bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1. deskripsi...
Post on 01-Apr-2019
216 Views
Preview:
TRANSCRIPT
35
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Subjek Penelitian
Sekolah Dasar Negeri Jebengsari terletak di Desa Jebengsari Kecamatan
Salaman Kabupaten Magelang. Dilihat dari letak geografisnya SD ini jauh dari
pusat kota Magelang. Jarak tempuh ke SD Negeri Jebengsari dari kecamatan
kurang lebih 3 km. SD Negeri Jebengsari terletak diujung utara Desa Salaman. SD
Negeri Jebengsari masih kental dengan suasana pedesaan. Sekeliling SD Negeri
Jebengsari terdapat perumahan warga kampung, sedangkan disamping sekolahan
terdapat sebuah masjid yang cukup besar sehingga siswa dapat menggunakannya
untuk kegiatan belajar mata pelajaran agama. Sebagai sarana untuk berolahraga,
terdapat sebuah halaman yang ukurannya tidak terlalu luas terletak didepan
ruangan kelas. Lapangan ini biasa digunakan untuk bermain bola voli. Sedangkan
untuk bermain sepak bola, biasanya para siswa memakai sebuah lapangan milik
desa yang letaknya ada dibawah sekolahan. Terdapat taman-taman bunga dan
pepohonan yang membuat kesejukan dan keindahan dibagian depan sekolah SD
Negeri Jebengsari Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang. Jumlah siswa SD
Negeri Jebengsari Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang mulai dari kelas I
sampai kelas VI adalah 115 siswa. Dengan keadaan bakat, kemampuan dan
ketrampilan yang berbeda-beda. Mayoritas siswa di SD Negeri Jebengsari
Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang beragama Islam, sedangkan jumlah
tenaga pendidik di SD ini sebanyak 11 orang dan kepala sekolah, 1 guru olah
36
raga, 1 guru bahasa inggris, 3 orang guru wiyata bakti, 1 guru agama Islam dan 1
penjaga sekolah. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Jebengsari Kecamatan
Salaman Kabupen Magelang, dengan subyek penelitian siswa kelas IV sebanyak
21 siswa.
4.2. Hasil Penelitian
4.2.1. Kondisi Sebelum Tindakan
Kondisi awal merupakan keadaan siswa sebelum penelitian tindakan kelas
dilakukan. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di kelas IV SD
Negeri Jebengsari Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang Tahun Ajaran
2011/2012 yang berjumlah 21 siswa pada pembelajaran Matematika, terlihat
pembelajaran yang dilakukan masih bersifat searah, komunikasi antara siswa
dengan guru, maupun siswa dengan siswa belum terjalin. Kegiatan yang
dilakukan siswa selama pembelajaran hanya mencatat dan menyalin, serta
mendengarkan penjelasan dari guru. Siswa tidak dilibatkan secara langsung dalam
pembelajaran. Selain itu, hasil belajar siswa dari tes pada akhir semester I masih
belum mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) . Hal ini bisa terlihat
dari hasil nilai tes pada semester I dan nilai sekunder hasil evaluasi peserta didik
pada mata pelajaran Matematika yang telah dilakukan, dimana sebagian besar
peserta didik memperoleh nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ≥
60.Dengan demikian diperoleh data hasil pembelajaran siswa sebelum dilakukan
tindakan penelitian, dapat di lihat dari table 4.1 berikut ini:
37
Tabel 4.1
Distribusi Ketuntasan Belajar Siswa Sebelum Tindakan
Kelas IV SD dengan jumlah 21 Siswa Semester II Tahun Ajaran 2011/2012
SD Negeri Jebengsari Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang
No. Skor Ketuntasan Jumlah
Frekuensi Presentase
(%)
1. < 60 Belum Tuntas 15 71,42
2. ≥ 60 Tuntas 6 28,58
Jumlah 21 100
Rata-rata 50,95
Berdasarkan tabel 4.1 terlihat jelas perbandingannya siswa yang mencapai
ketuntasan belajar (KKM=60) adalah sebanyak 6 siswa (28,58 %) sedangkan
siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar sebanyak 15 siswa (71,42 %)
siswa. Dengan nilai rata-rata 50,95 sedangkan nilai maksimum adalah 80
sedangkan nilai minimum adalah 45.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, rendahnya hasil belajar yang didapat
siswa dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya adalah metode yang sering
diterima siswa dalam pembelajaran selalu menggunakan metode ceramah.
Penggunaan metode ceramah dalam pembelajaran membuat dua siswa yang
duduk dibelakang terlihat mengantuk, terdapat beberapa siswa asyik mengobrol
dengan teman sebangkunya, dan siswa yang duduk dibangku paling belakang
38
asyik bermain hewan kepompong yang dibeli pada waktu istirahat. Selain itu,
pada saat guru menanyakan hal yang belum dipahami ketika siswa diberikan
penjelasan materi, siswa hanya diam dan tidak menjawab, pada saat guru
memberikan soal dan siswa disuruh mengerjakan didepan kelas, siswa tidak mau
maju kedepan. Peneliti memperoleh data berupa nilai ulangan tengah semester
mata pelajaran matematika di kelas IV SD Negeri Jebengsari tahun ajaran
2011/2012, dengan rata-rata yang belum mencapai ketuntasan minimal. Untuk itu,
dalam penelitian di SD Negeri Jebengsari Kecamatan Salaman Kabupaten
Magelang, menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team
Achievement Division) guna meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa
kelas IV SD Negeri Jebengsari Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang yang
akan dilakukan dalam dua siklus.
4.2.2. SIKLUS I
1. Pelaksanaan dan Observasi Tindakan Siklus I
Pada tahap Pelaksanaan dan observasi yang dilakukan pada siklus I ini
terdiri dari tiga pertemuan, yaitu pertemuan I, pertemuan II dan pertemuan III.
