bab iii hasil penelitian dan pembahasan a. tinjauan...
Post on 27-Oct-2020
2 Views
Preview:
TRANSCRIPT
46
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan tentang Tim Satgas Saber Pungli Kota Malang
1. Berdasarkan dikeluarkan nya Surat Keputusan Walikota Malang Provinsi Jawa
Timur Nomor 188.45/30/35.73.112/2017 Tentang Satuan Tugas Sapu Bersih Kota
Malang
Tim Satgas Saber Pungli kota Malang berkedudukan di Malang, bertanggung
jawab kepada walikota Malang yang telah di tetapkan pada tanggal 9 Januari 2017.
Dengan pertimbangan bahwa untuk pencegahan dan pemberantasan terjadinya
pungutan liar dan suap di unit pelayanan publik pada perangkat daerah, perlu
menetapkan keputusan walikota malang tentang satuan tugas sapu bersih pungutan liar
kota malang ;
2. Anggota dan Tugas Tim Saber Pungli kota Malang
Berdasarkan data yang telah diperoleh oleh penulis, Tim Satgas Saber Pungli
Kota Malang memiliki 45 personil berasal dari sector/ lembaga/ instansi yang berbeda
beda. Diantara sector/ lembaga/ instansi sebagai berikut : Polisi, TNI, Kejaksaan, 2
orang dari unsur intelektual atau akademisi yang berasal dari salah satu universitas
negeri di kota Malang dan salah satu akademisi yang berasal sari salah satu universitas
swasta di kota Malang , dan unsur pemerintah kota. termasuk walikota Malang selaku
penanggung jawab tim. Tim Saber Pungli Melaksanakan pemberantasan pungutan liar
secara efektif dan efisien dengan optimalkan pemanfaatan personil, satuan kerja, dan
sarana prasarana, membangun system pencegahan dan pemberantasan pungutan liar,
mengumpulkan data dan informasi menggunakan teknologi informasi,
47
mengkoordinasikan, merencanakan, dan melaksanakan operasi pemberantasan
pungutan liar, melaksanakan operasi tangkap tangan, memberikan rekomendasi kepada
pimpinan kementrian/lembaga serta kepala daerah untuk memberikan sanksi kepada
pelaku pungutan liar sesuai dengan peraturan perundang-undangan, memberikan
rekomendasi pembentukan dan pelaksanaan pungutan liar di setiap instansi
penyelenggara pelayanan public kepada pimpinan kementrian / lembaga dan kepada
pemerintah daerah, melaksanakan evaluasi kegiatan pemebrantasan pungutan liar
sebulan (dua) kali;dan melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya kepada walikota
Malang.
3. Jabatan Dalam Unit Satuan Tugas Terdiri Dari :
Penanggung Jawab
Wakil Penanggung Jawab I
Wakil Penanggung Jawab II
Wakil Penanggung Jawab III
Ketua Pelaksana
Wakil Ketua I
Wakil Ketua II
Sekertaris I
Sekertaris II
Anggota
Kelompok Ahli
4. Selain Jabatan dalam Unit Satuan Tugas, Tim Saber Pungli Kota Malang
memiliki Kelompok Kerja Unit, diantara nya :
48
• Kelompok Kerja Unit Intelejen yang beranggotakan :
Ketua
Sekertaris
Anggota . Terdiri dari 5 personil yang berasal dari lembaga / instansi yang
berbeda-beda
• Kelompok Kerja Unit Pencegahan
Ketua
Sekertaris
Anggota. Terdiri dari 5 personil yang berasal dari lembaga / instansi yang
berbeda-beda
• Kelompok Kerja Unit Penindakan
Ketua
Sekertaris
Anggota. Terdiri dari 10 personil yang berasal dari lembaga / instansi yang
berbeda-beda.
• Kelompok Kerja Unit Yustisi
Ketua
Sekertaris
Anggota. Terdiri dari 4 personil yang berasal dari lembaga / instansi yang
berbeda.
B. Hasil Wawancara yang di lakukan oleh peneliti
1. Pembahasan Mengenai Hasil Wawancara yang di lakukan oleh penulis kepada
tiga orang narasumber yang berasal dari unsur kepolisian dan dari unsur
49
pemerintah kota yang mana ketiga nya adalah anggota Tim Satgas Saber Pungli
kota Malang.
Dari hasil wawancara yang di lakukan oleh penulis disini nama dan identitas
narasumber tidak akan di publish atau akan disamarkan atau hanya diberikan inisial
dengan keterangan huruf.
Penulis akan memaparkan hasil wawancara yang di peroleh dari narasumber satu
disini adalah salah satu penyelenggara pemerintah kota, dan lalu selanjutnya penulis
akan memaparkan hasil wawancara yang di peroleh dari narasumber dua dan
narasumber tiga yang mana keduanya adalah bagian dari anggota kepolisian. Dan
ketiga narasumber yang diakan di wawancarai oleh penulis adalah anggota tim saber
pungli kota Malang.
Ada beberapa pertanyaan yang diajukan penulis dalam wawancara diantanya nya;
bagaimana harmonisasi kewenangan antara lembaga polri dan tim saber pungli dalam
pencegahan praktek pungutan liar di sektor-sektor pelayanan publik, apakah tidak
terjadi overlapping atau tunpang tindih mengenai kewenangan satgas saber pungli dan
kepolisian dalam rangka pemberantasan pungutan liar contohnya dengan operasi
tangkap tangan yang dilakukan lalu apakah ada besaran yang mengatur kewenangan
apabila terjadi pungutan liar dalam jumlah berapa sampai berapa akan di tangani oleh
tim saber pungli atau kepolisian, apa yang menjadi faktor pendorong dan penghambat
bagi tim saber pungli mapun dari lembaga kepolisian sendiri terkait dalam pelaksanaan
tugas memberantas praktik pungutan liar, dan apakah tim saber pungli memiliki tim
penyidik atau kah untuk proses penyidikan langsung diserahan kepada polisi.
50
Berikut adalah jawaban dari narasumber satu yaitu dari anggota Pemkot Malang
berinisial TB yang mana adalah salah satu anggota satgas saber pungli kota Malang:
“harmonis, karena tim ini dibentuk khusus yang lintas sektoral artinya
anggotanya dari lintas sektoral yang berbeda-beda. Dari kepolisian maupun dari
kejaksaan / PEMDA termasuk TNI mengirim anggotanya untuk di masukan
sebagai anggota tim juga37.
