bab ii value proposition - bina nusantara
Post on 01-May-2022
5 Views
Preview:
TRANSCRIPT
17
BAB II
VALUE PROPOSITION
2.1 Teori
2.1.1 Value Proposition
Merupakan nilai atau manfaat yang ditawarkan dari suatu produk atau layanan kepada
konsumen sehingga nilai yang diberikan dapat memecahkan permasalahan dari
konsumen atau dapat memenuhi kebutuhan konsumen. (Osterwalder & Pigneur, 2010)
dua orang ahli teori bisnis yang mengembangkan kanvas model membagi value
proposition menjadi sebelas komponen yang dapat mempengaruhi proses penciptaan
value proposition dari suatu produk atau layanan, yaitu:
1. Newness, elemen Newness ini berarti adanya value proposition yang dapat
memenuhi suatu kebutuhan pelanggan yang baru atau belum pernah mereka terima
sebelumnya.
2. Performance, menciptakan sebuah nilai dengan meningkatkan kinerja suatu produk
atau layanan.
3. Customization, menciptakan nilai dengan menyesuaikan produk atau layanan
sehingga dapat memenuhi kebutuhan konsumen secara spesifik.
4. Getting the job done, nilai yang tercipta karena telah membantu konsumen
menyelesaikan pekerjaannya.
5. Design, menciptakan nilai lebih dengan memberikan desain yang superior terhadap
suatu produk sehingga dapat menonjol dibandingkan produk lainnya.
18
6. Price, menciptakan nilai lebih terhadap produk atau layanan yang sama dengan
memberikan harga yang lebih rendah.
7. Brand/Status, dengan menggunakan atau memasang merek tertentu, konsumen
dapat mendapatkan nilai tertentu.
8. Cost Reduction, menciptakan nilai dengan mengurangi biaya suatu produk atau
layanan.
9. Risk Reduction, menciptakan nilai dengan meminimalisir risiko yang muncul ketika
konsumen membeli suatu produk atau layanan.
10. Accessibility, menciptakan nilai dengan menawarkan kemudahan dalam mengakses
suatu produk atau layanan.
11. Convenience/Usability, menciptakan nilai dengan memberikan kemudahan dan
kenyamanan akan suatu produk atau layanan kepada konsumen.
2.1.2 Business Model Canvas
Business model canvas (Osterwalder & Pigneur, 2010) sebagai dasar pemikiran tentang
bagaimana sebuah organisasi menciptakan, memberikan, dan menangkap nilai yang
diterjemahkan ke dalam sembilan elemen blok yang terdiri dari :
1. Customer Segment
Tahap awal memulai sebuah bisnis adalah menentukan siapa atau konsumen seperti
apa yang ingin dilayani. Semakin jelas dalam menentukan konsumen mana yang
akan dilayani, semakin mudah bagi perusahaan untuk memberikan produk atau
layanan yang sesuai untuk melayani konsumen.
19
2. Value Propositions
merupakan nilai atau manfaat yang ditawarkan dari suatu produk atau layanan
kepada konsumen.
3. Channels
Suatu bisnis berjalan dengan mendistribusikan dan menjual produk atau layanan.
Proposisi nilai yang dimiliki oleh perusahaan harus didistribusikan ke konsumen
(Customer Segment) melalui jalur yang tepat. Jalur tersebutlah yang kemudian
disebut channels.
4. Customer Relationships
Setelah berhasil menjual produk atau layanan kepada konsumen, perusahaan juga
harus terus menciptakan dan memelihara hubungan baik dengan konsumen secara
berkelanjutan. Hal ini sangat penting untuk meningkatkan loyalitas konsumen
sehingga mereka tetap ingin membeli produk atau menggunakan jasa dari
perusahaan ini.
5. Revenue Streams
Merupakan alat ukur dari suatu bisnis. Selain itu, revenue streams juga dianggap
sebagai salah satu komponen paling vital bagi perusahaan dalam business model
canvas karena elemen ini menjelaskan bagaimana perusahaan mendapatkan
pemasukan.
6. Key Activities
Elemen ini akan menjelaskan gambaran umum bagaimana sebuah perusahaan
melakukan aktivitasnya dalam menyampaikan proporsi nilai kepada konsumen.
20
7. Key Resources
Merupakan seluruh sumber daya perusahaan digunakan untuk memberikan
proposisi nilai kepada konsumen seperti pemasok dan komoditas.
8. Key Partnerships
Merupakan elemen yang menjelaskan siapa yang menjadi partner-partner atau rekan
kerja kunci dari suatu perusahaan sehingga memungkin perusahaan tersebut dapat
mewujudkan produk atau layanan dengan value proposition yang kuat sesuai target
konsumen yang telah dirancang.
