bab ii kajian pustaka 2.1 2.1.1 (ilmu pengetahuan...
Post on 24-May-2019
216 Views
Preview:
TRANSCRIPT
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori
2.1.1 Pengertian IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)
lmu Pengetahuan Alam atau yang sering disebut dengan Sains berupaya
untuk membangkitkan minat manusia agar mau meningkatkan kecerdasan dan
pemahamannya tentang alam seisinya yang penuh dengan rahasia yang tak habis-
habisnya. BSNP (2006:27) menyatakan bahwa IPA berhubungan dengan cara
mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau
prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. IPA
merupakan pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan
segala isinya.
Menurut Susanto (2015:166) Ilmu Pengetahuan Alam adalah usaha
manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada
sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga
mendapatkan suatu kesimpulan. Sedangkan Srini M. Iskandar (1997:2)
menjelaskan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan manusia yang
luas yang didapatkan dengan cara observasi dan eksperimen yang sistematik, serta
dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-
teori dan hipotesis. Maslichah Asy'ari (2006:7) juga menjelaskan bahwa sains atau
Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan manusia tentang alam yang diperoleh
dengan cara yang terkontrol. Penjelasan ini mengandung maksud bahwa sains
selain menjadi sebagai produk juga sebagai proses. Sains sebagai produk yaitu
pengetahuan manusia dan sebagai proses yaitu bagaimana mendapatkan
pengetahuan tersebut.
Dari beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa Ilmu
Pengetahuan Alam adalah pengetahuan manusia tentang semesta dengan segala
isinya yang diperoleh dengan cara terkontrol melalui pengamatan, observasi dan
eksperimen serta menggunakan prosedur ilmiah yang sistematik sehingga
mendapatkan suatu kesimpulan.
7
2.1.2. Ruang Lingkup dan Tujuan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
IPA adalah salah satu materi ajar yang memiliki cakupan sangat luas.
Untuk mempelajarinya harus memperhatikan tingkatannya. Menurut Mulyasa
(2007:112) ruang lingkup untuk bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-
aspek berikut:
a. makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan
dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
b. benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan gas.
c. energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,
cahaya, dan pesawat sederhana.
d. bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda
langitnya.
Berdasarkan apa yang telah dikemukakan oleh Mulyasa (2007:112) maka
dapat dikatakan ruang lingkup IPA adalah semua yang ada di alam semesta yang
meliputi 1) Mahluk hidup termasuk proses kehidupannya yang mencakup
manusia, hewan serta tumbuhan, 2) Benda/materi yang meliputi benda cair, benda
padat dan benda gas, 3) Energi serta perubahannya yang meliputi gaya, bunyi,
panas, magnet, listri, cahaya dan pesawat sederhana, 4) Bumi dan alam semesta
meliputi bumi, tata surya juga semua benda langit. Dari ruang lingkup tersebut,
IPA merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang konsep dan prinsip
dasar yang esensial tentang semua gejala alam semesta. Dari aspek-aspek yang
umum mahluk hidup sampai aspek khusus proses kehidupannya. Dari fakta dasar
tentang bumi hingga fakta lebih dalam tentang tata surya.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), BSNP (2006:13)
menyatakan mata pelajaran IPA di SD bertujuan agar siswa memiliki kemampuan
sebagai berikut: (a) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang
Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya,
(b) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (c)
Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, tekhnologi, dan
8
masyarakat, (d) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam
sekitar, memecahkan masalah dam membuat keputusan, (e) Meningkatkan
kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan
lingkungan alam, (f) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan (g) Memperoleh bekal
pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan
pendidikan ke SMP/MTS (Mulyasa, 2007:111).
Dari tujuan IPA dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, maka dapat
dikatakan bahwa IPA memiliki tujuan pokok yaitu: 1) Siswa mampu
mengembangkan pengetahuan, rasa ingin tahu serta ketrampilan proses dalam
memecahkan masalah. 2) siswa dapat meningkatkan kesadaran untuk menghargai
dan memelihara serta melestarikan lingkungan sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
3) Siswa dapat memperoleh bekal pengetahuan yang bermanfaat dan dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan tujuan IPA, maka belajar IPA lebih menekankan bagaimana
siswa mengolah pengetahuan serta ketrampilannya dalam memecahkan masalah.
