bab ii-1 karies gigi
Post on 28-Dec-2015
45 Views
Preview:
TRANSCRIPT
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. GIGI
1. Pengertian Gigi
a. Gigi adalah bagian terkeras dari tubuh manusia yang komposisinya
bahan organik dan airnya sedikit sekali, sebagian besar terdiri dari
bahan anorganik sehingga tidak mudah rusak, terletak dalam rongga
mulut yang terlindung dan basah oleh air liur (Depkes, 2004)
b. Gigi merupakan jaringan tubuh yang mudah sekali mengalami
kerusakan dan gigi berfungsi untuk mengunyah makanan. Penyakit
yang biasa muncul pada gigi dan mulut adalah karies gigi, sariawan
dan gingitivitis, ini terjadi ketika gigi tidak memperoleh perawatan
semestinya (Machfoedz, dkk, 2008).
2. Gambar Gigi
Gambar 2.1
Struktur gigi yang normal
12
3. Fungsi Gigi
Gigi sangat penting untuk makan (mengunyah), bersuara,
pengembangan masase muka dan estetika. Gigi normal terdiri dari tiga
bagian yaitu kepala, leher dan akar, gigi yang sehat tampak putih, halus,
bercahaya dan bejajar rapi (Potter, dkk, 2005).
4. Bagian-Bagian Gigi
a. Email adalah bagian terluar dari gigi dan merupakan bagian paling
keras dari seluruh bagian gigi bahkan lebih keras dari tulang.
Bangunan kristalin yang komplek dan padat ini mengandung mineral
kalsium, fosfat dan fluoride. Email meliputi seluruh mahkota gigi.
Fungsi email melindungi gigi dari zat yang sangat keras dan
melindungi gigi saat menggigit dan mengunyah (Machfoedz, dkk,
2005).
b. Tulang merupakan lapisan yang berada pada lapisan setelah email
yang dibentuk dari zat kapur (Sundoro, 2005).
c. Sementum adalah bagian dari akar gigi yang berdampingan /
berbatasan langsung dengan tulang rahang dimana gigi manusia
tumbuh.
d. Rongga gigi adalah rongga yang di dalamnya terdapat pembuluh darah
kapiler dan serabut-serabut saraf.
13
e. Dentin adalah bagian yang paling terbesar dari seluruh gigi, dentin
lebih lunak dari email. Dentin ini merupakan saluran yang berisi urat,
darah dan limfe (Machfoedz, dkk, 2005).
f. Pulpa adalah bagian gigi paling dalam, yang mengandung saraf dan
pembuluh darah, fungsinya adalah berespon terhadap berbagai
stimulus (panas atau dingin). Normalnya Pulpa berespon terhadap
panas atau dingin dengan nyeri yang ringan yang terjadi selama kurang
dari 10 detik .
g. Saraf adalah struktur yang mengendalikan seluruh kegiatan dan fungsi
gigi.
h. Pembuluh darah adalah bagian dari sistem sirkulasi dan berfungsi
mengalirkan darah ke seluruh rongga mulut termasuk gigi.
(Machfoedz, dkk, 2005).
5. Bentuk dan Fungsi Gigi
a. Gigi seri, jumlahnya ada delapan buah, yaitu empat buah gigi seri atas
dan empat buah gigi seri dibawah.
b. Gigi taring, jumlahnya ada empat buah, di atas dua dan di bawah dua.
Gigi taring terletak di sudut mulut, bentuk mahkotanya runcing,
berfungsi untuk mencabik makanan. Akar gigi taring ini hanya satu.
c. Gigi geraham kecil, jumlahnya ada delapan buah, empat buah di atas
dan empat buah di bawah. Gigi geraham kecil ini merupakan
pengganti gigi geraham sulung. Letaknya di belakang gigi taring, akar
14
gigi geraham kecil ini semua satu, kecuali yang atas depan, memiliki
dua akar. Gigi geraham kecil berfungsi untuk menghaluskan makanan.
d. Gigi geraham besar, jumlahnya ada dua belas buah, enam buah di atas
dan enam buah di bawah. Gigi geraham besar terletak di belakang gigi
geraham kecil, masing-masing sisi tiga buah permukaanya lebar dan
bertonjol-tonjol, gigi ini yang bawah akarnya dua, yang atas tiga. Gigi
geraham terakhir, sering kali ketiga akarnya bersatu menjadi satu dan
berfungsi untuk menggiling makanan. (Machfoedz, dkk, 2005).
6. Tahap Pertumbuhan Gigi
a. Masa Usia Bayi ( 0-12 bulan )
Gigi susu mulai tumbuh sekitar usia 5 bulan. Makanan yang
padat dapat diterima mulut pada usia 5-6 bulan. Mengunyah dimulai
usia 6-8 bulan dan pertumbuhan gigi primer pertama pada bayi
muncul sekitar usia 6-8 bulan (Potter, dkk, 2005). Kebersihan gigi
yang baik harus dimulai sejak dini pada saat kemunculan gigi primer.
Gigi dan gusi bayi dibersihkan dengan mengelapnya dengan kain
lembab. Sikat gigi yang di rekomendasikan untuk menggosok gigi
pada bayi adalah sikat gigi yang kecil dengan bulu lembut (Wongs,
dkk, 2003). Air sangat dianjurkan dalam menggosok gigi pada bayi
dibandingkan pasta gigi, karena bayi dapat menelan pasta dan
mengakibatkan kelebihan flourida dalam saluran pencernaannya.
15
b. Masa Usia Batita ( 1-3 tahun )
Dua puluh gigi susu telah ada. Usia 2 tahun, anak mulai
menggosok gigi dan belajar praktik higienis dari orang tua. Karies
gigi menjadi masalah jika mengabaikan kebersihan gigi. Pada usia 6
tahun, gigi bayi mulai tanggal dan digantikan gigi permanen (Potter,
dkk, 2005). Masa usia batita sebaiknya diterapkan mengosok gigi
secara baik dan benar minimal 2 kali sehari. Anak mulai
menginginkan menggosok gigi secara mandiri pada usia 2 tahun, akan
tetapi anak tetap membutuhkan pengawasan orang tua. Tujuan
membersihkan gigi pada masa ini adalah mengangkat plak yaitu
deposit bakteri yang melekat pada gigi yang menyebabkan karies gigi.
Salah satu metode yang paling efektif untuk mengangkat plak adalah
menggosok gigi dengan sikat gigi yang kecil, bulunya pendek, halus
dan panjangnya seragam (Wongs, dkk, 2003).
c. Masa Usia Prasekolah ( 3-5 tahun )
Memasuki masa usia prasekolah, pertumbuhan gigi primer telah
lengkap. Perawatan gigi pada masa ini sangat penting untuk
memelihara gigi primer. Kontrol motorik halus pada masa usia ini
sudah membaik, tetapi anak masih membutuhkan bantuan dan
pengawasan orang tua dalam menggosok gigi.
