bab iii hasil penelitian dan pembahasan a. tinjauan...

27
46 BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Tim Satgas Saber Pungli Kota Malang 1. Berdasarkan dikeluarkan nya Surat Keputusan Walikota Malang Provinsi Jawa Timur Nomor 188.45/30/35.73.112/2017 Tentang Satuan Tugas Sapu Bersih Kota Malang Tim Satgas Saber Pungli kota Malang berkedudukan di Malang, bertanggung jawab kepada walikota Malang yang telah di tetapkan pada tanggal 9 Januari 2017. Dengan pertimbangan bahwa untuk pencegahan dan pemberantasan terjadinya pungutan liar dan suap di unit pelayanan publik pada perangkat daerah, perlu menetapkan keputusan walikota malang tentang satuan tugas sapu bersih pungutan liar kota malang ; 2. Anggota dan Tugas Tim Saber Pungli kota Malang Berdasarkan data yang telah diperoleh oleh penulis, Tim Satgas Saber Pungli Kota Malang memiliki 45 personil berasal dari sector/ lembaga/ instansi yang berbeda beda. Diantara sector/ lembaga/ instansi sebagai berikut : Polisi, TNI, Kejaksaan, 2 orang dari unsur intelektual atau akademisi yang berasal dari salah satu universitas negeri di kota Malang dan salah satu akademisi yang berasal sari salah satu universitas swasta di kota Malang , dan unsur pemerintah kota. termasuk walikota Malang selaku penanggung jawab tim. Tim Saber Pungli Melaksanakan pemberantasan pungutan liar secara efektif dan efisien dengan optimalkan pemanfaatan personil, satuan kerja, dan sarana prasarana, membangun system pencegahan dan pemberantasan pungutan liar, mengumpulkan data dan informasi menggunakan teknologi informasi,

Upload: others

Post on 27-Oct-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/37910/4/jiptummpp-gdl-sofyamawan... · Berkaitan dengan jawaban narasumber satu, penulis menyimpulkan bahwa

46

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Tinjauan tentang Tim Satgas Saber Pungli Kota Malang

1. Berdasarkan dikeluarkan nya Surat Keputusan Walikota Malang Provinsi Jawa

Timur Nomor 188.45/30/35.73.112/2017 Tentang Satuan Tugas Sapu Bersih Kota

Malang

Tim Satgas Saber Pungli kota Malang berkedudukan di Malang, bertanggung

jawab kepada walikota Malang yang telah di tetapkan pada tanggal 9 Januari 2017.

Dengan pertimbangan bahwa untuk pencegahan dan pemberantasan terjadinya

pungutan liar dan suap di unit pelayanan publik pada perangkat daerah, perlu

menetapkan keputusan walikota malang tentang satuan tugas sapu bersih pungutan liar

kota malang ;

2. Anggota dan Tugas Tim Saber Pungli kota Malang

Berdasarkan data yang telah diperoleh oleh penulis, Tim Satgas Saber Pungli

Kota Malang memiliki 45 personil berasal dari sector/ lembaga/ instansi yang berbeda

beda. Diantara sector/ lembaga/ instansi sebagai berikut : Polisi, TNI, Kejaksaan, 2

orang dari unsur intelektual atau akademisi yang berasal dari salah satu universitas

negeri di kota Malang dan salah satu akademisi yang berasal sari salah satu universitas

swasta di kota Malang , dan unsur pemerintah kota. termasuk walikota Malang selaku

penanggung jawab tim. Tim Saber Pungli Melaksanakan pemberantasan pungutan liar

secara efektif dan efisien dengan optimalkan pemanfaatan personil, satuan kerja, dan

sarana prasarana, membangun system pencegahan dan pemberantasan pungutan liar,

mengumpulkan data dan informasi menggunakan teknologi informasi,

Page 2: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/37910/4/jiptummpp-gdl-sofyamawan... · Berkaitan dengan jawaban narasumber satu, penulis menyimpulkan bahwa

47

mengkoordinasikan, merencanakan, dan melaksanakan operasi pemberantasan

pungutan liar, melaksanakan operasi tangkap tangan, memberikan rekomendasi kepada

pimpinan kementrian/lembaga serta kepala daerah untuk memberikan sanksi kepada

pelaku pungutan liar sesuai dengan peraturan perundang-undangan, memberikan

rekomendasi pembentukan dan pelaksanaan pungutan liar di setiap instansi

penyelenggara pelayanan public kepada pimpinan kementrian / lembaga dan kepada

pemerintah daerah, melaksanakan evaluasi kegiatan pemebrantasan pungutan liar

sebulan (dua) kali;dan melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya kepada walikota

Malang.

3. Jabatan Dalam Unit Satuan Tugas Terdiri Dari :

Penanggung Jawab

Wakil Penanggung Jawab I

Wakil Penanggung Jawab II

Wakil Penanggung Jawab III

Ketua Pelaksana

Wakil Ketua I

Wakil Ketua II

Sekertaris I

Sekertaris II

Anggota

Kelompok Ahli

4. Selain Jabatan dalam Unit Satuan Tugas, Tim Saber Pungli Kota Malang

memiliki Kelompok Kerja Unit, diantara nya :

Page 3: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/37910/4/jiptummpp-gdl-sofyamawan... · Berkaitan dengan jawaban narasumber satu, penulis menyimpulkan bahwa

48

• Kelompok Kerja Unit Intelejen yang beranggotakan :

Ketua

Sekertaris

Anggota . Terdiri dari 5 personil yang berasal dari lembaga / instansi yang

berbeda-beda

• Kelompok Kerja Unit Pencegahan

Ketua

Sekertaris

Anggota. Terdiri dari 5 personil yang berasal dari lembaga / instansi yang

berbeda-beda

• Kelompok Kerja Unit Penindakan

Ketua

Sekertaris

Anggota. Terdiri dari 10 personil yang berasal dari lembaga / instansi yang

berbeda-beda.

• Kelompok Kerja Unit Yustisi

Ketua

Sekertaris

Anggota. Terdiri dari 4 personil yang berasal dari lembaga / instansi yang

berbeda.

B. Hasil Wawancara yang di lakukan oleh peneliti

1. Pembahasan Mengenai Hasil Wawancara yang di lakukan oleh penulis kepada

tiga orang narasumber yang berasal dari unsur kepolisian dan dari unsur

Page 4: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/37910/4/jiptummpp-gdl-sofyamawan... · Berkaitan dengan jawaban narasumber satu, penulis menyimpulkan bahwa

49

pemerintah kota yang mana ketiga nya adalah anggota Tim Satgas Saber Pungli

kota Malang.

Dari hasil wawancara yang di lakukan oleh penulis disini nama dan identitas

narasumber tidak akan di publish atau akan disamarkan atau hanya diberikan inisial

dengan keterangan huruf.

Penulis akan memaparkan hasil wawancara yang di peroleh dari narasumber satu

disini adalah salah satu penyelenggara pemerintah kota, dan lalu selanjutnya penulis

akan memaparkan hasil wawancara yang di peroleh dari narasumber dua dan

narasumber tiga yang mana keduanya adalah bagian dari anggota kepolisian. Dan

ketiga narasumber yang diakan di wawancarai oleh penulis adalah anggota tim saber

pungli kota Malang.