Dimana pada tahap pertemuan I, pertemuan II dan pertemuan III masing-masing
berlangsung selama 70 menit (dua jam pelajaran).
a. Pertemuan I
Kegiatan Awal
Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, berdoa,
mengabsensi siswa, mengatur suasana kelas dan menanyakan keadaan siswa.
Kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran dan langkah-langkah
39
pembelajaran yang akan dilakukan, yaitu menggunakan pembelajaran kooperatif
tipe STAD.
Kegiatan Inti
Guru menanyakan pada siswa, mengenai pengertian pecahan, kemudian
siswa diingatkan mengenai materi bilangan pecahan yang pernah didapatkan oleh
siswa sebelumnya. Siswa diberikan contoh mengenai pecahan. Setelah siswa
paham dan mengerti mengenai pecahan, kemudian guru membagi siswa menjadi 4
kelompok dengan cara memberikan undian. Siswa yang telah mengambil nomor
undian, berkumpul dengan masing-masing kelompok yang telah ditentukan
melalui undian.
Setelah siswa bergabung dalam kelompoknya, guru memberikan handout
mengenai materi bilangan pecahan. Guru menjelaskan sebagian dari materi
bilangan pecahan (pokok-pokok materi) pada siswa. Kemudian siswa diminta
untuk belajar dalam kelompok. Sedangkan guru hanya sebagai fasilitator saja.
Siswa diminta untuk mencatat materi mengenai bilangan pecahan yang tidak
diketahui, untuk didiskusikan dengan guru. Siswa hanya diberikan waktu selama
30 menit untuk berdiskusi dalam kelompok. Setelah waktu yang diberikan untuk
berdiskusi habis, siswa diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai materi
yang belum diketahui, atau materi yang belum dipahami oleh siswa. Siswa dan
guru, beserta dengan seluruh kelompok dalam kelas, membahas materi yang
belum dipahami oleh siswa.
Kegiatan Penutup
Bersama-sama dengan peserta didik membuat rangkuman pelajaran.
40
Melakukan penilaian terhadap kegiatan pembelajaran yang sudah dilaksanakan.
Memberikan umpan balik terhadap proses hasil pembelajaran.
Pada tahap siklus I pertemuan I ini kegiatan pembelajaran sudah berjalan
dengan baik dan sesuai tujuan, hal ini dapat dibuktikan dari suksesnya kegiatan
diskusi kelompok dalam kelas. Terlihat siswa sama-sama aktif dalam kegiatan
diskusi dan berbagi pengetahuan mengenai materi bilangan pecahan. Pada
kegiatan pembelajaran siklus I pertemuan I berlangsung guru meminta bantuan
observer yaitu kepala sekolah SD Negeri Jebengsari untuk mengamati jalannya
pembelajaran yang sedang berlangsung dari awal hingga akhir kegiatan
pembelajaran dengan cara mengisi lembar observasi yang telah disediakan oleh
peneliti. Lembar observasi tersebut meliputi item untuk mengamati aktivitas guru
dan siswa dalam pembelajaran yang sesuai dengan metode pembelajaran
kooperatif tipe STAD. Dari hasil observasi tersebut dapat diketahui apa yang
menjadi kelemahan dan kelebihan selama pembelajaran berlangsung. Kekurangan
guru dalam mengajar antara lain dalam pembagian waktu, serta guru belum benar-
benar memahami mengenai pembelajaran kooperatif tipe STAD ini. Sedangkan
kelebihan guru pada saat mengajar yaitu guru sudah mampu menguasai kelas
sehingga tidak banyak siswa yang bosan dengan pembelajaran yang berlangsung.
Adapun kekurangan/kelemahan dalam pertemuan I yang sudah dilakukan.
Perbaikanya akan dilaksanakan pada pertemuan ke II pada siklus I oleh peneliti.
b. Pertemuan II
Kegiatan Awal
Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, berdoa,
41
mengabsensi siswa, mengatur suasana kelas dan menanyakan keadaan siswa.
Kemudian guru mengingatkan materi pada pertemuan sebelumnya mengenai
bilangan pecahan.
Kegiatan Inti
Guru menjelaskan kembali materi (pokok-pokok materi) yang telah
didiskusikan oleh siswa pada pertemuan sebelumnya, untuk mengingatkan siswa
pada materi sebelumnya. Kemudian siswa diminta untuk bergabung kembali
dalam kelompok diskusi. Siswa diberikan soal evaluasi kelompok yang berjumlah
40 nomor, kemudian soal tersebut didiskusikan dalam kelompok. Sebelum
mengerjakan soal dalam kelompok, siswa diberikan langkah-langkah untuk
mengerjakannya, serta siswa diberi informasi, kelompok dengan hasil tertinggi
akan diberi reward berupa hadiah. Waktu mengerjakan yang diberikan oleh guru
adalah 40 menit. Setelah selesai mengerjakan soal evaluasi kelompok, siswa
beserta kelompoknya diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi tersebut.
Sebelumnya guru memberikan penjelasan mengenai cara-cara mempresentasikan
hasil diskusi, yaitu masing-masing kelompok secara acak diminta untuk
mempresentasikan 10 dari 40 buah soal. Guru bersama-sama dengan siswa,
membahas jawaban dari kelompok yang presentasi di depan kelas, mulai dari
kelompok satu sampai dengan kelompok empat, kelompok yang tidak presentasi
mengkoreksi jawabannya masing-masing.
