manusia sebagai makhluk hidup membutuhkan makanan dalam rangka melangsukan kehidupannya
TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk hidup membutuhkan makanan dalam rangka
melangsukan kehidupannya. Makanan memiliki banyak manfaat, diantaranya
untuk memberikan tenaga atau energi pada tubuh makhluk hidup sehingga dapat
melakukan aktivitasnya sehari-hari, sumber pengatur dan pelindung tubuh
terhadap penyakit, untuk pembangun tubuh dan pengganti sel-sel yang telah tua.
Makanan yang dikonsumsi tentunya harus mengandung gizi yang seimbang .Gizi
seimbang merupakan aneka ragam bahan pangan yang mengandung unsur-unsur
zat gizi yang diperlukan oleh tubuh, baik kualitas (fungsinya), maupun kuantitas
(jumlahnya). Direktorat Gizi Depkes pada tahun 1995 telah mengeluarkan
Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). PUGS merupakan penjabaran lebih
lanjut dari pedoman 4 sehat 5 sempurna yang merupakan susunan makanan yang
menjamin keseimbangan zat-zat gizi. Hal ini dapat dicapai dengan mengkonsumsi
beraneka ragam makanan tiap hari. Tiap makanan dapat saling melengkapi dalam
zat-zat gizi yang dikandungnya. Pengelompokan bahan makanan disederhanakan,
yaitu didasarkan pada tiga fungsi utama zat-zat gizi, yaitu sebagai sumber energi,
sumber zat pembangun dan zat pengatur. (http://obat-tradisional.net/obat/gizi-
seimbang.html). Sebagai sumber energi dan zat pembangun tubuh manusia
membutuhkan protein dalam tubuhnya.
Sesuai standar nasional , konsumsi protein perkapita ditetapkan 55 g yang
terdiri atas 80 % protein nabati dan 20 % protein hewani. Pemenuhan gizi ini,
khususnya protein hewani dapat diperoleh dari protein telur. Telur dengan
berbagai kandungannya memberikan manfaat bagi tubuh. Berikut merupakan
kandungan gizi telur ayam dibandingkan dengan telur bebek dan telur penyu:
Zat gizi Telur ayam Telur Bebek Telur PenyuKalori(Kcal) 162 189 144Protein(gr) 12.8 13.1 12Lemak(gr) 11.5 14.3 10Karbohidrat(gr) 0.7 0.8 0Vitamin A(SI) 900 1230 600Thiamin(mg) 0.10 0.18 0.11Vitamin C 0 0 0
Dari sekian banyak kandungan gizi yang ada pada telur ayam, telur
memberikan banyak manfaat bagi tubuh ini diantaranya: telur merupakan sumber
energi dan protein alami yang dibutuhkan tubuh yaitu untuk metabolisme dan
pertumbuhan tubuh, zat kolin yang terdapat pada telur berguna untuk
perkembangan sel-sel otak yaitu sebagai penyimpan memori , kolin baik untuk
perkembangan janin serta ibu hamil yang mendapatkan cukup kolin dalam menu
makanannya bisa membantu mengurangi resiko cacat lahir pada bayi,
meningkatkan fungsi dan menjaga kerusakan indra penglihatan karena telur
mengandung lutein yang dapat menghadang berbagai kerusakan akibat pancaran
sinar biru.( http://www.anneahira.com)
Dari berbagai penjabaran di atas, usaha ternak ayam ras petelur memiliki
potensi yang baik untuk dikembangkan. Pengembangan ayam petelur juga di
dukung dengan faktor-faktor pendukung yang mudah di peroleh. Di indonesia
faktor-faktor pendukung keberhasilan usaha ternak ayam antara lain: tersedianya
bahan baku pakan ternak ayam berupa jagung, katul, bungkil kelapa, bungkil
kacang tanah dan sebagainya, semakin berkembangnya pabrik makanan ternak
siap pakai dan obat-obatan yang tersebar di seluruh indonesia,serta semakin
berkembangnya industri pembibitan ayam berupa ayam-ayam parent stock atau
grand parent stock yang memproduksi DOC. Salah satu daerah di indonesia yang
merupakan penghasil telur ternak terbesar adalah Blitar bagian kabupaten.
Kabupaten blitar merupakan kabupaten yang terletak di pulau jawa bagian timur.
Di kabupaten blitar berkembang pesat peternakan, terutama peternakan ayam
petelur. Peternakan ayam ras petelur di blitar sangat berpengaruh pada sektor
peternakan di kabupaten blitar, populasi ayam ras petelur di kabupaten blitar
mencaapai 15.467.600 ekor pada tahun 2010 meningkat 5,03 persen dibandingkan
tahun sebelumnya yaitu sebanyk 14.727.200 ekor pada tahun 2009. Berikut
merupakan hasil telur dari beberapa kecamatan di Blitar dibandingkan dengan
unggas yang lain:
Kecamatan Ayam Buras (ton)
Ayam Ras (ton)
Itik (ton) Entok (ton)
Jumlah (ton)
Bakung 43,5 1513,1 231,6 3,6 1791,8Wonotirto 44,9 838,0 61,0 3,7 947,6Panggungrejo
44,8 348,4 77,2 4,1 474,5
Wates 38,3 693,4 51,7 3,9 787,3Binangun 48,4 355,4 94,9 4,5 503,1Sutojayan 41,2 1069,7 53,1 6,1 1170,1Kademangan 55,7 21198,6 238,1 5,2 21497,6Kanigoro 45,3 13296,2 56,7 7,3 13405,5Talun 136,4 11497,4 260,8 7,3 11902,0Selopuro 57,2 2557.7 411,2 7,1 3031,3Kesamben 41,4 772,6 117,4 4,5 935,9Selorejo 37,3 1009,6 180,6 4,1 1231,7Doko 47,6 838,0 138,9 4,8 1029,3Wlingi 48,9 674,2 57,6 5,2 785,9Gandusari 53,8 3814,5 75,5 7,2 3951,1Garum 58,8 7163,8 197,9 4,8 7425,3Nglegok 57,3 3773,5 211,3 8,1 4050,2Sanankulon 43,9 4446,9 91,2 7,3 4589,2Ponggok 50,8 20074,9 307,6 4,9 20438,2Srengat 44,5 19970,4 275,9 6,2 20296,9Wonodadi 89,0 10288,3 184,1 5,8 10567,2
Udanawu 58,3 8542,7 137,7 5,0 8743,7Sumber: Data BPS 2011
Dari data di atas bahwa kecamatan yang menempati urutan lima teratas
adalah: Kademangan, Ponggok, srengat, Kanigoro dan Talun. Kecamatan tersebut
merupakan sentra dari peternakan yang ada di kabupaten Blitar. Usaha ternak,
baik peternak kecil maupun besar tidak lain memiliki tujuan yaitu mendapatkan
laba. Karena salah satu tujuan utama dalam mendirikan perusahaa adalah
memperoleh laba yang maksimal, yaitu dengan menekan biaya seefisien mungkin
dan menjual barang produksinya dengan harga tinggi termasuk juga UD Family
Ps. Hal ini dikarenakan laba merupakan salah satu tolok ukur untuk menilai
sukses atau tidaknya manajemen dalam mengelola usahanya. Disini, merupakan
peran dari manajemen perusahaan dalam melakukan perencanaan,
mengorganisasikan, melaksanakan dan mengontrol semua ativitas yang
dilakuakan oleh perusahaan. Bagaimana perusahaan mengatur dan mengawasi
pengeluaran-pengeluaran biaya yang dipakai sebagai dasar untuk menyusun
anggaran dan pengendalian operasional perusahaan di masa yang akan datang.