Ada beberapa pertanyaan yang diajukan penulis dalam wawancara diantanya nya;

bagaimana harmonisasi kewenangan antara lembaga polri dan tim saber pungli dalam

pencegahan praktek pungutan liar di sektor-sektor pelayanan publik, apakah tidak

terjadi overlapping atau tunpang tindih mengenai kewenangan satgas saber pungli dan

kepolisian dalam rangka pemberantasan pungutan liar contohnya dengan operasi

tangkap tangan yang dilakukan lalu apakah ada besaran yang mengatur kewenangan

apabila terjadi pungutan liar dalam jumlah berapa sampai berapa akan di tangani oleh

tim saber pungli atau kepolisian, apa yang menjadi faktor pendorong dan penghambat

bagi tim saber pungli mapun dari lembaga kepolisian sendiri terkait dalam pelaksanaan

tugas memberantas praktik pungutan liar, dan apakah tim saber pungli memiliki tim

penyidik atau kah untuk proses penyidikan langsung diserahan kepada polisi.

Page 5: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/37910/4/jiptummpp-gdl-sofyamawan... · Berkaitan dengan jawaban narasumber satu, penulis menyimpulkan bahwa

50

Berikut adalah jawaban dari narasumber satu yaitu dari anggota Pemkot Malang

berinisial TB yang mana adalah salah satu anggota satgas saber pungli kota Malang:

“harmonis, karena tim ini dibentuk khusus yang lintas sektoral artinya

anggotanya dari lintas sektoral yang berbeda-beda. Dari kepolisian maupun dari

kejaksaan / PEMDA termasuk TNI mengirim anggotanya untuk di masukan

sebagai anggota tim juga37.

Dari hasil jawaban wawancara yang di lakukan penulis dengan bapak TB di atas

penulis dapat menyimpulkan bahwa menurut narasumber satu bahwa ada nya

harmonisasi yang baik antara tim saber pungli dengan kepolisian karena menurut

narasumber anggota kepolisian pun di masukkan menjadi anggota satgas saber pungli,

anggota tim saber pungli berasal dari lintas sektoral yang berbeda.

Lalu penulis megajukan pertanyaan lagi menaggapi jawaban dari narasumber satu

“apakah lembaga masing-masing itu dapat saling mengawasi dengan lembaga atau

sektor lain nya agar kiranya dapat berjalan lebih efektif pak, jadi tidak ada kong kali

kong atau istilah nya gak mungkin makan teman sendiri gitu pak? Dan apabila salah

satu tim satgas mengetahui ada praktik pungli di dinas terkait yang mana di luar

sektoralnya apakah bisa langsung di evakuasi atau bagaimana pak?

Jawaban dari narasumber satu ; “bahwa kementerian/lembaga dan pemerintah daerah melaksanakan pemberantasan pungutan liar di lingkungan kerja masing-masing, dan membentuk unit pemberantasan pungutan liar pada satuan pengawas internal saja atau unit kerja lain tetapi di lingkungan kerja masing-masing jadi sebenarnya tidak bisa dalam prakteknya kita mengevakuasi seperti itu mba.. kecuali harus ada terlebih dahulu laporan pengaduan dari masyarakat atau adanya informasi dulu lalu tidak bisa juga langsung kita evakuasi, ada prosesnya dulu maka dari itu tim ini terdiri dari beberapa sub bagian intelejen, pencegahan, penindakan, dan yustisi38.

37Wawancara yang di lakukan penulis pada tanggal 31 Mei 2017 dengan narasumber yang berasal dari unsur

pemerintah kota yang menjadi anggota Tim Satgas Saber Pungli kota Malang 38 Ibid .

Page 6: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/37910/4/jiptummpp-gdl-sofyamawan... · Berkaitan dengan jawaban narasumber satu, penulis menyimpulkan bahwa

51

Dari hasil jawaban wawancara yang di lakukan penulis dengan bapak TB di atas

penulis dapat menyimpulkan bahwa adanya perbuatan pungli di dalam masing-masing

sektoral tidak dapat saling mengawasi karena pernyataan membentuk unit

pemberantasan pungutan liar di lingkungan kerja masing-masing ini semua agar tidak

adanya sentimen terhadap lembaga yang satu dengan lembaga yang lain nya atau

mencegah terjadi nya gesekan-gesekan yang mungkin dapat terjadi antara lembaga satu

dengan lain nya yang nanti akan berdampak tidak baik di pandangan masyarakat.

39Diperkuat dengan pandangan Said Mustafa Husin seorang freelance, mantan

pemimpin redaksi media lokal, pemerhati kebijakan dan wacana sosial, penulis profil

tokoh dan daerah, environmental activists. “Ada kekhawatiran kalau dalam

pelaksanaanya, anggota Satgas Saber Pungli lebih memprioritaskan kerja di luar

lingkungannya akan terjadi overlappingatau tumpang tindih pengawasan. Hal ini akan

menimbulkan ekses yang kurang baik antar anggota Satgas Saber Pugli. Bahkan

tumpang tindih pengawasan ini nantinya bisa memicu gesekan-gesekan antar anggota

Satgas Saber Pungli yang sangat tidak elok terlihat di tengah masyarakat.

Kekhawatiran lain belum adanya batasan-batasan yang jelas untuk kejahatan

yang disebut pungli. Sementara sanksi yang akan diterima tentulah sangat berat seperti

dipecat untuk aparatur pemerintah. Kekhawatiran ini wajar muncul. Maklum saja,

budaya negeri ini yang sangat santun dan ramah. Sehingga saat seorang aparatur

pemerintah dibayarkan makan oleh seorang kontraktor yang bertemu di restoran juga

diterjemahkan sebagai pungli, akhirnya ditangkap oleh anggota Satgas di luar

39 Kompasiana, Said Mustafa Husin, Ketika Jokowi Terbitkan Perpres 87 Tahun 2016, http://www.kompasiana.com diakses pada tanggal 1 Juni 2017

Page 7: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/37910/4/jiptummpp-gdl-sofyamawan... · Berkaitan dengan jawaban narasumber satu, penulis menyimpulkan bahwa

52

lingkungannya. Karea itu sebelum Satgas bekerja perlu adanya ketegasan batasan yang

jelas.

Pungli pada hakekatnya lahir dari sebuah keterpaksaan, sebagai respon dari

kerumitan dan ketidakpastian pelayaan publik. Namun dalam perkembangannya terjadi

pergeseran sistem nilai di tengah masyarakat. Pengguna layanan justeru merasa lega

dengan melakukan pungli. Pungli diyakini mampu mengurai kerumitan proses

pelayanan publik menjadi kemudahan. Akhirnya, prilaku pungli itu sampai pada titik

seperti saat ini, tidak lagi dianggap sebagai praktek negative atau kejahatan.

Karena, tidak bisa disangkal bahwa pungli itu terjadi oleh korban itu sendiri.