Kegiatan Akhir
Guru bersama-sama dengan siswa menyimpulkan hasil diskusi kelompok
dari evaluasi yang telah diberikan. Guru membagikan evaluasi sebagai tolok ukur
42
pencapaian kompetensi berjumlah 40 soal isian singkat. Guru menginformasikan
pada siswa untuk kegiatan pada pertemuan selanjutnya, yaitu pemberian kuis
individu. Kegiatan pembelajaran siklus I pertemuan II berlangsung, peneliti
meminta bantuan observer, yaitu kepala sekolah SD Negeri Jebengsari untuk
mengamati jalannya kegiatan diskusi kelompok dari awal hingga akhir
pembelajaran dengan cara mengisi lembar observasi yang telah disediakan.
Lembar observasi tersebut meliputi item untuk mengamati aktivitas guru dan
siswa.
c. Pertemuan III
Kegiatan Awal
Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, berdoa,
mengabsensi siswa, mengatur suasana kelas dan menanyakan keadaan siswa.
Kemudian guru mengingatkan mengenai hasil diskusi pada pertemuan
sebelumnya mengenai bilangan pecahan.
Kegiatan Inti
Guru kembali mengingatkan pada siswa mengenai informasi yang telah
diberikan pada minggu lalu, yaitu pemberian kuis individu.
Setelah itu, guru menjelaskan pada siswa cara-cara mengerjakan kuis individu,
yaitu kuis individu ini dikerjakan oleh masing-masing siswa tanpa kegiatan
diskusi. Guru membagi lembar soal untuk kuis individu pada siswa, jumlah soal
yang diberikan sejumlah 10 buah soal berbentuk soal cerita mengenai materi
bilangan pecahan. Siswa diberikan waktu 40 menit untuk mengerjakan kuis
individu. Setelah waktu yang telah diberikan selesai, siswa mengumpulkan hasil
43
pekerjaannya pada guru. Guru menanyakan soal yang menurut siswa sukar untuk
dikerjakan, kemudian guru bersama-sama dengan siswa membahasnya. Setelah
selesai membahas, guru dibantu dengan peneliti mengumumkan hasil diskusi
kelompok yang telah dilaksanakan pada pertemuan sebelumnya. Kelompok
dengan nilai tertinggi, mendapatkan reward berupa hadiah.
Kegiatan Akhir
Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran dan pemantapan.
Membagikan evaluasi sebagai tolok ukur pencapaian kompetensi berjumlah 10
soal cerita mengenai materi bilangan pecahan. Kegiatan pembelajaran siklus I
pertemuan III berlangsung, praktikan meminta bantuan observer (kepala sekolah)
untuk mengamati jalannya pembelajaran (pemberian kuis individu) dari awal
hingga akhir pembelajaran. Pada siklus I ini semua item pada lembar observasi
telah diisi oleh observer, karena secara keseluruhan telah dilaksanakan oleh siswa
kelas IV pada mata pelajaran Matematika materi Bilangan Pecahan di SD Negeri
Jebengsari Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang.
1. Refleksi Siklus I
Tahap selanjutnya adalah refleksi dari proses pembelajaran kooperatif tipe
STAD (Student Team Achievement Division). Dalam siklus I pertemuan I siswa
belum nampak pengaruh dari pembelajaran dengan menggunakan metode
pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap proses pembelajaran. Guru juga
belum terlalu menguasai model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini. Peneliti
memperoleh banyak manfaat dari pembelajaran siklus I pertemuan I. Manfaatnya
dari yang telah diamati pada saat pembelajaran, peneliti dapat belajar menguasai
44
siswa saat proses pembelajaran. Refleksi saat siklus I pertemuan II siswa sudah
dapat mengungkapkan apa yang telah dipelajari. Dalam proses pengamatan siswa
perlu dituntun untuk menggemukakan pendapat (mempresentasikan hasil diskusi).
Penyampaian hasil diskusi sudah baik, siswa berani berbicara didepan kelas.
Refleksi saat siklus I pertemuan III, terdapat peningkatan hasil belajar yang
didapat oleh siswa. Siswa yang mendapat nilai diatas kriteria sebelum dilakukan
tindakan hanya 28,58 % dan siswa yang belum tuntas 71,42%, setelah dilakukan
tindakan melalui pembelajaran menggunakan metode kooperatif tipe STAD, siswa
yang mendapat nilai diatas KKM menjadi 52,39% dan presentase siswa yang
belum tuntas adalah 47,61%.
Tabel 4.2
Distribusi Ketuntasan Belajar Siswa Setelah Tindakan
Kelas IV SD Dengan Jumlah 21 Siswa Semester II Tahun Ajaran 2011/2012
SD Negeri Jebengsari Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang
Siklus I
No. Skor Ketuntasan Jumlah
Frekuensi Presentase
(%)
1. < 60 Belum Tuntas 10 47,61
2. ≥ 60 Tuntas 11 52,39
Jumlah 21 100
Rata-rata 68,33
45
Berdasarkan tabel 4.2 siswa yang mencapai ketuntasan belajar
(KKM≥60) adalah sebanyak 11 siswa atau 52,39% dari keseluruhan siswa.
Sedangkan siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar sebanyak 10 siswa
atau 47,61% dan dapat diartikan bahwa ada siswa yang mendapatkan nilai di
bawah Kriteria Ketuntasan Belajar (KKM≥60), yang dapat diuraikan dengan
nilai <60 sebanyak 10 siswa dengan presentase 47,61% dan ≥60 sebanyak 11
dengan persentase 52,39%. Dengan nilai rata-rata 68,33 dan nilai maksimum
adalah 94 sedangkan nilai minimumnya adalah 54. Peneliti mendapat
kesimpulan pada pembelajaran siklus I, bahwa terdapat peningkatan hasil dari
penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD.
