bab iv hasil penelitian dan pembahasan a.eprints.uny.ac.id/51624/5/bab iv.pdf · lks dan rpp ini...
TRANSCRIPT
58
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Jenis penelitian yang telah dilakukan adalah penelitian pengembangan atau
Research and Development. Penelitian ini merupakan suatu proses dalam
mengembangkan produk, yaitu perangkat pembelajaran yang terdiri dari RPP dan
LKS pada materi bangun ruang sisi datar berbasis hypothetical learning trajectory.
Secara lebih spesifik, materi yang dikembangankan adalah pada kubus dan balok.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil penelitian
dengan tahapan: Analysis (Analisis), Design (Perancangan), Development
(Pengembangan), Implementation (Implementasi), dan Evaluation (Evaluasi).
Berikut ini merupakan pemaparan hasil dari penelitian pengembangan yang telah
dilakukan:
1. Hasil Tahap Analysis (Analisis)
a. Analisis Kurikulum
Analisis kurikulum dilakukan oleh peneliti dari data-data, buku-buku, dan
silabus. Penelitian berlangsung di SMP Negeri 1 Turi, dimana kurikulum yang
digunakan untuk kelas VIII adalah KTSP 2006. Meskipun kurikulum yang
digunakan di sekolah uji coba produk merupakan sekolah yang masih
menggunakan KTSP 2006 sebagai kurikulum pebelajaran, namun perangkat
pembelajaran berupa RPP dan LKS yang dikembangkan oleh peneliti dibuat
berdasarkan Kurikulum 2013. Perbedaan kurikulum yang digunakan SMP Negeri
1 Turi sebagai sekolah tempat uji coba produk dengan kurikulum yang dijadikan
59
acuan untuk mengembangkan produk tidak menjadi kendala, karena adapun poin
utama dari kompetensi dasar yang harus dicapai masih sama, yaitu luas permukaan
dan volume dari bangun ruang sisi datar kubus, balok, prisma dan limas.
Kompetensi dasar pada kurikulum KTSP 2006 materi bangun ruang sisi datar untuk
kelas VIII adalah (1) mengidentifikasi sifat-sifat kubus, balok, prisma dan limas
serta bagian-bagiannya, (2) membuat jaring-jaring kubus, balok, prisma, dan limas,
dan (3) menghitung luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma dan limas.
Kompetensi dasar yang digunakan sebagai acuan untuk mengembangkan produk
LKS dan RPP ini adalah (1) menurunkan rumus untuk menentukan luas permukaan
dan volume bangun ruang sisi datar dan (2) menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan luas permukaan dan volume bangun ruang sisi datar.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
saintifik dengan sintaks 5M (Mengamati, Menanya, Mengumpulkan informasi,
Mengasosiasi, dan Mengomunikasi), sedangkan SMP Negeri 1 Turi menggunakan
sintaks eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Namun hal ini tidak menjadi
hambatan dalam penelitian, karena aktivitas-aktivitas siswa meliputi mengamati,
menanya dan mengumpulkan informasi tercakup dalam kegiatan eksplorasi,
sementara aktivitas mengasosiasi tercakup ke dalam kegiatan elaborasi, dan
aktivitas mengomunikasi tercakup ke dalam kegiatan konfirmasi. Secara umum,
substansi yang termuat dalam sintaks 5M juga termuat dalam eksplorasi, elaborasi
dan konfirmasi. Hal ini menegaskan bahwa perbedaan kurikulum yang digunakan
oleh peneliti dan yang digunakan oleh sekolah tidak menyebabkan suatu hambatan
yang berarti dalam kegiatan pembelajaran, karena substansi materi bangun ruang
60
sisi datar dalam Kurikulum 2013 dan KTSP 2006 sama. Selain itu, kompetensi
dasar pada materi bangun ruang sisi datar pada Kurikulum 2013 maupun
KTSP 2006 dapat dicapai melalui tujuan-tujuan pembelajaran yang sama.
Tujuan dari Kurikulum 2013 adalah untuk mempersiapkan manusia
Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang
beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Sesuai
dengan tujuan tersebut, maka Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan prinsip
bahwa peserta didik berada pada posisi sentral dan aktif dalam belajar
(Kemendikbud, 2012). Dengan demikian, diharapkan peserta didik dapat lebih
produktif, kreatif, dan inovatif di kemudian hari.
b. Analisis Materi
Materi bangun ruang sisi datar ini meliputi kubus, balok, prisma dan limas.
Topik yang dibahas dalam pembelajaran antara lain sifat-sifat, luas permukaan dan
volume dari kubus, balok, prisma, dan limas. Sifat-sifat yang dimaksud adalah
banyaknya rusuk, titik sudut, dan sisi yang dimiliki masing-masing bangun ruang
sisi datar. Khusus pada materi kubus dan balok juga dibahas mengenai diagonal
sisi, diagonal ruang, dan bidang diagonal, sedangkan topik luas permukaan dan
volume lebih mengarah kepada menemukan rumus dan mengaplikasikannya untuk
menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan
bangun keempat bangun ruang sisi datar tersebut.
Berdasarkan hasil analisis kurikulum yang telah dilakukan, diketahui bahwa
topik yang diajarkan pada materi bangun ruang sisi datar antara KTSP 2006 dan
61
Kurikulum 2013 masih memuat hal yang sama, yaitu sifat-sifat, luas permukaan
dan volume bangun ruang sisi datar kubus, balok, prisma dan limas. Topik-topik ini
kemudian dikembangkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan dalam LKS yang
disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan siswa.
Pengembangan perangkat pembelajaran yang dilakukan peneliti bersumber
dari kompetensi dasar yang ada pada silabus revisi tahun 2016, namun buku sumber
yang digunakan sebagai bahan pengumpulan materi adalah Buku Matematika untuk
Kelas VIII SMP/MTs edisi revisi 2014 dan Buku Matematika: Konsep dan
Aplikasinya.
c. Analisis Karakteristik
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, masa SMP adalah masa di mana
anak menginjak stadium operasional formal, yaitu antara 12-15 tahun. Pada masa
tersebut, anak-anak mulai mampu untuk memahami dan mengkonstruk pemikiran.
Pada tahap ini siswa diyakini mampu membawa model konkret menuju model
formal dengan bantuan dan fasilitas dari guru. Tahap operasional formal juga
merupakan tahap dimana siswa masih banyak mengeluarkan energi melalui
aktifitas-aktifitas motorik.
Analisis karakteristik siswa dilakukan oleh peneliti melalui pengamatan
selama kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil pekerjaan
siswa, peneliti melihat bahwa siswa kelas VIII A di SMP Negeri 1 Turi memiliki
semangat belajar yang cukup tinggi dan kompetensi yang tinggi pula. Mereka dapat
belajar secara berkelompok dan mandiri, aktif berdiskusi, dan tidak malu untuk
bertanya. Namun, siswa masih belum terbiasa untuk berpikir secara terbuka. Siswa
62
masih terpaku pada contoh penyelesaian masalah yang biasa. Meskipun sebenarnya
mereka memiliki ide lain, tapi sebagian besar masih belum berani untuk mengikuti
alur berpikirnya karena takut jika jawaban yang mereka berikan salah. Walaupun
sebenarnya jawaban yang dipikirkannya tidak selalu salah. Ini terbukti dengan cara
siswa menyelesaikan kegiatan dalam LKS (Lampiran B8).
2. Hasil Tahap Design (Perancangan)
a. Rancangan RPP berbasis hypothetical learning trajectory
1) Perancangan tujuan pembelajaran pada setiap pertemuan
Tujuan pembelajaran dirancang berdasarkan indikator pencapaian kompetensi
yang telah dibuat sebelumnya berdasarkan kompetensi dasar. Berikut
merupakan tabel perancangan tujuan pembelajaran pada setiap pertemuan.
Tabel 19. Perancangan Tujuan Pembelajaran
Pertemuan
Ke- Tujuan Pembelajaran
Alokasi
Waktu
1 Siswa mampu mendeskripsikan unsur-unsur
kubus
Siswa mampu mengidentifikasi unsur-unsur
kubus
Siswa mampu mengidentifikasi sifat-sifat
kubus
1 × 40 menit
2 Siswa mampu menyelesaikan persoalan
berkaitan dengan kerangka kubus
Siswa mampu menjelaskan pengertian
diagonal bidang, diagonal ruang, dan bidang
diagonal pada kubus
Siswa mampu melukis diagonal bidang,
diagonal ruang, dan bidang diagonal pada
kubus
2 × 40 menit
Pertemuan
Ke- Tujuan Pembelajaran
Alokasi
Waktu
3 Siswa mampu mengenali jaring-jaring kubus
kemudian mampu membuatnya secara
berkelompok
Siswa mampu menemukan rumus luas
permukaan kubus berdasarkan jaring-jaring
yang telah dibuat
2 × 40 menit
63
2) Pemilihan metode pembelajaran
Metode pembelajaran yang dipilih dalam penelitian ini adalah guided discovery
learning atau metode penemuan terbimbing dan discovery learning atau
metode penemuan dengan pendekatan saintifik dan setting grup diskusi.