9. Cost Structure
Biaya tetap dan variabel diperlukan untuk mengoperasikan bisnis. Dalam
menjalankan kegiatannya, perusahaan memiliki komposisi biaya (cost structure),
yang merupakan rincian biaya kegiatan perusahaan tersebut. Proporsi yang tepat dan
biaya efisien merupakan kunci perusahaan dalam menekan harga dan meningkatkan
margin keuntungan.
21
2.2 Segmenting and Targeting
2.2.1 Segmentasi
Berdasarkan segmentasi demografis :
Gambar 2.1 Demografis Pengguna OTA 2018
Sumber : Daily Social, 2019
Menurut U.S Census of Beraue bahwa umur yang dapat dikategorikan sebagai
millenial adalah mereka yang lahir pada tahun 1982–2000, dimana survei yang
dilakukan oleh Daily Social mengenai penggunaan Online Travel Agencies (OTA)
adalah pada tahun 2018, sehingga kisaran umur yang termasuk millenial berada pada
18 – 36 tahun. Sejalan dengan survei yang dilakukan oleh Daily Social dimana jumlah
responden terbanyak dari survei yang mereka lakukan memilik kisaran umur 20 – 25
yaitu sebanyak 40,19% dilanjutkan 26 – 29 sebanyak 21,21%. Selain itu berdasarkan
artikel yang dikutip dari Tech In Asia dikatakan bahwa pada tahun 2020, generasi
millenial akan menduduki 60% dari populasi masyarakat Indonesia, melalui proyeksi
yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik & Bappenas (2018) diperkirakan bahwa
22
pada tahun 2020 jumlah penduduk Indonesia akan lebih dari 271 juta orang. Bahkan
menurut riset yang dilakukan oleh Moreno, et al. (2017) pada jurnalnya disimpulkan
bahwa generasi millenial lebih menyukai menghabiskan uang untuk pengalaman dan
wisata dibandingkan untuk materialistik dan sangat terpengaruh dengan komunikasi
secara teknologi dan media sosial. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa generasi
millenial merupakan segmen yang sangat potensial.
2.2.2 Targeting
Melihat potensi pada generasi millenial yang begitu besar dan sejalan dengan fokus
dari konsep Travelogy yaitu kearifan lokal dan affordable budget, maka Travelogy
memilih generasi millenial di Indonesia yang tertarik dengan wisata budaya dan
mereka yang mengandalkan budget untuk berwisata sebagai target.
2.3 Consumer Behaviour
Untuk mengetahui lebih banyak mengenai behaviour dari generasi millenial ini kami
mengacu pada survei yang dilakukan oleh Daily Social (2018) dan tim penulis lakukan
pada 13 Juli 2019 hingga 17 Juli 2019 dengan jumlah responden sebanyak 100 orang
dan sebanyak 63 dari responden tersebut adalah generasi millenial, dimana terdapat
beberapa hal penting yang dapat kami simpulkan sebagai berikut :
1. Affordable Budget
Dari survei yang dilakukan oleh Daily Social (2018) melalui pertanyaan “Do you think
OTA is more economical to use than convetional travel agencies?”, sebanyak 53,50%
menyatakan setuju dan 38,20 menyatakan sangat setuju, begitu juga dengan survei
yang tim penulis lakukan dimana pada pertanyaan “Apa hal utama yang menjadi
23
pertimbangan saat akan melakukan traveling?”, sebanyak 74% responden menyatakan
budget menjadi hal yang sangat dipertimbangkan. Dapat disimpulkan bahwa generasi
millenial memiliki pertimbangan besar dalam hal budget ketika mereka akan
melakukan traveling.
2. Easy Access
Kemudahan dalam mengakses informasi, rekomendasi, ulasan, rekomendasi dan
transaksi dalam melakukan perencanaan hingga akhirnya eksekusi traveling dilakukan
bagi generasi millenial menjadi sengat penting, hal ini dapat dilihat melalui pertanyaan
pada survei yang dilakukan oleh Daily Social (2019) yaitu “Do you think OTA has
made it easier for you to plan and execute your trips & vacations?”, sebanyak 44,06%
menyatakan setuju sedangkan 52,62% menyatakan sangat setuju, begitu juga dengan
survei yang dilakukan oleh tim penulis dengan pertanyaan “Apa hal utama yang
diperlukan dalam melakukan perencanaan traveling?”, sebanyak 89% responden
menyatakan kemudahan akses informasi dan transaksi menjadi hal yang utama. Dapat
disimpulkan bahwa generasi millenial memiliki kecenderungan untuk mendapatkan
segala kebutuhan traveling mereka dengan lebih mudah, khususnya dengan adanya
Online Travel Agencies (OTA) yang memberikan kemudahan melalui smartphone,
sehingga informasi dan transaksi untuk berwisata dapat dilakukan kapan saja dan
dimana saja.