16
d. Masa Usia Sekolah ( 6-12 tahun )
Usia 6 – 12 tahun merupakan tahap gigi susu digantikan gigi
permanen. Gigi permanen ada pada usia 12 tahun kecuali geraham
kedua dan ketiga. Karies dan ketidakteraturan gigi dalam jarak gigi
adalah masalah kesehatan yang penting (Potter, dkk, 2005). Anak usia
6 tahun, mulai terbentuk gigi permanen, pembentukan ini dimulai
pada gigi geraham primer. Pola penanggalan gigi primer dan
pertumbuhan gigi permanen mulai muncul pada masa ini, maka
kebersihan gigi harus tetap terjaga (Wong, dkk, 2003).
7. Masalah penyakit pada gigi
a. Karang Gigi (Calculus) adalah endapan yang terkalsifikasi yang
terbentuk pada permukaan gigi yang mengalami mineralisasi. Karang
gigi merupakan kumpulan plak termineralisasi (pembentukan mineral
seperti “batu karang”) yang menempel pada permukaan gigi. Karang
gigi dapat ditemui di semua usia, termasuk pada balita.
b. Radang Gusi (Gingivitis) adalah peradangan gusi biasanya ditandai
dengan gusi tampak lebih merah, agak bengkak dan sering berdarah
saat menggosok gigi. Radang gusi dapat berlanjut menjadi radang
jaringan penyangga gigi lainya.
c. Periodonsium, penyakit ini menyerang jaringan di sekeliling gigi dan
terjadi pada tempat pertemuan dental plaque dengan gusi. Bakteri
dalam dental plaque akan menghasilkan toksin dan enzim yang
17
merembes keluar dari lapisan tersebut, kemudian masuk ke dalam
jaringan gusi (Mary, 2000).
d. Gigi Berlubang (Dental caries), adalah suatu proses kronik, regresif
yang dimulai dengan larutnya mineral, email sebagai akibat
terganggunya keseimbangan antara email dan sekelilingnya yang
disebabkan oleh pembentukan asam mikrobial dari substrat, lalu
timbul destruksi komponen-komponen organik dan akhirnya terjadi
kavitasi (pembentukan lubang).
8. Prosedur Perawatan Gigi dan Mulut
Perawatan gigi adalah usaha penjagaan untuk mencegah kerusakan
gigi dan penyakit gusi. Tujuannya adalah untuk memperoleh kesehatan
gigi/mulut dan napas menjadi segar.
Pada dasarnya menyikat gigi yang benar adalah menyikat semua
permukaan gigi sampai bersih dan plak juga hilang sempurna. Gerakan
bersikat gigi pendek-pendek saja, jangan buru-buru. Bersihkan salah satu
sisi dulu baru pindah. Menyikat permukaan samping baik luar maupun
dalam jangan melawan arah permukaan gusi (ujung pinggir gusi).
Jadi kalau gigi atas jangan menyikat kearah atas, sebaliknya untuk
gigi bawah jangan menyikat kearah bawah.ini untuk menghindarkan diri
agar gusi tidak terlupas. Tetapi bulu-bulu sikat harus dikenakan gusi.
Tujuannya adalah agar gusi terpijat oleh bulu-bulu halus itu, dengan
demikian aliran darah gusi menjadi lebih cepat dan pembuluh darahnya
sedikit mengembang. Proses pemberian makanan dan pengambilan sisa
18
tidak berguna pada jaringan gusi dapat berjalan cepat dan lancer,
sehingga gusi menjadi lebih sehat.
Teknik menyikat gigi (Starkey, 1978 dalam pakpahan, 2002):
a. Teknik roll merupakan tekhnik menyikat gigi yang efektif dan
tidak mudah dilakukan oleh individu. tekhnik ini
mengutamakan gerakan putar dimana permukaan
interproksimal dapat dicapai oleh sikat gigi namun daerah
sulkus tidak terbersihkan. Stimulus gusi merupakan latihan
lebih banyak lagi untuk penguasaannya.
b. Teknik bass membersihkan gigi dengan gerakan dalam arah
horizontal. Merupakan salah satu tekhnik yang popular dan
tergantung pada penggunaan sikat plastik yang kecil dan
berbulu jamak. Sikat digunakan pada daerah yang sama dengan
cara serupa tetapi dengan sikat gigi membentuk sudut 45
derajat terhadap sumbu panjang gigi dan mengarah kesulkus
ginggiva.
c. Teknik charter merupakan teknik yang jarang digunakan,
metode ini secara umum digunakan pada individu yang
mempunyai kemampuan pasien pada tekhnik yang paling
sederhana.
d. Scrub memperkenalkan cara sikat gigi dengan menggerakkan
sikat secara horizontal. Ujung bulu sikat diletakkan pada area
19
batas gusi dan gigi, kemudian digerakkan maju dan mundur
berulang-ulang.
e. Bulu gusi ke gigi secara berulang. Setalah sampai dipermukaan
kunyah, bulu sikat digerakkan memutar. Bulu sikat digerakkan
pada area batas gusi dan gigi sambil membentuk sudut 45
derajat dengan sumbu tegak gigi.
f. Fones mengutarakan metode gerakan sikat secara horizontal
sementara gigi ditahan pada posisi menggigit atau oklusi.
Gerakan dilakukan memutar dan mengenai seluruh permukaan
gigi atas dan bawah.
g. Metode kombinasi pada gerakan vertical, bulu sikat digerakkan
tegak lurus dengan permukaan fasial gigi dan digerakkan dari
atas kebawah dan sebaliknya. Gerakan ini dilakukan didaerah
permukaan fasial gigi dari depan sampai belakang. Gerakan
vertical bertujuan melepaskan sisa makanan yang terselip.
Gerakan vertical juga dilakukan pada gigi atas dan lingual pada
gigi bawah.
h. Gerakan horizontal dilakukan pada permukaan gigi atau
kunyah (permukaan oklusal) pada gigi geraham (premolar dan
molar). Bulu sikat digerakkan maju mundur secara berulang-
ulang.
i. Gerakkan memutar dilakukan pada permukaan fasial gigi atas
sampai bawah dari belakang kiri, kedepan dan belakang kiri.
20
Gerakkan ini dilakukan pada posisi gigi atas berkontak dengan
bawah.