Tanpa kesediaan korban pungli itu tidak akan pernah terjadi. Benarlah, seperti

pandangan Hans Von Hentig dalam makalahnya berjudul Remark on The Interaction

of Perpetrator and Victim yang kemudian dikemas menjadi buku berjudul The Criminal

and His Victim bahwa korban mempunyai peranan yang menentukan dalam timbulnya

kejahatan.

Karena itu dalam aksi Sapu Bersih Pungli harus sama dengan penangkapan

kejahatan Gratifikasi, yakni pemberi dan penerima. Sekalipun pemberi adalah korban

namun pemberi tetap sebagai pelaku kejahatan. Hanya saja, ada satu catatan, sejauh

manakah pemerintah bisa menjamin proses pelayanan public tidak akan panjang, rumit

dan berbelit. Pasalnya proses panjang, rumit dan berbelit ini adalah awal dari semua

kejahatan pungli.

Page 8: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/37910/4/jiptummpp-gdl-sofyamawan... · Berkaitan dengan jawaban narasumber satu, penulis menyimpulkan bahwa

53

Dari hasil penelusuran dan pencarian dalam berita penulis juga menemukan

pernyataan dari 40wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI Mahyudin

mengingatkan urgensi perlunya dibentuk tim saber pungli atau satuan tugas sapu bersih

pungutan liar, terutama di daerah."Karena ada beberapa lembaga negara yang tidak di

bawah daerah," kata Mahyudin di Semarang, Rabu (26/10).Lembaga negara yang tidak

berada di bawah pemerintahan daerah misalnya adalah lembaga agama, pertahanan,

keamanan dan moneter. Misalnya, lembaga keamanan melakukan tindakan pungutan

liar, pemerintah daerah setempat tidak dapat menindak karena bukan merupakan

wilayah kewenangannya. "Jadi, harus dibentuk tim (pungli)," kata Mahyudin.

Pernyataan wakil Ketua MPR RI Mahyudin ini dapat menguatkan pertanyaan

mengenai dinas-dinas terkait yang mana mungkin tidak tersentuh dengan pemerintah

kota/daerah. Yang mana dinas-dinas ini berada langsung di bawah pemerintah pusat

dengan adanya tim satgas saber pungli kota Malang di harapkan dapat memberantas

praktek pungli apabila ada yang terjadi di dinas-dinas terkait.

Pertanyaan penulis selanjutnya, lalu apakah tidak terjadi tumpang tindih

kekuasaan antara lembaga kepolisian dan tim satgas saber pungli dalam menjalakan

tugas memberantas pungutan liar? Misalnya dalam operasi tangkap tangan yang biasa

di lakukan kepolisian terhadap pelaku pungli , tim satgas juga memiliki kewenangan

untuk itu? Lalu bagaimana pak?

“tidak akan mengganggu tupoksi dari lembaga negara permanen yang lain, bahkan tim satgas saber pungli ini dapat bisa mendukung kinerja nya dalam rangka pencegahan dan pemberantasan praktek pungli. Karena adanya satgas saber pungli ini lahir berdasarkan atas Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2016,

40 Antara News, Wakil Ketua MPR Tegaskan Pentingnya Tim Saber Pungli, http://www.antaranews.com diakses pada

tanggal 1 Juni 2017

Page 9: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/37910/4/jiptummpp-gdl-sofyamawan... · Berkaitan dengan jawaban narasumber satu, penulis menyimpulkan bahwa

54

amanat nya untuk seluruh daerah membentuk satgas saber pungli di masing-masing daerah nya. Tidak akan mengganggu fungsi dari aparat penegak hukum yang lain termasuk lembaga kepolisian disini. Terkait operasi tangkap tangan kita bisa melakukan itu tetapi terlebih dahulu kan harus ada tahap lidik oleh unit intelegen misalnya jika memang ada nya indikasi pungli bisa tertangkap basah itu namanya operasi tangkap tangan, ya bisa juga.. jawab narasumber satu41”

Berkaitan dengan jawaban narasumber satu, penulis menyimpulkan bahwa tidak

adanya tumpang tindih overlapping dalam hal kewenangan, tidak akan menggangu

tugas pokok dan fungsi dari lembaga permanen pemerintah termasuk lembaga

kepolisian. Pernyataan bahwa tim lahir dari dikeluarkan nya Perpes Nomor 87 Tahun

2016 tentang tim satgas saber pungli yang bersifat satgas atau satuan tugas sedangkan

lembaga kepolisian lahir dari UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian dan bersifat

permanen.

Jawaban pertanyaan selanjutnya dari narasumber satu “berbicara menegani besararan tidak ada batasan. Berapa pun pungli tetap salah jika tidak seusai aturan mba. dan tidak ada aturan yang mengatur pungli dalam jumlah sekian akan di tangani oleh tim atau pun kepolisian . itu adalah tanggung jawab bersama. Tetapi sepeeti yang baru saya jelaskan tadi bukan berarti kewenangan yang ada sama, karena tim saber lahir berdasarkan Perpes Nomor 87 Tahun 2016 dan bersifat ad hoc oleh karena nya berbentuk satgas atau satuan tugas. Sedangkan lembaga kepolisian sendiri lahir dari adanya Undang-Undang Kepolisian ya toh.. jadi bersifat permanen jadi ya jelas berbeda fungi nya tim ini hanya fokus memberantas praktek-prakek pungli sedang kepolisian lebih luas walaupun juga bisa melakukan operasi tangkap tangan terhadap pelaku pungli42.” Dari hasil jawaban narasumber satu di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa

tidak ada batasan pasti yang mengatur apabila perbuatan pungli di lakukan dalam

jumlah sekian akan di tangani oleh satgas tim saber pungli atau pun kepolisian.

Pungutan Liar atau Pungli disini adalah sesuatu yang di mintakan tidak berdasarkan

41 Wawancara yang di lakukan penulis pada tanggal 31 Mei 2017 dengan narasumber yang berasal dari unsur

pemerintah kota yang menjadi anggota Tim Satgas Saber Pungli kota Malang 42 Ibid.

Page 10: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/37910/4/jiptummpp-gdl-sofyamawan... · Berkaitan dengan jawaban narasumber satu, penulis menyimpulkan bahwa

55

peraturan yang ada. Berapa pun itu, tidak melihat pada besar kecil nya kerugian yang

di rasakan tetapi lebih kepada perbuatan nya yang tidak sesuai aturan dan pemberian

efek jera yang di berikan agar para pelaku pungli menjalankan tugas nya dengan

bertanggung jawab penuh dan sesuai dengan tauran yang telah di tetapkan.

