asuhan kebidanan tumbuh kembang pada baduta u …repository.poltekkes-tjk.ac.id/854/1/cover.pdf ·...
Post on 27-Aug-2020
4 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ASUHAN KEBIDANAN TUMBUH KEMBANG PADA BADUTA U DENGAN GIZI KURANG DI PMB NYI AYU HAFIZAH LABUHAN MARINGGAI
LAMPUNG TIMUR
Disusun oleh:
RIZKI ROZHA SATIVA NIM.1615471043
LAPORAN TUGAS AKHIR
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
PRODI DII IKEBIDANAN METRO TAHUN 2019
ii
ASUHAN KEBIDANAN TUMBUH KEMBANG PADA BADUTA U DENGAN GIZI KURANG DI PMB NYI AYU HAFIZAH
LABUHAN MARINGGAI LAMPUNG TIMUR
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Ahli Madya Kebidanan padaProgram Studi DIII Kebidanan Metro
Politeknik Kesehatan Tanjung karang
Oleh: RIZKI ROZHA SATIVA
NIM.1615471043
LAPORAN TUGAS AKHIR
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
PRODI DII IKEBIDANAN METRO TAHUN 2019
iii
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN METRO Laporan Tugas Akhir, Juli 2019
Rizki Rozha Sativa : 1615471043 Asuhan Kebidanan Terhadap Baduta U di BPM Nyi Ayu Hafizah, S.ST Desa Margasari Lampung Timur
xvi; 58 halaman ; 2 tabel; 4 gambar; 8 lampiran
RINGKASAN
Gizi kurang merupakan keadaan tidak sehat (patologi) yang timbul karena tidak cukup makan atau konsumsi energi dan protein kurang selama jangka waktu tertentu. Angka gizi kurang dari data puskesmas Labuhan Maringgai pada Tahun 2018 sebanyak 1,36%, salah satunya adalah Baduta U. Gizi kurang disebabkan oleh pola makan atau asupan gizi yang kurang (Cakrawati, Dewi. 2014). Tujuan asuhan kebidanan ini adalah untuk membantu ibu dan Baduta U mengatasi masalah gizi kurang yang terjadi dengan pendekatan manajemen kebidanan.
Asuhan kebidanan tumbuh kembang pada Baduta U usia 22 bulan dengan gizi kurang dilakukan selama 8 minggu dalam 5 kali pertemuan, pada saat pengkajian ditemukan BB: 8,5 kg dan PB: 81 cm, sehingga disimpulkan gizi anak masuk ke dalam -3,0 SD menurut BB/U yaitu gizi kurang. Dalam pelaksanaannya asuhan yang diberikan yaitu dengan mengatur pola makan anak, menganjurkan ibu untuk memberikan makanan tambahan dan bervariasi. Hasil melakukan asuhan didapat Baduta U mengalami peningkatan berat badan sebanyak 600 gram sehingga berat badan Baduta U dari 8,5 kg menjadi 9,1 kg.
Simpulan yang diperoleh dari asuhan kebidanan yang dilakukan terhadap Baduta U iyalah gizi kurang pada Baduta U sedikit teratasi karena perubahan peningkatan berat badan pada Baduta U dan tidak ditemukan adanya komplikas. Asuhan kebidanan ini sangat efektif untuk pemantauan kesehatan dan tumbuh kembang pada baduta dengan gizi kurang sehingga penulis menyarankan untuk keluarga lebih meningkatkan pemantauan kesehatan melalui pemantauan berat badan setiap bulan, pemberian makanan tambahan, pengaturan pola makan yang baik dan benar serta memberikan variasi makanan pada baduta yang mengalami masalah gizi kurang. Kata kunci : Gizi Kurang Daftar bacaan : 13 (2009-2018)
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas semua berkat dan
rahmatNya sehingga dapat terselesaikannya Laporan Tugas Akhir yang berjudul
“Asuhan Kebidanan Terhadap Baduta U Dengan Gizi Kurang Di Desa Margasari
Wilayah Puskesmas Labuhan Maringgai Lampung Timur”, sebagai salah satu
syarat menyelesaikan pendidikan Ahli Madya Kebidanan pada Program Studi
DIII Kebidanan Metro Politeknik Kesehatan Tanjungkarang.
Dalam hal ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,
karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada :
1. Warjidin Aliyanto, SKM, M.Kes. selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Tanjungkarang, yang telah memberikan kesempatan menyusun Laporan Tugas
Akhir ini.
2. Dr. Sudarmi, S.S.T, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Tanjungkarang yang telah memberikan kesempatan menyusun
Laporan Tugas Akhir ini.
3. Islamiyati, AK, MKM selaku Ketua Program Studi DIII Kebidanan Metro
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang dan selaku pembimbing I laporan tugas
akhir yang telah memberikan kesempatan menyusun Laporan Tugas Akhir ini.
4. Herlina, S.Pd., M.M.Kes selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan sehingga LTA ini dapat terselesaikan.
5. Firda Fibrila, S.SiT.,M.Pd selaku penguji Utama yang telah memberikan
masukan dalam perbaikan LTA ini.
v
6. Bidan Nyi Ayu Hafizah S.ST, yang telah memberikan kesempatan untuk
melakukan penyusunan LTA di BPS Nyi Ayu H Kecamatan Labuhan
Maringgai Kabupaten Lampung Timur.
7. An. U dan Orang tua atas kerjasamanya yang baik
8. Bapak, Ibu, kakak dan adikku atas cinta, dukungan dan doa yang selalu
diberikan sehingga LTA ini selesai pada waktunya.
9. Rekan seangkatan dan pihak-pihak yang terkait dan banyak membantu dalam
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan pahala atas segala
amal baik yang telah diberikan dan semoga Laporan Tugas Akhir ini berguna bagi
semua pihak yang memanfaatkan.
Metro, Juli 2019
Penulis
vi
BIODATA PENULIS
A. Identitas Diri
Nama : Rizki Rozha Sativa
NIM : 1615471043
Program Studi : DIII Kebidanan Metro
Tempat Tanggal Lahir : Purbolinggo,02 April 1998
Agama : Islam
E-mail : rizkirozha02@gmail.com
Hp : 085658883463
Alamat : Desa Tambah Luhur, Kec.Purbolinggo,
Kab. Lampung Timur
B. Riwayat Pendidikan
Taman Kanak-Kanak : TK Pertiwi Tambah Luhur
Sekolah Dasar : SDN 1 Tambah Luhur Lulus Tahun 2010
Sekolah Menengah Pertama : SMPN 1 Taman Purbolinggo Tahun 2013
Sekolah Menengah Atas : SMAN 1 Purbolinggo Lulus Tahun 2016
vii
viii
ix
x
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN SAMPUL LUAR ........................................................................ i HALAMAN SAMPUL DALAM .................................................................... ii RINGKASAN .................................................................................................. iii KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv BIODATA PENULIS ...................................................................................... vi LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. vii LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. viii SURAT PERNYATAAN ................................................................................ ix DAFTAR ISI .................................................................................................... x DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xv BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................ 1 B. Pembatasan Masalah ............................................................... 3 C. Tujuan .................................................................................... 3 D. Manfaat ................................................................................... 4 E. Ruang Lingkup ........................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Balita ...................................................................................... 6 1. Pengertian ........................................................................... 6 2. Pertumbuhan dan perkembangan balita ............................. 7 3. Faktor-faktor tumbuh kembang balita ................................. 7 4. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan balita ............... 12
B. Gizi Pada Balita ....................................................................... 16 1. Status gizi .......................................................................... 16 2. Penilaian status gizi .......................................................... 19 3. Zat gizi ............................................................................. 24 4. Gizi kurang ......................................................................... 25
BAB III ASUHAN KEBIDANAN
A. Subyektif ............................................................................... 36 B. Obyektif ................................................................................ 39 C. Analisa Data .......................................................................... 42 D. Penatalaksanaan ..................................................................... 43
CATATAN PERKEMBANGAN I ........................................ 45 CATATAN PERKEMBANGAN II ...................................... 48 CATATAN PERKEMBANGAN III ..................................... 50 CATATAN PERKEMBANGAN IV ..................................... 52
xi
BAB IV PEMBAHASAN .......................................................................... 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .......................................................................... 57 B. Saran ..................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Kategori Status Gizi ................................................................ 18 Tabel 2 Anjuran Pemberian Makan ...................................................... 30
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1 Pengukuran Tinggi Badan Dengan Cara Terlentang ............... 14 Gambar 2 Pengukuran Berat Badan Dengan Cara Berdiri ....................... 15 Gambar 3 Pengukuran Lingkar Kepala .................................................... 16 Gambar 4 Kaitan Antara Perbaikan Gizi, SDM, Dan Kemiskinan ........... 28
xiv
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Inform Consent Lampiran 2 Pemeriksaan KPSP usia 21 Bulan Lampiran 3 Pemeriksaan Lingkar Kepala Lampiran 4 Standar Berat Badan Menurut Umur Lampiran 5 KMS Lampiran 6 Dokumentasi Lampiran 7 Lembar Konsultasi Lampiran 8 Lembar Perbaikan
xv
DAFTAR SINGKATAN AKG : Angka Kecukupan Gizi AN : Anak ASI : Air Susu Ibu BAB : Buang Air Besar BAK : Buang Air Kecil BB : Berat Badan BBL : Bayi Baru Lahir BBLR : Bayi Baru Lahir Rendah BGM : Bawah Garis Merah BPM : Bidan Praktek Mandiri CM : Centi Meter DO : Data Obyektif DS : Data Subyektif GPA : Grafik Pertumbuhan Anak IMD : Inisiasi Menyusu Dini IMT : Indeks Masa Tubuh KEK : Kekurangan Energi Kronik KEP : Kekurangan Energi Protein KG : Kilogram KIE : Komunikasi Informasi Edukasi KKAL : Kilokalori KMS : Kartu Menuju Sehat
xvi
KPSP :Kuesioner Pra-Skrining Perkembangan LD : Lingkar Dada LK : Lingkar Kepala LLA : Lingka Lengan Atas PB : Panjang Badan PHBS : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat PLKA : Pengukuran Lingkar Kepala Anak POZI : Pojok Gizi PSG : Pemantauan Status Gizi SD : Standar Deviasi SDM : Sumber Daya Manusia TB : Tinggi Badan TN : Tuan TTV : Tanda-tanda Vital U : Umur WHO : World Health Organitation
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak yang sehat, cerdas, berpenampilan menarik, dan berakhlak mulia
merupakan dambaan setiap orang tua. Agar dapat mencapai hal tersebut terdapat
berbagai kriteria yang harus terpenuhi dalam pertumbuhan dan perkembangan
anak, salah satunya adalah faktor keturunan atau genetika. Proses tumbuh
kembang merupakan hasil interaksi faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor
genetik atau keturunan adalah faktor yang berhubungan dengan gen yang berasal
dari ayah dan ibu, sedangkan faktor lingkungan meliputi lingkungan biologis,
fisik, psikologis, dan sosial (Marmi dan Rahardjo, Kukuh, 2015).