Banyak peternak yang masih belum mengelola manajemen keuangan
dengan baik. Peternak masih banyak yang mengabaikan sistem perhitungan biaya
produksi, kebanyakan dari peternak tradisional tidak membebankan biaya-biaya
yang seharusnya dimasukkan dalam biaya produksi Biaya produksi yang tidak
terkendali akan menyebabkan harga pokok terlalu tinggi, yang selanjutnya akan
menurunkan daya saing produk dan akhirnya dapat menurunkan laba.
Harga pokok produksi sangat berpengaruh Untuk mengetahui seberapa
laba perusahaan serta untuk menentukan harga jual maka terlebih dahulu
perusahaan harus menentukan harga pokok produksi. Harnanto (1992:204)
menyatakan bahwa harga pokok produk merupakan biaya produksi yang dianggap
melekat pada setiap unit produknya yang tidak lain adalah hasil bagi dari total
biaya produksi dengan jumlah unit produk yang dihasilkan dalam dalam
perhitungan laba rugi perusahaan, apabila perusahaan kurang teliti atau salah
dalam penentuan harga pokok produksi, mengakibatkan kesalahan dalam
penentuan laba rugi yang diperoleh perusahaan. Maka dari itu, perlu adanya
ketelitian dalam menentukan harga pokok produksi karena harga pokok
produksi sangat diperlukan untuk pengambilan berbagai keputusan.
Berdasarkan pemikiran di atas maka penelitian ini melakukan penerapan
penentuan harga pokok produksi dengan metode full costing. Pada metode ini
semua biaya yang berhubungan dengan produksi dibebankan ke dalam biaya
produksi dan kemudian akan tersaji pada perhitungan harga pokok produksi dan
laporan laba rugi. Kelebihan dari metode full costing adalah semua unsur biaya
yang berkaitan langsung dengan produksi dapat langsung dimasukkan dalam
perhitungan, sehingga memudahkan bagi perusahaan kecil yanng tidak
menggunkana jasa karyawan keuangan untuk menghitung harga pokok secara
mandiri.
Metode yang hampir sama dengan metode full costing adalah variable
costing. Variabel costing merupakan metode penetuan harga pokok produksi yang
hanya menghitung biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga
pokok produksinya. Namun, metode ini banyak memiliki kekurangan
diantaranya pemisahan pola perilaku kos menjadi kos variabel dan tetap
sebenarnya sulit,sehingga jarang digunakan serta Variable costing tidak dapat
digunakan untuk pelaporan ekstern atau untuk pelaporan pajak.
Berdasarkan permasalahn tersebut, maka dipilihlah perusahaan peternak
ayam “UD Family Ps”. Ud Family Ps terletak di kecamatan talun kabupaten
Blitar. Pada UD family Ps penentuan harga pokok produksi masih sangat
sederhana, banyak biaya-biaya yang seharusnya dibebankan tidak dimasukkan
dalam penghitungan harga pokok. Seharusnya peternak ayam khususnya UD
Family Ps melakukan penghitungan atas harga produksinya berdasarkan
pengumpulan dan penggolongan sesuai dengan harga pokok produksi di dalam
perusahaan. Untuk mengetahui apakah perusahaan telah melakukan pengumpulan
dan penggolongan biaya serta penentuan harga pokok produksinya, maka
diperlukan adanya evaluasi di dalamnya. Dengan demikian, diharapkan dapat
dipakai dalam berbagai pengambilan keputusan. Di sisi lain penentuan harga
pokok yang wajar akan dapat dipakai dalam penetuan laba rugi perusahaan,
sehingga dapat mencerminkan laba yang sesunguhnya yang menjadi tujuan
peternak ayam UD Family Ps. Dengan latar belakang diatas maka dalam
skripsi ini penulis mengambil judul “ Alternatif penerapan penentuan harga
pokok produksi dengan metode Full Costing pada UD Family Ps Blitar.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan di atas, maka permasalahn
yang ingin di bahas dalam penelitian ini adalah”Apakah terdapat perbedaan
antara metode pentapan harga pokok metode Full Costing dengan yang
dipakai oeleh perusahaan?”.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah:
Dengan diketahui perbedaan antara metode penetapan harga pokok
dengan menggunakan metode full costing dengan perusahaan, maka akan
dapat digunakan perusahaan untuk menghitung keuntungan yang lebih baik.
1.4 Manfaat penelitian
Hasil penlitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk berbagai
pihak, diantaranya:
a. Bagi Fakultas Ekonomi Khususnya Manajemen
Dapat digunakan sebagai pengembangan ilmu pengetahuan
ekonomi, khususnya dalam bidang ilmu manajemen akuntansi.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi
untuk menambah pengetahuan dan informasi untuk penelitian
selanjutnya, khususnya bagi pihak-pihak yang tertarik
pada bidang dan permasalahan ini.
b. Bagi Perusahaan (UD family)
Sebangai bahan evaluasi terhadap pelaksanaan dari
kebijaksanaan yang telah ditentukan peternak ayam dalam
menetukan harga pokok produksi yang sesungguhnya
Memberikan sumbangan pikiran yang dapat digunakan sebagai
bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dalam
peningkatan pengendalian biaya produksi.
c. Bagi Peneliti
Memperdalam pengetahuan teoritis yang diperoleh selama
kegiatan perkuliahan dan membandingkan dengan keadaan
sebenarnya yang terjadi dalam praktik.
Untuk menambah pengetahuan dalam hubungan dengan
evaluasi penentuan harga pokok produksi, akuntansi didalam
penysunan harga pokok produksi dengan memasukkan seluruh
biaya yang dikeluarkan oleh peternak ayam.
Sarana untuk melatih diri berpikir secara komprehensif dan
juga terintegrasi dalam memandang dan menyikapi suatu
permasalahan serta melatih diri dalam berkomunikasi secara
lisan melalui penyusunan penelitian ini dengan sistematis dan
efektif.
Menambah pengetahuan mengenai sistem penentuan
harga pokok produksi dengan metode full costing yang
diterapkan untuk perusahaan ternak khususna ternak ayam
petelur.
d. Bagi Pembaca
Menambah kasanah kepustakaan yang berguna bagi penelitian
di masa yang akan datang.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian akuntansi Dan Pembidangannya
2.1.1 Pengertian akuntansi
Definisi akuntansi dapat dirumuskan dari dua sudut pandang, yaitu
definisi dari sudut pemakai jasa akuntansi dan dari sudut proses
kegiatannya.
