bab iii kajian lapangan - abstrak.ta.uns.ac.id · dari dalem kepatihan ke gedung kadipolo. gedung...
Post on 02-Mar-2019
224 Views
Preview:
TRANSCRIPT
66
BAB III
KAJIAN LAPANGAN
A. Museum Radya Pustaka
Museum Radya Pustaka adalah sebuah museum yang menyimpan benda
koleksi dari Keraton Kasunanan Surakarta, kepatihan, hasil pembelian, G.P.H
Hadiwijaya, dan sumbangan. benda koleksi tersebut berupa, patung setengah badan
R. Ng. Ranggawarsita, Buku karya Ranggawarsita, Yasadipura yang berisi
ungkapan filsafah, tuntutan hidup, kisah raja, sejarah, sastra, perangkat gamelan
kuno, berbagai jenis wayang, organ gamelan, koleksi uang kuno, kepala perahu
kuno, Rajamala berkepala besar, Berbagai macam patung kuno dari batu dan
perunggu, dan berbagai jenis payung.
Kelembagaan Museum Radya Pustaka dibentuk oleh badan hukum yayasan
Paheman Radya Pustaka pada 11 November 1951. Dimana pemerintah RI di Jakarta
juga membantu subsidi keuangan dan tenaga karyawan museum dengan
pertimbangan tidak ada museum milik bangsa Indonesia yang setua museum ini.
Museum Radya Pustaka terletak di Jl. Slamet Riyadi no. 275 Surakarta 57141, telp.
(0271) 712306. Museum buka pada hari selasa-minggu, jam 09.00-14.00 wib,
setiap tanggal 28 libur untuk pembersihan museum (www.karatonsurakarta.com).
1. Sejarah
Museum ini didirikan oleh Patih Karaton Surakarta yaitu Kanjeng Raden
Adipati Sosrodiningrat IV pada tanggal 28 Oktober 1890, semasa pemerintahan Sri
Susuhunan Pakoe Boewono IX yang memegang pemimpinan, hingga tahun 1990.
Bangunan ini menyimpan riwayat R.H.T Djojohadiningrat II, yang memprakasai
pendirian sebuah perkumpulan Pahemanan Radya Pustaka dengan museum.
Dimana dapat direalisasikan pada Selasa kliwon tanggal 15 Maulud Ehe 1820/ 28
oktober 1890. Pengurus Museum memberi penghargaan kepada pemrakarsa
pendirian museum dengan memberi nama WALIDYASANA pada gedung sebelah
timur museum. Pada tanggal 1 januari 1913 merupakan proses pemindahan Musem
dari Dalem kepatihan ke Gedung kadipolo. Gedung tersebut digunakan untuk
67
museum dan Sriwedari digunakan untuk kebon Rojo. Hal itu didasarkan dari
permintaan Pengurus Pahemanan kepada Sri Susuhunan dengan menjadikan
Gedung kosong untuk kepentingan Radya Pustaka (www.karatonsurakarta.com).
2. Kegiatan Museum
Kegiatan yang dilaksanakan dalam Museum Radya Pustaka, antara lain
(www.karatonsurakarta.com) :
- Mengadakan Sarasehan yang terdiri dari Unsur utusan karaton Surakarta,
Kasunanan Yogyakarta, Pura Mangkunegaran, Pura Paku Alaman serta
sejumlah hadirin.
- Melahirkan ejaan Sriwedari (Kesepakatan dalam penulisan huruf jawa). Yang
diputuskan Pemerintah pada tanggal 29 Desember 1922.
- Mendirikan Panitibasa.
- Menerbitkan Candrawati dan Nitibasa.
- Menyelenggarakan beberapa kursus, seperti Pedalangan dan karawitan.
- Menyelenggarakan pameran pembuatan wayang kulit, ukir, Batik.
- Pameran antar Museum Internasional di Luar negeri.
- Renovasi Museum dengan bantuan Dirjen Kebudayaan Prof. Dr. Ida Bagus
mantra.
- Menyelenggarakann lomba penulisan Museum Radya Pustaka bagi para siswa.