Prevalensi Gizi Kurang di Indonesia tahun 2018 sebanyak 17,7 %.
Prevanlensi gizi kurang di Kabupaten/Kota tahun 2015 umur 0-23 bulan sebanyak
11,9%, umur 24-59 bulan 18,1%, dan umur 0-59 bulan sebanyak 14,9%.
(Kemenkes RI,2018). Prevalensi gizi kurang di Lampung pada tahun 2018
sebanyak 15,6%. Pada tahun 2018 sebanyak 8,6% balita dengan gizi kurang
(Dinkes Provinsi Lampung, 2018). Angka gizi kurang yang terjadi di Kecamatan
Labuhan Maringgai diperoleh dari data puskesmas Labuhan Maringgai dalam
kurun waktu sejak tahun 2018 terdapat 42 kasus atau 1,36%..
Gizi kurang disebabkan oleh beberapa penyebab yaitu penyebab langsung
dan penyebab tidak langsung, dari penyebab langsung gizi kurang iyalah makanan
dan penyakit dapat menyebabkan gizi kurang. Timbulnya gizi kurang tidak hanya
dikarenakan asupan makanan yang kurang, tetapi juga penyakit. Anak yang
2
mendapat makan cukup banyak makan tetapi sering menderita sakit, dapat
menderita gizi kurang. Namun penyebab tidak langsungnya adalah ketahanan
pangan keluarga yang kurang memadai, pola pengasuhan anak yang kurang
memadai, serta pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadi juga bida
menjadi faktor penyebab dari gizi kurang (Cakrawati, Dewi. 2014).
Gizi kurang berdampak langsung terhadap kesakitan dan kematian, gizi
kurang juga berdampak meningkatnya angka kesakitan dan menurunnya
produktivitas kerja manusia. Kekurangan gizi berdampak pada menurunnya
kecerdasan generasi muda yang cerdas yang sangat dibutuhkan dalam
pembangunan bangsa. Kondisi gizi kurang dapat menghambat aktivitas kerja yang
akan menurunkan produktifitas kerja (Cakrawati, Dewi. 2014).
Manfaat dilakukannya asuhan kebidanan ini adalah untuk melakukan
asuhan secara berkelanjutan dan mempermudah pelaksanaan yang tepat dalam
menentukan diagnosa, memecahkan masalah pasien, antisipasi masalah potensial,
rencana dan tindakan apa yang seharusnya dilakukan,serta mengevaluasi dari
semua asuhan yang sudah diberikan dengan fokus pada data subyektif dan
obyektif yang dikeluhkan dan dialami oleh klien.
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan
penelitian di desa Margasari kecamatan labuhan maringgai dengan masalah gizi
kurang pada balita karena faktor kurang nya pengetahuan orang tua dan faktor
ekonomi yang rendah sehingga menyebabkan anaknya mengalami gangguan
pertumbuhan (gizi kurang).
3
B. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat dibuat pembatasan
masalah sebagai berikut :
1. Apakah gizi kurang pada Baduta U dapat teratasi setelah dilakukan asuhan
kebidanan rutin di rumahnya
2. Apakah terdapat komplikasi pada Baduta U akibat gizi kurang setelah
dilakukan asuhan
C. Tujuan Penyusunan LTA
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan pada Baduta U dengan kasus gizi kurang
dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan Pengkajian pada Baduta U dengan kasus gizi kurang
b. Menyusun diagnosa Kebidanan sesuai dengan prioritas pada Baduta U
dengan kasus gizi kurang
c. Merencanakanan asuhan kebidanan pada Baduta U dengan kasus gizi
kurang
d. Melakukan tindakan asuhan kebidanan kepada Baduta U dengan kasus
gizi kurang
e. Melakukan evaluasi asuhan kebidanan yang telah dilakukan pada
Baduta U dengan kasus gizi kurang
f. Mendokumentasikan asuhan kebidanan yang telah dilakukan pada
Baduta U dengan kasus gizi kurang
4
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan dalam Asuhan
Kebidanan balita dengan gizi kurang serta dapat dijadikan bahan perbandingan
untuk penyusunan Laporan Tugas Akhir selanjutnya
2. Manfaat Praktik
a. Bagi Prodi Kebidanan Metro
Diharapkan berguna sebagai bahan referensi terhadap materi Asuhan
pelayanan kebidanan khususnya Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Program
Studi Kebidanan Metro bagi mahasiswa dalam memahami pelaksanaan Asuhan
kebidanan dan dapat mengaplikasikan materi yang telah diberikan dalam proses
perkuliahan serta mampu memberikan asuhan yang bermutu dan berkualitas.
b. Bagi Puskesmas Labuhan Maringgai
Diharapkan dapat meningkatkan bagi tenaga kesehatan khususnya bidan
dengan kliennya mengenai Asuhan Kebidanan Tumbuh Kembang baduta dengan
menggunakan pendekatan manajemen kebidanan
c. Bagi keluarga
Diharapkan dapat menerapkan asuhan kebidanan dengan pendekatan
manajemen kebidanan yang dijelaskan dan diterapkan kepada baduta agar status
gizi anak membaik.
5
E. Ruang Lingkup
1. Sasaran
Sasaran asuhan kebidanan adalah studi kasus yang dilakukan terhadap
Baduta U usia 22 bulan dengan masalah gizi kurang.
2. Tempat
Lokasi yang dipilih untuk memberikan asuhan kebidanan ini di rumah
orang tua Baduta U di desa Margasari Labuhan Lampung Timur.
3. Waktu
Waktu yang digunakan dalam pelaksanaan asuhan pada Baduta U dimulai
sejak tanggal 5 Maret sampai 6 Mei 2019.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Baduta
1. Pengertian
Masa baduta (bawa dua tahun) merupakan “window of opportunity”. Pada
masa ini, seorang anak memerlukan asupan zat gizi yang seimbang baik dari segi
jumlah maupun proporsinya untuk mencapai berat dan tinggi badan yang optimal
(Soeparmanto dalam Putri, 2008).
Masa ini merupakan masa kehidupan yang sangat penting dan perlu
perhatian yang sangat serius. Pada masa ini pula berlangsung proses tumbuh
kembang yang sangat pesat yaitu pertumbuhan fisik dan perkembangan
psikomotorik, mental, dan social. Stimulasi psikososial harus dimulai sejak dini
dan tepat waktu untuk tercapainya perkembangan psikososial yang optimal
(Adriani, Merryana, dan Wirjatmadi, Bambang. 2012).
Baduta merupakan salah satu sekelompok rawan gizi. Kekurangan gizi
pada baduta dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang secara fisik, mental,
social, dan intelektual yang sifatnya menetap danterus dibawah sampai anak
menjadi dewasa. Selain itu gizi kurang dapat menyebabkan terjadinya penurunan
atau rendahnya daya tahan tubu terhadap penyakit infeksi. World Hralthy
Organization (WHO) menyatakan terjadinya gagal tumbuh akibat gizi kurang
pada masa bayi mengakibatkan terjadinya gagal tumbuh akibat gizi kurang pada
masa bayi mengakibatkan terjadinya penurunan Intelektual Question (IQ) 11 point
lebih rendah dibandingkan dengan anak yang tidak gizi kurang (Depkes RI, 2006)
7
2. Pertumbuhan dan Perkembangan Balita
Manusia hidup tidaklah secara permanen, melainkan terus berubah-ubah.
Mulai dari pembuahan, menjadi janin, bayii, lahir, dewasa, dan akhirnya mati.
Saat bayi lahir, belum memiliki kemampuan apapun kecuali menangis. Dengan
cara berinteraksi secara terus-menerus dengan lingkungan sekitar, bayi akan lebih
menyempurnakan diri hingga bayi tersebut mengalami perubahan fisik sampai
menjadi lebih seimbang (Marmi dan Rahardjo, Kukuh. 2015).
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan
interselular, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau
keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat.
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta
sosialisasi dan kemandirian (Kemenkes RI, 2012).
Seiring berjalannya waktu, bayi tersebut terus mengalami perubahan.
Perilaku dan keterampilannya juga semakin berkembang. Bayi tersebut mulai bisa
melakukan hal-hal tertentu, seperti membalik-kan badan, duduk, merangkak,
berdiri dan akhirnya bisa berialan dan berlari (Marmi dan Rahardjo, Kukuh.
2015).
3. Faktor-Faktor Tumbuh Kembang Balita
Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan
normal yang merupakan hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain
(Kemenkes RI, 2012) :
8
a. Faktor dalam (internal) yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak.
1) Ras/etnik atau bangsa.
Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika, maka ia tidak memiliki
faktor herediter ras/bangsa indonesia atau sebaliknya.
2) Keluarga
Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi, pendek,
gemuk atau kurus.
3) Umur
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun
pertama kehidupan dan masa remaja.
4) Jenis kelamin.
Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat daripada
laki-laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak laki-
laki lebih cepat.
5) Genetik
Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi anak
yang akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang
berpengaruh pada tumbuh kembang anak seperti kerdil.
6) Kelainan kromosom
Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan
seperti pada sindroma Down’s dan sindroma Turner’s.
9
b. Faktor luar (eksternal)
1) Faktor Prenatal
a) Gizi
Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan.
b) Mekanis
Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan kongenital
seperti club foot.
c) Toksin/zat kimia
Beberapa obat-obatan seperti Aminopterin, Thalidomid, dapat
menyebabkan kelainan kongenital seperti palatoskisis.
d) Endokrin
Diabetes meilitus dapat menyebabkan mekrosomia, kardiomegali,
hiperplasia adrenal.
e) Radiasi
Paparan radium dan sinar Rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada
janin seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental dan deformitas
anggota gerak, kelainan kongenital mata, kelainan jantung.
f) Infeksi
Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH (Toksoplasma,
Rubella, Sitomegalo Virus Herpers simpleks) dapat menyebabkan
kelainan pada janin ; katarak, bisu tuli, mikrosefali, retardasi mental,
dan kelainan jantung kongenital.
10
g) Kelainan imunologi
Eritobaltosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah antara
janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah
merah janin, kemudian melalui plasenta masuk dalam peredaran darah
janin dan akan menyebabkan hemolisis yang selanjutnya
mengakibatkan hiperbilirubinemia dan Kern icterus yang akan
menyebabkan kerusakan jaringan otak.
h) Anoksia embrio
Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta
menyebabkan pertumbuhan terganggu.
i) Psikologi ibu
Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah/kekerasan mental
pada ibu hamil dan lain-lain.
2) Faktor Persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia, dapat
menyebabkan kerusakan jaringan otak.