Definisi dari sudut pemakai:
Ditinjau dari sudut pemakainya, akuntansi dapat didefinisikan
sebagai”suatu disiplin yang menyediakan informasi yang diperlukan untuk
melaksanakan kegiatan secara efisien dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan
suatu organisasi”. Informasi yang dihasilkan akuntansi diperlukan untuk:
1. Membuat perencanaan yang efektif, pengawasan dan pengambilan
keputusan oleh manajemen
2. Pertanggung jawaban organisasi kepada para investor, kreditur,
badan pemerintah dan sebagainya.
Dari definisi ini dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Akuntansi diselenggarakan dalam suatu organisasi (biasanya berupa
oragnisasi perusahaan). Informasi akuntansi yang dihasilkan adalah
informasi tentang organisasi.
2. Informasi akuntansi sangat penting dalam menyelenggarakan
kegiatan perusahaan. Informasi ini digunakan dalam pengambilan
keputusan intern organisasi (oleh manajemen yaitu orang yang
diberi tugas untuk memimpin perusahaan), dan juga untuk
pengambilan keputusan oleh pihak ekstern organisasi(oleh investor
yaitu orang-orang yang menanamkan uangnya dalam perusahaan
untuk mendapatkan laba, oleh kreditur yaitu orang-orang yang
memberi pinjaman kepada perusahaan dan pihak lainnya).
Definisi dari sudut proses kegiatan
Apabila ditinjau dari sudut kegiatannya, akuntansi dapat
didefinisikan sebagai” proses pencatatan , penggolongan, peringkasan,
pelaporan, dan penganalisisan data keuangan suatu organisasi”. Definisi
ini menunjukkan bahwa kegiatan akuntansi merupakan tugas yang
kompleks dan menyangkut bermacam-macam kegiatan. Pada dasarnya
akuntansi harus:
1. Mengidentifikasi data mana yang berkaitan atau relevan dengan
keputusan yang akan diambil
2. Memproses atu mengambilan keputnalisis data yang relevan
3. Mengubah data menjadi informasi yang dapat digunakan untuk
pengambilan keputusan.
2.1.2 Bidang akuntansi
Menurut Haryono Jusuf (2005:7) pada umumnya akuntansi
dibedakan menjadi dua bidang yaitu akuntansi publik dan akuntansi
intern. Akuntansi publik adalah akuntansi akuntansi yang memberikan
jasanya untuk melayani kebutuhan masyarakat.untuk itu akuntansi
publik menerima imbalan jasa dari pemakai jasa, seperti halnya dokter
atau penasihat hukum. Sedangkan akuntansi intern adalah akuntan yang
bekerja dalam suatu perusahaan tertentu. Berbeda dengan akuntan
publik, akuntan intern hanya melakukan pekerjaan untuk kepentingan
perusahaan dimana ia bekerja.
2.1.2.1 Bidang Akuntan Intern
a. Akuntansi biaya
Menganalisis biaya perusahaan untuk membantu
manajemen dalam pengawasan biaya. Biasanya akuntansi biaya
ditekankan pada biaya produksi, tetapi akhir-akhir ini
penekanan atas biaya pemasaran juga semakin meningkat.
Selain untuk pengawasan, akuntansi biaya yang baik akan
membantu manajemen dalam menetapkan penetapan harga jual
produknya sehingga diperoleh laba- laba yang lebih besar.
Sealin itu akuntansi biaya dapat memberi informasi kepada
manajemen tentang produk mana yang tidak menguntungkan
sehingga produknya harus dihentikan, dan produk mana yang
menguntungkan.
Menurut Horngren (2008:2) akuntansi biaya digunakan
untuk mengukur, menganalisis, dan melaporkan informasi
keuangan dan nonkeuangan yang terkait dengan biaya
perolehan atau penggunaan sumber daya dalam suatu
organisasi.
b. Peranggaran
Menetapkan sasaran penjualan dan laba, serta perencanaan
yang terinci untuk mencapai sasaran tersebut, penyusunan
anggaran selalu memperhatikan data masa lalu yang dilaporkan
dalam laporan akuntansi. Anggaran juga digunakan untuk
mengawasi jalannya operasi perusahaan melalui perbandingan
antara data yang sesungguhnya dengan anggaran.
c. Perancangan sistem informasi
Mengidentifikasi kebutuhan informasi untuk kepentingan
intern dan ekstern. Setelah kebutuhab informasi diketahui,
selanjutnya dirancang dan dikembangkan sistem yanng sesuai.
Sistem informasi akuntansi sangat memabntu dalam
mengawasi jalannya operasi suatu perusahaan.
d. Akuntansi Keuangan
Akuntansi yang bertujuan utama menghasilkan laporan
keuangan. Untuk kepentinngan luar. Yang dimaksud pihak luar
adalah pihak-pihak di luar manajemen perusahaan, seperti
investor, kreditur , badan pemerintahan, dan pihak luar lainnya.
e. Akuntansi Manajemen
Akuntansi yang bertujuan utama menghasilkan informasi untuk
kepentingan manajemen . jenis informasi yang diperlukan
dalam manajemen dalam banyak hal berbeda dengan informasi
yang diperlukan pihak luar.umunya informasi untuk keperluan
manajemen bersifat sangat mendalam, dan diperlukan untuk
pengambilan keputusan manajemen. Informasi semacam ini
biasanya tidak dipublikaiskan kepada umum.
2.2 Harga Pokok produksi
2.2.1 Pengertian Harga Pokok Produksi
Harga pokok produksi adalah semua biaya ang meliputi biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik ang
dikorbankan dalam proses produksi untuk menghasilkan barang atau
jasa yang siap dijual. Sesuai dengan Harnanto (1992:204) bahwa harga
pokok produk merupakan biaya produksi yang dianggap melekat pada
setiap unit produknya yang tidak lain adalah hasil bagi dari total biaya
produksi dengan jumlah unit produk yang dihasilkan dalam suatu
periode proses produksi.
2.2.2 Unsur-Unsur Harga Pokok Produksi
Unsur-unsur harga pokok produksi yang dimaksud dalam hal ini
adalah unsur- unsur harga produksi yang ada hubungannya dengan
harga pokok produksi. Menurut Mulyadi (2005:14) biaya produksi
merupakan biaa-biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan bahan baku
menjadi produk jadi yang siap dijual.
Menurut objek pengeluarannya, secara garis besar biaya produksi
dibagi menjadi :
a. Biaya bahan baku
b. Biaya Tenaga kerja langsung
c. Biaya overhead pabrik
2.2.3 Tujuan Perhitungan Harga Pokok Produksi
Perhitungan harga pokok sangatlah penting bagi perusahaan,
mengingat fungsinya sebagai penyedia informasi untuk pihak
manajemen dalampengambilan keputusan-keputusan dalam
perusahaan terutama dalam menetukan harga jual untuk memperoleh
laba yang diharapkan.
