informasi tentang materi pokok bahasan yang akan dipelajari, tujuan
pembelajaran, dan kegiatan yang akan dilakukan oleh peserta didik. Pada kegiatan
inti, peserta didik diminta untuk berkelompok dan berdiskusi mengerjakan LKS
yang disediakan. Pembelajaran inti dilaksanakan sesuai tahap-tahap pendekatan
saintifik yang meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi, dan
mengkomunikasikan. Pada kegiatan penutup, kegiatan pembelajaran diakhiri
dengan kesimpulan pembelajaran yang dilakukan bersama-sama guru dan peserta
didik, pemberian tugas, memberitahukan materi yang akan dipelajari berikutnya
dan salam. Deskripsi setiap pertemuan pembelajaran yang dilakukan adalah sebagai
berikut.
Gambar 38. Suasana pembelajaran di kelas
109
Pertemuan pertama, peserta didik diberikan LKS 1 Pertidaksamaan Linier.
Pembelajaran diawali dengan mengingat kembali konsep pertidaksamaan linier satu
variabel. Peserta didik diajak untuk memahami permasalahan pertidaksamaan pada
Masalah 1.1 dan tanda-tanda pertidaksamaan (<, >, ≤, ≥). Selain itu, peserta didik
juga diminta mengerjakan aktivitas kelas 1.1 dan 1.2 secara berkelompok. Pada
pertemuan ini, peserta didik diminta untuk menentukan daerah penyelesaian dari
pertidaksamaan linier satu variable dan menggambarnya pada garis bilangan.
Peserta didik dibimbing untuk memahami daerah penyelesaian pertidaksamaan
linier satu variable melalui aktivitas kelas yang disediakan.
Pertemuan ke-2, peserta didik melanjutkan mengerjakan LKS 1
Pertidaksamaan Linier. Pembelajaran diawali dengan mengingat kembali
pertidaksamaan linier satu variable pada pertemuan sebelumnya. Peserta didik
diminta untuk berkelompok dan berdiskusi untuk memahami Masalah 1.2. Selain
itu, peserta didik diminta mengerjakan aktivitas kelas 1.3. Pada pertemuan ini,
peserta didik diajak untuk memahami konsep daerah penyelesaian pertidaksamaan
linier dua variabel menggunakan metode grafik. Metode ini telah dipelajari peserta
didik pada semester sebelumnya, tapi masih banyak peserta didik yang merasa
kesulitan. Guru membantu peserta didik untuk mengerjakan aktivitas kelas dalam
LKS. Di akhir pembelajaran, latihan soal diberikan sebagai upaya penguatan
pemahaman peserta didik.
110
Gambar 39. Kegiatan berdiskusi peserta didik
Pertemuan ke-3, peserta didik diberikan LKS 2 Sistem Pertidaksamaan Linier.
Peserta didik diajak untuk memahami permasalahan sistem pertidaksamaan linier
dua variable pada Masalah 2.1. Pada pertemuan ini, peserta didik diajak untuk
menentukan daerah penyelesaian dari permasalahan sistem pertidaksamaan linier.
Peserta didik diminta untuk mengerjakan aktivitas kelas 2.1 dan latihan 2 secara
berkelompok. Di akhir pembelajaran, peserta didik dapat membuat kesimpulan
langkah-langkah menentukan daerah penyelesaian dari sistem pertidaksamaan
linier dua variable dan diberikan tugas untuk mengerjakan uji kompetesi 1. Selama
proses pembelajaran, guru menambahkan cara menentukan titik potong terhadap
sumbu x dan sumbu y menggunakan tabel agar mudah dipahami peserta didik.
Pertemuan ke-4, peserta didik diberikan LKS 3 Model Matematika.
Pembelajaran diawali dengan mengingat kembali konsep sistem pertidaksamaan
linier pada pertemuan sebelumnya. Peserta didik diajak memahami model
matematika melalui uraian materi dan masalah 3.1 yang terdapat pada LKS. Peserta
didik dibagi menjadi 8 kelompok kemudian diminta untuk mengerjakan aktivitas
111
kelas 3.1 sampai 3.4. Peserta didik dibimbing untuk mengubah soal cerita dari
permasalahan program linier menjadi model matematika. Peserta didik juga
menentukan daerah penyelesaian dari model matematika yang didapatkan pada
kegiatan mengasosiasi. Gambar kegiatan mengasosiasi peserta didik adalah sebagai
berikut.