Dari hasil jawaban wawancara yang di lakukan penulis dengan bapak TB di atas
penulis dapat menyimpulkan bahwa menurut narasumber satu bahwa ada nya
harmonisasi yang baik antara tim saber pungli dengan kepolisian karena menurut
narasumber anggota kepolisian pun di masukkan menjadi anggota satgas saber pungli,
anggota tim saber pungli berasal dari lintas sektoral yang berbeda.
Lalu penulis megajukan pertanyaan lagi menaggapi jawaban dari narasumber satu
“apakah lembaga masing-masing itu dapat saling mengawasi dengan lembaga atau
sektor lain nya agar kiranya dapat berjalan lebih efektif pak, jadi tidak ada kong kali
kong atau istilah nya gak mungkin makan teman sendiri gitu pak? Dan apabila salah
satu tim satgas mengetahui ada praktik pungli di dinas terkait yang mana di luar
sektoralnya apakah bisa langsung di evakuasi atau bagaimana pak?
Jawaban dari narasumber satu ; “bahwa kementerian/lembaga dan pemerintah daerah melaksanakan pemberantasan pungutan liar di lingkungan kerja masing-masing, dan membentuk unit pemberantasan pungutan liar pada satuan pengawas internal saja atau unit kerja lain tetapi di lingkungan kerja masing-masing jadi sebenarnya tidak bisa dalam prakteknya kita mengevakuasi seperti itu mba.. kecuali harus ada terlebih dahulu laporan pengaduan dari masyarakat atau adanya informasi dulu lalu tidak bisa juga langsung kita evakuasi, ada prosesnya dulu maka dari itu tim ini terdiri dari beberapa sub bagian intelejen, pencegahan, penindakan, dan yustisi38.
37Wawancara yang di lakukan penulis pada tanggal 31 Mei 2017 dengan narasumber yang berasal dari unsur
pemerintah kota yang menjadi anggota Tim Satgas Saber Pungli kota Malang 38 Ibid .
51
Dari hasil jawaban wawancara yang di lakukan penulis dengan bapak TB di atas
penulis dapat menyimpulkan bahwa adanya perbuatan pungli di dalam masing-masing
sektoral tidak dapat saling mengawasi karena pernyataan membentuk unit
pemberantasan pungutan liar di lingkungan kerja masing-masing ini semua agar tidak
adanya sentimen terhadap lembaga yang satu dengan lembaga yang lain nya atau
mencegah terjadi nya gesekan-gesekan yang mungkin dapat terjadi antara lembaga satu
dengan lain nya yang nanti akan berdampak tidak baik di pandangan masyarakat.
39Diperkuat dengan pandangan Said Mustafa Husin seorang freelance, mantan
pemimpin redaksi media lokal, pemerhati kebijakan dan wacana sosial, penulis profil
tokoh dan daerah, environmental activists. “Ada kekhawatiran kalau dalam
pelaksanaanya, anggota Satgas Saber Pungli lebih memprioritaskan kerja di luar
lingkungannya akan terjadi overlappingatau tumpang tindih pengawasan. Hal ini akan
menimbulkan ekses yang kurang baik antar anggota Satgas Saber Pugli. Bahkan
tumpang tindih pengawasan ini nantinya bisa memicu gesekan-gesekan antar anggota
Satgas Saber Pungli yang sangat tidak elok terlihat di tengah masyarakat.
Kekhawatiran lain belum adanya batasan-batasan yang jelas untuk kejahatan
yang disebut pungli. Sementara sanksi yang akan diterima tentulah sangat berat seperti
dipecat untuk aparatur pemerintah. Kekhawatiran ini wajar muncul. Maklum saja,
budaya negeri ini yang sangat santun dan ramah. Sehingga saat seorang aparatur
pemerintah dibayarkan makan oleh seorang kontraktor yang bertemu di restoran juga
diterjemahkan sebagai pungli, akhirnya ditangkap oleh anggota Satgas di luar
39 Kompasiana, Said Mustafa Husin, Ketika Jokowi Terbitkan Perpres 87 Tahun 2016, http://www.kompasiana.com diakses pada tanggal 1 Juni 2017
52
lingkungannya. Karea itu sebelum Satgas bekerja perlu adanya ketegasan batasan yang
jelas.
Pungli pada hakekatnya lahir dari sebuah keterpaksaan, sebagai respon dari
kerumitan dan ketidakpastian pelayaan publik. Namun dalam perkembangannya terjadi
pergeseran sistem nilai di tengah masyarakat. Pengguna layanan justeru merasa lega
dengan melakukan pungli. Pungli diyakini mampu mengurai kerumitan proses
pelayanan publik menjadi kemudahan. Akhirnya, prilaku pungli itu sampai pada titik
seperti saat ini, tidak lagi dianggap sebagai praktek negative atau kejahatan.
Karena, tidak bisa disangkal bahwa pungli itu terjadi oleh korban itu sendiri.
Tanpa kesediaan korban pungli itu tidak akan pernah terjadi. Benarlah, seperti
pandangan Hans Von Hentig dalam makalahnya berjudul Remark on The Interaction
of Perpetrator and Victim yang kemudian dikemas menjadi buku berjudul The Criminal
and His Victim bahwa korban mempunyai peranan yang menentukan dalam timbulnya
kejahatan.
Karena itu dalam aksi Sapu Bersih Pungli harus sama dengan penangkapan
kejahatan Gratifikasi, yakni pemberi dan penerima. Sekalipun pemberi adalah korban
namun pemberi tetap sebagai pelaku kejahatan. Hanya saja, ada satu catatan, sejauh
manakah pemerintah bisa menjamin proses pelayanan public tidak akan panjang, rumit
dan berbelit. Pasalnya proses panjang, rumit dan berbelit ini adalah awal dari semua
kejahatan pungli.
53
Dari hasil penelusuran dan pencarian dalam berita penulis juga menemukan
pernyataan dari 40wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI Mahyudin
mengingatkan urgensi perlunya dibentuk tim saber pungli atau satuan tugas sapu bersih
pungutan liar, terutama di daerah."Karena ada beberapa lembaga negara yang tidak di
bawah daerah," kata Mahyudin di Semarang, Rabu (26/10).Lembaga negara yang tidak
berada di bawah pemerintahan daerah misalnya adalah lembaga agama, pertahanan,
keamanan dan moneter. Misalnya, lembaga keamanan melakukan tindakan pungutan
liar, pemerintah daerah setempat tidak dapat menindak karena bukan merupakan
wilayah kewenangannya. "Jadi, harus dibentuk tim (pungli)," kata Mahyudin.