- Renovasi gedung dan penataan isinya dengan bantuan Deparpostel dan
Dedikbud
- Menerbitkan buku berjudul Sultan Abdul Kamit Herucakra Kalifatullah
Rasulullah di Jawa 1785 – 1855 dan himpunan naskah terbitan Museum Radya
Pustaka dengan judul urip-urip.
3. Program Ruang Museum
Ruang yang ada dalam Museum Radya Pustaka, antara lain: Loket,
Informasi, R. Wayang, , R. Keramik, R. Teras Aji, R. Perpustakaan, R. Perunggu,
R. Memorial, R. Rajamala, R. Miniatur, R. arca, Kantor, Gudang, Toilet.
68
4. Perawatan Koleksi
Berdasarkan Undang-undang nomor 5 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah
nomor 19 tahun 1995 yaitu kewajiban museum dalam menjaga agar koleksi tetap
aman dan terlindung didalam museum. Faktor-faktor kerusakan koleksi antara lain
(Museum Nasional, 2006: hal. 6-8) :
- Tempertatur tidak sesuai, solusi: di sediakan ac split pada setiap ruang
- Cahaya, solusi: koleksi disimpan dalam vitrin, cahaya alami hanya berasal dari
pintu masuk
- Serangga, solusi: Menggunakan obat serangga, dan larangan makan di dalam
museum
- Jamur dan jasad mikrobiologi, solusi: dilakukan pembersihan koleksi setiap
tanggal 28.
- Kontaminan, solusi: Menggunakan vitrin untuk menyimpan koleksi, terdapat
tempat sampah.
- Pencurian dan vandalism, solusi: Menggunakan CCTV, Vitrin dan Rak kaca
Gambar III.1. Denah ruang
Museum Radya Pustaka Surakarta
Sumber : Survei penulis, 2015
Gambar III. 2. Tempat sampah
Sumber : Survei penulis, 2015
69
- Kebakaran, solusi : Fire extinguisher pada setiap ruang dan alarm detector
5. Tinjauan Interior
a. Elemen Pembentuk Ruang
- Lantai, material menggunakan keramik, tanpa treatment lain.
-
- Dinding, material yang di gunakan adalah cat putih. Selain itu dinding pada
Museum ini dijadikan sebagai sarana dekorasi dengan menempelkan koleksi –
koleksi seperti piring dan lukisan.
- Ceiling, material yang digunakan adalah kayu yang sudah di finishing sesuai
dengan konsep. Selain itu lampu gantung terdapat pada beberapa bagian ruang.
Warna yang diterapkan dalam ruang adalah putih gading.
Gambar III. 3. Fire extinguisher
Sumber : Survei penulis, 2015
Gambar III. 4. Lantai
Sumber: Survei penulis, 2015
Gambar III. 5. Dinding
Sumber: Survei penulis, 2015
Gambar III. 6. Ceiling
Sumber : Survei penulis, 2015
70
b. Interior Sistem
- Penghawaan, menggunakan split. jendela tidak dibuka.
- Pencahayaan, menggunakan wall lamp, spotlight, dan downlight.
- Akustik, terdapat mic, vcd dan audio didalam museum.
c. Utilitas
Museum Radya Pustaka menggunakan AC split dan AC Floor standing pada
beberapa bagian , Ac tersebut dapat di pindah-pindah sesuai keinginan.
Aksesbilitas : Terdapat 2 akses untuk masuk dan keluar dalam museum, tetapi yang
lebih sering digunakan adalah pada akses pintu masuk.
d. Teknik Display Museum
Gambar III. 7. Pengahawaan
Sumber: Survei penulis, 2015
Gambar III. 8. Pencahayaan
Sumber: Survei penulis, 2015
Gambar III. 9. Akustik
Sumber: Survei penulis, 2015
Gambar III. 10. Display
museum
Sumber: Survei penulis, 2015
Gambar III. 11. Display uang
logam
Sumber: Survei penulis, 2015
Gambar III. 12. Display
topeng
Sumber: Survei penulis, 2015
71
B. Museum Benteng Vredeburg
Museum Benteng Vredeburg adalah sebuah museum yang berisi 6000
koleksi yang didominasi benda-benda yang digunakan pada masa perjuangan,
seperti meriam, foto-foto perjuangan tentang perjuangan nasional dalam merintis,
mencapai, mempertahankan, serta mengisi kemerdekaan Indonesia, dan diorama
yang menggambarkan perjuangan sebelum proklamasi kemerdekaan sampai
dengan masa orde baru. Kegiatan yang ada dalam museum antara lain, dialog,
diskusi, pelatihan dan pertemuan, pameran, pertunjukan dan festival.