Gambar 40. Kegiatan mengasosiasi peserta didik
Pertemuan ke-5, peserta didik diberikan LKS 4 Nilai Optimum. Peserta didik
diajak memahami fungsi objektif dan menentukan nilai optimum dari permasalahan
program linier menggunakan metode titik pojok. Peserta didik membaca,
berdiskusi, dan bertanya mengenai uraian materi dan masalah 4.1 pada LKS.
Peserta didik dikelompokkan menjadi 6 kelompok kemudian diminta mengerjakan
aktivitas kelas 4.1 sampai 4.4. Peserta didik dibimbing untuk menemukan nilai
optimum dari permasalahan program linier menggunakan metode titik pojok.
Peserta didik sedikit mengalami kesulitan dikarenakan langkah-langkah
penyelesaian yang sangat banyak. Hal ini mengakibatkan LKS yang dikerjakan
belum selesai sampai pembelajaran berakhir.
112
Pertemuan ke-6, peserta didik melanjutkan mengerjakan LKS 4 Nilai
Optimum. Pembelajaran diawali dengan mengingat kembali materi yang
didapatkan pada pertemuan sebelumnya dan aktivitas kelas yang sudah dikerjakan.
Peserta didik melanjutkan berdiskusi dalam kelompok untuk mengerjakan aktivitas
kelas berikutnya. Setelah mengerjakan aktivitas kelas, peserta didik diminta untuk
menuliskan hasil pekerjaannya dalam kertas karton untuk dipresentasikan di depan
kelas. Guru membimbing dan mengarahkan diskusi antar peserta didik yang
mempresentasikan hasil pekerjaan mereka.
Gambar 41. Kegiatan mengkomunikasikan peserta didik
Pertemuan ke-7, peserta didik diberikan LKS 5 Garis Selidik. Peserta didik
diminta berkelompok dan berdiskusi mengenai garis selidik dan menentukan nilai
optimum dari permasalahan program linier menggunakan garis selidik. Peserta
didik diajak untuk dapat menentukan nilai optimum dari permasalahan program
linier menggunakan garis selidik dari masalah 5.1. Peserta didik dibimbing untuk
113
mengerjakan aktivitas 5.1 dan latihan soal. Beberapa peserta didik mengalami
kesulitan dalam menentukan nilai optimum menggunakan metode garis selidik.
Pertemuan ke-8, peserta didik melaksanakan tes hasil belajar. Tes hasil belajar
bertujuan untuk mengetahui pemahaman peserta didik terhadap materi program
linier yang dipelajari. Data hasil tes hasil belajar peserta didik dapat dilihat pada
Lampiran C.9. Tes hasil belajar ini yang nantinya digunakan untuk mengetahui
keefektifan LKS yang digunakan selama kegiatan pembelajaran. Selain itu, peserta
didik diminta untuk mengisi angket respon siswa. Angket respon siswa bertujuan
untuk mengetahui respon peserta didik dan evaluasi LKS yang digunakan selama
kegiatan pembelajaran. Angket respon siswa digunakan untuk mengetahui
kepraktisan LKS yang dikembangkan dalam pembelajaran.
b. Analisis Data Hasil Uji Coba LKS
Pada tahap uji coba LKS, diperoleh data hasil tes hasil belajar siswa dan data
angket respon siswa dan guru. Hasil tes hasil belajar siswa digunakan untuk
mengetahui keefektifan LKS yang digunakan selama kegiatan pembelajaran. Hasil
pencapaian peserta didik pada tes hasil belajar dapat dilihat pada Tabel 16 dan lebih
lengkapnya pada Lampiran C.9.
Tabel 16. Hasil Tes Hasil Belajar Siswa
No. Keterangan Tes Hasil Belajar
1 Nilai tertinggi 99
2 Nilai terendah 64
3 Rata-rata nilai tes 81,19
4 Simpangan baku 8,95
5 Jumlah siswa yang tuntas 22
6 Jumlah siswa yang belum tuntas 9
7 Presentase ketuntasan 70,96 %
114
Hasil tes hasil belajar siswa menunjukkan bahwa, LKS yang dikembangkan
dikategorikan baik dengan presentase ketuntasan sebesar 70,96% dengan nilai rata-
rata 81,19. Berdasarkan hasil tersebut, LKS yang dikembangkan dikategorikan
efektif digunakan dalam pembelajaran.