3) Faktor Pasca persalin
a) Gizi
Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang adekuat.
b) Penyakit kronis/kelainan kongenital
Tuberkulosis, anemia, kelainan jantung bawaan mengakibatkan
retardasi pertumbuhan janin.
11
c) Lingkungan fisis dan kimia
Lingkungan sering disebut melieu adalah tempat anak tersebut hidup
yang berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak (provider).
Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar matahari ,
paparan sinar radioaktif, zat kimia tertentu (Pb, Mercuri, rokok, dll)
mempunyai dampak yang negatif terhadap pertumbuhan anak.
d) Psikologis
Hubungan anak dengan prang sekitarnya. Seorang anak yang tidak
diketahui oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa tertekan,
akan mengalami hambatan di dalam pertumbuhan dan
perkembangannya.
e) Endokrin
Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipotiroid akan
menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan.
f) Sosio-ekonomi
Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan
lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan, akan menghambat
pertumbuhan anak.
g) Lingkungan pengasuh
Pada lingkungan pengasuh, interaksi ibu-anak sangat mempengaruhi
tumbuh kembang anak.
12
h) Stimulasi
Perkembangan memerlukan rangsangan/stimulasi khususnya dalam
keluarga, misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak,
keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak.
i) Obat-obatan
Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat
pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang
terhadap susunan saraf yang menyebabkan terhambatnya produksi
hormon pertumbuhan.
4. Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan Balita
Deteksi dini merupakan upaya penjaringan yang dilaksanakan secara
komprehensif untuk menemukan penyimpangan tumbuh kembang dan
mengetahui serta mengenal faktor resiko pada balita, yang disebut juga anak usia
dini. Melalui deteksi dini dapat diketahui penyimpangan tumbuh kembang anak
secara dini, sehingga upaya pencegahan, stimulasi, penyembuhan serta pemulihan
dapat diberikan dengan indikasi yang jelas pada masa-masa kritis proses tumbuh
kembang (Marmi dan Rahardjo, Kukuh. 2015).
Masing-masing penilaian mempunyai parameter dan alat ukur tersendiri.
Dasar utama dalam menilai pertumbuhan fisik anak adalah penilaian
menggunakan alat baku (standar). Untuk menjamin ketepatan dan keakuratan
penilaian harus dilakukan dengan teliti dan rinci. Pengukuran perlu dilakukan
dalam kurun waktu tertentu untuk menilai kecepatan pertumbuhan (Marmi dan
Rahardjo, Kukuh. 2015).
13
Parameter ukuran antropometrik yang dipakai dalam penilaian
pertumbuhan fisk adalah tingi badan, berat badan, lingkar kepala, lipatan kulit,
lingkar lengan atas, panjang lengan, proporsi tubuh, dan panjang tungkai. Menurut
Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita macam-macam penilaian
pertumbuhan fisik yang dapat digunakan adalah (Marmi dan Rahardjo, Kukuh.
2015) :
a. Pengukuran Berat Badan (BB)
Pengukuran ini dilakukan secara teratur untuk memantau pertumbuhan dan
keadaan gizi balita. Balita ditimbang setiap bulan dan dicatat dalam Kartu Menuju
Sehat Balita (KMS Balita) sehingga dapat dilihat grafik pertumbuhannya dan
dilakukan interfensi jika terjadi penyimpangan.
Berat badan dapat juga sebagai menghitung dosis obat. Penilaian berat
badan berdasarkan umur menurut WHO dengan baku NCHS, berdasarkan tinggi
badan menurut WHO, dan NCHS yaitu ; persentil ke 75-25 dikatakan normal,
persentil 10-5 malnutrisi sedang dan kurang.
Kenaikan BB pada bayi cukup bulan kembali pada hari ke-10.
1) Umur 10 hari : BBL
2) Umur 5 bulan : 2 x BBL
3) Umur 1 tahun : 3 x BBL
4) Umur 2 tahun : 4 x BBL
5) Pra Sekolah : meningkat 2 Kg/tahun
6) Adolencent : meningkat 3-3,5 Kg/tahun
14
Perkiraan BB dalam Kilogram
1) Usia 3-12 bulan = ���� (�����)� �
�
2) Usia 1-6 tahun = (umur (tahun) x 2) + 8
3) Usia 6-12 tahun = (���� (�����)� �)� �
�
b. Pengukuran Tinggi Badan (TB)
Pengukuran tinggi badan pada anak sampai usia 2 tahun dilakukan dengan
berbaring, sedangkan di atas umur 2 tahun dilakukan dengan berdiri. Hasil
pengukuran setiap bulan dapat dicatat pada dalam KMS yang mempunyai grafik
pertumbuhan tinggi badan.
1) Cara mengukur dengan posisi berbaring:
a) Sebaiknya dilakukan oleh 2 orang.
b) Bayi dibaringkan telentang pada alas yang datar.
c) Kepala bayi menempel pada pembatas angka O.
d) Petugas 1: kedua tangan memegang kepala bayi agar tetap menempel
e) pada pembatas angka 0 (pembatas kepala).
f) Petugas 1: tangan kiri menekan lutu bayi agar lurus, tangan kanan
menekan batas kaki ke telapak kaki
g) Petugas 2: membaca angka di tepi di luar pengukur
Gambar 1 Pengukuran Tinggi Badan Dengan Cara Telentang
Sumber : Kemenkes RI, 2016
15
2) Pengukuran dengan posisi berdiri
a) Anak tidak memakai sandal atau sepatu.
b) Berdiri tegak menghadap kedepan.
c) Punggung, pantat dan tumit menempel pada tiang pengukur.
d) Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubun-ubun.
e) Baca angka pada batas tersebut.
Gambar 1 Pengukuran Tinggi Badan Dengan Cara Berdiri
Sumber : Kemenkes RI, 2016
c. Pengukuran Lingkar Kepala Anak (PLKA)
PLKA adalah cara yang biasa dipakai untuk mengetahui pertumbuhan dan
perkembangan otak anak. Biasanya ukuran pertumbuhan tengkorak mengikuti
perkembangan otak, sehingga bila ada hambatan pada pertumbuhan tengkorak
maka perkembangan otak anak juga terhambat. Pengukuran dilakukan pada
diameter occipitofrontal dengan mengambil rerata 3 kali pengukuran sebagai
standard
1) Tujuan pengukuran lingkaran kepala anak adalah untuk mengetahui lingkaran
kepala anak dalam batas normal atau di luar batas normal.
2) Jadwal, disesuaikan dengan umur anak. Umur 0–11 bulan, pengukuran
dilakukan setiap tiga bulan. Pada anak yang lebih besar, umur 12–72 bulan,
16
pengukuran dilakukan setiap enam bulan. Pengukuran dan penilaian lingkaran
kepala anak dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih.
3) Cara mengukur lingkaran kepala
4) Alat pengukur dilingkarkan pada kepala anak melewati dahi, menutupi alis
mata, diatas kedua telinga, dan bagian belakang kepala yang menonjol, tarik
agak kencang.
5) Baca angka pada pertemuan dengan angka O.
6) Tanyakan tanggal lahir bayi/anak, hitung umur bayi/anak.
7) Hasil pengukuran dicatat pada grafik lingkaran kepala menurut umur dan jenis
kelamin anak.
8) Buat garis yang menghubungkan ukuran yang lalu dengan ukuran sekarang.
Gambar 3 Pengukuran Lingkar Kepala
Sumber : Kemenkes RI, 2016
B. Gizi Balita
1. Status Gizi
Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh
keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Keseimbangan tersebut
dapat dilihat dari variable pertumbuhan, yaitu berat badan, tinggi badan atau
panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan, dan panjang tungkai. Jika
17
keseimbangan tadi terganggu, misalnya pengeluaran energi dan protein lebih
banyak dibandingkan pemasukan maka akan terjadi kekurangan energi protein,
dan jika berlangsung lama akan timbul masalah yang dikenal dengan KEP berat
atau gizi buruk (Marmi dan Rahardjo, Kukuh, 2015).
Status gizi dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat
gizi di dalam tubuh. Bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi dan digunakan
secara efesien akan tercapai status gizi optimal yang memungkinkan pertumbuhan
fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada
tingkat setinggi mungkin (Marmi dan Rahardjo, Kukuh. 2015).
Status gizi dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu (Cakrawati, Dewi., dan
Mustika NH. 2014) :
a. Produk pangan (jumlah dan jenis makanan)
b. Pembagian makanan atau pangan
c. Akseptabilitas, menyangkut penerimaan atau penolakan terhadap makanan
yang terkait dengan cara memilih dan menyajikan makanan.
d. Prasangka buruk pada bahan makanan tertentu
e. Pantangan pada makanan tertentu
f. Kesukaan terhadap jenis makanan tertentu
g. Keterbatasan ekonomi
h. Kebiasaan makan
i. Selera makan
j. Sanitasi makanan
k. Pengetahuan gizi
18
Status gizi dibagi menjadi tiga kelompok yaitu (Cakrawati, Dewi., dan
Mustika NH. 2014) :
a. Gizi baik
Asupan gizi harus seimbang dengan kebutuhan gizi seseorang yang
bersangkutan. Kebutuhna gizi ditentukan oleh: kebutuhan gizi basal, aktivitas,
keadaan fisiologis tertentu, misalnya dalam keadaan sakit.
b. Gizi kurang
Merupakan keadaan tidak sehat (patologis) yang timbul karena tidak
cukup makan atau konsumsi energi dan protein kurang selam jangka waktu
tertentu.
c. Gizi lebih
Keadaan patologis (tidak sehat) yang disebabkan kebanyakan makan.
Kegemukan (obesitas) merupakan tanda pertama yang dapat dilihat dari keadaan
gizi lebih. Obesitas yang berkelanjutan akan mengakibatkan berbagai penyakit
atar lain: diabetes mellitus, tekanan darah tinggi, dan lain-lain.
Tabel 1 Kategori Status Gizi Balita
Indikator Status Gizi Z-Score
BB/U
Gizi Buruk < -3,0 SD Gizi Kurang -3,0 SD s/d < -2,0 SD Gizi Baik -2,0 SD s/d 2,0 SD Gizi Lebih >2,0 SD
TB/U
Sangat Pendek < -3,0 SD Pendek -3,0 SD s/d < -2,0 SD Normal ≥ -2,0 SD
BB/TB
Sangat Kurus < -3,0 SD Kurus -3,0 SD s/d < -2,0 SD Normal -2,0 SD s/d 2,0 SD Gemuk >2,0 SD
Sumber : Kemenkes RI, 2017
19
2. Penilaian Status Gizi
Pada dasarnya penilaian status gizi dibagi menjadi dua yaitu secara
langsung dan tidak langsung. Proses riwayat alamiah terjadinya penyakit yang
diterapkan pada masalah gizi (gizi kurang) melalui berbagai tahap yaitu diawali
dengan terjadinya antara pejamu, sumber penyakit, dan lingkungan (Faudiyah,
Fikriyah. 2009).
a. Penilaian status gizi secara langsung
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibedakan menjadi empat
penilain yaitu: antopometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Masing-masing
penilaian tersebut akan dibahas secara umum sebagai berikut (Faudiyah, Fikriyah.