Metode pembelajaran guided discovery learning dan discovery learning dipilih
berdasarkan karakteristik siswa serta keinginan dari peneliti agar siswa dapat
menjadi lebih kreatif dan terbuka dalam berpikir.
3) Perancangan kegiatan pembelajaran
Perancangan kegiatan pembelajaran terdiri dari kegiatan-kegiatan siswa dan
guru yang meliputi pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. RPP yang
dikembangkan juga memuat dugaan-dugaan jawaban atau respon siswa dan
tanggapan guru.
Siswa mampu menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan luas permukaan kubus
4 Siswa mampu menemukan rumus volume
kubus
Siswa mampu menyelesaikan permasalahan
yang berkaitan dengan volume kubus
1 × 40 menit
5 Siswa mampu menyebutkan ciri-ciri dan
unsur-unsur pada balok
Siswa mampu menuliskan ciri-ciri dan unsur-
unsur balok
Siswa mampu menemukan rumus luas
permukaan balok
Siswa mampu menyelesaikan permasalahan
yang berkaitan dengan luas permukaan balok
2 × 40 menit
6 Siswa mampu menemukan rumus volume
balok
Siswa mampu menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan volume balok
2 × 40 menit
64
a.) Kegiatan Pendahuluan
Tabel 20. Kegiatan Pendahuluan Guru dan Siswa
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Guru mengawali kelas dengan
mengucapkan salam dan
memeriksa kehadiran siswa.
Siswa menjawab salam
Guru menjelaskan kompetensi
yang akan dicapai pada
pertemuan tersebut
Siswa mendengarkan dengan
seksama
Guru menanyakan apa yang
telah dipelajari siswa pada
pertemuan yang lalu
Siswa menjawab pertanyaan
dengan aktif
Guru memberikan apersepsi
untuk siswa
Siswa melakukan apersepsi
melalui pertanyaan yang
diberikan oleh guru.
Guru menjelaskan aplikasi dari
konsep yang akan dipelajari
sebagai motivasi awal untuk
siswa
Siswa mendengarkan dengan
seksama
65
b.) Kegiatan Inti
Tabel 21. Kegiatan Inti Guru dan Siswa
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Guru meminta siswa untuk
duduk berkelompok.
Siswa duduk berkelompok
sesuai dengan kelompok yang
sudah ditentukan sebelumnya.
Guru memberikan fasilitas-
fasilitas yang dibutuhkan siswa
untuk belajar (LKS, model
kubus, penggaris).
Siswa mengamati model,
masalah, perintah, atau topik
yang diberikan.
Guru memfasilitasi siswa
dalam melakukan kegiatan
belajar.
Siswa melakukan kegiatan
menanya, mengumpulkan
informasi, dan mengasosiasi.
Guru memfasilitasi siswa
dengan tanggapan yang
berbeda atas respon siswa yang
berbeda pula.
Siswa belajar dengan
mengikuti alur belajarnya
sendiri dan bertanya kepada
guru jika ada yang kurang
dipahami
Guru meminta perwakilan
siswa untuk mempresentasikan
hasil diskusi kelompoknya.
Perwakilan siswa maju ke
depan kelas untuk menuliskan
atau mengungkapkan hasil
diskusi kelompoknya.
Guru meminta siswa
mengerjakan latihan soal
secara individu
Siswa mengerjakan latihan
soal secara individu
66
c.) Kegiatan Penutup
Tabel 22. Kegiatan Penutup Guru dan Siswa
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Guru mengajak siswa untuk
merefleksikan pembelajaran
pada hari itu bersama-sama
Siswa merefleksikan
pembelajaran bersama-sama,
yaitu mengulas kembali apa
yang telah dipelajari pada
pertemuan tersebut.
Guru menjelaskan kompetensi
yang akan dicapai pada
pertemuan selanjutnya
Siswa mendengarkan dengan
seksama
Guru menutup pembelajaran
dengan salam
Siswa menjawab salam
4) Pemilihan sumber belajar
Sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran adalah LKS berbasis
hypothetical learning trajectory untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dan
buku teks pelajaran Matematika: Konsep dan Aplikasinya.
5) Perencanaan penilaian pembelajaran
Penilaian pembelajaran dilakukan oleh guru dengan menggunakan soal
uraian. Soal dibuat sesuai dengan indikator pencapaian kompetensi pada setiap
pertemuan. Penilaian yang dirancang meliputi kunci jawaban dan skor yang
diberikan untuk setiap penyelesaian. Rubrik penilaian pembelajaran tercantum pada
setiap RPP.
67
b. Rancangan LKS berbasis hypothetical learning trajectory
1) Penyusunan kerangka LKS
Kerangka LKS merupakan garis besar isi LKS yang disusun sesuai dengan
kebutuhan LKS. LKS disusun menurut kebutuhan siswa dan mengedepankan
kemudahan siswa dalam memahami materi yang akan dipelajarinya. Berikut ini
merupakan kerangka LKS bangun ruang sisi datar berbasis hypothetical learning
trajectory.
SAMPUL
LKS 1 UNSUR-UNSUR DAN SIFAT-SIFAT KUBUS
LKS 2 DIAGONAL BIDANG, DIAGONAL RUANG, DAN BIDANG
DIAGONAL
LKS 3 JARING-JARING DAN LUAS PERMUKAAN KUBUS
LKS 4 VOLUME KUBUS
LKS 5 LUAS PERMUKAAN BALOK
LKS 6 VOLUME BALOK
LKS 7 SIFAT-SIFAT DAN LUAS PERMUKAAN PRISMA
LKS 8 VOLUME PRISMA
LKS 9 SIFAT-SIFAT DAN JARING-JARING LIMAS
LKS 10 LUAS PERMUKAAN DAN VOLUME LIMAS
Kerangka LKS kemudian dikembangkan menjadi kegiatan-kegiatan yang
dibuat sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa. Kegiatan-kegiatan yang
dimuat di dalam LKS merupakan kegiatan yang diselesaikan siswa melalui diskusi
kelompok. Kegiatan-kegiatan tersebut adalah kegiatan yang dirancang agar siswa
68
melakukan diskusi secara aktif dan melakukan beberapa kegiatan motorik seperti
menggambar, menggunting, dan mengarsir. Tujuan-tujuan pembelajaran yang
terdapat pada setiap kegiatan telah disusun sesuai dengan hasil analisis materi dan
analisis kurikulum, sehingga sesuai dengan KI, KD, dan indikator pencapaian
kompetensi yang telah dibuat. Sementara itu, dugaan alur belajar siswa dan
alternatif respon guru termuat dalam RPP dan petunjuk penggunaan LKS untuk
guru.
2) Bagian-bagian dan fasilitas LKS
a.) Petunjuk umum LKS
b.) Kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi
c.) Identitas pemilik
d.) Sekilas sejarah
e.) Tahukah Kamu?
f.) Apa Kesimpulanmu?
g.) Latih Dirimu
h.) Mari mengingat
i.) Sepenggal motivasi
3) Pengumpulan referensi
Dalam mengembangkan LKS bangun ruang sisi datar berbasis hypothetical
learning trajectory ini peneliti menggunakan beberapa buku sebagai referensi
a.) Buku Matematika: Konsep dan Aplikasinya untuk Siswa Kelas VIII
SMP/MTs yang ditulis oleh Dewi Nuharini
69
b.) Buku Guru Matematika untuk Kelas VIII SMP/MTs yang diterbitkan oleh
Kemendikbud edisi revisi 2014
c.) Modul Geometri Ruang yang ditulis oleh A. Sardjana dan diterbitkan oleh
Universitas Terbuka, Jakarta pada tahun 2008.
3. Hasil Tahap Development (Pengembangan)
a. Pengembangan RPP
RPP dikembangkan dengan susunan sebagai berikut:
a) Identitas RPP
Identitas RPP terdiri dari nama sekolah, mata pelajaran, kelas, semester, topik,
hari dan tanggal, serta alokasi waktu.
b) Kompetensi Dasar
Berikut merupakan contoh tampilan dari kompetensi dasar yang tertulis pada
RPP
Gambar 2. Identitas RPP
Gambar 3. Kompetensi Dasar pada RPP
70
c) Indikator Pencapaian Kompetensi
Indikator pencapaian kompetensi dikembangkan dari perincian kompetensi
dasar. Berikut merupakan contoh tampilan dari indikator pencapaian
kompetensi yang tertulis pada RPP
d) Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran disusun berdasarkan indikator pencapaian kompetensi.
Berikut merupakan contoh tampilan dari tujuan pembelajaran yang tertulis
pada RPP
e) Skema Pencapaian Kompetensi
Skema pencapaian kompetensi adalah bagan skema yang memuat indikator-
indikator pencapaian kompetensi dari materi prasyarat, materi yang sedang
dipelajari, dan materi yang akan dipelajari berikutnya. Materi-materi tersebut
tentu saja saling berhubungan satu sama lain dan masih pada topik yang sama.