Selain itu, untuk mengetahui persebaran data hasil tes peserta didik, dilakukan
perhitungan statistik deskripstif yaitu menghitung nilai simpangan baku dari data
hasil tes tersebut. Simpangan baku pada penelitian ini dihitung menggunakan
software Microsoft Excel. Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan rata-rata nilai
tes sebesar 80,19 dengan variance sebesar 80,03 dan simpangan baku sebesar 8,95.
Berdasarkan hasil tersebut, karena simpangan baku dari data hasil tes rendah maka
dapat disimpulkan bahwa persebaran data dekat dengan rata-rata sehingga data
digolongkan terdistribusi normal atau range data tidak terlalu jauh.
Angket respon siswa dan angket respon guru digunakan untuk mengetahui
kepraktisan LKS yang digunakan dalam pembelajaran. Hasil angket respon siswa
dan guru dapat dilihat pada Tabel 17 dan lebih lengkapnya pada Lampiran C.11 dan
C.13.
Tabel 17. Hasil Angket Respon Siswa dan Guru
Aspek Angket Respon Skor Rata-
Rata Kategori
Guru Siswa
Kemudahan 2,9 2,75 2,82 Baik
Keterbantuan 3,3 3,09 3,19 Baik
Rata-rata
seluruh aspek 3,1 2,92 3,01 Baik
Angket respon siswa dan guru menunjukkan bahwa, kemudahan LKS
dikategorikan baik dengan rata-rata skor 2,82 dan keterbantuan peserta didik dalam
115
pembelajaran dikategorikan baik dengan rata-rata skor 3,19. Skor rata-rata
keseluruhan dari aspek kemudahan dan keterbantuan adalah 3,01 dan dikategorikan
baik. Berdasarkan hasil tersebut, LKS yang dikembangkan dikategorikan praktis
untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
Observasi keterlaksanaan pembelajaran digunakan untuk mengetahui
presentase keterlaksanaan pembelajaran menggunakan LKS yang telah
dikembangkan. Hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran ditunjukkan pada
Tabel 18 dan lebih lengkapnya pada Lampiran C.14.
Tabel 18. Rekapitulasi hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran
Uji Coba
Ke- Hari, Tanggal Materi Presentase Kriteria
1
Rabu, 17
Februari 2016
Pertidaksamaan
Linier Satu
Variabel
80,95 Baik
2 Senin, 22
Februari 2016
Pertidaksamaan
Linier Dua Variabel 80,95 Baik
3
Rabu, 24
Februari 2016
Sistem
Pertidaksamaan
Linier
85,71 Baik
4 Senin, 29
Februari 2016
Model Matematika 90,47 Sangat Baik
5 Kamis, 3
Maret 2016
Nilai Optimum 76,19 Baik
6 Kamis, 7
April 2016
Nilai Optiumum 90,47 Sangat Baik
7 Senin, 11
April 2016
Garis Selidik 85,71 Baik
Rata-rata 84,35 Baik
Hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran selama proses pembelajaran
menggunakan LKS yang telah dikembangkan menunjukkan presentase
116
keterlaksanaan rata-rata 84,35%. Berdasarkan pedoman kualifikasi keterlaksanaan
pembelajaran yang telah dikembangkan, pelaksanaan pembelajaran menggunakan
LKS yang telah dikembangkan memenuhi kriteria baik.
5. Evaluasi (Evaluation)
Tahap evaluasi dilakukan dengan merevisi kesalahan yang terdapat pada LKS
selama proses pembelajaran. Revisi didasarkan pada masukan serta komentar
peserta didik dan guru baik yang tercantum dalam angket respon siswa dan guru
maupun yang disampaikan pada akhir kegiatan pembelajaran. Selain itu, perbaikan
juga berdasarkan hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan LKS. Beberapa perbaikan yang perlu dilakukan adalah sebagai
berikut.
1. Pada LKS ditambahkan cara menentukan titik potong terhadap sumbu x dan
sumbu y menggunakan tabel;
2. Materi LKS kurang luas sehingga pada LKS ditambahkan permasalahan baru
yang menggunakan lebih dari (>) atau lebih dari sama dengan (≥); dan
3. Pada beberapa permasalahan ditambahkan ilustrasi gambar.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, langkah-
langkah penyusunan LKS berbasis pendekatan saintifik pada materi program linier
untuk peserta didik SMK meliputi lima tahap, yaitu tahap analisis (analysis), tahap
perancangan (design), tahap pengembangan (development), tahap implementasi
(implementation), dan tahap evaluasi (evaluation).