2. Pembahasan Lembar Observasi Pengamatan Ketrampilan Sosial Dan
Toleransi Siswa Siklus I
Aktivitas siswa pada siklus pertama mencapai skor 482, perolehan skor
didapat dari hasil penilaian dalam lembar observasi dan dibuktikan pada tabel
aktivitas siswa dalam PBM di bawah ini:
Tabel 4.3
Perolehan Skor Pengamatan Ketrampilan Sosial dan Toleransi Siswa dalam
PBM Kelas IV SD Negeri Jebengsari Kecamatan Salaman Kabupaten
Magelang Tahun Ajaran 2011/1012
No. Siswa Skor
Maksimal
Siklus
I
1 Muh Wakhid Riyadi 36 22
46
2 Andi Agus Setiawan 36 22
3 Chalimatus Sa’diyah 36 24
4 Dwi Prasetyo 36 23
5 Fatina Aminasiroh 36 23
6 Fendika Adi P 36 23
7 Akbar Reza K 36 23
8 Lilis Suryani 36 24
9 Solikhatun Fuadah 36 23
10 Azril Dwi Setiawan 36 24
11 Diah Nursanti 36 23
12 Elisa Herlina Wati 36 22
13 Febriyanti Nurul A 36 25
14 Laela Naely Hidayah 36 22
15 Liya Naelysifa 36 29
16 Lutfi Muh Hasain 36 22
17 Lina Wati 36 22
18 Marisa Oktaviani S 36 22
19 Siti Aisah 36 20
20 Renita Amelia 36 21
21 Purniawati 36 23
Total 756 482
47
4.2.3. SIKLUS II
1. Pelaksanaan dan Observasi Tindakan Siklus II
Pada pelaksanaan tindakan siklus II ini digunakan sebagai tindak lanjut,
penyempurnaan dan pemantapan pada siklus I, siklus II ini terdiri dari dua
kegiatan pembelajaran yaitu kegiatan awal, inti dan akhir. Pelaksanaan
pembelajaran selama 2 jam pelajaran dalam tiap pertemuan.
a. Pertemuan I
Kegiatan Awal
Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, berdoa,
mengabsensi siswa, mengatur suasana kelas dan menanyakan keadaan siswa.
Kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran dan langkah-langkah
pembelajaran yang akan dilakukan.
Kegiatan Inti
Guru mengingatkan kembali mengenai materi yang telah dibahas minggu
lalu dan menanyakan materi yang belum dipahami siswa mengenai bilangan
pecahan. Beberapa siswa menanyakan mengenai materi yang belum dipahami,
kemudian guru menjelaskan kembali materi yang belum dipahami siswa sampai
siswa benar-benar menguasai materi tersebut. Setelah siswa telah memahami
materi yang telah dijelaskan ulang, guru melanjutkan pembahasan materi yang
belum dijelaskan pada pertemuan sebelumnya yaitu mengenai penjumlahan dan
pengurangan bilangan pecahan. Guru membagi siswa kedalam kelompok sesuai
dengan kelompok yang telah ditentukan pada pertemuan sebelumnya. Setelah
guru selesai menjelaskan materi penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan,
48
siswa diminta untuk berdiskusi dalam kelompok serta mendiskusikan materi yang
telah dijelaskan oleh guru. Siswa diminta untuk mencatat materi yang belum
dipahami, untuk ditanyakan dan dijelaskan kembali pada guru. Siswa diberikan
waktu selama 30menit untuk berdiskusi. Setelah waktu yang diberikan pada siswa
untuk berdiskusi habis, guru bersama dengan siswa kembali membahas mengenai
materi yang belum dipahami oleh siswa, agar siswa dapat benar-benar menguasai
materi bilangan pecahan secara keseluruhan.
Kegiatan penutup
Bersama-sama dengan peserta didik membuat rangkuman pelajaran.
Melakukan penilaian terhadap kegiatan pembelajaran yang sudah dilaksanakan.
Memberikan umpan balik terhadap proses hasil pembelajaran. Guru
menginformasikan pada siswa bahwa pada pertemuan berikutnya akan ada kuis
untuk masing-masing individu dari materi bilangan pecahan, serta guru
mengumumkan kelompok yang mendapat nilai tertinggi dan akan mendapat
reward berupa hadiah dari peneliti.
Pada tahap siklus II pertemuan I ini kegiatan pembelajaran sudah berjalan
dengan baik dan sesuai tujuan, hal ini dapat dibuktikan saat guru memberi
kesempatan pada siswa untuk menanyakan materi yang belum dipahami, sebagian
besar siswa sudah menjawab lalu menanyakan apa yang belum mereka pahami
dan ketika guru menunjuk salah satu siswa untuk menjawab, sebagian besar siswa
sudah berani menjawab. Ketika guru menyampaikan materi kepada siswa sudah
memperhatikan dengan baik karena adanya motivasi akan pembelajaran dengan
menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD yang akan dilakukan
49
pada pertengahan pembelajaran. Hal ini terbukti dapat memfokuskan serta
menumbuhkan keaktifan siswa kepada setiap tahap pembelajaran yang akan
dilakukan. Didalam diskusi kelompok siswa juga sudah mulai aktif dalam
memberi pertanyaan tentang materi yang belum dipahami. Pada kegiatan
pembelajaran siklus II pertemuan I berlangsung guru meminta bantuan observer
untuk mengamati jalannya pembelajaran yang sedang berlangsung dari awal
hingga akhir kegiatan pembelajaran dengan cara mengisi lembar observasi yang
telah disediakan oleh praktikan. Lembar observasi tersebut meliputi item untuk
mengamati aktivitas praktikan. Dari hasil observasi tersebut dapat diketahui apa
yang menjadi kelemahan dan kelebihan selama pembelajaran berlangsung.