3. Kearifan Lokal
Kearifan lokal menjadi daya tarik tersendiri ketika melakukan traveling ke suatu daerah
dalam hal ini desa wisata yang terus berkembang menawarkan pengalaman otentik
yang tak terlupakan. Dari survei yang tim penulis lakukan mengenai ketertarikan
24
responden tentang desa wisata, sebanyak 78% responden menyatakan sangat tertarik
dengan desa wisata yang tersebar di Indonesia. Dapat disimpulkan bahwa generasi
millenial saat ini memiliki rasa ingin tahu yang besar mengenai desa wisata yang
menggambarkan kearifan lokal yang otentik. Selain itu menurut Kemendes PDTT RI
(2019) yang dikutip langsung dari official website milik mereka, desa wisata
merupakan program yang dicanangkan oleh pemerintah yang mendapat dukungan
penuh dari pemerintah pusat, sehingga pertumbuhan desa wisata menjadi fokus yang
penting bagi pemerintah pusat hingga daerah yang pada akhirnya akan memberikan
dampak pada pertumbuhan ekonomi Indonesia.
2.4 Market Overview
Menurut United Nation Word Tourism Organization (UNWTO) pangsa pasar
pariwisata budaya secara global akan meningkat sebesar 15% di tahun-tahun
mendatang. Di Indonesia sendiri perjalanan budaya yang dilakukan wisatawan
Nusantara pada tahun 2016 tercatat sebanyak 15,6% dari 264 juta perjalanan
(Kemenpar, 2017). Hal ini menunjukan bahwa pariwisata yang berhubungan dengan
budaya merupakan industri yang potensial. Begitupula apabila dilihat perkembangan
OTA (Online Travel Agencies), yang menurut prediksi Google dan Temasek dalam
rilisnya pada tahun 2018, Indonesia diperkirakan akan menjadi negara dengan transaksi
pembelian tiket terbesar di Asia Tenggara dengan total nilai transaksi mencapai 25
Miliar US Dollar pada tahun 2025.
25
2.4.1 Market Size dan Market Potential
Pangsa pasar untuk konsumen yang ditargetkan untuk model bisnis ini adalah Generasi
Y atau yang lebih dikenal dengan sebutan Generasi Millenial. Menurut United States
Census Bureau, Generasi Millenial adalah generasi dengan rentang umur dari tahun
1982-2000, dikutip dari Tech In Asia, di mana generasi ini akan berkembang sampai
60% dari total populasi Indonesia pada tahun 2020, menurut artikel ini pula dari total
penduduk yang jumlahnya lebih dari 255 juta jiwa, sebanyak 81 juta penduduk
Indonesia berusia 17-37 tahun (31% pada tahun 2017) dan beberapa karakteristik
millenial menurut Moreno, et al. (2017) dalam jurnalnya adalah lebih menyukai
menghabiskan uang untuk pengalaman dan wisata dibandingkan untuk materialistik
dan sangat terpengaruh dengan komunikasi secara teknologi dan media sosial.
Dalam jurnal yang sama pula Moreno, et al. (2017) menyatakan bahwa banyak sekali
karakteristik dan perubahan kebiasaan dalam segmen konsumen ini, dimana Generasi
Millenial sangat tertarik dengan e-coupons atau promosi yang ditawarkan untuk
beberapa komentar mereka, survei atau interaksi, generasi ini juga cenderung
mengamati teman mereka untuk melihat manfaat dari suatu produk, dengan fitur
hedonis dan utilitarian, serta pengalaman berbelanja yang unik akan meningkatkan
pengalaman pemesanan online yang pada akhirnya bisa meningkatkan loyalitas pada
generasi ini. Generasi ini cenderung menikmati pengalaman yang penuh dalam
mendapatkan suatu layanan digital. Sehingga hal ini menjadi potensi yang sangat baik
bagi Travelogy untuk memberikan solusi kepada generasi millenial ini dalam
melakukan traveling.