Berikut ini adalah sekilas cara menyikat gigi yang benar diajurkan
Gambar 2.3 cara menyikat gigi
(1) Berkumur terlebih dahulu dengan menggunakan air bersih
(2) Berikan pasta gigi pada sikat gigi sesuai aturan yang sudah
disesuaikan dengan usia
(3) letak posisi sikat 45 derjat terhadap gusi.
(4) Gerakan sikat dari arah gusi kebawah untuk gigi rahang atas dan
arah gusi keatas untuk gigi rahang bawah atau gerakan vertikal.
21
(5) Sikat seluruh permukaan lidah dan pipi serta permukaan dalam
dan luar gigi dengan cara tersebut.
(6) Sikat permuakaan kunyah gigi dari arah belakang ke depan atau
gerakan horizontal.
(7) Sikat permukaan gigi depan dan samping kanan serta kiri dengan
gerakan memutar.
(8) Setelah selesai menyikat gigi bersihkan dan kumur mulut dengan
bersih dan mengunakan air bersih.
9. Cara-cara Perawatan Sikat Gigi
Merawat gigi perlu dilakukan sedini mungkin. Menjaga kesehatan
gigi tidak hanya harus dilakukan secara rutin, tetapi juga benar dan tepat
agar efektifitasnya dapat mencapai hasil yang maksimal. Untuk menjaga
agar gigi tetap sehat perlu dilakukan perawatan gigi yang meliputi :
1) Sikat Gigi
Menyikat gigi dengan baik dan teratur, untuk ini ada 2 faktor
yang harus diperhatikan :
a) Pemilihan Sikat Gigi
(1) Bulu sikat jangan terlalu keras/lembek/jarang. Pilihlah bulu
sikat gigi yang halus. Hal ini berguna untuk melindungi gusi
dari kemungkinan terluka ketika menyikat gigi. Karena bulu
sikat yang terlampau kasar dapat merusak lapisan gigi sehingga
menyebabkan gigi sensitif. Sebaliknya, jika bulu sikat terlalu
halus, kebersihan gigi menjadi kurang optimal.
22
(2) Sesuaikan ukuran sikat gigi dengan rongga mulut, terutama
untuk menggosok bagian yang sulit dijangkau. Selain itu,
dengan memiliki sikat gigi yang sesuai dengan rongga mulut,
dapat mengoptimalkan tingkat fleksibilitas yang lebih tinggi.
Terutama bagi yang memiliki struktur gigi cukup kecil,
disarankan menggunakan sikat gigi berukuran kecil pula.
Bentuk kepala sikat gigi yang berbentuk oval dapat melindungi
gusi dari kemungkinan terluka.
(3) Ujung sikat gigi dan ujung bulu sikat sedekat mungkin, bila
tidak ujung sikat gigi sudah mentok kebagian belakang tapi
bulu sikat tidak kenagigi, jadi ada bagian gigi yang tidak
tersikat. Ini biasanya pada gigi geraham bungsu.
(4) Sikat gigi dengan pegangan yang cukup lebar dapat membantu
untuk menggenggam dengan lebih kuat dan mantap, sekalipun
dalam keadaan basah.
(5) Jika menggunakan jenis sikat gigi yang memiliki penutup
kepala sikat, pastikan penutup sikat memiliki lubang ventilasi
udara. Dengan demikian proses tumbuhnya bakteri akibat
tingkat kelembaban yang tinggi di kepala sikat dapat terhindari.
b) Cara Menyimpan sikat Gigi
Setelah menyikat gigi maka harus dicuci bersih. Kemudian
digantung dengan kepala dibawah. Bila ditaruk, maka air tidak
segera kering dan kuman yang tinggal akan segera berkembang
23
biak. Tetapi dengan digantung sikat gigi akan segera kering dan
bersih dari kuman.
B. KARIES GIGI
1. Pengertian Karies gigi
Karies gigi atau gigi berlubang adalah daerah yang membusuk di
dalam gigi yang terjadi akibat suatu proses yang secara bertahap
melarutkan email (permukaan gigi sebelah luar yang keras) dan terus
berkembang ke bagian dalam (Osbom, dkk, 2005).
Karies gigi adalah kerusakan yang disebabkan oleh bakteri dan plak,
dimulai dengan kerusakan bagian luar sisi email (Wong, 2003). Karies gigi
salah satu masalah kronik pada mulut yang disebabkan oleh bakteri yang
terjadi pada anak-anak dan orang dewasa (Wongs, dkk, 2003).
Menurut Newburn, dkk (1999), dikutip dari Sugito (2000), karies
adalah proses patologis yang terjadi karena adanya interaksi antara faktor-
faktor di dalam mulut yaitu pejamu yang meliputi faktor gigi dan saliva,
agen yang dikaitkan dengan mikroorganisme, lingkungan yaitu
karbohidrat yang mudah difermentasi dan faktor waktu, serta faktor luar
seperti umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, perilaku
dan sosial ekonomi.
24
2. Macam – macam karies gigi
a. Karies Inspiens
Karies yang terjadi pada permukaan enamel gigi (lapisan terluar dan
terkeras pada gigi), dan belum terasa sakit, hanya ada pewarnaan hitam
atau coklat pada enamel.
b. Karies Superfisialis
Karies yang sudah mencapai bagian dalam enamel dan kadang-kadang
terasa sakit.
c. Karies Media
Karies yang sudah mencapai bagian dentin (tulang gigi) atau bagian
pertengahan antara permukaan gigi dan pulpa, gigi biasanya terasa
sakit apabila terkena rangsangan dingin, makanan masam dan manis.
d. Karies Profunda
Karies yang telah mendekati atau telah mencapai pulpa sehingga
terjadi peradangan pada pulpa. Biasanya terasa sakit waktu makan dan
sakit secara tiba-tiba tanpa rangsangan. Pada tahap ini apabila tidak
dirawat, maka gigi akan mati dan memerlukan rawatan yang lebih
kompleks.
e. Karies Akar
Karies ini biasanya dangkal, lunak, sering kali berubah warna dan ciri
yang khas adalah terjadinya kerusakan sementum dan penetrasi dentin.
25
3. Proses terjadinya karies
Skema 2.1
Proses terjadinya karies gigi
4. Faktor-faktor penyebab karies gigi
Menurut Wongs, dkk, (2003), karies gigi adalah penyakit
multifaktor, dimana terjadi interaksi dari tiga faktor utama yaitu host
(saliva), microorganism (bakteri mulut), substrate (sukrosa/makanan
kariogenik) dan faktor tambahan yaitu time (waktu). Kerusakan gigi
adalah suatu penyakit yang cepat menyebar dan mengakibatkan luka serius
pada gigi (Osbom, 2005).