117
Kegiatan yang dilakukan pada tahap analisis meliputi analisis kebutuhan,
analisis kurikulum, dan analisis karakteristik peserta didik. Hasil analisis kebutuhan
diperoleh informasi bahwa 1) kegiatan pembelajaran matematika masih berpusat
pada guru (teacher centered) dan belum menekankan pada aktivitas peserta didik,
2) di awal pembelajaran guru tidak melakukan apersepsi untuk mempersiapkan
peserta didik mempelajari materi yang akan diajarkan, 3) Guru menggunakan
metode ceramah sementara peserta didik hanya mendengarkan, memperhatikan,
mencatat, mengerjakan soal dan menjawab apabila diberi pertanyaan , 4) Buku
cetak matematika masih terbatas dan hanya berisi contoh soal dan pembahasan serta
kumpulan soal, 5) LKS hanya menyajikan rumus-rumus dan latihan soal bagi
peserta didik, 6) peserta didik selama ini hanya menghafalkan langkah-langkah dan
rumus untuk menyelesaikan permasalahan yang disajikan, 7) peserta didik tidak
mampu mengkonstruksi sendiri pengetahuannya akan materi yang dipelajari, 8)
materi program linier berisi langkah-langkah penyeleseian yang tidak sedikit.
Berdasarkan pertimbangan hasil analisis kebutuhan tersebut, dapat disimpulkan
bahwa dibutuhkan perangkat pembelajaran yang dapat membantu peserta didik
aktif dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Pada penelitian ini dibatasi
pada perangkat pembelajaran yaitu LKS. Selain itu, pendekatan yang dipilih untuk
membantu peserta didik dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri adalah
pendekatan saintifik. LKS berbasis pendekatan saintifik harapannya dapat
mengubah paradigma pembelajaran yang awalnya teacher centered menjadi
student centered yang mengedepankan penguasaan konsep dan aktivitas peserta
didik dalam mengkonstruksi sendiri pengetahuannya.
118
Hasil analisis kurikulum berupa analisis kurikulum matematika kelompok
wajib pada materi Program Linier untuk SMK kelas X yang mengacu pada
kurikulum KTSP yang meliputi identifikasi standar kompetensi, kompetensi dasar,
indikator, standar kompetensi lulusan (SKL), silabus, kegiatan pembelajaran,
penilaian, dan sumber belajar yang digunakan. Hasil analisis kurikulum dapat
dilihat pada Lampiran A.2
Berdasarkan hasil analisis karakteristik diperoleh informasi bahwa, 1) peserta
didik SMK berada pada kisaran umur 15 – 18 tahun yang pada umumnya bertepatan
dengan fase perkembangan manusia masa remaja, 2) menurut Piaget, peserta didik
SMK berada pada tahap operasional formal. Artinya, peserta didik telah mampu
untuk berfikir abstrak, melakukan perumusan teori, membuat dan menguji
hipotesis. Selain itu,peserta didik juga mampu untuk mengambil kesimpulan dari
sebuah pertanyaan atau berfikir secara deduktif dan induktif, serta mampu
berargumentasi menggunakan implikasi, 3) peserta didik terbiasa dengan pola
pengajaran “dijelaskan-contoh soal-mencatat-latihan soal”. Hal ini menyebabkan
siswa cenderung kurang aktif dan jika diberi soal lain yang konteksnya berbeda
siswa akan mengalami kebingungan dalam mengerjakannya dan mudah lupa akan
materi yang dipelajarinya, 4) sebagian besar peserta didik SMK tidak menyukai
istilah matematika yang rumit ataupun rumus-rumus yang membingungkan. Peserta
didik lebih menyukai hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari dan
hal-hal yang ada di sekelilingnya atau berhubungan dengan kompetensi
kejuruannya, 5) selama ini peserta didik hanya menghafalkan rumus-rumus tanpa
disertai pemahaman konsep mengenai materi yang dipelajari, 6) peserta didik
119
belum terbiasa dan merasa bingung dalam mengerjakan soal, terutama soal cerita
dengan langkah-langkah pemecahan masalah yang banyak, 7) peserta didik lebih
suka melakukan aktivitas secara berkelompok dalam menyelesaikan masalah yang
sedang dihadapi, 8) peserta didik sebenarnya aktif, kreatif, dan berani dalam
pembelajaran apabila diberikan kesempatan.