26
2.5 Analisa Bisnis Model Pariwisata Indonesia
Dalam Travel & Tourism Competitiveness Report dari World Economic Forum, yang
mengukur sejumlah faktor dan kebijakan yang memungkinkan perkembangan
berkelanjutan dari sektor travel & wisata, yang pada akhirnya berkontribusi pada
pembangunan dan daya kompetitif negara ini, Indonesia mengalami lompatan dari
peringkat 70 di tahun 2013 menjadi peringkat 50 di tahun 2015, sebuah kemajuan yang
mengagumkan. Lompatan ini disebabkan oleh pertumbuhan cepat dari kedatangan turis
asing ke Indonesia, prioritas nasional untuk industri pariwisata dan investasi
infrastruktur (contohnya jaringan telepon selular kini mencapai sebagian besar wilayah
di negara ini, dan transportasi udara telah meluas rutenya). Laporan ini menyatakan
bahwa keuntungan daya saing Indonesia adalah harga yang kompetitif, kekayaan
sumber daya alam (biodiversitas), dan adanya lokasi warisan budaya. Kondisi saat ini
atau masa akan datang kebutuhan berpariwisata akan terus meningkat seiring dengan
pertumbuhan jumlah penduduk, dan dalam perkembangannya penduduk semakin
membutuhkan refreshing akibat rasa penat dari kesibukan dan rutinitas. Menurut
Alghamdi (2007) faktor yang mendorong manusia berwisata adalah: 1) keinginan
untuk melepaskan diri tekanan hidup sehari-hari di kota, keinginan untuk mengubah
suasana dan memanfaatkan waktu senggang atau escape motives 2) keinginan untuk
relaksasi 3) keinginan untuk merasakan suatu pelayanan yang prestige 4) menjalin
hubungan dan meningkatkan kebersamaan dengan keluarga atau teman, 5)
meningkatkan pengetahuan tentang pariwisata dan destinasi wisata, 6) Motivasi untuk
melakukan aktivitas olahraga, 7) Merasakan petualangan dalam pariwisata, 8)
27
Menikmati pemandangan alam, 9) Keinginan untuk berhubungan seksual dan 10)
Motivasi dalam mengkonsumsi alkohol. Dalam pengembangan bisnis model tentunya
kami harus mempertimbangkan peluang dan juga tantangan serta beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi proses perkembangan bisnis, untuk itu kami juga melakukan
analisa terhadap bisnis model dengan melakukan analisa Portes’s Five Forces Analysis
dan PESTLE Analysis.
2.5.1 Analisa Porter’s Five Forces
Portes’s Five Forces Analysis adalah suatu alat yang sederhana namun sangat berguna
untuk memahami dimana letak kekuatan perusahaan kita dalam menghadapi situasi
persaingan di dunia bisnis. Dengan menggunakan analisis ini, kita dapat memahami
kekuatan posisi persaingan saat ini dan kekuatan posisi persaingan pada bisnis yang
sedang direncanakan. Seperti namanya, Porter’s Five Forces Analysis ini
menggunakan 5 Kekuatan Industri untuk menentukan intensitas persaingan dalam
suatu industri. Berikut ini adalah kelima Kekuatan menurut Michael Porter atau lebih
dikenal dengan Porter’s Five Forces Analysis.
Berikut Analisa Porter’s Five Forces dari Bisnis Model Travelogy :
1. Bargaining power of buyers - MEDIUM
Kemajuan teknologi sampai saat ini sangat pesat, terutama dalam pengembangan
website dan aplikasi dan segala sesuatu mudah dicari secara online. Penawaran dalam
melakukan travelling yang ditawarkan oleh aplikasi banyak dijumpai pada saat
sekarang ini. Buyers juga dapat membuat perencanan sendiri apabila harga yang
ditawarkan oleh aplikasi dirasakan tidak sesuai dan perjalanan yang ditawarkan
dirasakan tidak menarik. Berdasarkan analisa ini, dapat disimpulkan bahwa bargaining
28
power of buyers adalah medium, karena pilihan buyers untuk melakukan perjalanan
budaya khususnya desa wisata melalui aplikasi online belum banyak.
2. Bargaining power of suppliers - MEDIUM
Supplier dalam hal ini maskapai penerbangan, penyewaan transportasi dan akomodasi,
local guide, dan desa wisata yang ada pada industri pariwisata, dimana mereka
menyediakan jasanya masing-masing. Pada saat ini, supplier memiliki bargaining
power karena cukup banyaknya OTA (Online Travel Agencies) yang bekerja sama
dengan supplier yang ada di Indonesia. Namun hal ini dapat dikendalikan, karena kerja
sama antara Travelogy dengan supplier, menguntungkan bagi supplier, dimana
supplier mendapatkan channel distribusi tambahan sekaligus ekspansi pasar dan
marketing, walaupun ada kemungkinan terjadi tawar menawar dari sisi service fee, hal
ini masih dapat dikendalikan dengan memberikan service fee yang kompetitif.
