b-sitosterol dan stigmasterol dalam buncis print
Post on 03-Jan-2016
241 Views
Preview:
TRANSCRIPT
KHASIAT BUNCIS PADA PENYAKIT DIABETES MELLITUS
DALAM BENTUK SEDIAAN TABLET
PENGETAHUAN BAHAN FARMASI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengetahuan Bahan Farmasi
Tahun Akademik 2010/2011
Oleh
Dessi Asky Ronasia / 10060310082
Wida Mulyaningsih / 10060310098
Filza Halwa Warman / 1006030104
Faza Shalihah Novani / 10060310111
Tutuh Maftuhah / 10060310117
Adrian Permana / 10060310090
FARMASI C
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2011 M / 1432 H
BAB I
PENDAHULUAN
Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit yang dikarenakan kurang atau tidak
adanya insulin di dalam tubuh. Insulin merupakan suatu hormon yang dihasilkan oleh
pankreas. Insulin berfungsi untuk meningkatkan penyimpanan karbohidrat, lemak, dan
protein. Insulin mempunyai peran yang sangat penting dalam proses glikogenesis, yaitu
perombakan glukosa menjadi glikogen dalam hati dan otot. Diabetes Mellitus biasanya
merupakan penyakit seumur hidup. Diabetes yang dibiarkan tanpa pengobatan bisa
menyebabkan komplikasi dan akan sangat berbahaya bagi tubuh. Penderita Diabetes
hendaknya mengurangi makanan yang digoreng, menghindari alkohol, dan makanan yang
mengandung kadar garam yang tinggi, karena pemasukan kalori kedalam tubuh harus
dijaga agar tubuh tetap bisa mengendalikan glukosa atau kadar gula dalam darah.
Penyakit DM dapat menimbulkan berbagai komplikasi yang dapat
membahayakan jiwa maupun mempengaruhi kualitas hidup seseorang.
Komplikasi tersebut bisa berupa komplikasi akut maupun kronis. Komplikasi akut
terjadi jika kadar glukosa darah seseorang meningkat atau menurun dengan tajam
dalam waktu relatif singkat.
Dalam komplikasi akut dikenal beberapa istilah sebagai berikut:
1. Hipoglikemia adalah keadaan seseorang dengan keadaan kadar gula darah
diatas normal. Gejala hipoglikemia ditandai dengan munculnya rasa lapar,
gemetar, mengeluarkan keringat, berdebar-debar, pusing, gelisah, dan
penderita bisa menjadi koma.
2. Ketoasidosis diabetik-koma diabetik yang diartikan sebagai keadaan tubuh
yang kekurangan insulin dan bersifat mendadak akibat infeksi, lupa suntik
insulin, pola makan yang terlalu bebas atau stress.
3. Koma hiperosmoler non ketotik yang diakibatkan adanya dehidrasi berat,
hipotensi, dan shock. Karena itu, koma hiperosmoler non ketotik diartikan
sebagai keadaan tubuh tanpa penimbunan lemak yang menyebabkan
penderita menunjukkan pernapasan yang cepat dan dalam (kusmaul).
4. Koma lakto asidosis yang diartikan sebagai keadaan tubuh dengan asam
laktat yang tidak dapat diubah menjadi bikarbonat. Akibatnya, kadar asam
laktat dalam darah meningkat dan seseorang bisa mengalami koma.
Sedangkan pada komplikasi Kronis diartikan sebagai kelainan pembuluh
darah yang akhirnya bisa menyebabkan serangan jantung, gangguan fungsi ginjal,
dan gangguan saraf. Komplikasi kronis sering dibedakan berdasarkan bagian
tubuh yang mengalami kelainan, seperti kelainan di bagian mata, mulut, jantung,
urogenital, saraf, dan kulit.