Kemampuan tersebut yang nantinya dapat dipergunakan siswa untuk memelihara
dan melestarikan lingkungan yang ada pada sekitar dirinya. Dalam proses belajar,
siswa dapat dimulai dari konsep-konsep yang diperoleh melelui suatu proses yang
menggunakan metode ilmiah dan diawali dengan sikap ilmiah kemudian diperoleh
hasil/produk (Lestari, 2002:7).
2.2. Metode Pembelajaran Inqiuri
2.2.1. Pengertian Metode Pembelajaran
Pengertian metode pembelajaran cukup beragam walaupun pada dasarnya
sama. Menurut Mashuri (2008:67) secara etimilogis motode berasal dari kata
yunani yaitu “metododus” yang berarti jalan atau cara dan “logos” yang berarti
ilmu. Yang secara sistematik berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang
cara-cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai tujuan dengan hasil yang
efektif dan efisien. Nana Sudjana (2009:76) mengemukakan bahwa metode
9
pembelajaran adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan
dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran.
M. Sobri Sutikno (2009:88) menyatakan “Metode pembelajaran adalah
cara-cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi
proses pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan.
Sedangkan menurut Ibrahim muslimin (2002:19) dalam bukunya pembelajaran
kooperatif, metode pembelajaran adalah cara-cara yang dipilih untuk
menyampaikan pelajaran dalam lingkungan pengajaran tertentu, yang meliputi
sifat, lingkup dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar
kepada siswa.
Berdasarkan definisi/pengertian metode pembelajaran dari para ahli yang
dikemukakan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran
merupakan suatu cara atau strategi yang dilakukan oleh seorang guru agar terjadi
proses belajar pada diri siswa untuk mencapai tujuan dengan hasil yang efektif
dan efisien.
2.2.2. Pengertian Metode Pembelajaran Inkuiri
Inkuiri berasal dari bahasa inggris “inquiry” yang secara harfiah berarti
pertanyaan atau pemerikasaan, penyelidikan. Inkuiri merupakan salah satu metode
pembelajaran yang berperan penting dalam membangun paradigma pembelajaran
konstruktivistik yang menekankan pada keaktifan belajar siswa (Mulyatiningsih,
2010:96).
Phillips (dalam Arnyana, 2007:39) mengemukakan inkuiri merupakan
metode pembelajaran yang dapat diterapkan pada semua jenjang pendidikan.
Pembelajaran dengan pendekatan ini sangat terintegrasi meliputi penerapan proses
sains yang menerapkan proses berpikir logis dan berpikir kritis. Sanjaya
(2008:196) berpendapat bahwa strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian
kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan
analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang
dipertanyakan.
10
Syaiful Sagala (2006:196), mengemukakan metode inkuiri merupakan
metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah
pada diri siswa yang berperan sebagai subjek belajar, sehingga dalam proses
pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas
dalam memecahkan masalah. Sedangkan menurut Joice (2005:87), Metode inkuiri
adalah metode yang menempatkan dan menuntut guru untuk membantu siswa
menemukan sendiri data, fakta dan informasi tersebut dari berbagai sumber agar
dengan kegiatan itu dapat memberikan pengalaman kepada siswa. Pengalaman ini
akan berguna dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah dalam
kehidupannya.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa
inkuiri merupakan suatu metode pembelajaran yang menerapkan proses berpikir
logis, kritis dan analitis pada diri siswa sebagai subjek belajar untuk menemukan
sendiri jawaban dari masalah yang dipertanyakan dan menghadapi masalah dalam
kehidupannya. Alasan penggunaan metode inkuiri adalah dengan menemukan
sendiri tentang konsep yang dipelajari, siswa akan lebih memahami ilmu, dan
ilmu tersebut akan bertahan lama. Pengajaran berbasis inkuiri merupakan strategi
pengajar yang menyediakan kesempatan untuk pembelajaran bermakna karena
inkuiri memberikan kepada siswa pengalaman-pengalaman belajar yang nyata dan
aktif serta siswa dapat mengembangkan kreatifitasnya sendiri dalam memecahkan
masalah.
2.2.3. Karakteristik Pembelajaran Inquiri
Setiap metode pembelajaran kooperatif pasti mempunyai karakteristik
sendiri-sendiri yang membedakan dengan metode pembelajaran yang lain. Begitu
juga model pembelajaran kooperatif inkuiri Menurut Sanjaya (2008:196-197) ada
beberapa hal yang menjadi ciri utama model pembelajaran inkuiri, yaitu:
a. Metode inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk
mencari dan menemukan, artinya metode inkuiri menempatkan siswa
sebagai subyek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya
berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara
11
verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi
pelajaran itu sendiri.
b. seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan
menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga
diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri. Dengan demikian,
metode pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber
belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa.