Makanan Kariogenik
Diubah Oleh Bakteri
Pembentukan Asam
Proses Demineralisasi
Email Menjadi Keropos
KARIES GIGI
26
Skema 2.2
Skema yang menunjukan karies sebagai penyakit multifaktorial
yang disebabkan faktor host, agen, substrat, dan waktu.
Sumber : Karies gigi Pengukuran resiko dan evaluasi.
Faktor – Faktor penyebab terjadinya karies yaitu :
a. Mikroorganisme
Menurut IIyas (2000), type dari mikroorganisme yang
berkoloni pada plak gigi. Dalam hal ini bakteri yang paling penting
dan kariogenik adalah Streptococcus mutans dan Lactobacillus
acidophilus. Bakteri memetabolisir sukrosa hingga menghasilkan
asam laktat yang akan menurunkan pH disekeliling gigi (Mary,
2000). Bakteri kariogenik menghancurkan organik pada permukaan
gigi yang keras, organisme pada karbohidrat yang menghasilkan
KARIES
WAKTU
HOST AGENT
SUBSTRAT
KARIES
27
zat asam dan merusak permukaan gigi disebabkan oleh bakteri yang
berperan di dalam proses pembusukan (Wongs, dkk, 2003).
b. Substrat (Sukrosa)
Bahan makanan (karbohidrat) dapat memicu terjadinya karies
gigi harus kontak dengan permukaan gigi dalam waktu cukup lama.
Karbohidrat ini apabila terdapat dalam jumlah cukup besar, sering
dikonsumsi, terutama jenis yang lengket atau melekat pada gigi,
kemungkinan terjadinya karies cukup tinggi (Adell, 2009).
Makanan dengan kadar glukosa rendah dan frekuensi makanannya
jarang akan mengurangi terjadinya karies (Ilyas, 2000). Bakteri
yang dapat menghasilkan zat asam terdapat pada karbohidrat.
Karbohidrat bisa berupa sukrosa yang melekat pada gigi,
mengkonsumsi makanan yang manis dan lengket dapat terselip pada
celah gigi sehingga dapat menyebabkan kerusakan gigi (Wongs,
dkk, 2003). Makanan yang kasar dan berserat menyebabkan gigi
mengunyah makanan lebih lama. Mengunyah akan merangsang
pengaliran air liur yang membasuh gigi dan mengencerkan serta
menetralisir zat-zat asam yang ada. Makanan yang berserat dapat
menimbulkan efek seperti sikat, tidak akan melekat pada gigi dan
dapat membersihkan plak pada permukaan gigi, makanan berserat
yang baik di konsumsi seperti apel, jambu, nanas dan bengkuang
(Ariningrum, 2000).
28
c. Host (Saliva)
Saliva berperan dalam menjaga kelestarian gigi. Banyak ahli
menyatakan, bahwa saliva merupakan pertahanan pertama terhadap
karies, ini terbukti pda penderita Xerostomia (produksi ludah yang
kurang) dimana akan timbul kerusakan gigi menyeluruh dalam
waktu singkat (Ismu Suwelo, 1992: 18) dikutip dari (sumarti, 2007)
d. Waktu
Enzim yang menghasilkan bakteri terdapat di dalam air liur
bertukar dengan glikoprotein untuk menghasilkan suatu protein,
pada permukaan gigi unsur ini bersama dengan mikroorganisme
membentuk dental plaque (Wongs, dkk, 2003). Waktu berperan
pada perkembangan karies, dimana setelah seseorang
mengkonsumsi gula atau karbohidrat/substrat makan terjadi
penumpukan sisa makanan, jika tidak dibersihkan terjadi
penumpukan sisa makanan yang nantinya menarik bakteri dan
bakteri akan memetabolisme menjadi asam dan menurunkan pH.
e. Jenis Kelamin
Dua bentuk umum yang muncul pada setiap pribadi yang
terjadi di kebanyakan spesies yang dibedakan menurut wanita atau
pria terutama atas dasar jenis organ dan struktur reproduktifnya
(Kamus Merriam Webster, 2009).
29
Jenis kelamin memperlihatkan terdapat perbedaan persentase
karies pada jenis kelamin laki-laki sebesar 22,5% lebih rendah di
bandingkan dengan perempuan sebesar 24,5% (Depkes, 2007).
f. Umur
Perkembangan seseorang yang diukur dalam hitungan tahun
berjalan yang dapat dibandingkan dengan perkembangan individu
secara umum (Webster, 2009).
Karies yang diderita pada umur relatif muda ditemukan pada
kelompok umur 6-12 tahun, dengan angka karies sebanyak 23,9%.
Kelompok umur produktif 15-54 tahun, yang menderita karies gigi
sebesar 51,76% (Depkes RI, 2007).
g. Pendidikan Orang Tua
Pendidikan orangtua adalah menghimpun informasi sebanyak
mungkin yang memungkinkan orangtua untuk menyediakan
pendidikan anak yang bermutu tinggi. (Mosby’s Medical
Dictionary, 2009).
(Anak-anak yang orangtua mereka tahu bahwa pasta gigi di
Hong Kong mengandung floride memiliki angka dt yang lebih
tinggi daripada orangtua yang tidak tahu, yakni jumlah gigi
berlubang 1.7 versus 0.8. Perbedaan ini hanya signifikan secara
statistic (p=0.04). Analisis terhadap hubungan antara pengetahuan
orangtua dengan pencegahan karies dan status karies anak mereka
30
tidak terlalu bermakna dan oleh karenanya tidak dilaporkan disini)
(Evans, Lo dan Ng, 1991).
h. Pengetahuan Anak
Pengetahuan adalah info yang essensial yang dibutuhkan
dalam berbagai keperluan yang merupakan akurasi dari kenyataan
dan mempengaruhi tindakan seseorang (Iska, 2008). Pengetahuan
merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indra, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga.
Menurut penelitian Imam Kastuli, melakukan penelitian yang
berjudul “beberapa faktor yang berhubungan dengan terjadinya
karies gigi pada anak kelas 4 SDN Bojong IV Kecamatan Karang
Tengah Kabupaten Cianjur tahun 2005”. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa prevalensi anak dengan pengetahuan kurang
baik terkena karies gigi sebanyak 85,7% dan pengetahuan baik
terkena karies gigi sebanyak 30,0%. Berdasarkan pengujian
menggunakan statistik Chi square membuktikan perbedaan proporsi
tersebut bermakna atau ada hubungan antara pengetahuan baik dan
kurang baik dengan karies gigi.
Pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007).
31
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif memiliki enam
tingkatan diantaranya sebagai berikut:
1) Tahu
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang
telah dipelajari sebelumnya, termasuk ke dalam pengetahuan
tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau dirangsang
yang telah diterima.
2) Memahami
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan
dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar serta
dapat menjelaskan, menyebutkan terhadap objek yang telah
dipahami.