Pungutan liar dengan cara meminta pembayaran sejumlah uang yang tidak sesuai

atau tidak berdasarkan peraturan yang berkaitan dengan pembayaran tersebut. Hal ini

juga sering disamakan dengan perbuatan pemerasan, penipuan atau korupsi. Tingginya

tingkat ketidakpastian pelayanan sebagai akibat adanya prosedur pelayanan yang

panjang dan melelahkan menjadi penyebab dari semakin banyaknya masyarakat yang

menyerah ketika berhadapan dengan pelayanan publik yang korupsi. Bahkan ada

masyarakat yang memberi, hal ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan

masyarakat cenderung semakin toleran terhadap praktik pungutan liar dalam

penyelenggaraan pelayanan publik. Lalu bagaimana jika masyarakat yang memberikan

? perbuatan ini sama seperti gratifikasi. Dimana ada nya penerima dan pemberi dimana

dua-dua nya tetap dapat dihukum. Seperti di jelaskan 43Jaksa Agung Muhammad

Prasetyo mengatakan, pelaku pungutan liar tidak hanya dapat dijerat dengan pasal

KUHP. Pelaku juga mungkin dijerat dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001

tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Prasetyo mengatakan, umumnya,

praktik pungutan liar dijerat dengan Pasal 368 KUHP dengan ancaman hukuman

maksimal sembilan bulan. Jika pelaku merupakan pegawai negeri sipil, akan dijerat

dengan Pasal 12 e UU Tipikor dengan ancaman hukuman seumur hidup atau minimal

43 Kompas. Pelaku Pungli Bisa Dijerat Pasal Korupsi, Bukan Hanya Pemerasan, http://nasional.kompas.com diakses

pada tangal 5 Juni 2017

Page 11: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/37910/4/jiptummpp-gdl-sofyamawan... · Berkaitan dengan jawaban narasumber satu, penulis menyimpulkan bahwa

56

empat tahun atau maksimal dua puluh tahun.” ujar dia di Kompleks Istana

Kepresidenan Jakarta pada Kamis (20/10/2016).

"Namun, tentu kami tidak bisa menggeneralisir seperti itu ya. Harus dilihat case

by case, apakah memenuhi unsur itu (Pasal 12 e UU Tipikor) atau tidak," lanjut dia.

Jika praktik pungutan liar yang diungkap hanya mengandung unsur pemerasan, maka

perkara itu akan ditangani Polisi. Kejaksaan hanya berperan dalam penuntutan. Namun,

jika praktik itu mengandung unsur korupsi, kejaksaan dapat ikut menyelidiki sekaligus

menyelidikinya. Prasetyo memastikan, tim "Saber Pungli" alias Sapu Bersih Pungutan

Liar akan mengoptimalkan penyelidikan dan penyidikan praktik pungli yang diungkap.

Pihaknya ingin memberikan efek jera agar praktik semacam itu, khususnya di sektor

pelayanan publik, tidak terjadi lagi. Tim Saber Pungli adalah salah satu bagian

kebijakan pemerintah melaksanakan reformasi di bidang hukum.

Selanjutnya, pertanyaan yang di ajukan oleh penulis kepada narasumber satu

adalah apa yang menjadi faktor pendorong dan penghambat bagi Tim Saber Pungli

dalam pelaksanaan tugas memberantas praktik pungutan liar.

“faktor pendorong jelas itu adalah tugas tim saber ya lalu saya juga termasuk ke dalam satgas saber pungli kota Malang, untuk kendala atau hambatan yang dirasakan di setiap pekerjaan pasti ada kendala kecil lah, tetapi itu sifatnya tidak permanen mbak.” Jelas narasumber44.

Dari hasil jawaban bapak TB di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa kendala

atau hambatan yang di rasakan narasumber sebagai salah satu tim satgas saber pungli

hanya kendala-kendala kecil yang dapat di atasi dan sifat nya tidak permanen.

44 Wawancara yang di lakukan penulis pada tanggal 31 Mei 2017 dengan narasumber yang berasal dari unsur

pemerintah kota yang menjadi anggota Tim Satgas Saber Pungli kota Malang

Page 12: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/37910/4/jiptummpp-gdl-sofyamawan... · Berkaitan dengan jawaban narasumber satu, penulis menyimpulkan bahwa

57

Sedangkan jawaban dari pertanyaan terakhir “Tim Satgas Saber Pungli memiliki

unit penindakan yang mana ada tahap penyidikan disana, tidak langsung di serahkan

kepada lembaga kepolisian karena dalam sub unit penindakan di tim satgas saber pungli

pun 70% dari unit penindakan ini di ambil dari unsur atau anggota kepolisian karenanya

tim satgas sudah dapat melakukan penindakan termasuk melakukan penyidikan

sebelum terlebih dahulu di lakukan penyelidikan oleh unit intelegen yang mana unit

dari satgas saber pungli ini bekerja mencari infomasi dan fakta-fakta apakah memang

benar telah terjadi praktek pungutan liar. Jadi jika ada praktek pungli penyelidikan

dapat di lakukan oleh tim satgas saber pungli tidak langsung di serahkan kepada

kepolisian walaupun di dalam unit penindakan dalam tim satgas saber pungli juga dari

unsur kepolisian yang nantinya akan melakukan penindakan atau penyidikan nya.

Selanjutnya penulis akan memaparkan hasil wawancara yang di peroleh dari dua

anggota kepolisian sebagai narasumber dua dan narasumber tiga yang mana kedua nya

adalah anggota tim saber pungli kota Malang dengan inisial RD dan NW.

Dalam hal ini penulis memberikan pertanyaan sama dengan pertanyaan yang

ditanyakan kepada narasumber satu .

Berikut jawaban yang di paparkan dari narasumber dua dan narasumber tiga.

“sejujurnya tidak bisa berjalan harmonis, karena antara lembaga satu dengan yang lain nya tidak bisa saling bekerja sama hanya saja masing-masing lembaga dapat saling melakukan pencegahan di unit kerja masing-masing, contohnya apabila salah satu tim satgas saber pungli mengetahui adanya dugaan praktek pungli di wilayah TNI, polisi tidak bisa sekonyong-konyong masuk walaupun atas nama tim satgas, hanya mungkin atas nama tim satgas saber pungli dapat melaporkan kepada internal TNI yang lebih tinggi jabatan nya agar dapat di hukum sesuai hukum militer atau dan yang lain sebagainya, ataupun misalkan ada nya dugaan praktek pungli di lembaga-lembaga pemerintahan yang mana anggota dari tim saber sendiri juga beberapa berasal dari unsur itu, lalu sulit rasanya jika bisa

Page 13: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/37910/4/jiptummpp-gdl-sofyamawan... · Berkaitan dengan jawaban narasumber satu, penulis menyimpulkan bahwa

58

berjalan harmonis. tidak harmonis ini bukan berarti kacau juga ya” terang narasumber dua. Makanya harus sering-sering dilakukan sosialisasi atau penyuluhan terhadap aparatur negara yang menyelenggarakan pelayanan publik termasuk dalam tubuh kepolisian sendiri.45”

Dari hasil jawaban di atas penulis dapat menyimpulkan adanya kesulitan di dalam

prakteknya bahwa hubungan harmonisasi itu sulit di wujudkan. Dari unsur kepolisian

dan kejaksaan disini adalah penegek hukum sedangkan pemerintah daerah atau dinas-

dinas terkait mungkin hanya menjalankan fungi sebagai penyelenggara pemerintah

atau menyelenggarakan fungsi pelayanan publik. Sedangkan kepolisian adalah

penegak hukum, dan pengayom masyarakat sesuai dengan motto dari lembaga

kepolisian itu sendiri. Berbicara mengenai kepentingan, masyarakat membutuhkan

penyelenggara Negara untuk memenuhi hak-hak nya misalnya hak untuk di akui

sebagai warga Negara Indonesia, hak untuk mendapakan identitas yang di akui Negara,

dll. Masyarakat pun membutuhkan pelindungnya. Jawaban dari narasumber mengenai

adanya dugaan ada nya praktek pungli di penyelenggara pemerintah atau lembaga lain

juga tidak terlepas dari sorotan masyarakt kepada penegak hukum itu sendiri. Ada nya

strong message 46Presiden memberikan strong message atau pesan yang sangat kuat,

bahwa Saber Pungli ini jangan hanya mengejar yang di luar, tetapi juga ke dalam. urut