Berikut merupakan contoh tampilan dari skema pencapaian kompetensi yang
tertulis pada RPP
Gambar 4. Indikator Pencapaian Kompetensi pada RPP
Gambar 5. Tujuan Pembelajaran pada RPP
71
f) Model Pembelajaran
Berikut merupakan contoh tampilan dari model pembelajaran yang tertulis
pada RPP
Gambar 6. Skema Pencapaian Kompetensi pada RPP
Gambar 7. Model Pembelajaran pada RPP
72
g) Materi Pembelajaran
Berikut merupakan contoh tampilan dari materi pembelajaran yang tertulis
pada RPP
h) Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran terdiri dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan
kegiatan penutup. Berikut ini adalah contoh tampilan dari tiga kegiatan
tersebut.
(1) Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan bertujuan untuk menyiapkan siswa dan kelas agar
kegiatan belajar mengajar lebih kondusif. Berikut ini merupakan contoh
tampilan dari kegiatan pendahuluan pada RPP.
Gambar 8. Materi Pembelajaran pada RPP
73
(2) Kegiatan Inti
kegiatan inti yang tercantum pada RPP memuat kegiatan 5M, dugaan
jawaban atau respon siswa, dan alternatif respon guru dalam menanggapi
dugaan jawaban siswa. Hampir setiap dugaan respon siswa membutuhkan
respon yang berbeda dari guru. Berikut merupakan contoh tampilan dari
kegiatan inti yang tertulis pada RPP
Gambar 9. Kegiatan Pendahuluan pada RPP
74
(3) Kegiatan Penutup
Kegiatan penutup berisi kegiatan yang mengajak siswa utuk merefleksikan
pembelajaran yang baru saja dilaluinya dan menyiapkan siswa untuk
pembelajaran pada pertemuan selanjutnya. Berikut merupakan contoh
tampilan dari kegiatan penutup yang tertulis pada RPP
Gambar 10. Kegiatan Inti pada RPP
Gambar 11. Kegiatan Penutup pada RPP
75
i) Skema HLT
Skema hypothetical learning trajectory dibuat berdasarkan dugaan-dugaan
jawaban siswa dan dilengkapi dengan alternatif tanggapan guru. Berikut ini
merupakan contoh skema HLT
j) Media, Alat, dan Sumber Belajar
Berikut merupakan contoh tampilan dari media/alat/sumber belajar yang
tertulis pada RPP
Gambar 13. Media, Alat, dan Sumber Belajar pada RPP
Gambar 12. Contoh Skema HLT pada RPP
76
k) Penilaian Hasil Belajar
Penilaian hasil belajar yang tercantum pada RPP adalah soal latihan yang ada
pada setiap subtopik LKS beserta kunci jawaban dan rubrik penilaiannya.
Berikut merupakan contoh tampilan dari penilaian hasil belajar yang tertulis
pada RPP
b. Pengembangan LKS
1) Sampul LKS
Sampul LKS dibuat dengan mempertimbangkan kesinambungan antara materi
dengan sampul. Dipilihnya warna biru muda bertujuan agar siswa tidak mudah
lelah melihat LKS, karena sifat warna biru yang sejuk dipandang. Sampul LKS
mengalami satu kali perubahan oleh peneliti, yaitu sebelum memasuki tahap
validasi.
Gambar 14. Penilaian Hasil Belajar pada RPP
77
2) Identitas Pemilik
Identitas pemilik adalah kolom identitas kelompok pemilik LKS. Berikut
merupakan tampilan identitas pemilik LKS
Gambar 16. Identitas Pemilik LKS
Gambar 15. Sampul LKS
78
3) Sekilas Sejarah
Sekilas sejarah merupakan sebuah fitur dimana siswa dapat membaca biografi
singkat tentang seorang tokoh geometri dunia, yaitu Euclid. Dipilihnya biografi
Euclid mempertimbangkan hubungan antara tokoh tersebut dengan materi
yang akan dipelajari siswa. Berikut tampilan fitur “Sekilas Sejarah”
4) Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar dicantumkan agar siswa mengetahui topik-topik apa saja
yang akan dipelajari. Berikut merupakan tampilan dari kompetensi dasar di
dalam LKS.
Gambar 17. Bagian Sekilas Sejarah pada LKS
79
5) Petunjuk Umum LKS
Petunjuk umum LKS diharapkan memudahkan siswa dalam menyelesaikan
kegiatan-kegiatan dalam LKS. Berikut merupakan tampilan dari petunjuk
umum LKS.
6) Indikator Pencapaian Kompetensi
Indikator pencapaian kompetensi dicantumkan di dalam LKS dengan harapan
siswa bisa mengetahui apa saja yang akan dipelajari dari LKS. Berikut
merupakan tampilan dari indikator pencapaian kompetensi.
Gambar 18. Bagian Kompetensi Dasar pada LKS
Gambar 19. Bagian Petunjuk Umum pada LKS
80
7) Header LKS
Header LKS memuat subtopik LKS. Berikut merupakan tampilan dari header
LKS.
Gambar 20. Bagian Indikator Pencapaian Kompetensi pada LKS
Gambar 21. Tampilan Header pada LKS
81
8) Tujuan pembelajaran dicantumkan pada setiap awal subtopik. Berikut
merupakan contoh tampilan tujuan pembelajaran pada LKS.
9) Kegiatan-Kegiatan
Kegiatan-kegiatan dalam LKS diberi nama secara berurutan. Misal: pada
LKS 1 mengenai unsur-unsur dan sifat-sifat kubus ada dua kegiatan, yaitu
Kegiatan 1.1 dan Kegiatan 1.2. Berikut merupakan contoh tampilan kegiatan-
kegiatan dalam LKS.
Gambar 23. Contoh Kegiatan pada LKS
Gambar 22. Tampilan Tujuan Pembelajaran
82
10) Mari Mengingat
Mari mengingat adalah bagian yang mengajak siswa mengingat kembali materi
yang sudah pernah dipelajari dan kini dibutuhkan sebagai apersepsi. Berikut
merupakan contoh bagian “Mari Mengingat”.
11) Tahukah Kamu?
“Tahukah Kamu?” merupakan kolom yang memberikan informasi yang ada
kaitannya dengan kegiatan siswa. Informasi tersebut diharapkan membuat
siswa tidak bosan belajar matematika. Berikut merupakan contoh tampilan fitur
“Tahukah Kamu?”
Gambar 24. Bagian Tahukah Kamu? pada LKS
Gambar 23. Contoh Bagian Mari
Mengingat
83
12) Apa Kesimpulanmu?
“Apa Kesimpulanmu?” merupakan kolom yang berisi petunjuk bagi siswa
untuk menulis kesimpulan. Berikut merupakan contoh tampilan kolom “Apa
Kesimpulanmu?”
13) Latih Dirimu
Latih Dirimu merupakan judul latihan soal pada setiap akhir subtopik setelah
kolom kesimpulan. Berikut merupakan contoh tampilan “Latih Dirimu”.
Gambar 25. Bagian Apa Kesimpulanmu? pada LKS
Gambar 26. Bagian Latih Dirimu pada LKS
84
14) Sepenggal Motivasi
Sepenggal Motivasi merupakan kalimat motivasi tentang belajar yang
dicantumkan pada hampir semua akhir subtopik LKS, tepatnya setelah latihan
soal. Berikut merupakan contoh tampilan “Sepenggal Motivasi”.
b. Validasi
Validasi yang dilakukan terhadap produk RPP oleh dua orang dosen ahli
memiliki skor rata-rata kevalidan sebesar 106 dengan kriteria valid. Sementara
itu, hasil validasi terhadap LKS berbasis hypothetical learning trajectory yang
juga dilakukan oleh dua orang dosen ahli memiliki skor rata-rata kevalidan
sebesar 116,5 dengan kriteria valid. Berikut ini merupakan tabel yang
menjelaskan hasil analisis kevalidan terhadap keseluruhan butir RPP dan LKS
yang dikembangkan oleh peneliti.
Gambar 27. Bagian Sepenggal Motivasi pada LKS
85
Tabel 19. Hasil Analisis Kevalidan Perangkat Pembelajaran
Validator RPP LKS
Total Skor Kategori Total Skor Kategori
1 103 Valid 118 Valid
2 109 Valid 115 Valid
Rata-rata 106 Valid 116,5 Valid
c. Revisi Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran yang mengalami revisi meliputi RPP dan LKS.
Sementara, hal-hal yang perlu direvisi dikelompokkan menjadi beberapa
kelompok: (a) desain, (b) kebahasaan, (c) konsep dan konteks, (d) komponen,
dan (e) konten produk. Berikut ini merupakan pembahasan revisi produk
berdasarkan lima kelompok tersebut.