2009) :
1) Antopometri
Secara umum antopometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari
sudut pandang gizi, maka antopometri gizi berhubungan dengan berbagai macam
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan
tingkat gizi. Antopometri dapat digunakan untuk melihat ketidakseimbangan
asupan protein dan energi. Hal ini dilihat pada pola pertumbuhan fisik dan
proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh
(Faudiyah, Fikriyah. 2009).
a) Umur
Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan
penentuan umur dapat mengakibatkan interpertasi status gizi salah batasan umur
yang digunakan (Faudiyah, Fikriyah. 2009) :
20
(1) Tahun umur penuh (completed year)
Contoh : 6 tahun 2 bulan, dihitung 6 tahun
5 tahun 11 bulan, dihitung 5 tahun
(2) Bulan usia penuh (completed month) untuk anak umur 0-2 tahun :
Contoh : 3 bulan 7 hari, dihitung 3 bulan
2 bulan 26 hari, dihitung 2 bulan
b) Berat badan
Berat badan merupakan ukuran antopometri yang terpenting dipakai pada
setiap kesempatan memeriksa kesehatan anak pada setiap kelompok umur. Berat
badan merupakan hasil peningkatan seluruh jaringan tulang, otot, lemak, cairan
tubuh dan lain-lainnya, merupakan indicator tunggal yang terbaik pada watu ini
untuk keadaan gizi dan keadaan tumbuh kembang. Alat yang digunakan untuk
mengukur berat badan terdiri dari beam balance untuk anak kurang dari 2 tahun,
setelah umur tersebut digunakan timbangan injak atau elektronik (Faudiyah,
Fikriyah. 2009).
c) Tinggi Badan (TB)
Tinggi badan merupakan antopometri yang menggambarkan pertumbuhan
skeletal. (Pengukuran Antropometri Gizi, 2009) untuk bayi, pengukuran
pertumbuhan linear adalah panjang badan; untuk anak yang lebih tua pengukiuran
berdasarkan tinggi badan. (Nelson, 2004 dalam Fikriyah Faudiyah, 2009) tinggi
badan merupakan parameter paling penting bagi keadaan yang telah lalu dan
keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat, serta dapat digunakan
sebagai ukuran kedua yang penting, karena dengan menghubungkan BB terhadap
TB factor umur dikesampingkan (Faudiyah, Fikriyah. 2009).
21
Alat ukur tinggi badan meliputi:
(1) Alat pengukur panjang badan bayi : untuk bayi atau anak yang belum
dapat berdiri
(2) Microtoise : untuk anka yang sudah dapat berdiri
d) Lingkar lengan atas
Pengukuran ini dapat memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot
dan jaringan lemak bawah kulit. Lingkar lengan atas mencerminkan cadangan
energi, sehingga dapat mencerminkan (Faudiyah, Fikriyah. 2009).:
(1) Status KEP pada balita
(2) KEK pada ibu hamil : resiko BBLR
Lingkar lengan atas menggunakan alat : pita pengukur dari fiberglass atau
sejenis kertas tertentu berlapis plastik.
Ambang batas (cut of points) :
(1) LLA WUS dengan resiko KEK di Indonesia : ≤23,5 cm
(2) Pada bayi 0-30 hari : ≥9,5 cm
(3) Balita dengan KEP : ≤12,5 cm
e) Lingkar Kepala
Lingkar kepala dihubungkan dengan ukuran otak dan tulang tengkorak.
Ukuran otak meningkat secara cepat pada tahun pertama, tetapi besar lingkar
kepala tidak menggambarkan keadaan kesehatan dan gizi. Dalam antopometri gizi
rasio lingkar kepala dan lingkar dada cukup berarti dan menetukan KEP pada
anak. Lingkar kepala digunakan juga sebagai informasi tambahan dalam
pengukuran umur (Faudiyah, Fikriyah. 2009).
22
f) Lingkar Dada
Biasa digunakan pada anak umur 2-3 tahun, karena pertumbuhan lingkar
dada pesat sampai anak berumur 3 tahun. Rasio lingkar dada dan kepala dapat
digunakan sebagai indikator KEP pada balita (Faudiyah, Fikriyah. 2009).
g) Tinggi Lutut
Tinggi lutut erat kaitannya dengan tinggi badan, sehingga data tinggi
badan didapat dari tinggi lulut bagi orang tidak dapat berdiri atau lansia
(Faudiyah, Fikriyah. 2009).
2) Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yangs sangat penting untuk menilai
status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang
terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat
dari jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral atau pada organ-
organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Penggunaan
metode ini umumnya untuk survey klinis secara cepat. Survey ini dirancang untuk
mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau
lebih zat gizi. Suvei juga digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi
seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda dan gejala atau
riwayat penyakit (Faudiyah, Fikriyah. 2009).
3) Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang
diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh.
Jaringan tubuh yang digunakan anatar lain : darah, urin, tinja, dan beberapa
jaringan tubuh seperti hati dan otot. Metode ini digunakan untuk suatu peringatan
23
bahwa kemungkinan akan terjadi malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala
klinis yang kurang spesifik, maka penentu kimia faali dapat lebih banyak
menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik (Faudiyah, Fikriyah.
2009).
4) Biofisik
Penentu status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi
dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan
struktur dan jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti
kejadian buta senja epidemic, cara yang digukana adalah tes adaptasi gelap
(Faudiyah, Fikriyah. 2009).
b. Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung
Penilaian status gizi secara tidak langsung terdiri dari survei konsumsi
makanan, statistik vital, dan factor ekologi (Faudiyah Fikriyah, 2009).
1) Survei konsumsi makanan
Survei konsumsi makanan adalah metode penentu status gizi secara tidak
langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat yang dikonsumsi. Pengumpulan
data konsumsi makanandapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai
zat gizi pada masyarakat, keluarga, dan individu. Survei ini dapat
mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi.
2) Statistik vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis
data berbagai statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka
kesakitan dan angka kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang
24
berhubungan dengan gizi. Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari
indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat.
3) Faktor ekologi
Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi
seperti iklim, tanah, irigasi, dan lain-lain. Pengukuran factor ekologi dipandang
sangat penting untuk mengetahui penyebab maslaha gizi di suatu masyarakat
sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi.
3. Zat Gizi
Pertumbuhan dan perkembangan, serta konsekuensi yang akan
ditimbulkan diakibatkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan gizi pada makanan.
Zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh secara umum dapat dikelompokkan menjadi
lima, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Terdapat beberapa
zat gizi yang berperan penting dalam proses pertumbuhan, yaitu (Fikawati,
Sandra, 2017) :
a. Karbohidrat
Fungsi utama karbohidrat adalah menyediakan sumber tenaga utama bagi
tubuh dalam bentuk energi. 1gram karbohidrat menyediakan energi sejumlah 4
kilo kalori (Kal) bagi tubuh. Karbohidrat dalam bentuk glukosa merupakan satu-
satunya sumber energi bagi otak. Karbohidrat terbagi dalam dua bentuk,yaitu
karbidrat sederhana dan karbohidrat komplek. Karbohidrat sederhana seperti
fruktosa, glukosa, dan laktosa, ditemukan dalam buah-buahan, gula serta susu dan
produknya. Sedangkan karbohidrat kompleks dapat ditemukan dalam sayuran
bersera, gandum, nasi, sereal, oat, dan lain sebagainya.
25
b. Protein
Selain dapat menjadi sumber energi, protein merupakan komponen utama
protoplasma di dalam sel, serta hormon dan enzim yang berperan penting dalam
proses pertumbuhan. Protein berperan dalam pemeliharaan jaringan, perubahan
komposisi tubuh, serta regenerasi jaringan.
c. Lemak
Lemak menyumbangkan 40-50% energi yang dikonsumsi bayi. Lemak
menyediakan sekitar 60% energi yang diperlukan tubuh selama istirahat dan saat
tubuh melakukan latihan olahraga yang cukup intens. Lemak penting untuk semua
sel tubuh, sebagai komponen utama pembentukkan membran sel.
d. Kalsium
Kalsium berperan dalam pertumbuhan dan mineralisasi tulang. Lebihdari
98% kalsium tubuh terbentuk oleh tulangdan 1% lainnya berada pada cairan tubuh
dan otot. Sejumlah 30-60% asupan kalsium diserap oleh tubuh. Selain itu, kalsium
juga membantu menjaga detak jantung teratur dan mengirimkan impuls saraf .
e. Zat besi
Zat besi merupkan bahan dasar pembentukkan hemoglobin. Zat besi
berperan dalam pengangkuttan oksigen dan sari-sari makanan ke seluruh sel
dalam tubuh. Hal ini penting untuk pertumbuhan, sistem kekebalan tubuh, dan
produksi energi.
4. Gizi Kurang
Gizi kurang merupakan salah satu masalah gizi utama pada balita di
Indonesia. Rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-hari dan
terjadi dalam waktu yang cukup lama (Cakrawati Dewi, 2014).
26
Pada hakikatnya keadaan gizi kurang dapat dilihat sebagai suatu proses
kurang makan ketika kebutuhan normal terhadap satu atau beberapa nutrien tidak
terpenuhi, atau nutrient-nutrien tersebut hilang dengan jumlah yang lebih besar
daripada yang didapat. Gizi kurang dibedakan menjadi gizi kurang makro
(makronutrien) dan gizi kurang mikro ( mikro nutrien). Dalam memenuhi asupan
gizinya, tubuh membutuhkan makronutrien, yaitu karbohidrat, lemak, protein dan
mikronutrien, vitamin, yodium, zat besi, seng, asam folat, dan lain sebagainya
(Cakrawati Dewi, 2014).
a. Penyebab Gizi Kurang
Masalah gizi kurang dapat disebabkan oleh (Cakrawati, Dewi. 2014).:
1) Penyebab langsung
Makan dan penyakit dapat secara langsung langsung memnyebabkan gizi
kurang. Timbulnya gizi kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang
kurang, tetapi juga penyakit. Anak yang mendapat cukup makanan tetapi sering
menderita sakit, dapat menderita gizi kurang. Demikian pula pada anak yang yang
tidak memperoleh cukupmakan, maka daya tahan tubuh akan melemah dan akan
mudah terserang penyakit (Cakrawati, Dewi. 2014).