Sehingga berdasarkan data ini, dapat disimpulkan bahwa bargaining power of supplier
adalah Medium.
3. Threats of new entrants - HIGH
Pertumbuhan pariwisata di Indonesia sangat baik, sehingga menyebabkan
bertumbuhnya start-up yang baru terkait industri pariwisata dan layanan pariwisata
khususnya OTA (Online Travel Agencies) cukup tinggi di Indonesia. Permintaan yang
tinggi serta potensi alam yang ada di Indonesia akan varian yang sangat beragam dalam
suku dan budaya memberikan peluang bagi para pendatang baru untuk menjalankan
bisnis ini. Modal yang dibutuhkan untuk investasi start-up di bidang pariwisata
memang tergolong tinggi, tetapi banyak investor yang sangat tertarik untuk
29
menginvestasikan hal tersebut khususnya di Indonesia. Oleh karena itu threat of new
entrants Travelogy berada pada kategori High.
4. Threats of substitutes products - LOW
OTA (Online Travel Agencies) dengan fungsi dan layanan Travelogy seperti anggaran
perjalanan dan rekomendasi terhadap Desa Wisata, sejauh ini tidak ada. Sehingga akan
sulit mencari layanan dalam hal ini OTA (Online Travel Agencies) yang sama. Hal ini
membuat ancaman akan produk pengganti Travelogy berada dalam kategori Low.
5. Rivalry among existing competitors - LOW
Persaingan Travelogy dengan para kompetitor yang sudah eksis terlebih dahulu dapat
dikategorikan pada posisi Low, dikarenakan beberapa hal berikut :
Fokus dan keunikan yang ditawarkan oleh Travelogy berbeda dengan kompetitor
sehingga memiliki pasarnya sendiri, terutama wisatawan millenial dengan
karakteristik tertarik akan budaya dan perlu perencanaan budget, sehingga dapat
menganggarkan dengan baik biaya pariwisata.
Industri pariwisata di Indonesia saat ini tersebar hampir di semua pulau di Indonesia,
namun masih banyak Desa Wisata yang belum terekspos dengan baik dan merata,
oleh sebab itu Travelogy mengambil kesempatan ini untuk menjadi yang pertama
dan pionir, dimana hal ini tentu menjadi perhatian pemerintah dalam
mengembangkan dan mempublikasikan Desa Wisata lebih luas dan masif lagi.
Sedangkan disisi lain, belum ada kompetitor yang eksis juga melakukan hal tersebut.
30
2.5.2. Ringkasan Analisa
Bisnis model aplikasi daring dengan konsep kearifan lokal dan affordable budget
sesuai Porter’s Five Forces Analysis bahwa :
1. Bargaining power of buyers (Daya Tawar Pembeli) – Medium
2. Bargaining power of suppliers (Daya Tawar Pemasok) –Medium
3. Threat of new entrants (Ancaman bagi Pendatang Baru) – High
4. Threat of substitutes products (Hambatan bagi Produk Pengganti) – Low
5. Rivalry among existing competitors (Tingkat Persaingan Kompetitor) – Low
Dari analisa yang sudah dilakukan, dimana terdapat 2 kategori rendah dan 2 kategori
sedang dan 1 ancaman tinggi yang sudah dianalisa, dapat kami simpulkan bahwa bisnis
model yang kami bangun dapat mengatasi ancaman-ancaman tersebut, dikarenakan
bisnis model yang dibangun memiliki keunikan dan spesialisasinya sendiri, sehingga
ancaman dari pendatang baru, pemasok, dan produk pengganti dapat diatasi dengan
baik, apa lagi saat ini traveling sudah menjadi sebuah kebutuhan yang mendasar bagi
masyarakat, tentu dengan budget yang terbatas, mereka tetap akan berusaha melakukan
traveling dengan mencari berbagai informasi dan kami menyediakan hal itu, juga untuk
keunikan bisnis model kami yaitu kearifan lokal khususnya desa wisata yang menjadi
inspirasi baru bagi masyarakat untuk melakukan traveling. Daya tawar pembeli dan
persaingan kompetitor masuk dalam kategori sedang, karna memang saat ini banyak
sekali binis model yang sama yang berusaha untuk memberikan penawaran yang
menarik dengan berbagai promo, tentu hal ini menjadi fokus kami agar tidak tertinggal
dengan kompetitor yang sudah ada sebelumnya dengan menawarkan promosi-promosi
yang kompetitif.