Horngren dan foster (1994:90) berpendapat bahwa tujuan
penentapan harga pokok produksi terutama untuk manajer adalah:
a. Untuk memenuhi keperluan pelaporan ekstern dalam hal
penilaian persediaan dan penentuan laba
b. Untuk pedoman pengambilan keputusan mengenai harga dan
strategi produk
c. Untuk menilai prestasi bawahannya dan bagian organisasi
tersebut sebagai investasi ekonomi.
2.2.4 Metode Penentuan Harga Pokok Produksi
Di dalam akuntansi biaya terdapat 3(tiga) klasifikasi dalam metode
penentuan harga pokok produksi. Ketiga metode itu dapat diuraikan
sebagai berikut:
a. Berdasarkan Pembebanan Biaya
Metode penentuan harga pokok produksi berdasarkan
pembebanan biaya, dimaksudkan bahwa penentuan harga
pokok dihitung berdasarkan kapan dibebankan biaya-biaya
yang mebentuk harga pokok tersebut. Supriyono( 1999:40)
mengklasifikasikan penetapan harga pokok produksi menjadi 2
(dua) system, yaitu sistem harga pokok sesungguhnya (actual
cost system atau historical cost system) dan sistem harga pokok
yang ditentukan dimuka (predetermined cost system). Sistem
harga pokok sesungguhnya adalah sistem pembebanan biaya
kepada produk atau jasa yang dihasilkan sesuai dengan harga
pokok atau biaya yang sesungguhnya dinikmati.
Sedang harga pokok yang ditentukan dimuka adalah
sistem pe mbebanan biaya kepada produk atau pesanan atau
jasa yang dihasilkan sebesar harga pokok yang ditentukan di
muka yaitu sebelum suatu produk atau pesanan atau jasa mulai
dikerjakan.
b. Berdasarkan Pengumpulan Biaya
Pada metode ini untuk dapat menghasilkan suatu
perhitunganharga pokok produk diperlukan suatu proses
pengumpulan dari biaya-biaya yang terjadi atas suatu produk.
Metode penentuan harga pokok berdasarkan pengumpulan
biaya dikelompokkan ke dalam 2(dua)metode yaitu metode
harga pokok pesanan dan harga pokok proses. Supriyono
(1999:36) menyatakan bahwa penerapan metode tersebut pada
suatu perusahaan tergantung pada karakteristik pengolahan
bahan menjadi produk selesai.
1. Metode harga pokok pesanan
Metode harga pokok pesanan adalah metode
pengumpulan harga pokok produk dimana biaya
dikumpulkan untuk setiap pesanan, kontrak atau jasa
secara terpisah (supriyono, 1999:258) menambahkan
bahwa dalam metode ini biaya produksi dikumpulkan
untuk setiap pesanan, metode ini digunakan bila produk
yang dihasilkan oleh perusahaan adalah unik, yaitu
memiliki spesifikasi khusus sehingga setiap produk yang
dihasilkan selalu berbeda.
Jadi, dari beberapa pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa metode harga pokok pesanan adalah
metode penentuan harga pokok produk dimana biaya-
biaya dikumpulkan untuk setiap pesanan sesuai dengan
biaya yang dinikmati oleh setiap pesanan dan jenis
produknya sesuai keinginan pemesan.
Supriyono (1999:55) mengidentifikasikan beberapa
karakteristik perusahaan yang menggunakan metode harga
pokok pesanan adalah sebagai berikut:
a. Tujuan produksi perusahaan untuk melayani pesanan
pembeli, sehingga sifat produksinya terputus-putus
dan setiap pesanan dapat dipisahkan identitasna secara
jelas.
b. Biaya produksi dikumpulkan untuk setiap pesanan
dengan tujuan dapat dihitung harga pokok pesanan
dengan relative teliti dan adil
c. Jumlah total harga pokok untuk pesanan tertentu
dihitung pada saat pesanan yang bersangkutan selesai,
dengan menjumlahkan semua biaya yang dibebankan
kepada pesanan yang bersangkutan
d. Pesanan yang sudah selesai dimasukkan ke gudang
produk selesai dan biasanya segera akan diserahkan
(dijual)kepada pemesan.
2. Metode harga pokok proses
Horngren (1994:110) mendefinisikan metode harga
pokok proses adalah suatu sistem untuk membebankan
biaya ke produk sejenis yang diproduksi secara
berkesinambungan lewat serangkaian produksi. Matz dan
Usry (1999: 83) berpendapat bahwa metode biaya proses
digunakan untuk barang- barang yang diproduksi melalui
cara pengolahan yang berkesinambungan atau melalui
proses produksi massal.
Supriyono (1999: 139) mengidentifikasikan
beberapa karakteristik perusahaan yang menggunakan
metode harga pokok proses sebagai berikut:
a. Biaya dikumpulkan untuk setiap satuan waktu
tertentu, misal bulan, tahun dan sebagainya.
b. Produk yang dihasilkan bersifat homogeny dan
bentuknya standar
c. Kegiatan produksi didasarkan pada budget produksi
atau schedule produksi untuk satuan waktu tertentu
d. Tujuan produksi untuk mengisi persediaan ang
selanjutnya dijual
e. Kegiatan produksi bersifat terus menerus
f. Jumlah total biaya maupun biaya satuan dihitung
setiap akhir periode.
c. Berdasarkan elemen-elemen biaya yang mempengaruhi harga
pokok produksi
Menurut Mulyadi (2005:17-18) elemen-elemen biaya
yang mempengaruhi harga pokok produksi diklasifikasikan
menjadi 2 (dua) yaitu: (1) Full Costing merupakan metode
penentuan kos produksi yang terdiri dari biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik
yang berperilaku variabel maupun tetap. (2) Variable Costing
adalah metode penentuan kos produksi yang hanya
memperhitungkan biaya produksi yang berprilaku variabel ke
dalam kos produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead variabe
2.3 Penetapan Harga Pokok Produksi Berdasarkan Proses (Procces cost
system)
Suatu sistem harga pokok proses menetukan bagaimana biaya pabrik yang
ditetapkan untuk setiap periode akan dialokasikan. Alokasi biaya di dalam suatu
departemen hanya merupakan sebagian tahapan antara, sedangkan tujuan kahir
adalah menghitung biaya secara keseluruhan untuk penentuan laba/penghasilan.
Menurut Mulyadi (2005:70), metode harga pokok proses merupakan metode
pengumpulan biaya produksi yang digunakan oleh perusahaan yang mengolah
produknya secara massa. Sedangkan menurut James A dan Ralph S( 1985: 285)
biaya proses adalah suatu sistem yang mengakumulasikan biaya produksi yang
dilakukan oleh departemen atau pusat biaya(cost center).
Metode penentapan harga pokok dengan metode procces costing semua
unit dari produk yang dihasilkan dalam suatu pusat biaya adalah
serupa(homogen). Dalam sistem ini, bahan baku, tenaga karje, dan overhead
pabrik dibebankan ke pusat biaya. Biaya yang dibebankan ke setiap unit
ditentukan dengan membagi total biaya yang dibebankan ke pusat biaya dengan
total unit yang diproduksi. Pusat biaya adalah departemen tetapi bisa juga pusat
pemrosesan dalam satu departemen. Persyaratan utama adalah semua produk yang
diproduksi dalam suatu pusat biaya selama suatu periode harus sama dalam hal
sumber daya yang dikonsumsi, bila tidak perhitungan biaya berdasarkan proses
dapat mendistorsi biaya produk.