2) Penyebab tidak langsung
a) Ketahanan pangan keluarga kurang memadai. Setiap keluarga
diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh
anggota keluargany dalam jumlah yang cukup baik jumlah maupun
mutu gizi.
b) Pola pengasuhan anak kurang memadai. Setiap keluarga dan
masyarakat diharapkan dapat menyediakan waktu, perhatian, dan
27
dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh kembang dengan baik
secara fisik, mental maupun sosial.
c) Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai. Sistem
pelayanan kesehatan yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan
air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yan terjangkau oleh
setiap keluarga yang membutuhkan.
b. Akibat gizi kurang
Menurut Dr. Arisman, MB akibat kurang gizi terhadap proses tubuh
bergantung pada zat-zat gizi apa yang kurang. Kekurangan berat badan pada anak
yang sedang tumbuh merupakan masalah serius (Arisman, M. B. 2010).
Kekurangan gizi secara umum (makanan kurang dalam kuantitas dan kualitas)
menyebabkan gangguan pada proses-proses (Cakrawati, Dewi. 2014) :
1) Pertumbuhan
Anak-anak tidak tumbuh menurut potensialnya. Protein digunakan sebagai zat
pembakar, sehingga otak-otak menjadi lembek dan rambut mudah rontok.
Anak-anak yang berasal dari tingkat sosial ekonomi menengah ke atas rata-
rata lebih tinggi dari pada yang berasal dari keadaan sosial ekonomi rendah.
2) Produksi Tenaga
Kekurangan energi berasal dari makanan menyebabkan seorang kekurangan
tenaga untuk bergerak, bekerja, dan melakukan aktivitas. Orang menjadi
malas, merasa lemah, dan produktivitas kerja menurun
3) Pertahanan Tubuh
Daya tahan terhadap tekanan dan stres menurun. Sistem imunitas dan antibodi
berkurang, sehingga orang mudah terserang infeksi seperti pilek, batuk, dan
diare. Pada anak-anak hal ini dapat membawa kematian.
28
4) Struktur dan Fungsi Otak
Kurang gizi pada usia muda dapat berpengaruh terhadap perkembangan
mental, dengan demikian kemampuan berpikir. Otak mencapai bentuk
maksimal pada usia dua tahun. Kekurangan gizi dapat berakibat terganggunya
fungsi otak permanen.
5) Perilaku
Baik anak-anak atau orang dewasa yang kurang gizi menunjukkan perilaku
tidak tenang. Mereka mudah tersinggung, cengeng dan apatis
c. Perbaikan Gizi kurang
Kegiatan penilaian status gizi menghasilkan status gizi individu. Individu
yang memiliki status gizi yang baik harus terus dipertahankan, sedangkan yang
mempunyai masalah gizi harus diperbaiki agar menjadi lebih baik. Tujuan
perbaikan gizi adalah menghasilkan masyarakat yang mempunyai status gizi
optimal, sehat, dan menjadi sumber daya manusia yang berkualitas (Holil
muhammad ,2017), dapat dilihat pada gambar 4 berikut ini :
Gambar 4 Kaitan Antara Perbaikan Gizi, Peningkatan SDM, Dan Kemiskinan
Sumber : Kemenkes RI,2011, dalam Holil, Muhammad,2017
Kemiskinan kurang
Ekonomi Meningkat
Perbaikan Gizi Tumbuh kembang fisik dan mental
Peningkatan kualitas SDM
Investasisektor sosial (gizi, kesehatan, pendidikan)
Peningkatan pertumbuhan
29
Pada gambar 11.1 dapat diketahui bahwa apabila usaha perbaikan gizi
dapat tercapai, tumbuh kembang fisik dan mental akan menjadi baik. Anak-anak
yang dapat tumbuh optimal akan menjadi sumber daya manusia yang berkualitas
dimasa yang akan datang sehingga dapat meningkatkan produktivitas.
Produktivitas yang tinggi akan meningkatkan ekonomi bangsa sehingga tingkat
kemiskinan akan berkurang. Masalah gizi yang diderita oleh anak usia di bawah 5
tahun (balita), dapat mengakibatkan hal yang serius pada kesehatan dan masa
depannya. Balita yang menderita gizi sangat kurus mudah terkena penyakit,
sedangkan balita yang kurus atau gizi kurang, pertumbuhan jaringan tubuhnya
akan mengalami keterlambatan. Oleh sebab itu, balita yang mengalami masalah
gizi harus mendapatkan pelayanan untuk memperbaiki status gizinya (Holil,
Muhammad,2017).
Mengatasi masalah gizi pada balita dapat dilakukan melalui konseling.
Masalah gizi dapat diketahui dari hasil pemantauan pertumbuhan yang dilakukan
dengan menggunakan grafik pertumbuhan anak (GPA). Jika berdasarkan
pemantauan GPA anak tumbuh dengan baik, nasihat selanjutnya adalah
memberikan makanan yang sesuai dengan umur anak sehingga anak akan tumbuh
dengan baik. Anak yang mengalami masalah pertumbuhan, baik masalah gizi
kurang maupun masalah gizi lebih, harus dilakukan penanganan yang khusus
(Holil, Muhammad,2017).
Masalah gizi dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain sosial dan
lingkungan yang dapat memengaruhi cara pemberian makan, pola asuh dan
pertumbuhan anak. Oleh sebab itu, penyebab timbulnya masalah gizi pada anak
perlu diketahui sebelum memberikan konseling. Pada waktu melakukan
30
konseling, ada beberapa hal penting yang harus menjadi perhatian, yaitu
mendengarkan dan belajar dari ibu dengan cara mengajukan pertanyaan terbuka,
mendengarkan dan meyakinkan bahwa konselor memahami apa yang dikatakan
ibu, serta menggunakan bahasa tubuh dan isyarat untuk menunjukkan bahwa
konselor sangat memerhatikan dan empati terhadap perasaan ibu. Pada waktu
melakukan konseling juga harus membangun kepercayaan dan memberikan
dukungan dengan cara memuji ibu jika sudah berbuat baik; menghindari kata
yang dapat menyalahkan ibu; menerima apa yang ibu pikian dan rasakan;
memberikan informasi dalam bahasa yang sederhana dan mudah dipahami;
memberikan saran yang terbatas dan bukan bersifat perintah; serta menawarkan
bantuan yang mudah dilakukan (Holil, Muhammad,2017).
1) Pemenuhan Makan Sebagai Perbaikan Gizi
Banyak cara untuk memperbaiki status gizi, antara lain yang telah
dikembangkan pada standar pertumbuhan WHO 2005 (Kemenkes, 2011).
Anjurkan utama yang telah dikembangkan adalah cara pemberian air susu ibu
(ASI) dan makanan pendamping (MPASI), seperti yang diuraikan pada tabel 11.1
Tabel 2 Anjuran Makan Anak Sehat dan Sakit
Usia Anak Anjurkan Pemberian Makan Bayi sampai usia 6 bulan
Berikan ASI sesuai keinginana anak, paling sedikit 8 kali sehari, pagi, siang, maupun malam. Jangan diberikan makanan atau minuman selain ASI.
Umur 6-9 bulan
Teruskan pemberian ASI Mulai memberikan makanan pendamping ASI, seperti bubur, susu, pisang, pepaya lumat halus, air jeruk, air tomat saring, dan sebagainya. Secara bertahap sesuai pertambahan umur, berikan bubur tim lumat, ditambah telur/ ayam/ ikan/ tempe/ tahu/ daging sapi/ wortel/ bayam/ kacang hijau/ santan/ minyak. Setiap hari diberikan makan sebagai berikut : 6 bulan : 2 x 6 sendok makan peres
31
7 bulan : 2-3 x 7 sendok makan peres 8 bulan : 3 x 8 sendok makan peres
Umur 9-12 bulan
Teruskan pemberian ASI Berikan makanan pendamping ASI (MPASI) yang lebih padat dan kasar seperti bubur, nasi tim, nasi lembek. Tambahkan telur/ ayam/ ikan/ tempe/ tahu/ daging sapi/ wortel/ bayam/ santan/minyak. Setiap hari (pagi/siang/malam) berikan makanan berikut : 9 bulan : 3 x 9sendok makan peres 10 bulan : 3 x 10 sendok makan peres 11 bulan : 3 x 11 sendok makan peres Berikan makanan selingan 2 kali sehari (buah, biskuit, kue) di antara waktuu makan.
Umur12-24 bulan
Teruskan pemberian ASI Berikan makanan keluarga secara bertahap sesuai kemampuan anak. Berikan 3 x sehari, sebanyak 1/3 porsi makan orang dewasa terdiri dari nasi, lauk pauk, sayur, dan buah. Beri makan selingan 2 kali di antara waktu makan (biskuit, kue)
Umur 24 bulan atau lebih
Berikan makanan keluarga 3 x sehari 1/2-1/2 porsi makan orang dewasa yang terdiri dari nasi, lauk pauk, sayur, dan buah. Berikan makanan selingan kaya gizi 2 x sehari diantara waktu makan.
Sumber, Kemenkes RI, 2011 dalam Holil Muhammad, 2017.
2) Konseling bagi lbu yang Mempunyai Anak Gizi Kurang
Apabila berdasarkan penilaian pertumbuhan anak menderita gizi kurang
penting untuk mencari penyebab mengapa anak menderita gizi kurang. Seorang
anak dikatakan menderita gizi kurang apabila kurus (nilai z-skor<-2SD untuk
indikator BB/PB atau BB/TB atau IMT/U): berat badan kurang (nilai z-skor -2SD
unruk indikator BB/U); pendek (nilai z-skor<-2SD untuk indikator PB/U atau
TB/U); atau mempunyai kecenderungan pertumbuhan ke arah salah satu masalah
gizi. konseling bagi ibu yang anaknya menderita gizi kurang dilakukan melalui
dua kegiatan utama, yaitu mencari penyebab gizi kurang dan memberikan
konseling (Holil muhammad,2017).
32
3) Mencari Penyebab Gizi Kurang
Penyebab teriadinya gizi kurang pada anak diketahui dengan melakukan
wawancara pada ibu anak oleh konselor. Konselor perlu mengajukan beberapa
pertanyaan yang sesuai dengan umur anak, mendengarkan dengan baik semua
jawaban yang diberikan ibu, mengajukan pertanyaan lanjuta untuk melengkapi
informasi dalam memahami penyebab kurang gizi anak, kemudian mencatat
penyebab terjadinya gizi kurang tersebut. Apabila terdapat banyak faktor yang
menyebabkan anak menderita gizi kurang, temukan dan cari penyebab utamanya
bersama-sama dengan ibu (Holil muhammad,2017).
Apabila pada saat wawancara anak sakit atau menderita sakit yang kronis
sebagai penyebab gizi kurang, anak harus mendapat perawatan dan pengobatan
dengan cara dirujuk, dan wawancara dihentikan. Berikan nasihat kepada ibu,
mengenai cara pemberian makan anak sesuai dengan umurnya (Tabel 11.1). Anak
dapat mengalami traum, seperti kematian salah satu anggota keluarga atau
pergantian pengasuh yang dapat mengakibatkan menurunnya nafsu makan anak.