Seskab, ketika menandatangani Perpres tersebut, Presiden memberikan strong message

atau pesan yang sangat kuat, bahwa Saber Pungli ini jangan hanya mengejar yang di

luar, tetapi juga ke dalam. “Karena unsur yang terlibat di dalamnya adalah Kepolisian,

Kejaksaan, Depdagri, maka tentunya juga harus berani untuk membersihkan ke dalam,

45 Wawancara yang di lakukan penulis pada tanggal 13 juni 2017 dengan narasumber yang berasal dari Kepolisian

Resor Kota Malang yang menjadi anggota Tim Satgas Saber Pungli kota Malang 46 Perpres Saber Pungli Ditandatangani Seskab: Presiden Minta Jangan Hanya Mengejar Yang di Luar, di postkan

oleh Humas Sekertariat Kabinet Republik Indonesia, http://setkab.go.id diakses pada tanggal 7 Juni 2017

Page 14: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/37910/4/jiptummpp-gdl-sofyamawan... · Berkaitan dengan jawaban narasumber satu, penulis menyimpulkan bahwa

59

karena di dalam juga ditengarai oleh masyarakat ada hal tersebut,” jelas Pramono.

Termasuk, lanjut Seskab, tentunya Saber Pungli ini juga mempunyai kewenangan

bukan hanya pungli-pungli yang sifatnya pungli, tetapi juga pungli politik dan

sebagainya. Saat mengumumkan Perpres Saber Pungli itu, Seskab Pramono Anung

didampingi oleh Menko Polhukam Wiranto, Jaksa Agung Prasetyo, Menteri Hukum

dan HAM Yasonna H. Laoly, dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian.

Selanjutnya pertanyaan mengenai apakah kewenangan antara kepolisian dan tim

satgas saber pungli menjadi overlapping tumpang tindih kekuasaan terhadap

pelaksanaan tugas pencegahan dan pemberantasan praktek pungutan liar.

Jawaban dari narasumber;

“tidak ada overlapping atau tumpang tindih kekuasaan karena kewenangan dan tugas pokok fungsi yang sangat berbeda. Tim satgas saber pungli hanya berperan untuk pemberantasan tindak pidana pungli sedangkan lembaga kepolisian kan luas sekali terangnya” 47

Lalu penulis menanyakan lagi perihal kewenangan terhadap operasi tangkap

tangan yang dapat di lakukan oleh kepolisian maupun tim satgas saber pungli.

“Walaupun dalam prakteknya lembaga kepolisian sudah terlebih dahulu melakukan operasi tangkap tangan tetapi tim satgas juga bisa melakukan operasi tangkap tangan melalui teknologi informasi seperti yang kita tahu di lembaga-lembaga atau instansi pemerintahan di kota Malang ini sudah banyak kan poster pengaduan yang gambarnya walikota Malang, dengan imbuhan nomor telfon yang dapat dihubungi masyarakat untuk pengaduan pungutan liar bahkan di kantor-kantor polisi pun sudah ditempel.48”

Penulis akan memberikan penjelasan mengenai jawaban dari narasumber di atas,

narasumber dua mengatakan tidak adanya tumpang tindih kekuasaan terhadap

47 Wawancara yang di lakukan penulis pada tanggal 13 juni 2017 dengan narasumber yang berasal dari Kepolisian

Resor Kota Malang yang menjadi anggota Tim Satgas Saber Pungli kota Malang 48 Ibid.

Page 15: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/37910/4/jiptummpp-gdl-sofyamawan... · Berkaitan dengan jawaban narasumber satu, penulis menyimpulkan bahwa

60

pemberantasan praktek-praktek pungli walaupun keduanya sama-sama memiliki

kewenangan untuk melakukan operasi tangkap tangan. Adanya poster yang di jelaskan

narasumber adalah poster mengenai layanan pengaduan untuk mayarajat yang merasa

menjadi korab pungli, di dalam penelitian penulis memnag menemukan dan melihat

sendiri poster-poster di tempelkan di lembaga-lembaga atau kantor pemerintahan

termasuk di lembaga kepolisian sendiri. poster bertuliskan “STOP PUNGLI. Jangan

memberi, hindari percaloan, ikuti prosedur resmi. dan nomor telfon yang di cantumkan

“tlp/sms : 081 333 47 1111 dengan imbuhan di bagian bawah poster bertuliskan kalimat

“dengan data lengkap instansi atau nama pelaku”.

Jawaban selanjutnya dari narasumber dua

“tidak ada batasan jumlah besaran lalu kewenangan nya pada siapa yang berhak menangani kasus pungli bukan di lihat dari batasan atau berapa jumlah nya itu juga tetapi berdasarkan mou , atau siapa yang berhak adalah siapa yang pertama kali menerbitkan surat penyidikan perkara.”49 Dari jawaban narasumber di atas penulis akan menjelaksan maksud mou atau

dapat juga di sebut nota kesepahaman berbeda dengan perjanjian pasa 1313 dalam

KUHP, mou adalah :

“Nota Kesepahaman atau juga biasa disebut dengan Memorandum of

Understanding ("MoU") atau pra-kontrak, pada dasarnya tidak dikenal dalam hukum

konvensional di Indonesia. Akan tetapi dalam praktiknya, khususnya bidang komersial,

MoU sering digunakan oleh pihak yang berkaitan.

49 Ibid .

Page 16: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/37910/4/jiptummpp-gdl-sofyamawan... · Berkaitan dengan jawaban narasumber satu, penulis menyimpulkan bahwa

61

MoU merupakan suatu perbuatan hukum dari salah satu pihak (subjek hukum)

untuk menyatakan maksudnya kepada pihak lainnya akan sesuatu yang ditawarkannya

ataupun yang dimilikinya. Dengan kata lain, MoU pada dasarnya merupakan perjanjian

pendahuluan, yang mengatur dan memberikan kesempatan kepada para pihak untuk

mengadakan studi kelayakan terlebih dahulu sebelum membuat perjanjian yang lebih

terperinci dan mengikat para pihak pada nantinya.

Mengutip dari Jawaban Biro Riset Legislative (Legislative Research Bureau's)

bahwa MoU didefinisikan dalam Black’s Law Dictionary sebagai bentuk Letter of

Intent. Adapun Letter of Intent didefinisikan:

“A written statement detailing the preliminary understanding of parties who plan

to enter into a contract or some other agreement; a noncommittal writing preliminary

to acontract. A letter of intent is not meant to be binding and does not hinder the parties

from bargaining with a third party. Business people typically mean not to be bound by

a letter of intent, and courts ordinarily do not enforce one, but courts occasionally find

that a commitment has been made...”