Pernyataan wakil Ketua MPR RI Mahyudin ini dapat menguatkan pertanyaan
mengenai dinas-dinas terkait yang mana mungkin tidak tersentuh dengan pemerintah
kota/daerah. Yang mana dinas-dinas ini berada langsung di bawah pemerintah pusat
dengan adanya tim satgas saber pungli kota Malang di harapkan dapat memberantas
praktek pungli apabila ada yang terjadi di dinas-dinas terkait.
Pertanyaan penulis selanjutnya, lalu apakah tidak terjadi tumpang tindih
kekuasaan antara lembaga kepolisian dan tim satgas saber pungli dalam menjalakan
tugas memberantas pungutan liar? Misalnya dalam operasi tangkap tangan yang biasa
di lakukan kepolisian terhadap pelaku pungli , tim satgas juga memiliki kewenangan
untuk itu? Lalu bagaimana pak?
“tidak akan mengganggu tupoksi dari lembaga negara permanen yang lain, bahkan tim satgas saber pungli ini dapat bisa mendukung kinerja nya dalam rangka pencegahan dan pemberantasan praktek pungli. Karena adanya satgas saber pungli ini lahir berdasarkan atas Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2016,
40 Antara News, Wakil Ketua MPR Tegaskan Pentingnya Tim Saber Pungli, http://www.antaranews.com diakses pada
tanggal 1 Juni 2017
54
amanat nya untuk seluruh daerah membentuk satgas saber pungli di masing-masing daerah nya. Tidak akan mengganggu fungsi dari aparat penegak hukum yang lain termasuk lembaga kepolisian disini. Terkait operasi tangkap tangan kita bisa melakukan itu tetapi terlebih dahulu kan harus ada tahap lidik oleh unit intelegen misalnya jika memang ada nya indikasi pungli bisa tertangkap basah itu namanya operasi tangkap tangan, ya bisa juga.. jawab narasumber satu41”
Berkaitan dengan jawaban narasumber satu, penulis menyimpulkan bahwa tidak
adanya tumpang tindih overlapping dalam hal kewenangan, tidak akan menggangu
tugas pokok dan fungsi dari lembaga permanen pemerintah termasuk lembaga
kepolisian. Pernyataan bahwa tim lahir dari dikeluarkan nya Perpes Nomor 87 Tahun
2016 tentang tim satgas saber pungli yang bersifat satgas atau satuan tugas sedangkan
lembaga kepolisian lahir dari UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian dan bersifat
permanen.
Jawaban pertanyaan selanjutnya dari narasumber satu “berbicara menegani besararan tidak ada batasan. Berapa pun pungli tetap salah jika tidak seusai aturan mba. dan tidak ada aturan yang mengatur pungli dalam jumlah sekian akan di tangani oleh tim atau pun kepolisian . itu adalah tanggung jawab bersama. Tetapi sepeeti yang baru saya jelaskan tadi bukan berarti kewenangan yang ada sama, karena tim saber lahir berdasarkan Perpes Nomor 87 Tahun 2016 dan bersifat ad hoc oleh karena nya berbentuk satgas atau satuan tugas. Sedangkan lembaga kepolisian sendiri lahir dari adanya Undang-Undang Kepolisian ya toh.. jadi bersifat permanen jadi ya jelas berbeda fungi nya tim ini hanya fokus memberantas praktek-prakek pungli sedang kepolisian lebih luas walaupun juga bisa melakukan operasi tangkap tangan terhadap pelaku pungli42.” Dari hasil jawaban narasumber satu di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa
tidak ada batasan pasti yang mengatur apabila perbuatan pungli di lakukan dalam
jumlah sekian akan di tangani oleh satgas tim saber pungli atau pun kepolisian.
Pungutan Liar atau Pungli disini adalah sesuatu yang di mintakan tidak berdasarkan
41 Wawancara yang di lakukan penulis pada tanggal 31 Mei 2017 dengan narasumber yang berasal dari unsur
pemerintah kota yang menjadi anggota Tim Satgas Saber Pungli kota Malang 42 Ibid.
55
peraturan yang ada. Berapa pun itu, tidak melihat pada besar kecil nya kerugian yang
di rasakan tetapi lebih kepada perbuatan nya yang tidak sesuai aturan dan pemberian
efek jera yang di berikan agar para pelaku pungli menjalankan tugas nya dengan
bertanggung jawab penuh dan sesuai dengan tauran yang telah di tetapkan.
Pungutan liar dengan cara meminta pembayaran sejumlah uang yang tidak sesuai
atau tidak berdasarkan peraturan yang berkaitan dengan pembayaran tersebut. Hal ini
juga sering disamakan dengan perbuatan pemerasan, penipuan atau korupsi. Tingginya
tingkat ketidakpastian pelayanan sebagai akibat adanya prosedur pelayanan yang
panjang dan melelahkan menjadi penyebab dari semakin banyaknya masyarakat yang
menyerah ketika berhadapan dengan pelayanan publik yang korupsi. Bahkan ada
masyarakat yang memberi, hal ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
masyarakat cenderung semakin toleran terhadap praktik pungutan liar dalam
penyelenggaraan pelayanan publik. Lalu bagaimana jika masyarakat yang memberikan
? perbuatan ini sama seperti gratifikasi. Dimana ada nya penerima dan pemberi dimana
dua-dua nya tetap dapat dihukum. Seperti di jelaskan 43Jaksa Agung Muhammad
Prasetyo mengatakan, pelaku pungutan liar tidak hanya dapat dijerat dengan pasal
KUHP. Pelaku juga mungkin dijerat dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Prasetyo mengatakan, umumnya,
praktik pungutan liar dijerat dengan Pasal 368 KUHP dengan ancaman hukuman
maksimal sembilan bulan. Jika pelaku merupakan pegawai negeri sipil, akan dijerat
dengan Pasal 12 e UU Tipikor dengan ancaman hukuman seumur hidup atau minimal
43 Kompas. Pelaku Pungli Bisa Dijerat Pasal Korupsi, Bukan Hanya Pemerasan, http://nasional.kompas.com diakses
pada tangal 5 Juni 2017
56
empat tahun atau maksimal dua puluh tahun.” ujar dia di Kompleks Istana
Kepresidenan Jakarta pada Kamis (20/10/2016).