Kekurangan guru dalam mengajar antara lain pembagian waktu antara penjelasan
materi dan waktu untuk berdiskusi. Pada saat berdiskusi, Waktu banyak terbuang
karena materi telah dijelaskan oleh guru sebelumnya dan ada beberapa siswa yang
justru mengobrol pada saat kegiatan diskusi berlangsung. Sedangkan kelebihan
guru pada saat mengajar yaitu guru sudah mampu menguasai kelas sehingga tidak
banyak siswa yang bosan dengan pembelajaran yang berlangsung. Adapun
kekurangan/kelemahan dalam pertemuan I yang sudah dilakukan. Perbaikanya
akan dilaksanakan pada pertemuan ke II pada siklus II oleh praktikan.
b. Pertemuan II
Kegiatan Awal
Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, berdoa,
mengabsensi siswa, mengatur suasana kelas dan menanyakan keadaan siswa.
Kemudian guru menyampaikan apersepsi serta mengingatkan materi bilangan
50
pecahan.
Kegiatan Inti
Siswa diminta untuk memasukkan semua buku, kemudian siswa disiapkan
untuk dapat menerima tes berupa kuis individu. Siswa diberikan lembar soal,
setelah semua siswa telah menerima lembar soal, guru memberitahukan cara
mengerjakan kuis individu tersebut. Siswa diberikan waktu selama 45 menit untuk
mengerjakan soal kuis. Guru mengawasi siswa dalam mengerjakan kuis individu.
Setelah waktu yang telah diberikan selesai, guru menarik lembar soal dan lembar
jawab siswa. Guru menanyakan kesulitan yang didapat oleh siswa dalam
mengerjakan kuis individu, kemudian guru bersama-sama dengan siswa
membahas satu per satu soal yang telah dikerjakan oleh siswa tersebut. Setelah
selesai membahas soal, guru didampingi oleh peneliti membagikan reward berupa
hadiah pada kelompok yang mendapat nilai tertinggi, serta pada tiga siswa yang
mendapat nilai rata-rata tertinggi dari nilai sebelum mendapat tindakan, nilai
individu siklus I, dan nilai individu siklus II.
Kegiatan Penutup
Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran dari pertemuan pertama
sampai ketiga pada siklus I, serta pertemuan pertama pada siklus II. Membagikan
evaluasi sebagai tolok ukur pencapaian kompetensi berjumlah 5 soal uraian.
Kegiatan pembelajaran siklus II pertemuan II berlangsung, praktikan
meminta bantuan observer untuk mengamati jalannya pembelajaran dari awal
hingga akhir pembelajaran dengan cara mengisi lembar observasi yang telah
disediakan. Lembar observasi tersebut meliputi item untuk mengamati aktivitas
51
praktikan dan siswa. Pada siklus II ini semua item diisi oleh observer, karena
secara keseluruhan telah dilaksanakan oleh siswa kelas IV pada mata pelajaran
Matematika di SD Negeri Jebengsari Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang.
1. Refleksi siklus II
Tahap selanjutnya adalah refleksi dari proses pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dalam siklus II
pertemuan I siswa sudah nampak pengaruh dari pembelajaran kooperatif tipe
STAD terhadap proses pembelajaran mereka. Banyak siswa sudah mengeti dalam
mengungkapkan apa yang telah di pelajari dari diskusi berkelompok. Pada saat
diberikan pertanyaan oleh guru, siswa langsung merespon dan menjawab
pertanyaan yang diberikan oleh guru. Apabila ada hal yang tidak diketahui oleh
siswa, siswa menanyakannya pada guru tanpa harus menunggu guru menanyakan
pada siswa mengenai apa yang belum dipahaminya. Peneliti memperoleh banyak
manfaat dari pembelajaran siklus II pertemuan I dan pertemuan II.
52
Tabel 4.4
Distribusi Ketuntasan Belajar Siswa Setelah Tindakan
Kelas IV SD Dengan Jumlah 21 Siswa Semester II Tahun Ajaran 2011/2012
SD Negeri Jebengsari Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang
Siklus II
No. Skor Ketuntasan Jumlah
Frekuensi Presentase
(%)
1. < 60 Belum Tuntas 2 9,52
2. ≥ 60 Tuntas 19 90,48
Jumlah 21 100
Rata-rata 71,66
Berdasarkan tabel 4.4 siswa yang mencapai ketuntasan belajar (KKM≥60)
adalah sebanyak 19 siswa atau 90,48% dari keseluruhan siswa. Sedangkan siswa
yang belum mencapai ketuntasan belajar sebanyak 2 siswa atau 9,52% dan dapat
diartikan bahwa ada siswa yang mendapatkan nilai di bawah Kriteria Ketuntasan
Belajar (KKM≥60), yang dapat diuraikan dengan nilai <60 sebanyak 2 siswa
dengan presentase 9,52% dan ≥60 sebanyak 19 dengan persentase 90,48%.
Dengan nilai rata-rata 71,66 dan nilai maksimum adalah 90 sedangkan nilai
minimumnya adalah 50. Peneliti mendapat kesimpulan pada pembelajaran siklus
Ii, bahwa terdapat peningkatan hasil dari penggunaan metode pembelajaran
kooperatif tipe STAD.
53
Tabel 4.5
Distribusi Ketuntasan Belajar Siswa Setelah Tindakan
Kelas IV SD Dengan Jumlah 21 Siswa Semester II Tahun Ajaran 2011/2012
SD Negeri Jebengsari Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang
Kuis Individu
No. Skor Ketuntasan Jumlah
Frekuensi Presentase
(%)
1. < 60 Belum Tuntas 0 0
2. ≥ 60 Tuntas 21 100
Jumlah 21 100
Rata-rata 89,53
Hasil rubik penilaian dari tes berupa kuis individu pada siklus II
menunjukan peningkatan sebanyak 61,91% siswa mendapat nilai skor 100 dan
14,29 % mendapat skor 60. Hasil pembelajaranya terdapat 21 siswa mencapai
nilai ≥60 dan 0 siswa mendapat nilai <60 jadi sebesar 100 % siswa sudah
mencapai nilai di atas KKM.