Dengan terjemahan bebasnya:

“Suatu pernyataan tertulis yang menjabarkan pemahaman awal pihak yang

berencana untuk masuk ke dalam kontrak atau perjanjian lainnya, suatu tulisan tanpa

komitmen/tidak menjanjikan suatu apapun sebagai awal untuk kesepakatan. Suatu

Letter of Intent tidak dimaksudkan untuk mengikat dan tidak menghalangi pihak dari

tawar-menawar dengan pihak ketiga. Pebisnis biasanya berarti tidak terikat dengan

Letter of Intent, dan pengadilan biasanya tidak menerapkan salah satu, tapi pengadilan

kadang-kadang menemukan bahwa komitmen telah dibuat/disepakati...”

Page 17: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/37910/4/jiptummpp-gdl-sofyamawan... · Berkaitan dengan jawaban narasumber satu, penulis menyimpulkan bahwa

62

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa MoU melingkupi hal-hal

sebagai berikut:

1) MoU merupakan pendahuluan perikatan (landasan kepastian);

2) Content/isi materi dari MoU hanya memuat hal-hal yang pokok- pokok saja;

3) Dalam MoU memilki tenggang waktu, dengan kata lain bersifat sementara;

4) MoU pada kebiasaannya tidak dibuat secara formal serta tidak ada

kewajiban yang memaksa untuk dibuatnya kontrak atau perjanjian

terperinci; dan

5) Karena masih terdapatnya keraguan dari salah satu pihak kepada pihak

lainnya, MoU dibuat untuk menghindari kesulitan dalam pembatalan”

Diperjelas lagi dengan pernyataan kalimat narasumber teakhir di dalam dunia

hukum maka lebih mudah nya di pahami bahwa kepada siapa yang pertama kali

menerbitkan surat penyidikan perkara.

Menurut Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum

Acara Pidana (“KUHAP”), penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam

hal dan menurut cara yang diatur dalam KUHAP untuk mencari serta mengumpulkan

bukti yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya. Penyidikan harus dibedakan

dengan penyelidikan (upaya penyelidik untuk mencari suatu peristiwa yang diduga

sebagai tindak pidana). Selain Pasal 109 ayat 1 KUHAP di atas, ada juga ketentuan

administatif penyidikan internal yang mengatur mengenai Sprindik, yang dapat kita

temukan di Pasal 1 angka 17, Pasal 4 huruf d, Pasal 10 ayat (1), Pasal 15 dan Pasal 25

Peraturan Kapolri Nomor 14 Tahun 2012 tentang Manajemen Penyidikan (“Perkap No.

14 Tahun 2012”). Berdasarkan Pasal 25 ayat (2) Perkap No. 14 Tahun 2012, maka

Page 18: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/37910/4/jiptummpp-gdl-sofyamawan... · Berkaitan dengan jawaban narasumber satu, penulis menyimpulkan bahwa

63

setelah Sprindik terbit, akan diterbitkan juga Surat Pemberitahuan Dimulainya

Penyidikan (SPDP), yang sekurang-kurangnya memuat:

1. Dasar penyidikan berupa laporan polisi dan surat perintah penyidikan;

2. waktu dimulainya penyidikan;

3. Jenis perkara, pasal yang dipersangkakan dan uraian singkat tindak pidana

yang disidik;

4. Identitas tersangka (apabila identitas tersangka sudah diketahui);dan

5. Identitas pejabat yang menandatangani SPDP.

Selanjutmya, narasumber menjawab pertnayaan penulis mengenai hambatan apa

yang dirasakan , berikut adalah jawaban dari narasumber dua dan narasumber tiga yang

dirasakan menjadi hambatan dalam memberantas praktek pungli :

• Tidak di lengkapi dengan sarana prasarana atau teknologi yang canggih • Melakukan penyelidikan hanya secara tradisional • Pelaku pungli merubah modus • Nilai uang pungli terlalu kecil50

Menanggapi jawaban dari narasumber, penulis menanyakan “ lalu bagaimana

upaya yang di lakukan untuk mengatasi masalah atau hambatan-hambatan tadi pak?”

Jawaban yang diberikan narasumber

“ya kita melakukan pencegahan yaa.. kan lebih baik di cegah dulu sebelum dia sudah melakukan pengli terhadap seluruh aparat peerintah yang melakukan pelayanan publik misalnya seperti (sosialisai atau penyuluhan) begitu mba, lalu juga kan kita kan melakukan penyelidikan terlebih dahulu sebelum adanya penyidikan terhadap aparat pemerintah yang melakukan pelayanan public dan ada indikasi untuk dia melakukan pungli pada masyarakat, dan setelah itu kan baru ada penindakan terhadap aparat pemerintah yang melakukan pelayanan public dan melakukan pebuatan pungli.51”

50 Ibid . 51 Ibid .

Page 19: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/37910/4/jiptummpp-gdl-sofyamawan... · Berkaitan dengan jawaban narasumber satu, penulis menyimpulkan bahwa

64

Dari jawaban narasumber di atas penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa

hambatan yang dirasakan adalah kurang nya fasilitas yang memadai, lalu melakukan

penyelidikan dengan cara tradisonal padahal proses penyelidikan tidak mudah para

penegak hukum harus bergerak perlahan mengamati mencermati apakah benar ada

perbuatan pidana yang di sangkakan di lakukan, kesulitan itu di tambah lagi dengan

para pelaku pungli yang bahkan dapat lebih maju atau lebih canggih di banding dengan

aparat penegak hukum nya, para pelaku merubah cara dengan modus-modus baru,

hambatan atau kendala yang terakhir adalah nilai uang pungli terlalu kecil padahal

adanya proses penyelidikan dan penyidikan memakan anggaran dana yang mana tidak

sedikit tetapi pebuatan pungli nya sendiri nilai nya kecil sekali atau lebih rendah di

bandingkan dengan anggaran dana yang dikeluarkan untuk biaya penyelidikan dan

penyidikan nya.

Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dari NW selaku ketua dari

kelompok kerja di unit Yustisi narasumber mengatakan bahwa

“semuanya ini memiliki kewenangan masing-masing di tiap kerlompok kerja unit satgas saber pungli , dan pada saat nya nanti semuanya nanti muara nya ke bagian yustisi, lalu nanti bagian yustisi akan memilah milah, perkara ini di seleseikan di kepolisian dalam rangka untuk sidik tindak pidana korupsi atau ini bersifat mal administrasi maka di serahkan kepada intitusi dimana seharusnya dapat dipertanggung jawabkan , misalnya contohnya di dinas maka berarti di inspektorat . Makanya ini untuk membedakan apakah ini pelanggaran nya hanya bersifat pelanggaran administrasi atau apakah pelanggaran nya ini sudah bersifat pelanggaran hukum ini di saring di unit yustisi.52”

Dari hasil wawancara diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa setelah melalui

satuan kerja di salam satgas saber pungli di antaranya adalah unit intelejen yang

melakukan lidik lalu penindakan dimana sudah ada proses penyidikan yang di lakukan

52 Ibid .

Page 20: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/37910/4/jiptummpp-gdl-sofyamawan... · Berkaitan dengan jawaban narasumber satu, penulis menyimpulkan bahwa

65

oleh tim satgas saber pungli lalu proses yang terakhir adalah dibawa ke unit yustisi

dimana unit tersebut nanti nya akan memutuskan apakah perbuatan nya hanya

perbuatan yang bersifat administrasi atau kah perbuatan tersebut dapat di katakan

pungli dan apabila sudah cukup bukti bahwa perbuatan nya termasuk ke dalam rana

pidana maka diserahkan kepada baghum, kalo kemudian pelaku nya adalah TNI maka

diserahkan pada Pom TNI kalo pelaku nya adalah sipil maka lalu dapat diserahkan

kepada lembaga kepolisian.