Dari hasil analisis kebutuhan, analisis kurikulum, analisis karakteristik
peserta didik, diperoleh kesimpulan bahwa perlu dikembangkan LKS berbasis
pendekatan saintifik pada materi program linier. Hal ini juga mempertimbangkan
kenyataan bahwa belum ada LKS yang dikembangkan sesuai kompetensi yang
mampu memfasilitasi peserta didik aktif dalam mengkonstruksi pengetahuannya
sendiri.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap perancangan (design) meliputi penyusun
rancangan LKS dan penyusunan instrumen penilaian LKS. Dalam penyusunan
rancangan LKS terlebih dahulu dilakukan analisis kurikulum, menyusun peta
kebutuhan LKS dan menentukan judul-judul LKS. Hasil analisis kurikulum yang
telah dilakukan pada tahap sebelumnya dapat dilihat pada Lampiran A.2.
Sedangkan peta kebutuhan LKS dapat dilihat pada Lampiran A.3. Berdasarkan
hasil analisis kurikulum dan peta kebutuhan LKS disusun lima judul LKS yaitu 1)
Pertidaksamaan Linier, 2) Sistem Pertidaksamaan Linier, 3) Model Matematika, 4)
Nilai Optimum: Titik Pojok, 5) Nilai Optimum: Garis Selidik.
Berdasarkan analisis kurikulum, peta kebutuhan LKS, dan judul-judul yang
disusun, dapat ditentutkan rancangan awal LKS yang akan dikembangkan.
120
Langkah-langkah penulisan rancangan awal LKS meliputi perumusan kompetensi
dasar, menentukan alat penilaian, penyusunan materi, dan menentukan struktur
LKS. Kompetensi dasar yang akan digunakan telah tercantum pada hasil analisis
kurikulum. Alat penilaian yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran adalah tes
hasil belajar peserta didik dalam bentuk tes uraian. Materi disusun berdasarkan
kompetesi dasar yang didapatkan pada tahap sebelumnya dan pengumpulan
referensi-referensi sumber belajar. Berikut adalah uraian rancangan LKS.
(1) Bagian awal, terdiri atas:
a) sampul LKS
b) halaman judul
c) halaman penulis
d) fitur LKS
e) kata pengantar
f) daftar isi
g) peta konsep.
(2) Bagian isi, terdiri atas:
a) judul LKS
b) kompetensi dasar
c) tujuan pembelajaran
d) petunjuk pembelajaran
e) materi
f) indikator
g) masalah
121
h) aktivitas kelas yang berupa penjabaran dari langkah-langkah penyelesaian
masalah, yaitu: Mengamati, Menanya, Mencoba, Mengasosiasi,
Mengkomunikasikan
i) ingat kembali
j) catatan
k) latihan soal
l) ringkasan
m) uji kompetensi.
(3) Bagian akhir, terdiri atas daftar pustaka.
Tahap selanjutnya adalah penyusunan instrumen penilaian. Instrumen
penilaian LKS yang disusun dalam penelitian ini terdiri dari lembar observasi
keterlaksanaan pembelajaran, angket penilaian LKS oleh ahli materi, ahli media
dan guru matematika, angket repon guru dan siswa, dan tes hasil belajar. Instrumen
ini digunakan untuk mendapatkan data terkait nilai kevalidan, kepraktisan, dan
keefektifan LKS yang dikembangkan. Hasil penyusunan instrumen penilaian LKS
dapat dilihat pada Lampiran B.1-B.16.
Tahap pengembangan (development) merupakan pelaksanaan dari rencana
yang telah disusun pada tahap perancangan (design). Kegiatan yang dilakukan pada
tahap pengembangan meliputi penyusunan LKS, validasi LKS, dan revisi LKS.
Penyusunan LKS berdasarkan rancangan LKS pada tahap sebelumnya. Selain itu,
penyusunan LKS memperhatikan kriteria kesesuaian dengan pendekatan saintifik,
kesesuaian isi materi, kesesuaian dengan syarat didaktik, konstruksi, dan teknis.