Jam operasional : Selasa – Jum’at : 08.00 -16.00 wib
Sabtu – Minggu : 08.00 – 17.00 wib
Senin tutup,hari libur nasional buka
• Lokasi : berada di ujung jalan Malioboro, Jl. Jend A. Yani no 6 jogjakarta
• Tiket umum : Rp 2000,00 (dewasa), Rp 1000,00 (anak-anak).
1. Sejarah
Museum Benteng Yogyakarta, semula bernama "Benteng Rustenburg" yang
mempunyai arti "Benteng Peristirahatan", dibangun oleh Belanda pada tahun 1760
di atas tanah Keraton. Berkat izin Sri Sultan Hamengku Buwono I, sekitar tahun
1765-1788 bangunan disempurnakan dan selanjutnya diganti namanya menjadi
"Benteng Vredeburg" yang mempunyai arti "Benteng Perdamaian". Secara historis
bangunan ini sejak berdiri sampai sekarang telah mengalami berbagai perubahan
fungsi yaitu pada tahun 1760 - 1830 berfungsi sebagai benteng pertahanan, pada
tahun 1830 -1945 berfungsi sebagai markas militer Belanda dan Jepang, dan pada
tahun 1945 - 1977 berfungsi sebagai markas militer RI.
Gambar III.13. Display
wayang
Sumber: Survei penulis, 2015
Gambar III.14. Display
rajamala
Sumber: Survei penulis, 2015
Gambar III.15. Display
memorial
Sumber: Survei penulis, 2015
72
Setelah tahun 1977 pihak Hankam mengembalikan kepada pemerintah.
Oleh pemerintah melalui Mendikbud yang saat itu dijabat Bapak Daoed Yoesoep
atas persetujuan Sri Sultan Hamengku Buwono IX selaku pemilik, ditetapkan
sebagai pusat informasi dan pengembangan budaya nusantara pada tanggal 9
Agustus 1980. Pada tanggal 16 April 1985 dipugar menjadi Museum Perjuangan
dan dibuka untuk umum pada tahun 1987. Kemudian pada tanggal 23 November
1992 resmi menjadi "Museum Khusus Perjuangan Nasional" dengan nama
"Museum Benteng Yogyakarta". Bangunan bekas Benteng Vredeburg dipugar dan
dilestarikan. Dalam pemugaran pada bentuk luar masih tetap dipertahankan, sedang
pada bentuk bagian dalamnya dipugar dan disesuaikan dengan fungsinya yang baru
sebagai ruang museum.(Sumber:www.gudeg.net/id/directory/121/49/museum-
benteng-vredeburg-Yogyakarta.html).
2. Program Ruang Museum
Ruang yang ada didalam Museum Vredeburg, antara lain: Loket, Perpustakaan,
Bimbingan, R. pameran, R. Diorama, Audio Visual, R. Pengkajian, Penyajian,
Toilet, R. kepala museum, R. tata usaha, R. keuangan, R. kasubag, R. kepegawaian,
R. perlengkapan, R. pengguna, R. pertemuan.
3. Perawatan Koleksi
Penggunaan Vitrin, Rak kaca, Pigura, Pembersihan Museum
4. Tinjauan Interior
a. Elemen Pembentuk Ruang
- Lantai, menggunakan keramik
- Dinding, menggunakan display built in
Gambar III. 16. Lantai
Sumber: Survei penulis, 2015
Gambar III. 17. Dinding
Sumber: Survei penulis, 2015
73
- Ceiling, material ceiling menggunakan gypsum dengan finishing cat putih.
Lampu yang digunakan adalah indirect lighting dan exhaust fan
b. Interior Sistem
- Penghawaan, menggunakan exhaust fan dan AC
- Pencahayaan, memakai downlight
c. Utilitas
Dalam sistem keamanan museum menggunakan alam detector dan fire extinguisher
pada setiap bagian sudut ruang.
d. Teknik Display Museum
Teknik display museum yang utama dalam museum ini adalah pemakaian
vitrin pada koleksi yang ada.