3) Aplikasi
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau
kondisi yang sebenarnya.
4) Analisis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi
masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada
kaitannya satu sama lain.
32
5) Sintesis
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk
meletakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru.
6) Evaluasi
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
penilaian terhadap suatu materi atau objek.
i. Perilaku mengosok gigi
Survey kesehatan Rumah Tangga 2001 menujukkan hanya 9,3%
penduduk yang menyikat gigi dengan sangat sesuai anjuran
program (menyikat gigi setelah makan pagi dan sebelum tidur
malam), 12,6% penduduk menyikat gigi sesuai anjuran program
(menyikat gigi setelah makan pagi atau sebelum tidur malam saja),
61,5% penduduk menyikat gigi kurang sesuai anjuran program
(menyikat gigi setelah bangun tidur), bahkan 16,6% yang tidak
menyikat gigi. Keadaan ini menunjukkan perlu ditingkatkan
program sikat gigi masal sesuai anjuran, program disekolah dengan
mempertimbangkan saran dan media informasi kesehatan gigi dan
mulut terutama pada anak usia dini, karena perilaku merupakan
kebiasaan yang akan lebih terbentuk bila dilakukan pada usia dini.
33
5. Faktor risiko dan akibatnya dari perkembangan terhadap lesi karies
Faktor
Risiko
Risiko Tinggi Risiko Rendah
Plak Plak banyak, berarti banyak
bakteri yang dapat
memproduksi asam (pH
rendah, demineralisasi).
Plak sedikit, jumlah bakteri
yang memproduksi asam juga
berkurang, oral higiene juga
baik.
Bakteri Bakteri kariogenik banyak,
sehingga menyebabkan ph
rendah, plak mudah rendah.
Bakteri kariogenik sedikit
Pola Makan Konsumsi karbohidrat rendah
terutama sukrosa, makanan
yang mudah melekat pH
rendah dalam waktu lama.
Konsumsi karbohidrat rendah,
dan diet makanan yang tidak
mudah melekat.
Tabel 2.1
Faktor risiko dan akibatnya terhadap perkembangan terhadap lesi
karies
Sumber : Karies gigi Pengukuran resiko dan evaluasi.
C. MAKANAN KARIOGENIK
Makanan kariogenik adalah makanan yang dapat menyebabkan
terjadinya karies gigi. Sifat makanan kariogenik adalah banyak mengandung
karbohidrat, lengket dan mudah hancur di dalam mulut. Dari penelitian Altano
34
(1980) dan Menaker (1980) dikutip dari (syafiqah, 2006) menyatakan adanya
hubungan antara masukan karbohidrat dengan karies. Hubungan antara
konsumsi karbohidrat dengan terjadinya karies gigi ada kaitannya dengan
pembentukan plak pada permukaan gigi. Plak terbentuk dari sisa-sisa makanan
yang melekat di sela-sela gigi dan pada plak ini akhirnya akan ditumbuhi
bakteri yang dapat mengubah glukosa menjadi asam sehingga pH rongga
mulut menurun sampai dengan 4,5. Pada keadaan demikian maka struktur
email gigi akan terlarut. Pengulangan konsumsi karbohidrat yang terlalu
sering menyebabkan produksi asam oleh bakteri menjadi lebih sering lagi
sehingga keasaman rongga mulut menjadi lebih asam dan semakin banyak
email yang terlarut.
Kariogenitas suatu makanan tergantung dari :
1. Bentuk fisik
Karbohidrat dalam bentuk tepung atau cairan yang bersifat
lengket serta mudah hancur di dalam mulut lebih memudahkan
timbulnya karies dibanding bentuk fisik lain, karbohidrat seperti ini
misalnya kue-kue, roti, es krim, susu, permen dan lain-lain (Bibby,
1975 dan 1983 ; Newburn, 1978; Konig dan Hoogendoorn, 1982).
Bibby dan Huang (1980) dikutip dari (syafiqah, 2006)
membuktikan dalam percobaan in vitro bahwa susu kental lebih
menyebabkan demineralisasi dibandingkan dengan susu kering.
Susu coklat lebih merusak dibandingkan susu saja.
35
Sebaliknya makanan yang kasar dan berserat menyebabkan
makanan lebih lama dikunyah. Gerakan mengunyah sangat
menguntungkan bagi kesehatan gigi dan gusi. Mengunyah akan
merangsang pengaliran air liur yang membasuh gigi dan
mengencerkan serta menetralisasi zat-zat asam yang ada. Makanan
berserat menimbulkan efek seperti sikat dan tidak melekat pada
gigi. Titik-titik positif pada buah segar adalah kadar vitamin, kadar
mineral, kaya akan serabut kasar dan air serta sifat-sifat yang
merangsang fungsi pengunyahan dan sekresi ludah. Buah yang
mempunyai sifat sebagi pembersih alami seperti apel, benkoang,
pir, jeruk.
2. Jenis
Pada umumnya para ahli sependapat bahwa karbohidrat
yang berhubungan dengan proses karies adalah polisakarida,
disakarida, monosakarida dan sukrosa terutama mempunyai
kemampuan yang lebih efisien terhadap pertumbuhan
mikroorganisme asidogenik dibanding karbohidrat lain. Sukrosa
dimetabolisme dengan cepat untuk menghasilkan zat-zat asam.
Makanan manis dan penambahan gula dalam minuman seperti air
teh atau kopi bukan merupakan satu-satunya sukrosa dalam diet
seseorang.
36
3. Frekuensi konsumsi
Frekuensi makan dan minuman tidak hanya menentukan
timbulnya erosi tetapi juga kerusakan karies. Dari penelitian Rugg-
Gunn et al (1980) dikutip dari (syafiqah, 2006) menyatakan
banyaknya intake gula harian lebih besar korelasinya dibanding
dengan frekuensi makan gula. Hubungan gula dalam snack dengan
karies lebih besar dari total diet karena snack lebih sering dimakan
dalam frekuensi tinggi. Dalam studi Vipeholm dijelaskan bahwa
karies didasarkan oleh frekuensi yang tinggi makan makanan kecil.
Dari beberapa penelitian lain ditemukan hal-hal sebagai berikut
(Silverstone , 1981) dikutip dari (syafiqah, 2006) :
1. Komposisi gula yang meningkat akan meningkatkan aktivitas
karies.
2. Kemampuan gula dalam menimbulkan karies akan bertambah
jika dikonsumsi dalam bentuk yang lengket
3. Aktivitas karies juga meningkat jika jumlah konsumsi makan
makanan yang manis dan lengket ditingkatkan
4. Aktivitas karies akan menurun jika ada variasi makanan
5. Karies akan menurun jika menghilangkan kebiasaan makan-
makanan manis yang lengket dari bahan makanan.
