bab dua belas analisis faktor ekonomi sebagai … · studi kelayakan bisnis – irham fahmi dan...
Post on 08-Nov-2020
20 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Studi Kelayakan Bisnis – Irham Fahmi dan Jonggi Parlindungan Page 1
BAB DUA BELAS
ANALISIS FAKTOR EKONOMI SEBAGAI
PENDUKUNG KEPUTUSAN BISNIS
MATA KULIAH :
STUDY KELAYAKAN BISNIS
JONGGI PARLINDUNGAN.BBA.SE.MM
PERTEMUAN KULIAH : KE TIGA BELAS / 13
Hari : KAMIS 18 JUNI 2020 JUMAT 19 JUNI 2020
KULIAH : ON LINE ZOOM CLASS
Studi Kelayakan Bisnis – Irham Fahmi dan Jonggi Parlindungan Page 2
BAB DUA BELAS
ANALISIS FAKTOR EKONOMI SEBAGAI KEPUTUSAN PENDUKUNG
KEPUTUSAN BISNIS
IRHAM FAHMI dan JONGGI PARLINDUNGAN
A. FAKTOR-FAKTOR EKONOMI DALAM STUDI KELAYAKAN BISNIS
Adapun yang menjadi perhatian (DAN PENTING) untuk dipahami dalam melihat faktor -
faktor ekonomi dalam STUDI KELAYAKAN BISNIS, yaitu :
Inflasi Kebijakan ekspor & impor
Suku Bunga Perbankan Peraturan perpajakan
Stabilitas politik & keamanan Pengaruh nilai tukar
Kepastian hukum & birokrasi Kondisi infrastrutur dan keberadaan
teknologi informasi
Kebijakan subsidi Pendapatan perkapita dan kondisi
suatu wilayah / negara
Kondisi sosial budaya Kualitas Sumber Daya Manusia
B. Inflasi
Inflasi adalah mengambarkan situasi dan kondisi dimana harga barang mengalami
kenaikan dan nilai mata uang mengalami pelemahan, dan jika ini terjadi secara terus
menerus maka akan mengakibatkan memburuk kondisi ekonomi serta mampu
menguncang sosial politik suatu negara. Contoh : Krisis Ekonomi Moneter 1997 - 1998,
dimana harga kebutuhan pokok meningkat, dan nilai rupiah terpuruk, sehingga terjadi
kerusuhan dimana - mana, serta runtuhnya Pemerintahan Presiden Soeharto.
Inflasi, dapat terbagi 2 bagian secara umum, yaitu :
1. Inflasi Domestik / Domestic Inflation
Terjadi karena faktor situasi dan kondisi yang terjadi di dalam negara, seperti
kebijakan pemerintah (goverment policy) dalam mengeluarkan deregulasi yang
Studi Kelayakan Bisnis – Irham Fahmi dan Jonggi Parlindungan Page 3
mempengaruhi kondisi kenaikan harga. Contoh : Kebijakan menaikan harga
bensin/solar dan gas elpiji yang mampu memberikan efek pada harga
kebutuhan barang (sembako) lainnya.
2. Inflasi Impor / Imported Inflation
Disebabkan faktor situasi dan kondisi yang terjadi di luar negeri, seperti
goncangan ekonomi di Amerika Serikat, yang mempengaruhi naiknya berbagai
barang yang berasal di AS. Jika suatu negara (misal Indonesia) memiliki
ketergantungan tinggi pada ekonomi luar negeri (AS) khususnya akan kebutuhan
produk dan bahan baku dari AS, maka harga barang tersebut mengalami
kenaikan harga. Contoh : Bahan baku kacang kedelai Indonesia untuk
pembuatan tahu/tempe, hampir 100% dibeli langsung (impor) dari AS.
Disamping inflasi dilihat dari segi asalnya, maka ada beberapa faktor yang meinmbulkan
inflasi yaitu :
Structural Inflation / Inflasi Struktural
Adalah suatu keadaan yang ditimbulkan oleh bertambahnya volume uang, tetapi
pergeseran ekonomi, yaitu pergerakan faktor - faktor produksi dari sektor non Industri
ke sektor Industri.