Sebelum ditemukan insulin (1928) dan obat oral hipoglikemik, bentuk
terapi utama penderita diabetes mellitus adalah terapi dengan menggunakan
tanaman obat ( Bailey dan Flat, 1990). Para orang tua dan nenek moyang kita
dengan pengetahuan dan peralatan yang sederhana telah mampu mengatasi
problem kesehatan. Berbagai macam penyakit dan keluhan ringan maupun berat
diobati dengan memanfaatkan ramuan dari tumbuh-tumbuhan tertentu yang
mudah didapat di sekitar pekarangan rumah dan hasilnya pun cukup memuaskan
(Thomas,1992). Salah satu obat tradisional yang digunakan secara turun temurun
adalah buncis sebagai penurun kadar glukosa darah.
Buncis (berasal dari bahasa Belanda,
boontjes, Phaseolus vulgaris L.) merupakan
sejenis polong-polongan yang dapat
dimakan. Buah, biji, dan daunnya
dimanfaatkan orang sebagai sayuran.
Sayuran ini kaya dengan kandungan protein.
Ia dipercaya berasal dari Amerika Tengah
dan Amerika Selatan.
Buncis adalah sayur yang kaya dengan protein dan vitamin ini membantu
menurunkan tekanan darah serta mengawal metabolisme gula dalam darah dan
amat sesuai dimakan oleh mereka yang mengidap penyakit diabetes atau
hipertensi. Kandungan serat dan enzim yang tinggi dapat membantu penurunan
berat badan. Kacang buncis tumbuh melilit, mempunyai akar tunggang dan sisi
yang panjang dan memerlukan tiang untuk memanjat. Tanaman yang termasuk
familia Papilionaceae (Leguminosae) ini merupakan jenis tumbuhan semak tegak
atau membelit dengan panjang 0.3 – 3 meter. Komposisi senyawa dalam sayuran
buncis antara lain: alkaloid, flavonoida, saponin, triterpenoida, steroida,
stigmasterin, trigonelin, arginin, asam amino, asparagin, kholina, tanin, fasin
(toksalbumin), zat pati, vitamin, dan mineral.
BAB II
ISI
2.1 B-sitosterol dan Stigmasterol pada Buncis
Tanaman buncis mempunyai
kemampuan dalam menghasilkan senyawa
kimia (phytochemicals) yang bertanggung
jawab dalam mekanisme pertahanan
tanaman terhadap predator, memberikan
zat warna, rasa dan bau tanaman. Beberapa
tanaman menghasilkan senyawa kimia
yang dimanfaatkan oleh manusia sebagai bahan pengobatan. Istilah fitokimia
biasanya digunakan untuk menunjukkan senyawa yang terdapat pada tanaman
yang tidak dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh tetapi mempunyai pengaruh
terhadap kesehatan atau peran aktif melawan penyakit. Salah satu kandungan
kimia yang dihasilkan tanaman buncis adalah saponin.
Saponin merupakan suatu glikosida yang mungkin ada pada banyak
macam tanaman. Saponin ada pada seluruh tanaman dengan konsentrasi tinggi
pada bagian-bagian tertentu, dan dipengaruhi oleh varietas tanaman dan tahap
pertumbuhan. Pada saponin terdapat kandungan zat b-sitosterol dan
stigmasterol. Dengan bantuan kedua zat inilah pankreas dapat terangsang
untuk memproduksi insulin. Namun yang perlu diperhatikan adalah bahwa b-
sitosterol dan Stigmasterol hanya berperan untuk merangsang pankreas untuk
menghasilkan insulin tanpa menyebabkan terjadinya Hipoglemik, yaitu suatu
keadaan dimana tingkat gula dalam darah berada pada keadaan dibawah kadar
normal.
Insulin itu sendiri adalah suatu hormon yang dihasilkan secara alamiah
oleh tubuh kita dari organ tubuh yang dinamakan pankreas. Insulin berfungsi
untuk menurunkan kadar gula dalam darah. Seseorang mengalami diabetes
mellitus bila pankreas hanya sedikit menghasilkan insulin atau tidak mampu
memproduksi sama sekali. Dan ternyata dua zat tadi mampu merangsang
pankreas untuk meningkatkan produksi insulinnya. Selain dua zat tadi, dari
100 gram ekstrak buncis terkandung karbohidrat 7,81%, lemak 0,28%, protein
1,77%, serat kasar 2,07%, dan kadar abu 0,32 %. Dengan demikian, dengan
mengkonsumsi buncis, kita juga akan terhindar dari penyakit kencing manis.