2.3.1 Ciri-Ciri Sistem Biaya Proses
Kalkulasi biaya atau harga pokok proses membahas arus dari unit
melalui beberapa operasi atau departemen dan mengumpulkan biaya
tambahan dalam perjalanannya. Biaya per unit untuk setiap
departemen didasarkan pada hubungan antara biaya yang ditetapkan
pada suatu periode tertentu dengan unit yang telah diselesaikan pada
periode tersebut.
Sistem harga pokok proses mempunyai sifat sebagai berikut:
a. Biaya diakumulasikan dan dibukukan oleh departemen atau
pusat biaya
b. Setiap departemen mempunyai buku besar untuk perkiraan
barang dalam proses. Perkiraan ini dibebankan dengan biaya
produksi yang terjadi dalam departemen tersebut
c. Unit yang serupa digunakan untuk menyatakan kembali barang
dalam proses dibandingkan dengan barang jadi pada akhir
suatu periode.
d. Biaya per unit ditentukan oleh departemen untuk setiap
periode.
e. Barang jadi dan biaya yang sehubungan dipindahkan ke
departemen berikutnya atau pada barang-barang jadi. Pada
waktu unit-unit barang tersebut meninggalkan departemen
Departemen 1 barang dalam
prosesBahan baku,
upah, overhead pabrik
Departemen 2 barang dalam
prosesUpah, overhead
pabrik
Departemen 3, barang dalam
prosesUpah, overhead
pabrik
Barang jadi
proses yang terakhir, biaya keseluruhan untuk periode tersebut
sudah terakumulasi dan dapat digunakan untuk menentukan
biaya per unit barang jadi.
f. Total biaya dan biaya per unit untuk setiap departemen secara
periodik dijumlahkan, dianalisis dan dihitung melalui
penggunaan ;aporan biaya produksi dalam departemen.
2.3.2 Aliran Produk Berdasarkan Proses (Procces costing)
Suatu produk dapat berpindah di pabrik dengan berbagai cara.
Menurut james dan Ralph (1985:263), tiga bentuk aliran produksi fisik
yang berhubungan dengan perhitungan biaya berdasarkan proses
adalah berurutan (sequential), paralel dan selektif. Sistem harga pokok
yang sama dapat digunakan untuk semua aliran produk.
a. Aliran produk berurutan (sequential)
Pada aliran produk berurutan (sequential) bahan baku yang paling
awal diletakkan dalam proses pada departemen yang pertama dan
mengalir melalui setiap bagian di dalam pabrik. Bahan tambahan
yang mungkin ditambahkan pada departemen-departemen yang
lain mungkin pula tidak, semua barang yang diproses melewati
proses yang sama dalam urutan yang sama.
Departemen 1 Barang dalam
prosesBahan baku, upah, overhead pabrik
Departemen 2, barang dalam
prosesUpah, overhead
pabrik
Departemen 3, barang dalam
prosesBahan baku, upah, overhead pabrik
Departemen 4, barang dalam
prosesUpah, overhead
pabrik
Departemen 5, barang dalam
prosesUpah, overhead
pabrik
Departemen 6, barang dalam
prosesUpah, overhead
pabrik
Barang Jadi
Departemen 1 Barang dalam
prosesBahan baku, upah, overhead pabrik
Departemen 1 Barang dalam
prosesupah, overhead
pabrik
Departemen 1 Barang dalam
prosesupah, overhead
pabrik
Barang jadiProduk AProduk BProduk C
Produk A
Produk B
Produk C
b. Aliran paralel
Pada aliran ini, bahan baku yang paling pertama ditambahkan
sepanjang proses yang berbeda-beda, dan akhirnya digabungkan
pada suatu atau beberapa proses akhir.
c. Aliran selektif
Pada arus produk selektif, beberapa produk dihasilkan dari bahan
baku yang mula-mula. Produk akhir ditentukan oleh beberapa
proses yang dijalaninya. Setiap proses akan menghasilkan produk
akhir yang berbeda-beda.
2.4 Biaya Overhead
Lili dan Siswanto (1997:45) mengungkapkan bahwa biaya overhead
pabrik adalah semua biaya selain bahan mentah atau upah langsun yag berkaitan
dengan proses produksi. Istilah lain yang digunakan adalah: pabrikase bahan
pabrik, overhead produksi, pengeluaran-pengeluaran produksi, dan biaya produksi
tidak langsung
2.4.1 Penggolongan Biaya Overhead Pabrik
Menurut Mulyadi (2005: 208), baiay overhead pabrik dapat
digolongkan dengan tiga cara penggolongan:
a. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut sifatnya,
dikelompokkan menjadi beberapa golongan, yaitu:
1. Biaya bahan penolong
Bahan yang tidak menjadi bagian produk jadi atau bahan yang
meskipun menjadi bagian produk jadi tetapi nilainya relatif
kecil dibandingkan dengan harg pokok produksi tersebut.
2. Biaya reparasi dan pemeliharaanraan beru
Biaya reparasi dan pemeliharaan berupa biaya suku cadang,
biaya bahan habis (factory supplies) dan harga perolehan jasa
dari pihak luar perusahaan untuk keperluan perbaikan dan
pemeliharaan emplasemen, perumahan, bangunan pabrik,
mesin-mesin dan ekuipmen, kendaraan, perkakas laboratorium,
dan aktiva tetap lainnya yang digunakan untuk kepentingan
pabrik.
3. Biaya tenaga kerja tidak langsung
Tenaga kerja pabrikyang upahnya tidak dapat diperhitungkan
secara langsung kepada produk. Tenaga kerja tidak langsung
terdiri dari:
Karyawan yag bekerja dalam departemen pembantu, seperti
departemen-departemen pembangkit tenaga listrik, uap,
bengkel, dan departemen gudang.
Karyawan tertentu yang bekerja dalam departemen produksi,
seperti kepala departemen produksi, karyawan administrasi
pabrik, mandor.
4. Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap
Biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah
biaya-biaya depresiasi emplasemen pabrik, bangunan pabrik,
mesin dan ekuipmen, perkakas labiratorium, alat kerja, dan
aktiva tetap lain yang digunakan pabrik.
5. Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu
Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain
adalah biaya-biaya asuransi gedung dan emplasemen, asuransi
mesin dan ekuipmen, asuransi kendaraan, asuransi kecelakaan
karyawan dan biaya amortisasi kerugian.
6. Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan
pengeluaran tunai
Biaya overhead pabrik yang termasuk dalam kelompok ini antara lain,
biaya reparasi yang diserahkan kepada pihak luar perusahaan, biaya
listrik PLN dan sebagainya.
b. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut perilakunya
dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan
Biaya overhead pabrik menurut penggolongan ini,
dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Biaya overhead tetap
Biaya overhead pabrik yang tidak berubah dalam kisar
perubahan volume kegiatan tertentu. Misalnya adalah gaji
peneyelia, pajak kekayaan, penyusutan mesin, gedung, asuransi,
sewa, dan sebagianya.