"Namun, tentu kami tidak bisa menggeneralisir seperti itu ya. Harus dilihat case
by case, apakah memenuhi unsur itu (Pasal 12 e UU Tipikor) atau tidak," lanjut dia.
Jika praktik pungutan liar yang diungkap hanya mengandung unsur pemerasan, maka
perkara itu akan ditangani Polisi. Kejaksaan hanya berperan dalam penuntutan. Namun,
jika praktik itu mengandung unsur korupsi, kejaksaan dapat ikut menyelidiki sekaligus
menyelidikinya. Prasetyo memastikan, tim "Saber Pungli" alias Sapu Bersih Pungutan
Liar akan mengoptimalkan penyelidikan dan penyidikan praktik pungli yang diungkap.
Pihaknya ingin memberikan efek jera agar praktik semacam itu, khususnya di sektor
pelayanan publik, tidak terjadi lagi. Tim Saber Pungli adalah salah satu bagian
kebijakan pemerintah melaksanakan reformasi di bidang hukum.
Selanjutnya, pertanyaan yang di ajukan oleh penulis kepada narasumber satu
adalah apa yang menjadi faktor pendorong dan penghambat bagi Tim Saber Pungli
dalam pelaksanaan tugas memberantas praktik pungutan liar.
“faktor pendorong jelas itu adalah tugas tim saber ya lalu saya juga termasuk ke dalam satgas saber pungli kota Malang, untuk kendala atau hambatan yang dirasakan di setiap pekerjaan pasti ada kendala kecil lah, tetapi itu sifatnya tidak permanen mbak.” Jelas narasumber44.
Dari hasil jawaban bapak TB di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa kendala
atau hambatan yang di rasakan narasumber sebagai salah satu tim satgas saber pungli
hanya kendala-kendala kecil yang dapat di atasi dan sifat nya tidak permanen.
44 Wawancara yang di lakukan penulis pada tanggal 31 Mei 2017 dengan narasumber yang berasal dari unsur
pemerintah kota yang menjadi anggota Tim Satgas Saber Pungli kota Malang
57
Sedangkan jawaban dari pertanyaan terakhir “Tim Satgas Saber Pungli memiliki
unit penindakan yang mana ada tahap penyidikan disana, tidak langsung di serahkan
kepada lembaga kepolisian karena dalam sub unit penindakan di tim satgas saber pungli
pun 70% dari unit penindakan ini di ambil dari unsur atau anggota kepolisian karenanya
tim satgas sudah dapat melakukan penindakan termasuk melakukan penyidikan
sebelum terlebih dahulu di lakukan penyelidikan oleh unit intelegen yang mana unit
dari satgas saber pungli ini bekerja mencari infomasi dan fakta-fakta apakah memang
benar telah terjadi praktek pungutan liar. Jadi jika ada praktek pungli penyelidikan
dapat di lakukan oleh tim satgas saber pungli tidak langsung di serahkan kepada
kepolisian walaupun di dalam unit penindakan dalam tim satgas saber pungli juga dari
unsur kepolisian yang nantinya akan melakukan penindakan atau penyidikan nya.
Selanjutnya penulis akan memaparkan hasil wawancara yang di peroleh dari dua
anggota kepolisian sebagai narasumber dua dan narasumber tiga yang mana kedua nya
adalah anggota tim saber pungli kota Malang dengan inisial RD dan NW.
Dalam hal ini penulis memberikan pertanyaan sama dengan pertanyaan yang
ditanyakan kepada narasumber satu .
Berikut jawaban yang di paparkan dari narasumber dua dan narasumber tiga.
“sejujurnya tidak bisa berjalan harmonis, karena antara lembaga satu dengan yang lain nya tidak bisa saling bekerja sama hanya saja masing-masing lembaga dapat saling melakukan pencegahan di unit kerja masing-masing, contohnya apabila salah satu tim satgas saber pungli mengetahui adanya dugaan praktek pungli di wilayah TNI, polisi tidak bisa sekonyong-konyong masuk walaupun atas nama tim satgas, hanya mungkin atas nama tim satgas saber pungli dapat melaporkan kepada internal TNI yang lebih tinggi jabatan nya agar dapat di hukum sesuai hukum militer atau dan yang lain sebagainya, ataupun misalkan ada nya dugaan praktek pungli di lembaga-lembaga pemerintahan yang mana anggota dari tim saber sendiri juga beberapa berasal dari unsur itu, lalu sulit rasanya jika bisa
58
berjalan harmonis. tidak harmonis ini bukan berarti kacau juga ya” terang narasumber dua. Makanya harus sering-sering dilakukan sosialisasi atau penyuluhan terhadap aparatur negara yang menyelenggarakan pelayanan publik termasuk dalam tubuh kepolisian sendiri.45”
Dari hasil jawaban di atas penulis dapat menyimpulkan adanya kesulitan di dalam
prakteknya bahwa hubungan harmonisasi itu sulit di wujudkan. Dari unsur kepolisian
dan kejaksaan disini adalah penegek hukum sedangkan pemerintah daerah atau dinas-
dinas terkait mungkin hanya menjalankan fungi sebagai penyelenggara pemerintah
atau menyelenggarakan fungsi pelayanan publik. Sedangkan kepolisian adalah
penegak hukum, dan pengayom masyarakat sesuai dengan motto dari lembaga
kepolisian itu sendiri. Berbicara mengenai kepentingan, masyarakat membutuhkan
penyelenggara Negara untuk memenuhi hak-hak nya misalnya hak untuk di akui
sebagai warga Negara Indonesia, hak untuk mendapakan identitas yang di akui Negara,
dll. Masyarakat pun membutuhkan pelindungnya. Jawaban dari narasumber mengenai
adanya dugaan ada nya praktek pungli di penyelenggara pemerintah atau lembaga lain
juga tidak terlepas dari sorotan masyarakt kepada penegak hukum itu sendiri. Ada nya
strong message 46Presiden memberikan strong message atau pesan yang sangat kuat,
bahwa Saber Pungli ini jangan hanya mengejar yang di luar, tetapi juga ke dalam. urut
Seskab, ketika menandatangani Perpres tersebut, Presiden memberikan strong message
atau pesan yang sangat kuat, bahwa Saber Pungli ini jangan hanya mengejar yang di
luar, tetapi juga ke dalam. “Karena unsur yang terlibat di dalamnya adalah Kepolisian,
Kejaksaan, Depdagri, maka tentunya juga harus berani untuk membersihkan ke dalam,
45 Wawancara yang di lakukan penulis pada tanggal 13 juni 2017 dengan narasumber yang berasal dari Kepolisian
Resor Kota Malang yang menjadi anggota Tim Satgas Saber Pungli kota Malang 46 Perpres Saber Pungli Ditandatangani Seskab: Presiden Minta Jangan Hanya Mengejar Yang di Luar, di postkan
oleh Humas Sekertariat Kabinet Republik Indonesia, http://setkab.go.id diakses pada tanggal 7 Juni 2017
59
karena di dalam juga ditengarai oleh masyarakat ada hal tersebut,” jelas Pramono.