Cost Push Inflation
Adalah inflasi yang disebabkan oleh kebijakan perusahaan yang menaikkan harga barang
produksi, karena implikasi dari kenaikan biaya internal seperti kenaikan upah buruh,
suku bunga atau juga karena mengharapkan laba yang tinggi.
Demand Full Inflation
Adalah inflasi yang timbul karena didorong oleh biaya. Inflasi lainnya seperti karena
faktor kenaikan pendapatan masyarakat atau juga disebabkan ketakutan akan terjadi
Studi Kelayakan Bisnis – Irham Fahmi dan Jonggi Parlindungan Page 4
kenaikan harga terus menerus sehingga masyarakat memborong segala kebutuhan di
pasar.
C. Skala Penilaian Inflasi Dampaknya Pada Usaha Bisnis
No Jenis Inflasi Definisi Skala Penilaian
1 Inflasi ringan
(Creeping inflation)
Inflasi ini disebut juga creeping
inflation. Kondis inflasi seperti ini
disebut dengan inflasi ringan karena
skala inflasi berada dibawah 10%.
Kondisi ringan seperti ini dialami
oleh Indonesia pada era sekarang
yaitu pasca reformasi, dan pernah
mengalami pada masa orde baru
tahun 1980 Indonesia disebut
“Macan Asia” pertumbuhan 8%.
< 10 % per
tahun (**)
2 Inflasi sedang
(moderate inflation)
Inflasi moderat dianggap tidak
efektif bagi kelangsungann ekonomi
suatu negara karena dianggap
mampu menganggu dan bahkam
mengacam pertumbuhan ekonomi.
10 - 30 % per
tahun
3 Inflasi berat Inflasi berat adalah dimana sektor -
sektor ekonomi sudah mengalami
kelumpuhan , kecuali BUMN yang
dikuasai oleh negara.
30 - 100 % per
tahun
4 Inflasi sangat berat
(hyper inflation)
Inflasi ini terjadi pada masa perang
Dunia ke 2 (1939-1945) dimana
untuk keperluan perang terpaksa
harus mencetak uang secara
berlebihan.
Lebih besar
100% per
tahun
Studi Kelayakan Bisnis – Irham Fahmi dan Jonggi Parlindungan Page 5
Pernah Terjadi di Indonesia, Masa
Orde Lama 600%, dikarenakan
Politik tidak stabil, dan banyak uang
beredar ORI, NiCA dan De Javashe
Bank. Uang Rp 1000 menjadi Rp 1.
** Kondisi Inflasi yang paling kecil atau berada dalam satu digit bahkan berada dibawah 5%
per tahun merupakan kondisi nilai yang dianggap memberikan kenyamanan bagi kalangan
bisnis , seperti kisaran 2 - 2,5% per tahun. Sumber Tajul Khalawati, 2000, Inflasi dan Solusinya,
Gramedia Jakarta.
D. Perhitungan Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Consumer Price Index (CPI)
Rumus untuk menghitung IHK atau CPI adalah
Keterangan :
CPI = Consumer Price Index atau Indeks Harga Konsumen
CP = Current Price atau harga dari suatu jenis barang yang dilihat pada periode
berlangsung atau berjalan.
BPP = Based Period Price atau harga dari suatu jenis barang yang dilihat pada
periode dasar.
Informasi mengenai IHK atau CPI ini dapat diperoleh di kantor statistik (Biro
Pusat Statistik (BPS) di Indonesia) atau di luar negeri Bureau Of Labour Statistics. Mereka
umumnya telah mendata seluruh informasi mengenai berbagai harga dari setiap barang.
Dan informasi data tersebut diambil dan dipergunakan oleh pihak - pihak tertentu sesuai
dengan tujuan yang dimaksud. Seperti kalangan akademisi untuk penelitian, pebisnis
untuk memperkuat analisis bisnisnya dan sebagainya.