1) Revisi RPP
a.) Desain
Terdapat revisi desain pada RPP, yaitu ditambahkannya skema
hypothetical learning trajectory untuk setiap kegiatan.
b.) Kebahasaan
Terdapat beberapa revisi dalam hal kebahasaan pada LKS, antara lain
penulisan kata yang salah, seperti “ntuk” yang seharusnya “untuk.
Kemudian juga susunan kalimat, seperti kalimat “Akan dibuat suatu kubus
dari papan kayu dengan panjang rusuk 20 cm” diganti menjadi “Akan
dibuat suatu kubus dengan panjang rusuk 20 cm dari papan kayu.”
86
c.) Konsep dan Konteks
Dari sisi konsep dan konteks yang digunakan dalam RPP terdapat
beberapa revisi, salah satunya adalah penggunaan kata “jumlah” seperti
pada kalimat “jumlah titik sudut kubus” dan “jumlah rusuk kubus” yang
seharusnya menggunakan kata “banyak”. Sehingga setelah direvisi,
kalimat tersebut diganti dengan “banyak titik sudut kubus” dan “banyak
rusuk kubus”. Selain itu, terdapat juga kesalahan dalam penulisan istilah,
yaitu “rubix cube” yang seharusnya ditulis “rubic’s rube”. Pada RPP untuk
pertemuan pertama, sebelum direvisi terdapat kalimat pada bagian materi
pembelajaran, bahwa salah satu sifat kubus adalah “semua sisinya
kongruen satu sama lain” yang kemudian dihapus atas saran dosen
validator, karena siswa kelas VIII belum belajar kekongruenan. Kemudian
juga istilah “rusuk yang bersilangan” diganti menjadi “rusuk yang berada
pada sisi yang sama”, agar lebih mudah dipahami oleh siswa.
d.) Komponen
Pada komponen RPP terdapat beberapa revisi, salah satunya adalah pada
indikator pencapaian kompetensi yang sebelumnya menggunakan kata
kerja tidak operasional seperti “memahami”, yang kemudian diganti
menjadi “mendeskripsikan”. Selain itu, terdapat juga kesalahan penulisan
nomor kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi.
Berdasarkan saran dosen, pada RPP ditambahkan kegiatan guru yang
dapat menumbuhkan motivasi siswa dalam belajar.
87
e.) Konten Produk
Revisi pada konten produk termasuk objek-objek yang ada pada RPP.
Salah satunya adalah revisi untuk gambar ilustrasi kubus yang terdapat
pada RPP. Selain itu juga dugaan jawaban atau respon siswa pada RPP
yang semula kurang lengkap menjadi lebih lengkap dan lebih terperinci.
Gambar 28. Ilustrasi Kubus
Sebelum Revisi
Gambar 29. Ilustrasi Kubus
Setelah Revisi
88
2) Revisi LKS
a.) Desain
Desain LKS mengalami beberapa revisi, antara lain desain sampul, desain
halaman, dan desain konten. Berikut ini merupakan contoh revisi desain
LKS.
Gambar 30. Contoh Desain Konten Sebelum Revisi
Gambar 31. Contoh Desain Konten Setelah Revisi
89
Gambar 33. Contoh Desain Halaman Setelah
Revisi
Gambar 32. Desain Halaman Sebelum Revisi
90
b.) Kebahasaan
Revisi pada bagian kebahasaan meliputi kesalahan pengetikan dan
susunan kalimat. Misalnya seperti kalimat “Bagaimanakah panjang
balok di atas?” yang tidak mudah dimengerti diganti dengan kalimat
perintah yang meminta siswa untuk mengobservasi ilustrasi balok yang
diberikan berdasarkan panjang rusuk-rusuknya. Selain itu juga kalimat
“Bidang diagonal apakah yang terbentuk dari penggunaan diagonal sisi
QV dan PW?” dihilangkan kemudian diganti dengan perintah yang lebih
singkat.
c.) Konsep dan Konteks
Revisi pada konsep dan konteks LKS meliputi penulisan satuan cm2 yang
sebelumnya tidak tercantum pada beberapa kunci jawaban kemudian
dicantumkan setelah revisi. Kemudian pada Latihan Soal 1 terdapat
kalimat “Aku adalah unsur kubus yang terkecil” yang kemudian
dihilangkan karena pernyataan tersebut tidak relevan dengan kegiatan
terkait. Juga terdapat revisi pada penggunaan kata “jumlah” yang
kemudian diganti dengan “banyak”. Selain itu, menurut validator ada
beberapa kegiatan yang kurang relevan. Misalnya pada kegiatan 1.1
dimana siswa diminta untuk menuliskan definisi unsur-unsur kubus
menurut hasil diskusi kelompoknya. Sebelum revisi tertulis nama unsur
yang harus dicari definisinya oleh siswa adalah rusuk, sisi, sisi tegak, sisi
alas, sisi atas, dan titik sudut. Namun setelah revisi hanya tertulis titik
sudut, rusuk dan sisi.
91
Gambar 34. Contoh Konsep Kegiatan Sebelum Revisi
Gambar 35. Contoh Konsep Kegiatan Setelah Revisi
92
d.) Kelengkapan Komponen
Pada petunjuk penggunaan LKS untuk guru sebelum revisi tidak
tercantum dugaan-dugaan jawaban siswa dan bagaimana guru harus
menanggapi dugaan-dugaan siswa tersebut, namun setelah revisi sudah
tercantum.
e.) Konten Produk
Konten produk mengalami beberapa revisi, antara lain kolom pertanyaan
yang disediakan setelah siswa selesai mengamati atau mengobservasi
dihilangkan. Kemudian terdapat revisi pada kegiatan yang dianggap
kurang runtut urutannya, misalnya pada Kegiatan 3.2 terdapat pertanyaan
mengenai cara menghitung luas jaring-jaring kubus dan pertanyaan
mengenai apakah luas jaring-jaring kubus dapat dikatakan sama dengan
luas permukaan kubus. Kedua pertanyaan tersebut ditukar posisinya
sehingga lebih runtut, yaitu pertanyaan “Apakah luas jaring-jaring kubus
dapat dikatakan sama dengan luas permukaan kubus?” terlebih dahulu
kemudian selanjutnya pertanyaan “Bagaimanakah cara menghitung luas
jaring-jaring kubus?” Selain itu terdapat revisi pada kolom kesimpulan
di LKS 5 mengenai luas permukaan balok, karena kolom kesimpulan
yang sebelumnya dianggap terlalu tertutup.
93
4. Hasil Tahap Implementation (Implementasi)
Tahap Implement atau implementasi yang dilakukan yaitu uji coba produk
yang terdiri dari RPP dan LKS. Tahap implementasi ini dilakukan pada
pembelajaran matematika di kelas VIII A SMP Negeri 1 Turi. Waktu pelaksanaan
dimulai pada 12 April 2017 dan selesai pada tanggal 12 Mei 2017.
Uji coba dilakukan oleh guru pada beberapa pertemuan, dan dilakukan oleh
peneliti di pertemuan yang lain, sedangkan yang berperan menjadi observer adalah
Gambar 36. Contoh Konten Sebelum Revisi
Gambar 37. Contoh Konten Setelah Revisi
94
mahasiswa. Selama pembelajaran berlangsung, observer bertugas untuk menilai
keterlaksanaan pembelajaran.
Petemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu, 12 April 2017 di kelas VIII
A SMP Negeri 1 Turi. Guru membuka pembelajaran dengan mengucap salam,
mengajak siswa berdoa dan memeriksa kehadiran siswa. Topik bahasan pada
pertemuan itu adalah sifat-sifat dan unsur-unsur kubus. Karena pada jenjang
Sekolah Dasar siswa sudah mengenal kubus, maka guru memberikan apersepsi
mengenai benda-benda di sekitar yang bentuknya menyerupai kubus, juga
mengajak siswa mengingat kembali nama-nama unsur kubus, yaitu titik sudut,
rusuk, dan sisi.
Guru meminta siswa untuk duduk berkelompok dengan anggota kelompok
masing-masing empat orang. Dengan demikian terbentuk delapan kelompok. Siswa
mulai mengerjakan Kegiatan 1.1 mengenai definisi unsur-unsur kubus dan
banyaknya. Pada Kegiatan 1.1 terdapat sebuah ilustrasi kubus yang bertujuan untuk
memudahkan siswa memahami tujuan kegiatan. Selain dari LKS, siswa juga
mengumpulkan informasi dari buku paket matematika yang digunakan di sekolah
dan dari sumber lainnya. Siswa cukup aktif bertanya kepada guru mengenai hal-hal
yang belum dipahami. Diskusi yang aktif juga terjadi di hampir semua kelompok.