Termasuk, lanjut Seskab, tentunya Saber Pungli ini juga mempunyai kewenangan
bukan hanya pungli-pungli yang sifatnya pungli, tetapi juga pungli politik dan
sebagainya. Saat mengumumkan Perpres Saber Pungli itu, Seskab Pramono Anung
didampingi oleh Menko Polhukam Wiranto, Jaksa Agung Prasetyo, Menteri Hukum
dan HAM Yasonna H. Laoly, dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian.
Selanjutnya pertanyaan mengenai apakah kewenangan antara kepolisian dan tim
satgas saber pungli menjadi overlapping tumpang tindih kekuasaan terhadap
pelaksanaan tugas pencegahan dan pemberantasan praktek pungutan liar.
Jawaban dari narasumber;
“tidak ada overlapping atau tumpang tindih kekuasaan karena kewenangan dan tugas pokok fungsi yang sangat berbeda. Tim satgas saber pungli hanya berperan untuk pemberantasan tindak pidana pungli sedangkan lembaga kepolisian kan luas sekali terangnya” 47
Lalu penulis menanyakan lagi perihal kewenangan terhadap operasi tangkap
tangan yang dapat di lakukan oleh kepolisian maupun tim satgas saber pungli.
“Walaupun dalam prakteknya lembaga kepolisian sudah terlebih dahulu melakukan operasi tangkap tangan tetapi tim satgas juga bisa melakukan operasi tangkap tangan melalui teknologi informasi seperti yang kita tahu di lembaga-lembaga atau instansi pemerintahan di kota Malang ini sudah banyak kan poster pengaduan yang gambarnya walikota Malang, dengan imbuhan nomor telfon yang dapat dihubungi masyarakat untuk pengaduan pungutan liar bahkan di kantor-kantor polisi pun sudah ditempel.48”
Penulis akan memberikan penjelasan mengenai jawaban dari narasumber di atas,
narasumber dua mengatakan tidak adanya tumpang tindih kekuasaan terhadap
47 Wawancara yang di lakukan penulis pada tanggal 13 juni 2017 dengan narasumber yang berasal dari Kepolisian
Resor Kota Malang yang menjadi anggota Tim Satgas Saber Pungli kota Malang 48 Ibid.
60
pemberantasan praktek-praktek pungli walaupun keduanya sama-sama memiliki
kewenangan untuk melakukan operasi tangkap tangan. Adanya poster yang di jelaskan
narasumber adalah poster mengenai layanan pengaduan untuk mayarajat yang merasa
menjadi korab pungli, di dalam penelitian penulis memnag menemukan dan melihat
sendiri poster-poster di tempelkan di lembaga-lembaga atau kantor pemerintahan
termasuk di lembaga kepolisian sendiri. poster bertuliskan “STOP PUNGLI. Jangan
memberi, hindari percaloan, ikuti prosedur resmi. dan nomor telfon yang di cantumkan
“tlp/sms : 081 333 47 1111 dengan imbuhan di bagian bawah poster bertuliskan kalimat
“dengan data lengkap instansi atau nama pelaku”.
Jawaban selanjutnya dari narasumber dua
“tidak ada batasan jumlah besaran lalu kewenangan nya pada siapa yang berhak menangani kasus pungli bukan di lihat dari batasan atau berapa jumlah nya itu juga tetapi berdasarkan mou , atau siapa yang berhak adalah siapa yang pertama kali menerbitkan surat penyidikan perkara.”49 Dari jawaban narasumber di atas penulis akan menjelaksan maksud mou atau
dapat juga di sebut nota kesepahaman berbeda dengan perjanjian pasa 1313 dalam
KUHP, mou adalah :
“Nota Kesepahaman atau juga biasa disebut dengan Memorandum of
Understanding ("MoU") atau pra-kontrak, pada dasarnya tidak dikenal dalam hukum
konvensional di Indonesia. Akan tetapi dalam praktiknya, khususnya bidang komersial,
MoU sering digunakan oleh pihak yang berkaitan.
49 Ibid .
61
MoU merupakan suatu perbuatan hukum dari salah satu pihak (subjek hukum)
untuk menyatakan maksudnya kepada pihak lainnya akan sesuatu yang ditawarkannya
ataupun yang dimilikinya. Dengan kata lain, MoU pada dasarnya merupakan perjanjian
pendahuluan, yang mengatur dan memberikan kesempatan kepada para pihak untuk
mengadakan studi kelayakan terlebih dahulu sebelum membuat perjanjian yang lebih
terperinci dan mengikat para pihak pada nantinya.
Mengutip dari Jawaban Biro Riset Legislative (Legislative Research Bureau's)
bahwa MoU didefinisikan dalam Black’s Law Dictionary sebagai bentuk Letter of
Intent. Adapun Letter of Intent didefinisikan:
“A written statement detailing the preliminary understanding of parties who plan
to enter into a contract or some other agreement; a noncommittal writing preliminary
to acontract. A letter of intent is not meant to be binding and does not hinder the parties
from bargaining with a third party. Business people typically mean not to be bound by
a letter of intent, and courts ordinarily do not enforce one, but courts occasionally find
that a commitment has been made...”
Dengan terjemahan bebasnya:
“Suatu pernyataan tertulis yang menjabarkan pemahaman awal pihak yang
berencana untuk masuk ke dalam kontrak atau perjanjian lainnya, suatu tulisan tanpa
komitmen/tidak menjanjikan suatu apapun sebagai awal untuk kesepakatan. Suatu
Letter of Intent tidak dimaksudkan untuk mengikat dan tidak menghalangi pihak dari
tawar-menawar dengan pihak ketiga. Pebisnis biasanya berarti tidak terikat dengan
Letter of Intent, dan pengadilan biasanya tidak menerapkan salah satu, tapi pengadilan
kadang-kadang menemukan bahwa komitmen telah dibuat/disepakati...”