Dalam keadaan seperti ini, wawancara lebih baik dihentikan untuk kemudian
dilakukan di lain waktu (Holil muhammad,2017).
Di dalam buku Modul Pelatihan Pertumbuhan Anak dari Kemenkes RI
(2011) secara garis besar terdapat delapan langkah untuk melakukan konseling
bagi ibu yang anaknya menderita gizi kurang, yaitu :
Langkah 1 Menentukan apakah anak sakit pada saat kunjungan atau menderita
sakit yang kronis.
Langkah 2. Jika anak tidak sakit, mulai mencari penyebab mengapa anak
menderita gizi kurang
33
Langkah 3. Menanyakan perubahan pola makan dan/atau menyusui saat ini
Langkah 4 Menanyakan tentang pemberian makan sesuai umurnya.
Langkah 5. Menanyakan apakah anak sering menderita penyakit yang berulang
Langkah 6. Mengkaji kemungkinan penyebab masalah sosial dan lingkungan
Langkah 7. Menentukan penyebab utama anak menderita gizi kurang yang
dilakukan bersama ibu.
Langkah 8. Memberikan nasihat pada ibu untuk menanggulangi gizi kurang
anak.
4) Memberikan nasihat sesuai penyebab gizi kurang
Nasihat yang diberikan kepada ibu adalah atas dasar penyebab utama anak
menderita gizi kurang yang dirasakan ibu. Selanjutnya, mendiskusikan apa yang
dapat dilakukan oleh ibu dan siapa yang kira-kira dapat membantu ibu. Selain itu,
pahami kemungkinan kesulitan yang hadapi ibu, dan berikan dukungan untuk
menghadapinya (Holil muhammad,2017).
Apabila ada banyak penyebab yang mengakibatkan anak mengalami gizi
kurang, mungkin akan ada banyak nasihat yang perlu diberikan. Namun, harus
diperhatikan bahwa kemampuan ibu untuk dapat mengingat dan memahami,
mungkin hanya untuk beberapa nasihat saja. Oleh sebab itu, nasihat yang
diberikan sebaiknya tidak terlalu banyak, cukup dua atau tiga nasihat yang paling
mungkin dapat dilakukan oleh ibu (Holil muhammad,2017).
Anak yang pendek, tetapi nilai z-skor indikator BB/TB atau BB/PB atau
IMT/U tergolong nomal memerlukan asupan gizi yang dapat meningkatkan
panjang dan tinggi badan anak. tanpa meningkatkan berat berlebih yang dapat
menyebabkan kelebihan berat badan. Nasihat untuk anak seperti ini adalah
34
memperbaiki jumlah dan bioavailabilitas zat gizi mikro dalam makanan, dengan
cara meningkatkan konsumsi makanan sumber protein hewani. Makanan yang
berasal dari protein hewani umumnya mengandung zat gizi mikro yang tingi dan
kandungan mineralnya dapat diabsorpsi lebih baik dibanding makanan nabati
(Holil muhammad,2017).
Beberapa nasihat tentang masalah pemberian makan pada anak ialah (Holil
muhammad,2017) :
a) Jika pemberian makan tidak sesuai anjuran, berikan nasihat pada ibu tenang
cara pemberian makan yang sesuai dengan umur anak
b) Jika ibu kesulitan memberikan ASI Pada bayinya. Berikan konseling
menyusui, yaitu melakukan penilaian cara ibu menyusui menunjukkan cara
menyusui yang benar, serta memberikan contoh tindakan yang benar jika ada
masalah menyusui.
c) Jika bayi berumur kurang dari 6 bulan mendapat susu formula makanan lain,
anjurkan ibu untuk melakukan relaktasi, dengan cara membangkitkan rasa
percaya diri bahwa ibu mampu memproduksi ASI sesuai kebutuhan bayinya.
Ajak ibu menyusui bayi lebih sering lagi, lebih lama, pada pagi, siang,
maupun malam dan secara bertahap mengurangi pemberian susu formula atau
makanan lain.
d) Jika umur bayi lebih dari 6 bulan dan ibu menggunakan botol untuk
memberikan susu pada anaknya, minta ibu untuk mengganti botol dengan
cangngkir atau angkuk atau gelas, peragakan cara memberikan susu dengan
cangkir atau gelas, dan berikan makanan pendamping ASI sesuai dengan
kelompok umur.
35
e) Jika anak tidak diberi makan secara aktif, nasihati ibu agar duduk dekat anak,
membujuk anak agar mau makan, jika perlu menyuapi anak. Memberi anak
makan bergizi dengan jumlah yang cukup dan yang disukai anak.
f) Jika ibu mengubah pemberian makan selama anak sakit. Ibu tidak perlu
merubah pemberian makan anak, memberi makan pada anak sesuai dengan
kelompok umur.
Hal-hal yang harus diperhatikan pada waktu memberikan nasihat kepada
ibu antara lain memberikan nasihat tidak terlalu banyak, cukup 2 atau 3 nasihat;
memberikan pujian apabila ibu sudah mulai mengerjakannya; memberikan
pertanyaan pemahaman untuk mengetahui apakah ibu betul-betul sudah
memahami nasihat yang diberikan; serta membuat janji bertemu kembali untuk
melihat perkembangan anak setelah mendapat intervensi (Holil muhammad,2017)
36
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN TERHADAP BADUTA U
DENGAN GIZI KURANG
A. DATA SUBYEKTIF
Tanggal : 14 Maret 2019
1. Identiatas Anak Dan Orang Tua
a. Biodata
Nama Anak : Baduta U
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tanggal Lahir : 03 mei 2017
Usia : 22 bulan
Anak ke : 2
Nama ibu : Ny. B Nama Ayah : Tn. P
Umur : 30 tahun Umur : 32 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa Suku/bangsa : Jawa
Pendidikan : SD Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Nelayan
Alamat : Margasari Alamat : Margasari
37
b. Riwayat Kesehatan
Ibu mengatakan tidak menderita penyakit kronis seperti jantung,
Hipertensi, TBC atau kelainan selama kehamilan yang dapat
mempersulit kelahiran bayinya dan telah melakukan pemeriksaan
kehamilan 10 kali.
c. Riwayat persalinan
No Tahun JK Bb
lahir Pb
lahir Persalianan
Keadaan sekarang
1 2008 Perempuan 3100 gram
49 cm Spontan Sehat
2 2017 Laki-Laki 2700 gram
48 cm Spontan Sehat
d. Riwayat penyakit yang lalu dan saat ini
Ibu mengatakan baduta U tidak pernah mederita penyakit menular atau
penyakit yang berbahaya dan tidak perbah dirawat di rumah sakit. Jika
anak sakit hanya demam, flu, batuk. Anak sembuh apabila berobat ke
bidan atau tenaga kesehatan lainnya dengan meminum obat.
e. Riwayat Pertumbuhan Anak
Ibu mengatakan anaknya rajin datang ke posyandu untuk dilakukan
penimbangan dan pengukuran tinggi sedangkan pertumbuhan anaknya
tidak mengalami peningkatan dari penimbangan posyandu selama 2
bulan berturut turut.
f. Imunisasi (sudah/belum),usia di Imunisasi
BCG : 14 Juni 2017
DPT /HB I : 14 Juli 2017
DPT /HB II : 15 Agustus 2017
38
DPT /HB III : 15 September 2017
Polio I : 14 Juni 2017
Polio II : 16 Juli 2017
Polio III : 15 Agustus 2017
Polio IV : 15 September 2017
Campak : 14 Maret 2018
2. Pola Kebutuhan Dasar
a. Nutrisi
1) Makan
2) Makan 2 x sehari dengan porsi sedikit ¼ porsi orang dewasa →
Nasi, lauk pauk dan sayur.
3) Minum susu → 3-4 x sehari setiap botol susul 120 ml.
4) Minum Air mineral → ± Sebanyak 2-3 gelas/hari (dengan gelas
ukuran sedang
a) Makanan yang tidak disukai
Kurang menyukai hampir semua jenis sayur
b) Porsi makan sekarang
Ibu mengatakan Baduta U sulit untuk makan, jika makan
porsinya sedikit, kira-kira hanya 5-6 suap Baduta U sudah
berkata kenyang ataupun sudah tidak mau membuka mulut
lagi.
5) Minum
Ibu mengatakan anaknya kurang minum air putih. Baduta U
meminum air putih kira-kira 2-3 cangkir kecil/hari. Baduta U
39
menyukai susu putih terkadang ia meminum susu dan terkadang
tidak meminum sama sekali
b. Eliminasi: Saat ini BAK ±7x sehari, BAB ±2x sehari feses lunak bau
khas.
c. Personal hygiene : Saat ini mandi 2x sehari pagi dan sore hari
d. Istirahat
1) Tidur siang
Ibu mengatakan anaknya tidur siang mulai dari jam 13.00 WIB ±1
jam dan terkadang anak tidak mau tidur.
2) Tidur malam
Ibu mengatakan terkadang anaknya sulit tidur malam, jika bisa
tidur mulai pukul 21.00 WIB ± 9 jam.
e. Aktifitas : Ibu mengatakan sehari-hari anaknya sudah bermain dengan
teman sebaya tetapi terkadang anaknya malas untuk bermain dan
memilih untuk di dalam rumah.
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV : N : 100 x/menit , R : 28 x/menit S : 36,7 OC
d. Pemeriksaan Antropometri
Berat Badan Saat ini : 8,5 kg
Berat Badan seharusnya : 9,4 – 14,7 kg
Standar Deviasi : -3,0 SD
40
Panjang Badan : 81 cm
LK : 48 cm
LD : 45 Cm
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
UUK : Datar
UUB : Datar
Bentuk kepala : Bulat, simetris
Keadaan : Rambut hitam, bersih, sedikit
Lingkar Kepala : 48 cm
b. Mata
Bentuk Mata : Simetris ka/ki
Strabismus : Tidak ada
Konjugtiva : merah muda
Sklera : Tidak ikterik
c. Hidung
Bentuk : Simetris
Lubang Hidug : Ada terbentuk sempurna
Keadaan : Bersih
Lendir / Sekret : Tidak ada
d. Mulut
Bentuk : Simetris
Palatum : Normal
Reflek : Baik
41
Gusi : Normal
Bibir : Bersih, normal
Stomatitis : Tidak ada
Caries : Tidak ada
e. Telinga
Posisi : Memanjang
Bentuk : Simetris kanan dan kiri
Lubang : Ada dan tidak ada serumen
Leher : Kepala bisa bergerak normal
f. Dada
Posisi : Simetris
Suara pernafasan : Tidak terdengar ronchi dan wheezing
Tarikan dinding dada : Tidak Ada
Bunyi Jantung : Lup-Dup
g. Perut
Bentuk : Bulat
Pembesaran abnormal : Tidak ada
h. Punggung
Tonjolan Tulang Punggung : Tidak ada
i. Ekstremitas
Ekstremitas Atas : Lengkap tanpa cacat
Ekstremitas Bawah : Lengkap tanpa cacat, otot-otot kaki
tampak terlihat kecil, dan kurus terlihat
saat berdiri
Pergerakan : Aktif
42
j. Genetalia
Jenis kelamin : Laki-laki
Lubang anus : ada
Bentuk : normal
Keadaan : bersih
C. ANALISA DATA
Diagnosa
Baduta dengan gizi kurang
Dasar :
DS :
1. Ibu mengatakan berat badan anaknya terlihat kurus dan berat badannya
tidak mengalami peningkatan selama 2 bulan berturut – turut
2. Ibu mengatakan pola makan anaknya tidak teratur
DO :
Berat badan saat ini : 8.5 kg
Berat badan seharusnya : 9,4 – 14,7 kg
Tinggi Badan : 81 cm
LK : 48 cm
Masalah : Pola makan yang tidak teratur
Kebutuhan : Pemberian kebutuhan nutrisi yang bergizi
seimbang dan memberikan makanan sedikit
tapi sering
Diagnosa Potensial : Gizi Buruk
43
D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu orang tua hasil pemeriksaan pada Baduta U mulai dari
tanda-tanda vital dalam batas normal, pemeriksaan fisik ditemukan Baduta
U keterlambatan pada pertumbuhan atau berat badan kurang dari normal,
pada pemeriksaan perkembangan dalam batas normal dengan KPSP 21
bulan anak dapat melakukan semua item dengan baik dan benar.