CPI = CP x 100
BPP
Studi Kelayakan Bisnis – Irham Fahmi dan Jonggi Parlindungan Page 6
E. Tujuan Perhitungan Inflasi dan Formula Perhitungan Inflasi
Ada beberapa tujuan umum yang dapat diperoleh dengan dilakukannya perhitungan IHK
atau CPI ini, yaitu :
a. Bagi investor kategori riel investment yang berkeinginan investasi ke suatu negara bisa
menjadikan informasi ini sebagai salah satu pendukung rekomendasinya. Adapun
pengertian real investment adalah investasi nyata (real investment) secara umum
melibatkan aset berwujud, seperti : tanah, mesin - mesin atau pabrik.
b. Bagi investor kategori Financial Investment ukuran dan hasil hitungan IHK atau CPI ini
dapat menjadi salah BASE ANALYZE. Adapun pengertian Financial Investment adalah
investasi keuangan melibatkan kontrak tertulis, seperti saham biasa (common stock)
dan obligasi (saham).
c. Tujuan indeks itu adalah mengukur perubahan harga eceran yang dibutuhkan untuk
mempertahankan standard kehidupan yang tetap untuk konsumen “rata - rata”.
Seterlah kita menghitung Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Consumer Price Index (CPI)
maka selanjutnya kita dapat menghitung inflasi. Adapun rumus untuk menghitung inflasi
adalah :
Contoh Soal :
Berdasarkan data Consumer Price Index (CPI) dibawah ini hitunglah inflasi tahunnya :
Tahun CPI atau IHK Tahun CPI atau IHK
1990 391,4 1994 444,0
1991 408,01 1995 456,5
1992 420,3 1996 469,9
1993 432,7 1997 488,3
IRx = (IHKx / IHKa-1 . 100) - 100
Studi Kelayakan Bisnis – Irham Fahmi dan Jonggi Parlindungan Page 7
Maka Hasil Hitungan sebagai berikut :
IR 1991 = ( IHK 1991 / IHK 1990 . 100 ) - 100
= ( 408,01 / 391,4 . 100 ) - 100 = 4,2
IR 1992 = (IHK 1992 / IHK 1991 . 100) - 100
= ( 420,3 / 408,01 .100) - 100 = 3,0
IR 1993 = ( 432,7 / 420,3 .100) - 100 = 2,95 = 3,0 (DIBULATKAN)
IR 1994 = (444,0 / 432,7 .100) - 100 = 2,6
Selanjutnya dari HASIL HITUNGAN ini kemudian dapat kita buat dalam
bentuk tabel akan terlihat seperti dibawah ini :
TAHUN CPI / IHK Inflation
Rate
Tahun CPI / IHK Inflation
Rate
1990 391,4 --- 1994 444,0 2,6
1991 408,01 4,2 1995 456,5 Silahkan isi
1992 420,3 3,0 1996 469,9 Silahkan isi
1993 423,7 3,0 1997 480,8 Silahkan isi
Untuk selanjutnya, tahun 1995 s/d tahun 1997, SILAHKAN untuk mengisi sendiri.
HARAP DALAM TUGAS SKB TERAKHIR, Harap ANDA menjelaskan Inflasi tersebut
apakah inflasi sedang, inflasi berat atau hipper inflasi. (SILAHKAN JELASKAN
DENGAN BAIK DAN MANTAP).