62
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa MoU melingkupi hal-hal
sebagai berikut:
1) MoU merupakan pendahuluan perikatan (landasan kepastian);
2) Content/isi materi dari MoU hanya memuat hal-hal yang pokok- pokok saja;
3) Dalam MoU memilki tenggang waktu, dengan kata lain bersifat sementara;
4) MoU pada kebiasaannya tidak dibuat secara formal serta tidak ada
kewajiban yang memaksa untuk dibuatnya kontrak atau perjanjian
terperinci; dan
5) Karena masih terdapatnya keraguan dari salah satu pihak kepada pihak
lainnya, MoU dibuat untuk menghindari kesulitan dalam pembatalan”
Diperjelas lagi dengan pernyataan kalimat narasumber teakhir di dalam dunia
hukum maka lebih mudah nya di pahami bahwa kepada siapa yang pertama kali
menerbitkan surat penyidikan perkara.
Menurut Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum
Acara Pidana (“KUHAP”), penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam
hal dan menurut cara yang diatur dalam KUHAP untuk mencari serta mengumpulkan
bukti yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya. Penyidikan harus dibedakan
dengan penyelidikan (upaya penyelidik untuk mencari suatu peristiwa yang diduga
sebagai tindak pidana). Selain Pasal 109 ayat 1 KUHAP di atas, ada juga ketentuan
administatif penyidikan internal yang mengatur mengenai Sprindik, yang dapat kita
temukan di Pasal 1 angka 17, Pasal 4 huruf d, Pasal 10 ayat (1), Pasal 15 dan Pasal 25
Peraturan Kapolri Nomor 14 Tahun 2012 tentang Manajemen Penyidikan (“Perkap No.
14 Tahun 2012”). Berdasarkan Pasal 25 ayat (2) Perkap No. 14 Tahun 2012, maka
63
setelah Sprindik terbit, akan diterbitkan juga Surat Pemberitahuan Dimulainya
Penyidikan (SPDP), yang sekurang-kurangnya memuat:
1. Dasar penyidikan berupa laporan polisi dan surat perintah penyidikan;
2. waktu dimulainya penyidikan;
3. Jenis perkara, pasal yang dipersangkakan dan uraian singkat tindak pidana
yang disidik;
4. Identitas tersangka (apabila identitas tersangka sudah diketahui);dan
5. Identitas pejabat yang menandatangani SPDP.
Selanjutmya, narasumber menjawab pertnayaan penulis mengenai hambatan apa
yang dirasakan , berikut adalah jawaban dari narasumber dua dan narasumber tiga yang
dirasakan menjadi hambatan dalam memberantas praktek pungli :
• Tidak di lengkapi dengan sarana prasarana atau teknologi yang canggih • Melakukan penyelidikan hanya secara tradisional • Pelaku pungli merubah modus • Nilai uang pungli terlalu kecil50
Menanggapi jawaban dari narasumber, penulis menanyakan “ lalu bagaimana
upaya yang di lakukan untuk mengatasi masalah atau hambatan-hambatan tadi pak?”
Jawaban yang diberikan narasumber
“ya kita melakukan pencegahan yaa.. kan lebih baik di cegah dulu sebelum dia sudah melakukan pengli terhadap seluruh aparat peerintah yang melakukan pelayanan publik misalnya seperti (sosialisai atau penyuluhan) begitu mba, lalu juga kan kita kan melakukan penyelidikan terlebih dahulu sebelum adanya penyidikan terhadap aparat pemerintah yang melakukan pelayanan public dan ada indikasi untuk dia melakukan pungli pada masyarakat, dan setelah itu kan baru ada penindakan terhadap aparat pemerintah yang melakukan pelayanan public dan melakukan pebuatan pungli.51”
50 Ibid . 51 Ibid .
64
Dari jawaban narasumber di atas penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa
hambatan yang dirasakan adalah kurang nya fasilitas yang memadai, lalu melakukan
penyelidikan dengan cara tradisonal padahal proses penyelidikan tidak mudah para
penegak hukum harus bergerak perlahan mengamati mencermati apakah benar ada
perbuatan pidana yang di sangkakan di lakukan, kesulitan itu di tambah lagi dengan
para pelaku pungli yang bahkan dapat lebih maju atau lebih canggih di banding dengan
aparat penegak hukum nya, para pelaku merubah cara dengan modus-modus baru,
hambatan atau kendala yang terakhir adalah nilai uang pungli terlalu kecil padahal
adanya proses penyelidikan dan penyidikan memakan anggaran dana yang mana tidak
sedikit tetapi pebuatan pungli nya sendiri nilai nya kecil sekali atau lebih rendah di
bandingkan dengan anggaran dana yang dikeluarkan untuk biaya penyelidikan dan
penyidikan nya.
Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dari NW selaku ketua dari
kelompok kerja di unit Yustisi narasumber mengatakan bahwa
“semuanya ini memiliki kewenangan masing-masing di tiap kerlompok kerja unit satgas saber pungli , dan pada saat nya nanti semuanya nanti muara nya ke bagian yustisi, lalu nanti bagian yustisi akan memilah milah, perkara ini di seleseikan di kepolisian dalam rangka untuk sidik tindak pidana korupsi atau ini bersifat mal administrasi maka di serahkan kepada intitusi dimana seharusnya dapat dipertanggung jawabkan , misalnya contohnya di dinas maka berarti di inspektorat . Makanya ini untuk membedakan apakah ini pelanggaran nya hanya bersifat pelanggaran administrasi atau apakah pelanggaran nya ini sudah bersifat pelanggaran hukum ini di saring di unit yustisi.52”
Dari hasil wawancara diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa setelah melalui
satuan kerja di salam satgas saber pungli di antaranya adalah unit intelejen yang
melakukan lidik lalu penindakan dimana sudah ada proses penyidikan yang di lakukan
52 Ibid .
65
oleh tim satgas saber pungli lalu proses yang terakhir adalah dibawa ke unit yustisi
dimana unit tersebut nanti nya akan memutuskan apakah perbuatan nya hanya
perbuatan yang bersifat administrasi atau kah perbuatan tersebut dapat di katakan
pungli dan apabila sudah cukup bukti bahwa perbuatan nya termasuk ke dalam rana
pidana maka diserahkan kepada baghum, kalo kemudian pelaku nya adalah TNI maka
diserahkan pada Pom TNI kalo pelaku nya adalah sipil maka lalu dapat diserahkan
kepada lembaga kepolisian.