37
D. SALIVA
Saliva disekresi oleh 3 pasang kelenjar saliva besar yaitu glandula
parotieda, glandula submandibularis, dan glandula sublingualis, serta beberapa
kelenjar saliva kecil. Sekresi kelenjar anak-anak masih bersifat belum konstan,
karena kelenjarnya masih dalam taraf pertumbuhan dan perkembangan. Saliva
berfungsi sebagai pelicin, pelindung, penyangga, pembersih, pelarut dan anti
bakteri. Saliva memegang peranan lain yaitu dalam proses terbentuknya plak
gigi, saliva juga merupakan media yang baik untuk kehidupan
mikroorganisme tertentu yang berhubungan dengan karies gigi. Sekresi air
ludah yang sedikit atau tidak ada sama sekali memiliki prosentase karies yang
tinggi (Ismu Suwelo, 1992: 19) dikutip dari (Sumarti, 2007)
PH saliva normal, sedikit asam yaitu 6,5. Secara mekanis saliva
berfungsi untuk membasahi rongga mulut dan makanan yang dikunyah.
Enzim-enzim mucine, zidine, dan lysozyme yang terdapat dalam saliva,
mempunyai sifat bakteriostatis yang dapat membuat bakteri mulut menjadi
berbahaya
Berikut peranan aliran saliva dalam memelihara kesehatan gigi :
a. Aliran saliva yang baik akan cenderung membersihkan mulut
termasuk melarutkan gula serta mengurangi potensi kelengketan
makanan. Dengan kata lain, sebagai pelarut dan pelumas.
b. Aliran saliva memiliki efek buffer (menjaga supaya suasana dalam
mulut tetap netral), yaitu saliva cenderung mengurangi keasaman
plak yang disebabkan oleh gula.
38
c. Saliva mengandung antibodi dan anti bakteri, sehingga dapat
mengendalikan beberapa bakteri di dalam plak. Namun jumlah saliva
yang berkurang akan berperan sebagai pemicu timbulnya kerusakan
gigi.
E. TUMBUH KEMBANG ANAK USIA SEKOLAH
1. Pengertian Tumbuh Kembang
Istilah tumbuh kembang mencakup dua peristiwa yang sifatnya
berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dibedakan, yaitu pertumbuhan
dan perkembangan. Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan
dalam besar, jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel, organ maupun
individu, yang bisa diukur. Sedangkan perkembangan adalah
bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam pola yang teratur sebagai hasil dari proses pematangan.
Whaley dan wong dalam Supartini (2004) mengemukakan pertumbuhan
sebagai peningkatan jumlah dan ukuran, sedangkan perkembangan menitik
beratkan pada perubahan yang terjadi secar bertahap dari tingkat yang
paling rendah ke tingkat yang lebih tinggi dan kompleks melalui proses
maturasi dan pembelajaran. Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang
menurut Whaley dan wong dalam Supartini (2004), secara umum terdapat
dua faktor yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak yaitu:
a. Faktor genetik: faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai
hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Melalui maturasi genetik
39
yang terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi dapat ditentukan
kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Ditandai denagn intensitas dan
kecepatan pembelahan, derajat sensitifitas jaringan terhadap
rangsangan, umur pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang.
Termasuk faktor genetik antara lain adalah faktor bawaan yang normal
dan patologik, jenis kelamin, suku bangsa.
b. Faktor lingkungan: lingkungan merupakan faktor yang menentukan
tercapainya atau tidakanya potensi bawaan.
2. Ciri- ciri tumbuh kembang anak usia sekolah usia 6 tahun sampai 12
tahun:
a. Karkteristik Fisik
1) Usia 6 tahun
Penambahan berat badan dan pertumbuhan berlanjut dengan
lambat. Berat badan : 16 sampai 23,6 kg; tinggi 106,6 sampai
123,5 cm. pemunculan gigi incisor mandibular tengah. Kehilangan
gigi pertama, peningkatan bertahap dalam ketangkasan usia
aktivitas; aktivitas kontan sering kembali menggigit jari lebih
menyadari tangan sebagai alat suka menggambar, menulis dan
mewarnai penglihatan mencapai maturitas.
2) Usia 7 tahun
Mulai bertumbuh sedikitnya5 cm setahun, berat badan : 17,7
ssampai 30 kg; tinggi badan 111,8 sampai 129,7 cm. Gigi insisi
40
masilar dan insisi mandibular lateral muncul, lebih waspada pada
pendekatan penampilan baru, mengulangi kinerja untuk
memahirkan, rahang mulai lebar untuk mengakomodasi gigi
permanen.
3) Usia 8-9 tahun
Melanjutkan pertumbuhan 5 cm dalam 1 tahun. Berat badan :
19,6 kg ; tinggi badan 117-141,8 cm. Gigi insisi lateral (maksilar)
dan kaninus mandibular muncul, aliran gerak : sering, lemah
lembut dan tenang. Selalu terburu-buru ; melompat, lari, meloncat,
peningkatan kehalusan dan kecepatan dalam control motorik halus
; menggunakan tulisan sambung, berpakain lengkap sendiri, suka
melakukan sesuatu secara berlebihan; sukar diam setelah istirahat,
lebih lentur; tulang tumbuh lebih cepat dari pada ligament.
4) Usia 10-12 tahun
Anak laki-laki : tumbuh lambat dalam tinggi dan penambahan
berat badan ; dapat menjadi kegemukan dalam periode ini. Berat
badan : 24,3 sampai 58 kg; tinggi badan 127,5 sampai 162,3 cm.
Postur lebih serupa dengan orang dewasa ; akan mengalami
lordosis. Anak perempuan : perubahan daerah pubis, mulai tampak;
garis tubuh menghalus dan menonjol. Sisa gigi akan muncul dan
kecenderungan kearah perkembangan penuh (kecuali gigi
geraham).
41
b. Mental
1) Usia 6 tahun :
Mengembangkan konsep angka, menghitung 13 uang logam,
mengetahui pagi atau siang, mendefinisikan objek umum seperti
garpu dan kursi dalam istilah penggunaannya, mematuhi tiga
macam perintah sekaligus, mengetahui tangan kanan dan kiri,
mengatakan bagaimana yang cantik dan mana yang jelek dari segi
gambar wajah, menggambarkan objek dalam gambar daripada
menyebutkan satu persatu, masuk kelas satu.