Setelah menyelesaikan Kegiatan 1.1, siswa melanjutkan ke Kegiatan 1.2 mengenai
kedudukan rusuk-rusuk kubus terhadap satu sama lain. Beberapa siswa pada
awalnya belum memahami maksud kegiatan. Namun setelah guru mengajak siswa
untuk mengingat kembali tentang garis-garis berpotongan dan sejajar, siswa sudah
lebih paham dan menjadi lebih lancar dalam menyelesaikan kegiatan. Pada bagian
95
mengomunikasi, dua orang siswa maju ke depan kelas untuk menyampaikan hasil
diskusi kelompoknya. Latihan soal tidak dikerjakan di kelas, melainkan dibawa
pulang oleh siswa dikarenakan keterbatasan waktu yang hanya 1 × 40 menit.
Gambar 38. Siswa Melakukan Diskusi Kelompok
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Kamis, 13 April 2017. Alokasi
waktu yang tersedia hari itu adalah 2 × 40 menit. Guru mengawali pembelajaran
dengan mengucap salam, berdoa, memeriksa kehadiran siswa, kemudian
menjelaskan kompetensi yang akan dicapai siswa pada pertemuan tersebut. Siswa
melakukan apersepsi dengan bimbingan guru mengenai unsur-unsur kubus yang
telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Guru meminta siswa untuk duduk
berkelompok sesuai dengan kelompok yang telah terbentuk di pertemuan
sebelumnya. Siswa mulai mengerjakan Kegiatan 2.1, dimana peneliti menyajikan
sebuah masalah yang berkaitan dengan kerangka kubus. Siswa berdiskusi dalam
menyelesaikan dan mencari solusi dari masalah tersebut. Kegiatan selanjutnya,
yaitu Kegiatan 2.2 mengajak siswa untuk mempelajari dan memahami deskripsi
diagonal sisi dan diagonal ruang. Pada Kegiatan 2.3, siswa diajak untuk belajar
96
melukis bidang-bidang diagonal pada kubus. Pada sesi mengomunikasi, salah satu
siswa maju ke depan kelas untuk membacakan hasil diskusi kelompoknya,
sedangkan siswa yang lain menyimak dan menambahkan pendapat.
Gambar 39. Siswa Mendiskusikan Kegiatan di LKS 2
Setelah dua pertemuan tersebut, kelas harus libur karena diadakannya
UASBN untuk kelas IX, sehingga kelas VII dan kelas VIII diliburkan selama satu
minggu. Pertemuan selanjutnya dilaksanakan pada hari Rabu, 26 April 2017. Topik
bahasan pada pertemuan itu adalah luas permukaan dan jaring-jaring kubus. Guru
melakukan kegiatan pendahuluan seperti biasa –salam, berdoa, memeriksa
kehadiran siswa, dan menjelaskan kompetensi yang akan dicapai siswa pada
pertemuan tersebut. Berbeda dengan dua pertemuan sebelumnya, setelah duduk
berkelompok, guru meminta perwakilan masing-masing kelompok untuk
mengambil satu model kubus dan satu gunting. Kegiatan pada hari itu adalah
menggunting model kubus mengikuti rusuk-rusuknya untuk mendapatkan sebuah
jaring-jaring kubus. Siswa terlihat antusias dan sangat berhati-hati ketika
menggunting model kubus tersebut. Namun, sebagian besar siswa ternyata
97
mendapatkan hasil jaring-jaring kubus yang sama. Setelah mendapatkan jaring-
jaring kubus, secara kooperatif siswa menggambar jaring-jaring kubus tersebut di
kolom yang telah disediakan.
Gambar 40. Siswa Menemukan Jaring-jaring Kubus
Melanjutkan ke Kegiatan 3.2, siswa mendiskusikan apakah luas jaring-jaring
kubus dapat dikatakan sama dengan luas permukaan kubus. Siswa juga diminta
untuk menghitung luas permukaan model kubus yang telah dimiliki sebelumnya.
Setelah menyelesaikan dua kegiatan, seorang perwakilan siswa diminta untuk
membacakan kesimpulan yang telah diperoleh kelompoknya. Karena alokasi waktu
yang tidak mencukupi, akhirnya latihan soal pun dibawa pulang lagi oleh siswa
untuk dikerjakan di rumah. Sebelum guru menutup pembelajaran, guru terlebih
dahulu menyampaikan kompetensi yang akan dicapai pada pertemuan selanjutnya.
Kemudian guru mengucapkan terima kasih dan selamat kepada siswa.
98
Pertemuan keempat dilaksanakan pada Kamis, 27 April 2017. Seperti biasa,
guru membuka pembelajaran kemudian menjelaskan kompetensi yang akan dicapai
dan tujuan pembelajaran pada pertemuan tersebut. Hari itu siswa akan mempelajari
volume kubus. Siswa duduk berkelompok sesuai dengan kelompoknya masing-
masing. Pembelajaran mengenai volume kubus dimulai dengan sebuah masalah,
kemudian siswa diminta mengambil kesimpulan dan hasil pemecahan masalah
tersebut. Pada akhir sesi, perwakilan siswa maju ke depan kelas untuk membacakan
kesimpulan yang didapat oleh kelompoknya. Kemudian guru membagikan soal
latihan untuk siswa mengenai volume kubus. Pertemuan pada hari itu tidak
mengalami kendala apa pun. Guru mengajak siswa merefleksikan pembelajaran
yang telah dilaksanakan pada hari itu. Sebelum guru menutup pembelajaran, guru
menyampaikan kompetensi yang akan dicapai pada pertemuan selanjutnya.
Pertemuan kelima dilaksanakan pada hari Jumat, 28 April 2017. Guru
membuka kegiatan pembelajaran seperti biasa, yaitu dengan salam, doa, dan
memeriksa kehadiran siswa. Kemudian guru menjelaskan kompetensi yang akan
dicapai oleh siswa, yaitu unsur-unsur dan luas permukaan balok. Siswa duduk
Gambar 41. Perwakilan Siswa Menyampaikan Hasil
Diskusi dari LKS 4
99
berkelompok untuk mengerjakar Kegiatan 5.1 mengenai unsur-unsur dan sifat-sifat
balok. Kemudian pada kegiatan selanjutnya, siswa diminta untuk membuat sebuah
jaring-jaring balok. Kesimpulan dari dua kegiatan tersebut adalah rumus luas
permukaan balok.
Dalam pertemuan ini, siswa terkendala dalam membuat jaring-jaring balok,
karena pada buku yang menjadi sumber terjadi kesalahan pengilustrasian antara
tinggi dan lebar pada jaring-jaring balok. Setelah menyelesaikan dua kegiatan,
seorang perwakilan siswa diminta untuk membacakan kesimpulan yang telah
diperoleh kelompoknya. Guru mengajak siswa merefleksikan pembelajaran yang
telah dilaksanakan pada hari itu. Sebelum guru menutup pembelajaran, guru
terlebih dahulu menyampaikan kompetensi yang akan dicapai pada pertemuan
selanjutnya. Kemudian guru mengucapkan terima kasih dan selamat kepada siswa.
Gambar 42. Siswa Aktif Bertanya kepada Guru
100
Pertemuan keenam sekaligus terakhir dilaksanakan pada Rabu, 10 Mei 2017.
Topik yang dipelajari adalah volume balok. Guru membuka pembelajaran seperti
biasa, yaitu dengan salam, doa, dan memeriksa kehadiran siswa. Kemudian guru
menjelaskan kompetensi yang akan dicapai pada pertemuan tersebut. Siswa
melakukan apersepsi sesuai dengan pertanyaan yang diberikan oleh guru.
Pembelajaran pada hari itu berlangsung singkat, yaitu hanya 40 menit. Siswa tidak
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan Kegiatan 6.1 dan Kegiatan 6.2. pada
bagian akhir LKS, siswa menuliskan rumus volume balok. Karena keterbatasan
waktu, soal latihan tidak dapat dikerjakan di kelas dan hanya dibawa pulang oleh
siswa. Tidak lupa pula, guru menyampaikan bahwa pada pertemuan selanjutnya
akan dilaksanakan tes evaluasi mengenai bangun ruang sisi datar yang telah
dipelajari siswa selama enam pertemuan. Guru mengajak siswa merefleksikan
pembelajaran pada hari itu, kemudian menutup pembelajaran dengan salam dan
doa.
Gambar 43. Pelaksanaan Tes Evaluasi Siswa
101
Uji coba dilakukan sebanyak tujuh kali pertemuan yang diisi dengan enam
pertemuan belajar dan satu pertemuan tes evaluasi. Pelaksanaan yang sebenarnya
hanya membutuhkan waktu dua minggu terhambat adanya hari libur nasional dan
libur Ujian Nasional, sehingga pelaksanaannya menjadi satu bulan.
5. Hasil Tahap Evaluation (Evaluasi)
a. Pengisian lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran
Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran diisi pada setiap pertemuan
di kelas. Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran diisi oleh observer, yaitu
mahasiswa. Hasil analisis keterlaksanaan pembelajaran selama enam pertemuan
dapat dilihat pada Lampiran C8. Pelaksanaan pembelajaran selama enam kali
memiliki persentase rata-rata keterlaksanaan sebesar 87,18% dengan kriteria baik.