Pendekatan saintifik terlihat pada berbagai permasalahan yang disajikan dan
122
kegiatan yang dilakukan dengan memperhatikan langkah-langkah kegiatan
pembelajaran pendekatan saintifik. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran
pendekatan saintifik meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi, dan
mengkomunikasikan.
Hasil penulisan LKS selanjutnya dikonsultasikan kepada dosen pembimbing
untuk diperiksa dan diberi saran perbaikan LKS. Setelah itu, LKS tersebut
divalidasi oleh ahli materi, ahli media dan guru matematika SMK Muhammadiyah
1 Sleman hingga dinyatakan valid. Pada proses validasi, validator menggunakan
instrumen yang sudah disusun sebelumnya yang sudah divalidasi oleh ahli
instrumen. Validator diminta memberikan penilaian terhadap LKS yang
dikembangkan berdasarkan butir penilaian serta memberikan saran dan komentar
yang berkaitan pada lembar penilaian. Validasi dilakukan hingga pada akhirnya
LKS dinyatakan layak untuk diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran.
Penilaian LKS oleh ahli materi memperhatikan kriteria kesesuaian LKS
dengan pendekatan saintifik, kesesuaian isi materi, kesesuaian dengan syarat
didaktik. Berdasarkan Tabel 15, dilihat dari kriteria kesesuaian LKS dengan
pendekatan saintifik, LKS memperoleh skor rata-rata 4 dengan kategori baik.
Dilihat dari kriteria kesesuaian LKS dengan isi materi, LKS memperoleh skor rata-
rata 3,28 dengan kategori cukup. Sementara itu, dilihat dari kriteria kesesuaian LKS
dengan syarat didaktik, LKS memperoleh skor rata-rata 4 dengan kategori baik.
Berdasarkan penilaian oleh ahli materi, LKS yang dikembangkan memperoleh skor
rata-rata 3,76 dengan kategori baik dan dinyatakan valid.
123
Penilaian LKS oleh ahli media memperhatikan kesesuaian LKS dengan syarat
konstruksi dan teknis. Berdasarkan Tabel 15, dilihat dari kriteria kesesuaian LKS
dengan syarat konstruksi, LKS memperoleh skor rata-rata 4 dengan kategori baik.
Dilihat dari kriteria kesesuaian LKS dengan syarat teknis, LKS memperoleh skor
rata-rata 4 dengan kategori baik. Berdasarkan penilaian oleh ahli media, LKS yang
dikembangkan memperoleh skor rata-rata 4 dengan kategori baik dan dinyatakan
dilihat dari kriteria kesesuaian LKS dengan pendekatan saintifik, LKS memperoleh
skor rata-rata 4 dengan kategori baik dan dinyatakan valid.
Penilaian LKS oleh guru matematika di SMK Muhamammadiyah 1 Sleman
memperhatikan kriteria kesesuaian LKS dengan pendekatan saintifik, kesesuaian
isi materi, kesesuaian dengan syarat didaktik. Berdasarkan Tabel 15, dilihat dari
kriteria kesesuaian LKS dengan pendekatan saintifik, LKS memperoleh skor rata-
rata 5 dengan kategori sangat baik. Dilihat dari kriteria kesesuaian LKS dengan isi
materi, LKS memperoleh skor rata-rata 3,85 dengan kategori sangat baik.
Sementara itu, dilihat dari kriteria kesesuaian LKS dengan syarat didaktik, LKS
memperoleh skor rata-rata 4,4 dengan kategori sangat baik. Berdasarkan penilaian
oleh ahli materi, LKS yang dikembangkan memperoleh skor rata-rata 4,2 dengan
kategori baik dan dinyatakan sangat valid.
Berdasarkan pada penilaian LKS oleh ahli materi, ahli media, dan guru
matematika, secara keseluruhan LKS yang dikembangkan memperoleh skor rata-
rata 4,05 dengan kategori baik. Dari rata-rata tersebut dapat disimpulkan bahwa
LKS yang dikembangkan valid. Selain memberikan penilaian, validator juga
124
memberikan saran atau masukan untuk perbaikan LKS. Setelah LKS direvisi sesuai
dengan saran validator, LKS layak digunakan untuk uji coba terbatas.