Pelaksanaan pembelajaran sudah berjalan dengan baik, yaitu persiapan
sudah berjalan sesuai dengan yang direncanakan, kegiatan membuka pelajaran
juga sudah diterapkan guru dengan baik hal ini terlihat dari antusiasme siswa
dalam kegiatan apersepsi dan motivasi, pertanyaan motivasi yang diajukan guru
54
sebagian besar siswa sudah menjawab pertanyaan, teknik pembelajaran,
pembagian kelompok, pengamatan/ observasi, tanya jawab, kerjasama kelompok,
diskusi, pembahasan, sudah dilaksanakan guru dengan baik hal ini terlihat dari
keaktifan dan antusiasme siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran tersebut,
guru juga sudah berhasil menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan
sehingga siswa belajar tanpa tekanan, guru juga sudah menerapkan kegiatan
pemanfaatan sumber belajar dengan baik karena guru telah berhasil mengajak
siswa untuk mendapatkan pengalaman pembelajaran yang menarik dan
menumbuhkan ketertarikan siswa pada sumber pembelajaran, hal ini terlihat dari
antusias siswa dalam menyelidiki dan mengamati. Kegiatan penutup juga sudah
dilaksanakan guru dengan baik hal ini terlihat dari keterlibatan siswa dalam
menyimpulkan hasil pembelajaran, kegiatan evaluasi juga sudah berjalan dengan
baik, kegiatan pemantapan dan tindak lanjut juga sudah dilaksanakan guru dengan
baik. Di samping kelebihan siklus II terdapat kekurangannya yaitu guru kurang
memahami mengenai medel pembelajaran kooperatif tipe STAD, karena guru
juga baru pertama kali mengetahui mengenai model pembelajarn kooperatif tipe
STAD ini.jadi dalam menerapkan model pembelajaran ini, terdapat sedikit
kekurangan.
2. Pembahasan Lembar Observasi Pengamatan Ketrampilan Sosial Dan
Toleransi Siswa Siklus I dan II
a. Aktivitas siswa pada siklus pertama mencapai skor 482 dan pada siklus kedua
meningkat menjadi 596 dari skor perolehan maksimal 756, dibuktikan pada
tabel aktivitas siswa dalam PBM di bawah ini:
55
Tabel 4.6
Perolehan Skor Pengamatan Aktivitas Siswa dalam PBM
Kelas IV SD Negeri Jebengsari Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang
Tahun Ajaran 2011/1012
No. Siswa Skor
Maksimal
Siklus
I II
1 Muh Wakhid Riyadi 36 22 26
2 Andi Agus Setiawan 36 22 27
3 Chalimatus Sa’diyah 36 24 31
4 Dwi Prasetyo 36 23 23
5 Fatina Aminasiroh 36 23 30
6 Fendika Adi P 36 23 28
7 Akbar Reza K 36 23 28
8 Lilis Suryani 36 24 31
9 Solikhatun Fuadah 36 23 29
10 Azril Dwi Setiawan 36 24 27
11 Diah Nursanti 36 23 31
12 Elisa Herlina Wati 36 22 28
13 Febriyanti Nurul A 36 25 30
14 Laela Naely Hidayah 36 22 29
15 Liya Naelysifa 36 29 32
56
16 Lutfi Muh Hasain 36 22 27
17 Lina Wati 36 22 28
18 Marisa Oktaviani S 36 22 28
19 Siti Aisah 36 20 28
20 Renita Amelia 36 21 28
21 Purniawati 36 23 27
Total 756 482 596
Aktivitas terbagi menjadi tiga bagian yaitu:
- Peningkatan ketrampilan sosial ditandai dengan kemampuan menjawab
pertanyaan, kemampuan mengajukan pertanyaan dan keaktivan dalam
diskusi kelompok menunjukkan adanya peningkatan dari 7,09 menjadi
9,33 dari nilai maksimal yang harus diperoleh 12. Ketrampilan siswa
menunjukkan angka 9,33 dan tergolong Baik Sekali.
- Perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran yang ditandai dengan
berikut sertaan dalam melaksanakan diskusi kelompok mengalami
peningkatan dari 10,76 menjadi 12,67 dari skor maksimal 16. Kategori
perhatian siswa tergolong Baik Sekali karenamenunjukkan angka 16.
- Ketrampilan guru dalam mengelola pembelajaran mengalami peningkatan
dari skor 35 pada siklus I menjadi 42 pada siklus II dari skor maksimal 48.
57
Tabel 4.7
Perolehan Skor Ketrampilan Guru dalam PBM
SD Negeri Jebengsari Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang Tahun
Ajaran 2011/1012
No. Indikator Skor
Maksimal
Siklus
1 2
1 Mengemukakan tujuan pembelajaran 4 3 4
2 Penjelasan metode Dienes Games pada
pembelajaran Kooperatif tipe STAD
4 3 3
3 Melakukan apersepsi 4 3 4
4 Teknik pembagian kelompok 4 3 3
5 Pengelolaan kegiatan diskusi dan permainan 4 3 3
6 Memberikan penghargaan individu dan
kelompok
4 3 4
7 Menentukan nilai individu dan kelompok 4 3 4
8 Menyimpulkan materi pembelajaran 4 3 4
9 Menggunakan media melibatkan siswa 4 3 3
10 Mengelola waktu secara efisien 4 3 3
11 Melakukan evaluasi dan refleksi 4 2 3
12 Menutup pembelajaran 4 3 4
Jumlah 48 35 42
58
b. Hasil evaluasi penguasaan materi siswa juga mengalami peningkatan rata-rata
kelas sebelum tindakan 50,95 menjadi 62,80 pada siklus I kemudian
meningkat menjadi 71,66 pada siklus II, dan 89,52 pada kuis individu. Siswa
yang tidak tuntas sebelum tindakan ada 15 siswa, kemudian pada siklus I
siswa yang tidak tuntas ada 10 siswa, kemudian [ada siklus II siswa yang
tidak tuntas ada dua siswa dan pada kuis indivisu siklus yang kedua seluruh
siswa tuntas dan mencapai standar KKM yaitu sebesar 60. Nilai terendah
yang diperoleh ketika sebelum tindakan sebesar 40 kemudian pada siklus 1
sebesar 50 kemudian pada siklus II sebesar 50 dan pada kuis individu siklus II
nilai terendah mendapat 60. Nilai tertinggi pada sebelum tindakan mencapai
80, pada siklus I nilai tertinggi mencapai 84, pada siklus II nilai tertinggi
mencapai 90 dan pada kuis individu siklus II nilai tertinggi mencapai angka
100.