Masalah sanksi yang akan di berikan kepada pelaku Pungli, dasar hukum

perbuatan pungli tidak di muat di dalam rumusan KUHAP. Namun demikian pungutan

liar dapat disamakan dengan perbuatan pidana seperti penipuan, pemerasan dan

korupsi.

Dari penjelasan yang telah dituturkan diatas narasumber tiga menjelaskan bahwa

unit yustisi yang nanti nya akan memutuskan bahwa perbuatan nya termasuk perbuatan

administrasi saja atau sudah termasuk perbuatan pidana dan melanggar hukum . sanksi

yang di jatuhkan pasti tergantung kepada perbuatan nya apakah termasuk ke dalam

pemerasan ataua penipuan atau korupsi. Berbicara masalah sanksi, mungkin menjadi

hambatan tersendiri dalam praktek pemberantasan pungutan liar karena tidak ada nya

batasan secara pasti. Selain itu penulis meinympulkan bahwa narasumber satu yang

berasal dari unsur pemerintahan anggota tim saber pungli kota Malang tidak

menemukan hambatan atau kendala yang sangat besar, sedangkan pihak dari unsur

kepolisian yang merupakan anggota tim satgas saber pungli mengemukakan bahwa

hambatan terbesar di dalam Tim Satgas Saber Pungli adalah karena kurangnya

teknologi atau fasiltias sarana prasarana yang memadai untuk menunjang tim. Selain

Page 21: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/37910/4/jiptummpp-gdl-sofyamawan... · Berkaitan dengan jawaban narasumber satu, penulis menyimpulkan bahwa

66

hambatan yang mungkin di terangkan oleh narasumber disini, penulis menemukan

hambatan lain yang mungkin tidak secara subjektif di rasakan oleh aparatur nya atau

para penegak hukum. Tetapi lebih kepada masalah substansi dimana pemberantasan

pungli terbentur peraturan terhadap saknsi yang di berikan.

Jadi bukan permasalahan struktur atau penegak hukum nya tetapi lebih kepada

aturan nya mengutip dari 53Media Indonesia-.

“Mentri Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) Yasonna H Laoly mengakui

tidak mudah memecat PNS yang terbukti melakukan pungli. Ada Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) yang tidak mencantumkan

sanksi pemecatan terhadap aparatur pemerintahan.

"Sudahlah, (kami mau pegawai) yang ketahuan pungli dipecat saja. Namun, ada

persoalan hukum seperti dikatakan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Kadang

UU Aparatur Sipil Negara itu merepotkan. Sudah kami pecat, dia banding," kata

Yasonna seusai menghadiri acara di Graha Pengayoman Kementerian Hukum dan

HAM, Jakarta, kemarin (Jumat, 14/10).

Yasonna menambahkan UU ASN tersebut menghambat penegakan hukum PNS

yang berbuat lancung. "Sanksi tegas bisa dibantah karena ada aturan banding.

Kemudian aturan itu juga menganulir pemecatan. Kalau banding diturunin lagi

hukumannya. Ini sering. Saya sudah pecat tidak hormat, diturunkan dengan pemecatan

secara hormat. Pecat secara hormat, diturunkan jadi penurunan pangkat."

53 MediaIndonesia.com. Hukuman Pungli Terhambat Aturan, http://mediaindonesia.com Diakses pada tanggal 3 Juni

2017

Page 22: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/37910/4/jiptummpp-gdl-sofyamawan... · Berkaitan dengan jawaban narasumber satu, penulis menyimpulkan bahwa

67

Kondisi itu, lanjut Yasonna, menjadi kendala di tengah upaya pembasmian

pungli. "Ini masukan untuk Menpan dan Rebiro. Kalau mau pecat PNS, ya, pecat saja."

Itu senada dengan pernyataan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo yang meminta

Kemenpan dan Rebiro mempermudah pemecatan PNS, sebab pihaknya terhambat

peraturan untuk membersihkan instansi dari aparat busuk.

"Masak orang salah masih diberhentikan dengan hormat? Kalau mau diubah,

harus seperti itu (memecat tidak hormat PNS yang melakukan pungli). Kalau tidak, ya,

begini saja. Mereka dipecat dengan hormat dan mendapat pensiun. Itu tidak asyik," ujar

Ganjar.

Hambatan lain yang mungkin di hadapi pada pemberantasan Pungli yang di

kemukakan di atas mungkin merupakan salah satu masukan yang nantinya akan

memperbaiki system di tentang UU Aparatur Sipil Negara.

C. Analisa

1. Pembahasan Mengenai hasil Wawancara oleh Penulis dengan Narasumber

mengenai hubungan harmonisasi lembaga kepolisian dan tim satgas saber pungli

kota Malang

Berdasarkan pada pertanyaan mengenai bagaimana harmonisasi kewenangan

antara lembaga polri dan tim saber pungli dalam pencegahan praktek pungutan liar di

sector-sektor pelayanan publik jawaban dari hasil wawancara yang diperoleh penulis,

narasumber satu menyatakan bahwa berjalan harmonis sedangkan narasumber yang

Page 23: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/37910/4/jiptummpp-gdl-sofyamawan... · Berkaitan dengan jawaban narasumber satu, penulis menyimpulkan bahwa

68

lain menyatakan adanya kesulitan di dalam harmonisasi antara lembaga satu dengan

yang lain termasuk lembaga kepolisian dengan tim satgas saber pungli sendiri, karena

di dalam prakteknya tidak bisa suatu lembaga atau instansi lain memasuki rana lembaga

atau instansi lain secara leluasa, hanya saja dapat mengajukan memberikan

rekomendasi kepada pimpinan kementrian/lembaga serta kepala daerah untuk

memberikan sanksi kepada pelaku pungutan liar sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

Mengenai overlapping/tumpang tindih kekuasaan terhadap pelaksanaan

pencegahan dan pemberantasan praktek pungutan liar jawaban narasumber satu dan

narasumber dua sama bahwa tidak adanya overlapping atau tumpang tindih kekuasaan

karena kewenangan nya dan tugas pokok fungsi antara lembaga kepolisian dan tim

satgas saber pungli berbeda. Tim sabr pungli ada berdasarkan lahirnya perpes nomor

87 tahun 2016 tentang pembentukan tim satgas saber pungli lalu melalui keputusan

walikota Malang di bentuk lah tim satgas saber pungli ini dan bersifat ad hoc sedangkan

lembaga kepolisian ada berdasarkan UU Nomor 2 Tahun2002 tentang Kepolisian, dan

lembaga negara ini bersifat permanen.