2) Usia 7 tahun :
Memperhatikan bahwa bagian tertentu hilang dari gambar
dapat meniru gambar permata. Mengulangi tiga angka dari
belakang, mengulang konsep waktu; membaca jam biasa atau jam
tangan dengan benar sampai seperempat jam terdekat;
menggunakan jam untuk tujuan praktis. Masuk kelas dua lebih
mekanis dalam membaca serign tidak berhenti pada akhir kalimat,
meloncati kata seperti ia, sebuah.
3) Usia 8-9 tahun :
Memberi kemiripan dan perbedaan antara dua hal dari
memori. Menghitung mundur dari 20 sampai 1, memahami konsep
kebalikan. Mengulang hari dalam seminggu dan bulan berurutan,
mengetahui tanggal. Menggambarkan objek umum dengan
mendetail, tidak semata-mata penggunaannya. Membuat perubahan
42
lebih dari seperempatnya. Masuk kelas 3 dan 4. Lebih banyak
membaca; berencana untuk mudah terbangun hanya untuk
membaca. Membaca buku klasik, tetapi juga menyukai komik.
Lebih menyadari waktu; dapat dipercaya untuk pergi ke sekolah
tepat waktu. Dapat menangkap konsep ruang, penyebab dan efek,
menggabungkan (puzzle). Konservasi (massa dan volume
permanen). Mengklasifikasikan objek lebih dari satu kualitas;
mempunyai koleksi, menghasilkan gambar atau lukisan sederhana.
4) Usia 10-12 tahun :
Menulis cerita singkat, masuk kelas 5-6. Menuliskan surat
pendek biasa kepada teman atau saudara dengan inisiatif sendiri.
Menggunakan telepon untuk tujuan praktis. Berespon terhadap
majalah, radio, atau iklan lain. Membaca untuk mendapatkan
informasi praktis atau kenikmatan sendiri, buku cerita atau buku
perpustakaan tentang petualangan atau romantika atau cerita
binatang.
c. Adaptif
1) Usia 6 tahun :
Anak usia 6 tahun biasanya menggunakan pisau untuk
mengoleskan mentega atau selai diatas roti, pada saat bermain,
memotong, melipat, memotong mainan kertas, menjahit dengan
kasar bila diberi jarum. Mandi tanpa pengawasan, melakukan
sendiri aktivitas tidur, membaca dari ingatan ; menikmati
43
permainan mengeja, menyukai permainan di meja; permainan kartu
sederhana, banyak tertawa terkikik-kikik, kadang mencuri uang
atau barang yang menarik, mengalami kesulitan mengakui
kelakuannya yang buruk, mencoba kemanpuan diri.
2) Usia 7 tahun :
Menggunakan pisau meja untuk memotong daging;
memerlukan bantuan dengan belajar atau bagian sulit. Menyikat
dan menyisir rambut dengan pantas tanpa bantuan. Mungkin
mencuri, menyukai menbantu dan membuat pilihan, penolakan
berkurang dan keras kepala.
3) Usia 8-9 tahun
Menggunakan alat-alat umum sepeti palu, jarum atau skrup.
Menggunakan alat rumah tangga dan alat menjahit. Membantu
tugas rumah tangga rutin seperti mengelap, menyapu. Menjalankan
tanggung jawab untuk berbagi tugas-tugas rumah tangga. Mencari
semua kebutuhan sendiri saat di meja. Membeli artikel yang
bermanfaat malatih beberapa pilihan dalam membuat pembelian.
Melakukan pesan yang bermanfaat, menyukai majalah bergambar.
Menyukai sekolah ingin menjawab semua pertanyaan, takut tidak
naik kelas dipermalukan karena bodoh. Lebih kritis tentang diri
sendiri, mengambil pelajaran music dan olahraga.
44
4) Usia 10-12 tahun :
Membuat artikel bermanfaat atau melakukan pekerjaan
perbaikan yang mudah. Memasak atau menjahit dalam cara
sederhana, memelihara binatang peliharaan. Mencuci dan
mengeringkan rambutnya sendiri, bertanggung jawab untuk
pekerjaan membersihkan rambut tetapi memerlukan pengingatan
untuk melakukannya. Terkadang tinggal sendiri di rumah selama
sejam atau lebih, berhasil dalam memelihara kebutuhan sendiri
atau kebutuhan anak lain yang ada dalam perhatiannya.
d. Personal-sosial
1) Usia 6 tahun :
Anak usia 6 tahun biasanya dapat berbagi dan bekerjasama
dengan lebih baik. Mempunyai kebutuhan yang lebih besar untuk
anak-anak usianya. Akan curang untuk menang, sering masuk
dalam permainan kasar, sering cemburu terhadap adik. Melakukan
apa yang orang dewasa lakukan. Kadang mengalami
tempertantum, bermulut besar, lebih mandiri, kemungkinan
pengaruh sekolah.. mempunyai cara sendiri untuk melakukan
sesuatu dan meningkatkan sosialisasi.
2) Usia 7 tahun :
Menjadi anggota sejati dari kelompok keluarga. Mengambil
begian dalam kelompok bermain. Anak laki-laki dan perempuan
45
bermain dengan anak perempuan. Banyak menghabiskan waktu
sendiri tidak memerlukan banyak teman.
3) Usia 8-9 tahun :
Anak usia 8-9 tahun biasanya lebih senang berada di rumah.
Menyukai system penghargaan, mendramatisir. Lebih cepat
bersosialisasi, lebih sopan, tertarik pada hubungan laki-laki dan
perempuan terapi tidak terikat. Pergi ke rumah dan masyarakat
dengan bebas, sendiri, atau denga teman. Menyukai kompetisi dan
permainan. Menunjukan kesukaan dalam pertemanan dan
berkelompok. Bermain paling banyak dalam kelompok dengan
jenis kelamin yang sama tetapi mulai bercampur. Mengembangkan
kerendahan hati, membandingkan diri sendiri dengan orang lain.
Menikmati kelompok olahraga.
4) Usia 10-12 tahun :
Menyukai teman-teman, memilih teman dengan lebih selektif
dapat mempunyai sahabat. Menyukai permainan mengembangkan
minat awal terhadap lawan jenis, lebih diplomatic, menyukai ibu
dan ingin menyenangkannya dengan berbagai cara menunjukkan
kasih sayang, juga menyukai ayah (dicintai dan diidolakan)
menghormati orang tua, mencintai teman bicara tentang mereka
secara terus menerus.
46
e. Mendidik Anak Usia Sekolah
Adapun kiat-kiat yang dapat diterapkan dalam mendidik anak usia
Sekolah Dasar ialah :
1) Orang tua harus semakin tanggap dan jeli dalam perkembangan
anak
2) Anak harus semakin sering dibiasakan memelihara, menyimpan,
menggunakan sarana belajarnya dengan tertib. Mematuhi kapan
dia harus belajar, bermain, tidur siang dan tidur malam, serta
bangun pagi.