Tabel 4.8
Perolehan Skor Evaluasi Siswa
Kelas IV SD Negeri Jebengsari Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang
Tahun Ajaran 2011/1012
No. Siswa Pra
Siklus Ket.
Siklus
1 Ket.
Siklus
2 Ket.
Kuis
Indv
Ket.
1 Muh Wakhid R 40 TT 60 T 65 T 80 T
2 Andi Agus S 40 TT 80 T 60 T 80 T
3 Chalimatus S 50 TT 54 TT 80 T 100 T
59
4 Dwi Prasetyo 45 TT 54 TT 80 T 80 T
5 Fatina A 45 TT 54 TT 80 T 100 T
6 Fendika Adi P 50 TT 84 T 55 TT 100 T
7 Akbar Reza K 45 TT 84 T 70 T 80 T
8 Lilis Suryani 50 TT 70 T 50 TT 100 T
9 Solikhatun F 60 T 74 T 60 T 60 T
10 Azril Dwi S 45 TT 54 TT 90 T 100 T
11 Diah Nursanti 65 T 54 TT 70 T 100 T
12 Elisa H 60 T 67 T 70 T 100 T
13 Febriyanti N 70 T 67 T 80 T 100 T
14 Laela Naely H 45 TT 60 T 60 T 60 T
15 Liya Naelysifa 40 TT 50 TT 80 T 100 T
16 Lutfi Muh H 60 T 67 T 90 T 60 T
17 Lina Wati 45 TT 57 TT 70 T 100 T
18 Marisa O 80 T 64 T 60 T 80 T
19 Siti Aisah 60 T 57 TT 85 T 100 T
20 Renita Amelia 40 TT 54 TT 70 T 100 T
21 Purniawati 45 TT 54 TT 80 T 100 T
Rata-rata 50,95 62,80 71,66 89,52
Berikut akan dibahas tentang proses belajar, pembelajaran kooperatif tipe
STAD dengan peningkatan ketrampilan social dan hasil belajar siswa kelas IV
pada pelajaran Matematika materi Bilangan Pecahan.
60
Hasil pengukuran proses pembelajaran aspek yang ditampilkan untuk
mengukur ketrampilan sosial ditandai dengan kemampuan menjawab pertanyaan,
kemampuan mengajukan pertanyaan dan keaktivan dalam diskusi kelompok
menunjukkan angka 9,33 dari angka tertinggi 12 dan tergolong dalam kategori
Baik Sekali. Kedua yaitu perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran yang
ditandai dengan keikutsertaan dalam melaksanakan diskusi kelompok tergolong
Baik Sekali Karena menunjukkan angka 12,67 dari angka tertinggi yaitu 16.
Keseluruhan pada proses pembelajaran terjadi peningkatan keaktivan siswa
dengan diterapkannya pembelajaran kooperatif tipe STAD.
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian
4.3.1. Sebelum Tindakan
Berdasarkan hasil analisis data, kegiatan pembelajaran di kelas IV SD
Negeri Jebengsari Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang, terlihat bahwa
siswa terlihat pasif dalam pembelajaran. Komunikasi antara guru dan sesama
siswa belum terjalin, kegiatan yang dilakukan siswa selama pembelajaran hanya
mencatat, menyalin serta mendengarkan penjelasan dari guru. Siswa tdak
dilibatkan secara langsung dalam pembelajaran. Selain itu, sebagian besar siswa
yang berjumlah 15 siswa atau dengan presentase 71,42% belum mencapai KKM
≥60. Sedangkan siswa yang mampu mencapai nilai KKM berjumlah 6 siswa
dengan presentase 28,58 %. Nilai maksimum yang di peroleh siswa adalah 80 dan
nilai minimumnya 45. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa sebelum tindakan
sebesar 50,95.
61
4.3.2. Siklus 1
Berdasarkan dari hasil analisa data, kegiatan pembelajaran di kelas IV SD
Negeri Jebengsari Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang, terlihat bahwa ada
peningkatan ketrampilan siswa ditandai dengan adanya aktivitas siswa dalam
pembelajaran, yaitu siswa mulai aktif bertanya jawab dalam kegiatan diskusi.