Uji coba terbatas dilaksanakan mulai tanggal 17 Februari 2016 sampai 14
April 2016 di kelas X TKR 2 SMK Muhammadiyah 1 Sleman. Uji coba dilakukan
secara terbatas melibatkan 31 peserta didik dan guru matematika SMK
Muhammadiyah 1 Sleman. Selama uji coba, pembelajaran dilaksanakan
menggunaan pendekatan saintifik dan peneliti bertindak sebagai observer. Uji coba
terlaksana selama tujuh kali pertemuan dan satu pertemuan tes hasil belajar. Saat
pelaksanaan uji coba, awalnya peserta didik merasa kesulitan karena tidak terbiasa
dengan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik. Peserta didik lebih
senang menggunakan cara cepat/instan dalam menyelesaikan permasalahan yang
dihadapi. Peserta didik juga pada awalnya tidak telaten menyelesaikan
permasalahan dengan langah-langkah pendekatan saintifik. Beberapa peserta didik
enggan menuliskan bagian menanya dan mengkomunikasikan pada LKS. Dengan
bimbingan guru, perlahan-lahan akhirnya peserta didik terbiasa dengan langkah-
langkah pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik. Selama pembelajaran,
peserta didik sangat aktif bertanya kepada guru mengenai materi dan permasalahan
yang belum dipahami. Selain itu, peserta didik juga lebih menyukai belajar secara
berkelompok daripada secara individu. Peserta didik juga merasa senang setelah
mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dan berinisiatif untuk
mengajari teman sekelasnya. Peserta didik memahami bahwa untuk mencari nilai
optimum dari permasalahan program linier dapat menggunakan metode titik pojok
dan metode garis selidik.
125
Tes hasil belajar dilaksanakan pada 14 April 2016. Presentase ketuntasan
klasikal mencapai 70,96% dengan nilai rata-rata 81,19. Kriterian ketuntasan
minimal (KKM) yang digunakan mengacu pada KKM yang sudah ditetapkan oleh
SMK Muhammadiyah 1 Sleman yaitu 75. Berdasarkan hasil tersebut, LKS yang
dikembangkan memenuhi kriteria efektif.
Pada akhir pembelajaran, peserta didik diminta untuk mengisi angket respon
siswa. Angket respon siswa menunjukkan bahwa, kemudahan LKS dikategorikan
baik dengan rata-rata skor 2,75 dan keterbantuan peserta didik dalam pembelajaran
dikategorikan baik dengan rata-rata skor 3,09. Skor rata-rata keseluruhan dari aspek
kemudahan dan keterbantuan adalah 2,92 dan dikategorikan baik.
Selain itu, guru matematika juga diminta untuk mengisi angket respon guru.
Angket respon guru menunjukkan bahwa, kemudahan LKS dikategorikan baik
dengan rata-rata skor 2,9 dan keterbantuan peserta didik dalam pembelajaran
dikategorikan baik dengan rata-rata skor 3,3. Skor rata-rata keseluruhan dari aspek
kemudahan dan keterbantuan adalah 3,1 dan dikategorikan baik.
Berdasarkan angket respon siswa dan guru menunjukkan bahwa, kemudahan
LKS dikategorikan baik dengan rata-rata skor 2,82 dan keterbantuan peserta didik
dalam pembelajaran dikategorikan baik dengan rata-rata skor 3,19. Skor rata-rata
keseluruhan dari aspek kemudahan dan keterbantuan adalah 3,01 dan dikategorikan
baik. Oleh karena itu, LKS yang dikembangkan dikategorikan praktis untuk
digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
126
Pada tahap evaluasi, LKS diperbaiki sesuai saran dari guru, angket respon
siswa, dan catatan selama uji coba. Setelah direvisi maka terciptalah LKS berbasis
pendekatan saintifik pada materi program linier untuk SMK kelas X yang valid,
praktis, dan efektif.
C. Keterbatasan Penelitian
Pengembangan LKS berbasis pendekatan saintifik pada materi program linier
untuk SMK kelas X ini tidak terlepas dari beberapa keterbatasan. Keterbatasan
tersebut di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Penentuan kelayakan produk belum sampai pada tingkat membandingkan
dengan produk yang lain yang memiliki kesamaan kompetensi mata pelajaran.
2. Keterlibatan peneliti dalam kegiatan scaffolding untuk menjelaskan langkah-
langkah atau konsep yang belum dipahami oleh peserta didik.
top related