3) Orang tua mualai membiasakan anak untuk melakukan aktivitas
seperti menyapu halaman, menyiram bungan, member makan
peliharaan, merapikan tumpukan Koran.
4) Mulai menyuruh ank untuk melaksanakan perintah agama dan
menjauhi larangannya, dan menjelaskan pentingnya dan manfaat
beragama.
5) Ajari anak agar selalu jujur dalam berkata dan berprilaku baik.
Anak harus diberi penjelasan, jika anak memasuki kamar orang
tua harus member isyarat terlebih dahulu.
6) Orang tua membiasakan diri untuk bertanya kepada anak tentang
hal-hal yang bisa meningkatkan pengetahuan anak.
7) Membiasakan anak untuk menonton yang berhubungan dengan
berita-berita yang ada kaitannya dengan pendidikan anak dan jika
47
ingin menonton film, maka hendaknya memilih film yang sesuai
keberadaan anak dan yang memiliki nilai pendidikan tinggi.
8) Memilihkan anak dengan teman-taman yang baik
9) Membiasakan anak di majelis-majelis orang dewasa.
10) Membiasakan anak mengerjakan anak tugas keluarga
11) Membiasakan anak mengatasi ketegangan. Misalnya, buku cerita
tentang keberhasilan anak pelaut, anak transmigrasi, anak korban
bencana alam, anak cacat.
12) Beri kesempatan pada anak untuk mendemontrasikan kemandirian
: ikutilah mereka untuk memilih buku-buku dan berbagai
pengalaman. Berilah buku-buku yang bertema kemandirian
13) Berilah penguatan untuk bertanggung jawab, berorganisasi, dan
mengambil keputusan.
14) Sediakanlah buku yang melukiskan perkembangan internalisasi
control diri. Berikan bacaan mengenai atlet berlatih keras atau
biography orang sukses (Sutikno, 2007).
F. Penelitian Terkait
Jayanti (2004), dengan judul "Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang
Kesehatan Gigi dan Mulut dengan Perilaku Menggosok Gigi di SDN Pondok
Labu 04 Pagi Jakarta”, adapun tujuan dari penelitian untuk mengetahui apakah
ada hubungan tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut dengan
perilaku menggosok gigi SDN Pondok Labu 04 Pagi Jakarta, dengan
48
menggunakan koesioner adapun hasil penelitian: ada hubungan antara tinggi
pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut dengan perilaku menggosok
gigi namun tidak ada hubungan antara tikat pengetahuan tentang kesehatan
gigi dan mulut dengan perilaku menggosok gigi dan jumlah sampel sebanyak
141 orang (44 orang kelas IV A, 47 orang keles IV B dan 50 orang kelas V),
disini populasi sekaligus sampel.
Jumiatun (2010) dengan judul “Hubungan Perawatan Kebersihan Gigi
dan Mulut dengan Kejadian Karies Gigi Anak Prasekolah (3-6 Tahun) di TK
Pertiwi VI Pondok Labu Jakarta 2010” adapun tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui apakah ada hubungan perawatan kebersihan gigi dan mulut
dengan kejadian karies gigi anak prasekolah (3-6 tahun) di TK Pertiwi VI
Pondok Labu Jakarta, dengan menggunakan koesioner adapun hasil penelitian
yang didapatkan ada hubungan perawatan kebersihan gigi dan mulut dengan
kejadian karies gigi dengan sampel sebangnyak 81 orang, disini populasi
sekaligus sampel.
Sumarti (2007), dengan judul “hubungan antara konsumsi makanan
kariogenik dan kebiasaan menggosok gigi dengan timbulnya penyakitkaries
gigi sulung pada anak pra sekolah usia 4-6 tahun di desa sekaran kecamatan
gunungpati semarang tahun 2007”. Dengan jumlah sampel sebanyak 50
responden. Instrument penelitian menggunakan rekam medik dari puskesmas
sekaran dan menggunakan kuesioner. Dari hasil penelitian diperoleh angka
kejadian karies gigi sebanyak 94 %, frekuensi mengkonsumsi makanan
kariogenik beresiko sebanyak 44 %. Dari analisa bivariat didapatkan sampel
49
yang mempunyai tingkat konsumsi makanan kariogenik yang berisiko dengan
status penyakit karies gigi sebanyak 43 (97,7 %) dan dengan yang tidak
berpenyakit karies gigi sebanyak 1 (2,3 %). Sampel yang mempunyai
konsumsi makanan kariogenik tidak berisiko dengan status penyakit karies
gigi sebanyak 4 (66,7 %) dan dengan yang tidak berpenyakit karies gigi
sebanyak 2 (33,3 %).
Doni Ekaputra (2008) dengan judul “hubungan antara karakteristik
demografi (umur, jenis kelamin), kebersihan gigi dan mulut, dan pola makan
dengan kejadian karies gigi pada anak umur 6 - 12 tahun : studi kasus di SD
Nurul Huda, Surabaya”. Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui
apakah ada hubungan umur, jenis kelamin, kebersihan gigi dan mulut dan pola
makan dengan kejadian karies gigi pada anak umur 6 – 12 tahun. Penelitian ini
menggunakan metode wawancara dengan responden 48 anak. Didapatkan
tidak hubungan antara umur, jenis kelamin, dan pola makan dengan kejadian
karies gigi.
G. KERANGKA TEORI
Berdasarkan uraian teori tentang terjadinya karies gigi dan faktor-faktor
yang berhubungan dengan karies gigi menyebutkan bahwa karies gigi
disebabkan oleh multifaktor dimana terjadi interaksi dari tiga faktor utama
yaitu 1) saliva, 2) Mikroorganisme, 3) Subtrate, sebagai faktor tambahan yaitu
Time (Wongs, dkk, 2003). Selain faktor-faktor yang ada didalam mulut yang
langsung berhubungan dengan karies, terdapat faktor-faktor yang tidak
50
langsung disebut faktor risiko luar yang merupakan faktor predisposisi
terjadinya karies. Faktor luar tersebut antara lain adalah jenis kelamin,
pengetahuan anak, pengetahuan orang tua, usia dan perilaku menggosok gigi
(Newburn, dkk, 1999) dikutip dari Sugito (2001).
Gambar 2.4 Proses Terbentuknya Karies Menurut Green
Kerangka Teori
KARIES GIGI
Faktor utama penyebab karies :
1. Host
2. Mikroorganisme
3. Subtrate
Faktor tambahan :1. Waktu
Faktor predisposisi:
1. Jenis kelamin
2. Pengetahuan anak
3. Pengetahuan orang tua
4. Usia
5. Perilaku meggosok gigi
top related