31
Gambar 2. 2 Analisis Five Porter’s Forces
Sumber : Tim Penulis, 2019
2.5.2. Analisa PESTLE
Analisa PESTLE adalah suatu teknik dalam Manajemen strategis yang digunakan
untuk melihat faktor-faktor lingkungan luar/eksternal bisnis yang berpengaruh
terhadap suatu hal (perusahaan, proyek, masalah, dan lain-lain). Faktor-faktor tersebut
meliputi bidang : Political, Economic, Social, Technological, Legal, dan Environment
(Rastogi & Trivedi, 2016) Bisnis model yang akan kami kembangkan masuk sebagai
sektor pariwisata dalam bidang jasa dan berikut berikut adalah analisa PESTLE
(Political, Economic, Social, Technological, Legal and Environment) yang kami susun
dalam pembentukan bisnis jasa dalam sektor pariwisata.
Rivalry among existing
competitors
LOW
Threats of New
Entrants
HIGH
Bargaining Power of
Buyers
MEDIUM
Threats of Substitutes
Products
LOW
Bargaining Power of Suppliers
MEDIUM
32
a. Political
Indonesia memiliki kepentingan terhadap pariwisata, dimana merupakan sektor yang
cukup banyak menyumbang devisa terhadap negara, maka dari itu pemerintah
mengeluarkan Permenpar No 10 tahun 2018 tentang Pelayanan Berusaha Terintegrasi
Secara Elektronik Sektor Pariwisata, sehingga semakin memudahkan perijinan oleh
Industri Pariwisata. Duopoli maskapai penerbangan juga cukup menjadikan harga tiket
pesawat di Indonesia cenderung fluktuatif. Dalam aspek politik tergolong cukup positif
untuk pertumbuhan OTA (Online Travel Agencies) yang sejalan dengan rencana
pemerintah dalam mengembangkan pariwisata dan pelayanan secara elektronik, selain
itu fokus pemerintah untuk menyediakan infrastruktur yang lebih baik untuk beberapa
daerah yang sedang dikembangkan pariwisatanya menjadi potensi yang baik untuk
perkemabangan industri pariwisata.
b. Economic
Pariwisata merupakan salah satu aspek yang cukup banyak menopang perekonomian
Indonesia dan tren yang terjadi di Indonesia adalah semakin bertumbuh dari tahun ke
tahun, bahkan pada tahun 2017 terjadi pertumbuhan wisatawan dengan cukup
signifikan. Pada tahun 2020, Indonesia akan mengalami bonus demografi, dimana akan
didominasi oleh Millenial yang merupakan target pasar Travelogy. Peningkatan
kebutuhan ini tentunya akan meningkatkan kebutuhan akan penggunaan OTA (Online
Travel Agency), yang berarti kondisi ekonomi Indonesia dapat terbantu dan membaik
dengan bertumbuhnya industri pariwisata yang sejalan dengan bertumbuhnya populasi
millenial di Indonesia.
33
c. Social
Pertumbuhan penduduk di Indonesia, khususnya pada generasi Millenial menjadikan
pariwisata menjadi sangat potensial, karena umumnya Generasi Millenial lebih
menyukai menghabiskan dana yang mereka punya untuk mendapatakan pengalaman
wisata (Moreno et, al, 2017). Dikaitkan dengan Travelogy, jika mengarahkan fokus
pada isu sosial Desa Wisata yang masih belum terlalu terekspos, sehingga dengan
adanya informasi, ulasan, dan promosi yang lengkap terhadap Desa Wisata, diharapkan
dapat memberikan solusi bagi peningkatan ekonomi dan taraf hidup sosial pada Desa
Wisata.
d. Technological
Perkembangan teknologi yang ada di Indonesia, terutama perkembangan aplikasi pada
smartphone bertumbuh cukup pesat, terutatama bila melihat industri OTA (Online
Travel Agencies) di Indonesia. Dalam perkembangan teknologi yang cukup pesat ini,
belum ada aplikasi OTA yang mengakomodir dan mempromosikan Desa Wisata secara
khusus dan belum ada aplikasi yang memberikan pembelian secara total dalam 1 kali
transaksi, sehingga hal ini menjadi potensi dalam pengembangan teknologi yang
mengakomodir kedua hal tersebut (kearifan lokal dalam Desa Wisata dan Anggaran
wisata/ budgeting), selain itu tekonologi yang terus berkembang dan mendominasi
dapat dimanfaatkan dengan baik oleh Travelogy agar dapat memberikan teknologi
yang aman, handal, dan terpercaya.