Studi Kelayakan Bisnis – Irham Fahmi dan Jonggi Parlindungan Page 8
Selanjutnya, tabel tingkat Inflasi sepanjang dalam akhir September 2016 berdasarkan Laporan
Bank Indonesia.go.id, sebagai berikut :
Bulan Tahun Tingkat Inflasi Bulan Tahun Tingkat Inflasi
September 2016 3,07% April 2016 3,60%
Agustus 2016 2,79% Maret 2016 4,45%
Juli 2016 3,21% Februari 2016 4,42%
Juni 2016 3,45% Januari 2016 4,14%
Mei 2016 3,33% Desember 2015 3,35%
HARAP DIINGAT sebagai INVESTOR / BISNISMAN / PEMERHATI EKONOMI dalam ilmu Study
Kelayakan :
1. Inflasi adalah fenomena kenaikan harga - harga dalam lingkup ekonomi. Misalkan
tingkat Inflasi Sepanjang Tahun 2010 adalah 8%, maka rata - rata harga barang akhir
tahun 2010 lebih mahal 8%, atau dengan kata lain jumlah uang berkurang 8% pada akhir
tahun sebelumnya.
2. Inflasi PASTI TERJADI..Harap Diingat.. Kenaikan Harga barang LEBIH BAIK, daripada
penurunan harga barang, karena akan memicu PRODUSEN PABRIK / INDUSTRI akan
memicu produsen lebih banyak barang.
3. Pertumbuhan Ekonomi akan terjadi jika INFLASI DIDORONG FAKTOR PERMINTAAN
(Demand Driven). Inflasi naik dan membuat Produksi juga meningkat. Dengan demikian
Inflasi yang tinggi akan berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi yang juga
tinggi, artinya akan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Studi Kelayakan Bisnis – Irham Fahmi dan Jonggi Parlindungan Page 9
F. Kebijakan Fiskal (Kebijakan Pajak)
Kebijakan Fiskal adalah kebijakan yang berhubungan dengan pajak adalah kebijakan
yang berasal dan dikeluarkan oleh pemerintah dimana adalah Pihak Berwenang adalalah
Departemen Keuangan yang bertugas mengkaji, menganalisa dan mengimplementasikan
serta mengevaluasi sejauh mana penerapan kebijakan tersebut mencapai tingkat optimal,
serta solusi apa yang diharuskan diambil jika terdapat hambatan - hambatan yang timbul
dari para wajib pajak tersebut.
No Nama Pajak Uraian
1 Advaloren Tax
(Pajak
berdasarkan
harga)
Perhitungan persentase pajak
yang didasarkan pada nilai barang
2 Sure tax (Pajak
Ekstra)
Pajak ekstra yang dikenakan
terhadap transaksi tertentu,
seperti tambahan pajak terhadap
barang yang dijual, pajak
tambahan terhadap pelunasan
barang.
3 Property Tax
(Pajak kekayaan)
Suatu jenis pajak yang dipungut
terutama tanah dan rumah.
Studi Kelayakan Bisnis – Irham Fahmi dan Jonggi Parlindungan Page 10
4 Lump sun tax
(Pajak kepala)
Salah satu jenis pajak yang harus
dibayar oleh setiap pembayar
pajak tanpa tergantung pada
besar kecilnya pendapatan orang
tersebut.
5 Value added tax
(Pajak nilai
tambah)
Suatu jenis pajak yang dipungut
pada setiap produksi. Misal :
gandung (umbi-umbian), tepung
terigu dan roti, rokok.
6 Negatif income
tax (Pajak
pendapatan
negatif)
Suatu usulan sistim pajak (TAX)
yang bertujuan untuk
menghubungkan sistim
perpajakan dan tunjangan sistim
sosial (Social Security), untuk
anggota - anggota masyarakat
yang mempunyai pendapatan
rendah atau tidak mempunyai
pendapatan. (Hal ini banyak
dilakukan negara Swedia dan
Studi Kelayakan Bisnis – Irham Fahmi dan Jonggi Parlindungan Page 11
beberapa negara lainnya).
Di Indonesia pendapatan Rp 3 juta
tidak dikenakan pajak.
7 Selective sales tax
(Pajak penjualan
selektif)
Pajak penjualan yang dibebankan
kepada barang - barang dagangan
atau spesifik tertentu. Contoh :
barang mewah seperti Hermes,
Rolex, dan sebagainya.