Masalah sanksi yang akan di berikan kepada pelaku Pungli, dasar hukum
perbuatan pungli tidak di muat di dalam rumusan KUHAP. Namun demikian pungutan
liar dapat disamakan dengan perbuatan pidana seperti penipuan, pemerasan dan
korupsi.
Dari penjelasan yang telah dituturkan diatas narasumber tiga menjelaskan bahwa
unit yustisi yang nanti nya akan memutuskan bahwa perbuatan nya termasuk perbuatan
administrasi saja atau sudah termasuk perbuatan pidana dan melanggar hukum . sanksi
yang di jatuhkan pasti tergantung kepada perbuatan nya apakah termasuk ke dalam
pemerasan ataua penipuan atau korupsi. Berbicara masalah sanksi, mungkin menjadi
hambatan tersendiri dalam praktek pemberantasan pungutan liar karena tidak ada nya
batasan secara pasti. Selain itu penulis meinympulkan bahwa narasumber satu yang
berasal dari unsur pemerintahan anggota tim saber pungli kota Malang tidak
menemukan hambatan atau kendala yang sangat besar, sedangkan pihak dari unsur
kepolisian yang merupakan anggota tim satgas saber pungli mengemukakan bahwa
hambatan terbesar di dalam Tim Satgas Saber Pungli adalah karena kurangnya
teknologi atau fasiltias sarana prasarana yang memadai untuk menunjang tim. Selain
66
hambatan yang mungkin di terangkan oleh narasumber disini, penulis menemukan
hambatan lain yang mungkin tidak secara subjektif di rasakan oleh aparatur nya atau
para penegak hukum. Tetapi lebih kepada masalah substansi dimana pemberantasan
pungli terbentur peraturan terhadap saknsi yang di berikan.
Jadi bukan permasalahan struktur atau penegak hukum nya tetapi lebih kepada
aturan nya mengutip dari 53Media Indonesia-.
“Mentri Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) Yasonna H Laoly mengakui
tidak mudah memecat PNS yang terbukti melakukan pungli. Ada Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) yang tidak mencantumkan
sanksi pemecatan terhadap aparatur pemerintahan.
"Sudahlah, (kami mau pegawai) yang ketahuan pungli dipecat saja. Namun, ada
persoalan hukum seperti dikatakan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Kadang
UU Aparatur Sipil Negara itu merepotkan. Sudah kami pecat, dia banding," kata
Yasonna seusai menghadiri acara di Graha Pengayoman Kementerian Hukum dan
HAM, Jakarta, kemarin (Jumat, 14/10).
Yasonna menambahkan UU ASN tersebut menghambat penegakan hukum PNS
yang berbuat lancung. "Sanksi tegas bisa dibantah karena ada aturan banding.
Kemudian aturan itu juga menganulir pemecatan. Kalau banding diturunin lagi
hukumannya. Ini sering. Saya sudah pecat tidak hormat, diturunkan dengan pemecatan
secara hormat. Pecat secara hormat, diturunkan jadi penurunan pangkat."
53 MediaIndonesia.com. Hukuman Pungli Terhambat Aturan, http://mediaindonesia.com Diakses pada tanggal 3 Juni
2017
67
Kondisi itu, lanjut Yasonna, menjadi kendala di tengah upaya pembasmian
pungli. "Ini masukan untuk Menpan dan Rebiro. Kalau mau pecat PNS, ya, pecat saja."
Itu senada dengan pernyataan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo yang meminta
Kemenpan dan Rebiro mempermudah pemecatan PNS, sebab pihaknya terhambat
peraturan untuk membersihkan instansi dari aparat busuk.
"Masak orang salah masih diberhentikan dengan hormat? Kalau mau diubah,
harus seperti itu (memecat tidak hormat PNS yang melakukan pungli). Kalau tidak, ya,
begini saja. Mereka dipecat dengan hormat dan mendapat pensiun. Itu tidak asyik," ujar
Ganjar.
Hambatan lain yang mungkin di hadapi pada pemberantasan Pungli yang di
kemukakan di atas mungkin merupakan salah satu masukan yang nantinya akan
memperbaiki system di tentang UU Aparatur Sipil Negara.
C. Analisa
1. Pembahasan Mengenai hasil Wawancara oleh Penulis dengan Narasumber
mengenai hubungan harmonisasi lembaga kepolisian dan tim satgas saber pungli
kota Malang
Berdasarkan pada pertanyaan mengenai bagaimana harmonisasi kewenangan
antara lembaga polri dan tim saber pungli dalam pencegahan praktek pungutan liar di
sector-sektor pelayanan publik jawaban dari hasil wawancara yang diperoleh penulis,
narasumber satu menyatakan bahwa berjalan harmonis sedangkan narasumber yang
68
lain menyatakan adanya kesulitan di dalam harmonisasi antara lembaga satu dengan
yang lain termasuk lembaga kepolisian dengan tim satgas saber pungli sendiri, karena
di dalam prakteknya tidak bisa suatu lembaga atau instansi lain memasuki rana lembaga
atau instansi lain secara leluasa, hanya saja dapat mengajukan memberikan
rekomendasi kepada pimpinan kementrian/lembaga serta kepala daerah untuk
memberikan sanksi kepada pelaku pungutan liar sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Mengenai overlapping/tumpang tindih kekuasaan terhadap pelaksanaan
pencegahan dan pemberantasan praktek pungutan liar jawaban narasumber satu dan
narasumber dua sama bahwa tidak adanya overlapping atau tumpang tindih kekuasaan
karena kewenangan nya dan tugas pokok fungsi antara lembaga kepolisian dan tim
satgas saber pungli berbeda. Tim sabr pungli ada berdasarkan lahirnya perpes nomor
87 tahun 2016 tentang pembentukan tim satgas saber pungli lalu melalui keputusan
walikota Malang di bentuk lah tim satgas saber pungli ini dan bersifat ad hoc sedangkan
lembaga kepolisian ada berdasarkan UU Nomor 2 Tahun2002 tentang Kepolisian, dan
lembaga negara ini bersifat permanen.