e. Legal
Pemerintah Indonesia telah mengatur sektor pariwisata dalam UU No 10 tahun 2009
tentang Pariwisata. Pada tahun 2019 juga, kementrian pariwisata, menjadikan usaha di
34
Desa Wisata medapat dukungan langsung dari pemerintah sehingga dapat berkembang
dengan pesat, seperti diaturnya Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat sektor Pariwisata
yang diatur di Permenpar No 16 tahun 2019, Permenpar No 12 tahun 2019 tetang
Standar Usaha Hotel semakin memperbaharui standar hotel non bintang yang ada di
Indonesia.
f. Environment
Pariwisata secara langsung atau tidak, dapat meningkatkan perekonomian suatu daerah,
tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa kegiatan pariwisata terkadang memberikan dampak
buruk terhadap lingkungan objek wisata. Namun hal ini bergantung dengan bagaimana
infromasi dan edukasi kepada wisatawan terhadap isu lingkungan yang ada pada suatu
Desa Wisata atau tempat wisata lainnya, oleh sebab itu Travelogy berusaha untuk
mengatasi dampak buruk tersebut dengan memberikan sosialisasi berupa artikel,
gambar, atau video yang memberikan pesan mengenai pentingnya menjaga lingkungan
khususnya pada tempat wisata.
35
Gambar 2. 3 PESTLE Analysis
Sumber : Tim Penulis, 2019
Berdasarkan hasil analisa PESTLE di atas (terangkum dalam gambar 2.3), dapat
disimpulkan bahwa adanya peluang untuk perusahaan baru untuk masuk dalam industri
pariwisata, dilihat dari dukungan pemerintah terhadap perkembangan Desa Wisata
dengan kebijakan yang telah disusun, peningkatan populasi millenial yang sangat
tinggi minatnya untuk berwisata dan tujuan dalam meningkatkan perekonomian Desa
Wisata, ditambah lagi pada tahun 2019 ini, infrastruktur terhadap pengembangan
teknologi sudah cukup baik. Namun perusahaan perlu memperhatikan isu lingkungan
yang menjadi cukup penting dalam menjaga keberlangsungan Desa Wisata atau tempat
wisata lainnya.
PESTLE
analysis
ECONOMIC
Pertumbuhan pariwisata dan
prediksi perkembangan OTA
SOCIAL
Bonus demografi pada tahun 2020
Populasi millenial
TECHNOLOGY
Perkembangan Teknologi yang
menunjang
LEGAL
Pariwisata memiliki payung hukum yang
cukup
ENVIRONMENT
Isu kerusakan lingkungan oleh
oknum wisatawan
POLITICAL
Meningkatnya dukungan pemerintah terhadap penggunaan Teknologi Pariwisata.
36
2.5.3 Competition
2.5.3.1 Analisis Kompetitor
Travelogy merupakan online travel agencies (OTA) yang berfokus pada konsep
kearifan lokal khususnya desa wisata dan budget dengan memberikan kemudahan
akses dan kelengkapan informasi, sehingga Travelogy akan melakukan analisa pada
kompetitor yang berada pada kriteria tersebut. Beberapa kompetitor dari Travelogy
adalah :
a) 1001malam.com adalah online travel agencies (OTA) yang melayani pemesanan
hotel secara online, berfokus dalam menyediakan harga hotel terendah di seluruh
Indonesia.
b) NusaTrip.com adalah portal layanan travel online. Yang menyediakan berbagai
informasi, harga, ketersediaan tempat, layanan pemesanan tiket pesawat dan hotel,
baik domestik atau internasional.
c) Booking.com Dengan misi untuk mempermudah semua orang menjelajahi dunia,
Booking.com terus berinvestasi dalam bidang teknologi digital yang dapat
membantu mengurangi masalah ketika traveling.
d) Pegipegi adalah online travel agencies (OTA) yang berkomitmen untuk menjadi
mitra perjalanan dari media sosial, situs web, dan aplikasi seluler.