8 General sales tax
(Pajak penjualan
umum)
Pajak penjualan yang dibebankan
pada semua barang dagangan
9 Income tax (Pajak
perseroan)
Pajak yang dikenakan atas
pendapatan tahunan dan laba dari
orang, perseroan atau unit lain.
10 Progresive tax
(Pajak
proporsional)
Pajak dengan persentase tarif
yang makin meningkat dengan
nilai yang menjadi obyek pajak.
Kendaraan 1 adalah 5%,
Kendaraan 2 adalah 10% dan
Studi Kelayakan Bisnis – Irham Fahmi dan Jonggi Parlindungan Page 12
seterusnya. (contoh lain : bisa juga
pemilikan lebih dari 1 rumah atau
bisnis usaha)
11 Proportional tax
(Pajak
proporsional)
Salah satu jenis pungutan pajak
yang harus dibayar oleh setiap
pembayar pajak yang besarnya
proporsional dengan setiap
tingkat nilai yang menjadi obyek
pajak. Misal : tarif pajak
pendapatan 25% berati 25% dari
pendapatan yang diterima.
12 Hiden pajak
(Pajak
tersembunyi)
Pajak yang sudah tercakup dalam
harga suatu barang / jasa.
13 Payroll tax (pajak
upah)
Salah jenis pajak yang dipungut
dari para pekerja dengan tujuan
untuk memberikan tunjangan hari
tua, pengobatan. Contoh
Indonesia : Gaji PNS dipotong 5%,
Studi Kelayakan Bisnis – Irham Fahmi dan Jonggi Parlindungan Page 13
untuk biasanya ASKES, Pensiun,
Rumah, dan sebagainya. Pada
masa kerja dan masa pensiun
dapat menikmati fasilitas
tersebut.
Sumber : Wiens Anorga 1997. Diterjemahkan dengan Kamus Inggris - Indonesia Istilah
Ekonomi, M2S Bandung, hlm 400-402, dan Tambahan Opini : Irham Fahmi dan Jonggi
Parlindungan.
G. Pengaruh Nilai Tukar US $ Versus Rupiah dalam Study Kelayakan
Tahun Kondisi Nilai Tukar Dolar VS Rupiah
1980 1 US $ = Rp 2.500
1997/1998 1 US $ = Rp 16.000
Mei 1998 1 US $ = Rp 7.500 (B.J.Habibie sebagai Presiden RI ke 3)
2000 1 US $ = Rp 6.800
2006/2010 1 US $ = Rp 9.000
2013 1 US $ = Rp 11.800
2016 1 US $ = Rp 13.500
Melihat tabel diatas, jika kondisi nilai tukar dolar dan rupiah sering mengalami perubahan
kondisi yang tidak terkendali secara stabil dan jangka panjang. Dan jelas kondisi tersebut sangat
memberatkan kaum usahawan / bisnis. Jika kondisi uang domestik sangat melemah terhadap
uang asing maka yang terjadi antara lain :
Harga bahan baku yang diimport mengalami kenaikan (contoh bahan baku kacang
kedelai untuk tahu/tempe sampai sekarang diimport dari Amerika Serikat)
Studi Kelayakan Bisnis – Irham Fahmi dan Jonggi Parlindungan Page 14
Beberapa komponen mesin Industri pabrik yang masih diimpor negara lain.
Beberapa komponen peralatan militer TNI, baik persenjataan dan kendaraan tempur
(laut, udara dan darat) yang masih diimpor.
H. Pertumbuhan Ekonomi dan Mata Uang
Pendapat Umum pertumbuhan Ekonomi dan Mata uang adalah : Jika jumlah uang
yang beredar itu bertambah banyak maka otomatis transaksi ekonomi di negara tersebut
sangata tinggi, karena masyarakat banyak memegang uang dan bisa memenuhi berbagai
kebutuhannya serta turut melakukan investasi.