2. Biaya overhead variabel
Biaya overhead pabrik yang berubah sebanding dengan
perubahan volume kegiatan. contohnya adalah perlengkapan, upah
tidak langsung.
3. Biaya overhead semivariabel
Biaya overhead pabrik yang berubah tidak sebnading dengan
perubahan volume kegiatan.
c. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut hubungannya
dengan departemen.
Dalam penggolongan ini, biaya overhead dapat dibedakan
menjadi dua:
1. Biaya overhead pabrik langsung departemen (direct
departemental overhead expenses)
Biaya overhead pabrik yang terjadi dalam departemen tertentu
dan manfaatnya hanya dinikmati oleh departemen tersebut.
2. Biaya overhead tidak langsung departemen (indirect
departemental overhead expenses)
Biaya overhead pabrik yang manfaatnya dapat dinikmati oleh
lebih dari satu departemen.kah-langkah penentu
2.4.2 Langkah-langkah penentuan tarif biaya overhead pabrik
Penentuan tarif biaya overhead melalui tiga tahap berikut ini:
a. Menentukan anggaran biaya overhead pabrik
Dalam menyusun anggaran biaya overhead pabrik
harus diperhatikan tingkat kegiatan (kapasitas)yang akan
dipakai sebagai dasar penaksiaran biaya overhead pabrik.
Carter Usry (2004:423) mengungkapkan langkah awal
dalam menghitung tarif overhead adalah menentukan
tingkat aktivitas yang akan digunakan untuk dsar yang
dipilih. Kemudian setiap item biaya ovrhead diestimasikan
atau dianggarkan pada tingkat aktivitas tersebut, sehingga
menghasilkan estimasi total overhead pabruk. Mulyadi
(2005:212), ada tiga macam kapasitas yang dapat dipakai
sebagai dasar pembuatan anggaran biaya overhead oabrik,
yaitu:
1. Kapasitas teoritis (theoritical capacity) departemen
untuk menghasilkan produk pada kecepatan penuh
tanpa berhenti selama jangka waktu tertentu.
Kapasitas pabrik atau suatu
2. Kapasitas Normal (normal capacity)
Kemampuan perusahaan untuk memproduksi dan
menjual produknya dalam jangka panjang. Jika dalam
penentuan kapasitas praktis hanya diperhitungkan
kelonggran-kelonggaran waktu akibat faktor-faktor
intern perusahaan, dalam penentuan kapasitas normal,
perhitungan pula kecenderungan penjual dalam jangka
panjang.
3. Kapasitas sesungguhnya yang diharapkan(expected
actual capacity)
Kapasitas sesungguhnya yang diperkirakan akan dapat
nyungdicapai dalam tahun yang akan datang. Jika
anggaran overhead pabrik didasarkan pada kapasitas
sesungguhnya yang diharapkan, maka berartiramalan
penjualan pada tahun yang akan datang dipakai sebagai
dasar penentuan kapasitas, sedangkan jika anggaran
tersebut didasrakan pada kapasitas praktis dan normal,
maka titik berat diletakkan pada kapasitas fisik pabrik.
b. Memilih dasar pembebanan biaya overhead pabrik kepada
produk
Ada berbagai macam dasar yang dapat dipakai
untuk membebankan biaya overhead pabrik kepada produk,
di antaranya adalah: satuan produk, biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja langsung, jam tenaga kerja langsung, dan
jam mesin. Faktor –faktor yang harus dipertimbangkan
dalam memilih pembebanan yang dipakai adalah:
1. Harus diperhatikan jenis biaya yang overhead pabrik
yang dominan jumlahnya dalam departemen produksi
2. Harus diperhatikan sifat-sifat biaya overhead pabrik
yang dominan tersebut dan eratnya hubungan sifat-sifat
tersebut dengan dasar pmbebanan yang akan dipakai.
c. Menghitung tarif biaya overhead pabrik
2.5 Full Costing Dan Variable Costing
Metode Full Costing dan Variable Costing adalah termasuk metode
penentuan harga pokok produksi secara konvensional. Namun keduanya memiliki
ciri dan karakteristik yang berbeda. Metode penentuan kos produk adalah cara
memperhitungkan unsur-unsur biaya dalam kos produksi.
2.5.1 Full Costing
Full costing merupakan metode penetuan harga pokok
produksi yang menghitung semua unsur biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung dan biaya overhaed baik yang berperilaku
variabel maupun tetap. Metode ini disebut juga sebagai metode
absorption costing. Sugiri dan sulastiningsih(2004:46) berpendapat
bahwa absorption costing produk meliputi seluruh komponen kos
untuk membuat produk. Dimana kos produk meliputi kos bahan
baku, kos tennaga kerja langsung , dan kos overhead baik variabel
maupun tetap. Harga pokok produksi menurut metode full costing
terdiri dari unsur-unsur biaya produksi sebagai berikut :
Persediaan Awal xxx
Biaya bahan Baku xxx
Biaya Tenaga Kerja xxx
Biaya Overhaed Pabrik variabel xxx
Biaya Overhaed Pabrik Tetap xxx
Total Biaya Produksi xxx
Persediaan Akhir (xxx)
Harga Pokok Produksi xxx
Harga pokok produksi yang dihitung dengan pendekatan full
costing terdiri dari unsur biaya produksi (biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja, biaya overhaed pabrik variabel, dan biaya overhaed
pabrik tetap) ditambah dengan biaya non produksi ( biaya pemasaran,
biaya administrasi dan umum).
Mulyadi (2005:21) menyatakan bahwa dalam pendekatan full
costing, berbagai pengorbanan sumber ekonomi ini disajikan dalam
laporan laba-rugi yang dikelompokkan ke dalam tiga golongan, yaitu:
1. Pengorbanan sumber ekonomi untuk mengolah bahan baku menjadi
produk jadi, yang dikelompokkan dengan judul ”biaya produksi”.
2. Pengorbanan sumber ekonomi untuk kegiatan pemasaran produk jadi,
yang dikelompokkan dengan judul”biaya pemasaran”
3. Pengorbanan sumber ekonomi untuk kegiatan selain produksi dan
pemasaran produk, yang kemudian dikelompokkan dengan judul”
biaya administrasi dan umum”.
2.5.2 Variable Costing
Pendekatan yang lain dalam memperhitungkan harga pokok
produksi adalah metode variable costing. Variabel costing merupakan
metode penetuan harga pokok produksi yang hanya menghitung biaya
produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok
produksinya menurut mulyadi(2005:18) variable costing adcalah
metode penentuan kos produksi yang hanya memperhitungkan biaya
produksi yang berperilaku variabel ke dalam kos produksi, yang terdiri
dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead
variabel.