Tidak ada nya batasan atau besaran jumlah yang di atur apabila pungutan liar di

lakukan dalam jumlah berapa sampai dengan berapa akan di serahkan kepada

kepolisian atau kepada tim satgas saber pungli karena pada prakteknya tim satgas dapat

menerima sendiri informasi dari teknologi yang di siapkan melalui layanan pengaduan

Masyarakat mengadu melalui berbagai media, pesan singkat hingga aplikasi.

sedangkan kepolisian juga memiliki kewenangan apabila ada masyarakat yang melapor

Page 24: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/37910/4/jiptummpp-gdl-sofyamawan... · Berkaitan dengan jawaban narasumber satu, penulis menyimpulkan bahwa

69

menjadi korban pungli kepolisian dapat menjalankan tugasnya sebagai pelindung

masyarakat dan penegak hukum.

Mengenai faktor pendorong narasumber satu menejlaskan dengan mengemban

tugas menjadi salah satu anggota tim satgas saber pungli maka menjadi pendorong atau

tugas saya memberantas praktek pungutan liar sedangkan narasumber dari unsur

kepolisian mengatakan pungli meresahkan masyarakat, dan polisi adalah sebagai

pelindung masyarakat.

Sebelum menganalisis faktor penghambat yang diutarakn oleh narasumber,

penulis akan memaparkan faktor-faktor penyebab pungli antara lain.54 ;

1. Adanya ketidakpastian pelayanan sebagai akibat adanya prosedur pelayanan

yang panjang dan melelahkan sehingga masyarakat menyerah ketika

berhadapan dengan pelayanan public yang korup.

2. Penyalahgunaan wewenang, Jabatan atau kewenangan yang ada/melekat pada

seseorang.

3. Faktor ekonomi. Penghasilan yang tidak mencukupi kebutuhan hidp atau

tidak sebanding dengan tugas/jabatan yang diemban membuatan seseorang

terdorong untuk melakukan pungli.

4. Faktor kultral & Budaya Organisasi, yang terbentuk dan berjalan terus

menerus di suatu lembaga agar pungutan liar dan penyuapan, dapat

menyebabkan pungutan liar sebagai hal biasa.

5. Terbatasnya sumber daya manusia.

54 Moh Toha Solahuddin, PFA Bidang Investigasi, Pungutan Liar(PUNGLI) dalam Perspektif Tindak Pidana Korupsi,

Majalah Paraikatte Volume 26 Triwulan III 2016

Page 25: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/37910/4/jiptummpp-gdl-sofyamawan... · Berkaitan dengan jawaban narasumber satu, penulis menyimpulkan bahwa

70

6. Lemahnya system control dan pengawasan oleh atasan

Faktor penghambat yang di jelaskan narasumber satu dan narasumber dua dan

tiga sedikit berbeda. Narasumber satu hanya menjelaskan hambatan secara subjektif

atau hanya melihat dari kendala yang di rasakan tidak begitu besar dan sifat nya tidak

permanen karena menurut narasumber satu di setip perkejaan pasti ada hambatan tetapi

baginya itu dapat diatasi, sedangkan narasumber dua menjelaskan beberapa hambatan

atau kendala yang dirasakakn di antaranya ; tidak di lengkapi dengan sarana prasarana

atau teknologi yang canggih, melakukan penyelidikan hanya secara tradisonal, pelaku

pungli merubah modus, nilai uang pungli terlalu kecil. Dari hambatan yang di

unkapkan oleh narasumber dua penulis mencoba memaparkan kurang nya fasilitas

yang memadai, lalu melakukan penyelidikan dengan cara tradisonal padahal proses

penyelidikan tidak mudah para penegak hukum harus bergerak perlahan mengamati

mencermati apakah benar ada perbuatan pidana yang di sangkakan di lakukan,

kesulitan itu di tambah lagi dengan para pelaku pungli yang bahkan dapat lebih maju

atau lebih canggih di banding dengan aparat penegak hukum nya, para pelaku merubah

cara dengan modus-modus baru, hambatan atau kendala yang terakhir adalah nilai

uang pungli terlalu kecil padahal adanya proses penyelidikan dan penyidikan memakan

anggaran dana yang mana tidak sedikit tetapi pebuatan pungli nya sendiri nilai nya

kecil sekali atau lebih rendah di bandingkan dengan anggaran dana yang dikeluarkan

untuk biaya penyelidikan dan penyidikan nya.

Selanjutnya mengenai unit yustisi seperti yang di jelaskan oleh narasumber tiga

bahwa keselurauhan dari pencegahan dan pemberantasn praktek pungli muaranya akan

berujung di unit yustisi. Dimana unit yustisi disini akan memutuskan apakah perkara

Page 26: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/37910/4/jiptummpp-gdl-sofyamawan... · Berkaitan dengan jawaban narasumber satu, penulis menyimpulkan bahwa

71

ini adalah hanya pelanggaran administrasi atau memang sudah pelanggaran tindak

pidana. Berbicara mengenai sanksi, satgas saber pungli memiliki kewenangan untuk

merekomendasikan sanksi terhadap pelaku. Berbicara mengensi sanksi atau hukuman

dimana tidak banyak aparatur negara yang terlibat pungli di hukum secara pidana, ada

yang di proses secara pidana tapi tidak banyak di karenakan fungsi hukum pidana.

55Pada dasarnya secara umum fungsi hukum pidana sama dengan fungsi hukum pada

umumnya. Namun demikian hukum pidana juga mempunyai fungsi khusus yang

berbeda dengan hukum pada umumnya. yang menjadi ultimum remidium atau sebagai

obat terakhir, yaitu sebagai “obat” yang baru akan digunakan manakala obat lain di luar

hukum pidana sudah tidak dapat efektif digunakan. Penggunaan hukum pidana sebagai

obat terakhir atau ulitmum remedium ddidasarkan pada kenyataan, bahwa hukum

pidana merupakan hukum yang memuat sanksi paling keras / paling kejam di banding

dengan hukum lain. Misalnya di dalam contoh kasus pungutan liar dimana pelaku dapat

di jatuhkan hukuman administrasi atau pelanggaran kode etik atau sanksi terberat

adalah pemecatan. menganalisa pernyataan dari Mentri Hukum dan Hak Asasi Manusia

(HAM) Yasonna H Laoly seperti yang penulis coba jelaskan di atas terkait dengan

hambatan hukuman atau sanksi kendala di tengah upaya pembasmian pungli ditengarai

dengan adanya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara

(ASN) yang tidak mencantumkan sanksi pemecatan terhadap aparatur pemerintahan.

Oleh karena nya penulis berpendapat harus ada nya batasan yang jelas mengenai

batasan perbuatan yang dapat disbeut pungutan liar dan juga saknsi yang tegas untuk

para pelaku pungli.

55 Tongat , SH., M.Hum. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia Dalam Perspektif Pembaharuan, hlm 20

Page 27: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/37910/4/jiptummpp-gdl-sofyamawan... · Berkaitan dengan jawaban narasumber satu, penulis menyimpulkan bahwa

72