Dari ciri utama metode pembelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh
Sanjaya (2008:196-197), maka pada initinya metode pembelajaran inkuiri adalah
metode pembelajaran yang mempunyai karakteristik menempatkan guru hanya
sebagai fasilitator dan motifator dalam proses pembelajaran. Siswa yang dituntut
untuk aktif menemukan jawabannya sendiri masalah yang ia hadapi.
Berdasarkan pada karakteristik inkuiri di atas, ketika guru menggunakan
teknik inkuiri, guru tidak boleh banyak bertanya atau berbicara. Biarkan siswa
lebih banyak mencoba, berpikir dan mengembangkan tingkat krestifitasnya. Guru
hanya membantu dan memotifasi siswa yang mengalami kesulitan dalam proses
inkuiri, selanjutnya biarkan siswa bereksplorasi. Dalam pembelajaran dengan
inkuiri siswa didorong untuk memiliki pengalaman dan melakukan
percobaanyang memungkunkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri
mereka sendiri. (Nur dan Wikandari, 2000:10).
2.2.4. Prinsip-prinsip penggunaan metode inkuiri
Metode pembelajaran inkuiri merupakan metode pembelajaran yang
memiliki beberapa prinsip untuk lebih menekankan kepada pengembangan
intelektual anak. Prinsip-prinsip tersebut menurut Sanjaya (2008:199-201) adalah
sebagai berikut:
a. Berorientasi pada pengembangan intelektual
Tujuan utama dari metode inkuiri adalah pengembangan kemampuan
berpikir. Kriteria keberhasiklan dari proses pembelajaran dengan
menggunakan metode inkuiri bukan ditentukan oleh sejauh mana siswa
12
dapat menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana siswa
beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu.
b. Prinsip interaksi
Prinsip pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi. Pembelajaran
sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber
belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu
sendiri.
c. Prinsip bertanya
Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan metode inkuiri adalah
guru sebagi penanya. Sebab, kemampuan siswa untuk menjawab setiap
pertanyaan pada dasarnya adalah merupakan sebagian dari proses berpikir.
d. Prinsip belajar untuk berpikir
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah
proses berpikir, yakni proses mengembangkan potensi otak, baik otak kiri
maupun otak kanan.
e. Prinsip keterbukaan
Belajar adalah proses mencoba berbagai kemungkinan. Segala sesuatu
mungkin saja terjadi. Oleh sebab itu, anak perlu diberikan kebebasan untuk
mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika dan nalarnya.
Dari apa yang telah dikemukakan oleh Sanjaya (2008:199-201) tentang
prinsip-prinsip metode pembelajaran inkuiri, maka dapat dikatakan metode
pembelajaran inkuiri memiliki 5 prinsip utama. Yang pertama adalah berorientasi
dalam mengambangkan intelektual anak. Yang kedua adalah prinsip interaksi
dimana proses pembelajaran merupakan proses interaksi yang menempatkan guru
sebagai pengatur lingkungan. Yang ketiga adalah prinsip bertanya, dalam prinsip
ini guru dapat memancing siswa dengan berbagai pertanyaan agar siswa agar
siswa dapat mengembangkan pengetahuannya melalui proses berfikir. Selanjutnya
adalah prinsip belajar untuk berfikir. Dari prinsip bertanya siswa sudah melalui
proses berfikir karena belajar adalah proses mengembangkan potensi otak. Dan
yang terakhir adalah prinsip keterbukaan. Dalam prinsip ini anak diberi kebebasan
untuk mencoba sesuai dengan tingkat perkembangan kemampuannya.
13
2.2.5. Sintaks Metode Pembelajaran Inquiri
Metode pembelajaran inkuiri merupakan metode pembelajaran yang
bebasis penemuan atau siswa menmukan sendiri tentang konsep materi yang telah
dipelajari. Penemuan ini bisa dilakukan melalui cara diskusi, penelitian,
pengamatan lapangan serta kolaborasi antara siswa dengan guru. Sanjaya
(2008:205) mengemukakan sintak/tahapan metode inkuiri adalah sebagai berikut:
Tabel 1
Sintaks Metode Pembelajaran Inkuiri Sanjaya (2008:205).