Gambar III. 18. Ceiling
Sumber: Survei penulis, 2015
Gambar III. 19. Penghawaan
Sumber: Survei penulis, 2015
Gambar III. 20. Pencahayaan
Sumber: Survei penulis, 2015
Gambar III. 21. Fire extinguisher
Sumber: Survei penulis, 2015
74
C. Monumen Yogya Kembali
Monumen Yogya Kembali adalah museum yang berisi benda-benda koleksi
berupa: replica, relief, foto dokumen, heraldika, berbagai jenis senjata, bentuk
evokatif dapur umum, yang kesemuanya menggambarkan perang kemerdekaan
1945 – 1949, Diorama.
Alamat Monumen Yogya kembali : Jongkang, Sariharjo, Ngaglik, Sleman,
Yogyakarta
Telepon : (0274) 868225 dan 868239
Website : www.monjali-jogja.com
E-mail : myk@monjali-jogja.com
Buka setiap hari Selasa – Minggu, pukul 08.00 – 16.00
1. Sejarah
Monumen Yogya kembali dibangun pada tanggal 29 juni1985 diawali
dengan upacara tradisional pananaman kepala kerbau dan peletakan batu pertama
oleh Sri Sultan hamengku Buwono IX dan Sri Paduka Paku alam VII. Gagasan
untuk mendirikan Monumen ini dilontarkan oleh colonel Sugiarto selaku
walikotamadya Yogyakarta dalam peringatan Yogya kembali yang
diselanggarakan oleh Pemerintah Daerah Tingkat II Yogyakarta, tanggal 29 juni
1983.
Dipilihnya nama yogya kembali dengan maksud sebagai tetenger peristiwa
sejarah ditariknya tentara pendudukan Belanda dari Ibukota Yogyakarta, tanggal 29
juni 1949. Hal ini sebagai tanda awal bebasnya Bangsa Indonesia secara nyata dari
kekuasaan pemerintah Belanda. Pembangunan Monumen dengan bentuk kerucut
Gambar III. 22. Sistem display
built in
Sumber: Survei penulis, 2015
Gambar III. 23. Sistem display
built in
Sumber: Survei penulis, 2015
Gambar III. 24. Sistem display
koleksi
Sumber: Survei penulis, 2015
75
dan terdiri dari 3 lantai ini selesai dibangun dalam waktu 4 tahun. Monumen Yogya
kemali diresmikan pembukaannya oleh presiden pada tanggal 06 Juli 1989.
2. Program Ruang Museum
Pembagian ruang yang ada di Monumen Yogya kembali, antara lain: Perpustakaan,
Ruang serbaguna, Relief, Garbha graha, Diorama
3. Perawatan Koleksi
- Menggunakan vitrin
- Menggunakan obat kimia
- Terdapat jadwal pembersihan museum
4. Tinjauan Interior
a. Elemen Pembentuk Ruang
- Lantai
- Dinding
- Ceiling
Gambar III. 25. Denah Museum
Monumen Yogya kembali
Sumber: Survei penulis, 2015
Gambar III. 26. Lantai keramik
Sumber: Survei penulis, 2015
Gambar III. 27. Dinding kayu
Sumber: Survei penulis, 2015
Gambar III. 28. Lamber ceiling
Sumber: Survei penulis, 2015
76
b. Interior Sistem
- Pengahwaan, menggunakan Ac central
- Pencahayaan, terdapat pada setiap vitrin
- Akustik, Sound system, full audio pada area diorama
c. Utilitas
Menggunakan ac sentral pada ruang seminar. Dimana Sistem AC Central
dengan menggunakan air adalah sebuah sistem ac central yang menggunakan media
air sebagai pembawa dinginnya. Biasanya pada skala kecil, unit indoor yang
digunakannya adalah fan coil unit. Sedangkan pada skala yang besar biasanya
menggunakan AHU/ Air Handling Unit. Untuk mendinginkan air yang akan di
distribusikan, maka digunakan Chiller. Chiller bertugas memindahkan panas yang
di dapat dari sirkulasi di dalam ruangan ke sistem sirkulasi luar gedung. Lalu air
yang panas itu kemudian di dinginkan dengan menggunakan cooling tower.