Pemilihan kriteria berdasar kepada pedoman konversi yang ada pada Tabel 11.
Berikut ini merupakan tabel yang menjelaskan persentase keterlaksanaan
pembelajaran pada setiap pertemuan.
Tabel 20. Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran
Pertemuan Ke- Persentase
Keterlaksanaan
Kriteria
1 84,62% Baik
2 92,31% Sangat Baik
3 76,92% Cukup Baik
4 100% Sangat Baik
5 92,31% Sangat Baik
6 76,92% Cukup Baik
Rata-rata 87,18% Sangat Baik
102
b. Pengukuran prestasi belajar
Pengukuran prestasi belajar dilakukan melalui tes evaluasi atau biasa disebut
ulangan harian. Tes evaluasi dilaksanakan pada hari Jumat, 12 Mei 2017. Analisis
dari hasil tes evaluasi menyatakan bahwa sebanyak 81,25% atau 26 orang siswa
telah mencapai KKM, sedangkan siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 6
orang atau 18,75%. Rata-rata nilai tes evaluasi adalah sebesar 80,875. Hasil analisis
nilai tes evaluasi siswa dapat dilihat pada Lampiran C9.
c. Penyebaran angket penilaian siswa dan guru
Penyebaran angket penilaian siswa dan angket penilaian guru dilaksanakan
pada Jumat, 12 Mei 2017 setelah siswa selesai menjalani tes evaluasi. Hasil analisis
angket penilaian siswa terhadap LKS bangun ruang sisi datar berbasis hypothetical
learning trajectory dikonversi sesuai dengan Tabel 16 dan menyatakan bahwa LKS
masuk ke kategori praktis dengan rata-rata keseluruhan butir sebesar 35,96.
Sementara angket penilaian guru terhadap penggunaan RPP menyatakan bahwa
RPP masuk ke kriteria praktis sesuai dengan Tabel 14, dengan skor keseluruhan
butir sebesar 40,00 dan LKS masuk ke kriteria praktis sesuai dengan Tabel 15,
dengan skor keseluruhan butir sebesar 49,00. Hasil analisis angket penilaian guru
terhadap penggunaan RPP dan LKS berturut-turut tercantum pada Lampiran C3
dan Lampiran C4. Hasil analisis angket penilaian siswa terhadap penggunaan LKS
dapat dilihat pada Lampiran C5.
103
B. Kualitas Perangkat Pembelajaran
1. Kevalidan Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran yang dikembangkan oleh peneliti berupa RPP dan
LKS divalidasi oleh dosen ahli. Penilaian kevalidan RPP terdiri dari delapan aspek,
sedangkan penilaian kevalidan LKS terdiri dari enam aspek. Pengategorian skor
yang diberikan oleh dosen ahli merujuk pada Tabel 11 untuk kevalidan RPP dan
Tabel 12 untuk kevalidan LKS. Dari penilaian dua orang dosen ahli selaku validator
terhadap RPP yang dikembangkan oleh peneliti, telah diperoleh data seperti yang
ada pada Lampiran C1. Diperoleh rata-rata keseluruhan butir dari hasil penilaian
kevalidan RPP adalah sebesar 106, dari nilai minimum ideal 29, nilai maksimum
ideal 145, dan masuk ke dalam kategori valid berdasarkan Tabel 11. Hal ini
menunjukkan bahwa berdasarkan penilaian dua orang dosen ahli, RPP yang
dikembangkan oleh peneliti layak untuk digunakan dalam pembelajaran
matematika di kelas dengan revisi sesuai saran dari validator terkait. Berikut ini
merupakan tabel hasil penilaian kevalidan RPP pada tiap aspek. Penilaian tiap
aspek dari masing-masing validator dijumlah kemudian dicari nilai rata-ratanya.
Tujuannya adalah untuk mengetahui penilaian kevalidan RPP pada tiap aspek
dilihat dari nilai maksimum tiap aspek dan rata-rata tiap aspek.
104
Tabel 21. Penilaian Kevalidan RPP setiap Aspek
Aspek Validator 1 Validator 2 Rata-rata Maksimum
Aspek 1 8 8 8 10
Aspek 2 9 12 10,5 15
Aspek 3 19 19 19 25
Aspek 4 8 8 8 10
Aspek 5 28 28 28 40
Aspek 6 16 16 16 20
Aspek 7 9 11 10 15
Aspek 8 6 7 6,5 10
Keseluruhan 103 109 106 145
Penilaian kevalidan perangkat pembelajaran berupa LKS yang
dikembangkan oleh peneliti berdasar pada enam aspek. Pengategorian dilakukan
berdasarkan Tabel 12. Berdasarkan penilaian dua orang dosen ahli selaku validator
LKS yang dikembangkan oleh peneliti, telah diperoleh data sebagaimana yang
terlampir pada Lampiran C2. Dari hasil penilaian kevalidan LKS, diperoleh rata-
rata keseluruhan butir sebesar 116,5, dari nilai minimum ideal 32, nilai maksimum
ideal 160, dan masuk ke kategori valid berdasarkan Tabel 12. Hal ini menunjukkan
bahwa berdasarkan penilaian dua orang dosen ahli, LKS yang dikembangkan oleh
peneliti layak untuk digunakan dalam pembelajaran matematika di kelas dengan
revisi sesuai saran dari validator terkait.
105
Tabel 22. Penilaian Kevalidan LKS setiap Aspek
Aspek Validator 1 Validator 2 Rata-rata Maksimum
Aspek 1 23 25 24 35
Aspek 2 16 15 15,5 20
Aspek 3 21 23 22 30
Aspek 4 18 18 18 25
Aspek 5 28 26 27 35
Aspek 6 12 8 10 15
Keseluruhan 118 115 116,5 160
2. Kepraktisan Perangkat Pembelajaran
Penilaian kepraktisan perangkat pembelajaran yang dikembangkan oleh
peneliti dinilai dari hasil analisis angket respon siswa terhadap penggunaan LKS
dan angket penilaian guru terhadap penggunaan LKS serta RPP. Penilaian
kepraktisan perangkat pembelajaran berbasis hypothetical learning trajectory ini
dilakukan pada Jumat, 12 Mei 2017.
Pengisian angket penilaian siswa terhadap penggunaan LKS dapat dilihat
pada Lampiran C5. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai rata-rata keseluruhan
butir sebesar 35,96 masuk ke kategori praktis berdasarkan Tabel 16.
Berdasarkan hasil analisis pengisian angket penilaian guru terhadap
penggunaan RPP berbasis hypothetical learning trajectory, didapatkan skor sebesar
40,00 dari skor maksimum 50,00 dan skor minimum 10,00. Hasil analisis pengisian
angket respon guru terhadap penggunaan LKS berbasis hypothetical learning
trajectory menunjukkan bahwa didapatkan sebesar 49,00 dari skor maksimum
60,00 dan skor minimum 12,00. Kedua hasil ini menunjukkan bahwa RPP dan LKS
106
materi bangun ruang sisi datar berbasis hypothetical learning trajectory dikatakan
telah memenuhi syarat kepraktisan dengan mendapatkan kriteria praktis.
3. Keefektifan Perangkat Pembelajaran
Penilaian keefektifan perangkat pembelajaran yang dikembangkan peneliti
didasarkan pada dua indikator, yaitu perangkat pembelajaran dikatakan efektif jika
(1) persentase siswa yang melampaui KKM pada tes evaluasi lebih dari atau sama
dengan 80% dan (2) rata-rata nilai tes evaluasi siswa lebih dari atau sama dengan
KKM. Berikut ini merupakan tabel hasil analisis tes evaluasi.
Tabel 23. Hasil Analisis Tes Evaluasi
Perhitungan Hasil
Nilai Tertinggi 92
Nilai Terendah 46
Rata-rata Nilai Tes Evaluasi 80,875
Banyak Siswa Tuntas 26
Banyak Siswa Tidak Tuntas 6
Persentase Siswa Tuntas 81,25%
Kategori Baik
Seperti yang tertulis pada Tabel 24 bahwa banyaknya siswa yang tuntas
adalah 26 siswa, yang jika diubah ke bantuk persentase menjadi 81,25%. Hal ini
berarti bahwa kriteria keefektifan yang pertama telah terpenuhi. Selanjutnya, rata-
rata nilai tes evaluasi siswa adalah sebesar 80,875. Hal ini berarti bahwa kriteria
keefektifan yang kedua telah terpenuhi, karena 80,875 < 76. Dengan demikian,
perangkat pembelajaran yang dikembangkan efektif karena telah memenuhi dua
kriteria yang ditetapkan. Data nilai tes evaluasi siswa terdapat pada Lampiran C6.
107
C. Pembahasan
Pengembangan perangkat pembelajaran menggunakan model
pengembangan ADDIE, yaitu analysis (analisis), design, (perancangan),
development (pengembangan), implementation (implementasi), dan Evaluation
(evaluasi). Setelah melalui kelima tahap tersebut, diperoleh produk berupa
perangkat pembelajaran yang terdiri dari RPP dan LKS berbasis hypothetical
learning trajectory (HLT) pada materi bangun ruang sisi datar untuk meningkatkan
prestasi belajar siswa kelas VIII.