Tahap Tingkah Laku Guru
Tahap 1
Observasi untuk menemukan masalah
Guru menyajikan kejadian-kejadian atau
fenomena yang memungkinkan siswa
menemukan masalah
Tahap 2
Merumuskan masalah
Guru membimbing siswa merumuskan
masalah penelitian berdasarkan kejadian
dan fenomena yang disajikannya
Tahap 3
Mengajukan hipotesis
Guru membimbing siswa untuk
mengajukan hipotesis terhadap masalah
yang telah dirumuskannya
Tahap 4
Pengumpulan informasi (data)
Guru membantu siswa melakukan
pengamatan tentang hal-hal yang penting
dan membantu mengumpulkan dan
mengorganisasi data
Tahap 5
Menguji hipotesis
Guru membantu siswa menganalisis data
supaya menemukan suatu konsep
Tahap 6
Penarikan kesimpulan dan penemuan
Guru membimbing siswa mengambil
kesimpulan berdasarkan data dan
menemukan sendiri konsep yang ingin
ditanamkan.
14
Dari apa yang telah dikemukakan oleh Sanjaya (2008:205), maka sintaks
pembelajaran inquiri mempunyai 6 tahap yang pertama adalah tahap observasi
menemukan masalah untuk mengorientasi siswa terhadap masalah ini guru harus
memiliki kreativitas atau rangsangan yang diberikan benar-benar menarik bagi
siswa. Kemudian pada tahap kedua adalah merumuskan masalah, guru
membimbing siswa merumuskan masalah dari fenomena yang telah ditemukan.
Tahap berikutnya adalah mengajukan hipotesis, pada tahap ini guru membimbing
siswa untuk mengajukan hipotesis atau dugaan sementara terhadap masalah yang
telah dirumuskan. Tahap keempat adalah pengumpulan data, pada tahap
pengumpulan data guru membantu siswa mengumpulkan serta memproses data
untuk menyelesaikan masalah. Tahap kelima adalah menguji hipotesis, disini guru
membantu siswa menganalisis data yang telah terkumpul untuk memperileh suatu
konsep. Tahap yang terakhir adalah penarikan kesimpulan, setelah data diolah dan
ditemukan suatu konsep atas masalah awal, maka ditarik kesimpulsn berdasarkan
data yang telah dikumpulkan.
Dari sintaks tersebut maka dalam pembelajaran inkuiri guru dituntut untuk
lebih kreatif serta mampu mengorganisasi proses pembelajaran dengan baik.
Dalam tahap awal guru harus mampu menyajikan masalah yang akan dihadapi
oleh siswa. Guru harus benar-benar paham dengan karakteristik dan tingkat
intelegensi siswa agar dalam menyajikan masalah tidak terlalu berat atau terlalu
ringan dan sesuai dengan tingkat berfikir siswa. Pada saat proses pembelajaran
guru dituntun untuk mempu mengkondisikan kelas dengan baik agar dalam tahan
siswa mengumpulkan informasi dapat berlangsung dengan lancar hingga tahap
menarik kesimpulan.
2.2.6. Keunggulan dan Kelemahan Metode Pembelajaran Inkuiri
Di dalam pembelajaran inkuiri ini, terdapat beberapa keunggulan dan juga
kelemahan dalam penerapannya. Adapun keunggulan dan kelemahan tersebut
adalah sebagai berikut:
15
a. Keunggulan
Sanjaya (2008:207) mengungkap bahwa metode pembelajaran inkuiri
merupakan metode pembelajaran yang banyak dianjurkan. karena oleh karena
metode ini memiliki beberapa keunggulan, diantaranya:
1. Metode pembelajaran inkuiri merupakan metode pembelajaran yang
menekankan pada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor
secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui model ini dianggap lebih
bermakna.
2. Metode pembelajaran inkuiri dapat memberikan ruang kepada siswa untuk
belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
3. Metode pembelajaran inkuiri merupakan metode yang dianggap sesuai
dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar
adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
4. Keuntungan lain adalah metode pembelajaran ini dapat melayani
kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata. Artinya,
siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh
siswa yang lemah dalam belajar.
Keunggulan metode inkuiri yang telah diungkap oleh Sanjaya (2008:207),
maka dapat dikatakan pembelajaran yang menggunakan model inkuiri akan lebih
efektif karena dapat mengembangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik
secara seimbang serta memberikan ruang bagi siswa sesuai dengan gaya belajar
mereka sehingga memberikan kepuasan intrinsik pada diri siswa karena belajar
menjadi lebih bermakna.