Menurut garrison dan Noreen (2000: 303) variable costing hanya
menggunakan biaya produksi yang berubah-ubah sesuai dengan output
yang diperlakukan sebagai harga pokok. Pada umumnya terdiri dari
bahan langsung, tenaga kerja langsung dan overhead variabel. Biaya
overhead pabrik tetap tidak diperlakukan sebagai unsur harga pokok
tetapi sebagai biaya periodik seperti beban administrasi dan penjualan.
Metode variabel costing terdiri dari unsur-unsur biaya produksi
sebagai berikut :
Persediaan Awal xxx
Biaya bahan Baku xxx
Biaya Tenaga Kerja xxx
Biaya Overhaed Pabrik variabel xxx
Total Biaya Produksi xxx
xxx
Persediaan Akhir (xxx)
Harga Pokok Produksi xxx
Harga pokok produksi yang dihitung dengan pendekatan variabel
costing terdiri dari unsur harga pokok produksi variabel ( biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik
variabel) ditambah dengan biaya non produksi variabel (biaya
pemasaran variabel, dan biaya administrasi dan umum variabel) dan
biaya tetap (biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran tetap,
biaya administrasi dan umum tetap.
Sugiri (2004:57) memaparkan beberapa manfaat dan keterbatasan
dari metode variable costing. Manfaat metode variable costing adalah
sebagai berikut:
a. Laporan laba/rugi dengan format contribution margin
mendekati pemikiran manajemen bahwa prestasi laba adalah
fungsi penjualan, bukan fungsi kombinasi antara produksi dan
penjualan.
b. Pengaruh biaya tetap terhadap laba mendapat perhatian lebih
karena biaya tetap seluruhnya diperlukan sebagai biaya
periode dan dilaporkan pada satu tempat tertentu di laporan
laba/rugi, tidak tersebar di seluruh bagian laporan tersebut.
Keterbatasan penentuan kos variabel adalah:
a. Pemisahan pola perilaku kos menjadi kos variabel dan tetap
sebenarnya sulit sehingga jarang digunakan
b. Variable costing tidak dapat digunakan untuk pelaporan
ekstern atau untuk pelaporan pajak.
2.5.3 Perbandingan metode full costing dan variable costing
Metode full costing dan metode variable costing merupakan
metode perhitungan biaya kerane berkaitan dengan cara menentukan
biaya produk. Perbedaan yang pokok antara keduanya sebetulnya
terletak pada perlakuan biaya tetap produksi. Perbedaan antara full
costing dan variable costing dapat dilihat dalam table di bawah ini:
Variable Costing Full Costing
Variable Costing hanya
memasukkan unsure biaya
variabel dalam perhitungannya
dan biaya tetap diperlakkukan
sebagai beban periodik.
Metode Full Costing memaukkan
semua unsur biaya produksi baik
tetap maupun variabel dalam
perhitungannya, sehingga
memudahkan dalam proses
penghitungannya.
Pendekatan full costing
menghasilkan laporanlaba rugi
dimana biaya-biaya diorganisir
dan disajikan berdasarkan fungsi-
fungsi produksi, administrasi dan
penjualan. Laporan laba rugi ang
dihasilkan dari pendekatan ini
banyak digunakan untuk
memenuhi kebutuhan pihak luar
perusahaan. Oleh karena itu,
sistematikanya harus disesuaikan
dengan prinsip yang berlaku
umum. Dengan demikian para
pemakainya dapat membuat
berbagai analisis sesuai
kebutuhannya berdasarkan
informasi standar.
Pendekatan variabel costing
menghasilkan laporan laba rugi
yang mengelompokkan biaya,
dimanabiaya-biaya dipisah
berdasarkan fungsi-fungsi
produksi, administrasi dan
penjualan. Laporan laba rugi
dihasilan dari metode ini hanya
digunakan untuk memenuhi
kebutuhan pihak internal
perusahaan.
2.5 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian ini di dasari oleh penelitian yang telah dilakukan oleh:
1. Ahmad Rozi (2010) dengan judul “Penentuan
Harga Pokok Produksi Lele Pada Petani Lele Di Desa Tuntang”
Pada penelitian ini peneliti memilih menghitung harga pokok
produksi yang merupakan hal yang sangat penting, karena harga
pokok produksi dapat dipakai dalam pengambilan keputusan yang
dilakukan perusahaan. Selama ini Petani lele telah melakukan
perhitungan atas biaya produksi. Tetapi hal tersebut belum dipakai
sebangai dasar penentuen harga pokok produksi yang dipakai dalam
perhitungan harga pokok produksi perunit. Petani lele dalam
membuat laporan harga pokok produksi belum dapat menunjukan
harga pokok produksi yang tepat dan benar sesuai dengan
pengumpulan biaya produksinya. Berdasarkan hasil penelitian dalam
menentukan harga pokok produksi. Dengan adanya harga pokok
produksi petani lele dapat mengetahui laba yang diperoleh, sekaligus
mengetahui seberapa besar Pengembalian Modal yang sudah
dikeluarakan oleh petani lele.
Sedangkan skripsi ini, menjelaskan mengenai penentuan harga
pokok yang digunakan oleh perusahaan . Di dalam penelitian ini,
biaya-biaya dianalisis , yaitu biaya-biaya yang dimasukkan perusahaan
dalam rangka penentuan harga pokok produksi. Data yang di ambil
yaitu data produksi dan penjualan selama bulan januari 2011-
Desember 2011. Dengan penerapan metode full costing yang diajukan
bertujuan agar perusahaan mengetahui secara tepat unsur-unsur biaya
yang dimasukkan dalam menetukan harga pokok yaitu agar
perusahaan lebih mudah untuk pengambilan keputusan mengenai
harga dan strategi yang digunakan perusahaan dalam rangka
menentukan laba perusahaan. Perbedaan antara penelitian terdahulu
dengan penelitian yang penulis susun terletak pada obyek penelitian,
periode penelitian, dan penetapan biaya yang digunakan. Obyek
penelitian yang dipilih oleh penulis yakni UD. Family Ps.
Sedangkan periode yang digunakan pada penelitian ini selama tahun
2011
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian tentang pembebanan biaya overhead pabrik untuk kalkulasi
dalam penentuan harga pokok ini berdasarkan taraf penelitiannya menggunakan
format penelitian deskriptif. Menurut Sekaran (2006:158) studi deskriptif
(deskriptiv study) dilakukan untuk mengetahui dan menjadi mampu untuk
menjelaskan karakteristik variabel yang diteliti dalam suatu variabel.