Pada tahap analysis (analisis) diketahui bahwa perangkat pembelajaran
dikembangkan dengan mengacu pada kompetensi dasar 3.10 dan 4.10 mengenai
luas permukaan dan volume bangun ruang sisi datar. Hasil analisis karakteristik
siswa menunjukkan bahwa siswa pada jenjang kelas VIII telah dapat mengkonstruk
pengetahuannya sesuai teori perkembangan kognitif Piaget. Siswa kelas VIII
cenderung merasa sudah cukup dewasa untuk mengambil keputusan. Berdasarkan
hasil analisis tersebut, perangkat pembelajaran berbasis hypothetical learning
trajectory cocok digunakan, mengingat bahwa siswa semestinya sudah mulai bisa
mengambil keputusan sendiri.
Tahap design (perancangan) menghasilkan rancangan awal RPP dan LKS.
Rancangan awal RPP disesuaikan dengan Permendikbud No. 22 tahun 2016 tentang
Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Rancangan RPP disesuaikan
dengan aspek kebahasaan, kelayakan isi, penyajian, dan ketermuatan dugaan alur
belajar siswa serta tanggapan guru dalam menyikapi dugaan tersebut. Sedangkan,
rancangan LKS disesuaikan dengan aspek kebahasaan, kelayakan isi, kegrafikaan,
108
penyajian, dan keterkaitan LKS dengan dugaan alur belajar. Instrumen penilaian
yang disusun oleh peneliti terdiri dari lembari validasi perangkat pembelajaran,
lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran, angket penilaian guru, angket
penilaian siswa, dan tes evaluasi. Dalam perancangan RPP dilakukan juga
perancangan hypothetical learning trajectory (HLT) atau dugaan-dugaan alur
belajar siswa. Rancangan HLT didapatkan melalui diskusi dengan guru, melalui
hasil analisis karakteristik siswa, menyesuaikan dengan tiga tingkat kemampuan
siswa secara umum, dan pengamatan terhadap pemikiran-pemikiran yang
diungkapkan siswa secara lisan maupun tulisan.
Pada tahap development (pengembangan) dilakukan pengembangan produk
1, validasi produk 1 oleh dosen ahli, revisi produk 1 yang menghasilkan produk 2,
dan revisi sesuai saran setelah uji coba lapangan yang menghasilkan produk akhir.
Produk 2 berupa RPP dan LKS berbasis hypothetical learning trajectory yang
digunakan dalam pembelajaran matematika saat uji coba lapangan.
Validasi perangkat pembelajaran dilakukan oleh dua orang dosen ahli
selaku validator. Hasil validasi RPP menunjukkan skor rata-rata keseluruhan butir
sebesar 106 dari skor maksimum 145. Berdasarkan konversi nilai yang tercantum
pada Tabel 9, RPP berbasis hypothetical learning trajectory yang dikembangkan
masuk ke kategori valid dan layak digunakan dengan revisi sesuai saran validator.
Hal ini menunjukkan bahwa RPP yang dikembangkan telah sesuai dengan
Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses untuk Pendidikan Dasar
dan Menengah. Pengembangan RPP berbasis hypothetical learning trajectory tidak
terlepas dari beberapa revisi, di antaranya adalah kurang terlihatnya karakteristik
109
hypothetical learning trajectory pada RPP dan tidak adanya kegiatan untuk
menumbuhkan motivasi siswa. Oleh karena itu, diperlukan perbaikan dalam hal
kenampakan karakteristik hypothetical learning trajectory, yaitu dengan
menambahkan skema HLT. Ketermuatan skema HLT dan dugaan-dugaan alur
belajar dalam RPP membantu guru untuk mempersiapkan feedback untuk jawaban-
jawaban siswa. Hal ini sejalan dengan pernyataan Clements & Sarama (2014)
bahwa learning trajectory adalah alat yang bertujuan untuk mendukung
pengembangan kurikulum atau sebuah komponen kurikulum. Skema HLT dan
dugaan-dugaan alur belajar yang disusun memiliki karakteristik tersendiri pada
setiap kegiatan yang disusun. Hal ini sesuai dengan deskripsi HLT menurut
Cements & Sarama (2004) yang menyatakan bahwa “learning trajectory is
descriptions of students’ thinking and learning in a specific mathematical
domain...”. Lembar penilaian kevalidan RPP terlampir pada Lampiran B1.
Berdasarkan penilaian kevalidan RPP yang dilakukan oleh dua orang ahli,
diperoleh data bahwa ada aspek-aspek yang mendapat skor tinggi dan ada pula
aspek yang mendapat skor rendah. Aspek yang mendapat skor terendah dalam
penilaian kevalidan RPP adalah aspek ke-7 dan aspek ke-8. Aspek ke-7 adalah
penilaian hasil belajar, yang mendapat skor rata-rata 10 dari skor maksimum 15.
Jika diubah ke bentuk persentase, aspek ke-7 ini mendapat persentase sebesar 60%
dan masih tergolong rendah. Ini berarti bahwa pemilihan teknik penilaian
pembelajaran harus lebih sesuai dengan kemampuan yang diukur, yaitu prestasi
belajar. Aspek ke-8 merupakan aspek kebahasaan yang mendapat skor rata-rata 6,5
dari total skor 10. Jika skor rata-rata diubah ke bentuk persentase, aspek ke-8 ini
110
mendapat persentase sebesar 65% dan masih tergolong rendah pula. Hal ini
mengindikasikan bahwa penggunaan bahasa dan kalimat dalam RPP perlu
diperbaiki, penulisan kalimat perintah lebih spesifik, dan tidak menuliskan kalimat
yang ambigu. Hasil dari penilaian kevalidan tiap aspek RPP dapat dilihat pada
Tabel 21.
Penilaian kevalidan LKS juga dilakukan oleh dua dosen ahli yang sama.
Berdasarkan hasil penilaian kevalidan, LKS yang dikembangkan mmperoleh skor
rata-rata keseluruhan butir sebesar 116,5 dari skor maksimum 160. Berdasarkan
konversi nilai yang tercantum pada Tabel 10, LKS berbasis hypothetical learning
trajectory yang dikembangkan masuk ke kategori valid dan layak digunakan
dengan revisi sesuai dengan saran validator. Saran yang diberikan oleh validator
meliputi kenampakan karakteristik HLT pada LKS, beberapa kesalahan konsep
yang perlu diperbaiki, dan pertanyaan-pertanyaan yang kurang jelas maksudnya.
Oleh karena itu, diperlukan perbaikan dalam hal pemilihan kata, keakuratan konsep,
dan kenampakan karakteristik hypothetical learning trajectory, yaitu dengan
menambahkan dugaan-dugaan alur belajar serta alternatif tanggapan guru pada
kunci jawaban atau petunjuk penggunaan LKS. Hal ini dikarenakan pentingnya
memunculkan karakteristik khusus perangkat pembelajaran berbasis HLT pada
perangkat yang dikembangkan, juga agar guru lebih mudah dalam memahami dan
menggunakan prangkat pembelajaran yang dikembangkan. Lembar penilaian
kevalidan LKS terlampir pada Lampiran B2.
Berdasarkan hasil penilaian kevalidan LKS oleh dua dosen ahli, diketahui
bahwa aspek ke-1 dan aspek ke-6 mendapat skor rata-rata yang paling rendah.
111
Aspek ke-1 merupakan penilaian terhadap kelengkapan dan kejelasan komponen
LKS dan mendapat skor rata-rata sebesar 24 dari skor maksimum 35. Jika diubah
ke bentuk persentase, maka nilai aspek ke-1 ini mencapai 68% dari nilai
maksimum. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada beberapa komponen LKS yang
belum jelas maksudnya, terutama pada kalimat instruksi. Aspek ke-6 yang
merupakan aspek keterkaitan LKS dengan dugaan alur belajar mendapat skor rata-
rata 10 dari skor maksimum 15. Ketercapaian aspek ini adalah 60% dari skor
maksimum. Ini mengindikasikan bahwa diperlukan revisi agar karakteristik dugaan
alur belajar lebih tampak pada LKS. Sementara aspek yang mendapat nilai tertinggi
adalah aspek desain tampilan LKS. Aspek ini merupakan aspek ke-2 dan mendapat
persentase sebesar 77,5%. Skor rata-rata aspek tersebut sebesar 15,5 dari skor
maksimum 20. Hal ini menunjukkan bahwa desain tampilan dan tata letak LKS
sudah konsisten dan menarik. Setelah dilakukan revisi sesuai dengan saran
validator, diperoleh produk 2 berupa RPP dan LKS yang kemudian digunakan
untuk uji coba lapangan.