2.2 Tablet
2.2.1 Definisi Tablet
Tablet adalah bentuk sediaan padat
farmasetik yang mengandung satu atau
lebih bahan obat dengan atau tanpa zat
tambahan yang cocok dalam bentuk pipih,
sirkuer, permukaannya datar atau
cembung, yang dibuat dengan metode
pengempaan atau pencetakan atau dengan
cara lain sesuai dengan punch dan
die,dibawah tekanan beberapa ratus kg/cm2. Tablet dibagi menjadi
beberapa golongan, di antaranya berdasarkan: metode pembuatannya,
distribusi obat dalam tubuh, jenis bahan penyakit, dan tujuan penggunaan
obat.
Tablet adalah sediaan padat yang dibuat secara kempa-cetak,
berbentuk rata atau cembung rangkap, umunya bulat, mengandung satu
jenis obat atau lebih dengan atau tanapa zat tambahan. (Anief, 1997)
Adapun zat tambahan yang digunakan dalam pembuatan tablet antara lain:
1. Zat pengisi (diluent) untuk memperbesar volume tablet. Biasanya
yang digunakan adalah Saccharum Lactis, Amylum Manihot, Calcii
Phosphas, Calcii Carbonas, dan zat lain yang cocok.
2. Zat pengikat (binder) agar tablet tidak pecah atau retak dan dapat
merekat. Biasanya yang digunakan adalah Mucilago Gummi Arabici
10-20% (panas) dan Solutio Methylcellulosum 5%.
3. Zat penghancur (disintegrator) agar tablet dapat hancur dalam perut.
Biasanya yang digunakan adalah Amylum Manihot kering,
Gelatinum, Agar-agar, dan Natrium Alginat.
4. Zat pelicin (lubricant) agar tablet tidak lekat pada cetakan. Biasanya
yang digunakan adalah Talcum 5%, Magnesii Stearas, dan Acidum
Stearicum.
- Metode Pembuatan Tablet antara lain :
1. Metode granulasi basah
Tahapannya :
Pengeringan bahan obat dan zat tambahan
Pencampuran serbuk gilingan
Persiapan larutan pengikat
Pencampuran larutan pengikat dan campuran serbuk hingga
membentuk massa yang basah
Pengayak kasar dari massa yang basah menggunakan ayakan
no 6-12
Pengeringan granul basah
Pengayakan granul kering dengan pelicin dan penghancur
Pencampuran bahan ayakan
Tablet dikempa
2. Metode granulasi kering
Tahapannya :
Penggilingan bahan obat dalam bahan tambahan.
Pencampuran bahan yang telah digiling
Pengempaan menjadi tablet yang besar
Slug dan pengayakan
Pencampuran dengan pelican dan penghancur
Tablet dikempa
3. Metode kempa langsung
Tahapannya :
Penggilingan dari bahan obat dan bahan tambahan
Pencampuran dari semua bahan
Tablet dikempa
2.2.2 Keuntungan tablet
a. Tablet dipasaran mudah diberikan dalam dosis yang tepat jika
diinginkan dosis dapat dibagi rata dan akan memberikan efek yang
akurat.
b. Tablet tidak mengandung alkohol.
c. Tablet dapat dibuat dalam berbagai dosis.
d. Sifat alamiah dari tablet yaitu tidak dapat dipisahkan, kualitas bagus
dan dapat dibawa kemana-mana, bentuknya kompak, fleksibel dan
mudah pemberiannya.
e. Secara umum, bentuk pengobatan dangan menggunakan tablet lebih
disukai karena bersih, praktis dan efisien.
f. Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan
kemampuan yang terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk
ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang paling lemah.
g. Tablet merupakan bentuk sediaan yang ongkos pembuatannya paling
rendah.
h. Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal
ditenggorokan, terutama bila tersalut yang memungkinkan
pecah/hancurnya tablet tidak segera terjadi.
i. Tablet bisa dijadikan produk dengan profil pelepasan khusus, seperti
pelepasan diusus atau produk lepas lambat.
j. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah untuk
diproduksi secara besar-besaran.
k. Tablet oral mungkin mudah digunakan untuk pengobatan tersendiri
dengan bantuan segelas air.
l. Untuk anak-anak dan orang-orang secara kejiwaan, tidak mungkin
menelan Untuk anak-anak dan orang-orang secara kejiwaan, tidak
mungkin menelan tablet, maka tablet tersebut dapat ditambahkan
penghancur, dan pembasah dengan air lebih dahulu untuk
pengolahannya.
m. Dapat dibuat tablet kunyah dengan bahan mentol dan gliserin yang
dapat larut dan rasa yang enak, dimana dapat diminum, atau memisah
di mulut.
n. Konsentrasi yang bervariasi.
2.2.3 Tablet Ekstrak Biji Buncis (Phaseolus vulgaris)
Pemilihan formulasi ekstrak buncis dalam bentuk tablet ini sangat
cocok untuk pengobatan DM yang memerlukan jangka waktu lama,
penggunaan obat yang relatif sering dan teratur. Formulasi ini akan
menghasilkan suatu sediaan yang praktis serta dapat menutupi rasa dan
aroma yang tidak enak dari buncis jika dikonsumsi secara tradisional.
Selain itu, dengan formulasi ini dosis ekstrak yang digunakan dapat
dikuantifikasi secara tepat sehingga efek anti hiperglikemiknya pun dapat
lebih dapat dikendalikan.
2.3 Formulasi Tablet
Formulasi obat dalam sediaan yang praktis dengan rasa yang relatif
lebih acceptable (dapat diterima), akan meningkatkan kenyamanan dan
kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat. Dengan demikian, diharapkan
dapat mengurangi resiko kerusakan lebih lanjut.
Berikut ini merupakan formula tablet ekstrak buncis (Phaseolus vulgaris) tiap
tablet 500mg:
1. Ekstrak biji buncis (Phaseolus vulgaris) saponin 300 mg
2. Kalsium karbonat 120 mg
3. Cellulose, powdered 37,5 mg
4. PVP 1% (b/v) 37,5 mg
5. Talk 5% (Talcum 5%)5 mg
Kegunaan utama kalsium karbonat adalah sebagai bahan pengisi tablet
(Rowe dkk., 2006). Dalam formulasi ini sengaja tidak menggunakan laktosa
sebagai pengisi untuk meminimalisasi penggunaan gula mengingat tablet ini
ditujukan bagi diabetisi. PVP dalam larutan 1% digunakan sebagai bahan
pengikat. Penggunaan PVP pada konsentrasi 0,5-2% pada pembuatan tablet
ekstrak tanaman dapat menghasilkan tablet yang mempunyai kekerasan yang
cukup, kerapuhan yang rendah dan waktu hancur yang lama (Setyarini, 2004).
Digunakan PVP dan bukan gelatin sebagai bahan pengikat karena
pertimbangan pasar obat Indonesia yang mayoritas Muslim dan cenderung
menolak penggunaan gelatin. Cellulose powder digunakan sebagai bahan
penghancur tablet sedangkan talk digunakan sebagai bahan pelicin. Talk dapat
mencegah pelekatan tablet pada mesin pencetak saat proses pengempaan
tablet.
2.4 Khasiat
Kandungan zat b-sitosterol dan stigmasterol pada buncis mampu
meningkatkan produksi insulin. Insulin sendiri adalah hormon yang dihasilkan
secara alamiah oleh pankreas dan berfungsi untuk menurunkan kadar gula
dalam darah. Selain itu buncis juga bagus untuk ibu menyusui dan
menurunkan tingkat pengapuran. Buncis juga mampu melancarkan sistem
pencernaan, mencegah konstipasi dan mampu membantu menjaga kekebalan
tubuh secara alami.