Ibu Prof. Dr. Sri Mulyani Indrawati (1998, Teori Moneter LPFE UI, Jakarta, hlm 8)
menyatakan beberapa definisi uang antara lain buku Money and Bangking oleh Dudley
Luckett, disebutkan 5 Definisi tentang UANG (MONEY), yaitu :
M1 : Uang menurut definisi tradisional, yaitu semua koin, uang kertas yang
beredar dan uang giral yang disesuaikan yaitu deposito interbank, deposito
pemerintah dan uang tunai dalam proses pengumpulan dalam kategori
transit.
M2 : M1 ditambah time deposit pada bank komersil.
M3 : M2 ditambah deposit dari bank mutual, tabungan, dan bagian dari
utang dan kredit.
M4 : M2 ditambah sejumlah sertifikat deposito yang dapat dinegosiasikan.
M5 : M3 ditambah sejumlah sertifikat deposito yang dapat dinegosiasikan.
(arti sertifikat dinegosiasikan adalah : denominasi besar (Rp/US $) yang
dapat dijual tetapi tidak dapat diuangkan sebelum jatuh tempo).
Dalam permintaan uang merupakan fungsi yang tidak tergantung pada kondisi dan
keadaan yang dapat terus berubah. Harga setiap waktu akan terus berubah naik dan turun
secara tidak teratur dan berfluktuasi, dan kita tidak bisa mengetahui dengan pasti titik
equilibirium terjadi.
Studi Kelayakan Bisnis – Irham Fahmi dan Jonggi Parlindungan Page 15
Maka Teori Irfing Fisher menjelaskan :
M = Jumlah Uang Beredar / Money
V = Kecepatan Peredaran Uang / Transaction Velocity of circulation
P = Tingkat Harga / Price
T = Jumlah Transaksi / Volume of TRADE
Ibu Sri Mulyani Indrawati, berpendapat bahwa rumus diatas dapat dikembangkan
teori tentang peranan uang dengan cara melihat tingkah laku setiap variabel dalam
persamaan tersebut :
1. Variabel jumlah uang beredar (M / Money) adalah variabel yang dikontrol karena
besarnya ditentukan oleh otoritas moneter (Bank Indonesia) melalui kebijakasaan
pemerintah.
2. Variabel tingkat harga (P) merupakan variabel residu yang ditentukan oleh hasil
interaksi ketiga variabel lainnya. Disini harga diasumsikan fleksibel, artinya dapat
bergerak naik maupun turun.
3. Variabel Transaksi (T) , adalah transaksi merupakan jumlah keseluruhan (aggregat
quality) transaksi yang terdiri pada suatu selang waktu tertentu.
M. V = P.T
Studi Kelayakan Bisnis – Irham Fahmi dan Jonggi Parlindungan Page 16
Contoh Soal Pertama :
Suatu Transaksi ekonomi pada tingkat harga sebesar Rp 1.000.000.. Barang
yang terjual 100 unit, Kecepatan peredaran uang sebesar 10 kali. Tentukan
besarnya uang yang beredar dalam transaksi tersebut ?
Jawab : Diketahui P = Rp 1.000.000, T = 100 Unit dan V = 10 Kali. Berapa M
= ??
Rumus : M . V = P . T
M . 10 = Rp 1.000.000 . 100 unit
M = Rp 1.000.000 . 100 Unit / 10 = 10.000.000
Kesimpulan : uang yang beredar dalam transaksi tersebut adalah Rp
10.000.000,-.
Contoh Soal Kedua :
Suatu hari perusahaan PT.International Golden Indonesia dan PT.
Cendrawasih Slipi Jakarta membuat kesepakatan perdagangan transaksi
sebesar Rp 100.000.000..Jika jumlah uang beredar Rp 10.000.000.. Berapa
kecepatan peredaran uang ?
Jawab : M.V = P.T
Rp 10.000.000 . V = Rp 100.000.000
V = Rp 100.000.000 / Rp 10.000.000 = 10 Kali
Kesimpulan : Kecepatan peredaran uang (V) = 10 Kali.