Setelah dilakukan revisi sesuai saran dari validator, perangkat pembelajaan
siap untuk digunakan pada taham implementasi produk. Perangkat pembelajaran
diujicobakan kepada 32 orang siswa siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Turi.
Kegiatan pembelajaan dibuka dengan doa bersama dan salam. Kemudian
guu menjelaskan kompetensi yang akan dicapai siswa. Setelah itu, siswa melakukan
apersepsi dengan guru sebagai fasilitator. Tidak lupa, guru menyampaikan hal-hal
yang dapat memotivasi siswa untuk semangat belajar, seperti menjelaskan aplikasi
dari topik pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, siswa mengerjakan LKS
112
secara berkelompok, satu kelompok beranggotakan 4 orang, sehingga ada 8
kelompok dalam satu kelas. Siswa melakukan diskusi kelompok untuk
menyelesaikan kegiatan-kegiatan di dalam LKS, sementara guru memfasilitasi
siswa dengan secara bergantian memantau pekerjaan setiap kelompok. Guru juga
memberikan scaffolding kepada kelompok siswa yang menemukan kesulitan dalam
menyelesaikan kegiatan.
Setelah kegiatan diskusi selesai, siswa menuliskan kesimpulan atau hal-hal
penting yang dipelajari selama proses pembelajaran. Perwakilan dari satu atau dua
kelompok siswa diminta untuk mengemukakan hasil diskusi kelompoknya di depan
kelas. Kelompok siswa yang lain memperhatikan dan memberikan koreksi atau
pertanyaan kepada perwakilan siswa di depan kelas. Selanjutnya, guru memberikan
latihan soal berkaitan dengan pembelajaran yang dilakukan pada pertemuan
tersebut. Latihan soal dikerjakan oleh siswa secara individu dan harus diselesaikan
dalam kurun waktu yang ditentukan. Setelah waktu untuk mengerjakan latihan soal
habis, guru menawarkan kepada perwakilan siswa untuk menuliskan jawaban di
papan tulis, yang kemudian kebenarannya dikonfirmasi oleh guru.
Pembelajaran ditutup setelah guru mengajak siswa untuk melakukan
refleksi mengenai apa saja yang telah dipelajari pada pertemuan tersebut. Guru juga
menawarkan jika ada siswa yang masih ingin bertanya. Guru menyampaikan
kompetensi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya. Namun kegiatan
menyampaikan kompetensi yang akan dipelajari pada pertemuan mendatang ini
seringkali terlewat dan menjadi koreksi bagi peneliti.
113
Berdasarkan hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran, didapatkan rata-
rata persentase keterlaksanaan pembelajaran sebesar 87,18% dengan kategori
sangat baik. Dari enam pertemuan pembelajaran yang dilaksanakan, persentase
keterlaksanaan pembelajaran paling rendah sebesar 76,92%, yaitu pada pertemuan
ketiga dan keenam. Kegiatan pembelajaran yang beberapa kali tidak terlaksana
adalah latihan soal mandiri dan tanya jawab sebelum pembelajaran ditutup. Hal ini
diakibatkan oleh kurangnya manajemen waktu dalam pelaksanaan pembelajaran.
Selain itu, beberapa kali dalam pelaksanaan uji coba produk, siswa mengalami
pecah konsentrasi, dan pada akhirnya siswa justru mendiskusikan hal yang tidak
ada kaitannya dengan pembelajaran atau kegiatan di dalam LKS. Hal ini
mengharuskan guru untuk lebih “mendekati” kelompok siswa tersebut. Di lain
pihak, setelah beberapa pertemuan siswa mulai terbiasa untuk berani menyatakan
jawabannya tanpa takut jawaban tersebut salah. Siswa mulai berani untuk memilih
cara penyelesaian masalahnya tanpa membandingkan pekerjaannya dengan
pekerjaan kelompok lain.
Hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran juga menunjukkan bahwa
aspek penggunaan hypothetical learning trajectory pada pembelajaran 100%
terlaksana. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Ariyadi Wijaya (2009) bahwa hypothetical learning trajectory bermanfaat untuk
memberikan berbagai alternatif strategi ataupun scaffolding untuk membantu siswa
mengatasi kesulitan dalam memahami konsep yang dipelajari. Hasil observasi
keterlaksanaan pembelajaran terlampir pada Lampiran B6.
114
Hypothetical learning trajectory meliputi tiga hal, yaitu tujuan
pembelajaran, rencana aktivitas pembelajaran, dan dugaan dari proses
pembelajaran di kelas. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dan
pembelajaran yang terjadi saat implementasi perangkat pembelajaran berbasis
hypothetical learning trajectory ini telah meliputi tiga hal tersebut. Oleh karena itu,
pembelajaran yang terjadi telah sesuai dengan teori hypothetical learning
trajectory.
Keefektifan perangkat pembelajaran berbasis hypothetical learning
trajectory ini diukur melalui tes evaluasi. Pada pertemuan terakhir, dilaksanakan
tes evaluasi materi bangun ruang sisi datar. Kegiatan ini bertujuan untuk mengukur
keefektifan perangkat pembelajaran. Hasil tes evaluasi menunjukkan bahwa dari 32
siswa yang mengikuti tes evaluasi, sebanyak 26 siswa telah mencapai nilai KKM,
yaitu 76. Nilai rata-rata tes evaluasi siswa sebesar 80,875. Persentase siswa yang
lolos dalam tes evaluasi ini sebesar 81,25%. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, bahwa kepercayaan diri siswa untuk menyelesaikan kegiatan-kegiatan
sesuai dengan alur berpikirnya telah meningkatkan rasa percaya diri siswa, yang
kemudian mengakibatkan meningkatnya prestasi belajar siswa. Hal ini sejalan
dengan teori yang dinyatakan oleh Irvin, Meltzer, & Dukes (2007) bahwa
kepercayaan diri yang lebih tinggi dapat memotivasi siswa untuk ikut serta dan
menyelesaikan tugas-tugas, dan pengalaman positif ini (berhasil menyelesaikan
tugas-tugas) mengakibatkan meningkatnya prestasi belajar siswa. Berdasarkan
hasil analisis tes evaluasi siswa, maka perangkat pembelajaran yang dikembangkan
dikatakan efektif dan layak digunakan.
115
Penelitian lain yang sejalan dengan hasil penelitian ini adalah penelitian
yang dilakukan oleh Risnanosanti (2012), yang menyimpulkan bahwa
mengembangkan serta mengimplementasikan bahan ajar yang memuat tugas-tugas
matematika yang sesuai memungkinkan siswa menggunakan kemampuan berpikir
secara aktif merupakan suatu hal yang sulit bagi guru maupun peneliti pendidikan
matematika secara umum. Oleh karena itu, diperlukan suatu contoh atau prototipe
bahan ajar dan learning trajectory yang dapat dijadikan acuan bagi guru-guru dalam
mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswanya. Dengan demikian,
hypothetical learning trajectory bermanfaat untuk meningkatkan pemahaman
konsep dan kemampuan berpikir kreatif secara aktif, yang keduanya berkaitan
dengan prestasi belajar.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan dan terlepas dari beberapa
kekurangan yang terjadi, dapat disimpulkan bahwa penelitian pengembangan yang
telah dilakukan menghasilkan perangkat pembelajaran berbasis hypothetical
learning trajectory yang valid, praktis, dan efektif untuk meningkatkan prestasi
belajar siswa, sehingga layak digunakan dalam pembelajaran.
D. Keterbatasan Penelitian
Penelitian pengembangan perangkat pembelajaran matematika berbasis
hypothetical learning trajectory memiliki beberapa keterbatasan. Keterbatasan
tersebut adalah bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan dapat
digunakan di sekolah yang karakteristik siswanya mandiri, aktif berdiskusi, dan
tidak malu untuk bertanya. Dalam hal uji coba produk, penelitian terbatas pada
materi kubus dan balok saja yang diujicobakan. Hal ini dikarenakan keterbatasan
116
waktu penelitian yang tidak memungkinkan untuk dilakukannya uji coba produk
secara lengkap. Dalam hal pengembangan produk, penelitian terbatas hanya pada
materi bangun ruang sisi datar dengan topik-topik dasar, yaitu sifat-sifat, unsur-
unsur, luas permukaan, dan volume.
E. Hambatan Penelitian
Penelitian pengembangan perangkat pembelajaran berbasis hypothetical
learning trajectory ini tentu mengalami hambatan dalam pelaksanaannya.
Hambatan yang paling utama dalam penelitian ini adalah jadwal sekolah yang
mengalami dua kali libur panjang dalam rangka UASBN dan UN kelas IX, sehingga
memperpanjang masa uji coba produk dan memberi jeda yang cukup panjang bagi
siswa. Hal ini mengakibatkan diperlukan apersepsi yang cukup lama sebelum mulai
mengerjakan kegiatan di LKS. Hambatan yang dirasakan guru adalah karena guru
masih kurang akrab dengan HLT, sehingga diperlukan penyesuaian terlebih dahulu.