Dengan menggunakan metode inkuiri, siswa yang memiliki kemampuan
diatas rata-rata dapat berkembang dengan pesat karena dia dapat dengan leluasa
belajar mengembangkat ketrampilan serta pengetahuannya. Siswa dapat terhindar
dari cara belajar hafalan, karena dengan menggunakan metode inkuiri siswa
belajar melalui proses dan akan memperoleh hasil berdasarkan apa yang telah ia
lalui. Metode inkuiri mempersiapkan siswa pada situasi untuk melakukan
eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan
sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mencari jawaban sendiri serta
16
menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain dan
membandingkan dengan apa yang ditemukan oleh temannya (Trianto, 2014:45).
b. Kelemahan
Selain keunggulan, metode inkuiri juga memiliki kelemahan. Sanjaya,
(2008: 208) mengungkap kelemahan metode pembelajaran inkuiri diantaranya:
1. Metode ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur
dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
2. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu
yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu
yang telah ditentukan.
3. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa
menguasai materi pelajaran, maka model pembelajaran inkuiri akan sulit
diimplementasikan oleh setiap guru.
Walaupun metode pembelajaran inkuiri memiliki banyak keunggulan,
akan tetapi metode inkuiri juga mempunyai beberapa kelamahan yang telah
diungkap oleh Sanjaya (2008: 208) yang pada intinya jika penggunaan motode
inkuiri tidak didukung dengan kemampuan guru dalam mengembangkan model
pembelajaran kooperatif serta alokasi waktu belajar yang sedikit maka
penggunaan metode ini akan sulit untuk diimplementasikan. Kebiasaan belajar
siswa yang hanya menjadikan guru sebagai sumber belajar juga membuat metode
inkuiri sulit untuk dilaksanakan, karena siswa akan merasa kebingungan dalam
menemukan dan memproses masalah yang ia hadapi. Dalam metode inkuiri siswa
harus dituntuk aktif untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Alokasi waktu
yang sempit dalam jadwal pembelajaran di kelas menambah kesulitan dalam
menggunakan metode inkuiri. Karena inkuiri memerlukan proses berfikir yang
tidak singkat.
17
2.3. Hasil Belajar
2.3.1. Pengertian Hasil belajar IPA
Hasil adalah sesuatu yang diadakan atau dibuat oleh sebuah usaha
(Poerwadarminta. 2003:408). Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam
pembelajaran. Nana Sudjana (2009:3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada
hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian
yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan
Mudjiono (2006:34) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu
interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar
diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar
merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.
Benyamin S. Blom (Sumarni, 2007:30) menyebutkan hasil belajar
merupakan keluaran dari suatu pemprosesan masukan. Masukan dari sistem
tersebut merupakan bermacam-macam informasi sedangkan keluarnya adalah
perbuatannya atau kinerja. Perbuatan merupakan petunjuk bahwa proses belajar
telah terjadi dan hasil belajar dapat dikelompokkan kedalam dua macam bentuk
yaitu pengetahuan dan keterampilan. Hasil belajar IPA tentu saja harus dikaitkan
dengan tujuan pendidikan IPA, dimana IPA lebih menekankan bagaimana siswa
mengolah pengetahuan serta ketrampilannya dalam memecahkan masalah. Oleh
sebab itu tujuan pelajaran menggambarkan hasil belajar yang harus dimiliki siswa
dan cara siswa dalam memecahkan masalah tersebut.
Dari berbagai kajian definisi di atas, maka yang dimaksud hasil belajar
IPA adalah suatu indikator atau hasil dari perubahan yang terjadi pada diri siswa
setelah mengalami proses belajar mengolah penetahuan serta keterampilannya
dalam memecahkan masalah. Hasil belajar dapat diketahui dari evaluasi pada
puncak proses belajar. Pada tahap sekolah proses belajar terjadi saat interaksi
siswa dengan guru, siswa menjadikan guru sebagai sumber belajar dan siswa
sendiri sebagai subjek yang akan mengalami proses belajar. Dari pihak guru,
proses belajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar untuk mengetahui
perubahan yang terjadi pada diri siswa terutama dalam konsep pengetahuan.