Ibu sudah mengerti akan kondisi anaknya saat ini
2. Melakukan pendekatan pada ibu dan keluarga dengan menjelaskan tujuan
petugas untuk memberikan asuhan kebidanan atau bimbingan selama
kurang lebih 2 bulan terhadap Baduta yang mengalami masalah gizi
kurang.
Ibu dan keluarga kooperatif dengan tindakan petugas
3. Menjelaskan pada ibu tentang penyebab dan efek samping dari gizi
kurang. Penyebab Gizi kurang seperti tingkat pengetahuan ibu atau orang
tua, tingkat ekonomi yang rendah, sanitasi, prilaku dan pola asuh. Efek
samping dari Gizi kurang seperti ganggung dari proses - proses
pertumbuhan, produksi tenaga, pertahanan tubuh, fungsi otak dan prilaku
yang tidak tenang pada anak.
Ibu mengerti tentang penyebab dan efek samping dari baduta yang
mengalami gizi kurang
4. Menganjurkan ibu untuk memberikan makanan yang mengandung
karbohidrat kompleks dapat ditemukan dalam sayuran berserat, gandum,
nasi, sereal, dan sebagainya.
Ibu mengerti akan penjelasan yang sudah di sampaikan
44
5. Memberitahu ibu pola makan yang baik pada anak dengan berat badan
kurang dari normal yaitu teruskan pemberian ASI, berikan makanan
keluarga secara bertahap sesuai kemampuan anak, berikan 3 x sehari
sebanyak 1/3 porsi makan orang dewasa atau 4 sendok makan nasi, lauk
pauk, sayur, dan buah dan beri makan selingan 2 kali di antara waktu
makan seperti biskuit atau kue.
Ibu mengerti dan bersedia melaksanakan penjelasan yang telah dijelaskan
tenaga kesehatan
6. Menganjurkan ibu untuk memberikan variasi makanan yang akan berikan
pada anaknya agar anak tertarik dan tidak bosan saat makan seperti
Contoh :
Makan pagi : 4 sendok makan nasi, 1 butir telur ayam rebus, sayur
kangkung ½ mangkuk ukuran sedang, pepaya 1
mangkuk ukura sedang
Makan siang : 1 buah kentang goreng ukuran sedang, 2 potong tempe
goreng sebesar kotak korek api, sayur bayam ½
mangkuk ukuran sedang
Makan malam : 4 sendok makan nasi, 3 buah tahu goreng sebesar korek
api, pisang potong 1 mangkok ukuran sedang.
Ibu mengerti dan bersedia melaksanakan penjelasan yang telah dijelaskan
tenaga kesehatan
7. Memberitahu ibu untuk menjaga kebersihan lingkungan terutama
perlengkapan makan yang akan digunakan
45
Ibu mengerti dan bersedia menjaga kebersihan lingkungannya terutama
perlengkapan makan anak yang digunakan
8. Memberitahu orang tua untuk rutin memeriksakan pertumbuhan dan
perkembangan anaknya untuk mengetahui apakah Baduta U tumbuh dan
berkembang sesuai usianya atau bila ada keluhan ke puskesmas
Ibu mengerti dan akan melaksanakan penjelasan tenaga kesehatan
CATATAN PERKEMBANGAN I
Tanggal : 30 Maret 2019
Pukul : 14.00 WIB
A. DATA SUBJEKTIF
1. Ibu mengatakan pola makan anak masih tidak teratur
2. Ibu mengatakan sudah memberikan variasi pada makanan anaknya.
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
2. Pemeriksaan Fisik
Berat badan minggu lalu : 8.5 kg
Berat badan sekarang : 8,6 kg
Berat badan Seharusnya : 9,4 – 14,7 kg
Standar Deviasi : -3,0 SD
Lingkar Kepala : 48 cm
Lingkar Dada : 46 cm
Tinggi Badan : 81 cm
46
C. ANALISA DATA
Diagnosa : Baduta dengan Gizi kurang
Dasar : 1. Ibu mengatakan anaknya dalam keadaan sehat
2. Ibu mengataka pola makan anaknya masih tidak
teratur.
3. Ibu mengatakan sudah memberikan variasi pada
makanan anaknya
Keadaan Umum : Baik
Berat badan minggu lalu : 8,5 kg
Kesadaran : Composmentis
Berat badan sekarang : 8,6 kg
Berat badan seharusnya : 9,4 – 14,7 kg
Standar deviasi : -3,0 SD
Lingkar kepala : 48 cm
Lingkar dada : 46 cm
Tinggi badan : 81 cm
Masalah : Pola makan anak yang tidak teratur dan porsi
makan sedikit
D. PENATALAKSANAAN
1. Menjelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan anaknya bahwa keadaa
umum anak baik dan berat badan anak mengalami peningkatan 2 minggu
0,1 kg
Ibu sudah mengerti akan penjelasan yang sudah di sampaikan dan tampak
senang dengan dengan hasil pemeriksaan anaknya
47
2. Memberikan pujian pada ibu bahwa ibu berhasil melaksanakan anjuran
yang dijelaskan pada pertemuan sebelumnya dan anak berhasil mengalami
peningkatan berat badan selama 2 minggu 0.1 kg
3. Mengevaluasi apakah ibu memberikan pola makan dan variasian makanan
yang baik pada anak dengan berat badan kurang dari normal yaitu
teruskan pemberian ASI, berikan makanan keluarga secara bertahap sesuai
kemampuan anak, berikan 3 x sehari sebanyak 1/3 porsi makan orang
dewasa terdiri dari nasi, lauk pauk, sayur, dan buah.
Ibu sudah melaksanakan penjelasan yang telah dijelaskan tenaga
kesehatan dengan meneruskan pemeberian ASI, namun makan yang
seharusnya 1/3 porsi orang dewasa atau 4 sendok makan nasi sebanyak 3 x
sehari dengan sayuran, lauk pauk dan buah-buahan tapi pola makan anak
masih tidak teratur, anak makan 1-2x/ dengan porsi 1/3 porsi orang
dewasa atau 2-3 sendok makan nasi.
4. Mengevaluasi apakah ibu menjaga kebersihan lingkungan terutama
perlengkapan makan yang akan digunakan anak
Ibu sudah mengerti dan melaksanakannya dengan menjaga kebersihan
lingkungan sekitar terutama perlengkapan makan anak yang digunakan
5. Menganjurkan ibu untuk memberikan snack atau makanan tambahan
seperti biskuit, kue, bubur kacang hijau, bubur sum-sum dan bubur kacang
merah
Ibu mengerti dan bersedia melaksanakan penjelasan yang telah dijelaskan
tenaga kesehatan
48
6. Memberitahu orang tua untuk tetep rutin memeriksakan pertumbuhan dan
perkembangan anaknya untuk mengetahui apakah Baduta U tumbuh dan
berkembang sesuai usianya atau bila ada keluhan ke puskesmas
Ibu mengerti dan akan melaksanakan penjelasan tenaga kesehatan
CATATAN PERKEMBANGAN II
Tanggal :14 April 2019
Pukul : 16.00 WIB
A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan pola makan anak nya sudah menigkat
B. DATA OBJEKTIF
Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Berat badan minggu lalu : 8,6 Kg
Beratbadan sekarang : 8,8 kg
Berat badan Seharusnya : 9,4 – 14,7 kg
Standar Deviasi : -3,0 SD
Lingkar kepala : 48 cm
Tinggi badan : 81 cm
C. ANALISA DATA
Diagnosa : Baduta dengan gizi kurang
Dasar : Ibu mengatakan pola makan anaknya sudah
meningkat
49
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Berat badan minggu lalu : 8,6 kg
Beratbadan sekarang : 8,8 kg
Berat badan Seharusnya : 9,4 – 14,7 kg
Standar Deviasi : -3,0 SD
Lingkar kepala : 48 cm
Tinggi badan : 81 cm
Masalah : Belum teratasi sepenuhya
D. PENATALAKSANAAN
1. Menjelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan anaknya bahwa keadaan
umum anak baik dan berat badan anak mengalami peningkatan 0,2 Kg
selama 2 minggu
2. Memberikan pujian pada ibu bahwa ibu berhasil melaksanakan anjuran
yang dijelaskan pada pertemuan sebelumnya dan anak berhasil mengalami
peningkatan berat badan 2 minggu 0,2 kg
3. Menganjurkan ibu untuk tetap mempertahankan pemberian pola makan
dan variasi yang baik pada anaknya
Ibu sudah melaksanakan penjelasan yag telah dijelaskan tenaga kesehatan
dengan meneruskan pemberian ASI makan 1/3 porsi orang dewasa atau 4
sendok makan nasi sebanyak 3x sehari dengan 1 mangkuk ukuran sedang,
lauk pauk dan buah.
4. Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan snack atau makanan tambahan seperti
biskuit, kue, bubur kacang hijau, bubur sum-sum dan bubur kacang merah
50
Ibu mengerti dan mengatakan anaknya selalu makan makanan selingan
pada pagi dan siang hari
5. Memberitahu orang tua untuk rutin memeriksakan pertumbuhan dan
perkembangan anaknya untuk mengetahui apakah Baduta U tumbuh da
berkembang sesuai usianya atau bila ada keluhan ke puskesmas
Ibu mengerti dan akan melaksanakan penjelasan tenaga kesehatan
CATATAN PERKEMBANGAN III
Tanggal : 21 April 2019
Pukul : 16.00 WIB
A. DATA SUBJEKTIF
1. Ibu mengatakan anaknya dalam keadaa sehat
2. Ibu mengatakan anakanya sudah mau makan
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
2. Tanda Fisik
Berat Badan minggu lalu : 8,8 kg
Berat Badan sekarang : 8,9 Kg
Berat Badan Seharusnya : 9,4 – 14,7 kg
Standar devisiasi : -3,0 SD
Lingkar Kepala : 48 cm
Tinggal Badan : 81 cm
51
C. ANALISA DATA
Diagnosa : Baduta dengan Gizi kurang
Dasar : Ibu mengatakan anaknya sudah mau makan dan
keadaan sehat
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : compos mentis
Badan minggu lalu : 8,8 kg
Berat Badan sekarang : 8,9 Kg
Berat Badan Seharusnya : 9,4 – 14,7 kg
Standar devisiasi : -3,0 SD
Lingkar Kepala : 48 cm
Tinggal Badan : 81 cm
Masalah : Belum teratasi sepenuhnya
D. P ENATALAKSANAAN
1. Menjelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan anaknya bahwa keaadaan
umum anak baik dan berat badan anak mengalami peningkatan selama 1
minggu 0,1 kg
Ibu sudah mengerti akan penjelasan yang sudah disampaikan dan tampak
senang dengan hasil pemeriksaan anaknya.
2. Memberikan pujian pada ibu bahwa ibu berhasil melaksanakan anjuran
yang dijelaskan pada pertemuan sebelumnya dan anak berhasil mengalami
peningkatan berat bafdan selama 1 minggu 0,1 kg
Ibu terlihat senang dan bahagia dengan penambahan berat badan
anaknya
52
3. Mengevaluasi tentang pemberian pola makan pada anaknya yang sudah di
jelaskan pada pertemuan sebelumnya.
Ibu mengatakan pemberian pola makan pada anaknya sudah baik, anak
tetap meneruskan ASI, makan 3x sehari sebanyak 1/3 porsi orang makan
dewasa yang terdiri dari nasi, lauk pauk, sayur dan buah.
4. Memberitahu kepada ibu untuk tidak bosan memberikan menu makanan
bervaariasi kepada anaknya, agar anak tidak merasa bosan dan nafsu
makan makan bertambah.
Ibu mengerti dan tetap meberikan makanan bervariasi pada anaknya
5. Memberitahu orang tua untuk rutin memeriksakan pertumbuhan dan
perkembangan anaknya mengetahui apakah Baduta U tumbuh dan
berkembang sesuai usianya atau bila ada keluhan ke puskesmas
Ibu mengerti dan akan melaksanakan penjelasan tenaga kesehatan.
CATATAN PERKEMBANGAN IV
Tanggal : 30 April 2019
Pukul : 16.00 WIB
A. DATA SUBYEKTIF
1. Ibu mengatakan anaknya dalam keadaan sehat
2. Ibu megatakan sangat senang karena berat badan anak mengalami
kenaikan
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
53
2. Pemeriksaan Fisik
Berat Badan minggu lalu : 8, 9 kg
Berat Badan sekarang : 9,1 kg
Berat Badan Seharusnya : 9,4 – 14,7 kg
Standar Deviasi : -3,0 SD
Lingkar Kepala : 46,5 cm
Tinggi Badan : 81 cm
C. ANALISA DATA
Diagnosa : Baduta dengan Gizi Kurang
Dasar : Ibu mengatakan Baduta sangat senang
kareana berat badan anak mengalami
kenaikan
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Berat Badan minggu lalu : 8 9 kg
Berat Badan sekarang : 9,1 kg
Berat Badan Seharusnya : 9,4-14,7 kg
Standar Deviasi : -3,0 SD
Lingkar Kepala : 46,5 cm
Tinggi Badan : 81 cm
Masalah : tidak ada
54
D. PENATALKSANAAN
1. Menjelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan anaknya bahwa keadaan
umum anak baik dan berat badan anak mengalami peningkatan selama 1
minggu 0,2 kg
Ibu sudah mengerti akan penjelasan yang sudah di sampaikan dan
tampak senang dengan hasil pemeriksaan anaknya
2. Memberikan pujian pada ibu bahwa ibu berhasil melaksanakan anjuran
yang dijelaskan pada pertemuan sebelumnya dan anak berhasil
mengalami peningkatan berat badan selama 1 minggu 0,2 kg dan
kenaikan berat badan sudah mencapai 600 gram selama 8 minggu.
Ibu terlihat senang dan bahagia dengan penambahan berat badan
anaknya
3. Menganjurkan ibu untuk tetap melanjutkan pemberikan pola makan yang
baik pada anak dengan meneruskan pemberian ASI, makanan keluarga
secara bertahap sesuai kemampuan anak, berikan 3 x sehari sebanyak 1/3
porsi makan orang dewasa terdiri dari nasi, lauk pauk, sayur, dan buah.
Ibu mengerti dan mengatakan anaknya mau menyusui dan makan 1/3
porsi orang dewasa sebanyak 3 kali dalam sehari secara teratur
4. Mengevaluasi dan menganjurkan ibu untuk tetap mempertahankan
kebersihan lingkungan terutama perlengkapan makan yang akan
digunakan anak
Ibu sudah mengerti dan melaksanakannya dengan menjaga kebersihan
lingkungan sekitar terutama perlengkapan makan anak yang digunakan
55
5. Memberitahu orang tua untuk rutin memeriksakan pertumbuhan dan
perkembangan anaknya untuk mengetahui apakah Baduta U tumbuh dan
berkembang sesuai usianya atau bila ada keluhan ke puskesmas
Ibu mengerti dan akan melaksanakan penjelasan tenaga kesehatan
56
BAB IV
PEMBAHASAN
.
Hasil pengajian studi kasus asuhan kebidanan pada Baduta yang telah
diberikan kepada Baduta U pada tanggal 14 maret 2019 dilakukan pemeriksaan
BB dan PB di dapatkan hasil pemeriksaan BB Baduta 8,5 kg dan PB 81 cm yaitu
Baduta mengalami masalah di perkembangan dengan Berat badan Baduta masuk
kedalam Gizi kurang yaitu -3,0 SD. Pada Baduta U dengan usia 22 bulan normal
berat badan nya yaitu 9,4-14,7 kg.
Masalah ini terjadi karena pola makan Baduta yang tidak teratur dan
asupan Nurtrisi yang tidak seimbng, maka dari itu dapat diatasi dengan
menerapkan pola hidup sehat dengan cara memberi penyuluhan pada keluarga
asupan Gizi seimbang dengan di berikan 3x sehari yang terdiri dari Nasi, lauk
pauk sayuran dan buah-buahan.
Dampak dari Gizi kurang Baduta dapat mengakibatkan keterlambatan
perkembangan motorik yang meliputi perkembangan emosi dan tingkah laku.
Umumnya anak akan mengisolasi dirinya, apatis, pasif dan tidak mampu
berkonsentrasi, akhirnya perkembangan kognifif anak anak terlambat.
Setelah dilakukan 5 kali kunjungan Baduta U sudah menunjukan beberapa
kemajuan yaitu kenaikan berat badan sebanyak 0,6 kg dan ibu sudah mengetahui
pola makan teratur . pada kunjungan ke 5 tanggal 30 April 2019 Berat badan
Baduta U sudah mengalami kenaikan dari sebelumnya dan berat badan Baduta U
9,1 kg
57
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 14 Maret 2019
Baduta U yaitu memberikan asuhan kebidanan pada Baduta U dengan gizi kurang.
pada hasil pengkajian didapatkan BB : 8,5 TB : 8,1 cm yaitu dibawah dari standar
berat badan menurut umur (BB/U) normal nya 9,4 – 14,7 kg. Dengan hasil
pengkajian tersebut maka akan di lakukan asuhan kebidanan yang diberikan
terhadap Baduta U dan keluarga yaitu, cara membuat makanan bervariasi, bergizi
seimbang.
Setelah diberikan Asuhan selama 2 bulan Baduta U ada kenaikan berat
badan, asuhan yang berikan yaitu sesuai dengan kebutuhan anak, karena orang tua
tidak mengetahui pola makan yang teratur. Maka di anjurkan pada orang tua
untuk memberikan pola makan teratur dan asupan Gizi seimbang.
B. Saran
1. Bagi BPM Nyi Ayu Hafizah
Diharapkan agar dapat meningkatkan kualitas pemberian pelayanan dan
memberikan pelayanan yang optimal Asuhan Kebidanan pada Balita dengan Gizi
kurang.
2. Bagi Program Studi Prodi Kebidanan Metro
Agar dapat menambah buku tentang Gizi keluar terbaru di perpustakaan
Prodi Kebidanan Metro agar mempermudah mahasiswa dalam memahami
pelaksanaan asuhan kebidanan pada Baduta dengan Gizi kurang.
58
3. Bagi Penulis Selanjutnya
Sebagai bahan pembelajaran supaya terpapar dengan asuhan kebidanan
pada tumbu kembang dan dapat menerapkannya sesuai dengan masalah-masalah
yang di hadapi.
DAFTAR PUSTAKA
Adriani, Merryana, dan Wirjatmadi, Bambang. 2012. Peranan Gizi Dalam Siklus Kehidupan. Jakarta: Prenadamedia Group
Arisman, M. B. 2010. Buku Ajar Ilmu Gizi Dalam Daur Kehidupan. Edisi-2.
Jakarta: EGC. Cakrawati, Dewi dan Mustika NH. 2014. Bahan Pangan, Gizi, dan Kesehatan.
Bandung: Alfabet Fikawati, Sandra. 2017. Gizi Anak dan Remaja. Jakarta: PT. Rajagrafindo
persada, Depok. Fuadiyah, Fikriyah. 2009. Penilaian Status Gizi Balita Berdasarkan Berat Badan
Terhadap Umur di Kecamatan Ciputat. Skripsi, Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta
Holil, Muhammad. 2017. Penilaian status gizi. Jakarta: EKG Marmi dan Rahardjo, Kukuh. 2015. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, Dan Anak
Prasekolah . Yogyakarta: Pustaka Pelajar Mitayani, sartika. 2010. Buku Saku Ilmu Gizi. Jakarta: Trans Info Media
http://journal2.unusa.ac.id/index.php/JHS/article/download/204/189/. [diakses 19 Juni 2019].
Kementerian Kesehatan RI. 2010. Standar Antropometri Penilaian Status Gizi
Anak. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Gizi Dan Kesehatan Ibu Dan Anak Kementerian Kesehatan RI. 2012. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan
Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Ditingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Kementerian Kesehatan RI. 2016. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi Dini
Tumbuh Kembang Anak Ditingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Kementerian Kesehatan RI. 2017. Buku Saku Pemantauan Status Gizi. Jakarta:
Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat
LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
FOTO DOKUMENTASI
Lampiran 7
Lampiran 7
Lampiran 8
top related