d. Teknik Display Museum
Gambar III. 29. Pencahayaan
Sumber: Survei penulis, 2015
Gambar III. 30. Sistem display
vitrin
Sumber: Survei penulis, 2015
Gambar III. 31. Sistem
display
Sumber: Survei penulis, 2015
Gambar III. 32. Display
diorama
Sumber: Survei penulis, 2015
77
D. Museum Sangiran
Museum Sangiran adalah museum yang dikelola oleh Balai Pelestarian SItus
Manusia Purba Sangiran ini menampilkan situs manusia purba terlengkap di asia.
terdapat 13.809 fosil manusia purba. Mulai dari fosil manusia Homo neandhertal,
Homo sapiens, sampai artefak bebatuan, juga terdapat fosil binatang bertulang
belakang, binatang laut, dan air tawar.
Buka setiap hari kecuali senin
Selasa – Minggu : 08.00 – 16.00 WIB , Jum’at istirahat 11.30 – 12.30 WIB
Jam operasional mulai pukul 08.00 – 16.00 WIB
Harga tiket domestic : Rp 5000
Harga tiket wisatawan asing : Rp 7500
1. Sejarah
Sejarah singkat Situs Sangiran dimulai tahun 1893, ketika untuk pertama
kalinya situs ini didatangi peneliti Eugene Dubois. Pada tahun 1932 L.J.C. van Es
melakukan pemetaan secara geologis di Sangiran dan sekitarnya. Peta inilah yang
kemudian digunakan oleh G.H.R. von Koenigswald pada tahun 1934 untuk
melakukan survei eksploratif dengan temuan beberapa artefak prasejarah. Fosil-
fosil hominid mulai ditemukan pada tahun 1936 dan hingga tahun 1941
Koenigswald telah menemukan sejumlah fosil Homo erectus.
Temuan tinggalan masa lalu berupa fosil fauna, artefak, dan fosil Homo
erectus mengalami peningkatan baik dari jumlah maupun kualitas sehingga perlu
dibentuk Unit Kerja di bawah Kantor Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala
Jawa Tengah yang bertugas mengamankan situs dan temuan arkeologis di Sangiran.
Unit Kerja ini dibentuk pada tahun 1982. Eksplorasi terhadap Situs Sangiran
semakin intensif dilakukan sehingga potensi Sangiran sebagai situs prasejarah yang
Gambar III. 33. Relief
Sumber: Survei penulis, 2015
78
penting bagi pengetahuan , khususnya mengenai pemahaman evolusi manusia dan
lingkungan semakin diperhitungkan dunia. Pada tanggal 5 Desember 1996, Situs
Sangiran ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO, dengan nomor
penetapan C.593. Dengan status ini pengelolaan Situs Sangiran menjadi prioritas
sehingga perlu disusun Master Plan dan DED Pengembangan Situs Sangiran.
2. Kegiatan Museum
- Sebagai tempat penelitian manusia purba
- Sebagai pusat informasi manusia purba
3. Program Ruang Museum
Mempunyai 3 ruang utama. Ruang pertama berisi sejumlah diorama yang
memberikan informasi tentang manusia purba dan hewan yang ada di situs Sangiran
sekitar 1 juta tahun yang lalu. Ruang kedua, yang lebih luas, menyajikan banyak
bahan rinci tentang berbagai fosil yang ditemukan di Sangiran dan tentang sejarah
eksplorasi di situs. Ruang ketiga, dalam presentasi yang mengesankan terpisah,
berisi diorama besar yang memberikan pandangan seluruh wilayah keseluruhan
Sangiran, dengan gunung berapi seperti Gunung Lawu di latar belakang dan
manusia dan hewan di latar depan, seperti yang dibayangkan sekitar 1 juta tahun
yang lalu.
Ruang pendukung: Ruang audio visual, mess peneliti, gardu pandang
sangiran, kantor, plaza atrium, Gapura, Rumah diesel, kios, loket, masjid, toilet
4. Perawatan Koleksi
- Menggunakan vitrin
- Menggunakan rak kaca
- Menggunakan obat kimia
- Menggunakan AC
5. Tinjauan Interior
a. Elemen Pembentuk Ruang
- Lantai , Menggunakan Lantai keramik putih, abu-abu.