Akan tetapi, tanya bertanya jawab antara siswa dengan guru belum terjalin secara
baik. Selain itu, nilai siswa setelah adanya pembelajaran dengan menggunakan
metode kooperatif tipe STAD dengan nilai rata-rata 61,76 sebelum diadakan
penelitian dan setelah diadakan penelitian pada siklus I nilai rata-rata menjadi
62,80. Berarti pembelajaran telah berhasil dan sesuai rencana dengan indikator
keberhasilanya >60, nilai minimum 54 dan nilai maksimum 84 dengan jumlah
siswa kelas IV sebanyak 21 siswa. Masih ada 10 siswa yang belum mencapai
ketuntasan KKM ≥ 60 sehingga perlu perbaikan dalam sistem pembelajaran pada
siklus II. Meskipun sebagian besar hasil belajar siswa sudah tuntas tetapi dalam
kegiatan siklus I pertemuan I pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD ini masih ada banyak siswa yang masih
kesulitan dalam mendiskusikan materi, pada saat ditanya mengenai materi yang
belum dipahami, siswa cenderung diam dan tidak mau menjawab pertanyaan yang
diberikan oleh guru. Pada saat siswa diminta untuk kedepan kelas, siswa
menolaknya. Hal ini membuat diskusi menjadi tidak efektif, untuk mengatasi
masalah tersebut guru bertindak keras dengan cara menegur pada siswa yang tidak
ikut berdiskusi dalam kelompok dan mengamati kelompok lain tersebut. Untuk
kelebihan pada siklus I ini terbukti hasil belajar siswa sudah mengalami
62
peningkatan di atas (KKM ≥ 60). Selain itu siswa menjadi lebih antusias untuk
mengikuti kegiatan pembelajaran, siswa menjadi aktif, terjalinnya kerja sama
antar siswa atau kelompok dan kegiatan pembelajaranya lebih hidup dengan
adanya pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD
pembelajaran lebih bermakna.
4.3.3. Siklus II
Kekurangan yang terdapat pada siklus I dapat diperbaiki pada siklus II.
Hasil dari siklus II, siswa mengalami peningkatan terbukti siswa tidak lagi diam
pada saat berdiskusi. Kegiatan diskusi benar-benar berlangsung dengan efektif.
Antara siswa satu dengan siswa lain saling bertanya jawab dan memberi
pendapatnya. Siswa lebih aktif dalam menjawab permasalahan mengenai materi
bilangan pecahan, antusias untuk bertanya dan kerja sama kelompok sudah baik
dan sesuai yang diharapkan. ketuntasan nilai pada mata pelajaran Matematika
materi Bilangan Pecahan, dengan nilai rata-rata 71,66, nilai terendah 50 dan nilai
tertinggi 90. Dengan demikian siswa sudah mencapai nilai ketuntasan KKM=60.
Dengan demikian dapat dikatakan pembelajaran dengan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD yang dilakukan pada kelas IV mata pelajaran Matematika
SD Negeri Jebengsari Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang berhasil dan
sesuai tujuan yang diharapkan. Berikut ini pembahasan mengenai perbandingan
ketuntasan hasil belajar siswa pada saat sebelum tindakan, pada siklus I, pada
siklus I dan kuis individu yang dilakukan di siklus II dapat ditunjukan pada tabel
berikut :
63
Tabel 4.9
Distribusi Ketuntasan Belajar Siswa Kelas IV Semester II SD N Jebengsari
Sebelum Tindakan, Siklus I , Siklus II dan Kuis Individu pada Siklus II
No. Nilai Sebelum
Tindakan
Siklus I Siklus II Kuis Individu
Jumlah Persen
(%)
Jumlah Persen
(%)
Jumlah Persen
(%)
Jumlah Persen
(%)
1. Tuntas 6 28,58 11 52,39 19 90,48 21 100
2. Tidak
Tuntas
15 71,42 10 47,61 2 9,52 0 0
Jumlah 21 100 21 100 21 100 21 100
Keterangan:
Dari tabel di atas dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Klasifikasi A nilai ≥ 60 artinya tuntas.
2. Klasifikasi B nilai <60 artinya tidak tuntas.
Berdasarkan tabel distribusi ketuntasan belajar pengelompokkan nilai pada
tabel 4.8 dapat dilihat adanya peningkatan jumlah siswa yang tuntas dari jumlah
siswa 21 dalam mata pelajaran Matematika materi Bilangan Pecahan, terbukti
untuk klasifikasi tuntas, sebelum diadakan tindakan yang tuntas hanya 6 siswa dan
15 siswa belum tuntas, setelah dilaksanakan siklus I dan siklus II, jumlah siswa
yang tuntas sebanyak 21 siswa atau 100%. Hal ini membuktikan bahwa
64
pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Pada tahap klasifikasi siswa yang tidak tuntas,
sebelum diadakan tindakan terdapat 15 siswa yang belum dari jumlah siswa kelas
IV sebanyak 21 siswa, dan siklus I dan siklus II keseluruhan siswa mengalami
ketuntasan belajar 100%, hal ini dipengaruhi adanya pembelajaran dengan model
kooperatif tipe STAD, karena siswa dapat belajar dengan terlibat secara langsung
dalam bentuk pengamatan/ observasi, kerjasama kelompok dan diskusi sehingga
siswa mudah mengerti tentang apa yang diajarkan guru khususnya pada mata
pelajaran Matematika di SD Negeri Jebengsari Kecamatan Salaman Kabupaten
Magelang.
Skor minimum sebelum siklus adalah 40, kemudian setelah dilakukan
tindakan siklus I nilai minimum siswa mengalami peningkatan sebesar 68,33%
menjadi 50. Sedangkan setelah dilakukan tindakan siklus II skor minimum
mengalami peningkatan sebesar 71,66% menjadi 55. Skor maksimum sebelum
tindakan sebesar 75, kemudian setelah dilakukan tindakan siklus I ternyata
mengalami peningkatan dari 75 nilainya menjadi 90. Peneliti memerlukan
peningkatan dalam proses belajar mengajar agar nilai maksimum dapat naik pada
siklus II. Setelah tindakan siklus II nilai maksimum mengalami peningkatan dari
90 menjadi 100. Nilai rata-rata sebelum tindakan sebesar 50,95 dan mengalami
peningkatan yaitu menjadi 62,80 setelah dilakukan tindakan siklus I. Dalam
tindakan siklus II yang dilakukan nilai rata-rata mengalami peningkatan
sebelumnya 71,66 menjadi 89,52.
top related