2.5 Keunggulan
Selama beberapa tahun silam upaya terapi yang biasa dilakukan para
penderita DM selama ini adalah dengan mengkonsumsi Obat Hipoglikemik
Oral (OHO) sintetis seperti golongan sulfonilurea, biguanida, dan inhibitor
glukosidase. Namun, ini menyebabkan ada kecenderungan timbulnya
penolakan penggunaan obat–obat sintetis di tengah masyarakat. Alasannya
selain karena harganya yang relatif mahal, juga karena berpotensi
menimbulkan adverse effect yang tidak ringan. OHO golongan sulfonilurea
seperti glibenklamid misalnya dapat menimbulkan adverse effect berupa mual,
diare, sakit perut, hipersekresi asam lambung, gangguan susunan syaraf pusat,
leukopenia, trombositopenia, agranulositosis, anemia aplastik, serta
hipoglikemi berlebih. Kini ada kecenderungan masyarakat lebih memilih
untuk beralih ke obat–obatan yang terbuat dari bahan alam karena adverse
effect yang relatif ringan serta harganya yang murah. Salah satu bahan alam
yang digunakan untuk pengobatan DM adalah buncis (Phaseolus vulgaris).
Secara ilmiah, Phaseolus vulgaris telah terbukti mampu menurunkan kadar
glukosa darah.
BAB III
KESIMPULAN
Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit yang dikarenakan kurang atau
tidak adanya insulin di dalam tubuh, Sehingga kadar gula di dalam tubuh akan
meningkat. Tujuan pengobatan Diabetes Mellitus adalah untuk mengurangi gejala
yang terjadi , mengembalikan tingkat gula darah dalam keadaan normal, serta
untuk mencegah terjadinya komplikasi. Diabetes yang dibiarkan tanpa pengobatan
bisa menyebabkan komplikasi dan akan sangat berbahaya bagi tubuh.
Salah satu upaya untuk menormalkan kadar gula didalam tubuh penderita
dapat dilakukan dengan meminum obat dengan memanfaatkan tumbuhan yang
mempunyai peranan dalam membantu menurunkan dan menormalkan kadar gula
dalam tubuh penderita, salah satunya yaitu tanaman buncis, tanaman buncis
mengandung zat B-Sitosterol dan Stigmasterol yang dapat merangsang pankreas
untuk memproduksi insulin lebih banyak. Sehingga tanaman buncis ini dapat
dimanfaatkan untuk dijadikan obat herbal dalam bentuk tablet bagi penderita
diabetes mellitus.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. 2010. Khasiat Buncis untuk Kesehatan dalam
http://id.google.org/google/khasiat buncis untuk kesehatan pada 5 Januari
2012
2. Anonim. 2010. Lawan Kencing Manis Dengan Buncis dalam
http://blogspot.com pada 5 Januari 2012
3. Anonim. 2008. Manfaat Buncis Bagi Tubuh dalam
http://darialam.blogspot.com/2008/10/manfaat-buncis-bagi-tubuh.html pada 5
Januari 2012
4. Anonim. Tanpa tahun. Manfaat Buncis untuk Kesehatan Manusia dalam
http://id.shvoong.com/lifestyle/food-and-drink/2031068-manfaat-buncis-
untuk-kesehatan-manusia/ pada 5 Januari 2012
5. Anonim. Tanpa tahun. Diabetes dalam http://indodiabetes.com/buncis-obat-
kencing-manis-yang-bagus-dan-murah.html pada 5 Januari 2012
6. Anief, Moh. 1997. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik. Jogjakarta : Gadjah
Mada University Press.
7. Bailey, A. J., Paul, R. G. dan Knott, L. (1998). Mechanism of Aging and
Development. Mechanisms of maturation and aging of collagen.
8. Krisno, Agus. 2011. Pemanfaatan Buncis (Phaseolus vulgaris L.) Sebagai
Menu Diet Therapy Herbal untuk Penderita Diabetes Mellitus. Dalam
http://aguskrisnoblog.wordpress.com/2011/06/14/pemanfaatan-buncis-
phaseolus-vulgaris-l-sebagai-menu-diet-therapy-herbal-untuk-penderita-
diabetes-mellitus/ pada 6 Januari 2012
9. A.N.S, Thomas. 1992. Tanaman Obat Tradisional. Jogjakarta : Kanisius.
top related