Gambar III. 34. Lantai
Sumber: Survei penulis, 2016
79
- Dinding, pada dinding museum finishing menggunakan cat
- Ceiling, bewarna putih, menggunakan downlight, dilengkapi cctv, sprinkle.
b. Interior Sistem
- Penghawaan, menggunakan AC, standing cooler, exhaust fan
- Pencahayaan, memakai downlight pada ceiling dan furniture
- Akustik, menggunakan sounds system
Gambar III. 35. Dinding
Sumber: Survei penulis, 2016
Gambar III. 36. Ceiling
Sumber: Survei penulis, 2016
Gambar III. 37. Penghawaaan Sumber: Survei penulis, 2016
Gambar III. 38. Pencahayaan Sumber: Survei penulis, 2016
Gambar III. 39. Akustik Sumber: Survei penulis, 2016
80
c. Utilitas, keamanan dan penghawaan museum sangiran
d. Teknik Display Museum
Gambar III. 40. Utilitas
Sumber: Survei penulis, 2016
Gambar III. 41. Sistem display
Sumber: Survei penulis, 2016 Gambar III. 42. Sistem display
Sumber: Survei penulis, 2016
Gambar III. 43. Sistem display
Sumber: Survei penulis, 2016
Gambar III. 44. Sistem display
Sumber: Survei penulis, 2016
81
E. Museum Angkut
Museum angkut adalah museum yang berisi berbagai macam perkembangan alat
angkut.
Museum dibuka setiap Senin-Minggu, jam buka 12.00 WIB-20.00 WIB.
Alamat : Jl. Terusan Sultan Agung No.2 Kota Wisata Batu – Jawa Timur, Indonesia
1. Sejarah
Museum angkut didirikan pada tanggal 9 Maret 2014 oleh Jawa Timur Park
Group. Tujuan didirikan museum ini sebagai tempat pengetahuan perkembangan
alat angkut terlengkap dan terbesar di Asia. Museum angkut memiliki luas 3,8
hektar berisi perkembangan berbagai macam alat angkut dari seluruh dunia mulai
dari yang tradisional hingga modern, yang tidak bermesin hingga yang bermesin
(www.museumangkut.com)
2. Program Ruang Museum
Ruang-ruang yang ada di Museum Angkut, antara lain: Hall, Zona Pecinan,
Zona Batavia, Gangster Town, Zona Eropa, Istana Buckingham, Las Vegas,
Hollywood, Pasar Apung. Di setiap 2 zona terdapat café dan toilet.
3. Tinjauan Interior
a. Elemen Pembentuk Ruang
- Lantai menggunakan, Keramik, lantai vinyl motif kayu, karpet, lantai acian.
- Dinding, menggunakan, kaca, besi baja, finishing: dinding ekspos, cat, mmt.
Gambar III. 46. Dinding
Sumber: Survei penulis, 2016
Gambar III. 45. Lantai
Sumber: Survei penulis, 2016
82
- Ceiling, menggunakan, baja, gypsum, kayu.dengan Lighting: lampu gantung,
downlight, spotlight
b. Interior Sistem
- Penghawaan, menggunakan penghawaan alami dan buatan. menggunakan AC,
exhaust fan.
- Pencahayaan, menggunakan lampu gantung, spotlight, downlight.
- Akustik, menggunakan sound system dan karpet pada dinding.
Gambar III. 47. Ceiling
Sumber: Survei penulis, 2016
Gambar III. 48. Penghawaan Sumber: Survei penulis, 2016
Gambar III. 49. Pencahyaan
Sumber: Survei penulis, 2016
Gambar III. 50. Akustik
Sumber: Survei penulis, 2016
83
c. Utilitas
d. Teknik Display Museum
Gambar III. 51. Emergency
exit
Sumber: Survei penulis, 2016
Gambar III. 52. Lift
Sumber: Survei penulis, 2016
Gambar III. 53. Ramp
Sumber: Survei penulis, 2016
Gambar III. 54. Display mobil
Sumber: Survei penulis, 2016
Gambar III. 55. Display sepeda
Sumber: Survei penulis, 2016
Gambar III. 56. Display zona game Sumber: Survei penulis, 2016
Gambar III. 57. Display mobil
Sumber: Survei penulis, 2016
top related