18
2.3.2. Pengukuran Hasil Belajar
Pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha
memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan di mana seorang peserta didik
telah mencapai karakteristik tertentu. Pengertian pengukuran seperti dikemukakan
oleh Wiersma & Jurs adalah penilaian numeric pada fakta-fakta dari objek yang
hendak diukur menurut kriteria atau satuan-satuan tertentu.
Pengukuran hasil belajar merupakan suatu indikator dari perubahan yang
terjadi pada diri siswa setelah mengalami proses belajar dimana untuk
mengungkapkannya biasa menggunakan suatu alat penilaian yang ditetapkan guru
atau tim ahli. Fungsi pengukuran hasil belajar menurut Muhibbin Syah adalah
sebagai berikut:
a. Mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dalam suatu
kurun waktu dan proses tertentu.
b. Mengetahui posisi atau kedudukan seseorang dalam kelompok kelasnya.
c. Mengetahui tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam belajar. Hasil yang
baik pada umumnya menunjukkan tingkat usaha yang efisien.
d. Untuk mengetahui sejauh mana siswa telah mendayagunakan kapasitas
kognitif (kemampuan kecerdasan yang dimilikinya) untuk keperluan
belajar.
e. Untuk mengetahui tingkat dan hasil metode mengajar yang digunakan
dalam proses belajar mengajar.
Penilaian hasil belajar jika dilihat dari segi alatnya dapat dibedakan
menjadi 2 macam yaitu tes dan non tes. Berikut ini adalah penjelasan yang lebih
lengkap dari teknik tes dan teknik non tes.
1. Teknik tes
Tes merupakan cara yang digunakan dalam kegiatan evaluasi yang
didalamnya terdapat tugas untuk dikerjakan atau dijawab oleh siswa yang
memiliki jawaban benar atau salah (Nurhadi dan Suwardi, 2011:209). Dari
jawaban benar atau salah ini yang nantinya akan digunakan oleh guru
untuk melihat sejauh mana perkembangan siswa dalam menguasai materi
pelajaran yang telah diberikan. Perbedaan hasil belajar dapat dilihat dari
19
nilai hasil belajar yang diperoleh tiap siswa. Teknik ter terdiri dari
beberapa jenis, diantaranya adalah tes tertulis, tes perbuatan dan tes lisan.
Tes tertulis adalah tes yang membutuhkan jawaban secara tertulis. Bias
terdiri dari uraian bebas ataupun uraian terikat, pilihan ganda, benar-salah,
menjodohkan dan tes jawaban singkat. Selanjutnya adalah tes lisan. Tes
lisan adalah tes yang membutuhkan jawaban secara lisan dari siswa. Tes
ini digunakan untuk mengukur kemampuan berbahasa siswa, sehingga
siswa akan berbicara menggunakan gaya bahasa mereka sendiri dalam
menjawab pertanyaan yang diajukan. Dan yang ketiga adalah tes
perbuatan. Tes perbuatan adalah tes yang berupa penugasan yang
disampaikan dalam bentuk lisan atau tertulis dan dalam pelaksanaannya
dilakukan dalam bentuk perbuatan atau unjuk kerja. Dalam tes ini siswa
melakukan sesuatu sesuai dengan tugas yang diberikan dan selanjutnya
guru akan menilai siswa sesuai dengan kriteria dan opsi-opsi yang telah
ditetapkan.
2. Teknik Nontes
Teknik nontes merupakan pilihan lain yang digunakan untuk
mengukur hasil belajar selain teknik tes (Nurhadi dan Suwardi, 2011:53).
Hal ini dikarenakan hasil belajar mempunyai bentuk beragam yang dapat
berupa pengetahuan teoritis, ketrampilan dan sikap. Untuk pengetahuan
dan ketrampilan dapat diukur menggunakan teknik tes, akan tetapi untuk
aspek sikap dan perkembangan psikologi perlu diukur menggunakan
teknik nontes. Teknik nontes terdiri dari berbagai macam, dapat berupa
wawancara, skala sikap, skala minat dan lain sebagainya.
Dari penjelasan tentang pengukuran hasil belajar di atas, baik teknik
tes maupun teknik nontes keduanya mempunyai peran yang sangat penting
dalam pengukuran hasil belajar. Teknik tes dapat mengukur aspek
pengetahuan serta ketrampilan siswa, sedangkan teknik nontes dapat
mengukur sikap serta perkembangan psikologi siswa.