Menurut indriantoro dan Supomo (2009:26) penelitian deskriptif
merupakan penelitian terhadap masalah-masalah berupa fakta-fakta saat ini dari
suatu populasi. Penelitian kuantitatif dengan format deskriptif bertujuan untuk
menjelaskan, meringkaskan, berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai
variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian berdasarkan
apa yang terjadi (Burhan Bungin, 2009:36). Format deskriptif ini dilakuakn pada
penelitian studi kasus. Format deskriptif studi kasus ini memiliki cirri-ciri tidak
menyebar ke permukaan, tetapi memusatkan diri pada suatu unit tertentu dari
berbagai variabel. Ciri yang lainnya merupakan penelitian eksploratif karena
masalaha yang diteliti adalah permasalahan yang belum pernah dijajaki oleh orang
lain, begitu pula dengan objek penelitian merupakan wilayah ang masih baru
untuk hal yang akan diteliti tersebut, sehingga walaupun dalam keadaan yang
miskin informasi, atau keadaan yang masih tertutup informasi, peneliti eksplorasi
tetap berusaha menem ukan atau mengungkapkan permasalahan yang sedang
dibutuhkan oleh peneliti.
3.2 Rentang Waktu Data Penelitian
Dalam ekonometrika terdapat tiga kelompok datayaitu data berkala (time
series), data silang (cross section), dan data panel (pooled data). Data-data
tersebut tentunya sangat diperlukan dalam penelitian maupun dalam pengambilan
keputusan. Pengumpulan data biasanya membutuhkan waktu yang lama,karena
banyak melibatkan berbagai aktivitas seperti, mendatangi responden, menginput
data, analisis data, ataupun menmpilkannya dalam suatu analisis tertentu.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data berkala (time
series). Time Series merupakan data yang terdiri atas satu objek tetapi meliputi
beberapa periode waktu misalnya harian, bulanan, mingguan, tahunan dan lain-
lain. Data time series juga sangat berguna bagi pengambil keputusanuntuk
memperkirakan kejadian di masa yang akan datang. Karena diyakini pola
perubahan data berkalabeberapa metode masa lampau akan kembali terulang di
amsa kini.
3.3 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat penelitian dan pengambilan data tersebut
dilaksanakan. Lokasi penelitian yang dipilih adalah usaha ternak ayam petelur UD
family Ps ang terletak di desa Tumpang kecamatan talun kabupaten Blitar .
3.4 Jenis dan Sumber Data
Ada dua jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Data kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk angka,
biasanya untuk data yang dapat diukur dengan ukuran yang telah
dinyatakan dalam bentuk standar. Data kuantitatif yang digunakan dalam
penelitian ini adalah laporan mengenai biayya-biaya yang termasuk biaya
overhead yang digunakan untuk penetapan harga pokok perusahaan.
2. Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang bukan merupakan angka-angka atau data
yang hanya yang hanya merupakan keterangan yang tidak dapat
dinyatakan dalam bentuk angka. Data kualitatif yang digunakan dalam
penelitian ini, adalah data mengenai profil perusahaan. Profil perusahaan
mencakup sejarah berdirinya, lokasi, bidang usaha, struktur organisasi,
kegiatan operasi dan informasi lain yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
Untuk memperoleh data yang diperlukan, diambil data dari dua sumber
yaitu:
1. Data Primer
Data primer merupakan sumber- sumber dasar yang merupakan
bukti atau saksi utama dari kejadian yang lalu(Moh Nazir, 2005: 50) data
primer merupakan data yang langsung di ambil di tempat penelitian,
seperti hasil wawancara atau pengisian kuisioner yang dilakukan
peneliti.dalam penelitian ini, data primer yang diperoleh meliputi sejarah
berdirinya, bidang usaha, lokasi, kegiatan, dan beberapa informasi yang
berkaitan denga penelitian.
Sedangkan menurut sekaran (2006:60)data primer mengacu pada
informasi yang diperoleh dari tangan pertama oleh peneliti yang berkaitan
dengan variabel minat untuk tujuan spesifik studi. Dalam penelitian ini
data primer diperoleh dari UD Family Ps.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data – data yang berasal bukan langsung dari
pihak yang bersangkutan (objek yang diteliti), melainkan berasal dari
pihak – pihak lain seperti literatur – literatur kepustakaan, artikel – artikel
dalam majalah, jurnal – jurnal penelitian yang berkaitan, dan sumber
media massa lainnya dan hasil penelitian terdahulu (Moleong, 2000).
Dalam penelitian ini, data sekunder diperoleh dari literatur – literatur
kepustakaan dan artikel – artikel internet yang berkaitan dengan isi
penelitian.
3.5 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Metode Wawancara
Wawancara atau interview adalah sebuah proses memperoleh keterangan
untuk tujuan penelitian, dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka
antara pewawancara dengan responden.atau orang yang di wawancarai,
dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara (Burhan Bungin,
20-9:126). Dalam hal ini dilakukan wawancara langnsung dengan pemilik
langsung dan beberapa karyawan UD Family Ps guna melengkapi data-
data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
2. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu cara pengumpulan data dengan
menggunakan dokumen-dokumen yang berhubunngan dengan penelitian
atau mencari data mengenai hal-hal atau variabel verupa catatan, transkrip,
buku, surat kabar, majalah, prasasti, legger, notulen rapat, agenda, dan
sebgainya( Arikunto, 2010:270). Data-data ang berasal dari tempat
penelitian yang dibtuhkan meliputi sejarah perusahaan, struktur organisasi
dan fungsi masing-masing bagiannya, proses produksi , data tentang
keuangan yang berkaitan dengan penelitian ini seperti: biaya-biaya yang
dibutuhkan dalam produksi(biaya bahan baku, biaa tenaga kerja langsung
dan biaya overhead) dalam rangka penetapan harga pokok perusahaan
untuk menghasilkan keuntungan.
3.6 Metode analisis Data
Adapun teknik analisis data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Harga pokok produksi perusahaan:
Bahan baku + gaji karyawan +listrik +konsumsi+pengeluaran tak terduga
(perbaikan mesin)
2. Perhitungan harga pokok produksi dengan menggunkan full costing
a. Menggolongkan seluruh biaya yang terjadi berdasarkan perilakunya
menjadi biaya tetap, biaya variabel, dan biaya semi variabel serta
menggolongkan biaya menjadi biaya produksi dan non produksi
b. Harga pokok produksi dengan menggunakan metode full cosying:
HPP(Full costing)= BBB+BTKL +BOP Tetap+ BOP Variabel
Untuk merekomendasikan harga pokok produksi pada
perusahaan maka susunan harga pokok produksi dapat dilihat berikut
ini
susunan harga pokok produksi berdasarkan metode full costing:
Biaya persediaan awal xxx
Biaya bahan baku xxx
Biaya tenaga kerja langsung xxx
Biaya overhead pabrik xxx
Biaya persediaan akhir xxx
Harga pokok produksi xxx
3. Perbandingan hasil analisis
a. Menentukan harga jual dengan metode full costing
Dengan metode cost plus pricing menurut pendekatan ini harga jual
adalah cost ditambah dengan mark up sebesar presentase tertentu dari
cost tersebut.
Target harga jual = Harga pokok produksi dengan metode Full
costing+ Markup
b. Pembandingan
Hasil analisis pertama kemudian dibandingkan dengan hasil
analisis kedua, untuk dapat membuktikan apakah full costing mampu
memberikan informasi yang lebih baik dan relevan dalam pengambilan
keputusan manajemen dibandingkan dengan sistem perhitungan harga
pokok yang digunakan oleh perusahaan.