Tidak ada nya batasan atau besaran jumlah yang di atur apabila pungutan liar di
lakukan dalam jumlah berapa sampai dengan berapa akan di serahkan kepada
kepolisian atau kepada tim satgas saber pungli karena pada prakteknya tim satgas dapat
menerima sendiri informasi dari teknologi yang di siapkan melalui layanan pengaduan
Masyarakat mengadu melalui berbagai media, pesan singkat hingga aplikasi.
sedangkan kepolisian juga memiliki kewenangan apabila ada masyarakat yang melapor
69
menjadi korban pungli kepolisian dapat menjalankan tugasnya sebagai pelindung
masyarakat dan penegak hukum.
Mengenai faktor pendorong narasumber satu menejlaskan dengan mengemban
tugas menjadi salah satu anggota tim satgas saber pungli maka menjadi pendorong atau
tugas saya memberantas praktek pungutan liar sedangkan narasumber dari unsur
kepolisian mengatakan pungli meresahkan masyarakat, dan polisi adalah sebagai
pelindung masyarakat.
Sebelum menganalisis faktor penghambat yang diutarakn oleh narasumber,
penulis akan memaparkan faktor-faktor penyebab pungli antara lain.54 ;
1. Adanya ketidakpastian pelayanan sebagai akibat adanya prosedur pelayanan
yang panjang dan melelahkan sehingga masyarakat menyerah ketika
berhadapan dengan pelayanan public yang korup.
2. Penyalahgunaan wewenang, Jabatan atau kewenangan yang ada/melekat pada
seseorang.
3. Faktor ekonomi. Penghasilan yang tidak mencukupi kebutuhan hidp atau
tidak sebanding dengan tugas/jabatan yang diemban membuatan seseorang
terdorong untuk melakukan pungli.
4. Faktor kultral & Budaya Organisasi, yang terbentuk dan berjalan terus
menerus di suatu lembaga agar pungutan liar dan penyuapan, dapat
menyebabkan pungutan liar sebagai hal biasa.
5. Terbatasnya sumber daya manusia.
54 Moh Toha Solahuddin, PFA Bidang Investigasi, Pungutan Liar(PUNGLI) dalam Perspektif Tindak Pidana Korupsi,
Majalah Paraikatte Volume 26 Triwulan III 2016
70
6. Lemahnya system control dan pengawasan oleh atasan
Faktor penghambat yang di jelaskan narasumber satu dan narasumber dua dan
tiga sedikit berbeda. Narasumber satu hanya menjelaskan hambatan secara subjektif
atau hanya melihat dari kendala yang di rasakan tidak begitu besar dan sifat nya tidak
permanen karena menurut narasumber satu di setip perkejaan pasti ada hambatan tetapi
baginya itu dapat diatasi, sedangkan narasumber dua menjelaskan beberapa hambatan
atau kendala yang dirasakakn di antaranya ; tidak di lengkapi dengan sarana prasarana
atau teknologi yang canggih, melakukan penyelidikan hanya secara tradisonal, pelaku
pungli merubah modus, nilai uang pungli terlalu kecil. Dari hambatan yang di
unkapkan oleh narasumber dua penulis mencoba memaparkan kurang nya fasilitas
yang memadai, lalu melakukan penyelidikan dengan cara tradisonal padahal proses
penyelidikan tidak mudah para penegak hukum harus bergerak perlahan mengamati
mencermati apakah benar ada perbuatan pidana yang di sangkakan di lakukan,
kesulitan itu di tambah lagi dengan para pelaku pungli yang bahkan dapat lebih maju
atau lebih canggih di banding dengan aparat penegak hukum nya, para pelaku merubah
cara dengan modus-modus baru, hambatan atau kendala yang terakhir adalah nilai
uang pungli terlalu kecil padahal adanya proses penyelidikan dan penyidikan memakan
anggaran dana yang mana tidak sedikit tetapi pebuatan pungli nya sendiri nilai nya
kecil sekali atau lebih rendah di bandingkan dengan anggaran dana yang dikeluarkan
untuk biaya penyelidikan dan penyidikan nya.
Selanjutnya mengenai unit yustisi seperti yang di jelaskan oleh narasumber tiga
bahwa keselurauhan dari pencegahan dan pemberantasn praktek pungli muaranya akan
berujung di unit yustisi. Dimana unit yustisi disini akan memutuskan apakah perkara
71
ini adalah hanya pelanggaran administrasi atau memang sudah pelanggaran tindak
pidana. Berbicara mengenai sanksi, satgas saber pungli memiliki kewenangan untuk
merekomendasikan sanksi terhadap pelaku. Berbicara mengensi sanksi atau hukuman
dimana tidak banyak aparatur negara yang terlibat pungli di hukum secara pidana, ada
yang di proses secara pidana tapi tidak banyak di karenakan fungsi hukum pidana.
55Pada dasarnya secara umum fungsi hukum pidana sama dengan fungsi hukum pada
umumnya. Namun demikian hukum pidana juga mempunyai fungsi khusus yang
berbeda dengan hukum pada umumnya. yang menjadi ultimum remidium atau sebagai
obat terakhir, yaitu sebagai “obat” yang baru akan digunakan manakala obat lain di luar
hukum pidana sudah tidak dapat efektif digunakan. Penggunaan hukum pidana sebagai
obat terakhir atau ulitmum remedium ddidasarkan pada kenyataan, bahwa hukum
pidana merupakan hukum yang memuat sanksi paling keras / paling kejam di banding
dengan hukum lain. Misalnya di dalam contoh kasus pungutan liar dimana pelaku dapat
di jatuhkan hukuman administrasi atau pelanggaran kode etik atau sanksi terberat
adalah pemecatan. menganalisa pernyataan dari Mentri Hukum dan Hak Asasi Manusia
(HAM) Yasonna H Laoly seperti yang penulis coba jelaskan di atas terkait dengan
hambatan hukuman atau sanksi kendala di tengah upaya pembasmian pungli ditengarai
dengan adanya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
(ASN) yang tidak mencantumkan sanksi pemecatan terhadap aparatur pemerintahan.
Oleh karena nya penulis berpendapat harus ada nya batasan yang jelas mengenai
batasan perbuatan yang dapat disbeut pungutan liar dan juga saknsi yang tegas untuk
para pelaku pungli.
55 Tongat , SH., M.Hum. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia Dalam Perspektif Pembaharuan, hlm 20
72
top related