Studi Kelayakan Bisnis – Irham Fahmi dan Jonggi Parlindungan Page 17
Contoh Soal Ketiga :
Pada tanggal 25 Januari 2017, terjadi transaksi perdagangan sebanyak
150.000 unit barang dengan tingkat harga Rp 20.000. Jika suatu hari jumlah
uang yang beredar senilai Rp 600.000.000.. Maka berapa kecepatan
perputaran uang tersebut ?
Jawab : M. V = P. T
Rp 600.000.000 x V = Rp 20.000 x 150.000 unit
Rp 600.000.000 x V = Rp 3.000.000.000
V = Rp 3.000.000.000 / Rp 600.000.000 = 5 KALI
I. Berbagai Istilah Dalam Ekonomi Study Kelayakan
1. Inflasi adalah suatu keadaan dimana harga barang secara umum
mengalami kenaikan harga secara terus menerus atau terjadi penurunan
nilai uang dalam negeri. Misalkan : melemahnya nilai Rupiah terhadap
mata uang asing.
2. Deflasi adalah suatu keadaan dimana terdapat peristiwa penurnan
harga barang umum secara terus menerus atau terjadi peningkatan nilai
uang. Misalkan: kuatnya nilai Rupiah.
3. Devaluasi adalah kebijakasanaan yang dikeluarkan oleh pemerintah
untuk menurunkan nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang
Studi Kelayakan Bisnis – Irham Fahmi dan Jonggi Parlindungan Page 18
asing. Tujuannya adalah untuk meningkatkan jumlah ekspor ke luar
negeri dan membatasi jumlah impor serta menambah devisa. Contoh :
Pemerintah Republik China melakukan kebijakan ini pada tahun 2005 -
sampai sekarang, sehingga produk RRC membanjiri secara global dengan
harga murah, dan terkadang melakukan dumping / perang harga.
4. Revaluasi adalah kebijakan yang dikeluarkan pemerintah untuk
meningkatkan nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing.
Contoh : Kebijakan ini pernah dilakukan Negara Latin Amerika Selatan
terhadap mata uang Amerika Serikat.
5. Apresiasi adalah suatu proses peningkatan nilai mata uang dalam negeri
yang disebabkan oleh adanya mekanisme perdagangan. Contoh
:Ekonomi suatu negara mengalami peningkatan perdagangan ekonomi,
contoh : Kuatnya perdagangan Industri Jepang.
6. Depresiasi adalah suatu proses penurunan nilai mata uang dalam negeri
yang disebabkan adanya mekanisme perdagangan.
7. Sanering adalah kebijakan pemerintah untuk mengurangi jumlah uang
yang beredar dalam masyarakat dengan cara memotong uang (nilai
mata uang). Dalam peristiwa kejadian yang sama terjadinya sanering,
tidak dilakukan pada harga - harga barang sehingga daya beli
masyarakat turun. Contoh : Pada masa orde lama 1963, Waperdam III
Studi Kelayakan Bisnis – Irham Fahmi dan Jonggi Parlindungan Page 19
Chaerul Saleh menganti kurs Rp 1000 menjadi Rp 1, sehingga terjadi
inflasi 650%.
8. Redenominasi adalah penyederhanaan nilai nominal seperti Rp
1.000.000 menjadi Rp 1.000, dengan mengurangkan nilai digit 0, tanpa
mengurangi nilai mata uang tersebut. Adapun redenominasi kebijakan
pemerintah yang terencana, dan dampak daya beli masyarakat adalah
tetap. Kondisi ini dapat dilakukan pada saat makro ekonomi stabil,
ekonomi bertumbuh dan inflasi terkontrol dengan baik.
Selanjutnya Mahasiswa yang tidak hadir dalam mata
kuliah : Study Kelayakan Bisnis, adalah:
Kamis 11 Juni 2020 Agus Ulwan Arofi Masrukan
Jumat 12 Juni 2020 Ahmad Anjadinar Dadan Juanda Ahmad Fadeli (Ijin) Helmi Efendi Imronsyah Heni Utari
top related