20
2.4. Penelitian yang Relevan
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh Tutik Handayani (2010)
tentang Pengaruh Pemanfaatan Metode Inkuiri terhadap Prestasi Belajar IPA
Kelas V SD Negeri Siwal 01 Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang Pada
Semester II Tahun Ajaran 2010/2011, menyimpulkan bahwa Prestasi siswa kelas
eksperimen pada keadaan awal diperoleh nilai rata-rata sebesar 71,40. Nilai ini
diperoleh dari hasil pretest. Setelah dilakukan treatmen dan siswa diberi tes, rata-
rata kelas menjadi 76,20 dengan hitung sebesar 2,451 dan tabel sebesar 2,406
dengan tingkat signifikansi sebesar 0,022. Karena tingkat signifikansi pada T-test
lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti terdapat
perbedaan yang nyata terhadap prestasi belajar siswa dalam pembelajaran dengan
pemanfaatan metode inkuiri dan pembelajaran konvensional. Hal ini
membuktikan bahwa pemanfaatan metode inkuiri dalam pembelajaran IPA kelas
V SD Negeri Siwal 01 pada materi Cahaya dan sifat-sifatnya dapat mempengaruhi
prestasi belajar siswa.
Penelitian Siti Rohana (2009) tentang Penggunaan Metode Inkuiri dalam
penerapan model kelas 212 Pembelajaran Kelas Rangkap Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV dan V SDN 03 Dempel Kecamatan Kali
Bawang Kabupaten Wonosobo Semester II Tahun 2009/2011, menyimpulkan
Pembelajaran Kelas Rangkap dengan menggunakan metode inkuiri dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV dan Kelas V dengan semua siswa sudah
mendapat nilai ≥71. Sebab Metode ini dapat membangkitkan gairah siswa
sehingga hasil belajar juga akan meningkatkan. Keaktifan siswa mengalami
peningkatan dalam mengikuti PBM IPA dengan menggunakan metode inkuiri
karena strategi ini menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya
sehingga ia merasa terlibat dan termotivasi sendiri untuk belajar, paling sedikit
pada suatu proyek penemuan khusus.
Penelitian yang relevan diatas yaitu dengan menggunakan metode inkuiri
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan demikian dari beberapa
penelitian diatas menjadi dasar serta mendukung penelitian yang akan peneliti
21
lakukan yaitu pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap hasil belajar siswa di
Sekolah Dasar.
2.5. Kerangka Pikir
Sebelum dilakukan penelitian, pembelajaran yang berlangsung di kelas
menggunakan metode ceramah. Penggunaan metode ini membuat siswa menjadi
kurang aktif sehingga kesulitan untuk menyerap materi secara penuh dan
menyebabkan hasil belajar siswa relative rendah. Salah satu faktor yang
berpengaruh dalam pencapaian hasil belajar siswa adalah metode pembelajaran
yang digunakan digunakan oleh guru.
Metode pembelajaran sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa
karena metode pembelajaran merupakan rancangan atau strategi yang dilakukan
oleh guru dalam melakukan pembelajaran hingga pembelajaran dapat mencapai
tujuan yang maksimal. Pada pembelajaran inkuiri terjadi kesepakatan antara siswa
tentang aturan-aturan dalam berkolaborasi. Masalah yang dipecahkan bersama
akan disimpulkan bersama. Peran guru hanya sebagai fasilitator yang
mengarahkan siswa untuk pencapaian tujuan pembelajaran.
Dengan menggunakan metode inquiri siswa akan terdorong untuk belajar
secara aktif. Dan hasil akhir yang diharapkan adalah lebih dari 80% dari jumlah
keseluruhan siswa memperoleh nilai diatas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).
Berikut ini disajikan peta konsep keranga pikir mengenai penerapan model
pembelajaran inquiri pada mata pelajaran IPA:
22
.
Gambar 1 Peta konsep kerangka pikir
2.6. Hipotesis Tindakan
Metode pembelajaran inquiry dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa
materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V semester 2 SD Negeri Sumogawe 04
Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2016/2017.
Kondisi
awal
Tindakan
Kondisi ahir
Hasil
belajar
IPA
siswa
rendah
Hasil belajar IPA siswa meningkat
Guru
menggunakan
metode
ceramah
Menggunakan
metode inquiri
Dalam proses pembelajaran siswa lebih
banyak belajar sendiri, mengembangkan
kreativitas dalam memecahkan masalah
Melaksanakan pembelajaran
yang dilakukan secara monolog
dan hubungan satu arah dengan
melakukan penuturan bahan
pelajaran secara lisan.
top related