Tabel 2. 1 Perbandingan dengan Model Bisnis lain
Sumber: Tim Penulis, 2019
Kriteria 1001malam.com NusaTrip.com Booking.com pegipegi Travelogy
Konsep Budget
Kearifan Lokal
Ulasan
Informasi Lengkap
Aplikasi Mobile
Website
37
2.5.2.2 Perceptual Map
Travelogy menggunakan metode in-depth interview dengan judgement sampling
kepada 6 responden pada tanggal 19 Juli 2019 dengan kriteria narasumber yang dipilih
adalah laki-laki atau perempuan, rentang usia antara 18 – 36 tahun, pernah melakukan
traveling dalam 1 tahun terakhir minimal 3 kali, menggunakan layanan online travel
agencies (OTA), dan memiliki ketertarikan dengan kearifan lokal khususnya desa
wisata. Terdapat beberapa faktor yang menjadi pertimbangan konsumen ketika
merencanakan dan melakukan perjalanan wisata. Namun dapat disimpulkan bahwa
para responden memiliki kesamaan yaitu budget dan kemudahan akses informasi juga
transaksi menjadi faktor utama pertimbangan mereka, selain itu kearifan lokal
khususnya desa wisata menjadi daya tarik tersendiri bagi para responden akan tetapi
semua responden memiliki keluhan yang sama yaitu sulit mendapatkan informasi dan
akses ke desa wisata. Hal ini sejalan dengan survei yang dilakukan oleh Daily Social
(2018) dan tim penulis pada 13 Juli 2019 hingga 17 Juli 2019 dengan membagikan
kuesioner kepada 100 responden melalui metode kuantitatif dengan random sampling.
Sehingga faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu budget, kemudahan akses, dan
informasi mengenai desa wisata yang merupakan destinasi yang unik.
38
Gambar 2.4 Perceptual Maps
Sumber: Tim Penulis, 2019
2.6 Value & Idea Generation
2.6.1 Positioning
Travelogy adalah satu-satunya online travel agencies (OTA) di Indonesia yang
memberikan konsep kearifan lokal dan affordable budget khususnya desa wisata
dengan kemudahan akses informasi, ulasan, rekomendasi dan transaksi.
2.6.2 Value Proposition
Berdasarkan teori dari Osterwalder dan Pigneur (2010) mengenai sebelas komponen
value proposition, yang paling sesuai dengan ide bisnis Travelogy yaitu komponen
Newness, Performance, dan Getting The Job Done. Travelogy menawarkan sebuah
value proposition yang memenuhi kebutuhan konsumen akan pengalaman serta
pengetahuan yang belum pernah diperoleh atau diterima sebelumnya, selain itu dengan
Destinasi Umum
Destinasi Unik
Konsep Budget
Konsep Umum
39
kemudahan akses yang diberikan membantu konsumen agar lebih cepat dan lebih
mudah dalam menemukan solusi untuk perjalanan wisata mereka.
Untuk lebih memahami, berikut value proposition canvas dari Travelogy:
Gambar 2.5 Value Proposition dan Customer Segment
Sumber : Tim Penulis, 2019
Analisa Value Proposition dan Customer Segment seperti yang digambarkan pada
Gambar 2.5, dapat dijelaskan sebagai berikut:
Customer Pains :
- Sulit mencari referensi dari berbagai sumber yang berbeda-beda.
- Sulit menemukan informasi yang lengkap dan akurat.
- Informasi mengenai kearifan lokal khusnya desa wisata sangat sedikit
- Ulasan yang ditemukan tidak lengkap dan kurang detail.
- Membutuhkan waktu cukup banyak untuk melakukan perhitungan budget.
Customer Gain :
- Mengatur budget untuk berwisata menjadi sangat mudah.
- Informasi yang lengkap tanpa perlu mencari banyak sumber.
40
- Ulasan yang diberikan lengkap dan akurat karna berasal dari pengalaman otentik
orang lain.
- Informasi mengenai kearifan lokal khususnya desa wisata yang otentik dan akurat
karena dikumpulkan langsung dari sumbernya.
Product & Services :
- Online travel agencies (OTA) berbasis aplikasi daring dengan konsep kearifan lokal
dan affordable budget dengan kemudahan akses, itinerary otomatis, dan ulasan
lengkap dengan pengalaman.
Pain Relievers :
- Memberikan rekomendasi dan perhitungan menggunakan budget.
- Memberikan rekomendasi itinerary secara otomatis.
- Tersedianya ulasan dan informasi yang lengkap dan akurat dari pengalaman otentik.
- Referensi dari pengalaman orang lain yang akurat.
Gain Creator :
- Pencarian dan rekomendasi berdasarkan budget.
- Informasi yang diberikan lengkap dan akurat tanpa harus mencari dari bebagai
sumber.
- Ulasan yang lengkap, akurat, dan terpercaya.
- Informasi mengenai wisata kearifan lokal khususnya desa wisata yang otentik dari
sumber terpercaya.
- Pengalaman yang otentik yang dibagikan melalui pengalaman wisatawan lain atau
local guide.
top related